BAB 1 PENDAHULUAN. berkeinginan untuk mengakhiri hidup mereka) ( Salah satu cara yang paling populer bagi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. berkeinginan untuk mengakhiri hidup mereka) (http://wikipedia.org/wiki/bunuhdiri). Salah satu cara yang paling populer bagi"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Jepang merupakan bagian dari masyarakat yang mudah terpengaruh dengan keadaan sekitar yang dapat membuat mereka merasa tertekan. Tekanan terhadap lingkungan sekitar ini sering menjadikan orang Jepang tersebut berkeinginan untuk mengakhiri hidup mereka) ( Salah satu cara yang paling populer bagi masyarakat Jepang untuk mengakhiri hidup adalah dengan melakukan bunuh diri. Fenomena bunuh diri ini ternyata mendapat prioritas perhatian yang lebih dibandingkan dengan permasalahan yang lainnya. Di Jepang sejak tahun 1998 secara konstan jumlah bunuh diri pertahun lebih dari kasus. Tercatat tahun 2006 terdapat orang yang mencabut nyawanya dengan sengaja( Penyebab atau latar belakang masyarakat Jepang melakukan bunuh diri terdiri atas beberapa faktor, yaitu : 1. Bunuh diri dianggap sebagai jalan untuk mempertahankan harga diri 2. Dikucilkan dari pergaulan seperti Sekolah, Kantor, ataupun keluarga 3. Stress karena masalah kesehatan atau menjadi pengangguran 4. Adanya literatur yang menggambarkan bunuh diri sebagai sesuatu yang indah 5. Pandangan beragama yang kurang dalam masyarakat, mereka lebih meyakini akan adanya reinkarnasi, yaitu keyakinan bahwa mereka akan terlahir kembali setelah kematian. 4

2 Perilaku masyarakat Jepang ini merupakan pencerminan dari berbagai pola masyarakat Jepang yang terdahulu. Sikap kepatuhan atau malu bila tidak bisa memberikan yang terbaik kepada satu kelompok membuat orang Jepang melakukan bunuh diri sebagai jalan terakhir daripada hidup dengan menanggung malu. Pengintegrasian sikap ini menjadi peraturan tersendiri dalam kelompok tersebut, apabila kode etik group menuntut mereka untuk merelakan nyawanya maka mereka harus rela membunuh dirinya demi satu kepentingan dan keyakinan bersama. Alasan untuk melakukan bunuh diri juga bisa dikarenakan pemecatan pekerjaan, orang Jepang beranggapan apabila mereka dipecat dari suatu perusahaan, mereka merasa dikhianati oleh perusahaan tersebut, karena kesetiaan yang selama ini mereka berikan tidak dihargai. Perasaan malu dan harga diri yang jatuh serta keadaan keluarga yang semakin sulit karena pemecatan tersebut, juga menjadi alasan bagi orang Jepang untuk melakukan bunuh diri. Sikap masyarakat Jepang yang sering melakukan bunuh diri bukan sebagai sikap yang tidak bertanggung jawab, justru sikap ini merupakan wujud rasa pertanggungjawaban mereka atas perilaku yang telah mereka lakukan sebelumnya. Perilaku masyarakat Jepang ini dapat terlihat dari sikap para nenek moyang Jepang terdahulu yang sering melakukan bunuh diri. Salah satunya adalah Junshi yang banyak dilakukan pada zaman Edo. Junshi dapat diartikan sebagai jalan kematian karena kesetiaan. Sikap ini merupakan salah satu jalan kematian yang banyak dilakukan masyarakat Jepang untuk membuktikan kesetiaan pengabdian atau kepatuhan mereka kepada majikan. Perilaku ini umumnya dilakukan oleh golongan samurai sebagai bukti loyalitas pengabdian mereka. Para 5

3 samurai mengikuti jalan kematian majikannya ketika atasan mereka meninggal dalam pertempuran ataupun tidak. Junshi ini merupakan tradisi pada zaman Chinese Wei untuk memberikan penghormatan kepada Yamato sekitar abad ke 646. Junshi dilakukan para kaum samurai melalui seppuku sebagai salah satu cara kematian yang umum dilakukan untuk Junshi. Perilaku ini banyak terjadi pada masa pemerintahan Tokugawa, ketika peperangan banyak terjadi, Junshi menjadi terkenal dikalangan samurai untuk mengikuti kematian majikan mereka. Sikap yang berlandaskan atas kesetiaan ini adalah salah satu bukti pengabdian mutlak para samurai kepada majikan mereka. Keinginan untuk mengikuti kematian majikan ini adalah pandangan kaum samurai pada saat itu yang beranggapan mereka tidak dapat hidup tanpa majikannya dan perasaan menanggung malu karena harus turun kelas menjadi Ronin, samurai yang tak bertuan. Karena keadaan inilah yang kemudian menjadikan para samurai berkeinginan untuk mengikuti jalan sang majikan dengan melakukan bunuh diri. Budaya Junshi yang paling banyak terjadi adalah ketika masa pemerintahan feodal, yaitu sistem politik yang menekankan ketergantungan antara Raja serta tuan tanah. Hubungan ketergantungan ini merupakan penyerahan diri seseorang ke tangan orang lain sekedar untuk memperoleh perlindungan dan pemeliharaan. Keterikatan hubungan inilah yang menimbulkan satu hubungan yang hirarkis yaitu antara kaum bawah (yang lemah) dengan kaum yang atas (yang berkuasa). Sikap kepatuhan dan kesetiaan para samurai dalam mengabdikan dirinya sebagai seorang bushi dapat terlihat pada salah satu cerita legendaris 6

4 masyarakat Jepang yaitu 47 Ronin yang terdapat pada salah satu novel Kisah 47 Ronin karya John Allyn. Novel sebagai salah satu karya sastra, bukan cerpen atau roman, merupakan medium yang sangat ideal untuk mengangkat peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan. Novel mempunyai keterbukaan sendiri untuk mengetengahkan digresi sehingga jalan cerita bisa mencapai beratus halaman. Karena sifatnya yang demikian, maka novel dapat digunakan untuk mengangkat kehidupan baik beberapa individu maupun masyarakat luas. Tak jarang pula novel sering diperankan untuk menyampaikan ide-ide pembaruan. Novel adalah media dalam penuangan pikiran, perasaan, dan gagasan penulis dalam merespon kehidupan sekitarnya. Novel- novel bertemakan kehidupan sosial mempunyai nilai lebih dalam kontekstual, persoalan sosial yang ada pada zaman tersebut menjadi tema umum pada novel-novel. Tema mengenai korupsi, mental kepemimpinan, watak-watak kolektif golongan, keterbelakangan, kebodohan, kemiskinan, adalah tema-tema yang menyangkut kondisi sezaman. Novel-novel demikian menjadikan dirinya bersifat universal apabila penggalian masalah mencapai sifat-sifat dasar kolektif manusia di suatu masa di suatu tempat. Novel pada saat ini, pada umumnya terdiri atas dua unsur yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri atau dengan kata lain unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Unsur-unsur ini diantaranya tema, plot, latar, penokohan, sudut pandang cerita, bahasa atau gaya bahasa dan lain- lain. Unsur ini merupakan nilai yang muncul dari mediumnya yaitu melalui penggambaran sensoris dan empiris berdasarkan unsur-unsur yang terdapat di atas. 7

5 Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur- unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi karya sastra tersebut. Dengan kata lain unsur-unsur ini dapat mempengaruhi bangun cerita dari suatu karya sastra. Unsur-unsur ekstrinsik tersebut meliputi kebudayaan, sosial, psikologis, ekonomi, politik, agama dan lain-lain yang dapat mempengaruhi pengarang dalam karya tulisnya. Dalam analisis ini akan di bahas salah satu unsur intrinsik dalam novel, yaitu tokoh yang terdapat dalam novel Kisah 47 Ronin karya John Allyn. Aminuddin (2000 : 79) mengatakan bahwa tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin sebuah cerita. Tokoh-tokoh yang di ceritakan dalam suatu cerita tentu mempunyai peranan yang berbeda-beda. Tokoh yang mempunyai peranan yang penting dalam suatu cerita merupakan tokoh utama. Sedangkan tokoh yang mempunyai peranan yang tidak penting karena kemunculannya hanya membantu disebut tokoh pembantu. Penentuan tokoh yang ditampilkan pengarang dalam karya fiksi tersebut merupakan kebebasan kreatifitas pengarang. Oleh karena pengarang yang sengaja menciptakan dunia dalam fiksi miliknya sendiri, maka para pengarang pun mempunyai kebebasan penuh untuk menampilkan tokoh-tokoh cerita sesuai dengan keinginannya sendiri, termasuk bagaimana perwatakan dalam cerita tersebut, merupakan kebebasan pengarang. Novel Kisah 47 Ronin karya John Allyn ini merupakan novel sejarah mengenai kehidupan pada zaman Edo. Ke 47 Ronin atau Akouroshi adalah peristiwa pembalasan dendam 47 Ronin dari Ako di bawah pimpinan Oishi Kuranosuke Yoshitaka yang membalas dendam atas kematian majikannya Asano 8

6 Takumi no Kami dengan cara melakukan penyerbuan ke rumah kediamaan Kira Kozuke no Suke Yoshihisa. Peristiwa pembunuhan ini dikenal sebagai Genroku Ako Jiken (Peristiwa Ako era Genroku). Disebut Genroku karena terjadi pada tanggal 14 bulan 12 tahun ke-15 era Genroku, atau 30 Januari Ako merupakan sebuah kota yang terletak di perfektur Hyogo yang merupakan tempat asal 47 Ronin. Sebelum perang dunia ke II, kisah ini dikenal dengan Akogishi (perwira setia dari Ako) dan dijadikan teladan kesetiaan samurai kepada majikannya. Seusai perang dunia ke II, kisah ini lebih dikenal sebagai Akoroshi (Ronin dari Ako) atau Shijushichishi (47 samurai). Namun dalam budaya populer jepang sekarang ini kisah ini dikenal dengan Chusingura yang lebih menonjolkan kepahlwanan 47 ronin dari Ako sekaligus mencerca Kira Kozuke no Suke. Tahun 1703 para Akouroshi di Akou yaitu nama salah satu wilayah di Jepang, Ro yang berarti tidak bertuan atau tidak memiliki majikan, sedangkan shi yang berati bushi atau lebih dikenal dengan sebutan Ronin. Ronin adalah sebutan untuk samurai yang kehilangan tuannya atau terpisah dari tuannya. Berpisah dari tuannya bisa dikarenakan si majikan meninggal atau akibat hak atas wilayah kekuasaan sang tuan dicabut. Samurai yang tidak lagi memiliki tuan tidak bisa lagi disebut sebagai seorang samurai. Dalam tradisi samurai, ronin memiliki derajat di bawah samurai. Bagi seorang ronin hanya ada dua pilihan yaitu menjadi orang bayaran atau turun pangkat dalam kemiliteran. Kisah ini merupakan kisah bunuh dirinya 47 orang Ronin yang tidak bertuan di wilayah Akou. Ke 47 Ronin ini melakukan bunuh diri setelah berhasil membunuh Pangeran Kira yang dianggap sebagai penyebab kematian majikan 9

7 mereka. Para Ronin ini membunuh Pangeran Kira dan mempersembahkan kepala Pangeran tersebut di makam tuannya Asano Takumi No Kaminaganori. Asano yang merupakan pemimpin di daerah Akou adalah Daimyo yang memiliki daerah kekuasaan serta kastil, Asano pada akhirnya melakukan seppuku setelah melukai Pangeran Kira Kozuke Yoshinaka seorang Koke (Pejabat tinggi bakufu) dan juga seorang Daimyo yang tergolong sebagai Daimyo Shimphan (Keluarga Tokugawa). Kejadian ini membuat Shogun marah karena sifat Asano yang sama sekali tidak menunjukkan sifat seorang Bushi. Akhirnya Shogun memutuskan hukuman Seppuku bagi Daimyo Asano, yakni ia harus melakukan bunuh diri dengan memotong perut. Sepeninggal Daimyo Asano, maka daerah Akou ditarik kembali oleh Shogun. Rentetan peristiwa ini membuat para pengikut Asano (Samurai) marah dan berniat untuk melakukan balas dendam. Akhir dari balas dendam ini para Samurai yang pada saat itu berjumlah 47 orang akan melakukan Junshi sebagai wujud kesetiaan tanpa batas seorang Samurai kepada majikannya. Perilaku bunuh diri ke 47 Ronin ini akan penulis bahas melalui skripsi yang berjudul: PERILAKU JUNSHI PARA TOKOH CERITA DALAM NOVEL KISAH 47 RONIN KARYA JOHN ALLYN. I.2. Perumusan Masalah Golongan Samurai dalam kehidupan pada zaman feodal Tokugawa merupakan sosok-sosok yang berani, setia dan memiliki loyalitas pengabdian yang tinggi terhadap atasannya. 10

8 Sifat-sifat ini dapat tergambar secara jelas dalam Novel karya John Allyn ini, di mana para tokoh cerita yang pada umumnya menceritakan kisah mantan samurai (Ronin) berusaha untuk tetap mengabdi kepada majikannya meskipun ia telah meninggal. Oishi yang merupakan tokoh utama dalam kisah ini adalah kepala pemimpin samurai yang merupakan pengikut Daimyo Asano. Oishi serta beberapa anak buahnya pada akhirnya melakukan balas dendam untuk majikannya. Akhir dari peristiwa balas dendam ini para Ronin yang tetap menjunjung tinggi kesetiaan melakukan bunuh diri untuk mengikuti tuannya (Junshi), sebagai wujud kesetiaan tanpa batas seorang samurai kepada majikannya. Dengan menggunakan pendekatan analitis, pendekatan historis serta pendekatan semiotik sebagai acuan dalam menganalisa, maka penulis mencoba merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana latar belakang sejarah kehidupan para tokoh cerita pada Zaman Edo berdasarkan novel tersebut? 2. Bagaimana latar belakang para tokoh cerita melakukan Junshi berdasarkan cerita novel Kisah 47 Ronin? I.3. Ruang Lingkup Pembahasan Dari permasalahan-permasalahan yang ada maka penulis menganggap perlu adanya pembatasan ruang lingkup masalah dalam pembahasan nantinya. Hal ini dimaksudkan agar masalah penelitian tidak menjadi terlalu luas, sehingga penulisan dapat lebih terarah dan fokus. 11

9 Dalam analisis ini, penulis hanya akan membahas dan memfokuskan pada latar belakang kehidupan para samurai khususnya pada zaman feodal Jepang berdasarkan novel, juga perilaku para mantan samurai yang memilih untuk bunuh diri demi majikannya(junshi), yang penulis gambarkan pada tokoh Asano Takumi Naganori dan Oishi Kuranosuke Yoshitaka juga kesetiaan terhadap Shogun, dilihat dari sejarah kehidupan pada saat itu. Sebagai pendukung data penulis juga akan mendeskripsikan bagaimana kondisi kehidupan para Samurai pada Zaman Edo khususnya yang menjadi latar belakang Kisah 47 Ronin. I.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori a. Tinjauan Pustaka Dalam pembahasan ini penulis mencoba untuk mengangkat salah satu unsur intrinsik dalam karya sastra novel yaitu tokoh. Tokoh dalam setiap karya sastra baik secara lisan(drama, teater) serta tulisan(novel, komik) mempunyai peranan yang sangat penting, karena tokoh merupakan alat atau perantara para pengarang sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral atau sesuatu yang sengaja ingin di sampaikan kepada pembaca. Boulton dalam Aminuddin ( 2000 : 79 ) mengungkapkan bahwa cara pengarang menggambarkan dalam memunculkan tokohnya itu dapat bermacammacam. Pengarang dalam suatu novel bisa saja memunculkan tokoh sebagai pelaku yang memiliki semangat perjuangan dalam mempertahankan hidupnya, pelaku yang egois, kacau dan mementingkan diri sendiri dan mungkin pelaku yang hanya hidup dalam alam mimpi. Kesemua perilaku ini dalam dunia fiksi dapat berupa manusia atau tokoh lain yang di beri sifat manusia. 12

10 Perilaku tokoh merupakan suatu sifat atau karakter yang di munculkan oleh pengarang sebagai wujud dari karakteristik cerita yang coba diangkat oleh pengarang. Dalam menggambarkan berbagai perilaku yang terdapat dalam karya fiksi tersebut pengarang harus mengikuti alur cerita yang telah ada apabila kisah yang diangkat merupakan cerita fiksi sejarah, namun pengarang juga mempunyai kebebasan sendiri dalam menentukan jalan cerita atau karakter tokoh yang akan diangkat dalam karya tersebut. Berbagai perilaku yang terdapat dalam karya cerita tentu saja saling berbeda antara satu tokoh dengan tokoh yang lainnya, namun dalam penelitian kali ini, penulis mencoba menggambarkan beberapa karakter tokoh yang terdapat pada Novel Kisah 47 Ronin ini. Dalam konteks masalah keprilakuan tidak jauh berbeda dengan permasalahan ilmu-ilmu sosial seperti phisikologi, sosiologi serta ilmu-ilmu sosial lainnya. Ilmu keprilakuan(behavior science), merupakan percabangan dari ilmuilmu sosial dalam arti luas. Hal ini dimaksudkan bahwa ilmu keprilakuan merupakan konsep awal dari ilmu-ilmu sosial yang lain. Wilhelm Wundt dalam Danim Sudarwan (1997:40) di laboratorium Psychology-Experimental mengatakan bahwa ketajaman panca indera, waktu reaksi dan ketrampilan gerak manusia memberi efek luas terhadap aktifitas dalam penelitian keprilakuan. Menurut Wilhelm perilaku manusia secara hipotek merupakan fungsi dari ketajaman panca indera, kapasitasnya melakukan reaksi dan kecekatannya dalam bergerak. Ilmu pengetahuan tingkah laku(behavioral scince),merupakan disiplin akademik dan intelektual yang relatif baru. Ilmu ini merupakan bagian dari limu pengetahuan sosial. 13

11 Kazt dan Rosenzweig dalam Danim Sudarwan (1979:52), telah sepakat bahwa ilmu pengetahuan tingkah laku (perilaku) telah menjadi ilmu (scientific discipline). Perilaku bunuh diri menurut Hidayat dalam Kiblat (1996 : 43-45), Individu yang melakukan tindakan bunuh diri berarti telah kehilangan jiwa dan pikiran. Dari hal ini dapat diartikan bahwa tindakan bunuh diri yang dilakukan orang tersebut berdasarkan ketidakmampuan untuk berfikir secara wajar dengan akal sehat, sehingga mengambil jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya agar lepas dari permasalahan yang dihadapinya. Emile Durkheim dalam Realitas Sosial (1985: ), berpendapat bahwa perilaku bunuh diri merupakan salah satu gejala sosial. Perilaku bunuh diri(junshi), yang dilakukan masyarakat Jepang merupakan salah satu cara kematian yang dilakukan seorang pengikut untuk mengikuti kematian majikannya. Junshi yang dilakukan seorang bawahan kepada atasannya merupakan wujud dari kesetiaan bawahan kepada atasan. Tujuan penelitian perilaku dalam skripsi ini yaitu untuk memahami, menjelaskan kepada pembaca atau para peneliti-peneliti awal mengenai pola perilaku para tokoh cerita melakukan bunuh diri (Junshi) berdasarkan latar belakang kisah yang terjadi pada saat itu. b. Kerangka Teori Penelitian ini lebih banyak menggabungkan antara sastra dengan budaya. Dalam hal ini sastra yang merupakan medium perantara dalam menyampaikan ide lebih banyak berorentasi dalam hal kebudayaan. Ratna (2005 : 10), berpendapat 14

12 bahwa intensitas hubungan antara sastra dan kebudayaan dapat dijelaskan melalui dua cara, pertama yaitu sebagaimana terjadinya intensitas hubungan antara sastra dengan masyarakat, sebagai sosiologi sastra, kaitan antara sastra dan kebudayaan dalam hal ini dipicu oleh stagnasi strukturalisme. Kedua, yaitu hubungan antara sastra dan kebudayaan juga dipicu oleh lahirnya perhatian terhadap kebudayaan, sebagai studi kultural. Melville J.Herskovits dan Bronislaw Malinowski dalam Ratna (1997:25), berpendapat bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Melville J.Herskovits dalam Ratna (1997:25), mengartikan kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa kebudayaan merupakan sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia. Wujud dari kebudayaan ini dapat berupa perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni dan lain-lain. Jadi dapat dikatakan bahwa sastra dan kebudayaan berbagi wilayah yang sama, yaitu aktivitas manusia tetapi dengan cara yang berbeda, sastra melalui kemampuan imajinasi dan kreativitas sedangkan kebudayaan lebih banyak melalui kemampuan akal sebagai kemampuan intelektualitas. Keterkaitan antara kedua hal ini tentu memiliki batasan tertentu, dalam proses analisis ini penulis menggunakan pandekatan historis, juga pendekatan semiotika. Pendekatan historis dalam hal ini dapat dihubungkan dengan teori tradisional. Teori ini berorientasi pada hal-hal sejarah dan makna yang terkandung dalam karya tersebut. 15

13 Namun dalam hal penelaahan karya sastra ini tetap berpatokan pada teks sastra, dalam hal ini adalah novel. Aminuddin (2000 : 46 ), mengatakan bahwa pendekatan historis adalah pendekatan yang menekankan pada pemahaman tentang biografi pengarang, serta latar belakang peristiwa yang melatari cerita tersebut. Pendekatan semiotika merupakan pendekatan yang menggunakan unsurunsur tanda dalam menganalisis. Hoed dalam Nurgiyantoro(1998: 40) berpendapat bahwa semiotika merupakan ilmu atau metode analisis yang mengkaji tanda. Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain yang dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan dan lain-lain. Tanda-tanda ini dapat berupa gerakan anggota badan, mulut,mata, warna, bentuk, karya seni : sastra, lukis, patung, film, tari, musik dan lain-lain yang berada di sekitar kita. Faruk (1994 : 44) mendefinisikan bahwa semiotika ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa seluruh kebudayaan sebagai suatu tanda. Teori Mimesis dalam Aminuddin (2000 : 57) memiliki anggapan bahwa teks sastra pada dasarnya merupakan wakil atau penggambaran dari realitas. Maka penulis mencoba menjabarkan bagaimana keadaan zaman pada saat terjadi, berdasarkan teks novel. Penelaahan ini tidak hanya meneliti bagaimana peristiwa yang terjadi berdasarkan sejarah tapi juga bagaimana karakter tokoh atau perilaku tokoh yang ada pada karya tersebut dan merupakan bagian dari sistem budaya masyarakat Jepang sendiri. Perilaku tokoh yang merupakan sentral point dalam skripsi ini akan penulis bahas sesuai dengan latar belakang sejarah, juga penjabaran mengenai 16

14 tanda-tanda yang terdapat dalam novel ini. Tanda ini berupa anggota gerakan tubuh atau karakter sifat manusia serta penggambaran realitas kehidupan yang ada pada saat itu. I.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok masalah yang telah di uraikan di atas, maka tujuan penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan sejarah kehidupan para tokoh cerita pada zaman Edo berdasarkan novel. 2. Mendeskripsikan apa yang melatari belakangi para Ronin untuk untuk melakukan Junshi dalam novel Kisah 47 Ronin. b. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat nantinya bagi pihak-pihak tertentu baik penulis maupun pembaca, diantaranya yaitu : 1. Bagi para peneliti yang ingin mempelajari mengenai salah satu perilaku masyarakat Jepang khususnya kaum samurai yaitu Junshi. 2. Sebagai sumber tambahan dalam penelitian sejarah Jepang yang berhubungan dengan Junshi. I.6. Metode Penelitian Metode dalam melakukan sebuah penelitian merupakan salah satu jalan untuk menghasilkan sebuah penelitian yang bagus. Dalam penelitian ini penulis 17

15 mencoba menggunakan metode Library Research (Studi kepustakaan) dan metode deskriptif. Menurut Koentjaraningrat ( 1976 : 30) penelitian deskriptif yaitu penelitian yang memberikan gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok. Dalam hal ini data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar,dan bukan data angka. Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan penelitian yang banyak menggunakan atau mengambil sumber acuan dari berbagai buku yang berhubungan dengan karya sastra, kritik sastra serta buku-buku lainnya sebagai literatur tambahan. Dalam memecahkan permasalahan penelitian ini, penulis mengumpulkan keseluruhan data yang ada yang berupa data tulisan. Data ini dapat berupa bukubuku, artikel, informasi baik dari media elektronik maupun tulisan, selain itu penulis juga memanfaatkan berbagai fasilitas seperti Perpustakaan Umum, Perpustakaan Progarm Studi Bahasa dan Sastra Jepang Fakultas Sastra, Perpustakaan Konsulat Jendral Jepang di Medan, serta website atau situs-situs yang menunjang dalam proses pengumpulan data-data dalam penelitian ini. 18

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang selain dikenal sebagai negara maju dalam bidang industri di Asia, Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra prosa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Selain itu, media massa juga melakukan banyak

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Selain itu, media massa juga melakukan banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi dan media massa saat ini memegang peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat. Selain itu, media massa juga melakukan banyak transformasi sosial dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang karya-karya sastranya telah dibaca dan di terjemahkan kedalam banyak bahasa. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. yang karya-karya sastranya telah dibaca dan di terjemahkan kedalam banyak bahasa. Seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang adalah salah satu negara maju yang telah melahirkan sastrawan sastrawan yang karya-karya sastranya telah dibaca dan di terjemahkan kedalam banyak bahasa.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sastra kita dapat menemukan gambaran hidup dan rangkaian sejarah yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam sastra kita dapat menemukan gambaran hidup dan rangkaian sejarah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu karya manusia yang menarik untuk dikaji adalah sastra, karena dalam sastra kita dapat menemukan gambaran hidup dan rangkaian sejarah yang sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia, (dan masyarakat) melalui

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia, (dan masyarakat) melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia, (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

BAHASA, BUDAYA, DAN IDENTITAS ORANG JEPANG DALAM NOVEL 47 RONIN KARYA JOHN ALLYN Oleh: Liastuti U.

BAHASA, BUDAYA, DAN IDENTITAS ORANG JEPANG DALAM NOVEL 47 RONIN KARYA JOHN ALLYN Oleh: Liastuti U. Lampiran Draft Artikel BAHASA, BUDAYA, DAN IDENTITAS ORANG JEPANG DALAM NOVEL 47 RONIN KARYA JOHN ALLYN Oleh: Liastuti U. ABSTRAK Di antara banyaknya nilai-nilai tradisional Jepang yang berakar dari budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang dianyam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kusut. Karya novel biasanya mengangkat berbagai fenomena yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kusut. Karya novel biasanya mengangkat berbagai fenomena yang terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil cipta atau karya manusia yang dapat dituangkan melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Selain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. pengarang tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius yang kemudian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu karya sastra tercipta tidak dalam kekosongan sosial budaya. Artinya, pengarang tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius yang kemudian dengan elegannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata-kata yang indah, gaya bahasa, dan gaya bercerita yang menarik (Zainuddin, 1992:99).

BAB I PENDAHULUAN. kata-kata yang indah, gaya bahasa, dan gaya bercerita yang menarik (Zainuddin, 1992:99). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusastraan, penggunaan kata-kata yang indah, gaya bahasa, dan gaya bercerita yang menarik (Zainuddin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. 7 BAB II LANDASAN TEORI E. Pengertian Psikologi Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. Psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis akan memaparkan beberapa penelitian sebelumnya,konsep dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama-tama penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan

Lebih terperinci

PENGABDIAN DIRI DALAM DRAMA KANADEHON CHUSINGURA

PENGABDIAN DIRI DALAM DRAMA KANADEHON CHUSINGURA Halaman 11 Chusin Gura PENGABDIAN DIRI DALAM DRAMA KANADEHON CHUSINGURA Hamzon Situmorang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Abstract The Kanadehon Chushingura is a drama writen by Chikamatsu Monzaemon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan suatu ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman. Ungkapan-ungkapan tersebut di dalam sastra dapat berwujud lisan maupun tulisan. Tulisan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki oleh setiap bangsa, oleh karena itu kebudayaan dari setiap bangsa saling berbedabeda.

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki oleh setiap bangsa, oleh karena itu kebudayaan dari setiap bangsa saling berbedabeda. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta rasa, karsa, dan rasa tersebut Koentjaraningrat (1976:28).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan rumpun. Koentjaraningrat (1976 : 28) menjelaskan budaya adalah daya

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan rumpun. Koentjaraningrat (1976 : 28) menjelaskan budaya adalah daya 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan dimiliki oleh setiap bangsa,oleh karena itu kebudayaan dari setiap bangsa saling berbeda, walaupun terkadang ada kesamaan seperti halnya kesamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif pada sebuah karya seni yang tertulis atau tercetak (Wellek 1990: 3). Sastra merupakan karya imajinatif yang tercipta dari luapan

Lebih terperinci

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang 1 PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan berbagai masalah yang dihadapinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan yang keberadaannya tidak merupakan keharusan (Soeratno dalam

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan yang keberadaannya tidak merupakan keharusan (Soeratno dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bagian dari kebudayaan yang dipengaruhi oleh segi-segi sosial dan budaya. Istilah sastra dipakai untuk menyebut gejala budaya yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KESETIAAN PARA TOKOH CERITA DALAM NOVEL KISAH 47 RONIN KARYA JOHN ALLYN

ANALISIS PERILAKU KESETIAAN PARA TOKOH CERITA DALAM NOVEL KISAH 47 RONIN KARYA JOHN ALLYN ANALISIS PERILAKU KESETIAAN PARA TOKOH CERITA DALAM NOVEL KISAH 47 RONIN KARYA JOHN ALLYN ( JOHN ALLYN NO SAKUHIN NO 47 RONIN NO SHOUSETSU NI OKERU SHUJINKOU NO SHINJITSU NO KOI NO BUNSEKI ) SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil cipta atau karya manusia yang dapat dituangkan melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Selain itu sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Dalam bab ini peneliti akan memaparkan tentang peneliti penelitian sebelumnya, konsep dan landasan teori. Peneliti penelitian sebelumnya berisi tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul skripsi, buku-buku yang digunakan dalam pengkajian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya tentang hakikat kehidupan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang adalah salah satu negara maju di Asia yang banyak memiliki sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di terjemahkan dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan menggunakan kajian

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan menggunakan kajian BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Sepanjang pengamatan peneliti, tidak ditemukan penelitian yang membahas nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. beberapa penulis dalam meneliti atau mengkaji karya sastra. Beberapa diantaranya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. beberapa penulis dalam meneliti atau mengkaji karya sastra. Beberapa diantaranya adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan temuan penulis, teori struktural genetik ini, sudah digunakan oleh beberapa penulis dalam meneliti atau mengkaji karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ijime atau penganiayaan merupakan fenomena sosial yang tidak dapat diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara maju juga

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media bahasa merupakan salah satu media yang digunakan oleh seorang sastrawan untuk menyampaikan karya seni yaitu sebuah karya sastra untuk para pembaca. Keindahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata sastra diambil dari bahasa latin dan juga sansekerta yang secara harafiah keduanya diartikan sebagai tulisan. Sastra merupakan seni dan karya yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa. Disebut zaman Edo karena pemerintahan keshogunan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa. Disebut zaman Edo karena pemerintahan keshogunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zaman Edo (1603-1867) adalah zaman dimana Jepang diperintah oleh keluarga Tokugawa. Disebut zaman Edo karena pemerintahan keshogunan Tokugawa pada waktu itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan akan menentukan kelangsungan hidup manusia. Seorang manusia tidak cukup dengan tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk institusi sosial dan hasil pekerjaan seni kreatif dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Hubungan antara sastra, masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan pun merupakan salah satu unsur intrinsik penting yang membangun jalannya cerita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan kehidupan manusia subjeknya. Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna

BAB I PENDAHULUAN. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra yang bersifat imajinasi (fiksi) dan karya sastra yang bersifat non

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra yang bersifat imajinasi (fiksi) dan karya sastra yang bersifat non BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra berdasarkan sifatnya dibagi menjadi dua macam sifat yaitu, karya sastra yang bersifat imajinasi (fiksi) dan karya sastra yang bersifat non imajinasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dipahami dan dinikmati oleh pembaca pada khususnya dan oleh masyarakat pada umumnya. Hal-hal yang diungkap oleh

Lebih terperinci

BAB I ANALISIS CERITA NOVEL NIJUSHI NO HITOMI KARYA SAKAETSUBOI DILIHAT DARI SEGI PRAGMATIK

BAB I ANALISIS CERITA NOVEL NIJUSHI NO HITOMI KARYA SAKAETSUBOI DILIHAT DARI SEGI PRAGMATIK BAB I ANALISIS CERITA NOVEL NIJUSHI NO HITOMI KARYA SAKAETSUBOI 1.1 Latar Belakang DILIHAT DARI SEGI PRAGMATIK Sastra meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia.sastra dilihat dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra (sansekerta/shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta sastra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal ini terbukti dengan banyaknya sastrawan sastrawan yang terkenal di dunia

BAB I PENDAHULUAN. hal ini terbukti dengan banyaknya sastrawan sastrawan yang terkenal di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudera Fasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: a. psikosastra b. kesepian c. frustasi d. kepribadian a. Psikologi Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan berbagai fenomena kehidupan manusia. Fenomena kehidupan manusia menjadi hal yang sangat menarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial. Karya sastra pada umumnya bersifat dinamis, sesuai

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial. Karya sastra pada umumnya bersifat dinamis, sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu cipta karya masyarakat, sedangkan masyarakat adalah salah satu elemen penting dalam karya sastra. Keduanya merupakan totalitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL SEPENGGAL BULAN UNTUKMU KARYA ZHAENAL FANANI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL SEPENGGAL BULAN UNTUKMU KARYA ZHAENAL FANANI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ASPEK SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL SEPENGGAL BULAN UNTUKMU KARYA ZHAENAL FANANI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Kukuh Iman Ujianto Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Anifah Restyana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat serta perasaan kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Dari beberapa penelusuran, tidak diperoleh kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang hampir sama adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika keindahan, dalam karya sastra itu sendiri banyak mengankat atau menceritakan suatu realitas yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah suatu hal yang yang tidak bisa lepas dari diri seorang manusia, dalam pribadi setiap manusia pasti memiliki rasa cinta atau rasa ingin tahu terhadap

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah sekaligus ujian untuk orangtuanya. Dalam perkembangannya pendidikan terhadap anak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegigihan adalah semangat pantang menyerah yang harus dimiliki untuk mencapai kesuksesan. Setiap manusia harus dapat membiasakan diri melihat setiap masalah yang muncul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan karya

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA.

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA. NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA. Oleh : Gilang Ratnasari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP-Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil dari imajinasi pengarang. Imajinasi yang dituangkan dalam karya sastra,

BAB I PENDAHULUAN. hasil dari imajinasi pengarang. Imajinasi yang dituangkan dalam karya sastra, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah hasil ciptaan manusia yang memiliki nilai keindahan yang sangat tinggi. Keindahan yang terdapat dalam sebuah karya sastra, merupakan hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 16 April 1988 film Grave of the Fireflies mulai beredar di

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 16 April 1988 film Grave of the Fireflies mulai beredar di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tanggal 16 April 1988 film Grave of the Fireflies mulai beredar di Jepang. Film ini dibuat berdasarkan novel semiautobiografi dengan judul Hotaru no Haka yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. sudah banyak yang meneliti, diantaranya : unsur-unsur intrinsik dalam novel 鸿 三代中国女人的故事

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. sudah banyak yang meneliti, diantaranya : unsur-unsur intrinsik dalam novel 鸿 三代中国女人的故事 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian tentang tokoh utama dalam novel tentu sudah banyak diteliti. Berikut ini peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto dalam

Lebih terperinci