BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Berdasarkan pustaka yang telah dikumpulkandari penelitiansebelumnya,
|
|
- Deddy Kurniawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan pustaka yang telah dikumpulkandari penelitiansebelumnya, ada beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. Berikut beberapa hasil penelitian yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini, yaitu: Saragih (2011) dengan penelitiannya yang berjudul Gimu dan Giri dalam Komik Say Hello to Black Jack Edisi 1-4 Karya Syuho Sato. Teori yang digunakan adalah teori semiotika, yaitu untuk menganalisis lambang bahasa yang mencerminkan sebuah nilai budaya. Adapun metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis, yaitu menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu dan masalah-masalah dalam masyarakat, termasuk hubungan tentang kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung. Selain itu, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan, yaitu dengan cara mengumpulkan, membaca, dan mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan objek yang diteliti. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perilaku yang mencerminkan gimu dan giri melalui percakapan maupun gambar yang terdapat dalam komik. Dari cerita itu dapat dilihat bahwa selaku mahasiswa kedokteran yang telah mendapat ijin praktik dokter, Eijiro Saito merasa berkewajiban untuk menyelesaikan tugasnya sampai tuntas. Selain itu, dia sangat menyayangi orang tuanya yang selalu mendukung dalam mencapai cita-cita, memenuhi kebutuhan hidup, dan biaya 9
2 10 sekolahnya. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah sama-sama mengkaji nilai budaya gimu dan giri. Adapun perbedaannya adalah penelitian yang dilakukan oleh Saragih hanya difokuskan pada gimu dan giri yang terdapat dalam komik Say Hello to Black Jack sedangkan penelitian ini selain menganalisis tentang gimu dan giri, juga menganalisis on yang tercermin dalam novel Nijushi no Hitomi karya Sakae Tsuboi. Kelebihan dari penelitian kali ini adalah mengkaji lebih dalam mengenai nilai budaya ondan jenis-jenis on yang ada dalam kehidupan masyarakat Jepang, khususnya dalam novel Nijushi no Hitomi.Penelitian yang dilakukan oleh Saragih memberikan gambaran mengenai konsep gimu dan giri yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian kali ini. Suyana (1994) dengan penelitiannya yang berjudul Budaya Pemberian dalam Masyarakat Jepang Telaah atas Konsep On, Giri,dan Ninjo sebagai Latar Belakang Budaya Pemberian dalam Masyarakat Jepang. Teori yang digunakan adalah teori pemberian yang dikemukakan oleh Marcel Mauss. Marcel Maus mengemukakan bahwa kebiasaan saling tukar-menukar pemberian adalah suatu proses sosial dinamik yang melibatkan keseluruhan anggota masyarakat sebagai sistem yang menyeluruh. Proses-proses dinamik tersebut terwujud melalui hakikat saling memberi yang mengharuskan si penerima untuk mengembalikan pemberian yang telah diterima. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis, yaitu penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan. Selanjutnya, digunakan teknik pengumpulan data dengan proses pencarian data yang mengedepankan interaksi untuk memahami realitas sosial. Hasil penelitian
3 11 ini menunjukkan adanya perilaku yang mencerminkan konsep on, giri,dan ninjo dalam kehidupan masyarakat Jepang.Hal ini terlihat dalamupacara-upacara atau kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Jepang, baik yang berhubungan dengan keadaan-keadaan khusus, seperti pernikahan, kelahiran, dan kematian, maupun ketika mengunjungi tetangga, teman, atau relasi. Konsep on, giri, dan ninjo menekankan adanya kewajiban sosial maupun moral yang dipikul seseorang untuk mengembalikan semua anugerah dan pemberian yang telah diterimanya dari orang lain. Persamaan dari penelitian yang dilakukan oleh Suyana dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji tentang budayaon dan giri. Perbedaannya penelitian yang dilakukan oleh Suyana difokuskan pada on, giri, dan ninjoyang terdapat dalam kehidupan masyarakat Jepangsedangkan penelitian kali ini mengacu pada nilai budaya on, gimu, dan giriyang tercermin dalam novel Nijushi no Hitomi karya Sakae Tsuboi. Kelebihan dari penelitian kali ini adalah lebih menekankan adanya nilai budaya gimudan jenis-jenis gimu yang ada dalam kehidupan masyarakat Jepang, khususnya dalam novel Nijushi no Hitomi.Karena penelitian yang dilakukan oleh Suyana berhubungandengan penelitian kali ini, yaitu budayaon dan giri maka penelitian tersebut dapat digunakan sebagai acuan. Unsriana (2012) dengan penelitiannya yang berjudul Peranan Dongeng dalam Pendidikan (Analisa Terhadap Lima Buah Dongeng Anak Jepang).Metode yang digunakan adalah studi pustaka, dengan mengutamakan data-data tentang ajaran moral on dan ongaeshi yang terkandung dalam dongeng anak-anak serta buku-buku lainnya yang menunjang penelitian. Dongeng tersebut dipilih dari
4 12 buku kumpulan dongeng berjudul Nihon no Mukashi Banashi yang telah diedit oleh Tsubota Jooji. Data penelitian yang dikumpulkan dianalisa menggunakan metode deskriptif analisis, dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan melakukan analisa secara objektif terhadap permasalahan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan dapat disampaikan kepada anak melalui tokoh-tokoh yang ada di dalam dongeng dengan cara mengidentifikasi perbuatan tokohtokohnya.pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan moral mengenai on dan ongaeshi. Konsep on dan ongaeshi yang dapat dianalisa dari lima buah dongeng anak Jepang, lebih menekankan adanya keikhlasan dalam melakukan suatu pemberian, baik pemberian yang berupa hadiah maupun bantuan atau pertolongan. Pemberian atau bantuan yang diterima tidak boleh dengan suatu harapan untuk menerima balasan atau bantuan yang telah diberikan (ongaeshi). Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Unsriana adalah sama-sama meneliti tentang konsep budaya onyang mengacu pada berbagai kewajiban sedangkan perbedaannya dalam penelitian Unsriana difokuskan pada nilai-nilai on dan nilai balas budi (ongaeshi) yang terdapat dalam dongeng anak-anak Jepang sedangkan dalam penelitian ini, lebih mengarah kepada nilai budaya on, gimu, dan giri yang terdapat dalam novel. Kelebihan dari penelitian kali ini, selain menganalisis mengenai on, juga menganalisis dan mengkaji lebih dalam mengenai gimu dan giri,serta jenis-jenisnya yang tercermin dalam novelnijushi no Hitomikarya Sakae Tsuboi.Oleh karena penelitian yang dilakukan oleh Unsriana berkaitan dengan konsep budaya on yang mengacu pada berbagai kewajiban maka penelitian tersebut dapat digunakan sebagai referensi.
5 13 Secara umum penelitian di atas dapat dijadikan sebagai perbandingan, acuan, atau referensikarena sama-sama meneliti tentang konsep budaya Jepang, diantaranya konsep budayaon, gimu, dan giri dalam suatu karya sastra. Objek penelitian yang digunakan juga beragam, seperti komik, dongeng, dan kehidupan dalam masyarakat Jepang yang berkaitan dengan penelitian. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya terletak pada objek yang dikaji dan teori yang digunakan. Penelitian ini menggunakan novel Nijushi no Hitomi sebagai objek penelitian dengan teori antropologi sastra. Selain itu, rumusan masalah yang dibahas juga berbeda. Penelitian ini membahas mengenai nilai budaya on, gimu, dan giri yang tercermin dalam novel Nijushi no Hitomi karya Sakae Tsuboi. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dalam bidang analisis karya sastra dan menerapkan teori sastra, khususnya teori antropologi sastra serta dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya, terutamapenelitian yang berhubungn dengan nilai budaya on, gimu, dan giri. 2.2 Konsep Sebuah konsep dalam sebuah penelitian dirasa sangat perlu karena konsep memiliki pengertian yang menunjuk pada sesuatu. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
6 On On mengandung arti suatu beban, hutang, atau sesuatu yang harus dipikul seseorang sebaik mungkin. On mengarah kepada hutang psikologi maupun sosial yang dikenakan kepada seseorang atas penerimaan bantuan dan secara moral penerima on wajib membalas bantuan atau pemberian yang telah ia terima. Seseorang menerima on dari atasannya dan tindakan menerima on dari siapa saja yang belum tentu atasannya menimbulkan perasaan bahwa orang itu lebih rendah daripada si pemberi on. Kewajiban ini secara otomatis telah dibebankan kepada orang Jepang sejak kecil atau selama hidup mereka. Dalam kehidupan sehari-hari, orang Jepang menganggap on sebagai moral umum dalam konsep etika. Pendidikan mengenai nilai-nilai on yang berkaitan dengan etika, diajarkan mulai dari lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Anak-anak diajarkanuntuk selalu memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan hutang dan rasa terima kasih atas pemberian atau bantuan yang telah diterima. Orang Jepang berusaha keras untuk melaksanakan kewajiban ini dan hutangnya tidak akan berkurang dengan berlalunya waktu namun sebaliknya, semakin lama hutang itu semakin bertambah (Benedict, 1982: ) Gimu Gimu adalah sekelompok kewajiban yang menjadi hutang seseorang kepada kaisar, negara, hukum, lingkaran keluarga terdekatnya, atau orang tua, dan kewajiban untuk bertanggung jawab terhadap pekerjaan. Pembayaran kembali yang maksimal atas kewajiban ini masih dianggap belum cukup dan tidak ada
7 15 batas jumlah dan waktu pembayarannya. Dengan kata lain, kewajiban ini tidak dapat dilakukan sepenuhnya dan tidak pernah berakhir sepanjang hidup seseorang. On yang diterima dengan pembayaran kembali secara gimu, sama sekali tidak dapat dihindari oleh orang Jepang namun karena tidak ada ketentuan mengenai bentuk, cara, dan waktu pembayarannya, maka seseorang tidak merasa keberatan untuk menerima on dengan resiko gimu ini. Artinya, tidak ada rasa terpaksa dan keengganan dalam melakukan pembayaran terhadap on yang diterima(benedict, 1982: ). Gimu terbagi menjadi tiga kategori, yaitu: 1. Chu Chu adalah salah satu jenis kewajiban gimu yang ditujukan kepada kaisar, hukum, dan negara. Kewajiban chu adalah konsep balas budi tanpa batas, yang harus diterima seseorang dengan rasa terima kasih yang mendalam.bahkan, dalam suatu perang masyarakat Jepang rela mengorbankan keluarga dan mengesampingkan kepentingan-kepentingan pribadinya. Karena mereka menganggap bahwa berkorban demi negara adalah salah satu kehormatan yang tak terhingga.oleh karena itu, orang Jepang berpendapat bahwa patuh pada chu merupakan pembayaran kembali atas hutangnya dan hal tersebut adalah suatu kebajikan tertinggi (Benedict, 1982: ). 2.Ko Ko adalah kewajiban terhadap orang tua dan nenek moyang. Kewajiban ko adalah pembayaran on kepada orang tua sendiri karena orang Jepang menyadari
8 16 bahwa mereka telah menerima on dari orang tuanya masing-masing. On tersebut adalah segala hal yang telah dilakukan oleh orang tua untuk membesarkan dan mendidik mereka sehingga anak-anak berusaha dengan sungguh-sungguh untuk membalasnya dengan cara patuh dan hormat kepada orang tua mereka. Di Jepang semua tugas seperti itu dicakup oleh ko kepada orang tua dan kepada orang tuanya orang tua (leluhur atau nenek moyang) (Benedict, 1982: ). 3.Nimmu Nimmu adalah kewajiban terhadap pekerjaan, yaitu bertanggung jawab atas pekerjaan yang ditugaskan sampai tuntas (Benedict, 1982: 125). Contoh perilaku yang mencerminkan adanya budaya nimmu di Jepang adalah karoshi. Karoshi adalah mati karena bekerja berlebihan atau overtime working. Mereka melakukan karoshi ini karena mereka merasa berkewajiban atau merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya Giri Giriadalah hutang yang harus dilunasi dengan perhitungan yang pasti atas suatu kebajikan yang diterima dan memiliki batas waktu dalam pembayarannya. Giri tidak hanya berlaku antara dua pihak yang memiliki status yang berbeda, tetapi bisa juga berlaku diantara orang yang memiliki status sederajat, seperti antar teman, tetangga, dan relasi-relasi. Giri merupakan salah satu kewajiban untuk mengembalikan semua anugerah yang pernah diterima dengan nilai yang sama persis sehingga pemenuhan kewajiban giri yang kurang dari nilai yang
9 17 diterima menyebabkan seseorang dicap sebagai orang yang tidak tahu giri(benedict, 1982: ). Giri terbagi menjadi dua kategori, yaitu: 1.Giri Terhadap Dunia Giriterhadap dunia mencakup kewajiban tehadap tuan pelindung, sanak keluarga jauh, dan orang-orang yang bukan keluarga. Giri terhadap dunia dapat digambarkan dengan dipenuhinya hubungan-hubungan yang bersifat kontrak, seperti hubungan dengan mertua atau hubungan dengan atasan. Pernikahan di Jepang merupakan kontrak antara dua keluarga dan mereka menganggap bahwa melaksanakan kewajiban-kewajiban kontrak itu terhadap keluarga mertua adalah bekerja untuk giri. Giri tidak hanya kewajiban terhadap mertua, tetapi kewajiban terhadap paman, bibi, keponakan pria, dan wanita berada dalam kategori yang sama. Hubungangiri yang besar, yang oleh orang Jepang bahkan dianggap lebih penting daripada giri terhadap mertua adalah giri seorangpengikut terhadap tuannya dan giri terhadap sesama rekan prajurit. Hal tersebut merupakan kesetiaan yang diwajibkan atas seseorang terhadap atasannya dan rekan-rekannya yang setaraf (Benedict, 1982: ). 2.Giri Terhadap Nama Baik Giri terhadap nama baik, yaitu seseorang diwajibkan membersihkan reputasi dari penghinaan dan tuduhan atas kegagalan atau balas dendam. Jepang mengagungkan tema balas dendam sama seperti mengagungkan kesetiaan sampai mati. Kesetiaan tersebut adalah giri kepada penguasa dan pembalasan dendam
10 18 atas suatu penghinaan.kewajiban tersebut adalah tindakan-tindakan yang tetap menjaga reputasi baik seseorang tanpa mendasarkannya pada suatu hutang tertentu yang sebelumnya dimiliki seseorang terhadap orang lain. Karena itu, termasukdidalamnya melaksanakan segala macam persyaratan etiket menurut tempat seseorang yang sesuai, misalnya jika merasa sakit sama sekali tidak memperlihatkannya dan tetap mempertahankan reputasi dalam profesi atau keahlian. Giri terhadap nama baik juga mencakup tingkah laku yang tenang dan terkendali, yaitu dengan tidak memperlihatkan perasaan serta mempertahankan harga diri. Harga diri adalah salah satu wujud dari giri terhadap nama baik. Tingkah laku demikian adalah bagian dari rasa hormat seseorang terhadap dirinya sendiri (Benedict, 1982: ) Zaman Showa Zaman Showa (25 Desember Januari 1989) adalah salah satu zaman pada abad ke-20. Zaman Showa berlangsung pada masa pemerintahan kaisar Hirohito. Ketika itu, Jepang mulai melakukan ekspansi ke Asia Timur dan Tenggara, kemudian dilanjutkan dengan Perang Dunia Kedua pada tahun Peristiwa tersebut merupakan bagian dari masa konflik dan kekacauan di seluruh dunia. Dengan berlanjutnyaperang, banyak anak laki-laki direkrut untuk menjadi tentara. Barang-barang kebutuhan pokok secara drastis tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga dilakukannya sistem catur. Murid-murid SMP dikerahkan ke pabrik-pabrik, anak-anak yang ada di kota besar diungsikan ke
11 19 desa-desa petani, dan di kota diadakan latihan pertahanan udara untuk mempertahankan diri dari serangan udara (Toyoko, 1995: 64-65). Kondisi perekonomian Jepang mengalami kegoncangan seiring dengan krisis ekonomi yang melanda seluruh dunia pada tahun Kehidupan masyarakat pada waktu itu mengalami penderitaan yang luar biasa, terutama kehidupan para petani. Mereka terbebani dengan bekerja keras sepanjang hari, tetapi hasil pertaniannya hanya cukup menunjang hidupnya yang sederhana. Kaum petani biasanya disebut hyakusho, sebuah istilah yang berarti kemiskinan dan status sosial yang rendah. Sebelum Perang Dunia Kedua, sangat mudah membedakan anak desa dan anak kota hanya dengan melihat cara berpakaiannya (Tadashi, 1988: 16). Pada zaman Taisho ( ), beberapa kebudayaan barat semakin berkembang dan mengakar dalam masyarakat Jepang hingga zaman Showa, misalnya dalam hal berpakaian. Laki-laki sebagian besar memakai pakaian gaya barat sedangkan yang perempuan tetap memakai kimono, tetapi gaya dan riasannya meniru gaya barat. Ketika itu, muncul fenomena mobo dan moga, yakni sebutan bagi laki-laki maupun perempuan yang berpenampilan dan menjalankan gaya hidup layaknya orang-orang Barat. Fenomena mobo dan moga banyak dimuat di berbagai media massa sehingga masyarakat Jepang tertarik dan akhirnya mencoba mengikuti penampilan dan gaya berpakaian orang-orang Barat (Tetsuo, 1977: ).
12 Landasan Teori Pada bagian ini, teori yang dijadikan sebagai acuan untuk menganalisis novel Nijushi no Hitomi karya Sakae Tsuboiadalah teori antropologi sastrayang dikemukakan oleh Suwardi Endraswara Teori Antropologi Sastra Atropologi sastra adalah kajian sastra yang menekankan pada warisan budaya masa lalu. Warisan budaya tersebut dapat terlihat dalam karya-karya sastra klasik dan modern. Selain itu, antropologi sastra menyangkut masalah budaya yang merupakan bagian dari unsur ekstrinsik karya sastra. Pada dasarnya pengkajian unsur ekstrinsik tidak dapat berdiri sendiri atau terlepas dari unsur intrinsik. Kedua unsur tersebut bersama-sama membangun struktur karya sastra. Oleh karena itu, untuk memahami unsur antropologi selain melalui penokohan, dapat juga dilihat melalui latar.penelitian antropologi sastra menekankan pada dua hal. Pertama, meneliti tulisan-tulisan etnografi yang berbau sastra untuk melihat estetiknya. Kedua, meneliti karya sastra dari sisi pandang etnografi untuk melihat aspek-aspek budaya masyarakat. Etnografi adalah deskripsi tentang kebudayaan suku-suku bangsa yang hidup dan tersebar di muka bumi sedangkan karya sastra bersifat imajinasi. Oleh karena itu, peneliti antropologi sastra dapat meneliti keduanya dalam bentuk paparan etnografi yang terdapat pada karya sastra sebagai sumber informasi (Endraswara, 2013: ). Dengan demikian, fungsi antropologi sastra adalah sebagai sumber informasi untuk memperkenalkan khasanah budaya bangsa sehingga nilai budaya tersebutdikenal oleh masyarakat.
13 21 Dipihak lain, Endraswara (Sudikan, 2007: 1-2) menyatakan bahwa penelitian antropologi sastra merupakan celah baru penelitian sastra, banyak hal menarik yangdapat digali dalam penelitian. Peneliti sastra dapat mengungkap berbagai hal yang berhubungan dengan kiasan-kiasan antropologi. Selain itu, peneliti juga dapat dengan leluasa memadukan kedua disiplin ilmu tersebut secara interdisipliner, karena baik sastra maupun antropologi sama-sama berbicara tentang manusia. Suatu hal yang lumrah apabila ahli-ahli antropologi beralih pada sumbersumber tertulis, seperti karya-karya sastra. Karya-karya sastra tersebut tidak hanya mengungkapkan berbagai pengalaman masyarakat setempat, tetapi juga komentarkomentar khusus yang berhubungan dengan pengalaman mereka. Karya sastra diciptakan oleh sastrawan berdasarkan pengalaman hidupnya sehari-hari. Apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan dalam kehidupan diungkapkan dengan imajinasi, serta diekspresikan melalui kata-kata yang indah (Endraswara dalam Sudikan, 2007: 2-3). Dari teori antropologi sastra yang diutarakan oleh Endraswara, teori tersebut dapat menjadi landasan dalam melakukan penelitian dengan judul nilai budaya on, gimu, dan giri dalam novelnijushi no Hitomi karya Sakae Tsuboi. Teori antropologi sastra digunakan untuk membahas nilai budaya on, gimu, dan giriyang telah berkembang dan diterapkan dalam kehidupan masyarakat melalui fenomena sosial budaya yang terdapat dalam novel.
BAB I PENDAHULUAN. Pembayaran-pembayaran tanpa batas atas hutang ini disebut gimu. Gimu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi bangsa Jepang, on merupakan rasa berhutang yang utama dan selalu ada dalam kehidupan manusia. Karena adanya rasa berhutang maka orang Jepang merasa berkewajiban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang menempati suatu wilayah tertentu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sekelompok orang yang menempati suatu wilayah tertentu yang secara langsung atau tidak langsung saling berhubungan untuk memenuhi kebutuhannya
Lebih terperinciNILAI BUDAYA ON, GIMU, DAN GIRI DALAM NOVEL NIJUSHI NO HITOMI KARYA SAKAE TSUBOI
1 NILAI BUDAYA ON, GIMU, DAN GIRI DALAM NOVEL NIJUSHI NO HITOMI KARYA SAKAE TSUBOI Ni Putu Sri Radha Rani Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstract This research
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan
Lebih terperinciBAB 5 RINGKASAN. Kebudayaan merupakan salah satu warisan dari nenek moyang yang dimiliki
BAB 5 RINGKASAN Kebudayaan merupakan salah satu warisan dari nenek moyang yang dimiliki oleh suatu negara. Seorang ahli antropologi yang bernama Koentjaraningrat (1990:180) mengatakan bahwa, kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Novel Nijūshi No Hitomi ( 二二二二二 ) merupakan karya seorang penulis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Novel Nijūshi No Hitomi ( 二二二二二 ) merupakan karya seorang penulis cerita anak-anak sekaligus penulis novel wanita terkenal dari negara Jepang yang bernama Tsuboi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah Jepang melakukan pembangunan pabrik-pabrik yang dikelola langsung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dimulainya pemerintahan Meiji (1868-1912) negara Jepang terus mengadakan pembaharuan agar dapat sejajar dengan Negara Barat. Pemerintah menerapkan kebijakan negara
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut, antara
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, baik skripsi maupun hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata sastra diambil dari bahasa latin dan juga sansekerta yang secara harafiah keduanya diartikan sebagai tulisan. Sastra merupakan seni dan karya yang berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komik dan novel, sering digambarkan masyarakat Jepang mengekspresikan rasa terima
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Jepang memiliki rasa terima kasih yang tinggi. Dalam beberapa film, drama, komik dan novel, sering digambarkan masyarakat Jepang mengekspresikan rasa terima
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. dalam cerita, dan bagaimana penempatannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tokoh Penokohan merupakan suatu bagian terpenting dalam membangun sebuah cerita. Penokohan mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan tokoh dalam cerita, dan
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Dalam kehidupan, manusia yang adalah mahluk sosial selalu membutuhkan
Bab 5 Ringkasan Dalam kehidupan, manusia yang adalah mahluk sosial selalu membutuhkan kehadiran orang lain di dalam hidupnya untuk bisa melengkapi. Hubungan diantara manusia tersebut kemudian menimbulkan
Lebih terperinciNILAI BUDAYA ON, GIMU, DAN GIRI DALAM NOVEL NIJUSHI NO HITOMI KARYA SAKAE TSUBOI
1 SKRIPSI NILAI BUDAYA ON, GIMU, DAN GIRI DALAM NOVEL NIJUSHI NO HITOMI KARYA SAKAE TSUBOI NI PUTU SRI RADHA RANI PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengalaman yang telah dialaminya sendiri atau pengalaman yang dialami oleh orang
BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Karya sastra merupakan suatu hasil cipta sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Karya sastra diciptakan pengarang berdasarkan pengalaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang selain dikenal sebagai negara maju dalam bidang industri di Asia, Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra prosa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimiliki oleh setiap bangsa, oleh karena itu kebudayaan dari setiap bangsa saling berbedabeda.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta rasa, karsa, dan rasa tersebut Koentjaraningrat (1976:28).
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. 2.1 Giri dan Ninjou Dalam Budaya Masyarakat Jepang
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Giri dan Ninjou Dalam Budaya Masyarakat Jepang Menurut Kusunoki (1993:6) yang dituntut dari Japanologi adalah studi gejala-gejala budaya yang begitu luas yang berhubungan dengan
Lebih terperinciBAB I ANALISIS CERITA NOVEL NIJUSHI NO HITOMI KARYA SAKAETSUBOI DILIHAT DARI SEGI PRAGMATIK
BAB I ANALISIS CERITA NOVEL NIJUSHI NO HITOMI KARYA SAKAETSUBOI 1.1 Latar Belakang DILIHAT DARI SEGI PRAGMATIK Sastra meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia.sastra dilihat dari
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. lain. Keluarga adalah lingkungan interaksi manusia yang pertama. Keluarga
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam menjalani kehidupannya manusia selalu membutuhkan interaksi dengan orang lain. Keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berjalannya waktu karya sastra di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal tersebut dibuktikan dari banyaknya karya sastra yang mucul dalam kalangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perlawanan budaya merupakan perjuangan hak yang bertentangan agar terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan untuk melakukan perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. commit to user
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya tentang hakikat kehidupan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dihayati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai media hiburan,
Lebih terperinciDEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SKRIPSI GIMU DAN GIRI DALAM KOMIK SAY HELLO TO BLACK JACK EDISI 1-4 KARYA SYUHO SATO SATO SYUHO NO DAI 1 KAN KARA DAI 4 KAN MADE NO SAY HELLO TO BLACK JACK MANGA NI OKERU GIMU TO GIRI Dikerjakan O L E
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak makna dan banyak aspek didalamnya yang dapat kita gali. Karya sastra lahir karena ada daya
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. karakter manusia, melebur dalam masyarakat dan berbaur menjadi satu,
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masyarakat merupakan ruang lingkup yang luas dalam kehidupan. Bermacammacam karakter manusia, melebur dalam masyarakat dan berbaur menjadi satu, membentuk keragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah
Lebih terperinciKAJIAN NILAI DIDAKTIS CERITA RAKYAT SEBAGAI KONSTRIBUSI PENYUSUNAN BAHAN BACAAN PESERTA DIDIK DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA
KAJIAN NILAI DIDAKTIS CERITA RAKYAT SEBAGAI KONSTRIBUSI PENYUSUNAN BAHAN BACAAN PESERTA DIDIK DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA Ayu Puspita Indah Sari dan Hastari Mayrita Universitas Bina Darma Abstrak
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
IMPLEMENTASI NILAI GOTONG-ROYONG DAN SOLIDARITAS SOSIAL DALAM MASYARAKAT (Studi Kasus pada Kegiatan Malam Pasian di Desa Ketileng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah sebuah kreasi yang indah, baik lisan maupun tulisan yang memiliki peran penting dalam menciptakan karya sastra dengan hakikat kreatif dan imajinatif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. Hal tersebut dapat dilihat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan pada umumnya selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Demikian halnya dengan kesusastraan Indonesia. Perkembangan kesusastraan Indonesia sejalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang dibagi menjadi dua aliansi militer, yaitu sekutu dan poros 1. Perang ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang Dunia II adalah konflik militer global yang terjadi pada 1 September 1939 sampai 2 September 1945 yang melibatkan sebagian besar negara di dunia, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,
Lebih terperincicommit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu perwujudan dari seni dengan menggunakan lisan maupun tulisan sebagai medianya. Keberadaan sastra, baik sastra tulis maupun bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Buton dalam kehidupannya terikat kuat oleh tradisi lisan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Buton dalam kehidupannya terikat kuat oleh tradisi lisan. Tradisi lisan tersebut berupa tuturan yang memberi ciri khas terhadap individu atau kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cerpen yang berjudul Saigo No Ikku ( 最後の一句 ) karya Mori Oogai,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cerpen yang berjudul Saigo No Ikku ( 最後の一句 ) karya Mori Oogai, dibuat pada tahun 1915 ( 大正四年 ), pada waktu ia berusia 53 tahun. Cerpen ini dimuat dalam buku
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Banyak cara yang dapat digunakan untuk berhubungan atau berkomunikasi dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu bentuk seni kreatif yang di dalamnya mengandung nilainilai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk seni kreatif yang di dalamnya mengandung nilainilai keindahan. Sebuah karya sastra bukan ada begitu saja atau seperti agak dibuat-buat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kesatuan yang memiliki beranekaragam kebudayaan. Budaya Indonesia yang beraneka ragam merupakan kekayaan yang perlu dilestarikan dan dikembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ).
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI 2.1. Masyarakat Agraris Sejak zaman tokugawa sampai akhir perang dunia II, sistem keluarga Jepang diatur oleh konsep Ie dan bahkan mendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalani kehidupannya di masyarakat yang penuh dengan berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang dimilikinya.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dibutuhkan dalam penelitian sebab di dalamnya akan ditemui aspekaspek
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep dibutuhkan dalam penelitian sebab di dalamnya akan ditemui aspekaspek yang menyangkut masalah yang akan diteliti sehingga ruang lingkup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kata-kata yang indah, gaya bahasa, dan gaya bercerita yang menarik (Zainuddin, 1992:99).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusastraan, penggunaan kata-kata yang indah, gaya bahasa, dan gaya bercerita yang menarik (Zainuddin,
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu:
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: a. psikosastra b. kesepian c. frustasi d. kepribadian a. Psikologi Sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan kreativitas manusia. Karya sastra lahir dari pengekspresian endapan pengalaman yang telah ada dalam jiwa
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Nilai Pendidikan Salah satu karya sastra seperti novel terdapat di dalamnya nilai pendidikan yang dapat dipetik oleh pembaca melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang menciptakan
Lebih terperinciINTISARI BAB I PENDAHULUAN
INTISARI Novel teenlit menjadi fenomena menarik dalam perkembangan dunia fiksi di Indonesia. Hal itu terbukti dengan semakin bertambahnya novel-novel teenlit yang beredar di pasaran. Tidak sedikit pula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan termasuk salah satu dasar pengembangan karakter seseorang. Karakter merupakan sifat alami jiwa manusia yang telah melekat sejak lahir (Wibowo, 2013:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hasil dari imajinasi pengarang. Imajinasi yang dituangkan dalam karya sastra,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah hasil ciptaan manusia yang memiliki nilai keindahan yang sangat tinggi. Keindahan yang terdapat dalam sebuah karya sastra, merupakan hasil dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Humanisme merupakan aliran dalam filsafat yang memandang manusia itu
Bab 5 Ringkasan Humanisme merupakan aliran dalam filsafat yang memandang manusia itu bermartabat luhur, mampu menentukan nasib sendiri, dan dengan kekuatan sendiri mampu mengembangkan diri. Pandangan ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karya sastra tersebut adalah prosa. Prosa sendiri identik dengan sebuah karya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1. Latar Belakang Karya sastra dari awal kemunculannya hingga sampai saat ini mempunyai banyak keragaman jenis dan telah digolongkan dalam beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa barang maupun uang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. menyerahkan sesuatu kepada orang lain sebagai bentuk ucapan terima
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang lazim pernah memberi sesuatu kepada orang lain, baik berupa barang maupun uang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 205), kata memberi memiliki beberapa
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI
BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI Dalam bab ini berisi tentang analisa penulis terhadap hasil penelitian pada bab III dengan dibantu oleh teori-teori yang ada pada bab II. Analisa yang dilakukan akan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebudayaan sebagai warisan leluhur yang dimiliki oleh masyarakat setempat, hal ini memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dengan masyarakat mempunyai hubungan yang cukup erat. Apalagi pada zaman modern seperti saat ini. Sastra bukan saja mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Simpulan. hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok
digilib.uns.ac.id BAB V PENUTUP A. Simpulan Fokus kajian dalam penelitian ini adalah menemukan benang merah hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok Sawitri terhadap
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisi penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan preposisi-preposisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan menurunnya angka kelahiran adalah permasalahan yang banyak dialami negara maju, salah satu negara yang mengalaminya adalah Jepang. Jepang telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Psikologi berasal dari kata Yunani, psycheyang berarti jiwa dan logosyang berarti ilmu atau ilmu pengetahuan (Jaenudin, 2012:1). Psikologi terus berkembang seiring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mitos adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap suci oleh masyarakat tempat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mitos adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap suci oleh masyarakat tempat mitos tersebut berasal. Tokoh-tokoh dalam mitos umumnya adalah para dewa atau makhluk setengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi
Lebih terperinciRingkasan Novel Grotesque
Ringkasan Novel Grotesque Sekolah Q merupakan sekolah elit yang diperuntukkan bagi siswa-siswi yang pandai. Ketika seorang anak berhasil menjadi murid sekolah Q, orang tua anak tersebut akan merasa sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk dipelajari. Dari segi sejarah, agama, kepercayaan, budaya, bahkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Korea Selatan termasuk salah satu negara yang sangat unik dan menarik untuk dipelajari. Dari segi sejarah, agama, kepercayaan, budaya, bahkan kehidupan bermasyarakatnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi
Bab 1 Pendahuluan 1.1 latar belakang Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi kedisiplinan dalam tatanan hidup umat manusia sebagai makhluk sosial secara menyeluruh.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perwujudan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu dalam rangka membentuk generasi bangsa yang memiliki karakter dengan kualitas akhlak mulia, kreatif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat dikatakan masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan membaca karya sastra pembaca atau masyarakat umum dapat mengetahui kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin dari
Lebih terperinciOleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
NILAI-NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL SURAT DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN DI SMA Oleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Ntriwahyu87@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai luapan emosi pengarang yang diekspresikan melalui kata-kata.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya novel adalah sebuah karya sastra yang membangun sebuah dunia yang utuh sesuai dengan keinginan pengarangnya. Dunia tersebut dapat dikatakan sebagai luapan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang dialaminya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang (Faruk, 2010: 44). Karya
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang (Faruk, 2010: 44). Karya sastra berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi secara nyata atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap gejala atau objek yang dinamakan karya sastra. Pembicaraan karya sastra
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian sastra pada hakikatnya merupakan penerapan pendekatan ilmiah terhadap gejala atau objek yang dinamakan karya sastra. Pembicaraan karya sastra tidak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Adapun tujuan dan metode penelitian juga tercantum dalam pendahuluan.
Bab 5 Ringkasan 5.1 Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Analisis Psikologi Transgender Pada Tokoh Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Dalam bab ini, penulis akan menjabarkan ringkasan dari
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada diri pembaca. Karya juga merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang penelitian. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada unsur intrinsik novel, khususnya latar dan objek penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang
Lebih terperinci