PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK SETING DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN MEDIA AUDIO- VISUAL MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS DAN PENALARAN

Transkripsi

1 PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK SETING DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN MEDIA AUDIO- VISUAL MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS DAN PENALARAN I Kadek Eno Ariawan 1, I Wyn. Sujana 2, I Kt. Adnyana 3 1,2,3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia {eno.racka@gmail.com 1, sujanawyn59@gmail.com 2, adnyana_putra54@yahoo.com 3 ABSTRAK Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dan penalaran siswa kelas V SDN 21 Dauh Puri melalui penerapan pendekatan saintifik seting audio-visual. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dengan subjek dalam penelitian ini terdiri dari 32 siswa. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode tes objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa, sedangkan data kemampuan penalaran siswa dikumpulkan dengan menggunakan metode tes tertulis dalam bentuk tes uraian. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada pra siklus 63% dengan kategori rendah meningkat menjadi 67,37% dengan kategori sedang pada siklus I, dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 80,31% dengan kategori tinggi. Ketuntasan klasikal pada penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siklus I mencapai 43,75% meningkat menjadi 87,5% pada siklus II. Selain itu juga terjadi peningkatan pada persentase kemampuan penalaran siswa pada siklus I, yaitu 69,81% dengan kategori sedang meningkat menjadi 80,12% pada siklus II dengan kategori tinggi. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik seting audio-visual dapat meningkatkan dan penalaran siswa kelas V SDN 21 Dauh Puri. Kata kunci: discovery learning, kemampuan penalaran, kompetensi pengetahuan, pendekatan saintifik Abstract This classroom action research aims to determine the increase competence mastery of knowledge IPS and reasoning fifth grade students of SDN 21 Dauh Puri through the application of a scientific approach to discovery learning setting aided audio - visual media. This study was conducted in two cycles, with the subjects in this study consisted of 32 students. Data collected IPS knowledge mastery of competencies using an objective test in the form of multiple-choice regular, while data collected students' reasoning skills using written tests in the form of a test description. The collected data were analyzed using descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis method. The results showed that the increase in the average percentage of IPS knowledge mastery of competencies in pre-cycle 63 % with low category increased to % with category in the first cycle, and increased again in the second cycle into % with a high category. Classical completeness on the mastery of knowledge 1

2 competency IPS in the first cycle reaches % increase to 87.5 % in the second cycle. There was also an increase in the percentage of reasoning abilities of students in the first cycle, which is % with category increased to % in the second cycle with high category. From the results, it can be concluded that the application of a scientific approach to discovery learning setting aided audio - visual media can increase competence mastery of knowledge IPS and reasoning fifth grade students of SDN 21 Dauh Puri. Keywords: discovery learning, reasoning abilities, competence knowledge, scientific approach PENDAHULUAN Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas pendidikan yang lebih maju. Peningkatan kualitas untuk mewujudkan pendidikan yang lebih maju sudah dilakukan dengan berbagai cara salah satunya dengan melakukan perubahan kurikulum yang terjadi seiring perkembangan jaman dan teknologi yang semakin pesat. Perubahan kurikulum dari waktu ke waktu bukan tanpa alasan dan landasan yang jelas, sebab perubahan ini disemangati oleh keinginan untuk terus memperbaiki, mengembangkan, dan meningkatkan kualitas sistem pendidikan nasional. Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2013 mengimplementasikan kurikulum baru sebagai penyempurnaan kurikulum sebelumnya, yakni dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disempurnakan menjadi Kurikulum Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir, yakni pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa, pola pembelajaran yang satu arah menjadi pola pembelajaran yang interaktif, pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring, pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari, pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak, dan pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis. Dalam Kurikulum 2013 proses pembelajarannya berlangsung secara tematik terpadu dan menggunakan pendekatan saintifik. Pembelajaran Tematik Terpadu (PTP) atau integrated thematic instruction (ITI) dikembangkan pertama kali pada awal tahun 1970-an. Pembelajaran tematik terpadu merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa muatan materi mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna bagi siswa (Rusman, 2015: 140). Dan dalam proses pembelajarannya, Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik yang menekankan analisis tentang proses berpikir dan memupuk kemampuan berpikir serta pemahaman siswa. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak tergantung pada informasi searah dari guru. Sehingga kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu serta melalui pendekatan saintifik ini siswa bersamasama diajak mengamati, menanya, menalar, merumuskan, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan, sehingga siswa dapat dengan benar menguasai materi yang dipelajari dengan baik (Majid, 2014: 193). Ilmu Pengetahuan Sosial atau yang sering disingkat IPS merupakan salah satu muatan materi mata pelajaran yang masuk ke dalam pembelajaran tematik terpadu dalam Kurikulum IPS 2

3 merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, dan ilmu politik. Menurut Gunawan(2011: 20) tujuan IPS SD adalah (a) membekali siswa dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan kelak di masyarakat; (b) membekali siswa dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat; (c) membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan berbagi bidang keilmuan serta keahlian; (d) membekali siswa dengan kesadaran sikap dan mental yang positif serta keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan; (e) memiliki siswa dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Kenyataannya, muatan materi mata pelajaran IPS kurang diminati oleh siswa. Hal ini dikarenakan muatan materi mata pelajaran IPS lebih banyak mengulas mengenai sejarah yang mana siswa dituntut untuk lebih banyak menghafal. Keadaan ini hendaknya dapat mengubah paradigma seseorang mengenai muatan materi mata pelajaran IPS, agar muatan materi mata pelajaran IPS tetap diminati layaknya muatan materi mata pelajaran lainnya. Perbaikan kualitas pendidikan yang seperti ini hendaknya dicarikan solusi dalam pemecahan masalahnya. Salah satu faktor yang dapat memperbaiki kualitas pendidikan itu sendiri adalah peran serta seorang guru, mengingat guru merupakan orang yang secara langsung berhadapan dengan siswa dalam melaksanakan proses belajar mengajar, sehingga pada akhirnya output pendidikan dapat dirasakan oleh masyarakat. Guru merupakan pelaksana terdepan pendidikan anak-anak di sekolah. Oleh karena itu berhasil tidaknya upaya memperbaiki kualitas pendidikan banyak ditentukan juga oleh kemampuan yang ada pada guru dalam mengemban tugas pokok sehari-harinya yaitu pengelolaan pembelajaran di sekolah. Dalam proses pembelajaran guru perlu menyajikan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa, yang bertujuan untuk terpenuhinya suatu kompetensi dan profesionalisme guru dalam membelajarkan siswa. Penggunaan berbagai model pembelajaran yang ditawarkan dalam melaksanakan proses belajar mengajar dapat memperbaiki pembelajaran yang senantiasa monoton dilakukan oleh guru. Penggunaan model pembelajaran yang disertai dengan media yang mendukung juga mempunyai kontribusi dalam meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar. Penggunaan media pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran dapat membangkitkan minat belajar siswa. Guru dituntut untuk menguasai penggunaan berbagai macam media dan strategi yang menyenangkan serta disesuaikan dengan keadaan sekolah tersebut. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada Senin, 16 Nopember 2015, dengan wali kelas V menyatakan bahwa penguasaan kompetensi pengetahuan siswa kelas V pada muatan materi mata pelajaran IPS di SDN 21 Dauh Puri masih berada di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dari seluruh siswa yang berjumlah 32 orang, siswa yang tergolong tuntas berjumlah 12 orang (37,5%) dan siswa yang tergolong tidak tuntas berjumlah 20 orang (62,5%). Siswa yang dikatakan tidak tuntas merupakan siswa yang memperoleh di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan pada Kurikulum 2013 dan sekolah, yakni nilai 70,5. Tidak tuntasnya penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siswa kelas V SDN 21 Dauh Puri ini dikarenakan belum dapat dimaksimalkannya pengimplementasian pendekatan saintifik yang dianjurkan dalam Kurikulum Selain itu, siswa kelas V mengalami kesulitan dalam setiap pengambilan kesimpulan pada tema-tema sebelumnya. Dalam hal ini terlihat siswa mengalami kesulitan dalam kemampuan penalarannya. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan (Majid, 2014: 223). 3

4 Penalaran merupakan salah satu istilah dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang dianut dalam dalam Kurikulum Faktor lain yang juga mempengaruhi yaitu kegiatan pembelajaran yang masih terpusat pada guru sebagai sumber belajar, guru masih menggunakan cara mengajar konvensional karena belum menguasai model dan pendekatan pembelajaran kreatif inovatif, serta dalam membelajarkan siswa guru belum memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Berdasarkan permasalahan tersebut, siswa kelas V SDN 21 Dauh Puri perlu ditingkatkan melalui penerapan pendekatan saintifik seting discovery learning. Seting discovery learning merupakan metode pembelajaran pengetahuan yang menuntut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat siswa belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri (Sani, 2014: 97). Sintaknya adalah siswa melakukan pencarian untuk menemukan jawaban soal, menggunakan rumus (persamaan) atau melalui referensi (literatur) (Said, 2015: 117). Terkait uraian tersebut, pendekatan saintifik seting discovery learning diharapkan nantinya dapat menjadi langkah awal yang akan diterapkan untuk membelajarkan siswa dan menjadi solusi pemecahan dalam menghadapi permasalahan peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS untuk mencapai standar ketuntasan. Serta diharapkan nantinya dapat membuat siswa belajar aktif menemukan pengetahuannya sendiri. Penelitian ini didukung pula dengan penelitian Putrayasa (2014) yang menyatakan bahwa model pembelajaran discovery learning dan minat belajar berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa serta didukung pula oleh penelitian Erawati (2016) yang menyatakan pembelajaran pendekatan saintifik berbasis portofolio berpengaruh terhadap penguasaan kompotensi pengetahuan IPS ditinjau dari kemampuan penalaran. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul Penerapan Pendekatan Saintifik seting Discovery Learning Berbantuan Media Audio-visual untuk Meningkatkan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS dan Kemampuan Penalaran Siswa Kelas V SDN 21 Dauh Puri. METODE Penelitian ini dilaksanakan di SDN 21 Dauh Puri pada muatan materi mata pelajaran IPS. Penelitian ini dilaksanakan pada semeseter 2, tahun ajaran 2015/2016. Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN 21 Dauh Puri yang berjumlah 32 orang siswa dengan siswa laki-laki berjumlah 12 orang siswa dan siswa perempuan berjumlah 20 orang siswa. Dan Objek penelitian ini adalah dan kemampuan penalaran siswa kelas V SDN 21 Dauh Puri melalui pendekatan saintifik seting discovery learning berbantuan media audio-visul. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Oleh karena itu, rancangan dalam penelitian ini adalah dengan prosedur penelitian tindakan kelas yang dilakakukan dalam proses berdaur/ bersiklus, yang tiap siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi/ evaluasi, dan refleksi. Penelitian Tindakan Kelas atau PTK memiliki peranan penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Penelitian dapat diartikan sebagai kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk mendapatkan data atau informasi yang bermanfaat untuk selanjutnya data tersebut dianalisis untuk dicari kesimpulannya (Kunandar, 2012: 42). Kurt Lewin menyatakan penelitian tindakan merupakan suatu rangkaian langkah yang terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi (Kunandar, 2012: 42). Penelitian tindakan adalah sebuah proses investigasi terkendali yang berdaur ulang dan bersifat reflektif mandiri, yang memiliki tujuan untuk 4

5 melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi atau situasi (Iskandar, 2012: 66). Kunandar ( 2012: 46) menyatakan, Penelitian Tindakan Kelas adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi kependidikan untuk memperbaiki raionalitas dan keadilan tentang: (a) praktik -praktik kependidikan mereka, (b) pemahaman mereka tentang praktik-praktik tersebut, dan (c) situasi di mana praktik-praktik tersebut dilaksanakan. Dalam penelitian ini menggunakan PTK Pola Kolaboratif, pola ini biasanya inisiatif untuk pelaksanaan PTK tidak dari guru, akan tetapi dari pihak luar yang berkeinginan untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran. Guru hanya berperan sebagai anggota tim peneliti, yang berfungsi melaksanakan tindakan seperti yang dirancang oleh tim peneliti. Dengan demikian guru tidak memiliki kesempatan yang luas untuk melakukan tindakan, sebab baik perencanaan maupun bagaimana mengimplementasikan tindakan tidak ditentukan oleh guru sendiri, melainkan oleh tim peneliti (Sanjaya, 2013: 160). Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk penelitian sebagai upaya untuk pemecahan masalah yang terdapat dalam kelas melalui refleksi diri yang dilakukan oleh pelaku pendidikan. Penelitian tindakan kelas terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini tidak terlepas dari peran serta guru mitra terutama guru kelas V dan kepala sekolah yang secara umum untuk meningkatkan dan memperbaiki proses pembelajaran di kelas tempat berlangsungnya penelitian. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan pendekatan saintifik dengan seting discovery learning berbantuan media audio-visual. Penelitian ini menggunakan rancangan siklus, yang setiap siklusnya terdiri dari tahap tindakan dan tahap evaluasi penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dan kemampuan penalaran siswa. Untuk memberikan gambaran secara jelas dan menyeluruh tentang penelitian tindakan kelas, berikut ini akan disajikan bagan siklus penelitian tindakan kelas yang dilakukan. Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Uraian gambar siklus penelitian tindakan kelas selengkapnya sebagai berikut. Proses pembelajaran pada siklus I berlangsung sebanyak 4 kali pertemuan, yang terdiri atas 3 kali pemberian tindakan dan 1 kali pemberian tes akhir siklus. Secara lebih rinci, data hasil penelitian mengenai penguasaan kompetensi penalaran siswa pada siklus I akan dipaparkan sebagai berikut. Pada perencanaan pembelajaran siklus I, peneliti melakukan persiapan pembelajaran, yaitu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), membuat instrumen berupa pilihan ganda biasa (PGB) yang disesuaikan dengan materi pelajaran, menyiapkan alat dan media yang akan digunakan pada saat pembelajaran berlangsung, mempersiapkan kisi-kisi dan soal-soal yang berkaitan dengan tes uraian kemampuan penalaran, dan mempersiapkan pedoman penskoran tes uraian kemampuan penalaran. Pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan RPP yang telah disusun pada tahap perencanaan tindakan. Siklus I dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan yang terdiri dari 3 kali pertemuan untuk pemberian tindakan, dan 1 kali pertemuan untuk melaksanakan tes tertulis yang berbentuk tes pilihan ganda 5

6 biasa dan tes uraian pada akhir siklus. Proses pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan pendekatan saintifik dengan seting discovery learning berbantuan media audio-visual. Observasi dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pada tahap observasi ini, peneliti bekerjasama dengan wali kelas V untuk melakukan pengamatan mengenai masalah-masalah ataupun kekuarangan-kekurangan serta kelebihan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Refleksi dilakukan setiap akhir siklus setelah observasi. Dalam refleksi dibahas kendala-kendala yang dihadapi dan merancang kegiatan selanjutnya yang digunakan untuk mengatasi kendalakendala tersebut. Secara umum pelaksanaan dengan menerapkan pendekatan saintifik dengan seting audio-visual sudah berjalan sesuai dengan rencana, namun masih ditemukan beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran yang perlu dijadikan petimbangan untuk siklus berikutnya. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus I. Proses pembelajaran pada siklus II berlangsung sebanyak 4 kali pertemuan, yang terdiri atas 3 kali pemberian tindakan dan 1 kali pemberian tes akhir siklus. Secara lebih rinci, data dan kemampuan penalaran pada siklus II akan dipaparkan sebagai berikut. Pada perencanaan tindakan di siklus II, peneliti melaksanakan persiapan dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan membandingkan RPP siklus II dengan RPP pada siklus I. Selain itu, peneliti mempersiapkan kisi-kisi dan soal-soal yang berkaitan dengan tes tertulis berupa pilihan ganda biasa (PGB) yang disesuaikan dengan materi pelajaran, tes uraian untuk kemampuan penalaran, dan mempersiapkan pedoman penskoran tes uraian kemampuan penalaran. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini berlangsung sebanyak 4 kali pertemuan, dengan 3 kali pemberian tindakan dan 1 kali pemberian tes pada akhir siklus, yakni melaksanakan tes tertulis yang berbentuk tes pilihan ganda biasa dan tes uraian pada akhir siklus. Proses pembelajaran pada siklus II tidak jauh berbeda dengan proses pembelajaran pada siklus I. Sama halnya dengan siklus I, pada siklus II ini peneliti menggunakan pendekatan saintifik dengan seting discovery learning berbantuan media audio-visual. Untuk memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran, peneliti memberikan bimbingan secara lebih intensif kepada masing-masing siswa ataupun kelompok, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Hal ini bertujuan agar siswa dapat lebih memahami materi yang sedang dibelajarkan dan dapat meningkatkan penalaran anak tersebut. Selanjutnya, pada akhir siklus peneliti memberikan tes tertulis berbentuk pilihan ganda biasa (PGB) untuk mengetahui penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dan tes tertulis berbentuk tes uraian yang digunakan untuk mengetahui kemampuan penalaran siswa. Observasi yang dilaksanakan pada siklus II sama dengan observasi yang dilaksanakan pada siklus I. Observasi dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pada tahap observasi ini, peneliti bekerjasama dengan wali kelas V untuk melakukan pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung. Secara umum kegiatan pembelajaran pada siklus II telah dapat berjalan dengan baik. Secara umum kegiatan pembelajaran pada siklus II yang merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan siklus I sudah berjalan dengan baik. Kendala dalam siklus I dapat terpecahkan pada siklus II dengan memberikan motivasi dan bimbingan secara intensif, siswa banyak mengalami kemajuan dan peningkatan baik dalam aktivitas, kerjasama dalam kelompok, maupun dalam mengajukan ataupun menjawab pertanyaan guru. Jadi, dengan penerapan pendekatan saintifik dengan seting discovery learning berbantuan media audio-visual, dapat meningkatkan penguasaan kompetensi penalaran siswa pada siswa kelas V pada tema sejarah peradaban Indonesia. 6

7 Adanya peningkatan yang terjadi dari siklus I ke siklus II maka penelitian ini dapat dihentikan. Dalam penelitian tindakan kelas ini, data yang dikumpulkan adalah data dan kemampuan penalaran siswa kelas V SDN 21 Dauh Puri. Untuk mengumpulkan data penguasaan kompetensi penalaran siswa digunakan metode tes. Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites. Tes digunakan untuk mengukur sejauh mana seorang siswa telah menguasai pelajaran yang disampaikan terutama meliputi aspek pengetahuan dan keterampilan (Arikunto, 2013: 67). Teknik tes dilakukan pada saat akhir siklus yaitu dengan tes tertulis untuk mengetahui penguasaan kompetensi penalaran siswa. Tes yang digunakan untuk mengetahui penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa adalah tes objektif dengan bentuk pilihan ganda biasa. Dan tes yang digunakan untuk mengetahui kemampuan penalaran siswa adalah tes uraian. HASIL DAN PEMBAHASAN Penerapan pendeketan saintifik seting audio-visual di SDN 21 Dauh Puri yang diterapkan pada siswa kelas V yang berjumlah 32 siswa sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang direncanakan yaitu untuk meningkatakn dan kemampuan penalaran siswa. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat kali pertemuan. Pertemuan pertama sampai dengan pertemuan ketiga merupakan proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik seting discovery learning berbantuan media audio-visual dan pertemuan keempat merupakan tes dan kemampuan penalaran. Penerapan pendekatan saintifik seting audio-visual ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan kompetensi penalaran siswa pada tema sejarah peradaban Indonesia. Peningkatan terjadi dari siklus I ke siklus II. Hal ini dapat dilihat bahwa pada siklus I persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa mencapai 67,37% dan ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 43,75%. Hasil yang diperoleh ini tentu saja belum memenuhi target yang dharapkan. Hal ini disebabkan karena ada beberapa kendala yang dihadapi pada siklus I. Kendala-kendala tersebut yaitu siswa masih terlihat bingung karena belum terbiasa dengan pendekatan pembelajaran yang diterapkan. Hal ini terjadi karena mereka sudah terbiasa belajar secara konvensional yaitu dengan mendengar penjelasan dari guru dan mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan guru serta kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran di kelas. Siswa masih ragu-ragu mengajukan pendapat ataupun menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Kesempatan bertanya yang diberikan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi pelajaran yang belum dimengerti tidak dimanfaatkan dengan baik. Pemanfaatan media pembelajaran yang kurang optimal dan cara mengajar guru dalam memberikan penjelasan kurang dipahami oleh siswa. Untuk mengatasi kendala tersebut, diupayakan solusi yang digunakan sebagai pedoman pada siklus selanjutnya. Solusi yang diambil yaitu dengan memberikan penjelasan dan informasi serta mengarahkan siswa sesuai dengan karakteristik pembelajaran pendekatan saintifik seting discovery learning berbantuan media audio-visual. Memberikan motivasi kepada siswa agar mereka memiliki keberanian untuk mengajukan pendapat ataupun menjawab pertanyaan dari guru. Pemanfaatan media pembelajaran audio-visual yang optimal dan cara mengajar guru yang tidak tergesa-gesa sehingga materi mudah dipahami oleh siswa. Hasil refleksi pada siklus I tersebut digunakan untuk menentukan tindakan selanjutnya pada siklus II. Dengan menerapkan hasil refleksi tersebut, pada siklus II nilai rata-rata penguasaan 7

8 kompetensi pengetahuan IPS dan kemampuan penalaran siswa meningkat. Persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa meningkat 12,94% dari 67,37% pada siklus I menjadi 80,31% pada siklus II. Ketuntasan belajar penguasaan kompetensi pengetahuan IPS secara klasikal meningkat 43,75% dari 43,75% pada siklus I menjadi 87,5% pada siklus II. Nilai rata-rata kemampuan penalaran siswa meningkat 10,31% dari 69,81% pada siklus I menjadi 80,12% pada siklus II. Dengan demikian secara klasikal siswa kelas V SDN 21 Dauh Puri sudah sesuai dengan kriteria yang diharapkan. Jadi, secara umum pelaksanaan tindakan kelas pada siklus II sudah berhasil dan tidak lagi muncul kendala-kendala seperti pada siklus I. Siswa sudah mampu mengikuti pembelajaran dengan implementasi pendekatan saintifik seting audio-visual. Hal ini terlihat dari siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, siswa yang awalnya malu-malu untuk mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan menjadi berani untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan yang diberikan. Pada siklus II ini siswa menunjukan minat belajar yang tinggi serta mampu mengaitkan materi pelajaran dengan pengalaman mereka sehari-hari. Peningkatan penguasaan kompetensi penalaran siswa kelas V SDN 21 Dauh Puri pada siklus I dan siklus II dapat dilihat dari persentase rata-rata dan ketuntasan klasikal yang disajikan pada tabel sebagai berikut. Tabel 1. Data Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS dan Kemampuan Penalaran Siswa Peningkatan dari Variabel No Pra Siklus Siklus I Siklus II siklus I ke Siklus Terikat II M% KK M% KK M% KK M% KK 1 Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS 2 Kemampuan Penalaran 63% 37,5% 67,37% 43,75% 80,31% 87,5% 12,94% 43,75% ,81% - 80,12% - 10,31% - Gambar 2. Data Peningkatan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS. Gambar 3. Data Peningkatan Kemampuan Penalaran Siswa. Dengan demikian, penerapan pendekatan saintifik seting discovery learning berbantuan media audio-visual dapat meningkatkan minat belajar siswa yang berdampak pada meningkatnya dan kemampuan penalaran siswa. Hal ini dikarenakan, pendekatan saintifik seting audio-visual ini memiliki kelebihan dalam pembelajaran. Kelebihannya dapat dilihat dari komponen-komponen pendekatan saintifik yaitu kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan, serta penggunaan media yang lain dari biasanya. Pada kegiatan mengamati ini, siswa dilatih untuk melatih kesungguhan siswa dalam 8

9 mencari informasi, menemukan fakta ataupun suatu persoalan. Kegiatan menanya yaitu mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak dipahami dari sesuatu yang diamati. Dalam kegiatan menanya ini siswa diupayakan untuk mengembangkan rasa ingin tahu dan sikap kritis. Setelah menanya, siswa diajak untuk mengumpulkan informasi ataupun faktafakta dalam rangka menjawab pertanyaan permasalahan yang diajukan. Kegiatan mencoba ini dilakukan untuk mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan dan menghargai pendapat orang lain pada diri siswa. Setelah mengumpulkan informasi, kegiatan yang dilakukan adalah mengolah informasi ataupun fakta-fakta yang telah dikumpulkan menjadi sebuah kesimpulan. Kegiatan menalar ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan bernalar secara sistematis dan logis. Kegiatan yang terakhir adalah menyampaikan hasil kegiatan belajar kepada orang lain secara jelas dan komunikatif, baik lisan ataupun tulisan. Dalam kegiatan mengkomunikasikan siswa diupayakan untuk mengembangkan sikap jujur, percaya diri, bertanggung jawab, dan toleran dalam menyampaikan pendapat kepada orang lain. Komponen ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran serta dipadukan dengan keterampilan dasar mengajar yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa. Penelitian ini juga diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan Rusmayani (2013) dengan hasil penelitian menunjukkan peningkatan hasil belajar PKN siswa dengan penerapan model discovery learning, dimana terdapat peningkatan sebesar 9,2% dari siklus I ke siklus II untuk hasil belajar siswa. Dan terdapat peningkatan sebesar 33,4% dari siklus I ke siklus II untuk ketuntasan klasikal. Berdasarkan uraian tersebut dan peningkatan-peningkatan yang terjadi pada setiap siklus menunjukkan bahwa penerapan pendekatan saintifik seting audio-visual dapat meningkatkan dan kemampuan penalaran siswa kelas V SDN 21 Dauh Puri. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) dan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SDN 21 Dauh Puri setelah diterapkannya pendekatan saintifik seting audio-visual. Hal ini dapat terlihat dari persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dan ketuntasn klasikal yang diperoleh. Pada siklus I, persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS hanya mencapai 67,37% dan berada pada kriteria sedang. Untuk ketuntasan klasikal penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siklus I hanya mencapai 43,75%. Pada siklus II terjadi peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS. Persentase rata-rata telah mencapai 80,31% dan berada pada kriteria tinggi. Untuk ketuntasan klasikal pada siklus II telah mencapai 87,5%. Selain itu juga terjadi peningkatan pada kemampuan penalaran siswa kelas V SDN 21 Dauh Puri setelah diterapkannya pendekatan saintifik seting audio-visual. Hal ini dapat terlihat dari persentase rata-rata kemampuan penalaran yang diperoleh. Pada siklus I, persentase rata-rata untuk kemampuan penalaran hanya mencapai 69,81% dan baru berada pada kriteria sedang, sedangkan pada siklus II, persentase ratarata kemampuan penalaran telah mencapai 80,12% dan telah berada pada kriteria tinggi. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa telah terjadi peningkatan kemampuan penalaran dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dapat disimpulkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dan kemampuan penalaran siswa kelas V SDN 21 Dauh Puri dapat ditingkatkan melalui penerapan pendekatan saintifik 9

10 seting discovery learning berbantuan media audio-visual. Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, maka dapat diajukan saran kepada beberapa pihak sebagai berikut : (1) kepala sekolah diharapkan dapat menggunakan pendekatan saintifik dengan seting discovery learning berbantuan media audio-visual sebagai alternatif dalam mengembangkan proses pembelajaran yang inovatif dan efisien, (2) guru diharapkan profesionalisme guru dapat ditingkatkan dalam proses pembelajaran melalui penerapan pendekatan saintifik dengan seting audio-visual, (3) siswa diharapkan agar dapat mengembangkan kreativitasnya dan dapat semakin termotivasi dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas, ketika diterapkan pendekatan pendekatan saintifik dengan seting discovery learning berbantuan media audio-visual, (4) peneliti lain diharapkan agar peneliti lain tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai penerapan pendekatan saintifik dengan seting audio-visual. DAFTAR RUJUKAN Agung, A.A.Gede Pengantar Evaluasi Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Agung, Iskandar Panduan Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru. Jakarta: Bestari Buana Murti. Arikunto, Suharsini, dkk Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Arsyad, Azhar Media Pembelajaran. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada. Asra, Darmawan dan Riana Komputer dan Media Pembelajaran di SD. Dirjendikti : Jakarta Asyhar, Rayandra Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi Jakarta. Daryanto Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum Yogyakarta: Gava Media. Gunartha, I Wayan Diktat Kuliah Evaluasi Hasil Belajar. Denpasar: Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (IKIP) PGRI Bali Gunawan, Rudy Pendidikan IPS. Bandung: Alfabeta. Hamzah Menjadi Peneliti PTK yang Profesional. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Jihad, Asep dan Abdul Haris Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo. Kosasih Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum Bandung: Yrama Widya. Kunandar Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru, Cetaka kedelapan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Majid, Abdul Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Pusat Kurikulum Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat Kurikulum

11 Rusman Model Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru). Jakarta : PT Rajagrafindo Persada. Said, Alamsyah, dkk Strategi Mengajar Multiple Intelligences. Jakarta: Pranadamedia Group. Sani, Ridwan Abdullah Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sanjaya, Wina Penelitian Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sudjana, Nana Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Susanto, Ahmad Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Winataputra, Udin S Materi dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta: Universitas Universitas Terbuka. 11