PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS KARAKTER UNTUK MENINGKATKAN HASIL IPA TEMA CITA-CITAKU

Transkripsi

1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS KARAKTER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TEMA CITA-CITAKU Ni Kadek Dwi Eriyanti 1, Ni Wayan Suniasih 2, Komang Ngurah Wiyasa 3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia dwieriyantii@yahoo.com 1, wyn_suniasih@yahoo.com 2, komang.wiyasa@yahoo.com 3. Abstrak Penelitian ini bertujuan (1) untuk mendiskripsikan kompetensi sikap siswa dalam belajar IPA tema cita-citaku pada siswa kelas IVA melalui penerapan model pembelajaran inkuiri berbasis karakter di SD Negeri 11 Pemecutan. (2) untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan IPA tema cita-citaku pada siswa kelas IVA melalui penerapan model pembelajaran inkuiri berbasis karakter di SD Negeri 11 Pemecutan. (3) untuk mendeskripsikan kompetensi keterampilan IPA tema cita-citaku pada siswa kelas IVA melalui penerapan model pembelajaran inkuiri berbasis karakter di SD Negeri 11 Pemecutan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVA SD Negeri 11 Pemecutan dengan jumlah siswa 42 orang yaitu: perempuan 21 orang dan laki-laki 21 orang. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode tes untuk mengumpulkan data pada kompetensi pengetahuan dan metode non tes untuk mengumpulkan data pada kompetensi sikap dan kompetensi keterampilan. Hasil penelitian ini yaitu (1) melalui penerapan model pembelajaran inkuiri berbasis karakter dapat menumbuhkan kompetensi sikap dalam belajar IPA, hal ini diamati dari bertambahnya kuantitas siswa dari pra siklus ke siklus I dan siklus II dapat mencapai indikator yang telah ditetapkan. (2) pada kompetensi pengetahuan IPA yang mencapai predikat B (baik) sebanyak 27 atau 64,29% dari jumlah siswa pada siklus I yang meningkat menjadi 38 atau 90,48% pada siklus II. (3) pada kompetensi keterampilan dalam belajar IPA terjadi peningkatan kuantitas siswa yang telah memenuhi indikator kompetensi keterampilan yang telah ditetapkan dari pra siklus ke siklus I dan siklus II. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri berbasis karakter dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Kata kunci: inkuiri, karakter, hasil belajar IPA Abstract The researth purpose three decription compotion etitude student in learning sains. The first purpose in decription competation student etituded in learning sains with theme of my ideals in IV grade in inquiry teqnuic of character student in SD Negeri 11 Pemecutan. The second purpose is increase competation sains the theme of my ideals in IV grade student in inquiry teqnuic character of SD Negeri 11 Pemecutan. The third to description competation etituded student in learning sains with theme of my ideals in IV grade students in inquiry teqnuic of character SD Negeri 11 Pemecutan. The subject of the research is student IV grade SD Negeri 11 Pemecutan is 42 student suth as: 21 girl and 21 boys. The methods used to collect data is the test method to collect data on the knowledge competency and of non-test methods for collecting data on the attitudes competency and competency skills. The results of this study were the first through the model implementation of inquiry-based learning character can foster competency in the attitude to learn sains, it is observed from the increased quantity of students from pre cycle to cycle I 1

2 and cycle II can achieve a predetermined indicators. The second on the competence of the IPA knowledge to reach predicate B (good) by 27 or 64.29% of the total number of students in the first cycle increased to 38 or 90.48% on cycle II. the third on competency to learn sains skills in a change in the quantity of students who have met the indicators of competency skill set from the pre cycle to cycle I and cycle II. Thus it can be concluded that the application of a character-based inquiry learning model can improve learning outcomes IPA. Keyword: inquiry, character, learning outcomes IPA. PENDAHULUAN Pendidikan di sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan dasar yang berfungsi sebagai peletak dasar-dasar keilmuan dan membantu mengoptimalkan perkembangan siswa melalui pembelajaran yang dibimbing oleh guru. Tujuan dari proses pendidikan di Sekolah Dasar adalah agar siswa mampu melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, mampu hidup di masyarakat dan mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan yang dimilikinya yang sejalan dengan nilainilai yang ada dalam lingkungan sekitar siswa. Materi pembelajaran di Sekolah Dasar bermuara dari kurikulum. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum yang di gunakan di Sekolah Dasar saat ini adalah kurikulum Kurikulum ini merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan. Menurut permendikbud No. 57 tahun 2014, Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Pada kurikulum 2013 pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran yaitu pendekatan saintifik yang dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melalui mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/ mengolah informasi dan mengkomunikasikan. Pembelajaran pada kurikulum 2013 tidak hanya menekankan pada pencapaian kompetensi pengetahuan saja, melainkan dapat membentuk siswa beriman, bertakwa, berbudi pekerti luhur dan berketerampilan, memiliki kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian mantap, mandiri, dan tanggung jawab, merupakan unsur-unsur karakter yang menjadi tujuan pendidikan nasional. Pembelajarannya menekankan pada pendidikan karakter atau penumbuhan budi pekerti yang dikemas dalam bentuk pembelajaran tematik terpadu. Tematik terpadu disusun berdasarkan gabungan beberapa mata pelajaran yang mengaitkan dengan permasalahan-permasalahan yang dijumpai di lingkungan sekitar siswa seperti pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Matematika, Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ilmu Pengetahuan Alam. Salah satu pembelajaran tersebut yaitu pembelajaran pada muatan materi sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Muatan Materi IPA yang didefinisikan sebagai ilmu tentang alam yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan ilmu pengetahuan alam, dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu: ilmu pengetahuan alam sebagai produk, 2

3 proses dan sikap. Secara khusus fungsi dan tujuan IPA menurut Depdiknas, (2003:2) yaitu: (a) menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (b) mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah, (c) mempersiapkan siswa menjadi warga Negara yang melek sains dan teknologi, (d) menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas IVA yang dilakukan pada tanggal 2 desember 2015 di Sekolah Dasar Negeri 11 Pemecutan hasil pembelajaran yang menerapkan pada kurikulum 2013 belum mendapatkan hasil yang maksimal, hal tersebut dikarenakan hasil belajar yang diperoleh siswa baik pada kompetensi sikap dalam belajar IPA, kompetensi pengetahuan IPA dan pada kompetensi keterampilan dalam belajar IPA belum dapat tercapai secara optimal. Hal ini dapat diamati pada kegiatan pembelajaran di kelas yaitu pada kompetensi sikap spiritual siswa, teramati pada saat persembahyangan berlangsung masih banyak siswa yang menoleh ke kiri dan ke kanan, tidak memejamkan mata, serta mengobrol dengan temannya. Pada kompetensi sikap sosial teramati, siswa kurang percaya diri pada saat mengkomunikasikan hasil kerja kelompok di depan kelas, siswa kurang disiplin pada saat pembelajaran berlangsung seperti ribut dan bermain, pada kegiatan diskusi kelompok teramati hanya siswa yang pintar saja terlihat bekerja sama dengan sungguhsungguh. Selanjutnya pada kompetensi pengetahuan siswa, belum menerapkan konsep pengetahuan IPA pada proses pembelajaran berlangsung. Pada kompetensi keterampilan abstrak yang dapat tercapai yaitu mengamati dan hanya sedikit siswa yang mampu mengkomunikasikan hasil diskusi serta menanya sehingga proses pembelajaran menjadi pasif, sedangkan mengumpulkan informasi dan mengasosiasi pada siswa belum dapat tercapai. Kurangnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran disebabkan oleh pembelajaran yang masih berpusat pada guru dan pembelajaran yang kurang bervariasi. Hal tersebut dapat mempengaruhi hasil belajar dari siswa. Menurut pendapat Wasliman (dalam Susanto, 2013:12), hasil belajar yang dicapai siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang memengaruhi baik faktor internal maupun faktor eksternal. (a) Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa, yang memengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. (b) Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut dilakukan suatu penelitian sebagai suatu upaya untuk mengatasi permasalahan yaitu melalui perbaikan pembelajaran. Perbaikan pembelajaran yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 11 Pemecutan pada kelas IVA ini dilaksanakan pada semester genap. Perbaikan ini khususnya pada muatan materi IPA yang sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi siswa yaitu sikap dalam belajar IPA, pengetahuan IPA dan keterampilan dalam belajar IPA. Menurut Permendikbud No. 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran, model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan kurikulum 2013 merupakan model pembelajaran yang sejalan dengan prinsip-prinsip pendekatan saintifik yaitu model pembelajaran discovery learning, project-based learning, problem-based learning, dan inquiry. Salah satu model pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri yang berorientasi pada pendidikan karakter. Model pembelajaran inkuiri ini berusaha membelajarkan siswa untuk mengenal masalah, merumuskan 3

4 masalah, mencari solusi atau menguji jawaban sementara atas suatu masalah atau pertanyaan dengan melakukan penyelidikan, pada akhirnya dapat menarik simpulan dan menyajikan baik secara lisan maupun tulis. Berdasarkan uraian tersebut maka, dilaksanakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri Berbasis Karakter Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dalam Tema Cita-Citaku Pada Siswa Kelas IVA SD Negeri 11 Pemecutan Tahun Pelajaran 2015/2016. METODE Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian Tindakan Kelas dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan (Sanjaya,2011:26). Sedangkan menurut pendapat Setyosari, (2012:47) Penelitian tindakan kelas merupakan suatu kebutuhan bagi guru sebagai pelaksanaan pembelajaran di tingkat kelas dengan maksud ingin memperbaiki apa yang telah dilakukannya. Penelitian tindakan menjadi suatu alat untuk dapat mengubah dan memperbaiki keadaan di kelas. Menurut pendapat Taniredja, dkk. (2010:16-17) menyatakan penelitian tindakan kelas atau yang disebut dengan PTK adalah penelitian yang mengangkan masalah-masalah yang aktual yang dilakukan oleh para guru yang merupakan pencermatan kegiatan belajar yang berupa tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu proses pengkajian masalah aktual yang berkaitan dengan pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah dan memperbaiki keadaan di kelas dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana. Jenis penelitian ini menggunakan model Kurt Lewin. Model Kurt Lewin, menjelaskan ada 4 hal yang harus dilakukan dalam proses penelitian tindakan yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Sumber : Sanjaya, (2011:51) Penelitian ini dilakukan dengan 2 siklus. siklus I dilakukan dengan tindakan (1) perencanaan, (2) pelaksanaan terdiri dari empat kali pertemuan yaitu tiga kali tindakan pembelajaran dan satu kali evaluasi tes akhir siklus, (3) observasi dan (4) refleksi. Penelitian pada siklus I belum dapat mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu mencapai nilai 71 atau predikat baik sebanyak 80% dari jumlah siswa maka dari itu penelitian ini dilanjutkan ke siklus II dengan langkahlangkah yang sama. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 11 Pemecutan pada siswa kelas IVA. SD Negeri 11 Pemecutan terletak di Jl. Gunung Batukaru, Denpasar Barat, Bali. Penelitian ini difokuskan pada muatan materi IPA. penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 pada tahun 2015/2016 dengan menggunakan tema cita-citaku. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVA SD Negeri 11 Pemecutan dengan jumlah siswa 42 orang yaitu: perempuan 21 orang dan laki-laki 21 orang. Objek dalam penelitian ini adalah Hasil Belajar IPA dan 4

5 Model Pembelajaran Inkuiri Berbasis Karakter. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode tes dan non tes. Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data pada kompetensi pengetahuan. Intrumen pada metode tes yang digunakan berbentuk pilihan ganda biasa dengan jumlah 30 butir tes. Sedangkan metode non tes digunakan untuk mengumpulkan data pada kompetensi sikap dan keterampilan. Intrumen pada metode non berbentuk observasi yang dilengkapi dengan lembar observasi. Penelitian ini dihentikan apabila telah mencapai nilai 71 atau predikat baik sebanyak 80% dari jumlah siswa. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis data statistik deskriptif, deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis statistik deskriptif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata, median, modus, mean dan standar deviasi, untuk menggambarkan suatu objek/ variabel tertentu, sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2012:67). Metode ini digunakan untuk membuat tabel distribusi frekuensi, menghitung mean, median dan modus. Metode analisis deskriptif kuantitatif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum Agung (2012:67). Selanjutnya data yang telah terkumpul di konversikan ke pedoman konversi skor dan predikat hasil belajar. Metode analisis deskriptif kualitatif yaitu suatu cara analisis/pengolahan data dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk kalimat/kata-kata, kategorikategori mengenai suatu objek (benda,gejala,variabel tertentu), sehingga akhirnya diperoleh kesimpulan umum Agung (2012:67). HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah menerapkan model pembelajaran inkuiri berbasis karakter dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IVA SD Negeri 11 Pemecutan. Hasil penelitian pada siklus I yang telah dilaksanakan dengan selama 4 tahap yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan yang terdiri dari 4 kali pertemuan yaitu 3 kali pembelajaran dan 1 kali evaluasi setelah selesai pembelajaran, (3) observasi, (4) refleksi. Adapun hasil dari kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial yaitu sebagai berikut: Tabel 1. Tabel Kuantitas Hasil Belajar IPA Kompetensi Sikap Spiritual Pada Siklus I Kriteria Kompetensi Sikap Spiritual Jumlah Siswa Persentase 1. Berdoa sebelum dan setelah selesai pembelajaran a. Berdoa sebelum memulai % pembelajaran b. Berdoa setelah selesai % pembelajaran 2. Kekhusukan a. Tidak menoleh kekanan dan kekiri 31 73,81% b. Tidak mengobrol dengan teman 35 83,34% c. Memecamkan mata 27 64,29% d. Berdoa dengan posisi yang benar 25 59,53% 5

6 Tabel 2. Tabel Kuantitas Hasil Belajar IPA Kompetensi Sikap Sosial Pada Siklus I Kriteria Kompetensi Sikap Sosial Jumlah Siswa Persentase 1. Menghargai Pendapat a. Mendengar pendapat teman 25 59,53% b. Menanggapi pendapat teman 6 14,29% 2. Bekerja sama a. bekerja sama pada saat berdiskusi 26 61,91% b. bekerja sama pada saat membuat percobaan 29 69,05% 3. Teliti a. Siswa teliti saat mengamati gambar b. Siswa teliti mengamati alat yang digunakan untuk percobaan Hasil analisis data kompetensi pengetahuan pada siklus I menunjukkan rata-rata kompetensi pengetahuan IPA siswa mencapai 76,08% dan ketuntasan klasikal mencapai 64,28%. Hasil tersebut belum dapat mencapai indikator 30 71,43% 31 73,81% keberhasilan yaitu 71 atau predikat baik sebanyak 80% jumlah siswa sehingga penelitian ini dilanjutkan ke siklus II. Hasil dari kompetensi keterampilan siklus I yang disajikan pada tabel yaitu sebagai berikut: Tabel 3. Tabel Kuantitas Kompetensi Keterampilan Pada Siklus I No Indikator Kompetensi Banyak Siswa Persentase Keterampilan 1 Mengamati 31 71,43% 2 Menanya 12 28,58% 3 Mengumpulkan Informasi 31 71,43% 4 Mengasosiasi 29 69,05% 5 Mengkomunikasikan 12 28,58% Pada siklus II mengalami peningkatan dari siklus I. hal ini dapat dilihat dari setiap kompetensi, baik kompetensi sikap dalam belajar IPA, kompetensi pengetahuan IPA dan kompetensi keterampilan dalam belajar IPA. Adapun hasil kompetensi sikap pada siklus II yaitu sebagai berikut: Tabel 4. Tabel Kuantitas Kompetensi Sikap Spiritual Pada Siklus II Kriteria Kompetensi Sikap Spiritual Jumlah Siswa Persentase 1) Berdoa sebelum dan setelah selesai pembelajaran a. Berdoa sebelum memulai % pembelajaran b. Berdoa setelah selesai % pembelajaran 2) Kekhusukan a. Tidak menoleh kekanan dan 39 92,86%, 6

7 kekiri b. Tidak mengobrol dengan teman 40 95,24 % c. Memecamkan mata 35 83,34% d. Berdoa dengan posisi yang benar 38 90,48% Tabel 5. Tabel Kuantitas Kompetensi Sikap Sosial Pada Siklus II Kriteria Kompetensi Sikap Sosial Jumlah Persentase Siswa 1. Menghargai pendapat a. Siswa mendengarkan pendapat 37 88,10% temannya b. Siswa menanggapi pendapat 12 28,58% temannya 2. Bekerja sama a. Siswa bekerja sama pada saat 38 90,48% berdiskusi b. Siswa bekerja sama pada saat 38 90,48% membuat percobaan 3. Teliti a. Siswa mengamati gambar musik 37 88,10% tradisional dengan teliti b. Siswa teliti melihat alat-alat yang digunakan untuk percobaan 39 92,86% Pada kompetensi pengetahuan mengalami peningkatan dari siklus I. Persentase rata-rata kompetensi pengetahuan IPA pada siklus II mencapai 83,08% dan ketuntasan klasikal mencapai 90,48%. Hasil tersebut telah memenuhi indikator ketuntasan sehingga penelitian ini dihentikan pada siklus II. Hasil dari kompetensi keterampilan dalam belajar IPA pada siklus II yaitu sebagai berikut: Tabel 6. Tabel Kuantitas Kompetensi Keterampilan Pada Siklus II No Indikator Kompetensi Banyak Siswa Persentase Keterampilan 1 Mengamati 39 92,86% 2 Menanya 23 54,77% 3 Mengumpulkan Informasi 39 92,86% 4 Mengasosiasi 35 83,34% 5 Mengkomunikasikan 21 50% PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data penelitian setelah menerapkan model pembelajaran inkuiri berbasis karakter dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II diketahui dapat menumbuhkan kompetensi sikap dan keterampilan dalam belajar IPA serta dapat meningkatkan kompetensi pengetahuan IPA. Peningkatan ini dapat dilihat dari pra siklus kemudian ke siklus I sampai siklus II yang telah mencapai indikator keberhasilan sehingga penelitian ini dapat dihentikan pada siklus II. Pada Kompetensi sikap dalam belajar IPA teramati dari pra siklus pada kompetensi sikap spiritual siswa dapat diamati 42 atau 100% siswa berdoa 7

8 sebelum dan sesudah pembelajaran. Namun terdapat beberapa siswa yang tidak khusuk dalam melaksanakan sembahyang. Dari hasil siklus I pada kompetensi sikap spiritual di dapat siswa yang tidak menoleh kekanan dan kekiri sebanyak 31 atau 73,81%, sebanyak 35 atau 83,34% siswa tidak mengobrol dengan temannya pada saat persembahyangan, sebanyak 27 atau 64,29% siswa memejamkan mata saat persembahyangan, dan sebanyak 25 atau 59,53% siswa sembahyang dengan posisi yang benar. Sedangkan pada kompetensi sikap sosial dalam belajar IPA di dapat sebanyak 25 atau 59,53% siswa mau mendengarkan pendapat temannya, namun hanya 6 atau 14,29% siswa yang mau menanggapi pendapat temannya, sebanyak 26 atau 61,91% siswa mau bekerja sama dengan kelompoknya serta sebanyak 29 atau 69,05% siswa mau bekerja sama saat percobaan, sebanyak 30 atau 71,43% siswa teliti saat mengamati gambar, serta 31 atau 73,81% siswa teliti dalam mengamati alat-alat yang digunakan untuk percobaan. Pada kompetensi sikap pada siklus II mengalami peningkatan secara kuantitas dari siklus I yaitu 42 atau 100% siswa telah berdoa sebelum dan sesudah pelajaran selesai, siswa yang tidak menoleh kekanan dan kekiri sebanyak 39 atau 92,86%, sebanyak 40 atau 95,24 % siswa tidak mengobrol dengan temannya pada saat persembahyangan, sebanyak 35 atau 83,34% siswa memejamkan mata saat persembahyangan, dan sebanyak 38 atau 90,48% siswa sembahyang dengan posisi yang benar. Sedangkan pada kompetensi sikap sosial pada siklus II yaitu sebanyak 37 atau 88,10% siswa mau mendengarkan pendapat temamnya, namun masih sedikit siswa yang mau menanggapi pendapat temamnya yaitu sebanyak 12 atau 28,58% siswa, sebanyak 38 atau 90,48% siswa mau untuk bekerjasama pada saat berdiskusi dan percobaan, sebanyak 37 atau 88,10% siswa teliti dalam mengamati gambar, serta sebanyak 39 atau 92,86% siswa teliti dalam mengamati alat-alat yang digunakan untuk percobaan. Data hasil belajar kompetensi pengetahuan IPA dilakukan setelah melaksanakan proses pembelajaran 3 kali tindakan pembelajaran dan 1 kali evaluasi. Evaluasi ini dilaksanakan untuk mendapatkan hasil pada kompetensi pengetahuan IPA yang menggunakan metode tes yang berbentuk pilihan ganda biasa sebanyak 30 butir tes. Telah terjadi peningkatan pada kompetensi pengetahuan IPA dari pra siklus, kemudian ke siklus I dan ke siklus II. Dari hasil analisis data pra siklus di dapat ketuntasan klasikal siswa mencapai 15 atau 35,72% dengan kategori baik. Hasil analisis data ketuntasan klasikal siswa siklus I pada kompetensi pengetahuan IPA mengalami peningkatan dari pra siklus yaitu 27 atau 64,29% siswa mendapatkan predikat baik, namun belum dapat mencapai indikator yang ditetapkan sehingga penelitian ini dilanjutkan pada siklus II. Hasil analisis data ketuntasan klasikal dari siklus II telah meningkat dari siklus I pada kompetensi pengetahuan IPA yaitu 38 atau 90,48% siswa mendapatkan predikat baik, maka penelitian ini dihentikan pada siklus II. adapun tabel hasil belajar kompetensi pengetahuan IPA dari pra siklus, siklus I, dan siklus II yaitu sebagai berikut: Tabel 7. Tabel Hasil Belajar Kompetensi Pengetahuan IPA pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Hasil Kompetensi Pengetahuan IPA pada Pra siklus, siklus I dan siklus II Pra Siklus Siklus I Siklus II 35,72% 64,29% 90,48% 8

9 Adapun grafik peningkatan hasil belajar kompetensi pengetahuan IPA pada Pra siklus, siklus I, dan siklus II yaitu sebagai berikut: Gambar 2. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Kompetensi Pengetahuan IPA pada Pra siklus, siklus I dan siklus II Data hasil kompetensi keterampilan dalam belajar IPA siswa kelas IVA SD Negeri 11 Pemecutan meningkat. Hal ini dapat dilihat dari data pra siklus, siklus I dan siklus II. data kompetensi keterampilan IPA pada pra siklus teramati hanya 10 atau 23,81% orang siswa mampu mengamati dengan teliti, namun hanya sedikit siswa yang mau mengkomunikasi dengan percaya diri yaitu sebanyak 1 atau 2,39% dan 2 atau 4,77% orang siswa mampu untuk menanya dengan rasa ingin tahu, sedangkan pada mengumpulkan informasi, dan mengasosiasi belum dapat terlihat. Dari prasiklus ke siklus I telah mengalami peningkatan secara kuantitas. Hal ini dapat dilihat dari hasil siklus I yaitu sebanyak 32 atau 76,19% siswa mengamati gambar dengan teliti, sebanyak 12 atau 28,58% siswa bertanya tentang alat yang digunakan saat percobaan dengan rasa ingin tahu, sebanyak 32 atau 76,19% siswa mampu mengumpulkan informasi dengan teliti, sebanyak 29 atau 69,05% siswa mampu mengasosiasi dengan cermat, serta sebanyak 12 atau 28,58% siswa mampu mengkomunikasikan dengan percaya diri. Dari siklus I ke siklus II telah mengalami peningkatan secara kuantitas yaitu diamati 39 atau 92,86% siswa mengamati beberapa gambar dengan teliti, 23 atau 54,77% siswa menanyakan tentang cara membuat musik sederhana dengan rasa ingin tahu, 39 atau 39,86% siswa mengumpulkan informasi dari buku siswa dengan teliti, 35 atau 83,34% siswa mengasosiasi dengan cermat, dan 21 atau 50% siswa mengkomunikasikan dengan sikap percaya diri. Dari uraian tersebut, dapat diketahui kompetensi keterampilan dalam belajar IPA dapat membentuk kompetensi sikap sosial dalam belajar IPA. Jumlah siswa yang memiliki sikap sosial teliti sama dengan jumlah siswa yang memenuhi indikator kompetensi keterampilan yaitu mengamati dan mengumpulkan informasi, jumlah siswa yang memiliki sikap sosial rasa ingin tahu sama dengan jumlah siswa yang memenuhi indikator kompetensi keterampilan yaitu menanya, jumlah siswa yang memiliki sikap sosial cermat sama dengan jumlah siswa yang memenuhi indikator kompetensi keterampilan yaitu mengasosiasi, serta jumlah siswa yang memiliki sikap sosial percaya diri sama dengan jumlah siswa yang memenuhi indikator kompetensi keterampilan yaitu mengkomunikasikan. Adapun data hasil belajar kompetensi sikap sosial dalam belajar IPA yaitu sebagai berikut: Tabel 8. Tabel Kuantitas Siswa Yang Memiliki Sikap Sosial Dalam Belajar IPA Pada Siklus I No Kompetensi Sikap Sosial Banyak Siswa Persentase 1 Teliti 31 71,43% 2 Rasa Ingin Tahu 12 28,58% 3 Cermat 29 69,05% 4 Percaya Diri 12 28,58% 9

10 Tabel 9. Tabel Kuantitas Siswa Yang Memiliki Sikap Sosial Dalam Belajar IPA Pada Siklus II No Kompetensi Sikap Sosial Banyak Siswa Persentase 1 Teliti 39 92,86% 2 Rasa Ingin Tahu 23 54,77% 3 Cermat 35 83,34% 4 Percaya Diri 21 50% SIMPULAN DAN SARAN Simpulan yang diperoleh dari penelitian tindakan kelas melalui menerapkan model pembelajaran inkuiri berbasis karakter pada tema cita-citaku pada siswa kelas IVA SD Negeri 11 Pemecutan adalah sebagai berikut: Melalui penerapan model pembelajaran inkuiri berbasis karakter dapat menumbuhkan kompetensi sikap dalam belajar IPA, hal ini diamati dari bertambahnya kuantitas siswa dari pra siklus ke siklus I dan siklus II dapat mencapai indikator yang telah ditetapkan. Penerapan model pembelajaran inkuiri berbasis karakter dapat meningkatan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IVA dapat dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu dimulai dari pra siklus. Dari hasil analisis data ketuntasan klasikal pada pra siklus di dapat yaitu 15 atau 35,72% dengan kategori baik. Pada siklus I pada kompetensi pengetahuan IPA mengalami peningkatan dari pra siklus yaitu 27 atau 64,29% siswa mendapatkan predikat baik, namun belum dapat mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan sehingga penelitian ini dilanjutkan pada siklus II. Hasil analisis data ketuntasan klasikal siklus II telah meningkat dari siklus I pada kompetensi pengetahuan IPA yaitu 38 atau 90,48% siswa mendapatkan predikat baik, maka penelitian ini dihentikan pada siklus II. Penelitian pada kompetensi pengetahuan IPA telah memenuhi kriteria atau indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu dapat mencapai nilai 71 atau predikat baik 80% dari 42 orang siswa sehingga penelitian dihentikan atau tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Pada kompetensi keterampilan dalam belajar IPA terjadi peningkatan kuantitas siswa yang telah memenuhi indikator kompetensi keterampilan yang telah ditetapkan dari pra siklus ke siklus I dan siklus II DAFTAR PUSTAKA Agung, A.A Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha Singaraja. Permendikbud.2014 Lampiran 1 Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 Tahun Jakarta: Permendikbud Permendikbud.2014 Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 103 Tahun Jakarta: Permendikbud Sanjaya, W. M.Pd Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Susanto, A Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Gruop. Taniredja, T. dkk Penelitian Tindakan Kelas Untuk Pengembangan Profesi Guru Praktik,Praktis, dan Mudah.Purwekerto: Alfabeta. 10