PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS MIND MAPPING DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS

Transkripsi

1 PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS MIND MAPPING DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS Ni Kd Dwi Agustini 1, I G. A. Agung Sri Asri 2, I Kmg Ngrh Wiyasa 3 1,2,3 Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia dekdwiagustini4@yahoo.com 1, xgungasrix@gmail.com 2, komang.wyasa@yahoo.com 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk : (1) meningkatkan kemampuan berpikir kreatif melalui mind mapping pada siswa kelas V SD Negeri 6 Sanur tahun pelajaran 2015/2016; (2) meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS melalui mind mapping pada siswa kelas V SD Negeri 6 Sanur tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 6 Sanur yang berjumlah 43 siswa yang terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode tes. Data yang terkumpul dianalisis dengan analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperoleh rata-rata kemampuan berpikir kreatif pada siklus I yaitu 82,58 dengan kategori di bawah rata-rata dan pada siklus II meningkat menjadi 94,20 dengan kategori rata-rata. Sementara itu, untuk penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siklus I diperoleh 48,84% siswa yang mendapat skor minimal 3,18 (B+) dan pada siklus II terjadi peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa yaitu 79,07% siswa yang mendapat skor minimal 3,18 (B+). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik berbasis mind mapping dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SD Negeri 6 Sanur tahun pelajaran 2015/2016. Kata kunci : saintifik, mind mapping, berpikir kreatif, dan kompetensi pengetahuan IPS. Abstract This study aims to: (1) improving the creative thinking ability through the implementation of scientific approach to mind mapping based on the fifth grade students of SD Negeri 6 Sanur in the academic year 2015/2016; (2) improving the mastery of knowledge competencies of social science through the implementation of a scientific approach to mind mapping based on fifth grade students of SD Negeri 6 Sanur in the academic year 2015/2016. This research is a classroom action research conducted in two cycles. Each cycle consists of four phases: planning, implementation, observation, and reflection. The subjects were fifth grade students of SD Negeri 6 Sanur as many as 43 students consisting of 21 male and 22 female students. Collecting data in this study conducted with test method. The data were analyzed with descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis. The results showed that gained an average of creative thinking ability in the first cycle is 82,58 with below average category and the second cycle increased to 94,20 with the average category. Meanwhile, for the mastery of knowledge competencies of social science in the first cycle was obtained 48.84% of students who received a minimum score of 3,18 (B +) and the second cycle the mastery of knowledge 1

2 competencies of social science increased to 79.07% of students who received a minimum score of 3,18 (B +). It can be concluded that the implementation of a scientific approach based mind mapping can improve the creative thinking ability and mastery of knowledge competencies of social science in fifth grade students of SD Negeri 6 Sanur in the academic year 2015/2016. Keywords : scientific, mind mapping, creative thinking, and knowledge competencies of social science PENDAHULUAN Peningkatan kualitas pendidikan telah menjadi sasaran pembangunan karena peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dicapai dengan peningkatan kualitas pendidikan. Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan, salah satunya dengan menerapkan kurikulum pendidikan yang disesuaikan karakteristik siswa dan lingkungan belajar siswa khususnya di sekolah dasar. Kurikulum yang diterapkan pemerintah saat ini adalah Kurikulum Salah satu ciri khas dari kurikulum 2013 sesuai dengan Permendikbud Nomor 57 tahun 2014 pasal 11 ayat (1) adalah pelaksanaan pembelajaran pada Sekolah Dasar / Madrasah dilakukan dengan pendekatan pembelajaran tematik terpadu. Pembelajaran tematik terpadu / terintegrasi merupakan pembelajaran dengan mengintegrasikan berbagai kompetensi dari muatan materi pembelajaran dalam suatu tema. Tematema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia serta tema-tema tersebut harus selesai diajarkan dalam waktu satu tahun. Pengintegrasian berbagai kompetensi dari muatan materi pembelajaran dilakukan agar siswa tidak belajar konsep secara parsial melainkan secara utuh melalui tema-tema yang ditetapkan sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa. Suasana belajar dan proses pembelajaran yang menyenangkan sangat mendukung keberhasilan pendidikan. Menurut Jihad dan Haris (2012: 4), belajar terjadi karena interaksi seseorang dengan lingkungannya yang akan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku pada berbagai aspek, diantaranya pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Sedangkan pembelajaran menurut Susanto (2013: 26) adalah aktivitas kompleks yang dilakukan guru untuk menciptakan lingkungan agar siswa mau melakukan proses belajar. Istilah aktivitas kompleks disini tidak dapat diartikan pada pengertian menyampaikan pengetahuan secara lisan atau tertulis, melainkan lebih dari itu, yakni menciptakan kondisi agar siswa dapat belajar secara kondusif, membimbing siswa dalam belajar, memotivasi siswa untuk belajar, dan melakukan penilaian terhadap hasil dari kegiatan belajar yang telah dilakukan siswa. Dari hasil observasi langsung yang dilaksanakan pada tanggal 27 November 2015, ditemukan kondisi bahwa guru masih membelajarkan siswa hanya dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Kemudian lingkungan belajar yang hanya berlangsung di dalam kelas saja membuat pembelajaran menjadi membosankan. Cara-cara ini cenderung membuat siswa lebih bersikap apatis, baik terhadap materi itu sendiri maupun terhadap gejala-gejala sosial yang terjadi di masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari penguasaan kompetensi pengetahuan pada muatan materi IPS siswa kelas V yang belum tercapai secara optimal. Berdasarkan nilai akhir dari 43 orang siswa, terdapat 17 siswa yang 2

3 mendapat nilai di atas 75 dan 26 siswa mendapat nilai di bawah 75. Belum optimalnya hasil belajar siswa salah satunya disebabkan oleh suasana pembelajaran yang tercipta membosankan karena dalam muatan materi IPS siswa lebih banyak dituntut untuk menghafalkan materi dibandingkan menemukan langsung yang mengakibatkan kemampuan berpikir kreatif siswa akan rendah. Menurut Iskandar (2012: 88), berpikir secara kreatif adalah dengan menggunakan pemikiran dalam mendapat ide-ide yang baru, kemungkinan yang baru, ciptaan yang baru berdasarkan keaslian dalam penghasilannya baik berupa ide yang nyata ataupun abstrak. Seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kreatif bertujuan untuk membantu dalam membuat keputusan dan menyelesaikan masalah. Kemampuan berpikir kreatif ini sangat didukung oleh peranan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Peranan guru menurut Kosasih (2014: 12) adalah memberikan kemudahan-kemudahan yakni dengan mengembangkan suasana belajar yang memberi kesempatan siswa untuk menemukan, menerapkan ide-ide mereka sendiri, menjadi sadar dan secara sadar menggunakan menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dituntut untuk memiliki metode-metode pembelajaran yang beragam agar suasana pembelajaran yang tercipta menjadi lebih aktif dan menyenangkan karena apabila kemampuan berpikir kreatif siswa meningkat maka akan berimplikasi pada peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan siswa. Melihat kenyataan tersebut, maka perlu dilakukan suatu upaya untuk perbaikan terhadap proses pembelajaran khususnya pada muatan materi IPS agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa. Salah satu pembelajaran yang diupayakan sesuai dengan Kurikulum 2013 adalah dengan mind mapping. Menurut Permendikbud No.103 tahun 2014 tentang Pembelajaran pasal 2 ayat (8) Pendekatan saintifik/pendekatan berbasis proses keilmuan merupakan pengorganisasian pengalaman belajar dengan urutan logis meliputi proses pembelajaran mengamati, menanya, mengumpulkan informasi / mencoba, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Kelima pengalaman belajar dalam pendekatan saintifik merupakan proses berkesinambungan yang diharapkan dapat selalu bersinggungan dengan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penerapan pendekatan saintifik telah menjadi ciri khas dari pembelajaran dalam kurikulum Kemudian mind mapping merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang digunakan untuk melatih kemampuan menyajikan isi (content) materi dengan pemetaan pikiran (Sani, 2013: 240). Mind map dikembangkan oleh Tony Buzan sebagai cara untuk mendorong peserta didik mencatat hanya dengan menggunakan kata kunci dan gambar. Kegiatan ini sebagai upaya yang dapat mengoptimalkan fungsi otak kiri dan kanan, yang dalam aplikasinya sangat membantu untuk memahami masalah dengan cepat karena telah terpetakan. Menurut Buzan (2005: 96), untuk membebaskan potensi kreatif atau mendorong kreativitas, maka perlu untuk menumbuhkan suatu lingkungan pemikiran bagi otak yang akan membebaskan cara pikir sinergisnya. Karena sistem pendidikan cenderung terfokus pada keterampilan otak kiri dan kurang menekankan keterampilan otak kanan, yang langsung berdampak pada kemampuan berpikir secara kreatif. Mind mapping merupakan alat yang dapat diandalkan untuk membantu berpikir secara kreatif. Hasil mind mapping berupa mind map. Menurut Buzan (2005: 15) untuk membuat mind map, seseorang biasanya memulainya dengan menulis gagasan utama di tengah halaman dan dari situlah, bisa membentangkannya ke seluruh arah untuk menciptakan semacam diagram yang terdiri dari kata kunci, frasafrasa, konsep-konsep, fakta-fakta, dan gambar-gambar. Dalam membuat mind 3

4 map disarankan dari bagian tengah kertas dengan alasan agar dapat memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami. Mind mapping memiliki keunggulan di antaranya memudahkan siswa untuk berkonsentrasi dan proses pembuatannya pun menyenangkan karena disertai dengan gambar dan warna sehingga pembelajaran yang berlangsung menjadi tidak membosankan bagi siswa. Dalam penulisannya sendiri, catatan bentuk mind mapping (Olivia, 2014: X) hanya akan mengambil kata kunci yang penting bagi ingatan sebagai sumber informasi sehingga mudah dihafalkan. Penulisan catatan pun lebih menarik secara visual sehingga membantu pengelolaan informasi saat diterima, menambahkan kaitan dan asosiasi baru, serta menjadikan informasi lebih lama bertahan dalam ingatan. Pembelajaran dengan mind mapping tentunya akan menggunakan langkah pembelajaran dalam pendekatan saintifik yang terdiri dari lima pengalaman belajar dan mind mapping sendiri akan dipadukan ketika siswa membentuk kelompok kerja saat proses pembelajaran. Ketika siswa mulai melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik, maka siswa sudah dapat memikirkan kerangka dasar mind mappingnya. Contohnya pada kegiatan mengamati, siswa dapat melakukan pengamatan baik dengan alat atau tanpa alat seperti mendengar, menyimak, melihat segala sesuatu yang berkaitan dengan ide utama atau tema peta pikiran yang akan dibuat. Penggunaan mind mapping ini diharapkan dapat memudahkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat membuat suasana belajar tidak membosankan karena mind mapping ini mengarahkan siswa untuk membuat peta pikirannya sendiri sesuai dengan materi yang dipelajari dengan menggunakan kata-kata kunci, gambar, warna, dan garis-garis sebagai cabang atau penghubungnya. Penelitian ini didukung oleh penelitian Andika (2015). Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa penerapan mind mapping dalam pendekatan saintifik dapat meningkatkan hasil belajar PKn dan pengetahuan metakognitif siswa. Kemudian didukung juga oleh penelitian yang dilakukan Koriagung (2015). Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa penerapan mind mapping dalam pendekatan saintifik dapat meningkatkan hasil belajar PKn dan pengetahuan faktual siswa. Berdasarkan uraian tersebut, maka dilaksanakan suatu penelitian tindakan kelas dengan judul Penerapan Pendekatan Saintifik Berbasis Mind Mapping untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS Siswa Kelas V SD Negeri 6 Sanur Tahun Pelajaran 2015/2016. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka tujuan dari penelitian ini yaitu (1) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif melalui mind mapping pada siswa kelas V SDN 6 Sanur tahun pelajaran 2015/2016 dan (2) untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS melalui mind mapping pada siswa kelas V SDN 6 Sanur tahun pelajaran 2015/2016. METODE Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. PTK memiliki peranan yang sangat penting untuk meningkatkan mutu pembelajaran melalui suatu tindakan bermakna dengan menggunakan sebuah strategi, model atau suatu pendekatan pembelajaran yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas, segera, dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pembelajaran yang sedang berjalan (Agung, 2012: 24). 4

5 Kunandar (2011: 44) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksi tindakan secara kolaborasi, dengan tujuan untuk memperbaiki mutu praktik pembelajaran di dalam kelas. Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan penelitian yang dirancang untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pembelajaran sehingga dapat meningkatkan praktik pembelajaran di kelas. PTK dilaksanakan melalui tahapantahapan yang dikenal dengan istilah siklus. Siklus dalam PTK terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi (Daryanto, 2011: 21). Jumlah siklus yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan oleh hasil atau tingkat keberhasilan siklus sebelumnya. Jika pada siklus tertentu sudah tercapai indikator yang telah ditetapkan, maka penelitian ini tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Adapun alur penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan dapat disajikan seperti gambar berikut. Refleksi Refleksi Perencanaan SIKLUS I Pengamatan Perencanaan SIKLUS II Pengamatan Pelaksanaan Pelaksanaan Gambar 1. Gambar Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto, 2015: 42) Berdasarkan gambar rancangan tersebut, menunjukkan bahwa setiap siklus terdiri dari empat tahapan penting. Keempat tahapan terrsebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus yaitu satu putaran beruntun. Setiap siklus dilakukan 3 kali pertemuan diantaranya 2 kali pertemuan untuk pelaksanaan pembelajaran dan satu kali pertemuan untuk pelaksanaan tes akhir siklus. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Tempat pelaksanaan penelitian tindakan kelas di kelas V SDN 6 Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN 6 Sanur tahun pelajaran 2015/2016 sebanyak 43 orang yakni 21 orang siswa laki-laki dan 22 orang siswa perempuan. Kelas V dipilih sebagai subjek penelitian karena kelas ini memiliki kemampuan berpikir kreatif dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS yang belum optimal. Hal ini terjadi karena di kelas tersebut terungkap permasalahanpermasalahan yang telah disebutkan pada latar belakang. Di samping itu, di sekolah ini belum pernah diadakan penelitian terkait dengan permasalahan tersebut, sehingga dirasa perlu melakukan penelitian di tempat ini. Adapun objek penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa dengan diterapkannya pendekatan saintifik berbasis mind mapping kelas V SDN 6 Sanur tahun pelajaran 2015/2016. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kemampuan berpikir kreatif dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa. Berdasarkan data tersebut maka metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. Tes yang diberikan kepada siswa adalah tes bentuk objektif dan subjektif. Tes objektif diberikan untuk mengukur peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dan tes subjektif digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa. Untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa digunakan tes uraian sebanyak 6 subtes. Tes uraian ini merupakan tes yang telah distandarisasi oleh Munandar. Keenam subtes tersebut terdiri dari tes 5

6 permulaan kata, menyusun kata, membentuk kalimat tiga kata, sifat-sifat yang sama, macam-macam penggunaan, dan apa akibatnya. Sedangkan untuk mengukur penguasaan kompetensi pengetahuan IPS digunakan tes objektif bentuk pilihan ganda biasa dengan empat options. Tes objektif yang disusun layak diujikan atau diberikan pada testee apabila memenuhi syarat tes yang baik, yaitu dengan menyusun kisi-kisi serta memenuhi validitas isi sesuai dengan standar isi untuk mengetahui kesesuaian instrumen dengan data yang dicari melalui tes. Pengujian validitas isi ini dilakukan dengan cara menelaah dan mencermati kesesuaian isi butir yang ditulis dengan perencanaan yang dituangkan dalam kisikisi. Pengujian ini dilaksanakan dengan meminta pertimbangan kepada ahli (expert judgement) yaitu dosen IPS sehingga tidak perlu melakukan uji coba. Setelah data kemampuan berpikir kreatif dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis data. Dalam menganalisis data PTK biasanya digunakan analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis statistik deskriptif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (mean), median, modus, dan standar deviasi untuk menggambarkan suatu objek/variabel tertentu, sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2012: 67). Sementara itu, metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara analisis/pengolahan data dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau presentase, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2012: 67). Analisis deskriprif kuantitatif digunakan untuk menarik kesimpulan dengan menentukan tingkatan tinggi rendahnya kemampuan berpikir kreatif dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa berpedoman pada PAP kemampuan berpikir kreatif.dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa. Indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu 1) Rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa kelas V SD Negeri 6 Sanur tahun pelajaran 2015/2016 minimal berada pada kriteria rata-rata (skor 90) dan 2) Penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SD Negeri 6 Sanur tahun pelajaran 2015/2016 yaitu 75% dari 43 siswa mendapatkan skor minimal 3,18 (B+). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa yaitu 82,58. Jika angka rata-rata tersebut dikonversikan dengan PAP kemampuan berpikir kreatif, maka angka rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus I berada pada interval dengan kategori di bawah rata-rata. Kemudian untuk penguasaan kompetensi pengetahuan IPS diperoleh rata-rata siswa yaitu 3,19 (B+). Ketuntasan belajar siswa secara klasikal yang mencapai skor minimal 3,18 (B+) adalah 48,84%. Hal ini menunjukkan belum tercapainya indikator keberhasilan, sehingga dilanjutkan ke siklus II. Belum tercapainya indikator keberhasilan tersebut disebabkan oleh beberapa kendala yang terjadi selama pelaksanaan siklus I yaitu : 1) kerjasama yang terbentuk antar kelompok masih kurang dan siswa yang memiliki kemampuan lebih tinggi lebih mendominasi sehingga tidak semua anggota aktif dalam mengerjakan tugas kelompok, 2) siswa masih bingung dan belum terbiasa mengikuti proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik berbasis mind mapping, 3) siswa belum dapat mengekspresikan kreativitasnya dalam membuat mind mapping sehingga masih tidak percaya diri dan melihat hasil karya kelompok lain, 4) siswa masih malu-malu untuk mengemukakan ide-ide kreatifnya ketika guru mengajak bertanya jawab, 5) terdapat beberapa siswa yang membuat keributan sehingga situasi kelas kurang kondusif dan dapat mengganggu kelompok lain yang sedang berdiskusi, dan 6) terdapat beberapa kelompok yang 6

7 tidak dapat menyelesaikan mind mappingnya tepat waktu, sehingga saat proses penyampaian hasil karya masih ada yang belum siap. Untuk menindaklanjuti kendalakendala yang muncul pada siklus I, maka diupayakan perbaikan pelaksanaan tindakan yang selanjutnya dapat diterapkan pada siklus selanjutnya. Adapun perbaikan-perbaikan pelaksanaan tindakan yang dapat dilakukan adalah : (1) memberikan motivasi kepada siswa yang memiliki kemampuan kurang agar lebih bersemangat untuk ikut terlibat aktif dalam kegiatan kelompok, (2) memberikan bimbingan atau arahan kepada siswa untuk tetap menjaga ketertiban kelas. Bagi siswa yang membuat keributan dalam kegiatan diskusi, guru akan bertindak dengan cara mengurangi nilai dari masing-masing siswa tersebut. Dengan demikian, siswa akan mampu mengendalikan dirinya agar tidak membuat keributan disetiap kegiatan pembelajaran. (3) membimbing siswa untuk percaya diri agar dapat berkarya sesuai dengan kemampuan dan kreativitas yang dimiliki, (4) mengalokasikan waktu untuk membuat mind mapping, jika dalam waktu yang telah ditentukan belum selesai, maka kelompok tersebut akan menyampaikan hasil karyanya paling akhir dan diberikan pertanyaan tambahan dari guru, (5) guru mendorong siswa untuk lebih berani menyampaikan ide kreatifnya dengan memberikan pujian dan nilai tambahan. Berdasarkan upaya perbaikan pembelajaran dan pelaksanaan tindakan pada siklus I, maka pada pelaksanaan siklus II telah tampak adanya peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS yang signifikan. Pada siklus II, ratarata kemampuan berpikir kreatif siswa yaitu 94,20. Jika angka rata-rata tersebut dikonversikan dengan PAP kemampuan berpikir kreatif, maka angka rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus II berada pada interval dengan kategori rata-rata. Kemudian untuk penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa diperoleh ratarata yaitu 3,39 (B+). Ketuntasan belajar siswa secara klasikal yang mencapai skor minimal 3,18 (B+) adalah 79,07%. Adapun rekapitulasi data kemampuan berpikir kreatif dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SD Negeri 6 Sanur siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Data Kemampuan Berpikir Kreatif dan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS Siklus I dan Siklus II Data Siklus I Siklus II Rata-rata Kemampuan Berpikir Kreatif 82,58 94,20 Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS minimal 3,18 (B+) 48,84% 79,07% 7

8 Berdasarkan rekapitulasi data tersebut, dapat disajikan histogram sebagai berikut ,58 48,84% Siklus I 94,20 79,07% Siklus II Rata-rata Kemampuan Berpikir Kreatif Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS Minimal 3,18 (B+) Gambar 2. Grafik Histogram Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS Siklus I dan Siklus II Secara umum pada siklus II tidak ada lagi kendala-kendala seperti pelaksanaan siklus I dan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sudah tercapai. Peningkatan pada kemampuan berpikir kreatif dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS ini disebabkan karena siswa lebih dapat beradaptasi dengan pembelajaran dengan mind mapping. Siswa tampak lebih antusias dalam membuat dan mengembangkan mind mapping dalam kelompoknya sesuai ide-ide kreatif yang dimilikinya. Kemudian pada siklus II, pembelajaran tampak lebih kondusif daripada siklus I. Siswa yang memiliki kemampuan kurang dalam kelompok, kini lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran, karena motivasi tidak hanya diberikan dari guru melainkan teman kelompoknya juga ikut memotivasi sehingga pembelajaran yang diberikan lebih dapat dimaknai oleh semua siswa. Penggunaan waktu dalam siklus II menjadi semakin efektif untuk menyelesaikan mind mappingnya sehingga ketika guru memberikan tema pokok di awal pembelajaran siswa sudah mulai merancang, merencanakan, dan mengkreasikan mind mappingnya. Serta dalam proses pembelajaran siswa menjadi lebih percaya diri untuk mengungkapkan ide-ide kreatifnya dan lebih percaya diri untuk menyampaikan hasil karya mind mapping yang telah dibuat bersama kelompok. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Suyasmini (2014). Kemudian sejalan pula dengan pendapat Kurniasih dan Sani (2015: 53) yang menyatakan mind mapping merupakan model pembelajaran yang berbicara tentang merencana, berkomunikasi, menjadi kreatif, menghemat waktu, menyelesaikan masalah, memusatkan perhatian, menyusun dan menjelaskan fikiran-fikiran, mengingat dengan lebih baik, belajar lebih cepat dan efisien, serta melihat gambar keseluruhan. Berdasarkan data penelitian yang telah dipaparkan, maka penelitian ini dapat dikatakan berhasil karena indikator keberhasilan yang diharapkan telah tercapai. Jadi dinyatakan bahwa mind mapping dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SD Negeri 6 Sanur tahun pelajaran 2015/2016. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh, maka dapat ditarik simpulan bahwa penerapan pendekatan saintifik berbasis mind mapping dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas V SD Negeri 6 Sanur tahun pelajaran 2015/2016. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis data kemampuan berpikir kreatif siklus I diperoleh rata-rata yaitu 82,58 berada pada interval dengan kategori di bawah rata-rata. Sedangkan pada siklus II diperoleh ratarata kemampuan berpikir kreatif yaitu 94,20 berada pada interval dengan kategori rata-rata. Begitu juga dengan penerapan pendekatan saintifik berbasis mind mapping dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SD Negeri 6 Sanur tahun pelajaran 2015/2016. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siklus I yaitu 48,84% (21 siswa) dari 43 siswa yang mendapat skor minimal 3,18 (B+). 8

9 Sedangkan pada siklus II penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa yaitu 79,07% (34 siswa) dari 43 siswa yang mendapat skor minimal 3,18 (B+). Berdasarkan simpulan dalam penelitian ini, dapat disampaikan beberapa saran diantaranya kepada siswa diharapkan untuk membiasakan diri belajar dengan pendekatan saintifik berbasis mind mapping karena pendekatan ini sangat efektif dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa, kepada guru diharapkan agar selalu mencari inovasi baru dalam pelaksanaan pembelajaran sebagai pembaharuan guna mencapai kualitas pembelajaran yang lebih optimal, kepada sekolah yaitu pendekatan saintifik berbasis mind mapping dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pendekatan pembelajaran dalam muatan materi IPS di sekolah dasar sebagai upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS, dan kepada peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian mengenai pendekatan saintifik berbasis mind mapping pada muatan materi IPS maupun mutan materi yang sesuai, agar memperhatikan hambatan-hambatan yang dialami pada penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan pelaksanaan penelitian. DAFTAR PUSTAKA Agung, A.A. Gede Penelitian Tindakan Kelas (Teori dan Analisis Data dalam PTK). Makalah disajikan dalam Seminar dan Lokakarya tentang Penelitian dan Pola Bimbingan Skripsi di Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha, 27 September Evaluasi Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Metodologi Penelitian Pendidikan. Malang: Aditya Media Publising Statistika Dasar untuk Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish. Andika, Ida Ayu Riska Wikantary Penerapan Mind Mapping dalam Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn dan Pengetahuan Metakognitif Tema Cita-citaku pada Siswa Kelas IV A SD Negeri 1 Tonja. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha. Arikunto, Suharsimi Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Aunurrahman Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Buzan, Tony Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Buku Pintar Mind Map untuk Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Daryanto Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah Beserta Contohcontohnya. Yogyakarta: Gava Media. Filsaime, Dennis K Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustakarya. Iskandar Psikologi Pendidikan. Jakarta: Referensi. Jihad, Asep dan Abdul Haris Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Pressindo. 9

10 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 103 Tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Koriagung, Ni Putu Cahyani Penerapan Mind Mapping dalam Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn dan Pengetahuan Faktual Tema Cita-citaku pada Siswa Kelas IV B SD Negeri 5 Tonja. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha. Kosasih Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum Bandung: Yrama Widya. Kurniasih, Imas dan Berlin Sani Ragam Pengembangan Model Pembelajaran untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Surabaya: Kata Pena. Munandar, Utami Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. Olivia, Femi Asyik Mind Mapping Pelajaran Sekolah. Jakarta: Elex Media Komputindo. Sani, Ridwan Abdullah Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum Jakarta: Bumi Aksara. Sujana, I Wayan Pengaruh Jenis Pendekatan Pembelajaran dan Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif terhadap Perolehan Belajar IPS pada Siswa Kelas VI SD 17 Dauh Puri Denpasar. Tesis (tidak diterbitkan). Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Sukardi Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Sumaatmadja, Nursid Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka. Supardi Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan Psikomotor (Konsep dan Aplikasi). Jakarta: Rajawali Pers. Susanto, Ahmad Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Media Group. Suyasmini, Ayu Made Manik Pengaruh Penggunaan Teknik Peta Pikiran dalam Pembelajaran IPS terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SD No.4 Ungasan Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung. Tesis (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha. Swadarma, Doni Penerapan Mind Mapping dalam Kurikulum Pembelajaran. Jakarta: Elex Media Komputindo. 10