BAB 1 PENDAHULUAN. topik kajian sejarah adalah permasalahan layanan kesehatan, seperti: rumah sakit 2,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. topik kajian sejarah adalah permasalahan layanan kesehatan, seperti: rumah sakit 2,"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan adalah masalah suatu masyarakat yang sangat erat kaitannya dengan fasilitas kesehatan, sarana transportasi dan komunikasi yang berada dalam masyarakat bersama kepercayaan, sesuai jenis pencaharian serta lingkungan fisik tempat masyarakat tersebut berada. 1 Kiranya, ilmu sejarah perlu juga meninjau masalah-masalah kesehatan. Sejauh ini, masalah kesehatan yang telah menjadi topik kajian sejarah adalah permasalahan layanan kesehatan, seperti: rumah sakit 2, rumah sakit jiwa, tenaga medis 3 ; permasalahan penyebaran penyakit serta epidemi, seperti: pes, malaria 4, kolera, beri-beri 5, cacar 6, influenza 7 ; serta pandangan kesehatan dan perubahan sosial: kesehatan ibu dan anak dengan tingkat mortalitas 8, pola hidup sehat, dan sikap bersih (hygine). 1 Heddy Shri Ahimsa-Putra, Kesehatan dalam Presfektif Ilmu Sosial-Budaya, Atik Tri Rahmawati, dkk., Masalah Kesehatan dalam Kajian Ilmu Sosial-Budaya (Jogjakarta: Kepel. 2006) hal Baha Uddin, Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit di Jawa pada Abad ke-19 dan Awal Abad ke-20 dalam Lembaran Sejarah Vol 7. No.1 (2004) hal Hans Pols, European Physicians and Botanists, Indigenenous Herbal Medicine in The Dutch East India, and Colonial Network of Mediation dalam East Asia Science, Technology and Society: an International Journal (2009) hal Liesbeth Hesselink, Healers on the colonial market: Native doctors and midwives in the Dutch East Indies, (Leiden: KITLV Press, 2011). 4 Baha Uddin, Epidemi Malaria di Afdeeling Bali Selatan dalam Lembaran Sejarah, Vol. 7, No. 2, 1997/1998, hal A.A. Loedin, De Groot Ziekte Beri-beri, Sejarah Kedokteran Di Bumi Indonesia, (Jakarta: Grafiti, 2005). 6 Peter Boomgaard, Smallpox, vaccination, and the Pax Neerlandica, Indonesia dalam Bijdragen tot de Taal- Land- en Volkenkunde, Volume 159, no.4, 2003, hal Priyanto Wibowo et al, Yang Terlupakan: Pandemi Influenza 1918 di Hindia Belanda, (Jakarta; Departemen Sejarah UI, UNICEF Jakarta, Komnas FPBI, 2009). 8 Peter Gardiner dan Mayling Oey, Morbidity and Mortality in Java : The Evidence of the Colonial Report, Norman G. Owen (Ed), Death and Disease in SouthEast Asia, (Singapore: Oxpord University Press, 1987). 1

2 2 Keragaman khasanah sejarah kesehatan sering dilatarbelakangi oleh perhatian pemerintah Hindia Belanda sejak Abad ke-19 terhadap kesehatan. Perhatian pemerintah tersebut menurut Peter Boomgaard muncul karena angka kematian yang tinggi. Sejak tahun 1821 hingga 1880, angka kematian di Hindia Belanda adalah sekitar 0.3% hingga 10% karena wabah penyakit, seperti kolera, cacar, typoid fever (demam/tifus), serta malaria. 9 Bahkan tahun 1880 sampai 1940, menurut Peter Gardiner dan Mayling Oey, wabah penyakit masih terus menghantui meski mengalami fluktuasi. 10 Boomgaard menguraikan dua faktor penyebab tingginya angka kematian, yakni faktor manusia (human factors), seperti pembukaan hutan menjadi sawah atau ladang, serta proses migrasi dan faktor alami (natural factors), seperti iklim. 11 Tahun 1808, pemerintahan Daendels membentuk Militaire Geneeskundige Dienst, MGD (Dinas Kesehatan Militer) dibawah divisi militer sebagai institusi pertama yang khusus menangani masalah kesehatan. Tahun 1811, saat pemerintahan Raffles berkuasa di Jawa, Ia membuat kebijakan untuk mementingkan pelayanan terhadap masyarakat sipil, namun semua agenda kesehatan tersebut belum seluruhnya terlaksana hingga pergantian kekuasaan tahun Pasca dikembalikannya kekuasaan Hindia Belanda kepada Belanda oleh Inggris tahun 1816, Raja Willem I mengutus Reinwardt untuk mengorganisir pelayanan medis di Hindia Belanda serta membuat pelayanan kesehatan sipil lebih 9 Peter Boomgaard, Morbidity and Morality in Java, : Changing Patterns of Disease and Death, Norman G. Owen (Ed), Death and Disease in SouthEast Asia, (Singapore: Oxpord University Press, 1987).hal Peter Gardiner dan Mayling Oey, Ibid., hal Peter Boomgaard. Op.cit, hal. 57

3 3 mendapat perhatian. Reinwardt membentuk satu institusi kesehatan tahun 1820 untuk pelayanan masyarakat sipil yang disebut Burgerlijk Geneeskundige Dienst, BGD (Dinas Kesehatan Sipil). Pada kenyataanya, setelah pembentukan BGD tentara tetap menjadi objek utama dalam pelayanan kesehatan. Hal tersebut didukung oleh penggabungan kembali Dinas Kesehatan Militer dan Sipil dibawah Dinas Kesehatan serta dipimpin oleh Kepala Dinas Kesehatan Militer pada tahun Tahun 1882, pemerintah mengeluarkan peraturan baru mengenai pelayanan kesehatan sipil (Reglement van de Burgerlijk Geneeskundige Dienst in Nederlandsch-Indie). Peraturan tersebut memisahkan kembali Dinas Kesehatan Militer dan Sipil, namun dalam pelaksanaannya belum sepenuhnya berjalan. Satusatunya peraturan yang diberlakukan adalah peraturan mengenai kedudukan dokter. Dokter yang menangani masalah kesehatan sipil kini tidak hanya berkedudukan dibawah Kementerian Perang namun di bawah Direktur Kependidikan, Keagamaan dan Industri (Directeur van Onderwijs, Eeredienst en Nijverheid). 13 Pemisahan kedua institusi kesehatan baru terjadi pada tahun 1911 sesuai dengan Staatsblaad tahun 1910 Nomor 648. Pemisahan tersebut menjadikan BGD menjadi institusi tersendiri dibawah Department van Onderwijs en Eeredienst serta dikepalai oleh Inspektur Kepala untuk menangani masalah kesehatan rakyat. Permasalah kesehatan terus meningkat seiring dengan berjalannya waktu, mengingat perbedaan iklim di Barat dan iklim tropis yang membuat lembaga ini 12 Baha Uddin, Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit.., hal Rosalia Sciortino, Menuju Kesehatan Madani, (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press, 2007), hal. 12

4 4 kebingungan dalam menghadapi penyakit tropis yang tidak ditemui di Negara mereka sendiri. Meski demikian ilmu kedokteran terus berkembang sehingga mendorong pemerintah mereorganisir kembali lembaga tersebut menjadi Dinas Kesehatan Rakyat (Dienst Geneeskundige der Volksgezonheid, DVG) untuk memperluas peranan dan jangkauan sasaran dalam bidang kesehatan rakyat. Sementara itu setelah dilakukan pemisahan tahun 1911, MGD kemudian dipimpin oleh seorang Inspektur Mayor Jenderal dan berpusat di Bandung. Dinas ini mengorganisir sejumlah rumah sakit modern serta laboratorium medis untuk militer di Weltevreden. Sebelum mereka bertugas secara resmi, mereka diharuskan mengikuti kursus mengenai penyakit tropis dan hygiene selama 5 bulan di Militaire Hygienisch Instituut yang berkedudukan di Weltrevreden. 14 Seiring dengan berjalannya pelayanan kesehatan, pemerintah Hindia Belanda juga memberikan pelayanan farmasi kepada masyarakat. Tahun 1882, saat pemerintah mereorganisasi pelayanan kesehatan militer menjadi dinas kesehatan sipil melalui Staatsblad no. 97 tahun 1882, pemerintah juga membuat peraturan untuk tenaga kesehatan, termasuk tenaga pelayanan farmasi serta peraturan pelayanan farmasi. Pelayanan farmasi tersebut mencakup penyediaan bahan sumber alam dan bahan sintetis untuk didistribusikan dan digunakan dalam pengobatan dan pencegahan suatu penyakit. Dalam hal ini dapat dijabarkan menjadi proses identifikasi, kombinasi, analisa dan standarisasi obat dan pengobatan, termasuk 14 Baha Uddin, Pelayanan Kesehatan umah Sakit di Jawa pada Abad ke-19 dan Awal Abad ke-20 dalam Lembaran Sejarah Vol 7, No.1, 2004, hal. 108.

5 5 pula sifat-sifat obat dan distribusinya yang aman dalam penggunaannya, baik penyerahan obat atas dasar resep dokter maupun pada penjualan bebas. 15 Proses pelayanan farmasi dapat menjadi sebuah episode sejarah yang menarik untuk dibahas, karena pelayanannya dilaksanakan oleh kesatuan sistem tersendiri yang terdiri dari tenaga kerja, sarana dan prasarana farmasi. 16 Tenaga farmasi dapat menunjukkan perubahan pelayanan farmasi di masyarakat, karena Ia adalah praktisi kesehatan yang merupakan bagian dari sistem rujukan kesehatan professional. Profesi ini mengharuskan selalu berinteraksi dengan professional kesehatan lain serta penderita untuk memberikan konsultasi serta informasi disamping mengendalikan mutu penggunaan terapi obat dalam bentuk pengecekan atau interpretasi pada resep atau order dokter, sehingga tanggung jawab menyeluruh apoteker membentuk pelayanan farmasi. 17 Demikian pula sarana farmasi seperti apotek yang menjadi tempat untuk melakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran obat kepada masyarakat. 18 Dengan demikian tenaga farmasi dan apotek menjadi sebuah representasi pelayanan kesehatan yang ada di tengah masyarakat. 15 Moh. Anief, Farmasetika, (Jogjakarta: UGM Press, 1994), hal Moh. Anief, Ibid., hal Charles J.P. Siregar, Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan, (Jakarta: EGC, 2004), hal Yustina Sri Hartini dan Sulasmono. Apotek Ulasan Beserta Naskah Peraturan Perundang-undangan Terkait Apoterk Termasuk Naskah dan Ulasan Tentang Apotek Rakyat (Yogyakarta: Sanata Dharma, 2009) hal 13.

6 6 1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, permasalahan yang menarik adalah apa bentuk pelayanan farmasi yang diberikan oleh pemerintah Hindia Belanda di Jawa sejak tahun 1882 hingga tahun Untuk menjawab pertanyaan yang berkembang pada perkembangan tenaga farmasi sebagai tenaga ahli farmasi. Dengan melihat perkembangan farmasi diharapkan dapat menjawab permasalahan tersebut. Tenaga farmasi menjadi representasi dari pelayanan farmasi tersebut, meskipun tenaga farmasi dirasa hanya sebagian kecil dari bentuk pelayanan farmasi. Untuk mengetahui lebih lanjut akan dibagi kedalam beberapa pertanyaan sebagai berikut: a. Apa bentuk tenaga farmasi yang telah ada di Jawa sebelum tahun 1882? b. Apa penyebab munculnya tenaga farmasi kolonial dan seperti apa pelaksanaannya dalam struktur organisasi tenaga farmasi dalam pemeritnahan Hindia Belanda? c. Apa bentuk penyelenggaraan pendidikan tenaga farmasi dan siapa atau kelompok mana yang dapat menjadi tenaga farmasi di Jawa? d. Mengapa tenaga farmasi dapat bertahan dalam pelayanan kesehatan di Jawa hingga awal abad ke-20? Dalam menjawab pertanyaan penelitian, perlu menggunakan batasan masalah untuk membuat penulisan dan jawaban menjadi fokus dan terarah. Pembatasan masalah dilakukan dengan dua hal, yakni batasan spasial dan batasan temporal.

7 7 Batasan spasial dalam penelitian ini adalah Jawa. Sejak awal abad ke-19, Jawa bukan hanya menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan namun merupakan pusat pelayanan kesehatan. Sebagai pusat pelayanan kesehatan, perkembangan kesehatan di Jawa lebih beragam dibandingkan dengan pulau lainnya. 19 Selain itu kelengkapan data juga menjadi pertimbangan utama dalam penelitian ini. Alasan tersebut kemudian menjadi tantangan untuk melihat pelayanan farmasi di daerah tersebut. Dengan demikian wilayah Jawa diambil sebagai spasial yang cukup memungkinkan untuk melihat perkembangan farmasi dalam pelayanan kesehatan di masyarakat sejak akhir abad ke-19 hingga tahun Batasan temporal dalam penelitan ini adalah tahun 1882 hingga Penelitian ini mengacu pada kebijakan Pemerintah Kolonial, maka penentuan tahun 1882 karena dikeluarkan undang-undang mengenai pelayanan dan tenaga kesehatan termasuk tenaga farmasi dalam Staatsblad no. 97 tahun Dalam undangundang tersebut terdapat peraturan mengenai kefarmasian seperti undang-undang peracikan obat serta tenaga farmasi. Undang-undang tersebut menjadi awal kemunculan kebijakan tenaga farmasi di Hindia Belanda. Batas akhir penelitian ini tahun 1942 merupakan tahun ketika pemerintah Hindia Belanda tidak lagi berdaulat di wilayah Jawa. Dengan batasan masalah ini, diharapkan dapat membatasi dan membantu penelitian hingga akhir. 19 A.A Loedin, Sejarah Kedokteran di Bumi Indonesia (Jakarta: Grafiti 2005), hal. 112 dan Baha Uddin, op. Cit. hal Eddie Lembong, Geliat Industri Farmasi di Indonesia menuju era global, (Jakarta: Sinar Harapan, 1999).

8 8 1.3 Tujuan dan Maksud Penelitian Tujuan dan maksud penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui perkembangan tenaga farmasi sebagai bentuk pelayanan farmasi kolonial di Jawa tahun b. Untuk mengetahui perubahan serta perkembangan tenaga farmasi di Jawa sejak tahun ; c. Mengetahui penyebab bertahannya tenaga farmasi dalam masyarakat di Jawa tahun ; d. Mengetahui faktor perubahan serta perkembangan tenaga farmasi di Jawa tahun Tinjauan Pustaka Sejauh ini penelitian yang berkaitan dengan sejarah kesehatan di Indonesia telah banyak ditulis. Hanya saja yang mengangkat farmasi, pelayanan farmasi, apotek atau apoteker belum banyak dihasilkan. Berikut adalah beberapa pustaka yang berkaitan dengan penelitian ini. Pertama, pustaka mengenai sejarah farmasi. Artikel yang berjudul Drug treatment and the rise of pharmacology, ditulis oleh Miles Weatherall merupakan bagian dari kumpulan artikel dalam buku Ilustrated History of Medicine. 21 Miles membahas sejarah farmasi dunia serta mempertanyakan kembali pengobatan Barat yang hari ini jadi primadona bagi kesehatan dunia. Ia mengambil periode zaman 21 Miles Weatherall, Drug Trreatment and the rise of Pharmacology, Roy Porter (Ed), Ilustrated History Medicine, (UK: Cambridge University Press. 2006), hal

9 9 Mesir sebagai awal perkembangan farmasi dan membuat karakterisasi obat pada masa itu dengan label mengobati semua penyakit. Tulisan tersebut menunjukkan bahwa baru pada paruh awal abad ke-19 Eropa mulai mendominasi opini permasalahan farmasi. Karakteritik farmasi yang dibawa oleh Eropa adalah farmasi yang berdasarkan fungsi. Produk farmasi Eropa dibuat sesuai karakteristik penyakit yang ingin disembuhkan. Diakhir tulisan tersebut, Miles mempertanyakan keberhasilan kerja obat sebagai alat penyembuh tubuh, dengan menunjukkan efek dan kemanfaatan obat dalam masyarakat. Artikel tersebut memberi kerangka berpikir mengenai farmasi Eropa yang dibawa masyarakat Eropa kepada masyarakat Nusantara pada masa Selanjutnya adalah buku berjudul Research di Indonesia I: Bidang Kesehatan. Buku ini ditulis dalam rangka menunjukkan rasa nasionalisme Indonesia di bidang kesehatan dan sebagai pembentuk karakter bangsa. Dalam buku tersebut terdapat enam artikel mengenai perkembangan dalam bidang Farmasi. Salah satunya adalah artikel yang berjudul Ichtisar Sedjarah Perkembangan Ilmu Farmasi karya Poernomosinggih, seorang apoteker dan direktur Lembaga Farmasi Nasional serta Ketua B.P.P. Ikatan Sardjana Farmasi Indonesia. Tulisan tersebut membagi lima periode perkembangan farmasi di Indonesia, periode pra penjajahan, penjajahan, revolusi fisik, periode akibat KMB, periode manipol amanat pembangungan presiden ( ) dan periode berdikari ( ). Tulisan ini sangat terlihat memiliki jiwa perlawanan atau antikolonial maka inilah yang akan menjadi perbedaan dengan penelitian ini. Penelitian ini diharapkan tidak

10 10 terjebak dalam arus yang sama dalam penelitian mengenai pelayanan farmasi di masa Hindia Belanda. 22 Pustaka selanjutnya adalah skripsi yang berjudul Lembaga Riset Ilmu Kedokteran Belanda: dari Laboratorium voor Pathologische Anatomie en Bacteorolige ke Centraal Militaire Laboratori yang ditulis oleh Nana Suryana. Tulisan tersebut mengkaji tentang perkembangan lembaga riset kedokteran. Hal yang menarik dalam tulisan tersebut adalah disebutkannya lembaga riset khusus farmasi dalam lembaga pemerintah tersebut, 23 meskipun yang disorot dalam tulisan tersebut adalah lembaga riset kedokteran secara umum. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan lebih banyak mengungkapkan kelembagaan dalam bidang farmasi baik pemerintah maupun nonpemerintah. Kedua adalah pustaka mengenai Industri Farmasi. Farmasi sangat dekat hubungannya dengan industri. Buku pertama yang membahas mengenai kedekatan farmasi dengan industry adalah Geliat Industri Farmasi di Indonesia menuju era Global karya Eddie Lembong. 24 Eddie Lembong menggambarkan dirinya sebagai seorang apoteker, pendidik dan pengusaha farmasi sehungga buku tesebut merupakan sumbangsih pemikirannya terhadap masalah dan tantangan industri farmasi nasional. Dalam tulisannya, Eddi tidak menggambarkan sejarah farmasi di 22 Artikel lainnya berjudul Sedjarah Perkembangan Kimia Farmasi di Indonesia, Sedjarah Perkembangan Farmakognosis, Reseach Pharmaceutical Tecnology, Sedjarah Perkembangan Ilmu Resep di Indonesia serta Kepustakaan. Lihat dalam Reseacrh di Indonesia I: Bidang Kesehatan, (Jakarta: Departemen Urusan Reseach Nasional Republik Indonesia. 1965), hal Nana Suryana. Lembaga Riset Ilmu Kedokteran Belanda: Dari Laboratorium voor Pathologisce Anatomie en Bacteriologi ke Centraal Melitair Geneeskundige Laboratori ( ). Skripsi Sejarah UNPAD Eddie Lembong, Geliat Industri Farmasi di Indonesia menuju era global, (Yogyakarta: Sinar Harapan. 1999).

11 11 Indonesia secara luas, oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan sejarah farmasi di Indonesia secara luas. Buku lainnya adalah Dinamika Farmasi Indonesia: Tantangan dan Peluang karya Sampurno 25. Dinamika Farmasi dalam tulisan tersebut adalah perkembangan farmasi sebagai sebuah industri, sehingga menggambarkan posisi, tantangan dan peluang bagi industri farmasi di Indonesia dalam dunia industri farmasi internasional. Sampurno tidak menjelaskan farmasi sebagai sebuah bagian dari pelayanan kesehatan dalam masyarakat, sehingga muncul pertanyaan menarik: Apakah dalam dinamika farmasi, farmasi hanya dipandang sebagai sebuah industri atau pelayanan kesehatan? Perkembangan farmasi dapat dilihat dalam sebuah skripsi dengan judul Perkembangan Pabrik Kina di Jawa 26 karya Ririn Danari. Penulis melihat perkembangan farmasi dari perkembangan pabrik kina, obat malaria. Menurut Ririn, perubahan farmasi adalah perubahan dari perkebunan milik pemerintah menjadi milik swasta. Tulisan lain yang serupa adalah skripsi yang berjudul Biofarma: Studi Tentang Lahir dan Perkembangannya karya Audia Rizky. Tulisan tersebut menggambarkan salah satu lembaga farmasi yang ada di Hindia Belanda. Hari ini, Biofarma dikenal sebagai sebuah industri farmasi besar milik pemerintah, namun ia lahir dari laboratorium farmasi kecil milik pemerintah, bukan sebuah industri layaknya hari ini. 27 Tulisan ini menjadi salah satu model 25 Sampurno, Dinamika Farmasi Indonesia: Tantangan dan Peluang, (Yogyakarta: Cendani Publishing. 2009). 26 Ririn Darani. Perkembangan Industri Kina di Jawa. Skripsi Sejarah UGM Audia Rizky, Biofarma: Studi Tentang Lahir dan Perkembangan , Skripsi Sejarah Unpad, 2006.

12 12 penulisan sejarah, apakah pelayanan farmasi mengalami perubahan yang sama dengan pabrik Kina atau seperti Biofarma? Hal menarik lainnya tentu karena studi tersebut mengangkat mengenai apoteker sebagai profesi farmasi. Ketiga adalah pustaka mengenai sejarah kesehatan secara umum. Buku pertama berjudul Sejarah Kedokteran di Bumi Indonesia karya A.A Loedin yang diterbitkan oleh Pustaka Utama Grafiti, tahun Buku tersebut menggambarkan kondisi awal kedokteran di Nusantara pada abad ke-16 hingga kedatangan kapal-kapal dagang Eropa yang mencari rempah-rempah yang secara langsung maupun tidak membawa pola kedokteran ke Nusantara. Buku ini dibagi menjadi empat bagian utama, bagian pertama menjelaskan kemunculan penyakit cacar serta vaksinasi cacar yang menjadi obat yang berhasil memberantas penyakit menular tersebut. Bagian kedua, mengungkapkan mengenai penyakit beri-beri dan penemuan vitamin B yang menjadi obat penyakit beri beri tersebut. Bagian ketiga memberi gambaran tentang kesehatan di Batavia sejak abad ke-16, dan bagian terakhir membahas perkembangan kesehatan hingga perkembangan ilmu bedah di Indonesia hingga tahun Buku ini, memberi gambaran awal perkembangan kesehatan di Nusantara dan penelitian ini bermaksud melanjutkan pembahasan mengenai pelayanan farmasi. Buku Healers on the colonial market, native doctors and midwives in the Dutch East Indies karya Liesbeth Hesselink, 29 membahas tentang dokter Jawa dan bidan yang dibentuk oleh sistem kesehatan Eropa yang dikembangkan pemerintah 28 A.A Loedin, Sejarah Kedokteran di Bumi Indonesia, (Jakarta: Grafiti. 2005). 29 Liesbeth Hesselink, Healers on the colonial matket: Native doctors and midwives in the Dutch East Indies, (Leiden: KITLV Press. 2011).

13 13 Kolonial di Jawa. Perkembangan mereka dilihat melalui pendekatan pasar tenaga kerja, sehingga Liesbeth melihat bahwa pemerintah Hindia Belanda menjadikan dokter Jawa dan bidan dari masyarakat Jawa hanya untuk kepentingan pasar. Hanya saja pelayanan kesehatan dalam buku tersebut hanya menceritakan dokter Jawa dan bidan saja. Dengan membaca buku tersebut, penulis memunculkan pertanyaan baru, apakah tenaga farmasi menjadi salah satu lapangan kerja baru pada masa Hindia Belanda? penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan tersebut. Selanjutnya adalah buku Care-takers of Cure karya Rosalia Sciortino. 30 Meskipun buku tersebut adalah kajian antropologis, namun Sciortino menujukkan aspek historis dari tulisannya sehingga menjadi sebuah tulisan yang luarbiasa. Tulisan tersebut mengenai perawat di Jawa, sejak masa Hindia Belanda hingga masa Orde Baru. Perawat adalah salah satu tenaga medis dalam pelayanan kesehatan. Dengan mengacu pada kedua buku tersebut, tenaga medis lainnya yakni apoteker (peramu obat) akan menjadi satu bagian dari penelitian ini serta dapat melengkapi tulisan mengenai tenaga medis. Secara keseluruhan pustaka merupakan sumber inspirasi, baik sebagai konsep maupun sumber bagi penulisan ini. Oleh karena itu, tinjauan pustaka tersebut berfungsi sebagai pembanding sekaligus sebagai acuan agar penulisan ini semakin baik. 30 Rosalia Sciortino, Care-takers of cure : An Antropology study of health center nurses in rural Central Java (Yogyakarta: UGM Press. 1995)

14 Kerangka Konseptual Modernisasi sejak tahun 1960an merupakan pembahasan yang terus dibahas dan diperdalam sebagai sebuah tema menarik dalam dunia Barat. Berbagai kajian menggunakan pendekatan modernisasi ini untuk melihat perubahan. Modernisasi pada umumnya dipakai untuk menunjukkan pertumbuhan rasionalisme dan sekularisme dan proses di mana manusia berhasil melepaskan diri dari tirani kekuasaan pemerintah maupun belenggu takhayul. Bukan hanya itu, modernisasi juga sering dilekatkan dan disandingkan dengan kata westerenisasi atau pembaratan. 31 Modernisasi diartikan juga sebagai proses perubahan manusia dengan munculnya produksi teknologi dan birokrasi. Produk teknologi disini diartikan sebagai pengetahuan baru yang akan mengarahkan untuk menuju hal yang baru sedang birokrasi adalah dinamika yang muncul ada manusia setelah pengetahuan itu muncul seperti munculnya status, hukum yang menjadi prinsip akan sesuatu. 32 Foster dan Anderson melihat bahwa modernisasi juga terjadi dalam dunia kesehatan. Foster mengambil negara dunia ketiga yaitu Maroko (Afrika) dan India sebagai sampel penelitian untuk melihat hal tersebut. Menurutnya, negara dunia ketiga memiliki masa lalu, masa sekarang dan masa depan yang dapat dilihat sebagai proses perubahan. Serta melihat Prancis dan Denmark (Eropa) sebagai pembanding dari negara dunia ketiga tersebut Myron Weiner (Ed), Kata Pengantar, Modernisasi : Dinamika Pertumbuhan, (Amerika : Voice of Amerika Forum Lecture). 32 Eugene B. Gallagheer, Modernization and Medical Care, Sociological Perspectives, Vol. 31, No. 1 (Jan. 1988), hal Foster dan Anderson, Kata Pengantar, Antropologi Kesehatan, (Jakarta: UI Press, 2013).

15 15 Hasil penelitiannya, mereka membagi dua tingkah laku dan pola sebagai proses modernisasi kesehatan, diawali dengan etnomedisin kemudian beralih pada dunia barat. Dunia kesehatan barat yang digambarkan Foster adalah dunia kesehatan dengan membuat standarisasi. Standarisasi pertama adalah tentang tingkah laku sakit, kemudian fasilitas kesehatan (rumah sakit) selanjutnya memprofesionalisasi tenaga kesehatan (dokter dan perawat). Standarisasi pertama adalah membuat pengetahuan tentang sakit, kemudian memunculkan status professional dan tenaga medis sebagai hasil dari standarisasi pengetahuan. Sehingga standarisasi yang digambarkan Foster inilah yang disebut modernisasi kesehatan. 34 Farmasi adalah salah kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Tentu saja, farmasi memiliki fasilitas farmasi dan tenaga farmasi seperti halnya tenaga kesehatan. 35 Dalam dunia farmasi, fasilitas tersebut berupa apotek dan tenaga profesionalnya adalah apoteker dan asisten apoteker. 36 Penelitian ini ingin mencoba menjelaskan farmasi yang tidak hanya menampilkan rentetan data dan rincian peristiwa mengenai farmasi, namun ingin melihat farmasi bagian dari modernisasi seperti halnya Foster melihat kesehatan sebagai bentuk modernisasi. Farmasi dilihat sebagai sebuah pengetahuan baru yang akan membentuk hukum, status baru dalam tatanan masyarakat, membentuk pendidikan farmasi dan tenaga farmasi professional. Hal ini mesti dicermati, karena pembahasan yang diambil 34 Foster dan Anderson, Antropologi Kesehatan, (Jakarta: UI Press, 2013), hal Charles J. P. Siregar, Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan, (Jakarta: EGC, 2004, hal Yustina Sri Hartini dan Sulasmono, Apotek Ulasan Beserta Naskah Peraturan Perundang-undangan Terkait Apoterk Termasuk Naskah dan Ulasan Tentang Apotek Rakyat, (Yogyakarta: Sanata Dharma, 2009), hal 1.

16 16 adalah Jawa yang telah mengalami kolonialisme yang menghasilkan banyak peninggalan proses panjang tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa modernisasi farmasi menjadi salah satu bagian juga dari proses kolonialisme Barat. 1.6 Metode Penelitian dan Pencarian Sumber Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Metode tersebut terdiri dari empat tahap, heuristik (pencarian sumber), kritik, interpretasi dan historiografi. Tahap pertama adalah heuristik atau suatu seni atau teknik yang memerlukan keterampilan. Dalam tahap pertama ini, penulis mengumpulkan sumber-sumber yang dianggap relevan dan sesuai dengan topik. Pencarian sumber dilaksanakan di Arsip Nasional Republik Indonesia. Sumber yang didapat berupa arsip pemerintah bundel Ter Zer Algeemene Secretari (Tgz Ag) dan bundel Besluit dengan kata kunci hospitalen en apotheken dan burgerlijk geneeskundige dienst. Arsip yang dianggap relevan adalah arsip Tzg Ag no tentang pembentukan komisi farmasi di Hindia Belanda ( ) 37 dan arsip Bundel Besluit no mengenai pembentukan sekolah asisten apoteker ( ) 38. Selain itu laporanlaporan pemerintah seperti Regeering Almanak dan Koloniaal Verslag, kemudian kebijakan pemerintah dalam Staatsblad voor Nederlandsche-Indie menjadi sumber lain dalam penelitian ini. Pencarian sumber juga dilaksanakan di Perpustakaan Nasional Jalan Salemba Raya no. 28 Jakarta Pusat. Sumber yang didapat berupa surat kabar 37 De samenstelling van eene niewie commissie in Nederlandsch Indie ( ), Tzg Ag 1939/ Het voorstel om de apothekersassistentenschool te Batavia Centrum met ingang van ultimo Juni 1934 te sluiten ( )

17 17 farmasi yang diterbitkan oleh Orgaan van de Bond van geemployeerden bij de Pharmaeutische Bedrijven in Nedherlandsch Indie yaitu De Pharmaceutiche Bond tahun , dan Pharmceutische Tijdschrift voor Nederlandsche Indie, majalah untuk apoteker dan dokter apotek dari Orgaan van Nederlandsch Indie Apotekers-Vereeniging tahun , serta Majalah Farmasi yang diterbitkan oleh Persatuan Ahli Pharmasi Indonesia (P.A.Ph.I) tahun Sumber lainnya, didapat dengan cara online dari situs berupa koleksi digital surat-surat kabar abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20 yang dapat diakses secara bebas. Pencarian ini untuk melihat iklan dan artikel dalam surat kabar mengenai topik penelitian. Pencarian juga dilakukan dengan melihat surat kabar lokal berbahasa melayu. Selain itu dari berupa gambar yang relevan dengan topik penelitian. Tahap kedua adalah kritik dan analis sumber atau verivikasi. Tahap ini dibagi dua yaitu meneliti otentisitas sumber sebagai kritik eksternal atau keaslian sumber, dan kritik internal yang meneliti kredibilitas sumber. Tahap ketiga yang dilakukan adalah interpretasi. Interpretasi adalah penafsiran, yang merupakan biangnya subjektifitas. Fakta sejarah yang terbentuk oleh koroborasi diperdalam dan ditafsirkan. Tahap terakhir adalah historiografi atau penulisan sejarah, yang menjadi ujung dari setiap penelitian apapun. Tulisan ini adalah akhir dari penelitian dengan harapan dapat dipergunakan bagi siapapun yang juga membahas lebih mendalam mengenai pelayanan farmasi di Jawa tahun

18 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan tematiskronologis. Bab pertama adalah pendahuluan. Berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka konseptual, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab kedua memuat kondisi kesehatan dan pelayanan farmasi di Jawa sebelum tahun Gambaran ini menunjukkan faktor yang membuat pelayanan farmasi kolonial di Jawa tahun berkembang pesat. Bab ketiga membahas mengenai peraturan mengenai tenaga farmasi yakni staatsblad no. 97 tahun 1882 serta institusi yang menaungi tenaga farmasi sebagai langkah awal penerapan kebijakan tersebut. Pemaparan institusi tenaga farmasi dibatasi hingga tahun 1910an, sebelum adanya sekolah asisten apoteker di Batavia. Bab keempat menjelaskan pendidikan tenaga farmasi yaitu pelatihan asisten apoteker pegawai, sekolah asisten apoteker hingga indische apotheker. Perkembangan pendidikan apoteker dalam hal ini termasuk sekolah, ujian dan penugasan apoteker. Bab ini membahas hal yang menjadi pemicu perkembangan farmasi di Jawa. Bab kelima menjelaskan tenaga farmasi setelah tahun 1920an setelah adanya sekolah asisten apoteker. Bab ini melihat apotek sebagai sebuah sarana pelayanan farmasi, asosiasi atau perkumpulan tenaga farmasi serta instansi farmasi. Ketiga hal tersebut menjadi indikasi perkembangan tenaga farmasi dalam pelayanan kesehatan dalam masyarakat Jawa.

19 19 Bab keenam merupakan kesimpulan. Bab ini berisi mengenai kesimpulan dari hasil analisis dari keempat pembahasan sebelumnya. Diharapkan menjadi jawaban dari rumusan masalah yang telah diajukan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri pada 1849 di Weltevreden, Batavia. Sekolah ini selanjutnya mengalami berbagai perubahan kurikulum.

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. merupakan terbentuk dari proses perkembangan pelayanan farmasi sejak sebelum

BAB VI KESIMPULAN. merupakan terbentuk dari proses perkembangan pelayanan farmasi sejak sebelum BAB VI KESIMPULAN Stadarisasi dan modernisasi pada tenaga farmasi sejak tahun 1882 hingga 1942 merupakan terbentuk dari proses perkembangan pelayanan farmasi sejak sebelum datangnya kolonialisme hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Pada tahun 1884 terjadi krisis yang dialami industri gula di pulau Jawa, terjadi kemerosotan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Pada tahun 1884 terjadi krisis yang dialami industri gula di pulau Jawa, terjadi kemerosotan 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian ini akan menitikberatkan pada sejarah kesehatan di Indonesia khususnya kota Malang pada tahun 1911-1916. Sehingga pada latar belakang ini, penulis akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan

Lebih terperinci

PELAYANAN DAN SARANA KESEHATAN DI JAWA ABAD KE-20. Oleh: Dina Dwi Kurniarini, Ririn Darini, Ita Mutiara Dewi

PELAYANAN DAN SARANA KESEHATAN DI JAWA ABAD KE-20. Oleh: Dina Dwi Kurniarini, Ririn Darini, Ita Mutiara Dewi PELAYANAN DAN SARANA KESEHATAN DI JAWA ABAD KE-20 Oleh: Dina Dwi Kurniarini, Ririn Darini, Ita Mutiara Dewi Abstrak Artikel tentang Pelayanan dan Sarana Kesehatan di Jawa Abad Ke-20 ini berusaha untuk

Lebih terperinci

DARI MANTRI HINGGA DOKTER JAWA: STUDI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOLONIAL DALAM PENANGANAN PENYAKIT CACAR DI JAWA ABAD XIX - XX

DARI MANTRI HINGGA DOKTER JAWA: STUDI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOLONIAL DALAM PENANGANAN PENYAKIT CACAR DI JAWA ABAD XIX - XX HUMANIORA VOLUME 18 No. 3 Oktober 2006 Halaman 286 296 DARI MANTRI HINGGA DOKTER JAWA: STUDI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOLONIAL DALAM PENANGANAN PENYAKIT CACAR DI JAWA ABAD XIX - XX Baha Uddin* ABSTRACT This

Lebih terperinci

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI Matakuliah : Agama (Islam, Kristen, Khatolik)* Deskripsi :Matakuliah ini mengkaji tentang

Lebih terperinci

2014 PERKEMBANGAN PT.POS DI KOTA BANDUNG TAHUN

2014 PERKEMBANGAN PT.POS DI KOTA BANDUNG TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pada 20 Agustus tahun 1746 oleh Gubernur Jenderal G.W.Baron Van Imhoff mendirikan Kantor Pos dengan tujuan untuk lebih menjamin keamanan surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena

BAB I PENDAHULUAN. berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelabuhan Tanjung Balai Asahan yang terletak di Pantai Timur Sumatera berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena berhadapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di tahun 1958 Pemerintah Republik Indonesia melakukan kebijaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Di tahun 1958 Pemerintah Republik Indonesia melakukan kebijaksanaan 1 BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Di tahun 1958 Pemerintah Republik Indonesia melakukan kebijaksanaan ekonomi yaitu dengan melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan Belanda yang berjumlah

Lebih terperinci

EVALUASI WAKTU LAYANAN RESEP DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN UDARA dr. S. HARDJOLUKITO YOGYAKARTA

EVALUASI WAKTU LAYANAN RESEP DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN UDARA dr. S. HARDJOLUKITO YOGYAKARTA EVALUASI WAKTU LAYANAN RESEP DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN UDARA dr. S. HARDJOLUKITO YOGYAKARTA Andri Purnamawati Akademi Manajemen Administrasi Dharmala ABSTRAK Saat ini pada kenyataannya

Lebih terperinci

PELAYANAN DAN SARANA KESEHATAN DI JAWA ABAD XX

PELAYANAN DAN SARANA KESEHATAN DI JAWA ABAD XX PELAYANAN DAN SARANA KESEHATAN DI JAWA ABAD XX Oleh: Dina Dwi Kurniarini, Ririn Darini, Ita Mutiara Dewi 1 Abstrak Artikel tentang Pelayanan dan Sarana Kesehatan di Jawa Abad Ke-20 ini berusaha untuk menguraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jajahan Belanda agar untuk turut diberikan kesejahteraan. lain Van Deventer, P. Brooshooft, dan Van Limburg Stirum.

BAB I PENDAHULUAN. jajahan Belanda agar untuk turut diberikan kesejahteraan. lain Van Deventer, P. Brooshooft, dan Van Limburg Stirum. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan politik negeri Belanda terhadap negeri jajahan pada awal abad ke- 20 mengalami perubahan. Berkuasanya kaum liberal di parlemen Belanda turut menentukan kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Keberadaan kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia tidak pernah. lepas dari kekuatan militernya. Militer merupakan sebuah kekuatan

BAB I PENGANTAR. Keberadaan kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia tidak pernah. lepas dari kekuatan militernya. Militer merupakan sebuah kekuatan BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Keberadaan kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia tidak pernah lepas dari kekuatan militernya. Militer merupakan sebuah kekuatan yang utama dalam menjaga kestabilan dan

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1. SIMPULAN Hasil dari mengikuti Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Savira Surabaya sejak tanggal 25 Januari sampai dengan 27 Februari 2016 dapat disimpulkan sebagai

Lebih terperinci

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA. Standar Kompetensi Guru (SKG) Kompetensi Guru Mata Pelajaran (KD)

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA. Standar Kompetensi Guru (SKG) Kompetensi Guru Mata Pelajaran (KD) KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA No (IPK) 1 Pedagogik Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, kultural, emosional, dan intelektual Memahami karakteristik peserta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka bentuk penelitian ini adalah deskriptif naratif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1960 TENTANG POKOK-POKOK KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1960 TENTANG POKOK-POKOK KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1960 TENTANG POKOK-POKOK KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kesehatan rakyat adalah salah satu modal pokok dalam rangka pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 1958 pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan Nasionalisasi perusahaan asing. Salah satunya Pabrik Gula (PG) Karangsuwung yang berubah status menjadi

Lebih terperinci

kepatuhan pasien dalam menggunakan obat sehingga obat tersebut mampu memberikan efek terapi yang diharapkan.

kepatuhan pasien dalam menggunakan obat sehingga obat tersebut mampu memberikan efek terapi yang diharapkan. 155 BAB VI SARAN Saran yang dapat disampaikan dari hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di apotek Kimia Farma 23 yang dilaksanakan pada tanggal 26 Januari-26 Februari 2015 adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu

BAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di Hindia Belanda sejak tahun 1900. Pada masa ini diterapkan suatu politik yang bertujuan untuk melunasi hutang

Lebih terperinci

BAB III PENGOBATAN PENYAKIT. Penanganan wabah penyakit di Jawa dilakukan dengan tujuan utama

BAB III PENGOBATAN PENYAKIT. Penanganan wabah penyakit di Jawa dilakukan dengan tujuan utama 27 BAB III PENGOBATAN PENYAKIT Penanganan wabah penyakit di Jawa dilakukan dengan tujuan utama penanggulangan wabah dan menghilangkan penyakit atau paling tidak mengurangi kesakitan. Bentuk penanggulangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Pendidikan akan melahirkan orang-orang terdidik yang akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Pendidikan akan melahirkan orang-orang terdidik yang akan menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki posisi yang strategis untuk mengangkat kualitas, harkat, dan martabat setiap warga negara sebagai bangsa yang berharkat dan bermartabat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Apoteker merupakan profesi kesehatan terbesar ketiga di dunia, farmasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Apoteker merupakan profesi kesehatan terbesar ketiga di dunia, farmasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Apoteker merupakan profesi kesehatan terbesar ketiga di dunia, farmasi komunitas merupakan salah satu bagian penting karena sebagian besar apoteker melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas kesehatan suatu masyarakat dapat dilihat melalui indikator

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas kesehatan suatu masyarakat dapat dilihat melalui indikator BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas kesehatan suatu masyarakat dapat dilihat melalui indikator kesehatannya. Indikator kesehatan dihasilkan oleh empat unsur interaksi yaitu lingkungan, faktor

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan. Menurut WHO, kesehatan adalah kondisi dinamis meliputi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20, kota-kota kolonial mulai memiliki makna penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20, kota-kota kolonial mulai memiliki makna penting bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak akhir abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20, kota-kota kolonial mulai memiliki makna penting bagi perkembangan kota-kota di Indonesia. Menurut Roosmalen setidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen pokok yang harus selalu tersedia dan tidak tergantikan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen pokok yang harus selalu tersedia dan tidak tergantikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Obat merupakan salah satu unsur penting dalam pelayanan kesehatan. Diawali dari pencegahan, diagnosa, pengobatan dan pemulihan, obat menjadi salah satu komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1.

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. Manusia itu sendiri merupakan objek pelaku dalam peristiwa sejarah. Demikian juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan

BAB I PENDAHULUAN. pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. 1 Salah satu di antaranya adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, agama Kristen dapat dikatakan sebagai agama yang paling luas tersebar

BAB I PENDAHULUAN. manusia, agama Kristen dapat dikatakan sebagai agama yang paling luas tersebar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ada banyak agama di dunia ini, dari semua agama yang dianut oleh manusia, agama Kristen dapat dikatakan sebagai agama yang paling luas tersebar di muka

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1

KISI-KISI SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1 KISI-KISI PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1 Nama Sekolah : SMA Islam Al-Azhar BSD Alokasi Waktu : 90 menit Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Jumlah Soal : 50 Kelas / Semester : XI / Ganjil Bentuk Soal : Pilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana manusia dapat

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI T E S I S

MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI T E S I S MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI T E S I S Diajukan Kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

Undang Undang No. 9 Tahun 1960 Tentang : Pokok Pokok Kesehatan

Undang Undang No. 9 Tahun 1960 Tentang : Pokok Pokok Kesehatan Undang Undang No. 9 Tahun 1960 Tentang : Pokok Pokok Kesehatan Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 9 TAHUN 1960 (9/1960) Tanggal : 15 OKTOBER 1960 (JAKARTA) Sumber : LN 1960/131; TLN NO. 2068 Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Pendidikan sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan sarana ataupun alat untuk mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Defenisi Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Hindia Belanda. Setelah Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) 31. besar di daerah Sumatera Timur, tepatnya di Tanah Deli.

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Hindia Belanda. Setelah Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) 31. besar di daerah Sumatera Timur, tepatnya di Tanah Deli. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad 19 dalam sejarah merupakan abad terjadinya penetrasi birokrasi dan kekuasaan kolonialisme Belanda yang di barengi dengan Kapitalisme di beberapa wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. moral dan juga nasionalisme. Hal tersebut melatarbelakangi pendirian Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. moral dan juga nasionalisme. Hal tersebut melatarbelakangi pendirian Sekolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan salah satu faktor pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Pendidikan memberikan ilmu pengetahuan serta menanamkan ajaran moral dan juga nasionalisme.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur. perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas, disamping

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur. perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas, disamping BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu upaya bagi manusia untuk mencapai suatu tingkat kemajuan, sebagai sarana untuk membebaskan dirinya dari keterbelakangan, dan berbagai

Lebih terperinci

5. Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) memberikan bekal kepada calon apoteker sebelum terjun langsung ke masyarakat, agar kelak dapat

5. Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) memberikan bekal kepada calon apoteker sebelum terjun langsung ke masyarakat, agar kelak dapat BAB V SIMPULAN Berdasarkan hasil kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek KPRI RSUD Dr. Soetomo pada tanggal 30 Januari - 3 Maret 2012, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Apotek KPRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pabrik Gula Kwala Madu atau sering disebut orang dengan istilah PGKM merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN I. U M U M Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perserikatan tahun 1985, dimana liga ini masih belum tergolong profesional. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Perserikatan tahun 1985, dimana liga ini masih belum tergolong profesional. Hal ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir prestasi sepakbola di Sumatera Utara semakin menurun. Terakhir kali klub sepakbola Sumatera Utara menjuarai Liga Perserikatan

Lebih terperinci

negatif (Sittig et al., 2005, Hackl et al., 2009). Dokter marah dan jengkel karena alur kerja mereka tergantung pada sistem yang ada dan pelayanan

negatif (Sittig et al., 2005, Hackl et al., 2009). Dokter marah dan jengkel karena alur kerja mereka tergantung pada sistem yang ada dan pelayanan BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rekam medik elektronik (RME) mengintegrasikan perawatan kesehatan dokter dengan apotek, pabrik farmasi, penyedia asuransi dan entitas lainnya. Integrasi ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUUAN. Perkembangan teknologi yang sangat pesat mendorong manusia untuk semakin

BAB 1 PENDAHULUUAN. Perkembangan teknologi yang sangat pesat mendorong manusia untuk semakin BAB 1 PENDAHULUUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang sangat pesat mendorong manusia untuk semakin memanfaatkan teknologi disegala bidang untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Setelah menjalankan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di apotek Kimia Farma 45 mulai tanggal 16 Januari-17 Februari 2016, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Elfa Michellia Karima, 2013 Kehidupan Nyai Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Elfa Michellia Karima, 2013 Kehidupan Nyai Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Pribumi sangat tergantung pada politik yang dijalankan oleh pemerintah kolonial. Sebagai negara jajahan yang berfungsi sebagai daerah eksploitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan sebuah kota, merupakan topik yang selalu menarik untuk dikaji, karena memiliki berbagai permasalahan kompleks yang menjadi ciri khas dan membedakan antara

Lebih terperinci

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN MELIBATKAN MAHASISWA

LAPORAN PENELITIAN MELIBATKAN MAHASISWA LAPORAN PENELITIAN MELIBATKAN MAHASISWA PELAYANAN DAN SARANA KESEHATAN DI JAWA ABAD XX Oleh: Dina Dwi Kurniarini, M.Hum. Ririn Darini, M.Hum Ita Mutiara Dewi, M.Si. Alfian Wulananda Diana Wulansari PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di Indonesia telah dimulai sejak diadakan Simposium Pemberantasan TB Paru di Ciloto pada tahun 1969. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakitnya. Faktor alam dapat berupa gunung meletus, banjir, kekeringan,

BAB I PENDAHULUAN. penyakitnya. Faktor alam dapat berupa gunung meletus, banjir, kekeringan, 1 A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN Epidemi atau wabah penyakit merupakan salah satu faktor penyebab terbesar kematian penduduk. Penyebab berjangkitnya wabah yang menimbulkan kematian bisa disebabkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul skripsi

Lebih terperinci

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran uang 1 di suatu daerah merupakan hal yang menarik untuk dikaji, terutama di suatu negara yang baru memerdekakan diri dari belenggu penjajahan. Uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meliza Faomasi Laoli, 2013 Nederlandsche Zendings Vereeniging Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Meliza Faomasi Laoli, 2013 Nederlandsche Zendings Vereeniging Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada akhir abad ke-17, timbul suatu gerakan kebangunan rohani. Di negeri Jerman dan Belanda, gerakan ini disebut aliran Pietisme. Pietisme merupakan reaksi terhadap

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN PAYUNG 2014 PERKEMBANGAN PELAYANAN DAN SARANA KESEHATAN DI JAWA ABAD KE-20 BAB I PENDAHULUAN

RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN PAYUNG 2014 PERKEMBANGAN PELAYANAN DAN SARANA KESEHATAN DI JAWA ABAD KE-20 BAB I PENDAHULUAN RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN PAYUNG 2014 PERKEMBANGAN PELAYANAN DAN SARANA KESEHATAN DI JAWA ABAD KE-20 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa kolonial, tingkat kesejahteraan penduduk bumiputra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak fasilitas yang dibangun oleh Belanda untuk menunjang segala aktivitas Belanda selama di Nusantara. Fasilitas yang dibangun Belanda dapat dikategorikan ke dalam

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebun Raya Bogor (KRB) memiliki keterikatan sejarah yang kuat dalam pelestarian tumbuhan obat. Pendiri KRB yaitu Prof. Caspar George Carl Reinwardt merintis kebun ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia

Lebih terperinci

pelayanan non resep, serta pengalaman dalam memberikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kepada pasien. 5. Apoteker tidak hanya memiliki

pelayanan non resep, serta pengalaman dalam memberikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kepada pasien. 5. Apoteker tidak hanya memiliki BAB V KESIMPULAN Berdasarkan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang telah dilakukan di Apotek KPRI RSUD Dr. Soetomo yang berlangsung selama lima minggu, mulai tanggal 31 Januari sampai 3 Maret 2012

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan Tonggak sejarah. asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan Tonggak sejarah. asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Profesi Kefarmasian Secara historis perubahan mendasar dalam profesi kefarmasian dapat dibagi dalam beberapa periode. 1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut catatan sejarah, Sumedang mengalami dua kali merdeka dan berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan Mataram dan masa kabupatian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Transportasi Kereta Api Transportasi merupakan dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat, serta pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan diantaranya adalah milik swasta. 1. dari 6 buah puskesmas, 22 BKIA, 96 dokter praktik dan 3 Rumah Bersalin.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan diantaranya adalah milik swasta. 1. dari 6 buah puskesmas, 22 BKIA, 96 dokter praktik dan 3 Rumah Bersalin. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sepuluh tahun terakhir bisnis rumah sakit swasta di Indonesia telah berkembang sangat pesat. Di kota kota besar hingga ke pelosok daerah bermunculan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan yang esensial dari setiap individu, keluarga, dan masyarakat. Kesehatan juga merupakan perwujudan dari tingkat kesejahteraan suatu masyarakat

Lebih terperinci

EVALUASI STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KOTA SALATIGA TAHUN 2011 SESUAI PERUNDANGAN YANG BERLAKU NASKAH PUBLIKASI

EVALUASI STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KOTA SALATIGA TAHUN 2011 SESUAI PERUNDANGAN YANG BERLAKU NASKAH PUBLIKASI EVALUASI STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KOTA SALATIGA TAHUN 011 SESUAI PERUNDANGAN YANG BERLAKU NASKAH PUBLIKASI Oleh : DEWI MARYATI K 100 040 014 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

resep, memberikan label dan memberikan KIE secara langsung kepada pasien. 4. Mahasiswa calon apoteker yang telah melaksanakan PKPA di Apotek Kimia

resep, memberikan label dan memberikan KIE secara langsung kepada pasien. 4. Mahasiswa calon apoteker yang telah melaksanakan PKPA di Apotek Kimia BAB V KESIMPULAN Berdasarkan Praktek Kerja Profesi Apotek (PKP) yang dilaksanakan di Apotek Kimia Farma 180, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Mahasiswa calon apoteker yang telah melaksanakan PKPA di Apotek

Lebih terperinci

PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT

PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DAFTAR ISI LATAR BELAKANG KEDATANGAN BANGSA BARAT KE INDONESIA What: (latar belakang) Indonesia negara dengan SDA yang melimpah Why: (Alasan) Orang-orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penduduk adalah Orang-orang yang berada di dalam suatu wilayah yang terikat oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penduduk adalah Orang-orang yang berada di dalam suatu wilayah yang terikat oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk adalah Orang-orang yang berada di dalam suatu wilayah yang terikat oleh aturan aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu sama lain secara terus menerus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek yang menjelaskan mengenai apotek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan dijadikan milik diri manusia dengan belajar. 1

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. Berdirinya Badan Pengawas Obat dan Makanan di Indonesia yang

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. Berdirinya Badan Pengawas Obat dan Makanan di Indonesia yang BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Berdirinya BPOM Berdirinya Badan Pengawas Obat dan Makanan di Indonesia yang pada masa penjajahan Belanda dikenal dengan apoteker yang berperan dalam pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

FARMASI PERAPOTIKAN. syofyan

FARMASI PERAPOTIKAN. syofyan FARMASI PERAPOTIKAN syofyan Kronologis Pengaturan apotik telah dilakukan sejak zaman kolonial Belanda berdasarkan Het Reglement op de Dienst der Volksgezoindheid disingkat Reglement DVG (Stbld. 1882 No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Sumatera Utara, dan lambat laun banyak bermunculan perkebunan tembakau, karet,

BAB I PENDAHULUAN. di Sumatera Utara, dan lambat laun banyak bermunculan perkebunan tembakau, karet, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkebunan tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang Sumatera Utara. Diawali dengan kedatangan Jacobus Nienhuys ke pesisir timur Sumatera Utara pada 6 Juli 1863 dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan diberbagai forum, baik yang bersifat nasional maupun internasional.

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan diberbagai forum, baik yang bersifat nasional maupun internasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, dunia bisnis merupakan dunia yang paling ramai dibicarakan diberbagai forum, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Ramainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelayanan kefarmasian oleh apoteker (Menkes, RI., 2014). tenaga teknis kefarmasian (Presiden, RI., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelayanan kefarmasian oleh apoteker (Menkes, RI., 2014). tenaga teknis kefarmasian (Presiden, RI., 2009). BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia dan merupakan hak bagi setiap warga negara Indonesia. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Orang-orang Tionghoa menjadi kelompok imigran terbanyak. yang berada di Borneo Barat bahkan di Nusantara.

BAB I PENDAHULUAN. Orang-orang Tionghoa menjadi kelompok imigran terbanyak. yang berada di Borneo Barat bahkan di Nusantara. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Orang-orang Tionghoa menjadi kelompok imigran terbanyak yang berada di Borneo Barat bahkan di Nusantara. Mayoritas orang Tionghoa di Borneo Barat 1 datang dari Provinsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup pasien yang dalam praktek pelayanannya memerlukan pengetahuan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup pasien yang dalam praktek pelayanannya memerlukan pengetahuan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Farmasi klinik 1. Definisi Farmasi Klinik Farmasi klinik menurut Clinical Resource and Aundit Group (1996) diartikan sebagai disiplin kerja yang berkonsentrasi pada penerapan

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI Oleh : MEILINA DYAH EKAWATI K 100 050 204 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Kesehatan Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Presiden Republik Indonesia,

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Kesehatan Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Presiden Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Kesehatan Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa kesehatan rakyat adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan hal yang sangat penting dalam. meningkatkan kesempatan kerja serta memperbaiki kualitas pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan hal yang sangat penting dalam. meningkatkan kesempatan kerja serta memperbaiki kualitas pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan industri merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kesempatan kerja serta memperbaiki kualitas pertumbuhan ekonomi. Pembangunan industri ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik internasional antar dua negara cukup terdengar akrab di telinga kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih terganggu akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan sebuah kota yang terletak di Propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu bagian wilayah di Negara Indonesia. Kota ini dalam sejarahnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode zaman penjajahan sampai perang kemerdekaaan tonggak sejarah. apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode zaman penjajahan sampai perang kemerdekaaan tonggak sejarah. apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Profesi Kefarmasian Secara historis perubahan mendasar dalam profesi kefarmasian dapat dibagi dalam beberapa periode (Anonim. 2008 b ). 1. Periode zaman penjajahan

Lebih terperinci

BAB IV PENGARUH WABAH PES TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT. antara para pemimpin daerah dengan para petugas kesehatan untuk membahas hal

BAB IV PENGARUH WABAH PES TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT. antara para pemimpin daerah dengan para petugas kesehatan untuk membahas hal BAB IV PENGARUH WABAH PES TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT A. Bidang Kesehatan Kondisi kesehatan di daerah Semarang yang mengkhawatirkan akibat wabah penyakit pes membuat pemerintah Kota Semarang mengadakan

Lebih terperinci