BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.
|
|
- Sudirman Atmadja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak fasilitas yang dibangun oleh Belanda untuk menunjang segala aktivitas Belanda selama di Nusantara. Fasilitas yang dibangun Belanda dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan fasilitas militer. Fasilitas peninggalan Belanda yang bersifat umum antara lain stasiun, makam, gereja, sekolah, kantor dan kompleks pemukiman. Sementara itu, benteng adalah contoh fasilitas militer yang banyak dibangun oleh Belanda (Abbas, 1997:11). Sebagai sarana militer, benteng sangat penting kedudukannya dalam mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda. Belanda mulai membangun benteng sejak awal abad ke-17. Benteng yang paling awal dibangun di Nusantara adalah Benteng Oranje di Ternate. Benteng ini merupakan benteng buatan VOC yang dibangun pada tahun 1607 sebagai fasilitas pendukung yang akan mempermudah VOC dalam melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah (Iriyanto, 2010: 67). Di Banda juga terdapat dua buah benteng serupa, yaitu Benteng Nassau dan Benteng Belgica. Kedua benteng ini dibangun untuk mendukung pertahanan dan pengawasan terhadap kegiatan perdagangan di sekitar Banda (Santosa, 1998: 42-50). Pada masa awal kedatangan Belanda, banyak 1
2 2 benteng dibangun sebagai sarana penunjang kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh Belanda. Pada awal abad ke-17 benteng ini dimanfaatkan untuk sarana pengawasan terhadap perdagangan dan pemukiman orang-orang Belanda. Benteng juga secara tidak langsung merupakan penyangga utama kegiatan monopoli rempah-rempah. Pada tahun 1619 markas besar VOC berpindah dari Ambon ke Batavia (Iriyanto, 2010: 75). Adanya pemindahan markas besar VOC ini membuat pembangunan benteng banyak dilakukan di Pulau Jawa. Terdapat setidaknya 34 buah benteng besar yang tersebar di seluruh Pulau Jawa. Setiap benteng terletak di sebuah wilayah atau kota tertentu yang menjadi basis dari pemerintahan Belanda, baik itu pusat maupun kedaerahan (Abbas, 2001: 65). Salah satu benteng yang paling awal berdiri di Pulau Jawa berada di Banten. Kota Banten merupakan kota yang terletak di tepi pantai dan terletak di antara dua sungai yang mengalir di sisi barat dan timurnya (Nayati, 1985: 28). Kota ini merupakan lokasi pertama pendaratan pedagang Belanda di Jawa. Pendaratan tersebut terjadi pada tahun Pada saat itu Banten merupakan daerah yang dikuasai oleh Kerajaan Banten. Banten tidak hanya memiliki letak yang strategis karena terletak di jalur perdagangan internasional, Banten juga merupakan penghasil lada (Nayati, 1985: 4). Oleh sebab itu Banten menjadi salah satu kota penting bagi pedagang Belanda di Jawa saat awal kedatangannya di Nusantara. Benteng Spelwijk yang berada di Kota Banten dibangun pada tahun 1685 merupakan benteng dengan tiga buah bastion yang masing-masing menghadap ke
3 3 arah yang berbeda. Satu menghadap ke barat laut atau menghadap ke arah sungai Cibanten, satu menghadap ke arah timur laut atau menghadap ke laut dan sebauh bastion lainnya menghadap ke arah tenggara (Abbas, 2001: 38). Dilihat dari arah hadap bastion, benteng Speelwijk ini secara jelas dapat diketahui fungsi utama benteng yaitu sebagai sarana pengawasan. Pada saat itu Banten merupakan pelabuhan terbesar di Jawa dan banyak didatangi berbagai pedagang baik nusantara, Asia dan Eropa. Maka sangat jelas jika benteng Spelwijk dibangun untuk mengawasi kegiatan perdagangan di wilayah tersebut. Sejak tahun 1619 Kota Batavia menjadi markas besar VOC. Adanya pertikaian antara pedagang Belanda dengan Kerajaan Banten yang berakibat tidak diijinkannya pedagang Belanda memperluas dan memperkuat Benteng Spelwijk menjadikan Belanda mencari tempat baru (Nayati, 1985). Pelabuhan Jayakarta dikuasai Belanda setelah peperangan, dan digunakan sebagai pusat aktivitas perdagangan. Jayakarta kemudian diganti namanya menjadi Batavia. Kota Batavia terus berkembang setelah menjadi markas besar VOC. Perkembangan ini terus terjadi hingga 1627, akan tetapi pembangunan kota baru selesai pada tahun 1650 (Abrianto, 2007: 63). Di Batavia terdapat sebuah benteng yang dikenal dengan nama Fort Batavia. Benteng ini merupakan sebuah pengembangan dari pembangunan pos perdagangan. Pada awalnya kompleks benteng tersebut merupakan dua buah pos perdagangan bernama Nassau dan Mauritius yang kemudian dibangun benteng sehingga kedua pos menjadi bagian dari benteng itu sendiri (Abbas, 2001: 36).
4 4 Sementara itu, di Makassar juga terdapat sebuah benteng perdagangan yang cukup besar bernama Benteng Rotterdam. Benteng ini merupakan sebuah perkembangan dari sebuah benteng bernama Benteng Ujung Pandang yang sebelumnya sudah ada di lokasi tersebut sejak pertengahan abad ke-16. Perjanjian Bongaya yang disepakati pada tahun 1667 membuat Benteng Ujung Pandang jatuh ke tangan Belanda dan kemudian dikembangkan menjadi benteng yang lebih modern. Benteng Rotterdam merupakan salah satu benteng dengan komponen bagian dalamnya yang lengkap karena dilengkapi berbagai macam fasilitas penunjuang baik perdagangan maupun pertahanan seperti gudang logistik, gudang mesiu, menara jaga bertingkat hingga gereja (Abbas, 2005). Memasuki abad ke-18, mulai banyak benteng yang dibangun di daerah pedalaman. Hal ini bukan berarti Belanda mengurangi pembangunan benteng di daerah pesisir karena pada abad yang sama pembangunan benteng di daerah pesisir juga dilakukan. Benteng yang berada di daerah pedalaman menjadi bukti terdapat strategi baru yang diterapkan oleh Belanda untuk memperluas daerah kekuasaan di Pulau Jawa. Benteng Vastenberg dan Benteng Vredeburg merupakan dua buah benteng yang dibangun di daerah pedalaman dalam rangka menguasai Kerajaan Mataram Islam. Benteng Vastenberg berada di Surakarta sedangkan benteng Vredeburg terletak di Yogyakarta. Kedua benteng ini dibangun di dekat pusat kekuasaan dengan tujuan mengawasi aktivitas pemerintahan kedua kerajaan tersebut dan mengantisipasi pemberontakan yang mungkin terjadi (Abbas, 2001: 83).
5 5 Dari uraian tentang benteng di atas dapat diketahui bahwa pada awalnya benteng dibangun untuk kepentingan ekonomi yaitu untuk mengawasi aktivitas perdagangan yang terjadi di wilayah benteng baik darat maupun laut. Kemudian fungsi benteng yang dibangun Belanda semakin berkembang menjadi kompleks bangunan yang banyak dilengkapi fasilitas yang menunjang aktivitas ekonomi, sosial, religi, militer maupun politik. Terbukti dengan semakin beragamnya fasilitas pendukung yang ada dalam benteng seperti pemukiman untuk orang-orang Belanda, gereja dan barak-barak militer. Pada masa akhir pemerintahan Kolonial Hindia Belanda di Nusantara, semakin banyak benteng yang dibangun untuk keperluan pertahanan untuk mengatasi pemberontakan warga pribumi maupun untuk mengantisipasi serangan dari pihak asing (Abbas, 2005: 46). Pemukiman Belanda di luar benteng kemudian dikembangkan. Rumah pejabat dan berbagai fasilitas pemerintahan seperti kemiliteran, perkantoran, perdagangan, peribadatan, rekreasi, dan sekolah dibangun untuk kenyamanan orang-orang Belanda dalam berdagang. Keberadaan benteng kolonial dalam suatu wilayah juga dapat dijadikan indikasi peran wilayah pada masa pemerintahan Belanda (Abbas, 1997: 20). Peran itu berkaitan dengan kemampuan suatu wilayah menjadi sumber keuntungan yang besar bagi pihak Belanda. Secara terstuktur dan terencana, Belanda mengelola konsep huluhilir secara terpadu untuk mencapai keuntungan. Konsep hulu-hilir merupakan konsep industri yang menyatukan aktivitas di hulu dan hilir, aktivitas hulu berupa kegiatan pengadaan barang atau produksi sementara aktivitas hilir adalah aktivitas
6 6 lanjutan yang meliputi kegiatan pengemasan hingga pemasaran pada konsumen (Yuliastuti, 2010: 4-5). Dalam hal mendistribusikan hasil pertanian pada masa penjajahan Belanda juga memanfaatkan konsep ini. Barang yang didapatkan atau diproduksi di daerah pedalaman atau hulu sungai kemudian dikirimkan menuju ke hilir sungai untuk dibawa menuju ke pelabuhan dan kemudian dipasarkan ke pasar Eropa. Fasilitas pertahanan, pelabuhan, pemukiman pendukung administrasi dan pertahanan, serta sarana transportasi dibangun untuk menjaga dan memperlancar keuntungan bagi pemerintahan Belanda. Cilacap merupakan salah satu daerah di Jawa yang dianggap memiliki peran yang besar bagi pihak Belanda. Di Cilacap, terdapat benteng-benteng yang dibangun Belanda sebagai sarana pendukung konsep hulu-hilir. Sejak menjadi wilayah kekuasaan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda pada tahun 1830, Cilacap dianggap sebagai wilayah yang berpotensi sebagai daerah pengembangan ekonomi yang cukup menguntungkan. Cilacap merupakan satu-satunya wilayah di pesisir selatan Jawa yang memungkinkan untuk dijadikan pelabuhan perdagangan, pada tahun 1831 Belanda mulai mengembangkan Cilacap sebagai kota pelabuhan (Zuhdi, 2002:1). Kondisi geografis Cilacap sangat mendukung karena keadaan pantainya yang tenang. Ombak besar yang datang dari Samudera Hindia tertahan oleh keberadaan Pulau Nusakambangan. Pulau ini merupakan pulau yang terletak di sebelah selatan wilayah Kabupaten Cilacap dan dipisahkan dari Pulau Jawa oleh sebuah selat, Pulau ini memiliki panjang kira-kira 40 km dan lebar 6 km. Secara alamiah
7 7 Nusakambangan memiliki fungsi sebagai pelindung pesisir pantai Cilacap dari keganasan ombak Samudera Hindia (Zuhdi, 2002: 10). Dengan keadaan pantai yang tenang maka akan mudah bagi kapal-kapal dagang untuk berlabuh di Cilacap, sehingga kondisi ini membuat pantai Cilacap sangat cocok untuk dijadikan pelabuhan. Kebijakan cultuurstelsel atau Tanam Paksa yang diterapkan oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda sejak tahun 1830 berhasil membuat hasil pertanian penduduk di wilayah Keresidenan Banyumas, Bagelen dan sebagian kecil daerah di Keresidenan Priangan (Zuhdi, 2002: 27-33) meningkat pesat sehingga pihak Pemerintah Kolonial Hindia Belanda membutuhkan cara transportasi untuk mengangkut hasil pertanian dari daerah ke Eropa. Untuk mendukung dan menjaga proses perdagangan di Jawa Tengah bagian selatan ini, Pemerintah Kolonial Hindia Belanda membangun berbagai macam fasilitas pendukung yang dibangun dalam berbagai tahap pembangunan sehingga Cilacap menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk beraktivitas, terutama untuk aktivitas perdagangan. Hal tersebut membuat Cilacap menjadi wilayah hilir yang penting bagi pemerintah Belanda. Untuk mendukung dan menjaga proses perdagangan di Jawa Tengah bagian selatan ini, Pemerintah Kolonial Hindia Belanda membangun berbagai macam fasilitas pendukung yang dibangun dalam berbagai tahap pembangunan sehingga Cilacap menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk beraktivitas, terutama untuk aktivitas perdagangan.
8 8 Benteng Pendem dibangun secara bertahap dari tahun 1861 dan dianggap telah selesai pembangunannya pada tahun Pada masa pemerintahan Belanda, Benteng ini dikenal dengan nama Kust Betterj Op De Landtong Te Tjilatjap. Nama Benteng Pendem diberikan karena ketika ditemukan kembali dalam keadaan terpendam (Abbas, 2001: 20). Saat ini Benteng Pendem Cilacap dimanfaatkan sebagai salah satu bagian dari objek wisata Teluk Penyu. Kompleks bangunan asli benteng ini sudah tidak utuh lagi karena sebagian besar bangunan di bagian timur laut benteng hilang karena telah dimanfaatkan sebagai kompleks kilang minyak Pertamina. Pemerintah Kolonial Hindia Belanda selesai melakukan pembangunan Benteng Karang Bolong selesai pada tahun 1855 (Samingan, 2012: 151). Benteng Karang Bolong terletak di ujung timur Pulau Nusakambangan. Benteng ini dibangun di atas sebuah bukit dan dilengkapi sebuah bangunan menara. Saat ini sebagian besar bangunan penunjangnya masih utuh, akan tetapi saat ini perawatan yang dilakukan di benteng ini kurang maksimal. Saat ini Benteng Karang Bolong dimanfaatkan sebagai objek wisata akan tetapi tidak berada di bawah pengawasan Dinas Pariwisata. Benteng Pendem dan Benteng Karang Bolong didukung fasilitas penjagaan lain, yaitu Mercusuar Cimiring dan yang kedua adalah Benteng Klingker. Mercusuar Cimiring merupakan sebuah menara pengawasan dan penanda yang dibangun di ujung timur Pulau Nusakambangan bagian selatan. Sementara itu Benteng Klingker adalah sebuah benteng yang terletak di pesisir utara Pulau Nusakambangan. Seluruh
9 9 fasilitas peninggalan Belanda yang berada di Cilacap tersebut dibangun di wilayah yang saling berdekatan. I.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang diajukan adalah: 1. Apa yang melatar belakangi pemilihan lokasi pembangunan benteng peninggalan Belanda di Kabupaten Cilacap? 2. Bagaimana keterkaitan fungsi benteng peninggalan Belanda di Kabupaten Cilacap pada masa pemerintahan Kolonial Hindia Belanda? I.3 Tujuan dan Batasan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui latar belakang pemilihan lokasi pendirian benteng-benteng peninggalan Belanda di Cilacap serta keterkaitan fungsi antara benteng-benteng yang memiliki lokasi pendirian cukup berdekatan tersebut. Tujuan selanjutnya adalah untuk mengatahui peran Kota Cilacap pada masa pemerintahan Kolonial Belanda yang tentu saja memiliki hubungan dengan berbagai tinggalan budaya yang ada di Cilacap. Dari penelitian ini akan diketahui peran penting kota Cilacap pada masa pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, dan bagaimana pemerintah Belanda merencanakan suatu kegiatan yang holistik antara hulu-hilir.
10 10 Batasan waktu tahun penelitian ini adalah dari tahun 1830 hingga tahun Batasan waktu ini dipilih karena pada tahun 1830 merupakan awal kota Cilacap menjadi bagian dari kekuasaan Pemerintah Kolonial Belanda setelah terlepas dari wilayah kekuasaan Keraton Surakarta. Setahun setelahnya merupakan tahun ketika Cilacap mulai dikembangkan menjadi kota pelabuhan. Batas tahun 1942 dipilih karena tahun ini merupakan tahun berakhirnya kekuasaan Pemerintah Kolonial Belanda di Cilacap. I.4 Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai latar belakang pemilihan lokasi benteng dan fungsi benteng telah banyak dilakukan. Aris Sumarno (1990) telah melakukan penelitian mengenai arsitektur dan seni bangunan yang terdapat pada Benteng Pendem Ngawi. Dalam penelitian yang dilakukan menggunakan beberapa Benteng yang berada di Jawa sebagai pembanding. Benteng-benteng tersebut diantaranya adalah Benteng Pendem Cilacap, Benteng Vredeburg di Yogyakarta dan Benteng Willem II di Ungaran. Penelitian ini mengungkapkan bahwa Benteng Pendem Ngawi merupakan Benteng Pertahanan jika dilihat dari berbagai komponen yang berada di dalam wilayah Benteng. Penelitian terhadap seluruh benteng yang berada di Pulau Jawa. Dalam tesis berjudul Dutch Forts of Java A Locational Studi, disebutkan mengenai 34 buah benteng yang berada di Jawa. Novida Abbas (2001) menyebutkan bahwa benteng
11 11 dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu benteng yang berada di pesisir dan pedalaman. Fungsi utama benteng yang ada di Jawa sangat tergantung pada lokasi pembangunan benteng tersebut. Tulisan mengenai keadaan Pulau Nusakambangan yang dimanfaatkan sebagai Pulau Boei sebelumnya juga pernah diakukan. Samingan (2012) memperoleh gambaran tentang perubahan lansekap Pulau Nusakambangan kaitannya dengan pemanfaatannya sebagai pulau untuk para tahanan. Penelitian ini juga menghasilkan gambaran mengenai pemanfaatan para narapidana dalam pembangunan fasilitasfasilitas yang berada di Cilacap. Penelitian mengenai Pelabuhan Cilacap sebelumnya telah dilakukan. Zuhdi (2002) melakukan penelitian tentang perkembangan pelabuhan Cilacap sebagai pelabuhan ekspor dan impor. Perkembangannya dimulai pada tahun 1831 ketika Cilacap mulai dikembangkan sebagai pelabuhan dagang hingga tahun 1942 ketika Jepang mulai menguasai Jawa. Penelitian ini, dengan judul Fungsi Benteng Peninggalan Belanda di Kabupaten Cilacap: Pendekatan Lokasional akan membahas latar belakang yang menyangkut aspek ekonomi, politik dan aspek lingkungan yang menjadi alasan dari pemilihan lokasi pendirian benteng dan fasilitas pendukungnya di Kabupaten Cilacap. Keterkaitan fungsi antar benteng juga akan menjadi salah satu objek kajian dalam penelitian ini untuk mengetahui peran benteng dan fasilitas pendukung lainnya bagi kota Cilacap pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda.
12 12 I.5 Metode Penelitian Dalam penelitian mengenai latar belakang pemilihan lokasi pembangunan benteng di Kabupaten Cilacap ini akan dilakukan dengan pendekatan lokasional. Pendekatan lokasional adalah upaya untuk menjelaskan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh pada latar belakang pemilihan lokasi pendirian benteng (Abbas, 2001: 8). Faktor yang dimaksud adalah meliputi faktor lingkungan sekitar benteng yang meliputi kondisi geografis sekitar benteng, ekonomi yang dalam hal ini berkaitan dengan perdagangan dan pelabuhan, dan faktor politik. Untuk mengetahui faktor lingkungan yang berpengaruh pada latar belakang pemilihan lokasi pembangunan benteng akan dilakukan pengamatan terhadap lingkungan di sekitar benteng. Pengamatan untuk mengetahui aspek ekonomi yang mungkin menjadi pendukung alasan pemilihan lokasi kedua benteng akan dilakukan dengan pengamatan terhadap fasilitas pendukung ekonomi milik Belanda di beberapa daerah yang berdekatan dengan Kabupaten Cilacap. Sementara itu aspek politik akan diamati dengan cara mencari informasi mengenai seberapa penting peran Kota Cilacap dalam hubungannya dengan kondisi politik yang berlaku pada saat itu. Tahapan yang dilakukan selanjutnya adalah penyusunan data. Data primer dan data sekunder yang telah didapatkan diurutkan sesuai dengan jenisnya. Data berupa deskripsi arsitektur dan deskripsi mengenai keberadaan infrastruktur benteng akan
13 13 dipisahkan dengan data mengenai lingkungan sekitar benteng. Pemisahan data ke dalam masing-masing jenisnya ini bertujuan untuk mempermudah proses analisis. Analisis merupakan tahapan selanjutnya. Data primer dan skunder yang telah dikumpulkan dan dibagi ke dalam beberapa jenis sesuai dengan keperluannya dan dianalisis dan dikorelasikan satu sama lainnya untuk menjawab permasalahan yang ada. Permasalahan mengenai latar belakang pemilihan lokasi akan didukung analisisnya dengan menggunakan data yang berhubungan dengan lingkungan sekitar benteng dan juga beberapa data penunjang lain yang berhubungan dengan aspek ekonomi dan politik. Deskripsi arsitektur dan infrastruktur benteng digunakan untuk menjawab pertanyaan mengenai fungsi kedua benteng dan keterkaitan kedua benteng satu sama lain. Keseluruhan tahapan di atas akan digunakan untuk menjawab bagaimana keterkaitan fungsi fasilitas-fasilitas peninggalan Belanda di Kabupaten Cilacap pada masa pemerintahan Kolonial Hindia Belanda.
BAB V PENUTUP. di Cilacap untuk mempertahankan pengaruhnya di kota tersebut. Pembangunan
BAB V PENUTUP Pemerintah Kolonial Hindia Belanda banyak membangun fasilitas pertahanan di Cilacap untuk mempertahankan pengaruhnya di kota tersebut. Pembangunan fasilitas pertahanan di Cilacap dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut catatan sejarah, Sumedang mengalami dua kali merdeka dan berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan Mataram dan masa kabupatian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah usaha untuk memperluas, menjamin lalu lintas perdagangan rempah-rempah hasil hutan yang
Lebih terperinciBAB II KONDISI DAERAH SEKITAR TEMPAT TINGGAL PANGLIMA BESAR JENDERAL SOEDIRMAN
BAB II KONDISI DAERAH SEKITAR TEMPAT TINGGAL PANGLIMA BESAR JENDERAL SOEDIRMAN A. Kondisi Geografis Penelitian yang berjudul Biografi Panglima Besar Jenderal Soedirman sebagai Kader Muhammadiyah dan Pahlawan
Lebih terperinciBenteng Fort Rotterdam
Benteng Fort Rotterdam Benteng Fort Rotterdam merupakan salah satu benteng di Sulawesi Selatan yang boleh dianggap megah dan menawan. Seorang wartawan New York Times, Barbara Crossette pernah menggambarkan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG KAPAL PENYEBERANGAN MERAK PROPINSI BANTEN
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG KAPAL PENYEBERANGAN MERAK PROPINSI BANTEN Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Transportasi Kereta Api Transportasi merupakan dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat, serta pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciMASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA
MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA Peta Konsep Peran Indonesia dalam Perdagangan dan Pelayaran antara Asia dan Eropa O Indonesia terlibat langsung dalam perkembangan perdagangan dan pelayaran antara Asia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Eksistensi Proyek Sebagai Negara kepulauan dengan luas wilayah yang tersusun lebih dari 17 ribu pulau kecil dan besar, serta penduduk yang relatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Itu terjadi tidak saja di hampir setiap negara di dunia ini, tetapi juga di dalam negeri sendiri, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata sekarang sudah merupakan suatu tuntutan hidup dalam zaman modern ini. Permintaan orang-orang untuk melakukan perjalanan wisata, dari tahun ke tahun terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pariwisata sekarang sudah merupakan suatu tuntutan hidup dalam zaman modern ini. Permintaan orang-orang untuk melakukan perjalanan wisata, dari tahun ke tahun terus
Lebih terperinciBAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA
BAB I PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA Tahun 1620, Inggris sudah mendirikan beberapa pos perdagangan hampir di sepanjang Indonesia, namun mempunyai perjanjian dengan VOC untuk tidak mendirikan
Lebih terperinciKAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D
KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR Oleh: M Anwar Hidayat L2D 306 015 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciNama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1
Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Latar Belakang Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi perekonomian masyarakatnya. Tidak heran jika dewasa ini banyak masyarakat bersikap positif untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para
Lebih terperinciADA BALI DI KOTA NGAPAK
ADA BALI DI KOTA NGAPAK Cilacap adalah Kabupaten di Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan Jawa Barat yang memiliki luas wilayah sekitar 6,2 % dari wilayah Jawa Tengah. Cilacap terletak di sebelah
Lebih terperinciPembukaan. Semoga berkenan, terima kasih.
Pembukaan Sebagaimana kita semua tahu bahwa jaman dahulu bangsa kita ini dijajah oleh bangsa Belanda selama 3,5 abad. Banyak orang yang tidak begitu mengetahui apa saja tujuan Belanda jauh-jauh datang
Lebih terperinciBAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA
BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA TUJUAN PEMBELAJARAN Dengan mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: mendeskripsikan sebab dan tujuan kedatangan bangsa barat ke Indonesia;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayaran antar pulau di Indonesia merupakan salah satu sarana transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berwawasan
Lebih terperinciKEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA
KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA TUGAS AKHIR Oleh: FARIDAWATI LATIF L2D 001 418 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciSEJARAH KOTA BANDUNG. AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia
SEJARAH KOTA BANDUNG AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia A. Asal Nama Bandung Banding/Ngabanding -------- berdampingan/berdekatan Bandeng/Ngabandeng --- sebutan untuk genangan air yang luas dan
Lebih terperinciPERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN
PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN Saya siswa kelas 5A Siap Belajar dengan Tenang dan Tertib dan Antusias Pada abad ke-16 berlayarlah bangsa-bangsa Eropa ke wilayah Timur. Diantaranya adalah Portugis, Spanyol,
Lebih terperinciLampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten
Lampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten Sumber: Achmad Chaldun & Achmad Rusli. (2007). Atlas Tematik Provinsi Banten. Surabaya: Karya Pembina Swajaya. Hlm. 26. 206 207 Lampiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kota Cilacap merupakan kota yang terletak di sebelah selatan dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Cilacap merupakan kota yang terletak di sebelah selatan dari Kabupaten Cilacap. Kota Cilacap memiliki morfologi berupa dataran rendah. Secara administratif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULAN. 1.1 Latar Belakang. manusia serta menghidupkan berbagai bidang usaha. Di era globalisasi
BAB 1 PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang kepariwisataan adalah kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia serta menghidupkan berbagai bidang usaha. Di era globalisasi saat ini, sektor pariwisata akan menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata dan kawasan pengembangan pariwisata Jawa Tengah
Lebih terperinciSTUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D
STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR Oleh : PRIMA AMALIA L2D 001 450 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. lain, seperti misalnya pengaruh kebudayaan Tionghoaterhadap kebudayaan Indonesia.Etnis
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda satu sama lain, meskipun begitu, beberapa dari kebudayaan tersebut memiliki pengaruh yang menonjol terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang Banda Aceh merupakan salah satu kota yang dilanda bencana alam Tsunami pada Desember Tahun 2004. Pasca bencana Tsunami, kota Banda Aceh kembali di bangun oleh Pemerintah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
114 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Aspek pengembangan suatu objek wisata diantaranya meliputi pengembangan tata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan Pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1 Mata Pelajaran : Program Studi IPA (Sejarah) Kelas/Semester : XI/1 Materi Pokok : Kerajaan Kutai dan Tarumanegara Pertemuan Ke- : 1 Alokasi Waktu : 1 x pertemuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Labuhan Deli merupakan cikal bakal lahirnya Pelabuhan Belawan. Labuhan Deli dulunya merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Deli yang kesohor di kawasan Sumatera
Lebih terperinciDAFTAR lsi KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTARISI BAB 1 SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR CINA PADA AKHIR ABAD KE-19 DI PASURUAN
~ GRAHAILMU DAFTAR lsi KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTARISI BAB 1 SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR CINA PADA AKHIR ABAD KE-19 DI PASURUAN BAB2 Arsitektur Cina Akhir Abad Ke-19 di Pasuruan Denah, Bentuk, dan
Lebih terperinciBENTENG-BENTENG PENINGGALAN KOLONIAL BELANDA DI PULAU JAWA (Telaah Evaluatif: Letak/Posisi, Kegunaan dan Antipasi Masa Mendatang)
BENTENG-BENTENG PENINGGALAN KOLONIAL BELANDA DI PULAU JAWA (Telaah Evaluatif: Letak/Posisi, Kegunaan dan Antipasi Masa Mendatang) Udjianto Pawitro Jurusan Teknik Arsitektur FTSP Institut Teknologi Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. Luas wilayahnya 60 km. Kota ini berada ditepi Sungai Asahan, sebagai salah satu sungai terpanjang
Lebih terperinci4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º7 50-7º1 11 Lintang Selatan dan 105º1 11-106º7 12 Bujur Timur. Luas wilayah Banten adalah
Lebih terperinciPASAR IKAN DAN PASAR FESTIVAL IKAN DI SUNDA KELAPA
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PASAR IKAN DAN PASAR FESTIVAL IKAN DI SUNDA KELAPA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan kegiatan ekonomi yang cukup potensial bagi Indonesia. Akselerasi globalisasi yang terjadi sejak tahun 1980-an semakin membuka peluang bagi kita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dinyatakan bahwa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dinyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Hal tersebut memiliki makna bahwa negara Indonesia berdasarkan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Kristen sejauh ini hanya berdasarkan wacana teologi atau lebih dari itu terfokus
BAB VI KESIMPULAN Berbagai penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan wacana agama Kristen sejauh ini hanya berdasarkan wacana teologi atau lebih dari itu terfokus tema etika, dan moralitas agama
Lebih terperinciSTUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR
STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR Oleh : SEVINA MAHARDINI L2D 000 456 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN
Lebih terperinciBAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT
BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT A. Pengaruh Kebudayaan Islam Koentjaraningrat (1997) menguraikan, bahwa pengaruh kebudayaan Islam pada awalnya masuk melalui negara-negara
Lebih terperinciPOTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP
POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Pariwisata dikenal sebagai suatu bentuk rangkaian kegiatan kompleks yang berhubungan dengan wisatawan dan orang banyak, serta terbentuk pula suatu sistem di dalamnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli daerah,
Lebih terperinciKAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D
KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciBERWISATA BAHARI MENYUSURI SEGARA ANAKAN
BERWISATA BAHARI MENYUSURI SEGARA ANAKAN Sebagai sebuah negara kepulauan yang memiliki lebih dari 13 ribu pulau, Indonesia layak disebut sebagai negara dengan potensi bahari terbesar di dunia. Indonesia
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara
BAB V KESIMPULAN Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara merupakan salah satu tempat tujuan maupun persinggahan bagi kapal-kapal dagang dari berbagai negara di dunia. Nusantara
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA MALUKU (Paparan Dinas Pariwisata Provinsi Maluku)
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA MALUKU (Paparan Dinas Pariwisata Provinsi Maluku) GAMBARAN UMUM Propinsi Maluku merupakan daerah kepulauan dengan luas wilayah 714.480 km 2 terdiri atas 92,4 % Lautan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. internasional, adanya kontrol terhadap labour dan hasil tanah serta sudah memilki
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nusantara adalah sebuah wilayah yang telah berkembang menjadi wilayah perdagangan internasional, karena sudah memiliki perniagaan regional dan internasional, adanya kontrol
Lebih terperinciBELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan dewasa ini merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang mengalami perkembangan dan peningkatan di segala aspek kehidupan, mencakup bagian dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karesidenan Semarang di sebelah Barat berbatasan dengan Karesidenan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karesidenan Semarang di sebelah Barat berbatasan dengan Karesidenan Pekalongan, di sebelah Selatan berbatasan dengan Karesidenan Kedu, Surakarta, Madiun. Di
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jakarta Utara merupakan salah satu wilayah bagian dari DKI Jakarta yang merupakan Ibukota Negara Indonesia. Sebagaimana diketahui, Jakarta Utara yang terletak
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN. lainya berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta terletak antara 110 o 24 I 19 II sampai
1 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta sebagai ibukota Provinsi DIY adalah satu-satunya daerah tingkat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu provinsi yang masih relatif muda. Perjuangan keras Babel untuk menjadi provinsi yang telah dirintis sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak abad ke-18, pertumbuhan penduduk di dunia meningkat dengan tajam. Lahan lahan dengan potensi untuk dipergunakan sebagai tempat bermukim pun beragam. Besarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara maritim atau kepulauan terbesar didunia dengan 70% wilayahnya terdiri atas laut. Sehingga banyak pulau-pulau yang ada di Indonesia
Lebih terperinciINTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA
INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA by: Dewi Triwahyuni INTERNATIONAL RELATIONS DEPARTMENT COMPUTER UNIVERSITY OF INDONESIA (UNIKOM) BANDUNG 2013 1 SOUTHEAST ASIA (SEA) 2 POSISI GEOGRAFIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Salatiga merupakan kota kecil yang berada di lereng gunung Merbabu.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salatiga merupakan kota kecil yang berada di lereng gunung Merbabu. Letaknya yang di kelilingi oleh pegunungan selalu memberikan suasana yang sejuk. Secara astronomis
Lebih terperinciPantai-ku, Pulau-ku Kesayanganku, Harta Terindahku Oleh : Yasinta Larasati Galuh Nindyasari
Pantai-ku, Pulau-ku Kesayanganku, Harta Terindahku Oleh : Yasinta Larasati Galuh Nindyasari Memperoleh kenikmatan juga pengalaman, dan mencari kepuasan, merupakan tujuan dari seseorang atau kelompok yang
Lebih terperinciPengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim PARADIGMA KEMARITIMAN DAK JEJAK SEJARAH KEMARITIMAN YANG TERHAPUS 1. Aditya Ramadinata 1601552010 2. Dewi Fitrianingsi 160155201017 3. Friska Emelia Tindaon 160155201015
Lebih terperinciWarisan Rezim Prancis di Jawa: Kajian Strategi Militer dan Politik Birokrasi dalam Historiografi Indonesia
Warisan Rezim Prancis 1808 1811 di Jawa: Kajian Strategi Militer dan Politik Birokrasi dalam Historiografi Indonesia Djoko Marihandono dmarihan@ui.edu Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
Lebih terperinciUJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Nama : Mata Pelajaran : Sejarah
UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Nama : Mata Pelajaran : Sejarah Kelas : 8 Waktu : 10.00-11.30 No.Induk : Hari/Tanggal : Senin, 08 Desember 2014 Petunjuk Umum: Nilai : 1.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 ( balai pustaka Kamus Bahasa Indonesia 1988 ) 2 Ibid 3 Ibid
BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL Pengertian judul : MUSEUM MUSIK TRADISONAL JAWA TENGAH DI BENTENG VASTENBURG SURAKARTA adalah sebagai berikut : Museum : Gedung yang digunakan sebagai tempat untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Bengkulu dibentuk pada tahun 1968 yang sebelumnya merupakan wilayah Keresidenan Provinsi Sumatera Selatan. Provinsi Bengkulu terletak di wilayah pantai barat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN dan luas perairannya Indonesia adalah Negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara maritim yang mempunyai belasan ribu pulau dengan teritori laut yang sangat luas. Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil diantara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedatangan orang-orang Eropa pertama di kawasan Asia Tenggara pada awal abad XVI kadang-kadang dipandang sebagai titik penentu yang paling penting dalam sejarah kawasan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk
Lebih terperinciPERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon)
PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon) TUGAS AKHIR Oleh : RINA MERIANA L2D 305 139 JURUSAN PERENCANAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu, bangsa Indonesia kaya akan hasil bumi antara lain rempah-rempah
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sejak dahulu, bangsa Indonesia kaya akan hasil bumi antara lain rempah-rempah seperti vanili, lada, dan cengkeh. Rempah-rempah ini dapat digunakan sebagai pengawet
Lebih terperinciVI.7-1. Bab 6 Penataan Ruang dan Pembangunan Perkotaan Pembangunan Kota Baru. Oleh Suyono
6.7 PEMBANGUNAN KOTA BARU Oleh Suyono BEBERAPA PENGERTIAN Di dalam Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Undang-undang Otonomi Daerah) 1999 digunakan istilah daerah kota untuk
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan
BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Cirebon adalah salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada dipesisir utara Jawa Barat dan termasuk ke dalam wilayah III (Cirebon,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara harfiah arti kata Boom sama dengan Haven dalam bahasa Belanda atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara harfiah arti kata Boom sama dengan Haven dalam bahasa Belanda atau pelabuhan dalam bahasa Indonesia. Orang-orang Tuban setempat mengatakan bahwa boom dibangun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dapat memberikan alternatif lain sebagai salah satu sektor andalan (leading
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata adalah sebagai salah satu sektor yang sangat potensial yang dapat memberikan alternatif lain sebagai salah satu sektor andalan (leading sector) di
Lebih terperinciCukup Sehari Menjelajahi Pulau LOMBOK. Dikutip dari Koran SURYA terbit Sabtu, 5 Oktober 2013, halaman 14.
Cukup Sehari Menjelajahi Pulau LOMBOK Lembar BIL Dikutip dari Koran SURYA terbit Sabtu, 5 Oktober 2013, halaman 14. B ila hanya ada sedikit waktu untuk berlibur, pilihan transportasi paling mudah adalah
Lebih terperinciPROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT
PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DAFTAR ISI LATAR BELAKANG KEDATANGAN BANGSA BARAT KE INDONESIA What: (latar belakang) Indonesia negara dengan SDA yang melimpah Why: (Alasan) Orang-orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan atau archipelago terbesar di dunia dengan lebih dari 2/3 luasnya terdiri dari wilayah perairan. Indonesia dikenal sebagai negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. Lautan merupakan barang sumber daya milik
Lebih terperinci: SARJANA/DIPLOMA. PETUNJUK KHUSUS Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling tepat diantara 5 pilihan yang tersedia
MATA UJIAN BIDANG TINGKAT : P.ENGETAHUAN UMUM : SEJARAH : SARJANA/DIPLOMA PETUNJUK UMUM 1) Dahulukan menulis nama dan nomor peserta pada lembar jawaban 2) Semua jawaban dikerjakan di lembar jawaban yang
Lebih terperinciMASA PEMERINTAHAN HERMAN WILLIAN DAENDELS DI INDONESIA
MASA PEMERINTAHAN HERMAN WILLIAN DAENDELS DI INDONESIA Latar Belakang Kedatangan Herman William Daendels Herman William Daendels di utus ke Indonesia pada tahun 1808 dengan tujuan yakni mempertahankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan
1.1 Latar Belakang Perencanaan BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, hal ini dilihat dari banyaknya pulau yang tersebar di seluruh wilayahnya yaitu 17.504
Lebih terperinciSTUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR. Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D
STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D 304 155 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2007
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. Globalisasi mencerminkan hubungan tanpa batas antara negara satu
Bab I Pendahuluan a. Latar belakang Globalisasi mencerminkan hubungan tanpa batas antara negara satu dengan negara lain yang saling ketergantungan sehingga melahirkan adanya perekonomian internasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melimpah, mulai dari sektor migas, pertanian yang subur serta pariwisata. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara dengan kekayaaan alam yang sangat melimpah, mulai dari sektor migas, pertanian yang subur serta pariwisata. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciB. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Kajian Pustaka F. Historiografi yang Relevan...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii PERNYATAAN... iv MOTTO... v PERSEMBAHAN... vi ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, terletak di antara
BAB I PENGANTAR 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, terletak di antara Benua Asia dan Benua Australia, dan di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, kondisi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam
122 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Dalam kesimpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN [TYPE HERE] [TYPE HERE]
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor andalan dalam memperoleh pendapatan negara dan ikut mendorong pertumbuhan ekonomi pada setiap daerah di Indonesia. Termasuk bagi
Lebih terperinciKOLONIALISME DAN IMPERIALISME
KOLONIALISME DAN IMPERIALISME Kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan sebuah negara atas wilayah dan manusia di luar batas negaranya, seringkali untuk mencari dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.791 km (Supriharyono, 2007) mempunyai keragaman
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHAULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHAULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakan oleh manusia atau mesin.
Lebih terperinci