INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN MANOKWARI TAHUN 2011 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : No. Katalog/Catalogue Number:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN MANOKWARI TAHUN 2011 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : No. Katalog/Catalogue Number:"

Transkripsi

1

2 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN MANOKWARI TAHUN 2011 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : No. Katalog/Catalogue Number: Ukuran Buku/Book Size : 16,5 cm x 21,5 cm Jumlah Halaman/Total Pages : vii halaman Penulis/Writer : Yeddi Aprian Syakh, S.ST Draft Naskah/Manuscript Draft : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik Kabupaten Manokwari Gambar Kulit/Cover Design : Seksi Integrasi, Pengolahan dan Diseminasi Statistik Badan Pusat Statistik Kabupaten Manokwari Dicetak Oleh/Published by : Badan Pusat Statistik Kabupaten Manokwari Dicetak Oleh /Printed by : Badan Pusat Statistik Kabupaten Manokwari / warik Boleh Mengutip Bila Menyebutkan Sumbernya May be cited with refers to the source

3 Kata Pengantar Kepala BPS Kabupaten Manokwari Indeks Pembangunan Manusia atau biasa disingkat dengan IPM, merupakan salah satu data strategis yang dihasilkan oleh Badan Pusat Statistik. Sebagai indeks komposit, IPM mampu mengukur pembangunan manusia melalui tiga dimensi penting yaitu dimensi umur panjang yang diukur dengan angka harapan hidup, dimensi pengetahuan yang diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata a lama sekolah, dan dimensi kehidupan layak yang diukur dengan kemampuan daya beli yang disesuaikan. Publikasi, Indekks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 memuat informasi penting capaian pemerintah Kabupaten Manokwari dalam meningkatkan derajat kesehatan, status pendidikan dan perekonomian masyarakat di Kabupaten Manokwari pada tahun Kami menyambut baik semua kritik dan saran yang bersifat konstruktif dalam rangka meningkatkan kualitas penyajian publikasi ini. Terima kasih. Manokwari, November 2012 Plh Kepala BPS Kabupaten Manokwari / w.ma arikab.bps.g.go.id Brendina Patongloan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 ii

4 Daftar Isi KATA PENGANTAR... idii ii DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penulisan Ruang Lingkup dan Sumber Data BAB B II METODOLOGI Konsep Pembangunan Manusia Pengukuran Pembangunan Manusia Metode Penghitungan IPM Ilustrasi Penghitungan IPM. w.manokwarikab.bps.go.id ab.bps.g iii v vii Ukuran Pencapaian IPM 2.6 Beberapa Definisi Operasional Indikator Terpilih Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 iii

5 BAB III PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN MANOKWARI TAHUN Sekilas Manokwari Status Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari 3.3 Pembangunan Manusia Bidang Kesehatan Pembangunan Manusia Bidang Pendidikan Pembangunan Manusia Bidang Perekonomian Perkembangan Indeks Komponen IPM BAB IV PENUTUP (SEBUAH LANGKAH KE DEPAN) Prioritas Pertama : Bidang Perekonomian Prioritas Kedua : Bidang Kesehatan Prioritas Ketiga : Bidang Pendidikan Kesimpulan... LAMPIRAN.. / arikab.bp Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 iv

6 Tabel 1 Daftar Tabel Persinggungan Antara Pembangunan Manusia dan Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) Tabel 2 Nilai Maksimum dan Minimum Komponen n IPM Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Skor Tahun Konversi Dari Tingkat Pendidikan Tertinggi- Yang Ditamatkan. Daftar 27 Komoditi Terpilih Untuk Menghitung Paritas Daya Beli (PPP)... Skor Variabel Kualitas dan Fasilitas Rumah... Contoh Penghitungan IPM Kabupaten Manokwari Tahun Analisis Diagnosis IPM Rendah Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Papua Barat Ta- hun 2011 Komponen IPM tahun 2011 : Perbandingan 3 Kabupaten/ Kota Terdekat Angka Kematian Bayi di Provinsi Papua Barat Tahun w.ma warika kab.b ps.go Persentase Penolong Kelahiran Terakhir Di Kabupaten Manokwari Tahun Tabel 12 Lama Balita Menyusui di Kabupaten Manokwari Tahun Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 v

7 Tabel 13 Indikator Kesakitan di Kabupaten Manokwari Tahun Tabel 14 Tabel 15 Tabel 16 Komponen Indeks Pendidikan Kabupaten Manokwari Tahun Angka Putus Sekolah dan Angka Melanjutkan di Kabupaten Manokwari Tahun Ukuran Tingkat Pemerataan Pendapatan di Kabupaten Manokwari Menurut Bank Dunia Tahun id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 vi

8 Gambar 1 Daftar Gambar Gambar 2 Diagnosis IPM Gambar 3 Piramida Penduduk Kabupaten Manokwari Tahun Gambar 4 IPM Kabupaten Manokwari Tahun Gambar 5 Gambar 6 Gambar 7 IPM Beberapa Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun Indeks Komponen IPM Kabupaten Manokwari Tahun Kaitan Antara Investasi Kesehatan dan Pembangunan Manusia... Gambar 8 Visi Indonesia Dimensi, Indikator dan Indeks Dimensi Dalam Penghitungan IPM ww.manokwarikab.bps.go.id arika Gambar 9 Rata-Rata Usia Harapan Hidup Penduduk Kabupaten Manokwari Tahun Gambar 10 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Indikator Indeks Harapan Hidup Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 vii

9 Gambar 11 Gambar 12 Persentase Balita Yang Mendapatkan Imunisasi Dasar di Kabupaten Manokwari dan Provinsi Papua Barat Tahun Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Pendidikan.... Gambar 13 Trend APM Kabupaten Manokwari Tahun Gambar 14 Gambar 15 Gambar 16 Gambar 17 Gambar 18 Gambar 19 Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Manokwari Tahun Dibandingkan dengan Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Fakfak, Kota Sorong dan Provinsi Papua Barat... Angka Melek Huruf Kabupaten aten Manokwari Tahun Dibandingkan dengan Kabupaten/Kota Lainnya Di Provinsi papua Barat... Pengeluaran Perkapita Riil Kabupaten Manokwari Tahun dan keterbandingannya dengan Provinsi Papua Barat... Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Manokwari Tahun Angka Gini Rasio Kabupaten Manokwari Tahun w.ma warika kab.bp.bps.g.id Pentagon Indeks Komponen IPM Kabupaten Manokwari Tahun Gambar 20 Pentagon Indeks Indikator Komponen IPM Kabupaten Manokwari Tahun Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun viii

10 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan seringkali diidentikkan dengan pertumbuhan ekonomi yang positif, yang lebih menekankan pada peningkatan pendapatan nasional. Asumsinya, bahwa dengan pertumbuhan ekonomi yang positif seharusnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Atau dengan kata lain, bahwa bagian pendapatan yang diterima oleh masyarakat akan bertambah besar. Namun ironisnya, pertumbuhan ekonomi yang positif yang seharusnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat, justru seringkali tidak diikuti oleh distribusi pendapatan perkapita penduduknya, duknya, yang merupakan hasil bagi antara Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan jumlah penduduk di suatu wilayah. Pendapatan perkapita tinggi seringkali diterjemahkan secara langsung www. ww.manokwarikab.bps.go.id warikab.b sebagai gambaran tingkat kesejahteraan yang tinggi di wilayah itu. Padahal pada kenyataannya, pendapatan perkapita yang tinggi namun Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 1

11 Pendahuluan jika tidak diimbangi oleh pemerataan distribusi pendapatannya, maka pendapatan perkapita tersebut akan tampak semu. Artinya, pendapatan tersebut hanya akan dinikmati oleh sekelompok atau segelintir golongan tertentu saja. Akibatnya, pembangunan n yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi yang positif seringkali memunculkan kantong-kantong kemiskinan yang baru, sehingga pertumbuhan ekonomi tersebut tidak akan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Faktanya, pada tahun 2011, PDRB Kabupaten Manokwari atas dasar harga berlaku mencapai angka 3,34 triliun, tumbuh sebesar 13,22 persen dari tahun 2010 yang hanya mencapai angka 2,95 triliun. Sementara di sisi lain, hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada tahun 2011 mencatat angka gini r atio Kabupaten Manokwari sebesar esar 0,43 pada skala 0 1, yang berarti masih terdapat ketimpangan n pendapatan penduduk di Kabupaten Manokwari, meskipun belum termasuk kategori ketimpangan yang tinggi. Nah, inilah yang disebut sebagai pertumbuhan ekonomi tinggi namun tidak diimbangi oleh pemerataan distribusi penduduk. tp:// w.manokwarikab.bps.go.id arikab bps.go o.id Dalam Konferensi Internasional bertema Asia 2015 di London pada tanggal 6 7 Maret 2006 terungkap bahwa ternyata Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 2

12 Pendahuluan pertumbuhan ekonomi yang tidak diikuti perbaikan ketimpangan pendapatan penduduknya, kurang efektif dalam mengentaskan kemiskinan dan pengangguran. Ada beberapa model alternatif pembangunan yang ditawarkan, antara lain seperti: (a) model pembangunan yang diarahkan ahkan pada upaya pemenuhan kebutuhan dasar; (b) model pembangunan sumber daya manusia; dan (c) model pembangunan kesejahteraan manusia. Akan tetapi, ketiga model pembangunan n tersebut dinilai masih bersifat parsial dan belum bersifat menyeluruh. eluruh. Pada model pembangunan n yang diarahkan pada upaya pemenuhan kebutuhan dasar (basic needs development), pembangunan hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia agar kelak dapat keluar dari kemiskinan, yang diterjemahkan sebagai ketidakmampuan penduduk dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Dengan demikian, jika kebutuhan dasar penduduk tersedia, maka asumsinya pembangunan mungkin saja dapat mengurangi kemiskinan, namun nyatanya, dengan model pembangunan seperti ini, penduduk sebagai subjek pembangunan justru hanya akan tp://w w.ma warikab.b bps.go o.id terpasung hingga tidak memiliki pilihan-pilihan lain, karena pilihan yang ada dibatasi oleh pemerintah dalam menyediakan barang dan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 3

13 Pendahuluan jasa bagi kelompok-kelompok tertinggal. Kemudian, pada model pembangunan sumber daya manusia (human resources development), masyarakat sebagai sumber daya manusia dipandang sebagai input dalam proses produksi, seperti halnya dengan faktor produksi lainnya yaitu tanah, modal dan mesin. Di satu sisi, model pembangunan seperti ini baik, karena sumber daya manusia terus dikembangkan hingga menjadi sumber daya yang berkualitas dimana nantinya diharapkan dengan sumberdaya manusia yang berkualitas, maka pembangunan akan tetap berjalan meskipun dibatasi oleh kekurangan sumber daya alam yang ada. Namun di sisi lain, model pembangunan seperti ini seringkali melupakan manusia sebagai objek pembangunan nan yang juga harus menikmati hasil-hasil pembangunan. Manusia dalam model ini hanya diperalat untuk mengejar tingkat output yang tinggi namun dalam prosesnya bukan dipandang sebagai pewaris dari apa yang dihasilkan. Sedangkan pada model pembangunan kesejahteraan manusia (human welfare development), orientasi pembangunan lebih difokuskan pada manusia sebagai objek pembangunan. Namun sayangnya, model tp://w w.ma warikab.b bps.go o.id pembangunan seperti ini seringkali mengabaikan peran aktif manusia sebagai pelaku pembangunan, sehingga akibatnya ketimpangan peran Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 4

14 Pendahuluan setiap komponen masyarakat akan mungkin terjadi. Oleh karena itu, pada akhirnya diperlukanlah sebuah model pembangunan yang berpijak pada prinsip dari penduduk, oleh penduduk dan untuk penduduk. Dari penduduk, diwujudkan dalam bentuk investasi di bidang pendidikan, kesehatan dan pelayanan sosial lainnya; oleh penduduk, diwujudkan dalam bentuk upaya pemberdayaan (empowerment) setiap komponen n masyarakat sebagai subjek pembangunan untuk memiliki kesempatan yang sama untuk dapat berpartisipasi dan berperan aktif di dalam proses politik dan pembangunan; sedangkan untuk penduduk, diartikan bahwa hasil akhir pembangunan tentunya harus dapat dinikmati oleh setiap komponen masyarakat sebagai objek pembangunan yang nantinya diharapkan dapat menjadi input bagi proses pembangunan selanjutnya secara berkesinambungan. Model pembangunan manusia adalah suatu model pembangunan yang memiliki konsep yang lebih luas daripada model dengan pendekatan pembangunan sumber daya manusia, pemenuhan kebutuhan dasar serta kesejahteraan manusia. Konsep tp://w ww.ma warikab.b bps.go o.id pembangunan manusia lebih komprehensif dan bersifat holistik yang telah mencakup ketiga model pembangunan sebelumnya. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 5

15 Pendahuluan Pada tahun 1990, United N ations atau yang lebih dikenal dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), memperkenalkan konsep pembangunan manusia sebagai paradigma baru model pembangunan. Dimana dalam konteks ini, pembangunan manusia didefinisikan sebagai suatu proses memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk (a process o f e nlarging p eople s choices), yang dapat dilihat sebagai proses upaya ke arah perluasan pilihan dan sekaligus sebagai taraf yang dicapai dari upaya tersebut. Berbicara mengenai pilihan-pilihan manusia adalah sangat tidak terbatas jumlahnya dan bahkan cenderung berubah setiap waktu. Namun diantara sejumlah pilihan ini, ada tiga pilihan yang sangat esensial untuk dipenuhi, i, yakni pilihan untuk hidup sehat dan berumur panjang; pilihan untuk memiliki ilmu pengetahuan; dan pilihan untuk mempunyai akses ke berbagai sumber yang diperlukan agar dapat memenuhi standar kehidupan yang layak (a decent standard of l iving). Apabila ketiga pilihan mendasar tersebut dapat dipenuhi, maka seseorang akan mudah meningkatkan kemampuannya dalam aktifitas sehari-hari dan memiliki kemampuan untuk menangkap tp://w ww.ma warikab bps.go o.id peluang yang ada untuk meningkatkan taraf hidupnya serta memiliki kemampuan pula untuk meraih pilihan-pilihan lain yang juga tidak Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 6

16 Pendahuluan kalah pentingnya, seperti pilihan untuk berpartisipasi dalam bidang politik, kebebasan mengeluarkan pendapat, dan sebagainya. Sebagai fokus dan sasaran akhir pembangunan, informasi mengenai kualitas pembangunan manusia sangatlah penting untuk diketahui. Maka, untuk mengetahui perkembangan mengenai kualitas pembangunan manusia, United Nations Dev elopment P rogram (UNDP) memperkenalkan sebuah alat ukur yang lazim dikenal sebagai Human Dev elopment I ndex ( HDI) atau au Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yang dipopulerkan melalui Laporan Pembangunan Manusia (Human Development Report - HDR) ) yang diterbitkan pertama kali pada tahun IPM dirancang untuk menghasilkan satu angka yang dapat digunakan dengan mudah untuk membandingkan kondisi di antara negara dan daerah ah yang berbeda. IPM memasukkan empat dimensi untuk memberikan indikasi kondisi kehidupan yang lebih luas, yaitu harapan hidup, tingkat melek huruf dewasa, rata-rata lama pendidikan dan pengeluaran perkapita yang diukur secara nyata untuk memungkinkan perbandingan dari waktu ke waktu. tp:// ww.ma anokwarikab.bps.go.id kab.b bps.go o.id Perkembangan capaian IPM Kabupaten Manokwari dari waktu ke waktu diamati secara cermat oleh Pemerintah Kabupaten Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 7

17 Pendahuluan Manokwari. Sejak tahun 2005, IPM Kabupaten Manokwari telah disajikan dalam bentuk publikasi resmi kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Manokwari dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Manokwari. Pada tahun 2012, publikasi serupa diterbitkan dengan merujuk pada data IPM Kabupaten Manokwari tahun Capaian IPM Kabupaten Manokwari tahun 2011 sangat penting mengingat tahun ini merupakan periode awal kepemimpinan Kabupaten Manokwari yang baru. Selain itu, tahun 2011 juga menjadi tolak ukur awal bagi pencapaian visi dan misi pembangunan Kabupaten Manokwari periode tahun Setidaknya, yang perlu digarisbawahi disini adalah bahwa capaian IPM tahun 2011 menjadi catatan pembuka bagi babak baru perjalanan Bupati Manokwari DR. Bastian Salabay, MA, M.Th. periode tahun w.manokwarikab.bps.go.id arikab.b o.id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 8

18 Pendahuluan 1.2. Tujuan Penulisan Penyusunan publikasi Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 secara umum adalah untuk menilai kemajuan pembangunan manusia di Kabupaten Manokwari, melihat tantangan-tantangan yang dihadapinya, serta arah ah kebijakan yang perlu diambil untuk meningkatkan kinerja pembangunan. Adapun secara khusus, penyusunan publikasi ini bertujuan untuk memberikan gambaran capaian pembangunan manusia di Kabupaten Manokwari dan perubahan-perubahan komponen penting penghitungan IPM yang secara rinci bertujuan antara lain: pertama, untuk melihat perkembangan n pembangunan manusia di Kabupaten Manokwari tahun Kedua, memberi gambaran yang lebih sederhana dan lengkap dalam melihat dampak pembangunan yang dilaksanakan dan implikasinya terhadap peningkatan kualitas penduduk. Ketiga, untuk memberikan gambaran tentang seberapa besar kemajuan IPM di Kabupaten Manokwari dibanding tahuntahun sebelumnya. Keempat, untuk mengetahui posisi relatif status capaian IPM Kabupaten Manokwari terhadap capaian IPM Provinsi ww.ma warikab.b bps.go o.id Papua Barat dan juga capaian IPM kabupaten/kota lainnya di Provinsi Papua Barat. Dan kelima, tersedianya informasi tersebut Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 9

19 Pendahuluan diharapkan dapat membantu berbagai pihak yang berkepentingan dalam menyusun program dan kebijakan di Kabupaten Manokwari, khususnya yang berkaitan dengan program pembangunan manusia di Kabupaten Manokwari Ruang Lingkup dan Sumber Data Perencanaan bagi program-program pelaksanaan pembangunan memerlukan informasi yang dapat menyajikan gambaran sebenarnya di lapangan (represent resent reality). Semua informasi yang ada tersebut berguna sebagai penunjang bagi analisis, monitoring dan evaluasi suatu kebijakan. Dari sini dapat dilihat pentingnya pemanfaatan data yang relevan dengan kualitas yang baik dan dari sumber yang terpercaya dikarenakan kecermatan dan konsistensi data sangat diperlukan untuk mencegah kekeliruan dalam menarik kesimpulan yang dapat terjadi di kemudian hari secara dini. Ruang lingkup Penyusunan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 ini adalah mencakup seluruh wilayah administratif Kabupaten Manokwari. Sedangkan rentang isu www. ww.manokwarikab.bps.go.id warikab.b yang dibahas mencakup aspek kependudukan, sosial budaya, ketenagakerjaan, kesehatan, pendidikan, dan lingkungan perumahan. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 10

20 Pendahuluan Sumber data yang digunakan dalam penulisan ini sebagian besar berasal dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun Juga dilengkapi dengan data hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2011, Sensus Penduduk Tahun 2010, Perhitungan PDRB tahun 2011 dan data-data sekunder lainnya yang dikumpulkan dari berbagai dinas/instansi yang ada kaitannya dengan penulisan analisis dalam publikasi ini. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 11

21 Metodologi 2.1. Konsep Pembangunan Manusia Pembangunan manusia merupakan paradigma adigma pembangunan yang menempatkan manusia sebagai fokus dan sasaran akhir dari seluruh kegiatan pembangunan, yaitu tercapainya penguasaan atas sumber daya guna memperoleh pendapatan untuk mencapai hidup layak, peningkatan derajat kesehatan demi meningkatkan usia harapan hidup dan meningkatkan pendidikan (kemampuan baca tulis dan keterampilan an untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat dan kegiatan ekonomi). Bab II METODOLOGI Menurut UNDP (1990:1), pembangunan manusia secara holistik merupakan suatu proses untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia ( a process of enlarging people s choices ). Ini berarti fokus pembangunan adalah penduduk karena penduduk adalah kekayaan www. ww.manokwarikab.bps.go.id warikab.b nyata suatu negara. Konsep pembangunan manusia tersebut pada Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 12

22 Metodologi dasarnya mencakup dimensi pembangunan yang sangat luas. Lebih luas dari definisi pembangunan yang hanya menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi. Dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis serta dipahami dari sudut manusianya, anya, bukan hanya dari pertumbuhan ekonominya. Pembangunan nan yang dapat mencapai manusia yang berharga dan diakui kemanusiaanya dan pencapaiannya. Premis penting dalam pembangunan manusia diantaranya: Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai fokus pembangunan; Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan an mereka; oleh karena itu, konsep pembangunan manusia harus terpusat pada penduduk secara keseluruhan, dan bukan hanya pada aspek ekonomi saja; Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya meningkatkan kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga pada upaya-upaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara optimal; Pembangunan manusia didukung empat pilar pokok, yaitu: produktifitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan; dan tp://w w.ma warikab.b bps.go o.id Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 13

23 Metodologi pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya (UNDP, 1995:118). Konsep pembangunan manusia juga mempunyai singgungan yang sangat besar dengan Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development G oals - MDGs). Dua-duanya menempatkan an manusia sebagai titik sentral pembangunan. Seperti diketahui, MDGs merupakan road map dari Deklarasi Milenium (yang disepakati oleh 189 kepala negara pada September 2000). Road map tersebut terdiri dari 8 tujuan, 18 sasaran dan 48 indikator. Singgungan antara tujuan pembangunan manusia dan tujuan pembangunan milenium (MDGs) adalah sebagai berikut : kab.bps.go.id bps.go Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 14

24 Metodologi Tabel 1. Persinggungan antara Tujuan Pembangunan Manusia dan Tujuan Pembangunan Manusia Hidup yang sehat dan berusia panjang Terdidik Tingkat hidup yang layak Kebebasan berpolitik dan kegiatan sosial Prasyarat Lainnya Kelestarian lingkungan Keadilan, utamanya jender Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) 2.2. Pengukuran uran Pembangunan Manusia Tujuan 4, 5 dan 6 : Menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, dan memberantas wabah penyakit menular Tujuan 2 dan 3 : Pendidikan dasar bagi semua, kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan Tujuan 1 : Menurunkan unkan kemiskinan dan kelaparan Tidak masuk dalam tujuan pembangunan tetapi merupakan unsur penting dalam Deklarasi Milenium Tujuan 7 : Menjamin kelestarian lingkungan Tujuan 3 : Kesetaraan jender dalam memberdayakan perempuan Seperti halnya dengan pendekatan pembangunan ekonomi, konsep pembangunan manusia juga terukur. Berdasarkan perspektif pembangunan seperti telah diuraikan di atas, pembangunan manusia tidak diukur dari pendapatan semata, tetapi dari indeks komposit tp://w w.ma warika arikab kab.bp bps.go.id yang dapat menggambarkan perkembangan pembangunan manusia secara komprehensif yang disebut dengan Indeks Pembangunan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 15

25 Metodologi Manusia (IPM). Idealnya indeks tersebut mencakup sebanyak mungkin variabel sehingga benar-benar dapat mencerminkan berbagai segi kehidupan manusia yang sangat banyak dan kompleks. Tetapi ketersediaan data statistik membatasi hal itu. Keterbatasan tersebut di sisi lain justru membawa manfaat, yaitu kita tidak kehilangan fokus atas hakekat pembangunan manusia. Pada tahap awal penyusunan indeks pembangunan manusia (IPM), pilihan diberikan pada tiga unsur penting atau tiga pilar utama atau tiga dimensi kehidupan manusia, yakni: peluang hidup (longevity), pengetahuan (knowledge) dan standar hidup yang layak (decent living). Indikator-indikator sebagai unsur-unsur pembentuk indeks tersebut harus dipilih dengan cermat agar dapat menangkap dengan baik berbagai dimensi dari pilihan-pilihan manusia. Pertama, Dimensi usia h idup (longevity). Dimensi ini diwakili oleh indikator Angka Harapan Hidup (AHH) pada waktu lahir. Angka Harapan Hidup adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan tp:// w.manokwarikab.bps.go.id arikab.bps.go.id asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas (kematian) menurut usia. Pertimbangannya adalah sebagai berikut. Usia yang panjang pada Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 16

26 Metodologi dirinya adalah tujuan tersendiri. Usia harapan hidup yang tinggi juga mencerminkan tingkat kesehatan dan gizi yang baik. Kedua, Dimensi Pendidikan/Pengetahuan (knowledge). Dimensi ini menggambarkan tingkat pendidikan yang dicapai ai oleh penduduk dewasa, yakni penduduk yang berusia 15 tahun ke atas. Dengan pertimbangan ketersediaan data, dimensi pengetahuan diukur dengan dua indikator, yakni Angka Melek Huruf (AMH) dan rata-rata lama sekolah (MYS - means y ears schooling). Angka Melek Huruf (AMH) adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin dan huruf lainnya. Sedangkan rata-rata lama sekolah (MYS) adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh suatu jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani. Ketiga, Dimensi S tandar Hidup y ang Layak (decent l iving). Informasi tentang akses terhadap sumber daya sangat langka. Oleh karena itu dimensi ini diwakili oleh indikator pendapatan perkapita. Namun agar dapat diperbandingkan antar negara, angka pendapatan tp://w ww.m warikab.b bps.go o.id perkapita tersebut perlu disesuaikan dayabelinya melalui konsep yang Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 17

27 Metodologi disebut dengan Paritas Daya Beli (Purchasing P ower P arity - PPP). Paritas Daya Beli (PPP) adalah ukuran daya beli penduduk dalam memenuhi kebutuhan konsumsi makanan dan non makanan. PPP memungkinkan dilakukannya perbandingan harga-harga riil antar wilayah, mengingat nilai tukar yang biasa digunakan dapat menurunkan atau menaikkan nilai daya beli yang terukur dari konsumsi perkapita yang telah disesuaikan. Dalam konteks PPP untuk Indonesia, satu rupiah di suatu wilayah memiliki daya beli yang sama dengan satu rupiah di Jakarta. PPP dihitung berdasarkan pengeluaran riil perkapita setelah disesuaikan dengan indeks harga konsumen dan penurunan utilitas marginal. Penyesuaian perlu dilakukan untuk mencerminkan adanya diminishing r eturn o f t he income utility. kab.b bps.go o.id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 18

28 Metodologi Gambar 1. Dimensi, Indikator dan Indeks Dimensi dalam Penghitungan IPM 2.3. Metode Penghitungan IPM Sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa untuk menghitung Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibutuhkan tiga komponen, yaitu: indeks harapan hidup, indeks pendidikan dan indeks pendapatan. Model perhitungan yang digunakan berdasarkan w.manokwarikab.bps.go.id konsepsi atau rumusan bersama antara Dirjen Bina Pembangunan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 19

29 Metodologi Daerah, Badan Pusat Statistik (BPS) dan UNDP (1997), yakni sebagai berikut: Pada t ahap p ertama p enghitungan IP M, adalah menghitung masing-masing indeks komponen IPM yang merupakan perbandingan antara selisih nilai suatu indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimum dan nilai minimum indikator yang bersangkutan. Rumusnya dapat disajikan sebagai berikut : dimana, X (i) : Nilai indeks komponen IPM ke-i (i = 1,2,3) X (i)maks : Indeks X (i) = (X (i) - X (i-min) ) / (X (i-maks) - X (i-min) ) in)) mn Nilai maksimum X(i) X (i)min : Nilai minimum X(i) Formula ini akan menghasilkan nilai X (i) antara 0 dan 1. warikab.bps.go.id bps.go Untuk mempermudah dalam membacanya, maka hasil perhitungan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 20

30 Metodologi dinyatakan dalam skala (artinya hasil akhir perhitungan indeks harus dikalikan dengan 100), sehingga diperoleh hasil X (i) antara 0 dan 100. Adapun nilai maksimum dan minimum indikator X (i) dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM Indikator Komponen IPM Nilai Nilai Catatan (=X (i) ) Maksimum Minimum (1) (2) (3) (4) Angka Harapan Hidup (AHH) Sesuai standar global (UNDP) Angka Melek Huruf (AMH) Sesuai standar global (UNDP) Rata-Rata lama sekolah (MYS) Konsumsi per kapita yang disesuaikan 2005 (PPP) 15 0 Sesuai standar global (UNDP) a) (1996) b) UNDP menggunakan PDB per kapita riil yang disesuaikan tp://w // warik kab.b.bps.g id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 21

31 Metodologi Catatan: a) Proyeksi p engeluaran r iil/unit/tahun u ntuk p ropinsi y ang memiliki angka tertinggi (Jakarta) pada tahun 2018 (akhir periode p embangunan j angka p anjang k edua) setelah disesuaikan d engan f ormula At kinson. P royeksi ini didasarkan pada asumsi pertumbuhan sebesar 6,5 persen per tahun selama kurun waktu tahun b) Setara dengan d ua k ali ga ris k emiskinan n untuk p ropinsi dengan k onsumsi p erkapita terendah pada tahun (daerah p edesaan S ulawesi S elatan). Untuk ta hun dan 2 002, n ilai m inimum imum disesuaikan m enjadi Rp ,- Pe nyesuaian i ni d iperlukan k arena k risis ekonomi s ecara d rastis t elah men urunkan daya b eli masyarakat. H al i ni t ercermin d ari k enaikan t ingkat kemiskinan d an p enurunan u pah r iil. T ambahan Rp ,- d idasarkan p ada p erbedaan antara garis kemiskinan l ama d an garis k emiskinan b aru yang berjumlah s ekitar Rp.5.000,- per bu lan ( atau Rp ,- per tahun). w.manokwarikab.bps.go.id kab.bps.g o.id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 22

32 Metodologi Prosedur Penghitungan Indeks Harapan Hidup Untuk menghitung indeks harapan hidup, UNDP memilih indikator angka harapan hidup waktu lahir (life expectancy a t b irth) yang biasa dinotasikan dengan e 0. Indikator ini dipilih dengan pertimbangan ketersediaan data secara global. Sebenarnya banyak indikator yang dapat dipergunakan, misalnya angka a kematian bayi (AKB/IMR). Namun indikator ini tidak dipergunakan karena dinilai tidak peka bagi negara-negara industri yang telah maju. Seperti halnya AKB/IMR, e 0 sebenarnya merefleksikan keseluruhan tingkat pembangunan, dan bukan hanya bidang kesehatan. Dalam suatu negara yang belum memiliki sistem vital registrasi yang baik seperti Indonesia, e 0 dihitung dengan menggunakan metode tidak langsung (yakni dengan Metode Brass dan Varian Trussel). Metode ini menggunakan dua macam data dasar, yaitu rata-rata anak yang dilahirkan hidup dan rata-rata anak yang masih hidup yang dilaporkan dari tiap kelompok wanita berumur tahun. Prosedur penghitungan e 0 dengan metode ini hanya efisien jika dilakukan dengan menggunakan Paket Program tp://w ww.ma warikab.b bps.go o.id Mortpack Lite atau software lainnya. Selanjutnya dipilih metode Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 23

33 Metodologi Trussel dengan model West karena menurut Preston (2004), Metode Trussel dengan Model West sangat sesuai dengan histori kependudukan Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara pada umumnya. Sebagai catatan, e 0 yang diperoleh dengan metode e tidak langsung merujuk pada keadaan 3 4 tahun dari tahun survei. Adapun langkah-langkah penghitungan angka a harapan hidup waktu lahir (e 0 ) adalah sebagai berikut: 1. Mengelompokkan umur wanita dalam interval 15 19, 20 24, 25 29, 30 34, 35 39, 40 44, dan tahun; 2. Menghitung rata-rata anak yang lahir hidup (ALH) dan rata-rata anak yang masih hidup (AMH) dari wanita pernah kawin menurut kelompok umur pada point satu di atas; 3. Input rata-rata anak yang lahir hidup (ALH) dan rata-rata anak yang masih hidup (AMH) pada point dua di atas pada paket program MORTPACK sub program CEBCS; 4. Kemudian gunakan Metode Trussel untuk mendapatkan angka harapan hidup waktu lahir (e 0 ) dengan menggunakan referensi waktu 3 atau 4 tahun sebelum survey; tp://w p:// w.manokwarikab.bps.go.id arikab.bps.go o.id 5. Melakukan ekstrapolasi guna mendapatkan angka harapan hidup waktu lahir tahun Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 24

34 Metodologi Setelah mendapatkan angka harapan hidup waktu lahir tahun 2011, langkah selanjutnya adalah menghitung Indeks Harapan Hidup menggunakan rumus berikut: dimana, Indeks Harapan Hidup = (X (t) - X (min) ) / (X (maks) - X (min) ) X (t) : Angka Harapan Hidup pada tahun X (maks) : Angka Harapan Hidup maksimum = 85. X (min) : Angka Harapan Hidup minimum = 25. Prosedur Penghitungan ngan Indeks Pendidikan (min)) Menghitung Indeks Pendidikan berbeda dengan menghitung Indeks Harapan Hidup, karena di dalam Indeks Pendidikan mengakomodir dua indikator komponen prestasi, yakni Indeks Melek Huruf dan Indeks Rata-Rata Lama Sekolah. Indeks Melek Huruf dihitung berdasarkan perubahan angka melek huruf (AMH) yang tp://w ww.ma arikab.b.go.id diperoleh dari variabel kemampuan membaca dan menulis baik huruf Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 25

35 Metodologi latin maupun huruf lainnya. Sedangkan Indeks Rata-Rata Lama Sekolah dihitung berdasarkan angka rata-rata lama sekolah (MYS yang dihitung dengan menggunakan dua variabel secara simultan, yaitu tingkat /kelas yang sedang atau pernah dijalani dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Selanjutnya kedua indeks ini diberi bobot yang berbeda. Bobot masing-masing adalah alah dua pertiga untuk Indeks Melek Huruf dan sepertiga untuk uk Indeks Rata-Rata Lama Sekolah. Baik angka melek huruf maupun angka rata-rata lama sekolah, keduanya dihitung menggunakan data Susenas KOR, dan dalam penghitungan nilai IPM ini menggunakan variabel penduduk berusia 15 tahun ke atas. Batasan ini diperlukan agar angkanya lebih mencerminkan kondisi riil di lapangan mengingat penduduk yang berusia kurang dari 15 tahun masih dalam proses sekolah atau akan sekolah sehingga belum cocok untuk mendapatkan angka rata-rata lama sekolahnya. Kedua indikator Indek Pendidikan ini dimunculkan dengan harapan dapat mencerminkan tingkat pendidikan/pengetahuan, dimana angka melek huruf menggambarkan persentase penduduk berusia 15 tahun ke atas yang tp:// w.manokwarikab.bps.go.id arikab bps.go o.id memiliki kemampuan baca tulis dalam kelompok penduduk secara Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 26

36 Metodologi keseluruhan. Sedangkan cerminan angka rata-rata lama sekolah merupakan gambaran terhadap keterampilan yang dimiliki penduduk. Indeks Melek Huruf dihitung dengan melakukan pengolahan tabulasi data Susenas KOR tahun 2011 guna mendapatkan atkan angka melek huruf pada tahun Pengolahannya dengan n menggunakan paket program SPSS dengan menjumlahkan n kasus berkode 1 (penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin) dan berkode 2 (penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf lainnya), kemudian membaginya dengan total jumlah penduduk berusia 15 tahun ke atas dikalikan dengan 100. Setelah mendapatkan angka melek huruf, maka langkah selanjutnya adalah menghitung Indeks Melek Huruf menggunakan rumus berikut: dimana, Indeks Melek Huruf = (X (t) - X (min) ) / (X (maks) - X (min) ) / w.ma warikab.b bps.go o.id X (t) : Angka Melek Huruf pada tahun X p://w Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 27

37 Metodologi X (maks) : Angka Melek Huruf maksimum = 100. X (min) : Angka Melek Huruf minimum = 0. Berbeda halnya dengan penghitungan Indeks Melek Huruf yang menggunakan metode penghitungan langsung, maka penghitungan Indeks Rata-Rata Lama Sekolah dilakukan dengan metode penghitungan tidak langsung. Langkah pertama adalah memberikan bobot atau skor pada variabel pendidikan tertinggi yang ditamatkan sebagaimana disajikan pada tabel 3. rikab. kab.bps.go.i go.id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 28

38 Metodologi Tabel 3. Skor Tahun Konversi dari Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Skor Tahun Konversi 1. Tidak pernah sekolah 0 2. Sekolah Dasar (SD) 6 3. Sekolah Menengah Pertama (SMP) 9 4. Sekolah Menengah Atas (SMA) Diploma I (D1) Diploma II (D2) Akademi/ Diploma III (D3) Diploma IV/ Sarjana (S1) Master (S2) Doktor (S3) 21 Langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata tertimbang dari variabel tersebut sesuai dengan bobot atau skornya. Secara sederhana, prosedur penghitungan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: ttp:// ww.ma manokwarikab.bps.go.id ab.bp o.id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 29

39 Metodologi dimana, MYS : f (i) : (f (i ). YS i ) i MYS = f ( i ) i Rata-Rata Lama Sekolah (dalam tahun) frekuensi penduduk yang berusia 15 tahun ke atas untuk jenjang pendidikan i. YS (i) : Skor t ahun k onversi + kelas y ang diduduki 1 (bila masih sekolah dan pernah tamat) YS (i) : Kelas yang diduduki 1 (bila jenjang pendidikan yang sedang diduduki SD sederajat) i : mje Jenjang pendidikan (1,2,3,..., 10) Adapun langkah-langkah penghitungan angka rata-rata lama sekolah (MYS) menggunakan paket program pengolahan SPSS adalah sebagai berikut: p:// arika ab.bps 1. Menghitung jumlah penduduk berusia 15 tahun ke atas. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 30

40 Metodologi 2. Melakukan konversi variabel tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan ke variabel lama sekolah seperti pada tabel Menghitung rata-rata lama sekolah (MYS) dengan melakukan agregat data menggunakan fungsi MEANS dalam paket program SPSS. Setelah mendapatkan angka rata-rata lama sekolah (MYS), maka langkah selanjutnya adalah menghitung Indeks Rata-Rata Lama Sekolah menggunakan rumus berikut: dimana, Indeks Rata-Rata Lama Sekolah = (X (t) - X (min) ) / (X (maks) - X (min) ) X (t) : Angka Rata-Rata Lama Sekolah pada tahun X (maks) : Angka Rata-Rata Lama Sekolah maksimum = 15. X (min) : Angka Rata-Rata Lama Sekolah minimum = 0. Langkah terakhir setelah mendapatkan nilai Indeks Melek Huruf dan Indeks Rata-Rata Lama Sekolah, adalah melakukan penyesuaian sehingga kedua nilai indeks ini berada pada skala yang warika bps.go.id sama yaitu antara 0 dan 1. Cara penyesuaian ini dilakukan dengan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 31

41 Metodologi memberikan bobot dua pertiga untuk Indeks Melek Huruf dan sepertiga untuk Indeks Rata-Rata Lama Sekolah. Dengan demikian untuk menghitung Indeks Pendidikan digunakan rumus berikut: Indeks Pendidikan = (2/3 * IMH) + (1/3 * IRLS) dimana, IMH : Indeks Melek Huruf. IRLS : Indeks Rata-Rata Lama Sekolah. Prosedur Penghitungan Indeks Pendapatan Berbeda halnya dengan Indeks Harapan Hidup dan Indeks Pendidikan yang merupakan indikator dampak, maka Indeks Pendapatan diakui sebagai indikator input, yang sebenarnya kurang sesuai sebagai indeks komponen IPM. Walaupun demikian, UNDP tetap mempertahankannya karena indikator lain yang sesuai tidak tersedia edia secara global. Selain itu, dipertahankannya indikator input juga merupakan argumen bahwa selain indikator harapan hidup, indikator ttp:// w.ma.id pendidikan, dan indikator pendapatan, masih banyak indikator Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 32

42 Metodologi lainnya yang pantas diperhitungkan dalam perhitungan IPM. Dilemanya adalah bahwa memasukkan banyak variabel atau indikator akan lebih mencerminkan luas dan kompleksitas pembangunan manusia namun menyebabkan indikator komposit menjadi tidak sederhana atau tidak fokus. Dengan alasan itulah, maka a PDRB riil perkapita yang telah disesuaikan dianggap mewakili indikator input IPM lainnya. Namun sayangnya, untuk keperluan perhitungan IPM, data dasar PDRB perkapita tidak dapat digunakan untuk mengukur Indeks Pendapatan karena bukan ukuran yang peka untuk mengukur daya beli penduduk yang merupakan fokus IPM. Sebagai penggantinya, maka digunakanlah indikator konsumsi perkapita riil yang telah disesuaikan untuk keperluan yang sama. Penghitungan ngan indikator konsumsi riil per kapita yang telah disesuaikan dilakukan melalui tahapan kegiatan sebagai berikut (Depdagri, 1998) : 1. Menghitung pengeluaran konsumsi per kapita dari Susenas KOR (=A). :// w.ma anokwarikab.bps.go.id kab.bps.go o.id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 33

43 Metodologi 2. Menyesuaikan nilai A dengan data Susenas Modul Konsumsi (=B). Penyesuaian ini diperlukan karena data konsumsi Susenas KOR cenderung under estimate sebesar kira-kira 20%. 3. Mempelajari pola konsumsi Susenas Modul Konsumsi dengan membandingkan dengan pola konsumsi Survei Biaya Hidup (SBH). Tujuan dari perbandingan ini adalah untuk mencari Indeks Harga Konsumen (IHK) yang sesuai. 4. Menghitung nilai B riil dengan mengurangi nilai B dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) ibukota kabupaten yang sesuai (=C). 5. Menghitung daya beli per unit (Purchasing Power Parity (PPP)/unit). Metode penghitungan sama seperti metode yang digunakan International national C omparison Pr oject (ICP) dalam menstandarkan nilai PDB suatu negara. Data dasar yang digunakan an adalah data harga dan kuantum dari suatu paket komoditi yang terdiri dari nilai 27 komoditi yang diperoleh dari Susenas Modul (Tabel 4). 6. Membagi nilai C dengan PPP/unit untuk memperoleh nilai tp://w w.manokwarikab.bps.go.id arikab.bps.go o.id rupiah standar (=D). Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 34

44 Metodologi 7. Menyesuaikan nilai D dengan rumus formula Atkinson sebagai upaya untuk memperkirakan nilai marginal utility dari D guna mengakomodasi aturan penurunan utilitas pendapatan marjinal. Adapun penghitungan PPP/unit Kabupaten Manokwari dilakukan dengan rumus berikut : E ( j ) j PPP / unit = (p ( 9, j ). q ( j ) j kaq Sedangkan penghitungan estimasi PPP/unit Kabupaten Manokwari tahun 2011 dilakukan dengan rumus berikut : (F) x E ( j ) j PPP / unit tahun 2011 = (F) x (p ( 9, j ) x q ( j ) j anokwarikab.bps.go.id kab.b o.id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 35

45 Metodologi dimana, E ( j ) : pengeluaran konsumsi untuk komoditi j di Kabupaten Manokwari. P ( 9, j ) : harga komoditi j di DKI Jakarta (Jakarta Selatan) q ( j ) : jumlah komoditi j (unit) yang dikonsumsi di Kabupaten Manokwari. F : implicit inflation Tabel 4. Daftar 27 Komoditi Terpilih Untuk Menghitung Paritas Daya Beli (PPP) Komoditi Unit Sumbangan thd total konsumsi (%) *) (1) (2) (3) 1. Beras Lokal Kg Tepung Terigu Kg Ketela Pohon/Singkong/Ubi Kg Ikan Tongkol/Tuna/Cakalang Kg Ikan Teri Ons / warik arika 6. Daging Sapi Kg Daging Ayam Kg 0.65 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 36

46 Metodologi 8. Telur Ayam Butir Susu Kental Manis 397 gram Bayam Kg Kacang Panjang Kg Kacang Tanah Kg Tempe Kg Jeruk Kg Pepaya Kg Kelapa Butir Gula Pasir Ons 1.61 ab.bp0 18. Kopi Bubuk Ons Garam Ons Merica/Lada Ons Mie Instant 80 gram Rokok Kretek/ Filter 10 batang Listrik Kwh Air Minum M Bensin Liter Minyak Tanah Liter Sewa Rumah Unit Total tp://w arika kab bps. ps.go *) Berdasarkan data Susenas 1996 Badan Pusat Statistik. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 37

47 Metodologi Secara keseluruhan, penghitungan konsumsi perkapita riil yang telah disesuaikan Kabupaten Manokwari dilakukan melalui tujuh tahapan sebagai berikut : 1. Menghitung pengeluaran konsumsi perkapita tahun 2011 dari data Susenas KOR (=A); 2. Menaikkan nilai A dengan faktor sebesar 20% (=B). Hal ini perlu dilakukan karena dari berbagai studi, diperkirakan bahwa data konsumsi dari Susenas KOR cenderung lebih rendah (under estimate) sebesar kira-kira 20%; 3. Mempelajari pola konsumsi Susenas Modul Konsumsi dengan membandingkannya dengan pola konsumsi dari Survei Biaya Hidup (SBH). Tujuan dari perbandingan ini adalah untuk mencari Indeks Harga Konsumen (IHK) yang sesuai; 4. Menghitung nilai B riil dengan mendeflasikan nilai B dengan Indeks Harga Konsumen ibukota Kabupaten Manokwari (=C); 5. Menghitung Paritas Daya Beli (PPP) per unit sebagai harga relatif sejumlah komoditas tertentu. Metode penghitungan sama seperti metode yang digunakan International C omparison Pr oject (ICP) w.manokwarikab.bps.go.id warikab.b bps.go.id dalam standarisasi PDB untuk perbandingan internasional. Data dasar yang digunakan adalah data harga dan kuantitas dari suatu Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 38

48 Metodologi paket komoditi yang terdiri dari nilai 27 komoditi yang diperoleh dari Susenas Modul Konsumsi (lihat Tabel 4); 6. Membagi nilai C dengan PPP per unit untuk memperoleh nilai rupiah yang sudah disetarakan antar daerah (=D); 7. Mengurangi nilai D dengan formula Atkinson untuk mendapatkan estimasi daya beli (=E). Khusus komoditi Sewa Rumah, unit kualitasnya dihitung berdasarkan Indeks Kualitas Rumah yang dibentuk dari tujuh komponen kualitas dan fasilitas tempat tinggal yang diperoleh dari data Susenas KOR. Ketujuh komponen kualitas yang digunakan dalam penghitungan indeks kualitas rumah diberi skor berdasarkan karakteristik yang sesuai sebagai berikut : warikab.bps.go.id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 39

49 Metodologi Tabel 5. Skor Variabel Kualitas dan Fasilitas Rumah Indeks Kualitas Rumah merupakan penjumlahan dari skor yang dimiliki oleh suatu rumah tinggal dan bernilai antara 1 sampai dengan 8. Kuantitas dari rumah yang dikonsumsi oleh suatu rumah tangga adalah alah Indeks Kualitas Rumah dibagi 8. Sebagai contoh, jika suatu rumah tangga menempati suatu rumah tinggal yang mempunyai Indeks Kualitas Rumah = 6, maka kuantitas rumah yang dikonsumsi oleh rumah tangga tersebut adalah 6/8 atau 0,75 unit. ww.man okwarikab.bps.go.id.id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 40

50 Metodologi Artinya, kuantitas rumah yang dikonsumsi rumah tangga tersebut adalah 0,75 unit. Rumus Atkinson (dikutip dari Arizal Ahnaf dkk, 1998;129) yang digunakan untuk penyesuaian rata-rata konsumsi riil secara matematis dapat dinyatakan sebaga berikut : C (i) * = C (i) jik a C(i) < Z < C (i) < 4Z di mana, C (I) = C (i) < 2Z < C (i) < 3Z = Z + 2(C (i) Z) (1/2) jik a Z < = Z + 2(Z) (1/2) + 3(C 2Z) (1/3) (i) jika 2Z = Z + 2(Z) (1/2) + 3(Z) (1/3) +4(C (i) 3Z) (1/4) jika 3Z Konsumsi per kapita riil yang telah disesuaikan dengan PPP/unit (hasil tahapan 6) Z = Threshold atau tingkat pendapatan tertentu yang digunakan war o.id sebagai batas kecukupan (biasanya menggunakan garis Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 41

51 Metodologi kemiskinan) yang dalam laporan ini nilai Z ditetapkan secara arbiter sebesar Rp ,- per kapita setahun, atau Rp 1.500,- per kapita per hari. Setelah dilakukan perhitungan pengeluaran konsumsi perkapita per tahun yang disesuaikan, selanjutnya adalah melakukan penghitungan Indeks Pendapatan menggunakan rumus berikut: dimana, X (t) : Pengeluaran perkapita riil yang disesuaikan pada X (maks) : Indeks Pendapatan = (X (t) - X (min) ) / (X (maks) - X (min) ) tahun Pengeluaran perkapita maksimum = Rp ,- X (min) : Pengeluaran perkapita minimum = Rp ,- Merujuk pada ketiga indikator IPM yang telah dijelaskan sebelumnya (Indeks Harapan Hidup, Indeks Pendidikan dan Indeks arikab ab bps.go Pendapatan), maka Tahap Kedua P erhitungan I PM adalah n)) / (X (m Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 42

52 Metodologi menghitung rata-rata hitung dari masing-masing indeks komponen IPM tersebut dengan rumus sebagai berikut: IPM = 1/3 (X 1 + X 2 + X 3 ) dimana, X 1 : Indeks Harapan Hidup X 2 : Indeks Pendidikan X 3 : Indeks Pendapatan 2.4. Ilustrasi Penghitungan gan IPM Sebagai ilustrasi perhitungan IPM, maka digunakan data IPM Kabupaten Manokwari tahun 2011 yang memiliki data sebagai berikut : Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 43

53 Metodologi Tabel 6. Contoh Perhitungan IPM Kabupaten Manokwari Tahun 2011 No Indikator Satuan Nilai 1. Angka Harapan Hidup (AHH) Tahun 68,29 2. Angka Melek Huruf (AMH) % 88,77 3. Rata-rata lama sekolah (MYS) Tahun 8,43 4. Pengeluaran per kapita yang telah disesuaikan (PPP) Ribu Rp. 589,12 Berdasarkan data di atas, maka dapat dihitung masing-masing indeks komponen IPM Kabupaten Manokwari sebagai berikut : Indeks Harapan Hidup : = (68,29-25)/(85-25) x 100 = 72,15 % Indeks Pendidikan dikan : Indeks Melek Huruf: = (88,77-0)/(100-0) x 100 = 88,77 % Indeks Rata-Rata Lama Sekolah: = (8,43-0)/(15-0) x 100 = 56,20 % = (2/3 x 88,77 %) + (1/3 x 56,2 %) = 77,91 % Ribu / arika ab.bps. Rp.bp bps.go. o.id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 44

54 Metodologi Indeks Pendapatan: = (589,12-360)/(732,72-300) x 100 = 52,95 % IPM Kabupaten Manokwari Tahun 2011 : = 1/3 x (72,15 % + 77,91 % + 52,95 %) = 67,67 % Ukuran Pencapaian IPM Untuk mengukur kecepatan pencapaian an IPM dalam suatu kurun waktu sebagai ukuran kemajuan pembangunan manusia di suatu daerah, dapat dilihat dari 3 (tiga) cara, yaitu : Pertama, melalui Pemeringkatan I PM. Cara ini dilakukan untuk melakukan keterbandingan ngan posisi relatif capaian IPM dari satu wilayah terhadap wilayah yang lain berdasarkan peringkatnya dalam suatu kawasan tertentu. tu. Berdasarkan kajian aspek status capaian pembangunan manusia, pemeringkatan tinggi rendahnya capaian IPM menurut UNDP pada skala 0,0 100,0 dapat diklasifikasi menjadi 3 (tiga) tingkatan, yaitu : a. Tingkatan I PM Rendah (Low H uman D evelopment), ttp://www www. ww.manokwarikab.bps.go.id warikab.b jika nilai IPM kurang dari 50,0. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 45

55 Metodologi b. Tingkatan I PM Menengah (Medium H uman Development), jika nilai IPM berada antara 50,0 79,9. c. Tingkatan IPM Tinggi ( High H uman D evelopment), jika nilai IPM sama dengan atau lebih dari 80,0. Namun, untuk tujuan keterbandingan antar wilayah di Indonesia, yaitu untuk melakukan perbandingan antar kabupaten/kota, maka Tingkatan IPM Menengah (Medium Human Development) dimodifikasi oleh UNDP menjadi 2 (dua) tingkatan baru sehingga pemeringkatan status capaian pembangunan manusia akan berubah menjadi : a. Tingkatan IPM R endah (Low H uman D evelopment), jika nilai IPM kurang dari 50,0. b. Tingkatan n I PM Menengah B awah (Medium H uman Development), elopment jika nilai IPM berada antara 50,0 65,9. c. Tingkatan I PM Menengah Atas (High Hu man Development), jika nilai IPM berada antara 66,0 79,9. d. Tingkatan IPM T inggi ( Very High H uman Development), jika nilai IPM sama dengan atau lebih dari 80,0. ww.ma warikab.b bps.go Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 46

56 Metodologi Pemeringkatan status capaian IPM dapat digunakan secara efektif dalam rangka advokasi untuk menunjukkan apakah upaya pembangunan yang telah dilakukan dapat meningkatkan peringkat capaian IPM suatu wilayah. Kedua, melalui Tingkat K ecepatan P encapaian IPM.. Cara ini dilakukan untuk mengkaji pencapaian tingkat kemajuan capaian pembangunan manusia suatu daerah setelah berbagai program dan kebijakan diimplementasikan dalam suatu u periode tertentu, yang dinotasikan berdasarkan nilai positif dari nilai reduksi s hortfall tahunan (annual re duction shortfall). l). Ukuran ini secara sederhana ditujukan untuk mengukur keberhasilan dipandang dari segi jarak antara capaian yang telah ditempuh dengan capaian yang masih harus ditempuh untuk mencapai kondisi ideal. Kondisi ideal yang akan dicapai didefinisikan ikan sebagai IPM yang besarnya sama dengan 100. Formula penghitungan reduksi shortfall IPM (=r) (dikutip dari Arizal Ahnaf dkk, 1998;141) dapat dirumuskan sebagai berikut : (IPM t+n IPM t ) x 100 r = (IPM ideal IPM t ) tp://w w.ma warikab.b bps.go o.id 1/n Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 47

57 Metodologi dimana, IPM t : IPM pada tahun t IPM t+n : IPM pada tahun t + n IPM ideal : 100 Nilai reduksi s hortfall yang lebih besar menandakan peningkatan IPM yang lebih cepat. Atau dapat dikatakan bahwa semakin besar nilai reduksi sho rtfall di suatu wilayah menunjukkan semakin besar kemampuan yang dicapai ai oleh wilayah tersebut dalam periode waktu tertentu. Kecepatan pencapaian ini didasarkan pada asumsi bahwa pertumbuhan IPM tidak bersifat linier, tetapi laju perubahan cenderung melambat pada tingkatan IPM yang lebih tinggi. UNDP menetapkan peringkat tingkat kecepatan pencapaian IPM dengan kategori sebagai berikut : a. Kecepatan epatan P encapaian Sangat L ambat, jika nilai reduksi shortfall wk kurang dari 1,30. b. Kecepatan P encapaian Lambat, jika nilai reduksi s hortfall berada antara1,30 dan 1,50. ww.manokwarikab.bps.go.id warikab.b bps.go Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 48

58 Metodologi c. Kecepatan Pencapaian Menengah, jika nilai reduksi shortfall berada antara 1,50 dan 1,70. d. Kecepatan P encapaian Cepat, jika nilai reduksi sho rtfall lebih dari 1,70. Selanjutnya berdasarkan tingkat kecepatan pencapaian IPM tersebut di atas, dapat dibuat peta sebaran (mapping) daerah-daerah yang tertinggal dalam bidang pembangunan manusia untuk selanjutnya dilakukan analisa deskriptif kualitatif untuk mengetahui penyebab ketertinggalan itu. Ketiga, melalui Diagnosis I PM. Cara ini dilakukan untuk menganalisis fenomena tentang capaian IPM baik tentang rendahnya IPM, sebab-sebabnya dan solusi untuk mengatasi rendahnya capaian IPM dengan logical f rame wo rk approach (diagram what-what, wh y-why dan how-how). Bentuk diagramnya dapat disusun sebagai berikut : ww.manokwarikab.bps.go.id arikab.b bps.go Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 49

59 Metodologi Gambar 2. Diagnosis IPM :// Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 50

60 Metodologi Tabel 7. Analisis Diagnosis IPM Rendah Determinan Indikator Penyebab Langsung Penyebab Tidak Langsung Penyebab Mendasar Indeks Harapan Hidup Indeks Pendidikan Indeks Pendapatan (1) (2) (3) (4) Persentase penolong kelahiran oleh tenaga medis masih rendah Pemeriksaan an antenatal, Status Gizi Ibu Hamil Kemiskinan dan Tingkat Pendidikan yang rendah Angka Partisipasi Sekolah Usia tahun Ketersediaan fasilitas pendidikan Kemiskinan dan Nilai Pendidikan Tingkat upah / pendapatan masih rendah Rendahnya Kesempatan Kerja Pertumbuhan ekonomi yang lambat / arika ab.b b.bps.go.id.go..id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 51

61 Metodologi 2.6. Beberapa Definisi Operasional Indikator Terpilih Untuk bisa melihat dengan jelas dan terarah beragam permasalahan pembangunan manusia selama ini dan bagaimana mengimplementasikan program-program pembangunan secara baik dan terukur, diperlukan ukuran atau indikator yang handal. Beberapa indikator yang sering digunakan diantaranya adalah : Rasio jenis kelamin Perbandingan antara ppe enduduk l akilaki t erhadap ppenduduk p erempuan, dikalikan ikan 100. Angka ketergantungan Perbandingan an tara j umlah Rata-rata Lama a Sekolah Angka Melek Huruf H penduduk usia < 1 5 t ahun ditambah usia > 65 ta hun te rhadap p enduduk usia tahun, dikalikan 100. Lama s ekolah ( tahun) p enduduk u sia 15 tahun ke atas. Proporsi p enduduk usia 15 ta hun k e atas y ang b isa m embaca dan m enulis (baik h uruf l atin m aupun h uruf lainnya) ww.manokwa kwar warikab ikab. kab.b ab.bps.bps.go.id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 52

62 Metodologi Angka Partisipasi Murni (APM) SD Angka Partisipasi Murni (APM) SLTP Angka Partisipasi Murni (APM) SLTA Persentase penduduk dengan pendidikan SLTP ke atas Proporsi p enduduk usia 7-12 ta hun yang sedang bersekolah di SD Proporsi penduduk usia tahun yang sedang bersekolah di SLTP Proporsi p endudk u sia tahun yang sedang bersekolah di SLTA Proporsi p enduduk duk yyang m enamatkan pendidikan n S SLTP a tau jenja ng pendidikan dikan yang lebih tinggi Jumlah penduduk usia sekolah Banyaknya p enduduk yang b erusia antara 7 sampai 24 tahun Bekerja Melakukan k egiatan/ p ekerjaan Angkatan Kerja paling s edikit 1 ( satu) j am b erturutturut selama seminggu dengan maksud untuk m emperoleh p endapatan a tau keuntungan. P ekerja k eluarga yang tidak dibayar t ermasuk k elompok penduduk yang bekerja. Penduduk usia 15 tahun ke atas yang manokwa kwarik arikab. kab.bp b.bps bps.go s.go.id.id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 53

63 Metodologi bekerja atau mencari pekerjaan. Tingkat Partisipasi Angkatan Perbandingan angkatan kerja terhadap Kerja (TPAK) penduduk usia 15 tahun Angka Pengangguran Terbuka Perbandingan p enduduk y ang m encari (TPT) kerja terhadap angkatan kerja Persentase pekerja yang Proporsi p enduduk usia 1 5 tahun k e setengah menganggur atas yang bekerja kurang dari 35 jam dalam seminggu Persentase pekerja dengan Proporsi orsi p enduduk u sia 1 5 tahun status berusaha sendiri Persentase pekerja dengan keatas dengan status berusaha sendiri Proporsi p enduduk usia 1 5 tahun k e status berusaha sendiri dibantu atas de ngan s tatus b erusaha s endiri pekerja tidak tetap dibantu pekerja tak dibayar Persentase pekerja dengan Proporsi p enduduk u sia 1 5 tahun status berusaha dengan buruh keatas y ang b erusaha dengan b uruh tetap tetap Persentase pekerja dengan Proporsi p enduduk usia 1 5 tahun k e status berusaha pekerja tak atas dengan status pekerja keluarga ttp:// ww.ma warikab.b bps.go o.id dibayar Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 54

64 Metodologi Persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga medis Angka Harapan Hidup waktu lahir Angka Kematian Bayi Persentase rumah tangga berlantai tanah Proporsi b alita yang k elahirannya ditolong o leh t enaga m edis ( d okter, bidan, dan tenaga medis lainnya ) Perkiraan rat a-rata l amanya a h idup sejak l ahir y ang ak an di capai o leh sekelompok penduduk Besarnya kemungkinan bayi meninggal sebelum m encapai usia s atu t ahun, dinyatakan dengan p er s eribu kelahiran hidup. Proporsi r umah t angga y ang t inggal dalam rumah dengan lantai tanah Persentase rumah tangga Proporsi ru mah tangga y ang beratap layak menempati rumah de ngan at ap layak (atap selain dari dedaunan ). Persentase rumah tangga berpeneranganlistrik Persentase rumah tangga Proporsi ru mah tangga y ang menggunakan s umber p enerangan listrik Proporsi rumah tangga dengan sumber tp://w warikab.b bps.g o.id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 55

65 Metodologi bersumber air minum leding air minum leding Persentase r umah t angga Proporsi rumah tangga dengan sumber bersumber air minum bersih air mi num p ompa /sumur/mata ai r Persentase rumah tangga berjamban dengan tangki septik yang j araknya l ebih b esar da ri 1 0 meter d engan t empat p enampungan limbah / kotoran terdekat Proporsi ru mah tangga y ang mempunyai ja mban dengan t angki septik Pengeluaran Pengeluaran p er k apita u ntuk Gini Rasio makanan d an b ukan m akanan. Makanan m encakup s eluruh jeni s makanan t ermasuk m akanan jadi, minuman, t embakau, dan s irih. Bukan m akanan m encakup perumahan, sandang, biaya kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Ukuran kemerataan pendapatan yang dihitung b erdasarkan k elas warikab.b bps.go o.id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 56

66 Metodologi Penduduk Miskin Garis Kemiskinan pendapatan. Nilai Gini Rasio terletak antara 0 yang m encerminkan kemerataan sempurna dan 1 y ang menggambarkan k etidak m erataan sempurna. Penduduk yang s ecara e konomi t idak mampu m emenuhi k ebutuhan makanan s etara k alori dan kebutuhan uhan no n m akanan yang mendasar. Suatu batas dimana penduduk dengan pengeluaran kurang dari batas tersebut dikategorikan s ebagai m iskin. G aris kemiskinan terdiri dari dua komponen yaitu k omponen b atas k ecukupan pangan (GKM), dan komponen batas kecukupan non makanan (GKNM) warikab.bps.go.id bps.go Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 57

67 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Bab III PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN MANOKWARI Bab ini membahas status pembangunan n manusia di Kabupaten Manokwari dan menyajikan secara ringkas capaiancapaian pembangunan di bidang kesehatan, pendidikan serta standar hidup yang layak. Indikator capaian an pembangunan manusia, sebagaimana diukur menggunakan n indeks pembangunan manusia (IPM), akan dibahas dalam konteks komparatif secara regional dalam lingkup wilayah Provinsi Papua Barat dengan harapan dapat memberikan pemaknaan yang multidimensi terhadap angka-angka dan capaian pembangunan manusia di Kabupaten Manokwari. Lebih lanjut, dalam upaya lebih memahami letak permasalahan yang dihadapi oleh Kabupaten Manokwari serta memberikan informasi bagi langkah maju yang lebih akurat di masa depan, maka dilakukan pula pembahasan dan analisis komparatif dengan kabupaten/kota lainnya di wilayah Provinsi Papua Barat. tp://w w.manokwarikab.bps.go.id warikab.b bps.go.id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 58

68 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari 3.1. Sekilas Manokwari Kabupaten Manokwari merupakan salah satu kabupaten yang terletak di daerah kepala burung Pulau Papua. Posisinya berbatasan langsung dengan tiga kabupaten lainnya yakni Kabupaten Teluk Wondama dan Kabupaten Teluk Bintuni di sebelah selatan dan Kabupaten Sorong Selatan di sebelah barat. Kabupaten Manokwari merupakan salah ah satu daerah yang memiliki jumlah penduduk yang cukup besar, bahkan terbesar kedua dibanding kabupaten/kota lainnya di Provinsi Papua Barat. Menurut data Proyeksi Penduduk Badan Pusat Statistik tahun 2011, jumlah penduduk Kabupaten Manokwari mencapai jiwa, dengan dengan kepadatan penduduk rata-rata sebesar 13 jiwa per km 2 dan laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi yakni rata-rata sebesar 3,84 persen sepanjang periode tahun Dengan jumlah rumah tangga ga sebanyak rumahtangga, maka dengan demikian rata-rata a rumah tangga beranggotakan sebanyak 4-5 orang. Sebagian besar (yakni sebesar 76 persen) penduduk Kabupaten Manokwari tinggal di pedesaan dan sebagian lagi tinggal di perkotaan (24 persen). ttp:// ww.manokwarikab.bps.go.id arikab.b o.id Sebagian terbesar dari penduduk yang tinggal di daerah pedesaan (sebesar 47 persen dari total penduduk pedesaan) bekerja di sektor pertanian. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 59

69 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari an ok w ar ik ab.b ps.g o. id Gambar 3. Piramida Penduduk Kabupaten Manokwari Tahun 2011 gambar piramida penduduk Kabupaten w.m Berdasarkan Manokwari di atas, terlihat bahwa penduduk Kabupaten Manokwari w tergolong penduduk menengah ((intermediate). Hal ini diperlihatkan ht tp :// w oleh panjang batang piramida untuk kelompok umur 20-24, dan tahun yang lebih panjang dari kelompok umur lainnya, khususnya pada kelompok umur 20-24, dimana umur median penduduk Kabupaten Manokwari (yakni sebesar 23,4 tahun) terletak pada kelompok umur ini, terlihat paling panjang dari kelompok Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 60

70 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari umur lainnya. Artinya, ada kecenderungan komposisi penduduk Kabupaten Manokwari di masa depan akan semakin didominasi oleh penduduk usia produktif. Untuk itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Manokwari memiliki pekerjaan besar untuk terus mengawal perkembangan penduduk secara terintegrasi dan berkelanjutan agar terbentuk masyarakat yang berkualitas dengan capaian kualitas kesehatan, pendidikan dan ekonomi yang terus meningkat. Pendidikan rata-rata penduduk Kabupaten Manokwari secara umum relatif masih rendah. Rata-rata lama sekolah hanya sebesar 8,43 tahun. Data Susenas tahun 2011 menunjukkan bahwa 42 persen penduduk Kabupaten Manokwari berpendidikan sekolah dasar atau lebih rendah, 15 persen penduduk berpendidikan SMP, serta 31 persen penduduk berpendidikan SMA sederajat dan hanya 12 persen penduduk yang menamatkan pendidikan di perguruan tinggi. Meski tingkat partisipasi sekolah kelompok umur 7-12 tahun mencapai 88,85 persen, namun tingkat partisipasi sekolah kelompok umur tahun hanya sebesar 80,19 persen, dan bahkan tingkat partisipasi sekolah kelompok umur tahun jauh lebih rendah lagi, yakni hanya sebesar 54,96 persen. Hal ini menunjukkan bahwa masih tp://w w.ma warikab.b bps.go o.id banyak diantara anak-anak yang lulus sekolah dasar sederajat yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan SMP atau sederajat, serta Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 61

71 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari begitu pula halnya dengan anak-anak yang lulus SMP sederajat yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan SMA atau sederajat. Angka melek huruf di Kabupaten Manokwari dapat dikatakan cukup tinggi, yakni mencapai 88,77 persen. Namun angka ini i masih belum lebih baik dari pada angka melek huruf Provinsi Papua Barat yang berada pada tingkat 93,39 persen. Meski Kabupaten aten Manokwari merupakan ibukota Provinsi Papua Barat, namun secara umum kondisi pendidikan di Kabupaten Manokwari ari masih relatif tertinggal dari kabupaten/kota lainnya di Provinsi Papua Barat, seperti halnya Kabupaten Fakfak dan Kota Sorong. Indikator kinerja di bidang kesehatan menunjukan bahwa Kabupaten Manokwari juga tertinggal dari kabupaten/kota lainnya di Provinsi Papua Barat, seperti Kabupaten Fakfak, Kaimana dan Kota Sorong, bahkan juga dapat dikatakan tertinggal dari salah satu kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Manokwari itu sendiri, yakni Kabupaten Teluk Bintuni. Angka harapan hidup Kabupaten Manokwari yang berada pada besaran 68,29 tahun masih lebih rendah dari angka harapan hidup Provinsi Papua Barat yang mencapai 68,81 tahun. tp://w w.ma warikab.b bps.go o.id Di bidang ekonomi, Kabupaten Manokwari juga mengalami ketertinggalan yang cukup jauh dibanding dengan kabupaten/kota Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 62

72 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari lainnya di Provinsi Papua Barat. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita tanpa migas atas dasar harga berlaku pada tahun 2011 untuk Kabupaten Manokwari adalah sebesar Rp. 17,13 juta. Bandingkan angka tersebut dengan Kota Sorong, Kabupaten Sorong dan bahkan dengan Kabupaten Teluk Bintuni. Ketertinggalan tersebut salah satunya disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Manokwari di tahun yang hanya sebesar 9,12 persen padahal pada tahun sebelumnya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Manokwari mencapai angka 10,07 persen. Ekonomi Kabupaten Manokwari didominasi oleh sektor pertanian, dimana sektor ini i menyumbang sebesar 25,81 persen kepada produk domestik regional bruto (PDRB). Sumbangan sektorsektor lainnya adalah sebagai berikut: sektor bangunan sebesar 21,15 persen, sektor jasa-jasa sebesar 16,43 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 15,82 persen, dan sektor lainnya kurang dari 11 persen. w.ma anokwarikab.bps.go.id kab.b bps.go o.id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 63

73 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari 3.2. Status P embangunan M anusia K abupaten Manokwari Status pembangunan manusia di Kabupaten Manokwari tahun 2011 secara umum membaik bila dibanding tahun-tahun sebelumnya, meskipun masih berada pada tingkatan yang relatif rendah. IPM Kabupaten Manokwari tahun 2011 mencapai angka 67,67 berada sedikit di bawah capaian IPM Provinsi Papua Barat yang mencapai angka 69,65 pada tahun yang sama. Dalam peringkat regional di wilayah Provinsi Papua Barat, Kabupaten Manokwari menempati posisi ke-5 dari 11 kabupaten/kota, berada langsung di bawah IPM Kabupaten Sorong ong dan di atas IPM Kabupaten Teluk Bintuni. Berdasarkan capaian itu, Kabupaten Manokwari berada pada tingkatan Menengah Atas (High H uman Dev elopment) berdasarkan pemeringkatan UNDP. nokwarikab.bps.go.id ab.bps.g id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 64

74 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Gambar 4. IPM Kabupaten Manokwari Tahun ,00 67,00 66,00 65,00 64,00 63,00 62,00 61,00 60, IPM 63 64,17 65, ,2 67,19 67,67 kwarika arikab 2009ka ikab.b ab.bps.go.i bps.g.go.i go.id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 65

75 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tabel 8. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Papua Barat Nilai IPM 1. Kota Sorong (77,72) 2. Kab Fakfak (72,13) 3. Kab Kaimana (70,71) 4. Kab Sorong (68,93) 5. Kab Manokwari (67,67) 6. KabTeluk Bintuni (67,17) 7. Kab Sorong Selatan (66,59) Angka Harapan Hidup (AHH) 1. Kota Sorong (72,36) 2. Kab Fakfak (70,88) 3. Kab Kaimana (69,88) 4. Kab Teluk Bintuni (68,54) 5. Kab Manokwari (68,29) 6. KabSorong (68,22) 8. Kab Sorong Selatan (66,82) Tahun 2011 Angka Melek Huruf (AMH) 1. Kota Sorong (99,14) 2. Kab Fakfak (98,13) 3. Kab Kaimana (96,91) 5. Kab Sorong (91,76) 7. Kab Manokwari (88,77) 8,77) 8. Kab Sorong Selatan (88,43) 9. Kab Teluk Bintuni (87,05) Rata-Rata Lama Sekolah (MYS) 1. Kota Sorong (10,68) 2. Kab Fakfak (9,37) 4. Kab Sorong (8,09) 5. Kab Sorong Selatan (8,06) 3. 3 Kab Manokwari (8,43) 8. Kab Kaimana (7,63) 10. Kab Teluk Bintuni (6,91) Pengeluaran Perkapita Disesuaikan (PPP) 1. Kota Sorong (638,70) 3. Kab Kaimana (601,27) 4. Kab Sorong (600,62) 5. KabTeluk Bintuni (600,33) 8. Kab Manokwari (589,12) 6. Kab Fakfak (592,30) 7. Kab Sorong Selatan (590,23) Tabel 8 di atas menggambarkan bahwa kabupaten/kota dengan tingkatan capaian IPM yang sama dengan Kabupaten Manokwari (tingkatan menengah atas/high h uman d evelopment) ternyata memiliki tingkat pengeluaran perkapita riil dan angka harapan hidup yang sangat berbeda. ttp:// ww.manokwarikab.bps.go.id warika kab.b ab.bp.bps..go o.id ik3 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 66

76 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Kota Sorong Fakfak Kaimana Sorong MANOKWARI T. Bintuni Sorong Selatan Maybrat T. Wondama Raja Ampat Tambrauw Gambar 5. IPM Beberapa Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun ,81 68,93 67,17 66,59 66,43 66,06 65,06 72,13 70,71 67,67 77, Seperti terlihat dalam gambar di atas, dibandingkan dengan Kota Sorong dan Kabupaten Tambrauw, posisi IPM Kabupaten Manokwari berada di tengah-tengah. Kabupaten yang posisi IPM-nya berbatasan langsung dengan Kabupaten Manokwari adalah tp://ww ww.manokwarikab.bps.go.id arika kab.b ab.bp.bps..go.id.id Kabupaten Sorong dan Kabupaten Teluk Bintuni. Dan untuk itu, akan menjadi menarik jika membandingkan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 67

77 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari pembangunan manusia di Kabupaten Manokwari dengan kedua kabupaten ini. Pencapaian peningkatan IPM antara Kabupaten Manokwari dengan kedua kabupaten ini dapat dikatakan setara, yakni sama-sama memiliki usia harapan hidup pada besaran 28 tahun. Jika dibandingkan dengan Kabupaten Teluk Bintuni dengan capaian IPM yang berada satu peringkat di bawah Kabupaten Manokwari, angka melek huruf Kabupaten Manokwari sedikit lebih tinggi dibanding angka melek huruf Kabupaten Teluk Bintuni dengan rata-rata lama sekolah 1,5 tahun lebih tinggi. Sedangkan jika dibandingkan dengan Kabupaten Sorong dengan capaian IPM satu peringkat di atas Kabupaten Manokwari, dengan rata-rata lama sekolah yang sama-sama berada pada besaran 8 tahun, ternyata angka melek huruf Kabupaten aten Manokwari masih jauh berada di bawah angka melek huruf uf Kabupaten Sorong. anokwarikab.bps.go.id kab.b bps.go o.id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 68

78 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tabel 9. Komponen IPM Tahun 2011: Perbandingan 3 kabupaten/kota terdekat Indikator Kab Manokwari Kab Sorong Angka Harapan Hidup (tahun) Kab Teluk Bintuni (1) (2) (3) (4) Angka Melek Huruf (persen) Rata-Rata Lama Sekolah (tahun) Pengeluuaran riil perkapita (PPP) disesuaikan (ribu rupiah) 68,29 68,22 68,54 88,77 91,76 87,05 8,43 8,09 6,91 589,12 600,62 600,33 ww. manokwa kwarikab.bps.go. kab s.go.i.go.id.id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 69

79 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Gambar 6. Indeks Komponen IPM Kabupaten Manokwari Tahun Indek Harapan Indeks Melek Hidup Huruf mahu Indeks Rata- Rata Lama Sekolah Indeks Pendapatan 3.3. Pembangunan Manusia Bidang Kesehatan Kesehatan merupakan satu dari tiga indikator penting pembangunan manusia dan menjadi dasar bagi pembangunan bidang anokwarika arikab. rikab.bp ab.bps.go.id bp lainnya. Manusia yang sehat merupakan prasyarat untuk mewujudkan people centered development. Mengingat peran penting kesehatan dalam Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 70

80 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari pembangunan manusia serta dalam upaya mewujudkan people centered development, maka investasi sumberdaya manusia di bidang kesehatan harus dilakukan dengan pendekatan siklus hidup (lifecycle a pproach), yang dimulai sejak sebelum bayi itu lahir, sampai tumbuh menjadi calon generasi yang sehat. Kementerian Kesehatan memperlihatkan kaitan an yang menarik antara investasi di bidang kesehatan dengan pembangunan manusia seperti diperlihatkan pada gambar berikut. Gambar 7. Kaitan Antara Investasi Kesehatan dan Pembangunan Manusia bps.go.id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 71

81 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Investasi sumber daya manusia di bidang kesehatan harus dimulai sejak dini, atau sejak dalam kandungan. Karena sejak anak dalam kandungan hingga berumur dua tahun merupakan masa emas yang sekaligus juga merupakan masa kritis bagi tumbuh kembang fisik, mental dan sosial anak. Anak yang dilahirkan dengan berat badan rendah berpotensi menjadi anak yang kurang gizi bahkan menjadi gizi buruk. Kondisi ini sangat berdampak pada penurunan tingkat kecerdasan. Lebih lanjut akan berdampak pada meningkatnya kejadian kesakitan bahkan kematian. an. Mereka yang masih bertahan hidup akibat kekurangan gizi yang bersifat permanen, kualitas hidup selanjutnya mempunyai tingkat yang sangat rendah dan tidak dapat diperbaiki, meskipun pada usia selanjutnya kebutuhan gizinya sudah terpenuhi. Istilah generasi hilang (lost g eneration) terutama disebabkan pada awal kehidupannya sulit memperoleh pertumbuhan dan perkembangan secara optimal. Pada tahap selanjutnya, upaya peningkatan status kesehatan penduduk akan meningkatkan kualitas penduduk, yang selanjutnya akan memberikan suatu kemampuan tp://w w.ma warikab.b bps.go o.id kepada seseorang menjadi lebih produktif, dan dengan demikian mempunyai daya saing dalam pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak. Kesehatan yang rendah tidak akan memberikan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 72

82 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari sumbangan terhadap produktivitas dan daya saing sebagai pekerja. Jika peningkatan kualitas penduduk diabaikan, besar kemungkinan penduduk yang produktif menjadi tidak produktif, bahkan menjadi beban. Bahkan beban ini akan menjadi semakin besar, jika yang benar-benar produktif hanya sebagian kecil dari kelompok usia produktif. Jika kondisi ini dibiarkan terus berlanjut maka akan berdampak pada kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi. Kesehatan, pendidikan dan ekonomi (dengan indikator income) sebagaimana dikatakan oleh Moeloek (2005) merupakan tiga pilar yang saling berinteraksi dan berinter-relasi satu dengan yang lainnya dalam membentuk kualitas sumber daya manusia (Moeloek, 2005). Peningkatan status kesehatan mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk meningkatkan tingkat pendidikan, dan pada gilirannya mempengaruhi engaruhi produktivitas masyarakat. Tanpa kesehatan yang baik, pendidikan sulit untuk dapat berjalan dengan baik, dan bila kesehatan dan pendidikan tidak baik mustahil ekonomi keluarga/masyarakat dapat membaik. Status kesehatan masyarakat juga sangat erat kaitannya dengan kemiskinan. Kemiskinan menyebabkan masyarakat kesulitan untuk menjangkau pelayanan tp://w w.ma warikab.b bps.go o.id kesehatan yang layak, obat-obatan yang memadai dan bahkan memelihara lingkungan yang sehat. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 73

83 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Upaya peningkatan status kesehatan penduduk sangat penting karena jika status kesehatan penduduk meningkat, berarti morbiditas atau angka kesakitan penduduk berkurang. Status kesehatan yang lebih baik akan meningkatkan kemampuan belajar, menurunkan tingkat pembolosan kerja dan juga meningkatkan produktivitas kerja. Gambar 8. Visi Indonesia Dokumen Visi Indonesia 2030 tentang kesehatan seperti pada gambar 8 juga memperlihatkan betapa kesehatan sangat erat Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 74

84 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari hubungannya dengan kehidupan berkualitas dan produktif. Gambar di atas menggambarkan pola kebijakan pembangunan kesehatan yang diadopsi oleh Pemerintah Indonesia yang komprehensif (dana, fasilitas dan perilaku) dan terukur (pemetaan akses, indikator yang akan dicapai dan prestasi yang diharapkan). Status kesehatan penduduk diukur dengan berbagai cara, baik langsung maupun tidak langsung. Umumnya indikator untuk mencerminkan status kesehatan diperoleh secara tidak langsung menggunakan estimasi tertentu, mengingat data kematian sulit diperoleh. Indikator yang sering digunakan untuk mencerminkan status kesehatan adalah angka mortalitas (angka kematian), status gizi dan angka morbiditas (angka kesakitan). Sampai saat ini data untuk mengukur status kesehatan tersebut sangat sulit diperoleh, karena sifat kejadian an insidentil dan tersebar di masyarakat, sistem registrasi yang belum berjalan dengan baik, dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelaporan setiap kejadian tersebut juga masih rendah. Oleh karena itu, indikator yang digunakan untuk mencerminkan status kesehatan dalam pencapaian Indeks Pembangunan Manusia tp:// w.manokwarikab.bps.go.id arikab.b o.id (IPM) adalah Angka Harapan Hidup. Angka ini mencerminkan rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang sejak Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 75

85 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari lahir. Angka harapan hidup tinggi akan dicapai jika penduduk mempunyai status kesehatan yang baik. Dalam konteks Kabupaten Manokwwari, permasalahan pokok kesehatan yang dihadapi penduduk Kabupaten Manokwari hampir sama dengan yang dihadapi penduduk kabupaten/kota lainnya, hanya cakupannya yang berbeda. Secara umum, Angka Harapan Hidup di Kabupaten Manokwari terus mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Seperti terlihat dalam gambar 9, angka harapan hidup penduduk Manokwari tahun 2006 hanya sebesar 66,8 tahun dan terus meningkat dari tahun ke tahunnya hingga mencapai angka 68,29 tahun pada tahun Gambar 9. Rata-Rata Usia Harapan Hidup Penduduk Kabupaten Manokwari Tahun warikab.b bps.go o.id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 76

86 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Kenaikan angka harapan hidup Manokwari perlu juga dilihat posisinya dan dilakukan keterbandingan dengan kabupatenkabupaten lainnya di Provinsi Papua Barat, dan juga terhadap target nasional. Angka harapan hidup di Kabupaten Manokwari tergolong masih rendah (yakni sebesar 68,29 tahun) jika dibandingkan dingkan dengan angka propinsi (yakni sebesar 68,81 tahun) maupun dengan kabupaten lain di Provinsi Papua Barat, seperti Kabupaten Teluk Bintuni, Fakfak, Kaimana dan Kota Sorong. Kemudian jika dilakukan keterbandingan terhadap target nasional yang ditetapkan Pemerintah Republik Indonesia dalam Visi Indonesia 2030 melalui Peraturan Presiden RI Nomor 5 Tahun 2010 yang menargetkan angka harapan hidup menjadi 72 tahun pada akhir tahun 2014, maka masih terdapat jarak sejauh 3,71 tahun antara capaian angka harapan hidup Kabupaten Manokwari dan pencapaian target angka harapan hidup Indonesia tahun Kondisi seperti ini mengindikasikan bahwa status kesehatan penduduk di Kabupaten Manokwari masih memberikan sumbangan yang rendah terhadap pencapaian Indeks Pembangunan Manusia. Hal ini perlu menjadi perhatian serius bagi tp://w w.ma warikab.b bps.go o.id Pemerintah Daerah mengingat Kabupaten Manokwari merupakan ibukota dari Provinsi Papua Barat yang seharusnya mempunyai status Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 77

87 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari kesehatan yang lebih baik, mengingat fasilitas dan akses terhadap pelayanan kesehatan umumnya lebih baik. Untuk menemukan penjelasan yang mendasar, perlu menggali lebih lanjut permasalahan lainnya termasuk kesadaran penduduk akan hidup sehat di Kabupaten Manokwari. Berbagai kejanggalan juga perlu diteliti lebih lanjut terutama a terkait dengan faktor-faktor yang berpengaruh dalam perhitungan Angka Harapan Hidup sebagaimana terlihat pada gambar 10. Gambar 10. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Indikator Indeks Harapan Hidup bps.go Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 78

88 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Berdasarkan gambar di atas, terlihat bahwa indeks harapan hidup sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor penyebab langsung seperti angka kematian bayi, angka kematian ibu melahirkan dan juga angka kesakitan. Ketiga faktor penyebab langsung ini dalam kenyataannya juga dipengaruhi oleh faktor-faktor penyebab tidak langsung. Misalnya, tingginya kematian bayi dan kematian ibu melahirkan berhubungan erat dengan indikator angka persalinan oleh tenaga kesehatan juga cakupan imunisasi pada bayi. Sedangkan tingginya angka kesakitan (angka morbiditas) berhubungan dengan indikator prevalensi penyakit menular. Kemudian pada tahap yang lebih komprehensif dan holistik, keseluruhan faktor penyebab langsung dan faktor penyebab tidak langsung ini sangat berkaitan erat dengan faktor-faktor penyebab yang mendasar yang dibedakan menjadi faktor fisik seperti ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, ketersediaan tenaga kesehatan serta akses dan kualitas dari pelayanan kesehatan itu sendiri, dan faktor non fisik seperti perilaku dan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat. tp://w w.ma warikab.b bps.go o.id Angka Harapan Hidup merupakan fungsi matematis dari Angka Kematian. Panjangnya usia hidup secara negatif berhubungan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 79

89 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari dengan rendahnya Angka Kematian (bayi lahir mati, kematian bayi bawah 1 tahun, kematian anak balita di bawah lima tahun dan kematian ibu) dan tingginya Angka Kesehatan. Makin tinggi angka kesehatan menyebabkan makin rendahnya angka kematian sehingga memperbesar harapan untuk hidup. Informasi terkait Angka Kematian Bayi di Kabupaten Manokwari sangat sulit diperoleh. Satu-satunya a data resmi tentang angka kematian bayi di Kabupaten Manokwari diperoleh dari publikasi Indikator Kesejahteraan Daerah Provinsi Papua Barat Tahun 2010 yang diterbitkan oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Pusat, dan itupun hanya memuat data tahun Menurut publikasi tersebut, angka kematian bayi di Kabupaten Manokwari adalah sebesar 37 per 1000 kelahiran hidup pada tahun Angka ini masih lebih tinggi dari angka kematian bayi di Provinsi Papua Barat pada tahun yang sama (yakni sebesar 35 per kelahiran hidup) dan juga masih lebih tinggi dibanding ratarata a kematian nasional (yakni sebesar 31 per 1000 kelahiran hidup). Suatu tantangan yang cukup besar jika ingin mencapai target MDGs Angka Kematian Bayi tahun 2015 sebesar 23 per 1000 kelahiran tp:// w.manokwarikab.bps.go.id arikab.b bps.go.id hidup. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 80

90 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tabel 10. Angka Kematian Bayi di Provinsi Papua Barat Tahun 2009 Kabupaten/Kota Angka Kematian Bayi Kabupaten Fakfak 28 Kabupaten Kaimana 30 Kabupaten Teluk Wondama 39 Kabupaten Teluk Bintuni 36 Kabupaten Manokwari 37 Kabupaten Sorong 38 Kabupaten Sorong Selatan 42 Kabupaten Raja Ampat 45 Kabupaten Tambrauw okw 44 Kabupaten Maybrat 44 Kota Sorong man 23 Provinsi Papua Barat 35 Nasional 31 Sumber : Publikasi Indikator Kesejahteraan Daerah Provinsi Papua Barat Tahun 2010, Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Angka kematian bayi baru lahir terutama disebabkan oleh ttp://wtp://w p:// ww.ma w.ma kwarikab.bps.go.id ab.b bps.go.i antara lain infeksi dan berat bayi lahir rendah. Kondisi tersebut berkaitan erat dengan kondisi kehamilan, pertolongan persalinan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 81

91 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari yang aman oleh tenaga kesehatan terlatih, dan perawatan bayi baru lahir (Kompas, 7 April 2005). Menurut data Susenas tahun 2011, angka persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih di Kabupaten Manokwari mencapai 74,28 persen, namun masih terdapat 25,72 persen balita yang lahir hanya mendapatkan pertolongan persalinan dari tenaga non paramedis seperti dukun, famili/keluarga, dan lainnya. Hal ini menunjukan bahwa persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan hanya tigaperempatnya saja, sedangkan seperempat sisanya masih dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih. Ini perlu dikaji, apakah karena ketiadaan biaya, faktor budaya atau mencari mudahnya saja. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa dua dari 10 balita di Kabupaten Manokwari masih memiliki peluang yang lebih besar untuk terkena infeksi atau perawatan pasca persalinan yang kurang baik dibandingkan dengan yang ditolong oleh tenaga medis terlatih seperti dokter, bidan, maupun tenaga paramedis lain saat kelahirannya. w.ma anokwarikab.bps.go.id kab.b bps.go o.id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 82

92 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tabel 11. Persentase Penolong Kelahiran Terakhir di Kabupaten Manokwari Tahun Indikator Penolong Kelahiran (terakhir) 1. Dokter 37,33 29,05 2. Bidan 46,09 41,36 3. Paramedis Lain 3,09 3,87 4. Dukun 6,65 7,69 5. Famili/Lainnya 6,84 12,03 Sumber: Susenas, Kematian bayi juga dapat dicegah dengan mempertahankan kegiatan imunisasi pada bayi atau jika perlu ditingkatkan cakupannya sehingga mencapai Universal C hild I mmunization (UCI) sampai di tingkat t desa. Kementerian Kesehatan menetapkan bahwa imunisasi yang wajib diberikan adalah BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis B. Waktu pemberiannya sudah ditetapkan secara bertahap. p:// ww.man warik.id Imunisasi BCG diberikan satu kali pada anak usia 0-2 bulan. Imunisasi DPT dan Polio diberikan secara bersamaan pada usia Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 83

93 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari kurang dari satu bulan dan berulang pada usia 2, 3, atau 4 bulan. Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak, yang diberikan sebanyak 2 kali. Pertama, pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih, dan kedua diberikan pada usia 5-7 tahun. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada usia 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian. Imunisasi campak pertama diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan an primer, sedangkan imunisasi campak kedua diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibodi. Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, dan diare. Pemerintah Republik Indonesia menargetkan pemberian imunisasi dasar kepada 90 persen balita hingga akhir tahun 2014 (RPJMN ) ). Gambar 11 menyajikan persentase balita yang pernah mendapatkan imunisasi dasar hingga tahun 2011 di Kabupaten Manokwari dan Provinsi Papua Barat. anokwarikab.bps.go.id kab.b bps.go o.id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 84

94 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Gambar 11. Persentase Balita yang Mendapatkan Imunisasi Dasar di Kabupaten Manokwari dan Provinsi Papua Barat Tahun ,00 81,42 88,17 78,18 85,63 80,00 78,68 86,02 60,00 67,53 76,61 75,54 81,49 40,00 20,00 0,00 BCG DPT Polio Campak Hepatitis B Manokwari Propinsi Untuk Kabupaten Manokwari, tidak ada satu pun imunisasi dasar yang telah menjangkau lebih dari 90 persen balita yang berarti belum melampaui target nasional pemberian imunisasi dasar. Hingga tahun 2011, capaian imunisasi campak adalah baik di Kabupaten Manokwari maupun di Provinsi Papua Barat adalah yang paling ww.manokw nokwari warika Polioarika ikab.bp b.bps.go bps.go.id terendah, yakni masing-masing baru mencapai 67,53 persen dan 76,61 persen. Karena itu wajar apabila Pemerintah Provinsi Papua Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 85

95 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Barat maupun Pemerintah Kabupaten Manokwari masih menggalakkan Pekan Imunisasi Campak pada balita. Selain permasalahan kematian bayi, faktor penyebab langsung lainnya yang berhubungan dengan Angka Harapan Hidup adalah Angka Kematian Ibu. Informasi terkait Angka Kematian Ibu di Kabupaten Manokwari sangat sulit diperoleh. Data yang tersedia hanyalah data estimasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari. Sebagai gambaran, Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari memperkirakan Angka Kematian Ibu di Kabupaten Manokwari tahun 2010 masih sekitar 405 per kelahiran hidup, lebih tinggi dari angka nasional ( per kelahiran hidup hasil SDKI tahun 2007). Jika perkiraan Angka Kematian Ibu ini digunakan, maka target MDGs tahun 2015 yang menargetkan Angka Kematian Ibu menjadi 102 per kelahiran hidup sangat berat untuk dicapai. Perlu upaya yang terintegrasi untuk menurunkan Angka Kematian Ibu diantaranya melalui peningkatan taraf pengetahuan perempuan mengenai kesehatan dan kesehatan reproduksi, serta upaya peningkatan status sosial ekonomi, peningkatan peran ibu dalam keluarga, serta peningkatan tp://w w.ma warikab.b bps.go o.id ketersediaan pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana (KB). Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 86

96 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Adapun penyebab langsung yang berkaitan dengan Angka Kematian Ibu adalah komplikasi pada kehamilan, persalinan, dan nifas yang tidak tertangani dengan baik dan tepat waktu. Dari hasil survei (SKRT 2001) diketahui bahwa komplikasi penyebab kematian ibu yang terbanyak adalah pendarahan, hipertensi dalam kehamilan (eklampsia), infeksi, partus lama, dan komplikasi keguguran (Kompas, 7 April 2005). Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan pada saat hamil dan kehadiran serta pertolongan tenaga kesehatan yang terampil pada masa persalinan menjadi sangat penting. Pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan an disertai dengan penerimaan imunisasi tetanus paling sedikit it satu kali, penerimaan zat besi selama hamil serta melahirkan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan sangat membantu mengatasi terjadinya kematian ibu. Faktor lain yang juga penting untuk meningkatkan status kesehatan ibu dan bayi adalah peningkatan Status Gizi. Status gizi anak balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan mbanding antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah tp://w w.ma warikab.b bps.go o.id ditetapkan yaitu melalui pemeriksaan antropometri (Muhamad Thohar Arifin, M.D, 2005). Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 87

97 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari disebut gizi kurang, dan apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk. Satu-satunya informasi tentang persentase balita kurang gizi di Kabupaten Manokwari diperoleh dari publikasi Indikator Kesejahteraan Daerah Provinsi Papua Barat Tahun 2010 yang diterbitkan oleh TNP2K Pusat. Menurut publikasi tersebut, persentase balita kurang gizi di kabupaten Manokwari pada tahun 2007 adalah sebesar 18,22 persen. Angka capaian ini terlihat jauh lebih baik dibanding angka capaian Provinsi Papua Barat pada tahun yang sama yang mencapai 23,20 persen maupun angka capaian nasional yang mencapai 18,40 persen. Penyebab kekurangan gizi pada anak biasanya disebabkan an oleh kuantitas dan kualitas asupan makanan yang dikonsumsi dan tingkat kesehatan anak tersebut. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi gizi buruk adalah saat bayi hingga usia 2 tahun anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang seperti Air Susu Ibu (ASI). Gizi lebih juga harus diwaspadai karena akan berpengaruh terhadap kesehatan balita tersebut. Masalah akan timbul jika asupan energi lewat makanan jauh lebih besar dari tp://w w.ma warikab.b bps.go o.id pada energi yang diperlukan untuk beraktivitas, atau peningkatan gizi yang terjadi tidak disertai peningkatan aktifitas/bergerak. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 88

98 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Ketahanan tubuh bayi sangat dipengaruhi oleh masukan gizi dan imunisasi yang diberikan. Masukan gizi yang baik untuk bayi berasal dari ASI. Air susu ibu disamping memenuhi kebutuhan akan gizi juga mengandung zat antibodi terhadap penyakit. ASI merupakan sumber zat gizi utama dan paling berperan pada masa-masa pertama anak yang baru lahir hingga usia 2 tahun. Obat pencegah gangguan gizi pada bayi ini mengandung beberapa nutrien khusus bagi pertumbuhan otak bayi, seperti taurin, l aktosa, omega-3 asam l inoleat alfa, dan asam lemak ikatan panjang antara lain DHA (Docosahexanoic Acid) dan AA (Arachidonic Acid) yang ke semua nutrien tersebut tidak bisa didapat dari susu sapi atau au fomula. Kalaupun ada itupun hanya dengan komposisi yang sangat sedikit. Berbagai fakta ilimiah membuktikan bayi dapat tumbuh lebih sehat dan cerdas jika diberi ASI secara ekslusif sif pada 4 6 bulan pertama kehidupannya. Ekslusif artinya adalah ah pada kurun waktu tersebut bayi hanya mengkonsumsi ASI saja a dan tidak diberi tambahan makanan cairan apapun seperti susu u formula, jeruk, madu, air teh, air putih, maupun tambahan makanan seperti pisang, bubur susu, biskuit, maupun nasi tim. tp://w ww.ma warikab.b bps.go o.id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 89

99 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tabel 12. Lama Balita Menyusui di Kabupaten Manokwari Tahun Indikator % disusui 5 bulan 3,45 8,98 2. % disusui 6-11 bulan 8,05 3,93 3. % disusui bulan 27,59 19,58 4. % disusui bulan 20,69 25,38 5. % disusui 24 bulan 40,23 42,13 Sumber: Susenas bps.go3,9 Bayi yang diberi ASI secara khusus terlindung dari serangan penyakit sistem pernapasan asan dan pencernaan. Hal itu disebabkan zatzat kekebalan tubuh di dalam ASI memberikan perlindungan langsung melawan serangan penyakit. Sifat lain dari ASI yang juga memberikan perlindungan terhadap penyakit adalah penyediaan lingkungan yang ramah bagi bakteri menguntungkan yang disebut flora normal. Keberadaan bakteri ini menghambat perkembangan bakteri, virus dan parasit berbahaya. Tambahan lagi, telah dibuktikan p:// ww.man kab.bp o.id pula bahwa terdapat unsur-unsur di dalam ASI yang dapat membentuk sistem kekebalan melawan penyakit-penyakit menular Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 90

100 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari dan membantunya agar bekerja dengan benar Menurut Harun Yahya (2006) dalam artikelnya menyebutkan bahwa kelebihan yang diberikan ASI kepada bayi di antaranya adalah kandungan minyak omega-3 asam linoleat alfa dalam ASI yang merupakan zat penting ng bagi otak dan retina manusia. Dari data Susenas tahun 2011 diketahui bahwa 42,13 persen balita di Kabupaten Manokwari disusui lebih dari 2 tahun, sedangkan 44,96 persen disusui selama 1-2 tahun dan sisanya sebanyak 12,91 persen balita hanya mendapatkan asupan ASI dari ibunya kurang dari 12 bulan. Situasi ini sangat menggembirakan karena tingkat kesadaran orang tua terutama ibu untuk memberikan asupan gizi terbaik bagi si kecil makin baik. Dengan kata lain semakin panjang usia pemberian ASI terutama ASI ekslusif 4 6 bulan pertama akan menjamin tercapainya pertumbuhan otak secara optimal, sehingga diharapkan pengembangan potensi anak dapat berjalan baik dan semakin optimal pula. Namun demikian pemberian ASI kadang terpaksa tidak dilakukan dengan optimal. Hal ini terjadi karena meninggalnya ibu pasca persalinan, ASI yang tidak keluar tp:// w.manokwarikab.bps.go.id arikab.b bps.go.id ataupun jika keluar tapi tidak memenuhi kebutuhan bayi dan anak, atau karena alasan pekerjaan dan penampilan. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 91

101 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Selain melalui Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Ibu, status kesehatan penduduk yang diinterpretasikan melalui Indeks Harapan Hidup juga berhubungan dengan variabel Angka Morbiditas (Angka Kesakitan) yang menunjukkan banyaknya penduduk yang mengalami keluhan kesehatan, sehingga mengakibatkan gangguan terhadap aktivitas sehari-hari. ri. Tabel 13. Indikator Kesakitan di Kabupaten Manokwari Tahun Indikator Penduduk dengan keluhan kesehatan (%) 56,90 26,02 2. Angka Morbiditas (%) 16,32 14,18 3. Rata-Rata Lama Sakit (hari) 5,41 3,95 Sumber: Susenas Secara umum, angka morbiditas atau angka kesakitan penduduk Kabupaten Manokwari menurun dari 16,32 persen pada hta tahun 2010 menjadi 14,18 persen pada tahun 2011 meskipun sempat mengalami peningkatan sampai 30,74 persen pada tahun ww. w.manokwarikab.bps.go.id warik kab.bps.g o.id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 92

102 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Angka kesakitan penduduk Kabupaten Manokwari menempati posisi tertinggi keempat di wilayah Provinsi Papua Barat setelah Kabupaten Teluk Bintuni, Maybrat, dan Sorong. Capaian ini mengindikasikan bahwa akses terhadap pelayanan kesehatan di Kabupaten Manokwari semakin membaik, apalagi ditunjang dengan semakin meningkatnya jumlah tenaga-tenaga medis seperti dokter umum, m, dokter ahli, perawat maupun bidan Pembangunan Manusia Bidang Pendidikan Di bidang pendidikan, setidaknya ada beberapa indikator yang bisa mencerminkan kualitas dasar dari pendidikan. Kualitas pendidikan yang digunakan sebagai standar Indek Pembangunan Manusia (IPM) dicerminkan oleh Angka Melek Huruf (literacy rate AMH), rata-rata lama sekolah (mean y ears o f s chooling MYS) dan Angka Partisipasi Murni (net enrolment rate APM). Secara umum, Indeks Pendidikan di Kabupaten Manokwari (yang merupakan indeks komposit dari Indeks Melek Huruf dan Indeks Rata-Rata Lama Sekolah) mengalami peningkatan pada tahun ww.manokwarikab.bps.go.id warikab bps.go o.id Pada tahun 2010 Indeks Pendidikan Kabupaten Manokwari adalah sebesar 77,91, meningkat sebesar 1,01 persen dari tahun 2010 yang hanya sebesar 77,13. Peningkatan Indeks Pendidikan ini Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 93

103 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari merupakan dampak dari meningkatnya capaian Angka Melek Huruf sebesar 1,11 persen dari tahun 2010 yang sebesar 87,79 persen menjadi 88,77 persen pada tahun 2011, dengan peningkatan rata-rata lama sekolah hanya sebesar 0,06 tahun. Tabel 14. Komponen Indeks Pendidikan Kabupaten Manokwari Tahun Indikator Angka Melek Huruf (%) 87,79 88,77 2. Indeks Melek Huruf 87,79 88,77 3. Rata-Rata Lama Sekolah (tahun) 8,37 8,43 4. Indeks Rata-Rata Lama Sekolah 55,81 56,20 5. Indeks Pendidikan 77,13 77,91 Sumber: Susenas Untuk menemukan penjelasan yang mendasar mengenai indikator pembangunan manusia bidang pendidikan, maka perlu diteliti lebih lanjut terutama terkait dengan faktor-faktor yang ttp:// ww.m w.ma kab.bps.go berpengaruh dalam perhitungan Indeks Pendidikan sebagaimana terlihat pada gambar 12. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 94

104 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Gambar 12. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Indikator Indeks Pendidikan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 95

105 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Indeks Pendidikan yang dihasilkan dari indeks komponen Angka Melek Huruf dan Rata-Rata Lama Sekolah dipengaruhi secara langsung oleh tingkat partisipasi sekolah, terutama oleh angka partisipasi murni pada masing-masing jenjang pendidikan formal. Sedangkan secara tidak langsung, dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti jumlah tenaga pengajar/guru, kualitas tenaga pengajar dan mutu kurikulum pengajaran. Angka Partisipasi Murni Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, Angka Partisipasi Murni (APM) pada jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA cenderung mengalami tren meningkat, kecuali pada jenjang pendidikan SMA yang mengalami tren menurun dalam 3 tahun terakhir. Pola dan tren peningkatan APM dapat dilihat pada gambar 13 berikut. warik bps.go o.id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 96

106 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Gambar 13. Trend APM Kabupaten Manokwari Tahun Pada jenjang pendidikan SD, nilai APM tidak mengalami peningkatan yang berarti karena memang sejak awak nilai capaiannya sudah tinggi, yaitu 83,99 persen pada tahun 2007meningkat menjadi 83,72 persen pada tahun Ini berarti masih ada sebesar 16,28 persen anak usia 7-12 tahun yang tidak memperoleh pendidikan SD. tp://ww manokwarikab.bps.g ps.go.id Jumlah ini akan semakin besar jika kita memasukkan jenjang pendidikan SMP sebagai bagian dari pendidikan dasar yang wajib. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 97

107 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari APM untuk SMP hanya sebesar 52,48 persen meningkat dari 45,26 persen pada tahun Sedangkan untuk APM tingkat SMA lebih rendah lagi yaitu hanya 40 persen meningkat dari 36,92 persen pada tahun Berdasarkan gambar 13, kita dapat menyimpulkan bahwa APM yang semakin rendah pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi memberikan indikasi bahwa tingkat keberlanjutan pendidikan ke tingkat sekolah yang lebih tinggi masih rendah, serta pemerataan dan perluasan akses pendidikan juga masih sangat terbatas. Dari mereka yang lulus SD di Kabupaten Manokwari, ternyata hanya sekitar 84 persen saja yang melanjutkan n ke tingkat SMP, begitu juga halnya dengan mereka yang lulus SMP, ternyata hanya sekitar 76 persen saja yang melanjutkan ke tingkat SMA, dan begitu pula halnya dengan mereka yang lulus SMA, ternyata hanya 37 persen saja yang melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi. Sementara di sisi lain, tingkat putus sekolah di Kabupaten Manokwari juga cukup memberikan mberikan angka yang cukup memprihatinkan. Pada tahun 2011, angka putus sekolah (drop o ut DO) di tingkat SD mencapai 1,90 tp:// w.manokwarikab.bps.go.id arikab.b bps.go persen, di tingkat SMP mencapai 4,41 persen dan di tingkat SMA mencapai 0,73 persen. Angka putus sekolah ini mungkin bisa saja rendah, akan tetapi dengan tingkat keberlanjutan ke jenjang Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 98

108 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari pendidikan lebih tinggi yang rendah tentu ini menjadi masalah yang harus mendapatkan perhatian serius. Tabel 15. Angka Putus Sekolah dan Angka Melanjutkan n di Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Indikator Angka Putus Sekolah di SD (%) 1,90 2. Angka Melanjutkan ke SMP (%) 84,03 3. Angka Putus Sekolah di SMP (%) 4,41 4. Angka Melanjutkan ke SMA (%) 76,39 5. Angka Putus Sekolah di SMA (%) 0,73 6. Angka Melanjutkan ke PT (%) 37,53 Sumber: Susenas 2011 Angka melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi yang cenderung menurun dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, kesempatan melanjutkan sekolah yang tidak tersedia secara memadai, dalam artian tidak tersedia sekolah dan ruang kelas yang mampu p:// w warikab bps.go o.id menampung anak-anak yang ingin bersekolah. Dan kedua, kerusakan bangunan sekolah juga ikut memperburuk situasi. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 99

109 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Satu hal penting lainnya yang seringkali diabaikan adalah bahwa angka partisipasi tidak serta merta mencerminkan kualitas pendidikan. Angka partisipasi ini hanya mencerminkan seberapa banyak anak di usia tertentu terdaftar dan tercatat sebagai siswa pada sekolah dan menunjukan tingkat pemerataan dan perluasan akses pendidikan bagi semua warga. Tidak lebih dari itu. Karena pada kenyataannya, tercatatnya seorang anak sebagai ai siswa tidak serta merta menunjukan tingkat kehadiran di sekolah dan dengan hadir di sekolah pun tidak berarti bisa mengikuti dan memahami pelajaran yang diberikan dengan baik. Rata-Rata Lama Sekolah (MYS) Menurut data a Susenas tahun 2011, tercatat sebesar 26,65 persen penduduk berusia 15 tahun ke atas telah menamatkan jenjang pendidikan SMA atau sederajat. Sementara tamatan SMP sebesar 11,09 persen dan tamatan SD hanya sebesar 13,01 persen. Susunan proporsi ini jauh berbeda dengan data pada tahun 2007, dimana tamatan SMA hanya sebesar 13,18 persen dan yang paling banyak ttp:// ww.manokwarikab.bps.go.id arikab.b bps.go o.id adalah tamatan SD yang mencapai 16,20 persen. Fakta ini menunjukan bahwa ada perbaikan dalam jumlah tamatan SMA yang berarti semakin banyak penduduk yang bersekolah formal lebih lama. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 100

110 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas pada tahun 2011 adalah 8,43 tahun meningkat dari 7,19 tahun pada tahun Indikator ini (yakni rata-rata lama sekolah) meskipun menyembunyikan variasi, rentang dan distribusi pendidikan dalam populasi tetapi dianggap cukup baik dalam memberikan gambaran tentang kemajuan dalam pembangunan manusia khususnya bidang pendidikan. Gambar 14. Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Manokwari Tahun Dibandingkan dengan Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Fakfak, Kota Sorong dan Provinsi Papua Barat /www. ww.manokwarikab.bps.go.id bps.go o.id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 101

111 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Jika kita bandingkan dengan kabupaten/kota lainnya seperti Kabupaten Fakfak dan Kota Sorong, maka pencapaian rata-rata lama sekolah Kabupaten Manokwari masih tergolong rendah. Capaian rata-rata lama sekolah Kabupaten Manokwari hanya lebih tinggi sedikit dibanding capaian Provinsi Papua Barat dalam 2 tahun terakhir. Rendahnya rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Manokwari erat kaitannya dengan masih rendahnya tingkat keberlanjutan siswa ke tingkat pendidikan dikan yang lebih tinggi atau rendahnya APM pendidikan menengah engah atas dan pendidikan tinggi. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: dengan tidak melanjutkan pendidikan lebih tinggi, seorang siswa tidak akan memperoleh ratarata lama sekolah (MYS) yang lebih panjang. Jika ini terjadi pada banyak siswa yang dicerminkan oleh semakin rendahnya APM pendidikan yang lebih tinggi maka rata-rata lama sekolah di tingkat Kabupaten Manokwari tentu akan lebih rendah. Maka kemudian menjadi sangat penting bagi pemerintah untuk memberikan perhatian yang lebih besar untuk meningkatkan tingkat keberlanjutan siswa ke pendidikan yang lebih tinggi. Setidaknya ada beberapa penyebab rendahnya tingkat keberlanjutan, antara lain rendahnya tingkat ketersediaan sekolah (selain sekolah w.manokwarikab.bps.go.id arikab.b o.id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 102

112 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari dasar) di daerah-daerah, mahalnya proses memasuki sekolah baru yang lebih tinggi, serta tuntutan sebagian orang tua agar anaknya membantu bekerja sebelum menyelesaikan pendidikan dasar wajib 9 tahun. Angka Melek Huruf (AMH) Indikator ini merupakan salah satu indikator output bidang pendidikan yang memberikan gambaran kualitas sumber daya manusia. Kemampuan membaca dan menulis tercermin dari angka melek huruf yang didefinisikan sebagai persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca mbaca dan menulis huruf latin maupun huruf lainnya. Persentase penduduk berusia 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis di Kabupaten Manokwari memang cukup tinggi, yakni sebesar 88,77 persen (tahun 2011). Namun lagi-lagi angka ini masih lebih rendah dari angka capaian Provinsi Papua Barat (yakni sebesar 93,39 persen), dan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Papua Barat seperti Kota Sorong (99,14 persen), Kabupaten Fakfak ttp:// ww.ma warikab.b (98,13 persen), Kabupaten Kaimana (96,91 persen), Kabupaten Raja Ampat (94,13 persen), Kabupaten Sorong (91,76 persen) dan bahkan Kabupaten Maybrat sekalipun (90,87 persen). Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 103

113 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Pada era modern seperti saat ini, sangat susah dijumpai seseorang yang tidak bisa membaca dan menulis. Kemampuan untuk bisa membaca dan menulis sudah menjadi kebutuhan dasar yang sangat melekat pada setiap individu. Namun, untuk meningkatkan kualitas pendidikan sangat tidak cukup hanya mengandalkan alkan angka melek huruf. Menarik untuk dicermati adalah bahwa a dengan kondisi rata-rata lama sekolah yang lebih tinggi dari angka capaian Provinsi Papua Barat, namun angka melek huruf Kabupaten Manokwari jauh tertinggal dibawah angka capaian Provinsi Papua Barat. Telaah secara lebih mendalam terhadap fenomena na menarik ini menunjukan bahwa tingkat partisipasi sekolah pada a jenjang pendidikan formal yang lebih lama ternyata tidak serta merta menunjukan tingkat kemampun membaca dan menulis yang lebih baik. anokwarikab.bps.go.id kab.b bps.go o.id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 104

114 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Gambar 15. Angka Melek Huruf Kabupaten Manokwari Tahun Dibandingkan dengan Kabupaten/Kota Lainnya di Provinsi Papua Barat 3.5. Pembangunan Manusia Bidang Perekonomian Dalam paradigma pembangunan manusia, pendapatan adalah alat untuk menguasai sumber daya agar dapat hidup dengan layak. Semakin besar pendapatan, maka semakin besar pula jumlah barang hd dan jasa yang tersedia untuk mendukung standar hidup yang layak. manokwarikab. kab.bps. bps.go.id.id Sumber daya atau barang dan jasa itu sendiri harus pula dilihat Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 105

115 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari sebagai wahana untuk meningkatkan kemampuan individu dari segi pendidikan, keterampilan, kesehatan, kemampuan dalam pergaulan di masyarakat, dan lain sebagainya bukan barangnya itu sendiri. Dalam konteks inilah pendapatan sebagai proksi dari dimensi standar hidup yang layak, dipilih sebagai salah satu indikator pembangunan manusia, yakni Indeks Pendapatan. Keterkaitan antara pendapatan perkapita dengan pembangunan manusia dapat dijelaskan sebagai berikut: semakin tinggi pendapatan perkapita suatu daerah, ah, maka semakin tinggi pula tingkat pembangunan manusia. Sebaliknya semakin tinggi tingkat pembangunan manusia maka semakin tinggi pula pendapatan perkapitanya. Namun hubungan tersebut tidak bersifat otomatis. Ada daerah dengan pendapatan perkapita yang rendah tapi memiliki tingkat capaian pembangunan manusia (IPM) yang cukup tinggi. Sebaliknya ada juga daerah dengan pendapatan perkapita yang relatif tinggi tetapi capaian pembangunan manusianya tidak seimbang. Pendapatan perkapita yang diproksi dengan pengeluaran perkapita riil yang disesuaikan, selama beberapa tahun terakhir menunjukan trend yang meningkat. Tahun 2004 pengeluaran perkapita riil Kabupaten Manokwari termasuk rendah yakni sebesar Rp ,- sementara pada tahun 2011 sudah jauh meningkat w.manokwarikab.bps.go.id arikab.b o.id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 106

116 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari menjadi Rp ,- Dalam lingkup wilayah Provinsi Papua Barat, tingkat pengeluaran perkapita riil Kabupaten Manokwari menempati posisi terendah keempat setelah Kabupaten Tambrauw, Raja Ampat dan Maybrat. Daerah-daerah yang rendah pendapatan perkapitanya pitanya umumnya memiliki tingkat kesulitan geografis yang cukup tinggi, seperti akses ke pasar yang cukup sulit. Gambar 16. Pengeluaran Perkapita Riil Kabupaten Manokwari Tahun dan Keterbandingannya dengan Provinsi Papua a Barat ttp://ww /www. ww.ma w.manokwarikab.bps.go.id arika kab.b o.id Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 107

117 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Berbeda halnya dengan tingkat pendapatan perkapita yang trendnya terlihat terus mengalami peningkatan, namun untuk laju pertumbuhan ekonomi tanpa migas justru memperlihatkan trend yang sebaliknya. Laju pertumbuhan ekonomi tanpa migas atas as dasar harga konstan Kabupaten Manokwari sepanjang periode tahun terus mengalami penurunan, dari sebesar 10,20 persen pada tahun 2008, kemudian turun menjadi 10,09 persen pada tahun 2009, dan terus turun menjadi hanya sebesar 9,12 persen pada tahun Gambar 17. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kab Manokwari Tahun Terus menurunnya laju pertumbuhan ekonomi ini ttp://wtp://w p://ww /www. ww.m w.ma.manok anokw nokwarikab.bps.go.id kab.b bps.go o.id disebabkan oleh meningkatnya laju pertumbuhan penduduk sebagai akibat dari masih tingginya tingkat kelahiran di Kabupaten Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 108

118 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Manokwari. Upaya meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat tidak hanya diukur dari aspek laju pertumbuhan ekonomi semata tetapi yang lebih penting pada seberapa jauh geliat perekonomian n dapat dinikmati oleh masyarakat sehingga aspek pemerataan dan pola konsumsi masyarakat merupakan hal yang selalu terkait untuk dicermati. Asumsi bahwa laju pertumbuhan ekonomi akan mampu meningkatkan pendapatan rata-rata masyarakat arakat terkadang masih memiliki suatu peluang untuk memunculkan suatu masalah ketimpangan pendapatan. Dari pengukuran disparitas (ketimpangan) pendapatan penduduk dengan n menerapkan indeks Gini Ratio pada masyarakat Kabupaten Manokwari sepanjang tahun 2011, terbukti bahwa pertumbuhan ekonomi di atas ternyata tidak diimbangi dengan pemerataan aan pembagian pendapatan dalam masyarakat. Dan hal ini justru akan membuat kesenjangan semakin melebar antar kelompok ok pendapatan. Dalam kurun waktu tahun , angka gini ratio Kabupaten Manokwari menunjukan keecenderungan meningkat. Dari hanya sebesar 0,38 pada tahun 2007 meningkat menjadi 0,43 pada tahun Dengan semakin meningkatnya tp://w w.ma warikab.b bps.go o.id angka gini rasio dari tahun ke tahun jelas mengindikasikan bahwa telah terjadi ketimpangan dalam pola distribusi pendapatan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 109

119 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari masyarakat yang semakin melebar. Gambar 18. Angka Gini Rasio Kab Manokwari Tahun Pendekatan lainnya yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemerataan pendapat adalah Tingkat Kemerataan Menurut Bank Dunia. Bank Dunia mengelompokkan penduduk ke dalam tiga kelompok sesuai dengan besarnya pendapatan, yakni 40% penduduk dengan pendapatan terendah, 40% penduduk dengan pendapatan menengah dan 20% penduduk dengan pendapatan tertinggi. Ketimpangan pendapatan diukur dengan menghitung persentase tp://w w.ma warikab.bps. bps.go ps.go. s.go.id jumlah pendapatan penduduk dari kelompok penduduk yang berpendapatan 40% terendah dibandingkan dengan total pendapatan seluruh penduduk. Apabila persentasenya kurang dari 12 persen, Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 110

120 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari maka termasuk dalam kategori ketimpangan tinggi, apabila berada diantara persen kategori ketimpangan sedang dan apabila lebih dari 17 persen maka kategori ketimpangan rendah. Tabel 16. Ukuran Tingkat Pemerataan Pendapatan di Kabupaten Manokwari Menurut Bank Dunia Tahun Tahun 40 persen terbawah 40 persen menengah 20 persen tertinggi Gini Ratio ,74 35,82 47,44 0, ,26 37,36 48,38 0,43 Sumber: Susenas, Dari tabel di atas terlihat bahwa meskipun terjadi kenaikan koefisien gini dari 0,34 pada tahun 2010 menjadi 0,43 pada tahun 2011, namun n status ketimpangan pendapatan masih pada posisi ketimpangan sedang. Menurut Oshima, jika nilai gini rasio di bawah 0,3 maka dikatakan ketimpangan rendah, jika nilai gini rasio berada antara 0,3 0,5 maka dikatakan ketimpangan sedang, dan bila nilai gini rasio di atas 0,5 maka dikatakan ketimpangan tinggi. Dilihat dari tp://w w.ma warika kab.bp ab.bps ps.go tingkat kemerataan menurut Bank Dunia pun, tingkat ketimpangan pendapatan di Kabupaten Manokwari juga masih termasuk dalam Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 111

121 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari kategori ketimpangan sedang, hal ini ditunjukkan oleh proporsi pengeluaran dari kelompok penduduk 40 persen terbawah terhadap total pengeluaran seluruh penduduk yang masih berada antara persen selama tahun Kondisi ini bisa dikatakan sebagai ketimpangan moderat. Artinya selama tahun ketimpangan pendapatan di Kabupaten Manokwari tidak mengalami perubahan menuju kondisi membaik ataupun memburuk. Namun meskipun demikian, tampaknya aknya justru pengeluaran rumah tangga di Kabupaten Manokwari secara umum dapat dikatakan membaik. Hal ini terlihat dari proporsi pengeluaran penduduk untuk makanan sebesar 48,88 persen pada tahun 2010 telah menurun menjadi 45,26 persen pada tahun Di sisi lain, berkurangnya proporsi orsi konsumi makanan akan menyebabkan proporsi konsumsi non makanan meningkat dari 51,12 persen pada tahun 2010 menjadi 54,74 persen pada tahun Dalam teori ekonomi kesejahteraan, meningkatnya proporsi konsumsi non makanan berdampak terhadap meningkatnya kesejahteraan masyarakat. (Kementerian Koordinasi Kesejahteraan Rakyat, 1992). Peningkatan relatif proporsi konsumsi non makanan ini tp://w w.ma warikab.b bps.go o.id dimungkinkan oleh peningkatan pendapatan masyarakat yang juga disertai oleh peningkatan pengeluaran rumah tangga untuk Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 112

122 Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari pendidikan, kesehatan dan perumahan. Dengan demikian kegiatan dan pengeluaran rumah tangga juga telah memberikan kontribusi bagi meningkatnya pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Manokwari Perkembangan Indeks Komponen IPM Perkembangan capaian IPM dari tahun ke tahun dipengaruhi oleh perubahan indikator-indikator pembentuk IPM yaitu Indeks Harapan Hidup, Indeks Pendidikan, n, dan Indeks Pendapatan. Perubahan masing-masing indikator komponen IPM ini berbeda-beda bergantung pada program pembangunan mana yang diprioritaskan apakah di bidang kesehatan, an, pendidikan atau perekonomian. Gambar 19. Pentagon Indeks Komponen IPM Kab Manokwari Tahun warikab.b bps.g Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Manokwari Tahun 2011 Halaman 113

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN MANOKWARI TAHUN 2013 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : 9105.1104 No. Katalog BPS/Catalogue Number: 1101001.9105 Ukuran Buku/Book Size : 16,5 cm x 21,5 cm Jumlah

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN MANOKWARI TAHUN 2012 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : No. Katalog/Catalogue Number:

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN MANOKWARI TAHUN 2012 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : No. Katalog/Catalogue Number: http://www.manokwarikab.bps.go INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN MANOKWARI TAHUN 2012 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : 9105.11.04 No. Katalog/Catalogue Number: 1101001.9100 Ukuran Buku/Book

Lebih terperinci

2.1. Konsep dan Definisi

2.1. Konsep dan Definisi 2.1. Konsep dan Definisi Angka Harapan Hidup 0 [AHHo] Perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir (0 tahun) yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk. Angka Kematian Bayi (AKB) Banyaknya kematian bayi

Lebih terperinci

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0)

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0) Lampiran 1. Penjelasan Singkat Mengenai IPM dan MDGs I. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 1 Sejak 1990, Indeks Pembangunan Manusia -IPM (Human Development Index - HDI) mengartikan definisi kesejahteraan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Manusia merupakan harta atau aset yang sangat berharga bagi kelanjutan ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu negara, pengembangan kualitas akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan Manusia Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2007-2008 ISBN : Nomor Publikasi : Katalog : Ukuran buku Jumlah halaman : 17.6 x 25 cm : x + 100 halaman Naskah : Sub Direktorat Konsistensi Statistik Diterbitkan oleh : Badan

Lebih terperinci

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis Pembangunan Manusia Kota Bandung Tahun 2014 ini dapat terselesaikan.

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan yang paling mendasar di masyarakat tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembangunan manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembangunan manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini diuraikan definisi dan teori pembangunan manusia, pengukuran pembangunan manusia, kajian infrastruktur yang berhubungan dengan pembangunan manusia, dan kajian empiris

Lebih terperinci

Bupati Kepulauan Anambas

Bupati Kepulauan Anambas Bupati Kepulauan Anambas KATA SAMBUTAN Assalammulaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera Untuk Kita Semua Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya kepada kita semua dan tak lupa dihaturkan

Lebih terperinci

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.7 April 2013 ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERIODE 2007-2011 H. Syamsuddin. HM ABSTRACT

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang Bab I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Informasi statistik merupakan salah satu bahan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah, serta sebagai bahan masukan dalam proses perumusan kebijakan perencanaan

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016 No. 07/01/62/Th. XI, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 Nomor ISBN : Ukuran Buku : 6,5 x 8,5 inchi Jumlah Halaman : vii + 38 Halaman Naskah Penanggung

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 (Oleh Endah Saftarina Khairiyani, S.ST) 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan era globalisasi menuntut setiap insan untuk menjadi

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014 No. 05/01/17/IX, 2 Januari 2015 TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014 - JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 316,50 RIBU ORANG - TREN KEMISKINAN SEPTEMBER 2014 MENURUN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan, khususnya pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan yang paling mendasar di masyarakat

Lebih terperinci

HUMAN DEVELOPMENT INDEX

HUMAN DEVELOPMENT INDEX HUMAN DEVELOPMENT INDEX Oleh : 1. ITRA MUSTIKA (135030201111117) 2. YUSRIN RIZQI FARADITA (135030201111119) 3. DINAR DWI PURNAMASARI (135030201111135) 4. ERVINGKA RAHMA Y.S (135030207111101) Jurusan Ilmu

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2017 Tingkat Kemiskinan di DKI Jakarta Maret 2017 No. 35/07/31/Th.XIX, 17 Juli 2017 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2017 Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan Maret 2017 sebesar 389,69 ribu

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009 No. Katalog BPS : 4102002.05 Ukuran Buku : 21 cm x 28 cm Jumlah Halaman : x + 70 Naskah : Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 06/01/21/Th.VII, 2 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2011 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN RAJA AMPAT

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN RAJA AMPAT INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN RAJA AMPAT 2011 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN RAJA AMPAT 2011 Nomor Katalog / Catalog Number : 4102002.9108 Nomor Publikasi / Publication Numbe r : 91080.12.28

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013 BADAN PUSAT STATISTIK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013 BPS KABUPATEN WONOSBO Visi: Pelopor Data Statistik Terpercaya Untuk Semua Nilai-nilai Inti BPS: Profesional Integritas Amanah Pelopor Data Statistik

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014 No. 07/01/62/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 0/07/Th. VIII, 1 Juli 016 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN 011 - O15 Selama kurun waktu 011-015, IPM Kabupaten Ngada meningkat dari

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014 No. 06/01/51/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 195,95 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 4102002.3523 Katalog BPS: 4102002.3523 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN TAHUN 2011 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN TUBAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2011 No. Publikasi

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2014 No. 34/07/31/Th. XVI, 1 Juli 2014 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2014 Pada bulan Maret 2014, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN SORONG TAHUN 2010 Nomor Publikasi : 9107.11.03 Katalog BPS : 1413.9107 Ukuran Buku : 16,5 x 21,5 cm Jumlah Halaman : v rumawi + 111 halaman Naskah : Seksi Statistik

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2009

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2009 Katalog BPS: 1413.3523 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2009 BADAN PUSAT STATISTIK DAN BAPPEDA KABUPATEN TUBAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2009 No. Publikasi : 35230.0310 Katalog

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014 No. 05/01/33/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 4,562 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017 No. 06/07/62/Th. XI, 17 Juli 2017 1. PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)

Lebih terperinci

Katalog BPS : KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DENGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN

Katalog BPS : KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DENGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN Katalog BPS : 4102002.1404 KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DENGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan Tahun 2008 ISBN : 979 484 930 8

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2017 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 41/07/76/Th.XI, 17 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2017 JUMLAH PENDUDUK MISKIN sebesar 149,76 RIBU JIWA (11,30 PERSEN) Persentase penduduk miskin

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 06/01/21/Th X, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2014 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012 BADAN PUSAT STATISTIK No. 06/01/Th. XVI, 2 Januari 2013 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 MENCAPAI 28,59 JUTA ORANG Pada bulan September 2012, jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang harus dicapai dalam pembangunan. Adapun salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan adalah

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 57/07/21/Th. XI, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN TAMBRAUW 2009 Nomor Katalog / Catalog Number : 9105.9109 Nomor Publikasi / Publication Numbe r : 9109.10.01 Ukuran Buku / Book Size Jumlah Halaman / Page Number

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2015 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2015 No. 05/01/33/Th. X, 4 Januari 2016 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2015 MENCAPAI 13,32 PERSEN Pada bulan ember 2015, jumlah penduduk miskin (penduduk

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011 ISBN Nomor Publikasi Nomor Katalog Ukuran Buku Jumlah Halaman : 979.486.6199 : 3204.1137 : 4716 3204 : 25,7 Cm x 18,2 Cm : 70 + vi Naskah :

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2016 No. 07/07/62/Th. X, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia IPM KABUPATEN TELUK BINTUNI 2009 BPS Kabupaten Teluk Bintuni menerbitkan publikasi IPM Kabupaten Teluk Bintuni secara berkala sejak tahun 2005. BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 21/07/31/Th. XII, 1 Juli 2010 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2016 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2016 No. 05/01/33/Th. XI, 3 Januari 2017 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2016 MENCAPAI 13,19 PERSEN Pada bulan ember 2016, jumlah penduduk miskin (penduduk

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 58/07/64/Th.XX, 17 Juli 2017 TINGKAT KEMISKINAN DI KALIMANTAN UTARA MARET TAHUN 2017 R I N G K A S A N Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Utara pada Maret 2017 sebanyak

Lebih terperinci

jayapurakota.bps.go.id

jayapurakota.bps.go.id INDEKS PEMBANGUNGAN MANUSIA DAN ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAYAPURA TAHUN 2015/2016 ISSN: Nomor Katalog : 2303003.9471 Nomor Publikasi : 9471.1616 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah : : 16,5

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 05/09/53/Th.XVIII, 15 Sept 2015 PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA TIMUR MARET 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2015 MENCAPAI 1.159,84 RIBU ORANG (22,61PERSEN) Jumlah penduduk

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BLITAR No. 01/11/Th.I, 21 November 2016 PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 RINGKASAN Persentase penduduk miskin (P0) di Kabupaten Blitar pada tahun 2015

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 02/10/Th. VII, 05 Oktober 2015 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN 2010-2O14 (PENGHITUNGAN DENGAN MEMAKAI METODE BARU) Selama kurun

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii i DAFTAR ISI HALAMAN KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Tujuan dan Sasaran... 3 I.3 Sumber Data... 4 I.4 Sistematika Penulisan... 5 BAB II Metodologi...

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013 No. 07/01/62/Th. VIII, 2 Januari 2014 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 No. 05/01/82/Th. XVI, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2016 SEBANYAK 76,40 RIBU ORANG ATAU SEBESAR 6,41 PERSEN Jumlah

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju Katalog BPS: 4102002.7604 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju Human Development Index of Mamuju Regency 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Mamuju

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014 No. 07/07/62/Th. VIII, 1 Juli 2014 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 40/7/61/Th. XVII, 1 Juli 2014 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2014 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BOGOR

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BOGOR INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BOGOR Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Kota Bogor Tahun Anggaran 2014 Indeks Pembangunan Manusia Kota Bogor Tahun Anggaran 2014 i Penyusunan

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN.

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN. No. 55/09/17/Th.IX, 15 September 2015 TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN. Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No 07/01/21/Th. XII, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 05/01/76/Th.XI, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN sebesar 146,90 RIBU JIWA (11,19 PERSEN) Persentase penduduk

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2017 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2017 No. 47/07/33/Th. XI, 17 Juli 2017 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MARET 2017 MENCAPAI 13,01 PERSEN Pada bulan 2017, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015 No. 66/09/33/Th. IX, 15 ember 2015 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2015 MENCAPAI 4,577 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 36/06/17/II, 2 Juni 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN IPM PROVINSI BENGKULU TAHUN TERMASUK KATEGORI SEDANG Pembangunan manusia di Provinsi Bengkulu terus mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDG s), yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDG s), yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di negara berkembang seperti Indonesia, peranan sumber daya manusia mengambil tempat yang sentral, khususnya dalam setiap pencapaian pembangunan ekonomi, di

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MARET 2017 SEBESAR 9,38 PERSEN No. 39/07/73/Th. XI, 17 Juli 2017 Penduduk miskin di Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 06/01/21/Th.VIII, 2 Januari 2013 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2012 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU H.Nevi Hendri, S.Si Soreang, 1 Oktober 2015 Pendahuluan Metodologi IPM Hasil Penghitungan IPM Metode Baru Penutup Pendahuluan SEJARAH PENGHITUNGAN IPM 1990:

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012 No. 05/01/33/Th. VII, 2 Januari 2013 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 MENCAPAI 4,863 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2015 No. 05/01/36/Th.X, 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2015 MENCAPAI 690,67 RIBU ORANG Pada bulan ember 2015, jumlah penduduk miskin (penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara, maka dibutuhkan pembangunan. Pada September tahun 2000, mulai dijalankannya Millennium Development

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 05/01/61/Th. XVI, 2 Januari 2013 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT JANUARI 2013 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN EMPAT LAWANG. Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk

BPS KABUPATEN EMPAT LAWANG. Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk BPS KABUPATEN EMPAT LAWANG No. 001/05/1611/Th.XIX, 24 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNA AN MANUSIA (IPM) TAHUN IPM Empat Lawang Tahun Pembangunan manusia di Empat Lawang pada tahun terus mengalami kemajuan yang

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 64 /09/52/TH.IX, 15 SEPTEMBER 2015 PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2015 MENCAPAI 823,89 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin di Nusa

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2017 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU Nomor 51/07/21/Th. XII, 17 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2017 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2011

TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2011 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 37/08/61/Th. XIV, 5 Agustus 2011 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2011 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI Konsep dan Definisi. Angka Harapan Hidup 0 [AHHo]

BAB II METODOLOGI Konsep dan Definisi. Angka Harapan Hidup 0 [AHHo] BAB II METODOLOGI 2.1. Konsep dan Definisi Angka Harapan Hidup 0 [AHHo] Perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir (0 tahun) yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk. Angka Kematian Bayi (AKB) Banyaknya

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG

BPS PROVINSI LAMPUNG BPS PROVINSI LAMPUNG No. 07/09/18/TH.VII, 15 September 2015 ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET 2015 Jumlah penduduk miskin di Lampung pada Maret 2015 mencapai 1.163,49 ribu orang (14,35 persen), bertambah

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014 No. 40/07/33/Th. VIII, 1 Juli 2014 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2014 MENCAPAI 4,836 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2013 No. 05/01/51/Th. VIII, 2 Januari 2014 PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2013 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2013 MENCAPAI 186,53 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2015 No. 40/07/36/Th.X, 1 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2015 STATUS PEMBANGUNAN MANUSIA BANTEN MENINGKAT MENJADI TINGGI Pembangunan manusia di Banten pada tahun 2015 terus mengalami

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2013

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2013 No. 32/07/31/XV, 1 Juli 2013 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2013 Pada bulan Maret 2013, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di DKI

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2015 PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2015 No. 63/09/51/Th. IX, 15 September 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2015 MENCAPAI 196,71 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA TAHUN 2012

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA TAHUN 2012 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA TAHUN 2012 Katalog BPS : 4102002.7107 ISSN 0215 6432 Ukuran Buku 16,5 Cm X 21,5 Cm Jumlah Halaman : xxii + 74 Halaman Naskah : Badan Perencanaan

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 05 /01/52/TH.X, 4 JANUARI 2016 PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2015 MENCAPAI 802,29 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU Tujuan utama pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif

Lebih terperinci

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2016

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2016 No. 05/01/17/XI, 3 Januari 2017 KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2016 MENCAPAI 325.600 ORANG (17,03 PERSEN) PERSENTASE KEMISKINAN SEPTEMBER 2016 TURUN JIKA DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANJAR TAHUN 2012

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANJAR TAHUN 2012 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANJAR TAHUN 2012 Nomor Publikasi : 3279.1103 Katalog BPS : 4102002.3279 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 16,5 cm x 21,5 cm : ix rumawi + 117 halaman Naskah : Seksi Statistik

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016 BADAN PUSAT STATISTIK No. 05 /01/52/Th. XI, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2016 MENCAPAI 786,58 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin

Lebih terperinci

Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah

Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah BAB. 3 AKUNTABILITAS KINERJA A. PENGUATAN IMPLEMENTASI SAKIP PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah mempunyai rencana strategis

Lebih terperinci

Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa me

Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa me BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAGELANG No.02/05/33.08/Th. I, 04 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN MAGELANG 2016 1. Perkembangan IPM Kabupaten Magelang, 2010-2016 Pembangunan manusia

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia IPM KABUPATEN TELUK BINTUNI 2012 BPS Kabupaten Teluk Bintuni menerbitkan publikasi IPM Kabupaten Teluk Bintuni secara berkala sejak tahun 2005. BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013 No. 07/07/62/Th. VII, 1 Juli 2013 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2016 No. 30/05/36/Th.XI, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2016 PEMBANGUNAN MANUSIA BANTEN TERUS MENGALAMI KEMAJUAN Pembangunan manusia di Banten pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2015 No. 04 / 01 / 91 Th. X, 04 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2015 Jumlah penduduk miskin (Penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Papua Barat kondisi Maret 2015

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 05/01/76/Th.VIII, 2 Januari 2014 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2013 SEBANYAK 154,20 RIBU JIWA Persentase penduduk

Lebih terperinci