TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2013

Transkripsi

1 No. 32/07/31/XV, 1 Juli 2013 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2013 Pada bulan Maret 2013, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta mencapai 354,19 ribu orang (3,55 persen), berkurang sebesar 9,01 ribu orang (0,14 persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2012 yang sebesar 363,20 ribu orang (3,69 persen). Jika dibandingkan dengan bulan September 2012, penduduk miskin berkurang sebesar 12,6 ribu orang (0,15 persen) Garis Kemiskinan (GK) bulan Maret tahun 2013 sebesar Rp per kapita per bulan, lebih tinggi dibanding GK bulan Maret tahun 2012 yang sebesar Rp per kapita per bulan. Garis Kemiskinan Maret 2013 juga lebih tinggi jika dibandingkan bulan September 2012 dengan Garis Kemiskinan sebesar Rp Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan Maret 2013 tercatat sebesar 65,88 persen kondisi ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan kondisi Maret 2012 yang sebesar 64,59 persen. Pada periode Maret Maret 2013, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kenaikan. Demikian juga pada periode September 2012 Maret Ini mengindikasikan bahwa rata - rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauhi Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar. 1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 2013 Pada bulan Maret 2013, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta mencapai 354,19 ribu orang (3,55 persen), berkurang sebesar 9,01 ribu orang (0,14 persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2012 yang sebesar 363,20 ribu orang (3,69 persen). Jika dibandingkan dengan bulan September 2012, penduduk miskin berkurang sebesar 12,6 ribu orang (0,15 persen). Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No.32/07/31/XV, 1 Juli

2 Bulan/Tahun Tabel 1. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Di DKI Jakarta Maret 2012-Maret 2013 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Makanan Bukan Makanan Total Jumlah penduduk miskin (000) Persentase penduduk miskin (1) (2) (3) (4) (5) (6) Maret ,20 3,69 (64,59 %) (35,41 %) (100,00%) September ,77 3,70 (64,66 %) (35,34 %) (100,00%) Maret ,19 3,55 (65,88 %) (34,12 %) (100,00%) Perubahan (persen) Sept Mrt ,74 0,21 3,79-12,6-0,15 Mrt Mrt ,63 3,57 7, Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2012, September 2012 dan Maret Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2013 Garis Kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk mengelompokkan penduduk menjadi miskin atau tidak miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan sehingga jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan (GK). Selama periode Maret Maret 2013, Garis Kemiskinan naik sebesar 7,49 persen, yaitu dari Rp per kapita per bulan pada Maret 2012 menjadi Rp per kapita per bulan pada Maret Garis Kemiskinan Maret 2013 juga lebih tinggi jika dibandingkan bulan September 2012 dengan Garis Kemiskinan sebesar Rp Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Besarnya sumbangan GKM terhadap GK pada pada Maret Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No.32/07/31/XV, 1 Juli 2013

3 mengalami kenaikan dibandingkan bulan Maret 2012 dan bulan September 2012 yaitu masing-masing sebesar 1,29 poin dan 1,22 poin. Pada bulan Maret 2013, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada Garis Kemiskinan adalah beras, sebesar 26,5 persen. Selain beras, barangbarang kebutuhan pokok lain yang berpengaruh cukup besar terhadap Garis Kemiskinan adalah rokok kretek filter (19,19 persen), telur ayam ras (6,05 persen), daging ayam ras (4,96 persen), mie instan (4,84 persen), tempe (3,43 persen), tahu (2,81 persen), gula pasir (2,62 persen) dan bawang merah (2,6 persen). Lima komoditi bukan makanan pemberi sumbangan terbesar untuk Garis Kemiskinan di DKI Jakarta adalah perumahan (37,7 persen), angkutan (11,38 persen), listrik (11,34 persen), pendidikan (9,29 persen) dan bensin (5,74 persen). 3. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar jumlah dan persentase penduduk miskin, dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga sekaligus dapat mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Pada periode Maret Maret 2013, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) mengalami kenaikan. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 0,499 pada keadaan Maret 2012 menjadi 0,629 pada keadaaan Maret Demikian juga untuk periode September Maret 2013, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) mengalami kenaikan. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 0,557 pada keadaan September 2012 menjadi 0,629 pada keadaaan Maret 2013 Indeks Keparahan Kemiskinan naik dari 0,129 menjadi 0,169 pada periode Maret Maret Begitu juga pada periode September Maret 2013, Indeks Keparahan Kemiskinan naik dari 0,151 menjadi 0,169 (Tabel 2). Kenaikan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi garis kemiskinan, serta ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar. Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No.32/07/31/XV, 1 Juli

4 Tabel 2 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) di DKI Jakarta, Maret Maret 2013 Bulan/Tahun Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) (1) (2) (3) Maret ,499 0,129 September ,557 0,151 Maret ,629 0,169 Perubahan (poin) Sept 2012 Maret , Maret 2012 Maret Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2012, September 2012 dan Maret Perkembangan Tingkat Kemiskinan Tahun Maret 2013 Jumlah dan persentase penduduk miskin menurun dari tahun 2003 ke Namun pada tahun 2005 sampai 2006 jumlah penduduk miskin mengalami kenaikan. Kemudian mulai tahun 2007 sampai 2010 jumlah dan persentase penduduk miskin terus menurun. Tahun 2011 jumlah penduduk miskin naik, namun dari tahun 2012 dan 2013 kembali menurun. Perkembangan tingkat kemiskinan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2013 ditunjukkan oleh gambar berikut : Gambar 1 Perkembangan Kemiskinan di DKI Jakarta, Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No.32/07/31/XV, 1 Juli 2013

5 5. Penjelasan Teknis dan Sumber Data a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan, kecuali untuk DKI Jakarta yang seluruh wilayahnya merupakan daerah perkotaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan kkal per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacangkacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dan lain-lain). d. Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar Non-Makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. e. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2013 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Maret Jumlah sampel Susenas Maret 2013 di DKI Jakarta sebanyak rumah tangga sehingga data kemiskinan dapat disajikan hingga tingkat provinsi. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan. Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No.32/07/31/XV, 1 Juli

6 BPS PROVINSI DKI JAKARTA Informasi lebih lanjut hubungi : Ir. Sri Santo Budi M, MA Kepala Bidang Statistik Sosial Telepon : ext Fax : bps3100@bps.go.id Homepage : 6 Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta No.32/07/31/XV, 1 Juli 2013