BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA"

Transkripsi

1 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan dan Pengolahan Data Produk Yang Ada Dipasaran Gambar 4.1 Meja Seterika PD. Indra Jaya Spesifikasi meja seterika pada PD. Indra Jaya : 1. Meja seterika ini terbuat dari besi. 2. Meja seterika ini memiliki dimensi 84 x 37 cm, tinggi 100 cm. 3. Ketinggian dari meja seterika ini dapat diatur yaitu ketinggian untuk posisi berdiri, duduk di kursi dan duduk dilantai. 4. Bahan alas yang digunakan adalah plat besi yang dilapisi kain keras kemudian dilapisi lagi dengan kain biasa. 5. Desain yang dimiliki yang cukup modern.

2 97 6. Penahan yang dibuat untuk mengatur ketinggian pada meja seterika dapat dilihat pada gambar diatas. 7. Beban dari alas seterika ini adalah 5 kilogram. 8. Harga dari meja seterika ini adalah Rp ,- hingga Rp ,-. Gambar 4.2 Meja Seterika PT. Nagata Indonesia

3 98 Spesifikasi meja seterika pada PT. Nagata Indonesia : 1. Meja seterika ini terbuat dari besi. 2. Meja seterika ini memiliki dimensi 80 x 37 cm, tinggi 120 cm. 3. Ketinggian dari meja seterika ini dapat diatur yaitu ketinggian untuk posisi berdiri, duduk di kursi dan duduk dilantai. 4. Bahan alas yang digunakan adalah plastik yang dilapisi kain keras kemudian dilapisi lagi dengan kain biasa. 5. Memiliki desain yang cukup modern. 6. Penahan yang dibuat untuk mengatur ketinggian pada meja seterika dapat dilihat pada gambar diatas. 7. Beban dari alas seterika ini adalah 6 kilogram. 8. Harga dari meja seterika ini adalah Rp ,- hingga Rp , Perencanaan Produk Perencanaan produk merupakan proses awal dari pengembangan produk. Output dari proses ini adalah pernyataan misi proyek, yang merupakan input yang dibutuhkan untuk memulai tahap pengembangan konsep dan merupakan suatu petunjuk untuk tim pengembangan (Ulrich dan Eppinger, 2001: 15). Dalam rangka memberikan petunjuk yang jelas untuk organisasi pengembangan produk, biasanya tim memformulasikan suatu definisi yang lebih detail dari pasar target dan asumsi-asumsi yang mendasari operasional tim pengembangan. Keputusan-keputusan mengenai hal ini akan terdapat pada suatu pertanyaan misi (mission statement) (Ulrich dan Eppinger, 2001: 48).

4 99 Deskripsi Produk Sasaran Bisnis Kunci Pasar Utama Pasar Sekunder Asumsi-asumsi dan Batasanbatasan Pihak yang terkait Tabel 4.1 Tabel Pernyataan Misi Pernyataan Misi : Meja Seterika Sebagai alas menyeterika pakaian Penjualan produk mencapai 50 % pada pasar utama Produk diluncurkan di kuartal ke empat tahun 2007 Margin error sebesar 7 % Perumahan Tempat laundry Rumah susun Penjual eceran Mudah dilipat Mudah disimpan Ringan Mempermudah dalam menyeterika Menggunakan tenaga manusia dengan sedikit mekanisme pembantu Merupakan teknologi yang mempertimbangkan market pull dibandingkan teknologi. Pembeli dan pengguna Tenaga penjual Bagian produksi Distributor Operasional Marketing Operasional Manufaktur Departemen Hukum dan legal Deskripsi produk adalah sebagai alas menyeterika pakaian karena pada dasarnya fungsi dari meja seterika itu sendiri adalah sebagai alat bantu untuk mempermudah dalam menyeterika pakaian. Sasaran bisnis kunci adalah penjualan produk mencapai 50 % pada pasar utama karena tidak semua orang akan membeli dan menggunakan meja seterika sehingga diambillah asumsi bahwa penjualan produk hanya sebesar 50 %, produk diluncurkan

5 100 pada kuartal keempat tahun 2007 karena akhir tahun merupakan hari dimana kita dapat memulai hidup yang baru dan sasaran yang ingin dicapai yaitu penggunaan meja seterika yang lebih baik, margin error sebesar 7 % karena error yang semakin kecil akan menjadikan sebuah produk menjadi lebih dibutuhkan. Pasar utama produk ini adalah perumahan. Karena pemakaian meja seterika lebih banyak digunakan perumahan. Sedangkan pasar sekundernya adalah tempat laundry dan rumah susun. Karena ditempat inilah pemakaian meja seterika jarang digunakan yang disebabkan hal-hal tertentu seperti terbatasnya tempat untuk meletakkan meja seterika dan penggunaan meja seterika yang repot. Pasar sekunder dari produk ini juga melibatkan agen penjualan eceran. Hal ini dikarenakan penjualan produk tidak akan mungkin sampai ke para konsumen tanpa adanya kegiatan menawarkan produk ke rumah-rumah. Asumsi-asumsi dan batasan-batasan dari produk ini, yaitu mudah dilipat, mudah disimpan, ringan, mempermudah dalam menyeterika, menggunakan tenaga manusia dengan sedikit mekanisme pembantu, merupakan teknologi yang mempertimbangkan market pull dibandingkan teknologi. Asumsi dan batasan ini ada karena produk yang akan dibuat harus sesuai dengan fungsi dan apabila terdapat fungsi yang terlalu banyak maka produk tersebut akan menyimpang dari fungsi utamanya. Pihak-pihak yang terkait, seperti pembeli dan pengguna, pengecer, tenaga penjual, distributor, bagian produksi, operasional marketing, operasional manufaktur, dan departemen hukum dan legal. Pembeli dan pengguna, yang dimana mereka merupakan peran yang terpenting sebagai stakeholder produk ini, yang juga

6 101 merupakan sasaran utama, mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan produk yang dikemabngkan, karena sebagian besar produk ditujukan bagi konsumen. Pengecer dan tenaga penjual yang menjual kembali produk yang diluncurkan, sehingga ke berbagai tempat tersebut dijadikan stakeholder. Distributor yang merupakan sarana transpotasi untuk memasarkan produk meja seterika. Bagian produksi yang memproduksi meja seterika, apabila tanpa campur tangan mereka maka produk ini tidak akan dapat dibuat. Operasional marketing yang memasarkan produk lampu belajar ini ke berbagai tempat sehingga dikenal oleh pangsa pasar yang dituju. Operasional manufaktur, dimana produk ini juga tergantung kepada bagaimana strategi & perencanaan untuk penjualan produk, bila tidak terdapat strategi yang baik maka produk juga tidak akan berhasil dijual. Dan departemen hukum dan legal yang merupakan salah satu pihak yang terkait Pengumpulan data Identifikasi Kebutuhan Pelanggan Identifikasi kebutuhan pelanggan, yaitu memahami kebutuhan pelanggan dan mengkomunikasikannya secara efektif kepada tim pengembang. Output dari langkah ini adalah sekumpulan pernyataan kebutuhan pelanggan yang tersusun rapi, diatur dalam daftar hierarki, dengan bobot kepentingan untuk tiap kebutuhan (Ulrich dan Eppinger, 2001: 18). Pengumpulan data yang dilakukan pada tahap identifikasi kebutuhan pelanggan dilakukan dengan teknik wawancara yaitu dengan mendatangi langsung para responden yang merupakan ibu rumah tangga dan menggunakan meja seterika

7 102 maupun alas seterika saja. Dengan asumsi bahwa mereka lebih tahu kelebihan dan kekurangan dari meja seterika yang telah mereka gunakan selama ini dan mereka terkadang telah menemukan solusi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pengumpulan data dengan wawancara bertujuan untuk mendapatkan ekspresi yang jujur tentang kebutuhan, interaksi dengan pelanggan bersifat verbal, pewawancara menanyakan beberapa pertanyaan dan pelanggan memberikan respon. Suatu tuntutan wawancara akan berguna untuk menstrukturkan dialog tersebut. Wawancara dilakukan secara acak terhadap 10 respoden. Wawancara hanya dilakukan terhadap 10 responden saja dikarenakan wawancara ini hanya merupakan pre-test dari kuisioner selanjutnya (Singarimbun dan Effendi, 2006: 184). Tabel 4.2 Tabel Pernyataan Pelanggan Pelanggan: Pewawancara: Yunus No: Alamat: Tanggal: Telepon: Sekarang menggunakan: Apakah bersedia di follow-up: ya/ tidak Jenis penggunaan: Responden yang terhormat, Saya mahasiswa Univ. Bina Nusantara T.Industri yang sedang menyusun skripsi tentang Product Development. Mohon bantuannya untuk mengisi pertanyaan di bawah ini. Atas bantuan Anda saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Beri tanda (O / X) untuk menjawab pilihan berganda! 1. Saat menyeterika pakaian apakah Anda menggunakan meja seterika? A. Ya B. Tidak (jawab nomor 6) 2. Meja seterika yang Anda gunakan sekarang ini terbuat dari bahan Bagaimana beban yang terdapat pada meja seterika yang Anda gunakan? A. Ringan B. Sedang C. Berat 4. Bentuk dari pada meja seterika yang Anda gunakan apakah? A. Baik B. Cukup baik C. Tidak baik (misal:...) 5. Kekuatan meja seterika yang Anda gunakan untuk menahan beban apakah? A. Baik B. Cukup C. Kurang

8 Alas seterika yang Anda gunakan apakah sudah memenuhi standar (misal tidak mudah rusak, tidak mudah terbakar, alas tebal)? A. Sudah B. Cukup (misal:...) C. Kurang (misal:...) 7. Saat menyeterika pakaian apakah Anda mengalami kesulitan? A. Tidak B. Biasa saja C. Ya (seperti:...) 8. Jawab pertanyaan di kolom berikut berdasarkan pengalaman Anda selama ini baik dari meja seterika maupun alas seterika yang Anda gunakan sekarang. Pertanyaan Pernyataan Pelanggan Interprestasi Kebutuhan Hal-hal yang disukai terhadap meja seterika atau alas seterika sekarang Hal-hal yang tidak disukai terhadap meja seterika atau alas seterika sekarang Usulan perbaikan atau fungsi tambahan yang diinginkan terhadap meja seterika atau alas seterika Terima kasih atas bantuannya dalam pengisian kuisioner ini.

9 104 Tabel 4.3 Hasil Wawancara Pernyataan Pelanggan Hal yang disukai dari meja seterika sekarang : Terdapat tempat untuk menaruh alat seterika, mudah disimpan, ketinggian dapat diatur, kaki kokoh, mudah digunakan, mudah dipindahkan, alas tebal. Hal yang tidak disukai : Tidak ada rak baju rapi, kaki meja seterika kurang kuat, alas meja tipis, alas mudah terbakar, alas licin, alas mudah robek. Usulan : multifungsi, terdapat stop kontak, alas dipertebal dan diperbagus, alas tidak mudah terbakar, lebih murah, mudah dibawa, mudah disimpan, menjaga pakaian tetap rapi, berbahan busa tebal, seterika 2 sisi Menginterpretasikan Data Mentah Menjadi Kebutuhan Pelanggan Kebutuhan pelanggan diekspresikan sebagai pernyataan tertulis dan merupakan hasil interpretasi kebutuhan yang berupa data mentah yang diperoleh dari pelanggan. Proses perterjemahan hasil wawancara akan menimbulkan berbagai kebutuhan yang berbeda.

10 105 No. Tabel 4.4 Tabel Interpretasi Kebutuhan Pelanggan Pernyataan Kebutuhan 1 Meja seterika mempermudah dalam menyeterika pakaian Penggunaan meja seterika sangat dibutuhkan dalam 2 menyeterika pakaian 3 Ketinggian meja seterika dapat diatur 4 Ukuran alas seterika lebih luas 5 Meja seterika mudah dalam pemakaian 6 Harga meja seterika terjangkau Adanya tempat untuk meletakkan pakaian tak rapi 7 maupun pakaian rapi 8 Adanya tempat untuk meletakkan alat seterika 9 Adanya tempat untuk meletakkan alat bantu seterika Meja seterika memiliki pengait kabel sehingga kabel 10 tidak terbelit 11 Adanya tiang untuk menggantung beberapa pakaian 12 Meja seterika memiliki beban yang ringan 13 Pakaian tidak mudah jatuh dari alas seterika 14 Alas seterika tahan panas 15 Meja seterika mudah untuk disimpan Meja seterika dapat membuat pakaian menjadi rapi 16 hanya dengan satu kali gosok saja 17 Kaki meja seterika kokoh Alas seterika lebih tebal, lebih handal, lebih liat dan 18 tahan lama 19 Meja seterika tidak mudah rusak Menetapkan Kepentingan Relatif Setiap Kebutuhan Proses indentifikasi kebutuhan pelanggan adalah menetapkan tingkat kepentingan relatif kebutuhan. Menentukan bobot kepentingan setiap kebutuhan dengan berdasarkan nilai kepentingan yang diperoleh dari survei lanjutan terhadap pelanggan, yaitu survei pelanggan (Ulrich dan Eppinger, 2001: 56).

11 106 Survei pelanggan dilakukan dengan menyebarkan kuisioner yang berisi ke-19 variabel di atas, dan memberikan kolom bobot kepentingan dengan skala 1 s/d 5 untuk diisi oleh setiap responden dengan cara memberikan check list pada kolom yang disediakan. Survei pelanggan ini dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu: Penentuan Jumlah Sampel. Dengan asumsi-asumsi di bawah ini, akan dilakukan penentuan jumlah sampel dengan menggunakan rumus untuk mencari nilai n atau jumlah responden yang besarnya juga sama dengan kuisioner yang akan diedarkan. - Proporsi pasar (p) = 50 %, jumlah ini dianggap cukup untuk bisa memasuki 50% dari pasar pengguna meja seterika. - Tingkat kepercayaan = 95% karena tingkat kepercayaan pada level ini dianggap tidak terlalu besar ataupun tidak terlalu kecil. - Dari tingkat Kepercayaan 95% didapatkan nilai Z = 1,96 dari tabel Z. - Margin of error (e) = 7 %, nilai error yang diijinkan hanya 7% sehingga data yang didapatkan nantinya tidak menyimpang terlalu jauh dari nilai tengah rataratanya. Dengan asumsi dan nilai-nilai di atas, maka dapat ditentukan jumlah sampel untuk survey pelanggan dengan rumus: n 2 2 p 1 p e

12 107 n 2 1,96 0,5 1 0,07 2 0,5 n 196 Didapatkan bahwa jumlah responden untuk menentukan bobot kepentingan relatif setiap kebutuhan adalah dengan 196 responden Melakukan Survei Survei dilakukan dengan menyebarkan 200 kuisioner kepada 200 responden yang seluruhnya merupakan pengguna meja seterika dengan hal yang ditanyakan adalah ke-19 variabel kebutuhan tersebut. Penyebaran 200 kuisioner ini dilakukan untuk menghindari adanya kesalahan pengisian kuisioner. Contoh kuisioner untuk survei pelanggan ini adalah : Tabel 4.5 Tabel Kuisioner Survei Bobot Kepentingan Kebutuhan Pelanggan Nama Pelanggan: Pewawancara: Yunus Alamat: Tanggal: Telepon: Sekarang menggunakan: Bersedia di follow-up: ya / tidak Jenis penggunaan: Petunjuk: Saya mahasiswa dari Univ.BiNus memohon bantuan dan kesediaan Anda untuk menjawab pertanyaan yang ada, apabila Anda sebagai pengguna meja seterika. Berikan tanda (X) pada kolom yang Anda pilih, sesuai dengan pengalaman (kesan) dari harapan Anda atas pemakaian meja seterika. Keterangan: SS = Sangat Setuju SP = Sangat Penting S = Setuju P = Penting CS = Cukup Setuju CP = Cukup Penting KS = Kurang Setuju KP = Kurang Penting TS = Tidak Setuju TP = Tidak Penting

13 108 No. Pernyataan Pengalaman Harapan SS S CS KS TS SP P CP KP TP A 1 2 B 3 Performance : kesesuaian fungsi atau karakteristik dari meja seterika Meja seterika mempermudah dalam menyeterika pakaian Penggunaan meja seterika sangat dibutuhkan dalam menyeterika pakaian Conformance : kesesuasian produk dengan syarat seperti ukuran dan karakteristik dari meja seterika Ketinggian meja seterika dapat diatur 4 Ukuran alas seterika lebih luas Meja seterika mudah dalam 5 pemakaian 6 Harga meja seterika terjangkau C D Feature : ciri khas produk yang membedakan dari produk lain yang merupakan karakteristik pelengkap Adanya tempat untuk meletakkan pakaian tak rapi maupun pakaian rapi Adanya tempat untuk meletakkan alat seterika Adanya tempat untuk meletakkan alat bantu seterika Meja seterika memiliki pengait kabel sehingga kabel tidak terbelit Adanya tiang untuk menggantung beberapa pakaian Reliability : kehandalan meja seterika Meja seterika memiliki beban yang ringan Pakaian tidak mudah jatuh dari alas seterika 14 Alas seterika tahan panas

14 109 No. Pernyataan Pengalaman Harapan SS S CS KS TS SP P CP KP TP Cahaya pada lampu belajar 15 dapat diatur Meja seterika dapat membuat 16 pakaian menjadi rapi hanya dengan satu kali gosok saja E Durability : lamanya umur meja seterika 17 Kaki meja seterika kokoh Alas seterika lebih tebal, lebih 18 handal, lebih liat dan tahan lama Meja seterika tidak mudah 19 rusak Saran dan tanggapan Anda Menurut pendapat Anda, dari pertanyaan pada kolom diatas poin yang terpenting adalah nomor : (tuliskan sesuai urutan menurut Anda) penting tidak penting Komentar dan saran Anda untuk meja seterika yang ada saat ini. Terima kasih atas kesediaan Anda mengisi daftar pertanyaan ini.

15 110 Tabel 4.6 Hasil Kuisioner Survei Bobot Kepentingan Kebutuhan Pelanggan 1. Menurut pendapat Anda, dari pertanyaan pada kolom diatas poin yang terpenting adalah nomor : (tuliskan sesuai urutan menurut Anda) penting tidak penting 17, 19, 3, 4, 5, 6, 10, 11, 14, 16, 18, 9, 12, 13, 15, 7, 8, 2, 1 2. Komentar dan saran Anda untuk meja seterika yang ada pada saat ini. Komentar: Alas kurang lebar, kaki kurang kokoh atau tidak seimbang, kebel seterika kurang panjang, tidak tahan lama, kwalitas kurang, harga mahal, sulit digunakan, kaki meja mudah patah, tidak ada tempat untuk duduk, alas kurang tebal, mudah terbakar. Saran: Dibuat lebih ringan, desain sederhana, cukup memenuhi kebutuhan, fungsi yang dimiliki tidak terlalu banyak, mudah digunakan, harga terjangkau, dan mempermudah menyeterika Diagram Kartesius Diagram kartesius merupakan suatu bangun yang dibagi atas empat bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik ( X,Y ), dimana X merupakan rata-rata dari rata-rata skor tingkat pelaksanaan atau kepuasan pelanggan atau atribut Y adalah rata-rata skor tingkat kepentingan seluruh faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan (Supranto, 2001:).

16 111 Harapan Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5 Pertanyaan 6 Pertanyaan 7 Pertanyaan 8 Pertanyaan 9 Pertanyaan 10 Pertanyaan 11 Pertanyaan 12 Pertanyaan 13 Pertanyaan 14 Pertanyaan 15 Pertanyaan 16 Pertanyaan 17 Pertanyaan 18 Pertanyaan 19 Prioritas Utama A C Prioritas Rendah Rata-rata bobot kepentingan Pengalaman Pertahankan Kualitas B D Berlebihan Hasil nilai rata-rata Gambar 4.3 Diagram Kartesius Pada diagram kartesius terdapat beberapa faktor yang telah digolongkan, yaitu : - Pertanyaan yang termasuk faktor A adalah tidak ada. - Pertanyaan yang termasuk faktor B adalah pertanyaan Sehingga dari masing-masing pertanyaan yang ditanyakan kepada konsumen cukup memenuhi keinginan sehingga hasil tersebut perlu dipertahankan. - Pertanyaan yang termasuk faktor C adalah pertanyaan tidak ada. - Pertanyaan yang termasuk faktor D adalah tidak ada.

17 Pengolahan dan Pengujian Data Setelah dilakukan survei maka data dapat diinput ke dalam tabel untuk dihitung jumlah rata-rata bobot yang diberikan untuk setiap variabel. Hasil perhitungan ratarata bobot untuk ke-19 variabel disimpulkan dalam tabel di bawah ini : Tabel 4.7 Tabel Kebutuhan Pelanggan Disertai Bobot Derajat Kepentingan No. Pernyataan Kebutuhan Bobot Kepentingan 1 Meja seterika mempermudah dalam menyeterika pakaian 4 2 Penggunaan meja seterika sangat dibutuhkan dalam menyeterika pakaian 4 3 Ketinggian meja seterika dapat diatur 4 4 Ukuran alas seterika lebih luas 4 5 Meja seterika mudah dalam pemakaian 4 6 Harga meja seterika terjangkau 4 7 Adanya tempat untuk meletakkan pakaian tak rapi maupun pakaian rapi 4 8 Adanya tempat untuk meletakkan alat seterika 4 9 Adanya tempat untuk meletakkan alat bantu seterika 4 10 Meja seterika memiliki pengait kabel sehingga kabel tidak terbelit 4 11 Adanya tiang untuk menggantung beberapa pakaian 4 12 Meja seterika memiliki beban yang ringan 4 13 Pakaian tidak mudah jatuh dari alas seterika 4 14 Alas seterika tahan panas 4 15 Meja seterika mudah untuk disimpan 4 16 Meja seterika dapat membuat pakaian menjadi rapi hanya dengan satu kali gosok saja 4 17 Kaki meja seterika kokoh 5 18 Alas seterika lebih tebal, lebih handal, lebih liat dan tahan lama 4 19 Meja seterika tidak mudah rusak 5

18 113 Hasil di atas perlu diuji terlebih dahulu validitas datanya dengan menggunakan uji signifikansi antara satu variabel dengan total bobot keseluruhan variabel, yaitu analisis butir (Arikunto, 1996: 165). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Uji yang dilakukan yaitu uji korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut: r XY N XY X Y N X X NY Y Pengujian dilakukan per variabel dengan memasukkan variabel-variabel tersebut ke dalam SPSS, maka didapatkan hasil perhitungan koefisien korelasi (r) untuk tiap variabel: 2

19 114 Tabel 4.8 Hasil Analisis Butir Pengalaman No. Koefisien Korelasi Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

20 115 Tabel 4.9 Hasil Analisis Butir Harapan No. Koefisien Korelasi Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Karena nilai r untuk tiap variabel berada pada interval 0,3< r < 1, maka data yang didapatkan dianggap valid untuk semua variabel. Dan dapat dipakai untuk diteruskan ke tahap selanjutnya yaitu spesifikasi produk. Hasil di atas selanjutnya perlu diuji reliabilitas datanya. Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawabanjawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.

21 116 Secara garis besar ada dua jenis reliabilitas, yaitu reliabilitas eksternal dan reliabilitas internal. Seperti pada validitas, jika ukuran atau kriteriumnya berada di luar instrumen maka dari hasil pengujian ini diperoleh reliabilitas eksternal. Sebaliknya jika perhitungan dilakukan berdasarkan data dari instrumen saja, akan menghasilkan reliabilitas internal (Arikunto, 1996: 169). Reliabilitas eksternal Pada reliabilitas eksternal, peneliti menggunakan teknik paralel, peneliti mau tak mau harus menyusun dua stel instrumen (Arikunto, 1996: 169). Kedua instrumen tersebut sama-sama diujicobakan kepada sekelompok responden saja (responden mengerjakan dua kali) kemudian hasil dari dua kali tes uji coba tersebut dikorelasikan, dengan teknik korelasi product moment. Tinggi rendahnya indeks korelasi inilah yang menunjukkan tinggi rendahnya reliabilitas instrumen. Oleh karena dalam menggunakan teknik ini peneliti mempunyai dua instrumen dan melakukan dua kali tes, maka disebut teknik double test double trial. r XY N XY X Y N X X NY Y r i 2( rb ) 1 r b r i > r XY, maka data tersebut reliabel.

22 117 Reliabilitas internal Kalau reliabilitas eksternal diperoleh dengan cara mengolah hasil pengetesan yang berbeda, baik instrumen yang berbeda maupun yang sama, reliabilitas internal diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali pengetesan (Arikunto, 1996: 170). Dalam mengukur reliabilitas dengan menggunakan rumus Spearman Brown, peneliti harus melalui langkah yaitu membuat tabel analisis butir soal atau butir pertanyaan. Dari analisis ini skor-skor dikelompokkan menjadi dua berdasarkan belahan bagian soal. Ada dua cara membelah yaitu belah ganjil-genap dan belah awal-akhir. Oleh karena itu teknik Spearman Brown disebut juga dengan teknik belah dua. rxy pengalaman N XY X Y N X X NY Y r i 2( rb ) 1 r b r i > r XY, maka data tersebut reliabel. rxy harapan N XY X Y N X X NY Y r i 2( rb ) 1 r b r i > r XY, maka data tersebut reliabel.

23 Analisis Data Spesifikasi Produk Spesifikasi produk yaitu menjelaskan tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh sebuah produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 77). Spesifikasi terdiri dari metrik dan nilai metrik. Tahapan spesifikasi produk secara keseluruhan menggunakan metode QFD (Quality Function Deployment) yang dibagi menjadi 3 tahap, yaitu (Ulrich dan Eppinger, 2001: 80) : 1. Menyiapkan daftar metrik 2. Mengumpulkan informasi tentang pesaing 3. Menetapkan spesifikasi target Menyiapkan Daftar Metrik Metrik yang baik adalah yang merefleksikan secara langsung kebutuhan pelanggan menjadi sekumpulan nilai spesifikasi yang tepat dan terukur dapat dilakukan, dan upaya memenuhi spesifikasi dengan sendirinya akan menghasilkan kepuasan terhadap kebutuhan pelanggan yang terkait (Ulrich dan Eppinger, 2001: 79). Cara yang baik untuk membuat daftar metrik adalah mengamati setiap kebutuhan satu per satu, lalu memperkirakan karakteristik yang tepat dan terukur dari sebuah produk yang memuaskan kebutuhan pelanggan. Pada posisi ideal, hanya satu metrik untuk setiap kebutuhan. Tapi dalam praktiknya, hal ini biasanya tidak mungkin (Ulrich dan Eppinger, 2001: 79).

24 119 Derajat kepentingan metrik diturunkan dari derajat kepentingan kebutuhan yang direfleksikannya. Untuk kasus dimana metrik dipetakan secara langsung dari satu kebutuhan, derajat kepentingan kebutuhan otomatis menjadi derajat kepentingan metrik. Untuk kasus dimana metrik mereflesikan lebih dari satu kebutuhan, derajat kepentingan metrik ditentukan dengan mempertimbangkan derajat kepentingan kebutuhan yang berkaitan dan sifat dasar hubungannya (Ulrich dan Eppinger, 2001: 83). Tabel 4.10 Daftar Metrik Kebutuhan No Kebutuhan Metrik Kepentingan Satuan 1 15 Ukuran unit keseluruhan 4 mm 2 4,18 Dimensi alas meja seterika 4 mm 3 3 Ketinggian meja seterika 4 mm 4 12 Massa total meja seterika 4 kg 5 11 Ukuran tiang untuk menggantung pakaian 4 mm 6 5 Waktu dalam mengatur ketinggian meja seterika 4 s 7 6 Biaya produksi per unit 4 Rp 8 10 Kabel roll 5 meter 4 buah 9 17,19 Kekuatan menahan beban 5 kn 10 7 Ukuran keranjang atas 4 mm 11 7 Ukuran keranjang bawah 4 mm 12 13,14,16,1,2 Bahan alas seterika 4 List 13 8, 9 Meja seterika yang fungsional 4 List Pada daftar metrik kebutuhan terlihat bahwa kebutuhan mana saja yang berhubungan dengan kebutuhan yang ada, seperti :

25 120 - Metrik ukuran unit keseluruhan berhubungan dengan kebutuhan nomor 15, dikarenakan semakin kecil ukuran produk maka akan semakin mempermudah dalam penyimpanan. Bobot kepentingan pada metrik ini sama dengan pada bobot kepentingan pada kebutuhan nomor 15, hal itu dikarenakan metrik tersebut hanya merefleksikan satu kebutuhan saja. Metrik ini menggunakan satuan milimeter karena berdasarkan ilmu teknik ukuran harus dinilai dari milimeter. - Metrik dimensi alas meja seterika berhubungan dengan kebutuhan nomor 4 dan 18, dikarenakan pada kedua kebutuhan ini diperlukan alas yang luas dan memiliki ketebalan, kehandalan dan tahan lama. Bobot kepentingan pada metrik ini berdasarkan pada bobot kepentingan pada kebutuhan nomor 4, hal itu dikarenakan sifat dasar dari metrik ini berhubungan dengan alas yang lebih luas. Metrik ini menggunakan satuan milimeter karena berdasarkan ilmu teknik ukuran harus dinilai dari milimeter. - Metrik ketinggian meja seterika berhubungan dengan kebutuhan nomor 3, dikarenakan berdasarkan wawancara pada kebutuhan ini keinginan setiap orang yang menggunakan meja seterika berbeda-beda seperti ada orang yang lebih suka menyeterika dalam posisi duduk atau dalam posisi berdiri. Bobot kepentingan pada metrik ini sama dengan pada bobot kepentingan pada kebutuhan nomor 3, hal itu dikarenakan metrik tersebut hanya merefleksikan satu kebutuhan saja. Metrik ini menggunakan satuan milimeter karena berdasarkan ilmu teknik ukuran harus dinilai dari milimeter.

26 121 - Metrik massa total meja seterika berhubungan dengan kebutuhan nomor 12, dikarenakan pada kebutuhan ini orang terkadang suka memindah-mindahkan meja seterika untuk mempermudah dalam melakukan pekerjaan yang lain. Bobot kepentingan pada metrik ini sama dengan pada bobot kepentingan pada kebutuhan nomor 12, hal itu dikarenakan metrik tersebut hanya merefleksikan satu kebutuhan saja. Metrik ini menggunakan satuan massa karena berdasarkan ilmu teknik ukuran harus dinilai dari kilogram. - Metrik ukuran tiang untuk menggantung pakaian berhubungan dengan kebutuhan nomor 11, dikarenakan pada kebutuhan ini orang setelah menyeterika pakaian (khususnya kemeja) kita harus mencari tempat untuk menggantungnya karena kemeja tidak dilipat sehingga tidak ada tempat untuk meletakkannya. Bobot kepentingan pada metrik ini sama dengan pada bobot kepentingan pada kebutuhan nomor 11, hal itu dikarenakan metrik tersebut hanya merefleksikan satu kebutuhan saja. Metrik ini menggunakan satuan milimeter karena berdasarkan ilmu teknik ukuran harus dinilai dari milimeter. - Metrik waktu dalam mengatur ketinggian meja seterika berhubungan dengan kebutuhan nomor 5, dikarenakan semakin cepat waktu dalam mengatur ketinggian meja seterika maka meja seterika tersebut makin mudah untuk digunakan. Bobot kepentingan pada metrik ini sama dengan pada bobot kepentingan pada kebutuhan nomor 5, hal itu dikarenakan metrik tersebut hanya merefleksikan satu kebutuhan saja. Metrik ini menggunakan satuan sekon karena

27 122 waktu yang digunakan untuk mengatur meja tersebut tidak membutuhkan waktu yang lama. - Metrik biaya produksi per unit berhubungan dengan kebutuhan nomor 6, dikarenakan pada kebutuhan ini semakin rendah biaya produksi per unit maka harga meja seterika yang dijual semakin terjangkau. Bobot kepentingan pada metrik ini sama dengan pada bobot kepentingan pada kebutuhan nomor 6, hal itu dikarenakan metrik tersebut hanya merefleksikan satu kebutuhan saja. Metrik ini menggunakan satuan rupiah karena biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi meja seterika berdasarkan rupiah. - Metrik kabel roll 5 meter berhubungan dengan kebutuhan nomor 10, dikarenakan pada hasil wawancara kabel yang terdapat pada alat seterika kurang panjang dan suka terbelilit sehingga saat meyeterika mengalami kesulitan. Bobot kepentingan pada metrik ini sama dengan pada bobot kepentingan pada kebutuhan nomor 10, hal itu dikarenakan metrik tersebut hanya merefleksikan satu kebutuhan saja. Metrik ini menggunakan satuan buah karena pemasangan kabel roll pada meja seterika hanya digunakan 1 buah kabel roll. - Metrik kekuatan menahan beban berhubungan dengan kebutuhan nomor 17 dan 19, dikarenakan setelah menggangkat jemuran biasanya orang akan selalu meletakkannya diatas meja seterika sehingga dibutuhkan meja yang kuat dan tidak mudah rusak. Bobot kepentingan pada metrik ini sama dengan pada bobot kepentingan pada kebutuhan nomor 17, hal itu dikarenakan metrik tersebut berhubungan dengan kekuatan kaki meja dalam menahan beban yang diberikan.

28 123 Metrik ini menggunakan satuan kn karena berdasarkan ilmu teknik ukuran harus dinilai dari kn. - Metrik ukuran keranjang atas meter berhubungan dengan kebutuhan nomor 7, dikarenakan pada kebutuhan ini orang yang setelah menyeterika pakaian akan membutuhkan tempat untuk meletakkan pakaian rapi. Bobot kepentingan pada metrik ini sama dengan pada bobot kepentingan pada kebutuhan nomor 7, hal itu dikarenakan metrik tersebut hanya merefleksikan satu kebutuhan saja. Metrik ini menggunakan satuan milimeter karena berdasarkan ilmu teknik ukuran harus dinilai dari milimeter. - Metrik ukuran keranjang bawah berhubungan dengan kebutuhan nomor 7, dikarenakan pada kebutuhan ini orang yang setelah mengangkat pakaian akan membutuhkan tempat untuk meletakkan pakaiannya. Bobot kepentingan pada metrik ini sama dengan pada bobot kepentingan pada kebutuhan nomor 7, hal itu dikarenakan metrik tersebut hanya merefleksikan satu kebutuhan saja. Metrik ini menggunakan satuan milimeter karena berdasarkan ilmu teknik ukuran harus dinilai dari milimeter. - Metrik bahan alas seterika berhubungan dengan kebutuhan nomor 13, 14, 16, 1, 2, dikarenakan pada kebutuhan ini orang akan alas setrika yang tahan panas, tebal, dan tahan lama. Bobot kepentingan pada metrik ini sama dengan pada bobot kepentingan pada kebutuhan nomor 14, hal itu dikarenakan sifat dasar dari metrik ini yaitu alas yang tahan panas. Metrik ini menggunakan satuan list karena

29 124 berdasarkan beberapa bahan yang ada sehingga dibutuhkan daftar bahan tersebut untuk memilih satu bahan yang sesuai. - Metrik meja seterika yang fungsional berhubungan dengan kebutuhan nomor 8, 9, dikarenakan pada kebutuhan ini orang dalam menyeterika untuk menaruh alat seterika dan alat bantu seterika. Bobot kepentingan pada metrik ini sama dengan pada bobot kepentingan pada kebutuhan nomor 8, hal itu dikarenakan sifat dasar dari metrik ini dengan kebutuhan tempat untuk menaruh alat seterika. Metrik ini menggunakan satuan list karena berdasarkan meja seterika terdapat beberapa fungsi yang lain seperti tempat untuk menaruh alat seterika dan alat bantu seterika Mengumpulkan informasi tentang pesaing Ketika tim memulai proses pengembangan produk dengan beberapa ide tentang bagaimana produk bersaing di pasaran, target spesifikasi merupakan bahasa yang digunakan tim untuk berdiskusi dan menentukan posisi produknya dibandingkan produk yang ada, baik produk yang dimiliki perusahaan sendiri maupun produk pesaing (Ulrich dan Eppinger, 2001: 83).

30 125 Tabel 4.11 Tabel Analisis Pesaing No Kebutuhan Metrik Kepentingan Satuan Pesaing Pesaing PD. PT.Nagata Indra Indonesia Jaya 1 15 Ukuran unit keseluruhan 4 mm , Dimensi alas meja 4 mm seterika Ketinggian meja seterika 4 mm <800 < Massa total meja seterika 4 kg Ukuran tiang untuk 4 mm menggantung pakaian Waktu dalam mengatur ketinggian meja seterika 4 s <5 <8 7 6 Biaya produksi per unit 4 Rp Kabel roll 5 meter 4 buah ,19 Kekuatan menahan beban 5 kn <50 < Ukuran keranjang atas 4 mm Ukuran keranjang bawah 4 mm ,14,16,1,2 Bahan alas seterika 4 List Kain Kain 13 8, 9 Meja seterika yang fungsional 4 List - - Pada metrik ukuran unit keseluruhan, PT. Nagata Indonesia membuat meja seterika dengan ukuran panjang 1200 mm, lebar 370 mm, dan tinggi 800 mm. Sedangkan PD. Indra Jaya membuat meja seterika dengan panjang 1000 mm lebih kecil dibandingkan meja seterika PT. Nagata Indonesia, dan lebar meja seterika PD. Indra Jaya sama dengan meja seterika PT. Nagata yaitu 370 mm, dan tinggi meja seterika hanya 780 mm.

31 126 Pada metrik dimensi alas meja seterika, pada meja seterika PT. Nagata Indonesia ukuran alas yang diberikan lebih besar dibandingkan meja seterika PD. Indra Jaya. Pada metrik ketinggian meja seterika, meja seterika PT. Nagata Indonesia memiliki ketinggian meja seterika yang diberikan lebih tinggi dibandingkan meja seterika PD. Indra Jaya Pada metrik massa total meja seterika, meja seterika PT. Nagata Indonesia memiliki massa sebesar 7 kg. Sedangkan meja seterika PD. Indra Jaya memiliki massa agak berat yaitu sebesar 7,5 kg. Pada metrik ukuran tiang untuk menggantung pakaian, meja seterika PT. Nagata Indonesia dan meja seterika PD. Indra Jaya tidak memiliki tiang untuk menggantung pakaian. Pada metrik waktu dalam mengatur ketinggian meja seterika, meja seterika PT. Nagata Indonesia penggunaannya lebih mudah. Sedangkan meja seterika PD. Indra Jaya penggunaannya agak sulit. Hal ini dapat terlihat dari kecepatan mengatur ketinggian meja seterika. Pada metrik biaya produksi per unit, meja seterika PT. Nagata Indonesia memiliki harga yang agak mahal dipasaran yaitu Rp Sedangkan meja seterika PD. Indra Jaya harga yang diberikan adalah Rp Pada metrik kabel roll 5 meter, meja seterika PT. Nagata Indonesia dan meja seterika PD. Indra Jaya tidak menggunakan kabel roll.

32 127 Pada metrik kekuatan menahan beban, meja seterika PT. Nagata Indonesia memiliki kekuatan dalam menahan beban sebesar 50 kn. Sedangkan meja seterika PD. Indra Jaya memiliki kekuatan dalam menahan beban sebesar 40 kn. Pada metrik ukuran keranjang atas, meja seterika PT. Nagata Indonesia dan meja seterika PD. Indra Jaya tidak memiliki tempat untuk meletakan pakaian rapi. Pada metrik ukuran keranjang bawah, meja seterika PT. Nagata Indonesia dan meja seterika PD. Indra Jaya masing-masing memiliki keranjang bawah yang sama besar. Pada metrik bahan alas seterika, meja seterika PT. Nagata Indonesia dan meja seterika PD. Indra Jaya menggunakan bahan alas yang terbuat dari kain untuk melapisi alas meja seterika. Pada metrik meja seterika yang fungsional, meja seterika PT. Nagata Indonesia dan meja seterika PD. Indra Jaya tidak memiliki fungsi lain selain untuk menyeterika pakaian dan meletakkan alat seterika Penetapan Spesifikasi Target Dalam langkah ini, tim menyatukan informasi yang tersedia untuk mengatur nilai target untuk tiap metrik. Diperlukan dua macam nilai target, yaitu nilai ideal dan nilai marginal. Nilai ideal adalah hasil yang terbaik yang diharapkan tim. Nilai marginal adalah nilai metrik yang membuat produk diterima secara komersial (Ulrich dan Eppinger, 2001: 85).

33 128 Tabel 4.12 Tabel Spesifikasi Target No Kebutuhan Metrik Kepentingan Satuan Nilai Nilai Marginal Ideal 1 15 Ukuran unit keseluruhan 4 mm ,18 Dimensi alas meja seterika 4 mm Ketinggian meja seterika 4 mm <800 < Massa total meja seterika 4 kg Ukuran tiang untuk mm - menggantung pakaian Waktu dalam mengatur ketinggian meja seterika 4 s <5 <5 7 6 Biaya produksi per unit 4 Rp Kabel roll 5 meter 4 buah ,19 Kekuatan menahan beban 5 kn <50 < Alas keranjang atas 4 mm Alas keranjang bawah 4 mm ,14,16,1,2 Bahan alas seterika 4 List Kain Busa 13 8, 9 Meja seterika yang fungsional 4 List - Semua Pada metrik ukuran unit keseluruhan, nilai marginal panjang 1200 mm, lebar 370 mm, tinggi 840 mm karena ukuran ini didapat dari produk yang terdapat dipasaran. Sedangkan nilai ideal diberi ukuran panjang 1525 mm, lebar 430 mm, tinggi 1030 mm nilai ini didapat dari perhitungan data antropometri masyarakat Indonesia dengan masing-masing persentil yaitu panjang 50 th, lebar 95 th, dan tinggi 95 th persentil (Nyoman, 2003: 52). Hal ini dilakukan agar saat menyeterika tidak merasa kesulitan bagi orang yang tinggi maupun yang pendek.

34 129 Pada metrik dimensi alas meja seterika, nilai marginal panjang 1000 mm, lebar 370 mm, tebal 20 mm karena ukuran produk ini terdapat dipasaran. Sedangkan nilai ideal diberi ukuran panjang 1200 mm, lebar 410 mm, tebal 30 mm nilai ini didapat dari perhitungan data antropometri yang ditentukan berdasarkan jangkuan tangan kanan untuk menyeterika. Pada metrik ketinggian meja seterika, nilai marginal <840 mm karena ukuran ini didapat dari produk yang terdapat dipasaran. Sedangkan nilai ideal diberi ukuran <1030 mm karena ketinggian ini merupakan tinggi yang didapat dari data antropometri tinggi pinggang wanita persentil 95 th. Pada metrik massa total meja seterika, nilai marginal 7 kg karena massa ini didapat dari produk yang terdapat dipasaran. Sedangkan nilai ideal diberi 6 kg karena nilai dari massa ini sudah ideal bagi meja seterika. Pada metrik ukuran tiang untuk menggantung pakaian, nilai marginal tidak ada karena tiang ini belum terdapat dipasaran. Sedangkan nilai ideal diberi ukuran tinggi 720 mm, lebar 400 mm karena tinggi ini merupakan panjang jangkauan tangan saat orang duduk dikursi dan dengan lebar ini sejumlah pakaian dapat digantung ditiang tersebut. Pada metrik waktu dalam mengatur ketinggian meja seterika, nilai marginal <5 s karena waktu yang dibutuhkan untuk mengatur ketinggian meja tersebut tidak terlalu sulit. Sedangkan nilai ideal diberi <5 s sama seperti marginal karena waktu tersebut sudah dinilai sangat singkat.

35 130 Pada metrik biaya produksi per unit, nilai marginal Rp Rp karena biaya ini didapat dari produk yang terdapat dipasaran. Sedangkan nilai ideal diberi Rp Rp karena dinilai bahwa harga produk ini cukup ideal. Pada metrik kabel roll 5 meter, nilai marginal tidak ada karena produk yang terdapat dipasaran tidak menggunakan kabel roll tersebut. Sedangkan nilai ideal adalah 1 karena dari hasil wawancara kabel roll sangat dibutuhkan. Pada metrik kekuatan menahan beban, nilai marginal <50 kn karena kekuatan ini didapat dari produk yang terdapat dipasaran. Sedangkan nilai ideal diberi <55 kn karena dengan nilai ini kekuatan dari meja seterika dinilai cukup memenuhi kebutuhan. Pada metrik ukuran keranjang atas, nilai marginal tidak ada karena produk yang terdapat dipasaran tidak memilikinya. Sedangkan nilai ideal diberi ukuran panjang 500 mm, lebar 430 mm, tebal 10 mm, karena dinilai cukup untuk meletakkan beberapa tumpuk pakaian. Pada metrik ukuran keranjang bawah, nilai marginal panjang 300 mm, lebar 290 mm, tebal 20 mm, karena ukuran ini didapat dari produk yang terdapat dipasaran. Sedangkan nilai ideal diberi ukuran panjang 350 mm, lebar 300 mm, tebal 20 mm karena dinilai cukup memenuhi untuk meletakkan keranjang pakaian. Pada metrik bahan alas seterika, nilai marginal adalah kain karena bahan ini didapat dari produk yang terdapat dipasaran. Sedangkan nilai ideal adalah busa karena busa dinilai tidak mudah terbakar dan ketebalan cukup memenuhi kebutuhan.

36 131 Pada metrik meja seterika yang fungsional, nilai marginal tidak ada karena produk yang terdapat dipasaran tidak memiliki fungsi lebih. Sedangkan nilai ideal adalah semua karena memiliki tempat untuk meletakkan alat bantu seperti penyemprot seterika QFD (Quality Function Deployment) Jadi jelas terlihat adanya hubungan antara metrik dengan kebutuhan, yang lebih jelasnya hubungan tersebut dapat terlihat pada metrik-metrik kebutuhan berikut: Gambar 4.4 QFD Produk Meja Seterika

37 132 Pernyataan kebutuhan pelanggan dan metrik kebutuhan diperlukan untuk membuat QFD (gambar 4.4). Dan nilai-nilai yang diberikan pada competitor didasarkan pada produk yang dihasilkan oleh masing-masing perusahaan. Nilai yang diberikan memiliki rentangan anatara 1 sampai 5. Dimana nilai 1 merupakan skala yang terendah, dan nilai 5 adalah skala yang tertinggi. Pada importance rating (CI) nilai yang didapat berasal dari nilai bobot kepentingan dan bobot kepentingan didapatkan dari kebutuhan pelanggan. Sedangkan nilai pada metric didapat dari bobot kepentingan metrik. Our company yang diberi nilai 1, dikarenakan tak adanya perusahaan sehingga tidak ada produk meja seterika sebelumnya. Pada competitor atau pesaing terdapat dua buah perusahaan, yaitu PT. Nagata Indonesia dan PD. Indra Jaya. Hal ini dilakukan agar mendapatkan perbandingan produk yang lebih baik. Pada PT. Nagata Indonesia, produk meja seterika yang diproduksi memiliki desain yang cukup menarik, kuat, mudah disimpan, dan alas yang digunakan tidak licin, maka pada kebutuhan 1, 2, 13, 15, dan 18 diberi nilai 3. Produk meja seterika yang diproduksi oleh PT. Nagata Indonesia juga cukup fungsional, seperti adanya tempat untuk meletakkan pakaian rapi dan tak rapi, maka pada kebutuhan 7 diberi nilai 3. Kemudian pada kebutuhan yang diberi nilai 4 dan 5 yaitu kebutuhan no 3, 5, 8, 12, 19 dan 17 dikarenakan meja seterika yang dibuat tidak mudah rusak, kakinya kokoh, beban yang dimiliki cukup ringan, terdapat tempat untuk meletakkan alat seterika, dan mudah untuk digunakan. Sedangkan pada kebutuhan 9, 10, 11, dan 16 diberi nilai 1, dikarenakan produk meja seterika yang

38 133 dibuat tidak memiliki kebutuhan tersebut. Pada kebutuhan 14 diberi nilai 2, dikarenakan kebutuhan ini tidak sesuai dengan yang diinginkan. Sedangkan pada PD. Indra Jaya, produk meja seterika yang diproduksi juga memiliki desain yang cukup menarik, alas yang digunakan tidak licin dan cukup tebal, cukup kokoh dan kuat, tempat meletakkan pakaian, penggunaan cukup mudah dan ketinggian dapat diatur, maka pada kebutuhan 1, 2, 3, 5, 7, 13, 17, 18 dan 19 diberi nilai 3. Kemudian pada kebutuhan yang diberi nilai 4 yaitu kebutuhan 4, 6, dan 8, dikarenakan meja seterika yang dibuat memiliki alas yang cukup luas dan terdapat tempat untuk meletakkan alat seterika. Sedangkan pada kebutuhan 9, 10, 11,dan 16 diberi nilai 1, dikarenakan produk meja seterika yang dibuat tidak memiliki kebutuhan tersebut. Pada kebutuhan 12, 14, dan 15 diberi nilai 2, dikarenakan meja seterika ini memiliki beban yang cukup berat dan alas yang digunakan tidak tahan panas sehingga dinilai kurang memuaskan. Improvement ratio (RI) diperoleh dengan rumus : RI Rating T arget Value for Our Product Now Perhitungan : 1. Consumer Need 1 = RI = 1 3 = 3 2. Consumer Need 2 = RI = 1 3 = 3 3. Consumer Need 3 = RI = 4 1 = 4

39 Consumer Need 4 = RI = 1 3 = 3 5. Consumer Need 5 = RI = 4 1 = 4 Dimana Improvement ratio (RI) dihitung untuk mengetahui pembagian target nilai yang ingin dicapai terhadap nilai produk sendiri agar dapat membuktikan bahwa kebutuhan konsumen dapat terpenuhi. Pada Sales Point, terdapat 3 nilai yaitu 1.0, 1.2 dan 1.5. Dimana nilai 1.0 berarti tingkat penjualan rendah, 1.2 berarti tingkat penjualan berada pada rata-rata, sedangkan nilai 1.5 berarti tingkat penjualan tinggi. Pada kebutuhan 5, 8, 12,dan 15, mempunyai sales point sebesar 1.0, yang dikarenakan konsumen telah menilai bahwa kebutuhan tersebut tidaklah penting. Pada kebutuhan 1, 2, 3, 4, 6, 7, 9, 13, dan 14, mempunyai sales point sebesar 1.2, dikarenakan menurut konsumen kebutuhan tersebut cukup penting. Sedangkan pada kebutuhan 10, 11, 16, 17, 18, dan 19 mempunyai sales point sebesar 1.5, dikarenakan konsumen menilai bahwa kebutuhan tersebut penting. Rumus Customer Score : CI*RI*SP Dimana : CI = Customer rate of importance. RI = Rate of improvement. SP = Sales point.

40 Consumer Need 1 = CI = 4*3*1.2 = Consumer Need 2 = CI = 4*3*1.2 = Consumer Need 3 = CI = 4*4*1.2 = Consumer Need 4 = CI = 4*3*1.2 = Consumer Need 5 = CI = 4*4*1.0 = Pada perhitungan ini digunakan untuk memberikan penilaian yang dinginkan dari kebutuhan konsumen. Sedangkan rumus customer score percent : Customer Score x 100% Total Customer Score 1. Consumer Need 1 = x 100% = 6.57% 2. Consumer Need 2 = x 100% = 6.57% 3. Consumer Need 3 = x 100% = 8.76% 4. Consumer Need 4 = x 100% = 6.57% 5. Consumer Need 5 = x 100% = 7.30% Pada customer score percent perhitungan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kebutuhan pelanggan ini diinginkan. Pengisian pada hubungan antara kebutuhan dengan metrik didasarkan pada kebutuhan metrik (tabel 4.10). Nilai hubungan antara kebutuhan dan metrik adalah 1,

41 136 3, dan 9. Dimana nilai 1 menyatakan hubungan yang lemah, nilai 3 menyatakan hubungan yang cukup, dan nilai 9 menyatakan hubungan yang kuat. Pada metrik 1 memiliki hubungan yang kuat dengan kebutuhan 15, karena melibatkan ukuran dari meja seterika tersebut. Pada metrik 2 memiliki hubungan yang kuat dengan kebutuhan 4 dan 8, karena akan menentukan besar yang alas yang akan digunakan. Pada metrik 3 memiliki hubungan yang kuat dengan kebutuhan 3, karena dalam hal ini akan menentukan tinggi maksimal keseluruhan dari meja seterika. Pada metrik 4 memiliki hubungan yang kuat dengan kebutuhan 12, karena massa yang akan dimiliki meja seterika adalah ringan. Pada metrik 5 memiliki hubungan yang kuat dengan kebutuhan 11, karena tinggi tiang akan menentukan berapa banyak pakaian yang dapat digantung. Pada metrik 6 memiliki hubungan yang kuat dengan kebutuhan 5, karena pengaturan ketinggian meja seterika dengan cepat akan memberi kemudahan dalam menyeterika. Pada metrik 7 memiliki hubungan yang kuat dengan kebutuhan 6, karena kebutuhan dari konsumen akan harga diharapkan dapat lebih terjangkau. Pada metrik 8 memiliki hubungan yang kuat dengan kebutuhan 10, karena dengan adanya kabel roll maka diharapkan dapat menjaga kabel seterika tidak terbelilit. Pada metrik 9 memiliki hubungan yang kuat dengan kebutuhan 17, karena diharapkan kaki meja seterika dapat menahan beban yang lebih berat lagi, sedangkan pada kebutuhan 19 memiliki hubungan yang cukup, karena kerusakan meja seterika dapat diakibatkan oleh hal-hal yang tak terduga seperti penggunaan yang kurang hati-hati. Pada metrik 10 dan 11 memiliki hubungan yang kuat dengan kebutuhan 7, karena dengan adanya alas keranjang diharapkan akan mempermudah dalam meletakkan pakaian yang telah

42 137 diseterika. Pada metrik 12 memiliki hubungan yang kuat dengan kebutuhan 13, 14 dan 16, karena penggunaan alas seterika yang baik akan mempermudah dalam menyeterika, sedangkan pada kebutuhan 1 dan 2 memiliki hubungan yang lemah, karena penggunaan alas yang baik tidak selalu memakai meja seterika. Pada metrik 13 memiliki hubungan yang kuat dengan kebutuhan 8 dan 9, karena meja yang memiliki fungsi lebih banyak saat ini semakin dibutuhkan dalam membantu menyeterika. Sedangkan, hubungan antar metrik mempunyai 2 nilai. Untuk simbol mempunyai hubungan cukup kuat, dan simbol mempunyai hubungan yang kuat. Antara metrik 1 mempunyai hubungan yang kuat dengan metrik 2, 3, 5, 10, dan 11, dikarenakan keseluruhan dimensi yang dihasilkan berhubungan dengan semua bagian yang ada di meja seterika. Sedangkan pada metrik 4 memiliki hubungan yang cukup kuat, karena dari keseluruhan dimensi diharapkan meja seterika dapat memiliki massa yang ringan. Antara metrik 3 mempunyai hubungan yang cukup kuat dengan metrik 5, dikarenakan besarnya tiang akan menentukan jumlah pakaian yang dapat digantung. Antara metrik 4 mempunyai hubungan yang cukup kuat dengan metrik 5, 6, 9, dan 10, dikarenakan penambahan seperti alas keranjang atas, dan tiang gantung diharapkan massa dari meja seterika tetap ringan dan penggunaannya tetap mudah. Antara metrik 7 mempunyai hubungan yang kuat dengan metrik 8, dan 13, dikarenakan dengan adanya penambahan seperti kabel roll dan memiliki fungsi yang lain diharapkan harga tetap terjangkau. Antara metrik 8 mempunyai hubungan yang

43 138 cukup kuat dengan metrik 13, dikarenakan kebutuhan meja seterika yang memiliki nilai fungsionalnya lebih sangat dibutuhkan. Rumus Absolute Importance untuk masing-masing engineering characteristic adalah : (Re lationship Dimana : I = Engineering Characteristic J = Customer Requirement 1. Metric 1 = 9*5.47 = ij * Customerscore 2. Metric 2 = (9*6.57) + (9*10.95) = Metric 3 = 9*8.76 = Metric 4 = 9*5.47 = Metric 5 = 9*8.21 = j ) Rumus Relative Importance untuk masing-masing engineering characteristic adalah : Absolute Im por tance x 100% Total Absolute Im por tance 1. Metric 1 = x 100% = 3.85 % 2. Metric 2 = x 100% = % 3. Metric 3 = x 100% = 6.15 %

44 Metric 4 = x 100% = 3.85 % 5. Metric 5 = x 100% = 5.77 % Pengisian unit of measure berdasarkan pada keterangan di tabel Dan pada baris selanjutnya diisi berdasarkan data-data keterangan yang terdapat pada perusahaan masing-masing. Berdasarkan hasil relative importance, maka characteristic yang perlu diperhatikan dimulai dari yang memiliki nilai yang terbesar. Dan dalam hal ini dimulai dari metric bahan alas seterika. Pada metrik ini memerlukan alas yang memiliki bahan yang tebal, tahan panas, tahan lama, dan fleksibel. Hasil akhir yang diperoleh adalah target value pada masing-masing engineering characteristic. Dan target value ini dipakai untuk membuat spesifikasi akhir Menetapkan Speksifikasi Akhir Ketika tim telah memilih salah satu konsep dan mempersiapkan tahap pengembangan dan perancangan desain selanjutnya, spesifikasi kembali diperiksa. Spesifikasi yang awalnya hanya berupa pernyataan target dalam selang nilai tertentu, sekarang diperbaiki dan dibuat lebih tepat.

45 140 Dimana nilai yang digunakan pada spesifikasi akhir ini adalah nilai ideal pada spesifikasi target. Hal ini dikarenakan nilai ideal tersebut merupakan nilai yang diharapkan oleh tim, dan dapat dijalankan pada produk meja seterika. Tabel 4.13 Tabel Spesifikasi Akhir No Kebutuhan Metrik Kepentingan Satuan Nilai 1 15 Ukuran unit keseluruhan 4 mm ,18 Dimensi alas meja seterika 4 mm Ketinggian meja seterika 4 mm < Massa total meja seterika 4 kg Ukuran tiang untuk menggantung mm pakaian Waktu dalam mengatur ketinggian meja seterika 4 s <5 7 6 Biaya produksi per unit 4 Rp Kabel roll 5 meter 4 buah ,19 Kekuatan menahan beban 5 kn < Ukuran keranjang atas 4 mm Ukuran keranjang bawah 4 mm ,14,16,1,2 Bahan alas seterika 4 List Busa 13 8, 9 Meja seterika yang fungsional 4 List Semua Pada metrik ukuran unit keseluruhan, ukuran yang dipakai adalah total panjang meja seterika 1523 mm, lebar 410 mm dan tinggi 1030 mm. Penggunaan ukuran ini berdasarkan penilaian dari data antrpometri yang dimiliki oleh warga Indonesia.

46 141 Pada metrik dimensi alas meja seterika, ukuran dimensi yang digunakan adalah panjang 1200 mm, lebar 410 mm, tebal 30 mm. Hal ini dinilai berdasarkan data antropometri yang dilihat dari panjang dari ujung tangan ke siku tangan yang digunakan untuk lebar alas meja seterika. Pada metrik ketinggian meja seterika, tinggi dari meja seterika yang cukup bagi orang Indonesia adalah 1030 mm, karena tinggi pinggang orang Indonesia adalah 1029 mm dan tinggi meja yang digunakan saat orang menyeterika adalah disekitar pinggang. Pada metrik massa total meja seterika, massa yang dimiliki meja ini adalah sekitar 6 kg karena massa ini sudah dinilai cukup ringan untuk meja seterika. Pada metrik ukuran tiang untuk menggantung pakaian, ukuran yang diberikan pada tiang ini adalah tinggi 720 mm dan lebar 400 mm, karena ukuran ini di ukur berdasarkan panjang gapai tangan saat duduk dikursi dengan sudut sekitar 35 derajat dengan persentil 5 th sehingga didapatkanlah tinggi tiang 720 mm. Pada metrik waktu dalam mengatur ketinggian meja seterika, waktu yang diberikan sudah cukup singkat, yaitu 5 sekon karena produk yang ada dipasaran sudah cukup baik. Pada metrik biaya produksi per unit, biaya yang diberikan pada produk ini adalah Rp Biaya ini sudah tidak dapat dikurangi lagi, karena bahan dan adanya tambahan fungsi pada meja seterika membuat harga meja seterika ini tidak dapat hargai dibawah dari Rp

47 142 Pada metrik kabel roll 5 meter, pada meja seterika ini ditambahkan kabel roll yang berguna untuk mempermudah menyeterika, sehingga tidak perlu mencari atau menambah kabel yang agak merepotkan. Pada metrik kekuatan menahan beban, kekuatan yang dimiliki meja seterika ini adalah <55 kn, karena semakin banyak pakaian maka akan semakin berat beban yang diterima meja seterika. Pada metrik ukuran keranjang atas, alas keranjang atas ini diberi ukuran dengan panjang 500 mm, lebar 430 mm, dan tebal 10 mm. Ukuran ini dinilai cukup memenuhi untuk meletakkan pakaian yanng telah digosok. Pada metrik ukuran keranjang bawah, alas keranjang bawah ini diberi ukuran dengan panjang 350 mm, lebar 300 mm, dan tebal 10 mm. Ukuran ini dinilai cukup untuk meletakkan keranjang yang berisi pakaian. Pada metrik bahan alas seterika, pada alas meja seterika ini menggunakan bahan busa, sekarang ini busa dapat digunakan sebagai alas menyeterika yang dikarenakan ketebalannya, tidak mudah terbakar, dan murah. Pada metrik meja seterika yang fungsional, pembuatan meja yang ditambah fungsinya diharapkan dapat mempermudah dalam menyeterika penambahan itu meliputi tiang pinggir yang berguna untuk menggantung alat bantu menyeterika.

48 Hasil Perancangan Konsep Penyusunan Konsep Konsep produk adalah sebuah gambaran atau perkiraan mengenai teknologi, prinsip kerja, dan bentuk produk. Konsep produk merupakan gambaran singkat bagaimana produk memuaskan kebutuhan pelanggan. Sebuah konsep biasanya diekspresikan sebagai sebuah sketsa atau sebagai sebuah model 3 dimensi secara garis besar dan seringkali disertai oleh sebuah uraian gambar (Ulrich dan Eppinger, 2001: 102). Tabel kombinasi konsep menyediakan sebuah cara untuk mempertimbangkan kombinasi solusi secara sistematis (Ulrich dan Eppinger, 2001: 119). Solusi untuk keseluruhan masalah diperoleh dengan mengkombinasikan satu penggalan dari tiap kolom. Memilih sebuah kombinasi dari penggalan tidak lantas secara spontan membawa kita pada penyelesaian keseluruhan masalah. Kombinasi dari penggalan biasanya harus dikembangkan dan disaring sebelum timbul suatu penyelesaian yang terintegrasi. Pada penyusunan konsep meja seterika ini ditemukan 3 konsep dari kombinasi 2 kategori, yaitu pengunci alas seterika, kaki meja seterika dan beban meja seterika. Dimana, pada kategori pengunci alas seterika terdapat dua tipe, yaitu tipe 1, tipe 2 dan tipe 3. Dan, pada kategori kaki meja seterika terdapat dua tipe pula, yaitu model 1 dan model 2. Pada kategori beban meja seterika terdapat dua tipe, yaitu ringan dan berat.

49 144 Konsep 1 Tabel 4.14 Tabel Kombinasi Konsep 1 Gambar 4.5 Kaki Meja Seterika Model 1 Pada Konsep 1 Gambar 4.6 Pengunci Tipe 1 Pada Konsep 1

50 145 Konsep 1 ini merupakan kombinasi antara kaki meja seterika model 1 (terlihat pada gambar 4.5) dengan pengunci meja seterika tipe 1 (terlihat pada gambar 4.6). Alas seterika memiliki ukuran kurang lebih 120 cm x 41 cm. Kaki meja seterika terbuat dari 2 besi dengan ukuran Ñ 6 cm, tebal lingkaran 2 mm, yang saling menyilang sehingga kokoh dan nyaman untuk digunakan. Kaki meja yang dapat disetel ketinggiannya dan mudah untuk dilipat sehingga memudahkan penyimpannya. Tipe pengatur ketinggian sekaligus pengunci yang digunakan meja seterika ini adalah menggunakan besi bulat yang panjang. Terdapat tempat untuk meletakkan alat bantu seterika seperti pengharum pakaian dan gantungan baju. Bahan dari alas seterika terbuat dari busa dan alumunium. Pakaian tidak mudah jatuh dari alas seterika. Alas seterika tahan panas. Alas seterika lebih tebal, lebih handal, lebih liat, tahan lama dan panas yang ditimbulkan dari alat seterika akan diterima oleh alas seterika sehingga panas yang timbul akan membuat pakaian jadi lebih mudah rapi. Adanya tempat untuk meletakkan pakaian tak rapi maupun pakaian rapi. Memiliki kabel roll pada meja seterika sepanjang 5 meter untuk mempermudah saat menyeterika. Target pasar dari meja seterika ini adalah ibu rumah tangga dan tempat laundry. Harga produk perunit adalah Rp ,00 Rp ,00.

51 146 Konsep 2 Tabel 4.15 Tabel Kombinasi Konsep 2 Gambar 4.7 Kaki Meja Seterika Model 1 Pada Konsep 2 Gambar 4.8 Pengunci Tipe 2 Pada Konsep 2

52 147 Konsep 2 ini merupakan kombinasi antara kaki meja seterika model 1 (terlihat pada gambar 4.7) dengan pengunci meja seterika tipe 2 (terlihat pada gambar 4.8). Alas seterika memiliki ukuran kurang lebih (120 cm x 41 cm) sehingga lebih luas. Kaki meja seterika terbuat dari 2 besi dengan ukuran Ñ 6 cm, tebal lingkaran 2 mm, yang saling menyilang sehingga kokoh dan nyaman untuk digunakan. Kaki meja yang dapat disetel ketinggiannya dan mudah untuk dilipat sehingga memudahkan penyimpannya. Tipe pengatur ketinggian sekaligus pengunci yang digunakan meja seterika ini adalah menggunakan plat besi yang diberi rongga bentuk n. Terdapat tempat untuk meletakkan alat bantu seterika seperti pengharum pakaian dan gantungan baju. Bahan dari alas seterika terbuat dari busa dan alumunium. Pakaian tidak mudah jatuh dari alas seterika. Alas seterika tahan panas. Alas seterika lebih tebal, lebih handal, lebih liat, tahan lama dan panas yang ditimbulkan dari alat seterika akan diterima oleh alas seterika sehingga panas yang timbul akan membuat pakaian jadi lebih mudah rapi. Adanya tempat untuk meletakkan pakaian tak rapi maupun pakaian rapi. Memiliki kabel roll pada meja seterika sepanjang 5 meter untuk mempermudah saat menyeterika. Target pasar dari meja seterika ini adalah ibu rumah tangga dan tempat laundry. Harga produk perunit adalah Rp ,00 Rp ,00.

53 148 Konsep 3 Tabel 4.16 Tabel Kombinasi Konsep 3 Gambar 4.9 Kaki Meja Seterika Model 2 Pada Konsep 3 Gambar 4.10 Pengunci Tipe 3 Pada Konsep 3

54 149 Konsep 3 ini merupakan kombinasi antara kaki meja seterika model 2 (terlihat pada gambar 4.9) dengan pengunci meja seterika tipe 3 (terlihat pada gambar 4.10). Alas seterika memiliki ukuran kurang lebih (120 cm x 41 cm) sehingga lebih luas. Kaki meja seterika terbuat dari besi yang ketinggiannya dapat diatur dalam 3 posisi dengan ukuran Ñ 5 cm, Ñ 7 cm, Ñ 9 cm tebal lingkaran masing-masing 2 mm, yang saling menumpuk sehingga kokoh dan nyaman untuk digunakan. Kaki meja yang dapat disetel ketinggiannya dalam 3 posisi yaitu berdiri, duduk dikursi dan duduk dilantai. Tipe pengatur ketinggian sekaligus pengunci yang digunakan meja seterika ini adalah menggunakan pengunci yang diputar. Terdapat tempat untuk meletakkan alat bantu seterika seperti pengharum pakaian dan gantungan baju. Bahan dari alas seterika terbuat dari busa dan alumunium. Pakaian tidak mudah jatuh dari alas seterika. Alas seterika tahan panas. Alas seterika lebih tebal, lebih handal, lebih liat, tahan lama dan panas yang ditimbulkan dari alat seterika akan diterima oleh alas seterika sehingga panas yang timbul akan membuat pakaian jadi lebih mudah rapi. Memiliki kabel rol pada meja seterika sepanjang 5 meter untuk mempermudah saat menyeterika. Target pasar dari meja seterika ini adalah ibu rumah tangga dan tempat laundry. Harga produk perunit adalah Rp ,00 Rp , Seleksi Konsep Seleksi konsep merupakan proses menilai konsep dengan memperhatikan kebutuhan pelanggan dan kriteria lain, membandingkan kekuatan dan kelemahan

55 150 relatif dari konsep, dan memilih satu atau lebih konsep untuk penyelidikan, pengujian dan pengembangan selanjutnya (Ulrich dan Eppinger, 2001: 130). Metode seleksi konsep pada proses ini didasarkan pada penggunaan metrik keputusan untuk mengevaluasi masing-masing konsep dengan mempertimbangkan serangkaian kriteria seleksi. Pada proses ini dilakukan survei yang lebih sederhana dibandingkan yang sebelumnya, yaitu dengan cara face-to-face interview. Wawancara hanya dilakukan dengan 10 responden saja. Wawancara dilakukan dengan membawa tiga buah sketsa gambar yang sudah digambar ditambah dengan sedikit penjelasan untuk masingmasing konsep, lalu responden akan menilai kelebihan dan kekurangan masingmasing konsep berdasarkan kriteria : kemudahan penggunaan, kemudahan penanganan, ukuran, daya tahan, desain, kemudahan untuk diproduksi, mudah dipindahtempatkan, dan fungsionalnya Penyaringan Konsep Penyaringan adalah proses yang evaluasinya masih berupa perkiraan yang ditujukan untuk mempersempit alternatif. Selama penyaringan konsep, beberapa konsep awal dievaluasi dengan membandingkan dengan sebuah konsep referensi yang menggunakan metrik penyaringan. Pada tahap awal ini perbandingan kuantitatif secara rinci sulit untuk dihasilkan dan mungkin menyesatkan, sehingga digunakan sebuah sistem penilaian komparatif yang masih kasar (Ulrich dan Eppinger, 2001: 135).

56 151 Proses penyaringan konsep merupakan proses penilaian yang sederhana yang menggunakan tiga simbol yaitu nilai relatif lebih baik (+), jika konsep tersebut lebih baik dari konsep yang lain dalam hal kriteria tersebut. sama dengan (0), jika untuk kriteria tersebut konsep tersebut sama dengan konsep yang lainnya. Dan terakhir lebih buruk (-), bila konsep tersebut lebih buruk dari konsep yang lainnya. Kemudian jumlah bobot tiap kriteria dijumlahkan untuk masing-masing konsep diberi ranking. Konsep yang dipilih untuk diteruskan adalah satu atau lebih konsep yang memiliki tingkat ranking yang lebih tinggi. Hasil survei untuk penyaringan konsep yang disimpulkan dengan statistic descriptive biasa, artinya hanya dengan melihat hal yang sederhana yaitu hasil penjumlahan dari ketiga bobot di atas, yang kesimpulannya disajikan dalam bentuk metrik seleksi penyaringan konsep seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.

57 152 Tabel 4.17 Metrik Seleksi Penyaringan Konsep Konsep PT. Kriteria Seleksi Nagata Indonesia (pesaing) Kemudahan penggunaan Kemudahan penanganan Ukuran alas Daya tahan Desain Kemudahan untuk diproduksi Mudah dipindah tempatkan Multifungsi Jumlah Jumlah Jumlah Nilai Akhir Peringkat Lanjutkan? Ya Ya Tidak Perbandingan konsep terhadap produk yang sudah ada sekarang dirasa perlu yaitu dengan PT. Nagata Indonesia karena untuk memberikan penilaian bahwa produk yang akan dibuat harus lebih baik dari pesaingnya. Pada konsep meja seterika PT. Nagata Indonesia (pesaing) diberi 0 karena dinilai dari semua kriteria seleksi PT. Nagata Indonesia memiliki produk yang sudah termasuk nilai standar. Pada konsep 1 adalah gabungan antara kaki meja seterika model 1 dengan pengunci tipe 1 dan beban yang dimiliki ringan. Kelebihan dari konsep ini dibandingkan meja seterika pesaing adalah pada ukuran alas, daya tahan, desain, dan multifungsi. Pada ukuran alas konsep ini dibuat alas yang lebih besar dibandingkan

58 153 dengan pesaing, daya tahan dari konsep ini dibuatnya penyangga yang lebih kuat dan menjaga keseimbangan meja tetap stabil, desain dari konsep dibuat lebih menarik tidak seperti yang ada dipasar, dan multifungsi karena konsep ini diberikan beberapa penambahan seperti terdapat tempat untuk meletakan semprotan pewangi, tiang untuk menggantung pakaian (kemeja) dan kabel roll untuk mempermudah menjangkau tempat stop kontak. Kemudian pada kriteria kemudahan penggunaan, kemudahan penanganan, kemudahan untuk diproduksi dan mudah dipindah tempatkan dianggap sama dengan pesaing karena tidak jauh berbeda yang yang ada sekarang. Pada konsep 2 adalah gabungan antara kaki meja seterika model 1 dengan pengunci tipe 2 dan beban yang dimiliki ringan. Kelebihan dari konsep ini dibandingkan pesaing adalah pada ukuran alas, daya tahan, desain, dan multifungsi. Pada ukuran alas konsep ini dibuat alas yang lebih besar dibandingkan dengan pesaing, daya tahan dari konsep ini dibuatnya penyangga yang lebih kuat dan menjaga keseimbangan meja tetap stabil, desain karena pada konsep ini dibuat lebih menarik tidak seperti yang ada dipasar, dan multifungsi karena konsep ini diberikan beberapa penambahan seperti terdapat tempat untuk meletakan semprotan pewangi, tiang untuk menggantung pakaian (kemeja) dan kabel roll untuk mempermudah menjangkau tempat stop kontak. Sedangkan kekurangan dari konsep ini adalah kemudahan penggunaan karena untuk mengatur ketinggian daripada meja sipengguna diharuskan menyesuaikan dahulu pengait yang telah diberikan terhadap penahannya. Kemudian pada kriteria kemudahan penanganan, kemudahan untuk diproduksi dan

59 154 mudah dipindahtempatkan dianggap sama dengan pesaing karena tidak jauh berbeda yang yang ada sekarang. Pada konsep 3 adalah gabungan antara kaki meja seterika model 2 dengan pengunci tipe 3 dan beban yang dimiliki berat. Kelebihan dari konsep ini dibandingkan pesaing adalah pada ukuran alas, daya tahan, mudah dipindahtempatkan, dan multifungsi. Pada ukuran alas konsep ini membuat alas yang lebih besar dibandingkan dengan pesaing, daya tahan karena konsep ini membuat penyangga yang lebih kuat dan menjaga keseimbangan meja tetap stabil, mudah dipindahtempatkan karena pada alas kaki meja seterika dibuat roda untuk mempermudah dalam menggerakan karena faktor beratnya meja seterika, dan multifungsi karena terdapat beberapa penambahan seperti terdapat tempat untuk meletakan semprotan pewangi, tiang untuk menggantung pakaian (kemeja) dan kabel roll untuk mempermudah menjangkau tempat stop kontak. Sedangkan kekurangan dari konsep ini adalah kemudahan penggunaan, kemudahan penanganan, desain, dan kemudahan untuk diproduksi. Pada kemudahan penggunaan dinilai kurang karena untuk mengatur ketinggian dari pada meja, sipengguna diharuskan memutar pengunci yang ada dan mengangkat si meja seterika dan menahan meja saat ingin menguncinya, kemudahan penanganan dinilai kurang karena dari segi penyimpanan konsep ini agak sulit akibat beratnya meja seterika, desain dinilai kurang karena bentuk yang agak kurang menarik, dan kemudahan untuk diproduksi dinilai kurang karena bentuk kaki meja itu sendiri yang dibuat agak sulit untuk diproduksi dan harga yang diberikan cukup mahal.

60 155 Dari hasil penyaringan konsep didapatkan bahwa konsep ke-1 mendapat peringkat pertama, disusul dengan konsep yang ke-2 dan terakhir konsep yang ke-3. Pada konsep yang ke-3 nilai bobot yang diberikan lebih banyak bernilai negatif, maka diputuskan untuk tidak meneruskan pengembangan dan pengujian konsep tersebut ke tahap selanjutnya. Berarti yang diteruskan ke seleksi penilaian konsep hanya konsep yang ke-1 dan konsep yang ke Penilaian Konsep Tahapan selanjutnya pada seleksi konsep adalah dengan menggunakan metrik penilaian konsep, dengan cara menambahkan bobot kepentingan ke dalam metrik. Pada penilaian konsep diadakan analisis yang lebih terperinci, serta mengevaluasi kuantitatif yang lebih terhadap konsep yang tersisa dengan menggunakan metrik penilaian sebagai pedoman (Ulrich dan Eppinger, 2001: 139). Beberapa pola yang berbeda dapat digunakan untuk memberi bobot pada kriteria seperti menandai nilai kepentingan dari 1-5 atau mengalokasi nilai 100%. Selanjutnya penetapan rating dapat dilakukan oleh beberapa responden untuk menentukan apakah bobot yang diberikan sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Nilai rating dan beban dikalikan untuk mendapatkan nilai beban. Nilai beban ini yang akan dijumlahkan untuk menentukan ranking tiap konsep yang dinilai. Sama seperti tahap penyaringan konsep, konsep yang terpilih adalah konsep yang memiliki ranking tertinggi. Hasil penilaian akan disajikan dalam metrik seleksi penilaian konsep di bawah ini.

61 156 Kriteria Seleksi Beban Rating Tabel 4.18 Metrik Seleksi Penilaian Konsep Konsep 1 2 Nilai Beban Rating Nilai Beban PT. Nagata Indonesia (pesaing) Nilai Rating Beban Kemudahan penggunaan 10% Kemudahan penanganan 10% Ukuran alas 10% Daya tahan 25% Desain 5% Kemudahan untuk diproduksi 10% Mudah dipindah tempatkan 15% Multifungsi 15% Total Nilai Peringkat 1 2 Lanjutkan Ya Tidak Penilaian beban dan rating pada konsep pertama (1) adalah sebagai berikut : Pada kriteria kemudahan penggunaan, kemudahan penanganan,dan ukuran alas diberi nilai 10%, karena pada keriteria ini oleh konsumen menilai tidak begitu penting. Pada kriteria daya tahan, kriteria mudah dipindahtempatkan dan kriteria fleksibel pada gagang lampu diberi nilai 25%, dikarenakan konsumen lebih mementingkan ketahanan atau kekuatan dari meja seterika itu sendiri.

62 157 Pada kriteria desain hanya diberi nilai sebesar 5% karena desain bagi konsumen tidak menjadi masalah dalam menyeterika pakaian. Pada kriteria kemudahan diproduksi diberi nilai 10%, dikarenakan jika produk tersebut semakin sulit diproduksi maka harga dari produk tersebut semakin tinggi. Pada kriteria mudah dipindahtempatkan dan multifungsi diberi nilai 15%, dikarenakan kriteria ini dibutuhkan oleh konsumen. Kriteria tersebut berdasarkan pada survei bobot kepentingan kebutuhan pelanggan. Penilaian rating pada konsep pesaing yang telah direfrensikan oleh tim pengembang dan telah disepakati adalah sebesar 3, karena dinilai secara merata pada tiap kriteria. Penilaian rating pada konsep pertama (1) dan konsep kedua (2) adalah : - Pada kriteria seleksi kemudahan penggunaan, konsep pertama mempunyai rating ini diberikan nilai sebesar 3, dikarenakan pada cara menggunakannya sama dengan yang ada dipasar sekarang ini jadi dinilai sama dengan konsep PT. Nagata Indonesia. Sedangkan konsep kedua mempunyai rating ini diberikan nilai sebesar 2, dikarenakan pada cara penggunanya dinilai agak sulit dibandingkan dengan konsep pertama dan konsep pesaing. - Pada kriteria seleksi kemudahan penanganan, konsep pertama dan konsep kedua mempunyai rating ini diberikan nilai sebesar 3, dikarenakan pada penanganan sama dengan yang ada dipasar sekarang ini jadi dinilai sama dengan konsep pesaing.

63 158 - Pada kriteria seleksi ukuran alas, konsep pertama dan konsep kedua mempunyai rating ini diberikan nilai sebesar 4, karena alas yang dibuat pada konsep ini lebih besar dari pada konsep pesaing. - Pada kriteria seleksi daya tahan, konsep pertama dan konsep kedua mempunyai rating sebesar 4, dikarenakan pada kedua konsep ini mempunyai penyangga yang lebih kuat dibandingkan konsep pesaing - Pada kriteria seleksi desain, konsep pertama dan konsep kedua mempunyai rating sebesar 4, dikarenakan pada konsep ini alas yang dibuat agak berbeda dengan yang ada dipasaran sekarang ini. - Pada kriteria seleksi kemudahan untuk diproduksi, konsep pertama dan konsep kedua mempunyai rating sebesar 3, dikarenakan dikarenakan cara pembuatan yang dilakukan hampir sama dengan yang ada dipasaran. - Pada kriteria seleksi mudah dipindahtempatkan, konsep pertama dan konsep kedua mempunyai rating sebesar 4, dikarenakan pada konsep ini beban dari meja seterika dinilai ringan. - Pada kriteria multifungsi, konsep pertama dan konsep kedua mempunyai rating sebesar 4, dikarenakan pasaran yang ada tidak memiliki penambahan fungsi seperti adanya tempat untuk menggantung dan meletakkan alat bantu menyeterika. Hasil dari penilaian konsep bahwa konsep yang ke-1 mempunyai total nilai yang lebih besar dibandingkan dengan konsep yang ke-2 dan ke-3 sehingga konsep yang ke-1 diteruskan ke tahap yang selanjutnya yaitu pengujian konsep.

64 Pengujian Konsep Pengujian konsep dilakukan setelah seleksi konsep karena tidak memungkinkan untuk memberikan banyak konsep ke pelanggan potensial untuk diuji, sehingga konsep-konsep alternatif harus dipersempit terlebih dahulu menjadi satu atau dua konsep untuk diuji. Pengujian konsep berbeda, karena aktivitas ini menitikberatkan pada pengumpulan data langsung dari pelanggaan potensial dan hanya melibatkan sedikit penilaian dari tim pengembang (Ulrich dan Eppinger, 2001: 152). Survei dilakukan kembali dengan metode menyebarkan kuisioner sejumlah 50, jumlah ini dianggap sudah cukup mengingat sudah banyaknya survei yang dilakukan pada tahap sebelumnya. Dan menurut teorema batas sentral (central limit theorem), untuk ukuran sampel yang cukup besar, (n > =30), rata-rata sampel akan terdistribusi di sekitar rata-rata populasi yang mendekati distribusi normal (Cooper dan Emory, 1996: 227). Konsep yang diuji memang sudah mewakili kebutuhan yang sudah teridentifikasi, tetapi perlu diuji untuk mengetahui minat pelanggan untuk membeli.

65 160 Tabel 4.19 Survei Pengujian Konsep SURVEI PENGUJIAN KONSEP Meja Seterika Responden yang terhormat, Saya mahasiswa Univ. Bina Nusantara T.Industri yang sedang menyusun skripsi tentang pengembangan produk pada meja seterika. Mohon bantuannya untuk mengisi pertanyaan di bawah ini. Atas bantuan Anda saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Apakah Anda sedang atau pernah menggunakan meja seterika? Ya / Tidak (Jika jawabnya adalah tidak kami mengucapkan terimakasih dan survey berakhir sampai di sini.) Apakah Anda sering merasa kesulitan menggunakan meja seterika? (Jika jawabnya adalah tidak kami mengucapkan terimakasih dan survey berakhir sampai di sini.) Dalam hal apa sajakah Anda menggunakan meja seterika... Bagaimanakah meja seterika yang Anda inginkan?... Berikut ini adalah penjelasan produk : Meja seterika ini memiliki beban yang ringan karena menggunakan bahan besi sehingga kuat dan kokoh. Pada meja ini dapat diatur pula ketinggiannya dengan mudah sehingga tidak merasa kesulitan bila ingin menyeterika dalam posisi berdiri, duduk di kursi maupun duduk dilantai. Kemudian meja seterika ini dilengkapi pula dengan alas keranjang untuk meletakkan pakaian yaitu di meja seterikanya dan di kaki meja seterika, terdapat tiang untuk menggantung pakaian yang sudah diseterika, terdapat kabel roll sepanjang 5 meter, dan juga gagang untuk meletakkan alat bantu seterika seperti semprotan pewangi. Kemudian pada alas meja seterika terbuat dari bahan busa yang tebal sehingga pengguna tidak perlu untuk melapis meja seterika dengan kain lagi. Jika harga meja seterika berkisar Rp , bagaimana peluang anda untuk membeli barang ini dalam 1 tahun mendatang? Saya pasti tidak Saya mungkin tidak Saya mungkin Saya mungkin Saya pasti akan membeli akan membeli atau tidak membeli membeli akan membeli meja seterika meja seterika meja seterika meja seterika meja seterika ******Terima Kasih******

66 161 Hasil dari pengujian konsep, yaitu : 8 Saya pasti tidak akan membeli meja seterika : x100% 16% Saya mungkin tidak akan membeli meja seterika : x100% 20% Saya mungkin atau tidak akan membeli meja seterika : x100% 20% Saya mungkin membeli meja seterika : x100% 28% 50 8 Saya pasti akan membeli meja seterika : x100% 16% 50 Tabel 4.20 Hasil Pengujian Konsep Pilihan Jumlah Presentase responden (%) Saya pasti tidak akan membeli 8 16 Saya mungkin tidak akan membeli Saya mungkin atau tidak akan membeli Saya mungkin akan membeli Saya pasti akan membeli 8 16 Dengan melihat hasil dari pengujian konsep bahwa dari kepastian membeli meja seterika, mungkin membeli dan mungkin atau tidak akan membeli adalah 16% + 28% + (20% / 2) = 54%, pembelian meja seterika dinyatakan sesuai dengan asumsi yang diberikan pasar segmen dengan hasil penjualan sebesar 50 % dari pasar utama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa produk tersebut dapat diteruskan ke tahap selanjutnya.

67 Arsitektur Produk Membuat Skema Produk Arsitektur produk adalah skema elemen-elemen fungsional dari produk disusun menjadi chunk yang bersifat fisikal dan menjelaskan bagaimana setiap chunk berinteraksi (Ulrich dan Eppinger, 2001: 180). Membuat skema produk merupakan langkah pertama dari menetapkan arsitektur produk. Skema adalah diagram yang menggambarkan pengertian tim terhadap elemen-elemen penyusun produk. Namun bukan berarti skema harus mengandung setiap detail yang dipikirkan. Aturan yang baik adalah menempatkan kurang dari 30 elemen ke dalam skema untuk pembuatan arsitektur produk. Jika produk merupakan suatu sistem yang kompleks, yang melibatkan ratusan elemen fungsional, akan berguna untuk menghilangkan beberapa elemen lainnya menjadi fungsi tingkatan yang lebih tinggi untuk dikomposisikan. Skema tidak diciptakan secara speksifik. Pilihan speksifik yang dibuat pada waktu membuat skema, seperti elemen fungsional maupun penyusunnya, akan sedikit mempengaruhi arsitektur produk. Alternatif lainnya adalah mendistribusikan pengontrolan kepada setiap elemen lain yang terdapat pada produk yang dikoordinasikan oleh komputer sentral. Berikut ini adalah skema dari meja seterika :

68 163 Busa Alumunium Alas Keranjang Atas Tiang Penggantung Tiang Pinggir Aliran Energi Atau Tenaga Aliran Material Busa Plat Besi Alas Keranjang Bawah Kaki Meja Seterika Posisi kaki Pada Sumbu Z Posisi Pengunci Pada Sumbu X Pengunci Pengatur Ketinggian Beban mekanis Tenaga manusia Gambar 4.11 Skema Meja Seterika Mengelompokan elemen-elemen pada skema Arsitektur produk adalah mengelompokkan elemen-elemen pada skema. Mengelompokkan elemen-elemen pada skema yaitu menugaskan setiap elemen yang terdapat pada skema menjadi chunk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 182). Salah satu prosedur untuk mengatur kompleksitas alternatif adalah dengan mengasumsikan bahwa setiap elemen pada skema akan ditugaskan terhadap satu chunk tersendiri.

69 164 Kemudian secara bertahap dilakukan pengelompokkan jika memungkinkan. Berikut ini merupakan pengelompokan elemen-elemen pada skema meja seterika. Busa Alumunium Lapisan Alas Busa Alas Keranjang Bawah Alas Keranjang Atas Tiang Penggantung Tiang Pinggir Aliran Energi Atau Tenaga Aliran Material Plat Besi Meja Seterika Kaki Meja Seterika Posisi kaki Pada Sumbu Z Posisi Pengunci Pada Sumbu X Pengunci Pengatur Ketinggian Mekanisme Pengatur Ketinggian Beban mekanis Tenaga manusia Gambar 4.12 Pengelompokan Elemen-elemen Lapisan alas terdiri dari busa, aluminium, dan busa yang saling melapisi yang akan digunakan sebagai alas menyeterika yang dihubungkan dengan plat besi. Sedangkan pengelompokan meja seterika memiliki beberapa komponen, yaitu plat

70 165 besi sebagai rangka utama yang kemudian dihubungkan dengan alas keranjang atas, tiang penggantung, dan tiang pinggir. Pada alas kerangkang bawah dihubungkan dengan kaki meja seterika. Kemudian posisi kaki meja seterika adalah sumbu Z dan posisi pengunci pengatur ketinggian adalah sumbu X yang merupakan pengelompokan dari mekanisme pengatur ketinggian. Pada komponen pengunci pengatur ketinggian mendapatkan beban mekanis yang berasal dari kelompok elemen meja seterika. Dalam mekanisme pengatur ketinggian meja tersebut memiliki faktor pembantu, yaitu saat menaikan meja dan membuka pengunci meja dibutuhkan tenaga manusia, sedangkan saat menurunkan meja dibutuhkan tenaga manusia untuk membuka pengunci meja dan menahan beban, agar tidak turun dengan cepat Membuat Susunan Geometris Yang Masih Kasar Susunan geometris dapat diciptakan dalam bentuk gambar, model komputer atau model fisik (dari triplek atau busa, sebagai contoh) yang terdiri dari dua atau tiga dimensi (Ulrich dan Eppinger, 2001: 184). Pembuatan susunan geometris akan mendorong tim untuk mempertimbangkan apakah antarmuka antar chunk cukup layak untuk mendukung hubungan dimensi dasar diantara chunk. Susunan geometris dari meja seterika adalah :

71 166 Gambar 4.13 Susunan Geometris Meja Seterika Mengidentifikasikan Interaksi Fundamental dan Insidental Interaksi fundamental adalah interaksi yang sesuai dengan garis skema yang menghubungkan satu chunk dengan chunk lainnya (proses yang sangat mendasar dari suatu sistem operasi) (Ulrich dan Eppinger, 2001: 185). Sedangkan interaksi insidental, yaitu interaksi yang muncul akibat implikasi elemen fungsional menjadi bentuk fisik tertentu, atau karena pengaturan geometris dari chunk.

72 167 Lapisan Alas Meja Seterika Tenaga manusia Beban Beban mekanis Kaki meja seterika Gesekan Mekanisme Pengatur Ketinggian Gambar 4.14 Identifikasi Interaksi Fundamental dan Insidental Pada meja seterika dengan mekanisme pengatur ketinggian terdapat interaksi insidental beban yang diakibatkan, oleh tenaga menusia itu sendiri dalam menggunakannya, atau beban mekanis yang berlebih sehingga mengakibatkan gesekan dari kaki meja seterika terhadap mekanisme pengatur ketinggian. 4.4 Desain Industri Kebutuhan-Kebutuhan Ergonomik Kebutuhan-kebutuhan ergonomi pada desain industri, adalah sebagai berikut : Kemudahan pemakaian Kemudahan perawatan Kuantitas interaksi pemakai Pembaharuan interaksi pemakai Keamanan

73 168 Tabel 4.21 Kebutuhan-kebutuhan Ergonomik Kebutuhan-kebutuhan Level kepentingan Penjelasan peringkat Rendah Menengah Tinggi Ergonomik Kemudahan pemakaian Meja seterika merupakan alat yang sangat penting dalam membantu menyeterika. Pemakaian meja dapat diatur pada posisi berdiri, duduk di kursi, dan duduk dilantai. Kemudahan perawatan Kuantitas interaksi pemakai Pembaruan interaksi pemakai Keamanan Produk ini hanya memerlukan sedikit perawatan. Interaksi terhadap pemakai yaitu mengatur tinggi meja seterika saat ingin menyeterika, melipat meja, dan mengatur tiang gantungan dan keranjang yang akan digunakan. Keputusan desain yang berhubungan dengan beberapa interaksi pelanggan dipermudah seperti adanya kabel roll, dan tempat menggantung. Pada kabel roll dibuat untuk mempermudah menjangkau jauhnya tempat stop kontak, tempat menggantung dibuat untuk menggantung alat bantu dalam menyeterika seperti semprotan pewangi. Meja seterika ini dibuat berbeda dari biasa yaitu dari bentuk seperti pin boling dan tempat meletakkan alat seterika terdapat di dalam area meja seterika tidak di luar meja seterika. Kemudahan pemakaian berada dilevel kepentingan antara menengah dan tinggi, karena permintaan meja seterika yang mudah untuk digunakan dan mudah diatur

74 169 dalam segala posisi yaitu berdiri, duduk dikursi dan duduk dilantai cukup banyak yang menangapinya. Kemudahan perawatan berada dilevel kepentingan menengah, karena pemakaian meja seterika tidak membutuhkan perawatan yang sangat penting bagi sipemakai. Kuantitas interaksi pemakai berada dilevel kepentingan tinggi, karena permintaan yang untuk mempermudah dalam pemakaian meja seterika dinilai sangat penting bagi konsumen. Pembaruan interaksi pemakai berada dilevel kepentingan antara menengah dan tinggi, karena dengan adanya kabel roll dan tempat untuk menggantung semprotan pewangi dinilai perlu untuk mempermudah menyeterika. Keamanan berada dilevel kepentingan antara menengah dan tinggi, karena dengan meletakan alat seterika dipinggiran meja akan membahayakan. Sehingga dibuat tempat untuk meletakkan alat seterika di dalam area meja seterika sangat diperlukan Kebutuhan-Kebutuhan Estetis Kebutuhan-kebutuhan estetis pada desain industri, yaitu: Diferensiasi Produk Gengsi Kepemilikan, Mode, atau Kesan Motivasi Tim

75 170 Tabel 4.22 Kebutuhan-kebutuhan Estetis Kebutuhan-kebutuhan Level kepentingan Penjelasan peringkat Rendah Menengah Tinggi Estetis Diferensiasi Produk Saat diperkenalkan meja seterika dipasaran terdapat beberapa penampilan yang sangat penting untuk didifferensiasikan seperti pada bahan alas dan alat bantu lainnya. Gengsi kepemilikan, Mode, atau Kesan Meja seterika ini dibuat untuk menjadi produk yang memberikan kesan dan harapan bagi ibu rumah tangga untuk mempermudah dalam menyeterika. Motivasi Tim Pembaruan bentuk meja seterika berubah menjadi inspirasi penting untuk tim pengembang dan mengandung nilai jual bagi produsen. Diferensiasi produk berada dilevel kepentingan menengah, karena dari permintaan ada yang menganggap perubahan pada meja seterika penting dan juga tidak penting, sehingga perubahan pada meja seterika dibuat berbeda seperti bentuk meja, bahan alas dan kaki meja seterika. Gengsi kepemilikan, mode atau kesan berada dilevel kepentingan menengah, karena nilai gengsi pada saat memiliki meja seterika tidaklah penting, melainkan meja seterika akan memberikan kesan bahwa penggunaan meja seterika mempermudah dalam menyeterika.

76 171 Motivasi tim berada dilevel kepentingan tinggi, karena pembaruan dari meja seterika ini memberikan nilai kepuasan sendiri dalam membantu ibu-ibu rumah tangga untuk mengerjakan pekerjaan rumah. 4.5 Konseptualisasi Setelah kebutuhan dan tuntutan pelanggan dipahami, desainer industri membantu tim untuk membuat konsep produk. Selama tahap penggalian konsep ahli teknik dengan sendirinya menfokuskan perhatian mereka untuk menemukan penyelesaian subfungsi teknis dari produk. Pada saat ini, desainer industri berkonsentrasi menciptakan bentuk produk dan penghubung pemakai. Desainer industri membuat sketsa yang sederhana. Untuk setiap konsep sketsa itu dikenal dengan thumbnail sketch. Sketsa-sketsa ini adalah yang cepat dan tak mahal untuk mengeksperesikan ide-ide dan mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan. Konsep-konsep yang diajukan kemudian dicocokkan dan digabungkan dengan penyelesaian teknis selama masa penggalian. Konsep-konsep ini dikelompokkan dan dievaluasi oleh tim berdasarkan kebutuhan pelanggan, kemungkinan teknis, biaya dan pertimbangan manufaktur.

77 172 Gambar 4.15 Sketsa Kasar Meja Seterika Perbaikan Awal Pada fase perbaikan awal, desainer industri membuat model dari konsep yang paling menjanjikan. Model lunak (soft model) biasanya dibuat dalam skala penuh dengan menggunakan busa atau papan berinti-busa. Ini adalah metode kedua yang tercepat, namun sedikit lebih lambat dari sketsa, digunakan untuk mengevaluasi konsep. Meskipun secara umum masih kasar, model-model ini sangat berguna karena model ini membantu tim pengembangan untuk mengekspresikan dan mengvisualisasikan konsep produk kedalam bentuk tiga dimensi.

78 173 Gambar 4.16 Gambar Model Produk Perbaikan Lanjutan dan Pemilihan Konsep Akhir Pada tahap ini, para desainer industri sering mengganti dari model lunak dan sketsa menjadi model kasar dan gambaran informasi-intensif yang dikenal dengan rendering. Rendering memperlihatkan detail desain dan sering melukiskan penggunaan produk. Yang digambarkan dalam bentuk dua atau tiga dimensi, rendering menyampaikan sejumlah informasi mengenai produk. Rendering sering digunakan untuk studi warna dan pengujian penerimaan pelanggan untuk ciri dan fungsi produk yang diajukan.

79 Tampak Depan Tampak Samping Pengunci Nama Pembuat : Yunus Armanto Tanggal Pembuatan : 2 juli 2007 Tampak Atas Universitas Bina Nusantara Gambar 4.17 Pengunci

80 175 Pada pengunci terdapat beberapa bagian seperti tahanan kaki 2, tahanan kunci, tahanan pengunci, batang pengunci, pegangan pengunci dan pengunci kaki. Pada tahanan kaki 2 memiliki ukuran panjang 50 mm, lebar 40 mm dan tebal 10 mm yang digunakan untuk menahan pengunci dan dihubungkan dengan kaki meja seterika. Pada tahanan kunci memiliki ukuran panjang 70 mm, lebar 30 mm dan tebal 10 mm ukuran ini dinilai cukup untuk menahan batang pengunci. Pada batang pengunci dibuat dari besi berdiameter 10 mm dan panjang 500 mm yang digunakan untuk mengatur ketinggian meja. Pada pegangan pengunci dibuat dari besi dengan ukuran diameter 10 mm, panjang 250 mm dan dihubungan dengan besi berdiameter 10 mm dengan panjang 80 mm sebagai pegangan tahanan kunci. Dan pengunci kaki dibuat dari besi yang telah dijelaskan di kaki meja seterika (Gambar 4.19 Kaki Meja Seterika)

81 Tampak Depan Tampak Samping Meja Seterika Nama Pembuat : Yunus Armanto Tanggal Pembuatan : 2 juli 2007 Tampak Atas Universitas Bina Nusantara Gambar 4.18 Meja Seterika

82 177 Pada meja seterika ini terdapat beberapa bagian, yaitu papan seterika, tiang pinggir, kabel roll, alas seterika, tahanan kaki 1, tahanan gagang kunci, dan tahanan 1. Pada papan meja seterika dibuat dari plat yang dibentuk sedemikian rupa sehingga memiliki ukuran dengan panjang total 1200 mm, lebar 410 mm dan tebal 30 mm yang nilai ini didapat dari panjang meja seterika yang sudah ada di pasaran karena panjang ini sudah cukup baik, lebar dari meja seterika ini menggunakan data antropometri pada jarak siku ke ujung jari dengan persentil 95 th wanita Asia. Penggunaan jarak siku ke ujung jari ini di lebar ini dinilai cukup sebagai tempat menyeterika, sedangkan persentil 95 th ini digunakan karena persentil terbesar sehingga lebar dari meja seterika ini dinilai cukup dibandingkan dengan yang ada dipasaran saat ini. Wanita Asia dikarenakan wanita ukuran minimum yang digunakan, sedangkan Asia karena pemasaran produk meja seterika ini adalah di Indonesia (kesamaan etnis Asia) (Nyoman, 2003: 52). Tiang pinggir dibuat dari besi yang berdiameter 20 mm dan diameter dari ring ini 410 mm, ukuran ini dinilai cukup karena hanya untuk meletakkan beberapa alat bantu seterika seperti semprotan pewangi. Kabel roll ini ditempatkan pada papan seterika dan dipesan dari luar sehingga ukuran untuk menempatkan kabel roll ini hanya disesuaikan. Alas seterika ini dibuat dari busa dan aluminium dengan ukuran panjang 1100 mm dan lebar 410 mm karena bentuk dari alas ini dapat disesuaikan dengan bentuk papan seterika. Tahanan kaki 1 dibuat dari besi dengan ukuran panjang 60 mm, lebar 40 mm dan tebal 10 mm yang digunakan untuk menahan kaki meja seterika agar tidak bergeser. Tahanan gagang kunci ini dibuat dari besi dengan ukuran panjang 60 mm, lebar 30

83 178 mm dan tebal 10 mm, ukuran ini dinilai cukup sebagai penahan gagang kunci. Pada tahanan 1 dibuat dari besi dengan ukuran panjang 250 mm, lebar 40 mm dan tinggi 50 mm, ukuran ini dinilai cukup sebagai tahanan dalam mengatur ketinggian meja seterika.

84 Tampak Depan Tampak Samping Kaki Meja Seterika Nama Pembuat : Yunus Armanto Tanggal Pembuatan : 2 juli 2007 Tampak Atas Universitas Bina Nusantara Gambar 4.19 Kaki Meja Seterika

85 180 Pada kaki meja seterika ini menggunakan besi berdiameter 60 mm, 40 mm, 30 mm dan 20 mm. Dan kaki meja seterika ini memiliki beberapa bagian yaitu kaki meja seterika, pengunci kaki, tahanan jarak kaki dan tahanan kaki 3 (lihat Gambar 4.19). Kaki meja seterika ini digunakan untuk menopang meja seterika dan untuk menentukan ketinggian meja seterika saat digunakan. Pada kaki meja seterika panjang total dari kaki itu sendiri adalah 1060 mm, untuk menentukan ketinggian meja seterika yang terdiri dari besi berdiameter 60 mm dengan panjang 30 mm sebagai telapak kaki agar dapat berdiri dengan tegak, dan besi berdiameter 40 mm dengan panjang 1000 mm sebagai penahan meja seterika. Yang saling berhubungan sehingga membentuk huruf T dengan jarak 125 mm. Pada pengunci kaki dibuat dengan diameter 10 mm dan panjang 65 mm, yang digunakan untuk menghubungkan kaki meja dengan tahanan kaki 1 (Gambar 4.18 Meja Seterika) dan tahanan kaki 2 (Gambar 4.17 Pengunci Meja Seterika). Pada tahanan jarak kaki dibuat dengan diameter 30 mm dan panjang 50 mm, yang digunakan untuk menahan kedua kaki agar memiliki jarak. Kemudian pada tahanan kaki 3 dibuat dengan diameter 20 mm dan panjang 135 mm, yang digunakan untuk menahan kaki meja seterika dan alas keranjang bawah.

86 Tampak Depan Tampak Atas Tampak Samping Alas Keranjang Bawah Universitas Bina Nusantara Gambar 4.20 Alas Keranjang Bawah Nama Pembuat : Yunus Armanto Tanggal Pembuatan : 2 juli 2007

87 182 Pada alas keranjang bawah digunakan untuk meletakkan keranjang pakaian yang dibuat dengan besi berdiameter 10 mm dan berukuran panjang 350 mm dan lebar 300 mm yang disesuaikan dengan ukuran keranjang. Kaki penahannya dibuat dengan panjang 100 mm yang dihubungkan dengan tahanan kaki 3 (Gambar 4.19 Kaki Meja Seterika). Pada tali kawat dengan panjang 439 mm dan pengait yang saling berhubungan digunakan untuk menahan beban yang diterima oleh alas keranjang tersebut.

88 Tampak Depan Tampak Atas Tampak Samping Alas Keranjang Atas Universitas Bina Nusantara Gambar 4.21 Alas Keranjang Atas Nama Pembuat : Yunus Armanto Tanggal Pembuatan : 2 juli 2007

89 184 Pada alas keranjang atas yang digunakan untuk meletakkan pakaian yang sudah digosok dan dihubungkan dengan meja seterika. Alas keranjang ini dibuat dari besi berdiameter 10 mm dan berukuran panjang 500 mm dan lebar 410 mm, karena dinilai cukup untuk meletakkan beberapa pakaian dan terdapat 2 buah peyangga yang diberi jarak 80 mm dan penahan berdiameter 10 mm dengan panjang 40 mm dan berjarak 20 mm yang digunakan untuk menahan alas tersebut. Juga terdapat tali kawat dengan panjang 250 mm yang digunakan untuk menghubungkan besi peyangga dengan papan seterika sehingga dapat digeser-geser.

90 Tampak Depan Tampak Samping Tiang Gantung Nama Pembuat : Yunus Armanto Tanggal Pembuatan : 2 juli 2007 Tampak Atas Universitas Bina Nusantara Gambar 4.22 Tiang Gantung

91 186 Pada tiang gantung ini dibuat dari pipa besi berdiameter 30 mm dan 10 mm. Tiang ini dapat digunakan untuk mengantung pakaian seperti kemeja yang telah diseterika. Tinggi dari tiang ini adalah 720 mm, ukuran ini diperoleh dari data antropometri tinggi jangkauan tangan wanita saat duduk dikursi pada sudut 35á, dengan persentil 95 th dari wanita asia. Penggunaan tinggi jangkauan tangan wanita saat duduk dikursi dengan sudut 35á, dikarenakan tinggi jangkauan tangan saat duduk dikursi dengan tinggi jangkauan tangan saat berdiri dirasa berbeda, dan menggunakan persentil 95 th karena persentil 95 th mengakomodasikan 95 % populasi wanita. Dan berdasarkan wanita Asia, karena yang pengguna produk ini sebagian besar adalah wanita, sehingga digunakan wanita Asia bukan pria Asia. Asia karena pemasaran produk meja seterika ini adalah di Indonesia (kesamaan etnis asia) (Nyoman, 2003: 52). Kemudian panjang dari tiang ini adalah 300 mm karena dinilai cukup, disertai dengan adanya 5 pengait dengan panjang 40 mm dan berdiameter 10 mm yang dinilai cukup, untuk mengantungkan beberapa pakaian yang masing-masing pengait mempunyai jarak 50 mm. Dan terdapat kaki tiang untuk tetap dapat berdiri dengan seimbang dengan panjang kaki 50 mm, berdiameter 30 mm dan pengunci tiang untuk mengunci tiang agar tidak bergerak dengan panjang 20 mm dan berdiameter 10 mm.

92 Penilaian Dalam Desain Industri Penilaian kualitas dalam desain industri, yaitu : Kualitas antar muka pengguna Daya tarik emosinal Kemampuan untuk memelihara dan memperbaiki produk Penggunaan yang tepat dari sumber Differensiasi produk

93 188 Tabel 4.23 Penilaian Dalam Desain Industri Kategori Penilaian Level Kepentingan Penjelasan Peringkat Rendah Menengah Tinggi 1. Kualitas dari antarmuka Secara umum, meja seterika pengguna mudah untuk digunakan dan aman. Sebagai contoh dengan adanya pengatur tinggi meja saat ingin menyeterika saat duduk dikursi dan adanya tempat untuk menggantung pakaian rapi yang sudah diseterika. 2. Daya tarik emosional Meja seterika ini mempunyai daya tarik seperti adanya kabel roll yang siap menjangkau stop kontak yang letaknya jauh, adanya tiang untuk menggantungkan pakaian (kemeja) yang telah diseterika. 3. Kemampuan untuk memelihara dan mamperbaiki produk 4. Penggunaan yang tepat dari sumber Meskipun pemeliharaan dan perbaikan bukan merupakan hal yang utama bagi pelanggan. Tapi yang satu ini sangat memiliki kepentingan yang dangan penting karena diberi bahan yang tidak mudah rusak. Desain yang merupakan keistimewaan dari meja seterika ini adalah meja seterika lebih luas dan mempermudah dalam menyeterika pakaian. 5. Differensiasi produk Penampilan dari meja seterika ini mudah untuk dikenali karena bedanya alas yang dibuat dipasaran sekarang ini. Kualitas dari antarmuka pengguna level kepentingan diberi tinggi, karena meja yang dibuat sangat mudah untuk dipakai dan tidak memerlukan penjelasan yang sulit.

94 189 Daya tarik emosional level kepentingan diberi antara menengah dan tinggi, karena meja ini dibuat dengan tampilan yang berbeda dari sebelumnya dan memiliki beberapa fungsi tambahan. Kemampuan untuk memelihara dan memperbaiki produk level kepentingan diberi antara menengah dan tinggi, karena pada dasarnya meja seterika tidak akan pernah dirawat dan dijaga oleh sipengguna, sehingga produk ini dibuat agar tidak mudah rusak dan mudah untuk diperbaiki. Penggunaan yang tepat dari sumber level kepentingan diberi antara menengah dan tinggi, karena pada dasarnya meja seterika ini digunakan hanya untuk menyeterika tetapi dengan penambahan beberapa fungsi menjadi dinilai sangat penting. Differensiasi produk level kepentingan diberi menengah, karena penampilan yang diberikan pada produk hanyalah beberapa, seperti bahan dari alas itu sendiri dan bentuk dari meja seterika itu.

95 DFM Gambar 4.23 OPC Pengunci Meja Seterika

96 191 Operation Process Chart Nama Produk : Meja Seterika Usulan Dipetakan Oleh : Yunus Armanto Tanggal Dipetakan : 02 Juli 2007 Sekarang Tahap Pengerjaan : Alas Meja Setrika Tiang Pinggir (1) Besi Ø 20 x 500mm Tahanan gagang kunci (2) Besi 60 x 30 x 10mm Tahanan kaki 1 (2) Besi 60 x 40 x 10mm Besi Tahanan 1 (2) 250 x 50 x 40mm Papan Seterika (1) Plat Besi 1200 x 410 x 30mm 5" 46 Pengukuran Roll Meter 5" 42 Pengukuran Mistar 5" 38 Pengukuran Mistar 5" 33 Pengukuran Mistar 5" 26 Pengukuran Roll Meter 5" 47 Pengambaran Pensil 5" 43 Pengambaran Pensil 5" 39 Pengambaran Pensil 5" 34 Pengambaran Pensil 5" 27 Pengambaran Pensil 10" 48 8" 49 15" 50 3" I-14 Pemotongan Mesin Potong Pembengkokan Mesin Tekuk Pengelasan Mesin Las Inspeksi Meja Periksa 8" 44 3" I-13 Pengeboran Mesin Bor Inspeksi Meja Periksa 8" 40 3" I-12 Pengeboran Mesin Bor Inspeksi Meja Periksa 15" 35 10" 36 3" I-11 Pengefraisan Mesin Frais Penghalusan Kikir Inspeksi Meja Periksa 10" 8" " 30 3" I-10 Pemotongan Mesin Potong Pelubangan Mesin Bor Pembentukan Mesin Tekuk Inspeksi Meja Periksa 5" 31 Pengukuran Roll Meter 10" 32 Pengambaran Pensil 5" 37 Perakitan Meja Rakit 5" 41 Perakitan Meja Rakit 5" 45 Perakitan Meja Rakit Ringkasan Kegiatan Jumlah Waktu Operasi Pemeriksaan 6 18 Penyimpanan 0 5" Perakitan 51 Meja Rakit 15" Pengelasan 52 Mesin Las 3" I-15 Pemeriksaan Meja Periksa B Total Gambar 4.24 OPC Alas Meja Seterika

97 192 Operation Process Chart Nama Produk : Meja Seterika Usulan Dipetakan Oleh : Yunus Armanto Tanggal Dipetakan : 02 Juli 2007 Sekarang Tahap Pengerjaan : Kaki Meja Alas Keranjang Bawah (1) Besi Ø 10 x 350 x 300mm Tahanan Jarak kaki (1) Besi Ø 30 x 50mm Tahanan Kaki 3 (1) Besi Ø 20 x 135mm Kaki Meja Seterika (2) Pipa Besi Ø 40 x 1000 mm Pipa Besi Ø 60 x 300 mm 5" 69 Pengukuran Mistar 5" 63 Pengukuran Mistar 5" 59 Pengukuran Mistar 5" 54 Pengukuran Roll Meter 5" 70 Pengambara n Pensil 5" 64 Pengambara n Pensil 5" 60 Pengambara n Pensil 5" 55 Pengambara n Pensil 10" 71 Pemotongan Mesin Potong 10" 65 Pemotongan Mesin Potong 10" 61 Pemotongan Mesin Potong 10" 56 Pemotongan Mesin Potong 10" 72 3" I-20 Pengelasan Mesin Las Inspeksi Meja Periksa 8" 66 3" I-19 Pengeboran Mesin Bor Inspeksi Meja Periksa 8" 62 3" I-18 5" 67 Pengeboran Mesin Bor Inspeksi Meja Periksa Perakitan Meja Rakit 8" 57 5" 58 3" I-17 Pengeboran Mesin Bor Pengelasan Mesin Las Inspeksi Meja Periksa 5" 68 Perakitan Meja Rakit Ringkasan Operasi Pemeriksaan " 73 3" I-21 C Perakitan Meja Rakit Pemeriksaan Meja Periksa Penyimpanan Gambar 4.25 OPC Kaki Meja Seterika

98 193 Operation Process Chart Nama Produk : Meja Seterika Usulan Dipetakan Oleh : Yunus Armanto Tanggal Dipetakan : 02 Juli 2007 Sekarang Tahap Pengerjaan : Alas Keranjang Atas dan Tiang Gantung Alas Keranjang Atas (1) Besi Ø 10 x 500 x 430mm Tiang Gantung (1) Besi Ø 30 x 720 x 300mm 5" 79 Pengukuran Mistar 5" 86 Pengukuran Roll Meter Tali Kawat 5" 10" " 82 3" I-25 Pengambaran Pensil Pemotongan Mesin Potong Pengelasan Mesin Las Inspeksi Meja Periksa 10" Pemasangan 83 Tang Karet Penahan 5" Pemasangan 84 Tangan 3" I-26 Pemeriksaan Meja Periksa 5" 8" 8" " 90 3" I-27 Pengambaran Pensil Pemotongan Mesin Potong Pengeboran Mesin Bor Pengelasan Mesin Tekuk Inspeksi Meja Periksa E D Ringkasan Kegiatan Jumlah Waktu Operasi Pemeriksaan 3 9 Penyimpanan 0 Total Gambar 4.26 OPC Alas Keranjang Atas dan Tiang Gantung

99 194 Operation Process Chart Nama Produk : Meja Seterika Usulan Dipetakan Oleh : Yunus Armanto Tanggal Dipetakan : 02 Juli 2007 Sekarang Tahap Pengerjaan : Penyelesaian Alas Seterika (1) Busa (2) 1100 x 400 x 30mm Aluminium (1) 1100 x 400 x 0.5mm Tiang Gantung Alas Keranjag Atas Pengunci Kaki (2) Besi Ø 10 x 65mm Kaki Meja Seterika Papan Seterika Pegangan Pengunci 5" 5" " 95 10" 96 3" I-29 Pengukuran Roll Meter Pengambaran Spidol Pemotongan Guting Penjahitan Mesin Jahit Inspeksi Meja Periksa 5" 5" " 77 3" I-23 Pengukuran Mistar Pengambaran Pensil Pemotongan Mesin Potong Inspeksi Meja Periksa 5" 53 3" I-16 5" 74 3" I-22 5" 78 3" I-24 Perakitan Meja Rakit Inspeksi Meja Periksa Perakitan Meja Rakit Inspeksi Meja Periksa Perakitan Meja Rakit Inspeksi Meja Periksa 5" 85 5" 91 Perakitan Meja Rakit Perakitan Meja Rakit 5" 92 Pengecatan Cat 3" I-28 Inspeksi Meja Periksa Accesoris 5" 97 Perakitan Meja Rakit 3" I-30 Pemeriksaan Meja Periksa Ringkasan Kegiatan Jumlah Waktu Operasi Pemeriksaan " 98 Perakitan Meja Rakit 3" I-31 Pemeriksaan Meja Periksa Penyimpanan 1 Total Gambar 4.27 OPC Penyelesaian

100 195 Assembly Chart Nama Produk : Meja Seterika Usulan Dipetakan Oleh : Yunus Armanto Tanggal Dipetakan : 02 Juli 2007 Sekarang PP u TK Pegangan Pengunci Tahanan Kunci SA1 A1 BP u Batang Pengunci TP u TK 2 Tahanan Pengunci Tahanan Kaki 2 SA2 A2 PS T1 TK 1 Papan Seterika Tahanan 1 Tahanan Kaki 1 SSS SA3 SSS A3 SSA 3 TG K Tahanan Gagang Kunci SA3 A3 TP Tiang Pinggir TK 3 TJ K Tahanan Kaki 3 Tahanan Jarak Kaki SSS A4 SSA 4 K MS Kaki Meja Seterika SA4 A4 A KB Alas Keranjang Bawah Pu K Pengunci Kaki A5 TG Tiang Gantung A6 AK A Alas Keranjang Atas A7 AS Alas Seterika A8 Gambar 4.28 Assembly Chart

101 196 Struktur Produk Nama Produk : Meja Seterika Usulan Dipetakan Oleh : Yunus Armanto Tanggal Dipetakan : 02 Juli 2007 Sekarang Keterangan Lambang Nama PPu Pegangan Pengunci TK Tahanan Kunci BPu Batang Pengunci TPu Tahanan Pengunci TK2 Tahanan Kaki 2 PS Papan Seterika T1 Tahanan 1 TK1 Tahanan Kaki 1 TGK Tahanan Gagang Kunci TP Tiang Pinggir TK3 Tahanan Kaki 3 TJK Tahanan Jarak Kaki KMS Kaki Meja Seterika AKB Alas Keranjang Bawah PuK Pengunci Kaki TG Tiang Gantung AKA Alas Keranjang Atas AS Alas Seterika A Assembly SA Sub Assembly SSA Sub Sub Assembly SSSA Sub Sub Sub Assembly SSSSA Sub Sub Sub Sub Assembly LT Lite Time 3 A A4 PuK LT = A3 SA4 2 A TG LT = 1 A A7 AS LT = AKA LT = A2 SA3 AKB LT = A1 SA2 TP SSA3 LT = SA1 BPu TPu TK2 TGK LT = 1 LT = 1 LT = 1 LT = PPu TK LT = 1 LT = 1 26 SSA KMS SSSA 4 LT = SSSA 3 TJK TK3 LT = 1 LT = TK1 LT = SSSS A T1 LT = PS LT = Gambar 4.29 Struktur Produk Meja Seterika

102 197 Tabel 4.24 Tabel BOM NO Level Description Code quantity BOM UOM 1 1 Assembly 7 A7 1 Each 2.2 Assembly 6 A6 1 Each 3..3 Assembly 5 A5 1 Each 4 4 Assembly 4 A4 1 Each 5.5 Assembly 3 A3 1 Each 6..6 Assembly 2 A2 1 Each 7 7 Assembly 1 A1 1 Each 8.8 Sub Assembly 1 SA1 1 Each 9..9 Pegangan Pengunci PPu 1 Each Tahanan Kunci TK 1 Each 11.8 Batang Pengunci BPu 1 Each 12 7 Sub Assembly 2 SA2 1 Each 13.8 Tahanan Pengunci TPu 1 Each 14.8 Tahanan Kaki 2 TK2 2 Each Sub Assembly 3 SA3 1 Each 16 7 Tiang Pinggir TP 1 Each 17 7 Sub Sub Assembly 3 SSA3 1 Each 18.8 Tahanan Gagang Kunci TGK 2 Each 19.8 Sub Sub Sub Assembly 3 SSSA3 1 Each Tahanan Kaki 1 TK1 2 Each Sub Sub Sub Sub Assembly 3 SSSSA3 1 Each Tahanan 1 T1 1 Each Papan Seterika PS 1 Each 24.5 Sub Assembly 4 SA4 1 Each Alas Keranjang Bawah AKB 1 Each Sub Sub Assembly 4 SSA4 1 Each 27 7 Kaki Meja Seterika KMS 2 Each 28 7 Sub Sub Sub Assembly 4 SSSA4 1 Each 29.8 Tahanan Jarak Kaki TJK 2 Each 30.8 Tahanan Kaki 3 TK3 1 Each 31 4 Pengunci Kaki PuK 2 Each Tiang Gantung TG 1 Each 33.2 Alas Keranjang Atas AKS 1 Each 34 1 Alas Seterika AS 1 Each Dari BOM dan OPC maka dapat dilakukan perhitungan biaya komponen dan biaya produksi/unit pada awal tahap DFM. Untuk memperkirakan biaya produksi digunakan asumsi-asumsi dan data-data di bawah ini:

103 198 Tabel 4.25 Tabel Biaya Komponen Standar No Komponen Harga 1 Pipa Besi Ñ 60 mm Rp /m 2 Pipa Besi Ñ 40 mm Rp /m 3 Pipa Besi Ñ 20 mm Rp 9.000/m 4 Besi Ñ 30 mm Rp /m 5 Besi Ñ 10 mm Rp 8.000/m 6 Busa 500 x 30 mm Rp 8.000/m 7 Aluminium 500 x1 mm Rp 4.000/m 8 Plat Besi 500 x 1 mm Rp /m 9 Besi 50 x 20 mm Rp /m 10 Kawat Rp 3.000/m 11 Cat Rp /kg 12 Elektroda Rp /pak Tabel 4.26 Tabel Biaya Komponen Lainnya No Komponen Harga per unit 1 Kabel Roll 5 meter Rp 4000/buah 2 Karet Penahan Rp 500/buah 3 Pengait Rp 2000/kantong 4 Karet Bulat Rp 800/buah Upah Minimum Propinsi DKI Jakarta adalah Rp /bulan, berdasarkan kebijakan dewan pengupahan DKI No 2515/2004 tentang penetapan UMP. Hari kerja adalah 25 hari dalam sebulan dengan jam kerja adalah 8 jam setiap harinya. Berdasarkan OPC waktu siklus 1 unit adalah 748 detik Biaya overhead diambil 10% dari harga material dan 80% dari biaya perakitan. Dari data-data dan asumsi-asumsi diatas maka dapat diperkirakan biaya produksi dari 1 unit meja seterika, bila dijalankan sesuai proses yang tertera pada OPC.

104 199 Tabel 4.27 Tabel Biaya Perkiraan Komponen Standar No Komponen Harga 1 Pipa Besi Ñ 60 mm Rp Pipa Besi Ñ 40 mm Rp Pipa Besi Ñ 20 mm Rp Besi Ñ 30 mm Rp Besi Ñ 10 mm Rp Busa 500 x 30 mm Rp Aluminium 500 x0.5mm Rp Plat Besi 500 x 1 mm Rp Besi 50 x 20 mm Rp Kawat Rp Cat Rp Elektroda Rp Total Rp Harga-harga tersebut didapat dari informasi penjualan eceran. Material-material tersebut termasuk dalam komponen standar, dikarenakan material-material tersebut yang akan dipakai pada pembuatan produk. Tabel 4.28 Tabel Biaya Perkiraan Komponen Lainnya No Komponen Harga per unit 1 Kabel Roll 5 meter Rp Karet Penahan Rp Pengait Rp Karet Bulat Rp Total Rp Harga-harga tersebut didapat dari informasi penjualan eceran. Material-material tersebut termasuk dalam komponen lainnya, dikarenakan material-material tersebut dibuat dari pabrik atau pemasok.

105 200 No Komponen Tabel 4.29 Tabel Perkiraan Biaya Perakitan Waktu Penanganan Waktu Perakitan Waktu Total Harga Per Detik Total Harga 1 Meja Seterika Rp 2 Rp Pengunci Meja Rp 2 Rp Kaki Meja Seterika Rp 2 Rp Tiang Gantungan Rp 2 Rp 78 5 Alas Keranjang Atas Rp 2 Rp Penyelesaian Rp 2 Rp 228 = Rp 1.496,- Biaya perakitan ini berdasarkan jumlah operator pada masing-masing proses pembuatan. Biaya ini kami ambil dari UMR pada daerah DKI Jakarta yaitu Rp /bulan. Adapun kami konversikan menjadi biaya berdasarkan jumlah waktu kerja masing-masing operator per hari selama hari kerja. Waktu pengerjaan produk kami ambil berdasarkan proses operasi dan proses perakitan masing-masing part produk untuk tiap departemen. Biaya tenaga kerja / detik = = hari UMR/bulan kerja/bulan * Jam kerja/hari * 3600 dtk *8* 3600 = 1.39 Rp 2,00/detik Tabel 4.30 Tabel Perkiraan Biaya Overhead Biaya Overhead dari biaya material = Rp Biaya Overhead dari biaya perakitan = Rp Total Biaya = Rp

106 201 Biaya overhead ini didapat dari Biaya overhead diambil 10% dari harga material dan, 80% dari biaya perakitan. Tabel 4.31 Tabel Biaya Manufaktur Biaya Manufaktur - Biaya Komponen = Rp Biaya Perakitan = Rp Biaya Overhead = Rp Total Biaya = Rp Dari tiap jenis biaya kemudian dijumlahkan sehingga mendapatkan biaya manufaktur Rp ,-. Biaya tersebut masih dapat ditekan dengan meminimasi biaya dan waktu produksi. Tabel 4.32 Tabel Pengurangan Biaya Komponen Standar No Komponen Harga 1 Pipa Besi Ñ 60 mm Rp Pipa Besi Ñ 40 mm Rp Pipa Besi Ñ 20 mm Rp Besi Ñ 30 mm Rp Besi Ñ 10 mm Rp Busa 500 x 30 mm Rp Aluminium 500 x0.5mm Rp Plat Besi 500 x 1 mm Rp Besi 50 x 20 mm Rp Kawat Rp Cat Rp Elektroda Rp Total Rp

107 202 Penurunan biaya terletak pada penggunaan pipa besi, besi, busa, aluminium, pelat besi, cat besi dan elektroda. Hal ini dikarenakan dengan pembelian bahan baku yang banyak sehingga harga dapat ditekan seminimal mungkin. Tabel 4.33 Tabel Pengurangan Biaya Komponen Lainnya No Komponen Harga per unit 1 Kabel Roll 5 meter Rp Karet Penahan Rp Pengait Rp Karet Bulat Rp Total Rp Penurunan biaya terletak pada kabel roll, dan karet bulat. Hal ini dikarenakan karena terdapat supplier pembelian kabel roll dan karet dengan harga yang lebih terjangkau. No Komponen Tabel 4.34 Tabel Pengurangan Biaya Perakitan Waktu Penanganan Waktu Perakitan Waktu Total Harga Per Detik Total Harga 1 Meja Seterika Rp 2 Rp Pengunci Meja Rp 2 Rp Kaki Meja Seterika Rp 2 Rp Tiang Gantungan Rp 2 Rp 78 5 Alas Keranjang Atas Rp 2 Rp Penyelesaian Rp 2 Rp 228 = Rp 1.496,- Pada biaya perakitan pengurangan tidak dapat dilakukan lagi. Hal ini dikarenakan perencanaan tersebut sudah dianggarkan.

108 203 Tabel 4.35 Tabel Perkiraan Biaya Overhead Biaya Overhead dari biaya material = Rp Biaya Overhead dari biaya perakitan = Rp Total Biaya = Rp Biaya perakitan ini didapat dari biaya overhead diambil 10% dari harga material dan, 80% dari biaya perakitan. Dikarenakan terjadi pengurangan pada biaya material, maka terjadi pengurangan pula pada biaya overhead. Tabel 4.36 Tabel Biaya Manufaktur Biaya Manufaktur - Biaya Komponen = Rp Biaya Perakitan = Rp Biaya Overhead = Rp Total Biaya = Rp Dari pengurangan biaya tersebut, tentu saja akan menyebabkan biaya manufaktur yang lebih murah. Sehingga terjadi pengurangan biaya manufaktur dari Rp ,- menjadi Rp , Prototype Prototype sebagai sebuah penaksiran produk melalui satu atau lebih dimensi yang menjadi perhatian. Dengan definisi ini, setiap wujud yang memperlihatkan sedikitnya satu aspek produk yang menarik bagi tim pengembangan dapat ditampilkan sebagai sebuah prototype. Definisi ini menyimpang dari penggunaan umumnya, dimana

109 204 mencakup bermacam bentuk prototype seperti penggambaran konsep, model matematika, dan bentuk fungsional yang lengkap sebelum dibuat dari suatu produk. Pembuatan prototype meja seterika ini dibuat semirip mungkin dengan penampilannya. Hal ini dikarenakan tidak memungkinkan untuk membuat produk jadi sesuai dengan ukuran sebenarnya. Sehingga prototype yang dihasilkan berupa gambar 3 dimensi (Ulrich dan Eppinger, 2001: 259). Gambar 4.30 Tampak Depan (a)

110 205 Gambar 4.31 Tampak Depan (b) Gambar 4.32 Tampak Samping Gambar 4.33 Tampak Isometri

111 206 Gambar 4.34 Tampak Atas Gambar 4.35 Tiang Gantung

112 207 Gambar 4.36 Tiang Pinggir dan Accecoris Gambar 4.37 Alas Keranjang Atas

113 208 Gambar 4.38 Alas Keranjang Bawah Gambar 4.39 Tali Pengait

114 Gambar 4.40 Pengunci 209

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Dan Pengolahan Data 4.1.1 Beberapa Jenis Produk Lampu Belajar 4.1.1.1 Produk Lampu Belajar Yang Digunakan Gambar 4.1 Produk Lampu Belajar Yang Digunakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 (sesuai periode berjalan)

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 (sesuai periode berjalan) UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 (sesuai periode berjalan) PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN KONSEP PADA PRODUK MEJA SETERIKA Yunus Armanto

Lebih terperinci

BAB 3. Metode Perancangan Produk

BAB 3. Metode Perancangan Produk BAB 3 Metode Perancangan Produk Berikut adalah flow diagram dari tahapan-tahapan yang dilakukan mulai dari awal sampai pengujian konsep dalam melakukan proses pengembangan produk: Gambar 3.1 Flow Diagram

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Metode penelitian menunjukan bagaimana penelitian dilakukan dari identifikasi masalah sampai dengan analisis dan kesimpulan. Tahapan metode dari penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian ini merupakan cara yang digunakan untuk memecahkan masalah dengan langkah-langkah yang akan ditempuh harus relevan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang dapat menghasilkan barang atau jasa berkualitas yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang dapat menghasilkan barang atau jasa berkualitas yang mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, persaingan bisnis menjadi sangat tajam. Hanya perusahaan yang dapat menghasilkan barang atau jasa berkualitas yang mampu menghadapi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam penelitian ini metode deskriptif yang digunakan untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Untuk mengetahui keinginan konsumen akan minuman kesehatan, kepuasan konsumen merupakan salah satu faktor terpenting yang harus diperhatikan oleh perusahaan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian Metodologi penelitian merupakan gambaran penelitian secara keseluruhan sehingga diketahui proses, metode dan hasil yang diperoleh dalam penelitian. Terlihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Penelitian Jenis Penelitian Unit Analisis Time Horizon T-1 Deskriptif - Kualitatif Individu Pelanggan Bengkel T-2 Deskriptif

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif yakni suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah produk shoulder bags untuk wanita usia 17 sampai

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah produk shoulder bags untuk wanita usia 17 sampai 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian adalah produk shoulder bags untuk wanita usia 17 sampai 45 tahun yang digunakan untuk aktivitas harian selain bekerja dan kuliah. Aktivitas

Lebih terperinci

PERANCANGAN KONSEP KURSI KANTOR BERDASARKAN KEBUTUHAN KONSUMEN DAN STUDI PERBANDINGAN PRODUK PESAING

PERANCANGAN KONSEP KURSI KANTOR BERDASARKAN KEBUTUHAN KONSUMEN DAN STUDI PERBANDINGAN PRODUK PESAING PERANCANGAN KONSEP KURSI KANTOR BERDASARKAN KEBUTUHAN KONSUMEN DAN STUDI PERBANDINGAN PRODUK PESAING Oleh: I Wayan Sukania iwayansukania@tarumanagara.ac.id iwayansukania@yahoo.com Staf Pengajar Program

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tahapan Proses Perancangan dan Pengembangan Produk Proses perancangan dan pengembangan produk terdiri dari 6 tahapan seperti yang ditunjukkan dalam gambar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Perancangan dan Pengembangan Produk Perancangan dan pengembangan produk adalah serangkaian aktivitas yang dimulai dari analisis persepsi dan peluang

Lebih terperinci

Bab 3 METODE PENELITIAN

Bab 3 METODE PENELITIAN 27 Bab 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan jenis studi kasus. Menurut Sugiyono (2004, p11), Penelitian deskriptif adalah penelitian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 (sesuai periode berjalan)

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 (sesuai periode berjalan) UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 (sesuai periode berjalan) PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN KONSEP PADA PRODUK LAMPU BELAJAR Like Lanita

Lebih terperinci

Product Design & Development Hubungan Kebutuhan Pekerja Terhadap Karakteristik Teknik Pada Perancangan Alat Pengepres Melinjo Dengan Metode QFD

Product Design & Development Hubungan Kebutuhan Pekerja Terhadap Karakteristik Teknik Pada Perancangan Alat Pengepres Melinjo Dengan Metode QFD Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.3 No. (014) 8-33 ISSN 30 934X Product Design & Development Hubungan Kebutuhan Pekerja Terhadap Karakteristik Teknik Pada Perancangan Alat Pengepres Melinjo

Lebih terperinci

Bab 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data

Bab 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data 47 Bab 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data Bab ini berisi pengumpulan data dan hasil pengolahan data yang dilakukan berdasarkan metodologi yang telah disusun pada Bab 3. 4.1. Data Umum Perusahaan Data yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Martadinata No. 81, Malang. Adapun dasar dari pemilihan Bank Rakyat Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. Martadinata No. 81, Malang. Adapun dasar dari pemilihan Bank Rakyat Indonesia BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada PT. Bank Rakyat Indonesia,Tbk. Jl. Laks. Martadinata No. 81, Malang. Adapun dasar dari pemilihan Bank Rakyat Indonesia Cabang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 19 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Banyaknya perusahaan jasa pengiriman, menyebabkan persaingan diantara perusahaan tersebut semakin meningkat. Hal ini didasari semakin dibutuhkan jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat. Salah satunya adalah ilmu pengetahuan. Hal tersebut dapat dilihat bahwa

BAB I PENDAHULUAN. cepat. Salah satunya adalah ilmu pengetahuan. Hal tersebut dapat dilihat bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi, berbagai aspek kehidupan berkembang begitu sangat cepat. Salah satunya adalah ilmu pengetahuan. Hal tersebut dapat dilihat bahwa perkembangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Proses pengembangan produk secara umum dibagi kedalam beberapa tahap yang biasanya disebut fase. Menurut Karl T. Ulrich dan Steven D. Eppinger dalam bukunya yang berjudul Perancngan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kerja dan target yang ditetapkan oleh perusahaan harus dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kerja dan target yang ditetapkan oleh perusahaan harus dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Perusahaan akan selalu berusaha agar tujuannya dapat tercapai secara maksimal serta dapat mempertahankan kelangsungan usahanya. Tuntutan kerja dan target

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. hal ini adalah produk makanan dan minuman. Kepuasan merupakan suatu respon positif seseorang dimana hasil kinerja

METODE PENELITIAN. hal ini adalah produk makanan dan minuman. Kepuasan merupakan suatu respon positif seseorang dimana hasil kinerja 20 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan semua pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sesuai tujuan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa metode, teknik dan sumber. Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data primer dan sekunder yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pikir Kepuasan pengguna yang menjadi tujuan dari perusahaan dituangkan dalam strategi dan rencana kerja yang diimplementasikan dalam kegiatan pemasaran dan pelayanan

Lebih terperinci

Bab 3. Metodologi Penelitian

Bab 3. Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian Penelitian dimulai dengan melakukan studi pendahuluan untuk dapat merumuskan permasalahan berdasarkan pengamatan terhadap kondisi obyek yang diamati. Berdasarkan permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dari penelitian yang akan dilakukan adalah sistem pelayanan informasi yang dimiliki oleh bus Trans Jogja sebagai elemen pendukung dari moda transportasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN PRODUK

BAB 3 METODE PERANCANGAN PRODUK BAB 3 METODE PERANCANGAN PRODUK Berikut merupakan flow diagram dari tahapan-tahapan ng dilakukan dari awal sampai akhir dalam melakukan proses pengembangan produk : Perencanaan (perntaan misi) Identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dari perusahaan untuk para pelangganya. Setiap perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dari perusahaan untuk para pelangganya. Setiap perusahaan harus BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pemasaran adalah hasil dari kegiatan setiap perusahaan sebagai wujud perhatian dari perusahaan untuk para pelangganya. Setiap perusahaan harus memandang bahwa

Lebih terperinci

Gambar 1. 1 Empat Fase Model QFD

Gambar 1. 1 Empat Fase Model QFD Perancangan Alat Perajang Umbi-umbian dengan Metode Quality (Nuning Artati dkk.) PERANCANGAN ALAT PERAJANG UMBI-UMBIAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEVELOPMENT (QFD) Nuning Artati*, Sutarno, Nugrah Rekto

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang digunakan untuk menyelesaikan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang jasa boga, maka setiap perusahaan perlu menciptakan konsep

BAB I PENDAHULUAN. di bidang jasa boga, maka setiap perusahaan perlu menciptakan konsep 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam persaingan bisnis yang semakin ketat dewasa ini dan seiring dengan semakin banyaknya perusahaan pesaing yang bermunculan khususnya di bidang jasa boga, maka

Lebih terperinci

BAB I SPESIFIKASI PRODUK

BAB I SPESIFIKASI PRODUK BAB I SPESIFIKASI PRODUK Maksud dari spesifikasi produk adalah untuk menjelaskan tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh sebuah produk. Beberapa perusahaan menggunakan istilah karakteristik engineering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis sekarang sudah sangat pesat dan dapat menembus batasan batasan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis sekarang sudah sangat pesat dan dapat menembus batasan batasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan peningkatan teknologi informasi dalam kondisi bisnis sekarang sudah sangat pesat dan dapat menembus batasan batasan geografis sehingga informasi

Lebih terperinci

BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA. rangkaian fase pengembangan produk.

BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA. rangkaian fase pengembangan produk. 78 BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA 4.1 Perencanaan Produk Sebelum memasuki tahap identifikasi kebutuhan pelanggan, terlebih dahulu perlu dilakukan tahap perencanaan produk, yang mana hasil dari perencanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini dilakukan di wifi corner area PT. Telkom Kotabaru milik PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Witel Yogyakarta, dengan objek yang diteliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 Ý = + XY BAB III bx + e METODE PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu Penelitian 1.1. Tempat Penelitian Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah di PT. Sinar Galesong Pratama Cabang Gorontalo yang beralamatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS 42 BAB III METODE ANALISIS 3.1. Kerangka pikir Dalam persaingan yang semakin tajam diantara bengkel otomotif saat ini, maka kepuasan pelanggan menjadi prioritas utama dimana tingkat kepentingan dan harapan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 METODE PERANCANGAN SISTEM 20 BAB 3 METODE PERANCANGAN SISTEM Studi pendahuluan Studi kepustakaan Pengumpulan data: * kuesioner *wawancara *observasi lapangan Data cukup, data reliabel, data valid? Ya tidak Identifikasi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian memiliki kedudukan yang penting dalam suatu penelitian agar dapat memberikan gambaran kepada peneliti tentang masalah yang hendak diungkap.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan sistematis, maka perlu di buat alur penelitian adapun alur penelitian dapat dilihat dari flow chart berikut

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penyuluhan Pertanian bertujuan untuk mengembangkan kemampuan petani dan kelompok tani, mengubah perilakunya dalam usaha taninya sehingga mampu menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan desain cross sectional yaitu penelitian yang bertujuan untuk memebrikan gambaran atau seskriptif

Lebih terperinci

PERANCANGAN PRODUK. Chapter 4. Gasal 2014

PERANCANGAN PRODUK. Chapter 4. Gasal 2014 PERANCANGAN PRODUK Chapter 4 Gasal 2014 Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id Blog : http://debrina.lecture.ub.ac.id/ 6/10/2014 Perancangan Produk - Gasal

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG ALAT PENUANG AIR GALON GUNA MEMINIMALISASI BEBAN PENGANGKATAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT

PERANCANGAN ULANG ALAT PENUANG AIR GALON GUNA MEMINIMALISASI BEBAN PENGANGKATAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT PERANCANGAN ULANG ALAT PENUANG AIR GALON GUNA MEMINIMALISASI BEBAN PENGANGKATAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT Erni Suparti 1), Rosleini Ria PZ 2) 1),2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Industri jasa pada saat ini merupakan sektor ekonomi yang sangat besar dan tumbuh sangat pesat. Pertumbuhan tersebut selain diakibatkan oleh pertumbuhan jenis

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Umum Dalam Tugas Akhir ini yang dibahas adalah kepuasan penumpang angkutan umum perkotaan. Tingkat kepuasan penumpang angkutan umum terhadap pelayanan merupakan faktor yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada suatu penelitian terdapat berbagai macam metode penelitian yang digunakan, pemilihannya sangat tergantung pada prosedur, alat serta desain penelitian

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di wilayah Malang Raya. Waktu dilaksanakan

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di wilayah Malang Raya. Waktu dilaksanakan BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di wilayah Malang Raya. Waktu dilaksanakan pada pertengahan bulan November 2016 hingga awal bulan Desember 2016. 1.2 Materi

Lebih terperinci

TGB 1 27 TGB 2 25 Jumlah 52

TGB 1 27 TGB 2 25 Jumlah 52 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi, Subjek, dan Objek Penelitian a. Lokasi yang akan dilaksanakannya penelitian adalah SMKN 9 Garut yang berlokasi di Kecamatan

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab 3 Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian 3.1. Flow Chart Metodologi Penelitian Penelitian merupakan kegiatan sistematis dengan serangkaian proses yang dilakukan secara terstruktur. Setiap tahapan proses tersebut akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Metodologi penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan dengan tujuan dan kegunaan tertentu, Sugiyono (2013:01).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini jumlah penduduk di Indonesia telah mencapai 200 juta orang lebih,

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini jumlah penduduk di Indonesia telah mencapai 200 juta orang lebih, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini jumlah penduduk di Indonesia telah mencapai 00 juta orang lebih, sehingga persaingan mereka di dunia kerja semakin ketat. Oleh karena itu, untuk

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Persaingan yang semakin ketat, membuat setiap perusahaan harus memiliki suatu keunggulan bersaing agar dapat bertahan dan memenangkan persaingan.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. yang disesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga dapat melakukan analisis. Berikut. Jenis dan Metode. pelanggan.

BAB 3 METODE PENELITIAN. yang disesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga dapat melakukan analisis. Berikut. Jenis dan Metode. pelanggan. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Untuk mengetahui jenis penelitian yang dilakukan, digunakan desain penelitian yang disesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga dapat melakukan analisis.

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dantempat Penelitian Restoran Ikan Bakar Dalam Bambu Karimata adalah salah satu restoran yang berlokasi di pusat kota Sentul Bogor Depan Pintu Tol Sentul Selatan 2

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Dalam menjawab pertanyaan penelitian pertama ini difokuskan pada bagaimana kualitas pelayanan dilihat dari persepsi manajemen. Metode penelitian yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis elemen-elemen brand equity (ekuitas merek), yaitu brand awareness (kesadaran merek), brand association

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisa Kebutuhan Konsumen Desain Sepatu Casual Pria Lama

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisa Kebutuhan Konsumen Desain Sepatu Casual Pria Lama 80 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisa Kebutuhan Konsumen Sepatu memiliki tujuan tersendiri bagi para pemakainya, berbagai jenis dan model sepatu yang berbeda-beda sudah banyak dibuat dan dikembangkan. Tujuan

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. sesuai dengan tuntutan dunia kerja dan persaingan yang makin super ketat.

BAB l PENDAHULUAN. sesuai dengan tuntutan dunia kerja dan persaingan yang makin super ketat. BAB l PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini kebutuhan akan dunia pendidikan semakin besar, sesuai dengan tuntutan dunia kerja dan persaingan yang makin super ketat. Dalam perekrutan tenaga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran KOGUPE SMAN 46 Jakarta merupakan koperasi konsumen di kawasan Jakarta Selatan yang bergerak di bidang usaha pertokoan dan simpan pinjam. Dalam upaya memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Sampel Penelitian Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan suatu prosedur tertentu dan diharapkan dapat mewakili suatu populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat, dengan harapan tidak menghilangkan identitas kota sebagai kota warisan

BAB I PENDAHULUAN. pesat, dengan harapan tidak menghilangkan identitas kota sebagai kota warisan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan Kota Surakarta dewasa ini mengalami kemajuan yang sangat pesat, dengan harapan tidak menghilangkan identitas kota sebagai kota warisan budaya.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Langkah langkah (flow chart) pemecahan masalah. Mulai. Observasi Pendahuluan. Penetapan Tujuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Langkah langkah (flow chart) pemecahan masalah. Mulai. Observasi Pendahuluan. Penetapan Tujuan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah langkah (flow chart) pemecahan masalah Mulai Observasi Pendahuluan Studi Pustaka Identifikasi Masalah Penetapan Tujuan Identifikasi atribut penelitian Pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah Hotel Bintang Griyawisata Jakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah Hotel Bintang Griyawisata Jakarta. BAB III METODE PENELITIAN A.Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan selama 3 bulan yaitu dimulai pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei tahun 2016. Adapun tempat yang dijadikan objek

Lebih terperinci

ANALISIS PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK TAS RANSEL KHAS ACEH MENGGUNAKAN METODE REKAYASA NILAI (STUDI KASUS DI UD. IKHSAN)

ANALISIS PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK TAS RANSEL KHAS ACEH MENGGUNAKAN METODE REKAYASA NILAI (STUDI KASUS DI UD. IKHSAN) ANALISIS PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK TAS RANSEL KHAS ACEH MENGGUNAKAN METODE REKAYASA NILAI (STUDI KASUS DI UD. IKHSAN) Ir. Syamsul Bahri, M.Si 1, Ir. Amri, MT 2 dan Elza Ayu Alviany 3 1,2,3 Jurusan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini mengenai pengaruh keragaman tenaga kerja (workforce diversity) terhadap kinerja karyawan bagian pemeliharaan (maintenance section)

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tahap Penelitian Penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu pemetaan kompetensi dan analisis kebutuhan pelatihan. Dua tahap ini merupakan satu rangkaian yang tidak dipisahkan,

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data populasi responden dilakukan pada bulan Desember 2008 Mei 2009. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara, (1) Penyusunan kuesioner (2) Uji validasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Salah satu aspek mendasar yang perlu dipahami oleh Perum Perhutani adalah karakter konsumen sebagai pengguna minyak kayu putih hasil produksinya, yaitu kepuasan. Dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Adapun Proses Pengembangan Produk secara umum terdiri dari beberapa tingkatan atau biasa disebut fase. Dari buku Perancangan dan Pengembangan Produk karangan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan jenis penelitian eksplanatif dan metode penelitian kuantitatif.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan jenis penelitian eksplanatif dan metode penelitian kuantitatif. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis dan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan jenis penelitian eksplanatif dan metode penelitian kuantitatif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Sugiyono, 2002: 11). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh

BAB III METODE PENELITIAN. (Sugiyono, 2002: 11). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 00:

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010: 3)

III. METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010: 3) 32 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010: 3) Metode penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini menggunakan penelitian survey. Metode survey menurut

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini menggunakan penelitian survey. Metode survey menurut BAB III METODE PENELITIAN 3. Metode Yang Digunakan Metode penelitian ini menggunakan penelitian survey. Metode survey menurut Sugiyono (008 : ), yaitu : Metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Review PT. Union Jaya Pratama PT Union Jaya Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kasur busa. Hasil produksi dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian deskriptif analisis. Metode penelitian ini diambil karena berkesesuaian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian deskriptif analisis. Metode penelitian ini diambil karena berkesesuaian 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif analisis. Metode penelitian ini diambil karena berkesesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk atau merek produk baru bermunculan. Pesatnya persaingan pasar yang

BAB I PENDAHULUAN. produk atau merek produk baru bermunculan. Pesatnya persaingan pasar yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini perekonomian makin maju dan berkembang dengan pesat, banyak produk atau merek produk baru bermunculan. Pesatnya persaingan pasar yang sejenis dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 147 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Flowchart Metode Penelitian Populasi dan sampel Studi Pendahuluan -Analisa Tas Laptop yang sudah ada Studi Pustaka Online Book ReferenceJournal Group Forum Materi Kuliah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. membuat prediksi atau pun mencari implikasi.

III. METODE PENELITIAN. membuat prediksi atau pun mencari implikasi. III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Menurut Azwar (2008 : 7) penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pembuatan kartu kuning di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung.

III. METODE PENELITIAN. pembuatan kartu kuning di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung. III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas pelayanan pembuatan kartu kuning di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung. Sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

Ir. Erlinda Muslim, MEE

Ir. Erlinda Muslim, MEE 1 2 Proses menentukan spesifikasi target terdiri dari 4 tahapan: 1. Menyiapkan daftar ukuran (metric) dengan menggunakan matriks ukuran kebutuhan (needsmetric). 2. Mengumpulkan informasi benchmarking kompetitif.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian Penelitian skripsi ini dilakukan di BRI Syari ah Kantor Cabang Pembantu Serang yang beralamat di Jl. Ahmad Yani No. 165 Kelurahan Sumur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan. Hal ini disebabkan karena kualitas jasa dapat digunakan

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan. Hal ini disebabkan karena kualitas jasa dapat digunakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dekade terakhir, kualitas jasa semakin mendapatkan banyak perhatian bagi perusahaan. Hal ini disebabkan karena kualitas jasa dapat digunakan sebagai alat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan sekunder bagi setiap orang dan tas merupakan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan sekunder bagi setiap orang dan tas merupakan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini persaingan dalam dunia bisnis menjadi sangat ketat, hal itu dapat dilihat dengan banyaknya perusahaan sejenis yang menawarkan produk yang hampir sama. Persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis harus dilakukan secara profesional. (Kotler, 1994:2). Untuk itu, kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis harus dilakukan secara profesional. (Kotler, 1994:2). Untuk itu, kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menghadapi persaingan global yang semakin kuat, pengelolaan kegiatan bisnis harus dilakukan secara profesional. (Kotler, 1994:2). Untuk itu, kegiatan bisnis

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Penelitian Diagram 3.1 Diagram Alir Penelitian 97 3.2 Langkah-langkah Penelitian Dalam melakukan suatu penelitian, perlu dilakukan suatu urutanurutan proses

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dirasakan dengan kinerja yang diharapkan. Kepuasan penumpang atau konsumen

BAB III LANDASAN TEORI. dirasakan dengan kinerja yang diharapkan. Kepuasan penumpang atau konsumen BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konsep Kepuasan Penumpang Kepuasan penumpang merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan kinerja yang diharapkan. Kepuasan penumpang atau konsumen jasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2008 : 2), Metode Penelitian pada dasarnya

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2008 : 2), Metode Penelitian pada dasarnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Menurut Sugiyono (008 : ), Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. bebas terhadap variabel terikat, maka dalam hal ini penulis menggunakan metode

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. bebas terhadap variabel terikat, maka dalam hal ini penulis menggunakan metode BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, maka dalam hal ini penulis menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Juni 2013 sampai dengan bulan Agustus Berdasarkan jenis masalah yang

BAB III METODE PENELITIAN. Juni 2013 sampai dengan bulan Agustus Berdasarkan jenis masalah yang 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kudus. Penelitian ini dimulai dari bulan Juni 2013 sampai dengan bulan Agustus 2013. Berdasarkan jenis masalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian PT. BMI, Tbk memiliki visi, menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual dan dikagumi di pasar rasional. Visi tersebut harus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Penggunaan metode kuasi eksperimen dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Kualitas Jasa Terhadap Loyalitas Pelanggan Logistik Pada

BAB IV HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Kualitas Jasa Terhadap Loyalitas Pelanggan Logistik Pada 84 BAB IV HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Kualitas Jasa Terhadap Loyalitas Pelanggan Logistik Pada Kantor Pos Besar Bandung 40000 Dalam penelitian ini penulis menyebarkan 80 lembar kuisioner

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat dilaksanakannya penelitian guna memperoleh data yang diperlukan. Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Menurut Mohammad Nazir (1998: 63), metode

III. METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Menurut Mohammad Nazir (1998: 63), metode III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Mohammad Nazir (1998: 63), metode deskriptif adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode bagi suatu penelitian merupakan suatu alat di pencapaian suatu tujuan untuk memecahkan suatu masalah. Menurut Sugiyono (2016:2) metode penelitian

Lebih terperinci