* "ideal", yaitu jalur perkembangan yang diharapkan dilalui, yang sekaligus

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "* "ideal", yaitu jalur perkembangan yang diharapkan dilalui, yang sekaligus"

Transkripsi

1 VI. STRATEGI PENGEMBANGAN DAN IMPLlKASl KEBIJAKAN 6.1. Arah Perkembangan Berdasarkan kemungkinan jalur perkembangan yang telah diajukan pada Bab IV, dapat disusun jalur-jalur perkembangan KUD yang * "ideal", yaitu jalur perkembangan yang diharapkan dilalui, yang sekaligus dapat menjadi acuan bagi kemungkinan rekayasa kelembagaan, mela1ui pembangunan ekonomi dan pengembangan kegiatan usaha, yang dalam penelitian ini menjadi dasar bagi penerapan simulasi dan strategi pengembangan. Jalur perkembangan pertama adalah mendorong proses perkembangan dari kelompok Koperasi Pra-Usaha menjadi Koperasi Transisi. Hal ini ditujukan untuk melanjutkan pengembangan KUD sebagai wahana pendidikan usaha masyarakat secara kooperatif. Jalur perkembangan kedua adalah untuk mencoba menyelamatkan beberapa KUD untuk dapat keluar dari kelompok Koperasi Yang Menurun'menjadi Koperasi Transisi. Hal ini dilakukan dalam rangka menye-larnatkan potensi usaha koperasi, khususnya para anggota, agar dapat tetap rnenggunakan wahana yang sudah ada bagi kepentingan pengembangan kegiatan produktifnya. Proses seleksi perlu dilakukan untuk menentukan KUD yang memang masih dapat diselamatkan tersebut. KUD-KUD yang memang sudah berada pada kondisi yang sangat menurun dapat dilebut menjadi bagian dari KUD lain. Kebijakan amalgamasi sebagai bentuk rasionalisasi jumlah KUD yang sekarang tengah dilakukan oleh pemerintah merupakan salah wujud operasionalisasinya.

2

3 Jalur ketiga adalah jalur yang diharapkan dapat berproses secara rnandiri, yaitu dari kelompok Koperasi Transisi menjadi Koperasi Koalisi. Kelompok Koperasi Koalisi merupakan bentuk koperasi ideal yang telah dapat dicapai saat ini. Jalur perkembangan setelah kelornpok tersebut adalah menuju ke KUD sebagai koperasi yang rnarnpu mandiri seutuhnya dan menjadi suatu Koperasi yang Berkelanjutan. Walaupun kelornpok * tersebut saat ini belurn teridentifikasi keberadaannya harus rnenajdi arah perkembangan KUD dan koperasi pada umumnya. Jalur keempat adalah meningkatkan kinerja anggota kelornpok ~op&asi Program menjadi kelompok Koperasi Koalisi. Hal ini terutama untuk mengurangi ketergantungan pada pernerintah. Pada masyarakat. yang telah berkembang kondisi ekonominya rnaka peran "perintis" yang rnenjadi dasar keberadaan KUD dalam kelornpok Koperasi Program perlu dirubah dan KUD perlu rnerubah misinya untuk menjadi wahana bagi anggota meningkatkan daya ekonominya, dan menjadikan KUD lebih sebagai badan usaha yang rnandiri. Perlu dicatat bahwa keberadaan Koperasi Program tidak selalu berarti negatif, jika anggota kelompok yang bersangkutan memiliki misi yang jelas dan atas dasar kondisi khusus tertentu. Keberadaan Koperasi Program (koperasi yang rnenggantungkan kegiatan usahanya kepada program-program pemerintah) akan diperlukan pada daerah-daerah rintisan baru, seperti daerah transrnigrasi atau daerah yang tertinggal. Koperasi menjadi lernbaga yang mendukung kegiatan usaha sekaligus sebagai sarana untuk memicu turnbuhnya perekonomian masyarakat. Keberadaan kelompok koperasi ini tentunya sangat selektif dan diperhitungkan secara matang dengan jangka waktu yang jelas.

4 Jalur kelima adalah memperbaiki orientasi usaha dari kelompok Koperasi Perusahaan agar lebih bersifat koperatif dan menjadi kelompok Koperasi Koalisi. KUD pada kelompok Koperasi Perusahaan memiliki potensi wirausaha yang tinggi dan sebagai lembaga telah menunjukkan kemampuan bersaing dengan pelaku usaha lain, bahkan pada beberapa kegiatan kemampuannya melebihi KUD pada kelornpok Koperasi Koalisi. ii Peningkatannya adalah dalam ha1 pemberian manfaat dari hasil kegiatan usaha tersebut bagi anggota. Dalam ha1 ini konsep pengembangannya dapat difokuskan pada penanaman jati-diri koperasi dalam organisasi maupun praktek bisnis yang dilakukan Strategi Pengembangan Analisa Simulasi Menggunakan informasi yang diperoleh dari statistik disknptif dan hasil analisa ekonometrika untuk masing-masing kelompok maka dapat disusun strategi yang perlu dilakukan guna mewujudkan kelima jalur perkembangan yang telah diajukan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 23. ldentifikasi sasaran didasarkan pada perbedaan faktor-faktor kinerja (produktivitas) antar kelompok yang telah dikemukakan pada Tabel 11. Dari tabel tersebut diketahui faktor apa yang harus ditingkatkan atau diturunkan guna mendorong suatu kelompok agar lebih sesuai dengan karakteristik kelompok lain. Kemudian dengan menggunakan hasil analisa regresi yang disajikan pada Tabel 18 hingga Tabel 22 akan dapat diperoleh faktor atau peubah perilaku apa yang harus menjadi strategi pokok pengembangan kelompok yang

5

6 Ic - w? m N P s I.N s 8 4 N* N s ~ m 5 % - C s 0- m m EY gs 2 Fig a m.= m.= m c.2.t 2 gga -03 P 21 PLV) s - ssz 0ZY m YY E..'5 2 E C. c 2 m.5 m C C E O m a m L -p pe ='C-C L trim o a m n c E m m m Z c c r + m m m m a a u,.-==a "'0O)m +EEE E=== I>>> s lo s =-NS * a m so-9 m x - c.,= g:$ 0) C m m z 58% c IOP.= m.t I L gga aaco - 'Qsc Eo 11 s,.s 3s~ m En 5..s s.= rn -.E ks 2 ~ "2s N ~ - s urn-s so'-' - m ~ k mu C.:W C 2- m EY m =Y 8,. a ;.Z mcn mr mmzmm_m 5Yg,5Jg.= I I P I I p r m r r.2,2 L.t.2 L ggggga Per eer n a c o n a m s 3.- L 2 mam ccU)z acm'cm.- =0cm.E.Z, c m ~ = w g.- PzPIc3 - $Y,g;gz,.~maarn 'EnF.ESmcmm mn4coon * ~V3V-03 " '''O Z s - os- ' I1 C - J zuw 2.= 2% m m. 9 ~ Ez2 DS,,oar a n m a z m m n sgss V ) Y ~.- asp2 ~ g o m c IY,~: 5EE2 E122 o o m G>>m s tn 8 -'4,s =?? Y N ~ Y N ~ 2YUi m m c Y g,~ % mms mu,m.- m.- m =.2.t 2 gga n u 1 3 Per P a m - gs' m g 11 3 = 5 ~ al m- u m Eo L..saV a Ens zg:=c 2 m.- g;j 3;=E.s a c m.c m - %,cooam ' 0 E m.ec s ~ m ~ m CD z - O) 'C 0 1 WE z-los gy, - 2 % gs 2 pgg m a - wu, gpp m.2.t L gga vv3 e e ~ a a c o ga a.spz2".esmmlvg mnqcoon a V) m p.e > U) V1 m m.=.= L I g a m C E C z s 9 ma p, pa.g o,.- C.- rn I m d Im gpgzgp a m L a P m a Y E g,z 2 PY v v 3 g g g C C C s z s d m 2 Bm.- ps en.- pm C.- pa rn rfsg5p m a an m 0 Y C m C I :z Z Z $S

7 bersangkutan. Jika dilanjutkan keterkaitannya dengan Tabel 15 hingga label 17 maka akan diperoleh peubah-peubah struktural dan perilaku yang dapat dirubah. Perubahan tersebut rnenjadi dasar bagi penetapan instrumentasi kebijakan. Dalarn ha1 ini asumsi yang digunakan adalah bahwa parameter hasil dugaan tetap dapat dipertahankan walaupun dilakukan beberapa perubahan besaran peubah, bahkan dilakukan It perubahan status peubah dari peubah endogen rnenjadi peubah eksogen. Asumsi tersebut cukup valid mengingat metode pendugaan persarnaan sirnultan yang digunakan adalah metode 2SLS yang mernang rnemiliki sifat tersebut. Pernilihan angka perubahan sebesar 10 persen dilakukan untuk rnernudahkan sekaligus rnembatasi proses simulasif dari instrurnentasi kebijakan yang dilakukan. Angka perubahan tersebut rnerupakan angka yang paling urnum dan bersifat rnoderat digunakan untuk menggarnbarkan sasaran kegiatan suatu perusahaan. Peningkatan atau penurunan 10 persen pada masing-masing peubah kernudian akan dirnasukan dalarn sistern persamaan yang ada untuk rnenghasilkan peubah-peubah produktivitas baru bagi masing-masing KUD. Tabel 23 rnenunjukkan bahwa hasil sirnulasi dengan strategi rnenggabungkan pendekatan struktur dan perilaku usaha rnernberikan hasil yang lebih tinggi dari pada simulasi yang terpisah, kecuali untuk jalur pengernbangan dari KUD Perusahaan ke KUD Koalisi. Hal ini dapat dilihat baik dari perubahan kinerja rnaupun jurnlah KUD yang berpindah sesuai dengan jalur yang diharapkan. Kondisi ini menegaskan bahwa strategi pengernbangan KUD mernbutuhkan penguatan struktur usaha

8 yang sejalan dengan pemberdayaan perilaku usahanya. Pendekatan yang terpisah cenderung untuk menunjukkan hasil yang kurang optimal. Penampilan hasil simulasi kebijakan dilakukan dengan metode analisa pengelompokan yang sama dan dengan menggunakan teknik yang sama pula (minimisasi nilai WESS). Namun untuk dapat diperbandingkan dan agar dapat.diketahui pergerakan KUD-KUD dari * masing-masing kelompok, nilai rataan faktor pengelompok (faktor produktivitas) dari hasil pengelompokan sebelum simulasi (data awal) dijadikan sebagai "patokan" dengan menjadikannya sebagai nilai dari satu."kud bayangan (KUD-X)" yang dikendala sehingga tidak dapat berpindah dari satu kelompok. Sedangkan KUD lain (KUD riil) disetiap. kelompok mendapat pertakuan simulatif sebagaimana diajukan pada Tabel 23 diatas. Setelah menggunakan proses iterasi yang serupa diperoleh hasil sebagaimana dinyatakan dalam Tabel 24 berikut. Tabel tersebut menunjukkan pengaruh instrumentasi Kebijakan yang diajukan pada Tabel 23 terhadap komposisi jumlah KUD berdasarkan kelompok-kelompok yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Sensitivitas masing-masing kelompok terhadap masing- masing perlakukan tergantung pada besarnya koefisien pengaruh yang diperoleh dari analisa persamaan simultan. Kelompok KUD Koalisi yang menjadi sasaran pengembangan KUD meningkat jumlahnya dari 32 unit menjadi 102 unit. KUD Program menurun jumlahnya dari 49 unit menjadi 20 unit, dimana 29 unit yang semula berada di kelompok ini telah dapat dipindahkan ke kelompok KUD Koalisi. Kelompok koperasi lain yang sebenarnya merupakan kelompok

9 koperasi yang "tidak diharapkan" seperti Pra-Perusahaan, KUD Perusahaan dan KUD Yang Menurun. Masing-masing berkurang jurnlahnya dari 61 menjadi 37, dari 47 menjadi 34, dan dari 40 menjadi 30 unit. Sedangkan kelornpok koperasi yang menjadi bagian dari proses perkembangan KUD, yaitu kelornpok KUD Transisi sedikit berubah dari 85 menjadi 91. Dinamika tersebut menunjukkan bahwa strategi X pengernbangan KUD dapat diarahkan untuk mencapai bentuk kelernbagaan yang sesuai. Tabel 24. Hasil Simulasi Kebijakan : Pergerakan KUD antar Kelompok KUD Program KUD Yg Menurun Jumlah KUD Sesudah Simulasi

10 Strategi Usaha Tingkat KUD Keragaman kondisi KUD diatas yang telah ditunjukkan dengan serangkaian analisa diatas rnenegaskan perlunya strategi pengernbangan usaha yang sesuai. Terdapat beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan bagi pengernbangan KUD selanjutnya, terutama dalam rangka rneningkatkan daya saing sekaligus kemanfaatan KUD sebagai It wahana pengernbangan ekonorni rakyat. Pertarna, masalah orientasi usaha. Analisa yang telah dilakukan rnenunjukkan bahwa KUD lebih merniliki kecenderungan struktur dan perilaku sebagai koperasi yang memandang anggota sebagai pasar potensialnya, atau lebih memiliki orientasi internal. Orientasi KUD pada pasar internal memang merupakan hasil dari proses pengernbangan KUD sejak awal berdirinya. Narnun ha1 ini pada akhirnya akan membatasi pengembangan KUD itu sendiri dan tidak akan mencapai tujuan keberadaan KUD untuk meningkatkan kernampuan daya saing ekonomi anggota menghadapi persaingan dengan pelaku usaha lain. Jika tujuan peningkatan daya saing tersebut tetap menjadi arahan strategis bagi kegiatan usaha KUD maka perlu dilakukan reorientasi usaha yang mendasar. Berdasarkan pengalaman beberapa KUD yang telah berhasil dan rnerniliki kinerja lebih baik dari KUD lainnya, khususnya KUD yang berada pada kelompok Perusahaan Koperasi, telah menunjukkan bukti bahwa orientasi pada pasar yang lebih luas merupakan langkah strategis yang tepat, jika tetap diserta~ oleh penerapan prinsip-prinsip koperasi secara konsisen. Hal yang terakhir ini justru dapat menjadi salah satu sumber keunggulan dibandingkan dengan pelaku usaha lain.

11 Kedua, masalah pengembangan jenis dan jumlah usaha. KUD memang dirancang untuk menjadi koperasi multi-usaha, sehingga strategi dasar pengembangan usahanya cenderung bersifat diversifikatif. Namun demikian keunggulan dan efisiensi akan sulit diperoleh dari pendekatan demikian. Dilain pihak keterkaitan KUD secara langsung dengan anggota baik dalam konteks anggota sebagai produsen maupun anggota beserta I. keluarganya sebagai konsumen tidak memungkinkan KUD menjadi koperasi yang terspesialisasi penuh. Jumlah dan keragaman usaha telah menunjukkan pengaruh yang positif terhadap berbagai kriteria kinerja yang.diajukan. Untuk itu dibutuhkan pengembangan kegiatan-kegiatan usaha utama diantara berbagai usaha yang dikembangkan untuk rnenguatkan dan menyehatkan portofolio bisnis KUD. Beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kegiatan usaha utama adalah bahwa usaha agribisnis telah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap beberapa faktor kinerja, dan menunjukkan sumbangan yang lebih besar dibandingkan dengan kegiatan usaha lain. Kegiatan produksi dan pemasaran (usaha memperoleh nilai tambah) serta kegiatan usaha non-program yang tidak rnendapat dukungan khusus dari pemerintah justru memberikan kesempatan lebih besar bagi KUD untuk mengembangkan usahanya. Oleh sebab itu kegiatan usaha utama KUD perlu diarahkan pada kegiatan usaha berbasis agribisnis pada sub-sistem produksi dan pemasaran serta yang tidak menjadi kegiatan program pemerintah. Aspek penting yang lain adalah bahwa kegiatan usaha utama tersebut harus memiliki keterkaitan dan integrasi dengan usaha lain yang dimiliki KUD. Bentuk integrasi yang dapat dilakukan adalah hubungan hulu-hilir dalam satu

12 sistem komoditas, pelayanan bersama kepada anggota KUD, dan memperhatikan keterkaitan arus dana antar usaha. Dengan demikian strategi pengembangan usaha KUD yang dapat diusulkan adalah untuk melakukan reformasi bisnis KUD sedemikian sehingga KUD dapat berubah bentuk dari koperasi pedesaan menjadi koperasi agribisnis. Pengembangan usaha utama tersebut perlu pula memperhatikan tingkat perkembangan wilayah. Keterkaitan KUD dengan wilayah tersebut perlu dilakukan dalam konteks yang lebih berorientasi bisiis daripada berorientasi adm~nistratif, yaitu (a) memperhatikan perkerhbangan kondisi perekonomian wilayah sebagai basis produktif KUD, dan tidak semata dilihat sebagai potensi kemampuan ekonomi anggota KUD yang bersangkutan; serta (b) memanfaatkan kedudukan dan ketersediaan sarana wilayah Ketiga, masalah keanggotaan. Keanggotaan KUD bersifat terbuka * dan sukarela. Hal ini memiliki potensi untuk menghimpun gnggota sebanyak-banyaknya. Namun dalam konteks pengembangan usaha, jumlah anggota yang banyak tidak selalu berarti keunggulan usaha. Oleh sebab itu KUD perlu mencari jumlah anggota yang optimal. Dalam ha1 ini pengaturan kelembagaan dalam bentuk kontrak dan bentuk lain perlu dilihat sebagai suatu alternatif strategi pengembangan kelembagaan KUD. Berkaitan dengan masalah keanggotaan tersebut perlu pula diperhatikan penataan hak dan kewajiban yang lebih jelas bagi para pengambil keputusan di KUD. Timbulkan kelompok Koperasi Semu merupakan indikasi berlakunya hipotesa Cook tentang masalah penataan struktur hak koperasi pada KUD di Jawa Barat.

13 Beberapa aspek teknis dalam pengembangan usaha dan kelembagaan KUD yang perlu diperhatikan adalah (a) pengembangan Unit Otonom dan penggunaan manajer lebih dari satu tidak memberikan pengaruh yang berarti bagi kinerja KUD; (b) pemanfaat modal luar akan mampu memberikan pengaruh jika dikaitkan dengan pengembangan modal sendiri dan aset; (c) modal sendiri dan aset tidak dapat I8 dikembangkan dari penambahan jumlah anggota tetapi dari penyisihan keuntungan usaha; (d) Sisa Hasil Usaha masih sangat sedikit peranfiya sebagai insentif bagi anggota sehingga perlu ditingkatkan atau dilakukan sistern perhitungan khusus untuk melihat manfaat finansial dan ekonomi yang langsung dirasakan anggota, Berdasarkan pemikiran diatas, strategi pengembangan KUD perlu dilakukan dengan terutama melakukan reformulasi misi KUD rnenjadi lembaga usaha yang mampu meningkatkan dayasaing anggota melalui pelayanan yang berorientasi pasar (diluar pasar anggota) dengan tetap menjaga keseimbangannya pelayanan yang diberikan langsung kepada anggota. Visi KUD adalah untuk menjadikan KUD sebagai wahana anggota memasarkan produknya atau membeli kebutuhannya melalui - KUD dan anggota tidak hanya menjual atau membeli dari KUD Kebijakan Pembangunan Koperasi Pedesaan Memperhatikan pemahaman terhadap perkembangan kelem- bagaan, struktur dan perilaku usaha KUD diatas, maka strategi pem- bangunan koperasi pedesaan diajukan dalam bentuk tiga pilar utama.

14 Pertama, pengembangan jati-diri koperasi rnelalui pembelajaran masyarakat atas prinsip-prinsip koperasi secara utuh dan dengan rnernperhatikan relevansinya dengan perkembangan kondisi yang dihadapi saat ini. Kedua, pengernbangan organisasi koperasi sebagai bentuk kelernbagaan rnasyarakat secara horizontal dan vertikal. Prinsip bahwa koperasi rnenjadi wahana bagi anggota masyarakat untuk secara I bersama-sama menolong dirinya sendiri perlu menjadi jiwa pengembangan organisasi tersebut. Disamping itu organisasi koperasi juga diarahkan agar anggota koperasi dapat rnerniliki posisi tawar yang lebih.baik secara politis, sosial dan ekonomi. Ketiga, pengembangan kegiatan usaha koperasi, atau pengembangan koperasi sebagai badan usaha. Kemampuan usaha koperasi pada akhirnya memang akan menjadi andalan utama untuk rnensejahterakan anggotanya. Dengan tetap mernperhatikan dan dengan sernangat keterkaitan yang sinergis bersarna kedua pilar pengembangan 'lainnya, pengembangan usaha dapat menjadi titik awal memberdayakan koperasi. Strategi usaha yang telah dikernukakan pada bagian sebelumnya adalah strategi yang perlu dikembangkan oleh KUD sendiri. Dalam ha1 ini pemerintah sebagai pernbina perlu mengernbangkan kebijakan yang mendukung dan menciptakan situasi yang kondusif bagi tercapainya berbagai usaha yang akan dilakukan KUD. Secara khusus pernerintah perlu melakukan regulasi dan deregulasi yang mendorong KUD untuk mengembangkan orientasi eksternalnya tanpa meninggalkan peran yang selama ini telah dilakukan. Secara khusus, pengembangan berbagai sarana usaha untuk koperasi, seperti telpon, listrik, dan infrastruktur lain perlu mendapat perhatian yang lebih besar. Skim permodalan yang

15 rnungkin dimanfaatkan oleh KUD perlu pula rnemberikan dorongan bagi berkembangnya orientasi usaha eksternal KUD disamping tetap mengkondisikan KUD agar tetap menjaga prinsip-prinsip koperasinya. Sebagai implikasi dari strategi pengembangan KUD yang telah diajukan tersebut diatas rnaka, pengembangan yang dilakukan perlu dibedakan menurut tingkat perkembangan KUD. Dalam hpi ini pendekatan pembinaan KUD menurut kriteria yang lazim digunakan yaitu KUD Mandiri, telah berusaha untuk menerapkan pembinaan yang berjenjang. Narnun demikian kemudian KUD Mandiri menjadi suatu bentuk sasaran yang harus dicapai oleh semua KUD. Dilain pihak dalarn analisa yang telah diajukan telah ditunjukkan bahwa diantara KUD. Mandiri tersebut terdapat pula keragaman tingkat perkembangan KUD. Oleh sebab itu perlu disusun suatu pendekatan pembinaan yang mernbedakan KUD menurut wilayah, jenis usaha, dan tingkat perkembangan usahanya. Melihat tingkat perkembangan tersebut, pembinaan KUD perlu dibangun dari tiga kerangka dasar. Pertama, pembinaan KUD rnerupakan bentuk pendidikan masyarakat : pendidikan dalam ha1 berorganisasi formal yang dapat berkesesuaian dengan lembaga atau organisasi formal lain, pendidikan dalam tatacara dasar usaha, pendidikan dalam teknik dan cara pengelolaan usaha, dan pendidikan dalam bekerja sarna dan berusaha bersama. Kedua, pembinaan KUD rnerupakan usaha untuk mengembangkan kegiatan usaha rakyat dengan rnenerapkan prinsip koperasi. Untuk itu usaha pengenalan, pemaharnan, dan pernanfaatan prinsip koperasi rnerupakan proses yang perlu terus dilakukan secara berkesinambungan. Pada saat yang bersarnaan perlu

16 pula dilakukan usaha terus-menerus untuk menterjemahkan prinsip- prinsip koperasi tersebut dalam bentuk praktek usaha keseharian. Ketiga, pembinaan KUD diarahkan untuk meningkatkan daya saing dan pengembangan kekuatan ekonomi rakyat. Dalam ha1 ini orientasi pembinaan perlu pula sejalan dengan perubahan orientasi usaha yang lebih mengarah pada pasar eksternal. Pemahaman pembina atas ha1 R tersebut rnenjadi salah satu prasyarat bagi keberhasilan pembinaah. Berdasarkan pemikiran diatas, secara praktis pembinaan KUD perlu disesuaikan dalam beberapa aspek mendasar. Konsep KUD Mandiri, terutama dilihat dari kriteria yang digunakan, perlu memperoleh penyesuaian. Tantangan perkembangan sosial, ekonomi dan usaha dilingkungan langsung KUD serta lingkungan tidak langsung telah memberikan tuntutan yang terus berkembang pula dibandingkan dengan kondisi pada saat konsep dan kriteria KUD Mandiri diajukan. Beberapa aspek seperti target pencapaian jumlah anggota dan peysentase pelayanan kepada anggota pada gilirannya justru dapat membatasi pengembangna kegiatan usaha KUD. Mengingat seluruh KUD contoh yang digunakan adalah KUD Mandiri maka hasil analisa diatas menunjukkan bahwa pemberian predikat Mandiri ternyata tidak dapat lagi menangkap keragaman perkembangan, perilaku, dan kinerja KUD. Konsep lanjutan dari KUD Mandiri yaitu KUD Mandiri lnti ternyata juga belum dapat menangkap tingkat keragaman yang terjadi pada KUD. Tabel 25 menunjukkan bahwa ke 14 KUD Mandiri lnti yang termasuk diantara 314 KUD Mandiri yang menjadi contoh tersebar diantara ke enam kelompok yang berhasil diidentifikasi.

17 Tabel 25. Sebaran KUD Mandiri dan KUD Mandiri Inti pada Tiap Kelornpok Konsep pembinaan yang berkonotasi pada peran serta aktif aparat pernerintah pada kegiatan usaha KUD juga rnembutuhkan penelaahan lebih lanjut. Konsep pendampingan usaha dalam bentuk pernberian konsultansi, pemihakan aspek legal, dan pembangunan sarana dan prasarana; sernakin lebih dibutuhkan pada rnasa yang akan' datang. Dalarn ha1 ini pola pernbinaan yang dilakukan justru perlu memberikan kesempatan kepada KUD dalam kelornpok perkernbangan tertentu untuk dapat rnembangun kegiatan non-program, dan mengurangi kewajiban KUD dalam rnenjalankan tugas sebagai pendukung langsung kebijakan pernbangunan pernerintah.

18 Strategi Pengernbangan usaha utama dengan meningkatkan orientasi usaha eksternal; disertai dengan pengembangan aset. pembatasan anggota, mengembangan modal luar dan jumlah usaha, dan pemanfaatan sarana telekomunikasi KUD 60 % 80 % < 5 >= 0 Pengembangan usaha agribisnis dan peningkatan usaha Transisi pelayanan anggota disertai dengan pengembangan jumlah usaha, penambahan TPK, peningkatan aset, dan penambangan anggota KUD 80 % 70 % 5-8 >= 0 Pengembangan usaha berorientasi eksternal, Program mengembangan TPK dan penambahan anggota. Pra- 80 % 90 % <5 >= 0 Pengembangan kegiatan usaha yang berorientasi Perusahaan pelayanan pada anggota KUD Yang <= 0 Pengembangan usaha berorientasi eksternal, membatasi Menurun.. anggota, dan mengurangi modal luar

19 6.3. Rangkuman Pembahasan Rangkuman pembahasan bab ini sekaligus dapat digunakan untuk memberikan semacam panduan untuk mengidentifikasi suatu KUD termasuk dalam kelornpok apa dan apa strategi pengembangan yang harus dilakukan terhadap KUD tersebut. Rangkuman tersebut dapat dinyatakan dalam Tabel 26. Rangkuman yang diajukan tidak b$rsifat mutlak. ldentifikasi yang tepat hanya dapat dilakukan dengan menelaah dengan cukup rnendalam atas kinerja usaha KUD yang bersangkutan. Secara metodologis rangkuman yang diajukan merupakan hipotesa yang dapat.dikernbangkan pada penelitian selanjutnya.

. : (1) KUD Pra-Perusahaan, yang mencakup 19,4 persen dari seluruh KUD

. : (1) KUD Pra-Perusahaan, yang mencakup 19,4 persen dari seluruh KUD VI1. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Analisa yang dilakukan terhadap Koperasi Unit Desa di Jawa Barat menunjukkan adanya keragaman perkembangan kelernbagaan* dan perilaku usaha. Berdasarkan faktor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Secara konstitusional koperasi telah mendapat posisi politis

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Secara konstitusional koperasi telah mendapat posisi politis I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi memiliki kedudukan yang khusus dalam perekonomian Indonesia. Secara konstitusional koperasi telah mendapat posisi politis X yang kuat dalam UUD 1945, dan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk rnengernbangkan daerah yang. bersangkutan. Tujuan dari pernbangunan daerah adalah untuk

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk rnengernbangkan daerah yang. bersangkutan. Tujuan dari pernbangunan daerah adalah untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernbangunan daerah rnerupakan bagian dari pernbangunan nasional yang diarahkan untuk rnengernbangkan daerah yang bersangkutan. Tujuan dari pernbangunan daerah adalah untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalarn pernbangunan ekonorni Indonesia, sektor perdagangan luar

I. PENDAHULUAN. Dalarn pernbangunan ekonorni Indonesia, sektor perdagangan luar I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Dalarn pernbangunan ekonorni Indonesia, sektor perdagangan luar negeri rnernpunyai peranan yang sangat penting. Pada periode tahun 1974-1981 surnber utarna pernbangunan

Lebih terperinci

Kesimpulan. Beberapa kesimpulan yang menjadi perhatian dari penelitian ini disusun

Kesimpulan. Beberapa kesimpulan yang menjadi perhatian dari penelitian ini disusun KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang menjadi perhatian dari penelitian ini disusun dalarn rangkaian berikut ini: (1) Karakteristik Personal: Sernua peternak, baik peternak ayarn buras

Lebih terperinci

PDB 59,4 % dan terhadap penyerapan tenaga

PDB 59,4 % dan terhadap penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonorni dan rnoneter telah mernberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perturnbuhan perekonornian Indonesia yang ditunjukkan dengan rnenurunnya Produk Dornestik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalarn rangka pernbangunan bidang ekonomi, sektor pertanian sangat

I. PENDAHULUAN. Dalarn rangka pernbangunan bidang ekonomi, sektor pertanian sangat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalarn rangka pernbangunan bidang ekonomi, sektor pertanian sangat diandalkan sebagai salah satu tumpuan dalam memulihkan kondisi perekonomian rnasyarakat, bahkan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN dielakkan. Arus globalisasi yang bergerak cepat ke arah rnasyarakat tanpa

BAB I PENDAHULUAN dielakkan. Arus globalisasi yang bergerak cepat ke arah rnasyarakat tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mernasuki abad 21, aparatur Pernerintah Propinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta rnenghadapi banyak tantangan yang tidak dapat dielakkan. Arus globalisasi yang bergerak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN berhasil tidak suatu organisasi. Salah satu karakteristik yang harus dirniliki

I. PENDAHULUAN berhasil tidak suatu organisasi. Salah satu karakteristik yang harus dirniliki I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Surnberdaya rnanusia rnerupakan faktor utarna dalarn rnenentukan berhasil tidak suatu organisasi. Salah satu karakteristik yang harus dirniliki oleh seorang Pirnpinan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan

I. PENDAHULUAN. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. krisis ekonorni di Indonesia yang berkepanjangan, diperlukan suatu usaha

PENDAHULUAN. krisis ekonorni di Indonesia yang berkepanjangan, diperlukan suatu usaha L PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalarn usaha rnernbangkitkan sektor perekonornian rnenghadapi krisis ekonorni di Indonesia yang berkepanjangan, diperlukan suatu usaha dari seluruh lapisan rnasyarakat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola pembangunan ekonomi sentralistik yang telah berlangsung selama lebih dari 32 tahun telah rnernberikan darnpak yang luas bagi pernbangunan ekonomi nasional, khususnya

Lebih terperinci

menjadi peubah-peubah eksogen, yaitu persamaan harga irnpor dan persarnaan harga dunia. Adanya kecenderungan volume impor daging sapi yang terus

menjadi peubah-peubah eksogen, yaitu persamaan harga irnpor dan persarnaan harga dunia. Adanya kecenderungan volume impor daging sapi yang terus RINGKASAN NYAK ILHAM. Penawaran dan Perrnintaan Daging Sapi di lndonesia : Suatu Analisis Sirnulasi (dibawah birnbingan BONAR M. SINAGA, sebagsi ketua, KOOSWARDHONO MUDIKDJO dan TAHLIM SUDARYANTO sebagai

Lebih terperinci

Terjadinya krisis ekonorni yang rnultidirnensi berdarnpak terhadap. tingkat kesehatan rnasyarakat di wilayah pedesaan, perkotaan maupun

Terjadinya krisis ekonorni yang rnultidirnensi berdarnpak terhadap. tingkat kesehatan rnasyarakat di wilayah pedesaan, perkotaan maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya krisis ekonorni yang rnultidirnensi berdarnpak terhadap tingkat kesehatan rnasyarakat di wilayah pedesaan, perkotaan maupun metropolitan. Krisis ekonorni tersebut

Lebih terperinci

Ketahanan Pangan yaitu pencegahan dan penanganan kerawanan pangan dan gizi. Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan

Ketahanan Pangan yaitu pencegahan dan penanganan kerawanan pangan dan gizi. Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan rnerupakan kebutuhan dasar rnanusia agar dapat hidup dan beraktivitas. Kondisi terpenuhinya kebutuhan ini dikenal dengan istilah ketahanan pangan. Undang-undang No. 7

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan nasional Indonesia semenjak awal tahun 1968 hingga

PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan nasional Indonesia semenjak awal tahun 1968 hingga PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma pembangunan nasional Indonesia semenjak awal tahun 1968 hingga akhir 1998, masih bertumpu kepada pertumbuhan ekonomi, dan belum memperhatikan aspek pemerataan pendapatan.

Lebih terperinci

penelitian ini. Data yang tersedia di Biro Pusat statistik yaitu tabel I-O tahun 1971, 1975, 1980 dan

penelitian ini. Data yang tersedia di Biro Pusat statistik yaitu tabel I-O tahun 1971, 1975, 1980 dan RINGKASAN ANNA SITI NURDJANAH DASRIL. Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Produksi Sektor Pertanian dalam Industrialisasi di Indonesia 1971-1990. (Di bawah bimbingan BUNGARAN SARAGIH sebagai ketua, MANGARA

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLlKASl KEBIJAKAN. memiliki struktur yang searah dengan pola yang terjadi secara nasional,

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLlKASl KEBIJAKAN. memiliki struktur yang searah dengan pola yang terjadi secara nasional, VIII. KESIMPULAN DAN IMPLlKASl KEBIJAKAN 8.1. Kesirnpulan 1. Pola konsurnsi dan pengeluaran rata-rata rumahtangga di wilayah KT1 memiliki struktur yang searah dengan pola yang terjadi secara nasional,

Lebih terperinci

- persaingan Prirnkopti berada dalarn kuadran (star) bintang. Prirnkopti sarnpai

- persaingan Prirnkopti berada dalarn kuadran (star) bintang. Prirnkopti sarnpai RINGKASAN DlEN EVlTA HENDRIANA. ANALISIS PEMlLlHAN STRATEGI BERSAING PRlMKOPTl KOTAMADYA BOGOR SETELAH PENGHAPUSAN MONOPOLI TATANIAGA KEDELAI OLEH BULOG. (Dibawah Bimbingan NUNUNG NURYARTONO) Kedelai sebagai

Lebih terperinci

Peluang untuk pengembangan usaha agribisnis kelapa sawit di. lndonesia masih cukup terbuka luas hampir di semua subsistem baik pada

Peluang untuk pengembangan usaha agribisnis kelapa sawit di. lndonesia masih cukup terbuka luas hampir di semua subsistem baik pada 1. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Peluang untuk pengembangan usaha agribisnis kelapa sawit di lndonesia masih cukup terbuka luas hampir di semua subsistem baik pada subsistem agribisnis hulu, on farm

Lebih terperinci

Dilihat dan asal-usulnya, kelapa sawit bukanlah tanarnan asli lndonesia,

Dilihat dan asal-usulnya, kelapa sawit bukanlah tanarnan asli lndonesia, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dilihat dan asal-usulnya, kelapa sawit bukanlah tanarnan asli lndonesia, tetapi seiring dsngan perkembangannya tanaman kelapa sawit ini rnarnpu tumbuh dan berkernbang dengan

Lebih terperinci

Kedua desa penelitian rnemiliki banyak kesamaan sosial ekonomi. disebabkan oleh kesarnaan geografi dan proses pembentukan desa rnelalui

Kedua desa penelitian rnemiliki banyak kesamaan sosial ekonomi. disebabkan oleh kesarnaan geografi dan proses pembentukan desa rnelalui Kedua desa penelitian rnemiliki banyak kesamaan sosial ekonomi. disebabkan oleh kesarnaan geografi dan proses pembentukan desa rnelalui rnigrasi swakarsa, dimana struktur agraria terbentuk bersamaan dengan

Lebih terperinci

11. TINJAUAN PUSTAKA

11. TINJAUAN PUSTAKA 11. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Manajemen Keuangan Daerah Pada dasarnya tujuan utarna pengelolaan keuangan daerah terdiri dari: (1) tanggungjawab, (2) memenuhi kewajiban keuangan. (3) kejujuran,

Lebih terperinci

VIII. RANCANGAN PROGRAM PENGEMBANGAN PETERNAKAN

VIII. RANCANGAN PROGRAM PENGEMBANGAN PETERNAKAN VIII. RANCANGAN PROGRAM PENGEMBANGAN PETERNAKAN 8.1. Pendekatan Perancangan Program Paradigma pembangunan saat ini lebih mengedepankan proses partisipatif dan terdesentralisasi, oleh karena itu dalam menyusun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. laku perekonomian kota ini. Sebagai pintu gerbang internasional yang

I. PENDAHULUAN. laku perekonomian kota ini. Sebagai pintu gerbang internasional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang DKI Jakarta rnemiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan propinsi lain. Sebagai ibukota negara dan pusat pernerintahan, berbagai kebijaksanaan ekonomi nasional dilahirkan

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan kemajuan tekhnologi informasi serta

BAB l PENDAHULUAN.  Pada era globalisasi dan kemajuan tekhnologi informasi serta BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi dan kemajuan tekhnologi informasi serta desentralisasi, dituntut adanya pelayanan publik yang cepat, tepat dan akurat. Dalam program pembangunan

Lebih terperinci

dirnensi kehidupan terrnasuk sektor agribisnis akan sangat berpengaruh pada derajat persaingan pada tingkat lokal, wilayah dan nasional tetapi

dirnensi kehidupan terrnasuk sektor agribisnis akan sangat berpengaruh pada derajat persaingan pada tingkat lokal, wilayah dan nasional tetapi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi yang sedang berjalan dewasa ini di berbagai dirnensi kehidupan terrnasuk sektor agribisnis akan sangat berpengaruh pada derajat persaingan pada tingkat

Lebih terperinci

Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara. terus menerus ke arah yang lebih baik dari keadaan semula. Dalam kurun

Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara. terus menerus ke arah yang lebih baik dari keadaan semula. Dalam kurun 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara terus menerus ke arah yang lebih baik dari keadaan semula. Dalam kurun waktu yang cukup panjang yakni hampir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang besar dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang besar dalam perekonomian I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sektor pertanian mempunyai peranan yang besar dalam perekonomian nasional. Sektor tersebut telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam ha1 peningkatan produksi bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terus rneningkatkan kinerja berbagai elernen di dalarn organisasi. Pada

I. PENDAHULUAN. terus rneningkatkan kinerja berbagai elernen di dalarn organisasi. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan bisnis yang sernakin tinggi menuntut perusahaan untuk terus rneningkatkan kinerja berbagai elernen di dalarn organisasi. Pada urnurnnya keberhasilan perusahaan

Lebih terperinci

Kelapa sawit termasuk salah satu komoditi andalan lndonesia di. sektor lndustri Agribisnis, karena kelapa sawit merupakan bahan baku

Kelapa sawit termasuk salah satu komoditi andalan lndonesia di. sektor lndustri Agribisnis, karena kelapa sawit merupakan bahan baku I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit termasuk salah satu komoditi andalan lndonesia di sektor lndustri Agribisnis, karena kelapa sawit merupakan bahan baku minyak nabati untuk memenuhi konsurnsi

Lebih terperinci

VII. DAMPAK BERBAGAI ALTERNATIF KEBIJAKkM-TERHADAP PERDAGANGAN MINYAK SAWlT INDONESIA

VII. DAMPAK BERBAGAI ALTERNATIF KEBIJAKkM-TERHADAP PERDAGANGAN MINYAK SAWlT INDONESIA VII. DAMPAK BERBAGAI ALTERNATIF KEBIJAKkM-TERHADAP PERDAGANGAN MINYAK SAWlT INDONESIA Tujuan dari simulasi model adalah untuk mengilustrasikan model ECM yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat digunakan

Lebih terperinci

Sektor Perbankan yang merupakan salah satu kegiatan ekonomi. hingga kini masih menjadi pembicaraan hangat berbagai kalangan. Di

Sektor Perbankan yang merupakan salah satu kegiatan ekonomi. hingga kini masih menjadi pembicaraan hangat berbagai kalangan. Di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor Perbankan yang merupakan salah satu kegiatan ekonomi hingga kini masih menjadi pembicaraan hangat berbagai kalangan. Di samping karena merupakan lahan bisnis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai ternpat penyirnpanan

I. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai ternpat penyirnpanan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang lndustri perbankan, khususnya bank urnurn, rnerupakan pusat dari sistern keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai ternpat penyirnpanan dana, rnernbantu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Disisi lain, wisata juga dapat rnerusak suatu daerah jika tidak

I. PENDAHULUAN. Disisi lain, wisata juga dapat rnerusak suatu daerah jika tidak 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Kesadaran pernerintah akan besarnya potensi kelautan Indonesia, rnenyebabkan paradigrna pernbangunan yang selarna ini kurang rnernperhatikan sektor kelautan rnulai ditinggalkan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. belurn sepenuhnya pulih. Perturnbuhan rnulai rnenunjukkan trend yang. cukup rnenggernbirakan, khususnya pada sektor usaha jasa,

I. PENDAHULUAN. belurn sepenuhnya pulih. Perturnbuhan rnulai rnenunjukkan trend yang. cukup rnenggernbirakan, khususnya pada sektor usaha jasa, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Perbankan Indonesia Indonesia Pasca Krisis Kondisi perekonornian Indonesia pasca krisis ekonorni rnasih belurn sepenuhnya pulih. Perturnbuhan rnulai rnenunjukkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KINERJA TIM PENYUSUN UNSUR PENILAIAN DAN ANGKA KREDIT PUSTAKAWAN

PENINGKATAN KINERJA TIM PENYUSUN UNSUR PENILAIAN DAN ANGKA KREDIT PUSTAKAWAN PENINGKATAN KINERJA TIM PENYUSUN UNSUR PENILAIAN DAN ANGKA KREDIT PUSTAKAWAN Afrida Nazir Yanwar Pustakawan BPPT I. PENDAHULUAN Pengertian pustakawan menurut keputusan Menpan Nomor 123/KEP/M.PAN/12/2002

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. Produk kecantikan pada saat ini telah berkembang sedemikian rupa,

BAB l PENDAHULUAN. Produk kecantikan pada saat ini telah berkembang sedemikian rupa, BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produk kecantikan pada saat ini telah berkembang sedemikian rupa, seiring dengan perubahan pola hidup dan peningkatan pendapatan masyarakat serta tingkat pendidikan

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat. SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat Rumusan Sementara A. Pendahuluan 1. Dinamika impelementasi konsep pembangunan, belakangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kawasan pesisir Indonesia, disarnping kaya akan potensi sumberdaya. alamnya, juga mempunyai potensi untuk dikernbangkan rnenjadi obyek

PENDAHULUAN. Kawasan pesisir Indonesia, disarnping kaya akan potensi sumberdaya. alamnya, juga mempunyai potensi untuk dikernbangkan rnenjadi obyek PENDAHULUAN Latar Belakang Kawasan pesisir Indonesia, disarnping kaya akan potensi sumberdaya alamnya, juga mempunyai potensi untuk dikernbangkan rnenjadi obyek pariwisata bahari, baik dilihat dari segi

Lebih terperinci

Badan Usaha Milik Negara, Perusahaan Swasta, Perusahaan Patungan. BUMN-Swasta, atau Koperasi untuk mengusahakan Hutan Tanarnan

Badan Usaha Milik Negara, Perusahaan Swasta, Perusahaan Patungan. BUMN-Swasta, atau Koperasi untuk mengusahakan Hutan Tanarnan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak pengusahaan hutan tanaman industri adalah hak yang diberikan oleh Pemerintah, dalam ha1 ini Menteri Kehutanan, kepada Badan Usaha Milik Negara, Perusahaan Swasta,

Lebih terperinci

Peran dan fungsi pemerintah pada era otonomi daerah adalah. berupa pelayanan dan pengaturan (fasilitator, regulator dan dinamisator)

Peran dan fungsi pemerintah pada era otonomi daerah adalah. berupa pelayanan dan pengaturan (fasilitator, regulator dan dinamisator) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran dan fungsi pemerintah pada era otonomi daerah adalah berupa pelayanan dan pengaturan (fasilitator, regulator dan dinamisator) antara lain dalam memperjuangkan terbitnya

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN INDIVIDU PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN Oleh: Edmira Rivani, S.Si., M.Stat. Peneliti Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik PUSAT PENELITIAN BADAN KEAHLIAN

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. Pasar Farrnasi lndonesia rnerupakan salah satu sektor yang

BAB l PENDAHULUAN. Pasar Farrnasi lndonesia rnerupakan salah satu sektor yang BAB l PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pasar Farrnasi lndonesia rnerupakan salah satu sektor yang rnenarik untuk diamati rneskipun dalam kondisi krisis beberapa tanun terakhir ini. Tingginya populasi masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIUITAS KERJA PENGRAJIN ROTAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIUITAS KERJA PENGRAJIN ROTAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIUITAS KERJA PENGRAJIN ROTAN (Studi Kasus Pad* Industri Kecll Rotan, Desa Curug Kulon, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang) Duma Netty Simanjuntak A. 280948

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PEMASARAN SAYUR MAYUR Dl WILAYAH KOTA BOGOR ANT0 GUSTANTO A

ANALISIS EKONOMI PEMASARAN SAYUR MAYUR Dl WILAYAH KOTA BOGOR ANT0 GUSTANTO A I ",om 03-@ ANALISIS EKONOMI PEMASARAN SAYUR MAYUR Dl WILAYAH KOTA BOGOR ANT0 GUSTANTO A07496067 JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2000 RINGKASAN ANT0

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan daerah di Indonesia pada dasarnya didasari oleh kebijaksanaan pembangunan nasional dengan mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan daerah. Kebijaksanaan

Lebih terperinci

Memasuki era pasar bebas, dimana semua bangsa atau negara. batasan yang berarti. Minya setiap negara semakin bebas bergerak dan

Memasuki era pasar bebas, dimana semua bangsa atau negara. batasan yang berarti. Minya setiap negara semakin bebas bergerak dan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki era pasar bebas, dimana semua bangsa atau negara semakin mendunia atau mengglobal, sehingga antar negara tidak ada lagi batasan yang berarti. Minya setiap negara

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan terus menjadi topik yang sering diperbicangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam kehidupan

Lebih terperinci

Manusia rnerupakan unsur utarna dalam setiap organisasi. Jika rnernperhatikan gambaran sebuah organisasi,

Manusia rnerupakan unsur utarna dalam setiap organisasi. Jika rnernperhatikan gambaran sebuah organisasi, 1. PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakany Manusia rnerupakan unsur utarna dalam setiap organisasi. Jika rnernperhatikan gambaran sebuah organisasi, rnanusia merupakan surnberdaya yang dapat diatur dan dikombinasikan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana Pembangunan Pertanian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

STUD1 TENTANG POTENSI DAN ANALISIS EKONOMI PERIKANAN KEMBUNG (Rastrelligerspp.) Dl SUNGAlLlAT BANGKA. Oleh: Rinto C

STUD1 TENTANG POTENSI DAN ANALISIS EKONOMI PERIKANAN KEMBUNG (Rastrelligerspp.) Dl SUNGAlLlAT BANGKA. Oleh: Rinto C STUD1 TENTANG POTENSI DAN ANALISIS 610 - EKONOMI PERIKANAN KEMBUNG (Rastrelligerspp.) Dl SUNGAlLlAT BANGKA Oleh: Rinto C06495074 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN 76 VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN Sistem pengembangan klaster agroindustri aren di Sulawesi Utara terdiri atas sistem lokasi unggulan, industri inti unggulan, produk unggulan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Kakao merupakan salah satu produk perkebunan lndonesia yang

I. PENDAHULUAN Kakao merupakan salah satu produk perkebunan lndonesia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao merupakan salah satu produk perkebunan lndonesia yang potensinya cerah di masa depan. Dalam perdagangan dunia kakao dikenal dan dibudidayakan sudah cukup lama baik

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA

ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA WlSllNU EKA SAPUTRA A 27.1583 JURUSAN ILMU-ILMU SOSLAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA

ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA WlSllNU EKA SAPUTRA A 27.1583 JURUSAN ILMU-ILMU SOSLAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan agribisnis di yang baik dan benar akan mampu mengeliminasi

memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan agribisnis di yang baik dan benar akan mampu mengeliminasi A. Latar Belakang Benih merupakan salah satu faktor produksi pertanian yang memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan agribisnis di tingkat lahan (on-fam) maupun di luar lahan (off-farm). Penggunaan

Lebih terperinci

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Program Transisii P roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, berlangsung secara terus menerus. RPJMD Kabupaten Kotabaru

Lebih terperinci

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM 48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha

Lebih terperinci

Besamya jurnlah penduduk, kondisi geografis dan pendapatan. bagi usaha penjualan kendaraan roda dua khususnya sepeda motor. PT.

Besamya jurnlah penduduk, kondisi geografis dan pendapatan. bagi usaha penjualan kendaraan roda dua khususnya sepeda motor. PT. 1. PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang Besamya jurnlah penduduk, kondisi geografis dan pendapatan perkapita masyarakat Indonesia merupakan potensi pasar yang sangat baik bagi usaha penjualan kendaraan roda

Lebih terperinci

1. Terdapat permasalahan tata ruang yang meliputi penggunaan lahan yang

1. Terdapat permasalahan tata ruang yang meliputi penggunaan lahan yang BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Terdapat permasalahan tata ruang yang meliputi penggunaan lahan yang tumpang tindih (antara ladang dan kawasan hutan produksi, desa definitif di hutan produksi,

Lebih terperinci

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 1. Pendahuluan Sektor pertanian merupakan tumpuan ekonomi dan penggerak utama ekonomi nasional dan sebagian besar daerah, melalui perannya dalam pembentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan urnum pemerintah dalam kerangka pembangunan good governance, adalah ingin menjalankan pemerintahan yang berorientasi pada hasil (result oriented government).

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. memiliki daya saing yang relatif baik sehingga dinilai belum mampu

BAB l PENDAHULUAN. memiliki daya saing yang relatif baik sehingga dinilai belum mampu BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan agroindustri di lndonesia pada umumnya belum memiliki daya saing yang relatif baik sehingga dinilai belum mampu memanfaatkan berbagai peluang yang muncul

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena

Lebih terperinci

Pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan upaya untuk. merupakan perjuangan yang harus dilakukan secara besar-besaran dan

Pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan upaya untuk. merupakan perjuangan yang harus dilakukan secara besar-besaran dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Menurut Suroto (1992), pembangunan merupakan perjuangan yang harus dilakukan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. 1. Latar Belakang

BAB I P E N D A H U L U A N. 1. Latar Belakang BAB I P E N D A H U L U A N 1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional, dan undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, setiap

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. Perdagangan internasional tidak dapat dihindari oleh rnanusia. dalarn kehidupan sehari-hari, dirnulai dari kebutuhan primer hingga

BAB l PENDAHULUAN. Perdagangan internasional tidak dapat dihindari oleh rnanusia. dalarn kehidupan sehari-hari, dirnulai dari kebutuhan primer hingga BAB l PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdagangan internasional tidak dapat dihindari oleh rnanusia dalarn kehidupan sehari-hari, dirnulai dari kebutuhan primer hingga sekunder. Tercatat dalarn abad terakhir,

Lebih terperinci

Kabupaten Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan. (Nongkojajar) Jawa Tirnur rnerupakan daerah sentra produksi ape1

Kabupaten Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan. (Nongkojajar) Jawa Tirnur rnerupakan daerah sentra produksi ape1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan (Nongkojajar) Jawa Tirnur rnerupakan daerah sentra produksi ape1 (Malus sylvestris Mill.) di Indonesia. Pada daerah

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

Dalarn rnengantisipasi rneningkatnya perrnintaan konsurnen

Dalarn rnengantisipasi rneningkatnya perrnintaan konsurnen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalarn rnengantisipasi rneningkatnya perrnintaan konsurnen terhadap produk olahan perikanan yang berrnutu, dewasa ini rnuncul industri pengolahan perikanan yang rnengalarni

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PETERNAK

KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PETERNAK KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PETERNAK Jakarta, Januari 2013 KATA PENGANTAR Pengembangan kelembagaan peternak merupakan

Lebih terperinci

Pertumbuhan PDB atas dasar harga konstan tahun 1983

Pertumbuhan PDB atas dasar harga konstan tahun 1983 VIX. KESIMPUL?LN DAN I MPLIKASI 7.1. Kesimpulan 7.1.1. Pertumbuhan PDB atas dasar harga konstan tahun 1983 dalam kurun waktu 1971-1990 sangat berfluktuasi. Tingkat pertumbuhan paling tinggi terjadi pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rata-rata konsumsi daging ayam ras perkapita penduduk lndonesia. dibandingkan dengan negara Malaysia yang sudah mencapai 25,8 kg dan

I. PENDAHULUAN. Rata-rata konsumsi daging ayam ras perkapita penduduk lndonesia. dibandingkan dengan negara Malaysia yang sudah mencapai 25,8 kg dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang A.1. Konsumsi Daging Ayam Ras Rata-rata konsumsi daging ayam ras perkapita penduduk lndonesia baru mencapai 3,45 kg di tahun 2000 merupakan tingkat yang rendah bila dibandingkan

Lebih terperinci

RINGKASAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

RINGKASAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI RINGKASAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI ALTERNATIF MODEL KEBIJAKAN PENINGKATAN DAYA SAING KEDELAI LOKAL DALAM RANGKA MENCAPAI KEDAULATAN PANGAN NASIONAL TIM PENELITI Dr. Zainuri, M.Si (Ketua Peneliti)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Berbagai studi menunjukkan bahwa sub-sektor perkebunan memang memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia sebagai sumber pertumbuhan ekonomi dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dampak krisis ekonomi yang melanda negara-negara kawasan Asia. Tenggara, khususnya yang terjadi di lndonesia di pertengahan tahun 1997

PENDAHULUAN. Dampak krisis ekonomi yang melanda negara-negara kawasan Asia. Tenggara, khususnya yang terjadi di lndonesia di pertengahan tahun 1997 L PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang Dampak krisis ekonomi yang melanda negara-negara kawasan Asia Tenggara, khususnya yang terjadi di lndonesia di pertengahan tahun 1997 telah memporak-porandakan fondasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dibandingkan dengan jenis ikan air tawar lainnya. Sebagai salah satu jenis ikan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dibandingkan dengan jenis ikan air tawar lainnya. Sebagai salah satu jenis ikan PENDAHULUAN Latar Belakang ikan gurami (Ospbronemus gouramy Lac) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang digernari oleh masyarakat karena rasanya lezat, ha1 ini ditandai dengan sernakin meningkatnya

Lebih terperinci

V. PRODUKSI DAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN KABUPATEN BENGKALlS. adalah ternak sapi, kerbau, kambing, babi, ayarn buras, ayarn pedaging,

V. PRODUKSI DAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN KABUPATEN BENGKALlS. adalah ternak sapi, kerbau, kambing, babi, ayarn buras, ayarn pedaging, V. PRODUKSI DAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN KABUPATEN BENGKALlS 5.1. Produksi dan Kebutuhan Ternak 5.1.1 Jenis dan Populasi Ternak Secara urnum jenisjenis ternak yang dikernbangkan rnasyarakat adalah ternak

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan (4) menjadi basis

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan (4) menjadi basis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini menjadi penyelamat perekonomian

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 69 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Kerangka berpikir penelitian ini dimulai dengan pendapat Spencer dan Spencer (1993:9-10) menyatakan bahwa setiap kompetensi tampak pada individu dalam

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. bidang perkebunan dan perindustrian teh dan karet dengan produksi yang

BAB l PENDAHULUAN. bidang perkebunan dan perindustrian teh dan karet dengan produksi yang BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT. Gunung Lingkung merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan dan perindustrian teh dan karet dengan produksi yang paling dominan saat ini adalah teh.

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMlKlRAN

II. KERANGKA PEMlKlRAN II. KERANGKA PEMlKlRAN 2.1. Konsepsi Pengembangan tp-padi 300 Ketersediaan sumberdaya air dan lahan pertanian potensial sernakin langka. Kecenderungan ini akan berakibat berkurangnya ketersediaan pangan

Lebih terperinci

1 ( atau

1  (  atau VISI - MISI JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN SUMEDANG (Perda No. 2 Tahun 2008 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2005-2025) 1.1. VISI DAERAH Berdasarkan kondisi sampai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Studi kelayakan yang juga sering disebut dengan feasibility study merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak lepas dari krisis ekonomi beberapa waktu lalu serangkaian kebijakankebijakan makro ekonomi telah diupayakan pemerintah bahkan banyak program kerja telah dilakukan

Lebih terperinci

hilir, subsektor usahatani dan subsektor agribisnis hulu yang berada atau tersebar

hilir, subsektor usahatani dan subsektor agribisnis hulu yang berada atau tersebar A. Latar Belakang Pembangunan sektor agribisnis berarti membangun subsektor agribisnis hilir, subsektor usahatani dan subsektor agribisnis hulu yang berada atau tersebar diseluruh pelosok tanah air secara

Lebih terperinci

Teruskan. Visi dan Misi

Teruskan. Visi dan Misi Visi dan Misi Pasangan Bakal Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Kaimana Masa Bhakti 2105 2020 Matias Mairuma dan Ismail Sirfefa, SH., MH Teruskan 1. Pendahuluan Pembangunan yang berdampak adalah pembangunan

Lebih terperinci

SEKTOR PERTANIAN : Dari Stagnasi Menuju Pertumbuhan Tinggi Berkelanjutan. Orasi Ilmiah di Universitas Medan Area Tanggal 8 Mei 2004

SEKTOR PERTANIAN : Dari Stagnasi Menuju Pertumbuhan Tinggi Berkelanjutan. Orasi Ilmiah di Universitas Medan Area Tanggal 8 Mei 2004 SEKTOR PERTANIAN : Dari Stagnasi Menuju Pertumbuhan Tinggi Berkelanjutan Orasi Ilmiah di Universitas Medan Area Tanggal 8 Mei 2004 Oleh : Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, MEc Rektor dan Senat Guru Besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain mengalami pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain mengalami pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia harus tetap menjadi prioritas utama dari keseluruhan pembangunan ekonomi yang dilakukan pemerintah. Hal ini mengingat bahwa sektor

Lebih terperinci

Peranan Sektor Agroindustri Dalam Pembangunan Nasional Oleh: Iis Turniasih *), Nia Kania Dewi **)

Peranan Sektor Agroindustri Dalam Pembangunan Nasional Oleh: Iis Turniasih *), Nia Kania Dewi **) Peranan Sektor Agroindustri Dalam Pembangunan Nasional Oleh: Iis Turniasih *), Nia Kania Dewi **) Abstrak Kultur masyarakat Indonesia adalah petani. Akan tetapi, pertumbuhan dan perkembangannya hingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan transmigrasi diarahkan pada pembangunan daerah, keseimbangan penyebaran penduduk dan peningkatan mutu kehidupan penduduk di lokasi transmigrasi dan sekitarnya

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Setiap orangtua ingin memiliki anak yang cerdas. Namun cerdas dalam hal

BABI PENDAHULUAN. Setiap orangtua ingin memiliki anak yang cerdas. Namun cerdas dalam hal BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orangtua ingin memiliki anak yang cerdas. Namun cerdas dalam hal 1m tidak hanya pandai menghadapi soal-soal berhitung atau berbahasa saja, melainkan

Lebih terperinci