I. PENDAHULUAN. Indonesia. Secara konstitusional koperasi telah mendapat posisi politis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. PENDAHULUAN. Indonesia. Secara konstitusional koperasi telah mendapat posisi politis"

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi memiliki kedudukan yang khusus dalam perekonomian Indonesia. Secara konstitusional koperasi telah mendapat posisi politis X yang kuat dalam UUD 1945, dan dalam sejarah pembangunan ekonomi Indonesia koperasi telah mendapat banyak dukungan bhgi pengembangannya. Secara khusus koperasi pertanian di Indonesia, terutama melalui Koperasi Unit Desa (KUD), telah mendapat tugas sekaligus berbagai fasilitas untuk turut mendukung pelaksanaan program pencapaian swasembada pangan (beras) dan mendukung pembangunan ekonomi pedesaan. Berkaitan dengan ha1 ini, keberadaan dan perkembangan KUD juga telah rnenjadi simbol dari keberadaan dan perkembangan koperasi pertanian di lndonesia dalam dua pulqh tahun tahun terakhir, serta sangat erat kaitannya dengan program dan peran pemerintah dalam pembangunan pertanian dan pedesaan. Proses pengembangan KUD yang telah berjalan lebih darj 20 tahun kiranya dapat menjadi pengalaman yang berharga bagi pengembangan koperasi pedesaan dan pertanian pada umumnya. Dalam masa itu KUD telah menunjukkan kondisi perkembangan yang beragam. Secara umum KUD dinilai telah memberikan dukungan yang signifikan terhadap keberhasilan pembangunan pertanian yang berorientasi pada peningkatan produksi, khususnya swasembada beras. Disamping itu beberapa KUD telah mampu menjadi lembaga usaha

2 dengan kinerja yang baik dengan nilai usaha yang cukup besar. Namun banyak pula KUD yang tidak berkembang, bahkan menjadi sumber citra buruk bagi KUD lain dan koperasi pada urnumnya. Dalam ha1 ini banyak KUD yang belum menunjukkan secara jelas kemampuannya untuk menjadi contoh bagi pencapaian harapan koperasi lndonesia sebagai, sokoguru perekonomian. Pada masa yang akan datang peran koperasi lndonesia diperkirakan akan tetap, bahkan semakin pentjng terutama dalam kaitannya untuk menjadi wahana pengembangan ekonomi rakyat. Namun dernikian koperasi juga akan menghadapi tantangan yang semakin berat. Kondisi kesejagatan (globalisasi), perkembangan sosial ekonomi masyarakat, serta perkembangan koperasi sendiri akan rnenuntut koperasi untuk rnampu meningkatkan peran dan fungsi usahanya jika tidak ingin tersisih oleh pelaku usaha lain (Ake-Book, 1994; Cracknell, 1996). Tantangan pengembangan usaha ini akan menjadi kunci keberhasilan, keberadaan (eksistensi) dan perkembangan koperasi. I Untuk itu koperasi Indonesia, termasuk KUD, dituntut memiliki kemampuan dalarn meningkatkan daya saing usaha anggotanya serta rnampu tetap memberikan dukungan bagi pemenuhan kebutuhan rakyat. Disamping itu koperasi juga dituntut untuk rneningkatkan keterlibatan anggota secara demokratis dalam setiap pengambilan keputusan ekonomi sekaligus rnendayakan pelaku ekonomi kecil, atau dengan perkataan lain koperasi dituntut untuk tetap dapat menerapkan prinsipprinsip koperasi dalam lingkungan ekonomi yang sernakin bebas dan terbuka. Koperasi lndonesia juga dituntut untuk dapat sernakin

3 berkembang pada kondisi dimana sumberdaya pemerintah untuk mendukung perkernbangannya telah sernakin terbatas, dan situasi dimana telah terjadi peningkatan tuntutan sebagai akibat dari peningkatan pendapatan, pengetahuan, dan kesadaran masyarakat pada berbagai bidang kehidupan. Tuntutan tersebut bukan rnerupakan sesuatu yang tidak mrgkin diwujudkan. Pada banyak negara koperasi telah terbukti memiliki kernarnpuan dan kinerja usaha yang lebih baik dari lernbaga usaha lain. Hal tersebut antara lain dapat dilihat dari peran koperasi dalam perekonomian. Di Amerika Serikat misalnya, pada tahun 1995 terdapat sekitar kegiatan usaha koperasi yang mencakup bisnis skala kecil. hingga mencapai bisnis yang terrnasuk 500 terbesar di AS. Pada tahun yang sama barang kebutuhan pokok senilai US$123 miliar telah diperjual belikan dari toko-toko rnilik koperasi. Di AS terdapat sekitar 4000 unit koperasi pertanian dengan anggota rnencapai 2 juta petani. Koperasi pertanian mernasarkan 86 % dari total susu yang dihasilkan, 40 % dari biji-bijian (grains), 41 % dari kapas, 20 % dari buah dan sayur, serta 13 % dari seluruh produksi peternakan di AS. Pada tahun 1994, 4174 unit koperasi pertanian AS merniliki volume usaha senilai US$ 89,3 miliar dengan keuntungan (net-income) senilai US$ 1,96 rniliar. Pada tahun 1995, jumlah koperasi berkurang menjadi 4006 unit, tetapi volume usaha dan keuntungannya meningkat rnenjadi US$ 94,O miliar dan US$ 2,35 miiar Garnbaran serupa juga diberikan oleh peran koperasi di Jepang, Eropa, Kanada, dan Korea Selatan : koperasi rnernberikan surnbangan ' National Cooperative Business Association :

4 yang besar bagi perekonomian, tidak hanya dilihat dari peran pelayanan tetapi juga dilihat dari pangsa pasar koperasi dalam statistik ekonomi negara yang bersangkutan. Gambaran pada beberapa negara tersebut menunjukkan pentingnya peran koperasi, dan dapat diperkirakan bahwa pada masa yang akan datang koperasi justru dapat berperan lebih besar +lam perekonornian nasional dibanyak negara. Secara analisa-teoritik Cook (1995), Fulton (1995), dan McCain (1995) juga telah menunjukkan bahwa pada masa yang akan datang peran koperasi akan sernakin kuat, walaupun diperlukan penajaman dalam kegiatan dan pendekatan pengelolaannya. Walaupun usaha untuk menghitung secara tepat berapa besar dampak kegiatan dan keberadaan koperasi terhadap perekonornian merupakan ha1 yang penting, namun ha1 yang lebih mendasar adalah untuk mempelajari ha1 apa yang dapat meningkatkan kegiatan koperasi sehingga dampaknya kepada perekonomian dapat diperbesar. Dalam ha1 ini salah satu aspek yang dianggap sangat strategis dalam lingkungan ekonomi adalah aspek perilaku usaha. Darnpak yang dapat ditimbulkan koperasi pada akhirnya bersumber pada ketepatan pengambilan keputusan (perilaku) usaha koperasi itu sendiri (Thyfault, 1996); yang pada gilirannya akan mernpengaruhi kegiatan perekonornian anggota, perkembangan usaha yang dilakukan koperasi, dan manfaat yang dirasakan rnasyarakat secara keseluruhan. Perilaku usaha tersebut akan menentukan tingkat perkembangan k i lembaga usaha (LeVay, 1983).

5 1.2. Perurnusan Masalah Selama 25 tahun terakhir jumlah KUD terus bertambah, dan KUD- KUD tersebut menunjukkan perkernbangan yang berbeda satu dengan lainnya. Tahun 1992 misalnya, telah terdapat 8721 KUD, 8024 (92,O persen) diantaranya merupakan KUD aktif, 4060 KUD (46,5 persen) merupakan KUD Mandiri, dan 2365 KUD (27,l persen) merupakanekud Mandiri Mantap. Pada tahun 1996 terdapat 9226 KUD, 8981 (97,3 persen) diantaranya rnerupakan KUD aktif, 6390 (69,3 persen) merupakan KUD Mandiri, dan 5606 (60,8 persen) merupakan KUD Mandiri Mantap (Balitbangkop, 1996). Mulai awal Pelita V kemudian diperkenalkan predikat KUD Mandiri Inti, yang pada tahun 1997 telah berjumlah 449 unit (Ditjen PKD, 1997). Keragaman status KUD dengan rnenggunakan indikator yang secara formal diperkenalkan oleh pernerintah, seperti predikat KUD Mandiri, KUD Mandiri Inti dan sebagainya; secara langsung telah menunjukkan perkembangan yang berbeda antar KUD. Bahkan diantara KUD yang merniliki predikat yang sarna, KUD Mandiri misalnya, juga terdapat keragaman yang sekaligus rnenggambarkan tingkat perkembangan yang berbeda (Muslimin, 1990). Keragaman perkembangan KUD dicerminkan oleh kondisi internalnya, terutarna dalam kaitannya dengan berbagai indikator kinerja. Disarnping itu keragaman perkembangan yang menonjol juga terjadi antar wilayah (CUAC, 1997), sehingga faktor ekonomi wilayah perlu rnenjadi faktor yang diperhatikan dalarn analisa. Keragaman perkembangan tersebut kemudian mempengaruhi i-espon KUD terhadap masukan dan

6 fasilitas, baik yang datang dari pihak luar KUD rnaupun strategi usaha yang dilakukan KUD sendiri. Beberapa KUD memiliki kernampuan untuk rnernberi respon yang lebih baik dibandingkan yang lain, dan KUD yang berada pada kelompok KUD ini dapat diidentifikasi sebagai KUD yang rnemiliki kemampuan usaha yang tinggi (CUAC, 1997). Dilain pihak tantangan terbesar yang saat ini masih dihadaa oleh KUD adalah untuk dapat rnewujudkan KUD sebagai badan usaha yang tangguh, yang mampu rnenerapkan prinsip-prinsip koperasi Indonesia, dan marnpu rnewujudkan misinya dalarn memberdayakan ekonorni rakyat. Hal iersebut tersebut dapat diartikan sebagai tantangan untuk meningkatkan kinerja usaha KUD. Melihat keragarnan perkembangan. KUD dapat diduga bahwa diantara KUD ada yang mampu menjawab tantangan tersebut, tetapi juga ada yang tidak mampu. Berkaitan dengan ha1 tersebut kinerja usaha koperasi yang masih belurn seperti yang diharapkan dapat diduga berkaitan dengan. perilaku usaha koperasi yang belum optimal dalam arti belum mendorong mencapaian keunggulan usaha yang tinggi (Thyfault, 1996; Gobia, 1997). Perilaku usaha koperasi adalah proses pengambilan keputusan ekonomi dan manajemen yang akan mengarahkan perkembangan kegiatan koperasi sebagai suatu badan usaha disamping perilaku koperasi sebagai lembaga sosial (Torgerson et al, 1997; Staatz, 1987; dan LeVay, 1983). Diskusi mengenai teori yang mendasari perilaku usaha suatu koperasi saat ini masih terus berkernbang (Sexton, 1984), dan rnerupakan salah satu bidang kajian utama dalam studi koperasi khususnya dan ekonomi pertanian pada urnumnya (Torgerson et at. 1997,

7 Murray, 1983; dan Cook, 1994). Dalam ha1 ini terdapat diskusi yang cukup intensif antara pendekatan ekonomi neo-klasik dan ekonomi kelembagaan yang keduanya turut mewarnai perkernbangan teori ekonomi koperasi. Dalam disiplin kerangka pemikiran ekonorni kelembagaan, perilaku usaha (business conduct/business behavior/business strategy) merupakan hasil dari kondisi struktur usaha * (business structure) yang kernudian akan mernpengaruhi kinerja (business performance). Kinerja itu sendiri pada gilirannya akan membangun struktur usaha pada tahap selanjutnya (Rumelt, 1986; Schmia, 1987). Dalam pandangan ini, perilaku usaha dapat diartikan sebagai pengambilan keputusan usaha yang dilakukan dengan memperhatikan kondisi struktur usaha menuju pencapaian tujuan usaha tertentu. Perilaku usaha send~ri merupakan hasil dari pemikiran dasar - bahkan teori - yang memandu pengambil keputusan dalam mengelola sumberdaya yang dimilikinya guna mencapai tujuan yang diinginkan dan tingkat perkembangan usaha yang telah dicapai (Lawless, et.al. 1996; Kohls and Uhl, 1990). Berdasarkan pemikiran tersebut, beberapa pertanyaan pokok pertama berkaitan dengan peningkatan kemampuan usaha KUD adalah, pertama, bagaimana keragaman dan perkembangan kelembagaan KUD itu sendiri? Kedua, bagaimana perilaku usaha KUD pada tiap tingkat perkembangan serta bagaimana pengaruhnya terhadap kinerja KUD dan tingkat perkembangan kelembagaan itu sendiri. Ketiga, bagaimana arah perkembangan kelembagaan KUD, dan bentuk kebijakan apa yang perlu dilakukan agar perkembangan tersebut dapat mengarah pada

8 peningkatan keunggulan KUD dan manfaatnya bagi pengembangan ekonomi rakyat Tujuan Berdasarkan pemikiran diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk : * 1. Mengetahui keragaman dan perkembangan kelembagaan' usaha KUD: 2. Mengetahui perilaku usaha KUD pada setiap tingkat ragam kelembagaannya, dengan menganalisis keterkaitan hubungan antara struktur, perilaku, dan kinerja usaha; 3. Mengetahui arah perkembangan dan strategi pengembangan kelern- bagaan dan usaha KUD Ruang Lingkup, Sumbangan dan Keterbatasan Studi Kegiatan penelitian ini akan diawali oleh suatu diskusi rnengenai perkembangan dan perilaku usaha koperasi. Kemudian akan disusun model analisa empirik mengenai tingkat perkernbangan serta perilaku usaha koperasi. Dalam ha1 ini akan dianalisa seluruh KUD yang terdapat di Propinsi Jawa Barat berdasarkan beberapa karakteristik wilayah. Jawa Barat dipilih karena propinsi ini merupakan salah satu propinsi dengan jumlah koperasi dan KUD terbanyak di Indonesia. Jika dibandingkan dengan kegiatan studi sebelurnnya, penelitian ini memberikan sumbangan dalarn ha1 pemahaman tentang keragaman

9 dan perkernbangan kelembagaan usaha KUD. Dalarn ha1 ini ditunjukkan bahwa pemberian predikat KUD Mandiri sebagai salah satu bentuk indikasi perkernbangan KUD masih rnerupakan pengelompokan yang terlalu urnum, dan didalarn kelornpok KUD Mandiri tersebut terdapat kelornpok-kelornpok KUD dengan perkernbangan dan kinerja yang berbeda. Sumbangan lain adalah dalarn ha1 pernahaman tentang t perilaku usaha, khususnya katerkaitan antara faktor struktur, perilaku,dan kinerja usaha KUD. Hal ini dikaitkan dengan keragarnan kelornpok KUD itu sendiri, dan ditujukan untuk rnenjadi rnasukan agar upaya pengembangan KUD dapat dilakukan dengan strategi yang relatif lebih spesifik dan ditujukan kepada kelompok KUD tertentu. Secara teknis- metodologis rnenjadi kegiatan studi pertama yang rnengkaji KUD secara ekstensif dalarn jumlah yang cukup besar. Narnun dernikian, studi ini rnerniliki beberapa keterbatasan. Dilihat dari ruang lingkup, studi ini terbatas pada data yang terse'dia dari berbagai aspek ekonomi KUD Mandiri, dan tidak secara langsung membahas berbagai aspek non-ekonorni yang juga menjadi komponen dari yang rnernpengaruhi perilaku dan kinerja KUD. Dilihat dari aspek metodologis, studi ini terbatas dalam penggunaan data sekunder yang tentunya rnemiliki tingkat kehandalan yang lebih rendah karena rnengandung interpretasi surnber data kedua. Studi ini juga terbatas pada penggunaan data cross-section yang bersifat statis sedangkan aspek yang dianalisa merniliki dimensi dinarnis.

Ketahanan Pangan yaitu pencegahan dan penanganan kerawanan pangan dan gizi. Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan

Ketahanan Pangan yaitu pencegahan dan penanganan kerawanan pangan dan gizi. Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan rnerupakan kebutuhan dasar rnanusia agar dapat hidup dan beraktivitas. Kondisi terpenuhinya kebutuhan ini dikenal dengan istilah ketahanan pangan. Undang-undang No. 7

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk rnengernbangkan daerah yang. bersangkutan. Tujuan dari pernbangunan daerah adalah untuk

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk rnengernbangkan daerah yang. bersangkutan. Tujuan dari pernbangunan daerah adalah untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernbangunan daerah rnerupakan bagian dari pernbangunan nasional yang diarahkan untuk rnengernbangkan daerah yang bersangkutan. Tujuan dari pernbangunan daerah adalah untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN berhasil tidak suatu organisasi. Salah satu karakteristik yang harus dirniliki

I. PENDAHULUAN berhasil tidak suatu organisasi. Salah satu karakteristik yang harus dirniliki I. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Surnberdaya rnanusia rnerupakan faktor utarna dalarn rnenentukan berhasil tidak suatu organisasi. Salah satu karakteristik yang harus dirniliki oleh seorang Pirnpinan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan

I. PENDAHULUAN. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalarn pernbangunan ekonorni Indonesia, sektor perdagangan luar

I. PENDAHULUAN. Dalarn pernbangunan ekonorni Indonesia, sektor perdagangan luar I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Dalarn pernbangunan ekonorni Indonesia, sektor perdagangan luar negeri rnernpunyai peranan yang sangat penting. Pada periode tahun 1974-1981 surnber utarna pernbangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. krisis ekonorni di Indonesia yang berkepanjangan, diperlukan suatu usaha

PENDAHULUAN. krisis ekonorni di Indonesia yang berkepanjangan, diperlukan suatu usaha L PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalarn usaha rnernbangkitkan sektor perekonornian rnenghadapi krisis ekonorni di Indonesia yang berkepanjangan, diperlukan suatu usaha dari seluruh lapisan rnasyarakat,

Lebih terperinci

Pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan upaya untuk. merupakan perjuangan yang harus dilakukan secara besar-besaran dan

Pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan upaya untuk. merupakan perjuangan yang harus dilakukan secara besar-besaran dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Menurut Suroto (1992), pembangunan merupakan perjuangan yang harus dilakukan

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLlKASl KEBIJAKAN. memiliki struktur yang searah dengan pola yang terjadi secara nasional,

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLlKASl KEBIJAKAN. memiliki struktur yang searah dengan pola yang terjadi secara nasional, VIII. KESIMPULAN DAN IMPLlKASl KEBIJAKAN 8.1. Kesirnpulan 1. Pola konsurnsi dan pengeluaran rata-rata rumahtangga di wilayah KT1 memiliki struktur yang searah dengan pola yang terjadi secara nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN dielakkan. Arus globalisasi yang bergerak cepat ke arah rnasyarakat tanpa

BAB I PENDAHULUAN dielakkan. Arus globalisasi yang bergerak cepat ke arah rnasyarakat tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mernasuki abad 21, aparatur Pernerintah Propinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta rnenghadapi banyak tantangan yang tidak dapat dielakkan. Arus globalisasi yang bergerak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola pembangunan ekonomi sentralistik yang telah berlangsung selama lebih dari 32 tahun telah rnernberikan darnpak yang luas bagi pernbangunan ekonomi nasional, khususnya

Lebih terperinci

* "ideal", yaitu jalur perkembangan yang diharapkan dilalui, yang sekaligus

* ideal, yaitu jalur perkembangan yang diharapkan dilalui, yang sekaligus VI. STRATEGI PENGEMBANGAN DAN IMPLlKASl KEBIJAKAN 6.1. Arah Perkembangan Berdasarkan kemungkinan jalur perkembangan yang telah diajukan pada Bab IV, dapat disusun jalur-jalur perkembangan KUD yang * "ideal",

Lebih terperinci

dirnensi kehidupan terrnasuk sektor agribisnis akan sangat berpengaruh pada derajat persaingan pada tingkat lokal, wilayah dan nasional tetapi

dirnensi kehidupan terrnasuk sektor agribisnis akan sangat berpengaruh pada derajat persaingan pada tingkat lokal, wilayah dan nasional tetapi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi yang sedang berjalan dewasa ini di berbagai dirnensi kehidupan terrnasuk sektor agribisnis akan sangat berpengaruh pada derajat persaingan pada tingkat

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. bidang perkebunan dan perindustrian teh dan karet dengan produksi yang

BAB l PENDAHULUAN. bidang perkebunan dan perindustrian teh dan karet dengan produksi yang BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT. Gunung Lingkung merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan dan perindustrian teh dan karet dengan produksi yang paling dominan saat ini adalah teh.

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIUITAS KERJA PENGRAJIN ROTAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIUITAS KERJA PENGRAJIN ROTAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIUITAS KERJA PENGRAJIN ROTAN (Studi Kasus Pad* Industri Kecll Rotan, Desa Curug Kulon, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang) Duma Netty Simanjuntak A. 280948

Lebih terperinci

. : (1) KUD Pra-Perusahaan, yang mencakup 19,4 persen dari seluruh KUD

. : (1) KUD Pra-Perusahaan, yang mencakup 19,4 persen dari seluruh KUD VI1. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Analisa yang dilakukan terhadap Koperasi Unit Desa di Jawa Barat menunjukkan adanya keragaman perkembangan kelernbagaan* dan perilaku usaha. Berdasarkan faktor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Kakao merupakan salah satu produk perkebunan lndonesia yang

I. PENDAHULUAN Kakao merupakan salah satu produk perkebunan lndonesia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao merupakan salah satu produk perkebunan lndonesia yang potensinya cerah di masa depan. Dalam perdagangan dunia kakao dikenal dan dibudidayakan sudah cukup lama baik

Lebih terperinci

memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan agribisnis di yang baik dan benar akan mampu mengeliminasi

memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan agribisnis di yang baik dan benar akan mampu mengeliminasi A. Latar Belakang Benih merupakan salah satu faktor produksi pertanian yang memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan agribisnis di tingkat lahan (on-fam) maupun di luar lahan (off-farm). Penggunaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalarn rangka pernbangunan bidang ekonomi, sektor pertanian sangat

I. PENDAHULUAN. Dalarn rangka pernbangunan bidang ekonomi, sektor pertanian sangat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalarn rangka pernbangunan bidang ekonomi, sektor pertanian sangat diandalkan sebagai salah satu tumpuan dalam memulihkan kondisi perekonomian rnasyarakat, bahkan secara

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan kemajuan tekhnologi informasi serta

BAB l PENDAHULUAN.  Pada era globalisasi dan kemajuan tekhnologi informasi serta BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi dan kemajuan tekhnologi informasi serta desentralisasi, dituntut adanya pelayanan publik yang cepat, tepat dan akurat. Dalam program pembangunan

Lebih terperinci

Globalisasi dan krisis ekonorni rnerupakan dua ha1 pokok yang banyak. mernbawa perubahan yang sangat rnendasar bagi setiap industri.

Globalisasi dan krisis ekonorni rnerupakan dua ha1 pokok yang banyak. mernbawa perubahan yang sangat rnendasar bagi setiap industri. I. PENDAHULUAN 1.l.Latar Belakang Globalisasi dan krisis ekonorni rnerupakan dua ha1 pokok yang banyak mernbawa perubahan yang sangat rnendasar bagi setiap industri. Darnpak yang ditirnbulkan secara langsung

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. Pasar Farrnasi lndonesia rnerupakan salah satu sektor yang

BAB l PENDAHULUAN. Pasar Farrnasi lndonesia rnerupakan salah satu sektor yang BAB l PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pasar Farrnasi lndonesia rnerupakan salah satu sektor yang rnenarik untuk diamati rneskipun dalam kondisi krisis beberapa tanun terakhir ini. Tingginya populasi masyarakat

Lebih terperinci

Terjadinya krisis ekonorni yang rnultidirnensi berdarnpak terhadap. tingkat kesehatan rnasyarakat di wilayah pedesaan, perkotaan maupun

Terjadinya krisis ekonorni yang rnultidirnensi berdarnpak terhadap. tingkat kesehatan rnasyarakat di wilayah pedesaan, perkotaan maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya krisis ekonorni yang rnultidirnensi berdarnpak terhadap tingkat kesehatan rnasyarakat di wilayah pedesaan, perkotaan maupun metropolitan. Krisis ekonorni tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terus rneningkatkan kinerja berbagai elernen di dalarn organisasi. Pada

I. PENDAHULUAN. terus rneningkatkan kinerja berbagai elernen di dalarn organisasi. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan bisnis yang sernakin tinggi menuntut perusahaan untuk terus rneningkatkan kinerja berbagai elernen di dalarn organisasi. Pada urnurnnya keberhasilan perusahaan

Lebih terperinci

- persaingan Prirnkopti berada dalarn kuadran (star) bintang. Prirnkopti sarnpai

- persaingan Prirnkopti berada dalarn kuadran (star) bintang. Prirnkopti sarnpai RINGKASAN DlEN EVlTA HENDRIANA. ANALISIS PEMlLlHAN STRATEGI BERSAING PRlMKOPTl KOTAMADYA BOGOR SETELAH PENGHAPUSAN MONOPOLI TATANIAGA KEDELAI OLEH BULOG. (Dibawah Bimbingan NUNUNG NURYARTONO) Kedelai sebagai

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. Perdagangan internasional tidak dapat dihindari oleh rnanusia. dalarn kehidupan sehari-hari, dirnulai dari kebutuhan primer hingga

BAB l PENDAHULUAN. Perdagangan internasional tidak dapat dihindari oleh rnanusia. dalarn kehidupan sehari-hari, dirnulai dari kebutuhan primer hingga BAB l PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdagangan internasional tidak dapat dihindari oleh rnanusia dalarn kehidupan sehari-hari, dirnulai dari kebutuhan primer hingga sekunder. Tercatat dalarn abad terakhir,

Lebih terperinci

Kesimpulan. Beberapa kesimpulan yang menjadi perhatian dari penelitian ini disusun

Kesimpulan. Beberapa kesimpulan yang menjadi perhatian dari penelitian ini disusun KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang menjadi perhatian dari penelitian ini disusun dalarn rangkaian berikut ini: (1) Karakteristik Personal: Sernua peternak, baik peternak ayarn buras

Lebih terperinci

Dalarn rnengantisipasi rneningkatnya perrnintaan konsurnen

Dalarn rnengantisipasi rneningkatnya perrnintaan konsurnen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalarn rnengantisipasi rneningkatnya perrnintaan konsurnen terhadap produk olahan perikanan yang berrnutu, dewasa ini rnuncul industri pengolahan perikanan yang rnengalarni

Lebih terperinci

Dilihat dan asal-usulnya, kelapa sawit bukanlah tanarnan asli lndonesia,

Dilihat dan asal-usulnya, kelapa sawit bukanlah tanarnan asli lndonesia, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dilihat dan asal-usulnya, kelapa sawit bukanlah tanarnan asli lndonesia, tetapi seiring dsngan perkembangannya tanaman kelapa sawit ini rnarnpu tumbuh dan berkernbang dengan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELlTlAN

METODOLOGI PENELlTlAN METODOLOGI PENELlTlAN Kerangka Pemikiran Petani dalarn pernbangunan pertanian saat ini rnerniliki peran penting, yaitu sebagai subyek dari pernbangunan pelrtanian. Dalarn penentuan kebijakankebijakan pernbangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. belurn sepenuhnya pulih. Perturnbuhan rnulai rnenunjukkan trend yang. cukup rnenggernbirakan, khususnya pada sektor usaha jasa,

I. PENDAHULUAN. belurn sepenuhnya pulih. Perturnbuhan rnulai rnenunjukkan trend yang. cukup rnenggernbirakan, khususnya pada sektor usaha jasa, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Perbankan Indonesia Indonesia Pasca Krisis Kondisi perekonornian Indonesia pasca krisis ekonorni rnasih belurn sepenuhnya pulih. Perturnbuhan rnulai rnenunjukkan

Lebih terperinci

PDB 59,4 % dan terhadap penyerapan tenaga

PDB 59,4 % dan terhadap penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonorni dan rnoneter telah mernberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perturnbuhan perekonornian Indonesia yang ditunjukkan dengan rnenurunnya Produk Dornestik

Lebih terperinci

Kelapa sawit termasuk salah satu komoditi andalan lndonesia di. sektor lndustri Agribisnis, karena kelapa sawit merupakan bahan baku

Kelapa sawit termasuk salah satu komoditi andalan lndonesia di. sektor lndustri Agribisnis, karena kelapa sawit merupakan bahan baku I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit termasuk salah satu komoditi andalan lndonesia di sektor lndustri Agribisnis, karena kelapa sawit merupakan bahan baku minyak nabati untuk memenuhi konsurnsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Disisi lain, wisata juga dapat rnerusak suatu daerah jika tidak

I. PENDAHULUAN. Disisi lain, wisata juga dapat rnerusak suatu daerah jika tidak 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Kesadaran pernerintah akan besarnya potensi kelautan Indonesia, rnenyebabkan paradigrna pernbangunan yang selarna ini kurang rnernperhatikan sektor kelautan rnulai ditinggalkan.

Lebih terperinci

Oleh : PROGRAM STUD1 EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Oleh : PROGRAM STUD1 EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGAN EKSPOR TERONG BEKU KE JEPANG (Studi Kasus pada PT. HUMPUSS TRADING dan CV. KEM FARMS, Semarang, Jawa Tengah) Oleh : PROGRAM STUD1 EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

Peluang untuk pengembangan usaha agribisnis kelapa sawit di. lndonesia masih cukup terbuka luas hampir di semua subsistem baik pada

Peluang untuk pengembangan usaha agribisnis kelapa sawit di. lndonesia masih cukup terbuka luas hampir di semua subsistem baik pada 1. PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Peluang untuk pengembangan usaha agribisnis kelapa sawit di lndonesia masih cukup terbuka luas hampir di semua subsistem baik pada subsistem agribisnis hulu, on farm

Lebih terperinci

V. PRODUKSI DAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN KABUPATEN BENGKALlS. adalah ternak sapi, kerbau, kambing, babi, ayarn buras, ayarn pedaging,

V. PRODUKSI DAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN KABUPATEN BENGKALlS. adalah ternak sapi, kerbau, kambing, babi, ayarn buras, ayarn pedaging, V. PRODUKSI DAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN KABUPATEN BENGKALlS 5.1. Produksi dan Kebutuhan Ternak 5.1.1 Jenis dan Populasi Ternak Secara urnum jenisjenis ternak yang dikernbangkan rnasyarakat adalah ternak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas, pembangunan. (on farm) mengalami pergeseran ke arah yang lebih terintegrasi dan

I. PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas, pembangunan. (on farm) mengalami pergeseran ke arah yang lebih terintegrasi dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas, pembangunan peternakan mengalami pergeseran paradigma. Titik berat kepada sistem budidaya (on farm) mengalami pergeseran

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Perkernbangan perturnbuhan perekonornian lndonesia kurang

1. PENDAHULUAN Perkernbangan perturnbuhan perekonornian lndonesia kurang 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkernbangan perturnbuhan perekonornian lndonesia kurang menggembirakan sejak pertengahan tahun 1997, salah satu penyebabnya karena situasi politik yang kurang rnenggembirakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakanq. Setiap keluarga berusaha mernenuhi kebutuhan dengan menggunakan

PENDAHULUAN. Latar Belakanq. Setiap keluarga berusaha mernenuhi kebutuhan dengan menggunakan PENDAHULUAN Latar Belakanq Setiap keluarga berusaha mernenuhi kebutuhan dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia. Karena kebutuhan semakin beragarn dan saling rnendesak untuk didahulukan, rnaka individu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Program restrukturisasi BRI akibat krisis ekonorni dan rnoneter Strategi yang tertuang dalam corporate plan BRI pasca

I. PENDAHULUAN. Program restrukturisasi BRI akibat krisis ekonorni dan rnoneter Strategi yang tertuang dalam corporate plan BRI pasca I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program restrukturisasi BRI akibat krisis ekonorni dan rnoneter beberapa tahun yang lalu telah berhasil diselesaikan pada bulan Juli 2001. Strategi yang tertuang dalam

Lebih terperinci

Manusia rnerupakan unsur utarna dalam setiap organisasi. Jika rnernperhatikan gambaran sebuah organisasi,

Manusia rnerupakan unsur utarna dalam setiap organisasi. Jika rnernperhatikan gambaran sebuah organisasi, 1. PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakany Manusia rnerupakan unsur utarna dalam setiap organisasi. Jika rnernperhatikan gambaran sebuah organisasi, rnanusia merupakan surnberdaya yang dapat diatur dan dikombinasikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam era persaingan global pada mileniurn baru, sistern pemasaran

I. PENDAHULUAN. Dalam era persaingan global pada mileniurn baru, sistern pemasaran I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era persaingan global pada mileniurn baru, sistern pemasaran langsung (direct marketing) dan penjualan langsung (direct selling) telah rnenjadi alternatif bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. belurn sepenuhnya pulih. Pertumbuhan mulai menunjukkan trend yang. cukup rnenggernbirakan, khususnya pada sektor usaha jasa,

I. PENDAHULUAN. belurn sepenuhnya pulih. Pertumbuhan mulai menunjukkan trend yang. cukup rnenggernbirakan, khususnya pada sektor usaha jasa, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Bank dalam Beberapa Perspektif Kondisi perekonomian Indonesia pasca krisis ekonorni rnasih belurn sepenuhnya pulih. Pertumbuhan mulai menunjukkan trend yang cukup

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Pada tahun 2003 AFTA mulai diberlakukan, sehingga rnau tak mau lndonesia harus

1. PENDAHULUAN Pada tahun 2003 AFTA mulai diberlakukan, sehingga rnau tak mau lndonesia harus 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini dunia memasuki era baru dalam perdagangan, yaitu era pasar bebas. Pada tahun 2003 AFTA mulai diberlakukan, sehingga rnau tak mau lndonesia harus siap rnenghadapi

Lebih terperinci

- Untuk lebih meningkatkan fokus perusahaan kepada hat-ha1

- Untuk lebih meningkatkan fokus perusahaan kepada hat-ha1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kompetisi di dunia usaha yang berlangsung ketat, menuntut perusahaan untuk memberikan tanggapan secara cepat dan tepat agar mampu bersaing dan berkembang. Salah satu cara

Lebih terperinci

menjadi peubah-peubah eksogen, yaitu persamaan harga irnpor dan persarnaan harga dunia. Adanya kecenderungan volume impor daging sapi yang terus

menjadi peubah-peubah eksogen, yaitu persamaan harga irnpor dan persarnaan harga dunia. Adanya kecenderungan volume impor daging sapi yang terus RINGKASAN NYAK ILHAM. Penawaran dan Perrnintaan Daging Sapi di lndonesia : Suatu Analisis Sirnulasi (dibawah birnbingan BONAR M. SINAGA, sebagsi ketua, KOOSWARDHONO MUDIKDJO dan TAHLIM SUDARYANTO sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai ternpat penyirnpanan

I. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai ternpat penyirnpanan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang lndustri perbankan, khususnya bank urnurn, rnerupakan pusat dari sistern keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai ternpat penyirnpanan dana, rnernbantu

Lebih terperinci

Dewasa ini lndustri kehutanan di lndonesia telah berkembang pesat. sejaian dengan era industrialisasi yang sedang berkembang, disatu sisi

Dewasa ini lndustri kehutanan di lndonesia telah berkembang pesat. sejaian dengan era industrialisasi yang sedang berkembang, disatu sisi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini lndustri kehutanan di lndonesia telah berkembang pesat sejaian dengan era industrialisasi yang sedang berkembang, disatu sisi produk-produknya telah mampu memasuki

Lebih terperinci

Kondisi persaingan pada saat ini telah membawa perubahan pada. konsumsi (consumer good), kondisi persaingan

Kondisi persaingan pada saat ini telah membawa perubahan pada. konsumsi (consumer good), kondisi persaingan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi persaingan pada saat ini telah membawa perubahan pada semua aspek dalam berusaha. Demikian juga dalam bisnis produk konsumsi (consumer good), kondisi persaingan

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. Pernbangunan pertanian telah mengalami pergeseran dan. pendekatan produksi kepada pendekatan agribisnis.

BAB l PENDAHULUAN. Pernbangunan pertanian telah mengalami pergeseran dan. pendekatan produksi kepada pendekatan agribisnis. BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernbangunan pertanian telah mengalami pergeseran dan pendekatan produksi kepada pendekatan agribisnis. Pembangunan agribisnis ini rnerupakan tanggapan terhadap perubahan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Perkernbangan sistem inforrnasi yang terjadi dewasa ini memungkinkan

I PENDAHULUAN. Perkernbangan sistem inforrnasi yang terjadi dewasa ini memungkinkan I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perkernbangan sistem inforrnasi yang terjadi dewasa ini memungkinkan terwujudnya berbagai kernudahan bagi perusahaan, khususnya bank dalam memberikan pelayanan yang lebih

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA

ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA WlSllNU EKA SAPUTRA A 27.1583 JURUSAN ILMU-ILMU SOSLAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA

ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA WlSllNU EKA SAPUTRA A 27.1583 JURUSAN ILMU-ILMU SOSLAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang lndonesia adalah negara kepulauan dan maritim dengan garis pantai terpanjang di dunia yaitu sepanjang 81.000 km dan dengan jumlah pulau kurang lebih 17.508 pulau serta

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kawasan pesisir Indonesia, disarnping kaya akan potensi sumberdaya. alamnya, juga mempunyai potensi untuk dikernbangkan rnenjadi obyek

PENDAHULUAN. Kawasan pesisir Indonesia, disarnping kaya akan potensi sumberdaya. alamnya, juga mempunyai potensi untuk dikernbangkan rnenjadi obyek PENDAHULUAN Latar Belakang Kawasan pesisir Indonesia, disarnping kaya akan potensi sumberdaya alamnya, juga mempunyai potensi untuk dikernbangkan rnenjadi obyek pariwisata bahari, baik dilihat dari segi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rata-rata konsumsi daging ayam ras perkapita penduduk lndonesia. dibandingkan dengan negara Malaysia yang sudah mencapai 25,8 kg dan

I. PENDAHULUAN. Rata-rata konsumsi daging ayam ras perkapita penduduk lndonesia. dibandingkan dengan negara Malaysia yang sudah mencapai 25,8 kg dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang A.1. Konsumsi Daging Ayam Ras Rata-rata konsumsi daging ayam ras perkapita penduduk lndonesia baru mencapai 3,45 kg di tahun 2000 merupakan tingkat yang rendah bila dibandingkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang besar dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang besar dalam perekonomian I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sektor pertanian mempunyai peranan yang besar dalam perekonomian nasional. Sektor tersebut telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam ha1 peningkatan produksi bagi

Lebih terperinci

I.' PENDAHULUAN lndustri farmasi rnerupakan suatu industri dengan tingkat kompetisi

I.' PENDAHULUAN lndustri farmasi rnerupakan suatu industri dengan tingkat kompetisi I.' PENDAHULUAN 1. Latar Belakang lndustri farmasi rnerupakan suatu industri dengan tingkat kompetisi sangat tinggi, ha1 ini dapat dimengerti karena produk obat-obatan yang dihasilkannya sudah merupakan

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. Produk kecantikan pada saat ini telah berkembang sedemikian rupa,

BAB l PENDAHULUAN. Produk kecantikan pada saat ini telah berkembang sedemikian rupa, BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produk kecantikan pada saat ini telah berkembang sedemikian rupa, seiring dengan perubahan pola hidup dan peningkatan pendapatan masyarakat serta tingkat pendidikan

Lebih terperinci

penelitian ini. Data yang tersedia di Biro Pusat statistik yaitu tabel I-O tahun 1971, 1975, 1980 dan

penelitian ini. Data yang tersedia di Biro Pusat statistik yaitu tabel I-O tahun 1971, 1975, 1980 dan RINGKASAN ANNA SITI NURDJANAH DASRIL. Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Produksi Sektor Pertanian dalam Industrialisasi di Indonesia 1971-1990. (Di bawah bimbingan BUNGARAN SARAGIH sebagai ketua, MANGARA

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI IKAN PADA KELUARGA NELAYAN DAN BUKAN NELAYAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZl BALITA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI IKAN PADA KELUARGA NELAYAN DAN BUKAN NELAYAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZl BALITA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI IKAN PADA KELUARGA NELAYAN DAN BUKAN NELAYAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZl BALITA (Kasus di Desa Pasar Krui dan Desa Ulu Krui, Kecamatan Pesisir Tengah Krui,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI IKAN PADA KELUARGA NELAYAN DAN BUKAN NELAYAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZl BALITA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI IKAN PADA KELUARGA NELAYAN DAN BUKAN NELAYAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZl BALITA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI IKAN PADA KELUARGA NELAYAN DAN BUKAN NELAYAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZl BALITA (Kasus di Desa Pasar Krui dan Desa Ulu Krui, Kecamatan Pesisir Tengah Krui,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. lndonesia memiliki keunggulan komparatif yang dapat diandalkan. dibandingkan negara lain. Salah satu keunggulan komparatif tersebut

1. PENDAHULUAN. lndonesia memiliki keunggulan komparatif yang dapat diandalkan. dibandingkan negara lain. Salah satu keunggulan komparatif tersebut 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang lndonesia memiliki keunggulan komparatif yang dapat diandalkan dibandingkan negara lain. Salah satu keunggulan komparatif tersebut adalah sumberdaya hayati yang banyak

Lebih terperinci

Kedua desa penelitian rnemiliki banyak kesamaan sosial ekonomi. disebabkan oleh kesarnaan geografi dan proses pembentukan desa rnelalui

Kedua desa penelitian rnemiliki banyak kesamaan sosial ekonomi. disebabkan oleh kesarnaan geografi dan proses pembentukan desa rnelalui Kedua desa penelitian rnemiliki banyak kesamaan sosial ekonomi. disebabkan oleh kesarnaan geografi dan proses pembentukan desa rnelalui rnigrasi swakarsa, dimana struktur agraria terbentuk bersamaan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. laku perekonomian kota ini. Sebagai pintu gerbang internasional yang

I. PENDAHULUAN. laku perekonomian kota ini. Sebagai pintu gerbang internasional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang DKI Jakarta rnemiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan propinsi lain. Sebagai ibukota negara dan pusat pernerintahan, berbagai kebijaksanaan ekonomi nasional dilahirkan

Lebih terperinci

Kabupaten Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan. (Nongkojajar) Jawa Tirnur rnerupakan daerah sentra produksi ape1

Kabupaten Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan. (Nongkojajar) Jawa Tirnur rnerupakan daerah sentra produksi ape1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan (Nongkojajar) Jawa Tirnur rnerupakan daerah sentra produksi ape1 (Malus sylvestris Mill.) di Indonesia. Pada daerah

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMlKlRAN

II. KERANGKA PEMlKlRAN II. KERANGKA PEMlKlRAN 2.1. Konsepsi Pengembangan tp-padi 300 Ketersediaan sumberdaya air dan lahan pertanian potensial sernakin langka. Kecenderungan ini akan berakibat berkurangnya ketersediaan pangan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Hasalah

1.1 Latar Belakang Hasalah 1.1 Latar Belakang Hasalah Pertumbuhan ekonomi yang dialami oleh hampir semua negara disertai dengan perubahan struktur produksi yaitu menurunnya pangsa sektor pertanian dan meningkatnya pangsa sektor

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. PT. BASF lndonesia (PTBI) adalah salah satu perusahaan kimia di

BAB l PENDAHULUAN. PT. BASF lndonesia (PTBI) adalah salah satu perusahaan kimia di BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan PT. BASF lndonesia (PTBI) adalah salah satu perusahaan kimia di lndonesia yang yang merupakan salah satu anak cabang usaha perusahaan transnasional BASF.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bank. Pesatnya pertumbuhan sektor perbankan memicu timbulnya. persaingan yang ketat di industri perbankan. Bank-bank berlomba untuk

BAB I PENDAHULUAN. bank. Pesatnya pertumbuhan sektor perbankan memicu timbulnya. persaingan yang ketat di industri perbankan. Bank-bank berlomba untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia perbankan saat ini dihadapkan pada suatu kondisi persaingan yang sangat ketat (hyper competition) dalam memenuhi kebutuhan likuiditas bank. Pesatnya pertumbuhan

Lebih terperinci

Sejak krisis ekonorni rnelanda Indonesia tahun 1997 yang darnpaknya. sarnpai saat ini rnasih dirasakan, sektor perbankan rnengalarni rnasa-masa

Sejak krisis ekonorni rnelanda Indonesia tahun 1997 yang darnpaknya. sarnpai saat ini rnasih dirasakan, sektor perbankan rnengalarni rnasa-masa 1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sejak krisis ekonorni rnelanda ndonesia tahun 1997 yang darnpaknya sarnpai saat ini rnasih dirasakan, sektor perbankan rnengalarni rnasamasa sangat sulit dan industri perbankan

Lebih terperinci

V. POLA PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGANlGlZl

V. POLA PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGANlGlZl V. POLA PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGANlGlZl 5.1. Pola Pengeluaran Pangan Non-Pangan Secara garis besar kebutuhan konsumsi barang dan jasa oleh konsumen (rurnahtangga) dapat dikelompokkan kedalam dua kategori

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya intensitas kerja masyarakat kota besar di luar rumah merupakan

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya intensitas kerja masyarakat kota besar di luar rumah merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya intensitas kerja masyarakat kota besar di luar rumah merupakan gejala umum dalam kurun waktu lebih dari sepuluh tahun terakhir ini. Dengan beban kerja yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang. peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam

I. PENDAHULUAN. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang. peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam mendukung terlaksananya aktivitas usaha di segala

Lebih terperinci

1. Terdapat permasalahan tata ruang yang meliputi penggunaan lahan yang

1. Terdapat permasalahan tata ruang yang meliputi penggunaan lahan yang BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Terdapat permasalahan tata ruang yang meliputi penggunaan lahan yang tumpang tindih (antara ladang dan kawasan hutan produksi, desa definitif di hutan produksi,

Lebih terperinci

pangan menyebabkan rendahnya produktivitas yang berakibat pada rendahnya pendapatan (Andersen, 1982 diacu dari Haddad, Lawrence, Frankenberger,

pangan menyebabkan rendahnya produktivitas yang berakibat pada rendahnya pendapatan (Andersen, 1982 diacu dari Haddad, Lawrence, Frankenberger, PENDAHULUAN Latar belakang Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII tahun 2000 bidang pertanian dan ketahanan pangan merekomendasikan perlunya reorientasi kebijakan ketahanan pangan dengan mernpertirnbangkan

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Anak yang dilahirkan ke dunia diibaratkan bagai kertas putih yang rnasih

BABI PENDAHULUAN. Anak yang dilahirkan ke dunia diibaratkan bagai kertas putih yang rnasih BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Anak yang dilahirkan ke dunia diibaratkan bagai kertas putih yang rnasih kosong, kelak anak itu akan rnenjadi seperti apa tergantung

Lebih terperinci

Agroindustri Kelapa Sawit (AGROSAWIT), yang meliputi kegiatan perkebunan kelapa sawit (perkebunan yang menghasilkan tandan buah segar atau TBS) dan

Agroindustri Kelapa Sawit (AGROSAWIT), yang meliputi kegiatan perkebunan kelapa sawit (perkebunan yang menghasilkan tandan buah segar atau TBS) dan Agroindustri Kelapa Sawit (AGROSAWIT), yang meliputi kegiatan perkebunan kelapa sawit (perkebunan yang menghasilkan tandan buah segar atau TBS) dan industri pengolahan (pabrik PKS yang mengolah TBS menjadi

Lebih terperinci

Sektor Perbankan yang merupakan salah satu kegiatan ekonomi. hingga kini masih menjadi pembicaraan hangat berbagai kalangan. Di

Sektor Perbankan yang merupakan salah satu kegiatan ekonomi. hingga kini masih menjadi pembicaraan hangat berbagai kalangan. Di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor Perbankan yang merupakan salah satu kegiatan ekonomi hingga kini masih menjadi pembicaraan hangat berbagai kalangan. Di samping karena merupakan lahan bisnis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Jumlah penduduk lndonesia yang besar dengan laju tingkat

PENDAHULUAN. Jumlah penduduk lndonesia yang besar dengan laju tingkat L PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk lndonesia yang besar dengan laju tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi merupakan pasar yang potensial bagi pemasaran berbagai jenis produk

Lebih terperinci

ini hanya dilanda krisis ekonomi saja. Krisis rnultidimensi tersebut antara lain ditandai dengan terjadinya perubahan dari pemerintahan yang

ini hanya dilanda krisis ekonomi saja. Krisis rnultidimensi tersebut antara lain ditandai dengan terjadinya perubahan dari pemerintahan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi perekonomian lndonesia masih dalam taraf pemulihan yang tidak kunjung selesai karena sifatnya yang sudah multidimensi. Lain halnya dengan Thailand dan Malaysia

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Tragedi serangan teroris ke gedung World Trade Center (WTC) Amerika

1. PENDAHULUAN. Tragedi serangan teroris ke gedung World Trade Center (WTC) Amerika 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tragedi serangan teroris ke gedung World Trade Center (WTC) Amerika pada tanggal 1 I September 2001, tampaknya akan mengubah tatanan ekonomi dan pasar global yang dalam

Lebih terperinci

MOBlLlTAS GEOGRAFIS TENAGA KERJA WANITA

MOBlLlTAS GEOGRAFIS TENAGA KERJA WANITA MOBlLlTAS GEOGRAFIS TENAGA KERJA WANITA (Kasus PT. Unitex, Bogor) Oleh IRA SAVITRI A 27.1475 JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1997 IRA SAVlTRl. Mobilitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dibandingkan dengan jenis ikan air tawar lainnya. Sebagai salah satu jenis ikan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dibandingkan dengan jenis ikan air tawar lainnya. Sebagai salah satu jenis ikan PENDAHULUAN Latar Belakang ikan gurami (Ospbronemus gouramy Lac) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang digernari oleh masyarakat karena rasanya lezat, ha1 ini ditandai dengan sernakin meningkatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pernah ada angka resmi maupun surveinya, narnun makin. meruyaknya gerai jamu di pelosok N~lsantara, bisa dipakai sebagai

I. PENDAHULUAN. pernah ada angka resmi maupun surveinya, narnun makin. meruyaknya gerai jamu di pelosok N~lsantara, bisa dipakai sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengguna jamu dari waktu ke waktu terus bertambah, tidak pernah ada angka resmi maupun surveinya, narnun makin meruyaknya gerai jamu di pelosok N~lsantara, bisa dipakai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. koperasi. Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas

BAB I PENDAHULUAN. koperasi. Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan perekonomian nasional sekarang ini banyak melibatkan koperasi. Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan begitu

Lebih terperinci

MOBlLlTAS GEOGRAFIS TENAGA KERJA WANITA

MOBlLlTAS GEOGRAFIS TENAGA KERJA WANITA MOBlLlTAS GEOGRAFIS TENAGA KERJA WANITA (Kasus PT. Unitex, Bogor) Oleh IRA SAVITRI A 27.1475 JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1997 IRA SAVlTRl. Mobilitas

Lebih terperinci

11. TINJAUAN PUSTAKA

11. TINJAUAN PUSTAKA 11. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Manajemen Keuangan Daerah Pada dasarnya tujuan utarna pengelolaan keuangan daerah terdiri dari: (1) tanggungjawab, (2) memenuhi kewajiban keuangan. (3) kejujuran,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ditujukan kepada pengembangan industri yang berbasis pertanian dan

I. PENDAHULUAN. ditujukan kepada pengembangan industri yang berbasis pertanian dan I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan lndustri diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri terutama terhadap industri bernilai tambah tinggi dan berjangkauan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Perhatian pemerintah terhadap sektor non-migas, khususnya sektor agribisnis semakin besar. Hal tersebut disebabkan semakin berkurangnya sumbangan devisa yang dihasilkan dari ekspor minyak

Lebih terperinci

demikian potensi yang dimiliki Indonesia dalam bidang kelautan sangat besar, utamanya antara lain perikanan (tangkap) laut dan biota laut,

demikian potensi yang dimiliki Indonesia dalam bidang kelautan sangat besar, utamanya antara lain perikanan (tangkap) laut dan biota laut, FORMULAS1 STRATEGI KORPORAT PT. XY (PERSERO) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah lndonesia memiliki 17.508 pulau, garis pantai sepanjang 81.000 km dan 5,8 juta km2 laut atau sebesar 70% dari luas

Lebih terperinci

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan Juli 1997 mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian negara. Sektor pertanian di lndonesia dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi merupakan salah satu pilar pembangunan ekonomi Indonesia yang berperan dalam pengembangan sektor pertanian. Koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara agraris karena dari 186 juta hektar luas daratan Indonesia sekitar 70 persennya lahan tersebut digunakan untuk usaha pertanian. Selain daratan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan nasional Indonesia semenjak awal tahun 1968 hingga

PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan nasional Indonesia semenjak awal tahun 1968 hingga PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma pembangunan nasional Indonesia semenjak awal tahun 1968 hingga akhir 1998, masih bertumpu kepada pertumbuhan ekonomi, dan belum memperhatikan aspek pemerataan pendapatan.

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE HARGA POKOK PROSES DAN ANALISIS TlTlK IMPAS PERUSAHAAN KECAP CAP "WM" SURABAYA, JAWA TlMUR

PENERAPAN METODE HARGA POKOK PROSES DAN ANALISIS TlTlK IMPAS PERUSAHAAN KECAP CAP WM SURABAYA, JAWA TlMUR ,p PENERAPAN METODE HARGA POKOK PROSES DAN ANALISIS TlTlK IMPAS PERUSAHAAN KECAP CAP "WM" SURABAYA, JAWA TlMUR Oleh : Maria Imelda Melina A. 29.0842 JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE HARGA POKOK PROSES DAN ANALISIS TlTlK IMPAS PERUSAHAAN KECAP CAP "WM" SURABAYA, JAWA TlMUR

PENERAPAN METODE HARGA POKOK PROSES DAN ANALISIS TlTlK IMPAS PERUSAHAAN KECAP CAP WM SURABAYA, JAWA TlMUR ,p PENERAPAN METODE HARGA POKOK PROSES DAN ANALISIS TlTlK IMPAS PERUSAHAAN KECAP CAP "WM" SURABAYA, JAWA TlMUR Oleh : Maria Imelda Melina A. 29.0842 JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalarn kehidupan ini rnanusia tidak pernah lepas dari risiko, yaitu

I. PENDAHULUAN. Dalarn kehidupan ini rnanusia tidak pernah lepas dari risiko, yaitu I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalarn kehidupan ini rnanusia tidak pernah lepas dari risiko, yaitu suatu kerugian yang pemunculannya tidak pasti. Meskipun rnanusia telah berupaya untuk rnelindungi

Lebih terperinci

industri hilir pengolahan kayu yang menggunakan bahan baku kayu lndustri kayu lapis lndonesia di pasaran dunia mengalami

industri hilir pengolahan kayu yang menggunakan bahan baku kayu lndustri kayu lapis lndonesia di pasaran dunia mengalami I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kayu lapis merupakan salah satu produk hasil pengembangan industri hilir pengolahan kayu yang menggunakan bahan baku kayu bulatlkayu gelondongan (log). Produk ini merupakan

Lebih terperinci