BAB IV KOMUNITAS DIBO-DIBO: Menelusuri Aktivitas Sosio-Ekonomi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV KOMUNITAS DIBO-DIBO: Menelusuri Aktivitas Sosio-Ekonomi"

Transkripsi

1 BAB IV KOMUNITAS DIBO-DIBO: Menelusuri Aktivitas Sosio-Ekonomi Pengantar Ada satu kesepakatan bersama masyarakat suku di jazirah Halmahera bahwa Dibo-dibo mengacu pada sekumpulan orang yang berprofesi sebagai pembeli barang hasil kebun. Dalam bahasa masyarakat suku Sahu, dibo-dibo lebih dekat dengan kata ti bo yang artinya beli (Visser,1989). Awalnya mengacu pada kegiatan jual beli barang yang sifatnya universal. Namun lambat laun mengalami penyempitan makna, yang mana dikhususkan saja pada sekelompok orang yang membeli hasil-hasil kebun untuk kemudian diangkut ke salah satu tempat. Mereka ini kemudian lebih dikenal dengan lebih luas lagi sebagai Tengkulak. Kelompok ini sebagian besar dilakukan oleh kaum perempuan, walaupun ada juga yang dilakukan oleh lakilaki. Dalam upaya untuk menggambarkan sosok dan aktivitas mereka, dalam bagian ini akan diulas mengenai keseharian mereka, bentuk dan pola jaringan kerja serta pola komunikasi yang terbangun di antara mereka. Dunia Keseharian 15 Ketika matahari mulai menampakan wajah merahnya di ufuk timur, terlihat sebuah kesibukan beberapa ibu-ibu untuk menyiapkan segala macam barang bawaannya ke Ternate. Tidak tertinggal juga 15 Merupakan hasil kompilasi dari keseluruhan wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada sejumlah narasumber. Selain wawancara, keseluruhan bagian ini juga merupakan pengamatan penulis selama 1 (satu) tahun ketika berada di Sahu. 39

2 Komunitas Dibo-dibo (Studi tentang Aktivitas Sosio-Ekonomi Komunitas Dibo-dibo di Sahu Kabupaten Halmahera Barat) mereka menyiapkan makanan untuk keluarga, yang sudah disiapkan dari sejak subuh. Hal ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari tugasnya untuk melayani anggota keluarga. Langkah kaki yang pasti turut menentukan pergerakan mereka menuju pelabuhan. Biasanya barang-barang hasil kebun sudah diangkut pada malam hari, jika barang yang diangkut banyak sekali. Namun jika tidak, biasanya diangku ketika mereka tiba di pelabuhan. Dengan mengontrol para buruh melakukan proses bongkar muat, terlihat juga mereka sering bersenda gurau dengan sesame teman yang juga berprofesi sebagai dibo-dibo. Pada pukul 08:00 WIT kapal yang mereka tumpangi mulai berangkat menuju Ternate. Lama perjalanannya kurang lebih 1,5 jam. Ketika kapal tersebut mulai dekat dengan pelabuhan Dufa-Dufa Ternate, terlihat para penunggu sudah berdiri di Jembatan. Ada yang sudah menyiapkan buruhnya untuk bingkar muat, ada juga buruh lepas yang hendak menawarkan jasa. Pada siang itu, terlihat begitu ramai. Penumpang umum yang menggunakan jasa penyeberangan ini dibiarkan turun. Namun suasana pada dek bawah kapal sangat sumpek dan ramai sekali. Mereka mulai memastikan barang bawaan mereka, baik itu dalam palka kapal, maupun di atasnya. Para anggota jaringan mereka yang ada di Ternate mulai turun untuk bertemu dalam rangka penawaran terhadap barang-barang yang dibawa oleh langganan mereka sendiri. Terlihat para dibodibo yang berasal dari Sahu mulai melakukan penawaran secara langsung di dalam kapal. Ada sebagian juga yang menunggu untuk diangkut pada terminal penumpang. Terminal penumpang merupakan tujuan akhir. Karena barang-barang yang mereka bawa akan didistribusikan pada pasar tradisional, yang letaknya berdekatan dengan terminal penumpang di Pasar Gamalama Ternate. Setelah dipastikan semua barang telah berada pada jaringan mereka di Ternate, tampak dari mereka yang mulai berjalan-jalan di 40

3 Komunitas Dibo-dibo: Menelusuri Aktivitas Sosio-Ekonomi pasar untuk membeli segala keperluan keluarga mereka. Ada yang membeli baju, peralatan dapur dan juga keperluan yang lainnya. Pada saat terjadi penawaran, ada juga yang langsung dibayar, namun begitu tidak menutup kemungkinan ada yang tidak dibayar pada saat itu. Jaringan yang menerima barang di Ternate biasanya menerima dari dibo-dibo kemudian dijual di pasar rakyat Gamalama. Hasilnya baru diambil pada hari berikut. Kebiasaan ini menjadi modal mereka untuk pulang pergi Ternate Jailolo. Dibo-dibo Sahu, selain membawa barang-barang mereka, kepergian ke Ternate sekaligus mengambil hasil jualan para anggota jaringan di Ternate. Pada pukul 13:30 WIT, mereka mulai kembali ke pelabuhan Dufa-dufa untuk kembali ke Jailolo. Tepat pada pukul 14:00 WIT kapal penyebarangan yang mereka tumpangi mulai meninggalkan pelabuhan Dufa-dufa Ternate. Dengan menyusuri pulau Ternate, kemudian pulau Hiri, dengan perlahan namun pasti menyusuri teluk Jailolo. Dengan penuh tatapan yang diam membisu, pulau kecil di bibir teluk Jailolo, pulau Bubua menjadi tanda masuknya kapal tersebut di wilayah teluk Jailolo. Sekitar pukul 16:00 WIT, kapal tersebut mulai merapat di pelabuhan Jailolo. Pada waktu yang bersamaan, ada sebagian dibo-dibo yang pada waktu itu tidak ke Ternate, karena mereka harus mencari bahan-bahan, baik yang dipesan dariternate atau yang tidak. Dengan menyusuri rumah-rumah masyarakat atau juga ke kebun masyarakat. Terlihat mereka mulai melakukan penawaran dengan penduduk setempat. Waktu itu, terlihat dirinya masuk pada salah satu rumah. Dengan bahasa Sahu, dirinya mulai menghampiri tuan rumah. Dengan ramah pula seorang ibu yang di wajahnya mulai tergores guratan ketuaan. Terjadilah penawaran yang biasanya dilakukan oleh seorang dibo-dibo. Akhirnya kesepakatan itu terjadi. Dibo-dibo yang kala itu membawa gerobak dan ada beberapa anak laki-lakinya, mulai memanjat pohon nangka, diambillah nangka yang masih muda (belum matang). 41

4 Komunitas Dibo-dibo (Studi tentang Aktivitas Sosio-Ekonomi Komunitas Dibo-dibo di Sahu Kabupaten Halmahera Barat) Tidak berhenti di situ saja, dibo-dibo ini menemui beberapa orang yang berprofesi sama, akan tetapi hanya bergerak di kampong mereka sendiri, karena tidak memiliki jaringan di Ternate. Mereka telah menyiapkan bahan-bahan hasil kebun di dalam karung untuk kemudian tinggal diangkut. Sore itu, di rumahnya dipenuhi oleh barang-barang yang sudah di-packing dan siap untuk diangkut ke Ternate. Tak lupa juga dirinya untuk menghubungi temannya yang ada di Ternate. Terjadi dialog, yang sepengetahuan penulis memakai bahasa Ternate. Lebih sibuk lagi kalau musim buah. Mobil pickup selalu bolak balik pelabuhan untuk melakukan bongkar muat. Karena muatan yang sangat banyak sekali. Seperti pada bulan Juli tahun 2010, duren yang buahnya merata pada daratan Sahu. Setiap rumah selalu memiliki duren. Karena begitu banyaknya buah duren, harga yang ditawari oleh dibo-dibo juga rendah. Berkisar Rp ,- sampai Rp ,-. Harganya bergantung pada kualitas buah itu sendiri. Tidak hanya duren, akan tetapi bersamaan dengan itu pula musim panen rambutan dan langsat. Pada musim buah ini, tingkat kesibukan mereka (dibo- dibo) sangat tinggi. Dalam kondisi ini, mereka telah memesan orang-orang tertentu untuk melakukan penawaran dengan pemilik kebun dan atau dengan masyarakat untuk memperoleh harga yang murah. Karena bawaan utama mereka adalah duren, rambutan dan langsat. Akan tetapi mereka juga tidak melupakan bahan-bahan penghasil kebun dan juga rempah-rempah. Pada akhir bulan, ada beberapa dari mereka yang datang ke Bank BRI untuk menyetor tabungan. Kisaran setoran tabungan mereka adalah Rp ,- sampai Rp ,-. Dari sumber yang diketahui bahwa penghasilan mereka dalam sebulan sangat fariatif, sangat bergantung pada musim. Artinya jika musim buah, maka penghasilan mereka juga naik. Jika tidak, maka sangat bergantung pada pola manajemen keluarga. Karena jika tidak dikelola dengan baik, maka pada akhir bulan tidak sempat untuk ditabung. Kisaran 42

5 Komunitas Dibo-dibo: Menelusuri Aktivitas Sosio-Ekonomi penghasilan mereka dari Rp ,-, sampai Rp ,-. Bergantung pada manajemen pribadi artinya bahwa tergangung pada tingkat pengelolaan pemenuhan kebutuhan keluarga. Artinya bahwa karena pemasukan yang mereka terima 3 kali dalam seminggu, maka jika dikelola, akan ada sisanya untuk ditabung, tetapi jika tidak, maka akan habis dalam sebulan. Apalagi dengan harga barang yang cukup tinggi pula dalam konteks perekonomian di Ternate maupun di Kab. Halmahera Barat. Aktivitas Sosial Komunitas Dibo-dibo Berangkat dari rutinitas seorang dibo-dibo di atas, pada sub bab ini akan dijabarkan tentang aktivitas sosial komunitas dibo-dibo, yang di dalamnya akan menjabarkan tentang motivasi, trust, komunikasi dan relasi sosial dalam komunitas serta sanksi dan pemberlakuannya di antara sesama anggota komunitas. Motivasi utama mereka dalam komunitas adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup masing-masing keluarga. Karena komunitas ini sangat terkait dengan profesi dan minat mereka terhadap praktek jual-beli barang. Aktivitas yang mereka jalani selama ini merupakan gambaran utama dari motivasi dasar mereka untuk bergabung dengan komunitas dibo-dibo. Selain motivasi ekonomis, mereka juga memperoleh keuntungan sosial, yakni terjalinnya relasi yang baik di antara sesama dibo-dibo. Relasi yang terbangun tersebut didasarkan pada persamaan tujuan dri sesama anggota. Yang kemudian bermuara pada hubungan yang akrab dalam anggota komunitas. Salah satu keuntungan sosial, yang bagi kebanyakan anggota adalah mereka tidak terasing ketika sampai ke Ternate, karena ada keluarga-keluarga (jaringan di Ternate) yang bisa menyambut mereka dengan hangat dan ramah. Keuntungan semacam ini merupakan modal utama mereka dalam menjaga keakraban di antara sesama dibo-dibo. 43

6 Komunitas Dibo-dibo (Studi tentang Aktivitas Sosio-Ekonomi Komunitas Dibo-dibo di Sahu Kabupaten Halmahera Barat) Dalam kaitannya dengan trust, masing-masing menjaganya dengan melakukan apa yang telah disepakati oleh sesama mereka. Kepercayaan yang mereka pahami adalah saling memahami dan selalu berbuat apa yang telah disepakati bersama. Adapun pola trust yang terbangun pada jaringan mereka adalah sebagai berikut: 44 Gambar 4.1. Pola Trust Komunitas Dibo-dibo Dengan pola di atas, dapat dilihat bahwa kesusuaian tindakan dan kejujuran dalam relasi adalah hal mendasar yang melandasi order hasil kebun dalam sesama jaringan, yang kemudian berimplikasi pada pembagian keuntungan penjualan. Seorang dibodibo yang berasal dari Sahu akan membawa hasil kebun di Ternate, yang kemudian dijual oleh jaringan mereka di Ternate. Terkadang mereka tidak langsung memperoleh keuntungan dari barang bawaan mereka, karena harus menunggu hasil penjualan di Ternate. Dasar kepercayaan mereka ini adalah persamaan tujuan, yang membungkus seluruh aktivitas mereka. Oleh karena itu ada trust yang dalam di antara mereka. Tidak ada rasa khawatir ditipu atau dimanipulasi oleh sesama mereka, karena dari pola di atas diketahui bahwa pembagian keuntungan pun dilakukan dengan mempertimbangkan trust di antara sesama dibo-dibo.

7 Komunitas Dibo-dibo: Menelusuri Aktivitas Sosio-Ekonomi Pola yang mutualis seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1. di atas merupakan ciri khas mereka. Dalam upaya untuk menjaga pola trust di atas, sesama dibo-dibo membangun apa yang mereka sebutkan sebagai kesepakatan dagang. Dalam arti bahwa masing-masing selalu dikondisikan untuk menjalankan apa yang telah disepakati. Masingmasing dibo-dibo akan terus berkomunikasi secara langsung maupun tidak dalam jaringan mereka. Dalam hal ini, masing-masing dibodibo memiliki satu atau dua orang yang menjadi anggota jaringan mereka di Ternate. Dan di antara mereka tidak akan keluar dari jaringan ini. Inilah yang menurut mereka bisa menjaga pola trust di atas. Karena masing-masing sudah dikondisikan untuk tetap konsisten dengan anggota jaringan mereka sendiri. Konsekuensi dari penyelewengan yang terjadi dalam jaringan, maka anggota jaringan tersebut akan keluar dan mencari jaringan yang lain dalam komunitas. Bagi mereka hal ini merupakan prinsip utama dalam jaringan mereka sendiri, karena masing-masing anggota hanya diperbolehkan untuk menerima barang dari sesama jaringan mereka. Keterbukaan di dalam jaringan bisa terjadi dengan kondisi-kondisi tertentu. Kondisi-kondisi tersebut adalah jika barang yang dipesan tidak ada pada sesama jaringan. Itu pun jika jaringan lain mengijinkan untuk diambil oleh pemiliknya. Pola hubungan seperti itulah yang menjadi dasar utama mereka dalam berkomunikasi. Selain unsur trust di atas, komunikasi juga merupakan salah satu elemen yang penting bagi mereka. Komunikasi merupakan hubungan timbal balik antara dua subjek atau lebih. Demikian merupakan hakikat utama dari komunikasi. Jika bersentuhan dengan hakikat tersebut, maka ketika hal tersebut dikaitkan dengan kehidupan keseharian dibo-dibo, akan tergambar satu pola yang kurang lebih tetap. Artinya bahwa pola komunikasi mereka ditopang oleh kultur orang Halmahera. Maksudnya bahwa kecenderungan mereka dalam membangun komunikasi dalam jaringan mereka biasanya menggunakan kultur 45

8 Komunitas Dibo-dibo (Studi tentang Aktivitas Sosio-Ekonomi Komunitas Dibo-dibo di Sahu Kabupaten Halmahera Barat) suku masing-masing. Sebagai contoh bahasa yang mereka pakai. Dalam kelompok yang berhadapan secara langsung dengan masyarakat, mereka lebih cenderung mengenal dengan baik masyarakatnya, terutama bahasa yang digunakan oleh mereka sendiri. Para dibo-dibo dalam kelompok ini lebih cenderung untuk menggunakan bahasa local setempat. Jika berhadapan dengan masyarakat suku Sahu, maka mereka akan lebih cenderung untuk menggunakan bahasa Sahu. Begitu juga ketika mereka berhadapan dengan jaringan yang ada di Ternate, mereka juga lebih cenderung untuk menggunakan bahasa Ternate. Selain bahasa, kultur juga mereka kenal dengan baik. Sebagai contoh ketika berhadapan dengan orang Sahu, mereka lebih cenderung melakukan penawaran di kebun, daripada di rumah. Hal ini karena kondisi di kebun dan di rumah lain. Di kebun, orang Sahu lebih cenderung tidak memiliki pilihan harga, karena mereka dari hari senin hingga Sabtu berada di kebun dan tidak mengetahui fluktuasi harga barang yang terjadi di kampung. Akibatnya, para dibo-dibo bisa memperoleh harga beli yang sangat rendah. Di samping itu pula, mereka juga menggunakan kedekatan hubungan kekerabatan dalam menawarkan barang. Kebanyakan dibodibo yang berhadapan langsung dengan masyarakat adalah mereka menggunakan pola hubungan kekerabatan. Dari sumber wawancara dengan nara sumber, diketahui bahwa mereka lebih mudah untuk membeli pada keluarga sendiri ketimbang orang lain. Karena tidak semua barang langsung dibayar pada saat itu. Pola komunikasi ini menandakan bahwa faktor utama mereka adalah persoalan kultur yang menopang setiap komunikasi yang terjadi pada setiap jaringan. Ketertutupan yang terjadi pada kelompok kedua (pola kedua pada bahasa di atas), diakibatkan oleh determinasi budaya, yang mana mereka tidak terlalu mengenal orang Sahu, yang merupakan sumber modal stok barang yang akan dibawa ke Ternate. Hal terkahir dalam mengkaji karekter sosial dari komunitas ini adalah sanksi. Terkait dengan sanksi, dalam komunitas ini tidak diberlakukan aturan atau sanksi yang sifatnya tertulis. Sanksi tersebut 46

9 Komunitas Dibo-dibo: Menelusuri Aktivitas Sosio-Ekonomi disepakati secara lisan. Karena sanksi tersebut juga muncul sebagai konsekuensi dari aturan main yang disepakati secara lisan juga. Adapun aturan main mereka dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 4.2. Alur Tanggung Jawab dalam Jaringan Dibo- dibo Dengan gambaran di atas, diketahui bahwa dalam komunitas dibo-dibo memiliki jaringan-jaringan. Dan masing- masing jaringan memiliki tanggung jawab yang sama, yakni jaringan dari Sahu memiliki tanggung jawab untuk membawa hasil kebun dari masyarakat suku Sahu dan jaringan Ternate menerima dan kemudian dijual di pasar Ternate. Tanggung jawab dalam jaringan ini bisa saja berpindah dari satu jaringan ke jaringan yang lain bila jaringan dari Ternate tidak memperoleh barang yang dipesan dari jaringan dibodibo Sahu. Aturan main di atas akan bersifat tetap dan tertutup di sesama jaringan. Jika salah satu anggota dalam jaringan tidak memnuhi kewajibannya secara terus-menerus, maka anggota jaringan bisa membuat hubungan baru, atau bahkan bergabung dengan jaringan lain. Aktivitas Ekonomi Komunitas Dibo-dibo Dalam membahas aktivitas ekonomi, akan diorientasikan pada pembahasan tentang Motivasi Ekonomi, Sumber Daya, Kebutuhan, Resiko Ekonomi, Pertukaran Pengetahuan dan Sumber Daya (modal). 47

10 Komunitas Dibo-dibo (Studi tentang Aktivitas Sosio-Ekonomi Komunitas Dibo-dibo di Sahu Kabupaten Halmahera Barat) Terkait dengan motivasi ekonomi, disadari bahwa komunitas ini sangat menguntungkan, terutama jika dikaitkan dengan produktivitas. Bagi mereka bahwa profesi ini sangat memberikan keuntungan bagi pemenuhan kebutuhan keseharian keluarga. Karena itu, persamaan tujuan yang menjadi hakikat dasar dari komunitas ini adalah sama-sama harus memperoleh keuntungan. Dalam kaitannya dengan modal yang dipakai oleh dibodibo, terutama dibo-dibo di Sahu adalah tanah, relasi keluarga dan jaringan serta finansial. Akan tetapi, tidak semua dibo-dibo memiliki semua modal di atas secara bersamaan. Terkait dengan tanah (dalam penelitian ini dimaksudkan untuk kebun sendiri), tidak semua memilikinya. Kebun mereka cenderung kurang dari 1 Ha. Namun begitu, modal ini bukan modal yang sangat penting bagi dibo-dibo. salah satu modal utama selain finansial untuk operasional Jailolo Ternate, adalah hubungan kekerabatan. Sumber daya keluarga merupakan salah satu penopang utama bagi dibo-dibo dari atau yang hidup di wilayah Sahu. Dengan modal anggota keluarga, sudah terjamin bahwa stok bahan hasil kebun akan terus terjaga. Di samping itu pula, modal relasi anggota keluarga akan memampukan dibo-dibo untuk tetap memperoleh hasil kebun dengan harga yang murah. Selain itu pula, ketergantungan ekonomis yang tercipta di antara keluarga akan sangat menguntungkan dibodibo. Karena hasil kebun akan tetap ada dan bisa diperoleh dengan harga yang cukup murah. Selain hubungan kekerabatan, modal mereka adalah jaringan. Dalam mengidentifikasi pola jaringan dibo-dibo di Sahu, akan ditemukan pola yang berbeda-beda. Sangat bergantung pada bagaimana setiap dibo-dibo menjalankan usahanya. Ketika ditemui, diketahui bahwa pola mereka terdiri atas 4 (empat) pola, yang masing-masing memegang peranan yang penting dalam distribusi barang sampai ke tangan konsumen, baik itu di Ternate maupun di tempat yang lain. 48

11 Komunitas Dibo-dibo: Menelusuri Aktivitas Sosio-Ekonomi Pola Pertama. Adalah mereka yang berhadapan langsung dengan masyarakat dalam melakukan penawaran pembelian. Mereka ini cenderung tidak membawa barang ke Ternate. Mereka lebih memilih melakukan aktivitas di kampung sendiri, dan mengumpulkan barang di rumah, yang kemudian diangkut oleh orang-orang tertentu yang telah memesan, atau pun tidak. Kelompok ini biasanya disebut dengan dibo-dibo kampong. Kelompok ini biasanya lebih terbuka. Artinya bahwa mereka lebih cenderung untuk tidak bergantung pada satu orang saja, melainkan siapa saja boleh datang untuk melakukan menawaran dengan mereka. Pola Kedua. Adalah mereka yang memiliki jaringan ke Ternate. Kelompok ini merupakan kelompok yang selalu berhubungan dengan pembeli di Ternate. Biasanya mereka ini menguasai pasar tradisional di Ternate. Kelompok ini biasanya sudah memiliki hubungan yang dekat dengan orang-orang di Ternate. Ciri khas mereka ini adalah selalu bisa menguasai bahasa Ternate, walau cuma sedikit, yang penting bisa berbahasa Ternate. Tiap hari mereka ke Ternate, karena sudah memiliki stok barang yang siap untuk diangkut, karena sudah dijamin oleh jaringan mereka yang masuk dalam kategori pertama di atas. Kelompok ini cenderung tertutup, artinya bahwa mereka kebanyakan hanya berhubungan dengan kelompok pada pola pertama. Jarang sekali mereka berhadapan secara langsung dengan masyarakat. Ketika kembali dari Ternate, bisanya mereka langsung melakukan penawaran ke kelompok pertama di atas dan kemudian siap untuk diangkut ke Pelabuhan malam itu juga, agar besok paginya tidak perlu repot untuk mengurus bongkar muat lagi. Pola Ketiga. Adalah mereka yang lebih cenderung terbuka. Artinya bahwa mereka ini akan langsung melakukan penawaran dengan masyarakat, baik itu di rumah maupun di kebun. Mereka lebih cenderung menjemput barang sendiri dan diangkut ke Pelabuhan. Atau juga mereka mengumpulkan barang-barang yang telah dibeli di rumah dan keesokan diangkut ke Ternate. Kelompok ini biasanya melakukan usaha dalam skala yang tidak terlalu besar. Alasan mereka untuk tidak memakai jaringan pada pola pertama di atas, 49

12 Komunitas Dibo-dibo (Studi tentang Aktivitas Sosio-Ekonomi Komunitas Dibo-dibo di Sahu Kabupaten Halmahera Barat) adalah untuk memotong harga barang. Karena ketika melakukan penawaran langsung ke masyarakat, harga yang mereka dapat bisa lebih murah lagi. Kelompok ini biasanya kelompok yang berasal dari Sahu, dan menguasai daerah setempat. Dalam arti bahwa mereka dengan mudah mengidentifikasi potensi kepemilikan masyarakat. Mereka juga mengenal masyarakat dengan baik, sehingga lebih mudah bagi mereka untuk melakukan penawaran. Di samping itu juga, mereka memiliki hubungan kekerabatan yang luas. Modal inilah yang sering dipakai oleh mereka dalam melakukan penawaran secara langsung dengan masyarakat. Pola Keempat. Adalah kelompok dibo-dibo yang ada di Ternate. Kelompok ini lebih tertutup. Artinya bahwa mereka tidak dengan sembarangan menerima barang dari orang lain. Mereka lebih cenderung untuk mempertahankan hubungan dengan jaringan mereka yang datang dari Jailolo-Sahu. Setiap satu orang memiliki jaringan 1-2 orang dibo-dibo. Jadi kelompok inilah yang berhadapan dengan pedagang pasar tradisional di Ternate. Terkadang juga mereka menjual sendiri barang-barang yang dibawa oleh dibo-dibo dari Jailolo-Sahu. Kelompok ini sebagian besar adalah mereka yang berpenduduk asli Ternate, ada juga dari suku Makean, dan juga sebagian berasal dari suku Bugis-Makasar. Dari keempat pola di atas, dapat dilihat bahwa dibo-dibo di Sahu memiliki jaringan yang sangat kuat dan masing-masing memiliki peran yang penting dalam mendistribusikan barang ke Ternate. Dari keempat pola tersebut juga di atas, juga nampak bahwa ada satu mata rantai pemasok yang jelas dalam jaringan mereka. Jika terjadi pemutusan mata rantai pemasok seperti yang telah digambarkan di atas, maka akan terjadi penumpukan barang pada salah satu daerah, baik di Ternate atau juga di Jailolo-Sahu. Secara keseluruhan, keempat pola di atas dapat digambarkan sebagai berikut : 50

13 Komunitas Dibo-dibo: Menelusuri Aktivitas Sosio-Ekonomi Gambar 4.3. Pola Jaringan Komunitas Dibo-dibo Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa cara yang pertama, sebelum sampai pada jaringan dibo-dibo di Ternate, terjadi dua kali distribusi barang, yakni dari masyarakat suku Sahu, akan didistribusikan oleh dibo-dibo kampong, yang kemudian akan diambil oleh dibo-dibo yang memiliki jaringan di Ternate. Sedangkan cara yang kedua adalah tidak melalui dibo-dibo kampong, tetapi dibo-dibo yang memiliki jaringan di ternate akan berhadapan langsung dengan masyarakat suku Sahu. Berangkat dari pola jaringan, sebagaimana yang telah diuraikan di atas, apakah akan terjadi sharing pengetahuan dan sumber daya di antara mereka? Dengan relasi jaringan yang sering tertutup dalam komunitas ini, apakah ada kesepakatan di antara mereka terkait dengan sharing pengetahuan atau sumber daya? Dalam upaya untuk melihat komunitas ini, sharing pengetahuan dalam pemahaman dibo-dibo adalah sharing informasi terkait dengan info harga pasar, serta permintaan barang dari Ternate. Jadi informasi tersebut bisa saja terjadi sharing antar jaringan, dalam arti bahwa informasi yang terkait dengan kondisi pasar di Ternate akan bisa melampaui batas tanggung jawab antar jaringan. Secara khusus untuk dibo-dibo yang berada di Sahu, mereka lebih cenderung untuk terbuka terhadap informasi ini untuk di-sharing kepada dibo-dibo yang lain (terutama yang berasal dari Sahu). Bagi mereka, kelansungan distribusi di antara sesama dibo-dibo yang berasal dari Sahu merupakan pertimbangan utama dalam membagi informasi tersebut. 51

14 Komunitas Dibo-dibo (Studi tentang Aktivitas Sosio-Ekonomi Komunitas Dibo-dibo di Sahu Kabupaten Halmahera Barat) Informasi lain yang sering dibagikan di antara sesama mereka adalah informasi seputar keberadaan stock hasil kebun. Informasi tersebut biasanya mengenai tempat dan juga siapa yang harus dihubungi (dibo-dibo kampong). Syarat utama dari sharing akan informasi ini adalah relasi yang akrab di antara pemberi dan penerima informasi. Dalam arti bahwa syarat utama dari sharing informasi ini adalah mereka yang sudah sering berkomunikasi secara intens. Dalam kaitannya dengan sharing sumber daya (modal), yang paling sering dilakukan adalah sharing hasil kebun. Secara khusus untuk dibo-dibo yang berasal dari Sahu, tidak jarang sesama mereka sering melakukan sharing hasil kebun yang akan dibawa ke Ternate. Tidak jarang juga, jika pada musim panen buah (seperti duren dan rambutan), mereka sering bergabung untuk mengambil hasil panen masyarakat dalam jumlah yang besar. Karena tempat yang berbeda, sangat memungkinkan terjadinya sharing stok hasil panen tersebut. 52

BAB VI KOMUNITAS DIBO-DIBO SEBAGAI JARINGAN YANG HIDUP

BAB VI KOMUNITAS DIBO-DIBO SEBAGAI JARINGAN YANG HIDUP BAB VI KOMUNITAS DIBO-DIBO SEBAGAI JARINGAN YANG HIDUP Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dijabarkan pada dua bab sebelumnya, dapat diidentifikasi bahwa komunitas karakter sosial dan juga karakter

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Pedoman Wawancara Penelitian

LAMPIRAN. Pedoman Wawancara Penelitian LAMPIRAN Pedoman Wawancara Penelitian A. Aktivitas sosio-ekonomi komunitas dibo-dibo I. Aktivitas Sosial Motivasi Sosial : 1. Apa yang anda harapkan (khususnya relasi) dengan komunitas dibo-dibo? 2. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Studi Tentang Komunitas Studi tentang komunitas merupakan upaya yang tidak dapat dipisahkan dari usaha untuk memaparkan karakteristik dasar dari sebuah komunitas dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitian Penelitian adalah proses mencari sesuatu secara sistematis dalam waktu tertentu dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku. Metode ilmiah

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug terbagi dua yaitu cabai rawit merah yang dijual ke pasar (petani non mitra) dan cabai

Lebih terperinci

BAB V EKSISTENSI KOMUNITAS DIBO-DIBO DALAM MASYARAKAT SUKU SAHU

BAB V EKSISTENSI KOMUNITAS DIBO-DIBO DALAM MASYARAKAT SUKU SAHU BAB V EKSISTENSI KOMUNITAS DIBO-DIBO DALAM MASYARAKAT SUKU SAHU Pengantar Sebagaimana dalam pembahasan pada bab sebelumnya bahwa dalam menjalankan usahanya, mereka (dibo-dibo) tidak hidup dalam konteks

Lebih terperinci

I. PENDAHULUHAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUHAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUHAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian tidak bisa dilepaskan dari adanya para pemilik modal. Mereka ikut serta dalam persaingan pasar pertanian untuk mencari hasil-hasil pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia yang berbentuk kepulauan dengan daerah yang luas, dibutuhkan adanya suatu angkutan yang efektif dalam arti aman, murah dan nyaman. Setiap

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 50 5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Pelabuhan Perikanan, termasuk Pangkalan Pendaratan Ikan (PP/PPI) dibangun untuk mengakomodir berbagai kegiatan para

Lebih terperinci

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 56 5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 5.1 Bentuk Keterlibatan Tengkulak Bentuk-bentuk keterlibatan tengkulak merupakan cara atau metode yang dilakukan oleh tengkulak untuk melibatkan

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT. bekerja. Dampak dari masalah work family conflict yang berasa dari faktor

BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT. bekerja. Dampak dari masalah work family conflict yang berasa dari faktor BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT 6.1 Pendahuluan Fenomena work-family conflict ini juga semakin menarik untuk diteliti mengingat banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan, baik terhadap wanita dan

Lebih terperinci

Waktu yang dihabiskan kapal selama berada di pelabuhan akan sangat berpengaruh terhadap pengoperasian kapal tersebut. Semakin lama kapal berada di

Waktu yang dihabiskan kapal selama berada di pelabuhan akan sangat berpengaruh terhadap pengoperasian kapal tersebut. Semakin lama kapal berada di BAB I PENDAHULUAN Perdagangan internasional merupakan salah satu sektor ekonomi yang mempunyai peranan dalam menunjang pembangunan Indonesia. Transaksi antar negara-negara di dunia akan menciptakan kerjasama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak penduduk dengan berbagai macam ragam mata pencaharian. Dimana mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk dapat memperoleh taraf hidup

Lebih terperinci

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA 6.1. Lembaga Tataniaga Nenas yang berasal dari Desa Paya Besar dipasarkan ke pasar lokal (Kota Palembang) dan ke pasar luar kota (Pasar Induk Kramat Jati). Tataniaga nenas

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

AgroinovasI. Badan Litbang Pertanian. Edisi Desember 2011 No.3436 Tahun XLII

AgroinovasI. Badan Litbang Pertanian. Edisi Desember 2011 No.3436 Tahun XLII Dusun Subak Berbasis Social-Industry of Agriculture Meningkatkan Potensi Pertanian Bali dan Kesejahteraan Para Abdi Bumi Melalui Dusun Subak Berbasis Social-Industry of Agriculture Indonesia adalah salah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan 66 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan dan kebutuhan prasarana dan sarana transportasi perkotaan di empat kelurahan di wilayah

Lebih terperinci

Laki-laki Papua dan partisipasi dalam pengasuhan anak

Laki-laki Papua dan partisipasi dalam pengasuhan anak Laki-laki Papua dan partisipasi dalam pengasuhan anak Oleh: Rini Hanifa* Ada apa dengan perempuan? Berbicara mengenai gender in value chain dapat dimulai dengan mengajukan pertanyaan Ada apa dengan perempuan?,

Lebih terperinci

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN 78 7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN 7.1 Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah terkait sistem bagi hasil nelayan dan pelelangan Menurut

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. kelompok tani yang ada dan akan kembali lagi untuk petani maka akan banyak

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. kelompok tani yang ada dan akan kembali lagi untuk petani maka akan banyak V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Kelompok Tani Kelompok tani merupakan salah satu lembaga yang terbentuk dalam masyarakat yang mayoritas melakukan budidaya pertanian. Kelompok tani terbentuk karena

Lebih terperinci

AZAN PERTAMA DENDY. (Penulis : IDM)

AZAN PERTAMA DENDY. (Penulis : IDM) AZAN PERTAMA DENDY (Penulis : IDM) Jam menunjukkan pukul 10.30, suasana ruang kelas dua SD Negeri Watambo menjadi ramai. Setiap anak saling mendahului untuk keluar dari kelas. Ibu guru wali kelas dua hanya

Lebih terperinci

hijau tuanya, jam tangannya dan topinya. Ia sempat melihat Widya masih sedang membuat sarapan di dapur dekat kamar mandi. Dan pada saat kembali ke

hijau tuanya, jam tangannya dan topinya. Ia sempat melihat Widya masih sedang membuat sarapan di dapur dekat kamar mandi. Dan pada saat kembali ke Di kamar Widya, Ricky dan Widya sedang menonton suatu anime. Pada saat anime itu memasukki adegan mesra, Widya langsung memegang tangan Ricky. Lalu Widya berkata bahwa Widya mencintai Ricky, begitu juga

Lebih terperinci

BAB. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Kecamatan Ambarawa Kecamatan Bandungan Kecamatan Sumowono 4824 ha. Sumowono. Bawen. Bergas.

BAB. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Kecamatan Ambarawa Kecamatan Bandungan Kecamatan Sumowono 4824 ha. Sumowono. Bawen. Bergas. BAB. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Secara administratif Kabupaten Semarang terbagi menjadi 19 Kecamatan, 27 Kelurahan dan 208 desa. Batas-batas Kabupaten Semarang adalah

Lebih terperinci

Pengalaman Penelitian dan Penulisan Hasil

Pengalaman Penelitian dan Penulisan Hasil Bab Tiga Pengalaman Penelitian dan Penulisan Hasil Pengalaman saat Penelitian Pada awal bulan Agustus 2013, peneliti datang ke Pasar Remu melakukan pengamatan untuk mengenal lokasi penelitian. Pengamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauaan terbesar di dunia yang terdiri atas 17.499 pulau dan memiliki garis pantai sekitar 81.000 km. Berdasarkan kondisi geografis Indonesia

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

BAB VIII ANALISIS KOMUNITAS PEMULUNG

BAB VIII ANALISIS KOMUNITAS PEMULUNG 103 BAB VIII ANALISIS KOMUNITAS PEMULUNG 8.1 Keberadaan Pemulung Keberadaan pemulung yang menempati daerah pinggiran perkotaan maupun pusat perkotaan menjadi suatu fenomena sosial yang tidak dapat dihindari.

Lebih terperinci

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu?

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu? Lampiran 1 Kerangka Wawancara Anamnesa Dimensi Cohesion Separateness/Togetherness 1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama

Lebih terperinci

BAB VI SISTEM LANGGAN DAN PERUBAHANNYA

BAB VI SISTEM LANGGAN DAN PERUBAHANNYA BAB VI SISTEM LANGGAN DAN PERUBAHANNYA 6.1. Mekanisme Sistem Di Desa Muara-Binuangeun Proses kerjasama antara nelayan dengan ditandai dengan adanya serangkaian mekanisme yang terstruktur yang dimulai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada pertumbuhan tanaman, hewan, dan ikan. Pertanian juga berarti kegiatan pemanfaatan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang ada sekarang ini telah memungkinkan pengembangan produk baru bisa berlangsung dengan cepat. Kompetisi di pasar menjadi sangat ketat dan

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG

BAB III PRAKTEK TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG BAB III PRAKTEK TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG A. Gambaran Umum tentang Lokasi Penelitian Pasar Ikan di Kec. Ketapang ini merupakan salah satu pasar yang berada di wilayah

Lebih terperinci

Kunjungan Ke Batam. Tentang Batam Batam dihubungkan dengan pulau-pulau Repang dan Galang, luas

Kunjungan Ke Batam. Tentang Batam Batam dihubungkan dengan pulau-pulau Repang dan Galang, luas Kunjungan Ke Batam Tentang Batam Batam dihubungkan dengan pulau-pulau Repang dan Galang, luas tanahnya 415 kilometer persegi dan sekarang penduduk di sana kira-kira sejuta orang. Orang-orang di sana memakai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transaksi penjualan tiap gerai senilai Rp ,00 per hari, maka perputaran

BAB I PENDAHULUAN. transaksi penjualan tiap gerai senilai Rp ,00 per hari, maka perputaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pujasera adalah sebuah tempat makan yang terdiri dari gerai-gerai (counters) makanan yang menawarkan aneka menu makanan dan minuman yang variatif. Pujasera Enam Belas

Lebih terperinci

6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE pelelangan ikan adalah kemampuan atau keahlian yang dimiliki baik secara teknis atau secara pemahaman dari pengelola pelelangan dalam menyelenggarakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Manusia pada hakikatnya adalah sebagai mahluk individu sekaligus mahluk sosial. Manusia sebagai mahluk sosial dimana manusia itu sendiri memerlukan interaksi

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO Pemasaran adalah suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Kelompok

Lebih terperinci

Sepenggal kalimat Jania Hasan, seorang

Sepenggal kalimat Jania Hasan, seorang Pala, Penjaga Hutan Patani Oleh: Amalya Reza (FWI) Jania Hasan sedang toki pala atau mengupas biji pala dari kulitnya. Tong hidup dari ini toh, pala ini. Kalau tong tara punya beras, tinggal bawa tong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa yang sesuai dengan selera konsumen. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa yang sesuai dengan selera konsumen. Pada era 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya pendirian suatu perusahaan bertujuan untuk menghasilkan barang dan jasa yang sesuai dengan selera konsumen. Pada era globalisasi ini, persaingan antar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 220, 2015 KEUANGAN. PPN. Jasa Kepelabuhanan. Perusahaan Angkutan Laut. Luar Negeri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5742). PERATURAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Usaha Baju Sisa Import Awul-awul Berkembangnya gaya fashion di negara kita, memang tidak dapat dihindari lagi. Dari model terkenal, artis ibukota hingga

Lebih terperinci

kotor kuat kusut lagi

kotor kuat kusut lagi kotor (a) tidak bersih Baju Ali menjadi kotor setelah bermain di kawasan berlumpur itu unsur negatif, tidak baik Kanak-kanak itu bercakap dengan menggunakan bahasa yang kotor kuat (a) bertenaga Walaupun

Lebih terperinci

Pada acara penyambutan tersebut Prof. Yo juga diperkenalkan dengan staf-staf di jajaran pemerintahan Kabupaten Tolikara.

Pada acara penyambutan tersebut Prof. Yo juga diperkenalkan dengan staf-staf di jajaran pemerintahan Kabupaten Tolikara. Road Show ke Papua Pada tanggal 8 Februari 2009 Tim Surya Institute dan Prof. Yohanes Surya (Prof. Yo) berangkat roadshow ke Papua atas undangan WVI (Wahana Visi Indonesia). Tiba di Jayapura senin 9 Februari

Lebih terperinci

BAB IV DISKUSI TEORITIK

BAB IV DISKUSI TEORITIK BAB IV DISKUSI TEORITIK Teori yang digunakan dalam analisa ini bermaksud untuk memahami apakah yang menjadi alasan para buruh petani garam luar Kecamatan Pakalmelakukan migrasi ke Kecamatan Pakal, Kota

Lebih terperinci

Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer?

Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer? Wawancara I Pertanyaan no. 1 Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer? Jb. belum ada cara untuk mengatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan maupun di pedesaan. Eksisnya pasar tradisional di tengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan maupun di pedesaan. Eksisnya pasar tradisional di tengah-tengah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar tradisional merupakan salah satu institusi ekonomi yang penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini terlihat dari tetap eksisnya pasar tradisional baik di perkotaan

Lebih terperinci

Mitos Hujan Ikan dan Ibu Kota yang Senyap

Mitos Hujan Ikan dan Ibu Kota yang Senyap DIMAS WAHYU Mitos Hujan Ikan dan Ibu Kota yang Senyap Kompas.com - 16/07/2017, 09:13 WIB Tim Terios 7-Wonders mencari tahu mitos hujan cakalang di Ternate, Maluku Utara. Ikan-ikan berjatuhan di kapal setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirubah yakni dari ikan yang dijual sendiri-sendiri menjadi ikan dijual secara lelang

BAB I PENDAHULUAN. dirubah yakni dari ikan yang dijual sendiri-sendiri menjadi ikan dijual secara lelang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara tradisional setelah nelayan memperoleh hasil ikan tangkapan, mereka lalu mencoba menjual sendiri kepada konsumen setempat melalui cara barter atau dengan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung sumber daya ikan yang sangat banyak dari segi keanekaragaman jenisnya dan sangat tinggi dari

Lebih terperinci

Baru dapat 1,5 kilogram kotor, kata Tarsin dalam bahasa Jawa, akhir Maret lalu.

Baru dapat 1,5 kilogram kotor, kata Tarsin dalam bahasa Jawa, akhir Maret lalu. Tarsin (70) kelelahan. Matanya menatap lesu. Memegang ember berisi lhem, atau sisa tetes getah karet alam, ia duduk di bawah pohon karet di area perkebunan PT Perkebunan Nusantara XIX di Sedandang, Pageruyung,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Modal sosial memiliki peran penting dalam perkembangan industri. Bangsal. Dalam perkembanganya norma, kepercayaan, resiprositas dan

BAB V PENUTUP. 1. Modal sosial memiliki peran penting dalam perkembangan industri. Bangsal. Dalam perkembanganya norma, kepercayaan, resiprositas dan BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Dari analisis data pada bab sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Modal sosial memiliki peran penting dalam perkembangan industri batu bata, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap perkembangan yang harus dilewati. Perkembangan tersebut dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan dua pertiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi

Lebih terperinci

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24 Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/2014 11:41:24 2 Buku BI 3 (12 des).indd 2 16/12/2014 11:41:25 Bintang berkunjung ke rumah Tante Menik, adik ibunya. Tante Menik seorang wartawati. Rumah Tante Menik kecil,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan perundang-undangan yang menyangkut perkarantinaan ikan, sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera yang mengalami eksploitasi besar-besaran oleh pihak swasta terutama

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera yang mengalami eksploitasi besar-besaran oleh pihak swasta terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa kolonial Sumatera Timur merupakan wilayah di Pulau Sumatera yang mengalami eksploitasi besar-besaran oleh pihak swasta terutama dalam pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili

Lebih terperinci

Berkas Pedoman untuk Penyedia Kamar Inap

Berkas Pedoman untuk Penyedia Kamar Inap Berkas Pedoman untuk Penyedia Kamar Inap. Instruksi umum Room-Agent..................... 2. Kedatangan..................... 5. Selama menghuni..................... 6. Keberangkatan....................7-8

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tabungan untuk keperluan di masa depan. Jumlah populasi kerbau pada Tahun

I PENDAHULUAN. tabungan untuk keperluan di masa depan. Jumlah populasi kerbau pada Tahun I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerbau merupakan salah satu ternak yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Kerbau sangat bermanfaat bagi petani di Indonesia yaitu sebagai tenaga kerja untuk

Lebih terperinci

DIBAWAH TEGAKKAN TREMBESI

DIBAWAH TEGAKKAN TREMBESI PLOT 1 DIBAWAH TEGAKKAN TREMBESI Sore selepas hujan, terdiam cokelat yang berteduh di bawah pohon, merenungi hamparan luas alam yang ditemani bias sinar matahari senja, melukis langit menjadi orange dengan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketimpangan kesejahteraan antar kelompok masyarakat dan wilayah. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang terkenal akan keanearagaman budaya yang dimiliki setiap suku bangsa yang mendiami wilayahnya. Kemajemukan Indonesia tercermin

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1 Definisi hutan rakyat Definisi Hutan rakyat dapat berbeda-beda tergantung batasan yang diberikan. Hutan rakyat menurut Undang-undang No. 41 tahun 1999

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Existensi proyek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Existensi proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Existensi proyek Provinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu propinsi yang memiliki keistimewaan. Dikatakan istimewa, karena kota ini adalah salah satu dari beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini terbagi atas empat sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai komunikasi sebagai media pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Sub bab kedua membahas mengenai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Christmas Gift 5. Helai Daun Terakhir 17. Houi Dan Chana 27. Issun Boushi 35. Ikkyuu-San 85. Lukisan Sang Putri 61.

DAFTAR ISI. Christmas Gift 5. Helai Daun Terakhir 17. Houi Dan Chana 27. Issun Boushi 35. Ikkyuu-San 85. Lukisan Sang Putri 61. DAFTAR ISI Christmas Gift 5 Helai Daun Terakhir 17 Houi Dan Chana 27 Issun Boushi 35 Ikkyuu-San 45 Lukisan Sang Putri 61 Momotaro 68 Saudagar Jerami 76 Ikkyuu-San 85 Gongitsune 95 Christmas Gift The Gift

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. relasi antar individu yang kompleks Selain para penjual dan pembeli yang

BAB I PENDAHULUAN. relasi antar individu yang kompleks Selain para penjual dan pembeli yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli dengan semua peran, status yang disandangnya serta kepentingan menciptakan relasi antar individu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Modal Sosial Konsep modal sosial menawarkan betapa pentingnya suatu hubungan. Dengan membagun suatu hubungan satu sama lain, dan memeliharanya agar terjalin terus, setiap individu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melihat tentang penguatan modal sosial untuk pengembangan mafkah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melihat tentang penguatan modal sosial untuk pengembangan mafkah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan berhubungan dengan modal sosial antara lain, penelitian yang dilakukan oleh Slamet Widodo (2012) yang melihat tentang penguatan modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini adalah penelitian mengenai eksistensi buruh Batak

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini adalah penelitian mengenai eksistensi buruh Batak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini adalah penelitian mengenai eksistensi buruh Batak dalam kegiatan bongkar muat barang di Pelabuhan Belawan Medan. Selain mempelajari kegiatan bongkar

Lebih terperinci

dengan penuh hormat. rumah. mata.

dengan penuh hormat. rumah. mata. Kegiatan Norma-norma di Masyarakat Perhatikan cerita berikut baik-baik. Alin dan Keluarganya Alin sekarang duduk di kelas III. Ia tinggal bersama kedua orangtuanya. Keluarga Alin hidup dengan disiplin.

Lebih terperinci

Per jalanan Masa Depan

Per jalanan Masa Depan Bagian 1 Per jalanan Masa Depan 15 Juni 1998 di Bandara Polonia, Medan Suasana tampak lengang dan bersahabat. Tidak banyak penumpang yang lalu-lalang di ruang tunggu yang cukup luas itu. Waktu menunjukkan

Lebih terperinci

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN 5. Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB Proses sosialisasi nilai kerja pertanian dilihat dari pernah tidaknya

Lebih terperinci

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK Analisis pengendalian persediaan dilakukan hanya pada ani Sejahtera Farm karena ani Sejahtera Farm menjadi inti atau fokus analisis dalam rantai pasok beras organik.

Lebih terperinci

SINOPSIS. Universitas Darma Persada

SINOPSIS. Universitas Darma Persada SINOPSIS Watanabe Toru adalah seorang pria berusia 37 tahun yang sedang menaiki pesawat Boeing 737 menuju ke bandara Hamburg, Jerman. Sesampainya di bandara, dia mendengar suara lantunan instrumentalia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari sistem tanam paksa (cultuurstelsel) pada tahun 1830-an.

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari sistem tanam paksa (cultuurstelsel) pada tahun 1830-an. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi jenis Arabika masuk ke Jawa dari Malabar pada tahun 1699 dibawa oleh kapitalisme Belanda perkembangannya sangat pesat dan hal ini tidak bisa dilepaskan dari sistem

Lebih terperinci

6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 67 6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 6.1 Efisiensi Teknis Pendaratan Hasil Tangkapan Proses penting yang perlu diperhatikan setelah ikan ditangkap adalah proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur

Lebih terperinci

DAFTAR WAWANCARA. Daftar pertanyaan wawancara untuk pemilik usaha Family Doorsmeer. 1. Apa promosi yang dilakukan Family Doorsmeer?

DAFTAR WAWANCARA. Daftar pertanyaan wawancara untuk pemilik usaha Family Doorsmeer. 1. Apa promosi yang dilakukan Family Doorsmeer? 78 Lampiran 1 DAFTAR WAWANCARA I. Karakteristik Seorang Informan a. Nama : b. Jenis kelamin : c. Umur : d. Pekerjaan : II. Daftar pertanyaan wawancara untuk pemilik usaha Family Doorsmeer 1. Apa promosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada sebuah organisasi pelayanan jasa baik profit dan nonprofit, faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada sebuah organisasi pelayanan jasa baik profit dan nonprofit, faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada sebuah organisasi pelayanan jasa baik profit dan nonprofit, faktor yang paling utama adalah sumber daya manusia, hal ini disebabkan karena sumber daya manusialah

Lebih terperinci

VII KESIMPULAN DAN SARAN

VII KESIMPULAN DAN SARAN VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka berikut ini penulis akan menyajikan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1) Hasil analisis kinerja keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah provinsi kepulauan dengan ciri khas sekumpulan gugusan pulau-pulau kecil di bagian timur wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan komunikasi non verbal adalah bentuk komunikasi yang disampaikan. melalui isyarat, simbol, tanpa menggunakan kata-kata.

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan komunikasi non verbal adalah bentuk komunikasi yang disampaikan. melalui isyarat, simbol, tanpa menggunakan kata-kata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan kebutuhan sehari-hari bagi seluruh umat manusia. Tiada hari tanpa berkomunikasi. Karena pada dasarnya manusia membutuhkan orang lain untuk bertahan

Lebih terperinci

BAB II RINGKASAN CERITA. sakit dan mengantarkan adik-adiknya ke sekolah. Karena sejak kecil Lina

BAB II RINGKASAN CERITA. sakit dan mengantarkan adik-adiknya ke sekolah. Karena sejak kecil Lina BAB II RINGKASAN CERITA Ada dua kewajiban yang paling di benci Lara yang harus di lakukannya setiap pagi. Lara harus mengemudi mobil ayahnya yang besar dan tua ke rumah sakit dan mengantarkan adik-adiknya

Lebih terperinci

LAMPIRAN MODAL SOSIAL KOMUNITAS BURUH PENGEPUL TANDAN BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT DI DAERAH TRANSMIGRASI

LAMPIRAN MODAL SOSIAL KOMUNITAS BURUH PENGEPUL TANDAN BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT DI DAERAH TRANSMIGRASI LAMPIRAN 1. INTERVIEW GUIDE MODAL SOSIAL KOMUNITAS BURUH PENGEPUL TANDAN BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT DI DAERAH TRANSMIGRASI (Studi Deskriptif Pada Buruh Pengepul Kelapa Sawit di Desa Ramin Blok C Kecamatan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS BAB 4 HASIL DAN ANALISIS 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Toko Besi Pintanto Hadi beralamat di jalan Anggrek nomer 3 sebelah Kantor Pos Bangsri. Toko Besi Pintanto Hadi ini diolah oleh pasangan suami istri

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO 38 BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO A. Kondisi umum masyarakat nelayan ( kondisi geografis ) 1. Keadaan

Lebih terperinci

PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BUAT PEGAWAI NEGERI SIPIL. Pasal 1.

PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BUAT PEGAWAI NEGERI SIPIL. Pasal 1. - 5 - Lampiran Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1950. PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BUAT PEGAWAI NEGERI SIPIL. Pasal 1. Aturan umum. 1. Biaya perjalanan dinas dibayar oleh Negeri dengan cara

Lebih terperinci

bahasa indonesia Kelas X MEMPRODUKSI DAN MENGANALISIS TEKS NEGOSIASI K-13 SEMESTER 2, KELAS X SMA/MA/SMK/MAK KURIKULUM 2013

bahasa indonesia Kelas X MEMPRODUKSI DAN MENGANALISIS TEKS NEGOSIASI K-13 SEMESTER 2, KELAS X SMA/MA/SMK/MAK KURIKULUM 2013 K-13 Kelas X bahasa indonesia MEMPRODUKSI DAN MENGANALISIS TEKS NEGOSIASI SEMESTER 2, KELAS X SMA/MA/SMK/MAK KURIKULUM 2013 Standar Kompetensi 13. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PEMICUAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMICUAN PETUNJUK e PRAKTIS PEMICUAN PENGANTAR PERTEMUAN Perkenalkan Tim Pemicu Sampaikan tujuan kedatangan Tim: Untuk belajar tentang kebiasaan masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan. Tim akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dapat menetap dalam jangka waktu lama. Setiap lingkungan tempat tinggal

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dapat menetap dalam jangka waktu lama. Setiap lingkungan tempat tinggal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu menginginkan lingkungan tempat tinggal yang memungkinkan dirinya dapat menetap dalam jangka waktu lama. Setiap lingkungan tempat tinggal diharapkan

Lebih terperinci

Apa saja surat surat yang bapak miliki untuk bisa berjualan? Kios yang saya sewa saat ini bertempat di pasar tapiv Binjai, Blok F nomor 68.

Apa saja surat surat yang bapak miliki untuk bisa berjualan? Kios yang saya sewa saat ini bertempat di pasar tapiv Binjai, Blok F nomor 68. Daftar Pertanyaan Nama lengkap = Imanto Hadi Kesuma Pendidikan Terkahir = SMA Bagaimana awal mula bapak memulai usaha ini? Saya sebelumnya bekerja kepada bos (pemasok ayam sekarang) selama 12 tahun sebelum

Lebih terperinci

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi) KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi) TUGAS AKHIR Oleh: SYAMSUDDIN L2D 301 517 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian masih menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang mampu diserap dari berbagai

Lebih terperinci

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan. 1st Spring Hujan lagi. Padahal ini hari Minggu dan tak ada yang berharap kalau hari ini akan hujan. Memang tidak besar, tapi cukup untuk membuat seluruh pakaianku basah. Aku baru saja keluar dari supermarket

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada Proses peralihan kepemilikan lahan kosong terjadi sejak akhir 2004 dan selesai pada tahun 2005, dan sejak

Lebih terperinci