BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGAMATAN PERILAKU"

Transkripsi

1 BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili pola perilaku masyarakat merupakan faktor penting dalam perancangan. Hasil pengamatan ini dijadikan dasar dalam menentukan rancangan yang sesuai dengan perilaku pengguna dan mampu memberikan kontribusi positif kepada kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan. Ruang publik yang diamati dibedakan menjadi dua tipe. Tipe pertama, ruang publik yang memiliki tingkat privatisasi tinggi dan biasanya berdampingan dengan fasilitas komersial atau rekreasi. Ruang publik yang dianggap termasuk tipe ini adalah Cihampelas Walk Bandung. Tipe kedua, ruang publik dengan tingkat privatisasi rendah dan biasa digunakan sebagai sarana rekreasi, olah raga, pasar kaget, serta taman yang bebas digunakan setiap waktu oleh masyarakat. Ruang publik yang dijadikan sebagai obyek pengamatan adalah taman Tegalega/monumen perjuangan Bandung. Kedua ruang publik tersebut dipilih karena ruangnya yang hidup oleh beragam aktivitas, mewadahi bermacam kelompok masyarakat, dan mampu memfasilitasi perilaku penggunanya dengan baik. Hasil pengamatan di kedua ruang publik tersebut dijadikan pedoman dalam mengenali dan menentukan milleu yang mampu menghasilkan pola perilaku tertentu untuk diterapkan di kawasan stasiun kereta api Bandung. Selain itu, pengamatan terhadap pola perilaku yang muncul di ruang publik kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan juga diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam proses perancangan. 96

2 Ruang publik yang muncul diharapkan sesuai dengan kondisi kawasan dan mampu mewadahi perilaku pengguna yang ada (kontekstual). Kehadiran milleu yang mampu mewadahi perilaku pengguna kawasan dengan baik dapat membuat ruang publik menjadi lebih hidup, aman dan nyaman untuk digunakan. Kehadiran ruang publik ini diharapkan mampu menjadi generator dalam meningkatkan kualitas kawasan di sekitar stasiun kereta api Bandung. (Lihat lampiran Cihampelas Walk pada halaman 178 dan taman Tegalega pada halaman 221) 97

3 4.4.1 Kesimpulan dari Hasil Pengamatan Ruang Publik Cihampelas Walk dan Tegalega Ruang terbuka yang mampu mewadahi beragam kegiatan akan lebih ramai dan hidup. Tetapi, hal ini juga memungkinkan timbulnya berbagai macam konflik kegiatan dan dominasi salah satu kelompok pengguna (gangguan terhadap personal space kelompok lain). Penzoningan dalam area diperlukan untuk memberikan tingkat privasi tertentu, sehingga berbagai macam kegiatan dimungkinkan terjadi dalam satu site. Ruang terbuka yang di dalamnya dapat terjadi banyak kegiatan, dapat menarik calon pengguna dari berbagai macam kelompok. Pada ruang publik yang tidak diprivatisasi, aktivitas yang terjadi lebih beragam dibandingkan aktivitas di ruang publik yang diprivatisasi. Pada ruang publik yang diprivatisasi, aktivitas pasif lebih banyak terjadi. Sedangkan aktivitas aktif banyak ditemukan di ruang publik yang tidak diprivatisasi. Kelompok pengguna remaja lebih menyukai ruangruang publik yang memungkinkan terjadinya interaksi aktif dan ramai, sedangkan kelompok pengguna dewasa dan orang tua cenderung menyukai interaksi pasif serta suasana yang relatif tenang. Area masuk site, bila didesain dengan sign (tanda) area komersial yang formal (kuat), cenderung menimbulkan perasaan tidak nyaman bagi beberapa kelompok pengguna (contoh : penempatan area parkir di depan site dan penggunaan pos jaga sebelum memasuki area). Sedangkan bila area masuk didesain secara informal (tanda tidak begitu kuat), akan mampu memberikan rasa nyaman untuk masuk bagi calon pengguna dari berbagai kelompok. Penggunaan elemen vegetasi pada area masuk site dapat mengaburkan kesan formil (simbolis yang kuat). Selain itu, pembatas fisik (elemen vegetasi) site yang transparan juga memberikan keleluasaan untuk mengamati aktivitas yang berlangsung di dalam site. Kondisi ini mengesankan bahwa site bersifat publik sehingga dapat menarik beragam kelompok untuk masuk. 98

4 Aktivitas di ruang publik cenderung lebih hidup bila memiliki akses langsung dan leluasa dengan lingkungan sekitar (hubungan dengan lingkungan sekitar), bangunan dengan skala manusia yang sesuai, hubungan dengan ruang terbuka (alam) yang memadai, serta aktivitas yang diwadahi sesuai dengan konteks lingkungan tempat ruang publik tersebut berada. Orientasi ke keramaian menjadi perhatian utama dalam penggunaan ruang publik oleh setiap kelompok pengguna. Tingkat keramaian yang diinginkan oleh tiap kelompok pengguna berbeda-beda tergantung tingkat usia pengguna. Elemen desain dan ruang yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul, duduk-duduk, dan mengobrol (aktivitas pasif) cenderung mendominasi pada ruang publik yang diprivatisasi. Pada area dengan tingkat privasi tinggi, elemen yang didesain untuk kegiatan spesifik (contoh : tempat duduk) cenderung digunakan oleh kelompok dewasa dan orang tua. Sedangkan elemen yang bersifat fleksibel (dapat dimanfaatkan untuk beragam fungsi, contoh : tangga menuju bangunan) dan memiliki tingkat privasi rendah, cenderung digunakan oleh kelompok pengguna remaja. Pada ruang publik yang tidak diprivatisasi, elemen desain yang tidak diperuntukkan bagi kegiatan bersantai dan berkumpul, sering dimanfaatkan untuk aktivitas tersebut oleh beragam kelompok (contoh : dinding pembatas area hijau yang cukup tinggi). Pada ruang publik yang tidak diprivatisasi, pengguna lebih bebas dalam menggunakan ruang dan elemen desain yang ada untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagai contoh, elemen desain berupa pohon selain dapat dimanfaatkan sebagai wadah aktivitas pasif (berteduh), juga dapat dimanfaatkan sebagai wadah aktivitas aktif (bermain). Ruang yang luas (parkir, taman, dan jalur pedestrian) sering dimanfaatkan sebagai tempat melakukan aktivitas aktif (bermain, berolahraga, dan bazar). Selain itu, area plaza atau jalur pedestrian yang cukup luas juga dimanfaatkan sebagai tempat berjualan barang dan makanan. 99

5 Elemen yang didesain agar terjadi interaksi baik aktif maupun pasif dengan elemen tersebut (contoh : kolam), cenderung kurang dimanfaatkan. Kondisi ini terjadi bila elemen tersebut didesain dengan kurang baik (tidak nyaman) dan agar bersifat tidak mengundang pengguna untuk berinteraksi di dalamnya (hanya konsumsi visual saja). Pembatasan dan pengaturan kecepatan kendaraan yang melalui ruang publik dapat meningkatkan intensitas aktivitas yang berlangsung serta memungkinkan berbaurnya pergerakan kendaraan dan manusia dalam ruang yang sama. 100

6 4.2 Perilaku Pengguna Kawasan Stasiun Kereta Api Bandung Dalam menentukan bentuk ruang publik berupa ruang terbuka yang ada di kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan, faktor perilaku pengguna di tempat tersebut perlu diperhatikan. Hal ini bertujuan untuk menghindari munculnya ruang-ruang yang tidak termanfaatkan secara optimal atau terbengkalai, seperti banyak ditemui di lokasi saat ini. Perilaku yang dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan kawasan stasiun diwadahi dalam ruang publik. Sedangkan perilaku yang membawa dampak negatif diantisipasi oleh desain rancangan agar tidak muncul. Melalui pendekatan perilaku, ruang publik yang tercipta mampu memberikan perasaaan aman dan nyaman bagi pengguna ketika beraktivitas di dalamnya. Timbulnya perasaan aman dan nyaman dalam beraktivitas dapat menarik pengguna yang lebih banyak serta beragam agar terlibat di dalam ruang publik. Keramaian ini diharapkan mencegah munculnya ruang terbengkalai yang mengakibatkan penurunan kualitas kawasan stasiun kereta api Bandung. Bila seseorang sudah merasa aman dan nyaman ketika beraktivitas di dalam ruang publik, maka perasaan memiliki atau keterikatan terhadap ruang tersebut dapat timbul. Perasaan memiliki atau keterikatan ini menumbuhkan kesadaran untuk menjaga ruang publik tempat ia beraktivitas agar tidak mengalami penurunan kualitas fisik. 101

7 4.2.1 Perilaku Pengguna di Pintu Masuk Stasiun Tabel 4.1 : Analisis perilaku di pintu masuk stasiun Perilaku Pengguna Para calon penumpang kereta menggunakan area tangga di pintu masuk stasiun sebagai tempat duduk sambil menunggu kereta tiba. Kegiatan didominasi beragam kelompok. Perilaku berlangsung pada pagi, siang, dan sore hari (jam berangkat dan pulang kerja). Para calon penumpang menunggu kereta api datang sambil duduk dan berinteraksi di lantai bangunan stasiun. Kegiatan didominasi beragam kelompok. Perilaku berlangsung pada pagi, siang, dan sore hari (jam berangkat dan pulang kerja). Pintu masuk stasiun dijadikan tempat menunggu sambil berinteraksi para calon penumpang kereta. Kegiatan didominasi beragam kelompok. Perilaku berlangsung pada pagi, siang, dan sore hari (jam berangkat dan pulang kerja). Pintu masuk stasiun dimanfaatkan sebagai tempat menunggu penumpang dan berjualan makanan atau minuman oleh tukang becak serta pedagang kaki lima. Calon penumpang kereta menggunakan area trotoar di depan bangunan kantor PT. KAI sebagai tempat duduk, makan, dan berinteraksi ketika menunggu kereta. Kegiatan didominasi kelompok remaja. Perilaku berlangsung pagi, siang, dan sore hari pada hari Sabtu dan Minggu. 102

8 Perilaku Pengguna Area trotoar yang berada di depan pintu masuk stasiun dimanfaatkan sebagai tempat duduk, makan, dan beristirahat oleh para calon penumpang kereta. Kegiatan didominasi beragam kelompok. Perilaku berlangsung pada pagi, siang, dan sore hari (jam berangkat dan pulang kerja). Calon penumpang kereta memanfaatkan fasilitas publik berupa telepon umum, sebagai tempat duduk dan berinteraksi sambil menunggu kereta tiba. Kegiatan didominasi kelompok remaja. Perilaku berlangsung pagi, siang, dan sore hari pada hari Sabtu dan Minggu. Para pejalan kaki menggunakan jalan kendaraan sebagai tempat berjalan menuju stasiun dari arah terminal. Kegiatan didominasi beragam kelompok Perilaku Pengguna di sekitar Penggalan Jalan Statsion Timur Tabel 4.2 : Analisis perilaku di jalan Statsion Timur Perilaku Pengguna Area trotoar dimanfaatkan sebagai tempat berjualan makanan dan minuman, tempat beristirahat, makan, menunggu kendaraan umum, dan mengamati kegiatan sekitar. Kegiatan didominasi beragam kelompok. 103

9 Perilaku Pengguna Pejalan kaki menggunakan jalan kendaraan sebagai tempat berjalan menuju tempat tujuannya. Kegiatan didominasi beragam kelompok. Area trotoar dimanfaatkan sebagai tempat menunggu angkutan umum, sehingga muncul terminal bayangan dan pedagang kaki lima di sepanjang trotoar. Kegiatan didominasi beragam kelompok. Jalan kendaraan dimanfaatkan sebagai tempat berjualan pedagang kaki lima, sedangkan area penghijauan yang ada di trotoar dimanfaatkan sebagai tempat beristirahat. Kegiatan didominasi beragam kelompok. Jembatan penyeberangan dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul dan berinteraksi bagi warga sekitar. Kegiatan didominasi kelompok remaja dan dewasa. Perilaku berlangsung dari sore hingga 104

10 4.2.3 Perilaku Pengguna di sekitar Penggalan Jalan Statsion Barat Tabel 4.3 : Analisis perilaku di jalan Statsion Barat Perilaku Pengguna Area trotoar yang memiliki penghijauan berupa pohon dimanfaatkan sebagai tempat bermaian dan bersosialisasi bagi warga sekitar. Kegiatan didominasi kelompok dewasa dan orang tua. Jalan kendaraan dimanfaatkan sebagai tempat berjalan bagi warga menuju tempat kerjanya. Kegiatan didominasi kelompok remaja dan dewasa. Perilaku berlangsung pada pagi, siang, dan sore hari (jam berangkat dan pulang kerja). Area parkir kendaraan dimanfaatkan sebagai tempat berjalan bagi pejalan kaki. Kegiatan didominasi kelompok dewasa dan orang tua. Area parit yang berada di pinggir jalan dimanfaatkan sebagai tempat beristirahat sambil mengamati kegiatan sekitar. Kegiatan dilakukan para pemulung. Perilaku berlangsung pada siang hingga Jalan kendaraan yang bersebelahan dengan area trotoar dimanfaatkan sebagai tempat berjualan makanan dan minuman oleh pedagang kaki lima. 105

11 Perilaku Pengguna Area trotoar yang memiliki penghijauan berupa pohon dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul, beristirahat, dan berinteraksi di antara warga sekitar. Kegiatan didominasi kelompok dewasa dan orang tua. Area trotoar yang memiliki penghijauan dimanfaatkan sebagai tempat mengasuh anak, sedangkan area parkir dimanfaatkan sebagai tempat berjualan dan makan. Kegiatan didominasi kelompok dewasa dan orang tua. Area trotoar yang berada di depan bagunan gudang dimanfaatkan sebagai tempat beristirahat pegawai pengangkut barang. Perilaku berlangsung dari siang hingga Area parkir yang berada di depan pemukiman penduduk dimanfaatkan sebagai tempat bermain anak. Area trotoar yang memiliki penghijauan berupa pohon dimanfaatkan sebagai tempat berjualan oleh pedagang kaki lima. 106

12 Perilaku Pengguna Jalur pedestrian yang berada di pemukiman penduduk dimanfaatkan sebagai tempat bersosialisasi (mengasuh anak, bermain, dan mengobrol) bagi warga sekitar. Kegiatan didominasi wanita dan anak-anak. Area trotoar yang memiliki penghijauan berupa pohon dimanfaatkan sebagai tempat peristirahatan sopir bus sambil menunggu penumpang. Area parkir yang diapit jalur hijau dan warung makan dimanfaatkan sebagai jalur pedestrian bagi pejalan kaki. Kegiatan didominasi beragam kelompok. Jalan kendaraan yang berada di depan pintu keluar alternatif stasiun dimanfaatkan sebagai tempat menunggu penumpang oleh tukang becak. Jalan kendaraan yang bersebelahan dengan bangunan gudang dimanfaatkan sebagai jalur pedestrian oleh pejalan kaki. Kegiatan didominasi beragam kelompok. 107

13 4.2.4 Perilaku Pengguna di sekitar Area Boulevard Stasiun Tabel 4.4 : Analisis perilaku di area boulevard stasiun Perilaku Pengguna Jalan kendaraan yang berada di area boulevard stasiun bagian Selatan dimanfaatkan sebagai tempat berjualan (warung) berbagai barang dan makanan. Jalan kendaraan yang berada di area boulevard stasiun bagian Selatan dimanfaatkan sebagai tempat berjualan oleh pedagang kaki lima. Jalan kendaraan yang berada di area boulevard dimanfaatkan sebagai tempat duduk untuk beristirahat, berkumpul, berinteraksi, dan mengamati kegiatan sekitar. Kegiatan didominasi oleh kelompok remaja terutama pelajar. Perilaku berlangsung dari siang hingga Area masuk terminal dimanfaatkan sebagai tempat berjualan, berkumpul, beristirahat, makan, dan mengamati kegiatan sekitar oleh pedagang kaki lima, para petugas, serta penumpang. pukul tujuh malam. Jalan kendaraan yang bersebelahan dengan area masuk terminal dimanfaatkan sebagai tempat berjalan bagi pejalan kaki. Kegiatan didominasi beragam kelompok. 108

14 Perilaku Pengguna Jalan kendaraan yang berada di area boulevard stasiun bagian Selatan dimanfaatkan sebagai tempat bermain anak. Jalan kendaraan yang berada di area boulevard dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul, beristirahat, berinteraksi, dan mengamati kegiatan oleh warga sekitar. Kegiatan didominasi kelompok dewasa dan orang tua. Area trotoar yang berada di boulevard stasiun bagian Selatan dimanfaatkan sebagai tempat bermain dan berinteraksi oleh warga sekitar. Kegiatan didominasi kelompok dewasa dan orang tua. Perilaku berlangsung dari siang hingga Jalan kendaraan yang bersebelahan dengan pintu masuk terminal dimanfaatkan sebagai tempat menaikkan, menurunkan, dan menunggu penumpang angkutan kota. Kegiatan didominasi beragam kelompok. Jalan kendaraan yang berada di area boulevard stasiun bagian Selatan dimanfaatkan sebagai area berjalan menuju stasiun atau ke tempat tujuan lain. Kegiatan didominasi beragam kelompok. 109

15 4.2.5 Perilaku Pengguna Kawasan pada Malam Hari Perilaku pengguna pada malam hari di kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan tidak berbeda jauh dengan perilaku pada pagi hingga Perbedaan yang ada menyangkut jumlah jenis perilaku dan banyaknya pelaku. Pada malam hari, jumlah jenis perilaku yang terjadi dan pelakunya lebih sedikit dibanding pagi hingga Tabel 4.5 : Analisis perilaku pada malam hari Perilaku Pengguna Jalur pedestrian yang memiliki penghijauan berupa pohon di penggalan jalan Statsion Barat dimanfaatkan sebagai tempat makan dan berjualan oleh pedagang kaki lima. Jalan kendaraan dan area parkir yang bersebelahan dengan bangunan gudang di penggalan jalan Statsion Barat dimanfaatkan sebagai tempat berjualan oleh pedagang kaki lima. Jalan kendaraan yang diapit oleh area makan (warung) dengan jalur pedestrian di penggalan jalan Statsion Barat dimanfaatkan sebagai tempat berjualan makanan oleh pedagang kaki lima. Jalur pedestrian yang ada di depan bangunan gudang pada penggalan jalan Statsion Barat dimanfaatkan sebagai tempat beristirahat oleh pekerjanya. 110

16 Perilaku Pengguna Jalur pedestrian yang memiliki penghijauan berupa pohon dan bersebelahan dengan area makan (warung) dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul serta bersosialisasi. Kegiatan didominasi kelompok dewasa dan orang tua. Area pintu masuk stasiun dimanfaatkan sebagai tempat menunggu penumpang oleh pengemudi becak. Area pintu masuk stasiun dimanfaatkan sebagai tempat berjualan makanan dan minuman oleh pedagang kaki lima. Jalan kendaraan yang berada di depan pintu masuk stasiun dan bersebelahan dengan terminal serta tempat berjualan (warung) dimanfaatkan sebagai tempat berinteraksi atau bermain. Kegiatan didominasi kelompok dewasa dan anakanak. Jalan kendaraan yang berada di area teminal dimanfaatkan sebagai tempat berjalan menuju stasiun atau jalan Kebon Jati. Kegiatan didominasi beragam kelompok. 111

17 Perilaku Pengguna Jalur pedestrian dimanfaatkan sebagai tempat makan dan menunggu kendaraan umum. Sedangkan bagi pedagang kaki lima, area ini dimanfaatkan sebagai tempat berjualan. Kegiatan didominasi kelompok dewasa dan orang tua. Area jembatan penyeberangan dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul, bersosialisi, dan mengamati aktivitas sekitar. Kegiatan didominasi kelompok remaja Kesimpulan Pengamatan Perilaku Pengguna Kawasan Stasiun Kereta Api Bandung Peta 4.1 : Pembagian pola perilaku pengguna kawasan stasiun kereta api Bandung 112

18 Berdasarkan pengamatan perilaku pengguna diperoleh ragam perilaku yang ditemui di setiap bagian kawasan stasiun kereta api Bandung. Hasil tersebut selain dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan bentuk milleu dari ruang terbuka agar dapat mewadahi perilaku di lapangan, juga dapat dimanfaatkan sebagai dasar dalam memilih jenis aktivitas yang diwadahi di dalam site (zoning). Tabel 4.6 : Pembagian pola perilaku No. Area Perilaku 1 Penggalan jalan Statsion Barat. Bermain, berkumpul, berinteraksi, berjualan, berjalan, beristirahat, dan makan. 2 Area pintu masuk Stasiun bagian Selatan. 3 Area di dalam terminal Angkutan Kota. Menunggu, makan, berjualan, bermain, berinteraksi, dan berjalan. Bermain, berkumpul, berinteraksi, beristirahat, berjalan dan berjualan. 4 Area pintu masuk terminal. Menaikkan dan menurunkan penumpang, menunggu penumpang, berjualan, makan, menunggu angkutan kota, beristirahat, berjalan, serta mengamati. 5 Area penggalan jalan Statsion Timur. Makan, beristirahat, menunggu angkutan kota, menaikkan dan menurunkan penumpang, menunggu penumpang, berkumpul, berinteraksi, mengamati, dan berjualan. 113

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan yang terletak di pusat kota berfungsi sebagai pendukung dan penghubung fasilitasfasilitas di sekitarnya, seperti perkantoran,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ BAB VI KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini merupakan hasil dari analisis dan pembahasan terhadap penilaian komponen setting fisik ruang terbuka publik dan non fisik (aktivitas) yang terjadi yang

Lebih terperinci

DATA PEAK HOUR PENUMPANG KA. Grafik 3.3 : Hasil survai jumlah penumpang kereta tiap jam Sumber : Sanny Poerwa & Hendriek Hanie, 2005

DATA PEAK HOUR PENUMPANG KA. Grafik 3.3 : Hasil survai jumlah penumpang kereta tiap jam Sumber : Sanny Poerwa & Hendriek Hanie, 2005 Berdasarkan hasil survai, penumpang kereta api memiliki berbagai tujuan dalam menggunakan fasilitas transportasi ini. Tujuan tersebut antara lain untuk bekerja, berdagang, berlibur, dan mengunjungi sanak

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Perancangan ruang publik di kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan meliputi luasan sebesar 34.240,73 m 2. Koefisien dasar bangunan (KDB) yang diterapkan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PASAR SENEN 5.1. Ide Awal Ide awal dari stasiun ini adalah Intermoda-Commercial Bridge. Konsep tersebut digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kondisi Sistem Setting dan Livabilitas Ruang Terbuka Publik di Lapangan Puputan

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kondisi Sistem Setting dan Livabilitas Ruang Terbuka Publik di Lapangan Puputan BAB V KESIMPULAN Dari hasil analisis, peneliti menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimana kondisi sistem setting dan livabilitas di ruang terbuka publik di Lapangan Puputan dan bagaimana bentuk persepsi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, diketahui bahwa keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring dengan pergantian

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA Perancangan Kawasan Stasiun Terpadu Manggarai BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Gambar 29 Stasiun Manggarai Sumber : Google Image, diunduh 20 Februari 2015 3.1.1. Data Kawasan 1.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai.

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai. BAB IV ANALISA IV.1. ANALISA ASPEK LINGKUNGAN IV.1.1. Analisis Pemilihan Tapak Penentuan tapak dilakukan melalui perbandingan 2 tapak yang dipilih sebagai alternatif dalam memperoleh tapak dengan kriteria-kriteria

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN Tinjauan Kawasan Kebon Kacang Raya dan Kebon Kacang 30 3.1 Gambaran Kawasan Proyek Nama : Kawasan Kebon Kacang dan sekitarnya. Lokasi : Jl. Kebon Kacang Raya dan Jl.Kebon Kacang

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

PERANCANGAN RUANG PUBLIK DENGAN DASAR PENDEKATAN PERILAKU Studi Kasus : Kawasan Stasiun Kereta Api Bandung bagian Selatan

PERANCANGAN RUANG PUBLIK DENGAN DASAR PENDEKATAN PERILAKU Studi Kasus : Kawasan Stasiun Kereta Api Bandung bagian Selatan PERANCANGAN RUANG PUBLIK DENGAN DASAR PENDEKATAN PERILAKU Studi Kasus : Kawasan Stasiun Kereta Api Bandung bagian Selatan Tesis Desain Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB III DATA DAN ANALISA BAB III DATA DAN ANALISA 3.1 Data Fisik dan Non Fisik Gambar 3. Peta Lokasi Lahan LKPP Data Tapak Lokasi : Lot/Kavling 11B, CBD Rasuna Epicentrum, Jakarta Selatan Luas lahan : 4709 m² Koefisien Dasar Bangunan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KAWASAN

BAB III ANALISIS KAWASAN BAB III ANALISIS KAWASAN 3.1 Analisis Makro 3.1.1 Tinjauan Perkembangan Kawasan Stasiun Kawasan stasiun Bandung sejak akhir abad ke-19 telah berkembangan sebagai kawasan komersial. Semenjak dibukanya jalur

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Re-Desain Stasiun Besar Lempuyangan Dengan Penekanan Konsep pada Sirkulasi, Tata ruang dan Pengaturan Fasilitas Komersial,

BAB I PENDAHULUAN. Re-Desain Stasiun Besar Lempuyangan Dengan Penekanan Konsep pada Sirkulasi, Tata ruang dan Pengaturan Fasilitas Komersial, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Judul Re-Desain Stasiun Besar Lempuyangan Dengan Penekanan Konsep pada Sirkulasi, Tata ruang dan Pengaturan Fasilitas Komersial, pengertian Judul : Re-Desain Redesain berasal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya

Lebih terperinci

KAJIAN PERSEPTUAL TERHADAP FENOMENA DAN KARAKTERISTIK JALUR PEDESTRIAN SEBAGAI BAGIAN DAR1 RUANG ARSITEKTUR KOTA

KAJIAN PERSEPTUAL TERHADAP FENOMENA DAN KARAKTERISTIK JALUR PEDESTRIAN SEBAGAI BAGIAN DAR1 RUANG ARSITEKTUR KOTA MODEL JALUR PEDESTRIAN KAJIAN PERSEPTUAL TERHADAP FENOMENA DAN KARAKTERISTIK JALUR PEDESTRIAN SEBAGAI BAGIAN DAR1 RUANG ARSITEKTUR KOTA Studi Kasus : Kawasan Alun - Alun Bandung ABSTRAK Perkembangan kota

Lebih terperinci

UKDW. UU Reepublik Indonesia no.40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan

UKDW. UU Reepublik Indonesia no.40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan PENDAHULUAN SKEMA PEMIKIRAN LATAR BELAKANG Yogyakarta merupakan salah satu kota pendidikan di Indonesia. Berbagai tingkat jenjang pendidikan mulai dari Taman Kanak kanakkanak hingga institusi Perguruan

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 3.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan Senen, Jakarta Pusat : ± 48.000/ 4,8 Ha : Fasilitas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Yang menjadi dasar dari perencanaan dan perancangan Mesjid di Kebon Jeruk adalah : Jumlah kapasitas seluruh mesjid pada wilayah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu kota besar di Indonesia yang sedang berkembang. Secara geografis kota ini terletak di sebelah utara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota adalah sebuah sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomis yang heterogen

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah kota, sebagai untuk mengebumikan jenazah makam juga

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi (07.00) secara keseluruhan dalam kondisi nyaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trotoar adalah jalur bagi pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aksesibilitas 2.1.1. Pengertian Aksesibilitas Jhon Black mengatakan bahwa aksesibilitas merupakan suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan pencapaian lokasi dan hubungannya satu

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4. 1 Ide awal (conceptual idea) Ide awal dari perancangan stasiun ini muncul dari prinsip-prinsip perancangan yang pada umumnya diterapkan pada desain bangunan-bangunan transportasi.

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Tesis desain ini bertujuan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ruang publik di kota Jakarta, juga sekaligus dapat mendekatkan ruang publik dengan masyarakat

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HAIAMAN MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN PRAKATA ABSTRAKSI DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HAIAMAN MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN PRAKATA ABSTRAKSI DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAITTAR I SI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii HAIAMAN MOTTO i;li HALAMAN PERSEMBAHAN iv PRAKATA v ABSTRAKSI vi DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xii BAB I I>ElSri>AmJIAJAlSI 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Terkait dengan pertanyaan penelitian akan kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi walkability menjadi acuan dalam proses menganalisa dan pembahasan,

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Bangunan Terhadap Tema.

BAB IV: KONSEP Konsep Bangunan Terhadap Tema. BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Bangunan Terhadap Tema Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian terpadu dengan berbagai kelengkapan fasilitas. Fasilitas

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam perancangan desain Transportasi Antarmoda ini saya menggunakan konsep dimana bangunan ini memfokuskan pada kemudahan bagi penderita cacat. Bangunan

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep 37 V. KONSEP Konsep Dasar Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah merencanakan suatu lanskap pedestrian shopping streets yang dapat mengakomodasi segala aktivitas yang terjadi di dalamnya, khususnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA Pada bab ini akan dilakukan evaluasi mengenai Gedung Kesenian Gde Manik (GKGM) dari aspek kondisi fisik, non-fisik, dan spesifikasi khusus GKGM

Lebih terperinci

BAB II TRUTHS. bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan bahwa arsitektur

BAB II TRUTHS. bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan bahwa arsitektur BAB II TRUTHS Setelah menemukan adanya potensi pada kawasan perancangan, proses menemukan fakta tentang kawasan pun dilakukan. Ramussen (1964) dalam bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan kawasan wisata Pantai Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ruang terbuka Publik berasal dari bahasa latin platea yang berarti jalur

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ruang terbuka Publik berasal dari bahasa latin platea yang berarti jalur BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Ruang Terbuka Publik 2.1.1. Definisi Ruang Terbuka Publik Ruang terbuka Publik berasal dari bahasa latin platea yang berarti jalur yang diperluas seperti square. Square merupakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI Unsur-unsur bangunan seperti Ketinggian bangunan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB) / Building

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Batam adalah kota terbesar di provinsi Kepulauan Riau dan merupakan kota terbesar ke tiga populasinya di Sumatera setelah Medan dan Palembang, dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

Citra Lokal Pasar Rakyat pada Pasar Simpang Aur Bukittinggi

Citra Lokal Pasar Rakyat pada Pasar Simpang Aur Bukittinggi TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Citra Lokal Pasar Rakyat pada Pasar Simpang Aur Bukittinggi Gina Asharina, Agus S. Ekomadyo Program Studi Sarjana Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan

Lebih terperinci

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 368 Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur Fahrani Widya Iswara dan Hari Purnomo Departemen Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini BAB VI KESIMPULAN Setelah dilakukannya analisa data statistik dan juga pemaknaan, kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini didapat dari hasil pemaknaan dan diharapkan pemaknaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap manusia selalu membutuhkan adanya rekreasi dan Olah raga. Jakarta sebagai kota metropolitan kususnya di Jakarta utara, dimana perkembangan penduduknya sangat

Lebih terperinci

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang C534 Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang Dian Fajar Novitasari dan Ardy Maulidy Navastara Departemen Perencanaan

Lebih terperinci

KRITERIA PERANCANGAN RUANG PUBLIK YANG AMAN BAGI ANAK-ANAK DI KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG TUGAS AKHIR

KRITERIA PERANCANGAN RUANG PUBLIK YANG AMAN BAGI ANAK-ANAK DI KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG TUGAS AKHIR KRITERIA PERANCANGAN RUANG PUBLIK YANG AMAN BAGI ANAK-ANAK DI KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: MUHAMMAD NUR FAJRI L2D 005 382 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari hasil pembahasan kualitas ruang terbuka pubik yang telah dilakukan, antara lain : 1. Hasil pambahasan kualitas fisik dan kualitas non fisik

Lebih terperinci

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE Pemograman merupakan bagian awal dari perencanaan yang terdiri dari kegiatan analisis dalam kaitan upaya pemecahan masalah desain. Pemograman dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Terbuka Hijau atau RTH merupakan salah satu komponen penting perkotaan. Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka

Lebih terperinci

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR Oleh: SULISTIANTO L2D 306 023 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang publik merupakan tempat berinteraksi bagi semua orang tanpa ada batasan ruang maupun waktu. Ini merupakan ruang dimana kita secara bebas melakukan segala macam

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. KONSEP MAKRO Secara makro, konsep perencanaan dan perancangan Museum Tekstil Indonesia ini merupakan sebuah alat untuk mendekatkan masyarakat Indonesia agar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan menguraikan kesimpulan studi yang merupakan ringkasan hasil studi yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan sasaran dalam melakukan studi, serta saran-saran

Lebih terperinci

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-188 Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan BAB VI HASIL RANCANGAN Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan perancangan. Batasan-batasan perancangan tersebut seperti: sirkulasi kedaraan dan manusia, Ruang Terbuka Hijau (RTH),

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN

BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN VI.1. KESIMPULAN Kegiatan pasar minggu pagi di kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada diminati oleh kalangan pelajar, mahasiswa, dan masyarakat luas sebagai sarana relaksasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... DAFTAR ISI Halaman Sampul... i Lembar Pengesahan... ii Lembar Pernyataan... iii Kata Pengantar... iv Intisari... vi Abstract... vii Daftar Isi... viii Daftar Tabel... x Daftar Gambar... xi BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pedestrian merupakan permukaan perkerasan jalan yang dibuat untuk menjamin keamanan pejalan kaki yang bersangkutan. Di mana orang-orang dapat tetap berpindah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dijabarkan kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan berisi rangkuman dari hasil penelitian dan pembahasan sekaligus menjawab tujuan penelitian di bab

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1. Konsep Dasar Konsep dasar perancangan Pusat Seni Pertunjukan ini adalah mendesain suatu bangunan dengan fasilitas pertunjukan yang dapat berfungsi dengan baik secara sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang Indonesia merupakan sebuah negara dengan penduduk terpadat keempat di dunia yaitu 215,8 juta jiwa(tahun 2003). Sebuah negara yang memiliki penduduk padat tersebut

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk dan mobilitas masyarakat yang

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk dan mobilitas masyarakat yang BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk dan mobilitas masyarakat yang semakin pesat mengakibatkan munculnya permasalahan sosial-ekonomi dan infrastuktur kota-kota di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM Tirta Ujung merupakan mata air alami di Desa Ujung yang dibendung menjadi kolam, yang kemudian digunakan warga setempat untuk melakukan ritual

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Evaluasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), yang dimaksud dengan evaluasi adalah pengumpulan dan pengamatan dari berbagai macam bukti untuk mengukur dampak dan efektivitas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 FILOSOFI 5.1.1 Filosofi Dasar BAB V KONSEP PERANCANGAN merupakan kawasan perdagangan di kawasan yang terdiri dari beberapa pasar yang diharapkan penataan kawasan harus saling medukung pasar-pasar tersebut.

Lebih terperinci

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian mengenai elemen ROD pada kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: -

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar mengacu kepada tema yang telah diusung yaitu Ekspos Arsitektur untuk Rakyat, dalam tema ini arsitektur haruslah beradaptasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya akan memberikan konsekuensi terhadap kebutuhan ruang. Pertumbuhan penduduk di kota besar

Lebih terperinci

shelter of emosion BAB III ANALISA

shelter of emosion BAB III ANALISA BAB III ANALISA III.1. Analisa Tapak III.1.1 Analisa kondisi dan lingkungan site existing Site berada dilokasi dengan kepadatan lalu lintas dan aktifitas yang tinggi dengan luas kesuruhan site 2.3 hektar.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA BAB III ANALISIS 3.1 Analisis tapak Stasiun Gedebage terletak di Bandung Timur, di daerah pengembangan pusat primer baru Gedebage. Lahan ini terletak diantara terminal bis antar kota (terminal terpadu),

Lebih terperinci

3.1 Karakteristik Pusat Perbelanjaan Paris Van Java

3.1 Karakteristik Pusat Perbelanjaan Paris Van Java BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Bab ini membahas gambaran umum wilayah studi kawasan pusat perbelanjaan Paris Van Java yang mencakup karakteristik pusat perbelanjaan Paris Van Java, karakteristik ruas

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat Fisik di Malang memiliki dasar konsep dari beberapa penggambaran atau abstraksi yang terdapat pada

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA 6.1. Konsep Hutan Kota Perencanaan hutan kota ini didasarkan pada konsep hutan kota yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat kota Banjarmasin terhadap ruang publik. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Salah satu pengertian redevelopment menurut Prof. Danisworo merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu melakukan pembongkaran

Lebih terperinci

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG 4.1 Sejarah Kawasan Kambang Iwak Palembang Menurut Ir. Ari Siswanto, MCRP, pengamat perkotaan dari Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Sriwijaya,

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal BAB IV KONSEP 4.1 Ide Awal Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian yang baru dengan kelengkapan berbagai fasilitas. Fasilitas utama pada kawasan

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1 Konsep Utama Perancanaan Youth Center Kota Yogyakarta ini ditujukan untuk merancang sebuah fasilitas pendidikan non formal untuk menghasilkan konsep tata ruang dalam dan luar

Lebih terperinci

Pelabuhan Teluk Bayur

Pelabuhan Teluk Bayur dfe Jb MWmw BAB IV KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1. Konsep Dasar Aksesibilitas A. Pencapaian pengelola 1. Pencapaian langsung dan bersifat linier dari jalan primer ke bangunan. 2. Pencapaian

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis dan pembahasan terhadap

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis dan pembahasan terhadap BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis dan pembahasan terhadap karakteristik setting fisik dan non fisik (aktivitas) di kawasan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga 19 BAB IV KONDISI UMUM 4.1. Letak, Batas, dan Luas Tapak TPU Tanah Kusir merupakan pemakaman umum yang dikelola oleh Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan di bawah Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI NO 70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan Pasal 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI NO 70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan Pasal 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Umum 2. 1. 1. Bandar udara Menurut PP RI NO 70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan Pasal 1 Ayat 1, bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Kawasan Kompleks kawasan smart masjid terbagi atas beberapa massa yang terdiri dari bangunan masjid, penitipan anak, kantin dan bussiness center. Dalam penataan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN SETING PRILAKU PENGUNJUNG DI TAMAN NOSTALGIA KUPANG. Oleh I Kadek Mardika

LAPORAN PENELITIAN SETING PRILAKU PENGUNJUNG DI TAMAN NOSTALGIA KUPANG. Oleh I Kadek Mardika LAPORAN PENELITIAN SETING PRILAKU PENGUNJUNG DI TAMAN NOSTALGIA KUPANG Oleh I Kadek Mardika UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA KUPANG 2015 i KATA PENGANTAR Dunia arsitektur selama ini lebih banyak diketahui

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dari ruang lingkup pembahasan yaitu setting fisik, aktivitas

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dari ruang lingkup pembahasan yaitu setting fisik, aktivitas BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dari ruang lingkup pembahasan yaitu setting fisik, aktivitas dan hubungan antara setting fisik dan aktivitas, maka didapatkan beberapa hasil temuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.I Ruang Pejalan Kaki Jalur Ruang pejalan kaki Pengertian Pada masa lalu, perancangan ruang pejalan kaki di kota jarang dilakukan. Ketika suatu mall dirancang dengan memperhatikan

Lebih terperinci