PERANCANGAN JARINGAN MIKROSEL DCS 1800 DI DAERAH SEMARANG (Jl. Pemuda, Jl. Pandanaran dan Jl. Agus Salim)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN JARINGAN MIKROSEL DCS 1800 DI DAERAH SEMARANG (Jl. Pemuda, Jl. Pandanaran dan Jl. Agus Salim)"

Transkripsi

1 PERANCANGAN JARINGAN MIKROSEL DCS 18 Hedi Yulia R * - Aju Ajulian Zaa M, ST ** - Wayudi, ST, MT *** Juusan Teknik Elekto Fakultas Teknik Univesitas Diponegoo Astak Peencanaan jaingan selula ini mempunyai tujuan untuk memangun sistem selula yang dapat menyediakan coveage dan kapasitas seta kualitas yang aik, Posedu dai peencanaan jaingan antaa lain adala coveage dan analisa intefeence, peencanaan ekas adio, peencanaan fekuensi, fakto edaman popagasi gelomang dan peitungan adius sel. Tugas aki ini memaas peencanaan jaingan mikosel DCS 18 di daea Semaang (Jl. Pemuda, Jl. Pandanaan dan Jl. Agus Salim). Atinya penempatan jaingan di Jl. Pemuda, Jl. Pandanaan dan Jl. Agus Salim Semaang dengan mempetimangkan kepadatan pelanggan dan kepadatan tafik selula yang tejadi selama ini Jl. Pemuda, Jl. Pandanaan dan Jl. Agus Salim Semaang diamil seagai penempatan jaingan kaena di sepanjang jalan teseut meupakan pusat kegiatan ekonomi dan pemeintaan. Dan diaapkan jaingan yang tela diencanakan teseut mempunyai asil yang dapat digunakan seagai panduan di dalam pemasangan jaingan teseut pada masa yang akan datang dengan kualitas yang aik dan coveage aea yang dapat melayani pelanggan di sepanjang Jl. Pemuda, Jl. Pandanaan dan Jl. Agus Salim Semaang dan sekitanya. I. LATAR BELAKANG Peencanaan jaingan selula adala seua keutuan yang aus dipenui ole opeato untuk menama cakupan yang tela ada seelumnya Sistem jaingan mikosel meupakan kelanjutan dai seua peencanaan jaingan outdoo, dengan tujuan untuk meningkatkan cakupan daea yang tela dijangkau ole jaingan outdoo dengan kualitas yang enda. Pada umumnya pada daea-daea gedung pekantoan, deaea-daea yang padat gedunggedung tinggi akan mempunyai kepadatan tafik yang cukup tinggi, seingga memelukan jaingan selula yang cukup aik dai segi cakupan dan kapasitasnya. Ole kaena itu sala satu caa yang dapat dipakai untuk meningkatkan cakupan dan kualitas adala dengan menggunakan jaingan mikosel. Jaingan mikosel dipili kaena pemasangannya yang muda dan iaya yang mua. Cakupan meupakan agian paamete yang tepenting di dalam jaingan selula. Sistem diaapkan mempunyai entuk cakupan yang aik, seingga seua aea dapat dikatakan tecakup atau telayani apaila sinyal yang 1 dipancakan dai antena dapat diteima dengan aik ole moile station (MS) untuk downlink maupun untuk uplink. Jaingan DCS 18 dikemangkan dengan menggunakan jaingan komunikasi egeak yang intelejen untuk menunjang tingkat keandalan dan ketesediaan yang tinggi. Selain itu sistem ini memungkinkan standa moile au dikominasikan dengan yang suda ada. Dengan menganalisa kondisi kaakteistik popagasi, dapat ditentukan pediksi kaakteistik dai sel, memeikan masukan dalam pengemangan algoitma untuk pemuatan peta selula, dan pada akinya dapat menunjang pemuatan sistem komunikasi yang mempunyai kualitas pelayanan yang efektif. II. TUJUAN TUGAS AKHIR Maksud dan tujuan dai pemuatan Tugas Aki ini adala untuk mendapatkan analisis peancangan jaingan eupa luas adius sel dengan menggunakan masukan paametepaamete popagasi pada sistem komunikasi egeak DCS 18 di kota

2 Semaang, seagai sala satu fakto penting yang menentukan sukses tidaknya sistem teseut ekeja, tipe pemodelan pogapasi yang dipakai adala pemodelan Walfis-Ikegami. III. PEMBATASAN MASALAH Pematasan masala yang kemudian akan menjadi acuan pada pemuatan tugas aki ini adala : 1. Sistem yang digunakan pada peencanaan jaingan selula ini adala sistem DCS Pemaasan mengenai peencanaan jaingan Mikosel DCS 18 di daea Jl. Pemuda, Jl. Pandanaan dan Jl. Agus Salim. 3. Peitungan popagasi menggunakan metode Walfis-Ikegami 4. Tidak memaas tentang teknik modulasi gelomang 5. Hasil aki dai peencanaan ini eupa esanya adius sel yang diasilkan. 6. Menganalisis pengau cakupan dan tinggi BTS teadap adius sel yang diasilkan pada peancangan IV. DASAR TEORI 4.1 Konsep Komunikasi Selula Jasa telepon egeak petama kali diopeasikan pada taun 1946 di Iouis, Missoui, USA, yang meupakan sistem telekomunikasi egeak petama kali dan diseut dan seing diseut seagai sistem telekomunikasi egeak konvesional. Daea pelayanan sistem telekomunikasi egeak konvesional ini cukup luas, yaitu 4-5 mil dan anya dicakup ole satu stasiun tetap (ase station), sepeti dipeliatkan pada gama 4.1. Sitem ini seing diseut juga sistem komunikasi egeak wilaya tunggal (single zone) [4]. Pemasalaan yang diadapi ole sistem konvesional ini adala daya yang dipancakan ole stasiun tetap aus tinggi untuk dapat mencakupsemua daea layanannya, sementaa daya yang tinggi akan mengakiatkan tejadinya intefeensi anta kanal. Selain itu sistem konvesional ini mempunyai kapasistas yang kecil, yaitu seesa jumla kanal yang tesedia kaena tidak adanya pengulangan fekuensi (fequency euse). Sel 1 f 1 Sel 2 Sel 3 Gama 4.1 Model Sistem Telekomunikasi Begeak Konvesional (single zone) Untuk mengatasi keteatasan opeasional yang dimiliki ole sistem konvesional,maka dikemangkan sistem au yang dapat mengatasi masala teseut. Pinsip dasa sistem selula adala dengan memagi wilaya pelayanan menjadi eeapa daea cakupan yang lei kecil atau diseut sel. Seua sel dicakup ole satu stasiun tetap untuk sistem menggunakan antena omni atau ole eeapa stasiun tetap untuk sistem dengan menggunakan antena sektoal. Wilaya opeasi yang diencanakan untuk suatu pelayanan akan tedii dai eeapa stasiun tetap seingga di dalam wilaya pelayanan teseut pelanggan akan tetap dapat ekomunikasi walaupun epinda dai pengontolan seua stasiun tetap ke pengontolan stasiun tetap yang lain. 4.2 Bentuk Geometi Sel Sel adala suatu daea tetentu yang mempunyai seua ase station dengn antena pemanca dan peneima (full duplex). Pemanca yang digunakan ditempatkan di menaa antena dan mempunyai daya yang elatif kecil seta efungsi untuk melayani panggilan telepon egeak. f 2 f 3 2

3 Secaa ideal, daea cakupan suatu sel eentuk lingkaan dengan RBS teletak pada pusat lingkaan. Tetapi dalam kenyataannya, untuk mencakup daea layanan dalam entuk lingkaan adala tidak mungkin, kaena dipengaui ole adanya kondisi geogafis daea cakupan yang tidak teatu, seta jenis antena yang digunakan. Gama 4.2 eikut ini menunjukkan peandingan entukentuk geometi sel, aik secaa ideal, fiksi, maupun kenyataan. Gama 4.2 Bentuk Geometi Sel Secaa Ideal, Fiksi, dan Kenyataan Untuk mempemuda studi, entuk ideal yang tidak tecapai teseut kemudian dimodelkan secaa fiksi dalam entuk eksagonal (segienam). Bentuk eksagonal dipili kaena meupakan entuk yang paling cocok dalam mendekati entuk ideal lingkaan, memudakan untuk melakukan sektoisasi antena, dapat mencakup daea yang luas, seta fekuensi yang digunakan tidak tumpang tindi. 4.3 Popagasi Gelomang Peamatan gelomang adio dai pemanca ke peneima mengalami ugiugi popagasi. Di uang teuka, ugi popagasi tedii dai tiga komponen, yaitu : Rugi popagasi lintasan gelomang langsung yang dipengaui ole fekuensi dan jaak antaa pemanca dan peneima Rugi popagasi long-tem fading yang dipengaui ole vaiasi kontu tana Rugi popagasi multi-pat fading yang dipengaui ole pantulan gelomang dai gedung-gedung di sekeliling lintasan gelomang. Besanya ugi popagasi teseut evaiasi sesuai spektum fekuensi dan kondisi alam seta lingkungan sekitanya. Ole kaena itu pemodelan popagasi gelomang adio, yang efungsi untuk mempediksi ugi popagasi gelomang, meupakan sala satu aspek penting dalam peancangan daea cakupan suatu sel. Secaa empiis, tedapat eeapa model popagasi yang dapat digunakan. Model popagasi empiis ini cendeung menyedeanakan kondisi yang seenanya. Model popagasi yang secaa umum dipegunakan antaa lain adala Model Okumua-Hatta, Model Walfisc- Ikegami, seta Model W.C.Y. Lee Model Walfisc-Ikegami adala kominasi model empiis dan model deteministik yang digunakan untuk mengestimasi ugi-ugi lintasan sistem komunikasi selule di lingkungan pekotaan/uan. Gama 4.3 eikut ini menggamakan model popagasi Walfisc-Ikegami. Gama 4.3 Model Popagasi Walfisc-Ikegami Model ini tedii dai tiga elemen, yaitu : fee space loss, oof-to-steet diffaction and scatte loss, dan multisceen loss. Secaa matematis diekspesikan seagai eikut : L 5 L fs di mana : L ts L fs L ms jika L L ts ms 3

4 L 5 = ugi-ugi popagasi model Walfisc-Ikegami (db) L fs = fee space loss L ts = oof-to-steet diffaction and scatte loss L ms = multisceen loss Rugi lintasan eas (fee space loss) dieikan ole pesamaan : L fs = log R + 2 log f c k a R 18 k d 15 18,,,, R.5km R..5km di mana : R = jaak RBS ke MS (km) Rugi amuan dan difaksi dai atap ke jalan (oof-to-steet diffaction and scatte loss) dieikan ole pesamaan : L ts = (-16.9) 1 log w + 1 log f c + 2 log Δ m + L θ L di mana : w = lea jalan (m) = tinggi antena ase station (m) = tinggi gedung ata-ata (m) m = tinggi antena moile (m) Δ m = - m (m) L θ = fakto koeksi (db) = sudut elatif moile teadap jalan Sedangkan ugi multisceen adala : L ms = L s + k a + k d log R + k f log f c 9 log di mana : = jaak anta gedung sepanjang lintasan adio (m) Δ = (m) L s ( 35) 4.114( 55) 18log( 1 ),, 35, 55 ( db); ( db); k f fc fc , untuk daea suuan, untuk daea uan Paamete-paamete untuk model Walfisc-Ikegami ini elaku jika : Sedangkan nilai-nilai yang umumnya digunakan dalam model ini adala : 8 f c m 5 R km = 2 5 m w = /2 = 9 Atap= 3 m untuk entuk uncing, m untuk entuk data = 3 (jumla lantai) + Atap (m) V. PERENCANAAN JARINGAN MIKROSEL DCS 18 Peencanaan jaingan Mikosel DCS 18 di daea Semaang ini etujuan untuk menyediakan cakupan dengan kualitas yang aik di daea peancangan dalam al ini adala daea Jl. Pemuda, Jl. Pandanaan dan Jl. Agus Salim. Dengan adanya peencanaan ini dapat diketaui anggaan uungan (Link Budget) pada setiap lokasi pemasangan BTS dan esanya adius sel dai masing-masing BTS dengan masukan paamete yang eeda-eda.. m m MHz 4

5 Langka-langka yang dilakukan dalam peencanaan jaingan selula indoo adala : Mulai Lokasi Peancangan dan Cakupan SSeq, SSdes, Poutal, EIRP, MAPL, Pout BTS Penempatan BTS, w,, m? Ya Ka, Kd, Kf, Ls, Lf, Lts, Lms Radius sel, Link Budget, Gama Selesai Tidak Ka, Kd, Kf, Ls, Lf, Lts, Lms Gama 5.1 Diagam ali peancangan jaingan Mikosel DCS Peencanaan Lokasi Peancangan Pada peencanaan jaingan mikosel di daea Semaang ini, ada eeapa lokasi penempatan antena BTS, yaitu : 1. Lokasi Jl. Pemuda a. Gedung Juang 45. Gedung Univesitas AKI (UNAKI) c. Gedung Pasaaya Si Ratu 2. Lokasi Jl. Pandanaan a. Gedung Hotel Gaa Santika. Gedung Hotel Pandanaan c. Gedung Panin Bank 3. Lokasi Jl. Agus Salim a. Gedung Supemaket Mataai. Gedung Toko Naga Sakti (Ruko Agus Salim) Lokasi-lokasi peancangan (Jl. Pemuda, Jl. Pandanaan dan Jl. Agus Salim) seta penempatan BTS didasakan pada petimangan-petimangan seagai eikut : 1. Semua lokasi peancangan adala pusat-pusat kegiatan seai-ai. 2. Pada semua lokasi teseut tedapat pusat-pusat kegiatan, aik peekonomian maupun pemeintaan. 3. Lokasi-lokasi pemasangan BTS adala gedung-gedung yang memilki ketinggian diatas ata-ata ketinggian gedung-gedung yang lain. 4. Pada masa mendatang, pada lokasilokasi teseut dipekiakan akan menjadi pusat kegiatan yang memiliki kepadatan tafik selula yang tinggi dan akan dipadati ole gedung-gedung etingkat seagai pusat kegiatan waga semaang dan sekitanya. 5

6 5.2 Peitungsn Desain Peancangan 1. Kekuatan sinyal yang dipelukan Aga komunikasi dapat elangsung pada keadaan seenanya maka eeapa magin aus ditamakan pada MS level sensitifitas SS eq = MS sens + RF mag + IF mag + BL Dimana MS sens = MS sensitifitas (dbm) RF mag = Rayleig fading magin (db) IF mag = Intefeensi magin (db) BL = Loss ody (db) 2. Level Desain Pada agian desain ini, ada magin eksta yang aus ditamakan ke dalam SS eq yaitu fading dalam keadaan nomal SS des = SS eq + LNF mag Dimana LNF mag = fading dalam keadaan nomal untuk indoo (db) Nilai LNF tegantung dai esa cakupan yang diinginkan misalnya cakupan 75%, 85%, 9%, 95% dan 98%. 3. Powe output alanced Pengitungan powe output BTS dimana akan memuat sistem seimang untuk semua jenis kelas daya MS. Pout al = Pout MS + D S Dimana Pout MS = Powe pemanca MS (dbm) D S = MS sens - BTS sens (dbm) D S meupakan peedaan BTS dan peneima MS sensitivitas 4. EIRP (Effective Isotopic Radiated Powe) EIRP = Pout al L ca L con + Ga BTS Pout al = Powe output alanced (dbm) L ca = Loss kael pada BTS (db) L con = Loss penguung pada BTS (db) Ga BTS = Gain antena pada BTS (dbi) 5. MAPL Pat loss maksimum diasilkan dai penguangan EIRP dengan level desain. MAPL = EIRP - SS des 6. Radius Sel Sedangkan untuk mencai esanya adius sel menggunakan umus seagai eikut : MAPL = L VI. PENUTUP 6.1 Kesimpulan Dai Tugas Aki ini dapat ditaik kesimpulan seagai eikut : 1. Besanya Cakupan peancangan mempengaui nilai adius sel. Semakin kecil cakupan maka nilai MAPL akan semakin esa seingga adius sel yang diasilkan akan semakin esa pula. 2. Peancangan ini menggunakan conto cakupan 95% dengan untuk mengetaui pengau cakupan teadap adius sel, dengan petimangan awa kualitas jaingan yang diasilkan cukup aik diteima ole MS, meskipun dalam al jangkauan semakin pendek. 3. Semakin esa nilai tinggi BTS maka akan mempengaui nilai L s dan k a dan akan menguangi nilai pat loss seingga nilai adius sel yang diasilkan akan semakin esa, dan sealiknya apaila nilai tinggi BTS semakin kecil maka nilai pat loss akan semakin esa seingga adius sel yang diasilkan akan semakin kecil. 4. Model peitungan popagasi Walfis- Ikegami sangat cocok dipegunakan pada peancangan jaingan Mikosel DCS 18 di daea Semaang. 5. Jaingan Mikosel dipelukan jika jaingan outdoo yang suda tesedia kuang aik dalam segi pelayanannya, seingga jaingan mikosel akan 6

7 dipasang pada daea yang suda mendapatkan layanan untuk mempeaiki sinyal dan meningkatkan kapasitas yang suda tesedia dengan iaya yang mua. 6. Pada kenyataannya di daea Semaang elum ada dan elum memelukan jaingan mikosel. 6.2 Saan Hasil peancangan dan peitungan yang dilakukan ole penulis diaapkan dapat menjadi masukan dalam pemangunan jaingan Mikosel DCS 18 di daea Semaang pada masa yang akan datang. Ada eeapa al yang pelu dipeatikan dalam peencanaan jaingan selula Mikosel DCS 18 di daea Semaang, yaitu : 1) Pemangunan jaingan Mikosel dapat dilaksanakan apaila ena-ena dipelukan. 2) Untuk pengemangan selanjutnya dapat dipegunakan model peitungan popagasi yang lain. 3) Pada peitungan didapatkan peandingan tingkat cakupan dan tinggi BTS teadap nilai adius sel yang didapatkan, seingga seagai opeato dapat menyesuaikan peencanaan ini dengan keadaan dan petimangan lainnya untuk memangun jaingan Mikosel DCS 18 di daea Semaang. VII. DAFTAR PUSTAKA 1. Bouce, Neil, Te Cellule Radio Handook, Quantum Pulising, Califonia, Gag, Vijay K., dan Josep E. Wilkes, Wieless and Pesonal Communications Systems, Pentice Hall, Lee, William C. Y., Moile Cellula Telecomunication, 2 nd edition, McGaw-Hill, Inc., Meota, Asa, GSM System Engineeing, Moile Communications Seies, Atec House Pulises, Blaunstein, Natan, Radio Popagation in cellula Netwoks, Atec House Pulises, , Antenna Poduct Catalog, Deltec-Telesystems. 7.., Digital Cellula Telecommunications System; Backgound fo Radio Fequency (RF) Requiements, ETSI Tecnical Repot, , Digital Cellula Telecommunications System; Radio Netwok Planning Aspect, ETSI Tecnical Repot, , TLI319 Digital Moile Telecomunication Systems 3 ov (ECTS 6 c). 1. ttp:// 11. ttp:// 12. ttp:// 13. ttp:// Hedi Yulia R lai di Cilacap 24 taun yang lalu. Saat ini masi estatus maasiswa juusan Teknik Elekto Univesitas Diponegoo, konsentasi Telekomunikasi. Mengetaui, Pemiming II Aju Ajulian Zaa, ST NIP * = Maasiswa Teknik Elekto ** = Pemiming 2 *** = Pemiming 1 7

8 8

9 9

II. MOMEN INERSIA BIDANG DATAR

II. MOMEN INERSIA BIDANG DATAR FAKULTAS TEKNK JURUSAN TEKNK SPL. MOMEN NERSA BDANG DATAR. Pendauluan Momen inesia dapat diseut juga Momen Kedua atau Momen Kelemaman. Data momen inesia suatu penampang dai komponen stuktu akan dipelukan

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN PEMODELAN PROPAGASI PADA SISTEM DCS 1800 DI KOTA SEMARANG

ANALISA PERBANDINGAN PEMODELAN PROPAGASI PADA SISTEM DCS 1800 DI KOTA SEMARANG Makalah Seminar Tugas Akhir ANALISA PERBANDINGAN PEMODELAN PROPAGASI PADA SISTEM DCS 1800 DI KOTA SEMARANG Oleh : YULIE WIRASATI Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. S 12 Gambar 2-1. Jaringan Dua Port dan Parameter-S

BAB II DASAR TEORI. S 12 Gambar 2-1. Jaringan Dua Port dan Parameter-S BAB II DAAR TEORI. PARAMETER Paamete digunakan untuk mempeole kaakteistik dai suatu jaingan dua pot yang beopeasi pada fekuensi tinggi. Paamete lain sepeti H, Y, dan tidak bisa meepesentasikan jaingan

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS (3) Potensial Listrik BAB 1 Fisika Dasar II 44

LISTRIK STATIS (3) Potensial Listrik BAB 1 Fisika Dasar II 44 LISTRIK STTIS (3) Potensial Listik BB 1 Fisika Dasa II 44 1. PENDHULUN ds G 3.1 Muatan positif egeak sejauh ds ke aah negatif kaena adanya enegi potensial listik Dalam pemahasan tedahulu kita telah menganalisis

Lebih terperinci

SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI

SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI Zulkha Sarjudin, Imam Santoso, Ajub A. Zahra Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB III. HUKUM GRAVITASI NEWTON F 21

BAB III. HUKUM GRAVITASI NEWTON F 21 A III. HUKU GAVITASI EWTO Gavitasi meupakan gaya inteaksi fundamental yang ada di alam. ewton menemukan ahwa inteaksi yang tejadi pada uah apel yang jatuh dai pohonnya mempunyai sifat-sifat yang sama dengan

Lebih terperinci

2 a 3 GM. = 4 π ( ) 3/ 2 3/ 2 3/ 2 3/ a R. = 1 dengan kata lain periodanya tidak berubah.

2 a 3 GM. = 4 π ( ) 3/ 2 3/ 2 3/ 2 3/ a R. = 1 dengan kata lain periodanya tidak berubah. 1.109. Anggap kita memuat suatu model sistem tata suya dengan peandingan skala η. Anggap keapatan mateial planet dan matahai tidak euah. Apakah peioda evolusi planet ikut euah? Jawa: Menuut hukum Kepple

Lebih terperinci

ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM

ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM Kevin Kristian Pinem, Naemah Mubarakah Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departement Teknik Elektro

Lebih terperinci

Rancang Bangun Antena Mikrostrip 900 MHz

Rancang Bangun Antena Mikrostrip 900 MHz Rancang Bangun Antena Mikostip 900 MHz Siska Novita Posma 1, M. Yanua Haiyawan 2, Adiyan Khabzli 3 1,2,3 Juusan Teknik Elekto Politeknik Caltex Riau Tel : (0761-53939) Fax : (0761-554224) siska@pc.ac.id

Lebih terperinci

Mengimplementasikan Algoritma variable predictive models based class discrimination (VPMCD) sebagai metode klasifikasi kesamaan pola

Mengimplementasikan Algoritma variable predictive models based class discrimination (VPMCD) sebagai metode klasifikasi kesamaan pola Oleh Deneng Eka Puta 5106100054 Pemiming Ahmad Saikhu, S.Si, MT NIP. 132318030 Mengimplementasikan Algoitma vaiale pedictive models ased class discimination (VPMCD) seagai metode klasifikasi kesamaan pola

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. 4-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. 4-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudayatno Sudiam ing Utai Mengenal Sifat-Sifat Mateial () 4- Sudayatno S & Ning Utai, Mengenal Sifat-Sifat Mateial () BAB 4 Aplikasi Pesamaan Scödinge Pada Atom Dengan Satu Elekton Dalam bab ini kita akan

Lebih terperinci

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Pengatuan Footpint Antena Gound Penetating Rada Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Ande Eka Saputa (1324243) Jalu Pilihan Teknik Telekomunikasi Sekolah Teknik Elekto dan Infomatika Institut

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir PENINGKATAN KAPASITAS SEL CDMA DENGAN METODE PARTISI SEL

Makalah Seminar Tugas Akhir PENINGKATAN KAPASITAS SEL CDMA DENGAN METODE PARTISI SEL Makalah Seminar Tugas Akhir PENINGKATAN KAPASITAS SEL CDMA DENGAN METODE PARTISI SEL Aksto Setiawan [1], Imam Santoso, ST, MT [2], Ajub Ajulian Zahra, ST, MT [2] Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS Yahya Ahmadi Bata, Ali Hanafiah Rambe Konsentasi Teknik Telekomunikasi, Depatemen

Lebih terperinci

Variasi Kuat Medan Gravitasi

Variasi Kuat Medan Gravitasi Vaiasi Kuat edan avitasi By Anawa Kuat medan avitasi bumi sanat dipenaui ole bebeapa al, antaa lain:. KETINIAN Vaiasi kuat medan avitasi akibat penau ketinian maksudnya, bawa besanya aya yan dialami ole

Lebih terperinci

Pertemuan IX,X,XI VI. Tegangan Pada Balok

Pertemuan IX,X,XI VI. Tegangan Pada Balok Baan Aja ekanika Baan ulai, ST, T Peemuan X,X,X Tegangan Pada Balok Lenuan Pada Balok Pemeanan ang ekeja pada alok meneakan alok melenu, seingga sumuna edefomasi memenuk lengkungan ang diseu kuva defleksi

Lebih terperinci

Analisis Unjuk Kerja Motor Induksi Dengan Pengendali Thyristor Anti-Paralel

Analisis Unjuk Kerja Motor Induksi Dengan Pengendali Thyristor Anti-Paralel Analisis Unjuk Keja Moto Induksi Dengan Pengendali Thyisto Anti-Paalel Suai 1, Bamang Sutoo 1 Juusan Teknik Elekto, Univesitas Semaang, Semaang Juusan Teknik Elekto, Univesitas Gadjah Mada, Yogyakata Astak

Lebih terperinci

Analisis Performansi Sistem Pendingin Ruangan Dikombinasikan dengan Water Heater

Analisis Performansi Sistem Pendingin Ruangan Dikombinasikan dengan Water Heater Junal Ilmia Teknik Mesin Vol. 4 No.. Apil 00 (57-6) Analisis Pefomansi Sistem Pendingin Ruangan Dikombinasikan dengan Wate Heate I Gusti Agung Pamaakayuda a), Ida Bagus Adinugaa b) Henda Wijaksana b),

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge BAB 2 DASAR EORI 2. Pendahuluan Konvete dc-ac atau biasa disebut invete adalah suatu alat elektonik yang befungsi untuk menghasilkan keluaan ac sinusoidal dai masukan dc dimana magnitudo dan fekuensinya

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN JARINGAN SELULER INDOOR

STUDI PERENCANAAN JARINGAN SELULER INDOOR STUDI PERENCANAAN JARINGAN SELULER INDOOR Silpina Abmi Siregar, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater,

Lebih terperinci

Kata Kunci :In-building coverage (Indoor) system, EIRP, propagasi indoor

Kata Kunci :In-building coverage (Indoor) system, EIRP, propagasi indoor SIMULASI CAKUPAN SISTEM IBC (IN-BUILDING COVERAGE) PADA KOMUNIKASI GSM Harry Rachmawan (L2F002581) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK Pada umumnya sebuah gedung

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 18 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Konsep Perencanaan Sistem Seluler Implementasi suatu jaringan telekomunikasi di suatu wilayah disamping berhadapan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN BAB IV Hasil Simulasi Dan Analisa Pengukuan BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN 4.1. Pehitungan Saluan Pencatu Saluan pencatu yang digunakan pada Tugas Akhi ini menggunakan mikostip feedline.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Komunikasi Point to Point Komunikasi point to point (titik ke titik ) adalah suatu sistem komunikasi antara dua perangkat untuk membentuk sebuah jaringan. Sehingga dalam

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL PROPAGASI PATH LOSS SEMI- DETERMINISTIK UNTUK APLIKASI TRIPLE BAND DI DAERAH URBAN METROPOLITAN CENTRE

ANALISIS MODEL PROPAGASI PATH LOSS SEMI- DETERMINISTIK UNTUK APLIKASI TRIPLE BAND DI DAERAH URBAN METROPOLITAN CENTRE ANALISIS MODEL PROPAGASI PATH LOSS SEMI- DETERMINISTIK UNTUK APLIKASI TRIPLE BAND DI DAERAH URBAN METROPOLITAN CENTRE Nining Triana, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) 802.11b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE Dontri Gerlin Manurung, Naemah Mubarakah Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN 2.1 Perencanaan Cakupan. Perencanaan cakupan adalah kegiatan dalam mendesain jaringan mobile WiMAX. Faktor utama yang dipertimbangkan dalam menentukan perencanaan jaringan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguaikan mengenai Identifikasi Vaiabel Penelitian, Definisi Vaiabel Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Bedasakan pemasalahan, maka penelitian ini temasuk penelitian koelasional yang besifat deskiptif, kaena tujuan utama dai penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3 BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3 3.1 Jaringan 3G UMTS dan HSDPA Jaringan HSDPA diimplementasikan pada beberapa wilayah. Untuk

Lebih terperinci

DESAIN DAN SIMULASI ANTENA MICROSTRIP SEMICIRCULAR HALF U-SLOT UNTUK APLIKASI MODEM GSM 1800 MHZ

DESAIN DAN SIMULASI ANTENA MICROSTRIP SEMICIRCULAR HALF U-SLOT UNTUK APLIKASI MODEM GSM 1800 MHZ Junal ELTEK, Vol 11 No 02, Oktobe 2013 ISSN 1693-4024 DESAIN DAN SIMULASI ANTENA MICROSTRIP SEMICIRCULAR HALF U-SLOT UNTUK APLIKASI MODEM GSM 1800 MHZ 42 Waluyo 1 dan Dyan Nastiti Novikasai 2 Abstak Pemasalahan

Lebih terperinci

Planning cell site. Sebuah jaringan GSM akan digelar dikota Bandung Tengah yang merupakan pusat kota yang memiliki :

Planning cell site. Sebuah jaringan GSM akan digelar dikota Bandung Tengah yang merupakan pusat kota yang memiliki : Planning cell site Sebuah jaringan GSM akan digelar dikota Bandung Tengah yang merupakan pusat kota yang memiliki : Jumlah Penduduk 6.85 jiwa Trafik per User 6 me Alokasi Bandwidth 7, Mhz Jumlah Kluster

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Teoritis

BAB II Tinjauan Teoritis BAB II Tinjauan Teoitis BAB II Tinjauan Teoitis 2.1 Antena Mikostip 2.1.1 Kaakteistik Dasa Antena mikostip tedii dai suatu lapisan logam yang sangat tipis ( t

Lebih terperinci

PERCOBAAN 14 RANGKAIAN BAND-PASS FILTER AKTIF

PERCOBAAN 14 RANGKAIAN BAND-PASS FILTER AKTIF EOBAAN 4 ANGKAIAN BAND-ASS FILTE AKTIF 4. Tujuan : ) Mendemonstasikan pinsip keja dan kaakteistik dai suatu angkaian akti band-pass ilte dengan menggunakan op-amp 74. ) Band-pass ilte melewatkan semua

Lebih terperinci

Perencanaan Jaringan UMTS Wilayah Jakarta Barat

Perencanaan Jaringan UMTS Wilayah Jakarta Barat BAB III PERECAAA JARIGA SELULER UMTS Pada bab 3 ini aan di uaian tentang metode dan model yang digunaan dalam peencanaan. Peencanaan jaingan bebasis system selule meliputi dua hal utama yaitu peencanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Lokasi Penelitian 3.. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ekspeimen semu (quasi ekspeimental eseach, kaena penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

Estimasi Luas Coverage Area dan Jumlah Sel 3G pada Teknologi WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access)

Estimasi Luas Coverage Area dan Jumlah Sel 3G pada Teknologi WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access) Estimasi Luas Coverage Area dan Jumlah Sel 3G pada Teknologi WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access) Anindito Yusuf Wirawan, Ir. Endah Budi Purnomowati, MT, Gaguk Asmungi, ST., MT Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER BAB II MDAN ISTRIK DI SKITAR KONDUKTOR SIINDR II. 1 Hukum Coulomb Chales Augustin Coulomb (1736-1806), adalah oang yang petama kali yang melakukan pecobaan tentang muatan listik statis. Dai hasil pecobaannya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

Strategi Refarming Frekuensi 1800 MHz Untuk Implementasi LTE di Indonesia

Strategi Refarming Frekuensi 1800 MHz Untuk Implementasi LTE di Indonesia Jurnal Telematika, vol.8 no.2, Institut Teknologi arapan Bangsa, Bandung ISSN: 1858-2516 Strategi Refarming Frekuensi 1800 Mz Untuk Implementasi LTE di Indonesia Ratna Septania #1, T. Arief Nugroo #2,

Lebih terperinci

Medan Listrik pada Muatan Kontinu &Penerapan Hukum Gauss

Medan Listrik pada Muatan Kontinu &Penerapan Hukum Gauss LISTRIK STATIS () Medan Listik pada Muatan Kntinu &Peneapan Hukum Gauss BAB Fisika Dasa II . MDAN LISTRIK PADA MUATAN KONTINU Dalam a satu kita telah dapat menghitung medan listik di sekita suatu muatan

Lebih terperinci

BAB. III METODE PENELITIAN. A.Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB. III METODE PENELITIAN. A.Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB. III METODE PEELITIA A.Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

Wireless Communication Systems. Faculty of Electrical Engineering Bandung Modul 14 - Perencanaan Jaringan Seluler

Wireless Communication Systems. Faculty of Electrical Engineering Bandung Modul 14 - Perencanaan Jaringan Seluler Wireless Communication Systems Modul 14 Perencanaan Jaringan Seluler Faculty of Electrical Engineering Bandung 2015 Tujuan Mengetahui model perencanaan jaringan yang optimum Dapat memberikan pengembangan

Lebih terperinci

Bab. Garis Singgung Lingkaran. A. Pengertian Garis Singgung Lingkaran B. Garis Singgung Dua Lingkaran C. Lingkaran Luar dan Lingkaran Dalam Segitiga

Bab. Garis Singgung Lingkaran. A. Pengertian Garis Singgung Lingkaran B. Garis Singgung Dua Lingkaran C. Lingkaran Luar dan Lingkaran Dalam Segitiga ab 7 Sumbe: www.homepages.tesco Gais Singgung Lingkaan Lingkaan mungkin meupakan salah satu bentuk bangun data yang paling tekenal. Konsep lingkaan yang meliputi unsu-unsu lingkaan, luas lingkaan, dan

Lebih terperinci

PERENCANAAN ULANG SITE JARINGAN GSM 900 DAN 1800 DI KOTA SEMARANG

PERENCANAAN ULANG SITE JARINGAN GSM 900 DAN 1800 DI KOTA SEMARANG PERENCANAAN ULANG SITE JARINGAN GSM 900 DAN 1800 DI KOTA SEMARANG Sukiswo Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia 50275 email

Lebih terperinci

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel BAB II PEMODELAN PROPAGASI 2.1 Umum Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel ke sel yang lain. Secara umum terdapat 3 komponen propagasi yang menggambarkan kondisi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke lokasi B data bisa dikirim dan diterima melalui media wireless, atau dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. ke lokasi B data bisa dikirim dan diterima melalui media wireless, atau dari suatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transmisi merupakan suatu pergerakan informasi melalui sebuah media jaringan telekomunikasi. Transmisi memperhatikan pembuatan saluran yang dipakai untuk mengirim

Lebih terperinci

Antena Mikrostrip Segitiga Dengan Parasitic Untuk Aplikasi Wireless Fidelity

Antena Mikrostrip Segitiga Dengan Parasitic Untuk Aplikasi Wireless Fidelity Antena Mikostip Segitiga Dengan Paasitic Untuk Aplikasi Wieless Fidelity 1 Syah Alam, 2 Kukuh Ais Santoso. 1 Univesitas 17 Agustus 1945 Jakata, syah.alam@uta45jakata.ac.id 2 Univesitas 17 Agustus 1945

Lebih terperinci

Materi II TEORI DASAR ANTENNA

Materi II TEORI DASAR ANTENNA Materi II TEORI DASAR ANTENNA 2.1 Radiasi Gelombang Elektromagnetik Antena (antenna atau areal) adalah perangkat yang berfungsi untuk memindahkan energi gelombang elektromagnetik dari media kabel ke udara

Lebih terperinci

BAB II KOMUNIKASI SELULER INDOOR. dalam gedung untuk mendukung sistem luar gedung (makrosel dan mikrosel

BAB II KOMUNIKASI SELULER INDOOR. dalam gedung untuk mendukung sistem luar gedung (makrosel dan mikrosel BAB II KOMUNIKASI SELULER INDOOR 2.1 Umum Komunikasi jaringan indoor merupakan suatu sistem yang diterapkan dalam gedung untuk mendukung sistem luar gedung (makrosel dan mikrosel outdoor) dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek 9 BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Pada tahap ini akan dibahas tahap dan parameter perencanaan frekuensi dan hasil analisa pada frekuensi mana yang layak diimplemantasikan di wilayah Jakarta. 4.1 Parameter

Lebih terperinci

PERANCANGAN BUTLER MATRIKS 4X4 UNTUK PENGARAHAN BERKAS ANTENA PADA STASIUN BUMI

PERANCANGAN BUTLER MATRIKS 4X4 UNTUK PENGARAHAN BERKAS ANTENA PADA STASIUN BUMI Semina Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industi 2017 ISSN 2085-4218 ITN Malang, 4 Pebuai 2017 PERANCANGAN BUTLER MATRIKS 4X4 UNTUK PENGARAHAN BERKAS ANTENA PADA STASIUN BUMI Chistian Mahadhika

Lebih terperinci

Aplikasi Substrat Alumina Pada Antena Mikrostrip Patch Persegi Untuk Komunikasi Bergerak Pada Frekuensi (3,3-3,4 ) GHz.

Aplikasi Substrat Alumina Pada Antena Mikrostrip Patch Persegi Untuk Komunikasi Bergerak Pada Frekuensi (3,3-3,4 ) GHz. Aplikasi Substat Alumina Pada Antena Mikostip Patc Pesegi Untuk Komunikasi Begeak Pada Fekuensi (3,3-3,4 ) GHz. Si Hadiati*, Yuyu ayu *, Suci Ramadita ** *)Peneliti Pusat Penelitian Elektonika dan Telekomunikasi

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com Geak Melingka Gavitasi Kinematika Geak Melingka Beatuan Sebuah benda yang begeak membentuk suatu lingkaan dengan laju konstan v dikatakan mengalami geak melingka beatuan. Besa kecapatan dalam hal ini tetap

Lebih terperinci

BAB VI ATOM HIDROGEN 6.1 Persamaan Schrodinger Untuk Kasus Gaya Pusat

BAB VI ATOM HIDROGEN 6.1 Persamaan Schrodinger Untuk Kasus Gaya Pusat Ba VI Atom Hidogen/ 86 BAB VI ATOM HIDROGEN 6. Pesamaan Schodinge Untuk Kasus Gaya Pusat Kasus elekton dalam atom hidogen adalah kasus gaya pusat yang esifat spheically symetic. Kasus gaya pusat adalah

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro ttp://ejournal-s1.undip.ac.id/index.pp/naval JURNAL TEKNIK ERKAALAN Jurnal Hasil Karya Ilmia Lulusan S1 Teknik erkapalan Universitas Diponegoro ISSN 2338-0322 Analisa Teknis Dan Ekonomis enggunaan Bamu

Lebih terperinci

Analisis Kinerja dan Kapasitas Sistem Komunikasi MIMO pada Frekuensi 60 GHz di Lingkungan dalam Gedung

Analisis Kinerja dan Kapasitas Sistem Komunikasi MIMO pada Frekuensi 60 GHz di Lingkungan dalam Gedung JURAL TEKIK POMITS Vol. 1, o. 1, (14) 1-5 1 Analisis Kineja dan Kapasitas Sistem Komunikasi MIMO pada Fekuensi 6 GHz di Lingkungan dalam Gedung Hikmah Miladiyah, Suwadi, dan evy Kuswidiastuti Teknik Elekto,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ANALISIS DISKRIMINAN BERBASIS VARIABLE PREDICTIVE MODEL PADA KLASIFIKASI KESAMAAN POLA

IMPLEMENTASI ANALISIS DISKRIMINAN BERBASIS VARIABLE PREDICTIVE MODEL PADA KLASIFIKASI KESAMAAN POLA 1 IMPLEMENTASI ANALISIS DISKRIMINAN BERBASIS VARIABLE PREDICTIVE MODEL PADA KLASIFIKASI KESAMAAN POLA Deneng Eka Puta 1, Ahmad Saikhu, S.Si, MT 2 Juusan Teknik Infomatika, Fakultas Teknologi Infomasi Institut

Lebih terperinci

Listrik statis (electrostatic) mempelajari muatan listrik yang berada dalam keadaan diam.

Listrik statis (electrostatic) mempelajari muatan listrik yang berada dalam keadaan diam. LISTRIK STATIS Listik statis (electostatic) mempelajai muatan listik yang beada dalam keadaan diam. A. Hukum Coulomb Hukum Coulomb menyatakan bahwa, Gaya taik atau tolak antaa dua muatan listik sebanding

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN MINILINK ERICSSON

BAB III PERENCANAAN MINILINK ERICSSON BAB III PERENCANAAN MINILINK ERICSSON Tujuan utama dari perancangan Minilink Ericsson ini khususnya pada BTS Micro Cell adalah merencanakan jaringan Microwave untuk mengaktifkan BTS BTS Micro baru agar

Lebih terperinci

Kata Kunci : Radio Link, Pathloss, Received Signal Level (RSL)

Kata Kunci : Radio Link, Pathloss, Received Signal Level (RSL) Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISIS KEKUATAN DAYA RECEIVE SIGNAL LEVEL(RSL) MENGGUNAKAN PIRANTI SAGEM LINK TERMINAL DI PT PERTAMINA EP REGION JAWA Oleh : Hanief Tegar Pambudhi L2F006045 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan Kebisingan yang belebihan akan sangat bepengauh tehadap indea pendengaan. Seseoang yang telalu seing beada pada kawasan dengan kebisingan yang tinggi setiap hainya dapat mengalami gangguan pendengaan sementaa

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA MIMO CDMA DENGAN SPREADING CODE YANG BERBEDA PADA KANAL FADING RAYLEIGH

ANALISA KINERJA MIMO CDMA DENGAN SPREADING CODE YANG BERBEDA PADA KANAL FADING RAYLEIGH ANALISA KINERJA MIMO CDMA DENGAN SPREADING CODE YANG BERBEDA PADA KANAL FADING RAYLEIGH Ilham, Rezamal 1, Diafai Djuni, I.G.A.K. 2, Dewi Wiastuti, Ni Made Ay Esta. 3, 1 Mahasiswa juusan Teknik Elekto,

Lebih terperinci

ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP ARRAY BENTUK LINGKARAN DAN PERSEGI PANJANG MENGGUNAKAN SIMULASI UNTUK APLIKASI LTE FREKUENSI 2.3 GHZ

ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP ARRAY BENTUK LINGKARAN DAN PERSEGI PANJANG MENGGUNAKAN SIMULASI UNTUK APLIKASI LTE FREKUENSI 2.3 GHZ ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP ARRAY BENTUK LINGKARAN DAN PERSEGI PANJANG MENGGUNAKAN SIMULASI UNTUK APLIKASI LTE FREKUENSI 2.3 GHZ Rio Juli Henda*, Yusnita Rahayu**, Ey Safianti** *Alumni Teknik Elekto Univesitas

Lebih terperinci

Gerak melingkar beraturan

Gerak melingkar beraturan 13/10/01 Geak melingka beatuan geak melingka beatuan adalah geak dimensi dengan laju tetap, Aahnya beubah kecepatan beubah v i = vekto kecepatan awal v f = vekto kecepatan akhi θ = pepindahan sudut Gamba

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan asosiatif simetris, yaitu hubungan yang bersifat sebab-akibat yang

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan asosiatif simetris, yaitu hubungan yang bersifat sebab-akibat yang 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif pendekatan asosiatif simetis, yaitu hubungan yang besifat sebab-akibat

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha

Universitas Kristen Maranatha PENINGKATAN KAPASITAS MENGGUNAKAN METODA LAYERING DAN PENINGKATAN CAKUPAN AREA MENGGUNAKAN METODA TRANSMIT DIVERSITY PADA LAYANAN SELULER AHMAD FAJRI NRP : 0222150 PEMBIMBING : Ir. ANITA SUPARTONO, M.Sc.

Lebih terperinci

Perancangan Software Aplikasi Optimasi PJU Sebagai Upaya Penghematan...

Perancangan Software Aplikasi Optimasi PJU Sebagai Upaya Penghematan... Peancangan Softwae Aplikasi Optimasi PJU Sebagai Upaya Pengematan... (Hemawan, Kanoto) PERANCANGAN SOFTWARE APLKAS OPTMAS PENATAAN LAMPU PJU SEBAGA UPAYA PENGHEMATAN BAYA ENERG LSTRK Hemawan, Kanoto Juusan

Lebih terperinci

TOPIK: GERAK MELINGKAR DAN APLIKASI LAIN HUKUM NEWTON

TOPIK: GERAK MELINGKAR DAN APLIKASI LAIN HUKUM NEWTON OPIK: GERAK MELINGKAR DAN APLIKASI LAIN HUKUM NEWON QUESION (SOAL-SOAL KONSEP): 1. Seoang penejun payung yang sedang jatuh mencapai kelajuan teminalnya dengan paasutnya tetutup. Setelah paasut itu teuka,

Lebih terperinci

MODEL DINAMIKA PADA SISTEM PENGEREMAN MOBIL

MODEL DINAMIKA PADA SISTEM PENGEREMAN MOBIL MODE DINMIK PD SISTEM PENGEREMN MOI geng Maulana 1, Yaan Nuadi 2 Yoanes Dewanto 3 Naniek ndiani 4 Juusan Teknik Inomatika, akultas Teknik UKM Reseac & Development Univesitas Pancasila, Sengseng Sawa, Jagakasa

Lebih terperinci

LINK BUDGET. Ref : Freeman FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

LINK BUDGET. Ref : Freeman FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO LINK BUDGET Ref : Freeman 1 LINK BUDGET Yang mempengaruhi perhitungan Link Budget adalah Frekuensi operasi (operating frequency) Spektrum yang dialokasikan Keandalan (link reliability) Komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB III PROPAGASI GELOMBANG RADIO GSM. Saluran transmisi antara pemancar ( Transmitter / Tx ) dan penerima

BAB III PROPAGASI GELOMBANG RADIO GSM. Saluran transmisi antara pemancar ( Transmitter / Tx ) dan penerima BAB III PROPAGASI GELOMBANG RADIO GSM Saluran transmisi antara pemancar ( Transmitter / Tx ) dan penerima (Receiver / Rx ) pada komunikasi radio bergerak adalah merupakan line of sight dan dalam beberapa

Lebih terperinci

PEMODELAN TRAFIK GSM DI AREA SURABAYA MENGGUNAKAN METODE ARIMA. Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Juli 2011

PEMODELAN TRAFIK GSM DI AREA SURABAYA MENGGUNAKAN METODE ARIMA. Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Juli 2011 PEMODELAN TRAFIK GSM DI AREA SURABAYA MENGGUNAKAN METODE ARIMA Fadil Rahman Hakim 22090502 Pembimbing D. I. Achmad Mauludiyanto, MT Fakultas Teknologi Industi Institut Teknologi Sepuluh Nopembe Juli 20

Lebih terperinci

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) 2.1 Pengenalan CDMA CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik akses jamak (multiple access) yang memisahkan percakapan dalam domain

Lebih terperinci

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu).

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu). 7.3. Tansmisi Suaa Melalui Celah 7.3.1. Integal Kichhoff Cukup akses yang bebeda untuk tik-tik difaksi disediakan oleh difaksi yang tepisahkan dapat dituunkan dai teoema Geen dalam analisis vekto. Hal

Lebih terperinci

.(2.1) F = gaya gravitasi ( N) m 1, m 2 = massa masing-masing benda ( kg) r = jarak antara kedua benda (m) G = konstanta gravitasi umum

.(2.1) F = gaya gravitasi ( N) m 1, m 2 = massa masing-masing benda ( kg) r = jarak antara kedua benda (m) G = konstanta gravitasi umum GRAVITASI I. Tujuan Peelajaan Setelah peelajaan waga elaja dapat : 1. enganalisa huungan antaa assa dan ak pada gaya gavitasi. enghitung esa gaya gavitasi anta dua uah enda 3. enjelaskan konsep pecepatan

Lebih terperinci

Perancangan Jaringan Seluler 4G LTE Frekuensi MHz di Provinsi Papua Barat

Perancangan Jaringan Seluler 4G LTE Frekuensi MHz di Provinsi Papua Barat Perancangan Jaringan Seluler 4G LTE Frekuensi 1780-1875 MHz di Provinsi Papua Barat Nurul Hidayah Mt.R 1), Fitriana Istiqomah 2), Muhammad Dickri Primayuda 3) dan Nur Indah 4) Prodi S1 Teknik Telekomunikasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode meupakan caa keja yang digunakan untuk memahami, mengeti, segala sesuatu yang behubungan dengan penelitian aga tujuan yang dihaapkan dapat tecapai. Sesuai

Lebih terperinci

Modul 3 Small Scale Fading

Modul 3 Small Scale Fading Wieless Communication System Modul 3 Small Scale Fading Faculty of Electical Engineeing Bandung 15 1 Modul 3 Small Scale Fading Subject a. Intoduction Fading Channel Manifestations b. Small Scale Fading

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG Setelah data dai kedua vaiabel yaitu vaiabel X dan vaiabel Y tekumpul seta adanya teoi yang

Lebih terperinci

REMBESAN AIR DALAM TANAH

REMBESAN AIR DALAM TANAH REMBESAN AIR DALAM TANAH Bagian Dosen Pengampu: RUNI ASMARANTO, ST., MT Email : uni_asmaanto@ub.ac.id REMBESAN AIR DALAM TANAH Tana tesusun ole butianbutian tana padat dan poipoi yang saling beubungan

Lebih terperinci

Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Manajemen Sumbedaya Peaian Fakultas Petanian Univesitas Sumatea Utaa No. : Waktu : Hai/Tanggal : A. Data umum Nama :... Jenis Kelamin : Laki-laki Peempuan Umu :... tahun Pendidikan : SD SLTP SLTA D3 S1...

Lebih terperinci

ANALISIS PLASTIS STRUKTUR

ANALISIS PLASTIS STRUKTUR NISIS PSTIS STRUKTUR Tingka laku struktur ila ean yang ekerja pada struktur terseut terus ertama secara linier, maka pada saat struktur dengan ean relatif kecil, esarnya momen-momen yang ada disetiap penampangnya

Lebih terperinci

Gambar 4.3. Gambar 44

Gambar 4.3. Gambar 44 1 BAB HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Pada bab kita telah membahas sifat-sifat geak yang behubungan dengan kecepatan dan peceaptan benda. Pembahasan pada Bab tesesbut menjawab petanyaan Bagaimana sebuah benda

Lebih terperinci

Model Matematika Sistem Persediaan (Q, R) Yang Terkait Dengan Mutu Barang Dan Informasi Permintaan Lengkap

Model Matematika Sistem Persediaan (Q, R) Yang Terkait Dengan Mutu Barang Dan Informasi Permintaan Lengkap Vol. 3, No., 7-79, Januai 7 Model Matematika Sistem Pesediaan (Q, R) Yang Tekait Dengan Mutu Baang Dan Infomasi Pemintaan Lengkap Agus Sukmana Abstact This pape deals with an inventoy model fo continuous

Lebih terperinci

MAKALAH SABUK ELEMEN MESIN

MAKALAH SABUK ELEMEN MESIN MAKALAH SABUK ELEMEN MESIN Disusun Oleh : IWAN APRIYAN SYAM SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUSA PUTRA KATA PENGANTAR Puji syuku kami panjatkan kehadiat Tuhan yang Maha Esa atas limpahan ahmat dan kaunia-nya,sehingga

Lebih terperinci

BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG

BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG 247 2.8. PENGUAT 2.8.. Pendahuluan Pada paagap sebelumnya telah dijelaskan bagaimana semikondukto sambungan NPN atau PNP tebentuk menjadi sebuah tansisto. Pada bebeapa angkaian elektonik tansisto seing

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN NODE B PADA SISTEM UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SYSTEM (UMTS) DI WILAYAH UBUD

PERENCANAAN KEBUTUHAN NODE B PADA SISTEM UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SYSTEM (UMTS) DI WILAYAH UBUD PERENCANAAN KEBUTUHAN NODE B PADA SISTEM UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SYSTEM (UMTS) DI WILAYAH UBUD Agastya, A.A.N.I. 1, Sudiarta, P.K 2, Diafari, I.G.A.K. 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. KORELASI Tedapat tiga macam bentuk hubungan anta vaiabel, yaitu hubungan simetis, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan Inteaktif (saling mempengauhi). Untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel atau

Lebih terperinci

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran)

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran) 9 Geometi nalitik idang Lingkaan) li Mahmudi Juusan Pendidikan Matematika FMIP UNY) KOMPETENSI Kompetensi ang dihaapkan dikuasai mahasiswa setelah mempelajai ab ini adalah sebagai beikut. Menjelaskan pengetian

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ANTENA RECTANGULAR PATCH ARRAY SWITCHED BEAM PADA RANGE FREKUENSI KERJA MHz

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ANTENA RECTANGULAR PATCH ARRAY SWITCHED BEAM PADA RANGE FREKUENSI KERJA MHz PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ANTENA RECTANGULAR PATCH ARRAY SWITCHED BEAM PADA RANGE FREKUENSI KERJA 2400-2483.5 MHz Publikasi Junal Skipsi Disusun oleh: SOFYAN ARIE SANDI NIM. 0710630084-63 KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Dina Angela #1,Yuyu Wahyu *2, Tony A Porayouw #3. Jln Dipatiukur no.80-84, Bandung, Jawa Barat 1

Dina Angela #1,Yuyu Wahyu *2, Tony A Porayouw #3. Jln Dipatiukur no.80-84, Bandung, Jawa Barat 1 Junal Telematika, vol.8 no., Institut Teknologi Haapan Bangsa, Bandung, Indonesia Desain dan Implementasi Antena Susunan Mikostip Patch Pesegi Panjang Empat Elemen pada, GHz Menggunakan Teknik Pencatuan

Lebih terperinci

Abstrak - IINUSAT-1 ( Indonesia Inter University Satellite-1 ) merupakan proyek satelit pertama antar

Abstrak - IINUSAT-1 ( Indonesia Inter University Satellite-1 ) merupakan proyek satelit pertama antar Peancangan dan Pembuatan Antena Mikostip Pada Fekeunsi 145.9 MHz dan 436.5 MHz Tepolaisasi Sikula dan Bepolaadiasi Dieksional Untuk Potable Tansceive Satelit. Rizadi Sasmita Dawis, Eko Setijadi, Gamantyo

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN REPEATER GSM DI GEDUNG GRAHA PDSI. berapa jarak maksimum yang dapat dicapai antara transmitter r

BAB III PERENCANAAN REPEATER GSM DI GEDUNG GRAHA PDSI. berapa jarak maksimum yang dapat dicapai antara transmitter r 15 BAB III PERENCANAAN REPEATER GSM DI GEDUNG GRAHA PDSI 3.1 Model Propagasi pada Repeater Model propagasi digunakan untuk mengetahui keadaan suatu area ketika gelombang elektromagnetik merambat pada area

Lebih terperinci

BAB III METODE STRATIFIED RANDOM SAMPLING

BAB III METODE STRATIFIED RANDOM SAMPLING BAB III METODE STRATIFIED RADOM SAMPIG 3.1 Pengertian Stratified Random Sampling Dalam bukunya Elementary Sampling Teory, Taro Yamane menuliskan Te process of breaking down te population into rata, selecting

Lebih terperinci

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa Hubungan Layanan Infomasi Dengan Keativitas Belaja Siswa Si Rahayu (090154) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Vetean Semaang ABSTRAK Keativitas meupakan bakat yang secaa potensial dimiliki

Lebih terperinci

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11 GRAFITASI Si Isaac Newton yang tekenal dengan hukum-hukum Newton I, II dan III, juga tekenal dengan hukum Gafitasi Umum. Didasakan pada patikel-patikel bemassa senantiasa mengadakan gaya taik menaik sepanjang

Lebih terperinci

IX. DASAR KOMUNIKASI MICROWAVE / GELOMBANG MIKRO

IX. DASAR KOMUNIKASI MICROWAVE / GELOMBANG MIKRO IX. DASAR KOMUNIKASI MICROWAVE / GELOMBANG MIKRO IX.1 PENGERTIAN UMUM Frekuensi gelombang radio (RF) sebagaimana dibahas pada bab terdahulu punya alokasi mulai dari VHF s/d. EHF. Daerah frekuensi 30 MHz

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB PENDAHULUAN Lata Belakang Pada zaman moden sepeti saat sekaang ini, enegi listik meupakan kebutuhan pime bagi manusia, baik masyaakat yang tinggal di pekotaan maupun masyaakat yang tinggal di pedesaan

Lebih terperinci