BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Profil Perusahaan PT. APM ARMADA AUTOPARTS merupakan salah satu perusahaan manufaktur komponen interior otomotif di indonesia yang berkembang pesat. Karena konsistensinya dalam industri interior otomotif, perusahaan yang sudah memasuki umur operasi ke delapan tahun ini pun memiliki rekanan bisnis delapan pabrikan otomotif nasional. Dengan dukungan sumber daya manusia unggul sebanyak lebih dari 500 orang yang tersebar dalam berbagai struktur perusahaan, maka perusahaan ini memiliki visi untuk menjadi perusahaan interior otomotif ternama di tahun Produk yang dihasilkan oleh perusahaan cukup beragam, pada dasarnya hampir 80% dari komponen interior otomotif di buat oleh perusahaan ini. Produk-produk yang dihasilkan dari proses produksi perusahaan ini berupa : Headlining Assy, Trim Door Assy, Carpet Floor dan Floor Mat, Sunvisor, Package Tray Trim, Luggage Compartment dan Trim Pillar. Sebagai vendor dari pabrikan otomotif, maka perusahaan perlu mengikuti perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam industri otomotif saat ini. Untuk mengantisipasi 67

2 hal tersebut, maka pada awal tahun 2010 perusahaan mendirikan seksi Research and Development sebagai design center dan terciptanya produk-produk inovasi baru, sekaligus juga meningkatkan dan berperan serta dalam cost reduction program dari aktivitas quality improvement dan process improvement yang berkaitan dengan produk. Dan untuk memperbaiki proses produksi yang sedang berjalan, pada waktu yang sama juga perusahaan mendirikan departement Kaizen yang bertugas untuk melakukan continous improvement dan perbaikan secara radikal terutama pada lini produksi perusahaan. Dan sebagai hasil kerja keras dari seluruh elemen perusahaan, pada awal tahun 2011 kemarin perusahaan mendapatkan penghargaan dari salah satu pabrikan otomotif nasional sebagai Best Quality and Delivery Improvement Vendor Berikut adalah struktur organisasi perusahaan. President Director Secretary Technical Advisor Finance & Admin Director General Manager Finance/Acc Dept HRD & GA Dept Marketing Dept PPIC Dept Maintenance Dept Kaizen Dept Purchasing Dept IT Quality Dept Production Dept Engineering Dept Gambar 4.1 Struktur Organisasi Perusahaan 68

3 Grafik di bawah ini adalah ilustrasi dari beberapa costumer perusahaan ditinjau berdasarkan prosentase jumlah produk tiap costumer yang di produksi di lini produksi perusahaan. Data diambil tahun Gambar 4.2 Pie Diagram Costumer Berdasarkan data diatas, costumer terbesar dari perusahaan adalah PT. A, hal ini berkorelasi langsung dengan banyaknya masalah kualitas dan pengiriman. Dan dari data yang didapat, masalah kualitas dan pengiriman terbesar perusahaan adalah pada saat melakukan pelayanan terhadap PT. A dibandingkan dengan kasus yang terjadi kepada costumer lain. Maka untuk memfokuskan program perbaikan kinerja terhadap quality dan delivery, perusahaan menjadikan kasuskasus kualitas dan pengiriman yang terjadi dalam melakukan pelayanan terhadap PT. A sebagai pilot project dari penerapan metode Lean Sigma untuk perbaikan kinerja Quality dan Delivery. 69

4 4.1.2 Profil Produk Perusahaan memproduksi beberapa produk dengan varian yang beragam, dan untuk kebutuhan beberapa costumer, namun produk yang dihasilkan tetap merupakan jenis yang sama satu sama lain. Beberapa produk tersebut adalah : Gambar 4.3 Carpet Floor Gambar 4.4 Headlining Assy Gambar 4.5 Trim Door Assy Gambar 4.6 Trim Pillar Gambar 4.7 Sunvisor Assy Dari beberapa jenis produk yang dihasilkan tersebut, produk terbanyak yang juga merupakan produk yang memiliki masalah kualitas dan pengiriman terbesar adalah produk Sunvisor Assy, maka untuk selanjutnya akan dijadikan bahan 70

5 penelitian dan pilot project dari penerapan metode Lean Sigma untuk memperbaiki kinerja Quality dan Delivery di perusahaan. Berikut ilustrasi dari prosentase jumlah produk yang disupply ke PT. A berdasarkan data tahun 2009 : Gambar 4.8 Pie Diagram Product Quantity Percentage Berikut adalah gambar dari produk Sunvisor Assy PT. A : Gambar 4.9 Sunvisor Assy 71

6 Gambar 4.10 adalah struktur dari Sunvisor Assy, dimana material penyusunnya dijabarkan dalam tabel Gambar 4.10 Sunvisor Assy Part Structure 72

7 Tabel 4.1 Sunvisor Assy Part Structure No Part Level Part Name Skecth Sunvisor Assy 01 Cover PVC Sheet A 02 Cover PVC Sheet B 03 Pad 04 Corrugated Carton 05 Pivot Shaft 06 Bracket 07 Spring 08 Washer 1 09 Hexagonal Nut 10 Adhesive - 11 Washer 2 12 Screw 13 Tube Visor 14 Wire Frame 15 Mirror 16 Retainer Plate 17 Clip 73

8 Process Flow dari produk Sunvisor Assy adalah sebagai berikut : Assy Line Sub Assy 1 Sub Assy 2 R e c e iv e M a te ria l R e c e iv e M a te ria l R e c e iv e M a te ria l In s p e c tio n N o In s p e c tio n In s p e c tio n Y e s W a re h o u s e C la im T o S u p p lie r W a re h o u s e W a re h o u s e M a te ria l P re p a ra tio n M a te ria l P re p a ra tio n M a te ria l P re p a ra tio n S p o t W e ld in g 1 2 C u ttin g C o v e r A s s y B ra c k e t 3 In s p e c tio n Y e s N o R e je c t/ W a s te W e ld M irro r + C o v e r 4 A s s y C lip + W ire F ra m e A s s y C o rru g a te d + W ire F ra m e s e t 5 6 In s p e c tio n Y e s N o In s p e c tio n Y e s N o R e p a ir & R e je c t P a d G lu e d + A s s y w ire fra m e s e t 7 R e je c t/ W a s te H ig h F re q u e n c y W e ld in g 8 U ltra s o n ic W e ld 9 A s s y P iv o t S h a ft + S u n v is o r 1 0 In s p e c tio n Y e s 1 1 N o R e p a ir & R e je c t P a c k in g 1 2 S h ip p in g & D e liv e ry Gambar 4.11 Sunvisor Assy Flow Process 74

9 Untuk mesin produksi yang digunakan dalam pembuatan produk Sunvisor Assy ini adalah sebagai berikut : Tabel 4.2 Tabel Data Mesin No Nama Mesin Jumlah Mesin (unit) 1 Spot Welding 1 2 High Frequency Welding 2 Proses Welding Retainer Plate dan Wire Frame Welding PVC Cover dan Mirror 3 Ultrasonic Welding 1 Welding Tube Visor 4.2 Cycle Time Process Process No Untuk menghitung cycle time proses dari tiap stasiun kerja line Sunvisor Assy, maka dilakukan pengamatan langsung di line Sunvisor Assy. Untuk mengukur waktu siklus kerja, diambil 30 sampel pengamatan waktu kerja dari stasiun kerja Line Sunvisor Assy berikut : Tabel 4.3 Tabel Pengamatan Waktu Siklus Kerja (Value Added Activity) Stasiun Kerja Line Pengamatan Ke Spot Welding Main Line Cutting Cover Sub Assy Assy Bracket Sub Assy Welding Mirror Sub Assy Assy Clip Main Line Assy Carton Main Line Pad Glued Main Line High Frequency Welding Main Line Ultrasonic Welding Main Line Assy Pivot Shaft Main Line Inspection Main Line Packing Main Line

10 4.3 Data permintaan kebutuhan PT. A Tingkat permintaan barang (Sunvisor Assy) dari PT. A versus finish good shipped pada tahun 2009 : Tabel 4.4 Tabel jumlah pesanan Sunvisor Assy PT. A tahun 2009 Gambar 4.12 Grafik rasio perbandingan jumlah pesanan, jumlah produksi dan jumlah reject finish good 76

11 4.4 Data waktu kerja dan jumlah karyawan Perhitungan waktu kerja perusahaan adalah sebagai berikut : Tabel 4.5 Tabel jam kerja line produksi Shift Time Jam Kerja Istirahat Allowance Waktu Effektif Hour Second Hour Second Hour Second Hour Second , , , , Shift Time Jam Kerja Istirahat Allowance Waktu Effektif Hour Second Hour Second Hour Second Hour Second Over Time , , , , , Shift Time Jam Kerja Istirahat Allowance Waktu Effektif Hour Second Hour Second Hour Second Hour Second Over Time , , , , , , Tabel di atas menjelaskan, bahwa jika perusahaan bekerja normal 8 jam kerja dalam satu shift perhari, maka waktu efektif untuk melakukan suatu pekerjaan adalah 6,65 jam atau second. Namun jika perusahaan memberlakukan over time pada salah satu shift baik itu di shift 1 atau 2, maka total jam kerja efektif shift 1 dan 2 adalah 10,15 jam + 6,65 Jam = 16,8 Jam. Jika perusahaan melemburkan shift 1 dan 2, maka total waktu kerja efektif menjadi 10,15 jam + 10,15 jam = 20,3 jam. Jumlah karyawan dari line Sunvisor Assy baik dalam kondisi kerja normal (normal shift) atau pun over time adalah 11 orang. 77

12 4.5 Pengumpulan Data Biaya Biaya merupakan faktor penting dalam setiap bisnis, karena semua proses perbaikan berhilir kepada efisiensi dan efektifitas yang pada akhirnya adalah efisiensi pengeluaran. Perusahaan perlu memperhatikan hal ini karena terkait cash flow dan perkembangan perusahaan kedepan. Berikut adalah beberapa data biaya yang didapat penulis. berikut : Biaya produksi satu unit Sunvisor Assy adalah : Rp Biaya rework untuk satu unit Sunvisor Assy adalah : Rp Biaya tenaga kerja rata-rata (operator lini sunvisor assy) adalah sebagai - Biaya tenaga kerja di jam kerja normal = Rp / jam - Biaya tenaga kerja saat over time = Rp / jam 4.6 Pengumpulan Data Jenis Cacat Produk dan Deskripsi Cacat Tabel 4.6 menunjukkan beberapa jenis ketidakterimaan produk yang di tentukan oleh costumer eksternal. Jenis Reject Keterangan Alat Uji Standard Torque axis X Out Spec Torque axis Y Out Spec Tabel 4.6 Reject Finish Good Torsi lemah dan tidak sesuai standar saat di check dengan push&pull meter Torsi lemah dan tidak sesuai standar saat di check dengan push&pull meter Push & Pull meter Push & Pull meter 5 kgf/cm 5 kgf/cm Dimensi Out Spec Ukuran produk yang diluar standar Jig Check Dimensi sesuai jig check Cover lepas Kekuatan hasil welder HF welding lemah Push & Pull meter 2,5 kgf/cm Burry Sisa hasil welder cover menonjol keluar Visual 0,5 mm Bunyi Timbul bunyi saat pivot shaft atau Tidak menimbulkan bunyi aneh saat Visual bracket diputar pivot shat atau bracket diputar Keriput, kotor, scratch, sobek, Segala bentuk cacat penampilan Tidak keriput, kotor, scratch, sobek, Visual wave (appereance) wave 78

13 Berikut adalah grafik reject ratio (jumlah reject finish good/jumlah hasil produksi). Data diambil pada tahun No Hari Ke Juni Juli Agustus Jumlah Jenis Reject Torque axis X Out Spec Torque axis Y Out Spec Dimensi Out Spec Welding line mudah lepas Burry Bunyi Keriput, kotor, scratch, sobek Jumlah Kecacatan Populasi Gambar 4.13 Grafik Reject Ratio tahun 2009 Dari grafik terlihat, bahwa tingkat reject yang paling besar adalah ketika produksi di bulan Juni-Agustus Penulis memfokuskan untuk menganalisa jenis-jenis defect produk yang terjadi pada bulan-bulan tersebut sebagai acuan untuk memperbaiki kualitas dari Sunvisor Assy. Tabel 4.7 Tabel sampel data reject finish good Juni-Agustus

14 4.5.3 Production Line Layout Berikut adalah sketsa layout lini produksi sunvisor assy saat ini : R AW M A T E R IA L C O V E R R A C K S P O T W E LD IN G M A C H IN E W IR E F R A M E R E W O R K W IR E F R AM E R E W O R K CUTTING C OVER SH RINKAGE R A C K P AD G LU ED CUTTING PR ESS P A D T O O LS R A C K PAD RAW M A T E R IA L ASSY CLIP C U R IN G R A C K (W IP ) T O O LS R A C K W IP W E LD IN G M IR R O R M A C H IN E T O O LS R A C K H F W ELD IN G M AC H IN E A SS Y BRAC KET U LT R A S O N IC W E LD IN G M A C H IN E W IP RAW M ATERIAL A S S Y B R AC K ET ASSY PIVOT S H A F T IN SPECTION FINISH GOOD RACK PACKIN G Gambar 4.14 adalah ilustrasi dari plant layout line sunvisor assy. 80

15 4.6 Pengolahan Data Tahap Define 1. Penentuan waktu standar kerja Dari hasil pengamatan waktu siklus kerja sebelumnya dengan menggunakan metode jam henti, maka dilakukan pengukuran waktu standar kerja dengan menggunakan metode westinghouse. Namun, sebelum dilakukan pengukuran waktu standar dengan menggunakan metode westinghouse, dilakukan analisa terhadap variasi data dengan menggunakan control chart untuk mengetahui apakah data yang digunakan memiliki variasi yang besar sehingga harus diambil sampel yang lebih banyak lagi. Dan untuk mengetahui apakah jumlah sampel yang diambil sudah mencukupi untuk dijadikan acuan study waktu, penulis melakukan uji kecukupan data terlebih dahulu. Kedua hal tersebut dilakukan dengan menggunakan sampel salah satu stasiun kerja yang memiliki nilai cycle time rata-rata paling tinggi, yaitu stasiun kerja high frequency welding. Analisa data stasiun kerja high frequency welding : x = xi n x = , x = 35,8 (x-x) 2 σ = n-1 144,8 σ = ,8 σ = 29 σ = 4,99, σ = 2,23 81

16 BKA = x + (3.σ) = 35,8 + (3.2,23) = 42,5 BKB = x - (3.σ) = 29,1 Gambar 4.15 Cycle Time Control Chart Dari grafik dapat dilihat bahwa variasi data masih dalam batas kontrol dan dapat disimpulkan bahwa penyimpangan dari data satu dengan yang lain tidak begitu jauh (stabil). Jadi data sampel dapat digunakan untuk analisa berikutnya. Dan untuk menentukan apakah jumlah sampel yang diambil sudah mencukupi untuk dilakukan analisa, penulis melakukan uji penentuan jumlah sampel. 82

17 Tabel 4.8 Penentuan jumlah sampel No Sampel X X X-X (X-X) ,8-0,8 0, ,8 2,2 4, ,8 1,2 1, ,8-2,8 7, ,8-1,8 3, ,8 2,2 4, ,8 3,2 10, ,8-0,8 0, ,8-2,8 7, ,8-1,8 3, ,8 1,2 1, ,8 2,2 4, ,8-2,8 7, ,8-0,8 0, ,8-1,8 3, ,8 3,2 10, ,8-2,8 7, ,8 1,2 1, ,8 2,2 4, ,8-1,8 3, ,8-0,8 0, ,8 3,2 10, ,8-2,8 7, ,8 1,2 1, ,8-1,8 3, ,8 2,2 4, ,8-2,8 7, ,8-1,8 3, ,8 2,2 4, ,8 3,2 10,24 Dari tabel disamping maka dapat dihitung kecukupan jumlah sampel sebagai berikut : - Menggunakan tingkat keyakinan 99%, z = 2,58. - Dan kemungkinan kesalahan 3%, X = 35,8 (X-X) 2 = 144,8 h = 0,03 Maka : Didapat n = 28,7, artinya untuk jumlah sampel yang dianggap cukup untuk digunakan sebagai data analisa adalah sebanyak 29 sampel. Dapat disimpulkan bahwa pengambilan sampel sebanyak 30 kali pengamatan yang dilakukan penulis terhadap cycle time produksi sunvisor assy sudah cukup untuk dijadikan acuan dalam melakukan analisa. Berikut adalah hasil perhitungan waktu standar dari cycle time masingmasing stasiun kerja lini sunvisor assy, yang dicontohkan dan diwakili oleh work station high frequency welding : n = (z.σ/h.x) 2 n = n = 28,7 2,58 x 2,23 0,03 x 35,8 83

18 Wn = Ws. p Wn = 36. 0,95 Wn = 30,6 Faktor penyesuaian (p) di tentukan berdasarkan pengamatan langsung dengan mempertimbangkan pengalaman pekerja (sampel) sebesar 95%. Wb = Wn. (100% : 100% - Allowance %) Wb = 30,6 / (100% : 100% 2,5%) Wb = 30,6 / 1,03 Wb = 33 Detik Untuk lebih lengkap, perhitungan waktu standar seluruh work station lini sunvisor assy dapat dilihat pada tabel 4.9 (lampiran 1). 2. Kapasitas produksi Berdasarkan data pencapaian produksi tahun 2009, maka dapat di hitung bahwa kemampuan rata-rata line sunvisor assy untuk memenuhi kebutuhan perbulan costumer adalah dengan menghasilkan 74 pcs/jam dengan menghabiskan waktu 12 jam setiap shift dan beroperasi selama 2 shift. Tabel 4.10 Tabel Average Finish Good per Hour Month Jumlah Produksi (pcs/ month) Jumlah Hari Waktu Kerja Efektif (Hour/ Month) Rata Produksi (pcs/ hour) Jan ,1 77 Feb ,1 75 Mar ,7 73 Apr ,4 73 Mei ,7 73 Jun ,7 73 Jul ,7 73 Aug ,4 73 Sep ,2 73 Okt ,4 73 Nop ,7 73 Des ,8 76 Average Finish Good 74 84

19 Dari kemampuan rata-rata produksi tahun 2009 sebanyak 74 pcs/jam, dapat dihitung bahwa cycle time tertinggi di line sunvisor assy saat itu adalah 3600 detik (second) : 74 pcs/jam = 48 detik (second). Berdasarkan perbandingan antara kebutuhan perbulan costumer dan kemampuan rata-rata produksi line sunvisor assy, diketahui bahwa lini produksi sunvisor assy harus beroperasi dengan menambah jam kerja (over time) dari jam kerja normal selama sebulan sebesar 13,3 jam kerja/hari x 22 hari kerja (jumlah hari kerja normal = 293 jam kerja normal selama satu bulan menjadi Pcs (jumlah rata-rata produksi pertahun) : 74 Pcs/jam = 563 jam agar kebutuhan costumer selalu terjaga. Artinya, prosentase over time (kerja lembur) untuk memenuhi kebutuhan costumer adalah 563 jam 293 jam = 270 jam, maka 270 jam / 293 jam x 100 = 92,15 %. Hal ini belum termasuk apabila terdapat gangguan produksi seperti mesin rusak, dan lain-lain. 3. Value Stream Mapping Current State Gambar 4.16 (lihat lampiran 2) adalah visualisasi dari Value Stream Current State Sunvisor Assy Current State. Value Stream Process Mapping ini sudah meliputi identifikasi jenis waste yang didapat berdasarkan pengamatan dilapangan. 4. Data jumlah Work In Process (WIP) Saat ini, standar jumlah produk work in process (WIP) dari setiap work station lini sunvisor assy belum pernah ditetapkan, sehingga banyak produk WIP menumpuk di line dan membebankan inventory dan beresiko terhadap rework karena hal ini juga termasuk kedalam waste, maka penulis juga memperhatikan 85

20 hal ini dan mencoba melakukan penelitian agar setiap work station bisa ditetapkan jumlah maksimum WIP nya yaitu 1 pcs, sesuai dengan prinsip Lean Manufacturing yaitu one piece flow dengan menggunakan sistem produksi tarik sehingga meminimalkan WIP dan artinya pada setiap work station WIP harus sama dengan 1. Dalam mendata WIP lini sunvisor assy, penulis menggunakan metode pengamatan dan wawancara dengan pekerja, dari hasil pengamatan dan wawancara tersebut, penulis mendapatkan informasi bahwa di lini produksi sendiri WIP dibedakan menjadi 2 macam. Selain karena pengaruh waktu siklus tiap stasiun kerja yang berbeda-beda, WIP ini ditimbulkan juga karena karakteristik material penyusun sunvisor assy yang cukup unik. Secara jelas data WIP digambarkan pada tabel berikut : Tabel 4.11 Tabel Pengamatan WIP Stasiun Kerja Jumlah WIP (pcs) Keterangan Spot Welding 1 - Cutting Cover 14 Penumpukan WIP karena curing 24 jam dan cycle time time lebih cepat dari stasiun kerja sesudahnya Assy Bracket 2 Penumpukan WIP karena lebih cepat dari stasiun kerja sesudahnya Welding Mirror 1 - Assy Clip 1 - Assy Carton 1 - Pad Glued 6 Penumpukan WIP karena curing 3 menit dan tidak FIFO High Frequency Welding 0 - Ultrasonic Welding 0 - Assy Pivot Shaft 0 - Inspection 0 - Packing 0-86

21 5. Klasifikasi Waste Tabel 4.12 (lihat lampiran 3) menjelaskan tiap waste yang terdapat pada setiap proses (stasiun kerja) line sunvisor assy merujuk pada value stream mapping current state. Grafik dibawah merupakan resume dari jumlah dan jenis waste yang diidentifikasi melalui pengamatan dan penjabaran process information flow chart. Gambar 4.17 Grafik jumlah masing-masing jenis waste Dapat dilihat dari tabel diatas, bahwa jenis waste yang banyak terdapat pada sistem saat ini adalah : - Waiting sebanyak 9 kasus - Defect sebanyak 8 kasus - Motion sebanyak 8 kasus - Inventory sebanyak 5 kasus - Transportation sebanyak 4 kasus - Over Processing sebanyak 3 kasus 87

22 Hasil analisa dari value stream mapping current state, time study yang dilakukan dan dari tabel waste mapping, menghasilkan satu informasi penting guna melakukan perbaikan. Informasi tersebut adalah pengetahuan dan pengidentifikasian aktivitas yang tidak bernilai tambah (non value added) dan bahkan cenderung membebani sistem dan merugikan yang diklasifikasikan sebagai waste. Tabel 4.13 akan menjabarkan apa saja aktivitas yang tidak bernilai tambah (non value added) pada sistem saat ini yang perlu untuk dilakukan perbaikan dari tiap stasiun kerja line sunvisor assy : Tabel 4.13 Tabel Waste Waiting Stasiun Kerja Spot Welding Welding Mirror HF Welding Setting jig assy dan setup mesin Setting jig welding dan setup mesin Menunggu WIP cover setelah dilakukan shrinkage Setting mesin Keterangan Menunggu WIP dari stasiun Pad Glued Ultrasonic Welding Menunggu WIP dari stasiun HF Welding Assy Pivot Shaft Inspection Packing Menunggu WIP dari stasiun Ultrasonic welding Menunggu WIP dari Assy Pivot Shaft Menunggu part finish good Tabel 4.14 Tabel Waste Transportation Stasiun Kerja Spot Welding Assy Bracket Welder Mirror Pad Glue Keterangan Jarak dari mesin spot welding ke stasiun sesudah nya cukup jauh (±10 meter) Jarak dari stasiun assy bracket cukup jauh dan terhalangi oleh stasiun lain (jarak ±3 meter) Jarak dari mesin welder mirror ke stasiun berikutnya cukup jauh dan terhalangi (jarak ±3,5 meter) Jarak dari meja pad glued ke stasiun selanjutnya cukup jauh (±3 meter) 88

23 Tabel 4.15 Tabel Waste Over Processing Stasiun Kerja Keterangan Ultrasonic Weld Assy Pivot Shaft Inspection Menghilangkan burry Rework akibat over torque Rework akibat kotor dan keriput Tabel 4.16 Tabel Waste Inventory Stasiun Kerja Keterangan Cutting Cover Assy Bracket Pad Glued Terdapat WIP menumpuk karena dilakukan shrinkage dan perbedaan cycle time Terdapat WIP menumpuk karena perbedaan cycle time Terdapat tumpukan WIP akibat dilakukan curing Tabel 4.17 Tabel Waste Motion Stasiun Kerja Spot Welding Cutting Cover Assy Bracket HF Welding Ultrasonic Weld Assy Pivot Shaft Inspection Keterangan Gerakan berjalan dari stasiun spot welding ke stasiun berikutnya Mencari keranjang sampah untuk membuang material reject Menaruh hasil cutting di rak shrinkage Gerakan berjalan dari stasiun assy bracket ke stasiun berikutnya Mencari keranjang sampah untuk membuang material reject Mencari keranjang sampah untuk membuang material reject Mencari keranjang sampah untuk membuang material reject Mencari tempat produk NG 89

24 Tabel 4.18 Tabel Waste Defect Stasiun Kerja Keterangan Spot Welding Cutting Cover Welding Mirror Pad Glued HF Welding Ultrasonic Weld Assy Pivot Shaft Inspection Over weld (bolong), Weld Less (weld lepas), Spark Spot Material sisa, kotor, terpotong, sobek Over weld (bolong), Spark, Black Spot, Miring, sisi tidak sama Defect karena pad tidak rata menempel di carton (wave) Spark, Black Spot, Bolong, Weld mudah lepas, keriput Over weld, miring, pecah Over torque pada nut dan screw keriput, less turning load (torque axis X dan Y), sobek, kotor 6. Penentuan Critical To Quality Dari hasil pengambilan sampel dan pengamatan yang dilakukan terhadap jumlah dan jenis defect produk di line sunvisor assy, maka dapat di simpulkan bahwa terdapat tujuh karakteristik mutu yang harus dipenuhi oleh perusahaan agar produk sunvisor assy terjamin kualitasnya saat sampai ditangan costumer. Jenis Reject Keterangan Alat Uji Standard Torque axis X Out Spec Torque axis Y Out Spec Tabel 4.19 Critical To Quality (CTQ) Torsi lemah dan tidak sesuai standar saat di check dengan push&pull meter Torsi lemah dan tidak sesuai standar saat di check dengan push&pull meter Push & Pull meter Push & Pull meter 5 kgf/ cm 5 kgf/ cm Dimensi Out Spec Ukuran produk yang diluar standar Jig Check Dimensi sesuai jig check Cover lepas Kekuatan hasil welder HF welding lemah Push & Pull meter 2,5 kgf/ cm Burry Sisa hasil welder cover menonjol keluar Visual 0,5 mm Bunyi Timbul bunyi saat pivot shaft atau Tidak menimbulkan bunyi aneh saat Visual bracket diputar pivot shat atau bracket diputar Keriput, kotor, scratch, sobek, Segala bentuk cacat penampilan Tidak keriput, kotor, scratch, sobek, Visual wave (appereance) wave 90

25 4.6.2 Tahap Measure 1. Pengukuran Level Sigma Pengukuran level sigma sistem saat ini akan dilakukan melalui perhitungan dengan menggunakan kalkulator sigma. Nilai jumlah reject produk, jumlah sampel yang diinspeksi dari tabel 4.7 serta CTQ dimasukkan ke dalam kalkulator sigma. Sigma Calculator Defects Qty (pcs) : Units Inspection (pcs) : Opportunities per Unit : 7 DPMO : Sigma Level : 3,89 Gambar 4.18 Level Sigma Calculation Dari hasil perhitungan level sigma dengan menggunakan sigma calculator, diketahui bahwa sistem saat ini baru mencapai kinerja 3,89 Sigma. 2. Quality Productivity Ratio Quality-Productivity Ratio akan meningkat dari waktu ke waktu apabila produktivitas dan/atau kualitas aktual organisasi itu benar-benar meningkat. Peningkatan kapasitas produksi semata yang hanya meningkatkan output dan/atau kebijakan yang tidak berkaitan dengan peningkatan proses menuju target bebas cacat dan reduksi biaya terus-menerus tidak akan meningkatkan atau mempengaruhi quality-productivity ratio. Untuk itu, Q-P ratio ini penting 91

26 digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan penerapan metode Lean Sigma dalam suatu proses bisnis. Month Berikut adalah salah satu perhitungan Q-P ratio produk sunvisor assy berdasarkan data tahun 2009 yang dihitung dengan menggunakan sampel bulan januari. Selanjutnya tabel 4.18 akan menyajikan Q-P ratio selama tahun Q-P ratio = (Banyaknya unit produk berkualitas) / {( Banyaknya unit Jumlah Produksi output x ongkos produksi per unit) + (Banyaknya unit cacat yang diproduksi x ongkos pengerjaan kembali per unit)} Q-P ratio = ( pcs) / {( pcs x Rp ) + (200 pcs x Rp )} Q-P ratio = ( pcs) / {( ) + ( )} Q-P ratio = pcs / Rp Q-P ratio = 0, Tabel 4.20 Q-P Ratio Sunvisor Assy Tahun 2009 Reject Qty (pcs) Rework Qty (pcs) FG Qty (pcs) FPY (%) Production Cost Rework Cost Q-P Ratio Jan ,96 Rp ,00 Rp 1.500,00 0, Feb ,98 Rp ,00 Rp 1.500,00 0, Mar ,97 Rp ,00 Rp 1.500,00 0, Apr ,98 Rp ,00 Rp 1.500,00 0, Mei ,97 Rp ,00 Rp 1.500,00 0, Jun ,94 Rp ,00 Rp 1.500,00 0, Jul ,94 Rp ,00 Rp 1.500,00 0, Aug ,95 Rp ,00 Rp 1.500,00 0, Sep ,96 Rp ,00 Rp 1.500,00 0, Okt ,99 Rp ,00 Rp 1.500,00 0, Nop ,96 Rp ,00 Rp 1.500,00 0, Dec ,95 Rp ,00 Rp 1.500,00 0,

27 3. Pengukuran Process Cycle Efficiency (PCE) PCE adalah salah satu indikator kinerja dalam metode Lean Sigma. PCE di hitung berdasarkan seberapa besar aktivitas yang bernilai tambah (value added activity) terhadap total lead time. PIFC dan time study dibutuhkan untuk menghitung PCE saat awal dan setelah penerapan Lean Sigma. Biasanya PCE perusahaan Jepang sekitar 50%, Amerika 30%-40%, dan perusahaan indonesia dibawah 13%. PCE dibawah 13% bisa dikatakan un-lean. Tabel 4.21 Tabel Value Added Activity Identification Process Name Costumer order sampai start produksi Spot Welding Cutting Cover Assy Bracket Welding Mirror Assy Clip Assy Carton Pad Glued High Frequency Welding Ultrasonic Welding Assy Pivot Shaft Inspection Packing Delivery Preparation & Transportation Value Added Activity Waktu (detik) Proses Administrasi 6480 Melakukan proses dari saat ambil material sampai selesai welding dan menaruh WIP pada box finish good Melakukan proses dari saat ambil material sampai selesai cutting dan menaruh WIP pada rak penyusutan Melakukan proses dari saat mengambil material sampai selesai assy dan menaruh WIP dalam box Melakukan proses dari saat ambil material sampai selesai proses welding dan menaruh WIP pada box Melakukan proses dari saat ambil material sampai selesai proses assy dan menaruh WIP pada box Melakukan proses dari saat ambil material sampai selesai proses assy dan menaruh WIP pada box Melakukan proses dari saat ambil material sampai selesai proses glued dan menaruh WIP di rak Melakukan proses dari saat ambil material sampai selesai proses welding dan menaruh WIP pada box Melakukan proses dari saat mengambil material sampai selesai welding dan menaruh WIP di box Melakukan proses dari saat ambil material sampai selesai assy dan menaruh FG di box Melakukan proses pengecekan dari saat ambil produk, check dan menaruh produk di box Melakukan proses dari saat mengambil produk sampai dengan membungkus produk dan menaruhnya di box Melakukan registrasi terhadap part, proses administrasi hingga part dikirim

28 Dari data diatas, dapat diketahui bahwa total value added time dari sistem saat ini adalah = = 9193 detik. PCE = (Total Value Added Time / Total Lead Time) x 100% PCE = (9193 detik / detik) x 100% PCE = 0,095 x 100%, PCE = 9,5% Total lead time yang digunakan adalah total lead time dari PIFC current state. Berdasarkan hasil perhitungan, ternyata didapat prosentase PCE dibawah 10%, ini menunjukkan bahwa sistem saat ini bisa dikatakan un-lean. Untuk memperbaiki prosentase PCE, maka perlu dilakukan eliminasi terhadap aktivitasaktivitas yang tidak bernilai tambah sehingga total lead time dapat dikurangi. 4. Pengukuran Overall Equipment Effectiveness (OEE) Berdasarkan data down time, waktu kerja, jumlah reject produk dan pencapaian produksi tahun 2009, maka OEE bisa didapat dengan perhitungan seperti dibawah. Sampel perhitungan diambil dari data bulan Januari 2009, selebihnya untuk mempercepat proses perhitungan akan dilakukan dengan menggunakan OEE Calculator. Waktu kerja tahun 2009, berdasarkan data pencapaian produksi adalah 2 shift over time setiap hari dengan waktu kerja pukul sampai dengan pukul (shift 1) dan pukul sampai dengan pukul (shift 2) 94

29 Cycle Time Ideal (Waktu Standar) = 33 detik/pcs Waktu Operasional = 24 jam Waktu Istirahat = 3 jam/hari = detik/hari Waktu Setup / hari = 420 detik = 7 menit = 0,12 jam per hari Allowance Time per hari = 2520 detik = 0,7 jam per hari Planned Downtime/day = 3 jam + 0,12 jam + 0,7 jam = 3,82 jam/hari Planned Production Time = 24 jam 3,82 jam = 20,18 jam/hari. Unplanned Downtime = (Output Teoritis Output Aktual) / Jumlah hari kerja / Output Teoritis per jam. (lihat tabel 4.22) Output Teoritis/jam = 3600 detik / Cycle Time (Waktu Standar) = 3600 detik / 33 detik = 109 pcs/jam Output Teoritis/month = 109 pcs/jam x 20,18 (waktu operasional) x 27 hari kerja dibulan januari. = pcs di bulan Januari Unplanned Down Time = (59390 pcs pcs) / 27 hari / 109 pcs Unplanned Down Time = pcs/month : 27 hari : 109 pcs/jam Unplanned Down Time = 5,9 jam/hari. Maka, Availability = Operating Time / Planned Production Time Availability = (Planned Production Time-Unplanned DownTime) / Planned Production Time. Availability = (20,18-5,9 jam) / 20,18 jam Availability = 70,89 % 95

30 Month Performance Rate = (Cycle Time Ideal x Output) / Planned Production Time Performance Rate = ((33 detik x pcs (output total bulan januari Jumlah Produksi Aktual (pcs/ month) Jumlah Hari Kerja 2009)) / (20,18 jam x 27 hari kerja) = (0,0091 jam x pcs) / (544,86) = 383,13 / 544,86 = 70,32 % Quality Rate = Jumlah produk baik / Output Aktual Quality Rate = pcs / pcs Quality Rate = 96,23 % Maka besarnya nilai OEE saat ini adalah : OEE = Availability x Performance Rate x Quality Rate OEE = 70,89 % x 70,32 % x 96,23 % = 47,97 % Tabel 4.22 Tabel Data Unplanned Down Time Waktu Kerja Efektif (Hour/ Month) Ideal Produksi (pcs/ day) Total Output Teoritis (pcs) Selisih Output (pcs) Down Time (Hour/ Day) Jan , ,9 Feb , ,9 Mar , ,7 Apr , ,3 Mei , ,7 Jun , ,7 Jul , ,7 Aug , ,3 Sep , ,6 Okt , ,3 Nop , ,7 Des , ,1 96

31 Month : AVAILABILITY Januari OEE CALCULATOR Waktu Operasional 648 Total Jam Kerja 648 Waktu Istirahat 81 Jumlah Breaks 0 Total Istirahat 0 Lamanya Breaks 0 Setup + Allowance 22,14 Planned Down Time 103,14 Down Time Tidak Direncanakan 158,60 PERFORMANCE Cycle Time Ideal 0,0091 Jam/ Unit QUALITY Aktual Output pcs Jumlah Produk Reject pcs Quality Ratio = Jumlah good product/ Jumlah Aktual Output 1 PERHITUNGAN VARIABLE OEE Planned Production Time = Waktu Operasional - Planned Downtime 544,86 Actual Run Time = Planned Production Time - Unplanned down time 386,26 Good Pieces Produced = Actual Pieces - Rejected Pieces PERHITUNGAN FAKTOR OEE Availability Actual Run Time/ Planned Production Time 70,89% Performance (Cycle Time x Output Aktual)/ Running Time 70,32% Quality Good Pieces/ Actual Pieces 96,23% OEE Availability x Performance x Quality 47,97% OEE GRAFIK 100% 90% 80% 70% 90,00% 95,00% 70,89% 70,32% 99,90% 96,23% 85,41% 90,00% 95,00% 99,90% 85,41% 60% 50% 40% 30% 47,97% We World Class 20% 10% 0% Availability Performance Quality OEE Gambar 4.19 Tabel Perhitungan OEE Calculator 97

32 Tabel 4.23 Tabel Perhitungan OEE tahun 2009 Month Availability (%) Performance Rate (%) Quality Rate (%) OEE (%) Januari 70,89% 70,32% 96,23% 47,97% February 70,75% 70,17% 97,81% 48,56% Maret 67,00% 66,46% 97,24% 43,30% April 68,66% 68,10% 98,16% 45,90% May 66,99% 66,45% 97,42% 43,37% Juni 67,00% 66,46% 94,06% 41,88% July 67,03% 66,49% 94,29% 42,02% Agustus 68,77% 68,21% 94,57% 44,36% September 67,18% 66,64% 96,20% 43,07% Oktober 68,68% 68,12% 98,68% 46,17% November 67,04% 66,49% 95,82% 42,71% Sebagai pembanding, berikut adalah Availability, Performance Rate, Quality Rate dan OEE perusahaan kelas dunia : - Availability 90 % - Performance Rate 95 % - Quality Rate 99,9 % - Overall Equipment Effectivenes 85,41 % Dari hasil perhitungan OEE, saat ini sistem masih perlu banyak perbaikan terutama pada variabel-variabel penyusun performance rate. Hal ini berarti perlu perbaikan dalam hal kecepatan kerja dan pengurangan idle time pada sistem. Selanjutnya, yang perlu dilakukan perbaikan segera adalah Availability dari sistem. Hal ini berarti perbaikan perlu dilakukan terhadap variabel penyusun Availability seperti unplanned down time (down time mesin, loss time dari sistem). 98

33 4.6.3 Tahap Analyze 1. Fish Bone Diagram Metode fishbone atau ishikawa diagram, digunakan untuk mengetahui akar penyebab masalah yang berhubungan dengan defect produk. Data yang digunakan untuk melakukan analisa dalam metode ini adalah data jumlah dan jenis reject produksi tahun 2009 yang diwakilkan oleh data bulan juni sampai dengan agustus Hasil dari analisa dengan menggunakan metode ini akan dijadikan acuan dalam tahap improve memperbaiki sigma level, Q-P ratio dan OEE. Tabel 4.24 Tabel Pareto Diagram Defect Juni-Agustus 2009 Persentase Kumulatif Perbaikan: 80% No Jenis Defect Jumlah Kumulatif (%) 1 Torque X axis outspec ,6% 2 Torque Y axis outspec ,6% 3 Weld Line lepas ,3% 4 Bunyi ,0% 5 Dimensi outspec 18 99,1% 6 Keriput,kotor,scrath,sobek ,0% 7 Burry 7 100,0% Gambar 4.20 Grafik Prosentase Jenis Reject Produksi 99

34 Dari grafik dapat dilihat bahwa prosentase terbesar reject produksi adalah produk cacat karena torque axis X dibawah standar. Tingkat kecacatan produk akibat ketidaksesuaian ini adalah 1132 pcs selama periode juni sampai dengan agustus Berikutnya adalah ketidaksesuaian produk karena torque axis Y dibawah standar yang ditentukan. Tingkat kecacatan adalah sebesar 401 pcs selama rentang juni-agustus Dan ketiga adalah ketidak sesuaian hasil produksi karena cover lepas sebanyak 396 pcs selama rentang tersebut. Untuk lebih memfokuskan analisa terhadap jenis waste defect, maka analisa akan lebih fokus ke penyebab tiga besar defect produk yaitu defect akibat torque axis X yang out spec, kemudian torque axis Y yang out spec dan terakhir adalah cover yang lepas. Berikut adalah resume dari hasil analisa fishbone diagram terhadap tiga besar defect produk. Analisa dengan menggunakan fishbone diagram dapat dilihat pada Gambar 4.21-Gambar 4.23 (lampiran 4 sampai lampiran 6). Tabel 4.25 Tabel Penyebab Defect Torque X axis < 5kgf Faktor Penyebab Manusia Material Mesin Metode Sebab Proses manual, operator bekerja tanpa acuan standar Proses manual, operator tidak bisa melihat posisi nut karena terbungkus cover Kebersihan hasil las hexagonal nut di retainer plate kurang diperhatikan supplier Proses pengelasan manual dengan bantuan centering tanpa memperhatikan Proses manual dengan screw driver Proses masih manual operator, kemungkinan memposisikan screw miring besar Akibat Tekanan terlalu besar terhadap screw driver Posisi pasang screw miring Lubang nut kotor akibat percikan las masuk ke lubang nut, screw atau ulir nut menjadi aus Hasil las nut miring dan tidak flat (rata) Tekanan yang diberikan operator tidak konsisten Posisi screw miring terhadap nut 100

35 Tabel 4.26 Tabel Penyebab Defect Torque Y axis < 5 kgf Faktor Penyebab Manusia Material Mesin Metode Sebab Proses manual, operator bekerja tanpa acuan standar Proses manual, operator bekerja tanpa acuan standar Solid lenght tidak tercapai akibat tekanan kurang saat pasang hex nut Material recycle pada bracket komposisinya terlalu besar Proses manual dengan screw driver Sumber tekanan adalah tangan operator Akibat Tekanan yang diberikan operator terlalu besar, sehingga saat pemasangan hex nut bracket retak Tekanan yang diberikan operator terlalu kecil, sehingga saat pasang hex nut, spring tidak dalam posisi solid length Tekanan spring terhadap bracket kurang besar Bracket mudah retak jika diberi tekanan besar Tekanan yang diberikan operator tidak konsisten Tekanan tidak konsisten Faktor Penyebab Manusia Tabel 4.27 Tabel Penyebab Defect Cover Lepas Sebab Operator tidak pernah ditraining masalah parameter output mesin Operator tidak mengetahui cara perawatan harian mesin Akibat Operator tidak mengetahui cara monitor parameter output mesin Operator tidak memperhatikan kebersihan mesin Material Mesin Metode Kelembapan ruang penyimpanan cover PVC tidak diperhatikan Tooling cutting material PAD sudah aus Umur pakai oscilator sudah tua, akibatnya oscilator lemah Umur pakai piston hidrolik sudah tua sehingga cylinder piston rusak Acuan instalasi PAD hanyalah outline dies welding Material cover PVC lembap Dimensi PAD lebih besar dari dies welding, burry Ampere lemah Tekanan mesin kurang Operator memasang PAD melenceng diluar dies welding 101

36 2. Faktor penyebab waste Analisa ini untuk mengetahui faktor-faktor atau aktivitas apa saja yang menyebabkan waste terjadi. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan wawancara dan brainstorming. Sedangkan sasaran dari analisa ini adalah mengetahui dengan pasti penyebab waste terutama yang berhubungan dengan Motion, Transportation, Over Processing, Waiting dan Inventory sehingga dapat digunakan untuk acuan dalam tahap improve memperbaiki level PCE dan OEE. Tabel 4.28 Tabel Penyebab Waste Overprocessing Stasiun Kerja Keterangan Penyebab Ultrasonic Weld Assy Pivot Shaft Inspection Menghilangkan burry Rework akibat over torque Rework akibat kotor dan keriput Tooling yang digunakan sudah rusak, sehingga aliran gelombang ultrasonic tidak terpusat pada energi director material. Ulir pada nut di dalam sunvisor assy melenceng (miring), sehingga saat dilakukan assy, ulir nut dan screw tidak tepat menyatu dan dipaksakan sehingga ulir nut rusak dan terjadi loss torque Cover kotor saat perpidahan dari ultrasonic proses ke assy pivot shaft karena saat assy pivot dilakukan manual dengan media tangan operator dan pemukul (palu plastik). Hal dimungkinkannya kotor dan keriput adalah saat operator juga harus memegang sunvisor saat pivot diassy dengan cara dipukul dan saat operator mengambil screw tanpa alas tangan. 102

37 Tabel 4.29 Tabel Penyebab Waste Inventory Stasiun Kerja Keterangan Penyebab Cutting Cover Assy Bracket Pad Glued Terdapat WIP menumpuk karena dilakukan shrinkage dan perbedaan cycle time Terdapat WIP menumpuk karena perbedaan cycle time Terdapat tumpukan WIP akibat dilakukan curing Perbedaan cycle time dengan proses selanjutnya dan dilakukannya aktivitas membiarkan material setelah dicutting pada suhu kamar. Harapannya material akan menyusut sampai batas terakhir sehingga tidak ada perbedaan dimensi saat proses selanjutnya. Perbedaan cycle time dengan proses selanjutnya. Dilakukannya proses curing agar lem (adhesive) dapat melekat kuat sebelum dilakukan proses selanjutnya Tabel 4.30 Tabel Penyebab Waste Motion Stasiun Kerja Keterangan Penyebab Spot Welding Cutting Cover Assy Bracket HF Welding Ultrasonic Weld Assy Pivot Shaft Inspection Gerakan berjalan dari stasiun spot welding ke stasiun berikutnya Mencari keranjang sampah untuk membuang material reject Jarak antar stasiun kerja cukup jauh Stasiun kerja yang tidak rapih dan ringkas Menaruh hasil cutting di rak shrinkage Adanya aktivitas shrinkage WIP Gerakan berjalan dari stasiun assy bracket ke stasiun berikutnya Mencari keranjang sampah untuk membuang material reject Mencari keranjang sampah untuk membuang material reject Mencari keranjang sampah untuk membuang material reject Mencari tempat produk NG Jarak antar stasiun kerja cukup jauh Stasiun kerja yang tidak rapih dan ringkas Stasiun kerja yang tidak rapih dan ringkas Stasiun kerja yang tidak rapih dan ringkas Stasiun kerja yang tidak rapih dan ringkas 103

38 Tabel 4.31 Tabel Penyebab Waste Waiting Stasiun Kerja Keterangan Penyebab Spot Welding Welding Mirror HF Welding Ultrasonic Welding Setting jig assy dan setup mesin Setting jig welding dan setup mesin Menunggu WIP cover setelah dilakukan shrinkage Setting mesin Menunggu WIP dari stasiun Pad Glued Menunggu WIP dari stasiun HF Welding Proses setup yang terlalu lama akibat mencari alat dan proses yang tidak standar Proses setup yang terlalu lama akibat mencari alat dan proses yang tidak standar Adanya aktivitas shrinkage WIP Proses setup yang terlalu lama akibat mencari alat dan proses yang tidak standar Adanya aktivitas curing adhesive Cycle time ultrasonic welding lebih cepat dari pada cycle time HF welding Assy Pivot Shaft Menunggu WIP dari stasiun Ultrasonic welding Cycle time assy pivot shaft lebih cepat dari pada ultrasonic welding Inspection Packing Menunggu WIP dari Assy Pivot Shaft Menunggu part finish good Cycle time inspection lebih cepat dari pada cycle time assy pivot shaft Cycle time packing lebih cepat dari pada cycle time inspection Tabel 4.32 Tabel Penyebab Waste Transportation Stasiun Kerja Keterangan Penyebab Spot Welding Jarak dari mesin spot welding ke stasiun sesudah nya cukup jauh (±10 meter) Jarak antar stasiun kerja yang jauh Assy Bracket Welder Mirror Pad Glue Jarak dari stasiun assy bracket cukup jauh dan terhalangi oleh stasiun lain (jarak ±3 meter) Jarak dari mesin welder mirror ke stasiun berikutnya cukup jauh dan terhalangi (jarak ±3,5 meter) Jarak dari meja pad glued ke stasiun selanjutnya cukup jauh (±3 meter) Jarak antar stasiun kerja yang jauh Jarak antar stasiun kerja yang jauh, layout yang buruk Jarak antar stasiun kerja yang jauh 104

39 4.6.4 Tahap Improve Dalam tahap ini, semua informasi mengenai penyebab terjadi nya waste dalam sistem kemudian di perbaiki dengan menggunakan berbagai metode dalam konsep Lean Sigma. Jika diperhatikan, beberapa penyebab terjadinya waste dalam sistem saat ini dapat dikelompokkan dalam tabel berikut. Tabel 4.33 Tabel Pengelompokkan Improvement Tools Penyebab Waste Jarak antar stasiun kerja yang cukup jauh Perbedaan cycle time antar proses yang berkaitan Adanya aktivitas shrinkage dan curing yang tidak bernilai tambah bagi produk Pergerakan yang tidak perlu dari operator (mencari) Setup atau setting mesin yang tidak memiliki standar dan tergantung pada masing-masing operator Defect produk yang dikarenakan raw material yang out of control secara kualitas, parameter meter dan kondisi Adanya proses tambahan akibat abnormalitas mesin, tools, atau material dan juga proses yang tidak standar Improvement Tools Relayout Line Balancing Kaizen Blitz, Value Engineering SMED, 5S SMED, 5S Quality Improvement, Control Chart, SPC Quality Improvement, Process Improvement 105

40 Faktor Penyebab Manusia 1. Quality Improvement Activity Aktivitas ini digunakan untuk melakukan perbaikan terhadap nilai defect (jumlah kecacatan produk) yang saat ini cenderung besar. Input dari aktivitas ini adalah hasil dari analisa metode fishbone diagram dari tahap analyze. Tabel 4.34 Tabel Penyelesaian Masalah Defect Cover Lepas Sebab Operator tidak pernah ditraining masalah parameter output mesin Operator tidak mengetahui cara perawatan harian mesin Akibat Operator tidak mengetahui cara monitor parameter output mesin Operator tidak memperhatikan kebersihan mesin Pemecahan Masalah Melakukan training kepada operator, membuat check sheet monitoring harian mesin Melakukan training dan sosialisasi, membuat check sheet perawatan harian mesin Material Mesin Metode Kelembapan ruang penyimpanan cover PVC tidak diperhatikan Tooling cutting material PAD sudah aus Umur pakai oscilator sudah tua, akibatnya oscilator lemah Umur pakai piston hidrolik sudah tua sehingga cylinder piston rusak Acuan instalasi PAD hanyalah outline dies welding Material cover PVC lembap Dimensi PAD lebih besar dari dies welding, burry Ampere lemah Tekanan mesin kurang Operator memasang PAD melenceng diluar dies welding Menetapkan standar kelembapan ruang penyimpanan cover PVC, menempatkan higrometer dan membuat cheet sheet pemantauan kelembapan ruang Melakukan periodical check terhadap tooling cutting dan menetapkan standar tumpukan material saat proses cutting PAD Menetapkan preventive maintenance dan penerapan trend diagram mesin Menerapkan preventive maintenance dan penerapan trend diagram mesin Membuat acuan instalasi PAD di welding dies 106

41 Tabel 4.35 Tabel Penyelesaian Masalah Defect Torque X axis Faktor Penyebab Manusia Material Sebab Proses manual, operator bekerja tanpa acuan standar Proses manual, operator bekerja tanpa acuan standar Solid lenght tidak tercapai akibat tekanan kurang saat pasang hex nut Material recycle pada bracket komposisinya terlalu besar Akibat Tekanan yang diberikan operator terlalu besar, sehingga saat pemasangan hex nut bracket retak Tekanan yang diberikan operator terlalu kecil, sehingga saat pasang hex nut, spring tidak dalam posisi solid length Tekanan spring terhadap bracket kurang besar Bracket mudah retak jika diberi tekanan besar Pemecahan Masalah Membuat jig dan mesin assy Membuat jig dan mesin assy Menetapkan standar solid lenght Melakukan audit supplier terhadap komposisi material tiap 3 bulan, komplain ke supplier Mesin Proses manual dengan screw driver Tekanan yang diberikan operator tidak konsisten Membuat jig dan mesin assy Metode Sumber tekanan adalah tangan operator Tekanan tidak konsisten Membuat jig dan mesin assy Faktor Penyebab Manusia Material Mesin Metode Tabel 4.36 Tabel Penyelesaian Masalah Defect Torque Y axis Sebab Akibat Pemecahan Masalah Proses manual, operator bekerja tanpa acuan standar Tekanan terlalu besar terhadap screw driver Proses manual, operator tidak bisa melihat posisi nut karena Posisi pasang screw miring terbungkus cover Kebersihan hasil las hexagonal nut di retainer plate kurang diperhatikan supplier Proses pengelasan manual dengan bantuan centering tanpa memperhatikan Proses manual dengan screw driver Proses masih manual operator, kemungkinan memposisikan screw miring besar Lubang nut kotor akibat percikan las masuk ke lubang nut, screw atau ulir nut menjadi aus Hasil las nut miring dan tidak flat (rata) Tekanan yang diberikan operator tidak konsisten Posisi screw miring terhadap nut Membuat jig dan mesin assy Membuat jig dan mesin assy Audit proses ke supplier setiap 3 bulan, meminta supplie rmenjaga kebersihan lingkungan kerja dan hasil proses (point check) Menganjurkan pembuatan jig cekam untuk proses welding nut di supplier agar nut tidak terangkat saat diproses Membuat jig dan mesin assy Membuat jig dan mesin assy 107

42 2. Kaizen Blitz Kaizen Blitz digunakan untuk melakukan perbaikan secara cepat. Dari sekian banyak penyebab waste yang bisa di eliminasi dengan menggunakan metode ini adalah mengusulkan eliminasi terhadap aktivitas shrinkage WIP cover PVC setelah di cutting pada stasiun kerja cutting cover dan eliminasi aktivitas curing (pengeringan lem) di stasiun kerja Pad Glued. Kaizen Blitz sendiri merupakan sarana untuk melakukan perbaikan, namun dalam hal analisa dan eksekusi, perlu dilakukan value engineering dan study terhadap material yang terkait usulan Kaizen Blitz ini yaitu material cover PVC (PVC Sheet) dan Adhesive (Glue). Penulis telah melakukan pengamatan, pengambilan data dan analisa mengenai usulan ini dengan cara : a. Melakukan pengukuran dimensi PVC sheet setelah dicutting berbanding lurus dengan waktu penyusutan. Hasil yang didapat adalah bahwa material cover PVC memang benar menyusut setelah dicutting dalam interval waktu setiap 3 jam setelah dicutting dengan penyusutan sebesar 3 mm. Penyusutan ini berlangsung selama 20 jam. b. Untuk material adhesive yang digunakan pada stasiun kerja Pad Glued, memang benar dalam jangka waktu sebelum 3 menit. Pad akan mudah sekali lepas karena adhesive belum kering benar jika langsung diproses dibawah 3 menit. Improvement yang dilakukan untuk mengeliminasi kedua jenis non value added activity tersebut adalah : 108

43 a. Mempertimbangkan cycle time yang terpaut jauh dengan cycle time stasiun kerja berikutnya dan saat ini proses cutting yang ada di perusahaan bukan hanya proses cutting material untuk sunvisor assy, maka manajemen menyetujui usulan untuk memindahkan proses cutting cover ini dari lini sunvisor assy. Artinya stasiun kerja ini akan difungsikan sebagai cutting center bagi semua produk yang membutuhkan material sejenis, termasuk headlining assy dan terpisah dari lini sunvisor assy. Hasil dari study penyusutan adalah penyusutan berhenti setelah meterial dicutting dan didiamkan selama 20 jam, maka perlu ada identifikasi terhadap material yang sudah didiamkan selama 20 jam dan menerapkan sistem FIFO (First In First Out). b. Melakukan value engineering dengan mengganti material adhesive (glue) yang saat ini digunakan dengan material adhesive yang lebih cepat kering. Contoh form usulan Kaizen Blitz dapat dilihat pada lampiran 7. Tabel 4.37 Tabel Pengamatan WIP Setelah Improvement No Stasiun Kerja Jumlah WIP (pcs) 1 Spot Welding 1 2 Assy Bracket 1 3 Welding Mirror 1 4 Assy Clip 1 5 Assy Carton 1 6 Pad Glued 1 7 High Frequency Welding 0 8 Ultrasonic Welding 0 9 Assy Pivot Shaft 0 10 Inspection 0 11 Packing 0 109

44 3. Process Improvement Activity - Line Balancing Line balancing digunakan untuk menyeimbangkan lini produksi. Cycle time dari tiap work station di line sunvisor assy akan diseimbangkan mengikuti level takt time yang dihitung berdasarkan tingkat permintaan dari costumer atau forecast dari departement perencanaan dan pengendalian produksi. Line balancing akan dilakukan terhadap stasiun kerja yang berkaitan namun terdapat perbedaan cycle time. Yang dimaksud disini adalah akan dilakukan perbaikan sistem dengan menggabungkan atau memecah beberapa aktivitas kerja sehingga setiap stasiun kerja memiliki cycle time yang paling tidak seimbang satu sama lain, pada akhirnya waste waiting dapat di reduksi. Data cycle time yang digunakan untuk improvement ini sudah mengikuti perhitungan waktu standar kerja. Perlu diketahui, untuk takt time lini sunvisor assy saat ini adalah : Takt Time = Waktu yang tersedia / jumlah permintaan Takt Time = (20,3 jam x 3600 detik x 22 hari kerja) / permintaan bulanan Takt Time = detik / pcs per month Takt Time = 40 detik/pcs part 110

45 Improvement Target : Menggabungkan Gambar 4.24 Grafik Cycle Time Stasiun Kerja Sebelum Improvement Dari grafik diatas dapat dilihat adanya perbedaan cycle time dari tiap stasiun kerja lini sunvisor assy. Dari pengamatan dilapangan dan data cycle time yang ada, maka ditarget kan untuk melakukan penggabungan 4 stasiun kerja menjadi 2 stasiun kerja yang berbeda yaitu : stasiun kerja ultrasonic welding digabung dengan stasiun kerja assy pivot shaft, dan stasiun kerja inspection digabung dengan stasiun kerja packing. Hal ini juga mengakibatkan 2 orang manpower dari 4 stasiun kerja tersebut untuk dialihkan ke lini produksi yang lain. Gambar 4.25 Grafik Cycle Time Stasiun Kerja Setelah Line Balancing 111

TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE LEAN SIGMA UNTUK MEMPERBAIKI KINERJA QUALITY, COST DAN DELIVERY PRODUK SUNVISOR ASSY DI PT. APM ARMADA AUTOPARTS

TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE LEAN SIGMA UNTUK MEMPERBAIKI KINERJA QUALITY, COST DAN DELIVERY PRODUK SUNVISOR ASSY DI PT. APM ARMADA AUTOPARTS TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE LEAN SIGMA UNTUK MEMPERBAIKI KINERJA QUALITY, COST DAN DELIVERY PRODUK SUNVISOR ASSY DI PT. APM ARMADA AUTOPARTS Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penyelesaian Masalah Objek penyelesaian masalah dalam karya tulis ini adalah tahapan dalam melakukan continous improvement dengan menggunakan metode Lean Sigma untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Lean dan Six sigma merupakan dua metodologi perbaikan yang berbeda satu sama lain dalam hal target, fokus maupun metode yang digunakan. Dalam perkembangan dunia bisnis

Lebih terperinci

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4%

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4% BAB V ANALISA 5.1 Analisa Current State Value Stream Mapping (CVSM) Value stream mapping merupakan sebuah tools untuk memetakan jalur produksi dari sebuah produk yang didalamnya termasuk material dan informasi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini akan dilakukan pembahasan data yang sudah diperoleh untuk menganalisa pembuatan Value Stream Mapping di line Fr. Frame X. Pembahasan dan hasil analisa berdasarkan data

Lebih terperinci

Pendahuluan. I.1 Latar belakang

Pendahuluan. I.1 Latar belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar belakang PT. Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi tas. Proses produksi tas di PT. EMPI dilakukan melalui beberapa tahap yaitu,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. Total Waktu (menit)

BAB V ANALISIS. Total Waktu (menit) BAB V ANALISIS 5.1 Analisis Availability Rate Availability Rate mencerminkan seberapa besar waktu loading time yang tersedia yang digunakan disamping yang terserap oleh down time losses. Berikut adalah

Lebih terperinci

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut Gaspersz (2011, p.92), Lean Six sigma merupakan suatu filosofi bisnis, pendekatan sistemik dan sistematik dan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Support. Webbing QC Sewing. Gambar I.1 Skema alur proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry

Bab I Pendahuluan. Support. Webbing QC Sewing. Gambar I.1 Skema alur proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi tas. Proses produksi tas di PT. EMPI dilakukan melalui beberapa tahap,

Lebih terperinci

3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bagian ketiga dari laporan skripsi ini menggambarkan langkah-langkah yang akan dijalankan dalam penelitian ini. Metodologi penelitian dibuat agar proses pengerjaan penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN I.1

BAB 1 PENDAHULUAN I.1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan dan perkembangan zaman merubah cara pandang konsumen dalam memilih sebuah produk yang diinginkan. Kualitas menjadi sangat penting dalam memilih produk di samping

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan metodologi penelitian atau tahapan-tahapan penelitian yang akan dilalui dari awal sampai akhir. Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih

Lebih terperinci

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah:

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah: BAB III. METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT.Dulmison Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang hardware energi yang memproduksi alat-alat berat dan aksesoris

Lebih terperinci

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut Gaspersz (2011, p.92), Lean Six sigma didefinisikan sebagai suatu filosofi bisnis, pendekatan sistemik, dan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan

Lebih terperinci

PRESENTASI SIDANG SKRIPSI. September

PRESENTASI SIDANG SKRIPSI. September PRESENTASI SIDANG SKRIPSI 1 ANALISIS KINERJA DAN KAPABILITAS MESIN DENGAN PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) DI PT. X Disusun oleh Nama : Teguh Windarto NPM : 30408826 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Agronesia Divisi Industri Teknik Karet (INKABA) adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai jenis produk teknik berbahan baku utama karet, salah satunya adalah produk karet damper.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Metode penelitian ini merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapantahapan yang jelas yang disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Tiap tahapan maupun bagian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, persaingan industri manufaktur sebagai produsen berbagai macam produk semakin tinggi. Ini ditandai dengan munculnya berbagai macam produk dengan jenis merek

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari pembobotan yang dilakukan terhadap pemborosan (waste)

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Temuan Utama dan Hasil Pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa temuan utama dalam penelitian ini adalah terjadinya pemborosan

Lebih terperinci

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu rangkaian kerangka pemecahan masalah yang dibuat secara sistematis dalam pemecahan masalah yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Mesin atau peralatan yang menjadi objek penelitian adalah pada bagian pengeringan di PT. XYZ yaitu pada mesin Dryer Twind. Karena mesin ini bersifat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 5.1 Hasil Data Defect Fusstrebe Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis defect yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Fase atau tahapan yang banyak menghasilkan produk yang cacat adalah di bagian proses stripping, terlihat dari diagram Pareto nya dari ketiga tahapan di area produksi Produk X. 2.1

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair.

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair. BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Diagram Proses Pembuatan Frame Body Comp Marking Front Frame Rear Frame General Assy Stay Body Cover Permanent 1 Permanent 2 Permanent 3 Permanent

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Waktu siklus Pengukuran waktu adalah kegiatan mengamati pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja atau oleh operator serta mencatat waktu-waktu kerjanya baik waktu setiap elemen maupun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Jurnal dan referensi diperlukan untuk menunjang penelitian dalam pemahaman konsep penelitian. Jurnal dan referensi yang diacu tidak hanya dalam negeri namun juga

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 28 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Identifikasi masalah Pada bagian produksi di Stamping Plant PT. Astra Daihatsu Motor, banyak masalah yang muncul berkaitan dengan kualitas yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Produk Cacat Part PH 031 Tahun mayor dan minor penyebab terjadinya produk cacat untuk part PH 031 pada tahun

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Produk Cacat Part PH 031 Tahun mayor dan minor penyebab terjadinya produk cacat untuk part PH 031 pada tahun BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Produk Cacat Part PH 031 Tahun 2015 Berdasarkan data produk cacat tahun 2015 yang tersaji pada bab sebelumnya, maka dibuat analisa data untuk lanjutan untuk mengetahui faktor

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tahun ke tahun, perkembangan dunia bisnis mengalami peningkatan yang mengakibatkan perusahaan terus bersaing untuk menawarkan produk berkualitas sesuai keinginan konsumen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya industri manufaktur di Indonesia, maka akan semakin ketat persaingan antara perusahaan manufaktur satu dan lainnya. Hal ini memicu perusahaan

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM.

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM. PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE) DAN LEAN SIX SIGMA DI PT. XYZ TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya teknologi saat ini menimbulkan dampak persaingan yang sangat ketat antar perusahaan. Banyak perusahaan berlombalomba untuk mendapatkan keuntungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap industri manufaktur berusaha untuk efektif, dan dapat berproduksi dengan biaya produksi yang rendah untuk meningkatkan produktivitas. Usaha ini diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Overall Equipment Effectiveness ( OEE ) Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah tingkat keefektifan fasilitas secara menyeluruh yang diperoleh dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perdagangan global menyebabkan setiap perusahaan dituntut untuk menekan biaya produksi dengan melakukan proses produktivitas dan efisiensi pada proses

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan (Sumber: Company Profil PT.IGP) Gambar 4.1 Layout IGP Group IGP Group dimulai dengan berdirinya PT.GKD pada tahun 1980 dengan frame

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya industri manufaktur di Indonesia menuntut para pelaku industri untuk terus meningkatkan kualitas layanan dan produk agar mampu bersaing dengan

Lebih terperinci

STUDI PENGENDALIAN KUALITAS PINTU KAYU DENGAN MENGGUNAKAN METODE LEAN SIX SIGMA

STUDI PENGENDALIAN KUALITAS PINTU KAYU DENGAN MENGGUNAKAN METODE LEAN SIX SIGMA STUDI PENGENDALIAN KUALITAS PINTU KAYU DENGAN MENGGUNAKAN METODE LEAN SIX SIGMA Tuti Sarma Sinaga 1 1 Teknik Industri, Universitas Sumatera Utara Medan Masuk: 6 Juni 2015, revisi masuk: 4 Juli 2015, diterima:

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis/Desain Penelitian Berdasarkan tingkat eksplanasi, penelitian dibedakan menjadi tiga, yaitu deskriptif, komparatif, dan asosiatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang penelitian, penjelasan mengenai permasalahan yang diangkat yaitu berupa perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai, batasan masalah, dan sistematika

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kajian Teori Teori yang di gunakan adalah : Line Performance (Operational Excellence) dan Losses 3.1.1 OPERATIONAL EXCELLENCE Operational excellence (OE)

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengukuran Performansi Pengukuran performansi sering disalah artikan oleh kebanyakan perusahaan saat ini. Indikator performansi hanya dianggap sebagai indikator yang menunjukkan

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam tugas akhir ini memerlukan teori-teori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam)

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam) BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN 5.1 Analisa Nilai Availability Table 5.1 Nilai Availability Mesin Steam Ejector Planned Equipment Loss Time Availability Januari 42 6 36 85.71 Februari 44 7 37 84.09 Maret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri makanan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. mengetahui tingkat efektivitas penggunaan mesin AU L302,dari data hasil. Availability Ratio (%)

BAB V ANALISA HASIL. mengetahui tingkat efektivitas penggunaan mesin AU L302,dari data hasil. Availability Ratio (%) BAB V ANALISA HASIL 5.1 Pembahasan Analisa perhitungan Overal Equipment Effectiveness (OEE) dilakukan untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan mesin AU L302,dari data hasil perhitungan availability

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Total Productive Maintenance Total Productive Maintenance (TPM) adalah teknik silang fungsional yang melibatkan beberapa bagian fungsional perusahaan bukan hanya pada Bagian

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil BAB V ANALISA HASIL Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan yang telah dilakukan di bab sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil pencapain OEE setiap bulannya adalah tidak

Lebih terperinci

Gambar I. 1 Air Brake System Tipe KE-G-12

Gambar I. 1 Air Brake System Tipe KE-G-12 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang PT Pindad merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memproduksi alat pertahanan dan beberapa produk komersial. Kelompok usaha PT Pindad dibagi menjadi empat pokok

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI PENGURANGAN WASTE PADA PROSES PRODUKSI BENANG KARET DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA DI PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LADASA TEORI Dalam penulisan tugas akhir ini diperlukan teori-teori yang mendukung, diperoleh dari mata kuliah yang pernah didapat dan dari referensi-referensi sebagai bahan pendukung. Untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB V ANALISA. 5.1 Analisa Tahapan Define

BAB V ANALISA. 5.1 Analisa Tahapan Define 5.1 Analisa Tahapan Define BAB V ANALISA 5.1.1 Analisa Diagram SIPOC(Supplier Input Process Output Customer) Dari hasil penggambaran Diagram SIPOC, terlihat informasi elemenelemen yang terlibat langsung

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Sejarah Perusahaan IGP Group dimulai dengan berdirinya PT.GKD pada tahun 1980 dengan Frame Chassis dan Press Part sebagai bisnis utamanya. Menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam usaha peningkatan produktivitas, perusahaan harus mengetahui kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan jasa)

Lebih terperinci

Penurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study

Penurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study Penurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study Maria Natalia 1, Nyoman Sutapa 2 Abstract: The thesis discusses the value added and non-value added of the

Lebih terperinci

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT.

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT. PT. Barata Indonesia merupakan perusahaan manufaktur dengan salah satu proyek dengan tipe job order, yaitu pembuatan High Pressure Heater (HPH) dengan pengerjaan pada minggu ke 35 yang seharusnya sudah

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN MESPACK DI PT. UNILEVER INDONESIA DEA DERIANA

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN MESPACK DI PT. UNILEVER INDONESIA DEA DERIANA PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN MESPACK DI PT. UNILEVER INDONESIA DEA DERIANA 39410112 LATAR BELAKANG Peningkatan Produktivitas Overall Equipment Effectiveness

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, perkembangan dunia usaha mengalami persaingan yang begitu ketat. Agar dapat memenangkan persaingan tersebut perusahaan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1, Objek Penelitian Objek penelitian untuk tugas akhir ini adalah Process Cycle Efficiency pada proses produksi Blank Cilynder Head Type KPH di PT. X melalui pemetaan produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama dalam perusahaan agar tetap survive. Buruknya kualitas ataupun penurunan kualitas akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)

BAB V ANALISA HASIL Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) 48 BAB V ANALISA HASIL 5.1. Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Analisis perhitungan overall equipment effectiveness di PT. Inkoasku dilakukan untuk melihat tingkat efektivitas penggunaan

Lebih terperinci

MINIMASI WASTE DEFECT DI PT EKSONINDO MULTI PRODUCT INDUSTRY DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA

MINIMASI WASTE DEFECT DI PT EKSONINDO MULTI PRODUCT INDUSTRY DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA MINIMASI WASTE DEFECT DI PT EKSONINDO MULTI PRODUCT INDUSTRY DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA 1 Benny Yanuarsih, 2 Sri Widaningrum, 3 Muhammad Iqbal 123 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan data 4.1.1 Produk Gutter Complete R/L Perusahaan PT. Inti Pantja Press Industri dipercayakan untuk memproduksi sebagian produk kendaraan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Tabel I.1 Total Jumlah Produksi pada Tahun 2011

Bab I Pendahuluan. Tabel I.1 Total Jumlah Produksi pada Tahun 2011 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Persaingan global yang semakin ketat, secara tidak langsung, menuntut para pelaku usaha untuk selalu menghasilkan produk yang berkualitas dan berdaya saing. Dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) STUDI KASUS PADA PT XYZ

ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) STUDI KASUS PADA PT XYZ ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) STUDI KASUS PADA PT XYZ *Ni Made Sudri, Amalia Mareti Program Studi Teknik Industri Institut Teknologi Indonesia *msud_iti@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi proses penerimaan order sampai dengan proses packing dengan mengeliminasi non-value added activities (aktivitas yang tidak bernilai

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Flow diagram yang dilakukan untuk melakukan pemecahan permasalahan yang terjadi dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut : Mulai Studi Pendahuluan Studi Kepustakaan

Lebih terperinci

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas Jurnal Teknik Industri, Vol., No., Juni 03, pp.-8 ISSN 30-495X Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 0J Untuk Meningkatkan Produktivitas Ridwan Mawardi, Lely Herlina, Evi Febianti 3,,

Lebih terperinci

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

Lean Thinking dan Lean Manufacturing Lean Thinking dan Lean Manufacturing Christophel Pratanto No comments Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data Untuk mencari akar penyebab masalah maka data harus dianalisa untuk menghasilkan perbaikan yang tepat. Hasil pengolahan data pada bab IV dijadikan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 44 BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 4.1 Sejarah Singkat PT. TMMIN Casting Plant dalam Memproduksi Camshaft Casting plant merupakan pabrik pengecoran logam untuk memproduksi komponen-komponen mobil Toyota.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perusahaan dalam hal untuk meningkatkan produktivitasnya harus mempunyai sistem produksi yang baik dengan proses yang terkendali agar dapat memberikan output yang sesuai

Lebih terperinci

Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur. SPC,I/Rev.03 Copyright Sentral Sistem Mei 08

Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur. SPC,I/Rev.03 Copyright Sentral Sistem Mei 08 Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur 1 Why Statistik Kecepatan Produksi sangat cepat, pengecekan 100% sulit dilakukan karena tidak efisien Cycle time produksi motor di AHM : 1,7 menit Cycle time

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI.

BAB III METODOLOGI. BAB III METODOLOGI Metodologi penelitian merupakan gambaran langkah langkah secara sistematis yang dilakukan penulis dari awal hingga akhir penelitian sehingga pelaksanaan penelitian menjadi jelas dan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat Berdiri PT. Inti Pantja Press Industri merupakan salah satu perusahaan yang tergabung dalam group Astra Motor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen otomotif dituntut meningkatkan inovasi sehingga produk bisa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. komponen otomotif dituntut meningkatkan inovasi sehingga produk bisa menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menghadapi pasar bebas masyarakat ekonomi Asean pada 2015, pabrikan komponen otomotif dituntut meningkatkan inovasi sehingga produk bisa menjadi lebih kompetitif,

Lebih terperinci

Jl. Kaliurang Km 14.4 Sleman, DIY 55184 1,2)Email: teknik.industri@uii.ac.id ABSTRAK

Jl. Kaliurang Km 14.4 Sleman, DIY 55184 1,2)Email: teknik.industri@uii.ac.id ABSTRAK Penerapan Metode Total Productive Maintenance (TPM) untuk Mengatasi Masalah Six-Big Losess dalam Mencapai Efisiensi Proses Produksi (Studi Kasus pada PT. Itokoh Ceperindo) Aldila Samudro Mukti 1, Hudaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi penelitian bertujuan untuk memberikan kerangka penelitian yang sistematis sehingga dapat memberikan kesesuaian antara tujuan penelitian dengan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Flow Process PT. ADM divisi Stamping Plant Start Press Line IRM 2A Line Single Part 3B Line Logistik PPC 4A Line Press Inspection Door Assy Inspection Dies Maintenance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Prospek industri plastik cukup potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Potensi pengembangan industri plastik ini terlihat dari konsumsi atau penggunaan yang tinggi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN.

BAB V PEMBAHASAN. BAB V PEMBAHASAN Untuk mempunyai daya saing perusahaan yang tinggi di pasar maka salah satu strategi perusahaan adalah dengan meningkatkan produktivitas, oleh karena itu perusahaan manufaktur ini melakukan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul : ANALISA

Lebih terperinci

PENDEKATAN METODE LEAN SIX SIGMA UNTUK MENGANALISIS PROSES PRODUKSI PADA PT. DULMISON INDONESIA

PENDEKATAN METODE LEAN SIX SIGMA UNTUK MENGANALISIS PROSES PRODUKSI PADA PT. DULMISON INDONESIA PENDEKATAN METODE LEAN SIX SIGMA UNTUK MENGANALISIS PROSES PRODUKSI PADA PT. DULMISON INDONESIA Titi Jayati 0800775012 ABSTRAK Operational excellent didasari oleh banyak perusahaan sebagai salah satu cara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR..... ABSTRAK..... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

Qolli Kusuma, 2 Pratya Poeri Suryadhini, 3 Mira Rahayu 1, 2, 3

Qolli Kusuma, 2 Pratya Poeri Suryadhini, 3 Mira Rahayu 1, 2, 3 RANCANGAN USULAN PERBAIKAN UNTUK MEMINIMASI WAITING TIME PADA PROSES PRODUKSI RUBBER STEP ASPIRA BELAKANG DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING (STUDI KASUS: PT AGRONESIA DIVISI INDUSTRI TEKNIK KARET) 1

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan PT. SRI adalah perusahaan joint venture dengan PMA (Pemilik Modal Asing) didirikan untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar lokal dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Deskripsi Wheel Wheel / Ban menjadi suatu komponen utama dalam suatu keseluruhan motor. Wheel / Ban menjadi alas pergerakan setiap motor yang di produksi. Pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan 1 Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai suatu konsep

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini, penulis akan menjabarkan hasil yang di dapat dari pengumpulan dan pengolahan data, serta melakukan analisis terhadap masing-masing hasil tersebut. 5.1. Tahap Define

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dijelaskan dalam Bab V, bisa disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Kinerja mesin high pressure die casting

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Tahap Improve Setelah dilakukan tahap analyze, maka seluruh akar permasalahan serta faktor-faktor penyebabnya dapat teridentifikasi. Langkah selanjutnya adalah memperbaiki

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Era globalisasi menuntut segala aspek kehidupan seluruh masyarakat untuk berubah, lebih berkembang dan maju. Salah satu mekanisme yang menjadi ciri globalisasi dewasa

Lebih terperinci

Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode

Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) Achmad Nur Fauzi Program

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI.

BAB III METODOLOGI. BAB III METODOLOGI 3.1. Desain Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan variabel penelitian kuantitatif, jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian deskriptif yaitu salah satu jenis

Lebih terperinci

EFFECTIVENESS (OEE) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DALAM MENGUKUR

EFFECTIVENESS (OEE) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DALAM MENGUKUR Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.04 Vol. 03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 2015 PENERAPAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DAN FAILURE MODE

Lebih terperinci