BAB V PEMBAHASAN.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V PEMBAHASAN."

Transkripsi

1 BAB V PEMBAHASAN Untuk mempunyai daya saing perusahaan yang tinggi di pasar maka salah satu strategi perusahaan adalah dengan meningkatkan produktivitas, oleh karena itu perusahaan manufaktur ini melakukan perbaikan dengan konsep Total Productive Maintenance (TPM) pada mesin wet blast yang dianggap sebagai penyumbang terbesar pada masalah produktivitas. Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode TPM dengan dengan konsep RCA (Root Cause Analysis) dengan 5 langkah yaitu, Definisi, Pengumpulan data, Identifikasi penyebab masalah, Identifikasi akar permasalahan dan Perbaikan sebagai metode penyelesaian masalah penyebab down time pada mesin wet blast. Dengan menggunakan metode ini digunakan tahapantahapan yang sistematis dan logis dalam mencari solusi atas permasalahan yang terjadi. Setelah dilakukan analisa dan perbaikan maka terlihat penurunan dari down time pada mesin wet blast dan nilai avaliability, performance dan quality pun meningkat, dengan demikian nilai OEE meningkat pula. Dari data yang berhasil dikumpulkan dan dianalisis ada beberapa menjadi bahan topik pembahasan yang penting, adapun pembahasannya adalah sebagai berikut. 5.1 Temuan Utama Dengan mengumpulkan data-data skunder dan primer kemudian diolah untuk mencari penyebab masalah kemudian dibuat rumusan masalah yang sesuai dengan kondisi aktual, dari rumusan masalah tersebut maka akan dibahas secara menyeluruh Capaian OEE Saat ini Losses mesin wet blast membuat kinerja mesin tidak optimal. Kondisi sebelumnya belum ada pengukuran untuk mengetahui seberpa besar kinerja mesin, 84

2 dengan demikian hal ini merupakan temuan dalam penelitian ini. Dengan dilaksanakannya implementasi TPM maka kemapuan kinerja mesin dapat terukur dengan menggunakan perhitungan OEE. Sebelum diimplementasikan TPM hasil pengukuran capaian OEE mesin wet blast dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1: Capaian OEE sebelum dilakukan perbaikan Month OEE Before (%) Nov-14 76,28 Dec-14 76,75 Jan-15 75,01 Feb-15 77,45 Mar-15 75,34 Apr-15 76,26 Rata-rata 76,18 Sumber: Data Enginering yang diolah, Perbaikan Untuk Meningkatkan OEE Mesin wet blast merupakan mesin yang paling besar down time nya. Kondisi mesin ini tidak terindikasi, sehingga kampampuan kinerja mesin tidak diketahui, hal ini akan menyulitkan untuk melihat seberapa besar penurunan kinerja mesin. Dengan mengimplementasikan TPM dengan langkah RCA maka dapat dilakukan proses perbaikan secara tahap demi tahap, mulai dengan mendefinisikan keadaan sekarang, pengumpulan data, identifikasi masalah sampai melakukan perbaikan dan pengontrolannya, upaya untuk melakukan perbaikan pada permasalahan ini dilakukan langkah demi langkah yang sistematis, berikut langkah perbaikan yang dilakukan dari tahap awal sampai akhir. 1. Definisi, merupakan tahapan mendefinisikan obyek dan permasalahan yang ada, kemudian mengangkatnya menjadi obyek penelitian. Cara yang digunakan adalah dengan mengamati mesin produksi yang bermasalah dan membandingkan data down time antara mesin wet blast, mixing, assy, adhesive, squeezing dan injection. 85

3 2. Mengumpulkan data, merupakan cara mengumpulkan data dengan cara mencari data-data yang dibutuhkan dengan cara tidak langsung dan langsung, cara tidak langsung yaitu dengan tidak datang sendiri hanya berdasarkan data hasil olahan atau record orang lain atau pihak lain. Sedangkan cara langsung yaitu dengan mencari data-data yang dibutuhkan secara langsung mengamati sendiri, melakukan wawancara kepada pihak yang terkait dan mencatatnya, kemudian data-data tersebut digolongkan ke dalam data primer dan skunder. 3. Mengukur nilai capaian OEE saat ini, melakukan perhitungan pada availability, performance dan quality mesin wet blast untuk mengetahui dimana posisi kinerja mesin wet blast saat ini. a. Availability Availability diperoleh dari hasil perhitungan operating time dibagi planned production time kemudian dikalikan dengan 100%, cara perhitungan tersebut b. Performance Performance diperoleh dari hasil perhitungan real capacity dibagi nominal capacity kemudian dikalikan dengan 100%, cara perhitungan tersebut c. Quality Quality diperoleh dari hasil perhitungan total products dikurangi deffective products kemudian dibagi total products setelah itu dikalikan dengan 100%, d. Overall Equipment Effectiveness Setelah nilai availability, performance dan quality ditemukan maka nilai OEE dapat dihitung dengan mengalikan hasil perhitungan dari nilai availability, performance dan quality. 4. Identifikasi Penyebab Masalah losess, merupakan mengidentifikasikan kemungkinan - kemungkinan yang menjadi penyebab masalah dengan cara menganalisa data-data yang telah dikumpulkan, kemudian dianalisa dengan menggunakan pareto, fish bone terhadap 4M (Manusia, Mesin, Material, Metode) pada tiap-tiap dimensi yang menjadi faktor penentu nilai OEE, yaitu availability, performance dan quality. Selain itu digunakan why why analisis untuk memperdalam permaslahaan yang terjadi pada performance karena nilai ini 86

4 yang paling kecil dari nilai lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan analisis yang lebih mendalam terhadap performance. 5. Perbaikan, merupakan tahapan memperbaiki dari keadaan semula yang dianggap bermasalah kedalam keadaan yang dianggap lebih baik. Perbaikan dilakukan sesuai dengan data-data yang dikumpulkan dan diolah sebelumnya kemudian diimplementasikan sistem baru yang dianggap relevan. Perbaikan menggunakan metode FIFO (First In First Out), Preventive Maintenance, Visual Management dan Implementasi TPM. Perbaikan tersebut meliputi: - Melakukan program training karyawan. - Memberikan surat peringatan kepada karyawan yang tidak perduli dengan program implementasi TPM. - Membuat visualisasi matrix daftar berat produk maksimal 10 kg untuk tiap prosesnya. - Membuat jadwal preventive maintenance. - Membuat sistem metode FIFO (First In First Out) untuk mengambil material dari gudang. - Meminta kepada supplier untuk memperbaiki handling material beserta packingnya. - Melakukan 5S (Seiri, seiton, seiso, seiketsu dan shitsuke) secara berkesinambungan. - Melakukan pengukuran kembali nilai OEE sebagai capaian OEE setelah perbaikan 6. Kontrol, merupakan tahapan untuk memastikan bahwa implementasi sistem baru dapat berjalan dengan baik dan terpelihara secara terus-menerus. Dengan demikian langkah pertama sampai langkah terakhir perbaikan dapat selalu utuh berjalan dan permasalahan yang serupa tidak terjadi kembali. Tahap pengontrolan dapat dilakukan dengan alat bantu seperti dibuatkan work instruction dan check sheet. 87

5 5.1.3 Perbandingan Kondisi Sebelum dan Sesudah Perbaikan Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data serta perbaikan terhadap masalah yang telah dilakukan maka dapat diasumsikan bahwa dengan mengimplementasikan metode TPM dengan langkah RCA merupakan langkah yang tepat, hal ini dapat dilihat dari menurunnya down time dan meningkatnya nilai OEE. Dengan demikian produktivitas juga ikut meningkat. Dengan hasil seperti ini sudah dapat dilihat bahwa penelitian ini berdampak positif bagi perusahaan. Dengan meningkatnya produktivitas, hal ini akan memberikan efek positif pada perusahaan terutama kepada kemampuan daya saing perusahaan, semakin meningkat nilai OEE maka akan membantu meningkatkan daya saing perusahaan. Pada Gambar 5.1 merupakan data precentage perbandingan kondisi down time saat sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan selama 6 bulan. Gambar 5.1: Perbandingan down time saat sebelum dan sesudah perbaikan Sumber: Data Maintenance yang diolah, Dari Gambar 5.1 dapat dilihat bahwa ada penurunan down time setelah dilakukan perbaikan. untuk menyimpulkan berapa besar penurunan down time maka pada Gambar 5.2 merupakan gambar rata-rata penurunan down time selama 6 bulan. Dari Gambar 5.2 dapat dilihat bahwa sebelum dilakukan perbaikan down time untuk 88

6 mesin wet blast rata-rata sebesar 2,18%, setelah dilakukan perbaikan rata-rata down time mesin wet blast sebesar 0,23%. Reduce Down Time 1,95% Gambar 5.2: Rata-rata penurunan down time setelah dilakukan perbaikan Sumber: Data Engineering yang diolah, Rata-rata penurunan down time setelah dilakukan perbaikan sebesar 1,95%. Dengan menurunnya down time maka otomatis nilai OEE meningkat, pada Gambar 5.3 merupakan perbandingan kondisi OEE saat sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan selama 6 bulan. Precentage OEE Before and After Improvement 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0, OEE Before 76,28 76,75 75,01 77,45 75,34 76,26 OEE After 79,61 79,70 79,52 79,59 79,52 79,70 Gambar 5.3: OEE sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan Sumber: Data Engineering yang diolah,

7 Dari Gambar 5.3 dapat dilihat bahwa ada peningkatan OEE setelah dilakukan perbaikan. untuk menyimpulkan berapa besar peningkatan OEE maka pada Gambar 5.4 merupakan gambar rata-rata peningkatan OEE selama 6 bulan. Increase OEE 3,43% Gambar 5.4: OEE sebelum dan sesudah di lakukan perbaikan Sumber: Data yang diolah, Dari Gambar 5.4 dapat dilihat bahwa sebelum dilakukan perbaikan OEE untuk mesin wet blast rata-rata sebesar 76,18%, setelah dilakukan perbaikan rata-rata OEE mesin wet blast sebesar 79,61%. Rata-rata peningkatan OEE setelah dilakukan perbaikan sebesar 3,43%. Dari data sebelum dan setelah dilakukan perbaikan maka dapat dilihat secara sederhana pada Tabel 5.2. Selain mempunyai efek positif terhadap perusahaan ini, kegiatan dari implementasi TPM ini juga mempunyai efek positif terhadap beberapa perusahaan otomotif mobil di Indonesia. Dengan meningkatanya nilai OEE maka kemampuan mesin wet blast untuk produksi ikut meningkat, dengan meningkatnya produksi maka pengiriman produk ke pelanggan-pelanggan akan berjalan lancar, sehingga dengan lancarnya supply produk ke pelanggan maka produktivitas pelanggan dalam membuat produknyapun ikut meningkat. Dengan kata lain dengan implementasi TPM pada perusahaan ini secara langsung ikut mendukung supply chain bisnis di sektor otomotif mobil. 90

8 Tabel 5.2: Hasil Sebelum perbaikan dan sesudah perbaikan Month OEE Before (%) Down Time Before (%) Month OEE After (%) Down Time After (%) Nov-14 76,28 2,14 Jun-15 79,61 0,23 Dec-14 76,75 1,82 Jul-15 79,7 0,18 Jan-15 75,01 3,01 Aug-15 79,52 0,35 Feb-15 77,45 1,42 Sep-15 79,59 0,21 Mar-15 75,34 2,57 Oct-15 79,52 0,27 Apr-15 76,26 2,14 Nov-15 79,7 0,16 Rata-rata 76,18 2,18 Mean 79,61 0,23 Sumber: Data Engineering yang diolah, Keterkaitan Dengan Penelitian Terdahulu Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji permasalahan-permasalahan yang terjadi pada mesin wet blast yang mengakibatkan down time tinggi. Dengan mengidentifikasi, mengukur, menganalisa, memperbaiki dan mengontrol kondisi yang ada maka diharapkan tindakan ini merupakan tindakan yang tepat dan dapat dilakukan lagi untuk perbaikan selanjutnya. Penelitian ini menggunakan metode TPM dan konsep RCA, dimana metode ini di anggap metode yang tepat untuk mengatasi kondisi yang ada. Menurut (Singh. et al, 2013) menyatakan bahwa penerapan TPM merupakan langkah yang tepat untuk manikan nilai OEE pada suatu mesin dan meningkatkan produktivitas, akan tetapi implementasi TPM perlu dukungan penuh dari pihak manajemen. Menurut penelitian terdahulu (Rolfsen, 2012) untuk mengimplementasikan TPM dibutuhkan keterlibatan dari berbagai deprtemen karena TPM ini menuntut untuk kemndirian terhadap setiap karyawan yang terkait, sehingga produtivitas bisa meningkat. Menurut penelitian terdahulu (Dogra, et al, 2011) TPM merupakan aktivitas kecil yang dilakukan terus menerus secara mandiri, hal-hal kecil bisa sangat berpengaruh terhadap produktivitas bila dilakukan secara konsisten. Banyak sekali penelitian-penelitian terdahulu yang sudah membuktikan bahwa metode TPM cukup ampuh untuk menurunkan down time, defect dan meningkatkan nilai OEE dimana akan berdampak secara langsung terhadap produktivitas. Dari 91

9 penelitian terdahulu implementasi TPM lebih menekankan pada etos kerja karyawan, dimana kegiatan sekecil apapun dapat berpengaruh pada hasil produktivitas, melibatkan banyak departemen dan memerlukan dukungan dari pihak manajemen. Metode TPM merupakan metode yang cukup ampuh dalam penerapan industri akan tetapi akan lebih baik lagi jika dipadukan dengan konsep RCA dimana menggunakan 5 langkah yaitu, Definisi, Pengumpulan data, Identifikasi penyebab masalah, Identifikasi akar permasalahan dan Perbaikan untuk lebih mempertegas dari kegiatan TPM. 5.3 Implikasi Industri Bagi perusahaan manufaktur peranan peralatan mesin sangat penting, oleh karena itu perusahaan berupaya untuk memelihara kinerja semua mesin yang ada di perusahaan. Implikasi perusahaan terhadap pemeliharaan mesin sangat terlihat, karena bagi perusahaan manufaktur mesin merupakan alat yang digunakan untuk membuat produk yang nantinya akan dijual ke pasaran, semakin baik kondisi mesin maka semakin banyak dan berkualitas produk yang dapat dijual, dengan makin banyaknya produk yang dijual maka semakin besar keuntungan yang perusahaan dapatkan. Keterkaitan perusahaan terhadap pemeliharaan mesin tidak dapat dihindari, perusahaan harus terlibat seutuhnya untuk memelihara semua mesinnya. OEE merupakan ukuran parameter mesin untuk mengetahui seberapa besar kinerja suatu mesin, semakin tinggi nilai OEE maka semakin baik kondisi mesin, sedangkan semakin rendah nilai OEE maka semakin buruk kondisi mesin. Untuk meningkatkan nilai OEE pada mesin wet blast dibutuhkan metode yang tepat, dalam permasalahan kali ini perusahaan menggunakan analisis diagram pareto, fish bone dan why why untuk mengidentifikasikan akar permasalahaan. Perusahaan melakukan analisis sebagian besar pada faktor 4M yaitu manusia, mesin, material dan metode yang dianggap mempunyai keterkaitan yang sangat kuat terhadap permasalahan yang terjadi. Berdasarkan hasil pengolahan data bulan November 2014 sampai April 2015, nilai OEE pada mesin wet blast rata-rata tiap bulannya sebesar 76,18%, ini 92

10 merupakan nilai yang masih kurang dari terget perusahaan yang telah tetapkan yaitu minimal sebesar 85%. Standar internasional sendiri meletakan nilai OEE sebesar 85%, sedangkan rata-rata pencapaian perusahaan manufaktur di Indonesia sebesar 62.96%. Dengan kondisi seperti ini dibutuhkan adanya perbaikan untuk meningkatkan nilai OEE pada mesin wet blast khususnya pada bagian filter inside ini. Meningkatkan nilai OEE dapat dilakukan dengan cara menaikan nilai, availability, performance dan quality. Untuk meningkatkan tiga nilai tersebut dibutuhkan analisis yang tepat berdasarkan faktor-faktor yang mengakibatkan nilainya rendah. Faktorfaktor tersebut adalah manusia, mesin, material dan metode Availability Manusia Manusia memiliki peranan penting terhadap permasalahan ini, filter yang mampet membuat tidak dapat berlanjutnya produksi. Apabila dibiarkan maka filter akan rusak dan produk hasil produksi akan memiliki kualitas yang buruk atau cacat. Jika terjadi mampet pada filter, maka dilakukan cleaning atau perbaikan, kegiatan ini tentu saja memakan jam kerja mesin yang tidak sedikit, dengan demikian losses break down mesin menjadi bertambah. Untuk losses setup and adjusment tidak ada record datanya. Penyebab masalah yang ditimbulkan dari faktor manusia dan perbaikan yang dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai berikut: a. Karyawan baru. Penyebab utama dari filter mampet karena karyawan baru, karyawan yang masih baru kurang paham terhadap cara handling material yang benar. Kebanyakan karyawan melakukan handling material secara asal, hal ini mengakibatkan filter inside menjadi mampet. Perusahaan melakukan perbaikan untuk permasalhaan ini adalah dengan cara memberikan training kepada karyawan yang terkait. Setiap karyawan yang baru dan yang belum mempunyai pengetahuan yang cukup akan diberikan training. 93

11 b. Karyawan lama kurang perduli. Karyawan yang sudah lama merupakan karyawan senior dan lebih banyak tahu mengenai kondisi produksi perusahaan. Karyawan lama mengerti bagaimana melakukan handling material yang benar, akan tetapi banyak karyawan lama yang tidak perduli terhadap keberlangsungan mesin wet bast. Perusahaan melakukan perbaikan pada permasalahaan ini dengan cara memberikan surat peringatan (SP) kepada karyawan yang tidak perduli Mesin Mesin merupakan faktor penting dalam permasalahaan ini, hampir keseluruhan kegiatan produksi bergantung pada mesin. Baik tidaknya kondisi kinerja mesin tergantung kepada sejauh mana karyawan merawatnya dan perduli terhadap kemampuan dan kapasitas mesin. Faktor mesin yang menimbulkan masalah pada availability yaitu: a. Ukuran filter tidak dapat diupgrade. Kemampuan mein wet blast saat ini hanya mempunyai kemampuan menampung material maksimum 10 kg, apabila diberi beban lebih dari itu maka potensi filter rusak sangat besar. Dari awal kondisi filter tidak dapat diupgrade lagi. Perusahaan melakukan perbaikan pada permasalahaan ini dengan cara membuat visualisasi matrix daftar berat produk maximal 10 kg tiap prosesnya b. Kapasitas mesin tidak dapat diupgrade. Memasukan material atau produk ke dalam mesin wet blast terlalu banyak dapat merusak filter dan hal ini sering terjadi sehingga poin ini mempunyai potensi besar terhadap kerusakan filter. Kapasitas mesin tidak bisa diupgrade lagi untuk menjalankan proses produksi sekali jalan dengan jumlah yang banyak. Pada dasarnya permasalahan ini hampir sama dengan permasalahan ukuran filter yang tidak dapat diupgrade, oleh karena itu Perusahaan melakukan perbaikan pada permasalahaan ini dengan cara membuat visualisasi matrix daftar berat produk maximal 10 kg tiap prosesnya, sama halnya dengan perbaikan sebelumnya. 94

12 Material Material merupakan benda yang menjadi beban loading mesin sehingga mempunyai pengaruh secara langsung terhadap mesin. Apabila material yang dimasukan ke mesin masih dalam kriteria normal bagi mesin, maka mesin dapat berjalan dengan normal. Akan tetapi apabila material yang dimasukan ke mesin lebih dari normal maka kemungkinan besar dapat merusak mesin itu sendiri, begitupun dengan filter mesin wet blast ini. a. Ukuran produk besar dan berat berbeda. Filter mempunyai batas kemapuan kapasitas, filter tidak kuat menahan beban produk/material yang berukuran besar, dengan ukuran besar maka berat materialpun lebih berat, dengan demikian filter rusak karena ukuran material yang besar potensinya cukup besar. Perusahaan melakukan perbaikan pada permasalahaan ini dengan cara membuat visualisasi matrix daftar berat produk maximal 10 kg tiap prosesnya Metode Metode merupakan suatu cara untuk melakukan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan. Baik buruknya metode yang digunakan akan sangat berpengaruh sekali terhadap hal-hal yang ada disekitarnya. Dalam masalah filter ini faktor metode mempunyai andil yang cukup besar terhadap permasalahan filter. Metode yang buruk mempunyai potensi yang besar terhadap rusaknya filter mesin wet blast. a. Metode pengambilan material tidak sistematis. Pengambilan material dari gudang untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan produk tidak sistematis dan tidak menggunakan metode. Pengambilan material dari gudang dilakukan secara acak dan tidak teratur. Material yang lama mengendap di gudang akan berkarat, hal ini karena material banyak yang berbahan logam dan mudah berkarat. Material yang berkarat dipakai untuk produksi dapat merusak filter mesin wet blast, karena bagian material karat yang rontok dapat merusak filter. Perusahaan melakukan perbaikan pada 95

13 permasalahaan ini dengan cara membuat sistem metode FIFO (First In First Out) untuk mengambil material dari gudang. b. Tidak ada jadwal pembersihan. Salah satu penyebab filter yang rusak adalah kotor dan mampetnya kondisi filter saat digunakan. Filter yang kotor dan mampet perlu dibersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan, akan tetapi karyawan mesin wet blast tidak tau apakah filter mesin dalam kondisi bersih atau kotor, karena letak filter berada di dalam mesin sehingga tidak dapat terlihat secara langsung. Dengan tidak adanya jadwal pembersihan filter maka karyawan mesin wet blast tidak dapat mengontrol kebersihan filter itu sendiri. Untuk mensiasati ini perlu dibuatkan jadwal pembersihan filter secara rutin dan teratur. Perusahaan melakukan perbaikan pada permasalahaan ini dengan cara dibuatkan jadwal preventive maintenance Performance Manusia Manusia memiliki peranan penting terhadap permasalahan ini, mesin yang menghasilkan suara-suara abnormal (noise) menandakan adanya ketidak beresan terhadap mesin tersebut, hal ini perlu dilakukan tindakan pengecekan mesin untuk memastikan noise tersebut. Pada saat dilakukan pengecekan maka mesin harus dalam keadaan stop, kegiatan ini tentu saja memakan waktu jam kerja walau hanya dibawah 10 menit. Stop 10 menit inilah yang dapat mempengaruhi performance pada mesin wet blast. Permasalahaan yang ditimbulkan dari faktor manusia sebgai adalah berikut: a. Filter tidak dicek dan tidak dikencangkan oleh karyawan. Kondisi mesin noise dapat terjadi karena filter kendor, kondisi ini sering kerap terjadi. Butuh waktu beberapa menit untuk mengembalikan kondisi filter ke posisi semula agar mesin tidak lagi noise. Noise seperti ini sebenarnya bisa dihindari jika karyawan disiplin dalam mengecek kondisi filter sebelum mesin dioperasikan. Perusahaan melakukan perbaikan pada permasalahaan ini dengan cara dibuatkan jadwal preventive maintenance. 96

14 Mesin Mesin merupakan faktor penting dalam permasalahaan ini, hampir keseluruhan kegiatan produksi bergantung pada mesin. Baik tidaknya kondisi kinerja mesin tergantung kepada sejauh mana karyawan merawatnya dan perduli terhadap keberadaan mesin. Faktor mesin yang menimbulkan masalah pada performance yaitu: a. Ukuran baut kecil, mudah kendor. Kondisi baut yang kendor pada filter dapat menyebabkan noise, bila terjadi seperti ini karyawan harus mengentikan mesin dan mengencangkan baut yang kendor karena jika dibiarkan maka berpotensi merusak filter. Menghentikan mesin untuk mengencangkan baut yang kendor ini dapat mempengaruhi performance mesin wet blast, walaupun stop mesin hanya beberapa menit. Perusahaan melakukan perbaikan pada permasalahaan ini dengan cara mengganti baut ukuran kecil dengan yang besar, melakukan tapping ulang Material Material merupakan benda yang menjadi beban loading mesin sehingga mempunyai pengaruh secara langsung terhadap mesin. Apabila material yang dimasukan ke mesin masih dalam kriteria normal bagi mesin, maka mesin dapat berjalan dengan normal. Akan tetapi apabila material yang dimasukan ke mesin lebih dari normal maka kemungkinan besar dapat merusak mesin itu sendiri, begitupun dengan filter mesin wet blast ini. a. Kondisi material kurang bersih saat dimasukan kedalam mesin. Material yang tidak bersih saat dimasukan kedalam mesin dapat menimbulkan masalah bagi filter. Material yang tidak bersih cederung membawa kotoran dan kotoran tersebut menyumbat filter sehingga berpotensi merusak filter dan produk yang dihasilkan akan cacat. Pada saat kondisi seperti ini karyawan harus menghentikan mesin dan mengambil kotoran tersebut dari filter, walaupun hanya beberapa menit saja yang diperlukan untuk membersihkan sampah tersebut, tetap saja mengurangi jam kerja dan ini sangat berpengarauh terhadap performance mesin wet blast. Perusahaan melakukan perbaikan pada permasalahaan ini 97

15 dengan cara meminta kepada supplier untuk memperbaiki handling dan packing material. Tidakan perusahaan melibatkan supplier secara langsung dalam perbaikan OEE mesin wet blast ini merupakan implikasi atau ketrkaitan kegiatan perbaikan antara industri internal dan industri external Metode Metode merupakan suatu cara untuk melakukan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan. Baik buruknya metode yang digunakan akan sangat berpengaruh sekali terhadap hal-hal yang ada disekitarnya. Dalam masalah filter ini faktor metode mempunyai andil yang cukup besar terhadap kinerja mesin wet blast. Metode yang buruk mempunyai potensi yang besar terhadap rusaknya filter mesin wet blast. a. Tidak ada metode pengecekan sensor secara berkala. Tidak adanya metode pengecekan sensor secara berkala membuat sensor-sensor yang ada pada mesin wet blast sering mengalami gangguan seperti sensor tidak dapat mendeteksi karena kondisi sensor kotor atau daya sensitivitasnya berkurang. Dengan kondisi seperti itu mesin tidak mendapat sinyal input dan efeknya mesin akan diam saja. Hal ini akan sangat mempengaruhi performance mesin wet blast. Perusahaan melakukan perbaikan pada permasalahaan ini dengan cara dibuatkan jadwal preventive maintenance Quality Manusia Manusia memiliki peranan penting terhadap permasalahan ini, filter yang mampet membuat tidak dapat berlanjutnya produksi. Apabila dibiarkan maka filter akan rusak dan produk hasil produksi akan memiliki kualitas yang buruk atau cacat, hal ini akan sangat mempengaruhi nilai quality. Penyebab masalah yang ditimbulkan dari faktor manusia sebgai berikut: 98

16 a. Karyawan baru. Penyebab utama dari filter mampet karena karyawan kurang paham terhadap cara handling material yang benar. Kebanyakan karyawan melakukan handling material secara asal, hal ini mengakibatkan filter inside menjadi mampet. Perusahaan melakukan perbaikan pada permasalahaan ini dengan cara mentraining karyawan baru. b. Karyawan lama kurang perduli. Karyawan yang sudah lama merupakan karyawan senior dan lebih banyak tahu mengenai kondisi produksi perusahaan. Karyawan lama mengerti bagaimana melakukan handling material yang benar, akan tetapi banyak karyawan lama yang tidak perduli terhadap keberlangsungan mesin wet bast. Perusahaan melakukan perbaikan pada permasalahaan ini dengan cara memberikan SP (Surat Peringatan) pada karyawan yang tidak perduli Mesin Mesin merupakan faktor penting dalam permasalahaan ini, hampir keseluruhan kegiatan produksi bergantung pada mesin. Baik tidaknya kondisi kinerja mesin tergantung kepada sejauh mana karyawan merawatnya dan perduli terhadap keberadaan mesin selain itu faktor bawaan mesin itu sendiri turut mempengaruhi kinerja mesin. Faktor mesin yang menimbulkan masalah pada quality yaitu: a. Ukuran filter tidak dapat diupgrade. Kemampuan mein wet blast saat ini hanya mempunyai kemampuan menampung material maksimum 10 kg, apabila diberi beban lebih dari itu maka potensi filter rusak sangat besar. Kondisi filter tidak dapat diupgrade lagi. Perusahaan melakukan perbaikan pada permasalahaan ini dengan cara membuat visualisasi matrix daftar berat produk maximal 10 kg tiap prosesnya. b. Kapasitas mesin tidak dapat diupgrade. Memasukan material atau produk ke dalam mesin wet blast terlalu banyak dapat merusak filter dan hal ini sering terjadi sehingga poin ini mempunyai potensi besar terhadap kerusakan filter. Kapasitas mesin tidak bisa diupgrade lagi untuk 99

17 menjalankan proses produksi sekali jalan dengan jumlah yang banyak. Perusahaan melakukan perbaikan pada permasalahaan ini dengan cara membuat visualisasi matrix daftar berat produk maximal 10 kg tiap prosesnya Material Material merupakan benda yang menjadi beban loading mesin sehingga mempunyai pengaruh secara langsung terhadap mesin. Apabila material yang dimasukan ke mesin masih dalam kriteria normal bagi mesin, maka mesin dapat berjalan dengan normal. Akan tetapi apabila material yang dimasukan ke mesin tidak normal maka kemungkinan besar dapat merusak mesin itu sendiri, begitupun dengan filter mesin wet blast ini. Kondisi material yang kurang bersih apabila langsung dimasukan ke mesin mempunyai potensi yang besar untuk merusak filter, filter yang rusak akan menghasilkan produk cacat. a. Ukuran produk besar dan berat berbeda. Filter mempunyai batas kemapuan kapasitas, filter tidak kuat menahan beban produk/material yang berukuran besar, dengan ukuran besar maka berat materialpun lebih berat, dengan demikian filter rusak karena ukuran material yang besar potensinya cukup besar. Perusahaan melakukan perbaikan pada permasalahaan ini dengan cara Membuat visualisasi matrix daftar berat produk maximal 10 kg tiap prosesnya b. Packing dan handling supplier kurang tepat. Produk yang di supply dari vendor mempunyai potensi yang menyebabkan filter jadi kotor dan mampet. Filter yang kotor akan menghasilkan produk yang cacat, hal ini jelas akan mempengaruhi nilai quality. Kondisi packing material dari supplier mempunyai andil, karena apabila design kemasan packing material dari supplier tidak mengantisipasi faktor kotor yang dapat masuk kapan saja ke material maka sudah dipastikan kondisi material saat tiba di gudang akan kotor, kotoran inilah yang akan menimbulkan masalah terhadap filter inside. Pada saat filter masalah maka akan menghasilkan produk cacat dan ini akan sangat berpengaruh sekali terhadap nilai quality. Perusahaan melakukan perbaikan pada 100

18 permasalahaan ini dengan cara meminta kepada supplier untuk memperbaiki handling dan packing material. Tidakan perusahaan melibatkan supplier secara langsung dalam perbaikan OEE mesin wet blast ini merupakan implikasi atau ketrkaitan kegiatan perbaikan antara industri internal dan industri external Metode Metode merupakan suatu cara untuk melakukan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan. Baik buruknya metode yang digunakan akan sangat berpengaruh sekali terhadap hal-hal yang ada disekitarnya. Dalam masalah filter ini faktor metode mempunyai andil yang cukup besar terhadap nilai quality. Metode yang buruk mempunyai potensi yang besar terhadap rusaknya filter mesin wet blast dan quality. a. Metode pengambilan material tidak sistematis. Pengambilan material dari gudang untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan produk tidak sistematis dan tidak menggunakan metode. Pengambilan material dari gudang dilakukan secara acak dan tidak teratur. Material yang lama mengendap di gudang akan berkarat, hal ini karena material banyak yang berbahan logam dan mudah berkarat. Material yang berkarat dipakai untuk produksi dapat merusak filter mesin wet blast, karena bagian material karat yang rontok dapat merusak filter. Perusahaan melakukan perbaikan pada permasalahaan ini dengan cara membuat sistem metode FIFO (First In First Out) untuk mengambil material dari gudang. b. Tidak ada jadwal pembersihan. Salah satu penyebab filter yang rusak adalah kotor dan mampetnya kondisi filter saat digunakan. Filter yang kotor dan mampet perlu dibersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan, akan tetapi karyawan mesin wet blast tidak tau apakah filter mesin dalam kondisi bersih atau kotor, karena letak filter berada di dalam mesin sehingga tidak dapat terlihat secara langsung. Dengan tidak adanya jadwal pembersihan filter maka karyawan mesin wet blast tidak dapat mengontrol kebersihan filter itu sendiri. Untuk mensiasati ini perlu dibuatkan jadwal 101

19 pembersihan filter secara rutin dan teratur. Perusahaan melakukan perbaikan pada permasalahaan ini dengan cara dibuatkan jadwal preventive maintenance. 5.4 Keterbatasan Penelitian Penelitian yang telah dilakukan ini merupakan penelitian yang jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan dan kelemahan didalamnya, seperti: 1. Dalam penelitian ini digunakan data-data produksi yang tidak terkumpul, artinya data-data yang digunakan tercecer dan terpisah, sehingga tidak mudah untuk mengumpulkan dan mencocokan keakuratan datanya. 2. Dalam penelitian ini tidak dibahas secara mendetail mengenai indikator-indikator dari TPM, hanya mengukur capaian OEE serta hanya menggunakan down time, small stoppage dan deffect saja sebagai faktor utama. 3. Dalam penelitian ini, objek langsung berfokus pada mesin wet blast saja dan pada bagian filter inside tanpa terlebih dahulu menghitung nilai OEE mesin-mesin lainnya walaupun pada mesin lainnya atau bagian lainnya juga mempunyai masalah-masalah tersendiri. 102

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Total Productive Maintenance Total Productive Maintenance (TPM) adalah teknik silang fungsional yang melibatkan beberapa bagian fungsional perusahaan bukan hanya pada Bagian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Metode penelitian ini merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapantahapan yang jelas yang disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Tiap tahapan maupun bagian yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. Total Waktu (menit)

BAB V ANALISIS. Total Waktu (menit) BAB V ANALISIS 5.1 Analisis Availability Rate Availability Rate mencerminkan seberapa besar waktu loading time yang tersedia yang digunakan disamping yang terserap oleh down time losses. Berikut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kondisi mesin/peralatan tersebut agar tidak mengalami kerusakan maka

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kondisi mesin/peralatan tersebut agar tidak mengalami kerusakan maka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pada lantai pabrik, kondisi dari mesin/peralatan yang digunakan untuk menghasilkan sebuah produk sangatlah menentukan. Oleh karena itu, untuk menjaga

Lebih terperinci

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Total Productive Maintenance Program perawatan yang melibatkan semua pihak yang terdapat dalam suatu perusahaan untuk dapat

Lebih terperinci

PRESENTASI SIDANG SKRIPSI. September

PRESENTASI SIDANG SKRIPSI. September PRESENTASI SIDANG SKRIPSI 1 ANALISIS KINERJA DAN KAPABILITAS MESIN DENGAN PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) DI PT. X Disusun oleh Nama : Teguh Windarto NPM : 30408826 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode

Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) Achmad Nur Fauzi Program

Lebih terperinci

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Total Productive Maintenance Program perawatan yang melibatkan semua pihak yang terdapat dalam suatu perusahaan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. mengetahui tingkat efektivitas penggunaan mesin AU L302,dari data hasil. Availability Ratio (%)

BAB V ANALISA HASIL. mengetahui tingkat efektivitas penggunaan mesin AU L302,dari data hasil. Availability Ratio (%) BAB V ANALISA HASIL 5.1 Pembahasan Analisa perhitungan Overal Equipment Effectiveness (OEE) dilakukan untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan mesin AU L302,dari data hasil perhitungan availability

Lebih terperinci

Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun ISBN:

Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun ISBN: Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun 201 4 ISBN: 978-602-1180-04-4 ANALISIS PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) MENGGUNAKAN OVERALL EQUIPMENT EFECTIVENESS (OEE) DAN SIX BIG LOSSES PADA MESIN CAVITEC DI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih dahulu, agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL BAB V ANALISIS HASIL 5.1.Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Analisa perhitungan OEE di PT. XYZ dilakukan untuk melihat tingkat efektivitas penggunaan mesin di mesi reaktor R-102

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis/Desain Penelitian Berdasarkan tingkat eksplanasi, penelitian dibedakan menjadi tiga, yaitu deskriptif, komparatif, dan asosiatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa sekarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa sekarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa sekarang mengalami kemajuan yang sangat pesat, sehingga persaingan antar perusahaan pun semakin ketat.

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan karena tim perbaikan tidak mendapatkan dengan jelas

1 BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan karena tim perbaikan tidak mendapatkan dengan jelas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha perbaikan pada industri manufaktur, dilihat dari segi peralatan adalah dengan meningkatkan efektivitas mesin/peralatan yang ada seoptimal mungkin. Pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian secara sistematik, sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan penelitian. Hasil yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Mesin atau peralatan yang menjadi objek penelitian adalah pada bagian pengeringan di PT. XYZ yaitu pada mesin Dryer Twind. Karena mesin ini bersifat

Lebih terperinci

BAB V ANALISA. pengambilan keputusan untuk menyelesaikan permasalahan.

BAB V ANALISA. pengambilan keputusan untuk menyelesaikan permasalahan. BAB V ANALISA Dari hasil pengumpulan dan pengolahan data pada bab sebelumnya maka selanjutnya dilakukan analisa. Analisa yang dilakukan harus lebih terarah sehingga hasilnya menjadi baik dan benar. Atas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap industri manufaktur berusaha untuk efektif, dan dapat berproduksi dengan biaya produksi yang rendah untuk meningkatkan produktivitas. Usaha ini diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LADASA TEORI Dalam penulisan tugas akhir ini diperlukan teori-teori yang mendukung, diperoleh dari mata kuliah yang pernah didapat dan dari referensi-referensi sebagai bahan pendukung. Untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analisa Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Analisa perhitungan Overall Equipment Effectiveness di PT. Gramedia Printing Group dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan mempermudah proses

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 48 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam melakukan suatu penelitian perlu dibuat urut-urutan proses pengerjaan yang dilakukan. Urut-urutan proses pengerjaan tersebut disebut Metodologi Penelitian. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pendahuluan Total Productive Maintenance (TPM) merupakan salah satu konsep inovasi dari Jepang, dan Nippondenso adalah perusahaan pertama yang menerapkan dan mengembangkan konsep

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH Analisis Perhitungan Overall Equipmenteffectiveness (OEE).

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH Analisis Perhitungan Overall Equipmenteffectiveness (OEE). BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisis Perhitungan Overall Equipmenteffectiveness (OEE). Analisis perhitungan overall equipment effectiveness pada PT. Selamat Sempurna Tbk. dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan industri pada sektor usaha bidang pertambangan batubara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan industri pada sektor usaha bidang pertambangan batubara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan industri pada sektor usaha bidang pertambangan batubara adalah suatu upaya pemerintah dalam meningkatkan devisa negara. Hal ini karena pemerintah melihat

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN MESPACK DI PT. UNILEVER INDONESIA DEA DERIANA

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN MESPACK DI PT. UNILEVER INDONESIA DEA DERIANA PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN MESPACK DI PT. UNILEVER INDONESIA DEA DERIANA 39410112 LATAR BELAKANG Peningkatan Produktivitas Overall Equipment Effectiveness

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu paradigma untuk memecahkan masalah yang terjadi agar penelitian ini lebih sistematis dan terarah. Bab ini berisi langkahlangkah pembahasan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat Effektivitas dari pada mesin mesin m/c.cr.shaft yaitu mesin : Grinding,Fine Boring,dan Gun drilling. Sebagai langkah di dalam

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk Disusun Oleh : Nama : Gabriella Aningtyas Varianggi NPM : 33412072 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) STUDI KASUS PADA PT XYZ

ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) STUDI KASUS PADA PT XYZ ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) STUDI KASUS PADA PT XYZ *Ni Made Sudri, Amalia Mareti Program Studi Teknik Industri Institut Teknologi Indonesia *msud_iti@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bagian ini akan dijelaskan macam-macam langkah yang digunakan dalam melakukan penelitian ini. 3.1 Studi Literatur Studi literatur merupakan tahapan penyusunan landasan

Lebih terperinci

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #14 Ganjil 2014/2015 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #14 Ganjil 2014/2015 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI Materi #14 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI 5S Orisinal 2 6623 - Taufiqur Rachman 1 Aktivitas 5S 3 Metode untuk pengaturan tempat kerja dan pengendalian secara visual. Dipopulerkan oleh Hiroyuki Hirano

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu :

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu : BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Definisi maintenance Maintenance (perawatan) menurut Wati (2009) adalah semua tindakan teknik dan administratif yang dilakukan untuk menjaga agar kondisi mesin/peralatan tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan komparatif yang didukung oleh sumber daya alam dalam pembangunan sektor pertanian. Sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. b. Meminimalkan biaya bahan baku dan upah kerja. c. Kecepatan proses produksi dengan basis mess production yang seragam.

BAB 1 PENDAHULUAN. b. Meminimalkan biaya bahan baku dan upah kerja. c. Kecepatan proses produksi dengan basis mess production yang seragam. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan dalam dunia industri semakin meningkat, efisiensi produksi semakin menjadi tuntutan yang tidak bisa dihindarkan. Jika hal ini tidak diperhitungkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Pengamatan dan penelitian yang di lakukan di Pilot Line di Plant 2, menunjukkan data sebagaimana terlampir di bawah ini. Data tahun 2014 belum

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengukuran Performansi Pengukuran performansi sering disalah artikan oleh kebanyakan perusahaan saat ini. Indikator performansi hanya dianggap sebagai indikator yang menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah performance mesin yang digunakan (Wahjudi et al., 2009). Salah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah performance mesin yang digunakan (Wahjudi et al., 2009). Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses operasional kapal laut yang berlangsung dalam suatu industri pelayaran semuanya menggunakan mesin dan peralatan. Menurut Siringoringo dan Sudiyantoro (2004)

Lebih terperinci

Jl. Kaliurang Km 14.4 Sleman, DIY 55184 1,2)Email: teknik.industri@uii.ac.id ABSTRAK

Jl. Kaliurang Km 14.4 Sleman, DIY 55184 1,2)Email: teknik.industri@uii.ac.id ABSTRAK Penerapan Metode Total Productive Maintenance (TPM) untuk Mengatasi Masalah Six-Big Losess dalam Mencapai Efisiensi Proses Produksi (Studi Kasus pada PT. Itokoh Ceperindo) Aldila Samudro Mukti 1, Hudaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan metodologi penelitian atau tahapan-tahapan penelitian yang akan dilalui dari awal sampai akhir. Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)

BAB V ANALISA HASIL Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) 48 BAB V ANALISA HASIL 5.1. Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Analisis perhitungan overall equipment effectiveness di PT. Inkoasku dilakukan untuk melihat tingkat efektivitas penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan persaingan bisnis di dunia mengakibatkan banyak sekali perusahaan perusahaan berlomba untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar, hal ini membuat perusahaan

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS MESIN MILLS STATION MENGGUNAKAN BASIS OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) Ahmad Kholid Alghofari 1*, Muhamad Arsyad Rifa i 2 1,2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri baik dalam bidang teknologi maupun dalam bidang manajemen,

BAB I PENDAHULUAN. industri baik dalam bidang teknologi maupun dalam bidang manajemen, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu organisasi yang dibentuk dengan tujuan ekonomi dalam melakukan kegiatan usahanya. Untuk mencapai tujuan ekonomi tersebut maka perusahaan

Lebih terperinci

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia Pengantar Manajemen Pemeliharaan P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia Topik Bahasan Perkembangan manajemen pemeliharaan Sistem pemeliharaan Preventive maintenance (PM) Total

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Berikut ini merupakan flowchart kerangka keseluruhan untuk melakukan penelitian. Menentukan Tema Identifikasi Masalah Menentukan latar belakang masalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Tugas Akhir 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian atau kerangka pemecahan masalah merupakan tahap tahap penelitian yang harus ditetetapkan terlebih dahulu, sebelum melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Tugas Akhir 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi peneltian merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapantahapan yang jelas yang disuse secara sistematis dalam proses penelitian. Setiap tahapan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada PT. Kakao Mas Gemilang dan pengambilan data dilakukan pada department teknik dan produksi. 3.2. Pelaksanaan Penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahaluan Total Produktive Maintenance (TPM) merupakan salah satu konsep inovasi dari Jepang, dan Nippondenso adalah perusahaan pertama yang menerapkan dan mengembangkan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen otomotif dituntut meningkatkan inovasi sehingga produk bisa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. komponen otomotif dituntut meningkatkan inovasi sehingga produk bisa menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menghadapi pasar bebas masyarakat ekonomi Asean pada 2015, pabrikan komponen otomotif dituntut meningkatkan inovasi sehingga produk bisa menjadi lebih kompetitif,

Lebih terperinci

JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 1 TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 1 TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA ANALISA OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS UNTUK MEMPERBAIKI SISTEM PERAWATAN MESIN DOP BERBASIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (Studi Kasus: PT XYZ Malang) THE ANALYSIS OF OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS TO

Lebih terperinci

Analisis Overall Equipment Effectiveness pada Mesin Wavetex 9105 di PT. PLN Puslitbang

Analisis Overall Equipment Effectiveness pada Mesin Wavetex 9105 di PT. PLN Puslitbang Analisis Overall Equipment Effectiveness pada Mesin Wavetex 9105 di PT. PLN Puslitbang Yustine Intan Dwi Wijaya1), Ilham Priadythama2) 1,2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas

Lebih terperinci

EFFECTIVENESS (OEE) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DALAM MENGUKUR

EFFECTIVENESS (OEE) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DALAM MENGUKUR Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.04 Vol. 03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 2015 PENERAPAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DAN FAILURE MODE

Lebih terperinci

Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meminimalisasi Six Big Losses pada Area Kiln di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meminimalisasi Six Big Losses pada Area Kiln di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meminimalisasi Six Big Losses pada Area Kiln di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Pabrik Tuban Tofiq Dwiki Darmawan *1) dan Bambang Suhardi 2) 1,2) Program

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam)

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam) BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN 5.1 Analisa Nilai Availability Table 5.1 Nilai Availability Mesin Steam Ejector Planned Equipment Loss Time Availability Januari 42 6 36 85.71 Februari 44 7 37 84.09 Maret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN. pangsa pasar dunia tekstil dan penggunaan mesin-mesin atau alat-alat industri

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN. pangsa pasar dunia tekstil dan penggunaan mesin-mesin atau alat-alat industri BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Kemajuan teknologi yang terjadi dewasa ini, terutama dalam persaingan pangsa pasar dunia tekstil dan penggunaan mesin-mesin atau alat-alat industri sangat

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah 3.1. Flowchart Pemecahan Masalah Pada bagian ini akan diuraikan langkah-langkah pemecahan masalah yang dihadapi dan dapat digambarkan pada flowchart di bawah ini: Gambar

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1. Lapangan Produksi Penelitian ini dilakukan di lapangan produksi minyak dan gas yang terletak di lepas pantai yang berada di perairan Kepulauan Natuna, dengan

Lebih terperinci

PENGUKURAN PRODUKTIFITAS MESIN UNTUK MENGOPTIMALKAN PENJADWALAN PERAWATAN (STUDI KASUS DI PG LESTARI)

PENGUKURAN PRODUKTIFITAS MESIN UNTUK MENGOPTIMALKAN PENJADWALAN PERAWATAN (STUDI KASUS DI PG LESTARI) PENGUKURAN PRODUKTIFITAS MESIN UNTUK MENGOPTIMALKAN PENJADWALAN PERAWATAN (STUDI KASUS DI PG LESTARI) Fitri Agustina Jurusan Teknik Industri, Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang Po Box 2 Kamal,

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang. Gambar I.1 Struktur Organisasi Departemen FSBP FSBP FLOUR SILO AND BULK FLOUR PACKING & BY PRODUCT PACKING

I.1 Latar Belakang. Gambar I.1 Struktur Organisasi Departemen FSBP FSBP FLOUR SILO AND BULK FLOUR PACKING & BY PRODUCT PACKING Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Saat ini dunia telah memasuki era globalisasi yang ditandai dengan adanya perdagangan bebas. Hal tersebut menyebabkan persaingan bisnis yang semakin ketat di bidang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Overall Equipment Effectiveness ( OEE ) Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah tingkat keefektifan fasilitas secara menyeluruh yang diperoleh dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan suatu faktor penunjang yang sangat penting bagi perkembangan secara menyeluruh suatu bangsa. Di Indonesia, dengan semakin meningkatnya kegiatan

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFEKTIVITAS LINI PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI KONTINYU DENGAN PENDEKATAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM)

PENINGKATAN EFEKTIVITAS LINI PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI KONTINYU DENGAN PENDEKATAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) PENINGKATAN EFEKTIVITAS LINI PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI KONTINYU DENGAN PENDEKATAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) (Studi Kasus pada PT. Petrokimia Gresik) IMPROVING THE PRODUCTION LINE EFFECTIVENESS

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berikut dijelaskan langkah langkah yang dilakukan dalam penelitian di gudang toko Petruk.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berikut dijelaskan langkah langkah yang dilakukan dalam penelitian di gudang toko Petruk. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Berikut dijelaskan langkah langkah yang dilakukan dalam penelitian di gudang toko Petruk. 3.1. Studi Lapangan Tahap persiapan penelitian ini merupakan tahap penentuan objek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyebarannya terbanyak di pulau Jawa dan Sumatera, masing-masing 50% dan

I. PENDAHULUAN. penyebarannya terbanyak di pulau Jawa dan Sumatera, masing-masing 50% dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Tanaman ubikayu tumbuh tersebar di seluruh provinsi di Indonesia, namun penyebarannya terbanyak di pulau Jawa dan Sumatera, masing-masing 50% dan 32% dari total luas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI.

BAB III METODOLOGI. BAB III METODOLOGI Metodologi penelitian merupakan gambaran langkah langkah secara sistematis yang dilakukan penulis dari awal hingga akhir penelitian sehingga pelaksanaan penelitian menjadi jelas dan

Lebih terperinci

ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA LINI PRODUKSI MESIN PERKAKAS GUNA MEMPERBAIKI KINERJA PERUSAHAAN

ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA LINI PRODUKSI MESIN PERKAKAS GUNA MEMPERBAIKI KINERJA PERUSAHAAN ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA LINI PRODUKSI MESIN PERKAKAS GUNA MEMPERBAIKI KINERJA PERUSAHAAN Achmad Said, Joko Susetyo Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Sains

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil BAB V ANALISA HASIL Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan yang telah dilakukan di bab sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil pencapain OEE setiap bulannya adalah tidak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan adalah bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi, bahan penolong yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Definisi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA 4.1. Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Analisa perhitungan overall equipment effectiveness di PT. Sulfindo Adi Usaha dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Mutu ( Quality ) Mutu adalah sesuatu yang diputuskan oleh pelanggan dan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh pelanggan. Mutu didasarkan pada pengalaman aktual

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian dan Tujuan Maintenance 2.1.1. Pengertian Maintenance Maintenance merupakan suatu fungsi dalam suatu industri manufaktur yang sama pentingnya dengan fungsi-fungsi lain

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. penulis melakukan analisa lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menjadi akar

BAB V ANALISA HASIL. penulis melakukan analisa lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menjadi akar BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Data Dari data-data produktivitas yang didapat dari hasil pengolahan data, penulis melakukan analisa lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menjadi akar penyebab terjadinya

Lebih terperinci

2.2.2 Keuntungan TPM Total Effectiveness (Keefektifan Total) Overall Equipment Effectiveness

2.2.2 Keuntungan TPM Total Effectiveness (Keefektifan Total) Overall Equipment Effectiveness DAFTAR ISI Halaman Judul...i Lembar Persoalan...ii Lembar Pengesahan...iii Lembar Pernyataan...iv Lembar Persembahan...v Kata Pengantar...vi Abstract...viii Intisari...ix Daftar Isi...x Daftar Tabel...xiii

Lebih terperinci

3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bagian ketiga dari laporan skripsi ini menggambarkan langkah-langkah yang akan dijalankan dalam penelitian ini. Metodologi penelitian dibuat agar proses pengerjaan penelitian

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Produk Cacat Part PH 031 Tahun mayor dan minor penyebab terjadinya produk cacat untuk part PH 031 pada tahun

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Produk Cacat Part PH 031 Tahun mayor dan minor penyebab terjadinya produk cacat untuk part PH 031 pada tahun BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Produk Cacat Part PH 031 Tahun 2015 Berdasarkan data produk cacat tahun 2015 yang tersaji pada bab sebelumnya, maka dibuat analisa data untuk lanjutan untuk mengetahui faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya. Salah satu cara yang

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya. Salah satu cara yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini bangsa Indonesia dituntut untuk lebih maju dan berkembang sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya. Salah satu cara yang ditempuh untuk

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dijelaskan dalam Bab V, bisa disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Kinerja mesin high pressure die casting

Lebih terperinci

Analisis Availability Mesin Kompressor Dengan Penerapan TPM Dalam Produksi Blowing Agent Di PT. Dong Jin

Analisis Availability Mesin Kompressor Dengan Penerapan TPM Dalam Produksi Blowing Agent Di PT. Dong Jin Analisis Availability Mesin Kompressor Dengan Penerapan TPM Dalam Produksi Blowing Agent Di PT. Dong Jin http://www.gunadarma.ac.id/ Randy Kusmandanu 30405591 Pendahuluan Latar Belakang Agar Perusahaan

Lebih terperinci

STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM)

STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) Seminar Nasional Teknik IV STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS () MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) Didik Wahjudi, Soejono Tjitro, Rhismawati Soeyono Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Sejarah singkat perusahaan Didirikan pada tahun 1951 yang terletak di Tanggerang, Banten. PT Gajah Tunggal Tbk. memulai usaha produksinya dengan ban sepeda. Sejak

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir DELAPAN LANGKAH 8. Menetapkan target 1. Menentukan tema & analisa situasi 9. Standarisasi & rencana 2. Menetapkan target 6. Evaluasi hasil 3. Analisa faktor penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. FREKUENSI KERUSAKAN PER BULAN (Times)

BAB I PENDAHULUAN. FREKUENSI KERUSAKAN PER BULAN (Times) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan industri sekarang ini, banyak perusahaan yang mencari alternatif untuk meningkatkan usaha perbaikan untuk menunjang produktivitas dalam produksinya.

Lebih terperinci

Nia Budi Puspitasari, Avior Bagas E *) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang

Nia Budi Puspitasari, Avior Bagas E *) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang PERHITUNGAN NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS MESIN MIXER BANBURY 270 L DAN MESIN BIAS CUTTING LINE 2 (STUDI KASUS PT. SURYARAYA RUBBERINDO INDUSTRIES) Nia Budi Puspitasari, Avior Bagas E *) Program

Lebih terperinci

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4%

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4% BAB V ANALISA 5.1 Analisa Current State Value Stream Mapping (CVSM) Value stream mapping merupakan sebuah tools untuk memetakan jalur produksi dari sebuah produk yang didalamnya termasuk material dan informasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian TPM Total Productive Maintenance (TPM) adalah salah satu metode proses Maintenance (pemeliharaan) yang dikembangkan untuk meningkatkan fungsi peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan persaingan dalam dunia bisnis semakin berkembang, karena

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan persaingan dalam dunia bisnis semakin berkembang, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia yang sekarang ini sedang berlangsung, menyebabkan persaingan dalam dunia bisnis semakin berkembang, karena banyaknya perusahaan baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era kompetisi global dan industrialisasi yang semakin canggih,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era kompetisi global dan industrialisasi yang semakin canggih, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era kompetisi global dan industrialisasi yang semakin canggih, penuh dengan innovasi dan sistematik saat ini, banyak perusahaan mencari alternatif unggulan

Lebih terperinci

ANALISA PERBAIKAN MESIN CNC MA-1 DENGAN MENGGUNAKAN INDIKATOR KINERJA OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE)

ANALISA PERBAIKAN MESIN CNC MA-1 DENGAN MENGGUNAKAN INDIKATOR KINERJA OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) Analisa Perbaikan Mesin CNC MA-1 dengan Menggunakan... (Ratnanto Fitriadi dan Gancang B. Kuncoro) ANALISA PERBAIKAN MESIN CNC MA-1 DENGAN MENGGUNAKAN INDIKATOR KINERJA OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE)

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Total Porductive Maintenance 3.1.1 Pengertian Total Productive Maintenance Salah satu cara yang sangat efektif dan efesien untuk meningkatkan pendayagunaan

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kajian Teori Teori yang di gunakan adalah : Line Performance (Operational Excellence) dan Losses 3.1.1 OPERATIONAL EXCELLENCE Operational excellence (OE)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Pengajuan... ii Halaman Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel...

DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Pengajuan... ii Halaman Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel... DAFTAR ISI Judul... i Pengajuan... ii Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... x Daftar Lampiran... xii Abstrak... xiii Abstract... xiv Bab I. Pendahuluan

Lebih terperinci

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah:

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah: BAB III. METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT.Dulmison Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang hardware energi yang memproduksi alat-alat berat dan aksesoris

Lebih terperinci

Nadia Cynthia Dewi. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang.

Nadia Cynthia Dewi. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang. ANALISIS PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) DENGAN PERHITUNGAN OVERALL EQUIPMENT EFECTIVENESS (OEE) DAN SIX BIG LOSSES MESIN CAVITEC PT. ESSENTRA SURABAYA (STUDI KASUS PT. ESSENTRA) Nadia Cynthia

Lebih terperinci

1. Tingkat efectivitas dan efisiensi mesin yang diukur adalah dengan Metode Overall

1. Tingkat efectivitas dan efisiensi mesin yang diukur adalah dengan Metode Overall 1. Tingkat efectivitas dan efisiensi mesin yang diukur adalah dengan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) dan Six Big Losses sesuai dengan prinsip TPM (Total Produktive Maintenance) untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Teknologi merupakan komponen penting bagi berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Teknologi merupakan komponen penting bagi berkembangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi merupakan komponen penting bagi berkembangnya perusahaan. Semakin berkembangnya industri semakin banyak pula teknologi yang dikembangkan. Salah satu

Lebih terperinci