BAB I PENDAHULUAN. Penerapan sistem kerja berbasis tim pada organisasi dewasa ini seolah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Penerapan sistem kerja berbasis tim pada organisasi dewasa ini seolah"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan sistem kerja berbasis tim pada organisasi dewasa ini seolah sedang berada di atas awan. Sebagai contoh, seperti tim riset dan pengembangan di universitas, tim penjaminan mutu di pusat-pusat pelayanan kesehatan, dan juga tim investigasi dan pencari fakta di ranah hukum dan persidangan. Beragam aplikasi berbasis tim ini merupakan jawaban atas tuntutan dinamika lingkungan dan tantangan kompleksitas pekerjaan demi pencapaian tujuan organisasi yang optimal. Banyak jenis pekerjaan yang bisa dilakukan dengan tim, namun tidak demikian manakala hanya dikerjakan secara individu. Dengan bekerja tim memungkinkan anggotanya untuk bekerja bersama-sama dengan beragam sumberdaya dan keterampilan yang dimiliki untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu. Kinerja tim didefinisikan sejauh mana keluaran yang produktif sebuah tim dapat memenuhi atau melampaui standar kinerja dari pihak yang menyelia tim atau pihak yang menerima hasil kinerja tersebut (Hackman, 1987). Dalam pekerjaan berbasis tim, terdapat dua keterampilan utama yang perlu dimiliki oleh setiap anggota untuk mencapai kinerja tim yang diharapkan, yaitu keterampilan tugas dan keterampilan interpersonal (Bradley, White, & Mennecke, 2003). Keterampilan tugas berkaitan dengan penguasaan tugas yang melekat pada pekerjaan tim, seperti pengetahuan tentang tugas yang dihadapi

2 2 dan strategi untuk menyelesaikan tugas tersebut. Keterampilan interpersonal mengacu pada keterampilan yang dibutuhkan oleh anggota tim untuk dapat bekerja bersama secara efektif meliputi keterampilan proses sosial, kerjasama tim, peran, dan keterampilan interpersonal lunak (Bradley et al., 2003; Girling & McManus, 1998). Dengan modal keterampilan interpersonal dapat diaplikasikan pada berbagai aktivitas dan dinamika tim, seperti pembuatan keputusan, manajemen konflik, pengembangan kepemimpinan, klarifikasi peran, hubungan interpersonal antar anggota, penyelesaian masalah, dan pengaturan tujuan dalam tim (Devine, Clayton, Philips, Dunford, & Melner, 1999). Isu menarik mengenai keterampilan tugas dan interpersonal adalah hasil penelitian Girling dan McManus (1998). Kedua peneliti ini menyebutkan bahwa dari 20 orang yang diwawancarai, hanya 7 orang yang dipilih untuk bekerja tim. Menariknya, sebanyak 70% dari yang diwawancarai sebenarnya memiliki keterampilan teknikal tugas yang baik. Namun, lebih dari setengahnya jatuh/gagal pada keterampilan interpersonal lunak. Hasil penelitian ini memberi pemahaman keterampilan tugas yang baik belum menjamin keterampilan interpersonal yang baik pula. Girling dan McManus (1998) menekankan pentingnya keterampilan interpersonal sebagai salah satu faktor penentu untuk kinerja tim. Dalam perkembangannya, para peneliti di bidang kinerja tim justru lebih memfokuskan keterampilan tugas sebagai anteseden kinerja daripada keterampilan interpersonal. Penelitian Stewart dan Barrick (2000) mengkaji

3 3 pengaruh struktur tim pada kinerja tim, kemudian Marks dan Panzer (2004) mengembangkan anteseden kinerja tim dengan variabel pemantauan tim. Lebih lanjut, anteseden kinerja tim melebar lagi dengan adanya perencanaan tim dan orientasi tujuan (Mehta, Field, Armenakis, & Mehta, 2009; Van Woerkom & Croon, 2009). Penelitian Lee, Gillespie, Mann, dan Wearing (2010) mulai memasukkan konstruk keterampilan interpersonal, yaitu kepercayaan akan tetapi hanya sebagai pemoderasi pengaruh berbagi pengetahuan pada kinerja tim. Dalam suasana sebuah tim, mengatasi kompleksitas (selain kompleksitas pekerjaan) yang berasal dari beragam personalitas dan kemampuan individu dalam tim memang membutuhkan perhatian tersendiri. Menurut Bradley et al. (2003), bagaimanapun juga kekompakan tim harus tercipta agar kinerja tim yang diharapkan menjadi nyata, sehingga kebutuhan akan keterampilan interpersonal semakin krusial. Nantinya, keterampilan interpersonal ini dapat digunakan untuk menjalin komunikasi dan berkoordinasi, seperti ketika berdiskusi, mengklarifikasi peran, dan penyelesaian konflik (Bradley et al., 2003; Devine et al., 1999). Hubungan interpersonal yang baik membuat iklim tim menjadi lebih harmonis dengan saling memahami dan melengkapi antar rekan kerja dalam tim. Variabel keterampilan interpersonal yang seringkali diabaikan dalam penelitian kinerja tim adalah kepercayaan (trust) (Kiffin-Petersen, 2004). Sedikitnya konstruk kepercayaan dalam memprediksi kinerja tim ditunjukkan pada bagian lampiran penelitian Bradley et al. (2003). Dalam kurun waktu 34

4 4 tahun dari tahun 1966 sampai 2000, hanya ada satu konstruk kepercayaan yang digunakan untuk memprediksi kinerja tim, di antara sekian banyak variabel keterampilan interpersonal selain kepercayaan (Bradley et al., 2003; Porter & Lilly, 1996). Kontribusi penelitian kepercayaan intratim (intrateam trust) pada kinerja tim yang masih langka memungkinkan peluang riset yang masih luas. Menurut Dirks dan Skarlicki (2004), kepercayaan interpersonal dipahami sebagai pernyataan psikologis individu yang melibatkan ekspektasi positif mengenai tindakan individu yang lain. Ekspektasi positif ini mengacu pada keyakinan mengenai manfaat yang timbul dari tindakan orang lain atau setidaknya tindakan itu tidak merugikan, sekalipun tetap ada kemungkinan rasa kecewa dari hasil tindakan orang lain tersebut (Gambetta, 2000; Luhmann, 2000). Konseptualisasi kepercayaan di level tim mengacu pada ekspektasi positif yang dihasilkan seluruh anggota tim. Persepsi kepercayaan tetap berada pada individu, akan tetapi pengertian kepercayaan di level tim berasal dari kualitas persepsi kepercayaan individu-individu dalam tim (Langfred, 2004; Simons & Peterson, 2000). Peneliti mengharapkan kinerja sebuah tim dapat dipengaruhi secara positif oleh kepercayaan intratim. Dugaan ini dilandasi argumentasi konsep kepercayaan yang memungkinkan anggota tim untuk saling berinteraksi seakan-akan rasa ketidakpastian dalam tim menjadi hilang (De Jong & Elfring, 2010). Anggota tim yang saling percaya cenderung akan terlibat dalam interaksi produktif dan proses dalam tim yang akan meningkatkan kinerja tim (Jones & George, 1998; Spreitzer, Noble, Mishra, & Cooke, 1999). Sebaliknya,

5 5 tanpa fondasi kepercayaan, anggota tim cenderung akan menghindari interaksi dan proses yang melindunginya dari rasa ketidakpastian atas tindakan rekan tim (Dirks, 1999; Mayer & Gavin, 2005). Pada aspek tipe kerja tim, ada tipe tim tertentu yang mana pengaruh kepercayaan pada kinerja menjadi semakin jelas. Tipe tim terdiri dari tim ongoing dan tim jangka pendek (short-term) (Devine et al., 1999). Pengertian tim ongoing berbeda dengan tim jangka pendek dilihat dari durasi tim dan durasi tugas dari kedua tipe tim tersebut (Bradley et al., 2003). Menurut De Jong dan Elfring (2010), apabila pada tim jangka pendek diduga tim akan bubar setelah bekerjasama dalam waktu yang singkat, pada tim ongoing merupakan tim yang memiliki tugas dengan siklus kerja lebih lama dan diharapkan tim dapat bergabung lagi di masa mendatang. Peneliti berusaha fokus pada tim ongoing ini dengan argumentasi bahwa masih kurangnya penjelasan pengaruh kepercayaan pada kinerja tim di konteks tim ongoing (Kiffin-Petersen, 2004). Selain itu, penelitian Saunders dan Ahuja (2006) menyebutkan bahwa pengaruh kepercayaan akan cenderung lebih tegas pada tim ongoing daripada tim jangka pendek karena tim ongoing lebih fokus pada hubungan antar individu dalam tim sehingga meningkatkan pengaruh dinamika kepercayaan pada interaksi anggota tim. Meskipun demikian, bukan berarti tim jangka pendek tidak berimplikasi pada hubungan kepercayaan dan kinerja. Dalam studi terhadap tim proyek virtual yang serupa dengan tim jangka pendek, Rico, Alcover, Sanchez-Manzanares, dan Gil (2009) menemukan bahwa di antara

6 6 komunikasi berorientasi tugas dan sosial, komunikasi berorientasi tugas memiliki pengaruh positif pada kepercayaan ketika awal berlangsungnya tim proyek. Hasil penelitian Rico et al. (2009) menegaskan bahwa walaupun di konteks tim proyek virtual dan dipicu oleh orientasi terhadap tugas, kepercayaan masih memungkinkan untuk muncul guna menjelaskan aspek kinerja organisasional. Berdasarkan tinjauan Dirks dan Ferrin (2001) terhadap 43 studi empiris menunjukkan bahwa kepercayaan memiliki banyak manfaat bagi individu maupun organisasi. Manfaat tersebut meliputi komunikasi yang efektif, perilaku kewargaan organisasional yang lebih baik, perilaku yang cenderung tidak kompetitif dalam negosiasi, kinerja tim yang lebih tinggi, berkurangnya konflik, dan kepuasan kerja yang lebih tinggi. Oleh karena itu, banyak peneliti dan praktisi yang kemudian mengasumsikan konstruk kepercayaan sebagai prediktor yang baik bagi aspek perilaku dan kinerja organisasional. Di sisi lain, beberapa peneliti berusaha mengkritisi kebaikan konstruk kepercayaan dalam memprediksi aspek kinerja. Salah satunya adalah Goel, Bell, dan Pierce (2005), yang menyatakan banyak peneliti dan praktisi telah terbuai dengan manfaat kepercayaan sehingga mengabaikan sisi gelap dari konstruk kepercayaan ini. Sisi gelap yang dimaksud adalah kurangnya perhatian mengenai persoalan over-kepercayaan (over-trust) (Goel et al., 2005; Goel & Karri, 2006; Gundlach & Cannon, 2010). Menurut Goel et al. (2005), isu over-kepercayaan muncul dari asumsi konsep kepercayaan sendiri, yakni kepercayaan melibatkan pengambilan risiko dari kondisi yang tidak pasti atas

7 7 tindakan orang yang diberi kepercayaan. Pengertian over-kepercayaan sebenarnya memiliki dua makna, yaitu orang yang salah menempatkan kepercayaan pada individu atau organisasi yang tidak dapat dipercaya dan kepercayaan seseorang yang melebihi kadar yang dibenarkan dalam kondisi tertentu (Goel & Karri, 2006). Fokus penelitian ini membatasi pengertian overkepercayaan pada makna kedua karena minimnya dukungan empiris overkepercayaan dan efek kurvalinier kepercayaan intratim pada aspek kinerja (McEvily, Perrone, & Zaheer, 2003; Thorgren & Wincent, 2011). Seseorang yang terlalu mempercayai pihak lain dimungkinkan justru akan merugikan pelaku dan berefek negatif pula pada pihak yang dipercaya, di antaranya (1) percaya buta (blind trust) dan mengabaikan penilaian objektif, (2) terlalu toleran dalam menilai pihak yang dipercaya, (3) potensi perilaku oportunistis dan eksploitasi yang makin besar dari pihak yang dipercaya, dan (4) meningkatkan risiko pelaku atas hubungannya dengan orang yang dipercaya (Goel et al., 2005; Goel & Karri, 2006; Gundlach & Cannon, 2010). Apabila over-kepercayaan ini dibiarkan saja dalam cakupan organisasional tertentu, maka berpotensi mengganggu perilaku positif dan kinerja organisasional yang bersangkutan (Zaheer, McEvily, & Perrone, 1998). Penelitian Atkinson dan Butcher (2003) menyebutkan bahwa hubungan manajerial yang dicirikan sarat dengan politik, agenda terselubung, dan kepentingan pribadi mengakibatkan level kepercayaan yang tinggi menjadi tidak tepat untuk kondisi ideal bagi keefektifan manajerial.

8 8 Kemudian, timbul pertanyaan kritis, apakah level kepercayaan intratim yang tinggi akan senantiasa berdampak positif pada kinerja tim ongoing? Penelitian Langfred (2004) menyebutkan bahwa kepercayaan intratim yang tinggi tidak selalu berdampak positif pada kinerja. Bahkan Langfred (2004) juga menegaskan level kepercayaan intratim yang tinggi bisa berdampak buruk pada kinerja tim tergantung pada tinggi-rendahnya otonomi tugas individu dalam tim. Ketika otonomi individu tinggi dan pengawasan dalam tim rendah, kepercayaan intratim yang tinggi justru membahayakan kinerja tim tersebut (Langfred, 2004). Dalam riset dimensi hubungan jaringan, Lechner, Frankenberger, dan Floyd (2010) mampu menunjukkan pengaruh kurvalinier antara dimensi relasional, yakni kekuatan ikatan dan kinerja inisiatif strategis. Pada level kekuatan ikatan yang tinggi, konsekuensi negatifnya dapat mengimbangi efek positif kekuatan ikatan di level menengah sehingga membuat rasio kerugianmanfaat dari meningkatnya level kekuatan ikatan menjadi semakin negatif (Lechner et al., 2010). Hasil penelitian Langfred (2004) dan Lechner et al. (2010) cukup untuk menunjukkan dugaan bahwa pengaruh kepercayaan intratim pada kinerja tim ongoing tidak berbentuk linier melainkan kurvalinier atau berbentuk huruf U terbalik (curvilinear/inverted U-shape). Level kepercayaan intratim yang semakin meningkat awalnya memang berefek positif pada kinerja, akan tetapi pada titik tertentu level kepercayaan intratim yang tinggi justru akan berkonsekuensi negatif bagi kinerja tim ongoing. Dengan demikian, isu over-kepercayaan diharapkan dapat membantu

9 9 pemahaman yang lebih komprehensif mengenai pengaruh kepercayaan intratim pada kinerja tim ongoing daripada sekadar pengaruh linier yang telah banyak dilazimi oleh penelitian sebelumnya. Selain itu, kaitannya dengan konsistensi hasil penelitian, menurut Dirks dan Ferrin (2001), pengaruh kepercayaan pada aspek perilaku dan kinerja masih lebih lemah dan kurang konsisten dibandingkan pada aspek sikap dan persepsi. Hasil yang masih lemah dan kurang konsisten pada aspek perilaku dan kinerja dimungkinkan karena sebagian studi menunjukkan hasil signifikan, sedangkan studi yang lain tidak demikian (Dirks & Ferrin, 2001). Terlebih, kurangnya perhatian konstruk kepercayaan dan kinerja terlihat jelas pada konteks tim dan grup (Langfred, 2004). Penelitian Dirks (1999) tidak dapat menunjukkan pengaruh signifikan kepercayaan intratim pada kinerja tim. Hasil penelitian Dirks (1999) dan Simons dan Peterson (2000) justru menunjukkan efek pemoderasi atau interaksi yang signifikan dari kepercayaan pada variabel kinerja tim. Namun, Costa (2003) dan Rispens, Greer, dan Jehn (2007) menyebutkan hasil yang positif dari pengaruh kepercayaan pada kinerja tim. Dengan demikian, melihat beberapa hasil penelitian yang tidak konsisten di antara kepercayaan dan kinerja tim, maka diperlukan faktor kondisional/situasional yang memungkinkan untuk memoderasi pengaruh kurvalinier kepercayaan intratim pada kinerja tim. Menurut Kiffin-Petersen (2004), pada model hubungan kepercayaan dan keefektifan tim, terdapat beberapa konstruk yang menjadi penentu/determinan

10 10 keefektifan tim sekaligus komponen masukan dalam sebuah tim. Determinan keefektifan tim tersebut di antaranya, desain kerja, interdependen, komposisi tim, dan konteks tim. Faktor determinan ini berfungsi sebagai penjelas/penguat pengaruh faktor emergent state pada proses tim dan atau pada keefektifan tim (Kiffin-Petersen, 2004). Dalam penelitian ini, interdependen tugas (sebagai variabel spesifik dari komponen determinan interdependen) digunakan sebagai pemoderasi pengaruh non-linier kepercayaan intratim pada kinerja tim ongoing (Hackman, 1987; Kiffin-Petersen, 2004; Wageman, 1995). Interdependen tugas dipilih karena suatu pekerjaan dapat diorganisasi secara mandiri ataupun saling tergantung satu sama lain (Wageman, 1995). Dari sinilah kepercayaan memainkan perannya terhadap keefektifan tim tergantung pada kondisi pekerjaan yang dialami anggota tim. Interdependen tugas (task interdependence) dipahami sebagai sejauh mana anggota tim bergantung pada sesama rekan tim pada upaya, informasi, dan sumberdaya yang dimiliki untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu (Wageman & Baker, 1997). Ketika interdependen tugas berada pada level tinggi, interaksi interpersonal dari anggota tim meningkat dan secara otomatis tingkat kompleksitas koordinasi antar anggota tim juga semakin besar (LePine, Piccolo, Jackson, Mathieu, & Saul, 2008). Sedangkan ketika level interdependen tugas menjadi rendah, pekerjaan anggota tim menjadi semakin independen, kebutuhan akan interaksi interpersonal menjadi terbatas, dan kontribusi anggota tim menjadi cenderung terkotak-kotak ketimbang terintegrasi (Lepine et al., 2008). Dengan kata lain, tim dengan interdependen

11 11 tugas yang tinggi akan menunjukkan kualitas proses sosial yang lebih tinggi. Proses sosial yang dimaksud bisa meliputi kerjasama, perilaku membantu anggota tim, dan terjadi proses saling belajar satu sama lain. Namun, menurut Kidwell dan Bennett (1993), tingginya level interdependen juga berpotensi pada konflik kepentingan dan perilaku oportunistis di antara anggota tim. Oleh karena itu, level interdependen tugas yang tinggi diharapkan akan memperkuat pengaruh kurvalinier kepercayaan intratim pada kinerja tim ongoing. Dari pemaparan latar belakang dan uraian yang telah dijelaskan di muka, maka peneliti tertarik untuk menginvestigasi pengaruh kurvalinier kepercayaan intratim pada kinerja tim ongoing. Penelitian ini juga akan memasukkan variabel interdependen tugas berperan sebagai pemoderasi. B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Pada bagian ini akan dijelaskan pokok-pokok permasalahan penelitian yang menjadi dasar pentingnya penelitian ini dilakukan sekaligus mengidentifikasi gap penelitian yang ada. Pertama, menurut Girling dan MacManus (1998), baiknya keterampilan tugas belum menjamin kecakapan interpersonal yang baik sehingga perlu perhatian khusus terhadap kecakapan interpersonal dalam tim. Namun, dalam perkembangannya, para peneliti justru lebih fokus pada keterampilan tugas ketimbang interpersonal. Fenomena inilah yang mendorong peneliti untuk menggali lebih dalam faktor yang memprediksi kinerja tim dari aspek keterampilan interpersonal.

12 12 Kedua, secara spesifik, variabel keterampilan interpersonal yang menjadi fokus penelitian ini adalah kepercayaan. Beberapa penelitian menegaskan bahwa walaupun konstruk kepercayaan diyakini memiliki banyak manfaat bagi prospek organisasional, tetapi sangat sedikit penelitian empiris yang teridentifikasi. Lebih lanjut, pada konteks kerja tim, peneliti fokus hanya pada tipe tim ongoing karena kepercayaan dianggap akan memiliki pengaruh lebih tegas pada kinerja dengan tipe tim ongoing (Saunders & Ahuja, 2006). Ketiga, selain jumlah penelitian empiris yang terbatas, ternyata beberapa penelitian terkait kepercayaan dan kinerja tim juga menunjukkan hasil yang masih lemah dan kurang konsisten. Hasil yang kurang robust ini dimungkinkan karena sebagian studi menunjukkan hasil signifikan, sementara sebagian lain menunjukkan hasil non-signifikan. Dengan demikian, urgensi faktor situasional/kondisional diharapkan dapat membantu memahami pengaruh kepercayaan pada kinerja tim secara komprehensif. Keempat, berdasarkan model keefektifan tim Kiffin-Petersen (2004) dan isu over-kepercayaan oleh Goel et al. (2005), Goel dan Karri (2006), dan Gundlach dan Cannon (2010), variabel interdependen tugas dipilih sebagai pemoderasi pengaruh kurvalinier kepercayaan intratim pada kinerja tim ongoing. Isu kurvalinier juga diakomodasi dalam penelitian ini guna menguji pengaruh non-linier kepercayaan intratim pada kinerja tim ongoing yang sebelumnya banyak diasumsikan linier oleh penelitian-penelitian terdahulu. Berdasarkan uraian singkat masalah penelitian di atas, maka pertanyaan penelitian yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

13 13 1. Apakah pengaruh kepercayaan intratim pada kinerja tim ongoing bersifat kurvalinier? 2. Apakah interdependen tugas memoderasi pengaruh kurvalinier kepercayaan intratim pada kinerja tim ongoing? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian di atas, maka penelitian ini dilakukan bertujuan untuk: 1. Menguji pengaruh kurvalinier kepercayaan intratim pada kinerja tim ongoing. 2. Menguji pengaruh pemoderasian interdependen tugas pada hubungan kurvalinier antara kepercayaan intratim dan kinerja tim ongoing. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini membantu memberikan pemahaman mengenai faktor penting emergent state yang dapat mengoptimalkan kinerja tim ongoing. Pemahaman mengenai faktor situasional/kondisional juga tidak kalah penting terkait keadaaan seperti apa yang memoderasi pengaruh kepercayaan pada kinerja tim ongoing sehingga diperoleh pemahaman yang lebih komprehensif. Dengan isu over-kepercayaan, diharapkan dapat berkontribusi pada pemahaman konsep kepercayaan bahwa konstruk kepercayaan tidak selalu menjadi variabel baik. Dengan demikian, perlu

14 14 dipertimbangkan bahwa pada level tertentu konstruk kepercayaan juga memiliki sisi gelap yang membahayakan kinerja organisasional. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi semacam panduan bagi pengambil keputusan organisasional dalam mengoptimalkan kinerja timnya. Secara khusus, pentingnya penciptaan kepercayaan pada tingkatan tertentu dalam kerja tim dan faktor situasional berkaitan dengan karakter tugas- yang membatasi pengaruh dinamika kepercayaan intratim pada kinerja tim ongoing.

BAB I PENDAHULUAN. Kreativitas merupakan salah satu konstruk yang mendapatkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kreativitas merupakan salah satu konstruk yang mendapatkan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kreativitas merupakan salah satu konstruk yang mendapatkan banyak perhatian di bidang ilmu perilaku organisasional. Pada tataran praktis, kreativitas dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembentukan tim dalam perusahaan merupakan salah satu proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembentukan tim dalam perusahaan merupakan salah satu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembentukan tim dalam perusahaan merupakan salah satu proses untuk mendukung terlaksananya strategi perusahaan. Tim adalah sebuah unit yang terdiri dari dua orang atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu, dan peningkatan kinerja perusahaan yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu, dan peningkatan kinerja perusahaan yang mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era sekarang ini, hanya perusahaan yang mampu melakukan efisiensi, peningkatan mutu, dan peningkatan kinerja perusahaan yang mampu mempertahankan kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan status Universitas Gadjah Mada (UGM) dari universitas yang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan status Universitas Gadjah Mada (UGM) dari universitas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan status Universitas Gadjah Mada (UGM) dari universitas yang berstatus Badan Hukum Milik Negara (BHMN) berdasar Peraturan Pemerintah Nomor 153 Tahun 2000 menjadi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian

BAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian Bandung Berkebun di usia pergerakannya yang masih relatif singkat tidak terlepas dari kemampuannya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kinerja karyawan dibutuhkan setiap organisasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kinerja karyawan dibutuhkan setiap organisasi untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peningkatan kinerja karyawan dibutuhkan setiap organisasi untuk mencapai tujuannya. Kinerja merupakan hal penting bagi perusahaan maupun organisasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peraturan organisasi yang berlaku. Pada organisasi pemerintahan di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. peraturan organisasi yang berlaku. Pada organisasi pemerintahan di Indonesia, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses penyusunan anggaran publik umumnya menyesuaikan dengan peraturan organisasi yang berlaku. Pada organisasi pemerintahan di Indonesia, proses penyusunan anggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dekade terakhir (Jaussi & Dionne, 2003; Joo, McLean, & Yang, 2013). Fokus

BAB I PENDAHULUAN. dekade terakhir (Jaussi & Dionne, 2003; Joo, McLean, & Yang, 2013). Fokus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Studi Kreativitas menjadi topik yang hangat dan agenda penting dalam dua dekade terakhir (Jaussi & Dionne, 2003; Joo, McLean, & Yang, 2013). Fokus terhadap kreativitas

Lebih terperinci

Membangun Tim Proyek, Konflik dan Negosiasi

Membangun Tim Proyek, Konflik dan Negosiasi Modul ke: Membangun Tim Proyek, Konflik dan Negosiasi Fakultas 09Deva Prudensia Setiawan, S.T., M.M. Ekonomi & Bisnis Program Studi Manajemen Manajemen Proyek Isi Pengantar Membangun Tim Proyek Karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era pemerintahan yang kompetitif tersebut. Kemampuan ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era pemerintahan yang kompetitif tersebut. Kemampuan ini sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya perubahan politik dan administrasi pemerintahan melalui pemberian otonomi luas kepada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. relationship conflict (Wibisono, 2005). Relationship conflict merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. relationship conflict (Wibisono, 2005). Relationship conflict merupakan salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik merupakan salah satu bagian dari kehidupan manusia yang mendorong terjadinya dinamika sosial. Konflik bisa terjadi dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. fase diyakini sebagai titik di mana ide ini pertama kali diadopsi, yaitu titik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. fase diyakini sebagai titik di mana ide ini pertama kali diadopsi, yaitu titik BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2. 1. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. 1 Perilaku Kerja Inovatif Teori inovasi sering menggambarkan proses inovasi yang terdiri dari dua fase utama: inisiasi dan implementasi.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Selanjutnya keterbatasan dan saran penelitian dijelaskan untuk perbaikan

BAB V PENUTUP. Selanjutnya keterbatasan dan saran penelitian dijelaskan untuk perbaikan BAB V PENUTUP Bab ini menjelaskan simpulan hasil penelitian dan beberapa implikasi manajerial bagi para pembuat dan pengambil kebijakan untuk meningkatkan performa melalui peningkatan profitabilitas perusahaan.

Lebih terperinci

LEMBAR KONFIRMASI KOMPETENSI

LEMBAR KONFIRMASI KOMPETENSI LEMBAR KONFIRMASI KOMPETENSI Jabatan/Eselon : Unit Kerja : NO. KOMPETENSI LEVEL KOMPETENSI STANKOM 1 ANALISIS STRATEGI (AS) Mengidentifikasi,menguraikan, 1. Mempelajari informasi yang didapatkan meghubungkan

Lebih terperinci

BAB V. SIMPULAN, KONTRIBUSI, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI PADA PENELITIAN BERIKUTNYA. 5.1 Simpulan

BAB V. SIMPULAN, KONTRIBUSI, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI PADA PENELITIAN BERIKUTNYA. 5.1 Simpulan 123 BAB V. SIMPULAN, KONTRIBUSI, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI PADA PENELITIAN BERIKUTNYA 5.1 Simpulan Penelitian ini menemukan faktor yang mempengaruhi kontradiksi pengaruh iklim psikologis persaingan terhadap

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG STANDAR KOMPETENSI JABATAN MANAJERIAL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis 2.1.1. Sistem Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan/kegagalan pelaksanaan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Proyek Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk menjamin

Lebih terperinci

KONFLIK ORGANISASI. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012

KONFLIK ORGANISASI. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012 KONFLIK ORGANISASI Salah satu yang sering muncul dalam upaya melakukan inovasi organisasi adalah terjadinya konflik di dalam organisasi. Sebagaimana lazim diketahui bahwa suatu organisasi secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan dalam menjalankan bisnisnya menginginkan untuk memiliki keunggulan-keunggulan kompetitif dengan memaksimalkan semua modal yang dimiliki, seperti

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. yang telah dilakukan pada bab sebelumnya adalah: mempengaruhi individu untuk melakukan internalisasi nilai-nilai organisasi

BAB V PENUTUP. yang telah dilakukan pada bab sebelumnya adalah: mempengaruhi individu untuk melakukan internalisasi nilai-nilai organisasi BAB V PENUTUP A. Simpulan Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik atas hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya adalah: 1. Identifikasi organisasional berpengaruh positif dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Kontinjensi Pendekatan teori kontijensi mengidentifikasi bentuk-bentuk optimal pengendalian organisasi di bawah kondisi operasi yang berbeda dan mencoba untuk menjelaskan

Lebih terperinci

KONFLIK DALAM KELOMPOK. Sepanjang individu berinteraksi dengan individu lain, konflik tidak mungkin terhindarkan. Konflik dapat terjadi dalam

KONFLIK DALAM KELOMPOK. Sepanjang individu berinteraksi dengan individu lain, konflik tidak mungkin terhindarkan. Konflik dapat terjadi dalam KONFLIK DALAM KELOMPOK. Sepanjang individu berinteraksi dengan individu lain, konflik tidak mungkin terhindarkan. Konflik dapat terjadi dalam menentukan suatu tujuan atau dalam menentukan metode yang akan

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pegawai dimana perusahaan atau organisasi sekarang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. bagi pegawai dimana perusahaan atau organisasi sekarang berusaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini banyak perusahaan atau organisasi berlomba-lomba untuk menjadi sebuah perusahaan atau organisasi yang menjadi pilihan bagi pegawai dimana perusahaan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya, organisasi biasanya berusaha meningkatkan produktifitas, kemampuan berinovasi, dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. karier yang berbeda, dimana sikap dan perilaku kerja karyawan juga akan berbeda

BAB V KESIMPULAN. karier yang berbeda, dimana sikap dan perilaku kerja karyawan juga akan berbeda BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Gagasan utama dari penelitian ini adalah karyawan akan melalui tahapan karier yang berbeda, dimana sikap dan perilaku kerja karyawan juga akan berbeda sesuai dengan tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam segala bidang kehidupan, termasuk perubahan di dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. dalam segala bidang kehidupan, termasuk perubahan di dalam sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan era reformasi yang menuntut adanya perubahan dalam segala bidang kehidupan, termasuk perubahan di dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan di

Lebih terperinci

A. Simpulan Peran public relations dalam organisasi semakin signifikan dalam kurun beberapa tahun terakhir. Divisi public relations yang mulanya hanya

A. Simpulan Peran public relations dalam organisasi semakin signifikan dalam kurun beberapa tahun terakhir. Divisi public relations yang mulanya hanya BAB V PENUTUP Kehadiran social media sebagai media komunikasi telah memberikan warna baru dalam dinamika praktik komunikasi korporat. Proses komunikasi yang bersifat egaliter, langsung, dan dialogis mendorong

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, KONTRIBUSI, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Simpulan. Pokok masalah yang hendak dipecahkan dalam studi ini adalah

BAB V SIMPULAN, KONTRIBUSI, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Simpulan. Pokok masalah yang hendak dipecahkan dalam studi ini adalah BAB V SIMPULAN, KONTRIBUSI, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN 5.1. Simpulan Pokok masalah yang hendak dipecahkan dalam studi ini adalah mengonfirmasi elaboration likelihood model for workplace aggression

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi menjadi salah satu isu utama yang mendorong perusahaan menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut perusahaan untuk senantiasa

Lebih terperinci

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Manajemen (SIAM) aktivitas yang dilakukan (Hansiadi, 2002).

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Manajemen (SIAM) aktivitas yang dilakukan (Hansiadi, 2002). BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Manajemen (SIAM) Sistem informasi akutansi manajemen adalah suatu mekanisne pengendalian organisasi, serta merupakan alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hidup di tempat kerja, pekerjaan dan keluarga, pekerjaan dan pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Hidup di tempat kerja, pekerjaan dan keluarga, pekerjaan dan pemenuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan tujuan utama seseorang dalam meraih aktualisasi diri terhadap potensi yang dimiliki. Dalam perjalanan kerja, sebagian besar orang mulai merasakan

Lebih terperinci

Pengelolaan Proyek Sistem Informasi. Manajemen Sumber Daya Proyek

Pengelolaan Proyek Sistem Informasi. Manajemen Sumber Daya Proyek Pengelolaan Proyek Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya Proyek Outline Sumber Daya Proyek Tim Proyek dan Organisasi Stakeholder Sumber Daya Proyek Pada sebuah proyek diperlukan adanya sumber daya manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian dimana di dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti dalam memilih penelitian ini yang dikemas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Definisi Penelitian. Tujuan Penelitian Peran Riset bagi Manajemen.

BAB I PENDAHULUAN Definisi Penelitian. Tujuan Penelitian Peran Riset bagi Manajemen. BAB I PENDAHULUAN Definisi Penelitian. Penelitian ilmiah adalah penelitian yang mengandung unsur unsur ilmiah atau keilmuan di dalam aktivitasnya. Ostle pada Nazir (1999), menyatakan penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengujian komitmen organisasi terhadap variabel lain terkait sikap kerja karyawan

BAB I PENDAHULUAN. pengujian komitmen organisasi terhadap variabel lain terkait sikap kerja karyawan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhatian besar dari praktisi maupun akademisi telah diberikan kepada pengujian komitmen organisasi terhadap variabel lain terkait sikap kerja karyawan dan hasil organisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang didasarkan kepada Undang-Undang. Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Derah, menekankan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang didasarkan kepada Undang-Undang. Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Derah, menekankan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan otonomi daerah yang didasarkan kepada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Derah, menekankan adanya perubahan prinsip di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah hal yang sangat penting dalam berorganisasi. Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah hal yang sangat penting dalam berorganisasi. Komunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komunikasi adalah hal yang sangat penting dalam berorganisasi. Komunikasi merupakan hal yang mengikat kesatuan organisasi. Yang mana komunikasi dapat membantu anggota-anggota

Lebih terperinci

MANAGEMENT. (Chapter 2)

MANAGEMENT. (Chapter 2) MANAGEMENT (Chapter 2) SUMMARY MID TERM EXAM 2013/2014 Chapter 2 Pandangan Omnipotent (Mumpuni) dan Simbolis terhadap Manajemen Omnipotent View of Management Pandangan bahwa para manajer bertanggung jawab

Lebih terperinci

Teori Keadilan (Equity Theory)

Teori Keadilan (Equity Theory) Teori Keadilan (Equity Theory) Teori Keadilan (Equity Theory) Menurut teori ini bahwa kepuasan seseorang tergantung apakah ia merasakan ada keadilan (equity) atau tidak adil (unequity) atas suatu situasi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Simpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini adalah: perhatian pada pengikut (House, 1996). Visi, hope/faith, dan altruistic love

BAB V PENUTUP. Simpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini adalah: perhatian pada pengikut (House, 1996). Visi, hope/faith, dan altruistic love BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan Simpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini adalah: a. Kepemimpinan spiritual berpengaruh positif signifikan pada harga diri karyawan. Path-goal leadership theory membantu

Lebih terperinci

BAB VI. RINGKASAN TEMUAN, KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI. RINGKASAN TEMUAN, KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI. RINGKASAN TEMUAN, KESIMPULAN DAN SARAN A. Ringkasan Temuan Beberapa temuan pokok penelitian setiap bab telah disajikan dalam ringkasan di bagian akhir masing-masing bab. Berikut, intisari temuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Komitmen Organisasi 1.1 Definisi Komitmen Organisasi Kata komitmen berasal dari kata latin yang berarti to connect. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Simpulan

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Simpulan BAB V KESIMPULAN 5.1 Simpulan Berdasar tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya serta hasil penelitian maka disusun simpulan penelitian sebagai berikut. Penekanan pimpinan pada orientasi pasar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. dan rekomendasi. Pembahasan dari masing-masing dijelaskan secara runtut sebagai

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. dan rekomendasi. Pembahasan dari masing-masing dijelaskan secara runtut sebagai BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI Bab ini membahas tentang kesimpulan penelitian, implikasi, saran, keterbatasan dan rekomendasi. Pembahasan dari masing-masing dijelaskan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. pada pelaku perkawinan beda agama. Pelbagai temuan dan refleksi atas temuan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. pada pelaku perkawinan beda agama. Pelbagai temuan dan refleksi atas temuan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini mencoba untuk mengurai dinamika persentuhan identitas sosial pada pelaku perkawinan beda agama. Pelbagai temuan dan refleksi atas temuan penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk dapat ikut serta dalam persaingan. Perkembangan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk dapat ikut serta dalam persaingan. Perkembangan bisnis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era industrialisasi yang semakin kompetitif sekarang ini, setiap perusahaan dituntut untuk dapat ikut serta dalam persaingan. Perkembangan bisnis

Lebih terperinci

A. Proses Pengambilan Keputusan

A. Proses Pengambilan Keputusan A. Proses Pengambilan Keputusan a) Definisi Menurut James A.F. Stoner, keputusan adalah pemilihan di antara berbagai alternatif. Definisi ini mengandung tiga pengertian, yaitu: (1) ada pilihan atas dasar

Lebih terperinci

COHESIVENESS without GROUPTHINK

COHESIVENESS without GROUPTHINK COHESIVENESS without GROUPTHINK Presented by : M. Anang Firmansyah Studi ini berusaha menguji peran kepaduan (Kohesi) yang berorientasi pada tugas dan hubungannya dengan kohesi emosional sosial dalam kerangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan melalui Otonomi Daerah.

Lebih terperinci

Agenda Besar Memperkuat Keluarga Indonesia

Agenda Besar Memperkuat Keluarga Indonesia Agenda Besar Memperkuat Keluarga Indonesia Tahun 2014 ini merupakan momen bersejarah bagi masyarakat Indonesia dalam memasuki periode demokrasi baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hiruk pikuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organizational Citizenship Behavior 2.1.1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational citizenship behavior

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era globalisasi ini. Selain itu, dengan adanya pasar bebas AFTA dan AFLA serta APEC tentu saja telah

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini peneliti menguraikan ulasan mengenai simpulan penelitian, implikasi penelitian yang terdiri dari implikasi teoritis dan praktis serta keterbatasan dan saran penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian kalangan organisasi. Perputaran karyawan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian kalangan organisasi. Perputaran karyawan memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perputaran karyawan (turnover intention) menjadi suatu fenomena yang menarik perhatian kalangan organisasi. Perputaran karyawan memiliki konsekuensi negatif dan konsekuensi

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN

V. KESIMPULAN DAN SARAN V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Pelanggan Bale Ayu yang puas belum memiliki keinginan untuk menyampaikan berita positif mengenai rumah makan tersebut di internet. Begitu juga pelanggan yang percaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia adalah faktor penting dalam kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia adalah faktor penting dalam kelangsungan hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia adalah faktor penting dalam kelangsungan hidup suatu organisasi karena manusia merupakan unsur pengatur dan pelaksana dari setiap kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk yang cukup banyak, hal tersebut juga akan. Kondisi tersebut mendatangkan peluang-peluang bisnis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk yang cukup banyak, hal tersebut juga akan. Kondisi tersebut mendatangkan peluang-peluang bisnis yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia setelah Cina, India dan Amerika. Seiring dengan jumlah penduduk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas dan kinerja karyawan dalam suatu organisasi adalah stress kerja karyawan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas dan kinerja karyawan dalam suatu organisasi adalah stress kerja karyawan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karyawan adalah aset utama organisasi yang menjadi pelaku aktif dari setiap organisasi. Karyawan dalam sebuah perusahaan menduduki posisi yang sangat penting,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berorganisasi dengan variabel pemoderasi generasi X dan Y. Dari hasil analisis

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berorganisasi dengan variabel pemoderasi generasi X dan Y. Dari hasil analisis BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh kepemimpinan melayani dan dukungan organisasi terhadap komitmen afektif berorganisasi dengan variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perusahaan atau organisasi. Sumber Daya Manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perusahaan atau organisasi. Sumber Daya Manusia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor penting dalam perkembangan perusahaan atau organisasi. Sumber Daya Manusia merupakan kekuatan daya fikir dan berkarya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang akan menghadapi tantangan yang berat. Hal ini terjadi karena dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang akan menghadapi tantangan yang berat. Hal ini terjadi karena dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang akan menghadapi tantangan yang berat. Hal ini terjadi karena dalam era

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 85 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi serta menelaah perbedaan pengaruh faktor-faktor tersebut pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perbaikan manajemen pendidikan. Tidak ada lembaga sekolah yang baik

BAB I PENDAHULUAN. dengan perbaikan manajemen pendidikan. Tidak ada lembaga sekolah yang baik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.3 Latar Belakang Masalah Upaya perbaikan di bidang pendidikan hanya mungkin dicapai jika diawali dengan perbaikan manajemen pendidikan. Tidak ada lembaga sekolah yang baik kecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, manfaat penelitian, kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, manfaat penelitian, kontribusi BAB I PENDAHULUAN Bab pertama menguraikan latar belakang, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, manfaat penelitian, kontribusi penelitian, ruang lingkup dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Emosi tidak dapat dipisahkan dari kegiatan sehari-hari setiap individu,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Emosi tidak dapat dipisahkan dari kegiatan sehari-hari setiap individu, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emosi tidak dapat dipisahkan dari kegiatan sehari-hari setiap individu, terutama dalam interaksi sosial. Dalam organisasi, peran dan konsekuensi emosi serta afektif

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Bab ini berisi pemaparan simpulan, keterbatasan, saran dan implikasi

BAB V PENUTUP. Bab ini berisi pemaparan simpulan, keterbatasan, saran dan implikasi BAB V PENUTUP Bab ini berisi pemaparan simpulan, keterbatasan, saran dan implikasi penelitian yang terdapat dalam penelitian ini. Pemaparan simpulan bertujuan menjelaskan ringkasan hasil penelitian guna

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN DENGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2011 NOMOR : 16 TAHUN 2011 TENTANG : PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap pengambilan keputusan akan lengkap dan sempurna jika melibatkan

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap pengambilan keputusan akan lengkap dan sempurna jika melibatkan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pertimbangan Etis Setiap pengambilan keputusan akan lengkap dan sempurna jika melibatkan pertimbangan etis sebab pertimbangan etis merupakan suatu kriteria

Lebih terperinci

1. Mengelola penyampaian bantuan

1. Mengelola penyampaian bantuan KODE UNIT : O.842340.004.01 JUDUL UNIT : Pengaturan Bidang Kerja dalam Sektor Penanggulangan Bencana DESKRIPSIUNIT : Unit kompetensi ini mendeskripsikan keterampilan, pengetahuan, dan sikap kerja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Didunia usaha keberadaaan seorang pemimpin dalam organisasi sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Didunia usaha keberadaaan seorang pemimpin dalam organisasi sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Didunia usaha keberadaaan seorang pemimpin dalam organisasi sangat dibutuhkan untuk membawa organisasi kepada tujuan yang akan ditetapkan. Berbagai gaya kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu orang di dalam organisasi yang bertanggung jawab untuk membuat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu orang di dalam organisasi yang bertanggung jawab untuk membuat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Akuntansi Manajemen Akuntansi manajemen berkaitan dengan penyediaan informasi untuk manajer, yaitu orang di dalam organisasi yang bertanggung jawab untuk

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN. 5.1.Simpulan. Penelitian ini didisain untuk menguji pengaruh excess cash holdings terhadap nilai

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN. 5.1.Simpulan. Penelitian ini didisain untuk menguji pengaruh excess cash holdings terhadap nilai 154 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN 5.1.Simpulan Penelitian ini didisain untuk menguji pengaruh excess cash holdings terhadap nilai perusahaan dan menguji peran corporate governance dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komitmen telah menunjukkan pengaruh yang kuat pada keinginan karyawan

BAB I PENDAHULUAN. Komitmen telah menunjukkan pengaruh yang kuat pada keinginan karyawan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komitmen merupakan salah satu variabel yang telah banyak dikaji. Komitmen telah menunjukkan pengaruh yang kuat pada keinginan karyawan untuk tetap bertahan di dalam

Lebih terperinci

C A R E E R H O G A N D E V E L O P TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR. Laporan untuk: Sam Poole ID: HC Tanggal: 23 Februari 2017

C A R E E R H O G A N D E V E L O P TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR. Laporan untuk: Sam Poole ID: HC Tanggal: 23 Februari 2017 S E L E C T D E V E L O P L E A D H O G A N D E V E L O P C A R E E R TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR Laporan untuk: Sam Poole ID: HC560419 Tanggal: 23 Februari 2017 2 0 0 9 H O G A N A S

Lebih terperinci

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN Modul ke: 13 Fakultas PSIKOLOGI PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN BAB XIII PROGRAM PELATIHAN Program Studi PSIKOLOGI Dr. Antonius Dieben Robinson Manurung, MSi TIPE-TIPE PROGRAM PELATIHAN 1. Pelatihan Orientasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk lebih memahami faktor-faktor yang mempengaruhi karyawan dan performa

BAB I PENDAHULUAN. untuk lebih memahami faktor-faktor yang mempengaruhi karyawan dan performa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian bisnis saat ini terus berjuang untuk bertahan hidup atau memperoleh keunggulan kompetitif yang berkelanjutan, sehingga penting bagi organisasi untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. tersebut ketika bekerja sendiri atau dengan karyawan lain (Jones, 2010).

BAB II LANDASAN TEORITIS. tersebut ketika bekerja sendiri atau dengan karyawan lain (Jones, 2010). BAB II LANDASAN TEORITIS A. Happiness at Work 1. Definisi Happiness at Work Happiness at work dapat diidentifikasikan sebagai suatu pola pikir yang memungkinkan karyawan untuk memaksimalkan performa dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Goal Setting Theory ini mula-mula dikemukakan oleh Locke (1968). Teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Goal Setting Theory ini mula-mula dikemukakan oleh Locke (1968). Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Goal Setting Theory Goal Setting Theory ini mula-mula dikemukakan oleh Locke (1968). Teori ini mengemukakan bahwa dua cognitions yaitu values dan intentions (atau tujuan) sangat

Lebih terperinci

IKLIM ORGANISASI. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012

IKLIM ORGANISASI. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012 IKLIM ORGANISASI Sebuah mesin memiliki batas kapasitas yang tidak dapat dilampaui berapapun besaran jumlah energi yang diberikan pada alat itu. Mesin hanya dapat menghasilkan produk dalam batas yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan selalu dituntut memiliki kreativitas yang tinggi karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan selalu dituntut memiliki kreativitas yang tinggi karena dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan selalu dituntut memiliki kreativitas yang tinggi karena dapat membantu perusahaan memperoleh keuntungan dan bahkan bisa mendapatkan keunggulan kompetitif.

Lebih terperinci

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. dilengkapi dengan hasil wawancara, implikasi, keterbatasan, dan saran-saran

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. dilengkapi dengan hasil wawancara, implikasi, keterbatasan, dan saran-saran BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bagian ini akan menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilengkapi dengan hasil wawancara, implikasi, keterbatasan, dan saran-saran penelitian terhadap pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat dan lingkup

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat dan lingkup BAB I PENDAHULUAN Bagian ini menyajikan latar belakang, masalah penelitian yang dijabarkan dalam rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat dan lingkup penelitian serta sistematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Loyalitas pelanggan juga merupakan penentu utama dalam memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. Loyalitas pelanggan juga merupakan penentu utama dalam memprediksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelanggan setia dalam organisasi bisnis merupakan aset kompetitif. Loyalitas pelanggan juga merupakan penentu utama dalam memprediksi pangsa pasar dan tingkat keuntungan

Lebih terperinci

PENGARUH USIA, KEINGINAN SOSIAL DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJER PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI

PENGARUH USIA, KEINGINAN SOSIAL DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJER PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI PENGARUH USIA, KEINGINAN SOSIAL DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJER PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna

Lebih terperinci

Chapter III BUDAYA DAN LINGKUNGAN ORGANISASI

Chapter III BUDAYA DAN LINGKUNGAN ORGANISASI Chapter III BUDAYA DAN LINGKUNGAN ORGANISASI BAB 3 BUDAYA DAN LINGKUNGAN ORGANISASI Manajer: Omnipotent atau Simbolis? Pandangan omnipotent adalah pandangan bahwa para manajer bertanggung jawab secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Sumber Daya Manusia dalam suatu organisasi atau perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Peran Sumber Daya Manusia dalam suatu organisasi atau perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peran Sumber Daya Manusia dalam suatu organisasi atau perusahaan sangatlah strategis, di mana fungsi sumber daya manusia itu menjadi suatu kunci dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. topik yang penting di bidang akuntansi manajemen. SPM merupakan proses

BAB 1 PENDAHULUAN. topik yang penting di bidang akuntansi manajemen. SPM merupakan proses BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini sistem pengendalian manajemen (SPM) merupakan salah satu topik yang penting di bidang akuntansi manajemen. SPM merupakan proses dengan mana menajer mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Era globalisasi ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pada

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Era globalisasi ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan dan globalisasi merupakan hal yang tidak dapat dihindari di dalam dunia bisnis dan industri. Ulrich (1997) mengatakan bahwa konsep globalisasi bukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpenting mereka yakni ketersediaan dan pengelolaan sumber daya. manusianya. Manusialah yang dapat menggerakkan suatu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. terpenting mereka yakni ketersediaan dan pengelolaan sumber daya. manusianya. Manusialah yang dapat menggerakkan suatu organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangMasalah Siklus aktifitas organisasi pada dasarnya bergantung pada asset terpenting mereka yakni ketersediaan dan pengelolaan sumber daya manusianya. Manusialah yang dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perubahan agar organisasi dapat bertahan dan berjalan dengan efektif

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perubahan agar organisasi dapat bertahan dan berjalan dengan efektif BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kreativitas individual dan organisasional diperlukan untuk beradaptasi dengan perubahan agar organisasi dapat bertahan dan berjalan dengan efektif (Woodman, Sawyer,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Internal Audit State of the Profession 2013 survey yang digelar oleh PwC AS

BAB I PENDAHULUAN. Internal Audit State of the Profession 2013 survey yang digelar oleh PwC AS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Internal Audit State of the Profession 2013 survey yang digelar oleh PwC AS menunjukkan hasil yang menarik. Berkaca pada perkembangan pasar, kompleksitas bisnis, dinamika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan Hasil Kajian Penyusunan Model Perencanaan Lintas Wilayah dan Lintas Sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan Hasil Kajian Penyusunan Model Perencanaan Lintas Wilayah dan Lintas Sektor B A B BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bangsa Indonesia menghadapi situasi yang selalu berubah dengan cepat, tidak terduga dan saling terkait satu sama lainnya. Perubahan yang terjadi di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk

Lebih terperinci

PENDEKATAN ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MADRASAH IBTIDAIYAH (Studi Analisis Desain Strategi Pendidikan Agama Islam)

PENDEKATAN ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MADRASAH IBTIDAIYAH (Studi Analisis Desain Strategi Pendidikan Agama Islam) PENDEKATAN ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MADRASAH IBTIDAIYAH (Studi Analisis Desain Strategi Pendidikan Agama Islam) Oleh: Muhamad Fatih Rusydi Syadzili I Pendidikan esensinya bukan sebagai sarana transfer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang-orang yang terdapat dalam instansi tersebut. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. orang-orang yang terdapat dalam instansi tersebut. Oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu instansi didirikan karena mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dalam mencapai tujuannya setiap instansi dipengaruhi oleh perilaku dan sikap orang-orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran guru sangat strategis pada kegiatan pendidikan formal, non formal maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara pendidik dengan

Lebih terperinci