BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. dilengkapi dengan hasil wawancara, implikasi, keterbatasan, dan saran-saran
|
|
- Doddy Wibowo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bagian ini akan menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilengkapi dengan hasil wawancara, implikasi, keterbatasan, dan saran-saran penelitian terhadap pengembangan teori dan aplikasi. 7.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan, kompetensi sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, rekonsiliasi, dan reorganisasi terhadap kualitas laporan keuangan satuan kerja lingkup Kementerian Ketenagakerjaan RI. Hal tersebut akan dikaitkan dengan proses penentuan kebijakan yang dilakukan oleh manajemen dalam rangka meningkatkan kualitas laporan keuangan. Hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan perspektif teori keagenan dalam konteks akuntansi dan pelaporan keuangan sektor publik di Indonesia. Penelitian ini perlu dilakukan dalam rangka mengidentifikasi dan sekaligus mencari solusi dari permasalahan pada entitas tersebut yang mengakibatkan kualitas laporan keuangan belum sesuai dengan yang diinginkan. Berbagai permasalahan ini kemudian berimbas pada laporan keuangan yang dalam kurun waktu 8 (delapan) tahun terakhir belum pernah sekalipun mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian dari BPK. Kelemahan dalam mengidentifikasi dan mendiagnosis variabel-variabel yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan, serta keterbatasan dalam 143
2 144 menyusun kebijakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut merupakan permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini. Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini kemudian dirancang menjadi dua tahap (metode campuran) yang terdiri dari pendekatan kuantitatif pada tahap pertama dan pendekatan kualitatif pada tahap kedua. Pendekatan penelitian kuantitatif dilakukan untuk mengindentifikasi variabel-variabel apa saja yang berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan sekaligus menentukan variabel mana yang paling dominan di antara seluruh variabel yang diujikan. Pada tahap ini digunakan analisis regresi berganda dengan menggunakan SPSS versi 20. Pendekatan penelitian kualitatif pada tahap kedua dilakukan untuk mengelaborasi lebih lanjut hasil yang diperoleh pada tahap pertama, sekaligus untuk mengetahui apakah yang menjadi fokus utama manajemen dalam rangka menyelesaikan permasalahan tersebut dan dasar apa yang digunakan manajemen dalam menentukan kebijakan internal terkait akuntansi dan pelaporan keuangan. Pada tahap ini, teknik wawancara secara langsung maupun melalui telepon dilakukan terhadap responden yang terpilih. Berdasarkan data-data yang diperoleh selama penelitian, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Variabel implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan terbukti berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan satker-satker pada Kementerian Ketenagakerjaan di wilayah DKI Jakarta dan satker-satker UPTP di daerah. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama yang diajukan terdukung.
3 145 Temuan data kuantitatif ini sejalan dengan analisis tematik atas hasil wawancara yang dilakukan. Ini artinya, semakin baik implementasi SAP, maka semakin baik pula kualitas laporan keuangan yang dihasilkan. 2. Variabel kompetensi sumber daya manusia terbukti berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan satker-satker pada Kementerian Ketenagakerjaan di wilayah DKI Jakarta dan satker-satker UPTP di daerah. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis kedua yang diajukan terdukung. Temuan data kuantitatif ini sejalan dengan analisis tematik atas hasil wawancara yang dilakukan. Ini artinya, semakin meningkat kompetensi SDM, maka semakin meningkat pula kualitas laporan keuangan yang dihasilkan. 3. Variabel pemanfaatan teknologi informasi secara statistik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laporan keuangan satker-satker pada Kementerian Ketenagakerjaan di wilayah DKI Jakarta dan satker-satker UPTP di daerah. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis ketiga yang diajukan tidak terdukung. Temuan data kuantitatif ini sejalan dengan analisis tematik atas hasil wawancara yang dilakukan. Sarana dan prasarana teknologi informasi yang dimiliki secara umum relatif sudah memadai dan sudah dimanfaatkan secara optimal. Tidak ada masalah yang berarti terkait hal ini. Namun demikian, fakta yang ada menunjukkan bahwa kualitas laporan keuangan yang dihasilkan belum maksimal, diindikasikan salah satunya dengan opini yang selama 8 tahun terakhir belum sesuai harapan. Hal ini menegaskan bahwa fasilitas teknologi informasi dan pemanfaataanya yang sudah optimal ternyata
4 146 belum mampu mendorong perbaikan kualitas laporan keuangan secara signifikan. 4. Variabel rekonsiliasi terbukti berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan satker-satker pada Kementerian Ketenagakerjaan di wilayah DKI Jakarta dan satker-satker UPTP di daerah. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis keempat yang diajukan terdukung. Temuan data kuantitatif ini sejalan dengan analisis tematik atas hasil wawancara yang dilakukan. Ini artinya, semakin baik proses rekonsiliasi yang dilakukan, maka semakin baik pula kualitas laporan keuangan yang dihasilkan. 5. Variabel reorganisasi secara statistik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laporan keuangan satker-satker pada Kementerian Ketenagakerjaan di wilayah DKI Jakarta dan satker-satker UPTP di daerah. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis kelima yang diajukan tidak terdukung. Temuan data kuantitatif ini sejalan dengan analisis tematik atas hasil wawancara yang dilakukan. Proses reorganisasi yang masih sedang berjalan (belum selesai) ditanggapi beragam oleh responden. Sebagian responden menganggap bahwa reorganisasi berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi dan sebagian lainnya berpendapat sebaliknya, reorganisasi dalam jangka pendek berpengaruh negatif terhadap motivasi kerja pegawai dan kinerja organisasi. Responden lainnya bahkan berpendapat netral, artinya proses reorganisasi belum terasa dampaknya sama sekali karena prosesnya yang belum selesai seluruhnya. Namun demikian, seluruh responden yang
5 147 diwawancarai memiliki pendapat yang sama, bahwa terhadap kualitas laporan keuangan, reorganisasi dianggap tidak berpengaruh sama sekali. 6. Kelima variabel yang diujikan dalam penelitian secara bersama-sama (simultan) berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laporan keuangan satker-satker pada Kementerian Ketenagakerjaan di wilayah DKI Jakarta dan satker-satker UPTP di daerah. 7. Hasil analisis secara keseluruhan menunjukkan bahwa kualitas laporan keuangan satker-satker pada Kementerian Ketenagakerjaan di wilayah DKI Jakarta dan satker-satker UPTP di daerah dipengaruhi secara dominan oleh implementasi SAP, dan secara berturut-turut diikuti oleh rekonsiliasi dan kompetensi SDM. Dengan demikian, faktor teknis (implementasi SAP dan rekonsiliasi) yang diujikan dalam penelitian ini terbukti berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Di sisi lain, faktor organisasional yang terbukti berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan hanyalah variabel kompetensi SDM, sedangkan variabel lain yaitu pemanfaatan teknologi informasi dan reorganisasi ternyata terbukti tidak berpengaruh. 8. Dalam konteks upaya peningkatan kualitas laporan keuangan, organisasi ternyata belum memiliki fokus dan roadmap yang jelas. Identifikasi masalah, penentuan fokus utama kebijakan masih lemah dan penentuan titik kritis mana yang didahulukan juga belum jelas. Sebagian unit organisasi pada level yang lebih kecil/rendah berfokus pada SDM dan kebijakan serta hal-hal yang terjadi pada tahun sebelumnya dan tahun ini, tetapi belum ada strategi besar yang
6 148 komprehensif dari manajemen puncak kementerian untuk secara sistematis menyelesaikan permasalahan yang ada. 9. Kebijakan internal strategis terkait akuntansi dan pelaporan seringkali dibuat secara reaktif berdasarkan pengamatan. Ketiadaan roadmap, riset, dan kajian internal yang mendalam merupakan masalah strategis yang belum terselesaikan. Hal inilah yang menyebabkan kebijakan-kebijakan yang diambil belum efektif menyelesaikan akar permasalahan yang ada. 10. Di samping hal-hal yang bersifat teknis, faktor tingkat kepahaman, kepedulian, dan komitmen manajemen yang relatif belum memadai menjadi salah satu penyebab utama akuntabilitas publik melalui laporan keuangan belum terwujud secara optimal. Dengan demikian, pola hubungan ideal antara prinsipal agen sebagaimana dijelaskan dalam teori keagenen, secara umum belum terimplementasi dengan baik pada tataran praktisnya. 11. Teori keagenan masih sangat relevan dalam menggambarkan kondisi akuntansi dan pelaporan keuangan sektor publik di Indonesia. Adanya informasi asimetri antara agen dengan prinsipal terbukti digunakan untuk kepentingan dan keuntungan segelintir orang agen, ditandai dengan masih banyaknya temuan BPK yang bersifat kecurangan dan berimbas pada opini Laporan Keuangan. 12. Teori institusional isomorfisme ternyata juga sangat relevan untuk menggambarkan bagaimana kondisi pelaporan keuangan pada beberapa entitas pemerintah saat ini. Pelaporan keuangan dilakukan lebih karena dorongan dan
7 149 tuntutan peraturan perundang-undangan, bukan atas dasar kesadaran sebagai bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara kepada publik. 13. Dalam konteks perencanaan anggaran, faktor politis ternyata juga sangat berperan. Hal inilah yang menyebabkan peran laporan keuangan sebagai salah satu komponen penting yang menjadi dasar pengambilan kebijakan dalam perencanaan anggaran menjadi tidak optimal karena pengambilan keputusan lebih banyak dipengaruhi faktor politis daripada faktor teknis semata. Sanksi yang ditetapkan dalam regulasi yang ada, bagi satker yang tidak mengirim laporan, sejauh ini juga tidak berjalan efektif. 14. Menurut responden, terdapat fakot-faktor lain yang bisa mempengaruhi kualitas laporan keuangan selain kelima variabel yang diujikan dalam penelitian ini. Faktor lain tersebut adalah komitmen, faktor politis, kepatuhan, dan kebijakan. 7.2 Implikasi Penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi manajemen Kementerian Ketenagakerjaan dalam upayanya menyelesaikan permasalahan terkait kualitas laporan keuangan. Penelitian ini menguraikan faktor-faktor apa saja yang telah terbukti secara empiris berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laporan keuangan satker-satker pada Kementerian Ketenagakerjaan di wilayah DKI Jakarta dan satker-satker UPTP di daerah. Dalam konteks peningkatan kualitas laporan keuangan, hal tersebut tentu bisa menjadi bagian penting yang membantu manajemen dalam mengidentifikasi dan memetakan permasalahan. Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan
8 150 sebagai dasar yang ilmiah untuk menyusun fokus, roadmap, penentuan titik kritis, dan strategi apa yang akan dijalankan untuk menyelesaikan permasalahan. Implementasi SAP yang secara empiris telah terbukti sebagai variabel yang paling dominan mempengaruhi kualitas laporan keuangan, tentu layak untuk menjadi fokus utama organisasi. SAP merupakan tulang punggung/pondasi dasar laporan keuangan, seluruh sendi laporan keuangan disusun berdasarkan SAP. Dengan demikian, manajemen perlu memikirkan bagaimana strategi yang harus dilakukan agar implementasi SAP ini semakin baik. Upaya peningkatan tingkat kepahaman dan kepedulian seluruh pemangku kepentingan terhadap implementasi SAP secara konsisten harus didorong oleh manajemen puncak sebab mereka lah yang mampu menggerakan organisasi dan memberi warna pada budaya organisasi yang ada. Dalam konteks ini, faktor komitmen menjadi sangat krusial. Rekonsiliasi menjadi variabel kedua yang secara empiris terbukti signifikan mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Salah satu kunci yang harus diperhatikan adalah perbaikan kualitas rekonsiliasi internal yang selama ini menjadi masalah. Sinergitas antara unit akuntansi uang dan unit akuntansi barang harus benar-benar dilakukan. Salah satunya dengan menghilangkan sekat psikologis dan sosiologis di antara kedua unit ini. Manajer puncak harus mendorong dan menumbuhkan kesadaran bersama bahwa kedua unit akuntansi tersebut adalah satu kesatuan yang saling membutuhkan dan tidak bisa berdiri sendiri. Mereka adalah mitra kerja yang sepadan, tidak ada yang lebih tinggi dan lebih penting di antara keduanya. Jika aspek teknis saja yang disentuh, namun aspek psikologis dan sosiologis semacam ini tidak disentuh, maka sulit
9 151 mewujudkan sinergi antara kedua unit tersebut. Sebagai tambahan, perlu juga dipikirkan adanya sanksi internal untuk mendorong satker melakukan rekonsiliasi internal secara lebih tertib. Kompetensi SDM adalah variabel selanjutnya yang secara empiris terbukti berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Manajemen harus membuat kebijakan dan strategi yang lebih bervariasi untuk meningkatkan kompetensi SDM. Pola pendekatan yang bersifat teknis dalam bentuk bimtek, sosialisasi, dan penyuluhan yang selama ini dijalankan dianggap tidak cukup dan belum efektif meningkatkan kompetensi SDM. Faktor psikologis dan sosiologis kembali menjadi aspek yang sangat penting untuk disentuh manajemen selain faktor teknis tersebut. Apresiasi yang layak (bisa dalam bentuk insentif, imbalan berupa materi, maupun dukungan moral dari manajemen) harus diberikan kepada orang-orang yang terlibat dalam akuntansi dan pelaporan keuangan. Dukungan ini disampaikan tidak hanya pada momen-momen tertentu saja (menjelang semesteran atau tahunan), tetapi lebih konsisten sepanjang waktu. Aspek psikologis semacam ini juga harus dibarengi dengan pendekatan sosiologis. Dalam konteks ini, pemberian dukungan dan pembentukan budaya organisasi baru untuk mengubah persepsi orang dalam organisasi ini tentang SDM dan pekerjaan di bidang akuntansi dan pelaporan mutlak diperlukan. Persepsi bahwa SDM dan pekerjaan dalam bidang ini sebagai SDM dan pekerjaan kelas dua harus dieliminasi. Manajemen puncak harus menumbuhkan kesadaran pada seluruh pihak bahwa bidang akuntansi dan pelaporan keuangan memiliki peran
10 152 yang sama vitalnya dengan bagian lain seperti perencanaan dan pelaksaan anggaran. Bukti konkritnya tentu bisa dilakukan misalnya melalui kebijakan pola mutasi yang jelas, pemberian imbalan, insentif, dan apresiasi yang relatif sama dengan bagian lain, atau dengan cara-cara lain yang dianggap mampu mendorong orang merubah persepsi buruk tadi. Sekali lagi, peran manajemen puncak sangat penting di sini. Kebijakan SDM lainnya yang bisa diperbaiki misalnya terkait dengan kebijakan pola rekrutmen SDM. Meskipun latar belakang pendidikan bukan hal mutlak, namun minimnya jumlah pejabat dan staf yang berlatar belakang pendidikan akuntansi tentu menjadi masalah tersendiri yang harus dipecahkan. Pola hubungan dengan satker daerah (Satker Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan) juga perlu dipikirkan kembali mengingat terbatasnya rentang kendali pemerintah pusat terhadap SDM pada satker dinas provinsi/kabupaten/kota tersebut. Jika memungkinkan, bisa dibuat semacam kesepakatan yang lebih mengikat pada saat pemberian alokasi dana kepada mereka, yang menegaskan bahwa aspek pelaporan keuangan sama pentingnya dengan aspek perencanaan dan pelaksanaan anggaran. Pemahaman ini secara konkrit diwujudkan dalam pernyataan kesediaan tertulis yang mengatur pola mutasi SDM (setidaknya staf) yang menangani laporan keuangan untuk tidak dipindahkan (mutasi/rotasi) dalam waktu tertentu. Bagi Kementerian Keuangan (Ditjen Perbendaharaan, c.q. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan) selaku pembina kementerian ini, hasil penelitian ini bisa dijadikan masukan bagi penyempurnaan pola pembinaan yang
11 153 selama ini sudah dijalankan. Variasi pola pembinaan dengan memperhatikan keragaman dan karakteristik khas permasalahan objek binaan bisa menjadi salah satu strategi yang mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembinaan. 7.3 Keterbatasan Penelitian ini tentu saja memiliki berbagai keterbatasan, antara lain: 1. Ruang lingkup responden terbatas hanya satker-satker di wilayah DKI Jakarta (satker lingkup kantor pusat) dan beberapa satker Unit Pelayanan Teknis Pusat (UPTP) di daerah yang notabene merupakan satker vertikal di daerah. Tidak ada representasi satker dengan jenis kewenangan Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan yang diikutkan dalam penelitian ini. Padahal, satker Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan tentu memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap wajah dan opini laporan keuangan kementerian ini. 2. Tidak seluruh responden memahami betul substansi pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner serta belum optimalnya tingkat kepedulian dan keseriusan pada saat mengisi kuesioner mengakibatkan jawaban yang diberikan cenderung normatif dan tidak menggambarkan apa yang sesungguhnya terjadi dalam unit organisasi mereka. Subjektivitas responden semacam ini bisa mengakibatkan biasnya jawaban responden. 3. Pejabat yang menjadi responden terbatas pada level eselon IV dan III saja. Tidak diperoleh perspektif pejabat eselon II dan eselon I yang mungkin saja berbeda dan bisa menambah variasi hasil penelitian ini. 4. Proses penelitian dilakukan pada saat proses reorganisasi belum sepenuhnya selesai, sehingga bisa saja mempengaruhi hasil penelitian (bias).
12 Saran-Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, saran yang diberikan adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan beberapa fakta yang diperoleh, penelitian selanjutnya terkait kualitas laporan keuangan pemerintah bisa dilakukan untuk menguji teori institusional isomorfisme dalam konteks penyusunan laporan keuangan sektor publik di Indonesia. 2. Penelitian selanjutnya bisa mencoba menguji variabel lain yang diduga berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan. Variabel ini diperoleh dari pendapat responden melalui proses wawancara, yaitu komitmen, faktor politis, kepatuhan, dan kebijakan. 3. Responden yang dilibatkan hendaknya lebih luas dan lebih bervariasi lagi. Satker dengan jenis kewenangan Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan perlu dimasukan mengingat kontribusi dan jumlah mereka yang juga relatif besar, terutama terkait permasalahan aset tetap dan persediaan. 4. Penelitian selanjutnya bisa dilakukan pada waktu yang berbeda, misalnya pada saat proses reorganisasi selesai dilakukan, sehingga kemungkinan hasilnya bisa berbeda. 5. Penelitian dengan melibatkan jumlah K/L yang lebih banyak juga bisa dilakukan untuk memperoleh gambaran yang lebih luas tentang laporan keuangan sektor publik di Indonesia, khususnya di lingkup pemerintah pusat.
BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. saran-saran penelitian terhadap pengembangan teori dan aplikasi.
BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bagian ini akan menguraikan kesimpulan, implikasi, keterbatasan, dan saran-saran penelitian terhadap pengembangan teori dan aplikasi. 7.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN
170 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab 4, terdapat beberapa simpulan sebagai berikut :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah memberikan agenda baru dalam pemerintahan Indonesia terhitung mulai tahun 2001. Manfaat ekonomi diterapkannya otonomi daerah adalah pemerintah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis atas..., Desi Intan Anggraheni, FE UI, 2010.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Instansi pemerintah secara umum berperan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan bidangnya masing-masing baik di tingkat pusat maupun daerah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 2015 merupakan tahun pertama implementasi akuntansi berbasis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2015 merupakan tahun pertama implementasi akuntansi berbasis akrual di seluruh entitas pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Entitas akuntansi dan entitas pelaporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sejak munculnya konsep New Public Management (NPM) pada tahun 1980-
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejak munculnya konsep New Public Management (NPM) pada tahun 1980- an yang mengusung semangat manajemen sektor publik, semakin banyak negara di dunia yang
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN. dari simpulan hasil penelitian, implikasi hasil penelitian, keterbatasan penelitian,
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN Bab ini menyajikan uraian lebih lanjut terkait hasil penelitian yang terdiri dari simpulan hasil penelitian, implikasi hasil penelitian, keterbatasan penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor publik yang ditandai dengan munculnya era New Public Management
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan good coorporate governance dan reformasi pengelolaan sektor publik yang ditandai dengan munculnya era New Public Management (NPM), dengan tiga prinsip utamanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyelenggaran pemerintahan yang baik (good governance), salah. satunya termasuk negara Indonesia. Pemerintahan yang baik adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara harus memberlakukan prinsip tata kelola penyelenggaran pemerintahan yang baik (good governance), salah satunya termasuk negara Indonesia. Pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menyusun laporan keuangan merupakan sebuah kewajiban bagi setiap kepala daerah, hal ini bertujuan untuk mempertanggungjawabkan penggunaan uang negara sesuai
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang. maka Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Standar Akuntansi Pemerintahan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan pasal 9 menyatakan bahwa dengan diberlakukannya peraturan ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat (Mardiasmo, 2009). Hal ini ditandai oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebelum terjadinya reformasi keuangan di Indonesia, Laporan Keuangan
BAB I PENDAHULUAN Sebelum terjadinya reformasi keuangan di Indonesia, Laporan Keuangan yang dihasilkan hanya berupa Perhitungan Anggaran Negara (PAN) dengan menggunakan sistem pencatatan tunggal (single
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan menyediakan atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia dalam praktiknya kini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak berlakunya Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, setiap pengelola keuangan daerah harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik ( good governance government ). Hal tersebut dapat diwujudkan melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diberlakukannya otonomi daerah yang ditandai dengan perubahan sistem pemerintahan yang semula sentralisasi menjadi desentralisasi, memberi kewenangan kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan dibuat untuk memberi informasi kepada pengguna internal dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan hasil kegiatan operasional. Laporan keuangan dibuat untuk memberi informasi kepada pengguna internal dan eksternal untuk mengambil keputusan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka merespon tuntutan masyarakat menuju good governance,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka merespon tuntutan masyarakat menuju good governance, pemerintah telah bertekad untuk menerapkan prinsip akuntabilitas dengan mempertanggungjawabkan amanah
Lebih terperinciBAB.I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini ditandai dengan menguatnya
BAB.I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini ditandai dengan menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas tentang latar belakang dari dilakukan penelitian ini,
BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang latar belakang dari dilakukan penelitian ini, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi dari penelitian ini dan kontribusi penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan
Lebih terperinciPersiapan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Indonesia. Abstrak
Persiapan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Indonesia Abstrak Sesuai dengan amanat PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang SAP bahwa Pemerintah wajib menerapkan akuntansi berbasis akrual dalam pelaporan keuangannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peraturan ini merupakan kelanjutan dari Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah diterbitkan pada tanggal 17 Januari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pun berlaku dengan keluarnya UU No. 25 tahun 1999 yang telah direvisi UU No. 33 Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring diberlakukannya otonomi daerah pada tanggal 1 Januari 2001 melalui UU No. 22 Tahun 1999 yang telah direvisi dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lebih meningkatkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik merupakan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan sektor publik dewasa ini ditandai dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pemerintahan yang baik, sehingga mendorong pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak diberlakukannya otonomi daerah pemerintah diberikan kewenangan yang luas untuk menyelenggarakan semua urusan pemerintah. Perubahan pada sistem pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good governance and clean government), maka penyelenggara pemerintahan wajib melaksanakan tugas dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Instansi pemerintah wajib melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan keuangannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya yang didasarkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Isu di Indonesia saat ini yang semakin mendapat perhatian publik dalam beberapa tahun terakhir ini adalah akuntabilitas keuangan publik. Hal tersebut disebabkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Seluruh pemerintah daerah (pemda) di Indonesia serempak. mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seluruh pemerintah daerah (pemda) di Indonesia serempak mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015. Hal tersebut sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memahami garis besar lingkup pengelolaan keuangan unit-unit kerja yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan sistem pengelolaan keuangan kementrian/kelembagaan adalah memahami garis besar lingkup pengelolaan keuangan unit-unit kerja yang ada di bawah organisasi/kelembagaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 30 Undang-undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Pasal 30 Undang-undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reformasi keuangan negara pada tahap pertama telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.996, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Manajemen Risiko. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satunya yang terpenting adalah keuangan (Kusuma, 2008). Dewasa ini tuntutan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap negara pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good governance. Pemerintahan yang baik ini merupakan suatu bentuk keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 22 tahun 1999 dan Undang- Undang No. 25 tahun 1999 oleh pemerintah, mengenai Pemerintah Daerah dan Perimbangan Keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan keputusan daerah berkaitan dengan pengelolaan sumber daya yang dimiliki sesuai dengan kepentingan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk mengelola otonomi daerah dan sistem pengelolaan keuangan daerah agar lebih baik. Otonomi daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersih dan berwibawa. Paradigma baru tersebut mewajibkan setiap satuan kerja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi keuangan pemerintah yang dilaksanakan pada awal tahun 2000 berdampak meningkatnya tuntutan masyarakat akan suatu pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini ditandai dengan menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya pemerintahan yang baik (good governance) baik tuntutan demokrasi dan transparansi,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era reformasi sangat memberikan dampak yang positif bagi perubahan paradigma pembangunan nasional. Adapun perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mensyaratkan bentuk dan
Lebih terperinciKata Sambutan Kepala Badan
Kata Sambutan Kepala Badan Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan Ringkasan dan Telaahan terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan BPK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tata kelola pemerintah yang baik dalam penyelenggaraan negara, dapat dilakukan melalui pengelolaan keuangan negara secara professional, terbuka, dan bertanggung jawab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara, pemerintah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara, pemerintah dengan persetujuan DPR RI telah berhasil menetapkan paket perundang-undangan di bidang keuangan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah yang ada, wajib bertanggung jawab untuk melaporkan segala kegiatan yang dilselenggarakan. Bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan negara mensyaratkan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang serta
Lebih terperinciBADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (065) LAPORAN KEUANGAN (AUDITED) UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2016 Jalan Jenderal Gatot Subroto Nomor 44 Jakarta Selatan 12190 RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui pembenahan kebijakan dan peraturan perndang-undangan, penyiapan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi pengelolaan keuangan negara terus dilakukan pemerintah melalui pembenahan kebijakan dan peraturan perndang-undangan, penyiapan infrastruktur sistem keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir ini merupakan bagian dari adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah yang sedang bergulir ini merupakan bagian dari adanya reformasi atas kehidupan bangsa oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Melalui otonomi
Lebih terperinci2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pem
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.56, 2016 KEMENPORA. Dekonsentrasi. Pelimpahan. Urusan Pemerintahan. Tahun Anggaran 2016. PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. reformasi yang semakin luas dan menguat dalam satu dekade terakhir. Tuntutan
A.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan akuntansi di instansi-instansi pemerintahan di Indonesia sudah mulai menjadi keharusan dan tuntutan jaman seiring dengan tuntutan reformasi yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi daerah dan desentralisasi
Lebih terperinciSekretariat Jenderal KATA PENGANTAR
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI
BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI 5.1. Kesimpulan Dari hasil pengujian analisis secara deskriptif dapat diketahui bahwa Perlakuan Akuntansi di Kabupaten Bandung Barat telah memenuhi indikator indikator yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB I PENDAHULUAN Bagian ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian ini dilakukan. Bab ini meliputi latar belakang penelitian, permasalahan, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, keaslian penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tingginya tuntutan berbagai pihak terhadap wujud peningkatan kinerja,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tingginya tuntutan berbagai pihak terhadap wujud peningkatan kinerja, transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara dalam kurun waktu satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. mengamanatkan bahwa setiap kepala daerah wajib menyampaikan laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa setiap kepala daerah wajib menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
EXPOSURE DRAFT PERNYATAAN STANDAR PEMERIKSAAN (PSP) NOMOR : 0.0 TANGGAL : NOPEMBER 00 LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KOMITE STANDAR PEMERIKSAAN
Lebih terperinciBAB VI P E N U T U P
244 BAB VI P E N U T U P A. Kesimpulan Menyimak hasil penelitian dan setelah melalui langkah analisis berkenaan dengan Problematika Penyelenggaraan Supervisi Pendidikan Islam pada Madrasah di Era Otonomi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kewajiban penyelenggaraan Pemerintahan Daerah telah diatur dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah termasuk dalam hal pengelolaan keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. menyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mewujudkan suatu tata kelola pemerintahan yang baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan suatu tata kelola pemerintahan yang baik terutama di bidang keuangan, maka diperlukanlah suatu reformasi keuangan negara. Reformasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan merupakan salah satu kriteria dalam sistem reward. yang dapat menunjukkan kondisi sebenarnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan pemerintah daerah adalah gambaran mengenai kondisi dan kinerja keuangan entitas tersebut. Satu diantaranya pengguna laporan keuangan pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, maka wujud
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, maka wujud pertanggungjawaban kepada masyarakat atas kinerja pemerintah menjadi suatu tuntutan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah mulai berlaku di Indonesia pada tanggal 1 Januari 2001 melalui UU No. 22 Tahun 1999. Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah hak, wewenang dan kewajiban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaporan keuangan membantu memenuhi kewajiban pemerintah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaporan keuangan membantu memenuhi kewajiban pemerintah untuk menjadi akuntabel secara publik. Untuk pelaporan keuangan kepada masyarakat, hanya dilakukan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN. mengeksplorasi faktor-faktor consequence (akibat) dari diterapkannya salah satu
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Penelitian ini mencoba melakukan pengujian secara simultan atas aspek power sebagai faktor antecedent (pemicu) penerapan suatu sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi ini, di setiap negara pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government Governance, termasuk di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu dasar penting dalam pengambilan keputusan. Steccolini (2002;24) mengungkapkan bahwa :
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan sistem politik, sosial, dan kemasyarakatan serta ekonomi yang dibawa oleh arus reformasi, telah menyebabkan tuntutan yang beragam tentang pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah (Mahmudi, 2011). Laporan keuangan dalam lingkungan sektor publik
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan daerah pada dasarnya merupakan asersi atau pernyataan dari pihak manajemen pemerintah daerah yang menginformasikan kepada pihak lain, yaitu pemangku
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. secara ringkas dan jelas. Bab ini akan memaparkan mengenai hasil penelitian
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Tujuan utama penelitian ini telah terjawab dan perlu dijelaskan kembali secara ringkas dan jelas. Bab ini akan memaparkan mengenai hasil penelitian tersebut dalam bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut PSAP No.01 tentang Penyajian Laporan Keuangan, tujuan umum pelaporan keuangan pemerintah adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh budgetary goal characteristics
BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh budgetary goal characteristics (partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan tujuan anggaran, evaluasi anggaran, umpan balik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun 2003 2004 pemerintah melakukan perombakan peraturan keuangan Negara, Pemerintah bersama dengan DPR mengeluarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen pemerintahan yang efektif sangat dibutuhkan agar urusan pemerintahan yang dilimpahkan kewenangannya kepada daerah dapat terselenggara secara maksimal serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan sektor publik di Indonesia sekarang ini adalah semakin menguatnya tuntutan masyarakat kepada para penyelenggara pemerintahan. Salah satu yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap daerah memiliki kewenangan yang semakin besar untuk mengatur pemerintahannya sendiri, termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses perencanaan dan penganggaran pembangunan senantiasa merupakan satu entitas dalam siklus pembangunan. Konsep demikian telah dituangkan dalam kerangka hukum Undang-Undang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan fenomena, identifikasi masalah, hipotesis, dan hasil penelitian mengenai pengaruh Pengawasan Kinerja dan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance), pemerintah daerah harus terus melakukan upaya untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi dengan Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 berisi tentang perlunya dilaksanakan Otonomi Daerah. Otonomi daerah
Lebih terperinciPERTEMUAN 2: CAKUPAN AUDIT
PERTEMUAN 2: CAKUPAN AUDIT A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai cakupan atau jenis-jenis audit termasuk didalamnya adalah audit khusus atau investigasi. Melalui pembelajaran ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. desentralisasi tersebut yaitu dengan diselenggarakannya otonomi daerah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setelah adanya era reformasi, arus besar untuk mengelola daerah masingmasing semakin kuat. Untuk menyeimbangkan permintaan tersebut dalam hal pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan Daerah yaitu dengan menyampaikan laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Daerah yaitu dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Krisis ekonomi yang terjadi pada awal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terjadinya gejolak sosial pada tahun 1999 memunculkan lahirnya kebijakan otonomi daerah di Indonesia. Gejolak sosial tersebut didahului dengan adanya krisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2002). penyelenggaraan pemerintahan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintah yang baik, telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk menerapkan akuntabilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor: 378). Provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini tuntutan masyarakat semakin meningkat atas pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance diartikan sebagai kepemerintahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan diterapkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan keuangan daerah merupakan salah satu bagian yang mengalami perubahan mendasar dengan diterapkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konteks penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan. penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, konteks penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Daerah di Indonesia kini sedang mengalami masa transisi untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Daerah di Indonesia kini sedang mengalami masa transisi untuk dapat mewujudkan reformasi pengelolaan keuangan daerah yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun anggaran 2013, kewenangan atas pengesahan Daftar Isian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun anggaran 2013, kewenangan atas pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) beralih dari Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB) kepada Direktorat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. operasi perusahaan. Begitu juga dengan dinas-dinas yang bernaungan disektor
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dalam perkembangan Ekonomi Dewasa ini dimana dunia usaha tumbuh dengan pesat di indonesia, Pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien dalam menghadapi
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. tetap daerah Kotawaringin Barat antara lain sebagai berikut.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan maka peneliti memberikan kesimpulan sebagai berikut. 1. Kendala-kendala yang menghambat terlaksananya penerapan penyusutan aset
Lebih terperinci