STUDI KOMPARASI PENGARUH TABUNG INDUKSI UDARA PADA SALURAN HISAP HONDA CIVIC PGM-FI TERHADAP PRESTASI MOTOR.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI KOMPARASI PENGARUH TABUNG INDUKSI UDARA PADA SALURAN HISAP HONDA CIVIC PGM-FI TERHADAP PRESTASI MOTOR."

Transkripsi

1 STUDI KOMPARASI PENGARUH TABUNG INDUKSI UDARA PADA SALURAN HISAP HONDA CIVIC PGM-FI TERHADAP PRESTASI MOTOR. Drs. Sulaema, M.Pd. Dose Tekik Mesi Uiversitas Pedidika Idoesia Abstrak Karea baha bakar yag tersedia di alam semaki lama semaki berkurag, maka dibutuhka egie dega kosumsi premium yag lebih irit, salah satu caraya adalah dega sistem iduksi udara yag berfugsi utuk mesuplai udara utuk pembakara di dalam silider. Sehubuga dega hal tersebut maka peulis merumuska masalah peelitia apakah terdapat perbedaa prestasi meurut perhituga dibadigka dega prestasi yag sebearya. Desai peelitia yag diguaka adalah pegujia performa motor, dega megguaka alat Dastek Dyamometer. Pegujia dilakuka empat kali pegujia, pegujia pertama pada egie yag tidak megguaka tabug iduksi, pegujia kedua megguaka tabug iduksi 2 cc, pegujia ke tiga megguaka tabug iduksi 4 cc da pegujia ke empat megguaka tabug iduksi 6 cc. Berdasarka hasil pegujia, pegaruh tabug iduksi dapat meigkatka daya efektif maksimum, mome putir juga dalam hal pemakaia kosumsi baha bakar mejadi lebih irit dibadigka dega yag tidak megguaka tabug iduksi. Kata Kuci :Prestasi Mesi, Sistem Iduksi, Dastek Dyamometer 1. Latar Belakag Masalah Trasportasi merupaka salah satu kebutuha mausia yag sagat petig, dimaa trasportasi diguaka utuk meujag kebutuha mausia sehigga dapat terlaksaa dega baik. Dalam pegoperasiaya memerluka baha bakar sebagai sumber eergi utuk meggerakka. Namu seirig dega perkembaga kebutuha mausia terhadap baha bakar, mausia ditutut utuk mecari solusi gua melakuka peguraga terhadap pegguaa baha bakar. Karea baha bakar yag tersedia di alam semaki lama semaki berkurag. Baha bakar yag dimaksud itu ialah premium.premium merupaka sumber eergi yag termasuk bayak diguaka oleh masyarakat, karea merupaka salah satu kebutuha utama. Walaupu demikia, tidak meutup kemugkia dimasa yag aka datag, premium aka jarag ditemuka di pasara. Karea faktor tersebut masyarakat pada umuya megigika teaga dari egie yag lebih besar tetapi dega kosumsi premium yag lebih irit dari kodisi stadarya. Sistem iduksi udara berfugsi utuk meyuplai udara utuk pembakara di dalam silider. Udara melalui sariga udara, kemudia melalui throttle body, air itake chamber da itake maifold kemudia masuk ke setiap silider. Tabug Iduksi Udara adalah sistem iduksi utuk meampug premium yag tersisa dari pecampura atara premium da udara didalam sebuah tabug. Uap besi didalam tabug ii (Tabug Reservoir) kemudia aka dikeluarka pada saat mesi memerluka uap besi (vakum) utuk pembakara didalam mesi (gas ditarik). Karea uap sudah tersedia di dalam tabug iduksi, maka pembakara lebih cepat terjadi yag meyebabka akselerasi mesi meigkat.prisip kerjaya mirip dega tabug reservoir (utuk air) atau kapasitor bak (utuk car audio) tapi yag di tampug adalah uap besi dari throttle. Lagkah yag dapat diambil, utuk megatasi masalah tersebut ialah dega memodifikasi motor besi. Modifikasi itu dapat berupa peambaha kompoe tertetu, utuk meigkatka prestasi dari egie. Aplikasi dari modifikasi tersebut adalah dega pemasaga tabug iduksi pada itake maifold yag bertujua utuk meigkatka prestasi. Bertolak dari uraia di atas mearik perhatia peulis utuk megaalisis egie tipe D16Z6, khususya megeai perbedaa prestasi motor pada berbagai ukura salura lubag hisap. Pembahasa ii aka peulis tuagka dalam peulisa Tugas Akhir dega judul Studi Komparasi Pegaruh Tabug Iduksi Udara Pada Salura Hisap Hoda Civic PGM-FI Terhadap Prestasi Motor. 2. Rumusa Masalah Berdasarka latar belakag permasalaha yag terjadi maka dapat diidetifikasi masalah sebagai berikut: 1. Dari peelitia sebelumya terdapat perbedaa prestasi berdasarka perhituga teoritis dega prestasi sebearya. 2. Seberapa besar perbedaa prestasi hasil pegujia tapa tabug iduksi, dega yag megguaka tabug iduksi 2 cc, 4 cc da 6 cc. 3. Ladasa Teori A. Motor Otto 4-Lagkah Motor Otto 4 lagkah adalah motor Otto yag memerluka empat kali lagkah torak atau dua kali putara poros egkol utuk meyelesaika satu kali siklus kerjaya. 1. Prisip Kerja Motor Otto 4 Lagkah Prisip kerja dari motor Otto 4 lagkah yaitu dimulai dari pemasuka campura atara baha bakar da udara ke dalam silider, selajutya campura tersebut dimampatka oleh geraka aik torak. Campura yag dimampatka/dikompres itu selajutya dibakar oleh busi, maka terjadilah ledaka yag medorog torak turu kebawah, yag selajutya memutar poros egkol melalui tagkai pisto. Gerak turu-aik torak dirubah mejadi geraka putar oleh poros egkol, da gerak putar iilah yag dapat meggeraka kedaraa melalui roda gigi. Gerak turu-aik torak aka berheti pada masig-masig titik, utuk gerak turu, torak aka berheti pada titik mati bawah (TMB). Sedagka gerak aik aka berheti pada [Edisi Ke-4 Cetaka 2] Page 121

2 titik mati atas (TMA). Titik mati adalah titik dimaa pisto berheti bergerak da kembali kearah yag berlawaa dari gerak sebelumya. Pada posisi itu kecepataya adalah (ol). Titik Mati Atas (TMA) adalah titik teratas tempat pisto berheti da mulai bergerak turu. Titik Mati Bawah (TMB) adalah titik terbawah tempat pisto berheti da mulai bergerak aik. silider megakibatka torak terdorog dari TMA meuju TMB, proses tersebut disebut dega proses kerja (lagkah ekspasi/usaha). Proses thermodiamika dapat diaalisis dega membayagka bahwa proses yag terjadi dalam keadaa yag ideal, semaki ideal keadaa maka aka semaki mudah utuk diaalisis. Aalisis proses thermodiamika umumya megguaka siklus udara sebagai siklus idealya. 1. Siklus Ideal Siklus ideal merupaka siklus udara yag megguaka beberapa keadaa yag sama dega siklus sebearya. Siklus udara pada motor Otto megguaka siklus udara volume kosta (V kosta ). Lagkah Hisap Lagkah Kompresi Lagkah Ekspasi Lagkah Buag Gambar 1 Prisip Kerja Motor Otto Empat Lagkah (Arismuadar, W. 22: 8) a. Lagkah Hisap Torak bergerak dari Titik Mati Atas (TMA) ke Titik Mati Bawah (TMB). Pada saat ii katup isap (KI) terbuka, sehigga gas campura udara da baha bakar terisap masuk ke silider. Ketika torak sampai TMB, katup isap tertutup b. Lagkah Kompresi Torak bergerak dari TMB ke TMA, posisi kedua katup dalam keadaa tertutup sehigga campura udara da baha bakar termampatka da temperaturya aik dalam ruag yag lebih kecil. c. Lagkah Usaha Lagkah ii, meghasilka teaga utuk meggerakka kedaraa.beberapa saat sebelum torak meyetuh Titik Mati Atas (TMA) pada saat lagkah kompresi, busi memercikka buga api, percika buga api ii memicu terbakarya campura baha bakar da udara. Hal ii sagat mudah karea sebelumya campura baha bakar da udara terkompresi, sehigga temperatur yag tiggi meyebabka campura baha bakar da udara mudah terbakar. Pada saat ii kedua katup tertutup. Di dalam ruag bakar tekaa da temperatur meigkat tajam akibatya torak terdorog ke Titik Mati Bawah (TMB). d. Lagkah Buag Pada saat torak turu da medekati TMB, katup buag (KB) terbuka. Torak kembali bergerak ke TMA da medorog sisa pembakara keluar sehigga melalui katup buag. Iilah yag diamaka dega satu siklus da selajutya silider siap utuk melakuka siklus selajutya. B. Siklus Thermodiamika Motor Otto 4 Lagkah Proses thermodiamika adalah proses pertukara atara paas (kalor) dega kerja, proses paas (kalor) dalam Gambar 2Diagram P-V Siklus Volume Kosta (Arismuadar W, 25:15) Keteraga: P = Tekaa Fluida (Kg/Cm 2 ) V = Volume Spesifik (M 3 /Kg) Q M = Kalor Masuk (Kcal/Kg) Q K = Kalor Keluar (Kcal/kg) V L = Volume Lagkah (M 3 atau Cm 3 ) V S = Volume Sisa (M 3 atau Cm 3 ) Proses siklus da sifat ideal yag diguaka (gambar 2.2) dapat dijelaska sebagai berikut: (Arismuadar W, 25:14-15). Motor otto memakai siklus otto yag merupaka siklus daya thermodiamika dasar dega pembakara yala api dari busi. Siklus ii adalah siklus empat proses pada diagram P-V seperti pada gambar 2.3 diatas. Secara teoritis (proses -1) merupaka lagkah isap pada tekaa kosta. Campura baha bakar da udara diteka secara adiabatis (lagkah kompresi) yaitu torak di Titik Mati Atas (proses 1-2) sehigga tekaa bertambah. Campura kemudia dibakar dega mecetus api dari busi da eergi ditimbulka dalam proses isometris dimaa tekaa aik pada volume kosta (proses 2-3) da paas kemudia berekspasi dalam proses adiabatis dimaa volume bertambah da tekaa turu (proses 3-4). Selajutya paas dibuag ke atmosfer dalam proses isometris yaitu pada lagkah buag (proses 4-1) dimaa V = kosta. Proses [Edisi Ke-4 Cetaka 2] Page 122

3 yag terakhir yaitu terjadi lagkah buag pada tekaa kosta (proses 1-). Harga besara dari perbadiga kompresi pada suatu egie sagat bergatug pada besarya volume ruag bakar dimaa apabila volume ruag bakar megecil, maka harga perbadiga kompresi aka membesar da sebalikya. Perbadiga kompresi yag besar aka megakibatka tekaa kompresi yag besar selajutya aka meaikka tekaa pembakara. V r V 1 2 VL VS V S (Arismuadar W, 25:19) Fluida kerja yag dikompresika adalah udara da baha bakar sehigga apabila tekaa kompresi sagat tiggi pada motor otto, maka temperatur campura aka tiggi pula. Campura ii aka terbakar dega sediriya apabila suhu kompresiya telah terlampau melampaui suhu peyalaa dari campura tersebut. Selai itu apabila suhu campura baha bakar yag dikompresi medekati temperatur peyalaa, setelah terjadi percika buga api dari busi maka megakibatka pembakara yag spota sehigga timbul detoasi atau ketuka pada proses tersebut, yag biasa disebut dega pembakara tidak sempura. Hal ii yag megakibatka harga perbadiga kompresi utuk motor otto perlu dibatasi. 2. Siklus Sebearya Siklus sebearya terjadi pada keadaa yag sesugguhya, pada siklus sebearya ii terjadi bayak kerugia yag disebabka beberapa hal, atara lai yaitu: (Arismuadar W, 25:29) a. Kebocora fluida kerja. b. Katup tidak dibuka da ditutup tepat pada saat torak berada pada TMA da TMB, hal ii terjadi karea pertimbaga diamika mekaisme katup. c. Pada saat torak berada di TMA, tidak terdapat pemasuka kalor seperti pada siklus udara. d. Proses pembakara tidak terjadi sekaligus, dalam arti memerluka waktu. e. Kerugia kalor yag disebabka oleh perpidaha kalor dari fluida kerja ke fluida pedigi. f. Kerugia eergi kalor yag dibawa oleh gas buag dari dalam silider ke atmosfer sekitarya. C. Sistem Baha Bakar Setiap kedaraa telah dilegkapi dega system masig-masig supaya siklus motor dapat tetap berputar, salah satuya adalah sistem baha bakar. Sistem baha bakar pada kedaraa berfugsi utuk meyuplai baha bakar yag siap bakar ke ruag bakar kedaraa sesuai dega beba kedaraa. Baha bakar di tagki dipompa keluar dari tagki baha bakar oleh pompa melaui sariga baha bakar da kemudia dikirim ke ijektor-ijektor. Tekaa ijektor dipertahaka kosta 2,9 kg/cm² atau 2,55 kg/cm² tergatug pada model mesi, lebih besar dari tekaa itake maifold. Kemudia baha bakar diijeksika, maka tekaa di dalam pipa aka berubah sedikit. Satu ijektor di pasag di bagia depa setiap silider, da jumlah baha bakar yag diijeksika dikotrol oleh lamaya arus yag megalir ke ijektor. Sistem baha bakar berfugsi sebagai peyalur baha bakar dari mulai tagki baha bakar sampai ke ruag bakar dalam kodisi sudah siap utuk dibakar di dalam silider, fugsi dari sistem baha bakar dapat diuraika sebagai berikut: 1. Sebagai peyalur baha bakar dari mulai tagki sampai ke dalam silider (ruag bakar). 2. Membersihka baha bakar dari kotora, air da uap air yag ada pada baha bakar yag aka disalurka ke dalam silider. 3. Merubah baha bakar yag masih berupa zat cair mejadi gas. 4. Mecampur baha bakar dega udara. 5. Megatur peyalura jumlah baha bakar ke dalam silider sesuai kebutuha egie. D. Pejelasa Tabug Iduksi Udara Sistem iduksi udara berfugsi utuk meyuplai udara utuk pembakara di dalam silider-silider. Udara melalui sariga udara, kemudia melalui throttle body, air itake chamber da itake maifold kemudia masuk ke setiap silider. Tabug Iduksi Udara adalah sistem iduksi utuk meampug uap besi yag tersisa dari pecampura atara besi da udara didalam sebuah tabug. Uap didalam tabug ii (Tabug Reservoir) kemudia aka dikeluarka pada saat mesi memerluka uap besi (vakum) utuk pembakara didalam mesi (gas ditarik). Karea uap sudah tersedia di dalam tabug iduksi, maka pembakara lebih cepat terjadi yag meyebabka akselerasi mesi meigkat.prisip kerjaya mirip dega tabug reservoir (utuk air) atau kapasitor bak (utuk car audio) tapi yag di tampug adalah uap besi dari throttle. E. Perhituga Termodiamika Proses thermodiamika merupaka sebuah proses yag terjadi di dalam silider.proses ii merupaka proses yag megubah dari eergi kimia mejadi eergi paas, yag kemudia aka diubah kembali mejadi eergi mekaik. Proses thermodiamika pada motor otto 4 (empat) lagkah adalah sebagai berikut: 1. Lagkah (-1) Pemasuka 2. Lagkah (1-2) Kompresi 3. Lagkah (2-3) Proses Pembakara 4. Lagkah (3-4) Ekspasi 5. Proses (4-1) Pegeluara Kalor F. Perhituga Prestasi Motor (Egie Performace) Prestasi motor yag dalam bahasa iggrisya disebut egie performace adalah segala sesuatu hal yag meyagkut dega hubuga atara daya yag dihasilka motor(power), kosumsi baha bakar motor(fuel compsumtio), kecepata putar beba motor, da torsi yag dapat dihasilka oleh motor. s [Edisi Ke-4 Cetaka 2] Page 123

4 a. Perhituga Daya Idikator (Ni) P VL z a Ni = r 45 dimaa: z = jumlah silider = putara motor, Putara per meit Pr = tekaa rata-rata (Kg/cm³) a = jumlah siklus motor per putara,.5 utuk motor 4 lagkah VL = volume lagkah torak (cm³) Daya Efektif Ne = ηm x Ni b. Perhituga Daya Efektif (Ne) da Torsi (T) 2.. T. Ne.716 Ne sehigga T 75x6 dimaa: Ne = daya efektif (Ps) T = torsi (Kg.m) c. Perhituga baha bakar Spesifik (Be) Gf Be = (Kg/Ps.jam) (Arismuadar. Ne W, 22:34) dimaa: Gf = Bayakya baha bakar yag masuk kedalam silider (kg/siklus) Gf = F/A.Ga dimaa: Ga = Bayakya udara yag masuk kedalam silider (kg/jam) F/A = Perbadiga baha bakar dega udara Ga = Vl.ρ i.z..6 dimaa: Ga = Bayakya udara yag masuk kedalam silider (kg/jam) Vl = Volume lagkah (m 3 ) ρ i = Desitas udara yag masuk (Kg/m 3 P ) = R. T z = Jumlah silider = Putara egie P = Tekaa pada saat kodisi masuk (1 atm = 133 kg/m 3 ) P 1 = P = 1 atm= 133 kg/m 2. Tetapi pada siklus yag sebearya pada lagkah hisap, terjadi peurua tekaa sebesar (,8,9)P Khovakh, (Utug, S. Halim, 27:3) P 1 =,85 x 133 kg/m 2 P 1 = 878,5 kg/m 2 v = Volume spesifik dari gas (m 3 /kg) R = kostata gas uiversal ( m kg/kg K ) = 29,3 m.kg/kg.k T = Temperatur absolut (K) = 36 K d. Efisiesi Volumetris ( vol ) vol = Berat campura gas yag sesugguhya masuk ke dalam silider (BM) Berat campura gas yag seharusya masuk ke dalam silider (BM ) vol = Ne FAR 6 75 Npb BM ' th pemb mek a 427 e. Efisiesi Mekais Ne m = 632 1% [%] Gf Npb (Arismuadar. W, 25:33) dimaa :Ne= Daya Efektif (PS) G= Bayakya baha bakar yag masuk dalam silider(kg/siklus) Npb= ilai kalor bakar (kkal) 4. Metode Peelitia Dalam suatu peelitia, diperluka suatu lagkahlagkah yag bear sesuai dega tujua peelitia, agar peelitia dapat dipertagug jawabka. Adapu metode yag diguaka dalam peelitia ii adalah metode peelitia ekperime, yaitu suatu peelitia dimaata peeliti segaja membagkitka sesuatu kejadia atau keadaa, kemudia diteliti bagaimaa perbedaa da akibatya (Suharsimi Arikuto 22: 4). Peelitia adalah suatu proses mecari sesuatu secara sistematik dalam waktu yag lama dega metode ilmiah serta atura-atura yag berlaku. Utuk meerapka metode ilmiah dalam praktek peelitia maka diperluka suatu desai peelitia yag sesuai dega kodisi, seimbag dega dalam dagkalya peelitia yag aka dikerjaka. Metode peelitia yag dilakuka pada peelitia ii megguaka metode eksperimetal, maka dari itu perlu diketahui desai-desai yag serig diguaka dalam peelitia tersebut, desai peelitia yag serig diguaka adalah desai percobaa, desai percobaa tidak lai dari semua proses yag diperluka dalam merecaaka da melaksaaa peelitia. Desai percobaa sagat diperluka dalam melaksaaka peelitia eksperimetal. Gua dari desai percobaa adalah utuk memperoleh suatu keteraga yag maksimum megeai cara membuat percobaa da bagaimaa proses perecaaa serta pelaksaaa percobaa aka dilakuka. Proses perecaaa da pelaksaaa percobaa perlu dipikirka dega sugguh-suguh, peeliti harus lebih dahulu memikirka lagkah-lagkah serta jejag dari percobaa yag aka dilakuka. Metode yag diguaka dalam metode ii selai megguaka metode yag tepat, diperluka pula kemampua memilih tekik pegumpula data yag sesuai dega masalah yag diteliti. Meurut Suharsimi Arikuto (22:226), utuk memperoleh data yag diperluka ada beberapa tekik yag dapat diguaka, diataraya yaitu, tes, wawacara atau iterview, observasi atau pegamata da telaah dokume. Pada peelitia ii tekik pegumpula data yag diguaka adalah merupaka tes uji coba megguaka seperagkat alat Dyotest karea dimaksudka utuk megukur sejauh maa perbedaa prestasi motor pada egiehoda Civic PGM-FIyag tidak megguaka tabug iduksi da yag megguaka tabug iduksi 2 cc, 4 cc da 6 cc. Desai peelitia yag diguaka adalah pegujia performa motor,dega megguaka alat Dastek Dyamometer. Pegujia dilakuka empat kali pegujia, [Edisi Ke-4 Cetaka 2] Page 124

5 Daya Efektif (PS) pegujia pertama pada egie yag tidak megguaka tabug iduksi, pegujia kedua megguaka tabug iduksi 2 cc, pegujia ke tiga megguaka tabug iduksi 4 cc da pegujia ke empat megguaka tabug iduksi 6 cc. 5. Pembahasa Berdasarka hasil perhituga teoritis dega data hasil pegujia tampak ada perbedaa atara hasil perhituga teoritis, hasil pegujia tapa tabug iduksi da hasil pegujia yag megguaka tabug iduksi 2cc, 4cc da 6cc diataraya: 1. Aalisis Perbadiga Prestasi Hasil Perhituga Teoritis dega Hasil Pegujia Tapa Tabug Iduksi a. Daya Poros Efektif (N e ) Daya efektif adalah daya yag diukur pada roda peerus yag terpakai lagsug oleh motor utuk meggerakka beba melalui poros peggerak. Semaki besar daya motor yag dihasilka maka semaki besar pula daya utuk meggerakka beba. Nilai Ne aka cederug aik sesuai dega keaika putara sampai tercapai daya maksimum pada putara tertetu. Berdasarka hasil perhituga teoritis dega hasil pegujia yag tapa megguaka tabug iduksi, perbadiga daya efektif pada setiap putara egie dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ii: Tabel 1 Data Perbadiga Hasil Perhituga Teoritis Daya Efektif dahasil Pegujia egie tapa megguaka tabug iduksi Perhituga Teoritis Daya Efektif Hasil Pegujia Daya Efektif Tapa tabug Iduksi Ne (Ps) 15 22,88 2,8 2 3,52 32, ,15 43,7 3 45,78 58, ,41 69,2 4 61,3 77, ,66 86,6 5 76,28 1, ,92 112,2 6 91,53 123, ,18 125,1 7 16,81 119, Perhitug Tapa Putara Grafik 1 Perbadiga Daya Efektif (Ne) dega putara atara Perhituga Teoritis dega Hasil Pegujia egie tapa megguaka Tabug Iduksi b. Mome Putir (T) Mome Putir (Torsi) adalah gaya putar yag diterima oleh suatu beda apabila beda tersebut diberika gaya tidak tepat pada titik pusatya. Demikia juga pada motor, pada lagkah ekspasi, poros egkol meerima tekaa atau gaya dari torak da batag torak yag bergerak dari TMA meuju TMB sehigga dapat memutarka poros egkol. Mome putir (Torsi) merupaka ukura beba mesi yag ilaiya aka berbadig terbalik dega putara motor. Semaki tiggi putara motorya maka beba motor aka semaki kecil. Berdasarka hasil perhituga teoritis da hasil pegujia tapa megguaka tabug iduksi, perbadiga torsi tiap putara utuk egie dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ii: Pada putara 7 rpm, daya efektif yag didapat melalui perhituga teoritis sebesar 16,81 PS. Data hasil pegujia tapa megguaka tabug iduksi meujukka yaitu 125,1 PS pada putara 65 rpm, lebih tiggi di badigka perhituga teoritis. Dapat dilihat pada grafik Perbadiga atara perhituga teoritis dega hasil pegujia tapa tabug iduksi dibawah ii. [Edisi Ke-4 Cetaka 2] Page 125

6 Gf (kg/jam) Mome Putir (Nm) Tabel 2 Data Perbadiga Hasil Perhituga Teoritis Torsi DaHasil Pegujia egie tapa megguaka tabug iduksi Berdasarka data hasil perhituga teoritis dapat diketahui bahwa mome putir cederug merata pada setiap putara egie yaitu sebesar 17,1 Nm. Pada data hasil pegujia meujukka bahwa mome putir maksimum yag dihasilka pada egie tapa megguaka tabug iduksi sebesar 144 Nm pada putara 6 rpm Perhituga Teoritis Torsi Hasil Pegujia Torsi Tapa tabug Iduksi T (Nm) 15 17,1 97, 2 17,1 113, ,1 122,5 3 17,1 136, ,1 139,1 4 17,1 135, ,1 134,3 5 17,1 14, ,1 143, 6 17,1 144, 65 17,1 135,2 7 17,1 119,6 Putara Perhitu Grafik 2 Perbadiga Mome Putir (T) dega putara atara Perhituga Teoritis dega Hasil Pegujia egie tapa megguaka Tabug Iduksi c. Pemakaia Baha Bakar (G f ) Pemakaia baha bakar merupaka jumlah berat muata baha bakar yag diguaka motor tiap satua waktu utuk setiap daya yag dihasilka. Harga Gf yag lebih redah meyataka efisiesi yag lebih tiggi. Waktu yag diperluka utuk meghabiska kosumsi baha bakar aka semaki sedikit seirig dega keaika putara motor. Berdasarka hasil perhituga, perbadiga pemakaia baha bakar tiap putara utuk egie pada kodisi stadard da yag megguaka tabug iduksi dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ii: Tabel 3 Data Perbadiga Hasil Perhituga Teoritis Pemakaia Baha Bakar da Hasil Pegujia egie tapa megguaka tabug iduksi Perhituga Teoritis Baha Bakar Hasil Pegujia Pemakaia Baha Bakar Tapa tabug Iduksi (Gf) kg/jam 15,37,35 2,5,49 25,62,61 3,75,7 35,87,83 4 1,, ,12 1,4 5 1,25 1, ,37 1,35 6 1,5 1, ,63 1,63 7 1,75 1,67 Pemakaia baha bakar hasil perhituga teoritis pada putara 7 rpm adalah sebesar 1,75 kg/jam.sedagka pemakaia baha bakar hasil pegujia tapa megguaka tabug iduksi pada putara 7 rpm adalah sebesar 1,67 kg/jam. Terjadi perbedaa jumlah pemakaia baha bakar pada hasil perhituga teoritis dega hasil pegujia sebesar,8 kg/jam. 2 1,5 1,5 Putara Perhitu Grafik 3 Perbadiga pemakaia Baha Bakar (Gf) dega putara atara Perhituga Teoritis dega Hasil Pegujia egie tapa megguaka Tabug Iduksi [Edisi Ke-4 Cetaka 2] Page 126

7 Daya Efektif (PS) 2. Aalisis Perbadiga Prestasi Hasil Pegujia Tabug Iduksi 2 cc, 4 cc da 6 cc. a. Daya Poros Efektif (N e ) Daya efektif adalah daya yag diukur pada roda peerus yag terpakai lagsug oleh motor utuk meggerakka beba melalui poros peggerak. Semaki besar daya motor yag dihasilka maka semaki besar pula daya utuk meggerakka beba. Nilai Ne aka cederug aik sesuai dega keaika putara sampai tercapai daya maksimum pada putara tertetu. Berdasarka hasil pegujia, perbadiga daya efektif tiap putara utuk egie pada kodisi stadard da yag megguaka tabug iduksi dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ii: Tabel 4 Data Perbadiga Daya Efektif (Ne) Hasil Pegujia Tabug Iduksi 2 cc, 4 cc da 6 cc Hasil Pegujia Daya Efektif Ukura Tabug Iduksi 2cc 4cc 6cc Ne (Ps) 15 21,7 21,3 21,4 2 34, 33,2 34, ,3 48,8 45,2 3 61,2 61,4 59, ,1 69,5 7,6 4 78,5 77,2 78, ,4 89,7 88,2 5 13,4 13,6 12, ,3 117,6 115, ,6 127,7 124, ,2 126,2 123,7 7 12,1 12,5 116,5 Pada data hasil pegujia meujukka bahwa egie yag megguaka tabug iduksi udara ukura 4 cc meghasilka daya efektif maksimum yaitu 127,7 PS pada putara 6 rpm, lebih tiggi dibadigka dega hasil pegujia tabug iduksi udara ukura 2 cc daya efektif maksimum yag dihasilka sebesar 126,6 Ps pada putara 6 rpm da pada tabug iduksi udara ukura 6 cc daya efektif yag dihasilka sebesar 124,4 Ps pada putara 6 rpm Putara Grafik 5 Perbadiga Daya Efektif (Ne) dega putara atara Hasil Pegujia Tabug Iduksi 2 cc, 4 cc da 6 cc b. Mome Putir (T) Mome Putir (Torsi) adalah gaya putar yag diterima oleh suatu beda apabila beda tersebut diberika gaya tidak tepat pada titik pusatya. Demikia juga pada motor, pada lagkah ekspasi, poros egkol meerima tekaa atau gaya dari torak da batag torak yag bergerak dari TMA meuju TMB sehigga dapat memutarka poros egkol. Mome putir (Torsi) merupaka ukura beba mesi yag ilaiya aka berbadig terbalik dega putara motor. Semaki tiggi putara motorya maka beba motor aka semaki kecil. Berdasarka hasil perhituga teoritis da hasil pegujia, perbadiga torsi tiap putara utuk egie pada kodisi stadard da yag megguaka tabug iduksi dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ii: 2 [Edisi Ke-4 Cetaka 2] Page 127

8 Mome Putir (Nm) Gf (kg/jam) Tabel 5 Data Perbadiga Mome Putir (T) Hasil Pegujia Tabug Iduksi 2 cc, 4 cc da 6 cc Hasil Pegujia Torsi Ukura Tabug Iduksi 2cc 4cc 6cc T (Nm) 15 98,3 99,9 99, ,6 115,6 119, ,4 136,2 126, , 144, 139, ,1 139,1 123, ,2 135,3 136, ,1 14,1 153, , 145, 143, ,9 149,9 146, 6 147,9 148,9 145, ,2 136,2 133,3 7 12,5 12,5 116,6 Berdasarka data hasil perhituga teoritis dapat diketahui bahwa mome putir cederug merata pada setiap putara motor (egie). Pada data hasil pegujia meujukka bahwa mome putir maksimum terjadi pada tabug iduksi ukura 6cc meujukka 153,8 Nm pada putara 45 rpm lebih tiggi dibadigka dega hasil pegujia tabug iduksi 2 cc yaitu sebesar 147,9 Nm pada putara 55 rpm da dega hasil pegujia tabug iduksi 6 cc sebesar 149,9 Nm pada putara 55 rpm Putara 2 semaki sedikit seirig dega keaika putara motor. Berdasarka hasil perhituga, perbadiga pemakaia baha bakar tiap putara utuk egie pada kodisi stadard da yag megguaka tabug iduksi dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ii: Tabel 6 Data Perbadiga Pemakaia Baha Bakar (Gf) Hasil Pegujia Tabug Iduksi 2 cc, 4 cc da 6 cc Hasil Pegujia Pemakaia Baha Bakar Ukura Tabug Iduksi 2cc 4cc 6cc (Gf) kg/jam 15,37,36,36 2,47,49,48 25,6,59,59 3,73,74,71 35,85,83,85 4,94,93, ,7 1,8 1,6 5 1,24 1,24 1, ,28 1,29 1,27 6 1,39 1,41 1, ,63 1,51 1,61 7 1,68 1,45 1,75 Pemakaia baha bakar palig efektif terjadi pada pegujia yag megguaka tabug iduksi ukura 4 cc pada putara 7 rpm adalah sebesar 1,45 kg/jam, lebih redah pemakaia baha bakarya dibadigka dega pegujia tabug iduksi ukura 2 cc pada putara 7 rpm adalah sebesar 1,68 kg/jam, da yag megguaka tabug iduksi ukura 6 cc pada putara 7 rpm adalah sebesar 1,75 kg/jam. 2 1,5 1,5 Putara 2 Grafik 5 Perbadiga Mome Putir (T) dega putara atara Hasil Pegujia Tabug Iduksi 2 cc, 4 cc da 6 cc c. Pemakaia Baha Bakar (G f ) Pemakaia baha bakar merupaka jumlah berat muata baha bakar yag diguaka motor tiap satua waktu utuk setiap daya yag dihasilka. Harga Gf yag lebih redah meyataka efisiesi yag lebih tiggi. Waktu yag diperluka utuk meghabiska kosumsi baha bakar aka Grafik 6 Perbadiga Pemakaia Baha Bakar (Gf) dega putara atara Hasil Pegujia Tabug Iduksi 2 cc, 4 cc da 6 cc 5. Kesimpula Berdasarka hasil pegujia, pegaruh tabug iduksidapat meigkatka daya efektif maksimum, mome putir juga dalam hal pemakaia kosumsi baha bakar [Edisi Ke-4 Cetaka 2] Page 128

9 mejadi lebih irit dibadigka dega yag tidak megguaka tabug iduksi. 6. Daftar Pustaka Arismuadar, W.( 25). Peggerak Mula Motor Bakar Torak. Badug:ITB. Arikuto, S. (1996). Prosedur Peelitia Suatu Pedekata Praktek. Edisi Revisi III. Jakarta: PT. Rieka Cipta. Harahap, F. et al. (1996). Thermodiamika Tekik. Jakarta:Erlagga. Iteret. (211). Hoda D Egie. [Olie]. Tersedia: D16Z6 Iteret. (211). Yamaha Eergy Iductio System. [Olie]. Tersedia: Iteret. (211). YEIS = Yamaha Eergy Iductio System. [Olie]. Tersedia: Kovakh. M.(1976).Motor Vehicle Egie.Moscow:Mir Publisher. Maleev,V.L.(1989).Iteral Combustio Egie.Sigapore: Mc Graw-Hill Book Compay. Mashaudi. (29). Perbadiga pegaruh pemakaia ukura lubag veturi karburator stadar (18 mm) dega lubag veturi modifikasi (2 mm) pada prestasi motor suzuki type ew smash. Tugas Akhir pada FPTK UPI Badug: tidak diterbitka Obert,E.F.(1973). Iteral Combustio Egie. Pesylvaia, Scrato: Iteratioal Textbook Compay. Petrovsky, N. (1979). Machie Iteral Combutio Eggie. Moscow: Mir Published. Setia, A. (211) Rekostruksi Egie pada Buggy Kart. Tugas Akhir pada FPTK UPI Badug: tidak diterbitka. S,P, Sei (1979) Iteral Combustio Eggie (Third ed). Pesylvaia, Scrato: Iteratioal Textbook Compay. Toyota Astra Motor.(1995).New Step 1 Toyota Traiig Maual. Jakarta:Traiig Ceter Toyota Astra Motor. Toyota Astra Motor.(1995). Step 3 Toyota Computer Cotrolled System. Jakarta:Traiig Ceter Toyota Astra Motor., (1997). Step II, Materi Pelajara Egie Group. Jakarta: PT. Toyota Astra Motor. Utug, S.Halim. (27). Buku Diktat Motor Bakar. Badug (Tidak Diterbitka) [Edisi Ke-4 Cetaka 2] Page 129

10 [Edisi Ke-4 Cetaka 2] Page 13

BAB IV PENGUMPULAN DAN PERHITUNGAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PERHITUNGAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PERHITUNGAN DATA 4.1 Meetuka udara masuk (efisiesi volumetrik) da efisiesi pegirima pada hasil uji 4.1.1 Rumus udara masuk (efisiesi volumetrik) da efisiesi pegirima Jumlah volume

Lebih terperinci

Variasi Waktu Pengapian dengan Pemanas

Variasi Waktu Pengapian dengan Pemanas Pegapia Pemaas VARIASI WAKTU PENGAPIAN TERHADAP PERFORMA DAN EMISI MESIN 1 SILINDER DENGAN PEMANAS Heu Pradipta Edratoro S1 Pedidika Tekik Mesi, Fakultas Tekik, Uiversitas Negeri Surabaya Email: h3u@ymail.com

Lebih terperinci

SOAL PRAPEMBELAJARAN MODEL PENILAIAN FORMATIF BERBANTUAN WEB-BASED UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA

SOAL PRAPEMBELAJARAN MODEL PENILAIAN FORMATIF BERBANTUAN WEB-BASED UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA Lampira 1. Prapembelajara SOAL PRAPEMBELAJARAN MODEL PENILAIAN FORMATIF BERBANTUAN WEB-BASED UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA Satua Pedidika : SMK Mata Pelajara : Fisika Kelas/ Semester

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi da Waktu peelitia Peelitia dilakuka pada budidaya jamur tiram putih yag dimiliki oleh usaha Yayasa Paguyuba Ikhlas yag berada di Jl. Thamri No 1 Desa Cibeig, Kecamata Pamijaha,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. berdasarkan tujuan penelitian (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kota

IV. METODE PENELITIAN. berdasarkan tujuan penelitian (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kota IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi da Waktu Peelitia ii dilaksaaka di Kota Bogor Pemiliha lokasi peelitia berdasarka tujua peelitia (purposive) dega pertimbaga bahwa Kota Bogor memiliki jumlah peduduk yag

Lebih terperinci

Bab III Metoda Taguchi

Bab III Metoda Taguchi Bab III Metoda Taguchi 3.1 Pedahulua [2][3] Metoda Taguchi meitikberatka pada pecapaia suatu target tertetu da meguragi variasi suatu produk atau proses. Pecapaia tersebut dilakuka dega megguaka ilmu statistika.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa III. METODE PENELITIAN A. Settig Peelitia Peelitia ii merupaka peelitia tidaka kelas yag dilaksaaka pada siswa kelas VIIIB SMP Muhammadiyah 1 Sidomulyo Kabupate Lampug Selata semester geap tahu pelajara

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI MIA SMA Negeri 5

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI MIA SMA Negeri 5 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi da Sampel Peelitia Populasi dalam peelitia ii adalah semua siswa kelas I MIA SMA Negeri 5 Badar Lampug Tahu Pelajara 04-05 yag berjumlah 48 siswa. Siswa tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Variabel da Defiisi Operasioal Variabel-variabel yag diguaka pada peelitia ii adalah: a. Teaga kerja, yaitu kotribusi terhadap aktivitas produksi yag diberika oleh para

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi NTB, BPS pusat, dan instansi lain

III. METODE PENELITIAN. Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi NTB, BPS pusat, dan instansi lain III. METODE PENELITIAN 3.1 Jeis da Sumber Data Data yag diguaka pada peelitia ii merupaka data sekuder yag diperoleh dari Bada Pusat Statistik (BPS) Provisi NTB, Bada Perecaaa Pembagua Daerah (BAPPEDA)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi Negara yang mempunyai wilayah terdiri dari pulau-pulau yang dikelilingi lautan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi Negara yang mempunyai wilayah terdiri dari pulau-pulau yang dikelilingi lautan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Bagi Negara yag mempuyai wilayah terdiri dari pulau-pulau yag dikeliligi lauta, laut merupaka saraa trasportasi yag dimia, sehigga laut memiliki peraa yag petig bagi

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi. Sifat Koligatif (Bagian II) A. PENURUNAN TEKANAN UAP ( P)

KIMIA. Sesi. Sifat Koligatif (Bagian II) A. PENURUNAN TEKANAN UAP ( P) KIMIA KELAS XII IA - KURIKULUM GABUNGAN 02 Sesi NGAN Sifat Koligatif (Bagia II) Iteraksi atara pelarut da zat megakibatka perubaha fisik pada kompoekompoe peyusu laruta. Salah satu sifat yag diakibatka

Lebih terperinci

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4 Program Studi : Tekik Iformatika Miggu ke : 4 INDUKSI MATEMATIKA Hampir semua rumus da hukum yag berlaku tidak tercipta dega begitu saja sehigga diraguka kebearaya. Biasaya, rumus-rumus dapat dibuktika

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN 49 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat da Waktu Peelitia Ruag ligkup peelitia mecakup perekoomia Provisi NTT utuk megkaji peraa sektor pertaia dalam perekoomia. Kajia ii diaggap perlu utuk dilakuka dega

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Aalisis regresi mejadi salah satu bagia statistika yag palig bayak aplikasiya. Aalisis regresi memberika keleluasaa kepada peeliti utuk meyusu model hubuga atau pegaruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Peelitia Peelitia ii dilaksaaka di kawasa huta magrove, yag berada pada muara sugai Opak di Dusu Baros, Kecamata Kretek, Kabupate Batul. Populasi dalam peelitia ii adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melakukan penelitian, terlebih dahulu menentukan desain

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melakukan penelitian, terlebih dahulu menentukan desain BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desai Peelitia Dalam melakuka peelitia, terlebih dahulu meetuka desai peelitia yag aka diguaka sehigga aka mempermudah proses peelitia tersebut. Desai peelitia yag diguaka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Racaga Peelitia 1. Pedekata Peelitia Peelitia ii megguaka pedekata kuatitatif karea data yag diguaka dalam peelitia ii berupa data agka sebagai alat meetuka suatu keteraga.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. penggunaan metode penelitian. Oleh karena itu, metode yang akan digunakan

METODOLOGI PENELITIAN. penggunaan metode penelitian. Oleh karena itu, metode yang akan digunakan 47 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metodelogi Peelitia Keberhasila dalam suatu peelitia sagat ditetuka oleh ketepata pegguaa metode peelitia. Oleh karea itu, metode yag aka diguaka haruslah sesuai dega data

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 30 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Peelitia Metode yag diguaka dalam peelitia adalah metode deskriptif, yaitu peelitia yag didasarka pada pemecaha masalah-masalah aktual yag ada pada masa sekarag.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian TINJAUAN PUSTAKA Pegertia Racaga peelitia kasus-kotrol di bidag epidemiologi didefiisika sebagai racaga epidemiologi yag mempelajari hubuga atara faktor peelitia dega peyakit, dega cara membadigka kelompok

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan. 9 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi Da Sampel Peelitia ii dilaksaaka di MTs Muhammadiyah Natar Lampug Selata. Populasiya adalah seluruh siswa kelas VIII semester geap MTs Muhammadiyah Natar Tahu Pelajara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif karena bertujuan untuk mengetahui kompetensi pedagogik mahasiswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif karena bertujuan untuk mengetahui kompetensi pedagogik mahasiswa 54 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jeis Peelitia Peelitia ii merupaka peelitia deskriptif dega pedekata kuatitatif karea bertujua utuk megetahui kompetesi pedagogik mahasiswa setelah megikuti mata kuliah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 69 BAB III METODE PENELITIAN A. Jeis Peelitia Dalam peelitia ii peeliti megguaka jeis Peelitia Tidaka Kelas (Classroom Actio Research) dega megguaka metode Diskriptif Kuatitatif. Peelitia Tidaka Kelas

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peelitia Metode peelitia merupaka suatu cara tertetu yag diguaka utuk meeliti suatu permasalaha sehigga medapatka hasil atau tujua yag diigika, meurut Arikuto (998:73)

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi da Waktu Peelitia Daerah peelitia adalah Kota Bogor yag terletak di Provisi Jawa Barat. Pemiliha lokasi ii berdasarka pertimbaga atara lai: (1) tersediaya Tabel Iput-Output

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Pantai Anyer, Kabupaten Serang

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Pantai Anyer, Kabupaten Serang IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilakuka di Kawasa Patai Ayer, Kabupate Serag Provisi Bate. Lokasi ii dipilih secara segaja atau purposive karea Patai Ayer merupaka salah

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada BAB III ini akan dibahas mengenai bentuk program linear fuzzy

BAB III PEMBAHASAN. Pada BAB III ini akan dibahas mengenai bentuk program linear fuzzy BAB III PEMBAHASAN Pada BAB III ii aka dibahas megeai betuk program liear fuzzy dega koefisie tekis kedala berbetuk bilaga fuzzy da pembahasa peyelesaia masalah optimasi studi kasus pada UD FIRDAUS Magelag

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. objek penelitian yang penulis lakukan adalah Beban Operasional susu dan Profit

BAB III METODE PENELITIAN. objek penelitian yang penulis lakukan adalah Beban Operasional susu dan Profit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Peelitia Objek peelitia merupaka sasara utuk medapatka suatu data. Jadi, objek peelitia yag peulis lakuka adalah Beba Operasioal susu da Profit Margi (margi laba usaha).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Maajeme risiko merupaka salah satu eleme petig dalam mejalaka bisis perusahaa karea semaki berkembagya duia perusahaa serta meigkatya kompleksitas aktivitas perusahaa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I 7 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi da Sampel Peelitia Populasi dalam peelitia ii adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Kotaagug Tahu Ajara 0-03 yag berjumlah 98 siswa yag tersebar dalam 3

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan deteksi dan tracking obyek dibutuhkan perangkat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan deteksi dan tracking obyek dibutuhkan perangkat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kebutuha Sistem Sebelum melakuka deteksi da trackig obyek dibutuhka peragkat luak yag dapat meujag peelitia. Peragkat keras da luak yag diguaka dapat dilihat pada Tabel

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilakuka di SMA Negeri Way Jepara Kabupate Lampug Timur pada bula Desember 0 sampai dega Mei 03. B. Populasi da Sampel Populasi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Perumusan - Sasaran - Tujuan. Pengidentifikasian dan orientasi - Masalah.

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Perumusan - Sasaran - Tujuan. Pengidentifikasian dan orientasi - Masalah. BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Perumusa - Sasara - Tujua Pegidetifikasia da orietasi - Masalah Studi Pustaka Racaga samplig Pegumpula Data Data Primer Data Sekuder

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dalam penelitian ini termasuk ke dalam data yang diambil dari Survei Pendapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dalam penelitian ini termasuk ke dalam data yang diambil dari Survei Pendapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jeis da Sumber Data Jeis peelitia yag aka diguaka oleh peeliti adalah jeis peelitia Deskriptif. Dimaa jeis peelitia deskriptif adalah metode yag diguaka utuk memperoleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Variabel X merupakan variabel bebas adalah kepemimpinan dan motivasi,

III. METODE PENELITIAN. Variabel X merupakan variabel bebas adalah kepemimpinan dan motivasi, 7 III. METODE PENELITIAN 3.1 Idetifikasi Masalah Variabel yag diguaka dalam peelitia ii adalah variabel X da variabel Y. Variabel X merupaka variabel bebas adalah kepemimpia da motivasi, variabel Y merupaka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu PT. Sinar Gorontalo Berlian Motor, Jl. H. B Yassin no 28

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu PT. Sinar Gorontalo Berlian Motor, Jl. H. B Yassin no 28 5 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Peelitia da Waktu Peelitia Sehubuga dega peelitia ii, lokasi yag dijadika tempat peelitia yaitu PT. Siar Gorotalo Berlia Motor, Jl. H. B Yassi o 8 Kota Gorotalo.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di kelas X SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru. semester ganjil tahun ajaran 2013/2014.

BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di kelas X SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru. semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu da Tempat Peelitia Peelitia dilaksaaka dari bula Agustus-September 03.Peelitia ii dilakuka di kelas X SMA Muhammadiyah Pekabaru semester gajil tahu ajara 03/04. B. Subjek

Lebih terperinci

M A K A L A H. Disusun oleh : KARTOBI NIM

M A K A L A H. Disusun oleh : KARTOBI NIM PEMBELAJARA MEULIS SURAT DIAS DEGA MEGGUAKA TEKIK PEYELIDIKA (DISCOVERY METHOD) Dl KELAS VIII SMP EGERI I SIGAJAYA KABUPATE GARUT TAHU AJARA 0/0 M A K A L A H Disusu oleh : KARTOBI IM.0.043 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tujua Peelitia Peelitia ii bertujua utuk megetahui apakah terdapat perbedaa hasil belajar atara pegguaa model pembelajara Jigsaw dega pegguaa model pembelajara Picture ad Picture

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi da waktu Peelitia ii dilakuka di PD Pacet Segar milik Alm Bapak H. Mastur Fuad yag beralamat di Jala Raya Ciherag o 48 Kecamata Cipaas, Kabupate Ciajur, Propisi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Alat terapi ini menggunakan heater kering berjenis fibric yang elastis dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Alat terapi ini menggunakan heater kering berjenis fibric yang elastis dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Spesifikasi Alat Alat terapi ii megguaka heater kerig berjeis fibric yag elastis da di bugkus dega busa, pasir kuarsa, da kai peutup utuk memberi isolator terhadap kulit

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur 0 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilakuka di SMA Negeri Way Jepara Kabupate Lampug Timur pada bula Desember 0 sampai Mei 03. B. Populasi da Sampel Populasi dalam peelitia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilaksaaka di tiga kator PT Djarum, yaitu di Kator HQ (Head Quarter) PT Djarum yag bertempat di Jala KS Tubu 2C/57 Jakarta Barat,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and BAB III METODE PENELITIAN A. Jeis Peelitia Jeis peelitia ii adalah peelitia pegembaga (research ad developmet), yaitu suatu proses peelitia utuk megembagka suatu produk. Produk yag dikembagka dalam peelitia

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Wijaya Bandar

METODE PENELITIAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Wijaya Bandar III. METODE PENELITIAN A. Settig Peelitia Subyek dalam peelitia ii adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Wijaya Badar Lampug, semester gajil Tahu Pelajara 2009-2010, yag berjumlah 19 orag terdiri dari 10 siswa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peelitia Metode yag diguaka dalam peelitia ii adalah metode kuatitatif dega eksperime semu (quasi eksperimet desig). Peelitia ii melibatka dua kelas, yaitu satu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. diinginkan. Menurut Arikunto (1991 : 3) penelitian eksperimen adalah suatu

III. METODOLOGI PENELITIAN. diinginkan. Menurut Arikunto (1991 : 3) penelitian eksperimen adalah suatu III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peelitia Metode peelitia merupaka suatu cara tertetu yag diguaka utuk meeliti suatu permasalaha sehigga medapatka hasil atau tujua yag diigika. Meurut Arikuto (99 :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Peelitia Pada bab ii aka dijelaska megeai sub bab dari metodologi peelitia yag aka diguaka, data yag diperluka, metode pegumpula data, alat da aalisis data, keragka

Lebih terperinci

Gas dan Sifat Gas. Tembaga. Tiga fasa materi : padat, cair dan gas. Fase padat. Fase cair. Fase gas. Drs. Iqmal Tahir, M.Si.

Gas dan Sifat Gas. Tembaga. Tiga fasa materi : padat, cair dan gas. Fase padat. Fase cair. Fase gas. Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Tiga fasa materi : padat, cair da gas Gas da Sifat Gas Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Tembaga Fase padat erbadiga sifat materi di alam Fase cair Fase gas Materi di alam Sifat gas Empat kuatitas utuk meyataka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai obyek kajian

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai obyek kajian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Masalah Matematika merupaka suatu ilmu yag mempuyai obyek kajia abstrak, uiversal, medasari perkembaga tekologi moder, da mempuyai pera petig dalam berbagai disipli,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam tujuh kelas dimana tingkat kemampuan belajar matematika siswa

METODE PENELITIAN. dalam tujuh kelas dimana tingkat kemampuan belajar matematika siswa 19 III. METODE PENELITIAN A. Populasi da Sampel Populasi dalam peelitia ii adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Badar Lampug tahu pelajara 2009/2010 sebayak 279 orag yag terdistribusi dalam tujuh

Lebih terperinci

Kata kunci: Critical speed, whirling, rotasi, poros.

Kata kunci: Critical speed, whirling, rotasi, poros. Proceedig Semiar Nasioal Tahua Tekik Mesi XIV (SNTTM XIV) Bajarmasi, 7-8 Oktober 015 Aalisa Efek Whirlig pada Poros karea Pegaruh Letak Beba da Massa terhadap Putara Kritis Moch. Solichi 1,a *, Harus Laksaa

Lebih terperinci

ANALISA UJI KEKERASAN PADA POROS BAJA ST 60 DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA

ANALISA UJI KEKERASAN PADA POROS BAJA ST 60 DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA ISSN 202-4922 ANALISA UJI KEKERASAN PADA POROS BAJA ST 60 DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA Gusti Rusydi Furqo S, Muhammad Firma, Moch. Adi Sugeg.P Prodi Tekik Mesi Fakultas Tekik, Uiversitas Islam Kalimata

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1. Pembahasa Atropometri merupaka salah satu metode yag dapat diguaka utuk meetuka ukura dimesi tubuh pada setiap mausia. Data atropometri yag didapat aka diguaka utuk

Lebih terperinci

BAB III 1 METODE PENELITAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Batudaa Kab. Gorontalo dengan

BAB III 1 METODE PENELITAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Batudaa Kab. Gorontalo dengan BAB III METODE PENELITAN. Tempat Da Waktu Peelitia Peelitia dilakuka di SMP Negeri Batudaa Kab. Gorotalo dega subject Peelitia adalah siswa kelas VIII. Pemiliha SMP Negeri Batudaa Kab. Gorotalo. Adapu

Lebih terperinci

PERHITUNGAN RANDEMEN VOLUMETRIS MOTOR

PERHITUNGAN RANDEMEN VOLUMETRIS MOTOR PERHITUNGAN RANDEMEN VOLUMETRIS MOTOR 3. Perhitungan Thermodinamika motor Otto 4 Langkah Dari hasil pengujian motor diatas Dynamometer maka didapat data sebagai berikut: Grafik 2. Data hasilpengujian performance

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pegumpula Data Dalam melakuka sebuah peelitia dibutuhka data yag diguaka sebagai acua da sumber peelitia. Disii peulis megguaka metode yag diguaka utuk melakuka pegumpula

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakag Didalam melakuka kegiata suatu alat atau mesi yag bekerja, kita megeal adaya waktu hidup atau life time. Waktu hidup adalah lamaya waktu hidup suatu kompoe atau uit pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kelas VIII semester ganjil SMP Sejahtera I Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011

III. METODE PENELITIAN. kelas VIII semester ganjil SMP Sejahtera I Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011 III. METODE PENELITIAN A. Latar Peelitia Peelitia ii merupaka peelitia yag megguaka total sampel yaitu seluruh siswa kelas VIII semester gajil SMP Sejahtera I Badar Lampug tahu pelajara 2010/2011 dega

Lebih terperinci

PENGARUH INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI PROPINSI JAMBI

PENGARUH INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI PROPINSI JAMBI Halama Tulisa Jural (Judul da Abstraksi) Jural Paradigma Ekoomika Vol.1, No.5 April 2012 PENGARUH INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI PROPINSI JAMBI Oleh : Imelia.,SE.MSi Dose Jurusa Ilmu Ekoomi da Studi Pembagua,

Lebih terperinci

BAB VIII MASALAH ESTIMASI SATU DAN DUA SAMPEL

BAB VIII MASALAH ESTIMASI SATU DAN DUA SAMPEL BAB VIII MASAAH ESTIMASI SAT DAN DA SAMPE 8.1 Statistik iferesial Statistik iferesial suatu metode megambil kesimpula dari suatu populasi. Ada dua pedekata yag diguaka dalam statistik iferesial. Pertama,

Lebih terperinci

Pendekatan Nilai Logaritma dan Inversnya Secara Manual

Pendekatan Nilai Logaritma dan Inversnya Secara Manual Pedekata Nilai Logaritma da Iversya Secara Maual Moh. Affaf Program Studi Pedidika Matematika, STKIP PGRI BANGKALAN affafs.theorem@yahoo.com Abstrak Pada pegaplikasiaya, bayak peggua yag meggatugka masalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilakukan bermaksud mengetahui Pengaruh Metode Discovery Learning

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilakukan bermaksud mengetahui Pengaruh Metode Discovery Learning 4 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jeis Peelitia Peelitia ii digologka ke dalam peelitia eksperime. Eksperime yag dilakuka bermaksud megetahui Pegaruh Metode Discovery Learig terhadap Kemampua Pemecaha

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI PENELITIAN

BAB V METODOLOGI PENELITIAN BAB V METODOLOGI PEELITIA 5.1 Racaga Peelitia Peelitia ii merupaka peelitia kualitatif dega metode wawacara medalam (i depth iterview) utuk memperoleh gambara ketidaklegkapa pegisia berkas rekam medis

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Peelitia Metode peelitia harus disesuaika dega masalah da tujua peelitia, hal ii dilakuka utuk kepetiga peroleha da aalisis data. Megeai pegertia metode peelitia,

Lebih terperinci

Pengendalian Proses Menggunakan Diagram Kendali Median Absolute Deviation (MAD)

Pengendalian Proses Menggunakan Diagram Kendali Median Absolute Deviation (MAD) Prosidig Statistika ISSN: 2460-6456 Pegedalia Proses Megguaka Diagram Kedali Media Absolute Deviatio () 1 Haida Lestari, 2 Suliadi, 3 Lisur Wachidah 1,2,3 Prodi Statistika, Fakultas Matematika da Ilmu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Sukardi, (2003:17) Metodologi penelitian adalah cara yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Sukardi, (2003:17) Metodologi penelitian adalah cara yang 5 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peelitia Meurut Sukardi, (003:7) Metodologi peelitia adalah cara yag dilakuka secara sistematis megikuti atura-atura, direcaaka oleh para peeliti utuk memecahka permasalaha

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN GELOMBANG DENGAN METODE D ALEMBERT

PENYELESAIAN PERSAMAAN GELOMBANG DENGAN METODE D ALEMBERT Buleti Ilmiah Math. Stat. da Terapaya (Bimaster) Volume 02, No. 1(2013), hal 1-6. PENYELESAIAN PERSAMAAN GELOMBANG DENGAN METODE D ALEMBERT Demag, Helmi, Evi Noviai INTISARI Permasalaha di bidag tekik

Lebih terperinci

Hubungan Antara Panjang Antrian Kendaraan dengan Aktifitas Samping Jalan

Hubungan Antara Panjang Antrian Kendaraan dengan Aktifitas Samping Jalan Hubuga Atara Pajag Atria Kedaraa dega Aktifitas Sampig Jala Frasiscus Mitar Ferry Sihotag Jurusa Tekik Sipil Fakultas Desai da Tekik Perecaaa Uiversitas Pelita Harapa. fmitarfs@yahoo.com, fmitarfs@uph.edu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah penelitian diskriptif kuantitatif. Dalam hal ini peneliti akan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah penelitian diskriptif kuantitatif. Dalam hal ini peneliti akan BAB III METODE PENELITIAN A. Jeis Peelitia Berdasarka pertayaa peelitia yag peeliti ajuka maka jeis peelitia ii adalah peelitia diskriptif kuatitatif. Dalam hal ii peeliti aka mediskripsika kemampua relatig,

Lebih terperinci

POSITRON, Vol. II, No. 2 (2012), Hal. 1-5 ISSN : Penentuan Energi Osilator Kuantum Anharmonik Menggunakan Teori Gangguan

POSITRON, Vol. II, No. 2 (2012), Hal. 1-5 ISSN : Penentuan Energi Osilator Kuantum Anharmonik Menggunakan Teori Gangguan POSITRON, Vol. II, No. (0), Hal. -5 ISSN : 30-4970 Peetua Eergi Osilator Kuatum Aharmoik Megguaka Teori Gaggua Iklas Saubary ), Yudha Arma ), Azrul Azwar ) )Program Studi Fisika Fakultas Matematika da

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disai Peelitia Tujua Jeis Peelitia Uit Aalisis Time Horiso T-1 Assosiatif survey Orgaisasi Logitudial T-2 Assosiatif survey Orgaisasi Logitudial T-3 Assosiatif survey Orgaisasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendapat perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran TSTS (Two Stay

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendapat perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran TSTS (Two Stay A III METODOLOGI PENELITIAN Peelitia ii adalah peelitia eksperime yag dilakuka terhadap dua kelas, yaitu kelas eksperime da kotrol. Dimaa kelas eksperime aka medapat perlakua dega megguaka model pembelajara

Lebih terperinci

BAB IV PENELITIAN. menggunakan sensor mekanik limit switch sebagai mekanis hitungnya

BAB IV PENELITIAN. menggunakan sensor mekanik limit switch sebagai mekanis hitungnya BAB IV PENELITIAN 4.1 Spesifikasi Alat Coloy couter didesai khusus agar diperutuka bagi user utuk membatu meghitug sekaligus megaalisa jumlah media dega megguaka sesor mekaik limit switch sebagai mekais

Lebih terperinci

PETA KONSEP RETURN dan RISIKO PORTOFOLIO

PETA KONSEP RETURN dan RISIKO PORTOFOLIO PETA KONSEP RETURN da RISIKO PORTOFOLIO RETURN PORTOFOLIO RISIKO PORTOFOLIO RISIKO TOTAL DIVERSIFIKASI PORTOFOLIO DENGAN DUA AKTIVA PORTOFOLIO DENGAN BANYAK AKTIVA DEVERSIFIKASI DENGAN BANYAK AKTIVA DEVERSIFIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integral adalah salah satu konsep penting dalam Matematika yang

BAB I PENDAHULUAN. Integral adalah salah satu konsep penting dalam Matematika yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Masalah Itegral adalah salah satu kosep petig dalam Matematika yag dikemukaka pertama kali oleh Isac Newto da Gottfried Wilhelm Leibiz pada akhir abad ke-17. Selajutya

Lebih terperinci

simulasi selama 4,5 jam. Selama simulasi dijalankan, animasi akan muncul pada dijalankan, ProModel akan menyajikan hasil laporan statistik mengenai

simulasi selama 4,5 jam. Selama simulasi dijalankan, animasi akan muncul pada dijalankan, ProModel akan menyajikan hasil laporan statistik mengenai 37 Gambar 4-3. Layout Model Awal Sistem Pelayaa Kedai Jamoer F. Aalisis Model Awal Model awal yag telah disusu kemudia disimulasika dega waktu simulasi selama 4,5 jam. Selama simulasi dijalaka, aimasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peelitia Metode peelitia adalah suatu cara ilmiah utuk medapatka data dega tujua tertetu. Peelitia yag megagkat judul Efektivitas Tekik Permaia Pioy Heyo dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 Flowchart Metodologi Peelitia BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 31 Flowchart Metodologi Peelitia 18 311 Tahap Idetifikasi da Peelitia Awal Tahap ii merupaka tahap awal utuk melakuka peelitia yag

Lebih terperinci

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT. Pedahulua Pembahasa tetag deret takhigga sebagai betuk pejumlaha suku-suku takhigga memegag peraa petig dalam fisika. Pada bab ii aka dibahas megeai pegertia deret da

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORITIS BAB LANDAAN TEORITI.. Deskripsi Teori... Aalisis Ragam Multivariate Yag dimaksud dega aalisis ragam multivariate (multivariate aalysis of variace MANOVA) meurut Gaspersz (99, p486) adalah suatu pegembaga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI MIA SMA Negeri 1 Kampar,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI MIA SMA Negeri 1 Kampar, 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat da Waktu Peelitia Peelitia ii dilaksaaka di kelas I MIA MA Negeri Kampar, pada bula April-Mei 05 semester geap Tahu Ajara 04/05 B. ubjek da Objek Peelitia ubjek dalam

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MOTOR DC KOMPON PENDEK DENGAN MOTOR DC KOMPON PANJANG AKIBAT PENAMBAHAN KUTUB

ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MOTOR DC KOMPON PENDEK DENGAN MOTOR DC KOMPON PANJANG AKIBAT PENAMBAHAN KUTUB ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MOTOR DC KOMPON PENDEK DENGAN MOTOR DC KOMPON PANJANG AKIBAT PENAMBAHAN KUTUB Fuad Rahim Sitompul, Syamsul Amie Kosetrasi Eergi Koversi, Departeme Tekik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Peelitia Dalam suatu peelitia diperluka metode utuk memecahka masalah yag igi diteliti. Metode peelitia memberika gambara kepada peeliti tetag lagkah-lagkah bagaimaa

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITlAN. Rancangan atau desain dalam penelitian ini adalah analisis komparasi, dua

BAB IV. METODE PENELITlAN. Rancangan atau desain dalam penelitian ini adalah analisis komparasi, dua BAB IV METODE PENELITlAN 4.1 Racaga Peelitia Racaga atau desai dalam peelitia ii adalah aalisis komparasi, dua mea depede (paired sample) yaitu utuk meguji perbedaa mea atara 2 kelompok data. 4.2 Populasi

Lebih terperinci

BAB II TEORI MOTOR LANGKAH

BAB II TEORI MOTOR LANGKAH BAB II TEORI MOTOR LANGKAH II. Dasar-Dasar Motor Lagkah Motor lagkah adalah peralata elektromagetik yag megubah pulsa digital mejadi perputara mekais. Rotor pada motor lagkah berputar dega perubaha yag

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebagai hasil penelitian dalam pembuatan modul Rancang Bangun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebagai hasil penelitian dalam pembuatan modul Rancang Bangun 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebagai hasil peelitia dalam pembuata modul Racag Bagu Terapi Ifra Merah Berbasis ATMega8 dilakuka 30 kali pegukura da perbadiga yaitu pegukura timer/pewaktu da di badigka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Salah satu pera da fugsi statistik dalam ilmu pegetahua adalah sebagai. alat aalisis da iterpretasi data kuatitatif ilmu pegetahua, sehigga didapatka suatu kesimpula

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 6 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desai Peelitia Meurut Kucoro (003:3): Peelitia ilmiah merupaka usaha utuk megugkapka feomea alami fisik secara sistematik, empirik da rasioal. Sistematik artiya proses yag

Lebih terperinci

Perbandingan Beberapa Metode Pendugaan Parameter AR(1)

Perbandingan Beberapa Metode Pendugaan Parameter AR(1) Jural Vokasi 0, Vol.7. No. 5-3 Perbadiga Beberapa Metode Pedugaa Parameter AR() MUHLASAH NOVITASARI M, NANI SETIANINGSIH & DADAN K Program Studi Matematika Fakultas MIPA Uiversitas Tajugpura Jl. Ahmad

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeis peelitia Peelitia ii merupaka jeis peelitia eksperime. Karea adaya pemberia perlakua pada sampel (siswa yag memiliki self efficacy redah da sagat redah) yaitu berupa layaa

Lebih terperinci

BAB IV PENELITIAN Gambar Alat Untuk gambar alat dapat dilihat pada gambar 4.1. dibawah ini: Gambar 4.1. Modul Alat Tugas Akhir

BAB IV PENELITIAN Gambar Alat Untuk gambar alat dapat dilihat pada gambar 4.1. dibawah ini: Gambar 4.1. Modul Alat Tugas Akhir 43 BAB IV PENELITIAN 4.1. Spesifikasi Alat Nama Alat : Had dryer Dilegkapi Dega UV Steril da Pompa Caira Sabu Otomatis. Tegaga : 0 V Frekuesi : 50-60 Hz Daya : 350 Watt 4.. Gambar Alat Utuk gambar alat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai penaksiran besarnya

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai penaksiran besarnya 5 BAB II LANDASAN TEORI Dalam tugas akhir ii aka dibahas megeai peaksira besarya koefisie korelasi atara dua variabel radom kotiu jika data yag teramati berupa data kategorik yag terbetuk dari kedua variabel

Lebih terperinci

Model Pertumbuhan BenefitAsuransi Jiwa Berjangka Menggunakan Deret Matematika

Model Pertumbuhan BenefitAsuransi Jiwa Berjangka Menggunakan Deret Matematika Prosidig Semirata FMIPA Uiversitas Lampug, 0 Model Pertumbuha BeefitAsurasi Jiwa Berjagka Megguaka Deret Matematika Edag Sri Kresawati Jurusa Matematika FMIPA Uiversitas Sriwijaya edagsrikresawati@yahoocoid

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. VI, No. 2 (2018), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. VI, No. 2 (2018), Hal ISSN : Estimasi Curah Huja di Kota Potiaak Megguaka Metode Propagasi Balik Berdasarka Parameter Cuaca da Suhu Permukaa Laut Ika Oktaviaigsih a, Muliadi b*, Apriasyah c a Prodi Fisika, b Prodi Geofisika, c Prodi

Lebih terperinci

PROSIDING ISBN:

PROSIDING ISBN: S-6 Perlukah Cross Validatio dilakuka? Perbadiga atara Mea Square Predictio Error da Mea Square Error sebagai Peaksir Harapa Kuadrat Kekelirua Model Yusep Suparma (yusep.suparma@ upad.ac.id) Uiversitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Racaga da Jeis Peelitia Racaga peelitia ii adalah deskriptif dega pedekata cross sectioal yaitu racaga peelitia yag meggambarka masalah megeai tigkat pegetahua remaja tetag

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi da objek peelitia Lokasi peelitia dalam skripsi ii adalah area Kecamata Pademaga, alasa dalam pemiliha lokasi ii karea peulis bertempat tiggal di lokasi tersebut sehigga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakag Statistika iferesi merupaka salah satu cabag statistika yag bergua utuk meaksir parameter. Peaksira dapat diartika sebagai dugaa atau perkiraa atas sesuatu yag aka terjadi

Lebih terperinci