PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN MEDINI, PT RUMPUN SARI MEDINI, KENDAL, JAWA TENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN MEDINI, PT RUMPUN SARI MEDINI, KENDAL, JAWA TENGAH"

Transkripsi

1 i PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN MEDINI, PT RUMPUN SARI MEDINI, KENDAL, JAWA TENGAH DIAN AYU RACHMAWATI A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 RINGKASAN DIAN AYU RACHMAWATI. Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari Medini, Kendal, Jawa Tengah. (Dibimbing oleh SUPIJATNO). Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan di lapangan kerja, baik yang menyangkut aspek teknis maupun manajerial, sehingga mengetahui, memahami dan memecahkan permasalahan yang dihadapi perkebunan. Kegiatan magang dilaksanakan di Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari Medini, Kendal, Jawa Tengah selama empat bulan, mulai 14 Februari sampai 14 Juni Metode yang dilaksanakan adalah bekerja aktif dengan melakukan seluruh kegiatan yang ada di kebun. Penulis bekerja secara langsung sebagai karyawan pada berbagai tingkatan, mulai dari karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten tanaman, pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. Selama melakukan kegiatan di kebun penulis juga mengumpulkan data primer dan data sekunder yang dibutuhkan. Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan dalam pemeliharaan tanaman menghasilkan. Tujuan pemangkasan adalah untuk memelihara bidang petik tetap rendah supaya memudahkan pemetikan, mendorong pertumbuhan tanaman teh agar tatap pada fase vegetatif, membentuk bidang petik seluas mungkin, merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru, dan membuang cabang-cabang yang tidak produktif. Perkebunan Medini menetapkan areal yang akan dipangkas 25 % per tahun dari luas total areal tanaman menghasilkan (TM) dan dilakukan dalam dua semester, karena menghindari fluktasi produksi. Realisasi pemangkasan pada tahun 2010, semester I dilakukan pada bulan Januari sampai Juni dan pemangkasan semester II dilakukan pada bulan September sampai Oktober. Realisasi jadwal pemangkasan disesuaikan dengan kondisi tanaman di lapang, antara lain ketinggian bidang petik dan tingkat produksi setiap tahun setelah pangkas.

3 vi Gilir pangkas di Perkebunan Medini berkisar empat tahun sekali, ini sesuai dengan ketinggian Perkebunan Medini yang berada pada m dpl. Jenis pangkasan yang ditetapkan di perkebunan adalah jenis pangkasan bersih, dengan standar tinggi pangkasan cm dari permukaan tanah, dan dilakukan dengan sistem naik secara kontinyu 5 cm di atas pangkasan sebelumnya. Pada pelaksanaan pemangkasan tinggi pangkasan bisa naik ataupun turun dari standar tergantung dari kondisi kebun. Pelaksanaan pemangkasan di Perkebunan Medini secara manual dengan menggunakan sabit pangkas dan jidar (alat ukur pangkas). Sisa pangkasan (brangkasan) di letakan di antara tanaman teh untuk menambah bahan organik dan tidak menghalangi pertumbuhan pucuk. Tenaga pangkas yang digunakan adalah tenaga pangkas yang memiliki keterampilan dalam bidang pemangkasan dan diawasi oleh mandor supaya hasil pangkasan yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan kebun. Tenaga pemangkas merupakan karyawan harian lepas dengan sistem borong, upah yang didapat pemangkas adalah Rp /patok (400 m 2 ).

4 Dian Ayu Rachmawati, Pruning Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) in Medini Plantation, PT Rumpun Sari Medini, Kendal, Central Java. Guided by Supijatno. Abstract Internship activities carried out in Medini plantation PT Rumpun Sari Medini, Kendal, Central Java for four months from February until June Internship method is conducting garden has been established by both technical and managerial aspects. Levels of work place as field worker for one month, as assistant foreman for one month, and as assistant field lead for two month. Data collection activities are used direct and indirect methods. Indirect method used to obtain secondary data. Medini plantation is located at an altitude of m asl with an area of ha. Pruning is an essential maintenance activities carried out in tea plantations. Clean pruning is being done on plantation medini with rotation 4 years. Mowed area that is 25 % of tea total crop yield by cm clipping height. Keyword : Pruning, Rumpun Sari Medini, Tea, Internship

5 PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN MEDINI, PT RUMPUN SARI MEDINI, KENDAL, JAWA TENGAH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor DIAN AYU RACHMAWATI A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

6 vi Judul Nama NRP : PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN MEDINI, PT RUMPUN SARI MEDINI, KENDAL, JAWA TENGAH. : DIAN AYU RACHMAWATI : A Menyetujui, Dosen pembimbing Ir. Supijatno, MSi. NIP Mengetahui Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr. NIP Tanggal lulus :

7 vii RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Nganjuk, Provinsi Jawa Timur pada tanggal 11 Desember Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan bapak Abdul Rochman dan ibu Tutik Darwati. Pada tahun 1994 penulis mulai masuk jenjang pendidikan pertama di Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi Jogomerto, Nganjuk. Selesai pendidikan TK pada tahun 1995 penulis melanjutkan jenjang pendidikan dasar di SDN Jogomerto I Nganjuk dan lulus pada tahun Pada tahun 2001 penulis melanjutkan jenjang pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Tanjunganom, Nganjuk dan lulus pada tahun Pada tahun 2004 penulis melanjutkan jenjang pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Nganjuk, dan lulus pada tahun Pada tahun 2007 penulis diterima menjadi mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai kegiatan diluar bidang akademis. Pada tahun sebagai pengurus Ikatan Mahasiswa Jawa Timur (IMAJATIM), sebagai staf Internal Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON), pada tahun sebagai Kadiv Internal HIMAGRON, dan mengikuti berbagai kepanitiaan. Bulan Juni Agustus 2010 penulis menyelesaikan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Tajurhalang, Kecamatan Tajurhalang, Kabupaten Bogor. Penulis melaksanakan magang skripsi di Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari Medini, Kendal, Jawa Tengah, Selama empat bulan mulai 14 Februari sampai14 Juni 2011, untuk menyelesaikan tugas akhir.

8 viii KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengelolaan pemangkasan tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari Medini, Kendal, Jawa Tengah. Penulisan skripsi merupakan salah satu syarat tugas akhir untuk meraih gelar sarjana. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Kedua orang tua beserta keluarga yang telah memberikan dorongan, dukungan serta doa yang tulus kepada penulis. 2. Ir Supijatno, MSi sebagai dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, dan saran dalam penyusunan skripsi. 3. Bapak Dr. Ir. Anas D Susila MSc. Agr sebagai dosen pembimbing akademik atas bimbingan yang bermanfaat bagi penulis. 4. Direksi PT Sumber Abadi Tirtasentosa atas kesempatan yang diberikan pada penulis untuk melaksanakan kegiatan magang. 5. Bapak Purwadi dan Bapak Sumarno selaku Manager Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari Medini atas bimbingan dan memberikan kesempatan melaksanakan magang di kebun. 6. Bapak Teguh W selaku KTU Perkebunan Medini atas saran-saran yang diberikan kepada penulis 7. Bapak Sugeng P selaku Asisten Tanaman dan pembimbing lapang selama magang atas bimbingan dan ilmu yang diberikan. 8. Keluarga besar PT Rumpun Sari Medini atas bimbingan dan kerjasamanya selama magang. 9. Sahabat dan rekan-rekan AGH 44 atas kebersamaannya selama ini. 10. Semua pihak yang telah membantu baik dalam pelaksaaan magang maupun penyusunan skripsi. Bogor, September 2011 Penulis

9 vii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman vi PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Botani Tanaman Teh... 4 Ekofisiologi Teh... 5 Pemangkasan... 6 METODOLOGI... 9 Tempat dan Waktu... 9 Metode Pelaksanaan... 9 Pengumpulan Data Analisis Data KEADAAN UMUM Sejarah Kebun Letak Geografis dan Administrasi Keadaan Iklim dan Tanah Luas Areal dan Tata Guna Lahan Keadaan Tanaman dan Produksi Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Aspek Manajerial PEMBAHASAN Jenis/Tipe Pangkasan Kriteria Pangkas Gilir Pangkas Waktu Pemangkasan Luas Areal Pemangkasan Tenaga Pemangkas Keterampilan Pemangkas Alat Pangkas Pertumbuhan Tunas Setelah Pemangkasan Pengelolaan Sisa Pangkas Tinggi Pangkasan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran vii viii

10 viii DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 71

11 ix Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Tata Guna Lahan PT Rumpun Sari Medini Produksi serta Produktivitas Teh Basah dan Kering di PT Rumpun Sari Medini Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja PT Rumpun Sari Medini pada Tahun Gilir Pangkas di Perkebunan Medini pada Tahun Realisasi Waktu dan Luas Pangkasan di Perkebunan Medini Tahun Realisasi Luas Areal Pemangkasan di Perkebunan Medini Tahun Kapasitas Tenaga Pangkas di Dua Blok Perkebunan Medini Tahun Persentase Kerusakan Cabang Pangkasan Berdasarkan Usia Tenaga Pangkas Komposisi Pucuk Hasil Analisa Petik di Perkebunan Medini Rata-rata Analisa Pucuk di Perkebunan Medini Bulan Januari-Mei Produksi Teh Perkebunan Medini Berdasarkan Analisa Kering dan Basah Tahun Bobot Pengepakan Teh di Perkebunan Medini Berdasarkan Mutu Teh... 51

12 x Nomor DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Pelaksanaan Pengendalian Gulma Secara Kimia (A), Pengendalian Gulma Secara Manual (B) Proses Pengendalian Hama dan Penyakit di Perkebunan Medini Produktivitas Basah Berdasarkan Umur Pemangkasan Pangkasan Bersih Pangkasan Setengah Bersih (Pangkasan di Kebun) Pertumbuhan Tunas Setelah Pemangkasan di Blok Pelaksanaan Pemetikan Jendangan (A), Jidar Salib Jendangan (B) Pelaksanaan Pemetikan Produksi Proses Penimbangan Pucuk di Kebun Kegiatan Rawat Pucuk Alat Pelayuan Rotary Panner Tampak Depan (A), Tampak Belakang (B) Proses Penggulungan dengan Mesin Jackson Roller Mesin Pengeringan Awal yaitu Belong Tampak Samping (A), Tampak Depan (B) Mesin Pengeringan Akhir Rotary Dryer (A), Ball Tea (B) Mesin Sortasi Awal Leaf Sifter (Layer 4) Mesin Sortasi Stalk Extractor (Layer 3) Mesin Sortasi Stalk Separator Proses Sortasi Manual... 50

13 xi DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten Peta Lokasi Perkebunan Medini Peta Lokasi Kebun Kaligintung Data Curah Hujan Perkebunan Medini Tahun Struktur Organisasi Perkebunan Medini... 80

14 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman teh masuk pertama kali di Indonesia pada tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang dibawa oleh orang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta (Setyamidjaja, 2000). Tanaman teh berasal dari wilayah perbatasan negara-negara Cina Selatan, Laos Barat Laut, Muangthai Utara, Burm Timur dan India Timur Laut yang merupakan vegetasi hutan peralihan tropis dan subtropis (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Teh di Indonesia dihasilkan oleh tiga jenis perkebunan yaitu perkebunan besar negara, perkebunan besar swasta, dan perkebunan rakyat. Berdasarkan data sementara Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun 2010 luas areal produktif perkebunan teh di Indonesia yakni sebesar ha dengan produksi ton. Produktivitas teh di Indonesia mencapai sekitar kg/ha/tahun. Luas areal perkebunan teh diperkirakan menurun menjadi ha dengan total produksi ton, sedangkan produktivitasnya mencapai kg/ha/tahun pada tahun 2011 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011). Tanaman teh merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki arti penting dalam perekonomian Indonesia. Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan salah satu komoditas ekspor non migas yang telah dikenal sejak lama dan merupakan salah satu sumber devisa penting dari sub sektor perkebunan (Setyamidjaja, 2000). Indonesia merupakan pamungkas dari produsen terbesar secara berturut-turut, yaitu Cina, India, Kenya, Srilanka, Vietnam, dan Turki (FAO, 2008). Tahun 2008, volume ekspor teh Indonesia mencapai sekitar ton. Volume ekspor pada tahun 2009 mencapai ton, dan volume impornya sebanyak ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010). Merosotnya pertumbuhan ekspor teh Indonesia disebabkan beberapa faktor, yaitu komposisi produk teh yang diekspor Indonesia kurang mengikuti kebutuhan pasar, negaranegara tujuan ekspor teh Indonesia kurang ditujukan ke negara-negara pengimpor teh, yang memiliki pertumbuhan impor teh tinggi dan daya saing teh Indonesia di pasar teh dunia masih lemah (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2011).

15 2 Penurunan ekspor teh disebabkan oleh menurunnya produktivitas teh di Indonesia dan daya saing di pasar teh dunia. Meningkatkan produktivitas dan daya saing perlu dilakukan perbaikan mutu teh, sektor yang mempengaruhi peningkatan produksi dan perbaikan mutu teh adalah budidaya dan pengolahan di kebun. Budidaya yang kurang baik dapat mengakibatkan produksi menurun, salah satu aspek budidaya yang mempengaruhi produksi teh adalah pemangkasan. Menurut Dalimoenthe dan Johan (2009) secara fisiologi cabang atau ranting akan makin tua sehinga perkembangan pertumbuhan akan beralih dari fase vegetatif ke fase generatif, pembentukan tunas atau pucuk baru akan berkurang karena sabagian energi yang ada dipakai untuk pembentukan buah dan bunga. Karena itu pemangkasan secara periodik selain diperlukan untuk mempertahankan tinggi bidang petik yang dapat dijangkau dengan mudah, diperlukan pula untuk mempermuda cabang-cabang sehingga bertahan pada fase vegetatif. Pemangkasan adalah salah satu kegiatan dalam tindakan kultur teknis tanaman teh untuk mencapai produksi pucuk yang tinggi sehingga dalam memilih tipe pangkasan harus tepat, jika tidak maka tujuan dari pemangkasan yang diharapkan tidak akan tercapai (Johan, 2006). Menurut Setyamidjaja (2000) pemangkasan merupakan salah satu kegiatan budidaya dalam pemeliharaan teh menjadi perdu, agar teh dapat dipetik dengan mudah, cepat, dan efisian sehingga diperoleh jumlah pucuk yang banyak. Kegiatan ini bertujuan membentuk bidang petik seluas mungkin dan merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru sehingga mampu menghasilkan pucuk dalam jumlah besar. Kegiatan pemangkasan merupakan salah sutu kegiatan yang penting bagi pengelolaan perkebunan teh. Pengelolaan pemangkasan yang tidak baik akan mengakibatkan kerusakan atau kematian pada tanaman teh. Keberhasilan pemangkasan teh ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya adalah : jenis pemangkasan, waktu pemangkasan, daur pangkas, dan tenaga pangkas. Tujuan Kegiatan magang mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum kegiatan magang adalah meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mahasiswa di lapangan kerja, baik yang menyangkut aspek teknis maupun

16 3 manajerial sehingga dapat mengetahui, memahami, dan memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi di lapangan, khususnya di perkebunan dalam rangka mempersiapkan diri untuk terjun ke dunia kerja. Tujuan khusus dari magang adalah mempelajari dan menganalisis pemangkasan tanaman teh.

17 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh merupakan tanaman subtropis yang sejak lama telah dikenal dalam peradaban dunia. Tanaman teh dikenalkan oleh O. Kuntze. Tanaman teh spesies Camellia sinensis, dikenal beberapa varietas yang penting, seperti varietas Cina, Assam, Cambodia, dan hibrida-hibridanya (Setyamidjaja, 2000). Secara umum tanaman teh berakar dangkal, terhadap keadaan fisik tanah, dan cukup sulit untuk menembus lapisan tanah. Perakaran utamanya berkembang pada lapisan tanah sedalam 0-20 cm, yang merupakan tempat utama berakumulasinya unsur-unsur hara tanaman. Daun tanaman teh berwarna hijau, bebentuk lonjong, ujungnya runcing, dan tepinya bergerigi. Daun-daun muda yang mulai tumbuh setelah pemangkasan lebih besar daripada daun-daun yang berbentuk sesudahnya. Daun tua bertekstur seperti kulit, permukaan atasnya berkilat dan berwarna hijau kelam (Setyamidjaja, 2000). Menurut Setiawati dan Nasikun (1991) tanaman teh mempunyai batang, daun, akar, bunga, dan buah. Tanaman teh mempunyai batang yang tegak dan keras. Teh mempunyai daun yang bergerigi dengan tulang daun menyirip dari tepi dan berpangkal pada ujung daun yang runcing. Pohon teh mempunyai akar yang cukup panjang, masuk jauh ke dalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Bunga teh dapat tumbuh di ketiak daun, di cabang-cabang, atau di ujung batang. Pada umumnya buah teh mempunyai tiga butir biji meskipun tidak jarang dijumpai buah yang berbiji dua atau tunggal. Biji-biji yang masih muda berwarna putih dan berwarna cokelat tua bila sudah tua. Perkembangan bunga tanaman teh mengikuti tahap pertumbuhan daun. Bunga tanaman teh sebagian besar self steril, dan biji yang berasal dari bunga yang menyerbuk sendiri. Bunga teh merupakan bunga sempurna mempunyai putik dengan 5-7 mahkota. Daun bunga berjumlah sama dengan mahkotanya, berwarna putih, halus dan berlilin. Daun bunga berbentuk lonjong cekung. Tangkai sari panjang dan benang sari kuning bersel kembar, menonjol 2-3 mm ke atas (Setyamidjaja, 2000).

18 5 Buah yang masih muda berwarna hijau, bersel tiga, dan berdinding tebal. Mula-mula berkilap tetapi semakin tua bertambah suram dan kasar. Bijinya berwarna cokelat beruang tiga, berkulit tipis. Berbentuk bundar di satu sisi dan datar di sisi lain. Bijinya berbelah dua dengan kotiledon besar yang jika dibelah akan secara jelas memperlihatkan embrio tunas (Setyamidjaja, 2000). Ekofisiologi Teh Tanaman teh berasal dari daerah subtropis yang kemudian menyebar ke berbagai bagian dunia. Penanamnya di Indonesia yang beriklim tropis agar dapat tumbuh dan berproduksi optimal, tanaman teh menghendaki persyaratan iklim dan tanah yang sesuai dengan keperluan pertumbuhanya. Daerah pertanaman teh yang lebih cocok di Indonesia adalah daerah pegunungan. Faktor iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan teh adalah curah hujan, suhu udara, tinggi tempat, sinar matahari, dan angin (Setyamidjaja, 2000). Tanaman teh menghendaki daerah pertanaman yang sejuk dan lembab. Tanaman teh tidak tahan terhadap kekeringan, oleh karena itu memerlukan daerah yang mempunyai curah hujan yang cukup tinggi dan merata sepanjang tahun. Curah hujan yang diperlukan setiap tahunnya adalah mm mm, dengan jumlah hujan pada musim kemarau tidak kurang dari 100 mm. Curah hujan yang kurang dari batas minimum akan mengakibatkan penurunan produksi (Setyamidjaja, 2000). Tanaman teh di Indonesia hanya ditanam di dataran tinggi. Daerah pertanaman ini umumnya terletak pada ketinggian lebih dari 400->1 200 m dpl. Di Indonesia daerah pertanaman teh dapat dibagi menjadi tiga daerah berdasarkan ketinggian tempatnya : a. Daerah dataran rendah : m dpl dengan suhu mencapai 23 0 C-24 0 C b. Daerah dataran sedang : m dpl dengan suhu mencapai 21 0 C-22 0 C c. Daerah dataran tinggi : diatas 1200 m dpl dengan suhu mencapai 18 0 C-19 0 C

19 6 Perbedaan ketinggian tempat yang menyebabkan perbedaan suhu mempengaruhi sifat pertumbuhan perdu teh. Karena perbedaan sifat pertumbuahan tersebut, maka terdapat perbedaan mutu teh. Teh produksi dataran tinggi mempunyai aroma yang lebih baik daripada teh produksi dataran rendah (Setyamidjaja, 2000). Sinar matahari sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh, makin banyak sinar matahari makin cepat pertumbuhan, sepanjang curah hujan mencukupi. Sinar matahari mempengaruhi pula suhu udara, makin banyak sinar matahari makin tinggi suhu udara, apabila suhu udara mencapai 30 0 C maka pertumbuhan tanaman teh akan terhambat (Pusat Penelitian Kopi dan Kina, 2006). Tanah yang baik dan sesuai dengan kebutuhan tanaman teh adalah tanah yang cukup subur dengan kandungan bahan organik cukup, tidak bercadas serta mempunyai derajat keasaman antara , di Indonesia tanah untuk tanaman teh dapat dibedakan menjadi dua buah yaitu tanah Andosol (di pulau Jawa pada ketinggian di atas 800 m dpl) dan tanah Podsolik (di Sumatera) (Setyamidjaja, 2000). Pemangkasan Pengertian Pemangkasan Pemangkasan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan ketinggian bidang petik yang memudahkan dalam pekerjaan pemetikan dan mendapatkan produktivitas tanaman yang tinggi (Asrimelwati, 2008). Selain itu, pemangkasan adalah salah satu kegiatan dalam tindakan kultur teknis tanamam teh untuk mencapai produksi pucuk yang tinggi sehingga dalam memilih pemangkasan harus tepat (Johan, 2006). Tujuan pemangkasan adalah untuk memelihara bidang petik tetap rendah untuk memudahkan pemetikan, mendorong pertumbuhan tanaman teh agar tetap pada fase vegetatif, membentuk bidang petik seluas mungkin, merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru, membuang cabang-cabang yang tidak produktif, dan mengukur fluktasi produksi harian pada masa flush dan masa minus (Asrimelwati, 2008).

20 7 Jenis-Jenis Pangkasan Jenis pangkasan adalah bentuk-bentuk pangkasan yang dilakukan pada tanaman teh. Tipe pemangkasan memberikan ciri secara kualitatif kepada suatu jenis pemangkasan tentang daun-daun tua yang tersisa di perdu teh setelah pemangkasan selesai (Sukasman, 1988). Dilaksanakan pemangkasan tersebut akan terbentuk bidang petik sesuai yang diharapkan, yang akan menunjang terbentuknya kerangka dasar percabangan yang cukup rendah sehingga perdu teh memiliki bentuk yang baik sekali (Setyamidjaja, 2000). Jenis pangkasan yang sering digunakan oleh perkebunan adalah pangkasan kepris dan pangkasan jambul. Pangkasan kepris adalah pangkasan dengan bidang pangkas rata seperti meja tanpa melakukan pembersihan atau pembuangan ranting. Pangkasan kepris dilakukan pada ketinggian 60 sampai 70 cm dari permukaan tanah. Pangkasan jambul adalah pangkasan bersih dengan meninggalkan satu sampai dengan dua cabang di bagian perdu (Asrimelwati, 2008). Pangkasan leher akar dilakukan untuk meremajakan kebun sacara cepat. Pangkasan ini biasanya dilakukan pada perdu yang kerangka dasar percabangannya telah rusak karena adanya gangguan dari tanaman lain. Pada pangkasan leher akar batang pokok dipotong pada ketinggian 10 cm (pada leher akar atau di bawah bekas pangkasan indungnya) (Setyamidjaja, 2000). Pangkasan leher akar digunakan untuk memperbaiki kerangka tanaman yang rusak, dalam pelaksanaan replanting rejuvinasi kebun (Pusat Penelitian Kopi dan Kina, 2006). Kriteria dan Waktu Pemangkasan Kriteria penentuan saat pangkas berguna untuk mengetahui saat pangkas yang tepat. Faktor- faktor yang harus diperhatikan untuk menentukan kebun layak untuk dipangkas adalah gilir pangkas, ketinggian bidang petik tanaman, persentase pucuk burung, dan tingkat produksi tahun lalu (Setyamidjaja, 2000). Waktu pemangkasan ialah waktu yang tepat untuk pelaksanaan pemangkasan sehingga diperoleh hasil pangkasan yang optimal. Menentukan waktu yang tepat untuk melaksanakan pemangkasan perlu diperhatikan kondisi

21 8 tanaman, karena kondisi atau kesehatan tanaman sangat dipengaruhi oleh kandungan pati dalam akar, bila kadar pati kurang dari 12 %, pemangkasan dapat mengakibatkan tanaman merana bahkan mati (Setyamidjaja, 2000). Pemangkasan dapat dilaksanakan pada waktu tanaman sehat, yang ditandai dengan produksi pucuk sedang banyak, cadangan pati pada akar cukup banyak, dan didukung oleh faktor lingkungan yang optimum. Secara umum waktu pemangkasan dapat dilaksanakan pada bulan Maret-Juni dan bulan Oktober-November (Suwardi, 1991). Peralatan Pemangkasan Alat pangkas yang digunakan untuk pemangkasan harus tajam supaya tidak merusak cabang yang di pangkas. Menurut Wachjar (2004) pemangkasan secara manual menggunakan alat pangkas berupa gergaji pangkas dan gaet. Gergaji pangkas digunakan apabila tinggi pangkasan 55 cm, sedangkan untuk tinggi pangkasan > 55 cm menggunakan gaet. Hartopo (2005) menyatakan bahwa Perkebunan Bedakah alat pangkas yang digunakan berupa sabit pangkas. Sabit yang digunakan harus tajam supaya tidak merusak batang/cabang/ranting yang dipangkas karena dapat menghambat pertumbuhan tunas baru. Gilir Pangkas Gilir pangkas adalah jangka waktu antara pemangkasan yang terdahulu dengan pangkasan berikutnya dan biasanya dinyatakan dalam tahun pada blok yang sama. Panjang pendek daur pangkasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : tinggi rendahnya letak kebun dari permukaan laut, sistem petik, kesuburan tanah, tinggi pangkasan sebelumnya (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Menurut Suwardi (1991) pemangkasan merupakan salah satu faktor teknis yang berpengaruh terhadap produksi. Pengertian efesiensi teknis maka penentuan daur pangkas yang optimal ditentukan oleh produktivitas rata-rata yang paling tinggi.

22 METODOLOGI Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari Medini, Kendal Jawa Tengah selama empat bulan mulai 14 Februari sampai 14 Juni Metode Pelaksanaan Metode magang yang digunakan adalah melaksanakan kegiatan yang telah ditetapkan oleh kebun baik aspek teknis di lapangan maupun aspek manajerial. Pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor sampai pendamping asisten afdeling. Pada bulan pertama dilaksankan kegiatan menjadi KHL. Kegiatan yang dilaksanakan saat menjadi KHL adalah kegiatan yang sudah ditetapkan oleh kebun, seperti pemupukan, pengendalian gulma, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, dan pemetikan. Data-data yang didapat pada saat menjadi KHL adalah prestasi kerja, jumlah tenaga kerja, dosis lapang pemupukan, dan dosis rekomendasi pemupukan. Jurnal kegiatan selama menjadi karyawan harian lepas dapat dilihat pada Lampiran 1. Pada bulan kedua dilaksanakan kegiatan sebagai pendamping mandor. Pekerjaan yang dilaksanakan adalah mengawasi dan mengkoordinir pekerjaan karyawan, menghitung biaya operasional yang dipakai dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan, dan membuat jurnal kegiatan. Jurnal kegiatan selama menjadi pendamping mandor dapat dilihat pada Lampiran 2. Pada bulan ketiga dan keempat dilaksanakan kegiatan sebagai asisten tanaman. Pekerjaan yang dilakukan adalah membantu mengelola dan mengawasi tenaga kerja, menganalisa setiap kegiatan yang dilakukan di tingkat kebun. Jurnal kegiatan selama menjadi pendamping asisten tanaman dapat dilihat pada Lampiran 3. Selama empat bulan kegiatan magang, aspek khusus yang diamati adalah proses pemangkasan teh.

23 10 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan pada saat magang adalah metode langsung dan metode tidak langsung. Metode tidak langsung untuk mendapatkan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen kebun, arsip kebun dan studi pustaka. Data yang diperoleh mengenai keadaaan umum perusahaan, letak geografis, keadaan tanah dan produksi, luas areal, organisasi dan manajemen, peta lokasi, data produksi, dan data pemangkasan per tahun selama lima tahun terbaru. Metode langsung untuk memperoleh data primer dilaksanakan dengan cara melakukan pengamatan dan bekerja langsung di lapangan serta dengan cara wawancara. Data yang diambil di lapang dilaksanakan pengamatan yang difokuskan pada kegiatan pemangkasan. Pengamatan dilakukan pada 10 tanaman contoh yang diambil secara acak pada blok yang dilakukan pemangkasan di perkebunan teh. Ulangan pengamatan dilakukan sebanyak lima kali. Ulangan yang digunakan adalah hari pelaksanaan pemangkasan untuk semua variabel pengamatan, sedangkan untuk pertumbuhan pucuk burung yang menjadi ulangan adalah jumlah perdu teh yang diamati. Beberapa variabel yang diamati dalam kegiatan magang dengan aspek pemangkasan adalah sebagai berikut : Pengamatan sebelum pemangkasan 1. Tinggi Bidang Petik Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi dari permukaan tanah sampai ke permukaan bidang petik 2. Diameter Bidang Petik (DBP) Pengamatan dilakukan dengan mengukur diameter bidang petik ke dua arah, yaitu dari Timur-Barat dan Utara-Selatan pada masing-masing tanaman contoh kemudian diambil rata-rata keduanya dengan menggunakan rumus : diameter Utara Selatan + diameter ( Timur Barat ) DBP = 2

24 3. Persentase Pucuk Burung Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah pucuk burung dan pucuk peko pada tanaman yang akan di pangkas. Pengamatan ini dengan menggunakan lingkaran dengan diameter 75 cm kemudian dihitung persentase pucuk dengan rumus : Persen pucuk burung = Pengamatan saat pemangkasan 1. Tinggi Pangkasan jumlah pucuk burung jumlah pucuk (burung+peko) x 100% Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi pangkasan mulai dari permukaan tanah sampai luka bekas pangkasan pada tanaman contoh yang telah dipangkas. 2. Diameter Bidang Pangkas (DBP) Pengamatan dilakukan dengan mengukur diameter bidang pangkas kedua arah yaitu Timur-Barat dan Utara-Selatan dari masing-masing tanaman contoh dan diambil rata-rata keduanya dengan menggunakan rumus: DBP = diameter (Utara-Selatan ) + diameter (Timur Barat) 3. Persentase Kerusakan Akibat Pangkasan 2 Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah cabang yang rusak atau pecah akibat penggunaan alat pangkas pada setiap tanaman contoh, persentase kerusakan dihitung dengan rumus : % kerusakan = Jumlah bekas luka pangkasan yang rusak/pecah x 100% Jumlah bekas luka pangkasan seluruhnya 4. Bobot Brangkasan Pengamatan dilakukan dengan menimbang brangkasan yang dihasilkan tanaman contoh. 5. Luas Areal Pangkasan Pengamatan dilakukan berdasarkan luas areal yang dipangkas secara riil. Pengamatan ini bertujuan untuk membandingkan antara rencana dan 11

25 realisasi luas areal yang dipangkas dalam satu tahun. Secara umum luas areal pangkasan per tahun dapat dihitung dengan : 6. Tenaga Kerja luas areal TM Luas areal pangkasan = gilir pangka s Pengamatan dilaksanakan dengan cara menghitung berdasarkan jumlah tenaga pangkas sacara riil di kebun pada saat pemangkasan. Luas Area Pangkasan ha Jumlah tenaga pemangkas = HKE 1 bulan Kapasitas Standar Keterangan : HKE = Hari Kerja Efektif (hari) Kapasitas Standar = kemampuan yang harus dicapai oleh seorang pemangkas. 7. Jenis pangkasan Pengamatan dilakukan pada waktu pemangkasan dengan cara melihat langsung maupun melalui wawancara dengan mandor. 8. Komposisi batang Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung komposisi batang setelah dilakukan pemangkasan. Cara menghitung komposisi batang, yaitu dengan menghitung jumlah batang yang berdiameter <2 cm dan >2 cm pada tanaman contoh. Pengamatan setelah pemangkasan 1. Pertumbuhan Tunas Baru setelah Pemangkasan Pengamatan dilakukan dengan melihat pertumbuhan tunas baru berumur dua minggu setelah pemangkasan dan pengamatan dilakukan selama enam minggu. Pertumbuhan tunas diamati dengan mengukur tinggi tunas dari pangkal tunas sampai titik tumbuh, pengamatan dilakukan dari dua minggu setelah pangkas sampai delapan minggu setelah pangkas. Tunas yang diamati sebanyak lima tunas per tanaman. Tanaman yang diambil contoh sebanyak 5 tanaman. 12

26 13 Analisis data Data primer dan data sekunder yang dihasilkan dianalisa secara kuantitatif dengan mencari rata-rata dan persentase hasil pengamatan lalu diuraikan secara deskriptif dengan menbandingkan terhadap norma baku yang berlaku pada perkebunan. Menggunakan perhitungan matematis sederhana (rata-rata dan persentase) selain itu pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Uji T- student pada taraf 0.05 yaitu dengan membandingkan data yang diperoleh di lapang dengan. Uji T-student digunakan untuk membandingkan keterampilan pemangkas berdasarkan usia pemangkas.

27 14 KEADAAN UMUM Sejarah Kebun Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini dahulu merupakan perkebunan kina dan kopi milik NV Culture MY Medini. Pada masa pendudukan Jepang, Kebun Teh Medini menjadi tidak terawat dan rusak. Oleh karena itu, perkebunan tersebut diganti dengan tanaman pangan. Pada tahun 1958, tanaman pangan tersebut diganti dengan komoditi teh karena dianggap kurang menguntungkan. Pada tahun 1961 kebun ini dijual oleh pemiliknya kepada NV Kencana Wati Corporate. Tahun 1980 PT Rumpun dipecah menjadi dua, yaitu PT Rumpun Teh dan PT Rumpun Antan (aneka tanaman) yang keduanya berpusat di Semarang. PT Rumpun Terdiri atas : Kebun Teh Medini, Boja, Kendal, Kebun Teh Kemuning, Surakarta dan Kebun Kopi Kaligintung, Temanggung. Berdasarkan surat direksi PT Rumpun Teh, SK nomor DIR/04/3/II/A/1984 tanggal 17 Maret 1984, Medini bergabung dengan Kaligintung. Kebun Teh Medini dan Kebun Teh Kaligintung menjadi bagian dari Kebun Medini mulai tanggal 1 Januari 1989 dengan SK nomor DIR/kep/29/teh/12/1989. Yayasan Rumpun Diponegoro, PT Astra Agro Lestari dan PT Rumpun mengadakan kerjasama dalam mengelola Kebun Medini, sehingga pada bulan Februari 1990 berdirilah PT Rumpun Sari Medini (RSM) yang merupakan anak perusahaan PT Astra Agro Lestari Tbk. Pada tahun 2004, PT Astra Agro Lestari Tbk menjual seluruh kebun selain komoditi kelapa sawit. Pada tahun 2004 Kebun Teh Rumpun Sari Medini beralih menjadi anak perusahaan PT Sumber Abadi Tirta Sentosa (PT SATS). Letak Geografis dan Administrasi PT Rumpun Sari Medini terbagi menjadi dua kebun yaitu Kebun Medini dan Kebun Kaligintung. Perkebunan Medini terletak di lereng Gunung Ungaran, yaitu di Desa Ngesrep Balong, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah. Perkebunan ini berjarak 11 km dari Boja ke arah Timur, 40 km dari Kota Semarang ke arah Selatan dan 60 km dari Kota Kendal ke arah Timur. Lahan Perkebunan Medini berada pada ketinggian m di atas

28 15 permukaan laut (dpl). Batas-batas Perkebunan Medini adalah sebagai berikut : sebelah Utara Kelurahan Ngesrep Balong, sebelah Selatan Lereng Gunung Ungaran, sebelah Barat Kecamatan Limbangan, dan sebelah Timur Lereng Gunung Glimut. Lokasi Kebun Kaligintung (Afdeling OC) terletak di Desa Kalisari terpisah dari Kebun Medini. Kebun Kaligintung berada dalam ketinggian m dpl. Batas batas Kebun Kaligintung sebagai berikut : sebelah Utara Desa Duren, sebelah Selatan Desa Kaloran, sebelah Barat Desa Tlogo Pucang, dan sebelah Timur Desa Kemitir. Di lingkungan Perkebunan Medini terdapat tiga dusun, yaitu dua dusun implasemen (Dusun Medini dan Dusun Candi Promasan) dan dusun asli penduduk kampung yaitu Dusun Gunungsari. Kantor pelaksanaan dan pabrik pengolahan teh Perkebunan Medini berada di dalam lokasi Kebun. Untuk mengetahui lebih jelas lokasi perkebunan dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5. Keadaan Iklim dan Tanah Perkebunan Medini berdasarkan klasifikasi iklim Schmidth Ferguson merupakan tipe iklim B (basah) dengan suhu rata rata 26 0 C dan kelembaban berkisar 92 %. Rata rata curah hujan selama 10 tahun terakhir adalah mm/tahum dengan 191 hari hujan/tahun, rata-rata bulan basah 8.8 dan bulan kering 2.8 bulan. Data curah hujan dan hari hujan di Perkebunan Medini dapat dilihat pada Lampiran 6. Jenis tanah di Perkebunan Medini yaitu Andosol, sebagian Regosol, dan Latosol dengan ph tanah 6.7, topografi lahan perkebunan sangat bervariasi yaitu berkisar % merupakan lahan perbukitan bergelombang yang curam. Luas Areal dan Tata Guna Lahan Pada tahun 2010 PT Rumpun Sari Medini mempunyai luas keseluruhan ha dengan lahan efektif ha, sedangkan lahan non efektif seluas ha terletak Kebun Medini dan kebun Kaligintung. Luas areal efektif pada Kebun Medini yang merupakan lahan produktif tanaman teh seluas ha

29 sedangkan seluas ha merupakan lahan cadangan/konservasi. Di Kebun Kaligintung luas areal produktif yang menghasilkan tanaman teh seluas 23 ha sedangkan ha merupakan lahan konservasi, TBM dan tanaman lainya (Albazia, Durian, Petai, Jati). Tata guna lahan di PT Rumpun Sari Medini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Tata Guna Lahan PT Rumpun Sari Medini Tahun 2010 Uraian Afdeling A Afdeling B Afdeling C Total (ha) Teh (TM) TBM I TBM II Budidaya tanaman lain Areal Cadangan Sub Total Lahan Efektif Jalan Sungai Emplasemenn Sub Total Lahan Non Efektif Total Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini, 2011 Kedaan Tanaman dan Produksi Tanaman teh yang dibudidayakan di Perkebunan Medini tanaman asal stek (klonal). Klon yang dibudidayakan adalah TRI 2024, TRI 2025, CIN 143 dan Gambung. Klon yang paling banyak ditanam adalah Klon TRI Jarak tanam yang digunakan adalah 120 x 60 cm dengan populasi tanaman/ha, tetapi populasi rata rata Perkebunan Medini tanaman/ha. Hal ini disebabkan karena banyak lahan yang tidak bisa ditanami dikarenakan lahan berbatu dan kondisi lahan curam, Perkebunan Medini rata-rata produksi basah selama lima tahun terakhir adalah kg teh basah/tahun dengan produktivitas kg teh basah/ha/tahun. Produksi dan produktivitas teh kering yang dihasilkan Perkebunan Medini selama lima tahun terakhir adalah kg teh 16

30 kering/tahun dan kg teh kering/ha/tahun, produktivitas teh Perkebunan Medini masih lebih besar daripada produktivitas Perkebunan Swasta Nasional pada tahun 2010 sebesar kg teh/ha/tahun. Perkembangan produksi dan produktivitas teh basah maupun teh kering di Perkebunan Medini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Produksi serta Produksitivitas Teh Basah dan Kering di Perkebunan Medini Tahun Tahun Luas areal Produksi Produktivitas TM Basah Kering Basah Kering..(ha)....(kg)...(kg/ha) Rata-rata Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini, Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari Medini dipimpin langsung oleh seorang Administratur yang diangkat melalui dewan direksi dan bertanggung jawab langsung kepada Dewan Direksi PT Sumber Abadi Tirtasentosa. Seorang Administratur dibantu olah bagian tanaman, bagian administrasi, bagian pabrik dan teknik. Administratur merupakan jabatan tertinggi dalam perkebunan Medini yang bertugas mengkoordinir semua lini (kepala tata usaha, kepala tanaman, kepala pabrik, dan kepala teknik) sebagai mediator Head Office (HO), mengelola kebun dan membuat kebijakan kebijakan yang berhubungan dengan kebun, serta melakukan pengawasan dan pembinaan untuk menjamin berlangsunganya proses produksi. Bagian tanaman dipimpin oleh Asisten tanaman yang bertugas mengatur dan mengkoordinasi segala kegiatan yang ada di kebun. Asisten tanaman dibantu langsung oleh mandor-mandor tanaman dan krani tanaman. Asisten tanaman bertanggung jawab atas semua kegiatan di kebun dan bertugas mengawasi operasional lapangan serta membuat kebijakan kebun. Asisten tanaman membuat 17

31 18 rencana kerja dan anggaran yang dimasukkan dalam anggaran tahunan dan bulanan, mengkoordinir dan mengevaluasi pekerjaan mandor. Bagian administrasi dipimpin oleh kepala tata usaha (KTU) yang bertanggung jawab terhadap semua kegiatan administrasi di kantor yang berhubungan dengan koordinasi kerja dengan administratur, koordinasi dengan asisten tanaman, dan kepala pabrik tentang Standart Operasional Procedur (SOP) yang berlaku di perkebunan. KTU membawahi langsung bagian personalia, bagian keuangan, bagian gudang, dan bagian keamanan. Bagian pabrik dipimpin oleh kepala pabrik yang bertanggung jawab langsung kepada administratur. Kepala pabrik bertugas melakukan koordinasi seluruh kegiatan produksi di pabrik, yaitu menjamin kelangsungan proses produksi dan kualitas teh kering yang dihasilkan, serta berkewajiban atas pemeliharaan infrastruktur pabrik dan bangunan pabrik. Kepala pabrik dibantu oleh mandor 1 teknik untuk mengkoordinir segala aspek teknis sehingga dapat membantu kelancaran proses produksi. Untuk melaksanakan tugas kepala pabrik dibantu oleh mandor teknik, mandor pengolahan, dan krani pabrik. Struktur organisasi Perkebunan Medini dapat dilihat pada Lampiran 7. Tenaga kerja di PT Rumpun Sari Medini terdiri atas karyawan staf (bulanan HO), karyawan non staf (bulanan lokal), karyawan harian tetap (KHT/PHT) dan karyawan harian lepas (KHL). Karyawan staf meliputi meliputi manager (Administratur), asisten tanaman, kepala tata usaha (KTU) dan kepala pabrik. Karwayan staf mendapatkan kenaikan gaji maupun kenaikan jabatan berdasarkan keputusan dari Head Office (HO). Karyawan non staf terdiri atas karyawan bulanan lokal, karyawan harian tetap, dan karyawan harian lepas. Karyawan bulanan terdiri dari krani pabrik dan tanaman, sebagian mandor rawat dan panen, mandor teknik, sebagian mandor pengolahan dan krani gudang. Karyawan harian tetap tediri dari sebagian mandor rawat dan panen, pekerja rawat dan HPT, karyawan dan operator pabrik, sedangkan karyawan harian lepas berupa karyawan petik, rawat dan sebagian operator pabrik.

32 Sistem bulanan HO digaji langsung oleh direksi PT Sumber Abadi Tirtasentosa, sedangkan untuk sistem pengajian selain bulanan HO digaji oleh kebun. Besarnya gaji untuk karyawan harian lepas berdasarkan prestasi kerja yang diperoleh dan telah disesuaikan dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK), sedangkan untuk karyawan KHT pengajianya didasarkan pada UMK dan ditentukan sesuai hari kerja efektif dalam satu bulan ditambah hak sosial. Karyawan harian tetap, bulanan, karyawan staf mendapatkan jaminan sosial yang meliputi pengobatan, cuti tahunan 12 hari kerja/tahun, cuti panjang 5 tahunan, jamsostek, perumahan, tunjangan hari raya dan perkawinan, sedangkan karyawan harian lepas tidak mendapatkan jaminan sosial. Pembagian gaji untuk karyawan dilakukan setiap bulan yaitu maksimal tanggal 5, kecuali untuk karyawan harian lepas pemetikan pembayaran gaji dilakukan dua kali dalam satu bulan yaitu tanggal 5 dan 20. Jumlah karyawan di PT Rumpun Sari Medini adalah 506 dengan luas areal sebesar , indeks tenga kerja yang dapat dicapai sebesar 1.08 orang/ha. Jumlah dan komposisi tenaga kerja di PT Rumpun Sari Medini pada tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja di PT Rumpun Sari Medini pada Tahun 2011 Bagian Staf Bulanan Lokal Pekerja Harian Tetap Buruh Harian Lepas Total.(orang). Adm. Umum Kebun Pabrik Teknik Total Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini,

33 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pengendalian Gulma Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan karena kemampuannya dapat bersaing dengan tanaman pokok. Pengendalian gulma bertujuan menekan pertumbuhan gulma serendah mungkin melalui pemilihan pengendalian gulma yang tepat. Gulma yang dominan di Perkebunan Medini adalah Impatiens plalypetata (pacar banyu), Boreria alata (ketoprakan), Clibadium surinamense (krinyu), Clydemia hirta (cata an), Melastoma malabraticum (senganen), Ageratum conyzoides (babadotan), Commelina difusa (tali said), Gleicenia linearis (pakis andan), Setaria plicata (coe an), dan Emilia sonchifolia (jawaroro). Sistem pengendalian gulma yang dilakukan di Perkebunan Medini adalah secara kimiawi dan manual. Baik pengendalian gulma secara kimiawi maupun manual dilakukan dua kali setahun. Pelaksanaan pengendalian disesuaikan dengan kondisi lapangan yaitu berdasarkan kerapatan gulma ketinggian gulma dan jenis gulma. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan cara dibabat dan didongkel. Pembabatan dilakukan dengan membabat semua gulma yang berada di bawah perdu teh. Dongkel Anak Kayu (DAK) dilakukan dengan mendongkel gulma berkayu sampai ke akar-akarnya sehingga memperkecil kemungkinan untuk tumbuh kembali. Alat yang digunakan untuk pengendalian gulma secara manual adalah sabit atau dicabut langsung dengan kedua tangan. Gulma setelah dibabat atau didongkel diletakkan di atas bidang petik supaya kering dan tidak tumbuh lagi, selain itu untuk mempermudah pengecekan oleh mandor. Pekerjaan pengendalian gulma dilakukan oleh KHL dengan sistem harian yang diawasi oleh mandor rawat. Upah KHL untuk pengendalian gulma manual adalah Rp /HK. Standar yang ditetapkan kebun untuk pengendalian manual 0.2 ha/hk (5 patok/hk), akan tetapi prestasi pekerja di lapangan ha/hk (2 patok/hk). Hal ini dikarenakan kerapatan gulma sangat tinggi. Penulis

34 21 melaksankan pengendalian manual selama dua hari dengan prestasi kerja 0.04 ha/hk (2 patok /HK). Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan bahan kimia (herbisida). Herbisida yang digunakan di Perkebunan Medini adalah herbisida sistemik berbahan aktif Glifosat. Dosis yang digunakan di lapangan 1.5 l/ha dengan konsentrasi 5-7 ml/l air. Alat yang digunakan untuk pengendalian adalah knapsack sprayer dengan kapasitas 15 l air, nozzle yang digunakan berwarna merah, kuning, biru dan hitam. Alat bantu yang digunakan adalah dirigen plastik 20 l, gelas ukur, dan perlengkapan keselamatan kerja. Herbisida dan air dicampur dipinggir areal kebun lalu dimasukkan ke dalam knapsack sprayer, alat digendong dan memompa sebanyak 10 kali untuk mencapai tekanan konstan. Aplikasi herbisida dilakukan dari lokasi yang jauh dari sumber air menuju lokasi yang dekat dengan sumber air. Pada saat proses penyemprotan pekerja jalan dua langkah sambil menyemprotkan bahan ke gulma. Untuk mempertahankan tekanan konstan dilakukan pemompaan setiap dua langkah sekali. Aplikasi herbisida dilakukan pada saat cuaca cerah, apabila turun hujan aplikasi dihentikan. Aplikasi herbisida dilakukan dibawah pengawasan mandor rawat. Luasan yang dapat dikendalikan dengan satu kali angkatan knapsack sprayer adalah 600 m 2 (1.5 patok) dalam waktu 20 menit. Standar pengendalian kimia yang ditentukan oleh kebun adalah 0.6 ha/hk (15 patok/hk), dengan prestasi kerja sebesar 0.4 ha/hk. Pengendalian secara kimiawi dilakukan oleh KHL, upah KHL untuk pengendalian secara kimia sebesar Rp /HK. Penulis melaksanakan pengendalian gulma secara kimia selama dua hari dengan prestasi kerja 0.14 ha/hk. Pengendalian gulma secara kimia maupun manual dapat dilihat pada Gambar 1. Pengendalian Hama dan Penyakit Hama dan penyakit dapat merusak kualitas dan menurunkan nilai ekonomi hasil tanaman. Kerugian langsung dapat berupa berkurangnya produksi dan secara

35 tidak langsung berupa kerusakan tanaman. Tujuan pengendalian hama dan penyakit adalah menekan populasi serangga yang merugikan tanaman. 22 (A) (B) Gambar 1. Pelaksanaan Pengendalian Gulma Secara Kimia (A), Pengendalian Gulma Secara Manual (B) Sasarannya dari kegiatan ini yaitu dengan tercapainya produktivitas tanaman dapat tetap optimal sesuai dengan potensinya, menekan kerugian akibat organisme pengganggu tanaman hingga sekecil mungkin dan meminimalkan penggunaan pestisida. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit dilaksanakan bersamaan dengan pemupukan daun yaitu setelah dilakukan pemetikan. Hama dan penyakit menyerang Perkebunan Medini selama sepanjang musim. Hama yang menyerang di Perkebunan Medini adalah ulat penggulung daun, Empoasca sp., ulat penggulung pucuk, tungau jingga (Myte), kutu hitam, dan ulat pengerek batang sedangkan penyakit yang menyerang di Perkebunan Medini adalah jamur akar dan cacar daun teh (blister blight). Perkebunan Medini menggunakan metode EWS untuk mengetahui tingkat serangan dan tindakan pengendalian serta keefisienan biaya untuk pengendalian (penggunaan herbisida). Early Warning Sistem (EWS) dilakukan dari blok ke blok dan menghitung tingkat serangan hama dan penyakitnya. EWS dilakukan dengan mengambil tanaman contoh sebanyak 3 tanaman setiap patok sehingga dalam 1 ha (= 25 patok) terdapat 75 tanaman sampel. Sampel tanaman diambil secara acak untuk menentukan intensitas serangan, luas serangan dan luas pengendalian.

36 23 Intensitas serangan = pokok seranagan total tanaman sampel dalam blok x 100 % Luas serangan = intensitas serangan x luas blok Luas pengendalian = luas serangan x = konstanta pengendalian ( luas isolasi ) EWS dilakukan oleh mandor HPT dengan rotasi dua kali dalam satu bulan. Kriteria tingkat serangan hama di Perkebunan Medini digolongkan menjadi tiga, yaitu : 0-5 % serangan ringan, 5-10 % serangan sedang, dan > 10 % serangan berat, sedangkan untuk penyakit: 0-3 % serangan ringan, 3-5 % serangan sedang dan >5 % serangan berat. Pengendalian hama dan penyakit didahulukan pada populasi hama ataupun penyakit yang lebih tinggi terutama pada kantong-kantong serangan. Hama yang menyerang di Perkebunan Medini pada saat pelaksanaan magang adalah Empoasca sp dan ulat penggulung. Empoasca sp merupakan hama utama yang sering menyerang tanaman teh dibandingkan hama yang lain. Hama ini menyerang pada musim kemarau. Hama Empoasca sp menimbulkan kerugian baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian langsung berupa rusaknya daun muda/pucuk, yang mengakibatkan produksi menurun. Gejala awal serangan Empoasca sp adalah tulang daun berwarna merah sedangkan gejala lebih parah daun akan kerdil dan keriting. Kerugian tidak langsung akibat serangan hama pada tanaman menyebabkan kanker cabang. Pengendalian hama Empoasca sp dilaksanakan secara kimiawi dengan menggunakan insektisida sistemik berbahan aktif Imidokloprid 50 g/l dan Imidokloprid 200 g/l. Dosis yang digunakan untuk pengendalian hama ini adalah 0.6 l/ha untuk Imidokloprid 50 g/l dan 0.15 l/ha untuk berbahan aktif Imidokloprid 200 g/l. Serangan hama ulat penggulung pucuk dan ulat penggulung daun terjadi sepanjang tahun, tetapi intensitas serangan tinggi terjadi pada peralihan musim kemarau dan hujan. Ulat penggulung pucuk menyerang daun pucuk teh yang mengakibatkan daun menggulung dan pertumbuhan tunas terhambat. Pengendalian hama ulat penggulung dilakukan secara manual dan kimiawi.

37 24 Pengendalian manual dilakukan dengan memetik langsung daun yang terserang. Pengendalian secara kimiawi menggunakan insektisida kimiawi berbahan aktif Sipermetrin 100 g/l, dosis yang digunakan di lapang l/ha. Penyakit yang menyerang tanaman teh di Perkebunan Medini adalah cacar daun (Blister blight) yang disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans. Serangan terbesar cacar daun teh terjadi pada musim penghujan, dikarenakan kelembaban udara tinggi dan intensitas cahaya rendah maka jamur dapat berkembang biak secara sempurna. Bagian yang diserang adalah daun dan ranting yang masih muda. Gejala serangan adalah timbul bintik kecil tembus cahaya dengan diameter ± 0.25 mm, kemudian membesar dan menonjol ke bawah permukaan daun dengan permukaan atas utuh dan membentuk spora pada tonjolan. Lama-kelamaan pusat bercak berwarna cokelat lalu mengering, setelah mengering bercak dapat terlepas sehingga daun berlubang. Penyebaran penyakit Blister blight akibat spora yang diterbangkan oleh angin dan terbawa serangga dan manusia. Pengendalian penyakit cacar daun dilakukan secara kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif tembaga oksida 86 % dengan dosis g/ha. Alat yang digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit adalah motor pompa (mist blower) dengan kapasitas l untuk luasan 1.5 patok/kap (600 m 2 ). Kegiatan pengendalian dilakukan pada keadaan cuaca cerah dan setelah pemetikan, supaya bahan aktif bekerja secara optimal dan tidak mempengaruhi mutu pucuk yang diolah. Tenaga kerja pengendalian hama dan penyakit tanaman adalah penyemprot, pengangkut air sekaligus pencampur bahan kimia. Pekerja pengendalian hama terdiri dari karyawan harian lepas dan karyawan harian tetap yang diawasi oleh satu mandor HPT. Standar kerja pengendalian hama dan penyakit yang telah ditentukan oleh kebun sebesar 1.5 ha/hk. Penulis mengikuti kegiatan pengendalian HPT selama dua hari dengan prestasi kerja 0.36 ha/hk sedangkan prestasi kerja KHL 0.63 ha/hk. Proses pengendalian hama dan penyakit di Perkebunan Medini dapat dilihat pada Gambar 2.

38 25 Gambar 2. Proses Pengendalian Hama dan Penyakit di Perkebunan Medini Pemupukan Pemupukan adalah memberikan unsur-unsur hara ke dalam tanah dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemupukan yang dilakukan supaya efektif dan efisien maka harus dilakukan tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat waktu dan tepat sasaran. Pemupukan di Perkebunan Medini dilakukan melalui dua cara yaitu melalui daun dan akar. Dosis dan jenis pupuk yang digunakan mengacu kepada surat rekomendasi dari kantor pusat PT Sumber Abadi Tirtasentosa. Pemupukan melalui daun dilakukan setelah pemetikan dan bersamaan dengan pengendalian hama dan penyakit. Pupuk daun yang digunakan adalah urea dengan konsentrasi 75 g/15 l air. Pemupukan melalui daun digunakan untuk mempercepat penyembuhan dari serangan hama/penyakit, dan merangsang pertumbuhan pucuk. Pekerjaan pemupukan melalui daun dimulai dari pukul sampai pukul WIB. Aplikasi pupuk daun tergantung cuaca, kalau turun hujan pemupukan tidak dilakukan dikarenakan pupuk akan tercuci oleh air hujan. Pemupukan melalui tanah menggunakan Urea, MOP dan Rock Phosphate. Pemupukan pada Bulan Februari menggunakan Urea dan MOP. Dosis yang digunakan 100 kg/ha untuk Urea dan 50 kg/ha untuk MOP. Pemupukan kedua dilaksanakan pada Bulan April, pupuk yang digunakan adalah Urea dan Rock Phosphate. Dosis yang digunakan 100 kg/ha untuk Urea dan 65 kg/ha untuk Rock Phosphate. Proses pemupukan diprioritaskan pada kebun yang bersih dari gulma.

39 26 Pelaksanaan pemupukan sangat disesuaikan dengan kondisi lapang dan cuaca, jika turun hujan pemupukan dihentikan. Kegiatan pemupukan dimulai pukul WIB dan selesai pukul WIB. Tenaga kerja pemupukan terdiri atas tenaga langsir (penyampur pupuk dan pengangkut) dan penyebar pupuk. Pupuk diambil dari gudang dibawa ke lapangan menggunakan mobil Hi line dan diletakkan di tempat yang akan dipupuk. Pupuk yang akan dipupuk dicampur sesuai dosis yang ditetapkan lalu disebar ke tanaman dengan menggunakan ember. Pemupukan dilakukan oleh orang, tergantung berapa banyak pupuk yang diaplikasikan. Pemupukan dilakukan oleh KHL dengan sistem harian, upah per HK adalah Rp /orang/hari. Kapasitas perorang adalah 110 kg pupuk/hk. Kegiatan pemupukan diawasi oleh 3-4 orang mandor rawat dan 1 orang asisten tanaman. Pemupukan dilakukan secara sisir dimana pemupuk berjajar seperti sisir bergerak ke depan secara bersamaan. Pupuk ditebar/ditaburkan dipinggir tanaman setiap 2 baris tanaman, apabila pupuk penebar habis lansir menggantarkan pupuk. Standar pemupukan yang ditetapkan oleh kebun adalah 110 kg/hk sedangkan prestasi kerja karyawan rata-rata 106 kg/hk. Penulis melakukan kegiatan pemupukan selama empat hari tetapi tidak mempunyai prestasi kerja, dikarenakan tidak diijinkan oleh pihak kebun. Pemangkasan Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan kultur teknis untuk menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu, sehingga pemetikan dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan efisien serta pucuk yang dihasilkan banyak. Pemangkasan bertujuan mempermudahkan agar tanaman selalu berada pada fase vegetatif, memelihara bidang petik agar tetap rendah untuk memudahkan pemetikan, membentuk bidang petik selebar mungkin, membuang cabang tidak produktif serta merangsang pembentukan tunas baru. Standar pemangkasan yang ditetapkan oleh kebun adalah 0.04 ha/hk sedangkan prestasi kerja karyawan rata-rata 0.05 ha/hk. Penulis melakukan

40 27 kegiatan pemangkasan selama 3 hari di Blok 4 tetapi tidak mempunyai prestasi kerja. Kriteria pangkas. Faktor-faktor yang menentukan saat pemangkasan adalah tinggi bidang petik, persentase pucuk burung, tingkat produksi, kadar pati pada akar, alasan ekonomi, dan kebijakan kebun. Perkebunan Medini kriteria yang digunakan untuk menentukan saat pemangkasan adalah kebijakan kebun dan tingkat produksi. Pemangkasan akan segera dilakukan apabila bidang petik sudah sulit dijangkau oleh pemetik, tinggi maksimal bidang petik rata-rata 120 cm. Blok 4 dilaksanakan pemangkasan pada Bulan April. Hasil pengamatan yang dilakukan secara langsung didapatkan rata-rata tinggi bidang petik dan diameter bidang petik yang akan dipangkas sebesar 109 cm dan 123 cm. Pucuk burung merupakan pucuk dengan tunas dalam keadaan dorman. Tanaman teh yang akan dipangkas pada umumnya lebih banyak menghasilkan pucuk burung dari pada pucuk peko. Berdasarkan hasil pengamatan di Blok 4 didapatkan rata-rata persentase pucuk burung sebesar 91 %. Tingkat produksi merupakan salah satu kriteria yang sering dijadikan indikator untuk dilakukan pemangkasan. Tingkat produksi adalah untuk menentukan nilai ekonomis tanaman. Tingkat produksi suatu blok kebun dalam satu tahun umumnya dijadikan acuan dalam melakukan pemangkasan, pada saat tingkat produksi lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu maka tanaman sudah saatnya untuk dipangkas. Produksi basah tanaman teh berdasarkan umur setelah pemangkasan dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 didapat bahwa kenaikan produksi teh terjadi pada umur tanaman dua tahun setelah pangkas dan mengalami penurunan pada tahun ketiga setelah pangkas. Penurunan yang sangat besar terjadi pada empat tahun setelah pangkas, jadi semakin tua umur tanaman maka semakin sedikit produktivitasnya.

41 28 Produktivitas Basah (kg/ha) Tahun setelah Pangkas Gambar 3. Produktivitas Basah Berdasarkan Umur Pemangkasan Jenis pangkasan. Jenis pangkasan yang ditetapkan di Perkebunan Medini adalah jenis pangkasan bersih. Pangkasan yang membentuk bidang pangkas yang menyerupai mangkok, dimana bagian tengah pangkasan lebih rendah dibandingkan bagian luar. Proses pemangkasan di Blok 4 rata-rata pemangkas melakukan pemangkasan setengan bersih. Pangkasan rata dimana bagian tengahnya lebih rendah dibandingkan bagian luar yang masih menyisakan daundaun pinggir dan ranting ranting yang berdiameter kurang dari 2 cm. Pemangkasan yang diharapkan oleh Perkebunan Medini adalah pangkasan bersih dengan spesifikasi, yaitu tinggi pangkasan 55 cm, luka pangkasan membentuk oval menghadap ke dalam, rawisan (cabang kecil) dibersihkan, sedangkan cabang yang menyamping dibiarkan, serasah diatur di gawangan dengan rapi. Gambar 4. Pangkasan Bersih

42 29 Gambar 5. Pangkasan Setengah Bersih (Pangkasan di Kebun) Sistem upah borongan yang ditetapkan seringkali membuat pemangkas lebih mengutamakan kuantitas daripada kualitas, maka rata-rata pemangkasan di Blok 4 menggunakan pangkasan setengah bersih. Jenis pangkasan bersih dan setengah bersih dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5. Tinggi pangkasan. Tinggi pangkasan tanaman teh biasa bervariasi tergantung pada jenis pangkasannya. Perkebunan Medini menetapkan standar tinggi pangkasan cm. Tinggi pangkasan di Perkebunan Medini senantiasa dinaikkan dari luka pangkas sebelumnya sampai pada ketinggian tertentu, maka tinggi pangkasan akan dikembalikan lagi ke tinggi pangkasan semula. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Blok 4 rata-rata tinggi dan diameter pangkasan sebesar 62 cm dan 74 cm, sedangkan standar tinggi pangkasan 55 cm. Gilir pangkas. Gilir pangkas adalah jangka waktu antara pemangkasan yang terdahulu dengan pemangkasan yang berikutnya pada blok yang sama. Perkebunan Medini termasuk daerah dataran tinggi, sehingga menggunakan gilir pangkas 4 tahun. Pelaksanaan pemangkasan tidak selalu sesuai dengan gilir pangkas yang direncanakan. Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4, pemangkasan pada tahun , gilir pangkas tidak ada yang sesuai dengan gilir pangkas yang ditetapkan perkebunan. Gilir pangkas pada tahun 2010 antara kurang dari tiga tahun sampai enam tahun.

43 Tabel 4. Gilir Pangkas di Perkebunan Medini pada Tahun Blok Luas Areal Pemangkasan (ha) Waktu Pemangkasan Sebelumnya Waktu Pemangkasan Berikutnya 30 Gilir Pangakas Bulan Februari 2007 September < Februari 2006 April > Februari 2005 Januari > Mei 2007 November < Mei 2006 Mei Februari 2006 Maret > April 2006 Juni < Januari 2005 Januari Juni 2008 April <3 Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini, 2011 Tahun Waktu pemangkasan. Waktu pemangkasan adalah waktu yang tepat untuk melaksanakan pemangkasan sehingga diperoleh hasil pangkasan yang optimal. Menentukan waktu yang tepat untuk melaksanakan pemangkasan harus memperhatikan kondisi/kesehatan tanaman, iklim dan ketinggian tempat. Tabel 5. Realisasi Waktu dan Luas Pangkasan di Perkebunan Medini pada Tahun 2010 Blok Realisasi Luas Areal yang di Pemangkasan Pangkas Keterangan..(ha)...(%)... 7 Januari C8 Januari April Maret Mei Juni 7.96 Sub Total Semester I September Sub Total Semester II November Sub Total diluar semester Total Pangkasan Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini, Realisasi pemangkasan pada tahun 2010 di Perkebunan Medini dilaksanakan dalam dua semester yaitu semester I (Januari-Juni) dan semester II (September-

44 Oktober). Waktu pemangkasan pada tahun 2010 di Perkebunan Medini pada semester satu sebesar % dan semester dua 13.19% dari luas total yang di pangkas pada tahun Realisasi dan luas pangkasan dapat dilihat pada Tabel 5. Luas areal pemangkasan. Luas areal pangkasan yang ditetapkan Perkebunan Medini adalah 25 % dari luas total areal tanaman menghasilkan. Pelaksanaan luas areal pemangkasan berdasarkan gilir pangkas yang ditetapkan empat tahun sekali. Pekerjaan pemangkasan dilakukan pada dua semester dengan 60 % dari target setahun disemester I, sisanya pada semester II. Realisasi pemangkasan pada tahun 2010 semester satu luas areal yang dipangkas % dari luas total areal yang dipangkas dalam satu tahun. Kebijakan dimaksudkan untuk mengantisipasi terganggunya stabilitas produksi karena areal produktif berkurang akibat pemangkasan. Pada Tabel 31 6 dapat dilihat bahwa realisasi pangkas dalam per tahun tidak sama, dan tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan yaitu sebesar 25 %. Realisasi luas areal yang di pangkas di kebun dapat berubah karena kondisi kebun, ketersediaan dana, dan faktor iklim. Realisasi luas areal pangkasan Perkebunan Medini dari tahun dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Realisasi Luas Areal Pemangkasan di Perkebunan Medini Tahun Tahun Luas Areal TM Luas Areal Pangkasan Persentasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi..(ha)..... (%) Rata-rata Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini, Alat pemangkasan. Alat yang digunakan untuk pemangkasan Perkebunan Medini adalah, sabit pangkas, batu gosok, blak pangkas (tongkat ukur pangkas). Alat pemangkasan dibawa sendiri oleh pekerja karena tidak disediakan oleh

45 kebun. Blak pangkas terbuat dari bambu yang ukurannya sesuai dengan ketinggian pangkas yang diharapkan. Batu gosok digunakan untuk mengasah sabit. Ketajaman alat pangkas sangat mempengaruhi luka pangkas yang dihasilkan, semakin tajam sabit maka persentase kerusakan batang akan lebih kecil. Pelaksanaan pemangkasan di kebun para pekerja banyak yang tidak menggunakan blak pangkas untuk mengukur tinggi pangkasan, pemangkas biasanya menggunakan tinggi lutut pemangkas. Tenaga pemangkas. Tenaga pemangkas Perkebunan Medini merupakan KHL dengan sistem borongan. Besarnya upah yang dibayarkan untuk tenaga pemangkas adalah Rp /patok (400 m 2 ). Tenaga pemangkas yang tersedia pada pemangkasan di Blok4 ada 15 orang, jumlah ini masih kurang apabila dibandingkan dengan standar jumlah tenaga yang dibutuhkan. Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa kapasitas rata-rata kapasitas pemangkas 0.05 ha/hk, lebih tinggi dibandingkan kapasitas standar yang telah ditetapkan oleh kebun. Hal ini disebabkan karena upah borong yang ditetapkan, dimana pemangkas ingin mendapatkan luasan yang lebih luas untuk mendapatkan upah yang lebih besar. Kapasitas tenaga pangkas di Perkebunan Medini dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Kapasitas Tenaga Pangkas di Dua Blok Perkebunan Medini Tahun 2011 Blok Luas Areal Tenaga Pangkas Kapasitas Pemangkas Pemangkasan Teori Riil Standar Riil (ha)...(orang) (ha/hk) Jumlah Rata-rata Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini, 2011 Persentase kerusakan akibat pemangkasan. Pemangkasan merupakan kegiatan pemeliharaan tanaman teh yang menuntut keterampilan dalam pelaksanaan. Kurangnya keterampilan diri tenaga pemangkas akan mengakibatkan tingginya kerusakan cabang setelah pemangkasan yang nantinya akan berdampak pada terganggunya pertumbuhan tunas setelah pemangkasan. Pada kegiatan 32

46 pemangkasan penulis mengamati persentase kerusakan cabang akibat pangkasan berdasarkan usia. Tabel 8. Persentase Kerusakan Cabang Pangkasan Berdasarkan Usia Tenaga Pangkas. Usia Tenaga Kerja Tanaman / Pekerja % Kerusakan 60 tahun a <60 tahun a Sumber : Hasil Pengamatan di Perkebunan Medini pada Blok 4, 2011 Keterangan : Angka-angka di atas merupakan hasil uji t-student pada taraf 5 %. Pada Tabel 8 tampak bahwa persentase kerusakan cabang pangkasan yang berusia < 60 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan presentasi kerusakan cabang bidang pangkasan 60 tahun. Meskipun terdapat perbedaan persentasi kerusakan pangkas dari dua kelompok umur di atas persentase kerusakan pangkas tidak berbeda pangkas. Pertumbuhan tunas setelah pemangkasan. Pengamatan pertumbuhan tunas dilakukan 2-8 minggu setelah pangkas. Pertumbuhan tunas tanaman teh sangat dipengaruhi oleh ketinggian tempat dari permukaan laut karena perbedaan ketinggian tempat akan mempengaruhi tingkat suhu dan penyinaran matahari. Pertumbuhan tunas pada Blok 4 pada 8 MSP sudah mencapai cm. tujuan dilakukan pengamtan pertumbuhan tunas untuk mengetahui pertumbuhan tubus setiap minggunya. Pertumbuhan tunas setiap minggu dapat digunakan untuk memperkirakan dilakukan pemetikan jendangan. Pertumbuhan tunas di Blok 4 setelah pemangkasan dapat dilihat pada Gambar Tinggi Tunas (cm) Umur Pangkasan (MSP) Gambar 6. Pertumbuhan Tunas Setelah Pemangkasan di Blok 4

47 34 Pemetikan Pemetikan merupakan kegiatan memungut sebagian dari tunas-tunas tanaman. Daunnya yang masih muda pada tanaman yang memenuhi syarat-syarat pengolahan. Pemetikan juga berfungsi untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu menghasilkan produksi yang tinggi dan berkesinambungan. Kualitas pucuk yang baik juga menentukan kualitas teh yang dihasilkan, oleh karena itu pemetikan harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang ada. Jenis pemetikan Pemetikan di Perkebunan Medini dalam satu daur pangkas ada tiga jenis pemetikan yaitu pemetikan jendangan, pemetikan produksi, dan pemetikan rampasan. Pemetikan jendangan adalah awal pemetikan setelah pemangkasan, dilaksanakan 2-3 bulan setelah pangkas. Pemetikan jendangan dilaksanakan apbila kebun sudah memenuhi syarat. Syarat pemetikan jendangan adalah 60 % dari luas total areal yang dipangkas telah memenuhi syarat untuk dijendang, tinggi pucuk yang siap dijendang cm atau 3-4 helai daun dari luka pangkasan. Pucuk yang berada dibawah ketinggian tersebut tidak boleh dipetik karena berfungsi untuk membentuk bidang petik. Pemetikan jendangan dilakukan sebanyak 5-6 kali rotasi sampai terbentuk bidang petik sempurna dan pertumbuhan pucuk optimal. Rotasi pemetikan jendangan hari, pemetikan jendangan dilakukan oleh pemetik terampil yang terpilih, supaya mendapatkan bidang petik yang optimal. Bidang petik sangat mempengaruhi pertumbuhan pucuk tanaman teh. Alat yang digunakan untuk pemetikan jendangan adalah jidar salib, pisau petik, dan waring. Jidar salib berukuran tinggi 75 cm dan lebar 50 cm. Pelaksanaan pemetikan jendangan, memetik semua pucuk yang berada diatas jidar salib sedangkan yang berada di bawah salib dibiarkan walupun pucuk sudah siap di petik. Pemetikan jendangan dilaksanakan dengan menggunakan pisau supaya bidang petik yang terbentuk rata dan tidak rusak sehingga pertumbuhan tunas tidak terganggu. Pelaksanaan pemetikan jendangan dan peralatan dapat dilihat pada Gambar 7.

48 35 (A) (B) Gambar 7. Pelaksanaan Pemetikan Jendangan (A), Jidar Salib Jendangan (B) Pemetikan produksi dilakukan setelah pemetikan jendangan selesai dan bidang petik sudah terbentuk sempurna. Pemetikan produksi dilakukan secara terus menerus sesuai dengan gilir petik sampai tanaman teh kembali dipangkas. Pemetikan produksi yang dilaksanakan Perkebunan Medini adalah pemetikan medium yaitu peko dengan dua atau tiga daun (p+2 dan p+3) serta pucuk burung dengan satu atau dua daun muda (b+2m dan b+3m). Pemetikan produksi Perkebunan Medini dilakukan dengan sistem manual dan menggunakan pisau petik (etem). Pemetikan manual dilakukan dengan cara menggunakan ibu jari dan telunjuk dan tidak dibenarkan memetik dengan lima jari atau dirampas. Pemetikan dengan pisau adalah dengan mengarahkan pisau berlawanan arah dengan badan dan pemetikan tidak boleh ngerit. Proses pemetikan produksi Perkebunan Medini dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Pelaksanaan Pemetikan Produksi Pemetikan rampasan adalah pemetikan yang dilakukan sebelum tanaman teh dipangkas. Pemetikan rampasan dilakukan dengan cara memetik semua pucuk

49 yang masih memenuhi syarat untuk diolah, oleh karena itu hasil pemetikan rampasan tidak sesuai dengan ketentuan rumus petik yang dianjurkan kebun. Pemetikan rampasan bertujuan untuk menambah produksi pucuk basah dan mencegah pucuk yang masih bisa diolah terbuang akibat pemangkasan. Perkebunan Medini tidak ada ketentuan pasti dilakukan pemetikan rampasan, apabila belum dipangkas masih terdapat pucuk muda maka dilakukan pemetikan rampasan. Hanca petik dan gilir petik. Hanca petik adalah luas areal yang harus selesai dipetik dalam satu hari. Hanca petik tiap blok berbeda karena dipengaruhi oleh kapasitas rata-rata pemetik, daur petik, musim dan kondisi pucuk. Makin pendek daur petik maka makin luas hanca petik, sebagai contoh untuk salah satu kemandoran di Perkebunan Medini dengan luas ha dan gilir petik 10 hari, hanca petiknya dapat dihitung sebagai berikut : luas areal yang di petik Hanca petik = gilir petik = = 5.96 ha/hari Pengaturan dan penyelesaian hanca petik tiap tiap blok tidak selalu sama bergantung pada kondisi kebun yang diatur oleh mandor panen. Gilir petik adalah jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya, dalam satu hanca petik. Lama gilir petik dipengaruhi oleh kecepatan pertumbuhan pucuk. Gilir petik yang ditetapkan oleh Kebun Medini adalah 10 hari, tapi kondisi di lapangan para mandor menetapkan gilir petik hari. Sistem pemetikan. Sistem pemetikan yang dilakukan di Perkebunan Medini adalah sistem giring sisir, dimana dua baris tanaman dipetik oleh seorang pemetik. Arah pemetikan dari arah paling jauh menuju jalan utama untuk mengumpulkan pucuk dan memudahkan penimbangan. Mandor petik harus berada di belakang pemetik supaya dapat mengawasi hasil petikan dan menegur pemetik apabila ada kesalahan pemetikan dan kalau ada pucuk terlewat. Sistem giring sisir tersebut memiliki keuntungan, mempermudah pengawasan oleh mandor. Sistem berjajar akan kelihatan lebih teratur sehingga kerataan bidang petik lebih terlihat. 36

50 37 Pelaksanaan pemetikan. Pelaksanaan pemetikan di Perkebunan Medini dimulai sekitar pukul WIB, waktu pelaksanaan biasanya lebih lama ataupun lebih cepat disesuaikan dengan kondisi pucuk yang tersedia di lapang. Semakin banyak pucuk yang tersedia di lapang maka pemetikan lebih lama untuk mencegah pucuk kaboler (pucuk melewati masa petik). Pemetikan dilaksanakan mulai dari tempat terjauh menuju tempat terdekat dengan jalan, hal ini dilaksanakan untuk mencegah adanya areal yang tidak terpanen terutama di areal jauh dari jangkauan. Pelaksanaan pemetikan, pemetik dilengkapi dengan peralatan berupa jidar, waring yang terbuat dari jala dengan kapasitas kg, etem, mantel plastik, dan caping. Mandor menentukan prinsip 3 M yaitu mana yang diambil (pucuk peko dan burung), mana yang ditinggal (pucuk yang di pinggir dan pucuk yang di bawah bidang petik ), mana yang dibuang (cakar ayam, jambulan, dan tunas yang tumbuh lebih dari satu). Pucuk-pucuk hasil petikan dimasukkan dalam gembolan (waring yang digendong), setelah gembolan penuh pucuk dimasukkan kedalam waring yang diletakkan pada los pucuk supaya mudah untuk penimbangan dan pengangkutan. Beberapa peraturan harus diperhatikan oleh pemetik adalah kelengkapan alat-alat pemetikan dan tatacara pemetikan. Perkebunan Medini menetapkan cara pemetikan di atas bidang petik, memetik dengan menggunakan dua tangan dan pucuk yang dipetik sudah memenuhi syarat pemetikan. Selain itu, pucuk yang berada dibawah bidang petik dan aer (pucuk yang masih muda) tidak boleh dipetik, pemetikan pucuk burung harus bersih, pucuk dalam genggaman tidak boleh terlalu banyak, serta menaruh pucuk dalam waring tidak boleh melebihi kapasitas waring. Dalam pelaksanaan di lapang ada beberapa pemetik yang mengabaikan peraturan, karena orientasi untuk mendapatkan hasil setinggi-tingginya tanpa melaksanakan aturan-aturan tersebut. Akibat dari tidak memenuhi peraturan pucuk yang didapat dalam keadaan rusak dan tidak menjadi bahan baku yang bagus dalam pengolahan teh.

51 38 Kapasitas pemetikan. Kapasitas pemetik adalah kemampuan seorang pemetik untuk memetik pucuk dalam satu hari kerja. Kapasitas petik antara pemetik sangat bervariasi dan bahkan berubah-ubah dari hari ke hari. Kapasitas pemetik dipengaruhi oleh kondisi iklim, populasi tanaman, keterampilan pemetik, perbedaan cara pemetikan, dan banyaknya pucuk yang dipetik. Standar kapasitas pemetikan di Perkebunan Medini adalah 40 kg/hari. Penulis melakukan kegiatan pemetikan selama lima hari di blok 2 dan blok 14. Kapasitas petik rata-rata yang diperoleh pemetik selama kegiatan pemetikan adalah 6-7 kg/hk ini sangat kecil dibandingkan dengan standar kapasitas petik yang berlaku. Kecilnya kapasitas petik penulis disebabkan oleh kurangnya pengalaman kerja dan keterampilan. Penimbangan dan pengangkutan. Penimbangan pucuk di Perkebunan Medini dilakukan dua kali yaitu penimbangan di kebun dan penimbangan di pabrik. Penimbangan di kebun dilakukan satu sampai dua kali tergantung pada jumlah pucuk di lapang. Penimbangan pucuk sekali maka penimbangan dilakukan pada pukul , sedangkan penimbangan pucuk 2 kali maka penimbangan pertama dilakukan pada pukul dan penimbangan kedua pada pukul Penimbangan dilakukan oleh krani timbang dengan menggunakan timbangan gantung dan masing-masing mandor mencatat hasil pucuk yang diperoleh pemetik. Perkebunan Medini mempunyai dua krani timbang. Data penimbangan dicatat dalam buku harian mandor untuk dilaporkan kepada asisten tanaman. Pucuk-pucuk yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam truk pengangkut dan siap diantar ke pabrik. Penanganan pucuk yang baik sangat menentukan kualitas teh yang dihasilkan. Pengangkutan pucuk termasuk hal yang menentukan dalam menghasilkan kualitas teh yang baik. Kondisi pucuk pada saat pucuk sampai di pabrik harus dalam keadaan utuh dan segar agar dihasilkan kualitas yang tinggi. Penanganan pucuk teh yang dilakukan untuk menjaga kualitas teh. Penanganan yang dilakukan adalah truk pengangkut pucuk harus bersih, saat pengangkutan pucuk dilarang ada barang angkutan lain atau orang di atas pucuk selain petugas

52 39 yang diperkenankan, pucuk diangkut dengan waring ukurannya harus relatif sama disusun dalam posisi rapi. Pengangkutan pucuk di Perkebunan Medini dari kebun sampai pabrik menggunakan truk dan mobil Hi line. Pucuk-pucuk ditumpuk dalam truk sampai penuh tanpa ada rak, hal ini disebabkan oleh terbatasnya alat transportasi untuk mengangkut pucuk. Truk yang digunakan juga tidak dilengkapi dengan penutup bak yang berfungsi melindungi pucuk dari sengatan panas matahari menyebabkan pucuk longsong (busuk atau kepanasan). Penggangkutan pucuk melebihi kapasitas truk pada saat produksi melimpah. Proses penimbangan teh dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Proses Penimbangan Pucuk di Kebun Analisa petik dan analisa pucuk. Perkebunan Medini untuk mengetahui hasil pelaksanaan pemetikan di lapang dilakukan pemeriksaan pucuk melalui analisa petik dan analisa pucuk. Analisa petik merupakan pemisahan pucuk berdasarkan rumus petik yang telah ditentukan di perkebunan. Analisa tersebut bertujuan untuk menilai ketepatan pelaksanaan pemetikan. Sampel diambil dari masing-masing kemandoran. Teh diambil dari masing-masing waring perkemandoran lalu dicampur sampai rata dan diambil 300 gram untuk dianalisa. Pucuk dipisahkan berdasarkan rumus petiknya lalu di timbang dan didapat persentasenya. Hasil analisa petik pada tanggal 4 Juni 2011 didapatkan rata-rata 91% merupakan petikan kasar. Hasil analisa petik pada tanggal 4 Juni 2011 dapat dilihat pada Tabel 9.

53 Tabel 9. Komposisi Pucuk Hasil Analisa Petik di Perkebunan Medini Blok Analisa Petik Petik Halus Petik Medium Petik Kasar (%) Rata-rata Sumber : Hasil Pengamatan. Analisa pucuk merupakan pemisahan pucuk berdasarkan bagian tua dan muda yang dinyatakan dalam persen yang bertujuan untuk menilai pucuk yang akan diolah, menentukan harga pucuk, dan memperkirakan presentasi mutu teh yang akan diolah. Analisa pucuk dilaksanakan berdasarkan hasil panen dari blok yang dipanen. Rumus pucuk yang digunakan adalah petikan mediun yaitu memisahkan menurut rumus petik peko muda (p+1, p+2, p+3, p+4), burung muda (b+1m, b+2m, b+3m, b+4m, b+5m), burung tua (b+1t, b+2t, b+3t, b+4t, b+5t), rusak (terlipat dan robek), lembaran tua, lembaran muda. Cara mencari pucuk halus adalah mematahkan batang pucuk sampai terlepas. Pucuk yang patah ditimbang dan didapat analisa pucuk dari tiap kemandoran. Analisa pucuk yang diharapkan untuk bahan baku yang baik adalah analisa di atas 35 % dan rusak di bawah 5 %. Pada Tabel 9 didapat bahwa analisa pucuk Perkebunan Medini di bawah analisa standar. Data analisa pucuk di Perkebunan Medini dari Bulan Januari sampai Mei dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Rata-rata Analisa Pucuk di Perkebunan Medini Bulan Januari-Mei 2011 Bulan Produksi Analisa pucuk Halus Rusak Kasar.(kg) (%)... Januari Februari Maret April Mei Rata-rata Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini,

54 Tabel 11. Produksi Teh Perkebunan Medini Berdasarkan Analisa Kering dan Basah Tahun Tahun Produksi Analisa Basah Rendemen Analisa kering (kg) (pucuk halus) Grade I Grade II..(%) Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini, 2011 Produksi teh pada Perkebunan Medini pada lima tahun terakhir mengalami penurunan pada grade I ini disebabkan kualitas bahan baku yang didapat dari kebun juga menurun, ini ditunjukkan dari analisa pucuk halus yang semakin menurun dari tahun Produksi teh Perkebunan Medini berdasarkan analisa kering dan basah selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel Proses Pengolahan Teh Hijau Proses pengolahan teh yang dilakukan di Pabrik Medini adalah pengolahan teh hijau. Pengolahan teh hijau yaitu pengolahan teh melalui proses fisik dan mekanis tanpa melalui proses Oksidase enzimatis (fermentasi). Pengolahan teh hijau merupakan pengolahan teh yang sederhana karena hasilnya merupakan bahan baku teh olahan. Pengolahan dilakukan setiap hari setiap pucuk basah sampai di pabrik. Pengolahan teh hijau dimulai dari timbang ke 2, rawat pucuk, pelayuan, pengulungan, pengeringan awal, pengeringan akhir, sortasi dan pengepakan. Produk yang dihasilkan dari pabrik Medini adalah teh hijau kering dengan berbagai grade. Pucuk diterima dari kebun dalam keadaan segar, lalu ditimbang ulang oleh krani timbang pabrik. Pada saat pelaksanaan penimbangan dilakukan pemotongan berat basah. Pemotongan ini berdasarkan SOP yang ditetapkan pabrik. Pemotongan dilakukan sebesar 2.5% saat cuaca panas, 5% saat cuaca gerimis, dan 7.5 % saat cuaca hujan lebat. Tujuan pemotongan bobot saat penimbangan adalah untuk mengurangi berat air pada pucuk dan mengurangi bobot waring maupun

55 42 serasah yang ikut terpotong pada saat panen sehingga rendemen kering dapat dipertahankan %. Rendemen ini digunakan untuk menentukan bahan bakar yang akan digunakan untuk proses pengolahan. Rawat pucuk. Pucuk yang telah ditimbang kemudian dihamparkan ke lantai pabrik. Jika jumlah pucuk teh yang diterima banyak maka pengolahan tidak bisa dilakukan secara serentak karena pucuk tidak tertampung dalam mesin pengolahan. Pucuk yang tidak tertampung tersebut dihamparkan di lantai pabrik yang terlindung dari sinar matahari. Pucuk dihampar dengan tujuan agar pucuk tidak panas dan longsong (busuk atau kepanasan) yang dapat menyebabkan fermentasi awal. Ketebalan hamparan pucuk maksimal 40 cm, kondisi pucuk harus dipelihara dengan baik agar tetap terjaga kesegaranya. Setiap 2 jam sekali hamparan pucuk dibalik agar pucuk memiliki sirkulasi udara yang baik dan tidak longsong. Pucuk yang longsong sudah tidak bisa diproses karena akan menghasilkan teh dengan kualitas jelek. Petugas rawat pucuk ada 2 orang dengan jam kerja 8 jam, dengan 2 shift kerja yaitu pukul dan Kegiatan rawat pucuk dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Kegiatan Rawat Pucuk Pelayuan. Pelayuan berfungsi untuk menurunkan kadar air dalam pucuk dari 100 % menjadi % agar pucuk menjadi lentur dan mudah tergulung, melemaskan pucuk teh yang akan diproses selanjutnya sehingga pucuk teh tidak mudah patah. Proses pelayuan pucuk dengan menggunakan mesin Rotary Panner tipe double action yang berupa tabung silinder yang berputar 17 rpm dan dipanaskan dengan suhu C. Pelayuan dilakukan selama kurang lebih 5

56 43 menit. Bahan bakar yang digunakan untuk proses pelayuan adalah kayu bakar, ada enan tungku pada proses pelayuan. Kayu bakar diisi 5 10 menit sekali sampai tungku penuh. Pucuk yang keluar dari mesin pelayuan harus dalam keadaan layu sempurna. Ciri pucuk yang layu sempurna adalah, diremas tidak patah, warna pucuk pucat (tidak segar atau kering), aroma sedap, digenggam masih ada bekas air ditangan, kadar air %. Pucuk yang dihasilkan dalam proses pelayuan tidak boleh terlalu kering atau basah. Pucuk hasil pelayuan apabila kandungan air terlalu tinggi atau rendah akan mempengaruhi kualitas teh. Kandungan air yang tinggi dalam pucuk akan mengakibatkan banyaknya air yang keluar pada proses penggulungan sedangkan jika terlalu kering, pucuk akan patah sehingga menyulitkan proses penggulungan. Perkebunan Medini tedapat 2 Unit Rotary Panner dengan kapasitas rata-rata kg. Tenaga kerja untuk proses pelayuan sebanyak 2 orang per shift dengan 8 jam kerja. Jam kerja mulai pukul WIB dan pukul WIB. Pergantian shift dilakukan seminggu sekali. Mesin pelayuan dapat dilihat pada Gambar 11. (A) (B) Gambar 11. Alat Pelayuan Rotary Panner Tampak Depan (A), Tampak Belakang (B) Penggulungan. Proses penggulungan bertujuan untuk membentuk daun teh menjadi gulungan gulungan kecil, dan mengeluarkan cairan sel agar menempel di permukaan daun. Alat yang digunakan di Perkebunan Medini adalah Ortodox Roller (yang popular disebut Jakson Roller). Pucuk hasil pelayuan dengan kadar air % dimasukkan kedalam mesin Jakson Roller, dengan

57 44 kapasitas 150 kg pucuk layu. Waktu yang digunakan untuk penggulungan adalah 15 menit untuk pucuk standar dan 10 menit untuk pucuk jendangan. Perkebunan Medini memiliki 3 unit mesin Jackson Roller yaitu satu unit double action dan dua unit tipe single action, masing yang digunakan hanya dua unit yaitu satu unit double action dan satu unit single action. Sistem gulungan dengan tipe single action, yaitu mesin roller yang berputar hanya mejanya sementara jacketnya (silinder tegak tempat pucuk yang digulung) tidak ikut berputar/diam. Tipe double action yaitu meja dan jacket berputar berlawanan arah. Mesin Jackson Roller yang sering digunakan berukuran 36 inch dengan kapasitas 150 kg dalam setiap gulungan. Fermentasi dapat terjadi pada saat pengolahan, fermentasi ini dapat diminimalisasi ketika proses pelayuan yaitu setelah pelayuan sebaiknya pucuk didinginkan terlebih dahulu. Hasil proses pengulungan berupa pucuk yang menggulung berwarna hijau untuk pucuk muda dan hijau zaitun untuk warna pucuk tua. Pucuk yang telah digulung sel-sel daunya telah pecah dan bercampur dengan oksigen sehingga kemungkinan terjadi fermentasi lebih besar, oleh karena itu pucuk yang telah digulung harus segera dimasukan kedalam proses pengeringan awal, waktu maksimal satu jam setelah pucuk keluar dari mesin Jackson Roller. Tenaga kerja untuk proses penggulungan sebanyak 3 orang per shift. Jam kerja yang digunakan adalah 8 jam kerja dengan 2 shift yaitu shift siang pukul dan shift malam WIB. Setiap memasukkan pucuk ke mesin dicatat oleh operator untuk memantau lama penggulungan. Mesin penggulungan dapat dilihat pada Gambar 12. Pengeringan awal. Proses fermentasi teh dapat dicegah dengan segera mengeringkan teh dengan Endless Chain Pressure (ECP) atau belong. ECP adalah mesin pengering dengan rantai yang tidak putus dan terdiri atas 8-10 stage. Perkebunan Medini mempunyai 2 unit mesin ECP dengan kapasitas kg/jam. Bahan bakar yang digunakan untuk mesin ECP adalah kayu bakar. Suhu yang digunakan dalam proses pengeringan awal adalah C. Pengeringan awal teh menggunakan panas induksi murni yang berasal dari pembakaran kayu.

58 Kekurangan dari pembakaran menggunakan kayu adalah panas yang dihasilkan kurang merata sehingga perlu dilakukan pengecekan secara teratur. 45 Gambar 12. Proses Penggulungan dengan Mesin Jackson Roller Tujuan pengeringan awal ini untuk mengeluarkan aroma yang terkandung dalam teh dan mengurangi kadar menjadi %. Teh yang dihasilkan oleh mesin ECP berupa teh yang agak kering. Waktu yang digunakan menit untuk proses pengeringan awal. Pekerja ada dua orang per shift dengan jam kerja 8 jam. Jam kerja dimulai pada pukul WIB untuk shift pertama dan WIB untuk shift kedua. Mesin penggeringan awal dapat dilihat pada Gambar 13. (A) Gambar 13. Mesin Pengeringan Awal yaitu Belong Tampak Samping (A) Tampak Depan (B) (B)

59 46 Pengeringan akhir. Pengeringan akhir merupakan tahap akhir dari pengolahan teh. Mesin yang digunakan dalam pengeringan akhir terdiri dari dua bagian yaitu mesin Repeat Dryer (RD) dan ball tea. Perkebunan Medini mempunyai 5 unit RD dengan kapasitas masing 120 kg. Lama proses pengeringan kurang lebih 1 jam tergantung dari kandungan air daun, perapian menit dan pendinginan menit. RD menggunakan bahan bakar gas elpji. Teh yang dihasilkan dari proses ini adalah teh setengah kering dengan kadar air 20 %. Teh yang dihasilkan dari RD belum menggulung sempurna maka perlu dilanjutkan dengan proses pengeringan dengan alat ball tea. Ball tea berfungsi sebagai pengering akhir, untuk membentuk partikel teh menjadi bulatan padat. Ball tea merupakan mesin terakhir dalam proses pengolahan teh hijau. Perkebunan Medini mempunyai 5 unit ball tea dengan masing-masing kapasitas kg/ball tea. Suhu yang digunakan untuk pengeringan akhir adalah C dan waktu yang digunakan jam. Bahan yang masuk ke pengeringan akhir/ball tea ada dua macam yaitu bahan yang melalui RD dan tanpa melalui RD dikarenakan keterbatasan bahan bakar RD. Tahapan pengeringan teh di ball tea yaitu teh dari RD dimasukkan sampai penuh ke dalam ball tea. Setiap ball tea mempunyai kapasitas RD. Ball tea yang telah penuh kemudian dilakukan perapian selama jam sampai teh matang. Ciri pucuk teh yang sudah kering dan matang adalah terdapat debu (Dust) di sekitar ball tea, teh berwarna agak hitam keabuabuan, dan tulang daun dapat dipatahkan. Teh matang tidak langsung dimasukkan dalam karung, karena masih dipoles selama jam. Teh yang telah matang diambil sampelnya sebanyak satu nampan dari setiap ball tea untuk dianalisa. Bahan bakar yang digunakan untuk ball tea adalah kayu. Tenaga kerja untuk proses pengeringan adalah 2 orang dan 1 orang HE. Proses pengeringan akhir membutuhkan waktu 24 jam sehingga dibagi menjadi 3 shift yaitu shift pertama pukul , shift kedua pukul , dan shif ketiga pukul Pergantian shift dilakukan seminggu sekali. Mesin pengeringan akhir dapat dilihat pada Gambar 14.

60 47 (A) (B) Gambar 14. Mesin Pengeringan Akhir Rotary Dryer (A), dan Ball Tea (B) Sortasi. Proses sortasi bertujuan untuk memisahkan teh kering menjadi beberapa grade berdasarkan ukuran fraksi. Sortasi teh pada dasarnya merupakan upaya untuk memperoleh teh yang seragam baik ukuran, bentuk, dan berat selain itu teh juga bersih dari kotoran. Jenis mutu teh hijau di Indonesia terdiri dari peko, jikeng, bubuk, dan tulang. Proses sortasi untuk standar teh hijau Indonesia sangat sederhana karena biasanya teh hijau Indonesia hanya dipakai sebagai bahan baku pembuatan teh wangi. Bahkan umumnya penjualan teh hijau dilakukan tanpa proses sortasi disebut jual keringan (murni). Sortasi di Perkebunan Medini dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu sortasi mesin dan sortasi manual. Sortasi mesin digunakan untuk melakukan pemisahan teh kering berdasarkan bentuk dan berat jenis dengan menggunakan mesin. Alat yang digunakan proses sortasi dengan mesin ada empat macam yaitu : satu unit Leaf Sifter ( Layer 4), dua unit Stalk Extractor ( Layer 3 ), satu unit Suction Winower, dan satu unit Stalk Separator. Teh kering hasil dari proses ball tea di proses menggunakan layer 4 yang berfungsi untuk memisahkan teh kering berdasarkan grade. Grade yang dihasilkan adalah PSB campur (bahan manual), Peko Super Besar (PSB), Peko Super Kecil (PSK), Chun Mee (CM), Lokal, dan Dust. Leaf Sifter terdiri dari 4 susun ayakan datar bertingkat sehingga disebut layer 4. Leaf Sifter di Perkebunan Medini memiliki enam sususan ayakan, merupakan hasil modifikasi kebun karena dengan menggunakan ayakan empat pengerjaannya cukup lama. Tujuan penambahan susunan ayakan untuk meningkatkan keefektifitasan dan efisiensi proses sortasi terutama dalam

61 48 memisahkan pertikel. Susunan mesh (ayakan) dari atas ke bawah yaitu : mesh 10, 8, 6, 4, 3,dan 2. Partikel yang tertahan di mesh 10 adalah jikeng (lokal 2), lolos mesh 10 tertahan mesh 8 adalah PSB campur, lolos mesh 8 tertahan mesh 6 adalah PSB, lolos mesh 6 tertahan mesh 4 adalah PSK, lolos mesh 4 tertahan mesh 3 adalah PSK, lolos mesh 3 tertahan mesh 2 adalah CM, dan lolos mesh 2 adalah dust. Kapasitas mesin adalah 300 kg/jam. Mesin Leaf Sifter yang ada di Perkebunan Medini dapat dilihat pada Gambar 15. Mesin Stalk Extractor digunakan untuk memisahkan tulang daun yang berukuran besar. Mesin Stalk Extractor mempunyai kapasitas 140 kg/jam. Stalk Extractor sering disebut Layer 3 dengan struktur ayakan yang timbul, struktur ini berfungsi untuk jalur tulang sehingga tulang tidak lolos dari lubang ayakan. Hasil sortasi dari Layer 4 akan masuk ke Layer 3. Gambar 15. Mesin Sortasi Awal Leaf Sifter (Layer 4) Pengklasifikasian hasil dari Layer 4 masuk kedalam ukuran ayakan masing-masing. Mesin Stalk Extractor tidak menggunakan ayakan paten tergantung dari produk sortasi. PSB menggunakan ayakan dengan diameter lubang 10, 10, 8, 8 dan 6 mm dan dihasilkan kelas mutu tulang, lokal, PSK, danpsb. Bahan PSK menggunakan ayakan dengan diameter lubang 10, 8, 6, 8, dan 6 mm dan kelas mutu CM menggunakan ayakan dengan diameter lubang 10, 8, 4, 8, dan 4 mm. Mesin Stalk Extractor dapat dilihat pada Gambar 16.

62 49 Gambar 16. Mesin Sortasi Stalk Extractor (Layer 3) Mesin Stalk Separator (Gambar 17) digunakan untuk memisahkan tulang yang berukuran kecil. Mesin ini berbentuk undakan tangga susus empat. Bahan yang masuk ke dalam Stalk Separator merupakan partikel yang lolos mesh 6 dan tertahan di mesh 4. produk yang dihasilkan mesin ini adalah tulang dan PSK. Gambar 17. Mesin Sortasi Stalk Separator Mesin Suction Winower digunakan untuk memisahkan bahan baku teh kering berdasarkan berat jenisnya. Bahan yang masuk ke Suction Winower berasal dari Stalk Separator dan Stalk Extarator. Mesin ini bekerja dengan sistem hembusan angin dengan tiga kipas bersususn yang berfungsi penghembus dan satu kipas sebagai penyedot debu. Mesin Suction Winower memiliki empat cerobong yaitu cerobong 1 untuk produk jadi, cerobong 2 adalah bahan ulang untuk diproses dengan winower, cerobong 3 kempring, dan cerobong 4 dust. Produk akhir dari mesin Suction Winower yaitu PSK, PSB, CM, kempring dan dust.

63 50 Hasil akhir dari proses sortasi mesin adalah grade 1 dan grade 2. Tenaga kerja yang diperlukan untuk proses sortasi adalah empat orang wanita. Proses sortasi ada 3 shift dengan waktu 8 jam kerja. Jam kerja untuk pegawai sortasi adalah Shift pukul , , termasuk lembur. Sortasi manual Perkebunan Medini bertujuan untuk memaksimalkan hasil yang didapat dari sortasi mesin. Sortasi manual adalah memisahkan daun tua/jikeng, dan tulang berdasarkan bentuk dan warna. Selain itu proses sortasi manual dilakukan untuk memisahkan kotoran yang tercampur dalam teh yang tidak dapat dipisahkan dengan sortasi mesin. Pekerja sortasi manual adalah pekerja borong dengan 5 jam kerja pukul Kegiatan sortasi manual dilakukan oleh empat pekerja perempuan. Mempengaruhi hasil yang diperoleh adalah keterampilan pekerja. Rata rata setiap pekerja menghasilkan kg teh kering. Alat yang digunakan untuk sortasi manual adalah tampah dan sak plastik. Hasil akhir dari sortasi manual adalah PSB, PSK dan Jikeng. Proses sortasi manual dapat dilihat pada Gambar 18. Gambar 18. Proses Sortasi Manual Pengepakan. Pengepakan bertujuan untuk melindungi produk dari kerusakan, serta memudahkan dalam penyimpanan di gudang dan pengangkutan. Proses pengepakan di perkebunan bermacam macam tergantung pada permintaan pembeli. Bahan yang digunakan untuk pengepakan adalah plastik iner, karung plastik dan karung goni. Grade 1 menggunakan plastik iner, karung plastik dua lapis dan karung goni, sedangkan untuk lokal menggunkan plastik iner dan karung plastik saja. Pengepakan untuk murni hanya menggunakan karung plastik saja.

64 Bobot pengepakan tidak selalu sama tergantung dari produk yang di kemas. Bobot pengepakan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Bobot Pengepakan Teh di Perkebunan Medini Berdasarkan Mutu Teh Mutu teh Grade Kemasan (kg) CM 1 30 PSK 1 30 PSB 1 30 Tulang 2 25 Dust 2 30 Lokal Lokal Kempring 2 25 Kering Murni 2 25 Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini, Aspek Manajerial Aspek manajerial yang dilakukan penulis selama tiga bulan, yaitu satu bulan sebagai pendamping mandor dan dua bulan sebagai pendamping asisten tanaman. Mandor merupakan bawahan langsung dari asisten tanaman. Pembagian tugas mandor di Perkebunan Medini dibagi menjadi Mandor Rawat (pengendalian gulma, pemupukan, dan pemangkasan), Mandor Pengendalian Hama dan Penyakit, dan Mandor Panen. Kegiatan penulis selama menjadi pendamping mandor yaitu sebagai pendamping mandor pengendalian gulma kimiawi, pengendalian gulma manual, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, panen, dan pengolahan pasca panen. Selama menjadi pendamping asisten penulis mendapatkan tugas sebagai pendamping asisten tanaman, dan asisten pabrik. Pendamping mandor Mandor secara umum memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mengawasi para pekerja di lapangan sesuai dengan jenis pekerjaannya, memberikan pengarahan teknis budidaya, mengabsen pekerja sebelum dan

65 52 sesudah bekerja, menghitung prestasi kerja, dan membuat laporan harian yang terdiri blok yang dikerjakan, luas areal, jumlah pekerja. Pendamping mandor pengendalian gulma. Penulis menjadi pendamping mandor pengendalian gulma manual dan kimia. Mandor pengendalain gulma bertugas menjadi mandor pengendalian gulma kimiawi dan mandor pengendalian gulma manual. Pembagian tugas tersebut dilakukan karena program pengendalian gulma manual dan kimiawi tidak bersamaan. Mandor pengendalian gulma membawahi 6-8 KHL. Mandor pengendalian gulma kimiawi bertugas mengawasi dan mengarahkan pekerja dalam melaksanakan kegiatan pengendalian gulma secara kimia di kebun, membuat rencana kerja yang meliputi areal yang akan disemprot dan membuat bon permintaan herbisida, melakukan pengambilan herbisida dan membuat laporan harian mandor. Mandor juga harus mengetahui dosis, jumlah material dan biaya dari rencana kerja rawat. Pengajuan bon material dilakukan satu hari sebelum pelaksanaan pengendalian dengan persetujuan asisten tanaman, kepala administrasi, dan kepala gudang. Material yang telah disetujui untuk digunakan dalam pengendalian gulma diambil pada hari itu juga. Mandor bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan kebersihan penyemprotan di kebun, jika aplikasi tidak berhasil maka mandor harus mengulangi penyemprotan. Mandor juga bertanggung jawab terhadap keutuhan peralatan sehingga pemeliharaan alat harus dilakukan secara rutin. Penulis sebagai pendamping mandor pengendalian gulma kimiawi membantu mandor dalam pengisian buku laporan harian mandor, mengawasi pekerja dan menghitung luas areal yang disemprot. Tugas mandor pengendalian gulma manual tidak jauh berbeda dengan mandor pengendalain kimiawi yaitu melakukan pengawasan, membuat laporan harian mandor dan mengarahkan pekerja. Pendamping mandor pemupukan. Mandor pemupukan bertugas megawasi pelaksanaan pemupukan, membuat rencana keja yang meliputi luas areal yang akan dipupuk dan kebutuhan pupuk, dan membuat bon permintaan,

66 53 melakukan pengambilan pupuk dari gudang, mengabsen pekerja yang hadir, mengawasi pencampuran pupuk dan mengatur petugas lansir dan penabur pupuk. Pengawasan mandor dalam kegiatan pemupukan, dimulai dari saat pupuk keluar gudang, cara pengangkutan, pengeceran pupuk di jalan-jalan utama yang strategis, pelangsiran pupuk ke areal tempat penaburan pupuk dan pengumpulan karung setelah pemupukan. Karung-karung pupuk yang telah digunakan dikembalikan ke gudang sebagai bukti kegiatan pemupukan telah selesai dan tidak ada pupuk yang tersisa. Mandor pupuk membawahi pekerja sebanyak orang KHL. Pekerja pemupukan didapatkan dari tenaga pangendalian gulma dan tenaga pengendalian HPT. Pengalihan kegiatan tenaga kerja dapat dilakukan jika tenaga kerja tidak sedang melaksanakan kegiatan pokoknya. Mandor pemupukan dibantu oleh mandor pengendalian HPT, mandor pengendalian gulma. Kegiatan penulis saat menjadi pendamping mandor pupuk adalah membantu dalam mengarahkan dan mengawasi tenaga selama proses pemupukan, mengawasi proses pengangkutan pupuk, dan membuat laporan harian mandor. Pendamping mandor pengendalian hama dan penyakit (HPT). Mandor HPT bertugas mengawasi dan mengarahkan pekerja dalam melaksanakan kegiatan pengendalian hama dan penyakit, membuat rencana kerja yang meliputi penentuan semprot, menentukan kebutuhan material, membuat bon permintaan insektisida/fungisida dan bahan bakar, melakukan pengambilan material yang telah dibon ke gudang, melakukan Early Warning Sistem (EWS), dan membuat laporan harian mandor. Laporan harian mandor berupa pencatatan luas areal dan penggunaan fungisida /insektisida, tenaga kerja, upah dan lokasi aplikasi. Mandor HPT juga bertugas mengabsen pekerja, memeriksa kelengkapan peralatan semprot, mengatur arah pekerja yang akan menyemprot, mengawasi penuangan dan penggunaan dosis insektisida/fungisida saat aplikasi, mandor HPT melaksanakan Deteksi Ulang (DU) setelah melakukan pengendalian. Mandor pupuk membawahi empat KHL, dan dua PHT. Jam kerja dari masing-masing stutus berbeda yaitu : 5 jam/hk untuk KHL dan 7 jam/hk untuk PHT. Mandor HPT juga bertanggungjawab atas kerusakan alat yang digunakan.

67 54 Pada saat menjadi pendamping mandor HPT penulis membantu mandor dalam mengawasi pelaksanaan pengendalain HPT, dan membuat laporan harian mandor. Pendamping mandor pemangkasan. Mandor pemangkasan bertugas untuk mencari dan merekrut tenaga pangkas yang ahli dari desa atau dusun terdekat, memberi pengarahan tentang pemangkasan yang benar sesuai SOP, mengabsen dan mengawasi tenaga pangkas, membagi hanca pemangkas, membuat laporan hasil kerja di buku harian mandor. Pada buku mandor yang dilaporkan adalah luas areal yang dipangkas per hari, dan jumlah tenaga kerja per hari. Mandor pangkas membawahi KHL dengan sistem borong. Jam kerja untuk tenaga pangkas tidak dibatasi karena diupah berdasarkan luas areal yang dipangkas. Penulis saat menjadi pendamping mandor bertugas mengawasi pekerja pangkas dan membuat buku harian mandor. Mandor pangkas diambil dari mandor rawat karena tidak setiap waktu ada pemangkasan. Pendamping mandor panen. Kegiatan pemetikan diatur dan diawasi oleh seorang mandor panen yang melakukan pengawasan langsung terhadap pelaksanaan pemetikan. Seorang mandor panen bertugas membuat rencana pengaturan blok yang akan dipetik, menentukan jenis pemetikan, rotasi pemetikan, menentukan alat dan sarana pemetikan. Mandor panen harus memberi pengarahan tentang pemetikan yang baik dan benar kepada pemetik, menghitung luas areal, kemampuan pemetik, jumlah tenaga kerja, produksi yang dikerjakan, mengawasi dan mengelola pekerja, membuat estimasi panen, mencari tenaga pemetik saat kekurangan dan membuat laporan harian mandor. Mandor panen bertanggung jawab terhadap luas areal yang dimilikinya, sehingga mandor panen harus memeriksa pucuk yang telah dipetik untuk mengetahui potensi pucuk dipetik berikutnya dan mengatur lama rotasi pemetikan. Kondisi pucuk di lapangan sangat mempengaruhi estimasi produksi perkemandoran. Penentuan estimasi petik dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut: Estimasi = Standar Petik (kg) x jumlah HK per hari.

68 55 Proses penimbangan dilakukan oleh krani timbang yang diketahui oleh mandor panen. Pencatatan hasil pucuk pemetikan dilakukan oleh mandor panen dan krani timbang untuk menghindari kekeliruan. Penulis membantu membuat estimasi produksi harian, mengawasi pemetikan, dan membuat laporan harian mandor. Laporan yang dikerjakan dalam buku harian mandor panen adalah jumlah pemanen, absen pemanen, luas areal pemetikan, dan pucuk basah yang didapat pemanen per hari. Mandor panen membawahi pekerja pemetik KHL dengan sistem borongan. Pendamping Asisten Tanaman Perkebunan Medini bagian tanaman dipimpin langsung oleh asisten tanaman. Asisten tanaman langsung membawahi semua mandor yang ada di perkebunan. Peran asisten tanaman adalah mengelolaan kebun agar berjalan dengan baik secara teknis dan administrasi, perlu dedikasi yang tinggi dan tanggung jawab besar untuk kelancaran kegiatan kebun. Tugas dan tanggung jawab asisten tanaman sangat banyak dan besar dikarenakan di perkebunan Medini tidak ada asisten afdeling maka tugas asisten afdeling dan asisten tanaman dikerjakan oleh satu orang asisten. Asisten tanaman secara umum bertugas membuat rencana kerja untuk pelaksanaan di kebun. Rencana kerja yaitu, rencana kerja bulanan (panen dan rawat) yang mengacu atau didasarkan pada rencana tahunan (master budget). Selain itu, kepala kebun juga bertugas menjamin dan mengatur pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah dibuat, serta mengevaluasi pekerja kebun secara kualitas, kuantitas dan biaya. Asisten tanaman juga bertugas memberikan instruksi dan pengarahan kerja, serta motivasi kepada mandor untuk meningkatkan prestasi kerja, melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap blok-blok yang sedang dilakukan kegiatan rawat maupun panen, mengevaluasi hasil kegiatan panen dan rawat menyangkut ketersediaan tenaga kerja, serta memonitor pencapaian target kerja dan produksi. Setiap bulan asisten tanaman membuat rencana kerja untuk rawat dan panen dalam Buku Kerja Afdeling (BKA). Buku kerja afdeling untuk

69 56 panen meliputi luas blok, jumlah produksi pucuk basah per hari untuk setiap blok dan perencanaan gilir petik, sedangkan BKA rawat meliputi item kegiatan, waktu pelaksanaan, blok pelaksanaan, luas pelaksanaan, norma HK dan total HK dalam satu bulan. Kegiatan pembuatan rencana kerja bulanan tersebut, asisten biasanya mengadakan rapat bulanan dengan mandor, seperti target produksi pucuk basah dan jumlah tenaga keja yang digunakan. Asisten tanaman melakukan pengawasan dan evaluasi dengan cara mengelilingi (controlling) yang menitikberatkan pada kebun-kebun yang mempunyai masalah. Selain itu, asisten tanaman membuat Permohonan Modal Kerja (PMK) untuk kegiatan kebun yang meliputi direct dan indirect cost. Asisten tanaman melakukan koordinasi kerja dengan mandor, KTU, kepala pabrik dan teknik, administratur untuk kelancaran proses produksi. Penulis selama menjadi pendamping asisten tanaman melakukan pengawasan pekerjaan di kebun, mengikuti rapat bulanan mandor, dan membantu membuat BKA. Pendamping Asisten Pabrik. Asisten pengolahan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan pada proses pengolahan teh di pabrik. Pengolahan teh meliputi beberapa stasiun pengolahan yaitu, stasiun pelayuan, stasiun pengilingan, stasiun pengeringan awal, stasiun pengeringan akhir, dan stasiun sortasi. Tugas asisten pabrik pengolahan mempertanggung jawabkan segala bentuk tanggung jawab yang diberikan berdasarkan SOP, berkoordinasi dengan pihak kebun dan manager, Menciptakan atau pengendalian hal-hal yang dapat membuat efisiensi biaya yang berhubungan dengan cost, dan manegur karyawan apabila melakukan kesalahan.

70 PEMBAHASAN Pemangkasan adalah suatu kultur teknis tanaman teh untuk mencapai produksi pucuk yang tinggi sehingga dalam memilih tipe pangkasan harus tepat. Kegiatan pemangkasan merupakan salah satu kegiatan yang penting bagi pengolahan perkebunan. Menurut Pusat Penelitian Teh dan Kina (2006) tanaman teh yang tidak dipangkas akan tumbuh menjadi pohon yang tinggi dan dapat mencapai ketinggian 15 m, tanaman teh tersebut tidak akan menghasilkan pucuk yang banyak dan pemetikannya akan sulit. Jenis/Tipe Pangkasan Jenis tipe pangkasan adalah bentuk-bentuk pangkasan yang dilakukan pada tanaman teh. Pemangkasan yang dilakukan di Perkebunan Medini adalah pangkasan bersih. Menurut Pusat Penelitian Teh dan Kina (2006) pangkasan bersih adalah pangkasan dengan bidang pangkas rata tetapi bagian tengahnya agak rendah (memangkok), dengan membuang semua ranting kecil yang berukuran kurang 1 cm (sebesar pensil), dengan maksud memeperbaiki percabangan. Pangkasan ini dilakukan pada tinggi cm pada kondisi tanaman sehat dan pada pertanaman tinggi. Pada pelaksanaan pemangkasan di Perkebunan Medini para pekerja dominan menggunakan pangkasan setengah bersih. Pangkasan rata yang bagian tengah agak rendah (memangkok) dengan sisa cabang yang ditinggalkan berdiameter < 2 cm. Menurut Pusat Penelitian Teh dan Kina (2006) pangkasan setengah bersih adalah pangkasan membuang ranting-ranting kecil berukuran kurang dari 1 cm (sebesar pensil) yang berada di bagian tengah perdu, sedangkan yang berada disisi perdu dibiarkan. Tinggi pangkasan pada pangkasan setengah bersih cm. Sistem upah borongan yang ditetapkan di Perkebunan Medini dan minimnya pengawasan oleh mandor maka sebagian besar pemangkas bekerja hanya mementingkan kuantitas dari pada kualitas hasil pangkasan. Jenis pangkasan yang dikerjakan di kebun secara nyata tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh kebun. Menurut Sukasman (1988) pada pemangkasan bersih jumlah tunas yang tumbuh sedikit tetapi lebih subur sehingga hampir seluruh tunas dapat mencapai

71 58 bidang pangkasan selain itu, pangkasan bersih akan mengakibatkan sinar matahari dapat menembus bagian bawah tanaman sehingga dapat mestimulur tumbuhnya tunas bagian bawah yang biasanya memiliki dormansi lebih kuat. Kriteria Pangkas Faktor-faktor yang mempengaruhi dan menentukan saat pemangkasan antara lain tinggi bidang petik, persentase pucuk burung, tingkat produksi, kadar pati, alasan ekonomis dan kebijakan kebun. Tinggi bidang petik. Hasil pengamatan secara langsung yang dilaksanakan di Blok 4 didapat tinggi bidang petik 109 cm dan diameter 123 cm. Pemangkasan akan segera dilaksanakan apabila bidang petik sudah sulit dijangkau oleh pemetik, biasanya setelah mencapai ketinggian 120 cm. Menurut Sukasman (1988), tinggi tanaman 120 cm merupakan tinggi maksimal untuk ukuran badan pemetik di Indonesia ( cm), hal tersebut dikarenakan semakin tinggi bidang petik dan diameter kerapatan yang semakin tinggi pula maka akan menimbulkan kesulitan pada saat pemetikan. Akibatnya biaya pemetikan tinggi dan kapasitas rendah. Hasil pengamatan kondisi di lapangan menurut kriteria tinggi tanaman yang akan dipangkas belum menyulitkan pemetikan akan tetapi pemangkasan tetap dilaksanakan karena produktisivitas basah sudah menurun dari tahun sebelumnya. Persentase pucuk burung. Persentase pucuk burung berdasarkan pengamatan secara langsung di Blok 4 mencapai 91 %, hal tersebut menunjukkkan bahwa tanaman sudah saatnya dipangkas. Apabila pemangkasan terlambat dilakukan maka jumlah pucuk burung akan semakin banyak. Pucuk burung merupakan pucuk yang dalam kedaan dorman. Semakin tua umur pangkas tanaman teh maka periode pekonya akan semakin singkat sebaliknya periode burungnya menjadi panjang. Secara teoritis dikatakan bahwa apabila pucuk burung mencapai 70 %, maka hal tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu kriteria waktu pemangkasan. Pada kondisi menjelang pemangkasan jumlah pucuk burung akan semakin banyak dengan ukuran pucuk kecil dan bobot pucuk ringan (Sukasman, 1988).

72 59 Tingginya jumlah pucuk burung juga mengindikasi tingginya zat pati hasil fotosintesis yang terakumulasi dalam akar tanaman teh. Makin aktif pertumbuhan pucuk tanaman atau makin banyak pertumbuhan pucuk, makin banyak pula zat pati yang dipakai, sehingga persediaan zat pati makin berkurang (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Tingkat produktivitas. Berdasarkan data yang didapat di kantor kebun. Pada Gambar 3, mempunyai pola grafik terjadi peningkatan produksi pada tahun kedua setelah pemangkasan dan mengalami penurunan pada tahun ketiga, akan tetapi penurunan pada tahun ketiga tidak terlalu signifikan. Data produksi pada tahun keempat penurunanya signifikan. Data ini sudah sesuai dengan teori yang di ungkapkan oleh Sanusi. Produktivitas tertinggi tanaman teh dicapai pada tahun ke dua atau ke tiga. Pada tahun ketiga atau keeempat setelah pemangkasan produksi tanaman teh biasanya mulai menurun. Hal ini dikarenakan dengan bertambahnya umur tanaman maka bagian-bagian tanaman yang membutuhkan hasil fotosintesis semakin banyak. Menurut Sanusi (1988) semakin tua tanaman teh, akan semakin banyak bagian tanaman yang tidak produktif berupa batang atau cabang serta bagian akar. Kadar pati. Kadar pati akar merupakan salah satu penentu saat pangkas yang baik. Menurut Sukasman (1988), batas kritis kadar pati akar tanaman teh yang baik pada saat dilakukan pemangkasan adalah 12 %. Apabila kurang dari 12 % maka dapat mengakibatkan kematian pada tanaman yang akan dipangkas. Kandungan zat pati pada tanaman teh selalu berubah-ubah dan dipengaruhi oleh pertumbuhan tanaman, ketinggian tempat serta iklim (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Menurunnya hasil pucuk bersamaan dengan semakin meningkatnya kandungan pati dalam akar secara nyata. Proses pengisian cadangan pati dalam akar secara berangsur-angsur selama 3-4 bulan, yaitu pada saat pucuk rendah atau periode pucuk burung (Sukasman, 1988). Perkebunan Medini tidak melakukan uji kandungan pati akar dalam menentukan saat pangkas tanaman karena biaya cukup mahal dan belum tersedianya sarana yang memadai.

73 60 Gilir Pangkas Gilir pangkasan adalah jangka waktu antara pemangkasan yang terdahulu dengan pemangkasan berikutnya dan bisa dinyatakan dalam tahun pada blok yang sama. Panjang pendeknya daur pangkasan dipengaruhi oleh ketinggian kebun dari permukaan laut dan tinggi pangkasan sebelumnya. Perkebunan Medini terletak pada ketinggian m dpl termasuk dataran tinggi sehingga menggunakan gilir pangkas empat tahun. Pada kenyataan pelaksanaan pemangkasan di lapangan tidak selalu sesuai dengan gilir pangkas yang telah direncanakan. Pada Tabel 4 didapat gilir pangkas pada tahun antara kurang dari tiga tahun sampai enam tahun. Pada Blok 4 daur pangkas yang dipangkas terakhir gilir pangkas kurang dari tiga tahun, ini lebih cepat daripada daur pangkas minimal yang telah direncanakan. Keputusan untuk mempercepat pemangkasan karena di blok ini keadaan tanaman dinilai sudah tidak produktif. Pada Blok 1 gilir pangkas mencapai enam tahun ini disebabkan oleh kebijakan kebun dan pada Blok 1 produktivitasnya masih stabil. Makin tinggi letak kebun dari permukaan laut, makin lambat pertumbuhan tanaman teh, sehingga makin lama bidang petik menjadi tinggi, berarti daur pangkasan makin panjang. Berdasarkan tinggi tempat daerah pertumbuhan teh, pedoman umum panjang daur pangkasan adalah daerah rendah (< 800 m) daur pangkasan berkisar antara 2-3 tahun, daerah sedang ( m) daur pangkasan 3-4 tahun, daerah tinggi (> m) daur pangkas antara 4-5 tahun. Makin tinggi pangkasan yang dilakukan sebelumya, makin pendek daur pangkasannya berikutnya (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Berdasarkan pedoman umum masa gilir pangkas tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi letak kebun maka semakin lama gilir pangkasnya. Letak kebun yang tinggi menyebabkan suhu dan intensitas penyinaran matahari semakin rendah sehingga pertumbuhan tanaman akan semakin lambat akibat gilir pangkas semakin panjang (Setyamidjaja, 2000).

74 61 Waktu Pemangkasan Waktu pangkasan adalah waktu yang tepat untuk pelaksanaan pangkasan sehingga diperoleh hasil pangkasan yang optimal. Menentukan waktu pangkasan perlu memperhatikan beberapa faktor, antara lain kondisi tanaman, iklim, dan tinggi tempat permukaan laut. Kondisi tanaman atau kesehatan tanaman sangat dipengaruhi olah kandungan zat pati dalam akar tanaman. Tanaman teh yang kadar patinya kurang dari 12 % akan merana bahkan dapat mati apabila dilakukan pemangkasan (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006) Pemangkasan terbaik menurut Sukasman (1988) adalah antar Bulan Mei dan Juni (akhir musim hujan) dan antara pertengahan Bulan Oktober sampai November (menjelang musim hujan). Waktu pemangkasan ternyata memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil pucuk dan pertumbuhan tanaman. Pemangkasan pada Bulan Juni, Juli, Agustus dan September menghasilkan pucuk lebih tinggi. Sedangkan pemangkasan pada periode bulan Oktober, November, Desember, Januari, dan Maret pertumbuhan pucuk sangat lambat. Realisasi pemangkasan di Perkebunan Medini pada tahun 2010 dilaksanakan dalam dua semester yaitu semester I (Januari-Juni) dan semester II (September-Oktober). Pemangkasan pada semester I dilakukan enam bulan sementara pada semester II sekitar tiga bulan. Pelaksanaan pemangkasan dilaksankan dalam dua semester dimana % luas pangkasan pada semester I dan % pada semester II. Pertimbangan melakukan pemangkasan yang lebih luas pada semester I adalah untuk menstabilkan produksi. Menurut Pusat Penelitian Teh dan Kina (2006) semester 1 dilakukan pemangkasan dengan areal yang lebih besar (60-70 %) daripada pemangkasan semester II (30-40 %). Luas areal pemangkasan pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 5. Secara umum pemangkasan di Perkebuan Medini telah sesuai dengan waktu yang telah direkomendasikan, tetapi ada beberapa pelaksanaan pangkas yang tidak sesuai pada waktu yang telah direkomendasikan. Hal tersebut dalaksanakan sesuai dengan keputusan yang telah di tentukan oleh kebun.

75 62 Luas Areal Pemangkasan Penentuan areal pangkasan bertujuan untuk menjaga kontinyuitas produksi dan menghindari fluktuasi produksi tanaman yang terlalu tajam. Perkebunan Medini menetapkan luas areal pangkasan sebesar 25 % dari luas total areal Tanaman Menghasilkan (TM) dalam satu tahun. Pemangkasan dilaksanakan dalam dua semester dimana 60 % pemangkasan dilaksanakan pada semester pertaman dan sisanya pada semester kedua. Pembagian luas pangkasan bertujuan menjaga stabilitas produksi pucuk agar tidak terjadi fluktuasi flush dan minus (kemarau) serta menghindari serangan cacar daun teh. Pertimbangan melakukan pemangkasan yang lebih luas pada semester pertama adalah untuk stabilisasi produksi. Realisasi luas areal yang dipangkas dalam satu tahun tidak selalu sama dengan rencana yang telah ditetapkan. Beberapa faktor yang memepengaruhi anatara lain kondisi kebun, iklim, ketersediaan tenaga kerja dan dana. Rata-rata luas areal pemangkasan pada lima tahun terakhir adalah % dari luas total areal tanaman menghasilkan. Rencana dan realisasi pemangkasan di Kebun Medini dapat dilihat pada Tabel 6. Realisasi luas pemangkasan pada lima tahun terakhir sudah sesuai dengan standar luas area pemangkasan menurut teori. Tenaga Pemangkas Kegiatan pemangkasan menggunakan karyawan harian lepas dengan sistem upah borong. Besarnya upah yang dibayarkan yaitu Rp /patok (400m 2 ). Dari Tabel 7 didapat rata-rata kapasitas pemangkas lebih tinggi dari pada kapasitas standar yang telah ditentukan oleh kebun. Hal ini disebabkan oleh kondisi tanaman yang relatif muda serta kecenderungan pemangkas untuk mengejar kuantitas hasil. Pemangkasan pada Blok 4 jumlah pekerja pemangkas yang dibutuhkan menurut teori 18 tenaga, akan tetapi pekerja yang tersedia di kebun ada 15 orang, maka tenaga kurang dari kebutuhan standar yang di perlukan. Kekurangan tenaga pemangkas ini dikarenakan tenaga pemangkas hanya dilakukan oleh pekerja yang

76 usianya di atas 50 tahun. Tenaga pemangkas yang dipilih adalah pekerja yang mempunyai keterampilan khusus. 63 Keterampilan Pemangkas Pemangkasan merupakan kegiatan yang memerlukan tenaga, kecekatan, dan keterampilan. Kerusakan cabang berdasarkan umur pemangkas pada Tabel 8 didapat lebih besar untuk usia yang kurang dari 60 tahun akan tetapi perbedaan ini tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan pada pemangkas yang usia diatas 60 tahun memiliki ketelitian lebih tinggi dibandingkan yang kurang dari 60 tahun. Hasil yang didapat tidak berbeda nyata maka umur pemangkas tidak mempengaruhi tingkat kerusakan yang dipangkas atau keterampilan antar pemangkas dianggap sama. Alat Pangkas Alat pangkas yang biasa digunakan untuk pemangkasan tanaman teh berupa sabit/gaet dan gergaji pangkas. Menurut Setyamidjaja (2000) pemotongan cabang atau ranting dengan diameter lebih kecil dari ibu jari (Ø < 2 cm) sebaiknya menggunakan sabit/gaet pangkas sedangkan untuk cabang/ranting dengan diameter lebih besar (Ø>2 cm) menggunakan gergaji pangkas. Perkebunan Medini menggunakan alat pangkas berupa sabit. Pertimbangan memangkas menggunakan sabit pangkas adalah sabit pangkas dapat lebih cepat dalam penyelesaiannya dan batang yang ada masih kecil (Ø < 2 cm). penulis melakukan pengamatan pada tanaman yang dipangkas pada Blok 4 dan di dapat 97.48% cabang tanaman masih kecil (Ø < 2 cm). Sabit yang digunakan pemangkasan harus dalam kondisi tajam, hal ini untuk meminimalisasi kemungkinan cabang rusak/pecah akibat pemangkasan. Alat pemangkasan dibawa sendiri oleh pekerja karena kebun tidak menyediakan sabit pangkas. Pengukuran tinggi pangkasan menggunakn jidar pangkas yang telah disediakan oleh mandor pangkas.

77 64 Pertumbuhan Tunas Setelah Pemangkasan Petumbuhan pucuk hasil pangkasan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya umur cabang, jumlah hara, dan ketinggian tempat. Pertumbuha tunastunas baru dipengaruhi oleh umur cabang. Makin tua umur cabang tingkat dormansi tunas semakin kuat sehingga semakin lama pertumbuhan tunasnya. Grafik pertumbuhan tunas dapat dilihat dari Gambar 6. Pada pengamatan yang dilaksankan pertumbuhan tunas pada 8 MSP sudah mencapai cm. kenaikan tunas setiap minggu tidak sama pada minggu ke 2 sampai minggu ke 4 kenaikan rata-rata 0.35 cm sedangkan pada minggu ke 7 ke minggu 8 kenaikan tunas dalam satu minggu mencapai 5.35 cm. Pemetikan jendangan dilaksanakan 3 bulan setelah pangkas atau 12 minggu setelah pangkas. Ketentuan tinggi tunas pada saat dilakukakn pemetikan jendangan lebih dari 20 cm dari luka pangkas, karena untuk membentuk bidang petik pada tanaman teh. Bidang petik yang diharapkan oleh perkebunan adalah 20 cm dari luka pangkas. Menurut Setyamidjaja (2000) tinggi petikan jendangan berkisar antara 10 cm 25 cm di atas bidang pangkas dengan membentuk bidang petik yang rata. Ketinggian tunas dan pelaksanakan pemetikan jendangan sudah sesuai dengan yang diharapkan kebun. Menurut Sukasman (1988) selain dipengaruhi oleh jumlah hara dan cabang pertumbuhan tunas-tubas baru dipengaruhi oleh umur cabang. Makin tua cabang tingkat dormansi tunas semakin kuat sehingga semakin lama pertumbuhan tunasnya. Pada pangkasan bersih jumlah tunas yang tumbuh sedikit tetapi lebih subur sehingga hampir seluruh tunas dapat mencapai bidang pangkas, hal tersebut dikarenakan cadangan hara yang terdapat ada tanaman terpenuhi. Pengelolaan Sisa Pangkas Hasil pengamatan secara langsung brangkasan yang dihasilkan adalah 1.9 kg/perdu. Perkebunan Medini tidak ada pemangganan khusus untuk pengolahan sisa pangkasan jadi sisa pangkasan diletakkan saja diantara tanaman. Perkebunan Medini tidak meletakkan sisa pangkasan di atas luka pangkasan dikarenakan akan menghambat pertumbuahan tunas karena tidak ada tenaga khusus untuk

78 65 menurunkan brangkasan dari atas bidang pangkasan setelah mengering. Sebagian dari penduduk sekitar mencari kayu bakar dari sisa pangkasan. Cabang atau ranting sisa pangkasan diletakkan di samping tanaman dan tidak menutupi tanaman. Menurut Pusat Penelitian Teh dan Kina (2006) sisa pangkasan sebaiknya ditinggalkan di lahan tersebut untuk menambah bahan organik tanah. Banyaknya sampah pangkasan teh adalah kg/ha, terdiri dari cabang/ranting 77 % dan sisanya adalah daun. Brangkasan yang ditinggalkan setara dengan 235 kg Urea, 48 kg TSP, dan 100 kg ZA/ha. Tinggi Pangkasan Tinggi pangkasan adalah tinggi pangkasan dari permukaan tanah. Tinggi pangkasan yang dilaksanakan. Pada pelaksanaan pemangkasan Perkebunan Medini dari hasil pengamatan langsung didapat rata-rata tinggi pangkasan 62 cm dengan diameter pangkasan 74 cm. Tinggi pangkasan yang ada di lapangan lebih besar daripada tinggi standar yang ditetapkan yaitu 55 cm. Perbedaan ketinggian tersebut diduga karena tenaga pangkas bekerja berdasarkan sistem upah borong sehingga lebih mementingkan kualitas hasil, akibatnya hasil yang didapat tidak seperti yang diharapkan kebun. Pelaksanaan pemangkasan pekerja tidak selalu mengunakan jidar pangkas untuk mengukur ketinggian karena mereka merasa sangat merepotkan, maka pekerja mengukur tinggi pangkasan hanya menggunakan lutut. Perkebunan Medini antara cm dari permukaan tanah. Menurut Pusat Penelitian Teh dan Kina (2006), tinggi pemangkasan mempengaruhi pertumbuhan pucuk, makin tinggi pemangkasan makin cepat pertumbuhan tunasnya, sejalan dengan keterangan tersebut maka cabang/ranting yang berukuran 1-2 cm mempunyai potensi yang tinggi, baik banyaknya pertunasan baru maupun kecepatan pertumbuhanya. Untuk memperolah ketinggian pangkasan yang tepat pada ukuran 1-2 cm, maka ketinggian pangkasan cm. Menurut Sukasman (1988), daerah medium ( m dpl) dengan tinggi pangkasan cm laju kenaikan tinggi bidang petik 12 cm maka untuk mencapai tinggi bidang petik 120 cm akan diperlukan daur pangkas kira-kira empat tahun. Pangkasan pertama

79 66 dilakukan pada ketingian 55 cm dari permukaan tanah dan tiap pangkasan berikutnya naik 5 cm dari luka pangkasan sebelumnya. Saat tinggi pangkasan telah mencapai 65 cm, maka pemangkasan akan diturunkan pada ketinggian awal 55 cm. Sistem pangkasan tersebut adalah sistem pangkasan naik turun.

80 67 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pemangkasan adalah salah satu pemeliharan tanaman teh yang sangat penting, karena pemangkasan merupakan awal dari proses produksi tanaman teh. Pemangkasan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah waktu pangkas, gilir pangkas, jenis pemangkasan, luas areal pemangkasan, keterampilan pemangkas dan alat pangkas. Pangkasan yang dilaksanakan Perkebunan Medini adalah pangkasan setengah bersih dengan tinggi pangkasan 62 cm dari tanah. Realisasi gilir pangkas pada tahun 2010 antara 3 sampai 6 tahun, sedangkan realisasi rata-rata luas pemangkasan pada lima tahun terakhir sebesar %. Realisasi pemangkasan di Perkebunan Medini pada tahun 2010 dilaksanakan dalam dua semester yaitu semester I (Januari-Juni) dan semester II (September-Oktober), pemangkasan dilaksanakan dengan luas % pada semester I dan 13,19 % pada semester II. Realisasi gilir pangkas dan waktu pemangkasan kadang terjadi pergeseran di kebun. Alat dan keterampilan pemangkas sangat mempengaruhi dari keberhasilan pangkasan. Alat pemangkasan yang digunakan adalah sabit pangkas. Pengawasan pemangkasan dari mandor sangat diperlukan secara intensif. Tenaga pemangkas didominasi oleh pekerja yang telah lanjut usia dengan pengalaman kerja antara tahun dan usia diatas 50 tahun. Umur pemangkas tidak berpengaruh terhadap keterampilan pemangkas. Kapasitas tenaga pemangkasan di Perkebunan Medini 0.05 ha/hk, lebih besar dari kapasitas standar yang ditentukan kebun adalah 0.04 ha/hk. Melalui kegiatan magang ini penulis dapat memahami dan mempelajari proses kerja secara nyata di lapangan dan dapat meningkatkan kemampuan dalam hal pengelolaan tanaman dan tenaga kerja di perkebunan. Penulis lebih mengetahui secara nyata aspek teknis dan aspek manajerial di dunia kerja.

81 68 Saran Dalam proses pemangkasan perlu dilakukan perencanaan yang matang dalam menentukan proses pemangkasan. Perencanaan pemangkasan sangat dipengaruhi oleh kondisi tanaman, iklim, kesediaan dana, dan kesediaan tenaga kerja. Perkebunan Medini perlu diadakan pelatihan khusus pemangkasan untuk pekerja pemangkas dikarenakan tenaga pemangkas yang tesedia saat ini adalah tenaga yang telah lanjut usia. Pelatihan tenaga pangkas untuk para pekerja baru perlu dilaksanakan untuk mempersiapkan tenaga pemangkas yang akan datang. Proses pemangkasan memerlukan keterampilan dan keahlian pemangkas. Pengawasan dari mandor untuk pelaksanaan pemangkasan juga perlu diperhatikan. Perkebunan Medini seharusnya lebih memperhatikan gilir pangkas supaya tidak ada keterlambatan maupun kecepatan gilir pangkas.

82 DAFTAR PUSTAKA Asrimelwati Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia sinensis (L.)O. Kuntze) di Kebun Tambak Sari PT Perkebunan Nusantara, Subang, Jawa Barat. Skripsi. Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Bogor Institut Pertanian Bogor. Bogor. 73 hal. Dalimoenthe, S. L. dan M. E. Johan Pemangkasan pada Tanaman Teh. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung.15 hal. Direktorat Jenderal Perkebunan Statistik Perkebunan Indonesia : Teh (Camellia sinensis) Direktorat Jenderal Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta. 32 hal Luas Areal dan Produksi Perkebunan Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan. (1 Juli 2011) Hartopo, M Pengelolaan Tenaga Kerja pada Pemeliharaan dan Pemetikan Teh (Camellia sinensis (L.)O. Kuntze) di PT Tambi Unit Perkebunan Bedakah Wonosobo, Jawa Tengah, Skripsi. Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Institut pertanian Bogor. Bogor. 72 hal Food and Agricultural Organization Tea. Faosfat.fao.org. [5 Agustus 2011] Johan, M. E Pengaruh istirahat petik pada pangkasan dalam terhadap pertumbuhan tanaman dan produksivitas jendangan. Jurnal Penelitian Teh dan Kina 9: Pusat Penelitian Teh dan Kina Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Lembaga Riset Perkebunan Teh dan Kina. Bandung. 191 hal Pertumbuhan Ekspor Teh Indonesia Jauh di Bawah Ekspor Dunia. http/ [1 Agustus 2011]. Setiawati, I dan Nasikun Kajian Sosial Ekonomi Teh. Aditya Media. Yogyakarta hal. Setyamidjaja. D Teh Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta. 153 hal. Sukasman Pemangkasan pada tanaman teh menghasilkan. Prosiding Seminar Pemangkasan Teh, 12 Desember Gambung, hal Suwardi, E Penentuaan saat pemangkasan pada tanaman teh menghasilkan (TM). Warta Teh dan Kina. 2:31.

83 Wachjar, D. A Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Perkebunan Patuahwattee, Ciwedey, Bandung, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Institut pertanian Bogor. Bogor. 62 hal. 70

84 LAMPIRAN

85 72 Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas Tanggal Uraian kegiatan prestasi kerja (satuan / HK) Penulis Karyawan Standart Lokasi 14/2/2011 Observasi kebun 15/2/2011 Libur - 16/2/2011 Ke kantor 17/2/2011 Pemupukan - 112,5 kg 110 kg Blok 10 18/2/2011 Pemupukan kg 110 kg Blok 10 19/2/2011 Pemupukan kg 110 kg Blok 5, 10 20/2/2011 Libur - 21/2/2011 Pemupukan kg 110 kg Blok 5 22/2/2011 Wedding Chemish ha 0.6 ha Blok 6 23/2/2011 Wedding Chemish 0.16 ha 0.4 ha 0.6 ha Blok 15 24/2/2011 EWS Blok 9 25/2/2011 EWS Blok 6 26/2/2011 Pengendalian HPT 0.6 ha 1.8 ha 2.8 ha Blok 5 27/2/2011 Libur - 28/2/2011 Pengendalian HPT ha 2.8 ha Blok 7 1/3/2011 DAK 1patok 3 patok 5 patok Blok 1 2/3/2011 DAK 0.5 patok 2 patok 5 patok Blok 4 3/3/2011 Pemetikan 5 kg 30kg 40kg Blok 2 4/3/2011 Pemetikan - 50 kg 40 kg Blok 8 5/3/2011 Libur /3/2011 Libur /3/2011 Pemetikan - 35 kg 40 kg Blok 11 8/3/2011 Pemetikan 5 kg 36 kg 40 kg Blok 14 9/3/2011 Pemetikan - 42 kg 40 kg Blok 15 25/4/2011 Pemangkasan - 1 patok 1 patok Blok 4 26/4/2011 Pemangkasan - 1 patok 1 patok Blok 4 27/4/2011 Pemangkasan - 1 patok 1 patok Blok 4 72

86 73 Lampiran 2. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Pedamping Mandor Uraian kegiatan Prestasi kerja (satuan /HK) Tanggal Jml KHL yamg Luas Areal yang Lama kegiatan diawasi Diawasi (jam ) 10/03/2011 Wedding Chemish 4 1,8 3,5 Blok 12 11/03/2011 Wedding Chemis 6 2,5 4,5 Blok 9 12/03/2011 Pemupukan 11 9,48 3 Blok 13 13/03/2011 Libur /03/2011 Pemupukan 12 9,48 4 Blok 13 15/03/2011 Pemupukan 14 10,76 3 Blok 9 16/03/2011 EWS 6 2,5 6,5 Blok 16 17/03/2011 EWS 4 1 4,5 Blok 5 18/03/2011 Pemupukan 20 14,84 4 Blok 12 19/03/2011 Pengendalian HPT 4 1 4,5 Blok 5 20/03/2011 Libur /03/2011 Pengendalian HPT Blok 11 22/03/2011 DAK 5 0,5 5 Blok 9 23/03/2011 DAK 2 0,2 5 Blok 6 24/03/2011 Pemetikan Blok 10 25/03/2011 Pemetikan 38 2,5 4 Blok 10 26/03/2011 Pemetikan Blok 4 27/03/2011 Libur /03/2011 Pemetikan Blok 1 29/03/2011 Pemetikan 43 0,24 4 Blok 5 30/03/2011 Pemetikan 41 0,32 4 Blok 6 31/03/2011 Pemetikan 20 0,24 4 Blok 14 1/04/2011 Pemetikan 20 0,24 4 Blok 14 2/04/2011 Pemetikan 49 0,4 4 Blok 18 3/04/2011 Libur /04/2011 Perbaikan jalan 30 0,04 4,5 5/04/2011 Pemetikan 42 0,48 4 Blok 18 19/04/2011 Pemangkasan 1 0,04 4 Blok 4 20/04/2011 Pemangkasan 1 0,04 4 Blok 4 Lokasi 73

87 74 Lampiran 2. (Lanjutan) Uraian kegiatan Prestasi kerja (satuan /HK) Tanggal Jml KHL yamg Luas Areal yang Lama kegiatan diawasi Diawasi (jam ) 21/04/2011 Pemangkasan 1 0,02 4 Blok 4 22/04/2011 Libur /04/2011 Pemangkasan 1 0,04 4 Blok 4 Lokasi 74

88 75 Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten Prestasi kerja penulis Tanggal Uraian kegiatan Jumlah mandor yang Lokasi Luas areal yang diawasi (ha) Lama kegiatan (jam) diawasi (orang) 6/04/2011 Pemeliharan rawat dan 4 5 Blok 2 dan blok 3 7/04/2011 Pemetikan rampasan Blok 4 8/04/2011 Libur /04/2011 Pemanenan Blok 6 10/04/2011 Libur /04/2011 Pemangkasan 1 0,4 4 Blok 4 15/04/2011 Pemangkasan 1 0,3 4 Blok 4 16/04/2011 Pemangkasan 1 0,4 4 Blok 4 17/04/2011 Pemangkasan 1 0,4 4 Blok 4 18/04/2011 Pemangkasan 1 0,4 4 Blok 4 29/04/2011 Pemanenan Blok 3 30/04/2011 Pemupukan 3 7,79 5 Blok 7 1/05/2011 Libur /05/2011 Survey kebun kaligintung 1-1 Kebun kaligintung 3/05/2011 Survey kebun kaligintung 1-1 Kebun kaligintung 4/05/2011 Survey kebun kaligintung 1-1 Kebun kaligintung 5/05/2011 Pemupukan dan 4,30 3,5 Blok 5 dan blok 6 6/05/2011 Pemupukan 4 10,54 5 Blok 5 7/05/2011 Pemetikan Blok 11 8/05/2011 Libur /05/2011 Pemangkasan 1 0,06 3 Blok 4 10 /05/2011 Pemangkasan Blok 4 11/05/2011 Pemangkasan 1 0,08 1 Blok 4 12/05/2011 Pemetikan Blok 18 13/05/2011 Pemetikan Blok 13 14/05/2011 DAK 1 0,4 5 Blok 2 15/05/2011 Libur /05/2011 Survey kebun Kaligintung Kebun kaligintung 17/05/2011 Libur

89 76 Lampiran 3. (lanjutan ) Tanggal Uraian kegiatan Prestasi kerja penulis Jumlah mandor yang Lokasi Luas areal yang diawasi (ha) Lama kegiatan (jam) diawasi (orang) 18/05/2011 Pemupukan 3 6,20 4 Blok 3 19/05/2011 Pengendalian HPT 1-2 Blok 10 22/05/2011 Libur /05/2011 Sortasi dan analisa pucuk Pabrik 24/05/2011 Pelayuan dan pengilingan Pabrik 25/05/2011 Pengeringan awal Pabrik 26/05/2011 Analisa kering dan sortasi Pabrik 27/05/2011 Pengolahan teh dan packing Pabrik 28/05/2011 Pengolahan dan sortasi Pabrik 29/05/2011 Libur /05/2011 Administrasi Pabrik 31/05/2011 Administrati Pabrik 1/06/2011 Administrasi Kantor 2/06/2011 Libur /06/2011 Administrasi Kantor 4/06/2011 Administrasi Kantor 5/06/2011 Libur /06/2011 Administrasi Kantor 7/06/2011 Administrasi Kantor 8/06/2011 Administrasi Kantor 9/06/2011 Administrasi Kantor 10/06/2011 Administrasi Kantor 11/06/2011 Administrasi Kantor 12/06/2011 Libur /06/2011 Administrasi Kantor 14/06/2011 Administrasi Kantor 76

90 77 Lampiran 4. Peta lokasi Perkebunan Medini 77

91 78 Lampiran 5. Peta Lokasi Kebun Kaligintung 78

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN KEADAAN UMUM PERKEBUNAN Sejarah Perkebunan Perkebunan Teh Medini dahulu digunakan sebagai kebun kopi dan kina milik NV culture MY Medini. Pada masa pendudukan Jepang, Kebun Teh Medini menjadi tidak terawat

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Pruning Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at Kendal, Central Java Ade Wachjar * dan Supriadi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Tinggi tanaman merupakan salah satu penentu kelayakan suatu kebun untuk dilakukan pemangkasan, apabila terlalu tinggi akan menyulitkan dalam pemetikan (Pusat

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan 8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis, merupakan salah satu tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub). Tanaman teh berasal dari daerah pegunungan di Assam,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN Sejarah Perkebunan

KONDISI UMUM KEBUN Sejarah Perkebunan KONDISI UMUM KEBUN Sejarah Perkebunan Perkebunan teh PT. Rumpun Sari Kemuning awalnya merupakan perkebunan milik Belanda dengan nama NV. Cultur Maattscappij. Selama masa penjajahan Belanda hak pemilikan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik Tinggi bidang petik tanaman teh adalah salah satu hal yang penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan pemetikan. Kenaikan bidang petik setiap tahunnya berkisar antara 10-15

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 1 ANALISIS PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh Wahyu Kusuma A34104041 PROGRAM STUDI AGRONOMI

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Sistem Petikan

PEMBAHASAN Sistem Petikan PEMBAHASAN Sistem Petikan Sistem petikan yang dilaksanakan perkebunan akan menentukan kualitas pucuk, jumlah produksi, menentukan waktu petikan selanjutnya dan mempengaruhi kelangsungan hidup tanaman itu

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) di Karanganyar, Jawa Tengah

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) di Karanganyar, Jawa Tengah Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) di Karanganyar, Jawa Tengah Pruning Plant Management of Tea (Camelia sinensis (L.) O Kuntze) Karanganyar, Central Java Martini Aji

Lebih terperinci

KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH

KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) DI PTPN VIII PERKEBUNAN TAMBAKSARI, SUBANG JAWA BARAT Oleh Risa Aprisiani A34104039

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Kantor induk Unit Perkebunan Tambi terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Unit Perkebunan Tambi ini terletak pada ketinggian 1 200-2

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 LAMPIRAN 61 62 Tanggal Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh IKA WULAN ERMAYASARI A24050896 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh SUER SEPWAN ANDIKA A24052845 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Tanaman Teh Klasifikasi tanaman teh yang dikutip dari Nazaruddin dan Paimin (1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan 46 PEMBAHASAN Analisis Hasil Petikan Analisis hasil petikan merupakan suatu langkah untuk mengetahui cara maupun hasil pelaksanaan pemetikan pada suatu waktu, sebab pada pucuk yang telah dipetik perlu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA 3 Botani Tanaman Teh Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub) yang dapat tumbuh dengan tinggi 6 9 m. Tanaman teh dipertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) sebagai komoditas perkebunan memberikan kontribusi yang besar terhadap perolehan devisa negara dari komoditas non migas sub sektor

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Cammellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi Wonosobo, Jawa Tengah

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Cammellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi Wonosobo, Jawa Tengah Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Cammellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi Wonosobo, Jawa Tengah Pruning Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at Unit Perkebunan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PERKEBUNAN

KONDISI UMUM PERKEBUNAN KONDISI UMUM PERKEBUNAN 15 Sejarah Umum PT Perkebunan Tambi PT Perkebunan Tambi adalah perusahaan swasta. Pada masa perkembangannya PT Perkebunan Tambi telah mengalami beberapa perubahan. Pada tahun 1865

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Potensi Pucuk

PEMBAHASAN Potensi Pucuk 52 PEMBAHASAN Potensi Pucuk Hasil tanaman teh adalah kuncup dan daun muda yang biasa disebut pucuk. Pengambilan pucuk yang sudah memenuhi ketentuan dan berada pada bidang petik disebut pemetikan. Ketentuan

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan METODE MAGANG 10 Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah, mulai tanggal 1 Maret 3 Juli 2010. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH

KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH 11 KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH Sejarah Perkebunan Pada tahun 1865 PT Perkebunan Tambi merupakan perusahaan swasta milik Belanda dengan nama Bagelen Thee En Kina Maatschappij. Pengelolanya adalah

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011

PEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011 PEMBAHASAN Analisis Petik Analisis petik merupakan cara yang dilakukan untuk memisahkan pucuk berdasarkan rumus petiknya yang dinyatakan dalam persen. Tujuan dari analisis petik yaitu menilai kondisi kebun

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan

KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan PT. Perkebunan Tambi merupakan perusahaan swasta yang bergerak dibidang industri teh. Tahun 85 kebun-kebun teh di Bagelen, Wonosobo disewakan kepada Tuan D. Vander Sluij

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Wonosobo

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Wonosobo Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Wonosobo Pruning Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at Wonosobo Naelatur Rohmah dan Ade Wachjar * Departemen

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) Pruning at Plantation Unit of

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif 15 KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Pada masa pemerintahan Hindia Belanda sekitar tahun 1865 Perusahaan Perkebunan Tambi adalah salah satu perusahaan milik Belanda, dengan nama Bagelen Thee en

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Kebun Rumpun Sari Kemuning, 2008.

Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Kebun Rumpun Sari Kemuning, 2008. lampiran Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Kebun Rumpun Sari Kemuning, 2008. Tanggal Uraian kegiatan Lokasi Prestasi kerja (satuan/ HOK) Standar Penulis 11Feb08

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI SILVERIUS SIMATUPANG A24050072 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN APEL (Malus sylvestris Mill.) DI PT KUSUMA AGROWISATA, BATU-MALANG JAWA TIMUR BAITURROHMAH A

PENGELOLAAN PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN APEL (Malus sylvestris Mill.) DI PT KUSUMA AGROWISATA, BATU-MALANG JAWA TIMUR BAITURROHMAH A PENGELOLAAN PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN APEL (Malus sylvestris Mill.) DI PT KUSUMA AGROWISATA, BATU-MALANG JAWA TIMUR BAITURROHMAH A24051966 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) DI PERKEBUNAN PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN OLEH HARYO PURWANTO A24051955 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) termasuk tanaman penyegar yang mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan. Tiga kandungan utama dalam daun teh antara lain senyawa polifenol

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING KARANGANYAR, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING KARANGANYAR, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING KARANGANYAR, JAWA TENGAH MARTINI AJI A24070083 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012. Metode Pelaksanaan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

PEMBAHASAN Prosedur Gudang 44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah.

Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah. Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah. Management of Tea Plucking (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) at Unit

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT. PAGILARAN, BATANG, JAWA TENGAH. Oleh DHIAN SARASWATI A

ANALISIS PRODUKTIVITAS TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT. PAGILARAN, BATANG, JAWA TENGAH. Oleh DHIAN SARASWATI A ANALISIS PRODUKTIVITAS TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT. PAGILARAN, BATANG, JAWA TENGAH Oleh DHIAN SARASWATI A34104066 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif KEADAAN UMUM Wilayah Administratif Lokasi PT Sari Aditya Loka 1 terletak di Desa Muara Delang, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Jarak antara perkebunan ini dengan ibukota Kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan salah satu spesies yang berasal dari famili Theaceae. Di seluruh dunia tersebar sekitar 1 500 jenis yang berasal

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan 0 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah selama kurang lebih empat bulan. Waktu magang dimulai dari bulan Maret hingga Juli

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Selama percobaan berlangsung curah hujan rata-rata yaitu sebesar 272.8 mm per bulan dengan jumlah hari hujan rata-rata 21 hari per bulan. Jumlah curah hujan tersebut

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Lokasi kebun PT JAW terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Wilayah kebun dapat diakses dalam perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Angsana Estate (ASE) adalah salah satu kebun kelapa sawit PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI). PT LSI merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Minamas Gemilang,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Kakao (Theobroma Cacao L.) Di Cilacap, Jawa Tengah

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Kakao (Theobroma Cacao L.) Di Cilacap, Jawa Tengah Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Kakao (Theobroma Cacao L.) Di Cilacap, Jawa Tengah Pruning Management of Cacao (Theobroma cacao L.) in Cilacap, Central Java Angela dan Darda Efendi * Departemen Agronomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teh hitam merupakan salah satu komoditas yang dikenal masyarakat sejak tahun 1860. Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang menghasilkan devisa non migas

Lebih terperinci

PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH

PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh AGITHA AMANDA PUTRI A34104060 PROGRAM STUDI AGRONOMI

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BUNATI ESTATE PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh Camellia Kusumaning Tyas A34104031 PROGRAM

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai jenis makanan yang salah satunya adalah cokelat yang berasal dari buah kakao.kakao merupakan salah satu komoditas

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PERKEBUNAN

KONDISI UMUM PERKEBUNAN KONDISI UMUM PERKEBUNAN Sejarah Perkebunan Tambi Pada tahun 1865, PT Perkebunan Tambi merupakan perkebunan teh milik Pemerintahan Hindia Belanda yang disewakan kepada pengusaha swasta Belanda yang bernama

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN OLEH RIZA EKACITRA PUTRIANI RACHMAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 11 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif PT. Panca Surya Agrindo terletak di antara 100 0 36-100 0 24 Bujur Timur dan 100 0 04 100 0 14 Lintang Utara, di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION,

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA SELATAN OLEH EKY PERDANA A24052775

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Tambusai Estate terletak di antara 100 0 37-100 0 24 Bujur Timur dan 1 0 04-1 0 14 Lintang Utara yang terletak di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan

Lebih terperinci

SISTEMATIKA LAPORAN MINGGUAN MAGANG KERJA Halaman Judul Halaman judul memuat laporan mingguan pada minggu ke-n, lokasi magang, serta judul kegiatan

SISTEMATIKA LAPORAN MINGGUAN MAGANG KERJA Halaman Judul Halaman judul memuat laporan mingguan pada minggu ke-n, lokasi magang, serta judul kegiatan SISTEMATIKA LAPORAN MINGGUAN MAGANG KERJA Halaman Judul Halaman judul memuat laporan mingguan pada minggu ke-n, lokasi magang, serta judul kegiatan yang dilakukan dalam minggu tersebut. Log Kerja Harian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) termasuk ke dalam Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae, Genus : Pachyrhizus, Spesies

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB XI PEMANGKASAN TANAMAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak tanggal 14 Februari 2008 hingga tanggal 14 Juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti, Minamas

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN KEADAAN UMUM PERKEBUNAN Sejarah Kebun Pada awalnya PT Rumpun Sari Antan I adalah milik perusahaan asing asal Inggris yaitu NV Handel Mij Ja Wattie & Co. Ltd. yang berkantor di Tanah Abang, Jakarta. Tanaman

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

cacao L.) MELALUI PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH

cacao L.) MELALUI PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH PENINGKATAN PRODUKSI BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.) MELALUI PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH PACLOBUTRAZOL PADA BERBAGAI KONSENTRASI Oleh WAHYU OKTAVIANI A 34104010 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor 15 Desember 2009 PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Durian

Teknik Budidaya Tanaman Durian Teknik Budidaya Tanaman Durian Pengantar Tanaman durian merupakan tanaman yang buahnya sangat diminatai terutama orang indonesia. Tanaman ini awalnya merupakan tanaman liar yang hidup di Malaysia, Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal daerah subtropik yang tumbuh optimal pada 25 o -35 o lintang utara

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal daerah subtropik yang tumbuh optimal pada 25 o -35 o lintang utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman teh (Camellia Sinensis (L) O. Kuntze) merupakan tumbuhan hijau yang berasal daerah subtropik yang tumbuh optimal pada 25 o -35 o lintang utara dan 95 o -105

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan yang terhitung mulai dari 14 Februari hingga 14 Juni 2011. Kegiatan ini bertempat di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT RUMPUN SARI KEMUNING KARANGANYAR, JAWA TENGAH ALYSA INDIRA YASMINE

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT RUMPUN SARI KEMUNING KARANGANYAR, JAWA TENGAH ALYSA INDIRA YASMINE PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT RUMPUN SARI KEMUNING KARANGANYAR, JAWA TENGAH ALYSA INDIRA YASMINE DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor, 2009 PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 1 ANALISIS PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh Wahyu Kusuma A34104041 PROGRAM STUDI AGRONOMI

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Geografi

KEADAAN UMUM. Letak Geografi 8 KEADAAN UMUM PT. Sari Lembah Subur (SLS) merupakan anak perusahaan dari PT. Astra Agro Lestari, Tbk yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. PT. SLS adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun 12 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Lokasi Kebun PT Aneka Intipersada (PT AIP) merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan pada tanggal 30 Agustus 1989. Dalam manajemen Unit PT Aneka Intipersada Estate

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG KONDISI UMUM LOKASI MAGANG PT Windu Nabatindo Abadi adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), Bangun Koling

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci