KAJIAN MYELOSITOMATOSIS PADA AYAM BROILER SEBAGAI IMUNOSUPRESOR GAMMA PRAJNIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN MYELOSITOMATOSIS PADA AYAM BROILER SEBAGAI IMUNOSUPRESOR GAMMA PRAJNIA"

Transkripsi

1 KAJIAN MYELOSITOMATOSIS PADA AYAM BROILER SEBAGAI IMUNOSUPRESOR GAMMA PRAJNIA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Myelositomatosis pada Ayam Broiler sebagai Imunosupresor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2015 Gamma Prajnia NIM B

4

5 ABSTRAK GAMMA PRAJNIA. Kajian Myelositomatosis pada Ayam Broiler sebagai Imunosupresor. Dibimbing oleh VETNIZAH JUNIANTITO dan WIWIN WINARSIH. Myelositomatosis atau myeloid leukosis (ML) adalah suatu tumor yang disebabkan oleh infeksi avian leukosis virus subtipe J (ALV J), yang sering ditemukan pada ayam di seluruh dunia. Myelositomatosis pada ayam menyebabkan penurunan produksi dan peningkatan kematian ternak. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan pengkajian patologis ML yang terjadi di peternakan ayam broiler. Peningkatan kematian dengan kesulitan bernapas (dyspnoea) terlihat pada kelompok broiler berusia 7 dan 14 hari. Tahapan selanjutnya dilakukan nekropsi dan organ digunakan sebagai sampel untuk pemeriksaan histopatologi (HP). Semua organ yang dicetak dalam parafin, dipotong 5 µm, dan diwarnai dengan hematoksilin dan eosin (melihat morfologi), periodic acid Schiff untuk karbohidrat, dan Masson trichrome untuk kolagen. Temuan HP dari ML termasuk sel myeloid tersebar di daerah interstisium dan perivaskular ginjal, hati, paru, dan jantung. Ciri khusus yaitu peningkatan dari jumlah (>70%) sel-sel myeloid ditemukan pada sumsum tulang. Lesio lain yang juga ditemukan adalah pneumonia granulomatosa invasif yang terdiri dari fokus peradangan yang tidak berbatas jelas dengan jaringan ikat dan hifa jamur yang memiliki septa konsisten dengan morfologi kapang Aspergillus spp. Myelositomatosis terdeteksi pada kelompok ayam umur 29 minggu, khususnya di dalam hati dan ovarium. Temuan ini menunjukkan bahwa penularan ML secara vertikal dapat menyebabkan imunosupresi yang dapat mengawali terjadinya lesio granulomatosa invasif. Pneumonia granulomatosa invasif dengan ML belum pernah ditemukan pada unggas. Kata kunci: aspergilosis, ayam broiler, pneumonia granulomatosa invasif, myelositomatosis.

6 ABSTRACT GAMMA PRAJNIA. Study of Myelocytomatosis in Broiler as a Immunosuppressor. Supervised by VETNIZAH JUNIANTITO and WIWIN WINARSIH. Myelocytomatosis or myeloid leucosis (ML) is a kind of neoplastic disease caused by Avian leucosis virus subtype J (ALV J) infection, which often found in chickens worldwide. Myelocytomatosis in chickens cause reduced productivity and increased mortality in flocks. The aim of this study was to make pathological assessment of ML occurred in a broiler farm. Increased mortality with breathing difficulty (dyspnoea) were noted in broiler flocks aging 7 and 14 days. Afterwards necropsy was performed and organs were sampled for histopathological examinations. All organs were embedded in paraffin, sectioned at 5 µm, and stained with hematoxylin and eosin (for morphology), periodic acid Schiff for carbohydrates, and Masson trichrome for collagens. Histopathological findings of ML included scattered myeloid cells depositions in the interstitium and perivascular area of kidney, liver, lung, and heart. Additionally, high percentage (>70%) of myeloid cells were found in the bone marrow. In addition to ML in various organs, there were invasive granulomatous pneumonia comprises of poorly demarcated fibrous bands, and septate fungal hyphae which consistent with the morphology of Aspergillus spp. Myelocytomatosis were also detected in the breeder flocks aging 29 weeks, notably in liver and ovaries. These findings suggest that vertical ML transmission may cause immunosupression which lead to invasive granulomatous lesion. Invasive granulomatous pneumonia with ML has never been documented in poultry. Keywords: aspergillosis, broiler, invasive granulomatous pneumonia, myelocytomatosis.

7 KAJIAN MYELOSITOMATOSIS PADA AYAM BROILER SEBAGAI IMUNOSUPRESOR GAMMA PRAJNIA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

8

9 Judul Skripsi: Kajian Myelositomatosis pada A yam Broiler sebagai Imunosupresor Nama : Gamma Prajnia NIM : B Disetujui oleh Drh Vetnizah Juniantito, PhD APVet Pembimbing I Dr Drh Wiwin Winarsih, MSi APVet Pembimbing II tahui oleh Tanggal Lulus: 1 4 JAN 2015

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 ini ialah studi kasus, dengan judul Kajian Myelositomatosis pada Ayam Broiler sebagai Imunosupresor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Drh Vetnizah Juniantito, PhD APVet dan Ibu Dr Drh Wiwin Winarsih, MSi APVet selaku pembimbing. Terima kasih penulis ucapkan kepada staf Laboratorium Patologi yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayahanda Adi Suwito, Ibunda Nanik Susmiati, kakak, adik, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Terima kasih saya juga sampaikan kepada sahabat saya (Dwida, Anisa, Anggun, Shovia, Hida, Risti, Harini, Laras, Nurul, Ghina, Nurul Chotimah, Faisal, Satrio, Erlan, Tri, Armedi, Andri, Mustofa, Maya, Intan, Andra, Amanda, Rahmad, Dini, Fajar, dan Nadia) dan keluarga Acromion 47 yang senantiasa membantu dan mendukung saya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga penulis sangat menghargai untuk saran yang diberikan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Januari 2015 Gamma Prajnia

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL Vi DAFTAR GAMBAR Vii DAFTAR LAMPIRAN Vii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1 Manfaat Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Hematopoiesis 2 Myelositomatosis 2 Avian Leukosis Virus J 3 Imunosupresi 3 Aspergilosis 3 METODE 4 Waktu dan Tempat 4 Bahan 4 Alat 5 Metode Penelitian 5 Prosedur Analisis Data 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Pembahasan 6 SIMPULAN DAN SARAN 13 Simpulan 13 Saran 14 DAFTAR PUSTAKA 14 RIWAYAT HIDUP 17

12 DAFTAR TABEL 1 Hasil pemeriksaan patologi anatomi 6 2 Hasil pemeriksaan histopatologi 7 DAFTAR GAMBAR 1 Sumsum tulang U 50/13 umur 14 hari. Peningkatan persentase jumlah sel myelosit (panah) yang mencapai lebih dari 70% dari keseluruhan sel. Pewarnaan HE, bar= 20 µm. 8 2 Ovarium U 63/ 13. Akumulasi multifokal sel myelosit (panah) di interstisium. Pewarnaan HE, bar= 20 µm. 8 3 Jantung U 50/13 umur 7 hari. Infiltrasi sel myelosit (panah a) dan nekrosa otot (panah b). Pewarnaan HE, bar= 20 µm. 9 4 Jantung U 50/13 umur 7 hari. Perikarditis granulomatosa (panah) ditandai dengan jaringan nekrosis yang dikelilingi oleh sel radang limfosit, makrofag, dan sel raksasa. Pewarnaan HE, bar= 40 µm. 9 5 Ginjal U 63/13. Infiltrasi sel myelosit di interstisium (panah). Pewarnaan HE, bar= 20 µm Limpa U 50/13 umur 7 hari. Deplesi pulpa putih (panah). Pewarnaan HE, bar= 80 µm Paru U 63/13. Bronkitis, yang ditandai dengan infiltrasi sel radang (panah) pada bagian sub-epithelial. Pewarnaan HE, bar= 40 µm Paru U 50/13 umur 7 hari. Kapang yang diduga Aspergillus spp. (panah). Pewarnaan PAS, bar= 40 dan 20 µm Paru U 50/13 umur 7 hari. Radang granuloma dengan sel raksasa tipe benda asing (panah). Pewarnaan HE, bar= 40 µm Paru U 50/13 umur 14 hari. Radang granuloma invasif yang tidak penuh dikelilingi oleh jaringan ikat (panah). Pewarnaan MT, bar= µm.

13 PENDAHULUAN Dewasa ini kebutuhan protein masyarakat Indonesia semakin meningkat seiring dengan pertambahan populasi penduduk. Daging unggas merupakan salah satu sumber protein hewani. Kemensesneg (1998), menjelaskan dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 tahun 1998 tentang Kebijakan Terbukanya Usaha Bidang Peternakan bahwa jenis usaha peternakan yang dicanangkan adalah usaha ayam pedaging (broiler). Masalah paling menonjol dalam pemeliharaan ayam broiler adalah tingginya kematian pada anak ayam dibawah umur 2 bulan. Pada umur tersebut terdapat berbagai serangan penyakit di antaranya Newcastle disease, infectious bronchitis, infectious bursal disease, avian influenza, dan tumor (Xie et al. 2010; Han et al. 2011; Li et al. 2011; Pourceau et al. 2011). Tumor pada ayam dapat menyebabkan kerugian ekonomi karena menyebabkan penurunan produksi dan meningkatkan jumlah kematian pada ternak. Insidensi penyakit tumor menular pada ayam paling sering disebabkan oleh 3 kelompok virus yaitu Marek s disease virus, Reticuloendotheliosis virus, dan Avian leukosis virus J (ALV J) (Mckay 1998). Avian leukosis virus J merupakan golongan yang sama dengan virus penyebab human immunodeficiency virus (HIV) atau acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) pada manusia. Virus tersebut menyerang sistem kekebalan tubuh. Avian leukosis virus J pada unggas menginfeksi sel darah putih tipe myelosit dan menyebabkan transformasi sel tumor myelosit yang lebih dikenal dengan myelositomatosis atau myeloid leukosis (ML). Ciri kasus ML satu diantaranya adalah terlihat adanya sel myelosit dengan karakteristik nukleus besar berbentuk bulat atau elips dan berada pada bagian tepi dengan kromatin yang terlihat jelas, serta sitoplasma yang bergranul eosinofilik (Fadly 2000; Wu et al. 2010). Kasus ML ditandai dengan keberadaan sel myelosit dalam jumlah yang berlebih di dalam sumsum tulang (Calnek 1997). Lesio penyakit ML sering ditemukan pada organ paru, jantung, hati, ginjal, limpa, ovarium, dan sumsum tulang dengan melakukan pengamatan secara histopatologi (HP). Menurut Agungpriyono et al. (2006), kejadian ML dapat menyebabkan penurunan kekebalan tubuh (imunosupresi). Imunosupresi pada ayam broiler berpotensi meningkatkan kejadian infeksi agen lain seperti Aspergillus spp. Berdasarkan deskripsi di atas perlu dilakukan studi kasus untuk mengkaji perubahan patomorfologi kejadian ML pada ayam broiler. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengkaji kejadian ML pada peternakan ayam broiler dengan melihat keberadaan sel myelosit dan adanya perubahan pada organ internal ayam broiler berdasarkan pengamatan histopatologi.

14 2 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah memberi informasi tentang kejadian ML yang muncul akibat adanya infeksi dari ALV J serta mengetahui perubahanperubahan yang terjadi pada organ internal. TINJAUAN PUSTAKA Hematopoiesis Hematopoiesis adalah proses pembentukan darah yang terjadi di dalam jaringan hemopoietik. Hematopoiesis dimulai dari kantung kuning telur dan di daerah dorsal aorta pada awal embrio (Liippo dan Lassila 2006). Proses ini akan berlangsung hingga dewasa. Aktifitas hematopoiesis mencapai puncaknya kirakira 2 minggu pasca menetas, kemudian aktifitas hematopoiesis berkurang. Sel darah immature dapat ditemukan di sekitar sumsum tulang, timus, bursa fabrisius, aorta jantung, faring, saraf kranial, ganglion spinalis, jaringan subkutan, otot, gonad, pankreas, dan ginjal. Proses hematopoiesis setelah ayam menetas paling utama dilakukan di sumsum tulang dan tulang belakang (Riddell 1996). Sumsum tulang dapat dipengaruhi secara langsung atau tidak langsung oleh hewan itu sendiri maupun lingkungan sekitar. Peningkatan sel sumsum tulang umumnya disebabkan oleh hiperplasia sebagai hasil dari persembuhan atrofi sumsum tulang. Proses hematopoiesis sel pluripoten berkembang menjadi sel limfoid dan sel myeloid. Sel limfoid kemudian berdiferensiasi menjadi sel T dan sel B, sedangkan sel myeloid akan berdiferensiasi menjadi sel-sel eritroblas, megakarioblas, normoblas, dan myeloblas. Sel myeloblas akan berproliferasi menjadi sel myelosit yang selanjutnya akan berubah menjadi basofil, heterofil, dan eosinofil. Peningkatan sel darah putih di dalam sirkulasi sering disebabkan oleh penyakit infeksius pada unggas. Sel-sel di dalam darah sering dikaitkan dengan kejadian tumor yang disebabkan oleh virus termasuk limfoid leukosis, eritroblastosis, myeloblastosis, dan myelositomatosis (Riddell 1996). Myelositomatosis Penyakit myelositomatosis atau myeloid leukosis (ML) adalah suatu tumor sel myelosit yang disebabkan oleh avian leukosis virus subgroup J (ALV J). Gambaran patomorfologi tumor ini satu diantaranya terlihat adanya infiltrasi sel myelosit terinfeksi yang terakumulasi melimpah di dalam sumsum tulang dan organ-organ internal ayam (Calnek 1997; Wu et al. 2010). Sel myelosit secara normal berasal dari perkembangan sel myeloblas di dalam sumsum tulang dan tidak akan ditemukan pada peredaran darah perifer serta jaringan tubuh. Kasus infeksi oleh ALV J, ditandai dengan ditemukannya sel myelosit yang bersirkulasi di dalam sistem peredaran darah (leukosis) dan berakumulasi dalam jaringan sebagai tumor ML. Secara mikroskopis tumor terlihat seperti sel myelosit dengan

15 3 karakteristik nukleus besar berbentuk bulat atau elips dan berada pada bagian tepi dengan kromatin yang terlihat jelas, serta sitoplasma yang bergranul eosinofilik (Fadly 2000; Wu et al. 2010). Selain menyebabkan tumor sel darah putih tipe myelosit, pertumbuhan tumor myelosit pada organ-organ viseral dan limfoid dapat menyebabkan imunosupresi pada ayam yang dapat berakibat pada kegagalan vaksinasi serta meningkatnya berbagai kasus penyakit di lapang (Agungpriyono et al. 2006). Avian Leukosis Virus J Galur baru ALV berhasil diisolasi dari ayam broiler di Inggris pada tahun Galur ini dinamakan sebagai subgroup J. Avian leukosis virus termasuk ke dalam genus Alpharetrovirus dari keluarga Retroviridae (Gao et al. 2011). Infeksi virus ALV J menyerang sistem kekebalan tubuh unggas, terutama menyerang selsel darah putih tipe myelosit dan menyebabkan transformasi sel tumor myelosit atau ML (Agungpriyono et al. 2006). Avian leukosis virus J menyebar secara vertikal melalui embrio dan horizontal melalui kontak langsung (Payne 1998). Penyakit yang ditimbulkan oleh ALV J akan menyebar dengan cepat dan menjadi salah satu permasalahan yang utama dalam industri ayam broiler (Venugopal 1999). Selain itu, virus ini juga dapat menginduksi berbagai tumor dan menyebabkan kerugian ekonomi yaitu penurunan produksi dan meningkatnya jumlah kematian pada ternak ayam broiler (Payne 1998). Imunosupresi Imunosupresi adalah suatu kondisi terjadinya penurunan reaksi pembentukan zat kekebalan tubuh atau antibodi akibat kerusakan organ limfoid (Machdum 2014). Secara garis besar imunosupresi dibagi dalam 2 golongan yaitu imunosupresi kongenital dan dapatan (Radji 2010). Imunosupresi kongenital pada umumnya disebabkan oleh kelainan respon imun bawaan berupa kelainan dalam sistem fagosit dan komplemen atau dalam proses diferensiasi fungsi limfosit. Imunosupresi dapatan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain infeksi virus yang dapat merusak sel limfosit, malnutrisi, penggunaan obat-obatan kortikosteroid yang bersifat sitotoksik, dan penyakit tumor. Dengan adanya penurunan jumlah antibodi dalam tubuh, maka agen penyakit akan lebih mudah masuk dan menginfeksi tubuh sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan produksi. Tanda-tanda terjadinya kasus imunosupresi adalah performa produksi yang buruk dari suatu flock peternakan, yang dapat disebabkan oleh terjadinya kematian yang sangat tinggi, penurunan bobot tubuh, konversi pakan yang tinggi, dan banyaknya ayam yang kerdil. Aspergilosis Aspergilosis didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan oleh spesies kapang Aspergillus spp. (Dorland 2012). Penyakit ini menyerang saluran

16 4 pernapasan, terutama paru dan kantung hawa unggas, serta menyebabkan gangguan pernapasan. Akibatnya, produktivitas telur dan daging ayam terganggu (Gholib 2005). Aspergilosis menyerang semua tingkatan umur dan telah tersebar di seluruh dunia, terutama negara-negara tropis yang bercuaca panas dan lembab. Penyakit ini menyerang secara sistemik yang berarti menyerang di dalam tubuh ternak dan dapat menyebar ke seluruh bagian tubuh. Spora Aspergillus spp. dapat masuk ke dalam tubuh unggas secara perinhalasi, pakan yang terkontaminasi, dan telur yang mengandung spora. Spora yang masuk ke dalam tubuh, terbawa aliran darah sehingga menyebabkan kerusakan pada berbagai organ. Lesio aspergilosis pada organ dapat berupa hifa di dalam sarang-sarang radang granuloma pada organ respirasi terutama paru dan kantung hawa. Radang granuloma merupakan bentuk dari pertahanan tubuh terhadap agen penyebab granuloma yang persisten. Radang granuloma merupakan bentuk radang kronis yang ditandai dengan adanya kumpulan makrofag termodifikasi (sel raksasa multinukleus) yang menyerupai sel epitel, yang umumnya dikelilingi sel limfosit (Dorland 2012). Teknik identifikasi kapang pada kasus granuloma akibat Aspergillus spp. umumnya menggunakan pewarnaan khusus seperti periodic acid Schiff (PAS). Teknik pewarnaan ini dapat mewarnai dinding polisakarida dari kapang Aspergillus spp. (Permi et al. 2012). METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Patologi Veteriner, Divisi Patologi Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi, FKH IPB. Penelitian dilaksanakan dari bulan September 2013 sampai bulan Februari Alat dan Bahan Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu organ paru, jantung, hati, ginjal, limpa, ovarium, dan sumsum tulang dari 21 sampel ayam broiler. Selain itu juga dibutuhkan bahan-bahan untuk membuat preparat histopatologi seperti paraffin, xylol, alkohol (70%, 80%, 90%, absolute), formalin 10%, buffered neutral formalin (BNF) 10%, dan etelan. Pewarnaan yang digunakan untuk pewarnaan hematoksilin eosin (HE), periodic acid Schiff (PAS), dan Masson trichrome (MT). Bahan-bahan untuk pewarnaan PAS yaitu periodic acid 1%, air sulfit, akuades, reagen schiff, dan pewarnaan hematoksilin. Bahan-bahan untuk pewarnaan MT yaitu meordant, carrazi s hematoxylin, orange G 75%, acetic acid 1%, ponceau xylidine fuchsin, phosphotungstic acid 2,5%, anilin blue, alkohol 95%, dan akuades.

17 5 Alat Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu alat-alat untuk membuat preparat histopatologi seperti tissue cassette, scalpel, tissue embedding console, microtome, pisau microtome, mesin blocking, rak khusus pewarnaan, gelas ukur, object glass, cover glass, dan mikroskop cahaya. Metode Penelitian Evaluasi histopatologi Pemeriksaan sampel organ yang diamati berasal dari 21 ekor ayam broiler (Gallus domesticus) ras Lohmann yang berasal dari suatu peternakan di daerah Purwakarta, Jawa Barat. Sampel ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok pertama dengan kode U 50/13 berjenis kelamin jantan dan betina berumur 7 dan 14 hari. Kelompok kedua dengan kode U 63/13 berjenis kelamin betina berumur 29 minggu yang merupakan induk dari ayam day old chick (DOC) dengan kode U 50/13. Pembuatan preparat HP dilakukan dengan cara menekropsi dan mengambil organ paru, jantung, hati, ginjal, limpa, ovarium, dan sumsum tulang. Organ tersebut selanjutnya difiksasi di dalam BNF 10% selama 6 48 jam. Fiksasi Organ paru, jantung, hati, ginjal, limpa, ovarium, dan sumsum tulang disayat sekitar 3 mm di bagian perbatasan antara bagian yang terdapat lesio dengan bagian yang tidak mengalami kelainan dan diberi label nama. Sayatan organ tersebut dimasukkan ke dalam tissue cassette dan disimpan dalam wadah yang berisi cairan BNF 10% sampai siap dilakukan proses selanjutnya yaitu dehidrasi. Dehidrasi Dehidrasi dilakukan pada mesin prosesor otomatis. Proses ini dilakukan bertahap dengan alkohol konsentrasi bertingkat, yaitu konsentrasi 70%, 80%, dan 90%, serta alkohol absolut I dan II masing-masing selama 2 jam. Proses selanjutnya dilakukan penjernihan dengan menggunakan xylol I dan II. Pencetakan Setelah proses dehidrasi selesai, dilakukan pencetakan dengan menggunakan tissue embedding console. Proses pencetakan dilakukan dengan penuangan paraffin sampai setengah cetakan. Potongan jaringan dimasukkan ke dalam cetakan tersebut dan ditambahkan dengan paraffin hingga cetakan penuh. Selanjutnya cetakan diberi label nama, kemudian didinginkan pada suhu 4 C. Pemotongan Proses pemotongan blok dilakukan menggunakan microtome. Pemotongan dilakukan pada hasil cetakan dengan ketebalan 5 µm. Hasil potongan dimasukkan ke dalam waterbath, kemudian diletakkan pada object glass dan dikeringkan pada suhu ruang. Setelah itu, preparat diletakkan dan disimpan dalam inkubator sampai dilakukan pewarnaan.

18 6 Pewarnaan Proses selanjutnya yaitu deparafinisasi dengan xylol III, II, I, alkohol absolut III, II, I, alkohol 96%, 90%, 80%, dan 70% masing-masing selama 2 menit. Selanjutnya seluruh preparat organ diwarnai dengan pewarnaan HE serta pewarnaan PAS dan MT digunakan untuk mewarnai organ paru. Preparat yang telah diwarnai, dimasukkan ke dalam alkohol bertingkat dari alkohol 70%, 80%, 90%, 96%, alkohol absolut I, II,III, kemudian xylol I, II, III masing-masing selama 2 menit. Proses terakhir yaitu preparat satu per satu diberi etelan lalu ditutup dengan cover glass dan siap untuk dilihat dengan mikroskop. Pengamatan dilakukan terhadap perubahan histopatologi terhadap stuktur organ paru, jantung, hati, ginjal, limpa, ovarium, dan sumsum tulang. Prosedur Analisis Data Data dianalisis secara deskriptif dengan pengamatan histopatologi (HP) yaitu melihat keberadaan sel myelosit dan adanya perubahan HP struktur organ internal ayam broiler. HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel ayam broiler pada penelitian kali ini dibagi menjadi dua kelompok, yakni kode U 50/13 menunjukkan bahwa sampel tersebut berjenis kelamin jantan dan betina berumur 7 dan 14 hari. Sementara, kode U 63/13 berjenis kelamin betina berumur 29 minggu yang merupakan induk dari ayam day old chick (DOC) dengan kode U 50/13. Berdasarkan anamnese sampel yang diteliti menunjukkan peningkatan jumlah kematian serta kesulitan bernapas. Sampel organ paru, jantung, hati, ginjal, dan ovarium diamati lesio patologi anatomi (PA) yang dapat terlihat pada Tabel 1. Tabel 1 Hasil pemeriksaan patologi anatomi Organ Perubahan U 50/13 U 63/13 Paru Radang granuloma Hati Umur 14 hari: Perihepatitis Bengkak dan pucat Jantung Perikarditis Perikarditis Ginjal Umur 7 hari: Endapan asam urat disertai dengan kebengkakan ginjal Ovarium Oophoritis Hasil pengamatan secara HP pada sampel U 50/13 umur 14 hari terlihat adanya kumpulan sel myelosit seperti pada Gambar 1. Hasil pengamatan ditemukan peningkatan jumlah sel myelosit (>70%). Peningkatan jumlah sel myelosit yang immature dalam jumlah banyak dengan karakteristik nukleus besar berbentuk bulat atau elips dan berada pada bagian tepi dengan kromatin yang terlihat jelas, serta sitoplasma yang bergranul eosinofilik disebut sebagai myelositomatosis atau myeloid leukosis (ML) (Fadly 2000; Wu et al. 2010).

19 7 Kejadian ML ditandai dengan ditemukan sel myelosit di beberapa organ seperti paru, ginjal, hati, jantung, limpa, dan ovarium. Sel tumor ML terlihat seperti sel myelosit normal di sumsum tulang, namun proliferasi dan pertumbuhannya terjadi sangat cepat (Calnek 1997). Terdapat gambaran mitosis dari sel myelosit dalam tumor ML. Mitosis sel myelosit tanpa disertai dengan diferensiasi sel pada sumsum tulang menyebabkan kegagalan proses hematopoiesis, sehingga sel darah putih sebagai pertahanan terhadap agen penyakit tidak terbentuk dan menyebabkan terjadinya imunosupresi. Deskripsi lesio HP organ paru, jantung, hati, ginjal, ovarium, limpa, serta sumsum tulang juga dijelaskan secara komprehensif pada Tabel 2. Tabel 2 Hasil pemeriksaan histopatologi Organ Paru Perubahan U 50/13 U 63/ Radang granuloma disertai dengan hifa tidak berwarna dibagian tengah radang 2. Radang granuloma invasif 3. Infeksi sekunder oleh bakteri ditandai jumlah sel heterofil yang tinggi dan terdapat koloni bakteri yang membentuk radang granuloma 4. Trombus 1. Bronkhitis 2. Akumulasi sel myelosit di interstisium Ginjal Umur 14 hari: Embolus sel myelosit 1. Proliferasi sel-sel myelosit di interstisium dan di dalam pembuluh darah 2. Nekrosis multifokal tubulus ginjal Hati Jantung Limpa Sumsum tulang Ovarium Umur 7 hari: Kongesti dan infiltrasi selsel myelosit 1. Perikarditis granulomatosa 2. Perikardits fibrinosa 3. Miokarditis Umur 7 hari: Deplesi pulpa putih dan splenitis Umur 14 hari: Deplesi pulpa putih, proliferasi sel myelosit di pulpa merah, dan rendahnya sel darah merah di pulpa merah 1. Tingginya presentase sel myelosit (>70%) 2. Akumulasi sel myelosit dan sel limfoid Infiltrasi sel myelosit di sekitar pembuluh darah Deplesi sel limfoid pulpa putih Akumulasi sel myelosit di interstisium ovarium Kejadian ML disebabkan oleh ALV J (Riddell 1996). Gen virus akan bersatu dengan gen induk semang dan menyebar ke sel hasil mitosis. Avian leukosis virus J menyebar secara horizontal melalui kontak langsung dan vertikal melalui embrio dari induk ke anak (Payne 1998). Pada kasus ML, virus ALV J masuk ke dalam sel myelosit induk semang. Proliferasi dan pertumbuhan sel myelosit terjadi sangat cepat (Calnek 1997). Penyakit akan menyebar melalui proliferasi sel yang terinfeksi (Akson 1993). Ditemukannya sel myelosit di

20 8 beberapa organ menandakan bahwa sel myelosit telah bermetastasis. Sel myelosit akan bermetastasis dalam pembuluh darah dan menyebar ke seluruh tubuh secara sistemik (McEntee 1990 dalam Afriani 2006). Sel myelosit yang terbawa dalam pembuluh darah akan masuk ke sistem genitalia seperti ovarium (Ferry 2011). Hal ini memungkinkan proses penularan ML secara vertikal dari induk ke anaknya. Dari hasil pengamatan secara HP sampel U 63/13, ditemukan kumpulan sel myelosit pada ovarium seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 1 Sumsum tulang U 50/13 umur 14 hari. Peningkatan persentase jumlah sel myelosit (panah) yang mencapai lebih dari 70% dari keseluruhan sel. Pewarnaan HE, bar= 20 µm. Gambar 2 Ovarium U 63/ 13. Akumulasi multifokal sel myelosit (panah) di intestisium. Pewarnaan HE, bar= 20 µm. Metastasis sel myelosit juga ditemukan pada organ jantung. Berdasarkan pengamatan secara HP pada organ jantung ditemukan sel-sel tumor yang memiliki

21 9 karakteristik sama dengan sel tumor yang ada di ovarium. Pemeriksaan HP organ jantung sampel U 50/13 umur 7 dan 14 hari, ditemukan metastasis sel myelosit pada miokardium yang disebut miokarditis. Selain itu, pada bagian miokardium juga ditemukan lesio nekrosa otot jantung yang terlihat pada Gambar 3. Perikardium ditemukan lesio perikarditis granulomatosa (Gambar 4). Radang granuloma yang terbentuk pada perikardium merupakan suatu bentuk pertahanan tubuh dengan adanya infiltrasi sel heterofil, makrofag, limfosit, dan fibroblas di sekitar radang. Perikardium mengalami penebalan akibat pertumbuhan jaringan ikat dan fibrin. Lesio ini sering disebut perikarditis fibrinosa. Gambar 3 Jantung U 50/13 umur 7 hari. Infiltrasi sel myelosit (panah a) dan nekrosa otot (panah b). Pewarnaan HE, bar= 20 µm. Gambar 4 Jantung U 50/13 umur 7 hari. Perikarditis granulomatosa (panah) ditandai dengan jaringan nekrosis yang dikelilingi oleh sel radang limfosit, makrofag, dan sel raksasa. Pewarnaan HE, bar= 40 µm.

22 10 Berdasarkan pengamatan sampel organ hati U 50/13 umur 7 hari secara HP, ditemukan lesio berupa kongesti dan infiltrasi sel myelosit pada hati. Tekanan tumor ML pada vena porta menyebabkan kongesti. Infiltrasi sel myelosit pada organ hati mengindikasikan terjadinya hepatitis karena agen infeksius yang parah. Hati dapat terinfeksi oleh agen infeksius melalui 3 cara yaitu hematogenous, penetrasi langsung, dan melalui sistem biliar (ascenden). Infeksi yang paling umum terjadi, yaitu melalui jalur hematogenous karena organ hati menerima banyak darah dari arteri hepatika dan vena porta (Hou et al. 2011). Kejadian hepatitis yang disertai dengan kongesti disebut hepatitis perivaskular. Pengamatan sampel organ ginjal U 50/13 umur 14 hari dan U 63/13 secara HP ditemukan sel-sel tumor sel myelosit di pembuluh darah dan pada interstisium ginjal (Gambar 5). Lesio lain yang terlihat pada pengamatan organ ginjal adalah adanya nekrosa multifokal tubulus ginjal. Tekanan sel-sel tumor pada tubulus ginjal menyebabkan nekrosa multifokal, sementara pada glomerulus ginjal masih terlihat normal. Gambar 5 Ginjal U 63/13. Infiltrasi sel myelosit di interstisium (panah). Pewarnaan HE, bar = 20 µm. Pengamatan HP organ limpa U 50/13 umur 14 hari menunjukkan penurunan jumlah sel darah merah di pulpa merah. Lesio deplesi pulpa putih dan proliferasi sel myelosit terlihat pada pengamatan HP pada semua sampel ayam broiler (Gambar 6). Lesio tersebut menyebabkan sel limfoid yang terbentuk semakin berkurang sehingga memicu kondisi imunosupresi (Calnek 1998). Kondisi imunosupresi dapat menyebabkan kegagalan vaksinasi dan peningkatan kejadian infeksi sekunder di lapangan, satu diantaranya yaitu infeksi sekunder oleh kapang Aspergillus spp. yang menyebabkan aspergilosis. Pagano et al. (2008) menerangkan bahwa aspergilosis bersifat invasif sering terjadi pada penderita imunosupresi yang disebabkan ML. Kejadian aspergilosis yang mengikuti ML mempunyai tingkat kematian yang cukup tinggi yaitu 30 40%. Penyakit ini menyerang organ pernapasan terutama organ paru dan kantung hawa serta dapat menyebabkan gangguan pernapasan (Gholib 2005).

23 11 Pengamatan gambaran HP preparat organ paru dilakukan dengan pewarnaan HE. Berdasarkan hasil pengamatan sampel U 63/13 ditemukan lesio bronkhitis yang ditandai dengan penebalan epitel bronkus, infiltrasi sel heterofil dan adanya eksudat di lumen bronkus (Gambar 7). Metastasis tumor ML ditemukan pada organ paru yang ditandai dengan akumulasi sel myelosit pada bagian interstisium. Gambar 6 Limpa U 50/13 umur 7 hari. Deplesi pulpa putih (panah). Pewarnaan HE, bar= 80 µm. Gambar 7 Paru U 63/13. Bronkhitis, yang ditandai dengan infiltrasi sel radang (panah) pada bagian sub epithelial. Pewarnaan HE, bar= 40 µm. Pengamatan juga dilakukan pada sampel U 50/13 umur 7 dan 14 hari. Hasil pengamatan menunjukkan radang granuloma yang parah ditandai dengan adanya struktur hifa tidak terwarnai di tengah radang. Hasil pewarnaan preparat dengan periodic acid Schiff (PAS), organ paru memperlihatkan keberadaan hifa dari Aspergillus spp. (Gambar 8). Reagen Schiff akan mewarnai dinding sel hifa yang mengandung karbohidrat. Hifa bersepta dan bercabang 45 konsisten dengan

24 12 morfologi kapang Aspergillus spp, yang mengindikasikan kemungkinan kasus aspergilosis. Gambar 8 Paru U 50/13 umur 7 hari. Kapang yang diduga Aspergillus spp. (panah). Pewarnaan PAS, bar= 40 dan 20 µm. Organ paru yang terinfeksi oleh Aspergillus spp. ditandai dengan adanya radang granuloma. Radang granuloma yang ditemukan pada penelitian ini dicirikan dengan adanya sel raksasa tipe benda asing dan jaringan ikat yang mengelilingi fokus peradangan (Gambar 9). Radang granuloma merupakan bentuk radang kronis yang ditandai dengan adanya kumpulan makrofag termodifikasi (sel raksasa multinukleus) yang menyerupai sel epitel, yang umumnya dikelilingi sel limfosit (Dorland 2012). Berdasarkan hasil pengamatan HP organ paru sampel ayam broiler ditemukan adanya radang granuloma yang bersifat invasif. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 10, dari hasil pewarnaan Masson trichrome (MT) organ paru menunjukkan fokus radang granuloma yang tidak dibatasi dengan jaringan ikat (berwarna biru). Sundaram dan Murthy (2011), menjelaskan bahwa kejadian radang granuloma invasif yang disebabkan penyakit aspergilosis sering terjadi pada individu yang mengalami imunosupresi. Hal ini disebabkan belum terbentuknya jaringan ikat untuk melokalisir infeksi, tetapi pada kasus ini radang granuloma sudah menyebar ke seluruh jaringan paru. Kejadian ML yang disertai juga dengan myeloid leukimia juga menyebabkan adanya granuloma aspergilosis bersifat invasif yang berhubungan dengan faktor imunosupresi pada kasus di manusia (Aquino et al. 1994). Myelositomatosis seringkali ditandai dengan proliferasi sel myeloid pada sumsum tulang yang menyebabkan produksi leukosit pada sumsum tulang terutama sel neutrofil, monosit, serta limfosit menurun. Penurunan produksi leukosit menyebabkan respon kekebalan terhadap adanya infeksi menjadi kurang responsif yang pada akhirnya akan menimbulkan infeksi yang meluas (Butcher dan Miles 2014). Berdasarkan studi literatur, belum pernah dilaporkan adanya kasus ML yang disertai granuloma invasif pada ayam.

25 13. Gambar 9 Paru U 50/13 umur 7 hari. Radang granuloma dengan sel raksasa tipe benda asing (panah). Pewarnaan HE, bar= 40 µm. Gambar 10 Paru U 50/13 umur 14 hari. Radang granuloma invasif yang tidak penuh dikelilingi oleh jaringan ikat (panah). Pewarnaan MT, bar= 40 µm. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan yang diperoleh dari studi kasus ini adalah ditemukannya myelositomatosis atau myeloid leukosis (ML) pada anak ayam yang diikuti dengan radang granuloma invasif. Penularan ML pada kasus ini diduga terjadi secara vertikal yang ditunjukkan dengan ditemukannya fokus-fokus sel tumor

26 14 myelosit pada organ ovarium induk ayam. Granuloma invasif pada kasus ini diduga berkaitan dengan faktor imunosupresi akibat ML. Saran Pengamatan pada sampel organ lebih lanjut perlu dilakukan dengan pewarnaan imunohistokimia untuk mengetahui distribusi virus ALV J penyebab ML pada organ. Selain itu perlu dilakukan diagnosa ML secara dini pada induk DOC untuk mencegah penularan secara vertikal agar dapat menghindari imunosupresi pada DOC. DAFTAR PUSTAKA Afriani Kajian myelositomatosis pada ayam kampung betina [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Agungpriyono DR, Estuningsih S, Satyaningtijas AS Penentuan karakteristik sitokimia granul myelosit pada sediaan ulas darah untuk deteksi dini penyakit tumor sel darah myelosit avian leucosis. [abstrak]. Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi, Kedokteran Hewan, IPB. Akson BT Manual Kesehatan Unggas. Yogyakarta (ID): Kanisius. Aquino MZ, Brasciner A, Cristofani LM, Maluf PT, Filho VC, Marques HHS, Vaccari EMH, Lacaz CS, Melo NT Aspergillosis in immunocompromised children with acute myeloid leukemia and bone merrow aplasia. Report of two cases. Revista do Instituto de Medicina Tropical de Sao Paulo. 36(5): Butcher GD, Miles RD Myeloid leukosis (J virus) an international broiler industry concern [Internet]. [diunduh: 2014 Desember 12]. Tersedia pada: Ufl.edu. Calnek BW Disease of Poultry. Ed 10 th. Iowa (US): Iowa State University Pr. Calnek BW Lymphomagenesis in marek s. Avian Pathology. 27:S54 S64. Dorland Kamus Saku Kedokteran. Ed 28 th. Jakarta (ID): EGC. Fadly AM Isolation and identification of avian leukosis viruses:a review. Avian Pathology. 29: Ferry JA Hematologic neoplasms and selected tumor like lesions involving the female reproductive organs. Springer Gao Y, Yun B, Qin L, Pan W, Qu Y, Liu Z, Wang Y, Qi X, Gao H, Wan X Molecular epidemiology of avian leukosis virus subgroup J in layer flocks in China. Journal of Clinical Microbiology. 50(3): 953. Gholib D Pengembangan tehnik serologi untuk pemeriksaan aspergilosis ayam. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 10(2): Han Z, Sun C, Yan B, Zhan B, Zhan X, Wang Y, Li C, Zhang Q, Ma Y, Shao Y et al A 15 years analysis of molleculer epidemiologi of avian infectious bronchitis coronavirus in China. Journal of Infection, Genetics and Evolution. 11:

27 Hou Y, Zou Q, Ge R, Shen F, Wang Y The critical of CD133 + CD44 +/high tumor cells in hematogenous metastasis of liver cancers. Cell Research. 22: [Kemensesneg] Kementrian Sekretaris Negara Indonesia Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 1998 tentang Bidang/Jenis Usaha yang Dicadangkan untuk Usaha Kecil dan Bidang/Jenis Usaha yang Terbuka untuk Usaha Menengah atau Usaha Besar dengan Syarat Kemitraan. Jakarta (ID): Kementrian Sekretaris Negara Indonesia. Li Y, Wang C, Cheng X, Wu T, Zhang C Synonimous codon usage of the VP2 gene of a very virulent infectious bursal disease virus isolate serial passaged in chicken embryos. Journal of Biosystems. 104: Liippo J, Lassila O Avian lymphopoiesis and transcriptional control of hematopoiesis steam cell differentiation. Springer Machdum NV Bagaimana mengenali dan mengatasi imunosupresi?. Majalah infovet [Internet]. [Diunduh: 2014 Januari 21]. Tersedia pada: MacFarlane PS, Reid R, Callander R Pathology Ilustrated. Ed 5 th. Endiburgh (US): Churchill Livingstone. McEntee K Reproductive Pathology of Domestic Mammals. California (US): Academic Pr. Mckay JC A poultry breeder s approach to avian neoplasma. Avian Pathology. 27: Pagano L, Chaira M, Candoni A, Affidoni M, Martino B, Specchia G, Pastore D, Stanzani M, Chattaneo C, Fanci R et al Invasive aspergillosis in patients with acute myeloid leukimia: a SEIFEM 2008 registry study. Hematological. 95(4): Permi HS, Shetty K, Padma SK, Teerthanath S, Mathias M, Kumar Y, Prasad H.L, Chandrika A histopathological study of granulomatous inflammation. Nitte University Journal of Health Science. 1(2): Payne LN HPRS 103: a retrovirus strikes back. The emergence of subgroup J avian leukosis virus. Avian Pathology. 27: Pourceau G, Chevolot Y, Goudot A, Giroux F, Meyer A, Moules V, Lina B, Cecioni S, Vidal S, Yun H et al Measurement of enzymatic activity and specificity of human and avian influenza neuraminidases from whole virus by glycoarray and MALDI TOF mass spectrometry. ChemBioChem. 12: Radji M Imunologi dan Virologi. Jakarta (ID): PT ISFI Penerbitan. Riddell C Avian Histopathology. Ed 2 th. Kota tidak diketahui (CA): American Assosiation of Avian Pathology. Sundaram C, Murthy JMK Intracranial Aspergillus granuloma. Pathology Research International.1 5. Venugopal K Avian Leukosis Virus subgroup J: a rapidly evolving group of oncogenic retrovirus. Research in Veterinary Science. 67: Wu X, Qian K, Qin H, Wang P, Jin W, Eltahir YM Recombinant avian leukosis viruses of subgroup J isolated from field infected commercial layer chickens with hemangioma and myeloid leukosis prossess an insertion in the E element. Veterinary Research Communications. 34:

28 16 Xie Y, Sun HX, Li D Platycodin D improves the immunogenicity of newcastle desease virus based recombinand avian influenza vaccine in mice. Chemistry and Biodeversity. 7:

29 17 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Lamongan pada tanggal 29 September 1992, anak dari pasangan Bapak Adi Suwito dan Ibu Nanik Susmiati. Pendidikan formal penulis sampai dengan tingkat SMA diselesaikan di Lamongan, yaitu SDN Sidoharjo 1 Lamongan, SMPN 1 Lamongan, dan SMAN 2 Lamongan. Penulis lulus dari SMA dan pada tahun yang sama diterima di jurusan kedokteran hewan melalui jalur USMI. Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis bergabung dalam organisasi mahasiswa. Adapun organisasi yang diikuti yaitu himpunan Minat dan Profesi Ruminansia sebagai anggota ( ). Penulis juga pernah mengikuti Pekan Kreatifitas Mahasiswa dengan judul Kampung Kucing Liar Sejahtera untuk Menerapkan Prinsip Animal Welfare dengan Alternatif Pakan dari Sisa Makanan, serta beberapa kepanitiaan kegiatan kampus FKH IPB.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Pewarnaan Proses selanjutnya yaitu deparafinisasi dengan xylol III, II, I, alkohol absolut III, II, I, alkohol 96%, 90%, 80%, dan 70% masing-masing selama 2 menit. Selanjutnya seluruh preparat organ

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai April 2011 bertempat di Kandang Hewan Laboratorium dan Laboratorium Histopatologi, Departemen Klinik, Reproduksi,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2007 sampai Juni 2008 di kandang percobaan Fakultas Peternakan dan di Bagian Patologi, Departemen Klinik Reproduksi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Bursa Fabrisius, Infectious Bursal Disease (IBD), Ayam pedaging

ABSTRAK. Kata Kunci : Bursa Fabrisius, Infectious Bursal Disease (IBD), Ayam pedaging ABSTRAK Bursa Fabrisius merupakan target organ virus Infectious Bursal Disease (IBD) ketika terjadi infeksi, yang sering kali mengalami kerusakan setelah ayam divaksinasi IBD baik menggunakan vaksin aktif

Lebih terperinci

METODOLOGI. Waktu dan Tempat Penelitian

METODOLOGI. Waktu dan Tempat Penelitian METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit Avian Influenza (AI) adalah salah satu penyakit infeksi penting yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan adanya kematian yang tinggi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. untuk Microsoft Windows.

BAB III METODOLOGI. untuk Microsoft Windows. 18 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai Agustus 2011. Kegiatan pemeliharaan dan perlakuan hewan coba bertempat di Fasilitas Kandang

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN MATERI DAN METODE PENELITIAN Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilaksakan di Bagian Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Perlakuan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan

Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan LAMPIRAN 30 Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan Dehidrasi merupakan proses mengeluarkan air dari dalam jaringan/organ dengan menggunkan bahan-bahan kimia tertentu. Dehidrasi jaringan dilakukan untuk mengikat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Universitas Pendidikan Indonesia dan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor pada

Lebih terperinci

GAMBARAN HISTOPATOLOGI USUS HALUS DAN SEKAL TONSIL PADA AYAM BROILER YANG TERINFEKSI MAREK DAN PENGARUH PEMBERIAN ZINK, BAWANG PUTIH DAN KUNYIT

GAMBARAN HISTOPATOLOGI USUS HALUS DAN SEKAL TONSIL PADA AYAM BROILER YANG TERINFEKSI MAREK DAN PENGARUH PEMBERIAN ZINK, BAWANG PUTIH DAN KUNYIT GAMBARAN HISTOPATOLOGI USUS HALUS DAN SEKAL TONSIL PADA AYAM BROILER YANG TERINFEKSI MAREK DAN PENGARUH PEMBERIAN ZINK, BAWANG PUTIH DAN KUNYIT SRI ULINA BR TUMANGGOR FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi

Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi LAMPIRAN 38 Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi Pembuatan preparat histologi terdiri dari beberapa proses yaitu dehidrasi (penarikan air dalam jaringan) dengan alkohol konsentrasi bertingkat,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Peralatan Persiapan Kandang Penelitian

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Peralatan Persiapan Kandang Penelitian 14 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai November 2011. Kegiatan pemeliharaan dan perlakuan hewan coba bertempat di fasilitas kandang hewan percobaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Bahan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Bahan Alat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2009 sampai dengan April 2010. Sampel diperoleh dari Kepulauan Seribu. Identifikasi cacing parasitik dilakukan di

Lebih terperinci

DISTIBUSI VIRUS AVIAN INFLUENZA (H5N1) PADA JARINGAN TUBUH ITIK DENGAN METODE IMUNOHISTOKIMIA KUSUMA SRI HANDAYANI

DISTIBUSI VIRUS AVIAN INFLUENZA (H5N1) PADA JARINGAN TUBUH ITIK DENGAN METODE IMUNOHISTOKIMIA KUSUMA SRI HANDAYANI DISTIBUSI VIRUS AVIAN INFLUENZA (H5N1) PADA JARINGAN TUBUH ITIK DENGAN METODE IMUNOHISTOKIMIA KUSUMA SRI HANDAYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

STUDI KASUS PATOLOGI FELINE INFECTIOUS PERITONITIS PADA ANAK KUCING (Felis catus) ASWAR

STUDI KASUS PATOLOGI FELINE INFECTIOUS PERITONITIS PADA ANAK KUCING (Felis catus) ASWAR STUDI KASUS PATOLOGI FELINE INFECTIOUS PERITONITIS PADA ANAK KUCING (Felis catus) ASWAR DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI DAN PATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 STUDI KASUS PATOLOGI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam pedaging Ayam broiler adalah galur ayam hasil rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, masa

Lebih terperinci

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2007 sampai dengan bulan Juli 2008 di Laboratorium Bersama Hewan Percobaan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan

Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan 54 Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan Dehidrasi jaringan dilakukan untuk mengikat seluruh cairan dalam jaringan, baik cairan interstisial maupun cairan intrasel sebelum dilakukan penanaman jaringan.

Lebih terperinci

DISTIBUSI VIRUS AVIAN INFLUENZA (H5N1) PADA JARINGAN TUBUH ITIK DENGAN METODE IMUNOHISTOKIMIA KUSUMA SRI HANDAYANI

DISTIBUSI VIRUS AVIAN INFLUENZA (H5N1) PADA JARINGAN TUBUH ITIK DENGAN METODE IMUNOHISTOKIMIA KUSUMA SRI HANDAYANI DISTIBUSI VIRUS AVIAN INFLUENZA (H5N1) PADA JARINGAN TUBUH ITIK DENGAN METODE IMUNOHISTOKIMIA KUSUMA SRI HANDAYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dapat disebabkan oleh kausa infeksius, non-infeksius dan nutrisional (Ali dkk.,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dapat disebabkan oleh kausa infeksius, non-infeksius dan nutrisional (Ali dkk., PENDAHULUAN Latar Belakang Tortikolis adalah gejala yang umum terlihat di berbagai jenis unggas yang dapat disebabkan oleh kausa infeksius, non-infeksius dan nutrisional (Ali dkk., 2014). Menurut Capua

Lebih terperinci

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Mei 2011, bertempat di kandang pemuliaan ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,

Lebih terperinci

PENYAKIT VIRUS UNGGAS PENYAKIT VIRUS UNGGAS

PENYAKIT VIRUS UNGGAS PENYAKIT VIRUS UNGGAS PENYAKIT VIRUS UNGGAS PENYAKIT VIRUS UNGGAS i DR. DRH. GUSTI AYU YUNIATI KENCANA, MP Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2 1. Hak Cipta merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perubahan histopatologi trakea Parameter yang diperiksa pada organ trakea adalah keutuhan silia, keutuhan epitel, jumlah sel goblet, dan sel radang. Pada lapisan mukosa, tampak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. B. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 10 kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan sisa zat warna lalu dikeringkan. Selanjutnya, DPX mountant diteteskan pada preparat ulas darah tersebut, ditutup dengan cover glass dan didiamkan

Lebih terperinci

GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL TIKUS BETINA (Rattus rattus) YANG DIINJEKSI VITAMIN C DOSIS TINGGI DALAM JANGKA WAKTU LAMA

GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL TIKUS BETINA (Rattus rattus) YANG DIINJEKSI VITAMIN C DOSIS TINGGI DALAM JANGKA WAKTU LAMA GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL TIKUS BETINA (Rattus rattus) YANG DIINJEKSI VITAMIN C DOSIS TINGGI DALAM JANGKA WAKTU LAMA TIM PENELITI : 1. NI WAYAN SUDATRI, S.Si., M.Si, 2. IRIANI SEYAWATI, S.Si.,M.Si. 3.

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental laboratorium posttest-only equivalent-group design dengan kelompok perlakuan dan

Lebih terperinci

EVALUASI HASIL PENGUJIAN UJI KEAMANAN VAKSIN GUMBORO AKTIF DI BBPMSOH TAHUN

EVALUASI HASIL PENGUJIAN UJI KEAMANAN VAKSIN GUMBORO AKTIF DI BBPMSOH TAHUN EVALUASI HASIL PENGUJIAN UJI KEAMANAN VAKSIN GUMBORO AKTIF DI BBPMSOH TAHUN 2000-2005 NUR K. HIDAYANTO, IDA L. SOEDIJAR, DEWA M.N. DHARMA, EMILIA, E. SUSANTO, DAN Y. SURYATI Balai Besar Pengujian Mutu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Data Mortalitas

HASIL DAN PEMBAHASAN Data Mortalitas 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Data Mortalitas Virus H 5 N yang sangat patogen atau yang lebih dikenal dengan virus flu burung, menyebabkan penyebaran penyakit secara cepat di antara unggas serta dapat menular

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus Jaringan limfoid sangat berperan penting untuk pertahanan terhadap mikroorganisme. Ayam broiler memiliki jaringan limfoid primer (timus dan bursa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

Lebih terperinci

STUDI KASUS LEIOMIOSARKOMA PADA ANJING : POTENSIAL METASTATIK HANI FITRIANI

STUDI KASUS LEIOMIOSARKOMA PADA ANJING : POTENSIAL METASTATIK HANI FITRIANI STUDI KASUS LEIOMIOSARKOMA PADA ANJING : POTENSIAL METASTATIK HANI FITRIANI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN HANI FITRIANI. Studi Kasus Leiomiosarkoma pada Anjing: Potensial

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi dan Fisika FMIPA Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi dan Fisika FMIPA Universitas 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi dan Fisika FMIPA Universitas Lampung dan pembuatan preparat histologi hati dilaksanakan di Balai Penyidikan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM. : Histoteknik : Selly Oktaria Tanggal Praktikum : 14 September 2012

LAPORAN PRAKTIKUM. : Histoteknik : Selly Oktaria Tanggal Praktikum : 14 September 2012 LAPORAN PRAKTIKUM Judul : Histoteknik Nama : Selly Oktaria Tanggal Praktikum : 14 September 2012 Tujuan Praktikum : 1. Melihat demonstrasi pembuatan preparat histology mulai dari fiksasi jaringan hingga

Lebih terperinci

STUDI MORFOPATOLOGI HEMANGIOSARCOMA PADA ANJING GOLDEN RETRIEVER IRA DAMAR YANTI

STUDI MORFOPATOLOGI HEMANGIOSARCOMA PADA ANJING GOLDEN RETRIEVER IRA DAMAR YANTI STUDI MORFOPATOLOGI HEMANGIOSARCOMA PADA ANJING GOLDEN RETRIEVER IRA DAMAR YANTI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK IRA DAMAR YANTI. Studi Morfopatologi Hemangiosarcoma

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian Materi yang diteliti adalah ikan nilem ( Osteochilus hasselti C. V.), pada tahap perkembangan juvenil berumur 13 minggu

Lebih terperinci

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI 1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik dan Ilmu Patologi Anatomi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan selama

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Organ limfoid primer unggas terdiri dari timus dan bursa Fabricius sedangkan pada mamalia terdiri dari sumsum tulang. Limpa, limfonodus dan MALT (Mucosa-associated Lymphoid Tissue)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan 22 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Biologi Universitas Lampung untuk pemeliharaan

Lebih terperinci

GAMBARAN SEL DARAH PUTIH (LEUKOSIT) DOMBA LOKAL (Ovis aries) YANG DIIMMUNISASI DENGAN EKSTRAK CAPLAK Rhipicephalus sanguineus SUTRISNO EKI PUTRA

GAMBARAN SEL DARAH PUTIH (LEUKOSIT) DOMBA LOKAL (Ovis aries) YANG DIIMMUNISASI DENGAN EKSTRAK CAPLAK Rhipicephalus sanguineus SUTRISNO EKI PUTRA GAMBARAN SEL DARAH PUTIH (LEUKOSIT) DOMBA LOKAL (Ovis aries) YANG DIIMMUNISASI DENGAN EKSTRAK CAPLAK Rhipicephalus sanguineus SUTRISNO EKI PUTRA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Prevalensi, Intensitas, Leucocytozoon sp., Ayam buras, Bukit Jimbaran.

ABSTRAK. Kata kunci : Prevalensi, Intensitas, Leucocytozoon sp., Ayam buras, Bukit Jimbaran. ABSTRAK Leucocytozoonosis merupakan salah satu penyakit yang sering menyebabkan kerugian berarti dalam industri peternakan. Kejadian penyakit Leucocytozoonosis dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu umur,

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah LeukositTotal Leukosit merupakan unit darah yang aktif dari sistem pertahanan tubuh dalam menghadapi serangan agen-agen patogen, zat racun, dan menyingkirkan sel-sel rusak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Persentase Parasit Darah Hasil pengamatan preparat ulas darah pada enam ekor kuda yang berada di Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR FKH IPB) dapat dilihat sebagai berikut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ayam kampung

TINJAUAN PUSTAKA Ayam kampung TINJAUAN PUSTAKA Ayam kampung Batasan yang pasti mengenai pengertian ayam kampung sampai saat ini belum ada. Penyebutan ayam kampung hanya untuk menunjukkan jenis ayam lokal dengan keragaman genetis tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan transfusi darah adalah upaya kesehatan berupa penggunaan darah bagi keperluan pengobatan dan pemulihan kesehatan. Sebelum dilakukan transfusi darah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratoris

BAB IV METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratoris BAB IV METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratoris dengan menggunakan binatang coba tikus putih dengan strain Wistar. Desain penelitian yang

Lebih terperinci

PENGARUH CONDITIONED MEDIUM RAT EMBRYONIC FIBROBLAST

PENGARUH CONDITIONED MEDIUM RAT EMBRYONIC FIBROBLAST i PENGARUH CONDITIONED MEDIUM RAT EMBRYONIC FIBROBLAST (CM-REF) DENGAN DAN TANPA LEUKEMIA INHIBITORY FACTOR (LIF) DALAM MEDIUM TERHADAP TINGKAT PROLIFERASI DAN SIFAT PLURIPOTENSI MESENCHYMAL STEM CELL

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat E. ictaluri Ikan Lele ( Clarias sp.)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat E. ictaluri Ikan Lele ( Clarias sp.) BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan di Laboratorium Balai Uji Standar Karantina Ikan Departemen Kelautan dan Perikanan di Jakarta dan Bagian Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi

Lebih terperinci

DENY HERMAWAN. SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan

DENY HERMAWAN. SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan ii EFEKTIFITAS EKSTRAK SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) DENGAN PELARUT AIR HANGAT TANPA EVAPORASI DAN KAJIAN DIFFERENSIAL LEUKOSIT PADA AYAM YANG DIINFEKSI DENGAN Eimeria tenella DENY HERMAWAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan post-test only control group design. Hewan uji dirandomisasi baik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan post-test only control group design. Hewan uji dirandomisasi baik BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental murni, dengan pendekatan post-test only control group design. Hewan uji dirandomisasi baik pada

Lebih terperinci

KAJIAN PATOLOGI HATI KELINCI HIPERLIPIDEMIA : DENGAN DAN TANPA PEMBERIAN ANTIHIPERLIPIDEMIA LILIAN DEVANITA

KAJIAN PATOLOGI HATI KELINCI HIPERLIPIDEMIA : DENGAN DAN TANPA PEMBERIAN ANTIHIPERLIPIDEMIA LILIAN DEVANITA KAJIAN PATOLOGI HATI KELINCI HIPERLIPIDEMIA : DENGAN DAN TANPA PEMBERIAN ANTIHIPERLIPIDEMIA LILIAN DEVANITA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK LILIAN DEVANITA. Kajian Patologi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA 19 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kerbau lumpur betina, diperoleh jumlah rataan dan simpangan baku dari total leukosit, masing-masing jenis leukosit, serta rasio neutrofil/limfosit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian dan Farmakologi. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi, 3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian a. Pemeliharaan dan perlakuan

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN 2.1 Persiapan Ikan Uji Ikan nila (Oreochromis niloticus) BEST didatangkan dari Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor yang berukuran rata-rata 5±0,2g, dipelihara selama ±

Lebih terperinci

KAJIAN HISTOPATOLOGI PEMBERIAN KOMBINASI HERBAL (BAWANG PUTIH DAN KUNYIT) DENGAN ZINK TERHADAP ORGAN GINJAL AYAM BROILER YANG TERINFEKSI VIRUS MAREK

KAJIAN HISTOPATOLOGI PEMBERIAN KOMBINASI HERBAL (BAWANG PUTIH DAN KUNYIT) DENGAN ZINK TERHADAP ORGAN GINJAL AYAM BROILER YANG TERINFEKSI VIRUS MAREK KAJIAN HISTOPATOLOGI PEMBERIAN KOMBINASI HERBAL (BAWANG PUTIH DAN KUNYIT) DENGAN ZINK TERHADAP ORGAN GINJAL AYAM BROILER YANG TERINFEKSI VIRUS MAREK UPIK KUROTA AINI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengamatan terhadap gejala klinis pada semua kelompok perlakuan, baik pada kelompok kontrol (P0) maupun pada kelompok perlakuan I, II dan III dari hari pertama sampai pada

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBUATAN PREPARAT HISTOPATOLOGI DARI JARINGAN HEWAN DENGAN PEWARNAAN HEMATOKSILIN DAN EOSIN (H&E)

TEKNIK PEMBUATAN PREPARAT HISTOPATOLOGI DARI JARINGAN HEWAN DENGAN PEWARNAAN HEMATOKSILIN DAN EOSIN (H&E) Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 1001 TEKNIK PEMBUATAN PREPARAT HISTOPATOLOGI DARI JARINGAN HEWAN DENGAN PEWARNAAN HEMATOKSILIN DAN EOSIN (H&E) MOHAMAD MUNTIHA Balai Penelitian Veteriner, Jl. R.E Martadinata

Lebih terperinci

PROFIL SEL β PULAU LANGERHANS JARINGAN PANKREAS TIKUS DIABETES MELLITUS YANG DIBERI VIRGIN COCONUT OIL (VCO) AMILIA DAYATRI URAY

PROFIL SEL β PULAU LANGERHANS JARINGAN PANKREAS TIKUS DIABETES MELLITUS YANG DIBERI VIRGIN COCONUT OIL (VCO) AMILIA DAYATRI URAY PROFIL SEL β PULAU LANGERHANS JARINGAN PANKREAS TIKUS DIABETES MELLITUS YANG DIBERI VIRGIN COCONUT OIL (VCO) AMILIA DAYATRI URAY FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ABSTRACT AMILIA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan hewan coba berupa tikus putih betina galur Sprague dawley.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan hewan coba berupa tikus putih betina galur Sprague dawley. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan menggunakan hewan coba berupa tikus putih betina galur Sprague dawley. 3.2. Tempat

Lebih terperinci

Bila Darah Disentifus

Bila Darah Disentifus Judul Fungsi Darah Bila Darah Disentifus Terdiri dari 3 lapisan yaitu : Darah di sentrifuse q Lapis paling bawah (merah) 45% adalah Eritrosit atau hematokrit q Lapis tengah (abu-abu putih) 1 % adalah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan 16 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan pengamatan. Proses

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Diagram alir pembuatan sediaan (preparat) histopatologi organ usus halus mencit percobaan

Lampiran 1 Diagram alir pembuatan sediaan (preparat) histopatologi organ usus halus mencit percobaan LAMPIRAN 69 70 Lampiran 1 Diagram alir pembuatan sediaan (preparat) histopatologi organ usus halus mencit percobaan Organ usus halus Dicuci dengan NaCl fisiologis 0.9% Difiksasi 24 jam Larutan Bovin Didehidrasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 28 HASIL DAN PEMBAHASAN Dipilihnya desa Tanjung, Jati, Pada Mulya, Parigi Mulya dan Wanasari di Kecamatan Cipunegara pada penelitian ini karena daerah ini memiliki banyak peternakan unggas sektor 1 dan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

BAB IV METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan BAB IV METODE PELAKSANAAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menyangkut bidang ilmu biokimia, ilmu gizi, dan patologi anatomi 4.2 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar 19 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung, di Laboratorium Kesehatan Ikan dan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Ilustrasi ligasi antara GP25 dan pt-easy

Lampiran 1. Ilustrasi ligasi antara GP25 dan pt-easy Lampiran 1. Ilustrasi ligasi antara GP25 dan pt-easy 64 Lampiran 2. Skema pembuatan konstruksi vaksin DNA Vaksin DNA untuk penyakit akibat infeksi KHV 65 Lampiran 3. Metode kultur cair perbanyakan bakteri

Lebih terperinci

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAPASAN TRENGGILING (Manis javanica) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKHEA DAN PARU-PARU ASEP YAYAN RUHYANA

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAPASAN TRENGGILING (Manis javanica) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKHEA DAN PARU-PARU ASEP YAYAN RUHYANA KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAPASAN TRENGGILING (Manis javanica) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKHEA DAN PARU-PARU ASEP YAYAN RUHYANA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 ABSTRAK Asep

Lebih terperinci

GAMBARAN RESPON KEBAL TERHADAP INFECTIOUS BURSAL DISEASE

GAMBARAN RESPON KEBAL TERHADAP INFECTIOUS BURSAL DISEASE GAMBARAN RESPON KEBAL TERHADAP INFECTIOUS BURSAL DISEASE (IBD) PADA AYAM PEDAGING YANG DIVAKSIN IBD KILLED SETENGAH DOSIS DAN DITANTANG DENGAN VIRUS IBD CHARLES JONSON SIREGAR FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan 1 kontrol terhadap ikan nila (O. niloticus). bulan, berukuran 4-7 cm, dan berat gram.

BAB III METODE PENELITIAN. dan 1 kontrol terhadap ikan nila (O. niloticus). bulan, berukuran 4-7 cm, dan berat gram. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan 1 faktor, yaitu perlakuan limbah cair nata de coco yang terdiri atas 5 variasi kadar dan 1 kontrol

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat dan waktu pengambilan sampel Sampel diambil di Pantai Timur Surabaya, tepatnya di sebelah Timur Jembatan Suramadu (Gambar 3.1).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius Hasil pengamatan histopatologi bursa Fabricius yang diberi formula ekstrak tanaman obat memperlihatkan beberapa perubahan umum seperti adanya

Lebih terperinci

BAB IV METODA PENELITIAN. designs) dengan rancangan randomized post-test control group design, 56 yang

BAB IV METODA PENELITIAN. designs) dengan rancangan randomized post-test control group design, 56 yang BAB IV METODA PENELITIAN IV.1. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik ( true experiment designs) dengan rancangan randomized post-test control group design, 56 yang

Lebih terperinci

Gambar 4 Diagram batang titer antibodi terhadap IBD pada hari ke-7 dan 28.

Gambar 4 Diagram batang titer antibodi terhadap IBD pada hari ke-7 dan 28. 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan terhadap semua kelompok ayam sebelum vaksinasi menunjukan bahwa ayam yang digunakan memiliki antibodi terhadap IBD cukup tinggi dan seragam dengan titer antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kesehatan. Salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan makanan yang memiliki nilai gizi baik akan meningkat.

Lebih terperinci

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 8 BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan mulai Juli sampai dengan Agustus 2010. Pemeliharaan ayam broiler dimulai dari Day Old Chick (DOC)

Lebih terperinci

PATOMORFOLOGI KASUS KEKERDILAN PADA AYAM BROILER DI DAERAH BOGOR

PATOMORFOLOGI KASUS KEKERDILAN PADA AYAM BROILER DI DAERAH BOGOR PATOMORFOLOGI KASUS KEKERDILAN PADA AYAM BROILER DI DAERAH BOGOR (The Morphopathology of Runting and Stunting Syndrome in Broiler Chickens Collected from Bogor County) HERNOMOADI HUMINTO 1), DEWI RATIH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan 5 ulangan, perlakuan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok (THT)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok (THT) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini meliputi ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok (THT) divisi Alergi-Imunologi dan Patologi Anatomi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar glukosa darah dan histologi pankreas tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi

Lebih terperinci

KAJIAN PATOGENESIS INFEKSI BUATAN BAKTERI Edwardsiella ictaluri PADA IKAN LELE (Clarias sp.) ASEP DADANG KOSWARA

KAJIAN PATOGENESIS INFEKSI BUATAN BAKTERI Edwardsiella ictaluri PADA IKAN LELE (Clarias sp.) ASEP DADANG KOSWARA KAJIAN PATOGENESIS INFEKSI BUATAN BAKTERI Edwardsiella ictaluri PADA IKAN LELE (Clarias sp.) ASEP DADANG KOSWARA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 1 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA 15 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada

Lebih terperinci

GAMBARAN DIFERENSIASI LEUKOSIT PADA IKAN MUJAIR (Oreochromis mossambicus) DI DAERAH CIAMPEA BOGOR YULIA ERIKA

GAMBARAN DIFERENSIASI LEUKOSIT PADA IKAN MUJAIR (Oreochromis mossambicus) DI DAERAH CIAMPEA BOGOR YULIA ERIKA GAMBARAN DIFERENSIASI LEUKOSIT PADA IKAN MUJAIR (Oreochromis mossambicus) DI DAERAH CIAMPEA BOGOR YULIA ERIKA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 GAMBARAN DIFERENSIASI LEUKOSIT PADA

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi. 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup ilmu dari penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung

HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung 16 HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung memiliki kelainan hematologi pada tingkat ringan berupa anemia, neutrofilia, eosinofilia,

Lebih terperinci

KAJIAN PATOLOGI HOG CHOLERA KASUS OUTBREAK TAHUN 2006 DI KABUPATEN JAYAPURA PROVINSI PAPUA D SRI UTAMI

KAJIAN PATOLOGI HOG CHOLERA KASUS OUTBREAK TAHUN 2006 DI KABUPATEN JAYAPURA PROVINSI PAPUA D SRI UTAMI KAJIAN PATOLOGI HOG CHOLERA KASUS OUTBREAK TAHUN 2006 DI KABUPATEN JAYAPURA PROVINSI PAPUA D SRI UTAMI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung tepatnya di Laboratorium Pembenihan Kuda

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Rata-rata penurunan jumlah glomerulus ginjal pada mencit jantan (Mus

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Rata-rata penurunan jumlah glomerulus ginjal pada mencit jantan (Mus IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil. Jumlah Penurunan Glomerulus Rata-rata penurunan jumlah glomerulus ginjal pada mencit jantan (Mus musculus L.) setelah diberi perlakuan pajanan medan listrik tegangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Histopatologi

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Histopatologi HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Histopatologi Pengamatan histopatologi limpa dilakukan untuk melihat lesio pada limpa. Dari preparat yang diamati, pada seluruh kelompok perlakuan baik kontrol (-) maupun

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental, postest only control group design. Postes untuk menganalisis perubahan jumlah purkinje pada pada lapisan ganglionar

Lebih terperinci