HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Sucianty Hardja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Persentase Parasit Darah Hasil pengamatan preparat ulas darah pada enam ekor kuda yang berada di Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR FKH IPB) dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 1 Hasil pengamatan preparat ulas darah pada enam ekor kuda (Equus caballus) Kuda Parasit Darah A. centrale A. marginale Theileria sp. Babesia sp. 1 2 Kuda Parasit Darah A. centrale A. marginale Theileria sp. Babesia sp.
2 3 Gambar: 4 Gambar: 5 6 Anaplasma sp.
3 Parasit darah yang paling banyak ditemukan adalah Anaplasma sp.. Anaplasma sp. ditemukan di dalam preparat ulas darah memiliki gambaran morfologi berbentuk bulat yang terletak di tengah (Anaplasma centrale) dan di tepi (Anaplasma marginal) sel darah merah. Anaplasma sp. yang diwarnai dengan pewarnaan Giemsa terdiri atas massa globular yang padat dengan ukuran diameter 0.3 sampai 1.0 µm. Terlihat di bawah mikroskop elektron setiap Anaplasma sp. terdiri atas suatu koloni yang berisi sampai 8 sub unit atau initial bodies, setiap sub unit berukuran µm x µm. Anaplasma sp. di dalam eritrosit 65% terdapat di tepi dan sisanya pada lokasi sentral. Anaplasmosis merupakan suatu infestasi subakut dan tidak dapat menular lewat kontak langsung, ditandai dengan demam, anemia, lemah, dan ikhterus (Jensen 1974). Gambar 11 Gambaran mikroskopis Anaplasma sp. berdasarkan hasil pengamatan Theileria sp. Morfologi Theileria sp. yang ditemukan berbentuk koma atau batang. Theileria sp. sesuai dengan gambaran morfologinya menurut Soulsby (1982) yaitu berbentuk batang yang memiliki ukuran kira-kira µm x µm. Gejala klinis yang ditimbulkan akibat infestasi Theileria sp. di antaranya lakrimasi, gangguan saluran pencernaan, dispnea, serta pembengkakan limfoglandula.
4 Gambar 12 Gambaran mikroskopis Theileria sp. berdasarkan hasil pengamatan Babesia sp. Morfologi Babesia sp. yang ditemukan berbentuk seperti buah pear, sepasang maupun tunggal. Babesia sp. sesuai dengan gambaran Babesia sp. menurut referensi, bentuknya menyerupai buah pear dan memiliki diameter µm, meruncing pada salah satu ujungnya dan pada ujung lain tumpul dan berpasangan (Hunfeld et al. 2008). Babesia caballi merupakan spesies dari Babesia sp. yang menyerang kuda bertransisi melalui caplak genus Dermacentor, Hyalomma, dan Rhipicephalus (Uilenberg 2006) dan memiliki gejala klinis yaitu demam tinggi serta anemia. Gambar 13 Gambaran mikroskopis Babesia sp. berdasarkan hasil pengamatan Parasitemia, Status Present, Nilai Total Leukosit, serta Nilai Leukosit Selama Sembilan Minggu
5 Tabel 2 Persentase parasitemia (Anaplasma centrale, Anaplasma marginale, Theileria sp., dan Babesia sp.) pada kuda (Equus caballus) Jenis Parasit Minggu Ke A. centrale 1.23 ± 0.30 bc 1.22 ± 0.40 bcd 0.83 ± 0.10 cdef 0.75 ± 0.20 efg 0.70 ± 0.40 efg A. marginale 2.03 ± 0.70 a 1.22 ± 0.50 bcd 0.95 ± 0.20 cde 0.77 ± 0.10 defg 0.88 ± 0.20 cdef Theileria sp ± 0.20 fg 1.45 ± 0.60 b 1.28 ± 0.50 bc 0.97 ± 0.40 cde 0.92 ± 0.40 cde Babesia sp ± 0.40 g 0.87 ± 0.30 cdef 0.77 ± 0.40 defg 0.75 ± 0.20 efg 0.68 ± 0.30 efg Keterangan : huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata. Masing-masing parasit darah memiliki jumlah dan tingkat keparahan yang berbeda. Tingkat keparahan atau tingkat tingkat parasitemia dibagi menjadi tiga tingkatan berdasarkan penemuannya dalam satu lapang pandang, yaitu rendah (<1%), sedang (<3%), dan berat (5-9%) (Birkenheuer et al. 2003). Pengamatan infestasi Anaplasma sp. selama sembilan minggu (Tabel 2) menunjukkan adanya penurunan persentase parasitemia Anaplasma sp. yang tidak begitu nyata dari minggu ke minggu. Rata-rata persentase parasitemia Anaplasma sp. adalah 1.05% dan berada dalam tingkatan rendah (<1%)-sedang (<3%). Rendahnya infestasi Anaplasma sp. ini kemungkinan disebabkan Anaplasma sp. masuk dalam masa inkubasi, yaitu 2-12 minggu (Quinn et al. 2008). Pada stadium ini hewan terlihat sehat dan tidak menunjukkan gejala klinis. Namun demikian, selama sembilan minggu persentase Anaplasma sp. tidak menunjukkan peningkatan persentase parasitemia yang nyata dan kuda tidak menunjukkan gejala klinis akibat terdapat infestasi Anaplasma sp.. Berdasarkan Tabel 2, terlihat adanya peningkatan persentase parasitemia Theileria sp. yang tidak begitu nyata dari minggu ke-1 sebesar 0.43 ± 0.20 fg menjadi 0.92 ± 0.40 cde pada minggu ke-9. Rata-rata persentase parasitemia Theileria sp. adalah 1.01%. Tingkat rata-rata persentase parasitemia Theileria sp. ini berada dalam tingkatan rendah (<1%)-sedang (<3%). Infestasi Theileria sp. yang masih tergolong rendah kemungkinan disebabkan Theileria sp. masuk dalam
6 masa inkubasi, yaitu 1-3 minggu (Soulsby 1982). Pada stadium ini hewan terlihat sehat dan tidak menunjukkan gejala klinis. Namun demikian, selama sembilan minggu persentase parasitemia Theileria sp. tidak menunjukkan peningkatan yang nyata dan kuda tidak menunjukkan gejala klinis akibat terdapat infestasi Theileria sp.. Tingkat infestasi Theileria sp. yang rendah juga kemungkinan disebabkan oleh sifat penyakit ini yaitu tidak menular melalui kontak langsung. Penularan antara hewan hanya terjadi melalui vektor secara stage to stage dimana partikel parasit yang infektif terdapat pada kelenjar ludah caplak. Sehingga bila populasi caplak berkurang maka infestasi juga akan menurun (Taylor et al. 2007). Persentase parasitemia Babesia sp. berada dalam tingkatan rendah (<1%) dengan rata-rata persentase parasitemia Babesia sp. yaitu 0.68%. Terlihat pada data statistik selama sembilan minggu infestasi Babesia sp. mengalami peningkatan yang tidak begitu nyata dari minggu ke-1 sebesar 0.37 ± 0.40 g menjadi 0.68 ± 0.30 efg pada minggu ke-9 (Tabel 2). Kemungkinan infestasi Babesia sp. yang masih tergolong rendah ini disebabkan Babesia sp. masuk dalam masa inkubasi, yaitu 1-2 minggu (Soulsby 1982). Pada stadium ini hewan akan terlihat sehat dan tidak menunjukkan gejala klinis. Namun demikian, selama sembilan minggu Babesia sp. tidak menunjukkan peningkatan persentase parasitemia yang nyata dan kuda tidak menunjukkan gejala klinis akibat terdapat infestasi Babesia sp.. Infestasi Babesia sp. bersifat self limiting disease, yang berarti infestasi parasit ini bersifat tidak fatal dan dapat terjadi persembuhan sendiri dengan jangka waktu yang panjang (Taylor et al. 2007). Persentase parasitemia yang masih rendah dapat disebabkan oleh ketidakrentanan hewan percobaan, infestasi telah berjalan kronis (Altay et al. 2008), atau telah mencapai stadium persembuhan (Bakken et al. 2006). Infestasi yang rendah juga bisa mengindikasikan bahwa kuda bertindak sebagai hewan pembawa. Hewan pembawa merupakan hewan yang pembawa penyakit dan hewan tersebut tidak menunjukkan gejala klinis. Jika hewan peka tertular hewan pembawa ini maka akan timbul gejala klinis yang akan berakibat kematian (Uilenberg 2006). Tabel 3 Status Present pada kuda (Equus caballus)
7 Kuda Minggu 3 Minggu 5 Minggu 7 Minggu 9 S N J S N J S N J S N J A 37, , , , B 37, , , , C 37, , , D 37, , , , E 37, , , , F 37, , , , Keterangan : S = Suhu ( o C) ; N = Nafas / menit ; J = Denyut Jantung / menit Terlihat pada Tabel 3 tidak terjadi perubahan status present yang nyata. Status present diteliti sebagai parameter melihat gejala klinis. Menurut Simoes et al. (2011) dan Birkenheuer et al. (2003), gejala klinis dapat terjadi jika tingkatan tingkat parasitemia tinggi, kecuali jika infestasi parasit terjadi secara bersamaan dan saling mempengaruhi parasit dalam darah, tingkat parasitemia yang rendah dapat menimbulkan gejala klinis. Melihat dari tingkat parasitemia (Tabel 1) infestasi Anaplasma sp. memiliki persentase yang paling tinggi dibanding infestasi Theileria sp., dan Babesia sp.. Namun, hal ini bukan merupakan infestasi parasit darah yang terjadi bersamaan dan saling mempengaruhi, karena hewan tidak sampai menimbulkan gejala klinis. Vektor penyebar infestasi Anaplasma sp. yang lebih bervariasi dibandingkan vektor penyebar infestasi Theileria sp., dan Babesia sp. dapat menjadi alasan Anaplasma sp. memiliki persentase yang tinggi. Vektor utama Anaplasmosis adalah caplak famili Ixodidae (caplak keras) (Foley dan Biberstein 2004). Vektor dari Theileriosis dan Babesiosis adalah Rhipicephalus sp., dan Boophilus sp. (Levine 1995;Soulsby 1982). Tabel 4 Nilai Total Leukosit (per mm 3 ) pada kuda (Equus caballus) Kuda Total Leukosit (per mm 3 ) Minggu Ke A B C
8 D E F Rata-Rata Tabel 5 Persentase nilai relatif leukosit pada kuda (Equus caballus) Minggu Jenis Leukosit (% Relatif) Ke- Eosinofil Basofil Neutrofil Limfosit Monosit ± 4.70 c 7.50 ± 3.10 a ± 6.40 a ± 5.40 ab ± 1.70 a ± 5.70 bc 7.50 ± 2.20 a ± 3.60 b ± 4.70 a ± 3.30 a ± 6.30 ab 8.00 ± 0.90 a ± 6.00 b ± 3.20 ab ± 3.70 a ± 3.20 a 9.17 ± 1.00 a ± 3.30 b ± 1.90 b ± 1.20 a ± 2.80 a 8.50 ± 0.80 a ± 3.80 b ± 2.70 b ± 2.10 a Keterangan : huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata. Leukopoisis atau proses pembentukan sel darah putih (leukosit) pada mammalia terjadi dari sistem stem cell di dalam sumsum tulang (Martini et al. 1992). Menurut Baldy (1984), terjadinya peningkatan leukosit merupakan respons fisiologis untuk melindungi tubuh dari serangan mikroorganisme. Berdasarkan Tabel 4, terlihat adanya fluktuasi nilai leukosit. Normal keberadaan leukosit di dalam darah kuda sekitar butir darah leukosit per mm 3 (Pinsent 1990). Menurut Baldy (1984), peningkatan leukosit merupakan salah satu respons fisiologis untuk melindungi tubuh dari serangan mikroorganisme termasuk parasit darah. Pada Tabel 2 dan Tabel 5, dapat terlihat adanya korelasi positif antara persentase parsitemia Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp. dengan persentase nilai leukosit pada kuda (Equus caballus). Setiap kuda mempunyai respons terhadap parasit darah yang berbeda, hal ini terlihat dari persentase nilai leukosit yang memiliki nilai standar deviasi cukup besar. Hasil dari persentase nilai relatif leukosit menunjukkan adanya peningkatan persentase eosinofil dan basofil serta penurunan persentase limfosit dari normal.
9 Eosinofil mengalami peningkatan persentase (Tabel 5) dari persentase normalnya dalam darah yaitu 0-14% (Douglas et al. 2010). Berdasarkan hasil statistik persentase eosinofil pada minggu ke-1 sebesar ± 4.70 c dan terus mengalami peningkatan pada minggu-minggu selanjutnya. Eosinofil sangat berperan penting sebagai kontrol terhadap infestasi parasit (Mayer et al. 1992), ini berdasarkan nilai eosinofil (Tabel 5) yang mengalami peningkatan disertai dengan penurunan infestasi parasit darah (Tabel 2). Persentase basofil (Tabel 5) selama sembilan minggu pengamatan mengalami peningkatan dari persentase normalnya dalam darah yaitu 0-4% (Douglas et al. 2010). Selama sembilan minggu masa pengamatan, persentase basofil berada di atas selang normal dan berdasarkan data statistik tidak terdapat adanya perbedaan nyata pada setiap minggunya. Pada infestasi parasit darah Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp. biasanya diikuti peningkatan persentase basofil dalam darah (Stockham dan Scott 2002). Basofil berperan penting dalam respon alergi yang ditimbulkan oleh antigen (Guyton dan Hall 2006). Neutrofil berada dalam selang normal 35-75% (Douglas et al. 2010). Sel neutrofil, sebagai garis pertama berperan penting dalam melakukan fagositosis dan mampu untuk membunuh mikroorganisme termasuk parasit darah. Apabila terjadi penurunan jumlah neutrofil dalam darah bisa menunjukkan bahwa suatu infeksi termasuk infestasi parasit darah mulai mereda (Baldy 1984). Berdasarkan Tabel 5 nilai limfosit terlihat sedikit mengalami penurunan dari persentase normalnya dalam darah yaitu 17-68% (Douglas et al. 2010), hal ini berarti produksi antibodi humoral dan pembentukan pertahanan selular oleh limfosit sedikit menurun (Jain 1993). Penurunan nilai persentase limfosit dari minggu ke-1 sebesar ± 5.40 ab menjadi ± 2.70 b pada minggu ke-9, disertai dengan peningkatan nilai persentase parasitemia Theileria sp. dari 0.43 ± 0.20 fg pada minggu ke-1 menjadi 0.92 ± 0.40 cde pada minggu ke-9. Hal ini terjadi karena pada infestasi Theileria sp. terjadi deplesi limfosit akibat kerusakan pada organ limfoid yang menyebabkan hilangnya sel-sel limfosit muda (Losos 1986). Monosit merupakan jenis sel darah putih yang berperan aktif terhadap adanya infestasi parasit darah di hewan. Monosit bertugas memfagosit eritrosit
10 yang rusak akibat terdapatnya infestasi parasit darah (Jain 1993). Terlihat pada Tabel 5 rata-rata nilai monosit berada dalam selang normal 0-14% (Douglas et al. 2010) ini kemungkinan disebabkan oleh jumlah eritrosit yang rusak akibat infestasi parasit darah hanya sedikit sehingga jumlah monosit dalam keadaan normal.
TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Kuda (Dokumentasi)
TINJAUAN PUSTAKA Kuda Gambar 1 Kuda (Dokumentasi) Kuda (Equus caballus) masih satu famili dengan keledai dan zebra, berjalan menggunakan kuku, memiliki sistem pencernaan monogastrik, dan memiliki sistem
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Berdasarkan Morfologi
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Berdasarkan Morfologi Berdasarkan hasil identifikasi preparat ulas darah anjing ras Doberman dan Labrador Retriever yang berasal dari kepolisian Kelapa Dua Depok, ditemukan
Lebih terperinciPENGARUH INFESTASI PARASIT DARAH (Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp.) PADA NILAI LEUKOSIT KUDA (Equus caballus) ERLY RIZKA ADISTYA
PENGARUH INFESTASI PARASIT DARAH (Anaplasma sp., Theileria sp., dan Babesia sp.) PADA NILAI LEUKOSIT KUDA (Equus caballus) ERLY RIZKA ADISTYA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
10 kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan sisa zat warna lalu dikeringkan. Selanjutnya, DPX mountant diteteskan pada preparat ulas darah tersebut, ditutup dengan cover glass dan didiamkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kerbau lumpur betina, diperoleh jumlah rataan dan simpangan baku dari total leukosit, masing-masing jenis leukosit, serta rasio neutrofil/limfosit
Lebih terperinciTabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba
3 Diferensiasi SDP dilakukan berbasis preparat ulas darah total. Darah diulas di preparat kemudian difiksasi dengan metanol selama 2 menit. Preparat ulas darah diwarnai menggunakan pewarna giemsa selama
Lebih terperinciSISTEM PEREDARAN DARAH
SISTEM PEREDARAN DARAH Tujuan Pembelajaran Menjelaskan komponen-komponen darah manusia Menjelaskan fungsi darah pada manusia Menjelaskan prinsip dasar-dasar penggolongan darah Menjelaskan golongan darah
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan terhadap diferensiasi leukosit mencit (Mus musculus) yang diinfeksi P. berghei, setelah diberi infusa akar tanaman kayu kuning (C. fenestratum) sebagai berikut
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Neutrofil pada Mencit Jantan Berdasarkan Tabel 2, rata-rata persentase neutrofil ketiga perlakuan infusa A. annua L. dari hari ke-2 sampai hari ke-8 setelah infeksi cenderung lebih
Lebih terperinciTHEII..ERIOSIS PADA SAPI AKIBAT INFEKSI THEILERIA MUTANS
~.. Dan kami bersyukur kepada Tuhan Yang telah melebarkan gerbang tua ini Dan kami bersyukur pada ibu bapa. Yang sepanjang malam Selalu berdoa tulus dan terbungkuk membiayai kami Dorongan kasih sepenuh
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Parasit
4 Parasit TINJAUAN PUSTAKA Parasit dapat dibedakan menjadi dua yaitu ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya menumpang di bagian luar dari tempatnya bergantung atau pada permukaan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
18 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah LeukositTotal Leukosit merupakan unit darah yang aktif dari sistem pertahanan tubuh dalam menghadapi serangan agen-agen patogen, zat racun, dan menyingkirkan sel-sel rusak
Lebih terperinciTabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pemeliharaan Ikan Maskoki (Carassius auratus) Pengambilan sampel ikan maskoki dilakukan di tiga tempat berbeda di daerah bogor, yaitu Pasar Anyar Bogor Tengah, Batu Tulis Bogor
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total Data hasil penghitungan jumlah leukosit total, diferensial leukosit, dan rasio neutrofil/limfosit (N/L) pada empat ekor kerbau lumpur betina yang dihitung
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
8 HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Parasitemia Menurut Ndungu et al. (2005), tingkat parasitemia diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat ringan (mild reaction), tingkat sedang (severe reaction),
Lebih terperinciMENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS
MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda
Lebih terperinciSISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)
SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hematologi Hasil pemeriksaan hematologi disajikan dalam bentuk rataan±simpangan baku (Tabel 1). Hasil pemeriksaan hematologi individual (Tabel 5) dapat dilihat pada lampiran dan dibandingkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Parasitemia Hasil penelitian menunjukan bahwa semua rute inokulasi baik melalui membran korioalantois maupun kantung alantois dapat menginfeksi semua telur tertunas (TET). Namun terdapat
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Eritrosit, Hemoglobin, Hematokrit dan Indeks Eritrosit Jumlah eritrosit dalam darah dipengaruhi jumlah darah pada saat fetus, perbedaan umur, perbedaan jenis kelamin, pengaruh parturisi
Lebih terperinciGambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) Ikan Lele Dumbo Pada penelitian ini dihitung jumlah sel darah putih ikan lele dumbo untuk mengetahui pengaruh vitamin dalam meningkatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan makanan yang memiliki nilai gizi baik akan meningkat.
Lebih terperinciBila Darah Disentifus
Judul Fungsi Darah Bila Darah Disentifus Terdiri dari 3 lapisan yaitu : Darah di sentrifuse q Lapis paling bawah (merah) 45% adalah Eritrosit atau hematokrit q Lapis tengah (abu-abu putih) 1 % adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ini tersebar di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, penyakit ini bersifat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toksoplasmosis merupakan salah satu dari sekian banyak penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang secara alami dapat menular dari hewan ke manusia. Gejala klinis dari penyakit
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah) Profil parameter eritrosit yang meliputi jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit kucing kampung (Felis domestica) ditampilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan transfusi darah adalah upaya kesehatan berupa penggunaan darah bagi keperluan pengobatan dan pemulihan kesehatan. Sebelum dilakukan transfusi darah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total
HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh (Guyton 2008). Kondisi tubuh dan lingkungan yang berubah setiap saat akan mengakibatkan perubahan
Lebih terperinciGAMBARAN SEL DARAH PUTIH PADA KELINCI YANG DIVAKSIN DENGAN EKSTRAK CAPLAK Rhipicephalus sanguineus SITI RUKAYAH
GAMBARAN SEL DARAH PUTIH PADA KELINCI YANG DIVAKSIN DENGAN EKSTRAK CAPLAK Rhipicephalus sanguineus SITI RUKAYAH FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK SITI RUKAYAH. Gambaran Sel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. domestikasi dari banteng (Bibos banteng). Karakteristik dari sapi bali bila
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan sapi asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng). Karakteristik dari sapi bali bila dibedakan dengan sapi lainnya
Lebih terperinciPEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol
30 PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol Sel somatik merupakan kumpulan sel yang terdiri atas kelompok sel leukosit dan runtuhan sel epitel. Sel somatik dapat ditemukan dalam
Lebih terperinciHAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Jumlah Leukosit Data perhitungan terhadap jumlah leukosit pada tikus yang diberikan dari perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 6. Rata-rata leukosit pada tikus dari perlakuan
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Protozoa Parasitik Menurut Subronto (2006) protozoa dalam darah yang sering ditemukan pada anjing, antara lain dari genus Babesia, Hepatozoon dan Trypanosoma. Seringkali
Lebih terperinciDarah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit
Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Eritrosit Fungsi
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Mei 2011, bertempat di kandang pemuliaan ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,
Lebih terperinciPRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.
PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. Praktikum IDK 1 dan Biologi, 2009 Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed. 1 TUJUAN Mengetahui asal sel-sel
Lebih terperinciGAMBARAN SEL DARAH PUTIH (LEUKOSIT) DOMBA LOKAL (Ovis aries) YANG DIIMMUNISASI DENGAN EKSTRAK CAPLAK Rhipicephalus sanguineus SUTRISNO EKI PUTRA
GAMBARAN SEL DARAH PUTIH (LEUKOSIT) DOMBA LOKAL (Ovis aries) YANG DIIMMUNISASI DENGAN EKSTRAK CAPLAK Rhipicephalus sanguineus SUTRISNO EKI PUTRA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus Jaringan limfoid sangat berperan penting untuk pertahanan terhadap mikroorganisme. Ayam broiler memiliki jaringan limfoid primer (timus dan bursa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sel darah putih ( lekosit ) rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Lekosit Sel darah putih ( lekosit ) rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar dari sel darah merah, tetapi jumlah sel darah putih lebih sedikit. Diameter
Lebih terperinciCATATAN SINGKAT IMUNOLOGI
CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lele merupakan salah satu jenis ikan unggulan budidaya ikan air tawar. Lele masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru. Lele masamo diperoleh
Lebih terperinciTujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.
A. WAKTU BEKU DARAH Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. Prinsip Darah yang keluar dari pembuluh darah akan berubah sifatnya, ialah dari sifat
Lebih terperinciBAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI
1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS
Lebih terperinciIDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA
IDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA Editor: Nama : Istiqomah NIM : G1C015022 FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2015 /2016 1 IDENTIFIKASI FILARIASIS
Lebih terperinciLampiran 1. Road-map Penelitian
LAMPIRAN Lampiran 1. Road-map Penelitian Persiapan Penelitian Persiapan wadah dan ikan uji Bak ukuran 40x30x30cm sebanyak 4 buah dicuci, didesinfeksi, dan dikeringkan Diletakkan secara acak dan diberi
Lebih terperinciTRYPANOSOMIASIS DAN THEILERIOSIS DI KENYA (Suatu tinjauan dari hasil kunjungan ke Kenya, 1983)
TRYPANOSOMIASIS DAN THEILERIOSIS DI KENYA (Suatu tinjauan dari hasil kunjungan ke Kenya, 1983) Ismu Prastyawati Balai Penelitian Penyakit Hewan, Bogor PENDAHULUAN Tulisan ini merupakan hasil kunjungan
Lebih terperinciSISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII
SISTEM IMUN Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM KEKEBALAN TUBUH Imunologi : Ilmu yang mempelajari cara tubuh melindungi diri dari gangguan fisik, kimiawi, dan biologis. . SISTEM IMUN INNATE : Respon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan adanya kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,
Lebih terperinciLEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
KAJIAN PENYAKIT PROTOZOA DARAH PADA SAPI DI KABUPATEN GORONTALO 1 Tri Ananda Erwin Nugroho ababil.nugroho@gmail.com 2 Rinaldi Usman rinaldyusman01@yahoo.com 3 Risman A. Kasim risman.kasim@yahoo.com 4 Muhammad
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Prevalensi Kecacingan Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan bawal air tawar dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Tingkat
Lebih terperinciSISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS
SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ
Lebih terperinciLampiran 1a. Pengenceran konsentrasi bakteri dalam biakan murni dengan teknik pengenceran berseri
Lampiran 1a. Pengenceran konsentrasi bakteri dalam biakan murni dengan teknik pengenceran berseri A 2 lup biakan bakteri padat Inkubasi+shaker (suhu kamar, 18-24 jam) a b b b 0.1 ml 0.1 ml 0.1ml 1:10-1
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrak fisik atau bahan kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai jumlah tertentu.( Fardiaz S, 1992
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan telur terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sel sel darah primitif dibentuk dalam saccus vitelinus. Sel sel darah disini masih
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembentukan Sel Darah (hemopoiesis) Terdiri dari 3 fase hemopoesis : 1. Fase mesoblastik Sel sel darah primitif dibentuk dalam saccus vitelinus. Sel sel darah disini masih serupa
Lebih terperinciDarah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit
Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Fungsi utama eritrosit:
Lebih terperinciPS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.
PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. Kompetensi Dasar 1. Mengetahui penyusun jaringan ikat 2. Memahami klasifikasi jaringan ikat 3. Mengetahui komponen
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepadatan Ayam Petelur Fase Grower Ayam petelur adalah ayam yang efisien sebagai penghasil telur (Wiharto, 2002). Keberhasilan pengelolaan usaha ayam ras petelur sangat ditentukan
Lebih terperinciPenyakit Leukimia TUGAS 1. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Browsing Informasi Ilmiah. Editor : LUPIYANAH G1C D4 ANALIS KESEHATAN
Penyakit Leukimia TUGAS 1 Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Browsing Informasi Ilmiah Editor : LUPIYANAH G1C015041 D4 ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
6 Pewarnaan Proses selanjutnya yaitu deparafinisasi dengan xylol III, II, I, alkohol absolut III, II, I, alkohol 96%, 90%, 80%, dan 70% masing-masing selama 2 menit. Selanjutnya seluruh preparat organ
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
21 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari pengamatan diferensial leukosit pada mencit yang diinfeksi dengan P.berghei setelah pemberian ekstrak akar kayu kuning (C. fenestratum) dengan pelarut etanol yaitu sebagai
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Temperatur Tubuh Peningkatan temperatur tubuh dapat dijadikan indikator terjadinya peradangan di dalam tubuh atau demam. Menurut Kelly (1984), temperatur normal tubuh sapi
Lebih terperinciKAJIAN BEBERAPA KOMPONEN PENGENDALIAN TERPADU PENYAKIT MOSAIK BERGARIS (Sugarcane Streak Mosaic Virus) PADA TEBU
KAJIAN BEBERAPA KOMPONEN PENGENDALIAN TERPADU PENYAKIT MOSAIK BERGARIS (Sugarcane Streak Mosaic Virus) PADA TEBU Dr. Tri Asmira Damayanti (Institut Pertanian Bogor ) Dr. Giyanto (Institut Pertanian Bogor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ayam petelur adalah ayam yang mempunyai sifat unggul dalam produksi telur atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur yaitu
Lebih terperinciE. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2.
PROTOZOA Entamoeba coli E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran 15-50 μm 2. sitoplasma mengandung banyak vakuola yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas sistem imun sangat diperlukan sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap ancaman,
Lebih terperinciBAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN
BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN Sel yang terlibat dalam sistem imun normalnya berupa sel yang bersirkulasi dalam darah juga pada cairan lymph. Sel-sel tersebut dapat dijumpai dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi parasit internal masih menjadi faktor yang sering mengganggu kesehatan ternak dan mempunyai dampak kerugian ekonomi yang besar terutama pada peternakan rakyat
Lebih terperinciProses Penularan Penyakit
Bab II Filariasis Filariasis atau Penyakit Kaki Gajah (Elephantiasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Filariasis disebabkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. putih (leukosit). Eritrosit berperan dalam transpor oksigen dan. Sebagian dari sel-sel leukosit bersifat fagositik, yaitu memakan dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Darah merupakan komponen yang berfungsi dalam sistem transportasi pada tubuh hewan tingkat tinggi. Jaringan cair ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian cair yang disebut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh manusia secara fisiologis memiliki sistim pertahanan utama untuk melawan radikal bebas, yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim. Antioksidan enzimatik bekerja
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembentukan Organisme Bioflok 4.1.1 Populasi Bakteri Populasi bakteri pada teknologi bioflok penting untuk diamati, karena teknologi bioflok didefinisikan sebagai teknologi
Lebih terperinciLAMPIRAN. : Penghilangan dengan jalan pembedahan jaringan atau organ. : Suatu kelenjar yang sejenis dengan amandel yang
LAMPIRAN Ablasi : Penghilangan dengan jalan pembedahan jaringan atau organ tubuh Adenoid : Suatu kelenjar yang sejenis dengan amandel yang melindungi anak-anak dari serangan penyakit, mempunyai fungsi
Lebih terperinciIMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN ABSTRAK
e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume IV No 2 Februari 2016 ISSN: 2302-3600 IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata persentase diferensiasi leukosit pasien anjing di RSH-IPB Momo. Kronis 1-8.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Gambaran Umum Berikut ini disajikan tabel hasil pemeriksaan differensial leukosit pada pasien RSH-IPB. Secara umum dapat dikatakan bahwa gambaran leukosit pada semua pasien cenderung
Lebih terperinciSistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus
Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ limfatik sekunder Limpa Nodus limfa Tonsil SISTEM PERTAHANAN TUBUH MANUSIA Fungsi Sistem Imun penangkal benda asing yang masuk
Lebih terperinciDENY HERMAWAN. SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
ii EFEKTIFITAS EKSTRAK SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) DENGAN PELARUT AIR HANGAT TANPA EVAPORASI DAN KAJIAN DIFFERENSIAL LEUKOSIT PADA AYAM YANG DIINFEKSI DENGAN Eimeria tenella DENY HERMAWAN
Lebih terperinciHEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung
16 HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung memiliki kelainan hematologi pada tingkat ringan berupa anemia, neutrofilia, eosinofilia,
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2011, di
III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2011, di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. B.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mengalami proses penuaan yang terjadi secara bertahap dan. merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari (Astari, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Lansia (Lanjut usia) adalah sekelompok orang dengan usia lanjut yang mengalami proses penuaan yang terjadi secara bertahap dan merupakan proses alami yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan segala macam organisme pengganggu atau toksin yang cenderung merusak jaringan dan organ tubuh. Kemampuan
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salmonella sp. 2.1.1 Klasifikasi Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C termasuk famili Enterobacteriaceae, ordo Eubacteriales, kelas Schizomycetes
Lebih terperincimenjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit.
Bab 10 Sumber: Biology: www. Realm nanopicoftheday.org of Life, 2006 Limfosit T termasuk ke dalam sistem pertahanan tubuh spesifik. Pertahanan Tubuh Hasil yang harus Anda capai: menjelaskan struktur dan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
19 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Babesia sp. dan Haemobartonella sp. Identifikasi Babesia sp. dan Haemobartonella sp. dilakukan melalui pembuatan preparat ulas darah dengan menggunakan pewarnaan Giemsa.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan post-test only control group design. Hewan uji dirandomisasi baik
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental murni, dengan pendekatan post-test only control group design. Hewan uji dirandomisasi baik pada
Lebih terperinciMEKANISME PATOGENESIS PADA BABESIA CANIS. Vidya Irawan, DVM, M.Sc 1
MEKANISME PATOGENESIS PADA BABESIA CANIS Vidya Irawan, DVM, M.Sc 1 1 Post Graduate Student of Veterinary Science, Faculty of Veterinary Medicine, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia. Babesiosis
Lebih terperinciMATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Domba Indocement Citeureup, Bogor selama 10 minggu. Penelitian dilakukan pada awal bulan Agustus sampai pertengahan bulan Oktober
Lebih terperinciSistem Imun BIO 3 A. PENDAHULUAN SISTEM IMUN. materi78.co.nr
Sistem Imun A. PENDAHULUAN Sistem imun adalah sistem yang membentuk kekebalan tubuh dengan menolak berbagai benda asing yang masuk ke tubuh. Fungsi sistem imun: 1) Pembentuk kekebalan tubuh. 2) Penolak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Reproduksi Lele dumbo. Tabel 4 Karakteristik fisik reproduksi lele dumbo
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Reproduksi Lele dumbo Lele dumbo merupakan salah satu jenis ikan konsumsi air tawar yang memiliki bentuk tubuh memanjang, memiliki sungut dengan permukaan tubuh
Lebih terperinciPertemuan XI: Struktur dan Fungsi Hayati Hewan. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011
Pertemuan XI: Struktur dan Fungsi Hayati Hewan Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 1 Struktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus Menjelaskan: Struktur Hewan Fungsi Hayati Hewan Energi
Lebih terperinciB A B II TINJAUAN PUSTAKA. penting dari sistem transport dan bagian penting
B A B II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah 1. Definisi Darah. Darah merupakan bagian penting dari sistem transport dan bagian penting dari tubuh yang jumlahnya 6 8 % dari berat badan total. Darah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
26 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 MCV (Mean Corpuscular Volume) Nilai MCV (Mean Corpuscular Volume) menunjukkan volume rata-rata dan ukuran eritrosit. Nilai normal termasuk ke dalam normositik, nilai di bawah
Lebih terperinciSistem Imun. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal
Kuntarti, SKp Sistem Imun Fungsi: 1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor)
Lebih terperinciMekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang
Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Premedikasi Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum induksi anestesi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Premedikasi Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum induksi anestesi. Obat analgesik akan menghilangkan rasa sakit, sementara obat tranquilliser akan menenangkan hewan
Lebih terperinciKompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya
SISTEM SIRKULASI Kompetensi Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya Suatu sistem yang memungkinkan pengangkutan berbagai bahan dari satu tempat ke tempat lain di dalam tubuh organisme Sistem
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga pada bulan Desember 2012 - Februari 2013. Jumlah sampel yang diambil
Lebih terperinciMakalah Sistem Hematologi
Makalah Sistem Hematologi TUGAS I untuk menyelesaikan tugas browsing informasi ilmiah Disusun Oleh: IBNU NAJIB NIM. G1C015004 PROGRAM DIPLOMA IV ANALISI KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Demam dengue ataulebihsering di sebut sebagai penyakit dengan Demam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam dengue ataulebihsering di sebut sebagai penyakit dengan Demam Berdaraha dalah penyakit yang di sebabkan oleh virus Dengue melalui perantara (hospes) nyamuk Aedes
Lebih terperinciMETODOLOGI. Waktu dan Tempat Penelitian
METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan
Lebih terperinci