IV. KERANGKA ANALISIS. garmen berdasarkan perubahan ekspornya, dalam penelitian ini digunakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. KERANGKA ANALISIS. garmen berdasarkan perubahan ekspornya, dalam penelitian ini digunakan"

Transkripsi

1 IV. KERANGKA ANALISIS 4.1. Kerangka Teoritis Daya Saing Ekspor Untuk mengidentifikasi daya saing negara-negara pengekspor tekstil dan garmen berdasarkan perubahan ekspornya, dalam penelitian ini digunakan model Constant Market Share (CMS). Model CMS dianggap lebih sesuai dibanding dengan Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Domestic Resource Cost (DRC), karena dapat mendekomposisi perubahan ekspor menjadi beberapa komponen. Menurut Djaja (1992), suatu studi yang komprehensif tentang keragaan ekspor mungkin akan sangat kompleks, sehingga memerlukan penjelasan ketersediaan faktor produksi, teknologi, struktur pasar, pola permintaan, kebijakan pemerintah, konsumen dan kompetitor. Walalupun demikian, keragaan ekspor dapat dianalisis dengan menggunakan model CMS. CMS adalah suatu metode untuk mengetahui kinerja ekspor suatu negara terhadap persaingan. Model ini menunjukkan apakah suatu negara berhasil mempertahankan pangsa pasarnya dari para pesaingnya. Asumsi dasar yang dipakai dalam analisis CMS adalah bahwa pangsa pasar pada pasar dunia tidak berubah antar waktu. Ekspor suatu negara dapat meningkat lebih cepat atau lebih lambat dibandingkan dengan rata-rata ekspor dunia disebabkan oleh empat alasan, yaitu: 1. Efek komposisi komoditas. Ekspor terkonsentrasi pada komoditas-komoditas yang permintaannya relatif elastis atau inelastis terhadap pendapatan. 2. Efek distribusi pasar. Ekspor terarah ke pasar-pasar yang berkembang lebih pesat atau lambat dibandingkan rata-rata dunia. 3. Efek daya saing. Ekspor lebih atau kurang dapat bersaing dengan negaranegara pengekspor lain, baik karena pertumbuhan produktivitasnya lebih

2 35 tinggi atau rendah atau karena undervaluation atau overvaluation mata uang domestik. 4. Efek pertumbuhan ekspor dunia. Pertumbuhan ekspor suatu komoditas dari suatu negara dapat terjadi karena peningkatan permintaan dunia. Efek ini dapat menjelaskan sejauh mana pengaruh peningkatan permintaan dunia terhadap pertumbuhan komoditas tertentu dari suatu negara. CMS akan menjelaskan perubahan ekspor suatu negara dari sisi permintaan dan penawaran. Efek pertumbuhan ekspor dunia, efek komposisi komoditas dan efek distribusi pasar merupakan efek-efek dari sisi permintaan. Sedangkan efek daya saing merupakan efek yang menjelaskan dari sisi permintaan dan penawaran. Efek daya saing dapat bersumber dari daya saing yang dipengaruhi oleh harga dan non harga, seperti kualitas, pelayanan dan peningkatan pasar. Pada analisis CMS ini, efek daya saing diperhatikan terutama dari segi harga. Berdasarkan notasi yang digunakan oleh Leamer dan Stern (1970), permintaan ekspor suatu komoditas pada pasar tertentu dari dua negara eksportir digambarkan dalam hubungan sebagai berikut: 1 q2 = f( p1 p ), dan f (.) < 0... (4.1) q 2 Notasi p i dan q i adalah harga dan kuantitas ekspor dari komoditas tersebut dari negara eksportir ke i, dimana i = 1 dan 2 serta f (.) < 0 yang berarti rasio harga mempunyai hubungan negatif dengan rasio kuantitas. Persamaan 4.1 dikalikan dengan (p 1 /p 2 ), maka akan didapat: ( p ) p =... (4.2) 1q1 p2q2 p1 p2 f 1 p2 Sementara itu, pangsa pasar ekspor negara 1 adalah sebagai berikut: p q ( p q p q ) = ( 1+ p q p ) (4.3) q1 dan p 2 q 2 /p 1 q 1 adalah (p 1 q 1 f(p 1 /p 2 )) -1, sehingga menjadi:

3 { } g( p1 2 ( p q + p q ) = 1+ [ p p f( p p )] p = )... (4.4) 1q p Hal ini berarti pangsa pasar negara 1 adalah konstan, kecuali ada variasi dalam p 1 /p 2. Persamaan 4.4 memperlihatkan validasi bentuk CMS dan konjungtural perbedaan antara pertumbuhan ekspor yang ditunjukkan dengan pangsa pasar konstan dari pertumbuhan ekspor aktual dalam bentuk perubahan harga. Pengembangan lebih lanjut permintaan ekspor suatu pasar dari model CMS dilakukan oleh Chen dan Duan (1999), dengan menganggap rasio harga komoditas ekspor antar negara adalah konstan dalam periode tertentu, sehingga pangsa pasar bagi suatu negara adalah berikut ini: S = q Q f ( c C), ( c C) ij ij ij = ij f' ij > 0... (4.5) S ij q ij Q ij = Pangsa pasar ekspor komoditas i dari negara yang diamati ke kawasan tertentu (j). = Ekspor komoditas i dari negara yang diamati ke kawasan tertentu (j). = Ekspor komoditas i dari dunia ke kawasan tertentu (j). Selanjutnya pertumbuhan ekspor antar periode adalah 0 untuk tahun dasar dan 1 untuk tahun terminal, maka persamaan 4.5 dapat ditulis menjadi: n m n m = + + n m 0 0 Δq Sij ΔQij ΔSijQij ΔSijΔQij... (4.6) i j i j i j (1) (2) (3) (1) efek struktural. (2) efek kompetitif, dan (3) efek order kedua.

4 37 Secara umum model CMS tersebut diadopsi dari penelitian Chen dan Duan (1999), dan selanjutnya persamaan 4.6 dapat didekomposisi lebih lanjut ke dalam komponen sebagai berikut: 0 Δq = S ΔQ ( i Sj ij ΔQij Si i ΔQ j ) + ( i Sj ij ΔQij Sj j ΔQ j ) (1a) (1b) (1c) [( Si ΔQi S ΔQ) ( i Sj ij ΔQij + Sj j ΔQ j )] i + ΔSQ 0 + (1d) ( i jδs ijqij ΔSQ ) + ( Q Q 1) i jδs ijqij (2a) (2b) (3a) [ i jδs ijδsij ( Q Q 1) i jδs ijqij ] (4.7) (3b) (1a) efek pertumbuhan. (1b) efek distribusi pasar. (1c) efek komposisi komoditas. (1d) efek interaksi struktural. (2a) efek kopetitif umum. (2b) efek kompetitif spesifik. (3a) efek ordo kedua murni, dan (3b) efek struktural residual dinamis. CMS yang mempunyai periode tahunan dianggap terlalu singkat untuk digunakan dalam menganalisis perubahan kekuatan bersaing. Selain itu dalam menginterpretasikan komponen residual sebagai indikator daya saing suatu negara di pasar internasional juga mempunyai keterbatasan. Richardson (1971) menyatakan bahwa kesimpulan tentang peningkatan daya saing suatu negara karena efek positif kompetitif yang diturunkan dari pangsa nilai ekspor akan konsisten jika terjadi peningkatan maupun penurunan harga relatif. Namun demikian, apabila efek kompetitif berkontribusi negatif, maka hal ini tidak cukup

5 38 sebagai penyebab turunnya pangsa volume ekspor. Jika pangsa pasar diukur dengan nilai ekspor dan harga ekspor negara yang bersangkutan meningkat relatif terhadap harga dunia, maka efek kompetitif yang negatif menunjukkan kegagalan dalam mempertahankan pangsa kuantitas Permintaan dan Penawaran Peranan ekspor migas terhadap penerimaan ekspor Indonesia menunjukkan penurunan yang cukup berarti. Oleh sebab itu keadaan ini mendorong dikembangkannya komoditas ekspor lain yang potensial sebagai andalan ekspor. Komoditas ekspor non migas yang memberikan kontribusi terbesar selama kurun waktu lebih dari 20 tahun terakhir adalah TPT. Peningkatan ini tidak terlepas dari adanya kebijakan pemerintah pada awal pengembangan industri ini. Namun demikian, kenyataanya untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi dan ekspor TPT Indonesia secara berkesinambungan tidak mudah, karena usaha-usaha tersebut sedang dan akan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang bersumber dari pasar dalam negeri dan juga pasar luar negeri. Oleh sebab itu, untuk mendukung upaya pengembangan industri TPT Indonesia dalam rangka berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi, maka diperlukan analisis yang lebih mendalam mengenai perilaku pasar TPT domestik dan luar negeri. A. Ekspor dan Impor TPT Dunia Pada prinsinya setiap negara di dunia saling tergantung satu dengan lainnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang beraneka ragam. Tidak semua kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi oleh negara tersebut, karena adanya keterbatasan sumberdaya manusia, sumberdaya alam, serta keahlian atau teknologi. Oleh sebab itu perdagangan menjadi jalan keluar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan memaksimumkan kesejahteraan negara.

6 39 Beberapa faktor lain yang mendorong timbulnya perdagangan internasional antar negara bersumber dari keinginan memperluas pemasaran komoditas yang diproduksi oleh suatu negara, memperbesar perolehan devisa bagi kegiatan pembangunan, adanya perbedaan penawaran dan permintaan antar negara serta akibat perbedaan biaya relatif dalam menghasilkan komoditas tertentu (Gonarsyah, 1987). Secara teoritis, keseimbangan ekonomi nasional suatu negara dapat dirumuskan sebagai suatu keseimbangan antara jumlah barang atau jasa yang ditawarkan (supply) dengan jumlah barang atau jasa yang diminta (demand). Dalam hal ini total supply terdiri dari supply dalam negeri (produksi dalam negeri) ditambah dengan supply luar negeri (impor). Total demand terdiri dari konsumsi dalam negeri ditambah dengan konsumsi luar negeri. Penawaran ekspor atau excess supply Indonesia terjadi apabila jumlah total supply lebih besar daripada total demand. Sedangkan permintaan impor atau excess demand Indonesia terjadi apabila jumlah total demand lebih besar daripada total supply. Oleh sebab itu, keseimbangan ekonomi nasional suatu negara sangat dipengaruhi oleh ekonomi internasional, baik melalui impor maupun ekspor (Hady, 2004). Misalkan ada perdagangan antara Indonesia dan negara lain di dunia, maka asumsi yang dipergunakan adalah struktur pasar TPT berbentuk pasar persaingan sempurna dan tanpa memperhatikan ukuran negara yang terlibat dalam perdagangan. Namun demikian pada kenyataannya, Indonesia adalah termasuk negara kecil yang terbuka (small open economy). Kategori negara kecil atau besar didasarkan pada perilaku ekonominya, dimana Indonesia tidak dapat mempengaruhi harga dunia atau peubah harga dunia sebagai variabel eksogenus (Krantz, 2006). Negara eksportir besar akan menghadapi slope negatif excess demand dari negara lain dari negara sisa dunia. Sedangkan negara kecil akan

7 40 menghadapi slope excess demand yang mendatar. Artinya perubahan ekspor dari negara kecil tidak akan merubah harga dunia. Negara impotir besar akan menghadapi excess supply negara lain dari negara sisa dunia, dimana negara impotir ini dapat mempengaruhi harga dunia. Negara impotir kecil menghadapi excess supply yang mendatar dan tidak mampu mempengaruhi harga dunia (Houck, 1986). Oleh sebab itu asumsi yang digunakan adalah negara kecil berperilaku sebagai price taker, baik di pasar input maupun pasar output. Selain itu biaya transportasi adalah nol serta tidak ada hambatan perdagangan. Berkaitan dengan perdagangan TPT, peran Indonesia dan termasuk negaranegara Asia terhadap negara sisa dunia menjadi penting, karena migrasi produksi TPT era 1990-an hingga sekarang telah bergeser ke kawasan Asia. Di dalam perdagangan TPT, sub sektor tekstil Indonesia cenderung berperan sebagai importir, sedangkan sub sektor garmen Indonesia cenderung berperilaku sebagai eksportir. Berdasarkan penjelasan di atas, diketahui bahwa penawaran ekspor komoditas selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penawaran dan permintaan pasar dalam negeri, juga dipengaruhi oleh faktorfaktor yang muncul dari pasar luar negeri atau pasar internasional. Secara matematis konsep excess supply dapat ditulis sebagai berikut: Q X t = Q S t - Q D t... (4.8) Q X t Q S t Q D t : Penawaran ekspor suatu komoditas di negara pengekspor pada tahun ke t (unit). : Jumlah penawaran suatu komoditas di negara pengekspor pada tahun ke t (unit). : Jumlah permintaan suatu komoditas di negara pengekspor pada tahun ke t (unit).

8 41 Dalam pengertian yang lebih luas, penawaran domestik TPT bersumber dari produksi (Q P t), kelebihan stok tahun lalu (Q St t-1) dan impor (Q M t), sehingga persamaan matematis penawaran domestik TPT adalah sebagai berikut: Q S t = Q P t + Q St t-1 + Q M t... (4.9) Di sisi lain penawaran TPT dipengaruhi oleh keadaan pasar, dimana struktur pasar komoditas TPT ini umumnya merupakan pasar persaingan sempurna, karena banyaknya jumlah perusahaan-perusahaan yang berada dalam industri ini. Selain itu skala usahanya lebih banyak berskala usaha kecil sehingga produsen bertindak sebagai penerima harga (price taker). Oleh sebab itu, produksi TPT yang dihasilkan selain dipengaruhi oleh harga tekstil dan garmen itu sendiri (P D t) juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah (E t ) dan tingkat teknologi yang digunakan (T t ), sehingga persamaan di atas dapat dinyatakan sebagai berikut: Q S t = f(p D t, E t, T t ) + Q St t-1 + Q M t... (4.10) Fungsi permintaan suatu komoditas secara teoritis diturunkan dari kurva indiferen, yaitu kurva yang menjelaskan tingkat keinginan konsumen terhadap dua macam komoditas atau lebih yang dihadapkan dengan keterbatasan anggaran yang dimilikinya. Teori tersebut disusun dengan menggunakan asumsi bahwa seorang konsumen sanggup menyatakan kombinasi komoditas yang dikonsumsinya dimana dapat memberikan kepuasan yang lebih tinggi, sama atau lebih rendah dari kombinasi lainnya. Dengan demikian permintaan pasar akan suatu komoditas di suatu negara dapat berupa fungsi harga komoditas yang bersangkutan (P D t), harga komoditas substitusi (P S t), pendapatan penduduk per kapita (Y t ) dan jumlah penduduk (N t ), sehingga secara matematis dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut: Q D t = f(p D t, P S t, Y t, N t )... (4.11)

9 t 42 Dengan mensubtitusikan persamaan 4.10 dan persamaan 4.11 ke dalam persamaan 4.8 maka diperoleh penawaran ekspor sebagai berikut: Q X t = f(p D t, E t, T t ) - f(p D t, P S t, Y t, N t ) + Q St t-1 + Q M t... (4.12) Atau apabila dibuat dalam bentuk persamaan linear, maka persamaan penawaran ekspor komoditas TPT adalah sebagai berikut: Q X D t = α 0 + α 1 PP t - α2p S P + α 3 Y t + α 4 E t + α 5 T t + α 6 N t + α 7 Q St t-1 + α 8 Q M t... (4.13) Dimana α adalah parameter yang menjelaskan pengaruh masing-masing peubah terhadap jumlah komoditas TPT yang diekspor. Pengaruh faktor luar negeri dalam perdagangan antar negara sehubungan dengan penawaran ekspor ini dapat dilihat melalui harga luar negeri (FOB) suatu komoditas atau P X t, dimana harga tersebut adalah sama dengan harga domestik (P D t) setelah dikoreksi dengan biaya angkut dan biaya penanganan antar pelabuhan (C t ) serta dinilai dengan satuan mata uang yang sama, yang secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut: PPX t. ER X t = P D t + C atau, t PPX t. ER X D t - C t = P t... (4.14) Dimana ER X t adalah nilai tukar mata uang negara pengekspor per unit mata uang asing. Dari hasil substitusi persamaan 4.14 ke dalam persamaan 4.13 diperoleh persamaan sebagai berikut: Q X t = α 0 + α 1 (P X t. ER X t - C t ) - α 2 PPS t + α Y + α E + α T + α N + 3 t 4 t 5 t 6 t α 7 Q St t-1 + α 8 Q M t... (4.15) Branson (1976) menjelaskan bahwa ekspor riil suatu negara selain dipengaruhi oleh harga komoditas tersebut (P X t), juga dipengaruhi oleh nilai tukar mata uang pengekspor terhadap mata uang asing (ER X t) atau dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut:

10 t 43 Q X t = f(p X t, ER X t)... (4.16) Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Branson (1976), maka persamaan penawaran ekspor di atas (persamaan 4.15) dapat ditulis menjadi seperti berikut: Q X X t = α 0 + α 1 PPX t + α9er t α10c t - α2p S P + α 3 Y t + α 4 E t + α 5 T t + α 6 N t + α 7 Q St t-1 + α 8 Q M t... (4.17) Selain itu menurut Pindyck and Rubinfield (1991) dan Koutsoyiannis (1977), harga harapan ekspor dapat diduga dengan menggunakan Cagan s Adaptif Expectation Model sebagai berikut: P t - P t-1 = δ(p t - P t-1 )... (4.18) P t : Harga harapan ekpsor tekstil atau garmen pada tahun ke t. P t : Harga ekspor tekstil dan garmen pada tahun ke t. P t-1 : Harga harapan ekspor tekstil atau garmen pada tahun t-1. δ : Koefisien harapan (expectation coeffisien), 0 < δ < 1. Persamaan di atas dapat diselesaikan secara aljabar dan akan diperoleh: QX t = f(p t - P t-1 )... (4.19) Persamaan 4.19 menunjukkan bahwa penawaran ekspor tekstil atau garmen selain dipengaruhi oleh harga ekspor tekstil atau garmen pada tahun ke t, juga dipengaruhi harga ekspor tekstil dan garmen pada tahun sebelumnya. Kondisi keseimbangan dalam perdagangan antar dua negara untuk suatu komoditas tercapai apabila jumlah ekpsor dari negara pengekspor (Q X t) sama dengan jumlah yang diimpor oleh negara pengimpor atau dapat ditulis sebagai berikut: Q X t = Q M t Secara matematis excess demand dari negara pengimpor dapat dinyatakan sebagai selisih antara permintaan domestik (Q DM t) dengan penawaran domestik (Q SM t) dan stok konstan seperti persamaan berikut: Q M t = Q DM t Q SM t... (4.20)

11 PP t t 44 Sehingga permintaan domestik negara pengimpor dalam harga riil dapat ditulis sebagai berikut: Q DM t = f(p DM t, P SM t, Y M t)... (4.21) Dimana P DM t dan P SM t adalah harga domestik suatu komoditas dan harga substitusi komoditas tersebut di negara pengimpor serta Y M t adalah pendapatan per kapita negara pengimpor. Dengan mensubstitusikan persamaan 4.20 ke dalam persamaan 4.21, maka diperoleh persamaan sebagai berikut: Q M t = f(p DM t, P SM t, Y M t) - Q SM t... (4.22) Atau dalam bentuk persamaan linear sebagai berikut: Q M DM t = β 0 - β 1 PP t - β2p SM P + β 3 Y M t - β 4 Q SM t... (4.23) Permintaan impor TPT merupakan permintaan turunan (derived demand), yaitu permintaan tidak langsung yang berasal dari lembaga-lembaga pemasaran, seperti rumah mode, departement store, pedagang besar dan pedagang pengecer. Oleh sebab itu, harga domestik (P DM t) terdiri dari dua komponen, yaitu harga impor (P M t) dan harga dari masukan pemasaran (P i t) yang digunakan untuk menggerakkan produk ke konsumen akhir yang secara matematis dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut: DM t = β0 + β1p M P + β 2 PPi t... (4.24) Secara umum harga komoditas TPT di negara pengimpor (P M t) kecenderungannya sama dengan harga komoditas di negara pengekspor (P X t) ditambah dengan ongkos transportasi dari negara pengimpor (C X t) dan tarif yang dikenakan terhadap komoditas tersebut (T f t) (Gonarsyah, 1983). Atau dapat dinyatakan dalam persamaan matematis sebagai berikut: PPM t = ER M t(p X t + C X t) + T f t... (4.25) Selanjutnya dengan mensubstitusikan persamaan 4.25 ke dalam persamaan 4.17 diperoleh persamaan sebagai berikut:

12 t t 45 M PPDM t = β 0 + β 1(ER t (P X t + C X t) + T f t) + β2p i P... (4.26) Dengan mensubstitusikan persamaan 4.26 ke dalam persamaan 4.23, maka diperoleh persamaan permintaan impor suatu negara, yaitu: Q M t = δ 0 - δ 1 β 0 δ 2 β 1 (ER M t(p X t + C X t) + T f i t) δ 3 β 2 PP t + δ4p SM P + δ 5 Y M t δ 6 Q SM t... (4.27) Selanjutnya mekanisme perubahan harga TPT di pasar internasional dapat terjadi, baik karena kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi perubahan penawaran ekspor maupun karena kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi perubahan permintaan impor ataupun karena pengaruh keduanya secara bersama-sama. Sebagai komoditas yang diperdagangkan di pasar internasional, harga TPT sangat dipengaruhi oleh pola perdagangan yang terjadi. Variabel eksternal berkaitan dengan kebijakan kuota perdagangan TPT, sedangkan variabel internal berhubungan dengan mekanisme pemasaran dan proses produksi TPT itu sendiri, seperti kapasitas produksi, penyediaan bahan baku maupun kualitasnya. Dari uraian tersebut, maka fungsi harga TPT di pasar dunia dirumuskan sebagai berikut: PPW t = f(q X t, Q M t, Z )... (4.28) t PPW t : Harga tekstil atau garmen di pasar dunia tahun ke t. Z t : Faktor-faktor lain yang mempengaruhi harga tekstil atau garmen di pasar dunia tahun ke t. Kekuatan mekanisme harga di pasar internasional dapat mempengaruhi mekanisme pasar domestik dan sebaliknya. Dengan kata lain, jika harga TPT di pasar internasional naik, maka akan berdampak terhadap kenaikan harga TPT di pasar domestik. Kondisi ini akan tercapai bila informasi mudah didapat pada bursa masing-masing negara, sehingga fluktuasi harga pada suatu pasar dapat segera tertangkap oleh pasar lain. Hal ini dapat dijadikan sebagai sinyal dalam pengambilan keputusan bagi pelaku-pelaku ekonomi yang terlibat di dalamnya.

13 46 B Penurunan Permintaan Input dan Penawaran Output Berdasarkan teori perusahaan (the theory of firm), permintaan input diturunkan dari fungsi produksi setiap perusahaan, dengan asumsi produsen memaksimumkan keuntungan dengan kendala teknologi dan pasar (harga output dan input) (Varian, 1978 dalam Sinaga, 1980). Asumsi lainnya dalam analisis ini bahwa setiap perusahaan menghadapi pasar persaingan sempurna, baik dalam input maupun output. Dengan demikian, setiap perusahaan merupakan penerima harga (price taker). Oleh sebab itu harga-harga merupakan peubah tertentu atau menjadi peubah eksogen dalam memaksimalkan keuntungan. Penurunan permintaan input dan penawaran output membutuhkan syarat First Order Necessary Condition (FONC) dan Second Order Sufficient Condition (SOSC) dalam memaksimisasi keuntungan (Henderson dan Quandt, 1980). Oleh sebab itu diasumsikan fungsi produksi dapat diturunkan, perusahaan menggunakan input tertentu sampai mencapai kondisi persamaan antara nilai produk marginal dan harganya. Asumsi lainnya adalah SOSC terpenuhi. 1. Permintaan Tekstil, Penawaran, dan Permintaan Garmen TPT dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok komoditas, yaitu komoditas tekstil dan garmen. Komoditas tekstil sebagai derived demand dari komoditas garmen. Asumsi lain yang digunakan dalam penurunan permintaan tekstil dan penawaran garmen adalah hanya ada satu macam tekstil dan garmen. Misalkan fungsi produksi garmen yang menggunakan input tekstil dan input lainnya adalah sebagai berikut: J i = J i (S, N)... (4.29) J i = Jumlah output garmen jenis i yang dihasilkan oleh perusahaan tekstil. S = Jumlah input tekstil. N = Jumlah serangkaian input lainnya.

14 47 Dan harga masing-masing output input tersebut adalah: P ji P S P N = Harga output garmen jenis i per unit. = Harga tekstil. = Harga input lainnya. Fungsi tujuan perusahaan tekstil adalah memaksimumkan keuntungan (π ji ). Keuntungan ini didefinisikan sebagai penerimaan total dikurangi biaya total. Bentuk persamaan matematisnya dapat ditulis sebagai berikut ini: Memaksimumkan keuntungan π ji = P ji.j i (S, N) - (P S. S + P N. N)... (4.30) Memaksimumkan keuntungan perusahaan tekstil didapatkan dengan menurunkan fungsi keuntungan secara parsial terhadap S dan N serta menyamakan dengan nol, maka: P ji. f S - P S = 0 atau P ji. f S = P S... (4.31) P ji. f N - P N = 0 atau P ji. f N = P N... (4.32) Dimana f S dan f N adalah turunan parsial fungsi produksi terhadap S dan N. Oleh karena itu f S dan f N merupakan produk marginal dari input S dan N. Persamaan 4.31 dan 4.32 merupakan sistem dua persamaan dengan dua peubah endogen (S, N) dan tiga peubah eksogen (P ji, P S dan P N ). Sistem persamaan ini diselesaikan secara simultan untuk menentukan dua peubah endogen dalam konteks tiga peubah eksogen. S = S(P S, P N, P ji )... (4.33) N = N(P S, P N, P ji )... (4.34) Persamaan 4.33 dan 4.34 merupakan fungsi permintaan input dari perusahaan tekstil. Persamaan 4.33 merupakan derived demand tekstil. Persamaan ini menyatakan bahwa jumlah permintaan tekstil merupakan fungsi dari harga tekstil, harga input lain, dan harga garmen. Persamaan 4.33 dan 4.34 dapat disubtitusikan ke persamaan fungsi produksi tekstil, persamaan Hasil subtitusi ini merupakan penawaran output garmen.

15 48 J i = J i (P ji, P S, P N )... (4.35) Permintaan garmen bukan lagi sebagai derived demand. Permintaan ini sama dengan permintaan barang konsumsi. Dalam teori permintaan, Koutsoyiannis (1975) menyatakan bahwa determinan permintaan pasar produk tertentu adalah harga produk itu sendiri, pendapatan konsumen, harga komoditas lainnya, selera konsumen, distribusi, pendapatan, jumlah penduduk, kesejahteraan konsumen, ketersediaan kredit, kebijakan pemerintah, dan tingkat permintaan sebelumnya. Dengan demikian, permintaan garmen dapat ditulis: G ji = g(p ji, Z)... (4.36) G ji = Permintaan garmen jenis i. P ji = Harga garmen jenis i. Z = Serangkaian determinan permintaan yang lain. 2. Permintaan Kapas dan Penawaran Tekstil Sama halnya dengan penurunan sebelumnya, penurunan permintaan kapas dan penawaran tekstil menggunakan asumsi tambahan, yaitu hanya ada satu macam kapas dan tekstil. Misalkan fungsi produksi tekstil yang menggunakan input kapas dan input lainnya adalah sebagai berikut: S = s(m, L)... (4.37) S M L = Jumlah output tekstil per unit. = Jumlah input kapas per unit. = Jumlah serangkaian input lainnya per unit. Dan masing-masing harga output serta input adalah: P S P M P L = Harga tekstil = Harga kapas = Harga input lainnya. Memaksimumkan keuntungan perusahaan kapas (π S ) dapat ditulis sebagai berikut:

16 49 Memaksimumkan π S = P S. s(m, L) - (P M. M + P L. L)... (4.38) Memaksimumkan keuntungan tercapai apabila turunan parsial fungsi keuntungan terhadap M dan L sama dengan nol. P S. f M - P M = 0 atau P S. f M = P M... (4.39) P S. f L - P L = 0 atau P S. f L = P L... (4.40) Dimana f M dan f L merupakan turunan parsial fungsi produksi tekstil terhadap M dan L. Oleh karena itu f M dan f L adalah produk marginal dari input M dan L. Persamaan 4.39 dan 4.40 merupakan sistem dua persamaan dengan dua peubah endogen (M, L) dan tiga peubah eksogen (P S, P M dan P L ). Sistem persamaan ini dapat diselesaikan dengan simultan untuk menentukan dua peubah endogen dalam konteks tiga peubah eksogen. M = M(P M, P L, P S )... (4.41) L = L(P L, P M, P S )... (4.42) Persamaan 4.41 dan 4.42 merupakan fungsi persamaan input dari perusahaan tekstil. Persamaan 4.41 merupakan derived demand kapas. Persamaan ini menyatakan fungsi dari harga tekstil dan harga input lainnya. Persamaan 4.41 dan 4.42 dapat disubtitusikan ke persamaan Hasil subtitusi merupakan penawaran output tekstil, yaitu: S = s(p S, P M, P L )... (4.43) 3. Harga Tekstil dan Garmen Dalam teori permintaan konsumen, harga adalah peubah eksogen. Jumlah yang diminta adalah fungsi dari harga. Oleh sebab itu hubungan sebab akibatnya dimulai dari perubahan harga yang akan mempengaruhi terhadap permintaan. Namun demikian dalam kenyataannya, harga dan permintaan dapat pula mempunyai hubungan yang simultan. Artinya perubahan permintaan dapat

17 50 mempengaruhi perubahan harga, dan sebaliknya. Adalah valid apabila hubungan tersebut ditulis sebagai kebalikan dari fungsi permintaan, P t = f(q D t), dimana P t adalah harga dan Q D t adalah jumlah permintaan. Fungsi tersebut penting dalam ekonomi, sedangkan model yang mendukung teori ini adalah model Cobweb. Dimana model ini menjelaskan secara teoritis bagaimana hubungan harga dan kuantitas dalam waktu yang berjalan (Robinson and Tomek, 1990). Berdasarkan rantai kejadian dalam model Cobweb, maka penawaran (Q S t) adalah fungsi dari harga tahun sebelumnya, Q S t = f(p t-1 ). Jumlah yang diproduksi pada tahun tersebut dan yang dijual pada tahun tersebut adalah Q S t = Q P t. Sedangkan market clearing harga untuk produksi ditentukan oleh hubungan permintaan, Q P t = f(q D t). Secara umum hubungan tersebut dapat ditulis sebagai berikut: Q 1 Q 2 Q 3. P 1 P 2 P Metode Analisis Sub bab ini terdiri dari dua metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian. Metode pertama untuk menjelaskan kinerja ekspor tekstil dan garmen Indonesia secara lebih detail antara negara mitra dagang digunakan metode constant market share model. Sedangkan bagian kedua adalah memaparkan perumusan model untuk menganalisis struktur permintaan, penawaran, dan perdagangan TPT Indonesia di pasar domestik dan dunia. Hal ini dalam rangka menjawab tujuan penelitian yang pertama, yaitu untuk menganalisis perkembangan industri TPT Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta tujuan kedua, yaitu menganalisis prospek perkembangan industri TPT Indonesia. Bab Tinjauan Pustaka digunakan sebagai dasar untuk merumuskan

18 51 model tersebut. Hubungan-hubungan ekonomi peubah-peubah dalam struktur perdagangan tekstil dan garmen dirumuskan menjadi model ekonometrika untuk memudahkan dalam analisis empiris dan evaluasi ekonomi Constant Market Share Model Secara holistik model CMS dapat menjelaskan perubahan ekspor dan posisi daya saing TPT Indonesia di pasar dunia. Namun demikian model ini belum dapat menjelaskan secara detail faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi perkembangan industri TPT, baik di pasar dalam negeri maupun dunia. Dalam penelitian ini dijelaskan pertumbuhan ekspor TPT tahunan negaranegara produsen dari Indonesia, China, Italia, dan India di pasar Amerika Serikat dan Jerman. China adalah negara produsen TPT yang mempunyai pangsa pasar relatif besar di pasar Amerika Serikat dan Jerman. Adapun India adalah salah satu negara berkembang yang diprediksikan WTO akan banyak mengambil market share di kedua pasar tersebut. Sedangkan Italia adalah salah satu negara yang pernah memberlakukan kuota impor bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Periode analisis meliputi tahun , yang kemudian dibagi menjai 4 sub periode. Sub periode pertama tahun , sub periode kedua tahun , sub periode ketiga tahun , dan sub periode tahun Pembagian sub periode ini berdasarkan periode integrasi perdagangan TPT dunia ke dalam ketentuan GATT selama 10 tahun masa transisi. Adapun komoditas TPT yang diekspor meliputi komoditas yang terangkum dalam SITC digit 3 (rev 3). Selanjutnya SITC dan SITC dikelompokkan sebagai komoditas tekstil dan SITC digolongkan sebagai komoditas garmen. Sedangkan negara pengimpor khusus ditujukan

19 52 untuk pasar Jerman yang mewakili pasar Eropa, pasar Amerika serikat, dan lainnya (rest of the world). Persamaan dekomposisi dua tahap dari perubahan ekspor dan perhitungan model CMS menggunakan program Excel for Windows. Model CMS yang diaplikasikan oleh Chen and Duan tahun 1999 tidak dilakukan modifikasi lebih lanjut dalam penelitian ini. Oleh sebab itu data yang dibutuhkan dalam CMS tersebut tetap dalam satuan nilai Model Ekonomi TPT Indonesia Model merupakan simplifikasi dan representasi dari dunia nyata. Keterbatasan model CMS di atas akan diperkuat oleh model ekonometrika. Konstruksi model dilakukan untuk mengakomodasikan tujuan penelitian pertama dan kedua. Konstruksi model operasional TPT akan dirumuskan dalam bagian ini. Hubungan-hubungan ekonomi yang terdapat antara variabel dalam model diformulasikan dalam model ekonometrika agar dapat dilakukan penghitungan nilai (besaran dan arah) penduga parameter setiap persamaan perilakunya. Adanya keterkaitan antara industri TPT di pasar domestik dan dunia (ekonomi terbuka) merupakan alasan model ekonometrika dikonstruksi dengan model dinamis dalam bentuk persamaan simultan (simultaneous equation). Sifat dinamis dari aspek penawaran, permintaan, harga domestik, maupun harga dunia juga diakomodasikan dengan cara memasukkan peubah-peubah tahun sebelumnya (lagged variables) ke dalam model dalam bentuk persamaan simultan. Untuk itu data yang digunakan adalah data sekunder seri periode tahun yang diperoleh dari berbagai sumber. Berdasarkan struktur industri TPT di pasar domestik dan keterkaitannya dengan pasar dunia, maka model ekonomi dikelompokkan menjadi empat blok. Blok-blok tersebut dapat digambar pada Gambar 6, yaitu yang terdiri dari blok

20 53 tekstil di pasar domestik, blok garmen di pasar domestik, blok tekstil di pasar dunia, dan blok garmen di pasar dunia. Sedangkan berdasarkan keterkaitan antar variabel dalam blok, maka disusun persamaan-persamaan yang terdiri dari variabel-variabel endogen dan eksogen. Penentuan variabel-variabel tersebut didasarkan pada kerangka teoritis, studi terdahulu, dan juga kondisi di lapangan. Variabel-variabel yang dipilih merupakan variabel yang dianggap berpengaruh dan terutama disesuaikan dengan ketersediaan data. Industri TPT terdiri dari sub sektor serat, benang, kain, pakaian jadi, dan tekstil lainnya. Tidak semua sub sektor tersebut akan dijelaskan secara eksplisit dalam model ekonomi. Sub sektor serat, benang, dan kain akan dimasukkan ke dalam kelompok tekstil, sedangkan pakaian jadi dan tekstil lainnya dimasukkan ke dalam kelompok garmen. Alasan pengelompokan ini dilakukan karena sangat berkaitan dengan ketersediaan data. Blok Tekstil Indonesia 1. Produksi 2. Penawaran 3. Permintaan 4. Ekspor 5. Impor 6. Harga Domestik Blok Garmen Indonesia 1. Produksi 2. Penawaran 3. Permintaan 4. Ekspor 5. Impor 6. Harga Domestik Blok Tekstil Dunia 1. Harga Dunia 2. Ekspor Dunia 3. Impor Dunia 4. Ekspor Jerman 5. Ekspor USA 6. Ekspor China 7. Impor Italia 8. Impor USA 9. Impor China Blok Garmen Dunia 1. Harga Dunia 2. Ekspor Dunia 3. Impor Dunia 4. Ekspor Jerman 5. Ekspor China 6. Ekspor Turki 7. Impor Jerman 8. Impor USA 9. Impor Jepang Gambar 6. Keterkaitan Antar Blok Dalam Perdagangan TPT di Pasar Indonesia dan Dunia

21 54 Model operasional yang dikembangkan diupayakan dapat menangkap semua fenomena ekonomi dalam industri TPT, baik di pasar domestik maupun dunia. Model dirumuskan dalam bentuk persamaan umum sebagai berikut: Y + * t = α0 + α1yt + α2xt + α3xt j + α4zt + α5zt j + α6yt j ut... (4.44) Y t * Y t X t Xt j Z t Zt j Yt j u t α 0 α..., 1 α 6 = Peubah endogen pada periode t (current endogenous variables). = Peubah endogen penjelas pada periode t (explanatory current endogenous variables). = Peubah eksogen pada periode t (current exogenous variables). = Peubah eksogen lag t-j (lagged exogenous variables). = Peubah kebijakan (policy variables). = Peubah kebijakan lag t-j (lagged policy variables). = Peubah ensogen lag t-j (lagged endogenous variables). = Faktor kesalahan (error terms). = Konstanta (intercept). = Parameter. Pada Gambar 7 menunjukkan hubungan ekonomi antara peubah yang terkait dengan industri tekstil dan garmen di pasar domestik dan dunia. Bentuk frame segi empat menggambarkan peubah tersebut termasuk endogenous variables. Sedangkan bentuk frame oval menunjukkan peubah tersebut adalah exogenous variables. Garis panah yang menuju ke peubah mengindikasikan peubah tersebut dipengaruhi peubah lainnya, sedangkan garis panah yang meninggalkan peubah tersebut menunjukkan peubah tersebut mempengaruhi peubah lainnya. Hubungan simultan terlihat ketika suatu peubah mempengaruhi dan sekaligus dipengaruhi peubah lainnya. Dalam agregasi masing-masing produk, diasumsikan bahwa tekstil dan garmen adalah homogen dan bukan produk terdiferensiasi. Asumsi ini masuk akal karena produk tekstil dan garmen untuk jenis serat yang berbeda-beda menghasilkan produk yang relatif sama.

22 Harga Impor Tekstil Indonesia Tarif Impor Tekstil Harga Kapas Dunia GDP Indonesia Im por Garmen Bekas Populasi Indonesia Tarif Impor Garmen Harga Impor Garmen Indonesia Impor Tekstil Indonesia Permintaan Tekstil Dom estik Permintaan Garmen Domestik Im por Garm en Indonesia Keterangan: Penawaran Tekstil Domestik Harga Tekstil Domestik Harga Garmen Domestik Penawaran Garmen Domestik Variabel Endogen BBM IR Variabel Eksogen Ekspor Tekstil Indonesia Produksi Tekstil Domestik UTK Produksi Garmen Domestik Ekspor Garmen Indonesia Rp/US$ Harga Tekstil Dunia Sisa Ekspor Tekstil Dunia Sisa Ekspor Garmen Dunia Ekspor Garmen Dunia Harga Garm en Dunia Sisa Im por Tekstil Dunia Nilai Tukar Italia GDP Italia, USA, China Impor Tekstil Dunia Impor Tekstil Italia Impor Tekstil USA Ekspor Tekstil Dunia Ekspor Tekstil Jerman Ekspor Tekstil China Produksi Garm en Jerm an, China, Turki Produksi Tekstil Jermana, USA, China Ekspor Garmen Jerman Ekspor Garmen China Ekspor Garmen Turki Im por Garm en Dunia Im por Garm en USA Im por Garm en Jerman Sisa Impor Garmen Dunia Penduduk Jerman, USA, Jepang Penduduk USA, Italia, China Impor Tekstil China Ekspor Tekstil USA Nilai Tukar Jerman, China Nilai Tukar Turki Nilai Tukar Jepang Im por Garm en Jepang GDP Jerman, USA, Jepang Gambar 7. Diagram Model Ekonomi TPT Indonesia di Pasar Domestik dan Dunia 55

23 56 A. Struktur Model Operasional TPT Indonesia dan Dunia Model operasional dalam penelitian ini terdiri 24 persamaan perilaku dan 6 persamaan identitas sebagai berikut: 1. Produksi tekstil domestik PTD t = a 0 + a 1 HTDR t-1 + a 2 HCWR t-1 + a 3 (IRR t -IRR t-1 ) + a 4 UTKTR t-1 + a 5 BBMR t-1 + a 6 T + a 7 PTD t-1 + U 1... (4.45) a 1, a 6 > 0; a 2, a 3, a 4, a 5 < 0 dan 0 < a 7 < 1 dimana: PTD t : Produksi tekstil domestik tahun t (1 000 ton). HTDR t-1 : Harga riil tekstil domestik tahun t-1 (USD/ton). HCWR t-1 : Harga riil kapas dunia tahun t-1 (cent/pound). IRR t : Tingkat suku bunga riil bank tahun t (%/tahun). IRR t-1 : Tingkat suku bunga riil bank tahun t-1 (%/tahun). UTKTR t-1 : Upah riil tenaga kerja industri tekstil tahun t-1 (Rp juta). BBMR t-1 : Harga riil BBM tahun t-1 (Rp/liter). T : Tren waktu. : Produksi tekstil domestik tahun t-1 (1 000 ton). PTD t-1 2. Ekspor tekstil Indonesia XTI t = b 0 + b 1 HTWR t + b 2 (HTDR t -HTDR t-1 ) + b 3 PTD t-1 + b 4 ERIR t-1 + b 5 DKG + b 6 T + b 7 XTI t-1 + U 2... (4.46) b 1, b 3, b 4 > 0; b 2 < 0 dan 0 < b 5 < 1 XTI t : Ekspor tekstil Indonesia tahun t (1 000 ton). HTWR t : Harga riil tekstil dunia tahun t (USD/ton). HTDR t : Harga riil tekstil domestik tahun t (USD/ton). HTDR t-1 : Harga riil tekstil domestik tahun t-1 (USD/ton). PTD t-1 : Produksi tekstil domestik tahun t-1 (1 000 ton). ERIR t-1 : Nilai tukar riil Rupiah terhadap USA tahun t-1 (Rp/USD). T : Tren waktu. DKG : Dummy integrasi perdagangan TPT dunia. : Ekspor tekstil Indonesia tahun t-1 (1 000 ton). XTI t-1 3. Penawaran tekstil domestik STD t = PTD t + MTI t - XTI t... (4.47)

24 57 STD t MTI t PTD t XTI t : Penawaran tekstil domestik tahun t (1 000 ton). : Impor tekstil Indonesia tahun t (1 000 ton). : Produksi tekstil domestik tahun t (1 000 ton). : Ekspor tekstil Indonesia tahun t (1 000 ton). 4. Permintaan tekstil domestik DTD t = c 0 + c 1 (HTWR t-1 /HTDR t ) + c 2 HGDR t-1 + c 3 UTKTR t-1 + c 4 BBM t-1 + c5(irr t -IRR t-1 ) + c 6 T + c 7 DTD t-1 + U 3... (4.48) c 1, c 2, c 3, c 4, c 5 < 0; c 6 > 0 dan 0 < c 7 < 1 DTD t : Permintaan tekstil domestik tahun t (1 000 ton). HTWR t-1 : Harga riil tekstil dunia tahun t-1 (USD/ton). HTDR t : Harga riil tekstil domestik tahun t (USD/ton). HGDR t-1 : Harga riil garmen domestik tahun t-1 (USD/ton). UTKTR t-1 : Upah riil tenaga kerja industri tekstil tahun t-1 (Rp juta). BBMR t-1 : Harga riil BBM tahun t-1 (Rp/liter). IRR t : Tingkat suku bunga riil bank tahun t (%/tahun). IRR t-1 : Tingkat suku bunga riil bank tahun t-1 (%/tahun). T : Tren waktu. : Permintaan tekstil domestik tahun t-1 (1000 ton). DTD t-1 5. Impor tekstil Indonesia MTI t = d 0 + d 1 HMTIR t-1 + d 2 (HTWR t /HCWR t ) + d 3 TFT t-1 + d 4 ERIR t-1 + d 5 (GDPIR t /GDPIR t-1 ) + d 6 POPI t-1 + d 7 T + d 8 MTI t-1 + U 4... (4.49) d 1, d 2, d 3, d 4, d 7 < 0; d 5, d 6 > 0, dan 0 < d 8 < 1 MTI t : Impor tekstil Indonesia tahun t (1 000 ton). HMTIR t-1 : Harga impor tekstil Indonesia tahun t-1 (USD/ton). HTWR t : Harga riil tekstil dunia tahun t (1 000 ton). HCWR t : Harga riil kapas dunia tahun t (USD/ton). TFT t-1 : Tarif impor tekstil tahun t-1 (%/tahun). GDPIR t : GDP riil Indonesia (Rp 1000). GDPIR t-1 : GDP riil Indonesia t-1 (Rp 1000). POP t-1 : Jumlah penduduk Indonesia tahun t-1 (juta jiwa). ERIR t-1 : Nilai tukar riil Rupiah terhadap USA tahun t-1 (Rp/USD). T : Tren waktu. : Impor tekstil Indonesia tahun t-1 (1000 ton). MTI t-1

25 58 6. Harga tekstil domestik HTDR t = e 0 + e 1 STD t-1 + e 2 (HGDR t -HGDR t-1 ) + e 3 (HTWR t-1 /HCWR t-1 ) + e 4 HTDR t-1 + U 5... (4.50) e 1 < 0; e 2, e 3 > 0 dan 0 < e 4 < 1 HTDR t : Harga riil tekstil domestik tahun t (USD/ton). STD t : Penawaran tekstil domestik tahun t (1 000 ton). HGDR t : Harga riil garmen domestik tahun t (USD/ton). HGDR t-1 : Harga riil garmen domestik tahun t-1 (USD/ton). HTWR t-1 : Harga riil tekstil dunia tahun t-1 (1 000 ton). HCWR t-1 : Harga riil kapas dunia tahun t-1 (USD/ton). HTDR t-1 : Harga riil tekstil domestik tahun t-1 (USD/ton). 7. Harga tekstil dunia HTWR t = g 0 + g 1 XTW t + g 2 MTW t-1 + g 3 HTWR t-1 + U 7... (4.51) g 1 < 0; g 2 > 0 dan 0 < g 3 < 1 HTWR t : Harga riil tekstil dunia tahun t (USD/ton). XTW t : Ekspor tekstil dunia tahun t (USD/ton). MTW t-1 : Impor tekstil dunia tahun t-1 (USD/ton). HTWR t-1 : Harga riil tekstil dunia tahun t-1 (USD/ton). 8. Ekspor tekstil dunia XTW t = XTI t + XTG t + XTA t + XTC t + XTR t... (4.52) XTW t XTI t XTG t XTA t XTC t XTR t : Ekspor tekstil dunia tahun t (1 000 ton). : Ekspor tekstil Indonesia tahun t (1 000 ton). : Ekspor tekstil Jerman tahun t (1 000 ton). : Ekspor tekstil USA tahun t (1 000 ton). : Ekspor tekstil China tahun t (1 000 ton). : Sisa ekspor tekstil dunia tahun t (1 000 ton). 9. Impor tekstil dunia MTW t = MTI t + MTL t + MTA t + MTC t + MTR t... (4.53)

26 59 MTW t MTI t MTL t MTA t MTC t : Impor tekstil dunia tahun t (1 000 ton). : Impor tekstil Indonesia tahun t (1 000 ton). : Impor tekstil Italia tahun t (1 000 ton). : Impor tekstil USA tahun t (1 000 ton). : Impor tekstil China tahun t (1 000 ton). 10. Ekspor tekstil Jerman XTG t = h 0 + h 1 HTWR t-1 + h 2 PTG t-1 + h 3 ERGR t-1 + h 4 T h 5 XTG t-1 + U 8... (4.54) h 1, h 2, h 3, h 4 > 0 dan 0 < h 5 < 1 XTG t : Ekspor tekstil Jerman tahun t (1 000 ton). HTWR t-1 : Harga riil tekstil dunia tahun t-1 (USD/ton). PTG t-1 : Produksi tekstil Jerman tahun t-1 (1 000 ton). MTA t : Impor tekstil Amerika Serikat (1 000 ton). T : Tren waktu. : Ekspor tekstil Jerman tahun t-1 (1 000 ton). XTG t Ekspor tekstil USA XTA t = i 0 + i 1 (HTWR t-1 /HCWR t-1 ) + i 2 (PTA t-1 /HWWR t-1 ) + i 3 MTC t-1 + i 4 T + i 5 XTA t-1 + U (4.55) i 1, i 2, i 3, i 4 > 0 dan 0 < i 5 < 1 XTA t : Ekspor tekstil USA tahun t (1 000 ton). HTWR t : Harga riil tekstil dunia tahun t (USD/ton). HCWR t-1 : Harga riil kapas dunia tahun t-1 (USD/ton). HWWR t-1 : Harga riil wool dunia tahun t-1 (USD/ton). PTA t-1 : Produksi tekstil USA tahun t-1 (1 000 ton). MTC t-1 : Impor tekstil China tahun t-1 (1 000 ton). : Ekspor tekstil USA tahun t-1 (1000 ton). XTA t Ekspor tekstil China XTC t = j 0 + j 1 HTWR t + j 2 (PTC t -PTC t-1 ) + j 3 ERCR t + j 4 MTA t + j 5 XTC t-1 + U (4.56) j 1, j 2, j 3, j 4 > 0 dan 0 < j 5 < 1

27 60 XTC t HTWR t PTC t PTC t-1 ERCR t MTA t XTC t-1 : Ekspor tekstil China tahun t (1 000 ton). : Harga riil tekstil dunia tahun t (USD/ton). : Produksi tekstil China tahun t (1 000 ton). : Produksi tekstil China tahun t-1 (1 000 ton). : Nilai tukar riil China terhadap USA tahun t (Yuan/USD). : Impor tekstil Amerika Serikat tahun t (1 000 ton). : Ekspor tekstil China tahun t-1 (1 000 ton). 13. Impor tekstil Italia MTL t = k 0 + k 1 HTWR t + k 2 GDPLR t + k 3 POPL t-1 + k 4 ERLR t + k 5 XTC t + k 6 MTL t-1 + U (4.57) k 1, k 4 < 0; k 2, k 3, k 5 > 0 dan 0 < k 5 < 1 MTL t : Impor tekstil Italia tahun t (1 000 ton). HTWR t : Harga riil tekstil dunia tahun t (Lira/ton). GDPLR t : GDP riil Italia tahun t (1 000 Lira). POPL t-1 : Jumlah penduduk Italia tahun t-1 (juta jiwa). ERLR t : Nilai tukar riil Lira terhadap USA tahun t (Lira/USD) XTC t : Impor tekstil China (1 000 ton). : Impor tekstil Italia tahun t-1 (1 000 ton). MLT t Impor tekstil USA MTA t = l 0 + l 1 HTWR t + l 2 (GDPAR t /POPA t ) + l 3 PTA t-1 + l 4 ERIR t + I 5 MTA t-1 + U (4.58) l 1, l 3 < 0; l 2, l 4 > 0 dan 0 < l 5 < 1 MTA t : Impor tekstil USA tahun t (1 000 ton). HTWR t : Harga riil tekstil dunia tahun t (USD/ton). GDPAR t : GDP riil USA tahun t (1 000 USD). POPA t : Jumlah penduduk USA tahun t (juta jiwa). PTA t : Produksi tekstil USA (1 000 ton). ERIR t : Nilai tukar riil Rupiah terhadap USA tahun (Rp/USD). : Impor tekstil USA tahun t-1 (1 000 ton). MTA t Impor tekstil China MTC t = m 0 + m 1 (HTWR t -HTWR t-1 ) + m 2 GDPCR t-1 + m 3 POPC t + m 4 (ERCR t -ERCR t ) + m 5 MTC t-1 + U (4.59)

28 61 m 1, m 4 < 0; m 2, m 3 > 0 dan 0 < m 5 < 1 MTC t : Impor tekstil China tahun t (1 000 ton). HTWR t : Harga riil tekstil dunia tahun t (USD/ton). HTWR t : Harga riil tekstil dunia tahun t-1(usd/ton). GDPCR t-1 : GDP riil China tahun t-1 (1 000 Yuan). POPC t-1 : Jumlah penduduk China tahun t-1 (juta jiwa). ERCR t : Nilai tukar riil Yuan terhadap USA tahun t (Yuan/USD). ERCR t-1 : Nilai tukar riil Yuan terhadap USA tahun t-1 (Yuan/USD). : Impor tekstil China tahun t-1 (1 000 ton). MTC t Produksi garmen domestik PGD t = n 0 + n 1 (HGWR t-1 /HGDR t-1 ) + n 2 (HTDR t -HTDR t-1 ) + n 3 HCWR t-1 + n 4 (IRR t -IRR t-1 ) + n 5 UTKGR t-1 + n 6 BBMR t + n 7 T + n 8 PGD t-1 + U (4.60) n 1, n 7 > 0; n 2, n 3, n 4, n 5, n 6 < 0 dan 0 < n 8 < 1 PGD t : Produksi garmen domestik tahun t (1000 ton). HGWR t : Harga riil garmen dunia tahun t-1 (USD/ton). HGDR t : Harga riil garmen domestik tahun t-1 (USD/ton). HTDR t : Harga riil tekstil domestik tahun t (USD/ton). HTDR t-1 : Harga riil tekstil domestik tahun t-1 (USD/ton). HCWR t-1 : Harga riil kapas dunia tahun t-1 (cent/pound). IRR t : Tingkat bunga riil bank tahun t (%/tahun). IRR t-1 : Tingkat bunga riil bank tahun t-1 (%/tahun). UTKGR t-1 : Upah riil tenaga kerja industri tahun t-1 (1 000 Rp). BBMR t : Harga riil BBM tahun t (Rp/liter). T : Tren waktu. : Produksi garmen domestik tahun t-1 (1000 ton). PGD t Ekspor garmen Indonesia XGI t = o 0 + o 1 HGWR t + o 2 (HTWR t /HGDR t-1 ) + o 3 PGD t + o 4 ERIR t-1 + o 5 DKG + o 6 T + o 7 XGI t-1 + U (4.61) o 2, o 5 < 0, o 1, o 3, o 4, o 6 > 0 dan 0 < o 7 < 1 XGI t : Ekspor garmen Indonesia tahun t (1 000 ton). HGWR t : Harga riil garmen domestik tahun t (USD/ton). HTWR t : Harga riil tekstil dunia tahun t (USD/ton). HGDR t-1 : Harga riil garmen dunia tahun t-1 (USD/ton). PGD t : Produksi garmen domestik tahun t (USD/ton).

29 62 ERIR t-1 DKG T XGI t-1 : Nilai tukar riil Rupiah terhadap USA tahun t-1 (Rp/USD). : Dummy integrasi perdagangan TPT dunia. : Tren waktu. : Ekspor garmen Indonesia tahun t-1(1 000 ton). 18. Penawaran garmen domestik SGD t = PGD t + MGI t - XGI t... (4.62) SGD t MGI t PGD t XGI t : Penawaran garmen domestik tahun t (1 000 ton). : Impor garmen Indonesia tahun t (1 000 ton). : Produksi garmen domestik tahun t (1 000 ton). : Ekspor garmen Indonesia tahun t (1 000 ton). 19. Permintaan garmen domestik DGD t = p 0 + p 1 (HGWR t /HTWR t-1 ) + p 2 (HGDR t *ERIR t ) + p 3 (GDPIR t /POPI t ) + p 4 (MGI t -MGB t-1 ) + p 5 DGD t-1 + U (4.63) p 1, p 2, p 4 < 0; p 3 > 0 dan 0 < p 5 < 1 DGD t : Permintaan garmen domestik tahun t (1000 ton). HGWR t : Harga riil garmen dunia tahun t (USD/ton). HTWR t-1 : Harga riil tekstil dunia tahun t-1 (USD/ton). HGDR t : Harga riil garmen domestik tahun t (USD/ton). ERIR t : Nilai tukar riil Rupiah terhadap USA tahun t (Rp/USD). GDPIR t : GDP riil Indonesia tahun t (1 000 Rp). POPI t : Jumlah penduduk indonesia tahun t (juta jiwa). MGB t : Impor garmen bekas tahun t (1 000 ton). MGB t-1 : Impor garmen bekas tahun t-1 (1 000 ton). : Permintaan garmen domestik tahun t-1 (1 000 ton). DGD t Impor garmen Indonesia MGI t = q 0 + q 1 HMGIR t + q 2 (HGWR t -HGWR t-1 ) + q 3 TFG t + q 4 PGD t-1 + q 5 ERIR t + q 6 (GDPIR t /POPI t ) + q 7 MGI t-1 + U (4.64) q 1, q 2, q 3, q 4, q 5 < 0; q 6 > 0 dan 0 < q 7 < 1 MGI t : Impor garmen Indonesia tahun t (1 000 ton). HMGIR t : Harga riil impor garmen Indonesia tahun t (USD/ton). HGWR t : Harga riil garmen dunia tahun t (USD/ton). HGWR t-1 : Harga riil garmen dunia tahun t-1 (USD/ton).

30 63 TFG t PGD t-1 ERIR t POPI t-1 GDPIR t MGI t-1 : Tarif impor garmen tahun t (%/tahun). : Produksi garmen domestik t-1 ( ton). : Nilai tukar Rupiah terhadap USD tahun t (Rp/USD). : Jumlah penduduk indonesia tahun t-1 (juta jiwa). : GDP riil Indonesia tahun t (1 000 Rp). : Impor garmen Indonesia tahun t-1 (1 000 ton). 21. Harga garmen domestik HGDR t = r 0 + r 1 (DGD t /DGD t-1 ) + r 2 (HTWR t -HTWR t-1 ) + r 3 (HTWR t -HTWR t-1 ) + r 4 (HGWR t-1 /HTWR t ) + r 5 T r 6 HGDR t-1 + U (4.65) r 1, r 2, r 3, r 4 > 0; r 5 < 0 dan 0 < r 6 < 1 HGDR t : Harga riil garmen domestik tahun t (USD/ton). DGD t : Permintaan garmen domestik tahun t (1 000 ton). PGD t-1 : Produksi garmen domestik t-1 (1 000 ton). HGWR t-1 : Harga riil garmen dunia tahun t-1 (USD/ton). HTWR t : Harga riil tekstil dunia tahun t (USD/ton). HTWR t-1 : Harga riil tekstil dunia tahun t-1 (USD/ton). T : Tren waktu HGDR t-1 : Harga riil garmen domestik tahun t-1 (USD/ton). 22. Harga garmen dunia HGWR t = t 0 + t 1 XGW t + t 2 MGW t-1 + t 3 HGWR t-1 + U (4.66) t 1 < 0; t 2 > 0 dan 0 < t 3 < 1 HGWR t : Harga riil garmen dunia tahun t (USD/ton). XGW t : Ekspor garmen dunia tahun t (1 000 ton). MGW t-1 : Impor garmen dunia tahun t-1 (1 000 ton). HGWR t-1 : Harga riil garmen dunia tahun t-1 (USD/ton). 23. Ekspor garmen dunia XGW t = XGI t + XGG t + XGC t + XGT t + XGR t... (4.67) XGW t XGI t XGC t XGT t : Ekspor garmen dunia tahun t (1 000 ton). : Ekspor garmen Indonesia tahun t (1 000 ton). : Ekspor garmen China tahun t (1 000 ton). : Ekspor garmen Turki tahun t (1 000 ton).

31 64 XGR t : Sisa ekspor garmen dunia tahun t (1 000 ton). 24. Impor garmen dunia MGW t = MGI t + MGG t + MGA t + MGJ t + MGR t... (4.68) MGW t MGI t MGG t MGA t MGJ t MGR t : Impor garmen dunia tahun t (1 000 ton). : Impor garmen Indonesia tahun t (1 000 ton). : Impor garmen Jerman tahun t (1 000 ton). : Impor garmen USA tahun t (1 000 ton). : Impor garmen Jepang tahun t (1 000 ton). : Sisa impor garmen dunia tahun t (1 000 ton). 25. Ekspor garmen Jerman XGG t = u 0 + u 1 (HGWR t /HTWR t ) + u 2 PGG t-1 + u 3 ERGR t-1 + u 4 T + u 5 XGG t-1 + U (4.69) u 1, u 2, u 3, u 4 > 0 dan 0 < u 5 < 1 XGG t : Ekspor garmen Jerman tahun t (1 000 ton). HGWR t : Harga riil garmen dunia tahun t (USD/ton). HTWR t : Harga riil tekstil dunia tahun t (USD/ton). ERGR t-1 : Nilai tukar riil Jerman terhadap USA tahun t-1 (Euro/USD). PGG t-1 : Produksi garmen Jerman tahun t -1 (1 000 ton). T : Tren waktu. : Ekspor garmen Jerman tahun t-1 (1 000 ton). XGG t Ekspor garmen China XGC t = v 0 + v 1 HGWR t-1 + v 2 PGC t + v 3 (ERCR t -ERCR t-1 ) + v 4 MGA t + v 5 XGC t-1 + U (4.70) v 1, v 2, v 3, v 4 > 0 dan 0 < v 5 < 1 XGC t : Ekspor garmen China tahun t (1 000 ton). HGWR t-1 : Harga riil garmen dunia tahun t-1 (USD/ton). ERCR t : Nilai tukar riil China terhadap USA tahun t (Yuan/USD). ERCR t-1 : Nilai tukar riil China terhadap USA tahun t-1 (Yuan/USD). PGC t : Produksi garmen China tahun t (1 000 ton). MGA t : Impor garmen Amerika Serikat tahun t ( ton). : Ekspor garmen China tahun t-1 (1 000 ton). XGC t-1

32 Ekspor garmen Turki XGT t = w 0 + w 1 (HGWR t-1 /HCWR t ) + w 2 (ERTR t -ERTR t-1 ) + w 3 PGT t + w 4 T + w 5 XGT t-1 + U (4.71) w 1, w 2, w 3, w 4 > 0dan 0 < w 5 < 1 XGT t : Ekspor garmen Turki tahun t (1 000 ton). HGWR t-1 : Harga riil garmen dunia tahun t-1 (USD/ton). HCWR t : Harga riil kapas dunia tahun t (USD/ton). ERTR t : Nilai tukar riil Turki terhadap USA tahun t (YTL/USD). ERTR t-1 : Nilai tukar riil Turki terhadap USA tahun t-1 (YTL/USD). PGT t : Produksi garmen Turki tahun t (1 000 ton). T : Tren waktu. : Ekspor garmen Turki tahun t-1 (1 000 ton). XGT t Impor garmen Jerman MGG t = x 0 + x 1 HGWR t + x 2 (GDPGR t /POPG t ) + x 3 PGG t + x 4 ERGR t x 5 T + x 6 MGG t-1 + U (4.72) x 1, x 3, x 4, x 5 < 0; x 2 > 0 dan 0 < x 6 < 1 MGG t : Impor garmen Jerman tahun t (1 000 ton). HGWR t : Harga riil garmen dunia tahun t (USD/ton). ERGR t : Nilai tukar riil Jerman terhadap USA tahun t (Euro/USD). GDPGR t : GDP riil Jerman tahun t (1 000 Euro). POPG t : Jumlah penduduk Jerman tahun t (juta jiwa). PGG t : Produksi garmen Jerman tahun t (1 000 ton). T : Tren waktu. : Impor garmen Jerman tahun t-1 (1 000 ton). MGG t Impor garmen USA MGA t = y 0 + y 1 (HGWR t /HCWR t-1 ) + y 2 (GDPAR t /POPA t ) + y 4 ERIR t + y 5 T + y 6 MGA t-1 + U (4.73) y 1, y 4, y 5 < 0; y 2, y 3 > 0 dan 0 < y 6 < 1 MGA t HGWR t : Impor garmen USA tahun t (1 000 ton). : Harga riil garmen dunia tahun t (USD/ton).

VII. HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN ALTERNATIF KEBIJAKAN. Bab ini akan membahas penerapan model ekonometrika melalui analisis

VII. HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN ALTERNATIF KEBIJAKAN. Bab ini akan membahas penerapan model ekonometrika melalui analisis VII. HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN ALTERNATIF KEBIJAKAN Bab ini akan membahas penerapan model ekonometrika melalui analisis simulasi beberapa alternatif kebijakan dengan tujuan untuk mengevaluasi perkembangan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EKONOMETRIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI TPT INDONESIA. Pada bagian ini akan disajikan dan dibahas nilai-nilai hasil pendugaan

VI. ANALISIS EKONOMETRIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI TPT INDONESIA. Pada bagian ini akan disajikan dan dibahas nilai-nilai hasil pendugaan VI. ANALISIS EKONOMETRIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI TPT INDONESIA Pada bagian ini akan disajikan dan dibahas nilai-nilai hasil pendugaan parameter persamaan struktural dalam model ekonometrika perkembangan

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PERKEMBANGAN INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA. Iwan Hermawan

ANALISIS EKONOMI PERKEMBANGAN INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA. Iwan Hermawan ANALISIS EKONOMI PERKEMBANGAN INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA Iwan Hermawan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, III. KERANGKA TEORI Pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dapat dilihat dari sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, keterkaitan ketiga pasar tersebut dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN MAKROEKONOMI TERHADAP PERKEMBANGAN INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN MAKROEKONOMI TERHADAP PERKEMBANGAN INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA Analisis Dampak Kebijakan Makroekonomi Terhadap Perkembangan Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Indonesia 373 ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN MAKROEKONOMI TERHADAP PERKEMBANGAN INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Perdagangan Internasional Teori tentang perdagangan internasional telah mengalami perkembangan yang sangat maju, yaitu dimulai dengan teori klasik tentang keunggulan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA 66 VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA 6.1. Keragaan Umum Hasil Estimasi Model Model ekonometrika perdagangan bawang merah dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian dunia mulai mengalami liberalisasi perdagangan ditandai dengan munculnya General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) pada tahun 1947 yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS 37 III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Fungsi Permintaan Gula Keadaan konsumsi dan permintaan suatu komoditas sangat menentukan banyaknya komoditas yang dapat digerakkan oleh sistem tata niaga dan memberikan arahan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara III. KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas, menganalisis harga dan integrasi pasar spasial tidak terlepas dari kondisi permintaan, penawaran, dan berbagai kebijakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran. 19 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Komponen utama perdagangan bawang merah di Indonesia mencakup kegiatan produksi, konsumsi, dan impor. Berikut ini dipaparkan teori dari fungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pada penelitian tentang penawaran ekspor karet alam, ada beberapa teori yang dijadikan kerangka berpikir. Teori-teori tersebut adalah : teori

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS. adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan

III. KERANGKA TEORITIS. adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan III. KERANGKA TEORITIS 3.1 Konsep Pemikiran Teoritis Pada pasar kopi (negara kecil), keinginan untuk memperdagangkannya adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Komponen utama pasar beras mencakup kegiatan produksi dan konsumsi. Penelitian ini menggunakan persamaan simultan karena memiliki lebih dari satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategi yang pertama sering dikatakan sebagai strategi inward looking,

BAB I PENDAHULUAN. Strategi yang pertama sering dikatakan sebagai strategi inward looking, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan hal yang sudah mutlak dilakukan oleh setiap negara. Pada saat ini tidak ada satu negara pun yang berada dalam kondisi autarki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan di wilayah Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum dan sesudah krisis ekonomi tahun 1998, harga minyak sawit (Crude Palm Oil=CPO) dunia rata-rata berkisar US$ 341 hingga US$ 358 per ton. Namun sejak tahun 2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pesat globalisasi dalam beberapa dasawarsa terakhir mendorong terjadinya perdagangan internasional yang semakin aktif dan kompetitif. Perdagangan

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS III. KERANGKA TEORITIS 3.. Penurunan Fungsi Produksi Pupuk Perilaku produsen pupuk adalah berusaha untuk memaksimumkan keuntungannya. Jika keuntungan produsen dinotasikan dengan π, total biaya (TC) terdiri

Lebih terperinci

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. KERANGKA PEMIKIRAN 52 IV. KERANGKA PEMIKIRAN 4.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Sesuai dengan tujuan penelitian, kerangka teori yang mendasari penelitian ini disajikan pada Gambar 10. P P w e P d Se t Se P Sd P NPM=D CP O

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang terdiri dari data time series tahunan ( ). Data sekunder diperoleh

III. METODE PENELITIAN. yang terdiri dari data time series tahunan ( ). Data sekunder diperoleh III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam metode penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari data time series tahunan (2000-2010). Data sekunder diperoleh dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. struktur perekonomian suatu negara (Nopirin, 2012: 2). Perdagangan internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA. struktur perekonomian suatu negara (Nopirin, 2012: 2). Perdagangan internasional BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional membantu menjelaskan arah serta komposisi perdagangan antara beberapa negara serta bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tekstil merupakan industri penting sebagai penyedia kebutuhan sandang manusia. Kebutuhan sandang di dunia akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah

Lebih terperinci

V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN

V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN 143 V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN 1989-2008 Tujuan penelitian pertama yaitu mengetahui posisi daya saing Indonesia dan Thailand dalam mengekspor udang ketiga pasar utama akan dilakukan menggunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PENELITIAN

III. KERANGKA PENELITIAN 23 III. KERANGKA PENELITIAN 3.1 Teori Harga Harga merupakan sinyal utama yang menjadi arah bagi pengambilan keputusan produsen, konsumen dan dan pelaku pemasaran dalam pasar. Menurut Kohls & Uhl (2002),

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Pendugaan Model Model persamaan simultan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ikan tuna Indonesia di pasar internasional terdiri dari enam persamaan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 19 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Perdagangan Internasional Pola perdagangan antar negara disebabkan oleh perbedaan bawaan faktor (factor endowment), dimana suatu negara akan mengekspor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tinjauan pustaka ini akan disampaikan teori-teori yang digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tinjauan pustaka ini akan disampaikan teori-teori yang digunakan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada tinjauan pustaka ini akan disampaikan teori-teori yang digunakan untuk menerangkan pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), kurs, cadangan devisa, tingkat suku bunga riil, dan

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA 36 III. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian terdahulu menunjukkan perkembangan yang sistematis dalam penelitian kelapa sawit Indonesia. Pada awal tahun 1980-an, penelitian kelapa sawit berfokus pada bagian hulu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Berbagai model pertumbuhan ekonomi telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi. Teori pertumbuhan yang dikembangkan dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas daerah perairan seluas 5.800.000 km2, dimana angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah perairan tersebut wajar

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan dua analisis untuk membuat penilaian mengenai pengaruh ukuran negara dan trade facilitation terhadap neraca perdagangan, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Daya Saing Analisis keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif digunakan untuk mempelajari kelayakan dan prospek serta kemampuan komoditi susu sapi lokal dalam

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Landasan Teori Landasan teori mengenai penawaran dan permintaan barang dan jasa serta elastisitas harga dan mekanisme keseimbangan pasar secara umum berlaku sebagai landasan

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

IX. KESIMPULAN DAN SARAN 203 IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Analisis terhadap faktor-faktor yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Definisi Karet Remah (crumb rubber) Karet remah (crumb rubber) adalah karet alam yang dibuat secara khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan

Lebih terperinci

ANALISIS IMPOR SERAT DI INDONESIA. JURUSAPd ILMU-IIILMU SOSLAL EKONOMI P ERTmM FAKULTAS PERTAMAN INSTITUT PERTIUUW BOGOR 1997

ANALISIS IMPOR SERAT DI INDONESIA. JURUSAPd ILMU-IIILMU SOSLAL EKONOMI P ERTmM FAKULTAS PERTAMAN INSTITUT PERTIUUW BOGOR 1997 ANALISIS IMPOR SERAT DI INDONESIA S JURUSAPd ILMU-IIILMU SOSLAL EKONOMI P ERTmM FAKULTAS PERTAMAN INSTITUT PERTIUUW BOGOR 1997 RTNGKASAN ERN1 SUKMADINI ASIKIN. Analisis Impor Serat Kapas di Indonesia.

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan di wilayah Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

Lebih terperinci

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM :

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM : Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun 1996-2015 Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM : 1306105133 ABSTRAK Kebutuhan sehari-hari masyarakat di era globalisasi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP.

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP. KEBIJAKAN HARGA Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2 Julian Adam Ridjal, SP., MP. Disampaikan pada Kuliah Kebijakan dan Peraturan Bidang Pertanian EMPAT KOMPONEN KERANGKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pendapatan nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw (2003), pendapatan nasional yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Perdagangan luar negeri adalah perdagangan barang-barang suatu negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Perdagangan luar negeri adalah perdagangan barang-barang suatu negara BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori perdagangan internasional Perdagangan luar negeri adalah perdagangan barang-barang suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha perkebunan merupakan usaha yang berperan penting bagi perekonomian nasional, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani, sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat dinyatakan bahwa perekonomian Indonesia pada tahun 1997 telah mengalami kontraksi dari tahun sebelumnya,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dalam arti yang sederhana adalah suatu proses yang timbul sehubungan dengan pertukaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya perdagangan bebas ini, persaingan bisnis global membuat masing-masing negera terdorong untuk melaksanakan perdagangan internasional. Perdagangan

Lebih terperinci

IX. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. 1) Simpulan

IX. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. 1) Simpulan IX. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 1) Simpulan 1) Perdagangan Tuna Indonesia di Pasar Dunia, Jepang, USA, dan Korea Selatan : a. Peringkat Indonesia sebagai eksportir tuna baik secara total maupun berdasarkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 1980-2008 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING LADA PUTIH INDONESIA MELALUI ANALISIS PENAWARAN EKSPOR DAN PERMINTAAN IMPOR LADA PUTIH DUNIA

STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING LADA PUTIH INDONESIA MELALUI ANALISIS PENAWARAN EKSPOR DAN PERMINTAAN IMPOR LADA PUTIH DUNIA STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING LADA PUTIH INDONESIA MELALUI ANALISIS PENAWARAN EKSPOR DAN PERMINTAAN IMPOR LADA PUTIH DUNIA EDIZAL Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trdinanti Palembang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode two stage least squares (2SLS). Pada bagian ini akan dijelaskan hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode two stage least squares (2SLS). Pada bagian ini akan dijelaskan hasil VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Seperti yang telah dijelaskan pada Bab IV, model integrasi pasar beras Indonesia merupakan model linier persamaan simultan dan diestimasi dengan metode two stage least squares

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri tekstil merupakan salah satu industri yang berkembang cukup pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia mencapai 2.581

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PERILAKU MODEL

BAB V ANALISIS PERILAKU MODEL BAB V ANALISIS PERILAKU MODEL Pada bagian analisis kebijakan, terlebih dahulu akan dilakukan analisis pada model dasar, dan kemudian dilanjutkan dengan analisis penerapan skenario kebijakan yang telah

Lebih terperinci

DAMPAK BERBAGAI ALTERNATIF KEBIJAKAN TERHADAP ARUS PERDAGANGAN LADA PUTIH INDONESIA DI PASAR IMPOR LADA PUTIH DUNIA

DAMPAK BERBAGAI ALTERNATIF KEBIJAKAN TERHADAP ARUS PERDAGANGAN LADA PUTIH INDONESIA DI PASAR IMPOR LADA PUTIH DUNIA DAMPAK BERBAGAI ALTERNATIF KEBIJAKAN TERHADAP ARUS PERDAGANGAN LADA PUTIH INDONESIA DI PASAR IMPOR LADA PUTIH DUNIA EDIZAL Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti Palembang Jalan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Untuk mengetahui dampak kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku (input) dalam industri tempe, akan digunakan beberapa teori yang berkaitan dengan hal tersebut.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan III. KERANGKA PEMIKIRAN Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor)

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM 7.1. Dampak Kenaikan Pendapatan Dampak kenaikan pendapatan dapat dilihat dengan melakukan simulasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor perdagangan di Indonesia. Istilah tekstil yang dikenal saat ini berasal dari bahasa latin, yaitu texere

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan minyak pangan dunia. Tahun 2008 minyak nabati menguasai pangsa 84.8% dari konsumsi minyak pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF PENELITIAN DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH

BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF PENELITIAN DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF PENELITIAN DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH Krisis finansial global yang dipicu oleh krisis perumahan di AS (sub prime mortgage) sejak pertengahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Penawaran Menurut Sukirno (2013) teori penawaran menerangkan tentang ciri hubungan antara harga sesuatu barang dan jumlah barang yang ditawarkan para

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006) tataniaga dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Konsep Tataniaga Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

VI. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI PUPUK DAN SEKTOR PERTANIAN

VI. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI PUPUK DAN SEKTOR PERTANIAN VI. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI PUPUK DAN SEKTOR PERTANIAN 6.1. Hasil Pendugaan Model Ekonomi Pupuk dan Sektor Pertanian Kriteria pertama yang harus dipenuhi dalam analisis ini adalah adanya kesesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing merupakan salah satu kriteria yang menentukan keberhasilan suatu negara di dalam perdagangan internasional. Dalam era perdagangan bebas saat ini, daya

Lebih terperinci

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA 5.1. Hasil Estimasi Model Hasil estimasi model dalam penelitian ini ditunjukkan secara lengkap pada Lampiran 4 sampai Lampiran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian Suherwin (2012), tentang harga Crude Palm Oil dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga CPO dunia. Tujuan umum penelitian adalah

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 12 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Keseimbangan Pasar Menurut Baye (2010), pembentukan harga keseimbangan pasar ditentukan oleh interaksi antara pemintaan dan penawaran pasar. Harga keseimbangan

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN GULA DI PASAR DOMESTIK DAN DUNIA

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN GULA DI PASAR DOMESTIK DAN DUNIA 101 VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN GULA DI PASAR DOMESTIK DAN DUNIA 6.1. Keragaan Umum Hasil Estimasi Model Model ekonometrika perdagangan gula Indonesia dalam penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 27 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Kerangka Pemikiran Kebutuhan untuk menggunakan I-O Regional dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NTT semakin terasa penting jika dikaitkan dengan pelaksanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan kini telah menjadi fenomena dunia. Hampir di seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok perdagangan bebas

Lebih terperinci

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Oleh: Putri Amelia 2508.100.020 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Budisantoso

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam 219 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan 8.1.1. Berdasarkan pengujian, diperoleh hasil bahwa guncangan ekspor nonagro berpengaruh positip pada kinerja makroekonomi Indonesia, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Kegiatan perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara di dunia ini melakukan perdagangan antar bangsa atau yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan baik barang maupun

Lebih terperinci

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini. Hal yang dibahas pada bab ini adalah: (1) keterkaitan penerimaan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci