BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 menyatakan bahwa hutan adalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 menyatakan bahwa hutan adalah"

Transkripsi

1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 menyatakan bahwa hutan adalah kesatuan ekosistem sumber daya alam hayati beserta lingkungannya yang tidak terpisahkan. Hutan merupakan kekayaan Indonesia yang memberikan manfaat multiguna yaitu sebagai sumber pendapatan dengan berbagai produksi hasil hutan, perlindungan tata air, produsen jasa lingkungan dan sebagainya. Oleh karena itu, hutan wajib diurus dan dimanfaatkan secara optimal serta dijaga kelestariannya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Kehutanan merupakan salah satu sektor strategis dalam pembangunan nasional mengingat luas kawasan hutan di Indonesia. Dari total wilayah daratan Indonesia seluas ± hektar, sekitar 52,4 persen diantaranya atau 98,56 juta hektar merupakan kawasan hutan (Kementerian Kehutanan, 2012a: 6). Kawasan hutan tersebut terdiri atas kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam (KSA/KPA) seluas 15,92 juta hektar, hutan lindung (HL) 24,80 juta hektar, hutan produksi terbatas (HPT) 18,97 juta hektar, hutan produksi (HP) 20,63 juta hektar dan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) 10,61 juta hektar serta area penggunaan lain (APL) 8,63 juta hektar (Kemenhut, 2012a: 20). Sebagai elemen kekayaan alam yang dapat diperbaharui (renewable), hutan dapat dijadikan modal bagi pertumbuhan ekonomi dan penopang sistem kehidupan. Pemerintah menjadikan pembangunan kehutanan sebagai bagian integral dari pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional. Peran kehutanan dalam 1

2 2 pembangunan ekonomi nasional bertumpu pada 3 (tiga) hal yaitu pertama, penyediaan devisa untuk membangun sektor lain dan meningkatkan kinerja ekonomi makro. Sebagai contoh, pada tahun 2013 sektor kehutanan mampu memberikan devisa melalui ekspor produk industri kehutanan yang dikirim ke 154 negara, termasuk 27 negara Uni Eropa. Jumlah pelabuhan muat yang digunakan sebanyak 69 pelabuhan dan pelabuhan bongkar sebanyak pelabuhan. Total nilai produk yang diekspor sebesar US$ dengan kelompok panel (woodworking) mendominasi ekspor produk industri kehutanan (SILK Kemenhut, 2013). Kedua, penyediaan lahan dan produk jasa ekologi sebagai modal awal pembangunan berbagai sektor non kehutanan terutama pertanian, perkebunan, infrastruktur, industri, energi dan pertambangan, pariwisata dan sebagainya. Sejak tahun 1980 sampai tahun 2000, kehutanan telah menyediakan lahan seluas 30 juta hektar untuk perluasan sektor non kehutanan. Ketiga, peranan hutan dalam pelayanan jasa lingkungan hidup dan lingkungan sosial masyarakat. Termasuk di dalamnya stabilitas tata lingkungan, perlindungan keanekaragaman hayati, pelestarian dan pemanfaatan plasma nutfah, serta pengaturan tata air dan udara. Peran kehutanan dalam perekonomian sangat potensial, kompleks, dan saling terkait (Haeruman, 2005). Kontribusi kehutanan terhadap pembangunan wilayah ditunjukkan antara lain dengan terbukanya wilayah-wilayah terpencil melalui ketersediaan jalan karena ada ijin Hak Pengusahaan Hutan (HPH), sehingga menjadi motor penggerak pembangunan nasional terutama dalam membangun pusat pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah terpencil di luar Jawa.

3 3 Peran kehutanan cukup banyak dan strategis, namun di sisi lain berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) (2013) diketahui kontribusi sektor kehutanan dalam Produk Domestik Bruto nasional pada periode 10 tahun terakhir nilainya relatif kecil dan cenderung menunjukkan tren penurunan. Sebagai gambaran, pada tahun 2000 kontribusi kehutanan terhadap PDB nasional adalah sebesar 1,18 persen (Rp16,34 triliun). Angka ini turun menjadi sebesar 0,70 persen (Rp17,42 triliun) pada tahun 2012 (BPS, 2013), seperti yang terlihat pada Gambar 1.1 berikut. triliun Sumber: BPS, 2013 Gambar 1.1 Nilai dan Persentase Kontribusi Kehutanan terhadap PDB Nasional Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (triliun rupiah) Kondisi sektor kehutanan di Provinsi Jawa Tengah tidak begitu berbeda dengan sektor kehutanan nasional. Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Pulau Jawa dengan luas wilayah ha atau 25,04 persen dari luas Pulau Jawa (1,70 persen dari luas Indonesia) dan berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pembangunan sektor kehutanan di Provinsi Jawa Tengah meliputi hutan

4 4 negara dan pengembangan hutan rakyat di lahan milik pribadi. Potensi sumber daya hutan meliputi kawasan hutan negara seluas ha atau 19,55 persen dari total luas Jawa Tengah. Sesuai dengan Surat Keputusan Penunjukan Menteri Kehutanan No.359/Menhut-II/2004, hutan negara terbagi atas hutan lindung seluas ha, hutan produksi seluas ha, dan hutan konservasi seluas ha. No Tabel 1.1 Luas dan Persentase Kawasan Hutan di Provinsi Jawa Tengah 2011 Fungsi Kawasan Hutan Luas (Ha) % Terhadap Luas Kawasan Hutan Negara % Terhadap Luas Provinsi I HUTAN NEGARA 1. Hutan Produksi ,42 16,79 Hutan Produksi ,99 11,13 Hutan Produksi Terbatas ,42 5,65 2. Hutan Lindung ,05 2,59 3. Kawasan Konservasi Kawasan Suaka Alam dan ,54 0,50 Kawasan Pelestarian Alam Kawasan Konservasi Perairan ,02 3,38 Luas Kawasan Hutan Negara ,88 Luas Kawasan Hutan Negara dan Konservasi Perairan *) II Luas Daratan Provinsi Jawa Tengah Sumber: Kementerian Kehutanan, 2012 b Pengelolaan kawasan hutan negara ditopang dengan pengembangan hutan rakyat yang digalakkan oleh pemerintah. Pada tahun 2010 luas hutan rakyat di Jawa Tengah sekitar ,69 hektar, kemudian meningkat menjadi hektar pada tahun Artinya, sejak 2010 terjadi peningkatan luas hutan rakyat di Jawa Tengah sebesar hektar (Kompas, 2012). Perkembangan hutan rakyat sangat penting bagi sektor kehutanan di Provinsi Jawa Tengah, karena selain mendukung pasokan kayu bagi pasar di dalam provinsi, juga sebagai sarana untuk memperbaiki lahan-lahan kritis. Hutan di Jawa Tengah menempati

5 5 peringkat ketiga hutan terluas di Pulau Jawa, di bawah Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat, sehingga perannya menjadi strategis bagi pembangunan wilayah Provinsi Jawa Tengah. Peran sektor kehutanan ditunjukkan dengan kontribusinya terhadap kehidupan masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan hutan. Kawasan hutan di Provinsi Jawa Tengah hanya sekitar 0,8 persen dari luas total hutan di Indonesia tetapi harus menyangga kehidupan sekitar 15 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Sebanyak desa berada di tepi kawasan hutan dan desa di sekitar kawasan hutan dan menjadi provinsi terbanyak kedua untuk desa di dalam kawasan hutan setelah Provinsi Kalimantan Tengah (Kemenhut, 2010: 19). Kondisi demikian menyebabkan tekanan penduduk terhadap kelestarian sumber daya hutan menjadi sangat besar. Peran kehutanan dalam perekonomian ditunjukkan dengan keberadaan industri kehutanan yang cukup berkembang dan mampu bertahan karena ditopang oleh pasokan kayu dari dalam wilayah Jawa Tengah dan dari luar Pulau Jawa. Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu sentra industri furniture nasional yang sebagian besar produknya ditujukan untuk ekspor dan menjadi penghasil devisa yang cukup besar. Data statistik tahun 2013 menunjukkan bahwa nilai ekspor kayu dan barang dari kayu masuk dalam kelompok tiga besar komoditas utama yang mempunyai nilai ekspor tertinggi dengan nilai ekspor mencapai US$ 85,65 juta atau 17,21 persen dari total ekspor (BPS Prov. Jateng, 2013). Produk industri furniture kayu merupakan komoditas unggulan dan telah menyumbang sekitar persen terhadap nilai ekspor non migas nasional. Industri furniture

6 6 terbesar berada di Jepara, disusul kemudian Surakarta dan kota-kota lain seperti Semarang dan Blora. Menurut data dari TPKS (Terminal Peti Kemas Semarang) pada tahun 2012 ekspor komoditas unggulan masih berpihak pada mebel dengan persentase mencapai 26 persen, disusul oleh komoditas kayu. Kontribusi kehutanan dalam penerimaan negara dinyatakan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2013 bahwa selama tahun pendapatan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) Provinsi Jawa Tengah yang disetor ke pemerintah pusat menunjukkan kenaikan dari Rp18,49 miliar menjadi Rp40,74 miliar. Peran penting sektor kehutanan dalam perekonomian Provinsi Jawa Tengah terutama kontribusinya terhadap ekspor non migas ternyata apabila dilihat dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), kontribusi kehutanan kondisinya relatif kecil dan polanya hampir serupa dengan kontribusi kehutanan di tingkat nasional terhadap PDB. Selama lebih dari satu dekade terakhir kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah hanya berkisar 0,31 persen hingga 0,51 persen dan cenderung menunjukkan penurunan. Pada tahun 2000 kontribusi kehutanan sebesar 0,51 persen (Rp582,56 miliar) dan turun menjadi 0,31 persen (Rp645,80 miliar) pada tahun Jika dibandingkan dengan sektor lain misalnya sektor pertanian pangan yang memiliki kontribusi terhadap PDRB sekitar persen, industri pengolahan sekitar persen, dan perdagangan sekitar 22 persen, maka kontribusi sektor kehutanan Jawa Tengah jauh lebih kecil. Hal ini menjadi salah satu penyebab yang menjadikan peran dan posisi kehutanan dalam perekonomian regional maupun nasional dipandang sebelah mata dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya.

7 7 Tabel 1.2 Distribusi Persentase PDRB Jawa Tengah Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun Lapangan Usaha Pertanian 22,78 21,07 19,57 18,69 17,85 17,41 a. Tanaman Bahan Pangan 16,12 15,23 13,78 13,15 12,39 12,06 b. Tanaman Perkebunan 2,22 1,94 1,82 1,68 1,65 1,62 c. Peternakan 2,55 2,27 2,47 2,49 2,47 2,42 d. Kehutanan 0,51 0,34 0,33 0,34 0,33 0,31 e. Perikanan 1,38 1,29 1,17 1,03 1,01 1,01 2. Tambang & galian 0,96 0,98 1,10 1,12 1,11 1,12 3. Industri pengolahan 31,11 32,40 32,94 32,83 33,01 32,73 4. Listrik, gas & air bersih 0,76 0,78 0,84 0,86 0,86 0,86 5. Bangunan 4,59 5,49 5,74 5,89 5,93 5,96 6. Perdag., hotel & restoran 22,72 20,87 20,96 21,42 21,77 22,16 7. Angkutan & komunikasi 4,52 4,79 5,11 5,24 5,37 5,45 8. Keuangan & perusahaan 3,78 3,55 3,70 3,76 3,78 3,89 9. Jasa-jasa 8,78 10,06 10,04 10,18 10,32 10,42 PDRB (miliar rupiah) , , , , , ,42 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, berbagai tahun terbitan milyar Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, berbagai tahun terbitan Gambar 1.2 Nilai dan Persentase Kontribusi Kehutanan terhadap PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Provinsi Jawa Tengah Tahun Fenomena manfaat dan peran sektor kehutanan Provinsi Jawa Tengah yang strategis tetapi relatif kecil kontribusinya terhadap perekonomian dapat dijelaskan dengan pendekatan berdasarkan perhitungan ekonomi manfaat hutan. Kontribusi

8 8 kehutanan dalam perekonomian wilayah ditunjukkan pada perhitungan PDRB wilayah yang bersangkutan. PDRB hanya menghitung manfaat hutan berupa hasil hutan yang terhitung (quantitative products), bernilai uang (financial values), dan hasil hutan yang dipasarkan (marketed products). Manfaat-manfaat hutan tersebut dimasukkan dalam 3 (tiga) sektor yaitu hasil kayu, hasil non kayu, dan jasa lingkungan, sedangkan kontribusi dari industri kehutanan dimasukkan sebagai kontribusi sektor non kehutanan. Hal tersebut menyebabkan ketidaktepatan penempatan manfaat ekonomi hutan, sehingga kontribusi sektor kehutanan dalam perekonomian menjadi kecil. Peranan ekonomi kehutanan sangat menentukan persepsi para pihak untuk mencapai peningkatan manfaat hasil dan kelestarian hutan. Kesalahan persepsi pengambil kebijakan yang disebabkan oleh ketidaktepatan dalam melihat manfaat suatu sektor dapat mengakibatkan kesalahan dalam membuat program pembangunan sektoral. Kontribusi kehutanan terhadap perekonomian Provinsi Jawa Tengah tidak hanya dilihat dari nilai dan kontribusi terhadap PDRB saja, namun harus memperhatikan multiplier effect sektor tersebut baik terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja, serta harus dilihat pula keterkaitan sektor kehutanan terhadap sektor-sektor lainnya. Analisis input output (IO) digunakan dalam penelitian ini karena mampu memperlihatkan aspek-aspek seperti multiplier effect dan keterkaitan antarsektor yang selama ini terabaikan. Penelitian ini mencakup perekonomian di Provinsi Jawa Tengah dengan objek yang diteliti adalah peran dan keterkaitan sektor kehutanan dengan sektor lainnya serta posisinya dalam perekonomian Provinsi Jawa Tengah dalam kurun

9 9 waktu tahun Data yang digunakan adalah data dari Tabel yang diterbitkan oleh BPS Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Tengah tahun 2000, 2004, dan Data input output yang terakhir diterbitkan oleh BPS dan Bappeda Provinsi Jateng adalah data input output tahun Data input output tidak diterbitkan tiap tahun, tetapi dengan selang waktu yang panjang mengingat begitu sulit penyusunan data ini. Ada beberapa daerah menerbitkan Tabel dengan selang waktu 5 tahun sekali, 10 tahun, 15 tahun bahkan ada yang hanya baru mampu membuatnya sekali saja. Kesulitan paling utama menyangkut peliputan data distribusi intermediate input dan distribusi intermediate output secara sektoral, yang memerlukan proses yang panjang, biaya sangat mahal, dan sumber daya manusia yang memadai. 1.2 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian tentang analisis input output yang telah dilakukan sebelumnya dan digunakan sebagai acuan penelitian ini adalah. Tabel 1.3 Hasil Penelitian Terdahulu terkait dengan Analisis Sektoral No Nama Peneliti 1. Negara (2010) Alat Analisis Kesimpulan 1. Peranan sektor kehutanan dan industri kayu nasional terhadap output, nilai tambah dan kesempatan kerja cenderung menurun selama periode ratarata sebesar 0,75 persen pada sektor kehutanan dan 2,045 persen pada industri kayu, bambu dan rotan. 2. Sumbangan industri kayu lebih besar dibandingkan kehutanan primer dalam output dan nilai tambah, kehutanan primer lebih berperan dalam penyerapan tenaga kerja yang lebih besar. 3. Sektor kehutanan memiliki angka pengganda (output, tenaga kerja dan pendapatan) relatif tinggi.

10 10 2. Sadiyah (2006) 3. Ulya dan Yunardi (2004) 4. Santosa, (2006) 5. Indartik dan Suryandari, (2008) 6. Dahal et. al., (2009) SNSE, IMPLAN (Impact Analysis) 1. Sektor kehutanan Kalimantan Tengah memberikan peranan yang besar pada ekspor (34,1 persen). Kontribusinya pada output peringkat keempat, peringkat ketiga pada investasi, dan peringkat kedua pada struktur tenaga kerja. 2. Kehutanan memiliki keterkaitan ke belakang yang besar untuk sektor kehutanan sendiri dan transportasi serta komunikasi, dan memiliki indeks penyebaran dan kepekaan yang tinggi (>1). Pengganda pendapatan dan pengganda output menempati peringkat kedua. 3. Kehutanan merupakan salah satu sektor prioritas utama dalam perekonomian Kalimantan Tengah. 1. Kontribusi sektor kehutanan terhadap output maupun permintaan akhir kecil, namun perannya dalam memberikan nilai tambah adalah yang terbesar setelah sektor pertanian tanaman pangan. 2. Sektor kehutanan bukan merupakan sektor kunci dalam perekonomian Indonesia jika dilihat dari derajat kepekaan dan daya penyebaran. 3. Sektor kehutanan berperan paling besar dalam penyerapan tenaga kerja, dibandingkan dengan penggandaan output dan penggandaan pendapatan. 1. Peranan ekonomi kehutanan pada perhitungan PDRB Provinsi Jawa Tengah cukup signifikan (0,51 persen) perhitungan standar dari total output sebesar 342,15 triliun. 2. Kontribusi penebangan kayu kurang signifikan terhadap PDRB, hasil hutan non kayu, jasa wisata air dan udara bersih memiliki manfaat nyata, dan terkait erat dengan sektor perdagangan, industri dan dapat menjadi pendorong aktifitas ekonomi kehutanan. 1. Kontribusi industri berbasis kayu cukup besar terhadap output di Kalimantan Tengah pada tahun Industri penggergajian kayu dan kayu awetan merupakan sektor unggulan, sektor pendukungnya adalah kayu, plywood, industri bahan bangunan dari kayu. 3. Industri bahan bangunan dari kayu memiliki output multiplier tertinggi, income multiplier tertinggi sektor industri penggergajian kayu dan labour multiplier tertinggi adalah sektor pengawetan kayu. 1. Dari tahun 2001 sampai 2009, jumlah lapangan kerja pada industri hasil hutan di daerah selatan mengalami penurunan sebesar 33,9 persen dan upah industri juga mengalami penurunan sebesar 4,9 persen.

11 11 7. Ismail (2006) 2. Dari tahun 2001 sampai 2009, jumlah lapangan kerja pada industri hasil hutan di daerah selatan mengalami penurunan sebesar 33,9 persen dan upah industri juga mengalami penurunan sebesar 4,9 persen. 3. Total output industri untuk industri hasil hutan hanya meningkat 15,1 persen, lebih kecil daripada total output industri yang meningkat sebesar 51,7 persen. sektor kayu dan produk kayu turun sebesar 21,6 persen, sektor kertas dan produk sejenisnya meningkat sebesar 42,7 persen, furnitur kayu itu tetap relatif datar (-4.3 persen). 4. Industri hasil hutan menghasilkan 0,8 persen lapangan pekerjaan dari total perekonomian daerah selatan; 1 persen nilai tambah; 1,6 persen total output industri pada tahun 2009, berkurang dari masing-masing sebesar 1,3 persen; 1,3 persen; 2,1 persen pada tahun Beberapa penurunan ini diimbangi dengan kenaikan pengganda yakni pengganda lapangan pekerjaan dan pengganda pendapatan yang terbesar dihasilkan oleh sektor kertas, sementara pengganda output dan nilai tambah yang terbesar dihasilkan oleh sektor kayu dan produk kayu. 1. Sektor pertanian memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi Malaysia, meskipun pemerintah lebih berfokus pada manufaktur dan jasa namun sektor pertanian masih belum dilupakan. Kegiatan pertanian telah banyak memberikan kontribusi bagi pengembangan ekonomi secara langsung maupun tidak langsung. Pertanian merangsang ekonomi dan bertindak sebagai katalis yang mempercepat ekonomi pembangunan di Malaysia. Industri yang sedang berkembang baru seperti industri berbasis agro sangat tergantung pada kegiatan pertanian, setidaknya sebagai sumber input. 2. Pengembangan dari sektor pertanian sektor diikuti langkah serius dalam mengembangkan pasar baru untuk komoditas pertanian, nilai tambah melalui pengolahan produk pertanian yang diproduksi secara lokal, mempromosikan pengembangan usaha kecil dalam perekonomian. 3. Peningkatan nilai tambah di sektor pertanian sedang aktif diupayakan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan.

12 12 8. Roberts et. al., (1999) 1. Simulasi dampak dengan mengeluarkan sektor kehutanan dari perekonomian diperkirakan mengakibatkan pengurangan nilai output bruto perekonomian Skotlandia sebesar 442 juta poundsterling, 47 persen diantaranya terkait dengan penghapusan industri kehutanan itu sendiri. Sisa 243 juta poundsterling berkaitan dengan penurunan nilai output dari sektor-sektor ekonomi lainnya. 2. Kehutanan telah mengalami perubahan struktural dan teknologi yang cepat dalam beberapa dekade terakhir. Terjadi pergeseran pola tanam baru terhadap hutan alam asli berdaun lebar dengan tanaman berdaun jarum. Jenis tanaman berhubungan dengan besar dan pola pengeluaran untuk pengeluaran input dan arus output yang sangat berbeda. 3. Kehutanan telah mengalami perubahan struktural dan teknologi yang cepat dalam beberapa dekade terakhir. Terjadi pergeseran pola tanam baru terhadap hutan alam asli dan berdaun lebar dengan tanaman berdaun jarum. Jenis tanaman berhubungan dengan besar dan pola pengeluaran untuk pengeluaran input dan arus output yang sangat berbeda. Hal ini akan menimbulkan efek pengganda yang berbeda terhadap perekonomian yang lebih luas. 4. Hutan tanaman berdaun jarum menghasilkan efek pengganda permintaan tambahan per unit yang tertinggi, namun manfaat yang terkait dengan pemeliharaan hutan alam juga terbukti signifikan. Pertanian di lahan hutan diketahui memiliki dampak tidak langsung dan terpengaruh tenaga kerja per unit yang tertinggi. Dampak pekerjaan dan pendapatan langsung diperoleh dari penanaman lahan, pemeliharaan dan pemanenan. 5. Efek pengganda sektor kehutanan berbeda tiap daerah tergantung dari jenis hutan di wilayah tersebut, struktur perekonomian dan sejauh mana sektor ini berpengaruh di kawasan ini. Perbedaan antara penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya meliputi lokasi, periode penelitian, dan alat analisis yang digunakan. Penelitian ini mengambil lokasi di Provinsi Jawa Tengah dengan menggunakan data inputoutput tahun 2000, 2004, dan Alat analisis yang digunakan dalam penelitian

13 13 ini adalah analisis kontribusi, analisis multiplier, analisis keterkaitan (linkage analysis), dan analisis sektor unggulan dengan metode Rasmussen/Hirschman. 1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. menganalisis kontribusi sektor kehutanan terhadap output, permintaan antara (intermediate demand), pemintaan akhir (final demand) dan Nilai Tambah Bruto perekonomian Provinsi Jawa Tengah; 2. menganalisis angka pengganda output dan angka pengganda pendapatan di sektor kehutanan Provinsi Jawa Tengah; 3. menganalisis keterkaitan (backward and forward linkages) sektor kehutanan dengan sektor-sektor lainnya; 4. menganalisis posisi sektor kehutanan dalam perekonomian Provinsi Jawa Tengah dalam kurun waktu tahun 2000 sampai dengan tahun 2008 dengan menggunakan analisis sektor unggulan Manfaat penelitian Manfaat penelitian adalah sebagai berikut. 1. Pengambil kebijakan Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang berguna dalam penyusunan program serta kebijakan yang tepat dalam pengelolaan sektor kehutanan mengingat nilai manfaat dan strategis kehutanan serta untuk evaluasi bagi instansi terkait dalam pelaksanaan program pengelolaan kehutanan yang selama ini telah dilaksanakan.

14 14 2. Ilmu pengetahuan Secara umum hasil penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu ekonomi khususnya mengenai peranan sektor kehutanan dalam perekonomian di Provinsi Jawa Tengah. 1.4 Sistematika Penulisan Penelitian mengenai analisis input output sektor kehutanan di Provinsi Jawa Tengah tahun ini disusun menjadi 4 (empat) bab. Bab I pengantar yang terdiri dari latar belakang, keaslian penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II tinjauan pustaka, landasan teori dan alat analisis menguraikan mengenai landasan teori, studi empiris, dan alat analisis yang digunakan. Bab III analisis data menguraikan tentang cara penelitian, data yang digunakan, hasil analisis dan pembahasan. Bab IV kesimpulan dan saran, menguraikan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang bisa diambil setelah penelitian.

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1.1 Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap PDB Nasional Tahun

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1.1 Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap PDB Nasional Tahun DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap PDB Nasional Tahun 2006--2012... 3 Gambar 1.2 Produksi Kayu Bulat per Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2012... 5 Gambar 1.3 Jumlah Industri Kehutanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan dalam pembangunan. Salah satu penyebabnya adalah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan dan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan bertahap menuju tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah industri yang besar di dunia dan salah satu sektor yang tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan atas sumber daya air, sumber daya lahan, sumber daya hutan, sumber

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di 120 No. 1 2 3 4 Tabel 3.5 Kegiatan Pembangunan Infrastruktur dalam MP3EI di Kota Balikpapan Proyek MP3EI Pembangunan jembatan Pulau Balang bentang panjang 1.314 meter. Pengembangan pelabuhan Internasional

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pembangunan bidang pertambangan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karenanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN Keterkaitan Sektor Berbasis Kehutanan

VII. ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN Keterkaitan Sektor Berbasis Kehutanan VII. ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN 7.1. Keterkaitan Sektor Berbasis Kehutanan Peran strategis suatu sektor tidak hanya dilihat dari kontribusi terhadap pertumbuhan output, peningkatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pemerataan pembangunan ekonomi merupakan hasil yang diharapkan oleh seluruh masyarakat bagi sebuah negara. Hal ini mengingat bahwa tujuan dari pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah 48 V. DUKUNGAN ANGGARAN DALAM OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN BERBASIS SEKTOR UNGGULAN 5.1. Unggulan Kota Tarakan 5.1.1. Struktur Total Output Output merupakan nilai produksi barang maupun jasa yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv PRAKATA... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya kelautan merupakan salah satu aset yang penting dan memiliki potensi besar untuk dijadikan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia. Secara fisik Indonesia

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia telah dituangkan pada program jangka panjang yang disusun oleh pemerintah yaitu program Masterplan Percepatan Perluasan dan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang Berkembang (NSB) pada awalnya identik dengan strategi pertumbuhan ekonomi, yaitu usaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai peranan ekonomi sektoral ditinjau dari struktur permintaan, penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kemajuan yang diharapkan oleh setiap negara. Pembangunan adalah perubahan yang terjadi pada semua struktur ekonomi dan sosial. Selain itu

Lebih terperinci

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : 1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013 BPS KABUPATEN ASAHAN No. 01/05/1208/Th. XVII, 26 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Asahan Tahun 2013 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,08 PERSEN No. 11/02/61/Th. XVII, 5 Februari 2014 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sumberdaya hutan tropis yang dimiliki negara Indonesia, memiliki nilai dan peranan penting yang bermanfaat dalam konteks pembangunan berkelanjutan. Manfaat yang didapatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pengolahan kayu merupakan salah satu sektor penunjang perekonomian di Provinsi Jawa Timur. Hal ini terlihat dengan nilai ekspor produk kayu dan barang dari

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono NAMA Sunaryo NPM 0906584134 I Made Ambara NPM 0906583825 Kiki Anggraeni NPM 090xxxxxxx Widarto Susilo NPM 0906584191 M. Indarto NPM 0906583913

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN 164 BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN Adanya keterbatasan dalam pembangunan baik keterbatasan sumber daya maupun dana merupakan alasan pentingnya dalam penentuan sektor

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai sarana untuk

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, sehingga dapat disimpulkan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 No. 19/05/31/Th. X, 15 Mei 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2008 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA No. 52/ V / 15 Nopember 2002 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA INDONESIA TRIWULAN III TAHUN 2002 TUMBUH 2,39 PERSEN Indonesia pada triwulan III tahun 2002 meningkat sebesar 2,39 persen terhadap triwulan II

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan secara terus-menerus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator keberhasilan

Lebih terperinci

Pengertian Produk Domestik Bruto

Pengertian Produk Domestik Bruto KONTRIBUSI KEHUTANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO 1 Dodik Ridho Nurrochmat 2 Pengertian Produk Domestik Bruto Neraca pendapatan nasional (national income accounting) merupakan salah satu inovasi penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia memiliki tanah yang subur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada di peringkat 55 dari 134 negara, menurun satu peringkat dari tahun sebelumnya. Dalam hal ini,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 08/02/34/Th. XI, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO 1. PERKEMBANGAN KABUPATEN BUNGO merupakan penghitungan atas nilai tambah yang timbul akibat adanya berbagai aktifitas ekonomi dalam suatu daerah/wilayah. Data

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh stakeholders untuk memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi

BAB I PENDAHULUAN. seluruh stakeholders untuk memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pembangunan ekonomi tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan terlebih dahulu memerlukan berbagai usaha yang konsisten dan terus menerus dari seluruh stakeholders

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012 BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 01/07/1204/Th. XII, 5 Juli 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2012 sebesar 6,35 persen mengalami

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian yang diperlukan bagi terciptanya pertumbuhan yang terus menerus. Pembangunan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 19/05/14/Th.XI, 10 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas y-on-y Triwulan I Tahun sebesar 5,93 persen Ekonomi Riau dengan migas pada triwulan I tahun mengalami kontraksi sebesar 1,19

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian dewasa ini masih sering dianggap sebagai penunjang sektor industri semata. Meskipun sesungguhnya sektoral pertanian bisa berkembang lebih dari hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan kekayaan hayati yang melimpah, hal ini memberikan keuntungan bagi Indonesia terhadap pembangunan perekonomian melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap negara khususnya di Indonesia, banyak kebijaksanaan yang dibuat oleh pemerintah untuk pembangunan

Lebih terperinci

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model Boks 1 Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model I. Latar Belakang Perkembangan ekonomi Riau selama beberapa kurun waktu terakhir telah mengalami transformasi.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hal-hal yang akan diuraikan dalam pembahasan dibagi dalam tiga bagian yakni bagian (1) penelaahan terhadap perekonomian Kabupaten Karo secara makro, yang dibahas adalah mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan oleh masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini ditujukkan melalui memperluas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Kewenangan Pemerintah Daerah menjadi sangat luas dan strategis setelah pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini akan menganalisis dampak dari injeksi pengeluaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada sektor komunikasi terhadap perekonomian secara agregat melalui sektor-sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan penyokong utama perekonomian rakyat. Sebagian besar masyarakat

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 50/08/Th.XII, 10 Agustus 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2009 Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN I. 1. Perumusan Masalah

BAB I. PENDAHULUAN I. 1. Perumusan Masalah BAB I. PENDAHULUAN I. 1. Perumusan Masalah Hutan menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan wilayah yang terdiri dari tegakan pohon dan faktor-faktor abiotis seperti, air, udara, tanah,

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 38/08/61/Th. XIII, 5 Agustus 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II TAHUN 2010 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kalimantan Barat triwulan II-2010 menurun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008 BADAN PUSAT STATISTIK No.43/08/Th. XI, 14 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II- Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 BPS KABUPATEN SIMALUNGUN No. 01/08/1209/Th. XII, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun tahun 2012 sebesar 6,06 persen mengalami percepatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya pertumbuhan ekonomi mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan salah satu usaha daerah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011 BPS KABUPATEN PADANG LAWAS PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011 No. 01/06/1221/Th. IV, 30 Juli 2012 Pertumbuhan ekonomi Padang Lawas tahun 2011 yang diukur berdasarkan kenaikan laju pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan Indonesia seluas 120,35 juta hektar merupakan salah satu kelompok hutan tropis ketiga terbesar di dunia setelah Brazil dan Zaire, yang mempunyai fungsi utama sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kerangka kebijakan pembangunan suatu daerah sangat tergantung pada permasalahan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VIII, 7 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 TUMBUH 5,41 PERSEN Perekonomian Jakarta Timur tahun

Lebih terperinci