PEMANFAATAN DATA AGROKLIMATOLOGI UNTUK MENDUGA PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, KALIMANTAN TENGAH ANNISA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMANFAATAN DATA AGROKLIMATOLOGI UNTUK MENDUGA PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, KALIMANTAN TENGAH ANNISA"

Transkripsi

1 PEMANFAATAN DATA AGROKLIMATOLOGI UNTUK MENDUGA PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, KALIMANTAN TENGAH ANNISA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2 ii

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanfaatan Data Agroklimatologi untuk Menduga Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate, Kalimantan Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk karya apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2013 Annisa NIM A

4 ii ABSTRAK ANNISA. Pemanfaatan Data Agroklimatologi untuk Menduga Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate, Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh EDI SANTOSA. Kegiatan magang ini secara khusus bertujuan menduga produksi kelapa sawit dengan memanfaatkan data agroklimatologi. Kegiatan dilaksanakan di Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah pada bulan Februari-Juni Analisis pendugaan produksi dilakukan menggunakan persamaan regresi linear berganda. Hasil analisis uji t-parsial terdapat lima variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa sawit, yaitu umur tanaman (pada 0 bulan sebelum panan (BSP)), curah hujan (6 BSP), suhu udara (24 BSP), kelembaban udara (18 dan 24 BSP) dan kecepatan angin (6 dan 18 BSP). Dari empat kombinasi model yang memungkinkan, kombinasi peubah dalam persamaan regresi linear berganda IV (PRLB IV) menghasilkan produksi duga tahunan dan rata-rata bulanan yang paling mendekati produksi aktual. Kata kunci: agroklimatologi, agronomi, kelapa sawit, pendugaan produksi, Kalimantan Tengah ABSTRACT ANNISA. The Agroclimatology Data for Production Estimation of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Bangun Koling Estate, Central Kalimantan. Supervised by EDI SANTOSA. The objective of this internship was to estimate oil palm production by using agroeclimatological data. Data was collected in Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro, East Kotawaringin, Central Kalimantan on February to June Data were analized by using multiple linear regression models. Results showed that among agroclimatological data there were five variables significantly determined oil palm production, i.e., plant age (month), rainfall on 6 months prior to harvest (MPH), air temperature on 24 MPH, relative air humidity on 18 and 24 MPH and wind speed on 6 and 18 MPH. From four possible multiple linear models, regression equation IV (MRLE IV) could be used to estimate annual and monthly production of oil palm in study site. Key words: agroclimatology, agronomy, oil palm, production estimation, Central Kalimantan

5 PEMANFAATAN DATA AGROKLIMATOLOGI UNTUK MENDUGA PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, KALIMANTAN TENGAH ANNISA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6 iv

7 Judul Skripsi : Pemanfaatan Data Agroklimatologi untuk Menduga Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate, Kalimantan Tengah Nama : Annisa NIM : A Disetujui oleh Dr Edi Santosa, SP, MSi. Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 Judul Skripsi : Pemanfaatan Data Agroklimatologi untuk Menduga Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate, Kalimantan Tengah Nama : Annisa NIM : A Disetujui oleh Dr Edi Santosa, SP, MSi. Pembimbing Tanggal Lulus: o1 20

9 vi PRAKATA Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pemanfaatan Data Agroklimatologi untuk Menduga Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate, Kalimantan Selatan. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih pada Dr Edi Santosa SP, MSi selaku dosen pembimbing skripsi dan Dr Ir Rahmad Suhartanto MSi selaku dosen pembimbing akademik. Ir Adolf Pieter Lontoh, MSi dan Dr Herdhata Agusta selaku dosen penguji. Bumitama Gunajaya Agro Grup Wilayah III dan IV, Bapak Khirul Ahmad selaku manajer kebun, asisten divisi dan keluarga besar Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Pusat, Jakarta. Orang tua dan keluarga besar (Effendi K, Aminah, Zubaidah, Siti Fatimah, Nurul Huda, Maryama dan Muhammad Amru), karib kerabat (Irma Handasari, Netie Niki K, Mayang Sari, Resti Putri S, Reisha Septiani, Nur Wahyu S, Iwana Prewari P, RachmaEka, Selvia Oktaviani, Mega, Ajeng Aprilriyanti I, Erna Istiqamah), Husein Habib, dan keluarga besar Agronomi dan Hortikultura 46. Semoga karya tulis ini bermanfaat. Bogor, Oktober 2013 Annisa

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN x PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 METODE MAGANG 4 Tempat dan Waktu 4 Metode Pelaksanaan 4 Pengamatan dan Pengumpulan Data 5 Analisis Data dan Informasi 6 KONDISI UMUM MAGANG 8 Letak Geografis Kebun 8 Keadaan Iklim dan Tanah 8 Areal Konsesi dan Tata Guna lahan 9 Keadaan Tanaman dan Produksi 10 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 11 PELAKSANAAN MAGANG 12 Aspek Teknis 12 Aspek Manajerial 24 HASIL DAN PEMBAHASAN 26 Produksi Bangun Koling Estate 26 Curah Hujan 27 Kecepatan Angin, Suhu, Kelembaban Udara Penyinaran Matahari 28 Populasi dan Umur Tanaman 28 Kultur Teknis 29 Penentuan Nilai Produksi Duga 30 Persamaan Regresi Linear Berganda I 32 Persamaan Regresi Linear Berganda II 36 Persamaan Regresi Linear Berganda III 40 Persamaan Regresi Linear Berganda IV 44

11 viii Pendugaan Produksi 48 KESIMPULAN DAN SARAN 49 Kesimpulan 49 Saran 50 DAFTAR PUSTAKA 50 LAMPIRAN 52 RIWAYAT HIDUP 70 DAFTAR TABEL 1 Jenis tanah di Bangun Koling Estate 9 2 Topografi lahan kebun Bangun Koling Estate 9 3 Luas HGU dan tata guna lahan di Bangun Koling Estate 10 4 Komposisi asal bibit tanaman kelapa sawit di Bangun Koling Estate 10 5 Populasi tanaman per tahun tanam di Bangun Koling Estate 11 6 Produksi TBS kelapa sawit Bangun Koling Esatate Pengelompokan pupuk berdasarkan cara aplikasi 17 8 Komposisi kandungan nutrisi JJK 18 9 Peralatan panen di Bangun Koling Estate Kriteria buah layak potong di Bangun Koling Estate Mutu TBS dan denda panen di Bangun Koling Estate Premi supervisi di Bangun koling Estate Hasil uji-t parsial peubah agroekologi terhadap produksi kelapa sawit tahun di Bangun Koling Estate Kombinasi peubah untuk pendugaan produksi Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda I dengan respon produksi (ton) Hasil produksi duga pendugaan produksi I dengan respon produksi (ton) Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda Ia dengan respon produktivitas (ton/ha) Hasil produksi duga pendugaan produksi Ia dengan respon produktivitas (ton/ha) Nilai p-value, VIF dan Durbin Watson pada persamaan regresi linear berganda I dan Ia Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda II dengan respon produksi (ton) Hasil produksi duga pendugaan produksi II dengan respon produksi (ton) Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda IIa dengan respon produktivitas (ton/ha) Hasil produksi duga pendugaan produksi IIa dengan respon produktivitas (ton/ha) 38

12 24 Nilai p-value, VIF dan Durbin Watson pada persamaan regresi linear berganda II dan IIa Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda III dengan respon produksi (ton) Hasil produksi duga pendugaan produksi III dengan respon produksi (ton) Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda IIIa dengan respon produktivitas (ton/ha) Hasil produksi duga pendugaan produksi IIIa dengan respon produktivitas (ton/ha) Nilai p-value, VIF dan Durbin Watson pada persamaan regresi linear berganda III dan IIIa Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda IV dengan respon produksi (ton) Hasil produksi duga pendugaan produksi IV dengan respon produksi (ton) Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda IVa dengan respon produktivitas (ton/ha) Hasil produksi duga pendugaan produksi IVa dengan respon produktivitas (ton/ha) Nilai p-value, VIF dan Durbin Watson pada persamaan regresi linear berganda IV dan IVa Pendugaaan produksi Bangun Koling Estate tahun DAFTAR GAMBAR 1 Grafik pola sisaan terhadap Y Duga 7 2 Grafik perbandingan produksi dan estimasi produksi BKLE pada kesesuaian lahan S Kondisi curah hujan dan produksi BKLE tahun Curah hujan bulanan di BKLE tahun Umur tanaman dan produktivitas TBS di BKLE tahun Losses panen akibat buah restan terhadap produksi BKLE 30 7 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan budget produksi PRLB I 33 8 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB I 33 9 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan budget produksi PRLB Ia Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB Ia Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan budget produksi PRLB II Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB II Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan budget produksi PRLB IIa Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB IIa Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan budget produksi PRLB III 41

13 x 16 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB III Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan budget produksi PRLB IIIa Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB IIIa Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan budget produksi PRLB IV Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB IV Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan budget produksi PRLB IVa Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB IVa 47 DAFTAR LAMPIRAN 1 Jurnal kegiatan magang 53 2 Produksi kelapa sawit di Bangun Koling Estate Data curah hujan Bangun Koling Estate Tahun Data kecepatan angin, kelembaban udara penyinaran matahari dan suhu Stasiun BMKG Sampit, Kalimantan Tengah 61 5 Pemupukan di Bangun Koling Estate Tahun Data defisit air di Bangun Koling Estate Peta areal statement Bangun Koling Estate 65 8 Peta sebaran tanah di Bangun Koling Estate 66 9 Struktur organisasi Bangun Koling Estate Produksi tahun 2009 persamaan regresi linear berganda I, Ia, II, IIa, III, IIIa, IV dan IVa Plot sisaan vs Y duga persamaan regresi linear berganda 69

14 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit merupakan tanaman sumber minyak nabati, yang pada saat ini memiliki produktivitas tertinggi per satuan luas dibanding jenis tanaman lainnya. Tanaman kelapa sawit memiliki potensi minyak sekitar 6-7 ton ha -1 tahun -1 dengan masa ekonomis sekitar 30 tahun (Asmoro 2007). Semakin meningkatnya permintaan minyak sawit dunia untuk kebutuhan pangan (edible oil), kebutuhan industri (oleochemical) dan sumber energi (bahan bakar nabati) menghantarkan Indonesia sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di dunia (Wahyono 2006). Kapasitas produksi sawit Indonesia sangat besar dan dapat ditingkatkan terutama dikaitkan dengan ketersediaan lahan, kesesuaian iklim, ketersediaan tenaga kerja, serta efisiensi biaya produksi perkebunan sawit per hektar yang cukup tinggi (KPPU 2008). Seiring dengan masuknya minyak sawit sebagai komoditas dunia, hal yang perlu dilakukan Indonesia adalah meningkatkan stabilitas produksi dan meningkatkan akurasi dalam pendugaan produksi. Pendugaan produksi kelapa sawit sangat diperlukan oleh internal perusahaan perkebunan kelapa sawit untuk perencanaan kebun seperti anggaran perusahaan, transportasi produksi, tenaga kerja, dan pengolahan di pabrik kelapa sawit. Akurasi pendugaan produksi kelapa sawit di lapangan bervariasi antar kebun dan antar musim. Pada saat ini, pendugaan produksi telah banyak dikembangkan seperti di Kalimantan Selatan (Sulistyo 2010). Sebagian besar pendugaan saat ini didasarkan pada sampling kebun. Akurasi dugaan produksi pada sistem tersebut dibandingkan dengan produksi aktual berkisar antara 70-80%. Pendugaan dianggap tepat jika maksimal deviasi antara pendugaan dan produksi aktual adalah 5-10%. Dengan demikian, akurasi dugaan tersebut masih perlu untuk ditingkatkan dengan cara mempertimbangkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi. Pahan (2008) menyatakan bahwa variasi dalam faktor lingkungan, edafik, genetik tanaman dan manajemen dapat mempengaruhi kualitas pendugaan pada suatu kebun. Secara umum, kemampuan prediksi tersebut dapat dicapai apabila proses-proses dalam sistem produksi kelapa sawit dianalisis secara kuantitatif (Hazriani 2004). Pada kegiatan magang, dilakukan pengamatan secara khusus terkait dengan pendugaan produksi kelapa sawit terutama menggunakan data agronomi dan agroklimatologi. Tujuan Tujuan umum dari pelaksanaan magang adalah untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mempelajari dan memahami proses produksi kelapa sawit serta meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam pengelolaan kebun kelapa sawit dari berbagai tingkat pekerja. Tujuan khusus dari pelaksanaan magang adalah untuk mencari model pendugaan produksi kelapa sawit guna meminimalisasi gap (perbedaan) antara produksi aktual dengan produksi estimasi (pendugaan) kelapa sawit.

15 2 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2008) adalah termasuk dalam divisio Tracheophyta, sub divisio Pteropsida, kelas Angiospermae dan sub kelas Monocotyledonae. Selanjutnya kelapa sawit termasuk dalam ordo spadiciflorae (Arecales), famili Palmae (Arecacee), subfamili Cocoidae, genus Elaeis dan spesies Elaeis guineensis Jacq. Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula). Kelapa sawit yang sudah dewasa memiliki akar serabut yang membentuk anyaman rapat dan tebal. Sebagian akar serabut tumbuh lurus ke bawah/vertikal dan sebagian lagi tumbuh menyebar ke samping/horizontal (Sastrosayono 2003). Kelapa sawit memiliki batang yang tidak berkambium dan tidak bercabang. Batang berbentuk silinder dengan diameter cm. Tanaman yang masih muda batangnya tidak terlihat jelas karena tertutup pelepah daun. Tinggi batang bertambah cm per tahun hingga dapat mencapai ketinggian 24 m. Pertumbuhan batang tergantung genetik tanaman, kesuburan lahan dan iklim setempat (Fauzi et al. 2002). Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Namun, untuk menghasilkan pertumbuhan yang sehat serta menghasilkan produksi yang tinggi dibutuhkan kisaran kondisi lingkungan tertentu (disebut syarat tumbuh kelapa sawit), sehingga aspek iklim sangat mempengaruhi pertumbuhan sawit (Sugiyono et al. 2007). Tanaman sawit tumbuh dengan baik pada suhu udara 27 C dengan suhu maksimum 33 C dan suhu minimum 22 C. Curah hujan optimal untuk pertumbuhan adalah merata sepanjang tahun (dengan jumlah bulan kering kurang dari 3) berkisar mm (Sugiyono et al. 2007). Menurut Sutarta et al. (2006) kelapa sawit tidak boleh mengalami defisit air. Jumlah bulan kering kurang lebih dari tiga bulan merupakan faktor pembatas pertumbuhan. Bulan kering dan curah hujan yang rendah menyebabkan terjadinya defisit air. Lama penyinaran matahari yang optimal adalah 6 jam per hari dan kelembaban nisbi pada kisaran 50%-90% (optimal 80%) (Sugiyono et al. 2007). Aspek iklim lainnya yang juga berpengaruh pada budidaya adalah elevasi, yaitu kurang dari 400 m dari permukaan laut (dpl) (Sutarta et al. 2006). Jenis tanah yang ideal adalah ultisols, entisols, inceptisols, andisols dan histosols. Kelapa sawit dapat diusahakan pada tanah yang memiliki tekstur agak kasar sampai halus yaitu antara pasir berlempung sampai liat masif. Tekstur tanah ideal adalah lempung berdebu, lempung liat berdebu, lempung berliat dan lempung liat berpasir. Kedalaman tanah yang baik adalah jika >100 cm. Kadar keasaman tanah

16 3 (ph) yang optimal berkisar antara ph , namun kelapa sawit masih toleran pada ph <5.0 (misal pada gambut ) dan ph tanah >7.0, tetapi produktivitas tidak optimal. Kadar keasaman tanah dapat di perbaiki melalui tindakan pemupukan (kaptan, dolomit, fosfat alam) (Sugiyono et al. 2007). Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit Tanaman berproduksi optimal jika dipelihara dengan baik. Pemeliharaan pada tanaman menghasilkan (TM) meliputi pengendalian gulma, penunasan pelepah, pengendalian hama penyakit, konservasi tanah dan air, pemupukan serta pemeliharaan jalan (Sutarta et al. 2006). Sugiyono et al. (2007) menyatakan kondisi iklim, tanah dan bentuk wilayah merupakan faktor lingkungan utama yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan tanaman kelapa sawit, disamping faktor lainnya seperti bahan tanaman (genetis) dan perlakuan kultur teknis, serta iklim terutama curah hujan, jumlah bulan kering, panjang penyinaran dan kecepatan angin. Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2008), untuk mencapai produksi yang tinggi diperlukan kombinasi faktor lingkungan, faktor genetik dan faktor budidaya. Sulistyo (2010) menyatakan faktor iklim (kelembaban udara, penyinaran matahari, curah hujan, hari hujan, defisit air), umur tanaman dan pemupukan merupakan faktor utama penentu dalam produksi. Mangoensoekarjo dan Tojib (2008) menyatakan bahwa perencanan produksi terdiri atas rencana tahunan dan prognosa yang dibuat dan disusun dari setiap blok, afdeling dan kebun menurut kelompok umur dan tahun tanam. Agar rencana produksi mencapai target dan tidak berbeda jauh dengan realisasi produksi perlu dilakukan evaluasi produksi selama 5 tahun terakhir yang bersumber dari produksi tahunan dan dilakukan sensus bunga betina untuk memperkirakan produksi yang dapat dipanen 6 dan 12 bulan kedepan. Pendugaan Produksi Pendugaan (estimasi) merupakan studi dengan memanfaatkan terhadap data historis untuk menemukan hubungan pola yang sistematis untuk menduga nilai di masa yang akan datang (Rambe 2009). Rambe (2009) menambahkan hasil pendugaan produksi dapat dimanfaatkan sebagai penentuan kebijakan dan perencanaan kegiatan produksi pada perusahaan sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. Jenis pendugaan dapat dibedakan berdasarkan waktu, ruang lingkup, dan metode yang digunakan. Pembagian menurut jangka waktu, pendugaan produksi dapat dikategorikan menjadi pendugaan jangka pendek dan pendugaan jangka panjang. Pendugaan jangka pendek di perusahaan biasa disebut sebagai taksasi harian panen yang berfungsi sebagai estimasi produksi setiap harinya. Pendugaan jangka panjang berfungsi sebagai dasar untuk menentukan estimasi produksi kebun atau perusahaan (Irfanda 2012). Jenis-jenis pendugaan kuantitatif menurut Rambe (2009) dibedakan menjadi metode berdasarkan analisa pola hubungan antara variable yang diperkirakan dengan variabel waktu (deret waktu/time series),

17 4 metode berdasarkan analisa pola hubungan antar variable lain selain waktu (korelasi atau sebab akibat/causal methods), dan metode gabungan antara variable waktu dan deret waktu (metode Smoothing, Box Jenkins, dan proyeksi tren dengan regresi). METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Bangun Koling Estate, PT. Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group, Kecamatan Cempaga, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah selama empat bulan mulai 10 Februari 2013 hingga 10 Juni Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan magang adalah mempelajari dan melakukan semua kegiatan di lapangan sebagai karyawan harian lepas selama satu bulan. Satu bulan berikutnya sebagai pendamping mandor dan dua bulan terakhir sebagai pendamping asisten divisi. Pada satu bulan pertama penulis bekerja sebagaimana karyawan harian lepas (KHL). Pada bulan kedua penulis mendampingi mandor dan melaksanakan tugas sesuai instruksi dari asisten divisi. Penulis menjadi pendamping asisten divisi selama dua bulan terakhir (Lampiran 1). Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengumpulan data meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan lapangan melalui observasi dan wawancara dengan pihak yang bersangkutan. Data primer untuk laporan umum adalah hasil kegiatan selama menjadi KHL, pendamping mandor dan pendamping asisten. Data primer untuk pengamatan khusus diantaranya adalah pengukuran curah hujan. Pengumpulan data sekunder didapatkan melalui arsip kebun, hasil riset maupun Badan Meteorologi dan Geofisika. Data sekunder berupa data umum perusahaan seperti letak geografis kebun, tata guna lahan, luas areal konsesi (hak guna usaha/hgu) dan peta wilayah administrasi. Data sekunder untuk pendugaan produksi meliputi data parameter agronomi kuantitatif yang mempengaruhi hasil produksi meliputi: 1. Data produksi kelapa sawit Data produksi kelapa sawit meliputi data produksi (ton) dan produktivitas bulanan (ton ha -1 ) secara keseluruhan di Bangun Koling Estate mulai tahun (Lampiran 2).

18 5 2. Data populasi tanaman kelapa sawit Data populasi tanaman kelapa sawit meliputi jumlah tanaman kelapa sawit pada tahun untuk tahun tanam 2006, 2007, 2008, 2009, dan 2010 beserta luasan area tiap tahun tanam. Selain itu, diketahui pula jumlah tanaman sisipan pada tiap tahun tanam. Jumlah populasi tanaman rata-rata seluruh kebun (tanaman ha -1 ) diketahui dengan membagi total populasi tanaman kebun terhadap luas total kebun. 3. Data rata-rata umur tanaman Bangun Koling Estate memiliki komposisi tanaman menghasilkan (TM) dengan tahun tanam 2006, 2007, 2008, 2009, dan Setiap tahun tanam memiliki tanaman sisipan yang ditanam pada tahun yang berbeda. Penghitungan rata-rata umur tanaman (RUT) untuk seluruh kebun yaitu dengan merata-rata umur tanaman pada tiap tahun tanam, lalu menghitung rataan umur tanaman dalam satu kebun. Nilai rataan dihitung dengan rumus: RUT = Contoh perhitungan: Pada tahun 2012 rataan umur tanaman kelaa sawit di Bangun Koling Estate (BKLE) untuk tahun tanam 2006 ( ha) adalah 6 tahun, tahun tanam 2007 ( ha) adalah 5.27 tahun, tahun tanam 2008 (261.05) adalah 5.13 tahun, tahun tanam 2009 (34.63 ha) adalah 5.09 tahun, tahun tanam 2010 ( ha) adalah 4.94 tahun, dan tahun tanam 2011 (25.01 ha) adalah 4.90 tahun. Luas area TM BKLE adalah ha. Rataan umur TM di BKLE adalah: RUT = ( x 3) + ( x 2.27) + ( x 2.13) + (34.63 x 5.09) : = 5.1 tahun = 61 bulan Batasan peubah umur dalam persamaan regresi linier berganda yang digunakan adalah bulan (Sulistyo 2010). Rata-rata umur tanaman kelapa sawit di BKLE pada tahun telah sesuai dengan batasan umur tersebut. 4. Data curah hujan dan hari hujan Data curah hujan dan hari hujan (tahun ) merupakan hasil pengukuran yang dilakukan oleh pihak kebun menggunakan alat penakar hujan (ombrometer) yang berada di areal kebun dengan luas mulut penakar 100 cm 2. Pengukuran curah hujan dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari yaitu pukul pagi dan sore. Curah hujan (mm) diketahui dengan membagi volume air (ml) dengan luas mulut ombrometer (cm 2 ). Satu hari dikatakan sebagai hari hujan apabila air yang terkumpul di ombrometer 0.5 mm. Data curah hujan BKLE terdapat pada Lampiran Data suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, dan penyinaran matahari Data suhu udara ( C), kelembaban udara (%), kecepatan angin (knots), dan lama penyinaran matahari (%) merupakan data rata-rata bulanan dari tahun yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pusat, Jakarta. Kemudian satuan untuk kecepatan angin diubah menjadi km/jam (1 knots= km jam -1 ). Data iklim pada stasiun BMKG Sampit tersaji pada Lampiran 4.

19 6 6. Data realisasi pemupukan Data realisasi pemupukan adalah data asli kebun terkait aplikasi pemupukan yang ada di kebun BKLE sesuai rekomendasi dari Departemen Riset BGA untuk wilayah 3 dan 4. Berdasarkan hasil evaluasi dari kebun dan riset didapatkan realisasi pemupukan di BKLE tiap tahunnya. Data rencana dan realisasi pemupukan BKLE terdapat pada Lampiran Defisit air Penghitungan defisit air dilakukan menggunakan metode Tailliez, yaitu dengan menghitung nilai keseimbangan air (neraca air) (Sulistyo 2010). Nilai keseimbangan air diperoleh dengan menjumlahkan curah hujan (mm) dengan cadangan awal air lalu dikurangi nilai evapotranspirasi. Nilai evapotranspirasi diasumsikan bernilai 150 mm bulan -1 apabila hari hujan 10 hari bulan -1 dan bernilai 120 mm bulan -1 apabila hari hujan >10 hari bulan -1. Asumsi lain adalah dengan melihat kemampuan air tanah dalam menyimpan air atau cadangan air dalam tanah maksimum 200 mm. Defisit air terjadi apabila nilai keseimbangan air <0 mm dan keseimbangan air terjadi apabila nilai keseimbangan air >0 mm. Apabila nilai keseimbangan air bernilai >200 mm, maka kelebihan air disimpan dalam tanah dengan asumsi cadangan untuk bulan berikutnya dengan nilai maksimum 200 mm. Jumlah defisit air tiap bulan dijumlahkan untuk memperoleh defisit air dalam setahun (mm/tahun). Data defisit air tersaji pada Lampiran Data kelas kesesuian lahan Data kelas kesesuaian lahan merupakan dala laporan survei tanah Departemen Riset BGA pada tahun Analisis Data dan Informasi Analisis data menggunakan model analisis regresi dengan asumsi bahwa peubah tak bebas (Y) yaitu nilai produksi kelapa sawit merupakan fungsi linier dari beberapa peubah bebas (β k, X k ) yaitu faktor agroklimatologi dan kegiatan kultur teknis, sehingga model regresi liner yang digunakan adalah model regresi linier berganda. Program komputer yang digunakan adalah Minitab 14. Bentuk umum model regresi linier berganda dengan k peubah penjelas (Walpole 1995) yaitu: Keterangan : Y Y = β0 + β 1 X 1 + β 2 X β k X k + ε = Peubah respon (produksi kelapa sawit) β0 = Nilai variabel respon ketika prediktor bernilai nol β 1, β 2,, β k = Parameter-parameter model regresi untuk variabel X 1, X 2, X k X 1, X 2,, X k = Peubah prediktor (iklim dan kultur teknis) ;k=1.n (jumlah peubah) ε = Sisaan Uji t-parsial dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh tiap peubah terhadap produksi kelapa sawit. Hal ini dimaksudkan mempermudah menemukan kombinasi peubah yang tepat untuk meminimalkan perbedaan antara Y aktual dan

20 7 Y duga. Pengujian dilakukan pada 0 bulan sebelum panen (BSP), 6 BSP, 12 BSP, 18 BSP dan 24 BSP. Peubah yang berpengaruh nyata terhadap hasil produksi kelapa sawit digunakan dalam mencari bentuk persamaan regresi linier berganda dengan nilai produksi duga paling mendekati atau tepat dengan produksi aktual. Analisis regresi dilakukan dengan meregresikan tiap peubah (data bulanan) terhadap produktivitas aktual kebun 4 tahun terakhir ( ) sehingga diperoleh nilai produksi duga bulanan yang dapat digunakan untuk menduga hasil produksi duga selama setahun. Beberapa asumsi dasar yang digunakan adalah: 1) inisiasi bunga betina sangat dipengaruhi oleh curah hujan 24 bulan sebelum panen, 2) Tanaman secara genetis seragam, 3) pemupukan dilakukan oleh pekerja dengan kualitas yang sama, 4) pemupukan menggunakan POME (limbah cair) atau JJK (TBS kosong) diaplikasikan merata, 5) data yang dimiliki kebun merupakan data faktual, dan 6) faktor lain selain yang dijadikan sebagai peubah ceteris paribus. Permasalahan yang sering muncul dalam regresi linear adalah terjadinya multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas yang menyebabkan asumsi-asumsi dalam persamaan regresi linear berganda tidak terpenuhi. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai variance inflation factor (VIF) pada output minitab. Toleransi nilai VIF yang dapat diterima adalah <10. Batas toleransi ini tidak memberikan masalah serius pada multikolinearitas, sehingga masih mendapatkan koefisien parameter estimasi metode kuadrat terkecil yang terbaik. Autokorelasi dapat dideteksi dengan melihat nilai Durbin Watson (DW) pada output minitab. Nilai statistik DW berada pada kisaran 0-4, jika nilai DM mendekati 2 maka menunjukkan tidak adanya autokorelasi. Nilai DW kurang dari -2 menunjukkan adanya autokorelasi positif dan jika lebih dari 2 menunjukkan adanya autokorelasi negatif, sedangkan apabila nilai terletak antara -2 x 2 maka tidak terdapat autokorelasi (Santoso 2000). Heterokedastisitas dapat dideteksi dengan melihat grafik pola sebaran sisaan terhadap Y duga pada output Minitab 14. Gambar 1 merupakan bentuk grafik apabila terdapat pelanggaran heteroskedastisitas. (a) (b) Gambar 1. Grafik pola sisaan terhadap Y Duga

21 8 (c) (d) Gambar 1. Grafik pola sisaan terhadap Y Duga KONDISI UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis Kebun Kebun kelapa sawit Bangun Koling Estate (BKLE) adalah salah satu kebun dari unit usaha yang dimiliki oleh PT Windu Nabatindo Abadi (WNA). PT WNA merupakan anak perusahaan PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA) Grup. Kebun BKLE ini terletak di Desa Tumbang Koling, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Jumlah karyawan di BKLE adalah 380 karyawan terdiri atas 5 orang staf, 11 karyawan bulanan, 283 karyawan harian tetap (KHT), dan 48 karyawan harian lepas (KHL), sehingga indeks tenaga kerja (ITK) di BKLE adalah Areal BKLE sebelah timur berbatasan dengan SCME (Sungai Cempaga Estate), sebelah barat berbatasan dengan PT. TASK Kelapa Sawit, sebelah utara berbatasan dengan SMRE (Sungai Merah Estate), dan sebelah selatan berbatasan dengan PT. Sarana Sawit. Letak geografis kebun BKLE terdapat pada BT BT dan 1.45 LS-1.85 LS. Peta kebun BKLE dapat dilihat pada Lampiran 7. Keadaan Iklim dan Tanah Iklim tropis di Indonesia menyebabkan terdapat dua musim di BKLE, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Berdasarkan data curah hujan , musim hujan rata-rata terjadi pada bulan Oktober-Juli dan puncaknya terjadi pada bulan November-Desember. Musim kemarau terjadi antara bulan Juli-September. Curah hujan rata-rata per tahunnya sebesar mm, sehingga menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson termasuk tipe iklim A (sangat basah). Suhu di BKLE berkisar antara C. Rata-rata bulan kering 1.17 bulan dan rata-rata bulan basah bulan. Secara umum terdapat empat jenis tanah pada BKLE, yaitu tanah entisol (pasir), tanah histosol (gambut), tanah inceptisol (kaolin), dan tanah ultisol (podzolik). Peta jenis tanah di BKLE tersaji pada Lampiran 8. Tanah inceptisol

22 9 dan entisol mendominasi sebagian besar kebun, sedangkan untuk histosol sebagian besar terdapat pada daerah rendahan. Komposisi jenis tanah disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis tanah di Bangun Koling Estate Jenis tanah Luas (ha) Persentase (%) Entisol (pasir) Histosol (gambut) Inceptisol (kaolin) Ultisol (podzolik) Sumber : Data Kebun BKLE (2012) Topografi di BKLE didominasi oleh lahan yang datar (0-8%). Selain itu terdapat pula kondisi yang bergelombang (9-15%) dan berbukit (15-30%), sehingga BKLE memiliki kesesuaian lahan S3 (lahan marginal). Kelas S3 diusahakan untuk kegiatan budidaya dengan cara meningkatkan kesuburan tanah. Topografi lahan di BKLE tersaji pada Tabel 2. Tabel 2 Topografi lahan kebun Bangun Koling Estate Topografi Luas (ha) Persentase (%) Datar (0-8%) Bergelombang (9-15%) Berbukit (15-30%) Sumber: Data Kebun BKLE (2012) Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Total areal konsesi BKLE sebesar ha. Luas areal yang diusahakan adalah ha dibagi menjadi 4 divisi, yaitu Divisi I, Divisi II, Divisi III, dan Divisi IV. Divisi I dan Divisi IV di bawah koordinasi satu asisten Divisi I memiliki luas sebesar ha dan ha. Divisi II memiliki luas ha dan Divisi III sebesar ha. Luas areal tanaman menghasilkan (tahun tanam ) adalah sebesar ha, sedangkan untuk tanaman belum menghasilkan (tahun tanam ) adalah sebesar ha. Areal selain TM dan TBM digunakan untuk emplasemen, jalan, dan jembatan dijelaskan dalam Tabel 3.

23 10 Tabel 3 Luas HGU dan tata guna lahan di Bangun Koling Estate No Uraian Luas (ha) Total (ha) 1 Tanaman menghasilkan Tanaman belum menghasilkan Areal prasarana a. Emplasemen b. Jembatan Areal yang mungkin bisa diusahakan a. Okupasi Areal yang tidak bisa diusahakan a. Tanah desa b. Bukit, lembah, rawa, sungai, tanah tandus Total luas kebun Sumber : Data Kebun BKLE (2012) Keadaan Tanaman dan produksi Tanaman yang diusahakan di BKLE berdasarkan Departemen Riset BGA adalah varietas tenera yang berasal dari progeni yang berbeda. Progeni yang digunakan diantaranya adalah Costarica, Lonsum, Lonsum 2, Marihat, Papua Nugini, dan Socfindo. Komposisi asal bibit yang ditanam di BKLE terdapat pada Tabel 4. Jarak tanam kelapa sawit yang digunakan di BKLE adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m sehingga didapat populasi 136 pohon ha -1. Kondisi luasan blok yang bervariasi disebabkan oleh perbatasan hutan dan sungai, serangan hama dan penyakit serta lahan rawa dan rendahan mengakibatkan heterogenitas stand per hectare (SPH). Tabel 4 Komposisi asal bibit tanaman kelapa sawit di Bangun Koling Estate Jenis bibit (Dura x Pisifera) Luas (ha) Persentase (%) ASD/Costarica Lonsum Lonsum Papua Nugini Marihat V Socfindo Sumber: Data Kebun BKLE (2012) Penanaman pertama di BKLE adalah tahun 2006 dan berlanjut hingga Sebagian besar tanaman yang mati akibat faktor alam, hama, dan penyakit, sehingga tahun 2013 dilakukan tanam sisip. Pada Tabel 5 menunjukkan data tanaman di BKLE.

24 11 Tabel 5 Populasi tanaman per tahun tanam di Bangun Koling Estate Tahun Tanam Luas (ha) Jumlah Pohon SPH 1. TM Sub total TBM Sub total Total Sumber: Data Kebun BKLE (2013) Produksi TBS di BKLE terus mengalami peningkatan sejak awal produksi (2009) yaitu sebesar ton tandan buah segar (TBS) hingga tahun 2012 sebesar ton TBS (Tabel 6). Hal ini disebabkan oleh penambahan umur tanaman, luas areal TM kelapa sawit, perawatan yang intensif, kondisi iklim yang optimum, dan realisasi pemupukan yang sesuai rekomendasi. Hasil panen (TBS) diangkut ke pabrik kelapa sawit (PKS) yang terletak di Wilayah IV bernama Selucing Agro Mill (SAGM). Apabila terjadi kendala atau penumpukan pada SAGM, maka TBS diangkut ke PKS di Wilayah III bernama Pundu Nabatindo Mill (PNBM). Tabel 6 Produksi TBS kelapa sawit Bangun Koling Esatate Tahun Produksi (kg) Jumlah buah (TBS) BJR (kg/tbs) Sumber : Data Kebun BKLE (2013) Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan BKLE dipimpin oleh seorang estate manager (EM) yang bertanggung jawab terhadap SDA, SDM, dan administrasi kebun. Estate manager dalam melaksanakan kerjanya dibantu oleh staf-staf kebun, yaitu kepala administrasi (kasie) dan asisten divisi. Kasie memiliki tim administrasi yang terdiri atas admin tanaman, mantri tanaman, akuntan, kasir dan personalia. Selain itu, kantor BKLE juga dibantu oleh kerani gudang dan mantri poliklinik kebun. BKLE memiliki tiga orang asisten divisi. Asisten divisi bertanggung jawab atas semua kegiatan yang ada di kebun yang dipimpinnya. Seorang asisten divisi

25 12 dibantu oleh mandor I, kerani divisi, mandor panen, kerani panen, kerani transport dan mandor perawatan. Khusus untuk divisi II ditambah mandor pupuk, mandor tabur, dan mandor until karena asisten divisi II adalah penanggung jawab BGA manuring system (BMS). Asisten Divisi III adalah penanggung jawab BGA spraying system (BSS), sehingga asisten dibantu mandor semprot (chemist). Rincian struktur organisasi kebun dapat dilihat di Lampiran 9. Sistem ketenagakerjaan di BKLE dibagi menjadi karyawan staf dan non staf. Perbedaan antara karyawan staf dan non staf terletak dari cara perekrutan karyawan. Karyawan staf direkrut oleh perusahaan langsung, sedangkan karyawan nonstaf direkrut oleh kantor kebun. Karyawan staf meliputi estate manager, asisten divisi, dan kepala administrasi. Karyawan non staf meliputi karyawan harian lepas (KHL), karyawan harian tetap (KHT) dan karyawan bulanan. PELAKSANAAN MAGANG Aspek Teknis Pengendalian Gulma Gulma merupakan tumbuhan yang keberadaanya mengganggu pertumbuhan tanaman utama. Adanya gulma melebihi batas ambang ekonomi pada budidaya tanaman kelapa sawit mengakibatnya diperlukan suatu pengendalian gulma (BGA 2011). Pengendalian gulma pada Bangun Koling Estate (BKLE) difokuskan pada piringan, pasar pikul/rintis, tempat pengumpulan hasil (TPH) dan gawangan. Pengendalian gulma secara kultur teknis dapat dilakukan dengan mempertimbangkan jarak tanam yang digunakan, sehingga ketika tanaman sudah tinggi dapat menaungi tanah dan menekan pertumbuhan gulma. Pengendalian secara biologi adalah dengan menanam tanaman penutup kacangan dengan konsep yang sama seperti kultur teknis, yaitu menaungi tanah untuk menekan pertumbuhan gulma. Pengendalian gulma secara kimia di BKLE secara menyeluruh dilakukan oleh tim BGA Spraying System (BSS). BSS merupakan program penyemprotan yang dilakukan secara terintegrasi dan terorganisir dari awal hingga akhir kegiatan penyemprotan. Tujuan dari dibentuknya tim BSS adalah untuk menghasilkan output pekerja yang maksimal, baik dari segi luasan (hancak semprot) maupun kualitas semprot. Tim BSS beranggotakan 28 perempuan yang tersebar di divisi I, II, dan III. Tenaga penyemprot diusahakan tidak berganti dengan tujuan mengembangkan profesionalisme dan tanggung jawab alat semprot yang digunakan (BGA 2011). Setiap pagi pekerja Divisi I dan III dijemput oleh transportasi unit semprot (TUS) dan dikumpulkan di Divisi II untuk melaksanakan lingkaran pagi. Pengendalian gulma secara kimia menggunakan alat semprot SA 15. SA 15 adalah alat semprot bertekanan dengan sistem pompa hidrolik dengan kapasitas 15 liter. Jenis nozel yang digunakan adalah vlv 100 (very low volume 100) dengan volume semprot 420 ml menit -1.

26 Berdasarkan cara kerja, herbisida dibagi menjadi herbisida sistemik dan herbisida kontak. Jenis herbisida sistemik adalah glifosat (merk dagang Kleenup 480 SL ) berbahan aktif isopropyl amina glifosat 480 g l -1 atau setara dengan glifosat 356 g l -1. Herbisida kontak yang digunakan adalah jenis paraquat (merk dagang Gramaxone ) berbahan aktif paraquat diklorida 276 g l -1 (setara dengan ion paraquat 200 g l -1 ). Selain itu larutan semprot juga ditambahkan metil metsufuron (merk dagang Meta Prima 20 WP ) berbahan aktif metil metsulfuron 20% sebagai herbisida pra dan purna tumbuh yang bersifat selektif. Paraquat digunakan untuk gulma berkayu dengan dosis 250 ml ha -1, sedangkan glifosat digunakan untuk gulma rumput dengan dosis 250 ml ha -1. Metil metsulfuron digunakan sebagai campuran dengan glifosat maupun paraquat dengan dosis 0.1 g ha -1. Jenis gulma yang tumbuh dominan di kelapa sawit diantaranya adalah Ageratum conyzoides L., Axonopus sp (Sw) P.Baeuv, Bamboo sp. Kunth., Borreria latifolia K.Schum, Clidemia hirta (L) D.Don., Cynodon dactylon (L) Pers., Erechtites valerianifolia (L) Expers., Melastoma malabatrichum L., Micania mikrantha Kunth, Ottochloa nodosa Kunth, Paspalum spp L., dan Scleria sumatrensis Retz. Hebisida yang akan diaplikasikan dicampurkan dengan air dan dipersiapkan hari sebelumnya. Hal ini bertujuan menyingkat waktu persiapan dan menjamin herbisida tercampur dengan air secara merata. Konsentrasi yang digunakan sekitar 0.5%, Rotasi penyemprotan untuk gawangan adalah 1 kali setahun, TPH dan pasar pikul adalah 2 kali setahun dan penyemprotan ilalang adalah 6-10 rotasi dalam setahun. Target dalam pengendalian gulma dalam sehari adalah 3.5 ha HK -1. Kendala yang sering dihadapi oleh tim semprot adalah sulitnya mencapai target ketika menyemprot pada blok yang banyak gulma dan jalan yang sulit dilalui (daerah rendahan). Salah satu alternatif dalam menghadapi kendala tersebut adalah pekerjaan semprot dilakukan semampu pekerja hingga jam kerja selesai walaupun tidak mencapai target. Hasil pada hari tersebut dicatat kekurangan jumlah ha HK -1 untuk diganti pada hari lain ketika mendapatkan blok yang ringan dan tidak terdapat banyak gulma. Kendala lain adalah nozel yang sudah tidak sesuai dengan volume semprotnya sehingga boros dalam pemakaian herbisida. Hal tersebut dapat diatasi dengan mengganti dengan sprayer dan nozel yang baru. Pengendalian gulma secara manual atau disebut juga sebagai babat tanaman pengganggu (BTP) merupakan salah satu pekerjaan dalam mengurangi hambatan pemanen untuk mengelilingi pohon saat panen. Babat gulma difokuskan pada piringan dan gawangan yang mengganggu pertumbuhan tanaman utama menggunakan parang. Gulma dominan yang dibabat pada piringan adalah LCC yang memanjat ke pohon. Gulma berkayu yang dibabat difokuskan pada semua tempat baik piringan, pasar pikul/rintis, gawangan maupun pasar mati, terutama adalah tumbuhan bambu yang tidak mati saat pengendalian secara kimia. Gulma pada gawangan yang dibabat adalah yang menutupi piringan dan menghambat tanaman kelapa sawit mendapatkan sinar matahari. Pekerjaan BTP dilakukan oleh enam orang karyawan perempuan dan ditargetkan menyelesaikan 0.5 ha HK -1 dalam 7 jam kerja. Kendala yang dihadapi dalam pekerjaan ini adalah keterbatasan alat yaitu hanya terdapat parang sehingga gulma berkayu hanya dapat ditebang dan tidak dapat didongkel sehingga gulma 13

27 14 cepat tumbuh kembali. Selain itu kurang disiplinnya karyawan, tebalnya gulma di gawangan, dan jalan yang sulit dilalui seperti daerah rendahan yang sering banjir menyulitkan karyawan dalam menyelesaikan target. Pengendalian Hama Kebun BKLE belum menerapkan early warning system, akan tetapi setiap terdapat adanya gejala serangan langsung dilakukan sensus hama. Sensus hama. Sensus hama adalah pendataan jumlah pohon yang terserang hama dalam suatu blok. Sensus hama dilakukan dilakukan dengan cara menghitung tingkat serangan hama pada baris/titik secara lebih detil diareal terserang hama. Sensus dimulai pada baris kesepuluh pohon kesepuluh dan dilanjutken ke pohon kesepuluh berikutnya, apabila telah mencapai collection road (CR) maka pindah baris ke sepuluh baris berikutnya. Hama tidak dikendalikan apabila serangan <5% dari total populasi pohon dalam satu blok. Pengendalian hama terpadu. Pengendalian hama terpadu adalah pengendalian hama yang bersifat preventif yaitu dengan menyediakan beneficial plant sebagai inang bagi hama tertentu. Beneficial plant adalah tanaman yang tumbuh atau ditanam di sekitar tanaman kelapa sawit yang bermanfaat dalam menekan pertumbuhan gulma dan tempat berkembangnya musuh alami bagi hama dan penyakit. Beneficial plant digunakan untuk mencegah hama ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS). UPDKS diantaranya adalah ulat api (Setothosea asigna Van Eecke) dan ulat kantong (Metisa plana Walker). Beneficial plant yang ditanam di BKLE adalah Turnera sp L., dan Nephrolepis biserrata (Sw) Schott, tanaman ini selain sebagai penyedia makanan juga dapat sebagai inang predator dan parasitoid untuk mengendalikan hama UPDKS. Pengendalian hama secara kimia. Pengendalian secara kimia dilakukan apabila populasi hama sudah melebihi ambang ekonomi. Thirataba mundella Walker adalah hama yang menyerang bunga (jantan dan betina) dan buah sawit. Ciri dari buah yang terserang hama ini adalah terdapat lubang pada buah dan bercak putih pada buah akibat residu yang dikeluarkan oleh ulat. Pengendalian hama tersebut menggunakan bahan kimia Cyperin R dengan dosis 50 ml 15 l -1 dan dicampur dengan air. Larutan disemprotkan pada buah kelapa sawit yang terserang menggunakan alat semprot solo sprayer dengan jenis nozel biru. Leaf Sampling Unit (LSU) Leaf sampling unit atau kesatuan contoh daun merupakan salah satu kegiatan rutin tahunan di perkebunan kelapa sawit dan sangat penting dalam penentuan rekomendasi dosis pemupukan untuk tahun berikutnya. Kegiatan LSU dilaksanakan oleh Departemen Riset BGA untuk tanaman menghasilkan (TM). Kegiatan LSU diawali dengan pengambilan sampel daun di kebun, TM tiap blok. Pengambilan sample diawali pada baris ketiga dan pohon ketiga lalu diberi tanda awal masuk. Pada pohon ketiga diberi nomor pohon LSU per nomor baris (1/3) yang artinya pohon sensus pertama baris ketiga. Pohon selanjutnya berjarak 10 pohon dari baris pertama dan baris berikutnya adalah 10 baris dari baris awal sensus. Saat awal masuk, arah alur sensus, dan saat sensus dihentikan diberi tanda. Apabila tanaman sampel tepat pada tanaman belum menghasilkan, tanaman non valuer, tanaman sisip, dan tanaman sakit maka pengambilan sampel adalah pada satu tanaman di depan atau di belakang tetapi masih dalam satu baris.

28 15 Daun yang digunakan sebagai LSU adalah daun pada pelepah ketujuh belas. Pelepah ketujuh belas lalu didodos dan dicari bagian tengah pelepah yang dicirikan oleh adanya mata pancing. Setelah mata pancing ditemukan lalu diukur dua jengkal ke arah pangkal pelepah dan pada pertengahan jengkal yang kedua diambil enam daun bagian kanan dan kiri lalu digunting pada bagian pangkal daun. Pada daun digunting 1 jengkal (±20 cm) pada bagian tengah lalu dibuang tulang daunnya. Bagian lembaran daun tersebut yang digunakan sebagai sampel. Lembaran daun dikumpulkan dalam plastik yang telah dilubangi sisinya sesuai dengan blok asal daun lalu pada diberi kartu kuning sebagai label LSU (asal kebun, divisi, nama blok, nomor LSU, dan tanggal pelaksanaan). Kegiatan pengambilan sampel ini dimulai pukul dan selesai pada pukul Selanjutnya, sampel daun dikumpulkan dan dikirim ke Departemen Riset BGA. Apabila daun tidak langsung dikirim ke riset, maka plastik tidak diikat untuk menghindari daun menjadi busuk. Daun dianalisa kadar air, kandungan N, P, B, K, Ca, Mg, Cu, Zn, Mn, dan Fe. Daun yang telah sampai didata kembali sebagai monitoring LSU. Selanjutnya daun dicuci menggunakan kapas yang dicelupkan ke air destilata lalu dimasukkan ke dalam amplop coklat. Pada bagian depan amplop dituliskan label seperti yang terdapat pada label kuning. Setelah amplop ditutup rapat, daun dikeringkan dengan oven pada suhu 70 C selama satu hari (24 jam). Setelah kering, daun digiling sampai menjadi bubuk halus. Bubuk daun tersebut lalu ditanur pada suhu C hingga menjadi abu. Abu diekstrak menjadi larutan abu dengan menambahkan HCl. Larutan tersebut dicampurkan dengan bahan lain dan diukur dengan spektrofotometer analisa kandungan N, P dan B. Kandungan K, Ca, Mg, Cu, Zn, Mn, dan Fe pada daun diukur menggunakan absorbtion atomic spectrophotometer. Pemupukan Anorganik Kegiatan pemupukan diawali dengan menentukan jenis dan dosis pupuk yang akan diaplikasikan berdasarkan rekomendasi, waktu pelaksanaan pemupukan, peralatan dan perlengkapan kerja yang digunakan, tenaga kerja yang dibutuhkan, persiapan lokasi, dan kelengkapan administrasi. Rekomendasi jenis dan dosis pupuk terdapat pada buku kuning yang diterbitkan Departemen Riset BGA. Setiap tahun buku kuning tiap kebun ataupun divisi berbeda berdasarkan hasil analisa kimia daun, status hara tanah dan LCC, curah hujan, proyeksi produksi, dan tahun tanam. Jenis pupuk yang diaplikasikan BKLE tahun 2013 adalah Urea (N), RP (P), MOP (K), Kieserit (Mg), HGFB (B), Chelatte Zincopper (Zn), NPK 15 (majemuk), NPK 12 (majemuk), dan Dolomit (Mg). Organisasi Pemupukan. Prinsip utama dalam pemupukan adalah setiap jenis pupuk yang diterima setiap pohon tanaman harus sesuai dengan dosis yang telah ditentukan dalam buku rekomendasi/program pemupukan. Biaya pemupukan anorganik sangat mahal yaitu 25 30% dari total biaya produksi (BGA 2011). Bangun Koling Estate menerapkan pemupukan terpusat pada tim khusus pupuk sesuai dengan prosedur standar operasional BGA yaitu BGA Manuring System (BMS). Sistem pemupukan tersebut memadukan metode penguntilan otomasi dengan mekanisme tim kerja pemupukan sehingga seluruh pupuk terjamin sampai ke tiap pohon kelapa sawit secara tepat. BMS dipimpin oleh seorang asisten koordinator dibantu koordinator BMS dan mandor pupuk.

29 16 Mekanisme pekerjaan BMS adalah tiap pemupuk memiliki hancak yang tetap pada tiap blok dan seksi, pergeseran hancak diatur dengan baik sehingga pelaksanaan pupuk berlangsung dengan cepat dan efisien. Pelaksanaan pemupukan terkonsentrasi dalam satu hancak pemupukan per kebun yang dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan. Tim kerja pemupukan terdiri atas tenaga penguntil, pengecer, pelangsir, penabur, dan pengumpul karung. Penabur dan pelangsir pupuk kemudian dikelompokkan menjadi kelompok kerja pemupukan (KKP). Satu KKP terdiri atas dua penabur dan satu pelangsir. BKLE memiliki 8 KKP yang artinya terdapat 16 orang penabur dan 8 orang pelangsir. Tenaga pengecer dan pengumpul karung dijadikan satu tenaga yaitu tenaga bongkar muat pupuk (BMP). Tenaga BMP ini dapat pula menjadi penguntil apabila tidak ada jadwal pemupukan. Pelaksanaan Pemupukan. Teknis pemupukan di BKLE menggunakan disiplin aplikasi pupuk 5T, yaitu tepat dosis, tepat cara, tepat waktu, tepat jenis, dan tepat administrasi. Hal ini berkaitan dangan pemupukan yang efektif dan efisien. Pelaksanaan pemupukan diawali dengan pengambilan pupuk di gudang wilayah oleh mandor until sesuai dengan bon permintaan dan pengeluaran barang. Pupuk diangkut menuju gudang pupuk estate yang terletak di Divisi II dan III. Penguntilan Pupuk. Penguntilan adalah proses mengubah bobot pupuk sesuai takaran yang ada untuk memudahkan penabur dalam membawa pupuk di lahan. Keuntungan lainnya adalah lebih mudah dalam menghitung jumlah pohon yang sudah dipupuk. Penguntilan dilakukan di gudang pupuk dan dikerjakan oleh tenaga penguntil dengan mekanisme FIFO (first in first out). Pupuk diuntil sesuai dosis pemupukan dan maksimal 17 kg per untilan. Penguntilan menggunakan alat takar terbuat dari plastik ukuran bobot sesuai dengan jenis pupuk. Pupuk dimasukkan ke alat takar hingga tanda tera lalu dimasukkan kedalam karung. Karung untilan diikat dan ditumpuk 15 until per tumpuk. Setelah proses penguntilan selesai gudang dibersihkan kembali. Bobot untilan untuk pupuk MOP (Kalium) 14 kg, HGFB (Borat) 12.3 kg, Urea (Nitrogen) 12 kg, dan RP (fosfat) 12 kg. Prestasi kerja untuk penguntil pupuk adalah 3 ton HK -1 kecuali Urea, yaitu 2 ton HK -1. Lingkaran Pagi. Mandor pupuk melakukan lingkaran pagi bersama tim kerja pupuk, absensi karyawan, dan menyampaikan rencana kerja harian. Informasi yang disampaikan diantaranya jenis pupuk yang digunakan, kebutuhan pupuk (ton), blok-blok yang akan diaplikasikan, takaran yang digunakan (sesuai jenis pupuk), dan cara penaburan pupuk. Selain itu dilakukan pengecekan alat pelindung diri (APD) dan pemberian extra fooding berupa susu. Peralatan pemupukan, APD, dan extra fooding disediakan di rumah BMS yang terletak di emplasemen. Pengangkutan dan Pengeceran Pupuk. Pengangkutan dilakukan oleh tenaga BMP setelah apel pagi dilaksanakan. Pupuk yang diangkut sesuai dengan jumlah tonase yang dibutuhkan oleh blok yang akan dipupuk. Pengangkutan menggunakan light truck (LT). Untilan pupuk diletakkan pada CR dan tepat didepan pasar pikul dengan jumlah sesuai dengan dosis per pohon per setengah pasar pikul. Hal tersebut dikarenakan satu blok diapit oleh dua CR dan untuk memudahkan tenaga pelangsir dan penabur dalam kegiatan penaburan. Pupuk yang diecer harus habis diaplikasikan dan tidak boleh ada untilan yang tertinggal.

30 17 Setelah selesai mengecer pupuk, BMP akan mengumpulkan karung bekas untilan dan menggulungnya per 10 karung untuk dibawa kembali ke gudang pupuk. Pelangsiran Pupuk. Pelangsiran adalah kegiatan pemindahan untilan pupuk dari CR ke pasar pikul oleh satu orang laki-laki per KKP. Pelangsiran dilakukan dengan cara dipikul dan diletakkan di pinggir pohon pertama hingga ke pasar tengah dengan terlebih dahulu mengetahui dosis per pohon dan berat untilan. Dengan demikian, diketahui pada selang berapa pohon untilan itu akan diletakkan. Bekas karung untilan pupuk dibawa dan diletakkan ke jalan CR dan akan diambil oleh tenaga pelangsir. Penaburan Pupuk. Penaburan pupuk dilakukan oleh dua tenaga penabur per KKP. Penabur harus mangetahui dosis pupuk per pohon dan jenis takaran yang disesuaikan untuk masing-masing pupuk. Pemupukan Urea, RP, MOP, dan Kieserit menggunakan sistem tebar memebentuk huruf U atau mengikuti sistem penempatan pelepah daun yang disebut U-shape. Sistem tersebut menjadikan pupuk dapat mempercepat pelapukan pelepah yang disusun di gawangan mati. Selain itu juga akar tanaman yang aktif banyak dijumpai di bawah pelepah daun, sehingga pupuk cepat diserap oleh tanaman. Penempatan pupuk dijelaskan pada Tabel 7. Tabel 7 Pengelompokan pupuk berdasarkan cara aplikasi di Bangun Koling Estate Jenis pupuk Zn, Borate, CuSO 4, FeSO 4 NPK 14 dan 16 (Palmo) Urea dan MOP RP/Guano Sumber : BGA (2011) Kelompok pupuk Mikro Makro Makro Makro Aplikasi Melingkar dengan radius m dari pangkal pohon Pada areal pasir dengan sistem pocket dekat dengan pangkal batang Berbentuk U shape radius m dari pangkal batang (dalam piringan) Berbentuk U shape radius >2 m dari pangkal batang (luar piringan) Pengawasan Kualitas Pemupukan. Kegiatan pengawasan (quality check) dilakukan oleh mandor pupuk dengan tujuan mengecek kesesuaian antara prosedur dan SOP pemupukan. Penilaian dilakukan terhadap hasil kerja per KKP. Hal yang diawasi diantaranya adalah kualitas taburan, dosis, pupuk tercecer, ada tidaknya untilan tertinggal, dan pohon yang tidak terpupuk. Hasilnya digunakan sebagai bahan evaluasi dalam meningkatkan kualitas kerja KKP. Premi Pemupukan. Premi yang digunakan yaitu premi tetap. Premi tetap Rp ,00/bulan untuk mandor pupuk. Bagi karyawan diberlakukan premi apabila terdapat lebih basis. Karyawan akan mendapat extra fooding susu sebesar Rp 4 000,00 per hari. Prestasi kerja karyawan adalah 3.5 Ha HK -1. Lebih hektar akan dikenakan premi dengan perhitungan sebagai berikut: Rp

31 18 Pemupukan Organik Pupuk organik adalah pupuk yang bersumber dari bahan alami. Pada kebun kelapa sawit pupuk organik dapat berasal dari pembusukan pelepah, aplikasi janjang kosong (JJK), dan aplikasi palm oil mill effluent (POME) atau limbah cair. Pada BKLE, POME tidak dapat diaplikasikan karena jauhnya jarak PKS ke kebun. Aplikasi JJK merupakan salah satu upaya pemanfaatan limbah pabrik yang bermanfaat dalam konservasi tanah, terutama tanah berpasir atau lahan marginal yang terdapat di BKLE. Selain bermanfaat sebagai penambah unsur hara tanah (Tabel 8), JJK juga bermanfaat mengurangi erosi. janjang kosong dapat menyumbang beberapa unsur penting bagi kelapa sawit seperti N, P, K, Mg dan pupuk mikro, sehingga aplikasi janjang kosong dapat menghemat penggunaan pupuk anorganik. Tabel 8 Komposisi kandungan nutrisi TBS kosong (JJK) Unsur Hara Kadar hara dalam JJK Sebanding dengan pupuk (kg ha -1 tahun -1 ) per ton JJK N Nitrogen kg Urea P Fosfor kg RP K Kalium kg MOP Mg Magnesium kg Kieserit Sumber: BGA (2011) Janjang kosong diaplikasikan setahun sekali untuk semua blok, terutama pada lahan berpasir. Aplikasi dilakukan secara manual oleh tenaga perawatan. Akan tetapi, pada bulan april aplikasi JJK dilakukan secara borongan dengan upah Rp per pohon. Aplikasi TBS kosong diletakkan di CR pada satu pasar pikul. Secara administrasi satu truk memuat 7 ton JJK, tetapi pada kenyataannya ratarata mengangkut 4-5 ton per truk. JJK diaplikasikan untuk satu baris tanaman atau setara dengan 34 pohon. Dosis aplikasi JJK adalah 27 ton ha -1 atau ±200 kg pohon -1. Peralatan yang digunakan pengaplikasian adalah gancu, angkong, dan tandu. Tandu digunakan bagi karyawan yang tidak memiliki angkong. Hasil kalibrasi untuk satu angkong berisi JJK adalah 100 kg, sedangkan untuk tandu JJK adalah 50 kg. Dibutuhkan 2 angkong atau 4-5 tandu JJK untuk aplikasi per pohon. JJK disusun satu lapis di sekitar gawangan mati di dekat pohon sawit. Penyusunan satu lapis bertujuan untuk menghindarkan berkembangnya hama kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros L.). Prestasi kerja karyawan pada aplikasi JJK adalah ±4.6 ton HK -1. Pengelolaan Tajuk Manajemen kanopi atau tajuk merupakan salah satu manajemen yang sangat diperhatikan dalam produksi kelapa sawit. Jumlah daun pada pohon sawit berpengaruh terhadap proses fotosintesis yang sangat menentukan pertumbuhan vegetatif pada tanaman belum menghasilkan (TBM) serta kualitas dan kuantitas buah pada tanaman menghasilkan (TM). Inti dari pengelolaan tajuk adalah menjaga pelepah produktif dengan mengurangi jumlah pelepah agar proses fotosintesis maksimal. Tujuan lain dari pengelolaan tajuk adalah mempermudah

32 19 pekerjaan panen, mengurangi tersangkutnya brondolan, dan menciptakan lingkungan yang bersih serta bebas dari hama dan penyakit. Corrective prunning. Pengelolaan tajuk di BKLE pada tanaman menghasilkan adalah corrective pruning. Corrective pruning dilakukan bersamaan dengan kegiatan potong buah oleh pemanen dengan tetap mengacu pada prinsip dasar jumlah pelepah produktif dipertahankan sesuai ketentuan (leaf area index). Pengelolaan tajuk yang dilakukan bersamaan dengan pekerjaan panen bermanfaat untuk mengurangi kebutuhan tenaga kerja khusus pruning juga dapat menambah pendapatan karyawan panen. Premi untuk corrective pruning adalah 1 100/pohon per semester (4 bulan) dan dibayarkan secara berkala. Saat melakukan corrective pruning, pelepah dipotong terlebih dahulu sebelum potong buah dan menyisakan jumlah pelepah sesuai aturan. Jumlah pelepah penyangga (songgo) untuk tanaman muda dan remaja ( 6 tahun) adalah sebanyak pelepah (songgo 3) atau setara dengan 6-7 spiral. Sementara untuk tanaman diatas enam tahun adalah pelepah (songgo 2) atau setara dengan 5-6 spiral. Pelepah dipotong menggunakan dodos rapat ke batang dengan bidang tunas membentuk tapak kuda yang membentuk sudut 30 terhadap batang. Corrective pruning juga dilakukan pada pohon yang tidak dipanen. Apabila tidak memungkinkan dipruning saat panen, maka pemeliharaan dilakukan pada hari minggu atau libur untuk menjaga kebersihan hancak panen. Panen Panen adalah suatu rangkaian pekerjaan potong buah dan transport buah ke pabrik kelapa sawit (PKS) pada hari yang sama dalam kondisi buah segar dan bersih. Pekerjaan potong buah meliputi buah yang sesuai dengan standar kematangan, mengutip brondolan, dan mengumpulkannya ke tempat pengumpulan hasil (TPH). Pekerjaan panen adalah pekerjaan eksploitasi produksi dengan memperkecil losses produksi. Pekerjaan transport adalah mengangkut buah dari TPH ke PKS. Inti dari pekerjaan panen adalah mengambil seluruh (eksploitasi) buah yang layak potong, mengumpulkannya ke TPH dan mengirimkan seluruhnya ke PKS pada hari yang sama dalam kondisi segar dan bersih secara efektif dan efisien (BGA 2011). Persiapan panen. Persiapan panen sangat berpengaruh pada keberhasilan pelaksanaan panen. Persiapan panen meliputi penetapan seksi panen, penetapan luas hancak kerja pemanen dan luas hancak kerja per kemandoran, penyediaan tenaga kerja, dan penyediaan sarana dan prasarana panen. Penetapan seksi panen adalah mengelompokkan blok-blok berisi tanaman menghasilkan yang harus diselesaikan dalam 6 hari kerja dalam seminggu. Seksi panen dibuat sedemikian rupa sehingga satu seksi dapat dipanen dalam satu hari, mempermudah pindah hancak antar blok, mempermudah pengawasan, pengangkutan TBS lebih efektif dan efisien, dan output pemanen tinggi. Prasarana dan sarana panen meliputi peralatan panen yang terdapat pada Tabel 9 dan akses jalan seperti main road (MR) dan collection road (CR). Selain itu, kondisi tanaman diusahakan bersih dari gulma pada piringan dan LCC yang sering memanjat dan menutupi tanaman sehingga menyulitkan pemanen. Selanjutnya adalah pembuatan pasar pikul, pasar tengah, titi panen, pasar kumis, dan tempat pengumpulan hasil (TPH).

33 20 Pasar pikul adalah jalan antar dua baris tanaman dengan lebar 1.2 m dan berfungsi sebagai jalan angkong menuju TPH. Pasar tengah adalah jalan yang berada di tengah blok memotong gawangan mati sebagai akses antar pasar pikul. Pasar tengah berfungsi mempermudah pengecekan oleh supervisi maupun asisten. Pasar kumis adalah jalan yang memotong ujung gawangan yang mengarah pada TPH dengan lebar jalan 1 m. Titi panen adalah akses pemanen untuk mengangkut buah menyebrang parit yang biasanya terbuat dari beton atau kayu balok. TPH adalah tempat mengumpulkan TBS yang telah dipanen. TPH berukuran 4 m x 6 m terdapat pada tiap tiga pasar pikul atau enam jalur tanaman. Permukaan TPH dibuat rata dan harus bersih dari gulma. Tiap TPH diberi keterangan nomor dan blok TPH berada. Tabel 9 Peralatan panen di Bangun Koling Estate No Nama alat Spesifikasi Penggunaan 1 Dodos Lebar mata cm, lebar tengah 12 cm, tebal tengah 0.5 cm, tebal pangkal 0.7 cm, Potong buah dan pruning diameter gagang 4.5 cm, panjang total 200 cm 2 Angkong Merk ARTCO Pengangkut TBS yang dipanen ke TPH 3 Goni Karung pakai ulang Sebagai alas meletakkan brondolan di TPH 4 Batu asah Batu berbentuk persegi empat untuk Pengasah dodos dan pengasah pisau 5 Gancu Besi beton 3/8" dan panjang sesuai dengan kebiasaan setempat 6 Tojok Besi dengan panjang ± 1 m berbentuk huruf T dengan bagian tajam diujungnya Sumber : BGA (2011) pisau egrek Memuat dan membongkar buah/tbs dari dan ke alat transport Memuat dan membongkar buah/tbs dari dan ke alat transport Sistem dan organisasi panen. Sistem organisasi panen di BKLE adalah Block Harvesting System (BHS) dan sistem kerja potong buah 1 (SKP-1). BHS adalah sistem panen yang penyelesaian kegiatan panen pada tiap hari kerja terkonsentrasi pada satu seksi tetap per kebun atau per divisi berdasarkan interval panen yang telah ditentukan. Pada SKP 1 pekerjaan potong buah (cutter), pengangkutan ke TPH (carrier), dan pengutipan brondolan (loose fruit picker) dikerjakan oleh satu orang. Sistem hancak yang diterapkan adalah sistem hancak giring tetap. Pada sistem hancak giring tetap setiap pemanen memiliki hancak yang menjadi tanggung jawabnya pada tiap blok dan pindah blok digiring oleh mandor. Pengorganisasian kegiatan panen dilakukan sebaik-baiknya agar kegiatan panen berjalan dengan efektif dan efisien sehingga meminimalkan losses produksi. Organisasi panen terdiri atas estate manager, asisten divisi, mandor I, dua mandor panen, dua kerani panen, satu mandor transport, dan tenaga panen tiap kemandoran panen. Tiap tiga tenaga panen dikelompokkan menjadi 1 kelompok

34 21 kerja pemanen (KKP). KKP bertujuan untuk mengantisipasi ketidakhadiran salah satu pemanen, sehingga anggota yang lain bertanggung jawab untuk menyelesaikan hancak pemanen yang tidak hadir. Rotasi panen. Rotasi panen dikenal dengan pusingan panen adalah jumlah hari (interval) yang dibutuhkan untuk kembali ke areal/blok/seksi yang sudah dipanen sebelumnya. Penetapan kebijakan rotasi panen dan kriteria buah layak potong adalah kombinasi strategik dalam rangka mendapatkan persentase buah matang setinggi-tingginya, produktivitas potong buah yang tinggi, dan losses minimum (BGA 2011). Pusingan panen diusahakan 7 hari dengan 6 seksi panen. Rotasi yang terlalu lambat dapat menurunkan produktivitas pemanen karena waktu banyak tersita untuk mengutip brondolan. Rotasi terlalu cepat dapat mengakibatkan karyawan tidak siap borong, sehingga untuk mengejar siap borong, buah mentah dipanen dan menyebabkan biaya potong buah mengingkat dan output menurun. Interval panen yang terlambat dapat disebabkan oleh jumlah tenaga kerja yang berfluktuasi, rusak atau kurang memadainya sarana dan prasarana panen, hujan deras yang menunda waktu panen, dan kurang baiknya manajemen panen. Taksasi panen. Taksasi panen adalah perkiraan hasil panen esok hari yang dilakukan dengan mengalikan persentase kerapatan buah dengan jumlah populasi pohon (BGA 2011). Taksasi dilakukan oleh mandor panen sehari sebelum pelaksanaan panen. Jumlah luasan yang ditaksasi adalah 5% dari jumlah pohon produktif atau sekitar 200 pohon per blok. Sensus dimulai dari pohon terluar searah pasar rintis dan menghitung tandan masak yang akan dipanen esok hari pada tiap pohon. Persentase kerapatan buah diperoleh dengan menjumlahkan semua tandan masak hasil sensus dibagi dengan jumlah pohon produktif dikalikan 100%. Persentase kerapatan panen dijadikan pedoman untuk menentukan jumlah buah yang akan dipanen, jumlah tenaga kerja yang diperlukan agar hasil kerja panen efektif, dan jumlah unit transportasi yang dibutuhkan agar buah yang dipanen dapat semua terangkut ke PKS pada hari yang sama. Taksasi disebut akurat apabila hasilnya ±5%. a. Persentase kerapatan panen = b. Jumlah TBS panen = persentase kerapatan panen x luas panen x SPH c. Kebutuhan pemanen = d. Kebutuhan angkutan = Ket : SPH = jumlah pohon per hektar (136 pohon) BJR = berat tandan/janjang rata-rata Output pemanen = prestasi pemanen (TBS/HK) Pelaksanaan panen. Pelaksanaan panen diawali dengan lingkaran pagi oleh asisten, mandor, kerani, dan seluruh pekerja. Dalam lingkaran pagi mandor I akan menyampaikan rencana kerja harian meliputi blok yang akan dipanen. Setelah selesai, pemanen bersiap-siap dan berangkat menuju blok yang akan dipanen dipandu oleh mandor panen dan pada pukul kegiatan panen dimulai. Satu pemanen memanen 1 ha dalam satu blok, sehingga satu KKP bertanggung jawab atas 3 ha. Apabila yang dipanen dalam satu hari 4 blok, maka tiap pemanen wajib menyelesaikan 4 ha.

35 22 Pemanen akan menyusuri hancak, mengitari pohon, dan menghitung jumlah brondolan yang jatuh di piringan. Apabila terdapat lebih dari 5 brondolan jatuh berarti buah sudah dalam fase matang dan dapat dipanen. Buah yang akan dipanen biasanya disanggah oleh pelepah, sehingga dilakukan pemotongan pelepah dengan tetap memperhatikan standar jumlah pelepah sehingga tidak terjadi over pruning. Pelepah lalu disusun di gawangan mati membentuk huruf U. Selanjutnya buah dipanen dan tangkai buah dipotong ±3 cm dari permukaan buah. Brondolan dikutip baik pada piringan, ketiak pelepah atau menyangkut di Nephrolepis bisserata (Sw) Schott. Buah dan brondolan lalu diangkut menggunakan angkong dan diletakkan di TPH. Buah disusun per lima baris dan brondolan dialasi dengan karung goni dan diberi stampel berisikan nomor pemanen. Buah yang terkumpul di TPH akan dihitung dan digrading oleh kerani panen sesuai dengan kriteria kematangan. Basis panen per hari ditentukan oleh tahun tanam dan BJR divisi. Kerani panen memberikan kertas kecil (doket) yang berisi keterangan panen per TPH. Doket digunakan oleh mandor transport untuk menghitung jumlah buah yang diangkut dan memudahkan dalam pembuatan surat pengantar buah (SPB). Kriteria buah layak potong (minimum ripeness standart). Kriteria buah layak potong adalah kriteria untuk menentukan tandan buah yang layak potong berdasarkan jumlah brondolan yang terlepas secara alami. Kriteria ini menjadi pedoman bagi pemanen dalam melakukan kegiatan panen (Tabel 10). Tabel 10 Kriteria buah layak potong di Bangun Koling Estate Kriteria Standar Mentah (unripe) 0 brondolan Kurang matang (under ripe) <2 brondolan/kg Matang (ripe) 2 brondolan/kg hingga 75% brondolan permukaan telah lepas Terlalu Matang (over ripe) >75%-90% brondolan telah lepas Busuk/TBS kosong (empty bunch) >90% brondolan telah lepas Sumber : BGA (2011) Pengangkutan buah ke PKS. Diperlukan waktu tempuh 2 jam dari BKLE ke PKS, sehingga pengelolaan transportasi sangat diperlukan dalam menjaga kualitas TBS yang dikirim. Oleh karena itu sistem kerja maupun organisasi dalam transportasi di perkebunan kelapa sawit adalah suatu pekerjaan yang sangat penting. Transportasi yang baik dapat menjaga kualitas CPO baik dengan FFA <3%, meminimalkan losses berkaitan dengan restan, kapasitas atau kelancaran pengolahan di pabrik, keamanan TBS di lapangan, dan biaya (Rp/kg TBS) transport yang minimal (BGA 2011). Quality check dan denda (sanksi) panen. Quality check sangat penting dalam menjaga kualitas buah dan tenaga kerja. Quality check dilakukan oleh seorang petugas khusus. Tugas quality check adalah memastikan tidak adanya buah tinggal, menilai kebersihan hancak pemanen, manajemen pelepah, dan jumlah brondolan tinggal sesuai format dari kebun. Selain quality check, dilakukan pula supervisi oleh mandor panen, mandor I, dan asisten dalam menjaga kualitas buah yang dikirim ke PKS, mengontrol fluktuasi panen, evaluasi

36 23 pelaksanaan kerja, dan menentukan denda bagi pemanen. Kriteria buah panen dan sanksi/denda bagi pemanen tersaji pada Tabel 11. Hasil quality check dan supervisi digunakan sebagai bahan evaluasi bagi pekerja panen. Sanksi diberikan kepada pekerja yang melakukan kesalahan dalam pelaksanaan panen. Tujuan dari sanksi/denda adalah memberikan pelajaran atas kekeliruan yang dilakukan pekerja. Selain itu sanksi/denda dapat meningkatkan disiplin kerja dan menerapkan azas keadilan. Tabel 11 Mutu TBS dan denda panen di Bangun Koling Estate No Mutu panen dan mutu buah Simbol atau kode Saksi/denda Satuan 1 Buah mentah BM Rp TBS 2 Buah tidak layak potong di TPH BK Rp TBS (buah tidak sesuai kriteria) 3 Buah masak tidak dipotong (buah tinggal) BT Skors 3 hari 4 Brondolan tidak dikutip TB Rp 100 Butir 5 Gagang panjang (lebih dari 3cm GP Rp TBS rata-rata) 6 Pelepah sengkleh (bukan alami) PS Rp pohon Sumber : wawancara staf (2013) Sistem premi panen. Premi panen terdiri atas premi siap borong dan premi lebih borong. Premi siap borong merupakan premi tetap yang diperoleh pemanen apabila TBS yang diperoleh dapat mencapai basis. Premi siap borong yang berlaku di BKLE adalah sebesar Rp Premi lebih borong adalah premi yang diberikan pada pemanen per TBS setelah dikurangi basis panen. Premi lebih borong disesuaikan dengan tahun tanam dan BJR blok yang dipanen. TBS dengan tahun tanam 2006 dan 2007 besar premi lebih borongnya adalah Rp 365 per TBS. TBS dengan tahun tanam 2008 dan 2009 besar premi lebih borongnya Rp 325 per TBS. Premi panen untuk supervisi dijelaskan pada Tabel 12. Tabel 12 Premi supervisi di Bangun koling Estate Supervisi Volume Perhitungan premi Mandor I 2 Mandoran 125% x rata-rata premi mandor panen 3 mandoran 150% x rata-rata premi mandor panen Mandor panen < 15 TK 125% x rata-rata premi pemanen TK 150% x rata-rata premi pemanen Kerani panen 125% x rata-rata premi pemanen Kerani transport 110% x rata-rata premi kerani panen Sumber : pengamatan lapang (2013) Administrasi panen. Kegiatan administrasi panen dilakukan setelah pekerjaan panen selesai. Administrasi panen selalu dimonitoring setiap harinya dengan tujuan mengevaluasi hasil kerja panen, bahan pertimbangan dalam perencanaan panen, dan sebagai alat bantu pada proses supervisi. Administrasi panen di BKLE diantaranya adalah membuat laporan harian mandor panen, laporan taksasi, daftar premi panen, dan laporan penerimaan buah. Administrasi

37 24 pada divisi (kinerja potong buah) meliputi absensi pemanen, output TBS, hancak selesai, pelepah tidak disusun, songgo 2, unripe, ripe, terkontaminasi, brondolan tinggal, dan tandan masak tinggal. Selain itu, kerani panen wajib mengisi notes hasil panen milik masing-masing pemanen. Aspek Manajerial Pendamping Mandor Pelaksanaan kegiatan di kebun baik teknis maupun administrasi dilaksanakan oleh asisten divisi yang dibantu oleh mandor dan kerani divisi. Tugas utama mandor adalah mengatur kerja karyawan sesuai sesuai dengan standar perusahaan dan mensupervisi kerja karyawan. Administrasi yang perlu dilakukan tiap harinya adalah membuat laporan kerja harian dan mengisi buku monitoring harian. Laporan kerja harian meliputi absen karyawan dan jenis kerja yang dilakukan oleh karyawan. Monitoring harian berisi kemajuan kerja karyawan dan memonitor apakah hasil sudah memenuhi target kerja. Mandor I. Mandor satu bertugas untuk membantu asisten dalam mengkoordinasikan mandor-mandor dalam pengawasan kerja karyawan. Tugas utama mandor I adalah membuat perencanaan kerja atau rencana kerja harian bersama asisten kebun. Selain itu, menjaga pusingan agar tetap stabil (7 hari), pengawasan terhadap kegiatan panen, transportasi ke PKS, dan pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya buah restan yang belum dikirim ke PKS merupakan tanggung jawab dari mandor I. Selama menjadi pendamping mandor I, penulis membantu mengawasi mandor perawatan dan pengecekan TBS restan. Kerani Divisi. Kerani divisi merupakan pengurus administrasi kebun tingkat divisi. Kerani divisi bertanggung jawab atas semua arsip kegiatan divisi dan menginput laporan harian ke website Bumitama Plantation System. Tugas bulanan dari kerani divisi adalah bersama asisten divisi membuat laporan bulanan asisten, merekap gaji karyawan serta membantu dalam pembayaran gaji karyawan. Selama membantu kerani divisi, penulis membantu segala sesuatu yang berhubungan dengan administrasi divisi. Mandor Panen. Tugas utama dari mandor panen adalah mengawasi dan mengevaluasi kerja pemanen. Selain itu, mandor panen betugas melakukan taksasi produksi untuk blok yang akan dipanen esok hari. Selama menjadi pendamping mandor panen penulis membantu dalam pembagian hancak panen, quality check panen, dan taksasi panen. Kerani Panen. Tugas utama dari kerani panen adalah mengurus administrasi kegiatan potong buah. Setelah buah dipanen dan dikumpulkan di TPH kerani akan menghitung jumlah buah yang dipanen dan melakukan grading. Kriteria grading adalah buah mentah, matang, lewat matang dan longstalk dan dicatat di buku penerimaan buah. Setelah digrading, kerani memberikan doket yaitu kertas kecil yang ditempel pada buah sebagai bukti buah telah melewati proses administrasi panen. Sore hari setelah kegiatan panen selesai kerani membuat laporan penerimaan buah, daftar penerimaan premi, dan mengisi buku saku pemanen. Selama mengikuti kerani panen, penulis membantu untuk menggrading TBS di TPH, membuat laporan penerimaan buah, membuat laporan premi, dan mengisi buku saku pemanen.

38 25 Kerani Transport. Kerani transport bertugas mengawasi tenaga bongkar muat memuat buah ke dalam truk dan mengawal unit truk masuk ke dalam blok yang dipanen buahnya. Setelah itu menjumlah semua buah yang diangkut oleh truk dengan memanfaatkan doket yang ditempelkan oleh kerani panen dan memastikan tidak ada buah dan brondolan yang tinggal. Selanjutnya mandor transport akan membuat surat pengantar buah (SPB) sebagai pengantar ke pabrik kelapa sawit (PKS). Kegiatan administrasi yang dilakukan adalah membuat laporan harian mandor dan daftar premi bagi tenaga bongkar muat. Selama mengikuti mandor transport, penulis mengawasi kerja tenaga bongkar muat dan memastikan tidak ada TBS dan brondolan yang tinggal. Mandor Pupuk. Mandor pupuk diberi kepercayaan untuk mengawasi kegiatan pemupukan mulai dari penguntilan, bongkar muat pupuk, hingga penaburan dan quality check pemupukan. Pada proses penguntilan mandor pupuk menentukan jumlah bobot per until sesuai dosis yang direkomendasikan oleh departemen riset. Pengawasan dalam gudang dibantu oleh mandor until. Selanjutnya mandor akan menghitung jumlah pupuk yang akan diaplikasikan ke lapang sesuai dengan luasan blok yang akan dipupuk. Setelah itu mengawasi proses pengangkutan dan pengeceran pupuk dari truk ke pasar pikul. Pembagian hancak dan pengawasan aplikasi pupuk dibantu oleh mandor tabur. Mandor pupuk wajib untuk melaporkan rencana kerja harian dipapan rencana kerja harian Kegiatan administrasi yang dilakukan adalah mengisi buku monitoring pemupukan, laporan harian mandor, dan mengisi buku atau peta realisasi pemupukan. Selama menjadi pendamping mandor pupuk penulis membantu dalam pengawasan penguntilan pupuk, kalibrasi takaran until, quality check, pengawasan pengeceran pupuk, dan membantu pembagian hancak pupuk. Mandor Semprot (Chemist). Mandor semprot berkewajiban mengawasi kegiatan pengendalian gulma secara kimia. Pengawasan diawali dengan mengawasi perawatan alat semprot, kelengkapan APD, penentuan dosis; konsentrasi; dan pencampuran racun semprot, pengaturan hancak dan menancapkan bendera sesuai hancak dibantu seorang tanaga pengairan, dan pengawasan kualitas semprot. Kegiatan administrasi semprot diantaranya adalah membuat laporan harian mandor dan membuat rencana kerja harian. Selama menjadi pendamping mandor semprot penulis membantu untuk mengkalibrasi nozel, menancapkan bendera sesuai hancak dan jumlah karyawan yang hadir, dan mengawasi kerja karyawan. Mandor Perawatan. Mandor perawatan bertugas mengawasi dan menggiring karyawan untuk membabat gulma manual dan rawat jalan. Saat lingkaran pagi mandor perawatan akan mengabsen karyawan dan menyampaikan rencana kerja harian. Selain perawatan, mandor perawatan juga mengawasi pengaplikasian janjang kosong. Mandor memastikan semua pohon diaplikasikan JJK dan sesuai dengan rekomendasi dosis per pohon. Kegiatan administrasi yang dilakukan adalah membuat laporan harian mandor dan mengisi buku monitoring perawatan dan aplikasi janjang kosong. Selama menjadi pendamping mandor perawatan penulis membantu mengawasi hasil kerja karyawan babat manual, pengontrolan rawat jalan, dan mengawasi karyawan aplikasi janjang kosong.

39 26 Pendamping Asisten Asisten divisi bertanggung jawab dan bertugas mengelola seluruh kegiatan divisi mulai dari kegiatan membuat buah hingga ke eksploitasi buah dengan tiga manajemen utama, yaitu water management, ground management, dan canopy management. Tugas administrasi asisten mencakup pembuatan rencana kerja tahunan (RKT) bersama estate manager, rencana kerja bulanan (RKB), dan pengecekan rencana kerja harian (RKH). Ketiga rencana kerja tersebut digunakan sebagai pedoman dalam mengatur pengeluaran biaya (budget) agar efektif dan efisien dan tidak terjadi over budget. Asisten divisi tidak hanya melakukan pengaturan dalam kegiatan operasional kebun. Pengarahan dan pembinaan terhadap sumber daya manusia sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas karyawan serta memperhatikan kesejahteraan karyawan. Selama menjadi pendamping asisten, penulis dilibatkan dalam pembuatan rencana pengendalian ilalang di Divisi I, pengarahan terhadap karyawan semprot secara kimia (chemist), pembuatan papan nama blok kebun, mengikuti kegiatan social, dan olahraga di kebun. HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bangun Koling Estate Selama empat tahun berproduksi ( ) produksi terus meningkat. Jenis kesesuaian lahan di BKLE menurut hasil riset Departemen Riset BGA adalah kelas S3. Perusahaan menggunakan standar produksi kelas 2 untuk mendongkrak prestasi produksi maksimal. Perbandingan antara produksi aktual, sensus, budget dan standar potensi marihat kelas S2 tersaji pada Gambar 2. Produksi (ton) Th.2009 Th.2010 Th.2011 Th.2012 Aktual Budget Sensus Std.Marihat S2 Gambar 2 Grafik perbandingan produksi dan estimasi produksi TBS di BKLE Produksi di BKLE mengalami peningkatan tiap tahunnya seiring dengan bertambahnya umur tanaman dan jumlah tanaman menghasilkan. Tidak tercapainya potensi produksi marihat S2 disebabkan oleh faktor iklim yang

40 27 berfluktuatif seperti kondisi curah hujan yang tidak merata, sehingga menyebabkan produksi per bulan juga berfluktuatif. Gambar 3 menjelaskan kondisi produksi per bulan disesuaikan dengan kondisi curah hujan pada tahun Pada grafik menunjukkan pengaruh curah hujan sangat mempengaruhi produksi. Curah hujan yang tinggi pada musim penghujan (Oktober-Desember) berdampak pada tingginya tonase TBS kirim, sedangkan curah hujan yang rendah pada bulan juni berakibat pada turunnya hasil tonase kirim. Kondisi iklim yang dinamis menyulitkan perusahaan dalam melakukan proyeksi produksi, sehingga mengakibatkan tidak tercapainya antara rencana dan realisasi dalam kegiatan produksi. Oleh sebab itu, pengkajian mengenai agroklimat yang bergerak secara dinamis tersebut dapat diutamakan sebagai tindak lanjut untuk memperoleh hasil pendugaan produksi yang akurat. Ton mm Produksi (ton) Curah Hujan (mm) Bulan Gambar 3 Kondisi curah hujan dan produksi BKLE tahun 2012 Curah Hujan Siregar et al. (2006) menyatakan persyaratan curah hujan minimum bagi tanaman kelapa sawit adalah mm tahun -1 dan optimum apabila curah hujan mm tahun -1 serta merata sepanjang tahun. Pola hujan di BKLE (Gambar 4) menunjukkan pola curah hujan yang bersifat unimodal, yaitu mempunyai satu puncak musim hujan. Akan tetapi, puncak musim hujan tidak tetap pada bulan tertentu. Rata-rata curah hujan tahun menunjukkan bahwa musim hujan sangat mendominasi dengan rata-rata 10 bulan basah per tahun. Akan tetapi, ketika mencapai musim kemarau walaupun hanya terjadi ratarata 2 bulan per tahun mengakibatkan cadangan air sangat rendah sehingga menurunkan produksi. Harahap et al. (2007) menyatakan bahwa fluktuasi musim hujan dan musim kering dapat mempengaruhi penyebaran produksi dan menyebabkan fluktuasi produksi bulanan kelapa sawit yang sulit untuk diprediksi. Sulistyo (2010) menyatakan curah hujan pada Lag 5-6 bulan berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan penyerbukan (pollination) karena menyebabkan terganggunya aktifitas serangga penyerbuk Elaeidobius kamerunicus Faust. yang menyebabkan terbentuknya buah parthenocarpy dan false ripening. Hal tersebut berarti apabila curah hujan dan hari hujan tinggi (berkaitan dengan frekuensi kejadian hujan pada siang hari/intensitas matahari) pada 5 sampai 6 bulan sebelum panen, maka fruitset maupun fruit/bunch yang dihasilkan akan lebih rendah

41 28 dibandingkan bila pada saat curah hujan dan hari hujan yang rendah. Penyebaran curah hujan yang tidak merata juga dapat menimbulkan adanya bulan kering (curah hujan <60 mm bulan -1 ) meskipun jumlah curah hujan mm tahun -1 sehingga terjadi defisit air dan menurunkan produksi TBS kelapa sawit. Curah Hujan (mm) Tahun Gambar 4 Curah hujan bulanan di BKLE tahun mm Kecepatan Angin, Suhu, Kelembaban Udara, dan Penyinaran Matahari Faktor agroklimat berupa kecepatan angin berhubungan dengan penyerbukan kelapa sawit (anemophyli). Kecepatan angin yang sesuai dengan penyerbukan efektif adalah 5-6 km jam -1. Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman baru menjadi miring, bahkan angin yang terlalu besar dapat merusak perkebunan kelapa sawit (Pahan 2008). Kecepatan angin pada BKLE pada tahun berkisar antara km jam -1. Suhu rata-rata di BKLE pada tahun berkisar antara C dan kelembaban rata-rata 84%. Hal tersebut menunjukkan suhu dan kelembaban di BKLE sudah sesuai untuk tanaman kelapa sawit. Lama penyinaran matahari sangat berpengaruh terhadap proses fotosintesis dari tanaman. Lama penyinaran yang dibutuhkan untuk tanaman adalah 5-7 jam per hari (Setyamidjaja 2006). Lama penyinaran matahari di BKLE berkisar antara 55-80%. Populasi dan Umur Tanaman Bangun Koling Estate memiliki tanaman dengan ragam tahun tanam yaitu tahun 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, dan Pada tahun 2013 tanaman dengan tahun tanam telah menghasilkan, sedangkan tahun tanam 2011 masih TBM. Populasi tanaman di BKLE tiap tahunnya mengalami penurunan secara tidak signifikan hingga pada tahun 2013 jumlah populasi tanaman adalah 135 tanaman per ha. Penurunan dapat disebabkan oleh serangan tanaman oleh hama dan penyakit serta kelainan lain sehingga tanaman mati atau dimusnahkan. Selain itu, bencana alam seperti banjir, angin kencang, dan erosi menyebabkan tanaman roboh dan mati. Upaya kebun untuk menjaga populasi tanaman tetap stabil adalah dengan melakukan tanam sisip sejak tahun 2008.

42 29 Umur tanaman berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit. Pada kondisi normal, permulaan panen dapat dilakukan pada umur rata-rata tanaman 30 bulan sejak penanaman di lapangan (BGA 2011). Produktivitas akan cenderung meningkat seiring bertambahnya umur kelapa sawit. Produktivitas maksimal pada standar marihat adalah ketika tanaman berumur 13 tahun dan cenderung menurun sampai tanaman berumur 25 tahun (Lubis 2008). Rata-rata umur tanaman menghasilkan tahun 2013 adalah 5.4 tahun atau setara dengan 65 bulan. Gambar 5 menampilkan kenaikan produktivitas tanaman di BKLE seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Produktivitas (ton ha -1 ) Rata-rata umur tanaman menghasilkan (tahun) Gambar 5 Umur tanaman dan produktivitas TBS di BKLE tahun Kultur Teknis Kegiatan kultur teknis kelapa sawit di Bangun Koling Estate meliputi pengendalian hama dan penyakit, pengendalian gulma, pemupukan, dan panen. Hasil wawancara dengan staf kebun diketahui bahwa pengendalian hama di BKLE berjalan dengan baik dan tidak terjadi serangan besar sejak awal kebun didirikan. Pengendalian gulma di BKLE juga dapat dikatakan berjalan dengan baik sejak kebun ini didirikan. Kondisi tanah yang berpasir dan lebar tajuk pada area TM dapat menekan pertumbuhan gulma, sehingga hanya pengendalian gulma ringan (soft grass) dilakukan pada piringan dan TPH yang diharuskan dalam keadaan zero weed. Selain itu, adapun pertumbuhan gulma sedang maupun berat dapat diatasi dengan pengendalian rutin baik dengan pengendalian manual maupun chemist. Historis aplikasi pemupukan pada Lampiran 5 menunjukkan bahwa realisasi pemupukan di BKLE pada tahun sudah sesuai dengan rencana kecuali pada tahun 2009 yang hanya terealisasi sebesar 73%. Hal ini dikarenakan kondisi lahan yang masih terdapat gulma sehingga menyulitkan pemupuk serta pasokan pupuk kurang memadai. Inti dari pekerjaan panen adalah memperkecil losses produksi, sehingga fokus dari kegiatan panen adalah memotong semua TBS masak, mengutip semua brondolan, dan mengantarkan ke PKS pada hari yang sama. Pengelolaan panen di BKLE termasuk dalam kategori baik, tampak pada hasil penilaian baik baik TBS maupun brondolan tinggal yang masih dalam batas toleransi perusahaan. Batas

43 30 TBS tinggal adalah tidak ada toleransi, sedangkan untuk brondolan adalah 30 butir ha -1. Masalah panen dari BKLE adalah buah restan yang disebabkan oleh jauhnya jarak tempuh ke PKS yaitu km yang apabila diestimasikan dengan waktu adalah sekitar 2 jam. Selain jarak tempuh yang jauh, kondisi jalan yang licin dan rusak serta terjadi banjir luapan sungai menjadi tantangan tersendiri bagi BKLE untuk dapat mengirimkan hasil panen dengan tepat waktu. Hambatanhambatan tersebut mengakibatkan sulitnya mengirim buah ke PKS pada hari yang sama dan mengakibatkan buah restan. Gambar 6 menyajikan pengaruh buah restan terhadap produksi di BKLE pada tahun Tingginya buah restan di lapang dapat menurunkan tonase produksi, sedangkan apabila jumlah buah restan rendah produksi akan meningkat. Akan tetapi sejak tahun 2012 telah dilakukan perbaikan akses jalan ke PKS seperti pembuatan jembatan dan pengerasan jalan, sehingga tampak pada tahun 2012 produksi dapat meningkat dan buah restan berkurang Ton Restan Produksi TBS Tahun Gambar 6 Losses panen akibat buah restan terhadap produksi BKLE Kegiatan kultur teknis di BKLE seperti pengendalian hama dan penyakit, pengendalian gulma, pemupukan dan pengelolan panen telah berjalan dengan baik. Hambatan dapat diatasi dengan manajemen yang baik, sehingga dalam proses pendugaan produksi diasumsikan telah dilakukan dengan optimal. Penentuan Nilai Produksi Duga Proses pendugaan produksi kelapa sawit diawali dengan menganalisis faktor-faktor produksi baik agroklimat (curah hujan, jumlah hari hujan, kelembaban, kecepatan angin, lama penyinaran, defisit air) maupun kultur teknis (populasi tanaman per ha, pemupukan, umur tanaman) yang berpengaruh nyata terhadap hasil produksi. Selain itu terdapat pula faktor genetik maupun edafik yang dianggap tidak terlalu berpengaruh terhadap produksi disebabkan faktor tersebut dapat diatasi dengan kultur teknis yang baik. Pengujian faktor agroklimat dan kultur teknis dilakukan pada 0 bulan sebelum panen (BSP), 6 BSP, 12 BSP, 18 BSP, dan 24 BSP. Hasil uji t-parsial disajikan pada Tabel 13.

44 31 Tabel 13 Hasil uji-t parsial peubah agroklimatologi terhadap produksi kelapa sawit tahun di Bangun Koling Estate No Peubah P-value 0 BSP 6 BSP 12 BSP 18 BSP 24 BSP 1 Umur tanaman 0.000** 2 Populasi Pupuk Curah hujan ** Hari hujan Suhu udara * 7 Kelembaban udara * ** 8 Kecepatan angina * * Penyinaran matahari Defisit air Keterangan : ** = sangat berbeda nyata pada α 1%, * = berbeda nyata pada α 5%, BSP = Bulan Sebelum Panen Peubah populasi tidak mempengaruhi diduga karena jumlah rata-rata populasi tanaman ha -1 di kebun relatif stabil (Sulistyo 2010). Hal ini sesuai dengan populasi tanaman di kebun yang rata-rata 135 tanaman ha -1. Persentase pemupukan yang rata-rata telah terealisasikan 100%, dapat menjelaskan tidak berpengaruhnya peubah pemupukan terhadap produksi. Hari hujan dan penyinaran matahari juga menjadi peubah yang tidak berpengaruh terhadap produksi. Hal ini dapat disebabkan oleh tidak adanya data penyinaran matahari pada bulan Juli tahun 2007 sehingga hasil uji-t parsial berbias. Selain itu, persentase penyinaran juga stabil. Rata-rata hari hujan di BKLE adalah 12 hari hujan dalam sebulan dan stabil untuk produksi kelapa sawit (Sunarko 2007). Hasil uji-t parsial (Tabel 13) menunjukkan bahwa peubah yang mempengaruhi terhadap produksi kelapa sawit adalah umur tanaman (0 BSP), curah hujan (6 BSP), suhu udara (24 BSP), kelembaban udara (12 dan 24 BSP), dan kecepatan angin (6 dan 18 BSP). Peubah yang berpengaruh nyata akan dikombinasikan dan digunakan dalam mencari model pendugaan menggunakan persamaan regresi linear berganda seperti terdapat pada Tabel 14. Tabel 14 Kombinasi peubah untuk pendugaan produksi Peubah BSP PRLB 1 PRLB 2 PRLB 3 PRLB 4 Umur tanaman 0 V V V V Curah hujan 6 V V V V Suhu udara 24 V V V V Kelembaban udara 12 V V 24 V V Kecepatan angin 6 V V 18 V V Keterangan : BSP = Bulan Sebelum Panen, PRLB = Persamaan Regresi Linear Berganda

45 32 Persamaan Regresi Linear Berganda I Persamaan regresi linear berganda yang pertama merupakan kombinasi dari peubah umur tanaman (0 BSP), curah hujan (6 BSP), suhu udara (24 BSP), kelembaban udara (12 BSP), dan kecepatan angin (6 BSP). Persamaan yang diperoleh apabila produksi (ton) sebagai respon adalah sebagai berikut: Produksi = umur tanaman (0 BSP) curah hujan (6 BSP) 346 suhu udara (24 BSP) kelembaban udara (12 BSP) 83.9 kecepatan angin (6 BSP) Nilai p-value berdasarkan uji-f (Tabel 15) menyatakan bentuk persamaan regresi linear berganda I berpengaruh nyata terhadap produksi aktual pada taraf 5%. Perbandingan antara produksi aktual, produksi duga, dan budget produksi disajikan pada Tabel 16. Tabel 15 Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda I dengan respon produksi (ton) Sumber keragaman DB JK KT F P Regresi Galat Total Tabel 16 Hasil produksi duga pendugaan produksi I dengan respon produksi (ton) Tahun Produksi aktual th (a) Produksi duga th (b) Budget produksi th (c) Produksi aktual bln (d) Produksi duga bln (e ) Selisih (1) (%) Selisih (2) (%) Selisih (3) (%) Keterangan: produksi aktual Th = hasil produksi kebun per tahun (ton) produksi duga Th = hasil produksi dari persamaan regresi linear berganda per tahun (ton) produksi aktual bln = rata-rata hasil produksi kebun per bulan produksi duga bln = rata-rata hasil produksi dari persamaan regresi linear berganda per bulan (ton) budget produksi = estimasi kebun per tahun (ton) selisih 1 = ((b-a) : a) x 100% selisih 2 = ((c-a) : a) x 100% selisih 3 = ((e-d) : d) x 100% Selisih antara produksi aktual dan duga tahunan sebagian besar sudah mencapai tingkat akurat yaitu sekitar 0-4%. Hal ini memenuhi syarat toleransi kesalahan suatu pendugaan produksi yaitu ±5% (BGA 2011). Selisih rata-rata produksi bulanan antara aktual dan duga sudah sesuai dengan toleransi pendugaan kecuali rata-rata produksi bulanan pada awal produksi yang memiliki jarak cukup besar yaitu 44%. Persamaan regresi linear berganda I memiliki belum akurasi pendugaan yang tinggi. Pada Gambar 7 menunjukkan grafik perbandingan antar produksi

46 33 aktual tahunan, produksi duga tahunan dan budget (estimasi kebun) dan grafik perbandingan produksi duga dan aktual bulanan (Gambar 8). Produksi duga baik tahunan maupun rata-rata bulanan sudah mendekati produksi aktual. Selain itu, nilai R 2 persamaan regresi linear berganda I adalah 88.7 yang berarti 88.7% produksi dipengaruhi oleh variabel peubah PRLB I Produksi (ton) Produksi Aktual Th (a) Produksi Duga Th (b) Budget Produksi Th(c) Tahun Gambar 7 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan budget produksi PRLB I Produksi (ton) produksi duga produksi aktual Tahun Gambar 8 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB I Peubah pada persamaan regresi linear berganda I juga dikombinasikan dengan produktivitas (ton ha -1 ) sebagai respon. Berikut adalah persamaan regresi linear berganda dengan respon produktivitas kelapa sawit Produksi = curah hujan (6 BSP) suhu udara (24 BSP) kelembaban udara (12 BSP) kecepatan angin (6 BSP) umur tanaman (0 BSP) Nilai p-value pada Tabel 17 menunjukkan bahwa uji-f pada persamaan regresi berganda I dengan respon produktivitas (PRLB Ia) berpengaruh nyata pada taraf 5%. Perbandingan antara produksi aktual, produksi duga, dan budget produksi disajikan pada Tabel 18.

47 34 Tabel 17 Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda Ia dengan respon produktivitas (ton/ha) Sumber keragaman DB JK KT F P Regresi Galat Total Tabel 18 Hasil produksi duga pendugaan produksi Ia dengan respon produktivitas (ton ha -1 ) Tahun Produksi aktual th (a) Produksi duga Th (b) Budget produksi th (c) Produksi aktual bln (d) Produksi duga bln (e ) Selisih (1) (%) Selisih (2) (%) Selisih (3) (%) Keterangan: produksi aktual Th = hasil produksi kebun per tahun (ton ha -1 ) produksi duga Th = hasil produksi dari persamaan regresi linear berganda per tahun (ton ha -1 ) produksi aktual bln produksi duga bln = rata-rata hasil produksi kebun per bulan = rata-rata hasil produksi dari persamaan regresi linear berganda per bulan (ton ha -1 ) budget produksi = estimasi kebun per tahun (ton ha -1 ) selisih 1 = ((b-a) : a) x 100% selisih 2 = ((c-a) : a) x 100% selisih 3 = ((e-d) : d) x 100% Pada PRLB Ia selisih antara produktivitas aktual dan duga tahunan maupun antara rata-rata produktivitas aktual dan duga bulanan belum mencapai tingkat yang akurat. Oleh sebab itu, PRLB Ia (Tabel 18) belum tepat digunakan untuk menduga produksi pada 3-4 bulan awal produksi kelapa sawit karena hasil produktivitas duga bulanan menjadi bernilai negatif. Pada tahun 2012 selisih produktivitas sebesar 0.45% baik bulanan maupun tahunan. Hal ini menunjukkan bahwa PRLB Ia tidak dapat digunakan pada tiga tahun awal produksi. Gambar 9 tampak grafik produksi duga tidak saling berhimpit dengan produksi aktual. Gambar 10 menunjukkan perbandingan produktivitas duga dan aktual bulanan dimana awal produksi duga bernilai negatif.

48 35 Produktivitas (ton ha -1 ) Tahun Produksi Aktual Th (a) Produksi Duga Th(b) Budget Produksi Th (c) Gambar 9 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan budget produksi Ia 2 Produktivitas (ton ha -1 ) Tahun produksi duga produksi aktual Gambar 10 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB Ia Pelanggaran asumsi metode kuadrat terkecil (MKT) pada regresi linear berganda berupa multikolinearitas tidak terdapat pada peubah di persamaan regresi linear berganda (PRLB) I dan Ia karena nilai variance inflation factor (VIF) peubah kurang dari 10 (Tabel 19). Nilai Durbin Watson pada PRLB I sebesar dan pada PRLB Ia menunjukkan tidak adanya pelanggaran MKT autokorelasi. Plot sisaan vs Y duga tidak membentuk pola yang khusus (Lampiran 11) sehingga dipastikan tidak terdapat pelanggaran MKT heterokedastisitas pada PRLB I dan Ia.

49 36 Tabel 19 Nilai p-value, VIF, dan Durbin Watson pada persamaan regresi linear berganda I dan Ia Prediktor PRLB I PRLB IA Koefisien P Koefisien P VIF Konstanta Curah hujan (6 BSP) Suhu udara (24 BSP) Kelembaban udara (12 BSP) Kecepatan angin (6 BSP) Umur tanaman (0 BSP) Durbin Watson Persamaan Regresi Linear Berganda II Peubah yang dikombinasikan dalam persamaan regresi linear berganda II (PRLB II) adalah umur tanaman (0 BSP), curah hujan (6 BSP), suhu udara (24 BSP), kelembaban udara (24 BSP), dan kecepatan angin (6 BSP). Persamaan yang diperoleh apabila produksi (ton) sebagai respon adalah sebagai berikut: Produksi = curah hujan (6 BSP) suhu udara (24 BSP) kecepatan angin (6 BSP) umur tanaman (0 BSP) kelembaban (24 BSP) Nilai p-value berdasarkan uji-f (Tabel 20) menyatakan bentuk persamaan regresi linear berganda II berpengaruh nyata terhadap produksi aktual pada taraf 5%. Perbandingan antara produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan, ratarata produksi aktual bulanan, rata-rata produksi duga bulanan dan budget produksi disajikan pada Tabel 21. Tabel 20 Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda II dengan respon produksi (ton) Sumber Keragaman DB JK KT F P Regresi Galat Total Tabel 21 Hasil produksi duga pendugaan produksi PRLB II dengan respon produksi (ton) Tahun Produksi aktual th (a) Produksi duga th (b) Budget produksi th (c) Produksi aktual bln (d) Produksi duga bln (e ) Selisih (1) (%) Selisih (2) (%) Selisih (3) (%) Keterangan: produksi aktual Th = hasil produksi kebun per tahun (ton)

50 37 produksi duga Th = hasil produksi dari persamaan regresi linear berganda per tahun (ton) produksi aktual bln = rata-rata hasil produksi kebun per bulan produksi duga bln = rata-rata hasil produksi dari persamaan regresi linear berganda per bulan (ton) budget produksi = estimasi kebun per tahun (ton) selisih 1 = ((b-a) : a) x 100% selisih 2 = ((c-a) : a) x 100% selisih 3 = ((e-d) : d) x 100% Selisih antara produksi aktual dan duga tahunan sebagian besar sudah mencapai tingkat akurat yaitu sekitar 0-4%. Persamaan PRLB II dapat dikatakan memenuhi syarat toleransi kesalahan suatu pendugaan produksi. Selisih rata-rata produksi bulanan antara aktual dan duga sudah sesuai dengan toleransi pendugaan kecuali rata-rata produksi bulanan pada tahun 2009 sebesar %. Persamaan regresi linear berganda II memiliki akurasi pendugaan yang tinggi. Pada Gambar 11 menunjukkan grafik perbandingan antar produksi aktual, produksi duga dan budget produksi (estimasi kebun) tahunan. Gambar 12 menunjukkan grafik perbandingan produksi duga dan aktual bulanan. Pada grafik tampak produksi duga sudah mengikuti alur produksi aktual dan nilai R 2 persamaan regresi linear berganda II adalah 88.8 yang berarti 88.8% produksi dipengaruhi oleh variabel peubah PRLB II. Produksi (ton) Tahun Produksi Aktual Th (a) Produksi Duga Th (b) Budget Produksi Th (c) Gambar 11 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan budget produksi PRLB II Produksi (ton) Tahun produksi duga produksi aktual Gambar 12 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB II

51 38 Pada peubah pada persamaan regresi linear berganda II juga dikombinasikan dengan produktivitas (ton/ha) sebagai respon. Berikut adalah persamaan regresi linear berganda dengan produktivitas sebagai respon (PRLB IIa): Produksi = curah hujan (6 BSP) suhu udara (24 BSP kelembaban (24 BSP) kecepatan angin (6 BSP) umur tanaman (0 BSP) Nilai p-value pada Tabel 22 menunjukkan bahwa uji-f pada persamaan regresi berganda IIa dengan respon produktivitas (PRLB IIa) berpengaruh nyata pada taraf 5%. Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan, rata-rata produksi aktual bulanan, rata-rata produksi duga bulanan dan budget produksi tersaji pada Tabel 23. Tabel 22 Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda IIa dengan respon produktivitas (ton ha -1 ) Sumber Keragaman DB JK KT F P Regresi Galat Total Tabel 23 Hasil produksi duga pendugaan produksi PRLB IIa dengan respon produktivitas (ton ha -1 ) Tahun Produksi aktual th (a) Produksi duga th (b) Budget produksi th (c) Produksi aktual bln (d) Produksi duga bln (e ) Selisih (1) (%) Selisih (2) (%) Selisih (3) (%) Keterangan: produksi aktual Th = hasil produksi kebun per tahun (ton ha -1 ) produksi duga Th = hasil produksi dari persamaan regresi linear berganda per tahun (ton ha -1 ) produksi aktual bln produksi duga bln = rata-rata hasil produksi kebun per bulan = rata-rata hasil produksi dari persamaan regresi linear berganda per bulan (ton ha -1 ) budget produksi = estimasi kebun per tahun (ton ha -1 ) selisih 1 = ((b-a) : a) x 100% selisih 2 = ((c-a) : a) x 100% selisih 3 = ((e-d) : d) x 100% Pada PRLB IIa selisih antara produktivitas aktual dan duga tahunan maupun antara rata-rata produktivitas aktual dan duga bulanan belum mencapai tingkat yang akurat. Selisih produksi tahunan tahun 2009 bernilai 31.10% akan tetapi nilai rata-rata duga bulanan telah memenuhi toleransi keakuratan pendugaan. Hal ini menunjukkan PRLB IIa dapat digunakan untuk menduga rata-rata produksi bulanan dan tahunan kecuali tahun pertama berproduksi. Persamaan regresi linear berganda IIa memiliki akurasi pendugaan yang tinggi. Pada Gambar 13 menunjukkan grafik perbandingan antar produksi aktual, duga dan budget (estimasi kebun) tahunan. Sedangkan Gambar 14 merupakan

52 39 grafik perbandingan produksi duga dan aktual bulanan. Grafik menunjukkan produksi duga sudah mengikuti alur produksi aktual. Selain itu, nilai R 2 persamaan regresi linear berganda IIa adalah 87.0 yang berarti 87% produksi dipengaruhi oleh variabel peubah PRLB IIa. Akurasi persamaan regresi linear berganda (PRLB) baik II maupun IIa dapat digunakan dalam menduga produksi kelapa sawit. Akan tetapi, persamaan belum tepat digunakan pada tahun pertama produksi. Produktivitas (ton ha -1 ) Tahun Produksi Aktual Th (a) Produksi Duga Th (b) Budget Produksi Th (c) Gambar 13 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunanndan budget produksi PRLB IIa 2 Produktivitas (ton ha -1 ) Tahun produksi duga produksi aktual Gambar 14 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB IIa Pelanggaran asumsi metode kuadrat terkecil (MKT) pada regresi linear berganda berupa multikolinearitas tidak terdapat pada peubah PRLB II dan IIa karena nilai variance inflation factor (VIF) peubah kurang dari 10 (Tabel 24). Nilai Durbin Watson pada PRLB II sebesar dan pada PRLB IIa menunjukkan tidak adanya pelanggaran MKT autokorelasi. Plot sisaan vs Y duga (Lampiran 11) tidak membentuk pola yang berarti tidak terdapat pelanggaran MKT heterokedastisitas pada PRLB II dan IIa.

53 40 Tabel 24 Nilai p-value, VIF, dan Durbin Watson pada persamaan regresi linear berganda II dan IIa Prediktor PRLB II PRLB IIA Koefisien P Koefisien P VIF Konstanta Curah hujan (6 BSP) Suhu udara (24 BSP) Kelembaban udara (24 BSP) Kecepatan angin (6 BSP) Umur tanaman (0 BSP) Durbin Watson Persamaan Regresi Linear Berganda III Persamaan regresi linear berganda yang ketiga merupakan kombinasi dari peubah umur tanaman (0 BSP), curah hujan (6 BSP), suhu udara (24 BSP), kelembaban udara (12 BSP), dan kecepatan angin (18 BSP). Persamaan yang diperoleh apabila produksi (ton) sebagai respon adalah sebagai berikut: Produksi = curah hujan (6 BSP) suhu udara (24 BSP) umur tanaman (0 BSP) kelembaban udara (12 BSP) kecepatan angin (18 BSP) Nilai p-value berdasarkan uji-f (Tabel 25) menyatakan bentuk persamaan regresi linear berganda III berpengaruh nyata terhadap produksi aktual pada taraf 5%. Perbandingan antara produksi aktual, produksi duga, rata-rata produksi aktual bulanan, rata-rata produksi duga bulanan dan budget produksi disajikan pada Tabel 26. Tabel 25 Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda III dengan respon produksi (ton) Sumber Keragaman DB JK KT F P Regresi Galat Total Tabel 26 Hasil produksi duga pendugaan produksi PRLB III dengan respon produksi (ton) Tahun Produksi aktual th (a) Produksi duga th (b) Budget produksi th (c) Produksi aktual bln (d) Produksi duga bln (e ) Selisih (1) (%) Selisih (2) (%) Selisih (3) (%) Keterangan: produksi aktual Th produksi duga Th = hasil produksi kebun per tahun (ton) = hasil produksi dari persamaan regresi linear berganda per tahun (ton)

54 41 produksi aktual bln produksi duga bln budget produksi selisih 1 = ((b-a) : a) x 100% selisih 2 = ((c-a) : a) x 100% selisih 3 = ((e-d) : d) x 100% = rata-rata hasil produksi kebun per bulan = rata-rata hasil produksi dari persamaan regresi linear berganda per bulan (ton) = estimasi kebun per tahun (ton) Pada nilai selisih PRLB III baik untuk pendugaan produksi tahunan maupun rata-rata produksi bulanan tidak mamanuhi toleransi pendugaan pada dua tahun awal produksi. Akan tetapi, pada tahun-tahun berkiutnya persentase selisih makin mendekati 0. Hal ini berarti persamaan dapat digunakan ketika produksi kelapa sawit mulai stabil atau dua tahun setelah produksi. Persamaan regresi linear berganda III belum dapat dikatakan tepat untuk meramalkan produksi kelapa sawit baik tahunan maupun rata-rata bulanan. Grafik perbandingan produksi antara produksi aktual, duga dan budget produksi (Gambar 15) menunjukkan pada tahun 2010 titik produksi antara aktual dan duga tidak berhimpit. Grafik perbandingan produksi aktual dan duga bulanan terdapat pada Gambar 16. Nilai R 2 persamaan regresi linear berganda III adalah 87.8 yang berarti 87.8 % produksi dipengaruhi oleh variabel peubah PRLB III. Produksi (ton) Tahun Produksi Aktual Th (a) Produksi Duga Th (b) Budget Produksi Th (c) Gambar 15 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan budget produksi PRLB III Produksi (ton) Tahun produksi duga produksi aktual Gambar 16 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB III

55 42 Peubah pada persamaan regresi linear berganda III juga dikombinasikan dengan produktivitas (ton ha -1 ) sebagai respon. Berikut adalah persamaan regresi linear berganda dengan produktivitas sebagai respon produksi: Produksi = curah hujan (6 BSP) suhu udara (24 BSP) kelembaban udara (12 BSP) kecepatan angin (18 BSP) umur tanaman (0 BSP) Nilai p-value pada Tabel 27 menunjukkan bahwa uji-f pada persamaan regresi berganda III dengan respon produktivitas (PRLB IIIa) berpengaruh nyata pada taraf 5%. Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan, rata-rata produksi aktual bulanan, rata-rata produksi duga bulanan dan budget produksi tersaji pada Tabel 28. Tabel 27 Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda IIIa dengan respon produktivitas (ton ha -1 ) Sumber Keragaman DB JK KT F P Regresi Galat Total Tabel 28 Hasil produksi duga pendugaan produksi PRLB IIIa dengan respon produktivitas (ton ha -1 ) Tahun Produksi aktual th (a) Produksi duga th (b) Budget produksi th (c) Produksi aktual bln (d) Produksi duga bln (e ) Selisih (1) (%) Selisih (2) (%) Selisih (3) (%) Keterangan: produksi aktual Th = hasil produksi kebun per tahun (ton ha -1 ) produksi duga Th = hasil produksi dari persamaan regresi linear berganda per tahun (ton ha -1 ) produksi aktual bln produksi duga bln = rata-rata hasil produksi kebun per bulan = rata-rata hasil produksi dari persamaan regresi linear berganda per bulan (ton ha -1 ) budget produksi = estimasi kebun per tahun (ton ha -1 ) selisih 1 = ((b-a) : a) x 100% selisih 2 = ((c-a) : a) x 100% selisih 3 = ((e-d) : d) x 100% Pada PRLB IIIa selisih antara produktivitas aktual dan duga tahunan maupun antara rata-rata produktivitas aktual dan duga bulanan belum mencapai tingkat yang akurat. Produksi tahunan memiliki persentase selisih yang sama dan sesuai toleransi pendugaan kecuali pada tahun 2009 sampai 2010, yaitu 33.65% dan 13.68% untuk produksi tahunan. Pada rata-rata produksi bulanan, hanya selisih pada tahun 2010 (13.68%) yang tidak sesuai toleransi pendugaan. Persamaan regresi linear berganda IIIa belum tepat digunakan dalam pendugaan produksi kelapa sawit. Nilai R 2 persamaan regresi linear berganda IIIa adalah 85.5 yang berarti 85.5 % produksi dipengaruhi oleh variabel peubah PRLB

56 43 IIIa. Hasil pendugaan PRLB IIIa memiliki hasil seperti PRLB III yaitu tidak dapat digunakan pada dua tahun awal produksi. Pada Gambar 17 menunjukkan grafik perbandingan antar produksi aktual, duga dan budget tahunan maupun bulanan (Gambar 18). Pada grafik terlihat titik antara produksi aktual maupun duga tahunan tidak saling berhimpitan. Produktivitas (ton ha -1 ) Tahun Produksi Aktual Th (a) Produksi Duga Th (b) Budget Produksi Th (c) Gambar 17 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan budget produksi PRLB IIIa 2 Produktivitas (ton ha -1 ) produksi duga produksi aktual -0.5 Tahun Gambar 18 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB IIIa Pelanggaran asumsi metode kuadrat terkecil (MKT) pada regresi linear berganda berupa multikolinearitas tidak terdapat pada peubah PRLB III dan IIIa karena nilai variance inflation factor (VIF) peubah kurang dari 10 (Tabel 29). Nilai Durbin Watson pada PRLB III dan PRLB IIIa sebesar dan menunjukkan tidak adanya pelanggaran MKT autokorelasi. Plot sisaan vs Y duga (Lampiran 11) tidak membentuk pola yang berarti tidak terdapat pelanggaran MKT heterokedastisitas pada PRLB III dan IIIa.

57 44 Tabel 29 Nilai p-value, VIF, dan Durbin Watson pada persamaan regresi linear berganda III dan IIIa Prediktor PRLB III PRLB IIIa Koefisien P Koefisien P VIF Konstanta Curah Hujan (6 BSP) Suhu Udara (24 BSP) Kelembaban Udara (12 BSP) Kecepatan Angin (18 BSP) Umur Tanaman (0 BSP) Durbin Watson Persamaan Regresi Linear Berganda IV Persamaan regresi linear berganda yang keempat merupakan kombinasi dari peubah umur tanaman (0 BSP), curah hujan (6 BSP), suhu udara (24 BSP), kelembaban udara (24 BSP), dan kecepatan angin (18 BSP). Persamaan yang diperoleh apabila produksi (ton) sebagai respon adalah sebagai berikut: Produksi = curah hujan (6 BSP) suhu udara (24 BSP) umur tanaman (0 BSP) kelembaban (24 BSP) kecepatan angin (18 BSP) Nilai p-value berdasarkan uji-f (Tabel 30) menyatakan bentuk persamaan regresi linear berganda IV berpengaruh nyata terhadap produksi aktual pada taraf 5%. Perbandingan antara produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan, ratarata produksi aktual bulanan, rata-rata produksi duga bulanan dan budget produksi disajikan pada Tabel 31. Tabel 30 Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda IV dengan respon produksi (ton) Sumber Keragaman DB JK KT F P Regresi Galat Total Tabel 31 Hasil produksi duga pendugaan produksi PRLB IV dengan respon produksi (ton) Tahun Produksi aktual th (a) Produksi duga th (b) Budget produksi th (c) Produksi aktual bln (d) Produksi duga bln (e ) Selisih (1) (%) Selisih (2) (%) Selisih (3) (%) Keterangan: produksi aktual Th produksi duga Th = hasil produksi kebun per tahun (ton) = hasil produksi dari persamaan regresi linear berganda per tahun (ton)

58 45 produksi aktual bln produksi duga bln budget produksi selisih 1 = ((b-a) : a) x 100% selisih 2 = ((c-a) : a) x 100% selisih 3 = ((e-d) : d) x 100% = rata-rata hasil produksi kebun per bulan = rata-rata hasil produksi dari persamaan regresi linear berganda per bulan (ton) = estimasi kebun per tahun (ton) Selisih pada persamaan regresi linear berganda IV (PRLB IV) menunjukkan hasil yang serupa seperti PRLB III dan IIIa, yaitu tidak dapat digunakan pada dua tahun awal produksi. Rata-rata produksi per bulan pada tahun pun menunjukkan persentase selisih yang sama seperti produksi tahunan. Persamaan regresi linear berganda IV memiliki nilai R 2 persamaan regresi linear berganda IV adalah 88.4 yang berarti 88.4% produksi dipengaruhi oleh variabel peubah PRLB IV. Pada Gambar 19 menunjukkan grafik perbandingan antar produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan budget produksi serta produksi duga dan aktual bulanan pada Gambar 20. Pada grafik tampak pada dua tahun awal titik produksi duga tidak saling berhimpit dengan produksi aktual, akan tetapi tahun berikutnya berada pada titik yang berdekatan. Produksi (ton) Tahun Produksi Aktual Th (a) Produksi Duga Th (b) Budget Produksi Th (c) Gambar 19 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan budget produksi PRLB IV Produksi (ton) Tahun produksi duga produksi aktual Gambar 20 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB IV

59 46 Peubah pada persamaan regresi linear berganda IV juga dikombinasikan dengan produktivitas (ton/ha) sebagai respon. Berikut adalah persamaan regresi linear berganda dengan produktivitas sebagai respon: Produksi = curah hujan (6 BSP) suhu udara (24 BSP) kelembaban (24 BSP) kecepatan angin (18 BSP) umur tanaman (0 BSP) Nilai p-value pada Tabel 32 menunjukkan bahwa uji-f pada persamaan regresi berganda IV dengan respon produktivitas (PRLB IVa) berpengaruh nyata pada taraf 5%. Perbandingan produksi aktual, produksi duga dan budget produksi tersaji pada Tabel 33. Tabel 32 Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda IVa dengan respon produktivitas (ton ha -1 ) Sumber keragaman DB JK KT F P Regresi Galat Total Tabel 33 Hasil produksi duga pendugaan produksi IVa dengan respon produktivitas (ton ha -1 ) Tahun Produksi aktual th (a) Produksi duga th (b) Budget produksi th (c) Produksi aktual bln (d) Produksi duga bln (e ) Selisih (1) (%) Selisih (2) (%) Selisih (3) (%) Keterangan: produksi aktual Th = hasil produksi kebun per tahun (ton atau ton ha -1 ) produksi duga Th = hasil produksi dari persamaan regresi linear berganda per tahun (ton atau ton ha -1 ) produksi aktual bln produksi duga bln = rata-rata hasil produksi kebun per bulan = rata-rata hasil produksi dari persamaan regresi linear berganda per bulan (ton atau ton ha -1 ) budget produksi = estimasi kebun per tahun (ton atau ton ha -1 ) selisih 1 = ((b-a) : a) x 100% selisih 2 = ((c-a) : a) x 100% selisih 3 = ((e-d) : d) x 100% Pada PRLB IVa selisih antara produktivitas aktual dan duga tahunan maupun antara rata-rata produktivitas aktual dan duga bulanan telah mencapai tingkat yang akurat terutama pada tahun 2011 dan Selisih duga bulanan telah mendekati nilai akurat walaupun pada tahun 2010 nilainya sebesar 8.62%. Persamaan regresi linear berganda IVa memiliki akurasi pendugaan yang tinggi. Pada Gambar 21 dan Gambar 22 menunjukkan grafik perbandingan antar produksi aktual, duga dan budget tahunan maupun bulanan. Produksi duga sudah mengikuti alur produksi aktual.

60 47 Produktivitas (ton ha -1 ) Tahun Produksi Aktual Th (a) Produksi Duga Th (b) Budget Produksi Th (c) Gambar 21 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan budget produksi PRLB IVa 2 Produktivitas (ton ha -1 ) produksi duga produksi aktual -0.5 Tahun Gambar 22 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB IVa Pelanggaran asumsi metode kuadrat terkecil (MKT) pada regresi linear berganda berupa multikolinearitas tidak terdapat pada peubah PRLB IV dan IVa (Tabel 34) karena nilai variance inflation factor (VIF) peubah kurang dari 10. Nilai Durbin Watson pada PRLB IV sebesar menunjukkan tidak adanya pelanggaran MKT autokorelasi. Plot sisaan vs Y duga (Lampiran 11) tidak membentuk pola yang berarti tidak terdapat pelanggaran MKT heterokedastisitas pada PRLB IV dan IVa.

61 48 Tabel 34 Nilai p-value, VIF dan Durbin Watson pada persamaan regresi linear berganda IV dan IVa Prediktor PRLB IV PRLB IVa Koefisien P Koefisien P VIF Konstanta Curah Hujan (6 BSP) Suhu Udara (24 BSP) Kelembaban Udara (24 BSP) Kecepatan Angin (18 BSP) Umur Tanaman (0 BSP) Durbin Watson Pendugaan Produksi Penentuan model pendugaan produksi yang lebih sesuai untuk menduga produksi kelapa sawit adalah dengan merata-ratakan selisih produksi antara PRLB II vs IV dan PRLB IIa vs IVa. Rata-rata selisih produksi tahunan II (1.96%) dan IIa (10.63%) lebih kecil dan mendekati produksi aktual dibanding PRLB IV(4%) dan IVa (11.44%). Akan tetapi, untuk rata-rata produksi duga bulanan PRLB IV (10.27%) dan IV (3.29%) lebih kecil selisihnya dibanding PRLB II (14.69%) dan IIa (3.69%). Nilai koefisien determinasi PRLB II dan IIa lebih unggul dibanding IV dan IVa. Akan tetapi nilai tersebut tidak berbeda jauh selisihnya. Persamaan dengan produksi rata-rata duga bulanan paling mendekati adalah PRLB IV, sehingga persamaan tersebut adalah yang lebih unggul untuk menduga produksi kelapa sawit di Bangun Koling Estate. Persamaan regresi linear berganda IV (PRLB IV) merupakan persamaan paling sesuai untuk menduga produksi maupun produktivitas kelapa sawit baik tahunan maupun rata-rata bulanan dibandingkan dengan PRLB I, II dan III. Secara keseluruhan model (PRLB I-IV), model tidak dapat digunakan untuk menduga pada 3-4 bulan awal produksi kelapa sawit karena hasil rata-rata produksi duga bulanan menjadi bernilai negatif (Lampiran 10). Kondisi tersebut diduga disebabkan oleh belum stabilnya produksi kelapa sawit. Pelanggaran metode kuadrat terkecil berupa autokorelasi, heteroskedastisitas dan multikolinearitas tidak terjadi pada seluruh kombinasi persamaan regresi linear berganda baik dengan respon produksi (ton) maupun produktivitas (ton/ha). Selain itu, koefisien determinasi dari PRLB IV adalah sebesar 88.4% untuk respon produksi dan 86.2% untuk produktivitas. Pendugaan menggunakan model regresi linear telah dilakukan sebelumnya oleh Santosa et al. (2011) di PT. Ladangrumpun Suburabadi, Kalimantan Selatan. Hasil produksi duga menyatakan bahwa hasil produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh variabel umur tanaman, penyinaran matahari 18 bulan sebelum panen (BSP), pupuk 18 BSP, defisit air 24 BSP dan hari hujan 18 BSP. Hasil produksi duga menunjukkan selisih berkisar antara 1%-18% dan pada persamaan tersebut masih terdapat autokorelasi positif. Hermantoro dan Purnawan (2009) menggunakan model artificial neural network (ANN) untuk memprediksi produksi kelapa sawit

62 49 di PT. Sawit Sumbermas, Kalimantan Tengah, dengan prediksi produksi menggunakan tujuh parameter, diantaraya curah hujan, ketinggian dari permukaan laut, kemiringan, umur tanaman, batuan, solum dan keasaman tanah. Model terbaik yang dihasilkan adalah model dengan koefisien determinasi (R 2 ) training dan testing sebesar 99.98% dan 89.01%. Persamaan regresi linear berganda IV memiliki potensi untuk menduga produksi pada wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur dengan kondisi kultur teknis yang baik dan kondisi tanah serta kesesuaian lahan yang mendekati hingga serupa dengan Bangun Koling Estate. Hal ini disebabkan data iklim yang digunakan adalah data iklim yang berasal dari stasiun badan meteorologi, klimatologi dan gefisika di Kabupaten Sampit. Oleh sebab itu, penggunaan model regresi juga berpotensi pada wilayah dengan kondisi iklim yang sama. Persamaan regresi linear IV juga digunakan untuk menduga produksi di Bangun Koling Estate pada tahun 2013 (Tabel 35). Bulan Tabel 35 Pendugaaan produksi Bangun Koling Estate tahun 2013 Curah hujan (6BSP) Suhu udara (24BSP) Kelembaban udara (24BSP) Kecepatan angin (18BSP) Umur tanaman (bulan) Produksi duga (ton) Produktivitas duga (ton ha -1 ) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Keterangan : BSP = Bulan Sebelum Panen KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kegiatan magang yang telah dilakukan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman kerja baik aspek teknis maupun manajerial dalam pengelolaan kebun kelapa sawit. Mahasiswa dapat memahami aplikasi teori dan praktek lapang secara bersinergi untuk menghasilkan produksi kelapa sawit yang secara maksimal. Analisis faktor iklim dan kultur teknis menghasilkan bahwa peubah umur tanaman, curah hujan, suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan angin berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa sawit di Bangun Koling Estate. Umur tanaman (0 BSP), curah hujan (6 BSP), suhu udara (24 BSP), kelembaban udara (24 BSP) dan kecepatan angin (6 BSP) dalam persamaan linear berganda IV (PRLB IV) menghasilkan rata-rata produksi bulanan dan produksi duga tahunan

63 50 paling baik. Hasil pendugaan menggunakan respon produktivitas (PRLB IVa) juga dapat digunakan dalam meramalkan produktivitas kelapa sawit tahunan maupun rata-rata bulanan, akan tetapi tidak dapat digunakan pada awal tahun berproduksi. Saran Model pendugaan pada PRLB IV perlu diuji lanjut untuk tahun berikutnya dan pada wilayah yang lebih luas atau pengujian untuk kebun yang berada di sekitar kebun yang diuji. Selain itu, diperlukan data historis agronomi yang lebih lengkap sehingga koefisien determinasi lebih mendekati 100%. DAFTAR PUSTAKA Asmoro D Penilaian kesesuaian lahan. Di dalam: Buana L, Siahaan D, dan Putra SA, editor. Budidaya Kelapa Sawit : Kultur Teknis Kelapa Sawit. Sumatra Utara (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit Indonesia. hlm 1-8. [BGA] Bumitama Gunajaya Agro Pedoman Teknis Agronomi Kelapa Sawit. Jakarta (ID): BGA Group Plantations. Fauzi Y, Widyastuti YE, Satyawibawa I, Hartono R Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Harahap IY, Winarna, Sutarta ES Produktivitas tanaman kelapa sawit tinjauan dari aspek tanah dan iklim. Di dalam: Darmosarkoro W, Sutarta ES, Winarna, editor. Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. hlm Hazriani R Hubungan antara ketersediaan air tanah dengan produksi tandan buah kelapa sawit di area PT. Sinar Dinamika Kapuas I Kab. Sintang [tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana IPB. Hermantoro, Purnawan RW Prediksi produksi kelapa sawit berdasarkan kualitas lahan menggunakan model artificial neural nerwork (ANN). Agroteknose.4(2):1-6. Irfanda, M Kajian Faktor Agroekologi untuk Pendugaan Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sei Air Hitam Estate, PT Perdana Inti Sawit Perkasa, Kab.Rokan Hulu, Riau [skripsi]. Bogor (ID): IPB. [KPPU] Komisi Pengawasan dan Persaingan Usaha Republik Indonesia Evaluasi Kebijakan Perkebunan Kelapa Sawit [internet]. [diunduh 11 Maret 2012]. Mangunsoekarjo S, Tojib AT Manajemen budidaya kelapa sawit. Di dalam: Mangoensoekarjo S, Semangun H. editor. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID): UGM Press. Pahan, I Panduan Lengkap Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Depok (ID): Penebar Swadaya. Rambe MK Pendugaan hasil produksi minyak kelapa sawit pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero), Sumatera Utara [skripsi]. Medan (ID): USU.

64 Santosa E, Sulistyo H, Dharmawan I Pendugaan produksi kelapa sawit menggunakan peubah agroekologi di Kalimantan Selatan. J Agron Indonesia. 39(3): Santoso S Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo. Siregar HH, Darian NH, Hidayat TC, Darmosakoro, Harahap IY Hujan sebagai Faktor Penting untuk Perkebunan Kelapa Sawit. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Sugiyono, Harahap IY, Winarta, Koedadin AD, Purba A, Purba P Penilaian kesesuaian lahan. Di dalam: Buana L, Siahaan D, Adiputra S, editor. Budidaya Kelapa Sawit:Kultur Teknis Kelapa Sawit. Sumatera Utara (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit Indonesia. hlm Sulistyo H Identifikasi parameter agronomi untuk pengembangan taksasi produksi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Angsana Estate, PT. Ladang Rumpun Suburabadi Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sunarko Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. Sutarta ES, Siregar HH, Harahap IY, Sugiyono, Rahutomo R Kebijakan pemerintah dalam industri kelapa sawit. Di dalam: Latif S, editor. Potensi dan Peluang Investasi Industri Kelapa Sawit di Indonesia. Sumatera Utara (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit Indonesia. hlm Wahyono T Kebijakan pemerintah dalam industri kelapa sawit Di dalam: Latif S, editor. Potensi dan Peluang Investasi Industri Kelapa Sawit di Indonesia. Sumatra Utara (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit Indonesia. hlm Walpole RE Pengantar Statistika. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. 51

65 52

66 53 Lampiran 1 Jurnal kegiatan magang Jurnal Kegiatan Sebagai karyawan harian lepas/tetap di PT.Windu Nabatindo Abadi, Kebun Bangun Koling Estate Prestasi kerja Tanggal Uraian kegiatan Penulis Karyawan Standar kebun Lokasi Pembimbing.. Satuan/HK /02/2013 Pengumpulan data sekunder dan studi pustaka 7 jam 7 jam 7 jam Kantor Kebun K.Ikhwan 12/02/2013 Pengumpulan data sekunder dan studi pustaka 7 jam 7 jam 7 jam Kantor Kebun K.Ikhwan 13/02/2013 Pengumpulan data sekunder dan studi pustaka 7 jam 7 jam 7 jam Kantor Kebun K.Ikhwan 14/02/2013 Membantu pembuatan presentasi 7 jam 7 jam 7 jam Kantor Kebun Herman W 15/02/2013 Membantu pembuatan presentasi 7 jam 7 jam 7 jam Kantor Kebun Herman W 16/02/2013 Membantu pembuatan presentasi 7 jam 7 jam 7 jam Kantor Kebun Herman W 17/02/2013 Libur 18/02/2013 Orientasi kebun dan grading TBS 7 jam 7 jam 7 jam Kebun Div.I Blok L10-L15 Betty 19/02/2013 Orientasi kebun dan pencarian orang hilang 7 jam 7 jam 7 jam Kebun Div.I Blok K-N Betty 20/02/2013 Penguntilan pupuk 0.5 ton 3 ton 3 ton Gudang Pupuk Yustina T 21/02/2013 Pemupukan (BMS) 0.5 Ha 3.5 Ha 3.5 Ha Kebun Div.III Blok L30-L32 Yustina T 22/02/2013 Pemupukan (BMS) 0.5 Ha 3.5 Ha 3.5 Ha Kebun Div.III Blok L26 Yustina T 23/02/2013 Aplikasi JJK dan Kunjungan ke PKS 1 ton 4.7 ton 4.7 ton Kebun Div II dan SAGM Khatniati 24/02/2013 Libur 25/02/2013 Babat Gulma (terbas) 0.25 Ha 0.5 Ha 0.5 Ha Kebun Div II Blok M22 Khatniati 26/02/2013 Aplikasi JJK 1 ton 4.7 ton 4.7 ton Kebun Div II Blok K17 Khatniati 27/02/2013 Pemanenan 1 jjg 160 jjg 160 jjg Kebun Div II Blok K-L16 A. Muhel 28/02/2013 Rawat jalan 7 jam 7 jam 7 jam Kebun Div II Blok K21-22 Khatniati 01/03/2013 Pemanenan 1 jjg 115 jjg 115 jjg Kebun Div IV Blok P24 A. Muhel 02/03/2013 Krani Divisi 7 jam 7 jam 7 jam Kantor Div II Eka Susanti 03/03/2013 Libur 04/03/2013 Perawatan bibit 4 jam 7 jam 7 jam Rawat Bibit M.Naim 05/03/2013 Membuat mal master block dan membantu 7 jam 7 jam 7 jam Kantor Kebun M.Naim pembagian gaji pekerja 06/03/2013 Pemanenan 1 jjg 160 jjg 160 jjg Kebun Div II Blok L18 A. Muhel 07/03/2013 Penyemprotan Gulma (BSS) 0.5 Ha 3.5 Ha 3.5 Ha Kebun Div IV P24-26 Marianus 08/03/2013 Membuat mal nama blok dan membantu 7 jam 7 jam 7 jam Kantor Kebun dan Kantor M.Naim pembagian gaji karyawan Divisi 09/03/2013 Merampungkan mal master block 7 jam 7 jam 7 jam Kantor Kebun M.Naim 53

67 54 54 Lampiran 1.Jurnal kegiatan magang Jurnal Kegiatan sebagai pendamping mandor di PT.Windu Nabatindo Abadi, Kebun Bangun Koling Estate Prestasi kerja Jumlah HK Luas areal Tanggal Uraian kegiatan Lama kegiatan Lokasi Pembimbing yang diawasi yang diawasi (jam) (orang) (ha) 11/03/2013 Pengawasan pemupukan 2-5 Gudang pupuk Yustina T 12/03/2013 Libur Nyepi 13/03/2013 Pengawasan Pemupukan Divisi II Blok K24 dan L22 Yustina T 14/03/2013 Mengikuti SPU (Strategic Production Unit) Kantor Kebun 15/03/2013 Pengawasan Pemupukan Divisi IV Blok P Yustina T 16/03/2013 Sakit /03/2013 Libur 18/03/2013 Pembuatan mal master block Kantor Kebun M.Naim 19/03/2013 Pembuatan mal master block Kantor Kebun M.Naim 20/03/2013 Pembuatan mal master block Kantor Kebun M.Naim 21/03/2013 Pembuatan mal master block Kantor Kebun M.Naim 22/03/2013 Pembuatan mal master block Kantor Kebun M.Naim 23/03/2013 Pembuatan mal master block Kantor Kebun M.Naim 24/03/2013 Libur 25/03/2013 Pembuatan mal master block Kantor Kebun M.Naim 26/03/2013 Pembuatan mal master block Kantor Kebun M.Naim 27/03/2013 Pembuatan mal master block Kantor Kebun M.Naim 28/03/2013 Pembuatan mal master block Kantor Kebun M.Naim 29/03/2013 Libur Kenaikan Isa Al Masih 30/03/2013 Pembuatan mal master block dan membantu Kantor Kebun membuat rencana pengendalian lalang M.Naim 31/03/2013 Libur 01/04/2013 Pendamping mandor I 3 7 Divisi II Ardi J 02/04/2013 Pengawasan panen Divisi II Blok K06, L18 Hari P 03/04/2013 Pengawasan perawatan Divisi II Blok K16 Khatniati

68 55 Lampiran 1.Jurnal kegiatan magang Tanggal Jurnal Kegiatan sebagai pendamping mandor di PT.Windu Nabatindo Abadi, Kebun Bangun Koling Estate Prestasi kerja Jumlah HK Luas areal Lama Uraian kegiatan yang diawasi yang diawasi kegiatan (jam) Lokasi (orang) (ha) Pembimbing 04/04/2013 Pengawasan aplikasi JJK Divisi II Blok M21 Khatniati 05/04/2013 Pengawasan panen Divisi I Blok L12 Usik 06/04/2013 Pengawasan panen Divisi I Blok M08-N08 Usik 07/04/2013 Libur 08/04/2013 Pengawasan semprot (chemist) Divisi I Blok L12-L15 Marianus T 09/04/2013 Izin K.Ikhwan 10/04/2013 Pengawasan semprot (chemist) Divisi III Blok N24-N27 Marianus T 11/04/2013 Pengawasan panen Divisi IV Blok P24-P26 Usik 12/04/2013 Pengawasan panen Divisi I Blok M08-10 Usik 13/04/2013 Quality check panen Divisi I Blok M11-12 Bayu 14/04/2013 Libur 15/04/2013 Quality check pupuk Divisi I Blok M10-14 Khatniati 16/04/2013 Leaf Sampling Unit (LSU) Divisi I Blok K10-11 Wildan M 17/04/2013 Mengunjungi Departemen Riset BGA Laboratorium Wildan M 18/04/2013 Mengunjungi Departemen Riset BGA Kantor Riset Wildan M 19/04/2013 Supervisi Kanwil, SBHE, BKLE Wildan M 20/04/2013 Black Bunch Census (BBC) Divisi III Blok M24 Wildan M 21/04/2013 Libur 55

69 56 56 Lampiran 1 Jurnal kegiatan magang Jurnal Kegiatan sebagai pendamping asisten di PT.Windu Nabatindo Abadi, Kebun Bangun Koling Estate Prestasi kerja Tanggal Uraian kegiatan Jumlah mandor Luas areal yang Lama kegiatan yang diawasi diawasi (ha) (jam) (orang) Lokasi Pembimbing 22/04/2013 Kerani divisi Kantor Divisi I Murni S 23/04/2013 Kerani divisi Kantor Divisi I Murni S 24/04/2013 Kerani divisi Kantor Divisi I Murni S 25/04/2013 Kerani divisi Kantor Divisi I Murni S 26/04/2013 Kerani divisi Kantor Divisi I Murni S 27/04/2013 Kerani divisi Kantor Divisi I Murni S 28/04/2013 Libur 29/04/2013 Kerani divisi Kantor Divisi I Murni S 30/04/2013 Kerani divisi Kantor Divisi I Murni S 01/05/2013 Kerani divisi Kantor Divisi I Murni S 02/05/2013 Draft Skripsi Kantor Estate Wildan M 03/05/2013 Kerani divisi Kantor Divisi I Murni S 04/05/2013 Kerani divisi Kantor Divisi I Murni S 05/05/2013 Libur 06/05/2013 Draft Skripsi Kantor Estate Wildan M 07/05/2013 Draft Skripsi Kantor Estate Wildan M 08/05/2013 Draft Skripsi Kantor Estate Wildan M 09/05/2013 Libur Kenaikan Isa Al Masih 10/05/2013 Draft Skripsi Kantor Estate Wildan M 11/05/2013 Draft Skripsi Kantor Estate Wildan M 12/05/2013 Libur 13/05/2013 Pendamping Asisten Kantor Estate K.Ikhwan 14/05/2013 Pendamping Asisten Kantor Estate K.Ikhwan 15/05/2013 Pendamping Asisten Kantor Estate K.Ikhwan 16/05/2013 Pendamping Asisten Kantor Estate K.Ikhwan

70 57 Lampiran 1. Jurnal kegiatan magang Tanggal Jurnal Kegiatan sebagai pendamping asisten di PT.Windu Nabatindo Abadi, Kebun Bangun Koling Estate Prestasi kerja Uraian kegiatan Jumlah mandor Luas areal yang Lama kegiatan (jam) yang diawasi diawasi (ha) Lokasi (orang) Pembimbing 17/05/2013 Pendamping Asisten Kantor Estate K.Ikhwan 18/05/2013 Pendamping Asisten Kantor Estate K.Ikhwan 19/05/2013 Libur 20/05/2013 Pendamping Asisten Kantor Estate K.Ikhwan 21/05/2013 Pendamping Asisten Kantor Estate K.Ikhwan 22/05/2013 Pendamping Asisten Kantor Estate K.Ikhwan 23/05/2013 Pendamping Asisten Kantor Estate K.Ikhwan 24/05/2013 Pendamping Asisten Kantor Estate K.Ikhwan 25/05/2013 Libur Waisak 26/05/2013 Libur 27/05/2013 Pengumpulan data sekunder Kantor Estate K.Ikhwan 28/05/2013 Pengumpulan data sekunder Kantor Estate K.Ikhwan 29/05/2013 Pengumpulan data sekunder Kantor Estate K.Ikhwan 30/05/2013 Draft Skripsi Kantor Estate K.Ikhwan 31/05/2013 Draft Skripsi Kantor Estate K.Ikhwan 01/06/2013 Draft Skripsi Kantor Estate K.Ikhwan 02/06/2013 Libur 03/06/2013 Pengumpulan data sekunder Kantor Estate K.Ikhwan 04/06/2013 Pengumpulan data sekunder Kantor Estate K.Ikhwan 05/06/2013 Pengumpulan data sekunder Kantor Estate K.Ikhwan 06/06/2013 Libur Isra Miraj 07/06/2013 Draft Skripsi Kantor Estate K.Ikhwan 08/06/2013 Draft Skripsi Kantor Estate K.Ikhwan 09/06/2013 Libur 10/06/2013 Kembali ke Bogor 57

71 58 58 Lampiran 2 Produksi kelapa sawit di Bangun Koling Estate Bulan Jumlah TBS (jjg) Tonase (kg) BJR (kg jjg -1 ) Produktivitas (kg ha -1 ) Jumlah TBS (jjg) Tonase (kg) BJR (kg jjg -1 ) Produktivitas (kg ha -1 ) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des Jumlah

72 59 Lampiran 2 Produksi kelapa sawit di Bangun Koling Estate (Lanjutan) Bulan Jumlah TBS (jjg) Tonase (kg) BJR (kg jjg -1 ) Produktivitas (kg ha -1 ) Jumlah TBS (jjg) Tonase (kg) BJR (kg jjg -1 ) Produktivitas (kg ha -1 ) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des Jumlah

73 60 Lampiran 3 Data curah hujan Bangun Koling Estate Tahun BULAN HH CH (mm) HH CH (mm) HH CH (mm) HH CH (mm) HH CH (mm) HH CH (mm) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Rataan Bulanan BK BB Sumber : Kantor Kebun Bangun Koling Estate Keterangan : Rata-Rata BB = bulan Q = x 100 = x 100 = HH = Hari Hujan Rata-Rata BK = 1.17 bulan CH = Curah Hujan Tipe Iklim A = Sangat Basah BB = Bulan Basah (>100 mm/bulan) BK = Bulan Kering (<60 mm/bulan

74 3 Lampiran 4 Data kecepatan angin, kelembaban udara, penyinaran matahari dan suhu Stasiun BMKG Sampit, Kalimantan Tengah Bulan Suhu ( 0 C) Kelembaban (%) Penyinaran Matahari (%) Kec.angin (km jam -1 ) Suhu ( 0 C) Kelembaban (%) Penyinaran Matahari (%) Kec.angin (km jam -1 ) Suhu ( 0 C) Kelembaban (%) Penyinaran Matahari (%) Kec.angin (km jam -1 ) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des

75 62 Lampiran 4 Data kecepatan angin, kelembaban udara, penyinaran matahari dan suhu Stasiun BMKG Sampit, Kalimantan Tengah (Lamjutan) Bulan Suhu ( 0 C) Kelembaban (%) Penyinaran Matahari (%) Kec.angin (km jam -1 ) Suhu ( 0 C) Kelembaban (%) Penyinaran Matahari (%) Kec.angin (km jam -1 ) Suhu ( 0 C) Kelembaban (%) Penyinaran Matahari (%) Kec.angin (km jam -1 ) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des

76 5 Lampiran 5 Pemupukan di Bangun Koling Estate Tahun Jenis pupuk Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Agroblend Chelated Zincopper Dolomit Guano HGFB Kieserit MOP NPK NPK Palmo Palmo Rock Phosphat Urea Julmah Persentase (%)

77 64 Lampiran 6 Data defisit air di Bangun Koling Estate Bulan Defisit Air (mm) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

78 7 Lampiran 7 Peta areal statement Bangun Koling Estate 65

79 Lampiran 8 Peta sebaran tanah di Bangun Koling estate 66

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG KONDISI UMUM LOKASI MAGANG PT Windu Nabatindo Abadi adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), Bangun Koling

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Profil Perusahaan

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Profil Perusahaan KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Bumitama Gunajaya Agro (BGA) berawal dari pengusahaan perkebunan kelapa sawit berskala kecil di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah yang dimulai pada tahun 1998

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan yang terhitung mulai dari 14 Februari hingga 14 Juni 2011. Kegiatan ini bertempat di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN. Profil Perusahaan

KONDISI UMUM KEBUN. Profil Perusahaan 14 KONDISI UMUM KEBUN Profil Perusahaan PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA) merupakan perusahaan agribisnis yang mengelola perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit. BGA memiliki visi yaitu World Class

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok Sistem manajemen perkebunan kelapa sawit pada umumnya terdiri atas Kebun (Estate) yang dikepalai oleh seorang Estate Manager. Seorang Estate Manager membawahi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN OLEH RIZA EKACITRA PUTRIANI RACHMAN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis menggunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk 62 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Lokasi kebun PT JAW terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Wilayah kebun dapat diakses dalam perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012 di Teluk Siak Estate (TSE) PT. Aneka Intipersada, Minamas Plantation,

Lebih terperinci

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit 41 PEMBAHASAN Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor tanaman, dan teknik budidaya tanaman. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 11 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif PT. Panca Surya Agrindo terletak di antara 100 0 36-100 0 24 Bujur Timur dan 100 0 04 100 0 14 Lintang Utara, di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Tambusai Estate terletak di antara 100 0 37-100 0 24 Bujur Timur dan 1 0 04-1 0 14 Lintang Utara yang terletak di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun 12 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Lokasi Kebun PT Aneka Intipersada (PT AIP) merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan pada tanggal 30 Agustus 1989. Dalam manajemen Unit PT Aneka Intipersada Estate

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Tepat Jenis

PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Tepat Jenis PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Keefektifan pemupukan berkaitan dengan tingkat hara pupuk yang diserap tanaman. Pupuk dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap tanaman. Efesiensi pemupukan berkaitan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Aspek Teknis

PEMBAHASAN. Aspek Teknis PEMBAHASAN Aspek Teknis Pengendalian Gulma Pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi kompetisi antara gulma dengan tanaman utama dalam pemanfaatan unsur hara, mineral CO 2, dan air. Bagian yang perlu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT 1 MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE PT WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GROUP, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH ILHAM KURNIAWAN A24120114

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI SILVERIUS SIMATUPANG A24050072 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012. Metode Pelaksanaan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar 23 Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Tanggal Uraian Kegiataan Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi 01/03/2014 Penunasan 10 pokok 54 pokok 76 pokok L022 02/03/2014 Libur hari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Idealnya setiap kebun harus sudah dievaluasi lahannya secara benar. Evaluasi Kelas Kesesuaian Lahan (KKL) pada suatu perkebunan kelapa sawit sangat

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis 17 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Pelaksanaan pengelolaan perkebunan kelapa sawit meliputi pengelolaan kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan administrasi. Pelaksanaan teknis yang dilakukan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha LAMPIRAN 64 65 Tanggal 280220 0020 02020 0020 04020 0020 08020 09020 0020 020 2020 4020 5020 6020 020 8020 9020 2020 22020 2020 24020 25020 26020 2020 Lampiran. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Angsana Estate (ASE) adalah salah satu kebun kelapa sawit PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI). PT LSI merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Minamas Gemilang,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate LAMPIRAN 59 60 Lampiran 1. Jurnal Harian Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate Tanggal Uraian Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar...(Satuan/HK)... 11 Februari 2012 Orientasi

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG PT Bina Sains Cemerlang merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Bukit Pinang Estate (BPE), Sungai Pinang Estate (SPE), dan Sungai Pinang Factory (SPF). Masing-masing

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN DAN TRANSPORTASI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH

MANAJEMEN PANEN DAN TRANSPORTASI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH MANAJEMEN PANEN DAN TRANSPORTASI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH SYAHRINA RAHMA DHANI A24100081 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunitas Gulma Lingkungan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunitas Gulma Lingkungan. HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Jenis gulma yang tumbuh di suatu tempat berbeda-beda, tergantung faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Menurut Sastroutomo (1990), komunitas tumbuhan memperlihatkan adanya

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 30 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Profil Perusahaan 4.1.1.1. Sejarah Perusahaan Bumitama Gunajaya Agro Group (BGA Group) adalah kelompok perusahaan yang bergerak dibidang

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BUNATI ESTATE PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh Camellia Kusumaning Tyas A34104031 PROGRAM

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati

Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati Bul. Agrohorti 4 (2):132-137 (2016) Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati Fertilization Management on Mature Plant Oil Palm in Kebun Tanjung Jati Monica Christina

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak tanggal 14 Februari 2008 hingga tanggal 14 Juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti, Minamas

Lebih terperinci

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION,

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA SELATAN OLEH EKY PERDANA A24052775

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate 48 PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate Dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit dibutuhkan keterampilan manajemen yang baik agar segala aset perusahaan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 10 Divisi, dan Kepala Administrasi. Karyawan nonstaf terbagi menjadi karyawan Bulanan, Karyawan Harian Tetap (KHT), dan Karyawan Harian Lepas (KHL). Karyawan Bulanan terdiri atas pekerja tidak langsung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH DIAN PRATIWI

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH DIAN PRATIWI PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH DIAN PRATIWI DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Produksi Tandan Buah Segar 4.1.1. Kebun Rimbo Satu Afdeling IV Hasil dari sensus pokok produktif pada tiap blok sampel di masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT NAMA INSTANSI FASILITATOR : MU ADDIN, S.TP : SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG : Ir. SETIA PURNOMO, M.P. Perencanaan pemeliharaan merupakan tahapan awal yang sangat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif KEADAAN UMUM Wilayah Administratif Lokasi PT Sari Aditya Loka 1 terletak di Desa Muara Delang, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Jarak antara perkebunan ini dengan ibukota Kabupaten

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis Perkebunan kelapa sawit Gunung Sari Estate (GSE) PT. Ladangrumpun Suburabadi (LSI) berada di wilayah Desa Bayansari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu,

Lebih terperinci

Produktivitas Optimal PENDAHULUAN 13/07/2017 PT PADASA ENAM UTAMA. Bahan Tanaman. Manajemen Kebun. Oleh: Lambok Siahaan.

Produktivitas Optimal PENDAHULUAN 13/07/2017 PT PADASA ENAM UTAMA. Bahan Tanaman. Manajemen Kebun. Oleh: Lambok Siahaan. IMPLEMENTASI BEST MANAGEMENT PRACTICES (BMP) MELALUI PEMELIHARAAN KESEHATAN TANAH SEBAGAI BAGIAN DARI PENGELOLAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN Oleh: Lambok Siahaan PT PADASA ENAM UTAMA PENDAHULUAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi tandan buah

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Sei Air Hitam berdasarkan Kajian Faktor Agroekologi

Peramalan Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Sei Air Hitam berdasarkan Kajian Faktor Agroekologi Peramalan Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Sei Air Hitam berdasarkan Kajian Faktor Agroekologi Production Estimation of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Sei Air Hitam

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH

MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH MOCHAMMAD FAHMI A24100088 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen Kebutuhan tenaga panen untuk satu seksi (kadvel) panen dapat direncanakan tiap harinya berdasarkan pengamatan taksasi buah sehari sebelum blok tersebut akan dipanen. Pengamatan

Lebih terperinci

STUDI PEMUPUKAN KELAPA SAWIT

STUDI PEMUPUKAN KELAPA SAWIT STUDI PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA TANAMAN MENGHASILKAN (TM) DI PERKEBUNAN BANGUN KOLING ESTATE, PT.WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GRUP, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penetapan Target

PEMBAHASAN Penetapan Target 54 PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode tanaman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. SOCIATE FINANCIARE DES CHACILUS MEDANSA oleh bangsa belgia. Pada tahun 1996-

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. SOCIATE FINANCIARE DES CHACILUS MEDANSA oleh bangsa belgia. Pada tahun 1996- IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Informasi Umum 1. Sejarah Perusahaan PT. SOCFINDO merupakan suatu usaha kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan perusahaan dari negeri belgia. Perusahaan ini berdiri pada

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP 38 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP (CLP GROUP) dengan nama P.T. SUBUR ARUM MAKMUR kebun Senamanenek I (PT.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SIME DARBY GROUP, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN oleh HULMAN IRVAN A24052646

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh SUER SEPWAN ANDIKA A24052845 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pelantaran Agro Estate, Kalimantan Tengah

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pelantaran Agro Estate, Kalimantan Tengah Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pelantaran Agro Estate, Kalimantan Tengah Management of oil palm fertilization in Pelantaran Agro Estate, Center Kalimantan S. Manahan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH FITRI YANI NOOR MEDINA

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH FITRI YANI NOOR MEDINA MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH FITRI YANI NOOR MEDINA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008.

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008. 51 PEMBAHASAN Produksi Pencapaian produksi tandan buah segar (TBS) Kebun Mentawak PT JAW dari tahun 2005 2007 (Tabel 2) mengalami peningkatan yang signifikan yaitu dari tahun 2005 ke 2006 ± 10 000 ton,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT

LAPORAN TUGAS AKHIR. BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT i LAPORAN TUGAS AKHIR BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT Disusun oleh : DEDE SARFAWI HARAHAP NBP. 0801111021 Telah

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Area Marjinal di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Area Marjinal di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Area Marjinal di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Fertilization Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) on

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN. Letak Geografis Kebun. Keadaan Iklim dan Tanah

KONDISI UMUM KEBUN. Letak Geografis Kebun. Keadaan Iklim dan Tanah 18 KONDISI UMUM KEBUN Letak Geografis Kebun PT. Ladangrumpun Suburabadi merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha yaitu : Angsana Estate (ASE), Gunung Sari Estate (GSE), dan Angsana Factory (ASF).

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 7 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan selama tiga bulan dari 13 Februari hingga 13 Mei 2012 bertempat di Tambusai Estate, Kec. Tambusai Utara, Kab. Rokan Hulu, Riau. Tambusai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen 3 TINJAUAN PUSTAKA Teknis Panen Panen merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Pelaksanaan panen perlu dilakukan secara baik dengan memperhatikan beberapa kriteria tertentu

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Oleh PUGUH SANTOSO A34103058 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Komponen Produksi (Faktor Pengali Produksi)

PEMBAHASAN. Komponen Produksi (Faktor Pengali Produksi) PEMBAHASAN Panen dan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja di bidang pemeliharaan tanaman kelapa sawit. Tujuan utamanya untuk menghasilkan produksi yang optimal. Produk yang dihasilkan berupa TBS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kelapa sawit (Elaesis guineesis Jacq.) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dari pada tanaman penghasil minyak nabati

Lebih terperinci

LEAF SAMPLING UNIT ( L S U )

LEAF SAMPLING UNIT ( L S U ) LEAF SAMPLING UNIT ( L S U ) PENDAHULUAN Leaf sampling merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan rekomendasi pemupukan. Rekomendasi pupuk yang akurat akan menghasilkan produksi TBS yang maksimal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional, selain mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat dan juga mengarah pada kesejahteraan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) DI PERKEBUNAN PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN OLEH HARYO PURWANTO A24051955 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN.

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor 5 November 2009 PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan April sampai November 2009 di PTP Nusantara VI pada unit usaha Rimbo Satu Afdeling IV (Gambar Lampiran 5), Rimbo Dua Afdeling

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai KHL

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai KHL LAMPIRAN 84 Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai KHL No Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja (satuan/hk) Lokasi Penulis Karyawan Standart Pe mbimb ing Keterangan 1 14/ 02/ 2011 Tiba dilokasi

Lebih terperinci

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG MINAMAS PLANTATION, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A24053121 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung pada letak 5 22' 10" LS dan 105 14' 38" BT dengan ketinggian 146 m dpl

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT DI SUNGAI CEMPAGA ESTATE, PT. WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GROUP, KALIMANTAN TENGAH ADI SUKMO

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT DI SUNGAI CEMPAGA ESTATE, PT. WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GROUP, KALIMANTAN TENGAH ADI SUKMO 1 MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT DI SUNGAI CEMPAGA ESTATE, PT. WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GROUP, KALIMANTAN TENGAH ADI SUKMO DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh IKA WULAN ERMAYASARI A24050896 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE PT BUMITAMA GUNAJAYA AGRO KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE PT BUMITAMA GUNAJAYA AGRO KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE PT BUMITAMA GUNAJAYA AGRO KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH SAUT MANGASI HUTABARAT A24090003 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas Angiospermae, subkelas Monocotyledonae, ordo Palmales, famili Palmae, genus Elaeis,

Lebih terperinci