MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT"

Transkripsi

1 1 MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE PT WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GROUP, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH ILHAM KURNIAWAN A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2 2

3 3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Manajemen pemanenan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka. Bogor, November 2016 Ilham Kurniawan NIM A

4 4

5 5 ABSTRAK ILHAM KURNIAWAN. Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate PT. Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh ADOLF PIETER LONTOH. Kegiatan magang dilakukan di Bangun Koling Estate PT. Windu Nabatindo Abadi yang terletak di Desa Tumbang Koling, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah dari bulan Februari hingga Juni Kegiatan magang dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan kerja, menambah pengalaman serta mempelajari kegiatan budidaya kelapa sawit secara teknis dan manajerial. Pengamatan yang diamati meliputi angka kerapatan panen dan estimasi produksi, kebutuhan tenaga kerja, kapasitas panen, alat panen dan alat pelindung diri, mutu buah, transportasi buah dan kehilangan hasil. Manajemen panen sudah berlangsung secara baik, tetapi perlu ditingkatkan agar didapatkan hasil yang optimal. Evaluasi yang harus dilakukan yaitu metode taksasi belum menggambarkan hasil realisasi panen, penggunaan alat pelindung diri perlu ditingkatkan, kapasitas panen yang masih kurang dari basis yang ditetapkan, kehilangan hasil yang terdapat di lapang masih belum sesuai standar perusahaan yang meliputi mutu hancak dan mutu tempat pengumpulan hasil (TPH). Kata kunci: kelapa sawit, manajemen, pemanenan ABSTRACT ILHAM KURNIAWAN. Management Harvesting Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) In Bangun Koling Estate PT. Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group, Kotawaringin East, Central Kalimantan. Supervised by ADOLF PIETER LONTOH. This internship was conducted in Bangun Koling Estate PT Windu Nabatindo Abadi located at Tumbang Koling village, Cempaga Hulu district, Kotawaringin Timur regencey, Central Kalimantan Province from February to June This internship aimed to enhance knowledge, improve working skill, for experiences and also to learn about techniques and management of palm oil cultivation. Variables of observation consist of harvest density figures and production estimation, need of labor, the capacity of harvesting, harvesting equipments and personal protective equipments, fruit quality, transportation and yield losses. Management of palm oil harvesting was good but it still needs to be improved some aspects to obtain optimal production results. Evaluation should be done the method of taxation does not describe actual results harvest, the use of personal protective equipment needs to be improved, the capacity of the harvest that is still less than the base set, yield losses contained in the field still does not meet company standards that include quality of Shelf and quality point of collecting place. Keywords: harvesting, management, palm oil

6 6

7 7 MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE PT WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GROUP, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH ILHAM KURNIAWAN A Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

8 8

9

10 10

11 11 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-nya sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada nabi besar Rasullulah Muhammad SAW, atas segala perjuangan untuk mencapai sebuah kebenaran. Judul yang dipilih dalam magang yang dilaksanakan sejak 5 Februari hingga 5 Juni 2014 adalah Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate (BKLE) PT Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Pada kesempatan ini penulis ini mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ir. Adolf Pieter Lontoh, M.S. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu, arahan, masukan, dan saran. 2. Ir. Megayani Sri Rahayu, M.S. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi serta masukan selama perkuliahan. 3. Dr. Ir. Supijatno, M.Si. dan Prof. Dr. Ir. M. A. Chozin, M. Agr. selaku dosen penguji dalam sidang akhir penulis yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun terhadap skripsi penulis 4. Kedua orang tua tercinta Syahrudin dan Elly Syahrudin serta Keluarga Penulis atas segala doa dan dukungan yang diberikan. 5. Bapak Sutikno selaku Estate Manager BKLE serta Bapak Eka Siswanto, Bapak Agustiono Sitohang dan Bapak Shohafin selaku Asisten Divisi BKLE yang telah membimbing, membantu, memberikan masukan kepada penulis selama kegiatan magang berlangsung. 6. Seluruh staf dan pekerja Bangun Koling Estate yang telah menerima penulis dengan sangat baik, membantu, dan memberikan masukan. 7. Teman - teman di Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB angkatan 49 dan seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, November 2016 Ilham Kurniawan

12 xii

13 xiii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR LAMPIRAN xii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Botani Kelapa Sawit 2 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 3 Pemanenan Kelapa Sawit 3 METODE 4 Tempat dan Waktu Magang 4 Metode Pelaksanaan 4 Pengamatan dan Pengumpulan Data 5 Analisis Data dan Informasi 6 KEADAAN UMUM 6 Letak Geografis dan Letak Wilayah Administratif 6 Keadaan Iklim dan Tanah 6 Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan 7 Keadaan Tanaman dan Produksi 7 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 8 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Aspek Teknis 10 Aspek Manajerial 29 Pembahasan 31 KESIMPULAN DAN SARAN 36 Kesimpulan 36 Saran 36 DAFTAR PUSTAKA 36 LAMPIRAN 39

14 xiv

15 xv DAFTAR TABEL 1. Luas areal dan tata guna lahan BKLE 7 2. Jumlah populasi tanaman di BKLE tahun Produksi dan produktivitas panen TBS di BKLE tahun Jumlah tenaga kerja di BKLE pada April Ketetapan songgo berdasarkan umur tanaman Rekomendasi pemupukan anorganik BKLE tahun Taksasi produksi dan produksi realisasi Divisi 2 BKLE Seksi panen dalam satu rotasi di Divisi 2 BKLE Penggunaan APD pemanen di Divisi 2 BKLE Jenis alat panen beserta spesifikasi dan kegunaannya Kapasitas panen di Divisi 2 BKLE Uji t-student rata - rata kapasitas panen terhadap standar perusahaan Uji t-student umur pemanen dan lama kerja terhadap rata - rata jumlah janjang per hari Kriteria mutu buah berdasarkan tingkat kematangan buah Mutu buah di Divisi 2 BKLE Uji t-student mutu buah rata - rata terhadap standar perusahaan Kehilangan hasil pada mutu ancak Kehilangan hasil pada mutu TPH Uji t-student kehilangan hasil rata - rata terhadap standar perusahaan Hasil pengamatan transportasi buah Divisi 2 BKLE 28 DAFTAR GAMBAR 1. Kegiatan pengendalian gulma secara kimia di BKLE Kegiatan di gudang pupuk BKLE Kegiatan pemupukan di BKLE Pengendalian hama di BKLE Kotak hatch and carry di BKLE Kegiatan pemanenan di BKLE Kegiatan muat buah ke dump truck 28 DAFTAR LAMPIRAN 1. Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Jurnal harian sebagai pendamping mandor Jurnal harian sebagai pendamping asisten Divisi Peta areal statement berdasarkan tahun tanam BKLE tahun Data curah hujan bulanan di BKLE tahun Struktur organisasi BKLE tahun Riwayat hidup 48

16

17 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditi perkebunan memiliki prospek yang bagus sebagai sumber perolehan devisa maupun pajak salah satunya yaitu kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq). Kelapa sawit juga memiliki arti penting bagi Indonesia karena mampu menciptakan lapangan pekerjaan untuk masyarakat. Perkebunan kelapa sawit telah menyebar ke berbagai wilayah Indonesia dengan luas areal yang semakin bertambah setiap tahun. Luas areal mencapai ha pada tahun 2014 dengan produktivitas CPO rata - rata 3,6 ton ha -1 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2015). Peningkatan hasil produksi kelapa sawit dapat dilakukan melalui kegiatan perluasan areal pertanaman, rehabilitasi kebun yang sudah ada atau intensifikasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas kelapa sawit yaitu iklim, topografi, kondisi tanah, bahan tanam, teknik budidaya tanaman, umur tanaman, jumlah populasi per ha, sistem penyerbukan, sistem koordinasi panen, sistem pengamanan produksi serta sistem premi panen (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006). Budidaya kelapa sawit terdiri atas beberapa kegiatan yaitu pembukaan lahan, penanaman kelapa sawit, pemeliharaan tanaman dan pemanenan. Semua aspek teknik budidaya dalam pengusahaan tanaman kelapa sawit harus dilaksanakan dengan baik. Salah satu teknik budidaya yang sangat penting dalam pengusahaan kelapa sawit adalah kegiatan pemanenan. Pemanenan adalah pemotongan tandan buah segar dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006). Kegiatan panen ini membutuhkan teknik khusus untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Hasil panen utama dari kelapa sawit adalah buah kelapa sawit yang berupa tandan buah segar (TBS). TBS diolah di pabrik kelapa sawit untuk mendapatkan minyak nabati. Kegiatan panen terdiri dari persiapan sebelum panen, pelaksanaan panen, evaluasi panen, serta pengangkutan buah. Persiapan panen yang baik akan memperlancar pelaksanaan panen. Persiapan ini meliputi ketersediaan tenaga kerja, peralatan, pengangkutan, pengetahuan tentang kerapatan panen dan sarana panen (Fadli et al., 2006). Pelaksanaan panen yaitu kegiatan penurunan buah dari pohon dengan menggunakan kriteria panen yang berlaku. Kriteria panen merupakan salah satu faktor yang dapat membantu pemanen untuk menentukan buah layak panen. Pelaksanaan panen perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang baik (Fauzi et al., 2008). Evaluasi panen sangat dibutuhkan dalam kegiatan pemanenan. Kegiatan panen yang baik disertai dengan evaluasi terhadap mutu panen. Evaluasi mutu panen dilakukan untuk memperhitungkan potensi kehilangan hasil dan mencegah terjadinya kehilangan hasil. Evaluasi terhadap mutu panen terdiri dari evaluasi mutu ancak dan mutu buah. Pengangkutan buah dibagi menjadi dua, yaitu pengangkutan dari piringan ke tempat pengumpulan hasil (TPH) dan pengangkutan dari TPH ke pabrik. Kegiatan pengangkutan harus dilakukan secepat mungkin untuk menghindari pencurian buah di lapangan dan peningkatan

18 2 asam lemak bebas. Asam lemak bebas yang tinggi akan mempengaruhi kualitas minyak kelapa sawit (Andoko dan Widodoro, 2013). Keberhasilan panen akan menunjang pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit sebab potensi produksi yang tinggi juga tidak ada artinya jika pengelolaan hasil tidak dilakukan secara optimal. Tujuan Kegiatan magang ini secara umum bertujuan meningkatkan kemampuan dan pemahaman mahasiswa baik secara teknis maupun manajerial dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Secara khusus kegiatan magang ini bertujuan untuk mempelajari manajemen pemanenan di perkebunan kelapa sawit. TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) bukan tanaman asli Indonesia. Tanaman ini sebagai tanaman pendatang dari Afrika Barat (Mangoensoekarjo, 2007). Kelapa sawit termasuk dalam subfamili Cocoideae merupakan tanaman asli Amerika Selatan. Genus Elaeis mempunyai tiga spesies yaitu E. guineensis Jacq, E. oleifera (HBK) Cortes, dan E. odora W (Pahan, 2008). Ketebalan kulit buah kelapa sawit dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yang telah dikenal seperti Dura, Pisifera, Tenera, Marco carya, dan Diwikka - wakka (Fauzi et al., 2006) Tanaman kelapa sawit tergolong tanaman monokotil. Akar tanaman kelapa sawit berjenis serabut yang membentuk akar primer, sekunder, tersier dan kuarter. Akar primer tumbuh 45 vertikal dari batang dan mampu tumbuh sedalam 1,5 m, akar sekunder tumbuh horizontal dari akar primer dan mampu tumbuh hingga 6 m, sedangkan akar tersier tumbuh dari akar sekunder dan berada dekat dengan permukaan tanah (Hadi, 2004). Batang kelapa sawit berbentuk silinder sekitar 10 cm pada tanaman muda hingga 75 cm pada tanaman tua (Effendi dan Agus, 2011). Susunan daun kelapa sawit majemuk, bersirip genap dan bertulang sejajar (Fauzi et al., 2006). Daun membentuk pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5-9 m dengan jumlah anak daun helai per pelepah. Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu atau monoecious, yaitu bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada tandan yang sama. Bunga jantan dan betina juga sering dijumpai pada satu tandan (hermafrodit). Secara botani, buah kelapa sawit digolongkan sebagai buah drupe, terdiri atas pericarp yang terbungkus oleh exocarp (kulit), mesocarp, dan endocarp (cangkang) yang membungkus 1-4 inti atau kernel (umumnya hanya satu). Inti memiliki testa (kulit), endosperm yang padat dan sebuah embrio (Pahan, 2008).

19 3 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh optimum dengan curah hujan mm per tahun, tidak memiliki defisit air, serta hujan yang merata sepanjang tahun. Temperatur yang optimal bagi tanaman kelapa sawit yaitu C, terendah 18 C dan tertinggi 32 C, kelembaban 80% dan penyinaran matahari 5-7 jam per hari. Elevasi dari permukaan yang optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit yaitu m. Kecepatan angin 5-6 km per jam, sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman baru doyong atau miring (Lubis, 1992). Lubis (1992) menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromofik kelabu (HK), regosol, andosol, organosol dan alluvial. Pahan (2008) berpendapat bahwa lahan yang baik untuk tanaman kelapa sawit harus mengacu tiga faktor yaitu lingkungan, sifat fisik tanah dan kesuburan tanah. Tingkat keasaman (ph) yang optimum untuk tanaman kelapa sawit adalah 5,0-5,5. Kiswanto et al (2005) menambahkan tentang kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15. Pemanenan Kelapa Sawit Produksi kelapa sawit sangat erat hubungannya dengan proses pemanenan. Teknik pemanenan sangat mempengaruhi kualitas minyak kelapa sawit yang akan dihasilkan. Pekerjaan panen adalah memotong tandan matang, mengumpulkaan dan mengangkutnya ke pabrik untuk seterusnya diolah untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi, asam lemak bebas rendah serta memelihara kondisi tanaman tetap baik (Lubis, 1992). Keberhasilan panen dan produksi sangat tergantung pada bahan tanaman yang digunakan, peralatan yang digunakan untuk panen, pemanen dengan kapasitas kerjanya, kelancaran transportasi, serta faktor pendukung lainnya seperti organisasi panen yang baik dan keadaan areal. Tanaman belum menghasilkan secara umum dapat dialihkan menjadi tanaman menghasilkan setelah mencapai umur 30 bulan dan ditandai dengan persentase jumlah pohon yang sudah berbuah matang panen > 60% dengan berat tandan rata - rata 3 kg (Risza, 2010). Pemanenan kelapa sawit perlu memperhatikan beberapa ketentuan umum agar TBS yang dipanen sudah matang, sehingga minyak kelapa sawit yang dihasilkan bermutu (Setyamidjaja, 2006). Kriteria matang panen merupakan alat bantu bagi pemanen dalam menentukan buah yang layak potong. Tingkat kematangan buah kelapa sawit dapat diketahui dari perubahan warna buah. Sunarko (2007) berpendapat buah kelapa sawit yang berwarna hijau akan berubah warna menjadi merah atau oranye yang menandakan bahwa minyak sawit yang terkandung didalamnya telah maksimal dan buah akan lepas dari tandannya. Ciri tandan yang sudah matang dan siap dipanen yaitu sudah ada 2 brondolan lepas dari tandannya atau jatuh ke piringan untuk setiap kg tandan. Persiapan panen yang baik adalah tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin. Hal-hal yang perlu disiapkan dalam pelaksanaan panen adalah tenaga kerja, peralatan panen, pengangkutan, pengetahuan tentang kerapatan panen, dan sarana panen (Roosita, 2007).

20 4 Peralatan yang digunakan oleh para pemanen terdiri dari alat panen serta alat pelindung diri. Alat panen yaitu alat bantu yang digunakan oleh pemanen untuk mempermudah dalam pekerjaan pemotongan buah atau panen. Alat panen terdiri dari egrek, dodos, gancu dan angkong. Peralatan lainnya yang digunakan pemananen adalah alat pelindung diri (APD). Penggunaan APD berfungsi untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja di lapang. Jalan merupakan faktor penunjang dalam pemanenan untuk pengumpulan produksi mulai dari pohon sampai ke pabrik. Jalan yang diperlukan untuk pemanenan diantaranya jalan utama, jalan produksi, jalan kontrol dan jalan pikul (Efendi dan Agus, 2011). Proses pengangkutan dalam panen terbagi menjadi dua, yaitu recovery dan evacuation (Mangoensoekarjo et al., 2003). Recovery mencakup kesiapan panen dan pengangkutan panen dari tanaman menuju tempat pengumpulan hasil (TPH), sedangkan evacuation merupakan pengangkutan TBS dari TPH ke pabrik dengan unit transportasi. Tandan buah segar yang telah dipanen harus segera diangkut untuk menghasilkan rendemen minyak yang tinggi serta kadar asam lemak bebas < 3% (Sunarko, 2007). METODE Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Divisi 2 Bangun Koling Estate PT Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, yang dilakukan selama empat bulan dimulai dari 5 Februari 2016 sampai 5 Juni Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan yang digunakan adalah melaksanakan seluruh kegiatan yang sudah dilaksanakan di perusahaan, baik dengan metode langsung maupun tidak langsung yang bertujuan memperoleh data primer dan sekunder. Metode langsung adalah praktek kerja langsung ke lapang (untuk mendapatkan data), wawancara dan diskusi. Metode tidak langsung dilakukan melalui pengumpulan laporan bulanan, laporan tahunan dan arsip kebun. Kegiatan magang pada bulan pertama adalah bekerja langsung sebagai karyawan harian lepas (KHL), menjadi pendamping mandor pada bulan kedua, menjadi pendamping asisten divisi pada bulan ketiga dan keempat. Selama kegiatan berlangsung prestasi kerja dicatat pada jurnal harian. Kegiatan yang dilakukan sebagai KHL adalah mengikuti pekerjaan yang sudah ditentukan waktunya oleh perkebunan seperti pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan hingga pemanenan. Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping mandor adalah menyusun rencana kegiatan harian, menentukan jumlah tenaga kerja, memimpin apel pagi, mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh KHL, mengarahkan karyawan, membuat laporan harian mandor dan mengisi administrasi pada tingkat mandor. Mandor yang membimbing selama magang adalah mandor 1, mandor panen, mandor perawatan, mandor pupuk, mandor BSS, krani divisi, krani panen dan krani transpor. Kegiatan yang dilakukan sebagai

21 pendamping asisten divisi (dibawah bimbingan asisten yang ditunjuk) antara lain memimpin karyawan pada apel pagi serta membuat rencana kerja harian dan bulanan. 5 Pengamatan dan Pengumpulan Data Data yang didapatkan dalam kegiatan magang yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari pengamatan secara langsung pada praktik kerja di lapangan, ataupun dengan wawancara kepada pekerja yang bertugas di lapangan maupun kantor kebun. Data sekunder diperoleh dari perkebunan meliputi lokasi dan letak geografis kebun, keadaan tanah dan iklim, luas areal dan tata guna lahan, peta wilayah, peta kebun dan struktur organisasi perusahaan. Pengamatan yang dilakukan adalah: 1. Angka Kerapatan Panen dan Estimasi Produksi Kerapatan panen merupakan salah satu peubah yang sangat penting dalam penentuan taksasi produksi untuk keesokan harinya. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan dan dilakukan pada setiap blok panen dalam satu seksi panen. Kerapatan panen dapat diketahui melalui taksasi produksi yang ditentukan. Jumlah buah matang Kerapatan panen x 100% Jumlah tanaman yangdiamati 2. Kebutuhan Tenaga Panen Pengamatan kebutuhan tenaga panen harian dilakukan berdasarkan wawancara dengan asisten divisi serta pengamatan langsung dengan mengamati jumlah pemanen yang ada. Jumlah tenaga panen lalu dibandingkan dengan jumlah tenaga panen ideal sesuai standar perusahaan. 3. Alat panen dan Alat pelindung diri (APD) Data alat panen diambil berdasarkan pengamatan secara langsung di lapang dan mencatat seluruh alat bantu yang digunakan pemanen tersebut. Pengamatan APD dilakukan terhadap seluruh pemanen dengan ulangan berupa kemandoran panen. 4. Kapasitas panen Pengamatan dilakukan terhadap 30 orang pemanen pada tiga kemandoran selama satu rotasi panen dengan tujuan membandingkan pada tingkat usia dan lama bekerja. 5. Mutu buah. Pengamatan mutu buah dilakukan selama dua rotasi panen dalam satu seksi panen. Jumlah buah yang diamati adalah 100 tandan per satu seksi panen. 6. Kehilangan Hasil (losses) Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati mutu ancak dan mutu TPH, kemudian dibandingkan dengan standar perusahaan. 8. Transportasi buah Pengamatan yang diamati adalah jumlah buah yang dikirim, waktu muat, waktu tempuh ke PKS, kecepatan rata - rata, berat muatan dan jumlah pekerja.

22 6 Analisis Data dan Informasi Analisis yang digunakan dalam mengolah data yang diperoleh dari kegiatan magang di perkebunan kelapa sawit adalah analisis secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk mencari nilai rata-rata dan persentase yang kemudian dideskripsikan dengan pembanding norma baku dan standar yang berlaku di perusahaan ataupun melalui studi pustaka. Analisis kuantitatif dilakukan dengan uji t-student menggunakan software Minitab 16. Uji t-student digunakan untuk membandingkan suatu data yang diperoleh. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji t-student pada taraf 5% untuk pengolahan data deskriptif kuantitatif. Rumus yang digunakan sebagai berikut: t-hitung = S P = Keterangan: x 1, x 2 : nilai tengah pengamatan contoh 1 dan 2, : ragam pengamatan contoh 1 dan 2 n 1, n 2 : jumlah contoh 1 dan 2 S p : simpangan baku gabungan Nilai berbeda nyata apabila t hit > t tabel dan tidak berbeda nyata apabila t hit < t tabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5% dan db (n 1 +n 2-2) (Walpole, 1997). KEADAAN UMUM Letak Geografis dan Letak Wilayah Administratif Bangun Koling Estate (BKLE) PT Windu Nabatindo Abadi terletak di Desa Tumbang Koling, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Secara geografis BKLE masuk ke dalam Waktu Indonesia Barat (WIB) dengan letak geografis berada di antara 112,01 o - 113,09 o Bujur Timur dan 1,45 o - 1,85 o Lintang Selatan (Lampiran 4). BKLE secara administratif berbatasan sebelah Utara dengan Sungai Mirah Minting Estate (SMME), sebelah Timur dengan Sungai Cempaga Estate (SCME), sebelah Barat dengan PT Tunas Agro Subur Kencana (PT TASK) dan sebelah Selatan dengan perkebunan masyarakat. Keadaan Iklim dan Tanah Data curah hujan menunjukkan bahwa rata - rata curah hujan di BKLE adalah mm per tahun dengan rata - rata hari hujan 115 hari per tahun dengan 10 bulan basah dan 1,2 bulan kering (Lampiran 5). Berdasarkan sistem klasifikasi iklim Schmidth - Ferguson, BKLE termasuk kedalam tipe iklim A (sangat basah) dengan nilai Q = 12%. Kondisi topografi di BKLE yaitu tergolong datar dengan keadaan tanah yang dominan adalah jenis tanah Inseptisol, selain itu di BKLE terdiri atas jenis tanah Ultisol, Inseptisol, Entisol, dan Hitosol. BKLE termasuk pada kelas S3 pada kesesuaian lahan dengan faktor pembatas tekstur tanah berpasir.

23 7 Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan BKLE memiliki luas areal sebesar 3.025,3 ha, terbagi ke dalam 2 areal, yaitu areal yang diusahakan dan areal tidak dapat ditanam. Areal yang diusahakan, terdiri dari areal pertanaman kelapa sawit seluas 2.529,8 ha dengan tahun tanam 2006 sampai 2011 dan areal prasarana berupa emplasemen seluas 67,1 ha serta jalan dan jembatan 72,4 ha (Tabel 1). Pada areal pertanaman BKLE memiliki 3 Divisi, Divisi 1 memiliki luas 811,93 ha, Divisi 2 memiliki luas 860,29 ha, dan Divisi 3 memiliki luas 857,43 ha. Areal yang tidak bisa ditanam memiliki luas 356 ha meliputi tanah desa, bukit, sungai, rawa dan pasir. Tabel 1. Luas areal dan tata guna lahan BKLE Uraian Luas (ha) I Areal diusahakan A. Areal ditanam TM , , , , , Jumlah 2.529,8 B. Areal Prasarana Emplasemen/ bangunan lainnya 67,1 Jalan dan jembatan 72,4 Jumlah 139,5 II. Areal tidak bisa ditanam Tanah desa 53 Bukit, sungai, rawa, pasir dll 303 Jumlah 356 Total luas areal kebun 3.025,3 Sumber: Data Kebun BKLE (2016) Keadaan Tanaman dan Produksi BKLE termasuk areal kebun inti, yang menggunakan bibit kelapa sawit varietas tenera yang berasal dari progeni Merihat, Socfindo, Costa Rica, Lonsum dan Papua New Guinea. Jarak tanam yang digunakan adalah 9,2 m x 9,2 m x 9,2m dengan stand per ha (SPH) 136 tanaman. Pada kenyataannya SPH di lapang bervariasi (Tabel 2), ini disebabkan tidak semua area dalam blok dapat ditanami dan tidak semua tanaman dapat tumbuh dengan baik. Jumlah populasi tanaman di BKLE dapat dilihat pada Tabel 2.

24 8 Tabel 2. Jumlah populasi tanaman di BKLE tahun 2016 Divisi Luas tanam (ha) Populasi SPH (tanaman) (tanaman per ha) 1 811, , , Rata-rata 131 Total 2.529, Sumber: Data Kebun BKLE (2016) BKLE mulai berproduksi pada tahun Produksi dan produktivitas kelapa sawit di BKLE ( ) menunjukkan peningkatan pada setiap tahun (Tabel 3). Tabel 3. Produksi dan produktivitas panen TBS di BKLE tahun Tahun Luas TM (ha) BJR (kg) Produksi (ton) Produktivitas (ton ( ˡ ha , , , , , , , , , ,12 Keterangan: TM = tanaman menghasilkan, BJR = berat janjang rata - rata. Sumber: Data Kebun BKLE (2016) Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Struktur organisasi di BKLE dipimpin oleh seorang estate manager yang dibantu oleh kepala administrasi dan tiga asisten divisi. BKLE terbagi menjadi tiga divisi, setiap divisi dipimpin oleh seorang asisten divisi dibantu oleh mandor 1, krani divisi, mandor panen, krani panen, mandor perawatan, mandor BSS (BGA Spraying System), mandor BMS (BGA Manuring System) dan krani transpor. Kepala administrasi dibantu oleh mantri, admin tanaman, kasir, personalia dan krani gudang. Estate manager memiliki tanggung jawab terhadap kebun yang dikelolanya. Estate manager memiliki tugas yaitu seperti mengelola dan mempimpin estate, menyusun anggaran tahunan dan bulanan yang meliputi produksi, biaya, areal statement dan sumber daya manusia. Asisten divisi bertanggung jawab kepada estate manager dalam pekerjaannya. Asisten divisi memiliki tugas yaitu merencanakan dan melaksanakan kegiatan teknis di lapangan, mengontrol dan memonitoring semua kegiatan teknis di lapang dan melaporkan kepada estate manager. Kepala administrasi adalah orang yang bertugas untuk mengelola semua kegiatan administrasi yang ada di kebun. Kepada administrasi bekerja di kantor kebun dan dibantu oleh karyawan kantor kebun. Struktur organisasi BKLE dapat dilihat di Lampiran 6.

25 Ketenagakerjaan di BKLE terdiri dari karyawan staf dan karyawan non staf. Karyawan staf terdiri dari estate manager, asisten divisi dan kepala administrasi. Karyawan nonstaf terdiri dari karyawan bulanan, karyawan harian tetap (KHT) dan karyawan harian lepas (KHL). Data jumlah karyawan staf dan non staf dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah tenaga kerja di BKLE pada April 2016 No Status Karyawan Laki - laki Perempuan Jumlah (orang) 1 Staf Pekerja tetap bulanan Pekerja tetap harian Pekerja tidak tetap Total tenaga kerja 306 Sumber : Data Kebun BKLE (2016) Indeks tenaga kerja adalah sebuah perbandingan antara jumlah total tenaga kerja dengan luasan areal kebun. Indeks tenaga kerja di BKLE yaitu 0,10 dengan menerapkan 7 jam kerja per hari (kecuali hari jumat 5 jam kerja per hari) dan 6 hari kerja per minggu. Standar ITK untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0,16-0,2 orang per ha. Hal ini menunjukkan bahwa ITK BKLE masih dibawah ITK standar perkebunan kelapa sawit yang ada. Sistem pembagian gaji dan tunjangan bulan yang didapatkan pekerja memiliki proporsi yang berbeda - beda. Karyawan di BKLE pun diberikan fasilitas yang sama dari pihak kebun meliputi rumah, listrik, air, poliklinik, lapangan olahraga, sekolah, bus sekolah, masjid dan tempat penitipan anak (TPA). 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan kegiatan magang di BKLE terbagi dua aspek kegiatan yaitu aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis adalah kegiatan yang dilakukan sebagai karyawan lapangan. Kegiatan aspek teknis yang dilakukan meliputi pengendalian gulma secara manual dan kimiawi, pengendalian hama, leaf sampling unit (LSU), soil sampling unit (SSU), pemupukan, black bunch cencus (BBC), hatch hand carry, penunasan pelepah dan pemanenan. Aspek manajerial adalah kegiatan yang dilakukan sebagai pengawas, evaluasi, perencanaan dan administrasi sebagai mandor dan asisten. Asisten divisi pembimbing memberikan pengarahan pada setiap kegiatan magang yang dilakukan. Aspek teknis dan aspek manajerial dilakukan dengan bekerja aktif sebagai karyawan harian, pendamping mandor dan pendamping asisten. Waktu yang ditetapkan sebagai hari kerja di perusahaan yaitu Senin - Sabtu pukul WIB dan terdapat waktu istirahat selama 30 menit pada pukul WIB. Kegiatan kebun dimulai dengan mengikuti apel. Apel dilakukan pada pagi hari dan sore hari. Apel pagi bertujuan untuk memberi pengarahan kerja kepada setiap karyawan dan untuk mengisi daftar kehadiran karyawan. Apel pagi terdapat dua tahap. Apel pagi tahap pertama berlangsung pada pukul WIB yang dihadiri asisten divisi, mandor 1, mandor

26 10 panen, mandor perawatan, mandor BSS, krani panen dan krani transpor. Apel pagi tahap kedua dihadiri oleh seluruh pekerja lapang, setelah apel pagi tahap pertama selesai. Apel sore dilakukan pada pukul WIB. Apel sore dilakukan untuk melakukan kegiatan administrasi (pembuatan laporan) dan mengevaluasi pekerjaan yang dilakukan pada hari tersebut. Apel sore dihadiri oleh asisten divisi, mandor 1, mandor panen, mandor perawatan, mandor BSS, krani panen, krani transpor dan krani divisi. Aspek Teknis Leaf Sampling Unit (LSU) Leaf Sampling Unit (LSU) adalah kegiatan pengambilan contoh daun untuk mengetahui tingkat ketersediaan hara pada tanaman tersebut. Hasil dari LSU dapat menjadi rekomendasi pupuk yang akan diberikan selama satu tahun kedepan. Alat yang harus dipersiapkan yaitu egrek, pisau atau cutter, meteran atau alat ukur, cat, format LSU, plastik dan alat tulis. Kegiatan LSU dilakukan oleh tiga orang tenaga kerja yaitu satu orang bertugas mengambil pepelah daun dengan menggunakan egrek, satu orang mengambil contoh daun dan satu orang mencatat hasil sensus. Prosedur yang dilakukan dalam LSU ini yaitu tanaman yang dijadikan contoh harus normal dan tidak terserang penyakit. Pengambilan contoh daun dilakukan dengan norma 1 tanaman setiap 1 ha untuk blok dengan luasan 30 ha, sedangkan blok yang luasan > 30 ha maka dilakukan dengan norma 1 tanaman setiap 1,5 ha. Tanaman contoh diambil dengan pola diagonal dari Selatan - Timur menuju Utara - Barat atau sebaliknya disesuaikan kondisi lapang. Baris contoh menggunakan kelipatan 4, dimulai dari baris ke 4, 8, 12, 16, 20, dst. Satu baris contoh hanya terdapat satu tanaman (misalnya baris tanaman ke 4, sampel pada pokok ke 4; baris tanam ke 8, sampel pada pokok ke 5, dst.). Pengambilan contoh daun pada tanaman contoh dilakukan dengan mengambil pelepah nomor 17 (pada TM) atau nomor 9 (TBM) yang dipotong menggunakan egrek. Pelepah selanjutnya dibagi menjadi tiga bagian, bagian ujung dan pangkal dibuang lalu sisakan bagian tengah. Tiga anak daun dari setiap sisi bagian tengah pelepah tersebut diambil. Anak daun tersebut dipisahkan dengan lidinya dan diambil hanya bagian tengahnya saja dengan panjang cm. Pengukuran vegetatif tanaman dilakukan hanya 20% dari total tanaman contoh, yaitu pada tanaman contoh 5, 10, 15, 20, 25 dan 30. Pengukuran vegetatif tanaman yang dilakukan adalah perhitungan jumlah pelepah, pengukuran lebar daun dan tebal petiole pelepah ke 17 (pokok TBM pelepah ke 9), pengukuran tinggi pokok (dari permukaan tanah sampai pelepah terakhir), panjang dan lebar anak daun, diameter batang dan jumlah helai daun. Setelah selesai, contoh daun diantar ke kantor divisi yang kemudian akan diambil oleh Departemen Riset. Pengamatan LSU dilakukan di blok K23 dengan luasan 30,53 ha dengan tiga pekerja. Standar prestasi yang diberikan oleh pekerja yaitu 10 ha per HK. Prestasi kerja pekerja realisasi adalah 10,17 ha. Soil Sampling Unit (SSU) Soil sampling unit (SSU) adalah kegiatan pengambilan sampel tanah untuk mengetahui persentase unsur hara yang terdapat ditanah tersebut. Kegiatan SSU

27 ini berterkaitan terhadap dosis pemberian pupuk pada pertanaman kelapa sawit. Kegiatan SSU dilakukan sebanyak satu kali dalam satu tahun. Selain LSU, kegiatan SSU sangat penting untuk dilakukan karena antara LSU dan SSU ada suatu keterkaitan terhadap pemberian dosis pupuk yang tepat. Prosedur yang dilakukan dalam SSU ini yaitu pertama memilih blok contoh pertahun tanam disetiap divisi. Divisi 2 memiliki 5 tahun tanam yaitu tahun tanam 2006, 2007, 2008, 2009 dan 2010, berarti pada Divisi 2 dipilih 5 blok dengan tahun tanam tersebut. Alat yang digunakan untuk pengambilan contoh tanah ini yaitu bor tanah, plastik dan pelabelan. Pengambilan contoh tanah pada setiap blok dilakukan dengan menetukan 3 jalur pertanaman kelapa sawit yaitu 3 jalur, jalur sampel pertama dan kedua berada 3 jalur terluar blok dari main root (MR) dan satu jalur sampel berada di jalur tengah blok. Pada satu jalur diambil 3 titik pengambilan sampel tanah yaitu pada antara baris ke 3 dan ke 4 tanaman kelapa sawit, titik kedua yaitu pada baris tengah atau pasar tengah tanaman, dan titik ketiga yaitu pada antara baris ke 3 dan ke 4 terakhir. Contoh tanah yang diambil pada setiap titik yaitu dengan kriteria tanah dengan kedalaman 0-30 cm dan cm, setiap contoh tanah dimasukan kedalam plastik berbeda sesuai kriteria kedalaman tanahnya dan diberikan label. Setelah semua sampel tanah terkumpul maka aduk sampai merata pada masing masing kriteria kedalamannya, kemudian ambil sekitar 1 kg tanah tersebut pada masing - masing kriteria kedalaman untuk dilakukan pengujian. Setelah pengambilan sampel ini dilakukan sampel akan diambil oleh Departemen Riset. Penunasan Pelepah Penunasan pelepah adalah kegiatan pemeliharaan pelepah produktif dengan cara mengurangi jumlah pelepah sampai pada batas tertentu yang tidak menyebabkan terganggunya kemampuan daun melakukan fotosintesis secara optimal (BGA, 2010). Henson dan Dolmat (2003) menyatakan produksi juga berpengaruh terhadap perkembangan pelepah dalam hal penyerapan cahaya, sehingga kegiatan mempertahankan jumlah pelepah optimum penting dilakukan. Tujuan penunasan adalah untuk mempermudah pekerjaan potong buah, menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak pelepah, memperlancar proses penyerbukan alami, menghindari penguapan yang berlebihan pada musim kemarau dan sanitasi. Over pruning dan under pruning harus dihindari guna tercapainya tujuan penunasan dan produksi optimum. Over pruning dapat menyebabkan peningkatan gugurnya bunga betina, penurunan seks rasio (peningkatan bunga jantan) dan penurunan bobot janjang rata-rata (BJR), sedangkan under pruning dapat menyebabkan terganggunya pelaksanaan potong buah. Penunasan di BKLE menerapkan jumlah kecukupan pelepah sesuai ketentuan songgo dua dan songgo tiga (Tabel 5) yaitu dengan jumlah pelepah dan Hal ini sesuai dengan pernyataan Gromikora et al. (2014) bahwa produksi TBS terbaik diperoleh dengan mempertahankan jumlah pelepah sebanyak BKLE dalam kegiatan penunasan juga menerapkan sistem progresif pruning yaitu penunasan yang dilakukan sepanjang tahun bersamaan dengan kegiatan panen. Penunasan dibayar dengan harga Rp 600 per tanaman dan 11

28 12 dibayarkan tiga bulan sekali sebagai premi. Premi tidak akan dibayarkan oleh pihak perusahaan apabila masih terdapat over pruning dan under pruning di lapang. Tabel 5. Ketetapan songgo berdasarkan umur tanaman Songgo Umur Jumlah pelepah (pelepah) 3 TM 1 - TM > TM Sumber: SOP BGA (2016) Penyusunan pelepah setelah pruning disusun diantara tanaman dalam baris dan di tengah gawangan mati. Penyusunan pelepah pada areal yang datar disusun membentuk huruf U (U - shape) dengan lebar 1,5 m dan dipastikan tidak ada pelepah dipiringan, pasar rintis dan parit atau sungai. Penyusunan pelepah pada areal berbukit disusun secara zig - zag diletakkan diantara barisan tanaman. Keuntungan dari penyusunan pelepah tersebut yaitu dapat menekan pertumbuhan gulma di tengah gawangan, sebagai bahan pupuk organik, menjaga struktur tanah dari erosi dan mempertahankan kelembaban sehingga merangsang pertumbuhan akar (BGA 2010). Pengendalian Gulma Pengendalian gulma merupakan salah satu kegiatan pemeliharan yang sangat penting dilakukan dalam pelaksanaan pembudidayaan tanaman. Pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi persaingan antara gulma dengan tanaman yang dibudidayakan dalam memperebutkan air tanah, cahaya matahari, unsur hara, udara, ruang tumbuh. Gulma dominan yang ada di BKLE adalah Asystasia intrusa, Ageratum conyzoides, Nephrolepis biserrata, Stenochlaena palustris dan kentosan. Pengendalian gulma di BKLE dilakukan secara manual dan kimia pada piringan, pasar pikul, gawangan mati, serta tempat pengumpulan hasil (TPH). Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan menggunakan alat seperti parang, cados, dan arit untuk mengendalikan gulma yang tumbuh di piringan, pasar pikul, gawangan mati, gulma yang merambat ke tanaman kelapa sawit dan dongkel anak kayu. Pengendalian gulma secara manual dipimpin oleh mandor perawatan. Mandor memberikan pekerjaan kepada para karyawan dengan mengunakan metode ancak giring. Prestasi yang ditetapkan perusahaan untuk jenis pekerjaan pengendalian gulma adalah 1 ha per HK untuk kondisi gulma yang ringan dan 0,5 ha per HK untuk kondisi gulma yang berat. Pengamatan dilakukan pada blok N24 di divisi 2 BKLE dengan jenis pekerjaan membersihkan kentosan, membersihkan pasar pikul, piringan, dan membersihkan tanaman Mucuna bracteata yang melilit tanaman kelapa sawit. Kegiatan pengendalian gulma secara manual dilakukan oleh pekerja wanita dengan prestasi kerja 0,8 ha per HK, output yang didapatkan para pekerja itu tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan dengan kondisi gulma yang ringan, penyebabnya adalah kondisi cuaca yang tidak mendukung atau hujan deras saat pekerjaan berlangsung. Pengendalian gulma secara kimia. Pengendalian gulma secara kimia di BKLE dikelola oleh tim BGA Spraying System (BSS). BSS dipimpin oleh seorang asisten divisi dibantu oleh seorang mandor. Jumlah tenaga pengendalian gulma

29 secara kimia adalah 21 orang yang terbagi atas 7 kelompok kerja, 1 kelompok kerja terdiri dari 3 orang. Alat yang digunakan dalam pengendalian gulma secara kimia yaitu adalah sprayer semi - otomatis SA15 dengan kapasitas 15 l dengan nozel jenis VLV 100. Herbisida yang digunakan oleh tim BSS terdiri dari bahan aktif glifosat 486 g, ˡ l metil metsulfuron 20% dan agristick. Alat pelindung diri (APD) yang digunakan yaitu apron, helm, kacamata, masker, sarung tangan, dan sepatu boot. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan untuk mengendalikan gulma pada daerah piringan, pasar rintis dan TPH dengan menggunakan herbisida berbahan aktif glifosat dengan dosis 0,2 l ha -1 dicampur dengan herbisida berbahan aktif metil metsulfuron 0,025 g ha -1, serta ditambahkan agristick apabila kondisi lapang basah. Kegiatan tenaga kerja pengendalian gulma secara kimia diawali dengan mengikuti apel pagi dilanjutkan dengan pengecekan peralatan semprot serta APD. Tenaga kerja diantar ke lapang dengan menggunakan truk unit semprot (TUS). Setiba di lapang, alat semprot diisi dengan larutan herbisida sesuai dengan dosis yang telah ditentukan lalu dicampurkan air bersih yang ada di TUS. Tenaga pengairan selain bertugas menakar herbisida ke alat semprot juga bertugas membagi ancak tenaga semprot. Pengendalian gulma diareal pasar rintis dilakukan dengan lebar 1,2-1,5 m, diareal piringan dilakukan dengan jari - jari 2 m dari tanaman, dan seluruh areal TPH. Jika larutan habis sebelum ancak selesai maka tenaga semprot wajib menandakannya dengan menancapkan bendera kuning sebagai tanda batas. Kegiatan pengendalian gulma secara kimia dapat dilihat pada Gambar 1. Pengamatan terhadap pengendalian gulma secara kimia dilakukan di blok K16 dan K17 dengan jenis pekerjaan penyemprotan piringan, pasar rintis dan TPH. Herbisida yang digunakan berbahan aktif glifosat dicampur dengan metil metsulfuron dan agristick. Prestasi kerja tenaga kerja penyemprot yaitu 3 ha per HK. 13 a b c d a) Apel pagi tim BSS b) Persiapan berangkat ke lapang tim BSS c) Pengisian air kedalam sprayer d) Kegiatan penyemprotan di lapang Gambar 1. Kegiatan pengendalian gulma secara kimia di BKLE

30 14 Pemupukan Kemampuan lahan dalam penyediaan unsur hara secara terus - menerus bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit yang berumur panjang sangatlah terbatas. Keterbatasan daya dukung lahan dalam penyediaan hara ini harus diimbangi dengan penambahan unsur hara melalui pemupukan (Pahan 2008). Pemukukan adalah kegiatan pemenuhan unsur hara tanaman guna menghasilkan produksi yang optimal pada tanaman. Tanaman untuk pertumbuhan dan berkembangbiak membutuhkan zat hara makro N, P, K, Mg dan Ca serta unsur mikro lainnya seperti B, Cl, S, Zn, Cu dan lain-lain. Dengan adanya pemupukan tanaman akan tercukupi ketersediaan unsur hara yang dapat membuat tanaman tersebut memproduksi buah secara maksimal dan tidak rentan terserang hama dan penyakit. Kegiatan pemupukan di Bumitama Gunajaya Agro (BGA) didasarkan pada 7T yaitu tepat dosis, tepat waktu, tapat aplikasi, tepat jenis, tepat sasaran, tepat administrasi, dan tepat aman. Pemupukan di BGA terdiri dari pemupukan organik dan pemupukan anorganik. Pupuk organik berasal dari limbah - limbah pabrik kelapa sawit yaitu dalam bentuk cair dan padatan. Pemupukan di BKLE dalam pemupukan organik menggunakan pengaplikasian limbah pabrik dalam bentuk padatan berupa janjang kosong (JJK). Penggunaan JJK berasal dari sisa TBS yang diolah di PKS, produksi JJK yaitu 20-21% dari TBS. Aplikasi JJK sangat bermanfaat ditanah berpasir dapat sebagai mulsa untuk meningkatkan daya menampung air tanah, dan pada tanah yang mempunyai kemiringan atau lereng bermanfaat untuk mencegah erosi. JJK mengandung unsur hara utama N, P, K dan Mg. Satu ton JJK rata - rata mengandung unsur hara 5 kg urea, 1 kg TSP, 16 kg MOP, 4 kg Kieserite. Aplikasi JJK di BKLE menggunakan dosis 300 kg per tanaman menghasilkan dalam satu tahun. JJK diaplikasikan dengan cara yaitu JJK harus segera diangkut dari PKS ke lapangan maksimum satu minggu setelah dihasilkan oleh PKS. JJK diangkut dari PKS ke lapangan dengan dump truck, lalu ditumpuk di collection road (CR). Tumpukan JJK di CR diangkut dengan angkong ke dalam barisan tanaman untuk diaplikasikan kesetiap tanaman. Pemberian JJK diberikan secara merata satu lapis disekitar tanaman kelapa sawit. JJK hanya diaplikasikan satu kali dalam satu tahun pada setiap bloknya. Dasar pemberian pupuk anorganik di BGA yaitu berdasarkan hasil analisis daun, kesuburan tanah, potensi produksi tanaman dan pengamatan tanaman, curah hujan, sejarah pemupukan, umur tanaman, serta berbagai hasil percobaan yang dilakukan Departemen Riset. Dosis dan jenis pupuk anorganik disusun oleh Departemen Riset setiap tahunnya dan rekomendasi pemupukannya disusun berdasarkan blok pertahun tanam. Pemupukan anorganik di BKLE dikelola oleh BGA Manuring System (BMS). BMS dipimpin oleh satu asisten koordinator dalam satu kebun. Tenaga kerja pemupukan terdiri dari mandor koordinator, mandor until, mandor tabur, tenaga until pupuk, tenaga ecer pupuk, tenaga tabur pupuk dan tenaga bongkar muat pupuk. Rekomendasi pemupukan anorganik BKLE tahun 2016 yang digunakan yaitu urea, Rock Phosphate (RP), Muriate of Potash (MOP), Kieserite dan Borate (Tabel 6).

31 15 Tabel 6. Rekomendasi pemupukan anorganik BKLE tahun 2015 Tahun tanam Aplikasi Urea RP MOP Kieserite Borate 2006 I II III I II III I II III I II III I II III I II III Sumber: Data Kebun BKLE (2016) Peralatan yang digunakan untuk penguntilan pupuk yaitu serokan, takaran until yg telah dikalibrasi, karung untuk untilan, pisau untuk memotong tali karung pupuk, bodem atau pemukul, perata, timbangan serta APD, sedangkan peralatan yang digunakan untuk penaburan pemupukan anorganik yaitu kendaraan angkut dan lansir pupuk, angkong, takaran aplikasi pupuk, gendongan penampung pupuk dan APD. APD yang digunakan tenaga until dan tenaga penabur yaitu terdiri dari appron, kacamata pelindung, masker, sepatu boots dan sarung tangan. Penguntilan pupuk. Pekerjaan penguntilan pupuk dimulai setelah melakukan apel pagi, yang diawali dengan mempersiapkan alat kerja yang dibutuhkan dan melakukan pengecekan terhadap perlengkapan penguntilan pupuk, setelah itu membuat catatan pada papan yang berisi data pekerjaan penguntilan yang dilakukan pada hari tersebut (Gambar 2). Pupuk lama diutamakan untuk segera diuntil supaya tidak menumpuk dirumah until. Pupuk yang masih terdapat didalam karung terlebih dahulu dihaluskan dengan menggunakan alat palu kayu, selanjutnya karung pupuk dibuka dengan cara menarik benang bukan menyobek, ini bertujuan supaya karung dapat dipergunakan kembali. Selanjutnya pupuk di hamparkan diatas alas. Pupuk ditakar sesuai volume yang telah ditentukan dengan menggunakan takaran untilan, diratakan dengan mengggunakan kayu, kemudian masukan ke dalam karung untilan yang sudah disediakan dan diikat menggunakan tali. Setelah penguntilan selesai maka karung until ditumpuk dengan rapi sesuai blok aplikasinya. Sebelum dimuat ke dump truk, pada untilan diambil contoh secara acak untuk dilakukan penimbangan untuk memastikan kesesuaian volume. Pengamatan dilakukan pada saat penguntilan pupuk MOP dengan bobot satu untilan adalah 12 kg untuk 8 tanaman. Tenaga penguntil pupuk berjumlah 9 orang. Norma kerja standar yang ditetapkan adalah kg per HK.

32 16 a b c a. Tabel pencatatan untilan b. Penyusunan untilan c. Penguntilan pupuk Gambar 2. Kegiatan di gudang pupuk BKLE Pelansiran pupuk. Pelansiran pupuk dilakukan oleh tenaga kerja bongkar muat. Pelansir pupur bertugas untuk menaikkan untilan pupuk dari rumah BMS ke trasportasi pupuk (dump truk), yang selanjutnya dilansir pada salah satu collection road (CR) blok yang akan diaplikasikan sesuai dengan jumlah untilan yang dibutuhkan. Tenaga bongkar muat dalam kegiatan pelansiran berjumlah 3 orang dengan norma kerja tenaga kg per HK. Pengeceran dan penaburan pupuk. Tenaga pengecer dan penabur pupuk dibagi kedalam kelompok kerja, dalam satu kelompok kerja terdiri dari 2 orang penabur dan 1 orang pengecer. Tenaga pengecer bertugas untuk mengambil dan membawa untilan pupuk dari CR ke dalam blok yang kemudian diecer sesuai dengan titik ecer untilan tersebut. Kegiatan pengeceran dan penaburan pupuk tercantum pada Gambar 3. Penaburan pupuk dilakukan di ancak masing - masing pada setiap tanaman secara berurutan sesuai pembagian ancak yang diberikan oleh mandor tabur. Sebelum pengaplikasian pemupukan harus dipastikan piringan tanaman bersih atau bebas dari gulma agar penyerapan pupuk oleh tanaman kelapa sawit dapat optimum. Pupuk urea disebar di luar piringan dalam radius 1 m dari batang sampai batas luar piringan, sedangkan pupuk TSP, MOP, Kieserite, Dolomite disebar di luar piringan mulai dari batas lingkaran sampai 1,5 m ke arah luar (3,5 m dari batang). Areal dengan kondisi berlereng atau miring dan dekat dengan parit hanya ditabur setengah lingkaran untuk mencegah run off. Karung bekas pemupukan harus dikumpulkan oleh tenaga pengecer setelah pelaksanaan pemupukan selesai, karung bekas pemupukan yang sudah terkumpul digulung tiap 10 karung untuk memudahkan penghitungan, selanjutnya dibawa kegudang dengan administrasi yang dapat dipertanggung jawabkan. Kegiatan pemupukan selesai semua takaran yang dipakai oleh tenaga penabur pupuk dikumpulkan oleh tenaga pengecer untuk dibawa ke gudang sehingga dapat digunakann kembali untuk rencana pemupukan selanjutnya. Bila terjadi hujan pada waktu pemupukan, maka pupuk yang masih ada ditutup dengan terpal, sedangkan bila sampai jam kerja usai kondisi masih hujan maka sisa pupuk yang berada di lapangan dibawa kembali ke gudang atau tetap berada di lapangan dengan diberi tenaga pengamanan. Pengamatan dilakukan pada aplikasi MOP di blok K23 dan K24 divisi 2 BKLE dengan dosis 1,5 kg per tanaman dengan norma kerja dari tenaga tabur pupuk adalah 650 kg per HK.

33 17 a b a. Pengeceran pupuk anorganik b. Penaburan pupuk anorganik Gambar 3. Kegiatan pemupukan di BKLE. Pengendalian Hama Pengendalian hama adalah salah satu aspek yang perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil produksi yang optimal. Serangan hama yang terdapat di BKLE yaitu hama tikus, kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros), Tirathaba mundella dan rayap. Pengendalian hama yang dilakukan di BKLE yaitu pengendalian hama Tirathaba mundella dan hama tikus. Ulat perusak tandan (Tirathaba mundella) adalah salah satu ulat perusak yang sangat merugikan. Serangan Tirathaba mundella dapat menyebabkan buah busuk dan berat tandan berkurang. Pada tahap yang serius akan menigkatkan ALB (asam lemak bebas) dalam minyak. Serangan Tirathaba mundella lebih banyak dijumpai pada tanah gambut dan tanah pasir, terutama pada kawasan semak dan lembab. Cara pengendalian Tirathaba mundella yaitu sanitasi semua tandan busuk terlebih dahulu, lakukan penyemprotan selektif bila > 5% tanaman terserang dan berhenti semprotan bila semua tandan terlihat kilat, lakukan penyemprotan selektif pada buah terserang Tirathaba mundella menggunakan Bacillus thuringiensis (dipel WP dosis 1 g l -1 air) setiap dua minggu dan penyemprotan dilakukan melingkari seluruh buah pada tanaman kelapa sawit (Gambar 4). Pengendalian hama yang kedua di BKLE Divisi 2 yaitu hama tikus. Tikus pada tanaman menghasilkan akan merusak atau memakan mesokarp buah (daging buah) baik pada tandan muda maupun tandan yang sudah matang. Pengendalian hama tikus dilakukan dengan 2 cara di BKLE yaitu dengan memelihara musuh alami tikus yaitu Tyto alba (burung hantu) dan dengan pengaplikasian racun tikus. Pengembangan burung hantu dilakukan untuk mengandalikan hama tikus dengan cara membuat membuat rumah burung hantu (Gambar 4). Pemeliharaan musuh alami dipilih Tyto alba karena sepasang burung hantu mampu mengkonsumsi tikus rata - rata ekor tikus per tahun, selain itu tidak membahayakan bagi pekerja dikebun dibandingkan ular. Pengendalian tikus yang kedua dilakukan apabila serangan sudah > 5% yaitu dengan pengaplikasian racun tikus rodentisida antikoagulan, berupa umpan siap pakai berbentuk blok segiempat, berwarna hijau kebiru - biruan, dengan bahan aktif brodifakum 0,005%. Cara pengaplikasian racun tikus yaitu aplikasi dilakukan blok demi blok, 1 butir per tanaman, letakkan dalam piringan tanaman, ganti racun setiap 4 atau 5 hari.

34 18 a b a. Pengendalian hama Tirathaba mundella b. Rumah burung hantu Gambar 4. Pengendalian hama di BKLE Black Bunch Cencus (BBC) Black Bunch Cencus (BBC) memiliki tujuan yaitu untuk mengetahuhi atau mengestimasi produksi selama empat bulan kedepan. BBC dilakukan dengan menghitung semua janjang yang ada di tanaman kelapa sawit dari contoh yang sudah ditentukan. Peralatan yang digunakan adalah cat warna putih, kuas, tongkat dengan pengait, format sensus dan alat tulis. Sensus BBC dilakukan di semua blok dengan mengambil sampel baris kelipatan sepuluh yang dimulai dari arah timur. Pada tanaman pertama disetiap baris awal masuk diberi tanda tapak jalan pada pelepahnya untuk memudahkan pengecekan oleh asisten. Penghitungan janjang dipermudah dengan penggunaan tongkat dengan pengait untuk menandai awal dimulai perhitungan janjang agar data yang didapatkan lebih akurat dan tepat. Kriteria janjang yang masuk hitungan yaitu buah yang telah pecah seludangnya hingga matang tetapi belum membrondol. Hasil perhitungan harus dituliskan di pelepah tanaman contoh dan di format sensus. Pemeriksaan dilakukan oleh asisten divisi setelah sensus dilakukan dengan memeriksa 4 baris secara acak pada tanaman yang telah di sensus, jika terjadi kesalahan lebih besar dari 5% maka sensus harus dilakukan ulang. Hatch and Carry Hatch and Carry merupakan teknik perpaduan antara introduksi atau pengembangan serangga penyerbuk Elaedobius camerunicus dan polinasi buatan, dengan pengunaan metode ini diharapkan fruitset yang didapatkan meningkat. Cara pengembangan serangga penyerbuk yaitu pilih dan potong bunga jantan berisi larva Elaeidobius camerunicus yang sudah berumur 2 minggu, masukkan potongan bunga jantan tersebut kedalam kantong yang dapat masuk udara, bawa ketempat atau areal dimana akan dikembangkan Elaeidobius camerunicus (Gambar 5), setelah 2 hari kumbang Elaeidobius camerunicus akan muncul kepermukaan jaring jaring di kotak hatch and carry yang kemudian jaring tersebut di ambil dan digantikan dengan jaring baru oleh mandor panen, kantung jaring yang berisi kumbang Elaeidobius camerunicus disimpan di kantor divisi dan diberikan polen ke kumbang Elaeidobius camerunicus sebagai vitamin kumbang tersebut. Pada keesokan harinya mandor panen membawanya ke tempat apel dan memberikannya kepada para pemanen untuk dilepaskan.

35 19 Gambar 5. Kotak hatch and carry di BKLE Pemanenan Panen merupakan induk dari kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit. Panen merupakan titik awal dari produksi dan terkait dari teknis budidaya (Lubis dan Widanarko, 2011). Kegiatan pemanenan terdiri dari memotong buah yang sudah matang, mengutip seluruh brondolan, pengangkutan buah ke TPH, penyusunan buah dan brondolan di TPH (Gambar 6). a b c d a. Pemotongan buah matang b. Pengutipan brondolan c. Pengangkutan buah ke TPH d. Penyusunan buah dan brondolan Gambar 6. Kegiatan pemanenan di BKLE Persiapan panen. Persiapan panen adalah kegiatan yang dilakukan sebelum memulai kegiatan panen, persiapan panen terdiri dari perhitungan angka kerapatan panen, estimasi produksi, organisasi panen, tenaga panen serta penentuan ancak pemanen dan rotasi panen. 1. Angka kerapatan panen dan estimasi produksi Angka kerapatan panen adalah perbandingan antara buah matang dengan jumlah tanaman pada luasan contoh yang akan dipanen. Angka kerapatan panen didapatkan dari kegiatan taksasi panen yang dilakukan satu hari sebelum panen.

36 20 Angka kerapatan panen akan mengketahui estimasi produksi yang akan didapatkan. Kegiatan taksasi dilakukan oleh mandor panen, dalam melakukan taksasi yang pertama dilakukan adalah menentukan baris contoh yang akan disensus, menghitung jumlah buah matang disetiap tanaman contoh serta mencatatnya kedalam format taksasi yang sudah tersedia. Pengamatan dilakukan sebanyak 3 seksi panen (Tabel 7). Tabel 7. Taksasi produksi dan produksi realisasi Divisi 2 BKLE Seksi panen Luas (ha) AKP (%) Rencana Produksi (janjang) Produksi (kg) AKP (%) Aktual Produksi (janjang) Produksi (kg) Varian produksi (%) 1 140,30 16, , , ,39 15, , , ,73 13, , ,95 Varian produksi adalah selisih dalam perbandingan antara produksi rencana dengan produksi aktual. Berikut contoh perhitungan varian produksi: Produksi aktual (kg) - Produksi rencana (kg) Varian Produksi X 100% Produksi rencana (kg) kg kg Varian Produksi X100% 11.17% kg 2. Organisasi panen Organisasi panen dipimpin oleh asisten divisi. Supervisor ditugaskan untuk memudahkan dalam pembagian tugas dan pekerjaan di lapang dalam kegiatan pelaksanaan panen. Supervisor terdiri dari mandor 1, krani divisi, mandor panen, krani panen dan krani transpor. Mandor 1 bertugas untuk membantu asisten memonitoring kegiatan panen di lapang, membuat rekapitulasi taksasi produksi, membuat rencana kerja harian (RKH) pada setiap hari untuk esok hari, memeriksa dan merekapitulasi laporan harian mandor, memeriksa mutu ancak dan mutu buah, mengkoordinasikan alokasi unit transport. Krani divisi bertugas mengurus semua kegiatan administrasi yang berada di Divisi. Mandor panen bertugas mencatat kehadiran pekerja, memastikan peralatan pemanen, mengawasi kegiatan panen, memeriksa mutu ancak dan mutu buah pemanen, melakukan taksasi produksi, membuat laporan harian mandor (LHM). Krani panen bertugas menghitung dan memeriksa mutu buah disetiap TPH kemandorannya masing - masing yang dicatat di buku penerimaan buah, membuat laporan penerimaan buah dan mengisi laporan premi pemanen, serta berkoordinasi dengan krani transpor terkait pengiriman buah ke pabrik. Krani transpor bertugas mencatat kehadiran tenaga kerja bongkar muat, mengatur unit transport, menghitung buah yang dimuat ke truk muat, membuat surat pengantar buah, memastikan semua buah dan brondolan terkirim ke PKS sebelum pukul WIB dan tidak ada buah restan. 3. Kebutuhan Tenaga panen Faktor yang harus diperhatikan dalam produksi kelapa sawit adalah tenaga kerja. Tenaga kerja panen adalah salah satu aspek yang dapat menunjang produksi

37 pada suatu kebun. Kekurangan tenaga panen akan menyebabkan produksi yang dihasilkan tidak maksimal, sedangkan kelebihan tenaga kerja akan meningkatkan biaya produksi. Tenaga pemanen di divisi 2 BKLE terdapat pada 3 kemandoran yaitu kemandoran A dengan pemanen 16 orang, kemandoran B dengan pemanen 15 orang dan Kemandoran C dengan pemanen 15 orang. Penetapan tenaga kerja di BKLE divisi 2 tidak ditentukan dengan perhitungan taksasi panen melainkan dihitung dari budget per tahun sesuai dengan kondisi buah yang ada di lapang (buah sedikit, buah normal dan panen raya). Perhitungan tenaga kerja (TK) panen dapat dilihat sebagai berikut: Ditetapkan data produksi 8 bulan sebelumnya: Produksi terendah 17 ton, Produksi tertinggi 90 ton, Produksi rata - rata = 50 ton Luas seksi panen per hari = 143,38 ha Output yang pernah dicapai = kg Target per hari = 116 ton Ketetapan dalam kondisi buah sesuai dengan budget per tahun yaitu Keadaan buah sedikit = 6 Keadaan buah normal = 9 Keadaan panen raya = 12 Maka kebutuhan pemanen yaitu Keadaan buah sedikit kg = x kg = kg= = 38 TK kg Keadaan buah normal kg = x kg = kg = = 57 TK kg Keadaan buah banyak kg = x kg = kg= = 76 TK kg 4. Ancak panen Ancak pemanen adalah luasan areal yang diberikan kepada setiap pemanen dan menjadi tanggung jawab pemanen. Ancak panen harus dibagi rata pada setiap kemandoran dan setiap pemanen yang disesuaikan dangan kontur atau topografi blok yang ada. Sistem ancak yang digunakan di Divisi 2 BKLE yaitu mengunakan sistem ancak giring tetap. Setiap kemandoran memiliki kelompok kecil panen (KKP) yang terdiri dari 4-5 orang, pembuatan KKP ini bertujuan untuk ketika salah satu pemanen tidak hadir maka ancak pemanen yang tidak hadir tersebut menjadi tanggung jawab KKP tersebut yang dibagi secara merata. 5. Rotasi dan Pusingan Rotasi panen adalah jumlah frekuensi masuk dalam kegiatan potong buah tuntas pada areal per blok per seksi yang sama. Rotasi panen berkisar antara 4,5-5 kali perbulan. Seksi panen adalah luas areal yang harus diselesaikan dalam satu hari. Pembagian seksi di divisi 2 BKLE yaitu terdapat 6 seksi panen dalam 6 hari kerja per minggu (Tabel 8). 21

38 22 Tabel 8. Seksi panen dalam satu rotasi di Divisi 2 BKLE Seksi Panen Hari Blok Luas (ha) A Senin K07, K14, K15, K16, K17, K18, K19, K20 159,24 B Selasa K21, K22, K23, K24 C Rabu L22, L23, L24, L25, L26 D Kamis L21, L20, L19, L18, L17 E Jumat M19, M20, M21, M22, M23 F Sabtu M24, M25, M26, N25, N24 Sumber : Data Kebun BKLE (2016) 119,79 140,70 164,39 140,30 136,95 Pusingan panen adalah jumlah hari atau interval yang dibutuhkan untuk masuk ke blok yang sudah dipanen sebelumnya. Pusingan standar yang sudah di tetapkan BGA adalah 6/7. Pusingan yang terlalu lama akan menurunkan produktivitas pemanen kerena terlalu banyak brondolan yang harus dikutip sehinngga waktu yang dibutuhkan lebih lama, sedangkan pusingan yang terlalu cepat akan membuka potensi pemanen menurunkan buah mentah atau kurang matang yang disebabkan buah yang sedikit. 6. Alat pelindung diri dan alat panen Alat Pelindung Diri (APD) wajib selalu digunakan oleh setiap pekerja. Penggunaan APD berfungsi untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja. Penggunaan APD pada pekerja pemanen Divisi 2 dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Penggunaan APD pemanen di Divisi 2 BKLE Kemandoran Jumlah pemanen Penggunaan APD (%) Sepatu boot Helm Kacamata A 16 81,25 31,25 0,00 B 15 86,67 20,00 0,00 C 15 80,00 13,33 0,00 Rata-rata 82,64 21,53 0,00 Pelaksanaan panen yang baik ditentukan oleh alat panen yang tersedia dengan baik. Perusahaan telah menyediakan alat - alat untuk menunjang pelaksanaan panen sesuai standar dan dibagikan pada setiap pemanen. Setiap alat panen yang disediakan oleh perusahaan memiliki spesifikasi dan kegunaanya masing - masing (Tabel 10).

39 Tabel 10. Jenis alat panen beserta spesifikasi dan kegunaannya No Jenis Spesifikasi Kegunaan 1. Dodos Lebar mata 14 cm, lebar tengah 7 cm dan panjang 18 cm. tahun. 23 Untuk potong buah pada tanaman berusia Egrek Panjang pangkal 20 cm, Untuk potong buah pada panjang pisau 45 cm, sudut lengkung 135 derajat. tanaman berusia di atas 9 tahun. 3. Angkong Untuk mengangkut buah dari kebun ke TPH. Untuk menaikan TBS ke angkong. 4. Gancu Besi beton yang melengkung dan meruncing di ujungnya. 5. Kapak Untuk memotong tangkai buah atau membuang buah parthenocarpy. 6. Karung Untuk alas brondolan di TPH 7. Tojok Besi pipa yang runcing di ujungnya dan terdapat pegangan seperti huruf T di pangkalnya. Sumber: SOP Panen BGA (2016) Untuk mengangkat TBS ke truk. Pengawasan dan evaluasi panen. Pengawasan panen harus dilakukan agar pelaksanaan dan hasil panen sesuai dengan target perusahaan. Evaluasi panen akan memberikan penilaian tentang kualitas pelaksanaan dan hasil panen. 1. Kapasitas Panen Kapasitas panen adalah kemampuan pemanen dalam menurunkan buah dalam satu hari panen. Prestasi dan penghasilan pemanen dapat diukur melalui pencapaian kapasitas panen dan basis. Pemanen divisi 2 memiliki kapasitas panen yang berbeda. Pengamatan dilakukan terhadap 30 pemanen untuk melihat kapasitas panen per hari dan pencapaian basis pada setiap pemanen (Tabel 11). Hasil rata - rata kapasitas panen kemudian dilakukan uji t-student terhadap standar perusahaan (Tabel 12). Tabel 11. Kapasitas panen di Divisi 2 BKLE Kapasitas pemanen (janjang per HK) 25/4 26/4 27/4 28/4 29/4 30/4 Rata - rata Janjang per HK Rata-rata pencapaian basis (%) Rata-rata Basis Pencapaian basis (%)

40 24 Tabel 12. Uji t-student rata - rata kapasitas panen terhadap standar perusahaan No Jumlah janjang per HK Rata - rata Standar perusahaan P - value 1 98, ,000 ** 2 95, ,402 tn Keterangan: Standar 128 janjang berlaku pada hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Sabtu, Standar 91 janjang berlaku pada hari Jumat, tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%, ** =sangat berbeda nyata pada taraf 5% Pada pengamatan kapasitas panen dilakukan uji t-student pada taraf 5% dengan peubah usia dan lama kerja (Tabel 13). Pada peubah usia dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu usia 30 tahun dan usia > 30 tahun dengan ulangan tiga waktu pengamatan. Peubah berikutnya dilakukan terhadap kapasitas pemanen pada lama waktu telah bekerjanya pemanen yaitu 3 tahun dan > 3 tahun. Tabel 13. Uji t-student umur pemanen dan lama kerja terhadap rata-rata jumlah janjang per hari Peubah Rata - rata jumlah janjang per HK Umur pemanen ,0 >30 109,0 t - hitung P - value -0,60 0,556 tn Lama kerja 3 102,6 > 3 93,9 Keterangan: tn = tidak berbeda nyata pada uji-t taraf 5% 1,54 0,135 tn 2. Basis dan Premi Panen Basis panen merupakan batas minimal yang harus dicapai seorang pemanen untuk mendapatkan hari kerja (HK). Basis yang ditetapkan oleh BGA adalah basis janjang, basis waktu dan basis ancak. Basis waktu diselesaikan apabila telah menyelesaikan pemanenan sesuai dengan waktu kerja yang telah ditentukan perusahaan. Basis ancak dianggap selesai apabila buah yang ada pada ancak pemanen yang menjadi tanggung jawabnya telah diselesaikan. Basis janjang diselesaikan apabila pemanen telah telah memanen buah dengan jumlah yang telah ditentukan oleh perusahaan. Pemanen akan mendapatkan HKnya apabila sudah menyelesaikan minimal 2 basis tersebut. Standar basis di BGA ditentukan oleh produksi per blok, BJR, topografi blok, upah pemanen dan upaya peningkatan output. Janjang yang dibutuhkan pemanen untuk mencapai basis yaitu 128 janjang per HK dan untuk hari jumat 91 janjang per HK. Premi siap borong perhari sebesar Rp 5.000,00 untuk basis waktu dan ancak, Rp 8.500,00 untuk basis waktu, ancak dan janjang. Premi lebih borong ditentukan dari BJR panen pada blok tersebut. Upah yang didapatkan pemanen per hari adalah penjumlahan dari upah pokok, premi siap borong dan premi lebih borong.

41 25 BKLE Divisi 2 menerapkan denda bagi pemanen yang melakukan kesalahan dan merugikan perusahaan. Denda bagi pemanen meliputi tidak mencapai minimal 2 basis, buah matang yang tidak dipanen, brondolan yang tidak dikutip. Denda tidak mencapai 2 basis maka upah pokok akan disesuaikan sesuai jam kerja. Denda untuk tidak memanen buah matang atau yang sering disebut buah yang tidak terpanen adalah Rp 5.000,00 per janjang dan untuk brondolan yang tidak dikutip adalah Rp 100,00 per butir. 3. Mutu Buah Kegiatan panen yang baik adalah dengan melakukan evaluasi panen. Evaluasi panen yang dilakukan yaitu pegamatan terhadap mutu buah yang dihasilkan dalam satu seksi panen. BGA sangat memperhatikan mutu buah disetiap estate dan divisinya untuk memperoleh oil extraction rate (OER) sebesar 25,5%. Pemeriksaan mutu buah menjadi hal yang wajib di BGA, pemeriksaan mutu buah yang dilakukan di BGA yaitu sebanyak 2 kali untuk memastikan buah yang dihasilkan sesuai standar yang telah ditetapkan perusahaan. Pemeriksaan mutu buah dilakukan di TPH oleh krani panen setiap divisi dan di pabrik oleh tim pemeriksa mutu buah dari Departemen Agronomy Quality Control (AQC) pada setiap hari. Pemeriksaan mutu yang dilakukan oleh AQC yaitu dengan pengambilan contoh 100 janjang secara acak pada salah satu dump truk pada setiap hari dan melakukan pemeriksaan mutu buah secara total dilakukan pada salah satu dump truk setiap divisi. Pemeriksaan mutu buah secara total dilakukan 3-4 kali dalam satu bulan. Kriteria mutu buah berdasarkan tingkat kematangan buah telah dibuat secara rinci dalam SOP (Tabel 14). Kriteria yang telah ditentukan perusahaan terkait mutu buah yang dihasilkan yaitu buah mentah (unripe) 0%, buah kurang matang (under ripe) < 8%, buah masak (ripe) > 85%, buah terlalu masak (over ripe) < 7% dan janjang kosong (empty bunch) 0%. Tabel 14. Kriteria mutu buah berdasarkan tingkat kematangan buah Kriteria Mentah (Unripe) Kurang matang (Under ripe) Matang (Ripe) Terlalu matang (Over ripe) Janjang kosong (Empty bunch) TPH dan loading ramp PKS 0 berondolan < 2 berondolan/kg 2 berondolan/kg hingga 75% berondolan permukaan telah lepas > 75% - 90% berondolan telah lepas > 90% berondolan telah lepas Sumber: SOP Panen BGA Hasil pengamatan mutu buah di TPH pada satu seksi panen selama 2 rotasi panen dengan pengambilan contoh 100 janjang dikemukakan pada Tabel 15.

42 26 Tebel 15. Mutu buah divisi 2 BKLE Pengamatan Mutu Buah (%) Ripe Unripe Under Ripe Over Ripe Empty bunch Rata - rata 86, ,9 0 Pada pengamatan mutu buah dilakukan uji t-student pada taraf 5% terhadap standar perusahaan (Tabel 16). Mutu buah yang diuji meliputi ripe, under ripe, dan over ripe. Tabel 16. Uji t-student mutu buah rata - rata terhadap standar perusahaan Mutu buah Rata - rata Standar perusahaan P - value Ripe 86,1 85 0,456 tn Under ripe 9 8 0,213 tn Over ripe 7 7 0,054 tn Keterangan: tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5% 4. Kehilangan hasil (losses). Kehilangan hasil (losses) adalah salah satu kerugian yang akan didapatkan oleh perusahaan dalam suatu produksi. Produksi yang maksimal hanya akan dicapai jika kerugian atau kehilangan hasil dapat diminimalkan (Pahan, 2006). Kehilangan hasil di lapang bersumber dari buah mentah, buah masak yang tidak dipanen, brondolan yang tidak dikutip, buah yang sudah dipanen tidak diangkut ke TPH, buah yang di TPH tidak diangkut atau terlambat ke PKS dan buah atau brondolan yang dicuri (BGA). Kegiatan menurunkan kehilangan hasil perlu dilakukan dengan memberikan arahan dan melakukan pengawasan pada saat apel pagi maupun pada saat pelaksanaan panen. Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap kehilangan hasil yaitu melalui pemeriksaan mutu ancak (Tabel 17) dan mutu TPH (Tabel 18).

43 Tabel 17. Kehilangan hasil pada mutu ancak Pengamatan Tanaman dicek Janjang dipanen Buah tinggal Brondolan tinggal Buah Tinggal per ha Brondolan Tinggal per ha ,00 42, ,00 29, ,81 29, ,43 20, ,00 29, ,28 27, ,00 34, ,93 28, ,00 21,53 Rata - rata 511,93 83,07 0,93 105,07 0,52 29,29 Tabel 18. Kehilangan hasil pada mutu TPH Pengamatan TPH yang dicek Brondolan tinggal Rata-rata brondolan tinggal per TPH , , , , , , , , ,1 Rata - rata ,9 Pada pengamatan kehilangan hasil dilakukan uji t-student pada taraf 5% terhadap standar perusahaan (Tabel 19). Kehilangan hasil yang dilakukan uji t-student meliputi brondolan per ha, buah tinggal per ha, brondolan per TPH Tabel 19. Uji t-student kehilangan hasil rata - rata terhadap standar perusahaan Kehilangan hasil Rata - rata Standar perusahaan P - value Brondolan per ha 29, ,085 tn Buah tinggal per ha 0,61 0 0,060 tn Brondolan per TPH 1,90 3 0,036 * Keterangan: tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%, * = berbeda nyata pada taraf 5% 5. Transportasi panen Manajemen transportasi merupakan salah satu faktor penting dalam mengumpulkan dan mengangkut hasil panen menuju pabrik dengan kerusakan sekecil mungkin. Menurut Suryono (2012) faktor - faktor yang mempengaruhi kelancaran transportasi TBS adalah organisasi potong buah, kondisi jalan, jenis alat transportasi, perawatan kendaraan transportasi, pengoperasian kendaraan transportasi dan kelancaran pengolahan di pabrik. Kegiatan transportasi di BGA 27

44 28 dikelola oleh bagian transportasi produksi dan reparasi (TRAKSI). Traksi bertugas mengatur semua transportasi yang ada di kebun, pemeliharaan dan perbaikan alat, alokasi kendaraan dan alat berat, dan sebagai pendukung serta membuat, memperbaiki dan merawat jalan. Transportasi panen dilakukan dengan menggunakan kendaraan dengan jenis kendaraan dump truk dengan kapasitas kg, kegiatan transportasi dimulai ketika buah sudah dikeluarkan semua oleh pemanen dan diletakkan di TPH, kemudian krani transpor berkoordinasi kepada krani panen buat untuk pengangkutan buah dari TPH ke dump truk (Gambar 7). Buah yang sudah diberi tanda dan diperiksa mutu buahnya oleh krani panen harus segera dimuat ke dump truk dan dikirim ke pabrik untuk mendapatkan mutu buah yang baik. Tenaga kerja yang digunakan untuk transportasi yaitu terdiri dari satu krani transpor, satu pengemudi dan 2-3 tenaga bongkar muat (BM). Buah dan brondolan yang ada di TPH harus diangkut semua ke PKS tanpa ada yang tercecer. Pengiriman buah ke PKS harus disertai surat pengantar buah (SPB). SPB dibuat oleh krani transpor. Pada Satu SPB terlampir 4 lembar yang setiap lembarnya harus terdapat barcode, lampiran ini diberikan kepada pihak pabrik, kebun, divisi dan krani transpor. Gambar 7. Kegiatan muat buah ke dump truck Transportasi pengiriman buah di divisi 2 BKLE menggunakan 2 unit dump truck pada panen normal. Tenaga bongkar muat terdapat 2 kelompok dalam satu kelompok terdapat 3 orang. Jarak antara PKS dengan divisi 2 yaitu 2 km. Pengamatan dilakukan terhadap waktu muat TBS ke dump truk berkapasits kg, jumlah buah yang dikirim, waktu yang dibutuhkan untuk tiba ke PKS, kecepatan rata-rata, jumlah tenaga bongkar muat, serta tonase yang dimuat (Tabel 20). Tabel 20. Hasil pengamatan transportasi panen di Divisi 2 BKLE Ulangan Janjang dikirim (janjang) Waktu muat (menit) Waktu tempuh ke PKS Kecepatan rata - rata (km per jam) Berat muatan (kg) Tenaga BM Rata - rata ,33 16,

45 29 Aspek Manajerial Kegiatan manajerial yang dilakukan selama kegiatan magang yaitu sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten divisi. Pendampingan sebagai mandor dilakukan selama satu bulan dan sebagai pendamping asisten divisi selama dua bulan. Kegiatan yang dilakukan yaitu meliputi pengawasan dan pemeriksaan hasil kerja karyawan selama di lapang, serta pembuatan pelaporan hasil kerja secara administratif. Jurnal harian sebagai pendamping mandor dapat dilihat di Lampiran 2. Jurnal harian sebagai pendamping asisten divisi dapat dilihat di Lampiran 3. Pendamping Asisten Divisi Salah satu tenaga kerja staf di divisi adalah asisten. Asisten divisi bertugas untuk mengelola dan bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan dan karyawan di divisi baik dalam kegiatan operasional maupun administrasi. Tugas - tugas administrasi yang dilakukan oleh asisten yaitu pembuatan laporan bulanan asisten (LBA), rencana kerja mandor (REKAM), rencana kerja bulanan (RKB) dan laporan pertanggung jawaban lainnya. Tugas dalam hal teknis yang dilakukan asisten antara lain mengontrol kegiatan di lapang meliputi melakukan pengecekan mutu ancak dan mutu buah, selain itu dalam tugas di lapang asisten dibantu oleh seorang mandor 1. Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan magang selama menjadi pendamping asisten divisi meliputi evaluasi lapang, mengontrol kegiatan di lapang, melakukan taksasi, pengawasan terhadap mandor dan karyawan, mengikuti kegiatan - kegiatan simulasi bersama Departemen Riset dan Departemen Agronomy Quality Control, dalam hal administrasi meliputi kegiatan pembuatan rencana kerja mandor (REKAM) setiap bulannya, dan rencana kerja bulanan (RKB). Pendamping Mandor Mandor 1. Mandor 1 adalah atasan yang mengontrol dan memberi arahan kepada semua mandor yang ada, meliputi mandor panen, mandor perawatan, krani panen dan krani transpor serta bertanggung jawab kepada asisten divisi. Kegiatan yang dilakukan mandor 1 adalah memimpin apel pagi untuk memberikan arahan kepada mandor dan karyawan, memastikan semua jenis pekerjaan di lapang berlangsung sebagai mestinya, membantu para mandor dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di lapang ketika pekerjaan berlangsung, membuat rencana kerja harian dsb. Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan magang selama menjadi pendamping mandor satu adalah mengawasi pekerjaan panen, perawatan, melakukan rekapitulasi taksasi, dan pembuatan rencana kerja harian Krani divisi. Krani divisi memiliki tugas yaitu mengurus seluruh kegiatan yang berkaitan dengan administrasi divisi, mengumpulkan seluruh laporan harian mandor (LHM), laporan penerimaan buah dan premi panen dari krani panen, membuat laporan harian asisten (LHA), menerbitkan bon permintaan barang, memasukan semua data administrasi ke kartu kerja mesin (KKM) kedalam website Bumitama Plantation System (BPS), bertanggung jawab untuk membantu pembayaran gaji karyawan dan memperbarui papan monitoring yang ada di kantor divisi setiap harinya. Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan magang

46 30 selama menjadi pendamping krani divisi yaitu membantu memperbarui data papan monitoring di kantor divisi, membantu dalam pembagian pembayaran gaji karyawan di divisi. Mandor panen. Mandor panen di BKLE terdiri dari tiga kemandoran yaitu kemandoran A, kemandoran B dan kemandoran C. Jumlah tenaga penen yang diawasi setiap mandor panen yaitu orang perkemandoran. Tugas dari mandor panen yaitu diawali dengan pengisian daftar hadir pekerja pada saat apel pagi, membagi ancak pemanen, mengawasi dan membina karyawan panen agar pemanen bekerja sesuai SOP perusahaan, melakukan taksasi potong buah untuk panen dihari selanjutnya, melakukan pemerikasaan mutu ancak terkait losses pemanen dan membuat laporan harian mandor pada saat apel sore. Mandor panen harus selalu berkoordinasi dengan mandor 1 apabila terdapat masalah di lapang yang tidak bisa diatasi. Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan magang selama menjadi pendamping mandor panen yaitu melakukan pengisian daftar hadir pekerja ketika mandor panen tidak masuk bekerja, mengawasi kegiatan pemanenan, melakukan taksasi produksi, melakukan pemeriksaan mutu ancak dan membuat laporan harian mandor. Krani panen. Krani panen bertugas langsung di lapang dalam hal perhitungan buah yang dipanen oleh pemanen yang dicatatkan pada buku penerimaan buah. Krani penen di BKLE terdiri dari 3 orang pekerja yang bertanggung jawab terhadap kemandorannya masing - masing, selain itu krani panen harus selalu berkoordinasi kepada mandor panen dan krani transpor. Koordinasi dengan mandor panen yaitu dalam hal pelaporan mutu buah pemanen nya, apabila ditemukan buah mentah atau buah kurang matang yang abnormal maka krani panen wajib langsung melaporkan kepada mandor panennya untuk ditindaklanjuti, sedangkan koordinasi kepada krani transpor yaitu dalam hal pengangkutan buat di TPH. Krani panen juga memiliki kewajiban dalam melakukan pelaporan administrasi saat apel sore, yaitu pembuatan laporan potong buah, mengisi daftar peremi, mengisi buku penerimaan buah dan mengisi buku pemanen. Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan magang selama menjadi krani panen yaitu pemeriksaan mutu buah di TPH, menghitung janjang di TPH serta membuat laporan krani panen. Mandor perawatan. Mandor perawatan di BKLE Divisi 2 bertugas mengawasi dan mengarahkan pekerja untuk merawat ancak - ancak pemanen yang bermasalah serta melakukan sensus dan pengendalian hama. Mandor perawatan harus selalu berkoordinasi dengan mandor 1 terkait pengalokasian tenaga kerja pada setiap harinya. Pada apel sore mandor perawatan membuat laporan terkait kerja yang dilakukan pada hari itu, yang kemudian meloporkan laporan tersebut kepada krani Divisi. Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan magang selama menjadi mandor perawatan adalah melakukan pengisian daftar hadir pekerja, mengawasi kegiatan perawatan dan membuat laporan harian mandor. Krani transpor. Krani transpor bertugas untuk menghitung buah yang terangkut dan mengawasi terangkutnya semua buah di TPH ke truk. Krani transpor dibantu oleh tenaga kerja bongkar muat serta supir truk, selain itu krani transpor harus selalu berkoordinasi kepada krani panen untuk memastikan buah yang diangkut telah siap untuk dikirim ke pabrik yang telah diperiksa oleh krani panen serta menyamakan jumlah buah yang dihitung oleh krani panen dengan buah yang dikirim ke pabrik. Krani transpor bertanggung jawab dalam

47 administrasi pelaporan tugasnya, seperti membuat surat pengantar buah dan melaporkannya kepada krani divisi. Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatanmagang selama menjadi krani transpor adalah mengawasi kegiatan muat TBS ke dalam dump truck dan turut membuat surat pengantar buah (SPB). Mandor pengendalian gulma kimia (mandor BSS). Mandor pengendalian gulma kimia atau yang disebut BSS (BGA Spraying system) ditanggung jawabkan kepada satu orang untuk mengendalikan gulma secara kimia dalam satu estate. Mandor BSS di lapang dibantu oleh pelansir air dan supir. Tugas mandor BSS yaitu dimulai dipagi hari saat apel pagi melakukan pengisian daftar hadir pekerja, membagi ancak penyemprot, melakukan pengawasan, melihat keadaan lapang untuk memperhitungkan kebutuhan herbisida yang akan digunakan, memeriksa hasil penyemprotan, bertanggung jawab terhadap herbisida yang digunakan dan membuat laporan mandor pada apel sore. Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan magang selama menjadi mandor BSS yaitu melakukan pengisiian daftar hadir pekerja pada apel pagi, melakukan pengawasan terhadap kegiatan penyemprotan di lapang, serta membuat laporan harian mandor. Mandor pupuk (mandor BMS). Mandor pupuk terdiri dari mandor koordinator, mandor tabur, dan mandor until, ketiga mandor pupuk ini bertanggung jawab kepada asisten koordinator pupuk. Mandor koordinator bertugas mengkoordinasikan kerja di lapang antara kegiatan penaburan pupuk dan di lapang. Mandor tabur bertugas membagi ancak kerja tiap KKP, menghitung dan memastikan jumlah untilan yang disediakan penguntil sesuai dengan rencana kerja harian (RKH), melakukan pemeriksaan mutu pemupukan, melakukan pengawasan terhadap kualitas penabur pupuk, membuat laporan harian mandor (LHM) untuk melaporkan prestasi kerja tenaga pemupukan. Mandor until pupuk bertugas menyiapkan untilan sesuai RKH yang dibutuhkan dan berkoordinasi dengan mandor tabur untuk kebutuhan untilan pada tiap titik peletakan untilan. Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan magang selama menjadi pendamping mandor pupuk yaitu mengawasi semua pekerja pemupukan dari pekerjaan untilan, pekerjaan tabur, lansir pupuk dan melakukan pengecekan terhadap hasil pemupukan. 31 Pembahasan Angka Kerapatan Panen dan Estimasi Produksi Taksasi produksi adalah salah satu kegiatan yang harus dilakukan dalam persiapan panen, dengan melakukan taksasi produksi maka dapat diketahui angka kerapatan panen dan jumlah produksi yang akan dihasilkan pada hari panen. Berdasarkan pada Tabel 7 didapatkan nilai AKP berkisar antara 13% - 18% dan persentase varian produksi yang berbeda - beda. Pada ulangan 1 dan ulangan 2 didapatkan persentase varian produksi yang cukup tinggi yaitu 26,46% dan 11,17%, sedangkan pada ulangan 3 didapatkan persentase varian produksi yang kecil yaitu 0,95%. Pada ulangan 1 yaitu taksasi yang biasa dilakukan oleh mandor satu dan mandor panen dengan menggambil tanaman contoh sebanyak 4 pasar rintis didapatkan hasil varian produksi yang tinggi. Hasil persentase varian produksi yang tinggi salah satunya disebabkan oleh pengambilan tanaman contoh yang sedikit, sehingga hasil taksasi tidak menggambarkan hasil realisasi

48 32 panen. Pada ulangan ke 2 yaitu taksasi dilakukan dengan mengambil tanaman contoh sebanyak 10% dari luasan blok panen dengan contoh jalur acak. Hasil taksasi pada ulangan 2 masih didapatkan persentase varian produksi yang tinggi yang berarti hasil taksasi pada ulangan 2 belum menggambarkan hasil realisasi panen. Pada ulangan 3 dilakukan taksasi dengan mengambil tanaman contoh sebanyak 10% yang mewakili blok panen per kemandoran yaitu dengan melakukan taksasi 4 jalur perkemandoran. Hasil yang didapatkan pada ulangan ke 3 sangat baik yaitu dengan persentase varian yang kecil sehingga hasil taksasi dapat menggambarkan hasil produksi realisasi. Menurut Miranda (2009) perbedaan hasil dalam estimasi dan realisasi dapat disebabkan oleh tingkat ketelitian saat pengamatan masih rendah atau adanya kesalahan dari pemanen itu sendiri baik pemanenan tandan yang belum memenuhi kriteria matang panen atau buah matang tertinggal di tanaman. Varian produksi tinggi yang biasa didapatkan oleh divisi 2 BKLE dapat diantisipasi yaitu dengan melakukan taksasi per blok panen per kemandoran utuk mendapatkan varian produksi yang kecil, sehingga hasil taksasi dapat menggambarkan hasil produksi realisasi. Kebutuhan Tenaga Panen Tenaga kerja adalah salah satu faktor penting dalam kegiatan panen. Tenaga kerja panen akan mempengaruhi produksi yang dapat dicapai dan jumlah biaya yang perlu dikeluarkan. Tenaga panen yang berlebih akan meningkatkan biaya produksi yang harus dibayarkan perusahaan kepada pekerja. Kebutuhan tenaga panen di divisi 2 BKLE adalah 38 orang pada kondisi buah sedikit, 57 orang pada kondisi buah normal, dan 76 orang pada kondisi buah banyak. Kebutuhan tenaga kerja panen di BGA dilihat berdasarkan produksi 8 bulan sebelumnya, kemudian ditentukan terhadap kondisi buah di lapangan termasuk sedikit, normal atau panen raya. Pada saat kegiatan magang berlangsung kondisi buah di lapang berada pada kondisi buah sedikit tenaga panen yang tersedia yaitu 47 orang, jumlah tenaga kerja di divisi 2 tergolong berlebih. Tenaga panen yang berlebih dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya pemanenan yang mengalami ketidakhadiran. Permasalahan ketidakhadiran meliputi sakit, cuti, mangkir dll. Selain itu, menurut Fadli et al. (2006) kelebihan tenaga panen dapat digunakan untuk kegiatan penunasan atau pemeliharaan lainnya. Tenaga panen yang kurang pada saat panen raya dapat ditutupi dengan penggunaan sistem kerja potong buah 2 (SKP 2). SKP 2 terdiri dari satu orang yang bekerja untuk memotong buah dan mengangkut buah ke TPH dan satu orang yang bekerja untuk mengutip brondolan (helper panen) (BGA 2010). Penggunaan helper panen berasal dari tenaga perawatan. Alat Pelindung Diri dan Alat Panen Alat pelindung diri (APD) adalah alat persiapan panen yang harus disediakan oleh perusahaan dengan tujuan untuk memperkecil kecelakaan saat bekerja. Berdasarkan pengamatan terdapat 3 jenis APD yang harus digunakan oleh pekerja pemanen yaitu terdiri dari sepatu boot, helm dan kacamata. Ketersediaan APD di BKLE divisi 2 belum berjalan sepenuhnya, karena perusahaan baru menyediakan sepatu boot dan helm saja, sedangkan untuk kacamata belum tersedia oleh perusahaan. Pengamatan dilakukan terhadap semua

49 pekerja. Penggunaan sepatu boot 82,64% dan penggunaan helm hanya 21,53%. Keadaan ini menunjukan bahwa kurangnya kesadaran pemanen terhadap keselamatan kerja. Menurut Suma mur (1996) APD yang digunakan memiliki fungsi masing masing, helm berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan benda keras seperti tertimpa TBS atau pelepah. Sepatu boot berfungsi menghindari tertusuk duri atau melindungi dari tertusuk alat panen dan kacamata berfungsi melindungi mata dari partikel - partikel kecil yang dapat masuk ke mata seperti serbuk sari bunga jantan kelapa sawit. Hasil wawancara didapatkan alasan utama pemanen tidak menggunakan APD, yaitu ketidaknyamanan penggunaan APD saat bekerja bagi mereka. Solusi terhadap permasalahan penggunaan APD yaitu perlu dilakukan penyuluhan tentang pentingnya penggunaan APD oleh perusahaan untuk para pekerja. Penggunaan APD ini dapat menguntungkan bagi perusahaan dan pekerja. Keuntungan yang didapatkan perusahaan adalah berkurangnya biaya yang dikeluarkan untuk biaya pengobatan saat terjadi kecelakaan kerja, sedangkan keuntungan bagi pekerja yaitu berkurangnya resiko kecelakaan kerja. Alat - alat dalam kegiatan potong buah memiliki fungsinya masing - masing (Tabel 10). Penggolongan alat kerja panen dibagi menjadi tiga bagian yaitu alat untuk memotong TBS, alat untuk bongkar muat TBS dan alat untuk membawa TBS ke TPH (Pahan, 2008). Alat untuk memotong buah terdiri dari dodos dan egrek. Dalam SOP BGA penggunaan dodos digunakan untuk panen pada tanaman kelapa sawit berusia 5-8 tahun dengan ketinggian kurang dari 6 m, sedangkan penggunaan egrek digunakan pada tanaman kelapa sawit berusia 9 tahun ke atas dengan ketinggian lebih dari 6 m. Alat untuk membawa TBS ke TPH terdiri dari angkong, gancu, kapak dan karung. Alat untuk bongkar muat TBS yaitu tojok. Permasalahan yang terdapat di lapang terkait alat panen di divisi 2 BKLE, yaitu permasalahan terhadap alat potong buat, dodos yang disediakan perusahaan memiliki kualitas yang rendah dan mudah rusak, sehingga para pemanen harus mengeluarkan biaya lebih untuk membeli dodos dengan kualitas yang terbaik supaya dapat menunjang pekerjaannya. Egrek belum tersedia secara keseluruhan hanya tersedia sebagian saja sehingga ketika pemanen memasuk blok - blok dengan tanaman kelapa sawit tinggi maka waktu pemanenan akan semakin lama dikarena ketersediaan egrek yang terbatas. Pemanen secara bergantian menggunakan egrek. Permasalahan yang terdapat pada alat pengankutan TBS ke TPH yaitu ban angkong yang bocor saat evakuasi buah sedang berlangsung, sehingga pemanen sulit untuk mengeluarkan buah dari dalam blok. Karung untuk alas brondolan terkadang tidak berstandar atau tidak berjahit dan jumlahnya yang terbatas, sehingga pemanen kesulitan untuk menaburkan brondolan hasil kutipannya. Kendala yang sering ditemui pada alat panen tersebut dapat diatasi dengan penyediaan alat potong buah yang memiliki kualitas baik oleh perusahaan, sehingga pemanen mudah dan nyaman dalam melakukan pemotongan buah. Permasalahan pada alat pengangkutan TBS ke TPH dapat diantisipasi dengan melengkapi terlebih dahulu alatnya sebelum memulai pekerjaan. Kapasitas Panen Menurut Nugraha (2013) kelancaran kegiatan panen tidak hanya dipengaruhi oleh ketersediaan jumlah tenaga panen, keterampilan setiap tenaga panen juga berpengaruh terhadap produksi sebuah perusahaan kelapa sawit. 33

50 34 Jumlah TBS yang dipanen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya umur, tingkat pendidikan dan lama kerja. Pengamatan kapasitas panen dilakukan terhadap 30 pemanen dalam satu rotasi. Rata - rata pemanen divisi 2 memiliki kapasitas panen 98 janjang per HK. Pencapaian terhadap kapasitas panen masih belum memenuhi standar perusahaan, pencapaian basis rata - rata mencapai 81%. Standar yang dibuat perusahaan terhadap kapasitas panen basis borong yaitu 128 janjang per HK kecuali pada hari jumat 91 janjang per HK. Hasil uji t-student (Tabel 12) menunjukkan bahwa rata - rata kapasitas panen untuk hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Sabtu sangat berbeda nyata dengan standar perusahaan 128 janjang per HK. Hal ini menunjukkan bahwa rata - rata kapasitas panen tersebut belum sesuai dengan standar perusahaan 128 janjang per HK. Rata - rata kapasitas panen untuk hari Jumat tidak berbeda nyata dengan standar perusahaan 91 janjang per HK artinya rata - rata kapasitas panen tersebut telah sesuai standar perusahaan. Pengujian uji t-student selanjutnya dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata - rata kapasitas pemanen pada kelompok umur dan lama kerja. Hasil uji t-student didapatkan tidak berbeda nyata pada dua peubah tersebut (Tabel 13). Pada peubah umur pemanen rata - rata kapasitas panen umur 30 tahun yaitu 114 janjang per HK sedangkan umur > 30 tahun yaitu 109 janjang per HK. Pada peubah lama kerja pemanen rata - rata kapasitas panen 3 tahun yaitu 102,6 janjang per HK sedangkan > 3 tahun yaitu 93,9 janjang per HK. Berdasarkan hasil uji t-student peubah umur tidak berpengaruh terhadap produktivitas pemanen. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Trismiaty et al. (2008) yaitu umur dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas pemanen. Hasil uji t-student pada peubah lama kerja pemanen tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas pemanen. Hal ini tidak sesuai dengan Trismiaty et al. (2008) yang menyatakan bahwa lama kerja mempengaruhi produktivitas pemanen. Hasil yang didapatkan berbeda dengan literatur karena pengamatan yang dilakukan hanya mengamati lama kerja pemanen yang dimulai dari masuk kerja di BKLE. Mutu buah Pengamatan mutu buah di divisi 2 BKLE dilakukan pada satu seksi panen disetiap TPH secara acak, contoh diambil 100 janjang dan dilakukan selama dua rotasi panen. Berdasarkan Tabel 16 didapatkan hasil uji t-student pada mutu buah ripe, under ripe dan over ripe tidak berbeda nyata. Hasil yang didapatkan memiliki arti bahwa mutu buah BKLE divisi 2 telah memenuhi standar perusahaan yang berlaku. Perusahan memiliki standar yang harus dicapai pada mutu buah yaitu buah mentah (unripe) 0%, buah kurang matang (under ripe) < 8%, buah masak (ripe) > 85%, buah terlalu masak (over ripe) < 7% dan janjang kosong (empty bunch) 0%. Pengawasan terhadap mutu buah telah dilakukan dengan baik oleh BKLE divisi 2 karena mutu buah yang dihasilkan telah sesuai dengan standar perusahaan. Menurut Siahaan dan Erningpraja (2005), untuk menjamin perolehan TBS yang berkualitas, pengawasan mutu panen perlu dilakukan secara intensif dan reguler. Pengawasan tersebut antara lain rotasi panen dan pemanenan TBS pada tingkat kematangan yang optimal. Penanggulangan yang paling baik dalam mutu buah yaitu dengan kontrol yang sesering mungkin di TPH dan ancak panen (Pahan 2008).

51 Kehilangan Hasil (Losses) Kehilangan hasil adalah salah satu hal yang sangat dihindari karena dengan adanya kehilangan hasil maka akan menyebabkan kerugian pada perusahaan. BGA dalam menanggulangi dan mencegah kehilangan hasil membentuk Departemen Agronomy Quality Control (AQC). Salah satu tugas AQC adalah memastikan atau mengecek keadaan lapang berupa mutu ancak dan mutu TPH apakah masih terdapat losses atau tidak. AQC melakukan pengecekan mutu ancak dan mutu TPH 2-3 kali dalam sebulan. Berdasarkan uji t-student pada perbandingan kehilangan hasil brondolan per ha dan buah masak yang tidak dipanen per ha terhadap standar perusahaan didapatkan hasil yang tidak berbeda nyata, sedangkan pada uji t-student terhadap kehilangan hasil brondolan di TPH didapatkan hasil yang berbeda nyata. Hasil ini memiliki arti bahwa kehilangan hasil yang berada di lapang masih belum sesuai standar yang telah ditetapkan perusahaan. Standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan yaitu untuk buah masak yang tidak dipanen harus tidak ada, untuk brondolan tinggal atau yang tidak dikutip harus berjumlah 25 butir per ha serta untuk brondolan tinggal di TPH harus berjumlah minimal 3 butir per TPH. Menurut Lubis (2008) pemeriksaan kebersihan di lapang sangat perlu dilakukan supaya tidak adanya ancak yang tertinggal atau tandan matang yang tertinggal. Pemecahaan masalah terhadap losses tersebut bisa diatasi dengan pemberlakuan sanksi dan denda yang ketat sehingga pemanen akan lebih teliti dalam bekerja, selain itu perlunya pemberian insentif berupa hadiah bagi pemanen terbaik yang memiliki jumlah losses yang sedikit sehingga para pekerja dapat saling bersaing dalam menjadi yang terbaik. Insentif yang akan diberikan tersebut dapat berasal dari pembayaran denda pemanen. Trasportasi Buah Kegiatan terakhir dalam pemanenan yaitu trasportasi buah dari TPH ke PKS. Menurut Alfiah dan Susanto (2015), salah satu faktor eksternal yang menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relatif tinggi dalam minyak kelapa sawit adalah keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah. Perawatan jalan adalah salah satu faktor penting dalam pengangkutan buah, semakin baik kondisi jalan maka akan semakin cepat buah sampai ke pabrik. Pengangkutan buah dari TPH ke PKS di BKLE divisi 2 menggunakan 2 unit dump truck dengan kapasitas kg. Pabrik yang dituju dalam pengantaran buah adalah Sungai Cempaga Mill (SCMM). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan waktu muat rata - rata yaitu 99 menit dengan waktu tempuh rata - rata adalah 8,33 menit. Tonase dalam pengiriman selalu kurang dari kapasitas dump truck yaitu dengan rata - rata kg karena pada ketinggian buah pada dump truk yaitu hanya dilakukan susun 1 dengan mengejar target pengiriman buah secepatnya ke PKS, selain itu dengan memuat kurang dari kg dapat meminimalisir kerusakan alat angkut dan jalan. Tenaga kerja bongkar muat telah sesuai dengan standar perusahaan yaitu 3 pekerja, berkurangnya pekerja bongkar muat dari standar maka waktu muat buah akan semakin lama. Kendala yang terdapat pada kegiatan transportasi panen adalah pertama penggunaan unit secara bergantian untuk kegiatan lain seperti pengangkutan pupuk anorganik atau pengangkutan pupuk organik, sehingga kegiatan muat buah dimulai terlambat dari jadwal seharusnya. Kendala kedua masih terdapatnya 35

52 36 kondisi jalan yang rusak, sehingga pengantaran buah ke PKS terhambat. Hal ini dapat dihindari dengan pembuatan jadwal penggunaan unit sehingga dapat dialokasikan pada waktunya dan kondisi buah yang dikirim ke pabrik tidak mengalami restan, perawatan jalan harus dilakukan secara rutin. Secara keseluruhan kegiatan transportasi di divisi 2 BKLE sudah terlaksana dengan baik. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kegiatan magang memberikan pengetahuan dan pengalaman baik secara teknis maupun manajerial dalam mengelola perkebunan kelapa sawit. Manajemen pemanenan kelapa sawit di divisi 2 BKLE sudah berjalan cukup baik, tetapi masih terdapatnya SOP yang belum diterapkan oleh pekerja. Pada metode taksasi harian yang biasa dilakukan para mandor belum dapat menggambarkan produksi realisasi. Kebutuhan tenaga panen sudah sesuai SOP perusahaan. Penggunaan alat pelindung diri yang masih sangat rendah. Persentase kapasitas panen yaitu 81% dalam mencapai basisnya. Mutu buah yang dihasilkan telah sesuai SOP perusahaan. Kehilangan hasil yang terdapat di lapang masih belum sesuai standar perusahaan yang meliputi mutu ancak dan mutu TPH. Transportasi buah sudah berjalan cukup baik. Saran Pengawasan semua kegiatan pemanenan dari persiapan panen sampai evaluasi panen perlu ditingkatkan. Insentif perlu diberikan berupa pemberian penghargaan serta penyediaan alat panen dan alat pelindung diri yang berkualitas kepada para pemanen agar produktivitas pekerja meningkat. DAFTAR PUSTAKA Alfiah C. dan Susanto W. H Penanganan pascapanen kelapa sawit (penyemprotan CaCl2 dan kalium sorbat terhadap mutu crude palm oil). J Pangan dan Agroindustri. 3(1): Andoko A. dan Widodoro Berkebun Kelapa Sawit Si Emas Cair. Agro Media Pustaka, Jakarta. Bumitama Gunajaya Agro Pedoman Teknis Agronomis Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). BGA Group Plantations, Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan Perkembangan luas areal perkebunan [internet]. [diunduh 2015 Des 29]. Tersedia pada: masi_2015.pdf Effendi R.L. dan Agus W Buku Pintar Kelapa Sawit. Agro media, Jakarta.

53 Fauzi Y., Widyastuti Y.E., Satyawibawa I., dan Hartono R Kelapa Sawit: Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta. Fadli., M. Lukman., E. S. Sutarta., W. Darmosarkoro., P. Purba., E. N. Ginting Seri Buku Saku 22: Panen Pada Tanaman Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Oil Palm Research Institute, Medan. Hal 51. Gromikora N., Yahya S., dan Suwarto Permodelan pertumbuhan dan produksi kelapa sawit pada berbagai taraf penunasan pelepah. J. Agron. Indonesia. 42 (3): Hadi M. M Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Adicita, Yogyakarta. Henson I.E. and Dolmat M.T Physiological analysis of an oil palm density trial on a peat soil. J. Oil Palm. 15:1-27. Kiswanto, Purwanta J.H., dan Wijayanto B Teknologi Budi Daya Kelapa Sawit. Agro Inovasi, Bandar Lampung. Lubis A.U Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat, Medan. Lubis R.E., dan Widanarko A Buku Pintar Kelapa Sawit. Agomedia Pustaka, Jakarta Mangoensoekarjo S. dan Semangun H Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Mangoensoekarjo, Soepadiyo dan Haryono S Manajemen agrbisnis kelapa sawit. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Miranda RR Manajemen panen tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT Gunung Kemasan Estate, Minamas Plantation, Pulau Laut, Kalimantan Selatan [skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nugraha Y.P Manajemen panen kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) di Kebun Sei Air Hitam, PT Perdana Inti Sawit Perkasa I, Riau [skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pahan I Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir CetakanII. Penebar Swadaya, Jakarta. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan. Risza S Masa Depan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia. Kanisius, Yogyakarta. Roosita Panduan Penyusunan dan Pemeriksaan Dokumen UKL-UPL Perkebunan Kelapa Sawit. Deputi Tata Lingkungan Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Jakarta. Setyamidjaja D Kelapa Sawit, Teknik Budi Daya, Panen, dan Pengolahan. Kanisius, Yogyakarta. Siahaan D dan Erningpraja L Penerapan good agriculture practice dan good manufacture practice dalam meningkatkan mutu dan keamanan pangan minyak kelapa sawit. J. Penelitian Kelapa Sawit. 13(3): Suma mur P.K Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. PT Toko Gunung Agung, Jakarta. Sunarko Petunjuk Praktis Budi Daya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta. 37

54 38 Suryono A Pengelolaan pemanenan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT Aneka Intipersada Pinang Sebatang Estate, Kabupaten Siak, Riau[skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Trismiaty, Listyani, dan Mubaraq T.Z Manajemen tenaga kerja kelapa sawit di PT Perkebunan III (Persero) Kebun Aek Nabara Selatan Labuhan Batu Sumatera Utara. Buletin Ilmiah Instiper. 15(1): Walpole R.E Pengantar Statistika. Edisi ke-3. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

55 LAMPIRAN 39

56 40 Lampiran 1. Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Tanggal Uraian Prestasi kerja kegiatan Penulis Karyawan Standar Lokasi 05/02/2016 Tiba di lokasi Kantor kebun magang 06/02/2016 Orientasi 5 jam - - BKLE divisi 2 kebun 07/02/2016 Libur /02/2016 Libur /02/2016 Kutip 4 jam - - L23 - L22 brondolan di TPH 10/02/2016 Kutip 4 jam - - L21 - L20 brondolan di TPH 11/02/2016 Helper panen 2 ha 3,5 ha 3,5 ha K07 - K20 12/02/2016 Helper panen 2 ha 3,5 ha 3,5 ha K24;L26 - L24 13/02/2016 Orientasi L23 - L19 potong buah janjang janjang janjang 14/02/2016 Libur /02/2016 Perbaikan 7 jam 7 jam 7 jam K24 jalan CR 16/02/2016 Pemasangan 5 7 jam 7 jam 7 jam L23 dan M24 titi panen 17/02/2016 Pengendalian 0,2 ha 0,5 ha 0,5 ha N24 gulma manual 18/02/2016 Pengendalian 0,4 ha 0,7 ha 1 ha N25 gulma manual 19/02/2016 Pengendalian 0,5 ha 0,5 ha 0,5 ha N25 gulma manual 20/02/2016 Pengendalian 0,5 ha 0,7 ha 1 ha N25 gulma manual 21/02/2016 Libur /02/2016 Pengendalian 1 ha 3 ha 3 ha M08 - M10 gulma kimia 23/02/2016 Pengendalian 1 ha 3,2 ha 3 ha L08 - M10 gulma kimia 24/02/2016 Pengendalian 1,5 ha 3,5 ha 3 ha L18 hama Tirathaba sp 25/02/2016 Until pupuk 1 ton 2,5 ton 2,5 ton Gudang pupuk 26/02/2016 Tabur pupuk 300 kg 750 kg 750 kg M20 - M23 27/02/2016 Helper panen 2 ha 3,5 ha 3,5 ha K21 - K23 28/02/2016 Libur

57 41 Lampiran 2. Jurnal harian sebagai pendamping mandor Tanggal Uraian kegiatan Jumlah karyawan diawasi (orang) Luas areal diawasi (ha) Lama kegiatan (jam) Lokasi 29/02/2016 Krani panen L21 - L20 01/03/2016 Krani panen M19 - M20 02/03/2016 Krani panen M24 - M25 03/03/2016 Pemeriksaan mutu PKS buah di PKS 04/03/2016 Pemeriksaan buah PKS di PKS 05/03/2016 Pemeriksaan mutu PKS buah di PKS 06/03/2016 Libur /03/2016 Mandor until pupuk 9-7 Gudang pupuk 08/03/2016 Mandor until pupuk 10-7 Gudang pupuk 09/03/2016 Libur /03/2016 Mandor tabur pupuk /03/2016 Mandor L24 - L19 12/03/2016 Mengawasi SSU K14, K15, L16, L17, L18 13/03/2016 Mandor L22 L26 14/03/2016 Mandor rawat 9 7,2 7 N24 15/03/2016 Mandor rawat 8 7 N24 6,4 16/03/2016 Mandor rawat 8 7 N24 6,4 17/03/2016 Mandor rawat (pengendalian Tirathaba sp) L19 18/03/2016 Mandor rawat M25 19/03/2016 Mandor rawat M25 20/03/2016 Libur /03/2016 Mandor BSS K08 - K10 22/03/2016 Sensus bunga K24 23/03/2016 Mandor BSS K10 - K12 24/03/2016 Mandor BSS L08, L09,L10 25/03/2016 Libur /03/2016 Mandor BSS L11, L12 27/03/2016 Mandor K7, K16-K20 28/03/2016 Mandor K21-24, L26 29/03/2016 Mandor panen L25 - L20 30/03/2016 Mandor panen L19 - L17, M19 - M20 31/03/2016 Mandor panen M21 - M25

58 42 Lampiran 3. Jurnal harian sebagai pendamping asisten divisi Tanggal Uraian kegiatan Jumlah mandor diawasi (orang) Luas areal diawasi (ha) Lama kegiatan (jam) Lokasi 01/04/2016 Sensus bunga betina L22 dan buah 02/04/2016 Pembagian gaji karyawan Kantor kebun 03/04/2016 Libur /04/2016 Kontrol lapang L26 - L20 05/04/2016 Simulasi LSU L23 06/04/2016 Mengawasi LSU K07, K16 07/04/2016 Mengawasi LSU K17, K18 08/04/2016 Mengawasi LSU K14, K15, K19 09/04/2016 Mengawasi LSU K20, K21 10/04/2016 Libur /04/2016 Menyusun Rekam panen Kantor divisi 12/04/2016 Mengawasi sensus BJR M19 - M22 13/04/2016 Mengawasi sensus BJR M23 - M26 14/04/2016 Menyusun Rekam Perawatan Kantor divisi 15/04/2016 Mengawasi sensus BJR K17, K18, K19 16/04/2016 Aplikasi Klerat 3-7 Divisi 1 17/04/2016 Libur /04/2016 Kontrol lapang M19 - M23 19/04/2016 Pengawasan aplikasi klerat K07, K16, K17, K18 20/04/2016 Pengambilan data Divisi 2 transportasi panen 21/04/2016 Pengambilan data Divisi 2 transportasi panen 22/04/2016 Simulasi BBC SAGE 23/04/2016 Simulasi BBC BKLE 24/04/2016 Libur /04/2016 Kontrol lapang K07-K20 26/04/2016 Cross cek sensus BBC 27/04/2016 Cross cek sensus BBC Divisi K07, K14, K15, M29

59 43 Lampiran 3. Jurnal harian sebagai pendamping asisten divisi (lanjutan) Tanggal Uraian kegiatan Jumlah mandor diawasi (orang) Luas areal diawasi (ha) Lama kegiatan (jam) Lokasi 28/04/2016 Input data BBC Kantor kebun 29/04/2016 Cross cek sensus L19, L20 BBC 30/04/2016 Input data BBC Kantor kebun 01/05/2016 Libur /05/2016 Cross cek sensus L25, L26 BBC 03/05/2016 Cross cek sensus M24, M25 BBC 04/05/2016 Kontrol lapang M24 - M26, N24 - N25 05/05/2016 Libur /05/2016 Libur /05/2016 Membantu pembagian gaji Kantor kebun 08/05/2016 Libur /05/2016 Krani transport 1-5 K23 - K24, L22 - L26 10/05/2016 krani panen L19 - L21 11/05/2016 Kontrol panen M19 - M23 12/05/2016 BSS L19 - L21 13/05/2016 Krani panen K07 - K20 14/05/2016 Simulasi kriteria v-cut dan serangan Tirathaba sp SCMM 15/05/2016 Libur /05/2016 BSS L27 - L29 17/05/2016 Pembuatan REKAM Kantor Divisi 18/05/2016 Simulasi pupuk K21 - K24 19/05/2016 Kontrol lapang M26, N24, N25 20/05/2016 Kontrol lapang K07 - K20 21/05/2016 Kontrol lapang K21 - K24, L24 - L26 22/05/2016 Libur /05/2016 Krani panen L17 - L23 24/05/2016 Krani panen L17 - L20

60 44 Lampiran 3. Jurnal harian sebagai pendamping asisten divisi (lanjutan) Tanggal Uraian kegiatan Jumlah mandor diawasi (orang) Luas areal diawasi (ha) Lama kegiatan (jam) Lokasi 25/05/2016 Krani panen M19 - M23 26/05/2016 Pembuatan REKAM perawatan Kantor divisi 27/05/2016 Cek BBC 4 L22 dan M23 28/05/2016 Pembuatan REKAM BSS Kantor divisi 29/05/2016 Libur /05/2016 Persiapan presentasi /05/2016 Pengawasan aplikasi Racumin 1-7 M19 - M21 01/06/2016 Pengawasan aplikasi Racumin 1-7 M22 - M23 02/06/2016 Persiapan persentasi /06/2016 Persiapan persentasi /06/2016 Presentasi kegatan magang Kantor kebun 05/06/2016 Kegiatan magang selesai

61 Lampiran 4. Peta areal statement berdasarkan tahun tanam Bangun Koling Estate tahun

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG KONDISI UMUM LOKASI MAGANG PT Windu Nabatindo Abadi adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), Bangun Koling

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan yang terhitung mulai dari 14 Februari hingga 14 Juni 2011. Kegiatan ini bertempat di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012 di Teluk Siak Estate (TSE) PT. Aneka Intipersada, Minamas Plantation,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen 3 TINJAUAN PUSTAKA Teknis Panen Panen merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Pelaksanaan panen perlu dilakukan secara baik dengan memperhatikan beberapa kriteria tertentu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN. Profil Perusahaan

KONDISI UMUM KEBUN. Profil Perusahaan 14 KONDISI UMUM KEBUN Profil Perusahaan PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA) merupakan perusahaan agribisnis yang mengelola perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit. BGA memiliki visi yaitu World Class

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN OLEH RIZA EKACITRA PUTRIANI RACHMAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Profil Perusahaan

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Profil Perusahaan KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Bumitama Gunajaya Agro (BGA) berawal dari pengusahaan perkebunan kelapa sawit berskala kecil di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah yang dimulai pada tahun 1998

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH

MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH MOCHAMMAD FAHMI A24100088 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 10 Divisi, dan Kepala Administrasi. Karyawan nonstaf terbagi menjadi karyawan Bulanan, Karyawan Harian Tetap (KHT), dan Karyawan Harian Lepas (KHL). Karyawan Bulanan terdiri atas pekerja tidak langsung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penetapan Target

PEMBAHASAN Penetapan Target 54 PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode tanaman

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen Kebutuhan tenaga panen untuk satu seksi (kadvel) panen dapat direncanakan tiap harinya berdasarkan pengamatan taksasi buah sehari sebelum blok tersebut akan dipanen. Pengamatan

Lebih terperinci

= pemanen. Sistem Penunasan

= pemanen. Sistem Penunasan PEMBAHASAN Kebijakan penunasan di PT Inti Indosawit Subur adalah mempergunakan sistem penunasan progresif. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen dengan bersamaan dengan panen.

Lebih terperinci

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan PANEN KELAPA SAWIT 1. Pengrtian Panen Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai criteria matang panen, mengumpulkan dan mengutipbrondolan serta menyusun tandan di

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BUNATI ESTATE PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh Camellia Kusumaning Tyas A34104031 PROGRAM

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis 17 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Pelaksanaan pengelolaan perkebunan kelapa sawit meliputi pengelolaan kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan administrasi. Pelaksanaan teknis yang dilakukan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN DAN TRANSPORTASI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH

MANAJEMEN PANEN DAN TRANSPORTASI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH MANAJEMEN PANEN DAN TRANSPORTASI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH SYAHRINA RAHMA DHANI A24100081 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate 48 PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate Dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit dibutuhkan keterampilan manajemen yang baik agar segala aset perusahaan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Lokasi kebun PT JAW terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Wilayah kebun dapat diakses dalam perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen

PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen 45 PEMBAHASAN Kegiatan panen merupakan salah satu kegiatan budidaya kelapa sawit yang paling penting. Cara panen yang tepat sangat mempengaruhi kuantitas produksi dan waktu yang tepat mempengaruhi kualitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Panen Kelapa sawit Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang, kemudian mengutip tandan dan memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V-34 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT.PN III (PT. Perkebunan Nusantara III) Kebun Rambutan merupakan salah satu unit PT. PN III yang memiliki 8 wilayah kerja yang dibagi berdasarkan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara

Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara Harvest and Transportation Management of Palm Oil Fresh Fruit Bunch (Elaeis guineensis

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun 12 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Lokasi Kebun PT Aneka Intipersada (PT AIP) merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan pada tanggal 30 Agustus 1989. Dalam manajemen Unit PT Aneka Intipersada Estate

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Aspek Teknis

PEMBAHASAN. Aspek Teknis PEMBAHASAN Aspek Teknis Pengendalian Gulma Pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi kompetisi antara gulma dengan tanaman utama dalam pemanfaatan unsur hara, mineral CO 2, dan air. Bagian yang perlu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk 62 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Agribisnis kelapa sawit membutuhkan organisasi dan manajemen yang baik mulai dari proses perencanaan bisnis hingga penjualan crude palm oil (CPO) ke

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN MUSTIKA PT SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh CINDY CHAIRUNISA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah salah satu jenis

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

PEMBAHASAN Prosedur Gudang 44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati

Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati Bul. Agrohorti 4 (2):132-137 (2016) Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati Fertilization Management on Mature Plant Oil Palm in Kebun Tanjung Jati Monica Christina

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Idealnya setiap kebun harus sudah dievaluasi lahannya secara benar. Evaluasi Kelas Kesesuaian Lahan (KKL) pada suatu perkebunan kelapa sawit sangat

Lebih terperinci

KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM

KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre - 2012 DEFINISI Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre - 2012 DEFINISI Kastrasi, adalah kegiatan membuang

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak tanggal 14 Februari 2008 hingga tanggal 14 Juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti, Minamas

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN.

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor 5 November 2009 PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Pengelolaan Pupuk

PEMBAHASAN. Pengelolaan Pupuk 35 PEMBAHASAN Pahan (2008) menyebutkan bahwa pemupukan kelapa sawit dilakukan pada tiga tahap perkembangan tanaman, yaitu tahap pembibitan, TBM (Tanaman Belum Menghasilkan), dan TM (Tanaman Menghasilkan).

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KEBUN SEI BATANG ULAK, PT CILIANDRA PERKASA, KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KEBUN SEI BATANG ULAK, PT CILIANDRA PERKASA, KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KEBUN SEI BATANG ULAK, PT CILIANDRA PERKASA, KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU MUHAMMAD SATRIA BANGUN A24110007 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Havest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) at Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 11 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif PT. Panca Surya Agrindo terletak di antara 100 0 36-100 0 24 Bujur Timur dan 100 0 04 100 0 14 Lintang Utara, di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah

Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah Harvest Management on oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) at East Kota Waringin, Central Kalimantan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Oleh PUGUH SANTOSO A34103058 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012. Metode Pelaksanaan

Lebih terperinci

Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Riau. Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Riau

Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Riau. Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Riau Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Riau Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Riau Nurcahya Destiawan dan Ani Kurniawati * 1 Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pengendalian Gulma Aplikasi jenis pengendalian dilakukan di Kebun Adolina meliputi pengendalian secara kimia (chemist) dan secara manual. Pengendalian gulma tersebut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik.

TINJAUAN PUSTAKA. apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit tergantung dari tingkat kesesuaian lahan, keunggulan bahan tanam, dan tindakan kultur teknis. Unsur kesesuaian

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Tepat Jenis

PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Tepat Jenis PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Keefektifan pemupukan berkaitan dengan tingkat hara pupuk yang diserap tanaman. Pupuk dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap tanaman. Efesiensi pemupukan berkaitan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI GUNUNG KEMASAN ESTATE, PT. BERSAMA SEJAHTERA

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Tambusai Estate terletak di antara 100 0 37-100 0 24 Bujur Timur dan 1 0 04-1 0 14 Lintang Utara yang terletak di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan April sampai November 2009 di PTP Nusantara VI pada unit usaha Rimbo Satu Afdeling IV (Gambar Lampiran 5), Rimbo Dua Afdeling

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 10 kasie, dan 5 orang asisten divisi. Karyawan non staf terdiri atas karyawan bulanan, karyawan harian tetap (KHT), dan karyawan harian lepas (KHL). Jumlah tenaga kerja SBHE sebanyak 636 per minggu ke

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) DI PERKEBUNAN PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN OLEH HARYO PURWANTO A24051955 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis menggunakan

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Lukut, Siak, Riau

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Lukut, Siak, Riau Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Lukut, Siak, Riau Harvesting Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) in Sei Lukut Estate, Siak, Riau Zul Adhri Harahap dan Hariyadi

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI SILVERIUS SIMATUPANG A24050072 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

SENSUS POKOK DAN IDENTIFIKASI POKOK

SENSUS POKOK DAN IDENTIFIKASI POKOK SENSUS POKOK DAN IDENTIFIKASI POKOK Pundu Learning Centre PENDAHULUAN Pundu Learning Centre PENDAHULUAN Kegiatan Sensus Pokok adalah kegiatan perhitungan seluruh jumlah pokok kelapa sawit (produktif dan

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Kriteria Panen. Tabel 9. Kriteria panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate. Kriteria panen oleh pemanen

PEMBAHASAN. Kriteria Panen. Tabel 9. Kriteria panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate. Kriteria panen oleh pemanen 53 PEMBAHASAN Kriteria Panen Kriteria panen atau minimum ripenes standart (MRS) secara umum untuk tandan buah yang dapat dipanen di Unit Kebun Pinang Sebatang Estate berdasarkan jumlah brondolan yang terlepas

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Angsana Estate (ASE) adalah salah satu kebun kelapa sawit PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI). PT LSI merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Minamas Gemilang,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kata Elaeis berasal dari kata Elaion berarti minyak dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kelapa Sawit Pohon kelapa sawit terdiri dari pada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersial dalam pengeluaran minyak kelapa sawit.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SIME DARBY GROUP, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN oleh HULMAN IRVAN A24052646

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PANTAI BUNATI ESTATE, PT. SAJANG HEULANG, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN. Oleh ARDILLES AKBAR A34104058 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi tandan buah

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT

LAPORAN TUGAS AKHIR. BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT i LAPORAN TUGAS AKHIR BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT Disusun oleh : DEDE SARFAWI HARAHAP NBP. 0801111021 Telah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya dari Brasilia. Di Brasilia tanaman ini tumbuh secara liar atau setengah liar

Lebih terperinci

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi Prestasi Kerja (satuan/hk) Standar Pekerja Penulis Status sebagai Mahasiswa 14 Feb 2008 Orientasi lapang Seluruh

Lebih terperinci

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit 41 PEMBAHASAN Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor tanaman, dan teknik budidaya tanaman. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI NO. ISK/AGR-KBN/22 Status Dokumen No. Distribusi DISAHKAN Pada tanggal 15 Februari 2013 Dimpos Giarto Valentino Tampubolon Direktur Utama Hal 1 dari 5 SEJARAH PERUBAHAN DOKUMEN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGANAN KEHILANGAN (LOSSES) BRONDOLANKELAPA SAWIT PADA AREAL BERBUKIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT

TEKNIK PENANGANAN KEHILANGAN (LOSSES) BRONDOLANKELAPA SAWIT PADA AREAL BERBUKIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT TEKNIK PENANGANAN KEHILANGAN (LOSSES) BRONDOLANKELAPA SAWIT PADA AREAL BERBUKIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. TINTIN BOYOK SAWIT MAKMUR PROPINSI KALIMANTAN BARAT Aang Kuvaini Abstrak Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN

METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN 54 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS SUMATERA BARAT. PT. Bakrie Pasaman Plantations ini bernaung dibawah PT. Bakrie

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH FITRI YANI NOOR MEDINA

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH FITRI YANI NOOR MEDINA MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH FITRI YANI NOOR MEDINA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008.

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008. 51 PEMBAHASAN Produksi Pencapaian produksi tandan buah segar (TBS) Kebun Mentawak PT JAW dari tahun 2005 2007 (Tabel 2) mengalami peningkatan yang signifikan yaitu dari tahun 2005 ke 2006 ± 10 000 ton,

Lebih terperinci

Manajemen Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Serawak Damai

Manajemen Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Serawak Damai Manajemen Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Serawak Damai Harvest Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) in Serawak Damai Estate Anggita Perdana, Adolf Pieter

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Tanggal : 28 Juli 2011 PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PELANTARAN AGRO ESTATE

Lebih terperinci

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar 23 Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Tanggal Uraian Kegiataan Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi 01/03/2014 Penunasan 10 pokok 54 pokok 76 pokok L022 02/03/2014 Libur hari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peluang usaha membudidayakan kelapa sawit di Indonesia sangatlah besar.

I. PENDAHULUAN. Peluang usaha membudidayakan kelapa sawit di Indonesia sangatlah besar. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineesis Jacq) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi daripada tanaman penghasil minyak nabati

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH DIAN PRATIWI

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH DIAN PRATIWI PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH DIAN PRATIWI DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate, Kalimantan Tengah

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate, Kalimantan Tengah Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate, Kalimantan Tengah The Manajement of Palm Oil Fertilizing at Sugai Bahaur Estate, Central of Kalimantan Aslina Putri Nunyai, Sofyan Zaman*, dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA DESA SENYIUR KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA DESA SENYIUR KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA DESA SENYIUR KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : SONI SETIAWAN NIM. 120 500 086 PROGRAM STUDI BUDIDAYA

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP 38 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP (CLP GROUP) dengan nama P.T. SUBUR ARUM MAKMUR kebun Senamanenek I (PT.

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4 I. TINJAUAN PUSTAKA A. Panen Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4 tahun. Proses pemanenan kelapa sawit meliputi kegiatan memotong tandan buah yang masak, memungut brondolan,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha LAMPIRAN 64 65 Tanggal 280220 0020 02020 0020 04020 0020 08020 09020 0020 020 2020 4020 5020 6020 020 8020 9020 2020 22020 2020 24020 25020 26020 2020 Lampiran. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja

Lebih terperinci

LEAF SAMPLING UNIT ( L S U )

LEAF SAMPLING UNIT ( L S U ) LEAF SAMPLING UNIT ( L S U ) PENDAHULUAN Leaf sampling merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan rekomendasi pemupukan. Rekomendasi pupuk yang akurat akan menghasilkan produksi TBS yang maksimal.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. SOCFIN INDONESIA, KEBUN TANAH GAMBUS, LIMA PULUH, BATU BARA, SUMATERA UTARA Oleh : GUNTUR SYAHPUTRA PURBA A 34104049 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BANGUN BANDAR ESTATE, PT SOCFIN INDONESIA, SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA

BANGUN BANDAR ESTATE, PT SOCFIN INDONESIA, SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA PENGELOLAAN PEMANENAN DAN TRANSPORTASI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN BANDAR ESTATE, PT SOCFIN INDONESIA, SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA PANGERAN T. ANUGRAH A24120192

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau Bul.Agrohorti 2 (3): 213-220 (2015) Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau Harvest Management of Oil Palm at Tambusai District

Lebih terperinci