BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 30 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data Profil Perusahaan Sejarah Perusahaan Bumitama Gunajaya Agro Group (BGA Group) adalah kelompok perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan dan pabrik kelapa sawit. BGA Group berkomitmen mewujudkan kelapa sawit lestari (sustainable palm oil). BGA Group senantiasa melakukan kegiatan standarisasi praktek operasional sesuai Prinsip dan Kriteria Roundtable On Sustainable Palm Oil (RSPO) demi terwujudnya kelapa sawit lestari. BGA menaungi beberapa perusahaan diantaranya PT Windu Nabatindo Lestari, PT Hati Prima Agro, dan PT Surya Barokah. PT Surya Barokah bergerak di bidang pengusahaan kayu yang kemudian beralih ke bidang perkebunan dengan HPK (Hak 31

2 31 Pengusahaan Kayu). PT Surya Barokah mulai mengusahakan 19 perkebunan untuk mendapatkan IPK (Izin Pemanfaatan Kayu). Pengusahaan ini dilakukan sejak tahun 1996 hingga tahun PT Surya Barokah mengalami kebangkrutan pada tahun 2004, kemudian di take over dan diakuisisi kepada PT BGA menjadi PT Windu Nabatindo Abadi (PT WNA) dengan luas areal tanam Ha. PT WNA menaungi 3 kebun, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Bangun Koling Estate (BKLE) dan Sungai Cempaga Estate (SCME). Sungai Bahaur Estate (SBHE) merupakan kebun take over yang berasal dari PT Surya Barokah yang terletak di Kecamatan Cempaga Hulu Kotawaringin Timur dengan luas areal ha. Jumlah karyawan Kebun SBHE adalah 761 karyawan, yang terdiri atas 8 Orang staf, 40 orang karyawan bulanan, 424 KHT, 244 KHL. ITK SBHE adalah 0.18 yang terdiri dari ITK untuk kegiatan perawatan sebesar 0.12 HK/ha kegiatan panen sebesar 0.06 HK/ha Lokasi dan Letak Geografis Secara geografis SBHE berada antara o o BT dan 1.80 o o LS yang terletak di Desa

3 32 Pundu, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Batas wilayah SBHE sebelah utara adalah Sungai Cempaga Estate (SCME) dan sebelah timur berbatasan dengan PT Bisma Darma Kencana Kondisi Lahan, Tanah dan Iklim SBHE mempunyai dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.puncak musim hujan terjadi pada April dan Desember, sedangkan puncak musim kemarau terjadi pada Februari dan Agustus berdasarkan data curah hujan tahun Curah hujan ratarata selama 5 tahun terakhir ( ) di SBHE adalah mm/tahun dengan rata-rata hari hujan adalah 133,8 hari/tahun. Rata-rata bulan kering 1,00 bulan/tahun dan rata-rata bulan basah 10,40 bulan/tahun. Menurut klasifikasi Schimidth-Ferguson, iklim di SBHE termasuk tipe iklim A (sangat basah). Keadaan kondisi lahan di SBHE mayoritas adalah relatif datar dengan tingkat kemiringan 0-8 % dan sedikit daerah bergelombang dengan tingkat kemiringan 9 15 %. Jenis tanah di SBHE terdiri atas tanah inceptisol sebesar 60,28%, kaolin sebesar 19,86%,

4 33 ultisol sebesar 17,73% dan tanah entisol sebesar 0,71%. Menurut Resman, et al. (2006) tanah inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) dengan perkembangan profil yang lebih remah dibanding dengan tanah yang matang dan masih banyak menyerupai sifat bahan induk. Warna tanah inceptisol beraneka ragam tergantung dari jenis bahan induknya. Warna kelabu menunjukkan bahan induknya berasal dari endapan sungai. Warna coklat kemerahan terbentuk karena mengalami proses reduksi. Warna hitam mengandung bahan organik yang tinggi. Menurut Jalaluddin dan Jamaluddin T (2005) kaolin adalah salah satu jenis tanah lempung yang tersusun dari mineral. Tanah lempung jenis ini berwarna putih keabu-abuan. Menurut Prasetyo dan Suriadikarta (2006) ultisol berkembang dari berbagai bahan induk, baik yang bersifat masam hingga basa. Ultisol dicirikan oleh adanya akumulasi liat pada horizon bawah permukaan. Menurut Utami dan Handayani (2003) tanah entisol merupakan tanah yang relatif kurang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman.tanah ini mempunyai konsistensi lepas-lepas, tingkat agregasi rendah, peka terhadap erosi dan kandungan hara yang tersedia rendah. Kesesuaian lahan aktual untuk tanaman

5 34 kelapa sawit di SBHE termasuk kedalam lahan kelas S2 (sesuai marjinal) dengan faktor pembatas utama adalah tekstur tanah pasir berlempung. Pemanfaatan tanah berdasarkan kelas lahan ini untuk pengembangan kelapa sawit, khususnya di SBHE harus diikuti dengan upaya untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah. Upaya tersebut diantaranya adalah penanaman tanaman kacangan penutup tanah, pemupukan, dan aplikasi bahan organik. Berbagai perbaikan yang dilakukan pada kondisi tanah tersebut diharapkan dapat mencapai protensi produksi yang ingin dicapai sesuai dengan siklus tanaman kelapa sawit Struktur Organisasi Pemimpin tertinggi SBHE dipegang oleh seorang Estate Manager (EM) yang dibantu oleh seorang Asisten Kepala (Askep). Asisten kepala dibantu oleh lima orang asisten divisi. Seorang asisten divisi dibantu oleh mandor I, kerani divisi, kerani transport, kerani panen, mandor panen, mandor perawatan, mandor pupuk, dan mandor chemist. Bagian administrasi dipegang oleh seorang kepala administrasi (Kasie). Kasie dibantu oleh seorang admin dan mantri tanaman, 23 accounting, kasir dan dibawahnya terdapat

6 35 kerani divisi.struktur organisasi SBHE dapat Gambar 4.1. Gambar 4.1. Struktur Organisasi SBHE Estate Manager (EM) memiliki atasan langsung kepada Kepala Wilayah dan memiliki bawahan langsung kepada Asisten Kepala Kebun, Asisten Divisi, dan Kepala Seksi Administrasi. Seorang EM memiliki tugas-tugas dalam mengelola kebun, meliputi : 1) melakukan monitoring pelaksanaan pekerjaan operasional berdasarkan laporan dari divisi atau bagian dari unit kebun serta melaporkannya secara komprehensif kepada atasan

7 36 langsung, 2) menyusun anggaran tahunan dan bulanan meliputi aspek area statement, produksi, kapital, Sumber Daya Manusia dan totalitas biaya, 3) mengadakan rapat kerja intern dengan Asisten Divisi dan Kepala Seksi (Kasie) beserta jajaran di bawahnya secara periodik (minimal seminggu sekali) dalam upaya percepatan/peningkatan kinerja. Asisten Kepala (Askep) memiliki atasan langsung kepada Estate Manager dan memiliki bawahan langsung kepada asisten divisi. Seorang Asisten Kepala Kebun memiliki tugas dalam mengelola kebun, diantaranya: 1) membantu manajer kebun dalam pengelolaan seluruh aspek pekerjaan agronomi, 2) bertanggung jawab kepada Manajer Kebun dalam mengelola seluruh aspek pekerjaan non agronomi untuk mendukung operasional kebun, 3) melaksanakan kunjungan secara periodik ke setiap divisi Asisten Divisi memiliki atasan langsung kepada Asisten Kepala Kebun dan Manajer Kebun serta memiliki bawahan langsung kepada Mandor I, Mandor dan Kerani. Tugas seorang Asisten Divisi meliputi: 1) membuat dan menjabarkan Rencana Kerja Tahunan (RKT) dalam bentuk Rencana Kerja Bulanan (RxKB), 2) mengadakan rapat kerja intern dengan Mandor I, Mandor dan Kerani beserta jajaran di bawahnya secara periodik (minimal seminggu sekali) dalam upaya peningkatan kinerja, 3) melaksanakan

8 37 kunjungan langsung secara rutin pada setiap kemandoran di lapangan Data Hasil Survey Dari hasil survey lapangan dan studi literature diperoleh informasi sebagai berikut : a. Survey Lapangan Informasi diperoleh melalui survey lapangan berupa kondisi lahan dan faktor faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit dari tenaga kerja yang ada di kebun mulai dari Manager sampai ke Karyawan. Kondisi lahan di SBHE dan informasi dari tenaga kerja yang ada di lapangan disajikan pada Tabel 4.1. dan Tabel 4.2. Tabel 4.1. Kondisi Estate SBHE No. Faktor Tema Realisasi 1 Sumber Bibit Varietas Untuk Jenis bibit yang ditanam adalah jenis bibit yang berasal dari PPKS dengan varietas D x P PPKS Pemupukan Aplikasi 3 Curah Hujan Kebutuhan Air 4 Umur Tanaman Potensi Produktivitas Pencapaian aplikasi pemupukan b elum 100 % dan masih banyak terdapat losses Rata - rata curah hujan dalam lima tahun terakhir mencukupi untuk kebutuhan air kelapa sawit Umur tanaman kelapa sawit sedang dalam masa - masa muda dan masih mempunya potensi produktivitas yang cukup besar 5 Kemiringan Lereng Potensi Produksi Lahan yang ada di SBHE cenderung datar

9 38 Tabel 4.2. Informasi yang Diperoleh dari Tenaga Kerja No. Sumber Informasi Informasi yang diperoleh 1 Manager - Faktor - faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit - Aplikasi pemupukan belum dapat tercapai 100 % - Peran pemupukan dalam peningkatan produktivitas kelapa sawit adalah besar. Pupuk merupakan nutrisi bagi tanaman untuk menghasilkan dan meningkatkan produktivitas kelapa sawit. 2 Askep dan Asisten - Faktor - faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit - Faktor - faktor yang berpengaruh terhadap pemupukan berkualitas - Teknis aplikasi pemupukan yang benar sesuai dengan prinsip pemupukan 3 Karyawan - Permasalahan yang menjadi kendala dalam aplikasi pemupukan - Pengetahuan dan kemampuan dalam aplikasi pemupukan b. Study Literatur Study literature dilakukan untuk memperoleh data primer terkait dengan faktor pengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit. Literatur literature yang digunakan untuk mencari informasi merupakan literature yang membahas tentang budidaya perkebunan kelapa sawit dan peningkatan produktivitas kelapa sawit. Dari hasil pengumpulan data yang telah dilakukan maka diperoleh data produktivitas kelapa sawit dari tahun Data produktivitas tersebut sebagai input yang menjadi basic data

10 39 untuk dilakukan diolah dan dianalisa. Berdasarkan data produktivitas kelapa sawit di Wilayah SBHE dari tahun terus mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai produktivitas tahun 2006 sebesar 4.41 Ton/Ha dan pada tahun 2010 menjadi 19 Ton/Ha. Namun peningkatan tersebut belum sesuai dengan standart yang digunakan, yaitu standart produktivitas PPKS Kelas II Marihat. Apabila dibandingkan antara realisasi dan standart produktivitas sampai dengan tahun 2010 nilai yield gapnya masih cukup tinggi 6,50 Ton/Ha. Tabel 4.3. Historis dan Varian Produksi SBHE dari Tahun No. Umur Tanaman Tahun Produksi Produksi TBS (Tandan Buah Segar) Luas Lahan Produksi Produktivitas (Ha) (ton) Ton/Ha Standar ,05 4,41 13,50 (9,90) ,80 7,42 16,00 (8,58) ,72 10,24 18,50 (8,26) ,83 15,24 23,00 (7,76) ,80 19,00 25,50 (6,50) Varian Sumber : Data Produksi TBS SBHE ( ) Gambar 4.2. Trend Produktivitas Kelapa Sawit Kelas II Marihat Vs Realisasi

11 Pengolahan Data Penentuan Faktor yang Berpangaruh Terhadap Produktivitas Penentuan faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas dilakukan dengan menggunakan tools TQM, yaitu fishbone diagram dan analisa 5W + 1H. Data data yang diperoleh data hasil pengukuran dan survey lapangan dilakukan amati dan dianalisa untuk mengetahui realisasi operasional di lapangan yang dikaitkan dengan standart operasional prosedur dan untuk mengetahui faktor yang akan paling berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit. Tahap pemrosesan data dilakukan dengan melalui beberapa tahap, yaitu : 1. Melalui Survey Lapangan dan Study Literatur Berdasarkan hasil survey lapangan dan study literature dapat diperoleh gambaran terkait faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas. Faktor faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit, yaitu sumber bibit, pemupukan, curah hujan, kemiringan lereng dan umur tanaman. a. Sumber Bibit Sumber bibit memiliki potensi produktivitas yang berbeda beda. Perbedaan tersebut lebih dipengaruhi oleh sifat genetik/bawaan dari induknya, seperti yang disajikan di dalam Tabel 4.4.

12 41 Tabel 4.4. Potensi produktivitas berdasarkan sumber bibit Sumber Bibit PPKS SRIWIJAYA Varietas Potensi Produktivitas (ton/ha/thn) D x P PPKS ,1 0 D x P PPKS ,50 D x P PPKS ,00 D X P SJ 1 36,00 D X P SJ 2 35,60 D X P SJ 5 35,30 LONSUM SUMBIO 25,62 Sumber : Potensi Produktivitas Per Sumber Bibit Potensi produktivitas yang berbeda beda dari setiap sumber bibit merupakan salah satu penentu sumber bibit yang akan di tanam. Untuk sumber bibit yang di tanam di SBHE adalah sumber bibit dari PPKS dengan varietas D x P PPKS 239. Pengaruh produktivitas dari sumber bibit bersifat genetic dan bawaaan dari induknya sehingga untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi maka harus dilekukan penentuan yang teliti dan detail dalam penentuan sumber bibit. Treatment untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki dari sumber bibit adalah pada saat di perawatan di pembibitan dan pemeliharaan khususnya dalam pemberian pupuk saat sudah di tanam di lapangan. Dalam penelitian ini sumber bibit yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

13 42 produktivitas kelapa sawit dibatasi pada sumber bibit yang sudah di tanam di lapangan dan sudah berstatus tanaman menghasilkan.

14 43 Socfin PPKS Lonsum Sriwijaya Material Lempung Pasir Liat Manusia Pengetahuan Kualitas Ukuran Varietas Bibit Top Soil Pengalaman Kualitas Jenis Ukuran Polybag Pupuk Kualitas Bibit yang berkualitas Kualitas Alat Penyiraman Pompa Air Sistem Drainase Kualitas Ukuran Mesin Metode Pengendalian Gulma Ukuran Gambar 4.3. Fishbone Diagram dari Faktor Sumber Bibit

15 44 b. Kemiringan Lereng Karakteristik fisik lahan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit. Lahan yang miring memiliki potensi terjadinya kerusakan tanah akibat erosi, seperti turunnya kandungan bahan organik tanah yang diikuti dengan berkurangnya kandungan unsur hara dan ketersediaan air tanah bagi tanaman. Tanah - tanah yang mengalami erosi berat umumnya memiliki tingkat kepadatan yang tinggi sebagai akibat terkikisnya lapisan atas tanah yang lebih gembur. (Yahya et al., 2010). Selain itu kemiringan lereng juga berpengaruh pada produksi kelapa sawit, seperti data yang disajikan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5. Rerata TBS Kelapa Sawit Pada Berbagai Kemiringan Lereng No. Klasifikasi Areal Sudut Kemiringan ( o ) Lereng (% ) Rerata TBS (Kg) 1 Tanah Datar < ,31 2 Tanah Bergelombang ,41 3 Tanah Berbukit ,30 4 Tanah Bergunung > 27 > 30 9,76

16 45 Apabila dikaitkan dengan kondisi kemiringan lereng di wilayah SBHE yang cenderung datar, maka dapat diketahiu besar pengaruh kemiringan lereng terhadap produktivitas kelapa sawit tidak terlalu signifikan. Hal ini dapat dikatakan demikian, karena pada lahan yang datar banyak mengandung unsur hara dan tidak mudah tererosi sehingga kandungan unsur hara yang diperlukan untuk tanaman kelapa sawit untuk berproduksi akan cukup. Selain itu hal tersebut terlihat dari data BJR dari tahun yang peningkatan berat janjang rata rata (BJR) tidak terlalu signifikan. Peningkatan data BJR tersebut disajikan pada Table 4.6. Tabel 4.6. Standarat Vs Realisasi BJR Kelapa Sawit BJR (Berat Janjang Rata -Rata) No. Umur Tanaman Tahun Produksi Luas Lahan Standart Realisasi Varian (Ha) (Kg) (Kg) (Kg) ,90 4,20 1, ,10 5,30 1, ,40 7,48 1, , , ,20 11,58 1,62

17 46 Gambar 4.4. Trend BJR Kelapa Sawit Kelas II Marihat Vs Realisasi c. Curah Hujan Curah hujan merupakan salah satu faktor yang memperngaruhi produktivitas. Untuk tanaman kelapa sawit, membutuhkan wilayah yang curah hujannya sekitar mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun. Apabila hasil pengukuran lapangan dikaitkan dengan standart akan kebutuhan curah hujan untuk tanaman kelapa sawit, maka pengaruh tidak terlalu signifikan sepanjang curah hujan yang turun masih di atas standart. Berdasarkan hasil pengukuraan dilapangan dapat diketahui historis data curah hujan ( ).

18 47 Curah hujan yang terjadi selama beberapa tahun tersebut menunjukkan curah hujan yang turun di Wilayah SBHE masih di atas standart sehingga pengeruh terhadap produktivitas kelapa sawit yang ada tidak telalu signfikan. Gambar 4.5. Realisasi Vs Standart Curah Hujan untuk Kelapa Sawit d. Umur Tanaman Umur tanaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas yang bersifat alamiah. Artinya faktor umur tersebut tidak bisa dilaukan treatment untuk meningkatkan produktivitas. Tinggi rendahnya produktivitas hanya bisa dilihat secara alamiah berdasarkann tingkatan umur dari tanaman kelapa sawit. Produktivitas kelapa sawit

19 48 semakin tahun akan semakin naik sampai pada saat puncaknya, yaitu pada saat umur 15 tahun. Setelah melewati masa puncak produktivitas maka tanaman kelapa sawit akan menurun produktivitasnya. Apabila dikaitkan dengan data hasil survey lapangan di Wilayah SBHE, produktivitas kelapa sawit di wilayah tersebut masih terus meningkat karena umur tanamannya masih dalam proses menuju masa puncak produktivitas. Namun apabila dibandingkan dengan standart produktivitas berdasakan umur Kelas II Marihat, produktivitas di Wilayah SBHE masih belum maksimal. Hal tersebut dapat dilihat pada data hasil surevy lapangan yang disajikan pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Produktivitas Kelapa Sawit Berdasarkan Umur. No. Umur Tanaman Tahun Produksi Produksi TBS (Tandan Buah Segar) Luas Lahan Produksi Produktivitas (Ha) (ton) Ton/Ha Standar Varian ,05 4,41 13,50 (9,90) ,80 7,42 16,00 (8,58) ,72 10,24 18,50 (8,26) ,83 15,24 23,00 (7,76) ,80 19,00 25,50 (6,50)

20 49 Gambar 4.6. Hubungan Umur Tanaman Terhadap Produktivitas e. Pemupukan Pemupukan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit. Menurut Adiwiganda dan Siagian (2004) peran pemupukan dalam peningkatan produktivitas kelapa sawit sangat penting. Dalam proses pembentukan buah dan peningkatan produktivitas peran pupuk adalah sebagai nutrisi untuk melaksanakan aktivitas tersebut. Berikut ini adalah fishbone diagram general mengenai tingkat hubungan dari keseluruhan faktor faktor yang berpengaruh terhadap peningkatakan produktivitas kelapa sawit yang disajikan pada Gambar 4.7.

21 50 Sifat Takaran Standart Pupuk Fungsi Manusia Pengetahuan Keahlian Pengalaman Mesin (Alat) Pupuk Sumber Bibit Pipa Sumisansui Kiriko Produktivitas Kelapa sawit Pupuk Kualitas Pupuk Sumber Bibit Metode Pupuk Lingkungan Organik Varietas Bibit Jenis Curah Hujan An - Organik Material Unggul Kualitas Bibit PPKS Sriwijaya Dosis Cara Waktu Kemiriang Lereng Umur Tanaman Afkir Gambar 4.7. Fishbone Diagram Umum Cara Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit

22 51 Dari fishbone diagram di atas maka dapat diperoleh akar permasalahan atau faktor utama yang paling berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit. Dalam fishbone diagram pemupukan masuk ke dalam semua aspek yang berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit baik itu dari sisi manusia, mesin, material maupun metodenya. Selain itu apabila dikaitkan dengan data hasil survey lapangan dengan realisasi produktivitas, pemupukan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam produktivitas kelapa sawit. Data realisasi pemupukan tersebut disajikan pada Tabel 4.8. Tabel 4.8. Realisasi pemupukan Tahun Realisasi 35% 45% 53% 60% 78% Produktivitas 4,41 7,42 10,24 15,24 19,00 Standart 13,50 16,00 18,50 23,00 25,50 Varian (9,09) (8,58) (8,26) (7,76) (6,50) Gambar 4.8. Pengaruh Realisasi Pemupukan Terhadap Produktivitas

23 52 2. Menggunakan analisa 5 W + 1 H Penggunaan analisa 5 W + 1 H dilakuakn untuk menanggulangi atau mempebaiki dari faktor yang paling berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit. Berdasarkan pemrosesan data menggunakan fishbone diagram maka diperoleh faktor yang paling berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit adalah pemupukan. Analisa menggunakan 5 W + 1 H adalah sebagai berikut : a. What (Apa Penanggulangaannya) Berdasarkan dari hasil analisa fishbone diagram general dan diperkuat oleh penelitian sebelumnya yang diakukan oleh Dr. Taryo Adiwiganda dalam meneliti pengaruh pemupukan terhadap peningkatan produktivitas kelapa sawit tahun 2004 dapat diketahui bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit adalah pempukan. Selain itu Apabila melihat data hasil survey lapangan yang telah dilakukan dan dikaitkan fishbone diagram aspek yang paling berpangaruh adalah metode aplikasi pemupukan. Berikut ini data hasil survey lapangan terkait dengan aplikasi pempuukan yang disajikan pada Tabel

24 53 Tabel 4.9. Budget Vs Realisasi Pemupukan Tahun 2010 Jenis Pupuk 2010 Budget Realisasi Varian UREA 900,00 755,43 83,94% RP 1.157,00 842,37 72,81% MOP 1.435, ,81 79,85% KIESERITE 350,00 279,27 79,79% HGFB 95,00 75,54 79,52% Chelated Zincopper 5,40 1,91 35,37% Palmo 14 15,00 3,60 24,00% Total 3.957, ,92 78,43% Tabel Kualitas Aplikasi Pemupukan Aplikasi Pupuk % Terserap 25% Losses - Tidak Tepat Aplikasi 35% - Tercecer 25% - Penguapan 15% Total 100% b. Why (Mengapa Ditanggulangi) Pemupukan perlu ditanggulangi, karena pemupukan mempunyai konstribusi yang cukup besar dalam peningkatan produktivitas. Alasan paling utama dalam

25 54 penanggulangan aplikasi pupuk adalah semakin banyak pupuk yang terserap daan semakin sedikit pupuk yang losses (terbuang) maka pemupukan yang berkualitas akan tercapai dan peningkatan produktivitas kelapa sawit akan tercapai dengan maksimal. Selain itu apabila melihat data hasil aplikasi pemupukan, masih banyak pupuk yang tidak tepat. Data aplikasi pemupukan tersebut disajikan pada Tabel Tabel Realisasi Aplikasi Pemupukan Aplikasi Pupuk Tahun Terserap 25% 30% 45% Losses - Tidak Tepat Aplikasi 35% 30% 20% - Tercecer 25% 25% 20% - Penguapan 15% 15% 15% Total 100% 100% 100% c. Where (Dimana Ditanggulangi) Penanggulangan aplikasi pemupukan dilakukan di Wilayah SBHE PT WNA Kalimantan Timur yang merupakan daearah penelitian. Penanggulangan dilakukan di wilayah estate SBHE khususnya pada team pemupukan

26 55 dengan cara melakukan standarisasi siatem dan metode pemupukan untuk mencapai pemupukan yang kualitas. d. When (Kapan Ditanggulanginya) Penanggulangan dilakukan di awal tahun dengan melakukan surevy dan pengamatan langsung ke lapangan. e. Who (Siapa yang Menanggulanginya) Penggulangan dilakukan oleh peneliti dan beberapa team pemupukan dari karyawan kebun. f. How (Bagaimana Cara Menanggulanginya) Penanggulangan dilakuan dengan cara sossialisasi dan aplikasi metode pempukan yang baik dan benar sesuai dengan prinsip pemupukan, yaitu tepat dosis, tepat jenis, tepat waktu, tepat cara dan tepat aplikasi. Untuk mencapai pemupukan yang berkualitas ada beberapa aspek yang perlu diperharikan dimana setiap aspek mempunyai pengaruh yang cukup besar untuk mencapai pemupukan yang berkualitas. Aspek aspek tersebut disajikan dalam fishbone diagram pada Gambar 4.9.

27 56 Pemula Senior Manusia Mesin (Alat) Fungsi Pupuk Pengetahuan Keahlian Pengalaman Takaran Standart JenisPupuk Pemupukan Berkualitas Organik Non -Organik Kualitas Pupuk Piringan Material Dosis Cara Waktu Tabur Tuggal Musim Hujan Musim Kemarau Tunggal Tempat Jenis Sekeliling Kanopi Metode Majemuk Gambar 4.9. Fishbone Diagram dari Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pemupukan Berkualitas

28 Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit Dalam perhitungan produktivitas kelapa sawit, data yang menjadi input adalah data luasan lahan tanaman menghasilkan dan outputnya adalah tonase dari TBS yang dihasilkan dari luasan lahan tersebut. Untuk melakukan peningkatan produktivitas kelapa sawit di fokuskan pada peningkatan output/tbs yang dihasilkan. Dalam usaha peningkatan output, dilakukan dengan meningkatkan kebutuhan pupuk sesuai dengan dosis yang dibutuhkan (Material), peningkatan output tenaga tabur dalam aplikasi pupuk (Manusia), perbaikan metode pemupukan (Metode) dan standarisasi takaran pupuk (Mesin/Alat) Kebutuhan Pupuk Pupuk merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit. Untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit perlu diperhatikan terhadap kebutuhan pupuk. Setiap pupuk yang diberikan kepada pokok kelapa sawit akan sangat berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit. Kebutuhan pupuk pada setiap umur tanaman mempunyai dosis yang berbeda beda. Untuk data kebutuhan pupuk disajikan pada Tabel

29 58 Tabel Kebutuhan Pupuk Sesuai dengan Umur Tanaman BUDGET REALISASI Budget 2010 (umur 8 tahun) Realisasi 2010 (umur 8 tahun) 1 Ha (SPH) = 136 Pokok 1 Ha (SPH) = 136 Pokok 1 Pokok = 7,297 Kg Pupuk 1 Pokok = 5,723 Kg Pupuk Luas SBHE = Ha Luas SBHE = Ha Jumlah Pokok = Pokok Jumlah Pokok = Pokok Kebutuhan Pupuk = Ton Kebutuhan Pupuk = Ton Budget 2011 (umur 9 tahun) Realisasi 2011 (umur 9 tahun) 1 Ha (SPH) = 136 Pokok 1 Ha (SPH) = 136 Pokok 1 Pokok = 8,027 Kg Pupuk 1 Pokok = 7,017 Kg Pupuk Luas SBHE = Ha Luas SBHE = Ha Jumlah Pokok = Pokok Jumlah Pokok = Pokok Kebutuhan Pupuk = Ton Kebutuhan Pupuk = Ton Budget 2012 (umur 10 tahun) Realisasi 2012 (umur 10 tahun) 1 Ha (SPH) = 136 Pokok 1 Ha (SPH) = 136 Pokok 1 Pokok = 8,178 Kg Pupuk 1 Pokok = 8,178 Kg Pupuk Luas SBHE = Ha Luas SBHE = Ha Jumlah Pokok = Pokok Jumlah Pokok = Pokok Kebutuhan Pupuk = Ton Kebutuhan Pupuk = Ton Perhitungan Kebutuhan Pupuk : Kebutuhan Pupuk (Ton)= Dosis Per Pokok x Luas SBHE x SPH Tahun 2010 = 7,297 X X 136 = Kg = Ton

30 59 Tahun 2011 = 8,027 X X 136 = Kg = Ton Tahun 2012 = 8,178 X X 136 = Kg = Ton Dari data di atas dapat diketahui pada tahun 2010 realisasi pemberian pupuk terhadap pokok kelapa sawit belum maksimal. Dari total budget pupuk yang harus diberikan sebesar ton, hanya dapat teraplikasi ton. Dengan aplikasi pupuk yang belum sesuai dengan kebutuhan mengakibatkan produktivitas kelapa sawit belum sesuai dengan target. Peningkatan pemenuhan kebutuhan pupuk dilakukan mulai pada tahun Peningkatan akan pemenuhan kebutuhan pokok akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas kelapa sawit. Setiap peningkatan 1 Kg pupuk pada setiap pupuk kelapa sawit dapat meningkatkan produktivitas kelapa sawit ± 3-4 ton/ha (Menurut Dr. Taryo Adiwiganda dalam Buku Tanya Jawab Mengenai Tanah dan Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit ). Peningkatan pemenuhan kebutuhan pupuk disajikan pada Tabel 4.13.

31 60 Tabel Peningkatan Pemenuhan Kebutuhan Pupuk Tahun Budget Realisasi Pencapaian Peningkatan % % 9% % 13% Kebutuhan Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas kelapa sawit namun tidak secara langsung. Tenaga kerja berpengaruh langsung terhadap pemupukan yang berkualitas. Standart tenaga tabur untuk aplikasi pemupukan adalah 0,5 Hk/Ha atau 2 Ha/Hk. Berdasarkan pengamatan survey lapangan, standart ouput dari tenaga kerja pemupukan tahun 2010 belum sesuai standart sehingga aplikasi pemupukan tidak dapat berlangsung maksimal. Untuk data realisasi output dari tenaga kerja disajikan pada Tabel 4.14.

32 61 Tabel Realisasi Output Tenaga Tabur STANDART REALISASI Tenaga Tabur Tenaga Tabur Ha = 0,5 Hk/Ha (2 Ha/Hk) 1 Ha = 0,5 Hk/Ha(2 Ha/Hk) Luas SBHE = Ha Luas SBHE = Ha Kebutuhan Tenaga = Hk Lahan yang Terpupuk = Ha Luas yang di Pupuk = 332 Ha/Bulan Realisasi Output = 0,75 Hk (1,30 Ha/Hk) Kebutuhan Tenaga = 164 Hk Tenaga Tabur 2011 Luas yang di Pupuk = 11 Ha/Hari 1 Ha = 0,5 Hk/Ha (2 Ha/Hk) Kebutuhan Tenaga = 6 Hk Luas SBHE = Ha Lahan yang Terpupuk = Ha Realisasi Output = 0,60 Hk (1,67 Ha/Hk) Tenaga Tabur Ha = 0,5 Hk/Ha (2 Ha/Hk) Luas SBHE = Ha Lahan yang Terpupuk = Ha Realisasi Output = 0,50 Hk (2,00 Ha/Hk) Perhitungan : Output Tenaga Tabur (Ha/Hk) = Luas yang Terpupuk x Standart Output Luas Areal Tahun 2010 Output Tenaga Tabur (Ha/Hk) = Ha x 2 Ha/Hk = 1.30 Ha/Hk Ha Tahun 2011 Output Tenaga Tabur (Ha/Hk) = Ha x 2 Ha/Hk = 1.67 Ha/Hk Ha Tahun 2012 Output Tenaga Tabur (Ha/Hk) = Ha x 2 Ha/Hk = 2 Ha/Hk Ha

33 62 Dari data realisasi output tenaga tabur dalam aplikasi pemupukan dapat diketaui pada tahun 2010 ouput tenaga tabur belum sesuai dengan standart, yaitu 0,5 Hk/Ha atau 2 Ha/Hk. Realisasi output pada tahun 2010 adalah 0.75 Hk/Ha atau 1,3 Ha/Hk. Pencapaian output tenaga tabur yang belum mengakibatkan belum maksimalnya aplikasi pupuk dan secara tidak langsung mengkibatkan pencapaian produktivitas kelapa sawit yang belum maksimal. Peningkatan output tenaga tabur terjadi pada atau pada saat dilakukan perbaikan kualitas pemupukan. Dengan adanya peningkatan ouput tenaga tabur tersebut maka aplikasi pupuk pun akan meningkat dan secara tidak langsung dapat meningkatkan produktivitas kelapa sawit Perhitungan Produktivitas Kelapa Sawit Setelah dilakukan perbaikan pada aplikasi pupuk dan perhitungan akan kebutuhan pupuk dan realisasi ouput tenaga tabur maka dapat diamati pengaruhnya terhadap peningkatan produktivitas kelapa sawit. Peningkatan produktivitas disajikan pada Tabel 4.15.

34 63 Tabel Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit No. Umur Tanaman Tahun Produksi Produksi TBS (Tandan Buah Segar) Luas Lahan Produksi Produktivitas (Ha) (ton) Ton/Ha Standar ,80 19,00 25,50 (6,50) ,88 24,51 28,00 (3,49) ,37 28,24 28,00 0,24 Varian Perhitungan : Produktivitas (Ton/Ha) = Produksi TBS Luas Lahan Tahun 2010 Produktivitas (Ton/Ha) = ,80 Ton = 19,00 Ton/Ha Ha Tahun 2011 Produktivitas (Ton/Ha) = Ton = Ton/Ha Ha Tahun 2012 Produktivitas (Ton/Ha) = ,37 Ton = 28,24 Ton/Ha Ha Implementasi Setelah dilakukan analisa dengan 5 W + 1 H, maka selanjutnya dilakukan implementasi pada awal tahun Implementasi dilakukan dengan melakukan perbaikan pada sistem dan metode aplikasi pemupukan sesuai dengan standart operasional prosedur.

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Profil Perusahaan

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Profil Perusahaan KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Bumitama Gunajaya Agro (BGA) berawal dari pengusahaan perkebunan kelapa sawit berskala kecil di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah yang dimulai pada tahun 1998

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG KONDISI UMUM LOKASI MAGANG PT Windu Nabatindo Abadi adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), Bangun Koling

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN. Profil Perusahaan

KONDISI UMUM KEBUN. Profil Perusahaan 14 KONDISI UMUM KEBUN Profil Perusahaan PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA) merupakan perusahaan agribisnis yang mengelola perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit. BGA memiliki visi yaitu World Class

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan yang terhitung mulai dari 14 Februari hingga 14 Juni 2011. Kegiatan ini bertempat di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Produktivitas Produktivitas mengandung pengertian perbandingan hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumberdaya yang digunakan (input). Menurut Dewan Produktivitas Nasional

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 11 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif PT. Panca Surya Agrindo terletak di antara 100 0 36-100 0 24 Bujur Timur dan 100 0 04 100 0 14 Lintang Utara, di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun 12 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Lokasi Kebun PT Aneka Intipersada (PT AIP) merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan pada tanggal 30 Agustus 1989. Dalam manajemen Unit PT Aneka Intipersada Estate

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Lokasi kebun PT JAW terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Wilayah kebun dapat diakses dalam perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis menggunakan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Luas Areal dan Tata Guna Lahan

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Luas Areal dan Tata Guna Lahan KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif PT PAL dan PT SPM I merupakan dua perusahaan yang berada dibawah Grup Lambang Jaya. PT PAL merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan, sedangkan PT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok Sistem manajemen perkebunan kelapa sawit pada umumnya terdiri atas Kebun (Estate) yang dikepalai oleh seorang Estate Manager. Seorang Estate Manager membawahi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Tambusai Estate terletak di antara 100 0 37-100 0 24 Bujur Timur dan 1 0 04-1 0 14 Lintang Utara yang terletak di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar 23 Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Tanggal Uraian Kegiataan Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi 01/03/2014 Penunasan 10 pokok 54 pokok 76 pokok L022 02/03/2014 Libur hari

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Tepat Jenis

PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Tepat Jenis PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Keefektifan pemupukan berkaitan dengan tingkat hara pupuk yang diserap tanaman. Pupuk dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap tanaman. Efesiensi pemupukan berkaitan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Angsana Estate (ASE) adalah salah satu kebun kelapa sawit PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI). PT LSI merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Minamas Gemilang,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk 62 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian dan Letak Geografis Lokasi penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII. PT. Perkebunan Nusantara VIII, Perkebunan Cikasungka bagian Cimulang

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH MOLIYA NURMALISA A24070050 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Area Marjinal di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Area Marjinal di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Area Marjinal di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Fertilization Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) on

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Geografis dan Administratif Luas Areal dan Tata Guna Lahan

KEADAAN UMUM Letak Geografis dan Administratif Luas Areal dan Tata Guna Lahan KEADAAN UMUM Letak Geografis dan Administratif PT PAL dan PT SPM I terletak di Kecamatan Way Serdang, Kabupaten Mesuji, Lampung Timur. Lokasi kebun PT PAL dan PT SPM I berjarak 220 km dari kota Bandar

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Komponen Produksi (Faktor Pengali Produksi)

PEMBAHASAN. Komponen Produksi (Faktor Pengali Produksi) PEMBAHASAN Panen dan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja di bidang pemeliharaan tanaman kelapa sawit. Tujuan utamanya untuk menghasilkan produksi yang optimal. Produk yang dihasilkan berupa TBS

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP 38 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP (CLP GROUP) dengan nama P.T. SUBUR ARUM MAKMUR kebun Senamanenek I (PT.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan 16 KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Pada tahun 1918 terdapat tiga perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan dengan luas lahan sebesar 28 000 ha yang berada di Air Molek, Riau. Perusahaan tersebut adalah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG PT Bina Sains Cemerlang merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Bukit Pinang Estate (BPE), Sungai Pinang Estate (SPE), dan Sungai Pinang Factory (SPF). Masing-masing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. energi dan serat kasar. Konsumsi ternak rumiansia akan hijauan makanan ternak ±

I. PENDAHULUAN. energi dan serat kasar. Konsumsi ternak rumiansia akan hijauan makanan ternak ± I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hijauan makanan ternak merupakan salah satu komponen utama pakan ternak yang harus tersedia khususnya untuk ternak rumiansia sebagai sumber energi dan serat kasar. Konsumsi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Idealnya setiap kebun harus sudah dievaluasi lahannya secara benar. Evaluasi Kelas Kesesuaian Lahan (KKL) pada suatu perkebunan kelapa sawit sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600- 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-700 ribu ton per tahun dengan kebutuhan kedelai nasional mencapai 2 juta ton

Lebih terperinci

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen Kebutuhan tenaga panen untuk satu seksi (kadvel) panen dapat direncanakan tiap harinya berdasarkan pengamatan taksasi buah sehari sebelum blok tersebut akan dipanen. Pengamatan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis Perkebunan kelapa sawit Gunung Sari Estate (GSE) PT. Ladangrumpun Suburabadi (LSI) berada di wilayah Desa Bayansari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate 48 PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate Dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit dibutuhkan keterampilan manajemen yang baik agar segala aset perusahaan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

Lebih terperinci

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI 2.1. Iklim Ubi kayu tumbuh optimal pada ketinggian tempat 10 700 m dpl, curah hujan 760 1.015 mm/tahun, suhu udara 18 35 o C, kelembaban udara 60 65%, lama penyinaran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kualitas Lahan Kualitas lahan yang digunakan untuk evaluasi kesesuaian lahan dalam penelitian ini adalah iklim, topografi, media perakaran dan kandungan hara sebagaimana

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Geografi

KEADAAN UMUM. Letak Geografi 8 KEADAAN UMUM PT. Sari Lembah Subur (SLS) merupakan anak perusahaan dari PT. Astra Agro Lestari, Tbk yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. PT. SLS adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit

Lebih terperinci

Produktivitas Optimal PENDAHULUAN 13/07/2017 PT PADASA ENAM UTAMA. Bahan Tanaman. Manajemen Kebun. Oleh: Lambok Siahaan.

Produktivitas Optimal PENDAHULUAN 13/07/2017 PT PADASA ENAM UTAMA. Bahan Tanaman. Manajemen Kebun. Oleh: Lambok Siahaan. IMPLEMENTASI BEST MANAGEMENT PRACTICES (BMP) MELALUI PEMELIHARAAN KESEHATAN TANAH SEBAGAI BAGIAN DARI PENGELOLAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN Oleh: Lambok Siahaan PT PADASA ENAM UTAMA PENDAHULUAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN 22 BAB III METODELOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbasis TQM dalam menganalisa produktivitas. Dalam menganalisa terkait dengan peningkatan produktivitas kelapa sawit,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. SOCIATE FINANCIARE DES CHACILUS MEDANSA oleh bangsa belgia. Pada tahun 1996-

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. SOCIATE FINANCIARE DES CHACILUS MEDANSA oleh bangsa belgia. Pada tahun 1996- IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Informasi Umum 1. Sejarah Perusahaan PT. SOCFINDO merupakan suatu usaha kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan perusahaan dari negeri belgia. Perusahaan ini berdiri pada

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate, Kalimantan Tengah

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate, Kalimantan Tengah Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate, Kalimantan Tengah The Manajement of Palm Oil Fertilizing at Sugai Bahaur Estate, Central of Kalimantan Aslina Putri Nunyai, Sofyan Zaman*, dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR PENENTU PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR (TBS) TANAMAN KELAPA SAWIT

ANALISIS FAKTOR PENENTU PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR (TBS) TANAMAN KELAPA SAWIT ANALISIS FAKTOR PENENTU PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR (TBS) TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) di SUNGAI BAHAUR ESTATE (SBHE), PT BUMITAMA GUNAJAYA AGRO (PT BGA), WILAYAH VI METRO CEMPAGA, KOTAWARINGIN

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pelantaran Agro Estate, Kalimantan Tengah

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pelantaran Agro Estate, Kalimantan Tengah Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pelantaran Agro Estate, Kalimantan Tengah Management of oil palm fertilization in Pelantaran Agro Estate, Center Kalimantan S. Manahan

Lebih terperinci

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit 41 PEMBAHASAN Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor tanaman, dan teknik budidaya tanaman. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN

METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN 54 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS SUMATERA BARAT. PT. Bakrie Pasaman Plantations ini bernaung dibawah PT. Bakrie

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Sejarah Perusahaan Sejarah perusahaan PT Jambi Agro Wijaya berawal dari didirikannya perusahaan perkebunan kelapa sawit oleh (Sie Tan Hook) STH grup yaitu perusahaan keluarga

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis dan Iklim Daerah aliran sungai (DAS) Siulak di hulu DAS Merao mempunyai luas 4296.18 ha, secara geografis terletak antara 101 0 11 50-101 0 15 44 BT dan

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati

Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati Bul. Agrohorti 4 (2):132-137 (2016) Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati Fertilization Management on Mature Plant Oil Palm in Kebun Tanjung Jati Monica Christina

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN. Letak Geografis Kebun. Keadaan Iklim dan Tanah

KONDISI UMUM KEBUN. Letak Geografis Kebun. Keadaan Iklim dan Tanah 18 KONDISI UMUM KEBUN Letak Geografis Kebun PT. Ladangrumpun Suburabadi merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha yaitu : Angsana Estate (ASE), Gunung Sari Estate (GSE), dan Angsana Factory (ASF).

Lebih terperinci

n. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa sawit {Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tumbuhan yang termasuk family

n. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa sawit {Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tumbuhan yang termasuk family n. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa sawit {Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tumbuhan yang termasuk family palmae, sub klas Monokotiledonae, dan kelas angiospermae.

Lebih terperinci

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi Prestasi Kerja (satuan/hk) Standar Pekerja Penulis Status sebagai Mahasiswa 14 Feb 2008 Orientasi lapang Seluruh

Lebih terperinci

Lampiran 1 Peta Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi

Lampiran 1 Peta Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi Lampiran 1 Peta Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi 31 Lampiran 2 Data curah hujan 2009-2013Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi 32 Bulan 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-Rata CH(mm)

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG 9 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Wilayah dan Administratif PT. Intisawit Perkasa terletak di Desa Kepenuhan Barat, Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Lokasi perkebunan dapat dicapai

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate LAMPIRAN 59 60 Lampiran 1. Jurnal Harian Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate Tanggal Uraian Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar...(Satuan/HK)... 11 Februari 2012 Orientasi

Lebih terperinci

KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP.

KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP. Jurnal Penelitian STIPAP, 2013, (1) : 2-3 KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP 1 Mardiana Wahyuni, Hasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kelapa sawit (Elaesis guineesis Jacq.) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dari pada tanaman penghasil minyak nabati

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah Ananas comosus (L) Merr. Tanaman ini berasal dari benua Amerika, tepatnya negara Brazil.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman hutan yang dibudidayakan sehingga tanaman ini memiliki daya adaptasi dan respon yang baik terhadap kondisi lingkungan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Tanggal : 28 Juli 2011 PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PELANTARAN AGRO ESTATE

Lebih terperinci

SENSUS POKOK DAN IDENTIFIKASI POKOK

SENSUS POKOK DAN IDENTIFIKASI POKOK SENSUS POKOK DAN IDENTIFIKASI POKOK Pundu Learning Centre PENDAHULUAN Pundu Learning Centre PENDAHULUAN Kegiatan Sensus Pokok adalah kegiatan perhitungan seluruh jumlah pokok kelapa sawit (produktif dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN Sejarah dan Perkembangan Letak Geografis Kebun Keadaan Iklim dan Tanah

KONDISI UMUM KEBUN Sejarah dan Perkembangan Letak Geografis Kebun Keadaan Iklim dan Tanah 12 KONDISI UMUM KEBUN Sejarah dan Perkembangan Angsana Estate (ASE) merupakan salah satu kebun yang dikelola oleh unit usaha PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI) dibawah naungan PT Minamas Plantation (sebelumnya

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE PT BUMITAMA GUNAJAYA AGRO KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE PT BUMITAMA GUNAJAYA AGRO KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE PT BUMITAMA GUNAJAYA AGRO KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH SAUT MANGASI HUTABARAT A24090003 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH FITRI YANI NOOR MEDINA

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH FITRI YANI NOOR MEDINA MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH FITRI YANI NOOR MEDINA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Analisis Produksi Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Buatan, Kabupaten Pelalawan, Riau

Analisis Produksi Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Buatan, Kabupaten Pelalawan, Riau Analisis Produksi Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Buatan, Kabupaten Pelalawan, Riau Production Analysis of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Pelalawan, Riau Muhammad Firdaus Lubis dan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai KHL

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai KHL LAMPIRAN 84 Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai KHL No Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja (satuan/hk) Lokasi Penulis Karyawan Standart Pe mbimb ing Keterangan 1 14/ 02/ 2011 Tiba dilokasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi tandan buah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang

BAB I PENDAHULUAN. PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang memproduksi minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil : CPO). Perusahaan ini mengolah

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012 di Teluk Siak Estate (TSE) PT. Aneka Intipersada, Minamas Plantation,

Lebih terperinci

STUDI PEMUPUKAN KELAPA SAWIT

STUDI PEMUPUKAN KELAPA SAWIT STUDI PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA TANAMAN MENGHASILKAN (TM) DI PERKEBUNAN BANGUN KOLING ESTATE, PT.WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GRUP, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah

I. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisol merupakan salah satu jenis tanah masam yang terbentuk dari bahan bahan induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konservasi Tanah Salah satu faktor yang cukup penting dan peranannya sangat besar dalam usaha perkebunan kelapa sawit adalah kondisi sumberdaya lahannya. Keadaan tanah kebun inti I

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008.

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008. 51 PEMBAHASAN Produksi Pencapaian produksi tandan buah segar (TBS) Kebun Mentawak PT JAW dari tahun 2005 2007 (Tabel 2) mengalami peningkatan yang signifikan yaitu dari tahun 2005 ke 2006 ± 10 000 ton,

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT DI SUNGAI CEMPAGA ESTATE, PT. WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GROUP, KALIMANTAN TENGAH ADI SUKMO

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT DI SUNGAI CEMPAGA ESTATE, PT. WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GROUP, KALIMANTAN TENGAH ADI SUKMO 1 MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT DI SUNGAI CEMPAGA ESTATE, PT. WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GROUP, KALIMANTAN TENGAH ADI SUKMO DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah 1. List Program Untuk Menu Utama MPenjelasan_Menu_Utama.Show 1 2. List Program Untuk Penjelasan Menu Utama MPenjelasan_Tanah.Show 1 3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah MSifat_Bentuk2.Show

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PELANTARAN AGRO ESTATE, PT. WINDU NABATINDO LESTARI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GRUP, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH S. MANAHAN

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Sebanyak 85% perdagangan kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia. Kelapa sawit dikembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK)

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK) merupakan bagian yang paling luas dari total keseluruhan lahan kering di Indonesia. Penyebaranya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

PENANAMAN KELAPA SAWIT

PENANAMAN KELAPA SAWIT PENANAMAN KELAPA SAWIT Pundu Learning Centre - 2013 Struktur Penulisan SOP Penanaman Kelapa Sawit Pundu Learning Centre - 2013 STRUKTURISASI SOP Penanaman KS Pedoman Teknis Strukturisasi Filosofi, Kebijakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH

MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH MOCHAMMAD FAHMI A24100088 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Produksi Tandan Buah Segar 4.1.1. Kebun Rimbo Satu Afdeling IV Hasil dari sensus pokok produktif pada tiap blok sampel di masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu dalam penyediaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha LAMPIRAN 64 65 Tanggal 280220 0020 02020 0020 04020 0020 08020 09020 0020 020 2020 4020 5020 6020 020 8020 9020 2020 22020 2020 24020 25020 26020 2020 Lampiran. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012. Metode Pelaksanaan

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu TINJAUAN PUSTAKA 4 Botani dan Ekologi Tanaman Tebu Tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk dalam divisi Spermatophyta, kelas Monocotyledone, ordo Graminales dan famili Graminae (Deptan, 2005). Batang

Lebih terperinci

Disampaikan oleh : Edison P. Sihombing dan Dimas H. Pamungkas

Disampaikan oleh : Edison P. Sihombing dan Dimas H. Pamungkas Pengaruh Anomali Iklim dan Pengaruhnya pada Produktivitas Kelapa Sawit Studi Kasus di Bangun Bandar Estate PT Socfin Indonesia Wisma Avros, PPKS. Medan, 21 Juli 2016 Workshop GAPKI Sumatera Utara Disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia selain Malaysia. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak kelapa yang dimana

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

Membangun Perkebunan Kelapa Sawit yang Ramah Lingkungan, Kenapa Tidak?

Membangun Perkebunan Kelapa Sawit yang Ramah Lingkungan, Kenapa Tidak? KOPI - Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia sejak awal keberadaannya sudah menjadi sorotan, bahkan banyak yang beranggapan bahwa pembangunan perkebunan kelapa sawit bertentangan dengan usaha

Lebih terperinci