HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi tandan buah segar (TBS) yang optimal serta menghasilkan minyak sawit mentah (CPO) yang tinggi baik kuantitas maupun kualitasnya. Dalam meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit diperlukan penggunakan pupuk secara efektif dan efisien dalam manajemen pemupukan. Manajemen pemupukan harus dibuat sebaik mungkin karena berkaitan dengan biaya, material pupuk, dan tenaga kerja yang jumlahnya relatif besar. Dalam pelaksanaannya, pemupukan di Gunung Sari Estate adalah kegiatan perawatan yang membutuhkan biaya yang paling besar diantara kegiatan yang lainnya yaitu ± 60 % dari seluruh biaya produksi. Oleh karena itu, strategi pemupukan kelapa sawit yang baik harus mengacu pada prinsip efektivitas dan efesiensi yang maksimum. Menurut Pahan (2010) manfaat pemupukan baru akan terlihat apabila unsur hara pupuk yang diberikan cukup tersedia bagi tanaman. Kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara sangat beragam dan tergantung pada berbagai faktor pembatas. Efektivitas Pemupukan Pupuk adalah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik yang organik maupun yang anorganik dengan maksud untuk menganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam lingkungan yang baik sehingga aplikasi pupuk berpengaruh sangat besar dalam menentukan efektivitas pemupukan. Pemupukan dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap oleh tanaman. Efektivitas pemupukan yang dilaksanakan di Gunung Sari Estate meliputi prinsip 6T yaitu tepat waktu, tepat dosis, tepat jenis, tepat cara/aplikasi, tepat tempat, dan tepat aman. Tepat waktu. Pemupukan yang dilakukan di Gunung Sari Estate di mulai pagi hari pukul WITA pada kondisi cuaca yang cerah dan dilakukan dalam dua periode tiap tahunnya yaitu pada semester I bulan Juli-Desember dan

2 60 semester II pada bulan Januari-Juni. Pahan (2010) menyatakan bahwa waktu dan frekuensi pemupukan ditentukan oleh iklim (terutama curah hujan), sifat fisik tanah, logistik (pengadaan pemupukan) serta adanya sifat sinergis dan antagonis antar unsur-unsur hara. Waktu pemupukan sangat menentukan besarnya jumlah hara yang diserap oleh tanaman maupun tingkat kehilangan hara pupuk. Pemupukan yang baik adalah dilakukan pada saat tanah dalam kondisi lembab atau tanah dalam berada pada kadar air kapasitas lapang yaitu saat awal dan akhir musim hujan. Salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas pemupukan adalah curah hujan. Hal ini sangat berkaitan dengan tingkat penyerapan hara pupuk oleh tanaman dan kemungkinan kehilangan hara pupuk akibat penguapan (volatilisasi), pencucian (leaching), aliran permukaan (run off) dan erosi. PPKS (2005) menyatakan bahwa manfaat pemupukan yang optimum dilakukan pada saat curah hujan mm/bulan. Sedangkan curah hujan minimum adalah 60 mm/bulan dan maksimum 300 mm/bulan. Pada saat curah hujan mm/bulan tanah dalam konsidi lembab (kapasitas lapang) sehingga memudahkan terserapnya unsur hara oleh tanaman. Curah hujan di Gunung Sari Estate periode Juli Juni 2011 dapat dilihat pada Gambar 18. Gambar 18. Grafik Curah Hujan Rata-rata Gunung Sari Estate Periode Juli Juni 2011

3 61 Rata-rata curah hujan tiap bulan di Gunung Sari Estate periode Juli Juni 2011 tergolong tinggi yaitu 222 mm/bulan. Gambar 18 menunjukkan terjadinya penurunan curah hujan dari 379 mm/bulan menjadi 123 mm/bulan (Oktober ke November 2010) dimana penurunan curah hujan tersebut masih dapat ditolerin dalam pelaksanaan pemupukan karena penurunan masih dalam kondisi curah hujan optimum. Sedangkan penurunan curah hujan yang cukup signifikan dari 203 mm/bulan menjadi 53 mm/bulan (Januari ke Februari 2011) dan penurunan curah hujan dari 165 mm/bulan menjadi 29 mm/bulan (Mei ke Juni 2011) penurunan hujan ini tidak disarankan melakukan aplikasi pemupukan karena berada dibawah curah hujan minimum (<60 mm/bulan) dan kemungkinan kehilangan hara pupuk akibat penguapan (volatilisasi) akan terjadi. Peningkatan curah hujan tertinggi sepanjang periode Juli 2010-Juni 2011 yaitu pada bulan Juli sebanyak 473 mm/bulan. Untuk mendapat manfaat pemupukan yang optimum seharusnya pemupukan dilakukan pada curah hujan mm/bulan atau >60 mm/bulan dan <300 mm/bulan yaitu pada bulan November 2010 sampai Januari 2011 serta bulan Maret sampai bulan Mei Namun, ketidaktersediaan pupuk di gudang dan kondisi cuaca yang kurang menentu dan tidak bisa diperkirakan sehingga pemupukan di Gunung Sari Estate dilakukan sepanjang bulan September 2010 hingga Juni Selain itu, terjadi keterlambatan dalam pengadaan pupuk dari pusat sehingga pemupukan disesuaikan dengan ketersediaan pupuk di gudang pupuk. Hal ini dilakukan untuk mengejar keterlambatan aplikasi pemupukan dari bulan rekomendasi Departemen Riset dan untuk mencapai realisasi pemupukan 100 % dari program pemupukan tahun 2010/2011. Realisasi aplikasi pemupukan di Gunung Sari Estate berdasarkan rekomendasi pemupukan Departemen Riset tahun 2010/2011 dilakukan dua kali aplikasi yaitu semester I (Juli-Desember) dan semester II (Januari-Juni). Jenis pupuk yang digunakan yaitu untuk jenis pupuk yang mudah larut dan menguap seperti NK Blend (pengganti Urea dan MOP) diaplikasi sebanyak 2 kali setahun (2 rotasi), sedangkan frekuensi untuk pupuk yang lambat larut seperti Dolomit, RP dan HGFB diaplikasi sekali setahun. Untuk realisasi aplikasi pemupukan

4 62 dapat dilihat pada Tabel 7 dan realisasi pemupukan tahun di Gunung Sari Estate pada Lampiran 9. Tabel 7. Realisasi Pemupukan Gunung Sari Estate Periode Juli Juni Jenis Pupuk Rotasi Aplikasi NK Blend 1 2 RP 1 Dolomit 1 Januari HGFB 1 Realisasi Bulan CH Rata-Rata Rekomendasi Bulan (mm) Oktober Oktober 379 November 123 Desember 165 Nopember Januari 203 Maret 221 April Mei 165 Mei Juni 29 Februari Maret Juni 29 April 238 Mei 165 September September 298 Januari 203 Februari 53 Keterangan: Aplikasi pupuk NK Blend pada bulan Maret merupakan pupuk ekstra karena jumlah total program/rekomendasi pemupukan semester I (Juli-Desember) sudah terealisasi semua pada bulan Januari dan sebagian jumlah program pupuk bulan Oktober diaplikasi bulan Desember Keterlambatan dalam realisasi pupuk yang terjadi di Gunung Sari Estate umumnya disebabkan tidak adanya ketersediaan pupuk di gudang dan sulitnya mendapat pasokan pupuk dari pusat/pabrik pupuk dan keterbatasan alat transportasi pengantar pupuk dan faktor cuaca yang kurang menentu sehingga menyulitkan pengiriman pupuk melalui laut. Adanya keterlambatan pengadaan pupuk ini dapat menghambat waktu aplikasi pemupukan, misalnya aplikasi pupuk NK Blend yang seharusnya diaplikasi pada semester I akibat dari keterlambatan pengadaan pupuk dan ketersediaan pupuk di gudang waktu aplikasinya bergeser ke semester II. Pergeseran ini menyebabkan aplikasi pupuk di semester II akan lebih banyak dan apabila tidak selesai diaplikasi semua pada aplikasi semester II, sisa pupuk akan masuk dalam rencana pemupukan tahun berikutnya sehingga akan meningkatkan

5 63 biaya operasional kebun. Pupuk RP, Dolomit dan HGFB juga mengalami keterlambatan dalam aplikasi. Hal ini disebabkan ketersediaan pupuk di gudang dan keterlambatan pengadaan pupuk sehingga bulan rekomendasi pemupukan dari Departemen Riset tidak tercapai dengan baik. Pemupukan RP pada bulan Juni (29 mm/bulan) dan HGFB pada bulan Februari (53 mm/bulan) seharusnya pihak kebun tidak melakukan aplikasi pemupukan karena akan menyebabkan pupuk tidak efektif diserap oleh tanaman dan kehilangan hara pupuk akibat penguapan (volatilisasi) akan terjadi. Tepat dosis. PPKS (2005) menyatakan bahwa setiap ton TBS yang dihasilkan mengandung hara yang setara dengan 6.3 kg Urea, 2.1 kg TSP, 7.3 kg KCL dan 4.9 Kieserit. Hara tersebut harus dikembalikan dalam bentuk pupuk. Jumlah pupuk yang diberikan biasanya lebih besar dari hara yang terbawa panen karena mempertimbangkan adanya kehilangan hara melalui penguapan, pencucian, aliran air dan erosi. Pemupukan merupakan salah satu upaya untuk mengembalikan hara tanaman yang terbawa oleh panen. Manual Referensi Agronomi (2008) menyatakan prinsip dasar pemupukan adalah setiap tanaman harus mendapat pupuk dengan dosis yang sama sesuai dengan rekomendasi pemupukan dari Minamas Research Center (MRC). Ketepatan dosis pupuk dipengaruhi oleh sistem pengeceran pupuk, alat penaburan, cara penaburan dan kondisi fisik lahan meliputi topografi, jembatan, titi pasar rintis dan sebagainya. Pengamatan tepat dosis dilakukan penulis pada saat menjadi pendamping mandor dan asisten. Penulis hanya mengamati tepat dosis pupuk Dolomit dan NK Blend terhadap delapan orang penabur dengan mengamati ketepatan dosis dari masing-masing penabur. Data pengamatan mengenai ketepatan dosis dapat dilihat pada Lampiran 10. Berdasarkan data pengamatan tepat dosis, diketahui bahwa rata-rata dosis pupuk yang diberikan ke setiap tanaman sudah cukup tepat. Dosis rekomendasi MRC untuk pupuk Dolomit yaitu 1.25 kg/pokok sedangkan rata-rata dosis/pokok yang diaplikasikan penabur adalah 1.18 kg/pokok dengan rata-rata persentase ketepatan dosis 94.4 %. Dosis rekomendasi MRC untuk pupuk NK Blend yaitu 2.50 kg/pokok sedangkan rata-rata dosis/pokok yang diaplikasikan penabur adalah 2.80 kg/pokok dengan rata-rata persentase ketepatan dosis 112 %.

6 64 Penyebab terjadinya perbedaaan persentase aplikasi tepat dosis pupuk adalah beberapa penabur masih kurang disiplin dalam menjalankan instruksi atasan dam mungkin terjadi karena jumlah pupuk yang diterima perusahaan bukan berupa pupuk per karung melainkan berat bersih pupuk, sehingga berat aktual pupuk per karung belum tentu sesuai dengan berat pupuk yang tercantum dalam kemasan. Hal ini dapat menyebabkan tanaman tidak mendapat asupan hara sesuai rekomendasi pemupukan yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penimbangan yang telah dilakukan oleh Gunung Sari Estate pada saat pupuk masuk ke gudang pupuk, diketahui bahwa rata-rata pupuk perkarung berkisar antara 49.8 kg hingga 49.9 kg per karung. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan adanya kerusakan karung pupuk pada saat pengangkutan dari pabrik ke pelabuhan, pelabuhan ke kebun, Selain itu, sistem pengangkutan tanpa untilan juga menyulitkan pengeceran sehingga kemungkinan kehilangan pupuk karena pengeceran semakin banyak. Karena sistem pemupukan tanpa untilan (per karung) tersebut maka jumlah pupuk yang diaplikasikan ke dalam blok belum dapat tepat dosis karena adanya kehilangan pupuk di tiap karungnya. Kehilangan pupuk yang mungkin terjadi adalah berat awal pupuk yang tidak sesuai dengan berat kemasan, pupuk tercecer di dalam gudang, kendaraan pengangkut pupuk dan karung pupuk rusak pada saat proses pengangkutan dan pengeceran dari kendaraan ke TPP. Tepat jenis. Pahan (2010) menyatakan strategi dalam menentukan jenis pupuk diwarnai oleh pertimbangan teknis dan pertimbangan ekonomis. Pertimbangan teknis meliputi sifat pupuk dan sifat tanah, dimana pupuk yang diaplikasikan akan sangat menentukan efisiensi pemupukan. Pertimbangan ekonomis meliputi penggunaan suatu jenis pupuk dikaji dari sisi harga pupuk, nilai harga per satuan, nilai harga per satuan unsur yang tersedia bagi tanaman serta kebutuhan pupuk per satuan luas. Gunung Sari Estate mengalami perubahan penggunaan jenis pupuk. Pada periode Juli 2008-Juni 2009 jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk tunggal Urea, MOP, rock phosphate (RP), Dolomit, Kieserit dan HGFB. Namun, pada periode Juli 2009-Juni 2010 terjadi perubahan penggunaan jenis pupuk yaitu Urea dan MOP diganti dengan pupuk majemuk NK Blend. Perubahan penggunaan jenis

7 65 pupuk ini atas rekomendasi dari Minamas Research Center (MRC). Salah satu hal yang juga menjadi pertimbangan perubahan penggunaan jenis pupuk tersebut adalah tingkat kehilangan hara N pada pupuk Urea yang sangat tinggi. Hal ini didukung oleh kurang menentunya cuaca di Gunung Sari Estate, bila cuaca cerah dan panas maka kemungkinan kehilangan hara karena akibat penguapan (volatilisasi) akan terjadi. Dalam kondisi curah hujan tinggi juga kemungkinan kehilangan hara karena akibat pencucian, dan erosi. Selain itu, manfaat penggunaan pupuk majemuk adalah mampu mengurangi biaya operasional pemupukan. Jenis pupuk yang digunakan pada tanaman menghasilkan di Gunung Sari Estate disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Jenis Pupuk yang digunakan di Gunung Sari Estate Unsur Hara Pupuk yang digunakan Kandungan Unsur % Nitrogen (N) N 13 NK Blend Kalium (K) K 2 O 36 Magnesium carbonat MgO (Dolomit) CaO 30 Magnesium (Mg) Magnesium sulphate MgO 27 (Kieserite) P Fosfor (P) Rock Phosphate (RP) 2 O 5 28 CaO 35 High Grade Fertilizer Borate Boron (B) B (HGFB) 2 O 3 48 Sumber Data: Kemasan Pupuk Tepat cara dan tempat. Cara penaburan pupuk di Gunung Sari Estate adalah cara sebar (brodcasting) secara merata dan tipis pada rumpukan pelepah atau JJK. Penyebaran pupuk berbentuk huruf U menyesuaikan penyusunan pelepah, dan pupuk tidak menggumpal. Cara penaburan dan tempat penaburan pupuk yang diaplikasikan sangat mempengaruhi jumlah pupuk yang dapat diserap akar tanaman. Dengan penempatan dan aplikasi yang tepat maka diharapkan tanaman dapat menyerap secara maksimal, meminimalkan kehilangan (losses) hara pupuk dan meminimalkan kompetisi dengan gulma. Penulis melakukan pengamatan ketepatan tempat dengan mengambil 3 blok contoh sebagai pengamatan, yaitu untuk pupuk Dolomit di blok E19, E28 dan I22 dan untuk pupuk NK Blend di blok E21, E23 dan F27. Masing-masing

8 66 blok dipilih lima baris tanaman (baris 20, 40, 60, 80 dan 100) kemudian dari tiap baris diambil 10 pokok contoh, sehingga totalnya ada 50 pokok/blok pengamatan. Penulis menghitung jarak terdekat dari aplikasi pupuk ke batang tanaman kelapa sawit, kemudian dibandingkan dengan standar perusahaan yaitu 250 ± 50 cm dari batang tanaman kelapa sawit. Penulis hanya melakukan pengamatan ketepatan tempat pada pemupukan NK Blend dan Dolomit. Hasil pengamatan ketepatan tempat dapat dilihat pada Lampiran 11 dan 12. Manual Referensi Agronomi (2008) menyatakan pemupukan pada TM harus dilakukan secara merata pada antrian batang antara 2-3 m dari batang tanaman. Radius tersebut diperhitungkan dari morfologi tanaman bahwa sebaran akar yang optimal mendominasi lingkar batang dengan radius 2-3 m dari tanaman. Selain itu, pada radius tersebut akar kuarterner banyak ditemukan dibawah rumpukan pelepah. Pahan (2010) menyatakan akar kuarterner merupakan salah satu akar absorpsi, dimana akar kuarterner memiliki 54.8% dari 83.7% akar absorpsi. Berdasarkan data hasil pengamatan tepat tempat yang terdapat pada Lampiran 11 dan 12, diketahui bahwa rata-rata radius pupuk NK Blend adalah 248 cm dengan rata-rata persen ketepatan tempat adalah % dan rata-rata radius penaburan pupuk Dolomit adalah 255 cm dengan rata-rata persen ketepatan tempat adalah %. Hal ini membuktikan bahwa pemupukan di Gunung Sari Estate telah memenuhi prinsip tepat cara dan tempat. Tepat aman. Gunung Sari Estate juga melaksanakan prinsip tepat aman dengan baik. Tepat aman adalah aman bagi penaburnya, aman bagi lingkungan, dan aman pengangkutannya. Aman bagi penaburnya yaitu pihak kebun memberikan alat pelindung diri (APD) yang cukup dan memberikan ekstra fooding yang tiap bulannya. Aman bagi lingkungan, pihak kebun menerapkan konsep buffer zone yaitu dengan membiarkan lahan hijau sepanjang 50 meter pinggir kiri-kanan aliran sungai, sumber mata air disekitar kebun, dan dilarang melakukan kegiatan yang berbahan kimia. Aman pengangkutannya adalah pupuk yang diangkut dari gudang ke lahan tidak tercecer dijalan, kondisi karung pupuk yang diecerkan di tempat pengumpulan pupuk (TPP) tidak sobek sehingga pupuk tidak tercecer di TPP dan di dalam truk. Namun dalam kenyataanya, aman dalam

9 67 pengangkutan pupuk belum berjalan dengan baik karena masih ada pupuk yang tercecer pada saat pelangsiran pupuk di TPP. Efisiensi Tenaga Kerja Efisiensi Tenaga Kerja. Penentuan jumlah tenaga kerja juga berpengaruh penting terhadap kegiatan pemupukan. Bila tenaga kerja yang digunakan melebihi target maka dapat terjadi inefisiensi tenaga kerja atau pemborosan penggunaan tenaga kerja. Tenaga kerja yang digunakan di Gunung Sari Estate adalah karyawan SKU berjumlah 41 orang yang terdiri dari 21 orang karyawan SKU lama dan 20 orang karyawan SKU yang baru diterima oleh pihak kebun dan empat orang pengecer dari karyawan perawatan. Penerimaan karyawan baru tersebut bersifat sementara. Hal ini dilakukan pihak kebun untuk mengejar target realisasi pemupukan tahun Namun, ketika aplikasi pemupukan anorganik tidak ada, karyawan SKU baru tersebut akan dipindah ke pekerjaan aplikasi JJK karena selama aplikasi JJK dikerjakan oleh karyawan borongan dan pihak perusahaan tidak memperbolehkan adanya karyawan borongan bekerja di kebun Minamas. Pengawasan kegiatan pemupukan di Gunung Sari Estate dilakukan oleh dua mandor, yaitu satu mandor untuk menghancakkan penabur dan mandor satu lagi untuk mengkawal pengeceran pupuk dari gudang ke lahan aplikasi serta pengeceran pupuk ditiap-tiap TPP. Setelah pengeceran pupuk dan penghancakkan penabur selesai kedua mandor melakukan pengawasan. Pengawasan dilakukan di luar dan di dalam blok. Diluar blok maksudnya mandor mengawasi penabur di sepanjang collection road dan mengecek serta memastikan penabur selesai menabur pupuk pada hancaknya masing-masing. Didalam blok yaitu mandor mengawasi dan memastikan penabur menabur pupuk sampai ke pasar tengah, dan semua pokok mendapat pupuk sehingga dosis pupuk per pokok antara tanaman pinggir dan tengah sama. Prestasi kerja penabur selama penulis magang disajikan dalam Lampiran 13 dan Standar pemupukan untuk berbagai jenis pupuk di Gunung Sari Estate dapat dilihat pada Tabel 6.

10 68 Defisiensi Hara Mangoensoekarjo dan Semangun (2000) mengemukakan bahwa salah satu penyebab tanaman mengalami defesiensi hara adalah sebagai akibat dari pemupukan yang kurang tepat. Selain itu, disebabkan oleh dosis pemupukan yang dilakukan sebelumnya tidak sesuai dengan kebutuhan hara tanaman, kurang efektifnya pemupukan sebelumnya karena pupuk menguap, tercuci air dan piringan pada saat pemupukan yang belum bersih dari gulma sehingga pemupukan kurang tepat sasaran. Defisiensi hara terjadi bila ada hara yang kurang dalam tubuh tanaman maka akan terjadi hambatan pertumbuhan yang bila berlanjut gejala kekurangan unsur hara tersebut dapat terlihat jelas pada kondisi fisik yang ada dan akan menimbulkan gejala-gejala khas yang umumnya dapat dilihat pada daun. Kadar hara daun ke-17 yang menunjukkan defisiensi, optimal, dan berlebihan pada tanaman kelapa sawit. Menurut Pahan (2010) ciri-ciri tanaman kelapa sawit yang mengalami defisiensi unsur N adalah daun menguning (klorosis) mulai dari ujung anak daun. Defisiensi unsur P anak daun dan pelepah menjadi kemerah-merahan. Defisiensi unsur K bagian tepi anak daun mengering (nekrosis). Defisiensi unsur Mg terjadi klorosis pada daerah sekitar tulang daun sedangkan sebahagian helaian daunnya masih hijau. Defisiensi unsur Ca adalah anak daun muda pada titik tumbuh melengkung yang kemudian mengering pada bagian ujungnya. Sedangkan defisiensi unsur B daun termuda menjadi kecokelatan, membengkok (hook leaf), tumbuh pendek sehingga ujung pelepah melingkar (rounde frond tip), anak daun pada ujung pelepah muda berubah bentuk menjadi kecil seperti rumput (bristle tip) atau tumbuh rapat, pendek, seolah-olah bersatu dan padat (little leaf). Gambar defisiensi hara K, Mg dan B dapat dilihat pada Gambar 16. Penulis melakukan pengamatan secara visual terhadap gejala defisiensi hara yang tampak pada tanaman kelapa sawit di divisi II Gunung Sari Estate. Pengamatan tersebut diambil dengan membandingkan daun kelapa sawit dengan contoh gambar daun yang mengalami defisiensi. Setiap pohon sampel yang teridentifikasi mengalami satu atau lebih defisiensi hara diasumsikan hanya mengalami satu defisiensi hara dengan gejala yang terlihat paling dominan.

11 69 Contoh gambar tersebut diperoleh penulis dari pihak MRC pada saat pengambilan sampel analisis daun (LSU) untuk rekomendasi pemupukan 2011/2012. Data yang diperoleh penulis hanya dari dua blok kebun dari total 15 blok yang ada di Gunung Sari Estate untuk menjadi areal pengamatan, yaitu pada blok F19 dan E24. Masing-masing blok dipilih 10 baris tanam (3, 15, 27, 39, 51, 63, 75, 87, 99 dan 101). Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10. Tabel 9. Hasil Pengambilan Contoh Daun dan Gejala Kekurangan Hara Blok F19 Jumlah Pokok Pokok Defisiensi No Baris 1995 Sehat Sakit N K Mg B Fe Total Sumber Data : Hasil Pengamatan Penulis (Mei, 2011) Tabel 10. Hasil Pengambilan Contoh Daun dan Gejala Kekurangan Hara Blok E No Baris Jumlah Pokok Pokok Defisiensi Sehat Sakit N K Mg B Fe Total Sumber Data : Hasil Pengamatan Penulis (Mei, 2011)

12 70 Berdasarkan pengamatan visual defisiensi unsur hara yang diamati penulis pada blok F19 dan E24 seperti pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah tanaman contoh yang tumbuh normal adalah % dari total tanaman contoh sebanyak 646 pokok sampel, sedangkan defisiensi hara terbanyak adalah hara K (7.59 %), diikuti defisiensi Mg (7 %), defisiensi B (4.18 %), defisiensi N dan Fe (0.46 %). Penulis tidak menemukan tanaman yang mengalami defisiensi P dan Cu. Penyebab terjadinya defisiensi hara diduga karena jenis tanah di divisi II Gunung Sari Estate tergolong pada ordo Oxisol, tekstur tanah berpasir dan rendahnya KTK pada sebagian areal. Hal ini bisa mengakibatkan unsur hara yang diperlukan tanaman tidak bisa diserap secara optimal dari tanah atau unsur hara pada tanah tidak tersedia bagi tanaman. Defisiensi hara K merupakan defisiensi hara terbesar, defisiensi ini lebih disebabkan oleh tekstur tanah di divisi II GSE adalah berpasir dengan KTK yang rendah sehingga ion K + yang dapat ditukar dalam tanah tergolong rendah. Gejala defisiensi hara Mg muncul diduga karena kondisi jenis tanah di divisi II GSE tergolong dalam ordo Oxisol dengan seri tanah MM-18 Pertoferric Halludox dimana bila musim hujan dengan intensitas tinggi kondisinya peka terhadap kehilangan pupuk akibat terjadinya pencucian hara yang tinggi akibat adanya lapisan Pertoferric Halludox yang dangkal. Defisiensi B diduga terjadi karena adanya keterlambatan dalam aplikasi sehingga kandungan B dalam tanah rendah (tidak cukup) atau tidak tersedia bagi tanaman. Gejala defisiensi di Gunung Sari Estate dapat dilihat pada Gambar 19. Gambar 19. Gejala Defisiensi Unsur Hara (a) Defisiensi B, (b) Defisiensi K, (c) Defisiensi Mg

13 71 Produktivitas Produktivitas merupakan hasil dari kegiatan pemeliharaan tanaman. Salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman yang sangat mempengaruhi produktivitas adalah pemupukan. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi tandan buah segar (TBS) yang optimal serta menghasilkan minyak sawit mentah (CPO) yang tinggi baik kuantitas maupun kualitasnya. Berdasarkan Tabel 4 produktivitas di Gunung Sari Estate pada tahun mengalami penurunan. Hal ini bisa disebabkan oleh distribusi curah hujan dua tahun sebelumnya, persentase realisasi pemupukan dua tahun sebelumnya. Rata-rata curah hujan tahun sudah tergolong baik. Namun, rata-rata bulan kering (BK) juga cukup tinggi pada tahun 2004 dan 2007 yaitu dalam setahun ada 3 kali bulan keringnya dengan CH <60 mm/bulan. Pahan (2010) menyatakan peningkatan bulan kering dapat menyebabkan fungsi stomata dan asimilasi karbon di daun tidak berjalan dengan baik. Penutupan stomata dipengaruhi oleh status air dalam sistem atmosfer tanaman serta mekanisme asimilasi karbon, sehingga terjadi penurunan jumlah tandan. Realisasi rata-rata pemupukan tahun 2004 (83 %) dan 2005 (24 %), 2006 (83 %), 2008 (77 %) dan 2009 (52 %) ini tergolong sangat rendah terlebih pada tahun 2005 realisasinya sangat rendah sekali, sehingga kebutuhan hara bagi tanaman tidak tercukupi dan menyebabkan penurunan jumlah tandan dan ukuran tandan. Sedangkan tahun 2007 (119 %), 2010 (100 %), dan 2011 (100 %) merupakan realisasi pemupukan yang tergolong baik. Penurunan produksi tahun juga dipengaruhi dengan adanya pergantian hitungan awal dan akhir tahun yang dilakukan pihak perusahaan untuk semester I yaitu Juli-Desember dan semester II yaitu bulan Januari-Juni. Selain itu, tanaman kelapa sawit di Gunung Sari Estate juga mengalami defisiensi unsur hara. Salah satunya defisiensi unsur hara Mg dan K, ciri-ciri kekurangan Mg adalah daunnya menguning yang bermula dari tepi daun. Daun menguning dikarenakan tanaman kekurangan klorofil sehingga tanaman tidak dapat

14 72 melakukan proses fotosintesis. Hal ini akan berpengaruh terdapat produksi TBS sehingga akan memungkinkan terjadi penurunan produktivitas TBS. Sedangkan defisiensi K berpengaruh terhadap jumlah dan ukuran tandan. Data produksi yang diperoleh penulis selama magang yaitu data produksi bulan Februari-Mei 2011 menujukkan peningkatan produktivitas yang sangat baik. Data produksi dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Produksi dan Produkitivitas TBS di Gunung Sari Estate Periode Februari-Mei 2011 Bulan Luas (ha) Produksi (ton) Produktivitas Berat Janjang (ton/ha) Rata-Rata (kg) Februari Maret April Mei Sumber Data : Kantor Besar Gunung Sari Estate Peningkatan produksi ini dipengaruhi oleh sistem BHS yang berjalan dengan baik, mulai dari pusingan potong buah yang baik, tidak adanya buah restan dan buah tinggal di pokok, pengawasan mandor yang baik, dan perawatan infrastuktur jalan yang baik. Pihak kebun juga memprediksi akan mendapat produksi melebihi budget sebesar 1.03 persen dari budget awal sehingga rata-rata produktivitas Gunung Sari Estate pada tahun ini mencapai ± 23 ton/ha.

PEMBAHASAN. Keefektifan Pemupukan dengan Prinsip Empat Tepat

PEMBAHASAN. Keefektifan Pemupukan dengan Prinsip Empat Tepat 20 PEMBAHASAN Keefektifan Pemupukan dengan Prinsip Empat Tepat Tepat Jenis Jenis pupuk yang digunakan di Kebun Sei Air Hitam (SAH) berdasarkan rekomendasi dari bagian kantor pusat. Penentuan jenis dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk 62 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Tepat Jenis

PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Tepat Jenis PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Keefektifan pemupukan berkaitan dengan tingkat hara pupuk yang diserap tanaman. Pupuk dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap tanaman. Efesiensi pemupukan berkaitan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Idealnya setiap kebun harus sudah dievaluasi lahannya secara benar. Evaluasi Kelas Kesesuaian Lahan (KKL) pada suatu perkebunan kelapa sawit sangat

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Pengelolaan Pupuk

PEMBAHASAN. Pengelolaan Pupuk 35 PEMBAHASAN Pahan (2008) menyebutkan bahwa pemupukan kelapa sawit dilakukan pada tiga tahap perkembangan tanaman, yaitu tahap pembibitan, TBM (Tanaman Belum Menghasilkan), dan TM (Tanaman Menghasilkan).

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penetapan Target

PEMBAHASAN Penetapan Target 54 PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode tanaman

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

PEMBAHASAN Prosedur Gudang 44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. SOCIATE FINANCIARE DES CHACILUS MEDANSA oleh bangsa belgia. Pada tahun 1996-

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. SOCIATE FINANCIARE DES CHACILUS MEDANSA oleh bangsa belgia. Pada tahun 1996- IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Informasi Umum 1. Sejarah Perusahaan PT. SOCFINDO merupakan suatu usaha kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan perusahaan dari negeri belgia. Perusahaan ini berdiri pada

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Aspek Teknis

PEMBAHASAN. Aspek Teknis PEMBAHASAN Aspek Teknis Pengendalian Gulma Pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi kompetisi antara gulma dengan tanaman utama dalam pemanfaatan unsur hara, mineral CO 2, dan air. Bagian yang perlu

Lebih terperinci

Perencanaan Pemupukan. Pengelolaan Pemupukan

Perencanaan Pemupukan. Pengelolaan Pemupukan PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu faktor pemeliharaan tanaman yang sangat penting dan sangat menentukan kesehatan, kejaguran dan produktivitas tanaman. Pemupukan bertujuan untuk menambah zat hara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate 48 PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate Dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit dibutuhkan keterampilan manajemen yang baik agar segala aset perusahaan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

LEAF SAMPLING UNIT (LSU) SOIL SAMPLING UNIT (SSU) & MANFAATNYA. ILHAM, S.Si ASOSIASI SAMADE SAWITKU MASA DEPANKU

LEAF SAMPLING UNIT (LSU) SOIL SAMPLING UNIT (SSU) & MANFAATNYA. ILHAM, S.Si ASOSIASI SAMADE SAWITKU MASA DEPANKU LEAF SAMPLING UNIT (LSU) SOIL SAMPLING UNIT (SSU) & MANFAATNYA ILHAM, S.Si ASOSIASI SAMADE SAWITKU MASA DEPANKU Pekanbaru 2017 PENGANTAR 3 ASPEK PENENTU PRODUKSI VARIETAS MEDIA TANAM HASIL DOSIS & JENIS

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pelantaran Agro Estate, Kalimantan Tengah

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pelantaran Agro Estate, Kalimantan Tengah Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pelantaran Agro Estate, Kalimantan Tengah Management of oil palm fertilization in Pelantaran Agro Estate, Center Kalimantan S. Manahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur UNSUR

Lebih terperinci

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi Prestasi Kerja (satuan/hk) Standar Pekerja Penulis Status sebagai Mahasiswa 14 Feb 2008 Orientasi lapang Seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit menjadi pemimpin dalam penghasil minyak nabati dunia (2006), dengan produksi 37,1 juta ton dari buah kelapa sawit dan lebih dari 4,3 juta ton dari kernel

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah salah satu jenis

Lebih terperinci

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan April sampai November 2009 di PTP Nusantara VI pada unit usaha Rimbo Satu Afdeling IV (Gambar Lampiran 5), Rimbo Dua Afdeling

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen 3 TINJAUAN PUSTAKA Teknis Panen Panen merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Pelaksanaan panen perlu dilakukan secara baik dengan memperhatikan beberapa kriteria tertentu

Lebih terperinci

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI NO. ISK/AGR-KBN/22 Status Dokumen No. Distribusi DISAHKAN Pada tanggal 15 Februari 2013 Dimpos Giarto Valentino Tampubolon Direktur Utama Hal 1 dari 5 SEJARAH PERUBAHAN DOKUMEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Produksi Tandan Buah Segar 4.1.1. Kebun Rimbo Satu Afdeling IV Hasil dari sensus pokok produktif pada tiap blok sampel di masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis 17 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Pelaksanaan pengelolaan perkebunan kelapa sawit meliputi pengelolaan kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan administrasi. Pelaksanaan teknis yang dilakukan

Lebih terperinci

2015 KAJIAN PENGARUH APLIKASI BIONUTRIEN S267 TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT TM-08

2015 KAJIAN PENGARUH APLIKASI BIONUTRIEN S267 TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT TM-08 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) adalah tanaman penghasil minyak nabati terbesar dan paling efisien dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya. Hasil

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008.

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008. 51 PEMBAHASAN Produksi Pencapaian produksi tandan buah segar (TBS) Kebun Mentawak PT JAW dari tahun 2005 2007 (Tabel 2) mengalami peningkatan yang signifikan yaitu dari tahun 2005 ke 2006 ± 10 000 ton,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Komponen Produksi (Faktor Pengali Produksi)

PEMBAHASAN. Komponen Produksi (Faktor Pengali Produksi) PEMBAHASAN Panen dan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja di bidang pemeliharaan tanaman kelapa sawit. Tujuan utamanya untuk menghasilkan produksi yang optimal. Produk yang dihasilkan berupa TBS

Lebih terperinci

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit 41 PEMBAHASAN Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor tanaman, dan teknik budidaya tanaman. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis Perkebunan kelapa sawit Gunung Sari Estate (GSE) PT. Ladangrumpun Suburabadi (LSI) berada di wilayah Desa Bayansari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Angsana Estate (ASE) adalah salah satu kebun kelapa sawit PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI). PT LSI merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Minamas Gemilang,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN OLEH RIZA EKACITRA PUTRIANI RACHMAN

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012 di Teluk Siak Estate (TSE) PT. Aneka Intipersada, Minamas Plantation,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konservasi Tanah Salah satu faktor yang cukup penting dan peranannya sangat besar dalam usaha perkebunan kelapa sawit adalah kondisi sumberdaya lahannya. Keadaan tanah kebun inti I

Lebih terperinci

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT NAMA INSTANSI FASILITATOR : MU ADDIN, S.TP : SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG : Ir. SETIA PURNOMO, M.P. Perencanaan pemeliharaan merupakan tahapan awal yang sangat

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Kelapa Sawit, Kalimantan Barat

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Kelapa Sawit, Kalimantan Barat Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Kelapa Sawit, Kalimantan Barat Fertilizer Management on Oil Palm Plantation, West Kalimantan Ade Budiargo, Roedhy Poerwanto *, dan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha LAMPIRAN 64 65 Tanggal 280220 0020 02020 0020 04020 0020 08020 09020 0020 020 2020 4020 5020 6020 020 8020 9020 2020 22020 2020 24020 25020 26020 2020 Lampiran. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak tanggal 14 Februari 2008 hingga tanggal 14 Juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti, Minamas

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kabupaten Rokan Hulu, Riau

Manajemen Pemupukan pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kabupaten Rokan Hulu, Riau Bul. Agrohorti 3 (2): 177-184 (2015) Manajemen Pemupukan pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kabupaten Rokan Hulu, Riau Fertilization Management on Oil Palm Plantation at Rokan Hulu,

Lebih terperinci

Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, Agustus 2014

Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, Agustus 2014 Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, 19-21 Agustus 2014 IMPLEMENTASI PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) POLA MASYARAKAT PADA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman hutan yang dibudidayakan sehingga tanaman ini memiliki daya adaptasi dan respon yang baik terhadap kondisi lingkungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati

Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati Bul. Agrohorti 4 (2):132-137 (2016) Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati Fertilization Management on Mature Plant Oil Palm in Kebun Tanjung Jati Monica Christina

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

= pemanen. Sistem Penunasan

= pemanen. Sistem Penunasan PEMBAHASAN Kebijakan penunasan di PT Inti Indosawit Subur adalah mempergunakan sistem penunasan progresif. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen dengan bersamaan dengan panen.

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate LAMPIRAN 59 60 Lampiran 1. Jurnal Harian Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate Tanggal Uraian Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar...(Satuan/HK)... 11 Februari 2012 Orientasi

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate, Kalimantan Tengah

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate, Kalimantan Tengah Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate, Kalimantan Tengah The Manajement of Palm Oil Fertilizing at Sugai Bahaur Estate, Central of Kalimantan Aslina Putri Nunyai, Sofyan Zaman*, dan

Lebih terperinci

PEMUPUKAN KELAPA SAWIT

PEMUPUKAN KELAPA SAWIT PEMUPUKAN KELAPA SAWIT MANAGEMENT TRAINEE PT Bangkitgiat Usaha Mandiri Palm Oil Plantation & Mill Kultur Teknis Pemel Tanaman, Pemupukan, Pemupukan, Drainase, Pengendalian HPT, Homogenitas Tanaman, SPH.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMUPUKAN UMUM KARET, KELAPA SAWIT, KOPI DAN KAKAO. Pendahuluan

REKOMENDASI PEMUPUKAN UMUM KARET, KELAPA SAWIT, KOPI DAN KAKAO. Pendahuluan REKOMENDASI PEMUPUKAN UMUM KARET, KELAPA SAWIT, KOPI DAN KAKAO M. Anang Firmansyah Peneliti di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah Jl. G. Obos km Palangka Raya 7 Pendahuluan Faktor pemupukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan Organik dan Anorganik Kelapa Sawit di Sekunyir Estate, Kalimantan Tengah

Manajemen Pemupukan Organik dan Anorganik Kelapa Sawit di Sekunyir Estate, Kalimantan Tengah Manajemen Pemupukan Organik dan Anorganik Kelapa Sawit di Sekunyir Estate, Kalimantan Tengah Organic and Inorganic Fertilizing Management of Palm Oil in Sekunyir Estate, Central Borneo Gery Juliansyah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar 23 Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Tanggal Uraian Kegiataan Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi 01/03/2014 Penunasan 10 pokok 54 pokok 76 pokok L022 02/03/2014 Libur hari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 lokasi penelitian yang digunakan yaitu Harapan dan Inalahi yang terbagi menjadi 4 plot pengamatan terdapat 4 jenis tanaman

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Area Marjinal di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Area Marjinal di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Area Marjinal di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Fertilization Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) on

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kelapa sawit (Elaesis guineesis Jacq.) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dari pada tanaman penghasil minyak nabati

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan yang terhitung mulai dari 14 Februari hingga 14 Juni 2011. Kegiatan ini bertempat di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur hara guna mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI SILVERIUS SIMATUPANG A24050072 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN Ubi kayu menghasilkan biomas yang tinggi sehingga unsur hara yang diserap juga tinggi. Jumlah hara yang diserap untuk setiap ton umbi adalah 4,2 6,5 kg N, 1,6 4,1 kg 0 5 dan

Lebih terperinci

LAPORAN MONITORING INTERNAL PROGRAM INSENTIF PKPP TAHUN 2012 TAHAP I. 1. Lokus : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan

LAPORAN MONITORING INTERNAL PROGRAM INSENTIF PKPP TAHUN 2012 TAHAP I. 1. Lokus : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan LAPORAN MONITORING INTERNAL PROGRAM INSENTIF PKPP TAHUN 2012 TAHAP I BAB I. PENDAHULUAN 1. Lokus : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan 2. Judul Kegiatan : Kajian Pengelolaan Hara

Lebih terperinci

2015 KAJIAN PENGARUH PENAMBAHAN BIONUTRIEN S267 TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT TM-03

2015 KAJIAN PENGARUH PENAMBAHAN BIONUTRIEN S267 TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT TM-03 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tanaman kelapa sawit (Elais guineensis) merupakan salah satu tanaman tropis yang memiliki banyak manfaat. Bagian kelapa sawit yang dimanfaatkan adalah minyak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang potensial sebagai sumber bahan baku minyak atsiri. Indonesia menghasilkan 40 jenis dari 80 jenis minyak atsiri yang di perdagangkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Industri gula adalah salah satu industri bidang pertanian yang secara nyata memerlukan keterpaduan antara proses produksi tanaman di lapangan dengan industri pengolahan. Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian dari keluarga rumput-rumputan. Jagung merupakan tanaman serealia yang menjadi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok Sistem manajemen perkebunan kelapa sawit pada umumnya terdiri atas Kebun (Estate) yang dikepalai oleh seorang Estate Manager. Seorang Estate Manager membawahi

Lebih terperinci

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Rumput Jumlah Daun Hasil penghitungan jumlah daun menunjukan terjadinya penurunan rataan jumlah daun pada 9 MST dan 10 MST untuk rumput raja perlakuan D0, sedangkan untuk

Lebih terperinci

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Hasil análisis data penelitian dari masing-masing parameter adalah sebagai berikut: a. Hasil Analisis Kandungan Tabel 1. Tandan Kosong Kelapa Sawit *) Parameter

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Panen Kelapa sawit Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang, kemudian mengutip tandan dan memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Padi Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung atau ruang kosong. Panjang tiap ruas

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan PANEN KELAPA SAWIT 1. Pengrtian Panen Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai criteria matang panen, mengumpulkan dan mengutipbrondolan serta menyusun tandan di

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian dan Letak Geografis Lokasi penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII. PT. Perkebunan Nusantara VIII, Perkebunan Cikasungka bagian Cimulang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di pulau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkebunan sebagai salah satu sub sektor pertanian di Indonesia berpeluang besar dalam peningkatan perekonomian rakyat dan pembangunan perekonomian nasional.adanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Produktivitas Produktivitas mengandung pengertian perbandingan hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumberdaya yang digunakan (input). Menurut Dewan Produktivitas Nasional

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen Kebutuhan tenaga panen untuk satu seksi (kadvel) panen dapat direncanakan tiap harinya berdasarkan pengamatan taksasi buah sehari sebelum blok tersebut akan dipanen. Pengamatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkebunan. Karena Mucuna bracteata memiliki kelebihan dibandingkan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. perkebunan. Karena Mucuna bracteata memiliki kelebihan dibandingkan dengan TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata Legum yang berasal dari india ini termasuk tanaman jenis baru yang masuk ke Indonesia untuk digunakan sebagai tanaman penutup tanah di areal perkebunan. Karena Mucuna

Lebih terperinci