MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH FITRI YANI NOOR MEDINA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH FITRI YANI NOOR MEDINA"

Transkripsi

1 MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH FITRI YANI NOOR MEDINA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Bangun Koling Estate adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013 Fitri Yani Noor medina NIM A

4 ABSTRAK FITRI YANI NOOR MEDINA. Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate, Bumitama Gunajaya Agro, Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh SUPIJATNO. Kegiatan magang dilaksanakan di Bangun Koling Estate (BKLE), Bumitama Gunajaya Agro, Kalimantan Tengah dari bulan Febriari sampai Juni Kegiatan magang bertujuan untuk menambah pengalaman dan mempelajari manajemen perkebunan kelapa sawit terutama yang berkaitan dengan manajemen pemupukan. Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan metode langsung dan tidak langsung. Pengamatan dilakukan terhadap efektivitas pemupukan yaitu ketepatan jenis pupuk, ketepatan waktu, ketepatan cara dan ketepatan dosis. Pengamatan juga dilakukan terhadap efisiensi pemupukan yaitu efisiensi tenaga kerja dan efisiensi biaya. Defisiensi hara tanaman di BKLE dari tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami penurunan untuk defisiensi unsur N, K dan B dan terjadi sedikit peningkatan defisiensi unsur Mg dan Cu. Kata kunci: efektivitas pemupukan, efisiensi pemupukan, kelapa sawit, defisiensi hara ABSTRACT FITRI YANI NOOR MEDINA. Fertilization Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) in Bangun Koling Estate, Bumitama Gunajaya Agro, Central Kalimantan. Supervised by SUPIJATNO. The internship was conducted at Bangun Koling Estate (BKLE), Bumitama Gunajaya Agro, Central Kalimantan during from Februari to Juni The internship activities aimed adding experience out and learn the management of palm oil plantation especially fertilization management. Collection of data and information carried out by the direct and indirect method. The observation was made is fertilizer effectineness that consist of type, time of application, method and dose of fertilzer. The observation of the efficiency of fertilizer consist of labor and cost efficiency. Nutrient deficiency in BKLE from 2011 until 2012 has decreased for N, K and B but a slight increase in Mg and Cu deficiency. Key words: fertilizer effectiveness, fertilizer efficiency, nutrient deficiency, palm oil

5 MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH FITRI YANI NOOR MEDINA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6

7 Judul Skripsi : Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate Bumitama Gunajaya Agro, Kalimantan Tengah Nama : Fitri Yani Noor Medina NIM : A Disetujui oleh Dr Ir Supijatno, MSi Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate, PT. Windu Nabatindo Abadi, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Selatan. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian. Proses pembuatan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang mendukung dan membantu baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Asep Mustopa dan Ibu Iis Cucu, serta kaka Adititya Ikhsan Nugraha atas doa, kasih sayang, perhatian, dukungan dan kepercayaan kepada penulis. 2. Dr Ir Supijatno, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, kritik dan saran yang membangun selama proses penyusunan skripsi. 3. Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses kegiatan akademik di Departemen Agronomi. 4. Dr Ir Iskandar Lubis, MS dan Prof Ir Sudirman Yahya, MSc sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan ketika ujian skripsi 5. Bumitama Gunajaya Agro Grup, yang telah memberikan izin dan dukungannya untuk magang di Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi 6. Bapak Khairul Ahmad SP. selaku Estate Manajer, K. Ikhwan SP. selaku Kasie, M.Nodrotunaim SP., Wildan Mahmud SP., Herman Wahyudi SP., Ferry Ramadhan SP., selaku pembimbing lapang dan Asisten di BKLE yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama penulis magang 7. Seluruh keluarga AGH 46, terutama: Gusti Reza Puspita, Nurul Fauziah, Amelia Rahmawati, Pryo Adi Lukito, Poetri Agustin, Astriyani Rosyad, Dian Pratiwi serta teman seperjuangan magang Annisa Effendi atas kebersamaan dan inspirasinya selama kuliah di Departemen Agronomi 8. Keluarga Besar Bangun Koling Estate atas bantuan, bimbingan serta kasih sayang terhadap penulis selama magang. Bogor, September 2013 Fitri Yani Noor Medina

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 METODE MAGANG 5 Waktu dan Tempat 5 Pelaksanaan Magang 5 Pengumpulan Data dan Pengamatan 6 Analisis Data dan Informasi 7 KONDISI UMUM LOKASI MAGANG 7 Letak Geografis dan Administratif 8 Keadaan Iklim dan Tanah 8 Luas Hak Guna Usaha (HGU) dan Tata Guna Lahan 8 Keadaan Tanaman dan Produksi 9 Struktur Organisasi dan Ketanagakerjaan 10 Fasilitas Kesejahteraan Karyawan 11 PELAKSANAAN MAGANG 12 Aspek Teknis 12 Aspek Manajerial 21 HASIL DAN PEMBAHASAN 23 Efektivitas Pemupukan 23 Efisiensi Pemupukan 28 Defisiensi Hara 31 SIMPULAN DAN SARAN 32 Simpulan 32 Saran 33 DAFTAR PUSTAKA 33 LAMPIRAN 35 RIWAYAT HIDUP 48 iv iv iv

10 DAFTAR TABEL 1 Luas HGU dan tata guna lahan di BKLE 9 2 Populasi tanaman per tahun tanam di kebun BKLE 9 3 Produksi dan produktivitas TBS BKLE tahun Jumlah staf dan non staf kebun BKLE 11 5 Alat-alat yang digunakan untuk panen beserta fungsinya 17 6 Realisasi pemupukan kebun BKLE tahun Rencana dan realisasi pemupukan berdasarkan kandungan unsur hara 24 8 Rekomendasi jenis dan waktu pemupukan tahun 2013 rotasi 1 BKLE 25 9 Realisasi jenis dan waktu pemupukan rotasi 1 BKLE Ketepatan cara 8 orang penabur Ketepatan dosis untilan Ketepatan dosis per tanaman Prestasi tenaga kerja penabur di BKLE untuk pupuk Urea dan MOP Rata-rata prestasi kerja penabur berdasarkan klasifikasi lama bekerja Rata-rata prestasi kerja penabur berdasarkan klasifikasi tingkat usia Inefisiensi biaya yang di keluarkan untuk pupuk MOP, Urea dan RP 31 DAFTAR GAMBAR 1 Fasilitas kebun BKLE 12 2 Pengaplikasian tandan kosong 13 3 Cara pengambilan LSU 14 4 Proses penguntilan pupuk di gudang 15 5 Pelaksanaan pemupukan 16 6 Pelaksanaan panen 18 7 Pengendalian gulma 19 8 Defisiensi hara BKLE pada tahun 2011 dan DAFTAR LAMPIRAN 1 Peta areal statement BKLE 35 2 Data curah hujan BKLE Tahun Peta sebaran jenis tanah di BKLE 37 4 Struktur organisasi BKLE 38 5 Peta status defisiensi hara di BKLE tahun Peta status defisiensi hara di BKLE tahun Jurnal kegiatan sebagai karyawan harian lepas 41 8 Jurnal kegiatan sebagai pendamping mandor 43 9 Jurnal kegiatan sebagai pendamping asisten 45

11 PENDAHULUAN Latar belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang memiliki produktivitas tinggi mencapai 4 ton ha -1 Crude Palm Oil (CPO) dan memiliki keunggulan lebih tinggi seperti umur ekonomis yang lebih panjang dan mudah berdaptasi dengan lingkungannya dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak nabati lainnya seperti kedelai dan bunga matahari. Minyak kelapa sawit juga merupakan sumber bahan baku biodiesel yang dapat diperbaiki (renewable), sedangkan minyak bumi diperkirakan akan habis pada beberapa tahun mendatang. Penggunaan minyak kelapa sawit beraneka ragam, baik untuk industri pangan maupun non pangan (Pardamean 2011). Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 9 juta ha dan merupakan perkebunan kelapa sawit terluas di dunia. Produksi tahun 2012 mencapai 23 juta ton CPO dengan produktivitas kg ha -1 CPO dan menduduki posisi pertama di dunia melampaui Malaysia (Ditjenbun 2012). Poeloengan et al. (2003) menyatakan produktivitas tanaman yang tinggi pada perkebunan kelapa sawit tidak terlepas dari peranan pemupukan yang baik. Pemupukan merupakan upaya perawatan yang sangat penting pada tanaman kelapa sawit. Rencana produksi TBS yang optimal dan kualitas minyak yang baik merupakan tujuan dari pemupukan kelapa sawit. Biaya pemupukan tergolong tinggi, kurang lebih 30% dari total biaya produksi atau % dari total biaya pemeliharaan. Biaya pemupukan yang tinggi tersebut menuntut pihak praktisi perkebunan untuk tepat menentukan jenis dan kualitas pupuk yang akan digunakan serta mengelolanya dengan baik. Pemupukan pada tanaman kelapa sawit harus dapat menjamin pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi Tandan Buah Segar (TBS) yang optimal serta menghasilkan minyak sawit mentah yang tinggi baik kuantitas maupun kualitas (Adiwiganda 2007). Pemupukan pada kelapa sawit dapat bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang tidak menguntungkan. Pemupukan bermanfaat melengkapi persediaan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan pada akhirnya tercapai daya hasil (produksi) yang maksimal (Pahan 2010). Andayani (2008) menyatakan pemberian pupuk yang tepat dapat meningkatkan produksi sampai pada produktivitas standar yang sesuai dengan kelas kesesuaian lahan. Pupuk yang biasa digunakan untuk kelapa sawit adalah pupuk urea atau ZA (unsur N), Rock Phosphate (RP) atau SP-36 (unsur P), Muriate of Potash (MOP) atau KCl (unsur K), Dolomit atau Kieserit (unsur Mg), dan (High Great Fertilization) HGF-Borat atau borat (unsur B). Pemupukan yang efektif dan efisien di pengaruhi oleh jenis dan dosis pupuk, cara pemberian pupuk, waktu pemupukan, tempat aplikasi, dan pengawasan dalam pelaksanaan pemupukan. Pemupukan merupakan salah satu faktor penting yang berperan untuk mencapai produktivitas yang tinggi, terutama

12 2 dalam memenuhi persyaratan unsur hara (Poeloengan et al. 2003). Aspek manajemen pemupukan penting untuk dipelajari agar sesuai dengan standar operasional baku yang dijalankan oleh suatu perusahaan sehingga penggunaan pupuk efektif dan efisien. Tujuan Tujuan umum kegiatan magang yang dilakukan adalah mempelajari serta memperoleh pengalaman dan keterampilan bekerja secara nyata mengenai aspek teknis dan manajemen perkebunan tanaman kelapa sawit. Tujuan khusus yang dilakukan adalah untuk mempelajari dan menganalisis manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit. TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman yang berasal dari Afrika Barat, budidayanya di Indonesia telah berkembang sangat pesat dan sekarang merupakan primadona penghasil devisa negara dari sektor pertanian sebesar 15.5 miliar US$ pada tahun 2011 (Ditjenbun 2012). Tanaman kelapa sawit berakar serabut tumbuh diseluruh pangkal batang mencapai m diatas permukaan tanah. Kelapa sawit juga memiliki batang tegak lurus dan terlihat seragam, putaran letak daun jelas terlihat pada tanaman yang tingginya diatas satu meter. Daun kelapa sawit sering disebut pelepah yang mempunyai anak daun, jumlah anak daun ini tergantung dari umur tanaman, semakin dewasa semakin banyak anak daunnya sampai jumlah tertentu (Hakim 2007). Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang tumbuh baik pada garis lintang 13 0 Lintang Utara dan 12 0 Lintang Selatan, terutama di kawasan Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada curah hujan dengan kisaran mm per tahun, curah hujan optimal mm per tahun dengan jumlah hari hujan tidak lebih dari 180 hari per tahun. Pembagian hujan yang merata dalam satu tahunnya berpengaruh kurang baik karena pertumbuhan vegetatif lebih dominan daripada pertumbuhan generatif, sehingga bunga atau buah yang terbentuk relatif sedikit. Curah hujan yang terlalu tinggi kurang menguntungkan bagi penyelenggaraan kebun karena mengganggu kegiatan seperti pemeliharaan tanaman, kelancaran transportasi, pembakaran sisasisa tanaman pada pembukaan kebun, dan terjadinya erosi (Setyamidjaja 2006).

13 3 Pemupukan Pahan (2010) menyatakan bahwa penting melaksanakan diagnosis kebutuhan pupuk untuk mengetahui jumlah pupuk yang harus diaplikasikan agar mendapat hasil yang optimal. Metode empiris diperlukan untuk menentukan status hara di dalam tanah dan tanaman untuk memberikan pedoman yang efektif bagi praktek pemupukan, metode nya antara lain: 1. Diagnosis secara visual; Pengamatan langsung yang memperhatikan kriteria perbandingan warna hijau daun dengan warna hijau yang baku, adanya tanda dan gejala defisiensi hara, membandingkan pertumbuhan tanaman dengan plot tanaman yang tidak mendapat pemupukan. 2. Diagnosis secara kimia; Pengamatan dilakukan dengan menganalisis tanah dan analisis jaringan (daun). 3. Diagnosis berdasarkan hasil percobaan pemupukan; Pengamatan ini umumnya dilakukan oleh lembaga penelitian atau perusahaan pemerintah. Fungsi Unsur Hara Sutarta et al. (2007) menyatakan bahwa unsur hara yang mendapat perhatian dalam pemupukan tanaman kelapa sawit meliputi N, P, K, Mg, Cu, dan B. Harahara tersebut diharapkan tersedia cukup dalam tanah. Ketersediaan hara dalam tanah yang rendah dapat berakibat tanaman mengalami gejala defisiensi hara. Tanaman memperoleh unsur hara dari beberapa sumber yaitu tanah, residu bahan organik, dan pupuk buatan yang tepat sehingga pelaksanaan pemupukan dapat efektif dan efisien, uraian peranan unsur hara tersebut adalah: 1. Nitrogen (N); Hara yang diperlukan dalam jumlah banyak dan berguna untuk pembentukan protein, sintesis klorofil, dan untuk proses metabolisme. Kekurangan N akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman menurun, gejala kekurangan N ditandai oleh daun tua berwarna hijau pucat kekuningan. Sumber pupuk yang mengandung N adalah Urea atau ZA. 2. Posfor (P); Hara yang diperlukan dalam jumlah yang banyak dan diperlukan untuk pertumbuhan akar, serta meningkatkan mutu buah. Kekurangan unsur P menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dengan pelepah yang pendek dan batang mempunyai bentuk meruncing serta daun berwarna keunguan. Sumber unsur hara P antara lain pupuk SP-18, RP, SP Kalium (K); Hara yang diperlukan dalam jumlah yang banyak dan berpengaruh terhadap jumlah dan ukuran tandan dan merupakan faktor yang penting dalam ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit. Kekurangan unsur K dapat dilihat pada daun muda, gejalanya akan timbul bercak transparan lalu mengering juga dapat berasosiasi dengan beberapa penyakit. Sumber unsur hara K adalah pupuk KCl. 4. Magnesium (Mg) diperlukan dalam jumlah cukup banyak, berfungsi dalam proses fotosintesis. Kekurangan unsur Mg ditandai dengan gejala ujung daun tua nampak kekuningan jika terkena sinar matahari, sedangkan daun yang baru terbentuk umumnya tidak menunjukkan gejala tersebut. Sumber hara Mg adalah kapur dolomit.

14 4 5. Tembaga (Cu) diperlukan dalam jumlah yang sedikit, berfungsi untuk membantu pembentukan klorofil serta sebagai komponen dalam pembentukan enzim tanaman. Kekurangan unsur Cu ditandai dengan gejala klorosis pada daun muda. Konsep Empat Tepat Tanaman kelapa sawit umumnya menempati tanah-tanah yang bereaksi masam sampai agak masam. Tanah tanah tersebut memiliki tingkat kesuburan kimia yang rendah, tetapi kesuburan fisik umumnya cukup baik. Upaya pemupukan yang terus menerus menjadi satu keharusan karena kelapa sawit merupakan tanaman yang konsumtif, kekurangan salah satu unsur hara akan segera menunjukkan gejala defisiensi dan mengakibatkan pertumbuhan vegetatif terhambat serta produksi menurun. Pemupukan yang efektif dan efisien harus mengacu pada konsep 4T yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara dan tepat waktu pemupukan (Poeloengan et al. 2003). Pahan (2010) juga menguraikan konsep 4T tersebut sebagai berikut : Tepat jenis. Strategi dalam menentukan jenis pupuk harus mempertimbangkan teknis dan pertimbangan ekonomis. Secara teknis, strategi menentukan jenis pupuk sebaiknya dilakukan dengan cara: Memilih kombinasi jenis pupuk berdasarkan komposisi unsur hara utama dan unsur hara tambahan, memilih jenis pupuk berdasarkan sifat kelarutannya. Jenis pupuk yang sering digunakan pada perkebunan kelapa sawit yaitu pupuk urea atau ZA (unsur N), RP atau SP-36 (unsur P), MOP atau KCl (unsur K), Dolomit atau Kieserit (unsur Mg), dan HGF-Borat atau borat (unsur B). Tepat dosis. Pemupukan yang optimal adalah pemupukan yang sesuai dengan tepat dosis. Tepat dosis artinya pupuk harus diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman tidak berlebihan dan juga tidak kekurangan. Dosis pupuk yang berlebih tidak hanya membuat biaya pemupukan semakin tinggi, tetapi juga merugikan tanaman. Berdasarkan pengamatan beberapa kebun yang telah dilakukan oleh mahasiswa sebelumnya salah satunya juga di Tambusai Estate, rata-rata ketepatan dosis pemupukan masih di bawah 90% padahal seharus nya diatas 95% sehingga belum memenuhi prinsip kaidah ketepatan dosis (Hidayat 2012). Tepat Cara. Cara menempatkan pupuk yang akan diaplikasikan sangat mempengaruhi jumlah pupuk yang akan di serap akar tanaman. Aplikasi pupuk pada tanaman menghasilkan untuk kelapa sawit dibedakan atas sifat masingmasing seperti: (a) Nitrogen sebaiknya ditaburkan antara batang tanaman sampai ujung bokoran. (b) Phosphate dan Magnesium ditaburkan sekitar 25 cm dari tanaman sampai ujung bokoran. Namun apabila pupuk RP yang digunakan, tempat penaburan pupuknya adalah digawangan dipinggir rumpukan pelepah dan diatas gulma lunak yang tumbuh disana. (c) Kalium ditaburkan diujung bokoran. Cara penaburan pupuk harus praktis, tetapi tetap dijamin bahwa pupuk yang diberikan dapat mudah dijangkau oleh ujung akar tanaman, sedangkan tempat penaburan untuk beberapa jenis pupuk tertentu harus ditabur di piringan yang bersih dari gulma dan bebas dari genangan air. Pengamatan yang dilakukan mahasiswa sebelumnya dapat

15 diketahui bahwa rata-rata ketepatan cara dari penabur sudah diatas 80%. Hal ini menunjukkan cara pemupukan sudah dilaksanakan cukup tepat jika dibandingkan dengan standar perusahaan yaitu menabur dengan jarak rata-rata 50 cm dari pokok (Mahyudin 2011). Tepat Waktu. Waktu dan frekuensi pemupukan ditentukan oleh iklim (terutama curah hujan), sifat fisik tanah, logistik (pengadaan) pupuk, serta adanya sifat sinergis dan antagonis antar-unsur hara. Pengamatan yang telah dilakukan di beberapa perkebunan oleh mahasiswa sebelumnya di perkebunan Tambusai Estate masih kurang tepat karena ketika curah hujan tinggi (>300 mm) pada bulan November dan Desember tetap dilakukan pengaplikasian pupuk sehingga menyebabkan terjadinya pencucian, aliran air, dan erosi. Hal ini disebabkan oleh keterlambatan dalam pengadaan pupuk karena belum tersedianya pupuk di pasaran sehingga pemupukan disesuaikan dengan ketersediaan pupuk yang ada di gudang (Hidayat 2012). 5 METODE MAGANG Waktu dan Tempat Kegiatan magang dilaksanakan di Bangun Koling Estate (BKLE) PT Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan dari Februari sampai Juni Pelaksanaan Magang Metode magang yang digunakan adalah melaksanakan seluruh kegiatan yang berjalan di perusahaan, baik aspek teknis maupun manajerial pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari Karyawan Harian Lepas (KHL), Pendamping Mandor sampai Pendamping Asisten Divisi. Kegiatan di lapangan sebagai KHL selama satu bulan, menjadi Pendamping Mandor selama satu bulan, dan menjadi pendamping Asisten Divisi selama dua bulan. Kegiatan sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) dilaksanakan pada bulan pertama dan melaksanakan kegiatan di lapangan sesuai dengan kebutuhan kebun. Ketika menjadi KHL terlibat dalam kegiatan pemanenan, pemupukan, pengendalian gulma, pemeliharaan bibit, pemeliharaan jalan dan aplikasi Tandan Kosong. Kegiatan khusus yang dilakukan adalah mencatat prestasi kerja yang diperoleh mahasiswa dan karyawan, pengambilan contoh pemupukan MOP serta membuat catatan kegiatan tentang teknik budidaya yang dilakukan. Kegiatan sebagai Pendamping Mandor berlangsung pada bulan kedua. Kegiatan yang dipelajari adalah batas kewenangan dan tanggung jawab seorang Mandor. Kegiatan yang dilakukan adalah menyusun rencana kegiatan harian, menentukan jumlah tenaga kerja, mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh KHL, mengarahkan karyawan, membuat laporan harian mandor, mengisi administrasi pada tingkat mandor dan mengabsen karyawan saat apel pagi. Kegiatan khusus yang dilakukan adalah pengambilan contoh pengamatan pada kegiatan

16 6 pemupukan HGFB, melakukan diskusi dengan Mandor, Asisten Divisi, Manager serta membuat catatan dari seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. Kegiatan magang sebagai Pendamping Asisten Divisi dilakukan pada dua bulan terakhir magang. Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan kegiatan yang dilakukan oleh Asisten seperti membuat rencana kerja harian dan bulanan, melakukan manajerial tingkat divisi, mengarahkan kerja mandor, membuat laporan harian asisten, mengisi administrasi tingkat divisi, dan memeriksa mutu buah dan hanca. Kegiatan khusus yang dilakukan adalah pengamatan pemupukan urea, menganalisis manajemen pemupukan pada perkebunan kelapa sawit serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan pemupukan, kemudian dibandingkan dengan standar yang ada di perusahaan tersebut. Pengumpulan Data dan Pengamatan Pengumpulan data dan informasi dilakukan pada saat kegiatan magang berlangsung yaitu pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer adalah informasi yang didapatkan secara langsung melalui pengamatan di lapangan maupun diskusi dengan KHL, Mandor, Asisten Divisi dan Manager. Data ini meliputi ketepatan dosis, ketepatan cara, dan prestasi tenaga kerja. Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen yang tersedia di kantor kebun. Data sekunder yang dikumpulkan adalah: (1) kondisi kebun yang meliputi letak georafis, keadaan iklim dan tanah, luas Hak Guna Usaha, keadaan tanaman, produksi, produktivitas, peta areal, jenis tanah dan topografi lahan, (2) organisasi dan manajemen, (3) sarana dan prasarana kebun, (4) rekomendasi dan realisasi pemupukan, (5) waktu pemupukan, (6) status defisiensi hara tanaman, (7) efisiensi tenaga kerja, dan (8) biaya pemupukan. Pengamatan dilakukan terutama terhadap aspek-aspek yang berhubungan dengan pemupukan yaitu efektivitas dan efisiensi pemupukan, cara pengamatannya yaitu: Efektivitas Pemupukan: 1. Tepat Jenis Pengamatan dilakukan terhadap realisasi jenis pupuk yang diaplikasikan di kebun pada tahun 2012 kemudian dibandingkan dengan rekomendasi pemupukan yang diberikan oleh Departemen Riset. 2. Tepat Waktu Pengamatan dilakukan terhadap realisasi waktu pemupukan yang diaplikasikan di lapangan kemudian dibandingkan dengan rekomendasi waktu pemupukan yang diberikan oleh Departemen Riset serta kondisi curah hujan pada bulan tersebut. 3. Tepat Cara Pengamatan dilakukan dengan mengukur jarak taburan per tanaman yang dilakukan oleh penabur pada Tanaman Menghasilkan (TM). Pengambilan contoh tanaman sampai pasar tengah terhadap 8 penabur dengan 3 kali ulangan sehingga diperoleh 405 tanaman untuk pupuk MOP, 398 untuk pupuk HGFB dan 401 tanaman untuk Urea.

17 4. Tepat Dosis Pengamatan dilakukan terhadap dosis untilan dan dosis per tanaman, pengamatan ketepatan dosis untilan pupuk di gudang dilakukan dengan penimbangan contoh 10 untilan pupuk yang dilakukan sebanyak tiga kali setiap selesai kegiatan penguntilan, sehingga diperoleh untilan sebanyak 30 untuk setiap jenis pupuk yaitu MOP, Borat dan urea. Pengamatan juga dilakukan terhadap ketepatan dosis per tanaman pada TM dengan menghitung jumlah taburan per tanaman. Pengambilan contoh tanaman dilakukan sampai pasar tengah terhadap 8 orang penabur dengan 3 kali ulangan sehingga diperoleh 396 tanaman untuk pupuk MOP, 409 pokok untuk Borat dan 390 pokok untuk Urea. Efisiensi Pemupukan: 1. Efisiensi Tenaga Kerja Pengamatan dilakukan terhadap prestasi tenaga kerja yang didapatkan penabur kemudian dibandingkan dengan standar perusahaan. Pengamatan juga dilakukan terhadap profil kerja 10 penabur yang dihubungkan dengan prestasi kerja yang didapatkan. 2. Efisiensi Biaya Pengamatan dilakukan terhadap kelebihan pupuk saat penguntilan kemudian dikalikan dengan dengan tonase realisasi pemupukan pada tahun 2012 dan dikalikan dengan harga pupuk. 7 Analisis Data dan Informasi Data primer dan sekunder yang dihasilkan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif dengan metode analisis deskriptif, mencari rata-rata, presentase hasil pengamatan, dan menggunakan uji T-Student kemudian diuraikan secara deskriptif dengan membandingkan terhadap norma baku yang berlaku pada perkebunan kelapa sawit secara umum dan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan kemudian dilakukan juga studi pustaka untuk membandingkannya. KONDISI UMUM LOKASI MAGANG Bumitama Gunajaya Agro Grup adalah perusahaan kelapa sawit yang memiliki sepuluh area yang tersebar di Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Riau dan sedang membuka area yang kesepuluh di Aceh. Wilayah 4 terdapat dua anak perusahaan yaitu PT Windu Nabatindo Abadi Lestari yang terdiri dari tiga kebun yaitu Pelataran Agro Estate (PAGE), Selucing Agro Estate (SAGE), dan Serawak Damai Estate (SDME), sedangkan PT Windu Nabatindo Abadi terdiri dari Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), Bangun Koling Estate (BKLE) dan Sungai Mirah Agro Estate (SMAE). Penulis melakukan kegiatan magang di Bangun Koling Estate divisi 2.

18 8 Letak Geografis dan Administratif BKLE terletak di Desa Tumbang Koling, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Batas areal BKLE sebelah timur berbatasan dengan Sungai Cempaga Estate, sebelah barat berbatasan dengan PT TASK Kelapa Sawit, sebelah utara berbatasan dengan Sungai Mirah Agro Estate, dan sebelah selatan berbatasan dengan PT Sarana Sawit. Letak geografis BKLE yaitu pada koordinat diantara BT dan LS. Peta areal statement BKLE dapat dilihat pada Lampiran 1. Keadaan Iklim dan Tanah BKLE memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan hujan dengan puncak musim hujan pada tahun terjadi pada bulan Desember dan puncak musim kemarau pada bulan Agustus. Rata-rata curah hujan selama 5 tahun terakhir adalah mm per tahun dengan rata-rata hari hujan yaitu 141 hari per tahun dan memiliki jumlah Bulan Basah 11 bulan serta Bulan Kering 1 bulan, sehingga iklim di BKLE menurut klasifikasi Scmidt-Ferguson termasuk tipe iklim A (sangat Basah). Suhu rata-rata harian di BKLE yaitu 27 C dengan kisaran suhu C. Data curah hujan di BKLE tahun dapat dilihat pada Lampiran 2. Jenis tanah di BKLE terdiri dari tanah inseptisol 64.7%, entisol 30.4%, histosol 7.11% dan ultisol 0.71% sehingga tanah yang dominan di BKLE adalah tanah inseptisol. Kesesuaian lahan untuk kelapa sawit di BKLE termasuk dalam kelas kesesuaian S3 dengan faktor pembatas tekstur tanah berpasir. Topografi mayoritas datar dengan tingkat kemiringan 0-8 %, sedikit daerah bergelombang dengan tingkat kemiringan 9-15 % dan berbukit dengan kemiringan %. Peta jenis tanah di BKLE dapat dilihat pada dapat dilihat pada Lampiran 3. Luas Hak Guna Usaha (HGU) dan Tata Guna Lahan BKLE mempunyai luas HGU sebesar ha dengan rincian ha sudah diusahakan yang terdiri dari ha areal Tanaman Menghasilkan (TM) dan 147 ha areal Tanaman Belum Menghasilkan (TBM). BKLE mempunyai empat divisi, yaitu Divisi I seluas 813 ha, Divisi II seluas 641 ha, divisi III seluas 876 ha, dan Divisi VI seluas 200 ha. Areal yang ditanam di BKLE terdiri atas TM dengan tahun tanam dan TBM dengan tahun tanam BKLE mempunyai areal prasarana seluas 140 ha dan areal yang mungkin bisa ditanam yaitu seluas 178 ha. Luas areal dan tata guna lahan dapat dilihat pada Tabel 1.

19 9 Uraian Tabel 1 Luas HGU dan tata guna lahan di BKLE Luas (ha) A. Areal yang ditanam 1. Tanaman Menghasilkan (TM) Tahun Tanam Tahun Tanam Tahun Tanam Tahun Tanam Tanaman Belum Menghasilkan Tahun Tanam Tahun Tanam Tahun Tanam B. Areal Prasarana Emplasemen 67 Jalan dan Jembatan 72 C. Total Areal Prasarana 140 TOTAL AREAL DIUSAHAKAN( I) = A+B+C TOTAL AREAL MUNGKIN BISA DIUSAHAKAN( II) 178 A. Tanah Desa 53 B. Bukit, Sungai, Lembah, Rawa, Tanah Tandus 303 TOTAL AREAL TDK BISA DIUSAHAKAN( III) 356 GRAND TOTAL = I+II+III Sumber: Data Kebun BKLE (2013) Keadaan Tanaman dan Produksi Tanaman kelapa sawit yang ditanam di BKLE berdasarkan rekomendasi Departemen Riset BGA adalah varietas tenera dengan berbagai progeni. Jarak tanam yang digunakan di BKLE adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m, sehingga Satuan Pokok per Hektar (SPH) adalah 136 tanaman ha -1. Kondisi luasan blok yang bervariasi disebabkan oleh perbatasan hutan dan sungai yang mengakibatkan perbedaan SPH juga disebabkan adanya lahan rawa, dan serangan hama penyakit tanaman. Jumlah populasi tanaman di BKLE dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Populasi tanaman per tahun tanam di kebun BKLE Tahun Tanam Luas Areal (ha) Jumlah Tanaman SPH (pkk ha -1 ) TOTAL Sumber: Data Kebun BKLE (2013)

20 10 BKLE mulai berproduksi pada tahun 2009 dengan tahun tanam mulai dari Produksi dan produktivitas kelapa sawit di kebun BKLE terus meningkat dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Produksi dan produktivitas TBS BKLE tahun Tahun Luas Lahan (ha) Produksi (ton) BJR Produktivitas (ton ha -1 ) Sumber: Data Kebun BKLE (2013) Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Bumitama Gunajaya Agro Group memiliki salah satu anak perusahaan yaitu PT Windu Nabatindo Abadi (WNA). PT WNA dipimpin oleh seorang Kepala Wilayah yang bertanggung jawab kepada GMP (General Manajer Plantation). Kepala Wilayah akan dibantu Admin Wilayah, Departemen Support yang terdiri dari staf PAD (Public Affair Departement), staf GIS (Geographic Information System), Chief Keamanan, Estate manager, Mill manager, Kepala Tata Usaha (KTU), dan Kepala Traksi Wilayah. Bangun Koling Estate dipimpin oleh seorang Estate Manager (EM) yang dibantu oleh Kepala Administrasi (Kasi) dan tiga Asisten Divisi. Asisten Divisi dibantu oleh mandor I, kerani divisi, kerani panen, kerani transport, mandor perawatan, mandor panen, mandor Blok Spraying Sistem (BSS), mandor Blok Manuring Sistem (BMS), mandor tabur, mandor until dan mandor traksi. Kasi akan dibantu oleh accounting, kasier, admin tanaman, personalia, dan mantri tanaman. Seorang Estate Manager (EM) memiliki tanggung jawab untuk mengelola dan memimpin kebun dengan baik, menyusun anggaran tahunan dan bulanan yang meliputi produksi, area statement, sumber daya manusia dan biaya dengan dibantu oleh asisten divisi dan kepala administrasi. Seorang EM dalam kinerjanya akan bertanggung jawab langsung dengan Kepala Wilayah. Asisten Divisi memiliki tugas untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan teknis di lapangan di divisi masing-masing, meningkatkan produktivitas melalui pengembangan kompetensi dan karier sumber daya manusia di divisi, memonitoring semua kegiatan teknis di lapangan dan melaporkan kepada manajer kebun. Asisten divisi bertanggung jawab langsung dengan EM dan dalam menjalankan tugasnya akan dibantu oleh Mandor I, Mandor dan Kerani Divisi. Kasi yaitu orang yang bertanggung jawab dalam mengelola semua kegiatan administrasi di kebun. Kasi akan dibantu oleh karyawan di kantor kebun. Struktur organisasi BKLE dapat dilihat pada Lampiran 4. Sistem ketenagakerjaan BKLE mempunyai karyawan staf dan karyawan nonstaf. Karyawan staf yaitu Estate Manager (EM), Asisten Divisi, dan Kepala Administrasi sedangkan karyawan nonstaf yaitu pekerja langsung di lapangan dan

21 tidak langsung seperti Mandor, Kerani, dan lain-lain. Pekerja langsung terdiri dari Karyawan Harian Lepas (KHL) dan Karyawan Harian Tetap (KHT) dan bulanan. Data jumlah karyawan staf dan non staf di BKLE dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Jumlah staf dan non staf kebun BKLE No Status Pegawai Jumlah 1 Staf 5 2 Bulanan 14 3 Karyawan Harian Tetap (KHT) Karyawan Harian Lepas (KHL) 64 Indeks Tenaga Kerja (ITK) 0.14 Sumber: Data Kebun BKLE (2013) Indeks tenaga kerja adalah hasil dari pembagian antara jumlah total tenaga kerja dan luas areal kebun, BKLE menerapkan 6 hari kerja dalam seminggu. Karyawan bekerja 7 jam untuk memenuhi satu Hari Kerja (HK), dan 5 jam pada hari jumat. Sistem pembagian gaji untuk karyawan non staf berbeda-beda sesuai golongan karyawan, yaitu: 1. Karyawan bulanan: tunjangan beras, fasilitas rumah, listrik dan air, gaji per bulan sesuai golongan dan kebijakan kebun, insentif tahunan, tunjangan hari tunjangan jamsostek dan biaya kesehatan. 2. Karyawan harian tetap: tunjangan beras, fasilitas rumah dan listrik, gaji per bulan sesuai UMR Rp ,00 setiap bulan, insentif tahunan, tunjangan hari raya, tunjangan jamsostek dan biaya kesehatan. 3. Karyawan harian lepas: fasilitas rumah dan listrik, upah harian sebesar Rp ,00 setiap hari dikalikan hari kerja, tunjangan hari raya, dan setelah 3 bulan diangkat menjadi karyawan harian tetap. 11 Fasilitas Kesejahteraan Karyawan Kesejahteraan karyawan yang disediakan di BKLE diantaranya adalah kantor kebun, kantor divisi, kantor traksi, rumah staf, rumah karyawan, peralatan kerja (termasuk Alat Pengaman Diri), poliklinik kebun, tempat penitipan anak, rumah BMS, rumah BSS, gudang pupuk, gudang kantor, masjid, bus sekolah, dan lapangan sepak bola. Sarana pendidikan di PT Windu Nabatindo Abadi terletak di Sungai Bahaur Estate berupa taman kanak-kanak dan sekolah dasar, oleh sebab itu diberikan fasilitas bus sekolah untuk mengantar dan menjemput tiap hari sekolah. Fasilitas kebun di BKLE dapat dilihat pada Gambar 1.

22 12 A B C D E F G H I Gambar 1 Fasilitas kebun BKLE (A.Kantor BKLE; B.Kantor Divisi; C.Masjid; D.Kantor BMS; E.Traksi; F.Poliklinik Kebun; G.Gudang Pupuk; H.TPA; I. Perumahan Karyawan) PELAKSANAAN MAGANG Aspek Teknis Pemupukan Organik Pupuk organik di BKLE hanya diaplikasikan berupa Tandan Kosong. Lokasi kebun BKLE yang jauh dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) sehingga tidak dilakukan aplikasi Wet Decanter Solid (WDS) maupun Palm Oil Mill Effluent (POME). Aplikasi Tandan Kosong di kebun BKLE tidak lagi menggunakan sistem borongan tetapi sudah menerapkan sistem satu kemandoran. Rata-rata 1 ton Tandan Kosong mengandung unsur hara utama sebanding dengan 8 kg urea, 2.9 kg RP, 18.3 kg MOP, dan 5 kg kieserit. Aplikasi Tandan Kosong dilakukan satu kali per tahun pada area yang sama dengan cara manual yaitu dengan cara diangkut dengan menggunkan dump truck dari PKS setelah mengantar TBS dan diletakan di depan jalur pasar pikul tempat akan diaplikasikannya Tandan Kosong. Secara administratif satu dump truck berisi sekitar 7 ton Tandan Kosong untuk satu jalur pasar pikul yang diaplikasikan sampai pasar tengah, tetapi setelah melakukan wawancara dengan kerani transportasi bahwa bobot Tandan Kosong yang dibawa oleh dump truck maksimal

23 berisi 4.5 ton. Dosis aplikasi yang seharusnya adalah ± 200 kg untuk satu tanaman menjadi ± 120 kg. Alat yang digunakan untuk aplikasi Tandan Kosong yaitu angkong dan gancu. Bobot 1 angkong adalah sekitar 60 kg yang berisi sekitar 20 Tandan Kosong sehingga 1 tanaman diperkirakan membutuhkan 2 angkong. Cara aplikasinya disusun satu lapis pada gawangan mati untuk menghindarkan berkembangnya hama Oryctes rhinoceros. Tenaga kerja yang dibutuhkan setiap harinya berjumlah 6 orang untuk 18 ton Tandan Kosong, sehingga prestasi kerjanya yaitu ± 3000 kg HK -1. Pengaplikasian Tandan Kosong dapat dilihat pada Gambar A Gambar 2 Pengaplikasian tandan kosong (A. Pengambilan Tandan Kosong ke angkong; B. Pengaplikasian Tandan Kosong di lapangan) Pemupukan Anorganik Manajemen pemupukan kelapa sawit harus berjalan baik dan benar dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta pengawasan terhadap pekerjaan yang dilakukan agar pemupukan berjalan secara efektif dan efisien. Perencanaan pemupukan dimulai dari penentuan dosis rekomendasi oleh Departemen Riset, permintaan pupuk oleh Asisten koordinator pupuk, hingga pupuk masuk ke dalam gudang penyimpanan. Organisasi dalam pekerjaan pemupukan bertujuan agar karyawan dan mandor dapat menjalankan tugas masing-masing dengan benar sehingga pelaksanaan pemupukan di lapangan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan yang telah direncanakan. Pengawasan pemupukan juga harus dilaksanakan dimulai dari sebelum pemupukan maupun setelah pemupukan berlangsung. Penentuan Dosis. Rekomendasi dosis pemupukan di BKLE diberikan oleh Departemen Riset BGA berdasarkan beberapa faktor seperti produksi TBS aktual, proyeksi produksi TBS, umur tanaman, status nutrisi tanaman, Leaf Sampling Unit (LSU), observasi lapangan, sejarah pemupukan, kesuburan tanah (Soil Sampling Unit), data curah hujan serta hasil percobaan pupuk. Faktor-faktor tersebut harus dianalisa dengan baik agar menjamin produksi TBS maksimum. LSU merupakan pertimbangan utama dalam penentuan dosis rekomendasi dan diambil satu kali dalam satu tahun untuk menentukan dosis tahun berikutnya. BKLE menerapkan 2 rotasi pemupukan yang dimulai pada bulan Januari untuk rotasi pertama dan bulan Juli untuk rotasi kedua, rekomendasi dosis per tanaman per blok dikeluarkan oleh Departemen Riset pada bulan Oktober. Berdasarkan rekomendasi tersebut Departemen Riset dan Plantation Operation menyiapkan buku program pemupukan untuk didistribusikan kepada Kepala Wilayah pada awal bulan Januari tahun berjalan. LSU atau Kesatuan Contoh Daun (KCD) B

24 14 merupakan kegiatan rutin yang dilakukan satu tahun sekali pada bulan April-Juni untuk penentuan dosis rekomendasi tahun berikutnya. Alat yang digunakan untuk pengambilan LSU di BKLE adalah dodos, gunting, plastik, kuas, parang, cat, pensil, form LSU dan papan jalan. Beberapa ketentuan yang digunakan dalam penentuan pokok yang dijadikan sebagai contoh tanaman adalah: 1) Titik pengamatan diambil dari tanaman yang normal, homogen, dan tidak terkena penyakit tanaman. 2) Pengambilan contoh daun tidak boleh dilakukan pada saat hujan karena unsur hara tidak seimbang yang disebabkan oleh pencucian hara oleh air hujan sehingga dilakukan pengambilan contoh daun pada keesokan harinya. 3) Tanaman tidak terletak dipinggir jalan, apabila tanaman yang diamati mati atau terserang HPT maka KCD bergeser satu tanaman didepan atau di belakangnya. 4) Jumlah blok yang diamati adalah semua blok TM yang ada. 5) Sample daun yang digunakan untuk LSU adalah daun ke 17 karena penyerapan unsur hara paling tinggi sehingga dinilai dapat menggambarkan status hara pada tanaman dibanding daun yang lain. 6) Tanaman yang dipisahkan oleh sungai, KCD bergeser ke baris sebelahnya. Kegiatan LSU diawali dengan simulasi di kebun oleh Asisten riset kepada para pekerja yang akan melakukan sensus LSU. Pengambilan contoh diawali pada baris ketiga dari ujung blok lalu diberi tanda awal masuk (panah ke atas) kemudian dihitung lagi sebagai contoh pertama adalah tanaman ketiga dalam baris lalu di beri nomor pokok LSU (1/3) yang artinya tanaman sensus pertama baris ketiga. Pokok yang kedua berjarak 10 pokok dari KCD pertama dan baris berikutnya adalah 10 baris dari baris awal sensus dan diberi tanda (arah panah ke samping) sebagai penanda pindah baris. Pelepah ke 17 yang dipilih didodos dan dicari bagian tengah dari pelepah yang dicirikan dengan adanya pentil (rachis). Rachis ditemukan kemudian diukur dua jengkal ke arah pangkal pelepah dan pada pertengahan jengkal yang kedua diambil 12 daun, enam helai daun bagian kanan dan kiri lalu digunting. Daun yang akan dipakai digunting lagi 1 jengkal, jadi daun yang terpakai sekitar 20 cm pada bagian tengah lalu dibuang tulang daunnya. Pengambilan helaian daun bagian tengah karena permukaan helaian daun bagian tengah lebih luas serta penyerapan unsur hara lebih seimbang dibandingkan dengan bagian pangkal dan ujung daun. Lembaran daun dikumpulkan dalam plastik yang telah dilubangi sisinya sesuai dengan blok asal pengambilan daun. Cara pengambilan LSU dapat dilihat pada Gambar 3. A B C Gambar 3 Cara pengambilan LSU (A.Pengambilan pelepah ke 17; B.Pentil yang terletak di tengah pelepah; C.Daun yang dipakai untuk LSU) Pengorganisasian Pemupukan. Organisasi pemupukan di BKLE yaitu menggunakan sistem BMS dimana pemupukan ditangani oleh satu divisi yaitu

25 Divisi II yang mengintegrasikan proses pengadaan pupuk, penguntilan pupuk, pengangkutan, pelangsiran, pengeceran sampai pengaplikasian pupuk di lapangan sehingga pupuk terjamin sampai ke setiap tanaman secara benar dan tepat. KKP (Kelompok Kerja Pemupukan) digunakan untuk mempermudah pengorganisasian pemupukan yang terdiri atas 2 orang penabur dan 1 orang pelangsir, BKLE memiliki 10 KKP. Tim BMS memiliki 3 mandor yaitu koordinator mandor BMS, mandor tabur dan mandor until. Penguntilan Pupuk. Penguntilan merupakan kegiatan pengemasan ulang pupuk yang berukuran 50 kg atau 25 kg menjadi lebih kecil dengan membagi pupuk menjadi beberapa bagian dari standar atau berat tertentu sesuai dengan kelipatan dosis per tanaman. Sebagai contoh pupuk urea dengan berat 50 kg untuk setiap until, diuntil menjadi 12 kg untuk 16 tanaman dengan dosis 0.75 kg untuk setisp tanaman. Tenaga kerja penguntil berjumlah dua orang dengan basis 3000 kg untuk setiap pekerja, jika melebihi basis maka setiap penguntil akan mendapatkan premi. Proses penguntilan pupuk di gudang dapat dilihat pada Gambar A Gambar 4 Proses penguntilan pupuk di gudang (A. Penyimpanan pupuk di gudang; B. Proses penguntilan pupuk) B Pengangkutan. Kegiatan pengangkutan pupuk di gudang dilakukan oleh tenaga bongkar muat yang berjumlah 3-4 orang yang dilakukan pagi hari setelah apel pagi. Pengambilan pupuk dari gudang penyimpanan atas arahan dari koordinator Mandor BMS, pupuk yang dimuat merupakan pupuk yang telah diuntil. Pelangsiran. Pelangsiran merupakan kegiatan menurunkan untilan pupuk yang telah diangkut dari dump truck oleh tenaga bongkar muat dan di letakkan di depan pasar pikul. Pelangsiran pupuk di setiap pasar pikul dilakukan juga oleh tenaga bongkar muat pupuk pelangsiran pupuk diawasi dan diarahkan oleh satu mandor tabur. Norma kerja untuk pelangsir adalah 3 ton HK -1. Jumlah untilan pupuk per pasar pikul untuk pupuk urea berjumlah 2 until untuk dua jalur tanaman sampai pasar tengah. Untilan pupuk yang dilangsir dan simpan di pinggir Collection Road (CR) diusahakan tidak dibanting sehingga karung untilan tidak rusak, karung untilan tidak jatuh ke parit, ikatan karung untilan tidak lepas, dan karung untilan tidak robek untuk menghindari losses pupuk dari pelangsiran. Pengeceran. Pengeceran pupuk adalah memindahkan untilan pupuk dari CR kedalam pasar pikul dan disimpan di pokok ke 8 dan di pasar tengah atau tergantung perhitungan kelipatan dosis untilannya. Pengeceran pupuk di lapangan dilakukan oleh tenaga pengecer yang terdapat dalam setiap KKP, tenaga kerja pengecer adalah 1:2 dengan tenaga penabur. Pengeceran yang dilakukan adalah

26 16 dengan cara dipikul dari pinggir CR kedalam pasar pikul hingga pasar tengah. Norma kerja untuk tenaga pengecer dalah 3.5 ha HK -1. Penaburan Pupuk. Penaburan merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan pemupukan, keberhasilan kegiatan penaburan tergantung dari keterampilan dan pengalaman para penabur. Takaran pupuk yang digunakan berbeda-beda tergantung jenis dan dosis yang akan diberikan pada setiap pokok sesuai buku pedoman pemupukan yang telah diberikan. Penaburan pupuk untuk RP, Kieserit, MOP dan Urea di masing- masing blok di mulai dari tanaman pertama hingga pasar tengah dengan cara di tabur merata berbentuk U shape dengan jarak cm, sedangkan untuk pupuk Borat ditabur merata mengelilingi pokok dengan jarak cm dengan cara melingkar. Pupuk Palmo dan Chelated Zinkcoper ditugal empat lubang pada setiap pokok dengan jarak 50 cm. Norma kerja untuk penaburan pupuk adalah 3.5 ha HK -1. Pengawasan Pemupukan. Pengawasan pemupukan dilakukan oleh Asisten, Mantri Tanaman dan Mandor Pupuk untuk memastikan pemupukan berjalan dengan baik dan pokok telah terpupuk semuanya. Kesalahan-kesalahan yang sebisa mungkin tidak boleh terjadi dalam pemupukan adalah adanya untilan utuh yang tertinggal dalam blok, karung bekas untilan yang tertinggal dalam blok, pokok tidak terpupuk, pupuk tercecer pada pasar pikul, pokok yang tergenang tidak boleh terpupuk, dosis tidak merata, dan pupuk tidak boleh terkena pelepah dan Neprolephis. Pemeriksaan kualitas pemupukan ini bertujuan agar kinerja para karyawan dapat selalu ditingkatkan dan dapat menjadi evaluasi kedepannya jika terjadi kesalahan atau ketidak sesuaian dengan standar kebun yang telah ditetapkan. Pelaksanaan pemupukan di BKLE dapat dilihat pada Gambar 5. A B C Gambar 5 Pelaksanaan pemupukan (A.Pelangsiran pupuk; B.Pengeceran pupuk; C.Penaburan pupuk) Panen Panen kelapa sawit merupakan kegiatan memotong buah masak, mengutip brondolan dan mengumpulkannya ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH), dari TPH akan diangkut ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dalam kondisi yang segar dan bersih untuk mencegah meningkatnya Asam Lemak Bebas (ALB) sehingga kualitas CPO tetap baik. Panen merupakan kegiatan yang paling penting dalam perkebunan kelapa sawit sehingga pengelolaan panen harus dilakukan dengan baik mulai dari persiapan panen, organisasi panen, pelaksanaan panen, pengawasan serta kegiatan di PKS.

27 Sarana Jalan. Kondisi areal jalan merupakan salah satu faktor untuk memperlancar kegiatan transportasi dari TPH ke PKS sehingga sarana jalan harus mendapat pemeliharaan yang baik agar tidak menghambat saat pengangkutan buah. Sarana jalan di BKLE dibagi menjadi 3 yaitu jalan utama (main road), jalan pengumpul (collection road), dan jalan bantu (tertiary road). Jalan utama merupakan jalan penghubung antara collection road dan akses jalan keluar masuk kebun, main road memiliki lebar jalan 12 meter dengan arah utara-selatan. Collection road adalah jalan untuk mengumpulkan buah yang telah di panen dan memiliki lebar jalan 7 meter dengan arah barat-timur. Jalan bantu yaitu jalan tambahan yang dibuat pada areal sulit untuk membantu pengangkutan buah. Peralatan Panen. Peralatan kerja panen yang digunakan berbeda menurut tinggi tanaman (umur tanam). Penggolongan alat kerja berdasarkan penggunaanya terbagi menjadi tiga bagian yaitu alat untuk memotong buah, alat untuk membawa buah (brondolan) ke TPH dan alat untuk bongkar muat buah dan brondolan. Berdasarkan pengamatan lapang di BKLE alat-alat yang digunakan saat panen dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Alat-alat yang digunakan untuk panen beserta fungsinya 17 Alat Dodos Batu asah Sogrok Angkong Gancu Karung Goni Tojok Stempel Fungsi Memotong pelepah dan TBS umur < 6 tahun Mengasah dodos supaya tajam Mengorek brondolan yang tersangkut di ketiak pelepah Mengangkut TBS dari piringan ke TPH Menarik tandan buah dan menyusun buah di TPH Wadah mengumpulkan brondolan dan sebagai alas brondolan pada TPH Memuat TBS dari TPH ke truk buah dan menyusunnya Cap sebagai identitas para pemanen Pelaksanaan Panen. Pemanen memotong buah dengan mata dodos dan meletakkannya di piringan ke arah pasar tengah, para pemanen memotong rapat gagang buah atau membentuk huruf V supaya kualitas minyak yang terkandung dalam buah sawit tidak teserap oleh batangnya. Pemanen harus membersihkan atau memotong buah dan bunga jantan yang sudah busuk dan dibuang ke gawangan mati, pemanen juga harus mengorek semua brondolan yang tersangkut di ketiak pelepah. Pemanen juga menyusun pelepah di tengah gawangan mati dan melintang antara pokok sehingga membentuk huruf U, kemudian pemanen maju ke pokok berikutnya hingga selesai memotong 2 baris sampai pasar tengah. Pemanen memasukkan buah dan brondolannya ke dalam angkong untuk dibawa ke TPH, kemudian pemanen menyusun TBS secara teratur di TPH dengan kelipatan 5. Brondolan yang telah dikutip di kumpulkan dengan menggunakan alas karung kemudian diletakkan di samping susunan TBS, selanjutnya pemanen

28 18 memberikan nomor pada gagang sawit sesuai identitas masing-masing pemanen untuk memudahkan perhitungan buah oleh Kerani Panen. Organisasi Panen. Sistem organisasi panen yang digunakan di BKLE Divisi II adalah Block Harvesting System (BHS) dengan sistem hanca giring tetap yaitu setiap Mandor Potong Buah memiliki hanca tetap yang ditandai oleh pancang batas mandoran dan tenaga potong buah dalam mandoran tersebut digiring sesuai kebutuhan. BKLE Divisi II memiliki dua kemandoran. Setiap mandor dibantu oleh krani buah yang bertugas untuk menghitung jumlah buah yang dihasilkan oleh para pemanen dan dicatat dalam. Standar kerja pemanen yang ditetapkan untuk kebun BKLE adalah 3-4 ha HK -1 dengan basis 160 janjang. Pelaksanaan panen di BKLE dapat dilihat pada Gambar 6. A Gambar 6 Pelaksanaan panen (A.Pemotongan buah; B.Penyusunan di TPH; C.Pemberian nomor pemanen) Kehilangan Hasil. Kehilangan hasil atau Losses fruit disebabkan oleh buah mentah dipanen, buah matang tetapi tidak dipanen, buah matang tinggal, brondolan tidak dikutip, buah matang yang sudah dipanen tetapi tidak dikumpulkan ke TPH, buah di TPH yang tidak diangkut ke PKS. Seluruh buah, brondolan, janjang masak yang tidak sampai ke loading ramp PKS yang biasanya jatuh di jalan saat proses pengangkutan. Terdapat 10 lokasi yang perlu diperhatikan di dalam mengurangi losses brondolan tinggal, yaitu: brondolan di ketiak pelepah, brondolan di batang, brondolan di piringan, prondolan di gawangan, prondolan di pasar rintis, brondolan di parit, brondolan di TPH, brondolan di jalan, brondolan di rumah-rumah serta brondolan di bak truk. Pengawasan. Pengawasan panen dilakukan oleh Asisten, Mandor 1, Mandor Panen, Kerani Buah dan Mandor Transportasi. Tugas pengawasan panen yaitu aktif mengawasi pekerjaan panen sehingga semua buah layak potong harus terpanen, batang terpotong rapat (minimal 3 cm) tanpa terikut bagian tandan yang berisi buah. Semua buah yang sudah dipanen harus diangkut ke TPH, jangan ada yang tertinggal di piringan atau di pasar rintis. Buah mentah yang terlanjur dipanen tidak dibenarkan untuk ditinggal dalam blok, apalagi diperam. Semua brondolan harus dikumpulkan dan dibawa ke TPH dan semua buah serta brondolan harus terangkut ke PKS. Pengendalian Gulma Pengendalian gulma di BKLE dilakukan di 4 tempat yaitu di piringan, gawangan, pasar pikul, dan TPH. Gulma dominan yang ada di BKLE yaitu Imperata cylindrica, Mikania micranta, Ageratum conizoides, Melastoma B C

29 malabathricum, Kentosan (sawit liar), Stenochlaena palustris, Scleria sumatrensis dan Clidemia hirta. Pengendalian gulma yang dilakukan di BKLE secara manual, kimiawi dan biologi. Pengendalian Gulma Secara Manual. Kegiatan pengendalian gulma secara manual atau Babat Tanaman Pengganggu (BTP) dilakukan terhadap gulma yang tidak bisa dikendalikan secara kimiawi. Kegiatan BTP dilakukan pada gawangan, piringan dan simpukan dengan alat yang digunakan yaitu parang. Pengendalian gulma secara manual di gawangan merupakan kegiatan menebas gulma khususnya gulma anak kayu seperti Melastoma malabathricum. Gulma dominan yang dibabat pada piringan adalah LCC yang terlalu dekat dan merambat ke pokok dengan ketebalan gulma yang sudah tidak bisa lagi di semprot. Simpukan yang dibabat adalah yang menutupi piringan dan menghambat pokok mendapatkan sinar matahari. Pembabatan dilakukan dengan sistem hanca giring dengan berpindah dari gawangan yang telah dibabat ke gawangan lain yang belum dibabat. Norma kerja untuk BTP adalah 2 HK ha -1 jika ringan, 3 HK ha -1 jika sedang dan 4 HK ha -1 jika berat. Kendala yang sering dihadapi dalam pengendalian gulma secara manual adalah kondisi lahan dan topografi yang sulit untuk dilalui karena sebagian besar lahan rawa, tergenang air, dan curam sehingga menyulitkan karyawan dalam menyelesaikan target. Pengendalian Gulma Secara Kimiawi. Kegiatan Pengendalian gulma secara kimia di BKLE yaitu semprot SPPH (Semprot Piringan, Pasar Pikul, dan TPH) yang dilakukan oleh tim BSS. Tim BSS beranggotakan 28 orang penyemprot dan 1 orang tenaga pengairan. Tim BSS menggunakan satu unit TUS (Transportasi Unit Semprot) yang dilengkapi dengan tangki berkapasitas liter air dan tempat duduk untuk para karyawan BSS. Standar prestasi kerja untuk pengendalian gulma secara kimia adalah 3.5 ha HK -1. Kendala yang sering dihadapi oleh tim BSS adalah sulit untuk mencapai target ketika menyemprot pada blok yang kerapatan gulmanya tinggi dan tergenang, sehingga penyemprotannya kurang maksimal. Pengendalian gulma secara manual dan kimia di BKLE dapat dilihat pada Gambar A Gambar 7 Pengendalian gulma (A.Pengendalian gulma secara manual; B.Pengendalian gulma secara kimia) Pengendalian Gulma Secara Biologi. Pengendalian gulma secara biologi juga dilakukan di BKLE dengan melakukan penanaman kacangan penutup tanah dan pelestarian beberapa jenis gulma yang bermanfaat (gulma kelas C dan D). B

30 20 Kacangan penutup tanah yang digunakan adalah jenis Mucuna bracteata (MB), karena jenis LCC ini mampu menekan pertumbuhan gulma secara optimal serta memiliki toleransi tinggi terhadap naungan, lebih mudah tumbuh, lebih tahan terhadap hama dan penyakit, serta mempunyai perakaran yang dalam sehingga lebih baik dalam mempertahankan erosi tanah. Jenis kacangan MB setelah beberapa tahun akan tumbuh sangat subur dan akan mengganggu pertumbuhan pokok sawit, sehingga jika kacangan sudah tumbuh besar kacangan tersebut di kendalikan dengan cara manual atau kimia. Pengendalian Hama Hama kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) sebagian besar berasal dari penyusunan Tandan Kosong yang tidak tepat (tidak satu lapis) sehingga menyebabkan perkembangan serangan. Kumbang tanduk menggerek pangkal pelepah yang lebih muda (bagian atas) kemudian meneruskan gerekan kearah bawah menuju titik tumbuh, akibatnya dapat mengganggu pertumbuhan vegetatif tanaman dan bisa menyebabkan batang busuk selanjutnya bisa menyebabkan pokok mati. Pengendalian diawali dengan sensus yang dilakukan pada setiap divisi dengan sample pohon secara acak, jika serangan hama diatas 5% baru diadakan pengendalian dengan menggunakan perangkap fetotrap yang menggunakan senyawa feromon yang menyerupai hormon yang dihasilkan kumbang jantan untuk menarik kumbang betina. Tingkat serangan hama kumbang tanduk pada bulan Maret di BKLE sekitar 2-3 % dari contoh pohon yang disensus sehingga belum diadakan pengendalian secara menyeluruh. Tiratabha mundella. Hama yang menyerang hampir di seluruh divisi di BKLE adalah hama Tiratabha mundella. Gejala serangan ditunjukkan oleh adanya gumpalan kotaran ulat dan remah-remah sisa makanannya yang terikat menjadi satu oleh benang-benang disekitar buah. Pada serangan berat dapat ditemukan buah yang berlubang pada pangkalnya. Tempat yang menjadi pilihan hama ini adalah daerah yang lembab karena disebabkan terlambatnya sanitasi dan kastrasi pokok. Pencegahan dan pengendalian diawali dengan melakukan sensus di TPH pada setiap divisi dengan menghitung peresentase jumlah tandan yang terserang, apabila kurang dari 5% dilakukan tindakan kontrol dan apabila serangan hama lebih dari 5% dilakukan tindakan penyemprotan insektisida dengan bahan aktif ciperin 50cc untuk setiap kap, selain itu juga dilakukan sanitasi dan kastrasi tanaman yang baik dan berkala. Pada bulan Maret tingkat serangan hama Tirathaba di BKLE mencapai % sehingga harus dilakukan penyemprotan. Hama Tikus. Hama yang menimbulkan kerusakan karena mengerat beberapa bagian tanaman kelapa sawit. Pada TBM, tikus menyerang titik tumbuh dengan gejala serangan berupa bekas gerekan dan lubang-lubang pada pelepah putus. Pada TM, tikus memakan daging buah baik pada tandan muda maupun yang sudah matang. Selain itu juga tikus menyerang bunga betina dan bunga jantan. Seekor tikus dapat mengkonsumsi daging buah sekitar 4 gr setiap harinnya, sehingga kehilangan produksi mencapai 5% dari produksi normal. Langkah awal yang dilakukan untuk mengandalikan hama tikus adalah dengan melakukan sensus di TPH, jika lebih dari 5% maka dilakukan pengendalian dengan menggunakan rodentisida yaitu durat dengan dosis 0.7 kg ha -1 untuk satu

31 rotasi. Tingkat serangan hama tikus di BKLE bulan Maret mencapai % sehingga perlu dilakukan pengendalian dengan menggunakan rodentisida. Perawatan Perawatan merupakan salah satu hal yang penting dilakukan dalam kegiatan perkebunan untuk menunjang produktivitas tanaman terutama untuk menunjang pertumbuhan pada lahan marjinal yang dominan ditemukan di kebun BKLE, selain perawatan langsung kepada tanaman perawatan yang dilakukan meliputi perawatan sarana dan prasarana, konservasi tanah dan air. Kegiatan perawatan yang dilakukan di BKLE diantaranya rawat jalan dan jembatan serta konsolidasi tanaman. Kegiatan rawat jalan dan jembatan adalah kegiatan memperbaiki dan menjaga jalan baik Main road, Collection road dan jembatan sehingga pengangkutan TBS dan transportasi kendaraan untuk keluar masuk kebun dapat berjalan dengan lancar. Kegiatan rawat jalan dan jemabatan yang dilakukan adalah membuang air jika dijalan tergenang karena air adalah penyebab utama kerusakan jalan, selain itu juga dilakukan penyusunan batu jika ada jalan yang rusak atau berlubang, juga dilakukan penyusunan kayu untuk menyangga jembatan. Standar kerja untuk kegiatan rawat jalan dan jembatan adalah 7 jam HK -1 yang dilakukan oleh 3 orang tenaga kerja. Kegiatan konsolidasi tanaman adalah pemeriksaan situasi blok per blok yang sudah ditanam untuk melihat kekurangannya kemudian dilakukan perbaikan. Bibit yang mati, abnormal, tumbang, dan terserang hama dan penyakit harus disisip. Selain itu dilakukan juga penegakan tanaman yang miring dan perbaikan teras yang rusak, pekerjaan konsolidasi ini mempunyai target 7 jam HK Aspek Manajerial Kegiatan magang yang dilakukan di BKLE tidak hanya menyangkut aspek teknis di lapangan tetapi juga aspek manajerial tingkat Staf dan Non Staf. Aspek manajerial tingkat tingkat staf yang dilakukan adalah sebagai Pendamping Asisten Divisi. Aspek manajerial tingkat Non staf yang dilakukan adalah sebagai Pendamping Mandor diantaranya yaitu sebagai Pendamping Mandor 1, Pendamping Mandor Pupuk, Pendamping Mandor Panen, Pendamping Mandor Semprot, Pendamping Mandor Perawatan, Pendamping Mandor Transport dan Krani Divisi. Pendamping Asisten Divisi Asisten Divisi bertanggung jawab langsung kepada Estate Manager untuk mengurus langsung kegiatan di Divisi. Selama menjadi Pendamping Asisten Kegiatan yang dilakukan adalah mengecek mutu hancak dan mutu buah, mengawasi kegiatan pemupukan, memeriksa Laporan Harian Asistem serta membantu membuat Rencana Kerja Bulanan. Pendamping Mandor 1. Mandor I bertugas untuk membantu Asisten dalam mengontrol dan mengawasi semua karyawan lapang dan mengkoordinasikan semua Mandor

32 22 dalam pembuatan program kerja serta melaporkannya kepada Asisten Divisi. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi Mandor 1 adalah melakukan grading ulang buah yang ada di TPH, mutu hanca panen, mengawasi kerja panen dan mengawasi kerja pemupukan. Kegiatan Lain yang dilakukan adalah membuat Laporan Harian Mandor, mengecek laporan quality cek pupuk dan panen. Pendamping Kerani Divisi Kerani Divisi bertanggung jawab dalam menangani administrasi tingkat Divisi. Kegiatan yang dilakukan sebagai kerani divisi yaitu memasukan data Laporan Harian Mandor (LHM), memasukkan data premi karyawan, memasukkan data ke website Bumitama Plantation System (BPS) dan mengisi monitoring produksi harian di Kantor Divisi. Selain itu juga kegiatan yang dilakukan adalah merekap data Surat Pengiriman Buah (SPB), mengisi papan rencana kerja harian dan mengisi laporan harian asisten, menulis surat pengantar sakit, serta membantu dalam pembagian gaji karyawan. Pendamping Mandor Pupuk Selama menjadi pendamping mandor pupuk, kegiatan yang dilakukan adalah mengawasi pelaksanaan pupuk organik dan anorganik. Sebagai pendamping mandor pupuk tugas-tugas yang dialakukan antara lain mengetahui dosis pupuk setiap pokok, membuat rencana kerja harian, menghitung luasan blok yang akan dipupuk, menghitung jumlah tonase pupuk yang akan digunakan. Selain itu kegiatan yang dilakukan adalah membantu mengaabsen karyawan ketika apel pagi, pembagian hancak karyawan pada blok yang akan dikerjakan, mengawasi pelaksanaan penguntilan, mengawasi bongkar muat pupuk, serta melakukan quality cek pupuk untuk menilai kualitas taburan dari para penabur sehingga kinerja penabur dapat terukur serta membuat Laporan Harian Mandor. Pendamping Mandor Panen Saat menjadi Pendamping Mandor Panen, penulis mempelajari tugas-tugas mandor panen yaitu mengisi laporan pusingan panen, membantu membuat Rencana Kerja Harian tentang blok yang akan dipanen beserta luasannya. Selain itu melakukan juga pengawasan di lapangan seperti membagi hancak panen, pengawasan terhadap buah dan brondolan supaya tidak ada yang tertinggal, melakukan quality cek panen dan mengisi Laporan Harian Mandor. Pendamping Mandor Semprot Saat menjadi pendamping mandor semprot kegiatan yang dilakukan adalah membantu kalibrasi, mempersiapkan alat-alat semprot untuk diangkut ke truk Tim Unit semprot (TUS), membantu mencampur racun, mengabsen karyawan, melakukan pembagian hancak dan pengawasan terhadap mutu semprot. Selain melakukan pengawasan di lapangan, penulis juga membantu administrasi di kantor seperti membantu mengisi Laporan harian Mandor, membuat Rencana Kerja Harian dan mengetahui pembuatan bon permintaan bahan. Pendamping Mandor Perawatan Saat menjadi menjadi pendamping mandor perawatan kegiatan yang dilakukan adalah melakukan absen ketika apel pagi, melakukan pembagian

33 hancak, mengawasi rawat jalan, aplikasi Tandan Kosong, piringan manual, tebas gawangan serta mengisi Laporan Harian Mandor di Kantor Divisi. Pendamping Mandor Transport Saat menjadi Pendamping Mandor Transport kegiatan yang dilakukan adalah belajar mengisi Surat Pengantar Buah (SPB), mengarahkan sopir truk dan tenaga Bongkar Muat untuk mengangkut buah yang telah di grading dan dihitung oleh krani buah serta mengawasi tenaga Bongkar Muat buah yang mengangkut buah ke dalam dump truck, serta memberikan denda apabila tenaga BM melakukan kesalahan. Krani transportasi harus memastikan tidak ada buah dan brondolan yang tertinggal di TPH, apabila ada buah yang masih belum diangkut maka buah menjadi restan dan harus dilaporkan serta ditulis pada monitoring produksi harian. Selain itu sebagai Pendamping Mandor transport, penulis merekap dan merapikan Surat Pengantar Buah. Pendamping Kerani Panen Saat menjadi Pendamping Kerani Panen kegiatan yang dilakukan adalah melakukan grading buah yang ada di TPH agar tidak ada buah mentah atau Kurang Matang yang terangkut ke PKS. Jika ada buah mentah atau buah kurang matang saat di TPH, maka Kerani buah akan membelah nya untuk menandakan buah tersebut telah di grading. Selain itu kegiatan yang dilakukan adalah melakukan perhitungan buah yang ada di TPH lalu mencatatnya dalam Buku Penerimaan Buah, menghitung premi pemanen, mengisi daftar buah mentah, mengecek buah restant dan mencatat denda pemanen. 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Pupuk adalah bahan yang diberikan kedalam tanah baik yang organik maupun anorganik dengan tujuan untuk mengganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam lingkungan yang baik sehingga aplikasi pupuk berpengaruh sangat besar dalam menentukan efektivitas pemupukan. Pemupukan dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap oleh tanaman (Limbong 2011). Efektifitas pemupukan yang dianalisis di BKLE meliputi prinsip 4T yaitu tepat jenis, tepat waktu, tepat cara, dan tepat dosis Efektivitas Pemupukan Tepat Jenis Poeloengan et al. (2003) menyatakan beberapa dasar pertimbangan yang digunakan dalam penentuan jenis pupuk antara lain adalah umur tanaman, gejala defisiensi hara, kondisi lahan dan harga pupuk. Aplikasi jenis pupuk yang digunakan di BKLE berdasarkan rekomendasi dari Departemen Riset yang telah dianalisis terlebih dahulu kandungan dan ketepatan unsur haranya. Jenis pupuk

34 24 yang digunakan adalah pupuk organik dan anorganik. Realisasi pemupukan kebun BKLE tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Realisasi pemupukan kebun BKLE tahun 2012 Rencana (kg) Real Sem 1 (kg) Real Sem 2 (kg) Total Realisasi Unsur Hara Jenis Pupuk Realisasi (%) N, P, K, Mg Palmo N, P, K, Mg Palmo N, P, K NPK 15:15: N, P, K NPK 12:12: N Urea P RP Egypt K MOP Mg Kieserite B HGFB Cu C. Zincopper TOTAL Sumber: Data Kebun BKLE (2013) Tabel 6 menunjukkan bahwa rencana pemupukan kebun telah terealisasi sebesar 99.98%, sehinga hampir 100% jenis pupuk tersebut teraplikasi di lapangan. Beberapa pupuk dalam aplikasi di lapang tidak sesuai dengan rencana tetapi pupuk itu digantikan oleh pupuk lain seperti Palmo 14 digantikan oleh palmo 16 dan NPK 12:12:12 digantikan oleh NPK 15:15:15. Penggantian suatu jenis pupuk dengan pupuk lainnya dapat dilakukan dengan memperhatikan kandungan unsur hara serta keseimbangan dan pengaruh bahan ikutannya (Sutarta et al. 2003). Rencana dan realisasi pupuk jika dilihat dari kandungan unsur hara dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Rencana dan realisasi pemupukan berdasarkan kandungan unsur hara Unsur Hara Rencana (kg) Realisai (kg) Realisasi (%) N P2O K2O MgO B2O Cu Tabel 7 menunjukkan rencana dan realisasi pemupukan dari setiap unsur hampir 100% telah terealisasi. Beberapa unsur hara ada yang kurang dari 100% dalam realisasi nya seperti unsur N, MgO, B2O5 dan Cu, hal ini disebabkan oleh

35 beberapa faktor diantaranya persediaan pupuk yang terlambat dikirim ke kebun dan waktu pengaplikasian yang sudah melewati dari periode pemupukan pada tahun tersebut sehingga diberhentikan pengaplikasiannya. Realisasi pemupukan di BKLE ada juga yang melewati 100% untuk unsur P2O5 dan K2O, hal ini dikarenakan kebijakan dari pihak kebun yang memberikan extra pupuk pada beberapa tanaman yang mengalami defisiensi unsur hara. 25 Tepat Waktu PPKS (2005) menyatakan manfaat pemupukan yang optimum dilakukan pada saat curah hujan mm per bulan, sedangkan curah hujan minimum 60 mm per bulan dan maksimum 300 mm per bulan. Rekomendasi jenis dan waktu pemupukan di BKLE dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Rekomendasi jenis dan waktu pemupukan tahun 2013 rotasi 1 BKLE Bulan Aplikasi Januari Februari Maret April Jenis Pupuk RP HGFB Zincopper MOP Urea NPK Dolomit Sumber: Departemen Riset BGA (2013) Tabel 8 menunjukkan rekomendasi pemupukan yang ditetapkan oleh Departemen Riset dan Tabel 9 merupakan pemupukan di BKLE yang terlambat dari rekomendasi yang seharusnya selesai dalam jangka waktu satu bulan untuk masing-masing jenis pupuk. Pemupukan RP yang seharusnya selesai pada bulan Januari menjadi tertunda penyelesaiannya sampai bulan April, demikian juga dengan pemupukan HGFB, Zincooper, MOP, Urea, NPK dan Dolomit terjadi keterlambatan dalam penyelesaian aplikasinya. Keterlambatan dalam pengaplikasian pupuk ini disebabkan oleh tenaga kerja yang kurang pada proses penguntilan juga penaburan dan disebabkan juga oleh curah hujan sangat tinggi sehingga menyebabkan keterlambatan dalam pengaplikasian pupuk. Curah hujan di BKLE sangat tinggi dengan rata-rata curah hujan pada tahun 2013 dari bulan Januari-April adalah 437 mm per bulan. Realisasi pemupukan serta Curah Hujan Januari-April 2013 di BKLE dapat dilihat pada Tabel 9. Bulan Aplikasi Tabel 9 Realisasi jenis dan waktu pemupukan rotasi 1 BKLE Jenis Pupuk RP HGFB Zincopper MOP Urea NPK Dolomit Curah hujan (mm/bulan) Januari 330 Februari 624 Maret 466 April 328 Sumber: Kebun BKLE (2013)

36 26 Tabel 9 menunjukkan curah hujan yang sangat tinggi dengan rata-rata 437 mm per bulan yang berpotensi menimbulkan losses tinggi melalui proses pencucian, aliran permukaan dan erosi. Adiwiganda (2007) menyatakan bahwa kesulitan pelaksanaan pemupukan tepat waktu diakibatkan terjadinya curah hujan yang sulit diprediksi yaitu kandungan air dalam tanah yang tidak sesuai dengan persyaratan untuk aplikasi pupuk. Pihak kebun juga mengatasi ketidaktepatan waktu dengan menambah tenaga kerja untuk menguntil dan menabur dari divisi lain sehingga diharapkan dengan adanya tenaga tambahan tersebut dapat mempercepat penyelesaian pemupukan dan mengejar ketertinggalan dari waktu yang telah ditetapkan. Masalah ketidaktepatan waktu tersebut dapat juga diatasi dengan menambah jumlah KKP dari tim BMS yang sebelumnya 8 KKP menjadi 10 KKP sehingga ketika hari tidak hujan dapat memupuk lebih dari target pada hari biasanya. Tepat Cara Cara menempatkan pupuk yang akan diaplikasikan sangat mempengaruhi jumlah pupuk yang dapat diserap akar tanaman. Penempatan/aplikasi yang tepat dapat meningkatkan kapasitas bawa (carrying capacity) pupuk dapat ditingkatkan. Peningkatan efisiensi pemupukan ini mencakup aspek upaya bagaimana pupuk itu lebih cepat sampai ke zona perakaran dan seminimum (Pahan 2010). Cara penaburan pupuk yang digunakan di BKLE untuk pupuk Urea, MOP dan Kieserit adalah meter dari tanaman dengan cara U-shape, pupuk HGFB ditabur dengan jarak meter dari tanaman dengan cara melingkar secara merata, pupuk RP ditabur merata di pelepah secara U-shape. Lubis (2008) menyatakan penebaran dengan radius 2 meter atau pada pelepah dan berbentuk U-shape dilakukan karena akar tertier dan kuarter yang aktif menyerap hara lebih banyak dibawah pelepah dan di gawangan mati dibanding pada piringan. Hasil pengamatan ketepatan cara aplikasi pupuk dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Ketepatan cara 8 orang penabur Jenis Pupuk Jumlah Pokok Penabur ke %... MOP HGFB Urea Ketepatan cara (%)

37 Tabel 10 menunjukkan ketepatan cara untuk masing-masing jenis pupuk sudah cukup baik yaitu diatas 80%, tetapi belum memenuhi standar dari perusahaan yaitu diatas 90%. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah adanya lahan rawa atau tergenang air, kacangan yang tebal atau melilit pokok dan gulma yang banyak menyebabkan taburan pupuk tidak merata. Para penabur juga lebih mementingkan target cepat tercapai sehingga mengesampingkan kualitas taburan pada tanaman. Tepat Dosis Pertimbangan yang digunakan dalam penentuan dosis pupuk diantaranya adalah hasil analisis daun dan tanah, realisasi produksi lima tahun terakhir, realisasi pemupukan sebelumnya, data curah hujan lima tahun terakhir, dan gejala defisiensi hara (Winarna et al. 2003). Hasil pengamatan ketepatan dosis untilan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Ketepatan dosis untilan 27 Jenis Pupuk MOP HGFB Urea Ulangan Dosis Rekomendasi (kg) 14 Rata-rata Ketepatan Dosis Untilan (kg) Ketepatan Dosis (%) Tabel 11 menunjukkan ketepatan dosis untilan untuk pupuk Urea dan MOP masih memenuhi standar kebun yaitu 100±5 % dari standar dosis rekomendasi yang ditetapkan, hal ini menunjukkan tenaga kerja penguntil sudah terlatih dalam menguntil pupuk dan sudah menggunakan takaran yang telah dikalibrasi untuk masing-masing jenis pupuk. Penguntilan juga diawasi oleh mandor until dan ada uji petik sebanyak 10 karung until setiap hari untuk ditimbang ulang sehingga dapat diketahui ketepatan dosis untilannya. Ketepatan dosis untilan HGFB yaitu 108.4%, melewati standar kebun yaitu 100±5 %, hal ini disebabkan oleh saat penguntilan HGFB belum adanya Mandor until sehingga proses penguntilan belum terlaksana dengan baik dan belum adanya takaran yang sesuai dengan dosis rekomendasi yaitu 12.3 kg. Hasil pengamatan ketepatan dosis per tanaman dapat dilihat pada Tabel 12.

38 28 Jenis Pupuk MOP HGFB Urea Jumlah Pokok Diamati Tabel 12 Ketepatan dosis per tanaman Ulangan Jumlah Pokok Terpupuk Dosis Rekomendasi (kg) Rata-rata Ketepatan Dosis (kg) Ketepatan Dosis (%) Tabel 12 menunjukkan persentase ketepatan untuk pupuk MOP dan HGFB melebihi standar kebun yaitu 100±5 %. Kelebihan dosis per tanaman untuk pupuk MOP sebagian besar disebabkan oleh kondisi areal yang tidak terpupuk karena lahan rawa atau tergenang dan ada tanaman yang mati, sehingga sisa pupuk ditabur ke tanaman lain yang mengakibatkan tanaman lain kelebihan dosis. Kelebihan dosis pupuk HGFB yang tinggi disebabkan oleh para penabur yang sulit mengkalibrasi alat taburnya dengan dosis rekomendasi HGFB yang terlalu kecil yaitu 0.06 kg, sehingga sebagian besar penabur melebihi dari dosis rekomendasi yang telah ditetapkan oleh Departemen Riset. Kelebihan dosis ini dapat menambah biaya pemupukan yang dikeluarkan oleh pihak kebun sehingga menjadi tidak efisien atau pemborosan. Efisiensi Pemupukan Poeloengan dan Erningpraja (1994) menyatakan keberhasilan suatu usaha perkebunan kelapa sawit tidak terlepas dari faktor efisiensi. Peningkatan efisiensi dapat dilakukan dengan usaha menekan biaya per satuan output serendah mungkin, tanpa mengurangi hasil maupun mutu yang dicapai. Salah satu alternatif tindakan efisiensi biaya pemupukan yang dapat dilakukan adalah meningkatkan efektivitas pemupukan di lapangan. Efisiensi pemupukan yang dianalisis di BKLE meliputi efisiensi tenaga kerja dan efisiensi biaya. Efisiensi Tenaga Kerja Penentuan jumlah tenaga kerja juga berpengaruh terhadap kegiatan efektivitas dan efisiensi pemupukan. Apabila tenaga kerja yang digunakan melebihi target yang telah ditetapkan maka dapat terjadi inefisiensi tenaga kerja atau pemborosan tenaga kerja sehingga berdampak pada boros nya pemberian upah kepada karyawan. Tenaga Kerja tabur yang digunakan di BKLE berjumlah 24 orang atau 8 KKP yang terdiri dari 16 orang penabur dan 8 orang pengecer. Pengawasan kegiatan pemupukan dilakukan oleh koordinator BMS dan mandor tabur yang dibantu oleh satu orang yang melakukan quality cek pemupukan untuk menilai kualitas dari penaburan pupuk. Prestasi tenaga kerja penabur di BKLE dapat dilihat pada Tabel 13.

39 29 Tabel 13 Prestasi tenaga kerja penabur di BKLE untuk pupuk Urea dan MOP Tanggal Jenis Pupuk Luas (ha) Jumlah Pupuk (kg) Jumlah HK Output Luasan (ha HK- 1 ) Bahan (kg HK- 1 ) Standar Karyawan Standar Karyawan Premi (Rp) 03/05/2013 Urea /05/2013 Urea /05/2013 Urea /05/2013 Urea /05/2013 Urea /05/2013 Urea rata-rata Urea /05/2013 MOP , /05/2013 MOP /05/2013 MOP /05/2013 MOP /05/2013 MOP rata-rata MOP Sumber: Laporan Harian Mandor BMS BKLE (2013) Berdasarkan data pada Tabel 13 dapat terlihat output yang dihasilkan oleh para penabur hampir setiap hari melebihi dari standar yang tetapkan oleh kebun kecuali untuk tanggal 17 Mei yang kurang dari standar. Hal ini menunjukkan bahwa mandor pupuk telah tepat mengatur tenaga kerja penabur, jika jumlah blok yang akan ditabur banyak maka tenaga kerja yang digunakan akan lebih banyak dan jika blok yang akan diaplikasikan sedikit maka tenaga kerja yang digunakan akan dikurangi dan akan dialihkan ke pekerjaan yang lain. Berdasarkan data dari tabel juga menunjukkan bahwa jika prestasi pekerja melebihi dari standar kebun maka para pekerja akan mendapatkan premi sesuai dengan output luasan (ha) karyawan yang diperoleh. Data pada Tabel 14 juga menunjukkan jika output luasan (ha) tidak memenuhi target (< 3.5 Ha HK -1 ) maka tidak akan memotong gaji para karyawan dengan syarat sudah memenuhi target waktu yaitu 7 jam kerja pada hari itu, sehingga dari data tersebut dapat menunjukkan bahwa pengaturan penggunaan tenaga kerja di BKLE telah efisien dan memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh kebun. Pengamatan juga dilakukan terhadap profil kerja 10 penabur berdasarkan klasifikasi lama bekerja dan usia yang dihubungkan terhadap hasil prestasi kerja tonase pemupukan urea. Data hasil pengamatan prestasi kerja berdasarkan klasifikasi lama kerja dapat dilihat pada Tabel 14.

40 30 Tabel 14 Rata-rata prestasi kerja penabur berdasarkan klasifikasi lama bekerja Lama Bekerja (tahun) Tenaga Kerja Rata-rata Prestasi Kerja (kg) > a a a Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% (uji t-student) Tabel 14 menunjukkan hasil bahwa lama bekerja dari penabur tidak berbeda nyata terhadap prestasi kerja yang dihasilkan, meskipun penabur yang bekerja diatas 1 tahun memiliki prestasi kerja lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh prestasi kerja yang didapatkan pemupuk berdasarkan target yang telah ditentukan oleh mandor pupuk pada RKH yang telah disetujui oleh Asisten, sehingga semua pemupuk harus menyelesaikan target tersebut dengan jumlah tonase yang hampir sama oleh setiap penabur. Data hasil pengamatan prestasi kerja berdasarkan klasifikasi tingkat usia dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Rata-rata prestasi kerja penabur berdasarkan klasifikasi tingkat usia Usia (tahun) Tenaga Rata-rata Kerja Prestasi Kerja (kg) > a a a Angka-angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% (uji t-student) Tabel 15 menunjukkan hasil bahwa usia dari penabur tidak berbeda nyata terhadap prestasi kerja yang dihasilkan, meskipun penabur yang berusia 30 memiliki prestasi kerja lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh prestasi kerja yang didapatkan pemupuk tidak dipengaruhi oleh usia karena berdasarkan target yang telah ditentukan oleh mandor pupuk, sehingga semua pemupuk harus menyelesaikan target dengan jumlah tonase yang hampir sama oleh setiap penabur. Efisiensi Biaya Biaya yang dikeluarkan untuk pemupukan di BKLE pada tahun 2012 adalah Rp ,00 jumlah tersebut 81% dari biaya pemeliharaan yang dikeluarkan oleh pihak kebun atau 56% dari total biaya produksi kebun. Biaya pemupukan digunakan untuk biaya upah tenaga kerja, pembelian material, alat kerja dan transportasi. Berdasarkan data pengamatan ketepatan dosis untilan yang dilakukan terjadi kelebihan dosis untilan untuk pupuk MOP sebesar 4.3%, pupuk Urea sebesar 2% dan HGFB 8.4% sehingga jika diaplikasikan di lapangan kelebihan pupuk tersebut akan menjadi losses. Kelebihan dosis berpengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan oleh BKLE menjadi tidak efisien, tetapi efisiensi biaya yang dianalisis bukan dilihat dari segi output dan input biaya yang digunakan tetapi lebih melihat dari pengeluaran biaya pemupukan oleh BKLE sehingga penulis melakukan perhitungan losses biaya untuk jenis pupuk MOP, urea dan HGFB yang dikalikan dengan tonase realisasi

41 pemupukan pada tahun 2012 dan dikalikan dengan harga pupuk. Rincian inefisiensi pemupukan untuk pupuk MOP, Urea dan HGFB dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Inefisiensi biaya yang di keluarkan untuk pupuk MOP, Urea dan RP Jenis Pupuk % Kelebihan Dosis Realisasi Pemupukan MOP 2012 Harga Pupuk (Rp/kg) Total Kerugian Estate (Rp) MOP Urea HGFB TOTAL Sumber : Pengamatan Penulis dan Data Kebun BKLE 2013 Tabel 16 menunjukkan losses biaya yang dikeluarkan oleh BKLE cukup besar dan jika ditambah dengan jenis pupuk lain yang digunakan di BKLE maka losses biaya nya akan semakin besar. Hal ini disebabkan oleh ketidaktepatan dosis penguntilan akibat kurangnya pengawasan dari mandor until serta kurang disiplinnya karyawan. Defisiensi Hara Darmosarkoro (2003) menyatakan unsur hara yang mendapat perhatian dalam pemupukan tanaman kelapa sawit meliputi N, P, K, Mg, Cu, dan B. Ketersediaan hara tersebut dalam tanah yang rendah mengakibatkan tanaman mengalami gejala defisiensi hara. Tanaman yang mengalami gejala defisiensi hara umumnya menunjukkan gejala-gejala yang khas. Defisiensi hara dapat disebabkan oleh dosis pemupukan yang tidak sesuai dengan kebutuhan hara tanaman, selain itu juga disebabkan oleh kurang efektifnya pemupukan pada periode sebelumnya karena pupuk menguap, tercuci air dan piringan pada saat pemupukan masih belum bersih dari gulma sehingga pemupukan belum tepat sasaran. Grafik perubahan status defisiensi hara di BKLE dapat dilihat pada Gambar Sumber: Departemen Riset BGA Gambar 8 Defisiensi hara BKLE pada tahun 2011 dan 2012

42 32 Gambar 8 menunjukkan status defisiensi hara berdasarkan luasan tanaman kelapa sawit yang berasal dari hasil analisis Departemen Riset BGA. Secara umum defisiensi hara tanaman kelapa sawit di BKLE terjadi penurunan dari tahun 2011 ke tahun 2012 kecuali untuk pupuk Cu dan Mg terjadi peningkatan luas area yang mengalami defisiensi unsur hara. Penurunan defisiensi hara yang sangat drastis terjadi pada unsur N, hal ini menunjukkan adanya penyerapan yang efektif oleh tanaman kelapa sawit yang dipupuk menggunakan unsur N dengan didukung oleh realisasi pemupukan N yang lebih dari 100% baik dari pupuk majemuk maupun tunggal. Unsur K dan B juga mengalami penurunan luasan defisiensi hara, hal ini menunjukkan penyerapan hara yang efektif dan didukung oleh ketepatan cara dan dosis yang cukup baik oleh para penabur. Berbeda dengan unsur Mg dan Cu yang mengalami peningkatan luasan areal defisiensi hara, hal ini menunjukkan kurang efektif nya tanaman dalam menyerap unsur hara Mg dan Cu. Hal tersebut disebabkan oleh pencucian hara karena curah hujan yang tinggi dan ditambah dengan realisasi pemupukan yang hanya 56% untuk pupuk Cu. Peta status defisiensi hara di BKLE tahun 2011 dapat dilihat pada Lampiran 5 dan tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 6. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kegiatan magang yang dilakukan dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman tentang pengelolaan kelapa sawit melalui kegiatan teknis dan manajerial. Pupuk yang digunakan di BKLE telah memenuhi prinsip tepat jenis dengan realisasi pemupukan pada tahun 2012 adalah 99.98%, namun untuk prinsip tepat waktu belum tepat. Pemupukan di BKLE memiliki rata-rata ketepatan cara 83% untuk pupuk urea, 79.8% untuk pupuk HGFB dan 84.2% untuk pupuk Urea sehingga masih dibawah standar kebun yaitu >90%. Rata-rata ketepatan dosis untilan untuk pupuk MOP 104.3%, HGFB 108.4% dan Urea 102.1% sedangkan rata-rata ketepatan dosis per pokok untuk pupuk MOP 106%, HGFB 133% dan Urea dari hasil pengamatan tersebut juga menunjukkan dosis yang diaplikasikan untuk setiap tanaman belum memenuhi prinsip tepat dosis. Penggunaan efisiensi tenaga kerja pupuk di BKLE telah efisien karena prestasi kerja yang diperoleh telah memenuhi target dari standar yang ditetapkan oleh kebun. Pemupukan di BKLE belum efisien dari segi biaya karena terdapat losses biaya atau inefisiensi biaya sebesar Rp ,00 dari tiga jenis pupuk yang dianalisis. Defisiensi hara di BKLE dari tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami penurunan untuk defisiensi unsur N, K, dan B dan terjadi sedikit peningkatan defisiensi unsur Mg dan Cu.

43 33 Saran Perencanaan pemupukan dan pengawasan pemupukan sebaiknya lebih ditingkatkan lagi agar pelaksanaan pemupukan dapat berjalan dengan baik. Simulasi dan penjelasan sebelum dilaksanakannya penaburan perlu dilakukan setiap hari oleh mandor agar penabur dapat selalu mengingat tata cara penaburan yang baik agar pelaksanaan pemupukan dapat berlangsung lebih efektif dan efisien. Pengawasan ketika penguntilan juga perlu ditingkatkan oleh Asisten dan Mandor untuk menjaga ketepatan dosis penguntilan DAFTAR PUSTAKA Andayani D Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman Menghasilkan di PT Era Mitra Agro Lestari (BSP Group), Sarolangun, Jambi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Adiwiganda R Manajemen Tanah dan Pemupukan Kelapa Sawit. Di dalam: S. Mangoensoekarjo, editor. Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya Tanaman Perkebunan.Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press. Darmosarkoro W Defesiensi dan malnutrisi hara pada tanaman kelapa sawit. Di dalam: Darmosarkoro W, Sutarta EG, dan Winarna, editor. Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. [Ditjenbun] Direktorat Jendral Perkebunan Luas perkebunan dan poduksi kelapa sawit di Indonesia. [Internet]. [diunduh 2013 Juli 28]. Tersedia pada: Hakim M Teknis Agronomis dan Manajemennya (Tinjauan Teoritis dan Praktis). Di dalam: Lembaga Pupuk Indonesia, editor. Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Lembaga Pupuk Indonesia. Hidayat Wahyu Manajemen Pemupukan pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Tambusai Estate, PT. Panca Surya Agrindo, First Resources Ltd., Kabupaten Rokan Hulu, Riau [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Limbong RK. Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Gunung Sari Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Lubis A. U Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Medan (ID): Pusat Penelitian Marihat Bandar Kuala Pematang Siantar. Mahyudin syaharizan. Manajemen Pemupukan pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Buatan, PT. Inti Indosawit Subur, pelalawan, Riau [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Pahan I Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Pardamean M Sukses Membuka Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Poeloengan Z, Erningpraja L Usaha-Usaha Peningkatan Efisiensi Pemupukan Tanaman kelapa Sawit. [Internet]. [diunduh 2013 September 1].

44 34 Tersediapada: A/fullteks/Puslitbangtri/pros15.pdf Poeloengan Z, Fadli ML, Winarma, Rahutomo S, Sutarta ES Permasalahan pemupukan pada perkebunan kelapa sawit. Di dalam: Darmosarkoro W, Sutarta ES dan Winarna, editor. Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. [PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit Pemupukan Kelapa Sawit. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Sutarta ES, Rahutomo S, Darmosarkoro W, Winarma Peranan unsur hara dan sumber hara pada pemupukan tanaman kelapa sawit. Di dalam: Darmosarkorom W, Sutarta ES dan Winarna, editor. Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Setyamidjaja D Panen Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID): Kanisius. Winarna W, Darmosarkoro, Sutarta ES Teknologi pemupukan tanaman kelapa sawit. Di dalam: Darmosarkoro W, Sutarta EG, dan Winarna, editor. Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

45 Lampiran 1 Peta areal statement BKLE 35

46 36 36 Lampiran 2 Data curah hujan BKLE tahun Rata-rata Bulan CH CH CH CH CH CH HH HH HH HH HH (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) HH (mm) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah BK BB Sumber : Kantor Kebun Bangun Koling Estate Keterangan : Rata-Rata BB = 11 bulan Q = HH = Hari Hujan Rata-Rata BK = 1 bulan CH = Curah Hujan BB = Bulan Basah (>100 mm/bulan) BK = Bulan Kering (<60 mm/bulan)

47 37 Lampiran 3 Peta sebaran jenis tanah di BKLE Lampiran 4 Peta Status Defisiensi Hara di BKLE 37

48 38 38 Lampiran 4 Struktur organisasi BKLE

49 39 Lampiran 5 Peta status defisiensi hara di BKLE tahun 2011 Sumber: Departemen Riset BGA 39

50 40 40 Lampiran 6 Peta status defisiensi hara di BKLE tahun 2011 Sumber: Departemen Riset BGA

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG KONDISI UMUM LOKASI MAGANG PT Windu Nabatindo Abadi adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), Bangun Koling

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN. Profil Perusahaan

KONDISI UMUM KEBUN. Profil Perusahaan 14 KONDISI UMUM KEBUN Profil Perusahaan PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA) merupakan perusahaan agribisnis yang mengelola perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit. BGA memiliki visi yaitu World Class

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Profil Perusahaan

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Profil Perusahaan KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Bumitama Gunajaya Agro (BGA) berawal dari pengusahaan perkebunan kelapa sawit berskala kecil di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah yang dimulai pada tahun 1998

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012 di Teluk Siak Estate (TSE) PT. Aneka Intipersada, Minamas Plantation,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk 62 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN OLEH RIZA EKACITRA PUTRIANI RACHMAN

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Tepat Jenis

PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Tepat Jenis PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Keefektifan pemupukan berkaitan dengan tingkat hara pupuk yang diserap tanaman. Pupuk dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap tanaman. Efesiensi pemupukan berkaitan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Pengelolaan Pupuk

PEMBAHASAN. Pengelolaan Pupuk 35 PEMBAHASAN Pahan (2008) menyebutkan bahwa pemupukan kelapa sawit dilakukan pada tiga tahap perkembangan tanaman, yaitu tahap pembibitan, TBM (Tanaman Belum Menghasilkan), dan TM (Tanaman Menghasilkan).

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati

Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati Bul. Agrohorti 4 (2):132-137 (2016) Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati Fertilization Management on Mature Plant Oil Palm in Kebun Tanjung Jati Monica Christina

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen Kebutuhan tenaga panen untuk satu seksi (kadvel) panen dapat direncanakan tiap harinya berdasarkan pengamatan taksasi buah sehari sebelum blok tersebut akan dipanen. Pengamatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen 3 TINJAUAN PUSTAKA Teknis Panen Panen merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Pelaksanaan panen perlu dilakukan secara baik dengan memperhatikan beberapa kriteria tertentu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi tandan buah

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan yang terhitung mulai dari 14 Februari hingga 14 Juni 2011. Kegiatan ini bertempat di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Lokasi kebun PT JAW terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Wilayah kebun dapat diakses dalam perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penetapan Target

PEMBAHASAN Penetapan Target 54 PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode tanaman

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pelantaran Agro Estate, Kalimantan Tengah

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pelantaran Agro Estate, Kalimantan Tengah Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pelantaran Agro Estate, Kalimantan Tengah Management of oil palm fertilization in Pelantaran Agro Estate, Center Kalimantan S. Manahan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT DI SUNGAI CEMPAGA ESTATE, PT. WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GROUP, KALIMANTAN TENGAH ADI SUKMO

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT DI SUNGAI CEMPAGA ESTATE, PT. WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GROUP, KALIMANTAN TENGAH ADI SUKMO 1 MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT DI SUNGAI CEMPAGA ESTATE, PT. WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GROUP, KALIMANTAN TENGAH ADI SUKMO DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012. Metode Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Panen Kelapa sawit Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang, kemudian mengutip tandan dan memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BUNATI ESTATE PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh Camellia Kusumaning Tyas A34104031 PROGRAM

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun 12 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Lokasi Kebun PT Aneka Intipersada (PT AIP) merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan pada tanggal 30 Agustus 1989. Dalam manajemen Unit PT Aneka Intipersada Estate

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) DI PERKEBUNAN PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN OLEH HARYO PURWANTO A24051955 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis menggunakan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 11 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif PT. Panca Surya Agrindo terletak di antara 100 0 36-100 0 24 Bujur Timur dan 100 0 04 100 0 14 Lintang Utara, di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis 17 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Pelaksanaan pengelolaan perkebunan kelapa sawit meliputi pengelolaan kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan administrasi. Pelaksanaan teknis yang dilakukan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PANTAI BUNATI ESTATE, PT. SAJANG HEULANG, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN. Oleh ARDILLES AKBAR A34104058 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SIME DARBY GROUP, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN oleh HULMAN IRVAN A24052646

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Angsana Estate (ASE) adalah salah satu kebun kelapa sawit PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI). PT LSI merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Minamas Gemilang,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI SILVERIUS SIMATUPANG A24050072 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Idealnya setiap kebun harus sudah dievaluasi lahannya secara benar. Evaluasi Kelas Kesesuaian Lahan (KKL) pada suatu perkebunan kelapa sawit sangat

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008.

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008. 51 PEMBAHASAN Produksi Pencapaian produksi tandan buah segar (TBS) Kebun Mentawak PT JAW dari tahun 2005 2007 (Tabel 2) mengalami peningkatan yang signifikan yaitu dari tahun 2005 ke 2006 ± 10 000 ton,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN.

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor 5 November 2009 PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate, Kalimantan Tengah

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate, Kalimantan Tengah Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate, Kalimantan Tengah The Manajement of Palm Oil Fertilizing at Sugai Bahaur Estate, Central of Kalimantan Aslina Putri Nunyai, Sofyan Zaman*, dan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Aspek Teknis

PEMBAHASAN. Aspek Teknis PEMBAHASAN Aspek Teknis Pengendalian Gulma Pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi kompetisi antara gulma dengan tanaman utama dalam pemanfaatan unsur hara, mineral CO 2, dan air. Bagian yang perlu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. SOCIATE FINANCIARE DES CHACILUS MEDANSA oleh bangsa belgia. Pada tahun 1996-

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. SOCIATE FINANCIARE DES CHACILUS MEDANSA oleh bangsa belgia. Pada tahun 1996- IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Informasi Umum 1. Sejarah Perusahaan PT. SOCFINDO merupakan suatu usaha kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan perusahaan dari negeri belgia. Perusahaan ini berdiri pada

Lebih terperinci

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar 23 Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Tanggal Uraian Kegiataan Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi 01/03/2014 Penunasan 10 pokok 54 pokok 76 pokok L022 02/03/2014 Libur hari

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate 48 PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate Dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit dibutuhkan keterampilan manajemen yang baik agar segala aset perusahaan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh SUER SEPWAN ANDIKA A24052845 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan PANEN KELAPA SAWIT 1. Pengrtian Panen Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai criteria matang panen, mengumpulkan dan mengutipbrondolan serta menyusun tandan di

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Tambusai Estate terletak di antara 100 0 37-100 0 24 Bujur Timur dan 1 0 04-1 0 14 Lintang Utara yang terletak di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Area Marjinal di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Area Marjinal di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Area Marjinal di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Fertilization Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) on

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN DAN TRANSPORTASI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH

MANAJEMEN PANEN DAN TRANSPORTASI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH MANAJEMEN PANEN DAN TRANSPORTASI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH SYAHRINA RAHMA DHANI A24100081 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG PT Bina Sains Cemerlang merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Bukit Pinang Estate (BPE), Sungai Pinang Estate (SPE), dan Sungai Pinang Factory (SPF). Masing-masing

Lebih terperinci

= pemanen. Sistem Penunasan

= pemanen. Sistem Penunasan PEMBAHASAN Kebijakan penunasan di PT Inti Indosawit Subur adalah mempergunakan sistem penunasan progresif. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen dengan bersamaan dengan panen.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Oleh PUGUH SANTOSO A34103058 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG MINAMAS PLANTATION, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A24053121 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

SENSUS POKOK DAN IDENTIFIKASI POKOK

SENSUS POKOK DAN IDENTIFIKASI POKOK SENSUS POKOK DAN IDENTIFIKASI POKOK Pundu Learning Centre PENDAHULUAN Pundu Learning Centre PENDAHULUAN Kegiatan Sensus Pokok adalah kegiatan perhitungan seluruh jumlah pokok kelapa sawit (produktif dan

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Keefektifan Pemupukan dengan Prinsip Empat Tepat

PEMBAHASAN. Keefektifan Pemupukan dengan Prinsip Empat Tepat 20 PEMBAHASAN Keefektifan Pemupukan dengan Prinsip Empat Tepat Tepat Jenis Jenis pupuk yang digunakan di Kebun Sei Air Hitam (SAH) berdasarkan rekomendasi dari bagian kantor pusat. Penentuan jenis dan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH DIAN PRATIWI

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH DIAN PRATIWI PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH DIAN PRATIWI DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah

Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah Harvest Management on oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) at East Kota Waringin, Central Kalimantan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PELANTARAN AGRO ESTATE, PT. WINDU NABATINDO LESTARI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GRUP, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH S. MANAHAN

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kabupaten Rokan Hulu, Riau

Manajemen Pemupukan pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kabupaten Rokan Hulu, Riau Bul. Agrohorti 3 (2): 177-184 (2015) Manajemen Pemupukan pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kabupaten Rokan Hulu, Riau Fertilization Management on Oil Palm Plantation at Rokan Hulu,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN. Letak Geografis Kebun. Keadaan Iklim dan Tanah

KONDISI UMUM KEBUN. Letak Geografis Kebun. Keadaan Iklim dan Tanah 18 KONDISI UMUM KEBUN Letak Geografis Kebun PT. Ladangrumpun Suburabadi merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha yaitu : Angsana Estate (ASE), Gunung Sari Estate (GSE), dan Angsana Factory (ASF).

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 30 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Profil Perusahaan 4.1.1.1. Sejarah Perusahaan Bumitama Gunajaya Agro Group (BGA Group) adalah kelompok perusahaan yang bergerak dibidang

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Tanggal : 28 Juli 2011 PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PELANTARAN AGRO ESTATE

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH

MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH MOCHAMMAD FAHMI A24100088 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau Bul.Agrohorti 2 (3): 213-220 (2015) Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau Harvest Management of Oil Palm at Tambusai District

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan Organik dan Anorganik Kelapa Sawit di Sekunyir Estate, Kalimantan Tengah

Manajemen Pemupukan Organik dan Anorganik Kelapa Sawit di Sekunyir Estate, Kalimantan Tengah Manajemen Pemupukan Organik dan Anorganik Kelapa Sawit di Sekunyir Estate, Kalimantan Tengah Organic and Inorganic Fertilizing Management of Palm Oil in Sekunyir Estate, Central Borneo Gery Juliansyah

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Kelapa Sawit, Kalimantan Barat

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Kelapa Sawit, Kalimantan Barat Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Kelapa Sawit, Kalimantan Barat Fertilizer Management on Oil Palm Plantation, West Kalimantan Ade Budiargo, Roedhy Poerwanto *, dan

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Havest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) at Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin

Lebih terperinci

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PENGELOLAAN KELAPA SAWIT ((Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. ERAMITRA AGRO LESTARI, PEMATANG KULIM, BAKRIE

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate LAMPIRAN 59 60 Lampiran 1. Jurnal Harian Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate Tanggal Uraian Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar...(Satuan/HK)... 11 Februari 2012 Orientasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kelapa sawit (Elaesis guineesis Jacq.) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dari pada tanaman penghasil minyak nabati

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG 9 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Wilayah dan Administratif PT. Intisawit Perkasa terletak di Desa Kepenuhan Barat, Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Lokasi perkebunan dapat dicapai

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT 1 MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE PT WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GROUP, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH ILHAM KURNIAWAN A24120114

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis Perkebunan kelapa sawit Gunung Sari Estate (GSE) PT. Ladangrumpun Suburabadi (LSI) berada di wilayah Desa Bayansari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH MOLIYA NURMALISA A24070050 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. SOCFIN INDONESIA, KEBUN TANAH GAMBUS, LIMA PULUH, BATU BARA, SUMATERA UTARA Oleh : GUNTUR SYAHPUTRA PURBA A 34104049 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION,

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA SELATAN OLEH EKY PERDANA A24052775

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen

PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen 45 PEMBAHASAN Kegiatan panen merupakan salah satu kegiatan budidaya kelapa sawit yang paling penting. Cara panen yang tepat sangat mempengaruhi kuantitas produksi dan waktu yang tepat mempengaruhi kualitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan April sampai November 2009 di PTP Nusantara VI pada unit usaha Rimbo Satu Afdeling IV (Gambar Lampiran 5), Rimbo Dua Afdeling

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. biaya tenaga kerja, biaya per tanaman, biaya per hektar, biaya per blok dan biaya

V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. biaya tenaga kerja, biaya per tanaman, biaya per hektar, biaya per blok dan biaya V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisa Hasil Analisa hasil yang dilakukan yaitu perhitungan biaya bahan, biaya alat, biaya tenaga kerja, biaya per tanaman, biaya per hektar, biaya per blok dan biaya

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA DESA SENYIUR KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA DESA SENYIUR KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA DESA SENYIUR KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : SONI SETIAWAN NIM. 120 500 086 PROGRAM STUDI BUDIDAYA

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI GUNUNG KEMASAN ESTATE, PT. BERSAMA SEJAHTERA

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak tanggal 14 Februari 2008 hingga tanggal 14 Juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti, Minamas

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Kriteria Panen. Tabel 9. Kriteria panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate. Kriteria panen oleh pemanen

PEMBAHASAN. Kriteria Panen. Tabel 9. Kriteria panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate. Kriteria panen oleh pemanen 53 PEMBAHASAN Kriteria Panen Kriteria panen atau minimum ripenes standart (MRS) secara umum untuk tandan buah yang dapat dipanen di Unit Kebun Pinang Sebatang Estate berdasarkan jumlah brondolan yang terlepas

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN Sejarah dan Perkembangan Letak Geografis Kebun Keadaan Iklim dan Tanah

KONDISI UMUM KEBUN Sejarah dan Perkembangan Letak Geografis Kebun Keadaan Iklim dan Tanah 12 KONDISI UMUM KEBUN Sejarah dan Perkembangan Angsana Estate (ASE) merupakan salah satu kebun yang dikelola oleh unit usaha PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI) dibawah naungan PT Minamas Plantation (sebelumnya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha LAMPIRAN 64 65 Tanggal 280220 0020 02020 0020 04020 0020 08020 09020 0020 020 2020 4020 5020 6020 020 8020 9020 2020 22020 2020 24020 25020 26020 2020 Lampiran. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Produksi Tandan Buah Segar 4.1.1. Kebun Rimbo Satu Afdeling IV Hasil dari sensus pokok produktif pada tiap blok sampel di masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

PELAKSANAAN MAGANG. Aspek Teknis

PELAKSANAAN MAGANG. Aspek Teknis PELAKSANAAN MAGANG Aspek Teknis Pemeliharaan tanaman kelapa sawit dan pemanenan buah matang merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan demi tercapainya produktivitas yang tinggi. Kegiatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah salah satu jenis

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP 38 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP (CLP GROUP) dengan nama P.T. SUBUR ARUM MAKMUR kebun Senamanenek I (PT.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 13. Potensi Produksi Kebun Inti 1. Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

PEMBAHASAN. Tabel 13. Potensi Produksi Kebun Inti 1. Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode menghasilkan,

Lebih terperinci

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT NAMA INSTANSI FASILITATOR : MU ADDIN, S.TP : SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG : Ir. SETIA PURNOMO, M.P. Perencanaan pemeliharaan merupakan tahapan awal yang sangat

Lebih terperinci

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi Prestasi Kerja (satuan/hk) Standar Pekerja Penulis Status sebagai Mahasiswa 14 Feb 2008 Orientasi lapang Seluruh

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 10 kasie, dan 5 orang asisten divisi. Karyawan non staf terdiri atas karyawan bulanan, karyawan harian tetap (KHT), dan karyawan harian lepas (KHL). Jumlah tenaga kerja SBHE sebanyak 636 per minggu ke

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE PT BUMITAMA GUNAJAYA AGRO KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE PT BUMITAMA GUNAJAYA AGRO KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE PT BUMITAMA GUNAJAYA AGRO KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH SAUT MANGASI HUTABARAT A24090003 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

Perencanaan Pemupukan. Pengelolaan Pemupukan

Perencanaan Pemupukan. Pengelolaan Pemupukan PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu faktor pemeliharaan tanaman yang sangat penting dan sangat menentukan kesehatan, kejaguran dan produktivitas tanaman. Pemupukan bertujuan untuk menambah zat hara

Lebih terperinci