Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321
|
|
- Leony Atmadjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal 03 Agustus 2009 seperti yang tampak pada Gambar 8. Untuk dapat memberikan gambaran citra yang alami kenampakannya, maka perlu dibuat citra komposit (kombinasi tiga band). Adapun kombinasi band yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara Band 3, Band 2, dan Band 1 yang masing-masing dimasukkan dalam band merah, hijau, dan biru secara berturut-turut yang menghasilkan kenampakan alami (natural colour). Gambar 8 merupakan hasil komposit alami dari kombinasi band tersebut: Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321
2 Analisis kenampakan perkebunan kelapa sawit menggunakan SIG dan Remote Sensing ini diperlukan untuk menganalisis kenampakan perkebunan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang melalui citra satelit. Perkebunan kelapa sawit juga merupakan salah satu industri yang berkaitan sangat erat dengan lahan atau faktor geografis, maka banyak hal yang dapat terbantu dengan memanfaatkan SIG ini. Kelapa sawit dalam pertumbuhannya akan mengalami perubahan fisik sehingga dapat dipantau dengan data dari citra satelit, yaitu dengan mengamati umur tanaman menggunakan citra satelit dengan melihat tekstur, warna, dan pola yang ada pada Citra ALOS AVNIR-2. Berikut merupakan gambaran PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang, Bogor yang dipotong dari Citra ALOS AVNIR-2 dengan berbagai macam skala untuk melihat kenampakan warna, tekstur, dan pola sebagai dasar identifikasi umur tanam kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang (Gambar 9). A B Gambar 9. A. Perkebunan Nusantara VIII, Cimulang; B. Blok kebun dengan tahun tanam kelapa sawit yang lebih tua; C. Blok kebun dengan tahun tanam kelapa sawit yang lebih muda. C
3 Tabel 9. Kunci Interpretasi Kelapa Sawit pada Citra ALOS AVNIR-2 Kunci Interpretasi Kelapa Sawit Ciri Kenampakan Kelapa Sawit Tahun Tanam yang Lebih Tua Kelapa Sawit Tahun Tanam yang Lebih Muda Tekstur Kasar Halus Warna Hijau tua Hijau muda Pola Teratur Teratur Berdasarkan hasil interpretasi pada Tabel 9 teridentifikasinya perkebunan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang pada Citra ALOS AVNIR-2 adalah berdasarkan pada kunci interpretasi tekstur, warna, dan pola. Hal ini terlihat dari warna hijau tanaman kelapa sawit dan tekstur yang cenderung kasar akibat tajuk tanaman kelapa sawit dan penanaman kelapa sawit yang ditanam dengan pola yang sama. Perkebunan ini memiliki berbagai macam umur tanam kelapa sawit, hal ini diketahui dari perbedaan warna hijau pada kenampakan citra. Tekstur dan warna pada citra untuk tanaman kelapa sawit yang tahun tanamnya lebih tua adalah cenderung lebih kasar dan memiliki warna hijau tua. Hal ini dikarenakan tajuk tanaman kelapa sawit telah berkembang lanjut dan memiliki luas daun yang lebih besar dari tanaman kelapa sawit yang lebih muda (Gambar 9B). Mayoritas tanaman kelapa sawit dengan tahun tanam yang lebih tua terlihat mendominasi di sebelah barat dari perkebunan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang. Bagian tengah dan timur perkebunan kelapa sawit ini warna hijau tua tidak mendominasi karena terdapat berbagai macam tahun tanam kelapa sawit. Warna hijau yang lebih muda dari kenampakan citra di sebelah timur diidentifikasi tanaman kelapa sawit yang tahun tanamnya lebih muda (Gambar 9C). Menurut Sitoms (2004) umur tanaman kelapa sawit dapat diteliti dengan menggunakan penginderaan jauh karena tanaman kelapa sawit memiliki pola penanaman yang teratur, yaitu pengelompokan penanaman dalam setiap blok secara teratur berdasarkan tahun tanam yang sama.
4 Pola penanaman kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang adalah berdasarkan blok dengan tahun tanam kelapa sawit yang sama. Sehingga kenampakan pola kelapa sawit pada citra ALOS AVNIR-2 adalah pola tanaman yang teratur. Infrastruktur jalan di kawasan perkebunan ini sudah cukup baik, hal ini terlihat dengan adanya garis-garis lurus teratur yang ada pada citra. Garis ini diidentifikasi sebagai jalan utama dan jalan setapak. Jalan-jalan ini dapat memudahkan dalam proses penggangkutan hasil panen kelapa sawit. Gambar 10. Hasil Interpretasi Citra ALOS AVNIR-2 Tahun tanam kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang dibedakan menjadi empat tahun tanam kelapa sawit, yaitu tahun tanam 2002, tahun tanam 2003, tahun tanam 2004, dan tahun tanam Tanaman kelapa sawit yang paling muda dengan tahun tanam 2005 mendominasi di sebelah timur perkebunan ini. Keempat tahun tanam ini tersebar kedalam 38 blok kebun, dengan pohon kelapa sawit dalam satu blok kebun.
5 Tahun tanam 2002 merupakan tahun tanam yang paling tua sedangkan tahun tanam 2005 merupakan tahun tanam yang paling muda pada PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang (Gambar 10). Hasil interpretasi antara Citra ALOS AVNIR-2 dengan peta tahun tanam kelapa sawit dapat membantu dalam identifikasi umur tanam kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang, karena terdapat beberapa blok kebun yang tidak dapat diidentifikasi langsung dengan hanya melihat citra ALOS AVNIR-2. Hal ini terlihat pada tahun tanam 2002, 2003, 2004, dan 2005 yang terletak dengan blok kebun yang berdekatan sehingga menyulitkan dalam identifikasi umur tanam kelapa sawit. Hal ini disebabkan, kenampakan kelapa sawit di citra yang memiliki warna dan tekstur kenampakan yang hampir sama, karena umur tanam kelapa sawit yang tidak berbeda jauh. Kenampakan ini terlihat dibagian tengah lokasi perkebunan kelapa sawit yang dalam satu wilayah memiliki blokblok kebun dengan tahun tanam 2003, 2004, dan 2005 yang letaknya berdekatan. Kelapa sawit dengan tahun tanam 2002 dan 2005 dapat diidentifikasikan secara langsung tanpa menggunakan hasil interpretasi antara peta tahun tanam dengan Citra ALOS AVNIR-2 karena perbedaan warna, tekstur, dan pola yang lebih berbeda yang disebabkan perbedaan tahun tanam yang cukup jauh. Selain itu, letak blok kebun dengan tahun tanam 2002 hanya terletak di bagian barat perkebunan sehingga bisa langsung dapat diidentifikasi. Penggunaan Remote Sensing yang memanfaatkan foto udara dari satelit, juga dapat memberikan gambaran tentang kondisi tanaman pada suatu saat, sehingga dapat digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman kelapa sawit. Pada kebun tanaman kelapa sawit, penggunaan foto udara akan memungkinkan melihat satu per satu tegakan pohon, sehingga jumlah tanaman yang masih memerlukan pemupukan, akan dapat terhitung nyata. Total luas perkebunan PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang adalah 1.004,33 hektar. PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang terbagi menjadi 38 blok penanaman dimana 2 bloknya mulai ditanam sawit pada tahun 2002 (55.54 ha), 13 blok ditanami pada 2003 (312,1 ha), 13 blok ditanami pada 2004 (369,13 ha) dan 10 blok ditanami pada 2005 (267,56 ha).
6 5.2 Hubungan antara Lereng dengan Produktivitas Kelapa Sawit Menurut Hartanto (2011) bentuk wilayah merupakan faktor penentu produktivitas yang akan mempengaruhi kemudahan panen, pengawetan tanah dan air, pembuatan jaringan jalan, serta efektivitas pemupukan. Bentuk wilayah yang cocok untuk kelapa sawit adalah bentuk wilayah datar sampai berombak. Untuk wilayah bergelombang sampai berbukit kelapa sawit masih dapat tumbuh dengan pengelolaan tertentu seperti pembuatan teras. PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang berada pada wilayah dengan topografi kemiringan lereng 0-<40%. Kemiringan lereng ini dibagi menjadi empat kelas lereng yaitu datar (0-8 %), berombak (>8-<15%), bergelombang (>15-<25%), dan berbukit (>25-<40%). Gambar 11. Peta Lereng dan Produktivitas Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Berdasarkan hasil analisis secara spasial Gambar 11, dari 38 blok kebun terlihat produktivitas yang paling tinggi terdapat pada daerah datar (31,99 Ton/TBS/Tahun). Produktivitas yang paling rendah terdapat pada daerah bergelombang (10,95 Ton/TBS/Tahun). Dari hasil interpretasi diketahui bahwa pola produktivitas kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang adalah tidak memiliki pola sesuai dengan bentuk wilayahnya.
7 Hal ini terlihat dari adanya produktivitas kelapa sawit yang rendah untuk wilayah datar (31,99-16,89 Ton/TBS/tahun). Bentuk wilayah di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang yang bergelombang dengan produktivitas yang sedang sampai paling rendah (24,85-10,95 Ton/TBS/tahun). Selain itu, bentuk wilayah berbukit yang mayoritas terletak di sebelah timur kebun kelapa sawit memiliki produktivitas yang sedang sampai rendah (22,4-13,03 Ton/TBS/tahun). Kemiringan lereng tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang, karena pengelolaan bentuk wilayah sudah dilakukan dengan berbagai tindakan konservasi. Tindakan konservasi ini berkaitan dengan bentuk topografi areal yang berombak sampai bergelombang dan bergelombang sampai berbukit, selain itu sifat fisik tanah yang mudah tererosi (labil) dan kondisi curah hujan yang tinggi di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang sehingga tindakan konservasi mutlak untuk dilakukan. Tindakan konservasi yang dilakukan antara lain dengan pembangunan tapak kuda untuk areal dengan kemiringan lereng 16-25% dan pembangunan teras kontur pada areal dengan kemiringan lereng 26-40%. Untuk kebun yang mempunyai areal pada bagian-bagian tertentu dengan topografi yang berbukit memerlukan bangunan tapak kuda maupun teras kontur secara selektif. Pembangunan tapak kuda dan teras kontur tersebut dilakukan pada saat persiapan lahan dan sesuai dengan standar. Bangunan konservasi di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang juga dapat mempermudah pada saat pemanenan dan pemeliharaan tanaman. Bentuk wilayah erat hubungannya dengan besar kecilnya erosi, semakin besar kemiringan lereng mengakibatkan laju erosi semakin besar juga. Hal ini mengakibatkan hilangnya unsur hara terutama pada lapisan atas dari lereng bagian atas, dan terakumulasi pada lereng yang lebih bawah. Di wilayah bergelombang sampai berbukit kelapa sawit masih dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik melalui upaya pengelolaan tertentu seperti pembuatan teras. Pada daerah dengan kemiringan lereng besar (>40%) sebaiknya tidak diusahakan untuk perkebunan kelapa sawit, karena pada saat pemanenan akan menimbulkan permasalahan, yaitu sukarnya pemanenan dan hasil panen akan mengalami kerusakan (Gustiar, 1999).
8 Gambar 12. Grafik Hubungan Antara Kemiringan Lereng dengan Produktivitas Kelapa Sawit Dari Gambar 12 dapat dilihat bahwa rataan produktivitas yang paling tinggi dari 38 blok terdapat di kemiringan lereng 0-8% dengan bentuk topografinya datar yaitu sebesar 21,92 Ton/TBS. Rataan produktivitas paling rendah ditemui pada kemiringan lereng >25-<40% dengan bentuk wilayah berbukit sebesar 17,39 Ton/TBS. Tabel 10. Uji Sidik Ragam Variabel Kemiringan Lereng Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F Sig Lereng Galat Total Dari hasil pengujian dengan menggunakan pengujian uji beda pada Tabel 10, variabel lereng tidak berpengaruh secara nyata dengan produktivitas kelapa sawit karena nilai signifikan yang diperoleh >0,05. Hal ini disebabkan karena produktivitas dipengaruhi oleh banyak variabel, antara lain pengendalian gulma, manajemen pengelolaan, pengendalian hama dan penyakit, dan lain-lain yang dalam penelitian ini tidak diinvestigasi. Selain itu, sampel yang dipakai dalam penelitian cenderung terbatas dan tidak didesain untuk pengujian uji nyata.
9 5.3 Hubungan antara Macam Tanah dengan Produktivitas Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang memiliki 8 macam tanah yang menyebar dalam 38 blok kebun. Macam tanah yang terdapat pada PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang yaitu Aquic Humitropept, Humoxic Tropohumult, Orthoxic Palehumult, Tropeptic Eutrorthox, Typic Haplohumult, Typic Tropohumult, Epiaquic Palehumult, dan Oxic Dystopept. Mayoritas tanah-tanah yang ada di lokasi penelitian adalah Inceptisol dan Ultisol. Gambar 13. Peta Tanah dan Produktivitas Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Dari analisis spasial Gambar 13, produktivitas kelapa sawit yang paling tinggi terdapat pada tanah Aquic Humitropept (31,99 Ton/TBS/Tahun). Produktivitas yang paling rendah terdapat pada tanah Typic Haplohumult (10,95 Ton/TBS/Tahun). Macam tanah tidak berpengaruh nyata terhadap produtivitas kelapa sawit. Hal ini dapat dilihat pada produktivitas kelapa sawit pada blok-blok kebun yang memiliki macam tanah yang sama, cenderung tidak memiliki tingkat produktivitas yang sama.
10 Hal ini terlihat dengan tidak meratanya produktivitas kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang, pada Tanah Typic Haplohumult yang merupakan tanah yang dominan ada di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang produktivitasnya adalah dari paling rendah sampai sedang yaitu sebesar 10,95-23 Ton/TBS/Tahun. Blok kebun yang memiliki tanah Aquic Humitropept produktivitasnya adalah dari tinggi sampai sedang (31,99-20,41 Ton/TBS/Tahun). Tanah yang paling sedikit ditemui di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang adalah macam tanah Epiaquic Palehumult dengan produktivitas 23,42 Ton/TBS/Tahun. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di beberapa jenis tanah, yang penting tidak kekurangan air pada musim kemarau dan tidak tergenang air pada musim hujan (drainase baik). Di lahan-lahan yang permukaan air tanahnya tinggi atau tergenang, akar akan busuk. Selain itu, pertumbuhan batang dan daunnya tidak mengindikasikan produksi buah yang baik. Kesuburan tanah bukan merupakan syarat mutlak bagi perkebunan kelapa sawit. Gambar 14. Grafik Hubungan Macam Tanah dengan Produktivitas Dari Gambar 14 dapat dilihat dari 38 blok yang terdapat di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang rataan produktivitas yang paling tinggi terdapat pada tanah Aquic Humitropept 24,37 Ton/TBS sedangkan untuk rataan produktivitas yang paling rendah ditemui pada macam tanah Typic Haplohumult sebesar 18,36 Ton/TBS.
11 Koedadiri dkk (1999) dalam penelitiannya menyebutkan produktivitas kelapa sawit pada Ultisol di beberapa wilayah perkebunan di Indonesia ternyata masih rendah dan di bawah potensi standar kelas lahan S-3. Pengelolaan tingkat kesuburan tanah dapat dilakukan melalui tindakan pemupukan dengan menggunakan jenis-jenis pupuk yang berkemampuan meningkatkan ph tanah seperti pupuk dolomit, kapur pertanian (kaptan), dan fosfat alam (rock phosphate). Tabel 11. Uji Sidik Ragam Variabel Macam Tanah Sumber Macam Tanah Jumlah kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F Sig Galat Total Dari hasil pengujian dengan uji sidik ragam pada Tabel 11, diperoleh nilai signifikan yang sebesar >0,05. Hal ini disebabkan karena produktivitas kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak variabel, antara lain pengendalian gulma, manajemen pengelolaan, pengendalian hama dan penyakit dan lain-lain yang dalam penelitian ini tidak diinvestigasi. Selain itu, sampel yang dipakai dalam penelitian cenderung terbatas dan tidak didesain untuk pengujian uji nyata. 5.4 Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit Pengelolaan kebun kelapa sawit meliputi dua kegiatan, yaitu pemeliharaan kebun dan pemupukan. Pemupukan merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan produktivitas. Pemupukan tanaman kelapa sawit merupakan salah satu investasi penting pengusahaan tanaman kelapa sawit guna pencapaian produksi Tandan Buah Segar (TBS) yang setinggi-tingginya dan ekonomis. Pemupukan di lapangan dilakukan atas rekomendasi pemupukan untuk areal tersebut. Rekomendasi pemupukan di suatu areal didasarkan pada hasil analisis daun dan tanah, hasil pengamatan lapangan, potensi produksi, pelaksanaan pemupukan sebelumnya, serta hasil percobaan pemupukan pada tanaman kelapa sawit.
12 Pemberian dosis pemupukan pada lokasi penelitian dapat dikagorikan lebih dari cukup untuk pemenuhan kebutuhan hara bagi tanaman, hal ini dapat dilihat pada saat TM1 dan TM2 yang produktivitasnya sangat tinggi bahkan dikategorikan over produksi. Selain diberikan pupuk kimia, pemberian pupuk kandang juga dilakukan sehingga produksinya sangat tinggi. Pada saat tanaman memasuki TM7, tanaman sudah mengalami penurunan produktivitas akibat kelelahan, sehingga pupuk kimia dan pupuk kandang yang diberikan tidak lagi memberikan efek yang nyata. Tabel 12. Tahun Tanam dan Dosis Pemupukan PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Tahun Tanam Dosis Pemupukan (Kg/Pohon) Urea Dolomit NPK Kalphos Tahun ,562 2,846 2,004 2,374 Tahun ,096 4,215 6,304 4,752 Tahun ,571 2,286 2,990 4,010 Tahun Pemupukan memberikan kontribusi yang sangat luas dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas produksi yang dihasilkan. Pemupukan bermanfaat melengkapi persediaan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan pada akhirnya tercapai produksi yang maksimal. Biaya yang dikeluarkan untuk pemupukan berkisar antara 40-60% dari biaya pemeliharaan tanaman secara keseluruhan. Dosis pupuk urea, dolomit, NPK, dan Kalphos didasari pada tahun tanam kelapa sawit. Pupuk yang paling banyak diberikan adalah pupuk Kalphos, sedangkan pupuk yang paling sedikit diberikan adalah pupuk Urea. Pupuk Kalphos dan Pupuk NPK adalah jenis pupuk campuran, keuntungan pemberian pupuk campuran ini adalah seluruh kebutuhan hara yang diperlukan tanaman dapat diberikan dalam satu rotasi pemupukan sehingga dapat mengurangi biaya aplikasi.
13 Rekomendasi pemupukan yang diberikan oleh lembaga penelitian selalu mengacu pada 4T, yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, dan tepat waktu pemupukan. Namun demikian dalam pelaksanaannya sering dijumpai pemyimpangan dalam aplikasi pemupukan di lapangan sehingga sasaran pemupukan untuk mendukung pertumbuhan dan produktivitas tanaman sesuai dengan standar sulit tercapai. Beberapa dasar pertimbangan yang digunakan dalam penentuan jenis pupuk antara lain: umur tanaman, gejala defisiensi hara, kondisi lahan, dan harga pupuk. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa jenis pupuk yang diberikan sering diganti dengan jenis lainnya karena ketidak tersediaan di pasar atau pertimbangan lainnya. Gambar 15. Peta Pemberian Dosis Pupuk dan Produktivitas Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Dari hasil analisis spasial Gambar 15 terlihat, dosis pemupukan yang paling tinggi terdapat pada tahun tanam 2003 dengan dosis pupuk urea Kg/Pohon, dolomit Kg/Pohon, NPK Kg/Pohon, dan Kalphos Kg/Pohon.
14 Dosis pemupukan yang paling rendah terdapat pada tahun tanam 2002 dengan dosiss pupuk urea 1.562, dolomit Kg/Pohon, Kg/Pohon, NPK Kg/Pohon, dan Kalphos Kg/Pohon. Dosis pupuk yang paling tinggi tidak menghasilkan produktivitas yang maksimal, sebaliknya pemupukan yang paling sedikit juga tidak menghasilkan produktivitas yang paling rendah. Produktivitas kelapa sawit yang paling tinggi terdapat pada blok 26 (31.99 Ton/TBS/Tahun) tahun tanam 2005 dengan dosis pupuk urea Kg/Pohon, dolomit Kg/Pohon, NPK Kg/Pohon, dan Kalphos Kg/Pohon. Produktivitas yang paling rendah terdapat pada blok 29 (10.95 Ton/TBS/Tahun) tahun tanam 2004 dengan dosis pemupukan dosis pupuk urea Kg/Pohon, dolomit Kg/Pohon, NPK Kg/Pohon, dan Kalphos Kg/Pohon. Produktivitas kelapa sawit dengan dosis pemupukan berdasarkan tahun tanam tidak menghasilkan produktivitas yang merata dan membentuk pola acak. Hal ini terlihat pada dosis pemupukan dengan tahun tanam 2005 pada blok 26 menghasilkan produktivitas yang paling tinggi, namun ada beberapa blok dengan tahun tanam yang sama (2005) memiliki produktivitas yang rendah sampai sedang (31,99-16,3 Ton/TBS/Tahun). Dosis pemupukan dengan tahun tanam 2004 menghasilkan produktivitas yang paling rendah, namun ada beberapa blok juga dengan tahun tanam yang sama (2004) memiliki produktivitas yang sedang (25,2 Ton/TBS/Tahun). Aplikasi pupuk di lokasi penelitian dilakukan dengan cara menaburkan pupuk dalam piringan yang dibuat melingkar di sekitar tanaman. Piringan tersebut dibuat dengan cara membersihkan rumput yanga ada di sekitar tanaman dengan jari-jari piringan 2 meter. Pemupukan dilakukan pada larikan yang dibuat dalam piringan dengan jarak 1/2 m dari pohon kelapa sawit. Dua cara aplikasi yang umum dilakukan di perkebunan kelapa sawit adalah dengan cara tabur dan cara pocket (benam). Cara benam hanya digunakan untuk menghindari kehilangan hara akibat pencucian pada areal berbukit atau areal yang sering dilalui aliran air hujan. Aplikasi yang kurang tepat dapat membuat efektivitas pupuk dapat berkurang.
15 Tabel 13. Uji Sidik Ragam Variabel Dosis Pemupukan Sumber Paket pemupukan Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah Galat Total F Sig Dari Tabel 13 dapat di lihat bahwa variabel dosis pemupukan, tidak berpengaruh secara nyata dengan produktivitas kelapa sawit karena nilai signifikan yang diperoleh >0,05 (Sig=0,187). Hal ini disebabkan karena produktivitas dipengaruhi oleh banyak variabel, antara lain pengendalian gulma, manajemen pengelolaan, pengendalian hama dan penyakit dan lain-lain yang dalam penelitian ini tidak diinvestigasi. 5.5 Analisis Hubungan antara Biaya Pemupukan dengan Produktivitas Kelapa Sawit Dari 38 blok kemudian di kategorikan blok-blok yang termasuk kedalam pemupukan 1, pemupukan 2, pemupukan 3 dan pemupukan 4. Kategori ini didasarkan pada jumlah dosis pemupukan yang paling sedikit diberikan hingga jumlah dosis pemupukan yang paling banyak diberikan. Tabel 14. Kategori Pemupukan Kategori Jenis Pupuk (Kg/Pohon) Urea Dolomit NPK Kalphos Pemupukan 1 1,562 2,846 2,004 2,374 Pemupukan 2 2,635 2,436 2,871 3,791 Pemupukan 3 2,571 2,286 2,990 4,010 Pemupukan 4 3,096 4,215 6,304 4,752 Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa kategori pemupukan 1 merupakan dosis pemupukan yang paling sedikit diberikan, sedangkan kategori pemupukan 4 merupakan dosis pemupukan yang paling banyak diberikan di PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang. Kategori pemupukan ini digunakan sebagai analisis antara biaya untuk pemupukan kelapa sawit dengan produktivitas yang dihasilkan berdasarkan pemupukan yang diberikan.
16 Gambar 16. Grafik Hubungan Pemupukan Terhadap Produktivitas Kelapa Sawit Hasil analisis Gambar 16, nilai rataan produktivitas yang paling tinggi terdapat pada kategori pemupukan 3 sebesar 21,91 Ton/TBS/Tahun, sedangkan nilai rataan produktivitas terendah terdapat pada kategori pemupukan 1 sebesar 17,42 Ton/TBS/Tahun. Nilai maksimum produktivitas dari 38 blok yang diberikan terdapat pada kategori pemupukan 2 (31,99 Ton/TBS/Tahun), sedangkan nilai minimum produktivitas dikategori pemupukan 4 sebesar 10,95 Ton/TBS/Tahun. Dari Gambar 16, diketahui juga dengan biaya untuk pemupukan yang tinggi belum tentu akan menghasilkan laba yang maksimal. Hal ini dikarenakan, biaya untuk pengelolaan tidak hanya dilihat dari pemupukan saja. Biaya 40% juga harus diperhitungkan seperti transportasi, pemberantasan hama dan penyakit, pengendalian gulma, upah dan gaji karyawan dan lain-lain.
17 Gambar 17. Hubungan Pendapatan dengan Kategori Pemupukan Gambar Grafik 17 ini adalah hasil analisis antara pendapatan dengan kategori pemupukan. Kategori pemupukan dilihat dengan dua variabel yaitu asumsi biaya tetap ditambah pemupukan dan variabel biaya tetap. Biaya tetap diasumsikan tanpa melihat biaya untuk gaji pegawai, biaya tetap ini hanya berupa biaya untuk pemeliharaan kelapa sawit yang menghasilkan, biaya transportasi, biaya pengendalian gulma dan pemeliharaan untuk tanaman belum menghasilkan. Masa tanaman belum menghasilkan merupakan masa pemeliharaan yang banyak memerlukan tenaga dan biaya. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dengan pemberian dosis pemupukan yang tinggi konsekuensinya akan menyebabkan biaya pemupukan yang tinggi pula, hal ini tidak memberikan laba yang maksimal karena produktivitas kelapa sawit tidak berbeda nyata antara pemberian dosis yang tinggi dengan dosis yang rendah. Hal ini terlihat dengan adanya dua blok yang terdapat hampir diambang batas biaya minimum untuk biaya tetap ditambah biaya pemupukan. Laba yang maksimal diperoleh dengan kategori pemupukan 2 sebesar Rp , namun rataan laba yang paling maksimal terdapat pada kategori pemupukan 3 sebesar Rp Laba yang minimal terdapat pada kategori pemupukan 4 sebesar Rp (Gambar 18).
18 Gambar 18. Grafik Hubungan Pendapatan/Biaya Produksi dengan Kategori Pemupukan Analisis yang dilakukan pada Gambar 18 hanya berdasarkan asumsi biaya tetap ditambah dengan biaya untuk pemupukan, sehingga tidak sepenuhnya dapat dijadikan sebagai acuan mutlak untuk analisis keuntungan. Volume produksi per hektar lahan perkebunan kelapa sawit akan sangat menentukan pendapatan, karena itu titik kritis usaha ini adalah produktivitas dan harga TBS, sedangkan faktor-faktor lain seperti pemasaran dan distribusi relatif tidak diperhitungkan.
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian dan Letak Geografis Lokasi penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII. PT. Perkebunan Nusantara VIII, Perkebunan Cikasungka bagian Cimulang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit
TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk
Lebih terperinciTUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT
TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT NAMA INSTANSI FASILITATOR : MU ADDIN, S.TP : SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG : Ir. SETIA PURNOMO, M.P. Perencanaan pemeliharaan merupakan tahapan awal yang sangat
Lebih terperinciREKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor
REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kualitas Lahan Kualitas lahan yang digunakan untuk evaluasi kesesuaian lahan dalam penelitian ini adalah iklim, topografi, media perakaran dan kandungan hara sebagaimana
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Pemupukan
TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk
62 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit
TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat
Lebih terperinciGambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Spektral Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal 30 Juni 2009 seperti yang tampak pada Gambar 11. Untuk dapat
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Produksi Tandan Buah Segar 4.1.1. Kebun Rimbo Satu Afdeling IV Hasil dari sensus pokok produktif pada tiap blok sampel di masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan April sampai November 2009 di PTP Nusantara VI pada unit usaha Rimbo Satu Afdeling IV (Gambar Lampiran 5), Rimbo Dua Afdeling
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit
4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit
3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan
Lebih terperinciPOLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING
POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING TEKNOLOGI BUDIDAYA Pola tanam Varietas Teknik Budidaya: penyiapan lahan; penanaman (populasi tanaman); pemupukan; pengendalian hama, penyakit dan gulma;
Lebih terperincipercobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis
PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Idealnya setiap kebun harus sudah dievaluasi lahannya secara benar. Evaluasi Kelas Kesesuaian Lahan (KKL) pada suatu perkebunan kelapa sawit sangat
Lebih terperinciBUDIDAYA KELAPA SAWIT
KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena
Lebih terperinciGambar 13. Citra ALOS AVNIR
32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Citra ALOS AVNIR Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR tahun 2006 seperti yang tampak pada Gambar 13. Adapun kombinasi band yang digunakan
Lebih terperinciSeminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, Agustus 2014
Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, 19-21 Agustus 2014 IMPLEMENTASI PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) POLA MASYARAKAT PADA
Lebih terperinciKELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk
12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah
Lebih terperinciBerdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny
TEKNIK PENANAMAN RUMPUT RAJA (KING GRASS) BERDASARKAN PRINSIP PENANAMAN TEBU Bambang Kushartono Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Prospek rumput raja sebagai komoditas
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Interpretasi Visual Penggunaan Lahan Melalui Citra Landsat Interpretasi visual penggunaan lahan dengan menggunakan citra Landsat kombinasi band 542 (RGB) pada daerah penelitian
Lebih terperinciSYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO
SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Karangsewu terletak di Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun batas wilayah Desa Karangsewu adalah
Lebih terperinciLEAF SAMPLING UNIT ( L S U )
LEAF SAMPLING UNIT ( L S U ) PENDAHULUAN Leaf sampling merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan rekomendasi pemupukan. Rekomendasi pupuk yang akurat akan menghasilkan produksi TBS yang maksimal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi dibutuhkan kisran kondisi lingkungan tertentu disebut juga syarat
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Syarat-syarat Tumbuh Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Namun, untuk
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian
III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karbon Biomassa Atas Permukaan Karbon di atas permukaan tanah, meliputi biomassa pohon, biomassa tumbuhan bawah (semak belukar berdiameter < 5 cm, tumbuhan menjalar dan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Pada bab ini penulis akan mengemukakan simpulan penelitian berdasarkan hasil-hasil yang telah didapatkan dari penelitian, serta implikasi dan rekomendasi bagi
Lebih terperinciTeknis Penanaman Baru dan Replanting. PT. Bumitama Gunajaya Agro, Februari 2017 Suroso Rahutomo
Teknis Penanaman Baru dan Replanting PT. Bumitama Gunajaya Agro, Februari 2017 Suroso Rahutomo Pendahuluan Kelapa Sawit 2015 Negara Swasta Rakyat Luas (juta ha) CPO (juta ton) Produktivitas (ton CPO/ ha
Lebih terperinciProduktivitas Optimal PENDAHULUAN 13/07/2017 PT PADASA ENAM UTAMA. Bahan Tanaman. Manajemen Kebun. Oleh: Lambok Siahaan.
IMPLEMENTASI BEST MANAGEMENT PRACTICES (BMP) MELALUI PEMELIHARAAN KESEHATAN TANAH SEBAGAI BAGIAN DARI PENGELOLAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN Oleh: Lambok Siahaan PT PADASA ENAM UTAMA PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman hutan yang dibudidayakan sehingga tanaman ini memiliki daya adaptasi dan respon yang baik terhadap kondisi lingkungan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di
TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai
Lebih terperinciPEMBAHASAN Prosedur Gudang
44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi
Lebih terperinciBAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN
BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN Bisnis utama PT Paya Pinang saat ini adalah industri agribisnis dengan menitikberatkan pada industri kelapa sawit diikuti dengan karet. Proses bisnis baik tanaman karet
Lebih terperinciPENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan
Lokakarya Fungsional Non Peneliri 1997 PENGEMBANGAN TANAMAN ARACHIS SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK Hadi Budiman', Syamsimar D. 1, dan Suryana 2 ' Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Jalan Raya Pajajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman perkebunan utama di Indonesia. Kelapa sawit menjadi komoditas penting dikarenakan mampu memiliki rendemen
Lebih terperinciKEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah
12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan
Lebih terperinciTanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala
Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH
23 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4..1. Letak Geografis dan Batas Administrasi Kawasan Agropolitan Cendawasari merupakan suatu kawasan perdesaan berbasis pertanian yang dirilis menjadi suatu Kawasan Agropolitan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Tanaman kelapa kopyor (Cocos nucifera L var. Kopyor) merupakan tanaman kelapa yang secara genetik menghasilkan buah kelapa dengan ciri
0 PENDAHULUAN Tanaman kelapa kopyor (Cocos nucifera L var. Kopyor) merupakan tanaman kelapa yang secara genetik menghasilkan buah kelapa dengan ciri sebagai berikut daging buah (endosperma) lepas dari
Lebih terperinciTabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit
41 PEMBAHASAN Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor tanaman, dan teknik budidaya tanaman. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Aspek Teknis
PEMBAHASAN Aspek Teknis Pengendalian Gulma Pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi kompetisi antara gulma dengan tanaman utama dalam pemanfaatan unsur hara, mineral CO 2, dan air. Bagian yang perlu
Lebih terperinciPEMBAHASAN Konsep Pemupukan Tepat Jenis
PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Keefektifan pemupukan berkaitan dengan tingkat hara pupuk yang diserap tanaman. Pupuk dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap tanaman. Efesiensi pemupukan berkaitan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan nitrogen tanah bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Variasi kandungan nitrogen dalam tanah terjadi akibat perubahan topografi, di samping pengaruh iklim, jumlah
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman padi (Oriza sativa) adalah salah satu jenis serealia yang umumnya dibudidayakan melalui sistem persemaian terlebih dahulu. Baru setelah bibit tumbuh sampai
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, Secara geografis Kota Sepang Jaya terletak pada koordinat antara 105 15 23 dan
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian
LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Penelitian P1(a) P4 (2) P3 (a) P1 (b) P5 (a) P4 (b) P3 (1) P3 (a) P5 (a) P4 (1) P2 (2) P3 (2) P1 (a) P4 (a) P2 (1) P4 (a) P1 (2) P3 (1) P4 (1) P3 (2) P4 (b) P2 (b) P4 (2) P2
Lebih terperincidampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau
dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau ABSTRAK Sejalan dengan peningkatan kebutuhan penduduk, maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian dan perkebunan juga meningkat. Lahan yang dulunya
Lebih terperinciHUBUNGAN KARAKTERISTIK LAHAN DENGAN PRODUKTIVITAS TBS (Studi Kasus pada PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang, Bogor) ABSTRACT
HUBUNGAN KARAKTERISTIK LAHAN DENGAN PRODUKTIVITAS TBS (Studi Kasus pada PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang, Bogor) Komarsa Gandasasmita 1), Basuki Sumawinata 1) dan Sry Nurmala 2) 1) Departemen Ilmu
Lebih terperinciSEMINAR TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH : NAMA :HENRIK FRANSISKUS AMBARITA NIM : : BUDIDAYA PERKEBUNAN PEMBIMBING : Ir. P.
SEMINAR TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH : NAMA :HENRIK FRANSISKUS AMBARITA NIM : 0901618 JURUSAN : BUDIDAYA PERKEBUNAN PEMBIMBING : Ir. P. Sembiring STIP-AP Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebuan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Sukaraja dan di Kecamatan Sukamakmur
26 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Sukaraja dan di Kecamatan Sukamakmur Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Sukaraja tahun 2006-2009 disajikan pada Tabel 5 dan Gambar 8. Tabel
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desa Pandu Senjaya merupakan wilayah dengan potensi pengembangan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa Pandu Senjaya merupakan wilayah dengan potensi pengembangan perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Pangkalan Lada, Kabupaten Kotawaringin Barat, selain beberapa desa
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.. Variasi NDVI Citra AVNIR- Citra AVNIR- yang digunakan pada penelitian ini diakuisisi pada tanggal Desember 008 dan 0 Juni 009. Pada citra AVNIR- yang diakuisisi tanggal Desember
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat
16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konservasi Tanah Salah satu faktor yang cukup penting dan peranannya sangat besar dalam usaha perkebunan kelapa sawit adalah kondisi sumberdaya lahannya. Keadaan tanah kebun inti I
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Tipe Pemanfaatan Lahan Salah satu tahapan sebelum melakukan proses evaluasi lahan adalah mendeskripsikan 11 atribut kunci Tipe Pemanfaatan Lahan (TPL). Secara rinci diuaraikan
Lebih terperinciPEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa
Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,
Lebih terperinciKEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis Daerah penelitian terletak pada 15 7 55.5 BT - 15 8 2.4 dan 5 17 1.6 LS - 5 17 27.6 LS. Secara administratif lokasi penelitian termasuk ke dalam wilayah Desa
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. SOCIATE FINANCIARE DES CHACILUS MEDANSA oleh bangsa belgia. Pada tahun 1996-
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Informasi Umum 1. Sejarah Perusahaan PT. SOCFINDO merupakan suatu usaha kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan perusahaan dari negeri belgia. Perusahaan ini berdiri pada
Lebih terperinci: panjang cm; lebar cm. Warna tangkai daun. Berat rata-rata kailan pertanaman. Daya Simpan pada suhu kamar
Lampiran 1. Deskripsi Varietas kailan Varietas Tropica Sensation Asal Silsilah Golongan Varietas Umur mulai panen Tipe tanaman Tinggi tanaman Bentuk batang Diameter batang Warna batang Bentuk daun Tepi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit
31 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Penunasan terhadap Produksi, Jumlah Tandan dan BTR Pengaruh penunasan dilihat dari pengaruhnya terhadap produksi, jumlah tandan dan bobot tandan rata-rata pada setiap kelompok
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.
19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak
Lebih terperinciMenurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili
Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah
Lebih terperinciBAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang
BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu
11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dikebun Percobaan Cikatas,Kampus IPB Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian tempat 250 meter di atas permukaan laut.
Lebih terperinciPENYIAPAN BIBIT UBIKAYU
PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok
26 HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok Sistem manajemen perkebunan kelapa sawit pada umumnya terdiri atas Kebun (Estate) yang dikepalai oleh seorang Estate Manager. Seorang Estate Manager membawahi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang memiliki nilai ekonomis dan kandungan gizi yang tinggi seperti vitamin,
Lebih terperinciBAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.03/MENHUT-V/2004 TANGGAL : 22 JULI 2004 BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung pada letak 5 22' 10" LS dan 105 14' 38" BT dengan ketinggian 146 m dpl
Lebih terperinciKERAGAMANTANAMAN DANPRODUKSI KELAPASAWIT PTPERKEBUNANNUSANTARAV
ALBUM FOTO http://www.riaupos.co/ KERAGAMANTANAMAN DANPRODUKSI KELAPASAWIT PTPERKEBUNANNUSANTARAV 2 JUNI 2014 2 3 KATAPENGANTAR PT Perkebunan Nusantara V (PTPN V) Persero merupakan salah satu perkebunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki iklim tropis sehingga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki iklim tropis sehingga Indonesia cocok untuk melestarikan dan memajukan pertanian terutama dalam penyediaan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh
3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili
Lebih terperinciBISNIS BUDIDAYA KARET
BISNIS BUDIDAYA KARET TEKNOLOGI BUDIDAYA KARET Untuk membangun kebun karet diperlukan manajemen dan teknologi budidaya tanaman karet yang mencakup, kegiatan sebagai berikut: Syarat tumbuh tanaman karet
Lebih terperinciKEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi
KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Lokasi kebun PT JAW terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Wilayah kebun dapat diakses dalam perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu merupakan bahan pangan pokok ketiga setelah beras dan jagung. Daunnya dapat digunakan sebagai
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI MAGANG
KONDISI UMUM LOKASI MAGANG PT Windu Nabatindo Abadi adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), Bangun Koling
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai
Lebih terperinci1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pola jaringan drainase dan dasar serta teknis pembuatan sistem drainase di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan kelapa sawit merupakan jenis usaha jangka panjang. Kelapa sawit yang baru ditanam saat ini baru akan dipanen hasilnya beberapa tahun kemudian. Sebagai tanaman
Lebih terperinciBAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR
13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Citra 5.1.1 Kompilasi Citra Penelitian menggunakan citra Quickbird yang diunduh dari salah satu situs Internet yaitu, Wikimapia. Dalam hal ini penulis memilih mengambil
Lebih terperincigeografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph)
KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami sifat kimia tanah. 2. Memahami vegetasi tanah. 3. Memahami
Lebih terperinciMETODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN
54 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS SUMATERA BARAT. PT. Bakrie Pasaman Plantations ini bernaung dibawah PT. Bakrie
Lebih terperinciNovelgro Terra & NPK Organik
Novelgro Terra & NPK Organik Aplikasinya pada HTI Eukaliptus Peningkatan volume akar Mengaktifkan Sistem Enzim Tanaman Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit, serta stress lingkungan.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium
14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanian dan Pemanasan Global Pemanasan global yang kini terjadi adalah akibat dari makin meningkatnya gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, baik secara alami maupun secara buatan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian
10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.
IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Geomorfologi Geomorfologi adalah studi yang mendiskripsikan bentuklahan, proses-proses yang bekerja padanya dan menyelidiki kaitan antara bentuklahan dan prosesproses tersebut
Lebih terperinci