MANAJEMEN PANEN DAN TRANSPORTASI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANAJEMEN PANEN DAN TRANSPORTASI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH"

Transkripsi

1 MANAJEMEN PANEN DAN TRANSPORTASI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH SYAHRINA RAHMA DHANI A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Panen dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kalimantan Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2014 Syahrina Rahma Dhani NIM A

4 ABSTRAK SYAHRINA RAHMA DHANI. Manajemen Panen dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh ADE WACHJAR. Tujuan kegiatan magang di PT Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro adalah untuk mempelajari kegiatan pengelolaan kebun kelapa sawit.magang dilaksanakan di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Windu Nabatindo Abadi, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah dari bulan Maret-Juni Metode pelaksanaan magang terdiri atas aspek teknis dan manajerial dengan aspek khusus pengamatan manajemen panen dan transportasi. Aspek teknis di lapangan dilakukan pada saat menjadi karyawan harian lepas selama satu bulan, aspek manajerial dilakukan saat menjadi pendamping mandor selama satu bulan dan pendamping asisten selama dua bulan. Hasil pengamatan menunjukkan kegiatan panen yang dilakukan kurang tepat sehingga menjadikan adanya losses panen. Losses panen disebabkan oleh kriteria matang panen yang kurang tepat oleh pemanen, kekurangan tenaga kerja, dan kapasitas pabrik yang kurang. Pemahaman teknis pemanenan perlu sering disosialisasikan agar dapat menekan losses yang terjadi pada kegiatan panen. Kata kunci: kelapa sawit, manajemen panen, kriteria matang panen, losses. ABSTRACT SYAHRINA RAHMA DHANI. Harvesting and Transportation Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Sungai Bahaur Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kalimantan Tengah. Supervised by ADE WACHJAR. The purpose in PT Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro of the internship bas is learning about the management activity of oil palm plantation. The internship was conducted at Division 3 of Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Windu Nabatindo Abadi, Kotawaringin Timur, in Central Borneo Province from March until June The method used in internship process consists of technical and managerial aspects with observation of harvesting and transportation as the specific aspect. Technical aspects in the field was conducted at a time when the employee becomes a freelance daily for a month, managerial aspects done today to become the escort foreman for one month and companion assistant for two months. The observations indicate that harvest activities do less precise so as to make the harvest losses. Crop losses caused by the ripe harvest criteria, less precise by harvesters, shortage of labor, and factory capacity less. The harvester technical knowledge needed to be socialized so that the yield losses can be reduced. Keywords: oil palm, harvesting management, harvesting mature criteria, losses.

5 MANAJEMEN PANEN DAN TRANSPORTASI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH SYAHRINA RAHMA DHANI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7

8

9 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah atas segala karunia-nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam kegiatan magang yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 sampai Juli 2014 ini ialah Manajemen Panen dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kalimantan Tengah. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan saran-saran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 2. Bapak Dr Ir Supijatno, MSi dan Ibu Dr Ir Endah R Palupi, MSc selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dan saran-saran sehingga skripsi ini dapat disempurnakan. 3. Bapak Azwir selaku manajer Kebun Sungai Bahaur Estate beserta staf dan karyawan yang telah membimbing dan memberikan fasilitas dalam melaksanakan magang. 4. Seluruh Direksi BGA Group yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan magang pada salah satu kebun miliknya. 5. Ayah Abd. Fatah dan Ibu Endang Kosminingsih selaku orang tua yang telah mendukung dan memberikan semangat selama kegiatan magang dan pembuatan skripsi. 6. Hupudio Hutomo Widodo, M. Fahmi, Budi Sarjono, Adi Sukmo, Anggita P, Agung S, Rendi S, Siti Aisyah, Nani Wijayanti dan teman-teman Agronomi Hortikultura angkatan 47 yang membantu dan memberikan semangat dalam pembuatan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Desember 2014 Syahrina Rahma Dhani

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Magang 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Panen 2 Transportasi TBS 5 METODE MAGANG 5 Tempat dan Waktu 5 Metode Pelaksanaan 5 Pengamatan dan Pengumpulan Data 6 Pengamatan Panen 6 Analisis Data dan Informasi 7 KEADAAN UMUM 7 Letak Geografis dan Letak Wilayah Administratif 8 Keadaan Tanah dan Iklim 8 Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan 8 Keadaan Tanaman dan Produksi 9 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 9 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 10 Aspek Teknis 10 Aspek Manajerial 29 PEMBAHASAN 31 Persiapan panen 31 Pelaksanaan panen 34 Pengawasan panen 35 Transportasi Panen 37 KESIMPULAN DAN SARAN 38 Kesimpulan 38 Saran 38 DAFTAR PUSTAKA 38 LAMPIRAN 39

11 DAFTAR TABEL 1. Jumlah tenaga kerja staf dan non staf di Sungai Bahaur Estate tahun Pedoman aplikasi herbisida untuk tanaman di atas 5 tahun di Bumitama Gunajaya Agro Rekomendasi pupuk di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate tahun Persentase kehadiran dan absensi tenaga kerja panen di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate pada bulan Mei Hasil taksasi produksi harian dan hasil aktual panen di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate Rencana dan realisasi rotasi panen terhadap pencapaian produksi di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate pada bulan Maret hingga Mei Jumlah brondolan yang jatuh di piringan sebelum TBS dipanen Hasil pengamatan kualitas hanca di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate Hasil pengamatan kualitas panen mutu buah di TPH Divisi 3 Sungai Bahaur Estate Persen total capai basis pemanen di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate Daftar pembagian seksi, basis tandan dan rupiah per tandan di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate Contoh perhitungan premi pemanen di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate Lama waktu pengiriman buah dari Divisi 3 Sungai Bahaur Estate ke PKS Selucing Agro Mill 29 DAFTAR GAMBAR 1. Benefit plant Turnera ulmifolia Tanaman LCC: (a) menutupi pasar pikul, (b) menutupi piringan Pemasangan bendera semprot di Divisi 3 SBHE Penyimpanan untilan pupuk di gudang: (a) susunan untilan pupuk, (b) papan administrasi untilan pupuk Ukuran cepuk pupuk Dolomit di SBHE Penimbunan pasar pikul di Divisi 3 SBHE Perawatan jalan secara manual di Divisi 3 SBHE Macam-macam buah kelapa sawit: (a) buah partenocarpi, (b) buah hermafrodit 24 DAFTAR LAMPIRAN 1. Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor Jurnal harian sebagai pendamping asisten Peta jenis tanah di Sungai Bahaur Estate Keadaan data curah hujan bulanan di Sungai Bahaur Estate tahun Luas areal konsesi dan tata guna lahan di Sungai Bahaur Estate Peta tahun tanam kelapa sawit di Sungai Bahaur Estate Keadaan produksi kelapa sawit di Sungai Bahaur Estate tahun Strukur organisasi Sungai Bahaur Estate tahun RIWAYAT HIDUP 53

12

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditas kelapa sawit memiliki kegunaan baik bagi industri pangan maupun non pangan. Menurut Pardamean (2008) minyak yang berasal dari kelapa sawit terdiri atas dua macam, yaitu minyak yang berasal dari daging buah (mesokarp) yang disebut crude palm oil (CPO) dan minyak yang berasal dari inti sawit yang disebut palm kernel oil (PKO). Minyak kelapa sawit untuk industri pangan digunakan sebagai minyak goreng, margarin, dan makanan panggang, sedangkan untuk industri non pangan digunakan sebagai bahan bakar nabati, sabun, detergen, kosmetik, dan obat-obatan (Adi 2010). Minyak kelapa sawit mempunyai daya saing yang cukup kompetitif dibandingkan minyak nabati lainnya. Beberapa keunggulan kelapa sawit yaitu produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan minyak nabati lain dan merupakan tanaman tahunan yang mudah beradaptasi dengan lingkungan dan perubahan agroklimat. Industri kelapa sawit merupakan kontributor penting dalam produksi di Indonesia, serta berpotensi menghasilkan perkembangan ekonomi dan sosial yang signifikan di Indonesia. Permintaan dunia akan kelapa sawit diperkirakan akan semakin meningkat, sehingga industri kelapa sawit menjadi sarana meraih nafkah dan perkembangan ekonomi bagi sejumlah besar masyarakat miskin di pedesaan Indonesia. Minyak kelapa sawit merupakan produk pertanian terbesar di Indonesia. Industri minyak kelapa sawit Indonesia mengalami pertumbuhan pesat dalam beberapa tahun terakhir ini. Perluasaan lahan kelapa sawit terus meningkat dari tahun ke tahun, pada tahun 2007 luas lahan kelapa sawit tercatat ha, kemudian tahun 2012 lahan meningkat menjadi ha (Ditjenbun 2013). Areal tanaman kelapa sawit seluas tersebut terbagi atas tiga bentuk pengusahaan, yaitu ha diusahakan perkebunan rakyat (PR), ha diusahakan perkebunan besar negara (PBN), dan ha diusahakan perkebunan besar swasta (PBS). Perluasan areal kelapa sawit terjadi karena permintaan dunia akan minyak nabati semakin meningkat dan Indonesia mampu menghasilkan minyak nabati melalui kelapa sawit dalam bentuk crude palm oil (CPO). Hasil minyak kelapa sawit Indonesia terus mengalami peningkatan sehingga ekspor CPO juga semakin meningkat. Pada tahun 2007 Indonesia mampu mengekspor CPO sebanyak ton dengan nilai US$ , kemudian tahun 2011 volume ekspor CPO Indonesia meningkat menjadi ton dengan nilai US$ (Ditjenbun 2013). Perkebunan kelapa sawit merupakan jenis usaha jangka panjang. Kelapa sawit yang ditanam pada saat ini baru akan dipanen hasilnya 2 3 tahun kemudian, sehingga diperlukan investasi yang dapat menjamin hasil akhir yang maksimal. Investasi yang dapat menghasilkan produksi kelapa sawit yang maksimal ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu: faktor lingkungan, faktor genetik, dan faktor teknik budidaya. Faktor lingkungan meliputi iklim dan kelas kesesuaian lahan. Faktor genetik meliputi penggunaan bahan tanam/varietas kelapa sawit yang unggul. Faktor teknik budidaya meliputi pembibitan, pembukaan lahan, penanaman, perawatan tanaman, hingga pemanenan. Apabila teknik budidaya

14 2 sampai perawatan terpenuhi dengan baik, maka kemungkinan besar akan menghasilkan produksi yang maksimal. Faktor akhir penentu keberhasilan budidaya tanaman adalah pengelolaan pemanenan. Produksi maksimum tanpa adanya pengelolaan pemanenan yang baik dan benar akan mengakibatkan kehilangan hasil yang berarti. Masalah yang sering terjadi di perkebunan kelapa sawit yaitu kehilangan hasil pada saat proses pemanenan. Brondolan yang tidak dikutip dan gagang tandan buah segar (TBS) lebih dari 1 cm dapat menyebabkan meningkatnya kehilangan hasil (Lubis 1992). Pahan (2006) menyatakan bahwa sumber-sumber kerugian produksi di lapangan sering terjadi dengan memotong buah mentah, buah masak tidak dipanen, brondolan tidak dikutip, buah atau brondolan dicuri, serta buah di tempat pengumpulan hasil (TPH) tidak terangkut ke pabrik kelapa sawit (PKS). Produktivitas kelapa sawit yang tinggi dengan minyak yang berkualitas dihasilkan dari manajemen panen yang baik, mulai dari persiapan panen hingga transportasi tandan buah segar (TBS) ke pabrik. Berdasarkan uraian di atas sangat penting mempelajari aspek manajemen panen dan transportasi kelapa sawit yang baik untuk menekan kehilangan hasil dan memperoleh hasil kelapa sawit yang berkualitas. Tujuan Magang Adapun tujuan magang sebagai berikut: 1. Mempelajari proses produksi kelapa sawit mulai dari penanganan pra panen, panen, dan pasca panen baik dari aspek teknis maupun aspek manajerial. 2. Meningkatkan keterampilan dalam melakukan proses kerja yang nyata di lapangan serta menambah pengalaman dan wawasan pengetahuan di bidang perkebunan kelapa sawit. 3. Mempelajari pengelolaan panen dan penanganan pasca panen secara mendalam serta mempelajari permasalahan dan upaya mengatasinya. TINJAUAN PUSTAKA Panen Tujuan akhir dari sistem budidaya adalah produksi. Suatu areal tanaman sawit dapat disebut sebagai tanaman menghasilkan (TM) dan dapat dipanen apabila 60% atau lebih dari populasi tandan buah segar (TBS) telah masak, tanaman berumur kurang lebih 3 tahun, berat janjang mencapai 3 kg atau lebih, dan penyebaran panen mencapai 1:5, yaitu minimal terdapat 1 tanaman dengan tandan buah yang matang panen pada setiap 5 pohon (Pardamean 2011). Buah kelapa sawit mencapai kematangan (siap untuk dipanen) sekitar umur 5 6 bulan setelah terjadi penyerbukan (Mangoensoekarjo dan Semangun 2005). Variasi terhadap jangka waktu kematangan buah dapat terjadi karena pengaruh faktorfaktor iklim. Panen pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong

15 3 tandan buah masak, memungut berondolan, dan mengangkut TBS ke tempat pengumpulan hasil (TPH) (Satyawibawa dan Widyastuti 1992). Pekerjaan memotong buah merupakan pekerjaan utama dalam pemanenan, karena langsung menjadi sumber pemasukan uang bagi perusahaan melalui minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit. Pahan (2006) menyatakan bahwa cara panen yang tepat akan memengaruhi kuantitas produksi (ekstraksi) dan waktu yang tepat akan memengaruhi kualitas produksi (asam lemak bebas). Saat buah mulai masak, kandungan minyak dalam daging buah (mesokarp) meningkat mengakibatkan asam lemak bebas (ALB) dalam buah juga terus meningkat. Buah dengan ALB yang tinggi menyebabkan minyak membeku pada suhu kamar sehingga menyulitkan dalam proses transportasi minyak (Sastrosayono 2003). Teknik pemanenan dapat memengaruhi cepat tidaknya pembentukan ALB pada TBS yang sedang dipanen. Manajemen panen yang baik dapat menekan terbentuknya ALB pada saat pemanenan, sehingga perusahaan dapat meraih produksi semaksimal mungkin. Menurut Pahan (2006) manajemen panen kelapa sawit dapat menerapkan syarat-syarat dan ketentuan agar tidak menimbulkan losses yang berlebih yang terdiri atas beberapa aspek, yaitu sumberdaya manusia (SDM) yang terampil, sarana panen yang memadai, sistem premi yang menarik, dan organisasi panen yang baik. Persiapan Panen Panen TBS perlu dipersiapkan dengan baik. Persiapan panen perlu adanya jalan, peralatan, dan bahan untuk panen (Naibaho 1998). Jalan merupakan faktor penunjang dalam pengumpulan produksi mulai dari pohon sampai ke pabrik, jalan yang diperlukan adalah jalan pikul (pasar pikul) dan jalan pengumpulan hasil (jalan produksi). Peralatan dan bahan untuk pemotongan buah perlu disiapkan sesuai dengan umur buah yang akan dipanen. Persiapan panen dapat meliputi penetapan seksi panen, penetapan luas hanca kerja pemanen, dan penetapan luas hanca kerja per kemandoran. Kriteria Matang Panen Kriteria matang panen adalah pedoman yang digunakan untuk menentukan apakah buah dinyatakan matang, mentah, atau busuk (Naibaho 1998). Kriteria matang panen yang didasarkan pada kandungan minyak dalam tandan semaksimal mungkin dan kandungan asam lemak bebas yang rendah dapat mempermudah pengolahan dan penyeragaman kualitas tandan. Kriteria umum untuk tandan buah yang dapat dipanen yaitu apabila ada dua brondolan (buah yang lepas dari tandannya) untuk tiap kilogram tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau satu buah brondolan untuk tiap kg tandan yang beratnya lebih dari 10 kg jatuh ke piringan (Setyamidjaja 2006). Kerapatan Panen dan Taksasi Panen Harian Kerapan panen adalah sejumlah angka yang menunjukkan tingkat pohon matang panen di dalam satu areal (Fauzi et al. 2008). Tujuan penghitungan kerapatan panen adalah untuk memperkirakan produksi harian. Penentuan kerapatan panen dilakukan satu hari sebelum pelaksanaan panen di areal yang akan dipanen. Penentuan kerapatan panen sangat penting dilakukan untuk

16 4 menentukan jumlah tenaga kerja dan kebutuhan sarana pengangkut hasil panen. Taksasi panen adalah perhitungan terhadap kemungkinan tiap tanaman, yang dipanen menghasilkan sejumlah tandan masak dari tiap rotasi. Taksasi panen dapat dihitung dengan perkalian persentase AKP dengan pokok produktif pada areal yang akan dipanen dan berat janjang rata-rata (BJR) blok tersebut. Tenaga Kerja Kebutuhan tenaga kerja dalam proses pemanenan harus mempertimbangkan hasil taksasi harian, luas areal, topografi lahan, dan kemampuan pekerja agar pekerjaan panen dapat berjalan dengan baik. Jumlah tenaga kerja pemanen yang dibutuhkan dapat dihitung dengan hasil taksasi panen harian, luas areal tanaman menghasilkan (TM) atau membandingkan potensi hasil bagi kapasitas panen per orang per hari. Produktivitas tenaga kerja panen dipengaruhi oleh hasil yang diterima dan lama masa kerja pemanen (Trismiaty et al. 2008). Persen Kehilangan Panen Kehilangan hasil (losses) berpengaruh terhadap produksi. Brondolan tidak dikutip, buah matang ditinggal di pohon, buah matang ditinggal di kebun, hasil panen tercecer di jalan, janjang kosong terbawa ke pabrik, TBS tidak terangkut dalam waktu yang telah ditentukan dan antrian TBS di pabrik termasuk kehilangan hasil pada saat panen dan pasca panen. Pelaksanaan Panen Pelaksanaan panen pada kelapa sawit berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara panen yang umum dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Tanaman yang memiliki tinggi 2 5 m digunakan cara panen membungkuk dengan alat dodos, sedangkan tanaman yang tingginya 5 10 m dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan alat kapak gancu. Cara egrek digunakan untuk tanaman yang tingginya lebih dari 10 m dengan alat arit bergagang panjang (Fauzi et.al 2008). Standar pelaksanaan panen pada setiap perusahaan dapat berbeda karena memiliki standar operasional prosedur (SOP) masing-masing. Rotasi dan Sistem Panen Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya pada tempat yang sama. Rotasi panen dianggap baik apabila buah tidak lewat matang, yaitu menggunakan sistem 5/7, artinya dalam satu minggu terdapat lima hari panen (misalnya Senin-Jumat), dan masing-masing ancak panen diulang untuk dipanen tujuh hari berikutnya (Satyawibawa dan Wisyatuti 1992). Fauzi et al. (2008) menyatakan bahwa dikenal dua sistem ancak panen, yaitu sistem giring dan sistem tetap. Sistem giring yaitu apabila suatu ancak telah selesai dipanen, pemanen pindah ke ancak berikutnya yang telah ditunjuk oleh mandor, begitu seterusnya. Sistem tetap yaitu sistem yang baik diterapkan pada areal perkebunan yang sempit, topografi yang curam, dan dengan tahun tanam yang berbeda. Pada sistem ini pemanen diberi ancak dengan luas tertentu tidak berpindah-pindah.

17 5 Basis dan Premi Panen Basis panen adalah jumlah minimum TBS yang harus dipanen oleh pemanen dalam satu hari ditentukan berdasarkan tinggi tanaman, topografi dan BJR berdasarkan tahun tanamnya. Premi adalah upah yang diberikan kepada pemanen yang melebihi basis. Tujuan pemberian premi adalah untuk memberikan penghargaan kepada pekerja apabila hasil kerjanya di atas standar yang ditentukan, mendorong kenaikan output (janjang HK -1 ), tetapi tidak dengan biaya yang lebih tinggi dari biaya standar jam dinas, serta memupuk rasa tanggung jawab pekerja terhadap tugasnya (Pahan 2006). Transportasi TBS Transportasi atau pengangkutan TBS dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu pengangkutan TBS dari tanaman yang dipanen ke TPH yang menjadi tanggung jawab pemanen dan pengangkutan TBS dari TPH ke PKS yang menjadi tanggung jawab krani transport (Mangoensoekarjo dan Semangun 2005). Buah kelapa sawit (TBS) yang dipotong hari ini harus segera diangkut ke pabrik dan diolah langsung agar asam lemak bebas (ALB) tidak semakin tinggi. Pengolahan TBS harus sudah dilaksanakan paling lambat 8 jam setelah panen agar terhindar dari terbentuknya ALB (Setyamidjaja 2006). Faktor eksternal yang dapat meningkatkan kadar ALB dalam minyak sawit antara lain pemanenan kelapa sawit yang tidak tepat waktu, keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah, dan penumpukan buah yang terlalu lama (Alfiah dan Susanto 2014). Keterlambatan pengangkutan buah dapat mengakibatkan buah menjadi restan. Buah restan akan memengaruhi proses pengolahan, kapasitas olah dan mutu produk akhir. Pemilihan alat angkut yang tepat dan kontur jalan yang mendukung dapat membantu mengatasi masalah kerusakan buah selama pengangkutan yang dapat menekan peningkatan ALB. Transportasi di perkebunan kelapa sawit sangat penting sehingga diperlukan perawatan dan cara perbaikan kendaraan. METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group Plantation, Desa Pundu, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah, mulai bulan Maret hingga Juli Metode Pelaksanaan Kegiatan magang yang dilaksanakan meliputi seluruh kegiatan yang menyangkut aspek teknis di lapangan dan aspek manajerial. Aspek teknis di lapangan dilakukan pada saat menjadi karyawan harian lepas (KHL) selama satu

18 6 bulan. Aspek manajerial dilakukan pada saat menjadi pendamping mandor selama satu bulan dan pendamping asisten selama dua bulan. Kegiatan teknis yang dilakukan pada saat menjadi KHL meliputi semua tugas lapangan yang diperintahkan sesuai dengan kebutuhan kebun yaitu mulai dari kegiatan perawatan hingga produksi. Kegiatan perawatan yang dilakukan terdiri atas pengendalian gulma secara manual dan kimia, pemupukan, dan perawatan jalan secara manual. Kegiatan produksi yang dilakukan terdiri atas pemotongan TBS, pemungut brondolan (helper) hanca dan TPH serta sensus buah hitam. Kegiatan yang dilakukan pada saat menjadi pendamping mandor meliputi, membantu menentukan jumlah karyawan yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan yang akan dilakukan, melakukan apel pagi, membantu mengawasi karyawan harian, membantu menghitung kebutuhan pupuk dan herbisida, serta membuat laporan harian mandor. Kegiatan yang dilakukan pada saat menjadi pendamping asisten tingkat divisi meliputi membantu penyusunan rencana kerja divisi, melaksanakan rencana kerja yang telah disusun, mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang telah dijadwalkan, dan mengevaluasi pekerjaan yang telah dilaksanakan. Kegiatan penulis saat menjadi KHL, pendamping mandor, dan pendamping asisten tercantum pada jurnal harian (Lampiran 1, 2, dan 3). Pengamatan dan Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan, diskusi dan wawancara dengan staf kebun. Data primer meliputi data kegiatan panen yaitu organisasi panen, kriteria matang panen, angka kerapatan panen, tenaga kerja, kualitas panen, transportasi panen, penetapan sistem dan rotasi panen, basis dan premi panen. Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen perusahaan (laporan tahunan, semesteran, dan bulanan) meliputi letak geografis dan administratif kebun, keadaan tanah dan iklim, luas areal dan tata guna lahan, kondisi tanaman dan produksi, struktur organisasi dan norma ketenagakerjaan perusahaan. Pengamatan Panen Pengamatan yang dilakukan pada kegiatan magang di perkebunan kelapa sawit meliputi: Organisasi panen Data mengenai organisasi panen diperoleh dari dokumen di kantor divisi dan kebun serta melakukan wawancara dengan asisten divisi. Kriteria matang panen Pengamatan kriteria matang panen dilakukan dengan mengikuti pemanen contoh untuk mengamati kesesuaian kriteria matang panen yang diterapkan oleh pemanen dengan standar perusahaan. Pengamatan terhadap kriteria matang panen dilakukan dengan menghitung jumlah brondolan di piringan sebelum TBS diturunkan dan disesuaikan dengan standar perusahaan. Jumlah pemanen contoh adalah 10 orang. Jumlah pokok yang diamati adalah 15 pokok setiap pemanen dengan tiga kali ulangan.

19 7 Angka kerapatan panen (AKP) Pengamatan kerapatan panen dilakukan dengan cara menyensus blok yang akan dipanen esok hari. Kemudian dalam satu blok diambil 6 jalur pasar pikul atau dengan mengambil sampel 10% dari populasi pokok setiap blok. Angka kerapatan panen diperoleh dengan rumus berikut: Kerapatan panen = x 100% Tenaga kerja Pengamatan dilakukan dengan membandingkan kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan sesuai SOP perusahaan dengan fakta di lapangan. Kualitas panen Pengamatan kualitas panen terdiri atas pengamatan pada mutu buah dan mutu hanca. Mutu buah yang dilakukan di TPH dengan mengamati jumlah buah mentah, kurang matang, matang, lewat matang dan janjang kosong. Pengamatan mutu buah dilakukan terhadap 8 pemanen dengan setiap pemanen empat TPH. Pengamatan pada mutu hanca dilakukan di dalam hanca pemanen yang telah selesai melakukan panen dengan mengamati jumlah buah terpanen, jumlah buah tinggal, brondolan segar tertinggal, brondolan busuk tertinggal, persentase kehilangan hasil (losses), dan persentase efisiensi panen. Pengamatan mutu hanca dilakukan terhadap 8 pemanen dengan setiap pemanen 3 pasar pikul. Transportasi panen Pengamatan dilakukan dengan mengamati kapasitas alat pengangkut, jumlah alat angkut yang diperlukan untuk setiap kali panen, dan waktu tempuh TBS sampai ke pabrik. Penetapan sistem dan rotasi panen Data mengenai penetapan sistem dan rotasi panen diperoleh dari arsip kebun dan wawancara langsung kepada asisten atau mandor kebun. Basis dan premi panen Data mengenai basis dan premi pemanen diperoleh melalui wawancara dengan pekerja, mandor, atau asisten kebun serta data dari kebun. Analisis Data dan Informasi Hasil pengamatan berupa data primer dan data sekunder dengan berbagai peubah dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif, uji-t student, persentase (%), dan nilai rata-rata yang digunakan sebagai bahan perbandingan dengan studi pustaka dan norma-norma baku tentang budidaya kelapa sawit. KEADAAN UMUM Bumitama Gunajaya Agro Grup (BGA) merupakan kelompok perusahaan agribisnis yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit. PT Windu Nabatindo Abadi (WNA) merupakan salah satu perusahaan BGA yang terletak di Wilayah 4 yang bertempat di Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. PT WNA menaungi 3 manajemen kebun kelapa sawit, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai

20 8 Cempaga Estate (SCME), dan Bangun Koling Estate (BKLE). Bumitama Gunajaya Agro Wilayah 4 dilengkapi dengan satu pabrik kelapa sawit yang bernama Selucing Agro Mill (SAGM). Penulis tergabung dalam manajemen SBHE Divisi 3. Letak Geografis dan Letak Wilayah Administratif Sungai Bahaur Estate (SBHE) PT Windu Nabatindo Abadi Bumitama Gunajaya Agro terletak di Jalan Tjilik Riwut KM 42 Desa Pundu, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Secara geografis SBHE terletak pada lintang BT dan LS. Sungai Bahaur Estate sebelah utara dan barat berbatasan dengan Sungai Cempaga Estate (SCME), sebelah timur berbatasan dengan PT Bisma Darma Kencana, dan sebelah selatan berbatasan dengan Selucing Agro Estate (SAGE). Keadaan Tanah dan Iklim Lahan Sungai Bahaur Estate (SBHE) memiliki bentuk topografi datar hingga bergelombang. Lahan datar dengan tingkat kemiringan 0 8% dan lahan bergelombang dengan tingkat kemiringan 8 15%. Kondisi tanah secara umum tergolong bertekstur pasir hingga lempung liat berpasir. Jenis tanah dominan di kebun SBHE ada 3, yaitu tanah inceptisol 66.6%, tanah kaolin 20.5%, dan tanah ultisol 12.9%. Peta jenis tanah kebun SBHE dapat dilihat pada Lampiran 4. Keadaan iklim menurut Schmidth-Ferguson tergolong tipe iklim A (sangat basah). Curah hujan rata-rata tahunan selama 8 tahun terakhir ( ) di SBHE adalah mm/tahun dengan rata-rata hari hujan hari/tahun dan rata-rata bulan kering 0.88 serta rata-rata bulan basah Data curah hujan di kebun SBHE pada tahun dapat dilihat pada Lampiran 5. Kelas lahan SBHE termasuk ke dalam lahan kelas S3 dengan faktor pembatas utama tekstur tanah pasir berlempung. Peningkatan kesuburan tanah di SBHE terus dilakukan agar pemanfaatan lahan pada kondisi S3 dapat optimal. Peningkatan kesuburan tanah di SBHE dilakukan dengan penanaman legum cover crop (LCC), penggunaan pupuk anorganik yang tepat dan efisien serta aplikasi bahan organik dengan pemupukan janjangan kosong hasil dari limbah PKS. Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan PT Windu Nabatindo Abadi (WNA) memiliki areal hak guna usaha (HGU) seluas ha yang terbagi dalam 3 kebun, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE) ha, Sungai Cempaga Estate (SCME) ha dan Bangun Koling Estate (BKLE) ha. Areal SBHE terdiri atas areal diusahakan dan areal mungkin bisa ditanam. Luas areal dan tata guna lahan SBHE dapat dilihat pada Lampiran 6. Areal diusahakan terdiri atas areal yang ditanam dan areal prasarana. Areal tanam dibagi menjadi 5 divisi dengan pembagian luas lahan per divisi sebagai berikut: Divisi 1 dengan luas ha terbagi menjadi 24 blok, Divisi 2 dengan luas ha terbagi menjadi 31 blok, Divisi 3 dengan luas ha terbagi menjadi 24 blok, Divisi 4 dengan luas ha terbagi menjadi 32 blok, dan Divisi 5 dengan luas ha terbagi menjadi 30 blok.

21 9 Keadaan Tanaman dan Produksi Kelapa sawit yang diusahakan di SBHE berasal dari varietas Marihat yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Jarak tanam yang digunakan yaitu 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan keseluruhan populasi tanaman sehingga rata-rata per hektar 136 pohon, tetapi data stand per ha (SPH) menunjukkan data populasi yang beragam berkisar 120 hingga 150 per hektar. Hal ini disebabkan oleh SHBE merupakan kebun take over dari PT Surya Barokah yang kurang terawat. Keadaan kebun yang tidak terawat kemudian BGA melakukan konsolidasi dan menambah tanaman sisipan pada pokok yang kerdil, abnormal, tidak produktif dan mati. Sungai Bahaur Estate terdiri atas kebun inti dan kebun plasma yang keseluruhannya mengelola tanaman menghasilkan (TM). Kebun inti terletak di Divisi 4 dan 5 seluas ha dan kebun plasma terletak di Divisi 1, 2 dan 3 seluas ha. Tanaman menghasilkan di SBHE memiliki tahun tanam yang beragam pada setiap Divisi, terdapat 12 tahun tanam yaitu tahun 1998 sampai dengan 2010 dengan setiap tahun ada penanaman. Peta tahun tanam SBHE dapat dilihat pada Lampiran 7. Produksi TBS di SBHE 5 tahun terakhir ( ) mengalami peningkatan setiap tahunnya, kecuali pada tahun Peningkatan produksi disebabkan oleh peningkatan luas areal TM, perawatan yang intensif, curah hujan yang cukup, dan pemupukan yang efektif. Penurunan produksi pada tahun 2013 menurut Departemen Riset karena faktor cuaca dan iklim karena hampir sebagian besar perusahaan sawit Indonesia mengalami penurunan produksi pada tahun Produksi TBS SBHE selama 5 tahun dapat dilihat pada Lampiran 8. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Sungai Bahaur Estate dipimpin oleh seorang manajer. Manajer memiliki tugas dan tanggung jawab penuh untuk mengelola seluruh areal kebun baik secara operasional dan administrasi. Dalam pengelolaan kebun SBHE seorang manajer dibantu langsung oleh 1 orang asisten kepala (askep), 5 orang asisten divisi, dan 1 orang kepala administrasi estate (kasie). Asisten kepala bertanggung jawab langsung kepada manajer. Asisten Divisi berada di bawah asisten kepala yang memiliki tugas dan tanggung jawab mengelola kebun tingkat divisi yang dibantu oleh mandor dan krani. Mandor divisi terdiri atas mandor 1, mandor panen, mandor pemupukan, mandor pengendalian gulma secara kimia, dan mandor perawatan. Krani terdiri atas krani divisi, krani panen dan krani transport. Kasie bertugas dalam administrasi kebun meliputi perencanaan biaya kegiatan kebun dan mengatur keuangan kebun. Kasie dalam mengelola administrasi kebun dibantu oleh accounting (akuntansi), kasir, personalia, administrasi tanam, mandor gudang dan tim keamanan. Akuntansi bertanggung jawab langsung kepada kasie. Personalia bertugas dalam bidang ketenagakerjaan kebun. Administrasi tanam bertugas menginput hasil produksi harian dan realisasi dari rencana kebun per divisi. Struktur organisasi SBHE dapat dilihat pada Lampiran 9. Tenaga kerja di BGA terdiri atas karyawan staf dan non staf. Tenaga kerja staf di SBHE terdiri atas 8 orang yaitu orang 1 manajer, 1 orang askep, 1 orang

22 10 kasie, dan 5 orang asisten divisi. Karyawan non staf terdiri atas karyawan bulanan, karyawan harian tetap (KHT), dan karyawan harian lepas (KHL). Jumlah tenaga kerja SBHE sebanyak 636 per minggu ke 4 bulan Juni Jumlah karyawan bulanan 53 orang, KHT berjumlah 396 orang dan KHL berjumlah 179 orang. Rasio pekerja per ha di SBHE adalah 0.15 HK ha -1. Dalam kegiatan operasional sehari-hari khususnya tenaga pemanen, dengan ITK 0.15 HK ha -1 kurang efisien. Komposisi jumlah tenaga kerja SBHE dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah tenaga kerja staf dan non staf di Sungai Bahaur Estate tahun 2014 No Status karyawan Jumlah (orang) 1 Staf 8 Non staf 2 Karyawan bulanan 53 3 Karyawan harian tetap (KHT) Karyawan harian lepas (KHL) 179 Total tenaga kerja 636 Sumber: Data kebun SBHE (2014) PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pengendalian Gulma Aspek Teknis Gulma adalah tumbuhan yang dapat menimbulkan kerugian baik bagi tanaman budidaya maupun manusia yang mengelola usahataninya. Pengendalian gulma merupakan kegiatan pemberantasan tumbuhan liar atau pengganggu tanaman utama. Tahapan pengendalian gulma di perkebunan dimulai dengan identifikasi gulma, pemilihan cara pengendalian, dan implementasinya. Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat semua jenis golongan gulma di kebun SBHE, tetapi gulma yang paling dominan yaitu dari golongan daun lebar. Gulma yang dominan di piringan yaitu Asystasia intrusa, dan kentosan. Jenis gulma yang dominan pada areal gawangan mati yaitu Asystasia intrusa, Mikania micrantha, Croton hirtus, Neprolepis biserata, Melastoma malabathricum, Centotheca lappacea, dan Stenochlaena palustris (pakis udang). Gulma golongan teki banyak ditemukan di parit-parit, seperti Cyperus rotundus, Cyperus kilingia, dan Cyperus compressus. Gulma dapat menjadi tanaman bermanfaat (benefit plant) bagi perkebunan kelapa sawit. Benefit plant bermanfaat dalam menekan pertumbuhan gulma dan tempat berkembangnya musuh alami bagi hama dan penyakit. Contoh tanaman bermanfaat ini adalah Axonopus compressus, Vetiveria zizanioides, Nephrolepis bisserata, Turnera ulmifolia. Benefit plant yang tumbuh di batang kelapa sawit yaitu Neprolepis biserata dan Cyclosorus aridus. Benefit plant pada batang kelapa sawit dipertahankan keberadaannya karena bermanfaat sebagai pengendalian gulma secara biologis yaitu mengurangi tingkat serangan ulat api. Benefit plant yang bermanfaat untuk pengendalian ulat api yang sengaja ditanam pada setiap

23 11 blok yaitu Turnera ulmifolia (Gambar 1). Gulma yang berada di gawangan mati hanya dibabad dempes, kecuali gulma berkayu karena berfungsi untuk melindungi tanah dari erosi. Pengendalian gulma di SBHE dilakukan pada areal piringan, pasar pikul, gawangan mati, dan TPH. Kegiatan pengendalian gulma dilakukan secara manual dan kimiawi. Konsep pengendalian gulma yang diterapkan perusahaan adalah pengelolaan gulma terpadu dengan memberdayakan seluruh komponen pengendalian, meliputi: kultur teknis dan tindakan preventif, biologis, manual atau mekanis, dan kimiawi. Gambar 1. Benefit plant Turnera ulmifolia Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual dilakukan pada areal piringan dan gawangan mati. Pengendalian gulma di piringan meliputi garuk piringan, tarik goloran (kacangan yang melilit daun kelapa sawit), dan dongkel anak kayu, sedangkan pengendalian gulma manual di gawangan mati dilakukan dengan cara babat dempes dan dongkel anak kayu. Pengendalian gulma secara manual lebih efektif dilakukan pada kondisi gulma yang berat. Rotasi pengendalian gulma di piringan dan gawangan adalah 3 kali dalam setahun. Pengendalian gulma secara manual di SBHE dikoordinir oleh seorang mandor perawatan. Prestasi kerja karyawan ditentukan pada kondisi gulma yang akan dibabat. Standar prestasi kerja pengendalian gulma secara manual, untuk babat gawangan mati dan tarik goloran yaitu 0.5 ha HK -1. Alat yang digunakan untuk pengendalian gulma secara manual yaitu parang, cados dan arit. Prestasi kerja karyawan adalah 1 ha HK -1 dan prestasi kerja penulis 0.5 ha HK -1 kegiatan pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan baik. Penanaman tanaman penutup tanah atau LCC merupakan salah satu cara pengendalian gulma secara biologi. Tanaman penutup tanah yang digunakan di Divisi 3 SBHE yaitu Mucuna bracteata (MB). Mucuna bracteata memiliki kelebihan pertumbuhan yang cepat sehingga manfaatnya dapat dengan cepat dimanfaatkan yaitu untuk menekan pertumbuhan gulma dan melindungi tanah dari erosi. Mucuna bracteata dengan pertumbuhan yang cepat dapat beralih fungsi menjadi gulma dominan di areal tertentu. Berdasarkan pengamatan penulis, MB yang menjadi gulma dominan di Divisi 3 SBHE terdapat di Blok A11, B07, B08, B09 dan D08. Blok-blok tersebut pengendalian gulma yang dilakukan kurang efektif. Blok A11 terdapat MB yang menutupi pasar pikul dan piringan (Gambar 2) yang menyebabkan pemanen malas mengutip brondolan hingga bersih.

24 12 (a) (b) Gambar 2. Tanaman LCC: (a) menutupi pasar pikul, (b) menutupi piringan Pengendalian gulma secara kimiawi. Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida. Herbisida yang digunakan berupa kontak dan sistemik. Herbisida kontak bekerja secara efektif dengan mematikan jaringan tumbuhan yang hanya terkena larutan, sedangkan herbisida sistemik bekerja secara efektif dengan ditranslokasi ke dalam jaringan tumbuhan sehingga mematikan jaringan sasarannya, seperti daun, tunas, titik tumbuh sampai perakarannya. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan pada gulma yang berada di piringan, pasar pikul, TPH, dan gawangan. Bahan aktif herbisida kontak yang digunakan di SBHE yaitu metil metsulfuron dan paraquat, sedangkan bahan aktif herbisida sistemik yaitu glifosat. Metode pengendalian gulma secara kimiawi di BGA disebut BGA spraying system (BSS). BGA spraying system terdiri atas 2 tim yaitu BSS Tim Unit Semprot (TUS) dan BSS Divisi, tetapi yang tersedia pada Divisi 3 SBHE hanya BSS Divisi. BGA spraying system adalah sistem penyemprotan yang dilakukan dengan menggunakan sistem hanca giring dari blok ke blok, yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi kerja karyawan baik dari segi luas areal maupun dari kualitas hasil semprot. Tim BSS Divisi melakukan penyemprotan herbisida dengan menggunakan knapsack sprayer merk Solo dan micron herby. Prestasi kerja tim BSS Divisi 3 SBHE adalah 2 3 ha HK -1 untuk pengaplikasian dengan knapsack sprayer dan 6 ha HK -1 untuk pengaplikasian dengan micron herby tetapi dapat berubah tergantung dari kerapatan gulma. Aplikasi penyemprotan pada blok dimulai dengan pemberian tanda dengan bendera bernomor oleh tim semprot. Pemasangan bendera pada hanca yang sedang dilakukan aplikasi penyemprotan dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Pemasangan bendera semprot di Divisi 3 SBHE

25 13 Divisi 3 SBHE memiliki tanaman kelapa sawit dengan umur di atas 5 tahun. Pedoman aplikasi herbisida untuk tanaman dengan umur di atas 5 tahun tercantum pada Tabel 2. Lokasi Piringan dan jalan pikul Gawangan Tabel 2. Pedoman aplikasi herbisida untuk tanaman di atas 5 tahun di Bumitama Gunajaya Agro Sasaran semprot Bahan Alat semprot Gulma dominan Rumput+LCC +Mikania Rumput + Anak kayu Nama herbisida Glifosat + Floroksipir Paraquat + Metil metsulfuron Dosis (cc atau g ha -1 rot.) Jenis alat Nozzle Kalibrasi vol. Semprot Vol. Lar. (l -1 ha -1 ) Konsentrasi (%) MHS Kuning 5 s/d Knapsack sprayer Rumput Glifosat 250 Knapsack sprayer Daun lebar Floroksipir 62.5 Knapsack sprayer Polijet biru VLV 100 VLV s/d s/d s/d Lalang Glifosat 375 MHS Kuning 5 s/d Pakis+Krisan+ Anak kayu Anak sawit (kentosan) Pakis+Krisan+ Anak kayu Paraquat + Metil metsulfuron Paraquat + Metil metsulfuron Paraquat + Metil metsulfuron Anak Kayu Paraquat + Metil metsulfuron Knapsack sprayer Knapsack sprayer Knapsack sprayer Knapsack sprayer Sumber: SOP perusahaan Bumitama Gunajaya Agro Polijet biru Polijet biru Polijet biru Polijet biru 75 s/d s/d s/d s/d 200 Penyemprotan piringan, pasar pikul, dan TPH adalah kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi yang dilakukan secara bersamaan. Knapsack sprayer memiliki kapasitas 13 liter kap -1 serta dilengkapi dengan pengatur tekanan sehingga tekanan dapat konstan. Nozzle yang digunakan untuk knapsack sprayer adalah nozzle jenis VLV (Very Low Volume) seperti VLV 100 dan 200. Tim BSS Divisi 3 SBHE menggunakan nozzle VLV 100. Alat pelindung diri (APD) wajib digunakan pada saat melakukan kegiatan semprot. Alat pelindung diri semprot diantaranya: apron, topi, kaca mata, sarung tangan, masker, dan sepatu boot. Tim semprot Divisi 3 SBHE tidak menggunakan APD kaca mata dengan alasan mengganggu saat aplikasi penyemprotan karena kaca mata mengeluarkan embun. Pengisian kep dengan larutan herbisida dilakukan sendiri oleh pekerja semprot, tidak ada petugas tersendiri untuk membuat larutan herbisida. Masalah yang ditemukan penulis adalah air untuk pengisian knapsack diambil dari sungai yang mengalir di sekitar blok yang disemprot. Hal ini dapat menyebabkan adanya kontaminasi air sungai dengan larutan herbisida

26 14 Leaf sampling unit (LSU) Kegiatan Leaf sampling unit (LSU) merupakan kegiatan pengambilan contoh daun untuk dianalisis di laboratorium yang digunakan untuk dasar rekomendasi pemupukan. Kegiatan LSU merupakan program dari Departemen Riset untuk penentuan dosis pupuk 1 tahun yang akan datang. Pengambilan sampel daun LSU dilakukan dengan cara tim. Penentuan jumlah sampel tanaman yang diambil adalah 10% dari total tanaman dalam setiap satu blok. Daun yang dijadikan sampel diambil dari pelepah ke-17. Pelepah ke-17 memiliki penyerapan unsur hara paling tinggi sehingga dapat menggambarkan status hara pada tanaman tersebut dibandingkan dengan pelepah lainnya. Metode pengambilan LSU yaitu dengan menurunkan pelepah ke-17 dengan egrek/dodos kemudian sampel daun yang diambil adalah anak daun yang di tengah, masing-masing diambil 3 lembar dari kiri dan kanan pelepah. Pengukuran panjang pelepah, panjang dan lebar petiol, lingkar batang, tinggi tanaman, dan jumlah anak daun digunakan untuk data pendukung analisis daun. Pengambilan sampel daun dilakukan oleh 2 tim dalam 1 divisi. Setiap tim terdiri atas 3 orang (1 laki-laki dan 2 perempuan) dengan tugas masing-masing 1 orang laki-laki bertugas memotong pelepah ke-17 dan bertugas memberi tanda LSU di tanaman, 1 orang perempuan mengambil daun dari pelepah dan memasukkan ke dalam plastik, dan 1 orang perempuan melakukan pengukuran dan mencatat dalam form yang ditentukan. Alat yang digunakan adalah egrek, dodos, parang, gunting penunasan, clip board, kantong plastik transparan, cat dan kuas, label, dan alat tulis. Hasil pengambilan LSU harus segera diserahkan ke kantor kebun, kemudian dikirim ke Departemen Riset pada hari yang sama. Norma kerja untuk tim LSU per hari kerja adalah 1 blok tim -1. Beberapa ketentuan pengambilan daun LSU oleh perusahaan yaitu: 1. Pengambilan sampel LSU tidak boleh dilakukan pada saat hujan karena unsur hara tidak seimbang yang disebabkan oleh pencucian air hujan. 2. Tanaman sampel yang diambil adalah tanaman ke-3 dari CR apabila jumlah tanaman tersisa 9 dari tanaman sampel sebelumnya. 3. Tanaman sisipan tidak boleh dijadikan sebagai tanaman sampel, tanaman sampel digeser sampai ditemukan tanaman bukan sisipan. 4. Apabila pelepah ke-17 terserang hama penyakit tanaman (HPT), pelepah diganti pelepah ke Jumlah tanaman sampel yang diambil per blok adalah 10% dari luas areal blok. 6. Apabila tanaman terlalu tinggi (tidak dapat dicapai egrek), tanaman sampel yang diambil adalah tanaman yang terletak sebelum tanaman tersebut. 7. Penentuan pelepah 1 harus dilakukan dengan mengelilingi tanaman dan dianjurkan agar tidak ragu-ragu dalam penentuan pelepah Apabila tanaman dipisahkan oleh sungai (tidak mungkin dilalui), dilakukan pergeseran tanaman ke samping. 9. Pergeseran tanaman yang dilakukan adalah 10 tanaman setelah tanaman sampel sebelumnya.

27 15 Pemupukan Pemupukan adalah salah satu kegiatan penting dalam budidaya kelapa sawit yang memiliki pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi. Prinsip utama dari pemupukan yaitu setiap dosis dari jenis pupuk yang diterima oleh setiap pokok tanaman harus sesuai dengan dosis yang telah ditentukan dalam buku rekomendasi pemupukan. Rekomendasi pupuk diformulasikan berdasarkan beberapa faktor seperti produksi TBS aktual, proyeksi produksi TBS, umur tanaman, status nutrisi tanaman, analisis daun, observasi lapangan, sejarah pemupukan, kesuburan tanah (soil sampling unit), data curah hujan dan hasil percobaan (SOP perusahaan). Rekomendasi pupuk disusun oleh Departemen Riset setiap tahunnya, berdasarkan masing-masing tanaman per blok per tahun tanam. Skema dari kegiatan pemupukan diawali dengan rekomendasi pemupukan kemudian dilakukan reservasi dan penyimpanan pupuk, penguntilan, pelangsiran, pengeceran, dan penaburan pupuk. Sistem pemupukan di BGA disebut BMS (BGA Manuring System) yaitu sistem pemupukan yang dilakukan oleh kelompok kecil pemupuk (KKP) yang terdiri atas 3 orang tenaga kerja, 1 orang tenaga pengecer dan 2 orang tenaga penabur. Sistem pemupukan BMS dilakukan dari blok ke blok dengan sistem hanca giring. Tujuan pemupukan BMS agar pekerjaan lebih terkonsentrasi dengan sasaran mutu yang lebih baik, produktivitas yang lebih tinggi, dan pengawasan yang lebih terjangkau. Kebun Sungai Bahaur memiliki tim BMS di 2 rayon yaitu Rayon A dan Rayon B. Rayon A terdiri atas tim pemupuk dari Divisi 1 dan Divisi 3 dengan areal pemupukan meliputi Divisi 1, 2, dan 3 dengan gudang pupuk berada di Divisi 1. Rayon B terdiri atas tim pemupuk Divisi 4 dan 5 dengan tanggung jawab areal pemupukan Divisi 4 dan 5 dengan gudang pupuk berada di Divisi 4. Kegiatan pemupukan Rayon A masih menggunakan sistem non BMS, yaitu tidak ada tenaga khusus pengecer. Kegiatan pemupukan terdiri atas penguntilan, pelangsiran, pengeceran, dan penaburan. Jenis dan dosis pupuk. Pupuk yang diaplikasikan di perkebunan SBHE terdiri atas pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik yang diaplikasikan di SBHE yaitu janjangan kosong sedangkan pupuk anorganik yang digunakan umumnya terdiri atas pupuk makro dan mikro. Aplikasi pemupukan di SBHE umumnya bergantung pada pupuk yang tersedia, sehingga tidak semua sesuai jadwal. Beberapa jenis pupuk dilakukan aplikasi 2 kali dalam 1 tahun, yaitu tahap I bulan Januari-Juli dan tahap II bulan September-Desember. Jenis pupuk yang diaplikasikan dua kali dalam satu tahun yaitu: pupuk Urea, muriate of potash (MOP) dan high grade fertilizer borate (HGFB). Rekomendasi pemupukan tanaman menghasilkan (TM) di Divisi 3 di SBHE tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 3. Secara umum kaidah pemupukan meliputi 5 T yaitu tepat dosis, tepat aplikasi, tepat waktu, tepat jenis, dan tepat cara sedangkan pemupukan di BGA memiliki kaidah 6 T yaitu tepat dosis, tepat aplikasi, tepat waktu, tepat sasaran, tepat administrasi, dan tepat aman.

28 16 Tahun tanam Tabel 3. Rekomendasi pupuk di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate tahun 2014 Tahap Urea (kg/pokok) RP (kg/pokok) MOP (kg/pokok) Kieserit (kg/pokok) HGFD (kg/pokok) 1998 I II I II I II I II I II Keterangan : Tahap I = Januari-Juli, Tahap II = September-Desember Sumber : Data kebun SBHE Penguntilan pupuk. Penguntilan pupuk adalah kegiatan pengemasan ulang pupuk yang berada dalam karung ukuran kg ke karung untilan sesuai dosis per jenis pupuk dengan setiap untilan pupuk untuk 8 pohon. Kegiatan penguntilan dilakukan di gudang pupuk. Dalam penguntilan pupuk harus diperhatikan beberapa hal yaitu: didahulukan penguntilan pupuk stok lama, pupuk yang menggumpal dihancurkan dan dihaluskan, dan untilan pupuk disusun dalam tumpukan yang rapi dan teratur menjadi 10 susunan, serta untilan dipisahkan sesuai per blok aplikasi. Standar kerja penguntil adalah kg HK -1. Penyimpanan pupuk untilan sesuai blok yang akan diaplikasikan dapat dilihat pada Gambar 4. (a) (b) Gambar 4. Penyimpanan untilan pupuk di gudang: (a) susunan untilan pupuk, (b) papan administrasi untilan pupuk Pengangkutan dan pelangsiran. Pengangkutan dilaksanakan apabila mandor pupuk telah menyelesaikan administrasi dengan mandor until. Jumlah pupuk yang diangkut disesuaikan dengan kebutuhan divisi berdasarkan dosis dan luas areal yang akan dipupuk. Pelangsiran adalah kegiatan mendistribusikan pupuk dari gudang pupuk ke blok yang akan dipupuk. Untilan pupuk diturunkan di collection road (CR) dan diecer di tiap titik yang diinstruksikan oleh mandor pupuk. Tujuan pelangsiran adalah mempermudah dan mempercepat pengecer dan

29 17 penabur dalam melakukan pemupukan di lahan. Pengangkutan dan pelangsiran merupakan dua kegiatan yang dilakukan sekaligus. Standar kerja pengangkut dan pelangsir adalah 400 kg HK -1. Penaburan pupuk. Pada sistem pemupukan non BMS kegiatan pengeceran dan penaburan dilakukan sekaligus oleh pemupuk. Cara aplikasi pupuk yang diterapkan di SBHE berdasarkan acuan Departemen Riset di antaranya sebagai berikut: 1. Pupuk RP-Guano diaplikasikan di atas susunan pelepah untuk memacu pertumbuhan akar tersier dan kuarter. 2. Pupuk Urea, MOP, dan Kieserit diaplikasikan di pinggir rumpukan pelepah pada piringan terluar dengan jarak m dari pohon. 3. Jalan pikul tidak boleh dipupuk. 4. Pupuk mikro diaplikasikan dekat pangkal batang dengan jarak m dari pohon (aplikasi Cu ditugal). Tenaga penabur melakukan pemupukan dimulai dari pinggir CR hingga pasar tengah untuk pupuk makro seperti Urea, MOP, Kieserit, dan RP. Aplikasi pupuk mikro untuk chelated zincopper dan HGFB dilakukan dari pinggir jalan CR hingga tembus blok. Penggunaan ukuran cepuk dapat berbeda-beda disesuaikan dengan dosis pupuk yang akan diaplikasikan. Ukuran cepuk Dolomit untuk aplikasi tahun 2014 dapat dilihat pada Gambar 5. Tenaga pemupuk SBHE wajib menerapkan 5 disiplin aplikasi pemupukan, yaitu: pemupukan dimulai dari jalan tengah, pemupukan sesuai takaran, pupuk harus ditabur secara merata, setiap tanaman wajib dipupuk, dan karung bekas pupuk dikumpulkan untuk dihitung dan disusun rapi. Gambar 5. Ukuran cepuk pupuk Dolomit di SBHE Pemupukan yang dilakukan di Rayon A rata-rata setiap hari kerja menyelesaikan 2 blok dengan 26 tenaga kerja, sehingga rata-rata 1 tenaga pemupuk memiliki prestasi kerja 2.5 ha HK -1. Beberapa permasalahan yang terjadi saat aplikasi pupuk yaitu dosis tidak sama per tanaman, waktu aplikasi yang tidak tepat (hujan masih dilakukan pemupukan), adanya tanaman tidak dipupuk karena akses jalan yang tidak memadai, dan penggunaan APD oleh tenaga pupuk yang masih tidak standar. Norma standar pemupuk adalah 500 kg HK -1 atau setara dengan 50 sak dan penulis mendapat prestasi kerja 12 sak. Penimbunan Pasar Pikul Penimbunan pasar pikul termasuk dalam kegiatan pemeliharaan akses. Kegiatan penimbunan pasar pikul dilakukan dengan menambah tanah pada pasar

30 18 pikul yang tergenang air agar akses untuk panen lebih mudah. Penimbunan pasar pikul banyak terjadi di areal rendahan. Kegiatan penimbunan pasar pikul sering dilakukan bersama dengan pemeliharaan pasar pikul yaitu pembersihan gulma yang menutupi pasar pikul. Lebar pasar pikul 1.2 m. Norma pembuatan pasar pikul timbun adalah 0.15 ha HK -1 atau setara dengan 40 m HK -1. Penimbunan dan pemeliharaan pasar pikul timbun dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Penimbunan pasar pikul di Divisi 3 SBHE Perawatan Jalan Secara Manual Rawat jalan secara manual terdiri atas pemeliharaan jalan dan rempes pelepah kelapa sawit. Pemeliharaan jalan sering dilakukan di areal rendahan yang tergenang air apabila terjadi hujan. Kegiatan yang dilakukan yaitu menguras air dan membuat aliran air ke sungai kemudian dilakukan penimbunan menggunakan tanah yang dicampur dengan batu batu kecil kemudian diratakan dan dipadatkan dengan cangkul. Pemeliharaan jalan secara manual dapat dilihat pada Gambar 7. Perawatan jalan secara manual di Divisi 3 SBHE diprioritaskan di areal-areal pemanenan dengan tujuan agar pengangkutan buah dapat berlangsung lancar. Perempesan pelepah kelapa sawit yaitu kegiatan memotong pelepah kelapa sawit yang menjuntai ke arah jalan utama. Pelepah yang dipotong adalah pelepah yang mengarah ke jalan karena dapat mengganggu kendaraan yang melewati jalan dan dapat menutupi jalan dari cahaya matahari. Sensus Buah Hitam Gambar 7. Perawatan jalan secara manual di Divisi 3 SBHE Sensus buah hitam adalah kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan secara rutin pada setiap blok. Tujuan sensus buah hitam adalah untuk mengestimasi produksi dalam jumlah janjang untuk waktu 4 bulan ke depan, sehingga sensus buah hitam dilakukan tiga kali dalam setahun. Sensus yang pertama dilakukan

31 19 pada bulan April, untuk sensus kedua bulan September dan sensus ketiga bulan Desember. Metode yang digunakan yaitu menghitung janjang pada tanaman sampel, mulai dari bunga betina yang sudah dibuahi (pecah seludang dan bunga cengkeh, yang diperkirakan siap dipanen 4 bulan berikutnya) atau buah hitam yang berumur lebih dari 1 bulan hingga 5 bulan. Cara yang dilakukan yaitu menentukan jalur tanaman kelapa sawit yang akan disensus dengan menggunakan metode jalur kelipatan 10 kemudian pada tanaman depan dibuat tanda tapak jalak untuk memberi tanda, bahwa tim sensus masuk pada jalur tersebut. Jumlah buah hitam yang masuk dalam kriteria pada setiap tanaman dihitung dan hasil sensusnya ditulis pada setiap tanaman, dengan format yang telah ditentukan. Kriteria buah hitam yang masuk dalam sensus ditentukan oleh perusahaan, sehingga setiap akan diadakan sensus terlebih dahulu dilakukan simulasi kepada karyawan pada tingkat wilayah maupun tingkat kebun. Kegiatan sensus buah hitam dikerjakan secara tim. Setiap tim beranggotakan 3 orang dengan tugas masing-masing satu orang membawa cat dan menulis hasil sensus di tanaman, satu orang menghitung, dan satu orang mencatat hasil. Tanaman yang disensus hanya tanaman produktif. Alat yang digunakan adalah papan jalan (clift board), pensil, penghapus, pisau lipat atau sendok, tempat cat, cat warna putih dan jingga, kuas, dan format formulir buah hitam. Prestasi kerja karyawan adalah 1 blok HK -1 dan prestasi kerja penulis 1 blok HK -1 kegiatan ini dilakukan dengan baik. Norma kegiatan sensus buah hitam adalah 1 blok HK -1. Pemanenan Pekerjaan pemanenan meliputi rangkaian pekerjaan pemotongan buah dan pengiriman buah ke pabrik pada hari yang sama. Kegiatan pemanenan kelapa sawit berhubungan dengan kualitas buah yang dihasilkan karena berpengaruh terhadap kualitas hasil CPO yang dihasilkan oleh pabrik. Urutan pekerjaan pemanen buah yaitu memotong pelepah, memotong buah, memotong gagang buah, menyusun pelepah ke gawangan mati, mengutip brondolan, mengeluarkan buah ke TPH, pemberian identitas buah, dan pengangkutan buah ke pabrik. Persiapan panen. Persiapan panen harus dilakukan sebelum kegiatan panen dilakukan. Persiapan panen yang harus dilakukan di antaranya organisasi panen, alat panen, kebutuhan tenaga kerja dan taksasi produksi harian. Kegiatan panen dimulai dengan apel pagi. Apel pagi dilakukan pada pukul waktu setempat. Perlengkapan APD meliputi helm, sarung tangan, sepatu, sarung egrek dan kaca mata. Penggunaan APD lengkap sudah dimulai sejak apel pagi berlangsung. (a) Organisasi panen Organisasi panen terdiri atas asisten divisi, mandor I, mandor panen, krani buah, krani transportasi dan krani divisi. Kebun Divisi 3 SBHE memiliki luas ha dan terbagi menjadi 23 blok. Pusingan panen ditetapkan 7 hari dengan seksi panen 6 seksi, yaitu seksi A sampai F. Kemandoran panen dibagi menjadi 2 yaitu Kemandoran A dan Kemandoran B. Kemandoran A Divisi 3 SBHE memiliki tenaga pemotong buah 16 orang dan Kemandoran B memiliki tenaga pemotong buah 13 orang, sehingga memiliki 7 kelompok kecil pamenan (KKP) dimana 1 KKP terdiri atas 4 orang pemanen. Mandor 1 memiliki tugas mengkoordinasikan mandor panen dan membantu asisten dalam pengawasan panen, membuat laporan rotasi panen, kualitas buah dan jumlah buah yang dipanen tiap blok per tahun tanam serta membantu evaluasi

32 20 blok panen dan melaporkan kepada asisten. Mandor panen bertugas menentukan hanca sesuai dengan rotasi panen, mengawasi pemanen untuk memastikan buah masak dipanen dan tidak ada buah tinggal, memastikan tidak ada brondolan tertinggal baik di piringan, ketiak pelepah maupun pasar pikul serta melakukan taksasi produksi harian. Masing-masing kemandoran dibantu oleh seorang krani buah yang bertugas untuk melakukan grading buah dan mencatat jumlah janjang dan brondolan yang di panen sesuai dengan nama pemanen serta mencatat jumlah janjang dan brondolan sesuai dengan blok yang dipanen. Setiap janjang dan brondolan dicatat sesuai dengan mutunya, bila tidak sesuai dengan kriteria mutu buah maka dilakukan denda sesuai dengan tingkat kesalahan. Mandor Panen A dan B dibantu oleh satu krani transportasi. Krani transportasi bertugas mencatat jumlah janjang dan brondolan yang diangkut dari TPH ke truk dan memastikan semua buah yang berada di TPH terangkut ke PKS. Organisasi panen dilengkapi juga dengan satu krani divisi untuk mencatat semua rekapan hasil panen yang sebelumnya telah direkap oleh krani buah dan diperiksa oleh asisten kemudian di input pada sistem administrasi kantor kebun. (b) Alat panen Alat panen TBS kelapa sawit dibutuhkan untuk mempermudah dan mempercepat kegiatan panen. Alat pemanenan digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu alat untuk memotong buah, alat untuk melangsir buah dan brondolan di TPH, serta alat bongkar muat TBS. Berdasarkan pengamatan penulis, alat-alat panen yang digunakan di Divisi 3 SBHE meliputi egrek, dodos, kapak gancu, angkong, gancu, karung goni, tonjok, batu asah, dan stempel. (c) Tenaga kerja Pengadaan tenaga pemotong buah harus mengacu pada kebutuhan tenaga pemotong buah saat panen puncak. Jumlah tenaga pemotong buah dapat ditentukan dari angka kerapatan panen atau luas tanam. Berdasarkan pengamatan penulis di Kebun SBHE standar tenaga pemotong menggunakan standar norma ha HK -1. Jumlah tenaga pemotong buah yang tepat di Divisi 3 kebun SBHE sesuai SOP perusahaan berdasarkan luas tanam dapat dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut: Perhitungan kebutuhan tenaga kerja di Divisi 3 SBHE: Kebutuhan tenaga kerja 35/HK Kebutuhan tenaga kerja di Divisi 3 berdasarkan perhitungan adalah 35 orang, tetapi kenyataannya di lapangan tidak sesuai. Tenaga kerja panen hanya berjumlah 29 orang yang terbagi dalam dua kemandoran. Selain kekurangan tenaga kerja pemanen, kendala yang dihadapi yaitu adanya ketidakhadiran tenaga kerja potong buah setiap hari. Persentase kehadiran tenaga kerja panen dapat dilihat pada Tabel 4.

33 21 Tabel 4. Persentase kehadiran dan absensi tenaga kerja panen di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate pada bulan Mei Kemandoran Jumlah pemanen (orang) Kehadiran pemanen (%) Absensi pemanen M C P1 P2 P3 H1 H2 S % A B Rata-rata Keterangan : M = mangkir (tanpa keterangan), C = cuti kerja, P1 = permisi (izin) tidak dibayar, P2 = permisi (pemogokan yang sah), P3 = permisi (izin) dibayar, H1 = haid, H2 = hamil/bersalin, S = sakit. Sumber : Pengamatan penulis (2014) (d) Angka kerapatan panen Angka kerapatan panen menggambarkan rata-rata tandan matang panen per pohon dan penyebaran tandan matang panen. Angka kerapatan panen (AKP) digunakan untuk memperkirakan jumlah tandan yang dihasilkan untuk esok harinya, penentuan jumlah tenaga pemanen, dan jumlah kebutuhan unit yang digunakan untuk pengangkutan buah ke PKS. Taksasi harian dilakukan setiap hari. Taksasi harian di Divisi 3 SBHE dilakukan oleh mandor 1 pada sore hari. Penulis melakukan kegiatan AKP bersama dengan mandor 1 setelah selesai apel sore. Hasil taksasi produksi harian dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil taksasi produksi harian dan hasil aktual panen di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate Tanggal panen Blok Panen 20/05/2014 B07- B10 21/05/2014 B11- C07 22/05/2014 C08- C11 Jumlah tanaman diamati Jumlah TBS (tandan) Sumber: Pengamatan penulis (2014) AKP (%) Estimasi panen (kg) Estimasi panen (jjg) Hasil aktual panen (kg) Hasil aktual panen (jjg) Selisih estimasi dengan aktual (%) Pelaksanaan panen. Kegiatan panen dimulai dengan apel pagi pada pukul waktu setempat. Mandor panen mengabsen, memberikan pengarahan dan penjelasan untuk areal yang akan dipanen. Pelaksanaan panen dimulai setelah apel pagi dibubarkan. Pemanen menuju blok yang akan dipanen dan memulai kegiatan panen pada hanca yang telah diinstruksikan oleh mandor panen saat apel pagi. (a) Sistem panen Sistem panen di BGA disebut Bumitama Harvesting System (BHS). Sistem panen dibagi menjadi 6 kadveld panen dan sistem pembagian hanca menggunakan sistem hanca giring tetap. Hanca giring tetap artinya setiap pemanen mempunyai hanca panen yang relatif sama atau tetap dengan luas areal tertentu dan harus diselesaikan pada 1 hari. Keuntungan hanca giring

34 22 tetap yaitu setiap pemanen mempunyai tanggung jawab terhadap hanca yang di panen, memudahkan kontrol dalam pelaksanaan panen buah, dapat meningkatkan hasil kerja pemanen serta dapat melakukan pekerjaan penunasan secara terpadu dengan pelaksanaan panen. Kelemahan hanca giring tetap, yaitu bila ada pemanen yang tidak hadir maka hanca panen akan dipanen oleh pemanen lainnya, sehingga akan menyebabkan kualitas tanggung jawab hanca menjadi turun. Mandor memiliki cara untuk mengantisipasi hal tersebut yaitu memprioritaskan pengawasan di lokasi tersebut. (b) Rotasi panen Rotasi panen adalah jumlah frekuensi masuk kegiatan potong buah tuntas pada areal/blok/seksi yang sama. Penetapan rotasi panen pada setiap kebun kelapa sawit berbeda-beda dan dapat berubah sewaktu waktu. Perubahan rotasi disebabkan oleh kerapatan buah di lapangan. Rotasi panen yang diterapkan di SBHE adalah rotasi 6/7 hari. Artinya dalam 7 hari atau seminggu terdapat 6 hari panen sehingga dalam satu bulan rotasinya 3 4 kali. Rotasi yang terlalu cepat akan mendorong pemanen menurunkan buah mentah untuk memenuhi capai basis janjang sedangkan rotasi lama (lebih dari 9 hari) mengakibatkan jumlah brondolan meningkat sehingga pemanen membutuhkan waktu lebih lama untuk mengutip brondolan dan cenderung brondolan tidak dikutip bersih. Rencana dan realisasi rotasi panen terhadap pencapaian produksi di Divisi 3 pada bulan Maret hingga Mei 2014 dapat dilihat pada Tabel 6. Bulan Tabel 6. Rencana dan realisasi rotasi panen terhadap pencapaian produksi di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate pada bulan Maret hingga Mei 2014 Rotasi Produksi (kg) Target Realisasi Target Realialisasi Pencapaian produksi (%) Selisih (%) Maret 6/7 6/ April 6/7 6/7 8/ Mei 6/7 6/7 9/ Rata-rata tn Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5% Sumber : Data kebun SBHE (2014)

35 23 (c) Kriteria matang panen Kriteria matang panen digunakan untuk penentuan buah layak dipanen. Kriteria matang panen ditentukan oleh jumlah brondolan yang lepas secara alami di piringan tanaman. Standar kematangan buah di kebun SBHE yaitu 2 brondolan per kg bobot TBS jatuh di piringan tanaman. Kriteria matang panen yang diterapkan agar lebih mudah untuk pemanen yaitu apabila dalam piringan tanaman terdapat brondolan lebih atau sama dengan 5 buah. Penulis melakukan pengamatan terhadap beberapa tenaga pemotong buah yang tercantum pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah brondolan yang jatuh di piringan sebelum TBS dipanen No Kemandoran Pemanen (orang) Jumlah TBS (tandan) Berondolan < 5 (buah) Berondolan 5 (buah) 1 A B Total Persentase (%) Sumber: Pengamatan penulis (2014) Kriteria matang panen tidak selalu menggunakan standar 5 brondolan jatuh alami di piringan karena buah abnormal tidak selalu membrondol. Terdapat karakter buah abnormal yang terdiri atas buah parthenocarpi, buah batu, dan buah hermafrodit. Buah partenocarpi dicirikan dengan buah masih berwarna hitam yang sudah membrondol tetapi brondolan tersangkut di permukaan tandan. Buah batu adalah buah yang tidak membrondol sama sekali tetapi menunjukkan buah tersebut telah matang dengan dicirikan buah retak-retak. Buah hermafrodit yaitu terdapat bunga betina yang menghasilkan buah pada tandan bunga jantan. Buah abnormal dapat dilihat pada Gambar 8.

36 24 (a) (b) Gambar 8. Macam-macam buah kelapa sawit: (a) buah partenocarpi, (b) buah hermafrodit Pengawasan panen. Pengawasan panen dapat dilakukan dengan pemeriksaan kualitas panen. Kualitas panen ada 2 yaitu kualitas hanca dan kualitas buah. Pemeriksaan kualitas hanca dilakukan di hanca pemanen yang sudah menyelesaikan kegiatan panen pada hanca tersebut. Pemeriksaan kualitas buah dilakukan di TPH dengan buah yang sudah diberi stempel identitas pemanen. Contoh perhitungan penulis mengenai efisiensi panen untuk pemanen 1 kemandoran B. Rumus: Efisiensi panen = 100% - % kehilangan hasil Contoh perhitungan efisiensi panen Blok contoh = Blok C09, BJR = 15.9 kg 1 kg brondolan = 109 butir Total TBS dipanen = 11 Total TBS tertinggal = 1 Jumlah brondolan segar tertinggal = 51 butir = 51 butir/109 butir kg -1 = kg Jumlah brondolan busuk tertinggal = 0 Efisiensi panen = 100% % = 90.67%

37 25 Penulis melakukan pengamatan terhadap kualitas hanca yang hasilnya tercantum dalam Tabel 8. Tabel 8. Hasil pengamatan kualitas hanca di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate Kemandoran Pemanen (orang) Jumlah TBS (jjg) TBS dipanen (jjg) Sumber kehilangan hasil A (jjg) B (butir) C (butir) Sumber kehilangan hasil (%) Efisiensi panen (%) A B Rata-rata Standar 100% 15 5 > 95 Keterangan : Jjg = janjang, A = TBS tinggal, B = brondolan busuk tinggal, C = brondolan segar tinggal Sumber : Pengamatan penulis (2014) Pemeriksaan mutu buah sering disebut dengan grading buah. Mutu buah disesuaikan dengan kriteria matang panen yang diterapkan oleh perusahaan seperti jumlah brondolan yang lepas dan perubahan warna. Penulis melakukan pemeriksaan mutu buah di TPH Divisi 3 yang hasilnya tercantum dalam Tabel 9. Tabel 9. Hasil pengamatan kualitas panen mutu buah di TPH Divisi 3 Sungai Bahaur Estate No Kemandoran Pemanen Jumlah TBS Unripe (%) Under ripe (%) Ripe (%) Over ripe (%) Empty bunch (%) Abnormal (%) 1 A B Rata-rata Standar 0 < 8 > 85 < Sumber: Pengamatan penulis (2014)

38 26 Basis dan premi panen. Basis adalah syarat dasar yang harus dipenuhi karyawan dalam kegiatan panen. Pemanen memiliki 3 basis yang harus dicapai yaitu basis janjang, basis hanca dan basis waktu. Premi (upah tambahan) ditentukan berdasarkan perolehan basis janjang. Basis hanca dicapai dengan cara pemanen harus menyelesaikan hanca pada satu seksi panen hingga selesai pada hari yang sama. Basis waktu dicapai dengan cara pemanen tidak meninggalkan hanca hingga jam kerja selesai. Apabila basis janjang dan basis hanca sudah tercapai tetapi jam kerja masih ada, pemanen wajib menyelesaikan basis waktu dengan kegiatan merawat hanca. Penentuan basis janjang didasarkan pada pertimbangan produktivitas TBS kebun dalam setahun, BJR, kelas lereng, umur pokok, dan rata-rata kapasitas pemanen. Hasil persen capai basis pemanen di Divisi 3 dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Persen total capai basis pemanen di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate Tanggal produksi Luas panen (ha) Pemanen kerja (PK) PK capai basis (HK) PK tidak capai basis (HK) % HK basis 03/06/ /06/ /06/ /06/ /06/ Rata-rata Sumber: Pengamatan penulis (2014) Sistem upah untuk pemanen terdiri atas upah per hari ditambah premi basis borong dan premi lebih borong. Basis borong adalah jumlah tandan yang harus diperoleh pada setiap panen. Premi basis borong adalah premi yang diberikan kepada pemanen pada saat jumlah TBS yang diperoleh sama dengan atau lebih dari basis borong. Sistem premi basis borong adalah premi bertingkat yang diambil dari persen pencapaian basis. Pencapaian basis 100% mendapat premi Rp 8 500,00, pencapaian 125% mendapat premi Rp ,00 dan pencapaian basis 150% mendapat premi Rp ,00. Premi lebih borong adalah premi yang diberikan jika TBS yang diperoleh melebihi basis borong. Premi basis tandan dapat dilihat pada Tabel 11. Apabila pemanen mendapatkan TBS lebih dari basis borong maka akan mendapatkan upah satu hari ditambah premi basis borong dan premi lebih borong berdasarkan berat BJR (total upah = (upah/hari + premi siap borong + premi lebih borong) denda). Rumus perhitungan penentuan premi dan capai basis:

39 27 Tabel 11. Daftar pembagian seksi, basis tandan dan rupiah per tandan di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate Seksi Blok Tahun tanam Luas (ha) Basis (tandan) Harga/tandan (Rp-) A A A A A A A Sub total B B B B B Sub total C C C C C Sub total D D D D Sub total E C C C Sub total F B B B Sub total Sumber: Data kebun SBHE Contoh perhitungan upah dan premi pemanen dalam 1 hari (Tabel 12). Diketahui: Panen seksi C = Blok C007, C008, C009, dan D007 Upah 1 HK = Rp

40 28 Tabel 12. Contoh perhitungan premi pemanen di Divisi 3 Sungai Bahaur Estate Blok TT Jml jjg Jml jjg Basis Premi (Rp) Denda LBB Harga bruto netto borong (Rp) (jjg) (Rp/JLB) Siap Lebih (jjg) (jjg) (jjg) borong borong C C C D Total Jumlah Keterangan: TT = tahun tanam; LBB = lebih basis borong; JLB = janjang lebih borong Jumlah upah = Rp ,00 + Rp ,00 + Rp ,00 = Rp ,00 Transportasi panen. Transportasi TBS merupakan rangkaian dari kegiatan panen. Pengangkutan buah perlu diperhatikan untuk menjaga kualitas dan rendemen minyak. Keterlambatan pengolahan TBS menjadi minyak akan meningkatkan kandungan asam lemak bebas (ALB). Semakin lama buah terlambat diolah semakin meningkat pula ALB dalam buah. Sarana dan prasarana transportasi yang baik pada sistem pengangkutan TBS diperlukan agar dapat menjamin buah tidak terlambat masuk PKS. Keterlambatan buah sampai di PKS dalam jangka waktu 24 jam setelah buah dipanen disebut buah restan. Buah restan memiliki kandungan ALB yang tinggi. Transportasi TBS di Divisi 3 SBHE menggunakan kendaraan jenis dump truck (DT) yang berkapasitas ton. Kebijakan kebun untuk pembagian DT per divisi adalah 2 unit hari -1, tetapi dapat berubah bergantung pada kerapatan panen. Setiap unit memiliki sopir tetap dan tanggung jawab divisi tetap yang diatur langsung oleh mandor traksi. Pengangkutan buah di Divisi 3 SBHE menjadi tanggung jawab krani transport. Krani transport bertanggung jawab atas datangnya unit untuk pengancakan blok yang akan dimuat dan pembagian tim pemuat. Tim pemuat di Divisi 3 SBHE berjumlah 6 orang, setiap unit memiliki 1 tim tetap yang beranggota 3 orang. Kegiatan pengangkutan meliputi pengangkutan TBS dan brondolan dari TPH ke unit. Pekerjaan transportasi dinyatakan selesai bila buah hasil panen pada hari tersebut telah terangkut semua ke PKS, sehingga tidak ada batasan waktu untuk pemuat dalam bekerja. Apabila terjadi buah restan untuk pengangkutan hari berikutnya diwajibkan buah restan diangkut terlebih dahulu. Penulis melakukan pengamatan waktu transportasi buah dari Divisi 3 ke PKS SGAM yang hasilnya terdapat pada Tabel 13.

41 29 No. Tabel 13. Lama waktu pengiriman buah dari Divisi 3 Sungai Bahaur Estate ke PKS Selucing Agro Mill Tanggal pengiriman No. DT Lama muat (menit) Lama kirim (menit) Berat muatan DT (kg) 1 24/03/2014 KH 9173 FB /03/2014 KH 9173 FB /03/2014 KH 9173 FB Rata-rata Keterangan: DT = dump truk Sumber : Pengamatan penulis (2014) Aspek Manajerial Tenaga kerja di SBHE dibedakan menjadi tenaga staf dan non staf. Tenaga kerja yang termasuk staf yaitu manajer kebun, asisten dan kepala administrasi. Tenaga kerja non staf atau disebut supervisi yaitu para mandor dan krani. Aspek manajerial yang dipelajari dan diikuti penulis selama kegiatan magang yaitu pengawasan di lapangan dan penyusunan administrasi di kebun. Kegiatan manajerial dipelajari dan diikuti selama 3 bulan yaitu saat menjadi pendamping mandor, pendamping krani, dan pendamping asisten. Kegiatan manajerial sebagai pendamping mandor meliputi kegiatan-kegiatan yang dilakukan mandor 1, mandor panen, mandor pupuk, mandor pengendalian gulma secara kimia, dan mandor perawatan. Kegiatan manajerial sebagai pendamping krani yang dilakukan yaitu kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh krani transport, krani buah, dan krani divisi. Pendamping Asisten Asisten adalah tenaga kerja staf yang ditugaskan oleh perusahaan untuk mengelola seluruh kegiatan operasional dan administrasi tingkat divisi. Asisten memiliki tanggung jawab penuh atas semua kegiatan operasional dan administrasi tingkat divisi. Pekerjaan yang dilakukan asisten adalah membuat budget, rencana kerja bulanan (RKB), laporan bulanan asisten (LBA), dan laporan pertanggungjawaban yang dipresentasikan kepada manajer kebun, askep dan kasie. Kegiatan lapangan yang dilakukan setiap hari yaitu field visit atau kunjungan lapangan yang bertujuan mengontrol, mengevaluasi kegiatan lapangan serta melakukan pengecekan mutu hanca dan mutu buah. Kegiatan yang dilakukan penulis selama menjadi pendamping asisten yaitu membantu pengecekan laporan harian asisten (LHA), pengawasan kegiatan produksi dan perawatan di lapangan. Kegiatan administrasi yang dilakukan penulis yaitu mengisi buku saku asisten dan mengikuti rapat dalam pemecahan masalah lapangan tingkat asisten. Asisten wajib mengikuti apel pagi tahap 1 (apel pagi antar mandor), apel pagi tahap 2 (apel pagi mandor dengan karyawan), dan apel sore. Pendamping Mandor Mandor adalah tenaga kerja non staf yang berhubungan langsung dengan karyawan dan pekerjaan lapangan. Mandor memiliki fungsi juga sebagai penghubung antara asisten dengan karyawan. Mandor 1 bertanggung jawab

42 30 langsung kepada asisten. Tugas mandor 1 yaitu sebagai koordinator antar kemandoran, menyusun rencana kerja bersama asisten, membuat rencana kerja harian (RKH), memonitor pekerjaan divisi dan menjaga mutu pekerjaan. Kegiatan administrasi dan laporan yang dikerjakan mandor 1 adalah mengisi absen supervisi, mengisi buku laporan harian mandor, rekapitulasi taksasi potong buah, melakukan pengecekan mutu buah, melakukan pengecekan mutu transport, pengencekan mutu pengendalian gulma secara kimia, dan aplikasi pupuk setiap hari. Mandor 1 wajib mengikuti apel pagi tahap 1, apel pagi tahap 2 dan apel sore. Kegiatan yang dilakukan penulis saat menjadi pendamping mandor 1 yaitu mengikuti apel pagi tahap 1, apel pagi tahap 2, apel sore, membuat rencana kerja harian, melakukan taksasi harian, melakukan pengecekan mutu buah, melakukan pengecekan mutu transport, pengendalian gulma secara kimia dan aplikasi pupuk. Mandor panen. Mandor panen berada di bawah mandor 1 yang bertugas mengatur kegiatan panen dari persiapan hingga pengangkutan buah setiap harinya. Tugas dan kewajiban mandor panen adalah melakukan apel pagi tahap 1, 2 dan apel sore, melakukan pengarahan dan pembinaan tenaga pemanen, membuat perencanaan panen tepat waktu, melakukan pengawasan dan pengontrolan kegiatan panen setiap harinya. Kegiatan administrasi dan laporan mandor panen adalah pembuatan laporan harian mandor (LHM) setiap hari, mengisi absensi karyawan dan kokpit kemandoran panen, mengisi pusingan panen, melakukan pengecekan mutu hanca dan mutu buah setiap hari. Kegiatan yang dilakukan penulis saat menjadi pendamping mandor panen adalah pengawasan karyawan panen, pengecekan mutu hanca dan buah serta membuat LHM. Mandor pupuk. Mandor pupuk memiliki tugas untuk mengikuti apel pagi tahap 1, 2, dan apel sore, mengatur kegiatan pemupukan di divisi, mengarahkan dan pengancakan karyawan, mengawasi dan mengontrol kegiatan aplikasi pupuk serta menjaga keamanan dan keselamatan diri, karyawan dan lingkungan. Kegiatan administrasi dan laporan yang dikerjakan adalah membuat LHM, mengisi laporan monitoring pemupukan, dan melakukan pemeriksaan aplikasi pupuk. Kegiatan yang dilakukan penulis saat menjadi pendamping mandor pupuk adalah mengawasi penguntilan di gudang pupuk, pengawasan bongkar buat pupuk, dan pengawasan aplikasi karyawan pupuk. Mandor pengendalian gulma kimiawi. Mandor pengendalian gulma kimiawi memiliki tugas untuk mengikuti apel pagi tahap 1, 2 dan apel sore, membuat larutan herbisida yang akan diaplikasikan, menentukan areal penyemprotan, melakukan pengawasan, penyimpanan dan stok bahan kimia di gudang. Kegiatan administrasi dan laporan yang dilakukan adalah membuat LHM, mengisi laporan monitoring penyemprotan, melakukan pemeriksaan mutu semprot. Kegiatan yang dilakukan penulis adalah membuat LHM dan melakukan pengawasan karyawan di lapangan. Krani divisi. Krani divisi memiliki tugas membuat LHA setiap hari, menginput semua hasil kegiatan operasional ke sistem, membuat bon permintaan barang (BPB), membuat permintaan pembelian, mengisi buku gudang divisi, membuat surat berobat karyawan serta mengarsipkan dokumen-dokumen divisi. Penulis membantu krani divisi dalam pembuatan LHA dan penginputan data ke sistem. Krani panen. Krani panen bertugas melakukan penilaian buah sesuai standar di TPH sebelum di angkut ke PKS serta mencatat jumlah tandan yang

43 31 diperoleh setiap pemanen. Pencatatan penilaian buah dilakukan di buku penerimaan buah (BPB) dan melaporkan ke asisten setiap harinya. Tugas administrasi meliputi pembuatan laporan penerimaan buah (LPB), daftar premi pemanen (DPP), dan mengisi notes potong buah setiap pemanen. Kegiatan yang dilakukan penulis yaitu melakukan penilaian buah dan membantu pembuatan LPB dan DPP. Krani transportasi. Krani transportasi memiliki tanggung jawab mengatur pengangkutan buah dari TPH ke PKS. Tugas krani transportasi adalah mengatur dan mengkoordinasikan sopir unit dengan karyawan bongkar muat (BM) TBS, menghitung TBS dan berondolan yang diangkut ke unit, membuat surat pengantar buah (SPB), serta melakukan manajemen alas berondolan dengan baik. Kegiatan administrasi yang dilakukan yaitu membuat SPB, LHM, laporan premi karyawan BM TBS, merekap bobot tonase TBS dan jumlah janjang yang terkirim ke PKS serta mengisi monitoring produksi harian di kantor divisi. Kegiatan yang dilakukan penulis yaitu membuat SPB dan mengisi monitoring produksi harian. PEMBAHASAN Panen kelapa sawit adalah kegiatan memotong TBS yang sudah matang, mengutip brondolan, mengangkut ke TPH hingga pengiriman TBS ke PKS. Tujuan kegiatan panen adalah mencapai produktivitas tinggi dengan cara menekan kehilangan hasil (losses) semaksimal mungkin. Kegiatan panen yang dilakukan di Kebun Sungai Bahaur Estate yaitu persiapan panen, pelaksanaan panen, dan pengangkutan TBS ke PKS. Persiapan Panen Persiapan panen yang dilakukan di Divisi 3 SBHE meliputi organisasi panen, persiapan lahan, tenaga pemotong buah, persiapan alat panen, dan taksasi produksi harian. Pahan (2006) menyatakan bahwa persiapan panen yang baik akan menjamin terget produksi tercapai dengan biaya panen seminimal mungkin. Divisi 3 SBHE masih mengalami beberapa masalah dalam persiapan panen. Masalah yang dihadapi Divisi 3 SBHE dalam persiapan areal panen antara lain masih terdapat lahan tergenang air, masih terdapat gulma di piringan tanaman, dan kekurangan titi panen. Lahan tergenang diakibatkan karena daerah rendahan dan saluran parit yang belum ada. Gulma di piringan ada disebabkan oleh brondolan yang tidak dikutip secara bersih sehingga mengakibatkan biji kelapa sawit berkecambah. Masalah persiapan areal panen dapat mengganggu kegiatan panen sehingga dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas hasil pemanenan. Perbaikan yang dapat dilakukan yaitu untuk areal yang tergenang air dapat diperbaiki dengan membuat atau memperdalam parit sehingga dapat memperbaiki drainase di lahan yang tergenang. Gulma yang masih ada di piringan tanaman dapat dibersihkan secara manual atau penyemprotan dengan herbisida. Kekurangan titi panen dapat diselesaikan dengan memasang titi panen kayu yang dapat diusahakan divisi sambil menunggu titi panen beton dari kantor kebun. Organisasi panen di Divisi 3 memiliki struktur komponen yang sudah lengkap tetapi jumlah tenaga pemotong buah kurang. Permasalahan organisasi

44 32 panen yang terjadi menurut pengamatan penulis yaitu pembagian KKP yang kurang baik, mandor panen yang tidak melakukan taksasi harian serta koordinasi antara krani transportasi dan krani buah yang kurang baik. Pembagian KKP dari segi komposisi anggota KKP kurang diperhatikan, di lapangan anggota KKP tidak kompak, sehingga pada saat ada anggota KKP yang absen anggota yang lain tidak mau memanen hanca anggotanya yang absen. Hal tersebut dapat diatasi dengan pemilihan anggota KKP yang memiliki hubungan kekerabatan yang baik. Di lapangan mandor panen tidak melakukan taksasi harian karena taksasi panen harian dilakukan oleh mandor 1. Hal tersebut menyebabkan mandor panen tidak mengetahui produksi yang harus dicapai setiap harinya. Masalah tersebut dapat diatasi dengan memberikan ketegasan mengenai tugas seorang mandor panen. Koordinasi yang kurang baik antara krani transportasi dengan krani panen terjadi saat pengangkutan buah ke truk. Krani transportasi kurang berkoordinasi mengenai blok yang sudah diperiksa krani buah, sehingga sering terjadi pengangkutan buah yang belum diperiksa oleh krani panen. Masalah tersebut dapat diatasi dengan menegur dan memberikan pengarahan kepada krani transportasi dan krani panen oleh asisten mengenai tugas dan fungsi. Peralatan panen diperoleh tenaga pemotong buah dari perusahaan. Semua tenaga pemotong buah di Divisi 3 SBHE telah memiliki peralatan panen. Meskipun demikian masih ada masalah mengenai kerusakan dan ketinggalan alat serta alat yang kurang memadai. Kerusakan alat banyak terjadi pada angkong dan egrek. Kerusakan angkong berupa ban bocor sering terjadi, sedangkan kerusakan egrek terjadi karena egrek patah. Ketidakdisiplinan tenaga pemotong buah Divisi 3 SBHE biasa terjadi yaitu tidak membawa semua alat yang diperlukan untuk panen sehingga dapat mengganggu proses pemanenan. Masalah ini dapat diatasi dengan pengawasan mandor saat apel pagi untuk memastikan alat panen lengkap dan tidak bermasalah. Apabila terjadi kerusakan saat pemanen melakukan potong buah, mandor dapat segera mengganti dengan cadangan yang ada di gudang divisi. Alat kurang memadai terjadi pada ketersediaan egrek untuk tanaman yang memiliki tinggi meter, Divisi 3 SBHE belum memiliki egrek dengan panjang meter, akibatnya TBS yang berada pada ketinggian tersebut tidak dipanen. Masalah ini dapat diatasi dengan pengadaan egrek dengan panjang meter oleh kebun. Tenaga kerja merupakan sumberdaya yang penting dalam kelancaran kegiatan dan pencapaian produksi yang maksimal (Latif 2006), sehingga penyediaan tenaga kerja perlu dipersiapkan secara tepat. Jenis kelamin akan mempengaruhi pemilihan jenis pekerjaan serta menentukan kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dilakukan (Kurniawati et al. 2008). Jenis kelamin sebagian besar yang bekerja di perkebunan kelapa sawit adalah laki-laki. Berdasarkan pengamatan penulis masalah yang ada di Divisi 3 SBHE adalah kekurangan tenaga pemotong buah dan ketidakhadiran tenaga pemotong buah yang terjadi setiap hari. Kekurangan tenaga kerja pemotong buah harus segera diatasi dengan penambahan tenaga kerja baru agar efisiensi panen dapat tercapai secara maksimal. Ada 3 basis yang harus dicapai oleh tenaga kerja pemanen yaitu basis janjang, basis ancak dan basis waktu. Kekurangan tenaga kerja pemanen dapat menyebabkan tidak tercapainya basis ancak dan basis waktu. Seperti yang terjadi di Divisi 3, banyak pemanen yang menggiring/memanen ancak kosong, sehingga

45 33 tenaga pemanen yang seharusnya memanen 2 pasar pikul dalam satu blok, tetapi karena kekurangan tenaga kerja pemanen, maka harus pemanen memanen 4 pasar pikul. Ditinjau dari masalah ini, pemanen hanya akan mencapai basis janjang dan basis waktu, tetapi tidak mencapai basis ancak sehingga mengakibatkan persen capai basis rendah dan pusingan akan naik. Masalah ketidakhadiran tenaga pemotong buah mengakibatkan realisasi pengancakan panen berubah dari rencana, sehingga menyebabkan tidak tercapainya rencana produksi yang telah dibuat karena luas areal yang dapat dipanen menjadi lebih kecil. Berdasarkan hasil pengamatan tingkat kehadiran tenaga pemotong buah menunjukkan bahwa persentase kehadiran tenaga kerja pemanen di Divisi 3 SBHE pada bulan Mei tergolong sedang (Tabel 4), karena menurut SOP perusahaan kehadiran dikategorikan baik apabila > 95%, sedang 80% 95% dan rendah < 80%. Persentase kehadiran tenaga kerja pemanen di Kemandoran A lebih tinggi dibanding dengan persentase kehadiran tenaga kerja panen di Kemandoran B. Persentase ketidakhadiran tenaga kerja panen tertinggi pada kedua kemandoran adalah P1 permisi (izin) tidak dibayar yang proses izinnya hanya melapor ke mandor panen sehingga persentase permisi (izin) tidak dibayar ini menunjukkan tenaga pemanen sering izin karena kepentingan pribadi yang tidak dibayar. Ketidakhadiran tenaga kerja hampir setiap hari terjadi pada setiap kemandoran, sehingga tenaga pemanen yang tersedia untuk setiap harinya tidak 29 orang. Masalah ini dapat diatasi dengan membatasi dan melaksanakan peraturan yang tegas untuk absensi P1 setiap bulan dan memberikan ketegasan kepada mandor untuk memberlakukan absensi P1 atau M saat tenaga pemotong buah meminta izin. Menurut Santosa et al. (2011) taksasi produksi harian mempengaruhi kegiatan operasional dan penjadwalan produksi perusahaan, seperti jumlah tenaga kerja pemanen, penyediaan peralatan panen dan kebutuhan unit angkut buah. Taksasi produksi harian dilakukan oleh mandor 1. Ketentuan tanaman yang disensus untuk taksasi harian di SBHE yaitu apabila di piringan tanaman terdapat minimal 2 butir brondolan yang jatuh secara alami. Berdasarkan Tabel 5 taksasi produksi harian yang dilakukan penulis memiliki selisih di atas standar perusahaan yaitu > 5%, hasil pengamatan penulis lebih rendah dari hasil aktual. Artinya kegiatan taksasi panen harian yang dilakukan penulis belum tepat. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan penulis menunjukkan bahwa taksasi harian yang dilakukan oleh mandor tidak sesuai SOP. Mandor 1 melakukan taksasi pada semua tanaman yang membrondol tanpa menghitung brondolan minimal yang ditentukan oleh perusahaan, menyebabkan buah yang seharusnya belum siap untuk dipanen ternyata sudah dipanen. Berdasarkan hasil pengamatan penulis terhadap pemanen, pemanen menurunkan buah berdasarkan adanya brondolan di piringan tanpa menghitung brondolan minimum untuk buah siap dipanen. Inilah yang menjadikan hasil taksasi dan realisasi yang dilakukan penulis selisih > 5% yang artinya terdapat buah kurang matang yang dipanen oleh pemanen. Ketidaktepatan metode taksasi panen harian yang dilakukan mandor 1 dapat diatasi dengan memberikan pengarahan mengenai SOP perusahaan tentang taksasi panen harian dan memberikan pengarahan kepada tenaga pemanen untuk kriteria matang panen yang sesuai SOP perusahaan.

46 34 Pelaksanaan Panen Pemotongan buah di Divisi 3 SBHE dilakukan dengan menggunakan egrek dan dodos. Pemotongan buah dilakukan sesuai dengan kriteria matang panen. Pemotongan buah diawali dengan pemotongan pelepah. Pelepah dipotong mepet pada batang tanaman agar tidak ada brondolan yang tersangkut di ketiak pelepah. Pelepah disusun secara U-Shape dengan pangkal pelepah mengarah ke pasar mati. Buah yang sudah diturunkan kemudian dipotong tangkainya dan potongan tangkai dibuang ke pasar mati. Teknik yang dilakukan pemanen yaitu menurunkan buah secara keseluruhan sampai pasar tengah kemudian baru buah dikeluarkan ke TPH. Pengeluaran buah dilakukan dengan mengangkut semua buah yang telah dipotong dan mengutip semua brondolan kemudian disusun rapi di TPH. Buah disusun kelipatan 5 dan diberi stempel di bagian pangkal tangkai sebagai identitas pemanen. Buah yang telah disusun dan diberi stempel akan diperiksa mutu buahnya sesuai SOP oleh krani panen. Apabila terjadi penurunan buah mentah oleh pemanen karena tidak sengaja, diberikan kebijakan oleh perusahaan dengan membelah buah menjadi dua bagian sebagai penanda buah mentah diturunkan secara tidak sengaja. Metode panen dengan BHS yaitu Sistem Kerja Pemotong Buah (SKP) yang terdiri atas SKP-1, SKP-2 dan SKP-3. Pada SKP-1 tenaga pemotong buah terdiri atas satu tenaga kerja yang bertugas memotong buah, merumpuk pelepah, mengutip brondolan dan mengeluarkan buah ke TPH. SKP-2 yaitu tenaga kerja terdapat dua orang dengan pembagian tugas 1 orang pemotong buah sekaligus merumpuk pelepah dan mengangkut buah ke TPH, sedangkan 1 orang lagi khusus mengutip brondolan. SKP-3 yaitu sistem kerja yang terdiri atas tiga tenaga kerja, dengan pembagian tugas 1 tenaga kerja pemotong buah sekaligus merumpuk pelepah, 1 orang bertugas mengeluarkan buah ke TPH dan 1 orang lagi khusus mengutip brondolan. Penentuan sistem kerja potong buah berdasarkan umur tanaman, ketinggian tanaman, dan kerapatan buah. Sistem kerja panen yang digunakan setiap hari adalah SKP-1. Metode panen SKP-2 dan SKP-3 berdasarkan SOP perusahaan digunakan apabila AKP tinggi, mengejar pusingan menjelang hari raya, dan apabila rotasi panen di atas 9 hari. Masalah yang terjadi di Divisi 3 SBHE adalah penggunaan SKP yang tidak tepat yaitu SKP-2 yang sering digunakan setiap hari. Alasan Divisi 3 penggunaan SKP-2 adalah kekurangan tenaga pemotong buah sehingga dibutuhkan segera penambahan tenaga pemotong buah. Rotasi panen yang digunakan di Divisi 3 SBHE adalah 6/7 hari. Berdasarkan data rencana dan realisasi produksi (Tabel 6), pencapaian produksi rata-rata di Divisi 3 adalah 84.54% dan tergolong rendah, karena menurut SOP perusahaan pencapaian produksi dikatakan tinggi apabila > 90%, sedang 85%- 90% dan rendah < 85%. Produksi rencana bulan Maret hingga Mei 2013 lebih besar dibandingkan dengan produksi realisasi. Menurut perusahaan rencana dan realisasi dikatakan tercapai apabila selisih ± 5%, tetapi selisih mecapai 8.6% sehingga dapat dikatakan antara rencana dan realisasi tidak tercapai. Berdasarkan perhitungan statistik uji-t, rencana dan realisasi produksi bulan Maret hingga Mei menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada taraf 5%. Artinya antara rencana dan realisasi dapat dikatakan tercapai dengan selisih 8.6%. Berdasarkan pengamatan penulis perbedaan produksi antara rencana dan realisasi terutama pada bulan Mei

47 35 disebabkan oleh banyaknya hari libur dan ketidakhadiran tenaga pemotong buah yang hampir setiap hari sehingga mengakibatkan buah tidak terpanen semua. Kriteria matang panen merupakan kematangan tandan secara fisiologis, yaitu tandan telah sempurna bentuknya dan memiliki kandungan minyak optimal. Standar kematangan di SBHE yaitu 2 butir brondolan per kg bobot TBS. Kriteria matang panen untuk mempermudah pemanen di SBHE ditentukan dengan 5 brondolan alami jatuh di piringan, apabila kurang dari 5 brondolan maka TBS dinyatakan belum matang. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan (Tabel 7), secara keseluruhan pemanen ada yang melakukan potong buah dengan brondolan kurang dari 5 butir dengan jumlah presentasi 28.7%. Artinya setiap pemanen melakukan pemotongan buah kurang matang. Ketidaksesuaian pemanen memotong buah dengan standar dapat terjadi karena adanya karakter buah abnormal. Pemanen yang menurunkan buah dengan brondolan kurang dari 5 di piringan ada yang didasarkan pada inisiatif pengamatan secara visual, yaitu dengan melihat perubahan warna kulit buah pada setiap TBS yang akan diturunkan, kemudian dihubungkan dengan jumlah brondolan yang ada di piringan dengan perkiraan jumlah brondolan yang tersangkut di ketiak pelepah. Pengamatan kombinasi yang dilakukan pemanen menyebabkan membuat ketidaksesuaian dengan standar yang menyatakan bahwa buah siap dipanen minimal 5 brondolan jatuh alami di piringan. Ditinjau dari kualitas buah yang dihasilkan di TPH, kriteria panen erat hubungannya dengan kualitas buah yang dihasilkan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di TPH (Tabel 9), kualitas buah untuk kriteria mentah dan kurang matang di atas standar yang ditetapkan perusahaan yaitu terdapat buah mentah 1.9 % dari SOP perusahaan 0% dan buah kurang matang 9.6% dari SOP perusahaan < 8%. Hal ini dapat menunjukkan bahwa kriteria panen yang ditetapkan pemanen masih banyak menghasilkan kehilangan hasil. Penentuan kriteria matang panen untuk semua tenaga pemotong buah harus lebih ditekankan agar dapat mengurangi kehilangan hasil dari pemotongan buah mentah dan kurang matang. Pengawasan Panen Pengawasan panen dapat dilakukan melalui pemeriksaan kualitas panen. Pemeriksaan kualitas panen dilakukan oleh mandor panen, mandor 1, asisten, dan tim quality control (QC). Tujuan pemeriksaan kualitas panen adalah memeriksa dan memberikan penilaian terhadap hasil kerja pemanen sehingga dapat meminimalisir kehilangan hasil (losses). Pemeriksaan dilakukan setiap ada hari panen. Pemeriksaan kualitas panen harus dilakukan oleh asisten, mandor 1, dan mandor panen. Pemeriksaan kualitas panen oleh asisten dan mandor 1 dilakukan dengan memeriksa 6 tenaga pemotong buah, masing-masing pemotong buah diperiksa 2 hanca dan 4 TPH, sedangkan untuk mandor panen pemeriksaan kualitas panen dilakukan dengan memeriksa 9 tenaga pemotong buah masingmasing pemotong buah diperiksa 3 hanca dan 6 TPH. Pemeriksaan mutu buah dilakukan di TPH dan pemeriksaan mutu hanca dilakukan di hanca pemanen. Mutu buah dapat dilakukan pada saat pemanen telah selesai menyusun buah di TPH dan memberi stempel identitas. Grading buah

48 36 disesuaikan dengan kriteria matang panen yang diterapkan oleh perusahaan seperti jumlah brondolan yang lepas dan perubahan warna. Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 9) secara umum mutu buah di SBHE kurang baik, ditunjukkan dengan rata-rata mutu buah di TPH berada di atas standar maksimal yang diperbolehkan perusahaan yaitu buah mentah 1.9% dari standar 0%, buah kurang matang 9.6% dari standar < 8%, buah matang 82.9% dari standar > 85% serta janjangan kosong 0.1% dari standar 0%. Kriteria buah lewat matang saja yang berada di bawah standar maksimal yaitu 5% dari standar < 7%. Permasalahan mutu buah ini berhubungan erat dengan kriteria matang panen yang dilakukan oleh pemanen. Kriteria matang panen yang dilakukan pemanen yang menurunkan buah dengan brondolan kurang dari 5 butir di piringan menyebabkan kualitas buah mentah dan kurang matang di atas standar yang ditetapkan perusahaan. Kualitas buah mempengaruhi kandungan minyak yang dihasilkan sehingga kualitas buah yang rendah harus dihindari. Mutu hanca dapat dilakukan pada saat pemanen telah selesai memotong buah, mengeluarkan buah dan mengutip brondolannya. Pemeriksaan mutu hanca dilakukan untuk mengetahui hasil kerja pemanen yang bertujuan memeriksa ada atau tidaknya kehilangan hasil di hanca sehingga dapat diketahui efisiensi panen. Sumber kehilangan hasil di hanca berasal dari buah tinggal dan brondolan tidak dikutip bersih. Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 8), dari 8 contoh pemanen yang memiliki efisiensi panen di atas standar hanya 3 pemanen. Rata-rata pemanen hanya memiliki efisiensi panen 92.52% dari standar > 95%. Sumber kehilangan hasil berasal dari buah tidak tinggal, brondolan segar tidak dikutip bersih, dan adanya brondolan busuk. Kehilangan hasil terbesar yaitu dari buah tinggal sebesar 6.53%. Sumber kehilangan dari brondolan tidak dikutip bersih karena banyaknya brondolan yang jatuh dan kondisi piringan yang tidak standar sehingga menyebabkan pemanen malas untuk mengutip sampai bersih karena akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Apabila ada buah tinggal dan brondolan tidak dikutip ditemukan oleh mandor ataupun asisten, pemilik hanca akan diberikan sanksi hukuman yaitu mengutip bersih brondolan dan menurunkan buah tinggal walaupun jam kerja sudah berakhir. Perusahaan memiliki cara untuk meningkatkan efisiensi panen yaitu dengan dibentuknya tim quality control panen. Tim quality control berasal dari tingkat kebun dan wilayah. Tingkat kebun quality control dilakukan oleh mantri tanam dan tingkat wilayah dilakukan oleh tim QC wilayah. Tim QC melakukan pemeriksaan kualitas panen secara mendadak tetapi telah dijadwalkan untuk tim QC wilayah masuk 2 kali setiap bulan. Hasil temuan QC langsung ditujukan kepada asisten divisi. Penyegaran pengetahuan tentang panen yang baik dan benar perlu sering dilakukan oleh atasan agar dapat mengurangi kesalahan-kesalahan panen yang dapat menghasilkan losses. Basis panen yang harus dicapai seorang pemotong buah adalah basis janjang, basis hanca dan basis waktu. Berdasarkan data capai basis (Tabel 10), rata-rata persentase capai basis di Divisi 3 rendah yaitu 68.7%. Persentase capai basis dikatakan tinggi apabila > 80%. Berdasarkan pengamatan di lapangan persentase capai basis rendah terjadi karena perhitungan jumlah tenaga kerja pemanen yang kurang tepat oleh mandor panen karena tidak berdasarkan hasil taksasi harian dan kurangnya pemahaman pemanen mengenai 3 basis wajib dicapai. Pemanen cenderung hanya memenuhi basis janjang dan basis hanca saja.

49 37 Masalah ini dapat diatasi dengan penghitungan tenaga pemotong buah yang tepat dan penjelasan mengenai 3 basis panen wajib capai. Akumulasi premi dari pemanen akan dipersentasi untuk premi mandor 1, mandor panen, krani panen dan krani transport. Premi untuk mandor panen adalah 150% dari rata-rata premi pemanen kemandorannya. Premi untuk krani panen adalah 125% dari rata-rata premi pemanen kemandorannya. Premi untuk mandor 1 adalah 150% dari rata-rata premi mandor panen dan premi untuk krani transport adalah 110% dari rata-rata premi krani panen. Permasalahan yang terjadi di Divisi 3 SBHE adalah krani panen sering salah dengan menyamakan akumulasikan premi untuk premi mandor panen dan premi krani panen. Masalah ini dapat diatasi dengan pemeriksaan LHA lebih hati-hati oleh asisten dan pemberitahuan kepada krani panen mengenai akumulasi premi. Transportasi Panen Transportasi panen merupakan rangkaian dari kegiatan panen. Ada empat hal yang menjadi sasaran kelancaran kegiatan transportasi di SBHE yaitu menjaga ALB di bawah 3% dengan mencegah buah restan dan pelukaan pada buah, kapasitas dan kelancaran pengelolaan di pabrik, keamanan TBS di lapangan, dan biaya transportasi yang minimum. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, unit yang ditugaskan pada Divisi 3 SBHE yaitu DT 033 dan DT 030. Pengiriman buah dilakukan ke PKS SGAM (Selucing Agro Mill) dan PNBM (Pundu Nabatindo Mill). Jarak Divisi 3 SBHE ke SGAM sekitar 12.5 km, sedangkan jarak Divisi 3 ke PNBM 27 km. Pengiriman buah sering dilakukan ke PKS SAGM, tetapi apabila PKS SAGM penuh pengiriman dialihkan ke PNBM. Jam kerja atau jam buka PKS SGAM dimulai dari pukul waktu setempat. Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh (Tabel 13) rata-rata untuk 1 kali pengiriman dari Divisi 3 ke pabrik SGAM membutuhkan waktu 145 menit. Setiap hari kerja 1 unit DT mampu melakukan pengiriman ke PKS sebanyak 5 6 kali. Kendala yang di hadapi PKS SGAM adalah penerimaan buah yang terlalu banyak dengan kapasitas olah pabrik yang kurang maksimal, mengakibatkan banyak buah antri masuk loading ramp. Banyaknya buah antri pada loading ramp mengakibatkan truk antri untuk mengirim buah ke PKS, disebabkan PKS menghentikan kegiatan pengiriman buah karena masih banyak buah yang antri memasuki loading ramp. Berdasarkan pengamatan antrian kirim TBS ke PKS SGAM untuk antrian tercepat membutuhkan waktu 104 menit dan antrian paling lama membutuhkan waktu 279 manit, sedangkan apabila tidak terjadi antrian pengiriman TBS hanya membutuhkan waktu 52 menit. Rata-rata dump truk memuat TBS ke PKS dengan kapasitas diatas 7.5 ton, hal ini akan menyebabkan DT dan jalan cepat rusak. Berdasarkan uraian di atas perlu adanya sanksi tegas untuk sopir DT yang memuat TBS lebih dari 7.5 ton dan penambahan pabrik kelapa sawit agar tidak terjadi antrian buah masuk loading ramp yang dapat mengakibatkan buah menjadi restan.

50 38 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kegiatan budidaya kelapa sawit di Divisi 3 Kebun Sungai Bahaur Estate (SBHE) PT Windu Nabatindo Abadi secara umum sudah mengacu SOP perusahaan. Kebun SBH mengatasi masalah yang ada dengan membuat kebijakan baik dengan penerapatan teknik-teknik di lapangan maupun secara manajerial. Losses pada kegiatan panen terjadi pada penentuan kriteria matang panen yang belum sesuai dengan standar perusahaan dan kualitas mutu hanca yang rendah dengan rasio kehilangan hasil diatas standar yang ditetapkan perusahaan. Hal tersebut dapat dilihat dengan rata-rata kualitas buah yang dipanen di atas standar minimal perusahaan yaitu mentah 1.9%, kurang matang 9.6%, matang 82.9%, janjangan kosong 0.1% serta rata-rata efisiensi panen di bawah standar minimal perusahaan yaitu 92.52%. Permasalahan lain yang terjadi dalam kegiatan panen adalah penentuan tenaga kerja yang kurang tepat, tingkat ketidakhadiran pemanen, dan kapasitas pabrik yang kurang. Tujuan magang di Kebun Sungai Bahaur Estate telah tercapai. Penulis memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman kerja secara langsung di lapangan maupun secara manajerial. Saran Mandor panen yang melakukan taksasi panen harian sebaiknya dapat menentukan tenaga pemotong buah dan kebutuhan unit kendaraan dengan tepat. Penyegaran pengetahuan mengenai kegiatan panen perlu dilakukan secara berkala agar losses yang terjadi pada kegiatan panen dapat diatasi seperti menerapkan kriteria matang panen yang sesuai dan menerapkan 3 basis panen yang wajib dicapai. Asisten, mandor 1 dan mandor panen harus lebih meningkatkan pengawasan panen agar pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan tenaga pemotong buah dapat menurun. DAFTAR PUSTAKA Adi PS Kaya Bertani dengan Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Pustaka Baru Pr. Alfiah C, Susanto WH Penanganan pasca panen kelapa sawit (penyemprotan CaCl 2 dan kalium sobat terhadap mutu CPO). Jurnal Pangan dan Industri. 3(1): [Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan Statistik Perkebunan Indonesia: Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Sekretariat Ditjen Perkebunan. Fauzi Y, Widyastuti YE, Satyawibawa I, Hartono R Kelapa Sawit: Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

51 Kurniawati F, Manumono D, Panjang S Kajian sosial ekonomi masyarakat sekitar perkebunan kelapa sawit PTPN III di Kab. Labuhan Batu Kec. Bilah Hulu Sumatera Utara. Buletin Ilmiah Instiper. 15(1):6-14. Latif S Kunci keberhasilan investasi industri kelapa sawit. Di dalam: Latif S, editor. Potensi dan Peluang Investasi Industri Kelapa Sawit di Indonesia. Bab 1. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Lubis AU Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Mangoensoekarjo S, Semangun H Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press. Naibaho PM Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Pahan I Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit dari Hulu hingga Hilir. Bogor (ID): Penebar Swadaya. Pardamean M Panduan Lengkap Pengolahan Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Pardamean M Sukses Membuka Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. Bogor (ID): Penebar Swadaya. Santosa E, Sulistyo H, Dharmawan I Peramalan produksi kelapa sawit menggunakan peubah agroekologi di Kalimantan Selatan. J Agron Indonesia. 39(3): Sastrosayono S Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. Satyawibawa I, Widyastuti YE Kelapa Sawit Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil, dan Aspek Pemasaran. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Setyamidjaja D Kelapa Sawit Teknik Budidaya, Panen dan Pengolahan. Yogyakarta (ID): Kanisius. Trismiaty, Listiyani, Mubaraq TZ Manajemen tenaga kerja panen kelapa sawit di PTPN III kebun Aek Nabara Selatan Labuhan Batu Sumatera Utara. Buletin Ilmiah Instiper. 15(1):

52 40

53 LAMPIRAN 41

54

55 43 Lampiran 1. Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi (satuan/hk) /03/2014 Penempatan di Div /03/2014 Cek mutu hanca B11 09/03/2014 Libur /05/2014 Pemupukan 30 kg 500 kg 500 kg A07 11/03/2014 Chemist 0.5 ha 2 ha 2 ha B07 12/03/2014 Chemist 0.5 ha 2 ha 2 ha B08 13/03/2014 Helper panen 4.5 ha 4.5 ha 4.5 ha D07-D09 14/03/2014 Chemist 0.5 ha 2 ha 2 ha C06 16/03/2014 Libur /03/2014 Tarik goloran 0.5 ha 1 ha 1.5 ha B07 18/03/2014 Helper panen 4.5 ha 4.5 ha 4.5 ha B07-B09 19/03/2014 Pemupukan 100 kg 500 kg 500 kg E09 20/03/2014 Babat manual 1 ha 1.5 ha 1.5 ha E16 21/03/2014 Helper panen 4.5 ha 4.5 ha 4.5 ha D07-D09 22/03/2014 Admin kantor (ISPO) Kantor 23/03/2014 Libur /03/2014 Helper panen 4.5 ha 4.5 ha 4.5 ha C11-C13 26/03/2014 Rawat jalan 10 m 35 m 35 m B10 27/03/2014 Helper panen 5 ha 5 ha 5 ha B09-B13 28/03/2014 Brondol TPH 1 blok 1 blok 1 blok B09-B10 29/03/2014 Helper panen 5 ha 5 ha 5 ha C12-B11 30/03/2014 Libur /03/2014 Libur /04/2014 Pemupukan 120 kg 500 kg 500 kg C09 02/04/2014 Pemupukan 130 kg 500 kg 500 kg D09 19/04/2014 Sensus BBC 1 blok 1 blok 1 blok D09 24/04/2014 Sensus BJR 3 blok 3 blok 3 blok C07-C09 25/04/2014 Brondol TPH 1 blok 1 blok 1 blok B07-B08 07/05/2014 Sensus LSU 1 blok 1 blok 1 blok A10

56 44 Lampiran 2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah KH yang diawasi (org) Luas areal yang diawasi (ha) Lama kegiatan (jam) Lokasi 03/03/2014 Mandor panen B07 04/03/2014 Mandor panen C07-C10 05/03/2014 Mandor panen D07-D09 06/03/2014 Mandor panen C11-C13 07/03/2014 Kerani panen /03/2014 Kerani panen /03/2014 Kerani divisi /03/2014 Kerani transport /04/2014 Mandor panen C09-C11 04/04/2014 Mandor panen D07-D09 05/04/2014 Mandor panen /04/2014 Libur /04/2014 Mandor chemist /04/2014 Mandor /04/2014 Libur /04/2014 Mandor perawatan D09 11/04/2014 Mandor perawatan C10 12/04/2014 Krani transport /04/2014 Libur /04/2014 Mandor chemist B07 15/04/2014 Mandor perawatan B10 16/04/2014 Mandor perawatan B09 18/04/2014 Libur /04/2014 Libur /04/2014 Mandor pupuk B07 22/04/2014 Mandor pupuk E11 23/04/2014 Mandor until 4-7 Divisi 1 26/04/2014 Mandor chemist C08-C09 27/04/2014 Libur /04/2014 Kerani buah /04/2014 Kerani buah

57 45 Lampiran 3. Jurnal harian sebagai pendamping asisten Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah Mandor yang diawasi (org) Luas areal yang diawasi (ha) Lama kegiatan (jam) Lokasi 17/04/2014 Simulasi BBC SCME 30/04/2014 KKM Pupuk Divisi 4 01/05/2014 Libur /05/2014 Pendamping asisten 3 6 Divisi 3 03/05/2014 Supervisi dosen Kantor wilayah 04/05/2014 Supervisi dosen Kantor wilayah 05/05/2014 Pendamping asisten 4-7 Divisi 3 06/05/2014 Simulasi LSU SCME 07/05/2014 Persiapan dokumen isi Kantor estate 08/05/2014 Persiapan dokumen isi Kantor estate 09/05/2014 Persiapan dokumen isi Kantor estate 10/05/2014 Persiapan dokumen isi Kantor estate 11/05/2014 Libur /05/2014 Persiapan dokumen ispo Kantor estate 13/05/2014 Persiapan dokumen ispo Kantor estate 14/05/2014 Persiapan dokumen ispo Kantor estate 15/05/2014 Libur /05/2014 Persiapan dokumen ispo Kantor estate 17/05/2014 Persiapan dokumen ispo Kantor estate 18/05/2014 Libur /05/2014 Pendamping asisten 3-7 Divisi 3 20/05/2014 Pendamping asisten 3-7 Divisi 3 21/05/2014 Pendamping asisten 3-7 Divisi 3 22/05/2014 Pendamping asisten 4-7 Divisi 3 23/05/2014 Pendamping asisten 2-6 Divisi 3 24/05/2014 Pendamping asisten 3-7 Divisi 3 25/05/2014 Libur /05/2014 Kunjungan PKS SAGM 27/05/2014 Kunjungan PKS SAGM 28/05/2014 Kunjungan PKS SAGM 29/05/2014 Libur /05/2014 Pendamping asisten 2-6 Divisi 3 31/05/2014 Pendamping asisten 3-7 Divisi 3

58 46 Lampiran 3. (Lanjutan) Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah Mandor yang diawasi (org) Luas areal yang diawasi (ha) Lama kegiatan (jam) Lokasi 01/06/2014 Libur /06/2014 Pendamping asisten 3-7 Divisi 3 03/06/2014 Persiapan dokumen isi Kantor 04/06/2014 Persiapan dokumen isi Kantor 05/06/2014 Persiapan dokumen isi Kantor 06/06/2014 Persiapan dokumen isi Kantor 07/06/2014 Kunjungan Riset Riset Wil.3 08/06/2014 Libur /06/2014 Persiapan dokumen ispo Kantor 10/06/2014 Persiapan dokumen ispo Kantor 11/06/2014 Pendamping asisten 3-7 Divisi 3 12/06/2014 Pendamping asisten 2-7 Divisi 3 13/06/2014 Pendamping asisten 1-6 Divisi 3 14/06/2014 Pendamping asisten 3-7 Divisi 3 15/06/2014 Libur /06/2014 Pendamping asisten 2-7 Divisi 3 17/06/2014 Pendamping asisten 3-7 Divisi 3 18/06/2014 Pengolahan data /06/2014 Pengolahan data /06/2014 Presentasi wilayah /06/2014 Admin kantor Kantor 22/06/2014 Libur /06/2014 Pengambilan data sekunder Kantor 24/06/2014 Persiapan dokumen ispo Kantor 25/06/2014 Persiapan dokumen ispo Kantor 26/06/2014 Pengambilan data sekunder Kantor 27/06/2014 Persiapan dokumen ispo Kantor 28/06/2014 Admin kantor Kantor 29/06/2014 Libur /06/2014 Admin kantor Kantor

59 Lampiran 4. Peta jenis tanah di Sungai Bahaur Estate 47

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 10 kasie, dan 5 orang asisten divisi. Karyawan non staf terdiri atas karyawan bulanan, karyawan harian tetap (KHT), dan karyawan harian lepas (KHL). Jumlah tenaga kerja SBHE sebanyak 636 per minggu ke

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG KONDISI UMUM LOKASI MAGANG PT Windu Nabatindo Abadi adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), Bangun Koling

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Profil Perusahaan

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Profil Perusahaan KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Bumitama Gunajaya Agro (BGA) berawal dari pengusahaan perkebunan kelapa sawit berskala kecil di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah yang dimulai pada tahun 1998

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN. Profil Perusahaan

KONDISI UMUM KEBUN. Profil Perusahaan 14 KONDISI UMUM KEBUN Profil Perusahaan PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA) merupakan perusahaan agribisnis yang mengelola perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit. BGA memiliki visi yaitu World Class

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Havest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) at Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN OLEH RIZA EKACITRA PUTRIANI RACHMAN

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH

MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH MOCHAMMAD FAHMI A24100088 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis 17 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Pelaksanaan pengelolaan perkebunan kelapa sawit meliputi pengelolaan kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan administrasi. Pelaksanaan teknis yang dilakukan

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012 di Teluk Siak Estate (TSE) PT. Aneka Intipersada, Minamas Plantation,

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan yang terhitung mulai dari 14 Februari hingga 14 Juni 2011. Kegiatan ini bertempat di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penetapan Target

PEMBAHASAN Penetapan Target 54 PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode tanaman

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen Kebutuhan tenaga panen untuk satu seksi (kadvel) panen dapat direncanakan tiap harinya berdasarkan pengamatan taksasi buah sehari sebelum blok tersebut akan dipanen. Pengamatan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008.

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008. 51 PEMBAHASAN Produksi Pencapaian produksi tandan buah segar (TBS) Kebun Mentawak PT JAW dari tahun 2005 2007 (Tabel 2) mengalami peningkatan yang signifikan yaitu dari tahun 2005 ke 2006 ± 10 000 ton,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Panen Kelapa sawit Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang, kemudian mengutip tandan dan memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen 3 TINJAUAN PUSTAKA Teknis Panen Panen merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Pelaksanaan panen perlu dilakukan secara baik dengan memperhatikan beberapa kriteria tertentu

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BUNATI ESTATE PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh Camellia Kusumaning Tyas A34104031 PROGRAM

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 10 Divisi, dan Kepala Administrasi. Karyawan nonstaf terbagi menjadi karyawan Bulanan, Karyawan Harian Tetap (KHT), dan Karyawan Harian Lepas (KHL). Karyawan Bulanan terdiri atas pekerja tidak langsung

Lebih terperinci

Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Riau. Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Riau

Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Riau. Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Riau Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Riau Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Riau Nurcahya Destiawan dan Ani Kurniawati * 1 Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Lebih terperinci

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PENGELOLAAN KELAPA SAWIT ((Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. ERAMITRA AGRO LESTARI, PEMATANG KULIM, BAKRIE

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pengendalian Gulma Aplikasi jenis pengendalian dilakukan di Kebun Adolina meliputi pengendalian secara kimia (chemist) dan secara manual. Pengendalian gulma tersebut

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen

PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen 45 PEMBAHASAN Kegiatan panen merupakan salah satu kegiatan budidaya kelapa sawit yang paling penting. Cara panen yang tepat sangat mempengaruhi kuantitas produksi dan waktu yang tepat mempengaruhi kualitas

Lebih terperinci

Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah

Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah Harvest Management on oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) at East Kota Waringin, Central Kalimantan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate 48 PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate Dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit dibutuhkan keterampilan manajemen yang baik agar segala aset perusahaan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN.

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor 5 November 2009 PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati

Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati Bul. Agrohorti 4 (2):132-137 (2016) Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati Fertilization Management on Mature Plant Oil Palm in Kebun Tanjung Jati Monica Christina

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH DIAN PRATIWI

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH DIAN PRATIWI PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH DIAN PRATIWI DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI GUNUNG KEMASAN ESTATE, PT. BERSAMA SEJAHTERA

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE PT BUMITAMA GUNAJAYA AGRO KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE PT BUMITAMA GUNAJAYA AGRO KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE PT BUMITAMA GUNAJAYA AGRO KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH SAUT MANGASI HUTABARAT A24090003 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

Manajemen Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Serawak Damai

Manajemen Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Serawak Damai Manajemen Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Serawak Damai Harvest Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) in Serawak Damai Estate Anggita Perdana, Adolf Pieter

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau Bul.Agrohorti 2 (3): 213-220 (2015) Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau Harvest Management of Oil Palm at Tambusai District

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT 1 MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE PT WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GROUP, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH ILHAM KURNIAWAN A24120114

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Aspek Teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Aspek Teknis PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Penulis selama dua bulan melakukan perkerjaan teknis sebagai karyawan harian. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan mencakup pengelolaan air, pengendalian gulma, pemupukan,

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP 38 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP (CLP GROUP) dengan nama P.T. SUBUR ARUM MAKMUR kebun Senamanenek I (PT.

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Lukut, Siak, Riau

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Lukut, Siak, Riau Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Lukut, Siak, Riau Harvesting Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) in Sei Lukut Estate, Siak, Riau Zul Adhri Harahap dan Hariyadi

Lebih terperinci

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG MINAMAS PLANTATION, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A24053121 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Tanggal : 28 Juli 2011 PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PELANTARAN AGRO ESTATE

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH

MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH HABIB AULIA RAHMAN ELGANI DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili

Lebih terperinci

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan PANEN KELAPA SAWIT 1. Pengrtian Panen Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai criteria matang panen, mengumpulkan dan mengutipbrondolan serta menyusun tandan di

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Hatantiring, Kalimantan Tengah

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Hatantiring, Kalimantan Tengah Bul. Agrohorti 4(1) : 37-45 (2016) Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Hatantiring, Kalimantan Tengah Harvesting Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Hatantiring

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk 62 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Kriteria Panen. Tabel 9. Kriteria panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate. Kriteria panen oleh pemanen

PEMBAHASAN. Kriteria Panen. Tabel 9. Kriteria panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate. Kriteria panen oleh pemanen 53 PEMBAHASAN Kriteria Panen Kriteria panen atau minimum ripenes standart (MRS) secara umum untuk tandan buah yang dapat dipanen di Unit Kebun Pinang Sebatang Estate berdasarkan jumlah brondolan yang terlepas

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Aspek Teknis

PEMBAHASAN. Aspek Teknis PEMBAHASAN Aspek Teknis Pengendalian Gulma Pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi kompetisi antara gulma dengan tanaman utama dalam pemanfaatan unsur hara, mineral CO 2, dan air. Bagian yang perlu

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Pengelolaan Tenaga Kerja Panen Perencanaan dan Pengorganisasian Tenaga Kerja

PEMBAHASAN Pengelolaan Tenaga Kerja Panen Perencanaan dan Pengorganisasian Tenaga Kerja 45 PEMBAHASAN Pengelolaan Tenaga Kerja Panen Tenaga kerja panen kelapa sawit adalah tenaga kerja yang bertugas untuk menurunkan buah kelapa sawit dari pokok dengan tingkat kematangan buah sesuai dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar 23 Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Tanggal Uraian Kegiataan Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi 01/03/2014 Penunasan 10 pokok 54 pokok 76 pokok L022 02/03/2014 Libur hari

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PANTAI BUNATI ESTATE, PT. SAJANG HEULANG, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN. Oleh ARDILLES AKBAR A34104058 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

= pemanen. Sistem Penunasan

= pemanen. Sistem Penunasan PEMBAHASAN Kebijakan penunasan di PT Inti Indosawit Subur adalah mempergunakan sistem penunasan progresif. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen dengan bersamaan dengan panen.

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara

Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara Harvest and Transportation Management of Palm Oil Fresh Fruit Bunch (Elaeis guineensis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 30 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Profil Perusahaan 4.1.1.1. Sejarah Perusahaan Bumitama Gunajaya Agro Group (BGA Group) adalah kelompok perusahaan yang bergerak dibidang

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Tepat Jenis

PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Tepat Jenis PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Keefektifan pemupukan berkaitan dengan tingkat hara pupuk yang diserap tanaman. Pupuk dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap tanaman. Efesiensi pemupukan berkaitan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

PELAKSANAAN MAGANG. Aspek Teknis

PELAKSANAAN MAGANG. Aspek Teknis PELAKSANAAN MAGANG Aspek Teknis Pemeliharaan tanaman kelapa sawit dan pemanenan buah matang merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan demi tercapainya produktivitas yang tinggi. Kegiatan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI SILVERIUS SIMATUPANG A24050072 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak tanggal 14 Februari 2008 hingga tanggal 14 Juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti, Minamas

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT DI SUNGAI CEMPAGA ESTATE, PT. WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GROUP, KALIMANTAN TENGAH ADI SUKMO

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT DI SUNGAI CEMPAGA ESTATE, PT. WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GROUP, KALIMANTAN TENGAH ADI SUKMO 1 MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT DI SUNGAI CEMPAGA ESTATE, PT. WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GROUP, KALIMANTAN TENGAH ADI SUKMO DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit 41 PEMBAHASAN Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor tanaman, dan teknik budidaya tanaman. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Oleh PUGUH SANTOSO A34103058 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun 12 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Lokasi Kebun PT Aneka Intipersada (PT AIP) merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan pada tanggal 30 Agustus 1989. Dalam manajemen Unit PT Aneka Intipersada Estate

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH FITRI YANI NOOR MEDINA

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH FITRI YANI NOOR MEDINA MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH FITRI YANI NOOR MEDINA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN ADOLINA PTPN IV PERSERO, SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA MUHAMMAD DAHRI ZIKRI PURBA

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN ADOLINA PTPN IV PERSERO, SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA MUHAMMAD DAHRI ZIKRI PURBA MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN ADOLINA PTPN IV PERSERO, SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA MUHAMMAD DAHRI ZIKRI PURBA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik.

TINJAUAN PUSTAKA. apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit tergantung dari tingkat kesesuaian lahan, keunggulan bahan tanam, dan tindakan kultur teknis. Unsur kesesuaian

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 13. Potensi Produksi Kebun Inti 1. Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

PEMBAHASAN. Tabel 13. Potensi Produksi Kebun Inti 1. Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode menghasilkan,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) DI PERKEBUNAN PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN OLEH HARYO PURWANTO A24051955 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 7 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan selama tiga bulan dari 13 Februari hingga 13 Mei 2012 bertempat di Tambusai Estate, Kec. Tambusai Utara, Kab. Rokan Hulu, Riau. Tambusai

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis menggunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunitas Gulma Lingkungan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunitas Gulma Lingkungan. HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Jenis gulma yang tumbuh di suatu tempat berbeda-beda, tergantung faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Menurut Sastroutomo (1990), komunitas tumbuhan memperlihatkan adanya

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGANAN KEHILANGAN (LOSSES) BRONDOLANKELAPA SAWIT PADA AREAL BERBUKIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT

TEKNIK PENANGANAN KEHILANGAN (LOSSES) BRONDOLANKELAPA SAWIT PADA AREAL BERBUKIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT TEKNIK PENANGANAN KEHILANGAN (LOSSES) BRONDOLANKELAPA SAWIT PADA AREAL BERBUKIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. TINTIN BOYOK SAWIT MAKMUR PROPINSI KALIMANTAN BARAT Aang Kuvaini Abstrak Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH MOLIYA NURMALISA A24070050 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V-34 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT.PN III (PT. Perkebunan Nusantara III) Kebun Rambutan merupakan salah satu unit PT. PN III yang memiliki 8 wilayah kerja yang dibagi berdasarkan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 22 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan kegiatan magang yang dilakukan oleh penulis adalah aspek teknis dan manajerial. Aspek teknis yang dilakukan penulis berupa pembibitan, pemeliharaan tanaman (penunasan,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Lokasi kebun PT JAW terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Wilayah kebun dapat diakses dalam perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 11 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif PT. Panca Surya Agrindo terletak di antara 100 0 36-100 0 24 Bujur Timur dan 100 0 04 100 0 14 Lintang Utara, di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG renca kerja, juga menyetujui surat atau dokumen atau perjanjian kerja sesusai kerja dan tanggung jawab. Group maneger dalam melaksanakan kerja dibantu oleh staf kebun, yaitu asisten kepala, asisten kebun

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kabupaten Rokan Hulu, Riau

Manajemen Pemupukan pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kabupaten Rokan Hulu, Riau Bul. Agrohorti 3 (2): 177-184 (2015) Manajemen Pemupukan pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kabupaten Rokan Hulu, Riau Fertilization Management on Oil Palm Plantation at Rokan Hulu,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN SEI DADAP PTPN III ASAHAN SUMATERA UTARA BINA MANASEH SIANIPAR

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN SEI DADAP PTPN III ASAHAN SUMATERA UTARA BINA MANASEH SIANIPAR MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN SEI DADAP PTPN III ASAHAN SUMATERA UTARA BINA MANASEH SIANIPAR DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KETEPATAN TAKSASI DAN REALISASI PANEN KELAPA SAWIT

KETEPATAN TAKSASI DAN REALISASI PANEN KELAPA SAWIT i KETEPATAN TAKSASI DAN REALISASI PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN SEI BATANG ULAK, PT CILIANDRA PERKASA, FIRST RESOURCES GROUP, RIAU ANANTO WIDODO A24120090 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN

Lebih terperinci

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor 15 Desember 2009

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor 15 Desember 2009 Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor 15 Desember 2009 PENGELOLAAN AIR UNTUK BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI PT SARI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR KECAMATAN LOAKULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR KECAMATAN LOAKULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROPINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR KECAMATAN LOAKULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh YESSI AFRILLA NIM. 070500120 PROGAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Idealnya setiap kebun harus sudah dievaluasi lahannya secara benar. Evaluasi Kelas Kesesuaian Lahan (KKL) pada suatu perkebunan kelapa sawit sangat

Lebih terperinci

Manajemen Pemanenan dan Penanganan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Teluk Siak Estate, Riau

Manajemen Pemanenan dan Penanganan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Teluk Siak Estate, Riau Manajemen Pemanenan dan Penanganan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Teluk Siak Estate, Riau Harvesting Management and Post Harvest Handling Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Teluk

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) BUDIDAYA KELAPA SAWIT DI PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR DESA JAHAB KECAMATAN LOA KULU, KABUPATEN KUTAI KARTENEGARA

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) BUDIDAYA KELAPA SAWIT DI PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR DESA JAHAB KECAMATAN LOA KULU, KABUPATEN KUTAI KARTENEGARA 1 LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) BUDIDAYA KELAPA SAWIT DI PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR DESA JAHAB KECAMATAN LOA KULU, KABUPATEN KUTAI KARTENEGARA Oleh SITI KHOMARIAH NIM. 070500115 PROGRAM STUDI BUDIDAYA

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Tambusai Estate terletak di antara 100 0 37-100 0 24 Bujur Timur dan 1 0 04-1 0 14 Lintang Utara yang terletak di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha LAMPIRAN 64 65 Tanggal 280220 0020 02020 0020 04020 0020 08020 09020 0020 020 2020 4020 5020 6020 020 8020 9020 2020 22020 2020 24020 25020 26020 2020 Lampiran. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA DESA SENYIUR KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA DESA SENYIUR KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA DESA SENYIUR KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : SONI SETIAWAN NIM. 120 500 086 PROGRAM STUDI BUDIDAYA

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Kegiatan magang yang dilakukan mencakup aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis yang dilakukan meliputi kegiatan penyisipan, pengendalian gulma (manual dan kimiawi),

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SIME DARBY GROUP, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN oleh HULMAN IRVAN A24052646

Lebih terperinci

Hubungan Angka Kerapatan Panen dan Sistem Rotasi Panen Dengan Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sumatera Utara

Hubungan Angka Kerapatan Panen dan Sistem Rotasi Panen Dengan Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sumatera Utara Bul. Agrohorti 3(1): 59 64 (2015) Hubungan Angka Kerapatan Panen dan Sistem Rotasi Panen Dengan Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sumatera Utara The Relationship of Harvesting Density

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KEBUN SEI BATANG ULAK, PT CILIANDRA PERKASA, KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KEBUN SEI BATANG ULAK, PT CILIANDRA PERKASA, KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KEBUN SEI BATANG ULAK, PT CILIANDRA PERKASA, KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU MUHAMMAD SATRIA BANGUN A24110007 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan

TINJAUAN PUSTAKA. Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Panen Kelapa Sawit Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan tanaman kelapa sawit menghasilkan. Selain bahan tanaman dan pemeliharaan tanaman, panen juga

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Kegiatan magang yang dilakukan terdiri dari aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis yaitu melakukan kegiatan teknis di lapangan selama menjadi karyawan harian. Aspek

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok Sistem manajemen perkebunan kelapa sawit pada umumnya terdiri atas Kebun (Estate) yang dikepalai oleh seorang Estate Manager. Seorang Estate Manager membawahi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. ERAMITRA AGRO LESTARI, BAKRIE SUMATERA PLANTATION, JAMBI (DENGAN ASPEK KHUSUS PEMANENAN)

PENGELOLAAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. ERAMITRA AGRO LESTARI, BAKRIE SUMATERA PLANTATION, JAMBI (DENGAN ASPEK KHUSUS PEMANENAN) PENGELOLAAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. ERAMITRA AGRO LESTARI, BAKRIE SUMATERA PLANTATION, JAMBI (DENGAN ASPEK KHUSUS PEMANENAN) Oleh INDRA HARIMURTI SARTONO PRABOWO A34104063 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) Jurnal Penelitian STIPAP, 2013, 4 (1) : 1-11 SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) 1 2 Mardiana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

PENGENDALIAN GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BANGUN KOLING PT WINDU NABATINDO ABADI BUDI YADHIKA SARJONO

PENGENDALIAN GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BANGUN KOLING PT WINDU NABATINDO ABADI BUDI YADHIKA SARJONO PENGENDALIAN GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BANGUN KOLING PT WINDU NABATINDO ABADI BUDI YADHIKA SARJONO DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci