MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT DI SUNGAI CEMPAGA ESTATE, PT. WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GROUP, KALIMANTAN TENGAH ADI SUKMO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT DI SUNGAI CEMPAGA ESTATE, PT. WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GROUP, KALIMANTAN TENGAH ADI SUKMO"

Transkripsi

1 1 MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT DI SUNGAI CEMPAGA ESTATE, PT. WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GROUP, KALIMANTAN TENGAH ADI SUKMO DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

2 2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Cempaga Estate, PT. Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group, Kalimantan Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2014 Adi Sukmo NIM A * Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

4 4 ABSTRACT ADI SUKMO. Fertilization Management of Oil Palm at Sungai Cempaga Estate, PT. Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group, Kalimantan Tengah. Supervised by SUDIRMAN YAHYA. The Internship activities were carried out at the Sungai Cempaga Estate (SCME) in the month of March to June The internships generally aimed to increase knowledge, experience, and job skills on the management of oil palm plantations both technical and managerial. The specific objective of internship was to study the fertilizer management of oil palm plantations. Specific observation was carried out relating to the 4 right fertilization concept. Implementation of the on time concept in SCME had not been proper yet to the sequence of fertilization Moreover rainfall in SCME tended to fluctuate, although on time concept had generally done well. The weight of packet had been in right dose, however it was not 100% right for application dose per oil palm. Based on visually observation was found deficiency of nutrient Fe, yet applying there was no kind of fertilizers which contained of the nutrient. Based on one leaf sampling unit (LSU) 2013 and recommendation of BGA research department 2014, all kinds of fertilizer which were applied had already proper for needs of the plant. The right manners and places in SCME should be improved. Keywords: BGA, deficiency, effective, fertilizer, nutrients

5 ABSTRAK ADI SUKMO. Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Cempaga Estate, PT. Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group, Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh SUDIRMAN YAHYA. Kegiatan magang dilaksanakan di Sungai Cempaga Estate (SCME) pada bulan Maret Juni Kegiatan magang secara umum bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, memperoleh pengalaman, dan keterampilan kerja dalam pengelolaan kebun kelapa sawit baik teknis maupun manajerial. Tujuan khusus kegiatan magang adalah mempelajari pengelolaan pemupukan tanaman kelapa sawit. Pengamatan khusus dilakukan terkait konsep 4 tepat pemupukan. Pelaksanaan konsep tepat waktu di SCME belum sepenuhnya sesuai dengan urutan pemupukan Curah hujan di SCME cenderung fluktuatif, namun secara umum konsep tepat waktu telah terlaksana dengan baik. Bobot karung untilan telah tepat dosis, namun untuk dosis aplikasi, ketepatannya masih belum 100% tepat. Berdasarkan pengamatan secara visual terdapat defisiensi unsur hara Fe, namun tidak ada jenis pupuk yang diaplikasi yang memiliki kandungan hara tersebut. Berdasarkan hasil kesatuan contoh daun (KCD) 2013 dan rekomendasi departemen riset BGA 2014, semua jenis pupuk yang diaplikasi telah sesuai dengan kebutuhan tanaman. Ketepatan cara dan tempat di SCME masih harus ditingkatkan. Kata kunci: BGA, defisiensi, efektif, pupuk, unsur hara

6 6

7 i MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT DI SUNGAI CEMPAGA ESTATE, PT. WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GROUP, KALIMANTAN TENGAH ADI SUKMO Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

8

9 1 Judul Skripsi: Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Cempaga Estate, PT. Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group, Kalimantan Tengah Nama : Adi Sukmo NIM : A Disetujui oleh Prof Dr Ir Sudirman Yahya, MSc Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen Tanggal Lulus:

10 2

11 3 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan hidayah sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Tema yang dipilih dalam magang ini adalah pemupukan kelapa sawit, dengan judul Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Cempaga Estate, PT. Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group, Kalimantan Tengah. Kegiatan magang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 hingga Juni Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam penulisan skripsi ini. Secara khusus penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orangtua tercinta Bapak Soebandi (Alm) dan Ibu Warsini yang selalu memberikan dukungan dan doa, serta tidak pernah lelah memberikan kasih sayang yang tulus kepada penulis. Terima kasih juga untuk ketiga kakak tercinta Nur Hasan, Dini Isbandini dan Nur Indah PS serta keponakan tersayang Farrel dan Febrio atas segala dukungan dan motivasi kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Nicky Lintang, dan seluruh sahabat serta teman-teman AGH 47 yang telah memberikan dukungan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih atas bimbingan Bapak Prof Dr Ir Sudirman Yahya, MSc selaku dosen pembimbing skripsi, Bapak Romulus, SP dan Bapak Andi P Ginting, SHut selaku Asisten Divisi sekaligus pembimbing lapang yang telah memberikan banyak saran dan kritik membangun kepada penulis dan keluarga besar Bumitama Gunajaya Agro (BGA) Group yang telah memberikan banyak ilmu dan pengetahuan terkait kelapa sawit. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, November 2014 Adi Sukmo

12 4

13 5 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vi PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 2 Kebutuhan Hara Tanaman... 2 Pemupukan... 3 Gejala Defisiensi Unsur Hara... 3 Diagnosis Kebutuhan Pupuk... 4 METODE MAGANG... 4 Tempat dan Waktu... 4 Metode Pelaksanaan... 5 Pengamatan dan Pengumpulan Data... 5 Analisis Data dan Informasi... 7 KEADAAN UMUM... 7 Sejarah dan Perkembangan... 7 Letak Wilayah Administratif... 7 Keadaan Tanah dan Iklim... 8 Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan... 8 Keadaan Tanaman dan Produksi... 9 Fasilitas Kebun Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Aspek Manajerial HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Tepat Jenis Tepat Dosis Tepat Waktu Tepat Cara dan Tempat Defisiensi Unsur Hara Tanaman SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... 37

14 6 DAFTAR TABEL 1 Perkiraan unsur hara yang diambil oleh kelapa sawit (untuk populasi 148 pokok ha -1 ) 2 2 Luas areal konsesi dan tata guna lahan di SCME 8 3 Jumlah populasi tanaman SCME 9 4 Produktivitas TBS SCME Jumlah staf dan non-staf SCME 11 6 Kriteria grading berdasarkan tingkat kematangan buah 13 7 Komposisi kandungan unsur hara TKKS 16 8 Ketepatan dosis untilan 20 9 Rekomendasi dan realisasi aplikasi jenis serta dosis pupuk di SCME Pengamatan ketepatan dosis aplikasi pupuk urea Rencana dan aplikasi pemupukan di SCME dan curah hujan pada bulan Maret Juni Ketepatan tempat penaburan pupuk Ketepatan tempat pemupukan RP SOP tepat cara dan tempat aplikasi pupuk Hasil pengamatan defisiensi unsur hara Kategori tingkat defisiensi unsur hara 26 DAFTAR GAMBAR 1 Fasilitas SCME 10 2 Kegiatan apel pagi 12 3 Pemanenan buah 14 4 Pengangkutan buah 15 5 Penguntilan di gudang BMS 19 6 Pelangsiran pupuk 19 7 Pengeceran pupuk 20 8 Tanaman bermanfaat dan rodentisida 27 9 Pengisian larutan herbisida 28 DAFTAR LAMPIRAN 1 Jurnal kegiatan KHL Jurnal kegiatan mandor 40 3 Jurnal kegiatan pendamping asisten 41 4 Peta areal statement SCME 43 5 Peta jenis tanah SCME 41 6 Curah hujan SCME Struktur organisasi SCME 40 8 Blok defisiensi unsur hara 41

15 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas tanaman perkebunan unggulan dan memiliki luas lahan perkebunan yang besar di Indonesia. Lahan perkebunan ini tersebar luas di Indonesia. Menurut Kementerian Pertanian RI (2014) pada tahun 2013, luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah ha dengan produksi Crude Palm Oil (CPO) ton dan produktivitas CPO rata-rata ton ha -1. Kelapa sawit berperan besar dalam pemasukan devisa bagi Indonesia. Kelapa sawit dapat diolah menjadi minyak sawit yang dikenal sebagai Crude Palm Oil (CPO) yang berasal dari daging buah (mesokarp) dan Palm Kernel Oil (PKO) yang berasal dari inti sawit. Menurut Pahan (2007) minyak kelapa sawit merupakan komoditas yang mempunyai nilai strategis karena merupakan bahan baku utama dalam pembuatan minyak makan. Permintaan minyak makan yang kuat merupakan indikasi pentingnya peranan komoditas kelapa sawit dalam perekonomian Indonesia. Peningkatan produksi dan produktivitas kelapa sawit masih bisa terus diupayakan. Menurut Adiwiganda (2007) terdapat beberapa proses dan faktor yang mempengaruhi produksi tanaman, salah satunya adalah tanah sebagai media tumbuh kelapa sawit. Tanah merupakan komponen dasar dalam pembangunan perkebunan. Pemahaman karakteristik tanah sangat diperlukan sebagai dasar dalam penentuan teknik budidaya yang akan dilakukan. Pada tanah yang kurang subur, salah satu upaya untuk meningkatkan kesuburan tanah adalah melalui pemupukan. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman agar dapat tumbuh optimal, sehat, berproduksi secara maksimal, ekonomis, tahan serangan hama dan penyakit serta dapat mengatasi persaingan unsur hara dengan gulma. Unsur hara utama dalam pemupukan kelapa sawit adalah N, P, K, Mg, Cu, dan B. Dalam upaya peningkatan produktivitas tanaman kelapa sawit, diperlukan penggunakan pupuk secara efektif dan efisien dalam manajemen pemupukan. Manajemen pemupukan harus dibuat sebaik mungkin karena berkaitan dengan biaya, material pupuk dan tenaga kerja yang jumlahnya relatif besar. Menurut Poeloengan (2007), biaya pemupukan cukup tinggi, yakni antara 40 60% dari biaya pemeliharaan atau kurang lebih 30% dari total biaya produksi. Biaya pemupukan yang tinggi tersebut menuntut perusahaan untuk secara tepat menentukan jenis dan kualitas pupuk yang akan digunakan dan mengelolanya sejak pengadaan pupuk hingga aplikasinya ke lahan. Pemupukan akan dapat mencapai sasarannya jika pelaksanaan aplikasinya di lapangan telah mempertimbangkan jumlah unsur hara yang cukup dan berimbang, kualitas pupuk yang baik, jenis dan dosis pupuk telah sesuai dengan rekomendasi pemupukan, aplikasi berdasarkan pada kaidah 4 tepat; tepat dosis, tepat waktu aplikasi, tepat jenis pupuk dan tepat cara dan tempat aplikasi.

16 2 Tujuan Kegiatan magang secara umum bertujuan meningkatkan pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit, memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengelolaan kebun kelapa sawit baik teknis maupun manajerial. Tujuan khusus kegiatan magang adalah mempelajari pengelolaan pemupukan tanaman kelapa sawit pada tanaman menghasilkan, dan menganalisis manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit. TINJAUAN PUSTAKA Kebutuhan Hara Tanaman Menurut Pahan (2007) kebutuhan hara tanaman kelapa sawit sangat beragam, terutama bergantung pada potensi produksi (fungsi genetik dari bahan tanaman) dan faktor iklim. Daerah pada kondisi iklim yang kurang menguntungkan memiliki produktivitas tandan buah segar (TBS) yang lebih rendah dibandingkan pada kondisi iklim yang menguntungkan, walaupun serapan unsur hara di kedua tempat tersebut sama. Menurut Novizan (2007) agar penyerapan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dapat optimal, jumlah salah satu unsur hara harus berada dalam keadaan seimbang dengan unsur hara yang lain karena selain jumlah unsur hara secara inividu, jumlah relatif salah satu unsur hara terhadap unsur hara yang lain juga berpengaruh pada ketersediaan unsur hara. Perkiraan unsur hara yang diambil oleh kelapa sawit pokok -1 tahun -1 untuk populasi 148 pokok ha -1 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Perkiraan unsur hara yang diambil kelapa sawit (untuk populasi 148 pokok ha -1 ) Komponen N P K Mg Ca kg pokok Bahan untuk pertumbuhan vegetatif Pelepah yang ditunas TBS (25 ton ha -1 ) Bunga jantan Total Sumber: Pahan (2007) Terdapat 16 unsur esensial minimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. 16 unsur tersebut adalah karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), fosfor (P), potassium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), sulfur (S), klor (Cl), boron (B), tembaga (Cu), mangan (Mn), besi (Fe), seng (Zn), dan molibdenum (Mo) (Redaksi AgroMedia 2007). Menurut Fauzi et al. (2012) dari 16 unsur esensial, unsur C, H, dan O diperoleh dari udara dan air (dalam bentuk CO 2 dan H 2 O), sedangkan 13 unsur hara esensial lainnya diperoleh

17 dari dalam tanah dan secara umum digolongkan sebagai hara. Unsur hara makro (N, P, K, S, Ca, dan Mg) dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar yang kandungan nilai kritisnya 2 30 g/kg bobot kering tanaman. Unsur hara mikro (7 unsur) dibutuhkan tanaman dalam jumlah relatif sedikit dengan kandungan nilai kritisnya mg/kg bobot kering tanaman. 3 Pemupukan Salah satu tindakan perawatan kelapa sawit yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman adalah pemupukan. Pemupukan berpengaruh terhadap peningkatan kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang merugikan. Pemupukan juga bermanfaat melengkapi ketersediaan unsur hara di dalam tanah untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Menurut Risza (2014) pemupukan memerlukan biaya yang sangat tinggi, maka perlu diterapkan pedoman pemupukan 4 tepat yakni tepat jenis pupuk, tepat dosis pupuk, tepat waktu aplikasi pemupukan dan tepat cara pemupukan. Tepat jenis pupuk berkaitan dengan unsur-unsur yang harus diberikan seperti N, P, K, Mg, dan B, dalam berbagai jenis pupuk buatan seperti Urea, ZA (Zwavelzuur Amonium), RP (Rock Phosfate), TSP (Triple Super Phosfate), JRP (Jordan Rock Phosfate), CRP (China Rock Phosfate), CIRP (Chrismast Island Rock Phosfate), MOP (Muriate Of Potash), Kiserit, Dolomite, Borate, dan sebagainya. Magnesium merupakan salah satu unsur penting bagi produktivitas kelapa sawit. Menurut Kasno dan Nurjaya (2011) pupuk Kiserit nyata meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang, dan bobot brangkasan basah dan kering tanaman kelapa sawit di pembibitan pada Ultisols dan Oxisols. Penambahan pupuk kiserit dapat meningkatkan kadar Mg dalam tanah dan tanaman. Peningkatan kadar Mg dalam tanah dapat meningkatkan kadar Mg dalam tanaman, selanjutnya dapat meningkatkan bobot brangkasan kering tanaman kelapa sawit. Gejala Defisiensi Unsur Hara Menurut Adiwiganda (2007), gejala defisiensi salah satu unsur hara dapat dideteksi secara visual pada daun. Kelainan pada daun mengindikasikan bahwa tanaman mengalami defisiensi unsur hara tertentu pada tingkat defisiensi yang cukup lanjut. Menurut Darmosarkoro (2007) tanaman kelapa sawit yang mengalami defisiensi unsur hara menunjukkan gejala yang khas. Tanaman kelapa sawit yang mengalami defisiensi unsur hara N seluruh tajuknya menguning merata. Tanaman kelapa sawit yang mengalami kekurangan unsur hara K memiliki bercak kuning berkilat dan tembus cahaya pada anak daunnya. Gejala kekuningan tersebut terjadi pada pelepah yang tua atau pelepah yang terletak pada bagian tengah tajuk

18 4 tanaman. Gejala defisiensi unsur hara Mg pada tanaman kelapa sawit ditunjukkan dengan adanya gejala kekuningan yang merata pada anak daun jika daun terkena sinar matahari langsung. Gejala defisiensi unsur hara B pada tanaman kelapa sawit ditunjukkan pada anak daun pada ujung pelepah yang berkerut, daun zig-zag atau malformasi pada daun termuda, dan pelepah daun yang baru muncul memendek. Gejala defisiensi unsur hara Fe tampak pada ujung anak daun pada bibit kelapa sawit mengalami nekrosis dan tajuk bagian atas menguning. Gejala defisiensi unsur hara Cu tampak pada ujung anak daun yang mengalami nekrosis dan tanaman tumbuh kerdil. Diagnosis Kebutuhan Pupuk Menurut Pahan (2007) diagnosis kebutuhan pupuk dilakukan untuk mengetahui jumlah pupuk yang harus diaplikasikan. Hal tersebut penting untuk diperhatikan agar diperoleh hasil yang optimal. Diagnosis dapat dilakukan dengan menggunakan 3 metode, yaitu diagnosis secara kimia, diagnosis berdasarkan hasil percobaan pemupukan, dan diagnosis secara visual. Diagnosis secara kimia dilakukan dengan melakukan analisis tanah dan analisis daun. Diagnosis secara kimia lebih akurat dan ilmiah jika dibandingkan dengan diagnosis secara visual. Selanjutnya menurut Pahan (2007), metode diagnosis kebutuhan hara berdasarkan hasil percobaan pemupukan dilakukan dengan mengambil informasi dari blokblok pengamatan yang ada di kebun, dengan pencatatan produksi yang dilakukan dengan sangat akurat. Diagnosis secara visual dilakukan dengan pengamatan langsung dengan memperhatikan kriteria perbandingan warna hijau daun dengan warna hijau yang baku (hijau gelap), adanya tanda dan gejala (symptom) defisiensi hara dan membandingkan pertumbuhan tanaman dengan plot tanaman yang tidak mendapat pemupukan (teknik widow). METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di Sungai Cempaga Estate (SCME), PT. Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Luas areal konsesi dengan luas areal tanam ha dan kondisi tanah dominan berjenis Inceptisol. Magang dilaksanakan selama 4 bulan dimulai pada tanggal 1 Maret Juli 2014.

19 5 Metode Pelaksanaan Kegiatan magang yang dilakukan adalah melaksanakan seluruh kegiatan yang telah ditetapkan oleh pihak perkebunan/perusahaan berupa aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis dan aspek manajerial dilakukan pada berbagai tingkatan pekerjaan, mulai dari karyawan harian lepas (KHL), mandor sampai pendamping Asisten Divisi. Kegiatan sebagai KHL selama 1 bulan, sebagai mandor selama 1 bulan dan 2 bulan sebagai pendamping Asisten Divisi. Pada saat menjadi KHL, penulis bekerja bersama karyawan lainnya. Kegiatan yang dilakukan adalah bekerja sebagai karyawan dan melakukan pemeliharaan tanaman, seperti pemupukan, pengendalian gulma, dan pengendalian hama serta pemanenan. Data yang diambil ketika menjadi KHL adalah teknis budidaya terutama pemupukan dan membandingkan prestasi kerja antara karyawan, penulis dengan standar perusahaan. Jurnal kegiatan sebagai karyawan harian lepas dapat dilihat pada Lampiran 1. Kegiatan sebagai mandor dilaksanakan selama 1 bulan. Kegiatan yang dilakukan adalah pengawasan kegiatan dari karyawan serikat kerja unit (SKU), mencatat daftar hadir/mengabsen karyawan SKU, melaporkan prestasi kerja SKU, serta mengisi laporan harian mandor (LHM). Jurnal kegiatan sebagai mandor dapat dilihat pada Lampiran 2. Kegiatan sebagai pendamping Asisten Divisi dilakukan pada 2 bulan terakhir magang. Kegiatan yang dilakukan adalah mengikuti apel pagi, mengarahkan dan mengawasi kerja para mandor maupun karyawan, pengaturan unit keberangkatan karyawan ke lahan, mengawasi jalannya kegiatan di divisi, lahan dan di traksi serta melakukan kontrol dan evaluasi divisi. Aspek khusus yang diamati dalam kegiatan magang adalah mengamati pengelolaan pemupukan kelapa sawit terutama pada pedoman 4 tepat pada pemupukan, yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara dan tempat. Jurnal kegiatan sebagai pendamping Asisten Divisi dapat dilihat pada Lampiran 3. Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengumpulan data yang akan dilakukan penulis yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh penulis ketika mengikuti kegiatan di lapangan, diskusi maupun wawancara dengan mandor dan Asisten Divisi serta melalui pengamatan di kebun. Pengamatan yang dilakukan penulis terutama terhadap aspek-aspek yang berhubungan dengan pemupukan yaitu : 1. Ketepatan cara pemupukan Data ketepatan cara pemupukan diperoleh dengan mengamati cara pemupukan yang digunakan serta mengukur jarak pupuk yang terdekat dari batang tanaman, kemudian dibandingkan dengan standar perusahaan. Pengamatan dilakukan pada 3 blok dengan masing-masing blok dipilih 5 baris tanaman, yaitu baris 1, 3, 5, 7, dan 9, kemudian dari tiap baris diambil

20 6 10 tanaman contoh. Masing-masing blok memiliki tahun tanam kelapa sawit yang berbeda. 2. Ketepatan tempat pemupukan Data ketepatan tempat pemupukan diperoleh dengan mengamati tempat aplikasi di piringan atau di rumpukan U-Shape pada 3 blok dengan masingmasing blok diambil 72 pokok. Masing-masing blok memiliki tahun tanam kelapa sawit yang berbeda. 3. Ketepatan dosis pupuk Data ketepatan dosis untilan diperoleh dengan mengamati grup penguntil dengan 3 kali ulangan, masing-masing ulangan ditimbang 10 contoh untilan. Ulangan berupa tumpukan pupuk. Pengamatan ketepatan dosis aplikasi dilakukan pada 3 blok dengan masing-masing blok diamati 3 orang penabur. Masing-masing penabur diamati 3 kali ulangan. Pengamatan ketepatan dosis aplikasi dilihat dari jumlah pokok yang terpupuk dan realisasi dosis yang diaplikasikan pada tiap pokok dan dibandingkan dengan buku rekomendasi pemupukan dari Departemen Riset BGA. 4. Ketepatan jenis pupuk Data ini diperoleh penulis dengan mengamati kebutuhan hara tanaman berdasarkan rekomendasi Departemen Riset BGA dan pengamatan di lapangan kemudian membandingkan dengan standar kebun. 5. Ketepatan waktu pemupukan Data primer ini diperoleh dengan membandingkan waktu rekomendasi pemupukan dengan waktu realisasinya dan menganalisisnya berdasarkan curah hujan selama Maret 2014 Juni Tenaga Kerja Data ini diperoleh penulis dengan mewawancarai tenaga penabur terkait upah, premi pemupukan, dan hari kerja yang diterapkan di kebun. 7. Defisiensi unsur hara Pengamatan ciri-ciri defisiensi tanaman kelapa sawit secara visual. Pengamatan dilakukan pada 72 pokok yang diambil secara acak dengan 3 kali ulangan/blok yang berbeda, total seluruh pokok yang diamati adalah 216 pokok. 8. Manajemen Distribusi Pupuk Pengamatan terkait rantai pemupukan mulai dari gudang hingga kebun, dan proses secara teknis di lapangan (bongkar muat, penguntilan, pengeceran, dan pelangsiran pupuk). Data sekunder diperoleh dari kantor administratif kebun yang terdiri atas kondisi umum kebun yang meliputi; sejarah dan perkembangan perusahaan, letak administratif, iklim dan jenis tanah, topografi lahan dan areal konsesi, data curah hujan, data rekomendasi pemupukan kebun, standar dan target kebun yang meliputi; pemeliharaan, pemanenan, produksi, dan tenaga kerja, organisasi dan manajemen seperti; struktur organisasi, jumlah dan status karyawan, serta sarana dan prasarana kebun seperti; alat budidaya dan kelengkapan alat pelindung diri (APD).

21 7 Analisis Data dan Informasi Seluruh data yang diperoleh di kebun diolah dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif yaitu dengan menjabarkan seluruh informasi dan data yang telah diperoleh, kemudian dibandingkan melalui studi pustaka dan literatur. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengolah data yang sifatnya numerik, seperti nilai rata-rata dan persentase. KEADAAN UMUM Sejarah dan Perkembangan Bumitama Gunajaya Agro (BGA) Group adalah perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. BGA Group adalah salah satu divisi usaha dari Harita Group. Seiring dengan pertambahan perusahaan baru, pada tahun 2004 dibentuk kelompok perusahaan yang dikelola manajemen PT Bumitama Gunajaya Agro. Perusahaan ini memiliki anak perusahaan yang berada di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Riau. Anak perusahaan yang berada di Kalimantan Tengah yaitu PT Windu Nabatindo Abadi (WNA), PT Nabatindo Karya Utama (NKU) dan PT Windu Nabatindo Lestari (WNL). PT Windu Nabatindo Abadi mengelola 3 estate, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), dan Bangun Koling Estate (BKLE). PT Windu Nabatindo Abadi mengelola 1 pabrik kelapa sawit yaitu Selucing Agro Mill (SAGM). Sungai Cempaga Estate (SCME) terdiri atas 4 divisi, tiap divisi memiliki luasan yang berbeda-beda dan dipimpin oleh Asisten Divisi. SCME memiliki kebun kelapa sawit yang berbeda jenis bibit dan umur tanamnya. Letak Wilayah Administratif Sungai Cempaga Estate terletak di Desa Selucing, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Bahaur Estate, sebelah Barat berbatasan dengan Bangun Koling Estate, sebelah Utara berbatasan dengan PT Nabatindo Karya Utama, dan sebelah Selatan berbatasan dengan lahan warga Desa Selucing. Peta areal statement SCME dapat dilihat pada Lampiran 4.

22 8 Keadaan Tanah dan Iklim Kondisi lahan di SCME mempunyai topografi bergelombang 8 15%. Pada lahan SCME terdapat 3 jenis tanah, yaitu Inceptisol, Ultisol, dan Entisol dengan kelas kesesuaian lahan S2. Jenis tanah yang dominan pada SCME adalah Inceptisol. Peta jenis tanah dapat dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan data curah hujan tahun , Sungai Cempaga Estate memiliki rata-rata bulan kering sejumlah 0.8 dan bulan basah sejumlah Sehingga berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, areal perkebunan SCME termasuk dalam tipe iklim A (sangat basah). Rata-rata curah hujan sejak tahun adalah mm/tahun dengan rata-rata hari hujan adalah hari/tahun. Data curah hujan di SCME tahun dapat dilihat pada Lampiran 6. Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Luas areal SCME adalah ha. Areal untuk sarana dan prasarana terbagi menjadi areal untuk emplasment dan bangunan lainnya seluas 27 ha, serta untuk jalan dan jembatan 91 ha. Areal yang tidak bisa ditanam berupa bukit, sungai, rawa, dan pasir seluas 60 ha. Areal yang ditanam di SCME terdiri atas kelapa sawit dengan tahun tanam , 2013, dan 2014 dengan total luas areal adalah ha. Luas areal konsesi dan tata guna lahan di SCME disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Luas areal konsesi dan tata guna lahan di SCME Total area kebun Uraian Jumlah Luas (ha) pokok Rata-rata pokok ha -1 Areal diusahakan Areal tanam TM TBM Areal prasarana Emplasment dan bangunan lainnya 27 Jalan dan jembatan 91

23 9 Tabel 2 Luas areal konsesi dan tata guna lahan di SCME (lanjutan) Total area kebun Uraian Jumlah Luas (ha) pokok Areal yang tidak bisa ditanam Bukit, sungai, rawa, pasir, dll 60 Luas total areal konsesi Sumber : Laporan bulanan manajer (2014) Rata-rata pokok ha -1 Keadaan Tanaman dan Produksi Seluruh kebun yang dikelola SCME merupakan kebun inti. Bibit kelapa sawit yang digunakan di kebun SCME beragam, yaitu Sriwijaya, Costarica, Lonsum, dan Marihat (PPKS). Jumlah populasi tanaman di SCME dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Jumlah populasi tanaman SCME Divisi Luas Tanam (ha) Populasi (pokok) Rata-rata populasi ha Rata-rata 137 Total Sumber : Laporan bulanan manajer (2014) Populasi pokok kelapa sawit ideal dalam 1 ha adalah 136 pokok dengan jarak tanam 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dan jarak baris 7.9 m. Jumlah pokok ha -1 di lapangan berbeda-beda, hal ini karena kondisi topografi lahan yang berbeda-beda dan adanya rawa atau sungai yang memotong lahan. Produktivitas TBS per tahun tanam di SCME dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Produktivitas TBS SCME Tahun Tahun tanam ton ha Rata-rata Sumber : Data kantor kebun (2014)

24 10 Fasilitas Kebun Fasilitas kebun bertujuan menunjang kegiatan kerja dan kebutuhan hidup karyawan yang berada di kebun. SCME memiliki beberapa fasilitas antara lain: kantor estate, kantor divisi, kantor traksi, kantor BGA Manuring System (BMS) dan BGA Spraying System (BSS), masjid, mess, poliklinik, lapangan bola, lapangan voli dan bulutangkis, taman, stasiun solar, stasiun ombrometer, stasiun bongkar muat (BM) dan stasiun air bersih. Kantor estate merupakan pusat administrasi kebun. Kantor divisi merupakan tempat yang berkaitan dengan seluruh administrasi divisi, antara lain; pengisian laporan harian mandor, tempat rapat divisi, pengisian premi karyawan dan lainlain. Setiap kantor divisi dipimpin oleh seorang Asisten Divisi. SCME menyediakan perumahan yang memadai bagi semua karyawannya. Perumahan karyawan staf berada di kawasan kantor estate. Perumahan karyawan Divisi I dan II berada di kawasan yang berdekatan dengan kantor estate, sedangkan perumahan karyawan Divisi III dan IV berada di kawasan yang letaknya relatif jauh dengan kantor estate. Setiap divisi memiliki tempat penitipan anak (TPA) dan masjid. Selain itu, pihak kebun menyediakan sarana transportasi berupa bus sekolah untuk siswa (anak staf dan karyawan) yang sekolah di luar kawasan kebun. Fasilitas-fasilitas tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. a b c d e f g h i Gambar 1 Fasilitas SCME (a. Kantor Kebun; b. Perumahan staf; c. Stasiun air bersih; d. Lapangan olahraga; e. Masjid; f. Polibun; g. Gudang BMS; h. traksi; i. Stasiun solar)

25 11 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Sungai Cempaga Estate dipimpin oleh seorang Estate Manager (EM) yang dibantu oleh Kepala Seksi Administrasi (Kasie) dan 4 Asisten Divisi. Asisten Divisi dibantu oleh mandor I, kerani divisi, kerani panen, kerani transportasi, mandor perawatan, mandor panen, mandor pengendalian gulma secara kimiawi, mandor alat dan mandor pupuk. Kegiatan kantor dikelola oleh Kasie yang akan dibantu oleh accounting, kasir, admin tanaman, personalia, mantri tanaman, dan juga kerani divisi untuk memasukkan data harian. Struktur organisasi SCME dapat dilihat pada Lampiran 7. Sungai Cempaga Estate mempunyai karyawan staf dan karyawan non-staf. Karyawan staf yaitu Estate Manager (EM), Asisten Divisi, dan Kepala Seksi Administrasi, sedangkan karyawan non-staf yaitu pekerja langsung di lapangan, dan pekerja tidak langsung seperti mandor dan kerani. Pekerja tidak langsung terdiri atas karyawan harian lepas (KHL), karyawan harian tetap (KHT) dan karyawan bulanan, sedangkan pekerja langsung terdiri atas KHL dan KHT. Indeks tenaga kerja di SCME bernilai di bawah standar yang ditetapkan. Indeks tenaga kerja adalah pembagian antara jumlah total tenaga kerja dan luas areal konsesi kebun. Nilai ITK digunakan untuk menentukan batas kewajaran dari kebutuhan tenaga kerja dan luas areal kebun. Standar nilai indeks tenaga kerja yang ditetapkan untuk kebun SCME adalah Saat ini nilai indeks tenaga kerja di SCME adalah yaitu Jika angka kerapatan panen normal atau pusingan panen normal, jumlah tenaga kerja ini masih dapat memenuhi kebutuhan operasional kebun. Namun jika angka kerapatan panen atau pusingan panen tinggi, tenaga kerja yang bertugas untuk membantu pemanen dalam mengutip brondolan perlu ditambah. Data jumlah karyawan staf dan non-staf di SCME dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Jumlah staf dan non-staf SCME Status Pegawai Jumlah (orang) Staf 6 Bulanan 47 Karyawan Harian Tetap 367 Karyawan Harian Lepas 139 Total 559 Indeks Tenaga Kerja (ITK) 0.16 Sumber : Laporan bulanan manajer (2014) Hari kerja di kebun SCME adalah 6 hari, dengan 7 jam kerja setiap hari kerjanya. Setiap karyawan memiliki sistem gaji yang berbeda berdasarkan statusnya. Perbedaan sistem gaji terletak pada jumlah gaji dan tunjangan yang didapatkan oleh karyawan. Ketentuan yang berlaku pada SCME untuk karyawan adalah sebagai berikut: 1. Karyawan bulanan: mendapat tunjangan beras, fasilitas rumah dan listrik gratis, gaji per bulan sesuai dengan golongan dan kebijakan kebun,

26 12 mendapatkan tunjangan JAMSOSTEK dari perusahaan dan tunjangan biaya kesehatan apabila sakit untuk berobat. 2. Karyawan harian tetap (KHT): mendapat tunjangan beras, mendapatkan fasilitas rumah dan listrik, gaji per bulan dihitung berdasarkan upah minimum serikat kerja (UMSK) Kotawaringin Timur yaitu Rp /bulan, selain itu karyawan mendapatkan tunjangan JAMSOSTEK dan fasilitas kesehatan apabila sakit. 3. Karyawan harian lepas (KHL): karyawan KHL tidak mendapatkan tunjangan beras dan JAMSOSTEK, namun tetap mendapatkan fasilitas rumah dan listrik, gaji yang diperoleh sesuai dengan prestasi kerja setiap hari yang akan diakumulasi setiap bulan. Karyawan harian lepas dapat direkomendsikan menjadi KHT apabila telah bekerja selama tiga bulan. Upah harian KHL adalah Rp per HK yang nanti akan dikalikan sesuai jumlah hari kerja. Tunjangan beras diberikan terkait dengan setiap kehadiran yaitu 0.5 kg untuk karyawan, 0.3 kg untuk istri, dan 0.25 kg untuk anak (maksimal 2 orang anak). Karyawan yang tidak masuk kerja tidak diberikan tunjangan beras. Karyawan yang masuk 6 hari penuh dalam 1 minggu berhak mendapatkan tunjangan beras untuk hari minggu untuk karyawan, istri, dan anak. PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Kegiatan magang yang dilaksanakan di SCME mencakup aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis yang dilakukan meliputi kegiatan pemanenan, pemupukan, pengendalian hama, dan pengendalian gulma (manual dan kimiawi). Pelaksanaan kerja sebagai KHL, mandor, dan pendamping Asisten Divisi di SCME secara umum dilaksanakan 6 hari kerja dalam seminggu. Waktu kerja setiap hari rata rata adalah 7 jam yang dimulai pada pukul WIB. Pelaksanaan kegiatan magang di SCME yang dilakukan oleh penulis sebagai karyawan harian lepas (KHL), mandor, dan pendamping asisten kebun di divisi dilaksanakan setiap Senin Sabtu mulai pukul WIB. Penulis diwajibkan mengikuti apel pagi (Morning Muster) yang dimulai pukul WIB bersama asisten, mandor, dan karyawan. Apel pagi dibagi menjadi 2 tahap, pada tahap pertama merupakan apel pagi yang hanya dihadiri mandor, kerani panen, dan Asisten Divisi. Sedangkan pada apel pagi tahap kedua melibatkan karyawan lapangan. Kegiatan apel pagi dapat dilihat pada Gambar 2. a b Gambar 2 Kegiatan apel pagi (a. Apel pagi tahap I; b. Apel pagi tahap II)

27 13 Aspek Teknis Pemanenan Kriteria panen. Penulis menentukan kematangan buah (minimum ripeness standard) secara visual dengan melihat ciri-ciri khusus seperti perubahan warna buah dan jumlah jatuhnya brondolan buah secara alami. Tingkat kematangan buah menjadi dasar dalam penetapan kriteria grading. Kriteria tersebut berdasarkan pada standar operasional prosedur (SOP) agronomi BGA yang ditampilkan pada Tabel 6. Tabel 6 Kriteria grading berdasarkan tingkat kematangan buah Kriteria Jumlah/persentase brondolan Mentah (Unripe) 0 Brondolan Kurang matang (under ripe) < 2 brondolan kg -1 tandan -1 Matang (ripe) 2 brondolan kg -1 tandan -1 hingga 75% brondolan permukaan telah lepas dari tandan Terlalu matang (over ripe) > 75% 90% brondolan telah lepas dari tandan Busuk/tandan kosong > 90% brondolan telah lepas dari tandan (Empty Bunch) Sumber : SOP agronomi BGA (2013) Selain brondolan, salah satu ciri buah yang telah matang (ripe) adalah perubahan warna buah. Buah kelapa sawit memiliki warna yang berbeda saat matang. Menurut Pahan (2007), pembagian tipe buah berdasarkan warna kulit buah dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe, yaitu nigrescens, virescen, dan albescen. Buah nigrescens berwarna ungu hingga hitam pada waktu muda dan menjadi jingga kehitaman pada saat matang. Buah virescens berwarna hijau pada saat muda, dan berubah menjadi jingga kemerahan dengan ujung buah berwarna kehijauan pada saat matang. Buah albescens berwarna keputih-putihan saat muda dan berubah menjadi kekuning-kuningan dengan ujung buah berwarna ungu kehitam-hitaman pada saat matang. Penulis hanya menemukan buah tipe nigrescens dan virescens pada saat magang di SCME. Taksasi panen. Taksasi panen merupakan kegiatan harian yang dilakukan mandor panen untuk memperkirakan panen esok hari. Taksasi panen akan menghasilkan data dan informasi seperti angka kerapatan panen (AKP), perkiraan jumlah tenaga kerja dan rate transport yang diperlukan, serta tonase hasil panen. Taksasi panen dilakukan minimal 15% dari luasan suatu blok. Rata-rata luasan 1 blok adalah 30 ha, sehingga minimal dalam 1 blok dilakukan taksasi panen seluas 4.5 ha. Setiap harinya, rata-rata kegiatan panen dilakukan pada 6 blok. Sehingga, minimal total luasan taksasi dilakukan pada 27 ha. Pelaksanaan panen. Panen merupakan kegiatan yang utamanya adalah mengambil buah yang telah memenuhi kriteria panen untuk dikirimkan ke pabrik dan diolah lebih lanjut. Panen dilakukan dengan menggunakan dodos dan egrek. Pada 1 divisi, kegiatan pemanenan terdiri atas 3 kemandoran, yakni kemandoran A, B, dan C. Setiap kemandoran terdiri atas tenaga pemanen, dan diatur

28 14 oleh seorang mandor panen. Namun jumlah ini dapat berubah, menyesuaikan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan pada setiap hari panen. Sistem panen yang digunakan adalah sistem hanca giring tetap. Pada sistem ini, setiap karyawan telah ditentukan hanca masing-masing, namun hancanya dapat diubah sesuai dengan kebutuhan/kondisi kerapatan buah. Apabila telah menyelesaikan hancanya pada suatu blok, pemanen dapat berpindah ke blok selanjutnya untuk melakukan kegiatan panen di hancanya. Menurut Panggabean (2011), hanca panen adalah pembagian luasan yang harus dipanen oleh karyawan untuk setiap hari kerja. Apabila AKP tinggi, seorang pemanen dibantu oleh seorang karyawan wanita, yang bertugas khusus untuk mengutip brondolan, yang disebut gardan. Rotasi panen normal adalah 4 kali dalam sebulan dengan pusingan diupayakan maksimal 7 hari. Foto pelaksanaan panen dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 Pemanenan buah Kutip brondolan. Brondolan merupakan buah kelapa sawit yang lepas dari tandannya. Brondolan sangat penting untuk dikutip, karena brondolan yang tidak dikutip merupakan kehilangan yang berpengaruh bagi produksi minyak sawit dan dapat tumbuh menjadi gulma (kentosan) di lahan. Brondolan yang jatuh di piringan, jalan pikul, maupun di sekitarnya diambil dan dimasukkan ke dalam karung kemudian dikumpulkan di TPH untuk diangkut ke pabrik. Terdapatnya brondolan di lahan adalah akibat kelalaian pemanen dan kesengajaan pemanen yang malas. Kelalaian tersebut dapat terjadi akibat tidak terlihatnya brondolan oleh pemanen ataupun gardan karena tertutup gulma atau legum cover crop (LCC). Oleh karena itu, kondisi piringan pokok kelapa sawit harus bersih. Pada saat di lahan, penulis masih menemukan beberapa blok yang piringannya tidak bersih dari gulma, LCC, ataupun sampah. Penulis berperan sebagai pengutip brondolan saat mendampingi pemanen sebagai gardan, dan saat membersihkan TPH dari brondolan sisa pengangkutan yang tercecer. Brondolan banyak yang tercecer di TPH akibat pengangkutan berlangsung malam hari, dan kondisi tepi jalan yang lembek akibat hujan, sehingga truk pengangkut hanya dapat berhenti di tengah jalan yang menyulitkan tim bongkar muat untuk menaikkan tandan buah segar (TBS) dan brondolan. Pada saat kegiatan, penulis berhasil mengumpulkan brondolan sebanyak 5 karung ukuran 50 kg pupuk Urea.

29 Penilaian mutu hanca panen. Penilaian mutu hanca adalah pengecekan kualitas panen pada blok yang telah dipanen dengan cara melihat kualitas pelepah yang ditunas, jumlah tandan yang dipanen, brondolan yang tidak dikutip, penyusunan pelepah berbentuk U-Shape, buah tinggal, pokok overpruning serta jumlah kontaminasi kotoran pada brondolan. Jumlah pelepah yang layak dipruning disesuaikan dengan ketentuan manajemen tajuk yaitu pelepah yang dipertahankan untuk kelapa sawit umur Selain itu, kegiatan mutu hanca juga bertujuan memastikan kondisi piringan bersih dari gulma. Perhitungan tandan hasil panen. Sebelum dimuat ke dalam truk, tandan buah yang telah dipanen dan diletakkan di TPH, dihitung terlebih dahulu oleh kerani panen. Jumlah kerani panen menyesuaikan dengan jumlah kemandoran yang ada. Satu kerani bertanggung jawab terhadap 1 kemandoran. Kerani bertanggung jawab untuk menghitung buah normal, buah busuk, dan buah kurang matang (KM). Kerani panen juga bertanggung jawab dalam memeriksa buah mentah yang ikut dipanen dengan melakukan grading. Buah yang kurang matang yang ikut terpanen harus dibelah menjadi 2 bagian sebagai tanda bahwa buah telah digrading. Jika pemanen memanen buah mentah, maka akan diberikan sanksi Rp 5000/tandan buah mentah. Pengangkutan buah ke pabrik. Kegiatan pengangkutan TBS dimulai dari kegiatan BM buah dari TPH ke truk pengangkut buah. Bongkar muat buah dilakukan oleh 3 4 tenaga BM, dan 1 orang supir truk. Buah yang dimuat tidak boleh melebihi kapasitas truk yaitu 7.5 ton. Buah yang dimuat dari TPH harus disusun rapi di atas truk agar memudahkan proses bongkar muat dan efisien tempat. Apabila buah telah dimuat, truk dipasang jaring agar buah tidak terjatuh di jalan saat proses pengangkutan. Tandan buah segar dari SCME diangkut ke PKS Selucing Agro Mills (SAGM). Sebelum dan sesudah muat buah ke pabrik, truk ditimbang terlebih dahulu bobotnya di jembatan timbang. Hal ini dilakukan untuk untuk memperoleh bobot bersih buah. Kendala dalam proses pengangkutan adalah jalan MR dan CR yang menjadi lembek setelah hujan akibat tidak terdrainase dengan baik, sehingga menyebabkan truk tidak dapat berjalan dengan baik. Foto pengangkutan buah dapat dilihat pada Gambar a b Gambar 4 Pengangkutan buah (a. Muat buah ke truk; b. Buah siap kirim) Pemupukan Leaf sampling unit (LSU). Leaf Sampling Unit adalah kegiatan pengambilan contoh daun yang dilaksanakan dalam satu unit areal tertentu untuk pengamatan kesatuan contoh daun yang dilakukan untuk memperoleh informasi status hara tanah. Tujuan kegiatan ini yaitu menentukan status hara tanaman

30 16 menghasilkan (TM) kelapa sawit yang tepat melalui analisis daun untuk penyusunan rekomendasi pemupukan tahunan yang dikeluarkan oleh Departemen Riset BGA. Data yang diambil pada LSU yaitu tinggi tanaman, diameter batang, jumlah pelepah, 3 daun dari sisi kiri dan 3 daun dari sisi kanan pelepah ke 17, serta jumlah daun. Pengambilan 3 daun dari sisi kiri dan 3 daun dari sisi kanan pelepah ke 17 dilakukan dengan ketentuan diambil pada jarak 2 jengkal dari mata pancing mengarah ke pangkal pelepah. Pokok yang pertama diambil datanya adalah pokok ke 5 pada baris ke 5. Pokok dalam baris yang selanjutnya dilakukan pengambilan data adalah pokok dengan interval 10 pokok, yakni ke 15, dan ke 25. Sementara untuk baris selanjutnya adalah baris dengan interval 10 baris, yakni ke 15, ke 25, ke 35, ke 45, dan seterusnya. Kegiatan LSU dilaksanakan oleh 2 tim LSU yang masing-masing terdiri atas 3 orang. Seorang karyawan ditugaskan khusus untuk memberi tanda pada pokok dengan menggunakan cat. Hal ini bertujuan agar contoh daun tidak terkontaminasi oleh cat. Sebelum memulai pengambilan contoh daun di setiap blok di divisi, tim LSU telah diberikan simulasi pengambilan daun oleh tim riset. Tim LSU akan mengambil contoh daun mulai pukul hingga WIB saat hari tidak hujan deras. Pelaksanaan LSU tahun 2014 dilaksanakan pada bulan Mei-Juni. Hasil pengamatan LSU di seluruh blok kebun akan disatukan dalam buku rekomendasi pemupukan BGA yang digunakan untuk tahun selanjutnya sebagai pedoman pemupukan. Aplikasi tandan kosong. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) adalah hasil limbah pabrik kelapa sawit yang berasal dari stasiun perebusan PKS. Prinsip penggunaan TKKS yaitu mengembalikan unsur hara yang telah digunakan dari dalam tanah. TKKS digunakan sebagai pupuk organik untuk tanaman kelapa sawit TBM dan TM. Kandungan unsur hara yang terkandung pada TKKS disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Komposisi kandungan unsur hara TKKS Unsur hara utama Persentase unsur hara dalam tandan kosong Bobot pupuk tunggal ton -1 Kisaran Rata-rata TKKS Nitrogen (N) kg Urea Fosfor (P) kg RP Potassium (K) kg MOP Magnesium (Mg) kg Kieserit Sumber : Pahan (2007) Manfaat TKKS yaitu untuk merangsang pertumbuhan akar tersier dan quarter. Pertumbuhan akar yang baik dapat meningkatkan optimalisasi penyerapan unsur hara yang lebih efektif. Penggunaan TKKS juga membantu mengurangi aliran permukaan dan menjaga kelembaban tanah. Menurut Ginting et al. (2011), aplikasi tandan kosong kelapa sawit secara nyata dapat mensubstitusi pupuk MOP hingga 25% dengan peningkatan produksi mencapai 11.7% dari pemupukan standar kebun.

31 Aplikasi TKKS sebaiknya langsung diaplikasikan ke lahan, karena apabila sudah terlalu lama ditumpuk di lahan akan membuat cendawan dan hama cepat berkembang. Standar dosis yang telah ditentukan untuk aplikasi TKKS adalah 200 kg TKKS per pokok. Penyusunan TKKS 1 lapis bertujuan untuk menghindari perkembangan kumbang badak (Orychtes rhinoceros) yang tumbuh pada keadaan lembab. Setelah TKKS disusun, karyawan kemudian menanam Neprolephis sp. di sela-sela tandan kosong. Tanaman ini bermanfaat sebagai slow growth cover crop yang menahan aliran air agar tidak terjadi erosi, serta menjaga kelembaban. Sistem pemupukan. Pelaksanaan pemupukan di SCME diatur oleh BMS. BMS mengatur proses pemupukan mulai dari permintaan/reservasi kebutuhan pupuk ke gudang sentral, penyimpanan pupuk, penguntilan, pelangsiran hingga pengaplikasian pupuk ke lahan. BMS dipimpin oleh seorang mandor BMS yang bertanggung jawab langsung kepada asisten koordinator BMS. Mandor BMS dibantu oleh 2 mandor tabur dan seorang mandor until. BMS menerapkan prinsip 6T (tepat dosis, tepat jenis, tepat waktu, tepat cara, tepat sasaran, dan tepat administrasi) dalam pemupukan. Tepat dosis adalah ketepatan jumlah dosis diaplikasikan pada pokok tepat sesuai dengan urutan pemupukan 2014 rekomendasi Departemen Riset BGA. Rekomendasi dosis pemupukan diformulasikan berdasarkan beberapa faktor seperti produksi TBS actual, proyeksi produksi TBS, umur tanaman, status tanaman, analisis hara daun (Leaf Sampling Unit), observasi lapangan, sejarah pemupukan, kesuburan tanah (Soil Sampling Unit), data curah hujan, dan hasil percobaan. Tepat jenis adalah ketepatan jenis pupuk yang diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan yang direkomendasikan oleh Departemen Riset BGA. Tepat cara adalah ketepatan metode yang digunakan dengan jenis pupuk yang digunakan (ditabur atau dimasukan ke dalam lubang) yang dipengaruhi oleh kondisi dan topografi lahan. Tepat sasaran adalah pupuk yang diaplikasikan telah sesuai tempatnya yaitu di dalam piringan atau di luar piringan serta jarak taburan pupuk dari pokok yang tepat. Tepat waktu adalah pelaksanaan kegiatan pemupukan telah sesuai dengan intensitas curah hujan yang ada, serta kondisi cuaca. Tepat administrasi adalah ketepatan dalam pencatatan data pupuk di kantor. Pemupukan dilakukan blok ke blok untuk memudahkan pengontrolan dan pelangsiran pupuk. Jadwal pemupukan pada suatu blok telah direncanakan oleh mandor BMS dan diketahui oleh asisten koordinator BMS. Dalam 1 hari, pemupukan dapat dilakukan pada 3 5 blok. Hal ini bergantung pada jenis dan ketersediaan pupuk, kondisi cuaca, dan jadwal yang ditetapkan. Tenaga kerja pemupukan. Kegiatan penaburan pupuk di SCME terdiri atas 1 kemandoran yang terdiri atas 28 tenaga penabur. Total tenaga kerja pemupukan adalah 40 orang yang terdiri atas 4 orang tenaga bongkar muat, 8 orang tenaga penguntil, dan 28 orang penabur. Para karyawan penabur pupuk dibagi menjadi kelompok kecil penabur (KKP) yang terdiri atas 3 orang karyawan. Khusus tenaga bongkar muat, tugasnya merangkap sebagai pelangsir pupuk ke tempat peletakan pupuk (TPP). Apabila kegiatan pemupukan telah selesai karung dikumpulkan dan diangkut oleh 1 orang karyawan yang mengumpulkan karung ke gudang BMS. Hasil kerja standar dari karyawan penabur pupuk berbeda-beda. Hal ini bergantung pada dosis aplikasi pupuk. Hasil kerja standar untuk dosis 1 2 kg adalah 650 kg, dosis kg adalah 420 kg, dan untuk dosis < 0.5 kg adalah

32 18 kg. Hasil kerja standar dari penguntil adalah 2000 kg, dan bongkar muat pupuk 4000 kg. Jika karyawan melebihi hasil kerja standar, maka karyawan berhak mendapatkan premi tetap dan premi lebih basis. Premi tetap yang didapatkan oleh penabur, bongkar muat maupun penguntil adalah Rp Perhitungan jumlah premi adalah sebagai berikut: ( ) ( ) ( ) ( ) Penyimpanan pupuk. Manajemen penyimpanan pupuk di BGA terdiri atas 2 tempat yaitu gudang sentral dan gudang BMS. Gudang sentral menyimpan semua jenis pupuk yang dibutuhkan seluruh kebun, sedangkan gudang BMS adalah tempat penyimpanan pupuk yang diambil dari gudang sentral dan hanya menyimpan jenis pupuk yang akan diaplikasikan sesuai kebutuhan kebun masingmasing. Pemesanan jenis pupuk ke gudang sentral dilakukan oleh asisten koordinator BMS dengan diketahui oleh kerani gudang. Gudang sentral kemudian menindaklanjuti pemesanan, dan mengirimkan pupuk sesuai dengan jenis dan jumlah yang diminta oleh gudang BMS. Selain sebagai tempat penyimpanan, gudang juga sebagai tempat berlangsungnya kegiatan penguntilan pupuk dan quality check control bobot untilan. Penguntilan pupuk. Penguntilan di gudang BMS dipersiapkan untuk divisi 1, 2, 3, dan 4 yang dilakukan sesuai dengan jadwal pemupukan yang telah ditentukan dan ketersediaan pupuk di gudang. Penguntilan pupuk merupakan kegiatan pengemasan ulang pupuk berukuran 50 kg ke karung pupuk dengan bobot tertentu sesuai dengan kelipatan dosis per pokok kelapa sawit. Bobot tiap karung until berbeda-beda sesuai dengan jenis pupuk, contohnya pupuk Urea yang memiliki bobot until 10 kg, RP 16 kg, dan MOP 16.5 kg. Menurut SOP agronomi BGA, bobot maksimal 1 karung untilan adalah 17 kg. Takaran yang digunakan untuk menguntil pun berbeda-beda setiap jenis pupuk. Perbedaan bobot untilan bertujuan untuk mempermudah kegiatan pengeceran pupuk dari gudang ke lahan dan memastikan jumlah pupuk yang disediakan telah sesuai dengan dosis yang dibutuhkan. Menurut Candra (2012), penguntilan dilakukan untuk memudahkan pelangsiran pupuk ke lahan, menjamin pupuk yang diaplikasi tepat dosis, dan tidak menggumpal. Pada saat penguntilan, karyawan penguntil harus teliti dan memastikan karung untilan tidak robek dan rusak, serta mengikat karung dengan kuat agar tidak terjadi kehilangan pupuk saat kegiatan pengeceran dan penaburan akibat kebocoran. Karyawan penguntil juga diwajibkan menggunakan alat pelindung diri (APD) saat melakukan penguntilan. APD tersebut antara lain adalah masker, sarung tangan, celana, dan apron. Namun, pada saat pengamatan, penulis sering menemukan karung untilan yang bocor atau robek akibat gancu, dan karyawan yang tidak konsisten memakai APD. Kegiatan penguntilan dikontrol oleh seorang mandor until yang berperan dalam pengawasan prestasi kerja tenaga penguntil. Mandor juga berperan dalam kegiatan quality check control berupa uji petik dengan menimbang secara acak beberapa karung untilan dan melihat apakah untilan telah sesuai dengan rekomendasi atau tidak. Setiap minggunya, karyawan penguntil diberikan extrafooding berupa 1 kaleng susu setiap minggu. Hal ini

33 dilakukan untuk menetralkan racun yang ada pada tubuh karyawan penguntil dan menjaga kebugaran tubuh. Kegiatan penguntilan dapat dilihat pada Gambar Gambar 5 Penguntilan di Gudang BMS Pelangsiran pupuk. Pelangsiran pupuk merupakan kegiatan pengangkutan pupuk dari gudang menuju tempat peletakan pupuk (TPP) di suatu blok. Proses pelangsiran pupuk dimulai dengan pengangkutan pupuk oleh karyawan BM di gudang BMS. Kegiatan ini dimulai pada pukul WIB. Pengambilan pupuk di gudang BMS menggunakan dump truck dengan kapasitas truk 7.5 ton. Karyawan bongkar muat akan memuat pupuk sesuai dengan kebutuhan jumlah untilan yang telah dihitung oleh mandor. Jumlah tenaga bongkar muat saat pengisian pupuk adalah 4 orang dengan waktu bongkar muat kurang lebih menit. Setelah pupuk untilan termuat, truk akan langsung menuju ke lahan dan mulai melangsir untilan yang dilangsir melalui 2 sisi blok (Collection Road) pada setiap blok. Untilan pupuk diletakkan pada tempat peletakan pupuk (TPP). Setiap 3 jalan pikul terdapat 1 TPP. Jumlah pupuk untilan yang dilangsir disesuaikan dengan kebutuhan, berdasarkan bobot untilan, dosis aplikasi dan jumlah pokok yang akan diaplikasi. Kegiatan pelangsiran dapat dilihat pada Gambar 6. a b Gambar 6 Pelangsiran pupuk (a. Pelangsiran pupuk; b. Untilan di TPP) Pengeceran pupuk. Pengeceran pupuk adalah kegiatan pengangkutan pupuk dari tempat peletakan pupuk (TPP) menuju pokok di dalam barisan tanaman kelapa sawit. Pengeceran bertujuan untuk mempermudah penabur saat membawa pupuk dari TPP menuju lahan. Pada saat pelaksanaan magang di lapangan, tidak ada tenaga khusus yang ditugaskan untuk melakukan pengeceran. Tugas mengecer pupuk untilan ini dirangkap oleh penabur pupuk. Hal ini dilakukan untuk mengurangi peluang tertinggalnya pupuk untilan di lahan. Berdasarkan pengalaman dan kondisi kebun, dengan adanya pengecer, peluang tertinggalnya pupuk untilan di kebun menjadi besar. Hal ini akibat jalan pikul yang terkadang bercabang dan berbelok-belok mengikuti kontur dan menyebabkan penabur kebingungan dan tidak melihat adanya pupuk untilan.

34 20 Akibatnya pemupukan menjadi tidak tepat sasaran. Penabur yang bertugas sekaligus sebagai pengecer dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 Pengeceran pupuk Pengaplikasian pupuk. Kegiatan utama dari rangkaian pemupukan adalah pengaplikasian pupuk ke pokok kelapa sawit. Pengaplikasian pupuk didasarkan pada konsep 4 tepat, yaitu tepat jenis, tepat waktu, tepat dosis, tepat cara dan tempat. Setiap penabur pupuk diberi takaran pupuk atau biasa disebut cepuk. Ukuran cepuk berbeda-beda, sesuai dengan jenis pupuk dan dosis pupuk yang dibutuhkan setiap pokok. Takaran pupuk bobotnya beragam, mulai dari 1 kg, kg, 0.75 kg, dan 0.05 kg sehingga apabila dosis RP yang disarankan adalah 2 kg maka penaburan untuk 1 pokok adalah 2 kali takaran 1 kg. Standar aplikasi tiap pokok adalah 2 kali taburan (2 cepuk). Sebelum digunakan di lahan, cepuk telah dikalibrasi dan dibandingkan dengan cepuk kontrol. Hal ini dilakukan agar pengaplikasian pupuk dapat tepat dosis. Selain ketepatan dosis, penaburan pupuk juga perlu memperhatikan ketepatan cara dan tempat pupuk ditabur. Pada saat pengaplikasian pupuk di lapangan, kelompok kecil penabur (KKP) telah dibagi batas hancanya masing-masing. Setiap hanca KKP dibatasi oleh bendera merah yang tercantum nomor KKPnya. Keuntungan dengan sistem ini yaitu antara penabur pupuk dapat saling membantu apabila target pupuk belum tercapai oleh anggota KKP dan apabila terdapat pokok yang tidak terpupuk atau penaburannya kurang tepat maka mandor dapat dengan mudah mengetahui penabur yang melakukan kesalahan tersebut. Pengamatan ketepatan dosis untilan. Pengamatan ketepatan dosis untilan dilakukan pada proses penguntilan pupuk di gudang BMS. Bobot standar pupuk Urea setiap untilannya adalah 10 kg, sedangkan pupuk MOP 16.5 kg. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Ketepatan dosis untilan Jenis Bobot untilan Bobot rataan yang Ketepatan Ulangan pupuk standar (kg) diamati (kg) dosis (%) Urea Rata-rata MOP Rata-rata

35 Setiap untilan ditimbang menggunakan timbangan digital. Setelah ditimbang, diperoleh data yang menunjukkan bahwa dosis untilan Urea rata-rata memiliki nilai rata-rata kg dengan ketepatan 96.80%, sedangkan dosis untilan MOP rata-rata memiliki nilai rata-rata kg dengan ketepatan 99.93%. Pengamatan ketepatan jenis pupuk. Penentuan tepat jenis berdasarkan pada kebutuhan hara tanaman. Data ini diperoleh dari hasil analisis defisiensi unsur hara secara visual dan disesuaikan dengan data defisiensi unsur hara hasil LSU Data blok yang mengalami defisiensi unsur hara dapat dilihat pada Lampiran 8. Rekomendasi dan realisasi aplikasi jenis serta dosis pupuk di SCME disajikan pada Tabel Tabel 9 Rekomendasi dan realisasi aplikasi jenis serta dosis pupuk di SCME Dosis rekomendasi pokok -1 Jenis pupuk Jenis pupuk Kandungan Semester I Semester II rekomendasi aplikasi unsur hara kg Urea Urea N RP RP P MOP MOP K Kieserite Kieserite Mg HGFB HGFB B NPK NPK N, P, K Sumber : Data kantor kebun (2014) Pengamatan ketepatan dosis aplikasi pupuk. Pengamatan dilakukan pada 3 blok. Pada masing-masing blok penulis melakukan pengamatan terhadap 3 orang penabur untuk melihat ketepatan dari masing-masing penabur. Total pengamatan dilakukan pada 9 orang penabur. Pengamatan ketepatan dosis aplikasi pemupukan disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Pengamatan ketepatan dosis aplikasi pupuk urea Nama blok Tahun tanam J Dosis rekomendasi pokok -1 (kg) Penabur ke- Bobot untilan (kg) Pokok terpupuk Realisasi dosis pokok -1 (kg) Ketepatan dosis (%) Rata-rata Rata-rata Rata-rata

36 22 Tabel 10 Pengamatan ketepatan dosis aplikasi pupuk urea (lanjutan) Nama blok Tahun tanam J J Dosis rekomendasi pokok -1 (kg) Penabur ke- Bobot untilan (kg) Pokok terpupuk Realisasi dosis pokok -1 (kg) Ketepatan dosis (%) Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Setiap penabur diamati 3 ulangan berupa karung untilan. Setiap karung untilan diamati jumlah pokok yang terpupuk oleh penabur. Setelah menghabiskan 3 karung untilan, dicari rata-rata pokok yang terpupuk, dan rata-rata realisasi dosis, sehingga diperoleh rata-rata ketepatan dosis. Pengamatan ketepatan waktu aplikasi pemupukan. Pengamatan ini dilakukan dengan melihat waktu rekomendasi pemupukan dengan waktu realisasinya dan menganalisisnya berdasarkan curah hujan selama Maret Juni Berdasarkan SOP agronomi BGA, hubungan antara aplikasi pupuk dengan curah hujan adalah sebagai berikut: 1) Curah hujan < 60 mm per bulan; Urea tidak tepat diaplikasikan karena memiliki potensi penguapan yang tinggi 2) Curah hujan > 300 mm per bulan: Pupuk yang mudah larut seperti Urea, ZA, MOP, CuSO4, ZnSO4 dan HGFB tidak tepat untuk diaplikasikan karena berpotensi kehilangan tinggi melalui proses pencucian, aliran permukaan dan erosi 3) Pupuk yang lambat larut (contoh: RP) dapat diaplikasikan pada curah hujan tinggi, walaupun kehilangannya 3 5% tetapi masih dapat terjadi lagi

37 kehilangan oleh aliran permukaan atau erosi tanah, terutama pada daerah miring 4) Pada umumnya, semua jenis pupuk diaplikasikan pada bulan dengan curah hujan cukup ( mm), saat itu tanah cukup basah (tidak jenuh) sehingga memudahkan penyerapan unsur hara 5) Curah hujan > 300 mm per bulan tidak menjadi faktor pembatas dalam pelaksanaan pemupukan, jika suatu areal sudah dilakukan kegiatan konservasi tanah dan air secara maksimal. Rencana dan aplikasi pemupukan berdasarkan urutan pemupukan 2014 dan curah hujan pada bulan Maret Juni 2014 di SCME selama penulis magang dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Rencana dan aplikasi pemupukan di SCME dan curah hujan pada bulan Maret Juni 2014 Bulan diamati Jenis pupuk Curah hujan (mm) NPK 15- Urea RP MOP Kieserite HGFB Maret 355 Aprill 165 Mei 225 Juni 260 Keterangan: : Waktu aplikasi, sesuai dengan rencana : Waktu rencana : Waktu aplikasi, tidak sesuai dengan rencana 23 Secara persentase, ketepatan waktu aplikasi pupuk jika dibandingkan urutan pemupukan adalah 55% aplikasi pupuk sesuai dengan rencana dan 20% aplikasi pupuk tidak sesuai dengan rencana. Penulis juga mengamati ketepatan waktu aplikasi pemupukan dibandingkan dengan curah hujan selama bulan Maret hingga Juni Pada bulan Maret hingga Juni 2014, curah hujan tinggi (> 300 mm) hanya terjadi pada bulan Maret yaitu 355 mm. Curah hujan di SCME relatif fluktuatif. Hal ini dapat dilihat dari historis curah hujan pada tahun , yang ditampilkan pada Lampiran 6. Namun, secara rata-rata, kondisi curah hujan tinggi hanya terjadi pada bulan Oktober, yaitu sebesar mm. Pengamatan ketepatan cara dan tempat aplikasi pupuk. Ketepatan cara dan tempat aplikasi pupuk di SCME mengacu pada SOP yang telah ditetapkan oleh BGA. Penulis melakukan pengamatan ketepatan cara dan tempat pada pupuk Urea, MOP, dan RP. Ketepatan tempat atau jarak pemupukan dapat dilihat pada Tabel 12 dan 13.

38 24 Tabel 12 Ketepatan tempat penaburan pupuk Rataan jarak pupuk ke pokok Jenis Nama Tahun pada jalur contoh Rata-rata pupuk blok tanam (cm) cm H Urea H H Rata-rata total G MOP G J Rata-rata total Berdasarkan Tabel 12, dapat diketahui bahwa rata-rata jarak taburan pupuk Urea dari batang pokok adalah cm, sedangkan rata-rata jarak taburan pupuk MOP dari batang pokok adalah cm. Jika dibandingkan dengan SOP agronomi BGA, rata-rata jarak taburan pupuk ini kurang baik, karena seharusnya pupuk ditabur pada jarak 150 cm dari pokok kelapa sawit. Pengamatan ketepatan tempat pada pupuk RP penulis amati dengan mengamati tempat taburan pupuk di piringan, gawangan, atau rumpukan pelepah, kemudian dibandingkan dengan SOP agronomi. Pengamatan dilakukan pada 72 contoh pokok kelapa sawit dengan 3 kali ulangan blok yang berbeda yaitu blok H10, H24, dan I29. Ketepatan tempat pemupukan RP dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Ketepatan tempat pemupukan RP Ulangan/ blok Pokok diamati Susunan pelepah Jumlah pokok menurut lokasi penebaran Susunan Piringan pelepah dan Gawangan piringan Susunan pelepah dan gawangan H H I Total Berdasarkan hasil pengamatan di atas, dapat diketahui bahwa 100% pokok telah terpupuk, dengan total 160 pokok dipupuk pada susunan pelepah, 1 pokok dipupuk pada piringan, dan 55 pokok dipupuk di antara susunan pelepah dan piringan. Jika dibandingkan dengan SOP agronomi BGA, hal ini kurang baik dan perlu diperbaiki. Seharusnya pupuk ditabur diantara susunan pelepah dan piringan. Berdasarkan SOP agronomi BGA pada Tabel 14 dapat diketahui bahwa semua jenis pupuk diaplikasikan dengan cara ditabur (broadcast) merata, yang membedakan adalah tempat dan jarak aplikasi dari pokok.

39 Tabel 14 SOP tepat cara dan tempat aplikasi pupuk Jenis pupuk Jarak dari pokok Cara aplikasi RP/Guano > 2 Meter Ditabur merata di antara susunan pelepah dan piringan berbentuk U Urea dan MOP Meter Ditabur merata pada piringan berbentuk U NPK 16 dan 14 (Palmo) Dekat pangkal batang Pada areal berpasir diaplikasi dengan sistem pocket HGFB/Borate, Zn, CuSO 4 dan FeSO 4 Sumber : SOP agronomi BGA (2013) Meter 25 Ditabur merata pada piringan berbentuk cincin Pengamatan defisiensi unsur hara. Pengamatan defisiensi hara nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), magnesium (Mg), besi (Fe) dan boron (B) diperoleh secara visual dengan melihat warna dan bentuk daun kelapa sawit berdasarkan ciri-ciri yang tercantum dari literatur menurut Pahan (2007). Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Hasil pengamatan defisiensi unsur hara Blok Tahun Pokok Pokok Defisiensi hara (pokok) tanam diamati defisiensi N P K Mg Fe B I G H Total Berdasarkan hasil pengamatan defisiensi hara di lapangan, dapat diketahui dari 216 pokok contoh yang diamati 192 pokok menunjukkan gejala defisiensi unsur hara. Jumlah pokok yang menunjukkan gejala defisiensi unsur hara berbeda-beda antara gejala defisiensi N, P, K, Mg, Fe, dan B. Berdasarkan pengamatan penulis gejala defisiensi unsur hara K adalah yang paling banyak ditemukan sebanyak 149 pokok sedangkan defisiensi unsur hara N tidak ditemukan. Setiap pokok yang mengalami defisiensi unsur hara memiliki tingkat defisiensi yang berbeda-beda, yakni ringan hingga sangat berat. Berdasarkan pengamatan penulis, gejala defisiensi unsur hara yang terlihat pada lapangan termasuk pada kategori ringan hingga sedang. Penulis hanya menemukan gejala defisiensi unsur makro pada pelepah tua (pelepah ke > 25), dan gejala defisiensi unsur mikro pada pada pelepah muda (pelepah 1 3). Kategori tingkat defisiensi hara menurut SOP agronomi BGA ditunjukkan pada Tabel 16.

40 26 Tabel 16 Kategori tingkat defisiensi unsur hara Jenis Unsur Hara Gejala Defisiensi Terlihat Pada Kategori Pelepah Ke Defisiensi > 33 Ringan Makro (N, K, Mg) > 25 Sedang > 17 Berat < 17 Sangat Berat 1 3 Ringan Mikro (Cu, Fe, dan B) 1 9 Sedang 1 17 Berat > 17 dan atau tanaman kerdil Sangat Berat Sumber : SOP agronomi BGA (2013) Black bunch census. Kegiatan Black Bunch Census (BBC) adalah kegiatan pengecekan tandan buah yang berwarna hitam (Nigrescens) dan hijau (Virescens). Tujuan BBC adalah memperkirakan jumlah tandan yang akan dipanen pada periode panen berikutnya. Buah yang disensus adalah buah yang berumur 2 5 bulan, sedangkan buah yang berumur 1, dan > 5 bulan tidak disensus. Kriteria buah yang disensus dapat dilihat dari warna, ukuran buah, dan spiklet. Pada buah Nigrescens, buah yang berwarna hitam kemerahan dan merah tidak disensus. Pada buah Virescens, buah yang berwarna jingga tidak disensus. Buah hitam juga tidak seluruhnya disensus, buah hitam yang masih berumur 0 1 bulan tidak disensus. Buah berumur 1 bulan memiliki ciri-ciri yaitu: ukuran buah kecil, masih banyak terdapat duri hijau di bagian tandan, dan masih dibungkus oleh serabut tandan. Untuk memastikan pengamatan BBC dilakukan dengan benar, dilakukan simulasi BBC terlebih dahulu yang dihadiri oleh tim riset dan perwakilan anggota divisi yang akan menjadi tim BBC. Tim BBC terdiri atas 3 tim yang masingmasing memiliki 3 anggota BBC. Setiap anggota memiliki tugas, 1 orang sebagai penghitung, 1 orang sebagai pencatat di kertas formulir sensus, dan 1 orang sebagai pemberi tanda di pokok. Tanda tersebut berupa jumlah tandan, semester, serta tahun sensus yang ditulis berurutan dari atas ke bawah dan dipisahkan oleh garis mendatar. Semester sensus ditulis menggunakan angka romawi. Penentuan warna buah untuk sensus bersifat subjektif, pada saat simulasi diberikan foto warna buah dari umur 0 sampai > 5 bulan untuk menyamakan persepsi. Sensus hama. Sensus hama merupakan tindak lanjut dari hasil deteksi hama dini oleh mantri tanaman. Sensus dilakukan dengan cara menghitung tingkat serangan hama pada baris/titik secara lebih detail di areal terjadinya serangan hama. Sensus hama bermanfaat untuk memantau hama utama kelapa sawit, yaitu, hama tikus dan hama ulat pemakan daun kelapa sawit, seperti ulat api, ulat kantong, dan ulat bulu serta hama Tirathaba sp. Pengendalian hama. Pengendalian hama merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk menghindari menurunnya produktivitas kelapa sawit akibat serangan hama. Hama utama yang banyak ditemukan di perkebunan kelapa sawit antara lain adalah tikus, kumbang badak dan ulat api. Namun di SCME serangan hama ulat api tidak terlalu tinggi sehingga upaya yang dilakukan adalah upaya pengendalian preventif. Pengendalian hama secara preventif adalah dengan

41 melakukan antisipasi/pencegahan terhadap hama sebelum terjadi serangan. Pengendalian preventif yang dilakukan di kebun SCME adalah dengan cara menanam tanaman yang menjadi inang Sycanus sp. yang merupakan predator ulat api. Tanaman yang digunakan adalah Turnera subulata. Tanaman Turnera subulata ini ditanam mengeliling blok kebun, di pinggir Main Road (MR) dan Collection Road (CR). 27 a b Gambar 8 Tanaman bermanfaat dan rodentisida (a. Turnera subulata; b. Klerat) Pengendalian hama tikus di SCME dilakukan dengan cara melakukan aplikasi racun tikus berupa durat/klerat. Klerat merupakan racun tikus dengan bahan aktif Brodifakum 0.005%. Tikus tidak langsung mati ketika memakan klerat. Mekanisme kerja klerat adalah dengan membuat tikus menjadi dehidrasi. Ketika tidur minum air, racun klerat akan bekerja dan membuat tikus dehidrasi hingga membunuh tikus tersebut. Foto tanaman Turnera sp. dan racun tikus klerat dapat dilihat pada Gambar 8. Pengendalian Gulma Pengendalian gulma manual. Berdasarkan manfaatnya, vegetasi di SCME terdiri atas tumbuhan yang menguntungkan dan merugikan (gulma). Tumbuhan menguntungkan antara lain adalah Neprolephis biserata dan Turnera umnifolia. Jenis vegetasi ini tidak boleh dibuang karena dapat membantu mengendalikan hama, sedangkan gulma yang merugikan antara lain adaah kentosan, LCC yang merambat ke pelepah daun dan menutupi piringan, Melastoma malabatrichum, Asystasia intrusa, dan Ageratum conyzoides. Prinsip pengendalian gulma adalah menekan populasi gulma dengan batas ambang tertentu, bukan memberantas gulma hingga habis (Zero Weeds). Kegiatan pengendalian gulma manual dilakukan dengan cara menebas dan mencabut gulma. Gulma yang dikendalikan secara manual sebagian besar merupakan Mucuna bracteata yang merambat ke pelepah daun dan menutupi piringan. Gulma berkayu yang ada di sekitar gawangan mati, jalan pikul, jalan tengah dan di piringan juga dikendalikan. Pengendalian gulma kimiawi. Bagian yang bertugas dalam mengelola pengendalian gulma secara kimia di SCME disebut BGA Spraying System (BSS). BSS adalah sistem penyemprotan terintegrasi yang mengelola kegiatan pengendalian gulma kimiawi di semua divisi yang ada di estate. BSS terdiri atas karyawan pengendalian gulma kimiawi divisi yang bertugas khusus di 1 divisi, dan karyawan yang bertugas dalam kegiatan pengendalian gulma kimiawi di semua divisi. Namun, karyawan divisi dapat pula ikut bergabung dalam tim yang bertugas untuk pengendalian gulma kimiawi divisi lain. Karyawan yang bertugas

42 28 dalam kegiatan pengendalian gulma kimiawi di semua divisi tergabung dalam tim unit semprot (TUS). Karyawan TUS beranggotakan 25 orang, 24 orang sebagai penyemprot, dan 1 orang sebagai pencampur. TUS diatur oleh seorang mandor BSS. Sistem penyemprotan dilakukan pada satu blok dan akan pindah ke blok lainnya bila blok yang satu telah terselesaikan. Setiap kelompok kerja penyemprot (KKP) telah memiliki hanca kerja masing-masing. Setiap hanca dibatasi oleh bendera merah sebagai penanda batas hanca. Setiap KKP terdiri atas 4 orang karyawan, sehingga total TUS memiliki 6 KKP. Keuntungan sistem blok ini apabila terjadi kesalahan pada areal penyemprotan maka mudah ditemukan hanca penyemprot yang bermasalah. Tim unit semprot memiliki fasilitas truk yang membawa tanki berkapasitas 3500 liter. Truk ini sekaligus berfungsi sebagai alat transportasi bagi karyawan TUS. Menurut SOP, tanki ini berfungsi untuk pencampuran herbisida dan air, namun berdasarkan pengamatan di lapangan hal ini tidak dilakukan. Menurut Mandor BSS, pencampuran herbisida dan air di tanki akan menyebabkan kehilangan yang cukup signifikan akibat rembesan atau tetesan melalui selang. Sehingga pencampuran dosis herbisida dan air dilakukan di luar tanki dengan takaran herbisida yang telah ditentukan. Hasil kerja rata-rata penyemprot menurut SOP adalah 3.7 ha/hk. Namun Mandor BSS hanya menargetkan hasil kerja 3.4 ha/hk karena ingin lebih mengutamakan kualitas dibandingkan kuantitas. Kapasitas 1 knapsack adalah 15 liter. Konsentrasi glifosat yang digunakan adalah 75%, dengan dosis 150 ml untuk 1 knapsack (15 Liter). Larutan induk herbisida dibuat dengan mencampurkan 10 liter air, dengan 10 liter Roundup (perbandingan 1 : 1), dengan 500 gram metil sulfuron. Nozzle yang digunakan adalah berjenis VLV 100 dan VLV 200. Hasil aplikasi penyemprotan terlihat setelah 1 minggu aplikasi. Berdasarkan cara kerjanya, herbisida di SCME terdiri atas 2 jenis, yaitu sistemik dan kontak. Herbisida sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya menghambat pertumbuhan gulma dengan cara merusak sistem metabolisme jaringan tumbuhan gulma secara bertahap. Ciri-ciri herbisida telah bereaksi dapat dilihat dari daun gulma yang layu perlahan-lahan lalu kering dan mati. Kisaran waktu herbisida sistemik untuk mengendalikan gulma sekitar 1 minggu setelah aplikasi. Jenis herbisida sistemik yang digunakan di SCME adalah glifosat dan Metil Metsulfuron. Herbisida glifosat digunakan untuk pengendalian gulma berdaun sempit jenis alang-alang seperti Imperata cylndrica dan Axonopus compresus yang berada di sekitar gawangan. Herbisida kontak digunakan untuk mengendalikan gulma berdaun lebar seperti Mucuna bracteata, Melastoma malabatrichum, Ageratum conyzoides. Aplikasi herbisida dilakukan dengan mencampur glifosat dan Metil Metsulfuron dengan air sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. Gambar 9 Pengisian larutan herbisida

43 29 Aspek Manajerial Manajemen Kebun Tingkat Non Staf Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan teknis di lapangan dan administrasi kebun. Kegiatan teknis di lapangan dilakukan oleh mandor, sedangkan kegiatan yang berhubungan dengan administrasi divisi dilakukan oleh kerani divisi. Untuk mempelajari aspek manajerial tingkat non staf, penulis bertugas sebagai mandor dan kerani. Mandor. Tugas utama sebagai mandor adalah melakukan pengawasan dan bertindak sebagai fasilitator karyawan, serta memastikan pekerjaan berlangsung dengan baik. Penulis berperan sebagai mandor di berbagai kegiatan, seperti panen, perawatan, pemupukan, dan pengendalian gulma secara kimiawi. Kegiatan yang dilakukan antara lain sebagai mandor I, sebagai mandor pupuk, mandor pengendalian gulma kimiawi, mandor panen, kerani panen, dan kerani transportasi. Mandor panen. Mandor panen memiliki tugas utama untuk mengarahkan dan membina karyawan agar dapat menghasilkan hasil kerja panen yang berkualitas, serta sebagai fasilitator karyawan jika mengalami masalah, seperti angkong yang rusak, atau tidak tersedianya karung untuk meletakkan brondolan. Selain itu, mandor panen juga bertanggung jawab dalam melakukan cek hanca dan mutu buah. Penulis berperan sebagai mandor panen untuk memeriksa mutu hanca dan membuat taksasi panen. Penulis juga bertugas untuk mengingatkan karyawan agar selalu mengutamakan kualitas buah selain kuantitas buah yang dipanen. Penulis juga mengingatkan pemanen jika terdapat buah tinggal atau terdapat pokok yang brondolannya belum dikutip. Mandor pupuk. Pada kegiatan pemupukan, penulis berperan sebagai mandor until dan mandor tabur. Mandor pupuk bertanggung jawab dalam pelaksanaan program BMS. Mandor tabur bertanggung jawab dalam pengaturan hanca penabur sesuai dengan KKP, cek daftar peralatan/perlengkapan ecer dan tabur pupuk, mengawasi kualitas pengeceran dan tabur pupuk, memastikan tidak ada karung yang tertinggal di dalam blok, dan berkoordinasi dengan mandor langsir/until tentang jumlah untilan pada TPP. Mandor until bertanggung jawab dalam memastikan kualitas untilan (tali, kondisi karung) dan pelangsiran pupuk, memastikan dan menghitung jumlah untilan pupuk yang telah diletakkan, melakukan pemeriksaan terhadap hasil langsiran dan melaporkan kepada asisten. Penulis berperan dalam pembagian batas hanca tim KKP dan memberikan pengarahan dan pengawasan kepada karyawan pupuk di gudang BMS maupun di lahan agar kualitas untilan dan pemupukan baik. Penulis juga melakukan pengecekan mutu hanca dan memastikan kegiatan pemupukan mulai dari penguntilan, pengangkutan, pengeceran, dan penaburan telah sesuai dengan SOP. Kegiatan mutu hanca juga memastikan tidak ada untilan tercecer dan karung tinggal. Selain melakukan pengawasan, penulis membantu dalam perhitungan prestasi kerja penabur dan perhitungan kebutuhan pupuk yang akan diaplikasikan ke lahan. Jumlah karyawan yang diawasi 28 penabur, 8 karyawan until, dan 4 karyawan angkut.

44 30 Mandor pengendalian gulma kimiawi. Mandor pengendalian gulma kimiawi bertanggung jawab dalam pengawasan kualitas kegiatan penyemprotan herbisida di lahan, mengawasi pencampuran bahan kimia setiap pagi, melakukan checklist persiapan dan perlengkapan semprot ke lahan, mengatur penghancakan karyawan semprot, melakukan pengawasan pekerjaan semprot, berkoordinasi dengan mandor I terhadap kelancaran penyemprotan, melakukan pemeriksaan hasil penyemprotan pada 2 minggu setelah semprot (MSS), melakukan checklist peralatan kerja setelah selesai penyemprotan, melakukan koordinasi dengan asisten dan mandor I dalam pembuatan RKH, menyelesaikan pelaporan kinerja penyemprotan dan melakukan kalibrasi terhadap alat semprot tiap minggu Penulis membantu mandor untuk memastikan penyemprot telah menggunakan alat pengaman diri (APD) seperti apron, sarung tangan, dan masker agar tidak terkena racun. Pada saat magang, karyawan pengendalian gulma selalu disiplin dalam penggunaan APD, namun terkadang APD yang digunakan oleh karyawan tidak sesuai dengan standar perusahaan. Hal ini karena APD yang akan digunakan sedang dicuci atau tertinggal di rumah, sehingga karyawan menggunakan APD lain yang tidak sesuai standar. Penulis membantu mandor untuk persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan. Total tenaga kerja yang diawasi adalah 9 orang. Kerani transportasi. Kegiatan utama dari kerani transportasi adalah mencatat dan mengatur pengangkutan buah dari kebun ke pabrik. Kerani transportasi bertanggung jawab dalam mobilisasi ke blok seksi panen, memeriksa kemungkinan posisi restan dan melakukan cek mutu transportasi seksi kemarin bersama mandor 1, memeriksa kondisi jalan serta menentukan jenis kendaraan dan kebutuhan unit angkut buah, melakukan koordinasi dengan traksi untuk keperluan transportasi restan dan transprt hari ini, memastikan tenaga angkut buah tersedia cukup dan siap bekerja, mengerahkan unit angkut buah angkut buah ke areal panen, membuat laporan harian pengangkutan buah, melaporkan realisasi pengangkutan TBS ke asisten, mandor 1 dan kantor estate, pencatatan jumlah tandan yang dimuat setiap truk, dan tonase bobot buah setiap truk hasil timbangan pabrik. Kerani transportasi berkewajiban mengisi formulir surat pengantar buah yang berisi data antara lain jumlah tandan, nama blok, tahun tanam, divisi, tanggal, pabrik tujuan, nama supir/operator, nama karyawan bongkar muat, dan nomor polisi kendaraan yang digunakan untuk pengiriman buah. Surat pengantar buah tersebut terdiri atas 4 lembar, yaitu untuk kantor kebun, traksi (transportasi), kantor divisi, dan penerima (PKS). Kerani panen. Kegiatan utama dari kerani panen adalah menghitung jumlah buah yang dipanen oleh pemanen dan melakukan grading. Grading adalah kegiatan memeriksa buah yang dipanen, seperti buah mentah, buah kurang matang, buah matang dan buah busuk. Buah hasil panen yang baik adalah buah yang telah masuk dalam kriteria matang dan layak potong. Kerani panen bertanggung jawab mengisi buku penerimaan buah (BPB) setiap hari panen secara akurat dan menyerahkan kepada mandor panen setiap sore hari untuk disampaikan ke karyawan, memberikan penjelasan dan pengarahan tentang premi dan denda yang diperoleh tenaga panen, mengisi BPB secara akurat, mengisi dan memeriksa buku catatan potong buah tiap hari panen. Setiap pemanen memiliki nomor pemanen yang berbeda-beda. Buah yang telah dipanen diberikan stempel dengan warna tertentu untuk mempermudah kerani dalam menghitung buah. Kemandoran A dan C memiliki cap stempel

45 berwarna merah, sedangkan kemandoran B memiliki cap stempel berwarna hijau. Selain wajib memberikan stempel pada buah yang telah dipanen, pemanen wajib menata buah dengan rapi di TPH. Hal ini juga bertujuan untuk mempermudah kerani dalam menghitung buah. Setelah selesai menghitung buah di lahan, kerani panen wajib menulis laporan penerimaan buah (LPB) dan menulis perolehan premi pemanen di catatan pemanen. 31 Manajemen Kebun Tingkat Staf Manajemen kebun tingkat staf dilakukan oleh Manajer, Asisten Divisi, dan Kepala Seksi Administrasi. Manajer bertanggung jawab pada seluruh kegiatan baik yang bersifat teknis maupun administratif. Manajer yang memberi instruksi pelaksanaan, mengkoordinasi, dan mengevaluasi seluruh kegiatan kebun. Manajer dibantu oleh Asisten Divisi yang bertanggung jawab mengelola divisi dan Kepala Seksi Administrasi yang bertanggung jawab pada seluruh administrasi kebun. Asisten Divisi melakukan pengawasan untuk seluruh kegiatan di lapangan, mengetahui setiap kendala di lapangan, dan mencari solusi setiap kendala yang ditemukan. Selama pendamping Asisten Divisi, penulis membantu asisten dalam pembuatan monitoring laporan harian mandor (LHM) dan memperbarui administrasi kantor divisi agar sesuai dengan Standard Administration Procedure (SAP) yang telah ditetapkan oleh perusahaan, membantu dalam pembuatan peta pengendalian gulma selektif, rencana kerja harian, dan mengawasi kegiatan di kebun apakah telah sesuai dengan SOP kebun. Pendamping asisten divisi. Kegiatan penulis selama menjadi pendamping Asisten Divisi yang dilaksanakan selama dua bulan yaitu membantu dalam pembuatan peta pengendalian gulma selektif, rencana kerja harian, dan mengawasi kegiatan di lahan telah sesuai dengan SOP kebun. Penulis juga mengikuti kegiatan kunjungan lahan membantu asisten dalam pembuatan monitoring LHM dan memperbarui administrasi kantor divisi agar sesuai dengan Standard Administration Procedure (SAP) yang telah ditetapkan oleh perusahaan. HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Pemupukan merupakan proses penambahan unsur hara dan perbaikan struktur tanah serta penggantian unsur-unsur hara yang hilang diserap/diangkut oleh tanaman, tercuci atau tererosi. Tujuan pemupukan adalah agar tanaman dapat tumbuh subur dan seragam serta memberikan hasil yang optimum dan meningkatkan daya dukung dan kesuburan tanah. Biaya pemupukan sangat tinggi, sehingga efisiensi dan keefektifan pemupukan sangat penting. Untuk mewujudkannya perlu diterapkan pedoman pemupukan 4 tepat, yakni tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara dan tempat (Risza 2014).

46 32 Tepat Jenis Beberapa dasar pertimbangan yang digunakan dalam penentuan jenis pupuk antara lain adalah umur tanaman, gejala defisiensi unsur hara, kondisi lahan dan harga pupuk (Poeloengan 2007). Penentuan tepat jenis diperoleh dari hasil analisis defisiensi unsur hara secara visual yang penulis amati di lapangan dan disesuaikan dengan data defisiensi unsur hara hasil analisis daun 2013, untuk menentukan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Informasi status hara dari kebun diasumsikan sama dengan kondisi kebun saat kegiatan magang berlangsung yaitu pada tahun 2014 karena rekapitulasi status unsur hara dilaksanakan 1 tahun sekali oleh Departemen Riset BGA. Selain itu, penulis menentukan ketepatan jenis pupuk dengan mengamati jenis pupuk yang direkomendasikan Departemen Riset BGA dengan jenis pupuk yang diaplikasikan di lahan. Rekomendasi pemupukan dibuat setiap tahun dengan berdasarkan pada hasil analisis daun dan tanah, hasil pengamatan lapangan, pelaksanaan pemupukan sebelumnya, potensi produksi dan hasil percobaan pemupukan (Risza 2010). Aplikasi jenis pupuk yang digunakan SCME berdasarkan pada rekomendasi pemupukan 2014 yang dikeluarkan oleh Departemen Riset BGA. Jenis pupuk yang digunakan SCME selama penulis magang adalah pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal yang digunakan adalah Urea, Rock of Phospate (RP), Muriate of Potash (MOP), Kieserite, dan HGFB (High Grade Fertilizer Borate). Pupuk Majemuk yang digunakan adalah NPK Berdasarkan data defisiensi hara tahun 2013 dapat diketahui bahwa kebun SCME mengalami beberapa defisiensi unsur hara, antara lain adalah defisiensi unsur N, P, K, Mg, dan B. Berdasarkan pengamatan visual penulis di kebun, SCME mengalami beberapa defisiensi unsur hara, antara lain adalah defisiensi unsur P, K, Mg, B dan Fe. Kandungan unsur hara pada jenis pupuk yang diaplikasikan di lahan hampir seluruhnya telah memenuhi kebutuhan tanaman sesuai konsep tepat jenis. Namun untuk defisiensi Fe, tidak ada jenis pupuk yang diberikan dan diaplikasikan ke lahan. Hal ini dapat terjadi karena defisiensi Fe tidak tercatat pada buku urutan pemupukan hasil dari pengamatan defisiensi unsur hara 2013 oleh Departemen Riset BGA. Selain itu, defisiensi Fe tidak termasuk dalam kategori berat (mencapai pelepah ke 17). Dengan demikian pihak manajemen BGA pun tidak mencantumkan kebutuhan pupuk Fe dalam program pemupukan. Pupuk NPK khusus diaplikasikan pada TBM di SCME, sedangkan pupuk tunggal Urea, RP dan MOP diaplikasikan pada TM. Secara umum SCME telah memenuhi kaidah tepat jenis. Tepat Dosis Menurut Setyamidjaja (2006), untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman kelapa sawit, maka pemupukan harus menggunakan dosis yang direkomendasikan oleh pusat penelitian berdasarkan hasil analisis daun dan tanah. Dengan analisis daun dan tanah, ketersediaan unsur-unsur hara di dalam tanah dan tanaman dapat diketahui dan dapat digunakan sebagai acuan untuk menetapkan dosis pemupukan. Dosis pemupukan dapat berbeda-beda antara bagian kebun, namun yang paling penting adalah kebutuhan tanaman terhadap unsur hara makro dan mikro harus terpenuhi agar pertumbuhan dan produksi kelapa sawit sesuai

47 dengan yang diharapkan. Menurut Adiwiganda (2007) Penentuan dosis pupuk didasarkan pada berbagai faktor yang meliputi jumlah unsur hara yang terbawa TBS sewaktu panen, yang terimmobilisasi dalam batang dan pelepah, dan yang difiksasi oleh tanah dan estimasi kehilangan unsur hara akibat aliran permukaan setelah pupuk diaplikasikan. Dosis pupuk tersebut dianggap sebagai dosis minimum (standar). Berdasarkan dosis standar tersebut, rekomendasi pupuk yang khusus dapat ditentukan dengan memperhitungkan faktor seperti kandungan hara tanah dan daun, target produksi TBS, dan gejala defisisensi unsur hara. Ketepatan dosis yang diamati penulis meliputi ketepatan dosis untilan dan dosis aplikasi penaburan pupuk di lahan. Pengamatan dosis untilan penulis lakukan pada pupuk Urea dan MOP. Hasil pengamatan dosis untilan Urea dan MOP yang disajikan pada Tabel 8 menunjukkan nilai ketepatan bobot untilan Urea adalah 96.80%, sedangkan MOP menunjukkan nilai 99.93%. Kedua nilai ini sudah cukup baik dan telah mencapai nilai standar ketepatan kebun yakni 95%. Sehingga bobot untilan pupuk dapat dikatakan telah tepat dosis dan para karyawan until telah mampu menguntil pupuk Urea dan MOP dengan tepat dan baik. Prestasi tenaga kerja penguntil sangat baik, rata-rata setiap harinya penguntil dapat menyelesaikan untilan lebih dari standar kerja 2000 kg/hk. Apabila lebih dari basis maka penguntil mendapatkan premi sesuai dengan tonase yang didapatkan. Selama kegiatan magang, ketersediaan pupuk di gudang BMS selalu tersedia, sehingga kegiatan pemupukan berjalan dengan lancar dan kegiatan penguntilan dapat dilakukan. Pengamatan ketepatan dosis penaburan pupuk, penulis lakukan pada pupuk Urea. Penulis mengamati ketepatan dosis pupuk Urea pada blok J016 tahun tanam 2009, J171 tahun tanam 2010, dan J019 tahun tanam Pada masing-masing blok penulis melakukan pengamatan terhadap 3 orang penabur untuk melihat ketepatan dari masing-masing penabur. Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 10. Penulis mengamati jumlah pokok yang teraplikasi dari setiap karung until. Setiap penabur dilakukan sebanyak 3 kali ulangan (untilan). Nilai standar ketepatan dosis aplikasi adalah 85%. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa penabur pada Blok J016 memiliki ketepatan dosis aplikasi ratarata 85.46% dan 85.93%, artinya dari dosis rekomendasi 1.25 kg pupuk pokok -1 penabur rata-rata telah menabur pupuk dengan dosis 1.07 kg dan 1.18 kg pokok -1. Penabur pada Blok J171 memiliki ketepatan dosis aplikasi rata-rata 73.13%, 70.71%, dan 69.40%, artinya dari dosis rekomendasi 1.25 kg pupuk pokok -1 penabur rata-rata telah menabur pupuk dengan dosis 0.91 kg, 0.88 kg dan 0.87 kg pokok -1. Penabur pada Blok J019 memiliki ketepatan dosis aplikasi rata-rata 85.71%, 85.93%, dan 88.89%, artinya dari dosis rekomendasi 1.25 kg pupuk pokok -1 penabur rata-rata telah menabur pupuk dengan dosis 1.07 kg dan 1.11 kg pokok -1. Nilai ini ketepatan dosis aplikasi pada blok J016 dan J019 telah memenuhi standar kebun, yakni 85%. Namun, untuk blok J171 belum memenuhi standar kebun. Perbedaan yang mencolok antara ketepatan dosis aplikasi pada blok J016 dan J019 dengan blok J171, antara lain dikarenakan kondisi tinggi pokok kelapa sawit di blok J171 yang masih tergolong rendah (tahun tanam 2010) dan pelepahnya menutupi jalan, sehingga menyulitkan penabur dalam berkonsentrasi dan bergerak. Akibatnya penabur terkadang tidak mengisi cepuk dengan penuh dan hanya memperkirakan taburan setiap pokok. 33

48 34 Hal-hal yang dapat menyebabkan ketidaktepatan dosis aplikasi pupuk antara lain adalah penabur yang tidak mengisi takaran pupuk (cepuk) dengan penuh, dan terkadang hanya mengira-ngira takaran saja. Taburan yang benar adalah taburan yang sesuai dengan takaran dan setiap pokok ditabur dengan 2 kali takaran. Takaran pupuk digunakan sesuai dengan jenis pupuk dengan dosis berbeda, untuk pupuk MOP dengan dosis 1.5 kg menggunakan takaran 0.75 kg sebanyak 2 kali. Takaran untuk pupuk RP dengan dosis 2 kg menggunakan takaran 1 kg sebanyak 2 kali, takaran untuk pupuk Urea dan Kieserite dengan dosis 1.25 kg menggunakan takaran kg sebanyak 2 kali. Hal ini penting untuk diketahui penabur agar ketepatan dosis dapat tercapai. Ketepatan dosis masih dipengaruhi faktor subjektivitas, sehingga sangat penting untuk terus memberikan arahan dan kontrol bagi para penabur. Tepat Waktu Pemupukan harus dilakukan saat kondisi tanah tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering atau berada dalam kisaran air tanah pada kapasitas lapangan. Kondisi ini biasanya berada pada awal dan akhir musim hujan (Adiwiganda 2007). Aplikasi pemupukan di kebun SCME terbagi atas dua semester yaitu semester I (Januari-Juni) dan Semester II (Juli Desember). Pembagian semester bertujuan agar manajemen rotasi pupuk dapat terlaksana dengan efektif dan efisien. Tujuan pembagian semester juga untuk menghindari beberapa jenis pupuk yang sifatnya antagonis apabila diaplikasikan pada waktu yang bersamaan atau berdekatan. Waktu yang dibutuhkan tanaman untuk menyerap pupuk secara optimal adalah 2 bulan setelah aplikasi sehingga manajemen waktu sangat diperlukan untuk memastikan pupuk terserap efektif. Aplikasi pupuk pada blokblok defisiensi lebih didahulukan dibandingkan dengan blok-blok yang tidak mengalami defisiensi. Data defisiensi unsur hara dapat dilihat pada Lampiran 8. Pada saat magang, penulis melakukan pengamatan aplikasi pupuk pada bulan Maret hingga Juni Tabel 11 menunjukkan bahwa pelaksanaan aplikasi pupuk tidak selalu sama dengan waktu yang direncanakan. Secara persentase, ketepatan waktu aplikasi pupuk jika dibandingkan buku rekomendasi pemupukan adalah 55% aplikasi pupuk sesuai dengan rencana dan 20% aplikasi pupuk tidak sesuai dengan rencana. Ketidaktepatan waktu aplikasi ini dipengaruhi oleh ketersediaan jenis pupuk yang ada di gudang sentral. Menurut Adiwiganda (2007), keterlambatan waktu pemupukan merupakan kendala yang sering ditemukan di perusahaan-perusahaan sawit. Hal ini terutama diakibatkan oleh masalah transportasi pupuk ke kebun. Pelaksanaan pemupukan harus memperhatikan curah hujan, untuk menghindari kehilangan unsur hara pupuk. Curah hujan yang ideal untuk pemupukan adalah mm per bulan (PPKS 2007). Pada kondisi seperti ini tanah cukup basah (tetapi belum jenuh), sehingga memudahkan terserapnya unsur hara. Pagi sampai siang hari adalah waktu yang tepat untuk aplikasi pemupukan kelapa sawit (Pahan 2007). Pelaksanaan kegiatan pemupukan di SCME dilaksanakan mulai dari pukul pagi hingga pukul siang dan apabila hari hujan maka kegiatan pupuk dialihkan ke kegiatan perawatan tebas manual. Curah hujan di SCME relatif fluktuatif. Hal ini dapat dilihat dari historis curah hujan pada tahun , yang ditampilkan pada Lampiran 6. Namun, secara

49 rata-rata, kondisi curah hujan tinggi hanya terjadi pada bulan Oktober, yaitu sebesar mm. Pada saat magang, kondisi curah hujan tinggi hanya terjadi pada bulan Maret dengan curah hujan 355 mm. Kondisi seperti ini seharusnya tidak dilakukan kegiatan pemupukan karena akan mengakibatkan unsur hara hilang terbawa aliran air, pupuk yang terbawa air akan terbuang sia-sia dan dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan khususnya ekosistem air. Walaupun pada bulan Maret tetap dilakukan pemupukan, secara umum pemupukan dilakukan pada kondisi optimum, sehingga konsep tepat waktu dapat dikatakan telah terlaksana dengan baik. 35 Tepat Cara dan Tempat Kualitas pemupukan ditentukan oleh 2 hal, yaitu kualitas pupuk dan kualitas aplikasi. Kualitas pupuk ditentukan oleh besarnya kadar air dan kandungan unsur hara utama dalam pupuk tersebut, sedangkan kualitas aplikasi penaburan pupuk di lapangan ditentukan oleh pengelolaan, organisasi kerja, cara pengaplikasian di lapangan serta administrasinya. Ketepatan cara dan tempat pemupukan sangat penting untuk diperhatikan. Cara pemupukan yang dapat dilakukan antara lain adalah penyebaran secara merata pada lingkar luar dan lingkar dalam batang kelapa sawit, penempatan pupuk pada piringan, pada larikan mengelilingi pokok dan pupuk dibenamkan dalam larikan, pemupukan dengan disemprotkan pada daun, dan melalui infus akar. Tempat pemupukan melalui tanah yang paling sesuai untuk penyebaran pupuk adalah pada jarak m dari pangkal batang, karena pada jarak ini, terdapat banyak akar tersier dan kuarter yang efektif dalam menyerap air, udara, dan unsur hara dari dalam tanah. Kerapatan akar yang tinggi terjadi di daerah gawangan, yaitu tempat daun-daun hasil tunasan ditumpuk dan terdekomposisi. Namun, pengaplikasian pupuk di piringan dapat dibenarkan untuk memudahkan pelaksanaan pemupukan dan pengontrolan dosis (Fauzi et al. 2012). Pemupukan di SCME dilakukan secara manual yaitu dengan sistem tebar (broadcast) merata di piringan, berbentuk U untuk pupuk makro dan berbentuk cincin pada pupuk mikro. Berdasarkan pengamatan penulis, cara aplikasi pupuk yang dilakukan telah sesuai dengan rekomendasi dari Departemen Riset BGA yakni dilakukan dengan cara ditabur (broadcast). Aplikasi pupuk yang diamati penulis adalah aplikasi Urea, MOP, RP, Kieserite, NPK dan HGFB. Pengamatan ketepatan tempat penulis amati dengan mengukur jarak tebaran pupuk Urea dan MOP terdekat dengan pokok dan mengamati tempat penaburan pupuk RP, kemudian dibandingkan dengan SOP agronomi BGA. Penulis melakukan pengamatan pada pupuk Urea dan MOP. Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa untuk aplikasi pupuk Urea, rata-rata jarak tebaran pupuk adalah cm. Jika dibandingkan dengan SOP agronomi BGA (150 cm), tingkat ketepatan tempat yang didapatkan ini masih kurang baik. Untuk pupuk MOP, berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa rata-rata jarak taburan pupuk dari batang pokok adalah cm. Jika dibandingkan dengan SOP agronomi BGA (150 cm), tingkat ketepatan tempat yang didapatkan ini juga masih kurang baik dan harus ditingkatkan.

50 36 Penulis melakukan pengamatan ketepatan tempat pada pupuk RP. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 13. Berdasarkan hasil pengamatan, ketepatan penabur dalam mengaplikasikan pemupukan RP masih kurang baik, yakni dari 216 pokok contoh yang diamati hanya 55 pokok yang diaplikasi sesuai SOP. Aplikasi tempat pupuk RP yang tepat sesuai dengan SOP agronomi BGA adalah di antara piringan dan rumpukan pelepah. Aplikasi pupuk RP ini bertujuan merangsang pertumbuhan akar tersier dan kuarter yang banyak terdapat pada daerah tersebut. Menurut Fauzi et al. (2012), kerapatan akar yang tinggi terjadi di daerah gawangan mati, yaitu tempat daun-daun hasil tunasan ditumpuk dan terdekomposisi. Pertumbuhan dan percabangan akar terangsang bila konsentrasi hara cukup besar terutama unsur nitrogen dan fosfor. Defisiensi Unsur Hara Tanaman Tanaman yang mengalami kekurangan hara biasanya memperlihatkan gejalanya di lapangan sehingga akan lebih mudah mengetahui kekurangannya (Lubis 2008). Pengamatan defisiensi unsur hara tanaman kelapa sawit penulis amati secara visual dengan memperhatikan gejala-gelaja defisiensi tanaman yang dapat dilihat melalui kondisi batang dan daun. Faktor yang mempengaruhi defisiensi adalah pelaksanaan pemupukan yang tidak tepat. Menurut Lubis (2008) fiksasi pupuk dan kehilangan (losses) perlu menjadi perhatian, karena berkaitan dengan penyerapan unsur hara oleh tanaman. Beberapa unsur hara akan terikat atau terfiksasi jika terjadi kontak dengan koloid tanah. Kehilangan juga penting diperhatikan terutama berkaitan dengan persaingan gulma, penguapan, dan pencucian. Pemupukan yang dilakukan kurang memperhatikan konsep tepat waktu, menjadi salah salah satu faktor yang menyebabkan defisiensi. Pemupukan yang dilaksanakan saat curah hujan tinggi dapat menyebabkan pupuk banyak hilang terbawa aliran air, akibatnya pupuk tidak terserap optimal sehingga tanaman masih banyak yang mengalami defisiensi unsur hara. Pengamatan pada Tabel 15 menunjukkan bahwa dari 216 pokok yang diamati, jumlah pokok yang mengalami defisiensi adalah 192 pokok dengan 1 pokok mengalami defisiensi unsur P, 149 pokok mengalami defisiensi unsur K, 23 pokok menunjukkan gejala defisiensi unsur hara Mg, 14 pokok mengalami defisiensi unsur hara Fe, dan 5 pokok mengalami defisiensi unsur B. Pengamatan defisiensi unsur hara secara visual merupakan pendukung dan alternatif untuk melihat status unsur hara secara langsung, namun hasilnya tidak bersifat mutlak karena bersifat subjektif. Penentuan dosis unsur hara dan status hara yang paling tepat adalah dengan analisis daun dan tanah dari laboratorium yang telah sesuai standar operational.

51 37 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kegiatan magang di SCME banyak memberikan ilmu dan pengetahuan terkait budidaya kebun kelapa sawit, terutama pada aspek pengelolaan dan manajemen pemupukan. Kegiatan magang juga mampu membentuk dan meningkatkan softskill saat penulis diberikan tanggung jawab baik teknis maupun manajerial dalam bekerja. Pengamatan khusus terkait konsep 4 tepat pemupukan, ditemukan beberapa kendala yaitu pelaksanaan konsep tepat waktu belum sepenuhnya sesuai dengan urutan pemupukan 2014, terutama karena ketidaksediaan stok pupuk yang diminta di gudang sentral. Pemupukan di SCME dilakukan sepanjang tahun dengan memperhatikan historis curah hujan. Curah hujan di SCME cenderung fluktuatif, namun secara umum konsep tepat waktu telah terlaksana dengan baik. Bobot karung untilan dapat dikatakan telah tepat dosis, namun untuk dosis aplikasi, ketepatannya masih belum 100% tepat. Berdasarkan hasil LSU 2013 dan rekomendasi Departemen Riset BGA 2014, semua jenis pupuk yang diaplikasi telah sesuai dengan kebutuhan tanaman. Berdasarkan pengamatan secara visual terdapat defisiensi unsur hara Fe, namun tidak ada jenis pupuk yang diaplikasi yang memiliki kandungan hara tersebut. Ketepatan cara dan tempat di SCME masih rendah, terutama disebabkan akses jalan di dalam blok belum memadai. Saran Sarana dan prasarana kebun perlu diperhatikan dengan sangat serius seperti kondisi MR dan CR yang membutuhkan manajemen drainase air yang baik. Pembuatan parit di tepi MR atau CR menuju ke dalam lahan akan menjadi solusi tepat untuk permasalahan ini. Akses jalan pikul juga harus diperhatikan, terutama berkaitan dengan kondisi gulma di jalan pikul. Karung pupuk yang robek ataupun berlubang karena digancu juga perlu diganti untuk mengurangi kehilangan pupuk. Simulasi terkait pemupukan yang tepat juga perlu dilakukan secara konsisten agar tenaga kerja memahami pentingnya aplikasi pupuk sesuai konsep 4 tepat pemupukan.

52 38 DAFTAR PUSTAKA Adiwiganda R Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya Perkebunan. Mangoensoekarjo S, editor. Yogyakarta (ID): UGM Pr. Candra W Studi Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Tanaman Menghasilkan (TM) di Perkebunan Bangun Koling Estate, PT. Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Grup, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Darmosarkoro W Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit Edisi 1. Witjaksana D, Edy SS dan Winarna, editor. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Fauzi Y, Widyastuti YE, Satyawibawa I, Paeru RH Kelapa Sawit. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya. Ginting EN, Hidayat F, Santoso H Substitusi Pupuk MOP dengan Tandan Kosong Kelapa Sawit Pada Perkebunan Kelapa Sawit di Ultisol. J. Pen. Kelapa Sawit (1): Kasno A, Nurjaya Pengaruh Pupuk Kiserit Terhadap Pertumbuhan Kelapa Sawit dan Produktivitas Tanah. Jurnal Littri 17(4): Hlm Kementerian Pertanian RI Data Terkini Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Perkebunan di Indonesia [Internet]. [Diunduh 2014 Jul 11]. Tersedia pada: Lubis AU Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia Edisi 2. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Novizan Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Lukito AM dan Astuti, editor. Jakarta (ID) : AgroMedia Pustaka Pahan, I Panduan Lengkap Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Panggabean SM Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Pelantaran Agro Estate, PT. Windu Nabatindo Lestari, Bumitama Gunajaya Agro Grup, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Poeloengan Permasalahan Pemupukan Pada Perkebunan Kelapa Sawit. Di dalam: Winarna, Darmosarkoro W, Sutarta ES, editor. Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Edisi ke 1. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. [PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit Kultur Teknis Kelapa Sawit. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Redaksi AgroMedia Petunjuk Pemupukan. Purwa DR, editor. Jakarta (ID) : PT AgroMedia Pustaka Risza S Masa Depan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia. Yogyakarta (ID): Kanisius. Setyamidjaja D Seri Budidaya Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID): Kanisius.

53 39 LAMPIRAN Lampiran 1 Jurnal Kegiatan KHL Prestasi kerja Tanggal Kegiatan Penulis Karyawan Standar Lokasi (satuan/hk) 28 Februari Tiba di lokasi 2014 magang Estate SCME 1 Maret 2014 Observasi pemupukan RP 7 jam - - Divisi 2 SCME 2 Maret 2014 Libur (Minggu) Estate SCME 3 Maret 2014 Cross block 7 jam - - Divisi 2 SCME 4 Maret 2014 Kutip brondolan 7 jam 7 jam 7 jam Divisi 2 SCME 5 Maret 2014 Pemanenan tandan tandan tandan Divisi 2 SCME 6 Maret 2014 Pemanenan tandan tandan tandan Divisi 2 SCME 7 Maret 2014 Aplikasi Klerat 7 jam 7 jam 7 jam Divisi 2 SCME 8 Maret 2014 Cabut kentosan 3 jam - - Divisi 2 SCME 9 Maret 2014 Libur (Minggu) Estate SCME 10 Maret 2014 Penguntilan pupuk Gudang BMS 1.5 ton 2.6 ton 2 ton Urea SCME 11 Maret 2014 Kutip brondolan 7 jam 7 jam 7 jam Divisi 2 SCME 12 Maret 2014 Pemanenan tandan tandan tandan Divisi 2 SCME 13 Maret 2014 Update data kantor 7 jam - - Divisi 2 SCME 14 Maret 2014 Kutip brondolan 7 jam 7 jam 7 jam Divisi 2 SCME 15 Maret 2014 Pemanenan tandan tandan tandan Divisi 2 SCME 16 Maret 2014 Libur (Minggu) Estate SCME 25 Maret 2014 Pemupukan RP 400 kg 912 kg 650 kg Divisi 1 SCME 26 Maret 2014 Kunjungan ke PKS 7 jam - - SAGM 27 Maret 2014 Pengeceran pupuk 60 Urea untilan - - Divisi 3 SCME 28 Maret 2014 Penguntilan pupuk Gudang BMS 1.5 ton 2.5 ton 2 ton Urea SCME 29 Maret 2014 Penguntilan pupuk Gudang BMS 1 ton 2.4 ton 2 ton Urea SCME 30 Maret 2014 Libur (Minggu) Estate SCME 31 Maret 2014 Libur (hari raya Nyepi) Estate SCME 1 Aprill 2014 Observasi pengendalian gulma 7 jam - - Divisi 2 SCME kimiawi 2 Aprill 2014 Observasi BSS-TUS 7 jam - - Divisi 3 SCME 3 Aprill 2014 Sensus hama 5 jam 7 jam 7 jam Divisi 2 SCME 4 Aprill 2014 Pengendalian gulma manual 5 jam 5 jam 5 jam Divisi 2 SCME 5 Aprill 2014 Update data kantor 7 jam - - Divisi 1 dan 2 SCME 6 Aprill 2014 Libur (Minggu) Estate SCME

54 40 Lampiran 2 Jurnal kegiatan mandor Tanggal Uraian kegiatan Jumlah KH yang diawasi (orang) Prestasi kerja penulis Luas area yang diawasi (ha) Lama kegiatan (jam) Lokasi 17 Maret 2014 Kerani panen Divisi 2 SCME 18 Maret 2014 Kerani panen Divisi 2 SCME 19 Maret 2014 Kerani panen Divisi 2 SCME 20 Maret 2014 Kerani panen Divisi 2 SCME 21 Maret 2014 Kerani panen Divisi 2 SCME 22 Maret 2014 Kerani panen Divisi 2 SCME 23 Maret 2014 Libur Estate SCME 24 Maret 2014 Kerani panen Divisi 2 SCME 7 Aprill 2014 Mandor until Gudang BMS 8-7 BMS SCME 8 Aprill 2014 Mandor panen Divisi 2 SCME 9 Aprill 2014 Libur (Pemilu) Estate SCME 10 Aprill 2014 Kerani transportasi 9-15 Divisi 2 SCME 11 Aprill 2014 Mandor panen Divisi 2 SCME 12 Aprill 2014 Mandor panen Divisi 2 SCME 13 Aprill 2014 Libur (Minggu) Estate SCME 14 Aprill 2014 Mutu hanca panen Divisi 2 SCME 15 Aprill 2014 Mutu hanca panen Divisi 2 SCME 16 Aprill 2014 Mutu hanca panen Divisi 2 SCME 17 Aprill 2014 Simulasi BBC Divisi 2 SCME 18 Aprill 2014 Libur (Wafat Yesus Kristus) Estate SCME 19 Aprill 2014 Sakit Estate SCME 20 Aprill 2014 Libur (Minggu) Estate SCME 21 Aprill 2014 Recheck BBC Divisi 2 SCME 22 Aprill 2014 Recheck BBC Divisi 2 SCME 23 Aprill 2014 Recheck BBC Divisi 2 SCME 24 Aprill 2014 Update data Divisi 1 dan kantor SCME 25 Aprill 2014 Mutu buah 12-7 Divisi 2 SCME 26 Aprill 2014 Mutu buah 12-7 Divisi 2 SCME 27 Aprill 2014 Libur (Minggu) Estate SCME 28 Aprill 2014 Update data kantor Divisi 2 SCME

55 41 Lampiran 3 Jurnal kegiatan pendamping asisten Tanggal Uraian kegiatan Jumlah mandor yang diawasi (orang) Prestasi kerja penulis Luas areal yang diawasi (ha) Lama kegiatan (jam) Lokasi 29 Aprill 2014 Klinik kerja mandor (Panen) BKLE 30 Aprill 2014 Klinik kerja mandor (BMS dan BSS) SBHE 1 Mei 2014 Libur (Buruh Internasional) - - Estate SCME 2 Mei 2014 Land Clearing Divisi 1 SCME 3 Mei 2014 Supervisi Kantor Wilayah 4 4 Mei 2014 Libur (Minggu) Estate SCME 5 Mei 2014 Pengendalian gulma kimiawi Divisi 1 SCME 6 Mei 2014 Simulasi LSU Divisi 2 SCME 7 Mei 2014 Pengendalian gulma kimiawi Divisi 1 SCME 8 Mei 2014 Mendampingi AQC panen Divisi 1 SCME 9 Mei 2014 Kunjungan lahan asisten Divisi 1 SCME 10 Mei 2014 Kunjungan lahan asisten Divisi 1 SCME 11 Mei 2014 Libur (Minggu) Estate SCME 12 Mei 2014 Pengendalian gulma manual Divisi 1 SCME 13 Mei 2014 Mendampingi AQC BBC Divisi 2 SCME 14 Mei 2014 Mendampingi riset fruit set Divisi 1 SCME 15 Mei 2014 Libur (Waisak) Estate SCME 16 Mei 2014 Kunjungan lahan asisten Divisi 1 SCME 17 Mei 2014 Mengawasi pemanenan Divisi 1 SCME 18 Mei 2014 Libur (Minggu) Estate SCME 19 Mei 2014 Mutu hanca panen Divisi 1 SCME 20 Mei 2014 Mengawasi pemanenan Divisi 1 SCME 21 Mei 2014 Refreshing BMS Divisi 3 SCME 22 Mei 2014 Update data kantor Divisi 1 dan 2 SCME 23 Mei 2014 Field Visit Manager Divisi 2 SCME 24 Mei 2014 Follow Up temuan AQC Divisi 1 dan 2 SCME 25 Mei 2014 Libur (Minggu) Estate SCME 26 Mei 2014 Persiapan presentasi Estate SCME 27 Mei 2014 Libur (Isra Mi'raj) Estate SCME 28 Mei 2014 Persiapan presentasi Estate SCME 29 Mei 2014 Libur (Kenaikan Isa Al Masih) Estate SCME 30 Mei 2014 Meeting COE Estate SCME 31 Mei 2014 Tanam bibit HCV Divisi 3 SCME

56 42 Lampiran 3 Jurnal kegiatan pendamping asisten (lanjutan) Prestasi kerja penulis Jumlah Luas Tanggal Uraian kegiatan mandor areal Lama yang yang kegiatan Lokasi diawasi diawasi (jam) (orang) (ha) 1 Juni 2014 Libur (Minggu) Estate SCME 2 Juni 2014 Aplikasi tandan kosong Divisi 3 SCME 3 Juni 2014 Pemupukan NPK Divisi 1 SCME 4 Juni 2014 Pengawasan panen Divisi 2 SCME 5 Juni 2014 Pengawasan pemupukan Divisi 2 SCME 6 Juni 2014 Pengawasan pemupukan Divisi 2 SCME 7 Juni 2014 Kunjungan Dept. Riset Dept. Riset BGA 8 Juni 2014 Libur (Minggu) Estate SCME 9 Juni 2014 Kunjungan lahan asisten Divisi 1 SCME 10 Juni 2014 Pengawasan pemupukan Divisi 2 SCME 11 Juni 2014 Presentasi kebun Estate SCME 12 Juni 2014 Kalibrasi buah restan Divisi 2 SCME 13 Juni 2014 Kalibrasi buah restan Divisi 2 SCME 14 Juni 2014 Pengawasan panen Divisi 2 SCME 15 Juni 2014 Libur (Minggu) Estate SCME 16 Juni 2014 Kunjungan lahan asisten Divisi 1 SCME 17 Juni 2014 Mendampingi AQC pupuk Divisi 2 SCME 18 Juni 2014 Update data kantor Divisi 2 SCME 19 Juni 2014 Persiapan presentasi Estate SCME 20 Juni 2014 Presentasi wilayah Kantor Wilayah 21 Juni 2014 Presentasi wilayah Kantor Wilayah 22 Juni 2014 Libur (Minggu) Estate SCME 23 Juni 2014 Kunjungan lahan asisten Divisi 1 SCME 24 Juni 2014 Aplikasi abu boiler Divisi 2 SCME 25 Juni 2014 Pemupukan Divisi 2 SCME 26 Juni 2014 Pemupukan Divisi 2 SCME 27 Juni 2014 Pemupukan Divisi 2 SCME 28 Juni 2014 Pemupukan Divisi 2 SCME 29 Juni 2014 Libur (Minggu) Estate SCME 30 Juni 2014 Perpisahan Estate SCME 1 Juli 2014 Kembali ke Bogor

57 43 Lampiran 5 Peta jenis tanah SCME Sumber: Laporan bulanan manajer (2014) Lampiran 4 Peta areal statement SCME Sumber: Laporan bulanan manajer (2014) 43

58 1 Lampiran 6 Curah hujan SCME Rataan Tahun Bulan HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total BB BK Keterangan: HH = Hari hujan ( ) CH = Curah hujan (mm) BK = Bulan kering (<60 mm) BB = Bulan basah (> 100 mm) Q = Nilai untuk menentukan batas-batas tipe iklim 44

59 45 2 Lampiran 7 Struktur organisasi SCME Kerani Divisi Mandor BSS Kerani Gudang Kerani Buah Kerani Transport

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG KONDISI UMUM LOKASI MAGANG PT Windu Nabatindo Abadi adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), Bangun Koling

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Profil Perusahaan

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Profil Perusahaan KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Bumitama Gunajaya Agro (BGA) berawal dari pengusahaan perkebunan kelapa sawit berskala kecil di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah yang dimulai pada tahun 1998

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN. Profil Perusahaan

KONDISI UMUM KEBUN. Profil Perusahaan 14 KONDISI UMUM KEBUN Profil Perusahaan PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA) merupakan perusahaan agribisnis yang mengelola perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit. BGA memiliki visi yaitu World Class

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012 di Teluk Siak Estate (TSE) PT. Aneka Intipersada, Minamas Plantation,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen Kebutuhan tenaga panen untuk satu seksi (kadvel) panen dapat direncanakan tiap harinya berdasarkan pengamatan taksasi buah sehari sebelum blok tersebut akan dipanen. Pengamatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen 3 TINJAUAN PUSTAKA Teknis Panen Panen merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Pelaksanaan panen perlu dilakukan secara baik dengan memperhatikan beberapa kriteria tertentu

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun 12 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Lokasi Kebun PT Aneka Intipersada (PT AIP) merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan pada tanggal 30 Agustus 1989. Dalam manajemen Unit PT Aneka Intipersada Estate

Lebih terperinci

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar 23 Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Tanggal Uraian Kegiataan Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi 01/03/2014 Penunasan 10 pokok 54 pokok 76 pokok L022 02/03/2014 Libur hari

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH

MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH MOCHAMMAD FAHMI A24100088 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Lokasi kebun PT JAW terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Wilayah kebun dapat diakses dalam perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Aspek Teknis

PEMBAHASAN. Aspek Teknis PEMBAHASAN Aspek Teknis Pengendalian Gulma Pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi kompetisi antara gulma dengan tanaman utama dalam pemanfaatan unsur hara, mineral CO 2, dan air. Bagian yang perlu

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pelantaran Agro Estate, Kalimantan Tengah

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pelantaran Agro Estate, Kalimantan Tengah Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pelantaran Agro Estate, Kalimantan Tengah Management of oil palm fertilization in Pelantaran Agro Estate, Center Kalimantan S. Manahan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Pengelolaan Pupuk

PEMBAHASAN. Pengelolaan Pupuk 35 PEMBAHASAN Pahan (2008) menyebutkan bahwa pemupukan kelapa sawit dilakukan pada tiga tahap perkembangan tanaman, yaitu tahap pembibitan, TBM (Tanaman Belum Menghasilkan), dan TM (Tanaman Menghasilkan).

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur UNSUR

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penetapan Target

PEMBAHASAN Penetapan Target 54 PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode tanaman

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan yang terhitung mulai dari 14 Februari hingga 14 Juni 2011. Kegiatan ini bertempat di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Idealnya setiap kebun harus sudah dievaluasi lahannya secara benar. Evaluasi Kelas Kesesuaian Lahan (KKL) pada suatu perkebunan kelapa sawit sangat

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Tepat Jenis

PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Tepat Jenis PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Keefektifan pemupukan berkaitan dengan tingkat hara pupuk yang diserap tanaman. Pupuk dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap tanaman. Efesiensi pemupukan berkaitan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis 17 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Pelaksanaan pengelolaan perkebunan kelapa sawit meliputi pengelolaan kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan administrasi. Pelaksanaan teknis yang dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Angsana Estate (ASE) adalah salah satu kebun kelapa sawit PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI). PT LSI merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Minamas Gemilang,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH FITRI YANI NOOR MEDINA

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH FITRI YANI NOOR MEDINA MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH FITRI YANI NOOR MEDINA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

PEMBAHASAN Prosedur Gudang 44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN OLEH RIZA EKACITRA PUTRIANI RACHMAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Panen Kelapa sawit Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang, kemudian mengutip tandan dan memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi tandan buah

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate 48 PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate Dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit dibutuhkan keterampilan manajemen yang baik agar segala aset perusahaan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI SILVERIUS SIMATUPANG A24050072 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis menggunakan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) DI PERKEBUNAN PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN OLEH HARYO PURWANTO A24051955 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BUNATI ESTATE PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh Camellia Kusumaning Tyas A34104031 PROGRAM

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN DAN TRANSPORTASI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH

MANAJEMEN PANEN DAN TRANSPORTASI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH MANAJEMEN PANEN DAN TRANSPORTASI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH SYAHRINA RAHMA DHANI A24100081 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate, Kalimantan Tengah

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate, Kalimantan Tengah Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate, Kalimantan Tengah The Manajement of Palm Oil Fertilizing at Sugai Bahaur Estate, Central of Kalimantan Aslina Putri Nunyai, Sofyan Zaman*, dan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH DIAN PRATIWI

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH DIAN PRATIWI PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH DIAN PRATIWI DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN. Letak Geografis Kebun. Keadaan Iklim dan Tanah

KONDISI UMUM KEBUN. Letak Geografis Kebun. Keadaan Iklim dan Tanah 18 KONDISI UMUM KEBUN Letak Geografis Kebun PT. Ladangrumpun Suburabadi merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha yaitu : Angsana Estate (ASE), Gunung Sari Estate (GSE), dan Angsana Factory (ASF).

Lebih terperinci

= pemanen. Sistem Penunasan

= pemanen. Sistem Penunasan PEMBAHASAN Kebijakan penunasan di PT Inti Indosawit Subur adalah mempergunakan sistem penunasan progresif. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen dengan bersamaan dengan panen.

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PANTAI BUNATI ESTATE, PT. SAJANG HEULANG, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN. Oleh ARDILLES AKBAR A34104058 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati

Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati Bul. Agrohorti 4 (2):132-137 (2016) Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati Fertilization Management on Mature Plant Oil Palm in Kebun Tanjung Jati Monica Christina

Lebih terperinci

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : BAYU SUGARA NIM. 110500079 PROGRAM STUDI BUDIDAYA

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis Perkebunan kelapa sawit Gunung Sari Estate (GSE) PT. Ladangrumpun Suburabadi (LSI) berada di wilayah Desa Bayansari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG 9 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Wilayah dan Administratif PT. Intisawit Perkasa terletak di Desa Kepenuhan Barat, Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Lokasi perkebunan dapat dicapai

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG PT Bina Sains Cemerlang merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Bukit Pinang Estate (BPE), Sungai Pinang Estate (SPE), dan Sungai Pinang Factory (SPF). Masing-masing

Lebih terperinci

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan PANEN KELAPA SAWIT 1. Pengrtian Panen Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai criteria matang panen, mengumpulkan dan mengutipbrondolan serta menyusun tandan di

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Havest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) at Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Pengelolaan Tenaga Kerja Panen Perencanaan dan Pengorganisasian Tenaga Kerja

PEMBAHASAN Pengelolaan Tenaga Kerja Panen Perencanaan dan Pengorganisasian Tenaga Kerja 45 PEMBAHASAN Pengelolaan Tenaga Kerja Panen Tenaga kerja panen kelapa sawit adalah tenaga kerja yang bertugas untuk menurunkan buah kelapa sawit dari pokok dengan tingkat kematangan buah sesuai dengan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen

PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen 45 PEMBAHASAN Kegiatan panen merupakan salah satu kegiatan budidaya kelapa sawit yang paling penting. Cara panen yang tepat sangat mempengaruhi kuantitas produksi dan waktu yang tepat mempengaruhi kualitas

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kabupaten Rokan Hulu, Riau

Manajemen Pemupukan pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kabupaten Rokan Hulu, Riau Bul. Agrohorti 3 (2): 177-184 (2015) Manajemen Pemupukan pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kabupaten Rokan Hulu, Riau Fertilization Management on Oil Palm Plantation at Rokan Hulu,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk 62 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Oleh PUGUH SANTOSO A34103058 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SIME DARBY GROUP, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN oleh HULMAN IRVAN A24052646

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP 38 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP (CLP GROUP) dengan nama P.T. SUBUR ARUM MAKMUR kebun Senamanenek I (PT.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 10 kasie, dan 5 orang asisten divisi. Karyawan non staf terdiri atas karyawan bulanan, karyawan harian tetap (KHT), dan karyawan harian lepas (KHL). Jumlah tenaga kerja SBHE sebanyak 636 per minggu ke

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN.

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor 5 November 2009 PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 11 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif PT. Panca Surya Agrindo terletak di antara 100 0 36-100 0 24 Bujur Timur dan 100 0 04 100 0 14 Lintang Utara, di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 30 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Profil Perusahaan 4.1.1.1. Sejarah Perusahaan Bumitama Gunajaya Agro Group (BGA Group) adalah kelompok perusahaan yang bergerak dibidang

Lebih terperinci

Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Riau. Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Riau

Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Riau. Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Riau Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Riau Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Riau Nurcahya Destiawan dan Ani Kurniawati * 1 Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pengendalian Gulma Aplikasi jenis pengendalian dilakukan di Kebun Adolina meliputi pengendalian secara kimia (chemist) dan secara manual. Pengendalian gulma tersebut

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau Bul.Agrohorti 2 (3): 213-220 (2015) Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau Harvest Management of Oil Palm at Tambusai District

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012. Metode Pelaksanaan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai KHL

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai KHL LAMPIRAN 84 Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai KHL No Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja (satuan/hk) Lokasi Penulis Karyawan Standart Pe mbimb ing Keterangan 1 14/ 02/ 2011 Tiba dilokasi

Lebih terperinci

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PENGELOLAAN KELAPA SAWIT ((Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. ERAMITRA AGRO LESTARI, PEMATANG KULIM, BAKRIE

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Tanggal : 28 Juli 2011 PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PELANTARAN AGRO ESTATE

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG renca kerja, juga menyetujui surat atau dokumen atau perjanjian kerja sesusai kerja dan tanggung jawab. Group maneger dalam melaksanakan kerja dibantu oleh staf kebun, yaitu asisten kepala, asisten kebun

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate LAMPIRAN 59 60 Lampiran 1. Jurnal Harian Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate Tanggal Uraian Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar...(Satuan/HK)... 11 Februari 2012 Orientasi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha LAMPIRAN 64 65 Tanggal 280220 0020 02020 0020 04020 0020 08020 09020 0020 020 2020 4020 5020 6020 020 8020 9020 2020 22020 2020 24020 25020 26020 2020 Lampiran. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja

Lebih terperinci

2015 KAJIAN PENGARUH PENAMBAHAN BIONUTRIEN S267 TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT TM-03

2015 KAJIAN PENGARUH PENAMBAHAN BIONUTRIEN S267 TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT TM-03 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tanaman kelapa sawit (Elais guineensis) merupakan salah satu tanaman tropis yang memiliki banyak manfaat. Bagian kelapa sawit yang dimanfaatkan adalah minyak

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Hatantiring, Kalimantan Tengah

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Hatantiring, Kalimantan Tengah Bul. Agrohorti 4(1) : 37-45 (2016) Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Hatantiring, Kalimantan Tengah Harvesting Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Hatantiring

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak tanggal 14 Februari 2008 hingga tanggal 14 Juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti, Minamas

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. mandor panen. Rumus peramalan produksi harian yaitu : P = L x K x T x B. L = Luas areal yang akan dipanen (ha)

I. TINJAUAN PUSTAKA. mandor panen. Rumus peramalan produksi harian yaitu : P = L x K x T x B. L = Luas areal yang akan dipanen (ha) I. TINJAUAN PUSTAKA A. Produksi 1. Peramalan Produksi Peramalan produksi sangat penting dan ketepatannya akan meningkatkan efesiensi dibidang pemakaian tenaga pemanen, angkutan dan jam olah pabrik. peramalan

Lebih terperinci

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara

Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara Harvest and Transportation Management of Palm Oil Fresh Fruit Bunch (Elaeis guineensis

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V-34 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT.PN III (PT. Perkebunan Nusantara III) Kebun Rambutan merupakan salah satu unit PT. PN III yang memiliki 8 wilayah kerja yang dibagi berdasarkan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 10 Divisi, dan Kepala Administrasi. Karyawan nonstaf terbagi menjadi karyawan Bulanan, Karyawan Harian Tetap (KHT), dan Karyawan Harian Lepas (KHL). Karyawan Bulanan terdiri atas pekerja tidak langsung

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH MOLIYA NURMALISA A24070050 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008.

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008. 51 PEMBAHASAN Produksi Pencapaian produksi tandan buah segar (TBS) Kebun Mentawak PT JAW dari tahun 2005 2007 (Tabel 2) mengalami peningkatan yang signifikan yaitu dari tahun 2005 ke 2006 ± 10 000 ton,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT 1 MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE PT WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GROUP, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH ILHAM KURNIAWAN A24120114

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PELANTARAN AGRO ESTATE, PT. WINDU NABATINDO LESTARI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GRUP, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH S. MANAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ketanah atau tajuk tanaman dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara. Bahan pupuk yang paling awal

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Manajemen Panen dan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) PT. Suryabumi Tunggal Perkasa Intan Estate Kalimantan Selatan.

KATA PENGANTAR Manajemen Panen dan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) PT. Suryabumi Tunggal Perkasa Intan Estate Kalimantan Selatan. KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul Manajemen Panen

Lebih terperinci

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit 41 PEMBAHASAN Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor tanaman, dan teknik budidaya tanaman. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

STUDI PEMUPUKAN KELAPA SAWIT

STUDI PEMUPUKAN KELAPA SAWIT STUDI PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA TANAMAN MENGHASILKAN (TM) DI PERKEBUNAN BANGUN KOLING ESTATE, PT.WINDU NABATINDO ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GRUP, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Area Marjinal di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Area Marjinal di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Area Marjinal di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Fertilization Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) on

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan TINJAUAN PUSTAKA Bahan Tanaman (Bibit ) Faktor bibit memegang peranan penting dalam upaya peningkatan produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan menghasilkan pada 3 4 tahun

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh SUER SEPWAN ANDIKA A24052845 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT

LAPORAN TUGAS AKHIR. BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT i LAPORAN TUGAS AKHIR BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT Disusun oleh : DEDE SARFAWI HARAHAP NBP. 0801111021 Telah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN Sejarah dan Perkembangan Letak Geografis Kebun Keadaan Iklim dan Tanah

KONDISI UMUM KEBUN Sejarah dan Perkembangan Letak Geografis Kebun Keadaan Iklim dan Tanah 12 KONDISI UMUM KEBUN Sejarah dan Perkembangan Angsana Estate (ASE) merupakan salah satu kebun yang dikelola oleh unit usaha PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI) dibawah naungan PT Minamas Plantation (sebelumnya

Lebih terperinci

Lampiran 1 Peta Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi

Lampiran 1 Peta Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi Lampiran 1 Peta Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi 31 Lampiran 2 Data curah hujan 2009-2013Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi 32 Bulan 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-Rata CH(mm)

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Keefektifan Pemupukan dengan Prinsip Empat Tepat

PEMBAHASAN. Keefektifan Pemupukan dengan Prinsip Empat Tepat 20 PEMBAHASAN Keefektifan Pemupukan dengan Prinsip Empat Tepat Tepat Jenis Jenis pupuk yang digunakan di Kebun Sei Air Hitam (SAH) berdasarkan rekomendasi dari bagian kantor pusat. Penentuan jenis dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan

Lebih terperinci