IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Produksi Tandan Buah Segar Kebun Rimbo Satu Afdeling IV Hasil dari sensus pokok produktif pada tiap blok sampel di masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4. Blok 23 dan Blok 24 perlakuan yang memiliki nilai rata-rata produksi per pokok produktif paling tinggi adalah perlakuan P3. Pada Blok 34 nilai rata-rata produksi per pokok produktif paling tinggi diperoleh perlakuan P1. Gambar 4. Rata-rata produksi tandan buah segar per pokok produktif kelapa sawit Rimbo Satu Afdeling IV pada Blok sampel. Gambar 5 adalah gambar hasil dari rata-rata produksi di lapang tandan buah segar kelapa sawit pada Blok sampel. Dari data tersebut dapat diperoleh data potensi produksi tandan buah segar kelapa sawit (Gambar 6). Secara keseluruhan dari Gambar 5 dan Gambar 6 dapat dilihat bahwa pada Blok 23 terdapat kesesuaian hasil tertinggi antara produksi di lapang dengan potensi produksi, yaitu perlakuan P3 merupakan perlakuan dengan hasil rata-rata produksi tertinggi.

2 19 Gambar 5. Rata-rata produksi di lapang tandan buah segar kelapa sawit Rimbo Satu Afdeling IV pada Blok sampel. Gambar 6. Rata-rata potensi produksi tandan buah segar kelapa sawit Rimbo Satu Afdeling IV pada Blok sampel. Dapat dilihat pada Blok 24 dan Blok 34 terdapat ketidaksesuaian antara produksi di lapang dengan potensi produksi. Pada Blok 24 produksi di lapang yang tertinggi adalah perlakuan P1, sedangkan potensi produksi yang tertinggi

3 20 terdapat pada perlakuan P3. Pada Blok 34 nilai produksi di lapang yang tertinggi adalah perlakuan P5 dan nilai potensi produksi yang tertinggi adalah perlakuan P1. Ketidaksesuaian tersebut terjadi karena jumlah pokok produktif yang berbeda pada tiap perlakuan dan kesalahan pada saat pengukuran. Hal tersebut dapat terjadi karena pada Blok 34 perlakuan P5 terdapat jumlah pokok produktif yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan P1. Sedangkan pada perlakuan P1 yang jumlah pokok produktifnya lebih sedikit tetapi potensi produksi tandan buah segarnya lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh lingkungan di sekitar perlakuan P1 banyak tumpukan daun-daun dan batangbatang sawit bekas penebangan untuk fasilitas kebun, sehingga pada daerah sekitar P1 lebih banyak terdapat bahan organik dibandingkan perlakuan P5. Pada Gambar 4, dapat dilihat pada Blok 23 antara perlakuan P1 dan P2 perbedaan berat tandan buah segar per pokok produktif tidak jauh. Perbedaan dosis pemupukan antara perlakuan P1 dan P2 dapat dilihat dapat Tabel 1. Jika dibandingkan dengan mengurangi pemberian dosis pupuk konvensional sebesar 50% dengan penambahan bahan humat 100 ml/pokok kelapa sawit dengan hasil yang tidak jauh, maka akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan pemberian dosis normal. Hal tersebut juga terjadi pada rata-rata potensi produksi tandan buah segar kelapa sawit Blok 23 antara perlakuan P1 dan P2 (Gambar 6). Sehingga dapat diketahui pemberian bahan humat 100 ml/pokok tanaman kelapa sawit pada Rimbo Satu Afdeling IV dapat menghemat biaya pembelian pupuk konvensional. Selanjutnya untuk perlakuan yang dapat disarankan untuk Kebun Rimbo Satu Afdeling IV pada Blok sampel adalah menggunakan hasil dari rata-rata potensi produksi tertinggi, yaitu pada Blok 23 dan Blok 24 perlakuan P3 dan untuk Blok 34 perlakuan P Kebun Rimbo Dua Afdeling III Gambar 7 merupakan hasil pengukuran rata-rata produksi tandan buah segar per pokok produktif kelapa sawit Rimbo Dua Afdeling III. Dapat dilihat pada Gambar 7 bahwa pada Blok C35 perlakuan P3 memiliki nilai rata-rata produksi per pokok produktif paling tinggi, sedangkan pada Blok C38 nilai rata-

4 21 rata produksi per pokok produktif paling tinggi diperoleh pada perlakuan P5 dan Blok C43 nilai rata-rata produksi per pokok produktif paling tinggi diperoleh pada perlakuan P1. Gambar 7. Rata-rata produksi tandan buah segar per pokok produktif kelapa sawit Rimbo Dua Afdeling III pada Blok sampel. Gambar 8 merupakan hasil rata-rata produksi tandan buah segar kelapa sawit Rimbo Dua Afdeling III dan Gambar 9 merupakan hasil rata-rata potensi produksi tandan buah segar kelapa sawit Rimbo Dua Afdeling III. Terlihat pada Gambar 8 dan Gambar 9, Blok C35 dan Blok C43 terdapat kesesuaian antara produksi di lapang dengan potensi produksi. Pada Blok C35 perlakuan P3 merupakan perlakuan dengan hasil rata-rata produksi tertinggi, sedangkan pada Blok C43 perlakuan dengan hasil rata-rata produksi tertinggi adalah perlakuan P1. Pada Blok C38 terdapat ketidaksesuaian antara produksi di lapang dengan potensi produksi. Produksi di lapang yang paling tinggi adalah perlakuan P2, sedangkan pada potensi produksi nilai tertinggi terdapat pada perlakuan P5.

5 22 Gambar 8. Rata-rata produksi di lapang tandan buah segar kelapa sawit Rimbo Dua Afdeling III pada Blok sampel. Gambar 9. Rata-rata potensi produksi tandan buah segar kelapa sawit Rimbo Dua Afdeling III pada Blok sampel. Ketidaksesuaian antara produksi di lapang dengan potensi produksi pada Blok C38 dikarenakan pada perlakuan P5 sebagian areanya adalah rawa yang tergenang pada musim hujan (Gambar 10), selain itu di daerah rawa tersebut banyak terdapat pokok yang tidak produktif, sehingga pada perlakuan P5 jumlah

6 23 pokok produktifnya lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan P2 dan di sekitar rawa tersebut terdapat beberapa pokok produktif yang ikut tergenang pada musim hujan. Hal tersebut dapat mempengaruhi produksi. Menurut Santoso dan Winarna (2004), walaupun secara umum tanaman kelapa sawit dapat toleran terhadap genangan air dan dapat tumbuh di areal rendahan tanpa dilakukan tindakan pengelolaan terhadap permasalahan yang ada, tapi pertumbuhannya tertekan dan tidak jagur. Akar kelapa sawit mudah membusuk jika terlalu lama terendam air (Sastrosayono, 2008). Oleh karena itu, drainase tanah yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa sawit harus baik dan lancar, sehingga ketika musim hujan tidak tergenang. yang dapat disarankan untuk Kebun Rimbo Dua Afdeling III pada Blok sampel dapat menggunakan hasil dari rata-rata potensi produksi tertinggi, yaitu pada Blok 35 perlakuan P3, untuk Blok 38 perlakuan P5, dan Blok 43 perlakuan P5. Gambar 10. Contoh area tergenang pada musim hujan, Blok C38 Afdeling III Rimbo Dua. Selanjutnya dapat dilihat pada pola grafik Gambar 7, Gambar 8, dan Gambar 9 pada Blok C38 hasil produksi tandan buah segar pada perlakuan P1 tidak jauh dengan perlakuan P2. Dosis dapat dilihat pada Tabel 1. Jika perbedaan produksi tandan buah segar pada perlakuan P1 dengan perlakuan P2 tidak jauh, maka dapat dikatakan bahwa hasil produksi tandan buah segar dengan

7 24 pemberian pupuk konvensional yang hanya 50% dari dosis normal dengan penambahan bahan humat 100 ml/pokok kelapa sawit tidak jauh berbeda dari dosis normal. Dapat dilihat juga pada Blok C43, hasil produksi tandan perlakuan P3 tidak jauh dengan hasil perlakuan P5. Hal tersebut diatas juga telah dibahas pada Kebun Rimbo Satu afdeling IV, sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian bahan humat 100 ml/pokok dapat mengurangi 50% dosis pemupukan konvensional. Pengurangan dosis pemupukan sebesar 50% merupakan penghematan yang besar pada skala perkebunan besar Kebun Batanghari Afdeling II Hasil dari sensus pokok produktif pada Batanghari Afdeling II disajikan pada Gambar 11, Blok 51 pada perlakuan P2 memiliki nilai rata-rata produksi per pokok produktif paling tinggi, sedangkan pada Blok 52 nilai rata-rata produksi per pokok produktif paling tinggi terdapat pada perlakuan P1 dan untuk Blok 66 nilai rata-rata produksi per pokok produktif paling tinggi terdapat pada perlakuan P4. Gambar 11. Rata-rata produksi tandan buah segar per pokok produktif kelapa sawit Batanghari Afdeling II pada Blok sampel. Rata-rata produksi tandan buah segar kelapa sawit Batanghari Afdeling II disajikan pada Gambar 12 dan rata-rata potensi produksi tandan buah segar kelapa sawit Batanghari Afdeling II disajikan pada Gambar 13.

8 25 Pada Blok 51 dan Blok 52 terdapat kesesuaian antara produksi di lapang dengan potensi produksi. Untuk Blok 51 P2 merupakan perlakuan dengan hasil rata-rata produksi tertinggi, sedangkan pada Blok 52 perlakuan P1 merupakan perlakuan dengan hasil rata-rata produksi tertinggi. Gambar 12. Rata-rata produksi di lapang tandan buah segar kelapa sawit Batanghari Afdeling II pada Blok sampel. Gambar 13. Rata-rata potensi produksi tandan buah segar kelapa sawit Batanghari Afdeling II pada Blok sampel.

9 26 Pada Blok 66 terdapat ketidaksesuaian antara produksi di lapang dengan potensi produksi. Produksi di lapang nilai tertinggi terdapat pada perlakuan P5 Sedangkan pada potensi produksi nilai tertinggi terdapat pada perlakuan P4. Pada daerah perlakuan P4 ditemukan banyak terdapat pokok sisipan, sehingga jumlah pokok produktif lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan P5, hal ini menunjukkan bahwa perlakuan P4 memang lebih berpotensi menghasilkan produksi tandan buah segar kelapa sawit lebih besar. yang dapat disarankan untuk Kebun Batanghari Afdeling II pada Blok sampel dapat menggunakan hasil dari rata-rata potensi produksi tertinggi, yaitu pada Blok 51 perlakuan P2, untuk Blok 52 perlakuan P1, dan Blok 66 perlakuan P Perkembangan Vegetatif Daun merupakan organ yang penting pada tanaman, karena pada umumnya proses fotosintesis dilakukan di daun. Fotosintesis merupakan sumber penghasil energi dan biomasa bagi pertumbuhan tanaman (Harahap, 2000). Ada dua faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis, yaitu faktor tanaman dan lingkungan. Faktor tanaman meliputi; struktur daun, kedudukan daun, usia daun dan naungan. Faktor lingkungan meliputi; tersedianya ketersediaan air, hara,suhu dan cahaya (Xie dan Luo, 2003) Rimbo Satu Afdeling IV Panjang Pelepah Kelapa Sawit Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat pada Blok 23 perlakuan P5 merupakan perlakuan yang rata-rata panjang pelepah paling panjang dibandingkan perlakuan lainnya. Pada Blok 24 perlakuan P2 dan P5 adalah perlakuan yang rata-rata panjang pelepah paling panjang. Sedangkan Blok 34 yang rata-rata panjang pelepah paling panjang adalah pada perlakuan P1.

10 27 Tabel 3. Rata-rata panjang pelepah kelapa sawit Rimbo Satu Afdeling IV pada Blok sampel. Panjang Pelepah Kelapa Sawit (cm) Blok 23 Blok 24 Blok 34 P P P P P Panjang Daun Kelapa Sawit Pada Tabel 4 dapat dilihat pada Blok 23 dan Blok 24 yang memiliki ratarata panjang daun paling panjang adalah perlakuan P2. Sedangkan pada Blok 34 perlakuan P1 dan P4 memiliki rata-rata panjang daun yang paling panjang. Tabel 4. Rata-rata panjang daun kelapa sawit Rimbo Satu Afdeling IV pada Blok sampel. Panjang Daun Kelapa Sawit (cm) Blok 23 Blok 24 Blok 34 P P P P P Lebar Daun Kelapa Sawit Lebar daun kelapa sawit yang paling lebar pada Blok 23 terdapat pada perlakuan P3 dan P5. Pada Blok 24 rata-rata lebar daun yang paling lebar adalah perlakuan P5. Sedangkan pada Blok 34 rata-rata lebar daun yang paling lebar adalah perlakuan P4 (Tabel 5). Tabel 5. Rata-rata lebar daun kelapa sawit Rimbo Satu Afdeling IV pada Blok sampel. Lebar Daun Kelapa Sawit (cm) Blok 23 Blok 24 Blok 34 P P P P P

11 Luas Daun Kelapa Sawit Jika dilihat pada Tabel 6, rata-rata nilai luas daun yang paling luas pada Blok 23 adalah pada perlakuan P2. Sedangkan pada Blok 24 perlakuan P5 merupakan perlakuan yang rata-rata luas daunnya paling luas, dan pada Blok 34 perlakuan P4 yang memiliki rata-rata nilai luas daun yang paling luas. Tabel 6. Rata-rata luas daun kelapa sawit Rimbo Satu Afdeling IV pada Blok sampel. Luas Daun Kelapa Sawit (cm) Blok 23 Blok 24 Blok 34 P P P P P Hasil yang didapatkan dari mengukur panjang pelepah, panjang daun, lebar daun dan luas daun terjadi ketidaksesuaian. Sebagai contoh pada Blok 23, panjang pelepah, panjang daun, dan luas daun memiliki nilai panjang pelepah paling panjang, panjang daun paling panjang dan luas daun paling luas pada perlakuan P2, sedangkan lebar daun perlakuan P3 memiliki nilai paling tinggi. Perkembangan vegetatif tanaman kelapa sawit dapat dilihat dari luas daun. Data yang diperoleh pada Blok 23 perkembangan vegetatif tertinggi terdapat pada perlakuan P2. Sedangkan pada Blok 24 perlakuan P5 merupakan perlakuan yang memiliki perkembangan vegetatif paling tinggi dibandingkan perlakuan lainnya dan Blok 34 perlakuan P4 yang perkembangan vegetatifnya paling tinggi. Hal ini didukung oleh pendapat Salisbury dan Ross (1992), bahwa makin luas daun dan jumlahnya (pada batas tertentu) makin banyak jumlah asimilat yang dihasilkan. Dari pernyataan tersebut dapat ditentukan luas daun sebagai faktor yang menentukan perkembangan vegetatif. Hasil fotosintesis digunakan untuk respirasi dan produksi bahan kering vegetatif serta generatif. Pada kondisi lingkungan yang baik pembagian hasil fotosintesis untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif dibagi secara merata (Pahan, 2008). Prasetyo (2004) juga menyatakan bahwa luas daun pada tanaman akan berdampak pada kemampuan tanaman tersebut membentuk fotosintat.

12 29 Hirose et al. (1997) juga berpendapat bahwa semakin meningkat indeks luas daun maka aktivitas fotosintesis akan meningkat juga. Luas daun akan konstan setelah tanaman kelapa sawit berumur Sembilan hingga sepuluh tahun (Maskuddin, 1992) Rimbo Dua Afdeling III Panjang Pelepah Kelapa Sawit Pada Blok C35 perlakuan P5 memiliki rata-rata panjang pelepah paling panjang. Sedangkan Blok C38 yang memiliki rata-rata panjang pelepah paling panjang adalah perlakuan P1 dan pada Blok C43 perlakuan P5 memiliki rata-rata panjang pelepah paling panjang (Tabel 7). Tabel 7. Rata-rata panjang pelepah kelapa sawit Rimbo Dua Afdeling III pada Blok sampel. Panjang Pelepah Kelapa Sawit (cm) Blok 35 Blok 38 Blok 43 P P P P P Panjang Daun Kelapa Sawit Dapat dilihat pada Tabel 8 bahwa pada Blok C35 perlakuan P5 memiliki rata-rata panjang daun terpanjang. Sedangkan pada Blok C38 perlakuan P2 dan P5 adalah perlakuan yang memiliki rata-rata panjang daun terpanjang dan pada Blok C43 perlakuan P5 memiliki rata-rata panjang daun yang paling panjang. Tabel 8. Rata-rata panjang daun kelapa sawit Rimbo Dua Afdeling III pada Blok sampel. Panjang Daun Kelapa Sawit (cm) Blok 35 Blok 38 Blok 43 P P P P P

13 Lebar Daun Kelapa Sawit Dapat dilihat pada Tabel 9 Blok C35 perlakuan P1 dan P5 memiliki ratarata lebar daun terlebar. Sedangkan pada Blok C38 perlakuan P1 dan P4 memiliki rata-rata lebar daun terlebar dan untuk Blok C43 perlakuan P1 dan P3 memiliki rata-rata lebar daun paling lebar. Tabel 9. Rata-rata lebar daun kelapa sawit Rimbo Dua Afdeling III. Lebar Daun Kelapa Sawit (cm) Blok 35 Blok 38 Blok 43 P P P P P Luas Daun Kelapa Sawit Terlihat pada Tabel 10 Blok C35 rata-rata luas daun yang paling luas adalah perlakuan P5. Sedangkan rata-rata luas daun yang paling luas pada Blok C38 adalah pada perlakuan P1, dan pada Blok C43 perlakuan P5 memiliki ratarata luas daun paling luas. Tabel 10. Rata-rata luas daun kelapa sawit Rimbo Dua Afdeling III pada Blok sampel. Luas Daun Kelapa Sawit (cm) Blok 35 Blok 38 Blok 43 P P P P P Hasil yang didapat dari pengukuran panjang pelepah, panjang daun, lebar daun dan luas daun adalah pada Blok C35 perkembangan vegetatif yang paling tinggi yaitu pada perlakuan P5, Blok C38 pada perlakuan P1, dan Blok C43 perlakuan P5 yang paling besar.

14 Batanghari Afdeling II Panjang Pelepah Kelapa Sawit Dapat dilihat pada Tabel 11 blok 51 perlakuan P3 memiliki rata-rata panjang pelepah paling panjang. Sedangkan pada Blok 52 perlakuan P5 memiliki rata-rata panjang pelepah paling panjang, dan pada Blok 66 perlakuan yang ratarata panjang pelepahnya paling panjang adalah perlakuan P3. Tabel 11. Rata-rata panjang pelepah kelapa sawit Batanghari Afdeling II pada Blok sampel. Panjang Pelepah Kelapa Sawit (cm) Blok 51 Blok 52 Blok 66 P P P P P Panjang Daun Kelapa Sawit Hasil dari pengukuran panjang daun pada Blok 51 perlakuan P5 memiliki rata-rata panjang daun paling panjang, sedangkan pada Blok 52 perlakuan yang memiliki rata-rata panjang daun paling panjang adalah perlakuan P3 dan pada Blok 66 perlakuan P2 yang memiliki rata-rata panjang daun paling panjang (Tabel 12). Tabel 12. Rata-rata panjang daun kelapa sawit Batanghari Afdeling II pada Blok sampel. Panjang Daun Kelapa Sawit (cm) Blok 51 Blok 52 Blok 66 P P P P P Lebar Daun Kelapa Sawit Dapat dilihat pada Tabel 13 bahwa pada Blok 51 perlakuan P3 memiliki rata-rata lebar daun paling lebar, sedangkan pada Blok 52 perlakuan P3 memiliki

15 32 rata-rata lebar daun paling lebar dan selanjutnya untuk Blok 66 perlakuan yang memiliki rata-rata lebar daun paling lebar adalah perlakuan P4 dan P5. Tabel 13. Rata-rata lebar daun kelapa sawit Batanghari Afdeling II pada Blok sampel. Lebar Pelepah Kelapa Sawit (cm) Blok 51 Blok 52 Blok 66 P P P P P Luas Daun Kelapa Sawit Hasil pengukuran luas daun Blok 51, 52 dan 66 disajikan pada Tabel 14. Blok 51 menghasilkan perlakuan P3 memiliki nilai rata-rata luas daun terluas, sedangkan pada Blok 52 perlakuan P3 adalah perlakuan yang nilai rata-rata luas daun terluas dan pada Blok 66 perlakuan P2 memiliki rata-rata luas daun yang paling luas. Tabel 14. Rata-rata luas daun kelapa sawit Batanghari Afdeling II pada Blok sampel. Lebar Pelepah Kelapa Sawit (cm) Blok 51 Blok 52 Blok 66 P P P P P Hasil yang didapat dari pengukuran panjang pelepah, panjang daun, lebar daun dan luas daun Batanghari Afdeling II adalah pada Blok 51 dan 52 perkembangan vegetatif yang paling tinggi yaitu pada perlakuan P3, sedangkan pada Blok 66 perlakuan P2 merupakan perlakuan yang paling tinggi perkembangan vegetatifnya.

16 Pembahasan Umum Pada Rimbo Satu Afdeling IV kombinasi pemberian pupuk dan bahan humat yang paling berpengaruh terhadap produksi tandan buah segar adalah perlakuan P3 pada Blok 23 dan Blok 24 dan perlakuan P1 pada Blok 34. Sedangkan untuk perkembangan vegetatif pada Blok 23 perlakuan P2 yang paling berpengaruh, Blok 24 perlakuan P5 yang paling berpengaruh dan pada Blok 34 adalah perlakuan P4 yang paling berpengaruh. Berdasarkan hasil pengukuran faktor produksi dan vegetatif pada Rimbo Dua Afdeling III, kombinasi pemberian pupuk dan bahan humat yang paling berpengaruh terhadap produksi tandan buah segar adalah perlakuan P3 pada Blok C35, perlakuan P5 untuk Blok C38, dan perlakuan P1 untuk Blok C43. Sedangkan untuk perkembangan vegetatif pada Blok C35 dan Blok C43 perlakuan P5 yang nilainya paling berpengaruh dan pada Blok C38 perlakuan P1. Pada Kebun Batanghari Afdeling II kombinasi pemberian pupuk dan bahan humat yang paling berpengaruh terhadap produksi tandan buah segar pada Blok 51 adalah perlakuan P2, Blok 52 perlakuan P1, dan pada Blok 66 perlakuan P4. Untuk perkembangan vegetatif perlakuan yang paling berpengaruh pada Blok 51 dan 52 adalah perlakuan P3 dan pada Blok 66 adalah perlakuan P2. Produksi di lapang yang tidak sesuai dengan potensi produksi pada beberapa blok sampel tidak akan terjadi jika jumlah pokok produktif sama jumlahnya di setiap perlakuan. Sehingga terjadi pengukuran yang tidak akurat. Bentuk dan luas Blok yang berbeda-beda dapat menyulitkan penentuan daerah perlakuan. Serta terdapat pokok yang tidak produktif di daerah perlakuan akan mempengaruhi pengukuran potensi produksi. Jadi sebaiknya setiap perlakuan memiliki jumlah pokok produktif yang sama dan topografi yang rata. Data yang tercantum dalam rekomendasi harus sesuai dengan fakta di lapangan, misalnya jumlah pokok dan luas blok. Rekomendasi tersebut diformulasikan berdasarkan beberapa faktor seperti produksi TBS, umur tanaman, status nutrisi tanaman (analisis daun dan observasi lapangan), sejarah pemupukan, kesuburan tanah, data curah hujan, dan hasil percobaan pupuk. Faktor-faktor tersebut harus dianalisis dengan cermat untuk menjamin produksi TBS maksimal (Pahan, 2008).

17 34 Aplikasi pupuk di lapangan harus dijamin tepat dosis. Semua pupuk harus diaplikasi dengan menggunakan takaran yang telah dibakukan. Setiap pokok harus mendapatkan pupuk sesuai dosis yang direkomendasikan agar pertumbuhan kelapa sawit baik dan seragam (Pahan, 2008). Pada Kebun Rimbo Dua Afdeling III terjadi ketidaksesuaian antara produksi di lapang dengan potensi produksi pada Rimbo Dua karena sebagian areanya adalah rawa yang tergenang pada musim hujan, selain itu di daerah rawa tersebut banyak terdapat pokok yang tidak produktif. Ketiadaan bangunan pengawetan tanah dan air sering menjadi penyebab rusaknya struktur tanah yang disebabkan oleh erosi permukaan akibat proses pemindahan partikel tanah oleh aliran air dari lapisan atas yang kaya unsur hara. Hal tersebut juga berakibat pada kegiatan pemupukan dan perawatan tanaman menjadi tidak efektif, tidak terlaksananya panen secara benar, dan sulitnya pengawasan kebun. (Winarna et al, 2005) Daerah percobaan yang tidak jelas ditemukan pada beberapa Blok sampel Kebun Batanghari. Hal tersebut dapat mengakibatkan pengukuran yang tidak akurat. Strategi pemupukan yang baik seharusnya sesuai dengan rencana dan anjuran rekomendator, tetapi di lapang hal tersebut sangat sulit diaplikasikan. Rencana kerja yang terarah dan pelaksanaan pemupukan yang baik sesuai dengan dosis anjuran (semua pokok mendapat pupuk secara merata), serta pengawasan yang baik akan sangat berpengaruh terhadap efektivitas dan efisiensi pemupukan. Keberhasilan tersebut juga harus didukung oleh logistik, infrastruktur kebun, sarana transportasi, takaran pupuk, dan ketrampilan tenaga pemupuk. Selanjutnya mengenai hubungan antara faktor generatif dan vegetatif Blok sampel Kebun Rimbo satu terdapat pada Gambar Lampiran 1. Dapat dilihat pada Gambar Lampiran 1 yang merupakan model kurva hubungan antara panjang daun dengan produksi di lapang dengan nilai koefisien korelasi (r) yang paling besar yaitu dibandingkan hubungan faktor vegetatif yang lainnya. Dan dapat dikatakan bahwa perkembangan panjang daun lebih mempengaruhi produksi tandan buah segar. Hubungan antara faktor vegetatif dan faktor generatif pada Blok sampel Kebun Rimbo Dua dapat dilihat pada Gambar Lampiran 2. Model kurva Gambar

18 35 Lampiran 2 merupakan hubungan antara panjang pelepah dengan produksi di lapang dengan nilai koefisien korelasi (r) yang paling besar yaitu dibandingkan hubungan faktor vegetatif yang lainnya pada Blok sampel Kebun Rimbo Dua. Dan dapat dikatakan bahwa perkembangan panjang pelepah lebih mempengaruhi produksi tandan buah segar pada Blok sampel Kebun Rimbo Dua. Hal tersebut dapat menjadi acuan pengukuran, bahwa perkembangan panjang pelepah berhubungan dengan produksi tandan buah segar. Hubungan antara lebar daun dengan produksi tandan buah segar di lapang pada Blok sampel pada Kebun Batanghari merupakan hubungan antara faktor vegetatif dengan faktor generatif dengan hasil koefisien korelasi (r) yaitu 0.499, nilai tersebut lebih besar dibandingkan dengan faktor vegetatif lainnya. Model kurva hubungan antara lebar daun dengan produksi tandan buah segar di lapang pada Blok sampel pada Kebun Batanghari dapat dilihat pada Gambar lampiran 3. Dan dapat dikatakan bahwa perkembangan lebar daun lebih mempengaruhi produksi tandan buah segar untuk Blok sampel di Kebun Batanghari. Jika memperhitungkan produksi tandan buah segar seluruh blok percobaan, maka perlakuan yang paling banyak berpengaruh pada faktor produksi di Kebun Rimbo Satu dan Kebun Rimbo Dua adalah perlakuan P5. Sedangkan yang paling banyak berpengaruh pada faktor produksi di Kebun Batanghari adalah perlakuan P3. Rata-rata Produksi tandan buah segar kelapa sawit Kebun Rimbo Satu untuk seluruh Blok percobaan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 4 sampai Tabel Lampiran 8. Rata-rata produksi tandan buah segar kelapa sawit Kebun Rimbo Dua untuk seluruh Blok percobaan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 36 sampai Tabel Lampiran 39, sedangkan Kebun Batanghari pada Tabel Lampiran 24 sampai Tabel Lampiran 26. Pada faktor vegetatif jika memperhitungkan produksi tandan buah segar seluruh blok percobaan, maka perlakuan yang paling berpengaruh di Kebun Rimbo Satu adalah perlakuan P2, pada Kebun Rimbo Dua dan Kebun Batanghari adalah perlakuan P3. Hasil pengukuran faktor vegetatif Kebun Rimbo Satu dapat dilihat pada Tabel Lampiran 9 sampai Tabel Lampiran 23. Hasil pengukuran faktor vegetatif Kebun Rimbo Dua dapat dilihat pada Tabel Lampiran 27 sampai

19 36 Tabel Lampiran 35, sedangkan Kebun Batanghari dapat dilihat pada Tabel Lampiran 27 sampai Tabel Lampiran 35 Hasil dari keseluruhan kebun menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi pupuk dan bahan humat memiliki pengaruh yang berbeda-beda pada setiap blok, bergantung pada kondisi lokasi tanam dan umur kelapa sawit. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) bahwa pemupukan pada tanaman kelapa sawit tidak mengikuti formula pemupukan yang umum. Jenis tanah, tingkat kesuburan dan faktor iklim bervariasi antar lokasi tanaman yang satu dengan yang lain, sehingga formula pupuknya akan berbeda-beda dan bersifat spesifik untuk tiap lokasi. Di samping itu potensi genetik, umur tanaman dan cara kultur teknik yang diterapkan juga turut mempengaruhi jenis dan dosis pupuk untuk suatu periode tertentu. Produktivitas tanaman dipengaruhi umur tanaman. Tanaman tua berumur lebih dari 15 tahun memiliki tandan yang lebih berat dibandingkan dengan tanaman yang muda. Di atas 10 tahun berat tandan rata-rata sama untuk setiap tahun. Umur pokok kelapa sawit pada blok percobaan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1, Tabel Lampiran 2, dan Tabel Lampiran 3. Perlu diketahui bahwa pemberian pupuk pada suatu tahun tidak langsung mempengaruhi produksi pada tahun itu juga tetapi berpengaruh pada tahun berikutnya dan pemberian pupuk pada suatu tahun akan mempengaruhi efisiensi pada tahun berikutnya. Sehingga disarankan diadakannnya penelitian lanjutan agar dapat mengetahui lebih baik efek dari tiap perlakuan, dan terlihat perbedaan yang nyata dari tiap perlakuan. Pada Tabel Lampiran 68, Tabel Lampiran 69, dan Tabel Lampiran 70 produksi dengan rata-rata tertinggi pada seluruh blok percobaan perlakuan yang paling banyak mempengaruhi adalah perlakuan P5. Sehingga pemberian bahan humat 100ml/pokok kelapa sawit dapat meningkatkan produksi dan menghemat biaya pemupukan, karena perlakuan P5 hanya menggunakan 50% dosis pupuk konvensional. Hubungan antara faktor vegetatif dengan faktor produksi tandan buah segar untuk Blok sampel pada seluruh Kebun dapat dilihat pada Gambar Lampiran 4. Model kurva Gambar Lampiran 4 adalah hubungan antara panjang

20 37 pelepah dengan produksi di lapang, dengan hasil koefisien korelasi (r = 0.319) paling besar dibandingkan dengan faktor vegetatif lainnya. Dan dapat dikatakan bahwa perkembangan panjang pelepah lebih mempengaruhi produksi tandan buah segar untuk Blok sampel untuk total seluruh Kebun. Hasil analisis statistik pada masing-masing kebun dan total seluruh kebun (Tabel lampiran 52 sampai dengan Tabel Lampiran 67) menghasilkan Pr > F lebih dari 5%. Hal ini berarti perlakuan yang diberikan tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan vegetatif dan produktivitas tanaman. Akan tetapi pada Gambar 14 dapat dilihat pada pola grafik perlakuan yang diberikan menghasilkan rata-rata produksi yang berbeda.. Gambar 14. Rata-rata produksi tandan buah segar kelapa sawit di lapang total seluruh kebun. Parameter pertumbuhan vegetatif memperlihatkan perbedaan yang tidak signifikan jika dilihat pada grafik (Gambar 15-17). Hal tersebut disebabkan tidak telitinya pada saat pengukuran, perbedaan jumlah pokok produktif yang diamati pada masing-masing perlakuan, dan keadaan tanah di kebun.

21 38 Gambar 15. Rata-rata panjang pelepah kelapa sawit seluruh kebun. Gambar 16. Rata-rata panjang daun kelapa sawit seluruh kebun. Gambar 17. Rata-rata lebar daun kelapa sawit seluruh kebun.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan April sampai November 2009 di PTP Nusantara VI pada unit usaha Rimbo Satu Afdeling IV (Gambar Lampiran 5), Rimbo Dua Afdeling

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap TINJAUAN PUSTAKA Pembibitan Kelapa Sawit Pada budidaya kelapa sawit dikenal dua sistem pembibitan, yaitu pembibitan satu tahap dan pembibitan dua tahap, namun yang umum digunakan saat ini adalah pembibitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit menjadi pemimpin dalam penghasil minyak nabati dunia (2006), dengan produksi 37,1 juta ton dari buah kelapa sawit dan lebih dari 4,3 juta ton dari kernel

Lebih terperinci

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit 41 PEMBAHASAN Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor tanaman, dan teknik budidaya tanaman. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok Sistem manajemen perkebunan kelapa sawit pada umumnya terdiri atas Kebun (Estate) yang dikepalai oleh seorang Estate Manager. Seorang Estate Manager membawahi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Produktivitas Produktivitas mengandung pengertian perbandingan hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumberdaya yang digunakan (input). Menurut Dewan Produktivitas Nasional

Lebih terperinci

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Idealnya setiap kebun harus sudah dievaluasi lahannya secara benar. Evaluasi Kelas Kesesuaian Lahan (KKL) pada suatu perkebunan kelapa sawit sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan nitrogen tanah bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Variasi kandungan nitrogen dalam tanah terjadi akibat perubahan topografi, di samping pengaruh iklim, jumlah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk 62 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Bibit (cm) Hasil pengamatan terhadap parameter tinggi bibit setelah dianalisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian Indonesia, baik sebagai penghasil devisa maupun penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis Parameter yang diamati pada hasil pertumbuhan tanaman kubis terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, diameter

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kualitas Lahan Kualitas lahan yang digunakan untuk evaluasi kesesuaian lahan dalam penelitian ini adalah iklim, topografi, media perakaran dan kandungan hara sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional, selain mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat dan juga mengarah pada kesejahteraan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan TINJAUAN PUSTAKA Bahan Tanaman (Bibit ) Faktor bibit memegang peranan penting dalam upaya peningkatan produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan menghasilkan pada 3 4 tahun

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

PEMBAHASAN Prosedur Gudang 44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN 18 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Model pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dengan berbagai taraf penunasan dibangun melalui dua kegiatan yaitu (1) percobaan lapangan, dan (2) penyusunan model. Percobaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia. Tanaman sorgum mempunyai daerah adaptasi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Tepat Jenis

PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Tepat Jenis PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Keefektifan pemupukan berkaitan dengan tingkat hara pupuk yang diserap tanaman. Pupuk dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap tanaman. Efesiensi pemupukan berkaitan

Lebih terperinci

LEAF SAMPLING UNIT ( L S U )

LEAF SAMPLING UNIT ( L S U ) LEAF SAMPLING UNIT ( L S U ) PENDAHULUAN Leaf sampling merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan rekomendasi pemupukan. Rekomendasi pupuk yang akurat akan menghasilkan produksi TBS yang maksimal.

Lebih terperinci

Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, Agustus 2014

Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, Agustus 2014 Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, 19-21 Agustus 2014 IMPLEMENTASI PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) POLA MASYARAKAT PADA

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konservasi Tanah Salah satu faktor yang cukup penting dan peranannya sangat besar dalam usaha perkebunan kelapa sawit adalah kondisi sumberdaya lahannya. Keadaan tanah kebun inti I

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap jenis makhluk hidup termasuk tanaman. Proses ini berlangsung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE PENDAHULUAN Tebu ialah tanaman yang memerlukan hara dalam jumlah yang tinggi untuk dapat tumbuh secara optimum. Di dalam ton hasil panen tebu terdapat,95 kg N; 0,30 0,82 kg P 2 O 5 dan,7 6,0 kg K 2 O yang

Lebih terperinci

INOVASI TEKNOLOGI KOMPOS PRODUK SAMPING KELAPA SAWIT

INOVASI TEKNOLOGI KOMPOS PRODUK SAMPING KELAPA SAWIT INOVASI TEKNOLOGI KOMPOS PRODUK SAMPING KELAPA SAWIT Lembaga Riset Perkebunan Indonesia Teknologi kompos dari tandan kosong sawit INOVASI TEKNOLOGI Tandan kosong sawit (TKS) merupakan limbah pada pabrik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama penelitian berlangsung suhu udara rata-rata berkisar antara 25.1-26.2 o C dengan suhu minimum berada pada bulan Februari, sedangkan suhu maksimumnya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. SOCIATE FINANCIARE DES CHACILUS MEDANSA oleh bangsa belgia. Pada tahun 1996-

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. SOCIATE FINANCIARE DES CHACILUS MEDANSA oleh bangsa belgia. Pada tahun 1996- IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Informasi Umum 1. Sejarah Perusahaan PT. SOCFINDO merupakan suatu usaha kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan perusahaan dari negeri belgia. Perusahaan ini berdiri pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Penunasan terhadap Produksi, Jumlah Tandan dan BTR Pengaruh penunasan dilihat dari pengaruhnya terhadap produksi, jumlah tandan dan bobot tandan rata-rata pada setiap kelompok

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Komponen Produksi (Faktor Pengali Produksi)

PEMBAHASAN. Komponen Produksi (Faktor Pengali Produksi) PEMBAHASAN Panen dan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja di bidang pemeliharaan tanaman kelapa sawit. Tujuan utamanya untuk menghasilkan produksi yang optimal. Produk yang dihasilkan berupa TBS

Lebih terperinci

Produktivitas Optimal PENDAHULUAN 13/07/2017 PT PADASA ENAM UTAMA. Bahan Tanaman. Manajemen Kebun. Oleh: Lambok Siahaan.

Produktivitas Optimal PENDAHULUAN 13/07/2017 PT PADASA ENAM UTAMA. Bahan Tanaman. Manajemen Kebun. Oleh: Lambok Siahaan. IMPLEMENTASI BEST MANAGEMENT PRACTICES (BMP) MELALUI PEMELIHARAAN KESEHATAN TANAH SEBAGAI BAGIAN DARI PENGELOLAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN Oleh: Lambok Siahaan PT PADASA ENAM UTAMA PENDAHULUAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia sumber karbohidrat kedua

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia sumber karbohidrat kedua 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia sumber karbohidrat kedua sesudah padi yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Selain dikonsumsi, jagung

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

Materi 04 Pertimbangan dalam Pemilihan Komoditas. Benyamin Lakitan

Materi 04 Pertimbangan dalam Pemilihan Komoditas. Benyamin Lakitan Materi 04 Pertimbangan dalam Pemilihan Komoditas Benyamin Lakitan Dasar Pertimbangan Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh kondisi iklim (faktor iklim) Sebagian besar unsur hara yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan 49 BAB VI PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara dosis pupuk kandang sapi dengan varietas kacang tanah tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel pertumbuhan, kompenen hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan penyediaan kayu jati mendorong Perum Perhutani untuk menerapkan silvikultur intensif guna memenuhi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

PENETAPAN BPT KELAPA DALAM SEBAGAI BENIH SUMBER DI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Oleh Yeany M. Bara Mata, SP

PENETAPAN BPT KELAPA DALAM SEBAGAI BENIH SUMBER DI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Oleh Yeany M. Bara Mata, SP PENETAPAN BPT KELAPA DALAM SEBAGAI BENIH SUMBER DI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Oleh Yeany M. Bara Mata, SP (PBT Pertama - Dinas Pertanian dan Perkebunan Propinsi NTT) Tanaman kelapa

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk akan terus menuntut pemenuhan kebutuhan dasar terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada krisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia yang memiliki sumber

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia yang memiliki sumber I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia yang memiliki sumber karbohidrat yang cukup tinggi. Seiring bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanaman jagung

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Karakteristik Latosol Cikabayan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan tanah yang digunakan dalam percobaan pupuk organik granul yang dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB di Cikabayan, diambil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (Ocimum sanctum) untuk pengendalian akar gada (plasmodiophora brassicae)

HASIL DAN PEMBAHASAN. (Ocimum sanctum) untuk pengendalian akar gada (plasmodiophora brassicae) 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Sidik Ragam Hasil analisis sidik ragam pengaruh konsentrasi ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum) untuk pengendalian akar gada (plasmodiophora brassicae)

Lebih terperinci

LAPORAN MONITORING INTERNAL PROGRAM INSENTIF PKPP TAHUN 2012 TAHAP I. 1. Lokus : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan

LAPORAN MONITORING INTERNAL PROGRAM INSENTIF PKPP TAHUN 2012 TAHAP I. 1. Lokus : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan LAPORAN MONITORING INTERNAL PROGRAM INSENTIF PKPP TAHUN 2012 TAHAP I BAB I. PENDAHULUAN 1. Lokus : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan 2. Judul Kegiatan : Kajian Pengelolaan Hara

Lebih terperinci

Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao. Fakhrusy Zakariyya 1)

Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao. Fakhrusy Zakariyya 1) Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao Fakhrusy Zakariyya 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB Sudirman 90 Jember 68118 Daun merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkebunan sebagai salah satu sub sektor pertanian di Indonesia berpeluang besar dalam peningkatan perekonomian rakyat dan pembangunan perekonomian nasional.adanya

Lebih terperinci

2015 KAJIAN PENGARUH PENAMBAHAN BIONUTRIEN S267 TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT TM-03

2015 KAJIAN PENGARUH PENAMBAHAN BIONUTRIEN S267 TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT TM-03 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tanaman kelapa sawit (Elais guineensis) merupakan salah satu tanaman tropis yang memiliki banyak manfaat. Bagian kelapa sawit yang dimanfaatkan adalah minyak

Lebih terperinci

Disampaikan oleh : Edison P. Sihombing dan Dimas H. Pamungkas

Disampaikan oleh : Edison P. Sihombing dan Dimas H. Pamungkas Pengaruh Anomali Iklim dan Pengaruhnya pada Produktivitas Kelapa Sawit Studi Kasus di Bangun Bandar Estate PT Socfin Indonesia Wisma Avros, PPKS. Medan, 21 Juli 2016 Workshop GAPKI Sumatera Utara Disampaikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembibitan Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit, yang sangat menentukan keberhasilan budidaya pertanaman. Melalui tahap

Lebih terperinci

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI (PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) TANAMAN KELAPA IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI TANAMAN KELAPA Suhu rata rata tahunan adalah 27 C dengan fluktuasi 6 7 C Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Panjang Tongkol Berkelobot Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan umur panen memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang tongkol berkelobot. Berikut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun belum dibarengi dengan program operasional yang memadai. Melalui program revitalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

DAMPAK KEKERINGAN DAN GANGGUAN ASAP AKIBAT EL NINO 2015 TERHADAP PERFORMA TANAMAN KELAPA SAWIT DI BAGIAN SELATAN SUMATERA

DAMPAK KEKERINGAN DAN GANGGUAN ASAP AKIBAT EL NINO 2015 TERHADAP PERFORMA TANAMAN KELAPA SAWIT DI BAGIAN SELATAN SUMATERA DAMPAK KEKERINGAN DAN GANGGUAN ASAP AKIBAT EL NINO 2015 TERHADAP PERFORMA TANAMAN KELAPA SAWIT DI BAGIAN SELATAN SUMATERA Nuzul Hijri Darlan, Iput Pradiko, Muhdan Syarovy, Winarna dan Hasril H. Siregar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura yang

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura yang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura yang cukup penting di Indonesia karena merupakan salah satu jenis sayuran buah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi tandan buah

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyediaan beras untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional masih merupakan problema yang perlu diatasi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : pertambahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI NO. ISK/AGR-KBN/22 Status Dokumen No. Distribusi DISAHKAN Pada tanggal 15 Februari 2013 Dimpos Giarto Valentino Tampubolon Direktur Utama Hal 1 dari 5 SEJARAH PERUBAHAN DOKUMEN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang mudah untuk diamati dan sering digunakan sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Selama percobaan berlangsung curah hujan rata-rata yaitu sebesar 272.8 mm per bulan dengan jumlah hari hujan rata-rata 21 hari per bulan. Jumlah curah hujan tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan 8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan, yang menghasilkan minyak nabati paling efisien yang produknya dapat digunakan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai tetap dipandang penting oleh Pemerintah dan telah dimasukkan dalam program pangan nasional, karena komoditas ini mengandung protein nabati yang tinggi 38%, lemak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan, diantaranya tanaman buah, tanaman hias dan tanaman sayur-sayuran. Keadaan

Lebih terperinci

PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN

PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN Tanah sulfat masam merupakan tanah dengan kemasaman yang tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting bagi

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting bagi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting bagi kehidupan manusia yang dapat memenuhi kebutuhan akan minyak nabati. Tanaman lain yang

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul 147 PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul Karakter morfologi tanaman pada varietas unggul dicirikan tipe tanaman yang baik. Hasil penelitian menunjukkan

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan salah satu parameter pertumbuhan yang menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan

Lebih terperinci

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING TEKNOLOGI BUDIDAYA Pola tanam Varietas Teknik Budidaya: penyiapan lahan; penanaman (populasi tanaman); pemupukan; pengendalian hama, penyakit dan gulma;

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 7.1) menunjukkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 7.1) menunjukkan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.a. Parameter Utama 4.a.l. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 7.1) menunjukkan bahwa pemberian pupuk nitrogen (kombinasi kascing dan pupuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo provinsi DIY. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia

METODE PENELITIAN. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo provinsi DIY. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada lahan bekas tambang PT. Aneka Tambang Tbk (ANTAM), Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, Jawa tengah pada bulan Maret

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Sebanyak 85% perdagangan kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia. Kelapa sawit dikembangkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Tinggi tanaman Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman kedelai tahapan umur pengamatan

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Peubah yang diamati dalam penelitian ini ialah: tinggi bibit, diameter batang, berat basah pucuk, berat basah akar, berat kering pucuk, berak kering akar, nisbah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakchoy (Brassica rapa L.) Pakchoy (Sawi Sendok) termasuk tanaman sayuran daun berumur pendek yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu jenis tanaman pangan yang menjadi mata pencaharian masyarakat adalah tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

Lebih terperinci