RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (KEKR) KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (KEKR) KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I 2015"

Transkripsi

1 RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (KEKR) KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I 215 Pertumbuhan Ekonomi Regional Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Tengah Triwulan I 215 7,82% (yoy) Pada triwulan I 215, perekonomian Kalimantan Tengah tumbuh lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan tercatat sebesar 7,82% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah masih lebih tinggi dari angka pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan laporan yang tercatat sebesar 4,71% (yoy) dan provinsi lain di pulau Kalimantan (Kalbar 4,75%, Kaltim -1,32%, Kalsel 3,92% (yoy)). Perkembangan Inflasi Daerah Laju inflasi Kalimantan Tengah tahun 214 tercatat 5,9%(yoy) Pada triwulan I-215, inflasi Kalimantan Tengah menunjukkan kinerja sangat baik yaitu pada level -,5 (ytd) dibandingkan dengan tingkat inflasi pada triwulan I-214 sebesar 1,6% (ytd). Tingkat inflasi yang rendah dan stabil ini disebabkan terjaganya pasokan komoditas utama penyumbang inflasi selama triwulan I-215. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Indikator perbankan dan sistem pembayaran di triwulan I 215 cukup konndusif Seiring dengan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang bertujuan untuk menjaga stabilitas, makro ekonomi nasional, kinerja sektor perbankan di Provinsi Kalimantan Tengah pada triwulan I-215 terpantau tumbuh dan cukup kondusif. Hal tersebut tercermin dari aset total perbankan, DPK, dan kredit yang tumbuh masing-masing sebesar 7,74% (yoy), 7,9% (yoy), dan 11,82% (yoy). Jumlah likuiditas di Kalimantan Tengah terpantau mencukupi dalam mendukung transaksi perekonomian sebagaimana tercermin pada uang kartal yang memadai serta jumlah transaksi non tunai yang mengalami pertumbuhan. Kinerja sistem pembayaran non tunai Kalimantan Tengah sampai dengan triwulan I-215 cukup kondusif yang terlihat dari perkembangan Real Time Gross Settlement (RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) yang walaupun melambat namun tetap meningkat dalam nilainya. 1

2 Sesuai dengan siklikalitas, realisasi pendapatan dan belanja daerah Provinsi Kalimantan Tengah di triwulan I-215 masih rendah Perkembangan Keuangan Daerah Pada tahun 215 terdapat kenaikan target pendapatan dan belanja daerah APBD Provinsi Kalimantan Tengah dibandingkan tahun sebelumnya. Dari sisi pendapatan target pendapatan daerah meningkat 9,46% dari Rp3,16 triliun (214) menjadi Rp3,46 triliun. Sedangkan pada sisi belanja daerah juga mengalami peningkatansebesar 5,75% dari Rp3,45 triliun (214) menjadi Rp3,65 triliun pada tahun 215. Perekonomian pada triwulan II 215 diperkirakan barada di kisaran 7,9-8,4% (yoy), dengan laju inflasi pada kisaran 4,65-5,65% (yoy) Prospek Perekonomian dan Inflasi Perekonomian Kalimantan Tengah pada triwulan II 215 diperkirakan didorong oleh semua komponen sisi permintaan. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah pada triwulan II 215 diperkirakan dalam arah yang meningkat dalam kisaran 7,9% - 8,4% (yoy). Laju inflasi Kalimantan Tengah secara umum diperkirakan berada dalam rentang 4,65% - 5,65% (yoy). Tekanan inflasi yang relatif tinggi diperkirakan akan dari kelompok volatile food dan administered prices, sementara kelompok inti diperkirakan akan relatif stabil. 2

3 Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Kalimantan Tengah Perekonomian LAPANGAN USAHA PDRB 215 I 7.1% 6.87% 7.38% 6.21% 7.82% 1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.65% 2,62% 3.46% 6.71% 5.14% 2 Pertambangan dan Penggalian 18.32% 11.7% 15.97% -2.87% 11.99% 3 Industri Pengolahan 1.5% 5.39% 7.89% 12.16% 7.76% 4 Pengadaan Listrik dan Gas 1.53% 12.3% 6.6% 16.7% 49.58% 5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 6.42% 5.34% 5.4% 4.47% 3.35% 6 Konstruksi 5.25% 7.77% 3.8% 9.92% 7.25% 7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 6.1% 7.99% 4.29% 7.68% 8.97% 8 Transportasi dan Pergudangan 3.8% 4.19% 11.52% 2.14% 14.39% 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 9.95% 9.62% 6.% 8.21% 7.73% 1 Informasi dan Komunikasi 9.98% 9.76% 9.9% 12.8% 7.32% 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 3.19% 13.52% 8.55% 6.66% 8.16% 12 Real Estate 11.7% 8.21% 6.99% 7.11% 8.87% 13 Jasa Perusahaan 1.17% 5.14% 7.76% 4.54% 6.45% Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial 14 Wajib 8.45% 7.33% 7.% 8.86% 5.18% 15 Jasa Pendidikan 8.59% 8.89% 4.55% 9.67% 3.57% 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.74% 9.74% 3.77% 8.86% 5.7% 17 Jasa lainnya 4.54% 8.16% 4.98% 8.86% 7.19% KOMPONEN PENGELUARAN 1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 4.48% 4.88% 4.43% 3.86% 4.% 2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 7.89% 8.38% 9.8% 8.83%.6% 3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 6.83% 8.66% 6.64% 6.3% 3.8% 4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 1.85% 7.3% 3.86% 7.8% 6.2% 5 Perubahan Inventori -8.45% 5.68% -2.6% % -46.2% 6 Ekspor Luar Negeri 7.53% 7.94% 12.33% 2.79% 11.6% 7 Impor Luar Negeri 8.16% 6.7% 5.22% 3.29% 2.6% INFLASI Kalimantan Tengah Palangka Raya Sampit

4 Perbankan (miliar rupiah) Indikator I II III IV I II III IV I Total Dpk 15.59, , , , , , , , ,31 Giro 4.776, , , , , , , , ,93 Tabungan 7.324, , , , , , , , ,43 Deposito 3.488, , , , , , , , 4.73,95 Total Kredit (K) 29.6, , , , , , , , ,45 K. Modal Kerja 8.254, , , , , , , , ,31 K. Investasi , , , , , , , , ,51 K. Konsumsi 6.577, , , , , , ,1 8.8, ,63 Kredit UMKM 4.33, , , , , , , , ,41 Share UMKM thd Total 13,88 14,27 14,61 15,87 16,46 16,77 17,11 17,25 17,49 LDR 186,4 186,64 19,5 19,49 181,2 172,21 172,78 197,67 189,2 NPL,61,55,59,58,82,97,91,87 1,1 Sistem Pembayaran (miliar rupiah) Kliring RTGS Non Tunai Tunai Total Transaksi I II III IV I II III IV I 59,38 538,5 53,44 415,47 5,72 576,6 4,5 521,13 731, , , , , ,2 5.38, , , , ,6 5.97, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,21 4

5 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Pada triwulan I 215, perekonomian Kalimantan Tengah tumbuh lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan tercatat sebesar 7,82% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah masih lebih tinggi dari angka pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan laporan yang tercatat sebesar 4,71% (yoy) dan provinsi lain di pulau Kalimantan (Kalbar 4,75%, Kaltim -1,32%, Kalsel 3,92% (yoy)). Menguatnya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah dari sisi permintaan pada periode laporan didorong oleh kinerja komponen ekspor dan investasi yang meningkat cukup tinggi dibanding periode sebelumnya. Sementara itu dari sisi penawaran kinerja sektor pertambangan, pertanian, industri pengolahan dan perdagangan besar dan eceran menjadi sumber percepatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah. 1.2 Sisi Permintaan Dari sisi permintaan atau pengeluaran, meningkatnya perekonomian Kalimantan Tengah pada triwulan I 215 terutama didorong oleh akselerasi pada komponen ekspor dan Investasi. Adapun komponen permintaan yang lain reatif mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya. Meski tumbuh cukup tinggi, investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto) tercatat mengalami sedikit perlambatan. Konsumsi rumah tangga dan pemerintah pada triwulan laporan juga tidak mampu mencatatkan akselerasi kinerja sehingga tercatat mengalami perlambatan Konsumsi Seluruh komponen konsumsi pada triwulan I 215 baik konsumsi rumah tangga, LNPRT atau pemerintah mengalami perlambatan dibanding periode sebelumnya. Konsumsi pemerintah menjadi komponen konsumsi yang mengalami perlambatan terdalam yakni dari 9,14% (yoy pada triwulan IV 214 menjadi 3,81% (yoy) pada periode laporan. Sementara itu konsumsi rumah tangga walaupun mengalami perlambatan namun perlembatannya tidak sedalam komponen konsumsi yang lain. 5

6 Pada triwulan I 215, kinerja konsumsi rumah tangga mengalami kondisi perlambatan seiring penurunan permintaan. Hasil survey konsumen Bank Indonesia menunjukan bahwa pada periode laporan terjadi penurunan level indeks keyakinan konsumen. Hal ini juga terkonfirmasi dari hasil survey indeks tendensi konsumen BPS yang menunjukan penurunan angka konsumsi pada triwulan I-215. Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Tengah dan Nasional Komponen Permintaan Sumber : BPS, data diolah Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Pertumbuhan Andil 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 4.48% 4.88% 4.43% 3.86% 3.99% 1.65% 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 7.89% 8.38% 9.8% 8.83%.64%.1% 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 6.83% 8.66% 6.64% 6.3% 3.81%.51% 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 1.85% 7.3% 3.86% 7.8% 6.19% 2.59% 5. Perubahan Inventori -8.45% 5.68% -2.6% % % -.78% 6. Ekspor Luar Negeri 7.53% 7.94% 12.33% 2.79% 11.59% 4.96% 7. Impor Luar Negeri 8.16% 6.7% 5.22% 3.29% 2.64% 1.12% P D R B 7.1% 6.87% 7.38% 6.21% 7.82% 7.82% 6

7 Lebih jauh menurut hasil survey konsumen Bank Indonesia pada triwulan I 215 terjadi shifting penggunaan pendapatan. Porsi pendapatan yang digunakan untuk konsumsi masyarakat Kalimantan Tengah pada triwulan I 215 mengalami penurunan dan beralih penggunaannnya untuk tabungan. Sementara itu pertumbuhan kredit konsumsi Grafik 1.2 Indeks Tendensi Konsumen mencatatkan pertumbuhan sebesar 18,19% (yoy). Sampai dengan bulan Maret 215 tercatat jumlah kredit konsumsi yang dicairkan sektor perbankan Kalimantan Tengah mencapai Rp 7.63 miliar. Konsumsi lembaga non profit juga tercatat mengalami perlambatan cukup dalam pada periode laporan. Setelah mencatatkan Grafik 1.3 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.4 Perkembangan Kredit Konsumsi Grafik 1.5 Perkembangan Porsi Pendapatan pada triwulan I 215 juga mencatatkan perlambatan. kredit konsumsi pada periode laporan mengalami perlambatan sebesar 17,2% (yoy) setelah pada periode sebelumnya pertumbuhan sebesar 5,64% (yoy) pada triwulan IV 214, pada periode laporan justru hanya mengalami pertumbuhan sebesar,64% (yoy). Penurunan konsumsi lembaga non profit 7

8 di awal tahun sesuai dengan pola historis serapan anggarannya yang memang diawal tahun mengalami penyerapan yang rendah. Konsumsi pemerintah pada triwulan laporan juga mengalami kondisi perlambatan dibanding periode sebelumnya. konsumsi pemerintah pada triwulan laporan mengalami perlambatan sebesar 3,81% (yoy) dibanding periode sebelumnya yang mencapai 9,14% (yoy) Investasi Pada triwulan I 215 investasi yang dihitung dari pembentukan modal tetap bruto (PMTB) tumbuh lebih tinggi dibanding periode sebelumnya. PMTB di triwulan I 215 tercatat tumbuh sebesar 6,19% (yoy) lebih tinggi dibanding periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,96% (yoy). Peningkatan invvestasi pada triwulan I 215 didorong oleh pertumbuhan penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang begitu tinggi pada peride laporan. Penompang pertumbuhan komponen investasi pada triwulan I 215 bersumber dari PMDN. PMDN tercatat meningkat pesat pada triwulan I 215 sebesar 456,9% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatatkan pertumbuhan negatif sebesar -16,97% (yoy). Beberapa proyek besar di sektor pengadaan listrik dan gas, serta akomodasi dan makan minum mendorong akselerasi pada komponen investasi. Kondisi berbeda dialami oleh nilai penanaman modal asing (PMA) yang pada triwulan I215 justru mengalami pertumbuhan negatif. Setelah mencatatkan pertumbuhan yang tinggi pada triwulan IV 214 sebesar 21,15% (yoy), PMA pada peride laporan justru menurun sebesar - 47,% (yoy). Penurunan PMA pada triwulan I 215 disebabkan adanya beberapa proyek besar yang mengalami penundaan sehingga nilai realisasinya tercatat tidak sebesar periode sebelumnya. Penurunan pada triwulan I 215 selain dialami oleh PMA juga dialami oleh kredit investasi. Kredit investasi tercatat mengalami penurunan sebesar -7,22% (yoy) pada triwulan I 215, penurunan yang terjadi tercatat lebih dalam dibandingkan pada triwulan IV 214 yang mengalami penurunan sebesar -5,24% (yoy). Pada akhir Maret 215 tercatat kredit investasi di Kalimantan Tengah berada pada angka Rp miliiar. Sementara itu pada triwulan I 215 impor barang modal Kalimantan Tengah juga mengalami perlambatan meskipun tumbuh sangat tinggi. Impor barang modal Kalimantan Tengah pada periode laporan mengalami pertumbuhan sebesar 162,66% (yoy) atau USD 16,25 juta melambat dibanding periode sebelumnya yang mencapai pertumbuhan sebesar 954,84% (yoy) atau USD 18,28 juta. 8

9 Grafik 1.6 Perkembangan PMA Kalimantan Tengah Grafik 1.7 Perkembangan PMDN Kalimantan Tengah Grafik 1.8 Perkembangan PMDN Kalimantan Tengah Grafik 1.9 Perkembangan PMDN Kalimantan Tengah Investasi Neraca perdagangan bersih Kalimantan Tengah pada triwulan I 215 kembali mengalami defisit. Akselerasi kinerja ekspor yang tinggi pada triwulan I 215 belum mampu mengubah neraca perdangan bersih Kalimantan Tengah menjadi Kondisi surplus yang dialami oleh neraca perdagangan LN pada triwulan I 215 tidak terlepas dari pertumbuhan ekspor LN Kalimantan Tengah yang mengalami pertumbuhan yang tinggi. Ekspor LN Kalimantan Tengah pada surplus. Disisi lain kondisi surplus yang dialami oleh neraca perdagangan LN Kalimantan Tengah pada triwulan I 215, namun surplus yang dialami negara perdagangan LN belum mampu mendorong defisit neraca perdagangan bersih. triwulan I 215 mengalami pertumbuhan positif baik dari segi nilai maupun volume. Berdasarkan nilai, Ekspor LN Kalimantan Tengah berdasarkan nilai pada triwulan I 215 mengalami pertumbuhan sebesar 21,6% (yoy) atau sebesar 9

10 USD 334 juta. Sementara itu berdasarkan volume, ekspor LN Kalimantan Tengah mengalami pertumbuhan sebesar 53% (yoy) atau 4,27 juta ton. Grafik 1.1 Perkembangan Neraca Perdagangan Grafik 1.11 Perkembangan Neraca Perdagangan LN 1

11 Grafik 1.1 Perkembangan Volume Ekspor Grafik 1.11 Perkembangan Nilai Ekspor Grafik 1.12 Negara Tujuan Ekspor Tabel 1.2 Komoditi Ekspor Komoditi Pangsa Nilai Ekspor % USD ribu Batubara ,88 CPO ,882 Kayu Olahan ,536 Karet ,547 Tambang Mineral ,33 Pertumbuhan ekspor luar negeri Kalimantan Tengah pada triwulan I 215 didorong oleh tingginya permintaan dari India dan Jepang yang masing-masing memiliki pangsa sebesar 41,13% dan 22,57%. Tingginya permintaan kedua negara tersebut merupakan buah dari kebijakan energi masing-masing negara tersebut yang berdampak meningkatkan konsumsi batubara kedua negara itu. Sejalan dengan itu komoditi batubara pada triwulan I 215 menjadi komoditi yang paling banyak diekspor dari Kalimantan Tengah dengan pangsa sebesar 65,82% atau dengan nilai mencapai USD 22,8 juta. 11

12 Grafik 1.14 Perkembangan Volume Impor Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Impor Grafik 1.16 Perkembangan Negara Impor Tabel 1.3 Perkembangan Komoditas Impor Komoditi Pangsa Nilai Impor % USD ribu Mesin Industri ,374 Alat Listrik ,97 Barang Olahan Logam 8.9 1,447 Semen Barang Plastik Impor LN Kalimantan Tengah pada triwulan I 215 berdasarkan nilai mengalami perlambatan dibanding periode sebelumnnya sebesar 162,66% (yoy) atau sebesar USD 16,25 juta. Disisi lain berdasarkan volume barang impor LN Kalimantan Tengah justru mengalami peningkatan sebesar 184,11% (yoy) atau sebesar 9,16 juta ton. dengan kondisi demikian maka dapat disimpulkan bahwa Impor LN Kalimantan Tengah pada triwulan I 215 didominasi oleh barang-barang memiliki volume tinggi. Malaysia pada triwulan I 215 menjadi negara asal impor LN Kalimantan Tengah tertinggi dengan pangsa mencapai 61,66%. Tingginya pangsa Malaysia sebagai negara asal impor LN Kalimantan Tengah tidak terlepas dari tingginya kebutuhan mesin industri dan generator listrik Kalimantan Tengah seiring berjalannya beberapa proyek investasi di Kalimantan Tengah. Disisi lain mesin Industri pada triwulan I 215 menjadi komoditi impor LN Kalimantan Tengah dengan pangsa tertinggi yaitu mencapai 76,12% atau sebesar USD 12,37 juta. 12

13 1.3 Sisi Penawaran Sumber : BPS, data diolah Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Penawaran LAPANGAN USAHA Q1 215 Pertumbuhan Pangsa ANDIL 1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4.1% 1.65% 2,62% 3.46% 6.71% 5.14% 21.76% 1.15% 2 Pertambangan dan Penggalian 6.83% 18.32% 11.7% 15.97% -2.87% 11.99% 17.96% 2.7% 3 Industri Pengolahan 9.69% 1.5% 5.39% 7.89% 12.16% 7.76% 14.89% 1.16% 4 Pengadaan Listrik dan Gas 7.12% 1.53% 12.3% 6.6% 16.7% 49.58%.7%.3% 5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 6.78% 6.42% 5.34% 5.4% 4.47% 3.35%.8%.% 6 Konstruksi 6.57% 5.25% 7.77% 3.8% 9.92% 7.25% 8.22%.6% 7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 5.74% 6.1% 7.99% 4.29% 7.68% 8.97% 1.72%.95% 8 Transportasi dan Pergudangan 2.98% 3.8% 4.19% 11.52% 2.14% 14.39% 5.9%.8% 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 9.59% 9.95% 9.62% 6.% 8.21% 7.73% 1.62%.13% 1 Informasi dan Komunikasi 12.67% 9.98% 9.76% 9.9% 12.8% 7.32% 1.16%.9% 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 7.36% 3.19% 13.52% 8.55% 6.66% 1.79% 3.22%.6% 12 Real Estate 9.97% 11.7% 8.21% 6.99% 7.11% 8.16% 1.99%.18% 13 Jasa Perusahaan 7.74% 1.17% 5.14% 7.76% 4.54% 6.45%.4%.% 14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 4.82% 8.45% 7.33% 7.% 8.86% 5.18% 5.53%.29% 15 Jasa Pendidikan 4.79% 8.59% 8.89% 4.55% 9.67% 3.57% 4.21%.16% 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 9.1% 1.74% 9.74% 3.77% 8.86% 5.7% 1.69%.1% 17 Jasa lainnya 13.1% 4.54% 8.16% 4.98% 8.86% 7.19%.93%.7% PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 6.23% 7.1% 6.87% 7.38% 6.21% 7.82% 1.% 7.82% Dari sisi penawaran atau produksi, seluruh sektor ekonomi utama di Kalimantan Tengah mengalami kenaikan dibandingkan periode sebelumnya. Tingginya pertumbuhan pada triwulan I-215 terutama disebabkan oleh membaiknya sektor pertambangan dan penggalian setelah pada sepanjang tahun 214 mengalami penurunan. Disisi lain sektor industri pengolahan menjadi sektor dengan andil pertumbuhan tertinggi kedua setalah sektor pertambangan dan penggalian. Sementara itu sektor pertanian dan kehutanan pada triwulan I-215 mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya dan memberikan andil terbesar ketiga setelah sektor pertambangan dan industri pengolahan Sektor Pertanian Pada triwulan I-215, sektor pertanian mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya. Sektor pertanian pada triwulan I 215 mengalami pertumbuhan sebesar 5,41% (yoy) atau melambat dibanding periode sebelumnya sebesar 8,71% (yoy). Perlambatan sektor pertanian didorong oleh perlambatan kinerja subsektor perkebunan khususnya perkebunan kelapa sawit. Sementara itu komoditas karet justru mengalami kenaikan produksi pada triwulan I-215. Disisi lain kinerja subsektor tabama khususnya padi mengalami kondisi perlambatan pada triwulan I

14 Penurunan kinerja subsektor perkebunan pada triwulan I-215 dipengaruhi oleh penurunan produksi TBS. Produksi TBS Kalimantan Tengah pada triwulan I 215 mengalami penurunan sebesar 9,95% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 15,68% (yoy). Kurangnya curah hujan pada triwulan I-215 menjadi penyebab penurunan produksi TBS di Kalimantan Tengah. Disisi lain sebenarnya ekspor komoditas karet Kalimantan Tengah justru mengalami kenaikan pada triwulan I-215 sebesar 16,24% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya sebesar - 2,2% (yoy). Kelommpok tabama khususnya komoditas padi pada triwulan II-215 mengalami perlambatan. Komoditas padi mengalami perlambatan sebesar 11,98% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 17,53% (yoy). Perlambatan produksi Kalimantan Tengah pada triwulan I-215 disebabkan oleh adanya pergeseran masa panen ke triwulan II-215. Grafik 1.17 Perkembangan Ekspor Karet Grafik 1.18 Perkembangan Produksi TBS Grafik 1.19 Perkembangan Produksi Padi 14

15 1.3.2 Sektor Pertambangan Permintaan komoditas batu bara yang relatif tinggi menjadi pendorong kinerja sektor pertambangan padda triwulan I 215. Sektor pertambangan yang selama tahun 214 mengalami pertumbuhan negatif, pada triwulan I 215 justru mencatatkan pertumbuhan yang tinggi. Pertumbuhan sektor pertambangan pada triwulan I-215 sebesar 11,99% (yoy) jauh lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang mencatatkan pertumbuhan 6,1% (yoy). Produksi batu bara pada triwulan I-215 mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding periode sebelumnya. Produksi batu bara Kalimantan Tengah pada triwulan I-215 mengalami pertumbuhan hingga 233% (yoy) meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang hanya mencapai 79% (yoy). Rencana pembangunan jalur kereta api pengangkut batubara mendorong bertambahnya jumlah perusahaan tambang khususnya perusahaan batubara yang beroperasi di Kalimantan Tengah. Peningkatan jumlah perusahaan membuat produksi batubara Kalimantan Tengah pada triwulan I-215 menembus angka 4 juta ton. 126,23% (yoy) atau meningkat dibanding periode sebelumnya yang hanya mencapai 84,32% (yoy). Pada triwulan I-215 ekspor batubara Kalimantan Tengah mencapai angka 3,9 juta ton. India dan Jepang merupakan negara tujuan ekspor batu bara Kalimantan Tengah tertinggi pada triwulan I-215. Berbeda dengan komoditas batubara, komoditas tambang mineral Kalimantan Tengah pada triwulan I-215 belum mengalami perbaikan. Beroperasinya 11 smelter komoditas zircon belum mampu mengembalikan akselerasi kinerja pertambangan mineral. Ekspor pertambangan mineral pada triwulan I-215 masih mengalami penuruna sebesar -9,95% (yoy). Grafik 1.2 Perkembangan Ekspor Batubara Ribu Ton (yoy), Peningkatan produksi batubara dan tingginya permintaan batubara dari negara mitra dagang mendorong pertumbuhan ekspor batu bara Kalimantan Tengah pada triwulan I-215 mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi. Pertumbuhan ekspor batubara Kalimantan Tengah pada triwulan I215 mencapai angka 15

16 Grafik 1.21 Perkembangan Produksi Batubara Grafik 1.22 Perkembangan Ekspor Tambang Mineral Sektor Industri Pengolahan Industri pengolahan pada triwulan I-215 mengalami perlambatan dibanding periode sebelumnya. industri pengolahan pada triwulan I-215 mengalami perlambatan sebesar 7,76% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 12,4% (yoy). Perlambatan industri pengolahan pada triwulan laporan dipengaruhi oleh melambatnya kinerja industri CPO dikarenakan rendahnya produksi TBS pada triwulan I-215. Produksi CPO pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan negatif hingga -45,65% (yoy). Sementara secara angka produksi CPO pada triwulan I-215 tercatat sebesar 7.55% (yoy). Perlambatan industri pengolahan selain diperlihattkan dari penurunan industri CPO juga dapat terlihat pada angka indeks Industri Besar dan sedang yang juga mengalami perlambatan sebesar 4,26% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai angka 4,46% (yoy). Grafik 1.23 Perkembangan Industri CPO Grafik 1.24 Perkembangan IBS 16

17 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Kalimantan Tengah rendah dan stabil pada triwulan I-215 Pada triwulan I-215, inflasi Kalimantan Tengah menunjukkan kinerja sangat baik yaitu pada level -,5 (ytd) dibandingkan dengan tingkat inflasi pada triwulan I-214 sebesar 1,6% (ytd). Tingkat inflasi yang rendah dan stabil ini disebabkan terjaganya pasokan komoditas utama penyumbang inflasi selama triwulan I Inflasi Menurut Barang dan Jasa Inflasi Bulanan (mtm) Deflasi mendominasi selama triwulan I-215, meskipun di awal tahun (Januari) Kalimantan Tengah mengalami inflasi. Penurunan tingkat inflasi yang terjadi disebabkan deflasi pada kelompok bahan makanan pada Februari 215 (-2,27%-mtm) dan Maret 215 (- 1,49%-mtm), kelompok kesehatan pada Februari 215 (-,29%-mtm), kelompok pendidikan, rekreasi, & olahraga pada Januari 215 (-,3%-mtm), serta kelompok transpor, komunikasi, & jasa keuangan masing-masing pada Januari 215 (-4,1%- mtm) dan Februari 215 (-1,66%-mtm). Tabel 2.1 Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang dan Jasa NO. KELOMPOK %, mtm Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar 1 Bahan makanan,62 1,88 2,41 (,43) (,81),8,28 1,14 1,53 3,95 (2,27) (1,49) 2 Makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau 1,3,29,51,51,2,64,19,3,8 1,21,31 1,2 3 Perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar,7,69,38,19,34,88,8,54 1,4,7,21,8 4 Sandang,27,18,44,4,1 (,2) (,4),9,35,61,82,5 5 Kesehatan,9,65,13,38,15,16,26 1,23,56,95 (,29) 1,5 6 Pendidikan, rekreasi, & olahraga,2 (,4) (,2) 2,17,51 1,4,79,4,4 (,3),24,1 7 Transpor, komunikasi, & jasa keuangan (,5) (,5),74,62 (,89),36,8 3,19 5,36 (4,1) (1,66),13 Umum/Total,41,69,95,3 (,23),46,36 1,6 1,8,73 (,7) (,6) Sumber : BPS Kalimantan Tengah (diolah) Pada Januari 215, terjadi inflasi terutama pada kelompok bahan makanan. Pelaksanaan momen maulid nabi diperkirakan menjadi salah satu penyebab meningkatnya harga bahan makanan komoditas utama penyumbang inflasi Kalimantan Tengah, yaitu : daging ayam ras. Kebutuhan masyarakat tersebut belum mampu diimbangi dengan ketersedian pasokan yang mencukupi. Di samping itu, adanya perubahan perilaku masyarakat pesisir laut Kalimantan Tengah dari mengkonsumsi ikan laut ke daging ayam ras. Perubahan perilaku tersebut disinyalir merupakan dampak musibah jatuhnya salah

18 satu pesawat maskapai penerbangan Indonesia di Laut Jawa yang dekat dengan pesisir pantai Kalimantan Tengah (Pangkalan Bun) sehingga masyarakat pesisir pantai enggan untuk menkonsumsi ikan laut. Fenomena ini ikut mendorong tingginya permintaan daging ayam ras pada awal tahun 215. Sementara itu, penetapan pemerintah terhadap harga BBM pada tanggal 1 Januari 215, yakni penurunan harga BBM 11,4% untuk bensin premium, dan 3,4% untuk minyak solar turut memberikan andil deflasi pada kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan. Pergerakan harga pada Februari 215 menunjukkan deflasi. Kecukupan pasokan bahan makanan menjadi salah satu pemicu utama penurunan harga yang terjadi. Di sisi lain, dampak lanjutan turunnya harga BBM pada Januari 215 masih terjadi yang terlihat dari andil deflasi dari komoditas bensin pada dua kota inflasi, yaitu : Palangka Raya dan Sampit. Deflasi masih terjadi pada Maret 215 terutama terjadi pada kelompok bahan makanan. Namun demikian deflasi yang terjadi tidak sedalam angka deflasi pada Februari 215. Pemerintah kembali menetapkan kenaikan harga BBM pada tanggal 1 Maret 215 lebih kurang 3% atau menjadi Rp6.8, per liter dari sebelumnya Rp6.6, per liter. Di samping mendorong inflasi pada kelompok transpor, komunikasi & jasa keuangan, penetapan tersebut ditengarai mendorong inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau serta kelompok kesehatan Inflasi Triwulanan (qtq) Dari delapan periode triwulanan terakhir (dua tahun terakhir), deflasi terjadi untuk pertama kalinya. Komponen terbesar pendorong deflasi adalah kelompok transpor, komunikasi, & jasa keuangan (-5,48%-qtq). Di sisi lain, terdapat beberapa komponen yang masih menunjukkan inflasi cukup tinggi, antara lain kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau (2,57%-qtq), kelompok kesehatan (2,16%-qtq), dan kelompok sandang (1,48%qtq). Penurunan harga BBM di awal tahun memberikan dampak cukup signifikan bagi pergerakan harga di Kalimantan Tengah. 1

19 Tabel 2.2 Inflasi Triwulanan Menurut Kelompok Barang dan Jasa NO. KELOMPOK (%, qtq) I-13 II-13 III-13 IV-13 I-14 II-14 III-14 IV-14 I-15 1 Bahan makanan 5,35 (,98) 1,57 1,37,12 4,98 (1,15) 2,98,9 2 Makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau 1,99 1,41 2,79 1,42 3,69 1,83 1,18 1,29 2,57 3 Perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar 1,77 1,2,66 1,71,59 1,15 1,41 2,77,99 4 Sandang,67 (2,11) 1,42,28 1,9,9,39,4 1,48 5 Kesehatan,94 1,1,84,12,57 1,69,69 2,6 2,16 6 Pendidikan, rekreasi, & olah raga,12,74 2,2 1,77,73,14 3,75,87,22 7 Transpor, komunikasi, & jasa keuangan,7 3,37 6,59,29,33,64,7 13,32 (5,48) Umum/Total 2,61,55 2,32 1,16 1,6 2,7,53 3,25 (,5) Sumber : BPS Kalimantan Tengah (diolah) %, qtq Inflasi Tahunan (yoy) Pada triwulan I-215, laju inflasi Kalimantan Tengah sebesar 5,9% (yoy) lebih tinggi dari triwulan I-214 sebesar 5,18 (yoy). Walaupun inflasi tahunan triwulan I-215 tergolong rendah dari triwulan sebelumnya (triwulan IV- 214), namun secara angka masih lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada triwulan I-214. Lebih rendahnya tingkat inflasi pada triwulan I-214 dibandingkan triwulan I-215 disebabkan rendahnya inflasi pada kelompok bahan makanan pada triwulan I-214 sebesar 2,7%(yoy) jauh lebih rendah dibandingkan inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan I-215 yang sebesar 6,96% (yoy). Di samping itu, pada triwulan I-215 jika dilihat berdasarkan komponen pembentuk inflasinya, beberapa kelompok komponen inflasi triwulan I-215 cenderung lebih tinggi dibandingkan pada triwulan I-214, antara lain kelompok perumahan air listrik gas & bahan bakar, kelompok sandang, dan kelompok kesehatan. Sementara itu, penurunan level inflasi triwulan I-215 terhadap triwulan IV- 215 disebabkan penurunan harga BBM oelh pemerintah pada awal tahun 215. Tabel 2.3 Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang dan Jasa NO. KELOMPOK %, yoy I II III IV I II III IV I 1 Bahan makanan 9,28 8,79 9,42 7,4 2,7 8,22 5,32 7, 6,96 2 Makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau 7,47 6,94 7,94 7,82 9,61 1,7 8,35 8,21 7,4 3 Perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar 3,74 3,85 4,69 5,45 4,22 4,17 4,94 6,3 6,45 4 Sandang 4,36 1,75 1,1,22,64 3,74 2,68 2,81 3,2 5 Kesehatan 2,94 3,62 3,72 2,94 2,56 3,24 3,8 5,8 6,75 6 Pendidikan, rekreasi, & olah raga 5,43 5,54 3,67 4,9 5,54 4,91 6,51 5,57 5,4 7 Transpor, komunikasi, & jasa keuangan 2,3 5,43 11,69 11,26 1,85 7,93 1,34 9,96 3,58 Umum/Total 6,6 6,12 7,36 6,79 5,18 6,77 4,9 7,7 5,9 Sumber : BPS Kalimantan Tengah (diolah)

20 Inflasi tahunan triwulan I-215 Kalimantan Tengah berada di bawah inflasi nasional. Hal tersebut menunjukan konsistensi kinerja inflasi Kalimantan Tengah sangat baik. Sementara itu jika dibandingkan dengan pola pergerakan inflasi tahun kalender selama 4 tahun terakhir, laju inflasi triwulan I-215 tergolong paling rendah dan cukup stabil. Tekanan inflasi terlihat terjadi pada awal triwulan I-215, dimana kenaikan harga kelompok bahan makanan menjadi penyumbang inflasi terbesar. Grafik 2.1 Inflasi Kalimantan Tengah terhadap Inflasi Nasional (%,yoy) Nasional I II III IV I II III IV I 6,38 5, Sumber : BPS Kalimantan Tengah (diolah) Kalteng Grafik 2.2 Perbandingan Inflasi Tahun Kalender , 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, - (1,) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Sumber : BPS Kalimantan Tengah (diolah) 2.2 Inflasi Menurut Kota Kedua kota inflasi di Kalimantan Tengah pada triwulan I-215, yaitu Kota Palangka Raya dan Kota Sampit menunjukkan tekanan harga yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi yang rendah tersebut dipicu oleh turunnya harga bahan makanan, dan harga BBM. Tercatat deflasi bahan makanan terjadi di dua kota inflasi Kalimantan Tengah pada Februari 215 terutama komoditas daging ayam ras. Di samping itu penurunan harga BBM pada Januari 215 berimbas pada andil inflasi komoditas bensin di Palangka Raya dan Sampit. Adapun kenaikan harga BBM pada awal Maret 215 hanya berdampak pada inflasi Sampit. Inflasi tahunan yang terjadi di Palangka Raya dan Sampit masih sesuai dengan arah siklus inflasi pada tahun 214.

21 Tabel 2.4 Inflasi Tahunan Menurut Kota %, yoy Kota/Provinsi III-13 IV-13 I-14 II-14 III-14 IV-14 I-15 Palangka Raya 6,97 6,45 5,3 6,78 5,3 6,63 5,66 Sampit 7,87 7,25 5,15 6,15 4,43 7,9 6,34 Kalimantan Tengah 7,36 6,79 5,24 6,56 4,82 7,7 5,9 Sumber : BPS Kalimantan Tengah (diolah) Inflasi tahunan Palangka Raya dan Sampit pada triwulan I-215 masing-masing sebesar 5,66% (yoy) dan 6,34%(yoy) tergolong rendah namun demikian masih lebih tinggi dibandingkan pada periode yang sama tahun Grafik 2.3 Inflasi Tahunan Dua Kota di Kalimantan Tengah 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, - %, yoy Kalimantan Tengah Palangka Raya Sampit 5,3 5,15 6,34 5,24 5,9 I-13 II-13 III-13 IV-13 I-14 II-14 III-14 IV-14 I-15 Sumber : BPS Kalimantan Tengah (diolah) 5,66 Menurut kelompok komoditasnya dan apabila dibandingkan antar kota inflasi, secara tahunan Kota Palangka Raya mengalami penurunan harga terdalam di Provinsi Kalimantan Tengah untuk kelompok bahan makanan. Di samping itu, kenaikan harga tertinggi juga terjadi di Kota Palangka 214, yakni masing-masing sebesar 5,3% (yoy) dan 5,15% (yoy). Terjadi pergeseran tingkat inflasi pada triwulan I-215, yaitu dari sebelumnya tingkat inflasi tertinggi berada di Palangka Raya bergeser di Sampit. Grafik 2.4 Andil Inflasi Dua Kota di Kalimantan Tengah Menurut Kelompok Komoditas Tw1-215,3,2,1 - (,1) (,2) (,3) (,4) (,5) (%) (,46) (,2),2,17,5, -,1,5,8,,1 -,4 Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor Sumber : BPS Kalimantan Tengah (diolah ) Palangka Raya Raya yaitu pada kelompok makanan jadi. Kota Sampit memberikan andil inflasi tertinggi pada kelompok kesehatan. Sementara untuk komponen inflasi lainnya antara Kota Palangka Raya dan Kota Sampit menunjukkan arah yang berlawanan dalam pergerakan harga pada triwulan I-215.,3 Sampit,12 Inflasi Kota Kalimantan Beberapa kota inflasi di Kalimantan menunjukkan tekanan inflasi tahunan yang lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional pada triwulan I-215. Kota-kota tersebut antara lain : Tarakan (9,52%-yoy), Balikpapan (8,12%-yoy), Tanjung (6,72%-yoy),

22 Banjarmasin (7,2%-yoy), Singkawang (7,67%-yoy), dan Pontianak (9,21%-yoy). Terdapat empat kota inflasi di Kalimantan selain tingkat inflasinya di atas nasional juga berada di atas inflasi kalimantan secara keseluruhan, yakni : Tarakan, Balikpapan, Singkawang, dan Pontianak. Sementara itu, Grafik 2.5 Inflasi Kota-Kota di Kalimantan inflasi terendah berada di Kota Samarinda (5,65%-yoy). Kota Palangka Raya menjadi kota inflasi terendah kedua di Kalimantan. Inflasi yang rendah dan stabil menunjukkan ketersediaan pasokan komoditas di daerah tertentu mampu terjaga dengan baik. Grafik 2.6 Inflasi Provinsi di Kalimantan Tarakan Samarinda Balikpapan Tanjung Banjarmasin Singkawang Pontianak Nasional Kalimantan Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Sampit Palangka Raya %, yoy I-15 I-14 I-13 I-12 Sumber : BPS Kalimantan Tengah (diolah) Kalimantan Barat %, yoy, 2, 4, 6, 8, 1, 12, Sumber : BPS Kalimantan Tengah (diolah) 2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Faktor non fundamental memberikan pengaruh besar terhadap inflasi Kalimantan Tengah pada triwulan I-215. Kelompok administered prices memberikan dampak penurunan harga terbesar selama triwulan I Penurunan harga BBM di awal tahun 215 oleh pemerintah menjadi penyebab utama penurunan harga. Dengan harga BBM yang rendah ditengarai mendorong kelompok volatile foods dalam pergerakan harga yang stabil. Faktor yang bersifat fundamental masih relatif terkendali, yang tercermin pada perkembangan inflasi inti yang relatif terkendali. 1

23 Grafik 2.7 Disagregasi Inflasi Kalimantan Tengah Grafik 2.8 Kontribusi Inflasi Per Komponen %,yoy Inflasi IHK (yoy) Core Adm Price Volatile Foods 9,15 6,88 4,39 6,46 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I %,yoy Adm Price Volatile Foods Core 1,54 1,94 1,24 1,12,96 1,9 1,56 1,42 1,21 1,38 4,83 3,89 3,52 3,1 3,43 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Kalimantan Tengah (diolah) Sumber : BPS Kalimantan Tengah (diolah) Pada triwulan I-215, inflasi administered prices menurun menjadi 9,15% (yoy) dari sebelumnya sebesar 14,14% (yoy) pada triwulan IV-214. Pada periode yang sama, Non Fundamental Administered Prices Kebijakan pemerintah dalam penetapan harga BBM mendorong terjadinya deflasi pada kelompok administered prices di triwulan I-215. Penurunan harga BBM pada awal tahun tepatnya pada tanggal 1 Januari 215 oleh pemerintah pusat menurunkan tekanan inflasi sejak Januari hingga Maret 215. Ketetapan penurunan harga BBM tersebut yaitu jenis bensin premium dan minyak solar masing-masing sebesar 11,84% (Rp8.5, menjadi Rp7.6,), dan 3,33% (Rp7.5 menjadi Rp7.25). Sejak akhir tahun 214, pemerintah mengeluarkan kebijakan baru penetapan harga BBM bersubsidi. Pemerintah mengklasifikasikan BBM menjadi tiga kategori inflasi volatile foods dan inflasi core (inti) juga menurun masing-masing dari 6,89% (yoy) menjadi 6,88% (yoy) dan dari 4,65% (yoy) menjadi 4,39% (yoy). dengan variasi harga didalamnya, tiga kategori tersebut yaitu, BBM tertentu, BBM khusus penugasan, dan BBM umum. Kebijakan berlaku mulai tanggal 1 Januari 215. BBM tertentu yaitu BBM yang diberikan subsidi. Sementara BBM khusus penugasan adalah BBM bukan bersubsidi yang harus didistribusikan ke wilayah-wilayah sudah ditentukan yang terkadang jauh/sulit sehingga memerlukan effort dari pemerintah. BBM umum adalah BBM yang harganya akan mengikuti harga keekonomian pasar dan formula harga jualnya juga ditetapkan oleh pemerintah. Dengan berlakunya mekanisme baru dalam penetapan harga BBM, masyarakat terutama pelaku usaha harus segera menyesuaikan diri

24 agar roda usaha tetap berjalan dengan baik. Harga BBM yang berfluktuasi akan menyebabkan sulitnya para pelaku usaha untuk mengelola rencana bisnisnya dikarenakan adanya ketidakpastian. Namun demikian pemerintah pusat berjanji bahwa penetapan harga BBM tidak sepenuhnya dilepas pada mekanisme pasar, tetapi tetap berada dalam campur tangan penetapan harga oleh pemerintah. Volatile Foods Pasokan komoditas bahan makanan yang terjaga dengan baik serta didorong oleh penurunan harga BBM oleh pemerintah pusat menyebabkan andil deflasi yang cukup signifikan pada triwulan I-215. Beberapa komoditas utama penyumbang inflasi di Kalimantan Tengah, antara lain daging ayam ras, beras, cabai merah, dan ikan gabus menunjukan tekanan harga yang rendah dan cenderung stabil. Dari hasil Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia (Grafik 2.9) terlihat hanya komoditas daging sapi, cabai besar, dan telur ayam ras yang mengalami penurunan harga. Sementara komoditas beras, daging ayam ras, dan ikan gabus mengalami tekanan kenaikan harga. Fluktuasi harga komoditas pokok dan strategis masyarakat sangat dipengaruhi bagaimana rantai tata niaga dari komoditaskomoditas tersebut. Semakin panjang rantai tata niaga, semakin besar kemungkinan harga komoditas menjadi tinggi. Gambaran tata niaga komoditas pokok dan strategis dijelaskan pada BOKS 2. Grafik 2.9 Perkembangan Harga Komoditas Bahan Makanan Mingguan Rp/kg Harga Beras Medium Perubahan (wtw) Keseimbangan Beras Medium %, wtw 8, 6, 4, 2,, -2, -4, -6, Rp/kg Daging Ayam Ras Harga Daging Ayam Ras Perubahan (wtw) Keseimbangan %, wtw 2, 1,, -1, -2,

25 Rp/kg Daging Sapi Harga Daging Sapi Perubahan (wtw) Keseimbangan %, wtw 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2,, -2, -4, -6, -8, Rp/kg %, wtw Harga Cabai Besar Perubahan (mtm) Keseimbangan Cabai Besar , 6, 4, 2,, -2, -4, Rp/kg Harga Ikan Gabus Perubahan (wtw) Keseimbangan Ikan Gabus %, wtw 4, 3, 2, 1,, -1, -2, -3, Rp/kg Telur Ayam Ras %, wtw Harga Telur Ayam Ras Perubahan (wtw) Keseimbangan , 5,, -5, -1, -15, -2, -25, -3, Sumber : Bank Indonesia (diolah) Fundamental Inti/Core Tekanan terhadap inflasi inti cenderung rendah dan stabil pada triwulan I-215. Salah satunya didorong oleh kebijakan pemerintah awal tahun 215 untuk menurunkan harga semen Rp3/sak bagi produsen semen Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Upaya pemerintah dalam rangka mendorong akselerasi investasi infrastruktur tersebut berdampak menjaga laju inflasi inti. Interaksi Permintaan dan Penawaran Dari sisi permintaan, pergerakan harga dipengaruhi melimpahnya komoditas bahan makanan. Meskipun secara historis di Provinsi Kalimantan Tengah pada triwulan pertama mengalami lonjakan harga tinggi namun hal tersebut bertolakbelakang tingkat inflasi yang terjadi pada triwulan I

26 Dari sisi penawaran, komoditas bahan jangka pendek. Hal tersebut terkonfirmasi makanan yang merupakan kebutuhan dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha masyarakat memiliki ketersedian pasokan yang cukup baik sehingga menyebabkan tingkat inflasi yang rendah dan stabil. Inflasi yang rendah belum mampu mendorong peningkatan produktivitas perusahaan dalam (SKDU) Bank Indonesia, yaitu kapasitas produksi terpakai cenderung sedikit menurun pada triwulan I-215. Namun demikian, penurunan kapasitas produksi lebih dikarenakan faktor internal perusahaan. Grafik 2.1 Kapasitas Produksi Terpakai terhadap Inflasi Kapasitas Produksi 9,% 8,% 7,% 6,% 5,% 4,% 3,% 2,% 1,%,% Rata-rata sub sektor Makanan, minuman dan tembakau Inflasi (yoy) I II III IV I Inflasi (yoy) 8,% 7,% 6,% 5,% 4,% 3,% 2,% 1,%,% Sumber: Bank Indonesia (diolah) Ekspektasi Inflasi Pada triwulan I-215, masyarakat Kalimantan Tengah memiliki ekspektasi inflasi yang cenderung berfluktuasi. Perkiraan tersebut ditengarai menjelang Bulan Puasa dan Hari Raya Idul Fitri bagi umat muslim yang terjadi Apabila dilihat dari kelompok inflasinya, komponen makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau menunjukkan kecenderung ekspektasi inflasi yang meningkat untuk 3 bulan mendatang, pada akhir triwulan II-215 dan awal triwulan III

27 Grafik 2.11 Indeks Ekpektasi Harga (IEH) di Kalimantan Tengah Grafik 2.12 Indeks Ekspektasi Harga (IEH) Makanan Jadi 25, 2, 15, 1, IEH 3 bulan YAD IEH 6 bulan YAD 5,, Sumber : Bank Indonesia (diolah) 25, 2, 15, 1, 5,, IEH 3 bulan YAD Makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau Sumber : Bank Indonesia (diolah)

28 BOKS 2 PERKEMBANGAN TATA NIAGA KOMODITAS PANGAN 25, 2, 15, 1, 5, - Grafik 1. Siklus Inflasi VF Kalimantan Tengah I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I sumber : BPS (diolah) resiko komoditas inflasi (Grafik 2.) diperoleh informasi bahwa selama tahun 214, komoditas-komoditas yang memilik frekuensi dan bobot penyumbang inflasi di Kalimantan Tengah adalah daging ayam ras, beras, dan ikan patin. Grafik 2. Risk Map Komoditas Penyumbang Inflasi Kalimantan Tengah Tahun 214 Frekuensi 1 8 Inflasi pangan sebagai pendorong inflasi di Provinsi Kalimantan Tengah sangat penting untuk dikendalikan. Dengan kinerja pertumbuhan ekonomi yang sangat baik dalam dua tahun terakhir, inflasi yang rendah dan stabil adalah mutlak dibutuhkan untuk menjaga roda perekonomian daerah terutama dari sisi daya beli (konsumsi) masyarakatnya. Selama tujuh tahun terakhir, inflasi volatile foods Kalimantan Tengah cenderung mengalami pergeseran periode dan durasi waktu. Pada Grafik 1. tampak durasi waktu semakin kecil pada saat fase ekspansi inflasi. Dengan memperhitungkan andil inflasi setiap komoditas setiap bulannya, maka dari peta Cabai Rawit 6 Gabus Nila Udang Basah Baung 4 TelurAyam Ras Patin 3 Saluang.5 Cabe Merah Wortel Tongkol 2 Bawang merah Kentang layang Minyak Goreng Bawang putih Daging Sapi Daging Ayam Ras Beras Bobot Inflasi yang bersumber dari komoditas pangan baik di Provinsi Kalimanten Tengah maupun di daerah lain tidak terlepas dari permasalahan rantai tata niaga dari komoditas tersebut. Beberapa permasalahan yang dihadapi tersebut antara lain : (a) rantai perdagangan yang panjang, (b) terciptanya pasar oligopoli akibat penentuan harga oleh beberapa pihak saja, (c) disparitas harga antar pelaku usaha dan antar kota, (d) infrastruktur 5. Kuadran: A : prioritas tinggi B : prioritas sedang C : prioritas sedang D : prioritas rendah

29 yang belum memadai, (e) mismatch masih terbatasnya sistem pergudangan. preferensi dan produksi-kebutuhan, dan (f) Sebagai ilustrasi dari hasil riset pangan Bank Indonesia Tahun 212 (Gambar 2.), provinsiprovinsi produksi pangan lokal. Kondisi tata niaga komoditas pangan strategis di Kalimantan di Pulau Kalimantan masih mayoritas memiliki struktur pasar oligopoli mendatangkan pasokan pangan dari daerah lain di luar Pulau Kalimantan dan negara dengan rantai distribusi yang bervariasi. (Gambar 2.) tetangga untu memenuhi terbatasnya Gambar 1. Jalur Distribus Komoditas Pangan di Kalimantan Gambar 2. Kondisi Tata Niaga Komoditas Pangan Strategis di Kalimantan 1

30 BOKS 2 Pemerintah pusat melalui Peraturan Presiden No. 26 Tahun 212 tentang Cetak Biru produsen), dapat berfungsi sebagai kolektor (pusat konsolidasi) dan distributor, berada Pengembangan Sistem Logistik Nasional pada wilayah dekat Pelabuhan Utama, dan menyatakan akan dikembangkan Pusat berpotensi untuk dikembangkan menjadi Distribusi Regional (PDR) yang berfungsi pusat perdagangan antar pulau. Tahun 215, sebagai cadangan penyangga nasional dan Kementerian Dalam Negeri telah Pusat Distribusi Propinsi (PDP) pada setiap merencanakan pembangunan dua PDR di dua provinsi yang dapat digunakan sebagai provinsi, yaitu Sumatera Selatan, dan penyangga pada setiap provinsi. Selanjutnya, PDP akan menjadi penyangga bagi jaringan distribusi kabupaten/kota. Untuk efisiensi, PDR akan ditempatkan dan dikelola oleh PDP Kalimantan Selatan. Provinsi Kalimantan Tengah sebagai provinsi yang secara langsung berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Selatan perlu berbenah yang ditugaskan sebagai PDR. Adapun diri untuk pemanfaatan keberadaan PDR kriteria penempatan PDR adalah jumlah penduduk, aksesibilitas, daerah konsumen (bukan penghasil dan bukan daerah tersebut. Sehingga ketika pembangunan dan operasional PDR terealisasi, maka masyarakat Provinsi Kalimantan Tengah dapat langsung menggunakan fasilitas tersebut. Gambar 3. Konsep Pusat Distribusi Regional dan Pasar Penyeimbang 1

31 Jika dilihat berdasarkan fungsinya, keberadaan PDR hampir memiliki kesamaan dengan Pasar Penyeimbang (PP) yang dimiliki oleh Provinsi Kalimantan Tengah. Perbedaannya adalah pada fungsi jaringan penyangga ketersediaan stok komoditas pokok dan strategis yang hanya dimiliki oleh PDR. Sedangkan PP hanyalah tempat/media bertransaksi dengan tingkat harga normal sehingga mampu meredam disparitas harga dari produsen ke konsumen. Untuk memenuhi ketersedian stok, PP dilengkapi dengan kandang dan kolam penyangga, serta gudang penyimpangan komoditas pokok dan strategis lainnya. Beberapa alternatif yang dapat dilaksanakan terkait pembenahan tata niaga dengan pendekatan pemanfaatan pusat distribusi di Provinsi Kalimantan Tengah antara lain : (a) Dalam jangka panjang diperlukan dukungan untuk mendorong terbentuknya PDR dan PDP dalam rangka mengatasi hambatan tata niaga komoditas pokok dan strategis, (b) Dalam jangka pendek, perlunya mendorong percepatan pembentukan PP yang dilengkapi dengan komponen penyangga di setiap Kabupaten/Kota. Di sisi lain PP dengan komponen penyangga dapat dilihat sebagai miniatur PDR/PDP di tingkat Kabupaten/Kota. 1

32 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kinerja perbankan di Provinsi Kalimantan Tengah pada triwulan I-215 menunjukkan peningkatan fungsi intermediasi perbankan terutama ditopang tumbuhnya tingkat kredit/pembiayaan secara signifikan. Namun Penetrasi Perbankan Kalimantan Tengah cukup tinggi pada awal tahun 215 yang ditopang dengan kelancaran sistem pembayaran yang terjaga. demikian indikator perbankan lainnya mengalami sedikit perlambatan. Sementara tingkat aktivitas sistem pembayaran meningkat seiring pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah yang cukup baik. 3.1 Kondisi Umum Perbankan Seiring dengan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang bertujuan untuk menjaga stabilitas, makro ekonomi nasional, kinerja sektor perbankan di Provinsi Kalimantan Tengah pada triwulan I-215 terpantau tumbuh dan cukup kondusif. Hal tersebut tercermin dari aset total perbankan, DPK, dan kredit yang tumbuh masing-masing sebesar 7,74% (yoy), 7,9% (yoy), dan 11,82% (yoy). Sementara itu, rasio LDR mencapai 189,2%, yang menunjukkan tingginya penetrasi kredit perbankan di Provinsi Kalimantan tengah. Namun demikian seiring dengan porsi penyaluran kredit yang cukup tingggi, kualitas kredit mengalami penurunan dari,87% menjadi 1,1%. Di sisi UMKM, pangsa penyaluran kredit jenis ini terhadap total kredit keseluruhan relatif stabil yaitu berada pada level 17,49% Kelembagaan Provinsi Kalimantan Tengah memiliki 22 (dua puluh dua) bank yang terdiri dari 13 (tiga belas) bank umum konvensional, 4 (empat) bank umum syariah dan 5 (lima) Bank Perkreditan Rakyat. 1

33 Tabel 3.1 Perkembangan Kelembagaan Perbankan di Provinsi Kalimantan Tengah Bank TW I 1. Bank Pemerintah - Jumlah Bank Jumlah Kantor*) Bank Pemerintah Daerah - Jumlah Bank Jumlah Kantor Bank Swasta Nasional - Jumlah Bank Jumlah Kantor Bank Perkreditan Rakyat - Jumlah Bank Jumlah Kantor Bank Syariah - Jumlah Bank Jumlah Kantor Sumber : Bank Indonesia Aset Perbankan Perkembangan aset perbankan di Kalimantan Tengah pada triwulan I-215 menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan triwulan I-214 yang mencapai 11,55% (yoy). Saat ini jumlah aset perbankan baik bank konvensional, bank syariah dan BPR mencapai Rp25,86 triliun atau tumbuh 7,74% (yoy). Di sisi aset perbankan konvensional, tercatat sebesar Rp 24,75 triliun atau tumbuh melambat menjadi 7,63% (yoy) jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 1,63% (yoy). Sementara itu, aset perbankan syariah mengalami penurunan dari 23,82% (yoy) pada triwulan I-214 menjadi 18,16% (yoy) pada periode laporan dengan jumlah aset mencapai Rp848,98miliar. Selanjutnya, aset milik BPR konvensional dan syariah tercatat mengalami kontraksi mencapai 27,3% yoy atau sebesar Rp257,24 miliar jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 136,63%. 2

34 Grafik 3.1 Aset Perbankan Konvensional Total Aset (K) % g.konven (yoy) 3 Rp Triliun % yoy , 3 24, ,63 7, I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: Bank Indonesia (diolah) Berdasarkan lokasi proyek, komposisi aset total perbankan tertinggi di provinsi Kalimantan Tengah secara berurutan terdapat pada Kota Palangka Raya dengan aset sebesar Rp9,4 triliun dengan porsi 36,71% dari total aset perbankan di Provinsi Kalimantan Tengah. Grafik 3.2 Aset Perbankan Syariah Total Aset (S) % g.syariah (yoy) 9 % yoy 1 8 Rp Miliar , , ,82 18, I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: Bank Indonesia (diolah) Selanjutnya Kabupaten Kapuas dengan aset sebesar Rp7,4 triliun atau 28,92%, diikuti Kabupaten Kotawaringin Timur yang aset perbankannya berjumlah Rp2,29 triliun atau 9,13%. Sedangkan sisanya sebesar Rp6,46 triliun atau 25,24% berada di kabupaten/kota lainnya di Provinsi Kalimantan Tengah Penghimpunan Dana Perlambatan yang terjadi pada aset perbankan didorong oleh penurunan kinerja penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan konvensional yang memiliki share 95,52% terhadap total DPK perbankan di Provinsi Kalimantan Tengah. Total DPK perbankan pada triwulan I-215 tercatat sebesar Rp17,94 triliun atau tumbuh 7,9% (yoy), lebih rendah pada periode yang sama tahun 214 yaitu sebesar 7,43% (yoy). Di sisi perbankan konvensional, DPK pada periode laporan tercatat sebesar Rp17,13 triliun atau tumbuh 6,59% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan I-214 yang tumbuh 6,89% (yoy). Sementara itu, jumlah DPK yang berhasil dihimpun oleh perbankan syariah pada periode laporan sebesar Rp61,9 miliar atau tumbuh 16,53% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I-214 yaitu sebesar 12,32% (yoy). Di sisi BPR, penghimpunan DPK pada triwulan I-215 tumbuh melambat, yaitu sebesar 26,15% (yoy) atau senilai Rp 191,28 miliar lebih rendah dari triwulan I-214 yang tumbuh sebesar 75,94% yoy atau Rp 151,63 miliar. Dilihat dari jenis simpanannya, mayoritas komponen DPK perbankan konvensional mengalami tren melambat pada triwulan I-215. Masing-masing komponen DPK yang melambat yaitu giro dan tabungan tercatat 3

35 tumbuh sebesar,26% (yoy), dan 4,34% (yoy), melambat dari triwulan I-214 dimana masing-masing tumbuh sebesar 8,9% (yoy), dan 11,4% (yoy). Di sisi lain, deposito merupakan satu-satunya komponen DPK yang meningkat pada triwulan I-215, yaitu sebesar 22,56% (yoy). Sementara itu, komponen DPK perbankan syariah di periode laporan tumbuh dimana tabungan dan deposito meningkat sebesar 12,27% (yoy) dan 29,6% (yoy), sebaliknya giro mengalami Grafik 3.3 Pangsa DPK Perbankan di Kalimantan Tengah kontraksi sebesar 1,24% (yoy). Di sisi perbankan syariah, tabungan tercatat sebesar 12,27% (yoy) pada triwulan I-215, yang melambat dari tahun 214 yaitu sebesar 3,29% (yoy). Berdasarkan komposisi DPK di Provinsi Kalimantan Tengah, deposito perbankan konvensional dan perbankan syariah memiliki komposisi terbesar mengingat produk tabungan adalah jenis DPK yang paling mudah dalam persyaratan dan cara pengambilannya. 22,71 29,29 48, Sumber: Bank Indonesia (diolah) Giro Tabungan Deposito Grafik 3.4 DPK Perbankan Konvensional Total DPK (K) % g.konven (yoy) Rp Triliun 16,7 % yoy , ,35 4 6, I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: Bank Indonesia (diolah) 4

36 Grafik 3.5 DPK Perbankan Syariah Rp Miliar Total DPK (S) % g.syariah (yoy) 524,24 % yoy 61, , , Penyaluran Kredit dan Pembiayaan Berdasarkan Laporan Bank Umum (LBU) Bank Indonesia, kredit perbankan di Kalimantan Tengah pada periode laporan adalah Rp33,9 triliun atau tumbuh sebesar 11,82% (yoy), lebih tinggi dari periode yang sama pada tahun sebelumnya yakni sebesar 4,33% (yoy). Di sisi perbankan konvensional, terlihat Sejalan dengan hal itu, jumlah pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah juga mengalami peningkatan pada periode laporan yaitu tumbuh 32,58% (yoy) atau sebesar Rp194,9 miliar, lebih tinggi dari triwulan I-214 yaitu sebesar 28,41% (yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: Bank Indonesia (diolah) adanya peningkatan kredit dari 3,56% (yoy) pada triwulan I-214 menjadi 11,15% (yoy) atau sebesar Rp32,61 triliun pada periode laporan. Di sisi BPR, penyaluran kredit dan pembiayaan tercatat sebesar Rp191,28 miliar atau tumbuh 26,15% (yoy) pada triwulan I Grafik 3.6 Kredit Perbankan Konvensional Total Kredit (K) % g.konven (yoy) % yoy 2 Rp Triliun 29,34 32, ,15 1 3, I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: Bank Indonesia (diolah) Grafik 3.7 Pembiayaan Perbankan Syariah Total Pembiayaan (S) % g.syariah (yoy) 1.2 % yoy 14 Rp Miliar , , ,41 32, I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: Bank Indonesia (diolah) Pada kredit bank konvensional, komposisi penyaluran kredit berdasarkan penggunaan pada triwulan I-215 masih didominasi oleh kredit investasi. Kredit tersebut merupakan jenis kredit yang paling mendominasi di Kalimantan Tengah sejak tahun 212 hingga triwulan I-215. Pada periode laporan, pangsa kredit investasi mencapai 47,59% 5

37 atau Rp15,52 triliun, kemudian diikuti kredit modal kerja 26,93% atau Rp8,78 triliun, dan kredit konsumsi sebesar 25,49% atau Rp8,31 triliun. Besarnya pangsa kredit tersebut menunjukkan perlambatan pada triwulan I-215 dibandingkan periode sebelumnya pada seluruh jenis kredit yaitu kredit modal kerja -,3% (yoy), kredit investasi -5,86% (yoy) dan kredit konsumsi 18,19% yoy. Pada triwulan I-214, kredit modal kerja tumbuh Grafik 3.8 Pangsa Kredit Perbankan Konvensional 23,25% (yoy), kredit investasi tumbuh 11,57% (yoy), dan kredit konsumsi tumbuh 18,65% (yoy). Berdasarkan penyebaran kredit ke kabupaten/kota, Kabupaten Kotawaringin Timur masih menjadi kabupaten dengan penyerapan kredit terbesar di Provinsi Kalimantan Tengah yakni sebesar 37,49%. Diikuti Kota Palangka Raya yang menyerap 32,15%, dan Kabupaten Kotawaringin Barat sebesar 9,12%. Grafik 3.9 Pembiayaan Perbankan Syariah Modal Kerja Investasi Konsumsi K. Modal Kerja K. Investasi K. Konsumsi 35 Rp Triliun 3 8,31 25,49 26, , ,89 15, ,59 5 7,15 8,78 I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: Bank Indonesia (diolah) 3.2 Intermediasi dan Risiko Perbankan Fungsi intermediasi perbankan Kalimantan Tengah tergolong baik, hal ini tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan konvensional pada triwulan I yang mencapai 189,3%. LDR yang masih terjaga pada level ini didorong oleh akselerasi pertumbuhan kredit yang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan DPK. Sementara itu, Non Performing Loan (NPL) kredit yang disalurkan Perbankan Kalimantan Tengah dapat dipertahankan pada level yang Sumber: Bank Indonesia (diolah) rendah, hal ini mengindikasikan bahwa kualitas kredit dapat dijaga dengan baik. Tingkat NPL gross perbankan Kalimantan Tengah pada periode laporan sebesar 1,1%. Hal ini mencerminkan usaha perbankan dalam menyeleksi calon debitur sudah dianggap cukup optimal sehingga repayment capacity atau pengembalian kewajiban dapat dijaga dengan baik. Fungsi intermediasi perbankan syariah juga menunjukan kondisi yang cukup baik yang terlihat dari Financing to Deposito Ratio (FDR) sebesar 179,23% dan didukung dengan Non Performing Financing 6

38 % % (NPF) yang berada pada level 3,52%.Secara umum, kondisi risiko kredit perbankan di Kalimantan Tengah baik konvensional maupun syariah masih cukup terkendali yang tercermin dari NPL dan NPF yang masih di Grafik 3.1 Pangsa Kredit Perbankan Konvensional bawah 5% dan kondisi DPK yang masih cukup tersedia untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek, khususnya perbankan konvensional. Grafik 3.91 Pembiayaan Perbankan Syariah LDR NPL FDR NPF ,2 181,2 1,1,82 I II III IV I II III IV I II III IV I 2, 1,5 1,,5, % % 157,53 2,27 179,23 I II III IV I II III IV I II III IV I 3,52 5, 4,5 4, 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1,,5, Sumber: Bank Indonesia (diolah) Sumber: Bank Indonesia (diolah) 3.3 Perkembangan Suku Bunga Perbankan Konvensional Suku bunga kredit bank umum konvensional terutama kredit investasi dan kredit modal kerja di wilayah Kalimantan Tengah pada periode laporan menunjukkan tren menurun (Grafik 3.12) yaitu masing-masing sebesar 9,34% dan 12,26%, lebih rendah dari Grafik 3.12 Suku Bunga Kredit Perbankan Konvensional K. Modal Kerja K. Investasi K. Konsumsi 13,67 13,86 13,14 9,85 12,26 I II III IV I II III IV I II III IV I 9, Sumber: Bank Indonesia (diolah) triwulan IV-214 yang mencapai 1,24% dan 14,2%. Hal ini sejalan dengan stance kebijakan moneter Bank Indonesia yang cenderung ketat. Meskipun demikian, suku bunga kredit konsumsi mengalami peningkatan pada triwulan I-215 yaitu 13,86% dari 13,46% pada triwulan IV-215. Grafik 3.13 Suku Bunga DPK Perbankan Konvensional Suku Bunga (%) 6,5 2,23 2,3 I II III IV I II III IV I II III IV I 7,94 2, Sumber: Bank Indonesia (diolah) Giro Tabungan Deposito 2,3 7

39 3.4 Stabilitas Sistem Keuangan Ketahanan Sektor UMKM Penyaluran kredit Perbankan Kalimantan Tengah kepada UMKM pada triwulan I-215 mengalami peningkatan menjadi Rp5,93 triliun dari sebelumnya sebesar Rp4,99 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, pertumbuhan kredit tersebut mengalami perlambatan dari 23,73% (yoy) pada triwulan I-214 menjadi 18,86% (yoy) di triwulan I-215. Sementara itu, pangsa kredit UMKM terhadap total kredit mengalami peningkatan pada triwulan I-215 yaitu 17,49% (yoy) dari sebelumnya sebesar 16,46% (yoy) pada triwulan I-214. Grafik Pangsa dan Pertumbuhan Kredit UMKM Grafik NPL Kredit UMKM Rp Triliun Kredit UMKM Share thd Total Growth 4,99 23,73 5,93 18,86 16,46 17,49 I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: Bank Indonesia (diolah) % ,5 3, 2,5 2, 1,5 1,,5 - NPL UMKM NPL Kredit % 3,1 2,71,82 1,1 I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: Bank Indonesia (diolah) Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR) Apabila dilihat berdasarkan jenis penggunaannya, kredit UMKM di Provinsi Kalimantan Tengah masih didominasi kredit modal kerja yang komposisinya mencapai 66,2%. Sisanya sebesar 33,98% digunakan untuk kredit investasi. Kondisi ini memang sesuai dengan sifat UMKM yang lebih membutuhkan pembiayaan operasional dalam menjalankan aktivitas rutin usahanya. menjadi pangsa terbesar dari penyaluran kredit UMKM perbankan. Secara keseluruhan, risiko kredit UMKM Kalimantan Tengah yang tercermin dari NPL cenderung meningkat pada triwulan I-215 yaitu 3,1% (yoy) dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,71% (yoy), namun peningkatan tersebut masih dibawah level indikatif 5%. Hal ini menggambarkan bahwa 8

40 RP Triliun ketahanan sektor UMKM dari sisi keuangan masih terjaga dengan baik pada periode ini Ketahanan Sektor Rumah Tangga Pada triwulan I-215, kredit konsumsi di Provinsi Kalimantan Tengah meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu dari Rp7,68 triliun menjadi Rp8,92 triliun. Kualitas kredit konsumsi juga masih terjaga pada di level yang kondusif tercermin dari rasio NPL yang mencapai 1,1%. Dari sisi penggunaannya, tercatat kredit kepemilikan rumah (KPR) dan kredit multiguna mengalami peningkatan Grafik NPL Kredit Konsumsi pada triwulan I-215 dari periode yang sama tahun sebelumnya yaitu dari Rp1,38 triliun dan Rp68,89 milyar, meningkat menjadi Rp1,81 triliun dan Rp81,66 milyar. Kualitas KPR dan kredit multiguna pada periode laporan tercatat sebesar 1,92% dan,46%. Peningkatan juga terjadi pada kredit kepemilikan kendaraan bermotor dan rumah toko dengan tingkat NPL yang masih rendah, hanya kredit multiguna yang mengalami penurunan NPL (peningkatan kualitas kredit) dari,49% pada triwulan I-214 menjadi,46% pada triwulan I-215. Grafik Penggunaan Kredit Konsumsi Kredit Konsumsi % NPL Konsumsi Rumah Tinggal Apartemen Rumah Toko Rp Triliun 7,68 8,91 1,7 1, I II III IV I II III IV I II III IV 1,8 1,6 1,4 1,2 1,,8,6,4, Kendaraan Multiguna Lainnya I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: Bank Indonesia (diolah) Sumber: Bank Indonesia (diolah) Grafik NPL Penggunaan Kredit Konsumsi NPL Rumah Tinggal NPL Apartemen NPL Rumah Toko NPL Kendaraan NPL Multiguna NPL Lainnya 6% 5% 5,16% 4% 3,55% 3% 1,95% 2% 1,65% 1% Kajian Ekonomi dan Keuangan Provinsi Kalimantan,4% Tengah % 1,92% 1,56% 1,65%,98%,61%,49%,46% I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: Bank Indonesia (diolah) 9

41 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia, diperoleh infomasi bahwa pada triwulan I-215 perkiraan posisi pinjaman untuk durasi 6 bulan mendatang diperkirakan masih membaik sebagaimana tercermin oleh indeks yang masih berada pada kisaran di atas 1 (Grafik 3.2). Hal ini sejalan dengan perbaikan kualitas kredit konsumsi rumah tangga, khususnya KPR dan kredit multiguna. Sementara itu, pendapatan rumah tangga per bulan yang digunakan untuk membayar cicilan terindikasi dengan arah yang menurun. Hal ini sesuai dengan jenis penggunaan penghasilan rumah tangga yang mengalami penurunan untuk penggunaan cicilan (Grafik 3.19). Grafik Penggunaan Penghasilan Rumah Tangga Grafik 3.2 Ketahanan Keuangan Rumah Tangga Konsumsi Cicilan Pinjaman Tabungan Perkiraan posisi pinjaman 6 bln mendatang dibandingkan saat ini (indeks) 11 9 % 32,8 29,2 38, Rata-rata penda[patan / bln untuk kebutuhan R. Tangga dan cicilan (indeks) Indeks % 161, ,1 22,3 5, ,7 138, ,1 48,5 56, ,2 132,7 128,1-1 8 Sumber: Bank Indonesia (diolah) Sumber: Bank Indonesia (diolah) 3.5 Perkembangan Sistem Pembayaran Jumlah likuiditas di Kalimantan Tengah terpantau mencukupi dalam mendukung transaksi perekonomian sebagaimana tercermin pada uang kartal yang memadai serta jumlah transaksi non tunai yang mengalami pertumbuhan. Kinerja sistem pembayaran non tunai Kalimantan Tengah sampai dengan triwulan I-215 cukup kondusif yang terlihat dari perkembangan Real Time Gross Settlement (RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) yang walaupun melambat namun tetap meningkat dalam nilainya. Sebagaimana pola historisnya, perkembangan peredaran uang pada tahun 214 masih didominasi oleh aliran uang keluar uang kartal dari Bank Indonesia (outflow). Pada triwulan I-215, total transaksi tunai dan non 1

42 tunai di Provinsi Kalimantan Tengah tumbuh lebih tinggi 13,23% (yoy) dibandingkan dengan triwulan I yaitu 4,7%. Aliran uang kartal masuk (inflow) dan aliran uang kartal keluar (outflow) dari Kantor Perwakilan (KPw) BI Provinsi Kalimantan Tengah serta sistem pembayaran non tunai baik melalui kliring dan RTGS cukup mampu dalam menunjang aktivitas perekonomian Kalimantan Tengah. Grafik 3.21 Perkembangan Transaksi Pembayaran Kalimantan Tengah (Tunai - Non Tunai) Rp Miliar Total Transaksi I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Bank Indonesia (diolah) g-transaksi (yoy) % Pertumbuhan Transaksi Tunai Total perputaran aliran uang kartal melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah di triwulan I-215 secara kumulatif adalah Rp1.942,12 miliar atau tumbuh 3,46% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya yang mengalami kontraksi -3,51% (yoy). Masih melanjutkan tren di tahun - tahun sebelumnya, aliran uang di Kalimantan Tengah didominasi oleh aliran outflow (net outflow) yaitu jumlah uang yang keluar dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah lebih banyak dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk. Total aliran uang masuk (inflow) selama periode triwulan I-215 tercatat sebesar Rp916,65 miliar atau tumbuh sebesar 11

43 73,23% (yoy), tumbuh lebih tinggi dibandingkan total inflow pada periode yang sama ditahun sebelumnya yang mengalami kontraksi -7,14% (yoy). Sementara itu, Total aliran uang keuar (outflow) pada triwulan I-215 tercatat sebesar Rp1.25,47 miliar atau tumbuh sebesar 6,88% (yoy), tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya yang mengalami kontraksi -1,38% (yoy). Grafik 3.22 Perkembangan Transaksi Tunai Kalimantan Tengah Rp Miliar Total g-total Transaksi Tunai % yoy I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Bank Indonesia (diolah) Grafik 3.23 Perkembangan Transaksi Inflow dan Outflow I % yoy g-inflow II III IV I 213 Sumber : Bank Indonesia (diolah) g-outflow II III IV I 214 II III IV I Transaksi Non-Tunai sebelumnya yaitu 2,1% (yoy). Adapun total nilai transaksi non tunai yang terdiri dari Terkait dengan tugas BI mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, BI memfasilitasi terselenggaranya transaksi non transaksi kliring dan RTGS selama triwulan I tercatat sebesar Rp4.98,9 miliar atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya tunai (non-cash transaction). Transaksi yang mencapai Rp6.725,64 miliar. keuangan secara non tunai pada triwulan Perkembangan transaksi pada SKNBI laporan tercatat tumbuh sebesar 7,68% (yoy) menunjukan adanya peningkatan,namun di atau meningkat dibandingkan triwulan sisi RTGS mengalami pelambatan. Grafik 3.24 Perkembangan Transaksi Non Tunai Kalimantan Tengah 35 g-non Tunai (yoy) g-non Tunai (qtq) Rp Miliar Triwulan I % Pertumbuhan

44 3.5.3 Transaksi Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Transaksi kliring pada triwulan I tercatat sebanyak lembar warkat atau tumbuh sebesar 11,% (yoy) dari periode triwulan sebelumnya. Sementara nilai transaksi kliring sebesar Rp731,49 miliar atau tumbuh sebesar 46,9% (yoy) Grafik 3.25 Perkembangan Nilai Kliring % yoy I 212 g-kliring Warkat II III IV I 213 Sumber : Bank Indonesia (diolah) g-kliring Nilai II III IV I 214 % yoy II III IV* I Grafik 3.26 Perkembangan Warkat Kliring amount of sheet Warkat Kliring Nilai I 212 II III IV I 213 II III IV I 214 Sumber : Bank Indonesia (diolah) Value (Rp Miliar) II III IV* I Grafik 3.27 Perkembangan Total RTGS Kalimantan Tengah Grafik 3.28 Pertumbuhan Nilai RTGS Kalimantan Tengah 13

45 Rp Miliar Net In From/Keluar To/Masuk Miliar Rp Total RTGS g-value % Pertumbuhan I II III IV I Sumber : Bank Indonesia (diolah) II III IV I 214 II III IV I 215 I 212 II III IV I 213 Sumber : Bank Indonesia (diolah) II III IV I 214 II III IV I Nilai transaksi total RTGS pada triwulan I-215 tumbuh sebesar 3,2% (yoy) atau sebesar Rp4,24 triliun, namun dibandingkan dengan triwulan IV nilai transaksi total RTGS pada triwulan I-215 mengalami penurunan 43,54% (qtq). Transaksi RTGS keluar Kalimantan Tengah pada triwulan I-215 tercatat sebesar Rp1,3 triliun mengalami penurunan 7,19% (yoy), atau turun 43,54% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Selanjutnya, nilai RTGS masuk pada triwulan I-215 adalah sebesar Rp2,83 triliun meningkat secara tahunan sebesar 1,3% (yoy) dari periode yang sama sebelumnya, namun mengalami penurunan secara triwulanan 31,72% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Dengan demikian, hingga triwulan I-215 terdapat aliran dana non tunai masuk ke Kalimantan Tengah secara netto sebesar Rp1,79 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 6,43% (yoy) namun mengalami penurunan 22,39% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. 14

46 BOKS 3 INKLUSIVITAS KEUANGAN DI KALIMANTAN TENGAH Berdasarkan data World Bank (212), Indonesia, Bangladesh, dan Vietnam adalah negara-negara yang memiliki kemajuan paling pesat dalam hal keuangan inklusif. Namun demikian, kondisi saat ini menunjukkan bahwa Indonesia masih tertinggal jauh dibanding negara-negara maju di kawasan Asia Tenggara. Berdasarkan hasil Survei Neraca Rumah Tangga Bank Indonesia (212), hanya 48% rumah tangga Indonesia yang memiliki rekening tabungan di bank, Lembaga Keuangan Non Bank, dan Non Lembaga Keuangan. Sedangkan secara perorangan, hanya 36,6% penduduk Indonesia yang memiliki tabungan yang difasilitasi oleh sektor formal (Bank, Lembaga Keuangan Non Bank) maupun sektor informal. Kondisi ini sangat jauh tertinggal dibandingkan dengan Malaysia yang memiliki 1

47 rasio kepemilikan rekening tabungan oleh penduduk dewasanya sebesar 8,67%. Kalimantan Tengah sebagai salah satu Provinsi di Indonesia memiliki kondisi yang tidak berbeda dengan kondisi rata-rata nasional. Salah satu parameter atau dimensi pengukuran indeks keuangan inklusif, menunjukkan ketersediaan infrastruktur perbankan yang tersedia di Kalimantan Tengah masih sangat rendah. Rasio ketersediaan infrastruktur layanan perbankan dalam bentuk kantor cabang bank dan anjungan tunai mandiri dibandingkan dengan jumlah penduduk orang dewasa masih sangat rendah. Kondisi infrastruktur perbankan yang sangat minim dialami oleh Kabupaten Seruyan, Kabupaten Pulang Pisau, dan Kabupaten Gunung Mas. Secara ratarata, nilai rasio ketersediaan infrastruktur perbankan Kalimantan Tengah masih lebih rendah dibandingkan dengan batas terendah rata-rata kelompok negara G2 (G2 Comparison - Inner Fence Outlier). Bahkan Kota Palangka Raya dengan kondisi terbaik dibandingkan 13 Kabupaten lainnya belum memenuhi standar infrastruktur perbankan yang ditetapkan oleh IMF (Financial Access Survey IMF) dan batas terendah kelompok negara G2. Dimension 2 : Availability of Banking Services(x) No Location Bank Branches(BB) ATM Machines (AM) Adult Population (AP) BB/AP (in 1,) AM/AP (in 1,) 1 Kabupaten Barito Selatan ,48 13,27 2 Kabupaten Barito Timur ,45 7,83 3 Kabupaten Barito Utara ,84 15,99 4 Kabupaten Gunung Mas ,53 4,24 5 Kabupaten Kapuas ,72 9,96 6 Kabupaten Katingan ,19 6,53 7 Kabupaten Kotawaringin Barat ,36 25,63 8 Kabupaten Kotawaringin Timur ,14 25,6 9 Kabupaten Lamandau , 4, 1 Kabupaten Murung Raya ,63 5,75 11 Kabupaten Pulang Pisau ,97 3,42 12 Kabupaten Sukamara ,47 11,13 13 Kabupaten Seruyan ,39 2,63 14 Kota Palangka Raya ,86 67,71 Provinsi Kalimantan Tengah ,18 19,22 G2 Comparison - Inner Fence Outlier 35, 25, 1

48 Parameter atau dimensi pengukuran indeks keuangan inklusif yaitu akses atau kepemilikan rekening perbankan oleh masyarakat dewasa di Kalimantan Tengah juga menunjukkan nilai yang masih rendah. Berdasarkan data LBU Bank Indonesia, rasio kepemilikan rekening tabungan perbankan di Kalimantan Tengah adalah,73 rekening untuk setiap penduduk dewasa. Namun ketimpangan sangat besar terjadi dengan rasio kepemilikan rekening tabungan oleh penduduk dewasa sangat rendah di Kabupaten Seruyan, Kabupaten Lamandau, dan Kabupaten Gunung Mas. Sedangkan untuk Kota Palangka Raya, rasio kepemilikan rekening tabungan adalah sebesar 255,52 untuk setiap 1 penduduk dewasa atau lebih baik dibandingkan dengan rata-rata survei FAS-IMF dan batas terendah kelompok negara G2. Dimensi 1 : Akses / Penetrasi No Location Deposit Account (DA) Adult Population (AP) DA/PA 1 Kabupaten Barito Selatan ,3 2 Kabupaten Barito Timur ,85 3 Kabupaten Barito Utara ,3 4 Kabupaten Gunung Mas ,6 5 Kabupaten Kapuas ,81 6 Kabupaten Katingan ,8 7 Kabupaten Kotawaringin Barat ,77 8 Kabupaten Kotawaringin Timur ,36 9 Kabupaten Lamandau ,2 1 Kabupaten Murung Raya ,2 11 Kabupaten Pulang Pisau ,45 12 Kabupaten Sukamara ,74 13 Kabupaten Seruyan ,62 14 Kota Palangka Raya ,52 Provinsi Kalimantan Tengah ,56 G2 Comparison - Inner Fence Outlier 2.2, Parameter atau dimensi berikutnya dalam pengukuran indeks keuangan inklusif adalah rasio atau tingkat penggunaan layanan keuangan dalam aktivitas ekonomi masyarakat. Salah satu aspek yang digunakan dalam pengukuran tersebut adalah nilai/nominal uang dalam bentuk simpanan dan kredit yang kemudian dibandingkan dengan kekuatan ekonomi masyarakat yang tercermin dalam nilai Produk Domestik

49 Regional Bruto (PDRB). Kontribusi sektor keuangan formal di Indonesia terhadap kegiatan perekonomian nasional Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negaranegara di kawasan Asia. Berdasarkan data World Bank tahun 213, rasio kredit perbankan terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia adalah 37,9% atau masih lebih rendah dibandingkan dengan Malaysia (124%), Singapura (128,2%) dan China (14%). Kondisi Kalimantan Tengah tidak jauh berbeda dengan rata-rata secara nasional dengan kontribusi kredit perbankan sebesar 23,1% dari total PDRB Kalimantan Tengah. Bahkan beberapa wilayah kabupaten di Kalimantan Tengah menunjukkan rasio kredit perbankan sangat minim dibandingkan dengan aktivitas ekonomi masyarakat di wilayah tersebut, diantaranya Kabupaten Katingan (1,82%), Kabupaten Sukamara (2,55%), dan Kabupaten Pulang Pisau (2,63%). Kondisi terbaik terjadi di wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur dengan rasio kredit perbankan terhadap PDRB mencapai 47,31%. Kondisi yang sama juga terjadi pada aspek rasio nilai simpanan dibanding dengan PDRB. Secara keseluruhan, rasio total nilai simpanan dan kredit dibandingkan dengan PDRB Kalimantan Tengah masih sangat rendah (56%). Nilai rasio ini masih jauh lebih rendah dibanding dengan pencapaian rasio total simpanan dan kredit perbankan terhadap PDRB di negara-negara kawasan Asia, survei FAS-IMF (175%) dan batas terendah kelompok negara G2 (19%). 1

50 Dimension 3 : Usage (y) No Location Total Credit (TC) (Mio Rp) Total Deposit (TD)(Mio Rp) PDRB (Mio Rp) (TC+TD)/ PDRB 1 Kabupaten Barito Selatan ,47 2 Kabupaten Barito Timur ,37 3 Kabupaten Barito Utara ,38 4 Kabupaten Gunung Mas ,31 5 Kabupaten Kapuas ,44 6 Kabupaten Katingan ,16 7 Kabupaten Kotawaringin Barat ,68 8 Kabupaten Kotawaringin Timur ,73 9 Kabupaten Lamandau ,35 1 Kabupaten Murung Raya ,68 11 Kabupaten Pulang Pisau ,2 12 Kabupaten Sukamara ,21 13 Kabupaten Seruyan ,2 14 Kota Palangka Raya ,22 Provinsi Kalimantan Tengah ,56 G2 Comparison - Inner Fence Outlier 1,9

51 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Sesuai dengan siklikalitas, realisasi pendapatan dan belanja daerah Provinsi Kalimantan Tengah di triwulan I-215 masih rendah 4.1 APBD Provinsi Kalimantan Tengah Secara umum, target Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Kalimantan Tengah Tahun Anggaran 215 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini terlihat dari target anggaran pendapatan dan belanja daerah Provinsi Kalimantan dengan rincian sebagai berikut : Tabel 4.1 Target APBD Provinsi Kalimantan Tengah 215 (dalam rupiah) NO URAIAN APBD P TA.213 APBD P TA.214 APBD TA Pendapatan 2,73,453,5,. 3,164,139,12,. 3,463,6,,. 2 Belanja 3,236,743,389,435. 3,453,343,953,374. 3,652,64,714, Surplus/(Defisit) (56,289,889,435.) (289,24,833,374.) (188,464,714,929.) 4 Pembiayaan Netto 56,289,889, ,24,833, ,464,714,929. Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Tengah Tabel 4.2 Realisasi APBDProvinsi Kalimantan Tengah TwI-215 (dalam rupiah) Jenis Dana Transfer Pagu APBD 215 Realisasi Tw I-215 % Pendapatan ,94 Belanja ,34 Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Tengah Pada tahun 215 terdapat kenaikan target pendapatan dan belanja daerah APBD Provinsi Kalimantan Tengah dibandingkan tahun sebelumnya. Dari sisi pendapatan target pendapatan daerah meningkat 9,46% dari Rp3,16 triliun (214) menjadi Rp3,46 triliun. Sedangkan pada sisi belanja daerah juga mengalami peningkatansebesar 5,75% dari Rp3,45 triliun (214) menjadi Rp3,65 triliun pada tahun 215. Sesuai siklikalitas realisasi belanja pemerintah baik pusat maupun daerah relatif masih rendah pada triwulan pertama, perkembangan keuangan daerah Provinsi Kalimantan Tengah pada data realisasi APBD triwulan I-215 menunjukkan

52 telah terjadinya penyerapan pendapatan sebesar Rp829,16 miliar (23,94%) dan belanja Rp742,83 miliar (29,34%) terhadap APBD 215. (Tabel 4.2) Dalam rangka percepatan penyerapan anggaran, sesuai instruksi Presiden Republik Indonesia telah dibentuk Tim Evaluasi dan Pengawasan Penyerapan Anggaran (TEPA) sejak tahun 212 sebagai upaya pengendalian penyerapan anggaran. Diharapkan melalui TEPA penyerapan anggaran lebih maksimal dan berkualitas dari tahun ke tahun Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I-215 Realisasi Pendapatan Daerah Realisasi pendapatan daerah tahun anggaran 215 per 31 Maret 215 secara keseluruhan telah mencapai Rp829,16miliar atau 23,94% dari target sebesar Rp3.463,6 miliar. Berdasarkan komponennya, kenaikan nilai realisasi pendapatan terjadi pada seluruh komponen pendapatan daerah. Peningkatan realisasi pendapatan asli daerah (PAD) sampai dengan triwulan I-215 mencapai Rp262,14 miliar atau meningkat 2,2% (yoy) daritriwulan I-214 sebesar Rp256,96miliar. Demikian pula realisasi retribusi daerah dari Rp1,57 miliarpada triwulan I-214 menjadi Rp1,96 miliarpada periode laporan. Sedangkan komponen lain-lain pendapatan daerah yang sah meningkat dari Rp7,22 miliar pada triwulan I-214 menjadi Rp25,5.miliar pada periode laporan. Sementara itu, Realisasi pada pajak daerah cenderung mengalami pelambatan dari Rp248,11 miliar pada triwulan I-214 menjadi Rp234,66 miliar pada triwulan laporan Tabel 4.2 Realisasi Pendapatan APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah Tw I-215 (miliar rupiah) Uraian Tw I-214 Pendapatan Daerah 741,26 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 256,96 Pajak daerah 248,11 Retribusi daerah 1,57 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,5 Lain-lain PAD yang sah 7,22 Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kaimantan Tengah Pada triwulan laporan, rasio kemandirian daerah 1) menunjukkan adanya pelambatan dari 34,67% pada triwulan I-214 menjadi 31,62% pada triwulan laporan. Hal ini 1) Rasio kemandirian daerah (desentralisasi fiskal) merupakan perbandingan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap pendapatan daerah secara keseluruhan, semakin tinggi rasio yang dimiliki maka semakin mandiri daerah tersebut. 1

53 mengindikasikan bahwa adanya penurunan pembiayaan fiskal Provinsi Kalimantan Tengah, terutama dalam pembiayaan. Rasio kemandirian daerah ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai rasio maka semakin mandiri suatu daerah dalam pembiayaan keuangannya. Tabel 4.3 Alokasi dan Realisasi Dana Perimbangan Tw I-215 (dalam rupiah) Jenis Dana Transfer Pagu Realisasi % Dana Alokasi Umum ,33 Dana Alokasi Khusus , Dana Bagi Hasil ,61 a. Dana Bagi Hasil Pajak ,78 b. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam ,46 Dana Penyesuaian ,28 Sumber: Di sisi realisasi Dana Perimbanganpada triwulan I-215, menunjukan adanya penyerapan pada Dana Alokasi Umum sebesar33,33%, Dana Alokasi Khusus mencapai 3%, Dana Bagi Hasil mencapai 5,61% dan Dana Penyesuaian mencapai 27,28%. Realisasi Belanja Daerah Realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah sampai dengan triwulan I-215 mencapai Rp715,14 miliar atau sekitar 19,58% dari target anggaran sebesar Rp3.652,6miliar. Realisasi tersebutcenderung sedikit melambat dibandingkan realisasi triwulan I-214 yangmencapai 2,5% atau sebesar Rp645,29 miliar. Berdasarkan hasil diskusi dengan Bappeda Provinsi Kalimantan Tengah diperoleh informasi penyebab melambatnya realisasi anggaran triwulan I-215 dibandingkan triwulan I-214 diantaranya adalah 1) Keterlambatan periode lelang dibandingkan tahun 214 mengingat adanya keterlambatan dalam pengesahan dan pengajuan APBD ke Kementrian Dalam Negeri 2) Beberapa rekanan belum mengambil uang muka karena dana akan tersedia pada triwulan II-215. Berdasarkan komponen biaya, realisasi tertinggi pada triwulan I-215 terjadi pada komponen belanja tidak langsung yaitu sebesar 21,1% atau mencapai Rp366,73 miliar, sementara realisasi belanja langsung tercatat sebesar 18,2% atau mencapai Rp348,4 miliar. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan realisasi belanja pada triwulan I-214, dimana komponen belanja 1

54 langsung merupakan yang tertinggi angka realisasinya yaitu mencapai 2,44%, sedangkan realisasi belanja tidak langsung hanya mencapai 19,6%. Tabel 4.4 Realisasi Belanja Daerah Provinsi Kalimantan Tengah No Jenis Dana Transfer Pagu Realisasi Tw I-214 % Pagu Realisasi Tw I-215 % 2 Belanja , , Belanja Tidak Langsung , ,1 a Belanja Pegawai , ,45 b Belanja Subsidi , , c Belanja Hibah , ,48 d Belanja Bantuan Sosial , ,44 e Belanja Hasil Pajak Daerah Provinsi Kepada Pemerintah Kabupaten/Kota , , , ,5 f Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/ Kota dan Pemerintah , , , ,42 Desa dan Partai Politik g Belanja Tidak Terduga , -, , , Belanja Langsung , ,2 a Belanja Pegawai , ,28 b Belanja Barang dan Jasa , ,17 c Belanja Modal , ,93 Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Tengah Selanjutnya, Berdasarkan realisasi belanja SKPD di triwulan I-215 tercatat BPAD memiliki realisasi tertinggi yaitu mencapai 49,73%, diikuti oleh Dinas Perkebunan sebesar 43,54%, Satpol PP 43,15%, Disnakertrans 42,27% dan Diskop UMKM 4,7%. Sedangkan realisasi terendah terjadi di Biro Aset sebesar 17,3% Realisasi Belanja Pemerintah Kabupaten/Kota di Kalimantan Tengah Realisasi belanja pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Tengah hingga triwulan IV- 214 mencapai Rp6.637,85 miliar.total realisasi anggaran belanja kabupaten/kota terhadap total target anggaran kabupaten/kota pada tahun 214 baru mencapai 53,34%. 1

55 Tabel 4.5Realisasi Belanja APBD Pemerintah Kabupaten/Kota NO. KAB/KOTA PAGU DANA KEUANGAN (Rp) REALISASI KEUANGAN FISIK % 1 Kota Palangkaraya , , 9,68 1,32 2 Kotawaringin Barat , ,52 19,84 33,76 3 Kotawaringin Timur , , 27,3 31,81 4 Kapuas , , 19,3 19,9 5 Barito Selatan , , 9,86 1,65 6 Barito Utara , , 19,27 24,18 7 Sukamara , ,59 15,87 17,78 8 Lamandau , , 17,49 19,17 9 Seruyan , , 1,57 12,49 1 Katingan , , 14,37 25,62 11 Gunung Mas , , 16,9 19,75 12 Pulang Pisau , , 13,8 15,14 13 Barito Timur , ,21 13,17 19,89 14 Murung Raya , , 17,73 2,3 Sumber: / Berdasarkan kabupaten/kota yang memiliki prosentase realisasi belanja terbesar adalah Kabupaten Kotawaringin Timur sebesar 27,3%, diikuti oleh Kabupaten Kotawaringin Barat sebesar 19,84%, dan Kabupaten Barito Utara sebesar 24,18%. Sementara Kota Palangka Raya menjadi kabupaten dengan realisasi terendah sebesar 9,68%, disusul oleh Kabupaten Barito Selatan sebesar 9,86%. Salah satu langkah yang dilakukan untuk mendorong peningkatan penyerapan anggaran adalah melalui pembentukan Tim Evaluasi Penyerapan Anggaran (TEPA) yang melibatkan seluruh kabupaten/kota diharapkan dapat meningkatkan upaya penyerapan anggaran belanja sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi di daerah. 1

56 BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEHATAN 5.1 Ketenagakerjaan Secara umum, perkembangan ketenagakerjaan di Provinsi Kalimantan Tengah pada triwulan I-215 menunjukkan kondisi yang lebih baik. Hal tersebut terkonfirmasi dengan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS Bulan Februari 215 dimana jumlah angkatan kerja di Provinsi Kalimantan Tengah pada Bulan Februari 215 mencapai orang atau meningkat 3,23% (yoy) dari periode Februari 214 yang berjumlah orang. Sejalan dengan hal tersebut, jumlah penduduk usia kerja (usia 15 tahun keatas) di Provinsi Kalimantan No Jenis Kegiatan Utama Tengah tercatat meningkat sebesar 3,6% (yoy) pada bulan Februari 215 atau menjadi orang, sehingga berdampak langsung pada Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang meningkat dari 72,93% pada bulan Februari 214 menjadi 73,5% pada bulan Februari 215. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Kalimantan Tengah pada Februari 215 sebesar 3,14%, mengalami kenaikan dibanding TPT Februari 214 yakni sebesar 2,71%. Tabel 5.1 Perkembangan Penduduk Berdasarkan Jenis Kegiatan Utama Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari 1 Penduduk usia >15th Angkatan Kerja Bekerja Penganggur Bukan Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 73,79 69,9 72,63 68,5 72,93 68,56 73,5 5 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 2,71 3,17 1,82 3, 2,71 3,24 3,14 6 Pekerja tidak penuh

57 Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Tengah Secara sektoral, mayoritas penyerapan tenaga kerja mengalami peningkatan di periode laporan, tercatat Sektor Pertanian. Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan, Sektor Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi serta Sektor Lembaga Keuangan, Real Estate, Sewa dan Jasa Perusahaan yang mengalami perlambatan, hal tersebut terlihat pada jumlah tenaga kerja.dan presentasi share yang menurun di bulan Februari 215.Secara historis tiga tahun terakhir, penyerapan tenaga kerja terbesar terjadi di sektor Pertanian. Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan. No Pertanian, Kehutanan, 1 dan Perikanan Pertambangan dan 2 Penggalian Perikanansejalan dengan sektor utama daerah Kalimantan Tengah yaitu perkebunan kelapa sawit dan karet, dimana pada periode laporan memiliki penyerapan sebesar 43,46% atau melambat dari 51,59% dibandingkan bulan Februari 214. Namun demikian, sektor utama lain yaitu Sektor Pertambangan dan Penggalian serta Sektor Industri tercatat mengalami peningkatan komposisi penyerapan yaitu masing-masing sebesar 9,11% dan 4,2% pada bulan Februari 215, dari semula 5,84% dan 2,98% pada bulan Februari 214 Tabel 5.2Pangsa Kegiatan Utama Penduduk Berdasarkan Sektoral Februari % Agustus % Februari % Agustus % Februari % , , , , , , , , , ,11 3 Industri , , , , ,2 4 Listrik, Gas dan Air 2.112, , , , ,6 5 Konstruksi/Bangunan , , , , ,95 6 Lapangan Kerja Utama Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa Akomodasi , , , , , Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Total , 2, , 3, , 2, , 2, , 1, , , , , , , , , , ,

58 Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Tengah Tabel 5. 3 Proporsi Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan (%) No Jenis Kegiatan Utama Februari Agustus Februari Agustus Februari 1 Berusaha Sendiri 17,89 21,1 18,84 23,12 17, Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar 19,43 17,33 18,62 15,5 17,54 2,91 3,26 2,22 3,51 3,84 4 Buruh/karyawan/pegaw ai 34,56 37,37 38,66 37,13 38,83 5 Pekerja bebas di pertanian 1,54 1,32 1,22 1,49 1,31 6 Pekerja bebas di non pertanian 2,64 2,25 2,64 1,98 3,2 7 Pekerja tidak dibayar 21,3 17,46 17,8 17,27 18,34 Formal 37,47 4,63 4,88 4,64 42,67 Informal 62,53 59,37 59,12 59,36 57,33 Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Tengah Berdasarkan status pekerjaan utama, sebagian besar angkatan kerja di Kalimantan Tengah terserap di sektor informal 2. Secara historis di 3 (tiga) tahun terakhir, pangsa pekerja di Kalimantan Tengah yang memiliki status pekerjaan utama formal dan informal relatif stagnan yaitu ±4,46% dan ±59,54%. Namun demikian, semenjak di tahun 212 adanya tren peningkatan penduduk yang bekerja di sektor formal dibandingkan informal, terlihat dengan adanya peningkatan pangsa pekerjaan formal dari tahun ke tahun. 2 Status pekerjaan informal adalah pekerja yang mempunyai status selain sektor formal yaitu berusaha di bantu buruh tetap/buruh dibayar dan buruh/karyawan/pegawai 1

59 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Selanjutnya, optimisme masyarakat di bidang ketenagakerjaan terus membaik sejalan dengan perekonomian Kalimantan Tengah yang cukup kondusif di triwulan I Berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK), indeks ketersediaan lapangan terjadi Kalimantan Tengah pada triwulan I-215 mencapai 153,1 atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar157,7. Meskipun melambat, angka diatas 1 menunjukkan bahwa optimisme Grafik 5.1 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Indeks Ketersediaan lapangan kerja ,5 1 5 Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Tengah (diolah) 157,7 153, Di samping itu, meningkatnya realisasi investasi di Kalimantan Tengah ikut mendorong peningkatan penyerapan tenaga kerja di Kalimantan Tengah. Pada triwulan I 215, di sisi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), pada periode laporan mencapai Rp639,54 miliar dengan realisasi 1 proyek, meningkat dari triwulan sebelumnya yang mencapai Rp29,6 miliar dengan realisasi 1 rumah tangga terhadap ketersediaan lapangan kerja di triwulan I-215 masih tinggi (Grafik5.1). Di samping itu dengan adanya kenaikan UMR yang terjadi di setiap tahunnya, ikut mendorong optimisme masyarakat untuk bekerja di Kalimantan Tengah. Berdasarkan data rilis BPS dan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kalteng, UMP Provinsi di Kalimantan Tengah pada tahun 215 adalah Rp1,89 juta atau meningkat 1% dari tahun 214 yang berjumlah Rp1,72 juta. Grafik 5.2 Perkembangan UMR Provinsi Kalteng Rp Juta Kalimantan Tengah , , 1.553, , , , ,1 765, * Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Tengah (diolah) dua proyek, sementara disisi Penanaman Modal Asing (PMA), total realisasi di triwulan I-215 mencapai US$164,5juta dengan 23 realisasi proyek, melambat dari triwulan sebelumnya yang mencapai US$243,11 ribu dengan 29 realisasi proyek, namun demikian total PMA ini masih tetap mendukung perekonomian dan penyerapan tenaga kerja. 1

60 5.2 Kesejahteraan Kondisi kesejahteraan masyarakat Kalimantan Tengah antara lain diukur dengan pendekatan Nilai Tukar Petani (NTP) - yang menggambarkan tingkat kesejahteraan petani atas kegiatan produksi yang dilakukan, serta profil kemiskinan - yang menujukkan banyaknya penduduk yang memiliki tingkat pengeluaran di bawah kategori garis kemiskinan. Pada triwulan I-215, kesejahteraan masyarakat cenderung melambat namun tetap kondusif dalam menopang pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah.Hal tersebut terkonfirmasi melalui penurunan yang terjadi pada Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan. Pada triwulan I-215 ini, Nilai Tukar Petani Kalimantan Tengah tercatat sebesar 99,55% atau turun 1,13 % dari triwulan sebelumnya yang mencapai 98,42%. Peningkatan NTP di bulan Maret 215 disebabkan oleh indeks yang diterima oleh petani mengalami peningkatan pada periode laporan. Hal ini tersebut mencerminkan bahwa penerimaan yang diperoleh dari kegiatan bertani mengalami perbaikan walaupundari sisi pengeluaranterutama untuk konsumsi dan/atau memproduksi pertanian juga ikut meningkat, terutama kenaikan BBM yang menyebabkan melambungnya harga faktor input. Namun demikian, Indeks Ekspektasi Penghasilan Konsumen pada triwulan I- 215yang diperoleh dari hasil Survei Konsumen menunjukkan adanya peningkatan yaitu sebesar 151,6 dari 148,1di triwulan sebelumnyasehingga level optimisme masyarakat Kalimantan Tengah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya melalui penghasilan yang didapatkan masih tergolong baik.

61 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Grafik 5.3Ekspektasi Penghasilan Grafik 5.4Perkembangan NTP Indeks Ekspektasi Pengahasilan 148,1 151, NTP Keterangan Tw I-214 Tw II-214 Tw III-214 Tw IV-214 Tw I-215 Indeks harga yang diterima pertani 111,59 112,47 113,36 114,77 115,97 Indeks yang dibayar petani 18,89 111,1 112,72 116,61 116,49 Konsumsi rumah tangga 11,13 112,69 114,45 118,31 12,5 Bahan makanan 11,53 114,6 116, 118,69 127,53 Makanan jadi 19,8 111,6 113,64 114,41 115,9 Perumahan 17,82 19,9 111,76 113,6 115,2 Sandang 17,94 18,25 111,66 113,28 114,69 Kesehatan 18,7 19, ,42 113,3 Pendidikan. rekreasi dan olah raga 16,44 17,77 19,77 11,45 11 Transportasi dan komunikasi 113,75 114,95 115,89 133,64 124,12 Pengembangan Modal 14,64 15,59 16,89 11,46 19,5 Bibit 11,11 11,5 12,64 13,6 17,29 Obat-obatan dan pupuk 14,42 15,36 16,87 16,21 11,33 Sewa lahan. pajak dan lainnya 1,68 11,57 12,54 12,9 18,45 Transportasi dan komunikasi 113,2 114,46 115,43 138,34 126,1 Penambahan barang modal 14,73 15,71 16,68 17,92 17,6 Upah buruh tani 12,95 13,58 15,12 16,52 18,87 Nilai Tukar Petani 12,49 11, ,42 99,55 Nilai Tukar Usaha Pertanian 16,64 16,51 16,5 13,9 15,91 Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Tengah (diolah) Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Tengah (diolah) Sampai dengan bulan September 214, jumlah penduduk miskin yang merupakan Grafik 5.5Perkembangan Kemiskinan di Kalimantan Tengah gabungan dari kota dan desa di Kalimantan Tengah mencapai orang atau 6,7% dari total penduduk di Kalimantan Tengah, menurun dibandingkan periode bulan Maret 214 yang mencapai orang atau 6,23%. Sementara itu, garis kemiskinan di Kalimantan Tengah pada September 214 sebesar Rp atau mengalami peningkatan sebesar 4,2% dibandingkan Sumber : BPS Kalimantan Tengah (diolah) Grafik 5.6 Indeks Gini dengan garis kemiskinan bulan Maret 214 yaitu sebesar Rp Sementara itu, indeks keparahan kemiskinan juga yang sebelumnya menunjukkan tren yang menurun sedikit membaik pada triwulan laporan.hal ini mengindikasikan bahwa ratarata pengeluaran penduduk miskin masih Sumber : BPS Kalimantan Tengah (diolah) cenderung mendekati garis kemiskinan. 1

62 Sejalan dengan kondisi tersebut, ketimpangan pengeluaran penduduk miskin yang cenderung meningkat sebagaimana terindikasi dari Rasio Gini 3 (Grafik 5.6).Kondisi demikian menjadi early warning bagi pemerintah daerah untuk terus berupaya dalam meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja serta pengoptimalan belanja daerah untuk mendorong pembangunan infrastruktur yang mampu meningkatkan aktivitas perekonomian. 3 Indikator pada Indeks Gini adalah semakin mendekati 1 maka semakin besar ketimpangan dalam distribusi pendapatan 1

63 BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 6.1 Prospek Ekonomi Makro Regional Perekonomian Kalimantan Tengah pada triwulan II 215 diperkirakan didorong oleh semua komponen sisi permintaan. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah pada triwulan II 215 diperkirakan dalam arah yang meningkat dalam kisaran 7,9% - 8,4% (yoy). Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga akan mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya seiring adanya beberapa moment hari besar pada triwulan II 215 yang akan mendorong peningkatan konsumsi. Disisi investasi kegiatan proyek yang bersifat multiyears diperkirakan masih akan menjadi pendorong utama pertumbuhan investasi di triwulan II 215. Sementara kegiatan ekspor diperkirakan masih akan meningkat di triwulan II 215 seiring masih tingginya permintaan negara mitra dagang Kalimantan Tengah khususnya untuk komoditas tambang. Dari sisi sektoral, masih tingginya permintaan dari negara mitra dagang akan mendorong pertumbuhan sektor pertambangan. Sementara panen raya komoditi beras yang diperkirakan akan berlangsung di pertengahan April hingga bulan Mei akan mendorong pertumbuhan sektor pertanian. Membaiknya perkiraan perekonomian negara mitra dagang utama Kalimantan Tengah akan mendorong peningkatan ekspor di tahun 215. Ekonomi global diperkirakan akan terus membaik, didorong perbaikan ekonomi negara maju, sementara negara berkembang masih dalam trend melambat. Dari sisi domestik, diperkirakan pada tahun 215 secara keseluruhan ekonomi Indonesia akan tumbuh stabil di kisaran 5,4% - 5,8% (yoy). Dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi global dan domestik, ekonomi Kalimantan Tengah secara keseluruhan tahun 215 akan tumbuh pada kisaran 7,7% - 8,2% (yoy). Grafik 6.1 Perkembangan PDRB Kalteng dan Proyeksi Grafik 6.2 Indeks Tendensi Konsumen dan Perkiraan 2

64 6.1.1 Inflasi Bulanan (mtm) Pada triwulan II-215, komponen sisi permintaan lokal cenderung menguat dibandingkan triwulan I 215. Komponen sisi permintaan pada triwulan II 215 akan didorong oleh peningkatan konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah, serta masih kuatnya sisi investasi. Terjadinya peningkatan konsumsi rumah tangga padda triwulan II 215 terindikasi dari hasil survei BPS yang menunjukan adanya peningkatan seluruh komponen indeks tendensi konsumen. Disisi lain angka realisasi penyerapan APBD Kalimantan Tengah pada triwulan I 215 yang masih berada dibawah target yang ditetapkan diperkirakan akan meningkatkan konsumsi pemerintah di triwulan II 215. Komponen investasi Kalimantan Tengah diperkirakan akan menguat sehubungan dengan keberlanjutan proyek-proyek yang bersifat multiyear dan akan dimulainya beberapa proyek pada triwulan II 215. Beberapa proyek besar yang masih dalam tahap pembangunan diantaranya pembangunan terminal baru Bandara Tjilik Riwut yang diperkirakan baru akan selesai pada tahun 217, pembangunan beberapa hotel besar di kota Palangka Raya dan Sampit (Hotel Neo, Hotel Mercure, dan Hotel Aquarius Sampit) serta pembangunan PLTG Bangkanai yang masih akan berlangsung hingga tahun 217. Sementara itu, proyek pembangunan jalur kereta api batubara Kalimantan Tengah yang semula direncanakan ground breaking pada Maret 215 diperkirakan akan dilakukan pada bulan Juni 215. Pada triwulan II 215 diperkirakan kinerja komponen ekspor dan impor Kalimantan Tengah akan meningkat sehubungan dengan masih tingginya permintaan ekspor dan membaiknya perekonomian negara mitra dagang utama Kalimantan Tengah. Tingginya volume ekspor Kalimantan Tengah pada triwulan I 215 diperkirakan masih akan berlanjut pada triwulan II 215. Ekspor komoditas batubara yang menjadi pendorong utama petumbuhan komponen ekspor Kalimantan Tengah diperkirakan masih dalam kondisi menguat seiring masih tingginya permintaan dari India dan Jepang. Disisi lain mulai membaiknya perekonomian dunia dan negara mitra dagang Kalimantan Tengah seperti Jepang, India dan beberapa negara ASEAN akan mendorong pertumbuhan ekspor ke level yang lebih tinggi. 3

65 Tabel 6.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara WEO (IMF) WEO (IMF) Pertumbuhan Ekonomi (%) Jan-15 Mar p 216p 215p 216p Amerika Serikat Eropa Tiongkok Jepang India Keterangan : lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sama dengan perkiraan sebelumnya lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya Grafik 6.3 Perkembangan Harga CPO Grafik 6.4 Perkembangan Harga Batubara Pada Triwulan II 215, indeks harga internasional komoditas utama (CPO dan Batubara) Kalimantan Tengah diperkirakan masih mengalami penurunan. Kebijakan energi Tiongkok yang mulai mengurangi proyekproyek yang menggunakan batubara 4

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Triwulan I-2015 Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

REGIONAL. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah pada tahun 2014 sebesar 6,21% (ctc), melambat dibandingkan tahun 2013 sebesar 7,38% (ctc).

REGIONAL. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah pada tahun 2014 sebesar 6,21% (ctc), melambat dibandingkan tahun 2013 sebesar 7,38% (ctc). BAB 1 PERKEMBANGAN EKO ONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah pada tahun 214 sebesar 6,21% (ctc), melambat dibandingkan tahun 213 sebesar 7,38% (ctc). Melambatnya hampir seluruh komponen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Selama, Palangka Raya dan Sampit Terjadi Deflasi 0,29 Persen dan 0,46 Persen No. 01/05/62/Th.X, 2 Mei Dari 82 kota pantauan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Selama, Palangka Raya dan Sampit Terjadi Deflasi 0,04 Persen dan 0,34 Persen No. 01/04/62/Th.X, 1 April Dari 82 kota pantauan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi pada awal tahun 2016 mengalami perlambatan dibandingkan dengan bulan lalu. Pada Januari 2016, inflasi IHK tercatat sebesar 0,51% (mtm), lebih rendah

Lebih terperinci

[Type the document title]

[Type the document title] [Type the document title] 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan

Lebih terperinci

ANALISIS INFLASI MARET 2016

ANALISIS INFLASI MARET 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) ANALISIS INFLASI MARET 2016 Komoditas Pangan Dorong Inflasi IHK Maret INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1 Penurunan Harga Pangan dan Komoditas Energi Dorong Deflasi IHK Bulan Februari Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Februari 2016 mengalami deflasi. Deflasi IHK pada bulan ini mencapai -0,09% (mtm). Realisasi

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 01/06/62/Th.X, 1 Juni Selama, Palangka Raya dan Sampit Terjadi 0,02 Persen dan 0,42 Persen Dari 82 kota pantauan IHK

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan 01 02 03 Perkembangan Perekonomian Terkini Peluang Pengembangan Perekonomian Proyeksi Perekonomian Ke depan 2 Produk Domestik Regional Bruto Nasional Balikpapan Kaltim Industri Konstruksi Transportasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 01/02/62/Th.XI, 1 Februari 2017 Selama, Palangka Raya dan Sampit Terjadi 0,85 Persen dan 0,91 Persen Dari 82 kota pantauan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 01/03/62/Th.XI, 1 Maret PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Selama, Terjadi 0,27 Persen di Dua Kota, Palangka Raya dan Sampit. Dari 82 kota pantauan IHK

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016 Inflasi 2016 Cukup Rendah dan Berada dalam Batas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 01/09/62/Th.XI, 4 September Selama tus, Palangka Raya Terjadi 0,12 Persen dan Sampit Terjadi Deflasi 1,09 Persen Dari

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 01/08/62/Th.X, 1 Agustus PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Selama, Palangka Raya dan Sampit Terjadi 0,20 Persen dan 0,49 Persen Dari 82 kota pantauan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 01/07/62/Th.X, 1 Juli PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Selama, Palangka Raya dan Sampit Terjadi 0,91 Persen dan 0,65 Persen Dari 82 kota pantauan IHK

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional. Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional. Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan II 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 73/11/52/X/2016, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 TUMBUH 3,47 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN JUNI 2015

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN JUNI 2015 BPS KOTA TARAKAN No. 07/07/6571/Th.IX, 01 Juli 2015 INFLASI KOTA TARAKAN BULAN JUNI 2015 Mulai bulan Januari 2014 tahun dasar penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) menggunakan 2012 = 100 (sebelumnya

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN AGUSTUS 2015

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN AGUSTUS 2015 BPS KOTA TARAKAN No. 09/09/6571/Th.IX, 01 September 2015 INFLASI KOTA TARAKAN BULAN AGUSTUS 2015 Mulai bulan Januari 2014 tahun dasar penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) menggunakan 2012 = 100 (sebelumnya

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017

RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017 RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Panen Dorong Deflasi Maret 2017 Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami deflasi 0,02% (mtm) di bulan Maret (Tabel 1). Deflasi bulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter - Bank Indonesia, Pusat Kebijakan Ekonomi

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017 RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017 INFLASI IHK Inflasi Mei 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,39% (mtm) di bulan Mei (Tabel 1). Inflasi IHK bulan ini meningkat dibanding

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 12/02/52/Th.X, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TUMBUH 5,82 PERSEN Sampai dengan triwulan IV-2016 perekonomian

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOVEMBER Photo by : Yuyus Sera. Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOVEMBER Photo by : Yuyus Sera. Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOVEMBER 2016 1 Photo by : Yuyus Sera KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya dan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 01/05/62/Th. IX, 4 Mei 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Bulan April 2015 di Kota Palangka Raya terjadi inflasi sebesar 0,08 persen. Laju inflasi

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017 RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 217 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi Bulan Februari 217 Terkendali Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat,23% (mtm) di bulan Februari. Inflasi di bulan ini

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH PERKEMBANGAN INFLASI ACEH Pada Desember 2011, inflasi 1 tahunan Aceh tercapai di angka 3,43% (yoy), jauh lebih rendah dibanding inflasi Desember 2010 yang sebesar 5,86% (yoy). Penurunan tekanan inflasi

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Koreksi Harga Paska Idul Fitri Dorong Deflasi Agustus

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 01/11/62/Th.X, 1 November Selama Oktober, Palangka Raya dan Sampit Terjadi Deflasi Masing-Masing 0,34 Persen dan 0,63

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Inflasi Bulan Januari 2017 Meningkat, Namun Masih

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017 RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi April 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,09% (mtm) di bulan April (Tabel 1). Inflasi IHK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Penurunan Harga BBM dan Panen Raya Dorong Deflasi Bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 01/08/62/Th. IX, 3 Agustus 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Bulan Juli 2015 di Kota Palangka Raya terjadi inflasi sebesar 0,94 persen. Laju inflasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 01/02/62/Th. IX, 2 Februari 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Bulan Januari 2015 di Kota Palangka Raya terjadi inflasi sebesar 0,79 persen. Laju

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 01/10/62/Th. VIII, 1 November 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Bulan Oktober 2014 di Kota Palangka Raya terjadi inflasi sebesar 0,33 persen. Laju

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 52/08/35/Th.XV, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2013,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Rakordal KALTENG. Kondisi Perekonomian Triwulan IV dan Outlook 2016

Rakordal KALTENG. Kondisi Perekonomian Triwulan IV dan Outlook 2016 Rakordal KALTENG Kondisi Perekonomian Triwulan IV dan Outlook 2016 2015 PEREKONOMIAN NASIONAL Triwulan III 2015 PDB Tw III-15: 4,73% gpdrb negatif Perbaikan perekonomian terjadi di Jawa, sementara ekonomi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JAWA TIMUR APRIL 2015 INFLASI 0,39 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JAWA TIMUR APRIL 2015 INFLASI 0,39 PERSEN BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 29/05/35/Th.XIII, 4 Mei PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JAWA TIMUR APRIL INFLASI 0,39 PERSEN Pada bulan April Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,39 persen. Semua

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Utara Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi di bulan Desember menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan bulan lalu dan lebih tinggi dari historisnya. Inflasi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/05/34/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I 2015 TUMBUH 0,16 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016 No. 55/08/19/Th.X, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 3,67 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN JANUARI 2015

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN JANUARI 2015 BPS KOTA TARAKAN No. 02/02/6571/Th.IX, 02 Februari 2015 INFLASI KOTA TARAKAN BULAN JANUARI 2015 Mulai bulan Januari 2014 tahun dasar penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) menggunakan 2012 = 100 (sebelumnya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 01/01/62/Th. VI, 2 Januari 2012 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Bulan Kota Palangka Raya terjadi inflasi sebesar 1,07 persen. Laju inflasi kumulatif

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 01/10/62/Th. IX, 1 Oktober PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Bulan September di Kota Palangka Raya terjadi deflasi sebesar 0,34 persen. Laju inflasi tahun

Lebih terperinci

i

i i 2 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Indeks 250 200 150 100 50 0 Indeks SPE Growth mtm (%) Growth yoy (%)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No.11/02/34/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,05 PERSEN LEBIH TINGGI DIBANDING TAHUN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 63/11/34/Th.XVIII, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 4,68 PERSEN, LEBIH LAMBAT

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri MARET 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Maret 2017 Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pertumbuhan ekonomi nasional, yang diukur berdasarkan PDB harga konstan 2010, pada triwulan IV

Lebih terperinci