BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Kabupaten Ngawi menggunakan prinsip. kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Kabupaten Ngawi menggunakan prinsip. kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Pemerintah menggunakan prinsip otonomi yang seluas luasnya dalam arti Daerah memiliki kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan Pemerintahan yang menjadi tanggung jawabnya. Prinsip ini dijalankan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada setiap Kepala Daerah. Setiap Daerah berhak mempunyai kewenangan membuat kebijakan Daerah untuk memberikan pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Setelah terbitnya Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah Pasal 27 ayat (2) yang menyatakan bahwa Kepala Daerah mempunyai kewajiban menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada pemerintah dan memberikan Laporan Keterangan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 1

2 Pertanggungjawaban kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, serta menginformasikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada masyarakat. Dengan terbitnya Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tersebut memiliki makna bahwa Pemerintahan Pusat telah memberikan kewenangan kepada Pemerintahan Daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta keragaman daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan kedudukan seperti itu diharapkan akan terwujud hubungan kerja yang saling mendukung dalam menjalankan fungsinya masing masing. Dengan adanya nuansa Demokrasi yang berkembang dalam proses penyelenggaraan Pemerintahan selama Tahun 2011, menjadikan Pemerintah merasa tidak sendirian dalam memecahkan persoalan dalam rangka menjalankan pemerintahan yang begitu Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 2

3 kompleks karena adanya kritik, saran, harapan serta dukungan dari berbagai pihak sehingga mampu memberikan sinergi dalam rangka memenuhi mandat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Ngawi yang lebih baik. Pelaksanaan Otonomi Daerah sejalan dengan upaya menciptakan Pemerintahan yang bersih, bertanggungjawab, serta mampu menjawab tuntutan perubahan secara efektif dan efisien sesuai dengan prinsip Tata Pemerintahan yang baik, sebagaimana diamanatkan pasal 27 ayat (2) Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maka Kepala Daerah wajib melaporkan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dalam bentuk : 1. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) Kepala Daerah kepada Pemerintah; 2. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD); dan; 3. Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) kepada masyarakat. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 3

4 Kepala Daerah menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban adalah laporan yang berupa informasi penyelenggaraan Pemerintahan Daerah selama 1 (satu) tahun anggaran atau akhir masa jabatan. Adapun dasar hukum dalam penyusunan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah adalah: 1. Undang undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur; 2. Undang undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD; 3. Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 4. Undang undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 4

5 Pemerintahan Daerah; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota;dan 8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. B. GAMBARAN UMUM DAERAH 1. Kondisi Geografis Daerah. Di Wilayah Propinsi Jawa Timur, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 5

6 merupakan salah satu Kabupaten yang secara geografis berada di bagian paling Barat yang berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Tengah. merupakan jalur penhubung dengan Propinsi Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jakarta yang mempunyai aksesibilitas transportasi yang cukup ramai. Luas wilayah adalah 1.295,898 Km² atau ,51 Ha, yang secara administratif Pemerintahan terbagi dalam 19 Kecamatan, 4 Kelurahan, dan 213 desa. Secara astronomis terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur Timur, seperti peta dibawah ini : Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 6

7 PETA WILAYAH KABUPATEN NGAWI Batas batas wilayah adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kabupaten Blora dan Kabupaten Grobogan Propinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Bojonegoro Propinsi Jawa Timur. Sebelah Barat : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 7

8 Sragen Propinsi Jawa Tengah. Sebelah Timur : Kabupaten Madiun Sebelah Selatan : Kabupaten Madiun dan Kabupaten Magetan. Sedangkan menurut penggunaan tanahnya dibagi menjadi lahan sawah Ha (38,95 %), tegalan/ pekarangan Ha (10,83 %), perkebunan Ha (1,76 %), hutan Ha (32,26 %), Pemukiman/ Perumahan Ha (13,47 %), dan lain lain Ha (2,74 %). Dapat digambarkan sebagai berikut : Persawahan yang luas terdapat di Kecamatan Geneng, Paron, Karangjati, Kedunggalar dan Padas yang umumnya terletak pada ketinggian meter dari permukaan laut dengan kemiringan tanah 0 2%. Tegalan yang luas terdapat di Kecamatan Bringin, Kendal, Ngawi, Pitu Mantingan dan Widodaren yang umumnya terletak pada ketinggian Meter dari permukaan laut dengan kemiringan tanah 2 15%. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 8

9 Pekarangan yang luas terdapat di Kecamatan Geneng, Karangjati, Kedunggalar, Kendal, Paron, Ngawi dan Widodaren umumnya terletak pada ketinggian meter dari permukaan laut dengan kemiringan 0 2%. Hutan sejenis dengan tanaman jati terdapat di Kecamatan Bringin, Kendal, Mantingan, Widodaren, Karangjati dan Pitu. Tanaman Pinus terdapat di Kecamatan Jogorogo, Kendal, Ngrambe, dan Sine yang umumnya terletak pada ketinggian 100 lebih dari 1000 Meter dari permukaan laut dengan kemiringan tanah 2 15%. Kebun Karet terdapat di Kecamatan Widodaren, sedangkan kebun Teh terdapat di Kecamatan Sine, dan kebun Kelapa terdapat di Kec. Ngawi. Sedangkan untuk kondisi Topografi wilayah berdasarkan ketinggian tempat cukup bervariasi. Wilayah Bagian selatan berupa pegunungan dengan ketinggian tempat berkisar antara M diatas permukaan laut, sebagai Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 9

10 puncaknya adalah Gunung lawu, hal ini dapat dikelompokkan berdasarkan : a. Ketinggian Tempatnya; Berdasarkan ketinggian tempatnya, wilayah dikelompokkan menjadi : 1) Daerah dengan ketinggian < 50 m di atas permukaan laut terdiri atas sebagian wilayah Kecamatan Ngawi, Paron, Geneng, Pangkur dan Kasreman. 2) Daerah dengan ketinggian m di atas permukaan laut terdiri atas sebagian wilayah Kecamatan Pangkur, Karangjati, Bringin, Kasreman, Ngawi, Pitu, Paron, Geneng, Gerih, Karangjati, Widodaren, Mantingan dan Karanganyar. 3) Daerah dengan ketinggian m di atas permukaan laut, terdiri atas sebagian wilayah Kecamatan Ngrambe, Jogorogo, Kendal dan Sine. 4) Daerah dengan ketinggian m di atas Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 10

11 permukaan laut terdiri atas sebagian wilayah Kecamatan Mantingan, Karanganyar, Widodaren, Kedunggalar, Gerih, Pitu, Bringin, Kasreman, Ngrambe, Jogorogo, Kendal dan Sine. 5) Daerah dengan ketinggian m di atas permukaan laut terdiri atas sebagian wilayah Kecamatan Ngrambe, Jogorogo, Kendal dan Sine. 6) Daerah dengan ketinggian m di atas permukaan laut terdiri atas sebagian wilayah Kecamatan Ngrambe, Jogorogo, Kendal dan Sine. 7) Daerah dengan ketinggian m di atas permukaan laut terdiri atas sebagian wilayah Kecamatan Ngrambe, Jogorogo, Kendal dan Sine. 8) Daerah dengan ketinggian m di atas permukaan laut terdiri atas sebagian wilayah Kecamatan Ngrambe, Jogorogo, Kendal dan Sine. 9) Daerah dengan ketinggian m di atas permukaan laut terdiri atas sebagian wilayah Kecamatan Ngrambe, Jogorogo, Kendal dan Sine. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 11

12 10) Daerah dengan ketinggian m di atas permukaan laut terdiri atas sebagian wilayah Kecamatan Ngrambe, Jogorogo, Kendal dan Sine. 11) Daerah dengan ketinggian m di atas permukaan laut terdiri atas sebagian wilayah Kecamatan Ngrambe, Jogorogo, Kendal dan Sine. 12) Daerah dengan ketinggian m di atas permukaan laut terdiri atas sebagian wilayah Kecamatan Ngrambe, Jogorogo, Kendal dan Sine. 13) Daerah dengan ketinggian m di atas permukaan laut terdiri atas sebagian wilayah Kecamatan Ngrambe, Jogorogo, Kendal dan Sine. b. Kelerengannya. Berdasarkan kelerengannya topografi dikelompokkan menjadi : 1) Wilayah dengan kelerengan < 2 % terdiri atas sebagian wilayah Kecamatan Karanganyar, Widodaren, Mantingan, Kedunggalar, Pitu, Paron, Ngawi, Geneng, Gerih, Pangkur, Kasreman, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 12

13 Bringin, dan Karangjati. 2) Wilayah dengan kelerengan 2 5 % terdiri atas sebagian besar wilayah Kecamatan Karanganyar, Pitu, Kasreman, Ngawi, Bringin, Karangjati, Sine, Ngrambe, Jogorogo, dan Kendal. 3) Wilayah dengan kelerengan 5 10 % terdiri atas sebagian wilayah Kecamatan Sine, Ngrambe, Jogorogo, dan Kendal. 4) Wilayah dengan kelerengan % terdiri atas sebagian wilayah Kecamatan Sine, Ngrambe, Jogorogo dan Kendal. 5) Wilayah dengan kelerengan % terdiri atas sebagian wilayah Kecamatan Sine, Ngrambe, Jogorogo dan Kendal. 6) Wilayah dengan kelerengan % terdiri atas sebagian wilayah Kecamatan Sine, Ngrambe, Jogorogo dan Kendal. 7) Wilayah dengan kelerengan > 40 % terdiri atas sebagian wilayah Kecamatan Sine, Ngrambe, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 13

14 Jogorogo dan Kendal. Secara umum, di bagian tengah adalah daerah dataran yang merupakan lahan pertanian subur, di bagian selatan merupakan daerah perbukitan dan pegunungan yang membujur dari Timur ke barat, meliputi wilayah Kendal, Kecamatan Jogorogo, Kecamatan Ngrambe dan Kecamatan Sine yang berada di lereng Gunung Lawu. Luas dan Struktur tanah kawasan adalah sebagai berikut : 1. Alluvial : Ha (9,28%) 2. Grumusol : Ha (43,02%) 3. Mediteran : Ha (19,76%) 4. Mediteran dan Regosol : Ha (1,50%) 5. Mediteran dan Grumosol : Ha (2,27%) 6. Mediteran dan Litisol : Ha (16,58%) 7. Latosol dan Litosol : 810 Ha (0,63%) 8. Andosol dan Litosol : Ha (2,33%) 9. Litosol : Ha (4,63%) Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 14

15 Jumlah : Ha (100,00%) Tanah Grumosol terdapat di dataran rendah sebelah selatan Bengawan Solo dan sebelah Timur Barat sungai Madiun. Tanah Mediteran, Litosol dan Andosol di kawasan kaki Gunung Kendeng, sedangkan tanah Litosol di sepanjang perbukitan pegunungan Kendeng serta tanah Alluvial di sepanjang tepi sungai Madiun dan Bengawan Solo. Secara geografis dialiri dua sungai besar : 1. Bengawan Solo yang membujur dari Barat ke Timur. 2. Sungai Madiun dari Selatan ke Utara. Kedua sungai tersebut bertemu di ujung Kota Ngawi dan mengalir menjadi satu ke Utara memasuki wilayah Kabupaten Bojonegoro. Disamping itu terdapat pula sungai sungai kecil yaitu Sungai Banger, Sidolaju, Alas Tuwo, Batu Bunder, Kenteng, Kasihan, Plampok, Ketonggo yang bermuara di sungai Bengawan Solo dan Sungai Kukur Ketonggo yang bermuara di Sungai Madiun. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 15

16 Dengan aliran sungai sungai yang ada, maka tingkat kesuburan tanah di dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Wilayah sebelah Timur Sungai Madiun bagian Selatan merupakan daerah subur dan merupakan daerah pertanian tanaman pangan tingkat pertama. 2. Wilayah sebelah Utara Bengawan Solo dan sebelah Timur Sungai Madiun bagian Utara merupakan daerah perbukitan pegunungan Kendeng Tengah yang merupakan daerah kurang subur sampai tandus dan tanahnya mengandung kapur. 3. Wilayah Selatan paling ujung merupakan kaki Gunung Lawu yang berbukit bukit merupakan daerah subur bagi tanaman perkebunan. Keberadaan beberapa waduk di seperti Waduk Pondok, Sangiran, dan Kedung Bendo juga merupakan salah satu sarana penunjang di sektor pertanian. Keadaan iklim di adalah tropis Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 16

17 dan bertemperatur sedang. Ditinjau dari keadaan curah hujan maka termasuk daerah beriklim kering dengan curah hujan rata rata di bawah mm per tahun yaitu 1.603,63 mm per tahun dan mempunyai hari hujan dengan rata rata yaitu sebesar 158,85 hari per tahun. Curah hujan yang rendah di menjadikan daerah ini sering mengalami kesulitan pengairan terutama pada lahan sawah. Saat musim kemarau tiba, petani harus menggunakan mesin diesel untuk mengambil air bawah tanah untuk pengairan sawah. 2. Gambaran Umum Demografis Jumlah Penduduk dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain kepadatan penduduk geografis. Dilihat dari sudut pandang ini Kepadatan penduduk geografis menunjukan jumlah penduduk pada suatu daerah setiap kilometer persegi. Kepadatan penduduk geografis menunjukan penyebaran Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 17

18 penduduk dan tingkat kepadatan penduduk di suatu daerah. Jumlah Penduduk sampai dengan akhir Tahun 2011 mencapai Jiwa, terdiri dari laki laki jiwa dan perempuan jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk rata rata 0,16 % pertahun dan daerah hunian yang tersebar di 19 Kecamatan dengan tingkat penyebaran bervariasi antara jiwa. Kecamatan yang mempunyai penduduk paling banyak adalah Kecamatan Paron dengan jumlah penduduk sebesar Jiwa, sedangkan yang paling sedikit adalah Kecamatan Kasreman dengan jumlah penduduk sebesar Jiwa. Wilayah ini mempunyai luas wilayah yang kecil dan merupakan wilayah pemekaran dari Kecamatan Padas. Adapun data penduduk Kabupaten Ngawi sampai dengan keadaan Desember 2011 adalah sebagaimana tercantum dalam tabel berikut : Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 18

19 Tabel 1.1 Data Penduduk Menurut Jenis Kelamin (Keadaan s/d Desember 2011) NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK (Jiwa) DESA L P JUMLAH 1 NGAWI PARON GENENG PITU PADAS KWADUNGAN KARANGJATI BRINGIN KENDAL JOGOROGO WIDODAREN KARANGANYAR KEDUNGGALAR NGRAMBE GERIH KASREMAN SINE MANTINGAN PANGKUR JUMLAH Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Ngawi Penduduk digolongkan dalam kelompok usia, sebagaimana tercantum dalam tabel berikut: Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 19

20 Tabel 1.2 Data Penduduk Menurut Kelompok Usia(Keadaan s/d Desember 2011) NO KELOMPOK USIA PENDUDUK (jiwa) th th th th th th th th th th th th th th th >= 75 th JUMLAH Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Ngawi Dari data diatas dapat kita lihat bahwa sebagian besar penduduk adalah kelompok usia produktif (usia 15 60) yang mencapai jiwa atau 70%, disusul kemudian kelompok anak anak (usia 0 15) mencapai jiwa atau 11,21% dan kelompok lanjut usia (usia 60 tahun keatas) mencapai jiwa atau 18,78%. Dari data jumlah penduduk berdasarkan usia, rasio Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 20

21 ketergantungan total adalah 42,84 % artinya setiap 100 orang berusia produktif di menanggung 42 orang yang belum produktif dan dianggap tidak produktif lagi. Rasio sebesar 42,84 % tersebut di seimbangkan oleh rasio ketergantungan penduduk muda sebesar 16,01 % dan rasio ketergantungan penduduk tua sebesar 26,83 %. Dari indikator ini terlihat bahwa pada tahun 2011 penduduk berusia kerja di masih dibebani tanggung jawab akan penduduk usia tua yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan tanggung jawab terhadap penduduk usia tua. Dilihat dari jumlah Penduduk sebagian besar tinggal di daerah pedesaan sehingga sesuai potensi daerah yang agraris maka mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah bekerja dibidang pertanian, baik sebagai buruh tani atau petani penggarap. Sedangkan sebagian lainnya bekerja sebagai Pegawai, pedagang, dan lain lain. Hal ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 21

22 Tabel 1.3 Data Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2011 (Jiwa) NO JENIS PEKERJAAN Belum Bekerja Pelajar/ Mahasiswa Pns/ Guru TNI/ Polri Karyawan Swasta Petani Buruh Tani Lainnya Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Ngawi Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa jumlah penduduk yang belum mendapatkan pekerjaan sejumlah jiwa atau sebesar 26,83 % dari jumlah penduduk usia produktif. Tingginya jumlah penduduk yang belum mendapatkan pekerjaan ini memerlukan program program yang mampu memberikan jalan keluar yang efisien, sebagai misal Pemerintah telah mengeluarkan beberapa program kemiskinan seperti Gardutaskin, namun program pengentasan kemiskinan itu memerlukan kebersamaan dengan berbagai pihak utamanya masyarakat Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 22

23 itu sendiri. Karena banyak sekali faktor faktor yang mempengaruhi jumlah pengangguran masyarakat misalnya: pendidikan, kebiasaan/adat istiadat, dll. Sehingga untuk mengurangi tingkat pengangguran itu tidak cukup hanya dilakukan Pemerintah saja, tetapi perlu dilakukan secara bersama dengan komponen masyarakat. Peningkatan pengangguran tersebut disebabkan oleh : 1. Pertambahan angkatan kerja lebih besar daripada lapangan kerja. 2. Rendahnya kualitas dan ketrampilan tenaga kerja. 3. Meningkatnya jumlah PHK, yang mendorong meningkatnya jumlah angkatan kerja. 4. Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan terhadap ketersediaan lapangan kerja. 5. Kurangnya informasi pasar kerja dan rendahnya efektifitas bursa kerja karena lemahnya pendataan serta terbatasnya jaringan pelayanan bursa kerja. 6. Adanya pemulangan TKI ilegal dari Malaysia maupun negara lain. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 23

24 Dilihat dari sudut mata pencaharian penduduknya dari tabel diatas terlihat bahwa sebagian besar bekerja di bidang pertanian, baik sebagai buruh petani atau petani penggarap yang mencapai orang atau 33,17 %. Sehingga Bidang Pertanian menjadi fokus utama pembangunan di pada tahun Sedangkan jumlah penduduk dilihat dari tingkat pendidikannya dapat dilihat sebagaimana tabel berikut : Tabel 1.4 Data Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan tahun (2009 dan 2011) NO TINGKAT PENDIDIKAN TAHUN Belum sekolah Belum Tamat SD SD SMP/ Sederajat SMA/ Sederajat Diploma S I S II S III Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Ngawi Dari data diatas jumlah penduduk yang belum Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 24

25 tamat Sekolah Dasar mengalami penurunan sejumlah orang, sedangkan jumlah penduduk yang mengalami peningkatan paling dominan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 adalah penduduk dengan tingkat pendidikan Strata 1 (S1) sebesar orang, SMA/ Sederajat orang, SMP/ Sederajat orang, Sekolah Dasar sebesar orang, Strata 2 (S2) sebesar 892 orang dan Strata 3 (S3) sebesar 86 orang. 3. Kondisi Ekonomi Daerah Perekonomian suatu wilayah dapat diamati melalui beberapa indikator makro, diantaranya nilai tambah yang dihasilkan oleh setiap sektor produksi yang dikenal dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB menurut lapangan usaha, atau menurut sektor produksi merupakan penjumlahan nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh seluruh unit kegiatan ekonomi yang beroperasi di wilayah yang bersangkutan pada suatu periode waktu tertentu. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 25

26 Dengan demikian PDRB merupakan nilai tambah yang dasar pengukurannya timbul akibat adanya berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah. Data PDRB dapat menggambarkan suatu kemampuan daerah dalam mengelola sumber daya alam yang dimilikinya. Besaran PDRB yang dihasilkan oleh masing masing daerah sangat bergantung pada potensi sumber daya alam dan faktor produksinya. Dari angka PDRB antara lain dapat diketahui struktur perekonomian dan laju pertumbuhan ekonomi daerah. a. Potensi Unggulan daerah. Untuk mengetahui potensi unggulan daerah dapat dilihat pada struktur perekonomian suatu daerah, karena dalam struktur perekonomian suatu daerah ditunjukkan besarnya konstribusi masingmasing sektor ekonomi dalam kemampuan menciptakan nilai tambah, hal tersebut menggambarkan ketergantungan daerah terhadap Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 26

27 kemampuan produksi dari masing masing sektor ekonominya, artinya semakin besar konstribusi suatu sektor terhadap struktur perekonomian daerah maka sektor tersebut merupakan sektor unggulan daerah. Perkembangan penduduk di didominasi oleh Sembilan sektor. Dalam PDRB ini menyajikan ruang lingkup dan definisi dari masingmasing sektor dan subsektor, cara cara penghitungan nilai tambah baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan serta sumber datanya. 1. Sektor Pertanian Sektor pertanian mencakup segala pengusahaan yang didapat dari alam dan merupakan barang biologis atau hidup, dimana hasilnya akan digunakan untuk kebutuhan sendiri maupun dijual kepada pihak lain (tidak termasuk kegiatan yang tujuannya untuk hobi saja). Sektor pertanian dibagi ke dalam 5 subsektor yaitu: Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 27

28 Tanaman Bahan Makanan, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan. Masing masing subsektor dijelaskan sebagai berikut: 1.1. Tanaman Bahan Makanan Subsektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan seperti padi dan palawija, sayur sayuran, buah buahan dan hasil hasil produk ikutannya. Termasuk dalam cakupan ini adalah hasil hasil dari pengolahan yang dilakukan secara sederhana seperti beras tumbuk, gaplek, sagu dan sejenisnya. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan masing masing kuantum produksi dengan harga dari setiap komoditi pada tahun bersangkutan yang selanjutnya dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga berlaku (diperoleh dengan menggunakan rasio Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 28

29 biaya antara terhadap output yang didapat dari hasil survei khusus). Nilai tambah atas dasar harga konstan dihitung dengan cara revaluasi, yaitu mengalikan masing masing kuantum produksi dengan harga dari setiap komoditi pada tahun 2000 yang selanjutnya dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga konstan. Data produksi dan harga komoditi subsektor ini dapat diperoleh dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura dan BPS. Sedangkan rasio produksi ikutan dan sampingan, rasio biaya pengangkutan, margin perdagangan dan rasio biaya antara diperoleh dari survei khusus Tanaman Perkebunan a. Tanaman Perkebunan Rakyat Komoditi yang dicakup adalah hasil tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat seperti jambu mete, kelapa, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 29

30 kopi, kapuk, kapas, tebu, tembakau dan cengkeh beserta produk ikutannya dan hasil hasil pengolahan sederhana seperti minyak kelapa, tembakau olahan dan kopi olahan. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi, sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dihitung dengan cara revaluasi. Data produksi dan harga komoditi subsektor ini dapat diperoleh dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Rasio produksi ikutan dan sampingan, rasio biaya pengangkutan, margin perdagangan dan rasio biaya antara diperoleh dari survei khusus oleh BPS. b. Tanaman Perkebunan Besar Kegiatan yang dicakup dalam subsektor ini adalah kegiatan yang Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 30

31 memproduksi komoditi perkebunan yang diusahakan oleh perusahaan perkebunan besar seperti karet, teh, kopi, coklat, minyak sawit, tebu. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi, sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dihitung dengan cara revaluasi. Data produksi dan harga komoditi subsektor ini dapat diperoleh dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan dan BPS. Rasio produksi ikutan dan sampingan, rasio biaya pengangkutan, margin perdagangan dan rasio biaya antara diperoleh dari survei khusus Peternakan dan Hasil hasilnya Subsektor ini mencakup produksi ternak besar (sapi, kerbau, kuda, babi, domba, dsb) Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 31

32 ternak kecil (kelinci, marmut, dsb) dan unggas (ayam, itik, puyuh, dsb) maupun hasil hasil ternak seperti kulit, susu segar, telur, pupuk kandang. Produksi sub sektor peternakan diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang dipotong ditambah perubahan stok populasi ternak dan ekspor ternak netto (selisih antara jumlah yang diekspor dengan yang diimpor). Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi, sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dihitung dengan cara revaluasi. Data populasi ternak dan produksi peternakan dapat diperoleh dari Dinas Perikanan dan Peternakan. Data ekspor/ impor antar kabupaten sampai saat ini masih sulit diperoleh angkanya, sehingga ekspor netto diasumsikan sama dengan nol. Data harga hewan ternak dan produksi peternakan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 32

33 diperoleh dari Dinas Perikanan dan Peternakan dan BPS Kehutanan Subsektor kehutanan mencakup penebangan kayu, pengambilan hasil hutan lainnya dan perburuan. Kegiatan penebangan kayu menghasilkan kayu gelondongan, kayu bakar, arang dan bambu, sedangkan hasil kegiatan pengambilan hasil hutan lainnya berupa damar, rotan, kulit kayu dan lain lain. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi, sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dihitung dengan cara evaluasi. Data produksi diperoleh dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan, sedangkan data harga komoditi subsektor ini dapat diperoleh dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Kesatuan Pemangku Hutan dan BPS. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 33

34 Rasio produksi ikutan dan sampingan, rasio biaya pengangkutan, margin perdagangan dan rasio biaya antara diperoleh dari survei khusus Perikanan Komoditi yang dicakup adalah semua hasil dari kegiatan perikanan laut, perairan umum, tambak, kolam, sawah (mina padi) dan keramba, serta pengolahan sederhana (pengeringan dan penggaraman ikan). Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi, sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dihitung dengan cara revaluasi. Data produksi dan harga komoditi perikanan diperoleh dari Dinas Perikanan dan Peternakan. Rasio produksi ikutan dan sampingan, rasio biaya pengangkutan, margin perdagangan dan rasio biaya antara diperoleh dari survei khusus. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 34

35 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian Kegiatan pertambangan dan penggalian mencakup penggalian, pengeboran, penyaringan dan pengambilan pemanfaatan segala macam benda non biologis seperti barang tambang, mineral dan barang galian yang tersedia di alam. Sektor ini dibagi ke dalam 2 subsektor yaitu subsektor penggalian dan subsektor pertambangan. Di belum ada kegiatan di subsektor pertambangan, sehingga pada sektor ini hanya disumbang oleh subsektor penggalian. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi, sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dihitung dengan cara revaluasi. Data yang diperlukan untuk penghitungan subsektor penggalian diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga, Cipta Karya dan Kebersihan, Perusahaan swasta yang bergerak dalam kegiatan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 35

36 penggalian, Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dan Kantor Lingkungan Hidup, Dinas PU Pengairan dan Pertambangan. Rasio produksi ikutan dan sampingan, rasio biaya pengangkutan, margin perdagangan dan rasio biaya antara diperoleh dari survei khusus oleh BPS. 3. Sektor Industri Pengolahan Kegiatan industri adalah kegiatan untuk mengubah bentuk baik secara mekanis maupun kimiawi dari bahan organik atau anorganik menjadi produk baru yang lebih tinggi mutunya. Dalam penghitungannya sektor ini terdiri dari duasubsektor yaitu: subsektor industri besar/ sedang dan subsektor industri kecil/ kerajinan rumah tangga. Pengelompokan tersebut berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dilibatkan, dimana industri besar/ sedang adalah industri dengan jumlah tenaga kerja 20 atau lebih, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 36

37 sedangkan industri kecil/ kerajinan rumahtangga adalah industri dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 20 orang. Untuk kelompok industri besar dan sedang ruang lingkup dan metode penghitungan nilai tambah atas dasar harga berlaku berdasarkan hasil survei industri tahunan BPS, sedangkan penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan melalui cara deflasi dengan Indeks Harga Perdagangan Besar masing masing kelompok industri digunakan sebagai deflator. Untuk output dan nilai tambah subsektor industri kecil/ kerajinan rumah tangga diperoleh dengan pendekatan produksi. Bila dalam penghitungan industri pengolahan dipisahkan antara industri besar/ sedang dan industri kecil/ kerajinan rumahtangga, dalam publikasinya sektor ini disajikan menurut Klasifikasi Lapangan Usaha Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 37

38 Indonesia/ KLUI dua digit yang terdiri dari 9 subsektor yaitu: 1. Industri makanan, minuman dan tembakau, 2. Tekstil, barang dari kulit dan alas kaki, 3. Barang dari kayu dan hasil hutan lainnya, 4. Kertas dan barang cetakan, 5. Pupuk, barang kimia dan barang dari karet/ plastik, 6. Semen dan barang galian bukan logam, 7. Logam dasar besi dan baja, 8. Alat angkutan, mesin dan peralatannya, 9. Barang lainnya. Data yang diperlukan untuk penghitungan subsektor penggalian diperoleh dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Survei Industri Besar dan Sedang dan Survei Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga oleh BPS. Rasio produksi ikutan dan sampingan, rasio biaya pengangkutan, margin Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 38

39 perdagangan dan rasio biaya antara diperoleh dari survei khusus pendapatan regional (SKPR) oleh BPS. 4. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Data produksi yang disajikan adalah data dari Perusahaan Listrik Negara (PLN), PN Gas, dan Perusahaan Daerah Air Minum. Output Masingmasing subsektor mencakup semua produksi yang dihasilkan dari berbagai kegiatan sesuai dengan ruang lingkup dan definisinya Listrik Subsektor ini mencakup semua kegiatan kelistrikan, baik yang diusahakan oleh PLN maupun non PLN dan PLN pembangkit wilayah Jawa Timur. Data produksi, harga dan biaya antara subsektor ini diperoleh dari PLN Distribusi Jawa Timur. Output atas dasar harga berlaku diperoleh dari perkalian produksi dengan harga yang Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 39

40 berlaku pada masing masing tahun, sedangkan output atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara revaluasi G a s Komoditi yang dicakup dalam subsektor ini adalah gas produksi Perusahaan Negara Gas. Data produksi, harga dan biaya biaya yang digunakan diperoleh dari perusahaan tersebut. Perkiraan output atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara revaluasi. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan dihitung dengan menggunakan persentase nilai tambah terhadap output masing masing tahun. Untuk karena belum ada perusahaan gas maka subsektor ini belum dihitung. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 40

41 4.3. Air Bersih Subsektor ini mencakup air minum yang diusahakan oleh Perusahaan Air Minum. Data produksi, harga, dan biayabiaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan air minum diperoleh dari laporan Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Ngawi yang dikumpulkan oleh BPS. Penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan dilakukan dengan cara yang sama seperti pada subsektor Listrik. 5. Sektor Bangunan Sektor bangunan mencakup semua kegiatan pembangunan fisik konstruksi, baik berupa gedung, jalan, jembatan, terminal, pelabuhan, dam, irigasi, eksplorasi minyak bumi maupun jaringan listrik, gas, air minum, telepon, dan sebagainya. Nilai tambah bruto dihitung dengan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 41

42 menggunakan pendekatan produksi. Output diperoleh dari penjumlahan nilai pembangunan prasarana fisik yang dari segi pendanaan dapat dirinci menjadi: nilai pembangunan pemerintah pusat yang dibiayai dari APBN dan nilai pembangunan daerah yang dibiayai APBD serta perbaikannya; dan pembangunan pembangunan yang dilakukan oleh developer, perumnas serta yang dilakukan oleh swadaya masyarakat murni. Sedangkan persentase nilai tambah bruto diperoleh dari survei khusus. Output atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara deflasi, deflatornya adalah Indeks Harga Perdagangan Bahan Bangunan dan Konstruksi (IHPB). 6. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor ini terdiri dari tiga subsektor yaitu subsektor perdagangan, subsektor hotel dan subsektor restoran. Pada dasarnya kegiatan yang dicakup meliputi kegiatan perdagangan, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 42

43 penyediaan akomodasi/ hotel, serta penjualan makanan dan minuman seperti restauran, warung, kedai, pedagang keliling dan sejenisnya Perdagangan Subsektor perdagangan mencakup kegiatan membeli dan menjual barang, baik baru maupun bekas, untuk tujuan penyaluran/ pendistribusian tanpa merubah bentuk barang tersebut. Subsektor perdagangan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu perdagangan besar dan perdagangan eceran. Perdagangan besar mencakup kegiatan pembelian dan penjualan kembali barang baru atau bekas oleh pedagang dari produsen atau importir ke pedagang besar lainnya, pedagang eceran, perusahaan dan lembaga yang tidak mencari untung. Sedangkan perdagangan eceran mencakup kegiatan pedagang yang umumnya melayani Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 43

44 konsumen perorangan atau rumahtangga. Penghitungan nilai tambah subsektor perdagangan dilakukan dengan pendekatan arus barang (Commodity Flow), yaitu dengan menghitung besarnya nilai komoditi pertanian, pertambangan dan penggalian, Industri, serta komoditi impor yang diperdagangkan. Dari nilai komoditi yang diperdagangkan, diturunkan nilai margin perdagangan yang merupakan output perdagangan yang selanjutnya dipakai untuk menghitung nilai tambahnya. Rasio besarnya barang barang yang diperdagangkan, margin perdagangan dan persentase nilai tambah didasarkan pada data hasil penyusunan tabel Input output serta survei khusus. Nilai produksi Bruto atas dasar harga konstan, dihitung dengan mengalikan rasio rasio diatas dengan output Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 44

45 atas dasar harga konstan pada tahun dasar dari sektor sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri serta impor. Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan konstan dihitung berdasarkan perkalian antara rasio nilai tambah dengan outputnya Hotel Subsektor ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan. Yang dimaksud akomodasi disini adalah hotel berbintang maupun tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk menginap seperti losmen, motel dan penginapan. Termasuk pula kegiatan penyediaan makanan dan minuman serta penyediaan fasilitas lainnya bagi para tamu yang menginap dimana kegiatan tersebut Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 45

46 berada dalam satu kesatuan manajemen dengan penginapan yang datanya sulit dipisahkan. Penyediaan penginapan yang diusahakan oleh yayasan atau pemerintah juga dikelompokkan disini bila segala macam keterangan dan data mengenai kegiatan ini dapat dipisahkan dengan kegiatan utamanya. Output dihitung dengan cara mengalikan jumlah malam tamu dan tarif. Dalam hal ini malam tamu dianggap sebagai kuantum dari output. Untuk keperluan ini, data diperoleh dari Survei Perusahaan Akomodasi oleh BPS, sedangkan persentase biaya antara diperoleh dari hasil survei khusus Restoran Kegiatan subsektor restoran mencakup usaha kegiatan penyediaan makanan dan minuman jadi yang pada umumnya Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 46

47 dikonsumsi ditempat penjualan baik dengan tempat tetap maupun tidak tetap. Kegiatan subsektor ini antara lain rumah makan, warung nasi, warung kopi, katering, kantin, tukang bakso, tukang es. Penyediaan makanan dan minuman jadi serta usaha katering, pelayanan restoran kereta api dan kantin yang merupakan usaha sampingan, sejauh datanya dapat dipisahkan termasuk dalam subsektor restoran. Nilai tambah bruto restoran dapat diperoleh dengan pendekatan produksi. Indikator yang digunakan adalah jumlah tenaga kerja, jumlah restoran, atau jumlah pengunjung. Sedangkan indikator harga digunakan adalah rata rata output per tenaga kerja, rata rata output per restoran, atau rata rata output per pengunjung dari survei khusus. Output atas dasar harga berlaku diperoleh Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 47

48 berdasarkan perkalian antara indikator produksi dengan indikator harga. Sedangkan output atas dasar harga konstan diperoleh menggunakan metode ekstrapolasi dengan indeks produksi (sesuai dengan indikator produksi yang dipakai) sebagai ekstrapolator. 7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor ini dibagi menjadi dua subsektor yaitu angkutan dan komunikasi. Subsektor angkutan mencakup kegiatan pengangkutan umum untuk barang dan penumpang, baik melalui darat, laut, sungai/ danau, dan udara serta jasa penunjangnya. Sedangkan subsektor komunikasi meliputi pos dan giro, telekomunikasi dan jasa penunjang komunikasi. Secara rinci dijelaskan sebagaiberikut: Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 48

49 7.1. Angkutan a. Angkutan Kereta Api Kegiatan ini meliputi pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kereta api melalui jalan lintas khusus kereta api (rel). Kegiatan pengangkutan kereta api ini sepenuhnya dikelola oleh Perusahaan Umum Kereta Api secara monopoli. Pengangkutan barang dengan menggunakan kereta yang dilakukan oleh perusahaan untuk menunjang kegiatan produksinya, seperti pengangkutan tebu dengan lori di pabrik gula tidak termasuk dalam kegiatan ini. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan data yang diperoleh dari laporan Tahunan Perusahaan Umum Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 49

50 Kereta Api. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dihitung dengan cara ekstrapolasi dengan menggunakan indeks produksi gabungan tertimbang penumpang dan ton km barang yang diangkut. b. Angkutan Jalan Raya Subsektor ini meliputi pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kendaraan umum angkutan jalan raya baik bermotor maupun tidak bermotor, seperti bus, truk, taksi, mikrolet, becak, dokar dan sebagainya. Kendaraan tersebut dapat merupakan kendaraan wajib uji baik memakai plat nomor kuning (umum) maupun plat hitam (pribadi) yang tujuannya digunakan untuk usaha komersial. Perkiraan nilai Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 50

51 tambah bruto atas dasar harga berlaku dengan menggunakan pendekatan produksi yang didasarkan pada data jumlah armada angkutan umum barang dan penumpang wajib uji yang diperoleh dari laporan tahunan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi dan hasil survei khusus pendapatan regional angkutan yang dilakukan setiap tahun, sedangkan untuk data kendaraan tidak bermotor diperoleh dari BPS. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dihitung dengan cara revaluasi. c. Jasa Penunjang Angkutan Jasa penunjang angkutan meliputi kegiatan pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang dan berkaitan dengan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 51

52 kegiatan pengangkutan, seperti terminal dan parkir, keagenan barang dan penumpang, ekspedisi, penyimpanan dan pergudangan serta jasa penunjang angkutan lainnya. Kegiatan Terminal dan Perpakiran mencakup kegiatan pemberian pelayanan dan pengaturan lalu lintas kendaraan/ armada yang membongkar atau mengisi muatan, baik barang maupun penumpang, seperti kegiatan terminal dan parkir. Kegiatan keagenan mencakup pelayanan keagenan barang dan penumpang yang diberikan kepada usaha angkutan, baik angkutan darat, udara, sungai maupun laut. Output dihitung dengan menggunakan rasio yang diperoleh dari Tabel Input Output terhadap nilai output seluruh jenis Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 52

53 angkutan. Struktur biaya diperoleh dari survei khusus. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dilakukan dengan cara deflasi memakai indeks harga konsumen komponen biaya transpor. Kegiatan pergudangan mencakup pemberian jasa penyimpanan barang, dalam suatu bangunan ataupun di lapangan terbuka dalam wilayah. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan rasio tertentu terhadap angkutan barang Komunikasi Subsektor ini terdiri atas tiga kegiatan utama yaitu Pos dan Giro, Telekomunikasi dan Jasa penunjang Komunikasi. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 53

54 a. Pos dan Giro Kegiatan ini meliputi kegiatan pemberian jasa pos dan giro seperti pengiriman surat, wesel, paket, jasa giro, jasa tabungan dan sebagainya. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku didasarkan pada data produksi dan struktur biaya yang diperoleh dari laporan keuangan Perusahaan Umum Pos dan Giro. Sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dilakukan dengan cara ekstrapolasi, menggunakan indeks gabungan dari jumlah surat yang dikirim dan jumlah uang yang digirokan. b. Telekomunikasi Kegiatan ini mencakup pemberian jasa dalam hal pemakaian hubungan telepon, telegrap dan telek. Nilai Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 54

55 tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan data yang bersumber dari laporan keuangan PT Telekomunikasi. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dihitung dengan menggunakan indeks produksi tertimbang yang meliputi jumlah menit/ interlokal dan banyaknya pemegang telepon yang bersumber dari PT Telkom Kabupaten Ngawi. c. Jasa Penunjang Komunikasi Kegiatan subsektor ini mencakup pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang kegiatan komunikasi, seperti wartel, warpostel, radio pager, telepon seluler (Ponsel). Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 55

56 8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Sektor ini meliputi kegiatan perbankan, lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan Bank Kegiatan yang dicakup dalam subsektor bank adalah kegiatan yang memberikan jasa keuangan pada pihak lain seperti: menerima simpanan terutama dalam bentuk giro dan deposito, memberikan kredit, pengiriman (transfer), rekening koran, jual/ beli suratsurat berharga, jaminan bank dan tempat penyimpanan barang barang berharga. Output subsektor bank adalah jumlah penerimaan atas jasa pelayanan bank yang diberikan kepada pemakainya, seperti biaya administrasi atas transaksi dengan bank dan biaya pengiriman uang. Selain itu dalam Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 56

57 output bank dimasukkan pula imputasi jasa bank yang besarnya sama dengan selisih antara bunga yang diterima dengan bunga yang dibayarkan. Dalam penghitungan Bank Indonesia, output bank terdiri atas: imputasi jasa, penerimaan neto dari transaksi devisa, provisi dan komisi dan pendapatan operasional lainnya. Nilai tambah bruto subsektor bank atas dasar harga berlaku diperoleh dari Bank Indonesia. Dalam PDRB seri terbaru ini, nilai tambah bruto yang ditimbulkan dari kegiatan Bank Indonesia tidak mencakup pembayaran bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan pinjaman dari luar negeri, karena hal ini merupakan kebijaksanaan moneter yang merupakan kegiatan komersial perbankan, sedangkan pada PDRB seri lama masih mencakup kedua jenis bunga tersebut. Nilai tambah bruto Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 57

58 atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara ekstrapolasi dengan indeks kredit yang diberikan bank pada tiap tiap tahun. Jumlah kredit yang dikucurkan oleh bank diperoleh dari Bank Indonesia Cabang Kediri. Untuk memperoleh nilai tambah bruto ditempuh cara deflasi dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (Umum) Lembaga Keuangan Bukan Bank Kegiatan lembaga keuangan bukan bank meliputi kegiatan asuransi, koperasi, dan pegadaian. a. Asuransi Asuransi adalah satu jenis lembaga keuangan bukan bank yang usaha pokoknya menanggung resiko atas terjadinya kerugian finansial terhadap sesuatu barang atau jiwa manusia yang disebabkan oleh Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 58

59 terjadinya musibah atau kecelakaan atas barang atau orang tersebut, sehingga mengakibatkan kematian. Asuransi dapat dibedakan menjadi asuransi jiwa, asuransi sosial, serta asuransi kerugian. Output dari asuransi jiwa adalah premi dikurangi selisih cadangan aktuaria. Berdasarkan data yang tersedia, konsep output ini ekuivalen dengan surplus Underwriting untuk Asuransi Jiwa dan Reasuransi Umum. Sedangkan Output asuransi sosial dianggap sama dengan premi neto dikurangi klaim neto. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan selisih antara output dan biaya antara. Sedangkan untuk nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dapat diperoleh dengan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 59

60 cara ekstrapolasi. Untuk asuransi jiwa, sebagai ekstrapolator adalah jumlah pemegang polis dengan penimbang besarnya polis/ uang pertanggungan, sedangkan untuk asuransi sosial ekstrapolatornya adalah jumlah peserta dengan penimbang output masing masing kegiatan. b. Pegadaian Mencakup usaha lembaga perkreditan pemerintah yang bersifat monopoli dan dibentuk berdasarkan ketentuan undang undang, yang tugasnya antara lain membina perekonomian rakyat kecil dengan menyalurkan kredit atas dasar hukum gadai dengan cara mudah, cepat, aman dan hemat. Kegiatan utamanya adalah memberikan pinjaman uang kepada Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 60

61 segolongan masyarakat dengan menerima jaminan barang bergerak. Besarnya pinjaman sesuai dengan nilai taksiran barang yang dijaminkan. Output dan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dari kegiatan pegadaian diperoleh dari hasil pengolahan laporan keuangan (Neraca Rugi Laba) Perum Pegadaian. Output utama dari pegadaian adalah berupa sewa modal, bunga deposito. c. Koperasi Koperasi adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang orang atau badan badan hukum. Kegiatan yang dicakup dalam kelompok ini meliputi Koperasi Simpan Pinjam baik yang berada di KUD maupun Non KUD. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 61

62 Output diperoleh dari selisih bunga pinjaman ke anggota. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dihitung berdasarkan ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya pinjaman ke anggota Jasa Penunjang Keuangan Kegiatan jasa penunjang keuangan meliputi berbagai kegiatan ekonomi antara lain: bursa efek, perdagangan valuta asing, perusahaan anjak piutang dan modal ventura. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku didasarkan pada data laporan rugi laba yang diperoleh dari survei khusus. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara deflasi, dan sebagai deflator adalah Indeks Harga Konsumen (Umum). Oleh karena kegiatan ekonomi dalam subsektor ini Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 62

63 belum ada di maka dalam penyusunan PDRB, subsektor ini belum dihitung Sewa Bangunan Subsektor ini mencakup semua kegiatan jasa atas penggunaan rumah bangunan sebagai tempat tinggal rumahtangga dan bukan sebagai tempat tinggal, tanpa memperhatikan apakah bangunan itu milik sendiri atau disewa. a. Sewa Bangunan Bukan Tempat Tinggal Kegiatan ini mencakup kegiatan persewaan jual beli barang barang tidak bergerak (bangunan dan tanah), termasuk agen real estate, broker, makelar yang mengurus persewaan, pembelian, penjualan dan penaksiran nilai tanah/ bangunan atas balas jasa atau kontrak. Output dari jasa ini Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 63

64 adalah penerimaan atas pemberian jasa sewa bangunan bukan tempat tinggal pada pihak lain. Perkiraan output atas dasar harga berlaku dari usaha persewaan bangunan bukan tempat tinggal dapat berdasarkan pada pendekatan produksi, yaitu banyaknya perusahaan atau tenaga kerja dikalikan dengan rata rata output per perusahaan atau tenaga kerja. Sedangkan output atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara ekstrapolasi dimana jumlah perusahaan atau tenaga kerja sebagai ekstrapolator. b. Sewa Bangunan Tempat Tinggal Sektor ini mencakup semua kegiatan jasa atas penggunaan rumah/ bangunan sebagai tempat tinggal oleh Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 64

65 rumahtangga tanpa memperhatikan apakah rumah itu milik atau rumah yang disewa, kontrak, sewa beli atau rumah dinas. Oleh sebab itu output sewa rumah adalah besarnya nilai sewa suatu rumah (termasuk biaya pemeliharaan dan perbaikan kecil). Sedangkan biaya perbaikan besar bangunan tempat tinggal yang dilakukan oleh rumah tangga dimasukkan dalam sektor bangunan Jasa Perusahaan Cakupan dari subsektor ini meliputi kegiatan pemberian jasa yang pada umumnya melayani perusahaan seperti jasa hukum dan notaris, jasa akuntan dan pembukuan, jasa pengolahan dan penyajian data, jasa teknik dan arsitektur, jasa Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 65

66 periklanan, jasa riset, jasa persewaan alatalat dan jasa perusahaan lainnya. Output atas dasar harga berlaku dapat diperoleh dengan pendekatan produksi, yaitu perkalian antara indikator produksi (jumlah tenaga kerja atau jumlah perusahaan) dengan indikator harga (ratarata output per tenaga kerja atau rata rata output per perusahaan). 9. Sektor Jasa Sektor jasa jasa terdiri atas dua subsektor, yaitu subsektor pemerintahan umum dan pertahanan serta subsektor swasta Jasa Pemerintahan Umum Subsektor pemerintahan dan pertahanan mencakup semua departemen dan non departemen, badan tinggi negara, kantor kantor dan badan badan yang berhubungan dengan administrasi Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 66

67 pemerintahan dan pertahanan. Termasuk juga kegiatan yang bersifat jasa seperti sekolah pemerintah, universitas pemerintah, rumah sakit pemerintah, perpustakaan. Estimasi nilai tambah bruto sektor pemerintahan umum didasarkan pada pengeluaran Pemerintah untuk belanja pegawai dan perkiraan penyusutan. Belanja pegawai terdiri dari gaji pokok beserta tunjangan tunjangan, honorarium dan honor pegawai negeri yang turut dalam kegiatan proyek. Disamping belanja pegawai diatas, penyusutan juga termasuk dalam penghitungan nilai tambah bruto jasa pemerintahan lainnya. Dimana nilai penyusutan diperkirakan sebesar 5 persen dari belanja pegawai. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 67

68 9.2. Jasa Swasta Subsektor ini mencakup tiga jenis kegiatan yaitu jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan dan kebudayaan, serta jasa perorangan dan rumahtangga. a. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan Jasa sosial dan kemasyarakatan ini mencakup kegiatan jasa pendidikan, jasa kesehatan dan jasa sosial kemasyarakatan lainnya seperti panti asuhan dan panti wreda yang dikelola oleh swasta. Jasa pendidikan mencakup segala macam lembaga pendidikan swasta mulai dari play group sampai dengan perguruan tinggi. Termasuk kursus, seperti kursus menjahit, menari, montir dan mengemudi. Jasa kesehatan mencakup segala macam lembaga kesehatan swasta baik Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 68

69 berbentuk rumah sakit, rumah bersalin, poliklinik dan sejenisnya. Termasuk juga pelayanan kesehatan atas usaha sendiri, seperti dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis, dokter hewan, psikiater, bidan, tukang gigi dan dukun bayi. Output jasa pendidikan atas dasar harga berlaku dapat dihitung dengan pendekatan produksi yaitu perkalian antara indikator produksi (jumlah murid) dengan indikator harganya (rata rata output per murid). Sedangkan output dan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dihitung dengan metode ekstrapolasi dengan jumlah murid sebagai ekstrapolator. Output jasa kesehatan dihitung dengan cara perkalian antara indikator produksi (jumlah pasien) Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 69

70 dengan indikator harga (rata rata output per pasien). b. Jasa Hiburan dan Kebudayaan Kegiatan yang dicakup dalam jasa hiburan dan kebudayaan ini adalah seluruh kegiatan perusahaan/ lembaga swasta yang bergerak dalam jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan, seperti pembuatan dan distribusi film, usaha pemutaran film, penyiaran radio dan televisi, produksi dan pertunjukan sandiwara, tari, musium serta jasa rekreasi lainnya seperti taman hiburan, obyek wisata dan gelanggang olahraga. Output dan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dapat dihitung berdasarkan laporan keuangan dari perusahaan atau perorangan yang Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 70

71 melakukan kegiatan jasa hiburan dan rekreasi. c. Jasa Perorangan dan Rumah Tangga Subsektor ini meliputi segala jenis kegiatan yang pada umumnya melayani perorangan dan rumah tangga, yang terdiri atas: 1) Jasa perbengkelan/ reparasi kendaraan bermotor mencakup perbaikan kecil dari kendaraan roda empat, tiga dan dua. 2) Jasa reparasi lainnya seperti perbaikan/ reparasi jam, TV, lemari es, mesin jahit, sepeda dan barang barang rumahtangga. 3) Jasa pembantu rumah tangga termasuk koki, tukang kebun, penjaga malam, pengasuh bayi. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 71

72 4) Jasa perorangan lainnya seperti tukang binatu, pemangkas rambut, salon, tukang jahit, tukang semir dsb. 5) Output dan nilai tambah bruto dapat dilakukan dengan cara pendekatan produksi dengan indikator produksi yang digunakan dapat berupa jumlah kendaraan/ barang diperbaiki. Struktur ekonomi yang dinyatakan dalam persentase menunjukkan besarnya kontribusi masingmasing sektor ekonomi dalam kemampuannya menciptakan nilai tambah. Persentase yang besar pada suatu sektor mengambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan produksi dari sektor tersebut. Dari sembilan sektor tersebut apabila dikelompokan dalam kelompok sektornya terdiri atas : Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 72

73 Kelompok sektor Agriculture (A); Kelompok sektor Manufacture (M); Kelompok sektor Service (S). Mendasar RKPD tahun 2011 Struktur perekonomian masih dikelompokan menjadi sektor sektor dan bukan kelompok sektordan masih didominasi oleh sektor pertanian dengan pertumbuhan ekonominya diproyeksikan pada tahun 2011 dapat mencapai kenaikan 6,7 %,dari tahun sebelumnya. Dari sektor pertumbuhan ekonomi apabila dilihat dari kelompok sektornya, pertumbuhan ekonomi di didominasi oleh kelompok sektor Agriculture (A). Pertumbuhan ekonomi Ngawi tahun 2011, jika ditinjau berdasar sektor ekonomi diperkirakan tidak banyak mengalami perubahan yang mendasar bila dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya, dimana pertumbuhannya masih akan ditopang oleh tiga sektor pendukung utama yaitu sektor Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 73

74 perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan, pengangkutan dan komunikasi, dan sektor pertanian. Sektor pertanian ini mencakup segala pengusahaan yang didapat dari alam dan merupakan barang biologis atau hidup, dimana hasilnya akan digunakan untuk kebutuhan sendiri maupun dijual kepada pihak lain (tidak termasuk kegiatan yang tujuannya untuk hobby saja). Sektor pertanian dibagi kedalam 5 (subsektor) yaitu : 1. Tanaman bahan makanan; Subsektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan seperti padi dan palawija, sayursayuran, buah buahan dan hasil hasil produk ikutannya. Termasuk dalam cakupan ini adalah hasil hasil dari pengolahan yang dilakukan secara sederhana seperti beras tumbuk, gaplek, dan sejenisnya. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 74

75 2. Perkebunan; Perkebunan terbagi menjadi 2 (dua) yaitu : Tanaman perkebunan rakyat; komoditi yang dicakup adalah hasil tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat seperti jambu mete, kelapa, kopi, kapuk, kapas, tebu, tembakau dan cengkeh beserta produk ikutannya dan hasil hasil pengolahan sederhana seperti minyak kelapa, tembakau olahan dan kopi olahan. Nilai tambah Bruto atas dasar harga berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi, sedangkan nilai tambah Bruto atas dasar harga konstan dihitung dengan cara revaluasi. Tanaman perkebunan besar. Yang dicakup dalam subsektor ini adalah kegiatan yang memproduksi komoditi perkebunan yang diusahakan oleh perusahaan perkebunan besar seperti, teh, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 75

76 kopi, coklat, minyak sawit, tebu. Nilai tambah Bruto atas dasar harga berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi, sedangkan nilai tambah Bruto atas dasar harga konstan dihitung dengan cara revaluasi. 3. Peternakan; Subsektor ini mencakup produksi ternak besar (sapi, kerbau, kuda, babi, domba, dsb). Ternak kecil (kelinci, marmut, dsb). Unggas (ayam, itik, puyuh, dsb), maupun hasil hasil ternak lainnya seperti kulit, susu segar, telur, pupuk kandang dll. Produksi sub sektor peternakan diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang dipotong ditambah perubahan stok populasi ternak dan ekspor ternak netto (selisih antara jumlah yang diekspor dengan yang diimpor). Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi, sedangkan nilai tambah Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 76

77 bruto atas dasar harga konstan dihitung dengan cara revaluasi. 4. Kehutanan Subsektor kehutanan mencakup penebangan kayu, pengambilan hasil hutan lainnya menghasilkan antara lain kayu gelondongan, kayu bakar, bonggol jati, arang, getah pinus, dan bambu. Sedangkan hasil kegiatan pengambilan hasil hutan lainnya berupa damar, rotan, kulit kayu dan lain lain. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi, sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dihitung dengan cara evaluasi. 5. Perikanan. Komoditi yang dicakup adalah semua hasil dari kegiatan perikanan perairan umum, kolam, sawah (mina padi) dan keramba. Serta pengolahan sederhana (pengeringan dan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 77

78 penggaraman ikan).nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi, sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dihitung dengan cara revaluasi. Diantara 5 (lima) subsektor tersebut tanaman pangan mempunyai kontribusi yang dominan dalam sektor pertanian sebesar 70%. b. Pertumbuhan Ekonomi/ PDRB Pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan yang dihitung dari PDRB merupakan rata rata tertimbang dari tingkat pertumbuhan sektoral. Angka pertumbuhan menunjukkan kenaikan produksi barang/jasa terhadap tahun sebelumnya, dengan tidak dipengaruhi variabel harga. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan banyak dipengaruhi oleh suatu sektor yang dominan, apabila suatu sektor mempunyai konstribusi besar dan pertumbuhannya lambat maka hal ini akan menghambat tingkat Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 78

79 pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, sebaliknya apabila sebuah sektor mempunyai kontribusi yang besar terhadap totalitas perekonomian, maka sektor tersebut mempunyai pertumbuhan tinggi secara langsung akan menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi secara total. Pertumbuhan Ekonomi mengalami kenaikan dalam setiap tahun walaupun belum cukup besar. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngawi merangkak naik dari 5,21 persen tahun 2006 setelah sempat turun pada tahun 2007, dalam 3 tahun terakhir terus meningkat hingga mencapai 6,09 persen pada tahun Sama dengan tahun sebelumnya, pada tahun 2009 ekonomi mengalami peningkatan pertumbuhan, (Gambar 3). Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 79

80 Gambar 3. Pertumbuhan Ekonomi dan Jawa Timur Tahun (Persen) seperti pada tabel berikut ini : Tabel 1.5 Laju Pertumbuhan PDRB Sektoral Tahun (Persen) No Sektor Pertanian 5,52 5,10 4,87 2. Pertambangan & Penggalian 5,47 4,28 3,19 3. Industri Pengolahan 6,75 6,29 6,22 4. Listrik, Gas & Air 9,14 11,28 7,24 5. Konstruksi 3,32 5,33 6,77 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 6,40 6,87 8,82 7. Angkutan & Komunikasi 6,10 6,97 8,09 8. Keuangan, Persewaan & Js Persh 4,41 3,96 5,28 9. Jasa-jasa 3,99 4,53 3,40 PDRB 5,52 5,65 6,09 Sumber : BPS Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Ngawi Tahun Anggaran 2011 I 80

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara BAB II URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan pada bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara penghitungan nilai tambah bruto atas

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PDRB KABUPATEN NGAWI TAHUN 2006-2010 KATA PENGANTAR Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngawi naik dari 5,21 persen pada tahun 2006 setelah sempat turun pada tahun 2007 sebesar

Lebih terperinci

BAB II URAIAN SEKTORAL

BAB II URAIAN SEKTORAL BAB II URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan dalam Bab II ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan subsektor, cara-cara penghitungan nilai tambah, baik atas dasar

Lebih terperinci

BAB III URAIAN SEKTORAL

BAB III URAIAN SEKTORAL BAB III URAIAN SEKTORAL alah satu kendala dalam memahami publikasi Produk Domestik Regional Bruto adalah masalah konsep dan definisi serta ruang lingkupnya yang memuat data dan informasi statistik. Disamping

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Kabupaten Ngawi 1. Tinjauan Grafis a. Letak Geografis Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB. III. URAIAN SEKTORAL

BAB. III. URAIAN SEKTORAL BAB. III. URAIAN SEKTORAL Salah satu cara untuk memahami publikasi Produk Domestik Regional Bruto adalah mengetahui masalah konsep dan definisi serta ruang lingkupnya yang memuat data dan informasi statistik.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari 38 III. METODE PENELITIAN A. Data dan sumber data Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun 2009 2013 dari instansi- instansi terkait yaitubadan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, Badan

Lebih terperinci

II.1. SEKTOR PERTANIAN

II.1. SEKTOR PERTANIAN PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012 II. URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan dalam bab ini mencakup ruang lingkup, definisi, cara panghitungan nilai tambah atas dasar harga berlaku dan konstan

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP SAMBUTAN Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur bahwa Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2009 bisa terbit. Produk Domestik Regional Bruto adalah merupakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK...

DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK... DAFTAR ISI SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK... i ii iii v vi I. PENDAHULUAN 1.1. Umum... 1 1.2. Pengertian Pendapatan Regional... 1 1.2.1. Produk Domestik

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb. SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur bahwa Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2010 bisa terbit. Produk Domestik Regional Bruto adalah merupakan

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH ( RKPD ) TAHUN 2016

BUPATI NGAWI PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH ( RKPD ) TAHUN 2016 Menimbang BUPATI NGAWI PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH ( RKPD ) TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, : a. bahwa

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2014 LAMPIRAN II : PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR : 6 Tahun 203 TANGGAL : Desember 203 PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 204

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010 BAB 1 PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya ditujukan agar tercipta kondisi sosial ekonomi masyarakat yang lebih baik.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality 2010/2011 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product of Jayapura

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Kabupaten Ngawi secara administratif kewilayahan terbagi ke dalam 19 kecamatan, terdiri dari 213 Desa dan 4 kelurahan. Jumlah penduduk pada tahun 2008 adalah 889.224

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun

Lebih terperinci

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat.

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. BAB II METODOLOGI P DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. Penggunaan PDRB tersebut secara garis besar ada dua macam yaitu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 yang diklasifikasikan menjadi 10 sektor dan

Lebih terperinci

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85 D a f t a r I s i Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI Daftar Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kota Samarinda Tahun 2009-2011 BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Umum 1 1.2. Konsep

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha Katalog BPS : 9302013.3574 Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha 2008-2012 Katalog BPS : 9302013.3574 TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA PROBOLINGGO 2008-2012

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha KATALOG BPS: 9202.3503 KABUPATEN TRENGGALEK Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006-2010 Gross Regional Domestic Product Of Trenggalek Regency By Industrial Origin

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a,

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a, KATA PENGANTAR Kondisi perekonomian makro memberikan gambaran mengenai daya saing dan tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Gambaran ekonomi makro dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN DAERAH TERHADAP REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2013

ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN DAERAH TERHADAP REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2013 36 ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN DAERAH TERHADAP REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2013 Oleh : Rachmawati Koesoemaningsih (Ketua) Sutawa (Anggota) A.R.Djoko Purwito

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA PDRB PDRB PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA 2000-2006 ISSN : - No Publikasi : 71020.0702 Katalog BPS : 9203.7102 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm X 28 cm

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi

V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH 5.1. Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi Daerah Aceh terletak di kawasan paling ujung dari bagian utara Pulau Sumatera dengan luas areal 58.357.63 km 2. Letak geografis

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb. SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur atas penerbitan Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2012. Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah

Lebih terperinci

Kerjasama : KATALOG :

Kerjasama : KATALOG : Kerjasama : KATALOG : 9302008.6205 KATALOG : 9302008.6205 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2006 2010 Edisi 2011 ISSN. 0216.4796 No.Publikasi : 6205.11.01 Katalog BPS : 9302008.6205

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (U MKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB. III URAIAN SEKTORAL Uraian Sektoral yang disajikan dalam Bab III ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, cara perhitungan nilai tambah baik atas dasar harga

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kecamatan merupakan bagian integral dari pembangunan daerah dan pembangunan nasional. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011 Katalog BPS : 9302008.3524 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21,5 x 27,9 cm : 93 + v Naskah dan Penyunting : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

BAB III URAIAN SEKTORAL

BAB III URAIAN SEKTORAL 3.1. SEKTOR PERTANIAN BAB III URAIAN SEKTORAL 3.1.1 Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan Sub Sektor tanaman bahan makanan meliputi kegiatan bercocok tanam untuk menghasilkan segala jenis tanaman yang digunakan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak, Batas Wilayah, dan Keadaan Alam Provinsi Jawa Timur merupakan satu provinsi yang terletak di Pulau Jawa selain Provinsi Daerah Khusus

Lebih terperinci

Tinjauan Ekonomi Berdasarkan :

Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BOGOR Assalamu alaikum Wr Wb Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

Lebih terperinci

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 27 BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kuningan 4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kuningan terletak di ujung Timur Laut Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam era otonomi daerah, kebutuhan akan data sebagai bahan perencanaan dan evaluasi pembangunan terutama pembangunan di tingkat kabupaten/kota semakin meningkat. Kebijakan-kebijakan

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha KATALOG BPS: 9202.3503 ht tp :// tre ng ga le kk ab.b ps.g o. id Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2008-2012 Badan Pusat Statistik Kabupaten Trenggalek Statistics

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN

SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN Sektor perdagangan dalam Penghitungan Regional Income adalah semua balas jasa yang diterima oleh pedagang besar, pedagang eceran, rumah makan dan sebagainya. Adapun

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency

KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency Katalog BPS : 9302008.3208 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency 2010-2013 PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Kuningan 2010-2013

Lebih terperinci

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2) Kata Pengantar KATA PENGANTAR Buku 2 Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) ini disusun untuk melengkapi buku 1 Nesparnas, terutama dalam hal penyajian data yang lebih lengkap dan terperinci. Tersedianya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya. Analisis regresi memberikan keleluasaan untuk menyusun model hubungan atau pengaruh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar Kata Pengantar KATA PENGANTAR Buku 2 Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) ini disusun untuk melengkapi buku 1 Nesparnas, terutama dalam hal penyajian data yang lebih lengkap dan terperinci. Tersedianya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( ) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1998-2005) 2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam Kecamatan Ajibata merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 BPS PROVINSI BENGKULU No. 10/02/17/XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,30 PERSEN, MENINGKAT DIBANDINGKAN TAHUN 2015 Perekonomian Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: a. Sektor ekonomi Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb. SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur atas penerbitan Publikasi Produk Analisis Ekonomi Regional Kota Semarang Tahun 2013. Produk Analisis Ekonomi Regional Kota Semarang

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN 2002-2010 Katalog BPS : 9302008.7101 ISSN 0215 6432 Ukuran Buku : 16,5 Cm X 21,5 Cm Jumlah Halaman : ix + 115 Halaman Naskah : Badan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997

KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997 KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997 KODE KETERANGAN 000 KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA 011 PERTANIAN TANAMAN PANGAN, TANAMAN PERKEBUNAN, DAN HORTIKULTURA 012 PETERNAKAN 013 KOMBINASI PERTANIAN

Lebih terperinci

1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar

1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar 1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional

Lebih terperinci