Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha"

Transkripsi

1 KATALOG BPS: KABUPATEN TRENGGALEK Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha Gross Regional Domestic Product Of Trenggalek Regency By Industrial Origin Kerjasama Badan Pusat Statistik Kabupaten Trenggalek Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Trenggalek Tahun 2011

2 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN TRENGGALEK MENURUT LAPANGAN USAHA

3 Katalogus Dalam Terbitan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha Katalog BPS : Ukuran Buku : A4 (21 Cm x 29 Cm) Jumlah halaman : x + 76 Naskah : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Trenggalek Penyunting : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Grafik : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Perancang Sampul : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Diterbitkan oleh : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Trenggalek Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya

4 KATA PENGANTAR Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha merupakan hasil kerjasama antara Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Trenggalek dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Trenggalek. Para pelaku ekonomi baik pemerintah, perusahaan maupun masyarakat dapat memperoleh informasi dari publikasi ini. Angka yang tercantum pada PDRB diperoleh dari perhitungan berdasarkan atas dasar harga berlaku (adhb) maupun atas dasar harga konstan (adhk) 2000, dan disajikan dalam satuan uang rupiah. Sebagai indikator ekonomi disusun tabel tabel yang digunakan untuk keperluan analisis sederhana. Hal tersebut bertujuan agar para pengguna data dapat memanfaatkan publikasi ini sebaik mungkin. Kami menyadari bahwa publikasi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pengguna data untuk meningkatkan mutu penyajian PDRB pada masa mendatang. Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi ini, terutama kepada para responden data primer maupun sekunder baik dari instansi pemerintah, swasta maupun masyarakat. KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN TRENGGALEK Trenggalek, Agustus 2011 KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN TRENGGALEK Ir. YUDI SUNARKO, M.Si DANDUT SUPRIYANTO, SP NIP NIP Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha iii

5 BUPATI TRENGGALEK SAMBUTAN Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Puji Syukur ke Hadirat Allah SWT. Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha ini dapat diselesaikan. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Trenggalek Tahun memuat Indikator Makro Ekonomi yang dapat menggambarkan kinerja perekonomian dan sebagai alat ukur keberhasilan pembangunan ekonomi Kabupaten Trenggalek pada tahun , informasi ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para konsumen data baik pemerintah, swasta maupun masyarakat Kabupaten Trenggalek sebagai acuan untuk evaluasi hasil hasil pembangunan dan sebagai sumber informasi untuk menyusun strategi kebijakan perekonomian regional dimasa yang akan datang. Akhir kata kepada semua pihak yang telah memberikan data dasar maupun data pendukung dalam menyusun publikasi ini saya ucapkan terima kasih. Wassalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Trenggalek, Agustus 2011 BUPATI TRENGGALEK DR. IR. MULYADI W.R., MMT Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha iv

6 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... SAMBUTAN BUPATI... iii iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL LAMPIRAN... viii DAFTAR GRAFIK... x BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Sistematika Penulisan... 5 BAB II. KONSEP DAN DEFINISI Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Istilah istilah Dalam PDRB Agregat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). 11 BAB III METODOLOGI Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Metode Langsung Metode Tidak Langsung Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Angka Indeks BAB IV KELOMPOK KEGIATAN EKONOMI Klasifikasi Lapangan Usaha Klasifikasi Sektor BAB V URAIAN SEKTORAL Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha v

7 5.1. Sektor Pertanian Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasil hasilnya Kehutanan Perikanan Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Industri Pengolahan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Listrik Air Bersih Sektor Konstruksi/Bangunan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Perdagangan Hotel Restoran Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pengangkutan Angkutan Jalan Raya Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi Pos dan Telekomunikasi Jasa Penunjang Komunikasi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Bank Lembaga Keuangan Bukan Bank Sewa Bangunan Jasa Perusahaan Sektor Jasa jasa Jasa Pemerintahan Umum Jasa Swasta Jasa Sosial dan Kemasyarakatan ` 38 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha vi

8 DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 1 PDRB adhb dan PDRB adhk Kabupaten Trenggalek, (Milyar Rupiah) Grafik 2 Kontribusi Sektoral PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Trenggalek, 2010 (persen) Grafik 3 Struktur Ekonomi Kabupaten Trenggalek, Tahun Grafik 4 Struktur Ekonomi Kabupaten Trenggalek, Tahun Grafik 5 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Trenggalek, Tahun (Persen) Grafik 6 Share Sektor Lapangan Usaha Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Trenggalek, Tahun 2010 (Persen) Grafik 7 Laju Inflasi PDRB Kabupaten Trenggalek (Persen), Tahun Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha x

9 Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Perorangan & Rumahtangga. 40 BAB VI Tinjauan PDRB Kabupaten Trenggalek Tinjauan umum PDRB adhb dan PDRB adhk Peranan/Kontribusi Sektor Ekonomi Kontribusi Sektoral PDRB Pergeseran Kelompok Sektor Struktur Ekonomi dan Tenaga Kerja Laju Pertumbuhan Ekonomi Laju Inflasi PDRB PDRB Perkapita TABEL LAMPIRAN Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha vii

10 DAFTAR TABEL LAMPIRAN Halaman Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha Tahun Atas Dasar Harga Berlaku PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha Tahun Atas Dasar Harga Berlaku Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan Tabel 5 Indeks Berantai PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha Tahun Atas Dasar Harga Berlaku Tabel 6 Indeks Berantai PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Indeks Perkembangan PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha Tahun Atas Dasar Harga Berlaku Indeks Perkembangan PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan Indeks Harga Implisit PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha Tahun Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha viii

11 BAB I PENDAHULUAN

12 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi menjadi sistem pemerintahan yang desentralisasi, melahirkan otonomi daerah yang memiliki tujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah daerah memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan. Namun, urusan tersebut masih tetap berada dalam koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pembangunan Nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Tujuan dari Pembangunan Nasional adalah untuk membangun tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta mewujudkan kemajuan di segala bidang terutama bidang ekonomi yang demokratis, berkeadilan sosial, melindungi hak asasi manusia, menegakkan supremasi hukum dalam tatanan masyarakat dan bangsa yang beradab, berakhlak mulia, mandiri, bebas, maju dan sejahtera. Untuk melaksanakan Pembangunan Nasional perlu mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal, agar dapat mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju dan kukuh kekuatan moral dan etikanya. Pembangunan daerah merupakan usaha untuk melakukan perubahan keadaan daerah menuju perbaikan, agar berkelanjutan menuju Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

13 peningkatan keadaan daerah terutama keadaan masyarakatnya. Oleh karena itu, perencanaan pembangunan harus dibuat secara terarah dan berkelanjutan sehingga dapat diikuti dengan implementasi dan evaluasi untuk perencanaan pembangunan berikutnya. Berbagai macam data diperlukan dalam perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah sebagai dasar untuk menentukan strategi dan kebijakan, agar sasaran pembangunan dapat dicapai dengan tepat. Strategi dan kebijakan pembangunan ekonomi yang telah diambil sebelumnya perlu dipantau dan dilihat hasil hasilnya. Berbagai data statistik yang merupakan ukuran kuantitas sangat diperlukan sebagai gambaran tentang keadaan pada masa lalu, masa sekarang, dan sasaran yang akan dicapai pada masa yang akan datang. Pada dasarnya, pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha dan kebijakan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Untuk mencapai tujuan diatas maka diperlukan perencanaan yang teliti dan evaluasi terhadap hasil hasil pembangunan yang telah dicapai. Salah satu indikator ekonomi makro yang digunakan untuk perencanaan dan evaluasi pembangunan ekonomi secara makro adalah statistik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Sehingga, dapat dikatakan tujuan dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik secara mantap, dan dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mengetahui tingkat dan pertumbuhan pendapatan masyarakat, perlu disajikan statistik pendapatan nasional/regional secara berkala, yang digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan nasional atau regional khususnya dibidang ekonomi. Angka angka pendapatan nasional/regional dapat dipakai sebagai bahan evaluasi dari Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

14 hasil pemantauan ekonomi yang telah dilaksanakan oleh berbagai pihak, baik pemerintah pusat/daerah, maupun swasta. Untuk mendapatkan Data Statistik Pendapatan Regional, maka perlu diadakan kegiatan kegiatan berupa pengumpulan data sekunder dari dinas/instansi yang terkait, serta data primer melalui Survei Khusus Pendapatan Regional dan pengolahan dari data tersebut Maksud dan Tujuan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu sajian data untuk memantau perkembangan kemajuan di segala bidang, khususnya bidang ekonomi. Tuntutan akan tersedianya data statistik ekonomi makro seperti yang telah tertuang dalam penghitungan pendapatan regional sangat diperlukan dalam pelaksanaan otonomi daerah. Sehingga bila pendapatan regional suatu daerah diketahui, maka dapat dilihat struktur ekonomi, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita dari daerah tersebut, yang nantinya merupakan suatu tolok ukur dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan. Tujuan dari penyusunan publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha adalah untuk memenuhi kebutuhan terhadap indikator makro ekonomi yang digunakan dalam evaluasi hasil hasil pembangunan ekonomi dalam pengambilan kebijakan pembangunan di Kabupaten Trenggalek Ruang Lingkup Dalam penghitungan PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha , mencakup semua unit produksi atau kegiatan usaha baik swasta maupun pemerintah (baik pusat maupun daerah) yang beroperasi di wilayah Kabupaten Trenggalek. Publikasi PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha ini menyajikan angka angka untuk periode tahun 2006, Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

15 2007, 2008, 2009 dan 2010 yang masing masing disusun menurut lapangan usaha baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun Penyajian atas dasar harga konstan penting untuk melihat kenaikan PDRB secara riil, baik dalam bentuk sektoral, keseluruhan, maupun perkapita dari tahun ke tahun karena meniadakan faktor inflasi yang ikut mempengaruhi kenaikan PDRB tersebut. Dari angka angka PDRB didapat nilai turunan yang berupa angka indeks dan agregat agregat yang banyak digunakan untuk indikator ekonomi keberhasilan suatu pembangunan di daerah Sistematika Penulisan Dalam pembuatan publikasi PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha , sistematika yang digunakan adalah : Bab I Pendahuluan Menjelaskan latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan sistematika publikasi PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha Bab II Konsep dan Definisi Menjelaskan konsep dan definisi secara teoritis dan sangat mendasar untuk dapat memahami hasil penghitungan PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha Bab III Kelompok Kegiatan Ekonomi Menjelaskan Kelompok Kegiatan Ekonomi yang tercakup dalam penghitungan PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha Bab IV Metodologi Menjelaskan tentang berbagai metodologi yang digunakan dalam penghitungan PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

16 Bab V Bab VI Uraian Sektoral Menguraikan penjelasan sektoral yang mencakup cara yang digunakan untuk masing masing sektor yang tercakup dalam penghitungan PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha Uraian Singkat PDRB Menguraikan secara singkat PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha yang berisi penjelasan tentang angka angka hasil penghitungan PDRB. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

17 Tabel 10 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha Tahun Tabel 11 Laju Inflasi PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha Tahun Tabel 12 Perkembangan Beberapa Agregat Pendapatan dan Pendapatan Regional Kabupaten Trenggalek Tahun Tabel 13 Laju Pertumbuhan Beberapa Agregat Pendapatan dan Pendapatan Regional Kabupaten Trenggalek Tahun Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha ix

18 BAB II KONSEP DAN DEFINISI

19 BAB II KONSEP DAN DEFINISI Untuk memperoleh gambaran sebagai dasar analisis mengetahui potensi ekonomi suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) secara menyeluruh dapat dilihat dari neraca ekonominya. Dalam bab ini akan diuraikan konsep dan definisi yang digunakan untuk menghitung pendapatan regional. Konsep dan definisi menjadi amat penting untuk memahami lebih lanjut mengenai data yang tersedia. Arti, wujud fisik, karakteristik, batasan dan sifat kegiatan tentang eksistensi, perubahan dan perpindahan suatu barang dan jasa harus tercermin jelas dalam konsep dan definisi. Definisi yang berbeda akan menghasilkan data yang berbeda pula. Perlu diingat bahwa konsep dan definisi yang terdapat dalam buku ini pada dasarnya bertujuan untuk menyusun neraca regional Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Definisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Trenggalek adalah jumlah seluruh nilai produksi barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan kegiatan ekonomi yang beroperasi di wilayah Kabupaten Trenggalek dalam kurun waktu satu tahun dikurangi dengan jumlah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi, tanpa memperhatikan apakah faktor faktor produksinya berasal dari atau dimiliki oleh penduduk Kabupaten Trenggalek. Dengan kata lain, PDRB adalah jumlah semua nilai tambah bruto (NTB) yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi dari seluruh kegiatan ekonomi dari seluruh lapangan usaha disuatu daerah dalam kurun waktu satu tahun. Dalam buku teks yang relevan, sering disebutkan bahwa besaran PDRB dapat dihitung melalui pengukuran arus sirkular Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

20 (circular flow), dan pengukurannya dapat dibedakan menjadi 3 cara, yaitu metode total keluaran, metode pengeluaran atas pengeluaran dan metode pendapatan dari produksi. Secara populer, pendekatan penghitungan PDRB dengan metode yang pertama dikenal dengan sebutan pendekatan produksi, yang kedua dikenal dengan pendekatan pengeluaran, dan yang terakhir dikenal dengan pendekatan pendapatan Istilah istilah dalam PDRB Mengawali penjelasan mengenai konsep dan definisi, berikut ini dijelaskan mengenai beberapa istilah yang berhubungan dengan penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu output, biaya antara, dan nilai tambah bruto. Kejelasan pengertian dari tiga istilah ini sangat penting untuk memahami apa yang dimaksud dengan PDRB. Disamping itu akan dijelaskan juga konsep dan definisi lain yang digunakan dalam PDRB. Barang dan Jasa. Barang dan jasa sebagai sarana pemenuhan kebutuhan manusia ada yang dapat digunakan secara langsung dan ada yang harus mengalami proses terlebih dahulu, sehingga barang dan jasa dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu: - barang dan jasa sebagai permintaan antara yaitu barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. - barang dan jasa sebagai permintaan akhir yaitu barang dan jasa yang langsung dikonsumsi. Output. Output adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai lapangan usaha kegiatan ekonomi dalam suatu periode waktu tertentu. Pada dasarnya nilai output = O diperoleh dari perkalian kuantum produksi (Quantum = Q) dan harganya (Price = P). Dengan demikian besaran output dapat diperoleh melalui rumus: Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

21 Output (O) = Quantum (Q) x Price (P). Biaya Antara Biaya antara merupakan nilai barang dan jasa yang digunakan sebagai bahan untuk memproduksi output dan terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang digunakan dalam proses oleh unitunit produksi dalam domestik tertentu pada rentang waktu tertentu, biasanya satu tahun. Biaya antara terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Nilai Tambah Bruto (NTB) Pengertian Nilai tambah bruto (gross Added Values) ini sangat penting untuk memahami apa yang dimaksud dengan PDRB, yang tak lain merupakan penjumlahan dari seluruh besaran nilai tambah bruto dari seluruh unit produksi yang berada pada wilayah (region) tertentu dalam rentang waktu tertentu (biasanya satu tahun). Dengan kata lain, Nilai Tambah Bruto (NTB) merupakan pengurangan dari nilai output dengan biaya antara, atau bila dirumuskan :. NTB = Output - Biaya Antara Penyusutan. Barang barang yang dipakai dalam proses produksi selalu mengalami kerusakan dan pada suatu waktu tertentu tidak berfungsi lagi sehingga akhirnya akan menjadi barang bekas dan jika dijual tidak akan memberikan nilai yang berarti. Para pelaku usaha selayaknya menyediakan/menyisihkan sebagian dari pendapatannya untuk mengganti barang modalnya yang setiap saat mengalami penurunan nilai dari nilai ekonomis barang tersebut. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

22 Penyediaan biaya ini dalam penghitungan pendapatan regional disebut penyusutan barang modal. Pajak tak langsung neto. Pajak tak langsung neto terdiri atas dua komponen yaitu pajak tak langsung dan subsidi. Selisih antara pajak tak langsung neto dan subsidi disebut sebagai pajak tak langsung neto. - Pajak tak langsung terdiri dari iuran wajib yang dibayarkan perusahaan kepada pemerintah daerah atau pusat sebagai biaya atas kegiatan produksi, penjualan, pembelian atau penggunaan barang dan jasa oleh perusahaan. - Subsidi adalah dana bantuan yang diberikan pemerintah kepada perusahaan misalnya untuk mengganti kerugian operasional dan mempertahankan harga pada tingkat tertentu. Bantuan pemerintah kepada perusahaan untuk tujuan investasi atau menutupi kerugian akibat bencana tidak dianggap sebagai subsidi Agregat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Variabel harga (price) yang digunakan dalam penghitungan PDRB dibedakan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Penghitungan atas dasar harga berlaku akan menghasilkan PDRB atas dasar harga berlaku (PDRB adhb) dan penghitungan atas dasar harga konstan akan menghasilkan PDRB atas dasar harga konstan (PDRB adhk). Dari PBRB adhb dan PDRB adhk dapat diturunkan lagi indikator indikator yang muaranya adalah untuk mendapatkan pendapatan regional perkapita. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku / PDRB adhb (Gross Regional Domestic Product at Current Prices) adalah jumlah nilai produk atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

23 Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan / PDRB adhk (Gross Regional Domestic Product at Constant Prices) adalah jumlah nilai produk atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai atas dasar harga tetap suatu tahun tertentu. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar (Gross Regional Domestic Product at Market Prices ) merupakan penjumlahan nilai tambah bruto dari lapangan usaha, termasuk didalamnya balas jasa faktor produksi (upah dan gaji, surplus usaha) dan pajak tak langsung netto. Produk Domestik Regional Netto atas dasar harga berlaku / PDRN adhb (Net Regional Domestic Product at Current Prices) adalah selisih antara PDRB atas dasar harga berlaku dengan jumlah penyusutan barang modal dari seluruh lapangan usaha. PDRN adhb = PDRB adhb - Penyusutan Produk Domestik Regional Netto atas dasar biaya faktor / PDRN adbf (Net Regional Domestic Product at Factor Cost) Perbedaan mendasar antara konsep atas dasar biaya faktor dan konsep atas dasar harga berlaku adalah adanya pajak tak langsung netto. Selisih antara PDRN adhb dengan pajak tak langsung netto akan menghasilkan PDRN adbf. PDRN adbf = PDRN adhb Pajak Tak Langsung Netto Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

24 Pendapatan Regional Perkapita (Regional Income) Perlu diketahui bahwa sulit untuk menghitung pendapatan penduduk suatu daerah tertentu. Hal ini dikarenakan ada sebagian pendapatan yang diterima oleh penduduk suatu daerah yang diperoleh karena memiliki faktor produksi pada perusahaan/usaha yang beroperasi di daerah lain dan demikian pula sebaliknya. Dengan demikian, pendapatan regional adalah PDRN adbf ditambah selisih antara pendapatan yang diterima penduduk daerah tersebut (pendapatan masuk) dengan pendapatan yang diterima penduduk daerah lain (pendapatan keluar). Dengan asumsi bahwa selisih pendapatan masuk dan pendapatan keluar adalah nol, maka PDRN adbf sama dengan pendapatan regional. Apabila pendapatan regional tersebut dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun, maka akan dihasilkan rata rata pendapatan regional per kapita penduduk daerah tersebut. Pendapatan Regional per Kapita = Pendapatan Regional Penduduk Pertengahan Tahun Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

25 BAB III METODOLOGI

26 BAB III METODOLOGI 3.1. Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB adhb) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB adhb) dapat dihitung melalui dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Untuk lebih jelasnya, akan diuraikan sebagai berikut Metode langsung Yang dimaksud metode langsung adalah metode penghitungan dengan menggunakan data yang bersumber dari daerah yang bersangkutan, terpisah dengan data propinsi atau data nasional, sehingga hasil penghitungannya memperlihatkan seluruh produk barang dan jasa yang dihasilkan daerah tersebut. Metode langsung akan memperlihatkan karakteristik sosial ekonomi setiap daerah. Metode langsung dapat diperoleh dengan menggunakan tiga macam pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan. a. Pendekatan Produksi Pendekatan dari segi produksi adalah menghitung nilai tambah dari barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari masing masing nilai produksi bruto tiap tiap lapangan usaha atau sub lapangan usaha. Pendekatan ini dapat juga disebut dengan pendekatan nilai tambah. PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi disuatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit unit produksi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

27 tersebut dalam penyajiannya dikelompokan menjadi sembilan (9) sektor lapangan usaha yaitu: [1]. Pertanian; [2]. Pertambangan dan Penggalian; [3]. Industri Pengolahan; [4]. Listrik, Gas dan Air minum; [5]. Konstruksi; [6]. Perdagangan, Hotel dan Restoran; [7]. Pengangkutan dan Komunikasi; [8]. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; dan [9]. Jasa jasa. Lapangan usaha lapangan usaha tersebut dapat dirinci lagi dalam berbagai sub lapangan usaha. Pembagian lapangan usaha menjadi sub lapangan usaha disajikan dalam penerbitan BPS yaitu Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI). b. Pendekatan Pengeluaran Pendekatan pengeluaran bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa dalam suatu daerah. PDRB adalah semua komponen permintaan akhir, seperti: [1]. Pengeluaran konsumsi rumah tangga; [2]. Pengeluaran konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung; [3]. Konsumsi pemerintah; [4]. Pembentukan modal tetap bruto; [5]. Perubahan Stok, dan [6]. Ekspor Neto; c. Pendekatan Pendapatan Dalam pendekatan pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

28 adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian Produk Domestik Regional Bruto, kecuali faktor pendapatan termasuk pula komponen penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Jumlah semua komponen pendapatan ini persektor disebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah dari Nilai Tambah Bruto seluruh sektor (lapangan usaha). Dari ketiga pendekatan tersebut diatas, secara konsep seyogyanya jumlah pengeluaran tadi harus sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor faktor produksinya Metode Tidak Langsung Yang dimaksud metode tidak langsung adalah metode alokasi, yaitu yang penghitungannya dengan cara mengalokasikan pendapatan nasional/regional provinsi untuk tiap kabupaten/kotanya dengan menggunakan alokator alokator tertentu. Cara ini ditempuh karena data yang tersedia tidak ada atau adanya kerahasiaan dari data yang tidak bisa diketahui oleh banyak orang, misalnya data mengenai perbankan dan data tentang pertahanan keamanan. Sektorsektor yang dihitung dengan menggunakan cara ini antara lain adalah sektor perbankan dan sektor pemerintahan umum. Alokator yang dapat dipergunakan dapat didasarkan atas : a. Nilai produksi bruto atau netto b. Jumlah produksi fisik c. Tenaga kerja d. Penduduk e. Alokator lain yang dianggap cocok untuk daerah tersebut. Dengan menggunakan salah satu atau kombinasi dari alokator tersebut dapat dihitung persentase bagian masing masing Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

29 kebupaten/kota terhadap nilai tambah setiap sektor atau subsektor Metode Penghitungan PDRB atas Dasar Harga Konstan (PDRB adhk) Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku dari tahun ke tahun menggambarkan perkembangan yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam volume produksi barang dan jasa yang dihasilkan dan perubahan dalam tingkat harganya. Oleh karenanya untuk dapat mengukur perubahan volume produksi atau perkembangan produktifitas secara nyata, faktor pengaruh atas perubahan harga perlu dihilangkan dengan cara menghitung PDRB atas dasar harga konstan. Penghitungan atas dasar harga konstan ini berguna antara lain dalam perencanaan ekonomi, proyeksi dan untuk menilai pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan maupun sektoral. Produk Domestik menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan apabila dikaitkan dengan data mengenai tenaga kerja dan barang modal yang dipakai dalam proses produksi dapat memberikan gambaran tentang tingkat produktifitas dan kapasitas dari masing masing lapangan usaha. Produk riil perkapita juga dipakai sebagi indikator untuk menggambarkan perubahan tingkat kemakmuran ekonomi dari tahun ke tahun. Untuk perencanaan dan proyeksi pada masa yang akan datang, atau ramalan dan penentu target, selalu bertitik tolak dari penghitungan atas dasar harga konstan. Secara konsep nilai atas dasar harga konstan dapat juga mencerminkan kuantum produksi pada tahun yang berjalan yang dinilai atas dasar harga pada tahun dasar. Dari segi nilai statistik, suatu nilai atas dasar harga konstan dapat diperoleh dengan berbagai cara, yaitu revaluasi, ekstrapolasi, deflasi, dan deflasi berganda. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

30 a. Revaluasi. Dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing masing tahun dengan harga pada tahun dasar (2000). Hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar harga konstan Selanjutnya nilai tambah harga bruto atas dasar harga konstan, diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara atas dasar harga konstan Dalam prakteknya, sangat sulit melakukan revaluasi terhadap biaya antara yang digunakan, karena mencakup komponen input yang sangat beragam, disamping daftar harga yang tersedia tidak memenuhi semua keperluan tersebut. Oleh karena itu, biaya antara atas dasar harga konstan biasanya diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga konstan masing masing tahun dengan ratio (tetap) biaya antara terhadap output pada tahun dasar atau dengan ratio biaya antara terhadap output pada tahun berjalan. b. Ekstrapolasi Nilai tambah masing masing tahun atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar 2000 dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing masing produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya, yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang sedang dihitung. Ekstrapolasi juga dapat dilakukan terhadap output atas dasar harga konstan, kemudian dengan menggunakan ratio nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

31 c. Deflasi Nilai tambah masing masing tahun atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga yang berlaku masing masing tahun dengan indeks harganya. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga konsumen, indeks harga perdagangan besar dan sebagainya, tergantung indeks mana yang lebih cocok. Indeks harga tersebut dapat pula dipakai sebagai inflator, yang berarti nilai tambah atas dasar harga yang berlaku diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga tersebut. d. Deflasi Berganda Dalam deflasi berganda ini, yang dideflasikan adalah output dan biaya antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil pendeflasian tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga produsen atau indeks harga perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditinya, sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar. Kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya antara, disamping karena komponennya terlalu banyak, juga karena sulit dicari indeks harga yang cukup mewakili sebagai deflator. Oleh karena itu, dalam penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan, deflasi berganda ini belum banyak dipakai. Penghitungan komponen penggunaan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan juga dilakukan dengan menggunakan cara cara diatas, tetapi mengingat terbatasnya data yang tersedia maka cara Deflasi dan Ekstrapolasi lebih banyak dipakai. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

32 3.3. Angka Indeks PDRB dalam publikasi ini juga disajikan dalam bentuk peranan sektoral, angka angka indeks, inflasi sektoral dan laju pertumbuhan yang masing masing dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Peranan Sektoral, diperoleh dengan cara membagi nilai masingmasing sektor/sub sektor dengan nilai total seluruh sektor PDRB dikalikan 100 pada tahun yang bersangkutan (baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun tertentu). Penghitungan peranan sektoral dapat dirumuskan sebagai berikut: P i 9 i 1 PDRB i PDRB i X100% Keterangan : P i PDRB i = Peranan sektor i = PDRB sektor i i = Sektor 1,, sektor 9 Dalam tabulasi penyajiannya, peranan sektor diberi judul distribusi persentase Produk Domestik Regional Bruto. b. Indeks Perkembangan, diperoleh dengan membagi nilai nilai pada masing masing tahun dengan nilai pada tahun dasar, dikalikan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan agregat dari tahun ke tahun terhadap tahun dasarnya. Indeks perkembangan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: IP PDRB PDRB it i 0 X 100 % Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

33 Keterangan : IP = Indeks perkembangan PDRB it = PDRB sektor i pada tahun ke t; PDRB io = PDRB sektor i pada tahun dasar i = sektor 1,, sektor 9 c. Indeks Berantai, diperoleh dengan membagi nilai pada masing masing tahun dengan nilai pada tahun sebelumnya. Apabila angka ini dikalikan dengan angka 100 dan hasilnya dikurangi 100, maka angka ini menunjukkan tingkat pertumbuhan agregat produksi untuk masing masing tahun. Metode penghitungan ini dapat pula digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan sektoral. Apabila penghitungan ini dirumuskan, maka rumus penghitungannya adalah : IB PDRB PDRB it i( t 1) X100% Keterangan : IB = Indeks berantai PDRB it = PDRB sektor i pada tahun ke t; PDRB i(t 1) = PDRB sektor i pada tahun t 1 i = sektor 1,, sektor 9 d. Indeks Harga Implisit, diperoleh dengan membagi nilai atas dasar harga berlaku dengan nilai atas dasar harga konstan untuk masing masing tahunnya, dikalikan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan harga dari agregat pendapatan terhadap harga pada tahun dasar. Selanjutnya dari indeks harga implisit ini dibuatkan indeks berantainya (dengan rumus indeks berantai), akan terlihat tingkat perkembangan harga setiap tahun terhadap tahun sebelumnya. Indeks ini secara berkala juga dapat menunjukkan besaran inflasi yang mencakup seluruh barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah penghitungan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

34 PDRB. Indeks harga implisit dapat menggunakan rumus berikut ini : IHI PDRB PDRB it ( ADHB ) it ( ADHK ) X100% Keterangan : IHI = Indeks Harga Implisit PDRB it(adhb) PDRB it(adhk) = PDRB sektor i pada tahun t atas dasar harga berlaku; = PDRB sektor i pada tahun t atas dasar harga konstan; i = sektor 1,, sektor 9 e. Inflasi PDRB, diperoleh dari indeks harga implisit dengan membuat indeks berantainya dari tahun ke tahun, dikalikan 100. Angka ini menunjukkan tingkat perkembangan harga setiap tahun terhadap tahun sebelumnya. Inflasi PDRB dapat diperoleh dengan menggunakan rumus berikut ini : InflasiPDR B IHI IHI it it 1 X100% Keterangan : IHI it = Indeks Harga Implisit Lapangan Usaha ke i tahun t; IHI it 1 = Indeks Harga Implisit Lapangan Usaha ke i tahun (t 1); i = sektor 1,, sektor 9 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

35 BAB IV KELOMPOK KEGIATAN EKONOMI

36 BAB IV KELOMPOK KEGIATAN EKONOMI Kegiatan ekonomi yang terjadi di suatu negara/daerah beraneka ragam sifat dan jenisnya. Berbagai kegiatan yang bercorak ragam ini perlu dikelompokkan sesuai dengan jenis kegiatan yang sama, sehingga dengan demikian dapat ditentukan apakah suatu kegiatan termasuk dalam kelompok kegiatan ekonomi tertentu misalnya seperti pertanian, industri, jasa jasa dan sebagainya. Pengelompokan kegiatan ekonomi sering pula disebut klasifikasi sektor lapangan usaha. Pembagian kegiatan ekonomi ke dalam sektor didasarkan pada kesamaan dan kebiasaan satuan ekonomi dalam cara berproduksi, sifat dan jenis barang dan jasa yang dihasilkan oleh masingmasing sektor dan penggunaan barang dan jasa bersangkutan. Yang dimaksud cara berproduksi dalam penyusunan klasifikasi ini adalah yang berkaitan dengan proses, teknologi dan organisasi dalam menghasilkan barang dan jasa tersebut Klasifikasi Lapangan Usaha Keseragaman klasifikasi diperlukan dalam rangka keterbandingan antara data yang dihasilkan, sehingga gambaran mengenai perkembangan dan perbedaan antar wilayah, antar waktu atau antar karakteristik tertentu dapat dilakukan. Untuk pengumpulan data secara nasional, BPS menerbitkan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI) yang menjadi pegangan bagi pengumpulan statistik di Indonesia. Dalam penyusunan pendapatan regional, klasifikasi sektor yang dipakai terdiri dari 9 sektor sebagai berikut : 1. Pertanian 1.a Tanaman Bahan Makanan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

37 1.b Tanaman Perkebunan 1.c Peternakan dan hasil hasilnya 1.d Kehutanan 1.e Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 2.a Minyak dan Gas Bumi 2.b Pertambangan Tanpa Migas 2.c Penggalian 3. Industri Pengolahan 3.a. Industri Migas 3.a.1 Pengilangan Minyak Bumi 3.a.2 Gas Alam Cair 3.b. Industri Tanpa Migas 3.b.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 3.b.2 Tekstil, Barang dari kulit dan Alas kaki 3.b.3 Barang dari kayu dan Hasil hutan lainnya 3.b.4 Kertas dan Barang cetakan 3.b.5 Pupuk, Barang kimia dan Barang dari karet 3.b.6 Semen dan Barang galian bukan logam 3.b.7 Logam dasar, Besi dan Baja 3.b.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 3.b.9 Industri Barang lainnya 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 4.a. Listrik 4.b. Gas 4.c. Air Bersih 5. Konstruksi/Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 6.a Perdagangan Besar dan Eceran 6.b Hotel Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

38 6.c Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 7.a. Pengangkutan 7.a.1 Angkutan Rel 7.a.2 Angkutan Jalan raya 7.a.3 Angkutan Laut 7.a.4 Angkutan Sungai, Danau 7.a.5 Angkutan Udara 7.a.6 Jasa Penunjang Angkutan 7.b. Komunikasi 7.b.1 Pos dan Telekomunikasi 7.b.2 Jasa Penunjang Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 8.a Bank 8.b Lembaga Keuangan Bukan Bank 8.c Jasa Penunjang Keuangan 8.d Sewa Bangunan 8.e Jasa Perusahaan 9. Jasa jasa 9.a. Pemerintahan Umum 9.a.1 Pemerintahan Umum dan Pertanahan 9.a.2 Jasa Pemerintahan Lainnya 9.b. Swasta 9.b.1 Jasa Sosial dan Kemasyarakatan 9.b.2 Jasa Hiburan dan Rekreasi 9.b.3 Jasa Perorangan dan Rumahtangga 4.2. Klasifikasi Sektor Dalam analisis lebih lanjut, kesembilan lapangan usaha dalam PDRB dikelompokkan lagi menjadi tiga kelompok besar yang masingmasing disebut dengan kelompok sektor, yaitu: Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

39 Sektor Primer Yang termasuk dalam sektor primer adalah - Lapangan usaha Pertanian - Lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian Sektor Sekunder Yang termasuk dalam sektor sekunder adalah - Lapangan usaha Industri Pengolahan - Lapangan usaha Listrik, Gas dan Air Minum - Lapangan usaha Bangunan/Konstruksi Sektor Tersier Yang termasuk dalam sektor tersier adalah - Lapangan usaha Perdagangan, Hotel dan Restoran - Lapangan usaha Pengangkutan dan Komunikasi - Lapangan usaha Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan - Lapangan usaha Jasa jasa. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

40 BAB V URAIAN SEKTORAL

41 BAB V URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang akan disajikan dalam bab ini meliputi ruang lingkup dan definisi dari masing masing sektor dan sub sektor, cara cara penghitungan nilai tambah, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan dengan tahun dasar Sektor Pertanian Tanaman bahan makanan Subsektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedelai, sayur sayuran, buah buahan, dan tanaman pangan lain serta hasil hasil produk ikutannya. Nilai tambah bruto atas dasar harga yang berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan setiap jenis kuantum produksi dengan masing masing harganya; kemudian hasilnya dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga yang berlaku. Biaya antara tersebut diperoleh dengan menggunakan rasio biaya antara terhadap output yang diperoleh dari hasil survei khusus. Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi, yaitu mengalikan kuantum produksi masing masing tahun dengan harga pada tahun 2000, kemudian dikurangi biaya antara atas dasar harga konstan Tanaman Perkebunan a. Tanaman Perkebunan Rakyat Komoditi yang dicakup adalah hasil tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat seperti kelapa, kopi, kapuk, tebu, tembakau dan cengkeh. Nilai tambah bruto atas dasar harga Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

42 berlaku dihitung dengan cara pendekatan produksi, sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara revaluasi. b. Tanaman Perkebunan Besar Kegiatan yang dicakup dalam sektor ini adalah kegiatan yang memproduksi komoditi perkebunan yang diusahakan oleh perusahaan perkebunan besar seperti karet, teh, kopi, tebu dan tanaman lainnya. Cara penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000 sama seperti penghitungan pada tanaman perkebunan rakyat Peternakan dan Hasil hasilnya Subsektor ini mencakup produksi ternak besar, ternak kecil, unggas maupun hasil hasil ternak seperti sapi, kerbau, kambing, babi, susu, telur, kulit dan hasil ternak lainnya. Produksi ternak diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang dipotong ditambah perubahan stok populasi ternak. Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara mengalikan nilai produksi dengan rasio nilai tambah berdasarkan hasil survei khusus pendapatan regional Kehutanan Subsektor kehutanan mencakup penebangan kayu, pengambilan hasil hutan lainnya dan perburuan. Kegiatan penebangan kayu menghasilkan kayu gelondongan, kayu bakar, arang dan bambu; sedangkan hasil kegiatan pengambilan hasil hutan lainnya berupa rotan, damar, nipah dan sebagainya. Nilai tambah bruto subsektor ini sama seperti penghitungan subsektor lainnya dalam sektor pertanian. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

43 Perikanan Komoditi yang dicakup adalah semua hasil dari kegiatan perikanan laut, perairan umum, kolam, serta pengolahan sederhana (pengeringan dan penggaraman ikan). Perhitungan nilai tambah bruto dilakukan dengan mengalikan rasio nilai tambah bruto terhadap output. Rasio nilai tambah ini diperoleh dari survei khusus Sektor Pertambangan dan Penggalian Komoditi yang dicakup dalam sektor ini adalah segala jenis hasil penggalian. Barang barang galian berupa batu kali, batu marmer, batu kapur, pasir dan barang galian lainnya. Nilai output merupakan perkalian antara produksi dengan masing masing harganya Sektor Industri Pengolahan Sektor ini terdiri dari sub sektor industri besar/sedang dan subsektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga. Untuk kelompok industri besar/sedang penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku berdasarkan hasil survei tahunan. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dihitung melalui cara ekstrapolasi dengan indeks produksi triwulanan barang barang industri yang digunakan sebagai ekstrapolator. Output dan nilai tambah subsektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga diperoleh dengan pendekatan produksi yaitu dengan mengalikan rata rata output per tenaga kerja dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja di subsektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga. Sektor industri pengolahan dirinci menurut KLUI, rincian subsektor dalam industri pengolahan terdiri dari 9 (sembilan) subsektor berikut ini: 1. Industri makanan, minuman dan tembakau 2. Industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

44 3. Industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya 4. Industri kertas dan barang cetakan 5. Industri pupuk, barang kimia dan barang dari karet 6. Industri semen dan barang galian bukan logam 7. Industri logam dasar, besi dan baja 8. Industri alat angkutan, mesin dan peralatannya 9. Industri pengolahan lainnya Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Listrik Subsektor listrik mencakup semua kegiatan kelistrikan, baik yang diusahakan oleh PLN maupun non PLN. Output atas dasar harga berlaku diperoleh dari perkalian produksi dengan harga yang berlaku pada masing masing tahun, sedangkan ouput atas dasar harga konstan 2000, diperoleh dengan cara revaluasi Air Bersih Subsektor air minum mencakup semua kegiatan yang diusahakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum. Output atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000, sama dengan penghitungan untuk subsektor listrik Sektor Konstruksi/Bangunan Sektor konstruksi mencakup semua kegiatan pembangunan fisik konstruksi, baik berupa gedung, jalan, jembatan, irigasi, jaringan listrik, air minum, telepon dan sebagainya. Nilai tambah bruto dihitung dengan menggunakan pendekatan produksi. Output diperoleh dari penjumlahan nilai pembangunan prasana fisik dari segi pendanaan dibiayai dari APBN, APBD dan pembangunan pembangunan yang dilakukan oleh pihak swasta maupun swadaya masyarakat murni. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

45 Persentase nilai tambah bruto diperoleh dari survei khusus. Output atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara deflasi, deflatornya adalah Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) bahan bangunan dan konstruksi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Perdagangan Perhitungan nilai tambah subsektor perdagangan dilakukan dengan pendekatan arus barang (commodity flow), yaitu dengan menghitung besarnya nilai komoditi pertanian, pertambangan dan penggalian, industri serta komoditi impor yang diperdagangkan. Dari nilai komoditi yang diperdagangkan, diturunkan nilai margin perdagangan yang merupakan output perdagangan yang selanjutnya dipakai untuk menghitung nilai tambahnya. Rasio besarnya barangbarang yang diperdagangkan, margin perdagangan dan persentase nilai tambah didasarkan dari data hasil survei khusus. Nilai produksi bruto atas dasar harga konstan 2000, dihitung dengan mengalikan rasio rasio diatas dengan output atas dasar harga konstan 2000 dari sektor sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri serta impor. Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan konstan 2000 dihitung berdasarkan perkalian antara rasio nilai tambah dengan outputnya Hotel Kegiatan subsektor ini mencakup semua hotel dan berbagai jenis penginapan. Output dihitung dengan cara mengalikan jumlah malam tamu dan tarifnya. Dalam hal ini tamu dianggap sebagai kuantum dari output. Persentase nilai tambah diperoleh dari survei khusus, sedangkan nilai tambah atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000 dihitung berdasarkan perkalian antara persentase nilai tambah dengan outputnya. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

46 Restoran Data jumlah restoran, depot, rumah makan, warung dan sebagainya diperoleh dari pengumpulan data yang dilakukan oleh BPS Kabupaten Trenggalek. Output per usaha diperoleh dari survei khusus. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara deflasi, menggunakan indeks harga konsumen makanan jadi dan minuman sebagai deflator Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pengangkutan Angkutan Jalan Raya Subsektor ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang yang dilakukan oleh perusahaan angkutan umum, baik bermotor ataupun tidak bermotor seperti bis, truk, MPU, ojek, becak, dokar dan sebagainya. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dengan menggunakan pendekatan produksi dan hasil survei khusus. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi Jasa Penunjang Angkutan Meliputi kegiatan pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang dan berkaitan dengan kegiatan pengangkutan seperti terminal, parkir, keagenan barang dan penumpang, ekspedisi, pergudangan dan jasa penunjang angkutan lainnya. Data output untuk kegiatan jasa penunjang angkutan ini diperoleh dari pengumpulan data sekunder oleh BPS Kabupaten Trenggalek. Struktur biaya diperoleh dari survei khusus. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara deflasi memakai indeks harga konsumen biaya transportasi. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

47 Komunikasi Pos dan Telekomunikasi a. Pos dan Giro Kegiatan ini meliputi pemberian jasa pos dan giro seperti pengiriman surat, wesel, paket, jasa giro, jasa tabungan dan sebagainya. Perkiraan nilai tambah atas dasar harga berlaku didasarkan pada data produksi dan struktur biaya. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara ekstrapolasi, menggunakan indeks gabungan dari jumlah surat yang dikirim dan jumlah uang yang digirokan. b. Telekomunikasi Kegiatan ini mencakup pemberian jasa dalam hal pemakaian hubungan telepon, telegrap dan teleks. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan indeks produksi gabungan tertimbang yang meliputi jumlah menit lokal/interlokal dan banyaknya pengguna telepon Jasa Penunjang Komunikasi Kegiatan subsektor ini mencakup pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang kegiatan komunikasi seperti, wartel, warpostel, telepon seluler Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Bank Angka nilai tambah bruto subsektor bank atas dasar harga berlaku diperoleh dari Bank Indonesia cabang Kediri. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara ekstrapolasi dengan indeks kredit yang diberikan bank tiap tiap tahun. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

48 Lembaga Keuangan Bukan Bank Kegiatan lembaga keuangan bukan bank meliputi kegiatan asuransi, koperasi, yayasan dan pegadaian. Perhitungan output dan nilai tambah atas dasar harga berlaku diperoleh melalui pendekatan produksi. Output diperoleh dengan cara perkalian indikator produksi dengan indikator harga, sedangkan nilai tambah bruto diperoleh dengan cara mengurangkan nilai biaya antara dari nilai output. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi Sewa Bangunan Sektor ini mencakup semua kegiatan jasa atas penggunaan rumah bangunan sebagai tempat tinggal rumah tangga dan bukan sebagai tempat tinggal, tanpa memperhatikan apakah bangunan itu milik sendiri atau disewa. Perkiraan nilai tambah bruto pada tahun 2000 didasarkan kepada data pengeluaran konsumsi rumah tangga, khususnya pengeluaran untuk sewa rumah. Perkiraan semacam untuk bangunan bukan tempat tinggal didasarkan kepada hasil survei survei khusus. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperkirakan dengan cara ekstrapolasi menggunakan jumlah bangunan tempat tinggal dan bukan sebagai tempat tinggal sebagai ekstrapolatornya, sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperkirakan dengan cara menginflate nilai bangunan dan tempat tinggal Jasa Perusahaan Subsektor ini meliputi jasa pengacara, jasa akuntan, biro arsitektur, jasa pengolahan data, jasa periklanan, dan sebagainya. Perkiraan output dan nilai tambah bruto dan ratarata output per tenaga kerja diperoleh dari survei khusus, seangkan persentase nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara revaluasi. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

49 5.9. Sektor Jasa jasa Jasa Pemerintahan Umum Nilai tambah bruto subsektor jasa pemerintahan umum terdiri dari upah dan gaji rutin pegawai pemerintah pusat dan daerah. Upah dan gaji yang dihitung mencakup upah dan gaji di belanja rutin dan sebagian dari belanja pembangunan. Perkiraan penyusutan adalah sebesar 5 persen dari total upah dan gaji yang telah dihitung. Data yang dipakai adalah realisasi pengeluaran pemerintah pusat, pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten, dan pemerintah desa diperoleh dari BPS Propinsi Jawa Timur. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi menggunakan indeks jumlah pegawai negeri Jasa Swasta Jasa Sosial dan Kemasyarakatan Subsektor ini mencakup jasa pendidikan, jasa kesehatan, serta jasa kemasyarakatan lainnya seperti jasa penelitian, jasa palang merah, panti asuhan, panti wredha, yayasan pemeliharaan anak cacat, dan rumah ibadat. Kegiatan kegiatan jasa sosial dan kemasyarakatan hanya terbatas yang dikelola oleh swasta saja, sedangkan kegiatan sejenis yang dikelola oleh pemerintah termasuk dalam sektor pemerintahan. Berikut dijelaskan penghitungan agregat agregat subsektor. a. Jasa Pendidikan Data yang digunakan untuk memperkirakan nilai tambah bruto subsektor jasa pendidikan adalah jumlah murid sekolah swasta menurut jenjang pendidikan. Data output per murid dan persentase nilai tambah diperoleh dari kegiatan survei khusus. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara revaluasi. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

50 b. Jasa Kesehatan Subsektor ini mencakup jasa rumah sakit, dokter praktek, dan jasa kesehatan lainnya yang dikelola oleh swasta. Perkiraan output untuk masing masing kegiatan didasarkan kepada hasil perkalian antara rata rata output per indikator produksi dan kuantum produksinya seperti rata rata tempat tidur rumah sakit dan jumlah tempat tidur, rata rata output per dokter dan jumlah dokter praktek; rata rata output per bidan dan jumlah bidan praktek; dan rata rata output per dukun bayi dan jumlah dukun bayi praktek. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku didasarkan pada persentase terhadap output. Data yang digunakan bersumber dari survei khusus pendapatan regional. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi masing masing kegiatan. c. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan Lainnya Dari hasil survei khusus mengenai panti asuhan dan panti wredha, diperoleh rata rata output per anak yang diasuh dan rata rata output per orang tua yang dilayani sekaligus struktur inputnya. Kemudian dengan mengalikan jumlah anak yang diasuh dan orang tua yang dilayani dengan rata rata outputnya, diperoleh perkiraan output kegiatan jasa sosial dan kemasyarakatan lainnya. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara revaluasi Jasa Hiburan dan Rekreasi Subsektor ini mencakup bioskop, radio swasta, taman hiburan, kolam renang, karaoke dan sebagainya. Data hasil survei khusus dipakai untuk memperkirakan output dan nilai tambah jasa hiburan dan kebudayaan. Penghitungan atas dasar harga konstan 2000 adalah dengan cara deflasi menggunakan IHK kelompok aneka barang dan jasa. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

51 Jasa Perorangan dan Rumahtangga Subsektor ini mencakup jasa perbengkelan, reparasi, jasa perorangan dan pembantu rumahtangga. Survei khusus yang dilakukan oleh BPS Kabupaten Trenggalek memberikan data tentang rata rata output per tenaga kerja dan struktur inputnya. Sedangkan untuk memperoleh nilai tambah bruto adalah dengan cara mengalikan persentase nilai tambah bruto dengan perkiraan nilai output. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara deflasi dengan deflator indeks harga barang dan jasa. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

52 BAB VI TINJAUAN PDRB KABUPATEN TRENGGALEK

53 BAB VI TINJAUAN PDRB KABUPATEN TRENGGALEK 6.1. Tinjauan Umum PDRB adhb dan PDRB adhk Grafik 1 PDRB adhb dan PDRB adhk Kabupaten Trenggalek (Milyar Rupiah) 6000 Milyar Rupiah ADHB 0 ADHK Tahun PDRB adalah dasar pengukuran yang merupakan jumlah nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan disuatu wilayah/region atau daerah dalam jangka waktu tertentu. Data PDRB tersebut menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki. PDRB juga dapat digunakan untuk melihat besaran nilai tambah dari masing masing sektor ekonomi sehingga dapat dilihat sektor sektor yang berperan dalam pembentukan perekonomian daerah. Perubahan nilai PDRB atas dasar harga berlaku (PDRB adhb) dari tahun ke tahun dipengaruhi oleh perubahan kuantum produksi dan perubahan harga. Oleh karena itu, kenaikan PDRB adhb tidak selalu menunjukkan adanya perbaikan ekonomi. Bisa saja peningkatan PDRB adhb disebabkan oleh faktor inflasi yang tinggi. Untuk melihat adanya perbaikan ekonomi digunakan PDRB Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

54 atas dasar harga konstan (PDRB adhk) yang diperoleh dari PDRB adhb yang telah dibebaskan dari faktor perubahan harga. Secara umum nilai PDRB Kabupaten Trenggalek tahun 2010 baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan menunjukkan peningkatan positif, walaupun tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan peningkatan nilai PDRB pada tahun PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan dua aspek, yakni perkembangan produksi riil dan perkembangan harga atau inflasi, sedangkan atas dasar harga konstan adalah untuk mengetahui pertumbuhan riil yang sudah terbebas dari unsur kenaikan harga. Dari grafik 1 dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun terjadi peningkatan nilai PDRB adhb dan PDRB adhk. Peningkatan yang lebih tajam pada PDRB adhb dibandingkan PDRB adhk menunjukkan adanya nilai rupiah atau inflasi. Dengan kata lain rasio PDRB adhb dengan PDRB adhk yang semakin tinggi menunjukkan adanya peningkatan biaya produksi. Tabel 6.1 : PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000,Kabupaten Trenggalek, (Juta Rupiah) Tahun PDRB adhb PDRB adhk ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) 2000 * , , * , , * , , * , , * , , * , , * , , * , , * , , * , , ** , Keterangan : * ) Angka Diperbaiki **) Angka Sementara Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

55 PDRB Kabupaten Trenggalek tahun 2007 atas dasar harga berlaku (adhb) mengalami kenaikan 13,12 persen dibandingkan tahun 2006 yaitu meningkat dari sebesar 3.525,62 milyar rupiah menjadi 3.988,30 milyar rupiah pada tahun Sedangkan pada tahun 2008 mengalami kenaikan 16,03 persen dibandingkan tahun 2007 dari sebesar 3.988,30 milyar rupiah pada tahun 2007 menjadi 4.627,77 milyar rupiah pada tahun Tahun 2009, PDRB Kabupaten Trenggalek atas dasar harga berlaku (adhb) mengalami kenaikan 12,29 persen dibandingkan tahun 2008 yaitu meningkat dari sebesar 4.627,77 milyar rupiah menjadi 5.196,91 milyar rupiah. Sedangkan pada tahun 2010 mengalami kenaikan 12,95 persen dibandingkan tahun 2009, dari sebesar 5.196,91 milyar rupiah pada tahun 2009 menjadi 5.870,04 milyar rupiah pada tahun Nilai Tambah Bruto (NTB) terbesar diberikan oleh sektor Pertanian sebesar 2.309,61 milyar rupiah atau memberikan kontribusi sebesar 39,35 persen dari total PDRB adhb. Tabel 6.2 : PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Menurut Lapangan Usaha, Kabupaten Trenggalek, (Juta Rupiah) Sektor Lapangan Usaha 2008 * 2009 * 2010** (1) (2) (3) (4) 1 Pertanian , , ,63 2 Pertambangan dan Penggalian , , ,50 3 Industri Pengolahan , , ,01 4 Listrik, Gas dan Air Bersih , , ,21 5 Bangunan/Konstruksi , , ,72 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran , , ,02 7 Pengangkutan dan Komunikasi , , ,48 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan , , ,89 9 Jasa jasa , , ,63 Jumlah , , ,09 Keterangan : * ) Angka Diperbaiki **) Angka Sementara Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

56 Sementara itu, PDRB Kabupaten Trenggalek tahun 2008 atas dasar harga konstan (adhk) mengalami pertumbuhan 5,61 persen dibandingkan tahun 2007 yaitu meningkat dari sebesar 2.590,16 milyar rupiah menjadi 2.735,50 milyar rupiah pada tahun Sektor lapangan usaha yang memberikan Nilai Tambah Bruto (NTB) terbesar adalah sektor Pertanian sebesar 1.088,44 milyar rupiah atau memberikan kontribusi sebesar 39,79 persen dari total PDRB adhk. Sedangkan pada tahun 2009, PDRB Kabupaten Trenggalek atas dasar harga konstan (adhk) mengalami pertumbuhan 5,64 persen dibandingkan tahun 2008, dari sebesar 2.735,50 milyar rupiah pada tahun 2008 menjadi 2.889,71 milyar rupiah pada tahun Sektor lapangan usaha yang memberikan Nilai Tambah Bruto (NTB) terbesar adalah sektor Pertanian sebesar 1.131,43 milyar rupiah atau memberikan kontribusi sebesar 39,15 persen dari total PDRB adhk. Tabel 6.3 : PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 Menurut Lapangan Usaha, Kabupaten Trenggalek, (Juta Rupiah) Sektor Lapangan Usaha 2008* 2009* 2010** (1) (2) (3) (4) 1 Pertanian , , ,46 2 Pertambangan dan Penggalian , , ,05 3 Industri Pengolahan , , ,56 4 Listrik, Gas dan Air Bersih , , ,03 5 Bangunan/Konstruksi , , ,60 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran , , ,22 7 Pengangkutan dan Komunikasi , , ,25 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan , , ,46 9 Jasa jasa , , ,90 Keterangan : * ) Angka Diperbaiki **) Angka Sementara Jumlah , , ,52 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

57 Tahun 2010, PDRB Kabupaten Trenggalek atas dasar harga konstan (adhk) naik 6,11 persen dibandingkan tahun 2009, yaitu mengalami pertumbuhan dari sebesar 2.889,71 milyar rupiah menjadi 3.066,33 milyar rupiah. Sektor lapangan usaha yang memberikan Nilai Tambah Bruto (NTB) terbesar adalah sektor Pertanian sebesar 1.180,39 milyar rupiah atau memberikan kontribusi sebesar 38,50 persen dari total PDRB adhk. 6.2 Peranan/Kontribusi Sektor Ekonomi Kontribusi Sektoral PDRB Struktur ekonomi adalah peranan sektor sektor ekonomi (dimulai dari sektor Pertanian hingga sektor Jasa) terhadap jumlah total dari seluruh sektor. Struktur ekonomi suatu wilayah biasa disajikan dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku. Dari struktur ekonomi akan terlihat berapa persen sumbangan masing masing sektor sehingga bisa menggambarkan ciri khas ekonomi, andalan, potensi, hasil pembangunan ataupun perubahan akibat kebijakan publik dari pemerintah daerah. Peranan atau kontribusi sektor ekonomi menunjukkan struktur perekonomian yang terbentuk di suatu daerah. Struktur ekonomi yang dinyatakan dalam persentase, menunjukkan besarnya peran masing masing sektor ekonomi dalam kemampuan menciptakan nilai tambah. Hal tersebut menggambarkan ketergantungan daerah terhadap masing masing sektor ekonominya. Apabila struktur ekonomi ini disajikan dari waktu ke waktu maka dapat dilihat perubahan struktur perekonomian yang terjadi. Pergeseran struktur ekonomi ini sering dipakai sebagai indikator untuk menunjukkan adanya suatu proses pembangunan. Struktur ekonomi suatu daerah dapat dicermati melalui pendekatan pola distribusi dari setiap lapangan usaha yang ada. Struktur ekonomi Kabupaten Trenggalek mengalami kecenderungan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

58 perubahan dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Pada tahun 2008, kontribusi Sektor Pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Trenggalek sekitar 41,13 persen. Hal ini membuktikan bahwa Sektor Pertanian masih menjadi andalan, mengingat sebagian besar penduduk menggantungkan hidupnya di sektor ini. Peringkat kedua dalam kontribusi terhadap perekonomian adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dengan 25,50 persen, diikuti Sektor Jasa jasa dengan 15,97 persen; Sektor Industri Pengolahan dengan 5,46 persen; Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan dengan 3,47 persen; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi dengan 3,34 persen; Sektor Bangunan/Konstruksi dengan 2,39 persen; Sektor Pertambangan dan Penggalian dengan 2,18 persen; dan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih dengan 0,56 persen. (dapat dilihat di Tabel 6.4) Pada tahun 2009, terdapat empat sektor yang kontribusinya berkurang dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Keempat sektor tersebut adalah Sektor Pertanian dari 41,13 persen pada tahun 2008 menjadi 40,54 persen pada tahun 2009; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi dari 3,34 persen menjadi 3,31 persen; Sektor Industri Pengolahan dari 5,46 persen menjadi 5,43 persen; dan Sektor Jasa jasa dari 15,97 persen menjadi 15,82. Sementara itu, kelima sektor yang lain mengalami peningkatan dalam kontribusinya terhadap perekonomian. Kelima sektor tersebut adalah Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dari 3,47 persen pada tahun 2008 menjadi 3,49 persen pada tahun 2009; Sektor Pertambangan dan Penggalian dari 2,18 persen menjadi 2,20 persen; Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih dari 0,56 persen menjadi 0,57 persen; Sektor Bangunan/Konstruksi dari 2,39 persen menjadi 2,41 persen; Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dari 25,50 persen menjadi 26,23 persen; dan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dari 3,47 persen menjadi 3,49 persen. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

59 Tabel 6.4 : Distribusi Persentase PDRB adhb Menurut Lapangan Usaha, Kabupaten Trenggalek, (Persen) Sektor Lapangan Usaha 2008* 2009* 2010** (1) (2) (3) (4) 1 Pertanian 41,13 40,54 39,35 2 Pertambangan dan Penggalian 2,18 2,20 2,09 3 Industri Pengolahan 5,46 5,43 5,32 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,56 0,57 0,57 5 Bangunan/Konstruksi 2,39 2,41 2,52 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 25,50 26,23 27,89 7 Pengangkutan dan Komunikasi 3,34 3,31 3,24 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3,47 3,49 3,59 9 Jasa jasa 15,97 15,82 15,43 Keterangan : * ) Angka Diperbaiki **) Angka Sementara Jumlah 100,00 100,00 100,00 Pada tahun 2010, Sektor Pertanian masih menjadi andalan perekonomian di Kabupaten Trenggalek. Sektor ini memberikan kontribusi dari 39,35 persen dari total PDRB adhb. Selanjutnya, kontribusi terbesar kedua adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang memberikan kontribusi sebesar 27,89 persen; disusul Sektor Jasa jasa sebesar 15,43 persen. Sedangkan sektor lapangan usaha yang memberikan kontribusi kurang dari 10 persen adalah Sektor Industri Pengolahan sebesar 5,32 persen; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 3,24 persen; Sektor Bangunan/Konstruksi sebesar 2,52 persen; Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan sebesar 3,59 persen; Sektor Pertambangan dan Penggalian 2,09 persen; dan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih sebesar 0,57 persen. Pada Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih mempunyai kontribusi tetap, yaitu 0,57 persen pada tahun 2009 dan Struktur ekonomi Kabupaten Trenggalek pada tahun 2010, masih didominasi oleh sektor Pertanian, diikuti oleh sektor sektor perdagangan, hotel dan restoran serta jasa jasa. Kalau Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

60 dilihat perkembangannya, terdapat pergeseran struktur ekonomi di Kabupaten Trenggalek. Untuk sektor pertanian ada kecenderungan turun, demikian juga dengan sektor industri pengolahan, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor jasa jasa. Sedangkan untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran ada kecenderungan naik. Sekali lagi, ini bukan berarti produksi sektor pertanian turun, tetapi yang terjadi adalah pertumbuhan sektor pertanian kalah cepat bila dibandingkan dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Grafik 2 Kontribusi Sektoral PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Trenggalek, 2010 (persen) Listrik, Gas dan Air Bersih 0,57% Bangunan/Konstru ksi 2,52% Industri Pengolahan 5,32% Perdagangan, Hotel dan Restoran 2 7,89% Pengangkutan dan Komuni kasi 3,24% Keuangan, Persewa an dan Jasa Perusahaan 3.59% Pertambangan dan Penggalian 2,09% Pe rt an ian 39,35% Jasa-J asa 15,43% Pergeseran Kelompok Sektor Struktur ekonomi suatu wilayah disajikan dari PDRB atas dasar harga berlaku dan menggambarkan peranan masing masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah yang mencerminkan besarnya kontribusi masing masing sektor terhadap perekonomian daerah. Dari struktur ekonomi akan terlihat berapa persen sumbangan masing masing sektor sehingga bisa menggambarkan ciri khas ekonomi, andalan, potensi, hasil pembangunan ataupun perubahan kebijakan publik dari pemerintah daerah. Data empiris menunjukkan bahwa kontribusi sektor primer semakin rendah jika dibandingkan dengan kontribusi sektor sektor lainnya (sekunder Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

61 dan tersier). Kecenderungan tersebut disebabkan oleh tingkat pertumbuhan sektor primer yang relatif rendah. Kontribusi sektor primer dalam pembentukan PDRB Kabupaten Trenggalek selama lima tahun terakhir masih sangat mendominasi. Pada tahun 2008 peran sektor primer sebesar 43,31 persen dengan peran sektor pertanian sebesar 41,13 persen. Sementara peran sektor pertambangan dan penggalian sebesar 2,18 persen. Pada tahun 2009 peran sektor primer turun menjadi 42,74 persen dengan peran sektor pertanian yang juga menurun menjadi 40,54 persen. Sementara peran sektor pertambangan dan penggalian mengalami kenaikan menjadi 2,20 persen. Tabel 6.5 : Struktur Ekonomi Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha, Tahun (Persen) Sektor Lapangan Usaha 2008* 2009* 2010** (1) (2) (3) (4) 1 Pertanian 41,13 40,54 39,35 2 Pertambangan dan Penggalian 2,18 2,20 2,09 Primer (1+2) 43,31 42,74 41,44 3 Industri Pengolahan 5,46 5,43 5,32 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,56 0,57 0,57 5 Bangunan/Konstruksi 2,39 2,41 2,52 Sekunder (3+4+5) 8,41 8,41 8,41 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 25,50 26,23 27,89 7 Pengangkutan dan Komunikasi 3,34 3,31 3,24 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3,47 3,49 3,59 9 Jasa jasa 15,97 15,82 15,43 Tersier ( ) 48,28 48,85 50,15 Keterangan : * ) Angka Diperbaiki **) Angka Sementara Jumlah 100,00 100,00 100,00 Pada tahun 2010, meskipun peranan sektor primer masih dominan dengan 41,44 persen, namun sektor ini mengalami penurunan kontribusi dari tahun sebelumnya yang mencapai 42,74 persen. Hal ini didukung oleh sektor lapangan usaha yang mendukung sektor primer yaitu sektor pertanian yang kontribusinya menurun dari 40,54 persen pada tahun 2009 menjadi 39,35 persen pada tahun 2010 serta sektor pertambangan dan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

62 penggalian yang kontribusinya juga menurun dari 2,20 persen pada tahun 2009 menjadi 2,09 persen pada tahun Sektor sekunder memiliki kontribusi tetap pada tahun 2009 dan tahun 2010 sebesar 8,41 persen. Sementara itu, sektor tersier menunjukkan mempunyai peranan yang meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Sektor tersier memiliki peranan yang paling dominan dibandingkan dengan kelompok sektor lainnya, yaitu dengan kontribusi terhadap perekonomian sebesar 50,15 persen atau meningkat 1,3 persen poin dibandingkan tahun Grafik 3. Struktur Ekonomi Kabupaten Trenggalek Tahun 2009 Sektor Primer; 42,74 Sektor Sekunder; 8,41 Sektor Tersier 50,15% Grafik 4. Struktur Ekonomi Kabupaten Trenggalek Tahun 2010 Sektor Primer 41,44% Sektor Tersier; 48,85 Sektor Sekunder 8,41% Struktur Ekonomi dan Tenaga Kerja Perbandingan persentase tenaga kerja dengan distribusi persentase PDRB atas dasar harga berlaku tidak selalu berbading lurus, artinya tidak selalu yang mempunyai distribusi persentase PDRB atas dasar harga berlaku besar, mempunyai persentase jumlah tenaga kerja yang besar pula. Pada tahun 2008 distribusi persentase PDRB yang terbesar terdapat pada Sektor Pertanian yaitu sebesar 41,13 persen, namun dengan persentase tenaga kerja sekitar 50 persen. Sedangkan Sektor Jasa jasa mempunyai persentase tenaga kerja 12,02 persen dengan distribusi PDRB sebesar 15,97 persen. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

63 Tabel 6.6 : Persentase PDRB ADHB dan Tenaga Kerja menurut Lapangan Usaha, Tahun Sektor 2008* 2009* 2010** % PDRB % TK % PDRB % TK % PDRB % TK (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Pertanian 41,13 49,76 40,54 55,11 39,35 54,76 2 Pertambangan dan Penggalian 2,18 1,55 2,20 1,40 2,09 0,77 3 Industri Pengolahan 5,46 15,49 5,43 13,28 5,32 12,87 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,56 0,07 0,57 0,07 0,57 0,14 5 Bangunan/Konstruksi 2,39 4,16 2,41 4,21 2,52 3,36 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 25,50 14,22 26,23 12,11 27,89 14,97 7 Pengangkutan dan Komunikasi 3,34 2,25 3,31 1,96 3,24 1,89 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3,47 0,48 3,49 0,52 3,59 0,28 9 Jasa jasa 15,97 12,02 15,82 11,34 15,43 10,98 Keterangan : * ) Angka Diperbaiki **) Angka Sementara Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Pada tahun 2009 distribusi persentase PDRB yang terbesar masih terdapat pada Sektor Pertanian yaitu sebesar 40,54 persen, namun dengan persentase tenaga kerja lebih dari 55 persen. Sedangkan Sektor Jasa jasa mempunyai persentase tenaga kerja 11,34 persen dengan distribusi PDRB sebesar 15,82 persen. Distribusi persentase PDRB pada tahun 2010 masih didominasi oleh Sektor Pertanian yaitu sebesar 39,35 persen, namun dengan persentase tenaga kerja lebih dari 54 persen. Sektor industri pengolahan memiliki andil tenaga kerja sebesar 12,87 persen namun hanya memberikan distribusi PDRB sebesar 5,32 persen. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran didukung oleh tenaga kerja sebesar 14,97 persen dan memberikan kontribusi PDRB sebesar 27,89 persen. Sektor Jasa jasa mempunyai persentase tenaga kerja 10,98 persen dengan distribusi PDRB sebesar 15,43 persen. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

64 6.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi Grafik 5 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Trenggalek Tahun (persen) Persen ,45 5,61 5,64 6,11 4, Tahun Laju pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator makro yang menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Indikator ini biasanya digunakan untuk menilai sampai seberapa jauh keberhasilan pembangunan suatu daerah dalam periode waktu tertentu. Dengan demikian indikator ini dapat pula dipakai untuk menentukan arah kebijaksanaan pembangunan yang akan datang. Untuk mengukur besarnya laju pertumbuhan tersebut dapat dihitung data PDRB atas dasar harga konstan. Pertumbuhan yang positif menunjukkan peningkatan perekonomian dan sebaliknya. Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan PDRB dari satu tahun ke tahun berikutnya yang dinyatakan dalam bentuk persentase, sedangkan PDRB yang digunakan adalah PDRB yang dihitung atas dasar harga konstan. Tingkat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan merupakan rata rata tertimbang dari tingkat pertumbuhan sektoralnya. Artinya, apabila sebuah sektor mempunyai kontribusi besar dan pertumbuhannya lambat, maka hal ini akan menghambat tingkat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, sebaliknya bila kontribusinya besar dan pertumbuhan yang tinggi, maka sektor tersebut akan menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

65 Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil dapat menjadi tolok ukur keberhasilan pemerintah dalam mewujudkan visi pembangunannya, namun perlu dipahami bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu mencerminkan kondisi yang sebenarnya tentang perekonomian suatu daerah. Ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi suatu daerah tinggi, tetapi masyarakat daerah tersebut tidak ikut menikmati pembangunan karena sebagian pendapatan dinikmati penduduk daerah lain. Struktur PDRB suatu wilayah biasanya disajikan atas dasar harga berlaku. Sedangkan pertumbuhan ekonomi biasanya dihitung dari pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Trenggalek dihitung dari pertumbuhan ekonomi Kabupaten Trenggalek yang didasarkan pada PDRB atas dasar harga konstan Tabel 6.7 : Pertumbuhan PDRB Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha, Tahun (Persen) Sektor Lapangan Usaha 2008* 2009* 2010** (1) (2) (3) (4) 1 Pertanian 3,89 3,95 4,33 2 Pertambangan dan Penggalian 5,22 5,49 4,66 3 Industri Pengolahan 4,21 4,76 4,75 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 9,24 8,86 8,17 5 Bangunan/Konstruksi 6,23 4,76 6,33 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,17 7,96 9,46 7 Pengangkutan dan Komunikasi 3,62 5,24 6,37 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 6,61 6,26 6,84 9 Jasa jasa 6,22 6,16 5,01 Keterangan : * ) Angka Diperbaiki **) Angka Sementara PDRB 5,61 5,64 6,11 Perekonomian di Kabupaten Trenggalek, pada tahun pengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Pada tahun 2006, pertumbuhan ekonominya sebesar 4,79 persen, kemudian mengalami pertumbuhan sebesar 5,45 persen pada tahun Pada tahun 2008, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Trenggalek meningkat sebesar 5,61 persen dan tahun 2009 kondisi perekonomiannya Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

66 tumbuh sebesar 5,64 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kondisi perekonomian Kabupaten Trenggalek tahun 2010 menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan dibandingkan tahun 2009, yaitu tumbuh sebesar 6,11 persen. (Dapat dilihat pada Grafik 5). Jika dilihat secara sektoral, pertumbuhan sektoral Kabupaten Trenggalek pada tahun 2009 memperlihatkan bahwa kesembilan sektor lapangan usaha mengalami pertumbuhan positif jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sektor ekonomi yang pertumbuhannya diatas 5 persen adalah sektor listrik, gas dan air bersih (8,17); sektor bangunan/konstruksi (6,33); sektor perdagangan, hotel dan restoran (9,46); sektor pengangkutan dan komunikasi (6,37); sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (6,84); dan sektor jasa jasa (5,01). Sedangkan sektor ekonomi yang pertumbuhannya dibawah 5 persen adalah sektor pertanian (4,33); sektor pertambangan dan penggalian (4,66); serta sektor industri pengolahan (4,75). Tabel 6.8 : Sumber Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Trenggalek, menurut Lapangan Usaha, Tahun Sektor Lapangan Usaha 2008* 2009* 2010** Share % Share % Share % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Pertanian 2,23 39,79 2,21 39,15 2,35 38,50 2 Pertambangan dan Penggalian 0,10 1,72 0,10 1,71 0,10 1,69 3 Industri Pengolahan 0,31 5,53 0,31 5,49 0,33 5,42 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,03 0,53 0,03 0, 55 0,03 0,56 5 Bangunan/Konstruksi 0,13 2,24 0,13 2,22 0,14 2,22 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,52 27,03 1,56 27, 63 1,74 28,50 7 Pengangkutan dan Komunikasi 0,17 3,08 0,17 3,07 0,19 3,08 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,22 3,87 0,22 3,89 0,24 3,92 9 Jasa jasa 0,91 16,21 0,92 16,29 0,99 16,12 Pertumbuhan Ekonomi 5,61 100,00 5,64 100,00 6,11 100,00 Keterangan : * ) Angka Diperbaiki **) Angka Sementara Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

67 Pada tahun 2008, ekonomi di Kabupaten Tenggalek tumbuh sebesar 5,61 dari tahun sebelumnya. Share yang diberikan oleh masing masing sektor lapangan usaha dapat dirinci sebagai berikut: sumber pertumbuhan pada sektor pertanian 2,23 persen poin (39,79% dari total pertumbuhan ekonomi); sumber pertumbuhan pada sektor pertambangan dan penggalian 0,10 persen poin (1,72% dari total pertumbuhan ekonomi); sumber pertumbuhan pada sektor industri pengolahan 0,31 persen poin (5,53% dari total pertumbuhan ekonomi); sumber pertumbuhan pada sektor listrik, gas dan air bersih 0,03 persen poin (0,53% dari total pertumbuhan ekonomi); sumber pertumbuhan pada sektor bangunan/konstruksi 0,13 persen poin (2,24% dari total pertumbuhan ekonomi); sumber pertumbuhan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran 1,52 persen poin (27,03% dari total pertumbuhan ekonomi); sumber pertumbuhan pada sektor pengangkutan dan komunikasi 0,17 persen poin (3,08% dari total pertumbuhan ekonomi); sumber pertumbuhan pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 0,22 persen poin (3,87% dari total pertumbuhan ekonomi); dan sumber pertumbuhan pada sektor jasajasa 0,91 persen poin (16,21% dari total pertumbuhan ekonomi). Pada tahun 2009, sektor pertanian masih menjadi andalan perekonomian di Kabupaten Trenggalek, mengingat sebagian besar penduduk menggantungkan hidupnya pada sektor ini. Kontribusi sektor pertanian terhadap sumber pertumbuhan ekonomi adalah 2,21 persen poin (39,15% dari total pertumbuhan ekonomi); sumber pertumbuhan pada sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi 0,10 persen poin (1,71% dari total pertumbuhan ekonomi); sumber pertumbuhan pada sektor industri pengolahan memberikan kontribusi 0,31 persen poin (5,49% dari total pertumbuhan ekonomi); sumber pertumbuhan pada sektor listrk, gas dan air bersih memberikan kontribusi 0,03 persen poin (0,55% dari total pertumbuhan ekonomi); sumber pertumbuhan pada sektor Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

68 bangunan/konstruksi memberikan kontribusi 0,13 persen poin (2,22% dari total pertumbuhan ekonomi); sumber pertumbuhan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi 1,56 persen poin (27,63% dari total pertumbuhan ekonomi); sumber pertumbuhan pada sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi 0,17 persen poin (3,07% dari total pertumbuhan ekonomi); sumber pertumbuhan pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan memberikan kontribusi 0,22 persen poin (3,89% dari total pertumbuhan ekonomi); dan sumber pertumbuhan pada sektor jasa jasa memberikan kontribusi 0,92 persen poin (16,29% dari total pertumbuhan ekonomi). Secara total, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Trenggalek tahun 2010 mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu meningkat 6,11 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sektor pertanian masih mendominasi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Trenggalek, sumber pertumbuhannya 2,35 persen poin (38,50% dari total pertumbuhan ekonomi). Selanjutnya, sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan sumber pertumbuhan 1,74 persen poin (28,50% dari total pertumbuhan ekonomi); sektor jasa jasa dengan sumber pertumbuhan 0,99 persen poin (16,12% dari total pertumbuhan ekonomi); sektor industri pengolahan dengan sumber pertumbuhan 0,33 persen poin (5,42% dari total pertumbuhan ekonomi); sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaaan dengan sumber pertumbuhan 0,24 persen poin (3,92% dari total pertumbuhan ekonomi); sektor pengangkutan dan komunikasi dengan sumber pertumbuhan 0,19 persen poin (3,08% dari total pertumbuhan ekonomi); sektor bangunan/konstruksi dengan sumber pertumbuhan 0,14 persen poin (2,22% dari total pertumbuhan ekonomi); sektor pertambangan dan penggalian dengan sumber pertumbuhan 0,10 persen poin (1,69% dari total pertumbuhan ekonomi); dan yang terakhir adalah sektor listrik, Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

69 gas, dan air bersih dengan sumber pertumbuhan 0,03 persen poin (0,56% dari total pertumbuhan ekonomi). Grafik 6 Share Sektor Lapangan Usaha Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Trenggalek Tahun 2010 Pengangkutan & Industri Pengolahan K om unika si 5,42% LGA 3,08% 0,56% Keuangan, Persewhaa naan & Jasa P erusa 3,9 2% Pertambangan & Penggalian 1,69% Pertanian 38,50 % Perdagangan, Hotel & Restoran 28,50% Bangunan 2,2 2% Ja sa -jas a 16,12% 6.4 Laju Inflasi PDRB Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga harga secara umum dan terus menerus berkaitan dengan mekanisme pasar. Angka inflasi merupakan salah satu indikator penting yang dapat memberikan informasi tentang dinamika perkembangan harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat.. Fluktuasi harga yang terjadi akan mempengaruhi daya beli konsumen, karena berakibat terhadap ketidak seimbangan dengan pendapatan. Indeks harga ini dapat diturunkan dari perhitungan PDRB yang disebut sebagai PDRB deflator atau yang dikenal dengan indeks implisit. Indeks ini merupakan perbandingan antara PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. Berbeda dengan Indeks Harga Konsumen (IHK), Indeks Implisit menggambarkan perubahan harga di tingkat produsen sehingga faktor margin perdagangan dan transportasi telah dihilangkan. Indeks implisit PDRB menggambarkan perkembangan perubahan harga. Sedangkan Inflasi yang kita kenal selama ini diturunkan dari Indeks Harga Konsumen, dimana hanya harga barang dan jasa yang dikonsumsi yang dihitung. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

70 Dari Grafik 7 terlihat besarnya Inflasi PDRB tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 berturut turut adalah 9,80 persen; 7,27 persen; 9,87 persen; 6,31 persen; serta 6,45 persen. Inflasi PDRB tahun 2007 memperlihatkan penurunan yang signifikan dibandingkan tahun Penurunan ini menunjukkan indikasi yang baik karena berarti biaya produksi yang harus ditanggung oleh para pelaku ekonomi sedikit berkurang dibandingkan tahun Pada tahun 2008 terdapat kenaikan inflasi PDRB yang cukup signifikan, yang berarti bahwa biaya produksi yang ditanggung oleh para pelaku ekonomi lebih besar dibandingkan tahun Inflasi PDRB tahun 2009 memperlihatkan penurunan lagi, yang berarti bahwa biaya produksi yang harus ditanggung oleh para pelaku ekonomi lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya. Dan Inflasi pada tahun 2010 sedikit memperlihatkan kenaikan lagi, yang berarti bahwa biaya produksi yang ditanggung oleh para pelaku ekonomi lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya. 11,00 10,00 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 Grafik 7 Laju Inflasi PDRB Kabupaten Trenggalek Tahun (Persen) 9,8 7,27 9,87 6,31 6, Tahun 6.5 PDRB Perkapita PDRB perkapita merupakan gambaran nilai tambah yang bisa diciptakan oleh masing masing penduduk akibat adanya aktivitas produksi. PDRB Perkapita didapat dari hasil penghitungan PDRB dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Besaran ini dipengaruhi oleh jumlah penduduk pertengahan tahun dalam arti Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

71 bahwa semakin tinggi jumlah penduduk akan semakin kecil besaran PDRB per kapita wilayah tersebut. Semakin tinggi PDRB perkapita suatu wilayah semakin baik tingkat perekonomian wilayahnya, walaupun ukuran ini tidak dapat memperlihatkan kesenjangan pendapatan antar penduduk. Meskipun masih terdapat keterbatasan, indikator ini cukup memadai untuk mengetahui tingkat perekonomian suatu wilayah dalam lingkup makro, paling tidak sebagai acuan memantau kemampuan suatu daerah di wilayah tersebut. Nilai tambah yang biasa diciptakan oleh penduduk sebagai akibat adanya aktifitas produksi menurut harga berlaku pada tahun yang bersangkutan menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Keadaan tersebut memberikan arti bahwa perekonomian Kabupaten Trenggalek cenderung membaik. Tabel 6.9 : PDRB Perkapita adhb dan Pendapatan Regional Perkapita adhb, Tahun Tahun Pendapatan Regional Perkapita PDRB Perkapita adhb adhb Nominal Perkembangan Nominal Perkembangan (Ribu Rupiah) (Persen) (Ribu Rupiah) (Persen) ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) , , ,82 6, ,63 6, ,51 6, ,17 6, ,01 7, ,54 7, ,48 8, ,88 8, ,13 15, ,68 15, * 5.231,52 14, ,85 15, * 5.911,93 13, ,11 12, * 6.852,11 15, ,03 15, * 7.690,41 12, ,38 12, ** 8.679,56 12, ,59 12,76 Keterangan : * ) Angka Diperbaiki **) Angka Sementara Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

72 Pada tahun 2006, PDRB perkapita atas dasar harga berlaku Kabupaten Trenggalek mengalami kenaikan sebesar 14,92 persen dibandingkan tahun 2005 yaitu dari 3,40 juta rupiah pada tahun 2005 menjadi 5,23 juta rupiah pada tahun Untuk tahun 2007, PDRB perkapita atas dasar harga berlaku mengalami kenaikan sebesar 13,01 persen dibandingkan tahun 2006, yaitu dari 5,23 juta rupiah menjadi 5,91 juta rupiah. Pada tahun 2008 PDRB perkapita Kabupaten Trenggalek mengalami kenaikan sebesar 15,90 persen dibandingkan tahun 2007 yaitu dari 5,91 juta rupiah pada tahun 2007 menjadi 6,85 juta rupiah pada tahun Pada tahun 2009 PDRB perkapita Kabupaten Trenggalek mengalami kenaikan sebesar 12,23 persen dibandingkan tahun 2008 yaitu dari 6,85 juta rupiah pada tahun 2008 menjadi 7,69 juta rupiah pada tahun Kondisi yang tak jauh berbeda terjadi pada tahun 2010, dimana PDRB perkapitanya mengalami kenaikan sebesar 12,86 persen. Hal ini berarti PDRB perkapita Kabupaten Trenggalek pada tahun 2010 mencapai 8,67 juta rupiah. Pendapatan regional per kapita atas dasar harga berlaku merupakan pendapatan per kapita penduduk yang mencerminkan pendapatan yang diterima masing masing penduduk akibat keikutsertaannya dalam proses ekonomi. Pada tahun 2007, pendapatan regional perkapita Kabupaten Trenggalek meningkat dari sebesar 4,82 juta rupiah menjadi sebesar 5,41 juta rupiah atau mengalami kenaikan sebesar 12,26 persen di bandingkan tahun Pada tahun 2008 meningkat sebesar 15,87 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu meningkat dari 5,41 juta rupiah pada tahun 2007 menjadi 6,27 juta rupiah pada tahun Sedangkan untuk tahun 2009, pendapatan regional perkapita Kabupaten Trenggalek terjadi meningkat dari sebesar 6,27 juta rupiah menjadi sebesar 7,04 juta rupiah atau mengalami kenaikan sebesar 12,25 persen di bandingkan tahun Pada tahun 2010, pendapatan regional perkapita Kabupaten Trenggalek terjadi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

73 peningkatan signifikan dari sebesar 7,04 juta rupiah menjadi sebesar 7,93 juta rupiah atau mengalami kenaikan sebesar 12,76 persen di bandingkan tahun Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

74 LAMPIRAN TABEL

75 Tabel 1: PDRB KABUPATEN TRENGGALEK MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN ATAS DASAR HARGA BERLAKU (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha 2006* 2007* 2008* 2009 * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN , , , , ,63 a. Tanaman Bahan Makanan , , , , ,63 b. Tanaman Perkebunan , , , , ,90 c. Peternakan , , , , ,29 d. Kehutanan , , , , ,32 e. Perikanan , , , , ,48 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN , , , , ,50 a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Pertambangan Tanpa Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 c. Penggalian , , , , ,50 3. INDUSTRI PENGOLAHAN , , , , ,01 a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1. Pengilangan Minyak Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2. Gas Alam Cair 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Industri Tanpa Migas , , , , ,01 1. Makanan, Minuman dan Tembakau , , , , ,68 2. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 4.430, , , , ,25 3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya , , , , ,51 4. Kertas dan Barang Cetakan 2.707, , , , ,95 5. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet , , , , ,87 6. Semen dan Barang Galian Non Logam , , , , ,66 7. Logam Dasar, Besi dan Baja 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 621,11 682,97 790,70 891,91 962,35 9. Barang Lainnya 2.835, , , , ,73 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH , , , , ,21 a. Listrik , , , , ,37 b. Gas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 c. Air bersih 898, , , , ,84 5. KONSTRUKSI / BANGUNAN , , , , ,72 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN , , , , ,02 a. Perdagangan Besar dan Eceran , , , , ,01 b. Hotel 2.595, , , , ,81 c. Restoran , , , , ,20 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI , , , , ,48 a. Pengangkutan , , , , ,20 1. Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2. Angkutan Jalan Raya , , , , ,66 3. Angkutan Laut 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4. Angkutan Sungai, Danau 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5. Angkutan Udara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6. Jasa Penunjang Angkutan , , , , ,54 b. Komunikasi , , , , ,29 1. Pos dan Telekomunikasi , , , , ,17 2. Jasa Penunjang Telekomunikasi 1.887, , , , ,12 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, JASA PERUSAHAAN , , , , ,89 a. Bank , , , , ,82 b. Lembaga Keuangan Bukan Bank , , , , ,70 c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 d. Sewa Bangunan , , , , ,59 e. Jasa perusahaan 5.062, , , , ,78 9. JASA JASA , , , , ,63 a. Pemerintahan Umum , , , , ,06 1. Adm. Pemerintahan dan Pertanahan , , , , ,06 2. Jasa Pemerintahan Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Swasta , , , , ,57 1. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan , , , , ,23 2. Jasa Hiburan dan Rekreasi , , , , ,44 3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga , , , , ,90 PDRB DENGAN MIGAS , , , , ,09 PDRB TANPA MIGAS , , , , ,09 Keterangan : * Angka Diperbaiki; ** Angka Sementara Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

76 Tabel 2: PDRB KABUPATEN TRENGGALEK MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha 2006* 2007* 2008* 2009 * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN , , , , ,46 a. Tanaman Bahan Makanan , , , , ,88 b. Tanaman Perkebunan , , , , ,73 c. Peternakan , , , , ,86 d. Kehutanan , , , , ,72 e. Perikanan , , , , ,26 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN , , , , ,05 a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian 0,00 0, ,60 0,00 0, ,38 0,00 0, ,83 0,00 0, ,83 0,00 0, ,05 3. INDUSTRI PENGOLAHAN , , , , ,56 a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1. Pengilangan Minyak Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2. Gas Alam Cair 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Industri Tanpa Migas , , , , ,56 1. Makanan, Minuman dan Tembakau , , , , ,43 2. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 2.935, , , , ,14 3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya , , , , ,84 4. Kertas dan Barang Cetakan 2.113, , , , ,79 5. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet , , , , ,51 6. Semen dan Barang Galian Non Logam , , , , ,57 7. Logam Dasar, Besi dan Baja 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 388,43 398,51 420,12 439,71 450,63 9. Barang Lainnya 1.897, , , , ,66 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH , , , , ,03 a. Listrik , , , , ,89 b. Gas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 c. Air bersih 550,19 616,47 685,26 752,72 819,14 5. KONSTRUKSI / BANGUNAN , , , , ,60 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN , , , , ,22 a. Perdagangan Besar dan Eceran , , , , ,68 b. Hotel 1.741, , , , ,29 c. Restoran , , , , ,26 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI , , , , ,25 a. Pengangkutan , , , , ,31 1. Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2. Angkutan Jalan Raya , , , , ,86 3. Angkutan Laut 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4. Angkutan Sungai, Danau 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5. Angkutan Udara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6. Jasa Penunjang Angkutan , , , , ,45 b. Komunikasi , , , , ,94 1. Pos dan Telekomunikasi , , , , ,55 2. Jasa Penunjang Telekomunikasi 1.207, , , , ,39 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, JASA PERUSAHAAN , , , , ,46 a. Bank , , , , ,08 b. Lembaga Keuangan Bukan Bank , , , , ,15 c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 d. Sewa Bangunan , , , , ,05 e. Jasa perusahaan 4.030, , , , ,17 9. JASA JASA , , , , ,90 a. Pemerintahan Umum , , , , ,55 1. Adm. Pemerintahan dan Pertanahan , , , , ,55 2. Jasa Pemerintahan Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Swasta , , , , ,35 1. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan , , , , ,44 2. Jasa Hiburan dan Rekreasi , , , , ,83 3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga , , , , ,08 PDRB DENGAN MIGAS , , , , ,52 PDRB TANPA MIGAS , , , , ,52 Keterangan : * Angka Diperbaiki; ** Angka Sementara Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

77 Tabel 3: DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB KABUPATEN TRENGGALEK MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN ATAS DASAR HARGA BERLAKU Lapangan Usaha 2006* 2007* 2008* 2009 * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN 41,42 41,28 41,13 40,54 39,35 a. Tanaman Bahan Makanan 25,61 25,17 24,78 23,99 22,63 b. Tanaman Perkebunan 4,02 4,15 4,29 4,40 4,36 c. Peternakan 6,36 6,32 6,34 6,36 6,49 d. Kehutanan 0,91 0,88 0,82 0,76 0,70 e. Perikanan 4,52 4,75 4,89 5,02 5,17 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 2,28 2,20 2,18 2,20 2,09 a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Pertambangan Tanpa Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 c. Penggalian 2,28 2,20 2,18 2,20 2,09 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 5,61 5,62 5,46 5,43 5,32 a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1. Pengilangan Minyak Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2. Gas Alam Cair 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Industri Tanpa Migas 5,61 5,62 5,46 5,43 5,32 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 0,94 0,97 1,00 1,02 1,05 2. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 0,13 0,13 0,13 0,12 0,11 3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 0,82 0,83 0,81 0,77 0,75 4. Kertas dan Barang Cetakan 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 5. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 3,08 3,06 2,89 2,86 2,75 6. Semen dan Barang Galian Non Logam 0,46 0,46 0,46 0,48 0,47 7. Logam Dasar, Besi dan Baja 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 9. Barang Lainnya 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 0,57 0,55 0,56 0,57 0,57 a. Listrik 0,54 0,53 0,53 0,55 0,54 b. Gas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 c. Air bersih 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 5. KONSTRUKSI / BANGUNAN 2,27 2,33 2,39 2,41 2,52 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 25,14 25,29 25,50 26,23 27,89 a. Perdagangan Besar dan Eceran 23,30 23,47 23,66 24,36 25,90 b. Hotel 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 c. Restoran 1,76 1,75 1,76 1,81 1,92 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 3,50 3,39 3,34 3,31 3,24 a. Pengangkutan 2,98 2,87 2,81 2,68 2,53 1. Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2. Angkutan Jalan Raya 2,52 2,42 2,37 2,23 2,08 3. Angkutan Laut 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4. Angkutan Sungai, Danau 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5. Angkutan Udara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6. Jasa Penunjang Angkutan 0,46 0,45 0,44 0,45 0,45 b. Komunikasi 0,52 0,52 0,53 0,63 0,71 1. Pos dan Telekomunikasi 0,46 0,47 0,48 0,57 0,65 2. Jasa Penunjang Telekomunikasi 0,05 0,05 0,05 0,06 0,06 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, JASA PERUSAHAAN 3,53 3,43 3,47 3,49 3,59 a. Bank 0,90 0,88 0,90 0,89 0,92 b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 1,43 1,40 1,41 1,44 1,49 c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 d. Sewa Bangunan 1,05 1,02 1,01 1,02 1,04 e. Jasa perusahaan 0,14 0,14 0,14 0,14 0,15 9. JASA JASA 15,69 15,89 15,97 15,82 15,43 a. Pemerintahan Umum 10,36 10,45 10,48 10,22 9,76 1. Adm. Pemerintahan dan Pertanahan 10,36 10,45 10,48 10,22 9,76 2. Jasa Pemerintahan Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Swasta 5,33 5,44 5,49 5,60 5,67 1. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan 1,10 1,11 1,13 1,12 1,15 2. Jasa Hiburan dan Rekreasi 0,80 0,79 0,79 0,80 0,80 3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga 3,42 3,54 3,58 3,68 3,72 PDRB DENGAN MIGAS 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 PDRB TANPA MIGAS 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Keterangan : * Angka Diperbaiki; ** Angka Sementara Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

78 Tabel 4: DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB KABUPATEN TRENGGALEK MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 Lapangan Usaha 2006* 2007* 2008* 2009 * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN 41,07 40,45 39,79 39,15 38,50 a. Tanaman Bahan Makanan 25,37 24,80 24,17 23,51 22,81 b. Tanaman Perkebunan 3,89 3,95 4,01 4,06 4,00 c. Peternakan 6,61 6,46 6,35 6,28 6,32 d. Kehutanan 0,84 0,82 0,79 0,75 0,72 e. Perikanan 4,36 4,42 4,48 4,54 4,65 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN PENGGALIAN 1,75 1,72 1,72 1,71 1,69 a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Pertambangan Tanpa Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 c. Penggalian 1,75 1,72 1,72 1,71 1,69 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 5,53 5,61 5,53 5,49 5,42 a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1. Pengilangan Minyak Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2. Gas Alam Cair 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Industri Tanpa Migas 5,53 5,61 5,53 5,49 5,42 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 0,98 1,01 1,04 1,04 1,05 2. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 0,83 0,83 0,82 0,79 0,77 4. Kertas dan Barang Cetakan 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 5. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 2,97 3,00 2,92 2,89 2,83 6. Semen dan Barang Galian Non Logam 0,45 0,46 0,45 0,46 0,46 7. Logam Dasar, Besi dan Baja 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 0,02 0,02 0,02 0,02 0,01 9. Barang Lainnya 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 0,50 0,51 0,53 0,55 0,56 a. Listrik 0,48 0,49 0,50 0,52 0,53 b. Gas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 c. Air bersih 0,02 0,02 0,03 0,03 0,03 5. KONSTRUKSI / BANGUNAN 2,19 2,23 2,24 2,22 2,22 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 25,90 26,39 27,03 27,63 28,50 a. Perdagangan Besar dan Eceran 23,87 24,36 24,96 25,53 26,35 b. Hotel 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 c. Restoran 1,95 1,96 2,00 2,02 2,08 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 3,17 3,14 3,08 3,07 3,08 a. Pengangkutan 2,69 2,65 2,59 2,53 2,49 1. Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2. Angkutan Jalan Raya 2,19 2,14 2,08 2,02 1,97 3. Angkutan Laut 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4. Angkutan Sungai, Danau 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5. Angkutan Udara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6. Jasa Penunjang Angkutan 0,50 0,51 0,51 0,51 0,51 b. Komunikasi 0,48 0,49 0,49 0,54 0,59 1. Pos dan Telekomunikasi 0,43 0,44 0,44 0,49 0,53 2. Jasa Penunjang Telekomunikasi 0,05 0,05 0,05 0,05 0,06 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, JASA PERUSAHAAN 3,79 3,84 3,87 3,89 3,92 a. Bank 0,96 0,99 0,99 1,00 1,00 b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 1,48 1,51 1,54 1,56 1,57 c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 d. Sewa Bangunan 1,19 1,17 1,17 1,17 1,18 e. Jasa perusahaan 0,16 0,16 0,16 0,17 0,17 9. JASA JASA 16,11 16,12 16,21 16,29 16,12 a. Pemerintahan Umum 11,24 11,12 11,15 11,22 11,05 1. Adm. Pemerintahan dan Pertanahan 11,24 11,12 11,15 11,22 11,05 2. Jasa Pemerintahan Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Swasta 4,87 5,00 5,05 5,06 5,07 1. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan 0,96 0,98 1,00 1,00 1,00 2. Jasa Hiburan dan Rekreasi 0,74 0,76 0,77 0,78 0,79 3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga 3,16 3,25 3,28 3,29 3,29 PDRB DENGAN MIGAS 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 PDRB TANPA MIGAS 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Keterangan : * Angka Diperbaiki; ** Angka Sementara Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

79 Tabel 5: INDEKS BERANTAI PDRB KABUPATEN TRENGGALEK MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN ATAS DASAR HARGA BERLAKU Lapangan Usaha 2006* 2007* 2008* 2009 * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN 114,00 112,73 115,60 110,69 109,63 a. Tanaman Bahan Makanan 113,43 111,20 114,23 108,69 106,56 b. Tanaman Perkebunan 115,73 116,63 120,14 115,18 111,75 c. Peternakan 113,37 112,48 116,33 112,69 115,23 d. Kehutanan 111,49 109,73 107,84 104,44 103,60 e. Perikanan 117,26 118,88 119,39 115,37 116,25 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 106,01 109,13 115,19 113,09 107,36 a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Pertambangan Tanpa Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 c. Penggalian 106,01 109,13 115,19 113,09 107,36 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 115,72 113,44 112,70 111,55 110,76 a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1. Pengilangan Minyak Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2. Gas Alam Cair 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Industri Tanpa Migas 115,72 113,44 112,70 111,55 110,76 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 118,00 116,60 119,56 114,60 116,58 2. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 116,59 114,23 114,71 109,53 106,11 3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 116,98 113,79 112,66 107,31 110,37 4. Kertas dan Barang Cetakan 112,60 111,87 115,88 118,07 114,19 5. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 114,63 112,39 109,56 110,90 108,76 6. Semen dan Barang Galian Non Logam 116,55 113,47 117,03 115,60 111,03 7. Logam Dasar, Besi dan Baja 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 112,69 109,96 115,77 112,80 107,90 9. Barang Lainnya 116,79 113,87 118,16 112,93 114,30 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 114,71 109,99 117,73 114,62 112,30 a. Listrik 114,35 109,66 117,61 114,62 111,97 b. Gas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 c. Air bersih 122,97 116,98 120,21 114,62 118,80 5. KONSTRUKSI / BANGUNAN 117,27 116,40 118,68 113,35 118,37 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 115,92 113,81 116,99 115,54 120,07 a. Perdagangan Besar dan Eceran 115,97 113,93 117,00 115,58 120,10 b. Hotel 116,58 109,93 114,68 113,18 115,39 c. Restoran 115,27 112,34 116,92 115,12 119,93 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 119,09 109,80 114,32 111,01 110,58 a. Pengangkutan 118,92 108,95 113,75 106,99 106,68 1. Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2. Angkutan Jalan Raya 119,49 108,49 113,50 105,64 105,50 3. Angkutan Laut 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4. Angkutan Sungai, Danau 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5. Angkutan Udara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6. Jasa Penunjang Angkutan 115,85 111,54 115,09 114,14 112,51 b. Komunikasi 120,11 114,65 117,44 132,33 127,30 1. Pos dan Telekomunikasi 120,40 114,91 117,31 134,30 127,88 2. Jasa Penunjang Telekomunikasi 117,65 112,36 118,63 115,09 121,36 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, JASA PERUSAHAAN 111,95 110,06 117,11 113,16 116,27 a. Bank 112,32 110,34 118,70 110,29 116,91 b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 113,68 110,39 116,98 114,94 116,64 c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 d. Sewa Bangunan 109,75 109,46 115,74 113,05 115,56 e. Jasa perusahaan 109,20 109,41 118,39 114,41 113,76 9. JASA JASA 117,31 114,59 116,62 111,25 110,16 a. Pemerintahan Umum 119,07 114,15 116,31 109,53 107,86 1. Adm. Pemerintahan dan Pertanahan 119,07 114,15 116,31 109,53 107,86 2. Jasa Pemerintahan Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Swasta 114,04 115,46 117,20 114,53 114,35 1. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan 114,63 113,38 118,16 111,87 115,67 2. Jasa Hiburan dan Rekreasi 110,41 112,05 115,19 113,65 113,81 3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga 114,73 116,92 117,35 115,57 114,07 PDRB DENGAN MIGAS 115,06 113,12 116,03 112,30 112,95 PDRB TANPA MIGAS 115,06 113,12 116,03 112,30 112,95 Keterangan : * Angka Diperbaiki; ** Angka Sementara Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

80 Tabel 6: INDEKS BERANTAI PDRB KABUPATEN TRENGGALEK MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 Lapangan Usaha 2006* 2007* 2008* 2009 * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN 103,72 103,85 103,89 103,95 104,33 a. Tanaman Bahan Makanan 103,10 103,06 102,93 102,79 102,94 b. Tanaman Perkebunan 108,60 107,23 107,12 107,07 104,45 c. Peternakan 101,55 103,08 103,80 104,50 106,71 d. Kehutanan 103,38 102,52 101,35 101,28 101,17 e. Perikanan 106,66 106,89 106,99 107,12 108,63 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 102,23 103,92 105,22 105,49 104,66 a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Pertambangan Tanpa Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 c. Penggalian 102,23 103,92 105,22 105,49 104,66 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 106,84 106,93 104,21 104,76 104,75 a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1. Pengilangan Minyak Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2. Gas Alam Cair 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Industri Tanpa Migas 106,84 106,93 104,21 104,76 104,75 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 108,68 109,17 108,34 105,37 107,68 2. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 106,98 107,12 107,75 105,18 104,79 3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 107,94 106,25 103,50 102,58 102,53 4. Kertas dan Barang Cetakan 104,68 105,64 107,50 108,45 107,37 5. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 106,04 106,56 102,53 104,66 103,76 6. Semen dan Barang Galian Non Logam 106,89 106,10 105,25 106,75 107,42 7. Logam Dasar, Besi dan Baja 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 102,06 102,59 105,42 104,66 102,48 9. Barang Lainnya 106,63 106,92 107,06 106,86 106,78 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 107,84 107,91 109,24 108,86 108,17 a. Listrik 107,67 107,72 109,14 108,81 108,14 b. Gas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 c. Air bersih 111,58 112,05 111,16 109,84 108,82 5. KONSTRUKSI / BANGUNAN 107,20 107,35 106,23 104,76 106,33 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 106,68 107,45 108,17 107,96 109,46 a. Perdagangan Besar dan Eceran 106,77 107,57 108,24 108,05 109,50 b. Hotel 105,91 106,16 105,20 105,75 107,23 c. Restoran 105,69 106,03 107,45 107,03 109,04 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 104,57 104,58 103,62 105,24 106,37 a. Pengangkutan 103,76 103,99 103,06 103,26 104,29 1. Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2. Angkutan Jalan Raya 103,10 103,27 102,59 102,54 103,75 3. Angkutan Laut 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4. Angkutan Sungai, Danau 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5. Angkutan Udara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6. Jasa Penunjang Angkutan 106,72 107,13 105,01 106,19 106,44 b. Komunikasi 109,40 107,89 106,67 115,66 116,16 1. Pos dan Telekomunikasi 109,62 107,73 106,66 116,53 116,70 2. Jasa Penunjang Telekomunikasi 107,53 109,20 106,68 108,21 111,20 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, JASA PERUSAHAAN 103,77 106,69 106,61 106,26 106,84 a. Bank 104,71 108,78 106,40 105,83 106,76 b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 105,15 108,03 107,49 107,13 106,92 c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 d. Sewa Bangunan 101,60 103,50 105,76 105,52 106,57 e. Jasa perusahaan 102,26 105,75 105,80 105,99 108,43 9. JASA JASA 104,04 105,52 106,22 106,16 105,01 a. Pemerintahan Umum 103,58 104,32 105,95 106,30 104,46 1. Adm. Pemerintahan dan Pertanahan 103,58 104,32 105,95 106,30 104,46 2. Jasa Pemerintahan Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Swasta 105,12 108,29 106,81 105,85 106,22 1. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan 105,29 108,42 106,97 105,56 106,31 2. Jasa Hiburan dan Rekreasi 105,17 107,92 107,37 106,55 106,66 3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga 105,05 108,33 106,63 105,77 106,09 PDRB DENGAN MIGAS 104,79 105,45 105,61 105,64 106,11 PDRB TANPA MIGAS 104,79 105,45 105,61 105,64 106,11 Keterangan : * Angka Diperbaiki; ** Angka Sementara Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

81 Tabel 7: INDEKS PERKEMBANGAN PDRB KABUPATEN TRENGGALEK MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN ATAS DASAR HARGA BERLAKU Lapangan Usaha 2006* 2007* 2008* 2009 * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN 173,23 195,29 225,75 249,89 273,95 a. Tanaman Bahan Makanan 172,36 191,67 218,94 237,96 253,56 b. Tanaman Perkebunan 200,42 233,75 280,84 323,48 361,48 c. Peternakan 149,18 167,80 195,21 219,98 253,49 d. Kehutanan 178,88 196,30 211,68 221,08 229,04 e. Perikanan 198,73 236,25 282,05 325,41 378,30 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 267,67 292,11 336,48 380,54 408,53 a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Pertambangan Tanpa Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 c. Penggalian 267,67 292,11 336,48 380,54 408,53 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 187,14 212,28 239,25 266,88 295,60 a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1. Pengilangan Minyak Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2. Gas Alam Cair 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Industri Tanpa Migas 187,14 212,28 239,25 266,88 295,60 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 196,84 229,51 274,41 314,46 366,59 2. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 208,35 238,00 273,00 299,01 317,28 3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 192,90 219,49 247,28 265,35 292,86 4. Kertas dan Barang Cetakan 149,85 167,64 194,26 229,37 261,92 5. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 182,70 205,34 224,98 249,49 271,35 6. Semen dan Barang Galian Non Logam 192,38 218,29 255,46 295,30 327,88 7. Logam Dasar, Besi dan Baja 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 177,20 194,85 225,58 254,45 274,55 9. Barang Lainnya 183,86 209,37 247,39 279,37 319,31 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 242,41 266,63 313,90 359,80 404,05 a. Listrik 241,02 264,31 310,85 356,29 398,94 b. Gas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 c. Air bersih 276,44 323,38 388,72 445,55 529,30 5. KONSTRUKSI / BANGUNAN 203,28 236,61 280,82 318,30 376,77 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 196,39 223,51 261,48 302,12 362,76 a. Perdagangan Besar dan Eceran 199,63 227,45 266,12 307,57 369,38 b. Hotel 203,02 223,19 255,96 289,70 334,28 c. Restoran 161,46 181,39 212,08 244,14 292,79 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 197,69 217,05 248,13 275,45 304,60 a. Pengangkutan 190,84 207,93 236,51 253,03 269,94 1. Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2. Angkutan Jalan Raya 194,80 211,34 239,86 253,40 267,33 3. Angkutan Laut 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4. Angkutan Sungai, Danau 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5. Angkutan Udara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6. Jasa Penunjang Angkutan 171,48 191,27 220,13 251,26 282,70 b. Komunikasi 249,17 285,67 335,50 443,98 565,20 1. Pos dan Telekomunikasi 250,46 287,80 337,62 453,43 579,86 2. Jasa Penunjang Telekomunikasi 238,58 268,06 318,01 366,00 444,18 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, JASA PERUSAHAAN 160,41 176,55 206,77 233,97 272,04 a. Bank 169,61 187,15 222,15 245,01 286,44 b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 179,36 198,00 231,62 266,23 310,52 c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 d. Sewa Bangunan 137,23 150,22 173,87 196,57 227,14 e. Jasa perusahaan 138,32 151,34 179,17 204,99 233,18 9. JASA JASA 168,57 193,17 225,27 250,60 276,06 a. Pemerintahan Umum 154,64 176,52 205,32 224,88 242,55 1. Adm. Pemerintahan dan Pertanahan 154,64 176,52 205,32 224,88 242,55 2. Jasa Pemerintahan Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Swasta 204,37 235,96 276,54 316,73 362,18 1. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan 216,32 245,27 289,81 324,21 375,00 2. Jasa Hiburan dan Rekreasi 198,08 221,94 255,66 290,54 330,66 3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga 202,27 236,49 277,53 320,73 365,84 PDRB DENGAN MIGAS 181,20 204,98 237,85 267,10 301,70 PDRB TANPA MIGAS 181,20 204,98 237,85 267,10 301,70 Keterangan : * Angka Diperbaiki; ** Angka Sementara Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

82 Tabel 8: INDEKS PERKEMBANGAN PDRB KABUPATEN TRENGGALEK MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 Lapangan Usaha 2006* 2007* 2008* 2009 * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN 119,66 124,27 129,10 134,20 140,01 a. Tanaman Bahan Makanan 118,96 122,60 126,19 129,70 133,52 b. Tanaman Perkebunan 134,97 144,73 155,04 166,00 173,39 c. Peternakan 108,04 111,37 115,60 120,80 128,90 d. Kehutanan 115,43 118,34 119,94 121,47 122,89 e. Perikanan 133,47 142,66 152,63 163,50 177,62 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 142,97 148,57 156,32 164,90 172,58 a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Pertambangan Tanpa Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 c. Penggalian 142,97 148,57 156,32 164,90 172,58 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 128,55 137,46 143,24 150,06 157,19 a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1. Pengilangan Minyak Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2. Gas Alam Cair 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Industri Tanpa Migas 128,55 137,46 143,24 150,06 157,19 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 142,39 155,45 168,41 177,45 191,08 2. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 138,06 147,88 159,35 167,59 175,62 3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 134,83 143,25 148,26 152,08 155,93 4. Kertas dan Barang Cetakan 116,95 123,55 132,83 144,05 154,66 5. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 122,71 130,76 134,07 140,32 145,59 6. Semen dan Barang Galian Non Logam 132,67 140,76 148,15 158,15 169,88 7. Logam Dasar, Besi dan Baja 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 110,82 113,69 119,86 125,44 128,56 9. Barang Lainnya 123,07 131,58 140,88 150,54 160,74 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 148,29 160,02 174,80 190,28 205,83 a. Listrik 147,43 158,80 173,33 188,59 203,94 b. Gas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 c. Air bersih 169,33 189,73 210,90 231,66 252,10 5. KONSTRUKSI / BANGUNAN 136,52 146,55 155,69 163,11 173,43 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 140,96 151,47 163,85 176,90 193,64 a. Perdagangan Besar dan Eceran 142,50 153,29 165,92 179,27 196,31 b. Hotel 136,18 144,58 152,10 160,85 172,49 c. Restoran 124,69 132,20 142,05 152,03 165,78 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 124,77 130,48 135,20 142,29 151,36 a. Pengangkutan 120,12 124,91 128,73 132,93 138,64 1. Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2. Angkutan Jalan Raya 117,56 121,40 124,55 127,72 132,50 3. Angkutan Laut 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4. Angkutan Sungai, Danau 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5. Angkutan Udara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6. Jasa Penunjang Angkutan 132,60 142,04 149,16 158,40 168,60 b. Komunikasi 159,76 172,35 183,84 212,62 246,98 1. Pos dan Telekomunikasi 160,61 173,03 184,56 215,06 250,97 2. Jasa Penunjang Telekomunikasi 152,69 166,74 177,88 192,49 214,04 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, JASA PERUSAHAAN 120,05 128,09 136,55 145,10 155,02 a. Bank 124,89 135,87 144,56 152,99 163,33 b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 128,94 139,29 149,72 160,39 171,49 c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 d. Sewa Bangunan 108,75 112,56 119,05 125,62 133,87 e. Jasa perusahaan 110,12 116,46 123,22 130,60 141,61 9. JASA JASA 120,58 127,23 135,14 143,47 150,65 a. Pemerintahan Umum 116,87 121,92 129,18 137,31 143,44 1. Adm. Pemerintahan dan Pertanahan 116,87 121,92 129,18 137,31 143,44 2. Jasa Pemerintahan Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Swasta 130,10 140,88 150,48 159,28 169,19 1. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan 130,77 141,78 151,66 160,08 170,18 2. Jasa Hiburan dan Rekreasi 128,42 138,59 148,80 158,55 169,11 3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga 130,30 141,16 150,52 159,22 168,91 PDRB DENGAN MIGAS 126,24 133,12 140,59 148,52 157,60 PDRB TANPA MIGAS 126,24 133,12 140,59 148,52 157,60 Keterangan : * Angka Diperbaiki; ** Angka Sementara Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

83 Tabel 9: INDEKS HARGA IMPLISIT PDRB KABUPATEN TRENGGALEK MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN Lapangan Usaha 2006* 2007* 2008* 2009 * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN 144,77 157,14 174,86 186,20 195,67 a. Tanaman Bahan Makanan 144,89 156,34 173,50 183,46 189,91 b. Tanaman Perkebunan 148,49 161,51 181,14 194,87 208,48 c. Peternakan 138,07 150,68 168,87 182,10 196,65 d. Kehutanan 154,97 165,87 176,49 182,00 186,38 e. Perikanan 148,89 165,60 184,79 199,02 212,98 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 187,23 196,62 215,25 230,77 236,71 a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Pertambangan Tanpa Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 c. Penggalian 187,23 196,62 215,25 230,77 236,71 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 145,58 154,44 167,03 177,85 188,06 a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1. Pengilangan Minyak Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2. Gas Alam Cair 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Industri Tanpa Migas 145,58 154,44 167,03 177,85 188,06 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 138,24 147,64 162,94 177,21 191,85 2. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 150,92 160,94 171,33 178,42 180,66 3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 143,07 153,22 166,79 174,48 187,82 4. Kertas dan Barang Cetakan 128,13 135,68 146,25 159,23 169,35 5. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 148,89 157,03 167,81 177,81 186,38 6. Semen dan Barang Galian Non Logam 145,01 155,08 172,44 186,72 193,01 7. Logam Dasar, Besi dan Baja 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 159,90 171,38 188,21 202,84 213,56 9. Barang Lainnya 149,40 159,11 175,61 185,58 198,64 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 163,48 166,63 179,58 189,09 196,30 a. Listrik 163,49 166,44 179,34 188,92 195,61 b. Gas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 c. Air bersih 163,26 170,44 184,32 192,33 209,96 5. KONSTRUKSI / BANGUNAN 148,90 161,45 180,37 195,14 217,25 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 139,32 147,56 159,59 170,79 187,33 a. Perdagangan Besar dan Eceran 140,10 148,38 160,38 171,57 188,16 b. Hotel 149,08 154,37 168,28 180,11 193,80 c. Restoran 129,49 137,20 149,29 160,58 176,61 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 158,44 166,35 183,53 193,59 201,25 a. Pengangkutan 158,88 166,46 183,72 190,35 194,71 1. Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2. Angkutan Jalan Raya 165,70 174,08 192,58 198,40 201,75 3. Angkutan Laut 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4. Angkutan Sungai, Danau 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5. Angkutan Udara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6. Jasa Penunjang Angkutan 129,33 134,66 147,58 158,63 167,68 b. Komunikasi 155,97 165,75 182,50 208,81 228,84 1. Pos dan Telekomunikasi 155,94 166,33 182,93 210,83 231,05 2. Jasa Penunjang Telekomunikasi 156,25 160,77 178,78 190,14 207,52 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, JASA PERUSAHAAN 133,62 137,84 151,42 161,25 175,49 a. Bank 135,80 137,75 153,67 160,15 175,38 b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 139,11 142,15 154,70 165,99 181,07 c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 d. Sewa Bangunan 126,18 133,46 146,05 156,48 169,67 e. Jasa perusahaan 125,61 129,95 145,41 156,96 164,66 9. JASA JASA 139,80 151,82 166,69 174,68 183,24 a. Pemerintahan Umum 132,31 144,78 158,94 163,77 169,10 1. Adm. Pemerintahan dan Pertanahan 132,31 144,78 158,94 163,77 169,10 2. Jasa Pemerintahan Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Swasta 157,08 167,48 183,77 198,85 214,07 1. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan 165,43 172,99 191,10 202,52 220,35 2. Jasa Hiburan dan Rekreasi 154,24 160,14 171,81 183,25 195,53 3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga 155,23 167,54 184,37 201,44 216,59 PDRB DENGAN MIGAS 143,54 153,98 169,17 179,84 191,44 PDRB TANPA MIGAS 143,54 153,98 169,17 179,84 191,44 Keterangan : * Angka Diperbaiki; ** Angka Sementara Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

84 Tabel 10: LAJU PERTUMBUHAN PDRB KABUPATEN TRENGGALEK MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN Lapangan Usaha 2006* 2007* 2008* 2009 * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN 3,72 3,85 3,89 3,95 4,33 a. Tanaman Bahan Makanan 3,10 3,06 2,93 2,79 2,94 b. Tanaman Perkebunan 8,60 7,23 7,12 7,07 4,45 c. Peternakan 1,55 3,08 3,80 4,50 6,71 d. Kehutanan 3,38 2,52 1,35 1,28 1,17 e. Perikanan 6,66 6,89 6,99 7,12 8,63 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 2,23 3,92 5,22 5,49 4,66 a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Pertambangan Tanpa Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 c. Penggalian 2,23 3,92 5,22 5,49 4,66 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 6,84 6,93 4,21 4,76 4,75 a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1. Pengilangan Minyak Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2. Gas Alam Cair 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Industri Tanpa Migas 6,84 6,93 4,21 4,76 4,75 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 8,68 9,17 8,34 5,37 7,68 2. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 6,98 7,12 7,75 5,18 4,79 3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 7,94 6,25 3,50 2,58 2,53 4. Kertas dan Barang Cetakan 4,68 5,64 7,50 8,45 7,37 5. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 6,04 6,56 2,53 4,66 3,76 6. Semen dan Barang Galian Non Logam 6,89 6,10 5,25 6,75 7,42 7. Logam Dasar, Besi dan Baja 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 2,06 2,59 5,42 4,66 2,48 9. Barang Lainnya 6,63 6,92 7,06 6,86 6,78 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 7,84 7,91 9,24 8,86 8,17 a. Listrik 7,67 7,72 9,14 8,81 8,14 b. Gas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 c. Air bersih 11,58 12,05 11,16 9,84 8,82 5. KONSTRUKSI / BANGUNAN 7,20 7,35 6,23 4,76 6,33 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 6,68 7,45 8,17 7,96 9,46 a. Perdagangan Besar dan Eceran 6,77 7,57 8,24 8,05 9,50 b. Hotel 5,91 6,16 5,20 5,75 7,23 c. Restoran 5,69 6,03 7,45 7,03 9,04 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 4,57 4,58 3,62 5,24 6,37 a. Pengangkutan 3,76 3,99 3,06 3,26 4,29 1. Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2. Angkutan Jalan Raya 3,10 3,27 2,59 2,54 3,75 3. Angkutan Laut 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4. Angkutan Sungai, Danau 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5. Angkutan Udara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6. Jasa Penunjang Angkutan 6,72 7,13 5,01 6,19 6,44 b. Komunikasi 9,40 7,89 6,67 15,66 16,16 1. Pos dan Telekomunikasi 9,62 7,73 6,66 16,53 16,70 2. Jasa Penunjang Telekomunikasi 7,53 9,20 6,68 8,21 11,20 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, JASA PERUSAHAAN 3,77 6,69 6,61 6,26 6,84 a. Bank 4,71 8,78 6,40 5,83 6,76 b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 5,15 8,03 7,49 7,13 6,92 c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 d. Sewa Bangunan 1,60 3,50 5,76 5,52 6,57 e. Jasa perusahaan 2,26 5,75 5,80 5,99 8,43 9. JASA JASA 4,04 5,52 6,22 6,16 5,01 a. Pemerintahan Umum 3,58 4,32 5,95 6,30 4,46 1. Adm. Pemerintahan dan Pertanahan 3,58 4,32 5,95 6,30 4,46 2. Jasa Pemerintahan Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Swasta 5,12 8,29 6,81 5,85 6,22 1. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan 5,29 8,42 6,97 5,56 6,31 2. Jasa Hiburan dan Rekreasi 5,17 7,92 7,37 6,55 6,66 3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga 5,05 8,33 6,63 5,77 6,09 PDRB DENGAN MIGAS 4,79 5,45 5,61 5,64 6,11 PDRB TANPA MIGAS 4,79 5,45 5,61 5,64 6,11 Keterangan : * Angka Diperbaiki; ** Angka Sementara Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

85 Tabel 11: LAJU INFLASI PDRB KABUPATEN TRENGGALEK MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN Lapangan Usaha 2006* 2007* 2008* 2009 * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN 9,92 8,55 11,27 6,49 5,08 a. Tanaman Bahan Makanan 10,02 7,90 10,98 5,74 3,52 b. Tanaman Perkebunan 6,57 8,77 12,15 7,58 6,98 c. Peternakan 11,65 9,13 12,07 7,84 7,99 d. Kehutanan 7,85 7,03 6,40 3,12 2,40 e. Perikanan 9,94 11,22 11,59 7,70 7,01 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 3,70 5,02 9,47 7,21 2,58 a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Pertambangan Tanpa Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 c. Penggalian 3,70 5,02 9,47 7,21 2,58 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 8,31 6,08 8,15 6,48 5,74 a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1. Pengilangan Minyak Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2. Gas Alam Cair 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Industri Tanpa Migas 8,31 6,08 8,15 6,48 5,74 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 8,58 6,81 10,36 8,76 8,26 2. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 8,98 6,64 6,45 4,14 1,26 3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 8,38 7,09 8,85 4,61 7,65 4. Kertas dan Barang Cetakan 7,57 5,89 7,79 8,87 6,36 5. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 8,10 5,47 6,86 5,96 4,82 6. Semen dan Barang Galian Non Logam 9,04 6,94 11,19 8,28 3,37 7. Logam Dasar, Besi dan Baja 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 10,41 7,18 9,82 7,78 5,28 9. Barang Lainnya 9,53 6,50 10,37 5,68 7,04 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 6,38 1,93 7,77 5,29 3,82 a. Listrik 6,21 1,81 7,75 5,34 3,54 b. Gas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 c. Air bersih 10,21 4,40 8,14 4,35 9,16 5. KONSTRUKSI / BANGUNAN 9,39 8,43 11,72 8,19 11,33 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 8,66 5,91 8,15 7,02 9,69 a. Perdagangan Besar dan Eceran 8,62 5,91 8,09 6,97 9,67 b. Hotel 10,07 3,55 9,01 7,02 7,60 c. Restoran 9,06 5,96 8,81 7,56 9,98 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 13,89 4,99 10,32 5,48 3,96 a. Pengangkutan 14,61 4,77 10,37 3,61 2,29 1. Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2. Angkutan Jalan Raya 15,90 5,06 10,63 3,02 1,69 3. Angkutan Laut 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4. Angkutan Sungai, Danau 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5. Angkutan Udara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6. Jasa Penunjang Angkutan 8,55 4,12 9,60 7,49 5,71 b. Komunikasi 9,79 6,27 10,11 14,42 9,59 1. Pos dan Telekomunikasi 9,84 6,66 9,98 15,25 9,59 2. Jasa Penunjang Telekomunikasi 9,41 2,89 11,20 6,36 9,14 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, JASA PERUSAHAAN 7,89 3,16 9,85 6,49 8,83 a. Bank 7,27 1,43 11,56 4,21 9,51 b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 8,11 2,19 8,83 7,30 9,08 c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 d. Sewa Bangunan 8,03 5,76 9,44 7,14 8,43 e. Jasa perusahaan 6,79 3,46 11,90 7,94 4,91 9. JASA JASA 12,76 8,60 9,79 4,79 4,90 a. Pemerintahan Umum 14,96 9,42 9,78 3,04 3,26 1. Adm. Pemerintahan dan Pertanahan 14,96 9,42 9,78 3,04 3,26 2. Jasa Pemerintahan Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Swasta 8,48 6,62 9,73 8,20 7,65 1. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan 8,87 4,57 10,47 5,98 8,80 2. Jasa Hiburan dan Rekreasi 4,98 3,83 7,28 6,66 6,70 3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga 9,21 7,93 10,05 9,26 7,52 PDRB DENGAN MIGAS 9,80 7,27 9,87 6,31 6,45 PDRB TANPA MIGAS 9,80 7,27 9,87 6,31 6,45 Keterangan : * Angka Diperbaiki; ** Angka Sementara Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

86 Tabel 12: PERKEMBANGAN BEBERAPA AGREGAT PENDAPATAN DAN PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN URAIAN 2006* 2007* 2008* 2009 * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) (6) I. ATAS DASAR HARGA BERLAKU 1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO , , , , ,09 (JUTA RUPIAH) 2. PENYUSUTAN , , , , ,94 (JUTA RUPIAH) 3. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO , , , , ,15 ATAS DASAR HARGA PASAR (JUTA RUPIAH) 4. PAJAK TAK LANGSUNG NETTO , , , , ,73 (JUTA RUPIAH) 5. PRODUK DOMESTIK REGIONAL NETTO , , , , ,42 (JUTA RUPIAH) 6. PDRB PER KAPITA , , , , ,42 (RUPIAH) 7. PENDAPATAN REGIONAL PER KAPITA , , , , ,64 (RUPIAH) 8. PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN HASIL PROYEKSI (JIWA) II. ATAS DASAR HARGA KONSTAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO , , , , ,52 (JUTA RUPIAH) 2. PENYUSUTAN , , , , ,61 (JUTA RUPIAH) 3. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO , , , , ,91 ATAS DASAR HARGA PASAR (JUTA RUPIAH) 4. PAJAK TAK LANGSUNG NETTO , , , , ,50 (JUTA RUPIAH) 5. PRODUK DOMESTIK REGIONAL NETTO , , , , ,42 (RUPIAH) 6. PDRB PER KAPITA , , , , ,93 (RUPIAH) 7. PENDAPATAN REGIONAL PER KAPITA , , , , ,28 (RUPIAH) 8. PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN HASIL PROYEKSI (JIWA) Keterangan : * Angka Diperbaiki; ** Angka Sementara Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

87 Tabel 13: LAJU PERTUMBUHAN BEBERAPA AGREGAT PENDAPATAN DAN PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN URAIAN 2006* 2007* 2008* 2009 * 2010** (1) (2) (3) (4) (5) (6) I. ATAS DASAR HARGA BERLAKU 1, PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 15,06 13,12 16,03 12,30 12,95 (PDRB) 2, PENYUSUTAN 5,89 26,00 16,58 12,05 14,55 3, PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 15,64 12,38 16,00 12,31 12,85 ATAS DASAR HARGA PASAR 4, PAJAK TAK LANGSUNG NETTO 15,64 12,38 16,00 12,31 12,85 5, PRODUK DOMESTIK REGIONAL NETTO 15,64 12,38 16,00 12,31 12,85 (PDRN) 6, PDRB PER KAPITA 14,92 13,01 15,90 12,23 12,86 7, PENDAPATAN REGIONAL PER KAPITA 15,50 12,26 15,87 12,25 12,76 II, ATAS DASAR HARGA KONSTAN , PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 4,79 5,45 5,61 5,64 6,11 (PDRB) 2, PENYUSUTAN 3,12 7,02 4,59 7,08 8,18 3, PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 4,91 5,34 5,68 5,53 5,96 ATAS DASAR HARGA PASAR 4, PAJAK TAK LANGSUNG NETTO 4,91 5,34 5,68 5,53 5,96 5, PRODUK DOMESTIK REGIONAL NETTO 4,91 5,34 5,68 5,53 5,96 (PDRN) 6, PDRB PER KAPITA 4,66 5,34 5,49 5,58 6,03 7, PENDAPATAN REGIONAL PER KAPITA 4,78 5,23 5,57 5,47 5,88 Keterangan : * Angka Diperbaiki; ** Angka Sementara Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

88 Badan Pusat Statistik Kabupaten Trenggalek Jl. Brigjend Soetran Telp Trenggalek

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha KATALOG BPS: 9202.3503 ht tp :// tre ng ga le kk ab.b ps.g o. id Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2008-2012 Badan Pusat Statistik Kabupaten Trenggalek Statistics

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85 D a f t a r I s i Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI Daftar Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kota Samarinda Tahun 2009-2011 BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Umum 1 1.2. Konsep

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara BAB II URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan pada bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara penghitungan nilai tambah bruto atas

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB II METODOLOGI Dalam penyusunan publikasi Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau dipakai konsep dan definisi yang selama ini digunakan oleh BPS di seluruh Indonesia. Konsep dan definisi tersebut

Lebih terperinci

9205.3572 GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT OF BLITAR CITY Kerjasama : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BLITAR Dengan BAPPEDA KOTA BLITAR Central Board Of Statistics And RegionalDevelopment Planing BoardOf Blitar

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN 2002-2010 Katalog BPS : 9302008.7101 ISSN 0215 6432 Ukuran Buku : 16,5 Cm X 21,5 Cm Jumlah Halaman : ix + 115 Halaman Naskah : Badan

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2005-2008 Nomor Katalog BPS : 9205.11.18 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vii + 64 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality 2010/2011 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product of Jayapura

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI 1. KONSEP DAN DEFINISI Konsep-konsep yang digunakan dalam penghitungan Produk Regional Bruto (PDRB) adalah sebagai berikut : Domestik A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S

Lebih terperinci

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB BAB II METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto roduk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA PDRB PDRB PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA 2000-2006 ISSN : - No Publikasi : 71020.0702 Katalog BPS : 9203.7102 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm X 28 cm

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2006 2009 Nomor Katalog BPS : 9302008.1118 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vi + 60 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No.

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk 17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TINJAUAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 MENURUT LAPANGAN USAHA Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang Tahun 2014 i ii Tinjauan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Kerjasama : KATALOG :

Kerjasama : KATALOG : Kerjasama : KATALOG : 9302008.6205 KATALOG : 9302008.6205 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2006 2010 Edisi 2011 ISSN. 0216.4796 No.Publikasi : 6205.11.01 Katalog BPS : 9302008.6205

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha Katalog BPS : 9302013.3574 Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha 2008-2012 Katalog BPS : 9302013.3574 TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA PROBOLINGGO 2008-2012

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011 Katalog BPS : 9302008.3524 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21,5 x 27,9 cm : 93 + v Naskah dan Penyunting : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb. SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur bahwa Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2010 bisa terbit. Produk Domestik Regional Bruto adalah merupakan

Lebih terperinci

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu II. METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Malang, September 2014 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang

KATA PENGANTAR. Malang, September 2014 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan ridho-nya Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang dapat menerbitkan lanjutan series buku Produk

Lebih terperinci

KABUPATEN BENGKULU TENGAH

KABUPATEN BENGKULU TENGAH Katalog BPS : 9302008.1709 4 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BENGKULU TENGAH BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BENGKULU TENGAH PDRB SEKTORAL KABUPATEN BENGKULU TENGAH TAHUN 2012 Nomor Publikasi: 1709.1002

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product X Produk Domestik Regional Bruto 306 Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka 2013 Gross Regional Domestic Product 10.1 PRODUK DOMESTIK REGIONAL

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010 BAB 1 PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya ditujukan agar tercipta kondisi sosial ekonomi masyarakat yang lebih baik.

Lebih terperinci

Tinjauan Ekonomi Berdasarkan :

Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BOGOR Assalamu alaikum Wr Wb Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP SAMBUTAN Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur bahwa Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2009 bisa terbit. Produk Domestik Regional Bruto adalah merupakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a,

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a, KATA PENGANTAR Kondisi perekonomian makro memberikan gambaran mengenai daya saing dan tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Gambaran ekonomi makro dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK...

DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK... DAFTAR ISI SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK... i ii iii v vi I. PENDAHULUAN 1.1. Umum... 1 1.2. Pengertian Pendapatan Regional... 1 1.2.1. Produk Domestik

Lebih terperinci

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q. Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan. sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan yang

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan. sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan yang BAB III TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN BERAU 3.1. Tinjauan Umum Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9213.3207 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ciamis Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2012 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN CIAMIS MENURUT LAPANGAN USAHA Gross Regional Domestic

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya. Pembangunan manusia seutuhnya selama ini, telah diimplementasikan pemerintah melalui pelaksanaan program pembangunan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA 2000-2008 ISSN : - No Publikasi : 71060.0802 Katalog BPS : 1403.7106 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm X 28 cm : vi + 40

Lebih terperinci

1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar

1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar 1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013***

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013*** 8 6 4 2 5.99 6.29 6.81 6.45 6.52 6.49 6.50 6.29 6.36 6.16 5.81 6.11 6.035.81 3.40 2.69 2.04 2.76 3.37 1.70 1.50 2.82 3.18 1.42 2.61 0-2 (1.42) (1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II 2010

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

BAB II URAIAN SEKTORAL

BAB II URAIAN SEKTORAL BAB II URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan dalam Bab II ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan subsektor, cara-cara penghitungan nilai tambah, baik atas dasar

Lebih terperinci

BAB III URAIAN SEKTORAL

BAB III URAIAN SEKTORAL BAB III URAIAN SEKTORAL alah satu kendala dalam memahami publikasi Produk Domestik Regional Bruto adalah masalah konsep dan definisi serta ruang lingkupnya yang memuat data dan informasi statistik. Disamping

Lebih terperinci

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

Keterangan * 2011 ** 2012 *** Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA TASIKMALAYA PDRB KOTA TASIKMALAYA MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA TASIKMALAYA Pengantar PENGANTAR Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Segala

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU KOTA BATU NO : 35795. 06. 02 Badan Pusat Statistik Kota Batu BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BATU 2005 KOTA BATU ISSN : No. Publikasi : 35795.06.02 Katalog BPS : Ukuran

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN KATALOG BPS 9205.1171 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN 2002-2007 ISBN : 979.466.016.7 NOMOR PUBLIKASI : 9205.1171 NASKAH GAMBAR DITERBITKAN OLEH : BPS KOTA BANDA ACEH : BPS KOTA BANDA

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TINJAUAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 MENURUT LAPANGAN USAHA Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang Tahun 2015 i SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA Puji syukur

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PDRB KABUPATEN NGAWI TAHUN 2006-2010 KATA PENGANTAR Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngawi naik dari 5,21 persen pada tahun 2006 setelah sempat turun pada tahun 2007 sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 U M U M

BAB I PENDAHULUAN 1.1 U M U M BAB I PENDAHULUAN 1.1 U M U M Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan satu dari beragam indikator ekonomi yang digunakan dalam mengukur kinerja perekonomian. Indikator tersebut memberikan gambaran

Lebih terperinci

Badan Perencananan Pembangunan Daerah Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar

Badan Perencananan Pembangunan Daerah Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar Melalui publikasi ini, pembaca akan diantarkan pada ulasan mengenai : Pertumbuhan Ekonomi Struktur Ekonomi PDRB per kapita Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha tahun 2010 2011 dan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL

PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL Dr. MOHAMMAD ABDUL MUKHYI, SE., MM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA Indikator terjadinya alokasi yang efisien nilai output nasional seberapa efisien sumberdaya

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb. SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur atas penerbitan Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2012. Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

batukota.bps.go.id ISBN : No. Publikasi : Katalog BPS : Naskah : Seksi Neraca Wilayah & Analisis Statistik

batukota.bps.go.id ISBN : No. Publikasi : Katalog BPS : Naskah : Seksi Neraca Wilayah & Analisis Statistik o. id s. g a. bp ot tu k ba KOTA BATU ISBN : 978-602-70993-2-6 No. Publikasi : 35795.14.02 Katalog BPS : 4107.3579 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm x 28 cm : VII + 64 Halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Gambaran Produk Domestik

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan IV Tahun 2012-2013...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Tahun 2012-2013...8 Kontribusi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SINJAI 2012*

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SINJAI 2012* PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SINJAI 2012* No Publikasi / Publiction Number : 73075.1301 Katalog BPS / BPS Catalogue : 930208.7307 Naskah / Manuscrip : Seksi Neraca Wilayah & Analisis Statistik

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KONTRIBUSI INDUSTRI PRIMER KEHUTANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO TAHUN Dalam Rangka Analisa Data Sektor Kehutanan

PENYUSUNAN KONTRIBUSI INDUSTRI PRIMER KEHUTANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO TAHUN Dalam Rangka Analisa Data Sektor Kehutanan PENYUSUNAN KONTRIBUSI INDUSTRI PRIMER KEHUTANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO TAHUN 2005-2007 Dalam Rangka Analisa Data Sektor Kehutanan Kerja Sama Departemen Kehutanan dan Badan Pusat Statistik Desember

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Gambaran Produk Domestik

Lebih terperinci

TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013

TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013 TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013 TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013 Ukuran Buku Jumlah Halaman Diterbitkan Oleh Dicetak Oleh : 21 cm x 29,7 cm : x + 97 halaman : Badan Perencanaan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur

Lebih terperinci

10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB )

10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) 10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Lapangan Usaha memberikan gambaran tentang nilai tambah yang dibentuk dalam suatu daerah sebagai akibat dari adanya

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan II Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan II Tahun 2014...6

Lebih terperinci

Katalog BPS : Kerjasama : BAPPEDA Kabupaten Kudus Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus

Katalog BPS : Kerjasama : BAPPEDA Kabupaten Kudus Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus Katalog BPS : 9205.3319 Kerjasama : BAPPEDA Kabupaten Kudus Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KUDUS TAHUN 2011 GDRP of Kudus 2011 No. Publikasi : 33195.0901

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013 i ANALISIS PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 ii KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya publikasi Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan III Tahun 2014...6

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadlirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunianya publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tuban

Lebih terperinci

Informasi lebih lanjut : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. Balai Pusat Data dan Analisa Pembangunan (PUSDALISBANG)

Informasi lebih lanjut : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. Balai Pusat Data dan Analisa Pembangunan (PUSDALISBANG) Daftar Isi Kompilasi dan Analisis PDRB Kabupaten/Kota Menurut Lapangan Usaha 2012-2013 ISSN : - Ukuran Buku / Book Size : A5 (14,8 x 21 cm) Jumlah Halaman / Total Pages : iv + 51 halaman Naskah / Manuscript

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian, Tahun 2013-2014 Triwulan I...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia, Tahun 2013-2014 Triwulan I...8

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: a. Sektor ekonomi Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam era otonomi daerah, kebutuhan akan data sebagai bahan perencanaan dan evaluasi pembangunan terutama pembangunan di tingkat kabupaten/kota semakin meningkat. Kebijakan-kebijakan

Lebih terperinci

BAB. III. URAIAN SEKTORAL

BAB. III. URAIAN SEKTORAL BAB. III. URAIAN SEKTORAL Salah satu cara untuk memahami publikasi Produk Domestik Regional Bruto adalah mengetahui masalah konsep dan definisi serta ruang lingkupnya yang memuat data dan informasi statistik.

Lebih terperinci

Kebenaran Data dan teknik penghitungan dalam buku ini Telah Dikoreksi Oleh : BPS KABUPATEN MALANG

Kebenaran Data dan teknik penghitungan dalam buku ini Telah Dikoreksi Oleh : BPS KABUPATEN MALANG Kebenaran Data dan teknik penghitungan dalam buku ini Telah Dikoreksi Oleh : BPS KABUPATEN MALANG Pelaksana Teknis : Penanggung Jawab : Ir. Budi Iswoyo, MM (Kepala BAPPEDA Kabupaten Malang), Ketua Pelaksana

Lebih terperinci

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 TABEL-TABEL POKOK Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 Tabel 1. Tabel-Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lamandau Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian, Triwulan IV Tahun 2013 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia, Triwulan IV Tahun 2013

Lebih terperinci

II.1. SEKTOR PERTANIAN

II.1. SEKTOR PERTANIAN PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012 II. URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan dalam bab ini mencakup ruang lingkup, definisi, cara panghitungan nilai tambah atas dasar harga berlaku dan konstan

Lebih terperinci