PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011
|
|
- Ratna Hartanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2
3 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011 Katalog BPS : Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21,5 x 27,9 cm : 93 + v Naskah dan Penyunting : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Kabupaten Lamongan Diterbitkan oleh : BPS Kabupaten Lamongan dan Bappeda Kabupaten Lamongan Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya
4 KATA PENGANTAR Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Lamongan Tahun 2011 semakin penting dan besar manfaatnya, utamanya bagi Pemerintah Daerah sebagai bahan evaluasi dan perencanaan pembangunan khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka PDRB disajikan dalam bentuk satuan rupiah, baik menurut penghitungan atas dasar harga berlaku maupun harga konstan. Sedangkan untuk keperluan analisa, disusun pula tabel-tabel yang berisikan angka-angka persentase maupun indeks-indeks tertentu yang lazim digunakan sebagai indikator makro ekonomi. Demikian juga pencantuman konsep/definisi dan uraian singkat, agar konsumen data dapat memanfaatkan sebaik mungkin isi publikasi ini. Saran dan kritik kami harapkan guna perbaikan publikasi di masa mendatang. Terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu baik pemerintah maupun swasta, sehingga memungkinkan publikasi ini dapat terbit. Lamongan, Juni 2012 KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN LAMONGAN Ir. LUTFIN FANA, MM NIP PDRB Kabupaten LamonganTahun 2011 i
5 KATA SAMBUTAN Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-nya, sehingga publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2011 dapat terbit pada waktunya. Penghitungan dan penyusunan publikasi PDRB yang dilakasanakan setiap tahun memiliki arti penting dan berguna bagi pembangunan daerah khususnya di bidang ekonomi. Sajian data PDRB baik atas dasar haga berlaku maupun harga konstan secara berkala, dapat memberikan informasi mengenai laju pertumbuhan dan struktur ekonomi suatu daerah, serta pendapatan per kapita masyarakat. Bagi pemerintah daerah data-data tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan dan evaluasi hasil-hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan oleh pemerintah daerah, pihak swasta dan masyarakan. Disadari bahwa publikasi ini masih terdapat kelemahan, oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan untuk penyempurnaan publikasi PDRB di masa mendatang. Lamongan, Juni 2012 KEPALA BAPPEDA KABUPATEN LAMONGAN... NIP. PDRB Kabupaten LamonganTahun 2011 ii
6 DAFTAR ISI Kata Pengantar Kepala BPS Kabupaten Lamongan... Sambutan Kepala BAPPEDA Kabupaten Lamongan... Daftar Isi... i ii iii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Umum Tujuan dan Kegunaan Statistik Pendapatan Regional BAB II. KONSEP DFINISI 2.1. Nilai Produksi Bruto Biaya Antara Nilai Tambah Bruto Istilah Dalam PDRB... 5 BAB III. METODOLOGI 3.1. Metode Langsung Metode Tidak Langsung Cara Penyajian Penyajian Angka-Angka Absolut Penyajian Angka-Angka Relatif PDRB per Kapita PDRB Kabupaten LamonganTahun 2011 iii
7 BAB IV. RUANG LINGKUP DAN SUMBER DATA 4.1. Sektor Pertanian Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasil-Hasilnya Kehutanan Perikanan Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Industri Pengolahan Sektor Listrik, Gas dan Air Minum Listrik Air Bersih Sektor Bangunan/Kontruksi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Perdagangan Besar dan Eceran Hotel Restoran Sektor Angkutan dan Komunikasi Pengangkutan Komunikasi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan PDRB Kabupaten LamonganTahun 2011 iv
8 Bank Lembaga Keuangan Bukan Bank Jasa Penunjang Keuangan Sewa Bangunan Jasa Perusahaan Sektor Jasa-jasa Jasa Pemerintahan Umum Jasa swasta BAB V. URAIAN SINGKAT 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Struktur Ekonomi Perkembangan Ekonomi Sektoral Pendapatan Per Kapita LAMPIRAN TABEL PDRB Kabupaten LamonganTahun 2011 v
9
10 BAB I PENDAHULUAN 1.1. U m u m Pembangunan di bidang ekonomi yang dilaksanakan pemerintah daerah bersama masyarakat, dari waktu ke waktu terus meningkat dan semakin kompleks, sejalan dengan dinamika pembangunan ekonomi itu sendiri. Oleh karena itu, agar hasil-hasil pembangunan di bidang ekonomi dapat dievaluasi dan diikuti perkembangannya, maka diperlukan penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) setiap tahun. Di era otonomi daerah ketersediaan data PDRB secara berkala sangat dibutuhkan. Dengan tersedianya data PDRB secara berkala baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan, maka akan dapat diketahui perkembangan struktur ekonomi daerah, laju pertumbuhan ekonomi, indeks perkembangan dan indeks berantai, indeks implisit serta indikator makro ekonomi lainnya. Dalam kaitan untuk mencapai keberhasilan pembangunan ekonomi tersebut, dibutuhkan data statistik yang akurat dan tepat waktu (up to date) serta berkesinambungan sebagai sarana penunjang untuk melandasi perencanaan pembangunan agar dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Data PDRB juga merupakan indikator yang sangat bermanfaat untuk memonitor proses pembangunan, khususnya pembangunan ekonomi yang sedang berjalan maupun sebagai alat evaluasi terhadap hasil-hasil pembangunan yang telah dilaksanakan. Untuk mengetahui apakah sasaran pembangunan ekonomi yang telah ditetapkan dapat dipenuhi sesuai dengan kehendak dan cita-cita masyarakat, tentunya dibutuhkan alat ukur yang relevan untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Selama ini salah PDRB Kabupaten LamonganTahun
11 satu alat ukur yang dianggap cukup relevan adalah Statistik Pendapatan Regional yang berupa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pendapatan Regional berguna untuk memberikan penilaian hasil pembangunan di masa lalu, keadaan masa kini maupun kemungkinan di masa yang akan datang. Sehingga Pendapatan Regional ini sangat bermanfaat untuk perencanaan pembangunan pada umumnya dan bidang ekonomi khususnya. Dengan demikian Statistik Pendapatan Regional merupakan gambaran kondisi perekonomian suatu daerah dan sangat berguna dalam menyusun perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang, pembelanjaan secara regional, perumusan perpajakan, keuangan, tenaga kerja sektoral dan kebijaksanaan ekonomi lain oleh pemerintah dan swasta. Selain itu tidak kurang pentingnya bahwa dengan penghitungan pendapatan regional dapat dilihat konsistensi berbagai macam data dari berbagai sumber Tujuan dan Kegunaan Statistik Pendapatan Regional Di dalam perencanaan ekonomi suatu daerah pada umumnya dihadapkan pada dua permasalahan pokok : a. Bagaimana mengusahakan agar pembangunan ekonomi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat secara mantap. b. Bagaimana menggunakan pendapatan yang timbul agar dapat diterima oleh masyarakat secara merata dan seadil-adilnya. Untuk dapat mengukur perkembangan kedua masalah di atas, diperlukan besaran kuantitatif yang dapat menggambarkan pendapatan masyarakat, antara lain Pendapatan Regional dan Pendapatan per Kapita Penduduk. Di dalam lingkup regional kabupaten, PDRB maupun Pendapatan Regional dapat digunakan sebagai indikator untuk mengetahui: PDRB Kabupaten LamonganTahun
12 Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Dengan melihat persentase pertumbuhan nilai PDRB atas dasar harga konstan, maka dapat dilihat laju pertumbuhan ekonomi baik sektoral maupun keseluruhan. Tingkat Kemakmuran Tingkat kemakmuran biasanya diukur dengan pendapatan per kapita. Tingkat kemakmuran ini tidak akan mengalami peningkatan apabila laju pertumbuhan penduduk lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekonominya. Tingkat Inflasi dan Deflasi Dengan membandingkan PDRB atas dasar harga berlaku terhadap PDRB atas dasar harga konstan, dapat dipakai sebagai indikator untuk melihat tingkat inflasi atau deflasi (inflasi negatif) yang terjadi. Struktur Perekonomian PDRB sektoral dapat digunakan sebagai gambaran struktur perekonomian daerah, yaitu data dari masing-masing sektor dapat dilihat peranan atau kontribusinya terhadap jumlah pendapatan regional secara keseluruhan. Potensi Suatu Daerah Dengan melihat peranan sektoral/keseluruhan suatu daerah kabupaten terhadap propinsi, bisa diketahui potensi suatu daerah khususnya sektor-sektor produktif yang mempunyai peranan besar dalam menunjang pembangunan ekonomi daerah. PDRB Kabupaten LamonganTahun
13
14 BAB II KONSEP DEFINISI Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah total nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu wilayah (regional) tertentu dan dalam waktu tertentu, biasanya satu tahun. Berikut ini dijelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan penghitungan PDRB yaitu : out put, biaya antara dan nilai tambah bruto. Kejelasan dari ketiga istilah ini sangat penting untuk memahami apa yang dimaksud dengan PDRB Nilai Produksi Bruto (output) Output adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan sektor ekonomi dalam suatu periode tertentu. Pada dasarnya nilai output diperoleh dari perkalian antara kuantum produksi dengan harganya Biaya Antara Biaya antara merupakan nilai barang dan jasa yang digunakan sebagai bahan untuk memproduksi output dan terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang digunakan dalam proses produksi oleh unit-unit produksi pada rentang waktu tertentu (biasanya satu tahun) Nilai Tambah Bruto Nilai Tambah Bruto merupakan pengurangan dari nilai output dengan biaya antaranya, atau bila dirumuskan :. NTB = Output Biaya Antara PDRB Kabupaten LamonganTahun
15 Pengertian Nilai Tambah Bruto sangat penting untuk memahami apa yang dimaksud dengan PDRB, yang tidak lain bahwa PDRB adalah penjumlahan dari Nilai Tambah Bruto seluruh unit produksi yang berada pada region (wilayah) tertentu dalam rentang waktu tertentu (biasanya satu tahun) Istilah Dalam PDRB Beberapa konsep dan definisi yang perlu diketahui untuk memudahkan pemahaman tentang PDRB antara lain : Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku (Gross Regional Domestik Product at Current Market Price) adalah jumlah nilai produk atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan suatu tahun tertentu (Gross Regional Domestic product at Constant Market Price) adalah jumlah nilai produk atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai atas dasar harga tetap suatu tahun tertentu tersebut. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar (Gross Regional Domestic Product at Market Prices ) merupakan penjumlahan nilai tambah bruto dari lapangan usaha, termasuk didalamnya balas jasa faktor produksi (upah dan gaji, surplus usaha) dan pajak tak langsung netto. Produk Regional Bruto adalah merupakan Produk Domestik ditambah dengan pendapatan dari luar Regional dikurangi dengan pendapatan yang dibayarkan keluar regional tersebut. Produk Regional Netto adalah merupakan Produk Regional Bruto setelah dikurangi dengan seluruh penyusutan atas barang-barang modal tetap yang digunakan proses produksi selama setahun. PDRB Kabupaten LamonganTahun
16 Produk Regional Netto atas Dasar Biaya Faktor Produksi adalah produk regional netto atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tidak langsung netto. Pajak tak langsung netto merupakan pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah dikurangi dengan subsidi, keduanya dikenakan terhadap barang dan jasa yang diproduksi atau dijual. Pajak tidak langsung bersifat menaikkan harga jual sedangkan subsidi sebaliknya. Selanjutnya Produk Regional Netto atas dasar Biaya Faktor Produksi disebut sebagai pendapatan regional. Angka-angka Per Kapita atau Produk Domestik Regional Bruto per kapita, Produk Regional Bruto per kapita dan pendapatan per kapita, masing-masing merupakan Produk Domestik Regional Bruto, Produk Regional Bruto dan Pendapatan Regional dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Pendapatan per kapita (Per Capita Income) adalah Produk Regional Netto atas dasar biaya faktor produksi dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Pajak Tak Langsung Netto (Net Indirect Taxes) adalah pajak tak langsung dikurangi dengan subsidi yang diberikan pemerintah kepada Produsen. Peranan Sektoral adalah Persentase masing-masing sektor ataupun sub sektor terhadap total PDRB baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Indeks Perkembangan adalah Indeks yang menunjukkan tingkat perkembangan agregat dari tahun ke tahun terhadap tahun dasarnya. Indeks Berantai adalah angka yang menunjukkan tingkat pertumbuhan agregat produksi untuk masing-masing tahun. PDRB Kabupaten LamonganTahun
17 Indeks Harga Implisit adalah indeks yang menunjukkan tingkat perkembangan harga dari agregat pendapatan harga pada tahun dasar. Angka Laju Pertumbuhan adalah angka yang menunjukkan tingkat perkembangan agregat pendapatan untuk masing-masing tahun dibandingkan tahun sebelumnya. PDRB Kabupaten LamonganTahun
18
19 BAB III METODOLOGI Dalam penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), menggunakan beberapa pendekatan, tergantung pada sektor dan ketersediaan data yang ada. Secara garis besar metode yang digunakan adalah : a. Metode Langsung b. Metode Tidak Langsung Metode Langsung Yang dimaksud dengan metode langsung adalah metode penghitungan dengan menggunakan data daerah yang terpisah dengan data propinsi maupun nasional sehingga hasil penghitungan memperlihatkan seluruh produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh daerah/wilayah tersebut. Metode langsung dapat diperoleh dengan tiga pendekatan yaitu : a. Pendekatan Produksi b. Pendekatan Pendapatan c. Pendekatan Pengeluaran Menurut Pendekatan Produksi Pendekatan ini mendefinisikan PDRB sebagai jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 9 sektor atau lapangan usaha, yaitu : Pertanian; Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Listrik Gas dan Air Minum; Konstruksi; Perdagangan Hotel dan Restoran; Pengangkutan dan Komunikasi; Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan; dan Jasa-jasa. PDRB Kabupaten LamonganTahun
20 Menurut Pendekatan Pendapatan PDRB didefinisikan sebagai jumlah balas jasa faktor-faktor produksi yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga dan keuntungan. Semua hitungan tersebut sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak lainnya. Dalam pengertian PDRB, selain faktor pendapatan, ada juga komponen penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Jumlah semua komponen pendapatan ini per sektor disebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. Produk Domestik Bruto merupakan jumlah dari nilai tambah bruto seluruh sektor (lapangan usaha) Menurut Pendekatan Pengeluaran Pada pendekatan pengeluaran, PDRB didefinisikan sebagai jumlah semua komponen permintaan akhir, meliputi : a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung. b. Konsumsi pemerintah. c. Pembentukan modal tetap domestik bruto. d. Perubahan stok. e. Ekspor netto dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Dari ketiga pendekatan tersebut di atas, secara konsep seyogyanya jumlah pengeluaran harus sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan juga harus sama dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksinya. Selanjutnya Produk Domestik Regional Bruto yang telah diuraikan disebut sebagai Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar, karena mencakup komponen pajak tak langsung netto. PDRB Kabupaten LamonganTahun
21 3.2. Metode Tidak Langsung Metode tidak langsung dalam penghitungan PDRB lebih dikenal dengan metode alokasi yaitu suatu penghitungan dengan cara mengalokasikan pendapatan nasional/regional ke masing-masing daerah Kabupaten/Kota dengan menggunakan alokator tertentu yang didasarkan pada : a. Nilai produksi bruto atau netto. b. Jumlah nilai produksi fisik. c. Tenaga kerja. d. Penduduk. e. Alokator lain yang dianggap cocok yang berbeda untuk setiap daerah Cara Penyajian Dalam penyajian angka PDRB secara berkala disajikan dalam dua cara yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan suatu tahun dasar Penyajian Atas Dasar Harga Berlaku Yang dimaksud penyajian atas dasar harga berlaku adalah semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahun, baik pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen nilai tambah dan komponen pengeluaran Produk Domestik Regional Bruto Penyajian Atas Dasar Harga Konstan Angka-angka pendapatan regional atas dasar harga konstan sangat penting untuk melihat perkembangan riil dari tahun ke tahun bagi setiap agregat ekonomi yang diamati. Agregat yang dimaksud tersebut dapat merupakan PDRB secara keseluruhan, nilai tambah sektoral (PDRB Sektoral) ataupun komponen penggunaan PDRB. PDRB Kabupaten LamonganTahun
22 Pada dasarnya dikenal empat cara untuk memperoleh nilai tambah sektoral atas dasar harga konstan. Masing-masing cara dapat diuraikan berikut ini. a. Revaluasi Cara ini dilakukan dengan menilai produksi dan biaya antara masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar (2000). Hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar harga konstan Selanjutnya nilai tambah bruto atas dasar harga konstan diperoleh dari hasil selisih antara output dan biaya antara atas dasar harga konstan Dalam praktek sangat sulit melakukan revaluasi terhadap biaya antara yang digunakan, karena mencakup komponen input yang sangat beragam, di samping data harga yang tersedia tidak memenuhi semua keperluan tersebut. Oleh karena itu biaya antara atas dasar harga konstan biasanya diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga konstan masing-masing tahun dengan ratio (tetap) biaya antara terhadap output pada tahun berjalan. b. Ekstrapolasi Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar 2000 dengan indeks kuantum produksi. Indeks ini bertindak sebagai ekstrapolator yang dapat merupakan indeks dari masing-masing kuantum produksi yang dihasilkan ataupun indeks berbagai indikator kuantum produksi lainnya seperti : tenaga kerja, jumlah perusahaan yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang sedang dihitung. Ekstrapolator dapat juga dilakukan terhadap output atas dasar harga konstan, kemudian dengan mengunakan ratio nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan. PDRB Kabupaten LamonganTahun
23 c. Deflasi Nilai tambah atas dasar konstan 2000 dapat diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku pada masing-masing tahun dengan indeks harganya. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga konsumen, indeks harga perdagangan besar dan sebagainya tergantung indeks mana yang dianggap lebih cocok. Indeks harga tersebut dapat juga dipakai sebagai inflator, yang berarti nilai tambah atas dasar harga yang berlaku diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga tersebut. d. Deflasi Berganda Dalam deflasi berganda ini yang dideflasikan adalah output dan biaya antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil pendeflasian tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga produsen atau indeks harga perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditinya, sedangkan harga indeks untuk biaya antara adalah indeks harga komponen input terbesar. Dalam kenyataanya sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya, disamping karena komponennya terlalu banyak juga karena sulit dicari indeks harga yang cukup mewakili sebagai deflator. Oleh karena itu dalam perhitungan nilai tambah atas dasar harga konstan, deflasi berganda ini belum banyak dipakai, termasuk dalam publikasi ini. Secara teori, perhitungan komponen penggunaan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan juga dilakukan dengan menggunakan cara-cara PDRB Kabupaten LamonganTahun
24 di atas, tetapi mengingat terbatasnya data yang tersedia maka cara deflasi dan ekstrapolasi yang lebih banyak dipakai. 3.4 Penyajian Angka-Angka Absolut Angka-angka absolut PDRB dapat dihitung berdasarkan harga yang berlaku pada tahun berjalan maupun harga pada suatu tahun lampau tertentu yang disebut tahun dasar. Tahun dasar yang digunakan sampai dengan publikasi ini adalah tahun a. Pada penyajian atas dasar harga berlaku, PDRB merupakan total seluruh agregat pendapatan yang dinilai atas dasar harga pada suatu tahun berjalan. Baik pada saat menilai produksi, biaya antara, komponen nilai tambah maupun pengeluaran (lampiran tabel 1). b. Pada penyajian atas dasar harga konstan, PDRB merupakan total seluruh agregat pendapatan yang dinilai atas dasar harga yang terjadi pada tahun dasar (2000). Karena PDRB atas dasar harga konstan dihitung berdasarkan harga yang sama dengan harga pada tahun dasar, maka perkembangan agregat dari tahun ke tahun merupakan perkembangan kuantum produksi tanpa mengandung fluktuasi harga (lampiran tabel 2) Penyajian Angka-Angka Relatif Agar bisa dilakukan perbandingan angka-angka PDRB baik antar wilayah maupun antar waktu, dibutuhkan besaran-besaran relatif yang diturunkan dari angka-angka absolut PDRB. Beberapa besaran relatif yang umum digunakan adalah: a. Peranan Sektoral (lampiran tabel 3 & 4) Dihitung dengan cara membagi nilai PDRB masing-masing sektor dengan nilai total seluruh sektor PDRB, lalu dikalikan 100 (baik atas dasar harga konstan maupun atas dasar harga berlaku). PDRB Kabupaten LamonganTahun
25 Rumus penghitungannya adalah: P ij ij PDRB ij PDRB ij x 100 P ij = Peranan/kontribusi sektor ke-i sub sektor ke-j (%) i j = Sektor 1,2,.,9 = Sub sektor 1,2,,m i m i = Banyaknya sub sektor pada sektor i Angka ini menunjukkan besarnya sumbangan tiap sektor/sub sektor terhadap total PDRB. b. Indek Perkembangan Diturunkan dengan cara membagi nilai-nilai pada tahun berjalan dengan nilainilai pada tahun dasar (tahun 2000) lalu dikalikan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan agregat dari tahun ke tahun terhadap tahun dasarnya. Indeks perkembangan ini dapat dirumuskan berikut ini: IP ij PDRB PDRB ij( t) ij( o) x100 IP ij = Indeks Perkembangan sektor ke-i sub sektor ke-j (%) i j = Sektor 1,2,.,9 = Sub sektor 1,2,,m i m i = Banyaknya sub sektor pada sektor i t = Tahun berjalan o = Tahun Dasar (2000) PDRB Kabupaten LamonganTahun
26 c. Indeks Berantai Diperoleh dengan membagi nilai pada suatu tahun dengan nilai tahun sebelumnya lalu dikalikan 100, baik untuk harga berlaku maupun konstan. Apabila Angka Indek Berantai harga konstan dikurangi 100, maka didapat angka pertumbuhan ekonomi. Secara sektoral, Indeks Berantai dirumuskan: IB ij PDRB PDRB ij( t) ij( t 1) x100 IB ij = Indeks Berantai sektor ke-i sub sektor ke-j (%) i j m i t = Sektor 1,2,.,9 = Sub sektor 1,2,,m i = Banyaknya sub sektor pada sektor i = Tahun berjalan d. Indeks Harga Implisit Diperoleh dengan membagi nilai PDRB atas dasar harga berlaku sebagai pembilang, dan PDRB atas dasar harga konstan sebagai penyebut dikalikan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan harga dari agregat pendapatan terhadap harga pada tahun dasar. Selanjutnya bila dari indeks harga implisit ini dibuatkan indeks berantainya (dengan rumus indeks berantai), akan terlihat tingkat perkembangan harga setiap tahun terhadap tahun sebelumnya. Indeks ini secara berkala juga dapat menunjukkan besaran inflasi yang mencakup seluruh barang dan jasa yang diproduksi dalam wilayah perhitungan PDRB. Indeks harga implisit dihitung dengan rumus: PDRB Kabupaten LamonganTahun
27 IHI ij PDRB PDRB ij( hb) ij( hk) x100 IHI ij = Indeks Harga Implisit sektor ke-i sub sektor ke-j (%) i j m i = Sektor 1,2,.,9 = Sub sektor 1,2,,m i = Banyaknya sub sektor pada sektor i hb = Harga berlaku hk = Harga konstan 3.6. PDRB per Kapita Angka ini didapat dari nilai PDRB dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang tinggal di region (wilayah) yang bersangkutan. PDRB Kabupaten LamonganTahun
28
29 BAB IV RUANG LINGKUP DAN SUMBER DATA Ruang lingkup dan sumber data mencakup uraian sektoral sebagai batasan sektor, konsep definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor serta prosedur penghitungan nilai tambah, baik atas dasar harga yang berlaku maupun atas dasar harga konstan Dalam bab ini juga akan diuraikan beberapa sumber data yang digunakan dalam penghitungan PDRB di Kabupaten Lamongan SEKTOR PERTANIAN Tanaman Bahan Makanan Sub sektor ini mencakup komoditi bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, sayur-sayuran, buahbuahan, tanaman pangan lainnya dan hasil produk ikutan. Termasuk dalam cakupan ini adalah hasil-hasil dari pengolahan yang dilakukan secara sederhana seperti beras tumbuk dan gaplek. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS); dan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Lamongan, sedangkan data harga seluruhnya bersumber dari data harga yang dikumpulkan oleh BPS Kabupaten Lamongan. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku yang diperoleh melalui pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan terlebih dahulu setiap jenis kuantum produksi dengan masing-masing harganya, kemudian hasilnya dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga yang berlaku. Biaya antara tersebut diperoleh dengan menggunakan ratio biaya antara terhadap output yang diperoleh dari hasil survei khusus. PDRB Kabupaten LamonganTahun
30 Nilai tambah atas harga dasar konstan tahun 2000 dihitung dengan cara revaluasi, yaitu mengalikan kuantum produksi masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar, kemudian dikurangi biaya antara atas dasar harga konstan tahun Tanaman Perkebunan Komoditi yang dicakup adalah hasil tanaman perkebunan yang diusahakan seperti jambu mete, kelapa, kapok, kapas, tebu, tembakau, cabe jamu, kenaf, siwalan dan sebagainya. Data produksi diperoleh dari Dinas Pertanian dan Kehutanan, sedangkan data harga diperoleh dari BPS dan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Lamongan. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku yang diperoleh melalui pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan terlebih dahulu setiap jenis kuantum produksi dengan masing-masing harganya, kemudian hasilnya dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga yang berlaku. Biaya antara tersebut diperoleh dengan menggunakan ratio biaya antara terhadap output yang diperoleh dari hasil survei. Nilai tambah atas dasar harga konstan tahun 2000 diperoleh dengan cara revaluasi, sama seperti yang dilakukan pada tanaman bahan makanan Peternakan dan Hasil-Hasilnya Sub sektor ini mencakup produksi ternak besar, ternak kecil, unggas maupun hasilhasil ternak, seperti sapi, kerbau, kuda, babi, kambing, domba, susu segar, serta hasil pemotongan ternak.. Produksi ternak diperoleh dari jumlah ternak yang dipotong, ditambah dengan perubahan stok populasi ternak dan ekspor ternak netto. Data mengenai jumlah ternak yang dipotong, populasi ternak, produksi susu dan telur serta banyaknya ternak yang keluar masuk wilayah Kabupaten Lamongan diperoleh dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lamongan, sedangkan data harga ternak diperoleh dari laporan harga produsen Kantor BPS Kabupaten Lamongan. PDRB Kabupaten LamonganTahun
31 Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan cara mengalikan nilai produksi dengan ratio nilai tambah berdasarkan hasil survei khusus pendapatan regional Kehutanan Sub sektor kehutanan mencakup penebangan kayu, pengambilan hasil hutan lainnya dan perburuan. Kegiatan penebangan kayu menghasilkan kayu gelondongan, kayu bakar, arang dan bambu. Data produksi dan harga diperoleh dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Lamongan. Sebagaimana subsektor lainnya, dalam sektor pertanian, output subsektor kehutanan dihitung dengan cara mengalikan kuantum produksi dengan harga masingmasing tahun yang menghasilkan output atas dasar harga berlaku, dan penggunaan harga pada tahun dasar menghasilkan output atas dasar harga konstan Perikanan Komoditi yang dicakup adalah semua hasil dari kegiatan perikanan, perairan darat dan laut, tambak, kolam, sawah dan keramba. Data mengenai produksi dan nilai produksi diperoleh dari laporan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku yang diperoleh melalui pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan terlebih dahulu setiap jenis kuantum produksi dengan masing-masing harganya, kemudian hasilnya dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga yang berlaku. Biaya antara tersebut diperoleh dengan menggunakan ratio biaya antara terhadap output yang diperoleh dari hasil survei. Nilai tambah atas dasar harga konstan tahun 2000 diperoleh dengan cara revaluasi. PDRB Kabupaten LamonganTahun
32 4.2. SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN Sektor ini hanya diwakili oleh bahan galian golongan C, meliputi: sirtu (tanah urug), pasir, dolomit, phosphat, batu gamping dan batugunung.. Data produksi bahan galian diperoleh dari Bagian Perekonomian Pemerintah Kabupaten Lamongan dan BPS Kabupaten Lamongan. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku yang diperoleh melalui pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan terlebih dahulu setiap jenis kuantum produksi dengan masing-masing harganya, kemudian hasilnya dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga yang berlaku. Biaya antara tersebut diperoleh dengan menggunakan ratio biaya antara terhadap output yang diperoleh dari hasil survei. Nilai tambah atas dasar harga konstan tahun 2000 diperoleh dengan cara revaluasi SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN Sektor ini terdiri dari 2 (dua) kategori yaitu industri besar/sedang dan industri kecil serta kerajinan rumahtangga. Data output, baik atas data harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun 2000, diperoleh dari sumber-sumber survei BPS Kabupaten Lamongan dan Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Lamongan. Untuk kelompok industri besar dan sedang, nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku didapat dari hasil survei tahunan. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dihitung melalui cara ekstrapolasi dan indeks produksi barang-barang industri sebagai ekstrapolator. Angka-angka output dan nilai tambah industri kecil dan kerajinan rumah tangga diperoleh dengan pendekatan produksi yaitu dengan mengalikan rata-rata output per tenaga kerja yang bekerja di subsektor industri kecil dan kerajinan rumahtangga. Sedangkan nilai tambah diperoleh dengan cara mengalikan persentase nilai tambah PDRB Kabupaten LamonganTahun
33 berdasarkan survei khusus terhadap output. Perhitungan atas dasar harga konstan tahun 2000 adalah dengan cara revaluasi. Berbeda dengan publikasi tahun-tahun sebelumnya, sejak PDRB 1995 sektor industri pengolahan bukan lagi dibagi menjadi subsektor industri besar, sedang, kecil, namun menurut klasifikasi sektor berdasarkan KLUI (Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia) dua digit. Dengan demikian, rincian subsektor-subsektor dalam industri pengolahan terdiri dari 9 (sembilan) subsektor sebagai berikut : 1) Industri makanan, minuman dan tembakau. 2) Tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki. 3) Barang dari kayu dan hasil hutan lainnya. 4) Kertas dan barang cetakan. 5) Pupuk, barang kimia dan barang dari karet. 6) Semen dan barang galian bukan logam. 7) Logam dasar besi dan baja. 8) Alat angkutan, mesin dan peralatannya. 9) Barang lainnya SEKTOR LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH Data yang digunakan adalah data dari Perusahaan Listrik Negara (PLN), dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Output masing-masing subsektor mencakup semua produksi yang dihasilkan dari berbagai kegiatan sesuai dengan ruang lingkup dan definisinya Listrik Subsektor ini mencakup semua kegiatan kelistrikan, baik yang diusahakan oleh PLN maupun non PLN. Data produksi dan harga diperoleh dari PT. PLN (persero) Distribusi Cabang Lamongan (UPPTR Lamongan, Babat dan Brondong/Paciran). Output atas harga berlaku diperoleh dari perkalian produksi dengan harga yang berlaku pada masing-masing PDRB Kabupaten LamonganTahun
34 tahun, sedangkan output atas dasar harga konstan tahun 2000, diperoleh dengan cara revaluasi. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku yang diperoleh melalui pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan terlebih dahulu setiap jenis kuantum produksi dengan masing-masing harganya, kemudian hasilnya dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga yang berlaku. Biaya antara tersebut diperoleh dengan menggunakan ratio biaya antara terhadap output yang diperoleh dari hasil survei. Nilai tambah atas dasar harga konstan tahun 2000 diperoleh dengan cara revaluasi Air Bersih Subsektor ini mencakup air minum yang diusahakan oleh perusahaan air minum. Data produksi dan harga diperoleh dari laporan Perusahaan Daerah Air Minum. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku yang diperoleh melalui pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan terlebih dahulu setiap jenis kuantum produksi dengan masing-masing harganya, kemudian hasilnya dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga yang berlaku. Biaya antara tersebut diperoleh dengan menggunakan ratio biaya antara terhadap output yang diperoleh dari hasil survei. Nilai tambah atas dasar harga konstan tahun 2000 diperoleh dengan cara revaluasi SEKTOR BANGUNAN/KONSTRUKSI Sektor bangunan mencakup semua kegiatan pembangunan fisik konstruksi, baik berupa gedung, jalan, jembatan, terminal, dam, irigasi, maupun jaringan listrik, air minum, telepon dan sebagainya. Nilai tambah bruto dihitung dengan menggunakan pendekatan produksi. Output diperoleh dari penjumlahan nilai pembangunan prasarana fisik yang dari segi pendanaan dapat dirinci menjadi nilai pembangunan Pemerintah Pusat yang dibiayai APBN dan nilai pembangunan daerah yang dibiayai APBD serta perbaikannya, dan pembangunan-pembangunan yang dilakukan oleh developer, serta yang dilakukan oleh PDRB Kabupaten LamonganTahun
35 swadaya masyarakat murni. Sedangkan persentase nilai tambah bruto diperoleh dari survei khusus. Output atas dasar harga konstan tahun 2000 diperoleh dengan cara deflasi, deflatornya adalah Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) bahan bangunan dan konstruksi SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN Perdagangan Besar dan Eceran Perhitungan nilai tambah subsektor perdagangan dilakukan dengan pendekatan arus barang (comodity flow), yaitu dengan menghitung besarnya nilai komoditi pertanian, pertambangan dan penggalian, industri serta komoditi impor yang diperdagangkan. Dari nilai komoditi yang diperdagangkan, diturunkan nilai margin perdagangan yang merupakan output perdagangan yang selanjutnya dipakai untuk menghitung nilai tambahnya. Ratio besarnya barang-barang yang diperdagangkan, margin perdagangan dan persentase nilai tambah didasarkan pada data hasil survei khusus. Nilai Produksi bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dari sektor-sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri serta impor. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dan atas dasar konstan tahun 2000 dihitung berdasarkan perkalian antara ratio nilai tambah dengan output-nya H o t e l Kegiatan subsektor ini mencakup semua hotel, baik berbintang maupun tidak berbintang serta berbagai jenis penginapan lainnya. Output dihitung dengan cara mengalikan jumlah malam-tamu (dianggap sebagai kuantum dari output) dengan tarifnya. Untuk keperluan ini, data diperoleh dari Kantor BPS Kabupaten Lamongan, sedangkan persentase nilai tambah diperoleh dari hasil survei khusus yang dilakukan oleh BPS. Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung berdasarkan perkalian antara persentase nilai tambah dengan output-nya. PDRB Kabupaten LamonganTahun
36 4.6.3 Restoran Sub sektor restoran merupakan kegiatan penyediaan makanan dan minuman jadi yang pada umumnya dikonsumsi di tempat penjualan baik dengan tempat tetap maupun tidak tetap. Untuk menghitung nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku menggunakan pendekatan produksi, nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dengan metode ekstrapolasi SEKTOR ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Pengangkutan Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan umum untuk barang dan penumpang, baik melalui darat, laut, sungai/danau. Sektor ini mencakup pula jasa penunjang angkutan dan komunikasi. a. Angkutan Jasa Kereta Api Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan data yang diperoleh dari laporan tahunan PT. KAI. Sedangkan Nilai Tambah Bruto atas dasar harga konstan dihitung dengan cara ekstrapolasi menggunakan indeks gabungan tertimbang dari penumpang dan ton-km barang yang diangkut. b. Angkutan Jalan Raya Subsektor ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang yang dilakukan oleh perusahaan angkutan umum, baik bermotor maupun tidak bermotor seperti bus, truk, bemo, taksi, becak, dokar dan sebagainya. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dengan menggunakan pendekatan produksi yang didasarkan pada data jumlah armada angkutan umum barang dan penumpang wajib uji yang diperoleh dari laporan tahunan PDRB Kabupaten LamonganTahun
37 Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Lamongan, dan hasil survei khusus pendapatan regional angkutan yang dilakukan setiap tahun, sedangkan untuk data kendaraan tidak bermotor diperoleh dari Dinas Pendapatan dan berbagai survei. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan cara revaluasi. c. Jasa Penunjang Angkutan Meliputi kegiatan-kegiatan pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang dan berkaitan dengan kegiatan pengangkutan, seperti terminal dan parkir, keagenan barang dan penumpang, penyimpanan dan pergudangan serta jasa penunjang lainnya Komunikasi Kegiatan yang dicakup adalah jasa Pos dan Telekomunikasi. a. P o s Kegiatan ini meliputi kegiatan pemberian jasa Pos seperti pengiriman surat, wesel, paket, jasa tabungan dan sebagainya. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku didasarkan kepada data produksi dan struktur biaya yang diperoleh dari laporan keuangan Perusahaan Umum Pos Cabang Lamongan. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dilakukan dengan cara ekstrapolasi, menggunakan indeks gabungan dari jumlah surat yang dikirim. b. Telekomunikasi Kegiatan ini mencakup pemberian jasa dalam hal pemakaian hubungan telepon, telegrap, dan teleks. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung PDRB Kabupaten LamonganTahun
38 berdasarkan data yang bersumber dari laporan keuangan PT. Telkom Cabang Lamongan. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan menggunakan indeks produksi gabungan tertimbang yang meliputi jumlah menit lokal/interlokal dan banyaknya pemegang telepon yang bersumber dari PT. Telkom Cabang Lamongan. c. Jasa Penunjang Komunikasi Kegiatan subsektor ini mencakup pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang kegiatan komunikasi, seperti wartel, warpostel, radio pager, telepon seluler (ponsel) dan internet (warnet) SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN Sektor ini meliputi kegiatan perbankan, lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan B a n k Angka nilai tambah bruto subsektor bank atas dasar harga berlaku diperoleh dari Bank Indonesia. Dalam PDRB seri terbaru ini, nilai tambah bruto yang ditimbulkan dari kegiatan Bank Indonesia tidak mencakup pembayaran bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan pinjaman dari luar negeri, karena hal ini merupakan kebijaksanaan moneter yang bukan merupakan kegiatan komersial perbankan. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 diperoleh dengan cara ekstrapolasi dengan indeks kredit yang diberikan bank pada tiap-tiap tahun. Jumlah kredit yang dilepas oleh Bank diperoleh dari Bank Indonesia. Untuk memperoleh nilai tambah bruto ditempuh cara deflasi dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (umum). PDRB Kabupaten LamonganTahun
39 Lembaga Keuangan Bukan Bank Kegiatan lembaga keuangan bukan bank meliputi kegiatan asuransi, koperasi, yayasan dana pensiun dan pegadaian. Perhitungan output dan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh melalui cara pendekatan produksi. Output diperoleh dari perkalian indikator produksi dengan indikator harga, sedangkan nilai tambah bruto diperoleh dengan cara mengurangkan nilai biaya antara dari nilai output. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi dan pada kegiatan yayasan dana pensiun dengan cara deflasi Jasa Penunjang Keuangan. Kegiatan jasa penunjang keuangan meliputi berbagai kegiatan ekonomi antara lain: Bursa Efek, Perdagangan Valuta Asing, Perusahaan Anjak Piutang, leasing dan sebagainya Sewa Bangunan Sub sektor ini mencakup semua kegiatan jasa atas penggunaan rumah bangunan sebagai tempat tinggal rumahtangga dan bukan sebagai tempat tinggal, tanpa memperhatikan apakah bangunan ini milik sendiri atau disewa. Perkiraan nilai tambah bruto tahun 2000 didasarkan kepada data pengeluaran untuk sewa rumah. Perkiraan semacam untuk bangunan bukan tempat tinggal didasarkan kepada hasil survei-survei khusus. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 diperkirakan dengan cara ekstrapolasi menggunakan jumlah bangunan tempat tinggal sebagai tempat tinggal sebagai ekstrapolatornya, sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperkirakan dengan cara meng-inflate nilai bangunan dan tempat tinggal Jasa Perusahaan PDRB Kabupaten LamonganTahun
40 Subsektor ini meliputi jasa pengacara, jasa akuntan, biro arsitektur, jasa pengolahan data, jasa periklanan dan sebagainya. Perkiraan output dan nilai tambah bruto didasarkan kepada data jumlah tenaga kerja, serta rata-rata output per tenaga kerja dan persentase nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dengan cara revaluasi SEKTOR JASA-JASA Jasa Pemerintahan Umum Nilai tambah bruto subsektor jasa pemerintahan umum terdiri dari upah dan gaji rutin pegawai pemerintah pusat dan daerah. Upah dan gaji yang dihitung mencakup upah dan gaji di belanja rutin dan sebagian dari belanja pembangunan. Perkiraan penyusutan adalah sebesar 5 persen dari total upah dan gaji yang telah dihitung. Data yang dipakai adalah realisasi pengeluaran pemerintah pusat yang diperoleh dari BPS, sedangkan data untuk Pemerintah Kabupaten dan desa diperoleh dari survei yang dilakukan oleh BPS Kabupaten Lamongan. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi menggunakan indeks jumlah pegawai negeri Jasa Swasta a. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan. Subsektor ini mencakup pendidikan, jasa kesehatan, serta jasa kemasyarakatan lainnya seperti jasa penelitian, jasa palang merah, panti asuhan, panti wredha, yayasan pemeliharaan anak cacat dan rumah ibadat. Kegiatan-kegiatan jasa sosial dan kemasyarakatan hanya terbatas yang tidak dikelola oleh pemerintah saja, sedangkan kegiatan sejenis yang dikelola oleh pemerintah termasuk dalam PDRB Kabupaten LamonganTahun
41 sektor pemerintahan. Penghitungan agregat-agregat subsektor ini dijelaskan sebagai berikut : 1). Jasa Pendidikan Data yang digunakan untuk memperkirakan nilai tambah bruto subsektor jasa pendidikan adalah jumlah murid sekolah swasta menurut jenjang pendidikan, yang diperoleh dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lamongan. Data output per murid dan persentase nilai tambah diperoleh dari kegiatan survei khusus. Perhitungan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dilakukan dengan cara revaluasi. 2). Jasa Kesehatan Subsektor ini mencakup jasa rumah sakit, dokter praktek, dan jasa kesehatan lainnya yang dikelola oleh swasta. Perkiraan output untuk masing-masing kegiatan didasarkan kepada hasil perkiraan antara rata-rata output per indikator produksi dan kuantum produksinya seperti rata-rata tempat tidur rumah sakit dan jumlah tempat tidur, rata-rata output per dokter dan jumlah dokter praktek, rata-rata output per bidan dan jumlah bidan praktek dan rata-rata output per dukun bayi dan jumlah dukun bayi praktek. Nilai tambah bruto atas harga berlaku didasarkan kepada persentase terhadap output. Data yang digunakan bersumber dari Departemen Kesehatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan serta dari survei khusus pendapatan regional. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan cara revaluasi masing-masing kegiatan. PDRB Kabupaten LamonganTahun
42 3). Jasa Sosial dan Kemasyarakatan Lainnya Dari hasil survei khusus mengenai panti asuhan dan panti wredha, diperoleh rata-rata output per anak yang diasuh dan rata-rata output per anak yang diasuh dan rata-rata output per orang tua yang dilayani sekaligus struktur inputnya. Kemudian dengan mengalikan jumlah anak yang diasuh dan orang tua yang dilayani dengan rata-rata outputnya, diperoleh perkiraan output kegiatan jasa sosial dan kemasyarakatan lainnya. Data jumlah anak dan orang tua yang diasuh/dilayani diperoleh dari Dinas Keluarga Berencana dan Kesejahteraan Sosial Kabupaten Lamongan. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 diperoleh dengan cara revaluasi. Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) memberikan data mengenai pengeluaran per kapita untuk biaya kursus. Dengan mengalikan jumlah penduduk pertengahan tahun sebagai indikator, akan diperoleh nilai tambah bruto. Untuk menghitung nilai tambah bruto atas dasar harga konstan adalah dengan cara deflasi, dan sebagai deflatornya adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) kelompok aneka barang dan jasa. Dari survei khusus diperoleh data rata-rata input rumah ibadat, dengan mengalikan jumlah tempat ibadat yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Lamongan dengan nirlaba yang didapat maka diperoleh nilai tambah. Sedangkan untuk penghitungan atas dasar harga konstan dilakukan dengan cara revaluasi. b. Jasa Hiburan dan Rekreasi Sub sektor ini mencakup jasa bioskop, panggung kesenian, studio radio swasta, taman hiburan, tempat rekreasi dan sejenisnya. PDRB Kabupaten LamonganTahun
43 Data pajak tempat hiburan dan keramaian umum dan struktur biayanya, serta persentase pemungutan pajak terhadap tempat-tempat hiburan hasil survei khusus dipakai untuk memperkirakan output dan nilai tambah jasa hiburan dan kebudayaan. Perhitungan atas dasar harga konstan tahun 2000 adalah dengan cara deflasi menggunakan IHK kelompok aneka barang dan jasa. Untuk kegiatan studio radio swasta perkiraan nilai tambahnya didasarkan kepada rata-rata output per radio swasta dengan jumlah radio swasta yang datanya diperoleh dari Kantor Informasi dan Komunikasi Kabupaten Lamongan, dilengkapi dengan indikator yang diperoleh dari kegiatan survei khusus. Penghitungan atas dasar harga konstan dilakukan dengan cara revaluasi. c. Jasa Perorangan dan Rumah Tangga Sub sektor ini mencakup jasa perbengkelan, reparasi, jasa perorangan dan pembantu rumah tangga. Survei khusus yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Lamongan memberikan data tentang rata-rata output per tenaga kerja dan struktur inputnya. Nilai output diperkirakan dengan cara mengalikan jumlah tenaga kerja yang didasarkan pada hasil Sensus Penduduk 2000 dengan rata-rata output per tenaga kerja. Sedangkan untuk memperoleh nilai tambah bruto adalah dengan cara mengalikan persentase nilai tambah bruto, yang datanya telah diperoleh dari hasil survei, dengan perkiraan nilai output. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan tahun 2000 diperoleh dengan cara ekstrapolasi menggunakan tingkat pertumbuhan tenaga kerja. PDRB Kabupaten LamonganTahun
44
45 BAB V URAIAN SINGKAT Pembahasan mengenai angka-angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) secara series disajikan dalam bab ini. Adapun isinya mencakup : Pertumbuhan Ekonomi, Struktur Ekonomi, Perkembangan Nilai PDRB, dan Pendapatan per Kapita PERTUMBUHAN EKONOMI Tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah sangat di tentukan oleh faktor lokal dan eksternal. Faktor lokal meliputi : ketersediaan sumber daya alam, kualitas sumber daya manusia, kemampuan teknologi, permodalan dan kewirausahaan. Sedangkan faktor eksternal diantaranya ialah perkembangan situasi perekonomian nasional maupun internasional serta berbagai kebijakan pemerintah baik yang berkaitan dengan sektor riil maupun moneter. Selama tahun 2011 kondisi perekonomian nasional cukup stabil, kurs rupiah dan suku bunga bank cenderung menurun. Hal ini sangat menguntungkan bagi perkembangan perekonomian Kabupaten Lamongan yakni ditandai dengan semakin meningkatnya nilai investasi dan tingkat pertumbuhan ekonominya yang cukup dinamis. Besarnya pertumbuhan ekonomi suatu daerah, tercermin dari pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstannya. Dari hasil penghitungan PDRB tahun 2011 telah diketahui bahwa total nilai PDRB (atas Dasar Harga Konstan) Kabupaten Lamongan sebesar Rp sedangkan tahun 2010 sebesar Rp , sehingga dari perubahan besaran PDRB pada pada tahun 2011 dibandingkan tahun 2010 diperoleh pertumbuhan ekonomi sebesar 7,02 % pada tahun 2011, pertumbuhan ini mengalami percepatan bila dibanding tahun 2010 yang mencapai 6,89 %. PDRB Kabupaten Lamongan Tahun
46 7,1 6,9 6,7 Gambar 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamongan Tahun (%) 6,89 7,02 6,5 6,3 6,1 6,22 6,31 5,9 5,76 5,7 5, Dari gambar 1 di atas tampak bahwa selama lima tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Kabupaten lamongan terus meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian Kabupaten Lamongan semakin prospektif. Apabila dilihat pertumbuhan pada masing-masing sektor, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang memiliki kontribusi 33,73 persen terhadap total PDRB Kabupaten mengalami pertumbuhan yang paling tinggi yaitu 14,08 persen. Tingginya pertumbuhan sektor ini merupakan kontribusi dari pertumbuhan yang cukup signfikan dari subsektor Perdagangan Besar dan Eceran sebesar 14,45 persen, dan didukung pula oleh pertumbuhan yang menggembirakan dari subsektor Restoran serta Hotel masing-masing 10,42 persen dan 9,54 persen. Trend positif yang dialami oleh sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan di tahun-tahun sebelumnya berlanjut pula pada tahun ini. Setelah mampu mencapai PDRB Kabupaten Lamongan Tahun
47 pertumbuhan 12,23 persen pada tahun 2010, pada tahun ini mampu mempertahankan pertumbuhannya dan ada sedikit percepatan menjadi 12,32 persen. Akselerasi pertumbuhan dari subsektor Bank sebesar 14,28 memberikan pengaruh yang positif pada pertumbuhan sektor ini, serta dukungan penuh dari subsektor Lembaga keuangan tanpa Bank, Sewa Bangunan, serta pertumbuhan positif pula yang dialami sub sektor Jasa Perusahaan. Yang tak kalah besar sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lamongan adalah sektor Industri Pengolahan, jiwa kewirausahaan masyarakat Lamongan teruji dengan semakin tumbuhnya sektor ini di wilayah Lamongan. Pada tahun 2011 sektor ini mampu tumbuh sebesar 12,04 persen yang merupakan agregat dari nilai tambah bruto masing-masing subsektor yang ada di dalamnya dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Subsektor Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau menjadi subsektor dengan pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 14,81 persen, disusul subsektor Tekstil, Brg. Kulit & Alas Kaki sebesar 10,44 persen serta dukungan semua subsektor yang tumbuh positif pada sektor ini. Perkembangan kurang menggembirakan justru berasal dari sektor yang paling dominan memberikan sumbangan terhadap terbentuknya total PDRB, yaitu sektor pertanian. Pada sektor ini di tahun 2011 tidak mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap total PDRB. Subsektor Pertanian Bahan Makanan yang memberikan share terbesar justru terpuruk pada tahun ini. Kondisi alam yang kurang bersahabat serta serangan hama penyakit menjadikan pertumbuhan negatif (-4,01 persen) dialami oleh sub sektor ini. Tetapi pertumbuhan positif pada subsektor lainnya pada sektor ini cukup mampu menghindarkan sektor Pertanian ini mengalami pertumbuhan negatif. Pertumbuhan subsektor Tanaman Perkebunan, Peternakan dan Hasil-hasilnya, dan Perikanan yang masing-masing tumbuh sebesar 8,22 persen, 8,56 persen, dan 10,42 persen menjadikan sektor Pertanian tumbuh tipis sebesar 1,56 persen. Kondisi ini menjadikan sektor ini mengalami perlambatan pertumbuhan yang cukup nyata dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,63 persen. PDRB Kabupaten Lamongan Tahun
48 5.2 Struktur Ekonomi Salah satu tujuan jangka panjang pembangunan ekonomi ialah terjadinya pergeseran struktur ekonomi yakni dari sektor primer menuju sektor sekunder dan tersier. Kondisi yang diharapkan adalah terjadinya proses transformasi dari masyarakat agraris menuju masyarakat yang berorientasi kepada budaya industri. Dari hasil penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku telah diketahui bahwa, total nilai PDRB Kabupaten Lamongan tahun 2011 sebesar Rp mengalami kenaikan dibanding tahun 2010 yang mencapai Rp atau naik sebesar 14,33 %. Gambar 2. Struktur Ekonomi Kab. Lamongan Tahun 2011 (%) Angkutan& Kom; 2,06 Konstruksi; 2,73 Perdagangan; 33,48 Keu, Sewa & J. Pers 3,57 Listrik & Air; 0,78 Industri; 5,2 Jasa-jasa; 9,46 Penggalian; 0,21 Pertanian; 42,57 Dari gambar 2 di atas tampak, dari total nilai PDRB tersebut Sektor Pertanian masih mendominasi dalam struktur perekonomian Kabupaten Lamongan yakni dengan PDRB Kabupaten Lamongan Tahun
49 kontribusi sebesar 42,57 persen. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran juga memiliki peranan terbesar selanjutnya dengan kontribusi sebesar 33,48 persen, disusul Sektor Jasajasa yang memiliki share 9,39 %. Sedangkan Sektor Industri Pengolahan yang merupakan sektor strategis dalam usaha untuk memberikan multiplier effect terhadap sektor yang lain dan juga penyerapan tenaga kerja kontribusinya baru mencapai 5,20 persen, tetapi besaran peranan sektor ini telah mengalami peningkatan walaupun tipis dibandingkan dengan peranannya di tahun 2010 yang sebesar 5,04 persen. `Tabel 5.1 Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Lamongan Tahun (%) LAPANGAN USAHA *) 2011**) I PRIMER 47,84 46,43 46,06 45,16 42,78 1 Pertanian 47,60 46,21 45,85 44,95 42,57 2 Pertambangan & Penggalian 0,23 0,22 0,21 0,20 0,21 II SEKUNDER 8,83 8,81 8,63 8,56 8,71 3 Industri Pengolahan 4,93 4,90 4,97 5,04 5,20 4 Listrik, Gas & Air Bersih 0,86 0,82 0,78 0,80 0,78 5 Bangunan 3,04 3,08 2,88 2,73 2,73 III TERSIER 43,33 44,76 45,31 46,28 48,51 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 28,33 29,71 30,61 31,34 33,48 7 Pengangkutan & Komunikasi 1,97 2,11 2,10 2,11 2,06 8 Keuangan, Persewaan, & Jasa Persh. 3,29 3,32 3,30 3,48 3,57 9 Jasa-Jasa 9,73 9,63 9,31 9,35 9,39 *) Angka Diperbaiki **) Angka Sementara T O T A L 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 PDRB Kabupaten Lamongan Tahun
50 Dari tabel 5.1 di atas dapat diketahui bahwa selama lima tahun terakhir, struktur perekonomian Kabupaten Lamongan belum mengalami perubahan yang berarti. Sektor Pertanian cenderung menurun, tetapi Sektor Industri Pengolahan yang menghasilkan komoditi strategis (tradeable) cenderung stagnan, sementara yang berkembang adalah sektor tersier (untradeable). Tabel 5.2 Perbandingan Struktur Ekonomi Kabupaten Lamongan dan Jawa Timur Tahun 2011 (%) Sektor/Sub. sektor Lamongan Jawa Timur I. PRIMER 42,78 17,62 1. Pertanian 42,57 15,39 2. Penggalian 0,21 2,24 II. SEKUNDER 8,71 33,23 3. Industri 5,20 27,13 4. Listrik & Air Bersih 0,78 1,44 5. Konstruksi 2,73 4,67 III. TERSIER 48,51 49,14 6. Perdag, Hotel & Restoran 33,48 30,00 7. Angkutan & Komunikasi 2,06 5,66 8. Keu, Sewa & J. Persh 3,57 4,93 9. Jasa-jasa 9,39 8,55 TOTAL 100,00 100,00 PDRB Kabupaten Lamongan Tahun
51 Dari tabel 5.2 di atas tampak jelas bahwa perekonomian Jawa Timur sejalan dengan tujuan jangka panjang pembangunan ekonomi yaitu terjadinya pergeseran struktur ekonomi dari Sektor Primer menuju Sektor Sekunder dan Tersier. Kontribusi Sektor Primer hanya 17,62 % sedangkan Sektor Sekunder mencapai 33,24 % utamanya Sektor Industri Pengolahan yang memiliki kontribusi sebesar 27,13 % dari total nilai PDRB Jawa Timur Perkembangan Ekonomi Sektoral Sektor Pertanian Sektor Pertanian meliputi Sub sektor : Tanaman Bahan Makanan; Tanaman Perkebunan; Peternakan; Kehutanan dan Perikanan. Tahun 2010 total nilai PDRB sektor ini mencapai Rp (atas dasar harga berlaku), pada tahun 2011 ini mengalami peningkatan 6,37% yang mencapai Rp Dalam struktur perekonomian Kabupaten Lamongan, sektor ini memiliki kontribusi sebesar 42,57% terhadap total nilai PDRB. Kontribusi terbesar dalam membentuk PDRB Sektor Pertanian pada tahun sebelumnya diberikan oleh Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan (27,22% ), walaupun pada tahun ini tetap sebagai penyumbang terbesar tetapi subsektor ini mengalami penurunan kontribusi dibanding tahun sebelumnya yaitu menjadi 25,22%. Apabila dihitung atas dasar harga konstan, total nilai PDRB Sektor Pertanian tahun 2010 yang lalu sebesar Rp sedangkan tahun 2011 ini mencapai Rp atau hanya tumbuh 2,36%, mengalamai perlambatan yang cukup nyata dibanding tahun 2010 yang tumbuh 4,63 %. Menurunnya pertumbuhan Sektor Pertanian tersebut disebabkan menurunnya volume produksi padi sebagai akibat dari penurunan luas panen yang disebabkan merajalelanya hama wereng sehingga mengakibatkan sebagaian tanaman puso dan penurunan produkstifitas, sedangkan subsektor lainnya tumbuh cukup menyakinkan. PDRB Kabupaten Lamongan Tahun
52 Untuk mendapatkan gambaran mengenai pertumbuhan pada masing-masing sub sektor dapat dilihal pada tabel berikut. Tabel 5.3 Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian Per Sub Sektor Kabupaten Lamongan Tahun (%) Sektor/Sub Sektor SEKTOR PERTANIAN ,36 Tanaman Bahan Makanan ,22 Tanaman Perkebunan ,22 Peternakan dan Hasil2nya ,56 Kehutanan ,26 Perikanan ,36 Dari tabel di atas tampak, bahwa pertumbuhan Sektor Pertanian dari tahun 2007 sampai dengan 2010 cukup fluktuatif pada kisaran di atas 4%, tetapi di tahun 2011 ini pertumbuhannya mengalami perlambatan yang cukup nyata menjadi hanya tumbuh sebesar 2,36%. Penurunan nilai tambah bruto pada subsektor pertanian tanaman bahan makanan yang mengakibatkan pertumbuhan negatif pada subsektor ini memberikan pengaruh perlambatan terhadap sektor Pertanian. Pertumbuhan sektor ini masih terselamatkan oleh subsektor lainnya sehingga tidak sampai mengalami pertumbuhan negatif. Hal ini karena dukungan pertumbuhan yang cukup bagus pada subsektor lainnya yaitu Perkebunan, Peternakan dan Hasil-hasilnya, serta Perikanan. Yang masing-masing tumbuh 8,22 persen, 8,56 persen, dan 11,36 persen menjadikan sektor Pertanian tetap mengalami pertumbuhan positif walau hanya tumbuh tipis sebesar 2,36 persen. PDRB Kabupaten Lamongan Tahun
53 Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Pertambangan dan Penggalian meliputi : Minyak dan Gas Bumi; Pertambangan tanpa Migas; dan Penggalian. Di Kabupaten Lamongan penghitungan PDRB sektor ini baru mencakup sub sektor penggalian yang meliputi komoditi : batu kapur, tanah liat, pasir, dolomit, phospat dan garam. Nilai PDRB sektor ini tahun 2010 mencapai Rp (atas dasar harga berlaku) pada tahun 2011 mengalami peningkatan 16,75 % yang mencapai Rp Apabila dihitung atas dasar harga konstan total nilai PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian pada tahun 2010 sebesar Rp , pada tahun 2011 mengalami peningkatan 10,73% yaitu sebesar Rp Sektor Industri Total nilai PDRB Sektor Industri tahun 2010 sebesar Rp (atas dasar harga berlaku), pada tahun 2011 ini mengalami peningkatan 17,99 % yang mencapai Rp Sub sektor terbesar dalam membentuk nilai tambah Sektor Industri adalah Sub Sektor Makanan, Minuman dan Tembakau yaitu sebesar Rp (share 2,70% terhadap total nilai PDRB). Dibanding tahun sebelumnya sub sektor ini mengalami peningkatan sebesar 20,82 %. Apabila dihitung atas dasar harga konstan, total nilai PDRB Sektor Industri bila dibanding tahun 2010 yang nilainya sebesar Rp , pada tahun 2011 ini mengalami pertumbuhan sebesar 12,04% dengan nilai mencapai Rp Sektor Listrik, Gas & Air Bersih Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih memiliki peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian Kabupaten Lamongan. Dari tahun ke tahun kebutuhan listrik, gas, dan air bersih, baik untuk rumah tangga maupun usaha kegiatan ekonomi selalu PDRB Kabupaten Lamongan Tahun
54 meningkat seiring dengan peningkatan mobilitas penduduk maupun perkembangan perekonomian dari tahun ke tahun. Dibandingkan pada tahun 2010, pada tahun nilai PDRB atas dasar harga berlaku sektor ini mengalami peningkatan sebesar 11,52%. Bila dihitung atas dasar harga konstan nilai PDRB Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih tahun 2010 sebesar Rp , sedangkan pada tahun 2011 ini sebesar Rp sehingga diperoleh pertumbuhan sebesar 8,01% Sektor Konstruksi Walaupun sektor Konstruksi ini hanya memberikan 2,75% terhadap terbentuknya total PDRB, tetapi pada tahun ini dibandingkan tahun 2010 (2,73%) mengalami peningkatan kontribusi. Pada tahun 2010 nilai PDRB atas dasar harga berlaku yang dicapai oleh Sektor Kontruksi sebesar Rp , pada tahun 2011 ini mengalami peningkatan sebesar 14,46% dengan nilai sebesar Rp ,-. Bila dihitung atas dasar harga konstan, nilai PDRB Sektor Konstruksi tahun 2011 sebesar Rp , sedangkan tahun 2010 sebesar Rp , sehingga diperoleh pertumbuhan sebesar 9,10% mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya yang mengalami pertumbuhan 3,50 % Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Peningkatan nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh sektor ini menjadikannya sebagai sektor dengan pertumbuhan terbesar dibandingkan sektor lainnya, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Pada tahun 2010 nilai PDRB atas dasar harga berlaku yang dicapai Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran sebesar Rp , sedangkan ditahun 2011 ini mengalami peningkatan 22,15% yang mencapai Rp , Dalam struktur perekonomian Kabupaten Lamongan Sektor ini memiliki kontribusi sebesar 31,73 % terhadap total nilai PDRB. PDRB Kabupaten Lamongan Tahun
55 Bila dihitung atas dasar harga konstan, total nilai PDRB Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran tahun 2010 sebesar Rp sedangkan tahun 2011 sebesar Rp , sehingga diperoleh pertumbuhan sebesar 14.08% mengalami percepatan dibanding tahun sebelumnya yang mengalami pertumbuhan 9,85 % Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Nilai PDRB atas dasar harga berlaku yang dicapai Sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada tahun 2010 sebesar Rp , mengalami peningkatan sebesar 11,70 % pada tahun 2011 ini yang mencapai nilai Rp Dalam struktur perekonomian Kabupaten Lamongan Sektor ini memiliki kontribusi sebesar 2,08 % terhadap total PDRB pada tahun Besaran PDRB Sektor Pengangkutan dan Komunikasi atas dasar harga konstan tahun 2010 sebesar Rp dan meningkat pada tahun 2011 menjadi sebesar Rp , sehingga diperoleh pertumbuhan sebesar 7,15 % Sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Pada tahun 2010 nilai PDRB atas dasar harga berlaku yang dicapai oleh Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan sebesar Rp , pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 17,99 % hingga mencapai Rp Dalam struktur perekonomian Kabupaten Lamongan Sektor ini memiliki kontribusi sebesar 3,60% terhadap total nilai PDRB. PDRB Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan atas dasar harga konstan tahun 2010 sebesar Rp meningkat pada tahun 2011 ini menjadi sebesar Rp , sehingga diperoleh pertumbuhan sebesar 12,32% mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya yang mengalami pertumbuhan 12,23%. PDRB Kabupaten Lamongan Tahun
56 Sektor Jasa-jasa. Pada tahun 2010 nilai PDRB atas dasar harga berlaku yang diciptakan oleh Sektor Jasa-jasa sebesar Rp , pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 14,90% yang mencapai Rp Dalam struktur perekonomian Kabupaten Lamongan Sektor ini memiliki kontribusi sebesar 9,46 % terhadap total nilai PDRB. Bila dihitung atas dasar harga konstan, nilai PDRB Sektor Jasa-jasa tahun 2010 sebesar Rp , meningkat pada tahun 2011 menjadi sebesar Rp , sehingga diperoleh pertumbuhan sebesar 10,39% mengalami perlambatan tipis dibanding tahun sebelumnya yang mengalami pertumbuhan 10,45 % Pendapatan per Kapita Tabel 5.4 Perkembangan Pendapatan Per Kapita Kabupaten Lamongan Tahun Tahun Pendapatan Per Kapita (Rp.) Perubahan (%) , , , ,69 Pendapatan per kapita merupakan salah satu indikator untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat. Dari hasil penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2011 telah diketahui, bahwa total nilai PDRB Kabupaten Lamongan sebesar Rp sedangkan total nilai PRN (Produk Regional Neto) biaya faktor PDRB Kabupaten Lamongan Tahun
57 sebesar Rp Dengan jumlah penduduk Kabupaten Lamongan pertengahan tahun 2011 sebanyak jiwa (proyeksi), maka dapat diperoleh PDRB per kapita sebesar Rp dan Pendapatan per kapita sebesar Rp Dari table 5.4 di atas tampak bahwa, selama lima tahun terakhir pendapatan per kapita selalu mengalami peningkatan di atas 10%, pada tahun 2011 ini mengalami peningkatan sebesar 13,69% dan disisi lain inflasi yang terjadi pada tahun ini sebesar 6,82% maka dapat dikatakan bahwa secara umum dapat dikatakan pada Pendapatan per Kapita di Kabupaten Lamongan menunjukkan kenaikan tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Lamongan. PDRB Kabupaten Lamongan Tahun
58
59 PDRB Kabupaten Lamongan Tahun
BAB II URAIAN SEKTORAL
BAB II URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan dalam Bab II ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan subsektor, cara-cara penghitungan nilai tambah, baik atas dasar
Lebih terperinciBAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara
BAB II URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan pada bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara penghitungan nilai tambah bruto atas
Lebih terperinciD a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85
D a f t a r I s i Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI Daftar Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kota Samarinda Tahun 2009-2011 BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Umum 1 1.2. Konsep
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman
Lebih terperinciProduk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha
KATALOG BPS: 9202.3503 ht tp :// tre ng ga le kk ab.b ps.g o. id Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2008-2012 Badan Pusat Statistik Kabupaten Trenggalek Statistics
Lebih terperinciDAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK...
DAFTAR ISI SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK... i ii iii v vi I. PENDAHULUAN 1.1. Umum... 1 1.2. Pengertian Pendapatan Regional... 1 1.2.1. Produk Domestik
Lebih terperinciSAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP
SAMBUTAN Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur bahwa Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2009 bisa terbit. Produk Domestik Regional Bruto adalah merupakan
Lebih terperinciKatalog BPS :
Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga
Lebih terperinciProduk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha
KATALOG BPS: 9202.3503 KABUPATEN TRENGGALEK Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006-2010 Gross Regional Domestic Product Of Trenggalek Regency By Industrial Origin
Lebih terperinciSAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.
SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur bahwa Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2010 bisa terbit. Produk Domestik Regional Bruto adalah merupakan
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Malang, September 2014 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan ridho-nya Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang dapat menerbitkan lanjutan series buku Produk
Lebih terperinciII. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional
II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE
KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb.
KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadlirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunianya publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tuban
Lebih terperinciAnalisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /
BAB II METODOLOGI Dalam penyusunan publikasi Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau dipakai konsep dan definisi yang selama ini digunakan oleh BPS di seluruh Indonesia. Konsep dan definisi tersebut
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality 2010/2011 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product of Jayapura
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2005-2008 Nomor Katalog BPS : 9205.11.18 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vii + 64 Lembar Naskah : Seksi Neraca
Lebih terperinciII. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional
II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi
Lebih terperinciBAB III URAIAN SEKTORAL
BAB III URAIAN SEKTORAL alah satu kendala dalam memahami publikasi Produk Domestik Regional Bruto adalah masalah konsep dan definisi serta ruang lingkupnya yang memuat data dan informasi statistik. Disamping
Lebih terperinciB U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N
B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional
Lebih terperinciProduk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha
Katalog BPS : 9302013.3574 Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha 2008-2012 Katalog BPS : 9302013.3574 TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA PROBOLINGGO 2008-2012
Lebih terperinciB U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N
B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional
Lebih terperinciBAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI
BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI 1. KONSEP DAN DEFINISI Konsep-konsep yang digunakan dalam penghitungan Produk Regional Bruto (PDRB) adalah sebagai berikut : Domestik A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL
Lebih terperinciBAB. III. URAIAN SEKTORAL
BAB. III. URAIAN SEKTORAL Salah satu cara untuk memahami publikasi Produk Domestik Regional Bruto adalah mengetahui masalah konsep dan definisi serta ruang lingkupnya yang memuat data dan informasi statistik.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN
KATALOG BPS 9205.1171 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN 2002-2007 ISBN : 979.466.016.7 NOMOR PUBLIKASI : 9205.1171 NASKAH GAMBAR DITERBITKAN OLEH : BPS KOTA BANDA ACEH : BPS KOTA BANDA
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2006 2009 Nomor Katalog BPS : 9302008.1118 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vi + 60 Lembar Naskah : Seksi Neraca
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU
KOTA BATU NO : 35795. 06. 02 Badan Pusat Statistik Kota Batu BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BATU PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BATU 2005 KOTA BATU ISSN : No. Publikasi : 35795.06.02 Katalog BPS : Ukuran
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA
PDRB PDRB PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA 2000-2006 ISSN : - No Publikasi : 71020.0702 Katalog BPS : 9203.7102 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm X 28 cm
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
TINJAUAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 MENURUT LAPANGAN USAHA Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang Tahun 2014 i ii Tinjauan Produk Domestik Regional
Lebih terperinciII.1. SEKTOR PERTANIAN
PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012 II. URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan dalam bab ini mencakup ruang lingkup, definisi, cara panghitungan nilai tambah atas dasar harga berlaku dan konstan
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PDRB KABUPATEN NGAWI TAHUN 2006-2010 KATA PENGANTAR Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngawi naik dari 5,21 persen pada tahun 2006 setelah sempat turun pada tahun 2007 sebesar
Lebih terperinciB U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N
B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional
Lebih terperinciM E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik
M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk
17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN
Lebih terperinci9205.3572 GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT OF BLITAR CITY Kerjasama : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BLITAR Dengan BAPPEDA KOTA BLITAR Central Board Of Statistics And RegionalDevelopment Planing BoardOf Blitar
Lebih terperinciMetodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB
BAB II METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto roduk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam
Lebih terperinciPENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010
BAB 1 PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya ditujukan agar tercipta kondisi sosial ekonomi masyarakat yang lebih baik.
Lebih terperinciINDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT
L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam era otonomi daerah, kebutuhan akan data sebagai bahan perencanaan dan evaluasi pembangunan terutama pembangunan di tingkat kabupaten/kota semakin meningkat. Kebijakan-kebijakan
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada
9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN 2002-2010 Katalog BPS : 9302008.7101 ISSN 0215 6432 Ukuran Buku : 16,5 Cm X 21,5 Cm Jumlah Halaman : ix + 115 Halaman Naskah : Badan
Lebih terperinciBAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu
BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu
Lebih terperinciSAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.
SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur atas penerbitan Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2012. Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah
Lebih terperinciKerjasama : KATALOG :
Kerjasama : KATALOG : 9302008.6205 KATALOG : 9302008.6205 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2006 2010 Edisi 2011 ISSN. 0216.4796 No.Publikasi : 6205.11.01 Katalog BPS : 9302008.6205
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
TINJAUAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 MENURUT LAPANGAN USAHA Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang Tahun 2015 i SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA Puji syukur
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 yang diklasifikasikan menjadi 10 sektor dan
Lebih terperincibatukota.bps.go.id ISBN : No. Publikasi : Katalog BPS : Naskah : Seksi Neraca Wilayah & Analisis Statistik
o. id s. g a. bp ot tu k ba KOTA BATU ISBN : 978-602-70993-2-6 No. Publikasi : 35795.14.02 Katalog BPS : 4107.3579 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm x 28 cm : VII + 64 Halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah
Lebih terperinciSAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.
SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur atas penerbitan Publikasi Produk Analisis Ekonomi Regional Kota Semarang Tahun 2013. Produk Analisis Ekonomi Regional Kota Semarang
Lebih terperinciDRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat.
BAB II METODOLOGI P DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. Penggunaan PDRB tersebut secara garis besar ada dua macam yaitu
Lebih terperinciTinjauan Ekonomi Berdasarkan :
Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BOGOR Assalamu alaikum Wr Wb Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a,
KATA PENGANTAR Kondisi perekonomian makro memberikan gambaran mengenai daya saing dan tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Gambaran ekonomi makro dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Regional
Lebih terperinciProduk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya. Pembangunan manusia seutuhnya selama ini, telah diimplementasikan pemerintah melalui pelaksanaan program pembangunan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA 2000-2008 ISSN : - No Publikasi : 71060.0802 Katalog BPS : 1403.7106 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm X 28 cm : vi + 40
Lebih terperinciKebenaran Data dan teknik penghitungan dalam buku ini Telah Dikoreksi Oleh : BPS KABUPATEN MALANG
Kebenaran Data dan teknik penghitungan dalam buku ini Telah Dikoreksi Oleh : BPS KABUPATEN MALANG Pelaksana Teknis : Penanggung Jawab : Ir. Budi Iswoyo, MM (Kepala BAPPEDA Kabupaten Malang), Ketua Pelaksana
Lebih terperinciKABUPATEN BENGKULU TENGAH
Katalog BPS : 9302008.1709 4 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BENGKULU TENGAH BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BENGKULU TENGAH PDRB SEKTORAL KABUPATEN BENGKULU TENGAH TAHUN 2012 Nomor Publikasi: 1709.1002
Lebih terperinciDAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.
DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan IV Tahun 2012-2013...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Tahun 2012-2013...8 Kontribusi
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62
Lebih terperinciANALISIS SEKTORAL PDRB KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2011
ANALISIS SEKTORAL PDRB KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2011 Kerjasama : BADAN PUSAT STATISTIK KAB. SUMENEP DAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KAB. SUMENEP ANALISIS SEKTORAL PDRB KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2011
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI PAPUA BARAT MENURUT LAPANGAN USAHA Gross Regional Domestic Product of Papua Barat Province by Industrial Origin 2011 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT PRODUK
Lebih terperinciProduk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam bab landasan teori ini di bahas tentang teori Produk Domestik Regional Bruto, PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah dan inflasi. Penyajian materi tersebut
Lebih terperinciMETODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu
II. METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI PAPUA BARAT MENURUT LAPANGAN USAHA Gross Regional Domestic Product of Papua Barat Province by Industrial Origin 2010 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT PRODUK
Lebih terperinciAnalisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /
BAB. III URAIAN SEKTORAL Uraian Sektoral yang disajikan dalam Bab III ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, cara perhitungan nilai tambah baik atas dasar harga
Lebih terperinciBadan Perencananan Pembangunan Daerah Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar
Melalui publikasi ini, pembaca akan diantarkan pada ulasan mengenai : Pertumbuhan Ekonomi Struktur Ekonomi PDRB per kapita Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha tahun 2010 2011 dan
Lebih terperinciM E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik
M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No.
Lebih terperinciDAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.
DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan II Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan II Tahun 2014...6
Lebih terperinciDAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.
DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan III Tahun 2014...6
Lebih terperinciDAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.
DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian, Triwulan IV Tahun 2013 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia, Triwulan IV Tahun 2013
Lebih terperinciKABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency
Katalog BPS : 9302008.3208 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency 2010-2013 PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Kuningan 2010-2013
Lebih terperinci8.1. Keuangan Daerah APBD
S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan
Lebih terperinci1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar
1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional
Lebih terperinciKatalog BPS : Kerjasama : BAPPEDA Kabupaten Kudus Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus
Katalog BPS : 9205.3319 Kerjasama : BAPPEDA Kabupaten Kudus Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KUDUS TAHUN 2011 GDRP of Kudus 2011 No. Publikasi : 33195.0901
Lebih terperinciDAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.
DAFTAR ISI Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian, Tahun 2013-2014 Triwulan I...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia, Tahun 2013-2014 Triwulan I...8
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) KABUPATEN BONDOWOSO MENURUT KECAMATAN TAHUN 2012
PDRB KAB. BONDOWOSO MENURUT KECAMATAN TAHUN 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BONDOWOSO Jl. KH. Asyari 7. Telp. 0332-421775 BONDOWOSO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) KABUPATEN BONDOWOSO MENURUT
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 U M U M
BAB I PENDAHULUAN 1.1 U M U M Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan satu dari beragam indikator ekonomi yang digunakan dalam mengukur kinerja perekonomian. Indikator tersebut memberikan gambaran
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011 Gross Regional Domestic Product Kendal Regency 2011
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011 Gross Regional Domestic Product Kendal Regency 2011 No. Katalog / Catalog Number : 9302005.33.24 No. Publikasi / Publication Number : 33245.11.01
Lebih terperinciTINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013
TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013 TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013 Ukuran Buku Jumlah Halaman Diterbitkan Oleh Dicetak Oleh : 21 cm x 29,7 cm : x + 97 halaman : Badan Perencanaan
Lebih terperinci10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB )
10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Lapangan Usaha memberikan gambaran tentang nilai tambah yang dibentuk dalam suatu daerah sebagai akibat dari adanya
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Penelitian Terdahulu BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Sejumlah peneltian terdahulu diambil untuk memperkuat penelitian ini dan sekaligus sebagai acuan dalam penelitian ini. Adapun penelitian tersebut
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu
III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data Tabel Input-Output Propinsi Kalimantan Timur tahun 2009 klasifikasi lima puluh
Lebih terperinciGrafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 25/11/34/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa
Lebih terperinciVI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku
VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Lumajang, November 2017 KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN LUMAJANG. . A Z W I R, S.Si. NIP
i KATA PENGANTAR Kondisi perekonomian tiap-tiap kecamatan dapat dilihat berdasarkan struktur kategori ekonomi yang menyusun Produk Domestik Regional Bruto (). Angka yang dihasilkan memberikan gambaran
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN TELUK BINTUNI TAHUN 2013 ISSN : 2089-5585 Katalog BPS : 930201.9104 No. Publikasi : 9104.13.02 Ukuran Buku : 16,5 cm x 21,5 cm Jumlah Halaman : vi + 50 Halaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menilai kinerja ekonomi secara makro di suatu wilayah dalam periode waktu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu data statistik yang digunakan untuk menilai kinerja ekonomi secara makro di suatu wilayah dalam periode
Lebih terperinciProduk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product
Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product X Produk Domestik Regional Bruto 306 Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka 2013 Gross Regional Domestic Product 10.1 PRODUK DOMESTIK REGIONAL
Lebih terperinciCOVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i
COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i ii Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 INDIKATOR EKONOMI KOTA TERNATE 2015 No. Katalog : 9201001.8271 No. Publikasi : 82715.1502 Ukuran Buku : 15,5 cm
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang 1
BAB I PENDAHULUAN Pada Publikasi sebelumnya Pendapatan Regional Kabupaten Semarang dihitung berdasarkan pada pendekatan produksi. Lebih jauh dalam publikasi ini, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari
38 III. METODE PENELITIAN A. Data dan sumber data Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun 2009 2013 dari instansi- instansi terkait yaitubadan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, Badan
Lebih terperinci