1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar"

Transkripsi

1 1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar 1

2 I. PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dihitung untuk mengetahui total produksi barang dan jasa suatu daerah pada satu periode tertentu. Yang dimaksud dengan produksi adalah aktifitas suatu usaha menggunakan input untuk memproduksi output. PDRB merupakan neraca makro ekonomi yang dihitung secara konsisten dan terintegrasi dengan berdasar pada konsep, definisi, klasifikasi dan cara penghitungan yang telah disepakati secara Internasional. Perubahan nilai PDRB dari waktu ke waktu terjadi karena dua hal, yaitu terjadinya perubahan harga barang dan jasa atau karena terjadinya perubahan volume. Penggunaan harga yang berlaku pada periode yang telah lalu menghasilkan PDRB atas harga konstan. PDRB atas harga konstan disebut sebagai PDRB volume atau PDRB real. Dalam publikasi ini selain disajikan PDRB atas harga berlaku yang bisa menggambarkan pergeseran struktur ekonomi, juga disajikan PDRB dengan menggunakan tahun dasar 2000 yang bisa menggambarkan pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun sejak tahun Ada tiga pendekatan dalam penghitungan PDRB, yaitu pendekatan produksi, pengeluaran, dan pendapatan. Pendekatan Produksi menghitung sumbangan tiap sektor produksi terhadap output dengan cara mengurangkan output dengan barang dan jasa yang dibeli dari unit produksi lain dan habis digunakan untuk menghasilkan output tersebut, sisanya adalah nilai tambah. Barang dan jasa yang habis terpakai tersebut dinamakan konsumsi antara. Nilai tambah dapat dinyatakan dalam nilai bruto atau neto tergantung apakah sudah dikurangi dengan penyusutan barang modal. Sektor-sektor produksi biasanya dikelompokan kedalam sembilan sektor yaitu: 1.Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan, Perkebunan. 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa. 2

3 Pendekatan Pengeluaran menghitung PDRB dengan menjumlahkan seluruh permintaan akhir yang terdiri dari konsumsi rumah tangga dan lembaga nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor neto. Pendekatan Pendapatan menghitung PDRB sebagai penjumlahan dari balas jasa faktor produksi (barang modal, tenaga kerja) dalam wilayah. Hal ini menunjukkan dua hal mengenai perekonomian suatu wilayah. Pertama, menunjukan pembagian PDRB menurut berbagai pendapatan seperti balas jasa tenaga kerja, keuntungan serta balas jasa barang modal lainnya, dan pajak produksi setelah dikurangi subsidi. Kedua, membantu menjelaskan perbedaan antara PDRB dengan pendapatan yang dapat digunakan Kegunaan Statistik Pendapatan Regional Manfaat Statistik Pendapatan Regional antara lain: 1. PDRB nominal (harga berlaku) menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi suatu wilayah. Semakin besar nilai PDRB menunjukkan semakin besar kekuatan ekonomi wilayah tersebut. 2. Distribusi PDRB nominal (harga berlaku) menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian dan menunjukkan peranan masing-masing sektor dalam perekonomian suatu wilayah. Semakin besar peranan suatu sektor menunjukkan basis perekonomian dalam wilayah tersebut. 3. PDRB riil (harga konstan) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi atau sektor ekonomi dari periode ke periode. 4. PDRB harga belaku menurut penggunaan menunjukkan penggunaan produk barang dan jasa menurut konsumsi, investasi, dan perdagangan luar wilayah. 5. Distribusi PDRB menurut penggunaan menunjukan besarnya peranan kelembagaan dalam menggunakan hasil produksi barang dan jasa. 6. PDRB penggunaan atas harga konstan menunjukkan laju pertumbuhan konsumsi, investasi dan perdagangan luar wilayah Perubahan Tahun Dasar Penggunaan tahun dasar dalam penghitungan PDRB secara Nasional telah mengalami perubahan empat kali yaitu tahun 1960, 1973, 1983, dan tahun BPS terdorong untuk mengganti tahun 1993 dengan tahun 2000 sebagai tahun dasar penghitungan karena situasi perekonomian dan alasan teknis berikut ; 3

4 a. Perubahan struktur ekonomi yang relatif cepat serta perubahan komposisi harga antara sektor primer, sekunder dan tersier mengakibatkan pengukuran pertumbuhan ekonomi berdasarkan PDRB tahun dasar 1993 menjadi terlalu rendah. b. Struktur ekonomi tahun 1993 belum tersentuh dampak deregulasi dan debirokratisasi. Sektor pertanian dan pertambangan sangat dominan, sementara sektor industri relatif masih kecil peranannya. Sejak tahun 1991 peranan sektor industri sudah melampaui peranan sektor pertanian. c. Saat ini, tenggang waktu dari tahun 1993 sudah terlalu jauh sehingga apabila mengukur pertumbuhan berdasar pada tahun 1993 menjadi tidak realistis. Perkembangan ekonomi dunia dalam kurun waktu yang diwarnai oleh globalisasi telah mempengaruhi perekonomian domestik. d. Pada pertengahan tahun 1997 krisis ekonomi juga merubah struktur perekonomian Nasional. e. Perekonomian Indonesia selama tahun 2000 relatif stabil dengan laju pertumbuhan PDB sebesar 4,92% dan inflasi pada posisi 9,35%. Sejak tahun 2000 hingga 2003 pertumbuhan ekonomi secara agregat terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal itu bisa bermakna sebagai awal berjalannya proses pemulihan ekonomi setelah krisis yang membuat PDB merosot sampai minus 13,13% di tahun 1998 dengan inflasi hingga mencapai 77,63%. f. BPS telah menyusun Tabel Input-Output Indonesia Tabel I-O tersebut secara baku dipakai sebagai basis penghitungan series PDB baik sektoral maupun penggunaan. Besaran PDB yang diturunkan dari Tabel I-O telah mengalami uji konsistensi pada tingkat sektoral dengan mempertimbangkan kelayakan struktur permintaan maupun penawaran. g. Dalam waktu dekat, penyusunan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) maupun Indeks Harga Konsumen (IHK) akan menggunakan tahun 2000 sebagai tahun dasar. Penyempurnaan metodologi dan cakupan komoditi akan menghasilkan series IHPB dan IHK yang lebih akurat sebagai deflator dalam penghitungan PDB. h. Ketersediaan data dasar sektor ekonomi baik harga maupun volume secara rinci tahun 2000, relatif lebih lengkap dan berkelanjutan dibandingkan tahun Hal itu dimungkinkan karena berbagai Departemen/Kementerian maupun Instansi Pemerintah lainnya ikut membangun statistik bagi keperluan perencanaan sektoral masing-masing. Dengan dukungan data-data yang lebih lengkap dan terperinci serta konsisten, diharapkan estimasi PDB dengan tahun dasar 2000 dapat disusun lebih akurat dan konsisten. 4

5 i. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sebagaimana tertuang dalam buku panduan Sistem Neraca Nasional yang terbaru merekomendasikan bahwa estimasi PDB atas dasar harga konstan sebaiknya dimutakhirkan secara periodik dengan menggunakan tahun referensi yang berakhiran 0 dan 5. Hal ini juga sudah didukung oleh komitmen pimpinan kantor statistik negara Asean pada tahun 2000 dengan maksud agar besaran angka-angka PDB dapat saling diperbandingkan antar negara dan antar waktu guna keperluan analisis kinerja perekonomian dunia. Dengan demikian, pemutakhiran tahun dasar penghitungan PDRB dari tahun 1993 ke tahun 2000 menjadi perlu dilakukan agar hasil estimasi PDRB sektoral maupun penggunaan menjadi lebih realistis. 5

6 2.1. Struktur Ekonomi 2.2. Pertumbuhan Ekonomi 2.3. Pendapatan Per Kapita 6

7 II. TINJAUAN PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN ACEH SELATAN 2.1. Struktur Ekonomi Berdasarkan PDRB tahun dasar 2000 atas harga berlaku pada tahun 2010, struktur perekonomian Kabupaten Aceh Selatan tidak mengalami perubahan yang berarti. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, lebih dari 80 persen struktur perekonomian Aceh Selatan disusun oleh empat sektor utama yaitu: sektor pertanian, sektor Bangunan/Konstruksi dan Jasa jasa serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Kontribusi paling besar terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Selatan pada tahun 2010 disumbang oleh sektor pertanian yaitu sebesar 41,48 persen, kemudian disusul sektor Bangunan/Konstruksi sebesar 16,08 persen, selanjutnya sektor Jasa jasa 16,04 persen, sedangkan sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan kontribusi sekitar 14,00 persen. Peranan sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Selatan selama tahun relatif tidak berubah. Pada tahun 2005 peranan sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Aceh Selatan mencapai 44,20 persen, dan menurun di tahun 2006 hingga 2009 masing-masing menjadi 43,58 persen pada tahun 2006, tahun 2007 sebesar 42,95 persen, tahun 2008 sebesar 42,18 persen, dan pada tahun 2009 sebesar 40,68 persen. Pada tahun 2010 meningkat kembali menjadi 41,48 persen, Fluktuasi besaran nilai pada sektor pertanian sangat ditentukan oleh subsektor tanaman bahan makanan, yang menjadi kontributor utama terhadap pembentukan sektor ini. Pada tahun 2010 sumbangan subsektor ini mencapai 14,30 persen, selanjutnya disusul oleh subsektor tanaman perkebunan dengan sumbangan sebesar 11,27 persen. Sektor perternakan memberi kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Aceh Selatan sebesar 10,42 persen. Sedangkan sektor perikanan dan kehutanan memberi peranan terhadap PDRB Kabupaten Aceh Selatan masing-masing sebesar 4,82 persen dan 0,67 persen. Sektor Bangunan/Konstruksi merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar kedua terhadap perekonomian Aceh Selatan, dimana pada tahun 2005 sektor ini memberi sumbangan terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Selatan sebesar 12,15 persen, Namun pada tahun 2010 terjadi peningkatan yang relatif kecil dalam kontribusi terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Aceh selatan yaitu sebesar 16,08 persen. Sektor Jasa jasa merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar ketiga terhadap perekonomian Aceh Selatan. Dimana pada tahun 2005 sektor ini memberikan sumbangan terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Selatan sebesar 17,96 persen 7

8 Namun pada tahun 2010 terjadi perubahan yang relatif kecil yaitu sebesar persen, Sektor penyumbang terbesar keempat adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dimana peranan sektor ini selama kurun waktu menunjukkan kecenderungan yang yang terus menurun. Pada tahun 2005 sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran memberikan kontribusi sebesar 14,20 persen, sedangkan pada tahun 2010 menurun menjadi 14,00 persen. Selain keempat sektor yang tersebut di atas, peranan sektor-sektor lain dalam pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Selatan relatif kecil. Pada tahun 2010 sektor Industri pengolahan hanya memberi kontribusi sebesar 3,95 persen, Sektor pengangkutan dan komunikasi hanya memberikan sumbangan sebesar 3,80 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan memberikan sumbangan sebesar 3,17 persen serta sektor pertambangan dan penggalian sebesar 1,26 persen. Sektor yang paling kecil sumbangannya adalah sektor listrik dan air minum yang hanya mampu memberikan kontribusi sebesar 0,20 persen terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Selatan. Tabel 1 Peranan Sektor Ekonomi dalam Pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Selatan Tahun (Persen) Lapangan Usaha * 2010** 1. Pertanian 44,20 43,58 42,95 42,18 40,68 41,48 2. Pertambangan dan Penggalian 0,92 0,97 1,05 1,09 1,19 1,26 3. Industri Pengolahan 4,33 4,28 4,33 4,19 4,06 3,95 4. Listrik dan Air Minum 0,24 0,25 0,26 0,23 0,22 0,20 5. Bangunan 12,15 12,75 13,14 15,36 15,96 16,08 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 14,20 13,77 13,56 13,31 14,07 14,00 3,65 3,70 3,80 3,67 3,92 3,80 2,35 2,30 2,45 2,46 3,20 3,17 9. Jasa-jasa 17,96 18,40 18,47 17,51 16,71 16,04 Produk Domestik Regional Bruto * Angka Diperbaiki ** Angka Sementara 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 8

9 Grafik 1 Peranan Sektor Ekonomi dalam Pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Selatan Tahun (Persen) 100% 80% 60% 40% 20% 0% Pertanian Industri Pengolahan Bangunan Pengangkutan dan Komunikasi Jasa-jasa Pertambangan dan Penggalian Listrik dan Air Minum Perdagangan, Hotel dan Rest. Keuangan, Persew aan, dan Jasa Persh Pertumbuhan Ekonomi PDRB atas dasar harga konstan 2000 merupakan cerminan pertumbuhan ekonomi. Dalam kurun waktu 2005 sampai 2010 Kabupaten Aceh Selatan mengalami pertumbuhan ekonomi secara fluktuasi pada setiap tahunnya. Pada tahun 2005 perekonomian Aceh Selatan tumbuh 4,39 persen, laju perekonomian Kabupaten Aceh Selatan pada tahun 2006 mengalami penurunan yang relatif kecil yakni 3,42 persen, tahun 2007 mengalami pertumbuhannya kembali melambat menjadi 2,73 persen, Hal ini disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan sektor pertanian sebesar minus 1,48 persen, dimana sektor pertanian merupakan sektor yang memberi kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB kabupaten Aceh Selatan yaitu sebesar 42, 95 persen. Tahun 2008 laju pertumbuhan perekonomian Aceh Selatan mengalami peningkatan menjadi 3,63 persen. Tahun 2009 dan 2010 pertumbuhan ekonomi Aceh Selatan mengalami peningkatan kembali masing-masing 3,81 persen dan 4,27 persen. Pada tahun 2010 seluruh sektoral mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan paling tinggi terjadi pada sektor Keuangan,persewaan dan jasa perusahaan yang mencapai 11,49 persen, kemudian diikuti oleh sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 10,01 persen. Selanjutnya secara berturut-turut diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 6,75 persen, sektor bangunan/konstruksi sebesar 5,80 persen, sektor jasajasa sebesar 4,82 industri pengolahan sebesar 2,79 persen, sektor pertanian 1,20 persen, 9

10 sektor listrik dan air minum sebesar 0,95 persen, dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,90 persen. Tabel 2 Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Aceh Selatan Tahun (Persen) Lapangan Usaha * 2010** 1. Pertanian 2,20 0,63-1,48-0,34 0,45 1,20 2. Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan 5,08 5,41 5,38 6,23 5,53 2,79 4. Listrik dan Air Minum 1,38 1,66 1,38 2,11 1,64 0,95 5. Bangunan 5,13 6,75 6,37 4,69 5,74 5,80 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,12 4,12 3,81 5,78 6,32 6,75 7. Pengangkutan dan Komunikasi 5,34 4,86 5,43 17,12 13,21 10,01 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 20,10-2,66 9,68 8,02 10,01 11,49 9. Jasa-jasa 6,52 6,61 6,31 4,85 3,47 4,82 Produk Domestik Regional Bruto 4,39 3,42 2,73 3,63 3,81 4,27 * Angka Diperbaiki ** Angka Sementara Grafik 2 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Selatan Tahun (Persen)

11 2.3. Pendapatan Perkapita Produk Domestik Regional Bruto per-kapita merupakan hasil bagi antara PDRB dengan jumlah penduduk, sedangkan Pendapatan Regional per-kapita diperoleh dari hasil bagi antara Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas biaya faktor produksi (PDRB yang telah dikurangi penyusutan dan pajak tak langsung) dengan penduduk. Sepanjang kurun waktu , PDRB per-kapita maupun pendapatan regional per-kapita Kabupaten Aceh Selatan atas dasar harga berlaku menunjukkan pertumbuhan yang relatif tinggi, namun bila dilihat berdasarkan harga konstan, laju pertumbuhannya relatif rendah. Berdasarkan harga berlaku PDRB per-kapita Kabupaten Aceh Selatan tahun 2010 tercatat sebesar ,92 rupiah. Angka ini mengalami lonjakan yang cukup berarti yakni mencapai 16,73 persen dibanding tahun 2009 yang sebesar rupiah. Sedangkan pendapatan regional per-kapita tahun 2010 mencapai ,48 rupiah atau mengalami kenaikan sebesar 16,91 persen dari tahun 2009 yang sebesar rupiah. Berdasarkan harga konstan 2000 PDRB per-kapita Kabupaten Aceh Selatan tahun 2010 tercatat sebesar ,19 rupiah. Nilai ini meningkat 8,55 persen dibanding tahun 2009 yang tercatat sebesar ,52 rupiah. Sementara itu pendapatan regional perkapita Aceh Selatan tahun 2010 berdasarkan harga konstan 2000 tercatat sebesar ,80 rupiah. Nilai ini mengalami kenaikan 8,59 persen dibanding tahun 2009 yang sebesar ,29 rupiah. Tahun Tabel 3 PDRB Per-kapita dan Pendapatan Regional Per-kapita Kabupaten Aceh Selatan Tahun PDRB Per Kapita Nilai (Rupiah) Pertum buhan (%) Pendapatan Regional Per Kapita Pertum Nilai (Rupiah) buhan (%) ADHB ,65 5, ,52 5, ,70 1, ,19 1, ,71 6, , ,05 10, , * ,00 11, , ** ,92 16, ,48 16,91 ADHK ,98 1, ,37 1, ,25-3, ,30-3, ,17 1, ,84 1, ,98 1, ,65 1, * ,19 3, ,32 3, ** ,19 8, ,80 8,59 * Angka Diperbaiki 11

12 ** Angka Sementara 2.4. Inflasi dan Deflasi Inflasi merupakan suatu fenomena dimana terjadi kenaikan harga suatu barang dan jasa yang menyebabkan terjadinya kemorosotan pendapatan riil yang diterima masyarakat. Sedangkan Deplasi akan meningkatkan pendapatan riil yang diterima masyarakat. Perkembangan tingkat inflasi yang terjadi selama satu periode (satu tahun) dapat dilihat dari indeks harga implisit (IHI), dimana indeks ini menggambarkan perbandingan antara nilai produk yang dihitung berdasarkan harga berlaku dengan nilai produk yang dihitung berdasarkan harga konstan. Penimbang dari IHI ini pada dasarnya semua barang dan jasa yang diproduksi dan harga yang dipakai adalah harga produsen, sehingga inflasi yang terjadi juga dikenal dengan inflasi tingkat produsen, dengan demikian IHI cukup mewakili jika dipakai untuk melihat tingkat inflasi, baik sektoral maupun total di suatu daerah. Tingkat inflasi berdasarkan IHI di Kabupaten Aceh Selatan tahun 2010 adalah sebesar 7,54 persen. Angka ini secara relatif cukup tinggi, hal ini disebabkan adanya empat sektor yang mengalami inflasi yang cukup tinggi, yakni sektor penggalian sebesar 18,04 persen, sektor pertanian 12,97 persen, sector bangunan/konstruksi sebesar 6,81 persen, Selanjutnya sektor lain hanya mengalami inflasi dibawah 5 persen. Tingginya pertumbuhan ekonomi tidak ada artimya bila diikuti oleh lebih besar tingkat inflasi dalam suatu daerah. Dengan tingginya tingkat inflasi berdasarkan Indeks Harga Implisit menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Aceh Selatan pada tahun 2010 tidak lebih baik, dimana tingkat inflasi IHI tahun 2010 sebesar 7,54 persen, sedangkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Selatan tahun yang sama hanya sebesar 4,27 persen. Hal ini menyebabkan pendapatan riil yang diterima masyarakat semakin kecil dalam arti daya beli masyarakat semakin menurun. 12

13 Tabel 4 Indeks Implisit Sektoral Kabupaten Aceh Selatan Dan Tingkat Perubahannya Tahun Perubahan Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. Pertanian 170,51 188,99 202,90 229,21 10,83 7,36 12,97 2. Pertambangan dan Penggalian 167,56 182,12 219,72 259,35 8,69 20,65 18,04 3. Industri Pengolahan 137,08 140,56 144,18 153,21 2,54 2,57 6,26 4. Listrik dan Air Minum 159,95 160,35 168,93 172,44 0,25 5,35 2,08 5. Bangunan 151,37 190,15 208,90 223,12 25,62 9,86 6,81 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 114,33 119,31 132,67 138,66 4,36 11,20 4,51 7. Pengangkutan dan Komunikasi 147,62 136,97 144,55 143,05-7,21 5,53-1,04 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 198,08 207,05 273,77 273,43 4,76 31,34-0,12 9. Jasa-jasa 149,61 152,12 156,90 161,13 1,68 3,14 2,70 Produk Domestik Regional Bruto 151,78 164,88 177,59 190,98 8,54 7,71 7,54 13

14 3.1. Pertanian 3.2. Pertambangan dan Penggalian 3.3. Industri Pengolahan 3.4. Listrik dan Air Minum 3.5. Bangunan 3.6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 3.7. Pengangkutan dan Komunikasi 3.8. Keuangan, Sewa Bangunan, dan Jasa Perusahaan 3.9. Jasa-jasa 14

15 III. PERTUMBUHAN DAN PERANAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA PDRB menurut lapangan usaha dibagi menjadi sembilan sektor, dan masingmasing sektor dirinci menjadi subsektor. Pemecahan menjadi subsektor ini disesuaikan dengan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Perkembangan setiap sektor di Kabupaten Aceh Selatan diuraikan di bawah ini Sektor Pertanian Sektor pertanian merupakan sektor unggulan perekonomian di Kabupaten Aceh Selatan. Pada setiap periode sektor ini selalu menjadi penyumbang terbesar dalam penyusunan PDRB Kabupaten Aceh Selatan. Hal ini dapat menjadi gambaran bahwa Aceh Selatan termasuk daerah agraris yang cukup potensial. Pada tahun 2010 sektor pertanian kembali mengalami kenaikan Nilai tambah produksi menjadi ,16 juta rupiah atau memberikan sumbangan 41,48 persen terhadap perekonomian Kabupaten Aceh Selatan. Sektor pertanian terdiri dari subsektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan dan perikanan. Dari kelima subsektor tersebut, subsektor tanaman bahan makanan (tabama) merupakan penyumbang terbesar dalam sektor ini. Pada tahun 2010 sumbangan sektor tabama mencapai 14,30 persen terhadap PDRB Kabupaten Aceh Selatan. Tabama mencakup komoditas padi, jagung, ketela, kacang-kacangan, sayuran dan buah-buahan. Dari komoditas tersebut, produksi padi memberikan andil besar dalam pembentukan subsektor ini. Subsektor perkebunan merupakan penyumbang kedua terbesar dalam sektor pertanian. Pada tahun 2010 nilai tambah sektor perkebunan sebesar ,54 juta rupiah atau sekitar 11,27 persen dari subsektor secara keseluruhan yang menyusun PDRB Kabupaten Aceh Selatan. Selanjutnya sub sektor peternakan memberikan kontribusi sebesar 10,42 persen terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Selatan. Sedangkan subsektor perikanan dan kehutanan memberikan kontribusi masing-masing sebesar 4,82 persen dan 0,67 persen terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Selatan tahun Pada tahun 2010 semua subsektor yang tergabung dalam sektor pertanian mengalami peningkatan produksi dibanding tahun 2009, kecuali sub sektor kehutanan mengalami pertumbuhan yang negatif yaitu sebesar 0,19 persen. 15

16 Tabel 5 Peranan Sektor Pertanian Menurut Subsektor Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Aceh Selatan Tahun Sektor/Subsektor * 2010** Pertanian 44,20 43,58 42,95 42,18 40,68 41,48 a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan 17,42 18,13 18,74 15,67 14,72 14,30 8,05 8,23 8,90 10,85 11,12 11,27 c. Peternakan 12,36 11,00 10,00 10,86 9,77 10,42 d. Kehutanan 3,01 2,72 1,57 1,25 0,86 0,67 e. Perikanan 3,35 3,50 3,76 3,55 4,21 4,82 Bukan Sektor Pertanian * Angka Diperbaiki ** Angka Sementara 55,80 56,42 57,05 57,82 59,32 58,52 Grafik 3 Peranan Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2010 (Persen) Kehutanan; 0,67 Perikanan; 4,82 Peternakan; 10,42 Perkebunan; 11,27 Bukan Sektor Pertanian % Tan. Bhn Makanan; 14, Sektor Pertambangan dan Penggalian Kabupaten Aceh Selatan tidak memiliki pertambangan minyak dan gas yang diketahui dapat dieksploitasi. Hal ini menjadi faktor utama sektor ini belum dapat memberikan sumbangan yang berarti terhadap kemajuan perekonomiaan Aceh Selatan. Walaupun secara nasional sektor ini memiliki peran besar dalam penyusunan ekonomi Indonesia. 16

17 Karena pertambangan minyak dan gas tidak ada, pendapatan dari sektor ini otomatis ditentukan oleh subsektor penggalian dan penggaraman saja. Pada kurun waktu tahun 2000 hingga 2010 kontribusi yang diberikan sektor ini nilainya relatif stabil berkisar 0,87 sampai dengan 1.26 persen. Kontribusi yang diberikan sektor ini terhadap PDRB Kabupaten Aceh Selatan merupakan yang terkecil kedua setelah sektor listrik dan air minum. Walaupun peranan sektor ini relatif stabil, namun pada tahun 2010 sektor ini mengalami pertumbuhan terendah, dimana pertumbuhan sektor ini hanya 0,07 persen 3.3. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan juga memberikan kontribusi yang relatif kecil terhadap PDRB Aceh Selatan. Selama kurun waktu tahun 2000 hingga 2010, peranan sektor ini tidak pernah sampai melebihi 5 persen. Pada tahun 2000 peranan sektor ini tercatat 4,72 persen dan pada tahun 2010 sebesar 3,95 persen. Sementara itu pertumbuhan sektor ini pada tahun 2010 mencapai 4,93 persen, merupakan pertumbuhan tertinggi keenam setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran, sector jasa jasa, sector bangunan/konstruksi dan sector pengangkutan dan komunikasi Sektor Listrik dan Air Minum Sektor ini merupakan penunjang seluruh kegiatan ekonomi dan sebagai infrastruktur yang mendorong aktivitas proses produksi sektoral maupun pemenuhan kebutuhan masyarakat. Produksi listrik sebahagian besar dihasilkan oleh Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN), dan sebahagian kecil oleh non PLN. Air minum dihasilkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Walaupun sektor listrik dan air minum merupakan sektor yang vital namun kontribusi dari nilai tambah sektor ini dalam pembentukan nilai tambah perekonomian Aceh Selatan secara keseluruhan merupakan yang terkecil dibanding dengan sektor lain. Pada kurun waktu tahun 2000 sektor ini hanya memberikan sumbangan di bawah 0,50 persen. Kontribusi yang diberikan sektor ini pada tahun 2010 hanya 0,20 persen. Pada tahun 2010 sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 0,95 persen, dimana subsektor listrik tumbuh sebesar 0,99 persen dan subsektor air minum turun sebesar 0,71 persen. 17

18 Tabel 6 Peranan Sektor Listrik dan Air Minum Menurut Subsektor Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Aceh Selatan Tahun Sektor/Subsektor Listrik dan Air Minum Listrik Air Minum Sektor Bangunan Pembangunan fisik yang dilakukan di Kabupaten Aceh Selatan selama tahun 2008 dapat dilihat dari besarnya angka produksi dari sektor ini. Secara keseluruhan, dalam kurun waktu 2000 hingga 2010 penggunaan komoditas barang konstruksi menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Apalagi setelah terjadi Tsunami sektor ini mengalami peningkatan. Demikian juga peranannya terhadap PDRB Kabupaten Aceh Selatan juga yang terus meningkat dari tahun ke tahun, dimana pada tahun 2005 merupakan penyumbang ke empat dalam pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Selatan setelah sektor pertanian, Jasajasa, Perdagangan dan restoran. Dimana kontribusi sektor ini pada tahun 2005 sebesar 12,55 persen dengan produksi ,63 juta rupiah. Namun tahun 2010 sektor ini merupakan kontribusi terbesar kedua terhadap PDRB Kabupaten Aceh Selatan setelah sektor pertanian, dimana peranan sektor ini meningkat menjadi 16,08 persen dengan nilai tambah bruto sebesar ,48 juta rupiah pada tahun Laju pertumbuhan pada sektor bangunan tidak berjalan dengan cepat. Namun pada tiap periodenya laju pertumbuhan sektor ini terus mengalami peningkatan. Dimana tahun 2006 merupakan pertumbuhan tertinggi dari sektor ini dibanding tahun lainnya yang mencapai 6,75 persen. Namun pada tahun 2007 pertumbuhan sektor ini mengalami perlambatan menjadi 6.37 persen dan terus melambat pada tahun 2009 yang hanya tumbuh sebesar 5,74 persen. Namun pada tahun 2010 sektor ini mengalami pertumbuhan yang cendrung meningkat yaitu sebesar 5,80 persen 18

19 Tabel 7 Peranan Sektor Bangunan/Kontruksi Atas Dasar Harga berlaku Kabupaten Aceh Selatan Tahun Sektor/Subsektor Bangunan/ Kontruksi 12,15 12,75 13,14 15,36 15,96 16,08 Bukan sektor bangunan/ konstruksi 87,85 87,25 86,86 84,64 84,04 83, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Pada sektor perdagangan kegiatan ini dilihat dari perdagangan besar yang dilakukan oleh pedagang dari produsen atau importir ke pedagang besar lainnya. Pada sektor hotel kegiatan ini dilihat dari produksi yang dilakukan oleh hotel yang terdiri dari jumlah malam kamar dan indikator harganya rata-rata tarif per malam per kamar. Pada kegiatan restoran mencakup usaha penyediaan konsumsi. keseluruhan kontribusi nilai tambah bruto sektor ini selama tahun 2010 merupakan yang terbesar keempat setelah sektor pertanian, sektor bangunan/kontruksi dan sektor jasa - jasa. Andil sektor ini terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Selatan pada tahun 2000 mencapai 17,53 persen namun pada tahun berikutnya mengalami penurunan hingga hanya mencapai 14,00 persen pada tahun Selama kurun waktu 2000 sampai 2010 subsektor perdagangan merupakan kontributor terbesar dalam sektor ini. Pada tahun 2010 perdagangan memberikan sumbangan sebesar 13,67 persen kepada PDRB Aceh Selatan. Subsektor lainnya yakni hotel serta subsektor restoran/rumah makan relatif kecil sumbangannya terhadap PDRB Aceh Selatan. Pada tahun 2010 sumbangan sektor hotel hanya 0,06 persen dan sumbangan subsektor restoran/rumah makan sebesar 0,28 persen. Secara umum pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran pada tahun 2010 sebesar 6,76 persen, terjadi peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 6,31 persen. Pada tahun 2010 subsektor perdagangan mengalami pertumbuhan 6,81 persen, subsektor hotel tumbuh 12,10 persen, dan subsektor restoran/rumah makan sebesar 1,92 persen. 19

20 Tabel 8 Peranan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Menurut Subsektor Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Aceh Selatan Tahun Sektor/Subsektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 14,20 13,77 13,56 13,31 14,07 14,00 a. Perdagangan 13,81 13,38 13, b. Hotel 0,07 0,07 0, c. Restoran 0,33 0,32 0, Bukan Sektor Perdagangan, Hotel, dan 85,13 86,08 86,54 86,69 85,93 86,00 Restoran * Angka Diperbaiki ** Angka Sementara Grafik 3 Peranan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2010 (Persen) 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 perdagangan; 13,67 hotel; 0,06 restoran; 0,28 Bukan perdagangan; 86, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor yang sangat menunjang perekonomian. Dinamika faktor-faktor ekonomi terutama manusia dalam kegiatan sehari-hari diimplementasikan dalam sektor pengangkutan. Sedangkan komunikasi juga mendukung dari segi efisiensi waktu dan dewasa ini semakin berkembang dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan. Terutama jasa telekomunikasi yang dapat menjadikan dunia tanpa batas. Subsektor tranportasi memiliki peran sebagai jasa pelayanan bagi mobilitas penduduk dan juga perekonomian. Di Kabupaten Aceh Selatan, hanya terdapat empat subsektor dari lima subsektor yang tergabung dalam sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu subsektor pengangkutan jalan raya (darat), pengangkutan laut, sungai dan danau, jasa penunjang 20

21 angkutan, dan subsektor komunikasi. Subsektor pengangkutan udara tidak terdapat di Kabupaten Aceh Selatan. Selama kurun waktu sumbangan yang diberikan sektor ini menunjukkan peningkatan stabil dibawah 5,00 persen. Pada tahun 2000, sektor ini memberikan sumbangan sebesar 3,02 persen. Tahun berikutnya sumbangan sektor ini mengalami penurunan menjadi 3,80 persen pada tahun Dari lima subsektor yang termasuk dalam sektor ini, subsektor pengangkutan jalan raya memiliki peranan yang tertinggi dalam perekonomian Aceh Selatan yakni mencapai 2,57 persen pada tahun Sedangkan subsektor lainnya yakni pengangkutan laut, sungai dan danau sebasar 0,17 persen, jasa penunjang angkutan sebesar 0,01 persen; dan subsektor komunikasi memberikan sumbangan sebesar 1,05 persen terhadap pembentukan PDRB Aceh Selatan pada tahun Pada tahun 2010 sektor ini mampu tumbuh sebesar 10,02 persen, lebih rendah dibanding tahun 2009 yang mampu tumbuh 13,21 persen. Rendahnya pertumbuhan sektor ini tidak terlepas dari melambatnya pertumbuhan subsektor komunikasi yang sebesar 14,26 persen dibandingkan tahun 2009 dimana subsektor komunikasi mampu tumbuh sebesar 26,17 persen. Sedangkan subsektor pengangkutan laut, sungai dan danau mengalami pertumbuhan 5,76 persen, dan subsektor jasa penunjang angkutan mengalami pertumbuhan sebesar 4,63 persen. Tabel 9 Peranan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Menurut Subsektor Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Aceh Selatan Tahun Sektor/Subsektor * 2010** Pengangkutan dan Komunikasi 3,65 3,70 3,80 3,67 3,92 3,80 a. Pengangkutan Jalan Raya 2,40 2,40 2,44 2,38 2,63 2,57 b. Pengangkutan Laut, Sungai dan 0,19 0,19 0,18 0,17 0,18 0,17 Danau c. Pengangkutan Udara d. Jasa Penunjang Angkutan 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 e. Komunikasi 1,05 1,10 1,16 1,10 1,10 1,05 Bukan Sektor Pengangkutan dan 96,35 96,30 96,20 96,33 96,08 96,20 Komunikasi * Angka Diperbaiki ** Angka Sementara 21

22 3.8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Secara garis besar sektor ini terbagi atas lima kelompok kegiatan utama yaitu : usaha perbankan dan moneter (otoritas moneter); lembaga keuangan bukan bank; jasa penunjang keuangan; usaha persewaan bangunan (jasa real estat); serta jasa perusahaan. Tiga kelompok pertama disebut juga sebagai sektor finansial, karena secara umum kegiatan utamanya berhubungan dengan kegiatan pengelolaan keuangan yang berupa penarikan dana dari masyarakat maupun pengalirannya (penyaluran) kembali kepada masyarakat atau pelaku ekonomi. Dengan beberapa kebijakan di bidang moneter dan fiskal oleh pemerintah serta adanya krisis ekonomi pada waktu yang lalu menyebabkan sektor ini terpuruk drastis pada tahun Pada tahun 2005 sektor ini bangkit dengan mengalami pertumbuhan sebasar 20,10 persen. Namun tahun 2006 sektor ini mengalami pertumbuhan negatif sebesar 2,26 persen, kemudian tahun 2008 dan 2009 sektor ini mampu tumbuh masing-masing sebesar 8,02 persen dan 10,01 persen. Pertumbuhan subsektor bank pada tahun 2010 sebesar 16,84 persen, subsektor lembaga keuangan tanpa bank tumbuh 3,75 persen, sewa bangunan tumbuh 3,61 persen, dan subsektor jasa perusahaan tumbuh sebesar 4,53 persen. Fungsi sektor ini terhadap jalannya roda perekonomian sangat besar terutama dalam sisi pembiayaan pembangunan, namun kontribusi yang diberikan terhadap pembentukan PDRB Aceh Selatan relatif masih kecil, walaupun menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Pada tahun 2005 sektor ini hanya mampu memberikan kontribusi sebesar 2,35 persen, sedangkan pada tahun 2010 kontribusi yang diberikan sektor ini sebesar 3.17 persen. Diantara empat subsektor yang terdapat di sektor ini, subsektor sewa bangunan memiliki nilai tambah bruto yang terbesar kedua setelah sub sektor bank yakni mencapai ,36 juta rupiah atau 0,95 persen terhadap pembentukan PDRB Aceh Selatan tahun

23 Tabel 10 Peranan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Menurut Subsektor Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Aceh Selatan Tahun Sektor/Subsektor * * 2010** Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2,35 2,30 2,45 2,46 3,20 3,17 a. Bank 1,41 1,36 1,50 1,57 2,05 2,09 b. Lembaga Keuangan bukan Bank c. Jasa Penunjang Keuangan 0,12 0,11 0,11 0,10 0,12 0, d. Sewa Bangunan 0,80 0,80 0,81 0,76 1,01 0,95 e. Jasa Perusahaan 0,03 0,03 0,03 0,02 0,02 0,02 Bukan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 97,65 97,70 97,55 97,54 96,80 96,83 * Angka Diperbaiki ** Angka Sementara 3.9. Sektor Jasa-Jasa Secara umum sektor jasa-jasa terdiri dari subsektor jasa pemerintahan dan jasa pemerintahan umum dan jasa swasta. Jasa pemerintahan umum mencakup administrasi pemerintahan dan pertahanan serta jasa pemerintahan lainnya. Peranan sektor jasa-jasa terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Selatan relatif besar terdiri dari subsektor jasa pemerintahan umum dan jasa swasta. Jasa pemerintahan umum mencakup administrasi pemerintahan dan pertahanan serta jasa pemerintahan lainnya seperti jasa pendidikan, kesehatan dan kemasyarakatan lainnya. Subsektor jasa swasta meliputi jasa sosial kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi serta jasa perorangan dan rumahtangga. Pada tahun 2005 kontribusi sektor ini mencapai 17,96 persen, namun pada tahun 2010 sumbangan sektor ini tidak mengalami perubahan yang berarti yaitu 16,04 persen yaitu lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 16,71 persen. Kontribusi sektor ini pada tahun 2010 yang merupakan sumbangan terbesar ke tiga setelah sektor pertanian dan sector bangunan/konstruksi. Dari empat subsektor yang termasuk dalam sektor jasajasa, subsektor pemerintahan umum memberikan andil hampir seluruhnya mencapai 15,26 23

24 persen pada tahun Sedangkan subsektor lainnya memberikan sumbangan kurang dari 0,50 persen. Tabel 11 Peranan Sektor Jasa-jasa Menurut Subsektor Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Aceh Selatan Tahun Sektor/Subsektor * 2010** Jasa-jasa 17,96 18,40 18,49 17,51 16,71 16,04 a. Pemerintahan Umum 17,10 17,55 17,60 16,66 15,88 15,26 b. Sosial Kemasyarakatan 0,49 0,48 0,50 0,48 0,47 0,44 c. Hiburan, Rekreasi dan Kebudayaan 0,05 0,05 0,05 0,04 0,04 0,04 d. Perseorangan dan Rumah Tangga 0,32 0,33 0, Bukan Sektor Jasa 82,04 81,60 81,51 82,48 83,29 83,96 * Angka Diperbaiki ** Angka Sementara Secara umum pertumbuhan sektor jasa-jasa diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Selatan. Mulai tahun 2005 pertumbuhan sektor ini di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi Aceh Selatan mencapai 6,52 persen lebih besar dibandingkan pertumbuhan ekonomi (4,39 persen), sedangkan pertumbuhan sektor ini pada tahun 2010 mencapai 4,82 persen. Bila dilihat berdasarkan subsektor, pada tahun 2010 pertumbuhan tertinggi terjadi pada subsektor hiburan, rekreasi dan kebudayaan sebesar 9,33 persen, disusul subsektor pemerintahan umum yang tumbuh sebesar 4,85 persen, selanjutnya subsektor sosial kemasyarakatan tumbuh 4,71 persen, sedangkan subsektor perorangan dan rumah tangga hanya tumbuh sebesar 2,45 persen. 24

25 A. Ruang Lingkup dan Metode Penghitungan B. Daftar Istilah Penting 25

26 A. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN Uraian sektoral yang disajikan dalam bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan subsektor, cara-cara penghitungan Nilai Tambah Bruto (NTB) baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, serta sumber datanya. 1. Pertanian,Peternakan,Kehutanan dan Perikanan 1.1. Tanaman Bahan Makanan Subsektor ini mencakup komoditi bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, umbi-umbian, kacang tanah, kacang kedele, kacang-kacangan lainnya ; sayur-sayuran, buah-buahan, padi-padian serta bahan makanan lainnya Tanaman Perkebunan Subsektor ini mencakup semua jenis kegiatan tanaman perkebunan yang diusahakan baik oleh rakyat maupun oleh perusahaan perkebunan. Komoditi yang dicakup meliputi antara lain cengkeh, jahe, jambu mete, jarak, kakao, karet, kapas, kapok, kayu manis, kelapa, kelapa sawit, kemiri, kina, kopi, lada, pala, panili, serat karung, tebu, tembakau, teh serta tanaman perkebunan lainya Peternakan dan Hasilnya Subsektor ini mencakup semua kegiatan pembibitan dan budidaya segala jenis ternak dan unggas dengan tujuan untuk dikembangbiakkan, dibesarkan, dipotong dan diambil hasilnya, baik yang dilakukan rakyat maupun oleh perusahaan peternakan. Jenis ternak yang dicakup adalah: sapi, kerbau, kambing, babi, kuda, ayam, itik, telur ayam, telur itik, susu sapi serta hewan peliharaan lainnya. 1.4 Kehutanan Subsektor ini mencakup kegiatan penebangan segala jenis kayu serta pengambilan daun-daunan, getah-getahan dan akar-akaran, termasuk juga kegiatan perburuan. Komoditi yang dicakup meliputi: kayu gelondongan (baik yang berasal dari hutan rimba maupun hutan budidaya), kayu bakar, rotan, arang, bambu, terpentin, gondorukem, kopal, menjangan, babi hutan, serta hasil hutan lainnya. 1.5 Perikanan 26

27 Subsektor ini mencakup semua kegiatan penangkapan, pembenihan dan budidaya segala jenis ikan dan biota air lainnya, baik yang berada di air tawar maupun di air asin. Komoditi hasil perikanan antara lain seperti ikan tuna dan jenis ikan laut lainnya; ikan mas dan jenis ikan darat lainnya; ikan bandeng dan jenis ikan air payau lainnya; udang dan binatang berkulit keras lainnya; cumi-cumi dan binatang lunak lainnya; rumput laut serta tumbuhan laut lainnya. 1.6 Jasa Pertanian Jasa Pertanian merupakan jasa-jasa khusus yang diberikan untuk menunjang kegiatan ekonomi pertanian berdasarkan suatu pungutan atau kontrak tertentu. Termasuk dalam jasa pertanian adalah penyewaan alat pertanian dengan operatornya dengan syarat pegelolaan dan resiko usaha tersebut dilakukan secara terpisah. Dalam penghitungan nilai tambah sektor pertanian, secara konsep nilai tambah jasa pertanian ini terdistribusi pada masingmasing Subsektor (misalnya jasa dokter hewan pada Subsektor peternakan, jasa memetik kopi pada Subsektor perkebunan). Akan tetapi karena sampai saat ini belum didapat informasi yang lengkap tentang jasa pertanian, maka untuk alasan praktisnya nilai tersebut dianggap terwakili dalam besarnya persentase mark-up untuk tiap-tiap Subsektor pertanian. 1.7 Metode Penghitungan Output dan Nilai Tambah Pendekatan yang digunakan dalam memperkirakan nilai tambah sektor pertanian adalah melalui pendekatan dari sudut produksi. Pendekatan ini didasarkan pada pertimbangan tersedianya data produksi dan harga untuk masing-masing komoditi pertanian. Secara umum, nilai output setiap komoditi diperoleh dari hasil perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga produsen komoditi bersangkutan. Menurut sifatnya, output dibedakan atas dua jenis yaitu output utama dan output ikutan. Disampaing itu diperkirakan melalui besaran persentase pelengkap (mark-up) yang diperoleh dari berbagai survey khusus. Total output suatu Subsektor merupakan penjumlahan dari nilai output utama dan ikutan dari seluruh komoditi ditambah dengan nilai pelengkapnya. Nilai Tambah Bruto (NTB) suatu subsektor diperoleh dari penjumlahan NTB tiap-tiap komoditi. NTB ini didapat dari pengurangan nilai output atas harga produsen terhadap seluruh biaya antara, yang dalam prakteknya biasa dihitung melalui perkalian antara rasio NTB terhadap output komoditi tertentu. Untuk keperluan penyajian data NTB atas dasar harga konstan 2000 (2000=100), digunakan metode revaluasi, yaitu metode dimana seluruh produksi dan biayabiaya antara dinilai berdasarkan harga tahun dasar Khusus untuk Subsektor peternakan, penghitungan produksinya tidak dapat dilakukan secara langsung, tetapi diperoleh melalui suatu rumus persamaan yang menggunakan tiga peubah, yakni: 27

28 banyaknya ternak yang dipotong ditambah selisih populasi ternak dan selisih antara ekspor dan impor ternak. 2. Pertambangan dan Penggalian Seluruh jenis komoditi yang dicakup dalam sektor pertambangan dan penggalian dikelompokkan dalam tiga Subsektor, yaitu: pertambangan minyak dan gas bumi (migas), pertambangan tanpa migas dan penggalian. Di Kabupaten Aceh Selatan hanya ada kegiatan penggalian. 2.1 Penggalian Subsektor ini mencakup penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian seperti batu-batuan, pasir dan tanah yang pada umumnya berada pada permukaan bumi. Hasil dari kegiatan ini adalah batu gunung, batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu karang, batu marmer, pasir untuk bahan bangunan, pasir silika, pasir kwarsa, kaolin, tanah liat, dan komoditi penggalian selain tersebut diatas.termasuk dalam Subsektor penggalian adalah komoditi garam kasar. 3. Industri Pengolahan Industri pengolahan dibedakan atas dua kelompok besar yaitu pertama industri pengolahan minyak dan gas bumi (migas), kedua yaitu industri pengolahan tanpa migas. Di Kabupaten Aceh Selatan hanya ada industri pengolahan tanpa migas Industri Tanpa Migas Sejak tahun 1993 Industri Pengolahan Tanpa Migas disajikan menurut dua digit kode Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI) yaitu industri makanan, minuman dan tembakau (31); Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit (32); Industri kayu, bambu dan rotan (33); Industri kertas dan barang dari kertas (34); Industri kimia dan barang-barang dari kimia dan karet (35); Industri barang galian bukan logam (36); Industri logam dasar (37); Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya (38); dan Industri pengolahan lainnya (39) Indusri Besar dan Sedang Metode penghitungannya menggunakan pendekatan produksi, yaitu output dihitung lebih dahulu, kemudian setelah dikurangi dengan biaya antara diperoleh NTB. Pada prinsipnya metode estimasi yang digunakan, baik pada seri lama maupun pada seri baru 28

29 tidak berbeda yaitu menggunakan cara inflasi untuk menghitung atas dasar harga berlaku dan cara ekstrapolasi untuk menghitung atas dasar harga konstannya. Baik output maupun nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dari survei tahunan industri Besar Sedang Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga Pada prinsipnya cakupan dan definisi kegiatan Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) sama dengan cakupan dan definisi kegiatan Industri Besar/Sedang tanpa Migas. Perbedaannya terletak pada jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan industri tersebut. Suatu perusahaan dikatakan sebagai Industri Kecil jika tenaga kerjanya berjumlah antara 5 sampai 19 orang. Sedangkan Industri Kerajinan RumahTangga jika tenaga kerjanya kurang dari 5 orang. Dengan adanya pergeseran tahun dasar 1993 ke 2000, serta penyempurnaan yang berkaitan dengan kelengkapan data pendukung, maka metode penghitungan output dan NTB Subsektor ini diperbaiki dengan menggunakan pendekatan hasil SUSI (Survey Usaha Terintegrasi). 4. Listrik dan Air Minum 4.1. Listrik Kegiatan ini mencakup pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik, baik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) maupun oleh perusahaan Non-PLN seperti pembangkitan listrik oleh Perusahaan Pemerintah Daerah dan listrik yang diusahakan oleh swasta (perorangan maupun perusahaan), dengan tujuan untuk dijual. Listrik yang dibangkitkan atau yang diproduksi meliputi listrik yang dijual, dipakai sendiri, hilang dalam transmisi, dan listrik yang dicuri. Metode penghitungan pada sektor ini yaitu dengan menggunakan pendekatan produksi Air Minum Kegiatan Subsektor air minum/air bersih mencakup proses pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air minum, serta pendistribusian dan penyalurannya secara langsung melalui pipa dan alat lain ke rumahtangga, instansi pemerintah maupun swasta. Metode penghitungan yang digunakan yaitu dengan pendekatan produksi. 29

30 5. Bangunan Kegiatan sektor bangunan terdiri dari bermacam-macam kegiatan meliputi pembuatan, pembangunan, pemasangan dan perbaikan (berat maupun ringan) semua jenis konstruksi yang keseluruhan kegiatan sesuai dengan rincian menurut KLUI. Metode yang digunakan untuk mendapatkan NTB sektor bangunan adalah melalui pendekatan arus barang (commodity flows). Penggunaan metode ini didasarkan pada pemikiran bahwa besarnya output pada sektor bangunan sejalan dengan besarnya input komoditi yang dipergunakan untuk bangunan. Metode estimasi untuk memperoleh output dan NTB sektor bangunan menggunakan cara ekstrapolasi yang mana output dan nilai tambah bruto dengan harga konstan harus diperoleh dahulu sebelum memperoleh output dan NTB harga berlaku. 30

31 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 6.1 Perdagangan Kegiatan yang dicakup dalam Subsektor perdagangan meliputi kegiatan membeli dan menjual barang, baik barang baru maupun bekas, untuk tujuan penyaluran/pendistribusian tanpa mengubah sifat barang tersebut. Subsektor perdagangan dalam perhitungannya dikelompokkan ke dalam dua jenis kegiatan yaitu perdagangan besar dan perdagangan eceran. Perdagangan besar meliputi kegiatan pengumpulan dan penjualan kembali barang baru atau bekas oleh pedagang dari produsen atau importir ke pedagang besar lainnya, pedagang eceran, perusahaan dan lembaga yang tidak mencari untung. Sedangkan perdagangan eceran mencakup kegiatan pedagang yang umumnya melayani konsumen perorangan atau rumahtangga tanpa merubah sifat, baik barang baru atau barang bekas. Metode yang digunakan yaitu metode arus barang. Output atau margin perdagangan merupakan selisih antara nilai jual dan nilai beli barang yang diperdagangkan setelah dikurangi dengan biaya angkut barang dagangan yang dikeluarkan oleh pedagang. Dengan cara metode arus barang, output dihitung berdasarkan margin perdagangan yang timbul akibat memperdagangkan barang-barang dari sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri serta barang-barang yang berasal dari impor. NTB diperoleh berdasarkan perkalian antara total output dengan rasio NTB. Kemudian untuk memperoleh total NTB Subsektor perdagangan adalah dengan menjumlahkan NTB tersebut dengan pajak penjualan dan bea masuk barang impor Hotel Subsektor ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan. Yang dimaksud akomodasi disini adalah hotel berbintang maupun tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk menginap seperti losmen, motel dan sejenisnya. Termasuk pula kegiatan penyediaan makanan dan minuman serta penyediaan fasilitas lainnya bagi para tamu yang menginap dimana kegiatan-kegiatan tersebut berada dalam satu kesatuan manajemen dengan penginapan. Alasan penggabungan ini karena datanya sulit dipisahkan. NTB Subsektor hotel diperoleh dengan menggunakan pendekatan produksi. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah malam kamar dan indikator harganya rata-rata tarif per malam kamar. Output atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan perkalian indikator produksi dengan indikator harganya. Sedangkan NTB diperoleh berdasarkan perkalian output dengan rasio NTB nya. Output dan NTB atas dasar harga konstan di hitung dengan menggunakan metode ekstrapolasi. 31

32 6.3. Restoran Kegiatan Subsektor restoran mencakup usaha penyediaan makanan dan minuman jadi yang pada umumnya di konsumsi di tempat penjualan. Kegiatan yang termasuk dalam Subsektor ini seperti rumah makan, warung nasi, warung kopi, katering dan kantin. Pendekatan yang digunakan untuk menghitung NTB Subsektor restoran yaitu pendekatan pengeluaran konsumsi makanan dan minuman jadi diluar rumah. 7. Pengangkutan dan Komunikasi 7.1. Pengangkutan Kegiatan yang dicakup dalam Subsektor ini terdiri atas Angkutan Jalan Raya; Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan; Angkutan Laut; Angkutan Udara; dan Jasa Penunjang Angkutan. Kegiatan pengangkutan meliputi kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lainya dengan menggunakan alat angkut atau kendaraan, baik bermotor maupun tidak bermotor.sedangkan jasa penunjang angkutan mencakup kegiatan yang sifatnya menunjang kegiatan pengangkutan seperti terminal, pelabuhan dan pergudangan Angkutan Jalan Raya Meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang menggunakan alat angkut kendaraan jalan raya, baik bermotor maupun tidak bermotor. Termasuk pula kegiatan charter/sewa kendaraan baik dengan atau tanpa pengemudi. Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Output atas dasar harga berlaku merupakan perkalian antara indikator produksi dengan indikator harga untuk masingmasing jenis angkutan. Sedangkan output atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan metode ekstrapolasi. NTB dihitung berdasarkan perkalian antara rasio NTB dengan outputnya Angkutan Laut Meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kapal laut yang beroperasi di dalam dan ke luar daerah domestik. Tidak termasuk kegiatan pelayaran laut yang diusahakan oleh perusahaan lain yang berada dalam satu satuan usaha, dimana kegiatan pelayaran ini sifatnya hanya menunjang kegiatan induknya dan data yang tersedia sulit untuk dipisahkan. 32

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2005-2008 Nomor Katalog BPS : 9205.11.18 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vii + 64 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2006 2009 Nomor Katalog BPS : 9302008.1118 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vi + 60 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85 D a f t a r I s i Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI Daftar Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kota Samarinda Tahun 2009-2011 BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Umum 1 1.2. Konsep

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk 17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira atas terbitnya buku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality 2010/2011 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product of Jayapura

Lebih terperinci

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara BAB II URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan pada bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara penghitungan nilai tambah bruto atas

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 11/02/72/Th. XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

Kerjasama : KATALOG :

Kerjasama : KATALOG : Kerjasama : KATALOG : 9302008.6205 KATALOG : 9302008.6205 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2006 2010 Edisi 2011 ISSN. 0216.4796 No.Publikasi : 6205.11.01 Katalog BPS : 9302008.6205

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha KATALOG BPS: 9202.3503 KABUPATEN TRENGGALEK Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2006-2010 Gross Regional Domestic Product Of Trenggalek Regency By Industrial Origin

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

BAB III URAIAN SEKTORAL

BAB III URAIAN SEKTORAL BAB III URAIAN SEKTORAL alah satu kendala dalam memahami publikasi Produk Domestik Regional Bruto adalah masalah konsep dan definisi serta ruang lingkupnya yang memuat data dan informasi statistik. Disamping

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN 2002-2010 Katalog BPS : 9302008.7101 ISSN 0215 6432 Ukuran Buku : 16,5 Cm X 21,5 Cm Jumlah Halaman : ix + 115 Halaman Naskah : Badan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 No. 68/11/33/Th.VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan III tahun

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013

TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013 TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013 TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013 Ukuran Buku Jumlah Halaman Diterbitkan Oleh Dicetak Oleh : 21 cm x 29,7 cm : x + 97 halaman : Badan Perencanaan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 No.43/08/33/Th.V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 PDRB Jawa Tengah pada triwulan II tahun 2011 meningkat sebesar 1,8 persen dibandingkan triwulan I tahun 2011 (q-to-q).

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA PDRB PDRB PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA 2000-2006 ISSN : - No Publikasi : 71020.0702 Katalog BPS : 9203.7102 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm X 28 cm

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010 BAB 1 PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya ditujukan agar tercipta kondisi sosial ekonomi masyarakat yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 No.51/08/33/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan II tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam era otonomi daerah, kebutuhan akan data sebagai bahan perencanaan dan evaluasi pembangunan terutama pembangunan di tingkat kabupaten/kota semakin meningkat. Kebijakan-kebijakan

Lebih terperinci

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 TABEL-TABEL POKOK Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 Tabel 1. Tabel-Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lamandau Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a,

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a, KATA PENGANTAR Kondisi perekonomian makro memberikan gambaran mengenai daya saing dan tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Gambaran ekonomi makro dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan IV Tahun 2012-2013...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Tahun 2012-2013...8 Kontribusi

Lebih terperinci

BAB III PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT LAPANGAN USAHA

BAB III PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT LAPANGAN USAHA BAB III PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT LAPANGAN USAHA Perkembangan perekonomian suatu wilayah, umumnya digambarkan melalui indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pendekatan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN KATALOG BPS 9205.1171 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN 2002-2007 ISBN : 979.466.016.7 NOMOR PUBLIKASI : 9205.1171 NASKAH GAMBAR DITERBITKAN OLEH : BPS KOTA BANDA ACEH : BPS KOTA BANDA

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 U M U M

BAB I PENDAHULUAN 1.1 U M U M BAB I PENDAHULUAN 1.1 U M U M Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan satu dari beragam indikator ekonomi yang digunakan dalam mengukur kinerja perekonomian. Indikator tersebut memberikan gambaran

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP SAMBUTAN Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur bahwa Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2009 bisa terbit. Produk Domestik Regional Bruto adalah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan dalam suatu wilayah agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan memerlukan perencanaan yang akurat dari pemerintah. Upaya dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK...

DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK... DAFTAR ISI SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK... i ii iii v vi I. PENDAHULUAN 1.1. Umum... 1 1.2. Pengertian Pendapatan Regional... 1 1.2.1. Produk Domestik

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb. SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur bahwa Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2010 bisa terbit. Produk Domestik Regional Bruto adalah merupakan

Lebih terperinci

Tinjauan Ekonomi Berdasarkan :

Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : Tinjauan Ekonomi Berdasarkan : SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BOGOR Assalamu alaikum Wr Wb Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th. X, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2012 (c-to-c) mencapai 7,19 persen Ekonomi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari 38 III. METODE PENELITIAN A. Data dan sumber data Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun 2009 2013 dari instansi- instansi terkait yaitubadan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, Badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

P D R B KABUPATEN KERINCI MENURUT LAPANGAN USAHA

P D R B KABUPATEN KERINCI MENURUT LAPANGAN USAHA P D R B KABUPATEN KERINCI MENURUT LAPANGAN USAHA 2008-2012 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KERINCI TAHUN 2008-2012 MENURUT LAPANGAN USAHA ISSN : No. Publikasi : 15015.1306 Katalog BPS :

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya. Pembangunan manusia seutuhnya selama ini, telah diimplementasikan pemerintah melalui pelaksanaan program pembangunan

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha KATALOG BPS: 9202.3503 ht tp :// tre ng ga le kk ab.b ps.g o. id Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha 2008-2012 Badan Pusat Statistik Kabupaten Trenggalek Statistics

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 27 Perekonomian Indonesia pada Tahun 27 tumbuh 6,32%, mencapai pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir. Dari sisi produksi, semua sektor mengalami ekspansi

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KONTRIBUSI INDUSTRI PRIMER KEHUTANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO TAHUN Dalam Rangka Analisa Data Sektor Kehutanan

PENYUSUNAN KONTRIBUSI INDUSTRI PRIMER KEHUTANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO TAHUN Dalam Rangka Analisa Data Sektor Kehutanan PENYUSUNAN KONTRIBUSI INDUSTRI PRIMER KEHUTANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO TAHUN 2005-2007 Dalam Rangka Analisa Data Sektor Kehutanan Kerja Sama Departemen Kehutanan dan Badan Pusat Statistik Desember

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TINJAUAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 MENURUT LAPANGAN USAHA Tinjauan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Semarang Tahun 2014 i ii Tinjauan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BAB. III. URAIAN SEKTORAL

BAB. III. URAIAN SEKTORAL BAB. III. URAIAN SEKTORAL Salah satu cara untuk memahami publikasi Produk Domestik Regional Bruto adalah mengetahui masalah konsep dan definisi serta ruang lingkupnya yang memuat data dan informasi statistik.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB II URAIAN SEKTORAL

BAB II URAIAN SEKTORAL BAB II URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan dalam Bab II ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan subsektor, cara-cara penghitungan nilai tambah, baik atas dasar

Lebih terperinci

II.1. SEKTOR PERTANIAN

II.1. SEKTOR PERTANIAN PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012 II. URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan dalam bab ini mencakup ruang lingkup, definisi, cara panghitungan nilai tambah atas dasar harga berlaku dan konstan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SINJAI 2012*

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SINJAI 2012* PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SINJAI 2012* No Publikasi / Publiction Number : 73075.1301 Katalog BPS / BPS Catalogue : 930208.7307 Naskah / Manuscrip : Seksi Neraca Wilayah & Analisis Statistik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 BPS PROVINSI BENGKULU No. 10/02/17/XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,30 PERSEN, MENINGKAT DIBANDINGKAN TAHUN 2015 Perekonomian Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

KABUPATEN BENGKULU TENGAH

KABUPATEN BENGKULU TENGAH Katalog BPS : 9302008.1709 4 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BENGKULU TENGAH BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BENGKULU TENGAH PDRB SEKTORAL KABUPATEN BENGKULU TENGAH TAHUN 2012 Nomor Publikasi: 1709.1002

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan II Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan II Tahun 2014...6

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA 6.1. Perkembangan Peranan dan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Maluku Utara Kemajuan perekonomian daerah antara lain diukur dengan: pertumbuhan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian, Tahun 2013-2014 Triwulan I...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia, Tahun 2013-2014 Triwulan I...8

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan III Tahun 2014...6

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB II METODOLOGI Dalam penyusunan publikasi Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau dipakai konsep dan definisi yang selama ini digunakan oleh BPS di seluruh Indonesia. Konsep dan definisi tersebut

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 No. 08/02/31/Th. XI, 16 Februari 2009 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV tahun 2008 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/08/72/Th. XIV, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN BPS PROVINSI MALUKU No. 01/05/81/Th.XV, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN PDRB Maluku pada triwulan IV tahun 2013 bertumbuh

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri MARET 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Maret 2017 Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pertumbuhan ekonomi nasional, yang diukur berdasarkan PDB harga konstan 2010, pada triwulan IV

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian, Triwulan IV Tahun 2013 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia, Triwulan IV Tahun 2013

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency

KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency Katalog BPS : 9302008.3208 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency 2010-2013 PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Kuningan 2010-2013

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA 2000-2008 ISSN : - No Publikasi : 71060.0802 Katalog BPS : 1403.7106 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 21 cm X 28 cm : vi + 40

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008 No.05/02/33/Th.III, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008 PDRB Jawa Tengah triwulan IV/2008 menurun 3,7 persen dibandingkan dengan triwulan III/2007 (q-to-q), dan bila dibandingkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN No. 44/08/34/Th. XV, 2 Agustus 2013 Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb. SAMBUTAN Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan Rahmat Allah SWT, kita bersyukur atas penerbitan Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang Tahun 2012. Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci