BAB I LATAR BELAKANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I LATAR BELAKANG"

Transkripsi

1 BAB I I. LATAR BELAKANG Ada sebuah percakapan menarik antara Chuang Tzu, seorang pemikir mistik dan banyak belajar dari Lao Tzu, dengan Hui Tzu, seorang ahli logika yang tergabung dalam Aliran Namanama (Ming Chia), begini: Ketika berjalan bersama Hui Tzu di sepanjang bendungan sungai Han, Chuang Tzu berkata, Ikan putih itu berenang dengan tenang. Itulah kebahagiaan ikan itu. Engkau bukan ikan, kata Hui Tzu. Bagaimana engkau tahu bahwa itulah kebahagiaannya? Engkau bukan aku, kata Chuang Tzu. Bagaimana engkau tahu bahwa aku tidak mengenal kebahagiaan ikan itu? Hui Tzu berkata, Jelas aku tidak mengetahuinya, karena aku bukanlah engkau. Tetapi engkau bukanlah ikan itu, dan jelas sekali bahwa engkau tidak mengetahui kebahagiaan ikan itu. Marilah kita membahas akar permasalahannya, kata Chuang Tzu. Ketika engkau bertanya bagaimana aku mengetahui kebahagiaan ikan itu, engkau sudah tahu bahwa aku mengetahui kebahagiaan ikan itu, tetapi malah bertanya bagaimana. Aku mengetahuinya di sepanjang sungai ini. 1 Cerita ini berkenaan dengan sudut pandang. Choan Seng-Song menggunakannya untuk menjelaskan Allah yang mau melihat dari sudut pandang kemanusiaan, masuk ke dalam kehidupan manusia, dan secara khusus ikut merasakan bagaimana penderitaan manusia itu sendiri. Tentu Song dengan sadar menggunakan cerita religius yang terdapat dalam tradisi aliran agama di luar Kristen, lebih tepatnya Taoisme, untuk memperkaya pemahaman kekristenan sendiri. Dengan kata lain, ia menunjukkan perjumpaan antara tradisi-tradisi religius yang berbeda dan hasilnya tampaknya dapat memperkaya orang Kristen sendiri dalam memahami dan menghayati Sabda Allah di dalam Kitab Sucinya. Perjumpaan dialogis membuahkan suatu kekayaaan sekaligus memberikan kesadaran bahwa masing-masing tradisi religius mempunyai keunikannya tersendiri. Dan ketika masingmasing keunikan ini diperjumpakan, bukan tidak mungkin terjadi ketegangan kreatif yang dialektis. Tentunya dalam kesadaran akan adanya ketegangan kreatif yang dialektis inilah skripsi ini ditulis. Dalam skripsi ini, Penulis ingin menggumuli dua tradisi religius yang berbeda, yakni 1 Choan-seng Song, Allah Yang Turut Menderita, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007, hal. xiii. Cerita ini sebenarnya terdapat dalam buku Master Chuang yang ditulis oleh pengikut-pengikut Taoisme. Lihat T. Patrick Burke, The Majors Religions. An Introduction with Texts, Oxford: Blackwell Publishers, 1996, p. 159, 163.

2 Yohanes 4: 1-42 dan wu-wei dalam tradisi religius Taoisme. Minat ini didasarkan pada ketertarikan akan kajian seputar dialog interreligius Teks Yohanes 4:1-42 dan wu-wei sebagai ajuan Menurut Theo Witkamp, Injil Yohanes dalam berbagai narasi dialognya banyak memakai gaya kesalahpahaman atas siapapun yang sedang berdialog dengan Yesus. Contohnya dapat ditemui dalam Yohanes 2:19-21; 3: 1-21; 4: 10-15, 33-34; 6:5-9, 41-42, 52; 7:27-28 dll. Tetapi sebenarnya gejala kesalahpahaman, yang nantinya akan mendorong si pembaca untuk mengerti dengan lebih baik daripada tokoh-tokoh di dalam cerita, jelasnya mempunyai arti teologis yang penting yaitu tidak mungkin mengenal Yesus kalau tidak dilahirkan kembali, atau dengan kata lain, kalau matanya tidak dibuka oleh Allah. Tanpa mata yang baru, identitas Yesus yang benar tidak bisa dilihat. 2 Jika pendapat Witkamp ini diperhadapkan ke dalam Yohanes 4:1-42, tentulah menarik untuk dipertanyakan: apa yang membuat si perempuan Samaria (ay 10-15) dan para murid (ay 31-33) salah paham terhadap maksud Yesus? Apakah jawabnya hanya bahwa kesalahpahaman itu disebabkan mata mereka belum dibukakan oleh Allah? Dengan kata lain, Penulis ingin mempertanyakan: apakah terbuka kemungkinan lain dari jawaban Witkamp ketika persoalan kesalahpahaman itu ditafsirkan dari perspektif wu-wei? Dalam Yohanes 4:1-42 terdapat beberapa pertanyaan kunci yang kiranya membutuhkan penafsiran untuk memperoleh jawaban, misalnya: apakah yang membuat Yesus pergi dari Yudea ke Galilea tetapi harus melalui Samaria pada saat Dia diterangkan narator memperoleh banyak murid ketimbang Yohanes (ay 1-4)? Bagaimana memahami air hidup yang dimaksudkan Yesus di ayat 10? Bagaimana memahami ungkapan si perempuan di ayat 19 dan 26, dan ungkapan orang Samaria sekampung di ayat 42? Lalu apakah sebenarnya tujuan narator menceritakan soal ungkapan-ungkapan mereka itu? Bagaimana menjelaskan keberadaan narasi ayat yang kelihatannya kurang berhubungan dengan narasi ayat 1-30 dan ayat 39-42? Melalui pertanyaanpertanyaan kunci ini ingin dikatakan bahwa bisa jadi jawaban dari semuanya ini dapat diperoleh dengan berbeda dan semakin kaya, tetapi jika ditafsirkan dari perspektif wu-wei. Alasan Penulis untuk mendialogkan narasi Yohanes 4:1-42 dengan wu-wei adalah adanya kesamaan spirit yang bisa dipertemukan diantara keduanya. Sebagaimana inti ajaran wu-wei ialah mementingkan tindakan spontanitas dan mengalir mengikuti Tao, begitulah dapat dirasakan tindakan spontanitas 2 Lih. Theo Witkamp, Mengenal Narasi Yohanes, dalam GEMA DUTA WACANA No. 46, 1993, hal

3 dari Yesus dalam melakukan pekerjaan-nya di Samaria yang digambarkan di dalam narasi. Dugaan inilah yang kemudian akan dibuktikan melalui skripsi ini. Menyangkut alasan terhadap ajuan ini sebagai suatu upaya tafsir yang sah, penulis didukung oleh suatu wacana tentang hermeneutik Alkitabiah Asia dan/ atau hermeneutik multi iman Hermeneutik Alkitabiah Asia dan/ atau Hermeneutik Multi Iman Menurut Robert Setio, dalam menafsirkan Alkitab orang seringkali langsung masuk pada metode, padahal metode adalah alat. Dan sebagai alat, penggunaannya tergantung dari untuk tujuan apa ia digunakan. Oleh sebab itu, sebelum si penafsir memikirkan metode penafsiran yang akan dipakai maka terlebih dahulu ia harus mempertimbangkan strategi penafsiran mana yang akan ia gunakan supaya menjadi jelas apa yang akan ia lakukan. 4 Robert Setio mengemukakan 4 macam strategi penafsiran yang dipinjamnya dari pengertian ahli sastra M.H. Abrams, yakni: 1) strategi mimetik, yaitu teks Alkitab dipahami sebagai representasi dari suatu realitas. Bila dalam teks ada keterangan mengenai lokasi, tokoh, ataupun peristiwa, maka semua itu harus dibayangkan benar-benar terjadi dalam realitas. 2) strategi expressive, yang menjadi pusat perhatian adalah pengarang atau penulis, sebab teks dipahami sebagai ekspresi pikiran penulis, sehingga yang perlu ditentukan adalah apa yang dipikirkan atau dimaksudkan penulis tersebut. 3) strategi objective, yang memusatkan perhatian pada teksnya sendiri apa adanya, dan bukan teks seperti menurut strategi no. 1 dan 2. Penelitian difokuskan pada unsur-unsur yang membentuk teks dengan asumsi bahwa dari situ akan menjadi jelas makna dari teks. 4) strategi pragmatis, yang memfokuskan perhatian pada pembaca (reader-oriented). Persoalan yang dibahas adalah bagaimana efek cerita bagi pembaca. Bagaimana pikiran dibentuk atau diarahkan oleh narator sehingga akhirnya pembaca akan menyetujui pemikiran tertentu atau mendukung serta mau mempraktikkan nilai tertentu dan sebaliknya menolak nilai yang bertentangan. 5 Dengan kata 3 Sebagai pemula yang baru belajar penafsiran model cross textual/ dialogical imagination/ multi iman, saya mendasarkan inspirasi penjelasan teori hermeneutik Alkitabiah Asia dan/atau hermeneutik Multi Iman ini pada tesis (Bab 1) Pdt. Daniel K. Listijabudi, M.Th yang berjudul Bukankah Hati Kita Berkobar-kobar?: Upaya Menafsirkan Kisah Emaus dari Perspektif Zen Secara Kritis (tesis Program Pasca Sarjana UKDW tahun 2006) yang telah lebih dahulu melakukannya. Begitu juga Tujuan, Metode, dan Sistematika Penilisan dalam Bab 1 saya ini adalah juga mengikuti Tujuan, Metode dan Sistematika Penulisan dalam Bab1 tesis tersebut. Oleh sebab itu, saya sangat berterimakasih kepada beliau. 4 Robert Setio, Membaca Alkitab Menurut Pembaca, Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 2006, hal Robert Setio, Membaca Alkitab Secara Pragmatis, dalam Forum Biblika no. 11, Jakarta, 2000, hal

4 lain, tidak mungkin bisa melepaskan tafsir dari si penafsirnya, bahwa kepentingan si penafsir pun ikut bermain dalam tafsir yang dibuatnya. 6 Robert Setio menegaskan, bahwa jika di Barat sendiri perkembangan penafsiran mengarah ke strategi pragmatis maka sangat dimungkinkan memperhatikan muatan-muatan budaya kita yang membentuk diri kita sebagai pembaca untuk ikut berperan dalam penafsiran. 7 John H. Hayes dalam Dictionary of Biblical Interpretation mengemukakan bahwa dalam dunia penafsiran Alkitab, para penafsir Asia telah banyak menafsirkan Alkitab di dalam konteks kultural dan tradisi religius asli mereka sendiri. Pendekatan yang mereka gunakan ini mereka sebut sebagai cross-textual, dialogical, atau dialogical imagination, dimana fokus utamanya adalah sebuah percakapan/ perjumpaan antara berbagai realitas kultural Asia dengan tradisi Alkitabiah. 8 Archie Lee misalnya menjelaskan hermeneutik cross-textual sebagai berikut, kata cross mempunyai makna interaksi, perjumpaan, dsb, seperti melintasi tepian sungai ke tepian yang selanjutnya. Penafsiran cross-textual, di samping meletakkan dua teks 9 berdampingan juga mengindikasikan suatu pencerahan dari satu teks dengan menggunakan sudut pandang yang lain. Melalui perjumpaan dan interaksi inilah makna-makna baru dapat ditemukan. Saya menyebut proses ini crossing. Penafsiran cross-textual tidak akan berhenti pada satu crossing, melainkan bisa menjadi banyak crossing, atau tidak juga dimulai dari hanya satu teks dan berakhir dengan teks yang satunya. Penggunaan banyak crossing bukanlah bertujuan pada studi-studi perbandingan, melainkan untuk meraih transformasi dan pengayaan. Inilah transformasi dari seluruh hidup yang diikutsertakan, sebuah proses penemuan diri. Hasil akhirnya merupakan eksistensi yang dikayakan-diubahkan. 10 Maka dalam usaha penafsiran cross-textual inilah diperlukan perhatian yang memadai terhadap respon pembaca dalam interaksinya dengan teks. 11 Kwok Pui-lan mengemukakan hal yang kurang lebih senada mengenai percakapan/ perjumpaan antara berbagai realitas kultural Asia dengan tradisi Alkitabiah, tetapi menyebutnya dengan istilah hermeneutik multi iman (multifaith hermeneutics). Istilah ini 6 Robert Setio, Membaca Alkitab Menurut Pembaca, hal Setio, Membaca Alkitab Secara Pragmatis, hal John H. Hayes (Ed), Dictionary of Biblical Interpretation, Nashville: Abingdon Press, 1999, p Pengertian teks di sini bukan hanya tulisan-tulisan religius klasik, tradisi-tradisi literal, dokumen-dokumen historis, melainkan juga bentuk-bentuk tak tertulis seperti tradisi-tradisi lisan Kitab Suci, bahkan konteks sosial, situasi ekonomi-politikal dan pengalaman hidup. Lih. Archie Lee, Cross-textual Interpretation and its Implication for Biblical Studies, dalam Teologi Operatif (Peny. Asnath N. Natar, dkk), Jakarta: BPK, 2003, hal Archie Lee, Cross-textual Interpretation and its Implication for Biblical Studies, hal Archie Lee, Cross-textual Interpretation and its Implication for Biblical Studies, hal. 5.

5 diperkenalkannya dalam salah satu dari sepuluh tesisnya yang membahas mengenai rasisme dan etnosentrisme dalam penafsiran Alkitab. Rumusan Kwok itu berbunyi, Alkitab harus juga dibaca dari perpektif berbagai tradisi iman yang lain. Hermeneutik multi-iman memperlihatkan (siapa) diri kita sebagaimana orang lain melihat kita, sehingga kita dimampukan untuk melihat diri kita dengan lebih jelas. 12 Dasarnya, menurut Kwok, ialah bahwa orang Kristen Asia tinggal dan hidup dalam lingkungan realitas yang terdiri dari keberbagaimacaman tradisi religius. Maka pertanyaan mendasar bagi hermeneutik ialah bagaimana menginterpretasi Alkitab bagi orangorang dari berbagai tradisi iman yang lain (non Kristen). Bukankah juga orang-orang dari berbagai tradisi iman yang lain ini memiliki kebisaan-kebiasaan religius dan tulisan sucinya masing-masing? Itulah makanya dengan mengakui keberbagaimacaman tradisi religius (non Kristen tersebut) yang tidak diasah oleh cara pandang yang Alkitabiah ini, terbukalah kemungkinan untuk bukan hanya mempelajari Alkitab dalam perbandingannya dengan tulisantulisan suci lain, melainkan juga menafsirkan Alkitab dari perspektif religius (non Kristen) tersebut. Untuk itu diperlukan kerendahan hati intelektual sekaligus keterbukaan radikal terhadap penyingkapan ilahi yang terdapat di dalam budaya dan iman lain itu. Dan pada saat yang sama haruslah disadari bahwa masukan dan kebijaksanaan yang terdapat dalam Alkitab adalah juga suatu sumber religius bagi kemanusiaan, dan oleh sebab itu perlu dibagikan, diuji, dan dikoreksi di dalam komunitas manusia yang lebih luas. 13 Menurut Kwok, ada 3 pendekatan penafsiran Alkitab yang boleh disebut dengan hermeneutik multi iman (multifaith hermeneutics) dimana sering dipergunakan oleh para teolog Asia, yakni: 1) membandingkan motif yang sama dari teks Alkitab dan teks non Alkitab melalui studi lintas tekstual dalam rangka mengetengahkan impikasi-implikasi hermeneutis yang muncul. 2) melihat Alkitab melalui perspektif dari tradisi-tradisi religius lain. 3) mendalami masukan biblical-teologis yang ada di dalam cerita, mite, dan legenda rakyat. 14 Berangkat dari wacana-wacana di atas, pijakan Penulis untuk mendialogkan kisah Yohanes 4: 1-42 dengan wu-wei yang bertolak dari pembaca Asia merupakan suatu pijakan yang kuat. Secara khusus, pendekatan yang akan penulis gali dalam dialog Yohanes 4:1-42 dengan wu-wei adalah pendekatan yang kedua menurut hermeneutik multi iman (multifaith hermeneutics), yaitu melihat Alkitab melalui perspektif dari tradisi-tradisi religius lain. 12 Kwok Pui Lan, Discovering the Bible in Non-Biblical World, New York: Orbis Book, 1995, hal Kwok Pui Lan, Discovering the Bible in Non-Biblical World, hal Kwok Pui Lan, Discovering the Bible in Non-Biblical World, hal. 62.

6 II. PERMASALAHAN Dengan melihat berbagai penjelasan yang dikemukakan di atas, maka permasalahan utama yang hendak penulis kaji melalui rancangan skripsi ini adalah: Bagaimanakah menafsirkan Yohanes 4:1-42 sebagai kesatuan narasi yang mempunyai jalan cerita yang mengantarkan pembaca memahami maksudnya secara mendalam dari penafsiran yang berperspektifkan wu-wei? III. TUJUAN Tujuan dari skripsi ini terkait dengan permasalahan di atas adalah memaparkan proses dan hasil dialog kisah Yohanes 4: 1-42 dengan wu-wei, yang berangkat dengan menggumuli titiktitik temu dan pengakuan terhadap perbedaan yang ada, untuk dapat memperkaya dan memberikan alternatif tafsiran terhadap kisah Yohanes 4: 1-42 dengan wu-wei. IV. METODE Narasi dalam Yohanes 4:1-42 terutama akan didalami dengan cara belajar dari wu-wei, melintas ke ranah wu-wei, belajar dari perspektif wu-wei untuk kemudian menafsirkan teks Yohanes 4:1-42. Sambil mengerjakan tafsir dari perspektif wu-wei ini, penulis akan melakukan semacam pembacaan kritis secara dialogis. Penelitian dengan pembacaan kritis yang terutama ditujukan pada pembacaan dari perspektif wu-wei beranjak dari narasi yang ada di dalam kisah Yohanes 4: 1-42 itu sendiri. Melalui metode semacam ini juga dibuka kemungkinan akan didapatinya pengakuan kesamaan spirit dan/ atau perbedaan-perbedaan di antara kisah Yohanes 4: 1-42 dan wu-wei itu sendiri. Masukan-masukan dari pendekatan lain sejauh sesuai dengan permasalahan dalam teks akan dipertimbangkan. V. JUDUL Memperhatikan wacana yang dikemukakan sebelumnya, maka rancangan skripsi ini akan diberi judul: Berilah Aku Minum Upaya Menafsirkan Yohanes 4:1-42 dari Perspektif Wu-wei Secara Dialogis

7 VI. SISTEMATIKA PENULISAN Bab 1: Menguraikan Latar belakang, Permasalahan, Tujuan, Metode, Judul, dan Sistematika Penulisan. Bab 2: Mengemukakan wacana tentang wu-wei. Bab 3: Menafsirkan kisah Yohanes 4: 1-42 dengan belajar dari perspektif wu-wei secara kritis dan dialogis. Bab 4: Menyajikan kesimpulan hasil tafsir dan refleksi lebih lanjut yang dapat dikembangkan dari hasil tafsiran.

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam budaya. Setiap daerah di Kepulauan Indonesia memiliki budayanya sendiri. Bahkan di setiap kota/kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Krisis ekologi merupakan isu yang sedang digaung-gaungkan saat ini. Krisis ini telah telah menyebabkan sumber daya alam semakin berkurang dan juga lapisan ozon sebagai

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realitas kehidupan hari ini menunjukkan begitu banyak bentuk yang beragam. Dari cerita mengenai kebahagiaan sampai pada cerita mengenai ketertindasan. Ditambah

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!.

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. 1 Ucapan Petrus dalam suatu dialog dengan Yesus ini mungkin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam Injil Lukas terdapat beberapa kisah tentang kesembuhan yang dialami oleh banyak orang melalui Yesus, mulai dari ibu mertua Petrus yang diserang demam berat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Di dalam dogma Kristen dinyatakan bahwa hanya karena anugerah Allah di dalam Yesus Kristus, manusia dapat dibenarkan ataupun dibebaskan dari kuasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Spiritualitas adalah istilah yang agak baru yang menandakan kerohanian atau hidup rohani. Spritualitas bisa juga berarti semangat kerohanian atau jiwa kerohanian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-ku. 1

BAB I PENDAHULUAN. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-ku. 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Jangan ada padamu allah lain di hadapan-ku. 1 Hukum pertama dari Dasa Titah di atas seolah mengikat bangsa Israel ke dalam sebuah perjanjian dengan Yahweh.

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan

UKDW. BAB I Pendahuluan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Hidup yang penuh berkelimpahan merupakan kerinduan, cita-cita, sekaligus pula harapan bagi banyak orang. Berkelimpahan seringkali diartikan atau setidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Eka Darmaputera, Menuju Teologi Kontekstual Di Indonesia, dalam Eka Darmaputera (peny.), Konteks

BAB I PENDAHULUAN. 1 Eka Darmaputera, Menuju Teologi Kontekstual Di Indonesia, dalam Eka Darmaputera (peny.), Konteks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam tulisannya yang berjudul Menuju Teologi Kontekstual Di Indonesia 1, Eka Darmaputera memaparkan tentang pentingnya teologi kontekstual dengan bertolak dari keprihatinan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan. Gereja dalam kehidupan kekristenan menjadi tempat dan sarana orang-orang percaya kepada Kristus, berkumpul dan saling mendorong antara orang yang satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penulis Injil Yohanes memulai dan menutup pelayanan Yesus di muka umum (Yoh. 2-12) dengan kisah mengenai seorang perempuan: dimulai dengan kisah ibu Yesus dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Hal-hal kecil yang ada di sekitar kita sering sekali terabaikan. Kita lebih terfokus pada hal-hal yang kita anggap lebih besar. Kita beranggapan demikian

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang. Dalam perkembangan sejarah kekristenan sejak pelayanan Tuhan Yesus sampai zaman

BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang. Dalam perkembangan sejarah kekristenan sejak pelayanan Tuhan Yesus sampai zaman BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Dalam perkembangan sejarah kekristenan sejak pelayanan Tuhan Yesus sampai zaman sekarang, kekristenan hampir selalu diperhadapkan pada berbagai tekanan dan tantangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I. A. PERMASALAHAN I. A. 1. Latar Belakang Masalah Di dunia ini mungkin terdapat ribuan teks yang masih tersembunyi atau bahkan sudah terlupakan, dan ratusan di antaranya adalah teks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam Perjanjian Baru terdapat empat Kitab Injil Yang menuliskan tentang kehidupan Yesus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam Perjanjian Baru terdapat empat Kitab Injil Yang menuliskan tentang kehidupan Yesus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Perjanjian Baru terdapat empat Kitab Injil Yang menuliskan tentang kehidupan Yesus Kristus, keempat injil ini adalah Injil Matius, Markus, Lukas dan

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam 10 tahun terakhir ini, Indonesia dilanda oleh berbagai macam bencana alam yang mengakibatkan korban jiwa mencapai ratusan ribu dan kerugian material

Lebih terperinci

Penulis : Yohanes Tema : Yesus, Putra Allah. Tanggal Penulisan: M Latar Belakang

Penulis : Yohanes Tema : Yesus, Putra Allah. Tanggal Penulisan: M Latar Belakang SUPLEMEN MATERI KHOTBAH PELKAT 10 11 MARET 2017 Penulis : Yohanes Tema : Yesus, Putra Allah Tanggal Penulisan: 80-95 M Latar Belakang YOHANES 4 : 27 54 Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil.

Lebih terperinci

Oleh Daniel Ronda. Pendahuluan:

Oleh Daniel Ronda. Pendahuluan: Oleh Daniel Ronda Catatan: Ini tulisan lama tahun 2000 yang ada di file saya. Alangkah indahnya berbagi, walaupun tentu setelah 12 tahun penafsiran naratif sudah semakin berkembang. Pendahuluan: Adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.a. Iman Kristen Berefleksi dari Realita Penderitaan Semangat kekristenan yang sedang terjadi saat ini merupakan semangat dalam membangun sebuah teologi yang membebaskan

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Situasi kritis merupakan situasi yang biasa dijumpai dalam kehidupan manusia. Meski tidak setiap saat dialami namun biasanya situasi ini sangat menentukan berhasil

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Cerita merupakan salah satu jenis sastra. Cerita dibedakan menjadi mitos, fabel, dan legenda. Mitos merupakan cerita yang dipercayai kebenarannya. Sementara Fabel adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern dan maju secara tidak langsung menuntut setiap orang untuk mampu bersaing dalam mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki karakter. Karakter yang dimiliki seseorang berbeda dengan karakter yang dimiliki orang lain. Karakter, didefinisikan oleh Robby I. Chandra, sebagai

Lebih terperinci

A. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL

A. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL A.1. Pluralitas Agama di Indonesia Pluralitas agama merupakan sebuah realita yang wajib digumuli. Berbagai agama besar yang pemeluknya tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Selain sebagai persekutuan orang-orang percaya, gereja dalam bentuknya adalah sebagai sebuah organisasi. Sebagaimana sebuah organisasi, maka gereja membutuhkan

Lebih terperinci

Majelis Pusat Gereja Pantekosta di Indonesia

Majelis Pusat Gereja Pantekosta di Indonesia HERMENEUTIKA Dari KPP SAB Beji, 8-12 September 08 HERMENEUTIKA Oleh: Pdt. Drs. Yos Hartono, S.Th. A. Pendahuluan Salah satu pertanyaan penting dalam hermeneutika adalah mengapa kita perlu menafsirkan ayat-ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Permasalahanan Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN Permasalahanan Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Permasalahanan 1.1.1. Latar belakang masalah Seseorang yang mengalami peristiwa ditinggalkan oleh orang lain karena perkataannya yang keras, tajam, dan tidak bisa diterima, meskipun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seperti diketahui bersama bahwa dalam kehidupan orang Kristen saat ini, gereja adalah sebuah identitas yang sangat penting bagi orang-orang percaya kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan. Kemajemukan merupakan realitas yang menjadi salah satu ciri dari kondisi masa sekarang ini. Di era modern yang untuk sementara kalangan sudah berlalu

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Permasalahan The Meeting Place of World Religions. 1 Demikianlah predikat yang dikenakan pada Indonesia berkaitan dengan kemajemukan agama yang ada. Selain majemuk

Lebih terperinci

Bab 1. Di Indonesia, wacana populer tentang Mistik dalam hubungannya dengan

Bab 1. Di Indonesia, wacana populer tentang Mistik dalam hubungannya dengan Bab 1 Di mana aku dapat menemukan Tuhan? Ia tepat di depanmu. Lalu mengapa aku tidak melihat Dia? Mengapa orang mabuk tidak melihat rumahnya? Menyusul Sang Guru berkata, Temukan apa yang membuat engkau

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Remaja adalah masa transisi dari anak-anak menuju tahap yang lebih dewasa. Secara formal, seseorang dikatakan sebagai remaja jika telah memasuki batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pada saat ini, bangsa Indonesia dilanda dan masih berada di tengah-tengah krisis yang menyeluruh, krisis multidimensi. Kita dilanda oleh krisis politik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Nabeel Jabbour menepis pemahaman tentang gereja hanya sebatas bangunan, gedung dan persekutuan yang institusional. Berangkat dari pengalaman hidup Nabeel Jabbour selama

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katekisasi merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan kristiani yang dilakukan oleh gereja. Istilah katekisasi berasal dari kerja bahasa Yunani: katekhein yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Salah satu perbedaan terbesar antara masyarakat di Indonesia (khususnya orang Batak) dengan masyarakat di Barat adalah dalam hal adat istiadat. Kehidupan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB SATU P E N D A H U L U A N. memenuhi kebutuhan hidupnya. Bagi masyarakat Indonesia yang merupakan negara

BAB SATU P E N D A H U L U A N. memenuhi kebutuhan hidupnya. Bagi masyarakat Indonesia yang merupakan negara BAB SATU P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu elemen yang penting bagi hidup manusia. Setiap manusia akan memaknai tanah bagi dirinya sendiri berdasarkan pengalaman-pengalaman

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pluralitas agama sudah lama menjadi realitas aktual yang tak terelakkan, juga merupakan wacana yang telah lama menjadi kajian yang menarik, baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari Taurat, para Nabi, dan Tulisan-tulisan, atau yang diringkas sebagai Tanak Taurat,

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari Taurat, para Nabi, dan Tulisan-tulisan, atau yang diringkas sebagai Tanak Taurat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitab suci Ibrani atau yang biasa disebut oleh orang kristen, Alkitab perjanjian Lama terdiri dari Taurat, para Nabi, dan Tulisan-tulisan, atau yang diringkas sebagai

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. a. Tanah dalam kehidupan manusia.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. a. Tanah dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan. a. Tanah dalam kehidupan manusia. Keberadaan tanah tidak terlepas dari manusia, demikian juga sebaliknya keberadaan manusia juga tidak terlepas dari tanah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbedaan pandangan mengenai masalah iman dan perbuatan dalam hubungannya dengan keselamatan memang sudah ada sejak dulu kala 1. Pada satu pihak, ada orang

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Berbicara mengenai mistik, seringkali kita melihat mistik sebagai sebuah gejala gaib dan juga berhubungan dengan paranormal dan praktek-praktek penyembahan kepada setan.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman senantiasa memberikan perubahan yang cukup besar pada diri manusia. Perubahan yang cukup signifikan pada diri manusia adalah gaya hidup (lifestyle).

Lebih terperinci

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk berbudaya, karena itu manusia tidak dapat lepas dari budaya yang dianutnya. Suatu budaya memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di

Lebih terperinci

BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR

BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR Keluarga adalah salah satu konteks atau setting Pendidikan Agama Kristen yang perlu diperhatikan dengan baik,

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan bernyanyi menjadi bagian yang penting dalam rangkaian peribadahan. Peribadahan-peribadahan yang dilakukan di gereja-gereja Protestan di Indonesia mempergunakan

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 Latar Belakang Masalah Merdeka adalah bebas (dari perhambaan, penjajahan); tidak terkena atau lepas dari tuntutan; tidak terikat, tidak bergantung kepada atau pihak

Lebih terperinci

BAB 4 RELEVANSI PEMURIDAN YANG SEDERAJAT BAGI KEHIDUPAN BERGEREJA DI INDONESIA

BAB 4 RELEVANSI PEMURIDAN YANG SEDERAJAT BAGI KEHIDUPAN BERGEREJA DI INDONESIA BAB 4 RELEVANSI PEMURIDAN YANG SEDERAJAT BAGI KEHIDUPAN BERGEREJA DI INDONESIA PENDAHULUAN Telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa setiap orang baik laki-laki dan perempuan dipanggil untuk bergabung dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Secara umum masyarakat Karo menganggap bahwa agama Hindu-Karo adalah agama Pemena (Agama Pertama/Awal). Dalam agama Pemena, terdapat pencampuran konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Paham Dosa Kekristenan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Paham Dosa Kekristenan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Paham Dosa Kekristenan Dosa merupakan fenomena aktual dari masa ke masa yang seolah tidak punya jalan keluar yang pasti. Manusia mengakui keberdosaannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tanggal 21 Maret 2006, bertempat di Jakarta ditetapkanlah sebuah peraturan pemerintah yang baru, yang dikenal sebagai Peraturan Bersama dua Menteri (selanjutnya

Lebih terperinci

Oleh, Yohanes Yuniatika NIM: SKRIPSI

Oleh, Yohanes Yuniatika NIM: SKRIPSI PENGKHIANATAN YUDAS ISKARIOT TERHADAP YESUS DALAM INJIL YOHANES (Studi Hermeneutik Sosio-Politik Terhadap Narasi Pengkhianatan Yudas Iskariot Yang Terdapat Dalam Injil Yohanes 13: 1-35) Oleh, Yohanes Yuniatika

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan UKDW

BAB I Pendahuluan UKDW BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kemajemukan budaya yang ada di Indonesia, merupakan suatu realitas yang harus diakui serta dihargai keberadaannya. Di dalam kemajemukan tersebut, terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Etika merupakan refleksi atas moralitas. Akan tetapi, sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, etika bukan sekedar refleksi tetapi refleksi ilmiah tentang tingkah

Lebih terperinci

Tinjauan Buku. Phyllis Trible, God and the Rhetoric of Sexuality edisi ketiga (Philadelphia: Fortress Press, 1983), 206 halaman.

Tinjauan Buku. Phyllis Trible, God and the Rhetoric of Sexuality edisi ketiga (Philadelphia: Fortress Press, 1983), 206 halaman. Tinjauan Buku Phyllis Trible, God and the Rhetoric of Sexuality edisi ketiga (Philadelphia: Fortress Press, 1983), 206 halaman. Buku yang berjudul God and the Rethoric of Sexuality ini ditulis oleh Phyllis

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah percakapan dengan teman-teman penulis yang berasal dari Talaud, Sulawesi Utara, yang saat ini sedang belajar di beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pada bulan Juli 2010 Indonesia kembali dilanda bencana alam. Beberapa tempat di Indonesia yang dilanda gempa diantaranya Palangkaraya, Labuhan Batu, dan kota

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata Kuliah Kode Mata Kuliah Tingkat/Semester Pokok Bahasan Pertemuan Ke Waktu Pertemuan : Agama Kristen : Ns.A.1.1.1 : I/I : Agama : 1 (satu) : 2X60 menit A. Kompetensi 1. Kompetensi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Pengantar Bab I. Bab ini menguraikan latar belakang penulis melakukan penelitian dalam tesis

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Pengantar Bab I. Bab ini menguraikan latar belakang penulis melakukan penelitian dalam tesis BAB I PENDAHULUAN A. Pengantar Bab I Bab ini menguraikan latar belakang penulis melakukan penelitian dalam tesis ini. Latar belakang tersebut terdiri dari pengalaman penulis, tentang minimnya gerakan oikumene

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dalam bagian ini, akan di buat kesimpulan dari pembahasan bab 1 sampai. dengan bab 4 serta saran-saran. 5.1.

BAB V PENUTUP. Dalam bagian ini, akan di buat kesimpulan dari pembahasan bab 1 sampai. dengan bab 4 serta saran-saran. 5.1. BAB V PENUTUP Dalam bagian ini, akan di buat kesimpulan dari pembahasan bab 1 sampai dengan bab 4 serta saran-saran. 5.1. Kesimpulan Teologi pluralisme agama memang simpatik karena ingin membangun teologi

Lebih terperinci

UKDW. Bab I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW. Bab I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan Bab I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan A. Fenomena Sikap Inkonsisten Terhadap Penolakan Dan Penerimaan Sikap inkonsisten tentang penolakan dan penerimaan terjadi pada gereja. Sejarah gereja-gereja

Lebih terperinci

Baptisan Roh Kudus adalah tema teologis sentral dari pemahaman kaum Pentakosta J. Roadman Williams mengatakan, in the Pentecostal and Charismatic

Baptisan Roh Kudus adalah tema teologis sentral dari pemahaman kaum Pentakosta J. Roadman Williams mengatakan, in the Pentecostal and Charismatic Baptisan Roh Kudus adalah tema teologis sentral dari pemahaman kaum Pentakosta J. Roadman Williams mengatakan, in the Pentecostal and Charismatic traditions the doctrine of baptism in (or with) the Holy

Lebih terperinci

Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian Kristologi Alkitabiah Terhadap Pandangan Kristologi Dalam Pluralisme. Skripsi

Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian Kristologi Alkitabiah Terhadap Pandangan Kristologi Dalam Pluralisme. Skripsi Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian Kristologi Alkitabiah Terhadap Pandangan Kristologi Dalam Pluralisme Skripsi Diajukan kepada Fakultas Teologi Dalam Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara di wilayah Asia secara geografis yang diwarnai oleh dua kenyataan, yaitu kemajemukan agama dan kebudayaan, serta situasi kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Simon Petrus memiliki nama Ibrani Simeon tetapi dalam Terjemahan Baru Indonesia (TBI) semua menjadi Simon. Mungkin, seperti banyak pada orang Yahudi dipakainya juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1. Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. Data statistik keagamaan Kristen Protestan tahun 1992, memperlihatkan bahwa ada sekitar 700 organisasi 1 Kristen

Lebih terperinci

Sekali peristiwa Allah menyuruh Petrus pergi ke rumah perwira Kornelius.

Sekali peristiwa Allah menyuruh Petrus pergi ke rumah perwira Kornelius. Thn B Hari Raya Paskah 5 April 2015 LTRG SABDA mat duduk Bacaan pertama (Kis. 10 : 34a. 37-43) Kami telah makan dan minum bersama dengan Yesus setelah a bangkit dari antara orang mati. Bacaan diambil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konsep tentang panggilan sudah ada sejak jaman Israel kuno seiring dengan pengenalan mereka tentang Allah. Misalnya panggilan Tuhan kepada Abraham (Kej 12:

Lebih terperinci

UKDW BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

UKDW BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Teologi merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk mencermati kehadiran Tuhan Allah di mana Allah menyatakan diri-nya di dalam kehidupan serta tanggapan manusia akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman

Lebih terperinci

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND MERESAPI SABDA TERLIBAT DI DALAM DUNIA Revitalisasi Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND Revitalisasi bagi Kongregasi Aktif Merasul berarti menggambarkan kembali

Lebih terperinci

Pemikiran-Pemikiran Choan-Seng Song Dalam Teologi Asia. Oleh: Queency Christie Wauran. Abstrak

Pemikiran-Pemikiran Choan-Seng Song Dalam Teologi Asia. Oleh: Queency Christie Wauran. Abstrak Pemikiran-Pemikiran Choan-Seng Song Dalam Teologi Asia Oleh: Queency Christie Wauran Abstrak Artikel ini ditulis sebagai tugas dalam kuliah Teologi Kontekstual Asia, dengan mengambil ide pemikiran Choan-Seng

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Galilea. Kesaksian Alkitab mengatakan bahwa murid Yesus berjumlah dua belas orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Galilea. Kesaksian Alkitab mengatakan bahwa murid Yesus berjumlah dua belas orang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yesus memulai pelayanannya dari sebuah tempat di kawasan utara Palestina. Di daerah inilah Yesus memilih murid-muridnya yang pertama, tepatnya di tepi danau Galilea.

Lebih terperinci

PROFESIONALISME GURU PAK DALAM PERSPEKTIF ALKITAB PERJANJIAN BARU. Yulia Citra

PROFESIONALISME GURU PAK DALAM PERSPEKTIF ALKITAB PERJANJIAN BARU. Yulia Citra PROSIDING SEMINAR NASIONAL PAK II DAN CALL FOR PAPERS, Tema: Profesionalisme dan Revolusi Mental Pendidik Kristen. Ungaran, 5 Mei 2017. ISBN: 978-602-60350-4-2 PROFESIONALISME GURU PAK DALAM PERSPEKTIF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Selain membutuhkan makanan, pakaian, dan tempat tinggal sebagai kebutuhan dasar yang perlu dicukupinya untuk bertahan hidup, sepertinya manusia juga membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup panjang yang disebut Injil. Karangan-karangan yang panjang itu bercerita tentang seorang

BAB I PENDAHULUAN. cukup panjang yang disebut Injil. Karangan-karangan yang panjang itu bercerita tentang seorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Teks Membuka Kitab Suci Perjanjian Baru, kita akan berjumpa dengan empat karangan yang cukup panjang yang disebut Injil. Karangan-karangan yang panjang itu bercerita

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik.

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik. BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Dalam bab IV ini akan dipaparkan suatu refleksi teologis tentang PAK dalam keluarga dengan orang tua beda agama. Refleksi teologis ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu PAK keluarga

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Penderitaan dan penyiksaan merupakan pengalaman yang normal bagi manusia. Begitu pula dengan penyakit dan kesehatan. Hal ini tidak berarti bahwa keduanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pekabaran Injil bisa diartikan sebagai hal yang berbeda dengan Misi, namun juga seringkali diartikan bahwa Pekabaran Injil ada sebagai bagian di dalam Misi, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Allah dan diutus untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, ini merupakan hakikat gereja. Gereja juga dikenal

Lebih terperinci

Berkenalan dengan PB. DR Wenas Kalangit. Bina Teologia Jemaat GKI Kavling Polri 23 Oktober 2007 Jakarta

Berkenalan dengan PB. DR Wenas Kalangit. Bina Teologia Jemaat GKI Kavling Polri 23 Oktober 2007 Jakarta Berkenalan dengan PB DR Wenas Kalangit 23 Oktober 2007 Jakarta 1 Berkenalan dengan PB Pengantar Secara tradisional, studi biblika (Perjanjian Lama [PL] dan Perjanjian Baru [PB]) di sekolah-sekolah tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penginjilan merupakan salah satu dimensi yang esensial dari misi Kristen. Gereja bertanggungjawab untuk mewartakan injil ke seluruh dunia, untuk memberitakan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia lahir di tengah-tengah berbagai simbol, dari situlah manusia dapat memaknai seluruh kehidupannya. Kata simbol berasal dari bahasa Yunani symbolos yang

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latarbelakang Pluralitas agama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat lagi dihindari atau disisihkan dari kehidupan masyarakat umat beragama. Kenyataan akan adanya pluralitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Permasalahan. I.1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Permasalahan. I.1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Permasalahan I.1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki pengalaman dalam kehidupannya yang dihasilkan melalui perjumpaan dengan berbagai peristiwa. Perjumpaan tersebut

Lebih terperinci

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA 1 Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 10 : 34a. 37-43 Kami telah makan dan minum bersama dengan Yesus setelah Ia bangkit dari antara orang mati. Bacaan diambil dari Kisah Para

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya,

BAB V PENUTUP. Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya, BAB V PENUTUP 5. 1 Kesimpulan Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya, Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan 25 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dan dengan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang 1 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Bagi orang Asia, adat merupakan hal yang tidak terpisahkan dengan melekatnya identitas sebagai masyarakat suku. Hampir setiap suku mengenal adat sebagai bagian integral

Lebih terperinci

@UKDW BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG MASALAH

@UKDW BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG MASALAH Berhadapan langsung dengan perkembangan ekonomi pasar global, tentunya masyarakat Indonesia bukanlah masyarakat yang posisinya berada di luar lingkaran praktekpraktek

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan umat beragama tidak bisa dipisahkan dari ibadah. Ibadah bukan hanya sebagai suatu ritus keagamaan tetapi juga merupakan wujud respon manusia sebagai ciptaan

Lebih terperinci

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Perempuan di Sebuah Sumur

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Perempuan di Sebuah Sumur Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Perempuan di Sebuah Sumur Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh : Lazarus Disadur oleh: Ruth Klassen Diterjemahkan oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Manusia secara individu seringkali melihat dirinya secara takjub dengan apa yang telah, sedang atau apa yang akan dilakukannya. Kagum dengan bakat

Lebih terperinci