BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Krisis ekologi merupakan isu yang sedang digaung-gaungkan saat ini. Krisis ini telah telah menyebabkan sumber daya alam semakin berkurang dan juga lapisan ozon sebagai pelindung bumi semakin menipis. Akibatnya adalah kehidupan di bumi saat ini menjadi terancam. Eksploitasi terhadap sumber daya alam hampir terjadi di seluruh belahan dunia. Hal ini memberikan dampak besar bagi krisis ekologi. Misalnya hutan hujan tropis di Brazil yang semakin merosot karena pertanian, peternakan, penebangan kayu, industri dan pembangunan, pertambahan penduduk, kebutuhan orang miskin dan juga orang kaya, dan kebutuhan dunia akan hasil hutan juga menjadi penyebab eksploitasi terhadap hutan hujan tropis di Brazil. 1 Penggundulan hutan di Brazil meningkat dari 103 km persegi pada bulan April 2010 menjadi 593 km persegi pada tahun 2011 dalam periode yang sama dan ini menyebabkan lapisan ozon semakin menipis oleh karena kekurangan oksigen. 2 Di Indonesia sendiri, sejak tahun 1970, penggundulan hutan mulai marak terjadi dan memuncak pada tahun , di mana tingkat kerusakan hutan di Indonesia mencapai 2,8 juta hektar/tahunnya, sehingga saat ini diperkirakan hutan Indonesia hanya tersisa 28% saja. 3 Di Kalimantan, seperti dilansir oleh Kompasiana bahwa penyebab kerusakan hutan di Kalimantan adalah oleh karena laju pertumbuhan penduduk dan juga untuk menutupi hutang luar negeri. Namun, kebanyakan kerusakan hutan di Kalimantan disebabkan oleh karena perluasan lahan pertanian dan peternakan, proyek swasta besar (misalnya, tambang batu bara) dan eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya kayu. Kalimantan Timur (Berau), setiap tahunnya 39 ribu hutan rusak dan lenyap karena dijadikan kebun kelapa sawit dan tambang batu bara sehingga 20 juta ton gas karbon ke atmosfer dan ini akan mempengaruhi kerusakan lapisan ozon. 4 1 Celia Deane-Drumond, Teologi dan Ekologi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), h diakses pada tanggal 13 Mei Herman S. Nainggolan, dkk, Kerusakan Lingkungan: Peran dan Tanggung Jawab Gereja (Kerjasama Antara Menteri Lingkungan Hidup RI, PGI dan UEM, 2011)p diakses pada tanggal 13 Mei

2 Krisis ekologi yang terjadi ini tidak dapat dilepaskan dari tuntutan ekonomi baik yang bersifat mendesak maupun hanya karena tuntutan modernitas. Sikap ini (tuntutan modernitas) tentu muncul karena pengaruh dari zaman pencerahan yang begitu menekankan akan rasionalitas manusia. Pandangan ini menekankan bahwa manusia menjadi pusat dari segala sesuatu di dalam dunia ini (antroposentris) dan karena itu, manusia adalah penguasa atas alam semesta karena ia memiliki kemampuan untuk meneliti segala permasalahan dan teka-teki yang ada di dalam dunia ini. Manusia kemudian menjadikan makhluk lain dan secara umum alam semesta sebagai objek yang harus diteliti, dipergunakan sesuai dengan keinginan manusia. Alam-semesta kemudian tidak lagi dianggap sebagai guru dengan begitu banyak misteri di dalamnya tetapi hanya sebagai objek analisis semata sehingga eksploitasi terhadap sumber daya alam pun tidak dapat dibendung. Manusia telah menjadi makhluk buas yang memakan sesama ciptaan lainnya. Hubungan antara manusia dan alam-semesta kemudian menjadi hubungan yang mengeksploitir, mendominasi dan memanipulasi alam-semesta, tentunya demi kepentingan manusia itu sendiri dan demi memperoleh pengakuan sebagai manusia modern. 5 Lynn White jr, menilai bahwa eksploitasi yang terjadi terhadap alam semesta ini bukan hanya karena perkembangan sains saja tetapi berawal dari penafsiran yang keliru terhadap teks Kristen yang kemudian menghalalkan akan tindakan tersebut. 6 Teks kristen yang dimaksudkan oleh White adalah Kejadian 1:26 dan 28. Kejadian 1: 26 (TBLAI): Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi. Kejadian 1: 28 (TBLAI): Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikanikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi. Permasalahan utama dari kedua teks di atas adalah pada penggunaan kata kuasa dan takluk. 7 Dalam hal ini, para ahli lebih menyoroti akan konsep kuasa. 5 Andreas A. Yewangoe, Pendamaian: Suatu Studi tentang Pemulihan Relasi Antara Allah, Manusia dan Alamsemesta, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983), h p. 4, diakses pada tanggal 17 Desember Telah banyak upaya dari para teolog untuk menafsirkan Kejadian 1: 26 & 28 (khususnya konsep radah kuasa yang memang bernada dominasi karena mengandung arti menginjak-injak seperti orang yang menginjak anggur yang diperas dalam konteks pengirikan anggur) (Lih. Jay McDaniel, Taman Eden, Dosa Asal, dan Hidup dalam Kristus: Pendekatan Kristen terhadap Ekologi dalam Agama, Filsafat, & Lingkungan Hidup, Ed. Mary Evelyn Tucker & John A. Grim, Yogyakarta: Kanisius, 2003 p. 87). 2

3 Lynn White melihat bahwa paham transendensi Allah yang dipisahkan dari ciptaannya dalam agama monoteis membuat orang-orang melihat alam ini tidak bersifat ilahi. Sikap ini juga telah membawa agama-agama monoteis (Kristen) menjadi tidak peka dengan eksploitasi yang sedang dialami oleh alam semesta. 8 Sejalan dengan White, Harvey Cox, melihat bahwa konsep kuasa pada kedua teks di atas menciptakan pemisahan antara Allah dan alam, juga manusia dengan alam oleh adanya unsur superioritas dalam teks ini, dan itu berarti bahwa alam dilepaskan dari pesona Ilahinya alam merupakan objek biasa dan hal ini mutlak bagi perkembangan ilmu-ilmu alam demi kepentingan manusia. 9 Searah dengan White dan Cox, Van Leeuwen juga mempersalahkan kekristenan atas ekploitasi yang terjadi dalam dunia dewasa ini, seperti dikutip oleh Yewangoe demikian: Pemahaman Judeo-Kristen mengenai alam-semesta, telah memungkinkan peradaban Barat untuk memanfaatkan dan memperkembangkan alam sampai kepada derajat, yang bagi pandangan dunia lain adalah tidak mungkin. 10 Beberapa pandangan di atas memberikan gambaran bahwa ada pemahaman bahwa teks-teks Kristen menjadi salah satu pendukung ekploitasi alam yang terjadi saat ini. Teks Kristen di atas seperti menunjukkan bagaimana superioritas manusia terhadap ciptaan lain sehingga beberapa ahli pun dengan berani mengkritik teks-teks Kristen tersebut. Selain kedua teks di atas yang begitu problematis dalam menanggapi akan eksploitasi besarbesaran yang terjadi, pemahaman bahwa Allah menciptakan dunia ini dari ketiadaan (creatio ex nihilo) 11 hanya melalui kuasa Firman Allah juga menyebabkan orang Kristen melihat bahwa alam semesta bernilai rendah. Pemahaman bahwa Allah menciptakan dari ketiadaan, dikarenakan kata menciptakan dalam Kejadian 1:1 menggunakan kata bara yang dikhususkan hanya pada Allah saja. Karena dikhususkan bagi Allah, kemudian dipahamilah bahwa Allah menciptakan alam semesta dari ketiadaan. Berkaitan dengan alam semesta yang dinilai rendah oleh manusia, Walter Lempp, misalnya mengatakan demikian:... Allah adalah sama sekali 8 p. 4-5, diakses pada tanggal 17 Desember Dikutip oleh Martin Harun, Allah Para Ekoteolog, dalam Dunia, Manusia, dan Tuhan: Antologi Pencerahan Filsafat dan Teologi, Ed. J. Sudarminta & S. P. Lili Tjahjadi, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), h Andreas A. Yewangoe, Pendamaian: Suatu Studi tentang Pemulihan Relasi Antara Allah, Manusia dan Alamsemesta, h Louis Berkhof, Teologi Sistematika 1: Doktrin Allah (Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1993) p

4 terpisah dari dunia. Kita tidak boleh mencari, mendapati atau menjumpai Allah dalam semesta alam atau dalam bagiannya. 12 Pernyataan Lempp di atas tentu melahirkan pemahaman bahwa Allah tidak hadir di dalam alam semesta sehingga manusia tidak boleh menemukan Allah di dalam alam semesta. Selain Lempp, pandangan Karl Barth tentu juga memiliki pengaruh dalam pemahaman Kristen mengenai alam semesta. Barth mengatakan bahwa alam semesta ini hanya sebagai alat Allah untuk menyelamatkan manusia. Allah harus menciptakan alam semesta karena Kristus tidak dapat dilahirkan dan disalibkan. Alam semesta menjadi ruang yang memungkinkan keselamatan yang diberikan Allah di dalam Kristus menjadi nyata. 13 Pandangan Barth mengenai alam semesta ini tentu membuat orang Kristen melihat alam semesta lebih rendah dari pada dirinya sendiri karena alam semesta diciptakan Allah hanya untuk menyelamatkan manusia. Dari penjabaran di atas, kemudian muncul pertanyaan, yaitu apakah memang teks Alkitab mengatakan demikian? Penyusun melihat bahwa pemahaman ini bukan kesalahan pada teks Alkitab sendiri tetapi lebih kepada bagaimana orang mendekati teks tersebut. Lempp dan Barth misalnya, menafsirkan teks tersebut masih bernuansa zaman pencerahan. Penyusun mengasumsikan bahwa cara Barth dan Lempp melihat teks ini adalah dari cara pandang Barat yang mengutamakan akan rasionalitas sehingga kemudian melahirkan pemahaman bahwa alam semesta lebih rendah dibandingan manusia. Dari asumsi di atas, kemudian penyusun bertanya apakah ada kemungkinan bahwa teks di atas dapat bernuansa berbeda jika didekati dari perspektif yang lain? Dari pertanyaan ini kemudian penyusun mengasumsikan bahwa teks ini tentu akan bernuansa berbeda jika didekati dari perspektif Timur, yang mengutamakan akan kedekatannya dengan alam semesta. Salah satu teks yang menarik untuk dikaji adalah pemahaman wu wei dalam Taoisme. Oleh karena itu, menjadi menarik jika teks Kristen di dekati dari perspektif Timur ini. 12 Walter Lempp, Kedjadian 1:1-4:26 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1971)p Dikutip dari Harun Hadiwijono, Iman Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986)p

5 1.1 Wu Wei Secara harafiah wu wei dapat diartikan sebagai tidak berbuat atau tidak mencampuri atau tidak berkeinginan atau bebas aksi. Namun tidak berbuat ini bukan berarti tidak melakukan apa-apa melainkan melakukan sesuatu hal tanpa dibuat-buat dan tidak sewenang-wenang (semau-maunya) karena sikap yang demikian berlawanan dengan sikap alami. 14 Tidak berbuat menunjukkan pada suatu tindakan yang mengalir bebas tanpa adanya keragu-raguan dan kebimbangan. Wu wei merupakan suatu hidup yang dijalani dengan penuh kelemah-lembutan dan kesederhanaan tanpa ketegangan dan tidak ada gerak yang dihambur-hamburkan. Paham wu wei ini tentu tidak dapat dilepaskan dari paham Tao secara umum karena wu wei dan Tao merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, tujuan utama wu wei (juga merupakan tujuan Tao) adalah keselarasan dengan alam semesta. Keselarasan ini menghadirkan suatu upaya yang menekankan kedekatan dengan alam dan akhirnya mendorong pada kesederhanaan dan spontanitas dalam diri setiap individu dalam menjalani kehidupannya. Harmoni dengan alam bukan mengendalikannya merupakan tujuan utama Tao. Tao mengajarkan penganutnya menjalani kehidupan ini dengan mengikuti irama dan harmoni dengan alam karena melalui harmoni dengan alam manusia akan merasakan kepuasan dan ketenangan di dalamnya. Mengikuti irama alam ini tentu membutuhkan suatu proses yaitu bergerak dari taraf kesadaran menuju ketidaksadaran. Seperti cerita dalam kitab Chuang Tzu yang dikutip oleh Creel 15, mengisahkan tentang seorang pembantai yang bekerja pada raja Liang, di mana pada awal pekerjaannya mengalami kesulitan besar ketika memotong-motong seekor sapi, namun karena keseringan mengerjakannya, akhirnya ia merasa melakukannya secara naluriah. Wu wei menekankan pada kebebasan individu tanpa pertimbangan yang berlebihan yang sejalan dengan kodrat alam. 16 Wu wei merupakan seni membiarkan pikiran bekerja sendiri secara spontan. 14 H. G. Creel, Alam Pikiran Cina Sejak Confucius Sampai Mao Zedong, p H. G. Creel, Ibid. 16 Edward Slingerland, Effortless Action: Wu Wei as Conceptual Metaphor and Spiritual Ideal in Early China, (New York: Oxfrod University Press, 2003), p. 7 5

6 1.2 Wu Wei sebagai Alternatif Penafsiran Pada Kisah Penciptaan (Kejadian 1:1-2:4a) Penafsiran-penafsiran pada teks Kristen seringkali menggunakan metode penafsiran Barat dan bahkan di Asia pun metode penafsiran ini berkembang dengan sangat baik. Namun, dampak dari penafsiran Barat dalam konteks Asia adalah bahwa penafsirannya terkadang menjadi tidak begitu berjiwa Asia dan meredupkan akan tradisi sosio-kultural dan religiusitas yang khas Asia. Menyadari akan dominasi Barat pada penafsiran-penafsiran Asia, telah banyak teolog-teolog Asia (Misalnya, Kwok Pui Lan dan Choan-Seng Song)yang mencoba untuk menafsirkan Kitab Suci Kristen dari perspektif Asia sehingga Kitab Suci bisa dipahami dengan mudah oleh manusia Asia tanpa harus kehilangan jiwa Asianya. Dari kesadaran yang sama, penyusun tertarik untuk menafsirkan kisah Penciptaan dalam Kejadian 1:1-2:4a dari salah satu perspektif yang khas Asia, yaitu wu wei. Ketertarikan ini berawal dari keingintahuan penyusun pada pemikiran khas Timur, terkhususnya wu wei yang memiliki konsep no action tetapi memiliki daya mengubah dan menekankan pada suatu proses yang bersifat mengalir mengikuti tatanan alam semesta tanpa paksaan. Selain karena tertarik pada konsep wu wei, penyusun juga tertarik untuk menjadikan konsep ini sebagai kacamata dalam membaca teks Kejadian 1:1-2:4a karena penyusun menyadari adanya hubungan antara kedua teks ini. 2. Permasalahan Dari penjabaran latar belakang di atas, kajian ini dapat dirumuskan dalam sebuah pertanyaan. Maka pertanyaan permasalahannya adalah: Bagaimana pembacaan kritis terhadap kisah Penciptaan (Kejadian 1:1-2:4a) dari perspektif wu wei dapat memberikan pemahaman yang baru mengenai kedudukan alam semesta dalam keseluruhan ciptaan? 3. Judul Skripsi Alam Semesta sebagai Rekan Kerja Allah Menafsirkan Ulang Kejadian 1:1-2:4a dari Perspektif Wu Wei 6

7 4. Tujuan Tujuan dari Skripsi ini terkait dengan rumusan permasalahan di atas, yaitu : 1. Memberikan pemahaman bahwa teks-teks khas Asia pun memiliki kedudukan yang sama dengan teks Alkitab. Teks Asia bisa menjadi kacamata bagi Kristen Asia untuk membaca teks Alkitab, sehingga Kristen Asia tidak harus menginjakkan kakinya di dua tempat yang berbeda (Kristen dan tradisi) melainkan menjadikan keduanya sebagai hidupnya. 2. Memaparkan proses pembacaan kisah Penciptaan (Kejadian 1:1-2:4a) dari perspektif wu wei, untuk memperkaya dan mewarnai alternatif penafsiran terhadap kisah Penciptaan dalam Kejadian 1:1-2:4a. 3. Menemukan semangat dari hasil pembacaan kisah Penciptaan dari perspektif wu wei, kemudian menjadikannya semangat yang sama dalam melihat alam semesta. 5. Metode Peneletian Metode yang digunakan adalah metode cross culture hermeneutic (seeing through) dalam pendekatan multi-iman yang diintrodusir oleh Kwok Pui Lan. Pendekatan ini berawal dari suatu afirmasi bahwa setiap budaya dan tradisi religius memiliki kebenarannya masing-masing dan semuanya setara. Dalam penelitian ini, wu wei akan menjadi kacamata untuk membaca kisah Penciptaan dalam Kejadian 1:1-2:4a. Selain itu, dalam penelitian ini tentu akan membutuhkan beberapa metode tafsir lainnya, seperti tafsir narasi, literer dan juga metode tafsir lainnya yang akan membantu dalam upaya menafsirkan kisah Kejadian 1:1-2:4a dari perspektif wu wei. Namun, walaupun kacamata yang dipakai untuk membaca dan menafsirkan kisah Penciptaan dalam teks Kejadian 1:1-2:4a adalah wu wei, tidak berarti bahwa wu wei tanpa cacat. Oleh karena itu, di akhir skripsi ini, penyusun akan memaparkan kekurangan dari paham wu wei sejauh yang penyusun temukan. 6. Landasan Teori 6.1 Wacana Hermeneutik Khas Asia Penafsiran-penafsiran Alkitab yang hadir di Asia kebanyakan masih didominasi oleh penafsiran yang bersifat Barat. Seringkali teks-teks Asia sendiri seperti tidak mendapat tempat dalam 7

8 penafsiran tersebut karena dianggap bahwa teks-teks Asia adalah teks-teks yang tidak layak untuk bertemu dengan teks Alkitab yang dianggap sebagai teks yang benar-benar suci dibandingkan dengan teks-teks lainnnya. Penafsiran yang kebaratan ini kemudian memaksa manusia Asia untuk meninggalkan kehidupannya sebagai manusia Asia dan hidup sebagai Kristen yang dipahami oleh Barat. Akhirnya, Kristen Asia harus memijakkan kakinya di dua dunia yang berbeda karena walaupun sudah menjadi Kristen, manusia Asia tidak bisa melepaskan dirinya dari realitas kulturnya sebagai manusia Asia. Manusia Asia (Kristen Asia) seperti diperhadapkan pada buah simalakama. Jika mereka hidup dengan realitas hidup mereka sebagai manusia Asia, maka mereka harus meninggalkan kekristenan mereka dan jika mereka hidup dalam kekristenan, maka mereka harus meninggalkan realitas Asia mereka. Problema sebagai Kristen Asia inilah yang mendorong teolog-teolog Asia untuk menjawab kegelisahan ini dengan memperkenalkan metode pembacaan Alkitab yang khas Asia, yaitu secara cross-textual, dialogical atau dialogical imagination. 17 Metode ini mencoba untuk melihat bahwa manusia Asia, khususnya Kristen Asia perlu membaca Alkitab dari realitas hidupnya sebagai orang Kristen di Asia, baik ke-multireligius-an, ke-multikultural-annya, kemiskinan dan pengalamannya sebagai manusia Asia. Melalui pembacaan Alkitab yang demikian menolong Kristen Asia untuk hidup sebagai orang Kristen tanpa kehilangan identitasnya sebagai manusia Asia. 6.2 Pendekatan Multi-Iman Skripsi ini melibatkan dua teks dari dua tradisi religius yang berbeda, sehingga menjadi menarik untuk membaca teks Kejadian 1:1-2:4a dari perspektif wu wei melalui pendekatan multi-iman yang diperkenalkan oleh Kwok Pui Lan. 18 Pendekatan multi-iman ini membutuhkan kesadaran seutuhnya bahwa setiap tradisi religius memiliki posisi yang sama (setara) dengan tradisi kekristenan. 19 Mempertemukan kedua tradisi religius tentu bukanlah hal yang mudah, maka langkah pertama yang harus diambil adalah menyadari bahwa Alkitab tidak lahir dan hidup di berbagai tradisi yang ada dan kebanyakan tradisi (orang) tidak dididik secara Alkitabiah. Oleh karena itu, dengan konteks multi-kultur dan juga multi-iman saat ini, maka Alkitab perlu dipelajari dari kaca 17 John H. Hayes, Dictionary of Biblical Interpretation (Nashville : Abingdon Press, 1999), p Kwok Pui-lan, Discovering the Bible in the Non-Biblical World, (New York: Orbis Book, 1995)p Kwok Pui-Lan, Discovering the Bible in Non-Biblical World, p. 58 8

9 mata tradisi religius lainnya untuk menemukan tema-tema yang umum dan penekananpenekanan yang berbeda. Namun yang menjadi tantangan adalah bagaimana mereinterpretasi Alkitab dari kaca mata tradisi religius yang lain, karena kita (Kristen) harus berani untuk membuka diri secara radikal dan menjadikan kebenaran masing-masing tradisi sebagai sumber religius yang berguna untuk dimensi kemanusiaan yang juga perlu untuk dibagikan, diuji dan dikoreksi dalam komunitas yang lebih luas. 20 Contoh pembacaan dari hermeneutis multi-iman ini adalah seperti yang dilakukan oleh Seiichi Yagi sebagai seorang yang beragama Budha yang mendalami akan Yesus dari perspektif Budha, atau Mahatmah Gandhi yang begitu terkagum-kagum akan khotbah Yesus di bukit yang, dan kemudian menjadi semangat dalam perjuangannya, yaitu perjuangan yang bersifat nir-kekerasan. 21 Selain itu, D. K. Listijabudi juga menggunakan pendekatan ini dalam bukunya Bukankah Hati Kita Berkobar-Kobar (Yogyakarta: Interfidei, 2010). Pendekatan yang sama dengan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh di atas akan menjadi pendekatan yang penyusun gunakan untuk membaca kisah Penciptaan dalam Kejadian 1:1-2:4a dari perspektif wu wei. 7. Sistematika Penulisan Adapun sistem penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut. 22 Bab I Pendahuluan Bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang penulisan skripsi, permasalahan utama dalam skripsi, judul skripsi, tujuan penulisan skripsi, metode penelitian yang digunakan (cross-culture hermeneutic seeing through dalam pendekatan multi-iman), dan landasan teori dari metode tersebut. Bab II Wu wei Bab ini akan dijabarkan mengenai Taoisme secara umum, yaitu dalam pengertiannya sebagai paham, kemudian akan dijabarkan mengenai Tao sebagai payung besar dari wu wei, kemudian penjelasan mengenai konsep wu wei itu sendiri dan evaluasi terhadap konsep wu wei. 20 Kwok Pui-Lan, Discovering the Bible in Non-Biblical World, p Kwok Pui-Lan, Discovering the Bible in Non-Biblical World, p Kerangka utama dalam sistematika penulisan skripsi ini mengikuti kerangka buku Bukankah Hati Kita Berkobarkobar (Yogyakarta: Interfidei, 2010) karangan D. K. Listijabudi. Namun untuk segi isi, merupakan hasil karya penyusun sendiri. 9

10 Bab III Menafsirkan Kejadian 1:1-2:4a dari Perspektif Wu Wei Bab ini akan dijabarkan mengenai hasil pembacaan terhadap teks Kejadian 1:1-2:4a dari perspekti wu wei, yang diawali dengan sebuah pengantar kemudian diikuti penjelasan mengenai teks Kejadian 1:1-2:4a dan kemudian hasil pembacaan teks Kejadian 1:1-2:4a dari perspektif wu wei. Bab IV Penutup Bab ini akan dijabarkan mengenai kesimpulan dari seluruh bab dan kemudian relevansinya bagi dunia akademis dan juga bagi pertumbuhan iman jemaat. 10

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I I. LATAR BELAKANG Ada sebuah percakapan menarik antara Chuang Tzu, seorang pemikir mistik dan banyak belajar dari Lao Tzu, dengan Hui Tzu, seorang ahli logika yang tergabung dalam Aliran Namanama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam budaya. Setiap daerah di Kepulauan Indonesia memiliki budayanya sendiri. Bahkan di setiap kota/kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran lingkungan hidup yang disebabkan oleh ulah dan perilaku manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran lingkungan hidup yang disebabkan oleh ulah dan perilaku manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah A. Sonny Keraf mengemukakan bahwa ada dua kategori dari bencana yaitu bencana alam dan bencana lingkungan hidup. Sebagian dikategorikan sebagai bencana alam

Lebih terperinci

Spiritualitas Lingkungan Hidup: Respon Iman Kristen Terhadap Krisis Ekologi 1

Spiritualitas Lingkungan Hidup: Respon Iman Kristen Terhadap Krisis Ekologi 1 Respon Agama Kristen terhadap Kerusakan Lingkungan Spiritualitas Lingkungan Hidup: Respon Iman Kristen Terhadap Krisis Ekologi 1 Pdt. Irene Ludji, MAR Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Di dalam dogma Kristen dinyatakan bahwa hanya karena anugerah Allah di dalam Yesus Kristus, manusia dapat dibenarkan ataupun dibebaskan dari kuasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seperti diketahui bersama bahwa dalam kehidupan orang Kristen saat ini, gereja adalah sebuah identitas yang sangat penting bagi orang-orang percaya kepada

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. a. Tanah dalam kehidupan manusia.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. a. Tanah dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan. a. Tanah dalam kehidupan manusia. Keberadaan tanah tidak terlepas dari manusia, demikian juga sebaliknya keberadaan manusia juga tidak terlepas dari tanah.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sekarang ini krisis ekologi mendesak untuk diperhatikan secara seksama. Salah satu krisis ekologi yang dirasakan secara global adalah perubahan iklim. Secara sederhana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam Perjanjian Baru terdapat empat Kitab Injil Yang menuliskan tentang kehidupan Yesus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam Perjanjian Baru terdapat empat Kitab Injil Yang menuliskan tentang kehidupan Yesus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Perjanjian Baru terdapat empat Kitab Injil Yang menuliskan tentang kehidupan Yesus Kristus, keempat injil ini adalah Injil Matius, Markus, Lukas dan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan. Gereja dalam kehidupan kekristenan menjadi tempat dan sarana orang-orang percaya kepada Kristus, berkumpul dan saling mendorong antara orang yang satu

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan

UKDW. BAB I Pendahuluan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Hidup yang penuh berkelimpahan merupakan kerinduan, cita-cita, sekaligus pula harapan bagi banyak orang. Berkelimpahan seringkali diartikan atau setidaknya

Lebih terperinci

BAB 4 RELEVANSI PEMURIDAN YANG SEDERAJAT BAGI KEHIDUPAN BERGEREJA DI INDONESIA

BAB 4 RELEVANSI PEMURIDAN YANG SEDERAJAT BAGI KEHIDUPAN BERGEREJA DI INDONESIA BAB 4 RELEVANSI PEMURIDAN YANG SEDERAJAT BAGI KEHIDUPAN BERGEREJA DI INDONESIA PENDAHULUAN Telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa setiap orang baik laki-laki dan perempuan dipanggil untuk bergabung dalam

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pluralitas agama sudah lama menjadi realitas aktual yang tak terelakkan, juga merupakan wacana yang telah lama menjadi kajian yang menarik, baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Nabeel Jabbour menepis pemahaman tentang gereja hanya sebatas bangunan, gedung dan persekutuan yang institusional. Berangkat dari pengalaman hidup Nabeel Jabbour selama

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sejak manusia pertama (Adam) jatuh ke dalam dosa, seperti dikisahkan pada kitab Kejadian dari Alkitab Perjanjian Lama, maka pintu gerbang dunia terbuka

Lebih terperinci

UKDW BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

UKDW BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Teologi merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk mencermati kehadiran Tuhan Allah di mana Allah menyatakan diri-nya di dalam kehidupan serta tanggapan manusia akan

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Katolik

Pendidikan Agama Katolik Modul ke: 14Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Katolik MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN Program Studi Psikologi Drs. Sugeng Baskoro, M.M PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM REFLEKSI IMAN KRISTIANI Untuk apa kita diciptakan?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup panjang yang disebut Injil. Karangan-karangan yang panjang itu bercerita tentang seorang

BAB I PENDAHULUAN. cukup panjang yang disebut Injil. Karangan-karangan yang panjang itu bercerita tentang seorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Teks Membuka Kitab Suci Perjanjian Baru, kita akan berjumpa dengan empat karangan yang cukup panjang yang disebut Injil. Karangan-karangan yang panjang itu bercerita

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pembicaraan tentang alam atau sekitarnya sudah dibicarakan banyak orang baik itu dalam artikel, skripsi dan begitu banyak sekali buku yang membahas tentang

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman senantiasa memberikan perubahan yang cukup besar pada diri manusia. Perubahan yang cukup signifikan pada diri manusia adalah gaya hidup (lifestyle).

Lebih terperinci

Misiologi David Bosch

Misiologi David Bosch Misiologi David Bosch Definisi Sementara Misi. 1. Iman Kristen bersifat misioner, atau menyangkali dirinya sendiri. Berpegang pada suatu penyingkapan yang besar dari kebenaran puncak yang dipercayai penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Eka Darmaputera, Menuju Teologi Kontekstual Di Indonesia, dalam Eka Darmaputera (peny.), Konteks

BAB I PENDAHULUAN. 1 Eka Darmaputera, Menuju Teologi Kontekstual Di Indonesia, dalam Eka Darmaputera (peny.), Konteks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam tulisannya yang berjudul Menuju Teologi Kontekstual Di Indonesia 1, Eka Darmaputera memaparkan tentang pentingnya teologi kontekstual dengan bertolak dari keprihatinan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang. Dalam perkembangan sejarah kekristenan sejak pelayanan Tuhan Yesus sampai zaman

BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang. Dalam perkembangan sejarah kekristenan sejak pelayanan Tuhan Yesus sampai zaman BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Dalam perkembangan sejarah kekristenan sejak pelayanan Tuhan Yesus sampai zaman sekarang, kekristenan hampir selalu diperhadapkan pada berbagai tekanan dan tantangan.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya,

BAB V PENUTUP. Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya, BAB V PENUTUP 5. 1 Kesimpulan Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya, Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak

Lebih terperinci

Pemikiran-Pemikiran Choan-Seng Song Dalam Teologi Asia. Oleh: Queency Christie Wauran. Abstrak

Pemikiran-Pemikiran Choan-Seng Song Dalam Teologi Asia. Oleh: Queency Christie Wauran. Abstrak Pemikiran-Pemikiran Choan-Seng Song Dalam Teologi Asia Oleh: Queency Christie Wauran Abstrak Artikel ini ditulis sebagai tugas dalam kuliah Teologi Kontekstual Asia, dengan mengambil ide pemikiran Choan-Seng

Lebih terperinci

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus.

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus. PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) Berbeda dengan mereka yang sekarang mengubah pengaturan Yesus, Kisah 2 memberi contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus. Cerita Awalnya Dalam Kisah 2 Petrus

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam Injil Lukas terdapat beberapa kisah tentang kesembuhan yang dialami oleh banyak orang melalui Yesus, mulai dari ibu mertua Petrus yang diserang demam berat dan

Lebih terperinci

UKDW. Bab I PENDAHULUAN

UKDW. Bab I PENDAHULUAN Bab I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah 1.1 Krisis Dalam Pelayanan Jemaat Dalam kehidupan dan pelayanan jemaat tak pernah luput dari krisis pelayanan. Krisis dapat berupa perasaan jenuh dan bosan dalam

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan UKDW. atas kemauannya sendiri. Namun, gereja dihadirkan oleh Allah untuk

BAB I. Pendahuluan UKDW. atas kemauannya sendiri. Namun, gereja dihadirkan oleh Allah untuk BAB I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Gereja ada dan eksis di dunia ini bukan untuk dirinya sendiri, juga bukan atas kemauannya sendiri. Namun, gereja dihadirkan oleh Allah untuk melaksanakan misi-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Paham Dosa Kekristenan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Paham Dosa Kekristenan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Paham Dosa Kekristenan Dosa merupakan fenomena aktual dari masa ke masa yang seolah tidak punya jalan keluar yang pasti. Manusia mengakui keberdosaannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Dalam suatu masyarakat terdapat sebuah sistem dan komponen yang mendukung eksistensi komunitas. Komponen itu antara lain agama, kewarganegaraan, identitas suku,

Lebih terperinci

A. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL

A. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL A.1. Pluralitas Agama di Indonesia Pluralitas agama merupakan sebuah realita yang wajib digumuli. Berbagai agama besar yang pemeluknya tersebar

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara di wilayah Asia secara geografis yang diwarnai oleh dua kenyataan, yaitu kemajemukan agama dan kebudayaan, serta situasi kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Gereja Kristen Pasundan (GKP) berada dalam konteks masyarakat Jawa bagian barat yang majemuk baik suku, agama, budaya daerah dan status sosial ekonomi.

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 Latar Belakang Masalah Merdeka adalah bebas (dari perhambaan, penjajahan); tidak terkena atau lepas dari tuntutan; tidak terikat, tidak bergantung kepada atau pihak

Lebih terperinci

MTPJ Juli 2014 ALASAN PEMILIHAN TEMA

MTPJ Juli 2014 ALASAN PEMILIHAN TEMA MTPJ 13-19 Juli 2014 TEMA BULANAN: Berdemokrasi Dalam Ekonomi Yang Berkeadilan TEMA MINGGUAN : Kejujuran Sebagai Senjata Melawan Korupsi Bahan Alkitab: Keluaran 22:1-5; Kisah Para Rasul 5:1-11 ALASAN PEMILIHAN

Lebih terperinci

KRISTUS TURUN DALAM KERAJAAN MAUT

KRISTUS TURUN DALAM KERAJAAN MAUT KRISTUS TURUN DALAM KERAJAAN MAUT Oleh: Ev. Wiwi Suwanto (1997) Penulis adalah Alumnus Sekolah Tinggi Teologi Reformed Injili Indonesia Ungkapan "Kristus turun dalam kerajaan maut" tidak terdapat di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman

Lebih terperinci

Kebaktian Paskah Lebih dari Para Pemenang. Roma 8: Pdt. Andi Halim, S.Th.

Kebaktian Paskah Lebih dari Para Pemenang. Roma 8: Pdt. Andi Halim, S.Th. Kebaktian Paskah Lebih dari Para Pemenang Roma 8:31-39 Pdt. Andi Halim, S.Th. Umumnya saat mendengar kata pemenang kita berpikir itu adalah orang yang hebat, yang berprestasi, dan yang luar biasa. Inilah

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Remaja adalah masa transisi dari anak-anak menuju tahap yang lebih dewasa. Secara formal, seseorang dikatakan sebagai remaja jika telah memasuki batasan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata Kuliah Kode Mata Kuliah Tingkat/Semester Pokok Bahasan Pertemuan Ke Waktu Pertemuan : Agama Kristen : Ns.A.1.1.1 : I/I : Agama : 1 (satu) : 2X60 menit A. Kompetensi 1. Kompetensi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latarbelakang Pluralitas agama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat lagi dihindari atau disisihkan dari kehidupan masyarakat umat beragama. Kenyataan akan adanya pluralitas

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini ada sebuah gaya hidup tertentu yang berkembang di dalam masyarakat modern dan sangat digandrungi oleh masyarakat dalam ruang lingkup pemuda-remaja. Gaya

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!.

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. 1 Ucapan Petrus dalam suatu dialog dengan Yesus ini mungkin

Lebih terperinci

REFORMED AND HISTORY

REFORMED AND HISTORY REFORMED AND HISTORY Pdt. Dr. Stephen Tong (NREC 2004) Di dalam sejarah Reformasi, Tuhan membangkitkan dua orang, yang satu untuk merobohkan yang salah dan yang satu untuk membangun yang benar. Tuhan memakai

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan di perkotaan diperhadapkan dengan sebuah realita kehidupan yang kompleks. Pembangunan yang terus berlangsung membuat masyarakat berlomba-lomba untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam mempelajari suatu agama, aspek yang pertama dipertimbangkan sekaligus harus dikaji ialah konsep ketuhanannya. Dari konsep ketuhanan, akan diketahui

Lebih terperinci

Suster-suster Notre Dame

Suster-suster Notre Dame Suster-suster Notre Dame Diutus untuk menjelmakan kasih Allah kita yang mahabaik dan penyelenggara Para suster yang terkasih, Generalat/Rumah Induk Roma Paskah, 5 April 2015 Kisah sesudah kebangkitan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern dan maju secara tidak langsung menuntut setiap orang untuk mampu bersaing dalam mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-ku. 1

BAB I PENDAHULUAN. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-ku. 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Jangan ada padamu allah lain di hadapan-ku. 1 Hukum pertama dari Dasa Titah di atas seolah mengikat bangsa Israel ke dalam sebuah perjanjian dengan Yahweh.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realitas kehidupan hari ini menunjukkan begitu banyak bentuk yang beragam. Dari cerita mengenai kebahagiaan sampai pada cerita mengenai ketertindasan. Ditambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seringkali kita mendengar dan membaca bahwa negara kita yaitu negara Indonesia adalah negara yang beragama. Dikatakan demikian, karena pada umumnya setiap warga negara

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP 5.1. KESIMPULAN. Teologi feminis dibangun berdasarkan keprihatinan terhadap kaum perempuan.

BAB 5 PENUTUP 5.1. KESIMPULAN. Teologi feminis dibangun berdasarkan keprihatinan terhadap kaum perempuan. BAB 5 PENUTUP 5.1. KESIMPULAN Teologi feminis dibangun berdasarkan keprihatinan terhadap kaum perempuan. Beberapa ahli yang bekecimpung di dalam gerakan teologi feminis mendefenisikan teologi feminis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Manusia hidup tidak selamanya berada dalam kondisi dimana semuanya berjalan lancar sesuai dengan apa yang direncanakan dan diingininya. Ada saat dimana muncul ketegangan-ketegangan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Khotbah mempunyai tempat yang penting bagi jemaat. Hal ini sempat penyusun amati, yaitu bagaimana jemaat menunjukkan keseriusan mereka ketika khotbah akan

Lebih terperinci

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk berbudaya, karena itu manusia tidak dapat lepas dari budaya yang dianutnya. Suatu budaya memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1. Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. Data statistik keagamaan Kristen Protestan tahun 1992, memperlihatkan bahwa ada sekitar 700 organisasi 1 Kristen

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katekisasi merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan kristiani yang dilakukan oleh gereja. Istilah katekisasi berasal dari kerja bahasa Yunani: katekhein yang

Lebih terperinci

KISI KISI PENULISAN SOAL ULANGAN KENAIKKAN KELAS SEMESTER GENAP ( II ) TAHUN

KISI KISI PENULISAN SOAL ULANGAN KENAIKKAN KELAS SEMESTER GENAP ( II ) TAHUN KISI KISI PENULISAN SOAL ULANGAN KENAIKKAN KELAS SEMESTER GENAP ( II ) TAHUN 2012-2013 Jenjang : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Kristen Kelas / Semester : VIII / II Bentuk Soal : Pilihan ganda Jumlah

Lebih terperinci

1 Hasan Sutanto, Homiletik: Prinsip dan Metode Berkhotbah (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), hal

1 Hasan Sutanto, Homiletik: Prinsip dan Metode Berkhotbah (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), hal Berkhotbah merupakan bentuk pelayanan yang penting dalam kehidupan bergereja. Dapat dikatakan bahwa semua teologi yang telah dipelajari ketika masuk dalam kehidupan bergereja akan bermuara di khotbah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila terutama pada sila yang pertama,

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Situasi kritis merupakan situasi yang biasa dijumpai dalam kehidupan manusia. Meski tidak setiap saat dialami namun biasanya situasi ini sangat menentukan berhasil

Lebih terperinci

UKDW. Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang Permasalahan

UKDW. Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang Permasalahan Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Dalam kehidupan umat Kristen, Allah merupakan sosok yang memiliki peranan penting. Bahkan sebelum masa Kekristenan muncul, yaitu pada masa Perjanjian Lama

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN PANDANGAN ANTARA ISLAM DAN KRISTEN TENTANG PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB IV PERBANDINGAN PANDANGAN ANTARA ISLAM DAN KRISTEN TENTANG PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BAB IV PERBANDINGAN PANDANGAN ANTARA ISLAM DAN KRISTEN TENTANG PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP A. Persamaan Pandangan Pelestarian Lingkungan Hidup Pada Islam dan Kristen Al Qur an adalah kitab yang diturunkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dalam bagian ini, akan di buat kesimpulan dari pembahasan bab 1 sampai. dengan bab 4 serta saran-saran. 5.1.

BAB V PENUTUP. Dalam bagian ini, akan di buat kesimpulan dari pembahasan bab 1 sampai. dengan bab 4 serta saran-saran. 5.1. BAB V PENUTUP Dalam bagian ini, akan di buat kesimpulan dari pembahasan bab 1 sampai dengan bab 4 serta saran-saran. 5.1. Kesimpulan Teologi pluralisme agama memang simpatik karena ingin membangun teologi

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL Lenda Dabora Sagala STT Simpson Ungaran Abstrak Menghadapi perubahan sosial, Pendidikan Agama Kristen berperan dengan meresponi perubahan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendampingan dan konseling pastoral adalah alat-alat berharga yang melaluinya gereja tetap relevan kepada kebutuhan manusia. 1 Keduanya, merupakan cara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan semua kajian dalam bab-bab yang telah dipaparkan di atas, pada bab ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan dan rekomendasi. Rekomendasi ini terutama bagi gereja

Lebih terperinci

BAB IV CREDIT UNION DALAM PERSEPEKTIF DIAKONIA TRANSFORMATIF. kehidupan masyarakat. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak tidak mengenyam

BAB IV CREDIT UNION DALAM PERSEPEKTIF DIAKONIA TRANSFORMATIF. kehidupan masyarakat. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak tidak mengenyam BAB IV CREDIT UNION DALAM PERSEPEKTIF DIAKONIA TRANSFORMATIF Kemiskinan adalah suatu masalah besar dan serius yang sedang terjadi ditengahtengah kehidupan masyarakat. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kebebasan merupakan hal yang menarik bagi hampir semua orang. Di Indonesia, kebebasan merupakan bagian dari hak setiap individu, oleh karena itu setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Paulus merupakan seorang tokoh Alkitab yang mempunyai peranan cukup penting dalam sejarah kekristenan. Tulisan-tulisan (surat-surat) Paulus bisa dikatakan

Lebih terperinci

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND MERESAPI SABDA TERLIBAT DI DALAM DUNIA Revitalisasi Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND Revitalisasi bagi Kongregasi Aktif Merasul berarti menggambarkan kembali

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki kekayaan hutan tropis yang luas. Kekayaan hutan tropis yang luas tersebut membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

Mengapa yesus naik ke surga?

Mengapa yesus naik ke surga? MINGGU I Mengapa yesus naik ke surga? AYAT KUNCI Efesus 4:10 Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu.. SASARAN TEMA Anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penginjilan merupakan salah satu dimensi yang esensial dari misi Kristen. Gereja bertanggungjawab untuk mewartakan injil ke seluruh dunia, untuk memberitakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam kebaktian yang dilakukan oleh gereja. Setidaknya khotbah selalu ada dalam setiap kebaktian minggu.

Lebih terperinci

BAB IV. Refleksi Teologis. sekolah adalah perbedaan peranan antara laki-laki dan perempuan. Dimana sudah sangat

BAB IV. Refleksi Teologis. sekolah adalah perbedaan peranan antara laki-laki dan perempuan. Dimana sudah sangat BAB IV Refleksi Teologis Salah satu perbedaan yang dihadapi baik didalam gereja, masyarakat, maupun didalam sekolah adalah perbedaan peranan antara laki-laki dan perempuan. Dimana sudah sangat tertanam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Secara umum masyarakat Karo menganggap bahwa agama Hindu-Karo adalah agama Pemena (Agama Pertama/Awal). Dalam agama Pemena, terdapat pencampuran konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Manusia pada zaman modern ini mungkin patut berbangga atas pencapaian yang telah diraih manusia hingga sampai pada saat ini dan kemajuan dalam segala

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki karakter. Karakter yang dimiliki seseorang berbeda dengan karakter yang dimiliki orang lain. Karakter, didefinisikan oleh Robby I. Chandra, sebagai

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya akan keberagaman, di mana negara ini terdiri dari berbagai suku yang memiliki bahasa, budaya, bahkan kepercayaan (agama)

Lebih terperinci

UKDW BAB I : PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

UKDW BAB I : PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I : PENDAHULUAN I. Latar Belakang Keberagaman merupakan sebuah realitas yang tidak dapat dipisahkan di dalam dunia. Terkadang keberagaman menghasilkan sesuatu yang indah, tetapi juga keberagaman dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah Salah satu ciri khas dari semua agama adalah berdoa. Semua agama yang ada di Indonesia mengajarkan kepada umat atau pengikutnya untuk selalu berdoa. Doa diyakini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran gereja sakramen disebut sebagai salah satu alat pemelihara keselamatan bagi umat Kristiani. Menurut gereja-gereja reformasi hanya ada dua sakramen,

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia lahir di tengah-tengah berbagai simbol, dari situlah manusia dapat memaknai seluruh kehidupannya. Kata simbol berasal dari bahasa Yunani symbolos yang

Lebih terperinci

ALLAH SEBAGAI PENCIPTA

ALLAH SEBAGAI PENCIPTA ALLAH SEBAGAI PENCIPTA Bacaan Alkitab: Kej. 1:1-31 Bapa yang Mahakuasa, khalik langit dan bumi AT : Allah adalah Pencipta langit dan bumi beserta segala isinya. AK : Allah sebagai sumber dan Penyebab Awal

Lebih terperinci

BAB IV PEMELIHARAAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PANDANGAN KRISTEN

BAB IV PEMELIHARAAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PANDANGAN KRISTEN BAB IV PEMELIHARAAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PANDANGAN KRISTEN A. Pengertian Lingkungan Hidup Dalam Pandangan kristen Penciptaan lingkungan hidup dalam sebuah agama besar seperti Kristen

Lebih terperinci

Gereja untuk Apa? Ef.1:1-14. Pdt. Andi Halim, S.Th.

Gereja untuk Apa? Ef.1:1-14. Pdt. Andi Halim, S.Th. Gereja untuk Apa? Ef.1:1-14 Pdt. Andi Halim, S.Th. Ayat 1. Orang-orang kudus bukan orang yang sama sekali tidak ada cacatnya. Di dunia ini semua orang berdosa, tanpa kecuali, temasuk bunda Maria, santo-santa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbedaan pandangan mengenai masalah iman dan perbuatan dalam hubungannya dengan keselamatan memang sudah ada sejak dulu kala 1. Pada satu pihak, ada orang

Lebih terperinci

Tinjauan Buku. Phyllis Trible, God and the Rhetoric of Sexuality edisi ketiga (Philadelphia: Fortress Press, 1983), 206 halaman.

Tinjauan Buku. Phyllis Trible, God and the Rhetoric of Sexuality edisi ketiga (Philadelphia: Fortress Press, 1983), 206 halaman. Tinjauan Buku Phyllis Trible, God and the Rhetoric of Sexuality edisi ketiga (Philadelphia: Fortress Press, 1983), 206 halaman. Buku yang berjudul God and the Rethoric of Sexuality ini ditulis oleh Phyllis

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan 21-23 Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Orang-orang yang percaya kepada Kristus terpecah-belah menjadi ratusan gereja. Merek agama Kristen sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pada saat ini, bangsa Indonesia dilanda dan masih berada di tengah-tengah krisis yang menyeluruh, krisis multidimensi. Kita dilanda oleh krisis politik,

Lebih terperinci

Oleh, Yohanes Yuniatika NIM: SKRIPSI

Oleh, Yohanes Yuniatika NIM: SKRIPSI PENGKHIANATAN YUDAS ISKARIOT TERHADAP YESUS DALAM INJIL YOHANES (Studi Hermeneutik Sosio-Politik Terhadap Narasi Pengkhianatan Yudas Iskariot Yang Terdapat Dalam Injil Yohanes 13: 1-35) Oleh, Yohanes Yuniatika

Lebih terperinci