BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan
|
|
- Indra Agusalim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pada saat ini, bangsa Indonesia dilanda dan masih berada di tengah-tengah krisis yang menyeluruh, krisis multidimensi. Kita dilanda oleh krisis politik, krisis ekonomi, krisis hukum, krisis kebudayaan, dan tidak dapat disangkal juga di dalam bidang pendidikan. 1 Arif Rahman, seorang pakar pendidikan, (seperti yang apa yang telah dipaparkan oleh Dody Priatmoko) mengungkapkan bahwa saat ini dunia pendidikan Indonesia mengalami beberapa masalah yang perlu segera dibenahi. Salah satu masalah itu terkait dengan adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja yang terkait dengan kurikulum yang materinya kurang fungsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja. 2 Masalah lain yang juga dihadapi pendidikan nasional adalah rendahnya mutu pendidikan. Indikator rendahnya mutu pendidikan nasional dapat dilihat pada prestasi siswa. Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini disebabkan karena mereka sangat terbiasa "dicekoki" dengan hafalan dan mengerjakan soal pilihan ganda. 3 Tidak heran bila melalui sistem hafalan ini sistem pendidikan kita pun segera dilihat sebagai upaya indoktrinasi yang membelenggu siswa dan tidak lagi membebaskan. 4 Masalah-masalah yang telah dikemukakan di atas merupakan beberapa masalah dari sekian banyak permasalahan dalam pendidikan di Indonesia. Walaupun begitu, permasalahanpermasalahan di atas nampaknya sudah cukup untuk menunjukkan bagaimana dunia pendidikan di Indonesia dilanda oleh permasalahan yang berat dan tidak lagi membebaskan. Dalam upaya untuk mencari jalan keluar dari permasalahan-permasalahan di atas, telah ada banyak hal yang telah dilakukan oleh para tokoh pendidikan di negara kita. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan menggunakan gagasan dari seorang tokoh pendidikan asal Brazil, Paulo Freire untuk 1 H.A.R. Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2004, p.1. 2 Dody Priatmoko, Reformasi Pendidikan Indonesia: Suatu Solusi Keluar dari Krisis, Lih. 3 Sda. 4 Bdk. Tony Widjastono, Wajah Stres Pendidikan Kita, Lih. edisi 1 Mei 2003.
2 2 direlevansikan dengan konteks Indonesia. Contohnya adalah Sindhunata yang mengemukakan bahwa upaya untuk mengkritisi sistem pendidikan Indonesia dengan menggunakan gagasan Freire akan membantu kita untuk menyadari betapa pendidikan kita telah banyak menyeleweng dari tugasnya yang paling dasariah, yakni membantu anak didik menjadi manusia yang bebas dan merdeka. 5 Hal yang sama juga dilakukan oleh Paul Suparno, seorang pemerhati pendidikan yang mengemukakan bahwa dalam kaitan untuk mencari orientasi pendidikan yang lebih demokratis di Indonesia maka beberapa gagasan Freire memiliki relevansi yang dapat memberikan sumbangan yang berarti. 6 Gagasan Paulo Freire juga dapat direlevansikan dengan konteks Indonesia terkait dengan salah satu tujuan dari pedagogy Freire yaitu agar para murid dapat bertindak sebagai subyek yang bertindak terhadap dan mengubah dunianya. 7 Keberadaan murid sebagai subyek ini diarahkan dalam upaya untuk menciptakan masyarakat demokratis. 8 Hal ini sesuai dengan konteks pendidikan di Indonesia yang memerlukan suatu pedagogik baru yaitu pedagogik pembebasan dalam rangka menuju kepada masyarakat yang demokratis. 9 Dengan demikian, konsep pendidikan Freire merupakan konsep pendidikan yang tidak merendahkan naradidik atau siapapun melainkan membangun harga diri naradidik. Selain itu, pemikiran Freire bertolak dari konteks kehidupan nyata yang merupakan jawaban pikiran yang kreatif dan hati nurani yang peka terhadap kemiskinan dan penderitaan yang luar biasa di lingkungannya. 10 Jadi pemikiran Freire tidak hanya melulu berbicara soal teori saja tetapi juga memiliki keterkaitan dengan kehidupan nyata. Hal ini membuat pemikiran Freire memiliki keunggulan tersendiri yaitu kemampuannya untuk berdiri diantara teori dan praktek. 11 Adanya upaya yang diberikan oleh para tokoh pendidikan di atas menunjukkan bagaimana permasalahan dalam bidang pendidikan di Indonesia penting untuk diperhatikan. Penyusun melihat bahwa hal ini patut mendapat perhatian dari seluruh masyarakat di Indonesia tidak 5 Sindhunata, Awas Pedagogi Hitam, Majalah BASIS No edisi: Paulo Freire, Yogyakarta, 2001, p Paul Suparno, Relevansi dan Reorientasi Pendidikan di Indonesia, Majalah BASIS No edisi: Paulo Freire, Yogyakarta, 2001, p Richard Shaull, dalam kata pengantar untuk: Paulo Freire, Pendidikan Kaum Tertindas, LP3ES, Jakarta, 1985, p Bdk., Paulo Freire, Pendidikan sebagai Praktek Pembebasan, Gramedia, Jakarta, 1984, p Scn. 1, p P.P. van Lelyveld, dkk., Pendidikan yang Membebaskan, PPM & BKS.DGI-GMKI Cab. Yogyakarta, p A. Sudiarja, Pendidikan Radikal Tapi Dialogal, Majalah BASIS No edisi: Paulo Freire, Yogyakarta, 2001, p. 13.
3 3 terkecuali Gereja. Gereja sebagai alatnya di dunia ini diharapkan menjadi agen perubahan 12 ke arah yang lebih baik dalam masyarakat. Oleh karena itu, gereja diharapkan memiliki kepekaan terhadap konteks di sekelilingnya. Jika gereja ingin menjadi agen perubahan dalam konteks Indonesia yang bermasalah dalam pendidikan yang tidak lagi membebaskan maka gereja minimal harus memperjuangkan atau bahkan mengupayakan pendidikan yang membebaskan. Pendidikan yang membebaskan ini dapat dimulai dari dalam gereja sendiri. Hal ini salah satunya dapat dilakukan melalui pendidikan agama Kristen (PAK) yang dilaksanakan oleh gereja. Dengan PAK yang membebaskan maka gereja dapat menunjukkan ke-tidaksetujuan-nya terhadap bentuk pendidikan yang tidak membebaskan. Hal ini diharapkan dapat memberikan pengaruh yang positif di tengah-tengah masyarakat sebagai salah satu usaha gereja untuk menjalankan tugasnya dalam rangka mewujudkan dan menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah. Namun pertanyaannya di sini adalah apakah gereja telah melaksanakan pendidikan yang membebaskan 13 dalam PAK? Martin Lukito Sinaga mengemukakan bahwa secara umum, gereja belum mampu menjadi kekuatan moral yang nyata dalam menghadirkan pembebasan di Indonesia. Ini terbukti ketika masalah-masalah dalam masyarakat seperti penindasan dan masalah yang terkait dengan kepelbagaian status sosial dalam masyarakat (eksploitasi terhadap mereka yang miskin dan lemah) jarang dipermasalahkan. 14 Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh E. G. Singgih. Ia mengemukakan bahwa di dalam banyak gereja dan persekutuan Kristen, orang miskin dipinggirkan dan orang kaya yang menjadi pusat perhatian. Selain itu, dalam menghadapi kenyataan kepelbagaian di Indonesia, Kekristenan seringkali menerima kepelbagaian sebagai suatu kenyataan yang membahayakan. 15 Permasalahan ini ternyata dirasakan juga dalam pelayanan yang dilakukan oleh GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat). E. G. Singgih mengatakan bahwa pelayanan GPIB selama ini seringkali menjadi terbatas pada hal rohani atau spiritual saja, sedangkan pelayanan sosial cenderung diabaikan. 16 Hal ini dapat terkait dengan sifat GPIB yang memang sangat menekankan 12 Bernhard Keiser, Posisi dan Kehadiran Gereja di Tengah-Tengah Masyarakat, Jurnal Teologi GEMA No. 57 edisi: Pelayanan Gereja, Fakultas Teologi UKDW, Yogyakarta, 2001, p Pendidikan yang membebaskan disini terkait dengan suatu proses pendidikan yang tidak menuntut dan menekan naradidik dimana pendidik dan siswa menjalankan proses pendidikan yang dialogis dan saling menghargai satu dengan yang lain di mana pendidik dan naradidik dapat bersama-sama belajar dan menumbuhkan kesadaran secara kritis terhadap konteks serta masalah aktual di sekitarnya (realita di hadapannya). 14 Bdk., Martin Lukito Sinaga, Gereja dan Masyarakat Indonesia (Sejumlah Persoalan Mendasar dalam Memasuki Abad XXI), Majalah SETIA No. 1, Jakarta, 2000, p Bdk., E. G. Singgih, Iman & Politik dalam era Reformasi di Indonesia, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2002, p E. G. Singgih, Mengantisipasi Masa Depan: Berteologi dalam Konteks di Awal Milenium III, BPK Gunung Mulia, 2004, p. 310.
4 4 keberadaannya yang bersifat kelembagaan. Sebuah lembaga yang telah mantap biasanya mengutamakan pembinaan ke dalam, tidak keluar. 17 Selain itu, perhatian terhadap konteks Indonesia khususnya konteks pluralitas agama masih sedikit sekali dikaitkan dengan pemahaman iman GPIB. Yang banyak dibahas hanyalah pluralitas kebudayaan saja Permasalahan Penyusun melihat bahwa pemaparan di atas dapat mengindikasikan adanya suatu permasalahan dalam pelayanan gereja, khususnya GPIB. Permasalahan ini terkait dengan pelayanan GPIB yang cenderung mengabaikan konteks serta masalah-masalah aktual di sekelilingnya. Penyusun melihat bahwa permasalahan di atas memang belum sepenuhnya memberikan jawaban apakah pelaksanaan PAK di GPIB telah memperhatikan konteks dan masalah aktual di sekelilingnya atau tidak. Tetapi permasalahan ini dapat mengindikasikan suatu permasalahan penting yang terkait dengan keseluruhan pelayanan yang dilakukan oleh GPIB di mana PAK juga termasuk di dalamnya. Oleh karena itu, dapatlah dikatakan bahwa bisa jadi PAK yang selama ini dilaksanakan dalam GPIB juga memiliki keterkaitan dengan permasalahan ini. Oleh sebab itu, untuk memperjelas pembahasan mengenai pelaksanaan PAK di GPIB maka penyusun akan mencoba menganalisa dengan lebih mendalam mengenai realita pelaksanaan PAK di GPIB dalam bab berikutnya. Selain itu, terkait dengan pemaparan sebelumnya mengenai pemikiran Freire yang telah dipakai oleh beberapa ahli dalam rangka mengatasi permasalahan pendidikan di Indonesia, maka timbul pertanyaan: sejauh mana pemikiran Freire dapat diterapkan dalam pelaksanaan PAK di GPIB? Dalam rangka menjawab pertanyaan ini maka penyusun kemudian akan mencoba menganalisis pemikiran dari Freire. Namun, untuk memfokuskan pembahasan dan juga agar pembahasan tidak meluas, maka pemaparan mengenai pemikiran Paulo Freire akan difokuskan pada pemikirannya mengenai bentuk pendidikan hadap masalah dengan tetap mempertimbangkan aspek-aspek lain yang penting dalam pemikirannya. Hal ini disebabkan karena pendidikan hadap masalah merupakan suatu bentuk pendidikan yang membebaskan yang secara menyeluruh mengandung aspek-aspek penting dalam pemikiran Freire (misalnya: pendidikan yang dialogis) di mana di dalamnya ada proses penyingkapan realitas yang terus-menerus dengan tetap mempertimbangkan 17 Sda., p Scn. 17, p. 308.
5 5 konteks yang ada. 19 Jadi, secara umum, pendidikan hadap masalah dapat diterapkan tidak hanya dalam konteks Brazilia tetapi juga dalam konteks lain termasuk Indonesia dengan tetap memperhatikan perbedaan konteks antara Indonesia dan Brazilia. Berdasarkan uraian di atas, maka dengan ringkas penyusun merumuskan masalah dalam skripsi ini sebagai berikut : - Apakah pelaksanaan PAK di GPIB telah memperhatikan konteks di sekitarnya beserta masalah-masalah aktual yang terdapat di dalamnya. - Bagaimanakah konsep pendidikan hadap masalah menurut Paulo Freire? - Apa relevansi dari pemikiran Paulo Freire mengenai pendidikan hadap masalah dalam pelaksanaan PAK di GPIB? 3. Judul 3.1. Rumusan Judul Berdasarkan uraian permasalahan dan rumusan masalah di atas maka penyusun akan merumuskan judul skripsi ini dengan : Relevansi Pendidikan Hadap Masalah Menurut Paulo Freire dalam Pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen di GPIB 3.2. Alasan Pemilihan Judul 1. Pendidikan hadap masalah menurut Paulo Freire merupakan suatu pemikiran yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat demokratis. Hal ini sesuai dengan konteks Indonesia yang sedang berada dalam proses menuju masyarakat yang demokratis. Selain itu, pemikiran Paulo Freire juga sudah mulai dipakai oleh beberapa tokoh pendidikan di Indonesia dan merupakan sebuah pemikiran yang berangkat dari hasil pergumulannya di tengah-tengah konteks kehidupan di sekelilingnya. Hal ini membuat pemikirannya tidak hanya berbicara mengenai teori saja tetapi juga memperhatikan sisi-sisi praksis dalam kehidupan masyarakat. 2. Pendidikan Agama Kristen merupakan salah salah satu tugas gereja yang memiliki peran penting dalam rangka menunjang pelayanan gereja termasuk GPIB. Oleh karena itu, PAK yang diberikan diharapkan agar memiliki implikasi terhadap konteks di sekitarnya. Dengan 19 Bdk., Paulo Freire, Pendidikan Kaum Tertindas, LP3S, Jakarta, 1985, p
6 6 demikian, PAK yang sadar akan konteks tidak hanya akan memberikan dampak positif bagi kehidupan umat tetapi juga berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. 3. Selama ini, penyusun melihat bahwa masih belum ada skripsi yang menyinggung relevansi pemikiran Paulo Freire, khususnya mengenai pendidikan hadap masalah yang dikaitkan dengan pelaksanaan pendidikan agama Kristen di GPIB. Oleh karena itu, skripsi ini diharapkan tidak hanya memperkaya mereka yang mengajar pendidikan agama Kristen tetapi juga bagi para mahasiswa dan mereka yang memiliki minat yang besar terhadap pendidikan Agama Kristen. 4. Tujuan Penulisan Yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah berusaha menjawab pertanyaan yang menjadi rumusan permasalahan dalam pemaparan di atas melalui tahap-tahap berikut ini: 1. Menggali realita pelaksanaan PAK di GPIB untuk melihat apakah pelaksanaan PAK di GPIB telah memperhatikan konteks di sekitarnya beserta masalah-masalah aktual yang terdapat di dalamnya. 2. Menggali konsep pendidikan hadap masalah menurut Paulo Freire. 3. Merumuskan relevansi pemikiran Paulo Freire mengenai pendidikan hadap masalah dalam pelaksanaan PAK di GPIB. 5. Metode Penulisan Dalam penyusunan skripsi ini, penyusun akan menggunakan metode penulisan deskriptifanalitis atas kajian literatur. Kajian literatur dilakukan dengan membaca buku-buku, dokumen dan makalah yang berkaitan dengan pelaksanaan PAK di GPIB serta konsep pendidikan hadap masalah dari Paulo Freire. Dalam metode ini, penyusun akan memaparkan mengenai realita pelaksanaan PAK di GPIB. Selanjutnya, penyusun juga akan mendeskripsikan gagasan mengenai pendidikan hadap masalah dari Paulo Freire untuk melihat relevansinya dalam pelaksanaan PAK di GPIB.
7 7 6. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Bab ini berisi latar belakang dan rumusan permasalahan, judul, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II Gambaran Umum Mengenai Pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen di Indonesia Bab ini akan memaparkan mengenai realita dari pelaksanaan PAK di GPIB. Melalui pemaparan dan analisa ini, penyusun juga ingin melihat secara lebih mendalam apakah PAK di GPIB telah memperhatikan konteks di sekitarnya beserta masalah-masalah aktual yang terdapat di dalamnya. Bab III Pendidikan Hadap Masalah Menurut Paulo Freire Bab ini akan memaparkan mengenai pemikiran Freire khususnya yang terkait dengan pendidikan hadap masalah beserta aspek-aspeknya serta analisa dan prokontra terhadapnya. Melalui pemaparan ini, penyusun juga ingin melihat sejauh mana pemikiran Paulo Freire mengenai pendidikan hadap masalah dapat direlevansikan dalam PAK di GPIB. Bab IV Relevansi Pendidikan Hadap Masalah Menurut Paulo Freire dalam Pendidikan Agama Kristen di GPIB Pada bab ini penyusun akan memaparkan relevansi pendidikan hadap masalah menurut Paulo Freire dalam pelaksanaan PAK di GPIB. Bab V Penutup Bagian ini berisi kesimpulan dari keseluruhan skripsi ini dan juga saran konkrit dalam rangka merelevansikan pendidikan hadap masalah Paulo Freire, khususnya bagi PAK di GPIB maupun gereja-gereja di Indonesia pada umumnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paulo Freire merupakan salah satu pemikir pendidikan yang berasal dari Brazil. Paulo Freire adalah tokoh penggagas pendidikan yang terkenal dengan gagasannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. No.20 tahun 2003 juga memuat hakikat pendidikan yang menjadi tolok ukur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Pendidikan diselenggarakan untuk membebaskan manusia dari berbagai persoalan hidup yang membelenggunya. Hal ini mengandung pengertian bahwa pendidikan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1. Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. Data statistik keagamaan Kristen Protestan tahun 1992, memperlihatkan bahwa ada sekitar 700 organisasi 1 Kristen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Pekabaran Injil adalah tugas dan tanggung jawab gereja di tengah dunia. Gereja dipanggil untuk menjadi pekabar Injil (kabar sukacita, kabar
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI PEMBEBASAN PAULO FREIRE TERHADAP MODEL PENYULUHAN AGAMA KRISTEN
BAB IV TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI PEMBEBASAN PAULO FREIRE TERHADAP MODEL PENYULUHAN AGAMA KRISTEN Dalam bab ini, penulis akan melakukan tinjauan kritis terhadap model penyuluhan agama berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. PERMASALAHAN Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN 1. 1. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan merupakan suatu hal yang mendasar dalam kehidupan manusia karena pendidikan dan kehidupan manusia selalu berjalan bersama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak Juli 1997, jumlah penduduk miskin yang pada periode sebelumnya mengalami penurunan dalam hal jumlah, kembali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Allah dan diutus untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, ini merupakan hakikat gereja. Gereja juga dikenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Hal-hal kecil yang ada di sekitar kita sering sekali terabaikan. Kita lebih terfokus pada hal-hal yang kita anggap lebih besar. Kita beranggapan demikian
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Agama Kota Kupang belum sepenuhnya membebaskan. keras dari penyuluh agama sendiri serta keyakinan mendalam, cinta kasih,
BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan Pada akhirnya, dengan dilakukannya tinjauan kritis dari perspektif Pedagogi Pembebasan Paulo Freire, ditemukan bahwa model penyuluhan agama yang dilakukan oleh Penyuluh Agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Permasalahan
1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Permasalahan Dalam lingkup pendidikan di sekolah, istilah Pendidikan Agama Kristen (PAK) sudah sangat lazim digunakan. PAK adalah usaha menumbuhkembangkan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah serius yang sedang diperhadapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Kemiskinan mempunyai banyak segi dan dimensi mulai dari yang bersifat
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1.
1 Bab I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Permasalahan Kerusakan hutan di Indonesia saat ini dalam tahap yang sangat memprihatinkan. Longgena Ginting eksekutif nasional WALHI menyebutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah
9 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia untuk memperoleh bekal pengetahuan dalam menjalani hidup ini. Salah satu pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. MASALAH. A.1. Latar belakang masalah
BAB I PENDAHULUAN A. MASALAH A.1. Latar belakang masalah Gereja merupakan sebuah kehidupan bersama yang di dalamnya terdiri dari orang-orang percaya yang tumbuh dan berkembang dari konteks yang berbeda-beda.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan. Kemajemukan merupakan realitas yang menjadi salah satu ciri dari kondisi masa sekarang ini. Di era modern yang untuk sementara kalangan sudah berlalu
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. 1 Ucapan Petrus dalam suatu dialog dengan Yesus ini mungkin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, musik merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan peribadatan. Pada masa sekarang ini sangat jarang dijumpai ada suatu
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan UKDW
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang. 1.1. Katekiasi di Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB). Katekisasi adalah salah satu bagian dari pelaksanaan Pendidikan Kristiani. Menurut Pdt Lazrus H.
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan
10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Secara umum gereja berada di tengah dunia yang sedang berkembang dan penuh dengan perubahan secara cepat setiap waktunya yang diakibatkan oleh kemajuan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya : Bandung, cetakan ke-6, Mei 2004, p. 166
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan antara lain didefinisikan sebagai suatu proses untuk memanusiakan manusia. 1 Pengertian ini mengandung makna bahwa pendidikan adalah suatu proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD Negeri Wirosari sekolah yang unggul, kreatif, inovatif, kompetitif dan religius. Sedangkan misinya
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latarbelakang Pluralitas agama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat lagi dihindari atau disisihkan dari kehidupan masyarakat umat beragama. Kenyataan akan adanya pluralitas
Lebih terperinciMILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Misi pembebasan ialah upaya gereja sebagai mitra Allah dalam perjuangan kemanusiaan melawan kemiskinan, ketidakadilan sosial, perbudakan, kebodohan, politik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau
Lebih terperinci@UKDW BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG MASALAH Berhadapan langsung dengan perkembangan ekonomi pasar global, tentunya masyarakat Indonesia bukanlah masyarakat yang posisinya berada di luar lingkaran praktekpraktek
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Permasalahan The Meeting Place of World Religions. 1 Demikianlah predikat yang dikenakan pada Indonesia berkaitan dengan kemajemukan agama yang ada. Selain majemuk
Lebih terperinciA. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL A.1. Pluralitas Agama di Indonesia Pluralitas agama merupakan sebuah realita yang wajib digumuli. Berbagai agama besar yang pemeluknya tersebar
Lebih terperinciUKDW. Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan I. A. Latar Belakang Perbedaan merupakan hal yang selalu dapat kita temukan hampir di setiap aspek kehidupan. Beberapa perbedaan yang seringkali ditemukan misalnya perbedaan suku bangsa,
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara di wilayah Asia secara geografis yang diwarnai oleh dua kenyataan, yaitu kemajemukan agama dan kebudayaan, serta situasi kemiskinan
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan UKDW
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Greja Kristen Jawi Wetan (baca: Grejo 1, selanjutnya disebut dengan GKJW). GKJW merupakan salah satu gereja yang peduli dengan pendidikan bagi anak bangsa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seringkali kita mendengar dan membaca bahwa negara kita yaitu negara Indonesia adalah negara yang beragama. Dikatakan demikian, karena pada umumnya setiap warga negara
Lebih terperinciBAB IV. Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia
BAB IV Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia 4.1. Diakonia sebagai perwujudan Hukum Kasih Gereja dapat dikatakan sebagai gereja apabila dia sudah dapat menjalankan fungsinya, yaitu
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi.
BAB I P E N D A H U L U A N 1. LATAR BELAKANG Konseling pastoral adalah salah satu bentuk pertolongan dalam pendampingan pastoral yang hingga kini mengalami perkembangan. Munculnya golongan kapitalis baru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbedaan pandangan mengenai masalah iman dan perbuatan dalam hubungannya dengan keselamatan memang sudah ada sejak dulu kala 1. Pada satu pihak, ada orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Gereja Kristen Pasundan (GKP) berada dalam konteks masyarakat Jawa bagian barat yang majemuk baik suku, agama, budaya daerah dan status sosial ekonomi.
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah
1 BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Kekristenan di tanah air tidak bisa dilepaskan dari peran badanbadan zending yang bekerja mengabarkan Injil kepada masyarakat. Untuk menjalankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki kekayaan hutan tropis yang luas. Kekayaan hutan tropis yang luas tersebut membuat Indonesia menjadi
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan merupakan aspek terpenting dalam usaha pembangunan yang sedang dilaksanakan di Indonesia. Hal ini sangat erat hubungannya dengan tujuan pembangunan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Masih segar dalam ingatan bangsa Indonesia, ketika Ambon membara begitu juga Poso dan seterusnya, ratusan jiwa melayang dan sebagian dari mereka tidak tahu kenapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30
1 BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan A.1. Latar belakang permasalahan Harus diakui bahwa salah satu faktor penting di dalam kehidupan masyarakat termasuk kehidupan bergereja adalah masalah kepemimpinan.
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Gereja yang ada dan hadir dalam dunia bersifat misioner sebagaimana Allah pada hakikatnya misioner. Yang dimaksud dengan misioner adalah gereja mengalami bahwa dirinya
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan UKDW. atas kemauannya sendiri. Namun, gereja dihadirkan oleh Allah untuk
BAB I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Gereja ada dan eksis di dunia ini bukan untuk dirinya sendiri, juga bukan atas kemauannya sendiri. Namun, gereja dihadirkan oleh Allah untuk melaksanakan misi-nya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, memacu orang untuk semakin meningkatkan intensitas aktifitas dan kegiatannya. Tingginya intensitas
Lebih terperincilambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm
BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk berbudaya, karena itu manusia tidak dapat lepas dari budaya yang dianutnya. Suatu budaya memiliki nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Manusia hidup tidak selamanya berada dalam kondisi dimana semuanya berjalan lancar sesuai dengan apa yang direncanakan dan diingininya. Ada saat dimana muncul ketegangan-ketegangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tentunya memiliki masalah dan pergumulannya masing-masing. Persoalan-persoalan ini mungkin berkaitan dengan masalah orang per
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merealisir hal tersebut Menteri Agama dan Menteri P dan K. mengeluarkan keputusan bersama untuk melaksanakan pendidikan agama
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan mempunyai pemerintahan sendiri, pendidikan agama telah diprogramkan untuk diberikan di sekolah-sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Di dalam dogma Kristen dinyatakan bahwa hanya karena anugerah Allah di dalam Yesus Kristus, manusia dapat dibenarkan ataupun dibebaskan dari kuasa dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang khas dengan pluralitas agama dan budaya. Pluralitas sendiri dapat diterjemahkan sebagai kemajemukan yang lebih mengacu pada jumlah
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kesimpulan akhir dari penelitian tentang teologi kontekstual berbasis budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata peribadahan GKJ di dalam menanamkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan national bertujuan untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Merujuk dari tujuan Sisdiknas tersebut maka tujuan pendidikan sekolah dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila terutama pada sila yang pertama,
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai warga negara perlu mengembangkan diri untuk dapat hidup
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai warga negara perlu mengembangkan diri untuk dapat hidup ditengah-tengah masyarakat, apalagi dengan perkembangan reformasi yang menuntut perubahan disegala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. 1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Secara historis, Gereja-gereja Kristen Jawa (GKJ) sedikit banyak terkait dengan buah pekerjaan Zending der Gereformeerde Kerken in Nederland
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seperti diketahui bersama bahwa dalam kehidupan orang Kristen saat ini, gereja adalah sebuah identitas yang sangat penting bagi orang-orang percaya kepada
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan. Gereja dalam kehidupan kekristenan menjadi tempat dan sarana orang-orang percaya kepada Kristus, berkumpul dan saling mendorong antara orang yang satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (stratifikasi sosial), yang mana terdiri dari kelas atas, kelas menengah dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum dalam setiap komunitas masyarakat memiliki struktur sosial yang mengkategorikan anggota masyarakatnya ke dalam kelas sosialnya masingmasing (stratifikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam segala bidang, tidak terkecuali dalam bidang politik. Keputusan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latarbelakang Permasalahan Peristiwa penting dalam kehidupan politik 1 di Indonesia terjadi pada tanggal 21 Mei 1998 2. Pergantian kepemimpinan nasional dalam era reformasi mengagendakan
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh pelbagai faktor, dan salah satu yang paling menentukan ialah pendidikan. Kualitas pendidikan sangat berpengaruh terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern dan maju secara tidak langsung menuntut setiap orang untuk mampu bersaing dalam mewujudkan tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan mempunyai pemerintahan sendiri, pendidikan agama telah diprogramkan untuk diberikan di sekolah-sekolah
Lebih terperinciI.1. PERMASALAHAN I.1.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. PERMASALAHAN I.1.1. Latar Belakang Masalah Gereja adalah perwujudan ajaran Kristus. AjaranNya tidak hanya untuk diucapkan, melainkan juga untuk diperlihatkan secara nyata di dalam
Lebih terperinciBab I Pendahuluan 1. Permasalahan
1 Bab I Pendahuluan 1. Permasalahan Tidak ada yang kekal dalam kehidupan ini selain perubahan. Artinya, manusia setiap hari diperhadapkan pada serangkaian perubahan baik itu perubahan di dalam maupun di
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS KONSEP HUMANISME RELIGIUS SEBAGAI PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDURRAHMAN MAS UD
BAB IV ANALISIS KONSEP HUMANISME RELIGIUS SEBAGAI PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDURRAHMAN MAS UD Berbagai pengertian dan pengembangan pendidikan Islam yang disampaikan oleh beberapa ahli pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Dengan sengaja ditulis Calvinis, bukan Kalvinis, karena istilah ini berasal dari nama Johannes Calvin.
BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di lingkungan gereja-gereja Protestan sedunia, aliran atau denominasi Calvinis 1 (lebih sering disebut Reformed ataupun Presbyterian) hampir
Lebih terperinciDEMOKRASI DALAM PENDIDIKAN
DEMOKRASI DALAM PENDIDIKAN Oleh: Joni Rahmat Pramudia Pendahuluan Di masa lampau, pendekatan yang sentralistik dan cenderung kepada totaliterisme bukan merupakan sesuatu yang ditabukan, malah terkesan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. A. Latar Belakang Permasalahan. Gereja Kristen Protestan di Bali, yang dalam penulisan ini selanjutnya disebut
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Gereja Kristen Protestan di Bali, yang dalam penulisan ini selanjutnya disebut Gereja Bali atau singkatannya GKPB, adalah salah satu dari sedikit gerejagereja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Kemiskinan, yang hadir bersama dengan pluralitas agama, adalah konteks kehidupan gerejagereja di Indonesia secara umum, dan gereja-gereja di Jakarta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kehidupan bergereja (berjemaat) tidak dapat dilepaskan dari realita persekutuan yang terjalin di dalamnya. Dalam relasi persekutuan tersebut, maka setiap anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang paling sulit untuk dipelajari dan dimengerti dari segala makhluk di bumi. Meskipun memiliki bentuk dan organ tubuh yang sama namun sifat
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendampingan dan konseling pastoral adalah alat-alat berharga yang melaluinya gereja tetap relevan kepada kebutuhan manusia. 1 Keduanya, merupakan cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Lih. Kis 18:1-8 2 The Interpreter s Dictionary of the Bible. (Nashville : Abingdon Press, 1962). Hal. 682
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Rasul Paulus merupakan salah seorang rasul yang berperan sangat penting dalam kelahiran dan pertumbuhan jemaat Kristen mula-mula, terutama bagi kalangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan iman anak tentunya bukanlah hal yang dapat dianggap sepele. Banyak pihak bertanggung jawab dalam pelaksanaan pendidikan iman bagi anak-anak kecil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia terdiri dari berbagai macam budaya, agama, adat istiadat, bahasa, dan sukusuku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Hal ini
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman senantiasa memberikan perubahan yang cukup besar pada diri manusia. Perubahan yang cukup signifikan pada diri manusia adalah gaya hidup (lifestyle).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan Orang Kristen memiliki tugas dan panggilan pelayanan dalam hidupnya di dunia. Tugas dan panggilan pelayanannya yaitu untuk memberitakan Firman Allah kepada dunia ini.
Lebih terperinci(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014)
(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa VIII, 1 /2 Maret 2014) Para Ibu/Bapak, Suster/Bruder/Frater, Kaum muda, remaja dan anak-anak yang yang terkasih dalam Kristus, 1. Bersama dengan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Edisi 55, Fakultas Teologi UKDW, Yogyakarta, 1999, hal
1 Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang Permasalahan Kesetaraan laki-laki dan perempuan sudah seringkali dibicarakan dan diperjuangkan. Meski demikian, tetap saja kita tidak bisa mengabaikan kodrat seorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Spiritualitas adalah istilah yang agak baru yang menandakan kerohanian atau hidup rohani. Spritualitas bisa juga berarti semangat kerohanian atau jiwa kerohanian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang mendapatkan perhatian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang mendapatkan perhatian terbanyak dari masyarakat karena pendidikan merupakan salah satu faktor penentu kemajuan suatu
Lebih terperinciBab I.
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Seringkali, dogma agama, sebagaimana yang telah dirumuskan dianggap sudah paling sempurna dan statis, tidak bisa dan tidak boleh diubah. Orang hanya harus menerima
Lebih terperinciUKDW BAB I Latar Belakang Permasalahan
BAB I 1. 1. Latar Belakang Permasalahan Pendeta dipandang sebagai tugas panggilan dari Allah, karenanya pendeta biasanya akan dihormati di dalam gereja dan menjadi panutan bagi jemaat yang lainnya. Pandangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Eka Darmaputera, Menuju Teologi Kontekstual Di Indonesia, dalam Eka Darmaputera (peny.), Konteks
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam tulisannya yang berjudul Menuju Teologi Kontekstual Di Indonesia 1, Eka Darmaputera memaparkan tentang pentingnya teologi kontekstual dengan bertolak dari keprihatinan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. SIMPULAN
101 BAB V PENUTUP A. SIMPULAN Memperoleh pendidikan pada dasarnya merupakan suatu hak bagi tiap individu. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang ditakdirkan untuk memperoleh pendidikan. Perolehan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang berpendapat bahwa siklus hidup manusia adalah lahir, menjadi dewasa, menikah, mendapatkan keturunan, tua dan mati. Oleh karena itu pernikahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencemaran lingkungan hidup yang disebabkan oleh ulah dan perilaku manusia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah A. Sonny Keraf mengemukakan bahwa ada dua kategori dari bencana yaitu bencana alam dan bencana lingkungan hidup. Sebagian dikategorikan sebagai bencana alam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya arus globalisasi menuntut semua aspek kehidupan untuk menyesuaikan diri dengan perkembangannya, yaitu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan modal utama untuk seseorang yang harus ditingkatkan dalam rangka melaksanakan pembangunan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibadah yang sejati seperti yang ditegaskan oleh Rasid Rachman 1 sebagai refleksinya atas Roma 12:1, adalah merupakan aksi dan selebrasi. Ibadah yang sejati tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem Pendidikan Nasional (BNSP, 2006) menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
Lebih terperinci