BAB I PENDAHULUAN. I.1. Permasalahan. I.1.1. Latar Belakang Masalah
|
|
- Indra Setiawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Permasalahan I.1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki pengalaman dalam kehidupannya yang dihasilkan melalui perjumpaan dengan berbagai peristiwa. Perjumpaan tersebut mengandung makna/nilai - nilai hidup, sehingga menjadi bagian penting dalam sejarah kehidupan manusia. Nilai nilai yang ada akan selalu dikaitkan dengan peristiwa peristiwa yang sedang dan akan terjadi, jadi ada benang merah antara pengalaman yang satu dengan pengalaman lainnya. Pengalaman yang dimiliki seseorang selalu bersifat subyektif, karena dialami secara pribadi (sekalipun secara komunal) dan berhubungan dengan rasa/kesan individu melalui interpretasi terhadap pengalamannya 1. Pengalaman tersebut mengandaikan adanya perjumpaan antara seseorang dengan sesuatu yang diobyekan. Hasilnya seseorang akan memiliki pengetahuan terhadap apa yang dijumpai/dialami, terutama berkaitan dengan pergaulan praktis dengan kehidupan dunia. 2 Pengalaman manusia salah satunya berhubungan dengan religiusitas, yaitu pengalaman perjumpaan dengan yang ilahi/yang Lain 3. Ia dianggap sebagai obyek yang mempunyai kekuasaan dan kekuatan, sehingga memunculkan rasa takut dan tertarik kepada-nya. Pengalaman ini kemudian disebut sebagai pengalaman religius 4, karena menghubungkan dan mempersatukan antara seseorang dengan yang ilahi/yang Lain melalui kehadiran-nya dalam berbagai segmen kehidupan. 1 Gorg Kirchberger, Allah : Pengalaman dan Refleksi dalam Tradisi Kristen, 1999, p Dr. Nico Syukur Dister, OFM, Pengalaman dan Motivasi Beragama, 1990, p Dalam hal ini penulis, mendefinisikan yang berbeda antara yang ilahi dan Yang Lain. Yang ilahi berkaitan dengan kosmovitalisme, yaitu keyakinan kepada daya kekuatan kosmos yang tak berpribadi. Seperti kesuburan, kehidupan, kematian,dll. Sedangkan Yang Lain berkaitan dengan Teisme, yaitu keyakinan kepada Tuhan atau dewa-dewi yang berpribadi. Lih. Dr. Nico Syukur Dister, OFM, Pengalaman dan Motivasi Beragama, 1990, p.51 4 Religius berasal dari bahasa Latin religare, artinya menghubungkan, mempersatukan, menghubungkan, lih Abraham H. Maslow, Agama, Nilai dan Pengalaman Puncak, 2000, p. 17
2 2 Perjumpaan dengan yang ilahi/yang Lain menjadikan seseorang memiliki pengetahuan tentang- Nya. Pengetahuan ini bila dimaknai terus akan mengantar seseorang pada pengalaman pengalaman berikutnya, sebab makna yang diperoleh dari perjumpaan tersebut mendorong seseorang untuk melibatkan pengetahuan dan pengertian tentang-nya dalam setiap pengalaman baru. Pengetahuan dan pengertian yang terus dimaknai akan semakin memperteguh keyakinan seseorang, sehingga membuat dirinya tunduk dan hormat kepada-nya. Rudolf Otto mengisitilahkannya dengan Mysterium Tremendun et Fascinosum, dimana yang ilahi/yang Lain mempunyai sifat tremendum (menggetarkan) dan sifat fascinosum (mempesonakan/menarik) 5. Dengan demikian yang ilahi/yang Lain menjadi realitas yang ditakuti dan juga dihampiri/didekati. Ia ditakuti karena dianggap mempunyai kekuatan/kekuasaan yang lebih dari manusia. Disisi lain, Ia memiliki pesona yang membuat manusia tertarik menghampiri-nya, karena menjadi sandaran/memberikan harapan dalam kehidupan ini. Pengakuan dalam pengalaman ini membawa manusia kepada kesadaran akan keterbatasannya, sehingga muncul sebuah sikap ketergantungan kepada-nya. Ia diharapkan sebagai way of life yang menjadi sumber segala sumber kehidupan. Sikap ketergantungan kepada-nya membuat seseorang bisa mengubah cara pandang terhadap hidup yang dijalani. Hal ini terjadi karena ada sebuah rekonstruksi pada pemikiran dan tindakan sebagai sebuah ungkapan dari pengalaman tersebut. Seseorang secara aktif merespon kehadiran yang ilahi/yang Lain dalam berbagai peristiwa. Respon ini yang membuatnya memiliki endapan historis, yaitu pengalaman perjalanan hidup yang mengantarkan dirinya merasakan kehadiran-nya terus menerus, sehingga ia memiliki ketergantungan kepada yang ilahi/yang Lain dalam setiap sendi kehidupan. Pengalaman perjumpaan dengan-nya bisa dialami oleh siapa saja, karena pada dasarnya menurut Mircea Eliade setiap manusia adalah keturunan Homo Religius 6, yaitu keturunan para nenek moyang yang mengakui adanya realitas yang absolut, transenden, sakral dan mengatasi dunia. Pengakuan ini memunculkan keyakinan bahwa apa yang ada di dunia bersumber dari-nya, sehingga ia dianggap sebagai asal mula dari segala sesuatu. 5 R. Otto, The Idea of the Holy, 1959, p , seperti dikutip Dr. Nico Syukur Dister, OFM, Pengalaman dan Motivasi Beragama, 1990, p Mircea Eliade, Sakral dan Profan, 2002, p. 211
3 3 Dengan demikian kaum tunawisma juga adalah keturunan homo religius, sehingga dimungkinkan merekapun memiliki pengalaman religius tersebut. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melihat dan mengamati kehidupan kaum tunawisma dalam kerangka pengalaman religius yang mereka alami dan rasakan sebagai sebuah bentuk perjumpaan dengan-nya. Pengamatan ini kemudian dihubungkan dengan kehidupan yang dijalani oleh mereka. Apakah yang nampak dalam pengalaman tersebut berpengaruh terhadap ketidakmapanan yang memaksa mereka harus bekerja keras dan hidup no-maden?, baik itu berupa pengakuan akan adanya realitas yang mengatasi manusia ataupun dalam rangka bertahan hidup dan hubungan dengan sesama. Penulis mengungkapakan bentuk bentuk pengakuan yang muncul, yaitu didasarkan pada perjumpaan secara langsung dengan-nya atau hasil dari olah rasa yang kemudian dihayati dan juga menyertakan darimana mereka mengamsusikan bahwa itu adalah perjumpaan dengan yang ilahi/yang Lain, terutama darimana mendapatkan istilah/pengetahuan tersebut. Semuanya dimaksudakan agar diketahui bentuk pengungkapannya dalam kata kata, tindakan dan perilaku dalam kehidupan. Penulis juga mengajak pembaca untuk memikirkan/melihat pengalaman religius kaum tunawisma, dengan harapan sikap hidup yang muncul dari hasil pengalaman religius mereka akan memperkaya pembaca dalam memahami makna pengalaman religius dalam sebuah situasi yang sulit. Selain itu penulis mengajak pembaca untuk memaknai kembali pengalaman pengalaman yang telah terjadi, sehingga diperoleh suatu sikap hidup yang memberikan ruang bagi pengalaman batin, yaitu pengalaman perjumpaan dengan-nya melalui berbagai peristiwa yang terjadi. I.1.2. Rumusan Masalah Pengalaman setiap manusia membentuk benang merah terkhusus dalam kehidupan yang dijalani. Benang merah itu mempunyai kesinambungan/keterkaitan antara pengalaman yang satu dengan pengalaman lainnya, sehingga menjadi sebuah proses yang menentukan bagi arah kehidupan dan dijadikan dasar pertimbangan dalam kehidupan selanjutnya. Dengan demikian pengalaman tersebut menjadi semacam pengetahuan yang dibuktikan dan diimplementasikan dalam kehidupan. Pengalaman religius yang dimiliki oleh setiap manusia tidak ada bedanya dengan pengalaman lainnya. Pengalaman ini hanya berkaitan dengan perjumpaan dengan sesuatu yang dianggap sebagai subyek yang mengambil peranan penting dalam kehidupan manusia. Subyek yang dimaksud dalam
4 4 pengalaman religius adalah yang ilahi/yang Lain. Perjumpaan dengan-nya akan menimbulkan kesan dan penghayatan terhadap-nya, sehingga daripadanya manusia memberi pengakuan, baik kekuasaan ataupun kekuatan-nya. Pada akhirnya manusia memiliki ketergantungan kepada subyek tersebut demi kelangsungan hidup yang dijalani. Secara khusus pengalaman perjumpaan dengan-nya yang dialami oleh kaum tunawisma di sekitar Stasiun Lempuyangan Pengalaman religius mereka bisa diamati/diteliti melalui pengungkapannya dalam kata kata, tindakan dan perilaku. Hal tersebut akan secara nyata terlihat dengan menggunakan kajian fenomenologi, yaitu pengungkapan apa yang nampak dari yang ilahi/yang Lain. Apa yang nampak tersebut diakui, dirasakan dan dianggap berkaitan dengan kehidupan, dan menjadi pengalaman nyata yang diungkapakan dalam kehidupan sebagai hasil dari perjumpaan secara pribadi dengan-nya. Selain itu apakah dalam situasi yang sulit dan menghimpit mereka agar tetap bertahan hidup pengetahuan dan pengakuan kepada-nya tetap terpelihara dengan baik, sehingga dalam aktifitas mereka pengalaman perjumpaan dengan-nya menjadi bagian hidup yang terus dihayati, baik dalam hubungan dengan Tuhan, dirinya dan interaksi dengan sesama. I.2. Tujuan Penulisan Pengalaman religius kaum tunawisma adalah hasil dari perjumpaan dengan yang ilahi/yang Lain. Pengalaman tersebut menjadi perhatian/tujuan dari penulisan ini, yaitu untuk mengetahui apakah pengalaman religius yang diperoleh melalui perjumpaan dengan yang nampak sebagai manifestasi yang ilahi/yang Lain diungkapkan dan dimaknai dalam kehidupan, baik dalam kaitannya dengan- Nya, sesama dan kehidupan di dunia. I.3. Alasan Pemilihan Judul I.3.1. Rumusan Judul Judul penulisan ini adalah Pengalaman Religius Kaum Tunawisma, Sebuah Tinjauan Teologis dan Fenomenologis. Judul diatas berkaitan dengan pengalaman religius manusia yang secara khusus digali dari kalangan kaum tunawisma. Penggalian ini dilakukan dengan melakukan analisa dan menggunakan tinjauan teologis serta fenomenologis. Tinjauan teologis untuk menguraikan kembali pengalaman religius
5 5 dalam dunia kekristenan, secara khusus mengambil kisah kisah dalam teks Kitab Suci yang mengungkap pengalaman religius tokoh tokoh Alkitab. Hal ini dilakukan tidak dalam rangka memberi penilaian terhadap pengalaman religius kaum tunawisma dalam perspektif kekristenan, tetapi lebih pada aspek memberikan fakta fakta bahwa pengalaman tersebut ada dalam kekristenan dan menunjukan pengalaman religius kaum tunawisma mempunyai elemen dasar yang sama dengan pengalaman yang ada dalam dunia kekristenan (masing masing mempunyai kekhasan dan keunikan). Sedangkan tinjauan fenomenologi dimaksudkan untuk mengetahui apa yang nampak dan kemudian ditangkap oleh kaum tunawisma menurut pengetahuannya, selanjutnya dihubungkan dengan pemaknaan dan pengungkapannya dalam kehidupan. I.3.2. Alasan Pemilihan Judul Pengalaman religius menjadi bagian dari pengalaman itu sendiri. Pengalaman ini menarik untuk digali, karena menurut Mircea Eliade manusia memiliki perilaku sebagai Homo religius, yaitu keterarahan dan kepekaan terhadap yang ilahi/yang Lain. Jadi setiap manusia mempunyai kesempatan untuk memiliki pengalaman religius melalui perjumpaan dengan-nya, termasuk juga kaum tunawisma. Pengalaman setiap orang memiliki keunikan dan kekhasannya masing masing, karena perjumpaan dengan sesuatu dalam kehidupan dipengaruhi oleh situasi dan kondisi yang dihadapi. Pengalaman religius kaum tunawisma menarik untuk diperhatikan karena situasi hidup sangat berbeda dengan manusia beragama yang memiliki kemapanan. Ketidakmampuan dalam bidang ekonomi membuat mereka hidup berpindah tempat dan memaksa untuk selalu beradaptasi dengan situasi yang berbeda. Persoalan demikian yang membuat mereka jatuh pada pilihan antara bertahan hidup atau mempertimbangkan sesuatu yang pernah dialami melalui pengalaman religius, sekalipun diakui bahwa yang dijumpai melalui pengalaman tersebut sebenarnya patut ditakuti, dipatuhi dan diharapkan. Situasi kaum tunawisma yang demikian menjadikan mereka terkendala untuk melakukan ritus ritus, sebagai bentuk ungkapan akan pengakuan dan keyakinannya kepada yang ilahi/yang Lain. Kebutuhan hidup yang terus menuntut membuat mereka mempertimbangkan waktu yang digunakan, antara mengutamakan mencari uang atau memberikan waktu untuk merasakan kehadiran-nya dalam ritual. Sekalipun demikian, apakah pengetahuan tentang yang ilahi/yang Lain tetap mempengaruhi tindakan/perilaku mereka dalam kehidupan yang cenderung tidak
6 6 menguntungkan. Penggalian ini sangat penting untuk melihat bahwa apa yang dialami mereka melalui perjumpaan dengan-nya apakah masih mendapat perhatian dalam kehidupan, sehingga yang nampak diakui mengambil peranan dalam kehidupan, kemudian direspon sebagai bentuk pengakuan dan keyakinan kepada yang nampak tersebut. Dengan kata lain, yang ilahi/yang Lain tetap dipandang memiliki sifat tremendum (menggetarkan) dan fascinosum (mempesonakan), sehingga hal tersebut mempunyai korelasi dengan kehidupan yang dijalani kaum tunawisma Pemilihan judul ini menjadi menarik ketika disuguhkan fenomena pengalaman religius kaum tunawisma, karena keberadaan mereka dalam keseharian kadang dianggap sebagai hal biasa. Namun pengalaman religius kaum tunawisma bukan tidak mungkin memperkaya dan menjadi contoh bagaimana pengalaman yang ada benar benar dirasakan sebagai yang menghidupi dan memberi arti hidup ditengah situasi hidup yang tidak menentu. I.4. Metodologi I.4.1.Metode Penelitian dan Penulisan Metodologi yang digunakan adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Model penelitian ini mengharuskan sang peneliti meminimalkan jarak dengan obyek penelitian, agar realitas obyek dapat dipahami dengan baik dan nilai keobyekfitasannya dapat terjaga. Dalam penelitian ini responden adalah kaum tunawisma, yang secara khusus berada di lokasi sekitar Stasiun Lempuyangan dengan latar belakang pekerjaan antara lain pengemis, waria, pengamen, pemulung dan wanita tuna susila (wts). Metode penulisan menggunakan logika induktif analitis, dimana data data yang diperoleh melalui interaksi dalam penelitian menjadi sumber informasi yang sesuai dengan konteksnya. Data data tersebut dapat berupa ungkapan kata kata, tindakan dan perilaku yang muncul selama penelitian berlangsung, kemudian dihubungkan dengan teori teori yang membantu menjelaskan suatu fenomena yang terjadi dalam konteks tersebut. I.4.2. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara dan dilengkapi dengan buku buku penunjang. Observasi dilakukan untuk melakukan pemetaan terhadap lokasi yang dijadikan
7 7 tempat penelitian. Tujuannya mendapatkan informasi yang luas mengenai keberadaan kaum tunawisma, baik itu pekerjaan, tempat berkumpul, tempat untuk berteduh/tidur dan aktifitas keseharian. Sedangkan wawancara difokuskan untuk menggali pengalaman religius yang dialami/dimiliki kaum tunawisma dan seberapa jauh berpengaruh dalam hidup keseharian. Buku penunjang digunakan sebagai landasan teori mengenai pengalaman religius, tinjauan teologis dan fenomenologis yang membantu menjelaskan data data yang diperoleh melalui penelitian. I.5. Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan Bab ini menjelaskan hal hal berkenaan dengan pengalaman religius kaum tunawisma yang akan dibahas dalam penulisan, yaitu penjelasan tentang obyek yang akan diteliti, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan teknik dalam menyusun penulisan. Bab II : Struktur Pengalaman Religius Bab ini menjelaskan tentang definisi dari Sakral dan Profan, sebagai jalan untuk membuka hal hal yang berkaitan dengan yang ilahi/yang Lain, yaitu subyek menjumpai manusia dalam berbagai manefestasi. Dalam perjumpaan tersebut yang ilahi/yang Lain memiliki sifat tremendum (menggentarkan) dan juga fascinosum (mempesonakan), sehingga manusia yang merespon-nya disatu sisi takut, namun disisi yang lain menjadi tertarik. Dijelaskan juga dalam bab ini mengenai kajian fenomenologi terhadap struktur pengalaman religius, bahwa ekspresi yang muncul dari perjumpaan tersebut diwujudkan melalui berbagai ungkapan kata kata, tindakan dan perilaku. Pengungkapan akan perjumpaan dengan-nya menjadi indikator dari pengetahuan dan pengakuan seseorang kepada yang ilahi/yang Lain. Bab III : Analisa : Pengalaman Religius Kaum Tunawisma Bab ini menjelaskan tentang data-data yang telah diperoleh melalui penelitian yang dilakukan. Data yang didapat diolah untuk kemudian dianalisa, seberapa jauh pengalaman religius yang dialami kaum tunawisma berpengaruh dalam kehidupan. Baik dalam hubungannya dengan yang ilahi/yang Lain, sesama dan persoalan pribadi. Selain itu juga dijelaskan bentuk bentuk dari pengalaman religus yang dialami oleh kaum tunawisma.
8 8 Bab IV : Tinjauan Teologis dan Fenomenologis Bab ini berisi tentang tinjauan terhadap pengalaman religius dari sudut pandang teologi dan fenomenologi. Secara teologis, mengungkap pengalaman religius yang terdapat dalam dunia kekristenan dengan merunut teks Kitab Suci dan mengaitkannya dengan pengalaman religius yang dialami oleh tokoh tokoh dalam Alkitab, kemudian diarahkan pada pemaknaan pengalaman tersebut bagi kehidupan sekarang ini. Secara fenomenologis dijelaskan bagaimana yang nampak tersebut ditangkap dan dimaknai sebagai perjumpaan dengan yang ilahi/yang Lain yang dianggap mempunyai peranan penting dalam kehidupan, sehingga apa yang nampak tersebut diungkap dan dihubungkan dengan kehidupan yang dijalani. Dan secara khusus melihat bagaimana menjaga hubungan dengan apa yang nampak tersebut dalam kehidupan. Kajian teologis dan fenomenologis juga digunakan untuk melihat kembali makna pengalaman religius kaum tunawisma bagi orang orang percaya. Makna tersebut berguna untuk memperteguh iman bahwa bahwa hidup ada yang mengatur, sehingga kehidupan ada dalam garis tangan-nya. Konsep demikian memunculkan sikap pasrah, baik itu nrima, sabar dan iklas terhadap kehidupan. Namun perubahan hidup bisa diusahakan ketika harapan yang ada diimbangi dengan semangat dan kerja keras. Bab V : Kesimpulan dan Penutup Bab ini berisi kesimpulan bahwa pengalaman religius mempunyai kaitan dengan kehidupan yang sedang dan akan terjadi. Keterkaitan ini memberikan arah bagi langkah kehidupan seseorang menuju tujuan hidup, yaitu Tuhan. Dalam penutup diajukan berbagai saran agar gereja memberikan perhatian terhadap kehidupan kaum tunawisma, agar kehidupan mereka menjadi lebih baik.
UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perempuan di berbagai belahan bumi umumnya dipandang sebagai manusia yang paling lemah, baik itu oleh laki-laki maupun dirinya sendiri. Pada dasarnya hal-hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya yang menghubungkan dan mengikat anggota masyarakat satu dengan yang lain. Tradisitradisi
Lebih terperinciSAKRALITAS ALAM PERSPEKTIF MIRCEA ELIADE DAN RELEVANSINYA BAGI UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP SKRIPSI OLEH FRANSISKUS MAXIMILIANUS TAE
SAKRALITAS ALAM PERSPEKTIF MIRCEA ELIADE DAN RELEVANSINYA BAGI UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira Kupang Untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konsep tentang panggilan sudah ada sejak jaman Israel kuno seiring dengan pengenalan mereka tentang Allah. Misalnya panggilan Tuhan kepada Abraham (Kej 12:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern dan maju secara tidak langsung menuntut setiap orang untuk mampu bersaing dalam mewujudkan tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Paham Dosa Kekristenan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Paham Dosa Kekristenan Dosa merupakan fenomena aktual dari masa ke masa yang seolah tidak punya jalan keluar yang pasti. Manusia mengakui keberdosaannya,
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latarbelakang Pluralitas agama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat lagi dihindari atau disisihkan dari kehidupan masyarakat umat beragama. Kenyataan akan adanya pluralitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apabila dilihat dari sudut pandang spiritual, dunia ini terbagi ke dalam dua karakter kehidupan spiritual, yaitu: Bangsa-bangsa barat yang sekuler dalam arti memisahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. Latar belakang masalah
1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar belakang masalah Dalam semua agama ditemukan pola mistik sebagai puncak penghayatan keagamaan. Dalam hal ini ekstase adalah tahap akhir dari pengalaman mistik itu, dimana jiwa
Lebih terperinciBab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang
1 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Bagi orang Asia, adat merupakan hal yang tidak terpisahkan dengan melekatnya identitas sebagai masyarakat suku. Hampir setiap suku mengenal adat sebagai bagian integral
Lebih terperinciUKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah
BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman senantiasa memberikan perubahan yang cukup besar pada diri manusia. Perubahan yang cukup signifikan pada diri manusia adalah gaya hidup (lifestyle).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katekisasi merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan kristiani yang dilakukan oleh gereja. Istilah katekisasi berasal dari kerja bahasa Yunani: katekhein yang
Lebih terperinciMILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan bernyanyi menjadi bagian yang penting dalam rangkaian peribadahan. Peribadahan-peribadahan yang dilakukan di gereja-gereja Protestan di Indonesia mempergunakan
Lebih terperinciAGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Erna Karim
AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL Oleh : Erna Karim DEFINISI AGAMA MENGUNDANG PERDEBATAN POLEMIK (Ilmu Filsafat Agama, Teologi, Sosiologi, Antropologi, dan Ilmu Perbandingan Agama) TIDAK ADA DEFINISI AGAMA YANG
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat beberapa hal pokok yang akan ditegaskan sebagai inti pemahaman masyarakat Tunua tentang fakta
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut maka digunakan metodologi penelitian sebagai berikut:
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara mendalam mengenai pengalaman psikologis pada remaja yang mengalami perceraian orangtua. Untuk mengetahui hasil dari
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku bangsa Sabu atau yang biasa disapa Do Hawu (orang Sabu), adalah sekelompok masyarakat yang meyakini diri mereka berasal dari satu leluhur bernama Kika Ga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jawa Barat merupakan salah satu propinsi yang memiliki agama-agama suku dan kebudayaan-kebudayaan lokal serta masih dipelihara. Salah satu agama suku yang ada di Jawa
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus
BAB V KESIMPULAN 5.1. Refleksi Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus hadir dalam tiga kesempatan yang berbeda: (1) Yesus membangkitkan anak Yairus (Matius 9:18-26, Markus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Spiritualitas adalah istilah yang agak baru yang menandakan kerohanian atau hidup rohani. Spritualitas bisa juga berarti semangat kerohanian atau jiwa kerohanian.
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA. dan biasanya jatuh pada bulan Maret/April. Ritual ini dilakukan dengan
BAB IV ANALISA DATA Ritual Jumat Agung merupakan ritual yang dilaksanakan pada hari Jumat dan biasanya jatuh pada bulan Maret/April. Ritual ini dilakukan dengan mempunyai tujuan untuk memperingati hari
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang permasalahan Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang besar yang dikenal karena keberagaman budaya dan banyaknya suku yang ada di dalamnya. Untuk mengelola
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Adapun kesimpulan tersebut terdapat dalam poin-poin berikut:
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Uraian akhir dari analisa atas pemikiran Frithjof Schuon tentang makna agama dalam perspektif Filsafat Agama adalah bagian kesimpulan, yang merupakan rangkuman jawaban atas
Lebih terperinciBAB II AGAMA DALAM PRESPEKTIF FILOSOFIS
21 BAB II AGAMA DALAM PRESPEKTIF FILOSOFIS A. Profan dan Sakral 1. Pengertian Profan dan Sakral Profan adalah sesuatu yang biasa, yang bersifat umum dan dianggap tidak penting. Sedangakan sakral adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di
Lebih terperinciMILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Situasi kritis merupakan situasi yang biasa dijumpai dalam kehidupan manusia. Meski tidak setiap saat dialami namun biasanya situasi ini sangat menentukan berhasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Sulawesi Utara adalah salah satu provinsi yang dikenal dengan banyaknya tradisi, ritual dan adat istiadat, yang membentuk identitas dari Minahasa. Salah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berkarya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkarya Tuhan, iman, agama, dan kepercayaan pada saat sekarang ini kembali menjadi satu hal yang penting dan menarik untuk diangkat dalam dunia seni rupa, dibandingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kehidupan manusia tidak pernah statis, ia senantiasa berada dalam sebuah proses yang tidak pernah berhenti. Dari pembuahan hingga berakhir dengan kematian,
Lebih terperinciUKDW. BAB I Pendahuluan
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Hidup yang penuh berkelimpahan merupakan kerinduan, cita-cita, sekaligus pula harapan bagi banyak orang. Berkelimpahan seringkali diartikan atau setidaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Prinsip dasar bahwa untuk beriman kita membutuhkan semacam jemaat dalam bentuk atau wujud manapun juga. Kenyataan dasar dari ilmu-ilmu sosial ialah bahwa suatu ide atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam Injil Lukas terdapat beberapa kisah tentang kesembuhan yang dialami oleh banyak orang melalui Yesus, mulai dari ibu mertua Petrus yang diserang demam berat dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. alkohol, guna mendalami fokus tersebutmaka penelitian ini akan
25 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Fokus dalam penelitian ini adalah makna hidup mantan pecandu alkohol, guna mendalami fokus tersebutmaka penelitian ini akan menggunakan metode
Lebih terperinciBAB IV CAWAN DAN SLOKI DALAM PERJAMUAN KUDUS. istilah orang Jawa wong jowo iku nggoning semu artinya orang Jawa itu peka
BAB IV CAWAN DAN SLOKI DALAM PERJAMUAN KUDUS Dalam bagian ini akan mengemukakan pengaruh perubahan penggunaan cawan menjadi sloki dalam Perjamuan Kudus dalam kehidupan jemaat masa modern dengan melihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, musik merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan peribadatan. Pada masa sekarang ini sangat jarang dijumpai ada suatu
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberagamaan orang Maluku, dapat dipahami melalui penelusuran sejarah yang memberi arti penting bagi kehidupan bersama di Maluku. Interaksiinteraksi keagamaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-ku. 1
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Jangan ada padamu allah lain di hadapan-ku. 1 Hukum pertama dari Dasa Titah di atas seolah mengikat bangsa Israel ke dalam sebuah perjanjian dengan Yahweh.
Lebih terperinciBAB II PENGENALAN TERHADAP TUHAN
BAB II PENGENALAN TERHADAP TUHAN A. Kemampuan Manusia Mengenal Tuhan. Manusia diakui memiliki kemampuan yang Iebih dibanding makhluk Iainnya untuk mengetahui kebenaran, membedakan yang baik dan yang buruk.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma kebiasaan, kelembagaan
Lebih terperinciC. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA
- 165 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA KELAS VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seringkali kita mendengar dan membaca bahwa negara kita yaitu negara Indonesia adalah negara yang beragama. Dikatakan demikian, karena pada umumnya setiap warga negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kematangan emosi merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia dalam menjalani kehidupan, bahkan menjadi prediktor yang signifikan terhadap tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Di dalam dogma Kristen dinyatakan bahwa hanya karena anugerah Allah di dalam Yesus Kristus, manusia dapat dibenarkan ataupun dibebaskan dari kuasa dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehidupan dan kematian merupakan dua hal yang harus dihadapi oleh setiap manusia termasuk orang Toraja, karena ini merupakan hukum kehidupan menurut adat Toraja. Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pengaruh Perilaku Konsumtif terhadap Identitas Diri Remaja UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Pengaruh Perilaku Konsumtif terhadap Identitas Diri Remaja Identitas merupakan bentuk dari eksistensi diri seseorang. Identitas berhubungan dengan tahap perkembangan
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan Data.
219 BAB VI PENUTUP Dari hasil analisa terhadap ulos dalam konsep nilai inti berdasarkan konteks sosio-historis dan perkawinan adat Batak bagi orang Batak Toba di Jakarta. Juga analisa terhadap ulos dalam
Lebih terperinciFENOMENOLOGI SPIRITUALITAS ANALISIS PERJUMPAAN RASUL PAULUS DENGAN KRISTUS PNEUMATIS: TITIK KULMINASIRELIGIUSITASNYA
FENOMENOLOGI SPIRITUALITAS ANALISIS PERJUMPAAN RASUL PAULUS DENGAN KRISTUS PNEUMATIS: TITIK KULMINASIRELIGIUSITASNYA 1 Persoalan (penelitian) Yang dipersoalkan adalah khazanah spiritualitas FENOMENOLOGI
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia tak dapat dilepaskan dari spiritualitas. Spiritualitas melekat dalam diri setiap manusia dan merupakan ekspresi iman kepada Sang Ilahi. Sisi spiritualitas
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan. Gereja dalam kehidupan kekristenan menjadi tempat dan sarana orang-orang percaya kepada Kristus, berkumpul dan saling mendorong antara orang yang satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masyarakat Jember merupakan percampuran dari berbagai suku. Pada umumnya masyarakat Jember disebut dengan masyarakat Pandhalungan. 1 Wilayah kebudayaan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. kesenian yang khas. Konsep akan yang indah (beauty) itu sendiri seiring waktu
BAB VI KESIMPULAN A. Simpulan Keindahan dalam beragam pemaknaannya melahirkan ekspresi-ekspresi kesenian yang khas. Konsep akan yang indah (beauty) itu sendiri seiring waktu bertransformasi secara ideal
Lebih terperinciBAB IV MAKNA LIMBE BAGI MASYARAKAT DENGKA MASA KINI. masyarakat Nusak Dengka telah menganut agama Kristen, namun dalam
BAB IV MAKNA LIMBE BAGI MASYARAKAT DENGKA MASA KINI IV.1 Pengantar Sebagaimana telah dipaparkan dalam Bab I bahwa meskipun sebagian besar masyarakat Nusak Dengka telah menganut agama Kristen, namun dalam
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan. Kain batik sudah menjadi semacam identitas tersendiri bagi masyarakat Jawa. Motif dan coraknya yang beragam dan memikat memiliki daya jual yang tinggi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kenal dengan istilah agama primitif, agama asli, agama sederhana. 1 Agama suku adalah
BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sebelum agama-agama besar (dunia), seperti Agama Islam, katolik, Hindu dan Budha masuk ke Indonesia, ternyata di Indonesia telah terdapat agama suku atau
Lebih terperinciSEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN
Modul ke: 14Fakultas Dr. PSIKOLOGI SEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN BAB XIII Metode Penelitian KUALITATIF Antonius Dieben Robinson Manurung, MSi Program Studi PSIKOLOGI Menurut Banister, dkk (1994) penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Y, Wartaya Winangun, Tanah Sumber Nilai Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2004, hal
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam kehidupan di dunia, setiap makhluk hidup pasti tergantung pada 3 unsur pokok, yaitu: tanah, air, dan udara. Ketiga unsur tersebut
Lebih terperinciUKDW. Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang Permasalahan
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Dalam kehidupan umat Kristen, Allah merupakan sosok yang memiliki peranan penting. Bahkan sebelum masa Kekristenan muncul, yaitu pada masa Perjanjian Lama
Lebih terperinci1. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN 1 1. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia dalam kehidupannya memiliki banyak kebutuhan, antara lain : kebutuhan untuk diperhatikan, mendapatkan bimbingan, pemeliharaan, asuhan, penghiburan,
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang di dunia lahir dan tumbuh dalam keluarga, baik keluarga inti maupun keluarga asuh. Peran keluarga memberikan kontribusi besar dalam pertumbuhan
Lebih terperinciBAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR
BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR Keluarga adalah salah satu konteks atau setting Pendidikan Agama Kristen yang perlu diperhatikan dengan baik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang pelayanan yang penting dan strategis karena menentukan masa depan warga gereja. Semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Amin Abdullah, studi mengenai agama-agama ini bertujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pada akhir abad 19, mulai berkembang sebuah disiplin ilmu baru yang terpisah dari disiplin ilmu lainnya. Pada awal perkembangannya ilmu
Lebih terperinciBAB IV REFLEKSI TEOLOGIS
BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Pada bab IV ini penulis akan menguraikan tentang refleksi teologis yang didapat setelah penulis memaparkan teori-teori mengenai makna hidup yang dipakai dalam penulisan skripsi
Lebih terperinciMANUSIA DAN AGAMA KOMPETENSI DASAR
MANUSIA DAN AGAMA KOMPETENSI DASAR : Menganalisis religiositas manusia Mendeskripsikan teori, unsur, pengertian, dan klasifikasi agama INDIKATOR : Mendeskripsikan hubungan manusia dan agama Mendeskripsikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Negara Indonesia adalah negara yang sangat majemuk atau beraneka ragam, baik dilihat secara geografis, struktur kemasyarakatan, adat istiadat, kebiasaan,
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang: Sebuah Refleksi Awal
BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang: Sebuah Refleksi Awal Pada 26 Oktober 2016, penulis melontarkan suatu pertanyaan terbuka pada laman akun Facebook-nya. Pertanyaan itu berbunyi, Jika ada suatu teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Salah satu perbedaan terbesar antara masyarakat di Indonesia (khususnya orang Batak) dengan masyarakat di Barat adalah dalam hal adat istiadat. Kehidupan di Indonesia
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. A. Latar Belakang Permasalahan. Gereja Kristen Protestan di Bali, yang dalam penulisan ini selanjutnya disebut
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Gereja Kristen Protestan di Bali, yang dalam penulisan ini selanjutnya disebut Gereja Bali atau singkatannya GKPB, adalah salah satu dari sedikit gerejagereja
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Dari rangkaian Uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya,
BAB V PENUTUP Dari rangkaian Uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab terakhir ini penulis akan menyimpulkan fenomena-fenomena sosial mengenai pemahaman Komunitas Bupolo di Buru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Manusia secara individu seringkali melihat dirinya secara takjub dengan apa yang telah, sedang atau apa yang akan dilakukannya. Kagum dengan bakat
Lebih terperinciBab I.
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Seringkali, dogma agama, sebagaimana yang telah dirumuskan dianggap sudah paling sempurna dan statis, tidak bisa dan tidak boleh diubah. Orang hanya harus menerima
Lebih terperinciUKDW BAB I : PENDAHULUAN. I. Latar Belakang
BAB I : PENDAHULUAN I. Latar Belakang Keberagaman merupakan sebuah realitas yang tidak dapat dipisahkan di dalam dunia. Terkadang keberagaman menghasilkan sesuatu yang indah, tetapi juga keberagaman dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Gereja merupakan lembaga keagamaan yang ada dalam dunia ini. Sebagai sebuah lembaga keagamaan tentunya gereja juga membutuhkan dana untuk mendukung kelancaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dipahami dan dinikmati oleh pembaca pada khususnya dan oleh masyarakat pada umumnya. Hal-hal yang diungkap oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Secara umum masyarakat Karo menganggap bahwa agama Hindu-Karo adalah agama Pemena (Agama Pertama/Awal). Dalam agama Pemena, terdapat pencampuran konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini semakin mendukung terkikisnya nilai-nilai tradisional sebuah bangsa. Lunturnya kesadaran akan nilai budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah perubahan yang terjadi pada perkembangan pribadi seseorang. Masuknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi dunia mempengaruhi banyak bidang kehidupan, salah satunya adalah perubahan yang terjadi pada perkembangan pribadi seseorang. Masuknya media Eropa ke Asia
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG
BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG Pendidikan adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia, sejak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif (Qualitative reseach) adalah suatu penelitian yang ditujukkan untuk mendiskripsikan
Lebih terperinciRevitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND
MERESAPI SABDA TERLIBAT DI DALAM DUNIA Revitalisasi Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND Revitalisasi bagi Kongregasi Aktif Merasul berarti menggambarkan kembali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki aneka ragam budaya. Budaya pada dasarnya tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan individu yang ada dari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
63 BAB III METODE PENELITIAN A. Fokus Penelitian Fokus dalam penelitian ini adalah penerimaan diri pada ibu yang memiliki anak retardasi mental dengan level retardasi mental sedang. Guna mendalami fokus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas/Semester : VIII / 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit A. Standar Kompetensi : Memahami
Lebih terperinciUKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan umat beragama tidak bisa dipisahkan dari ibadah. Ibadah bukan hanya sebagai suatu ritus keagamaan tetapi juga merupakan wujud respon manusia sebagai ciptaan
Lebih terperinciKESINAMBUNGAN AGAMA-AGAMA
c Demokrasi Lewat Bacaan d KESINAMBUNGAN AGAMA-AGAMA Oleh Nurcholish Madjid Kemarin, 28 Maret 1999, umat Islam merayakan hari raya Idul Adha 1419 H, yang merupakan perayaan pengingatan kembali (sebuah
Lebih terperinciBAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus
BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan dan Refleksi Upacara slametan sebagai salah satu tradisi yang dilaksanakan jemaat GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus sebagai juruslamat
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Permasalahan Pluralitas, merupakan kata yang tak asing terdengar di era ini. Suatu terminologi yang bukan hanya mencerminkan keadaan melainkan juga tantangan. Pluralitas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN PENELITIAN Metode penelitian ini dengan menggunakan kualitatif dan pendekatan metode fenomenologi milik Max Scheler. Hal ini didasarkan pada bagaimana pandangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan di Indonesia pluralitas agama merupakan realitas hidup yang tidak mungkin dipungkiri oleh siapapun. Di negeri ini semua orang memiliki kebebasan
Lebih terperincibarakah sesuai dengan sosio-kultural yang membentuknya dan mendominasi cara
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Konsep barakah dimaknai oleh para peziarah di makam KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tidaklah tunggal. Artinya, latar belakang peziarah turut mempengaruhi makna barakah sesuai
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Papua terkenal dengan pulau yang memiliki banyak suku, baik suku asli Papua maupun suku-suku yang datang dan hidup di Papua. Beberapa suku-suku asli Papua
Lebih terperinciOta Rabu Malam. Musik Ritual. Disusun oleh Hanefi
Ota Rabu Malam Musik Ritual Disusun oleh Hanefi MUSIK RITUAL Disusun oleh Hanefi Sistem Kepercayaan Pendekatan Sosiologis Tokoh: Emile Durkheim (1858-19170 Bentuk agama yang paling elementer dapat ditemukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. memahami arti (mencari makna) dari peristiwa dan kaitan-kaitannya dengan
34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelitatif dengan menggunakan paradigma fenomenologi. Menurut Moelong (2005), metode penelitian
Lebih terperinci