Analisis Proses Pengelolaan Manajemen Pengetahuan Berdasarkan Contingency View dengan Studi Kasus Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Proses Pengelolaan Manajemen Pengetahuan Berdasarkan Contingency View dengan Studi Kasus Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)"

Transkripsi

1 Analisis Proses Pengelolaan Manajemen Pengetahuan Berdasarkan Contingency View dengan Studi Kasus Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Ananda Cikal Asadera dan Putu Wuri Handayani Information System, Faculty of Computer Science, Universitas Indonesia Abstrak Salah satu kunci kesuksesan dalam manajemen pengetahuan adalah kemampuan proses pengelolaan pengetahuan. Pendekatan contingency view digunakan dalam penelitian ini untuk menentukan proses pengelolaan pengetahuan yang paling tepat diimplementasi oleh BATAN. BATAN yang sedang bersiap mengimplementasi manajemen pengetahuan membutuhkan pandangan dari pihak ketiga dalam memberikan panduan proses pengelolaan pengetahuan yang dibutuhkan untuk diimplementasi oleh BATAN beserta urutan prioritas proses tersebut. Hasil penelitian menunjukkan proses combination yaitu proses pembuatan pengetahuan baru dari data atau informasi tertulis yang sudah ada memiliki prioritas tertinggi. Proses routine yaitu pemanfaatan pengetahuan yang tertanam di dalam prosedur, aturan, dan norma menempati urutan kedua. Kedua proses tersebut merupakan proses yang tepat untuk diimplementasi di BATAN dengan adanya dukungan infrastruktur manajemen pengetahuan yang dimiliki oleh BATAN. Knowledge Management Process Analysis Based On Contingency View Case Study National Nuclear Energy Agency of Indonesia (BATAN) Abstract One key to have successful knowledge management implementation is knowledge management process capabilities. Contingency view approach is used in this research to determine the right knowledge management process to be implemented by BATAN. BATAN which want to implements knowledge management needs third party perspective in giving guidance about the appropriate knowledge management process and the priority of the process. The result of this study tells that combination, process which make a new knowledge from existing data or information, have the highest priority. Routines, utilization of knowledge embedded in procedure, rules, and norm, in second place. Both of the processes have the highest priorities to be implemented in BATAN with the support from knowledge management infrastructure that BATAN already have. Keywords: Knowledge, Knowledge Management, Knowledge Management Solution, Nuclear Organization, Contingency View Pendahuluan Pengetahuan telah diakui sebagai suatu aset organisasi dan menyediakan dasar untuk keunggulan kompetitif organisasi (Wood, 2005). Fenomena brain drain di mana karyawan meninggalkan organisasi dan membawa semua pengetahuan yang dimilikinya menjadi faktor penting yang

2 merugikan keselamatan organisasi (Rosenblatt dan Shaeffer, 2000) dan menurut DeLong dan Mann (2003) terkait dengan upaya organisasi untuk mendapatkan keunggulan kompetitif (Anderson, 2009). Wood (2005) menjelaskan bahwa apabila organisasi menginginkan untuk mengambil keuntungan dari pengetahuan yang ada di dalam organisasi maka organisasi tersebut harus mengembangkan strategi dan kebijakan serta prosedur untuk bisa mengelola pengetahuan. Gold, Malhotra dan Segars (2001), Lucier dan Torsilieri (1997), Malhotra (1998), Minonne (2007), Rigby, Reichheld, dan Scheffer (2002), serta Storey dan Barnett (2000) menyatakan bahwa sulit bagi sebuah organisasi untuk mengimplementasi dan menjaga efektifitas dari sebuah program manajemen pengetahuan (Anderson, 2009). Gold, Malhotra, dan Segars (2001) menjelaskan bahwa tidak efektifnya implementasi manajemen pengetahuan disebabkan oleh organisasi tidak mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki oleh organisasi sebelum mengimplementasi manajemen pengetahuan (Anderson, 2009). Wood (2005) menambahkan organisasi dapat mengoptimalkan penggunaan pengetahuan dengan memahami terlebih dahulu kondisi organisasi di mana proses manajemen pengetahuan akan dijalankan dan kemudian mengimplementasi manajemen pengetahuan secara efektif dan efisien. Ketertarikan untuk melakukan penelitian di BATAN dilatarbelakangi dengan penjelasan bahwa pihak BATAN sendiri belum mengimplementasi manajemen pengetahuan secara eksplisit dan masih terbatas pada beberapa kelompok tertentu. Selain itu adanya rencana BATAN untuk mengimplementasi manajemen pengetahuan secara eksplisit membuat rencana ini membutuhkan pandangan dari pihak ketiga dalam memberikan panduan proses pengelolaan pengetahuan yang dibutuhkan untuk diimplementasi oleh BATAN beserta urutan prioritas proses tersebut. Berdasarkan International Atomic Energy Agency (IAEA), lembaga internasional yang memayungi kegiatan penelitian nuklir di seluruh dunia, pada tahun 2012, manajemen pengetahuan dapat bermanfaat untuk membantu organisasi dalam proses suksesi antara pegawai yang pensiun atau keluar kepada pegawai yang baru. Manfaat selanjutnya adalah manajemen pengetahuan dapat memfasilitasi pencapaian inovasi yang didapatkan dari kerjasama dan grup kolaborasi. Manfaat lainnya adalah adaptasi manajemen pengetahuan dapat menjaga dan mengembangkan kompetensi yang dimiliki oleh pegawai. Proses manajemen pengetahuan yaitu sebuah proses yang terus menerus terjadi dan menghubungkan interaksi antar individu dan bertujuan untuk mengelola pengetahuan yang ada

3 (Beliveau, Bernstein, dan Hsieh, 2011). Pemilihan proses manajemen pengetahuan yang tepat dibutuhkan oleh suatu organisasi karena meskipun organisasi telah menggunakan dan mengeksploitasi pengetahuan tidak berarti organisasi tersebut akan mudah dalam mengatur dan menjalankan proses manajemen pengetahuan (Kucza, 2001). Becerra-Fernandez dan Sabherwal (2004) menjelaskan bahwa penentuan proses manajemen pengetahuan dapat melihat kepada faktor contingency di mana terdapat empat karakteristik yang memengaruhi yaitu karakteristik tugas, karakteristik pengetahuan, karakteristik organisasi, dan karakteristik lingkungan. Penelitian ini akan mencari jawaban beberapa pertanyaan berikut antara lain: 1. Bagaimana kondisi terkini di BATAN dalam mengimplementasi manajemen pengetahuan? 2. Berdasarkan faktor-faktor contingency yaitu karakteristik tugas, karakteristik pengetahuan, karakteristik organisasi dan karakteristik lingkungan, proses manajemen pengetahuan apa yang paling tepat diimplementasi oleh BATAN? Tujuan dari penelitian ini antara lain: 1. Menganalisis kebutuhan proses manajemen pengetahuan yang paling tepat untuk diimplementasi oleh pihak BATAN dalam rangka usaha BATAN untuk mengimplementasi manajemen pengetahuan. 2. Mengaplikasikan ilmu manajemen pengetahuan di dunia nyata dengan berkontribusi membantu BATAN dalam implementasi manajemen pengetahuan. 3. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pengelolaan pengetahuan di BATAN di masa depan. Tinjauan Teoritis 1) Data, Informasi, dan Pengetahuan Dalam hirarki pengetahuan yang terdapat dalam buku Becerra-Fernandez dan Sabherwal (2004) terdapat beberapa tingkatan yang membedakan antara data, informasi, dan pengetahuan. Menurut Becerra-Fernandez dan Sabherwal, data meliputi fakta, observasi, atau persepsi. Informasi adalah data yang telah diproses, informasi adalah bagian dari data yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Pengetahuan berada pada level tertinggi hirarki di mana pengetahuan lebih kaya, lebih dalam, dan lebih bernilai dibandingkan data atau informasi.

4 Nonaka dan Takeuchi (1995) membedakan pengetahuan menjadi pengetahuan tacit dan pengetahuan explicit (Beliveau, Bernstein, dan Hsieh, 2011). Pengetahuan tacit adalah pengetahuan yang berada pada individu, berdasarkan pengalaman, dan sulit diekspresikan dan dibagikan dengan orang lain (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Pengetahuan explicit merupakan pengetahuan yang memiliki bentuk seperti dokumen atau paten, pengetahuan ini merujuk kepada pengetahuan yang diekspresikan kepada kata atau angka (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). 2) Manajemen Pengetahuan Manajemen pengetahuan adalah aktivitas untuk mengelola proses penciptaan, penyimpanan, dan berbagi pengetahuan dan semua aktivitas yang terkait dengan semua proses tersebut (Kucza, 2001). Manajemen pengetahuan juga bisa didefinisikan sebagai sekumpulan aktivitas yang termasuk di dalamnya menemukan, menangkap, membagi, dan mengaplikasikan pengetahuan untuk meningkatkan dampak dari pengetahuan terhadap tujuan organisasi dengan biaya yang efektif (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Manajemen pengetahuan adalah sebuah proses formal untuk menentukan informasi yang berguna untuk organisasi dan membuat informasi tersebut tersedia oleh pihak yang membutuhkan (Carlson, 1999). Tujuan dari manajemen pengetahuan tidak untuk mengelola semua pengetahuan, hanya pengetahuan penting untuk organisasi (De Brun, 2005). 3) Proses Manajemen Pengetahuan Becerra-Fernandez dan Sabherwal (2004) menjelaskan manajemen pengetahuan bergantung kepada empat proses utama yaitu discovery pengetahuan, capture pengetahuan, sharing pengetahuan, dan application pengetahuan. Discovery pengetahuan adalah aktivitas mengembangkan pengetahuan tacit atau explicit dari data atau informasi yang ada. Sub proses dalam aktivitas ini adalah combination yaitu untuk mengembangkan pengetahuan explicit yang baru dan socialization untuk mengembangkan pengetahuan tacit baru (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Capture pengetahuan adalah proses ekstraksi pengetahuan tacit atau explicit yang berada pada individu, artefak, atau entitas organisasi (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Sub proses dalam aktivitas ini adalah externalization proses mengubah pengetahun tacit menjadi pengetahuan explicit dan internalization proses menugubah pengetahuan explicit menjadi pengetahuan tacit (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004).

5 Sharing pengetahuan adalah proses di mana pengetahuan tacit dan explicit dikomunikasikan dengan yang lain (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Sub proses dalam aktivitas ini adalah socialization untuk berbagi pengetahuan tacit dan exchange untuk memfasilitasi berbagi pengetahuan explicit (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Application pengetahuan atau utilisasi pengetahuan bergantung kepada ketersediaan dari pengetahuan dan proses yang mendukung pengetahuan (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Sub proses dalam aktivitas ini adalah routines yaitu proses menggunakan pengetahuan dan menanamkan di dalam prosedur, aturan, atau norma dan direction yaitu proses di mana individu yang memiliki pengetahuan mengarahkan orang lain tanpa mentransfer pengetahuan tersebut (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). 4) Infrastruktur Manajemen Pengetahuan Infrastruktur manajemen pengetahuan adalah fondasi dasar di mana manajemen pengetahuan berada (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Terdapat lima komponen terkait dengan infrastruktur manajemen pengetahuan yaitu budaya organisasi, struktur organisasi, lingkungan fisik, infrastruktur teknologi informasi (TI), dan pengetahuan umum. Budaya organisasi adalah norma atau kepercayaan yang memengaruhi perilaku individu dalam organisasi (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Budaya merupakan salah satu faktor pendorong aktivitas organisasi disamping dari struktur organisasi dan infrastruktur TI (Razi dan Karim, 2010). Gold, Malhotra, dan Segars (2001) menjelaskan bahwa budaya organisasi menjadi faktor utama dalam menentukan kinerja manajemen pengetahuan di suatu organisasi (Beliveau, Bernstein, dan Hsieh, 2011). Manajemen pengetahuan bergantung kepada struktur organisasi (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Terdapat beberapa aspek struktur organisasi terkait dengan manajemen pengetahuan berdasarkan Becerra-Fernandez dan Sabherwal (2004). Pertama berbagi pengetahuan lebih sering terjadi di organisasi dengan struktur organisasi desentralisasi. Kedua budaya organisasi dapat memfasilitasi manajemen pengetahuan melalui Community of Practice (CoP). Ketiga divisi atau unit kerja penelitian dan pengembangan dapat memfasilitasi akctivitas manajemen pengetahuan.

6 Tata dan Prasad (2004) menjelasakan bahwa struktur organisasi berfokus kepada dua hal yaitu sentralisasi dan formalisasi (Beliveau, Bernstein, dan Hsieh, 2011). Kohli dan Jaworski (1990) serta Woodman, Sawyer, dan Griffin (1993) menjelaskan bahwa struktur organisasi terpusat dapat mencegah komunikasi, berbagi ide, dan aplikasi pengetahuan (Beliveau, Bernstein, dan Hsieh, 2011). Formalisasi digunakan organisasi untuk mengelola proses koleksi dan diseminasi informasi serta untuk mengidentifikasi isu strategis (Beliveau, Bernstein, dan Hsieh, 2011). Aspek terpenting dari lingkungan fisik adalah model bangunan, lokasi, ukuran, tipe, dan jumlah dari ruangan (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Lingkungan fisik dapat membantu aktivitas pengembangan manajemen pengetahuan dengan menyediakan kesempatan untuk bertemu, berdiskusi, dan berbagi pengetahuan bagi individu dalam organisasi (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Pemanfaatan dari teknologi informasi dapat memfasilitasi manajemen pengetahuan (Becerra- Fernandez dan Sabherwal, 2004). Choi dan Lee (2003) menjelaskan bahwa utilisasi dari teknologi informasi dapat membantu aktivitas manajemen pengetahuan melalui memberikan fasilitas untuk mengumpulkan, menyimpan, dan bertukar pengetahuan secara cepat dan membantu menciptakan pengetahuan baru (Wood, 2005). Choi dan Lee (2003) juga menjelaskan bahwa teknologi informasi memainkan peranan penting dalam menghapus batasan komunikasi antara komponen di dalam organisasi (Beliveau, Bernstein, dan Hsieh, 2011). Zander dan Kogut (1995) menjelaskan bahwa pengetahuan umum merujuk kepada kumpulan pengalaman organisasi untuk memahami beberapa aktivitas dan prinsip organisasi yang mendukung komunikasi dan koordinasi (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Pengetahuan umum dapat membantu meningkatkan nilai pengetahuan individu dengan mengintegrasikan dengan pengetahuan individu lain (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). 5) Contingency View dari Manajemen Pengetahuan Pandangan universal manajemen pengetahuan menjelaskan bahwa terdapat satu pendekatan manajemen pengetahuan terbaik untuk semua kondisi (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Contingency view sendiri menjelaskan bahwa tidak ada pendekatan terbaik yang cocok untuk semua kemungkinan (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Terdapat beberapa faktor yang menentukan proses manajemen pengetahuan yang tepat bagi organisasi yaitu karakteristik tugas,

7 karakteristik pengetahuan, karakteristik organisasi, dan karakteristik lingkungan (Becerra- Fernandez dan Sabherwal, 2004). Karakteristik tugas dibagi menjadi dua kategori yaitu ketidakpastian pekerjaan dan ketergantungan pekerjaan. Ketidakpastian pekerjaan yang tinggi cocok bagi proses direction dan socialization (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Sebaliknya, ketidakpastian pekerjaan yang rendah cocok bagi proses routines, exchange, combination, internalization, dan externalization (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Ketergantungan pekerjaan yang tinggi cocok bagi proses exchange, combination, socialization, direction, dan routines (Becerra- Fernandez dan Sabherwal, 2004). Internalization, externalization, direction, dan routines cocok untuk ketergantungan pekerjaan yang rendah (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Discovery, capture, dan sharing pengetahuan dapat digunakan untuk pengetahuan prosedural ( know how ) atau pengetahuan deklaratif ( know what ) (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Application pengetahuan hanya digunakan untuk pengetahuan prosedural (Becerra- Fernandez dan Sabherwal, 2004). Karakteristik organisasi dibagi menjadi dua kategori yaitu ukuran organisasi dan strategi bisnis (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Organisasi kecil cocok untuk proses socialization, direction, combination, externalization, dan internalization (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Organisasi besar cocok untuk proses exchange, routines, combination, externalization, dan internalization (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Organisasi yang memiliki strategi berfokus kepada biaya murah cocok untuk proses direction, routines, externalization, internalization, socialization, dan exchange (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Organisasi yang berfokus kepada diferensiasi cocok untuk proses socialization, combination, externalization, internalization, dan exchange (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Karakteristik lingkungan memiliki pengaruh dalam menentukan proses manajemen pengetahuan (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Ketidakpastian lingkungan yang rendah cocok untuk proses socialization, exchange, externalization, dan internalization (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004). Ketidakpastian lingkungan yang tinggi cocok untuk proses socialization, combination, direction, dan routines (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004).

8 Metode Penelitian Pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini. Aktivitas pengumpulan data terdiri dari dua aktivitas utama, pertama yaitu wawancara untuk mengumpulkan data mengenai kondisi terkini di BATAN terkait dengan rencana untuk mengimplementasi manajemen pengetahuan, dan kedua yaitu survey menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data untuk menentukan proses manajemen pengetahuan yang tepat. Skala-Likert 5 digunakan untuk menyampaikan jawaban responden yang memiliki nilai dari 1 (sangat tidak setuju) hingga 5 (sangat setuju). Kuesioner kemudian di tes oleh 5 orang perwakilan pegawai BATAN untuk mengidentifikasi kesalahan dan ambiguitas pertanyaan dan memastikan bahwa kuesioner yang dibuat telah jelas dan bisa dipahami oleh pegawai BATAN. Perumusan pertanyaan kuesioner berdasarkan beberapa literatur. Pertanyaan terkait dengan faktor contingency dari manajemen pengetahuan berdasarkan pada Becerra-Fernandez dan Sabherwal (2004) serta penelitian yang dilakukan oleh Daft dan Macintosh (1981) dalam Wood (2005). Pengelolaan pengetahuan tacit berdasarkan penelitian Choi dan Lee (2003) dalam Wood (2005). Pengelolaan pengetahuan explicit berdasarkan Becerra-Fernandez dan Sabherwal (2001, 2003) dalam Wood (2005) dan penelitian Choi (2002) dalam Beliveau, Bernstein, dan Hsieh (2011). Pertanyaan kuesioner terkait dengan dukungan teknologi untuk manajemen pengetahuan berdasarkan penelitian oleh Choi dan Lee (2003) dalam Wood (2005) dan Beliveau, Bernstein, dan Hsieh (2011). Pertanyaan terkait dengan pemicu manajemen pengetahuan berdasarkan Choi dan Lee (2003) serta Lee dan Lee (2007) dalam Razi dan Karim (2010), Choi dan Lee (2003) dalam Beliveau, Bernstein, dan Hsieh (2011), Marsick dan Watkins (2003) dalam Wood (2005), dan Lin (2007) dalam Razi dan Karim (2010). Pertanyaan terkait dengan kemampuan proses manajemen pengetahuan berdasarkan Becerra-Fernandez dan Sabherwal (2004), Choi dan Lee (2002, 2003) dalam Razi dan Karim (2010), dan Park (2006) dalam Beliveau, Bernstein, dan Hsieh (2011). Populasi dari penelitian ini adalah 2040 pegawai BATAN yang bekerja di Serpong, Tangerang Selatan dan Pasar Jumat, Jakarta Selatan. Teknik pengambilan sampel yaitu convenience sampling dimana teknik ini mudah dilakukan, cepat, murah, dan tidak memberikan banyak masalah (Lunsford dan Lunsford, 1995). Sampel untuk penelitian ini adalah 10% dari total

9 populasi yaitu 200 pegawai. Kuesioner kemudian disebarkan dengan hardcopy kepada 15 unit kerja yang terlibat langsung dengan area teknikal BATAN. Unit kerja tersebut terbagi menjadi 10 unit kerja berada di BATAN Serpong, Tangerang Selatan yaitu PRPN (Pusat Rekayasa Perangkat Nulir), PSJMN (Pusat Standardisasi dan Jaminan Mutu Nuklir), PTLR (Pusat Teknologi Limbah Radioaktif), PTRKN (Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir), PKTN (Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir), PTBIN (Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir), PRSG (Pusat Reaktor Serba Guna), PRR (Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka), PTBN (Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir), dan PPIN (Pusat Pengembangan Informatika Nuklir) serta 5 unit kerja berada di BATAN Pasar Jumat, Jakarta Selatan yaitu PDIN (Pusat Diseminasi IPTEK Nuklir), PATIR (Pusat Aplikasi Teknologi dan Radiasi), PTKMR (Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi), Pusdiklat (Pusat Pendidikan dan Pelatihan), dan PPGN (Pusat Pengembangan Geologi Nuklir). Data dari kuesioner kemudian akan dianalisa menggunakan metode untuk menganalisis data yang menggunakan skala Likert (Bertram, 2006). Representasi data menggunakan grafik batang dan persebaran titik-titik. Menentukan central tendency menggunakan median dan mode karena metode ini tidak terpengaruh oleh outlier dan skewed data. Menilai tingkat variabilitas maka menggunakan range dan inter-quartile range. Hasil Penelitian Total sampel yang diambil dalam penelitian adalah 200 orang responden dengan jumlah kuesioner yang kembali berjumlah 147 kuesioner. Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap kuesioner yang kembali ditemukan bahwa terdapat 12 kuesioner yang tidak valid. Kuesioner tidak valid dengan rincian kuesioner tidak diisi sama sekali dan terdapat bagian kuesioner yang tidak terisi. Total kuesioner yang bisa digunakan adalah sebanyak 135 kuesioner dengan tingkat tanggapan mencapai 67,5% dari total 200 orang responden. Bagian pertama dari kuesioner merupakan informasi umum yang berguna untuk mengetahui informasi di mana unit kerja responden dan lama bekerja responden di unit tersebut serta untuk mengetahui apakah responden mengetahui bahwa BATAN akan mengimplementasi manajemen pengetahuan. Kuesioner disebarkan kepada 15 unit kerja yang penyebarannya dapat dilihat pada Gambar 1 yang menjelaskan perbandingan antara ekspektasi yang diharapkan dengan kuesioner yang kembali.

10 Perbandingan Antara Ekspektasi dengan Kuesioner yang Kembali Responden (Ekspektasi) Responden (Realita) Gambar 1. Perbandingan Antara Ekspektasi Dengan Kuesioner Yang Kembali Lama bekerja responden di dalam suatu unit kerja di BATAN bervariasi dari kurang dari 5 tahun hingga lebih dari 30 tahun. Berdasarkan hal tersebut demografi untuk menunjukkan lama bekerja responden terbagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama menunjukkan lama bekerja antara 0 15 tahun, bagian kedua menunjukkan lama bekerja antara tahun, dan bagian ketiga menunjukkan lama bekerja lebih dari 25 tahun. Responden yang bekerja antara 0 15 tahun mencapai 35,56%, sedangkan untuk responden yang bekerja antara tahun mencapai 37,04%, sedangkan untuk responden yang bekerja lebih dari 25 tahun mencapai 27,41%. Gambar 2 menunjukkan persebaran lama bekerja responden di BATAN.

11 Lama Bekerja Responden di BATAN (Tahun) 60 Jumlah Respomden > 25 Jumlah Responden Gambar 2. Periode Bekerja Responden di BATAN Informasi umum terakhir yang coba ditangkap oleh kuesioner ini adalah tingkat pengetahuan responden terkait dengan rencana implementasi manajemen pengetahuan di BATAN. Sebanyak 70,37% mengetahui rencana implementasi manajemen pengetahuan di BATAN dan sebanyak 29,63% tidak mengetahui rencana implementasi tersebut. Gambar 3 menunjukkan jawaban responden terkait dengan rencana implementasi manajemen pengetahuan yang akan dilakukan di BATAN. Tingkat Responden Mengetahui Rencana Implementasi KM di BATAN Ya Tidak 30% 70% Gambar 3. Tingkat Responden Mengetahui Rencana Implementasi Manajemen Pengetahuan di BATAN

12 Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk menentukan proses manajemen pengetahuan yang tepat diimplementasi oleh BATAN. Teknik yang digunakan untuk menentukan proses manajemen yang tepat adalah metode Becerra-Fernandez dan Sabherwal (2004) untuk menentukan solusi manajemen pengetahuan pada suatu organisasi. 1) Analisis Faktor Contingency Tahapan ini untuk menentukan karakteristik tugas, karakteristik pengetahuan, karakteristik organisasi, dan karakteristik lingkungan. Tabel 1 menunjukkan keluaran dari tahap pertama. Tabel 1. Keluaran Tahap Pertama Penilaian Faktor Contingency Faktor Contingency Median Mode Hasil Ketergantungan 4 4 Tinggi Tugas Ketidakpastian 4 4 Rendah Pekerjaan Sifat Pengetahuan 5 5 Explicit 4 4 Prosedural Ukuran 4 4 Besar Organisasi Strategi Bisnis 4 4 Differentiation Ketidakpastian Lingkungan 3 4 Tinggi 2) Identifikasi Proses Manajemen Pengetahuan untuk Setiap Faktor Contingency Tahap kedua adalah melakukan identifikasi proses yang tepat untuk setiap faktor contingency. Setiap proses yang cocok dengan faktor contingency akan diberi label Yes, label No untuk proses yang tidak cocok, dan Ok untuk proses yang tidak terpengaruh oleh faktor contingency. Tabel 2 menunjukkan identifikasi yang dilakukan pada tahap kedua. 3) Prioritas Proses Manajemen Pengetahuan Metode penilaian mengikuti langkah yang dilakukan oleh Becerra-Fernandez dan Sabherwal (2004) di mana untuk proses yang sesuai dengan faktor contingency dalam tahap ke dua akan dihitung nilai kumulatifnya. Nilai kumulatif dihitung dengan mengalikan jumlah Yes dengan 1,0, No dengan 0,0, dan Ok dengan 0,5 untuk setiap proses pengetahuan yang

13 telah dipetakan kepada faktor contingency kemudian menjumlahkan nilai tersebut menjadi nilai kumulatif. Proses yang memiliki nilai kumulatif terbesar merupakan proses yang memiliki prioritas paling tinggi untuk diimplementasi di BATAN. Tabel 3 menunjukkan perolehan nilai kumulatif untuk setiap proses manajemen pengetahuan berdasarkan setiap faktor contingency. Tabel 2. Keluaran Tahap Kedua Identifikasi Proses Manajemen Pengetahuan Terkait dengan Setiap Faktor Contingency Proses Ketergantun gan Pekerjaan = Tinggi Ketidakpa stian Pekerjaan = Rendah Pengetahuan Explicit Faktor Contingency Pengetahuan Prosedural Organisasi = Besar Strategi = Diferensi asi Ketidakpastian Lingkungan = Tinggi Combination Yes Yes Yes Ok Ok Yes Yes Socialization for Knowledge Discovery Yes No No Ok No Yes Yes Socialization for Knowledge Yes No No Ok No Ok No Sharing Exchange Yes Yes Yes Ok Yes Ok No Externalization No Yes No Ok Ok Ok No Internalization No Yes Yes Ok Ok Ok No Direction Ok No Ok Yes No No Yes Routines Ok Yes Ok Yes Yes No Yes Tabel 3. Keluaran Tahap Ketiga Perolehan Nilai Kumulatif Untuk Setiap Proses Manajemen Pengetahuan Proses Jumlah Yes Jumlah No Prioritas Proses Jumlah Ok Nilai Kumulatif Prioritas Combination ,0 1 Socialization for Knowledge Discovery Socialization for Knowledge Sharing , ,0 6 Exchange ,0 2 Externalization ,5 5 Internalization ,5 3 Direction ,0 4 Routines ,0 2

14 4) Identifikasi Proses Manajemen Pengetahuan yang Berjalan di BATAN Tahap keempat dilakukan untuk mengidentifikasi proses manajemen pengetahuan yang telah berjalan di BATAN. Berdasarkan jawaban kuesioner, semua proses telah berjalan di BATAN seperti ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Keluaran Tahap Keempat Prioritas Proses yang Telah Berjalan di BATAN Proses Median Mode % Prioritas Combination Socialization for Knowledge Discovery Socialization for Knowledge Sharing Exchange Externalization Internalization Direction Routines ) Identifikasi Proses Manajemen Pengetahuan Tambahan Tahap selanjutnya adalah melakukan perbandingan antara hasil tahapan ketiga dan tahapan keempat untuk menambahkan atau mengurangi proses manajemen pengetahuan. Penentuan prioritas merupakan kolaborasi metode yang dilakukan oleh Becerra-Fernandez dan Sabherwal (2004) dan Setiawan (2012) dengan melakukan perubahan. Prioritas tinggi meliputi proses yang memiliki nilai kumulatif lebih besar sama dengan 3,0 atau peringkat proses 1 sampai 3 sedangkan prioritas rendah diberikan untuk proses dengan nilai kumulatif di bawah 3,0 atau peringkat 4 sampai 8 (Becerra-Fernandez dan Sabherwal, 2004; Setiawan, 2012). Tabel 5 menjelaskan prioritas akhir dari penentuan proses manajemen pengetahuan. Untuk menentukan prioritas akhir maka akan dinilai dengan memerhatikan hal yang dijelaskan oleh Becerra-Fernandez dan Sabherwal (2004) diantaranya Apabila proses manajemen pengetahuan pada tahap ketiga dibutuhkan (prioritas yang tinggi) dan pada tahap keempat tidak dibutuhkan (prioritas yang rendah) maka proses tersebut diperlukan (prioritas yang tinggi). Sebaliknya, apabila proses manajemen pengetahuan pada tahap ketiga tidak dibutuhkan (prioritas yang rendah) namun pada tahap keempat BATAN menganggap proses tersebut

15 dibutuhkan (prioritas tinggi) maka proses tersebut kurang dibutuhkan (prioritas yang rendah). Tabel 5. Keluaran Tahap Kelima Prioritas Akhir Manajemen Pengetahuan Proses Faktor Contingency Kategori Prioritas Proses Berjalan di BATAN Kategori Prioritas Akhir Combination 1 Tinggi 1 Tinggi Tinggi Socialization for Knowledge Discovery 3 Tinggi 5 Rendah Tinggi Socialization for Knowledge Sharing 6 Rendah 3 Tinggi Rendah Exchange 2 Tinggi 2 Tinggi Tinggi Externalization 5 Rendah 2 Tinggi Rendah Internalization 3 Tinggi 2 Tinggi Tinggi Direction 4 Rendah 4 Rendah Rendah Routines 2 Tinggi 2 Tinggi Tinggi 6) Identifikasi Infrastruktur Manajemen Pengetahuan Budaya organisasi di BATAN memberikan kewajiban kepada peneliti untuk membuat tulisan ilmiah dan buku yang akan berdampak kepada poin kredit peneliti yang menentukan besarnya tunjangan sebagai peneliti. Manajemen atas di BATAN memiliki ketertarikan dengan manajemen pengetahuan. Didukung dengan pegawai BATAN yang saling membantu, hal ini akan memovitasi aktivitas berbagi pengetahuan di BATAN. BATAN memiliki struktur organisasi terpusat yang menjadi penghalang untuk aktivitas berbagi pengetahuan meskipun para pegawainya memiliki keinginan untuk berkolaborasi antar unit kerja. Pegawai BATAN ditempatkan di gedung yang berbeda-beda dan berjauhan sehingga dapat menghalangi aktivitas berbagi pengetahuan. Namun, BATAN memiliki perpustakaan di semua unit kerja untuk menyimpan semua tulisan ilmiah, buku, atau jurnal. Infrastruktur TI di BATAN mendukung aktivitas manajemen pengetahuan dengan berbagai cara. Contohnya yaitu terdapat sistem Enterprise Resource Planning (ERP) yaitu Sistem Informasi Perencanaan Litbangyasa (SIPL) yang menggabungkan semua pengetahuan dari

16 berbagai unit kerja, sistem persuratan yaitu Sistem Informasi Tata Persuratan (SITP) yang membantu BATAN dalam proses administrasi surat, dan surat elektronik. 7) Mengembangkan Teknologi, Mekanisme, dan Sistem Manajemen Pengetahuan Tahap ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi mengenai teknologi, mekanisme, dan sistem yang bisa diimplementasi oleh BATAN untuk mendukung aktivitas manajemen pengetahuan. Tabel 6 menunjukkan daftar teknologi, mekanisme, dan sistem yang bisa diimplementasi oleh BATAN. Tabel 6. Mekanisme, Teknologi, dan Sistem yang Dapat Diimplementasi Oleh BATAN Proses Mekanisme Teknologi yang dibutuhkan Combination Routines Exchange Internalization Socialization for Knowledge Discovery 1. Kolaborasi untuk pembuatan dokumen 2. Kolaborasi untuk memecahkan masalah 3. Pembuatan keputusan bersama 1. Kebijakan organisasi 2. Praktik kerja 3. Prosedur dan standar organisasi 1. Memo 2. Manual 3. Progress report 4. Presentation 1. Learning by doing 2. On the job training 3. Learning by observation 4. Face to face meetings 1. Konferensi 2. Kegiatan magang 3. Proyek bersama antar unit kerja 4. Inisiasi untuk pegawai baru [1],[2],[3] Web portal [2] Data mining [2] Best practice and lesson learned [2] Expert systems [1], [3] Management information systems [2], [3] Team collaboration tools [2], [3], [4] Best practice database [2], [4] Lesson learned system [2], [4] Expert locator system [4] Komunikasi berbasis komputer [1] Simulasi berbasis komputer [1], [3] Video conference [2] Group diskusi elektronik [3] Dukungan elektronik untuk CoP Kesimpulan Berdasarkan ruang lingkup masalah penelitian, kesimpulan ini akan menjawab dua pertanyaan yang menjadi pemicu penelitian. Kesimpulan ini berdasarkan 135 data responden yang berhasil didapatkan dalam penelitian ini. Kesimpulan tersebut adalah: 1. Kondisi terkini BATAN terkait usahanya untuk mengimplementasi manajemen pengetahuan yaitu telah menjalankan semua proses manajemen pengetahuan yaitu combination, socialization untuk discovery pengetahuan, externalization, internalization,

17 socialization untuk sharing pengetahuan, exchange, direction, dan routines. Hasil tersebut berdasarkan jawaban responden yang menyetujui bahwa semua proses tersebut dilakukan oleh responden. 2. Infrastruktur penunjang manajemen pengetahuan sebagian telah diimplementasi oleh BATAN seperti adanya dukungan dari top management dan adanya mekanisme reward dan punishment. Proses tersebut telah didukung dengan teknologi yang memfasilitasi kegiatan manajemen pengetahuan antara lain sistem ERP yaitu Sistem Informasi Perencanaan Litbangyasa (SIPL) untuk proses routines meskipun belum terdapat modul supply chain management (SCM) dan modul procurement, adanya Sistem Informasi Tata Persuratan (SITP), dan surat elektronik. 3. Berdasarkan faktor contingency (karakteristik tugas, karakteristik pengetahuan, karakteristik organisasi, dan karakteristik lingkungan) maka proses manajemen pengetahuan yang paling tepat untuk diimplementasi oleh BATAN berdasarkan urutan prioritas adalah combination, routines, exchange, internalization, socialization untuk discovery pengetahuan, direction, externalization, dan socialization untuk sharing pengetahuan. Prioritas tersebut melihat perolehan nilai kumulatif berdasarkan jawaban yang didapatkan dari kuesioner. 4. Teknologi dan mekanisme manajemen pengetahuan yang bisa diimplementasi untuk menunjang proses manajemen pengetahuan antara lain web portal untuk kegiatan kolaborasi dan pembuatan keputusan bersama, data mining dan lesson learned untuk menunjang kegiatan kolaborasi untuk pemecahan masalah, management information system untuk praktik kerja dan standar organisasi, lesson learned system untuk mekanisme manual dan progress report. simulasi berbasis komputer untuk mekanisme learning by doing, video conference untuk konferensi, dan teknologi untuk CoP untuk memfasilitasi kegiatan CoP dan proyek bersama. Saran Saran yang diberikan terbagi menjadi dua bagian yaitu saran untuk pihak BATAN dan saran untuk penelitian selanjutnya. Saran yang bisa diberikan untuk pihak BATAN adalah: 1. Kondisi yang ada saat ini terkait dengan manajemen pengetahuan dapat dipertahankan oleh BATAN untuk tetap menjalankan aktivitas manajemen pengetahuan.

18 2. Apabila pihak BATAN memiliki keinginan untuk mengikuti hasil penelitian ini maka ada baiknya BATAN berfokus kepada proses yang memiliki prioritas tertinggi yaitu combination dan routines karena proses ini memiliki kesesuaian paling tinggi diantara proses lainnya dengan kondisi BATAN yang lebih memanfaatkan pengetahuan explicit. 3. Dukungan top management memegang peranan penting dalam implementasi manajemen pengetahuan. Kebijakan organisasi, peraturan organisasi, dan prosedur dapat menjadi alat yang efektif untuk bisa memaksa pegawai BATAN untuk melakukan aktivitas manajemen pengetahuan. Saran yang bisa diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah: 1. Melakukan penelitian yang sama dengan penambahan jumlah responden untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan di hasil penelitian. 2. Penelitian untuk mengidentifikasi pengetahuan yang ada dan dibutuhkan di suatu organisasi. 3. Pembuatan sistem manajemen pengetahuan untuk menunjang aktivitas manajemen pengetahuan di suatu organisasi. Daftar Referensi Anderson, K.K. (2009). Organizational Capabilities as Predictors of Effective Knowledge Management: An Empirical Examination. Umi Microform , Proquest LLC. Becerra-Fernandez, I., & Sabherwal, R. (2004). Knowledge Management Challenges, Solutions, and Technologies. Pearson Education. Inc. ISBN: Beliveau, B., Bernstein, E. H., & Hsieh, H. J. (2011). Knowledge Management Strategy, Enablers, and Process Capability in U.S. Software Companies. Journal of Multidisciplinary Research. Vol. 3. No. 1. pp Bertram, D. (2006). Likert Scales. CPSC 681- Topic Report. pp April Carlson, F. W. (1999). A Guide To Planning A Knowledge Management System. University of Maryland Bowie State University.

19 De Brun. C. (2005). ABC of Knowledge Management. NHS National Library for Health: Knowledge Management Specialist Library. International Atomic Energy Agency. (2012). Knowledge Management for Nuclear Research and Development Organizations. IAEA. ISBN: Kucza, T. (2001). Knowledge Management Process Model. Technical Research Center of Finland. ESPOO. VTT Publication. Lunsford, B. R., & Lunsford, T. R. (1995). The Research Sample, Part I:Sampling. JPO: Journal of Prosthethics and Orthotics. Vol. 7. No. 3. pp Razi, M. J. M., & Karim, N. S. A. (2010). Assessing Knowledge Management Readiness in Organization. IEEE /10. Setiawan, D. (2012). Perancangan Knowledge Management Solution Pada Divisi Operasional PT Visi Solution Teknologi. MTI UI. Wood, C. (2005). An Empirical Examination of Factors Influencing Work-Unit Knowledge Management Effectiveness in Organizations. UMI Microform , Proquest LLC.

Knowledge Management Solution untuk Divisi Operasional: Studi Kasus PT. XYZ

Knowledge Management Solution untuk Divisi Operasional: Studi Kasus PT. XYZ Knowledge Management Solution untuk Divisi Operasional: Studi Kasus PT. XYZ Dimas Setiawan 1, Dana Indra Sensuse 2 1,2 Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia Kampus UI Depok Indonesia 1 dimas_setiawan.mailbox@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Jenis Knowledge Terdapat dua jenis knowledge yang terdapat pada perusahaan, yaitu tacit knowledge dan explicit knowledge. Tacit knowledge adalah knowledge

Lebih terperinci

Analisis Knowledge Management Solutions dan Implementasi Knowledge Management Technology pada Firma Hukum: Studi Kasus Firma Hukum XYZ

Analisis Knowledge Management Solutions dan Implementasi Knowledge Management Technology pada Firma Hukum: Studi Kasus Firma Hukum XYZ Analisis Knowledge Management Solutions dan Implementasi Knowledge Management Technology pada Firma Hukum: Studi Kasus Firma Hukum XYZ Anggi Aida Budaya dan Putu Wuri Handayani Information Systems, Faculty

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Pengertian Knowledge Secara umum, terdapat dua jenis pengetahuan yaitu pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit. Pengetahuan tacit adalah pengetahuan

Lebih terperinci

ANALISA DAMPAK KNOWLEDGE MANAGEMENT TERHADAP PERFORMA ORGANISASI STUDI KASUS PADA PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA

ANALISA DAMPAK KNOWLEDGE MANAGEMENT TERHADAP PERFORMA ORGANISASI STUDI KASUS PADA PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Seminar Nasional Sistem Informasi Indonesia, 2-4 Desember 2013 ANALISA DAMPAK KNOWLEDGE MANAGEMENT TERHADAP PERFORMA ORGANISASI STUDI KASUS PADA PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Rida Indah Fariani Jurusan

Lebih terperinci

Dunamis Program Overview The Importance of Knowledge Transfer

Dunamis Program Overview The Importance of Knowledge Transfer Dunamis Program Overview The Importance of Knowledge Transfer Dunamis Organization Services Berdiri sejak tahun 1991, Dunamis merupakan mitra berlisensi dari FranklinCovey - sebuah organisasi global yang

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Strategi dan Pengukuran Knowledge Management. Rani Puspita D, M.Kom

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Strategi dan Pengukuran Knowledge Management. Rani Puspita D, M.Kom KNOWLEDGE MANAGEMENT Strategi dan Pengukuran Knowledge Management Rani Puspita D, M.Kom Tujuan Pembelajaran Memahami lebih jelas mengenai strategi knowledge management. Memahami lebih detail dari mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan atau knowledge merupakan sumber inovasi yang dibutuhkan oleh organisasi maupun perusahaan untuk bertahan dan berkembang [1], [2]. Supaya efektif dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN JURNAL HUBUNGAN KNOWLEDGE SHARING BEHAVIOR DAN INDIVIDUAL INNOVATION CAPABILITY

TINJAUAN JURNAL HUBUNGAN KNOWLEDGE SHARING BEHAVIOR DAN INDIVIDUAL INNOVATION CAPABILITY TINJAUAN JURNAL HUBUNGAN KNOWLEDGE SHARING BEHAVIOR DAN INDIVIDUAL INNOVATION CAPABILITY (Sumber : Hilmi Aulawi, Rajesri Govindaraju, Kadarsah Suryadi, Iman Sudirman) Fakultas Teknologi Industri, Program

Lebih terperinci

Analisis Peran Knowledge Management Infrastructures dalam Mendukung Knowledge Management Processes Organisasi: Studi Kasus PT XL Axiata Tbk

Analisis Peran Knowledge Management Infrastructures dalam Mendukung Knowledge Management Processes Organisasi: Studi Kasus PT XL Axiata Tbk Analisis Peran Knowledge Management Infrastructures dalam Mendukung Knowledge Management Processes Organisasi: Studi Kasus PT XL Axiata Tbk Ida Ayu Kadek Trisnanty dan Putu Wuri Handayani Information System,

Lebih terperinci

Bab IV Perancangan Arsitektur Knowledge Management System

Bab IV Perancangan Arsitektur Knowledge Management System Bab IV Perancangan Arsitektur Knowledge Management System Penulisan bab IV ini ditujukan untuk menjelaskan tahapan perancangan arsitektur KMS melalui studi kasus serta menjelaskan tahapan perumusan strategi

Lebih terperinci

01/10/2010. Pertemuan 1. Process. People. Technology

01/10/2010. Pertemuan 1. Process. People. Technology Pertemuan 1 Manajemen pengetahuan organisasi (bukan individu) untuk menciptakan nilai bisnis (business value) dan menghasilkan keunggulan daya saing (competitive advantage) People Process Technology 1

Lebih terperinci

21/09/2011. Pertemuan 1

21/09/2011. Pertemuan 1 Pertemuan 1 Manajemen pengetahuan organisasi j p g g (bukan individu) untuk menciptakan nilai bisnis (business value) dan menghasilkan keunggulan daya saing (competitive advantage) 1 People Process Technology

Lebih terperinci

EKSTERNALISASI KNOWLEDGE DI LABORATORIUM FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM

EKSTERNALISASI KNOWLEDGE DI LABORATORIUM FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM Hal IIB - 355 EKSTERNALISASI KNOWLEDGE DI LABORATORIUM FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM Amelia Kurniawati 1, Luciana Andrawina 2, Firmansyah Wahyudiarto 3, Andy Surya Setiawan 4 Fakultas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA MODEL KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM DI KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KARYA AKHIR WULAN ASRI MEIDYASARI

UNIVERSITAS INDONESIA MODEL KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM DI KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KARYA AKHIR WULAN ASRI MEIDYASARI UNIVERSITAS INDONESIA MODEL KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM DI KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KARYA AKHIR WULAN ASRI MEIDYASARI 1106122234 FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI

Lebih terperinci

Pengukuran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi Knowledge Management

Pengukuran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi Knowledge Management Pengukuran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi Knowledge Management Tri Joko Wibowo Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Serang Raya, Taman, Drangong,

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Penangkapan dan Kodifikasi Pengetahuan. Rani Puspita D, M.Kom

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Penangkapan dan Kodifikasi Pengetahuan. Rani Puspita D, M.Kom KNOWLEDGE MANAGEMENT Penangkapan dan Kodifikasi Pengetahuan Rani Puspita D, M.Kom Tujuan Pembelajaran Memahami konsep dasar mengenai penangkapan dan kodifikasi pengetahuan. Mengetahui teknik-teknik untuk

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Knowledge merupakan campuran dari pengalaman, nilai, serta pandangan pakar yang memberikan kerangka untuk mengevaluasi, menyatukan pengalaman baru dan informasi. Menurut

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan penelitian ini, dapat diambil beberapa simpulan sesuai dengan permasalahan yang diteliti, sebagai berikut: Dukungan kebijakan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) CDG3F4 TEKNOLOGI MANAJEMEN PENGETAHUAN Disusun oleh: Tim Dosen Teknologi Manajemen Pengetahuan PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS INFORMATIKA TELKOM UNIVERSITY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses untuk mengoptimalisasi kekayaan intelektual yang dapat dilihat dari kinerja karyawan di suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu memenuhi kebutuhan informasi seluruh karyawan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. membantu memenuhi kebutuhan informasi seluruh karyawan perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini perkembangan teknologi informasi (IT) telah berkembang dengan pesat, dengan banyak membawa perubahan-perubahan besar yang berpengaruh pada dunia bisnis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi ini terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak pihak

Lebih terperinci

RAHMADINI DARWAS. Program Magister Sistem Informasi Akuntansi Jakarta 2010, Universitas Gunadarma Abstrak

RAHMADINI DARWAS. Program Magister Sistem Informasi Akuntansi Jakarta 2010, Universitas Gunadarma Abstrak EVALUASI PERAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KOPERASI SWADHARMA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MATURITY LEVEL PADA KERANGKA KERJA COBIT PADA DOMAIN PLAN AND ORGANISE RAHMADINI DARWAS Program Magister Sistem Informasi

Lebih terperinci

Dari e-learning Menuju e-knowledge

Dari e-learning Menuju e-knowledge Dari e-learning Menuju e-knowledge Atik Dwi Utami Magister Chief Information Officer Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Ditjen. Perbendaharaan Departemen Keuangan RI atik_dwi@students.itb.ac.id,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi telah meningkatkan persaingan dan memicu perkembangan di segala bidang. Kondisi ini mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengetahuan disimpan di dalam otak individu atau di-encode (diubah dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Pengetahuan disimpan di dalam otak individu atau di-encode (diubah dalam 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Knowledge Pengetahuan dalam Kusumadmo (2013), adalah penggunaan informasi dan data secara penuh yang dilengkapi dengan potensi ketrampilan, kompetensi, ide, intuisi, komitmen,

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN BATAN TAHUN

INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN BATAN TAHUN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN BATAN TAHUN 2010 2014 I. Badan Tenaga Nuklir Nasional 1. Kementerian /Lembaga : Badan Tenaga Nuklir Nasional 2. Tugas Pokok : Melaksanakan tugas pemerintahan di bidang

Lebih terperinci

Analisis Meningkatkan Kinerja Dosen Menggunakan Knowledge Management System

Analisis Meningkatkan Kinerja Dosen Menggunakan Knowledge Management System Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Analisis Meningkatkan Kinerja Dosen Menggunakan Knowledge Management System I Gusti Ayu Desi Saryanti 1, Ni Luh Gede Pivin

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM PADA PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN DI BPK RI

KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM PADA PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN DI BPK RI 74 KomuniTi, Vol. V, No. 2 September 2013 KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM PADA PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN DI BPK RI ABSTRAK Berbudi Bowo Laksono 1, Noor Akhmad Setiawan, Surjono Jurusan Teknik Elektro dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen pengetahuan adalah istilah manajemen yang terbaru dan ditujukan untuk melakukan pengembangan proses kerja dan penciptaan nilai bagi operasi perusahaan secara

Lebih terperinci

Knowledge Management Tools

Knowledge Management Tools Knowledge Management Tools Ada beberapa faktor yang dapat memotivasi sebuah organisasi untuk membentuk manajemen formal dan pengetahuan sistematis, termasuk keinginan atau kebutuhan untuk : i. mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Knowledge Knowledge bukan hanya pengetahuan, menurut Thomas Davenport dan Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut : "Knowledge merupakan campuran dari

Lebih terperinci

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 108/KA/V/2011 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2010-2014 DI BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Universitas Telkom (disingkat Tel-U) merupakan penggabungan dari empat institusi yang berada di bawah badan penyelenggara Telkom Foundation (TF), yaitu Telkom Engineering

Lebih terperinci

Best Practice Kegiatan Corrective Maintenance untuk Kerusakan Bearing pada Mesin Millac 5H 6P Berdasarkan Knowledge Conversion

Best Practice Kegiatan Corrective Maintenance untuk Kerusakan Bearing pada Mesin Millac 5H 6P Berdasarkan Knowledge Conversion Petunjuk Sitasi: Atma, S., Soesanto, R. P., Kurniawati, A., & Hediyanto, U. Y. (2017). Best Practice Kegiatan Corrective Maintenance untuk Kerusakan Bearing pada Mesin Millac 5H 6P Berdasarkan Knowledge

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN PADA SMP NEGERI 134 JAKARTA

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN PADA SMP NEGERI 134 JAKARTA PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN PADA SMP NEGERI 134 JAKARTA Muhammad Ainur Rony Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Budi Luhur Jl. Ciledug Raya Petukangan

Lebih terperinci

Evaluasi Implementasi Binus Online pada Proses Pembelajaran Studi Kasus: Program Studi Sistem Informasi

Evaluasi Implementasi Binus Online pada Proses Pembelajaran Studi Kasus: Program Studi Sistem Informasi Evaluasi Implementasi Binus Online pada Proses Pembelajaran Studi Kasus: Program Studi Sistem Informasi G. G. Faniru Pakuning Desak 1, Nyoman Ayu Gita Gayatri 2 1 PJJ Sistem Informasi, BINUS University,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS III.1 Interaksi Sosial sebagai Dasar Knowledge Management

BAB III ANALISIS III.1 Interaksi Sosial sebagai Dasar Knowledge Management BAB III ANALISIS Pada bab ini dipaparkan analisis yang dilakukan terhadap pengetahuan dan pemahaman dasar mengenai proses KM. Analisis yang dilakukan adalah terkait dengan pemahaman bahwa KM didasari oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pada masa sekarang ini, penggunaan sistem informasi berbasis teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pada masa sekarang ini, penggunaan sistem informasi berbasis teknologi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada masa sekarang ini, penggunaan sistem informasi berbasis teknologi informasi komputer telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan untuk memenangkan persaingan dalam

Lebih terperinci

01/10/2010. Pertemuan 4

01/10/2010. Pertemuan 4 Pertemuan 4 Tahap pertama dalam siklus KM Terintegrasi Menangkap atau mengekstrak pengetahuan tacit Mengorganisasi atau mengkodekan pengetahuan explicit Perlu dibedakan antara menangkap/identifikasi pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkoordinasi untuk mencapai tujuan bersama (Jones, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. terkoordinasi untuk mencapai tujuan bersama (Jones, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi merupakan wadah bagi sekelompok orang yang bekerja secara terkoordinasi untuk mencapai tujuan bersama (Jones, 2013). Dalam suatu organisasi terdapat tugas-tugas

Lebih terperinci

BAB 5 KONKLUSI DAN REKOMENDASI. menunjukkan bahwa penyebab kesuksesan implementasi SAP dipengaruhi oleh

BAB 5 KONKLUSI DAN REKOMENDASI. menunjukkan bahwa penyebab kesuksesan implementasi SAP dipengaruhi oleh BAB 5 KONKLUSI DAN REKOMENDASI 5.1. Konklusi Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis penyebab kesuksesan implementasi sistem aplikasi SAP di PT Semen Tonasa. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat serta ditunjang inovasi di berbagai bidang kehidupan. Setelah era efisiensi

Lebih terperinci

BATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

BATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 20132013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 205/KA/XI/2012 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

Lebih terperinci

Analisis Knowledge Sharing pada Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika STMIK GI MDP

Analisis Knowledge Sharing pada Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika STMIK GI MDP 296 ISSN: 2354-5771 Analisis Knowledge Sharing pada Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika STMIK GI MDP Triana Elizabeth Teknik Informatikan STMIK GI MDP Palembang E-mail: trianaelizabeth@mdp.ac.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kompetitif dewasa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kompetitif dewasa ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kompetitif dewasa ini memaksa perusahaan untuk terus berinovasi dan memberikan pelayanan yang terbaik bagi para pelanggan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. antar perusahaan semakin meningkat, sehingga setiap perusahaan dituntut

I. PENDAHULUAN. antar perusahaan semakin meningkat, sehingga setiap perusahaan dituntut I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, intensitas kompetisi dan persaingan ketat antar perusahaan semakin meningkat, sehingga setiap perusahaan dituntut meningkatkan kompetensinya

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, perusahaan menyadari bahwa teknologi dapat berperan dalam mencapai tujuan pada bagian yang kritis seperti keunggulan

Lebih terperinci

Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP)

Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) Judul Matakuliah Bobot Matakuliah Kode Matakuliah : Management : 3 SKS : Deskripsi Matakuliah Kompetensi Umum Text Book Mata kuliah ini bertujuan untuk memberikan

Lebih terperinci

Agenda Sosialisasi Penyusunan Usulan Kegiatan 2014 Melalui SIPL BP Cipanas 10 Januari

Agenda Sosialisasi Penyusunan Usulan Kegiatan 2014 Melalui SIPL BP Cipanas 10 Januari Agenda 2013 1 Sosialisasi Implementasi Reformasi Birokrasi BATAN BSDM Yogyakarta Januari 2 Pelaksanaan Ujian Penyesuaian Ijazah Non-Tugas Belajar BSDM Kantor Pusat BATAN Januari & Juli 3 Bimbingan Teknis

Lebih terperinci

MODEL PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM UNTUK PENYUSUNAN TUGAS AKHIR BERBASIS TEKNOLOGI MOBILE MENGGUNAKAN J2ME (STUDI KASUS STMIK SUBANG)

MODEL PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM UNTUK PENYUSUNAN TUGAS AKHIR BERBASIS TEKNOLOGI MOBILE MENGGUNAKAN J2ME (STUDI KASUS STMIK SUBANG) MODEL PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM UNTUK PENYUSUNAN TUGAS AKHIR BERBASIS TEKNOLOGI MOBILE MENGGUNAKAN J2ME (STUDI KASUS STMIK SUBANG) Andreas Eko Wijaya Program Studi Teknik Informatika, STMIK

Lebih terperinci

Fifin Sonata Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Medan Jl. Iskandar Muda No.45 Medan, Sumatera Utara

Fifin Sonata Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Medan Jl. Iskandar Muda No.45 Medan, Sumatera Utara JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Vol.6 No. 1, Juni 2017 : 29-40 ANALISIS SURVEI FAKTOR-FAKTOR KNOWLEDGE SHARING DENGAN TEKNIK FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) DI STIKOM MEDAN SURVEI ANALYSIS OF FACTORS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting bagi suatu perusahaan. Dengan adanya teknologi informasi, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting bagi suatu perusahaan. Dengan adanya teknologi informasi, maka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi informasi pada masa kini, telah menjadi suatu kebutuhan yang penting bagi suatu perusahaan. Dengan adanya teknologi informasi, maka proses-proses yang ada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Data Menurut Parker (1993) data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal datum atau data-item, kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata.

Lebih terperinci

Penilaian Knowledge Management System Readiness Di Perusahaan G Berdasarkan Faktor People, Process, Dan Technology

Penilaian Knowledge Management System Readiness Di Perusahaan G Berdasarkan Faktor People, Process, Dan Technology Penilaian Knowledge Management System Readiness Di Perusahaan G Berdasarkan Faktor People, Process, Dan Technology Nur Zahra Afifah 1) Dr. Luciana Andrawina 2) Amelia Kurniawati, ST., MT 3) Program Studi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Data, Informasi Dan Knowledge Management Organisasi harus memiliki sistem pengelolaan pengetahuan yang baik untuk menghasilkan knowledge yang berkualitas dan berguna

Lebih terperinci

USABILITY KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS WEB PADA PT. MEGA KONSTRUKSI NEW PONTIANAK

USABILITY KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS WEB PADA PT. MEGA KONSTRUKSI NEW PONTIANAK Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2016, pp. 437~445 437 USABILITY KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS WEB PADA PT. MEGA KONSTRUKSI NEW PONTIANAK Windi Irmayani Komputerisasi Akuntansi,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT Dirgantara Indonesia (DI) yang sebelumnya bernama IPTN (Industri Pesawat Terbang Nurtanio) merupakan perintis industri pesawat terbang yang ada di Indonesia. Perusahaan

Lebih terperinci

ANALISA IMPLEMENTASI SHARING KNOWLEDGE UNTUK MENUJU PENCIPTAAN BUDAYA SHARING KNOWLEDGE DI PERUSAHAAN X

ANALISA IMPLEMENTASI SHARING KNOWLEDGE UNTUK MENUJU PENCIPTAAN BUDAYA SHARING KNOWLEDGE DI PERUSAHAAN X ANALISA IMPLEMENTASI SHARING KNOWLEDGE UNTUK MENUJU PENCIPTAAN BUDAYA SHARING KNOWLEDGE DI PERUSAHAAN X Dessi Dharmasinta Universitas Atma Jaya Jakarta Abtrak: Salah satu dampak yang paling penting dari

Lebih terperinci

BATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

BATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 205/KA/XI/2012 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL TAHUN 2010 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

Minggu 3: Manajemen Modern

Minggu 3: Manajemen Modern Minggu 3: Manajemen Modern TI4002-Manajemen Rekayasa Industri Teknik Industri, FTI ITB Tujuan Pembelajaran Mempelajari dasar-dasar yang menjadi pemikiran manajemen moderen Mengetahui arah pengembangan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS KESIAPAN PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT DI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KARYA AKHIR

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS KESIAPAN PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT DI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KARYA AKHIR UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS KESIAPAN PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT DI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KARYA AKHIR FAJAR PRIYAUTAMA 1206194474 FAKULTAS ILMU KMPUTER PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali, Unit Pelayanan Pemeliharaan Wilayah Timur (PT PJB UPHT) Gresik

BAB I PENDAHULUAN. Bali, Unit Pelayanan Pemeliharaan Wilayah Timur (PT PJB UPHT) Gresik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan semakin cepatnya perkembangan teknologi informasi telah membawa perubahan dari peran efisien ke peran strategi. Perubahan peran tersebut terlihat

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Siklus Knowledge Management. Pertemuan 2

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Siklus Knowledge Management. Pertemuan 2 KNOWLEDGE MANAGEMENT Pertemuan 2 : Siklus Knowledge Management Pertemuan 2 Rani Puspita D, M.Kom KM yang efektif mensyaratkan organisasi untuk mengidentifikasi, menghasilkan, memperoleh, menyebar dan menangkap

Lebih terperinci

Meningkatkan Keunggulan Kompetitif Melalui Knowledge Management

Meningkatkan Keunggulan Kompetitif Melalui Knowledge Management Meningkatkan Keunggulan Kompetitif Melalui Knowledge Management Restu Khaliq Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Antasari Business competition is increasingly tight, not only to survive but the company

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. A. Kantor Pelayanan Pajak Pratama... 7

DAFTAR ISI. A. Kantor Pelayanan Pajak Pratama... 7 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 2 II. Tinjauan Pustaka... 3 A. Pengetahuan (Knowledge)... 3 B. Manajemen Pengetahuan... 4 C. Knowledge Sharing... 5 III.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah Knowledge Management (KM) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1986, dalam konferensi manajemen Eropa yaitu APQC (American Productivity and Quality Center).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini, persaingan antar organisasi semakin ketat untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini, persaingan antar organisasi semakin ketat untuk memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan perilaku konsumen di era globalisasi sekarang ini adalah salah satu dari sejumlah tantangan yang harus dihadapi oleh banyak organisasi atau perusahaan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jumlah Mesin Bagian Online Produksi Key Facility

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jumlah Mesin Bagian Online Produksi Key Facility BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Manufaktur merupakan suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan, dan tenaga kerja dalam suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah menjadi barang

Lebih terperinci

APLIKASI PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN SOFTWARE ERP BERBASIS ISO/IEC 9126

APLIKASI PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN SOFTWARE ERP BERBASIS ISO/IEC 9126 APLIKASI PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN SOFTWARE ERP BERBASIS ISO/IEC 9126 Andharini Dwi Cahyani Program Studi Teknik Informatika, Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang Kamal, Bangkalan, 61256,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan selalu berusaha memiliki Competitive advantages untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan selalu berusaha memiliki Competitive advantages untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan selalu berusaha memiliki Competitive advantages untuk memenangkan persaingan. Infrastruktur TI yang kuat merupakan salah satu hal yang memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Mulia Group didirikan pada tahun 1965 oleh keluarga Joko S. Tjandra. Pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Mulia Group didirikan pada tahun 1965 oleh keluarga Joko S. Tjandra. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mulia Group didirikan pada tahun 1965 oleh keluarga Joko S. Tjandra. Pada awalnya perusahaan ini bergerak dalam bidang perdagangan dan industri. Seiring dengan berjalannya

Lebih terperinci

Sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan. analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan

Sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan. analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan 18 2. Mengadakan sharing vision secara periodik Sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan yang

Lebih terperinci

Nur Annisa Istiqomah ( ) Dosen Pembimbing : Naning Aranti W. ST., MM. Arief Rahman ST., M.Sc.

Nur Annisa Istiqomah ( ) Dosen Pembimbing : Naning Aranti W. ST., MM. Arief Rahman ST., M.Sc. Nur Annisa Istiqomah (2507100133) Dosen Pembimbing : Naning Aranti W. ST., MM. Arief Rahman ST., M.Sc.... Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata Kuliah : Konsep Sistem informasi Lanjut Fakultas : Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Jurusan : S1-Sistem Informasi Tujuan : mempelajari dan memahami Sistem Informasi dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi merupakan teknologi yang dapat digunakan untuk membantu manusia dalam memproses data untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat. Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

LAPORAN PERJALANAN DINAS

LAPORAN PERJALANAN DINAS LAPORAN PERJALANAN DINAS Pelapor : Topan Setiadipura NIP : 19800605 200604 1 006 Unit Kerja : Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir 1. Nama Kegiatan Technical Meeting to Review First Draft of

Lebih terperinci

Pemodelan Knowledge Management Berbasis Web Studi Kasus Budidaya Lele ARRA FARM

Pemodelan Knowledge Management Berbasis Web Studi Kasus Budidaya Lele ARRA FARM INFORMATION SYSTEM FOR EDUCATORS AND PROFESSIONALS Vol.1, No. 1, Desember 2016, 9-20 E-ISSN: 2548-3587 9 Pemodelan Knowledge Management Berbasis Web Studi Kasus Budidaya Lele ARRA FARM Arfan Sansprayada

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN FR-FE-1.1-R0 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TARUMANAGARA SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : S1. Akuntansi / Manajemen MATA KULIAH : Sistem Informasi Manajemen KODE MATA KULIAH : BEBAN

Lebih terperinci

Arsitektur Knowledge Management

Arsitektur Knowledge Management Arsitektur Knowledge Management Aloysius Airlangga Bajuadji, S.Kom, M.Eng Tujuan & Definisi Arsitektur KM Tujuan penyusunan arsitektur KM adalah untuk menyediakan kerangka dan landasan bagi pengembangan

Lebih terperinci

Business Process and Information Systems. Didi Supriyadi - Pertemuan ke-3 Sistem Informasi Manajemen ST3 Telkom

Business Process and Information Systems. Didi Supriyadi - Pertemuan ke-3 Sistem Informasi Manajemen ST3 Telkom Business Process and Information Systems Didi Supriyadi - Pertemuan ke-3 Sistem Informasi Manajemen ST3 Telkom Pokok Bahasan Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti perkuliahan pokok bahasan ini mahasiswa

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM ORGANISASI BISNIS. Tugas Mata Kuliah. Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan. Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc(CS) Oleh:

KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM ORGANISASI BISNIS. Tugas Mata Kuliah. Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan. Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc(CS) Oleh: KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM ORGANISASI BISNIS Tugas Mata Kuliah Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc(CS) Oleh: Armiastho Adi Saputro P056100132.35E MAGISTER MANAJEMEN

Lebih terperinci

Pertemuan 6. Tujuan Pembelajaran

Pertemuan 6. Tujuan Pembelajaran Penangkapan dan Kodifikasi Pengetahuan Pertemuan 6 Tujuan Pembelajaran 1. Mengenali konsep dan terminologi dasar yang berkaitan dengan penangkapan dan kodifikasi pengetahuan 2. Mengetahui teknik teknik

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN LANJUTAN. Dea Arri Rajasa, SE., S.Kom

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN LANJUTAN. Dea Arri Rajasa, SE., S.Kom SISTEM INFORMASI MANAJEMEN LANJUTAN Dea Arri Rajasa, SE., S.Kom SEKILAS TENTANG ENTERPRISE RESOURCE PLANNING ERP (Enterprise Resource Planning) menyediakan informasi tunggal untuk

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI. Oleh :

KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI. Oleh : KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI Disusun sebagai tugas paper MK. Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan (TOMP) pada Kelas E35-Bogor. 22-Januari 2011 Oleh : Hary Purnama

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya pengetahuan dan teknologi menyebabkan perusahaan harus terus mengembangkan kemampuan yang dimiliki agar dapat meningkatkan keunggulan kompetitif.

Lebih terperinci

Developing an IS/IT Strategy: Establishing Effective Process

Developing an IS/IT Strategy: Establishing Effective Process Developing an IS/IT Strategy: Establishing Effective Process Strategic Information Systems Planning John Ward, 2003 Dikompilasi: Arrianto Mukti Wibowo amwibowo@cs.ui.ac.id, amwibowo@makarauiconsulting.com

Lebih terperinci

ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI. Titien S. Sukamto

ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI. Titien S. Sukamto ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI Titien S. Sukamto Pengantar Dalam proses mencapai keselarasan dan dampaknya, diperlukan adanya pemahaman akan lingkungan bisnis dan teknologi,

Lebih terperinci

MEMBANGUN ORGANISASI BERKINERJA TINGGI DIKLATPIM TK II 2017

MEMBANGUN ORGANISASI BERKINERJA TINGGI DIKLATPIM TK II 2017 MEMBANGUN ORGANISASI BERKINERJA TINGGI DIKLATPIM TK II 2017 1. Integritas dan wawasan kebangsaan 2. Pembekalan isu strategis 3.Organisasi Berkinerja Tinggi 4. Diagnostic Reading 5. Penjelasan Proyek Perubahan

Lebih terperinci

Bab II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya

Bab II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Bab II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Penelitian ini merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Mahwish Waheed, dkk dari International Islamic University Pakistan tahun 2011. Dalam tulisan

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Konsep Sistem Informasi Bobot Mata Kuliah : 3 Sks GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Deskripsi Mata Kuliah : Sistem informasi; Input/masukan; Model; Output/keluaran; Organisasi data

Lebih terperinci

RENCANA IMPLEMENTASI SISTEM ERP EPICOR ISCALA 2.3 SR3 MODUL SALES MANAGEMENT PADA PT. X

RENCANA IMPLEMENTASI SISTEM ERP EPICOR ISCALA 2.3 SR3 MODUL SALES MANAGEMENT PADA PT. X RENCANA IMPLEMENTASI SISTEM ERP EPICOR ISCALA 2.3 SR3 MODUL SALES MANAGEMENT PADA PT. X Tika Oktora Arifiani 1301058226 Jennie Sutanty 1301058926 Agustina Pertiwi 1301066322 Pembimbing : Johan S.Kom, MM

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN SDM ANALISIS AKTIVASI NEUTRON Yustina Tri Handayani Pusat Pendidikan dan Pelatihan BAT AN

PERKEMBANGAN SDM ANALISIS AKTIVASI NEUTRON Yustina Tri Handayani Pusat Pendidikan dan Pelatihan BAT AN Widyanuklida Vol. II No. I, November 20 II ABSTRAK PERKEMBANGAN SDM ANALISIS AKTIVASI NEUTRON Yustina Tri Handayani Pusat Pendidikan dan Pelatihan BAT AN e-mail: yustina@batan.go.id Perkembangan Sdm Analisis

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang mempengaruhi efektifnya sebuah Organisasi Virtual (Metode dan Perbandingan)

Faktor-Faktor yang mempengaruhi efektifnya sebuah Organisasi Virtual (Metode dan Perbandingan) Faktor-Faktor yang mempengaruhi efektifnya sebuah Organisasi Virtual (Metode dan Perbandingan) Literature Review Vebri Naldo Madawara (912014051) Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi informasi terutama penggunaan internet saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi informasi terutama penggunaan internet saat ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi informasi terutama penggunaan internet saat ini berkembang pesat setiap tahunnya. Menurut data Internet World Stats, Indonesia termasuk

Lebih terperinci

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A )

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A ) Media Indormatika Vol. 8 No. 3 (2009) PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A ) Hartanto Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di dalam hampir semua aspek. Kelangsungan hidup organisasi sangat tergantung kepada kemampuan

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM ERP DALAM MEMBUAT PROJECT FEASIBILITY, PROJECT STATUS DAN PROJECT MONITORING PADA PERUSAHAAN DI BIDANG KONTRAKTOR

PENERAPAN SISTEM ERP DALAM MEMBUAT PROJECT FEASIBILITY, PROJECT STATUS DAN PROJECT MONITORING PADA PERUSAHAAN DI BIDANG KONTRAKTOR PENERAPAN SISTEM ERP DALAM MEMBUAT PROJECT FEASIBILITY, PROJECT STATUS DAN PROJECT MONITORING PADA PERUSAHAAN DI BIDANG KONTRAKTOR Hendra Alianto; Santo Fernandi Wijaya Information Systems Department,

Lebih terperinci

PENERAPAN FRAMEWORK COBIT UNTUK IDENTIFIKASI TINGKAT KEMATANGAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI: STUDI KASUS DI FASILKOM UNWIDHA

PENERAPAN FRAMEWORK COBIT UNTUK IDENTIFIKASI TINGKAT KEMATANGAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI: STUDI KASUS DI FASILKOM UNWIDHA 38 khazanah informatika Jurnal Ilmu Komputer dan Informatika PENERAPAN FRAMEWORK COBIT UNTUK IDENTIFIKASI TINGKAT KEMATANGAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI: STUDI KASUS DI FASILKOM UNWIDHA Agustinus Suradi

Lebih terperinci