BAB III PENALARAN KONDISIONAL. A. Bentuk Umum dan Struktur Pernyataan Kondisional. Penalaran kondisional berhubungan dengan pernyataan: Jika...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PENALARAN KONDISIONAL. A. Bentuk Umum dan Struktur Pernyataan Kondisional. Penalaran kondisional berhubungan dengan pernyataan: Jika..."

Transkripsi

1 A III PENALARAN KONDIIONAL A. entuk Umum dan truktur Pernyataan Kondisional Penalaran kondisional berhubungan dengan pernyataan: Jika..., maka..., yang dikenal dengan nama pernyataan kondisional atau pernyataan implikasi (selanjutnya disebut pernyataan kondisional). Contoh dari pernyataan kondisional adalah sebagai berikut; Jika usi menjadi juara kelas, maka dia akan memperoleh hadiah dari ayahnya. Jika setiap peraturan lalu lintas dipatuhi oleh para pemakai jalan raya, maka kecelakaan lalu lintas dapat dihindari. Jika pada suatu ruang anach berlaku sifat paralelogram, maka ruang anach tersebut adalah ruang Hilbert. erdasarkan tiga contoh tersebut maka bentuk dari suatu pernyataan kondisional dapat diperumum menjadi: Jika (klausa utama), maka (klausa subordinat). Untuk memudahkan dalam mengevaluasi kebenaran dari pernyataan kondisional tersebut, biasanya pernyataan tersebut diubah ke dalam bentuk simbol: p q, dengan p sebagai klausa utama dan q sebagai klausa subordinat. entuk pernyataan di atas merupakan bentuk umum dari pernyataan kondisional. Namun sering pula ditemukan bentuk pernyataan kondisional yang berbeda dari bentuk umumnya, yaitu: (klausa subordinat), jika (klausa utama). 1

2 Contoh: Kecelakaan lalu lintas dapat dihindari, jika setiap peraturan lalu lintas dipatuhi oleh para pemakai jalan raya. Dengan melihat bentuk umum dari pernyataan kondisional, maka unsurunsur (struktur) yang terdapat dalam pernyataan kondisional adalah sebagai berikut: 1. Klausa utama Klausa utama disebut dengan anteseden atau protasis atau implikan (selanjutnya disebut anteseden). Anteseden merupakan syarat cukup atau penyebab terjadinya klausa subordinat. Pada umumnya anteseden selalu ditempatkan setelah kata jika. 2. Klausa subordinat Klausa subordinat disebut dengan konsekuen atau apodosis atau implikeit (selanjutnya disebut konsekuen). Konsekuen merupakan akibat atau syarat perlu untuk anteseden. Pada umumnya konsekuen selalu ditempatkan setelah kata maka. 3. Kata penghubung Pada umumnya di dalam pernyataan kondisional selalu terdapat kata penghubung jika-maka, namun dalam beberapa kasus sering terjadi bahwa dalam suatu pernyataan kondisional hanya terdapat kata penghubung jika saja atau maka saja. Kata penghubung jika-maka merupakan kata kunci sebagai salah satu cara untuk membedakan anteseden dan konsekuen. Kata penghubung jika-maka ini bukan merupakan satun-satunya kata penghubung yang digunakan dalam pernyataan kondisional. Kata penghubung 2

3 jika dapat pula digantikan oleh kata penghubung: kalau, bila, seandainya, andaikan, dan kata-kata sejenis lainnya. edangkan kata penghubung maka dapat pula digantikan oleh kata penghubung akibatnya atau kata penghubung lain yang sejenis.. Nilai Kebenaran dan Negasi Pernyataan Kondisional uatu pernyatan kondisional memiliki nilai kebenaran yang sama dengan nilai kebenaran dari hasil penggabungan dua buah pernyataan yang digabungkan secara implikasi. Kemungkinan-kemungkinan nilai kebenaran dari suatu pernyataan kondisional dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Implikasi p q p q Pernyataan kondisional Jika p, maka q, memiliki arti yang sama dengan salah bahwa p dan tidak q. Pada definisi tersebut, negasi dari suatu pernyataan kondisional disamakan dengan suatu negajunksi, yaitu kombinasi dari negasi dan konjunksi. ebagai interpretasi dari negajunksi maka pernyataan kondisional akan bernilai benar jika minimal salah satu komponennya (p atau tidak q) bernilai salah. ehingga dapat disimpulkan bahwa p q equivalen dengan (p q) atau p q dan negasi dari p q adalah p q. 3

4 C. Jenis-Jenis Pernyataan Kondisional Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa pernyataan kondisional memiliki bentuk umum Jika (anteseden), maka (konsekuen). erdasarkan anteseden dan konsekuennya, pernyataan kondisional dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. ubjunctive conditional ubjunctive conditional adalah pernyataan kondisional yang anteseden dan konsekuennya merupakan satu-kesatuan (ada hubungan satu sama lain), dengan kata lain pernyataan kondisional ini merupakan suatu hipotesis. Contoh: Jika suatu besi dibakar, maka besi tersebut akan memuai. 2. Counterfactual conditional Counterfactual conditional adalah pernyataan kondisional yang anteseden dan konsekuennya tidak merupakan satu-kesatuan, dengan nilai kebenaran dari antesedennya adalah salah. Contoh: Jika andung adalah ibu kota negara Indonesia, maka 2+2=4. D. yarat Cukup dan yarat Perlu Dalam suatu pernyataan kondisinal terdapat unsur yang sangat penting, yaitu: anteseden dan konsekuen. ehingga sangat perlu diketahui mana klausa yang menjadi anteseden dan mana klausa yang menjadi konsekuen. Jika terdapat kata penghubung jika-maka, maka dapat dengan mudah membedakan antara anteseden dan konsekuen. Namun ketika dalam pernyataan kondisional tersebut hanya memakai kata penghubung jika saja atau maka saja, 4

5 sering terjadi kata penghubung tersebut tidak ditempatkan seperti pada bentuk umum pernyataan kondisional. Contoh: Maka, ketika matahari terbit, ayam jantan mulai berkokok. Pernyataan tersebut merupakan pernyataan kondisional dengan klausa matahari terbit sebagai anteseden dan klausa ayam jantan mulai berkokok sebagai konsekuen. Meskipun demikian pada pernyataan tersebut kata penghubung maka tidak diikuti oleh klausa ayam jantan mulai berkokok. Oleh karena itu perlu diketahui cara yang lain untuk membedakan antara anteseden dan konsekuen. Caranya adalah dengan membedakan antara klausa mana yang menjadi syarat perlu atau menjadi syarat cukup bagi klausa yang lain. Kebenaran dari suatu anteseden dalam pernyataan kondisional merupakan syarat cukup (meskipun tidak perlu) untuk kebenaran dari konsekuennya. Jadi, klausa yang menjadi syarat cukup merupakan fakta atau kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya sesuatu (klausa lainnya) meskipun itu tidak perlu. Contoh: Jika gambar ini segitiga sama sisi, maka semua sisi segitiga ini memiliki panjang yang sama. Kita dapat mengatakan bahwa: Gambar ini segitiga sama sisi merupakan syarat cukup untuk membuat semua sisi segitiga ini memiliki panjang yang sama. Pada contoh Maka, ketika matahari terbit, ayam jantan mulai berkokok, matahari terbit merupakan syarat cukup untuk menyebabkan ayam jantan mulai berkokok. edangkan kondisi ayam jantan mulai berkokok bukan merupakan syarat cukup untuk terjadinya matahari terbit. ehingga jelas bahwa matahari terbit merupakan anteseden dan ayam jantan mulai berkokok merupakan konsekuen. 5

6 Kebenaran dari suatu konsekuen merupakan syarat perlu, tetapi belum cukup untuk menyebabkan kebenaran anteseden. yarat perlu merupakan kondisi yang harus dipenuhi atau terjadi untuk terjadinya sesuatu (anteseden), akan tetapi kondisi tersebut belum cukup untuk pasti menyebabkan terjadinya sesuatu itu. Ayam jantan mulai berkokok merupakan kondisi yang harus dipenuhi untuk terjadinya matahari terbit, akan tetapi kondisi tersebut belum cukup untuk menyebabkan terjadinya matahari terbit. Jadi, dengan mengetahui klausa mana yang menjadi syarat cukup dan syarat perlu, maka kita dapat membedakan antara anteseden dan konsekuen. Karena klausa yang menjadi syarat cukup merupakan anteseden, dan klausa yang menjadi syarat perlu merupakan konsekuen. E. Kontrapositif, Konvers, dan Invers Jika kita memiliki suatu pernyataan kondisional, maka kita dapat membuat pernyataan lain yang equivalen (nilai kebenarannya sama) dengan pernyataan tersebut. Contoh: (1) Jika arus listrik terputus, maka komputer tidak akan menyala. (2) Jika komputer menyala, maka arus listrik tidak terputus. Kedua pernyataan tersebut saling equivalen, dan pernyataan yang satu merupakan kontrapositif dari pernyataan lain. Nilai kebenaran dari kontrapositif suatu pernyataan sama dengan nilai kebenaran dari pernyataan itu sendiri. Kontrapositif dari suatu pernyataan kondisional dibuat dengan cara menjadikan 6

7 negasi konsekuen pernyataan awal sebagai anteseden baru dan negasi anteseden pernyataan awal sebagai konsekuen baru. imbolnya adalah: q p. Pada pernyataan (1) di atas, arus listrik terputus merupakan anteseden dan komputer tidak akan menyala merupakan konsekuen. Jika kita menukar posisi antara anteseden dan konsekuen maka kita akan memperoleh pernyataan yang baru, yaitu: (3) Jika komputer tidak menyala, maka arus listrik terputus. Pernyataan (3) disebut konvers dari pernyataan (1), akan tetapi pernyataan (1) dan (3) bukan pernyataan yang saling equivalen, karena nilai kebenarannya tidak sama. imbol untuk konvers dari suatu pernyataan kondisional adalah: q p. Kontrapositif dari pernyatan (3) yaitu: (4) Jika arus listrik tidak terputus, maka komputer akan menyala. Pernyataan (4) disebut juga sebagai invers dari pernyataan (1). Invers dari suatu pernyataan kondisional tidak equivalen dengan pernyataan tersebut, tetapi equivalen dengan konvers dari pernyataan tersebut. Invers dari suatu pernyataan kondisional dibuat dengan cara menjadikan negasi anteseden pernyataan awal sebagai anteseden baru dan negasi konsekuen pernyataan awal sebagai konsekuen baru. imbolnya adalah: p q. Untuk melihat equivalensi pernyataan kondisional, kontrapositif, konvers, dan invers dari suatu pernyataan kondisional, dapat diketahui dari nilai kebenarannya pada Tabel 9. 7

8 Tabel 9. Kondisional, Kontrapositif, Konvers, dan Invers p q p q p q q p q p p q F. Tipe-Tipe Penalaran Kondisional Telah diketahui bahwa obyek dari suatu penalaran logis adalah argumen, akibatnya obyek dari penalaran kondisional pun berupa argumen. erdasarkan situasi dari premis minornya, penalaran kondisional terdiri dari empat situasi, yaitu: 1. Mengesahkan anteseden: berarti bahwa bagian kalimat jika... adalah benar. Contoh: Jika kepala pemerintahan negara Amir seorang Presiden, maka Amir tinggal di negara Republik. Kepala pemerintahan negara Amir seorang Presiden Jadi, Amir tinggal di negara republik. Premis Mayor Premis Minor Konklusi 2. Mengesahkan konsekuen: berarti bahwa bagian kalimat maka... adalah benar. Contoh: Jika operasi penjumlahan dua bilangan dilakukan pada basis 4, maka 2+2=0. Premis Mayor 2+2=0. Premis Minor Jadi, operasi penjumlahan dua bilangan tersebut dilakukan pada basis 4. Konklusi 8

9 3. Menyangkal anteseden: berarti bahwa bagian kalimat jika... adalah salah. Contoh: Jika air memiliki suhu 99 o, maka air tersebut dalam keadaan menguap. uhu air bukan 99 o. Jadi, air tersebut tidak dalam keadaan menguap. Premis Mayor Premis Minor Konklusi 4. Menyangkal konsekuen: berarti bahwa bagian kalimat maka... adalah salah. Contoh: Jika pinus adalah pohon, maka pinus memiliki akar. Pinus tidak memiliki akar. Jadi, Pinus bukan pohon. Premis Mayor Premis Minor Konklusi entuk penalaran (1) dan (4) menuju kepada konklusi yang valid atau konklusi yang benar, sedangkan bentuk penalaran (2) dan (3) menuju kepada konklusi yang invalid atau konklusi yang tak benar (Jacob, 1997, h ). G. Indikator-indikator Penalaran kondisional Untuk memudahkan dalam mengenali tipe-tipe penalaran kondisional, maka harus diidentifikasi indikator-indikator yang ada dalam penalaran kondisional tersebut. Adapun indikator-indikator penalaran kondisional adalah sebagai berikut: 1. ecara umum Dalam penalaran kondisional argumen yang akan dievaluasi terdiri dari tiga pernyataan. Pernyataan pertama adalah premis mayor berupa pernyataan kondisional. 9

10 Pernyataan kedua adalah premis minor berupa pernyataan tunggal yang merupakan penerimaan atau penolakan dari salah satu unsur (anteseden atau konsekuen) yang terdapat dalam premis mayor. Pada premis minor ini, terdapat kata-kata kunci seperti: - bagaimanapun - ternyata - karena - seperti untuk - seperti telah ditunjukkan oleh - berdasarkan pada - diindikasikan oleh - menjadi bahwa - mengingingat bahwa - sedangkan - padahal - sebaliknya - diberikan bahwa - misalkan bahwa - dengan melihat bahwa - untuk alasan bahwa - dengan melihat fakta bahwa - pada perkiraan yang benar bahwa - asumsikan bahwa - mungkin disimpulkan dari - mungkin diperoleh dari - dan kata-kata sejenis lainnya Pernyataan ketiga merupakan konsekuensi logis (atau yang dianggap logis) dari dua pernyataan pertama. Pernyataan ketiga ini disebut konklusi, biasanya pada konklusi terdapat kata-kata kunci: 10

11 - seharusnya - konsekuensinya - akibatnya - yang menunjukkan bahwa - sehingga - mengakibatkan bahwa - dengan demikian - fakta ini mengindikasikan - pembenaran ini memperlihatkan _bahwa - disimpulkan bahwa - jadi - maka - jelas bahwa - hal itu mengakibatkan - sehingga terlihat bahwa - dan kata-kata sejenis lainnya. - berdasarkan hal tersebut disimpulkan menunjukkan saya - --percaya bahwa 2. ecara khusus ecara khusus (berdasarkan masing-masing tipe penalaran) dapat diidentifikasi bahwa: (1) Mengesahkan anteseden: berarti bahwa bagian kalimat jika... adalah benar. Premis mayor berupa pernyataan kondisional. Premis minor berupa pengesahan atau penerimaan terhadap anteseden pada premis mayor. Pada premis minor sering terdapat kata-kata kunci: kita tahu bahwa, ternyata, karena, bagaimanapun, fakta bahwa dan kata-kata sejenis lainnya. Jika tidak terdapat kata-kata kunci tersebut maka premis minor adalah berupa anteseden dari premis mayor. Konklusinya berupa konsekuen dari premis mayor. 11

12 Pada konklusi sering terdapat kata-kata kunci: jadi, saya menyimpulkan bahwa, seharusnya, saya pikir bahwa, sehingga, dan kata-kata sejenis lainnya. imbol argumen yang digunakan: p q p q Validitas: valid. (2) Mengesahkan konsekuen: berarti bahwa bagian kalimat maka... adalah benar. Premis mayor berupa pernyataan kondisional. Premis minor berupa pengesahan atau penerimaan terhadap konsekuen pada premis mayor. Pada premis minor sering terdapat kata-kata kunci: kita tahu bahwa, ternyata, karena, bagaimanapun, fakta bahwa dan kata-kata sejenis lainnya. Jika tidak terdapat kata-kata kunci tersebut maka premis minor adalah berupa konsekuen dari premis mayor. Konklusinya berupa anteseden dari premis mayor. Pada konklusi sering terdapat kata-kata kunci: jadi, saya menyimpulkan bahwa, seharusnya, saya pikir bahwa, sehingga, dan kata-kata sejenis lainnya. 12

13 imbol argumen yang digunakan: p q q p Validitas: invalid. (3) Menyangkal anteseden: berarti bahwa bagian kalimat jika... adalah salah. Premis mayor berupa pernyataan kondisional. Premis minor berupa penyangkalan atau penolakan terhadap anteseden pada premis mayor. Pada premis minor sering terdapat kata-kata kunci: tetapi, kita tahu bahwa, ternyata, karena, bagaimanapun, fakta bahwa dan kata-kata sejenis lainnya. Jika tidak terdapat kata-kata kunci tersebut maka premis minor adalah berupa negasi anteseden dari premis mayor. Konklusinya berupa negasi konsekuen dari premis mayor. Pada konklusi sering terdapat kata-kata kunci: jadi, saya menyimpulkan bahwa, seharusnya, saya pikir bahwa, sehingga, dan kata-kata sejenis lainnya imbol argumen yang digunakan: p q p q Validitas: invalid. (4) Menyangkal konsekuen: berarti bahwa bagian kalimat maka... adalah salah. Premis mayor berupa pernyataan kondisional. 13

14 Premis minor berupa penyangkalan atau penolakan terhadap konsekuen pada premis mayor. Pada premis minor sering terdapat kata-kata kunci: tetapi, kita tahu bahwa, ternyata, karena, bagaimanapun, fakta bahwa dan kata-kata sejenis lainnya. Jika tidak terdapat kata-kata kunci tersebut maka premis minor adalah berupa negasi konsekuen dari premis mayor. Konklusinya berupa negasi anteseden dari premis mayor. Pada konklusi sering terdapat kata-kata kunci: jadi, saya menyimpulkan bahwa, seharusnya, saya pikir bahwa, sehingga, dan kata-kata sejenis lainnya. imbol argumen yang digunakan: p q q p Validitas: valid. H. Validitas Penalaran Kondisional Meskipun telah diketahui secara pasti validitas dari masing-masing tipe penalaran kondisional, namun kita dapat memeriksa sendiri validitas dari tipe-tipe penalaran kondisional tersebut. Dengan memeriksa tautologi dari pernyataan kondisional yang bersesuaian dengan bentuk argumennya, maka kita dapat dengan mudah memeriksa validitas dari tite-tipe penalaran kondisional tersebut. Akan tetapi cara ini tidak efektif. Dengan memanfaatkan tabel kebenaran dari pernyataan kondisional maka kita dapat dengan cepat memeriksa validitas dari tipe-tipe penalaran kondional. 14

15 Tabel 3. Implikasi p q p q Karena suatu argumen yang valid harus merupakan tautologi, maka yang akan kita perhatikan adalah kemungkinan-kemungkinan dari nilai kebenaran p dan q yang mengakibatkan p q bernilai benar. 1) Mengesahkan anteseden: berarti bahwa bagian kalimat jika... adalah benar. erdasarkan Tabel 3, untuk memperoleh nilai pada p q dengan diketahui bahwa p benar, maka haruslah q juga benar. ehingga bentuk penalaran ini valid. 2) Mengesahkan konsekuen: berarti bahwa bagian kalimat maka... adalah benar. erdasarkan Tabel 3, untuk memperoleh nilai pada p q dengan diketahui bahwa q benar, maka nilai kebenaran p bisa benar bisa salah. Hal ini dapat terjadi karena mungkin saja q benar jika p terjadi ( p benar) atau q benar disebabkan oleh sesuatu yang lain (bukan terjadi karena p atau p salah). ehingga bentuk penalaran ini tidak valid. 3) Menyangkal anteseden: berarti bahwa bagian kalimat jika... adalah salah. erdasarkan Tabel 3, untuk memperoleh nilai pada p q dengan diketahui bahwa p salah, maka nilai kebenaran q dapat benar juga dapat salah. Hal ini dapat terjadi karena mungkin saja tidak terjadinya p ( p salah) tidak menyebabkan q tejadi ( q salah) atau meskipun tidak terjadi p ( p benar) 15

16 q tetap terjadi ( q benar) karena disebabkan oleh sesuatu yang lain (bukan disebabkan oleh p). ehingga bentuk penalaran ini tidak valid. 4) Menyangkal konsekuen: berarti bahwa bagian kalimat maka... adalah salah. erdasarkan Tabel 3, untuk memperoleh nilai pada p q dengan diketahui bahwa q salah, maka haruslah p juga salah. ehingga bentuk penalaran ini valid. I. Perluasan Penalaran Kondisional erdasarkan perluasan dari premis mayor dan premis minornya, penalaran kondisional diperluas untuk memperoleh tipe-tipe penalaran baru, yaitu: 1. Hanya Jika (Only If) Pada umumnya pernyataan kondisional berbentuk Jika..., maka... Akan tetapi sering ditemukan pernyataan kondisional dalam bentuk lain, yaitu:..., hanya jika... Meskipun penggunaan kata penghubung tersebut berbeda namun ada kesamaan pada pernyataan yang menggunakan dua kata penghubung tersebut. ebagai contoh: 1) i Manis adalah kucing, hanya jika i Manis adalah binatang. 2) Jika i Manis adalah kucing, maka i manis adalah binatang. Kedua pernyataan tersebut adalah pernyataan yang berbeda, tetapi juga serupa. uatu perbedaan yang sangat penting adalah: pernyataan pertama memberikan kita suatu asumsi untuk mengatakan bagaimana i manis adalah kucing, sedangkan pernyataan kedua memberikan kita suatu 16

17 asumsi untuk mengatakan bagaimana i Manis adalah binatang. Dengan kata lain pada pernyataan pertama, kita mencoba untuk menentukan bagaimana agar i Manis menjadi kucing dan pada pernyataan kedua kita mencoba untuk mengatakan bagaimana i Manis menjadi seekor binatang. Meskipun berbeda, namun kedua pernyataan tersebut sama secara esensial. Pada masing-masing kasus i Manis menjadi seekor binatang merupakan syarat perlu untuk i Manis menjadi kucing dan i Manis menjadi kucing merupakan syarat perlu cukup i Manis menjadi seekor binatang. Jadi, suatu penalaran kondisional yang premis mayornya berupa pernyataan kondisional yang berbentuk hanya jika (only if) sama dengan tipe-tipe penalaran kondisional yang telah dibahas sebelumnya. Dengan catatan klausa setelah kata hanya jika adalah konsekuen dari pernyataan tersebut. 2. ikondisional Kadang-kadang relasi antara dua pernyataan adalah saling berakibat satu sama lain. ebagai contoh: 1) Andy adalah seorang jejaka. 2) Andy adalah seorang laki-laki yang belum menikah. Kedua pernyataan tersebut saling berakibat satu sama lain. Kita dapat mengatakan bahwa: Jika Andy adalah seorang jejaka, maka Andy adalah seorang laki-laki yang belum menikah. 17

18 Atau kita juga dapat mengatakan bahwa: Jika Andy adalah seorang laki-laki yang belum menikah, maka Andy adalah seorang jejaka. Kita tahu bahwa penggabungan dua pernyataan secara biimplikasi dinamakan pernyataan bikondisional. Jika suatu penalaran kondisional premis mayornya berupa pernyataan bikondisional, maka validitas keempat tipe penalaran tersebut adalah valid. 3. Kondisional erantai Contoh: Jika matahari tenggelam, maka hari menjadi gelap. Jika hari menjadi gelap, maka kejahatan sering terjadi Jika matahari tenggelam, maka kejahatan sering terjadi. Contoh diatas merupakan salah satu contoh dari bentuk perluasan penalaran kondisional, yang dinamakan sebagai kondisional berantai. Kondisional berantai merupakan perluasan dari penalaran kondisional, yang dilakukan dengan cara mengubah premis minor dan konklusi dari suatu pernyataan tunggal menjadi sebuah pernyataan kondisional. Pernyataan konditional pada premis minor adalah antaseden atau konsekuen (atau negasinya) dari premis mayor yang digabung dengan suatu pernyataan tunggal lain secara implikasi. edangkan pernyataan konditional pada konklusi adalah antaseden atau konsekuen (atau negasinya) dari premis mayor yang tidak dipakai pada premis minor, kemudian digabung dengan pernyataan tunggal baru yang 18

19 terdapat pada premis minor, dengan cara implikasi. Penempatan anteseden dan konsekuen pada konklusi disesuaikan dengan premis-premisnya (akibat logis dari premis-premisnya). entuk dari kondisional berantai ini tidak hanya terdari dari dua buah premis dengan satu konklusi, tetapi dapat terdiri dari beberapa premis yang semuanya merupakan pernyataan kondisional dengan sebuah konklusi. Contoh (dalam bentuk simbol): p q; q r; r s; s t; p t. entuk-bentuk dari penalaran kondisional berantai ini sangat banyak, beberapa bentuk dari tipe penalaran kondisional berantai ini adalah sebagai berikut: Tabel 10. Kondisional erantai No. Validitas imbol No. Validitas imbol 1 valid p q; q r; p r. 2 valid p q; r p; r p. 3 invalid p q; r q p r. 4. invalid p q; q r; p r. 19

20 J. Contoh Penggunaan Penalaran Kondisional dalam Kehidupan ehari-hari Dalam kehidupan sehari-hari, penalaran kondisional sering digunakan, setidaknya ada dua hal utama, yaitu: Kita dapat menentukan validitas dari suatu argumen yang memiliki bentuk dan struktur yang sama (equivalen) dengan tipe penalaran kondisional. ehingga kita dapat menolak atau menerima suatu argumen secara rasional atau logis. Jika kita mengetahui suatu aturan yang berbentuk kondisional atau dapat diubah menjadi bentuk kondisional, dan kita juga mengetahui suatu fakta yang berhubungan dengan peraturan tersebut, maka kita dapat menarik suatu kesimpulan yang logis dari aturan dan fakta tersebut. erikut ini akan diberikan beberapa contoh pembuktian validitas argumen yang berbentuk penalaran kondisional. Contoh 1: Argumen: Pohon bunga tersebut seharusnya memiliki duri. aya tahu hal itu karena nama bunga tersebut adalah mawar; dan jika nama bunga tersebut adalah mawar, maka pohon bunga tersebut memiliki duri. Evaluasi: Karena argumen tersebut terdiri dari tiga pernyataan yang memiliki pernyataan kondisional dan pernyataan yang merupakan penerimaan salah satu unsurnya maka argumen tersebut dapat dievaluasi dengan menggunakan penalaran kondisional. erdasarkan argumen tersebut, kita peroleh: 20

21 Premis mayor: Jika bunga tersebut adalah mawar, maka pohon bunga tersebut memiliki duri. Misalkan p = bunga tersebut adalah mawar dan q = pohon bunga tersebut memiliki duri. Pernyataan Pohon bunga tersebut seharusnya memiliki duri = q merupakan konklusi, karena pada pernyataan tersebut terdapat kata seharusnya. Pernyataan aya tahu hal itu karena nama bunga tersebut adalah mawar = p merupakan premis minor, karena terdapat kata kunci: saya tahu hal itu karena. ehingga secara simbolis, argumen tersebut dapat dituliskan sebagai: p q p q Karena argumen tersebut memiliki bentuk yang sama dengan penerimaan anteseden maka disimpulkan bahwa argumen tersebut valid. Contoh 2 Argumen: Jika gambar ini merupakan suatu segitiga sama sisi, maka setiap sisi gambar ini memiliki panjang yang sama. Ternyata setiap sisi gambar ini memiliki panjang sama. ehingga saya menyimpulkan bahwa gambar tersebut adalah segitiga sama sisi. Evaluasi: Karena argumen tersebut terdiri dari tiga pernyataan yang memiliki pernyataan kondisional dan pernyataan yang merupakan penerimaan salah satu unsurnya maka argumen tersebut dapat dievaluasi dengan menggunakan penalaran kondisional. 21

22 erdasarkan argumen tersebut, kita peroleh: Premis mayor: Jika gambar ini merupakan suatu segitiga sama sisi, maka setiap sisi gambar ini memiliki panjang yang sama. Misalkan p = gambar ini merupakan suatu segitiga sama sisi dan q = setiap sisi gambar ini memiliki panjang yang sama. Pernyataan Ternyata setiap sisi gambar ini memiliki panjang sama = q merupakan premis minor, karena terdapat kata kunci: ternyata. Pernyataan ehingga saya menyimpulkan bahwa gambar tersebut adalah segitiga sama sisi = p merupakan konklusi, karena pada pernyataan tersebut terdapat kata sehingga saya menyimpulkan. ehingga secara simbolis, argumen tersebut dapat dituliskan sebagai: p q q p Karena argumen tersebut memiliki bentuk yang sama dengan penerimaan konsekuen maka disimpulkan bahwa argumen tersebut invalid. Contoh 3, Argumen: Jika himpunan X adalah himpunan bagian dari bilangan rasional, maka anggota X adalah anggota bilangan real. Anggota himpunan X bukan anggota bilangan real, karena X bukan merupakan himpunan bagian dari bilangan rasional. 22

23 Evaluasi: Karena argumen tersebut terdiri dari tiga pernyataan yang memiliki pernyataan kondisional dan pernyataan yang merupakan penolakkan salah satu unsurnya maka argumen tersebut dapat dievaluasi dengan menggunakan penalaran kondisional. erdasarkan argumen tersebut, kita peroleh: Premis mayor: Jika himpunan X adalah himpunan bagian dari bilangan rasional, maka anggota X adalah anggota bilangan real. Misalkan p = himpunan X adalah himpunan bagian dari bilangan rasional dan q = anggota X adalah anggota bilangan real. Pernyataan karena X bukan merupakan himpunan bagian dari bilangan rasional = p merupakan premis minor, karena terdapat kata kunci: karena. Pernyataan Anggota himpunan X bukan anggota bilangan real = q merupakan konklusi. ehingga secara simbolis, argumen tersebut dapat dituliskan sebagai: p q p q Karena argumen tersebut memiliki bentuk yang sama dengan penyangkalan anteseden maka disimpulkan bahwa argumen tersebut invalid. Contoh 4: Argumen: Jika 7 adalah bilangan yang habis dibagi oleh 2, maka 7 adalah bilangan genap. Tetapi 7 bukan bilangan genap. Jadi 7 tidak habis dibagi 2. 23

24 Evaluasi: Karena argumen tersebut terdiri dari tiga pernyataan yang memiliki pernyataan kondisional dan pernyataan yang merupakan penolakkan salah satu unsurnya maka argumen tersebut dapat dievaluasi dengan menggunakan penalaran kondisional. erdasarkan argumen tersebut, kita peroleh: Premis mayor: Jika 7 adalah bilangan yang habis dibagi oleh 2, maka 7 adalah bilangan genap. Misalkan p = 7 adalah bilangan yang habis dibagi oleh 2 dan q = 7 adalah bilangan genap. Pernyataan Tetapi 7 bukan bilangan genap = q merupakan premis minor, karena terdapat kata kunci: tetapi. Pernyataan Jadi 7 tidak habis dibagi 2 = p merupakan konklusi, karena terdapat kata kunci: jadi. ehingga secara simbolis, argumen tersebut dapat dituliskan sebagai: p q q p Karena argumen tersebut memiliki bentuk yang sama dengan penyangkalan konsekuen maka disimpulkan bahwa argumen tersebut valid. erikut ini akan diberikan contoh dalam mengaplikasikan penalaran kondisional untuk menarik kesimpulan dari suatu aturan dan fakta yang diketahui, sehingga tindakan yang kita lakukan tidak bertentangan dengan aturan tersebut atau kita dapat mengetahui konsekuensi logis dari suatu keadaan (premis-premis). 24

25 Contoh 1: ebelum melaksanakan ujian, Amir berjanji bahwa jika dia lulus ujian dengan hasil yang memuaskan maka dia akan mentraktir teman-temannya. Ketika hasil ujian diumumkan, ternyata Amir lulus ujian, namun hasilnya tidak memuaskan. erdasarkan pernyataan tersebut, maka bila kita membuat argumen dengan menyimpulkan bahwa Amir tidak akan mentraktir teman-temannya, argumen tersebut tidak dapat diterima, karena argumen tersebut tidak valid. Hal ini dapat dilihat dari bentuk argumen yang disusun oleh pernyataan di atas dengan kesimpulan Amir tidak akan mentraktir reman-temannya yaitu: Jika Amir lulus ujian dengan hasil yang memuaskan maka dia akan mentraktir teman-temannya. Ternyata Amir lulus ujian, namun hasilnya tidak memuaskan. Amir tidak akan mentraktir teman-temannya. Pada argumen di atas premis minor (Amir lulus ujian namun hasilnya tidak memuaskan) merupakan penyangkalan terhadap anteseden dari premis mayor (Amir lulus ujian dengan hasil yang memuaskan). Jadi argumen tersebut ekuivalen dengan bentuk penalaran kondisional tipe (3), yaitu menyangkal konsekuen. Jadi kesimpulan yang tepat adalah Amir akan mentraktir teman-temannya atau Amir tidak akan mentraktir teman-temannya. Contoh 2: Hasan, Idrus, Jono, Karto, dan Lany duduk di sekeliling sebuah meja bundar. Mereka duduk sedemikian rupa hingga tak ada orang yang huruf pertamanya berurutan menurut abjad duduk berdampingan. Kakaknya Lany duduk disebelah Jono. iapakah kakaknya Lany? 25

26 Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka kita dapat melakukannya dengan membuat argumen yang valid berdasarkan informasi yang telah diketahui. Dari wacana di atas, diperoleh suatu peraturan tak ada orang yang huruf pertamanya berurutan menurut abjad duduk berdampingan. ehingga dapat dibuat suatu argumen sebagai berikut: Jika Jono dan kakaknya Lany duduk berdampingan, maka Jono dan kakaknya Lany memiliki nama dengan huruf pertama yang tidak berurutan. Kakaknya Lany duduk berdampingan dengan Jono Jadi, kakaknya Lany dan Jono memiliki nama dengan huruf pertama yang tidak berurutan. Argumen yang diberikan dengan konklusi kakaknya Lany dan Jono memiliki nama dengan huruf pertama yang tidak berurutan merupakan argumen yang valid, karena ekuivalen dengan tipe penalaran kondisional untuk situasi pengesahan anteseden. Dengan konklusi dari argumen tersebut, maka kita dapat mengetahui bahwa kakaknya Lany adalah Hasan. K. Contoh Penggunaan Penalaran Kondisional dalam Matematika Penalaran kondisional digabung dengan penalaran matematis dan metode statistik digunakan dalam matematika diantaranya untuk: 1. Menganalisis bukti suatu pernyataan atau teorema yang berkaitan atau berhubungan dengan suatu definisi, aksioma, atau teorema lain yang telah terbukti kebenarannya. entuk penalaran kondisional yang dapat digunakan adalah penalaran kondisinal tipe (1) dan tipe (4). 26

27 2. Mencari metode dan membuat suatu algoritma untuk menyelesaiakan suatu permasalahan dalam bidang matematika khususnya matematika terapan (riset operasi atau program linear), metode numerik, matematika diskrit, dan lainlain. 3. Memodifikasi teorema yang telah ada, dengan mengganti syarat cukup dari teorema tersebut dengan suatu fakta yang masih relevan dengan syarat cukup pada teorema awal. 4. Melakukan analisis empirik untuk menguji hipotesis, untuk menjelaskan hasil test statistik, dan untuk menentukan teknik statistik yang tepat untuk meneliti pertanyaan spesifik. erikut ini akan diberikan contoh dalam menganalisis bukti suatu pernyataan atau teorema. Contoh: Teorema 24. Jika = {v 1, v 2,...,v n } adalah himpunan ortogonal vektor taknol dalam ruang hasilkali dalam, maka bebas linear. ukti: Anggaplah k 1 v 1 + k 2 v k n v n = 0 (1) Untuk mendemonstrasikan bahwa = {v 1, v 2,...,v n } bebas linier, maka kita harus buktikan bahwa k 1 = k 2 =... = k n = 0. Untuk setiap vi dalam, jelaslah dari persamaan (1) bahwa <k 1 v 1 + k 2 v k n v n, v i > = <0,v i > = 0 Atau secara ekuivalen k 1 <v 1,v i > + k 2 <v 2,v i > k n <v n,v i > = 0 27

28 Dari ortogonalitas, <v i, v j > = 0 bila i j, sehingga persamaan ini direduksi menjadi k i <v i, vi> = 0 Karena vektor-vektor dianggap taknol, maka <v i, vi> 0 menurut aksioma kepositifan untuk hasilkali dalam. Maka k i = 0. Karena indeks i sebarang, maka kita peroleh k 1 = k 2 =... = k n = 0, jadi linear independent (Anton, 1987, h.194). Analisis bukti: (Analisis bukti ini hanya akan mengambil pada salah satu langkah dari pembuktian teorema di atas). Anggaplah k 1 v 1 + k 2 v 2 + k n v n = 0, merupakan pernyataan yang benar karena 0 dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari setiap vektor. Pada bukti di atas berdasarkan k i <v i, v i > = 0 dan <v i, v i > 0 disimpulkan bahwa k i = 0. Hal ini sesuai denngan argumen: Jika k i <v i, v i > = 0 maka k i = 0 atau <v i, v i > = 0 (sifat bilangan real). Ternyata k i <v i, v i > = 0 Jadi pastilah k i = 0 atau <v i, v i > = 0. Argumen di atas merupakan argumen yang valid karena ekuivalen dengan penalaran kondisional tipe pengesahan anteseden. Pernyataan k i = 0 atau <v i, v i > = 0 akan bernilai benar jika salah satunya benar. Karena <v i, v i > 0, maka haruslahlah k i = 0. (Untuk bukti teorema di atas, dapat ditunjukkan bahwa tahap lainnya disusun berdasarkan argumen yang valid). Contoh lain yaitu mencari metode untuk menghampiri nilai akar dari suatu fungsi. alah satu metode yang telah ada sekarang adalah metode bagi dua 28

29 (bisection s method). Metode ini ditemukan berdasarkan pada sebuah argumen logis, yaitu: Jika dalam suatu interval terdapat akar, maka nilai akar tersebut akan dihampiri oleh nilai tengah dari interval tersebut. Pada interval [a,b] terdapat akar. Jadi nilai akar pada interval [a,b] akan dihampiri oleh nilai (a + b)/2. Argumen tersebut merupakan argumen logis yang bernilai valid. erdasarkan argumen tersebut, maka dengan fakta yang terdapat dalam intermediet value s theorem dibuatlah suatu algoritma untuk mencari hampiran nilai akar dari suatu fungsi. 29

BAB I LOGIKA MATEMATIKA

BAB I LOGIKA MATEMATIKA BAB I LOGIKA MATEMATIKA A. Ringkasan Materi 1. Pernyataan dan Bukan Pernyataan Pernyataan adalah kalimat yang mempunyai nilai benar atau salah, tetapi tidak sekaligus benar dan salah. (pernyataan disebut

Lebih terperinci

NEGASI KALIMAT DAN KALIMAT MAJEMUK (Minggu ke-3)

NEGASI KALIMAT DAN KALIMAT MAJEMUK (Minggu ke-3) NEGASI KALIMAT DAN KALIMAT MAJEMUK (Minggu ke-3) 1 1 Kata Penghubung Kalimat 1. Konjungsi: menggunakan kata penghubung: dan 2. Disjungsi: menggunakan kata penghubung: atau 3. Implikasi: menggunakan kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Apa sajakah hukum-hukum logika dalam matematika? b. Apa itu preposisi bersyarat?

BAB I PENDAHULUAN. a. Apa sajakah hukum-hukum logika dalam matematika? b. Apa itu preposisi bersyarat? BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Secara etimologi, istilah Logika berasal dari bahasa Yunani, yaitu logos yang berarti kata, ucapan, pikiran secara utuh, atau bisa juga ilmu pengetahuan. Dalam arti

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Teorema 1. Tidak ada bilangan asli N yang lebih besar dari semua bilangan bulat lainnya.

PEMBAHASAN. Teorema 1. Tidak ada bilangan asli N yang lebih besar dari semua bilangan bulat lainnya. PEMAHAAN 1. Pengertian Kontradiksi Kontradiksi adalah dua pernyataan yang bernilai salah untuk setiap nilai kebenaran dari setiap komponen-komponennya. 2. Pembuktian dengan Kontradiksi Kontradiksi merupakan

Lebih terperinci

KONSEP DASAR LOGIKA MATEMATIKA. Riri Irawati, M.Kom Logika Matematika - 3 sks

KONSEP DASAR LOGIKA MATEMATIKA. Riri Irawati, M.Kom Logika Matematika - 3 sks KONSEP DASAR LOGIKA MATEMATIKA Riri Irawati, M.Kom Logika Matematika - 3 sks Agenda 2 Pengantar Logika Kalimat pernyataan (deklaratif) Jenis-jenis pernyataan Nilai kebenaran Variabel dan konstanta Kalimat

Lebih terperinci

MATEMATIKA DISKRIT. Logika

MATEMATIKA DISKRIT. Logika MATEMATIKA DISKRIT Logika SILABUS KULIAH 1. Logika 2. Himpunan 3. Matriks, Relasi dan Fungsi 4. Induksi Matematika 5. Algoritma dan Bilangan Bulat 6. Aljabar Boolean 7. Graf 8. Pohon REFERENSI Rinaldi

Lebih terperinci

BAB 6 LOGIKA MATEMATIKA

BAB 6 LOGIKA MATEMATIKA A 6 LOGIKA MATEMATIKA A RINGKAAN MATERI 1. Pengertian Logika adalah suatu metode yang diciptakan untuk meneliti ketepatan penalaran (bentuk pemikiran yang masuk akal). Pernyataan adalah kalimat yang hanya

Lebih terperinci

BAB I DASAR-DASAR LOGIKA

BAB I DASAR-DASAR LOGIKA BAB I DASAR-DASAR LOGIKA 11 Pendahuluan Logika adalah suatu displin yang berhubungan dengan metode berpikir Pada tingkat dasar, logika memberikan aturan-aturan dan teknik-teknik untuk menentukan apakah

Lebih terperinci

BAB IV LOGIKA A. Pernyataan B. Operasi uner

BAB IV LOGIKA A. Pernyataan B. Operasi uner BAB IV LOGIKA A. Pernyataan Pernyataan adalah kalimat matematika tertutup yang benar atau yang salah, tetapi tidak kedua-duanya pada saat yang bersamaan. Pernyataan biasa dilambangkan dengan p, q, r,...

Lebih terperinci

MATEMATIKA DISKRIT LOGIKA

MATEMATIKA DISKRIT LOGIKA MATEMATIKA DISKRIT LOGIKA Logika Perhatikan argumen di bawah ini: Jika anda mahasiswa Informatika maka anda tidak sulit belajar Bahasa Java. Jika anda tidak suka begadang maka anda bukan mahasiswa Informatika.

Lebih terperinci

TEKNIK BUKTI: I Drs. C. Jacob, M.Pd

TEKNIK BUKTI: I Drs. C. Jacob, M.Pd TEKNIK BUKTI: I Drs C Jacob, MPd Email: cjacob@upiedu Dalam dua bagian pertama kita memperkenalkan suatu kata-kata sukar logika dan matematika Tujuannya adalah tentu, agar mampu untuk membaca dan menulis

Lebih terperinci

LOGIKA DAN BUKTI. Drs. C. Jacob, M.Pd

LOGIKA DAN BUKTI. Drs. C. Jacob, M.Pd LOGIKA DAN UKTI Drs. C. Jacob, M.Pd Email: cjacob@upi.edu Untuk mampu mengerti matematika dan argumen matematis perlu memiliki suatu pengertian mendalam logika dan cara di mana mengenal fakta-fakta yang

Lebih terperinci

LOGIKA SIMBOLIK. Bagian II. September 2005 Pengantar Dasar Matematika 1

LOGIKA SIMBOLIK. Bagian II. September 2005 Pengantar Dasar Matematika 1 LOGIKA IMOLIK agian II eptember 2005 Pengantar Dasar Matematika 1 LOGIKA Realitas Kalimat/ Pernyataan Logis LOGIKA eptember 2005 Pengantar Dasar Matematika 2 Apakah logika itu? Logika: Ilmu untuk berpikir

Lebih terperinci

Logika. Arum Handini Primandari, M.Sc. Ayundyah Kesumawati, M.Si.

Logika. Arum Handini Primandari, M.Sc. Ayundyah Kesumawati, M.Si. Logika Arum Handini Primandari, M.Sc. Ayundyah Kesumawati, M.Si. Logika Matematika Kalimat Terbuka dan Tertutup Kalimat terbuka adalah kalimat yang tidak mengandung nilai kebenaran Contoh: Semoga kamu

Lebih terperinci

Logika Matematika BAGUS PRIAMBODO. Silogisme Silogisme Hipotesis Penambahan Disjungsi Penyederhanaan Konjungsi. Modul ke: Fakultas FASILKOM

Logika Matematika BAGUS PRIAMBODO. Silogisme Silogisme Hipotesis Penambahan Disjungsi Penyederhanaan Konjungsi. Modul ke: Fakultas FASILKOM Modul ke: 7 Fakultas FASILKOM Logika Matematika Silogisme Silogisme Hipotesis Penambahan Disjungsi Penyederhanaan Konjungsi BAGUS PRIAMBODO Program Studi SISTEM INFORMASI http://www.mercubuana.ac.id Kemampuan

Lebih terperinci

Unit 5 PENALARAN/LOGIKA MATEMATIKA. Wahyudi. Pendahuluan

Unit 5 PENALARAN/LOGIKA MATEMATIKA. Wahyudi. Pendahuluan Unit 5 PENALARAN/LOGIKA MATEMATIKA Wahyudi Pendahuluan D alam menyelesaikan permasalahan matematika, penalaran matematis sangat diperlukan. Penalaran matematika menjadi pedoman atau tuntunan sah atau tidaknya

Lebih terperinci

LOGIKA. /Nurain Suryadinata, M.Pd

LOGIKA. /Nurain Suryadinata, M.Pd Nama Mata Kuliah Kode Mata Kuliah/SKS Program Studi Semester Dosen Pengampu : Matematika Diskrit : MAT-3615/ 3 sks : Pendidikan Matematika : VI (Enam) : Nego Linuhung, M.Pd /Nurain Suryadinata, M.Pd Referensi

Lebih terperinci

LOGIKA MATEMATIKA. Tabel kebenarannya sbb : p ~ p B S S B

LOGIKA MATEMATIKA. Tabel kebenarannya sbb : p ~ p B S S B LOGIKA MATEMATIKA A. Pernyataan, kalimat terbuka, dan ingkaran pernyataan. 1. Pernyataan Pernyataan adalah kalimat yang mengandung nilai benar atau salah tetapi tidak sekaligus kedua-duanya. a. Hasil kali

Lebih terperinci

LOGIKA MATEMATIKA (Pendalaman Materi SMA)

LOGIKA MATEMATIKA (Pendalaman Materi SMA) LOGIKA MATEMATIKA (Pendalaman Materi SMA) Disampaikan Pada MGMP Matematika SMA Provinsi Bengkulu Tahun Ajaran 2007/2008 Oleh: Supama Widyaiswara LPMP Bengkulu DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT

Lebih terperinci

Logika & Himpunan 2013 LOGIKA MATEMATIKA. Oleh NUR INSANI, M.SC. Disadur dari BUDIHARTI, S.Si.

Logika & Himpunan 2013 LOGIKA MATEMATIKA. Oleh NUR INSANI, M.SC. Disadur dari BUDIHARTI, S.Si. LOGIKA MATEMATIKA Oleh NUR INSANI, M.SC Disadur dari BUDIHARTI, S.Si. Logika adalah ilmu yang mempelajari secara sistematis kaidah-kaidah penalaran yang absah/valid. Ada dua macam penalaran, yaitu: penalaran

Lebih terperinci

untuk mempelajari matematika lebih lanjut. Untuk menunjang kemampuankemampuan tersebut diharapkan Anda dapat menguasai beberapa kompetensi khusus

untuk mempelajari matematika lebih lanjut. Untuk menunjang kemampuankemampuan tersebut diharapkan Anda dapat menguasai beberapa kompetensi khusus ix S Tinjauan Mata Kuliah elamat bertemu, selamat belajar, dan selamat berdiskusi dalam mata kuliah Matematika Dasar 1. Mata kuliah PEMA4102/Matematika Dasar 1 dengan bobot 3 sks ini sering pula dinamakan

Lebih terperinci

LOGIKA Matematika Industri I

LOGIKA Matematika Industri I LOGIKA TIP FTP UB Pokok Bahasan Pengertian Logika Pernyataan Matematika Nilai Kebenaran Operasi Uner Operasi Biner Tabel kebenaran Pernyataan Tautologi, Kontradiksi dan Kontingen Pernyataan-pernyataan

Lebih terperinci

LOGIKA MATEMATIKA. d. 6 + a > -4 e. 7 adalah faktor dari 63. c. 4 x 6 2. Tentukan variabel dan himpunan penyelesaian dari: a.

LOGIKA MATEMATIKA. d. 6 + a > -4 e. 7 adalah faktor dari 63. c. 4 x 6 2. Tentukan variabel dan himpunan penyelesaian dari: a. LOGIKA MATEMATIKA A. Definisi 1). Pernyataan Pernyataan adalah suatu kalimat yang bernilai benar atau salah, tetapi tidak sekaligus benar dan salah. Air laut rasanya asin, adalah bilangan prima, urabaya

Lebih terperinci

LOGIKA MATEMATIKA. (Pembelajaran Matematika SMA) Oleh: H. Karso

LOGIKA MATEMATIKA. (Pembelajaran Matematika SMA) Oleh: H. Karso LOGIKA MATEMATIKA (Pembelajaran Matematika MA) Oleh: H. Karso A. Kalimat Pernyataan Pengertian logika matematika termasuk logika modern dan logika tradisional dengan pentingnya belajar logika secara panjang

Lebih terperinci

Logika Matematika. Cece Kustiawan, FPMIPA, UPI

Logika Matematika. Cece Kustiawan, FPMIPA, UPI Logika Matematika 1. Pengertian Logika 2. Pernyataan Matematika 3. Nilai Kebenaran 4. Operasi Uner 5. Operasi Biner 6. Tabel kebenaran Pernyataan 7. Tautologi, Kontradiksi dan Kontingen 8. Pernyataan-pernyataan

Lebih terperinci

PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF

PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF Unit 6 PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF Wahyudi Pendahuluan U nit ini membahas tentang penalaran induktif dan deduktif yang berisi penarikan kesimpulan dan penalaran indukti deduktif. Dalam penalaran induktif

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Materi Pelajaran : Matematika Kelas/ Semester : X / 2 Pertemuan ke : 1,2 Alokasi Waktu : 5 x 45 menit Standar Kompetensi : Menerapkan logika matematika dalam pemecahan

Lebih terperinci

BAB II TAUTOLOGI DAN PRINSIP-PRINSIP PEMBUKTIAN

BAB II TAUTOLOGI DAN PRINSIP-PRINSIP PEMBUKTIAN BAB II TAUTOLOGI DAN PRINSIP-PRINSIP PEMBUKTIAN 2.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibicarakan rumus-rumus tautologi dan prinsip-prinsip pembuktian yang tidak saja digunakan di bidang matematika, tetapi

Lebih terperinci

I. PERNYATAAN DAN NEGASINYA

I. PERNYATAAN DAN NEGASINYA 1 I. PERNYATAAN DAN NEGASINYA A. Pernyataan. Pernyataan adalah suatu kalimat yang mempunyai nilai benar atau salah, tetapi tidak sekaligus keduanya. Benar atau salahnya suatu pernyataan dapat ditunjukkan

Lebih terperinci

Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada 1

Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada 1 2. ALJABAR LOGIKA 2.1 Pernyataan / Proposisi Pernyataan adalah suatu kalimat yang mempunyai nilai kebenaran (benar atau salah), tetapi tidak keduanya. Contoh 1 : P = Tadi malam BBM mulai naik (memiliki

Lebih terperinci

DASAR-DASAR LOGIKA. Pemetaan Dasar. Sujanti, M.Ikom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi Hubungan Masyarakat

DASAR-DASAR LOGIKA. Pemetaan Dasar. Sujanti, M.Ikom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi Hubungan Masyarakat Modul ke: 05 Ety Fakultas ILMU KOMUNIKASI DASAR-DASAR LOGIKA Pemetaan Dasar Sujanti, M.Ikom. Program Studi Hubungan Masyarakat Dasar-dasar Logika Pemetaan Dasar 1. Argumentasi 2. Menguji Suatu Penalaran

Lebih terperinci

Logika Proposisi 1. Definisi 1. (Proposisi) Proposisi adalah kalimat yang bernilai benar atau salah, tetapi tidak keduanya sekaligus.

Logika Proposisi 1. Definisi 1. (Proposisi) Proposisi adalah kalimat yang bernilai benar atau salah, tetapi tidak keduanya sekaligus. Logika Proposisi 1 I. Logika Proposisi Logika adalah bagian dari matematika, tetapi pada saat yang sama juga merupakan bahasa matematika. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, ada kepercayaan bahwa

Lebih terperinci

MAKALAH RANGKUMAN MATERI LOGIKA MATEMATIKA : NURHIDAYAT NIM : DBC

MAKALAH RANGKUMAN MATERI LOGIKA MATEMATIKA : NURHIDAYAT NIM : DBC MAKALAH RANGKUMAN MATERI LOGIKA MATEMATIKA Nama : NURHIDAYAT NIM : DC 113 055 JURUAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTA TEKNIK UNIVERITA PALANGKA RAYA 2013 A I PENGERTIAN Logika adalah dasar dan alat berpikir

Lebih terperinci

Logika. Modul 1 PENDAHULUAN

Logika. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Logika Drs. Sukirman, M.Pd. L PENDAHULUAN ogika merupakan salah satu bidang ilmu yang mengkaji prinsip-prinsip penalaran yang benar dan penarikan kesimpulan yang absah, baik yang bersifat deduktif

Lebih terperinci

MA2111 PENGANTAR MATEMATIKA Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

MA2111 PENGANTAR MATEMATIKA Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan MA2111 PENGANTAR MATEMATIKA Semester I, Tahun 2015/2016 Hendra Gunawan 3 DEFINISI DAN PERISTILAHAN MATEMATIKA (c) Hendra Gunawan (2015) 2 Ingat PROPOSISI Ini? Proposisi. Jika segitiga siku-siku XYZ dengan

Lebih terperinci

PENGERTIAN. Proposisi Kalimat deklaratif yang bernilai benar (true) atau salah (false), tetapi tidak keduanya. Nama lain proposisi: kalimat terbuka.

PENGERTIAN. Proposisi Kalimat deklaratif yang bernilai benar (true) atau salah (false), tetapi tidak keduanya. Nama lain proposisi: kalimat terbuka. BAB 2 LOGIKA PENGERTIAN Logika Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara proposisi atau pernyataan (statements). Proposisi Kalimat deklaratif yang

Lebih terperinci

LOGIKA MATEMATIKA. Pernyataan

LOGIKA MATEMATIKA. Pernyataan LOGIKA MATEMATIKA 1 PERNYATAAN DAN UKAN PERNYATAAN A Pengertian logika Matematika Logika adalah ilmu untuk berpikir dan menalar dengan benar. Logika matematika (logika simbolik) adalah ilmu tentang penyimpulan

Lebih terperinci

Konvers, Invers dan Kontraposisi

Konvers, Invers dan Kontraposisi MODUL 5 Konvers, Invers dan Kontraposisi Represented by : Firmansyah,.Kom A. TEMA DAN TUJUAN KEGIATAN PEMELAJARAN 1. Tema Konvers, Invers dan Kontraposisi 2. Fokus Pembahasan Materi Pokok 1. Konvers, invers

Lebih terperinci

LOGIKA PROPOSISI 3.1 Proposisi logika proposisional. Contoh : tautologi yaitu proposisi-proposisi yang nilainya selalu benar. Contoh 3.

LOGIKA PROPOSISI 3.1 Proposisi logika proposisional. Contoh : tautologi yaitu proposisi-proposisi yang nilainya selalu benar. Contoh 3. LOGIKA PROPOSISI 3.1 Proposisi Proposisi adalah suatu pernyataan yang bernilai benar atau salah, tetapi tidak dapat sekaligus keduanya. Kebenaran atau kesalahan dari sebuah kalimat disebut nilai kebenarannya.

Lebih terperinci

LOGIKA. Logika Nilai kebenaran pernyataan majemuk Ingkaran suatu pernyataan Penarikan kesimpulan. A. Pernyataan, Kalimat Terbuka, Ingkaran.

LOGIKA. Logika Nilai kebenaran pernyataan majemuk Ingkaran suatu pernyataan Penarikan kesimpulan. A. Pernyataan, Kalimat Terbuka, Ingkaran. LOGIKA Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Memahami pernyataan dalam matematika dan ingkarannya, menentukan nilai kebenaran pernyataan majemuk, serta mampu menggunakan prinsip logika matematika dalam pemecahan

Lebih terperinci

LOGIKA MATEMATIKA I. PENDAHULUAN

LOGIKA MATEMATIKA I. PENDAHULUAN LOGIKA MATEMATIKA I. PENDAHULUAN Logika adalah dasar dan alat berpikir yang logis dalam matematika dan pelajaran-pelajaran lainnya, sehingga dapat membantu dan memberikan bekal tambahan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 3 F T T F T F T F

PERTEMUAN KE 3 F T T F T F T F PEREMUAN KE 3 E. DISJUNGSI EKSLUSI (Exclusive OR) Misalkan p dan q adalah proposisi. Exclusive or p dan q, dinyatakan dengan notasi, adalah proposisi yang bernilai benar bila hanya salah satu dari p dan

Lebih terperinci

Unit 6 PENALARAN MATEMATIKA. Clara Ika Sari Budhayanti. Pendahuluan. Selamat belajar, semoga Anda sukses.

Unit 6 PENALARAN MATEMATIKA. Clara Ika Sari Budhayanti. Pendahuluan. Selamat belajar, semoga Anda sukses. Unit 6 PENALARAN MATEMATIKA Clara Ika Sari Budhayanti Pendahuluan D alam menyelesaikan permasalahan matematika, penalaran matematis sangat diperlukan baik di bidang aritmatika, aljabar, geometri dan pengukuran,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang B. Tujuan C. Ruang Lingkup

Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang B. Tujuan C. Ruang Lingkup ab I Pendahuluan A. Latar elakang ecara etimologis, logika berasal dari kata Yunani 'logos' yang berarti kata, ucapan, pikiran secara utuh, atau bisa juga berarti ilmu pengetahuan (Kusumah, 1986). Dalam

Lebih terperinci

Blaise Pascal logika pernyataan atau proposisi logika penghubung atau predikat

Blaise Pascal logika pernyataan atau proposisi logika penghubung atau predikat Logika Matematika Dalam setiap kegiatan kita dituntut untuk mempunyai pola pikir yang tepat, akurat, rasional dan kritis agar tidak salah dalam penalaran yang menyebabkan kesalahan dalam mengambil kebijakan.

Lebih terperinci

Silogisme Hipotesis Ekspresi Jika A maka B. Jika B maka C. Diperoleh, jika A maka C

Silogisme Hipotesis Ekspresi Jika A maka B. Jika B maka C. Diperoleh, jika A maka C MSH1B3 Logika Matematika Dosen: Aniq A Rohmawati, M.Si Kalkulus Proposisi [Definisi] Metode yang digunakan untuk meninjau nilai kebenaran suatu proposisi atau kalimat Jika Anda belajar di Tel-U maka Anda

Lebih terperinci

PETA PERKULIAHAN MATA KULIAH : LOGIKA MATEMATIKA KODE MATA KULIAH : GD 321. SEMESTER : GANJIL (5) DOSEN : MAULANA, S.Pd., M.Pd.

PETA PERKULIAHAN MATA KULIAH : LOGIKA MATEMATIKA KODE MATA KULIAH : GD 321. SEMESTER : GANJIL (5) DOSEN : MAULANA, S.Pd., M.Pd. Doc Logika Matematika PGSD Maulana 1 PETA PERKULIAHAN MATA KULIAH : LOGIKA MATEMATIKA KODE MATA KULIAH : GD 321 BOBOT SKS : 2 (DUA) TAHUN AKADEMIK : 2007/2008 PROGRAM : PGSD S-1 KELAS SEMESTER : GANJIL

Lebih terperinci

LOGIKA MATEMATIKA. Modul Matematika By : Syaiful Hamzah Nasution

LOGIKA MATEMATIKA. Modul Matematika By : Syaiful Hamzah Nasution LOGIKA MATEMATIKA Logika matematika mempunyai peranan mendasar dalam perkembangan teknologi computer. Karena logika digunakan dalam berbagai aspek di bidang computer seperti pemrograman, ersitektur computer,

Lebih terperinci

LOGIKA MATEMATIKA LOGIKA. Altien Jonathan Rindengan, S.Si, M.Kom

LOGIKA MATEMATIKA LOGIKA. Altien Jonathan Rindengan, S.Si, M.Kom LOGIKA MATEMATIKA LOGIKA Altien Jonathan Rindengan, S.Si, M.Kom Pendahuluan Untuk menemukan suatu gagasan baru dari informasi dan gagasan yang telah ada, diperlukan proses berpikir. Proses ini dikenal

Lebih terperinci

PENALARAN DALAM MATEMATIKA

PENALARAN DALAM MATEMATIKA PENALARAN DALAM MATEMATIKA A. PENDAHULUAN Siswa belajar dimulai dari mengamati contoh-contoh atau fenomena Dari informasi-informasi yang diperoleh secara khusus siswa mencoba melakukan generalisasi secara

Lebih terperinci

PROPOSISI MAJEMUK. dadang mulyana

PROPOSISI MAJEMUK. dadang mulyana PROPOSISI MAJEMUK Perangkai logika digunakan untuk mengkombinasikan proposisi-proposisi atomik jadi proposisi majemuk Jangan ada ambiguitas (slah tafsir) Harus ada tanda kurung yang tepat Proposisi-proposisi

Lebih terperinci

PENALARAN DEDUKTIF. Pernyataan generalisasi (premis mayor) : Seseorang boleh mengendarai kendaraan bermotor jika ia mempunyai SIM.

PENALARAN DEDUKTIF. Pernyataan generalisasi (premis mayor) : Seseorang boleh mengendarai kendaraan bermotor jika ia mempunyai SIM. PENALARAN DEDUKTIF Berbeda dengan penalaran induktif, penalaran deduktif berlangsung dari hal yang umum dan diturunkan pada hal-hal yang khusus. Dalam penalaran deduktif tidak menerima generalisasi dari

Lebih terperinci

Bab 1 LOGIKA MATEMATIKA

Bab 1 LOGIKA MATEMATIKA LOGIKA MATEMATIKA ab 1 Dalam setiap melakukan kegiatan sering kita dituntut untuk menggunakan akal dan pikiran. Akal dan pikiran yang dibutuhkan harus mempunyai pola pikir yang tepat, akurat, rasional,

Lebih terperinci

Jadi penting itu baik, tapi jadi baik jauh lebih penting

Jadi penting itu baik, tapi jadi baik jauh lebih penting LOGIKA MATEMATIKA Logika Matematika - Pernyataan, Nilai Kebenaran, dan Kalimat Terbuka - Pernyataan Majemuk - Konvers, Invers, dan Kontraposisi - Kuantor Universal dan Kuantor Eksistensial - Ingkaran dari

Lebih terperinci

Tingkat 2 ; Semester 3 ; Waktu 44 menit

Tingkat 2 ; Semester 3 ; Waktu 44 menit MK Negeri 3 Jakarta tandar Kompetensi H Menerapkan Logika Matematika Dalam Pemecahan Dalam Pemecahan Masalah Yang erkaitan Dengan Pernyataan Majemuk Dan Pernyataan erkuantor. Tingkat 2 ; emester 3 ; Waktu

Lebih terperinci

KOMPARASI PENGGUNAAN METODE TRUTH TABLE DAN PROOF BY FALSIFICATION DALAM PENENTUAN VALIDITAS ARGUMEN. Abstrak

KOMPARASI PENGGUNAAN METODE TRUTH TABLE DAN PROOF BY FALSIFICATION DALAM PENENTUAN VALIDITAS ARGUMEN. Abstrak Komparasi Penggunaan Metode Truth Table Dan Proof By Falsification Untuk Penentuan Validitas Argumen (Yani Prihati) KOMPARASI PENGGUNAAN METODE TRUTH TABLE DAN PROOF BY FALSIFICATION DALAM PENENTUAN VALIDITAS

Lebih terperinci

Pertemuan 2. Proposisi Bersyarat

Pertemuan 2. Proposisi Bersyarat Pertemuan 2 Proposisi ersyarat Proposisi ersyarat Definisi 4 Misalkan p dan q adalah proposisi. Proposisi majemuk jika p, maka q disebut proposisi bersyarat (implikasi dan dilambangkan dengan p q Proposisi

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBUKTIAN. (Yus Mochamad Cholily)

TEKNIK PEMBUKTIAN. (Yus Mochamad Cholily) TEKNIK PEMBUKTIAN (Yus Mochamad Cholily) Pembuktian merupakan aktifitas yang tidak bisa dipisahkan dengan Matematika. Hal ini disebabkan produk matematika pada umumnya berbentuk teorema yang harus dibuktikan

Lebih terperinci

PERTEMUAN Logika Matematika

PERTEMUAN Logika Matematika 2-1 PERTEMUAN 2 Nama Mata Kuliah : Matematika Diskrit (3 SKS) Nama Dosen Pengampu : Dr. Suparman E-mail : matdis@netcourrier.com HP : 081328201198 Judul Pokok Bahasan Tujuan Pembelajaran : 2. Logika Matematika

Lebih terperinci

- Mahasiswa memahami dan mampu membuat kalimat, mengevaluasi kalimat dan menentukan validitas suatu kalimat

- Mahasiswa memahami dan mampu membuat kalimat, mengevaluasi kalimat dan menentukan validitas suatu kalimat LOGIKA Tujuan umum : - Mahasiswa memahami dan mampu membuat kalimat, mengevaluasi kalimat dan menentukan validitas suatu kalimat Tujuan Khusus: - mahasiswa diharapkan dapat : 1. memahami pengertian proposisi,

Lebih terperinci

B S B B B S B S. baris ke-1 baris ke-2 baris ke-3 baris ke-4. Contoh 1.7

B S B B B S B S. baris ke-1 baris ke-2 baris ke-3 baris ke-4. Contoh 1.7 . Implikasi dan iimplikasi 1. Implikasi Perhatikan contoh berikut ini Jika Ajid lulus ujian maka Ajid diajak bertamasya. Kalimat ini merupakan pernyataan majemuk. Pernyataan-pernyataan tunggalnya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proposisi adalah pernyataan yang dapat ditentukan nilai kebenarannya, bernilai benar atau salah tetapi tidak keduanya. Sedangkan, Kalkulus Proposisi (Propositional

Lebih terperinci

Soal Beserta Pembahasan Kunci Jawaban Matematika PDGK4108

Soal Beserta Pembahasan Kunci Jawaban Matematika PDGK4108 Soal Beserta Pembahasan Kunci Jawaban Matematika PDGK4108 Kayla & Jifan Corporation 1. Jika p = seekor ayam mempunyai 2 kaki, q = Surabaya terletak di pulau Kalimantan, Maka disjungsi berikut ini yang

Lebih terperinci

Logika Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara proposisi atau pernyataan (statements).

Logika Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara proposisi atau pernyataan (statements). Logika (logic) 1 Logika Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara proposisi atau pernyataan (statements). Proposisi Kalimat deklaratif yang bernilai

Lebih terperinci

LOGIKA PROPOSISI. Bagian Keempat : Logika Proposisi

LOGIKA PROPOSISI. Bagian Keempat : Logika Proposisi LOGIKA PROPOSISI Bagian Keempat : Logika Proposisi ARI FADLI, S.T. Logika Proposisi Tujuan : Mahasiswa dapat menyebutkan tentang logika proposisi, operator dan sifat proposisi Proposisi Definisi : Setiap

Lebih terperinci

LOGIKA MATEMATIKA Talisadika Maifa

LOGIKA MATEMATIKA Talisadika Maifa 22 BAB II LOGIKA MATEMATIKA Talisadika Maifa A. PENDAHULUAN Pembahasan mengenai logika sudah ada sejak lama bahkan sebelum manusia mengenal istilah logika itu sendiri. Menilik kembali kepada sejarahnya,

Lebih terperinci

LOGIKA (LOGIC) Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara pernyataanpernyataan

LOGIKA (LOGIC) Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara pernyataanpernyataan LOGIKA (LOGIC) Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara pernyataanpernyataan (statements). Proposisi kalimat deklaratif yang bernilai benar (true)

Lebih terperinci

BAB I LOGIKA KALIMAT

BAB I LOGIKA KALIMAT BAB I LOGIKA KALIMA Dalam suatu pernyataan kalimat, baik verbal maupun dalam bentuk tulisan, sering muncul ketidak mengertian, kesalah tafsiran dan bahkan keslah pahaman oleh karena beberapa aspek yang

Lebih terperinci

LOGIKA. Kegiatan Belajar Mengajar 1

LOGIKA. Kegiatan Belajar Mengajar 1 Kegiatan elajar Mengajar 1 LOGIKA Zainuddin Akina Kegiatan belajar mengajar 1 ini akan membahas tentang logika. esuai dengan kebutuhan maka kegiatan belajar mengajar 1 ini mencakup dua pokok bahasan, yaitu

Lebih terperinci

MODUL 3 OPERATOR LOGIKA

MODUL 3 OPERATOR LOGIKA STMIK STIKOM BALIKPAPAN 1 MODUL 3 OPERATOR LOGIKA 1. TEMA DAN TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN 1. Tema : Operator Logika 2. Fokus Pembahasan Materi Pokok : 1. Operator Logika Konjungsi 2. Operator Logika Disjungsi

Lebih terperinci

B. Proposisi (Pernyataan) yaitu kalimat yang mempunyai nilai salah atau benar tetapi tidak sekaligus keduanya

B. Proposisi (Pernyataan) yaitu kalimat yang mempunyai nilai salah atau benar tetapi tidak sekaligus keduanya A. emesta Pembicaraan yaitu himpunan semua objek yang dibicarakan a. 1 + 1 = 2 Jika semesta pembicaraannya adalah himpunan bilangan bulat, himpunan bilangan cacah, himpunan bilangan asli. b. x 2 1 = 0

Lebih terperinci

Matematika Industri I

Matematika Industri I LOGIKA MATEMATIKA TIP FTP - UB Pokok Bahasan Proposisi dan negasinya Nilai kebenaran dari proposisi Tautologi Ekuivalen Kontradiksi Kuantor Validitas pembuktian Pokok Bahasan Proposisi dan negasinya Nilai

Lebih terperinci

IT105 MATEMATIKA DISKRIT. Ramos Somya, S.Kom., M.Cs.

IT105 MATEMATIKA DISKRIT. Ramos Somya, S.Kom., M.Cs. IT105 MATEMATIKA DISKRIT Ramos Somya, S.Kom., M.Cs. TUJUAN Mahasiswa Memahami dan menguasai konsep dasar logika matematika Mahasiswa mempunyai daya nalar yang semakin tajam. POKOK BAHASAN Pernyataan dan

Lebih terperinci

1.3 Pembuktian Tautologi dan Kontradiksi. Pernyataan majemuk yang selalu bernilai benar bagaimanapun nilai proposisi

1.3 Pembuktian Tautologi dan Kontradiksi. Pernyataan majemuk yang selalu bernilai benar bagaimanapun nilai proposisi 1.3 Pembuktian 1.3.1 Tautologi dan Kontradiksi Pernyataan majemuk yang selalu bernilai benar bagaimanapun nilai proposisi yang membentuknya disebut toutologi, sedangkan proposisi yang selalu bernilai salah

Lebih terperinci

Modul Matematika X Semester 2 Logika Matematika

Modul Matematika X Semester 2 Logika Matematika Modul Matematika X Semester 2 Logika Matematika Oleh : Markus Yuniarto, S.Si Tahun Pelajaran 2014 2015 SMA Santa Angela Jl. Merdeka No. 24 Bandung LOGIKA MATEMATIKA A. Standar Kompetensi : Menggunakan

Lebih terperinci

Argumen premis konklusi jika dan hanya jika Tautolog

Argumen premis konklusi jika dan hanya jika Tautolog INFERENSI LOGIKA Argumen adalah suatu pernyataan tegas yang diberikan oleh sekumpulan proposisi P 1, P 2,...,P n yang disebut premis (hipotesa/asumsi) dan menghasilkan proposisi Q yang lain yang disebut

Lebih terperinci

Latihan Materi LOGIKA MATEMATIKA. 1. Tentukan negasi dari pernyataan-pernyataan berikut ini.

Latihan Materi LOGIKA MATEMATIKA. 1. Tentukan negasi dari pernyataan-pernyataan berikut ini. Latihan Materi LOGIKA MATEMATIKA 1. Tentukan negasi dari pernyataan-pernyataan berikut ini. (a) Tarif dasar listrik naik. (b) 10 = 50 5 (c) Celana Dono berwarna hitam. (d) Semua jenis ikan bertelur. (e)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Matriks 1 Pengertian Matriks Definisi 21 Matriks adalah kumpulan bilangan bilangan yang disusun secara khusus dalam bentuk baris kolom sehingga membentuk empat persegi panjang

Lebih terperinci

Materi 4: Logika. I Nyoman Kusuma Wardana. STMIK STIKOM Bali

Materi 4: Logika. I Nyoman Kusuma Wardana. STMIK STIKOM Bali Materi 4: Logika I Nyoman Kusuma Wardana STMIK STIKOM Bali Logika merupakan dasar dr semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara pernyataan-pernyataan (statements). Dalam Logika

Lebih terperinci

B. Proposisi (Pernyataan) yaitu kalimat yang mempunyai nilai salah atau benar tetapi tidak sekaligus keduanya

B. Proposisi (Pernyataan) yaitu kalimat yang mempunyai nilai salah atau benar tetapi tidak sekaligus keduanya A. emesta Pembicaraan yaitu himpunan semua objek yang dibicarakan a. 1 + 1 = 2 Jika semesta pembicaraannya adalah himpunan bilangan bulat, himpunan bilangan cacah, himpunan bilangan asli. b. x 2 1 = 0

Lebih terperinci

BAB 4 PROPOSISI. 1. Pernyataan dan Nilai Kebenaran

BAB 4 PROPOSISI. 1. Pernyataan dan Nilai Kebenaran BAB 4 PROPOSISI 1. Pernyataan dan Nilai Kebenaran Ilmu logika adalah berhubungan dengan kalimat-kalimat (argumen-argumen) dan hubungan yang ada diantara kalimat-kalimat tersebut. Tujuannya adalah memberikan

Lebih terperinci

LOGIKA. Arum Handini Primandari

LOGIKA. Arum Handini Primandari LOGIKA Arum Handini Primandari LOGIKA MATEMATIKA KALIMAT TERBUKA DAN TERTUTUP Kalimat terbuka adalah kalimat yang tidak mengandung nilai kebenaran Contoh: Apakah kamu tahu pencipta lagu PPAP? Semoga ujian

Lebih terperinci

METODA PEMBUKTIAN DALAM MATEMATIKA

METODA PEMBUKTIAN DALAM MATEMATIKA 1 1 Program Studi Pend Matematika FKIP UM Ponorogo January 12, 2011 Jenis Pernyataan dalam Matematika Denisi (Denition) Kesepakatan mengenai pegertian suatu istilah. Teorema (Theorem) Pernyataan yang dapat

Lebih terperinci

Berdasarkan tabel 1 diperoleh bahwa p q = q p.

Berdasarkan tabel 1 diperoleh bahwa p q = q p. PEMAHAAN 1. Pengertian Kata LOGIKA mengacu pada suatu metode atau cara yang sistematis dalam berpikir (reasoning), dan terdapat dua sistem khusus yaitu : suatu metode dasar yang disebut dengan Kalkulus

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN EDISI 1 MATEMATIKA DISKRIT

MODUL PERKULIAHAN EDISI 1 MATEMATIKA DISKRIT MODUL PERKULIAHAN EDISI 1 MATEMATIKA DISKRIT Penulis : Nelly Indriani Widiastuti S.Si., M.T. JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG 2011 DAFTAR ISI Daftar Isi. 2 Bab 1 LOGIKA

Lebih terperinci

METODA PEMBUKTIAN DALAM MATEMATIKA

METODA PEMBUKTIAN DALAM MATEMATIKA METODA PEMBUKTIAN DALAM MATEMATIKA Dr. Julan HERNADI & Uki Suhendar, S.Pd (Asrul dan Enggar) Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unmuh Ponorogo Pertemuan 8 FONDASI MATEMATIKA Matematika Bukan Sekedar

Lebih terperinci

ARGUMEN DAN METODE PENARIKAN KESIMPULAN

ARGUMEN DAN METODE PENARIKAN KESIMPULAN 1 RGUMEN DN METODE PENRIKN KESIMPULN rgumen adalah rangkaian pernyataan-pernyataan yang mempunyai ungkapan pernyataan penarikan kesimpulan (inferensi). rgumen terdiri dari pernyataanpernyataan yang terdiri

Lebih terperinci

Logika Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara proposisi atau pernyataan (statements).

Logika Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara proposisi atau pernyataan (statements). Logika (logic) 1 Logika Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara proposisi atau pernyataan (statements). Proposisi Kalimat deklaratif yang bernilai

Lebih terperinci

Logika Proposisi. Pertemuan 2 (Chapter 10 Schaum, Set Theory) (Chapter 3/4 Schaum, Theory Logic)

Logika Proposisi. Pertemuan 2 (Chapter 10 Schaum, Set Theory) (Chapter 3/4 Schaum, Theory Logic) Logika Proposisi Pertemuan 2 (Chapter 10 Schaum, Set Theory) (Chapter 3/4 Schaum, Theory Logic) Logika Proposisional Tujuan pembicaraan kali ini adalah untuk menampilkan suatu bahasa daripada kalimat abstrak

Lebih terperinci

LOGIKA. Kegiatan Belajar Mengajar 1

LOGIKA. Kegiatan Belajar Mengajar 1 KATA PENGANTAR ecara nyata matematika sangat diperlukan dalam kehidupan manusia baik dalam kehidupann sehari-hari maupun ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu matematika diajarkan sejak anak

Lebih terperinci

Logika Matematika. ILFA STEPHANE, M.Si. September Teknik Sipil dan Geodesi Institut Teknologi Padang

Logika Matematika. ILFA STEPHANE, M.Si. September Teknik Sipil dan Geodesi Institut Teknologi Padang ILFA STEPHANE, M.Si September 2012 Teknik Sipil dan Geodesi Institut Teknologi Padang Definisi 1 Logika adalah usaha dalam memutuskan ya atau tidaknya (whether or not) suatu keputusan yang sah. Oleh karena

Lebih terperinci

BAHAN AJAR LOGIKA MATEMATIKA. Oleh: Fadjar Shadiq

BAHAN AJAR LOGIKA MATEMATIKA. Oleh: Fadjar Shadiq MK Teknik Tingkat Dasar AHAN AJAR LOGIKA MATEMATIKA Oleh: Fadjar hadiq DEPARTEMEN PENDIDIKAN NAIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DAAR DAN MENENGAH PUAT PENGEMANGAN PENATARAN GURU MATEMATIKA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

5. 1 Mendeskripsikan pernyataan dan bukan pernyataan (kalimat terbuka)

5. 1 Mendeskripsikan pernyataan dan bukan pernyataan (kalimat terbuka) Sumber: Art and Gallery Standar Kompetensi 5. Menerapkan logika matematika dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan pernyataan majemuk dan pernyataan berkuantor Kompetensi Dasar 5. 1 Mendeskripsikan

Lebih terperinci

MATEMATIKA DASAR (Ekivalensi dan Kuantifikasi)

MATEMATIKA DASAR (Ekivalensi dan Kuantifikasi) MATEMATIKA DASAR (Ekivalensi dan Kuantifikasi) Antonius Cahya Prihandoko Universitas Jember Indonesia Jember, 2015 Antonius Cahya Prihandoko (UNEJ) MDAS - Ekivalensi dan Kuantifikasi Jember, 2015 1 / 20

Lebih terperinci

Pengantar Logika. Didin Astriani Prasetyowati, M.Stat UIGM

Pengantar Logika. Didin Astriani Prasetyowati, M.Stat UIGM Pengantar Logika Didin Astriani Prasetyowati, M.Stat UIGM 1 BAB I PENGANTAR LOGIKA Konsep Logika Apakah logika itu? Seringkali Logika didefinisikan sebagai ilmu untuk berfikir dan menalar dengan benar

Lebih terperinci

METODA PEMBUKTIAN DALAM MATEMATIKA

METODA PEMBUKTIAN DALAM MATEMATIKA 1 1 Program Studi Pend Matematika FKIP UM Ponorogo October 29, 2011 Jenis Pernyataan dalam Matematika Denisi (Denition) Kesepakatan mengenai pegertian suatu istilah. Teorema (Theorem) Pernyataan yang dapat

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN REAL

SISTEM BILANGAN REAL DAFTAR ISI 1 SISTEM BILANGAN REAL 1 1.1 Sifat Aljabar Bilangan Real..................... 1 1.2 Sifat Urutan Bilangan Real..................... 6 1.3 Nilai Mutlak dan Jarak Pada Bilangan Real............

Lebih terperinci

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan. 2. Grup Definisi 1.3 Suatu grup < G, > adalah himpunan tak-kosong G bersama-sama dengan operasi biner pada G sehingga memenuhi aksioma- aksioma berikut: a. operasi biner bersifat asosiatif, yaitu a, b,

Lebih terperinci

Logika Matematika Diskret (TKE132107) Program Studi Teknik Elektro, Unsoed

Logika Matematika Diskret (TKE132107) Program Studi Teknik Elektro, Unsoed Logika Matematika Diskret (TKE132107) Program Studi Teknik Elektro, Unsoed Iwan Setiawan Tahun Ajaran 2013/2014 Logika Klasik Matematika Diskret (TKE132107) - Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Logika Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara pernyataan (statements).

Logika Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara pernyataan (statements). Logika Matematik 1 Logika Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan antara pernyataan (statements). Proposisi Pernyataan atau kalimat deklaratif yang bernilai

Lebih terperinci