BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL"

Transkripsi

1 BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Perekonomian Kepulauan Riau di awal tahun 2010 semakin memperlihatkan tren ekspansif. Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di triwulan I-2010 sebesar 9,34% (year-on-year), yang merupakan level pertumbuhan tertinggi sejak terbentuknya provinsi ini di tahun Sebelumnya BPS juga merevisi angka pertumbuhan ekonomi di tahun 2009, dari 0,56% menjadi 3,51% (year-overyear). Dampak krisis keuangan global terhadap kinerja ekspor industri manufaktur berlangsung lebih smooth dari perkiraan semula. Realisasi ekspor di periode ini mencatat kenaikan secara tajam setelah sepanjang tahun 2009 lalu tumbuh negatif. Penguatan ekspor industri manufaktur yang semakin merata mendorong peningkatan impor bahan baku dalam rangka memenuhi order produksi dan restocking inventory. Perkembangan ekonomi eksternal dan domestik yang kian kondusif juga mendorong kegiatan investasi, terutama di sektor manufaktur seperti industri pembuatan/perbaikan kapal, industri mesin-mesin elektrik dan industri barang-barang logam. Kinerja sektor industri pengolahan Kepulauan Riau memanfaatkan momentum pemulihan industri manufaktur Singapura yang naik tajam ke level pertumbuhan 30% di periode ini setelah pada tahun 2009 lalu mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,0%. Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau Berdasarkan Sektor Ekonomi dan Penggunaan Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau, Singapura dan Amerika Serikat (y-o-y) KOMPONEN PENGGUNAAN year on year year over year TW I TW IV* TW I** * 1. Konsumsi Rumah Tangga 11.42% 22.99% # 29.66% 19.03% 17.37% 2. Konsumsi Lembaga Swasta 30.78% 21.79% # 4.62% 13.41% 23.56% 3. Konsumsi Pemerintah 7.11% 15.49% # 22.60% 13.26% 13.95% 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 16.31% 19.60% # 21.93% 29.38% 15.14% 5. Ekspor Barang dan Jasa 2.23% 0.04% # 3.46% 6.18% 2.11% 6. Impor Barang dan Jasa 16.42% 7.72% # 14.60% 2.94% 7.59% SEKTOR EKONOMI 1. Pertanian 0.07% 5.13% # 4.57% 3.80% 1.50% 2. Pertambangan & Penggalian 0.96% 3.45% # 1.80% 2.71% 1.10% 3. Industri Pengolahan 1.16% 7.16% # 10.01% 4.56% 2.38% 4. Listrik, Gas & Air Bersih 0.23% 4.50% # 6.93% 7.94% 2.08% 5. Bangunan 14.81% 10.68% # 12.12% 34.26% 13.36% 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 0.50% 10.67% # 11.81% 7.77% 3.84% 7. Pengangkutan & Komunikasi 5.71% 7.28% # 7.04% 14.44% 6.67% 8. Keuangan, Persewaan & Jasa P'an 6.12% 5.88% # 5.25% 9.71% 5.50% 9. Jasa Jasa 8.29% 7.71% # 6.89% 15.59% 8.44% PDRB (termasuk migas) 0.53% 7.74% # 9.34% 6.65% 3.51% Sumber : BPS Kepulauan Riau Keterangan: *Angka sementara **Angka sangat sementara Sumber : BPS Kepulauan Riau; MTI Singapore & BEA US Dept. of Commerce (diolah) Keterangan: *Angka sementara 5

2 Kondisi ekonomi di sisi penawaran juga ditandai dengan semakin membaiknya pertumbuhan sektor-sektor utama lain, seperti sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor bangunan. Perayaan Imlek dan agenda Visit Batam 2010 cukup mendorong aktivitas pariwisata. Sementara daya beli masyarakat yang semakin terjaga memberi stimulus permintaan pada sektor perdagangan dan properti. Adapun tingginya kinerja pertumbuhan sektor infrastruktur listrik ditopang oleh lonjakan pemakaian listrik oleh sektor industri pengolahan SISI PERMINTAAN Konsumsi Komponen konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2010 diprakirakan masih tumbuh tinggi, terutama pada barang-barang non-makanan. Prakiraan tersebut sejalan dengan perkembangan indikator penuntun konsumsi rumah tangga yang mengindikasikan perbaikan. Kenaikan gaji PNS, TNI dan Polri sebesar 5% serta kenaikan UMP sebesar 3,7% pada awal tahun 2010 menopang perbaikan daya beli masyarakat pada triwulan laporan. Meningkatnya pola konsumsi saat perayaan Imlek pada bulan Februari 2010 berkontribusi positif terhadap pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Selain itu, kecenderungan nilai tukar Rupiah yang terus menguat disertai tingkat inflasi regional yang terjaga juga menjadi faktor yang fundamental dalam mempengaruhi stabilnya konsumsi masyarakat. Grafik 1.2. Pertumbuhan Konsumsi Masyarakat Grafik 1.3. Perkembangan Kurs IDR thp USD dan SGD Sumber : BPS Kepulauan Riau Sumber : Kurs Tengah Bank Indonesia Potensi peningkatan konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2010 didukung oleh perkembangan beberapa indikator dini. Pertumbuhan penjualan mobil dan sepeda motor pada selama triwulan I-2010 mencatat kenaikan tertinggi dalam 3 tahun terakhir. Jumlah mobil yang terjual selama triwulan laporan sebanyak unit, tumbuh 112,6% dibanding periode yang sama tahun Sedangkan jumlah sepeda motor terjual tercatat sebanyak 6

3 unit, atau meningkat 62,2%. Sementara Konsumsi semen selama triwulan berjalan mencatat pertumbuhan positif setelah pada tahun lalu mengalami penurunan. Total realisasi pengadaan semen di Kepulauan Riau sebanyak ton, atau tumbuh 7,3% dibanding triwulan I Aktivitas konstruksi termasuk industri properti sangat dipengaruhi oleh membaiknya kondisi daya beli masyarakat di tengah optimisme pelaku usaha yang semakin membaik. Grafik 1.4. Pertumbuhan Penjualan Kendaraan Bermotor Grafik 1.5. Konsumsi Semen di Kepulauan Riau Sumber : Dinas Pendapatan Daerah (diolah) Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Meningkatnya aktivitas sektor industri pengolahan berimbas pada naiknya pemakaian sarana infrastruktur, terutama listrik. Konsumsi listrik golongan industri pada triwulan I-2010 tumbuh semakin membaik di level 33,6% (y-o-y), dimana pada triwulan sebelumnya juga mengalami peningkatan sebesar 16,8%. Hal tersebut mendorong tingkat konsumsi listrik secara umum tumbuh 18,62% di triwulan berjalan. Perbaikan pertumbuhan konsumsi juga terkonfirmasi pada kenaikan impor barang konsumsi rumah tangga terbesar, seperti buahbuahan, minyak nabati dan alas kaki. Grafik 1.6. Pertumbuhan Konsumsi Listrik per Golongan Tarif Grafik 1.7. Perkembangan Impor Barang Konsumsi Sumber : PLN Batam Sumber : SEKDA - BI Impor gula yang melonjak di bulan Oktober 2009 dan Januari 2010 terkait dengan pemenuhan kuota impor gula yang diberikan oleh Menteri Perdagangan sebanyak ton 7

4 untuk wilayah FTZ. Sehubungan dengan itu, Badan Pengusahaan (BP) FTZ-Batam sebagai salah satu otoritas di kawasan FTZ ditunjuk untuk melaksanakan dan mengawasi mekanisme importasi gula guna mengatasi masalah kelangkaan gula yang juga berlaku secara nasional. Terdapat 4 perusahaan yang diberi izin impor gula oleh BP Batam, dimana yang memperoleh kuota impor terbesar adalah PT. Batam Harta Mandiri (BHM). Adapun dari aspek pembiayaan konsumsi oleh perbankan lokal justru memperlihatkan perlambatan pertumbuhan di bulan Maret 2010, bersamaan dengan penurunan outstanding kredit konsumsi, terlebih pada jenis kredit kepemilikan kendaraan bermotor. Kondisi ini terkait dengan pola penyaluran kredit perbankan di awal tahun yang cenderung kurang ekspansif, di sisi lain run-off kredit yang cukup besar menggerus outstanding kredit di akhir triwulan I Selain itu juga diduga dipengaruhi oleh membaiknya daya beli masyarakat dengan adanya insentif pendapatan bagi PNS, TNI dan Polri rata-rata sebesar 5% sejak 1 Januari 2010, sehingga memiliki kemampuan untuk membayar uang muka lebih besar atau bahkan cash and carry. Sementara itu daya beli masyarakat petani di bulan Januari dan Februari 2010 cenderung menurun sejalan dengan turunnya hasil panen perikanan akibat gangguan cuaca. Penurunan indeks NTP mencerminkan pertumbuhan sektor pertanian yang melambat di triwulan laporan. Grafik 1.8. Kredit Konsumsi Perbankan Kep. Riau Grafik 1.9. Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Sumber : Laporan Bulanan Bank Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau Investasi Berlanjutnya penguatan ekspor mendorong kinerja investasi pada triwulan I-2010 tumbuh meningkat. Komponen Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 21,9% (y-oy), sedangkan di triwulan sebelumnya mengalami peningkatan 19,6%. Kegiatan investasi diproyeksi akan semakin tumbuh sebagaimana terkonfirmasi dari tren pertumbuhan impor barang-barang modal. Pangsa utama aktivitas investasi pada triwulan I-2010 masih didominasi oleh investasi industri manufaktur. 8

5 Berdasarkan jenis industrinya, investasi di triwulan berjalan sebagian besar dilakukan oleh industri galangan kapal (shipyard) baik untuk jasa pembuatan maupun perbaikan kapal, serta industri elektronik berupa peralatan radio, tv dan alat komunikasi lainnya. Sementara itu, investasi oleh industri mesin-mesin dan perlengkapannya juga mulai memperlihatkan optimisme meskipun belum kembali pada level pertumbuhan sebelum krisis. Selain investasi sektor industri manufaktur, investasi di sektor bangunan juga diperkirakan semakin intens seperti tercermin pada indikator konsumsi semen. Investasi bangunan diwarnai oleh proyekproyek konstruksi besar seperti pembangunan Kepri Mall, Batam City Condominium (BCC), pusat pemerintahan pulau Dompak, dan Superblok Grand Quarter, serta kembali bergairahnya aktivitas pembangunan proyek-proyek properti residensial setelah sempat lesu di tahun 2009 lalu. Grafik Perkembangan Investasi PMTB Grafik Pertumbuhan Impor Kelompok Barang Modal Sumber : BPS Kepulauan Riau Sumber : SEKDA BI (BEC) Grafik Pertumbuhan Impor Industri Manufaktur Grafik Perkembangan Kredit Investasi Perbankan Sumber : SEKDA BI (ISIC) Sumber : Laporan Bulanan Bank Pada pertengahan Januari 2010 Drydocks World (DDW) Batam me-lounching Jack Up Drilling Rigs L-205 Haven senilai US$ 200 juta yang rencananya akan dikirim ke Norwegia pada bulan Mei Rig ini merupakan Rig ke-5 dari enam proyek pembangunan Rig yang saat ini sedang dikerjakan oleh Drydocks World Batam. Sejak awal 2009, perusahaan memiliki 6 proyek besar pembuatan Jack-Up Rig yang memakan waktu sekitar bulan dan menelan investasi sekitar US$150-US$200 juta untuk masing-masing Rig. Adapun 4 Rig 9

6 sebelumnya telah diselesaikan di tahun 2009 yang dipesan oleh UMW Standard Drilling untuk dioperasikan pada proyek-proyek Petronas di Malaysia. Sementara 2 rig terakhir adalah pesanan Conoco Phillips Skandinavia AS untuk aktivitas pengeboran di sumur milik Master Marine ASA Norwegia, yang rencananya akan dikirim pada bulan Mei dan September Drydocks World Dubai telah berinvestasi di Batam sejak tahun 2008 dengan membeli 3 perusahaan galangan kapal/shipyard di Batam milik Labroy Marine Limited Singapore melalui Drydocks World-SE Asia. Ketiga perusahaan shipyard dimaksud adalah Pan United (berubah menjadi Drydocks World Pertama), Naninda Mutiara Shipyard (menjadi Drydocks World Naninda), dan Graha Trisaka (menjadi Drydocks World Graha). Dengan demikian DryDocks World (group) menjadi perusahaan galangan kapal terbesar di Batam yang mempekerjakan sekitar karyawan. Investasi di industri galangan kapal juga rencananya dilakukan oleh Singa Tec, yakni sebuah perusahaan Shipyard asal Singapura yang berlokasi di Bintan Industrial Estate, Lobam (Bintan). Nilai investasi di triwulan I-2010 diperkirakan sebesar US$ 500 ribu untuk melakukan ship cleaning (pembersihan kapal). Investasi Singa Tec dalam rangka perluasan usaha direncanakan mencapai US$ 5 juta di tahun 2010 (Sinar Harapan, Feb.2010). Selain itu TNI- AL telah melakukan pemesanan pembuatan Kapal Cepat Rudal (KCR-40) kepada PT. Palindo Marine Shipyard Batam dengan nilai proyek sebesar Rp 60 milyar. Sampai dengan 2014, jumlah kapal yang akan dipesan TNI-AL mencapai 22 unit dengan pemesanan tiap tahunnya direncanakan 4-5 unit (Kompas, Januari 2010). Animo investor asing untuk menanamkan modalnya pada industri pembuatan/ perbaikan kapal di Batam ke depannya masih cukup tinggi. Dari 20 proyek rencana investasi senilai US$ 16,89 juta yang disetujui selama triwulan I-2010, 3 proyek diantaranya di bidang pembuatan/perbaikan kapal (BP Kawasan FTZ-Batam, April 2010). Adapun di tahun 2009, rencana investasi di sektor ini sebanyak 8 proyek dari 82 proyek PMA yang disetujui. Di samping itu, minat investasi asing di bidang perdagangan, hotel dan restoran juga semakin tumbuh. Pada triwulan I-2010 saja telah disetujui 7 proyek rencana investasi di sektor ini, sementara selama tahun 2009 disetujui sebanyak 19 proyek. Aplikasi proyek-proyek PMA tersebut masih didominasi oleh investor Singapura, diikuti negara Malaysia, Taiwan, Australia, Norwegia, Korea Selatan dan Belanda Ekspor - Impor Sejalan dengan perbaikan perekonomian global dan harga komoditas, kinerja ekspor di triwulan I-2010 diprakirakan tumbuh positif sebesar 3,46% (y-o-y) yang didorong oleh peningkatan ekspor ke luar negeri. Pertumbuhan ekspor di triwulan IV-2009 diestimasi turun 10

7 0,04% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Secara kumulatif, kinerja ekspor di tahun 2009 mengalami kontraksi 2,11% dibanding tahun Grafik Pertumbuhan Ekspor dan Impor (y-o-y) Grafik Perkembangan Harga Minyak & Gas Dunia Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau (diolah) Sumber : Bloomberg Grafik Aktivitas Peti Kemas (Kontainer) Internasional di Pelabuhan FTZ Batam Grafik Pertumbuhan Ekspor Berdasarkan Klasifikasi Industri Sumber : BP-Batam, Pelabuhan Batu Ampar, Sekupang dan Kabil Sumber : SEKDA BI (ISIC) Penguatan ekspor tercermin dari kenaikan cargo loaded tujuan internasional melalui pelabuhan utama FTZ Batam, yakni pelabuhan Batu Ampar, Sekupang dan Kabil. Volume muat kontainer selama triwulan I-2010 sebanyak Teus, atau naik 29,2% dibanding triwulan I Pertumbuhan ekspor terus membaik dimana pada triwulan I s/d triwulan III tahun 2009 mengalami pertumbuhan negatif, dan baru pada triwulan IV-2009 menunjukkan perbaikan di level pertumbuhan 12,4% (y-o-y). Ditinjau berdasarkan klasifikasi industrinya (standard international trade classification), pertumbuhan ekspor di periode laporan ditopang oleh perbaikan kinerja ekspor industri manufaktur. Di samping itu, pertumbuhan ekspor pertambangan non migas juga semakin positif dipengaruhi naiknya permintaan komoditas bauksit oleh China dan Hongkong. 11

8 Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Utama Grafik Perkembangan Nilai Impor Utama Sumber : SEKDA BI (SITC) Sumber : SEKDA BI (SITC) Tumbuhnya ekspor di sektor industri didorong oleh naiknya order mesin/peralatan elektrik dan komponen pendukung industri kapal (shipyard). Potensi kenaikan ekspor mesinmesin di triwulan mendatang cukup besar sebagaimana tercermin dari tingginya impor bahan baku dan barang modal untuk mesin-mesin elektrik dalam 2 triwulan terakhir. Perkembangan ekspor jika dilihat dari negara tujuannya sebagian besar didorong oleh naiknya permintaan dari negara Singapura sebagai pasar ekspor dominan. Selain itu, ekspor ke negara-negara Eropa dan China juga lebih memperlihatkan optimisme. Secara volume, kuantitas ekspor terbesar saat ini adalah untuk tujuan China berupa ekspor bijih bauksit sebagai bahan dasar utama pembuatan alumunium. Grafik Perkembangan Ekspor Ke Negara G3 Grafik Perkembangan Ekspor ke Bbrp Negara Asia Sumber : SEKDA BI (Negara Pembeli) Sumber : SEKDA BI (Negara Pembeli) Tabel 1.2. Neraca Perdagangan Kepulauan Riau - China China Trade Feb-09 Mar-09 Apr-09 May-09 Jun-09 Jul-09 Aug-09 Sep-09 Oct-09 Nov-09 Dec-09 Jan-10 Feb-10 Ekspor Impor Net X(M) (8.2) (10.2) (8.1) (0.1) (14.6) (9.3) (22.7) (1.8) (19.7) (27.5) 33.9 Sumber : SEKDA BI (Negara Pembeli) Terkait dengan pemberlakuan kerjasama perdagangan bebas dengan Cina (AC-FTA) diperkirakan tidak berdampak besar baik terhadap kinerja perdagangan Kepulauan Riau 12

9 dengan Cina. Khususnya bagi sektor industri pengolahan di kota Batam yang sejak dahulu sudah memanfaatkan sistem bebas bea masuk untuk produk-produk yang akan di re-ekspor dari kawasan khusus FTZ Batam. Impor dari Cina untuk di luar kawasan industri diperkirakan didominasi oleh produk-produk mainan dan sandang, namun nilainya tidak signifikan terhadap total impor Kepri dari Cina yang pada tahun 2009 lalu mencapai US$ 231,07 juta. Produk impor utama dari Cina adalah besi dan baja dimana harganya relatif lebih murah dibandingkan jika dipasok dari Jakarta atau daerah lain di Indonesia. Grafik Ekspor Beberapa Produk ke China Grafik Impor Beberapa Produk dari China Sumber : SEKDA BI (Negara Pembeli) Sumber : SEKDA BI (Negara Pembeli) Ongkos angkut yang lebih besar menjadi komponen biaya utama yang mempengaruhi harga jual besi dan baja khususnya di wilayah Kepulauan Riau Selain itu impor mesin-mesin dan peralatan listrik juga cukup banyak beredar di pasar lokal. Sementara itu, komoditas ekspor dominan selain dari Kapal Laut adalah mesin dan perlengkapan kantor, alat telekomunikasi, dan mesin/peralatan listrik. Melihat karakteristik daerahnya, bukan tidak mungkin pemberlakuan ACFTA bisa menjadi insentif bagi industri lokal di Kepulauan Riau khususnya kota Batam, karena masuknya bahan baku dan barang modal yang lebih murah dapat mempengaruhi ongkos produksi menjadi lebih kompetitif SISI PENAWARAN Perbaikan kinerja sektor riil Kepulauan Riau pada triwulan I-2010 diprakirakan akan berlanjut seiring dengan perkembangan beberapa indikator sektoral yang mengindikasikan peningkatan. Pemulihan aktivitas industri pengolahan khususnya di kota Batam, sangat menentukan arah perekonomian triwulan I-2010 dengan kontribusi mencapai 4,67% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara agregat yang diprakirakan sebesar 9,34% (y-o-y). Selain itu, perekonomian di triwulan laporan juga didorong oleh kinerja sektor utama lain yakni sektor perdagangan, hotel dan restoran yang memberi kontribusi ekonomis sebesar 13

10 2,31%, serta sektor bangunan yang menyumbang 0,88% terhadap laju pertumbuhan. Adapun kinerja sektor infrastruktur listrik dan gas mengalami tumbuh atraktif ditopang oleh tingginya penggunaan listrik golongan industri Sektor Industri Pengolahan Pertumbuhan sektor industri pada triwulan I-2010 diprakirakan sebesar 10% (y-o-y), yang merupakan tingkat pertumbuhan tertinggi sejak terbentuk provinsi Kepulauan Riau. Kondisi ini memberi sumbangan pertumbuhan yang sangat dominan yakni mencapai 4,67% terhadap kinerja ekonomi secara agregat. Tingginya laju pertumbuhan secara teknikal juga dipengaruhi oleh lesunya kinerja sektor industri pada triwulan I-2009 akibat krisis global. Kinerja sektor industri pengolahan juga memanfaatkan momentum pemulihan industri manufaktur Singapura yang naik tajam ke level pertumbuhan 30% (y-o-y) di periode ini setelah pada tahun 2009 lalu mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,0%. Grafik Pertumbuhan Sub-Sektor Industri Pengolahan Tw.I & Tw.II-2009 Grafik Pertumbuhan GDP Singapura, Sektor Manufaktur, Konstruksi dan Jasa (yoy) Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah Sumber : MTI Singapore April 2010 *) angka sementara Grafik Perkembangan Volume Ekspor Utama Sektor Industri Pengolahan Grafik Perkembangan Kredit Perbankan Sektor Industri Pengolahan Sumber : SEKDA - BI Sumber : Laporan Bulanan Bank 14

11 Dilihat dari jenis industrinya, akselerasi pertumbuhan sebagian besar disumbang oleh industri alat angkutan, mesin, dan peralatannya dengan kontribusi mencapai 2,91% terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di triwulan berjalan. Peran penting industri alat angkutan, mesin, dan peralatannya tercermin dari perbaikan kinerja ekspor komponen pendukung industri kapal (shipyard), mesin-mesin elektrik, dan perlengkapan mesin kantor. DryDocks World (DDW) Batam (DDW Pertama, DDW Naninda dan DDW Graha) sebagai perusahaan galangan kapal terbesar di Batam dengan jumlah pekerja mencapai orang, telah me-lounching penyelesaian proyek Jack Up Drilling Rigs L-205 Haven pada pertengahan Januari Rig tersebut rencananya akan dikirim ke Norwegia pada bulan Mei Rig ini merupakan Rig ke-5 dari 6 proyek pembangunan Rig yang saat ini sedang dikerjakan oleh Drydocks World Batam sejak awal Setiap proyek pembuatan Jack-Up Rig memakan waktu sekitar bulan dengan nilai investasi masing-masing sekitar US$150-US$200. Di samping itu, Selain itu TNI-AL juga telah memesan pembuatan Kapal Cepat Rudal (KCR-40) kepada PT. Palindo Marine Shipyard Batam dengan nilai proyek sebesar Rp 60 milyar. Sampai dengan 2014, jumlah kapal yang akan dipesan TNI-AL mencapai 22 unit dengan pemesanan tiap tahunnya direncanakan 4-5 unit (Kompas, Januari 2010). Namun demikian, pemulihan industri galangan kapal Batam diperkirakan belum merata. Perusahaan shipyard skala menengah masih mengalami kesulitan akibat turunnya permintaan kapal dari dalam negeri, dan lebih memilih membeli kapal bekas impor yang lebih murah. Untuk itu, peran perbankan Nasional seharusnya lebih dioptimalkan untuk memberikan pembiayaan kepada sektor ini. Adapun di sisi mikro pembiayaan perbankan lokal terhadap sektor industri pengolahan secara umum mulai menunjukkan perbaikan pertumbuhan selama triwulan berjalan. Pembiayaan untuk sektor ini mengalami kenaikan 25% dibanding posisi triwulan I setelah sempat tumbuh minimal di bulan November tahun lalu. Kondisi ini menggambarkan adanya kenaikan order pada industri pendukung berskala kecil-menengah yang merupakan target market dominan dari pembiayaan perbankan lokal Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sebagai sektor andalan kedua setelah sektor industri pengolahan, membaiknya kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki peranan yang cukup besar terhadap laju pertumbuhan pada triwulan I-2010, dengan kontribusi pertumbuhan sebesar 2,31%. 15

12 Masing-masing sub sektor baik perdagangan besar dan eceran, industri perhotelan, serta restoran mengalami pemulihan secara simultan dalam setahun terakhir. Namun lebih khusus, pertumbuhan di triwulan ini lebih berasal dari peningkatan kinerja perdagangan besar dan eceran merespon tumbuhnya aktivitas sektor riil dan membaiknya daya beli masyarakat secara umum. Peningkatan kinerja perdagangan besar dan eceran tercermin dari pergerakan positif beberapa indikator dini yang mendukung. Aktivitas peti kemas domestik (bongkar-muat) di pelabuhan FTZ kota Batam menunjukkan perkembangan yang stabil dengan tren relatif meningkat. Indikator ini mengindikasikan aktivitas perdagangan antar pulau yang masih dilakukan melalui pelabuhan utama FTZ karena belum memiliki pelabuhan khusus untuk bongkar muat barang kebutuhan antar daerah. Grafik Aktivitas Peti Kemas (Kontainer) Domestik Grafik Pertumbuhan Volume Impor Barang Konsumsi Sumber : Otorita Batam, Pelabuhan FTZ Batam : Batu Ampar, Sekupang dan Kabil. Sumber : SEKDA BI (SITC) Selain itu juga dicerminkan oleh indikator pertumbuhan volume impor beberapa barang konsumsi terpilih, dimana pada bulan Februari 2010 terjadi lonjakan pertumbuhan impor secara tajam, terutama untuk produk-produk minuman dalam kemasan dan susu. Selanjutnya indikasi membaiknya aktivitas perdagangan juga terkonfirmasi dari volume bongkar-muat kargo melalui Bandara Hang Nadim Batam yang tumbuh signifikan dalam 2 triwulan terakhir. Sementara prakiraan membaiknya pertumbuhan sektor-sektor yang terkait dengan industri pariwisata seperti sektor hotel dan restoran diduga dipengaruhi oleh perayaan Imlek. Kondisi tersebut tercermin dari indikator tingkat hunian (occupancy rate) hotel berbintang yang relatif meningkat di bulan Februari Arus penumpang/pengunjung yang datang melalui Bandara Hang Nadim juga cukup memperlihatkan tren meningkat dibanding kondisi di tahun Namun demikian, indikasi dari aspek pembiayaan perbankan lokal belum cukup kuat mengkonfirmasi hal tersebut. Hal ini diperkirakan karena optimisme pemulihan di 16

13 kalangan pelaku usaha di bidang pariwisata masih cukup terbatas, sehingga belum mempengaruhi keputusan untuk melakukan investasi di triwulan berjalan. Grafik Volume Bongkar-Muat Kargo Melalui Bandara Hang Nadim Batam Grafik Tingkat Hunian Hotel Berbintang (occ.rate) di Kepulauan Riau Sumber : Otorita Batam, Bandara Hang Nadim - Batam Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah Grafik Perkembangan Volume Penumpang (Dom&Intl) yang Datang Melalui Bandara Hang Nadim Batam Grafik Pertumbuhan Kredit Sektor Distribusi, Perdagangan Eceran, Hotel & Restoran Sumber : Otorita Batam, Bandara Hang Nadim - Batam Sumber : Laporan Bulanan Bank Adapun jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Provinsi Kepri melalui 4 pintu masuk pada bulan Februari 2010 yang terbesar melalui pintu masuk Batam yaitu sebanyak orang (66,18 %). Kemudian melalui pintu masuk Lagoi (Tg. Uban) sebanyak orang (19,39 %), Tanjung Balai Karimun sebanyak orang (7,44 %), dan pintu masuk Tanjung Pinang dengan jumlah wisman sebanyak orang (6,99 %). Wisman yang berkunjung melalui pintu masuk Batam tersebut mengalami peningkatan sebesar 17,4% (y-o-y) atau meningkat 1,77% dibanding bulan Januari Sektor Bangunan Kondisi industri properti Kepulauan Riau khususnya kota Batam diprakirakan mulai memasuki tahapan recovery pada triwulan I Sektor bangunan diestimasi tumbuh meningkat dari 10,7% (triwulan IV-2009) menjadi 12,1% pada triwulan laporan. 17

14 Bertahannya industri properti dari terpaan krisis daya beli masyarakat tidak terlepas dari upaya keras developer dalam melakukan berbagai promosi dengan berbagai insentif yang ditawarkan. Selain itu kebijakan makro Bank Indonesia yang kembali mempertahankan BI- Rate di level 6,5% telah mulai berdampak pada penurunan suku bunga kredit perbankan. Berdasarkan informasi yang diterima dari Ketua REI Khusus Batam, bank tertentu bahkan telah menawarkan suku bunga kredit perumahan hingga di level 8% - 9%, yang sangat membantu dalam memberikan stimulus bagi industri properti. Grafik Perkembangan Nilai Tambah Sektor Bangunan Grafik Pertumbuhan KPR Perbankan Kepulauan Riau Sumber : BPS Kepulauan Riau Sumber : Laporan Bulanan Bank Namun demikian, pemulihan kinerja sektor properti masih relatif terganjal oleh kejelasan status lahan di Batam yang termasuk dalam kawasan hutan lindung. Data REI menyebutkan bahwa dari ha lahan yang terindikasi hutan lindung, 600 ha dimiliki oleh developer perumahan dimana sekitar 200 ha diantaranya telah dibangun proyek residensial. Proses penyelesaian permasalahan tersebut telah memakan waktu yang panjang dengan pengorbanan yang tidak sedikit. Perkembangan terakhir menyebutkan bahwa areal yang telah dibangun oleh pengembang dapat diproses sertifikatnya oleh perbankan. Namun hal ini tentunya perlu disosialisasikan kepada masyarakat agar memperoleh kepastian dalam berinvestasi. Permasalahan status lahan ini tidak hanya terjadi di Batam yang sekaligus mencerminkan buruknya sistem hukum pertanahan di Indonesia sehingga tidak ada sinkronisasi kebijakan di level pemerintah pusat yang terkait dengan urusan tanah. Optimisme pemulihan sektor properti setidaknya tercermin dari indikator KPR Perbankan, baik untuk tipe rumah di bawah 70 m 2, tipe di atas 70 m 2, serta tipe Ruko/Rukan, yang secara bersama-sama tumbuh meningkat di periode laporan. Khusus untuk tipe di atas 70m 2 dan tipe Ruko/Rukan bahkan telah menunjukkan kenaikan sejak triwulan III Perbaikan pertumbuhan sektor bangunan secara umum juga terindikasi dari tren pertumbuhan konsumsi semen dan pertumbuhan volume impor bahan bangunan yang cenderung meningkat. Prakiraan akselerasi sektor bangunan juga tidak telepas dari adanya 18

15 proyek-proyek konstruksi besar yang sedang berjalan antara lain pembangunan Kepri Mall, Batam City Condominium (BCC), pusat pemerintahan pulau Dompak, Superblok Grand Quarter, dan beberapa Apartemen baik swasta komersil maupun bersubsidi (rusunawa). Merespon permintaan masyarakat yang mulai meningkat, pengembang melakukan berbagai upaya promosi dengan berbagai insentif yang ditawarkan, seperti discount harga rumah atau tanah, bebas biaya BPHTB, bebas biaya notaris, bonus perlengkapan rumah, serta kemudahan dalam pengurusan kredit ke bank. Pemberian discount harga tersebut pada akhirnya berpengaruh pada harga properti baru yang relatif menurun, sebagaimana ditunjukkan oleh Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) Kota Batam pada periode triwulan I-2010 yang secara umum turun 0,7 poin. Grafik Realisasi Pengadaan Semen di Kepulauan Riau Grafik Pertumbuhan Volume Impor Utama Sektor Bangunan Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : SEKDA - BI Sektor-sektor Lainnya Adapun kinerja pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lainnya pada triwulan I-2010 cukup bervariasi. Sektor yang diprakirakan tumbuh membaik hanya sektor infrastruktur listrik, gas dan air bersih, sedangkan selebihnya diprakirakan tumbuh melambat. Perbaikan kinerja sektor infrastruktur ditopang oleh pertumbuhan atraktif sektor listrik dan gas sejalan dengan bergeraknya aktivitas usaha terutama di sektor industri pengolahan. Kondisi tersebut secara langsung ditunjukkan oleh indikator pertumbuhan penjualan listrik oleh PT. PLN Batam yang secara umum tumbuh 18,62% (y-o-y) di triwulan I Pertumbuhan penjualan listrik didorong oleh naiknya konsumsi listrik golongan industri yang tumbuh semakin membaik di level 33,6% pada triwulan berjalan, setelah pada triwulan IV-2009 mencatat peningkatan sebesar 16,8%. 19

16 Grafik Pertumbuhan Penjualan PT. PLN Batam berdasarkan Kelompok Tarif Grafik Perkembangan Volume Kargo Laut Domestik & Internasional Sumber : PT. PLN Batam Sumber : BP Batam Grafik Pertumbuhan Aset, DPK dan Kredit Perbankan di Kepulauan Riau Grafik Perkembangan LDR dan NPL Perbankan di Kepulauan Riau Sumber : Laporan Bulanan Bank Sumber : Laporan Bulanan Bank Pertumbuhan sektor pengangkutan yang diprakirakan relatif melambat tercermin dari indikator volume kargo laut baik domestik maupun internasional. Sementara itu prakiraan melambatnya pertumbuhan sektor keuangan dipicu oleh penurunan kinerja industri perbankan di Kepulauan Riau. Penurunan tersebut diduga dipengaruhi oleh naiknya tingkat resiko kredit dimana rasio NPL gross relatif meningkat dibanding posisi triwulan I-2009, dari 2,91% menjadi 3,06%. Meski demikian tingkat NPL masih berada di bawah target indikatif Bank Indonesia sebesar 5%. Kenaikan NPL dipicu oleh langkah ekspansif perbankan dalam melakukan pembiayaan sebagaimana ditunjukkan oleh rasio loan-to-deposit (LDR) pada triwulan I-2010 sebesar 70,08%, meningkat dibanding posisi yang sama tahun 2009 yang tercatat sebesar 63,91%. Sektor Pertanian yang diprakirakan relatif melambat pada triwulan ini disebabkan oleh turunnya produksi perikanan akibat faktor cuaca. Kondisi cuaca yang buruk disertai gelombal laut tinggi di awal tahun selain mengganggu aktivitas melaut para nelayan juga menghambat distribusi hasil panen ke luar daerah. Hal ini juga diduga menyebabkan 20

17 terjadinya pergeseran siklus panen komoditas pertanian, terutama untuk komoditi jagung sebagaimana ditunjukkan oleh perkembangan produksi jagung pada periode Januari April 2010 (angka ramalan BPS). Namun di lain pihak, tingkat produksi padi diprakirakan meningkat tajam bersamaan dengan naiknya hasil produksi kacang tanah selama periode Januari April Grafik Pertumbuhan Lifting Minyak & Gas Provinsi Kepulauan Riau Grafik Perkembangan Harga Minyak & Gas Dunia Sumber : ESDM Dirjen Minyak dan Gas Bumi Sumber : Bloomberg Adapun turunnya tingkat pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I-2010 dipicu oleh penurunan kinerja pertambangan minyak dan gas, dari 3,35% pada triwulan IV-2009 menjadi 1,48% (y-o-y). Kontribusi penurunan sebagian besar berasal dari sektor gas yang ditandai dengan turunnya lifting gas terutama di blok Kakap milik perusahaan gas Star Energi. Sementara penurunan harga gas dunia dalam 3 bulan terakhir tidak cukup membantu peningkatan kinerja sektor pertambangan gas. Di samping itu, penurunan kinerja sektor pertambangan juga disebabkan turunnya permintaan batu granit dari Singapura yang beralih membeli ke Malaysia yang memiliki kualitas batu relatif sama. Faktor jarak tempuh dan ongkos angkut yang lebih murah menjadi pertimbangan utama dipilihnya pasar Malaysia. Untuk itu pemerintah kabupaten Karimun berinisiaf mengurangi besarnya retribusi batu granit menjadi dari Rp25.000/ton menjadi Rp ribu/ton. Terakhir, rendahnya nilai tambah yang dihasilkan sektor penggalian sampai saat ini masih dipengaruhi oleh maraknya penambangan pasir liar di wilayah Kepulauan Riau. Di kota Batam saja, data Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Pemerintah Kota Batam menyimbulkan adanya potensi kerugian negara dari retribusi bahan galian yang harusnya diterima hampir mencapai Rp 1 miliar. Sedangkan kehilangan sumber penerimaan BP Kawasan Batam (Otorita Batam) yang berasal dari Uang Wajib Tahunan Otorita (UWTO) atas penggunaan lahan sekitar Rp 34,86 miliar. Adapun lahan tambang pasir diperkirakan telah mencakupi ± 83 ha yang tersebar di lebih dari 72 spot tambang. 21

18 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Pada Triwulan I-2010, laju inflasi tahunan (head inflation) Kepulauan Riau sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dari 1,80% menjadi sebesar 2,77% (y-o-y). Meski demikian, angka inflasi Kepulauan Riau masih berada di bawah inflasi Nasional yang tercatat sebesar 3,43% pada triwulan laporan. Faktor-faktor yang mendorong laju inflasi tahunan Kepulauan Riau adalah kenaikan harga komoditas dunia, distribusi barang, dan tingginya permintaan masyarakat. Menurut jenis kelompoknya, kenaikan laju inflasi tahunan Kepulauan Riau terutama disebabkan terjadi peningkatan IHK pada kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau. 12,00 10,00 Grafik 2.1. Laju Inflasi Kepulauan Riau dan Nasional (y-o-y) % (yoy) 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 Kepri Nasional TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I ,43 2,77 % (yoy) 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 Grafik 2.2. Laju Inflasi Kota Batam (y-o-y) 6,33 2,52 2,57 1,88 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I ,97 Sumber : BPS Kepulauan Riau Sumber : BPS Kepulauan Riau 2.1 PERKEMBANGAN INFLASI KOTA BATAM Secara tahunan, perkembangan inflasi di Kota Batam pada triwulan I-2010 menunjukkan arah peningkatan yakni dari 1,88% (y-o-y) pada akhir tahun 2009 menjadi 2,97%. Kenaikan tersebut terutama didorong oleh buruknya cuaca yang mengganggu distribusi barang kebutuhan pokok serta tingginya permintaan di saat perayaan imlek bulan Februari Kenaikan harga pada kelompok makanan jadi juga turut memicu naiknya angka inflasi pada triwulan laporan Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang dan Jasa Semua kelompok barang dan jasa mengalami kenaikan laju inflasi. Kelompok dengan tingkat inflasi yang relatif tinggi yakni makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau; 22

19 kesehatan; sandang; serta Bahan Makanan. Sedangkan ketiga kelompok lainnya mengalami inflasi yang minimal. Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Kota Batam Menurut Kelompok Barang dan Jasa Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Kota Batam Menurut Kelompok Barang dan Jasa No Kelompok Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 1 Bahan makanan 7,29 1,47 3,75 1,13 2,43 2 Makanan jadi, minuman, 10,54 9,23 10,43 7,65 10,18 rokok, dan tembakau 3 Perumahan, air, listrik, gas, 6,84 3,54 1,82 0,81 1,09 dan bahan bakar 4 Sandang 15,44 11,44 8,48 9,00 3,36 5 Kesehatan 3,63 2,47 3,99 3,74 3,42 6 Pendidikan, rekreasi dan 3,70 3,70 0,81 0,78 0,44 olahraga 7 Transpor, komunikasi dan 0,51 5,77 5,69 3,16 0,30 jasa keuangan Umum 6,33 2,52 2,57 1,88 2,97 Sumber: BPS Kepri : BPS Kepulauan Riau Kelompok Bahan Makanan Pada triwulan I-2010, sebagian besar kelompok bahan makanan mengalami inflasi. Subkelompok ikan segar dan subkelompok lemak dan minyak yang mengalami deflasi masing-masing sebesar 3,59% dan 0,88%. Inflasi tertinggi dialami subkelompok ikan diawetkan dan disusul oleh subkelompok buah-buahan masing-masing sebesar 11,99% dan 11,20%. Grafik 2.3. Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan di Kota Batam % (yoy) ,29 1,47 3,75 1,13 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Sumber : BPS Kepulauan Riau ,43 Grafik 2.4. Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan di Kota Batam Menurut Subkelompok Bahan Makanan Lainnya Lemak dan Minyak Bumbu bumbuan Buah buahan Kacang kacangan Sayur sayuran Telur, Susu dan Hasil hasilnya Ikan Diawetkan Ikan Segar Daging dan Hasil hasilnya Padi padian, Umbi umbian dan BAHAN MAKANAN 0,88 0,35 3,59 0,82 0,33 1,63 2,43 5,14 4,94 6,03 11,20 11,99 % (yoy) Sumber : BPS Kepulauan Riau Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau mengalami inflasi tertinggi, yakni sebesar 10,18% (y-o-y). Inflasi kelompok ini cukup tinggi jika dibandingkan akhir tahun 2009 yang sebesar 7,65%. Subkelompok makanan jadi mengalami inflasi tertinggi sebesar 10,95% diikuti oleh subkelompok minuman yang tidak beralkohol sebesar 9,73%. 23

20 Peningkatan laju inflasi disebabkan tingginya permintaan yang terindikasi dari peningkatan impor barang selama triwulan I Grafik 2.5. Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau di Kota Batam % (yoy) ,54 9,23 10,43 7,65 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Sumber : BPS Kepulauan Riau ,18 Grafik 2.6. Inflasi Tahunan Sub-kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau di Kota Batam Tembakau dan Minuman Beralkohol Minuman yang Tidak Beralkohol Makanan Jadi MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU Sumber : BPS Kepulauan Riau 8,66 9,73 10,95 10,18 % (yoy) PERKEMBANGAN INFLASI KOTA TANJUNG PINANG Sama halnya dengan Kota Batam, inflasi di Kota Tanjung Pinang juga menunjukkan tren meningkat. Laju inflasi pada triwulan I-2010 sebesar 1,92% (y-o-y), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,43%. Faktor penyebab masih didominasi oleh terganggunya distribusi barang kebutuhan pokok seperti beras karena faktor cuaca serta peningkatan permintaan masyarakat. Tingkat inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau masih relatif besar pada triwulan laporan. % (yoy) 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 Grafik 2.7. Laju Inflasi Kota Tanjung Pinang (y-o-y) 10,28 4,52 2,07 1,43 1,92 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Sumber : BPS Kepulauan Riau

21 2.2.1 Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Secara tahunan, sebagian besar kelompok barang dan jasa mengalami inflasi di Kota Tanjung Pinang pada triwulan laporan, hanya kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan yang masih mengalami deflasi. Tabel 2.2. Tabel 2.2. Inflasi Inflasi Tahunan Tahunan Kota Kota Batam Tanjung Menurut Pinang Menurut Kelompok Kelompok Barang dan Barang Jasa dan Jasa No Kelompok Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 1 Bahan makanan 17,11 5,55 1,42 0,71 0,22 2 Makanan jadi, minuman, 15,00 4,81 7,89 5,90 5,95 rokok, dan tembakau 3 Perumahan, air, listrik, gas, 3,75 1,90 0,94 0,66 1,67 dan bahan bakar 4 Sandang 8,70 6,67 7,70 6,72 1,05 5 Kesehatan 4,52 10,23 3,76 3,10 2,29 6 Pendidikan, rekreasi dan 6,46 3,79 2,14 2,03 2,27 olahraga 7 Transpor, komunikasi dan 5,65 13,59 5,13 2,37 0,32 jasa keuangan Umum 10,28 4,52 2,07 1,43 1,92 Sumber: BPS Kepri : BPS Kepulauan Riau Kelompok Bahan Makanan Setelah mengalami deflasi sebesar 0,71% (y-o-y) pada triwulan lalu, kelompok bahan makanan pada triwulan laporan mulai menunjukkan trend kenaikan laju inflasi sebesar 0,22%. Sedangkan subkelompok sayur-sayuran menahan laju inflasi dengan mengalami deflasi sebesar 22,32%. Inflasi tertinggi terjadi pada subkelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya yang sebesar 12,31% dan selama triwulan I-2010 inflasi subkelompok ini telah mencapai 12,86% (y-t-d). Tekanan inflasi berasal dari naiknya harga beras di Tanjung Pinang selama triwulan laporan karena faktor-faktor seperti distribusi dan tingginya permintaan. Grafik 2.8. Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan di Kota Tanjung Pinang % (yoy) , , ,42 2 0,71 0, Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Sumber : BPS Kepulauan Riau Grafik 2.9. Inflasi Tahunan Sub-Kelompok Bahan Makanan di Kota Tanjung Pinang Padi padian, Umbi umbian dan Hasilnya % (yoy) Bahan Makanan Lainnya Lemak dan Minyak Bumbu bumbuan Buah buahan Kacang kacangan Sayur sayuran Telur, Susu dan Hasil hasilnya Ikan Diawetkan Ikan Segar Daging dan Hasil hasilnya BAHAN MAKANAN 2,09 1,12 0,45 22,32 0,82 1,71 2,18 1,31 0,22 2,40 4,91 12, Sumber : BPS Kepulauan Riau 25

22 2.2.3 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Pada triwulan I-2010, secara tahunan laju inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau meningkat tipis (5,95%) dibanding triwulan sebelumnya (5,90%). Grafik Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau di Kota Tj. Pinang Grafik Inflasi Tahunan Sub-Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau di Kota Tj. Pinang % (yoy) ,00 Sumber : BPS Kepulauan Riau 4,81 7,89 5,90 5,95 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tembakau dan Minuman Beralkohol Minuman yang Tidak Beralkohol Makanan Jadi MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 5,25 5,22 5,95 8,31 Sumber : BPS Kepulauan Riau % (yoy) Sumber : BPS Kepulauan Riau 2.3 INFLASI VOLATILE FOOD DAN ADMINISTERED PRICE Hasil Survei Pemantauan Harga Kota Batam selama triwulan I-2010 menunjukkan adanya penurunan harga pada beberapa volatile food. Kecenderungan harga-harga di Kota Batam pada bulan Maret 2010 diperkirakan menurun dibanding bulan sebelumnya, yakni berkisar -0,15% s/d 0,16% (m-t-m) atau 2,56% s/d 3,15% (y-o-y). Peluang penurunan harga dipengaruhi oleh kelancaran distribusi barang kebutuhan yang berasal dari Malaysia, Singapura, Burma, dan Thailand seperti beras, daging ayam ras, dan bawang-bawangan seiring dengan berakhirnya musim utara yang membawa gelombang laut tinggi. Namun demikian, kenaikan harga beberapa komoditas yang dipasok dari daerah Jawa dan Sumatera terjadi disebabkan masih terganggunya siklus panen di daerah sentra-sentra produksi tersebut. Berdasarkan hasil SPH pada empat pedagang di dua pasar tradisional kota Batam, inflasi dipicu oleh kelompok volatile food, terutama pada komoditi telur, cabecabean, kacang-kacangan, dan ikan-ikanan. Sementara itu, pergerakan inflasi yang berasal dari administered price (harga barang yang diatur oleh pemerintah) pada triwulan I-2010 relatif masih stabil. Sementara itu, berdasarkan hasil survey pemantauan harga mingguan di Kota Batam, ketiga komoditas yang disurvey yakni bahan bakar minyak rumah tangga, rokok kretek dan rokok kretek filter tidak mengalami perubahan harga yang berarti. 26

23 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Pada triwulan I-2010, perkembangan kinerja industri perbankan di Kepulauan Riau mulai menunjukkan arah peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa indikator perbankan seperti total aset, dana masyarakat, dan jumlah kredit yang diberikan meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penyaluran kredit perbankan kepada sektorsektor produktif mengalami kenaikan yang cukup tinggi menyusul pulihnya aktivitas sektor riil. Hal ini juga tercermin dari pertumbuhan kredit modal kerja yang cukup tinggi seiring membaiknya daya beli masyarakat secara umum. Di sisi lain, sejalan dengan prospek perekonomian yang semakin membaik, risiko kredit masih berada dalam koridor yang terukur dan fungsi intermediasi perbankan pun berjalan cukup optimal. 3.1 BANK UMUM Perkembangan Dana Pihak Ketiga Secara tahunan, perkembangan DPK bank umum selama triwulan I-2010 mengalami perlambatan. DPK yang berhasil dihimpun bank umum konvensional di wilayah Kepulauan Riau mencapai Rp 17,3 triliun atau tumbuh 4,19% (y-o-y) atau lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,62%). Perlambatan ini dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan baik giro, tabungan maupun deposito dibandingkan dengan triwulan pertama tahun sebelumnya. Grafik 3.1. Dana Pihak Ketiga Bank Umum di Kepulauan Riau berdasarkan Jenis Simpanan Rp triliun TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I Giro Tabungan Deposito Diagram 3.1. Dana Pihak Ketiga Bank Umum di Kepulauan Riau Berdasarkan Golongan Kepemilikan 21% 11% 4% 64% Perorangan Perusahaan Swasta Pemerintah Daerah Lainnya Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Komposisi DPK bank umum konvensional di wilayah Kepulauan Riau masih didominasi oleh jenis simpanan giro. Pada triwulan I-2010, pangsa giro mencapai 40,24%, disusul tabungan 37,68% dan deposito 22,08%. Dengan pangsa tabungan yang cukup besar, 27

24 perlambatan pertumbuhan DPK lebih disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan tabungan yang sebesar 12,22% menjadi Rp6,5 triliun, dan disusul perlambatan pertumbuhan deposito yang cukup signifikan sebesar -1,65% menjadi Rp 3,82 triliun. Sementara itu, setelah melambat di triwulan sebelumnya, pertumbuhan giro pada triwulan laporan mengalami penigkatan dari -9,13% menjadi 0,73%. Salah satu faktor meningkatnya giro adalah peningkatan aktivitas ekonomi di sektor korporasi seiring memulihnya perekonomian di Kepulauan Riau. Adapun portofolio dana perbankan berdasarkan golongan pemilik pada triwulan I-2010, masih didominasi oleh perorangan sebesar 64%, diikuti oleh perusahaan swasta sebesar 21% Perkembangan Kredit Setelah mengalami perlambatan sepanjang tahun 2009, perkembangan kredit bank umum konvensional di Kepulauan Riau pada triwulan I-2010 menunjukkan kenaikan. Kredit yang berhasil disalurkan pada posisi Maret 2010 adalah sebesar Rp12,98 triliun. Secara tahunan, kredit tumbuh sebesar 16,73% (y-o-y) meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 14,69%. Pertumbuhan kredit yang mulai membaik ini didorong oleh pertumbuhan kredit modal kerja dan konsumsi. Rp Triliun Grafik 3.2. Perkembangan Kredit Bank Umum di Kepulauan Riau TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I Kredit Growth yoy Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% RpTriliun Grafik 3.3. Perkembangan Kredit Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I Modal kerja Investasi Konsumsi Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit modal kerja dan konsumsi mengalami peningkatan, sebaliknya pertumbuhan kredit investasi masih melambat. Pertumbuhan kredit modal kerja menunjukkan peningkatan dari 14,33% pada posisi akhir tahun 2009 menjadi 18,08% pada triwulan I-2010 yang mencapai Rp4,42 triliun, sementara itu, pertumbuhan kredit konsumsi juga mengalami kenaikan dari 17,93% pada triwulan IV menjadi 21,13% pada triwulan I-2010 yang mencapai Rp5,23 triliun. Kondisi yang 28

25 berbeda pada pertumbuhan kredit investasi yang terus mengalami perlambatan sebesar - 5,46% (yoy) dibandingkan dengan triwulan lalu yang sebesar 1,61% (yoy). Grafik 3.4. Pertumbuhan Kredit Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan Diagram 3.2. Kredit yang Disalurkan Bank Umum Berdasarkan Sektor Ekonomi 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 5% 10% TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I 44% 6% 3% 0% 3% 16% 18% 1% 8% Pertanian Pertambangan Industri Listrik, gas dan air Konstruksi Perdagangan Pengangkutan Jasa dunia usaha Jasa sosial Lainnya Modal kerja Investasi Konsumsi Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum 1% Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Kredit yang disalurkan bank umum konvensional di Kepulauan Riau masih didominasi sektor konsumsi, sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan masing-masing dengan pangsa 44,32%, 17,47%, dan 16,18%. Hal ini seiring dengan pangsa PDRB Kepulauan Riau yang masih didominasi ketiga sektor tersebut. Secara tahunan, sektor ekonomi yang pertumbuhan kreditnya mengalami kenaikan yang sangat signifikan adalah sektor listrik gas dan air, yakni sebesar 78% (yoy) menjadi Rp59,95 milyar. Hal ini mengindikasikan telah pulihnya perekonomian terutama di sektor-sektor yang terkait seperti sektor industri pengolahan yang kreditnya mengalami pertumbuhan sebesar 24,41% (yoy) menjadi Rp1,94 triliun dibandingkan pertumbuhan triwulan lalu yang hanya sebesar 15,98% (yoy). Mayoritas kredit yang disalurkan oleh bank umum konvensional di Kepulauan Riau masih terfokus di Kota Batam (79,37% dari total baki debet). Pangsa kredit di Batam mengalami sedikit penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 79,68%. Penyebab besarnya pangsa kredit di Kota Batam adalah faktor jumlah penduduk yang dominan di Kepulauan Riau serta sebagian besar unit usaha berada di Kota Batam. Sementara itu, pangsa kredit di Kota Tanjung Pinang dan daerah lainnya masing-masing sebesar 16,30% dan 4,02%. Risiko kredit yang disalurkan bank umum konvesional pada triwulan I-2010 meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Persentase kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) Gross meningkat dari 2,73% di triwulan IV-2009 menjadi 3,21% pada triwulan I Demikian juga dengan nominalnya naik dari Rp327,95 milyar menjadi Rp385,13 milyar. Namun peningkatan NPL ini tidak diiringi dengan peningkatan Loan to deposit ratio yang mengalami penurunan dari 70,32% menjadi 69,28. 29

26 Grafik 3.5. Perkembangan Non Performing Loan Gross Bank Umum di Kepulauan Riau Grafik 3.6. Perkembangan Loan to Deposit Ratio Bank Umum di Kepulauan Riau NPL (Nominal) NPL (%) 3,50% 3,00% 2,50% 2,00% 1,50% 1,00% 0,50% 72,00% 70,00% 68,00% 66,00% 64,00% 62,00% 60,00% 70,32% 68,84% 68,08% 66,03% 65,23% 65,12% 63,86% 63,42% 69,28% 0 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 0,00% 58,00% Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Sementara itu perkembangan kredit bank umum yang disalurkan kepada sektor UMKM pada triwulan I-2010 mengalami peningkatan secara signifikan setelah di tahun 2009 tumbuh melambat. Secara tahunan, Pertumbuhan kredit UMKM yang berhasil disalurkan meningkat dari 9,05% (yoy) pada triwulan IV-2009 menjadi 48,49% pada triwulan I-2010 atau mencapai Rp8,38 triliun. Peningkatan ini menunjukkan mulai pulihnya sektor UMKM pasca krisis keuangan yang mendorong perbankan untuk berekspansi menyalur kredit ke UMKM. Grafik 3.7. Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Konvensional di Kepulauan Riau Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Kredit UMKM yoy Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Perkembangan Bank Umum Syariah Secara tahunan, perkembangan aset bank umum syariah pada triwulan I-2010 mengalami penurunan yang tajam yakni sebesar 19,63% (yoy), sedangkan dibanding triwulan lalu hanya meningkat tipis sebesar 0,98% (qtq) mencapai Rp 663,25 milyar. Seiring dengan pertumbuhan aset yang melambat, pertumbuhan pembiayaan syariah juga mengalami penurunan sebesar 20,47% (yoy) menjadi sebesar Rp485,76 milyar. Sementara 30

27 itu, dana pihak ketiga masih tumbuh sebesar 5,89% (yoy), namun secara triwulanan turun sebesar 5,89% menjadi Rp441,71 milyar. Fungsi intermediasi bank umum syariah mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan kenaikan financing to deposit ratio (FDR) menjadi 109,97% dibanding tahun lalu pada triwulan I yang sebesar 85,91%, namun secara triwulanan menurun tipis dibanding akhir tahun 2009 yang sebesar 110,69%. Grafik 3.8. Perkembangan Indikator Bank Umum Syariah di Kepulauan Riau Rp Juta TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I 140% 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% Aset DPK Pembiayaan FDR Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum 3.2 BANK PERKREDITAN RAKYAT Perkembangan BPR Konvensional Perkembangan BPR konvensional di Kepulauan Riau pada triwulan I-2010 menunjukkan pertumbuhan yang melambat. Pertumbuhan ini terlihat dari indikator seperti aset, DPK, kredit, dan LDR. Secara tahunan, pertumbuhan aset BPR menurun dari 64,98% (yo-y) pada triwulan lalu menjadi 57,92% pada triwulan laporan yang mencapai Rp 1,72 triliun. Demikian juga dengan pertumbuhan DPK yang menurun dari 63,36% menjadi 53,24% atau menjadi sebesar Rp 1,23 triliun. Sebaliknya, penyaluran kredit BPR mengalami peningkatan dari 50,62% menjadi 68,36% atau menjadi sebesar Rp 998,62 milyar. Fungsi intermediasi BPR juga mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan kenaikan LDR dari 78,60% pada akhir tahun 2009 menjadi 81,34% pada triwulan laporan. Sebagian besar kredit yang disalurkan BPR konvensional di Kepulauan Riau merupakan kredit konsumsi, yakni untuk membiayai kendaraan bermotor. Pangsa kredit konsumsi mencapai 63,09% dari total kredit, sedangkan sisanya merupakan kredit modal kerja dan investasi masing-masing sebesar 28,64% dan 8,27%. Sementara itu, NPL BPR masih rendah, yakni sebesar 1,23% pada triwulan laporan atau meningkat dibanding triwulan IV-2009 yang mencapai 1,03%. 31

28 Grafik 3.9. Perkembangan Indikator BPR Konvensional di Kepulauan Riau Rp Juta TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I Aset DPK Kredit LDR Sumber : Laporan Bulanan BPR 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% Rp Juta 0 Grafik Perkembangan Indikator BPR Syariah di Kepulauan Riau TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I Aset DPK Pembiayaan FDR Sumber : Laporan Bulanan BPR 350% 300% 250% 200% 150% 100% 50% 0% Perkembangan BPR Syariah Pada triwulan I-2010, secara umum, perkembangan BPR Syariah di Kepulauan Riau mengalami sedikit peningkatan. Secara triwulanan, pertumbuhan aset BPRS meningkat dari 31,13% (qtq) menjadi 38,95% atau mencapai sebesar Rp29,46 milyar. Demikian juga pertumbuhan pembiayaan yang disalurkan BPRS mengalami peningkatan dari 30,09% (qtq) menjadi 46,79% atau sebesar Rp29,78 milyar. Sementara itu, pertumbuhan DPK yang berhasil dihimpun mengalami peningkatan dari 31,73% (qtq) menjadi 49,20% atau mencapai Rp12,46 milyar. Dengan kondisi tersebut, Financing to deposit ratio (FDR) BPRS di Kepulauan Riau mengalami sedikit penurunan dari 242,87% pada triwulan lalu menjadi 238,95% pada triwulan laporan. Tingginya FDR ini disebabkan BPRS di Kepulauan Riau masih sulit untuk melakukan penetrasi pasar dalam menghimpun dana masyarakat sehingga pembiayaan yang disalurkan sebagian besar berasal dari ekuitasnya. Untuk memenuhi kecukupan pendanaan, BPRS dapat memanfaatkan linkage program dengan bank umum. 32

29 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4.1 TARGET APBD TAHUN 2010 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) seluruh kabupaten dan kota di provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2010 ditargetkan sebesar Rp 6,86 triliun, turun 1,5% dibanding total APBD Kepulauan Riau tahun sebelumnya. Di sisi penerimaan, penurunan terbesar terjadi pada pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang turun 1,9% menjadi sekitar Rp 1,03 triliun, serta pengurangan alokasi Dana Perimbangan sebesar 0,4% menjadi sekitar Rp 4,07 triliun. Secara umum, berkurangnya Dana Perimbangan yang dialokasikan pemerintah pusat dilakukan untuk mendorong optimalisasi sumber pembiayaan daerah diluar Dana Perimbangan sesuai Permendagri Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pedoman penyusunan APBD tahun anggaran 2010, dan meningkatkan efisiensi penggunaan anggaran di daerah. Di samping itu, penyebab penurunan juga dipengaruhi oleh adanya Peraturan Daerah (Perda) terkait penerimaan daerah yang berbenturan dengan kebijakan pemerintah pusat, sehingga menurunkan potensi penerimaan yang direncanakan sebelumnya. Tabel 4.1. Perkembangan Total APBD Provinsi Kepulauan Riau Tahun Anggaran 2007 s.d (dalam jutaan Rupiah) % % % PENDAPATAN 4,815,445 4,178, % 5,336, % 5,399, % BAGIAN PENDAPATAN ASLI DAERAH 598, , % 1,050, % 1,030, % DANA PERIMBANGAN 3,969,281 2,903, % 4,089, % 4,073, % LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 247, , % 196, % 294, % BELANJA 6,220,533 5,155, % 6,973, % 6,865, % BELANJA TIDAK LANGSUNG 1,687,938 1,959, % 2,574, % 2,740, % - Belanja subsidi 35,044 79, % 123, % 73, % - Belanja hibah 87,153 61, % 157, % 242, % - Belanja bantuan sosial 240, , % 240, % 233, % BELANJA LANGSUNG 4,532,595 3,195, % 4,398, % 4,125, % - Belanja pegawai 616, , % 607, % 644, % - Belanja barang dan jasa 1,477,486 1,330, % 1,617, % 1,597, % - Belanja modal 2,438,307 1,464, % 2,173, % 1,883, % SURPLUS/(DEFISIT) (1,405,088) (976,756) -30.5% (1,636,981) 67.6% (1,466,428) -10.4% Sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK), diolah Menurunnya anggaran penerimaan tersebut diharapkan tidak mempengaruhi kinerja pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan daerahnya. Kekhawatiran ini dipengaruhi oleh besarnya penurunan pada pos anggaran belanja barang dan jasa serta belanja modal yang justru memiliki efek multiplier yang besar dalam menstimulus 33

30 perekonomian daerah. Di lain pihak, anggaran belanja pegawai justru mengalami kenaikan sekitar 6% di tengah pemulihan ekonomi yang masih dini serta tingkat inflasi yang rendah. Penurunan APBD 2010 terjadi pada seluruh anggaran pemerintah baik provinsi, kota, maupun kabupaten di Kepulauan Riau. APBD provinsi Kepulauan Riau tahun 2010 diperkirakan turun Rp 16 miliar (0,87%), dari sebelumnya Rp 1,846 triliun menjadi Rp triliun. Terjadinya penurunan tersebut disebabkan karena berkurangnya dana perimbangan dan Dana Bagi Hasil (DBH) Migas untuk provinsi Kepri pada tahun 2010 mendatang. Sementara itu, APBD kota Batam di tahun 2010 diperkirakan turun Rp 200 miliar dibanding tahun 2009 yang mencapai Rp 1,024 triliun. Salah satu penyebab penurunan tersebut disebabkan banyaknya Perda yang saat ini belum jelas implementasinya dan berbenturan dengan kebijakan pemerintah pusat. Sebagai contoh Perda Kepelabuhanan yang ditargetkan menyumbang pendapatan sekitar Rp 31 miliar dan airportax yang harusnya menyumbang kas daerah puluhan miliar, tapi tidak tercapai secara optimal karena adanya kebijakan pemerintah pusat dalam membatasi pajak dan retribusi daerah berdasarkan Permendagri Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pedoman penyusunan APBD tahun anggaran Tabel 4.2. Perkembangan APBD Kabupaten dan Kota di Provinsi Kepulauan Riau T.A JENIS PENERIMAAN / BELANJA APBD 2010 Prov. Kep.Riau Kab. Karimun Kab. Bintan Kab. Natuna Kota Batam Kota Tj.Pinang Kab. Lingga Kab. Kep.Anambas TOTAL APBD 2010 PAD 400, , ,672 14, ,282 46,824 12,021 4,800 1,030,742 Pajak daerah 382, ,410 97,124 2, ,665 14,944 2,400 4, ,900 Retribusi daerah 1,678 18,735 4,330 1,041 21,854 14,591 2, ,369 Hasil pengelolaan kekayaan daerah ydp 714 2,320 4,600 4,610 2,000 3,038 17,282 Lain lain PAD yang sah 15,829 22,450 13,619 6,000 26,763 14,252 6, ,191 Dana Perimbangan 1,077, , , , , , , ,429 4,073,660 DBH pajak/bukan pajak 733, , , , , , , ,490 2,673,536 Dana alokasi umum 338,972 77, , , , , ,045 1,289,078 Dana alokasi khusus 4,559 2,688 10,683 24,789 39,852 3,142 1,440 23, ,046 Lain lain Pendapatan yang Sah 20,718 20,747 40,574 17, ,488 28,100 46,029 15, ,831 Hibah 20,718 12,000 3,617 5,000 41,335 Dana darurat DBH pajak dari Prop.&Pemda lainnya 14,225 25,074 12,320 76,011 28,100 12,000 10, ,730 Dana penyesuaian dan otonomi khusus 4,855 26,860 34,029 65,744 Bantuan keu. dari Prop./Pemda lainnya 3,500 3,500 Lain lain pendapatan daerah yang sah 6,522 6,522 Total Pendapatan 1,498, , , ,140 1,052, , , ,229 5,399,234 Belanja Tidak Langsung 533, , , , , , , ,159 2,740,179 Belanja Pegawai 175, , , , , , , ,078 1,898,374 Belanja Bunga Belanja Subsidi 10,000 36,966 20, ,000 73,490 Belanja Hibah 107,950 10,420 16,901 55,721 19,483 6,600 17,086 8, ,361 Belanja Bantuan sosial 79,832 26,737 24,175 17,402 23,030 31,950 7,149 23, ,971 Belanja Bagi hasil kpd Prop/Kab/Kota 149,767 1,000 14, ,690 Belanja Bantuan keu. kpd Prop/Kab/Kota 8,500 33,464 23,732 21,956 6,955 2,500 15, ,793 Belanja tidak terduga 2, ,000 2,000 2,000 1,000 1,500 2,500 13,500 Belanja Langsung 1,296, , , , , , , ,497 4,125,483 Belanja Pegawai 181,775 68,548 51,688 60, ,285 37,082 56,575 63, ,627 Belanja Barang dan jasa 355, , , , , , , ,392 1,597,660 Belanja Modal 759, ,261 52, , , , , ,569 1,883,195 Total Belanja 1,830, , , ,285 1,315, , , ,656 6,865,662 SURPLUS/ (DEFISIT) (331,318) (242,644) (58,000) (259,145) (262,992) (120,577) (145,325) (46,427) (1,466,428) Pembiayaan Netto 331, ,644 58, , , , ,500 46,881 1,465,057 Penerimaan 331, ,644 62, , , , ,000 46,881 1,492,480 SiLPA TA sebelumnya 331, ,644 62, , , , ,000 46,881 1,446,565 Sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK), diolah 34

31 Sementara itu, APBD Kota Tanjungpinang tahun 2010 diprakirakan mengalami penurunan hingga 21,6% dibanding tahun 2009 menjadi Rp 542 miliar. Penurunan antara lain terjadi pada sektor PAD sebesar Rp 40,8 miliar atau mengalami penurunan 1,6 persen dari Rp 41,5 miliar pada APBD Selain sektor PAD, dana perimbangan juga mengalami penurunan sekitar 15,35% atau menjadi Rp 375,9 miliar, terutama dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK), yang masing-masing turun sebesar 18,9% dan 91,19%. Terjadinya penurunan pada pos DAK karena kebijakan pemerintah pusat hanya mengalokasikannya bagi sanitasi dan air bersih. Kabupaten Natuna sebagai daerah penghasi migas terbesar di Kepulauan Riau bahkan mengalami penurunan anggaran yang jauh lebih besar. Target APBD Natuna tahun 2010 diperkirakan senilai Rp 843 miliar atau menurun sekitar Rp 400 miliar dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 1,2 triliun. Dalam RAPBD tersebut, pendapatan dari sisi penerimaan mencapai Rp 576 miliar, yang diantaranya berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp 14 miliar. Pos PAD tersebut terdiri dari dana Hasil Pajak Daerah Rp 2,6 miliar, retribusi daerah Rp 1 miliar, dan pos Hasil Pengolahan Kekayaan Daerah yang dipisahkan Rp 4,6 miliar. Selain itu, dari pos dana perimbangan yang diproyeksikan Rp 547 miliar dengan sumber pendapatan dari dana perimbangan Bagi Hasil Pajak Rp 94 miliar, Bagi Hasil bukan Pajak sumber daya alam Rp 427 miliar dan pos dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Rp 24 miliar. Di sisi pembiayaan, anggaran belanja langsung dialokasikan sebesar Rp 481 miliar, dan belanja tidak langsung sekitar Rp 353 miliar. Adapun pembiyaan defisi anggaran diperoleh dari penerimaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp 274 miliar REALISASI APBD PROVINSI KEPULAUAN RIAU Dari jumlah APBD provinsi Kepulauan Riau tahun 2010 sebesar Rp 1,83 triliun, alokasi belanja terbesar ditujukan untuk belanja Modal senilai Rp 759,5 miliar atau 41,5% dari total APBD Selain itu alokasi belanja Barang dan Jasa sebanyak Rp 355,3 miliar juga memegang porsi yang relatif besar mencapai 19,4%. Komposisi ini dinilai cukup ideal untuk menggerakkan roda perekonomian yang manfaatnya dapat dirasakan dalam jangka panjang. Sementara di sisi penerimaan, pos bagi hasil pajak ditargetkan menyumbang pendapatan sebesar Rp 528,7 miliar atau 35,28% dari total penerimaan pemerintah provinsi di tahun Adapun penerimaan yang berasal dari PAD ditargetkan sekitar Rp382,7 miliar, yang memberi kontribusi mencapai 25,5% terhadap total penerimaan. Sedangkan pos dana perimbangan yang berasal dari DAU ditargetkan menyumbang penerimaan sekitar 22,6%. 35

32 Realisasi Penerimaan Realisasi penerimaan pemerintah provinsi Kepulauan Riau selama triwulan I-2010 diperkirakan sebesar Rp 480 miliar atau 32,02% dari target penerimaan tahun 2010 sebesar Rp 1,489 triliun. Pencapaian ini cukup baik jika dibandingkan persentase penerimaan di triwulan I-2009 yakni sebesar 24,9%. Penerimaan pada triwulan I-2010 dari sisi PAD sebagian besar bersumber dari realisasi penerimaan pajak daerah yang diestimasi sebesar Rp 116,4 miliar atau 30,4% dari target penerimaan pajak tahun Penerimaan pajak daerah tersebut bersumber dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-KB). Realisasi di periode ini lebih baik jika dibandingkan triwulan I-2009 yang baru tercapai sebesar 23,7%. 1. PENDAPATAN ASLI DAERAH Tabel 4.3. Perkembangan Realisasi Penerimaan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau JENIS PENERIMAAN TARGET TA Realisasi Bulan Berjalan Total Realisasi Januari Februari Maret Tw.I 2010 Tw.I 2009 (Rp) (Rp) (%) (%) Pajak Daerah 382,664,083,000 39,291,743,005 33,956,126,975 43,109,551, ,357,421, % 23.67% Retribusi Daerah 1,677,500,000 97,951,776 97,321, ,225, ,498, % 20.89% Retribusi Jasa Umum 136,500,000 2,563,000 6,667,500 2,820,500 12,051, % 24.16% Retribusi Jasa Usaha 1,516,000,000 95,388,776 82,904, ,904, ,197, % 16.14% Retribusi Perizinan Tertentu 25,000,000 7,750,000 5,500,000 13,250, % 0.00% Hasil Pengel.Kekayaan Daerah ydp 714,000, % 0.00% Lain lain Pendapatan Asli Daerah 15,828,508,000 1,038,659, ,045,488 1,734,872,223 3,446,577, % 26.70% TOTAL PAD 400,884,091,000 40,428,354,556 34,726,494,213 44,977,648, ,132,497, % 23.70% 2. DANA PERIMBANGAN Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak 204,832,837, ,973,104 1,489,111,213 21,215,246,305 23,630,330, % 12.91% Bagi Hasil Pajak 103,950,000, ,415, ,263, ,665, ,344, % 8.82% Bagi Hasil Bukan Pajak 27,105,868, ,557,715 1,186,847,393 2,234,445,011 4,179,850, % 9.08% Pajak Penghasilan Orang Pribadi 73,776,969,000 18,640,135,993 18,640,135, % 0.00% Bagi Hasil Bukan Pajak 528,715,569,000 75,659,589, ,572,923, ,232,513, % 24.69% Dana Alokasi Umum 338,972,091,000 51,693,640,000 25,846,820,000 25,846,820, ,387,280, % 33.33% Dana Alokasi Khusus 4,558,900,000 TOTAL DANA PERIMBANGAN 1,077,079,397,000 52,619,613, ,995,521, ,634,989, ,250,124, % 25.32% 3. LAIN LAIN PENDAPATAN YANG SAH Pendapatan Hibah dari Pemerintah 20,718,151,000 20,718,151,000 20,718,151, % TOTAL PENERIMAAN DAERAH 1,498,681,639,000 93,047,967, ,440,166, ,612,638, ,100,772, % 24.90% Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah *) berdasarkan informasi terakhir tanggal 29 April 2010 Adapun pada pos dana perimbangan, sumbangan penerimaan terbesar dihasilkan dari realisasi dana bagi hasil (DBH) bukan pajak atas pengelolaan/pemanfaatan sumber daya alam sektor perikanan dan sektor Migas yang diperkirakan mencapai Rp 212,2 miliar atau 40,1% target Tingkat realisasi ini jauh lebih besar dibanding kondisi di periode yang sama tahun 2009 yang baru terealisasi sekitar 24,7%. Tingginya penerimaan DBH tersebut dapat dijadikan pemerintah sebagai sumber dana untuk mengoptimalkan pembangunan di wilayahnya. 36

33 Realisasi Belanja Sementara itu, penyerapan anggaran belanja oleh Pemerintah Provinsi pada triwulan I-2010 masih belum optimal, namun masih lebih baik dibanding kondisi pencapaian di tahun Total pengeluaran pemerintah di periode berjalan diperkirakan sekitar Rp 284,2 miliar, atau baru teralisasi sebesar 15,5% dari target pengeluaran APBD TA.2010 yang ditetapkan sebesar Rp 1,83 triliun. Dari total pengeluaran tersebut, penyerapan anggaran pada pos Belanja Tidak Langsung diperkirakan sebesar Rp 120 milyar, atau 22,5% dari target Sedangkan tingkat penyerapan pada pos Belanja Langsung tercatat lebih rendah, yakni hanya 12,7% dari yang ditargetkan. 1. BELANJA TIDAK LANGSUNG Tabel 4.4. Perkembangan Realisasi Pengeluaran Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau JENIS PENGELUARAN/BELANJA TARGET TA Realisasi Bulan Berjalan Total Realisasi Januari Februari Maret Tw.I 2010 Tw.I 2009 (Rp) (%) (%) Belanja Pegawai 175,410,121,045 5,334,435,171 20,564,016,367 35,928,966,088 61,827,417, % 14.74% Belanja Subsidi 10,000,000,000 Belanja Hibah 107,950,000,000 23,750,000,000 24,512,500,000 48,262,500, % 13.37% Belanja Bantuan Sosial 79,832,000, ,000,000 9,145,850,000 9,954,850, % 16.89% Belanja Bagi Hasil kpd Provinsi/Ka 149,766,790, % 4.70% Belanja Bantuan Keuangan 8,500,000, % 50.00% Belanja Tidak Terduga 2,000,000, % 0.00% TOTAL BELANJA TIDAK LANGSUNG 533,458,911,045 5,334,435,171 45,123,016,367 69,587,316, ,044,767, % 11.57% 2. BELANJA LANGSUNG Belanja Pegawai 181,774,685,598 55,950,000 4,608,280,000 13,675,512,820 18,339,742, % 5.71% Belanja Barang dan Jasa 355,279,279,929 2,635,368,406 16,734,925,273 45,195,486,660 64,565,780, % 9.37% Belanja Modal 759,487,123,428 12,637,144,783 68,624,114,816 81,261,259, % 5.53% TOTAL BELANJA LANGSUNG 1,296,541,088,955 2,691,318,406 33,980,350, ,495,114, ,166,782, % 6.76% TOTAL BELANJA DAERAH 1,830,000,000,000 8,025,753,577 79,103,366, ,082,430, ,211,550, % 8.00% Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah *) berdasarkan informasi terakhir tanggal 29 April 2010 (Rp) Sebagian besar APBD provinsi Kepulauan Riau pada triwulan I-2010 dikeluarkan untuk pembayaran biaya operasional rutin, terutama gaji pegawai. Sedangkan pengeluaran modal serta barang dan jasa (investasi) masih tergolong rendah. Namun demikian, komitmen pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat kecil dan pemberantasan kemiskinan ditunjukkan dengan teralisasinya anggaran bantuan social dan hibal dalam jumlah yang cukup besar. Tingkat realisasi belanja pada triwulan I-2010 secara umum lebih tinggi dibanding kondisi triwulan I Hal tersebut tidak terlepas dari besarnya dropping dana bagi hasil bukan pajak dari pemerintah pusat. 37

34 Sudah menjadi kondisi normal bagi daerah dalam hal penyerapan anggaran yang masih rendah pada periode awal tahun. Hal ini disebabkan sebagian besar proyek-proyek pembangunan masih dalam tahap tender. Dibutuhkan upaya yang lebih keras bagi pemerintah daerah untuk merealisasikan anggaran belanja sesuai dengan rambu-rambuy yang ditetapkan. Terlebih disebabkan tingginya komitmen pemerintahan saat ini untuk memberantas praktek korupsi dan penyalahgunaan anggaran negara. 38

35 BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Bank Indonesia dalam menjalankan fungsi sistem pembayaran senantiasa menjaga aspek keamanan, efisiensi, kesetaraan akses dan perlindungan konsumen. Sementara itu dalam kaitannya sebagai lembaga yang melakukan pengedaran uang, kelancaran sistem pembayaran diwujudkan dengan terjaganya jumlah uang tunai yang beredar di masyarakat dan dalam kondisi yang layak edar atau biasa disebut clean money policy. Sebagaimana tren pada awal triwulan, perkembangan transaksi sistem pembayaran di Kepulauan Riau mengalami penurunan baik jumlah aliran uang masuk dan keluar maupun jumlah transaksi pembayaran melalui kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS). 5.1 TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar Perkembangan aliran uang kartal di wilayah kerja KBI Batam pada triwulan I-2010 mengalami penurunan baik inflow maupun outflow. Inflow di wilayah kerja KBI Batam turun sebesar 70,08% (y-o-y) dan 338,12% (q-t-q) menjadi Rp 49,50 milyar, sementara outflow di wilayah kerja KBI Batam turun sebesar 12,21% (y-o-y) dan 67,08% (q-t-q) menjadi Rp 511,49 milyar. Penurunan inflow dan outflow pada triwulan pertama merupakan siklus musiman yang biasa terjadi di setiap awal tahun. KBI Batam memiliki karateristik net ouflow di mana outflow lebih besar daripada inflow. Secara tahunan net outflow pada triwulan laporan mengalami kenaikan sebesar 10,73% (y-o-y). Sementara itu, secara triwulanan net outflow mengalami penurunan sebesar 38,04% (q-t-q) menjadi Rp 461,99 milyar. Grafik 5.1. Perkembangan Inflow dan Outflow Uang Kartal di Kepulauan Riau Grafik 5.2. Perkembangan PTTB Kantor Bank Indonesia Batam Inflow (Rp milyar) Outflow (Rp milyar) Net Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV TW I Rp miliar Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Sumber : Bank Indonesia Batam Sumber : Bank Indonesia Batam 39

36 5.1.2 Penyediaan Uang Kartal Layak Edar Bank Indonesia senantiasa menjaga kualitas uang kartal yang layak edar dengan menerapkan clean money policy yaitu dengan melakukan pemusnahan atau pemberian tanda tidak berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang sudah tidak layak edar. Selama triwulan I- 2010, KBI Batam telah melakukan pemusnahan uang kertas sebanyak 3,56 juta lembar atau Rp 49 Milyar, turun sebesar 30,75%. Berdasarkan denominasi yang paling banyak dimusnahkan adalah pecahan Rp 1.000, Rp 5.000, Rp , Rp , dan Rp masing-masing sebesar 31,89%, 19,61%, 17,22%, 16,34%, dan 13,39% Uang Palsu Selama triwulan I-2010, uang palsu yang ditemukan oleh Kantor Bank Indonesia Batam relatif sedikit, yakni sebanyak 25 lembar atau secara nominal sebesar Rp 1,45 juta. Uang kertas pecahan Rp merupakan pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan yaitu sebesar 60% dari total lembaran uang palsu yang ditemukan. Untuk menekan jumlah peredaran uang palsu, KBI Batam senantiasa melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah, serta melalui iklan layanan masyarakat di ruang publik. 5.2 TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI Kliring Lokal Selama triwulan I-2010, transaksi pembayaran non tunai melalui kliring di wilayah kerja KBI Batam, baik secara volume maupun nominal mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Volume transaksi kliring pada triwulan I-2010 adalah sebanyak warkat atau turun sebesar 3,3% (q-t-q) namun secara tahunan naik sebesar 5,49% (y-o-y), sementara secara nominal sekitar Rp 2,03 triliun atau turun sebesar 8,38% dan secara tahunan turun sebesar 21,96% (y-o-y). Penurunan jumlah transaksi kliring juga diikuti dengan penurunan jumlah tolakan cek dan BG selama triwulan laporan menjadi sebanyak warkat atau turun sebesar 10,63% (q-t-q) namun secara tahunan naik sebesar 43,87%, sementara secara nominal mengalami penurunan sebesar 25,68% menjadi Rp 65 milyar, namun secara tahunan meningkat 14,59%. 40

37 Keterangan Tabel 5.1. Perkembangan Transaksi Non Tunai Pertumbuhan (%) Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 qtq yoy Perputaran Kliring Volume (Lembar) ,30 5,49 Nominal (Rp miliar) ,38-21,96 Penolakan Cek/BG Kosong Volume (Lembar) ,63 43,87 Nominal (Rp miliar) 47,16 71,27 49,34 56, ,68 14,59 Sumber : Bank Indonesia Batam Real Time Gross Settlement (RTGS) Transaksi masyarakat melalui sarana Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI- RTGS) di Provinsi Kepulauan Riau sebagian besar masih terjadi di Kota Batam. Transaksi BI- RTGS keluar dari Kota Batam selama triwulan I-2010 tercatat sebesar Rp 4,74 triliun atau 86,64% dari seluruh transaksi BI-RTGS dari Provinsi Kepulauan Riau ke wilayah lainnya di Indonesia. Sedangkan transaksi RTGS dari Kabupaten Tanjung Balai Karimun dan Kota Tanjung Pinang masing-masing tercatat sebesar Rp 380,53 milyar dan Rp 350,53 milyar. Sementara itu, transaksi BI-RTGS yang masuk ke Kota Batam selama triwulan I-2010 tercatat sebesar Rp 8,01 triliun atau 88,98% dari seluruh transaksi BI-RTGS yang masuk ke Provinsi Kepulauan Riau. Sedangkan transaksi BI-RTGS yang masuk ke Kota Tanjung Pinang tercatat sebesar Rp 614,24 milyar. Transaksi BI-RTGS yang masuk ke Tanjung Balai Karimun dan Kabupaten Natuna masing-masing tercatat sebesar Rp 333,31 milyar dan Rp 45,07 milyar. Tabel 5.2. Transaksi RTGS di Kepulauan Riau Triwulan I-2010 FROM TO FROM - TO Region Nilai Nilai Nilai (Miliar Rp) Volume (Miliar Rp) Volume (Miliar Rp) Volume BATAM 4.740, , , , , ,00 NATUNA ,07 96, TANJUNG BALAI 380, ,00 333,31 996,00 30,79 66,00 TANJUNGPINANG 350,53 880,00 614, ,00 156,45 472,00 Sumber : Bank Indonesia Batam 41

38 BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH Pada triwulan I-2010, kondisi ketenagakerjaan di Kepulauan Riau menuju arah yang semakin membaik. Peningkatan penyerapan tenaga kerja terjadi karena pemulihan kondisi perekonomian serta meningkatnya permintaan barang yang mendorong industri dan pelaku usaha untuk mengoptimalkan kapasitas produksinya dengan merekrut tenaga kerja baru. Sementara itu, kesejahteraan masyarakat juga mulai menunjukkan pemulihan ditunjukkan dengan perkembangan indeks nilai tukar petani yang bergerak ke arah yang diharapkan. 6.1 KETENAGAKERJAAN Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan data hasil registrasi Disnaker Kota Batam pada bulan Maret 2010, tercatat jumlah tenaga kerja di Kota Batam telah mengalami sedikit peningkatan, dari orang Desember 2009 menjadi orang bulan Maret 2010 atau meningkat sebesar 1,01%. Jumlah tenaga kerja terdaftar tersebut diatas belum termasuk penduduk yang bekerja disektor informal dan pemerintahan. Peningkatan secara total jumlah tenaga kerja pada bulan Maret 2010 dibanding keadaan Desember 2009, terutama disebabkan adanya peningkatan jumlah tenaga kerja pada sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa, yaitu dari masing-masing sebanyak orang, orang dan orang keadaan Desember 2009 menjadi orang, orang dan orang pada bulan Maret 2010 atau masing-masing meningkat sebesar 3,63%, 3,55% dan 7,90%. Sementara itu, sektor industri yang merupakan sektor andalan utama dalam struktur perekonomian maupun penyerapan tenaga kerja di daerah ini sebaliknya jumlah tenaga kerjanya sedikit menurun, yaitu dari orang Desember 2009 menjadi orang keadaan Maret 2010 atau menurun sebesar 0,76%. Mulai pulihnya perekonomian global pasca krisis ekonomi yang terjadi sejak awal Oktober 2008, diharapkan akan berdampak positif terhadap peningkatan permintaan produk unggulan daerah ini dari sektor industri yang berorientasi ekspor. Dengan demikian diharapkan pula sektor industri akan kembali meningkat dalam penyerapan tenaga kerjanya. 42

39 Tabel 6.1. Jumlah Tenaga Kerja di Kota Batam Berdasarkan Sektor Ekonomi Sektor Ekonomi WNI WNA L P L P Jumlah Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Listrik, Gas & Air Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa Jasa J u m l a h Sumber: Disnaker Kota Batam Jumlah Tenaga Kerja Menurut Sektor Ekonomi Dari orang pekerja keadaan Maret 2010 yang tersebar pada perusahaan, sebagian besar (58,60 %) bekerja pada sektor industri atau berjumlah orang. Kemudian ditempat kedua sampai dengan kelima terbanyak diikuti pekerja yang bekerja pada sektor jasa-jasa, sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, masing-masing sebanyak orang (12,13 %), orang (10,24 %), orang (9,47 %), dan orang (7,01 %) Jumlah Tenaga Kerja Menurut Jenis Kelamin Jika dilihat menurut jenis kelamin, jumlah tenaga kerja laki-laki keadaan Maret 2010 di daerah ini mencapai sebanyak orang atau 52,76 persen dari total seluruh pekerja. Sedangkan jumlah tenaga kerja perempuan sebanyak orang (47,24 %). Dalam hal ini sebanyak orang atau 67,44 persen dari pekerja perempuan tersebut bekerja pada sektor industri Jumlah Tenaga Kerja Menurut Kewarganegaraan Selanjutnya jika dilihat menurut kewarganegaraan, ternyata pekerja asing (WNA) yang bekerja di daerah ini keadaan Maret 2010 tercatat sebanyak orang atau 1,89 persen dari total seluruh pekerja. Jika dilihat menurut sektor ekonomi, sebagian besar atau 53,24 persen diantaranya pekerja asing (WNA) bekerja pada sektor industri atau berjumlah orang. 43

40 6.1.5 Perkembangan Upah Minimum Kota (UMK) Batam Upah minimum pekerja di Kota Batam terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, namum besarannya belum setara dengan kebutuhan hidup layak (KHL) sesuai dengan yang diamanahkan dalam keputusan Menaker. Jika pada tahun 2008 UMK daerah ini sebesar Rp ,-, maka pada tahun 2009 dan 2010 masing-masing menjadi Rp ,- dan Rp ,- atau meningkat sebesar 8,85 persen dan 6,22 persen. 6.2 KESEJAHTERAAN Setelah mengalami perlambatan selama tahun 2009 pasca krisis keuangan, tingkat kesejahteraan masyarakat Kepulauan Riau pada triwulan I-2010 menunjukkan pemulihan. Hal ini tercermin dari Nilai Tukar Petani yang mengalami kenaikan menjadi 99,43 pada Februari 2010 dibandingkan bulan sebelumnya yang sempat jatuh ke angka 99,11. NTP merupakan pengukur kemampuan tukar produk pertanian dengan barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dalam memproduksi produk pertanian. Tren kenaikan pada Indeks NTP ini cukup mencerminkan adanya pemulihan daya beli masyarakat di awal tahun 2010 secara umum. Grafik 6.1. Perkembangan Indeks Nilai Tukar Petani Sumber : BPS Kepulauan Riau 44

41 BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI REGIONAL Konsensus para ekonom dunia semakin memastikan adanya recovery global yang berlangsung lebih cepat dari perkiraan. Di satu sisi kondisi ini memicu kekhawatiran akan diterapkannya exit policy kebijakan fiskal dan moneter secara serentak sehingga justru menimbulkan shock di sektor riil dan keuangan yang pada akhirnya memperlambat laju pertumbuhan ekonomi dunia. Seluruh negara telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonominya di tahun 2010 menjadi jauh lebih atraktif. Termasuk pemerintah Indonesia yang merevisi angka proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2010 dari 5,5% menjadi 5,8%. Keyakinan pemerintah dalam menghadapi kondisi perekonomian ke depan tergambar secara jelas dari asumsi makroekonomi yang ditetapkan. Tabel 7.1. Asumsi Makroekonomi Indonesia Tahun 2010 & * RPJMN** 2011*** Pertumbuhan Ekonomi (%) Inflasi (%) Tingkat Bunga SBI 3 bulan (%) Nilai Tukar Rupiah (Rp/US$) 9,200 9,750 9,750 ICP (US$/barel) Lifting (barel/hari) 965, , ,000 Sumber : Kementrian Keuangan, DPR, dan RPJMN (Apr-2010) Keterangan: * Kesepakatan sementara pemerintah dan DPR ** RPJMN 2011 *** Pagu indikatif Tabel 7.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara di Dunia Year over Year Year on Year Latest Q4 over Q4 Q1 over Q1 Projections Estimates Projections Estimates World Output United States Euro Area Japan United Kingdom China India ASEAN 5 *) Singapore Hongkong Middle East Indonesia ** Sumber : IMF, MAS, BI dan BPS (Apr-2010) Keterangan: *Indonesia, Malaysia, Philipina, Thailand dan Vietnam **Proyeksi BPS mendekati 6% Asesmen IMF terhadap ekonomi Indonesia juga relatif tidak berbeda, bahkan cenderung lebih optimis khususnya di tahun 2010 yang memprediksi Indonesia mampu tumbuh 6,0%. Di samping angka pertumbuhan GDP, pemerintah juga mengasumsikan adanya stabilitas nilai tukar disertai tingkat suku bunga yang bertahan dari level BI Rate pada saat ini sebesar 6,5%. Dengan kondisi ini diharapkan penurunan suku bunga perbankan akan berlanjut sehingga dapat lebih menggerakkan sektor riil dan meningkatkan daya saing industri Indonesia. Perekonomian Kepulauan Riau menunjukkan tingkat resiliensi yang tinggi dalam merespon pemulihan ekonomi global. Hal ini disebabkan dominasi industri manufaktur asing (PMA) yang sebagian besar berorientasi re-ekspor dalam struktur perekonomian regional. 45

42 Pemulihan daya beli global mendorong kenaikan permintaan di negara-negara prinsipal perusahaan yang berdomisili di Kepulauan Riau, khususnya kota Batam. Akselerasi pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2010 yang dialami beberapa negara seperti Singapura, Hongkong, Amerika, dan Jepang akan lebih berdampak positif terhadap kinerja sektor industri pengolahan Kepulauan Riau yang diprakirakan tumbuh 10,01% di triwulan I Pengaruhnya akan konvergen dengan kinerja ekspor yang diprediksi semakin tumbuh membaik di triwulan II Insentif ekspor antara lain ditandai dengan mulai disosialisaikannya revisi tiga Peraturan Menteri Keuangan (PMK) untuk kawasan perdagangan bebas (free trade zone) Batam, Bintan, Karimun (BBK) kepada pengusaha dan instansi terkait. Kebijakan baru ini lebih spesifik dan lebih memudahkan pengusaha dalam hal pemasukan dan pengeluaran barang dari dan ke kawasan perdagangan bebas (FTZ-BBK), dimana salah satunya berupa sistem masterlist yang lebih fleksibel. Sebaliknya, impor bahan baku akan cenderung menurun menunggu jadwal pemesanan inventory (restocking) berikutnya. Sementara itu laju inflasi cenderung fluktuatif. Pada bulan April 2010 diprediksi menurun dengan peluang deflasi yang cukup besar. Sementara itu, tekanan inflasi di bulan Mei dan Juni 2010 diprakirakan cenderung meningkat dipicu oleh kenaikan tarif air bersih pada awal bulan Mei dan rencana kenaikan tarif listrik mengikuti kebijakan harga gas pemerintah (administered price). Adapun dari aspek distribusi barang (supply) diperkirakan cukup stabil didukung oleh lancarnya arus transportasi laut yang membawa barang kebutuhan, baik domestik maupun dari luar negeri. Grafik 7.1. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Internasional Grafik 7.2. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar dan Singapore Dollar Sumber : Bloomberg Sumber : Kurs Tengah Bank Indonesia 46

43 7.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI Tingkat pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di triwulan II-2010 diprakirakan masih ekspansif di kisaran 9,38 ± 1% (year-on-year). Di sisi permintaan, laju pertumbuhan ditopang oleh perbaikan kinerja ekspor dan konsumsi swasta menjelang musim pilkada Gubernur Kepulauan Riau yang direncanakan pada bulan Mei Penguatan ekspor di triwulan mendatang diduga akan berasal dari naiknya ekspor dari industri galangan kapal (shipyard) dan industri mesin-mesin listrik. Sementara kinerja investasi diprakirakan tumbuh stabil yang diikuti pembenahan berbagai peraturan dan kewenangan di kawasan FTZ Batam-Bintan-Karimun, khususnya terkait dengan arus pemasukan dan pengeluaran barang, serta kelembagaan FTZ yang sejauh ini belum berfungi secara optimal. Adapun kericuhan yang sempat terjadi di Drydocks World Graha pada tanggal 22 April 2010 diperkirakan tidak akan berpengaruh signifikan terhadap iklim investasi secara umum. Hal ini disebabkan permasalahan yg terjadi bersifat sangat internal, dan upaya tanggap dari Kepolisian, pemerintah daerah serta pemerintah pusat sangat membantu meredam masalah agar tidak meluas. Upaya mediasi yang dilakukan oleh pemerintah kota Batam serta recovery kondisi internal diharapkan dapat membantu perusahaan agar segera beroperasi kembali secara normal guna menghindari adanya delay pekerjaan yang terlalu lama sehingga dapat berimplikasi pada penundaan jadwal pengiriman. Pada bulan Mei 2010, Drydocks World rencananya akan mengirimkan 1 buah Jack Up Drilling Rigs (L-205 Haven) senilai US$ 200 juta atas pesanan Conoco Phillips Skandinavia AS untuk aktivitas pengeboran di blok eksplorasi milik Master Marine ASA Norwegia. Jack Up Rig ini merupakan Rig ke-5 yang diselesaikan dari 6 Rig yang dipesan, dimana Rig terakhir juga sedang dalam tahap pengerjaan yang rencananya akan dikirim pada bulan September Adapun 4 Rig sebelumnya telah diselesaikan di tahun 2009 lalu atas pesanan UMW Standard Drilling yang dioperasikan pada proyek-proyek Petronas di Malaysia. Membaiknya kinerja ekspor tersebut akan sejalan dengan peningkatan kapasitas utiliasi produksi di sektor industri pengolahan secara umum, yang diproyeksikan tumbuh stabil di kisaran 10,09 ± 1%. Di samping sektor industri, sektor-sektor utama lainnya juga diprakirakan akan tumbuh lebih baik di triwulan mendatang. Pertumbuhan sektor bangunan tidak telepas dari adanya proyek-proyek konstruksi besar yang sedang berjalan antara lain pembangunan Kepri Mall, Batam City Condominium (BCC), pusat pemerintahan pulau Dompak, Superblok Grand Quarter, dan beberapa Apartemen baik swasta komersil maupun bersubsidi (rusunawa). Selain itu, peluang meningkatnya kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran cenderung bertumpu pada daya beli masyarakat yang terus membaik serta program Visit Batam

44 Tabel 7.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau berdasarkan Sektoral & Penggunaan Grafik 7.3. Perkembangan Impor Beberapa Komoditas Utama year on year year over year * TW II TW I**TW II(P) * KOMPONEN PENGGUNAAN Konsumsi Rumah Tangga 14.82% # 29.66% 26.89% 19.03% 17.37% Konsumsi Lembaga Swasta 17.75% # 4.62% 16.30% 13.41% 23.56% Konsumsi Pemerintah 11.69% # 22.60% 17.66% 13.26% 13.95% Pembentukan Modal Tetap Bruto 11.07% # 21.93% 21.02% 29.38% 15.14% Ekspor Barang dan Jasa 1.84% # 3.46% 4.22% 6.18% 2.11% Impor Barang dan Jasa 3.57% # 14.60% 18.70% 2.94% 7.59% SEKTOR EKONOMI Pertanian 0.11% # 4.57% 3.67% 3.80% 1.50% Pertambangan & Penggalian 0.12% # 1.80% 1.87% 2.71% 1.10% Industri Pengolahan 1.28% # 10.01% 10.09% 4.56% 2.38% Listrik, Gas & Air Bersih 1.16% # 6.93% 2.81% 7.94% 2.08% Bangunan 13.65% # 12.12% 12.39% 34.26% 13.36% Perdagangan, Hotel & Restoran 1.53% # 11.81% 11.99% 7.77% 3.84% Pengangkutan & Komunikasi 5.82% # 7.04% 6.46% 14.44% 6.67% Keuangan, Persewaan & Jasa P'an 5.46% # 5.25% 5.28% 9.71% 5.50% Jasa Jasa 9.12% # 6.89% 6.32% 15.59% 8.44% PDRB (termasuk migas) 2.26% # 9.34% 9.36% 6.65% 3.51% Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau ; Keterangan: * Angka sementara; (P) Proyeksi Kantor Bank Indonesia Batam, Mar-2010 Sumber : DSM-BI (SITC) 7.2. PROSPEK INFLASI Secara umum, laju inflasi tahun 2010 diperkirakan mengalami tekanan yang lebih besar dibanding tahun Kenaikan harga komoditas utama seperti minyak bumi, kelapa sawit dan emas ikut mempengaruhi pergerakan harga di tahun Aktivitas ekonomi yang mulai pulih di tahun 2010 juga akan mendorong daya beli masyarakat sehingga berpotensi memicu kenaikan harga di level distributor dan pengecer. Memperhatikan hal tersebut, inflasi Kota Batam sampai dengan akhir tahun 2010 diperkirakan sebesar 4±1%. Sementara di kota Tanjung Pinang, tingkat inflasi tahun 2010 diproyeksi sekitar 4,3±1%. Grafik 7.4. Laju lnflasi Kota Batam Grafik 7.5. Laju Inflasi Kota Tanjung Pinang Sumber : BPS Kota Batam Ket: Apr-Des 2010 adalah Proyeksi BI Batam (Jan-2010) Sumber : BPS Kota Tanjung Pinang Ket: Apr-Des 2010 adalah Proyeksi BI Batam (Jan-2010) Ditinjau secara triwulan, laju inflasi kota Batam selama triwulan II-2010 diprakirakan relatif menurun di kisaran 0,67±1%, sedangkan selama triwulan I-2010 mengalami inflasi 48

45 1,71% (angka kumulatif inflasi bulanan). Sebaliknya, inflasi head secara tahunan diproyeksi justru meningkat dari 2,97% menjadi 4,10±1% (y-o-y). Seperti halnya kota Batam, kota Tanjung Pinang selama triwulan mendatang diprakirakan mengalami penurunan inflasi dibanding triwulan sebelumnya, dari 0,8% menjadi 0,72±1%. Laju head inflation juga diprediksi meningkat dari 1,92% menjadi 3,41±1% (y-o-y). Penurunan level inflasi secara triwulanan dipengaruhi oleh potensi deflasi yang diprakirakan akan terjadi pada bulan April. Asesmen inflasi di triwulan mendatang secara umum didukung oleh situasi perekonomian yang kondusif sehingga tidak terdapat shock permintaan barang, serta faktor distribusi barang kebutuhan dari luar daerah yang semakin lancar memasuki triwulan II Indikator dini prakiraan curah hujan pada bulan April-Juni 2010 cukup mengkonfirmasi hal tersebut. Selain itu, indikator kecepatan angin dan tinggi signifikan gelombang laut diperairan Selat Malaka dan Laut Natuna juga terus menunjukkan gejala semakin mereda. Kondisi ini diikuti oleh menurunnya frekuensi terjadinya gelombang tinggi (>3 meter) di laut Natuna sehingga mempengaruhi kelancaran pasokan ikan dari wilayah tersebut. Gambar 7.1. Prakiraan Curah Hujan di Indonesia Bulan April Juni 2010 APRIL 2010 MEI 2010 JUNI 2010 Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, Pemutakhiran April 2010 Indikator dini lainnya berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh Kantor Bank Indonesia Batam secara mingguan semakin memperkuat asesmen peluang deflasi yang cukup besar pada bulan April Hasil SPH sampai dengan minggu ke-4 bulan April 2010 memperlihatkan dominasi penurunan harga komoditas-komoditas penyumbang inflasi terbesar, seperti beras, minyak goreng, buah-buahan, sayuran, dan beberapa jenis ikan. Di lain pihak, potensi meningkatnya tekanan pada inflasi tahunan (head inflation) didorong oleh kelompok core inflation yang dipicu oleh kenaikan harga emas mengikuti tren harga emas di pasar internasional. Sebaliknya, harga gula mulai turun menyusul terdistribusinya pasokan gula pasir yang diimpor oleh PT. Batam Harta Mandiri (BHM) dari Thailand. 49

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Grafik 1 Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau, Singapura dan Amerika Serikat (y-o-y) Perekonomian Kepulauan Riau di awal tahun 2010 semakin memperlihatkan tren ekspansif. Badan

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Mementum pemulihan ekonomi makro regional Kepulauan Riau diperkirakan terjadi pada triwulan ini. Laju penurunan nilai tambah ekonomi (PDRB) semakin

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik (BPS) dalam

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Mementum pemulihan ekonomi makro regional Kepulauan Riau diperkirakan terjadi pada triwulan ini. Laju penurunan nilai tambah ekonomi (PDRB) semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Optimisme pemulihan ekonomi negara-negara mitra dagang utama sedang berlangsung meskipun belum mendorong terjadinya recovery perekonomian Kepulauan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2013,

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens. Angka pertumbuhan berakselerasi lebih cepat yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2009 2010 2011 2012 Pertumb Trw IV Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Tw. I Tw.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 Posisi uang primer pada akhir Januari 2002 menurun menjadi Rp 116,5 triliun atau 8,8% lebih rendah dibandingkan akhir bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 1.1. KONDISI UMUM Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 melambat dibanding triwulan II-2008 akibat turunnya investasi barang modal. Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan IV-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan i BAB I 2011 2012 2013 2014 1 10.00 8.00

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2008 2009 2010 Pertumb Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III qtq

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006 INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006 2007 Pertumb Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV qtq MAKRO Laju

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006 2007 2008 2009 Pertumb Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV tahun sebesar 5,18% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy), namun masih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2013 Asesmen Ekonomi Badan Pusat Statistik (BPS) Kepulauan Riau menetapkan angka final PDRB untuk tahun 2012 bersamaan dengan publikasi PDRB tahun

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

B O K S. I. Gambaran Umum

B O K S. I. Gambaran Umum B O K S RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL WILAYAH SUMATERA * TRIWULAN II - 28 I. Gambaran Umum Memasuki Triwulan II-28, kinerja perekonomian wilayah Sumatera mengalami perlambatan pertumbuhan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas tercatat sebesar 5,11% (yoy), atau meningkat dibanding triwulan lalu yang sebesar 4,4% (yoy). Seluruh sektor ekonomi pada triwulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan I-9 Secara tahunan (yoy) perekonomian Indonesia triwulan I-9 tumbuh 4,37%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (5,18%). Sementara secara triwulanan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat 6,66%. Secara

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2012 mengalami peningkatan laju pertumbuhan dari 7,15% pada triwulan II-2012 menjadi 8,55%. Perekonomian

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka Kata pengantar Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun 2012 merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen data terhadap data-data yang sifatnya strategis, dalam

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Bab Perkembangan Ekonomi Makro.. KONDISI UMUM Perekonomian Kepulauan Riau pada tw.i- diperkirakan tumbuh,%, lebih rendah dibanding pertumbuhan tw.iv- sebesar,% (y-o-y). Tinjauan secara triwulan (q-t-q)

Lebih terperinci

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Prospek Ekspor

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi Regional ini bermanfaat bagi para. pembaca.

Kata Pengantar. Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi Regional ini bermanfaat bagi para. pembaca. Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-nya, maka Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bali Triwulan II-2009 dapat diselesaikan dengan

Lebih terperinci

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat, ternyata berdampak kepada negara-negara

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan 01 02 03 Perkembangan Perekonomian Terkini Peluang Pengembangan Perekonomian Proyeksi Perekonomian Ke depan 2 Produk Domestik Regional Bruto Nasional Balikpapan Kaltim Industri Konstruksi Transportasi

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 ( dalam arti luas) pada ember mengalami peningkatan. Posisi M2 pada ember tercatat sebesar Rp4.076,3 T, atau tumbuh

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 1 2 3 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 35.0 30.0

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN MARET 2007

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN MARET 2007 BPS KOTA TARAKAN No.05/04/6473/Th.I, 17 April 2007 INFLASI KOTA TARAKAN BULAN MARET 2007 Inflasi Kota Tarakan bulan Maret 2007 sebesar 0,11%. Kelompok Bahan Makanan mengalami deflasi sebesar 1,14 persen

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

Memasuki pertengahan tahun 2009, momentum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur

Memasuki pertengahan tahun 2009, momentum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur Memasuki pertengahan tahun 2009, momentum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur mulai memperlihatkan tanda pemulihan dari tekanan gejolak penurunan harga minyak mentah maupun harga pangan dunia (CPO) yang

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Perkembangan Terkini, Tantangan, dan Prospek Ekonomi Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Disampaikan pada MUSRENBANG RKPD 2017 KOTA BALIKPAPAN OUTLINE 2 Perekonomian Nasional Perekonomian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i ii Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 INDIKATOR EKONOMI KOTA TERNATE 2015 No. Katalog : 9201001.8271 No. Publikasi : 82715.1502 Ukuran Buku : 15,5 cm

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA 1.1. Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku mencapai angka Rp 10,157 triliun, sementara pada tahun

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan I tahun 213 tumbuh sebesar 4,17% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,18% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Triwulan IV iii

Triwulan IV iii ii Triwulan IV 2012 iii iv Triwulan IV 2012 v vi Triwulan IV 2012 vii viii Triwulan IV 2012 Indikator 2010 2011 2012 Total I II III IV Total I II III IV Total Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH PERKEMBANGAN INFLASI ACEH Inflasi Aceh pada triwulan I tahun 2013 tercatat sebesar 2,68% (qtq), jauh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang minus 0,86% (qtq). Secara tahunan, realisasi inflasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT DESEMBER 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER 2016 MENCAPAI USD 2,29 MILYAR No. 08/02/32/Th.XIX, 01

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci