BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL"

Transkripsi

1 BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens. Angka pertumbuhan berakselerasi lebih cepat yang diperkirakan sebesar 2,47% (year-onyear) sehingga membawa laju perekonomian tahun 2009 ke level positif. Pertumbuhan ekonomi tahun 2009 diestimasi sebesar 0,56%. Nilai tambah yang dihasilkan dari aktivitas Ekspor mengalami kenaikan tajam setelah setahun terakhir tumbuh negatif. Bersamaan dengan itu, komponen investasi dan konsumsi masyarakat tumbuh lebih baik merespon naiknya daya beli domestik dan global di akhir tahun. Imbasnya juga terlihat lebih nyata pada perkembangan sektor riil, terutama industri manufaktur sebagai sektor dominan. Informasi Liaison 1 dari beberapa perusahaan manufaktur skala besar yang berorientasi ekspor mengindikasikan adanya kenaikan order baru memasuki bulan Agustus dan September 2009, meski dalam skala yang terbatas. Kuantitas pesanan semakin meningkat menjelang akhir tahun dan diperkirakan berlanjut di tahun mendatang sejalan dengan pemulihan yang terus berlangsung di negara-negara prinsipal. Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral dan Penggunaan Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau, Singapura dan Amerika Serikat (y-o-y) KOMPONEN PENGGUNAAN year on year year over year Tw IV Tw III* Tw IV** ** 1. Konsumsi Rumah Tangga 17.45% 19.43% 22.99% 19.03% 18.22% 2. Konsumsi Lembaga Swasta 13.91% 24.18% 21.79% 13.41% 23.56% 3. Konsumsi Pemerintah 13.01% 21.20% 15.49% 13.26% 13.95% 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 25.72% 13.48% 19.60% 29.38% 15.14% 5. Ekspor Barang dan Jasa 1.39% 6.46% 3.33% 6.18% 3.59% 6. Impor Barang dan Jasa 19.57% 3.69% 7.72% 2.94% 7.59% SEKTOR EKONOMI 1. Pertanian 0.72% 0.79% 4.98% 3.80% 1.32% 2. Pertambangan & Penggalian 3.09% 0.81% 0.44% 2.71% 0.49% 3. Industri Pengolahan 1.78% 2.04% 0.25% 4.56% 1.98% 4. Listrik, Gas & Air Bersih 1.65% 2.45% 4.50% 7.94% 2.08% 5. Bangunan 24.03% 14.59% 10.68% 34.26% 13.36% 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 2.21% 0.73% 5.00% 7.77% 1.11% 7. Pengangkutan & Komunikasi 9.64% 7.84% 7.28% 14.44% 6.57% 8. Keuangan, Persewaan & Jasa P'an 7.10% 4.56% 5.88% 9.71% 5.50% 9. Jasa Jasa 10.36% 8.66% 7.71% 15.59% 8.44% PDRB (termasuk migas) 3.05% 0.54% 2.47% 6.65% 0.56% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Sumber : BPS Kepulauan Riau; MTI Singapore & BEA US Dept. of Commerce (diolah) *) angka sementara 1 Liaison merupakan suatu kegiatan survei berkala yang dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu upaya untuk memperoleh data/statistik dan informasi secara langsung mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi untuk mendukung formulasi kebijakan moneter. Triwulan IV

2 Secara umum, pemulihan di sektor traded berlangsung lebih cepat sebagaimana diperkirakan sebelumnya. Sektor Pertanian dan Industri Pengolahan tumbuh cukup baik di akhir tahun. Sementara sektor Pertambangan di tahun 2009 mencatat level penurunan yang lebih kecil dibanding tahun Adapun penguatan sektor-sektor non-traded didorong oleh aktivitas Perdagangan, Hotel dan Restoran, Infrastruktur, serta Perbankan daerah SISI PERMINTAAN Konsumsi Secara umum, faktor penopang pertumbuhan ekonomi tahun 2009 berasal dari konsumsi. Komponen konsumsi Rumah Tangga tumbuh meningkat di triwulan IV-2009 disebabkan naiknya permintaan masyarakat menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru. Sebaliknya, konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba dan Pemerintah cenderung turun mengkompensir tingginya pengeluaran pada periode-periode sebelumnya. Kecenderungan nilai tukar Rupiah yang terus menguat disertai rendahnya tingkat inflasi regional sangat fundamental mempengaruhi stabilnya konsumsi masyarakat di periode ini. Di samping itu, tren peningkatan harga komoditas primer juga turut mendorong naiknya konsumsi akibat bertambahnya pengeluaran sebagian masyarakat. Grafik 1.2. Perkembangan Kurs IDR terhadap USD dan SGD Grafik 1.3. Perkembangan Harga Minyak & Gas Dunia Sumber : Kurs Tengah Bank Indonesia Sumber : Bloomberg Namun jika dilihat secara tahunan, konsumsi Rumah Tangga belum sepenuhnya pulih dan diperkirakan masih terbatas pada golongan menengah-atas. Sementara tingginya konsumsi Swasta Nirlaba selama tahun 2009 dipengaruhi oleh perhelatan besar Pemilihan Umum, baik Legislatif maupun Presiden. Adapun kenaikan konsumsi pemerintah sejalan dengan peningkatan anggaran belanja daerah setiap tahunnya. Triwulan IV

3 Beberapa indikator konsumsi seperti pendaftaran kendaraan bermotor baru, realisasi pengadaan semen, pertumbuhan kredit perbankan, serta indeks Nilai Tukar Petani cukup mencerminkan kondisi tersebut. Terutama pada indikator pendaftaran kendaraan bermotor baru, baik untuk jenis roda 2 maupun roda 4, dimana terjadi kenaikan permintaan yang signifikan memasuki semester II Sementara itu konsumsi semen masih mengalami kenaikan yang terbatas dengan tren pertumbuhan positif yang lebih menguat di akhir tahun. Grafik 1.4. Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru Grafik 1.5. Realisasi Pengadaan Semen di Kepulauan Riau Sumber : Dinas Pendapatan Daerah (diolah) Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Di sisi pembiayaan perbankan juga mulai mengindikasikan tingkat pertumbuhan yang stabil setelah terus menurun pada periode sebulumnya. Kredit konsumsi di triwulan IV-2009 tumbuh rata-rata sekitar 20%, cukup mendukung pertumbuhan konsumsi masyarakat secara umum. Terkait dengan konsumsi masyarakat golongan bawah yang belum pulih terindikasi dari lemahnya pertumbuhan indeks Nilai Tukar Petani (NTP) sepanjang tahun Penghasilan yang diterima petani tidak cukup untuk menutup naiknya pengeluaran produksi pertanian yang harus dibayar. Grafik 1.6. Kredit Konsumsi Perbankan Kepri. Grafik 1.7. Perkembangan Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Sumber : Laporan Bulanan Bank Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV

4 Investasi Investasi fisik dalam bentuk barang modal semakin memperlihatkan pergerakan yang positif. Pertumbuhan investasi tidak terlepas dari membaiknya permintaan global seiiring dengan proses recovery ekonomi yang terus berjalan. Sektor industri yang paling banyak menyerap investasi adalah industri shipyard (galangan kapal), baik untuk jasa perbaikan maupun pembuatan kapal baru, serta industri logam. Secara statistik, komponen investasi di triwulan IV diperkirakan tumbuh 19,6%, naik dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,5%. Selain investasi di bidang industri manufaktur, banyaknya proyek konstruksi yang berjalan seperti Hotel Harmony One, Superblok Grand Quarter, Kepri Mall, Batam City Condominium, serta Mall Harbour Bay yang telah memasuki tahap finishing. Selain itu masih terdapat proyek multiyears Kantor Pemerintahan di Pulau Dompak, penambahan Water Treatment Plan (WTP) Duriangkang III oleh PT. Adhya Tirta Batam, serta proyek-proyek properti residensial. Peningkatan investasi antara lain dikonfirmasi oleh indikator pertumbuhan impor barang modal (capital goods) yang masuk ke wilayah kepabeanan Kepulauan Riau, baik secara nilai maupun volume impor. Tren kenaikan impor barang modal didorong oleh naiknya impor barang-barang transportasi, terutama perlengkapan transportasi laut (kapal). Indikator ini sekaligus mengkonfirmasi tingginya minat investasi di sektor perkapalan. Sejalan dengan itu indikator pembiayaan kredit investasi perbankan mulai menunjukkan kenaikan di bulan Desember dimana sebagian besar terserap untuk investasi di sektor industri pengolahan. Grafik 1.8. Pertumbuhan Nilai&Volume Impor Capital Goods Grafik 1.9. Kredit Investasi Perbankan Kepulauan Riau Sumber : SEKDA - BI Sumber : Laporan Bulanan Bank Berdasarkan data Badan Pengusahaan (BP) Kawasan FTZ Batam, total aplikasi PMA yang disetujui selama periode Januari - Desember 2009 tercatat sebanyak 82 proyek (termasuk perluasan) dengan nilai investasi US$ Sedangkan aplikasi proyek Triwulan IV

5 PMDN yang disetujui sebanyak 2 proyek perluasan usaha dengan nilai mencapai Rp Aplikasi proyek PMA tersebut antara berasal dari beberapa negara seperti Singapura, Inggris, Australia, Malaysia, India, Luxemburg, Taiwan, Jepang, RRC, Belanda, Korea Selatan, British Virgin Island, Cayman Island, Austria, Amerika Serikat, Selandia Baru, Myanmar dan Jerman dengan bidang usaha sebagai berikut: 1. Industri pembuatan / perbaikan Kapal (8 proyek); 2. Industri pallet kayu dan komponen bahan bangunan (1); 3. Perdagangan besar (Distributor Utama) Ekspor/Impor (19); 4. Industri peralatan lainnya dari logam dan industri paku, mur dan baut (3); 5. Penjualan langsung dari jaringan (direct selling) (1); 6. Jasa Engineering Procurement Construction (EPC) (2); 7. Industri panel listrik, switches dan rak kabel (1); 8. Perkebunan jarak pagar(jatropha curcas) (4); 9. Industri roti (1) 10. Industri rokok putih (1) 11. Industri dan jasa lainnya (41 proyek) Ekspor Kenaikan ekspor menjadi faktor paling penting yang mendorong pertumbuhan ekonomi di triwulan IV Pemulihan ekonomi yang terus berlangsung di negara-negara mitra dagang utama mulai memberi implikasi positif terhadap kinerja ekspor di periode ini. Ekspor mencatat akselerasi yang cukup tinggi sekitar 3,3%, setelah di triwulan sebelumnya mengalami titik penurunan terendah yang mencapai -6,5%. Namun secara tahunan angka realisasi ekspor di tahun 2009 masih mencatat kontraksi 3,6%, menurun tajam dibanding tahun 2008 yang tumbuh 6,2%. Peningkatan ekspor tercermin dari naiknya volume muat barang tujuan internasional melalui pelabuhan FTZ, yakni pelabuhan Batu Ampar, Sekupang dan Kabil. Volume muat barang selama triwulan IV-2009 (Oktober-Desember) sebanyak Teus, atau naik 12,4% dibanding periode yang sama tahun Sementara itu, volume muat pada periode triwulan III sebanyak Teus, atau mengalami penurunan 20% dibanding tahun sebelumnya. Triwulan IV

6 Grafik Pertumbuhan Ekspor dan Impor (y-o-y) Grafik Aktivitas Peti Kemas (Kontainer) Internasional Periode Krisis Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau (diolah) Sumber : Otorita Batam, Pelabuhan FTZ Batam : Batu Ampar, Sekupang dan Kabil Berdasarkan kelompok industri, ekspor Kepulauan Riau masih sangat dipengaruhi oleh aktivitas di industri manufaktur. Sementara ekspor dari industri pertanian dan pertambangan belum memberi kontribusi yang signifikan terhadap kinerja ekspor secara umum. Adapun yang menjadi komoditas ekspor utama dari industri manufaktur antara lain adalah produk Besi dan Baja, perlengkapan transportasi, mesin-mesin, serta elektronik. Ditinjau dari volume ekspor komoditas utama tersebut, peningkatan kinerja ekspor di triwulan ini terjadi pada barang Besi dan Baja, serta komponen pendukung industri kapal (transportasi). Selain itu, tren kenaikan ekspor juga terjadi pada barang elektronik khususnya peralatan telekomunikasi, serta beberapa produk mesin seperti mesin-mesin elektrik dan mesin kantor. Sedangkan jika dilihat dari negara tujuan ekspor, pemulihan permintaan sebagian besar berasal dari negara-negara Eropa, sedangkan AS dan Jepang relatif stagnan. Sementara itu ekspor ke Singapura - sebagai negara tujuan ekspor utama mulai memperlihatkan peningkatan yang cukup stabil. Secara volume, kuantitas ekspor terbesar saat ini adalah untuk tujuan China berupa ekspor bijih bauksit sebagai bahan dasar utama pembuatan alumunium. Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Kepulauan Riau Grafik Perkembangan Volume Produk Impor Utama Triwulan IV

7 Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Ke Negara G3 Grafik Perkembangan Nilai Ekspor ke Negara Asia Sumber : Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah Bank Indonesia 1.3. SISI PENAWARAN Kondisi sektor riil Kepulauan Riau di triwulan IV mengalami perkembangan yang semakin menggembirakan. Melambatnya level kontraksi pada sektor Industri Pengolahan, disertai dengan akselerasi pertumbuhan sektor Perdagangan, Hotel dan restoran telah mendorong laju pertumbuhan ekonomi ke arah positif. Hasil penelusuran secara langsung melalui kegiatan Liaison selama bulan Oktober- Desember 2009 pada beberapa perusahaan di 3 sektor utama mengindikasikan secara konkrit adanya turning point penjualan perusahaan sejak triwulan III-2009 dan semakin berlanjut di akhir tahun. Meski belum kembali ke kondisi penjualan normal, optimisme yang cukup tinggi diperlihatkan oleh Drydocks World sebagai perusahaan shipyard terbesar di Batam. Lebih dari itu, kondisi penjualan PT. Sat Nusa Persada yang bergerak di industri elektronik terintegrasi mengalami kenaikan yang sangat cepat terbantu oleh beroperasinya line bisnis baru di bidang metal stamping. Penjualan perusahaan yang sempat turun drastis mulai kembali bangkit bahkan berencana merekrut sekitar 2000 karyawan untuk memenuhi target produksinya di tahun depan. Adapun industri properti yang juga sangat terpukul akibat menurunnya daya beli masyarakat di awal tahun, mulai berangsur pulih meski dalam skala minimum. Kenaikan permintaan diperkirakan masih terbatas pada tipe rumah menengah-atas. Sedangkan industri perhotelan diindikasi belum sepenuhnya kembali ke titik normal. Selain dari faktor daya beli, berbagai kendala seperti tingginya tarif dasar listrik, faktor persaingan, serta ditariknya insentif FTZ bagi sektor perhotelan terkait dengan bea masuk makanan dan minuman beralkohol diidentifikasi turut menghambat pemulihan sektor ini dari krisis. Triwulan IV

8 Diagram-1. Kondisi Penjualan Beberapa Perusahaan Sepanjang Tahun 2009 Bidang Usaha Kondisi Penjualan Tahun 2009 No. Nama Perusahaan Produk Sektor 2009Q1 2009Q2 2009Q3 2009Q4 1. PT. Sat Nusa Persada Elektronik Industri Manufaktur 2. PT. Unicem Semikonduktor Industri Manufaktur 3. PT. Heat Exchanger Coller/exchanger Industri Manufaktur 4. PT. Nissin Kogyo Batam Microwave heater Industri Manufaktur 5. PT. Asahi Plastic Plastic tools&parts Industri Manufaktur 6. PT. Ecogreen Chemical Kimia Industri Manufaktur 7. PT. Dwi Sumber Arcawaja Piping Industri Manufaktur 8. PT. Drydocks Pertama (ex.pan-u) Shipyard Industri Manufaktur 9. PT. Drydocks Naninda Shipyard Industri Manufaktur 10. PT. Putera Karya Perkasa Properti Bangunan 11. PT. Arsikon Bangun Persada Properti Bangunan 12. Harmoni Hotel Hotel PHR 13. Planet Holiday Hotel Hotel PHR 14. Holiday Inn Resort Resort PHR 15. Harris Resort Resort PHR Ket: Turun 50% Mulai Normal Turun 20-50% Normal Sumber : Liaison Bank Indonesia Batam Turun 10-20% Meningkat Turun 0-10% *) Seluruh Perusahaan merupakan responden Liaison periode Oktober-Desember Sektor Industri Pengolahan Tren peningkatan ekspor dari industri manufaktur diperlihatkan dengan mengecilnya tingkat penurunan produksi. Perlambatan sektor industri di triwulan IV semakin melandai di level -0,25%, sedangkan di triwulan III masih mengalami kontraksi 2,04% (angka revisi). Kontribusi positif diidentifikasi berasal dari aktivitas industri Logam Dasar Besi dan Baja, Industri Semen dan Barang Galian Bukan Logam, industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet, serta industri Makanan, Minuman dan Tembakau. Adapun nilai tambah yang dihasilkan dari industri Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya diperkirakan masih menurun 0,6%, lebih besar dibanding level penurunan di triwulan sebelumnya sebesar 0,37%. Di lain pihak, terdapat optimisme kenaikan penjualan Drydocks World di akhir tahun. Hal ini mengindikasikan pemulihan industri galangan kapal di Kepulauan Riau khususnya kota Batam belum merata. Perusahaan shipyard skala menengah masih mengalami kesulitan akibat turunnya permintaan kapal dari dalam negeri, dan lebih memilih membeli kapal bekas impor yang lebih murah. Untuk itu, pemerintah perlu memikirikan untuk menghapus kebijakan impor kapal bekas. Industri kapal juga membutuhkan insentif fiskal dalam bentuk pembebasan pajak pertambahan nilai (PPN) 10%, serta menuntut peran pembiayaan perbankan Nasional yang lebih optimal terhadap sektor ini. Triwulan IV

9 Grafik Pertumbuhan Sub-Sektor Industri Pengolahan Tw.I & Tw.II-2009 Grafik Pertumbuhan GDP Singapura, Sektor Manufaktur, Konstruksi dan Jasa (yoy) Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah Sumber : MTI Singapore Oktober 2009 *) angka sementara Meningkatnya kinerja industri manufaktur kota Batam tidak terlepas dari perkembangan positif industri manufaktur di Singapura, sebagai representative office & marketing sebagian besar perusahaan manufaktur asing yang berdomisili di Batam. Perekonomian Singapura di triwulan IV-2009 diperkirakan mengalami pertumbuhan 3,5%, lebih tinggi dibanding triwulan III yang tumbuh 0,9% (angka revisi). Adapun sektor manufaktur relatif tumbuh melambat dibanding triwulan III yang mencapai 7,9%. Hal ini semakin mengkonfirmasi pola hubungan searah antara Singapura dan Batam dengan lag selama 1 triwulan. Perkembangan ekspor produk utama sektor Industri Pengolahan cukup mengkonfirmasi adanya kenaikan tersebut. Volume Ekspor relatif meningkat dipengaruhi oleh realisasi ekspor perlengkapan transportasi, dalam hal ini perkapalan. Selain itu, ekspor produk-produk elektronik, mesin-mesin dan perlengkapan kantor mulai bergerak ke arah positif. Adapun dari aspek kredit perbankan juga terlihat adanya optimisme pembiayaan untuk sektor industri meski masih terbatas pada industri pendukung skala kecil dan menengah. Grafik Perkembangan Volume Ekspor Utama Sektor Industri Pengolahan Grafik Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan Sumber : SEKDA - BI Sumber : Laporan Bulanan Bank Triwulan IV

10 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor andalan kedua ini mencatat tingkat pertumbuhan yang jauh lebih baik dibanding triwulan sebelumnya, dari 0,73% (angka revisi) menjadi 5% (angka sementara BPS). Penguatan berasal dari semua sub-sektor terutama aktivitas sub sektor Perdagangan Besar dan Eceran yang dipengaruhi oleh kenaikan permintaan masyarakat di akhir tahun bersamaan dengan musim liburan dan perayaan hari Natal. Dampak positifnya juga dirasakan oleh industri perhotelan dan restoran yang mengalami tingkat pertumbuhan relatif tinggi di triwulan laporan. Pertumbuhan sub sektor Perhotelan di triwulan IV diperkirakan sebesar 6,57%, naik drastis dibanding triwulan III yang hanya tumbuh 0,99%. Sama halnya dengan pertumbuhan sub sektor Restoran diestimasi meningkat dari 1,3% menjadi 6,15%. Peningkatan kinerja perdagangan besar dan eceran terindikasi dari tren kenaikan aktivitas perdagangan antar pulau di 3 pelabuhan FTZ kota Batam, dan penyaluran kredit perbankan untuk sektor perdagangan. Berbeda dengan itu, tingginya optimisme sektor perhotelan belum mampu dikonfirmasi oleh indikator tingkat hunian (occupancy rate) Hotel Berbintang yang secara rata-rata selama triwulan IV justru menurun dibanding triwulan sebelumnya, dari 37,6% menjadi 36,1%. Kondisi ini sekaligus mengkonfirmasi hasil Liaison pada 4 hotel/resort berbintang di kota Batam yang menunjukkan adanya pemulihan, namun penjualan secara agregat masih menurun sekitar 10%-20% dibanding kondisi normal. Sektor perhotelan dan restoran diharapkan semakin pulih di tahun 2010 seiring dengan dicanangkannya program Visit Batam 2010 oleh pemerintah daerah. Grafik Aktivitas Peti Kemas (Kontainer) Domestik Grafik Tingkat Hunian Hotel Berbintang (occ.rate) Sumber : Otorita Batam, Pelabuhan FTZ Batam : Batu Ampar, Sekupang dan Kabil. Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah Arah pemulihan industri pariwisata antara lain terindikasi dari kenaikan jumlah penumpang yang datang melalui bandara Hang Nadim Batam selama triwulan IV 2009 jika dibandingkan periode sebelumnya. Selain itu, pertumbuhan kredit perbankan lokal untuk Triwulan IV

11 sektor restoran dan hotel juga memperlihatkan peningkatan yang berarti meskipun masih relatif melambat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Grafik Volume Penumpang (Domestik & Int l) yang Datang Melalui Bandara Hang Nadim Batam Grafik Pertumbuhan Kredit Sektor Distribusi, Perdagangan Eceran, Hotel & Restoran Sumber : Otorita Batam, Bandara Hang Nadim - Batam Sumber : Laporan Bulanan Bank Sektor Bangunan Industri properti Kepulauan Riau khususnya kota Batam masih mampu bertahan di tengah turunnya permintaan masyarakat terhadap sarana perumahan. Bertahannya industri properti yang sempat booming di tahun tidak terlepas dari upaya keras para developer dalam melakukan berbagai promosi dengan berbagai insentif yang ditawarkan. Selain itu kebijakan makro yang mempertahankan BI-Rate di level 6,5% yang diikuti penurunan suku bunga perbankan turut memperingan beban pengembang dalam memasarkan produknya. Sebaliknya, kejelasan status lahan yang termasuk dalam kawasan hutan lindung yang belum tuntas masih memicu resistensi pembiayaan perbankan bagi sektor ini. Diakumulasi dengan daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih dari krisis pada akhirnya berdampak negatif pada nilai tambah sektor Bangunan di triwulan IV-2009 yang kembali melambat dibanding triwulan sebelumnya. Laju pertumbuhan diperkirakan sebesar 10,7%, sedangkan di triwulan III tumbuh 14,6% (angka revisi). Grafik Perkembangan Nilai Tambah Sektor Bangunan Grafik Pertumbuhan KPR Perbankan Kepulauan Riau Sumber : BPS Kepulauan Riau Sumber : Laporan Bulanan Bank Triwulan IV

12 Berbagai upaya promosi yang lebih gencar dilakukan di akhir tahun memberikan hasil cukup berarti. Hal ini terlihat respon pembiayaan perbankanyang meningkat khususnya untuk Kredit Pemilikian Rumah (KPR) tipe di atas 70 m 2 dan Ruko/Rukan. KPR untuk tipe >70m 2 tumbuh 25,9% di bulan Desember 2009, sedangkan di posisi September hanya tumbuh 5%. Dan pertumbuhan pembiayaan untuk Ruko/Rukan tercatat mengalami kenaikan dari 3,9% menjadi 13,9%. Grafik Realisasi Pengadaan Semen di Kepulauan Riau Grafik Perkembangan Volume Impor Utama Sektor Bangunan Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : SEKDA - BI Kembali melambatnya sektor Bangunan di triwulan ini dikonfirmasi oleh indikator realisasi pengadaan semen dan impor komponen utama properti besi, baja, kayu dan keramik. Kondisi sektor properti yang cenderung stagnan juga terkait dengan kondisi industri yang belum pulih dari krisis. Hal ini menyebabkan turunnya permintaan terhadap pembelian maupun sewa rumah yang diperuntukkan bagi pekerja asing dan domestik yang ditempatkan di Batam Sektor-sektor Lainnya Kinerja sektor-sektor lainnya di triwulan IV-2009 juga terlihat cukup bagus. Sektor Pertanian diperkirakan tumbuh 4,9%, meningkat tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 0,8%. Kenaikan dipengaruhi oleh berlimpahnya hasil produksi perikanan di akhir tahun terutama bulan Oktober dan November, sebelum memasuki musim barat yang ditandai adanya gelombang laut tinggi atau dikenal juga dengan musim paceklik ikan. Hasilnya, nilai tambah dari sub-sektor Perikanan diestimasi naik 5,7%, sementara di triwulan sebelumnya masih mengalami penurunan 0.4%. Di sektor Keuangan, kinerja industri perbankan di wilayah Kepulauan Riau diperkirakan mulai membaik. Meski di satu sisi pertumbuhan dana masyarakat yang masuk ke sistem perbankan lokal masih menurun, namun di lain pihak indikator kredit mulai tumbuh meningkat merespon pergerakan positif di sektor industri. Membaiknya kinerja Triwulan IV

13 perbankan juga terindikasi dari peningkatan LDR disertai dengan tingkat rasio kredit bermasalah (NPL s) yang terus menurun. Sektor Keuangan diestimasi tumbuh 5,9% di triwulan ini, lebih tinggi dibanding laju pertumbuhan di triwulan III yang tercatat sebesar 4,6%. Grafik Perkembangan Aset, DPK dan Kredit Perbankan di Kepulauan Riau Grafik Perkembangan LDR dan NPL Perbankan di Kepulauan Riau Sumber : Laporan Bulanan Bank Sumber : Laporan Bulanan Bank Selanjutnya di sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih juga terjadi akselerasi pertumbuhan dari 2,5% menjadi 4,5%. Pertumbuhan sektor infrastruktur tersebut didorong oleh kinerja penjualan sektor Listrik yang relatif meningkat di akhir tahun sejalan dengan arah pemulihan sektor riil. Selama tahun 2009, penjualan listrik PT. PLN Batam sebanyak MWh, naik 5% dibanding tahun Persentase pertumbuhan tersebut cenderung menurun dibanding tahun 2008 yang mencatat kenaikan 11,6% dibanding tahun sebelumnya. Melambatnya level pertumbuhan disebabkan berkurangnya pemakaian listrik oleh sektor industri dan sektor usaha lainnya akibat utilisasi produksi yang menurun tajam di awal tahun Grafik Pertumbuhan Penjualan PT. PLN Batam berdasarkan Kelompok Tarif Grafik Pertumbuhan Lifting Minyak & Gas Provinsi Kepulauan Riau Sumber : PT. PLN Batam Sumber : ESDM Dirjen Minyak dan Gas Bumi Sektor Pertambangan dan Penggalian diperkirakan kembali melambat di triwulan ini, dari 0,81% menjadi -0,44%. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan lifting gas Kepulauan Triwulan IV

14 Riau yang semakin merosot di triwulan IV sehingga berimplikasi langsung terhadap penurunan nilai tambah sub-sektor Pertambangan Migas. Penyebabnya diduga berasal dari lapangan gas Kakap milik Star Energi yang belum beroperasi optimal dengan pencapaian lifting hanya sekitar 74% dari target yang ditetapkan. Sedangkan pencapaian lifting dati lapangan gas Conoco dan Premier Oil telah melampaui angka prognosa yang ditargetkan. Meski mengalami pertumbuhan yang juga menurun di akhir tahun, namun kinerja tambang minyak dari blok Belanak milik Conoco Philips tercatat sangat bagus dimana pada bulan Desember 2009 telah mengeksplorasi ribu barel, atau 179% dari target lifting sebesar ribu barel. Selain itu lifting minyak dari blok Anoa yang dieksplor oleh Premier Oil diperkirakan mencapai 617 ribu barel, atau 96% dari prognosa lifting 2009 sebesar 641 ribu barel. Adapun realisasi dari blok Belida (Conoco) dan blok Kerapu (Star Energy) masih belum optimal di bawah 70%. Secara keseluruhan, kinerja sektor Pertambangan dan Penggalian selama tahun 2009 relatif membaik dibanding tahun sebelumnya dari -2,7% menjadi -0,5%, antara lain dipengaruhi oleh faktor kenaikan harga minyak dan komoditas pertambangan lainnya di pasaran dunia. Triwulan IV

15 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL 2.1 INFLASI KOTA BATAM Kondisi Umum Laju inflasi Kota Batam sampai dengan triwulan IV 2009 jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi ini selain dipicu oleh penurunan harga komoditas primer dan kelancaran supply barang kebutuhan pokok serta dipengaruhi oleh faktor tingginya indeks harga pada periode yang sama tahun Sampai dengan triwulan IV 2009, laju inflasi tahun kalender (yoy) Kota Batam sebesar 1,88%, sedangkan di tahun 2008 tercatat sebesar 8,39% (yoy). Laju inflasi tahunan kota Batam tetap berada dibawah inflasi nasional yang tercatat sebesar 2,78%. Grafik 2.1. Perkembangan Laju Inflasi Tahunan Kota Batam & Nasional Sumber : BPS, diolah Inflasi Triwulanan Perkembangan harga di Kota Batam selama triwulan IV 2009 diidentifikasi mengalami penurunan harga (deflasi) sebesar 0,09% setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kenaikan harga (inflasi) sebesar 1,75% (qtq). Deflasi yang terjadi selama triwulan laporan terutama dipengaruhi oleh penurunan Nopember dan Desember. Sedangkan pada bulan Oktober mengalami kenaikan harga yang diakibatkan pengaruh tingginya permintaan masyarakat pasca Hari Raya Idul Fitri. Pada bulan Oktober 2009 Kota Batam mengalami kenaikan harga sebesar 0,23% (mtm). Triwulan IV

16 Penurunan harga terbesar pada triwulan laporan terjadi pada bulan Nopember 2009 yaitu sebesar 0,20% (mtm) yang dipengaruhi penurunan harga pada kelompok bahan makanan yang disumbang oleh penurunan harga ikan tongkol dan ikan selar. Pada bulan Desember 2009, Kota Batam kembali mengalami deflasi sebesar 0,12% (mtm) yang dipengaruhi oleh penurunan harga pada kelompok bahan makanan yang disumbang oleh penurunan harga cabe merah dan bayam. Pada triwulan ini harga gula mengalami kenaikan yang cukup tinggi meski tidak memberikan sumbangan inflasi yang signifikan. (Lihat BOX 2 Pahitnya Gula Impor bagi Batam). Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kota Batam KELOMPOK Triwulan III Triwulan IV Inflasi Sumbangan Inflasi Sumbangan I Bahan Makanan 3,07 0,71-2,07 0,24 II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0,96 0,16 0,62-0,07 III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 0,04 0,01 0,29 0,08 IV Sandang 2,96 0,21 3,81 0,42 V Kesehatan 1,05 0,04 0,47 0,15 VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0,21 0,01 0,2 0,18 VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0,67 0,13-0,42-0,07 INFLASI 1,75-0,09 Sumber : BPS Kota Batam Kelompok bahan makanan pada triwulan IV 2009 mengalami penurunan harga terbesar yaitu sebesar 2,07% (qtq). Sementara itu kelompok transportasi komunikasi dan jasa keuangan mengalami penurunan harga sebesar 0,42% (qtq). Penurunan kelompok ini dipengaruhi oleh penurunan harga telepon seluler pada bulan Desember Sedangkan kelompok lainnya mengalami kenaikan harga dengan kenaikan tertinggi dialami oleh kelompok sandang yang mengalami kenaikan harga sebesar 3,81%(qtq) Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Secara umum, harga-harga di Kota Batam selama triwulan IV 2009 mengalami penurunan harga sebesar 0,09% (qtq), berbeda dengan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 1,75% (qtq). Triwulan IV

17 Grafik 2.2. Inflasi Kota Batam Berdasarkan Kelompok Barang Sumber : BPS Kota Batam, diolah Bahan Makanan Pada triwulan IV 2009, kelompok bahan makanan di Kota Batam mengalami deflasi sebesar 2,07% (qtq). Sub kelompok yang mengalami penurunan harga terbesar adalah sub kelompok ikan segar dengan tingkat kenaikan harga sebesar 6,67%, dipengaruhi oleh penurunan harga yang terjadi pada bulan Oktober 2009 dan Nopember 2009 dengan angka deflasi sebesar 3,57%(mtm) dan 5,39% (mtm). Penurunan harga yang terjadi pada kelompok ini dipengaruhi oleh ketersediaan pasokan untuk komoditas ikan segar yang cukup melimpah menjelang musim utara yang bertiup dari bulan Desember sampai dengan bulan Februari setiap tahunnya. Sub kelompok sayur-sayuran pada triwulan laporan tercatat mengalami deflasi sebesar 3,45%(qtq) yang dipengaruhi oleh penurunan harga cabe merah. Harga cabe merah mengalami penurunan terkait dengan lancarnya distribusi komoditas ini serta adanya alternatif produksi di wilayah Kota Batam. Budidaya cabe merah saat sedang diusahakan untuk dikembangkan di pulau-pulau hinterland di sekitar wilayah Pulau Batam seperti Pulau Rempang dan Pulau Galang. Adanya alternatif produksi tersebut dapat menambah supply komoditas ini sehingga dapat menurunkan harga. Setelah mengalami penurunan harga secara berturut-turut dari awal tahun 2009, sub kelompok daging pada triwulan akhir 2009 mengalami kenaikan harga sebesar 2,52% (qtq). Kenaikan harga pada sub kelompok ini merupakan bagian dari proses mencari titik keseimbangan harga yang baru setelah mengalami penurunan harga pada periode sebelumnya. Saat ini sedang dikembangkan peternakan kambing dan sapi di wilayah hinterland di sekitar Pulau Batam untuk memenuhi kebutuhan daging masyarakat Kota Batam. Dua sub kelompok lain yang mengalami kenaikan harga pada triwulan IV 2009 Triwulan IV

18 adalah sub kelompok kacang-kacangan dan sub kelompok ikan diawetkan yang mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,26% (qtq) dan 0,20%(qtq) Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan IV 2009 mengalami inflasi sebesar 0,62% (qtq) lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 2,06% (qtq). Sumbangan inflasi terbesar diberikan oleh sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol yang mencatat inflasi sebesar 1,71% (qtq). Sedangkan sub kelompok minuman tidak beralkohol mengalami inflasi 0,76% (qtq), dan sub kelompok makanan jadi mengalami tingkat inflasi terendah sebesar 0,11% (qtq) Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan laporan mengalami kenaikan harga sebesar 0,29% (qtq). Inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok perlengkapan rumah tangga yang mengalami inflasi sebesar 2,31% (qtq) diikuti sub bahan bakar, penerangan dengan agnka inflasi sebesar 0,41% (qtq) dan sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga mengalami kenaikan harga sebesar 0,23% (qtq). Setelah pada triwulan sebelumnya mengalami penurunan harga, sub kelompok biaya tempat tinggal mengalami kenaikan harga sebesar 0,04% (qtq). Mulai pulihnya aktivitas perekonomian di Kota Batam khususnya industri berdampak pada bertambahnya jumlah penduduk di Kota Batam yang ikut mempengaruhi peningkatan permintaan terhadap tempat tinggal di Kota Batam Kelompok Sandang Kelompok sandang pada triwulan IV 2009 ini mengalami inflasi sebesar 3,81% (qtq). Kenaikan harga tertinggi dialami oleh sub kelompok sandang pribadi dan sandang lain yang mengalami kenaikan harga sebesar 9,48% (qtq). Sementara itu sub kelompok sandang lakilaki mengalami kenaikan harga sebesar 1,71% (qtq) diikuti oleh sub kelompok sandang wanita dengan angka inflasi sebesar 1,33% (qtq) dan sub kelompok sandang anak-anak dengan angka inflasi sebesar 0,10% (qtq) Kelompok Kesehatan Kelompok kesehatan pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 0,47% (qtq). Sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetik pada triwulan laporan mengalami kenaikan harga sebesar 0,81% (qtq). Sedangkan sub kelompok obat-obatan mengalami kenaikan Triwulan IV

19 harga sebesar 0,68% (qtq). Sub kelompok jasa perawatan jasmani dan sub kelompok jasa kesehatan pada triwulan IV tidak mengalami kenaikan harga Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan IV 2009 mengalami kenaikan harga sebesar 0,20% (qtq). Kenaikan harga kelompok ini hanya terjadi pada sub kelompok rekreasi. Sedangkan sub kelompok lain pada kelompok ini tidak mengalami kenaikan harga Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan IV 2009 mengalami penurunan harga dengan angka deflasi sebesar 0,42% (qtq). Sub kelompok yang mengalami penurunan harga adalah sub kelompok komunikasi dengan angka deflasi sebesar 2,1% (qtq) yang dipengaruhi oleh turunnya harga telepon selular. Sedangkan sub kelompok lain pada triwulan IV 2009 tidak mengalami perubahan harga. 2.2 INFLASI KOTA TANJUNG PINANG Kondisi Umum Searah dengan trend inflasi nasional dan beberapa kota lainnya, laju inflasi Kota Tanjung Pinang selama triwulan IV 2009 mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahunan Kota Tanjung Pinang pada triwulan laporan tercatat sebesar 1,43%, menurun dibanding triwulan III 2009 yang tercatat sebesar 2,07% (yoy). Inflasi tahunan Kota Tanjung Pinang pada triwulan IV 2009 lebih rendah dibanding angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 2,78% (yoy). Grafik 2.3. Laju Inflasi Tahunan Kota Tanjung Pinang dan Nasional Sumber : BPS, diolah Triwulan IV

20 Pada triwulan laporan laju inflasi Kota Tanjung Pinang mulai menunjukkan trend penurunan dengan skala yang cukup rendah. Sejak peralihan ibukota Provinsi Kepulauan Riau dari Kota Batam ke Kota Tanjung Pinang, banyak terjadi pergerakan penduduk dan kegiatan ekonomi dari Kota Batam ke Kota Tanjung Pinang. Oleh karena itu, terjadi peningkatan permintaan terhadap kebutuhan pokok masyarakat baik untuk konsumsi maupun sebagai bahan baku distribusi. Setelah mengalami over demand sampai dengan triwulan triwulan IV 2009 penawaran sudah mulai mengalami peningkatan sehingga tingkat harga sudah mulai mengarah ke titik keseimbangan yang baru Inflasi Triwulanan Melanjutkan trend triwulan sebelumnya, Kota Tanjung Pinang pada triwulan IV 2009 mengalami kenaikan harga (inflasi) dengan angka inflasi sebesar 0,56% (qtq). Angka inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,28% (qtq). Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kota Tanjung Pinang Triwulan III Triwulan IV KELOMPOK Inflasi Sumbangan Inflasi Sumbangan I Bahan Makanan 2,88 0,75 0,48 0,12 II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 1,43 0,32 0,6 0,14 III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 0,25 0,06 0,54 0,12 IV Sandang 1,48 0,09 2,52 0,15 V Kesehatan 0,09 0 0,12 0,01 VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 1,97 0,07 0,03 0 VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -0,06-0,01 0,16 0,02 INFLASI 1,28 0,56 Sumber : BPS, diolah Kelompok sandang menjadi kelompok dengan sumbangan inflasi tertinggi dengan angka inflasi sebesar 2,52% (qtq) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,15% (qtq). Peningkatan kelompok sandang ini dipengaruhi oleh peningkatan harga emas yang cukup tinggi. Komoditas yang mengalami kenaikan harga akibat peningkatan harga emas ini adalah emas perhiasan. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau juga mengalami inflasi yang cukup tinggi yaitu sebesar 0,60% (qtq) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,14% (qtq). Adapun inflasi terendah dialami oleh kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yang mengalami inflasi sebesar 0,03%. Triwulan IV

21 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Bahan Makanan Kelompok bahan makanan di Kota Tanjung Pinang pada triwulan IV 2009 mengalami inflasi sebesar 0,48% (qtq). Inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok sayur-sayuran yang mengalami inflasi sebesar 18,85% (qtq) yang pada triwulan sebelumnya mengalami penurunan harga. Sub kelompok bumbu-bumbuan pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 1,13% (qtq) diikuti sub kelompok ikan diawetkan juga mengalami kenaikan harga dengan angka inflasi sebesar 0,44% (qtq). Sementara itu, sub kelompok lemak dan minyak justru mengalami penurunan harga sebesar 4,04% (qtq). Sedangkan sub kelompok ikan segar yang pada triwulan sebelumnya mengalami kenaikan harga cukup tinggi pada triwulan IV 2009 mengalami penurunan harga sebesar 3,51% (qtq). Sub kelompok kacang-kacangan juga mengalami penurunan harga sebesar 1,33% (qtq) diikuti sub kelompok telur dan susu yang mengalami penurunan harga sebesar 0,09% (qtq) Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami kenaikan harga sebesar 0,60% (qtq). Inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok makanan jadi dengan angka inflasi 0,70% (qtq). sementara itu sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol yang mencatat inflasi sebesar 0,47% (qtq) diikuti sub kelompok minuman tidak beralkohol dengan tingkat inflasi sebesar 0,46% (qtq) Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan laporan mengalami peningkatan harga sebesar 0,54% (qtq), dipengaruhi oleh peningkatan harga yang terjadi pada sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air dengan angka inflasi sebesar 2,07% (qtq) dan sub kelompok biaya tempat tinggal. Sementara itu sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga dan sub kelompok perlengkapan rumah tangga pada triwulan laporan justru mengalami penurunan harga masing-masing sebesar 1,03% (qtq) dan 0,28% (qtq) Kelompok Sandang Peningkatan harga emas dunia berpengaruh cukup tinggi terhadap peningkatan harga kelompok sandanga di Kota Tanjung Pinang. Pada triwulan IV 2009 kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 2,52% (qtq) yang dipengaruhi oleh kenaikan harga pada Triwulan IV

22 sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya yang mengalami inflasi sebesar 7,72% (qtq). Sementara itu sub kelompok sandang anak-anak, sub kelompok sandang laki-laik dan sub kelompok sandang wanita pada triwulan laporan tidak mengalami perubahan harga Kelompok Kesehatan Kelompok kesehatan pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 0,12% (qtq) dipengaruhi oleh kenaikan harga yang terjadi pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika dengan angka inflasi sebesar 0,30% (qtq) obat-obatan. Sementara itu sub kelompok obat-obatan justru mengalami deflasi sebesar 0,31% (qtq). Sementara itu sub kelompok jasa kesehatan dan sub kelompok jasa perawatan jasmani tidak mengalami perubahan sepanjang triwulan III Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan IV 2009 mengalami kenaikan harga sebesar 0,03% (qtq). Kenaikan harga yang dialami oleh kelompok ini dipengaruhi oleh kenaikan harga yang dialami oleh sub kelompok perlengkapan pendidikan yang masing-masing mengalami kenaikan harga dengan angka inflasi sebesar 0,10% (qtq). Sedangkan sub kelompok lain pada triwulan laporan tidak mengalami kenaikan harga Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan IV 2009 mengalami kenaikan harga dengan angka inflasi sebesar 0,16% (qtq). Peningkatan harga ini dipengaruhi oleh kenaikan harga yang terjadi pada sub kelompok transportasi dan komunikasi yang mengalami kenaikan harga dengan angka inflasi masing-masing sebesar 0,21% (qtq) dan 0,08% (qtq). Sementara itu, sub kelompok jasa keuangan dan sub kelompok sarana penunjang transportasi pada triwulan IV 2009 tidak mengalami perubahan harga dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Triwulan IV

23 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN REGIONAL 3.1 KONDISI UMUM Perkembangan perbankan di wilayah provinsi Kepulauan Riau selama triwulan IV 2009 mengalami peningkatan dibanding periode sebelumnya. Berbagai indikator perbankan menunjukkan kinerja positif selama tahun Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibanding dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) berdampak pada peningkatan fungsi intermediasi perbankan di Provinsi Kepulauan Riau. Penurunan BI Rate terlihat mulai direspon bersamaan dengan semakin membaiknya ekspektasi kalangan Perbankan terhadap kondisi ekonomi secara umum. Grafik Perkembangan Indikator Perbankan Sumber : Bank Indonesia Total asset perbankan di Provinsi Kepulauan Riau di triwulan IV 2009 tercatat sebesar Rp23,08 triliun atau naik sekitar Rp464,29 miliar (2,05%) dibanding posisi akhir triwulan III 2009 yang tercatat sebesar Rp22,62 miliar. Secara tahunan total asset perbankan mengalami kenaikan Rp2,27 triliun (10,91%) dibanding posisi Desember 2008 yang tercatat sebesar Rp20,82 triliun. Sementara itu, total DPK yang dihimpun oleh perbankan juga mengalami peningkatan sebesar Rp332 miliar (1,86%) dibandingkan triwulan sebelumnya dan meningkat sebesar Rp1,17 triliun (6,91%) dibandingkan posisi triwulan IV 2009, sehingga menjadi Rp18,17 triliun. Triwulan IV

24 Penyaluran kredit di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan IV 2009 tercatat sebesar Rp12,86 triliun atau meningkat Rp636,69 miliar (5,21%) dibandingkan triwulan III 2009 yang tercatat sebesar Rp12,23 triliun. Sedangkan secara tahunan penyaluran kredit perbankan mengalami peningkatan sebesar Rp1,65 triliun (14,69%) dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Hasilnya, tingkat LDR perbankan di triwulan IV 2009 menjadi lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, dari 68,56% menjadi 70,81%. Kondisi ini dapat dibaca sebagai salah satu bentuk optimisme perbankan terhadap prospek ekonomi Provinsi Kepulauan Riau ke depan KONDISI BANK UMUM Total asset dan DPK bank umum pada triwulan IV 2009 mengalami peningkatan secara triwulanan maupun tahunan. Kenaikan total asset dan DPK tersebut didukung oleh kinerja penyaluran kredit pada triwulan III yang juga mengalami pergerakan positif dengan pertumbuhan yang lebih tinggi. Fungsi intermediasi bank umum pad triwulan laporan juga mengalami peningkatan. Sedangkan total kredit bermasalah bank umum menunjukkan trend penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Grafik 3.2. Perkembangan Total Asset, Kredit, DPK, dan LDR Bank Umum Grafik 3.3. Perkembangan Kredit dan NPL s Bank Umum di Kepulauan Riau Sumber : Bank Indonesia Jumlah jaringan kantor cabang bank umum di wilayah Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebanyak 48 kantor cabang pada triwulan III 2009 atau mengalami pertambahan 1 kantor cabang dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu Bank Syariah Mandiri Tanjung Pinang. Triwulan IV

25 Indikator Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Bank Umum Periode Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 (juta rupiah) 1. Jaringan BU a. Batam b. Tj. Pinang c. Karimun d. Natuna Total Asset a. Batam b. Tj. Pinang c. Dati II lain Total DPK a. Batam b. Tj. Pinang c. Dati II lain Total Kredit a. Batam b. Tj. Pinang c. Dati II lain LDR (%) 68,84 65, a. Batam 81,67 77, b. Tj. Pinang 39,44 37, c. Karimun 39,89 38, d. Natuna 54,34 36, NPLs (%) 2,94 2, a. Batam 2,96 2, b. Tj. Pinang 2,64 2, c. Karimun 5,29 1, d. Natuna Sumber : Bank Indonesia Total Asset Bank Umum Pada triwulan IV 2009 total asset bank umum tercatat sebesar Rp21,57 triliun atau naik sebesar Rp222,60 triliun (1,04%) dibanding triwulan III 2009 yang tercatat sebesar Rp21,35 triliun. Secara tahunan terjadi peningkatan sebesar Rp1,67 triliun (8,41%) terhadap posisi Desember Berdasarkan Dati II, aktivitas bank umum masih terkonsentrasi di Kota Batam, dengan total asset mencapai Rp15,93 triliun atau 73,84% dari seluruh total asset bank umum di provinsi Kepulauan Riau. Sedangkan total asset bank umum di Tanjung Pinang sebesar Triwulan IV

26 Rp4,72 triliun dengan pangsa sekitar 21,90%. Sementara di wilayah lainnya yakni kabupaten Tanjung Balai Karimun, Natuna dan Tanjung Uban tercatat sebesar Rp918,93 miliar (4,26%). Diagram 3.1. Share Asset Bank Umum Grafik 3.4. Perkembangan Asset Bank Umum Sumber : Bank Indonesia Total asset bank umum di Kota Batam mengalami peningkatan sebesar Rp413,75 miliar (2,67%) dibandingkan triwulan sebelumnya sehingga pada triwulan IV 2009 tercatat sebesar Rp15,93 triliun. Secara tahunan, total asset bank umum di Kota Batam tercatat meningkat sebesar Rp1,45 triliun dibandingkan dengan posisi yang sama di tahun sebelumnya. Total asset bank umum di Kota Tanjung Pinang pada triwulan IV 2009 tercatat sebesar Rp4,72 triliun atau mengalami penurunan sebesar Rp133,14 miliar (2,74%) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sedangkan secara tahunan total asset bank umum meningkat sebesar Rp330,92 triliun (7,53%). Secara triwulanan, penurunan juga dialami oleh total asset bank umum di Tanjung Uban, Tanjung Balai Karimun dan Natuna. Total asset bank umum di wilayah ini menurun sebesar Rp57,97 miliar (5,93%) dibandingkan triwulan sebelumnya sehingga tercatat sebesar Rp918,93 miliar. Secara tahunan total asset di wilayah Tanjung Uban, Tanjung Balai Karimun dan Natuna juga menunjukkan pergerakan negatif. Total asset bank umum di wilayah ini menurun sebesar Rp107,96 miliar (10,51%) dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2008 yang tercatat sebesar Rp1,03 triliun Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum Secara triwulanan, jumlah dana masyarakat yang dihimpun bank umum pada posisi September 2009 mengalami peningkatan sebesar Rp197,04 miliar (1,17%) menjadi Rp17,09 Triwulan IV

27 triliun. Peningkatan tersebut sebagian besar disumbangkan oleh peningkatan simpanan dalam bentuk tabungan yang meningkat sebesar Rp531,79 miliar (8,57%) dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi Rp6,74 triliun. Sementara itu simpanan dalam bentuk deposito dan giro justru mengalami penurunan. Simpanan dalam bentuk deposito mengalami penurunan sebesar Rp233,31 miliar (5,85%) terhadap triwulan III 2009 menjadi sebesar Rp3,76 triliun pada triwulan laporan. Simpanan dalam bentuk giro turun sebesar Rp101,43 miliar menjadi sebesar Rp6,59 triliun dibandingkan dengan triwulan III 2009 yang tercatat sebesar Rp6,69 triliun. Grafik 3.5. Perkembangan DPK Bank Umum Diagram 3.2. Share DPK Bank Umum Sumber : Bank Indonesia Peningkatan cukup tinggi yang dialami oleh simpanan dalam bentuk tabungan berdampak pada peningkatan porsi tabungan terhadap kedua jenis simpanan lain. Porsi simpanan dalam bentuk tabungan sampai dengan triwulan laporan tercatat sebesar 39,43% lebih tinggi dibandingkan dengan simpanan dalam bentuk giro yang mempunyai porsi sebesar 38,59%. Sementara itu simpanan dalam bentuk deposito tetap merupakan simpanan dengan porsi terendah dibandingkan dengan simpanan dalam bentuk lain dengan share sebesar 21,98% Kredit Bank Umum Jumlah kredit yang disalurkan oleh bank umum di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Batam pada triwulan IV 2009 tercatat sebesar Rp12,02 triliun atau naik Rp517,26 miliar (4,50%) dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan jumlah kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan DPK berdampak pada kenaikan tingkat LDR (Loan to Deposit Ratio) bank umum di Provinsi Kepulauan Riau, dari 68,08% pada triwulan III 2009 menjadi 70,32% pada triwulan laporan. Meskipun total kredit mengalami peningkatan yang Triwulan IV

28 cukup tinggi, kredit bermasalah (NPLs) pada triwulan laporan justru mengalami penurunan dari 3,06% pada triwulan III 2009 menjadi 2,73% pada triwulan IV Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit yang disalurkan di wilayah kerja KBI Batam sebagian besar digunakan untuk kredit konsumsi sebesar Rp4,95 triliun atau 41,20% dari total kredit yang diberikan. Sedangkan kredit untuk modal kerja dan investasi masing-masing sebesar Rp4,54 triliun (37,82%) dan Rp2,52 triliun (20,97%). Grafik 3.6. Perkembangan Kredit Jenis Penggunaan Bank Umum Diagram 3.3. Kredit Jenis Penggunaan Bank Umum Sumber : Bank Indonesia Secara triwulanan, kredit modal kerja pada triwulan IV 2009 merupakan kontributor tertinggi bagi peningkatan total kredit bank umum di Provinsi Kepulauan Riau. Kredit modal kerja mengalami peningkatan sebesar Rp333,99 miliar (7,93%) terhadap triwulan III Secara tahunan, kredit modal kerja meningkat Rp569,59 miliar (14,33%). Searah dengan hal tersebut, kredit konsumsi juga mengalami peningkatan sebesar Rp183,45 miliar (3,85%), dengan pertumbuhan tahunan sebesar 17,93% atau naik sebesar Rp752,57 miliar. Sementara itu kredit investasi secara triwulanan menurun Rp190 juta (0,01%) namun secara secara tahunan mengalami kenaikan Rp40,03 miliar (1,61%) Kredit UMKM Bank Umum Penyaluran kredit UMKM bank umum selama triwulan IV 2009 juga menunjukkan peningkatan. Jika pada triwulan III 2009 penyaluran kredit UMKM tercatat sebesar Rp5,98 triliun, pada triwulan IV 2009 naik menjadi Rp6,22 triliun, atau tumbuh 3,90%. Secara tahunan, kredit UMKM mengalami peningkatan mencapai Rp516,69 miliar (9,05%). Triwulan IV

29 Melanjutkan trend triwulan sebelumnya, share kredit UMKM terhadap total kredit kembali menunjukkan penurunan. Share kredit UMKM di posisi akhir tahun 2009 tercatat sebesar 51,79% dibandingkan dengan posisi triwulan III 2009 yang tercatat sebesar 52,32%. Grafik 3.7. Perkembangan Kredit UMKM dan Share terhadap Total Kredit Sumber : Bank Indonesia 3.3 BANK PERKREDITAN RAKYAT Tingginya minat investor untuk ikut dalam pengembangan bisnis perbankan khususnya BPR tercermin dari peningkatan jumlah BPR yang cukup pesat di wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Sampai dengan triwulan IV 2009 jumlah kantor Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tercatat ada 33 kantor BPR dan 6 (enam) kantor cabang BPR atau terjadi penambahan 5 (lima) BPR yaitu PT. BPR Dana Makmur, PT. BPR Dana Mitra Sukses, PT. BPR Buana Arta Mulia, PT. BPR Dana Putera dan PT. BPR Uka Bima dan 3 Kantor Cabang BPR yang itu Kantor Cabang PT. BPR Dana Nusantara, Kantor Cabang PT. BPR Barelang Mandiri dan Kantor Cabang PD. BPR Bintan. KETERANGAN Tabel 3.2. Perkembangan Indikator BPR (dalam jutaan rupiah) Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 TOTAL ASSET , TOTAL DANA , a. Tabungan , b. Deposito , TOTAL KREDIT , a. Investasi , b. Modal Kerja , c. Konsumsi , Sumber : Bank Indonesia Triwulan IV

30 Perkembangan BPR yang sudah beroperasi sampai dengan triwulan IV 2009 juga menunjukkan kinerja yang positif. Beberapa indikator utama seperti total asset, kredit dan DPK menunjukkan pergerakan positif dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kinerja positif tersebut juga didukung dengan kenaikan share beberapa indikator BPR terhadap perbankan di Provinsi Kepulauan Riau secara keseluruhan. Grafik 3.8. Share Total Asset BPR terhadap Total Asset Perbankan Grafik 3.9. Share Kredit BPR terhadap Kredit Perbankan Sumber : Bank Indonesia Dilihat dari total asset, share asset BPR terhadap total asset perbankan di Provinsi Kepulauan Riau terus mengalami peningkatan secara gradual tiap triwulan. Peningkatan yang cukup tinggi terjadi pada triwulan IV Jika pada triwulan III 2009 share asset BPR terhadap total asset perbankan di Provinsi Kepulauan Riau tercatat 5,63% maka pada triwulan IV 2009 share total asset BPR Provinsi Kepulauan Riau terhadap perbankan provinsi Kepulauan Riau tercatat sebesar 6,57%. Penambahan jumlah BPR baru cukup berpengaruh pada peningkatan share total asset BPR terhadap total asset perbankan di Provinsi Kepulauan Riau. Adanya penambahan 2 BPR baru memberikan masyarakat lebih banyak pilihan dalam memenuhi kebutuhan pembiayaan baik untuk keperluan konsumsi, investasi maupun modal kerja. Di sisi pembiayaan, share kredit BPR terhadap total kredit perbankan di Provinsi Kepulauan Riau juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV 2009 share kredit BPR terhadap total kredit perbankan tercatat sebesar 6,60% lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,96%. Peningkatan share kredit ini menunjukkan fungsi intermediasi yang dijalankan oleh BPR menunjukkan peningkatan yang lebih baik jika dibandingkan dengan fungsi intermediasi yang dilakukan oleh bank umum di Provinsi Kepulauan Riau. Triwulan IV

31 Total Asset Bank Perkreditan Rakyat Melanjutkan trend triwulan sebelumnya, total asset BPR yang berada di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Batam sampai dengan triwulan IV 2009 terus mengalami peningkatan. Sampai dengan triwulan IV 2009, total asset BPR mengalami peningkatan sebesar Rp241,68 miliar (18,97%) menjadi sebesar Rp1,52 triliun dibanding triwulan III 2009 yang tercatat sebesar Rp1,27 triliun. Secara tahunan total asset BPR mengalami peningkatan sebesar Rp597,04 miliar (64,98%). Grafik Perkembangan Asset BPR Sumber : Bank Indonesia DPK Bank Perkreditan Rakyat Sebagaimana indikator BPR yang lain, total dana yang berhasil dihimpun oleh BPR pada triwulan laporan meningkat dengan triwulan sebelumnya. Jika pada triwulan III 2009 total dana yang dihimpun BPR tercatat sebesar Rp994,31 miliar, maka pada triwulan IV 2009 DPK BPR meningkat menjadi Rp1,08 triliun atau naik sebesar Rp135,45 miliar (14,34%). Secara tahunan dana yang berhasil dihimpun oleh BPR mengalami peningkatan sebesar Rp418,79 miliar (63,36%). Sebagaimana karakteristik BPR, sebagian besar dana masyarakat yang dihimpun oleh BPR disimpan dalam bentuk deposito. Sedangkan simpanan dalam bentuk tabungan biasanya digunakan oleh nasabah untuk proses pencairan kredit. Dana simpanan dalam bentuk deposito yang dihimpun oleh BPR di Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebesar Rp940,49 miliar atau 87,10% dari seluruh total DPK BPR. Sedangkan 12,90% disimpan dalam bentuk tabungan sebesar Rp139,27 miliar. Triwulan IV

32 Grafik Perkembangan DPK BPR Diagram 3.4. Share DPK BPR Sumber : Bank Indonesia Dibandingkan posisi triwulan sebelumnya, simpanan dalam bentuk deposito selama triwulan laporan meningkat sebesar Rp109,83 miliar (13,22%), sedangkan simpanan dalam bentuk tabungan meningkat sebesar Rp25,62 miliar (22,55%). Ditinjau secara tahunan terdapat kenaikan yang lebih besar, dimana deposito tercatat meningkat Rp343,27 miliar (57,48%), dan tabungan mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi mencapai Rp75,52 miliar atau tumbuh 118,46% dibanding periode yang sama tahun Peningkatan jumlah tabungan ini searah dengan peningkatan kredit karena rekening tabungan digunakan untuk menampung pencairan kredit yang dilakukan oleh BPR kepada nasabahnya Kredit Bank Perkreditan Rakyat Penyaluran kredit yang dilakukan oleh BPR selama periode triwulan IV 2009 mengalami kenaikan, baik jika dibandingkan triwulan III 2009 maupun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah kredit yang disalurkan oleh 33 BPR yang beroperasi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau posisi akhir triwulan IV 2009 tercatat sebesar Rp848,71 miliar, bertambah Rp119,42 miliar (16,38%) dibandingkan triwulan sebelumnya atau naik sebesar Rp285,23 miliar (50,62%) dibandingkan triwulan akhir Grafik Perkembangan Kredit BPR Diagram 3.5. Share Kredit BPR Sumber : Bank Indonesia Triwulan IV

33 Penyaluran kredit yang dilakukan oleh BPR di wilayah kerja KBI Batam sebagian besar digunakan untuk keperluan konsumsi. Kredit untuk konsumsi yang disalurkan BPR di wilayah kerja KBI Batam pada triwulan IV 2009 tercatat sebesar Rp541,83 miliar atau 63,84% dari seluruh total kredit yang diberikan oleh BPR. Sementara kredit untuk modal kerja sebesar Rp229,83 miliar atau 27,08% dari seluruh total kredit yang diberikan oleh BPR. Sedangkan porsi kredit investasi hanya sebesar Rp77,04 miliar (9,08%). Kredit konsumsi BPR di triwulan ini mengalami kenaikan sebesar Rp59,88 miliar (12,43%) dibanding triwulan III 2009 yang tercatat sebesar Rp481,95 miliar, sedangkan secara tahunan tercatat meningkat sebesar Rp159,54 miliar (41,73%). Sementara itu kredit modal kerja BPR secara triwulanan naik Rp51,48 miliar (28,86%) atau naik Rp101,19 miliar (78,67%) terhadap posisi yang sama tahun Adapun kredit investasi yang disalurkan oleh BPR mencatat penambahan sebesar Rp8,07 miliar (11,70%) dibandingkan triwulan III 2009, atau tumbuh sebesar Rp24,49 miliar (46,60%) terhadap posisi yang sama tahun sebelumnya. Secara proporsi, sebagian besar kredit BPR memang disalurkan untuk keperluan konsumsi namun jika dilihat dari data historis, trend share kredit konsumsi BPR menunjukkan penurunan secara gradual. Jika pada triwulan I 2008, share kredit konsumsi tercatat 69,30% maka pada triwulan IV 2009, share kredit konsumsi turun menjadi 63,84%. Penurunan share kredit konsumsi ini juga dapat dibaca bahwa BPR di Provinsi Kepulauan Riau tidak hanya memberikan pembiayaan yang bersifat konsumtif seperti pembiayaan kepemilikan kendaraan bermotor maupun rumah, namun juga melakukan pembiayaan di sektor-sektor produktif khususnya sektor UMKM dan Koperasi. Grafik Perkembangan Share Kredit Konsumsi Grafik Perkembangan Share Kredit dan NPLs BPR Sumber : Bank Indonesia Triwulan IV

34 Sementara itu, NPLs kredit yang diberikan oleh BPR sampai dengan triwulan IV 2009 mengalami penurunan dibandingkan dengan sebelumnya. Jika pada triwulan III 2009 NPLs kredit BPR tercatat sebesar 1,48% maka pada triwulan IV 2009 kredit BPR yang bermasalah mengalami penurunan menjadi sebesar 1,03%. Penurunan juga terjadi jika dibandingkan dengan NPLs kredit BPR posisi yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 1,59%. Triwulan IV

35 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4.1 TARGET APBD TAHUN BERJALAN APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) merupakan sarana yang strategis dan mutlak untuk menyelenggarakan roda pemerintahan dan pembangunan guna menyediakan pelayanan publik, meningkatkan kesejahteraan serta melindungi hak-hak masyarakat. Terkait dengan itu, pemerintah daerah cukup menyadari bahwa krisis keuangan global akan berdampak pada kondisi perekonomian regional Kepulauan Riau. Karenanya kebijakan-kebijakan yang menjadi prioritas pembangunan di tahun 2009 diupayakan dapat menjadi instrumen pendorong yang memacu pertumbuhan ekonomi daerah. Dengan disahkannya APBD Kabupaten Kepulauan Anambas sebagai daerah pemekaran terbaru maka total APBD T.A untuk seluruh kabupaten/kota di provinsi Kepulauan Riau mencapai Rp 6,97 triliun, atau meningkat sekitar 35% dari APBD tahun 2008 yang tercatat sebesar Rp 5,15 triliun. Sekitar 76% dari anggaran pengeluaran tersebut diperkirakan bersumber dari sisi penerimaan yang ditargetkan sebesar Rp 5,34 triliun, naik mencapai 27,7% dibanding tahun Tabel 4.1. Perkembangan Total APBD Provinsi Kepulauan Riau Tahun Anggaran 2007 s.d % % 2009* PENDAPATAN 4,815,445 4,178, % 5,336, % BAGIAN PENDAPATAN ASLI DAERAH 598, , % 1,050, % DANA PERIMBANGAN 3,969,281 2,903, % 4,089, % LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 247, , % 196, % BELANJA 6,220,533 5,155, % 6,973, % BELANJA TIDAK LANGSUNG 1,687,938 1,959, % 2,574, % - Belanja subsidi 35,044 79, % 123, % - Belanja hibah 87,153 61, % 157, % - Belanja bantuan sosial 240, , % 240, % BELANJA LANGSUNG 4,532,595 3,195, % 4,398, % - Belanja pegawai 616, , % 607, % - Belanja barang dan jasa 1,477,486 1,330, % 1,617, % - Belanja modal 2,438,307 1,464, % 2,173, % SURPLUS/(DEFISIT) (1,405,088) (976,756) -30.5% (1,635,981) 67.5% Sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK), diolah *) termasuk Kabupaten Kepulauan Anambas Kenaikan target penerimaan antara lain dipengaruhi oleh penyesuaian harga komoditas internasional, sehingga dana perimbangan yang diterima atas pemanfaatan sumber daya alam yang ada di daerah relatif meningkat. Pos Dana Perimbangan ditargetkan Triwulan IV

36 sebesar Rp 4,09 triliun atau meningkat 40,9%, dari Rp 2,9 triliun di tahun Alokasi APBN tersebut diberikan dalam bentuk Dana Sektoral sekitar Rp 1,35 triliun, Dana Dekonsentrasi Rp 234,8 miliar, Dana Tugas Pembantuan sekitar Rp82,5 miliar, Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp 1,56 triliun, serta Dana Alokasi Khusus (DAK) sekitar Rp 224,2 miliar. Meningkatnya APBD 2009 ini diharapkan mampu menjadi penopang pertumbuhan provinsi Kepulauan Riau di tengah kontraksi perekonomian yang terjadi dalam 2 kuartal terakhir. Tabel 4.2. Perkembangan APBD Kabupaten dan Kota di Provinsi Kepulauan Riau T.A JENIS ANGGARAN Provinsi Kep. Riau Kabupaten Karimun Kabupaten Bintan Kabupaten Natuna Kabupaten Lingga Kab. Kep. Anambas Total Kep.Riau Pendapatan Asli Daerah 424, , ,761 13, ,208 41,955 29, ,050,396 Pajak daerah 407, , ,970 3, ,932 12,986 2, ,135 Retribusi daerah 3,550 12,235 2, ,141 12,442 1, ,564 Hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan 680 1,720 7,000 3,600 1,355 3, ,545 Lain-lain PAD yang sah 13,274 18,200 7,716 6,345 6,780 13,337 25, ,152 Dana Perimbangan 905, , , , , , , ,078 4,089,414 Dana bagi hasil pajak/bukan pajak 481, , , , , ,982 70, ,966 2,224,745 Dana alokasi umum 403, , ,220 90, , , ,517 33,015 1,559,075 Dana alokasi khusus 20,932 33,251 21,020 38,974 34,651 35,221 36,008 4, ,154 Lain-lain , ,440 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 0 10,225 22,202 10,380 64,068 33,095 40,000 16, ,611 TOTAL PENDAPATAN 1,330, , , ,369 1,006, , , ,719 5,336,421 Belanja tidak langsung 460, , , , , , , ,436 2,574,573 Belanja pegawai 174, , , , , , ,181 88,696 1,743,510 Belanja subsidi ,344 32, ,334 1, ,996 Belanja hibah 44,948 20,930 14,940 27,345 18,930 16,300 13, ,308 Belanja bantuan sosial 66,505 22,600 17,369 36,648 25,030 33,060 21,176 17, ,188 Belanja bagi hasil kpd Prop/Kab/Kota/Desa 168, ,344 1,000 9, ,200 Belanja bantuan keu. kpd Prop/Kab/Kota/Desa 5,000 34,710 29,663 34, , , ,371 Belanja tidak terduga 500 1,000 2,000 2,000 5,000 1,500 4,000 2,000 18,000 Belanja langsung 1,175, , , , , , , ,464 4,398,829 Belanja pegawai 198,747 86,001 50,279 60,861 98,878 46,876 48,527 17, ,547 Belanja barang dan jasa 340, , , , , , ,507 98,807 1,617,929 Belanja modal 636, , , , ,790 91, ,870 43,279 2,173,353 TOTAL BELANJA 1,636, , , ,369 1,204, , , ,900 6,973,402 SURPLUS/(DEFISIT) (306,000) (341,057) (193,580) (260,000) (198,136) (60,018) (277,009) (1,181) (1,636,981) - Penerimaan Pembiayaan Daerah 310, , , , ,136 60, ,353 1,181 1,631,475 - Pengeluaran Pembiayaan Daerah 4, , , , ,825 Sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK), diolah Kota Batam Kota Tj. Pinang Terkait dengan upaya antisipasi dampak krisis global di Kepulauan Riau, Pemerintah Pusat telah mengalokasikan stimulus fiskal untuk pembangunan infrastruktur senilai Rp 60 miliar. Stimulus fiskal itu diharapkan dapat membantu perekonomian masyarakat yang terkena krisis ekonomi. Stimulus itu dianggarkan untuk pembangunan Pelabuhan Malarko di Karimun senilai Rp 20 miliar, pembangunan fasilitas Pelabuhan Dompak dianggarkan Rp 15 miliar, dukungan ekspansi sektor riil Departemen Perdagangan di Kabupaten Kepulauan Anambas senilai Rp 10 miliar dan di Karimun Rp 15 miliar. Program tersebut sudah disahkan Panitia Anggaran DPR-RI dan segera dilaksanakan akhir Maret ini. Triwulan IV

37 4.2. APBD PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU Berdasarkan informasi yang diterima dari Dinas Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, APBD TA mengalami perubahan dari Rp 1,64 triliun menjadi Rp 1,85 triliun, atau naik sebesar 13%. Penambahan anggaran belanja hampir terjadi di setiap pos pengeluaran, namun sebagian besar dipengaruhi oleh penyesuaian pada pos Belanja Barang dan Jasa yang meningkat Rp 86 milyar (25,4%) dibanding target awalnya. Selain itu pos Belanja Modal juga mengalami kenaikan sekitar Rp 87 milyar atau 13,6% dari target sebelumnya. Peningkatan pada belanja investasi pemerintah yang mencapai Rp 170 milyar tersebut diharapkan dapat memicu tumbuhnya investasi dan membuka lapangan kerja baru di daerah. Bersamaan dengan itu, target penerimaan pada APBD(P) TA.2009 juga turut mengalami kenaikan meskipun dalam skala yang lebih rendah, yakni dari Rp 1,33 triliun menjadi Rp 1,46 triliun atau meningkat 9,8%. Kenaikan tersebut dipengaruhi oleh penyesuaian porsi dana Bagi Hasil Bukan Pajak yang harus diterima pemerintah Provinsi atas pengelolaan kekayaan alam di wilayahnya, terutama blok pertambangan Migas di Natuna. Pos Bagi Hasil Bukan Pajak ditargetkan meningkat Rp 163 milyar (55,4%) dibanding target sebelum APBD perubahan. Namun di sisi lain, target Pendapatan Asli Daerah (PAD) justru mengalami penurunan sebesar Rp 42 milyar (9,9%). Penyesuaian dilakukan karena target Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-KB) diperkirakan tidak dapat tercapai hingga akhir tahun. Hingga saat ini penerimaan PAD masih bertumpu pada elemen Pajak Daerah yang memberik kontribusi sebesar 96%. Adapun defisit APBD(P) TA sebesar Rp 389 milyar diestimasi masih dapat tertutupi dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) yang dianggarkan pada RAPBD tahun 2009 yaitu sebesar 13,68% dari APBD 2008 (sebelum perubahan) Realisasi Penerimaan Penerimaan pemerintah provinsi Kepulauan Riau sampai dengan akhir tahun 2009 sebesar Rp 1,457 triliun atau 99,86% dari target penerimaan APBD(P) sebesar Rp 1,459 triliun. Penerimaan pada triwulan IV 2009 tercatat sebanyak Rp 382 milyar, sebagian besar dipengaruhi oleh tingginya realisasi PAD yang mencapai 104,9% yang berasal dari Pajak Daerah. Penerimaan Pajak Daerah yang berasal dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB- KB) teralisasi sebesar Rp 384 milyar atau 105,4% dari target APBD(P). Terkait dengan Triwulan IV

38 perubahan target pajak daerah pada APBD(P) TA. 2009, maka tingginya angka realisasi lebih dikarenakan penyesuaian target yang terlalu rendah. 1. PENDAPATAN ASLI DAERAH Tabel 4.3. Perkembangan Realisasi Penerimaan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau JENIS PENERIMAAN TARGET TA (P) Tw.I 2009 Tw.II 2009 Tw.III 2009 Tw.IV 2009 (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Realisasi (%) Pajak Daerah 364,442,648,980 86,250,582, ,534,440, ,835,171, ,028,336, % Retribusi Daerah 3,560,000, ,778,947 1,033,063,897 1,944,654,787 3,012,660, % Retribusi Jasa Umum 2,130,000, ,526, ,328,387 1,232,317,077 2,070,301, % Retribusi Jasa Usaha 1,420,700, ,252, ,735, ,587, ,859, % Retribusi Perizinan Tertentu 9,300,000 17,750,000 Hasil Pengel.Kekayaan Daerah ydp 680,000,000 Lain lain Pendapatan Asli Daerah 13,264,294,390 3,541,628,107 7,455,917,246 10,860,155,723 13,789,833, % TOTAL PAD 381,946,943,370 90,535,989, ,023,421, ,639,981, ,830,830, % 2. DANA PERIMBANGAN Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak 193,843,307,955 25,021,642, ,082,177, ,558,127, ,645,355, % Bagi Hasil Pajak 96,565,140,595 8,516,464,673 9,617,672,523 47,662,758,366 98,603,521, % Bagi Hasil Bukan Pajak 27,014,387,360 2,452,421,377 6,540,019,980 10,382,854,106 15,399,333, % Pajak Penghasilan Orang Pribadi 70,263,780, ,052,756,056 28,105,512,112 58,235,497, % Bagi Hasil Bukan Pajak 459,146,268, ,364,496, ,364,496, ,596,086, ,467,543, % Dana Alokasi Umum 403,132,480, ,377,496, ,160,618, ,943,740, ,132,484, % Dana Alokasi Khusus 20,931,000, ,279,300,000 15,698,250,000 20,931,000, % TOTAL DANA PERIMBANGAN 1,077,053,056, ,763,634, ,886,591, ,796,204,532 1,056,176,383, % TOTAL PENERIMAAN DAERAH 1,459,000,000, ,299,623, ,910,013,403 1,074,436,186,451 1,457,007,214, % Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah *) berdasarkan informasi terakhir tanggal 2 Februari 2010 Sementara berdasarkan pengkinian data sampai dengan tanggal 2 Februari 2010, penerimaan yang berasal dari pos Retribusi Daerah belum sesuai target dengan realisasi sebesar 84,6%. Adapun pada Dana Perimbangan, penerimaan Bagi Hasil Bukan Pajak yang bersumber dari Sumber Daya Alam sektor Perikanan, dan sektor Migas memiliki tingkat realisasi yang cukup rendah. Transfer dana bagi hasil (DBH) yang diterima pemerintah provinsi baru sebesar Rp 308 milyar atau 67,2% dari target yang ditetapkan dalam APBD(P). Keterlambatan pembayaran DBH dari pemerintah pusat memang kerap terjadi dan menjadi keluhan tersendiri bagi daerah penghasil seperti provinsi Kepulauan Riau. Selain itu, daerah juga kerap mempermasalahkan transparansi penetapan porsi bagi hasil Migas yang dianggap kurang optimal bagi kepentingan daerah. Kondisi ini diklaim sebagai salah satu faktor yang menghambat pembangunan di daerah. Triwulan IV

39 Realisasi Belanja Berdasarkan data terkini yang diperoleh dari Dinas Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, penyerapan anggaran belanja Pemerintah Provinsi sampai dengan akhir tahun 2009 belum optimal. Total belanja tercatat sebesar Rp 1,63 triliun, atau 88,2% dari target belanja pada APBD(P) TA.2009 yang ditetapkan sebesar Rp 1,848 triliun. Dari total pengeluaran tersebut, penyerapan anggaran pada pos Belanja Tidak Langsung tercatat sebesar Rp 426,6 milyar, atau 89,1% dari target perubahan sebesar Rp 478,8 milyar. Sedangkan pada pos Belanja Langsung tingkat penyerapan relatif lebih rendah yakni 87,9% dari yang ditargetkan sebesar Rp 1,369 triliun. Tabel 4.4. Perkembangan Realisasi Pengeluaran Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau JENIS BELANJA TARGET TA (P) Tw.I 2009 Tw.II 2009 Tw.III 2009 Tw.IV 2009 (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Realisasi (%) 1. BELANJA TIDAK LANGSUNG Belanja Pegawai 176,695,578,925 26,044,239,156 70,437,820, ,965,354, ,172,322, % Belanja Subsidi Belanja Hibah 47,932,814,000 6,410,478,400 20,408,978,400 27,441,804,000 47,853,304, % Belanja Bantuan Sosial 72,112,806,709 12,182,133,000 29,264,513,000 40,028,422,997 59,433,784, % Belanja Bagi Hasil kpd Provinsi/Kab/K 175,274,847,985 8,243,421,369 10,653,630,269 85,667,920, ,623,432, % Belanja Bantuan Keuangan 5,000,000,000 2,500,000,000 2,500,000,000 3,750,000,000 5,000,000, % Belanja Tidak Terduga 1,800,000, ,927,200 1,470,391, % Total Belanja Tidak Langsung 478,816,047,619 55,380,271, ,264,942, ,121,429, ,553,235, % 2. BELANJA LANGSUNG Belanja Pegawai 219,284,946,363 12,511,569,230 83,109,384, ,221,042, ,512,966, % Belanja Barang dan Jasa 426,493,880,862 39,941,816, ,272,037, ,001,761, ,817,966, % Belanja Modal 723,758,337,800 40,058,988, ,077,158, ,105,678, ,404,546, % Total Belanja Langsung 1,369,537,165,025 92,512,374, ,458,580, ,328,483,211 1,203,735,478, % TOTAL BELANJA 1,848,353,212, ,892,646, ,723,522, ,449,912,858 1,630,288,714, % Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah *) berdasarkan informasi terakhir tanggal 2 Februari 2010 Peran pemerintah dalam meminimalisir dampak krisis antara lain terlihat dari realisasi belanja investasi yang menyangkut belanja Barang dan Jasa, serta belanja Modal. Berdasarkan informasi yang diperoleh, pengeluaran pemerintah provinsi untuk belanja Barang dan Jasa sebesar Rp 392,8 milyar atau 92,1% target yang ditetapkan sebesar Rp 426,5 milyar. Sedangkan belanja Modal memiliki tingkat realisasi yang lebih rendah yakni 81,6%. Ke depan, peran serta pemerintah dalam memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi regional diharapkan lebih optimal guna mendorong pemulihan sektor-sektor usaha dari kelesuan pasca krisis global. Rendahnya tingkat realisasi juga mengakibatkan kontribusinya dalam pembentukan komponen Investasi fisik PMTB (Pembentukan Modal Tetap Bruto) pada struktur PDRB Kepulauan Riau menjadi kurang optimal. Triwulan IV

40 Tabel 4.4. Rasio & Realisasi Belanja Barang & Jasa serta Belanja Modal Sumber : BPS & BKKAD Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV

41 BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 5.1. PENGEDARAN UANG KARTAL Perkembangan aliran uang di Kantor Bank Indonesia Batam pada triwulan IV 2009 ditandai dengan kenaikan jumlah yang masuk ke Kantor Bank Indonesia Batam (inflow) yang disertai penurunan jumlah yang ditarik dari Kantor Bank Indonesia Batam (outflow). Aliran inflow sampai dengan triwulan IV 2009 tercatat sebesar Rp216,85 miliar, naik Rp103,22 miliar (90,84%) dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu outflow dari Kantor Bank Indonesia Batam turun sebesar Rp631,39 miliar (42,49%) menjadi Rp854,59 milyar. Kombinasi outflow yang lebih besar daripada inflow tersebut mengakibatkan net outflow di triwulan laporan tercatat sebesar Rp637,74 miliar.. Penurunan outflow yang terjadi pada triwulan laporan terjadi karena tingginya outflow yang terjadi pada triwulan III 2009 yang bertepatan pada perayaan Hari Raya Idul Fitri dimana permintaan masyarakat terhadap uang kartal cukup tinggi. Sementara itu peningkatan inflow yang terjadi pada triwulan laporan terjadi karena adanya arus balik setoran dari masyarakat. Pasca perayaan Hari Raya Idul Fitri masyarakat kembali menyetorkan uang yang mereka miliki ke bank untuk disimpan sebagai tabungan maupun investasi. Tabel 5.1. Perkembangan Uang Kartal (dalam milyar rupiah) Keterangan Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Inflow 60,95 64,57 278,55 165,41 61,73 113,63 216,85 Outflow (791,49) (1.527,09) (1.496,47) (582,64) (759,19) (1.485,98) (854,59) Net (730,54) (1.462,53) (1.217,92) (417,23) (697,46) (1.372,35) (637,74) Sumber: Bank Indonesia Penyediaan Uang Kartal Layak Edar Peracikan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam melaksanakan kebijakan uang bersih (clean money policy) yaitu Bank Indonesia senantiasa menyediakan uang rupiah dalam kondisi yang layak kepada masyarakat. Di samping itu, Bank Indonesia juga memberikan pelayanan kepada perbankan Triwulan IV

42 dan masyarakat untuk kegiatan setoran, penarikan dan penukaran untuk pecahan besar ke pecahan kecil serta untuk uang rupiah lusuh. Selama triwulan IV 2009, jumlah UTLE yang diracik di KBI Batam Rp71,47 milyar atau mengalami peningkatan sebesar Rp56,66 miliar (382,58%) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp14,81 miliar. Grafik 5.1. Perkembangan UTLE Sumber : Bank Indonesia 5.2. LALU LINTAS PEMBAYARAN GIRAL Kliring Lokal Untuk wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Batam, terdapat 3 (tiga) wilayah kliring lokal, yaitu: di Kantor Bank Indonesia Batam untuk wilayah Kota Batam, PT. Bank Mandiri untuk wilayah Tanjung Pinang, dan PT. BNI untuk wilayah Tanjung Balai Karimun. Nilai transaksi melalui sistem kliring lokal di wilayah Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan IV 2009 tercatat sebesar Rp2,21 triliun dengan jumlah warkat sebanyak lembar. Nilai total kliring tersebut menurun sebesar Rp465 miliar (17,37%) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp2,67 triliun. Namun jika dilihat dari jumlah warkat, transaksi kliring di Provinsi Kepulauan Riau tercatat mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan III 2009 yang tercatat sebanyak lembar. Triwulan IV

43 Grafik 5.2. Perputaran Kliring Grafik 5.3. Penolakan Cek/BG Kosong Sumber : Bank Indonesia Sementara itu, penolakan Cek/BG kosong di wilayah kerja KBI Batam pada triwulan IV 2009 tercatat sebesar Rp87,86 milyar dengan jumlah warkat sebanyak lembar. Jumlah ini meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp72,35 miliar dengan jumlah warkat lembar. Tabel 5.2. Perkembangan Kliring Lokal Keterangan Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Perputaran Kliring Jumlah Warkat (lembar) Nominal (Rp Miliar) Penolakan Cek/BG Kosong Jumlah Warkat (lembar) Nominal (Rp Miliar) 49,34 56, ,45 72,35 87,86 Sumber: Bank Indonesia Transaksi BI-RTGS Transaksi masyarakat melalui sarana Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (RTGS) di Provinsi Kepulauan Riau sebagian besar masih terjadi di Kota Batam. Transaksi BI- RTGS keluar dari Kota Batam selama triwulan IV 2009 tercatat sebesar Rp4,92 triliun atau 82,46% dari seluruh transaksi BI-RTGS dari Provinsi Kepulauan Riau ke wilayah lainnya di Indonesia. Sedangkan transaksi RTGS dari Kabupaten Tanjung Balai Karimun dan Kota Tanjung Pinang masing-masing tercatat sebesar Rp492,19 milyar dan Rp553,27 milyar dengan share masing-masing 8,26% dan 9,28%. Sementara itu, transaksi BI-RTGS yang masuk ke Kota Batam selama triwulan IV 2009 tercatat sebesar Rp8,45 triliun atau 84,70% dari seluruh transaksi BI-RTGS yang masuk ke Triwulan IV

44 Provinsi Kepulauan Riau. Sedangkan transaksi BI-RTGS yang masuk ke Kota Tanjung Pinang tercatat sebesar Rp970,66 miliar dengan share 9,7%. Transaksi BI-RTGS yang masuk ke Tanjung Balai Karimun dan Kabupaten Natuna masing-masing tercatat sebesar Rp387,75 miliar dan Rp160,60 miliar. Adapun share transaksi BI-RTGS kedua kabupaten tersebut terhadap total transaksi BI-RTGS di Provinsi Kepulauan Riau adalah 3,9% dan 1,6%. Sementara transaksi BI-RTGS yang masuk ke Kabupaten Bintan adalah sebesar Rp2,08 miliar. Tabel 5.3. Perkembangan BI-RTGS Tw. III 2009 FROM TO FROM - TO Region Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume (Milyar Rp) (Milyar Rp) (Milyar Rp) BATAM 4.915,36 10, ,79 13, ,73 5,70 NATUNA - - 2,08 40, BINTAN ,60 124, TANJUNG BALAI 492, ,00 387,75 995,00 31,69 62,00 TANJUNG PINANG 553, ,00 970, ,00 220,55 706,00 Sumber: Bank Indonesia 5.3. UANG PALSU Jumlah uang rupiah palsu yang dilaporkan ke Bank Indonesia Batam pada triwulan IV 2009 berjumlah Rp ,00 dengan jumlah lembar sebanyak 26 lembar. Jumlah tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan III 2009 yang tercatat sebesar Rp ,00 dengan jumlah lembar sebanyak 108 lembar. Tabel 5.4. Perkembangan Uang Palsu Pecahan Tw. III 2009 Tw. IV 2009 Nominal Lembar Nominal Lembar Total Sumber: Bank Indonesia Berdasarkan jenis pecahan, uang kertas rupiah palsu pecahan Rp ,00 dilaporkan sebanyak 10 lembar, uang kertas rupiah palsu pecahan Rp50.000,00 dilaporkan sebanyak 11 lembar, uang kertas rupiah palsu pecahan Rp20.000,00 dilaporkan sebanyak 3 lembar, uang kertas rupiah palsu pecahan Rp10.000,00 dilaporkan sebanyak 2 lembar. Triwulan IV

45 Diagram 5.1. Persentase Pecahan Uang Palsu Nominal Lembar Sumber : Bank Indonesia Terkait dengan uang palsu yang beredar di masyarakat, Bank Indonesia Batam terus melakukan berbagai upaya untuk menekan peredarannya, antara lain dengan melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada berbagai kalangan (perbankan, pelajar, mahasiswa, masyarakat umum). Triwulan IV

46 BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN 6.1. KEPENDUDUKAN Jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2009 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Penduduk Provinsi Kepulauan Riau meningkat sebesar jiwa (4,28%) menjadi jiwa dibandingkan tahun 2008 yang tercatat sebesar jiwa. Berdasarkan wilayahnya, peningkatan penduduk terbesar terjadi di Kota Batam yang mengalami peningkatan jumlah penduduk sebesar jiwa (5,94%) dibandingkan tahun 2008 sehingga pada tahun 2009 tercatat sebesar jiwa. Selanjutnya diikuti Kabupaten Karimun yang meningkat sebesar (3,48%) menjadi jiwa pada tahun Kota Tanjung Pinang mengalami peningkatan jumlah penduduk sebesar jiwa (2,62%) dibandingkan dengan tahun 2008 sehingga tercatat sebesar jiwa pada tahun Sedangkan jumlah penduduk Kabuten Bintan meningkat jiwa (1,88%) dibandingkan dengan tahun 2008 yang tercatat sebesar jiwa menjadi jiwa pada tahun Sementara itu jumlah penduduk Kabupaten Lingga Natuna pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar jiwa dibandingkan dengan 2008 menjadi jiwa pada tahun Pada tahun 2009 jumlah penduduk Kabupaten Natuna mengalami penurunan jiwa (35,12%). Penurunan yang terjadi di Kabupaten Natuna terjadi akibat adanya pemekaran wilayah menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan Anambas. Meskipun jumlah penduduk Kabupaten Natuna, namun apabila jumlah penduduk Kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan Anambas digabung, maka terjadi peningkatan sebesar jiwa (2,19%). Pembentukan Kabupaten Anambas sesuai dengan UU Undang-Undang No. 33 Tahun 2008 tanggal 24 Juli Kabupaten Kepulauan Anambas terdiri dari 6 Kecamatan yaitu Kecamatan Siantan, Kecamatan Siantan Timur, Kecamatan Siantan Selatan, Kecamatan Palmatak, Kecamatan Jemaja dan Kecamatan Jemaja Timur. Ditambah dengan 1 Kecamatan yaitu Kecamatan Siantan Tengah yang dibentuk berdasarkan Keputusan Bupati Kabupaten Triwulan IV

47 Natuna Nomor 17 Tahun 2008 dengan cakupan wilayah administrasi Desa Air Asuk, Desa Air Sena dan Desa Teluk Siantan. Tabel 6.1 Perkembangan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Kab./Kota Pertumbuhan Selisih Pert. (%) Karimun ,54 Bintan ,94 Natuna ,26 Lingga ,65 Kepulauan Anambas Batam ,01 Tanjung Pinang ,68 Total ,32 Sumber : BPS Prov. Kepri Penyebaran penduduk Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2009 sebagian besar masih terkonsentrasi di Kota Batam. Jumlah penduduk Kota Batam pada tahun 2009 tercatat sebesar jiwa atau 51,56% dari total penduduk Provinsi Kepulauan Riau. Secara trend, share jumlah penduduk Kota Batam juga terus mengalami peningkatan yang cukup tajam selama tiga tahun terakhir. Selanjutnya diikuti oleh jumlah penduduk Kabupaten Karimun yang tercatat sebesar jiwa (15,29%) dan jumlah penduduk Kota Tanjung Pinang yang tercatat sebesar jiwa (12,78%). Penduduk Kabupaten Bintan mempunyai porsi 8,41% dari total penduduk Provinsi Kepulauan Riau. Sementara itu penduduk Kabupaten Lingga mempunyai porsi 5,92%. Sedangkan Kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan Anambas masing-masing memiliki porsi 4,09% dan 2,35% dari total penduduk Provinsi Kepulauan Riau. Diagram 6.1. Share Jumlah Penduduk di Provinsi Kepulauan Riau Grafik 6.1. Perkembangan Share Penduduk Kota Batam Terhadap Provinsi Kepulauan Riau 12,38% 15,29% Karimun Bintan 51,56% 8,41% 4,09% 5,92% 2,35% Natuna Lingga Kepulauan Anambas Batam Tg. Pinang Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau Triwulan IV

48 6.2. KETENAGAKERJAAN Sampai dengan bulan Agustus 2009 jumlah angkatan kerja di Provinsi Kepulauan Riau mencapai orang atau mengalami peningkatan sebanyak orang (1,98%) dibandingkan bulan Februari Dari total agkatan kerja pada Agustus 2009 tersebut sebanyak orang telah bekerja atau mengalami peningkatan sebanyak orang (1,65%) terhadap bulan Februari Sebagai catatan, data ketenagakerjaan dirilis oleh Badan Pusat Statistik setahun dua kali yaitu bulan Februari dan Agustus setiap tahunnya. Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional sampai dengan Agustus orang tercatat sebagai pengangguran atau mengalami peningkatan sebanyak orang (5,89%). Tingkat pertumbuhan orang yang bekerja di Provinsi Kepulauan Riau cukup tinggi menunjukkan lapangan kerja yang ada relatif cukup besar. Mulai pulihnya perekonomian Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan laporan merupakan memberikan peluang bagi terbukanya lapangan kerja baru yang dapat menyerap tenaga kerja lebih besar. Grafik 6.2. Perkembangan Penduduk Angkatan Kerja Grafik 6.3. Perkembangan Penduduk Bukan Angkatan Kerja Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah Jumlah bukan angkatan kerja di Provinsi Kepulauan Riau sampai dengan Agustus 2009 mengalami peningkatan dibandingkan dengan Februari Jumlah bukan angkatan kerja mengalami peningkatan sebanyak orang (2,77%) sehingga tercatat sebanyak orang. Peningkatan jumlah bukan angkatan kerja terutama disebabkan karena terjadinya peningkatan bukan angkatan kerja yang masuk sekolah yang mengalami kenaikan sebesar orang (23,94%) dibandingkan data Februari Sedangkan jumlah penduduk yang mengurus rumah tangga justru mengalami penurunan orang (1,92%) menjadi orang. Triwulan IV

49 Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Seminggu yang Lalu URAIAN Feb. 07 Agt. 07 Feb. 08 Agt. 08 Feb. 09 Bekerja Angkatan kerja Pengangguran Total Sekolah Bukan Angkatan Kerja Mengurus RT Lainnya Total Sumber : BPS Kepulauan Riau, Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional 2006,2007,2008 Tingkat partisipasi angkatan kerja sampai dengan Agustus 2009 mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan Februari Jika pada Februari 2009 tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebesar 64,75%, di bulan Agustus 2009 mengalami penurunan menjadi sebesar 64,58%. Grafik 6.3. Tingkat Pengangguran Terbuka dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah Sementara itu, tingkat pengangguran terbuka pada Agustus 2009 mengalami peningkatan dibandingkan dengan Februari Pada Agustus 2009 tingkat pengangguran terbuka tercatat sebesar 8,11%, lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2009 yang tercatat sebesar 7,81%. Dilihat dari lapangan usahanya, jumlah pekerja di Provinsi Kepulauan Riau masih terkonsentrasi di sektor industri dengan total pekerja sebanyak orang atau 25,16% dari total pekerja di Provinsi Kepulauan Riau. Penduduk yang bekerja di sektor ini mengalami penurunan sebanyak orang atau 29,61% dibandingkan bulan Februari Triwulan IV

50 Penurunan yang terjadi di sektor industri berbanding terbalik dengan peningkatan yang terjadi si sektor perdagangan. Jumlah tenaga kerja di sektor perdagangan meningkat 40,75% atau sebanyak orang sehingga tercatat sebanyak orang pada Agustus Sektor perdagangan memberikan share sebesar 22,30% terhadap total pegawai yang bekerja di Provinsi Kepulauan Riau. Selain sektor industri dan perdagangan, jumlah tenaga kerja di sektor jasa kemasyarakatan juga mempunyai share yang cukup besar yaitu 18,71%. Jumlah tenaga kerja di sektor ini mengalami peningkatan sebesar orang (20,03%) sehingga menjadi orang pada Agustus Grafik 6.4. Perkembangan Pekerja Sektoral Diagram 6.1. Share Pekerja Sektoral Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah Sementara itu sektor pertanian menyerap tenaga kerja sebanyak orang atau 13,21% dari total pekerja di Provinsi Kepulauan Riau. Pekerja di sektor pertanian pada bulan Agustus 2009 mengalami penurunan sebanyak orang (2,81%) dibandingkan Februari Grafik 6.5. Perkembangan Pekerja menurut Status Diagram 6.2. Share Pekerja menurut Status Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah Triwulan IV

51 Menurut status pekerjaan utamanya, jumlah penduduk berusia di atas 15 tahun di Provinsi Kepulauan Riau sebagian besar berkerja sebagai karyawan dengan jumlah orang atau 56,27% dari total penduduk yang bekerja di Provinsi Kepulauan Riau. Jumlah karyawan pada bulan Agustus 2009 mengalami penurunan sebanyak orang (5,81%) dibandingkan bulan Februari Sementara itu penduduk yang bekerja sebagai wiraswasta tercatat sebanyak (24,44%) atau mengalami peningkatan sebanyak orang (13,22%). Peningkatan jumlah wiraswasta di Provinsi Kepulauan Riau ini cukup bagus bagi perkembangan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau karena dapat menimbulkan multiplier effect yang lebih besar daripada bekerja sebagai karyawan. Sebagian besar wiraswasta yang berusaha di Provinsi Kepulauan Riau bergerak di sektor perdagangan KESEJAHTERAAN Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Salah satu hal indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pembangunan manusia adalah proses agar mampu memiliki lebih banyak opsi dalam hal pendapatan, kesehatan, pendidikan, lingkungan fisik dan sebagainya. IPM mengukur pencapaian kemajuan pembangunan sosial ekonomi yang dipresentasikan oleh dimensi umur panjang dan sehat, dimensi pengetahuan dan dimensi kehidupan yang layak. Untuk mengukur IPM tersebut digunakan beberapa indikator sesuai dengan dimensi yang akan diukur 2. Indikator yang digunakan untuk mengukur dimensi umur panjang dan sehat adalah angka harapan hidup. Untuk mengukur dimensi pengetahuan indikator yang digunakan adalah angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Sedangkan dimensi kehidupan yang layak diukur dengan menggunakan indikator Purchasing Power Parity atau paritas daya beli. Sumber data yang digunakan dalam penyusunan IPM adalah dari data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Untuk IPM 2008 data yang digunakan meliputi Susenas Kor 2008, Susenas Modul Konsumsi 2007 dan IHK Susenas Kor 2008 digunakan 2 Konsep Angka Harapan Hidup pada waktu lahir (eo) adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Konsep Angka Melek Huruf penduduk dewasa adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya. Konsep Rata-rata Lama Sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Konsep Indeks Pendidikan didasarkan pada kombinasi antara angka melek huruf di kalangan penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah. Konsep Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity = PPP): Memungkinkan dilakukan perbandingan harga-harga riil antar propinsi dan antar kabupaten/kota mengingat nilai daya beli yang terukur dari konsumsi perkapita yang telah disesuaikan. Dalam konteks PPP untuk Indonesia, satu rupiah di suatu propinsi memiliki daya beli yang sama dengan satu rupiah di Jakarta. Triwulan IV

52 untuk menghitung indikator seperti Angka Melek Huruf, Rata-rata Lama Sekolah, Angka Harapan Hidup, serta pengeluaran per kapita per bulan. Secara nasional, Provinsi Kepulauan Riau termasuk provinsi yang mempunyai IPM dengan kategori baik (74,18). Provinsi Kepulauan Riau menduduki posisi 6 teratas dibandingkan dengan 33 propinsi di Indonesia. Sedangkan jika dilihat secara regional Kota Batam dengan IPM tertinggi dengan nilai 77,28. Posisi ke dua adalah Kota Tanjungpinang dengan nilai 73,92. Sementara itu Kabupaten Bintan berada di posisi tiga dengan nilai IPM sebesar 73,34 diikuti Kabupaten Karimun di urutan ke empat dengan nilai 72,80. Kabupaten Lingga berada di posisi enam dengan nilai IPM sebesar 70,74 diikuti oleh Kabupaten Natuna dengan IPM 69,81 di urutan ke tujuh dan Kabupaten Kepulauan Anambas dengan IPM 67,44 di urutan ke delapan. Grafik 6.6. IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Grafik 6.7. Angka Harapan Hidup Kabupten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah Secara keseluruhan angka harapan hidup di Provinsi Kepulauan Riau tercatat selama 69,7 tahun. Angka harapan hidup tertinggi di Provinsi Kepulauan Riau tercapai di Kota Batam dengan angka harapan hidup 70,70 tahun yang diikuti oleh angka harapan hidup di Kabupaten Karimun yang tercatat 69,81tahun dan angka harapan hidup Kabupaten Lingga yang tercatat 69,88 tahun. Angka harapan hidup di Kabupaten Bintan tercatat 69,61 tahun sedangkan angka harapan hidup Kota Tanjung Pinang tercatat 69,51 tahun diikuti angka harapan hidup di Kabupaten Natuna yang tercatat 68,10 tahun. Sementara itu angka harapa hidup terendah tercatat di Kabupaten Kepulauan Anambas dengan angka 67,07 tahun. Penduduk Provinsi Kepulauan Riau rata-rata mengalami masa sekolah selama 8,94 tahun. Kota Batam tercatat memiliki angka rata-rata lama sekolah tertinggi di Provinsi Kepulauan Riau dengan angka rata-rata lama sekolah selama 10,70 tahun. Angka rata-rata lama sekolah tertinggi kedua berada di Kota Tanjung Pinang selama 9,20 tahun diikuti Kabupaten Bintan dengan angka rata-rata lama sekolah selama 7,95 tahun di urutan ke tiga. Sementara itu Kabupaten Karimun berada di urutan ke empat dengan angka rata-rata lama Triwulan IV

53 sekolah selama 7,80 tahun diikuti Kabupaten Lingga dengan selama 7,20 tahun di urutan ke lima. Angka rata-rata lama sekolah di Kabupaten Natuna dan Kabupaten Kepulauan Anambas masing-masing selama 6,90 tahun dan 5,25 tahun di urutan enam dan tujuh. Angka melek huruf penduduk di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2008 tercatat 96%. Angka melek huruf tertinggi di Provinsi Kepulauan Riau juga terdapat di Kota Batam dengan angka melek huruf mencapai 98,84% diikuti oleh Kota Tanjung Pinang dengan angka melek huruf mencapai 97,73%. Kabupaten Natuna yang memiliki letak geografis relatif jauh dari pusat pemerintahan di Kota Tanjung Pinang memiliki angka melek huruf yang relatif tinggi yaitu 95,75% berada di atas Kabupaten Karimun dengan angka melek huruf 95%. Sebanyak 94,40% penduduk di Kabupaten Bintan telah melek huruf lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk yang melek huruf di Kabupaten Lingga dengan proporsi 90,90% dari total seluruh penduduknya. Sementara itu angka melek huruf terendah terdapat di Kabupaten Kepulauan Anambas dengan angka melek huruf sebesar 89,72%. Grafik 6.8. Rata-Rata Lama Sekolah dan Angka Melek Huruf Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Grafik 6.9. Rata-Rata Pengeluaran Riil Per Kapita Kabupten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah Rata-rata pengeluaran per kapita penduduk di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2008 tercatat sebesar Rp ,00. Kota Batam memiliki angka rata-rata pengeluaran per kapita tertinggi di Provinsi Kepulauan Riau sebesar Rp ,00 diikuti Kabupaten Bintan dengan angka rata-rata pengeluaran per kapita penduduk sebesar Rp ,00. Kabupaten Karimun tercatat memiliki angka rata-rata pengeluaran per kapita penduduk sebesar Rp ,00. Kota Tanjung Pinang yang merupakan Ibukota Provinsi Kepulauan Riau tercatat memiliki angka rata-rata pengeluaran per kapita sebesar Rp ,00 diikuti ratarata pengeluaran per kapita Kabupaten Lingga sebesar Rp ,00. Kabupaten Kepulauan Anambas sebagai kabupaten baru memiliki angka rata-rata pengeluaran per kapita sebesar Rp ,00 diikuti Kabupaten Natuna dengan angka rata-rata pengeluaran per kapita sebesar Rp ,00. Triwulan IV

54 BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI REGIONAL Pada tahun 2010, banyak kalangan meyakini bahwa pemulihan ekonomi global akan berlangsung lebih agresif, yang akan dipimpin oleh negara emerging market Asia terutama China. Indonesia termasuk negara yang mampu lolos dari krisis dengan mencatat pertumbuhan ekonomi terbaik setelah China dan India. Perekonomian domestik pada tahun 2009 diperkirakan tumbuh sebesar 4,0%-4,5%, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,5%-4,0%. Dan pada 2010, pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksi mencapai 5,0%-5,5%. Adapun IMF (International Menetary Fund) dan Economist memprediksi lebih pesimis dengan tingkat pertumbuhan sebesar 4,5% dan 4,8%, namun secara agregat tetap berakselerasi dibanding laju pertumbuhan tahun Tabel 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia oleh Beberapa Lembaga Sumber : Berbagai Sumber year over year Latest Projections Projections Bank Indonesia Sep Gov't of Indonesia Sep IIF Jul ADB Sep World Bank Sep Economist Oct IMF Oct Tabel 7.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara di Dunia Year over Year Latest Q4 over Q4 Projections Estimates Projections World Output United States Euro Area Japan United Kingdom Canada China India ASEAN 5 *) Singapore Hongkong Middle East Sumber : IMF & berbagai sumber (Oktober 2009) *) Indonesia, Malaysia, Philipina, Thailand dan Vietnam Resiliensi perekonomian regional Kepulauan Riau merespon pemulihan ekonomi global relatif tinggi. Terutama terkait dengan ekspansi ekonomi yang dialami Singapura, Amerika, dan negara-negara Eropa di kuartal akhir Pengaruhnya pada kondisi regional semakin terlihat di triwulan IV-2009 dimana perekonomian diperkirakan tumbuh 2,47%. Titik balik (turning point) telah terjadi di triwulan III yang mencatat pertumbuhan sebesar 0,54% setelah pada triwulan sebelumnya masih mengalami kontraksi ekonomi sebesar 0,43%. Kenaikan order dari negara-negara mitra dagang utama tersebut diperkirakan semakin intens di tahun Sehingga hasilnya akan terlihat pada perbaikan kinerja ekspor luar negeri secara lebih nyata, sekaligus menjadi determinan utama pendorong pertumbuhan di sisi demand. Triwulan IV

55 Keinginan pengusaha terhadap perbaikan dalam administrasi dan tata cara pemasukan dan pengeluaran barang dari dan ke kawasan Free Trade Zone Batam-Bintan- Karimun (FTZ-BBK) direspon pemerintah melalui revisi PMK Nomor 240/04/2009 sebagai pengganti PMK 45/2009, PMK Nomor 241/04/2009 sebagai pengganti PMK 46/2009, dan PMK Nomor 242/04/2009 sebagai pengganti PMK 47/2009 pada tanggal 15 Januari Poin pentingnya terdapat pada perubahan aturan master list yang kaku kepada mekanisme master list yang lebih fleksibel. Meskipun belum sepenuhnya sesuai dengan tuntutan sektor usaha namun hal ini diharapkan menjadi insentif dalam memperlancar arus barang, sehingga menimbulkan minat investor lain untuk berinvestasi ke kawasan FTZ-BBK. Sementara tekanan inflasi di triwulan awal 2010 diprediksi meningkat memasuki musim barat yang menyebabkan gelombang laut tinggi. Dampaknya selain pada mengganggu distribusi bahan pokok dari luar Batam, juga mengakibatkan pasokan ikan menurun karena nelayan tidak melaut. Selain itu, faktor kelangkaan pasokan gula masih akan mewarnai angka perkiraan inflasi di triwulan mendatang. Sedangkan pengaruh eksternal diidentifikasi berasal dari kenaikan harga komoditas primer terutama minyak bumi dan emas. Stabilitas nilai tukar Rupiah menjadi faktor penahan laju inflasi ke level yang lebih tinggi. Grafik 7.1. Proyeksi Harga Minyak Mentah WTI dan Natural Gas Grafik 7.2. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar dan Singapore Dollar Sumber : Sumber : Kurs Tengah Bank Indonesia 7.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI Laju pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di triwulan I-2010 diperkirakan lebih berakselerasi di kisaran 4,2 ± 1% (year-on-year). Faktor utama pendorong pertumbuhan akan berasal dari penguatan ekspor menyusul pemulihan sektor industri manufaktur yang semakin intens. Sementara komponen konsumsi diestimasi relatif melambat di awal tahun, baik konsumsi rumah tangga, swasta nirlaba, maupun pemerintah. Perlambatan di satu sisi Triwulan IV

56 terkait dengan pola konsumsi yang cukup tinggi di akhir tahun. Sedangkan di sisi lain menyangkut penataan kebijakan yang menyangkut realisasi anggaran belanja pemerintah. Tabel 7.3. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2010 berdasarkan Sektor Ekonomi & Komponen Penggunaan KOMPONEN PENGGUNAAN year on year year over year I Tw IV** I (P) 2009** 2010 (P) 1. Konsumsi Rumah Tangga 11.42% 22.99% 20.12% 18.22% 12.15% 13.15% 2. Konsumsi Lembaga Swasta 30.78% 21.79% 8.69% 23.56% 16.79% 17.79% 3. Konsumsi Pemerintah 7.11% 15.49% 9.91% 13.95% 11.42% 12.42% 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 16.31% 19.60% 19.12% 15.14% 21.82% 22.82% 5. Ekspor Barang dan Jasa 5.50% 3.33% 4.69% 3.59% 5.06% 6.06% 6. Impor Barang dan Jasa 16.42% 7.72% 14.49% 7.59% 17.34% 18.34% SEKTOR EKONOMI 1. Pertanian 0.12% 4.98% 1.44% 1.32% 3.58% 4.58% 2. Pertambangan & Penggalian 1.29% 0.44% 0.18% 0.49% 0.21% 0.79% 3. Industri Pengolahan 2.66% 0.25% 2.65% 1.98% 4.28% 5.28% 4. Listrik, Gas & Air Bersih 0.23% 4.50% 4.31% 2.08% 6.78% 7.78% 5. Bangunan 14.81% 10.68% 11.82% 13.36% 16.92% 17.92% 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 0.87% 5.00% 5.98% 1.11% 7.66% 8.66% 7. Pengangkutan & Komunikasi 5.71% 7.28% 8.33% 6.57% 9.51% 10.51% 8. Keuangan, Persewaan & Jasa P'an 6.12% 5.88% 6.37% 5.50% 8.81% 9.81% 9. Jasa Jasa 8.29% 7.71% 8.05% 8.44% 11.45% 12.45% PDRB (termasuk migas) 0.35% 2.47% 4.20% 0.56% 6.00% 7.00% Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau ; *) angka sementara; (P) Proyeksi Kantor Bank Indonesia Batam, Januari 2010 Kinerja ekspor triwulan I-2010 diproyeksi tumbuh 4,69 ± 1%, lebih tinggi dibanding triwulan IV-2009 yang tumbuh 3,33% (angka sementara). Penguatan ekspor di triwulan mendatang dipengaruhi oleh kinerja sektor industri manufaktur, terutama pada industri transportasi/perkapalan dan industri logam. Sejalan dengan itu, sektor Industri Pengolahan diperkirakan tumbuh 2,65 ± 1%, keluar dari zona pertumbuhan negatif yang dialami dalam setahun terakhir. Di pertengahan Januari 2010 Drydocks World (DDW) Pratama (ex.pan United) meluncurkan satu dari lima proyek besar mereka, yakni Jack Up Drilling Rigs L-205 Haven senilai US$ 200 juta yang dikerjakan selama 30 bulan. Kapal tersebut dikirim ke Norwegia yang akan digunakan sebagai anjungan pengeboran minyak lepas pantai. Namun demikian, pemulihan industri galangan kapal di Kepulauan Riau khususnya kota Batam belum berlangsung merata. Perusahaan shipyard skala menengah masih mengalami kesulitan akibat turunnya permintaan kapal dari dalam negeri, yang lebih memilih membeli kapal bekas impor yang lebih murah. Untuk itu, pemerintah perlu memikirkan untuk menghapus kebijakan impor kapal bekas. Selain itu, industri kapal juga membutuhkan insentif fiskal dalam bentuk pembebasan pajak pertambahan nilai (PPN) 10%, serta menuntut peran pembiayaan perbankan Nasional yang lebih optimal terhadap sektor ini. Triwulan IV

57 Realisasi investasi fisik di awal tahun diproyeksi tumbuh moderate yang mencerminkan sikap pengusaha dalam menunggu implementasi FTZ terkait revisi PMK yang baru di-release pemerintah. Faktor pendorong berasal dari proyek-proyek investasi berjalan seperti superblok Grand Quarter Batam yang diperkirakan menelan investasi US$120 juta, penyelesaian pembangunan Mall Harbour Bay dan Kepri Mall dengan investasi sekitar Rp 200 milyar, Hotel Harmony One, Batam City Square (BCS) Condominium, dan Harbour Bay Condo, serta proyek-proyek properti residensial. Adapun ekspansi dari aktivitas perdagangan dan bangunan sebagai sektor unggulan juga berperan penting dalam memicu pertumbuhan di sektor riil Kepulauan Riau. Perkembangan sektor Perdagangan ritel di triwulan mendatang ditandai dengan hadirnya pusat perbelanjaan murah Carefour di Mall Harbour Bay pada akhir Januari Kehadiran Carefour juga diharapkan dapat memicu stabilitas harga barang-barang ritel di kota Batam, sehingga pada akhirnya berimplikasi pada penurunan inflasi. Selain itu, sektor pariwisata berpeluang tumbuh lebih tinggi di tahun mendatang sejalan dengan dicanangkannya program Visit Batam Berlangsungnya event-event yang telah dijadwalkan tersebut akan mendongkrak jumlah wisatawan domestik dan mencanegara yang berkunjung khususnya ke kota Batam sehingga pada akhirnya mendorong permintaan pada sarana-sarana penunjang, seperti perhotelan dan restoran, serta jasa-jasa dunia usaha. Tabel 7.4. Agenda Event Visit Batam 2010 No Event Waktu Tempat 1 Clipper Around The World Jan 2010 Nongsa Point Marina 2 Strait Regata Jan 2010 Nongsa Point Marina 3 Lions Club Charity Golf 31 Jan 10 Palm Springs Golf Resort 4 Cap Go Meh 28 Feb 10 Vihara Duta Maitreya 5 Batam Grand Wedding Expo Feb 2010 Nagoya Hill 6 Batam Cruise Festival 2 4 April 2010 Nongsa Point Marina 7 Asia Pacific Volley Ball Championship April 2010 Nongsa Point Marina 8 Asian Golf Charity April 2010 Batam Golf Club 9 Kejurnas Bridge ke April 2010 Golden View 10 BGSC Open Tournament 15 Mei 2010 Palm Springs Golf Resort 11 The 10th Batam Expo Mei 2010 SPC 12 1st Batam Act & Food festival 7 14 Mei 2010 SPC 13 Sinar Mas Cup IV Golf Tournamnet June 2010 Palm Springs Golf Resort. Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam Ekspansi ekonomi Kepulauan Riau di triwulan mendatang akan sangat terbantu dengan adanya perubahan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) tentang tata cara pemasukan dan pengeluaran barang dari dan ke kawasan Free Trade Zone Batam-Bintan-Karimun (FTZ- Triwulan IV

58 BBK) yang baru saja di-launcing pemerintah. Kebijakan fleksibel master list diharapkan dapat segera terealisasi sehingga lebih memperlancar arus barang dan pada akhirnya memicu tumbuhnya investasi dalam eskalasi yang lebih besar. Untuk itu sangat dibutuhkan upaya dan koordinasi yang optimal dari pemangku kebijakan FTZ, dalam hal ini Dewan Kawasan (DK) dan Badan Pengusahaan (BP) FTZ. Di sisi lain, penyediaan infrastruktur yang memadai seperti listrik, gas dan air bersih, serta peran perbankan dalam pembiayaan dan kelancaran sistem pembayaran juga diharapkan lebih optimal dalam mendukung pemulihan aktivitas bisnis di level regional PROSPEK INFLASI Secara umum, Inflasi pada tahun 2010 diperkirakan akan mengalami tekanan yang lebih besar dibandingkan dengan tahun Kenaikan harga komoditas utama seperti minyak bumi, kelapa sawit dan emas ikut mempengaruhi pergerakan harga yang terjadi di tahun Aktivitas ekonomi yang mulai pulih di tahun 2010 diperkirakan akan meningkatkan daya beli masyarakat yang berpengaruh pada pergerakan harga di level yang positif pada tahun Memperhatikan hal tersebut, inflasi Kota Batam sampai dengan akhir tahun 2010 diperkirakan sebesar 4%±1%. Grafik 7.3. Laju Inflasi Kota Batam Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau Ket. : Tahun 2010 adalah Proyeksi Bank Indonesia Batam, Januari 2010 Secara triwulanan, pergerakan harga di triwulan awal 2010 diperkirakan akan mengalami tekanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi. Pada bulan Januari sampai dengan Februari di wilayah Provinsi Kepulauan Riau bertiup angin utara yang menyebabkan gelombang tinggi sehingga nelayan sulit untuk melaut. Akibat gelombang tinggi tersebut, pasokan barang-barang kebutuhan pokok Triwulan IV

59 menjadi terganggu dan dapat memicu terjadinya inflasi yang relatif tinggi pada triwulan I 2010 di Kota Batam dan Kota Tanjung Pinang. Gambar 7.1. Prakiraan Curah Hujan di Indonesia Bulan Januari Maret 2010 JANUARI 2010 FEBRUARI 2010 MARET 2010 Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, Pemutakhiran Januari 2010 Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilaksanakan oleh Kantor Bank Indonesia Batam secara mingguan, pergerakan harga dari kelompok volatile food secara umum mengalami kenaikan. Harga makanan pokok beras sampai dengan minggu ketiga Januari 2010 mengalami kenaikan harga sebesar 1,8% terhadap posisi akhir tahun 2009 menjadi Rp7.000,00 per kilo gram. Kenaikan harga tertinggi dialami oleh kacang panjang yang mengalami kenaikan sebesar 31,8% dari Rp5.500,00 per kilo gram pada minggu terakhir 2009 naik menjadi Rp7.250,00 per kilogram. Kenaikan yang terjadi dipengaruhi oleh faktor distribusi yang terganggu akibat cuaca yang tidak mendukung pengiriman barang. Sebaliknya wortel mengalami penurunan sebesar 30,2% menjadi sebesar Rp7.500,00 per kilo gram. Penurunan harga wortel ini terkait dengan harga wortel yang cukup tinggi pada minggu terakhir 2009 yang tercatat sebesar Rp10.750,00 per kilo gram. Triwulan IV

60 Tabel 7.5. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi Penyumbang Inflasi Terbesar K O M O D I T I Des-09 JANUARI 2010 M-I M-II M-III M-IV M-I M-II M-III % chg VOLATILE - BERAS ,8% - MINYAK GORENG ,8% - CABE RAWIT ,0% - BAWANG MERAH ,7% - TOMAT SAYUR ,6% - TOMAT BUAH ,4% - WORTEL ,2% - KACANG PANJANG ,8% - KANGKUNG ,1% - SAWI HIJAU ,0% - IKAN BANDENG ,0% CORE - GULA PASIR ,5% - EMAS PERHIASAN ,3% ADMINISTERED - ROKOK KRETEK ,4% Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) Kota Batam Ket. : Berdasarkan harga rata-rata 4 pedagang di pasar tradisional Aviari dan Sagulung Sementara itu dari kelompok core inflation sampai dengan minggu ketiga Januari 2010 relatif tidak mengalami perubahan harga kecuali harga gula yang meningkat 10,5% menjadi Rp10.500,00 per kilo gram. Kenaikan harga dari kelompok administred price dipengaruhi oleh kenaikan harga rokok kretek yang meningkat 1,40% menjadi Rp8.750,00 per bungkus. Inflasi Kota Batam pada triwulan I 2010 diperkirakan berada pada kisaran 0,89% - 1,84% (qtq). Pergerakan inflasi Kota Batam diperkirakan banyak dipengaruhi oleh kenaikan dari kelompok bahan makanan terutama sub kelompok ikan segar. Berdasarkan informasi dari anggota Tim Teknis Pengendalian Inflasi Daerah, ikan selar merupakan salah satu komoditas yang mempunyai potensi kenaikan harga mengingat tingkat konsumsi masyarakat Kota Batam terhadap komoditas tersebut cukup tinggi. Komoditas sayur-sayuran seperti tomat sayur, kacang panjang dan sawi hijau pada triwulan I 2010 diperkirakan akan mengalami kenaikan harga terkait dengan distribusi yang terganggu akibat faktor musim. Sementara itu kenaikan harga rokok kretek juga diperkirakan akan mempengaruhi pegerakan harga di kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau. Sementara itu pergerakan harga emas yang terus menunjukkan trend peningkatan juga diperkirakan akan ikut mempengaruhi pembentukan inflasi Kota Batam. Triwulan IV

61 Grafik 7.4. Estimasi Inflasi Triwulanan Kota Batam dan Kota Tanjung Pinang Inflasi Kota Tanjung Pinang diperkirakan relatif rendah melanjutkan trend pada triwulan-triwulan sebelumnya dan diperkirakan berada pada kisaran 0,29% - 1,45% (qtq). Inflasi yang tinggi pada periode 2008 sampai dengan triwulan awal 2009 berpengaruh pada pergerakan harga di Kota Tanjung Pinang bergerak pada level yang cukup rendah pada triwulan I Grafik 7.5. Estimasi Inflasi Bahan Makanan, Makanan Jadi dan Sandang Kota Batam Grafik 7.6. Estimasi Inflasi Bahan Makanan, Makanan Jadi dan Sandang Kota Tanjung Pinang Meskipun demikian adanya gelombang tinggi akibat pengaruh musim utara juga akan ikut memberikan tekanan terhadap pergerakan harga di Kota Tanjung Pinang khususnya kelompok bahan makanan yang mengalami sedikit supply shock. Inflasi Kota Tanjung Pinang pada triwulan I 2010 juga dipengaruhi oleh pergerakan harga emas yang terus meningkat. Triwulan IV

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Mementum pemulihan ekonomi makro regional Kepulauan Riau diperkirakan terjadi pada triwulan ini. Laju penurunan nilai tambah ekonomi (PDRB) semakin

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Optimisme pemulihan ekonomi negara-negara mitra dagang utama sedang berlangsung meskipun belum mendorong terjadinya recovery perekonomian Kepulauan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Mementum pemulihan ekonomi makro regional Kepulauan Riau diperkirakan terjadi pada triwulan ini. Laju penurunan nilai tambah ekonomi (PDRB) semakin

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2009 2010 2011 2012 Pertumb Trw IV Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Tw. I Tw.

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 1.1. KONDISI UMUM Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 melambat dibanding triwulan II-2008 akibat turunnya investasi barang modal. Pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2008 2009 2010 Pertumb Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III qtq

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006 INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006 2007 Pertumb Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV qtq MAKRO Laju

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006 2007 2008 2009 Pertumb Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2013,

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Perekonomian Kepulauan Riau di awal tahun 2010 semakin memperlihatkan tren ekspansif. Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan laju pertumbuhan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA 1.1. Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku mencapai angka Rp 10,157 triliun, sementara pada tahun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

Memasuki pertengahan tahun 2009, momentum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur

Memasuki pertengahan tahun 2009, momentum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur Memasuki pertengahan tahun 2009, momentum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur mulai memperlihatkan tanda pemulihan dari tekanan gejolak penurunan harga minyak mentah maupun harga pangan dunia (CPO) yang

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global

Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global Oleh : Marsuki Disampaikan dalam Acara Raker Multi Niaga Group, dengan Tema : Tumbuh di Tengah Krisis keuangan Global. Graha Multi Niaga,

Lebih terperinci

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Bab Perkembangan Ekonomi Makro.. KONDISI UMUM Perekonomian Kepulauan Riau pada tw.i- diperkirakan tumbuh,%, lebih rendah dibanding pertumbuhan tw.iv- sebesar,% (y-o-y). Tinjauan secara triwulan (q-t-q)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013 No. 06/11/62/Th.VII, 6 Nopember 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan III-2013 terhadap triwulan II-2013 (Q to Q) secara siklikal mengalami

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2012 mengalami peningkatan laju pertumbuhan dari 7,15% pada triwulan II-2012 menjadi 8,55%. Perekonomian

Lebih terperinci

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i ii Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 INDIKATOR EKONOMI KOTA TERNATE 2015 No. Katalog : 9201001.8271 No. Publikasi : 82715.1502 Ukuran Buku : 15,5 cm

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) menerbitkan Buku Saku Statistik Makro Triwulanan. Buku Saku Volume V No. 4 Tahun

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 08/02/34/Th. XI, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 Posisi uang primer pada akhir Januari 2002 menurun menjadi Rp 116,5 triliun atau 8,8% lebih rendah dibandingkan akhir bulan

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH PERKEMBANGAN INFLASI ACEH BAB 2 Inflasi Aceh yang dihitung berdasarkan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) di dua kota yaitu Banda Aceh dan Lhokseumawe pada triwulan III tahun 2012 tercatat sebesar 2,07%

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat 6,66%. Secara

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2008 Sebagai dampak dari krisis keuangan global, kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2008 mengalami penurunan yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan IV-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan i BAB I 2011 2012 2013 2014 1 10.00 8.00

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/36/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian Banten pada triwulan IV-2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014 No. 68/11/71/Th. VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014 Perekonomian Sulawesi Utara yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada ulan III/2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Grafik 1 Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau, Singapura dan Amerika Serikat (y-o-y) Perekonomian Kepulauan Riau di awal tahun 2010 semakin memperlihatkan tren ekspansif. Badan

Lebih terperinci

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN MARET 2007

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN MARET 2007 BPS KOTA TARAKAN No.05/04/6473/Th.I, 17 April 2007 INFLASI KOTA TARAKAN BULAN MARET 2007 Inflasi Kota Tarakan bulan Maret 2007 sebesar 0,11%. Kelompok Bahan Makanan mengalami deflasi sebesar 1,14 persen

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 19/05/34/Th.XI, 15 Mei 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik (BPS) dalam

Lebih terperinci

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat, ternyata berdampak kepada negara-negara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV tahun sebesar 5,18% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy), namun masih

Lebih terperinci

. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR PERTANIAN

. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR PERTANIAN *) Angka Sementara Sumber : BPS. Prov. Gorontalo 1.2.1 SEKTOR PERTANIAN. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR 2009 2010 I II III IV I II III 1. PERTANIAN 7,74 5,42 (2,89) 5,18 1,52 1,35

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA gf TRIWULAN III-2017 Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan berlanjutnya ekspansi kegiatan usaha pada triwulan III-2017, meski tidak setinggi triwulan sebelumnya. Hal ini

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 53/08/35/Th. X, 6 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Semester I Tahun 2012 mencapai 7,20 persen Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci