BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO"

Transkripsi

1 BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 1.1. KONDISI UMUM Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 melambat dibanding triwulan II-2008 akibat turunnya investasi barang modal. Pertumbuhan ekonomi tercatat melambat dari 8,6% menjadi 6,52% (y-o-y) di triwulan III Namun demikian jika ditinjau secara triwulan (q-t-q), perekonomian masih mampu tumbuh 1,22%, naik dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat 0,97%. Turunnya laju pertumbuhan merupakan efek lanjutan naiknya harga BBM pada bulan Mei 2008, meski perlambatan aktivitas ekonomi global mulai berimplikasi pada tertahannya laju pertumbuhan. Di sisi permintaan, penurunan terjadi pada seluruh komponen selain konsumsi yang meningkat selama bulan Ramadhan dan menjelang perayaan Idul Fitri. Penurunan ekspor dan investasi barang modal menjadi pemicu melambatnya laju pertumbuhan di triwulan laporan. Respon di sisi penawaran ditunjukkan dengan terkoreksinya pertumbuhan seluruh sektor ekonomi terutama pada sektor industri pengolahan dan perdagangan. Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Sumber : BPS *)angka sementara **)angka sangat sementara 6

2 1.2. KOMPONEN PENGGUNAAN Dari sisi permintaan, menurunnya laju pertumbuhan lebih disebabkan oleh penurunan investasi barang modal (PMTB) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan yang signifikan. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan ekspor yang disertai meningkatnya impor ke wilayah Kepulauan Riau. Walaupun terdapat peningkatan konsumsi tetapi belum mampu menahan melambatnya pertumbuhan di triwulan III Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Menurut Penggunaan (berdasarkan harga konstan 2000) Komponen 2006Q3 2007Q3 2008Q1 2008Q2 2008Q3 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 9.22% 16.03% 23.04% 17.48% 18.59% Makanan 13.95% 12.79% 24.10% 21.84% 26.34% Non Makanan 6.20% 18.24% 22.34% 14.68% 13.53% Pengeluaran Konsumsi Swasta Nirlaba 2.61% 11.29% 16.74% 10.47% 11.94% Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 11.44% 16.07% 18.06% 13.30% 9.15% Pembentukan Modal Tetap Bruto 30.07% 9.94% 26.50% 71.10% 31.22% Perubahan Stok % % 38.85% 70.66% 18.24% Ekspor Barang dan Jasa 59.05% % 7.07% 5.88% 0.60% Ekspor Luar Negeri 60.23% % 6.76% 5.86% 0.49% Ekspor Antar Daerah 8.20% 21.52% 20.58% 6.58% 4.71% Dikurangi Impor Barang dan Jasa 1.56% 15.55% 12.95% 15.59% 23.46% Impor Luar Negeri 11.47% 35.57% 4.25% 7.59% 7.47% Impor Antar Daerah 1.28% 16.85% 13.08% 15.71% 23.69% PDRB 6.55% 7.24% 8.63% 8.60% 6.52% Sumber : BPS, data diolah a. Konsumsi Komponen konsumsi mengalami peningkatan relatif karena kenaikan permintaan selama bulan Ramadhan dan menjelang perayaan Idul Fitri. Kondisi ini ditunjukkan dengan meningkatnya pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk produk makanan dari 21,84% menjadi 26,34% (y-o-y) di triwulan III Sedangkan pengeluaran untuk produk-produk non-makanan semakin menurun sekaligus memperlihatkan adanya shifting preferensi pola konsumsi akibat kenaikan harga-harga secara umum. Konsumsi lembaga swasta nirlaba juga mencatat kenaikan sejalan dengan meningkatnya pengeluaran menjelang Idul Fitri. Adapun laju pertumbuhan belanja pemerintah melambat diduga terkait dengan periode revisi anggaran yang terjadi selama triwulan III

3 Relatif meningkatnya laju pertumbuhan konsumsi cukup terkonfirmasi pada perkembangan penjualan kendaraan bermotor baru baik roda empat maupun roda dua. Di samping itu penyaluran kredit konsumsi perbankan di wilayah Kepulauan Riau juga meningkat tinggi mencapai 35,6% di triwulan laporan. Grafik 1.2 Laju Pertumbuhan Konsumsi Grafik 1.3 Penyaluran Kredit Konsumsi v Sumber : BPS Kepulauan Riau Sumber : BI Batam Grafik 1.4 Volume Kendaraan Roda 4 Baru Grafik 1.5 Volume Kendaraan Roda 2 Baru Sumber : Dipenda Kepri Sumber : Dipenda Kepri Sementara menurunnya pertumbuhan konsumsi pemerintah dan pengeluaran rumahtangga untuk kelompok non-makanan terlihat dari indikator pengeluaran utama pemerintah dan penjualan semen. Konsumsi listrik oleh kelompok rumahtangga dan umum juga mengalami tren menurun di triwulan III

4 Grafik 1.6 Pengeluaran Utama Pemerintah Grafik 1.7 Volume Penjualan Semen Sumber : BKKD Kepri Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Grafik 1.8 Konsumsi Listrik Rumahtangga Grafik 1.9 Konsumsi Listrik Kelompok Umum Sumber : PT. PLN Batam Sumber : PT. PLN Batam b. Investasi Pertumbuhan investasi PMTB mencatat penurunan yang cukup besar dibanding triwulan sebelumnya dari 71,1% menjadi 31,22% (y-o-y). Melambatnya arus investasi barang modal diduga merupakan efek dari tertekannya daya beli yang diiringi dengan peningkatan biaya produksi secara umum. Di samping itu, belum membaiknya ekpektasi investor terhadap iklim investasi di Kepulauan Riau terkait realisasi Free Trade Zone (FTZ) juga turut mempengaruhi investasi yang masuk ke wilayah Kepulauan Riau. Sampai dengan akhir September 2008, Badan Pelaksanaan Kawasan (BPK) untuk kawasan FTZ Batam belum terbentuk, dimana program kerja serta insentif 9

5 untuk mempercepat arus investasi ke kawasan khusus Batam, Bintan dan Karimun juga belum disosialisasikan. Turunnya investasi PMTB dikonfirmasi oleh melambatnya pertumbuhan ekspor capital goods selama bulan Juli dan Agustus 2008 dibanding tahun sebelumnya. Koreksi pertumbuhan juga diperlihatkan dari sisi pembiayaan perbankan, dimana laju pertumbuhan kredit investasi mengalami penurunan dari 19,1% di triwulan I-2008 menjadi 14,1%. Grafik 1.10 Perkembangan Nilai Impor Kepri Berdasarkan BEC Grafik 1.11 Perkembangan Penyaluran Kredit Investasi Perbankan Kepri Sumber : BI - DSM Sumber : BI - Batam Meski demikian, investasi PMA baik untuk proyek baru maupun perluasan usaha masih mampu tumbuh di tengah kecenderungan likuiditas global yang semakin tertakan. Persetujuan rencana investasi PMA selama triwulan III-2008 sebesar US$150 juta atau meningkat 404,8% dibanding periode yang sama tahun Pertumbuhan ini semakin berakselerasi dibandingkan triwulan II-2008 yang tumbuh sebesar 106,6%. Adapun realisasi investasi sepanjang triwulan III-2008 senilai US$ 101,8 juta, meningkat drastis dibanding realisasi pada tw.iii-2007 sebesar US$ 31,7 juta. Investasi yang teralisasi selama Juli-Sept 2008 juga meningkat signifikan dibanding periode triwulan II yang tercatat sebesar US$15,7 juta. 10

6 Grafik 1.12 Perkemb.Nilai Investasi PMA Grafik 1.13 Perkemb.Proyek Investasi PMA Sumber : Otorita Batam Sumber : Otorita Batam Sementara berdasarkan jumlah proyeknya, rencana investasi yang disetujui selama triwulan III-2008 sebanyak 17 proyek, turun dibanding triwulan II-2008 sebanyak 22 proyek. Namun demikian, realisasi proyek investasi selama triwulan laporan mengalami peningkatan 11 proyek di triwulan sebelumnya menjadi sebanyak 18 proyek. Aplikasi PMA selama Januari-September 2008 berasal dari beberapa negara, antara lain Singapura, Malaysia, British Virgin Island, Hongkong, RRC, Belanda, Inggris, Korea Selatan, Australia, Jepang, India dan Taiwan. Bidang usaha tersebar di beberapa industri, antara lain pembenihan biota laut 1 proyek, industri pembuatan dan perbaikan kapal 8 proyek, jasa akomodasi/hotel 3 proyek, industri percetakan 2 proyek, industri kemasan dan plastik 1 proyek, perdagangan besar ekspor/impor sebanyak 12 proyek, pekerjaan khusus logam 2 proyek, jasa konstruksi khusus untuk kapal 1 proyek, serta sisanya pada industri dan jasa lainnya. c. Ekspor-Impor Pertumbuhan ekspor melambat dibanding triwulan sebelumnya dari 5,88% menjadi 0,6% sehingga total ekspor mencapai Rp 9,7 triliun, sementara impor meningkat dari 15,59 menjadi 23,46% di triwulan III Meski belum merasakan dampak perlambatan ekonomi global secara langsung, second round effect melalui perlambatan ekonomi Singapura di triwulan II dan III-2008 diduga sebagai penyebab dominan menurunnya kinerja perdagangan luar negeri Kepulauan Riau. 11

7 Aktivitas perdagangan ekspor-impor sangat intens terjadi di propinsi ini. Seluruh PMA yang mayoritas berfungsi sebagai tempat manufacturing melakukan kegiatan eksporimpor baik dalam bentuk barang modal (capital goods) maupun barang olahan (intermediate goods). Sedangkan faktor kedekatan lokasi dengan Singapura dan Malaysia sangat mempengaruhi pola konsumsi masyarakat Kepulauan Riau sehingga barang-barang konsumsi (consumers goods) impor sangat banyak ditemukan di wilayah ini, khususnya kota Batam. Turunnya laju pertumbuhan ekspor yang disertai dengan peningkatan impor semakin menekan laju pertumbuhan di triwulan III Meski demikian data Bank Indonesia yang menghitung seluruh aktivitas ekpor-impor termasuk di kawasan berikat belum cukup mengkonfirmasi menurunnya aktivitas perdagangan luar negeri Kepulauan Riau di triwulan laporan. Grafik 1.14 Perkembangan Ekspor Kepri berdasarkan BEC Grafik 1.15 Perkembangan Impor Kepri berdasarkan BEC Sumber: BI - DSM Sumber: BI - DSM Grafik 1.16 Pertumbuhan Ekspor Produk Utama Grafik 1.17 Pertumbuhan Impor Produk Utama Sumber : BI - DSM Sumber : BI - DSM 12

8 Selama bulan Juli dan Agustus 2008, produk utama yang diekspor antara lain mesin-mesin elektrik sebesar US$ 218 juta atau 15,8% dari total ekspor Juli-Agustus 2008 yang tercatat sebesar US$ 1,38 miliar; diikuti produk peralatan dan perlengkapan kantor sebesar 15,72%; perangkat radio, TV dan alat komunikasi (13,84%); peralatan transportasi lainnya (9,66%); serta produk logam dasar sebesar 8,71%. Sementara itu produk-produk utama yang masuk ke wilayah kepabeanan propinsi Kepulauan Riau relatif tidak berbeda dengan produk ekspor tersebut. Kondisi ini disebabkan industri manufaktur yang berdomisili di Batam hanya sebagai tempat produksi, dan merupakan perpanjangan tangan dari representative yang ada di Singapura. Adapun selama Juli-Agustus 2008 produk yang paling banyak masuk adalah perangkat radio, TV dan alat komunikasi yakni sebesar US$ 372 juta atau mencapai 21% dari total impor selama periode tersebut. Kemudian diikuti oleh produk logam dasar sebesar 17,54%, mesin-mesin dan spare-part (16,12%), mesin elektrik (13,7%); serta peralatan dan perlengkapan kantor sebanyak 7,41% dari total impor. Melambatnya laju pertumbuhan ekspor pada tw.iii-2008 sebagian besar disebabkan oleh penurunan ekspor peralatan dan perlengkapan kantor, serta perangkat elektronik seperti radio, tv dan alat komunikasi lainnya. Sementara ekspor mesin-mesin elektrik masih mengalami peningkatan relatif terhadap bulan Juli-Agustus Sejalan dengan itu, impor perangkat elektronik dan mesin-mesin juga mengalami penurunan dibanding periode sebelumnya. Tabel Pangsa Ekspor Beberapa Negara Tabel Pangsa Impor Beberapa Negara Tujuan Ekspor Mar 08 Jun 08 Aug 08 Negara Penjual Mar 08 Jun 08 Aug 08 AS AS G3 Euro G3 Euro Japan Japan ASEAN ASEAN Singapore Singapore Intra Malaysia Intra Malaysia Regional Hongkong Regional Hongkong China China India India Sumber : BI - DSM Sumber : BI - DSM Memasuki periode triwulan III-2008, peran Singapura masih sangat menentukan aktivitas perdagangan provinsi Kepulauan Riau. Meski ekspor ke negara tersebut relatif menurun, namun impor barang yang masuk dari negara tersebut justru meningkat. 13

9 Penurunan demand negara-negara maju (G3) belum berdampak langsung terhadap kinerja ekspor, dimana pangsa ekspor ke AS, Eropa dan Jepang relatif konstan dengan kecenderungan meningkat. Di lain pihak, aktivitas ekspor ke negara-negara intraregional ASEAN relatif melambat dimana share-nya menjadi 75,1% dari total ekspor posisi Agustus Efek tidak langsung dari gejala perlambatan ekonomi Amerika sejak akhir tahun 2007 diduga mulai dirasakan melalui jalur perdagangan Singapura dan Malaysia. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bubble krisis yang melanda sektor keuangan Amerika dan hampir seluruh negara di dunia belum mempengaruhi kinerja ekspor Kepulauan Riau. Menurunnya demand global akibat kondisi likuiditas yang semakin berkurang diperkirakan mulai terlihat pada kinerja perdagangan Kepulauan Riau di kuartal akhir tahun 2008 mendatang. Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Singapura Grafik Ekspor Batam & Nasional ke Singapura Sumber : MTI Singapore Sep.2008 *) advanced estimated Sumber : BI - DSM Kekhawatiran kalangan usaha terhadap kelesuan lebih lanjut pada perekonomian Amerika Serikat cukup beralasan mengingat besarnya pengaruh yang ditimbulkan bagi negara lain. Kondisi tersebut mulai dirasakan negara Singapura yang perekonomiannya semakin terkoreksi di triwulan III-2008 dengan laju pertumbuhan diproyeksi -0,5% (y-o-y). Stagnasi perekonomian sangat dipengaruhi oleh menurunnya kinerja industri manufaktur mencapai level -11,5%. Buruknya rapor perekonomian Singapura tentu akan berdampak pada perekonomian Kepulauan Riau khususnya Batam melalui jalur perdagangan, dimana berdasarkan pola historis pengaruhnya akan terlihat dalam 3-6 bulan mendatang. Jika ditinjau secara Nasional, ekspor Kepulauan Riau khususnya Batam ke Singapura masih 14

10 menunjukkan kinerja yang stabil di tengah menurunnya pasar ekspor Indonesia ke negara tersebut SISI PENAWARAN Melambatnya pertumbuhan investasi dan ekspor langsung berimplikasi pada kinerja sektor industri pengolahan, yang menjadi determinan utama melambatnya laju perekonomian triwulan III Sektor lainnya yang dihitung dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) juga mengalami pertumbuhan yang menurun merespon perlambatan yang terjadi di sisi penerimaan. Secara persentase penurunan terbesar dialami oleh sektor bangunan dan sektor listrik, gas dan air bersih (LGA), namun kontribusinya terhadap penurunan cukup minimal. Tabel 1.5 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Kepulauan Riau (harga konstan 2000) Sektor Ekonomi 2006Q3 2007Q3 2008Q1 2008Q2 2008Q3 1. PERTANIAN 3.98% 6.77% 8.37% 5.78% 2.18% 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0.72% 2.28% 1.89% 2.99% 2.85% 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 7.16% 5.86% 5.56% 6.35% 4.67% 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH % 6.07% 13.49% 12.34% 5.12% 5. BANGUNAN 10.04% 32.31% 45.93% 42.58% 28.52% 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 4.52% 8.60% 10.52% 10.37% 8.36% 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 10.52% 11.36% 18.56% 16.34% 13.84% 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 8.82% 10.12% 11.69% 10.69% 9.59% 9. JASA JASA 6.56% 13.81% 20.57% 17.47% 14.77% PDRB 6.55% 7.24% 8.63% 8.60% 6.52% Sumber : BPS, diolah Tabel 1.6 Sumbangan Ekonomi Sektoral (harga berlaku) Sektor Ekonomi 2006Q3 2007Q3 2008Q1 2008Q2 2008Q3 1. PERTANIAN 5.17% 5.13% 4.93% 4.86% 4.91% 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 10.46% 9.53% 9.41% 9.52% 9.26% 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 47.81% 46.83% 45.53% 45.27% 45.18% 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0.55% 0.56% 0.56% 0.55% 0.56% 5. BANGUNAN 4.12% 5.08% 5.89% 6.26% 6.31% 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 20.19% 20.54% 20.79% 20.80% 20.96% 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 3.99% 4.28% 4.56% 4.49% 4.59% 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 5.39% 5.53% 5.57% 5.54% 5.51% 9. JASA JASA 2.32% 2.53% 2.76% 2.71% 2.73% PDRB % % % % % Berdasarkan sumbangannya terhadap pembentukan PDRB, struktur perekonomian provinsi Kepuluan Riau di tw.iii-2008 relatif sama triwulan sebelumnya dimana masih 15

11 didominasi oleh sektor Industri Pengolahan, Perdagangan, dan Pertambangan. Namun dari pola historis sederhana diketahui bahwa sektor pertambangan tidak signifikan mempengaruhi dinamika yang terjadi di perekonomian. Sebaliknya, sektor pertanian yang sumbangan ekonomi di bawah 5% tetapi cukup kuat mempengaruhi aktivitas perekonomian di Kepulauan Riau. Sehingga kebijakan daerah yang lebih terfokus pada sektor ini diharapkan bisa memberi sumbangan yang optimal terhadap kemajuan perekonomian daerah. Grafik 1.19 Pertumbuhan Sektoral Tw.II & Tw.III-2008 (y-o-y) Sumber : BPS, diolah a. Sektor Industri Pengolahan Pada triwulan- III-2008 sektor industri mencatat angka pertumbuhan sebesar 4,67% (y-o-y), turun dari 6,35% pada triwulan sebelumnya. Penurunan laju pertumbuhan diduga dominan karena meningkatnya biaya produksi menyusul kenaikan harga-harga secara umum dan kenaikan upah minimum sehingga nilai tambah yang dihasilkan bagi perekonomian relatif menurun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Melambatnya pertumbuhan sektor industri juga tidak terlepas dari pengaruh ekonomi global yang semakin mengalami masalah likuiditas. Seperti diketahui bahwa industri yang berdomisili di Batam hampir seluruhnya merupakan perusahaan asing (PMA). Dengan kesulitan likuiditas yang dihadapi maka sangat berpengaruh pada kegiatan ekspansi yang akan dilakukan oleh perusahaan. 16

12 Sektor industri pengolahan Kepulauan Riau didominasi oleh manufaktur alat angkutan, mesin dan perlatannya. Selanjutnya terdapat industri logam dasar besi dan baja, industri semen, barang kayu serta kimia. Kecuali industri alat angkutan, mesin dan perlatannya, sub-sektor industri lainnya mengalami penurunan di triwulan III Meski relatif meningkat, namun pertumbuhan sub-sektor industri alat angkutan, mesin dan perlatannya masih tumbuh negatif, dimana pertumbuhannya pada triwulan ini sebesar -4,78% dibanding triwulan II-2008 yang tumbuh -5,21%. Kondisi tersebut juga terkonfirmasi dari data pertumbuhan ekspor perlengkapan transportasi/angkutan yang mengalami pertumbuhan rata-rata lebih baik dibanding triwulan sebelumnya. Grafik 1.20 Pertumbuhan Sub-Sektor Industri Pengolahan Tw.II & Tw.III-2008 Grafik 1.21 Pertumbuhan Ekspor Beberapa Produk Manufaktur Sumber : BPS, diolah Sumber : BI - DSM Terkait dengan itu, barang-barang elektronika seperti radio, tv, decoder dan peralatan komunikasi yang keluar dari wilayah kepabeanan juga mengalami penurunan pertumbuhan dari rata-rata sebesar 34,9% di triwulan II-2008 menjadi -5,65% di Juli dan Agustus Barang-barang kimia yang diekspor kembali dari wilayah Kepulauan Riau menurun dari rata-rata 35,2% menjadi 10,5% di periode triwulan III Adapun total barangbarang kimia yang keluar dari wilayah kepabeanan Kepulauan Riau selama bulan Juli dan Agustus sebesar US$ 51 juta atau naik 9,44% dibandingkan periode yang sama tahun Peningkatan ekspor tersebut menurun dibanding periode triwulan II-2008 yang tumbuh 33,4%. Sementara manufaktur logam dasar besi dan baja pertumbuhannya tercatat melambat dari 16,65% di triwulan sebelumnya menjadi 11,12%. Sehingga nilai tambah perekonomian yang diberikan industri ini selama Juli - September 2008 diperkirakan 17

13 sekitar Rp 852 milyar (harga konstan 2000). Melambatnya pertumbuhan ekspor produk logam dasar seperti besi dan baja diduga merupakan pengaruh dari menurunnnya aktivitas konstruksi di Singapura karena hampir seluruh produk diekspor ke negara tersebut. Dari sisi pembiayaan perbankan daerah, sektor manufaktur yang berorientasi ekspor cenderung memperoleh fasilitas dari luar negeri atau negara asal perusahaan yang memberikan tingkat bunga yang lebih kompetitif. Sehingga pembiayaan perbankan daerah ditujukan bagi industri pendukung dengan skala kecil-menengah (IKM/UKM). Di tengah penurunan yang dialami oleh manufaktur besar, kredit perbankan kepada sektor industri justru meningkat signifikan. Peningkatan ini diperkirakan karena naiknya biaya produksi dan biaya lainnya yang terkait dengan operasional perusahaan. Grafik 1.22 Penyaluran Kredit kepada Sektor Industri Sumber : BI Batam b. Sektor Bangunan Sektor Bangunan mengalami mengalami penurunan pertumbuhan yang cukup besar dibanding trwulan sebelumnya, dari 42,58% menjadi 28,52%. Seperti yang diperkirakan pada kajian triwulan sebelumnya, sektor ini akan mendapat tekanan yang lebih berat disebabkan turunnya daya beli masyarakat, terutama yang berpenghasilan menengah ke bawah. Kondisi ini secara langsung akan berdampak pada menurunnya permintaan di sektor properti. Pertumbuhan proyek-proyek perumahan selama triwulan III-2008 terlihat cenderung menurun, seperti yang dikonfirmasi oleh turunnya volume penjualan semen di wilayah Kepulauan Riau. Total penjualan semen propinsi Kepulauan Riau menurut data Asosiasi Semen Indonesia (ASI) selama triwulan III-2008 sebanyak 184 ribu ton atau 18

14 tumbuh 11,9% dibanding periode tahun sebelumnya (y-o-y). Pertumbuhan tersebut menurun dibanding penjualan selama triwulan II-2008 sebanyak 196 ribu ton atau tumbuh sebesar 22,1% (y-o-y). Penjualan semen mulai menurun sejak bulan Juni 2008, sehingga cukup mengkonfirmasi melambatnya aktivitas pembangunan properti pasca kenaikan harga BBM bulan Mei 2008 lalu. Indikator lain yang menggambarkan perlambatan tersebut adalah menurunnya impor logam dasar besi dan baja, serta produk-produk furniture seperti yang terlihat pada grafik 1.24 di bawah. Komponen bangunan, terutama besi dan baja merupakan produk yang paling banyak diimpor dari luar negeri khususnya Singapura. Grafik 1.23 Volume Penjualan Semen Grafik 1.24 Perkembangan Impor Kayu, Keramik, Furniture, Baja & Baja Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : BI - DSM Grafik 1.25 Perkembangan KPR Type <70m 2 Grafik 1.26 Perkembangan KPR Type >70m 2 Sumber : BI - Batam Sumber : BI - Batam Tertahannya demand masyarakat menengah-bawah juga terkonfirmasi oleh turunnya pembiayaan perbankan daerah untuk kepemilikan rumah tipe 70 m 2 ke bawah. Total pembiayaan perbankan untuk kepemilikan rumah tipe ini mencapai lebih dari Rp 19

15 1,8 triliun atau 17,5% dari total kredit yang disalurkan pada posisi September Sedangkan pembiayaan untuk tipe menengah-besar (di atas 70 m 2 ) relatif tidak terpengaruh oleh kenaikan harga energi yang diikuti oleh harga-harga secara umum. Pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tipe 70m 2 ke atas tercatat meningkat dari 24,5% menjadi 27,3%. Sehingga sampai dengan akhir triwulan III-2008 kredit yang disalurkan mencapai Rp 579 milyar atau 5,53% dari total kredit perbankan di wilayah propinsi Kepulauan Riau. Pembiayaan kredit kepemilikan rumah (KPR) terbesar diberikan oleh Bank BTN dengan pangsa sekitar 55% dari total penyaluran kredit properti, kemudian diikuti oleh Bank Niaga (9%) dan Bank NISP (7%). Menurunnya indikator pembiayaan perbankan untuk membiayai kepemilikan rumah terutama tipe-70 ke bawah sejalan dengan hasil survei Bank Indonesia Batam bekerjasama dengan Politeknik Batam terhadap properti residensial kota Batam, yang menunjukkan adanya penurunan indeks terutama pada properti residensial skala kecil dan menengah. c. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Pertumbuhan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran kembali tertekan seiring dengan melambatnya aktivitas di sektor ekonomi lainnya. Pertumbuhan di triwulan III-2008 diperkirakan sebesar 8,36%, menurun dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 10,37% (y-o-y). Perlambatan sebagian besar disebabkan oleh menurunnya kegiatan perdagangan besar dan eceran yang pada triwulan ini tumbuh 6,53% dibanding triwulan II-2008 yang masih tumbuh 7,95%. Sehingga total nilai tambah perekonomian yang dihasilkan dari kegiatan perdagangan besar dan eceran selama triwulan III-2008 menjadi Rp 1,75 triliun, atau 83% dari total nilai tambah yang dihasilkan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sementara di sektor hotel dan restoran terjadi penurunan dalam persentase yang lebih besar. Aktivitas perhotelan tercatat mengalami pertumbuhan yang melambat dari 23,37% menjadi 18,6%, sedangkan sub-sektor restoran turun dari 24,85% menjadi 17,59%. Meski secara persentase mengalami penurunan yang cukup besar, namun sumbangan yang diberikan relatif minimal, dimana masing-masing memiliki kontribusi nilai tambah sebesar 11% dan 6% terhadap sektor perdagangan, hotel dan restoran. Penurunan di sektor hotel sebagaimana dikonfirmasi oleh turunnya tingkat hunian (occupancy rate) hotel-hotel berbintang di wilayah Kepulauan Riau, terutama kota Batam. Tingkat hunian sempat meningkat pada awal triwulan III-2008 sehubungan dengan msim 20

16 liburan sekolah. Sebagian masyarakat domestik yang ingin berkunjung ke Singapura dan Malaysia biasanya melalui kota Batam karena biaya yang dikeluarkan relatif lebih murah. Namun memasuki bulan Agustus dan September 2008, tingkat hunian hotel berbintang diperkirakan kembali turun bahkan lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Sejalan dengan itu, jumlah penumpang domestik yang bepergian dari dan ke propinsi Kepulauan Riau melalui bandara Hang Nadim Batam juga menurun drastis, bahkan mencapai pertumbuhan yang negatif. Grafik 1.27 Pertumbuhan Sub-sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Grafik 1.28 Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Kepulauan Riau Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah (Juli-Sep.2008 hasil proyeksi BI-Batam) Tabel 1.7 Pangsa Turis Mancanegara yang Berkunjung ke Kepulauan Riau Grafik 1.29 Volume Penumpang Domestik Melalui Bandara Hang Nadim Batam Kebangsaan Juni 08 Pangsa (%) Singapura 77, % Malaysia 22, % Korea Selatan 9, % India 4, % China 2, % Jepang 3, % Inggris 3, % Amerika Serikat 1, % Australia 2, % Taiwan % Jerman % Belanda % Lainnya 10, % Total Wisman 140, % Sumber : BPS, diolah Sumber : Bandara Hang Nadim - Batam 21

17 Grafik 1.30 Pertumbuhan Penyaluran Kredit Sub-Sektor Distribusi, Perdagangan Eceran, Hotel & Restoran Sumber : BI - Batam Melambatnya pertumbuhan juga terkonfirmasi pada data pembiayaan perbankan daerah untuk kegiatan perdagangan eceran, distribusi, restoran dan hotel. Penyaluran kredit kepada sektor perdagangan eceran pada posisi akhir triwulan III-2008 tercatat sebesar Rp 1 triliun atau tumbuh 2,3% dibanding triwulan III-2007 (y-o-y). Pertumbuhan ini mengalami penurunan secara gradual sejak akhir triwulan II-2008 yang masih tumbuh 26,97% (y-o-y). Sedangkan pertumbuhan kredit untuk usaha distribusi, hotel dan restoran juga menurun meski dalam persentase yang lebih rendah. d. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Pertumbuhan sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan diperkirakan kembali menurun dari 10,69% pada triwulan II-2008 menjadi 9,59% di triwulan laporan. Berdasarkan data sementara BPS diidentifikasi bahwa penurunan dominan dipengaruhi oleh sektor perbankan dan sewa bangunan, meski secara persentase perlambatan terbesar terjadi pada sub-sektor jasa perusahaan. Berdasarkan sumbangannya, sub-sektor Perbankan memiliki pangsa dominan terhadap pembentukan PDRB sektor ini, yakni sebesar 67,82%. diikuti sub-sektor Sewa Bangunan (27,83%), Lembaga Keuangan Bukan Bank (3,63%) serta Jasa Perusahaan (0,71%). Selama triwulan III-2008 nilai tambah perekonomian yang dihasilkan oleh sektor perbankan mencapai Rp 298 milyar atau tumbuh 10,96% (y-o-y), turun dibanding triwulan sebelumnya sebesar 11,91%. Kondisi tersebut cukup terkonfirmasi oleh kinerja perbankan secara riil, dimana pertumbuhan kredit rata-rata selama triwulan ini relatif 22

18 menurun dibanding triwulan sebelumnya, sebagaimana tercermin pada penurunan aset perbankan di wilayah Kepulauan Riau. Di samping itu, dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun juga terus menurun hingga posisi September 2008 tercatat sebesar Rp15 triliun atau hanya tumbuh 7,5% dibanding posisi September Sedangkan pada posisi akhir triwulan II-2008 (Juni), total dana masih mengalami pertumbuhan sebesar 10,5% (y-o-y). Dalam kondisi gap kredit dan dana yang semakin besar, kinerja perbankan masih sangat baik, dimana tingkat kredit bermasalah (non performing loan/npl) tetap dapat dikontrol dengan baik dan tetap di bawah 5%. Selain terkait dengan permasalahan likuiditas perbankan secara Nasional, menurunnya pertumbuhan likuiditas perbankan di Kepulauan Riau juga masih dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM bulan Mei 2008 lalu. Dengan kenaikan harga yang terjadi secara umum, kemampuan masyarakat untuk menyimpan dananya menjadi berkurang. Namun demikian situasi ini masih dalam batas wajar dan belum mengkhawatirkan, karena masih terdapat kelebihan (excess) dana di perbankan sebesar Rp 4,5 triliun yang siap disalurkan kepada sistem perekonomian daerah. Grafik 1.31 Pertumbuhan Sub-Sektor Bank, LKBB, Sewa Bangunan & Jasa Perusahaan Grafik 1.32 Pertumbuhan Aset, DPK & Kredit Perbankan Kepulauan Riau Sumber : BPS, diolah Sumber : BI - Batam 23

19 Grafik 1.33 Perkembangan LDR & NPL Perbankan Kepulauan Riau Grafik 1.34 Perkembangan Kredit Sektor Jasa Dunia Usaha Sumber : BI - Batam Sumber : BI - Batam Melambatnya pertumbuhan sub-sektor jasa perusahaan juga tercermin dari penurunan kredit sektor jasa dunia usaha. Pada posisi September 2008, kredit yang diberikan kepada jasa-jasa dunia usaha sebesar Rp 1,1 triliun atau naik 15,48% dibanding tahun sebelumnya (y-o-y). Kenaikan ini jauh di bawah kenaikan pada posisi Juni 2008 yang mencapai 30%. e. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Pengangkutan belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah sebelumnya sangat terpukul oleh kenaikan harga BBM pada bulan Mei lalu. Laju pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi semakin menurun dari 16,34% menjadi 13,84% di triwulan III Penurunan yang terjadi sangat erat kaitannya dengan melambatnya aktivitas perdagangan, hotel dan restoran. Penurunan pertumbuhan dialami oleh seluruh sub-sektor baik pengangkutan darat, laut dan udara, maupun sub-sektor pos dan telekomunikasi serta jasa penunjang yang terkait dengannya. Sebagian besar disebabkan oleh menurunnya aktivitas pengangkutan darat dan laut yang masing-masing berkontribusi 46% dan 23% terhadap pembentukan PDRB sektor pengangkutan dan komunikasi. Kenaikan tarif yang disepakati pemerintah daerah dan kalangan pengusaha angkutan berkisar 15%-25%, belum mampu mendorong perbaikan kinerja industri angkutan, baik angkutan jalan raya maupun angkutan laut. Angkutan laut memegang 24

20 peranan yang sangat penting dalam bagi masyarakat Kepulauan Riau karena lokasi geografis antar kabupaten/kota terpisah dalam wilayah kepulauan. Grafik Pertumbuhan Sub-sektor Transportasi & Komunikasi Grafik 1.36 Perkembangan Kredit Sektor Pengangkutan Sumber : BPS, diolah Sumber : BI - Batam Grafik 1.37 Volume Penerbangan Domestik Grafik 1.38 Volume Penerbangan Internasional Sumber : Bandara Hang Nadim - Batam Sumber : Bandara Hang Nadim - Batam Dari sisi pembiayaan, tekanan harga BBM terhadap biaya operasional sektor transportasi dapat tercermin pada laju pertumbuhan kredit sub-sektor transportasi umum yang menurun signifikan di tw.ii Di samping itu, berkurangnya pembiayaan perbankan kepada sektor komunikasi konvergen dengan perlambatan yang terjadi di sektor Komunikasi. 25

21 f. Sektor Pertanian Sektor pertanian diperkirakan tumbuh 2,18% di triwulan III-2008, kembali melambat setelah pada triwulan sebelumnya hanya tumbuh 5,78%. Berdasarkan kontribusi yang diberikan, nilai tambah sektor pertanian baru menyumbang kurang dari 5% terhadap pembentukan PDRB Kepulauan Riau dan terus menurun dalam 3 tahun terakhir. Meskipun sumbangan ekonominya relatif kecil, namun secara historis pengaruh yang diberikan cukup besar dan signifikan dalam menerangkan dinamika yang terjadi pada sistem perekonomian propinsi Kepulauan Riau. Sebagai propinsi yang sebagian besar wilayahnya adalah perairan, sektor perikanan memberi kontribusi dominan terhadap pembentukan PDRB sektor pertanian dengan share mencapai 73,3%. Selanjutnya diikuti oleh sub-sektor peternakan sebesar 15,3%, tanaman bahan makanan (5,1%), tanaman perkebunan (5,1%), serta kehutanan (1,2%). Melambatnya pertumbuhan sektor pertanian disebabkan oleh penurunan yang terjadi di sektor perikanan, dimana pada triwulan III-2008 hanya tumbuh 1,52% (y-o-y), sehingga nilai tambah yang diberikan diestimasi sebesar Rp 318 milyar. Tingkat pertumbuhan tersebut jauh menurun dibanding triwulan sebelumnya yang masih mencatat angka pertumbuhan sebesar 6,5%. Penurunan kinerja sub-sektor perikanan juga dikonfirmasi oleh turunnya nilai ekspor ikan, udang dan kepiting sebagai komoditas perikanan utama yang berorientasi ekspor. Grafik 1.39 Pertumbuhan Sub-Sektor TBM, Peternakan & Pertanian Grafik 1.40 Perkembangan Ekspor Ikan, Udang dan Kepiting Sumber : BPS, diolah Sumber : BI - DSM Adapun laju pertumbuhan sub-sektor peternakan, tanaman bahan makanan, dan kehutanan masih mengalami peningkatan dibanding triwulan II Peningkatan ini 26

22 cukup digambarkan oleh sejumlah indikator sektoral, antara lain hasil produksi jagung dan ubi-ubian. Sedangakan komoditas padi relatif menurun disebabkan oleh faktor cuaca. Meski demikian berdasarkan pola musim panen beberapa komoditas pertanian di Kepulauan Riau yang sebagian besar jatuh pada semester-ii, maka diperkirakan hasil produksi pertanian masih berpotensi tumbuh di akhir tahun Grafik 1.41 Produksi Jagung, Padi & Ubi-Ubian Grafik 1.42 Pertumbuhan Kredit Sub-sektor Tanaman Pangan, Perikanan & Peternakan Sumber : BPS, diolah Ket. *) data sementara **) data ramalan Sumber : BI - Batam Sementara di sisi pembiayaan perbankan daerah, semakin tumbuhnya kredit yang diberikan untuk sektor tanaman pangan dan peternakan cukup mengkonfirmasi peningkatan relatif yang dialami sektor tersebut. Peningkatan yang terjadi diduga tidak terlepas dari pengaruh kenaikan biaya-biaya yang harus ditanggung para petani terkait dengan naiknya harga BBM pada bulan Mei 2008 lalu. g. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Perlambatan yang dialami sektor listrik, gas dan air bersih (LGA) semakin nyata, dimana pada triwulan ini hanya tumbuh 5,12%, menurun signifikan dibanding triwulan sebelunya yang tumbuh 12,34% (y-o-y). Terkoreksinya pertumbuhan di triwulan III-2008 sebagian besar dipengaruhi oleh perlambatan sub-sektor gas dari 13,08% pada triwulan II-2008 menjadi hanya tumbuh 1,72%. Kondisi ini masih sangat dipengaruhi oleh kendala pasokan yang terjadi selama triwulan II Adapun kontribusi nilai tambah yang diberikan sub-sektor gas selama triwulan laporan tetap 27

23 dominan, mencapai Rp 27 miliar atau sekitar 55% dari total nilai tambah perekonomian yang dihasilkan sektor LGA. Sementara sub-sektor listrik juga menalami pertumbuhan yang menurun dibanding triwulan sebelumnya, dari 12,05 menjadi 9,99%. Penurunan diduga terkait dengan belum berakhirnya permasalahan listrik yang dialami beberapa daerah di luar Batam, seperti kota Tanjungpinang dan kabupaten Bintan. Khusus kota Batam, tekanan daya beli yang dihadapi masyarakat pada umumnya cukup berimbas pada penjualan PT. PLN Batam. Meski demikian, total penjualan listrik selama triwulan III-2008 sebesar MWh atau meningkat 10,05% dibanding periode yang sama tahun Grafik 1.43 Pertumbuhan Sub-Sektor Listrik, Gas & Air Bersih Grafik 1.44 Perkembangan Penjualan Listrik PT. PLN Batam Sumber : BPS, diolah Sumber : PT. PLN Batam, diolah Khusus di kota Batam, sistem pengelolaan sarana Listrik sejak awal tahun 2006 dilakukan melalui kerja sama jual-beli tenaga listrik antara PT. PLN Batam dengan Independend Power Plant (IPP) yang dikelola swasta, dimana saat ini komposisi supply mesin pembangkit PT. PLN Batam sebesar 27% dengan menggunakan energi diesel, sedangkan sisanya dipenuhi oleh IPP yang menggunakan bahan bakar gas. Besarnya kontribusi penggunaan gas dalam menjamin kelancaran pasokan listrik di kota Batam menyebabkan arah pertumbuhan sub-sektor Gas relatif konvergen dengan sub-sektor Listrik. Sementara itu di sisi pembiayaan perbankan, turunnya laju pertumbuhan kredit kepada sektor Listrik, Gas dan Air Bersih cukup mengkonfirmasi perlambatan yang terjadi di sektor ini. Adapun outstanding kredit pada bulan September 2008 tercatat sebesar Rp 34 milyar atau tumbuh 60,94% dibanding posisi September Namun demikian terdapat kenaikan yang cukup signifikan pada akhir bulan yang diduga untuk menutupi 28

24 kenaikan biaya-biaya yang harus ditanggung perusahaan yang bergerak di bidang ini maupun industri pendukungnya. Grafik 1.45 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektor Listrik, Gas & Air Bersih Sumber : BI - Batam Wacana energi semakin critical di Kepulauan Riau mengingat beberapa daerah di luar Batam masih mengalami permasalahan listrik yang berkepanjangan. Khusus bagi kota Batam, permasalahan energi menyangkut 2 hal yaitu pasokan gas dan pasokan listrik. Kesinambungan pasokan gas menjadi lebih penting, selain karena lebih dari 70% pembangkit tenaga listrik menggunakan bahan bakar gas, sebagian aktivitas produksi perusahaan di kawasan industri juga menggunakan bahan bakar ini disebabkan harganya yang lebih murah dibanding harga listrik. Akan semakin sulit bagi kota Batam menghadirkan investor besar jika tidak ada jaminan terhadap permasalahan energi, dimana kawasan industri di negara-negara tetangga tidak memberi kekhawatiran terhadap kesinambungan energi. Berdasarkan kegiatan liaison* ) yang dilakukan oleh Bank Indonesia Batam terdapat sejumlah kekhawatiran pengusaha di kawasan industri tertentu dengan seringnya pemutusan pasokan listrik, meskipun dalam waktu yang relatif singkat. Di samping untuk kebutuhan industri dan rumah tangga, kecukupan pasokan gas sangat diperlukan untuk penerangan sejumlah fasilitas publik termasuk daerah-daerah pengembangan kota Batam. Unsur estetika (tata kota) juga tidak kalah penting guna mendukung aktivitas sektor industri dan pariwisata. Pemerintah dan segenap stakeholders daerah sebaiknya menjadikan isu ini sebagai prioritas yang segera dicari jalan 29

25 penyelesaiannya. Terlebih sebagai momentum penting berlakunya Free Trade Zone (FTZ) secara menyeluruh dan menyambut tahun pariwisata Visit Batam * ) Liaison merupakan kegiatan yang dilakuakn dalam rangka mengumpulkan informasi riil di lapangan. 30

26 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL 2.1. INFLASI KOTA BATAM Kondisi Umum Laju inflasi Kota Batam pada triwulan III 2008 mengalami peningkatan. Laju inflasi tahun kalender Kota Batam sampai dengan triwulan III 2008 tercatat sebesar 7,76% (ytd), lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun 2007 yang tercatat sebesar 3,23% (ytd). Sedangkan inflasi tahunan Kota Batam tercatat sebesar 8,91% lebih rendah daripada triwulan sebelumnya yang tercatat 8,93% namun lebih tinggi dibandingkan inflasi tahunan posisi yang sama tahun 2007 yang tercatat sebesar 5,26%. Meskipun demikian laju inflasi di Kota Batam pada triwulan III 2008 baik secara tahun kalender maupun secara tahunan masih dibawah inflasi nasional. Inflasi tahun kalender nasional sampai dengan triwulan III 2008 tercatat sebesar 10,47% (ytd) sedangkan inflasi tahunan tercatat 12,14% (yoy). GRAFIK 2.1 PERKEMBANGAN LAJU INFLASI TAHUNAN BATAM & NASIONAL 31

27 Inflasi Triwulanan Secara triwulanan, laju inflasi Kota Batam mengalami penurunan pada triwulan III 2008 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jika pada triwulan II 2008 laju inflasi kota Batam tercatat 3,43% (qtq) maka pada triwulan III 2008 laju inflasi Kota Batam tercatat sebesar 1,60% (qtq). Dampak peningkatan harga BBM oleh pemerintah pada tanggal 24 Mei 2008 pada triwulan III 2008 sudah tidak begitu besar di Kota Batam. Grafik 2.2. Inflasi Triwulanan Kota Batam Berdasarkan kontribusinya, pada triwulan III 2008 kelompok bahan makanan merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan angka inflasi dengan kontribusi sebesar 0,46% (qtq) dan angka inflasi sebesar 1,99% (qtq). Kelompok yang menyumbang inflasi terbesar kedua adalah kelompok perumahan, air, listik dan bahan bakar yang memberikan kontribusi inflasi sebesar 0,42% (qtq) dengan angka inflasi sebesar 1,74% (qtq). Kelompok berikutnya yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan inflasi Kota Batam adalah kelompok sandang yang memberikan kontribusi inflasi sebesar 0,29% (qtq) dengan angka inflasi sebesar 5,87%. Kelompok sandang mengalami inflasi yang cukup tinggi pada terkait dengan kenaikan harga sandang pada saat perayaan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada tanggal 1 Oktober Sementara itu kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,17% (qtq) dengan angka inflasi sebesar 3,23% (qtq). 32

28 Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau memberikan kontribusi sebesar 0,15% (qtq) dengan angka inflasi sebesar 0,96% (qtq). Sedangkan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan memberikan kontribusi sebesar 0,11% (qtq) dengan angka inflasi sebesar 0,55% (qtq). Sementara itu, meskipun kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 0,04% (qtq), namun kontribusi kelompok sandang tidak begitu besar (0%) terhadap pembentukan angka inflasi Kota Batam. Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kota Batam KELOMPOK Triwulan I Triwulan II Triwulan III Inflasi Sumbangan Inflasi Sumbangan Inflasi Sumbangan I Bahan Makanan 6,74 1,85 3,33 0,91 1,99 0,46 II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0,78 0,14 2,18 0,35 0,96 0,15 III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 1,82 0,45 3,34 0,82 1,74 0,42 IV Sandang 3,98 0,18 0,23 0,02 5,87 0,29 V Kesehatan 4,39 0,13 2,79 0,01 0,04 0,00 VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0,75 0,03 0,00 0,00 3,23 0,17 VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0,15 0,03 6,19 1,23 0,55 0,11 INFLASI 2,89 3,43 1,60 Sumber : BPS (diolah) Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Bahan Makanan Kelompok bahan makanan di Kota Batam pada triwulan III 2008 mengalami inflasi sebesar 1,70% (qtq). Sub kelompok yang mengalami inflasi terbesar adalah sub kelompok sayur-sayuran yang mengalami inflasi sebesar 18,30% (qtq) yang diikuti oleh sub kelompok ikan diawetkan yang mengalami inflasi sebesar 5,98% (qtq) dan sub kelompok ikan segar yang mengalami inflasi sebesar 5,33% (qtq). Sub kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami peningkatan harga dibanding triwulan sebelumnya sebesar 4,65% (qtq), sub kelompok telur, susu dan hasilnya mengalami inflasi sebesar 3,15% (qtq), sub kelompok buahbuahan mengalami inflasi sebesar 1,61% (qtq), diikuti oleh sub kelompok padi-padian, umbiumbian dan hasilnya yang mengalami inflasi sebesar 0,54% (qtq). Sub kelompok kacang-kacangan pada triwulan III 2008 tidak mengalami kenaikan harga. Sedangkan sub kelompok yang mengalami penurunan harga (deflasi) pada triwulan III di Kota Batam adalah sub kelompok bumbu-bumbuan yang mengalami deflasi sebesar 20,20% (qtq) dan sub kelompok lemak dan minyak yang mengalami deflasi sebesar 1,77% (qtq). 33

29 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan III 2008 inflasi sebesar 0,96% (qtq). Dari tiga sub kelompok yang ada, dua sub kelompok mengalami inflasi dan satu sub kelompok mengalami deflasi pada triwulan III Dua sub kelompok yang mengalami inflasi inflasi adalah sub kelompok makanan jadi dan minuman tidak beralkohol. Kedua sub kelompok tersebut masing-masing mengalami inflasi sebesar 1,34% (qtq) dan 0,77% (qtq). Sedangkan sub kelompok yang mengalami deflasi adalah sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol dengan angka deflasi sebesar 0,17% (qtq) Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan laporan mengalami kenaikan harga sebesar 1,74% (qtq). Inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok biaya tempat tinggal yang mengalami inflasi sebesar 2,01% (qtq), diikuti sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga yang mengalami inflasi sebesar 1,99% (qtq) dan sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air yang mengalami inflasi sebesar 1,33% (qtq). Sementara itu sub kelompok perlengkapan rumah tangga pada triwulan III 2008 tidak mengalami perubahan harga Kelompok Sandang Kelompok sandang pada triwulan III 2008 mengalami inflasi sebesar 5,87% (qtq). Kelompok sandang mengalami inflasi yang cukup tinggi pada triwulan laporan sehubungan dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada tanggal 1 Oktober Kenaikan harga tertinggi dialami oleh sub kelompok sandang anak-anak yang mengalami inflasi sebesar 17,02% (qtq). Sementara itu sub kelompok sandang laki-laki dan sub kelompok sandang wanita masing-masing mengalami kenaikan harga sebesar 8,70% (qtq) dan 6,64% (qtq). Sementera itu, sub kelompok barang pribadi dan sandang lain pada triwulan laporan justru mengalami deflasi sebesar 4,19% Kelompok Kesehatan Kelompok kesehatan pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 0,04% (qtq) yang berasal dari sub kelompok obat-obatan yang mengalami inflasi sebesar 0,68% (qtq). Sementara itu sub kelompok jasa kesehatan dan jasa perawatan jasmani pada triwulan III 2008 tidak mengalami perubahan harga. Sedangkan sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika justru mengalami deflasi sebesar 0,08% (qtq). 34

30 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan III 2008 mengalami kenaikan harga sebesar 3,23% (qtq). Sub kelompok yang mengalami kenaikan harga tertinggi pada triwulan laporan adalah sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan yang mengalami inflasi sebesar 7,80% (qtq). Sedangkan sub kelompok jasa pendidikan dan rekreasi masing-masing mengalami inflasi sebesar 4,11% (qtq) dan 1,31% (qtq). Sementara itu sub kelompok kursus-kursus dan sub kelompok olahraga pada triwulan laporan tidak mengalami perubahan harga terhadap triwulan sebelumnya Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan III 2008 mengalami inflasi sebesar 0,55% (qtq) yang berasal dari inflasi sub kelompok jasa keuangan yang mengalami sebesar 4,24% (qtq) yang diikuti oleh sub kelompok transportasi yang mengalami inflasi sebesar 0,63% (qtq). Sedangkan sub kelompok komunikasi dan pengiriman pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 0,02% (qtq). Pada triwulan III 2008 sub kelompok sarana penunjang transportasi tidak mengalami perubahan harga INFLASI KOTA TANJUNG PINANG Kondisi Umum Laju inflasi Kota Tanjung Pinang pada triwulan III 2008 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahun kalender Kota Tanjung Pinang sampai dengan triwulan III 2008 tercatat sebesar 10,58% (ytd) sedikit lebih tinggi dibanding inflsi tahun kalender nasional yang tercatat 10,47% (ytd). Sedangkan inflasi tahunan Kota Tanjung Pinang pada triwulan III 2008 tercatat sebesar 14,55% lebih tinggi inflasi tahunan nasional yang tercatat sebesar 12,14% (yoy). Laju inflasi yang cukup tinggi ini salah satunya dipengaruhi oleh economic of scale Kota Tanjung Pinang yang masih relatif kecil dibandingkan Kota Batam. Sejak peralihan ibukota Provinsi Kepulauan Riau dari Kota Batam ke Kota Tanjung Pinang, banyak terjadi pergerakan penduduk dan kegiatan ekonomi dari Kota Batam ke Kota Tanjung Pinang. Oleh karena itu, terjadi peningkatan permintaan terhadap kebutuhan pokok masyarakat baik untuk konsumsi maupun sebagai bahan baku distribusi. Karena supply barang-barang kebutuhan pokok tersebut masih cukup terbatas, sehingga terjadi kenaikan harga yang masih cukup tinggi di Kota Tanjung Pinang. 35

31 Inflasi Triwulanan Secara triwulanan, laju inflasi Kota Tanjung Pinang tercatat sebesar 3,31% (qtq). Kelompok bahan makanan menjadi kontributor terbesar pada pembentukan inflasi Kota Tanjung Pinang dengan kontribusi sebesar 1,81% (qtq) dan angka inflasi sebesar 7,19% (qtq). Kelompok yang menjadi penyumbang inflasi terbesar berikutnya adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang memberikan sumbangan sebesar 0,71% (qtq) dengan angka inflasi sebesar 3,30% (qtq). Sementara itu kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga di Kota Tanjung Pinang pada triwulan III 2008 memberikan kontribusi sebesar 0,68% (qtq) dengan angka inflasi sebesar 6,20%. Kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar memberikan sumbangan sebesar 0,50% (qtq) dengan angka inflasi sebesar 2,22% (qtq). Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan memberikan kontribusi sebesar 0,13% (qtq) dengan angka inflasi sebesar 0,78% (qtq). Sedangkan kelompok kesehatan yang mengalami inflasi sebesar 0,94% (qtq) memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,03%. Meskipun angka inflasi Kota Tanjung Pinang pada triwulan III 2008 cukup tinggi, namun tidak semua kelompok barang kebutuhan pokok yang diperhitungkan oleh BPS mengalami kenaikan harga. Kelompok sandang di Kota Tanjung Pinang pada triwulan III 2008 justru mengalami penurunan harga sebesar 1,79% dengan sumbangan deflasi sebesar -0,10% (qtq). Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kota Tanjung Pinang KELOMPOK Triwulan III Inflasi Sumbangan I Bahan Makanan 7,19 1,81 II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 3,30 0,71 III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 2,22 0,50 IV Sandang -1,79-0,10 V Kesehatan 0,94 0,03 VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 6,20 0,68 VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0,78 0,13 INFLASI 3,31 Sumber : BPS (diolah) 36

32 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Bahan Makanan Kelompok bahan makanan di Kota Tanjung Pinang pada triwulan III 2008 mengalami inflasi sebesar 7,19% (qtq). Sub kelompok yang mengalami inflasi terbesar adalah sub kelompok sayur-sayuran yang mengalami inflasi sebesar 23,18% (qtq) yang diikuti oleh sub kelompok ikan segar yang mengalami inflasi sebesar 20,08% (qtq) dan sub kelompok ikan diawetkan yang mengalami inflasi sebesar 8,99% (qtq). Sub kelompok bumbu-bumbuan mengalami peningkatan harga dibanding triwulan sebelumnya sebesar 7,59% (qtq) dan diikuti sub kelompok daging dan hasil-hasilnya dengan angka inflasi sebesar 6,69% (qtq). Sub kelompok buah-buahan pada triwulan III 2008 mengalami inflasi sebesar 6,41% (qtq) yang diikuti oleh sub kelompok telur, susu dan hasilnya dengan angka inflasi sebesar 2,97% (qtq). Sub kelompok kacang-kacangan pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 2,21% diikuti oleh sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya yang mengalami inflasi sebesar 0,80% (qtq). Sementara itu sub kelompok lemak dan minyak justur mengalami penurunan harga dengan angka deflasi sebesar 4,81% (qtq) Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan III 2008 inflasi sebesar 3,30% (qtq). Dari tiga sub kelompok yang ada, dua sub kelompok mengalami inflasi dan satu sub kelompok mengalami deflasi pada triwulan III Dua sub kelompok yang mengalami inflasi adalah sub kelompok makanan jadi dan tembakau dan minuman beralkohol. Kedua sub kelompok tersebut masing-masing mengalami inflasi sebesar 5,47% (qtq) dan 0,31% (qtq). Sedangkan sub kelompok yang mengalami deflasi adalah sub kelompok minuman tidak beralkohol dengan angka deflasi sebesar 0,56% (qtq) Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan laporan mengalami kenaikan harga sebesar 2,22% (qtq). Inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air yang mengalami inflasi sebesar 3,12% (qtq) diikuti sub kelompok biaya tempat tinggal yang mengalami inflasi sebesar 1,99% (qtq), sub kelompok perlengkapan rumah tangga yang mengalami inflasi sebesar 1,63% (qtq) dan sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga dengan angka inflasi sebesar 1,50% (qtq). 37

33 Kelompok Sandang Kelompok sandang di Kota Tanjung Pinang pada triwulan III 2008 mengalami penurunan harga sebesar 1,79% (qtq). Penurunan harga terbesar dialami oleh sub kelompok barang pribadi dan sandang lain yang mengalami deflasi sebesar 5,51% (qtq) diikuti oleh sub kelompok sandang anak-anak yang mengalami deflasi sebesar 0,05%. Sementara itu dua sub kelompok lainnya justru mengalami inflasi. Sub kelompok sandang laki-laki mengalami inflasi sebesar 0,49% (qtq) dan sub kelompok sandang wanita mengalami kenaikan harga sebesar 0,02% dibandingkan triwulan sebelumnya Kelompok Kesehatan Kelompok kesehatan pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 2,01% (qtq) yang berasal dari sub kelompok jasa perawatan jasmani yang mengalami inflasi sebesar 4,82% (qtq) dan sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika dengan angka inflasi sebesar 1,29% (qtq). Sementara itu sub kelompok jasa kesehatan pada triwulan III 2008 tidak mengalami perubahan harga. Sub kelompok obat-obatan di Kota Tanjung Pinang pada triwulan laporan justru mengalami penurunan harga dengan angka deflasi sebesar 0,06% (qtq) Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan III 2008 mengalami kenaikan harga sebesar 6,20% (qtq). Sub kelompok yang mengalami kenaikan harga tertinggi pada triwulan laporan adalah sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan yang mengalami inflasi sebesar 8,82% (qtq). Sedangkan sub kelompok jasa pendidikan dan rekreasi masing-masing mengalami inflasi sebesar 8,06% (qtq) dan 4,42% (qtq). Sementara itu sub kelompok kursus-kursus dan sub kelompok olahraga pada triwulan laporan tidak mengalami perubahan harga terhadap triwulan sebelumnya Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan III 2008 mengalami inflasi sebesar 0,78% (qtq) yang berasal dari inflasi sub kelompok jasa keuangan yang mengalami sebesar 5,87% (qtq) yang diikuti oleh sub kelompok komunikasi dan pengiriman yang mengalami inflasi sebesar 1,00% (qtq) dan sub kelompok transportasi 38

34 dengan angka inflasi sebesar 0,72% (qtq). Pada triwulan III 2008 sub kelompok sarana penunjang transportasi tidak mengalami perubahan harga. 39

35 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN NASIONAL 3.1. KONDISI UMUM Kondisi perbankan di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan III 2008 menunjukkan peningkatan yang cukup stabil terhadap periode sebelumnya. Beberapa indikator-indikator perbankan, seperti total aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit oleh perbankan terus mengalami pertumbuhan. Grafik Perkembangan Indikator Perbankan Sumber : Bank Indonesia Total asset, DPK dan total kredit yang diberikan oleh perbankan (bank umum dan BPR) di Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan trend peningkatan jika dibanding triwulan II Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap perbankan tetap tinggi. Total asset perbankan di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan III 2008 tercatat sebesar Rp18,38 triliun atau mengalami peningkatan sebesar Rp986,52 miliar (5,67%) dibandingkan triwulan II Sedangkan secara tahunan total asset perbankan mengalami peningkatan Rp1,93 triliun (11,75%) dibandingkan posisi yang sama tahun Sementara itu, total DPK yang berhasil dihimpun oleh perbankan di Provinsi Kepulauan Riau sampai dengan triwulan III 2008 tercatat sebesar Rp15,01 triliun atau mengalami peningkatan sebesar Rp434,10 miliar (2,98%) dibandingkan triwulan sebelumnya. DPK 40

36 perbankan mengalami peningkatan sebesar Rp1,05 triliun (7,54%) dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp13,96 triliun. Penyaluran kredit yang dilakukan oleh perbankan di Provinsi Kepulauan Riau mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Pada triwulan III 2008, penyaluran kredit di Provinsi Kepulauan Riau oleh perbankan tercatat sebesar Rp10,48 triliun atau mengalami kenaikan sebesar Rp729,81 miliar (7,48%) dibandingkan triwulan II 2008 yang tercatat sebesar Rp9,75 triliun. Secara tahunan penyaluran kredit perbankan di Provinsi Kepulauan Riau mengalami peningkatan sebesar Rp2,41 triliun (29,82%) dibandingkan triwulan III 2007 yang tercatat sebesar Rp8,07 triliun. Peningkatan kredit yang lebih tinggi dibandingkan peningkatan DPK tersebut menyebabkan kenaikan tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Provinsi Kepulauan Riau. Jika pada triwulan II 2008 LDR perbankan tercatat sebesar 66,91%, maka pada triwulan III 2008 LDR perbankan tercatat sebesar 69,83%. Tingkat LDR tersebut juga lebih tinggi dibandingkan posisi yang sama pada tahun 2007 yang tercatat sebesar 57,85%. Peningkatan LDR ini menunjukkan bahwa fungsi intermediasi yang dilakukan oleh perbankan di wilayah Provinsi Kepulauan Riau sudah cukup optimal TOTAL ASSET BANK UMUM Kondisi industri perbankan menunjukkan pertumbuhan, seperti tercermin pada pertumbuhan total asset bank umum yang berada di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Batam yang didukung oleh pertumbuhan aktiva produktif, termasuk kredit. Jumlah jaringan kantor cabang bank umum di wilayah Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebanyak 45 kantor cabang pada triwulan III 2008, tidak mengalami pertambahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Grafik 3.2. Perkembangan Total Asset, Kredit, DPK Bank Umum Grafik 3.3. Perkembangan LDR dan NPL s Bank Umum Sumber : Bank Indonesia 41

37 Sampai dengan triwulan triwulan III 2008, total asset bank umum mencapai Rp.17,60 triliun atau mengalami peningkatan sebesar Rp8901,79 miliar (4,01%) dibanding triwulan II 2008 yang tercatat sebesar Rp. 16,71 triliun, sedangkan secara tahunan terdapat peningkatan sebesar Rp.1,75 triliun (11,03%) terhadap triwulan yang sama di tahun sebelumnya. TABEL 3.1 PERKEMBANGAN INDIKATOR BANK UMUM (juta rupiah) Periode Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Indikator 1. Jaringan BU a. Batam b. Tj. Pinang c. Karimun d. Natuna Total Asset a. Batam b. Tj. Pinang c. Dati II lain Total DPK a. Batam b. Tj. Pinang c. Dati II lain Total Kredit a. Batam b. Tj. Pinang c. Dati II lain LDR (%) 57,24 60,47 63,86 66,03 68,84 a. Batam 71,21 74,01 75,62 77,21 81,67 b. Tj. Pinang 29,82 31,69 34,87 38,35 39,44 c. Karimun 35,16 38,24 41,57 41,65 39,89 d. Natuna 20,58 24,96 62,4 59,59 54,34 6. NPLs (%) 3,47 2,6 1,57 2,33 2,94 a. Batam 3,16 2,37 1,4 2,14 2,96 b. Tj. Pinang 5,18 3,72 2,93 3,21 2,64 c. Karimun 8,48 5,43 0,57 4,84 5,29 d. Natuna 0, Sumber : Bank Indonesia Berdasarkan Dati II, kegiatan bank umum masih terkonsentrasi di Kota Batam, dimana jumlah total asset bank umum sebagian besar masih tetap terhimpun di Kota Batam. Total asset bank umum yang ada di Kota Batam pada triwulan III 2008 sebesar Rp.12,89 triliun atau 73,24% dari seluruh total asset bank umum di Kepulauan Riau. Sedangkan total asset yang berhasil dihimpun oleh bank umum di Tanjung Pinang sebesar Rp.3,83 triliun atau 21,76% 42

38 dari seluruh total asset perbankan di Kepulauan Riau. Sementara itu total asset perbankan di wilayah Kepulauan Riau (Tanjung Uban, Tanjung Balai Karimun, dan Natuna) sebesar Rp.878 miliar (4,99%). Grafik 3.4. Share Asset Bank Umum Grafik 3.5. Perkembangan Asset Bank Umum Sumber : Bank Indonesia Total asset perbankan di Kota Batam mengalami peningkatan sebesar Rp571 miliar (4,64%) secara triwulanan (qtq) sedangkan secara tahunan mengalami peningkatan sebesar Rp1,74 triliun (15,57%). Sedangkan untuk total asset perbankan di wilayah Kota Tanjung Pinang mengalami peningkatan sebesar Rp211 miliar (5,83%) namun secara tahunan total asset bank umum penurunan sebesar Rp66,99 miliar (1,72%). Untuk perbankan di wilayah Kepulauan Riau yang meliputi Tanjung Uban, Tanjung Balai Karimun dan Natuna, total asset perbankan di wilayah tersebut mengalami peningkatan secara triwulanan sebesar Rp107,85 miliar (13,99%) sedangkan secara tahunan mengalami peningkatan sebesar Rp80,45 miliar (10,08%). 3.3 DANA PIHAK KETIGA BANK UMUM Pada triwulan III 2008, jumlah dana masyarakat yang dihimpun oleh bank umum mengalami peningkatan. Pada triwulan III 2008 jumlah dana masyarakat mencapai Rp14,46 triliun atau meningkat sebesar Rp374,43 milyar (2,66%) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp14,07 triliun. Peningkatan DPK bank umum pada triwulan III 2008 sebagian besar disumbangkan oleh peningkatan simpanan dalam bentuk deposito yang naik Rp210,52 miliar (7,35%) sehingga tercatat sebesar Rp3,07 triliun. Namun secara tahunan simpanan dalam bentuk deposito justru mengalami penurunan sebesar Rp58,51 miliar (1,87%). Sedangkan simpanan dalam bentuk tabungan mengalami peningkatan sebesar Rp169,63 miliar (3,24%). Secara tahunan, simpanan dalam bentuk tabungan juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Tabungan yang dihimpun oleh bank umum sampai dengan triwulan III mengalami 43

39 peningkatan sebesar Rp1,12 triliun (25,78%). Sementara itu simpanan dalam bentuk giro turun sebesar Rp5,73 miliar (0,10%) terhadap triwulan sebelumnya. Secara tahunan simpanan dalam bentuk giro juga mengalami penurunan sebesar Rp101,53 miliar (1,67%). Grafik 3.6. Perkembangan DPK Bank Umum Grafik 3.7. Share DPK Bank Umum Sumber : Bank Indonesia Secara nominal porsi simpanan giro masih merupakan jenis simpanan terbesar (41,26%) diantara dua jenis simpanan lain. Porsi simpanan jenis tabungan tercatat sebesar Rp5,41 triliun (37,47%). Sedangkan simpanan dalam bentuk deposito tercatat sebesar Rp3,07 triliun (21,27%). Dominasi sektor industri dan sektor perdagangan pada perekonomian Kota Batam turut mempengaruhi jenis transaksi perbankan di Provinsi Kepulauan Riau. Kebutuhan masyarakat akan dana likuid serta transaksi ekonomi yang membutuhkan waktu singkat menyebabkan simpanan berbentuk giro memiliki porsi terbesar terhadap total simpanan masyarakat di perbankan. 3.4 KREDIT BANK UMUM Jumlah kredit yang disalurkan oleh bank umum di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Batam pada triwulan III 2008 tercatat sebesar Rp9,94 triliun meningkat sebesar Rp652,79 miliar atau tumbuh sebesar 7,03% dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan jumlah kredit dan penurunan DPK mengakibatkan tingkat LDR (Loan to Deposit Ratio) bank umum di Provinsi Kepulauan Riau meningkat menjadi 68,84% dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 66,03%. Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit yang disalurkan di wilayah kerja KBI Batam sebagian besar digunakan untuk kredit konsumsi sebesar Rp4,04 triliun atau 40,64% dari total kredit yang diberikan. Sedangkan kredit untuk modal kerja dan investasi masing-masing sebesar Rp3,57 triliun (35,93%) dan Rp2,33 triliun (23,44%). 44

40 Grafik 3.8. Perkembangan Kredit Jenis Penggunaan Bank Umum Grafik 3.9. Kredit Jenis Penggunaan Bank Umum Sumber : Bank Indonesia Dari segi pertumbuhan, peningkatan jumlah kredit terbesar pada triwulan III 2008 terdapat pada kredit untuk konsumsi yang meningkat sebesar Rp335,57 miliar (9,06%) terhadap triwulan II Secara tahunan kredit konsumsi bank umum mengalami peningkatan sebesar Rp1,04 triliun (34,83%). Sementara itu kredit konsumsi modal kerja secara triwulanan meningkat sebesar Rp231,95 miliar (6,94%). Secara tahunan kredit modal kerja mengalami peningkatan sebesar Rp916,32 miliar (34,50%). Sedangkan kredit investasi meningkat sebesar Rp85,28 miliar (3,80%), secara tahunan kredit investasi mengalami peningkatan sebesar Rp257,97 miliar (12,45%). NPL bank umum di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan III 2008 menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya meskipun demikian masih berada di bawah persyaratan Bank Indonesia sebesar 5%. NPL bank umum meningkat dari 2,33% pada triwulan II 2008 menjadi 2,94% pada triwulan laporan. Secara nominal NPL bank umum juga mengalami penurunan sebesar Rp.6,05 miliar BANK PERKREDITAN RAKYAT Sebagai daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi cukup tinggi, Provinsi Kepulauan Riau menarik minat investor untuk menanamkan modalnya untuk diinvestasikan pada bisnis perbankan, khususnya BPR. Adapun alasan investor tersebut karena bisnis BPR tidak terlalu membutuhkan modal besar dan proses pendiriannya tidak terlalu rumit. Sampai dengan triwulan III 2008 jumlah kantor Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tercatat ada 19 kantor BPR dan 3 (tiga) kantor cabang BPR atau terjadi penambahan 4 (empat) BPR dan 1 (satu) kantor cabang BPR dibandingkan triwulan II Perkembangan BPR yang sudah 45

41 beroperasi juga tergolong cukup baik yang ditunjukkan oleh kenaikan share beberapa indikator kinerja BPR terhadap perbankan di Provinsi Kepulauan Riau secara keseluruhan. Grafik Share BPR terhadap Perbankan Sumber : Bank Indonesia Dilihat dari total asset, share asset BPR terhadap total asset perbankan di Provinsi Kepulauan Riau mengalami peningkatan secara gradual tiap triwulan. Pada triwulan III 2008 share asset BPR terhadap total asset perbankan di Provinsi Kepulauan Riau tercatat 4,22% lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat 3,91%. Sementara itu pada posisi triwulan III 2007, share asset BPR terhadap total asset perbankan di Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebesar 3,61%. Share DPK BPR terhadap total DPK perbankan Provinsi Kepulauan Riau meskipun sempat mengalami penurunan pada triwulan II 2008, pada triwulan III 2008 kembali menunjukkan peningkatan. Pada triwulan III 2008, share DPK terhadap total DPK perbankan di Provinsi Kepulauan tercatat sebesar 3,76% lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,46% dan posisi yang sama tahun 2007 yang tercatat sebesar 3,30%. Sementara itu share kredit BPR terhadap total kredit perbankan di Provinsi Kepulauan Riau mengalami peningkatan yang cukup tinggi di setiap triwulan. Jika pada triwulan III 2007 share kredit BPR terhadap total kredit perbankan di Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebesar 4,32%, maka pada triwulan III 2008 share kredit BPR tersebut tercatat sebesar 5,14%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 4,73% TOTAL ASSET BANK PERKREDITAN RAKYAT Total asset BPR yang berada di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Batam mengalami peningkatan. Sampai dengan triwulan III 2008, total asset BPR mengalami peningkatan sebesar Rp95,74 miliar (14,07%) menjadi sebesar Rp776,38 miliar dibanding triwulan II 2008 yang tercatat sebesar Rp680,64 miliar. Secara tahunan total asset BPR mengalami peningkatan sebesar Rp182,99 miliar (30,84%) dibanding posisi yang sama pada tahun Peningkatan 46

42 total asset BPR pada triwulan ini ini juga dipengaruhi oleh adanya pertambahan jumlah BPR baru di Provinsi Kepulauan Riau. TABEL 3.2 PERKEMBANGAN INDIKATOR BPR (dalam jutaan rupiah) KETERANGAN Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 1. TOTAL ASSET TOTAL DANA a. Tabungan b. Deposito KREDIT a. Investasi b. Modal Kerja c. Konsumsi Sumber : Bank Indonesia 3.7. DPK BANK PERKREDITAN RAKYAT Total dana yang berhasil dihimpun oleh BPR pada triwulan laporan meningkat dengan triwulan sebelumnya. Jika pada triwulan II 2008 total dana yang dihimpun BPR tercatat sebesar Rp504,88 miliar, maka pada triwulan III 2008 meningkat menjadi Rp564,56 miliar atau naik sebesar Rp59,68 miliar (11,82%). Secara tahunan dana yang berhasil dihimpun oleh BPR mengalami peningkatan sebesar Rp103,53 miliar (22,46%). Sebagian besar dana masyarakat yang dihimpun oleh BPR disimpan dalam bentuk deposito yaitu sebesar Rp512,30 miliar atau 90,84% dari seluruh total DPK BPR. Sedangkan 9,16% disimpan dalam bentuk tabungan sebesar Rp51,72 miliar. Grafik Perkembangan DPK BPR Grafik Share DPK BPR Sumber : Bank Indonesia Simpanan dalam bentuk deposito mengalami peningkatan sebesar Rp52,77 miliar (11,47%) dibandingkan triwulan sebelumnya. Sedangkan secara tahunan simpanan dalam bentuk deposito di BPR mengalami peningkatan sebesar Rp87,60 miliar (20,60%). Secara 47

43 triwulanan simpanan dalam bentuk tabungan mengalami peningkatan sebesar Rp6,91 miliar (15,42%) dibandingkan triwulan II Sedangkan secara tahunan mengalami peningkatan sebesar Rp15,92 miliar (44,49%) dibandingkan posisi yang sama tahun KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT Penyaluran kredit yang dilakukan oleh BPR kepada masyarakat pada triwulan III 2008 mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan triwulan II Jumlah kredit yang disalurkan oleh 19 BPR yang beroperasi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan III 2008 tercatat sebesar Rp538,35 miliar atau meningkat Rp77,01 miliar (16,69%) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp461,34 miliar. Sementara itu secara tahunan kredit BPR di Provinsi Kepulauan Riau mengalami peningkatan sebesar Rp189,91 miliar (54,50%) dibandingkan triwulan III 2007 yang tercatat sebesar Rp348,44 miliar. Grafik Perkembangan DPK BPR Grafik Share Kredit BPR Sumber : Bank Indonesia Penyaluran kredit yang dilakukan oleh BPR di wilayah kerja KBI Batam sebagian besar digunakan untuk keperluan konsumsi. Kredit untuk konsumsi yang disalurkan BPR di wilayah kerja KBI Batam pada triwulan III 2008 tercatat sebesar Rp358,90 miliar atau 66,67% dari seluruh total kredit yang diberikan oleh BPR. Sementara kredit untuk modal kerja yang diberikan BPR di Provinsi Kepulauan Riau sebesar Rp128,90 miliar atau 23,94% dari seluruh total kredit yang diberikan oleh BPR. Sedangkan porsi kredit investasi adalah sebesar Rp50,54 miliar (9,39%). Kredit konsumsi BPR di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan III mengalami peningkatan sebesar Rp45,82 miliar (14,63%) dibandingkan triwulan II 2008 yang tercatat sebesar Rp313,09 miliar. Sementara itu secara tahunan kredit konsumsi BPR mengalami peningkatan sebesar Rp114,74 miliar (46,99%) dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. 48

44 Kredit modal kerja yang disalurkan BPR di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan III mengalami peningkatan sebesar Rp20,86 miliar (19,31%) dibandingkan triwulan sebelumnya. Sedangkan secara tahunan kredit modal kerja BPR mengalami peningkatan sebesar Rp46,75 miliar (56,91%) dibandingkan posisi triwulan III Kredit investasi yang disalurkan oleh BPR kepada masyarakat Provinsi Kepulauan Riau sampai dengan triwulan III 2008 mengalami peningkatan sebesar Rp10,33 miliar (25,70%) dibandingkan triwulan II 2008 yang tercatat sebesar Rp40,21 miliar. Secara tahunan kredit investasi BPR di Provinsi Kepulauan Riau mengalami peningkatan sebesar Rp28,42 miliar (128,49%) terhadap posisi triwulan III 2007 yang tercatat sebesar Rp22,12 miliar. Besarnya kredit BPR untuk keperluan konsumsi mencerminkan intermediasi yang dilakukan BPR terhadap dunia usaha masih belum optimal. Sebagian besar BPR di Provinsi Kepulauan Riau menyalurkan kredit untuk keperluan pembelian mobil dan beberapa untuk pembelian rumah atau ruko. Meskipun secara share, kredit BPR di Provinsi Kepulauan Riau masih didominasi oleh kredit konsumsi, namun kredit investasi mengalami peningkatan tertinggi di antara dua jenis kredit yang lain. Kredit investasi meningkat sebesar 25,70% (triwulanan) atau 128,49% (tahunan). Peningkatan kredit investasi tersebut memberikan sinyal positif bagi dunia usaha, khususnya UMKM, mengingat pangsa pasar BPR adalah usaha mikro, kecil dan menengah. 49

45 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi anggaran penerimaan di tw.iii-2008 lebih besar dibanding triwulan sebelumnya. Total realisasi selama tahun 2008 sampai dengan triwulan III tercatat sebesar Rp 883 milyar atau 74,96% dari target penerimaan tahun Adapun rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (R-APBD) Tahun Anggaran 2008 provinsi Kepulauan Riau yang disahkan sebesar Rp 1,389 triliun yang terdiri dari komponen Pendapatan sebesar Rp 1,178 triliun, Belanja sebesar Rp 1,382 triliun, dan Pembiayaan sebesar Rp 204 milyar. Dibandingkan jumlah APBD tahun 2007 sebesar Rp 1,467 triliun, APBD tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 5,32%. Penurunan lebih disebabkan karena berkurangnya penerimaan dari Dana Perimbangan dan perhitungan pembiayaan dari Sisa Lebih Penggunaan Anggaran (SILPA). Tabel 4.1 Perkembangan APBD TA & RAPBD TA.2008 Provinsi Kepulauan Riau N o 1 STRUKTUR APBD PENDAPATA N 2 BELANJA PEMBIAYAA 3 N TOTAL APBD TA TA TA TA ,721,840, ,152,768,000 1,019,498,530,49 4 1,178,500,000, ,577,930,50 1,136,081,909,77 1,459,367,000,00 1,382,500,000, ,856,090, ,929,141, ,868,869, ,000,000, ,134,743,00 1,189,966,909,77 1,467,000,000,00 1,389,000,000, Sumber : Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Secara umum, kebijakan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau untuk pembangunan sektor pendidikan masih tetap konsisten seperti tahun-tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2008 porsi anggaran pendidikan sebesar 20,13% dari APBD atau sebesar Rp 279,5 milyar. Sedangkan untuk Dinas Kesehatan dianggarkan sebesar Rp 59,3 milyar, untuk melaksanakan pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Tanjungpinang secara multiyears. Adapun anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum adalah sebesar Rp 282,6 milyar, yang diarahkan untuk pelaksanaan beberapa program pembangunan antara lain pembangunan infrastruktur pusat pemerintahan Provinsi, pembangunan jalan dan jembatan, pembangunan 50

46 infrastruktur pedesaan, pembangunan drainase, pengendalian banjir, dan pemberdayaan jasa konstruksi. Dan untuk Dinas Perhubungan, Pos dan Telekomunikasi dianggarkan sebesar Rp 41,9 milyar, untuk pelaksanaan program pembangunan transportasi udara, pembangunan transportasi laut, pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan, studi kelayakan dan subsidi transportasi laut. Penerimaan pemerintah selama triwulan III-2008 mencapai Rp 404 milyar atau 34,3% dari target penerimaan yang ditetapkan sebesar Rp 1,18 triliun. Realisasi penerimaan ini meningkat 38,1% dibanding penerimaan selama triwulan II Meningkatnya penerimaan selama triwulan III-2008 dihasilkan dari teralisasinya dana bagi hasil bukan pajak sebesar Rp 161 milyar. Dengan demikian total peneriman selama tahun 2008 telah terealisasi sebesar Rp 883 milyar atau 74,96% dari target penerimaan yang dityetapkan sebesar Rp 1,18 triliun. Tabel 4.2 Target dan Realisasi Penerimaan Periode Juli - September 2008 REALISASI PENERIMAAN Total Penerimaan Pencapaian TARGET TA JENIS PENERIMAAN Tw.I 2008 Tw.II 2008 Juli 2008 Agt 2008 Sep 2008 Tw.III 2008 s.d. tw.iii 2008 s.d. tw.iii 2008 (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (%) 1. PENDAPATAN ASLI DAERAH Pajak Daerah 452,130,165,000 82,580,153,130 97,555,811,796 35,155,303,201 36,909,925,566 36,070,383, ,135,612, ,271,576, % Retribusi Daerah 8,140,000, ,519, ,466, ,565, ,878, ,376, ,819,770 1,028,805, % Retribusi Jasa Umum 640,000,000 11,759,500 17,911,500 7,496,000 5,176,000 6,323,500 18,995,500 48,666, % Retribusi Jasa Usaha 7,500,000, ,760, ,555, ,069, ,702, ,052, ,824, ,139, % Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 1,700,000, % Lain lain Pendapatan Asli Daerah 58,261,283,000 1,531,402,373 1,788,907, ,161, ,340, ,421,062 1,825,923,117 5,146,232, % TOTAL PAD 520,231,448,000 84,229,075,003 99,543,185,626 35,995,029,892 37,821,144,599 36,858,180, ,674,354, ,446,615, % 2. DANA PERIMBANGAN Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak 156,882,237,000 30,748,896, ,653,491,753 14,893,214,986 2,974,190,599 17,540,735,651 35,408,141, ,810,529, % Bagi Hasil Pajak 86,114,000,000 18,045,048,530 57,453,733, ,764,932 1,558,784,974 3,330,892,712 5,409,442,618 80,908,224, % Bagi Hasil Bukan Pajak 7,249,000, ,199,757,963 1,669,602,526 1,415,405,625 1,505,995,411 4,591,003,562 67,790,761, % Pajak Penghasilan Orang Pribadi 63,519,237,000 12,703,847, ,703,847, ,703,847,528 25,407,695,056 38,111,542, % Bagi Hasil Bukan Pajak 206,700,457, ,340,091, ,046,839, ,386,931, ,386,931, % Dana Alokasi Umum 288,884,858,000 72,221,214,000 72,221,214,000 24,073,738,000 24,073,738,000 48,147,476,000 96,294,952, ,737,380, % Dana Alokasi Khusus 5,801,000, % TOTAL DANA PERIMBANGAN 658,268,552, ,970,110, ,874,705,753 80,307,044,435 27,047,928, ,735,051, ,090,024, ,934,840, % TOTAL PENERIMAAN DAERAH 1,178,500,000, ,199,185, ,417,891, ,302,074,327 64,869,073, ,593,231, ,764,379, ,381,455, % Sumber : Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Penerimaan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama triwulan III-2008 meningkat 11,18% dibanding triwulan sebelumnya. Penerimaan daerah dari pajak selama triwulan III-2008 teralisasi sebesar Rp 108 milyar, relatif menigkat dibanding triwulan sebelumnya. Sehingga total penerimaan pajak daerah sampai dengan akhir triwulan laporan sebesar Rp 288 milyar, atau 63,76% dari target yang ditetapkan. 51

47 Sedangkan penerimaan dari retribusi daerah mencapai Rp 713 juta, atau mengalami kenaikan 259% dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 198 juta. Meski demikian total penerimaan dari retribusi selama tahun 2008 baru teralisasi Rp 1,02 milyar atau 12,6% dari target. Kendala pencapaian ini juga diduga terkait dengan tingginya kenaikan target Retribusi Daerah T.A.2008 yang ditetapkan yakni sebesar Rp 8,1 milyar, dari Rp 485 juta yang ditargetkan pada T.A Di samping itu, kebijakan optimalisasi penerimaan daerah yang berasal dari retribusi ini masih baru diterapkan, sehingga dibutuhkan waktu dan upaya yang lebih intensif dalam mensosialisasikannya kepada segenap stakeholders daerah. Adapun penerimaan yang berasal dari dana perimbangan telah teralisasi sebesar 293 milyar atau meningkat 51,96% dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 193 milyar. Meningkatnya penerimaan sebagian besar diperoleh dari realisasi dana bagi hasil bukan pajak sebesar Rp 161 milyar. Di samping itu terdapat penerimaan yang berasal dari pajak penghasilan pribadi sebesar Rp 25 milyar, yang pada triwulan sebelumnya belum teralisasi. Dengan demikian penerimaan dari pajak penghasilan pribadi telah terealisasi sebesar Rp 38 milyar atau 60% dari target Dana perimbangan yang berasal dari dana bagi hasil pajak/bukan pajak tercatat telah melampaui target yang ditetapkan. Total bagi hasil pajak/bukan pajak telah teralisasi sebesar Rp 186 milyar, atau 119,1% dari target sebesar Rp 157 milyar. Perolehan tersebut dihasilkan dari dana perimbangan bagi hasil bukan pajak yang teralisasi Rp 68 milyar atau 935% dari target sebesar Rp 7,2 milyar. Sementara itu dana alokasi umum (DAU) yang diterima pemerintah dalam triwulan III sebesar Rp 96 milyar atau naik 33,3% dibanding triwulan II Sehingga total dana alokasi umum yang teralisasi selama tahun 2008 adalah Rp 241 milyar, atau 83,3% dari total target DAU yang akan diterima pemerintah priopinsi kepulauan Riau. Secara keseluruhan total realisasi penerimaan selama tahun 2008 masih proporsional terhadap target yang ditetapkan, namun masih terdapat sejumlah deviasi dari segi pencapaiannya terutama pada pos pendapatan asli daerah. Atas dasar ini maka pemerintah daerah benar-benar dituntut lebih inovatif dalam menata kembali sumber-sumber penerimaannya yang tetap kondusif terhadap iklim investasi. 52

48 BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 5.1. PENGEDARAN UANG KARTAL Perkembangan aliran uang yang masuk (inflow) dan keluar (outflow) Kantor Bank Indonesia Batam pada triwulan III diwarnai dengan angka outflow yang cukup tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan III 2008 terjadi outflow sebesar Rp1,52 triliun atau lebih dari dua kali lipat dibandingkan triwulan II 2008 yang tercatat sebesar Rp791 miliar. Grafik 5.1. Perkembangan Inflow Outflow Sementara itu inflow ke Kantor Bank Indonesia Batam tercatat sebesar Rp65 miliar. Oleh karena itu secara keseluruhan terjadi net outflow Rp1,46 triliun. Jumlah penarikan yang cukup tinggi pada triwulan III 2008 terkait dengan penarikan untuk memenuhi kebutuhan uang masyarakat dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Tabel 5.1 Perkembangan Uang Kartal (dalam milyar rupiah) KETERANGAN Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Inflow 47,68 214,06 59,97 60,95 64,57 Outflow 851, ,18 405,16 791, ,09 Net 804,14 994,12 345,19 730, ,53 Sumber : Bank Indonesia 53

49 Penyediaan Uang Kartal Layak Edar Peracikan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam melaksanakan kebijakan uang bersih (clean money policy) yaitu Bank Indonesia senantiasa menyediakan uang rupiah dalam kondisi yang layak kepada masyarakat. Di samping itu, Bank Indonesia juga memberikan pelayanan kepada perbankan dan masyarakat untuk kegiatan setoran, penarikan dan penukaran untuk pecahan besar ke pecahan kecil serta untuk uang rupiah lusuh. Selama triwulan III 2008, jumlah UTLE yang diracik di KBI Batam Rp54,70 miliar atau mengalami sedikit peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp54 miliar. Grafik 5.2. Perkembangan UTLE 5.2. LALU LINTAS PEMBAYARAN GIRAL Kliring Lokal Untuk wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Batam, terdapat 3 (tiga) wilayah kliring lokal, yaitu: di Kantor Bank Indonesia Batam untuk wilayah Kota Batam, PT. Bank Mandiri untuk wilayah Tanjung Pinang, dan PT. BNI untuk wilayah Tanjung Balai Karimun. Nilai transaksi melalui sistem kliring lokal di wilayah Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan III 2008 mencapai Rp2,96 triliun dengan jumlah warkat sebanyak lembar. Nilai total kliring tersebut meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp2,72 triliun dengan jumlah warkat sebanyak lembar. 54

50 Grafik 5.3. Perputaran Kliring Grafik 5.4. Penolakan Cek/BG Kosong Sementara itu, penolakan Cek/BG kosong di wilayah kerja KBI Batam tercatat sebesar Rp49,34 miliar dengan jumlah warkat sebanyak lembar. Jika dilihat dari nominalnya, jumlah Cek/BG kosong yang ditolak mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, namun jika dilihat dari jumlah warkat terjadi peningkatan. Pada triwulan II 2008 jumlah Cek/BG kosong yang ditolak tercatat sebesar Rp71,27 miliar dengan jumlah warkat sebesar lembar. TABEL 5.2 Perkembangan Kliring Lokal KETERANGAN Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Perputaran Kliring Lembar Nominal (Rp miliar) Penolakan Cek/BG Kosong Lembar Nominal (Rp miliar) 29,27 93,26 47,16 71,27 49,34 Sumber : Bank Indonesia Transaksi BI-RTGS Transaksi masyarakat melalui sarana Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (RTGS) di Provinsi Kepulauan Riau baik secara nominal maupun sencara volume masih didominasi transaksi yang terjadi di Kota Batam. Transaksi BI-RTGS yang berasal dari Kota Batam tercatat sebesar Rp1,87 triliun atau 88,07% dari total seluruh transaksi BI-RTGS yang berasal dari Provinsi Kepulauan Riau. Sedangkan transaksi yang berasal dari Kabupaten Tanjung Balai Karimun dan Kota Tanjung Pinang masing-masing tercatat sebesar Rp149,45 miliar dan Rp104,52 miliar. 55

51 Sementara itu, transaksi BI-RTGS yang masuk ke Kota Batam sampai dengan Juni 2008 tercatat sebesar Rp2,51 triliun atau 82,82% dari seluruh transaksi BI-RTGS yang masuk ke Provinsi Kepulauan Riau. Transaksi BI-RTGS yang masuk ke Kota Tanjung Balai tercatat sebesar Rp335,32 miliar. Sedangkan transaksi BI-RTGS yang masuk ke Tanjung Pinang dan Natuna tercatat sebesar Rp186,12 miliar dan 1,34 miliar. Tabel 5.3 Perkembangan BI-RTGS Tw. III 2008 Wilayah FROM TO FROM TO Nilai Nilai Nilai (Miliar (Miliar Volume Rp) Volume (Miliar Rp) Volume Rp) BATAM 1.870, , , NATUNA , TANJUNG BALAI , ,06 7 TANJUNGPINANG 104, , , UANG PALSU Jumlah uang rupiah palsu yang dilaporkan ke Bank Indonesia Batam pada triwulan III 2008 berjumlah Rp ,00 dengan jumlah lembar sebanyak 85 lembar. Jumlah tersebut meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan dengan triwulan II 2008 yang tercatat sebesar Rp dengan jumlah lembar sebanyak 52 lembar. Tabel 5.4. Perkembangan Uang Palsu Tw. II Tw. III Pecahan Nominal Lembar Nominal Lembar Berdasarkan jenis pecahan, uang kertas rupiah palsu pecahan Rp ,00 dilaporkan sebanyak 54 lembar, uang kertas rupiah palsu pecahan Rp50.000,00 dilaporkan sebanyak 18 lembar, uang kertas rupiah palsu pecahan Rp20.000,00 dilaporkan sebanyak 11 lembar, uang kertas rupiah palsu pecahan Rp10.000,00 dilaporkan sebanyak 2 lembar. 56

52 Diagram 5.1. Prosentase Pecahan Uang Palsu nominal lembar Terkait dengan uang palsu yang beredar di masyarakat, Bank Indonesia Batam terus melakukan berbagai upaya untuk menekan peredarannya, antara lain dengan melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada berbagai kalangan (perbankan, pelajar, mahasiswa, masyarakat umum). Selain itu, Kantor Bank Indonesia Batam juga memasang iklan layanan masyarakat tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah di beberapa media, salah satunya adalah di bioskop yang ada di Kota Batam. 57

53 BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN 6.1. KETENAGAKERJAAN Sampai dengan bulan Februari 2008 jumlah angkatan kerja di Provinsi Kepulauan Riau mencapai orang, atau mengalami peningkatan sebanyak orang (10,45%) dibandingkan bulan Agustus Dari total agkatan kerja tersebut sebanyak orang telah bekerja atau mengalami peningkatan sebanyak orang (11,45%) terhadap bulan Agustus Sementara itu sebanyak orang berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional sampai dengan Februari 2008 tercatat sebagai pengangguran atau mengalami peningkatan sebanyak orang (4,34%). Tingkat pertumbuhan orang yang bekerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan angkatan kerja dan pertumbuhan pengangguran ini menunjukkan lapangan kerja yang ada di Provinsi Kepulauan Riau masih dapat menampung angkatan kerja meskipun belum maksimal. Grafik 6.1. Perkembangan Penduduk Angkatan Kerja Grafik 6.2. Perkembangan Penduduk Bukan Angkatan Kerja Sumber : BPS data diolah Jumlah bukan angkatan kerja di Provinsi Kepulauan Riau sampai dengan Februari 2008 justru mengalami penurunan dibandingkan dengan Agustus Jumlah bukan angkatan kerja mengalami penurunan sebanyak orang (0,81%) sehingga tercatat sebanyak orang. Jumlah angkatan kerja yang menurun terutama disebabkan karena terjadinya penurunan bukan angkatan kerja yang masih sekolah yang mengalami penurunan sebanyak orang (4,53%). Sedangkan 58

54 penduduk bukan angkatan kerja yang mengurus rumah tangga mengalami kenaikan sebanyak orang (2,29%). Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Seminggu yang Lalu URAIAN Agt. 06 Feb. 07 Agt. 07 Feb. 08 Angkatan kerja Bekerja Pengangguran Total Bukan Angkatan Kerja Sekolah Mengurus RT Lainnya Total Sumber : BPS, Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional 2006,2007,2008 Tingkat partisipasi angkatan kerja sampai dengan Februari 2008 mengalami peningkatan dibandingkan dengan Agustus Jika pada Agustus 2007 tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebesar 63,07%, maka pada Februari 2008 tingkat partisipasi angkatan kerja tersebut mengalami peningkatan menjadi sebesar 65,61%. Grafik 6.3. Tingkat Pengangguran Terbuka dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Sumber : BPS data diolah Sementara itu, tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2008 justru mengalami penurunan dibandingkan dengan Agustus Pada Februari 2008 tingkat pengangguran terbuka tercatat sebesar 8,49%, lebih rendah dibandingkan dengan tingkat pengangguran terbuka pada Agustus 2007 yang tercatat sebesar 9,01%. 59

55 Dilihat dari lapangan usahanya, jumlah pekerja di Provinsi Kepulauan Riau masih terkonsentrasi di sektor industri dengan total pekerja sebanyak orang atau 30,54% dari total pekerja di Provinsi Kepulauan Riau. Penduduk yang bekerja di sektor ini mengalami peningkatan sebanyak orang atau 38,94% dibandingkan bulan Agustus Sektor yang cukup dominan dalam menyerap pekerja berikutnya adalah sektor perdagangan dengan jumlah pekerja sebanyak orang (18,81%). Pekerja di sektor ini pada bulan Februari 2008 mengalami penurunan sebanyak (4,16%) dibandingkan bulan Agustus Sementara itu sektor pertanian menyerap tenaga kerja sebanyak orang atau 17,11% dari total pekerja di Provinsi Kepulauan Riau. Pekerja di sektor ini pada bulan Februari 2008 mengalami peningkatan sebanyak orang (24,74%) dibandingkan Agustus Grafik 6.4. Perkembangan Pekerja Sektoral Grafik 6.5. Share Pekerja Sektoral Sumber : BPS data diolah Menurut status pekerjaan utamanya, jumlah penduduk berusia di atas 15 tahun di Provinsi Kepulauan Riau sebagian besar berkerja sebagai karyawan dengan jumlah orang atau 58,49% dari total penduduk yang bekerja di Provinsi Kepulauan Riau. Jumlah karyawan pada bulan Februari 2008 mengalami peningkatan dibandingkan sebanyak orang (11,00%) dibandingkan bulan Agustus Sedangkan penduduk yang bekerja sebagai wiraswasta tercatat sebanyak (24,70%) atau mengalami peningkatan sebanyak 76 orang (0,05%). 60

56 Grafik 6.6. Perkembangan Pekerja menurut Status Grafik 6.7. Share Pekerja menurut Status Sumber : BPS data diolah 6.2. KESEJAHTERAAN Sampai dengan bulan Maret 2008 jumlah penduduk miskin di Propinsi Kepulauan Riau tercatat sebesar 136,4 ribu orang atau 9,18% dari total penduduk Provinsi Kepulauan Riau yang tercatat sebanyak 1,49 juta orang. Angka tersebut mengalami penurunan sebesar 12 ribu orang (8,09%) dibandingkan dengan angka penduduk miskin pada bulan Maret 2007 yang tercatat sebanyak 148,4 ribu orang atau 10,30 % dari total penduduk Provinsi Kepulauan Riau saat itu yang berjumlah 1,44 juta orang. Grafik 6.8. Perkembangan Penduduk Miskin Sumber : BPS Data diolah Jumlah penduduk miskin yang berada di perkotaan pada bulan Maret 2008 mengalami penurunan sebanyak 7,6 ribu orang (9,90%) dibandingkan dengan bulan Maret 2007 sehingga menjadi 69,2 ribu orang. Sementara penduduk miskin yang berada di pedesaan pada 61

57 bulan Maret 2008 tercatat sebanyak 67,1 ribu orang atau mengalami penurunan 4,5 ribu orang (6,28%) dibandingkan Maret Perubahan Garis Kemiskinan Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Selama Maret Maret 2008, Garis Kemiskinan naik sebesar 5,64 %, yaitu dari Rp ,- per kapita per bulan pada 2007 menjadi Rp ,- per kapita per bulan pada Pada periode yang sama perkembangan garis kemiskinan daerah perkotaan meningkat 3,87%, dan jauh lebih meningkat di wilayah perdesaan sekitar 8,22%. Grafik 6.9. Peranan Makanan terhadap Garis Kemiskinan Grafik Peranan Bukan Makanan terhadap Garis Kemiskinan Sumber : BPS data diolah Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2008 peranan GKM terhadap GK lebih besar dari Maret 2007, yaitu dari 69,87% menjadi 70,10%. Baik diperkotaan maupun perdesaan peranan GKM terhadap GK juga terlihat meningkat, yaitu dari 65,69% menjadi 65,88% wilayah kota, di perdesaan dari 75,98% menjadi 76,01%. Berdasarkan komoditas, barang kebutuhan pokok yang paling penting bagi penduduk miskin adalah beras. Pada bulan Maret 2008, sumbangan pengeluaran beras terhadap Garis Kemiskinan sebesar 22,39% di perdesaan dan 16,35% di perkotaan. Selain beras, barangbarang kebutuhan pokok lain yang berpengaruh cukup besar terhadap Garis Kemiskinan adalah gula pasir (3,14% di perdesaan dan 7,16% di perkotaan), telur (2,36% di perdesaan 62

58 dan 3,50% di perkotaan), mie instan (3,15% di perdesaan dan 3,77% di perkotaan) dan minyak goreng (1,69% di perdesaan dan 2,18% di perkotaan) Perubahan Garis Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Grafik Indeks Kedalaman Kemiskinan Grafik Indeks Keparahan Kemiskinan Sumber : BPS data diolah Pada periode Maret Maret 2008, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) menunjukkan kecenderungan meningkat. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 1,90 menjadi 2,07, demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan naik dari 0,50 menjadi 0,72 pada periode yang sama. Kenaikan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin menjauh dari garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar. Daerah perkotaan periode Maret 2007 Maret 2008, Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 2,33 menjadi 1,88, sementara Indeks Keparahan Kemiskinan juga mengalami penurunan, yaitu sebesar 0,11. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin daerah perkotaan cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin daerah perkotaan semakin mengecil. Daerah perdesaan periode Maret 2007-Maret 2008, Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 1,42 menjadi 2,29, sementara Indeks Keparahan Kemiskinan mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu dari 0,29 menjadi 0,87. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin daerah perdesaan cenderung makin menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin daerah perdesaan semakin bertambah. 63

59 Pada periode Maret 2008, Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan daerah perdesaan lebih besar dari perkotaan. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin daerah perdesaan lebih jauh dari garis kemiskinan dibanding perkotaan daerah, dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin perdesaan lebih melebar dibanding daerah perkotaan. 64

60 BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI Berbagai tekanan dari sisi permintaan akan menjadi determinan utama tertahannya laju pertumbuhan di triwulan IV Meski dampaknya semakin minimal, belum pulihnya daya beli masyarakat masih akan mempengaruhi kinerja sejumlah sektor ekonomi seperti sektor perdagangan, pengangkutan dan bangunan. Di samping itu, perekonomian juga mendapat tekanan dari melambatnya aktivitas ekonomi global, terlebih sejak terjadinya resesi keuangan di Amerika Serikat. Selain berimplikasi pada operasional rutin perusahaan, kesulitan likuiditas yang dialami sejumlah negara akan mempengaruhi ekspansi bisnis yang akan dilakukan. Dengan demikian, arus investasi yang masuk ke Kepulauan Riau diperkirakan semakin tertahan. Inflasi IHK kota Batam selama triwulan IV-2008 diproyeksi relatif menurun dibanding saat ini. Tekanan inflasi akhir tahun (Natal dan Tahun Baru) diperkirakan cukup minimal karena tidak terjadi lonjakan permintaan dan distribusi barang yang relatif stabil. Sementara efek kenaikan harga BBM terhadap inflasi sudah mulai hilang sejak bulan Agustus PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI Laju pertumbuhan ekonomi di triwulan III-2008 diperkirakan berada di kisaran 5,17% - 6,22% (y-o-y). Pesimisme menghadapi kondisi ekonomi triwulan mendatang diidentifikasi berasal dari tekanan permintaan domestik dan internasional. Permintaan domestik masih belum pulih karena kenaikan pendapatan tidak sebanding dengan naiknya harga-harga kebutuhan. Sementara kondisis global yang saat ini memasuki masa sulit cukup berpengaruh terhadap aktivitas produksi perusahaan di Kepulauan Riau, khususnya kota Batam. Hal ini disebabkan karena seluruh produksi perusahaan manufaktur yang berdomisili di Batam akan diekspor kembali ke prinsipalnya. Adapun sebagian besar ekspor barang yang keluar dari wilayah kepabeanan ditujukan ke Singapura, yakni mencapai 70% dari total ekspor. Atau dengan kata lain, industri pengolahan yang berada di Batam merupakan perpanjangan tangan dari negara tersebut. 65

61 Atas dasar itu, perkembangan perekonomian Singapura menjadi faktor penting untuk dicermati karena akan sangat mempengaruhi pertumbuhan sektor industri pengolahan di Batam dan Kepulauan Riau. Perekonomian negara tetangga di triwulan III-2008 semakin menurun bahkan menyentuh level negatif. Laju pertumbuhan ekonomi Singapura di triwulan III-2008 diperkirakan semakin tertekan dibanding triwulan sebelumnya dari 2,3% menjadi - 0,5%. Buruknya rapor perekonomian Singapura di triwulan ini menjadi lebih mengkhawatirkan karena didorong oleh menurunnya kinerja sektor manufaktur dimana sebelumnya juga telah menurun 4,9%. Sementara di sisi harga-harga, kecenderungan inflasi yang masih tinggi juga akan menghambat recovery pertumbuhan di triwulan ke depan. Meski demikian masih terdapat peluang pertumbuhan sebagaimana diharapkan oleh pemerintah Singapura, dimana perekonomian selama tahun 2008 diperkirakan tumbuh sebesar 3%. Tabel 7.1 Perkembangan Ekonomi Singapura Grafik 7.1 Pertumbuhan Ekonomi&Inflasi Singapura Sumber : MTI Singapore Sep.2008 *) advanced estimated Sumber : BI DSM & MTI Singapore Grafik 7.2 Nilai Tukar IDR terhadap SGD Grafik 7.3 Index Harga Solar & Gas Industri Sumber : BI - DSM Sumber : CEIC 66

62 Dilihat dari nilai tukar terhadap Singapura Dollar (SGD), mata uang Rupiah juga masih mengalami pelemahan sejalan dengan pelemahan terhadap Dollar Amerika. Sebagaimana diketahui, peredaran mata uang SGD di Kepulauan Riau cukup tinggi dan transaksi dalam mata uang tersebut masih lazim dilakukan. Kondisi-kondisi tersebut sangat tidak mendukung perekonomian Kepulauan Riau karena ketergantungannya yang cukup tinggi terhadap negara tersebut. Mengingat besarnya kontribusi sektor industri pengolahan terhadap pembentukan PDRB maka menurunnya size ekonomi Singapura akan berdampak cukup signifikan terhadap laju perekonomian propinsi Kepulauan Riau. Grafik 7.4 Estimasi Pertumbuhan Ekonomi Tabel 7.2 Slope Sektoral PDRB Kepulauan Riau Sumber : Proyeksi BI Batam Sumber : Bank Indonesia Batam Grafik 7.5 Estimasi Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Grafik 7.6 Estimasi Pertumbuhan Sektor Bangunan Sumber : Proyeksi BI Batam Sumber : Proyeksi BI Batam 67

63 Tenanan daya beli dan menurunnya aktivitas perekonomian global terutama Singapura berdampak negatif terhadap pertumbuhan di setiap sektor ekonomi. Implikasi paling besar akan dirasakan sektor industri pengolahan yang diproyeksi melambat sekitar 1% sehingga pertumbuhan di triwulan IV-2008 akan berada di kisaran 4,11% - 5,18%. Berdasarkan asesmen yang dilakukan, pengaruh langsung yang diberikan sektor ini cukup besar dan signifikan. Dengan mengabaikan sektor lainnya, estimasi penurunan sektor industri sebesar 1% akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi sebesar 1,1%. Adapun perlambatan yang dialami sektor industri masih akan berlanjut di triwulan IV Penurunan disebabkan berkurangnya permintaan masyarakat terhadap perumahan terutama perumahan kecil-menengah atau tipe <70m 2. Di samping itu, kegiatan konstruksi swasta juga diperkirakan melambat sejalan dengan terhambatnya ekspansi. Sektor bangunan diperkirakan tumbuh sekitar 18,86% - 22,45%. Industri pengangkutan sebagai sektor yang paling terpengaruh oleh kenaikan harga BBM diperkirakan masih belum pulih. Turunnya pertumbuhan sektor ini terkait dengan tekanan daya beli yang juga dihadapi oleh negara-negara tetangga, sehingga aktivitas bepergian dari dan menuju Batam akan berkurang. Pertumbuhan sektor ini diperkirakan sekitar 9,74% - 10,88%. Melambatnya sektor pengangkutan juga berpengaruh pada aktivitas di sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor perdagangan, hotel dan restoran yang pada triwulan ini tumbuh 8,36% diperkirakan semakin melambat pada kisaran 7,16% - 8,34%. Namun demikian, ekspektasi segera teralisasinya FTZ di Batam, Bintan dan Karimun serta ditetapkannya Batam sebagai salah satu kota MICE (Meetings, Incentive, Convention & Exhibition ) di Indonesia diharapkan mampu menahan dampak perlambatan lebih jauh yang akan terjadi. Grafik 7.7 Estimasi Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Grafik 7.8 Estimasi Pertumbuhan Sektor Pengangkutan & Komunikasi Sumber : Proyeksi BI Batam Sumber : Proyeksi BI Batam 68

64 Grafik 7.9 Estimasi Pertumbuhan Sektor Keuangan Grafik 7.10 Estimasi Pertumbuhan Sektor Pertanian Sumber : Proyeksi BI Batam Sumber : Proyeksi BI Batam Pertumbuhan sektor keuangan juga diproyeksi melambat pada level 8,24% - 9,38%. Perlambatan masih terkait dengan kondisi likuiditas perbankan secara nasional yang tumbuh lebih moderat dibanding ekspansi kredit yang dilakukan. Meski demikian, pertumbuhan kelembagaan perbankan terutama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masih akan terjadi. Adapun sampai dengan akhir tahun diperkirakan akan terdapat sekitar 25 BPR, bertambah 6 BPR dibanding posisi September 2008 dimana terdapat 19 BPR. Sedangkan pertumbuhan sektor pertanian di triwulan IV-2008 diperkirakan relatif konstan dibanding saat ini yang tumbuh 2,18%. Laju pertumbuhan di triwulan akhir 2008 diproyeksi sekitar 2,01% - 2,89%. Di sisi penerimaan, laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga relatif konstan meski terdapat kecenderungan meningkat. Adanya peningkatan nilai tambah di komponen konsumsi terutama didorong oleh meningkatnya pengeluaran rumah tangga menjelang akhir tahun. Di samping itu, pengeluaran anggaran belanja pemerintah yang belum proporsional diperkirakan akan terealisasi di akhir tahun Konsumsi Rumah tangga diperkirakan tumbuh sekitar 18,09% - 19,45%. 69

65 Grafik 7.11 Estimasi Pertumbuhan Konsumsi RT Grafik 7.12 Estimasi Pertumbuhan Investasi PMTB Sumber : Proyeksi BI Batam Sumber : Proyeksi BI Batam Grafik 7.13 Estimasi Pertumbuhan Ekspor Grafik 7.14 Estimasi Pertumbuhan Impor Sumber : Proyeksi BI Batam Sumber : Proyeksi BI Batam Menurunnya aktivitas ekonomi global akan sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di sisi investasi. Aktivitas investasi barang modal (PMTB) diperkirakan semakin menurun di triwulan mendatang, sehingga hanya tumbuh pada kisaran 22,20% - 25,39%. Sejalan dengan itu, aktivitas perdagangan luar negeri (ekspor-impor) juga kembali akan mendapat tekanan. Meski diproyeksi masih terdapat peluang bagi pertumbuhan ekspor, namun tren meningkatnya impor akan semakin memperbesar defisit neraca perdagangan Kepulauan Riau secara riil. Ekspor diperkirakan tumbuh sekitar 1,77% - 3,85%, sedangakan pertumbuhan impor akan berada di kisaran 23,21% - 26,71%. Laju penurunan lebih lanjut diharapkan dapat tertahan dengan dipercepatnya implementasi FTZ secara nyata. Penataan infrastruktur lokal dan promosi ke negara-negara Timur Tengah yang relatif lebih bertahan 70

66 terhadap krisis global diharapkan dapat memberi stimulus baru bagi pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau PROSPEK INFLASI Memperhatikan kecenderungan pergerakan indikator ekonomi wilayah Provinsi Kepulauan Riau serta berdasarkan pemantauan pada hal-hal yang dapat memberikan pengaruh bagi pergerakan dimaksud seperti dampak musiman, pengaruh alam, perkembangan terkini mengenai perekonomian global serta dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sampai dengan triwulan III 2008, prospek inflasi pada periode triwulan IV 2008 diperkirakan tetap mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi kecenderungan menurun. Prospek harga di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan IV 2008 diperkirakan akan tetap mengalami inflasi pada kisaran 9% - 10% (yoy) atau 0,83% - 1,40% (qtq) sehingga sampai dengan akhir tahun 2008 inflasi tahun kalender diperkirakan akan berada pada kisaran 8,40% - 9,31% (ytd). Grafik 7.15 Estimasi Inflasi Umum Kelompok bahan makanan pada triwulan IV 2008 diperkirakan akan menjadi penyumbang inflasi terbesar dengan angka inflasi sekitar 13,58% - 15,79% (yoy). Secara triwulanan, kelompok bahan makanan pada triwulan IV 2008 diperkirakan akan mengalami inflasi pada kisaran 0,41% - 1,22% (qtq). Sedangkan secara bulanan, pada triwulan IV 2008 inflasi kelompok bahan makanan diperkirakan akan mengalami inflasi dengan rata-rata sekitar 0,41% (mtm). Sampai akhir tahun inflasi kelompok bahan makanan diperkirakan berada pada kisaran 12,88 13,58% (ytd). 71

67 Grafik 7.16 Estimasi Inflasi Bahan Makanan Grafik 7.17 Estimasi Inflasi Makanan Jadi Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan IV 2008 diperkirakan akan mengalami inflasi dengan kisaran 4,58% - 5,33% (yoy). Secara triwulanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan III 2008 diperkirakan akan mengalami inflasi pada kisaran 0,23% - 1,04% (qtq). Sedangkan secara bulanan, pada triwulan III 2008 inflasi kelompok ini diperkirakan akan mengalami inflasi dengan rata-rata per bulan sekitar 0,35% (mtm). Sampai akhir tahun 2008, inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau diperkirakan akan berada pada kisaran 4,76% - 5,22% (ytd). Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan IV 2008 diperkirakan akan mengalami inflasi dengan kisaran 6,80% - 7,16% (yoy). Secara triwulanan, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan IV 2008 diperkirakan akan mengalami inflasi pada kisaran 1,69% - 1,07% (qtq). Sedangkan secara bulanan, pada triwulan IV 2008 inflasi kelompok ini diperkirakan akan mengalami inflasi dengan rata-rata per bulan sekitar 0,36% (mtm). Sampai akhir tahun inflasi kelompok perumahan diperkirakan berada pada kisaran 6,93% - 7,16% (ytd). Grafik 7.18 Estimasi Inflasi Perumahan Grafik 7.19 Estimasi Inflasi Sandang 72

68 Kelompok sandang pada triwulan IV 2008 diperkirakan akan mengalami inflasi dengan kisaran 7,96% - 10,56% (yoy). Secara triwulanan, kelompok sandang pada triwulan IV 2008 diperkirakan akan mengalami inflasi pada kisaran 0,83% - 1,74% (qtq). Sedangkan secara bulanan, pada triwulan III 2008 inflasi kelompok ini diperkirakan akan mengalami inflasi dengan rata-rata per bulan sekitar 0,58% (mtm). Sampai akhir tahun 2008 inflasi kelompok sandang diperkirakan pada kisaran 7,76% - 8,22% (ytd) Kelompok kesehatan pada triwulan IV 2008 diperkirakan akan mengalami inflasi dengan kisaran 5,48% - 6,43% (yoy). Secara triwulanan, kelompok kesehatan pada triwulan IV 2008 diperkirakan akan mengalami inflasi pada kisaran 0,49% - 0,71% (qtq). Sedangkan secara bulanan, pada triwulan IV 2008 inflasi kelompok kesehatan diperkirakan akan mengalami inflasi dengan rata-rata per bulan sekitar 0,16% (mtm). Sampai dengan akhir tahun 2008 kelompok kesehatan diperkirakan akan mengalami inflasi pada kisaran angka 5,57% - 6,43% (ytd). Grafik 7.20 Estimasi Inflasi Kesehatan Grafik 7.21 Estimasi Inflasi Pendidikan Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan IV 2008 diperkirakan akan mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami peningkatan terkait dengan dimulainya tahun ajaran baru sekolah. Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan IV 2008 diperkirakan akan mengalami inflasi dengan kisaran 1,97% - 2,14% (yoy). Secara triwulanan, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan IV 2008 diperkirakan akan mengalami inflasi pada kisaran 0,64% - 2,20% (qtq). Sedangkan secara bulanan, pada triwulan IV 2008 inflasi kelompok ini diperkirakan akan mengalami inflasi dengan rata-rata per bulan sekitar 0,21% (mtm). Kelompok tranportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan IV 2008 diperkirakan akan mengalami inflasi dengan kisaran 8,85% - 9,09% (yoy). Secara triwulanan, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan III 2008 diperkirakan akan mengalami inflasi pada kisaran 1,62% - 2,36% (qtq). Sedangkan secara bulanan, pada 73

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Mementum pemulihan ekonomi makro regional Kepulauan Riau diperkirakan terjadi pada triwulan ini. Laju penurunan nilai tambah ekonomi (PDRB) semakin

Lebih terperinci

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro 1.1. KONDISI UMUM Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II-2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA 1.1. Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku mencapai angka Rp 10,157 triliun, sementara pada tahun

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Optimisme pemulihan ekonomi negara-negara mitra dagang utama sedang berlangsung meskipun belum mendorong terjadinya recovery perekonomian Kepulauan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Mementum pemulihan ekonomi makro regional Kepulauan Riau diperkirakan terjadi pada triwulan ini. Laju penurunan nilai tambah ekonomi (PDRB) semakin

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 53/08/35/Th. X, 6 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Semester I Tahun 2012 mencapai 7,20 persen Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Bab Perkembangan Ekonomi Makro.. KONDISI UMUM Perekonomian Kepulauan Riau pada tw.i- diperkirakan tumbuh,%, lebih rendah dibanding pertumbuhan tw.iv- sebesar,% (y-o-y). Tinjauan secara triwulan (q-t-q)

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013 No. 06/11/62/Th.VII, 6 Nopember 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan III-2013 terhadap triwulan II-2013 (Q to Q) secara siklikal mengalami

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2009 2010 2011 2012 Pertumb Trw IV Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Tw. I Tw.

Lebih terperinci

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2013,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) menerbitkan Buku Saku Statistik Makro Triwulanan. Buku Saku Volume V No. 4 Tahun

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006 INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006 2007 Pertumb Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV qtq MAKRO Laju

Lebih terperinci

Memasuki pertengahan tahun 2009, momentum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur

Memasuki pertengahan tahun 2009, momentum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur Memasuki pertengahan tahun 2009, momentum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur mulai memperlihatkan tanda pemulihan dari tekanan gejolak penurunan harga minyak mentah maupun harga pangan dunia (CPO) yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2008 2009 2010 Pertumb Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III qtq

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 No.11/02/63/Th XVII, 5 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2012 tumbuh sebesar 5,73 persen, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor konstruksi

Lebih terperinci

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i ii Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 INDIKATOR EKONOMI KOTA TERNATE 2015 No. Katalog : 9201001.8271 No. Publikasi : 82715.1502 Ukuran Buku : 15,5 cm

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 54/08/35/Th. XI, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan II Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,97 persen Pertumbuhan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006 2007 2008 2009 Pertumb Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV tahun sebesar 5,18% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy), namun masih

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas tercatat sebesar 5,11% (yoy), atau meningkat dibanding triwulan lalu yang sebesar 4,4% (yoy). Seluruh sektor ekonomi pada triwulan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 58/08/35/Th. XII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. dan Struktur Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Ekonomi Jawa Timur Triwulan II - 2014 (y-on-y)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 No. 40/08/36/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 PDRB Banten triwulan II tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2,17 persen,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG K e p a l a,

KATA PENGANTAR BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG K e p a l a, KATA PENGANTAR Perubahan data Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator ekonomi makro yang penting untuk memberikan gambaran tentang pola konsumsi masyarakat serta dapat menunjukkan keseimbangan

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka Kata pengantar Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun 2012 merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen data terhadap data-data yang sifatnya strategis, dalam

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/36/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian Banten pada triwulan IV-2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH PERKEMBANGAN INFLASI ACEH BAB 2 Inflasi Aceh yang dihitung berdasarkan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) di dua kota yaitu Banda Aceh dan Lhokseumawe pada triwulan III tahun 2012 tercatat sebesar 2,07%

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi September 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi September 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi September 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat September 2017, Mamuju Inflasi 0,01 persen. Berdasarkan hasil Survei Harga

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Oktober 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Oktober 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Oktober 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat Oktober 2017, Mamuju Deflasi 0,48 persen. Berdasarkan hasil Survei Harga

Lebih terperinci

KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014

KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 46/08/73/Th. VIII, 5 Agustus 2014 KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014 Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan II tahun 2014 yang dihitung berdasarkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG TON PERSEN BAB 1 Sementara itu tumbuhnya kegiatan impor luar negeri sedikit diredam oleh melambatnya kinerja impor antar pulau. Indikator dimaksud ditunjukkan oleh volume bongkar di beberapa pelabuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN III-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN III-2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN III-2014 No. 53/11/36/Th.VIII, 5 November 2014 PDRB Banten triwulan III 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2 persen, melambat

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI SULAWESI BARAT a No. 6/11/76/Th. IX, November 015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI OKTOBER 015 MAMUJU INFLASI 0,13 PERSEN Berdasarkan hasil Survei Harga Konsumen 8 kota di Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan I-9 Secara tahunan (yoy) perekonomian Indonesia triwulan I-9 tumbuh 4,37%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (5,18%). Sementara secara triwulanan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011 No. 43/08/63/Th XV, 05 Agustus 20 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-20 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-20 tumbuh sebesar 5,74 persen jika dibandingkan triwulan I-20 (q to q)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 61/11/76/Th. X, 1 November 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI OKTOBER 2016 MAMUJU DEFLASI 0,17 PERSEN Berdasarkan hasil Survei Harga Konsumen 82 kota di Indonesia

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

No. 01/3307/2017, 9 Mei 2017

No. 01/3307/2017, 9 Mei 2017 No. 01/3307/2017, 9 Mei 2017 Pada bulan April 2017 Wonosobo mengalami inflasi sebesar 0,02 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 124,27. Inflasi April 2017 lebih tinggi dibandingkan Maret 2017

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014 No. 68/11/71/Th. VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014 Perekonomian Sulawesi Utara yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada ulan III/2014

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI SULAWESI BARAT a No. 38/07/76/Th. IX, 1 Juli 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JUNI 2015 MAMUJU INFLASI 0,95 PERSEN Berdasarkan hasil Survei Harga Konsumen 82 kota di Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2010 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 28/05/35/Th. VIII, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2010 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2010 sebesar 5,82 persen Perekonomian Jawa Timur pada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2015 INFLASI 0,03 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2015 INFLASI 0,03 PERSEN BPS KABUPATEN KEBUMEN No. 06/06/33/05/Th. VI, 01 April 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2015 INFLASI 0,03 PERSEN Pada Bulan Maret 2015 di Kota Kebumen terjadi

Lebih terperinci

KAWASAN AMERIKA SELATAN DAN KARIBIA SEBAGAI TUJUAN EKSPOR

KAWASAN AMERIKA SELATAN DAN KARIBIA SEBAGAI TUJUAN EKSPOR KAWASAN AMERIKA SELATAN DAN KARIBIA SEBAGAI TUJUAN EKSPOR Disampaikan pada acara Rountable Discussion Potensi dan Peluang Kerjasama Ekonomi Indonesia dengan negara-negara di Kawasan Amerika Selatan dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI KOTA BLORA JULI 2016 INFLASI 1,03 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI KOTA BLORA JULI 2016 INFLASI 1,03 PERSEN PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI KOTA BLORA JULI 2016 INFLASI 1,03 PERSEN No. 08/08/33/16/Th.VIII, 15 Agustus 2016 Pada bulan Juli 2016 Kota Blora terjadi inflasi 1,03 persen dengan Indeks Harga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 28 Perekonomian Indonesia tahun 28 tumbuh 6,6%(yoy), mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan tahun 27 (6,28%). Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi didorong

Lebih terperinci

. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR PERTANIAN

. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR PERTANIAN *) Angka Sementara Sumber : BPS. Prov. Gorontalo 1.2.1 SEKTOR PERTANIAN. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR 2009 2010 I II III IV I II III 1. PERTANIAN 7,74 5,42 (2,89) 5,18 1,52 1,35

Lebih terperinci

BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI

BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI No. 96/02/21/Th. IV / 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU PDRB KEPRI TAHUN 2008 TUMBUH 6,65 PERSEN PDRB Kepri pada tahun 2008 tumbuh sebesar 6,65 persen,

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN WONOGIRI No. 01/09/3312/Th 2016, September 2016 INFLASI KABUPATEN WONOGIRI PADA BULAN AGUSTUS 2016 SEBESAR -0,31% Bulan us 2016, Kabupaten Wonogiri mengalami deflasi sebesar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 52/08/35/Th.XV, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan IV-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan i BAB I 2011 2012 2013 2014 1 10.00 8.00

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th. X, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2012 (c-to-c) mencapai 7,19 persen Ekonomi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA + No. 13/3373/4/07/17/Th.IX, 4 Juli 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA BULAN JUNI 2017 INFLASI 0,53 Perkembangan harga kebutuhan secara umum di Kota Salatiga pada bulan

Lebih terperinci

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG Katalog BPS : 7102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG No. Katalog : 7102004.3322 No. Publikasi : 33224.13.04 Ukuran Buku : 5,83 inci x 8,27 inci Jumlah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... BAB I. HARGA HARGA...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... BAB I. HARGA HARGA... DAFTAR ISI HALAMAN KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii - vi DAFTAR TABEL BAB I. HARGA HARGA..... 1.1. Harga Rata-rata Beras di Kota Semarang menurut Kualitas Tahun 2003-2009 (Rp/Kg)... 1.2. Harga Rata-rata

Lebih terperinci