BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN"

Transkripsi

1 BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Implementasi Implementasi Mekanisme Gerak dan Aktuator (Turret) Berdasarkan spesifikasi dan analisis, sistem mekanisme gerak yang dirancang harus memiliki komponen gerak 2 (dua) dimensi yaitu ke arah sumbu horiosontal dan vertikal. Kemampuan gerak pada 2 (dua) arah tersebut untuk mendukung pergerakan sensor kamera untuk mendapatkan informasi citra yang maksimal bagi robot. Selain untuk menggerakan mekansime gerak (turret) tersebut dibutuhkan aktuator berupa motor servo untuk mendapatkan pergerakan yang memperhatikan kepresisian sudut. Perlu diperhatikan pemilihan bahan yang tepat untuk mengimplementasikan mekanisme gerak (turret) yang diimplementasikan. Bahan yang digunakan harus memiliki kriteria kekokohan agar mampu mengangkat seluruh komponen komponen yang dilekatkan dan ringan agar mudah digerakan oleh aktuator motor servo. Bahan yang digunakan untuk mengimplementasikan mekanisme gerak (turret) adalah alumium. Selain itu perlu diperhatikan lokasi penempatan mekanisme gerak (turret) dengan memperhatikan luas area yang dimiliki, kesesuaian dengan komponen komponen lain, dan aturan dimensi robot. Dibawah ini adalah gambar rancang platform robot. 69

2 Gambar 4.1 Rancangan Robot VAIRo Dimensi dari platform robot VAIRo diatas adalah: Panjang : 260 mm Lebar : 200 mm Tinggi : 250 mm Pada rancangan awal ini bentuk mekanisme penggerak yang dirancang masih sederhana dan hanya dapat bergerak ke arah sumbu horisontal saja. Selain itu berdasarkan gambar rancangan tersebut didapatkan tinggi base robot mencapai 100 mm, sedangkan tinggi maksimum robot berdasarkan peraturan KRCI divisi expert single adalah 300 mm. Berdasarkan hal tersebut ukuran tinggi maksimum rancangan mekanisme penggerak (turret) adalah 200 mm. Selain itu perlu diperhatikan lebar 70

3 mekanisme penggerak yang akan diimplementasikan tidak dapat lebih dari 115 mm dengan dengan mempertimbangkan akan dipasangnya beberapa sensor jarak pada bagian kiri dan kanan robot. Pada awal perancangan dan implementasi turret memiliki batas gerak yaitu tidak dapat bergerak ke arah vertikal. Namun pergerakan yang terbatas tersebut membatasi jangkauan penglihatan robot untuk itu perlu ditambahan fitur pergerakan ke arah vertikal. Gambar rancangan turret dengan mekanisme gerak 2 (dua) arah dapat dilihat pada bagian perancangan. Rancangan awal turret dengan 2 (dua) mekanisme gerak mengalami 1 (kali) perubahan karena pada rancangan awal didapati terdapat kerumitan untuk mengimplementasikan pada bagian mekanisme gerak arah horisontal. Selain itu pada rancangan awal tidak diperhitungkan pelekatan komponen-komponen sensor lainya seperti sensor jarak dan suhu. Dibawah ini adalah gambar implementasi akhir dari turret setelah dipasang pada robot. 71

4 Gambar 4.2 Implementasi Turret pada Robot Gambar diatas menunjukan hasil akhir dari pembuatan mekanisme penggerak (turret) yang telah digabungkan dengan beberapa sensor dan aktuator. Dimensi akhir dari mekanisme penggerak adalah: Panjang : 80 mm Lebar : 110 mm Tinggi : 140 mm Implementasi Algoritma Gerak Turret Berdasarkan spesifikasi sistem yang dirancang dibutuhkan suatu algoritma perangkat lunak untuk mengendalikan pergerakan turret yang dibuat. Spesifikasi sistem yang ingin diwujudkan adalah pergerakan yang efisien dan cepat untuk membantu kamera melakukan pengenalan objek baik dari segi warna dan bentuk. Berdasarkan analisis dan perancangan yang dilakukan dimiliki 2 (dua) macam algoritma pergerakan yang 72

5 diimplementasikan. Algoritma yang pergerakan turret yang diimplementasikan adalah: Algoritma object scanning Algoritma object follower Kedua algoritma tersebut akan diimplementasikan pada robot VAIRo untuk mendeteksi warna dan bentuk benda, kemudian diuji dan dipilih algoritma mana yang lebih baik digunakan pada robot VAIRo untuk menyelesaikan misi misinya pada KRCI 2009 divisi expert single Algoritma Object Scanning Konsep dari algoritma seperti yang telah dijelaskan pada bagian perancangan perangkat lunak adalah membagi gerak turret menjadi beberapa posisi pada arah vertikal maupun horisontal. Seperti yang telah diketahui bahwa CMUcam3 memiliki 1 port GPIO (General Purpose Input Output) yang memiliki 3 (tiga) buah mode kerja yaitu; Input Output Servo Pada implementasi algoritma ini mode GPIO yang digunakan adalah mode servo. Selain itu perlu ditentukan berapa dan letak pin yang akan digunakan dengan mode servo. Berdasarkan spesifikasi sistem yang dirancang turret diharapkan memiliki kemampuan gerak 2 (dua) dimensi yaitu ke arah horisontal dan vertikal, untuk itu digunakan 2 (dua) buah aktuator motor servo yang masing masing akan dihubungkan pada pin 1 dan 2 port GPIO modul CMUcam3. Dibawah ini adalah tabel hubungan tipe motor servo yang digunakan, letak pin, dan arah pergerakan. Tabel 4.1 Tabel Hubungan Servo Dengan CMUcam3 Servo GPIO CMUcam3 Pin Arah Gerakan HS-322HD 1 Horisontal HS-322HD 2 Vertikal 73

6 Modul sensork kamera CMUcam3 menyediakan fungsi-fungsi penting untuk melakukan pengaturan GPIO, pada tugas akhir ini pengaturan port GPIO untuk pin 1 dan 2 menjadi mode servo adalah dengan menggunakan fungsi: void cc3_gpio_set_mode (uint8_t pin, cc3_gpio_mode_t mode) Dibawah ini pengaturan yang dilakukan pada pin 1 dan 2 pada algoritma object scanning. cc3_gpio_set_mode (0, CC3_GPIO_MODE_SERVO); cc3_gpio_set_mode (1, CC3_GPIO_MODE_SERVO); Setelah melakukan pengaturan mode dilanjutkan dengan memberikan nilai PWM yang tepat untuk melakukan pengaturan sudut motor servo. Fungsi yang digunakan untuk melakukan pengaturan nilai adalah: bool cc3_gpio_set_servo_position (uint8_t pin, uint8_t position) Parameter uint8_t position digunakan untuk menentukan posisi servo. Parameter ini akan memiliki jangkauan nilai dari yang merepresentasikan sudut 0 o 180 o. Pada algoritma ini fungsi ini digunakan untuk mengimplementasikan pergerakan turret. Sebelum algoritma ini diimplementasikan terdapat beberapa parameter yang harus diatur yaitu: Sudut horisontal paling kiri Sudut horisontal tengah Sudut horisontal paling kanan Sudut vertikal paling tinggi Sudut vertikal tengah Sudut vertikal paling rendah Pengujian dilakukan secara langsung dengan menguji nilai-nilai PWM terhadap sudut pergerakan kamera. Hasil yang didapatkan adalah: Sudut horisontal paling kiri = 250 Sudut horisontal tengah =

7 Sudut horisontal paling kanan = 5 Sudut vertikal paling tinggi = 50 Sudut vertikal tengah = 120 Sudut vertikal paling rendah = 198 Berdasarkan perancangan yang dilakukan pergerakan motor servo arah horisontal dan vertikal dibagai menjadi banyak posisi yang digunakan dengan perhitungan sebagai berikut: Sudut maksimum Sudut minimum Jumlah posisi gerak Dengan menggunakan rumus diatas perhitungan sudut servo yang digunakan adalah: Arah Horisontal Jumlah posisi gerak : 10 Sudut horisontal maksimum : 250 Sudut horisontal minimum : 5 Sudut pergerakan turret horisontal : 25 o Arah Vertikal Jumlah posisi gerak : 6 Sudut vertikal maksimum : 198 Sudut vertikal minimum : 50 Sudut pergerakan turret vertikal : 26 o Data-data diatas digunakan untuk menentukan pergerakan turret baik pada arah horisontal maupun vertikal. Di bawah ini adalah definisi parameter-parameter diatas pada implementasi algoritma ini. #define SVAIRO_mid 120 #define SVAIRO_leftMAX 250 #define SVAIRO_rightMAX 5 #define SVAIRO_upMAX 50 #define SVAIRO_downMAX 198 Posisi tengah vertikal dan horisontal didefinisikan dengan nama yang sama karena memiliki nilai yang sama. 75

8 Implementasi dari algoritma scanning pada sensor kamera CMUcam3. for (servo_posh = SVAIRO_rightMAX; servo_posh < SVAIRO_leftMAX; servo_posh+=35) { //search horizontal cc3_gpio_set_servo_position (CAM_RL, servo_posh); for (servo_posv = SVAIRO_upMAX; servo_posv < (SVAIRO_downMAX + 1); servo_posv+=37) { //search vertical cc3_gpio_set_servo_position (CAM_UD, servo_posv); printf ("servo position (H,V) = %d, %d\n", cc3_gpio_get_servo_position (CAM_RL), cc3_gpio_get_servo_position (CAM_UD)); simple_track_color (&t_pkt); printf ("num pix furniture= %d\n", t_pkt.num_pixels); printf ("density furniture= %d\n", t_pkt.int_density); simple_track_color (&t_pkt2); printf ("num pix doll= %d\n", t_pkt2.num_pixels); printf ("density doll= %d\n", t_pkt2.int_density); cc3_timer_wait_ms (500); Pada potongan program diatas sudut pergerakan turret dikonversikan menjadi nilai PWM dengan rumus: Nilai maksimum turret : 255 Nilai sudut maksimum : 180 Sudut pergerakan turret x nilai maksimum PWM Nilai sudut maksimum Pada potongan source code di atas dapat dilihat bahwa proses scanning akan dimulai dari kanan ke kiri arah horisontal dan disetiap sudut posisi horisontal turret proses scanning akan dimulai dari atas ke bawah. Disetiap posisi sudut sensor kamera akan melakukan pendeteksian warna Algoritma Object Follower Konsep dari algoritma ini seperti yang telah diuraikan pada bagian perancangan perangkat lunak adalah untuk mendeteksi suatu benda yang memiliki warna tertentu. Pada algoritma ini turret akan bergerak untuk menyesuaikan titik pusat massa benda dengan titik tengah citra. Untuk itu data titik tengah dari citra harus dicari dan disimpan sebagi variable pembanding. Dibawah ini adalah potongan source code untuk mendapatkan titik tengah dari citra. 76

9 x_mid = cc3_g_pixbuf_frame.width / 2; y_mid = cc3_g_pixbuf_frame.height / 2; Setelah mendapatkan titik tengah citra, maka akan dideteksi apakah ada warna tertentu yang terdeteksi dan menghitung selisih titik pusat massa dengan titik tengah dari citra bila nilai selisih yang didapatkan besar maka sudut pergerakan turret diatur dengan nilai besar sedangkan bila selisih yang dihasilkan kecil maka nilai sudut yang diberikan kecil. Dibawah ini adalah potongan source code yang digunakan pada implementasi algoritma ini. While(((t_pkt.centroid_x<(x_mid-5)) (t_pkt.centroid_x>(x_mid+5))) && ((t_pkt.centroid_y<(y_mid- 5)) (t_pkt.centroid_y>(y_mid+5)))) Fungsi dari fungsi pengulangan ini adalah untuk melakukan pengecekan apakah titik pusat dari objek telah berada pada titik tengah citra. Dibawah ini adalah salah satu potongan source code yang mengatur sudut gerak turret, besar atau kecil, berdasarkan selisih dari titik pusat massa dengan titik tengah citra. if (t_pkt.centroid_x > (x_mid + 20)) { printf ("turn camera right\n"); servo_current_pos = cc3_gpio_get_servo_position (CAM_RL); if (servo_current_pos >= (SVAIRO_rightMAX + 10)) { cc3_gpio_set_servo_position (CAM_RL, (servo_current_pos - 10)); } else cc3_gpio_set_servo_position (CAM_RL, SVAIRO_rightMAX); } Bagian diatas digunakan untuk menggerakan servo ke arah kanan dengan sudut yang lebih besar. Besar sudut pergerakan kamera adalah 7 derajat. else if (t_pkt.centroid_x > (x_mid + 5)) { printf ("turn camera right with lowest speed\n"); servo_current_pos = cc3_gpio_get_servo_position (CAM_RL); if (servo_current_pos >= (SVAIRO_rightMAX + 3)) { cc3_gpio_set_servo_position (CAM_RL, (servo_current_pos - 3)); } else cc3_gpio_set_servo_position (CAM_RL, SVAIRO_rightMAX); } Bagian potongan source code ini digunakan untuk menggerakan servo ke kanan dengan sudut yang lebih kecil. Besar sudut pergerakan kamera adalah 3.5 derajat. 77

10 4.1.3 Implementasi Algoritma Deteksi Warna Algoritma deteksi warna merupakan fitur penting yang harus dimiliki sistem penglihatan berdasarkan spesifikasi dan analisis sistem yang dirancang. Algoritma ini akan diimplementasikan langsung pada sensor kamera CMUcam3. Citra yang digunakan pada sistem penglihatan robot VAIRo adalah citra berwarna 3 kanal (RGB). Untuk itu pada implementasi algoritma ini dibuat sebuah fungsi yang akan menangkap nilai pixel pixel warna pada citra yang akan dideteksi, dan membandingkannya dengan spesifikasi warna tiap kanal yang telah dideskripsikan. Robot VAIRo dirancang untuk menghindari furniture dan mengenali bayi, untuk itu warna yang digunakan disesuaikan dengan spesifikasi warna dari kedua benda tersebut. Menurut peraturan KRCI 2009 divisi expert single spesifikasi warna dari kedua benda tersebut adalah: Furniture Warna : Kuning Spesifikasi RGB : Bayi Warna : Biru Spesifikasi RGB : Deteksi warna pada objek yang akan dilakukan harus mempertimbangkan lingkungan yang akan dihadapi. Robot dapat saja menghadapi lingkungan dengan sistem pencahayaan yang kurang baik sehingga nilai tiap kanal RGB yang digunakan dengan benda yang sama akan dibaca berbeda oleh sensor. Untuk itu pada implementasi algoritma deteksi objek ini pendeskripsian spesifikasi warna untuk tiap kanal diberi jangkauan nilai tertentu. Dibawah ini adalah pendeskripsian spesifikasi warna kuning untuk mendeteksi objek furniture. t_pkt.lower_bound.channel[cc3_channel_red] = 220; t_pkt.upper_bound.channel[cc3_channel_red] = 255; t_pkt.lower_bound.channel[cc3_channel_green] = 220; t_pkt.upper_bound.channel[cc3_channel_green] = 255; t_pkt.lower_bound.channel[cc3_channel_blue] = 0; t_pkt.upper_bound.channel[cc3_channel_blue] = 20; 78

11 Besar jangkauan nilai yang dideskripsikan dapat disesuaikan dengan keadaan lingkunan, sehingga untuk memperoleh nilai yang tepat harus dilakukan pengujian deteksi warna langsung pada lingkungan yang akan dihadapi robot. Fungsi untuk mendeteksi objek sendiri adalah: void simple_track_color(cc3_track_pkt_t * t_pkt) { cc3_image_t img; img.channels = 3; img.width = cc3_g_pixbuf_frame.width; img.height = 1;//image will hold just 1 row for scanline processing img.pix = cc3_malloc_rows (1); if (img.pix == NULL) { return; } cc3_pixbuf_load (); if (cc3_track_color_scanline_start (t_pkt)!= 0) { while (cc3_pixbuf_read_rows (img.pix, 1)) { cc3_track_color_scanline (&img, t_pkt); } } cc3_track_color_scanline_finish (t_pkt); free (img.pix); return; } Pada fungsi deteksi warna ini terdapat beberapa parameter yang harus diatur terlebih dahulu seperti: Banyak kanal yang digunakan (img.channel) Pada implementasi algoritma ini pada robot VAIRo ketiga kanal warna (RGB) akan digunakan seluruhnya. Lebar citra yang akan dideteksi (img.width) Pada implementasi algoritma ini pada robot VAIRo lebar citra yang akan dideteksi adalah 176 pixel (lebar citra resolusi rendah) Panjang citra yang akan digunakan (img.height) Pada implementasi algoritma ini pada robot VAIRo panjang citra yang akan dideteksi adalah 1 baris, yang berarti pendeteksian warna dilakukan perbaris. Hal ini dilakukan untuk mempercepat proses deteksi warna dilakukan dan akan 79

12 menghemat alokasi memori yang digunkan untuk menyimpa citra yang ditangkap. Proses pendeteksian warna dimulai pada fungsi cc3_track_color_scanline () dieksekusi. Fungsi ini akan menelusuri nilai-nilai pixel tiap baris dan membandingkannya satu persatu dengan nilai spesifikasi warna yang didefinisikan di awal Implementasi Algoritma Deteksi Bentuk Dengan Jaringan Saraf Tiruan Metoda Back-propagation Implementasi algoritma deteksi bentuk dengan jaringan saraf tiruan dimulai dengan mengambil input yang berasal dari nilai-nilai pixel penyusun citra dengan menggunakan fungsi: void cc3_show_pix_ppm () { uint32_t size_x, size_y; uint8_t p; cc3_pixbuf_load (); uint8_t *row = cc3_malloc_rows (1); size_x = cc3_g_pixbuf_frame.width; size_y = cc3_g_pixbuf_frame.height; for (y=0; y < size_y; y++) { printf ("{"); cc3_pixbuf_read_rows (row, 1); for (x=0; x < size_x * 3U; x++) { p = row[x]; printf ("%d, ", p); } printf ("},\n"); } free (row); } pada fungsi diatas nilai pixel yang ditampilkan dalam format RGB, yang berarti 1 pixel akan diwakili oleh 3 buah kanal sehingga bila lebar citra mula-mula adalah 176 pixel maka setelah ditampilkan akan menjadi 528 pixel. Karena jumlah masukan bagi jaringan saraf tiruan sangat berpengaruh pada waktu pendeteksian bentuk maka perlu dilakukan pengurangan jumlah pixel. 80

13 Terdapat 2 (dua) buah solusi yang digunakan untuk mengurangi nilai jumlah pixel yang digunakan yaitu: Memperkecil resolusi citra yang digunakan Resolusi awal citra yang digunakan adalah 176 x 143 pixel pada mode resolusi rendah. Proses memperkecil resolusi citra dilakukan dengan menggunakan fungsi: bool cc3_pixbuf_frame_set_roi (int16_t x_0, int16_t y_0, int16_t x_1, int16_t y_1) fungsi ini akan mengubah nilai titik awal dan akhir citra. Pada implementasi algoritma ini resolusi citra yang digunakan kurang dari 30 x 30 pixel. Untuk itu perlu dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai x_0, y_0, x_1, dan y_1 yang tepat. Perhitungan untuk mendapatkan nilai-nilai parameter fungsi diatas dideskripisikan sebagai berikut. x0 = cc3_g_pixbuf_frame.x0 + (cc3_g_pixbuf_frame.width * 3)/ 7; y0 = cc3_g_pixbuf_frame.y0 + (cc3_g_pixbuf_frame.height * 2)/ 5; x1 = cc3_g_pixbuf_frame.x1 - (cc3_g_pixbuf_frame.width * 3) /7; y1 = cc3_g_pixbuf_frame.y1 - (cc3_g_pixbuf_frame.height* 2) /5; Penjelasan perhitungan fungsi ini adalah: o Reduksi lebar citra Untuk melakukan reduksi pada citra sehingga didapatkan resolusi lebar citra kurang dari 30 pixel dilakukan dengan membagi lebar citra menjadi 7 bagian sehingga didapatkan lebar citra 25 pixel. Sedangkan citra yang diinginkan hanya yang terletak di tengah-tengah citra keseluruhan. Untuk itu akan diambil bagian citra yang ke-4 saja sedangkan bagian yang lainya akan dibuang. Maka nilai parameter yang diambil adalah: - x_0 = nilai awal x_0 + ((nilai lebar keseluruhan citra /7)*3) - x_1 =nilai awal x_1 ((nilai lebar keseluruhan citra /7)*3) Ilustrasi mengenai reduksi lebar citra yang digunakan dapat dilihat pada gambar

14 Gambar 4.3 Ilustrasi Reduksi Lebar Citra o Reduksi panjang citra Untuk melakukan reduksi pada citra sehingga didapatkan resolusi panjang citra kurang dari 30 pixel dilakukan dengna membagi panjang citra menjadi 5 bagian sehingga didapatkan panjang citra 29 pixel. Sedangkan citra yang diinginkan hanya terletak ditengah-tengah citra keseluruhan. Untuk itu akan diambil baigan citra ke-3 saja sedangkan bagian yang lainnya akan dibuang. Mak nilai parameter yang diambil adalah: - y_0 = nilai awal y_0 + ((nilai panjang keseluruhan citra /5)*2) - y_1 =nilai awal y_1 ((nilai panjang keseluruhan citra /5)*2) Ilustrasi mengenai reduksi panjang citra yang digunakan dapat dilihat pada gambar 4.2. Gambar 4.4 Ilustrasi Reduksi Panjang Citra 82

15 Mengubah citra warna menjadi grayscale Citra awal yang digunakan adalah citra berwarna sehingga 1 (satu) pixel diwakili 3 (tiga) nilai kanal warna (RGB). Berdasarkan prinsip tersebut bila kita memilih untuk menggunakan resolusi 30 x 30 pixel maka saat menampilkan nilai pixel pixel tersebut sebanyak 2700 pixel bukan 900. Untuk menanganinya maka dibutuhkan konversi citra menjadi hanya 1 (satu) pixel saja. Hal ini dilakukan dengan mengalikan nilai 3 (tiga) kanal tersebut dengan koefisien tertentu. Dibawah ini adalah cuplikan konversi yang dilakukan untuk mengubah citra warna menjadi grayscale. float red, green, blue; red = 0.3; green = 0.59; blue = 0.11; if ((x % 3) == 0) { gray [k]=(int) ((red*(float)row[x-3]) + (green*(float)row[x-2]) + (blue*(float)row[x- 1])); printf ("%d ", gray[k]); k++; } Setelah mendapatkan nilai dari pixel citra maka untuk memulai melakukan pendeteksian dengan menggunakan jaringan saraf tiruan dilakukan dengan mendeskripisikan parameter-parameter pada suatu layer. Dibawah ini adalah struktur data yang digunakan untuk mendekripsikan suatu layer pada jaringan saraf tiruan typedef struct { int num_input; int num_neuron; double* in_layer; double* weight; double* y; double* grad; } layer_struct; 83

16 Nilai-nilai yang perlu diatur dan tidak akan berubah selama aplikasi berjalan didefinisikan sebagai berikut. #define SIZE_HIDDEN 6 //jumlah neuron di hidden layer #define SIZE_INPUT 725 //jumlah input (banyak pixel) #define SIZE_OUTPUT 2 //jumlah output Fungsi aktifasi yang digunakan adalah fungsi sigmoid yang dideskripsikan sebagai berikut. double sigmoid(double x) { return (1.0/(1.0+ exp(-x))); } // the sigmoid function Implementasi Algoritma Pengambilan Data Bagi Pelatihan Jaringan Saraf Tiruan Algoritma pengambilan data bagi pelatihan jaringan saraf tiruan merupakan modifikasi dari algoritma deteksi bentuk dengan jaringan saraf tiruan. Perbedaan yang ditambahkan adalah pada fungsi ini citra yang didapatkan robot akan disimpan pada memori, dan akan digunakan bagi pelatihan jaringan saraf tiruan yang dilakukan di komputer PC. Data telah disimpan pada memori memiliki jangkauan nilai dari 0 sampai dengan 255, sedangkan jangkauan nilai yang digunakan dari 0 sampai dengan 1. Oleh karena itu, perlu dilakukan konversi dengan membagi nilai tiap pixel dengan 255. Proses pelatihan dilakukan dengan melaukan definisi parameter-parameter pada jaringan saraf tiruan yang akan digunakan, seperti di bawah ini. #define SIZE_HIDDEN 7 //jumlah neuron di hidden layer #define SIZE_INPUT 725 //jumlah input (banyak pixel) #define SIZE_OUTPUT 2 //jumlah output #define MAX_EPOCHS //jumlah max epoch dilakukan #define TOLERANCE 0.01 //nilai error minimum #define LEARNING_RATE 0.7 #define TRAINING_SET_SIZE 10 //jumlah data sample 84

17 Selanjutnya nilai nilai pixel dengan tipe integer menjadi bilangan desimal dengan tipe float. Hasil konversi ini akan disimpan pada menjadi sebuah file untuk keperluan debugging. Setelah konversi dilakukan maka akan dilanjutkan dengan memasukan nilai nilai tersebut pada jaringan saraf tiruan. Kalkulasi akan dilakukan oleh jaringan saraf tiruan sampai mendapatkan nilai keluaran yang sesuai dengan toleransi kesalahan paling kecil yang telah dideskripsikan pada parameter TOLERANCE. Proses perhitungan pembobotan dilakukan secara terus menerus sampai MAX_EPOCH tercapai bila keluaran yang didapatkan belum sesuai dengan yang diharapkan. Penentuan jumlah neuron pada hidden layer ditentukan dengan menggunakan rumus ln N, dengan N adalah jumlah neuron pada input layer. Pada algoritma ini jumlah input yang digunakan adalah 29 x 25 pixel atau 725 pixel. Sehingga neuron pada hidden layer yang digunakan adalah 7. Bobot-bobot hasil kalkulasi dari jaringan saraf tiruan akan disimpan pada sebuah file, sehingga akan mempermudah proses selanjutnya bila dibutuhkan. Hasil bobot tersebut akan digunakan untuk algoritma deteksi bentuk pada robot VAIRo. Dibawah ini adalah potongan source code yang jaringan saraf tiruan dengan metoda back-propagation. digunakan untuk melakukan pelatihan while(error>tolerance && k<max_epochs) { error = 0; for(j=0;j<training_set_size;j++) { InputToNetwork(&net,&X[j][0]); ActivateNetwork(&net); error += TrainNetwork(&net,&Y[j][0]);} error *= 0.5; //half of all the training set error k++;} 85

18 4.2 Pengujian Deskripsi Tugas Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai tugas atau misi yang harus diselesaikan oleh robot pada KRCI 2009 divisi expert single. Deskripsi tugas atau misi yang dikerjakan oleh robot dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu: Deskripsi tugas robot umum Deskripsi tugas robot khusus Deskripisi tugas robot umum akan menjelaskan mengenai misi misi yang harus dikerjakan robot untuk mendapatkan nilai pada KRCI 2009 divisi expert single. deskripsi tugas robot khusu akan menjelaskan mengenai misi misi yang akan dilakukan sensor kamera untuk dapat mengenali objek-objek yang terdapat pada KRCI 2009 divisi expert single. pembahasan kedua tugas tersebut akan dilakukan secara terpisah Deskripsi Tugas Robot Umum Pada tugas akhir ini, dibuat sebuah autonomous mobile robot berbentuk tank dengan nama VAIRo. Robot ini diikutsertakan pada Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI) 2009 divisi expert single. Divisi ini merupakan divisi tersulit karena medan yang akan dihadapi robot serta posisi awal robot acak. Pada divisi ini terdapat beberapa tugas yang harus dikerjakan oleh robot yaitu: Menaiki tangga (tanjakan) Menuruni tangga (tanjakan) Menemukan bayi Mengangkat bayi dan membawanya ke home Mematikan 1 (satu) lilin di lapangan atas Mematikan 2 (dua) lilin di lapangan bawah Selain tugas-tugas tersebut, terdapat beberapa ketentuan yang harus dipenuhi yaitu: Robot diaktifkan dengan modul aktifasi suara Mengibarkan bendera setelah menemukan bayi 86

19 Jarak yang diperbolehkan untuk mematikan lilin < 20 cm Selain itu terdapat beberapa hambatan-hambatan yang dipasang pada lapangan, diantaranya adalah: Uneven floor Sound damper Furniture Wallpaper Cermin Lapangan yang digunakan pada divisi ini terdiri dari 2 bagian yaitu lapangan atas tempat bayi dan 1 (satu) lilin berada, dan lapangan bawah tempat 2 (dua) lilin berada. Masing-masing lapangan memiliki konfigurasi yang yang berbeda seperti pada lapangan atas terdiri dari 12 konfigurasi dan 24 untuk lapangan bawah. Waktu yang disediakan bagi robot untuk dapat menyelesaikan seluruh tugas adalah 6 menit, maka dibutuhkan suatu strategi yang tepat untuk menyelesaikan tugas tersebut. Startegi yang digunakan robot VAIRo adalah: Menemukan tangga dan menuruninya Menemukan bayi dan mengibarkan bendera Mematikan lilin di lapangan atas Tugas-tugas diatas hanya sebagian dari misi robot keseluruhan. Pemilihan untuk tidak mengerjakan keseluruhan tugas karena waktu yang tersedia terlalu singkat dan tugas tugas tersebut memiliki nilai yang besar Deskripis Tugas Robot Khusus Sistem penglihatan yang diimplementasikan pada robot VAIRo ini untuk membantu robot untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Dipilih untuk mengimplementasikan algoritma pendeteksian warna objek kerana terdapat objek-objek yang digunakan dan memiliki spesifikasi warna tertentu. Diantaranya adalah: Tangga Warna: Hijau (R = 0, G = 128, B = 0) Furniture Warna : Kuning (R = 255, G = 255, B = 0) 87

20 Boneka Warna : Biru (R = 0, G = 0, B = 255) Karpet Warna : Biru (R = 0, G = 0, B = 128) Lantai Warna : Hitam (R = 0, G = 0, B = 0) Selain itu terdapat aturan aturan seperti robot tidak diperbolehkan untuk menambrak furniture, robot boleh mengibarkan bendera dalam jarak kurang dari 20 cm dari boneka, dan robot tidak boleh menabrak dinding tangga saat menaiki maupun menuruninnya. Berdasarkan hal-hal tersebut maka dalam tugas akhir ini diimplementasikan beberapa algoritma dalam hal penglihatan robot untuk membantu robot untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Pada tugas akhir ini diimplementasika 2 (dua) algoritma yaitu: Algoritma Deteksi Warna Algoritma Deteksi Bentuk Algoritma deteksi warna digunakan untuk mendeteksi objek-objek dengan dengan speseifikasi tertentu. Pada tugas akhir ini algoritma ini digunakan untuk membedakan warna furniture dengan warna boneka. Algoritma deteksi bentuk digunakan untuk mendeteksi objek-objek dengan bentuk dasar tertentu. Pada tugas akhir ini algoritma ini digunakan untuk membedakan bentuk boneka dengan warna wallpaper pada dinding lapangan Pengujian Pergerakan Turret Pada bagian perancangan terdapat 2 (dua) algoritma untuk mengatur pergerakan turret pada robot. Kedua algoritma tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing, namun pada bagian ini akan dilakukan pengujian pada kedua algoritma tersebut untuk menentukan algoritma yang tepat untuk digunakan pada KRCI 2009 divisi expert single. Pengujian dilakukan dengan menggunakan CMUcam3 yang telah ditanamkan program deteksi benda berdasarkan spesifikasi warna tertentu. Objek yang dideteksi adalah: 88

21 Furniture dengan spesifikasi warna: o Kanal Merah (R) = 255 o Kanal Hijau (G) = 255 o Kanal Biru (B) = 0 Boneka bayi dengan spesifikasi warna: o Kanal Merah (R) = 0 o Kanal Hijau (G) = 0 o Kanal Biru (B) = 255 Kedua objek itu akan diletakan pada suatu posisi tertentu dan kedua algoritma tersebut diuji dengan beberapa parameter, diantaranya kecepatan dan efisiensi kerja dari masing-masing algoritma. Pada bagian analisis dikemukakan bahwa pemilihan algoritma disesuaikan dengan kebutuhan robot untuk dapat dengan cepat menyelesaikan misinya. Sehingga faktor kecepatan harus benar-benar diperhitungkan. Selain itu perlu diperhatikan efisiensi kerja turret agar pengenalan objek yang dilakukan menghasilkan keluaran yang tepat sehingga robot dapat memutuskan dengan tepat apa yang akan dilakukannya pada suatu lingkungan tertentu yang dalam hal ini adalah labirin-labirin. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa terdapat 2 (dua) rancangan algoritma pergerakan turret dan keduanya telah diimplementasikan untuk diuji pada robot, yaitu: Algoritma object scanning Algorimta object follower Algoritma yang pertama adalah algoritma object scanning. Algoritma ini bekerja dengan melakukan deteksi secara aktif pada suatu posisi-posisi tertentu secara berulang-ulang. Jangkauan deteksi objek berdasarkan warna adalah pada jarak 20 cm sampai 30 cm. Kecepatan deteksi objek dengan spesifikasi warna tertentu cukup tinggi, namun hal ini mengakibatkan selisih jarak objek yang tedeteksi dan jarak objek sebenarnya relatif terhadap titik tengah robot besar. Error posisi ini menyebabkan proses deteksi benda dengan jaringan saraf tiruan menghasilkan 89

22 persentasi keluaran yang kurang baik. Selain itu algoritma ini akan memerlukan daya yang besar karena sensor kamera harus melakukan pendeteksian warna di 60 posisi untuk tiap 1 (satu) fase proses scanning. Algoritma yang kedua adalah algoritma object follower. Algoritma ini bekerja dengan melakukan pendeteksian hanya pada objek-objek yang berada didepan sensor sampai objek dengan spesifikasi warna tertentu terdeteksi. Setelah objek dengan warna tertentu terdeteksi maka turret akan bergerak menyesuaika sudut kamera sampai titik berat objek berada tepat ditengah frame. Oleh karena itu, error yang dihasilkan dari selisih posisi objek sesungguhanya dengan objek yang terdeteksi cenderung kecil dibandingkan dengan algoritma object scanning. Error yang kecil mengakibatkan proses deteksi benda dengan jaringan saraf tiruan menghasilkan persentasi keluaran yang lebih baik. Jarak deteksi warna objek pada algoritma ini cenderung lebih kecil yaitu kurang dari 20 cm dengan kualitas penerangan tertentu. Algoritma ini memerlukan daya lebih sedikit dibandingkan dengan algoritma object scanning karena kamera akan bergerak hanya setelah terdeteksi objek dengan spesifikiasi warna tertentu. Berdasarkan penjelasan mengenai masing-masing kelebihan dan kekurangan algoritma tersebut maka dibuat tabel perbandingan seperti di bawah ini. Tabel 4.2 Perbandingan Algortima Object Scanning dan Object Follower Algoritma Object Scanning Algoritma Object Follower Jangkauan deteksi luas (20 30 cm) Jangkauan deteksi terbatas (< 20 cm) Sudut pergerakan turret terbatas Sudut pergerakan turret luas Sistem aktif bergerak sebelum menemukan objek Sistem pasif (tidak bergerak) sebelum menemukan objek Error posisi objek yang terdeteksi cenderung lebih besar Error posisi objek yang terdeteksi cenderung lebih kecil Kecepatan penentuan posisi objek lebih tinggi Kecepatan penentuan posisi objek lebih rendah 90

23 Kecepatan deteksi bentuk objek lebih rendah Daya yang dibutuhkan sistem lebih besar Kecepatan deteksi bentuk objek lebih tinggi Daya yang dibutuhkan sistem lebih sedikit Berdasarkan spesifikasi sistem yang dirancang diharapkan algoritma pergerak turret yang dilakukan memungkinkan robot untuk mampu mengamati objek dalam arah vertikal dan horisontal, untuk itu algoritma object scanning yang paling tepat untuk memenuhi spesifikasi tersebut karena proses deteksi benda dilakukan pada 60 titik posisi. Selain itu pada spesifikasi sistem disebutkan bahwa robot harus memiliki jarak pandah maksimum dan hal ini di penuhi oleh algoritma object scanning memiliki jarak pandang lebih maksimum dibandingkan dengan jarak pandang robot dengan menggunakan algoritma object follower. Untuk algoritma object scanning dipilih untuk digunakan pada implementasi robot VAIRo pada KRCI divisi expert single Pengujian Deteksi Warna Objek Berdasarkan spesifikasi sistem yang dirancang robot yang dirancang dan diimplementasikan harus dapat mengenali objek berdasarkan spesifikasi warna tertentu, untuk itu algortima deteksi warna objek yang telah dirancang dan diimplementasikan perlu diuji apakah telah memenuhi spesifikasi sistem tersebut. Algoritma pendeteksian warna yang diujikan diimplementasikan pada sensor kamera CMUcam3. Pengujian dilakukan dengan mendeteksi objek-objek dengan spesifikasi warna tertentu. Pada pengujian yang dilakukan akan ditentukan jangkauan warna dari masing-masing objek. Dengan mengubah nilai parameter spesifikasi warna yang digunakan, dan dihasilkan data sebagai berikut: Furniture : t_pkt.lower_bound.channel[cc3_channel_red] = 220; t_pkt.upper_bound.channel[cc3_channel_red] = 255; t_pkt.lower_bound.channel[cc3_channel_green] = 220; t_pkt.upper_bound.channel[cc3_channel_green] = 255; t_pkt.lower_bound.channel[cc3_channel_blue] = 0; t_pkt.upper_bound.channel[cc3_channel_blue] = 20; 91

24 Boneka Bayi : t_pkt.lower_bound.channel[cc3_channel_red] = 0; t_pkt.upper_bound.channel[cc3_channel_red] = 30; t_pkt.lower_bound.channel[cc3_channel_green] = 0; t_pkt.upper_bound.channel[cc3_channel_green] = 30; t_pkt.lower_bound.channel[cc3_channel_blue] = 220; t_pkt.upper_bound.channel[cc3_channel_blue] = 255; Pada pengujian ini diperlukan tambahan pencahayan pada sensor kamera CMUcam3. Tambahan pencahayaa dilakukan dengan menambahkan suatu modul yang terdiri dari beberapa LED bercahaya putih dipasang disekeliling sensor kamera. Dengan penambahan modul LED ini jarak deteksi warna objek dapat ditingkatkan menjadi cm. Selain itu pada pengujian ini ditentukan nilai batas jumlah dan density pixel ditentukan. Penentuan besar nilai yang digunakan pada kedua paramter tersebut akan mempengaruhi jarak deteksi sensor kamera CMUcam3 terhadap warna objek tersebut. Pada algoritma deteksi warna yang diimplementasikan ini besar kedua parameter adalah: Jumlah pixel Density pixel Penentuan kedua nilai ini juga mempengaruhi jangkauan jarak deteksi sensor dengan objek yang dideteksi. Makin besar nilai yang digunakan sebagai nilai batas parameter digunakan makin dekat jarak deteksi yang didapatkan. Dibawah ini adalah tabel hubungan nilai parameter jumlah dan density pixel dengan jarak deteksi objek. Tabel 4.3 Tabel Perbandingan Parameter Jumlah dan Density Pixel dengan Jarak Deteksi Objek Jumlah Pixel Density Pixel Jarak Maksimum Deteksi Objek > 1 > cm > 5 > cm > 5 > cm > 7 > cm > 10 > cm 92

25 Berdasarkan data yang dihasilkan pada tabel di atas digunakan nilai jumlah dan density pixel yang digunakan adalah 10 dan 100. Nilai parameter jumlah dan density pixel yang terlalu rendah menyebabkan kesalahan pendeteksian objek menjadi cukup besar. Selain itu dicari hubungan kecepatan deteksi objek dengan jarak dan posisi objek yang didapatkan adalah sebagai berikut. Tabel 4.4 Tabel Hubungan Jarak dengan Waktu Deteksi Jarak Objek (cm) Waktu Deteksi (s) Berdasarkan data-data pengujian di atas didapatkan hubungan antara jarak dan kecepatan deteksi, bahwa makin jauh jarak antaran objek dan sensor kamera CMUcam3 mempengaruhi waktu kecepatan deteksi. Berdasarkan data-data pengujian yang telah dilakukan di atas algortima deteksi warna yang diimplementasikan telah memenuhi spesifikasi sistem yang dirancang. Algoritma ini mampu mengenali suatu benda dengan spesifikasi warna tertentu dari jarak maksimum 35 cm dengan waktu deteksi selama 7 detik Pengujian Deteksi Bentuk Objek Spesifikasi sistem yang dirancang harus mampu mengenali bentuk-bentuk dasar objek. Implementasi algoritma deteksi bentuk dilakukan dengan menggunakan jaringan saraf tiruan metoda back-propagation. Algoritma pengenalan bentuk dengan jaring saraf tiruan dilakukan dengan melakukan pelatihan sampai mendapatkan suatu 93

26 Dibawah ini adalah contoh citra yang digunakan sebagai masukan jaringa saraf tiruan. Gambar 4.5 Citra Kepala Boneka Berwarna Citra di atas merupakan contoh citra boneka yang digunakan pada KRCI 2009 divisi expert single. Citra di atas merupakan citra awal berwarna RGB untuk itu perlu dilakukan pemrosesan untuk mengubah citra menjadi grayscale. Dibawah ini adalah contoh citra grayscale hasil proses pengubahan yang dilakukan. Gambar 4.6 Citra Kepala Boneka Grayscale Nilai pixel-pixel citra grayscale tersebut akan diubah menjadi nilai dengan jangkauan 0 sampai 1, yang selanjutnya akan digunakan sebagai masukan bagi jaringan saraf tiruan. Pelatihan yang dilakukan dengan menggunakan jaringan saraf tiruan metoda backpropagation didapatkan data pelatihan sebagai berikut. 94

27 Tabel 4.5 Tabel Hubungan Banyak Data dengan Persentase Keberhasilan Pelatihan Banyak Data Persentase Keberhasilan Pelatihan (%) Berdasarkan data diatas jumlah input yang yang diberikan mempengaruhi tingkat keberhasilan pelatihan yang dilakukan dengan metoda back-propagation. Persentase Keberhasilan dihitung dari selisih persentase keberhasilan mutlak yang didapatkan dengan persentase error yang didapatkan. Error yang dihasilkan dihitung dari ratarata error pada tiap neuron (selisih keluaran yang diharapkan dengan keluaran yang didapatkan). Tabel 4.6 Tabel Hubungan Data dengan Waktu Pelatihan Banyak Data Waktu Pelatihan (detik)

28 Berdasarkan tabel di atas didapatkan hubungan banyak data dengan waktu pelatihan yang dilakukan. Makin banyak data yang diberikan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pelatihan makin lama. Hal ini diakibatkan makin banyak data yang dioleh oleh jaringan saraf tiruan, makin kompleks perhitungan yang dilakukan, karena nilai bobot-bobot yang dihasilkan makin akurat. Setelah dilakuakan pelatihan maka bobot-bobot yang dihasilkan oleh jaringan saraf tiruan ditanamkan pada robot dan diujikan pada pendeteksian benda yang dilakukan. Data-data yang diperoleh adalah sebagai berikut. Tabel 4.6 Tabel Hubungan Waktu Eksekusi dan Keberhasilan Jumlah Data Pelatihan Waktu Eksekusi Pengenalan Bentuk (detik) Persentase Keberhasilan Pengenalan Bentuk (%)

29 Berdasarkan data-data diatas didapatkan bahwa waktu eksekusi yang diperlukan robot untuk mengolah 1 masukan citra menggunakan jaringan saraf tiruan relatif sama untuk jumlah data pelatihan yang berbeda. Hal ini diakibatkan karena robot hanya mengeksekusi nilai bobot-bobot yang telah dideskripsikan saja tanpa melakukan tambahan pelatihan secara on-line. Sedangkan persentase keberhasilan robot untuk dapat mengenali bentuk objek terlihat makin tinggi seiring dengan banyaknya input yang digunakan pada pelatihan. Berdasarkan data-data pengujian algoritma pengenalan bentuk objek didapatkan bahwa pengenalan bentuk dengan jaringan saraf tiruan telah berhasil dilakukan dengan tingkat keberhasilan pengenalan bentuk 65%. Hal tersebut telah memenuhi spesifikasi sistem yang dirancang. 97

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III AALISIS DA PERACAGA 3.1 Spesifikasi Sistem Pada tugas akhir ini dibuat sebuah sistem penglihatan pada robot (robot vision) pada sebuah autonomous mobile robot berbentuk tank bernama VAIRo. Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia robot selama beberapa dekade ini sangat pesat. Robot pertama kali diperkenalkan pada tahun 1921 oleh Karel Capek dalam suatu pertunjukan drama. Mulai

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DENGAN METODA BACK-PROPAGATION PADA AUTONOMOUS MOBILE ROBOT UNTUK MENDETEKSI OBJEK LAPORAN TUGAS AKHIR

IMPLEMENTASI ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DENGAN METODA BACK-PROPAGATION PADA AUTONOMOUS MOBILE ROBOT UNTUK MENDETEKSI OBJEK LAPORAN TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DENGAN METODA BACK-PROPAGATION PADA AUTONOMOUS MOBILE ROBOT UNTUK MENDETEKSI OBJEK LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh: Marteen Samuel NIM 13205093 SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai konsep dasar sistem, perancangan mekanik robot, perangkat lunak dari algoritma robot, serta metode pengujian robot. 2.1.Konsep Dasar Sistem

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Perancangan Perancangan sistem didasarkan pada teknologi computer vision yang menjadi salah satu faktor penunjang dalam perkembangan dunia pengetahuan dan teknologi,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan mekanik robot, perangkat lunak dari algoritma robot, serta metode pengujian robot. 3.1. Perancangan Mekanik Robot Bagian ini

Lebih terperinci

Bab III Perangkat Pengujian

Bab III Perangkat Pengujian Bab III Perangkat Pengujian Persoalan utama dalam tugas akhir ini adalah bagaimana mengimplementasikan metode pengukuran jarak menggunakan pengolahan citra tunggal dengan bantuan laser pointer dalam suatu

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh Nama : Januar Wiguna Nim : 0700717655 PROGRAM GANDA TEKNIK INFORMATIKA DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON 30 BAB IV SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON 4.1 Gambaran Umum Sistem Diagram sederhana dari program yang dibangun dapat diilustrasikan dalam diagram konteks berikut. Gambar

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM Dalam bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan pembuatan sistem aplikasi yang digunakan sebagai user interface untuk menangkap citra ikan, mengolahnya dan menampilkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENDETEKSIAN OBJEK MENGGUNAKAN METODE YCBCR PADA ROBOWAITER DRU99RWE4-V13

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENDETEKSIAN OBJEK MENGGUNAKAN METODE YCBCR PADA ROBOWAITER DRU99RWE4-V13 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENDETEKSIAN OBJEK MENGGUNAKAN METODE YCBCR PADA ROBOWAITER DRU99RWE4-V13 Ferry Ebitnaser 1, Taufiq Nuzwir Nizar 2, John Adler 3 1,2,3 Jurusan Teknik Komputer Unikom,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS 4.1 Pengukuran Jarak Dengan Sensor Ultrasonik Pengujian dilakukan pada sensor ultrasonik PING))), untuk menentukan jarak sensor terhadap dinding. Data yang diambil merupakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK OLEH ARIF MIFTAHU5R ROHMAN (2200 100 032) Pembimbing: Dr. Ir Djoko Purwanto, M.Eng,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini berisi penjelasan mengenai perancangan sistem baik bagian mekanik, perangkat lunak dan algoritma robot, serta metode pengujian yang akan dilakukan. 3.1. Perancangan Mekanik

Lebih terperinci

PENGENDALIAN POSISI MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE NEURAL NETWORK DENGAN UMPAN BALIK KAMERA PEMOSISIAN GLOBAL

PENGENDALIAN POSISI MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE NEURAL NETWORK DENGAN UMPAN BALIK KAMERA PEMOSISIAN GLOBAL PENGENDALIAN POSISI MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE NEURAL NETWORK DENGAN UMPAN BALIK KAMERA PEMOSISIAN GLOBAL Randy Reza Kautsar (1), Bima Sena Bayu D S.ST M.T (2), A.R. Anom Besari. S.ST, M.T (2) (1)

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menggunakan serial port (baudrate 4800bps, COM1). Menggunakan Sistem Operasi Windows XP.

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menggunakan serial port (baudrate 4800bps, COM1). Menggunakan Sistem Operasi Windows XP. BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang berupa spesifikasi sistem, prosedur operasional penggunaan program, dan analisa sistem yang telah dibuat. 4.1 Spesifikasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Pada bab ini akan dibahas teori-teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merancang algoritma.

BAB II DASAR TEORI. Pada bab ini akan dibahas teori-teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merancang algoritma. BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas teori-teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merancang algoritma. 2.1. Deteksi Bola 2.1.1. Colorspace Colorspace adalah model abstraksi matematis

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Sistem vision yang akan diimplementasikan terdiri dari 2 bagian, yaitu sistem perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat lunak yang digunakan dalam sistem vision ini adalah

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 57 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 4.1 Spesifikasi Hasil Penelitian a. Sumber daya robot vision disupply oleh baterai Lipo 12 v 3s. b. robot vision mampu mengolah dan mengidentifikasi objek berwarna

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 68 BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Bab ini membahas tentang program yang telah dianalisis dan dirancang atau realisasi program yang telah dibuat. Pada bab ini juga akan dilakukan pengujian program. 4.1

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai bentuk perancangan mekanik robot, perangkat lunak dari algoritma pengenalan ruang robot, serta metode pengujian robot. 3.1. Perancangan

Lebih terperinci

Pengendalian Posisi Mobile Robot Menggunakan Metode Neural Network Dengan Umpan Balik Kamera Pemosisian Global

Pengendalian Posisi Mobile Robot Menggunakan Metode Neural Network Dengan Umpan Balik Kamera Pemosisian Global The 13 th Industrial Electronics Seminar 2011 (IES 2011) Electronic Engineering Polytechnic Institute of Surabaya (EEPIS), Indonesia, October 26, 2011 Pengendalian Posisi Mobile Robot Menggunakan Metode

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 32 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab ini akan dibahas tentang analisis sistem melalui pendekatan secara terstruktur dan perancangan yang akan dibangun dengan tujuan menghasilkan model atau representasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam tugas akhir ini penguji melakukan pengujian dari judul tugas akhir sebelumnya, yang dilakukan oleh Isana Mahardika. dalam tugas akhir tersebut membahas pendeteksian tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan, pembatasan masalah, spesifikasi alat, dan sistematika penulisan laporan tugas akhir. I.1 Latar

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN

BAB 3 METODE PERANCANGAN BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Konsep dan Pendekatan Tujuan utama yang ingin dicapai dalam pengenalan objek 3 dimensi adalah kemampuan untuk mengenali suatu objek dalam kondisi beragam. Salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan mekanik robot, perangkat lunak dari algoritma robot, serta metode pengujian robot. 3.1. Perancangan Mekanik Robot Bagian ini

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER Dalam analisis dan perancangan sistem program aplikasi ini, disajikan mengenai analisis kebutuhan sistem yang digunakan, diagram

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D 30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D Penelitian ini mengembangkan model sistem pengenalan wajah dua dimensi pada citra wajah yang telah disiapkan dalam

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut sudah terintegrasi dengan komputer, dengan terintegrasinya sistem tersebut

Lebih terperinci

Studi Digital Watermarking Citra Bitmap dalam Mode Warna Hue Saturation Lightness

Studi Digital Watermarking Citra Bitmap dalam Mode Warna Hue Saturation Lightness Studi Digital Watermarking Citra Bitmap dalam Mode Warna Hue Saturation Lightness Evan 13506089 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung E-mail : if16089@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR...

BAB II KAJIAN LITERATUR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii SURAT PERNYATAAN KARYA ASLI TUGAS AKHIR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK...

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN ANALISA BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4. Analisa Hasil Pengukuran Profil Permukaan Penelitian dilakukan terhadap (sepuluh) sampel uji berdiameter mm, panjang mm dan daerah yang dibubut sepanjang 5 mm. Parameter pemesinan

Lebih terperinci

ROBOT CERDAS BERKAKI PEMADAM API

ROBOT CERDAS BERKAKI PEMADAM API 168 Jupii: ROBOT CERDAS BERKAKI PEMADAM API ROBOT CERDAS BERKAKI PEMADAM API Keen Jupii 1), Ferry A.V. Toar 2) E-mail: te_02002@yahoo.com, toar@mail.wima.ac.id. ABSTRAK Pembuatan robot cerdas ini di latar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam pengerjaan perancangan dan pembuatan aplikasi pengenalan karakter alfanumerik JST algoritma Hopfield ini menggunakan software Borland Delphi 7.0. 3.1 Alur Proses Sistem

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Kajian Pustaka a. Algoritma Pengambilan Keputusan Pada Kiper Robot Sepak Bola [1]

BAB II DASAR TEORI Kajian Pustaka a. Algoritma Pengambilan Keputusan Pada Kiper Robot Sepak Bola [1] BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari 2.1.

Lebih terperinci

KONTROL ROBOT MOBIL PENJEJAK GARIS BERWARNA DENGAN MEMANFAATKAN KAMERA SEBAGAI SENSOR

KONTROL ROBOT MOBIL PENJEJAK GARIS BERWARNA DENGAN MEMANFAATKAN KAMERA SEBAGAI SENSOR KONTROL ROBOT MOBIL PENJEJAK GARIS BERWARNA DENGAN MEMANFAATKAN KAMERA SEBAGAI SENSOR Thiang, Felix Pasila, Agus Widian Electrical Engineering Department, Petra Christian University 121-131 Siwalankerto,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. 4.1 Analisa teknik pengolahan citra

BAB IV ANALISA. 4.1 Analisa teknik pengolahan citra BAB IV ANALISA 4.1 Analisa teknik pengolahan citra Pada proses pengolahan citra ada beberapa teknik lain yang digunakan selain teknik restorasi citra blur untuk memperjelas citra blur, seperti proses grayscale

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. 3.1 Diagram blok sistem

BAB III PERANCANGAN. 3.1 Diagram blok sistem BAB III PERANCANGAN 3.1 Diagram blok sistem Sistem pada penginderaan jauh memiliki dua sistem, yaitu sistem pada muatan roket dan sistem pada ground segment. Berikut merupakan gambar kedua diagram blok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Tulisan Tangan angka Jawa Digitalisasi Pre-Processing ROI Scalling / Resize Shadow Feature Extraction Output Multi Layer Perceptron (MLP) Normalisasi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN 4.1 Spesifikasi Sistem Sistem pengenalan objek 3 dimensi terbagi atas perangkat keras dan perangkat lunak. Spesifikasi sistem baik perangkat keras maupun lunak pada proses perancangan

Lebih terperinci

SAMPLING DAN KUANTISASI

SAMPLING DAN KUANTISASI SAMPLING DAN KUANTISASI Budi Setiyono 1 3/14/2013 Citra Suatu citra adalah fungsi intensitas 2 dimensi f(x, y), dimana x dan y adalahkoordinat spasial dan f pada titik (x, y) merupakan tingkat kecerahan

Lebih terperinci

BAB IV UJI COBA DAN ANALISIS SISTEM

BAB IV UJI COBA DAN ANALISIS SISTEM BAB IV UJI COBA DAN ANALISIS SISTEM Untuk mengetahui kehandalan dan keberhasilan dari sistem yang kita buat, maka diperlukan pengujian terhadap terhadap komponen komponen pembangun sistem terutama sensor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Pengerjaan tugas akhir ini ditunjukkan dalam bentuk blok diagram pada gambar 3.1. Blok diagram ini menggambarkan proses dari sampel citra hingga output

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Penentuan Masalah Penelitian Masalah masalah yang dihadapi oleh penggunaan identifikasi sidik jari berbasis komputer, yaitu sebagai berikut : 1. Salah satu masalah dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Neuro Fuzzy Neuro-fuzzy sebenarnya merupakan penggabungan dari dua studi utama yaitu fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1. Sistem instruksi dan kontrol robot.

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1. Sistem instruksi dan kontrol robot. BAB III PERANCANGAN Membahas perancangan sistem yang terdiri dari gambaran umum sistem dan bagaimana mengolah informasi yang didapat dari penglihatan dan arah hadap robot di dalam algoritma penentuan lokasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. bentuk api dan lapangan pertandingan pada KRPAI. Pemadam Api (Setyawan, D.E dan Prihastono, 2012) [2]

BAB II DASAR TEORI. bentuk api dan lapangan pertandingan pada KRPAI. Pemadam Api (Setyawan, D.E dan Prihastono, 2012) [2] BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori yang mendukung skripsi. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari kajian pustaka, konsep dasar sistem yang mendukung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Suara. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu speech recognition dan speaker recognition. Speech recognition adalah proses yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Implementasi dan Evaluasi yang dilakukan penulis merupakan implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan perangkat lunak dari sistem secara keseluruhan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENGOLAHAN CITRA UNTUK MENGHITUNG RESISTANSI RESISTOR MENGGUNAKAN METODE BACK PROPAGATION

IMPLEMENTASI PENGOLAHAN CITRA UNTUK MENGHITUNG RESISTANSI RESISTOR MENGGUNAKAN METODE BACK PROPAGATION IMPLEMENTASI PENGOLAHAN CITRA UNTUK MENGHITUNG RESISTANSI RESISTOR MENGGUNAKAN METODE BACK PROPAGATION Abdi Haqqi An Nazilli 1, Deddy Kusbianto Purwoko Aji 2, Ulla Delfana Rosiani 3 1,2 Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI & EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI & EVALUASI BAB IV IMPLEMENTASI & EVALUASI Pada bab ini membahas tentang bagaimana cara mengimplementasikan dan pengambilan data serta melakukan evaluasi terhadap data-data yang sudah didapatkan. Pertama disini digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dielaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, sehingga dapat diadikan sebagai landasan berpikir dan akan mempermudah dalam hal pembahasan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI LOGIKA FUZZY SEBAGAI PERINTAH GERAKAN TARI PADA ROBOT HUMANOID KRSI MENGGUNAKAN SENSOR KAMERA CMUCAM4

IMPLEMENTASI LOGIKA FUZZY SEBAGAI PERINTAH GERAKAN TARI PADA ROBOT HUMANOID KRSI MENGGUNAKAN SENSOR KAMERA CMUCAM4 1 IMPLEMENTASI LOGIKA FUZZY SEBAGAI PERINTAH GERAKAN TARI PADA ROBOT HUMANOID KRSI MENGGUNAKAN SENSOR KAMERA CMUCAM4 Gladi Buana, Pembimbing 1:Purwanto, Pembimbing 2: M. Aziz Muslim. Abstrak-Pada Kontes

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dijelaskan tentang pengujian dimensi robot, algoritma dari robot yang telah dibuat dan analisis mengenai kinerja dari algoritma tersebut. 4.1. Pengujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan perkembangan teknologi elektronika saat ini, telah banyak peralatan elektronika yang dirancang untuk membantu pekerjaan manusia. Pada bidang industri,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini berisi landasan-landasan teori yang penulis gunakan untuk seluruh laporan penelitian ini. Landasan-landasan teori ini dijelaskan untuk membentuk pemahaman yang sama antara

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Sistem Gambaran sistem dapat dilihat pada blok diagram sistem di bawah ini : Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem Berdasarkan blok

Lebih terperinci

Pertemuan 2 Representasi Citra

Pertemuan 2 Representasi Citra /29/23 FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 2 Representasi Citra Representasi Citra citra Citra analog Citra digital Matrik dua dimensi yang terdiri

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Prosesor : Intel Core i5-6198du (4 CPUs), ~2.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Prosesor : Intel Core i5-6198du (4 CPUs), ~2. BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Hardware a. Prosesor : Intel Core i5-6198du CPU @2.30GHz (4 CPUs), ~2.40GHz b.

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital 2.1.1 Pengertian Citra Digital Citra dapat didefinisikan sebagai sebuah fungsi dua dimensi, f(x,y) dimana x dan y merupakan koordinat bidang datar, dan harga fungsi f disetiap

Lebih terperinci

BAB II NEURAL NETWORK (NN)

BAB II NEURAL NETWORK (NN) BAB II NEURAL NETWORK (NN) 2.1 Neural Network (NN) Secara umum Neural Network (NN) adalah jaringan dari sekelompok unit pemroses kecil yang dimodelkan berdasarkan jaringan syaraf manusia. NN ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus dan intensitas cahaya pada bidang dwimatra

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari algoritma robot. 3.1. Sistem Instruksi dan Kontrol Robot Gambar 3.1. Blok diagram

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Proses pengendalian mobile robot dan pengenalan image dilakukan oleh microcontroller keluarga AVR, yakni ATMEGA

Lebih terperinci

Pokok Bahasan PENDAHULUAN PERANCANGAN SISTEM HASIL PENGUJIAN PENUTUP

Pokok Bahasan PENDAHULUAN PERANCANGAN SISTEM HASIL PENGUJIAN PENUTUP Pokok Bahasan PENDAHULUAN PERANCANGAN SISTEM HASIL PENGUJIAN PENUTUP PENDAHULUAN 1. Sistem navigasi robot banyak dipakai dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan misalnya untuk membantu departemen pemadam

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK [1] Meishytah Eka Aprilianti, [2] Dedi Triyanto, [3] Ilhamsyah [1] [2] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan penjelasan dari metode-metode yang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan penjelasan dari metode-metode yang BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan penjelasan dari metode-metode yang digunakan pada penelitian ini. 3.1 Metode Pengembangan Pada penelitian Tugas Akhir ini dilakukan pendeteksian obyek

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Sistem Neural Network di Matlab Gambar 3.1 Blok Diagram Perancangan Sistem Neural network 3.1.1 Training Neural Network Untuk pelatihan neural network penulis lebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : akan digunakan untuk melakukan pengolahan citra.

BAB III METODE PENELITIAN. ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : akan digunakan untuk melakukan pengolahan citra. BAB III METODE PENELITIAN Untuk pengumpulan data yang diperlukan dalam melaksanakan tugas akhir, ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : 1. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan berupa pencarian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Sistem Kontrol Robot. Gambar 3.1. Blok Diagram Sistem

BAB III PERANCANGAN Sistem Kontrol Robot. Gambar 3.1. Blok Diagram Sistem BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan sistem yang meliputi sistem kontrol logika fuzzy, perancangan perangkat keras robot, dan perancangan perangkat lunak dalam pengimplementasian

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR Zulkifli Dosen Tetap Fakultas Ilmu Komputer Universitas Almuslim Email : Zulladasicupak@gmail.com

Lebih terperinci

COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA

COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA Seminar Nasional Teknologi Terapan SNTT 2013 (26/10/2013) COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA Isnan Nur Rifai *1 Budi Sumanto *2 Program Diploma Elektronika & Instrumentasi Sekolah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 14, terdiri dari tahap identifikasi masalah, pengumpulan dan praproses data, pemodelan

Lebih terperinci

ARIEF SARDJONO, ST, MT.

ARIEF SARDJONO, ST, MT. KONTROL PENJEJAK PADA ROBOT PEMADAM API MENGGUNAKAN SISTEM PENGINDERA API DAN POSISI JARAK DENGAN METODE FUZZY LOGIC YOUR SUBTITLE GOES HERE OLEH PUNGKY EKA SASMITA 2209105037 Dr.TRI ARIEF SARDJONO, ST,

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN HALANGAN PADA ROBOT CERDAS PEMADAM API MENGGUNAKAN KAMERA DENGAN INTEGRAL PROYEKSI

PENDETEKSIAN HALANGAN PADA ROBOT CERDAS PEMADAM API MENGGUNAKAN KAMERA DENGAN INTEGRAL PROYEKSI PENDETEKSIAN HALANGAN PADA ROBOT CERDAS PEMADAM API MENGGUNAKAN KAMERA DENGAN INTEGRAL PROYEKSI Setiawardhana 1), Nana Ramadijanti 2), Rizky Yuniar Hakkun 3), Aji Seto Arifianto 4) 1,2,3) Dosen Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk dari digitalisasi yang sedang berkembang saat ini adalah teknologi 3D Scanning yang merupakan proses pemindaian objek nyata ke dalam bentuk digital.

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjalankan aplikasi ini adalah : Prosesor Pentium IV 2.6 Ghz. Graphic Card dengan memori minimum 64 MB

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjalankan aplikasi ini adalah : Prosesor Pentium IV 2.6 Ghz. Graphic Card dengan memori minimum 64 MB BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Perangkat Lunak Aplikasi 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang dibutuhkan agar dapat menjalankan aplikasi ini adalah

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi analisis pengembangan program aplikasi pengenalan karakter mandarin, meliputi analisis kebutuhan sistem, gambaran umum program aplikasi yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN Rudy Adipranata 1, Liliana 2, Gunawan Iteh Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Informatika, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil tempat di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berlokasi di Jl. Lingkar Selatan, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB IV. PERANCANGAN. Blok diagram menggambarkan cara kerja semua sistem E-dump secara keseluruhan yang terdiri dari beberapa komponen:

BAB IV. PERANCANGAN. Blok diagram menggambarkan cara kerja semua sistem E-dump secara keseluruhan yang terdiri dari beberapa komponen: BAB IV. PERANCANGAN 4.1 Blok Diagram Alat Blok diagram menggambarkan cara kerja semua sistem E-dump secara keseluruhan yang terdiri dari beberapa komponen: Sensor IR Sharp (Buka Tutup) Motor Servo Sensor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Micromouse robot. Micromouse robot merupakan salah satu mobile robot yang

BAB I PENDAHULUAN. Micromouse robot. Micromouse robot merupakan salah satu mobile robot yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu robot yang menarik dan banyak dikembangkan yaitu Micromouse robot. Micromouse robot merupakan salah satu mobile robot yang memiliki tujuan untuk

Lebih terperinci

6. PENDETEKSIAN SERANGAN GULMA. Pendahuluan

6. PENDETEKSIAN SERANGAN GULMA. Pendahuluan 6. PENDETEKSIAN SERANGAN GULMA Pendahuluan Praktek pengendalian gulma yang biasa dilakukan pada pertanian tanaman pangan adalah pengendalian praolah dan pascatumbuh. Aplikasi kegiatan Praolah dilakukan

Lebih terperinci

OPTIMASI SENSOR PADA ROBOT LINE FOLLOWER DENGAN JENIS LAPANGAN BERBEDA DENGAN METODE NEURAL NETWORK

OPTIMASI SENSOR PADA ROBOT LINE FOLLOWER DENGAN JENIS LAPANGAN BERBEDA DENGAN METODE NEURAL NETWORK OPTIMASI SENSOR PADA ROBOT LINE FOLLOWER DENGAN JENIS LAPANGAN BERBEDA DENGAN METODE NEURAL NETWORK Sumantri K.Risandriya 1, Jecky A Tarigan *Politeknik Negeri Batam Mechatronics Engineering Study Program

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM Bab ini akan membahas mengenai proses pengujian dari sistem yang dirancang terhadap beberapa citra dijital replika kulit. Pengujian terhadap sistem ini dilakukan untuk

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Aditya Wikan Mahastama mahas@ukdw.ac.id Sistem Optik dan Proses Akuisisi Citra Digital 2 UNIV KRISTEN DUTA WACANA GENAP 1213 v2 Bisa dilihat pada slide berikut. SISTEM OPTIK MANUSIA

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM Program aplikasi ini dirancang dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Visual C# 2008 Express Edition. Proses perancangan menggunakan pendekatan Object Oriented

Lebih terperinci

BAB 3 PENANGANAN JARINGAN KOMUNIKASI MULTIHOP TERKONFIGURASI SENDIRI UNTUK PAIRFORM-COMMUNICATION

BAB 3 PENANGANAN JARINGAN KOMUNIKASI MULTIHOP TERKONFIGURASI SENDIRI UNTUK PAIRFORM-COMMUNICATION BAB 3 PENANGANAN JARINGAN KOMUNIKASI MULTIHOP TERKONFIGURASI SENDIRI UNTUK PAIRFORM-COMMUNICATION Bab ini akan menjelaskan tentang penanganan jaringan untuk komunikasi antara dua sumber yang berpasangan.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Kajian Pustaka a. Penerapan Algoritma Flood Fill untuk Menyelesaikan Maze pada Line Follower Robot [1]

BAB II DASAR TEORI Kajian Pustaka a. Penerapan Algoritma Flood Fill untuk Menyelesaikan Maze pada Line Follower Robot [1] BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa teori yang digunakan sebagai acuan dan pendukung dalam merealisasikan perancangan sistem pada skripsi ini. 2.1. Kajian Pustaka a. Penerapan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital adalah citra yang bersifat diskrit yang dapat diolah oleh computer. Citra ini dapat dihasilkan melalui kamera digital dan scanner ataupun citra yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan dan algoritma yang akan digunakan pada sistem pengenalan wajah. Bagian yang menjadi titik berat dari tugas akhir

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat. Graphic Card dengan memory minimum 64 mb

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat. Graphic Card dengan memory minimum 64 mb BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Driver 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat menjalankan driver ini adalah: Prosesor Pentium

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kendali Sistem Kendali atau control system terdiri dari dua kata yaitu system dan control. System berasal dari Bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Gambaran Permasalahan Secara Umum Poligon bukanlah suatu bentuk yang spesifik seperti segitiga sama kaki, persegi, belah ketupat, ataupun jajargenjang, melainkan suatu

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. koordinat pada tiap-tiap area, akses pixel, contrast streching, histogram. yang

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. koordinat pada tiap-tiap area, akses pixel, contrast streching, histogram. yang BAB IV PENGUJIAN SISTEM Sistem yang di ujicoba merupakan dari hasil program yang telah selesai dibuat. Dimulai dari pengambilan citra dari WebCam, pengolahan citra yang dimulai dengan update citra kondisi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis 3.1.1 Permasalahan Pemanfaatan Augmented Reality pada umumnya berfokus pada kemampuan visualnya, yaitu berupa bentuk tiga dimensi, lingkungan tiga dimensi, animasi,

Lebih terperinci