BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN"

Transkripsi

1 BAB III AALISIS DA PERACAGA 3.1 Spesifikasi Sistem Pada tugas akhir ini dibuat sebuah sistem penglihatan pada robot (robot vision) pada sebuah autonomous mobile robot berbentuk tank bernama VAIRo. Sistem pengliatan robot tersebut memiliki spesifikasi sebagai berikut: Mampu bergerak secara otomatis dan mampu mengambil keputusan dengan melakukan pendeteksian objek Mampu mengenali objek dengan spesifikasi warna tertentu dengan menggunakan algoritma yang akan ditentukan pada proses pengujian Mampu mengenali bentuk bentuk dasar objek yang digunakan pada KRCI 2009 divisi expert single Mampu mengamati objek dalam arah horisontal dan vertikal pada jarak pandang maksimum 3.2 Analisis Suatu sistem disebut robot bila memiliki sifat otomatis atau autonomous. Suatu sistem dengan sifat autonomous harus dapat bergerak dan mengambil keputusan sendiri berdasarkan informasi yang didapatkan dari lingkungan disekitarnya. Berdasarkan hal tersebut suatu sistem yang autonomous dirancang untuk seminimal mungkin melibatkan campur tangan manusia sebagi operator maupun pengambil keputusan. Pada perancangan mobile robot pada tugas akhir ini, komponen komponen penyusunnya akan dibuat dalam bentuk modul modul yang dapat memiliki fungsi masing masing dan dapat bekerja mandiri. Setiap modul tersebut akan menyediakan keluaran baik dalam bentuk data digital maupun analog yang akan digunakan bagi robot untuk dapat mengenali lingkungannya. Untuk itu perlu 41

2 dirancang sebuah modul utama yang bekerja untuk mengambil keputusan berdasarkan informasi informasi yang disediakan tersebut. Modul utama yang digunakan pada robot VAIRo adalah mikrokontroller AVR yang disebut modul sistem pengendali yang akan dibahas oleh teman Penulis Vincentius Riky (IM ). Modul penglihatan pada robot VAIRo dirancang untuk dapat beroperasi secara otomatis, modul ini akan mulai menjalankan fungsinya untuk mengenali benda saat modul sistem pengendali utama memerintahkannya. Keluaran dari modul ini berupa data digital yang akan merepresentasikan informasi objek yang dideteksinya. Sistem pada modul ini akan mulai melakukan inisialisasi data begitu daya diberikan, lalu kemudian menunggu perintah dari modul sistem kendali utama untuk mulai mengumpulkan informasi dan mengolahnya menjadi keluaran. Sistem penglihatan pada robot VAIRo dirancang untuk dapat melakukan identifikasi benda atau objek dengan spesifikasi warna tertentu. Hal ini disesuaikan dengan keadaan lingkungan yang dihadapi robot pada KRCI 2009 divisi expert single. Pada peraturan lomba KRCI 2009 disebutkan bahwa lingkungan yang dihadapi robot terdiri dari labirin yang didalamnya diletakan beberapa objek dengan ciri khas warna tertentu. Sebagai contoh pada labirin KRCI 2009 labirin tempat robot menjalankan misinya ditempel wallpaper dengan warna warna tertentu dan terdapat objek seperti furniture yang berwarna kuning atau bayi yang tubuhnya berwarna biru dengan kepala berwarna kuning. Berdasarkan peraturan peraturan tersebut maka dirancang sebuah sistem penglihatan yang memiliki kemampuan untuk mengenali benda berdasarkan suatu warna tertentu. Penggunaan warna benda sebagai suatu ciri khas dari objek keseluruhan disebut sistem penglihatan robot tingkat rendah. Hal ini disebabkan karena informasi yang digunakan sangat terbatas yaitu hanya dengan menggunakan warna, dan mengabaikan ciri ciri yang lainnya. Metoda pengenalan benda hanya berdasarkan warna spesifik perlu dilakukan oleh robot untuk secara cepat memutuskan lingkungan seperti apa yang dihadapinya akan berpengaruhkah pada pergerakan atau penyelesaian misi yang dilakukan. Selain itu 42

3 keunggulan dari pengenalan benda berdasarkan warna terletak pada kecepatan proses pengolahan data citra menjadi keluaran bagi robot. Kecepatan ini sangat penting karena pada perlombaan KRCI waktu yang ditempuh robot untuk menyelesaikan tugas tugasnya cukup berpengaruh pada hasil nilai yang didapatkan. Berdasarkan uraian diatas komponen yang diperlukan oleh robot adalah sebuah sensor penglihatan yang dapat melakukan analisi citra lingkungan yang dihadapi dengan melakukan pemrosesan pada bagian citra dengan warna tertentu untuk dikenali sebagai suatu objek. Pemrosesan yang dilakukan pun harus dapat diselesaikan dengan waktu singkat sehingga tidak ada waktu yang terbuang bagi robot. Spesifikasi untuk dapat mengenali bentuk bentuk dasar objek harus dilakukan sebagai pemrosesan citra tingkat lanjut bagi robot. Berdasarkan peraturan pertandingan KRCI 2009 divisi expert single pada dinding labirin KRCI 2009 akan dipasang wallpaper dengan warna warna tertentu yang mungkin memiliki spesifikasi warna yang mirip bahkan sama dengan spesifikasi warna pada objek objek yang digunakan pada pertandingan. Oleh karena itu, sistem dengan pengenalan objek hanya berdasarkan warna saja tidak cukup tapi perlu ditambahkan pada suatu fitur tambahan pada sistem penglihatan agar robot tidak tertipu dengan informasi pada lingkungan yang dihadapinya. Objek objek yang dihadapi oleh robot memiliki bentuk bentuk dasar seperti bulat dan persegi. Sehingga proses pengenalan bentuk yang dilakukan seharusnya dapat dibuat sesederhana mungkin. amun perlu diperhatikan bahwa robot yang dirancang merupakan robot dengan kemampuan bergerak (mobile robot) sehingga sistem pengenalan bentuk objek yang dirancang harus dapat mengenali objek dari beragai sudut pandang. Oleh karena itu sistem dengan kemampuan pengenalan sederhana tidak akan digunakan pada sistem robot VAIRo. Sistem yang dibutuhkan adalah suatu sistem cerdas yang dapat mengenali objek meskipun lingkungan atau informasi yang didapatkan tidak dapat akurat. 43

4 Spesifikasi sistem yang terakhir adalah mampu untuk mengamati objek dalam arah horisontal dan vertikal pada jarak pandang maksimum. Spesifikasi ini bertujuan agar robot dapat mengamati lingkungan sekelilingnya secara menyeluruh sehingga informasi yang didapatkan lebih akurat dan keputusan yang diambil sesuai. Spesifikasi ini diperlukan robot untuk dapat memperhitungkan pergerakan yang akan dilakukan jauh sebelumnya. Berdasarkan peraturan KRCI 2009 terdapat beberapa ketentuan seperti furniture yang diletakan pada setiap ruangan tidak boleh sampai tergeser selama robot melakukan pergerakan untuk menyelesaikan misi, robot harus memamdamkan lilin pada jarak kurang dari 200 mm, dan bendera harus dinaikan pada jarak kurang dari 200 mm bila bayi ditemukan. Berdasarkan hal itu dengan memiliki kemampuan untuk dapat mengamati objek dalam arah horisontal dan vertikal pada jarak maksimal robot dapat mempersiapkan langkah yang ditempuhnya. Sistem penglihatan pada robot VAIRo dirancang untuk dapat mememuhi spesifikasi sistem seperti yang telah diuraikan di atas. Berdasarkan hal tersebut beberapa terdapat komponen yang perlu digunakan untuk memenuhinya. Komponen komponen yang digunakan akan dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu perangkat keras dan perangkat lunak. Pada bagaian perangkat keras akan dijelaskan mengenai komponen komponen yang digunakan untuk memenuhi spesifikasi tersebut, diantaranya aktuator, sensor penglihatan, mekanisme penggerak arah vertikal dan horisontal, dan power supply. Sedangkan pada bagian perangkat lunak akan dijelaskan algoritma algoritma yang digunakan untuk memenuhi spesifikasi spesifikasi diatas Perangkat Keras Perangkat keras yang digunakan untuk memenuhi spesifikasi rancangan robot VAIRo terdiri dari 3 bagian, yaitu: 44

5 Sensor Penglihatan Sensor penglihata adalah modul paling utama pada sistem penglihatan pada robot VAIRo. Berdasarkan spesifikasi sistem yang dibutuhkan pada robot yaitu untuk dapat digunakan untuk mengenali objek dengan spesifikasi warna tertentu dan dapat dengan mudah diintegrasikan dengan modul modul sistem lainnya maka dipilih untuk menggunakan sensor penglihatan kamera. Penggunaan sensor kamera sebagai sensor penglihatan pada robot diharapakan akan membantu robot untuk menyelesaikann misi misinya. Robot yang dirancang harus memiliki kemampuan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan untuk itu robot harus dapat memilah informasi dan mengartikan informasi yang benar benar berguna sebab pada sebuah lingkungan yang berbeda akan dibutuhkan kemampuan yang berbeda juga. Sensor kamera adalah sensor yang memiliki kemampuan dan bekerja seperti mata manusia. Suatu sistem penglihatan dapat digolongkan dalam 3 level yaitu: Penglihatan level rendah Penglihatan dengan level rendah dapat dideskripsikan sebagai proses yang dalam segi sistem indra dikategorikan primitif sehingga dapat disebut sebagai sebuah sistem yang akan bereaksi secara otomatis tampa membutuhkan kecerdasan. Pada level ini dikenal 2 proses penting pada computer vision yaitu pengindaraan dan preprocessing. Penglihatan level menengah Penglihatan level menengan dapat dideskripsikan sebagai proses ekstraksi, karakterisasi, dan pelabelan komponen komponen pada citra hasil penglihatan level rendah. Pada level ini dikenal beberapa proses penting yaitu segmentasi, deskripsi, dan pengamatan dari objek. 45

6 Penglihatan level tinggi Penglihatan level tinggi dapat dideskripsikan sebagai proses yang mencoba untuk mencocokannya dengan pegamatan yang dilakukan. Pada level ini dikenal proses pengartian (interpretation). Berdasarkan pengertian dari ketiga level penglihatan diatas, maka level sistem penglihatan yang akan digunakan pada robot VAIRo adalah level sistem penglihatan rendah dan menengah. Level sistem penglihatan rendah diwakili dengan reduksi gangguan pada citra dan deteksi pusat massa dari objek dengan spesifikasi warna tertentu, sedangkan level menengan diwakili dengan segmentasi citra berdasarkan warna dan bentuk. Untuk itu dibutuhkan sensor kamera yang dapat bekerja pada kedua level sistem penglihatan tersebut. Berdasarkan level sistem penglihatan yang dibutuhkan robot tersebut terdapat beberapa fungsi dasar pengolahan citra yang harus dapat diimplementasikan pada robot yaitu fungsi pengambilan data pixel pixel citra dan fungsi pendeteksian warna pada citra. Fungsi pengambilan data pixel pixel citra diperlukan untuk dapat melakukan pengenalan bentuk objek pada jaringan saraf tiruan dengan memperhatikan pola hubungan atau susunan dari nilai pixel yang didapatkan. Fungsi pendeteksi warna dibutuhkan untuk menghasilkan sistem yang dapat bereaksi secara otomatis bila suatu spesifikasi warna dideteksi. Kedua fungsi tersebut merupakan 2 fungsi utama yang harus dimiliki sensor penglihatan untuk dapat digunakan pada perancangan sistem penglihatan pada robot VAIRo. Sensor kamera yang digunakan harus dapat melakukan pemrosesan citra secara realtime dan memiliki kecepatan yang tinggi. Hal ini dibutuhkan karena proses pengambilan informasi citra dilakukan langsung oleh robot pada saat bernavigasi untuk menyelesaikan misinya. Informasi citra yang didapatkan dapat secara tiba-tiba berubah sesuai dengan linkungan yang dihadapi robot untuk itu pengolahan citra harus dapat dilakukan secara langsung dan real-time. Sedangkan bila ditinjau dari segi waktu, pada peraturan KRCI 2009 divisi expert single sebuah robot hanya 46

7 diberikan waktu selama 6 (enam) menit untuk dapat menjelajahi labirin dan menyelesaikan misi misinya. Untuk itu sistem penglihatan robot harus dapat cepat mengolah informasi citra yang dimilikinya dan memutuskan tindakan yang akan dilakukan berdasarkan informasi tersebut. Sistem yang dirancang harus dapat mengimplementasikan suatu algoritma pengolahan citra tertentu sehingga saat robot diaktifkan sistem akan merespon secara otomatis semua perintah dari sistem kendali pusat robot. Untuk itu algoritma yang dirancang pada bagian perangkat lunak harus dapat ditanamkan pada modul sensor kamera bagi penglihatan robot. Bila ditinjau dari pemenuhan spesifikasi sistem pada bagian memiliki kemampuan untuk mengamati objek pada arah horisontal dan vertikal dalam jarak pandang maksimum dapat disimpulkan sistem yang dirancang harus dapat dengan mudah diintegrasikan dengan beberapa modul lainnya seperti modul aktuator dan modul mikrokontroller pada sistem kendali utama. Untuk itu sensor kamera yang digunakan harus memiliki fitur input dan output Mekanisme Penggerak Arah Vertikal dan Horisontal Berdasarkan spesifikasi sistem yang dirancang, diperlukan pembuatan sebuah mekanisme penggerak yang akan mendukung sistem penglihatan robot. Mekanisme sistem penggerak yang dirancang harus memiliki kemampuan agar robot memiliki jangkauan penglihatan yang luas. Untuk itu mekanisme penggerak akan dirancang untuk dapat bergerak searah sumbu vertikal dan horisontal. Pergerakan dari turret ke arah sumbu horisontal dikendalikan oleh modul aktuator yang akan dipasang pada bagian dasar platform robot, sedangkan untuk mengendalikan pergerakan pada arah vertikal digunakan modul aktuator yang akan diletakan pada bagian samping rancangan turret. Mekanisme penggerak yang dirancang harus cukup ringan dari segi berat karena bila tidak robot tidak dapat bergerak dengan cepat untuk dapat menyelesaikan misi- 47

8 misinya. Suatu mekanisme gerak yang berat akan membebani kerja aktuator pada sistem penggerak robot seperti motor DC untuk itu unsure keringan suatu bahan harus diperhitungkan dengan cermat. Selain ringan bahan yang digunakan harus cukup kokoh dan kuat. Hal ini berkaitan karena turret yang dirancang harus dapat mengangkat beberapa modul sensor dan aktuator. Komponen komponen penyusun turret terdiri dari: 1 buah mekanisme penggerak vertikal 1 buah mekanisme penggerak horisontal 1 buah sensor kamera 1 buah sensor suhu 1 buah sensor jarak 2 buah aktuator 1 buah kipas Mekanisme penggerak horisontal ditekankan dari segi kekuatan dan kekokohan. Hal ini perlu diperhatikan karena seluruh berat dari turret akan bertumpu pada bagian ini. Sedangkan mekanisme gerakan perlu ditambahkan gear pendukung agar torka yang dihasilkan lebih tinggi. Mekanisme penggerak vertikal lebih kompleks dibandingkan dengan mekanisme penggerak horisontal, hal ini disebabkan karena pada bagian ini akan dilakukan bebrapa pergerakan yang akan melibatkan beberapa modul sensor. Karena pada bagian ini akan dilekatkan beberapa modul sensor maka perlu diperhatikan ruangan yang tersedia dan posisi penempatan tiap modul sensor yang akan digunakan. Berdasarkan hal hal yang telah disebutkan diatas maka perlu dilakukan pemilihan bahan yang tepat agar mekanisme penggerak yang dirancang dapat memenuhi criteria spesifikasi sistem yang diinginkan. Terdapat beberapa contoh bahan yang dapat digunakan untuk membuat turret robot yaitu alumunium, fiberglass, atau aklirik. Masing masing bahan tersebut memiliki keunggulan dan kekurangan masing masing. 48

9 Letak dari mekanisme penggerak pada platform pun harus diperhitungkan hal ini dikarenakan ukuran platform yang terbatas, yaitu tidak dapat lebih dari 310 x 310 x 300 mm (panjang x lebar x tinggi) yang disesuaikan dengan peraturan KRCI 2009 divisi expert single. Berdasarkan hal tersebut proses perancangan dari mekanisme penggerak sebaiknya dilakukan setelah desain dari platform robot selesai dilakukan dengan memperhitungkan beberapa komponen penting lainnya yang akan digunakan oleh robot untuk bergerak dan menyelesaikan misinya. Letak dari mekanisme penggerak ini lebih baik diletakan pada bagian depan dari robot. Hal ini untuk mengatasi keterbatasan gerakan ke arah horisontal bila diletakan pada bagian tengah atau belakang dari robot Aktuator Berdasarkan spesifikasi sistem robot yang akan dirancang mekanisme penggerak akan digunakan untuk mendapatkan penglihatan robot yang lebih luas, sehingga informasi yang didapakan lebih akurat. Pada bagian anlisis mekanisme penggerak, disebutkan bahwa gerakan yang diperluakan untuk mendukung kemampuan penglihata robot tersebut adalah gerakan ke arah horisontal dan vertikal. Untuk menghasilkan penggerakan yang sesuai dengan spesifikasi sistem tersebut diperlukan modul aktuator yang akan menghasilkan sumber tenaga putar. Seperti yang telah dijelaskan pada bagian dasar teori aktuator merupakan suatu mekanimse yang memungkinkan effektor untuk dapat mengeksekusi gerakan. Pada robot terdapat 2 jenis aktuator berdasarkan energi penggeraknya yaitu: Aktuator pasif Aktuator dengan tipe pasif adalah model mekanisme yang didesain untuk dapat memanfaatkan energi energi yang tidak berasal dari robot. Sebagai contoh aktuator yang memanfaatkan energi potensial pada mekanismenya tampa menggunakan bantuan tenga aktif dari batere. 49

10 Aktuator aktif Aktuator dengan tipe aktif adalah model mekanisme yang didesain dengan memanfaatkan energi pengaktif dari robot. Berdasarkan jenis tipe model aktuator yang telah dijelaskan diatas modul aktuator yang digunakan adalah tipe aktif. Selain itu perlu diperhatikan tipe aktuator yang digunakan. Beberapa tipe aktutor telah dijelaskan pada bagian dasar teori dari laporan tugas akhir ini diantaranya: Motor elektrik Hidrolik Pneumatik Photo-reactive material Piezoelectric Berdasarkan pengertian dan penjelasan dari tiap tiap jenis material tersebut modul aktuator yang digunakan sebaiknya memiliki sifat yang reaktif terhadap tegangan dan arus listrik yang dihasilakan dari sumber daya robot. Selain itu perlu diperhatikan bahwa modul aktuator akan dipergunakan untuk menggerakan mekanisme penggerak ke arah horisontal dan vertikal, selain itu proses pendeteksian objek yang dilakukan oleh sensor kamera harus memiliki kepresisian yang cukup tinggi untuk memudahkan identifikasi bentuk benda. Perlu diperhatikan pula torsi dari modul aktuator yang akan digunakan harus cukup tinggi karena pada prakteknya akan digunakan untuk menggerakan mekanisme penggerak yang telah dilekatkan beberapa sensor. Dapat disimpulkan bahwa modul aktuator yang dipilih harus memiliki pergerakan dengan sudut kepresisian yang cukup tinggi dan memiliki torsi yang tinggi untuk menggerakan keseluruhan sistem mekanisme penggerak. Tipe aktuator yang cocok untuk digunakan sebagai aktuator mekanisme penggerak adalah tipe motor elektrik. 50

11 Motor elektrik adalah modul aktuator yang paling banyak digunakan pada robot karena kemudahannya. Motor elektrik menghasilakan gerakan berotasi, sehingga sangat tepat untuk digunakan bagi bagian-bagian robot yang membutuhkan pergerakan secara kontinu. amun motor elektrik dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan tipe kerjany, yaitu: Motor DC Motor Servo Motor DC biasa digunakan pada bagian bagian robot yang diperluakan untuk dapat bergerak dengan cepat tampa memperhitungkan kepresisian sudut, sedangkan pada motor servo biasa digunakan bagi aplikasi aplikasi yang membutuhkan kepresisian sudut tampa memperhitungkan kecepatan putar dari motor Power Supply Modul power supply merupakan modul yang terpenting pada robot. Modul ini memberikan sumber daya bagi tiap tiap komponen pada robot untuk dapat bekerja dengan baik. Sebuah robot tidak dapat bergerak tampa sumber daya. Modul sensor penglihatan pada robot meruapakan modul yang memerlukan proses komputasi yang cukup kompleks, oleh karena itu modul ini akan membutuhkan sumber daya yang cukup besar agar dapat bekerja dengan baik. Kestabilan daya yang diberikan oleh modul ini sangat mempengaruhi kualitas informasi yang dihasilakan oleh masing masing modul lainya. Pada KRCI 2009 divisi expert single robot diberikan waktu 6 menit untuk dapat menyelesaikan misi misinya, selain itu robot akan melakukan 3 kali perlombaan untuk itu diperlukan sumber daya yang cukup stabil, tidak mudah habis dan dapat diisi ulang. Kerena robot yang dirancang merupakan mobile robot maka sumber daya yang digunakan harus dapat diletakan dan mudah dibawa oleh robot, untuk itu perlu diperhitungkan dimensi dari modul ini dikarenakan area yang dimiliki terbatas. 51

12 Pada beberapa modul aktuator seperti motor listrik memerlukan sumber arus yang tinggi untuk dapat bergerak dengan baik. Pada umumnya sumber daya yang ditemui dipasaran tidak dapat memberikan arus yang cukup besar bagi modul aktuator sehingga modul ini tidak dapat bergerak dengan baik Perangkat Lunak Agar robot dapat melakukan tugas tugasnya, dibutuhkan perangkat lunak yang mampu mengarahkan robot menjalankan tugas tersebut. Perangkat keras yang telah ada tidak akan berfungsi bila tidak dibuat suatu program untuk mengaktifkan. Program ini akan disimpan dalam mikroprosesor dan kemudian akan dieksekusi. Program utama yang dibutuhkan oleh sistem penglihatan pada robot VAIRo dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu deteksi warna dan deteksi bentuk. Masing masing program memiliki algoritma yang berbeda untuk proses pengenalan objek yang dilakukan, namun proses eksekusi dilakukan secara bertahap yaitu dengan terlebih dahulu mengenali objek berdasarkan warna baru dilanjutkan dengan mengenali objek berdasarkan bentuk dengan bantuan jaringan saraf tiruan. Pada program pengenalan objek berdasarkan warna, proses yang dilakukan diawali dengan pengambilan data warna yang disekeliling robot dengan metoda scanning, yang dilakukan dengan menganalisis citra yang ditangkap oleh kamera untuk setiap sudut tertentu. Bila dalam proses scanning tidak ditemukan adanya warna yang sesuai dengan spesifikasi objek yang hendak dikenali maka proses akan terus dilakukan. Bila pada proses scanning ditemukan suatu warna tertentu kamera akan menyimpan sudut ketika warna terdeteksi. Terdapat beberapa algoritma yang diperlukan untuk memenuhi spesifikasi diatas, yaitu: Algoritma gerak turret dan deteksi warna Algoritma ini digunakan untuk melakukan pengambilan informasi lingkungan yang dihadapai robot berdasarkan pembacaan warna yang dilakukan dengan proses scanning. Proses ini dilakukan dengan menggerakan turret pada suatu 52

13 posisi tertentu yang dilanjutkan dengan melakukan analisi citra yang ditangkap oleh sensor kamera. Bila pada proses tersebut tidak ditemukan adanya suatu warna spesifik tertentu maka proses ini akan terus dilakukan sedangkan bila ditemukan adanya suatu warna spesifik maka sensor kamera akan menyimpan data sudut letak warna terdeteksi. Untuk lebih lanjut mengenai penjelasan algoritma ini akan diterangkan pada bagian perancangan. Algoritma pengenalan bentuk objek dengan jaringan saraf tiruan Algoritma ini digunakan untuk mengenali bentuk suatu objek yang memiliki warna tertentu. Algoritma inin menggunakan masukan berupa data nilai pixel pixel hasil algoritma gerak turret dan deteksi warna yang sudah terlebih dahulu diubah menjadi citra grayscale. Masukan citra tersebut akan diumpankan pada jaringan saraf tiruan untuk kemudian diproses dan ditentukan bentuk dari objek tersebut. Algoritma pengambilan data bentuk objek bagi jaringan saraf tiruan Algoritma ini digunakan untuk melakukan pengambilan data yang akan digunakan untuk melakukan pelatihan bagi jaringan saraf tiruan. Algoritma ini tidak akan diimplementasikan pada robot. Proses pelatihan akan dilakukan pada komputer PC, keluaran dari algoritma ini berupa besar bobot bobot yang akan digunakan bagi algoritma pengenalan bentuk objek dengan jaringan saraf tiruan. Penjelasan algoritma-algoritma diatas hanya merupakan gambaran umum dari tiap algoritma yang akan digunakan pada proses pengenalan objek. Penjelasan mendalam untuk tiap algoritma diatas akan diberikan pada bagian perancangan. 3.3 Pemilihan dan Perancangan Komponen Sistem Sebelum Melakukan perancangan sistem pada robot VAIRo, perlu dilakukan terlebih dahulu pemilihan komponen komponen yang akan digunakan oleh robot. Pemilihan komponen ini meliputi penentuan sensor kamera yang digunakan dan penentuan 53

14 modul aktuator yang digunakan. Setelah komponen dari sistem ditentukan maka akan dilanjutkan dengan perancangan sistem tersebut. Perancangan sistem penglihatan pada robot VAIRo dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah dengan merancang turret bagi kamera. Rancangan turret tersebut perlu memperhatikan kesesuaian penempatan modul modul lainnya dan area yang tersedia pada platform robot. Kemudian dilanjutkan dengan tahap pemilihan sensor penglihatan, modul aktuator, perancangan mekanisma kendali dan algoritam sistem penglihatan robot Pemilihan Sensor Kamera Sensor penglihatan adalah modul yang paling utama dalam sistem penglihatan robot VAIRo. Berdasarkan spesifikasi yang telah dideskripsikan oleh sistem sensor penglihatan yang diakan digunakan harus memiliki kemampuan untuk melakukan pemrosesan citra dan memiliki kecepatan pemrosesan yang tinggi, selain itu modul yang digunakan harus memiliki kemudahan dalam hal integrasi dengan modul lainyanya terutama modul aktuator. Berdasarkan spesifikasi sistem tersebut maka dipilih modul sensor kamera CMUcam3. Sensor ini dapat dianalogikan sebagai mata dari robot itu sendiri. Sehingga informasi dalam bentuk citra digital yang diterima oleh sensor kamera CMUcam3 ini akan menunjang penglihatan pada robot. Sensor kamera CMUcam3 terdiri dari 2 bagian, yaitu modul C3088 dan modul Philips LPC2106. Modul C3088 merupakan sensor citra CMOS OV6620 dari OmniVision. Modul ini memiliki keluaran port digital video dan dapat menyediakan 8/16 bit aliran data citra secara terus menerus. Modul ini juga menunjang fungsi fungsi dari kamera seperti exposure, gamma, gain, white balance, dan windowing. Keseluruhan fungsi tersebut dapat digunakan dan diubah dengan mengatur register pada kamera lewat interface i 2 c. Format video keluaran dari modu C3088 dapat disesuaikan dengan kebutuhan 54

15 aplikasi, selain itu modul ini menunjang penggunaan beberapa macam tipe kanal citra seperti RGB, UV, dan HSV. Modul Philips LPC2106 adalah suatu modul yang telah dirancang untuk dengan mudah diintegrasikan dengan modul C3088 untuk mendukung penanaman algoritma pengolahan citra digital pada sensor kamera CMUcam3. Modul ini menggunakan mikroprosesor ARM7TDMI-S CPU. Mikroprosseor tersebut memiliki keunggulan dalam hal konsumsi energi yang rendah dan tingkat performa yang tinggi. Selain itu mikroprosesor ini juga mendukung sistem pemrograman on-chip sehingga algoritma yang dirancang dapat ditanamkan dan disimpan langsung. Chip ini juga memiliki kemampuan dalam hal waktu eksekusi yang cukup tinggi sehingga cocok untuk melakukan komputasi perhitungan yang kompleks, hal tersebut dibutuhkan karena perhitungan deteksi objek dengan jaringan saraf tiruan menggunakan bobot-bobot hasil pelatihan akan dilakukan secara langsung pada chip ini. CMUcam3 mendukung pemenuhan spesifikasi sistem yang dirancang seperti dapat di program untuk mengeksekusi suatu algoritma tertentu dan memiliki kecepatan proses data yang cukup tinggi. Selain itu modul ini mendukung fungsi fungsi pengolahan citra senderhana sehingga dapat digunakan pada sistem penglihatan pada robot. Berdasarkan spesifikasi sistem yang diinginkan sensor kamera pada robot harus dapat melakukan pemrosesan citra berdasarkan warna dengan kecepatan yang cukup tinggi dan dapat mengambil data nilai dari pixel pixel penyusun citra. Selain itu, modul sensor yang digunakan harus mudah untuk diintegrasikan dengan modul modul lain seperti modul aktuator. Sensor kamera CMUcam3 memiliki fitur fitur yang mendukung spesifikasi tersebut diantaranya fungsi color track, get pixel, dan input output. Fungsi fungsi tersebut telah siap digunakan dan diimplementasikan pada suatu algoritma bagi robot. Fungsi color track merupakan fungsi untuk melakukan pengolahan citra tingkat rendah untuk mendapatkan beberapa informasi penting yang berhubungan dengan citra berwarna. Pada fungsi tersebut akan dideklarasikan terlebih dahulu jenis warna yang akan dicari dengan menentukan nilai warna pada 3 kanal yaitu: 55

16 Kanal merah (R) Kanal hijau (G) Kanal biru (B) Pada sensor penglihatan jumlah intensitas cahaya yang ditangkap oleh sensor akan sangat berpengaruh pada komposisi nilai RGB yang dilihat oleh sensor untuk itu perlu ditambahkan pada pendeklarasian nilai warna warna tersebut dengan memperhitungkan error pembacaan warna yaitu dengan mendeklarasikan batas jangkauan nilai warna pada tiap kanal. Sebagai contoh untuk mendeklarasikan warna biru dengan nilai tiap kanal: Kanal merah (R) = 0 Kanal hijau (G) = 0 Kanal biru (B) = 255 Maka akan didefinisikan sebagai berikut: Batas atas kanal merah (R) = 35 Batas bawah kanal merah (R) = 0 Batas atas kanal hijau (G) = 35 Batas bawah kanal hijau (G) = 0 Batas atas kanal biru (B) = 255 Batas bawah kanal biru (B) = 220 Sehingga bila didapatkan suatu nilai pixel dengan konfigurasi nilai kanal RGB maka pixel tersebut akan dikategorikan sebagai pixel dengan warna biru. Fungsi get pixel merupakan fungsi untuk mendapatkan nilai pixel pixel penyusun citra. Dengan menggunakan fungsi ini nilai pixel pixel yang dibaca oleh kamera dapat ditampung dalam suatu variable dengan tipe integer. Pada tugas akhir ini fungsi get pixel digunakan untuk mendapatkan nilai pixel citra objek yang akan dikenali, susunan nilai pixel pixel tersebut akan digunakan sebagai masukan bagi fungsi jaringan tiruan. Besar resolusi citra yang digunakan adalah 25 x 29 pixel, namun nilai pixel pixel tersebut tidak langsung dimasukan pada sistem jaringan tiruan tapi perlu diubah dahulu karena pada saat pengenalan objek berdasarkan parameter warna digunakan citra warna RGB sehingga perlu diubah dahulu menjadi citra grayscale. Pengubahan citra dari RGB menjadi grayscale perlu dilakukan untuk 56

17 mempekecil jumlah masukan pada sistem jaringan tiruan. Bila format citra RGB dipertahankan dengan menggunakan resolusi gambar yang sama yaitu 25 x 29 pixel hasil input yang didapatkan lebih besar 3 (tiga) kali dari resolusi yang diinginkan, hal ini dikarenakan tiap pixel diwakili oleh 3 kanal yaitu kanal merah, biru, dan hijau. Fungsi input output sangat diperlukan dalam desain sistem karena sensor kamera CMUcam3 akan diintegrasikan dengan turret agar informasi yang didapatkan robot lebih baik dan akurat. Fungsi ini terdiri dari 3 mode yang digunakan yaitu: Mode input Mode output Mode PWM servo CMUcam3 menyediakan 1 port GPIO (General Purpose Input Output) yang terdiri dari 4 pin yang masing masing dapat diatur mode penggunaannya. Pada sistem yang dirancang ini akan digunakan 2 (dua) buah motor servo sebagai penggerak turret sensor kamera sehingga bersisa 2 (dua) pin lagi yang akan digunakan untuk melakukan komunikasi dengan modul mikrokontroller Pemilihan Modul Aktuator Berdasarkan spesifikasi dan analisis yang telah dilakukan, didapatkan bahwa sistem yang dirancang harus memiliki mekanisme gerak untuk memaksimalkan sistem penglihatan pada robot VAIRo. Mekanisme gerak (turret) yang dirancang harus memiliki kemampuan gerak ke arah horisontal maupun vertikal dengan kepresisian sudut. Untuk itu diputuskan untuk menggunakan modul aktuator motor servo. Pada motor servo pengendalian dilakukan untuk mendapatkan kepresisian sudut sesuai dengan jumlah atau nilai PWM yang diberikan, penjelasan mengenai motor servo dapat dibaca pada bab 2. Sehingga rancangan mekanisme gerak akan memiliki kemampuan untuk bergerak secara 2 dimensi (horisontal dan vertikal). Motor servo yang dipilih adalah motor servo Hitech HS-322, untuk spesifikasi dari mator ini dapat dilihat pada bab 2. Motor ini memiliki torsi maksimum 3.7 kg.cm 57

18 sehingga cukup untuk dapat dapat menggerak mekanisme penggerak horisontal maupun vertikal. Kecepatan gerak dari motor servo Hitec HS-322 cukup memadai untuk mendukung implementasi algoritma gerak kamera Perancangan Turret kamera Turret yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan KRCI 2009 divisi expert single yaitu ukuran maksimum robot yang diperbolehkan adalah 310 x 310 mm untuk panjang dan lebar dan 300 mm untuk tinggi. Berdasarkan hal tersebut tinggi robot merupakan hal yang paling mempengaruhi perancangan turret kamera karena dasar platform dari robot itu sendiri sudah setinggi 100 mm sehingga sisa tinggi yang dapat dipergunakan untuk rancangan turret adalah 200 mm selain itu perlu diperhatikan lebar rancangan turret karena lebar dari platform robot yang dibuat adalah 200 mm dan terdapat beberapa sensor ultrasonik yang diletakan disamping turret. Turret yang dirancang harus memiliki bahan dasar yang kokoh dan stabil, karena itu pemilihan bahan yang tepat merupakan faktor yang penting. Setelah melakukan pertimbangan dan konsultasi maka dipilih untuk menggunakan plat alumunium karena memiliki kekokohan yang cukup memadai namun memiliki berat yang cukup ringan sehingga tidak terlalu membebani aktuator penggerak robot. Turret yang dirancang bukan hanya untuk menampung modul kamera CMUcam3 dan 2 motor servo, tapi juga modul sensor panas TPA81, dan modul sensor jarak ultrasonik. Berdasarkan hal tersebut maka area pada turret yang dirancang untuk ditempati beberapa sensor dan posisi penempatan sensor yang digunakan harus tepat. Dibawah ini merupakan rancangan awal turret pada robot VAIRo. 58

19 Gambar 3.1 Rancangan Turret Mekanisme Kendali Perangkat Keras Robot VAIRo merupakan sebuah autonomous mobile robot yang memiliki beberapa sensor, aktuator, dan 2 buah mikrokontroller yang menunjang pergerakan untuk menyelesaikan misi misinya. Kesemua modul tersebut harus dipadukan menjadi suatu kesatuan sistem yang terintegrasi. Integrasi dari perangkat keras robot VAIRo secara keseluruhan dapat dilihat pada diagram blok gambar 3.2, dimana anak panah menunjukan arah pergerakan data, keluar atau masuk. 59

20 Gambar 3.2 Diagram Blok Perangkat Keras Robot VAIRo Untuk modul penglihatan robot sendiri secara khusus dapat dilihat pada blok gambar 3.3. Gambar 3.3 Diagram Blok Perangkat Keras Sistem Penglihatan Robot VAIRo Algoritma Perangkat Lunak Perangkat lunak yang digunakan pada sistem penglihatan pada robot VAIRo memiliki target untuk dapat mengenali objek. Proses pengenalan objek pada robot VAIRo ini dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu lewat warna dan bentuk objek. Algoritama yang dirancang untuk sistem penglihatan pada robot VAIRo dirancangan secara terpisah pada awalnya namun pada prakteknya kedua algoritma tersebut akan digunakan secara bersama-sama dalam satu kesatuan sistem. Pemisahan perancangan 60

21 algoritma penglihatan pada robot dilakukan untuk memudahan pengujian sistem, hal ini terkait metoda yang digunakan sangat berbeda namun menggunakan input yang sama. Diharapkan rancangan algoritma penglihatan robot VAIRo ini dapat memenuhi spesifikasi tugas atau misi misi yang akan dilaksanakan robot seperti, menghindari objek furniture, dan mengakat objek bayi. Algoritma yang digunakan oleh sistem penglihatan pada robot dapat dilihat pada gambar 3.4. Dari flow chart diatas, terdapat beberapa bagian fungsi yang perlu dibuat algoritma tersendiri. Algoritma tersebut adalah sistem scanning warna pada CMUcam3, sistem jaringan saraf tiruan untuk pengenalan bentuk objek, dan sistem pengambilan data untuk pelatihan pada jaringan saraf tiruan Algoritma Gerak Turret Camera Algoritma yang pertama yang harus dibuat pada perancangan sistem penglihatan pada robot ini adalah sistem yang menentukan mekanisme gerakan kamera yang akan digunakan pada CMUcam3 untuk melakukan pengenalan objek. Terdapat 2 algoritma yang dirancang untuk menentukan mekanisme gerak kamera yaitu sistem scanning dan sistem object follower. Masing masing dari algoritma tersebut memiliki keunggulan dan kekurangan masing masing untuk itu pada bagian implementasi dan pengujian akan dibahas mengenai kedua algoritma tersebut. Algoritma sistem scanning merupakan metoda untuk melakukan pengenalan objek berdasarkan warna dengan melakukan pergerakan ke arah horisontal dan vertikal. Turret kamera CMUcam3 akan bergerak ke arah sumbu horisontal dari kiri ke kanan dan pada tiap sudut horisontal kamera akan bergerak ke arah vertikal. Tiap kali kamera bergerak ke suatu sudut maka fungsi untuk mengenali objek berdasarkan warna akan diaktifkan. Pergerakan sudut kamera searah sumbu horisontal adalah sebanyak 10 kali dan searah sumbu vertikal 6 kali. Tiap kali kamera berada suatu sudut maka fungsi deteksi warna akan diekseskusi dan hasil yang didapatkan berupa banyak dan kerapatan pixel. Untuk menambah kepresisian letak objek yang terdeteksi maka ditambahkan suatu fungsi yang akan membandingkan apakah jumlah dan density pixel yang didapatkan lebih besar dari pada hasil yang didapatkan 61

22 sebelumnya. Dengan menambahkan fungsi ini kamera hanya akan menyimpan data letak benda dengan jumlah dan kerapatan pixel yang tertinggi saja yaitu pada titik tengah benda. Fungsi diatas perlu ditambahkan sebab objek yang akan dikenali berdasarkan warna berukuran cukup besar yaitu 300 mm untuk furniture dan 150 mm untuk bayi. Algoritma dari sistem ini dapat dilihat dalam gambar 3.5. Algoritma sistem object follower berbeda dengan algoritma sistem scanning, pada metoda ini kamera akan bersifat pasif sebelum objek terdeteksi (turret kamera dalam keadaan diam) namun setelah terdapat suatu objek dengan warna tertentu terdeteksi kamera akan mulai aktif bergerak dengan berusaha menyesuaikan agar titik pusat massa dari objek berada di tengah frame yang ditangkap. Algoritma ini dapat dilihat pada gambar Algoritma Pengenalan Objek dengan Jaringan Sistem Saraf Tiruan Algoritma yang kedua adalah algoritma pengenalan objek dengan saraf tiruan, metoda ini digunakan untuk melakukan pengenalan objek berdasarkan bentuk. Algoritma ini merupakan bagian yang penting dari sistem keseluruhan karena dengan penggunaannya robot dapat membedakan suatu objek berwarna yang dideteksinya berupa objek furniture atau bayi bukan suatu kerta wallpaper yang ditempel pada disetiap sisi dinding dari labirin. Algoritma ini membutuhkan input berupa citra digital yang diambil dari algoritma sistem deteksi warna yang berupa konfigurasi pixel pixel penyusun citra. Tiap nilai pixel akan digunakan sebagai masukan bagi sistem jaringan saraf tiruan, yang kemudian akan diolah dengan menggunakan bobot bobot yang terlebih dahulu didapatkan dari hasil pelatihan yang dilakukan. Pada algoritma ini citra yang digunakan beruapa citra digital dengan skala keabuan, untuk itu setelah nilai tiap pixel didapatakan maka akan dijalankan sebuah fungsi untuk mengubah citra berwarna tersebuh menjadi citra grayscale. Hasil keluaran dari algoritma ini adalah susunan nilai tertentu yang akan menentukan apakah objek yang terdetksi adalah furniture, bayi, atau bukan keduanya. Algoritma sistem Jaringan Saraf Tiruan dapat dilihat pada gambar

23 Algoritma Pengambilan Data Bagi Jaringan Saraf Tiruan Algoritma yang terakahir adalah algoritma pengambilan data bagi jaringan saraf tiruan. Penggunaan metoda ini adalah untuk menyediakan data pelatihan bagi jaringan saraf tiruan agar nilai bobot bobot yang dihasilkan dapat digunakan untuk mendeteksi benda. Algoritma ini merupakan algoritma yang berdiri sendiri, hal ini dikarenakan pelatihan jaringan saraf tiruan tidak dilakukan secara on-line melainkan secara off-line dengan menggunakan bantuan komputer PC. Pelatihan harus dilakukan secara off line agar waktu ekseskusi program dapat dipersingkat. Awalnya algoritma ini akan mendeteksi warna citra yang berada di depan kamera, bila warna yang terdeteksi bukan warna dengan spesifikasi yang dibutuhkan oleh sistem maka kamera akan terus melakukan pencarian. amun bila terdeteksi warna dengan spesifikasi yang tepat maka kamera akan memimta persetujuan pada operator untuk menyimpan data pixel dari citra yang dideteksi. Algorimta pengambilan data bagi jaringan saraf tiruan dapat dilihat pada gambar

24 START IPUT = 1? TRACK COLOR COLOR = ELLOW? COLOR = BLUE? ELLOW = 1 BLUE = 1 PROCESS IMAGE TO EURAL ETWORK FURITURE DOLL? OUTPUT = 11 OUTPUT = 10 OUTPUT = 01 STOP Gambar 3.4 Flow Chart Sistem Penglihatan Robot VAIRo 64

25 START TRACK COLOR MOVE CAMERA TO RIGHT AD UP MOST POSITIO SET CAMERA TO MIDDLE ELLOW DETECTED? BLUE DETECTED? VERTICAL POSITIO OF CAMERA = MAX? HORIZOTAL POSITIO OF CAMERA = MAX? SET CAMERA TO MIDDLE FURITURE = 1 DOLL = 1 FURITURE = 1? SAVE FURITURE POSITIO SAVE DOLL POSITIO VERTICAL POSITIO += 37 HORIZOTAL POSITIO +=35 SET CAMERA TO FURITURE POSITIO DOLL = 1? EURAL ETWORK PROCESS SET CAMERA TO DOLL POSITIO STOP Gambar 3.5 Flow chart Algoritma Sistem Scanning 65

26 START TRACK COLOR FURITURE = 1 ELLOW BLUE DETECTED? DETECTED? DOLL = 1 CETROID X FURITURE = Xmid? CETROID FURITURE = mid? CETROID DOLL = mid? CETROID X DOLL = Xmid? MOVE CAMERA RIGHT/LEFT MOVE CAMERA UP /DOW MOVE CAMERA UP /DOW MOVE CAMERA RIGHT/LEFT EURAL ETWORK PROCESS EURAL ETWORK PROCESS STOP Gambar 3.6 Flow Chart Algoritma Sistem Object Follower 66

27 START GRAB IMAGE COVERT TO GRASCALE GRAB PIXELS VALUE FEED - FORWARD EURAL ETWORK PROCESS OUTPUT = DOLL? OUTPUT = FURITURE? OUTPUT = 01 OUTPUT = 10 OUTPUT = 11 STOP Gambar 3.7 Flow Chart Sistem Pengenalan Objek Dengan Jaringan Saraf Tiruan 67

28 START TRACK COLOR ELLOW DETECTED? BLUE DETECTED? GRAB IMAGE? SAVE IMAGE Gambar 3.8 Flow Chart Algoritam Pengambilan Data Bagi Jaringan Saraf Tiruan 68

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia robot selama beberapa dekade ini sangat pesat. Robot pertama kali diperkenalkan pada tahun 1921 oleh Karel Capek dalam suatu pertunjukan drama. Mulai

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Implementasi 4.1.1 Implementasi Mekanisme Gerak dan Aktuator (Turret) Berdasarkan spesifikasi dan analisis, sistem mekanisme gerak yang dirancang harus memiliki komponen

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DENGAN METODA BACK-PROPAGATION PADA AUTONOMOUS MOBILE ROBOT UNTUK MENDETEKSI OBJEK LAPORAN TUGAS AKHIR

IMPLEMENTASI ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DENGAN METODA BACK-PROPAGATION PADA AUTONOMOUS MOBILE ROBOT UNTUK MENDETEKSI OBJEK LAPORAN TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DENGAN METODA BACK-PROPAGATION PADA AUTONOMOUS MOBILE ROBOT UNTUK MENDETEKSI OBJEK LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh: Marteen Samuel NIM 13205093 SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Sistem Gambaran sistem dapat dilihat pada blok diagram sistem di bawah ini : Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem Berdasarkan blok

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Perancangan Perancangan sistem didasarkan pada teknologi computer vision yang menjadi salah satu faktor penunjang dalam perkembangan dunia pengetahuan dan teknologi,

Lebih terperinci

Bab III Perangkat Pengujian

Bab III Perangkat Pengujian Bab III Perangkat Pengujian Persoalan utama dalam tugas akhir ini adalah bagaimana mengimplementasikan metode pengukuran jarak menggunakan pengolahan citra tunggal dengan bantuan laser pointer dalam suatu

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENDETEKSIAN OBJEK MENGGUNAKAN METODE YCBCR PADA ROBOWAITER DRU99RWE4-V13

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENDETEKSIAN OBJEK MENGGUNAKAN METODE YCBCR PADA ROBOWAITER DRU99RWE4-V13 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENDETEKSIAN OBJEK MENGGUNAKAN METODE YCBCR PADA ROBOWAITER DRU99RWE4-V13 Ferry Ebitnaser 1, Taufiq Nuzwir Nizar 2, John Adler 3 1,2,3 Jurusan Teknik Komputer Unikom,

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Sistem vision yang akan diimplementasikan terdiri dari 2 bagian, yaitu sistem perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat lunak yang digunakan dalam sistem vision ini adalah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini akan dijabarkan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang menjadi bagian dari sistem ini.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan mekanik robot, perangkat lunak dari algoritma robot, serta metode pengujian robot. 3.1. Perancangan Mekanik Robot Bagian ini

Lebih terperinci

SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8

SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8 SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8 I Nyoman Benny Rismawan 1, Cok Gede Indra Partha 2, Yoga Divayana 3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai konsep dasar sistem, perancangan mekanik robot, perangkat lunak dari algoritma robot, serta metode pengujian robot. 2.1.Konsep Dasar Sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PERSYARATAN PRODUK

BAB 1 PERSYARATAN PRODUK BAB 1 PERSYARATAN PRODUK 1.1 Pendahuluan Saat ini teknologi robotika telah menjangkau sisi industri (Robot pengangkut barang), pendidikan (penelitian dan pengembangan robot). Salah satu kategori robot

Lebih terperinci

PENGENDALIAN SUDUT PADA PERGERAKAN TELESKOP REFRAKTOR MENGGUNAKAN PERSONAL COMPUTER

PENGENDALIAN SUDUT PADA PERGERAKAN TELESKOP REFRAKTOR MENGGUNAKAN PERSONAL COMPUTER Jurnal Sistem Komputer Unikom Komputika Volume 1, No.1-2012 PENGENDALIAN SUDUT PADA PERGERAKAN TELESKOP REFRAKTOR MENGGUNAKAN PERSONAL COMPUTER Usep Mohamad Ishaq 1), Sri Supatmi 2), Melvini Eka Mustika

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PENENTU AXIS Z ZERO SETTER

BAB II SISTEM PENENTU AXIS Z ZERO SETTER BAB II SISTEM PENENTU AXIS Z ZERO SETTER 2.1 Gambaran Umum Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan pada Bab I, tujuan skripsi ini adalah merancang suatu penentu axis Z Zero Setter menggunakan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI LOGIKA FUZZY SEBAGAI PERINTAH GERAKAN TARI PADA ROBOT HUMANOID KRSI MENGGUNAKAN SENSOR KAMERA CMUCAM4

IMPLEMENTASI LOGIKA FUZZY SEBAGAI PERINTAH GERAKAN TARI PADA ROBOT HUMANOID KRSI MENGGUNAKAN SENSOR KAMERA CMUCAM4 1 IMPLEMENTASI LOGIKA FUZZY SEBAGAI PERINTAH GERAKAN TARI PADA ROBOT HUMANOID KRSI MENGGUNAKAN SENSOR KAMERA CMUCAM4 Gladi Buana, Pembimbing 1:Purwanto, Pembimbing 2: M. Aziz Muslim. Abstrak-Pada Kontes

Lebih terperinci

Bab II Teori Dasar 2.1 Representasi Citra

Bab II Teori Dasar 2.1 Representasi Citra Bab II Teori Dasar 2.1 Representasi Citra Citra dapat direpresentasikan sebagai kumpulan picture element (pixel) pada sebuah fungsi analog dua dimensi f(x,y) yang menyatakan intensitas cahaya yang terpantul

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Tujuan Tujuan dari pengujian alat pada tugas akhir ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja sistem yang telah dibuat dan untuk mengetahui penyebabpenyebab ketidaksempurnaan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari algoritma robot. 3.1. Sistem Instruksi dan Kontrol Robot Gambar 3.1. Blok diagram

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource,

BAB II DASAR TEORI. Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource, BAB II DASAR TEORI 2.1 ARDUINO Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai bidang.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut sudah terintegrasi dengan komputer, dengan terintegrasinya sistem tersebut

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam bab ini penulis akan membahas prinsip kerja rangkaian yang disusun untuk merealisasikan sistem alat, dalam hal ini potensiometer sebagai kontroler dari motor servo, dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. perancangan mekanik, perancangan hardware dan perancangan software.

BAB III PERANCANGAN. perancangan mekanik, perancangan hardware dan perancangan software. BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan membahas mengenai perancangan sistem. Perancangan ini akan terbagi beberapa bagian yaitu : blok diagram sistem, pemilihan komponen, perancangan mekanik, perancangan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Kajian Pustaka a. Algoritma Pengambilan Keputusan Pada Kiper Robot Sepak Bola [1]

BAB II DASAR TEORI Kajian Pustaka a. Algoritma Pengambilan Keputusan Pada Kiper Robot Sepak Bola [1] BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari 2.1.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini berisi penjelasan mengenai perancangan sistem baik bagian mekanik, perangkat lunak dan algoritma robot, serta metode pengujian yang akan dilakukan. 3.1. Perancangan Mekanik

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menggunakan serial port (baudrate 4800bps, COM1). Menggunakan Sistem Operasi Windows XP.

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menggunakan serial port (baudrate 4800bps, COM1). Menggunakan Sistem Operasi Windows XP. BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang berupa spesifikasi sistem, prosedur operasional penggunaan program, dan analisa sistem yang telah dibuat. 4.1 Spesifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sudah menjadi trend saat ini bahwa pengendali suatu alat sudah banyak yang diaplikasikan secara otomatis, hal ini merupakan salah satu penerapan dari perkembangan teknologi dalam

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Sistem Kontrol Robot. Gambar 3.1. Blok Diagram Sistem

BAB III PERANCANGAN Sistem Kontrol Robot. Gambar 3.1. Blok Diagram Sistem BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan sistem yang meliputi sistem kontrol logika fuzzy, perancangan perangkat keras robot, dan perancangan perangkat lunak dalam pengimplementasian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Identifikasi Kebutuhan Proses pembuatan alat penghitung benih ikan ini diperlukan identifikasi kebutuhan terhadap sistem yang akan dibuat, diantaranya: 1. Perlunya rangkaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam dunia kedokteran gigi, dikenal suatu teknologi yang dinamakan dental unit. Dental unit digunakan sebagai tempat periksa untuk pasien dokter gigi yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mikrokontroler merupakan pengontrol mikro atau disebut juga Single Chip

BAB I PENDAHULUAN. Mikrokontroler merupakan pengontrol mikro atau disebut juga Single Chip BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang sangat pesat khususnya kemajuan di dunia elektronika dan komputer menyebabkan banyak dihasilkannya suatu penemuanpenemuan yang dianggap

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Proses pengendalian mobile robot dan pengenalan image dilakukan oleh microcontroller keluarga AVR, yakni ATMEGA

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. 3.1 Diagram blok sistem

BAB III PERANCANGAN. 3.1 Diagram blok sistem BAB III PERANCANGAN 3.1 Diagram blok sistem Sistem pada penginderaan jauh memiliki dua sistem, yaitu sistem pada muatan roket dan sistem pada ground segment. Berikut merupakan gambar kedua diagram blok

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV Pengujian Alat dan Analisa BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4. Tujuan Pengujian Pada bab ini dibahas mengenai pengujian yang dilakukan terhadap rangkaian sensor, rangkaian pembalik arah putaran

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. bentuk api dan lapangan pertandingan pada KRPAI. Pemadam Api (Setyawan, D.E dan Prihastono, 2012) [2]

BAB II DASAR TEORI. bentuk api dan lapangan pertandingan pada KRPAI. Pemadam Api (Setyawan, D.E dan Prihastono, 2012) [2] BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori yang mendukung skripsi. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari kajian pustaka, konsep dasar sistem yang mendukung

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari algoritma robot. 3.1. Sistem Kontrol Sistem kontrol pergerakan pada robot dibagi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari algoritma robot. 3.1. Perancangan Perangkat Keras Pada bagian ini akan dijelaskan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 4.1 Data Percobaan Pengujian yaitu merupakan bagian yang harus dilakukan untuk dapat mengetahui apakah alat yang telah dirancang mampu berfungsi sesuai apa yang diharapkan.

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Atmel (www.atmel.com).

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Atmel (www.atmel.com). BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Proses pengendalian mobile robot dan pengenalan image dilakukan oleh microcontroller keluarga AVR, yakni ATMEGA128

Lebih terperinci

OTOMASI PEMISAH BUAH TOMAT BERDASARKAN UKURAN DAN WARNA MENGGUNAKAN WEBCAM SEBAGAI SENSOR

OTOMASI PEMISAH BUAH TOMAT BERDASARKAN UKURAN DAN WARNA MENGGUNAKAN WEBCAM SEBAGAI SENSOR Seminar Nasional Ilmu Komputer dan Aplikasinya SNIKA 2008 27/11/2008 OTOMASI PEMISAH BUAH TOMAT BERDASARKAN UKURAN DAN WARNA MENGGUNAKAN WEBCAM SEBAGAI SENSOR Thiang, Leonardus Indrotanoto Jurusan Teknik

Lebih terperinci

SISTEM PENJEJAK POSISI OBYEK BERBASIS UMPAN BALIK CITRA

SISTEM PENJEJAK POSISI OBYEK BERBASIS UMPAN BALIK CITRA SISTEM PENJEJAK POSISI OBYEK BERBASIS UMPAN BALIK CITRA Syahrul 1, Andi Kurniawan 2 1,2 Jurusan Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipati Ukur No.116,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Line follower robot pada dasarnya adalah suatu robot yang dirancang agar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Line follower robot pada dasarnya adalah suatu robot yang dirancang agar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Line Follower Robot Line follower robot pada dasarnya adalah suatu robot yang dirancang agar dapat beroperasi secara otomatis bergerak mengikuti alur garis yang telah dibuat

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan diuraikan tentang proses pengujian sistem yang meliputi pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun secara keseluruhan, dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat BAB III PERANCANGAN Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai perancangan dan realisasi sistem bagaimana kursi roda elektrik mampu melaksanakan perintah suara dan melakukan pengereman otomatis apabila

Lebih terperinci

INTEGRATION AND EVALUATION USING PATTERN RECOGNITION FOR MOBILE ROBOT NAVIGATION. Iman H. Kartowisastro.; Budiyanto Mulianto; Valentinus Rahardjo

INTEGRATION AND EVALUATION USING PATTERN RECOGNITION FOR MOBILE ROBOT NAVIGATION. Iman H. Kartowisastro.; Budiyanto Mulianto; Valentinus Rahardjo INTEGRATION AND EVALUATION USING PATTERN RECOGNITION FOR MOBILE ROBOT NAVIGATION Iman H. Kartowisastro.; Budiyanto Mulianto; Valentinus Rahardjo Jurusan Sistem Komputer, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan BAB III PEMBUATAN ALAT 3.. Pembuatan Dalam pembuatan suatu alat atau produk perlu adanya sebuah rancangan yang menjadi acuan dalam proses pembuatanya, sehingga kesalahan yang mungkin timbul dapat ditekan

Lebih terperinci

BAB IV. PERANCANGAN. Blok diagram menggambarkan cara kerja semua sistem E-dump secara keseluruhan yang terdiri dari beberapa komponen:

BAB IV. PERANCANGAN. Blok diagram menggambarkan cara kerja semua sistem E-dump secara keseluruhan yang terdiri dari beberapa komponen: BAB IV. PERANCANGAN 4.1 Blok Diagram Alat Blok diagram menggambarkan cara kerja semua sistem E-dump secara keseluruhan yang terdiri dari beberapa komponen: Sensor IR Sharp (Buka Tutup) Motor Servo Sensor

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O,

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O, BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino Uno R3 adalah papan pengembangan mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O,

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Pada bab ini, akan membahas implementasi dan hasil pengujian dari program aplikasi yang telah dibuat. Pada perancangan aplikasi ini meliputi perbedaan citra hasil foto

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Sistem pengendali tension wire ini meliputi tiga perancangan yaitu perancangan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Sistem pengendali tension wire ini meliputi tiga perancangan yaitu perancangan 31 BAB III PERANCANGAN ALAT Sistem pengendali tension wire ini meliputi tiga perancangan yaitu perancangan mekanik alat, perancanga elektronik dan perancangan perangkat lunak meliputi program yang digunakan,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK 21 BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK 3.1 Gambaran umum Perancangan sistem pada Odometer digital terbagi dua yaitu perancangan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perancangan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 57 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 4.1 Spesifikasi Hasil Penelitian a. Sumber daya robot vision disupply oleh baterai Lipo 12 v 3s. b. robot vision mampu mengolah dan mengidentifikasi objek berwarna

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Flowchart

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Flowchart BAB IV PERANCANGAN Bab ini membahas tentang perancangan sistem gerak Robo Bin, mulai dari alur kerja sistem gerak robot, perancangan alat dan sistem kendali, proses pengolahan data hingga menghasilkan

Lebih terperinci

Grafik hubungan antara Jarak (cm) terhadap Data pengukuran (cm) y = 0.950x Data pengukuran (cm) Gambar 9 Grafik fungsi persamaan gradien

Grafik hubungan antara Jarak (cm) terhadap Data pengukuran (cm) y = 0.950x Data pengukuran (cm) Gambar 9 Grafik fungsi persamaan gradien dapat bekerja tetapi tidak sempurna. Oleh karena itu, agar USART bekerja dengan baik dan sempurna, maka error harus diperkecil sekaligus dihilangkan. Cara menghilangkan error tersebut digunakan frekuensi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras, perangkat lunak dari algoritma robot, serta metode pengujian robot. 3.1. Sistem Kontrol Robot Kontrol utama robot

Lebih terperinci

COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA

COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA Seminar Nasional Teknologi Terapan SNTT 2013 (26/10/2013) COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA Isnan Nur Rifai *1 Budi Sumanto *2 Program Diploma Elektronika & Instrumentasi Sekolah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan sistem dari perangkat keras, serta perangkat lunak robot. 3.1. Gambaran Sistem Sistem yang direalisasikan dalam skripsi ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR...

BAB II KAJIAN LITERATUR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii SURAT PERNYATAAN KARYA ASLI TUGAS AKHIR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK...

Lebih terperinci

ARIEF SARDJONO, ST, MT.

ARIEF SARDJONO, ST, MT. KONTROL PENJEJAK PADA ROBOT PEMADAM API MENGGUNAKAN SISTEM PENGINDERA API DAN POSISI JARAK DENGAN METODE FUZZY LOGIC YOUR SUBTITLE GOES HERE OLEH PUNGKY EKA SASMITA 2209105037 Dr.TRI ARIEF SARDJONO, ST,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Kerangka Pikir Pengenalan wajah merupakan suatu teknologi dalam dunia kecerdasan buatan agar komputer dapat meniru kemampuan otak manusia dalam mendeteksi dan mengenali

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat peraga Oscillating Water Column. 3.1. Gambaran Alat Alat yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAKAN ROBOT BERODA TIGA UNTUK PEMBERSIH LANTAI

PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAKAN ROBOT BERODA TIGA UNTUK PEMBERSIH LANTAI PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAKAN ROBOT BERODA TIGA UNTUK PEMBERSIH LANTAI Muhammad Firman S. NRP 2210 030 005 Muchamad Rizqy NRP 2210 030 047 Dosen Pembimbing Ir. Rusdhianto Effendie AK, M.T NIP. 19570424

Lebih terperinci

KONTROL ROBOT MOBIL PENJEJAK GARIS BERWARNA DENGAN MEMANFAATKAN KAMERA SEBAGAI SENSOR

KONTROL ROBOT MOBIL PENJEJAK GARIS BERWARNA DENGAN MEMANFAATKAN KAMERA SEBAGAI SENSOR KONTROL ROBOT MOBIL PENJEJAK GARIS BERWARNA DENGAN MEMANFAATKAN KAMERA SEBAGAI SENSOR Thiang, Felix Pasila, Agus Widian Electrical Engineering Department, Petra Christian University 121-131 Siwalankerto,

Lebih terperinci

Kata Kunci : ATmega16, Robot Manipulator, CMUCam2+, Memindahkan Buah Catur

Kata Kunci : ATmega16, Robot Manipulator, CMUCam2+, Memindahkan Buah Catur APLIKASI SENSOR CMUCAM PADA MANIPULATOR UNTUK MEMINDAHKAN BUAH CATUR DI ATAS PAPAN CATUR Disusun oleh: Nama : Rachmi Yulianti Nrp : 0422144 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Kristen

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Permasalahan Dalam Perancangan dan Implementasi Pemotong Rumput Lapangan Sepakbola Otomatis dengan Sensor Garis dan Dinding ini, terdapat beberapa masalah

Lebih terperinci

Copyright Tabratas Tharom 2003 IlmuKomputer.Com

Copyright Tabratas Tharom 2003 IlmuKomputer.Com Pengolahan Citra Pada Mobil Robot Tabratas Tharom tharom@yahoo.com Copyright Tabratas Tharom 2003 IlmuKomputer.Com BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PERANCANGAN PENGOLAHAN CITRA SEBUAH MOBIL ROBOT Perancangan pengolahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan dengan beberapa cara yang dilakukan, antara lain:

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan dengan beberapa cara yang dilakukan, antara lain: BAB III METODE PENELITIAN Dalam pembuatan kendali robot omni dengan accelerometer dan keypad pada smartphone dilakukan beberapa tahapan awal yaitu pengumpulan data yang diperlukan dengan beberapa cara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kendali Sistem Kendali atau control system terdiri dari dua kata yaitu system dan control. System berasal dari Bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Dalam perancangan dan implementasi wajah animatronik berbasis mikrokontroler ini menggunakan beberapa metode rancang bangun yang pembuatannya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

ROBOT CERDAS BERKAKI PEMADAM API

ROBOT CERDAS BERKAKI PEMADAM API 168 Jupii: ROBOT CERDAS BERKAKI PEMADAM API ROBOT CERDAS BERKAKI PEMADAM API Keen Jupii 1), Ferry A.V. Toar 2) E-mail: te_02002@yahoo.com, toar@mail.wima.ac.id. ABSTRAK Pembuatan robot cerdas ini di latar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN. memungkinkan terjadinya kegagalan atau kurang memuaskan kerja alat yang telah dibuat.

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN. memungkinkan terjadinya kegagalan atau kurang memuaskan kerja alat yang telah dibuat. BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN 3.1 Perancangan Peranvangan merupakan suatu langkah kerja yang penting dalam penyusunan dan pembuatan alat dalam proyek akhir ini, sebab tanpa adanya perancangan yang

Lebih terperinci

Implementasi Kamera OV7670 Sebagai Pendeteksi Garis Pada Robot Line Follower

Implementasi Kamera OV7670 Sebagai Pendeteksi Garis Pada Robot Line Follower Implementasi Kamera OV7670 Sebagai Pendeteksi Garis Pada Robot Line Follower Muhammad Rizal 1, Waru Djuriatno,ST.,MT 2., Mochammad Rif an, ST., MT. 3 1 Mahasiswa Teknik Elektro UB, 2,3 Dosen Teknik Elektro

Lebih terperinci

Mikrokontroler difungsikan sebagai pengendali utama dari sistem yang berguna untuk membaca data sensor, mengolah data dan kemudian memberikan

Mikrokontroler difungsikan sebagai pengendali utama dari sistem yang berguna untuk membaca data sensor, mengolah data dan kemudian memberikan BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan membahas mengenai beberapa teori dan alat-alat pendukung yang digunakan sebagai acuan untuk merealisasikan sistem. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi

Lebih terperinci

PENGENDALIAN POSISI MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE NEURAL NETWORK DENGAN UMPAN BALIK KAMERA PEMOSISIAN GLOBAL

PENGENDALIAN POSISI MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE NEURAL NETWORK DENGAN UMPAN BALIK KAMERA PEMOSISIAN GLOBAL PENGENDALIAN POSISI MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE NEURAL NETWORK DENGAN UMPAN BALIK KAMERA PEMOSISIAN GLOBAL Randy Reza Kautsar (1), Bima Sena Bayu D S.ST M.T (2), A.R. Anom Besari. S.ST, M.T (2) (1)

Lebih terperinci

Konsep Dasar Pengolahan Citra. Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI

Konsep Dasar Pengolahan Citra. Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI Konsep Dasar Pengolahan Citra Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI Definisi Citra digital: kumpulan piksel-piksel yang disusun dalam larik (array) dua-dimensi yang berisi nilai-nilai real

Lebih terperinci

KAMERA PENDETEKSI GERAK MENGGUNAKAN MATLAB 7.1. Nugroho hary Mindiar,

KAMERA PENDETEKSI GERAK MENGGUNAKAN MATLAB 7.1. Nugroho hary Mindiar, KAMERA PENDETEKSI GERAK MENGGUNAKAN MATLAB 7.1 Nugroho hary Mindiar, 21104209 Mahasiswa Sarjana Strata Satu (S1) Jurusan Sistem Komputer, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Gunadarma mindiar@yahoo.com

Lebih terperinci

Pengendalian Posisi Mobile Robot Menggunakan Metode Neural Network Dengan Umpan Balik Kamera Pemosisian Global

Pengendalian Posisi Mobile Robot Menggunakan Metode Neural Network Dengan Umpan Balik Kamera Pemosisian Global The 13 th Industrial Electronics Seminar 2011 (IES 2011) Electronic Engineering Polytechnic Institute of Surabaya (EEPIS), Indonesia, October 26, 2011 Pengendalian Posisi Mobile Robot Menggunakan Metode

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Tujuan Tujuan dari pengujian alat pada tugas akhir ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja sistem yang telah dibuat dan untuk mengetahui penyebabpenyebab ketidaksempurnaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ROBOT OKTAPOD DENGAN DUA DERAJAT KEBEBASAN ASIMETRI

PERANCANGAN ROBOT OKTAPOD DENGAN DUA DERAJAT KEBEBASAN ASIMETRI Asrul Rizal Ahmad Padilah 1, Taufiq Nuzwir Nizar 2 1,2 Jurusan Teknik Komputer Unikom, Bandung 1 asrul1423@gmail.com, 2 taufiq.nizar@gmail.com ABSTRAK Salah satu kelemahan robot dengan roda sebagai alat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Mikrokontroller AVR Mikrokontroller adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan serta keluaran serta dapat di read dan write dengan cara khusus. Mikrokontroller

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Hasil Penelitian Setelah alat dan bahan didapat dan dipersiapkan maka perangkat-keras dan perangkat-lunak telah berhasil dibuat sesuai dengan rancangan awal walau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori atau hukum rangkaian elektronika dan teori komponen komponen yang digunakan sebagai alat bantu atau penunjang pada proses analisa Photodioda. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini berisi landasan-landasan teori yang penulis gunakan untuk seluruh laporan penelitian ini. Landasan-landasan teori ini dijelaskan untuk membentuk pemahaman yang sama antara

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. pada PC yang dihubungkan dengan access point Robotino. Hal tersebut untuk

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. pada PC yang dihubungkan dengan access point Robotino. Hal tersebut untuk BAB IV PENGUJIAN SISTEM Pengujian sistem yang dilakukan merupakan pengujian terhadap Robotino dan aplikasi pada PC yang telah selesai dibuat. Dimulai dari menghubungkan koneksi ke Robotino, menggerakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS 3.1. Spesifikasi Perancangan Perangkat Keras Secara sederhana, perangkat keras pada tugas akhir ini berhubungan dengan rancang bangun robot tangan. Sumbu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi sistem yang telah dibuat dalam skripsi ini yaitu perancangan sebuah mesin yang menyerupai bor duduk pada umumnya. Di

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan dari prototype yang dibuat, yaitu konsep dasar alat, diagram blok, perancangan elektronika yang meliputi rangkaian rangkaian elektronika

Lebih terperinci

MODEL SISTEM OTOMATISASI SORTASI BERDASARKAN UKURAN DAN WARNA MENGGUNAKAN SENSOR ULTRASONIK DAN TCS3200 BERBASIS ARDUINO UNO

MODEL SISTEM OTOMATISASI SORTASI BERDASARKAN UKURAN DAN WARNA MENGGUNAKAN SENSOR ULTRASONIK DAN TCS3200 BERBASIS ARDUINO UNO MODEL SISTEM OTOMATISASI SORTASI BERDASARKAN UKURAN DAN WARNA MENGGUNAKAN SENSOR ULTRASONIK DAN TCS3200 BERBASIS ARDUINO UNO Diah Puji Astuti, Tjut Awaliah Zuraiyah, Andi Chairunnas. Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal dasar tentang bagaimana. simulasi mobil automatis dirancang, diantaranya adalah :

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal dasar tentang bagaimana. simulasi mobil automatis dirancang, diantaranya adalah : BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal dasar tentang bagaimana simulasi mobil automatis dirancang, diantaranya adalah : 1. Menentukan tujuan dan kondisi pembuatan simulasi

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. DESKRIPSI KERJA SISTEM Gambar 3.1. Blok diagram sistem Satelit-satelit GPS akan mengirimkan sinyal-sinyal secara kontinyu setiap detiknya. GPS receiver akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah menjelaskan seluruh kegiatan selama berlangsungnya penelitian untuk menghasilkan informasi yang lebih akurat sesuai dengan permasalahan yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. kelembaban di dalam rumah kaca (greenhouse), dengan memonitor perubahan suhu

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. kelembaban di dalam rumah kaca (greenhouse), dengan memonitor perubahan suhu BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah cara mengatur suhu dan kelembaban di dalam rumah kaca (greenhouse), dengan memonitor

Lebih terperinci

SISTEM KONTROL GERAK SEDERHANA PADA ROBOT PENGHINDAR HALANGAN BERBASIS KAMERA DAN PENGOLAHAN CITRA

SISTEM KONTROL GERAK SEDERHANA PADA ROBOT PENGHINDAR HALANGAN BERBASIS KAMERA DAN PENGOLAHAN CITRA SISTEM KONTROL GERAK SEDERHANA PADA ROBOT PENGHINDAR HALANGAN BERBASIS KAMERA DAN PENGOLAHAN CITRA Dirvi Eko Juliando Sudirman 1) 1) Teknik Komputer Kontrol Politeknik Negeri Madiun Jl Serayu No. 84, Madiun,

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1. AnalisaMasalah Dalam perancangan robot penyeimbang menggunakan sensor jarakberbasis android, terdapatbeberapa masalah yang harus dipecahkan. Permasalahan tersebut

Lebih terperinci

ABSTRAK Robovision merupakan robot yang memiliki sensor berupa indera penglihatan seperti manusia. Untuk dapat menghasilkan suatu robovision, maka

ABSTRAK Robovision merupakan robot yang memiliki sensor berupa indera penglihatan seperti manusia. Untuk dapat menghasilkan suatu robovision, maka ABSTRACT Robovision is a robot that has a sensor in the form of the human senses such as vision. To be able to produce a robovision, it is necessary to merge the technologies of robotics and computer vision

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis 3.1.1 Permasalahan Pemanfaatan Augmented Reality pada umumnya berfokus pada kemampuan visualnya, yaitu berupa bentuk tiga dimensi, lingkungan tiga dimensi, animasi,

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun keseluruhan sistem, prosedur pengoperasian sistem, implementasi dari sistem dan evaluasi hasil pengujian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN

BAB 3 METODE PERANCANGAN BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Konsep dan Pendekatan Tujuan utama yang ingin dicapai dalam pengenalan objek 3 dimensi adalah kemampuan untuk mengenali suatu objek dalam kondisi beragam. Salah satu faktor

Lebih terperinci